analisis isi pesan komunikasi intrapersonal dalam...
TRANSCRIPT
ANALISIS ISI PESAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL
DALAM DAKWAH DZATIYAH PADA BUKU
SHALAWAT UNTUK JIWA KARYA RIMA OLIVIA, Psi.
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial (S.Kom.I)
Oleh :
NURUL HIDAYANTI
NIM: 1112051000027
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016 M/1437 H
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 15 Agustus 2016
Nurul Hidayanti
i
ABSTRAK
Nurul Hidayanti
1112051000027
Analisis Isi Pesan Komunikasi Intra Personal dalam Dakwah Dzatiyah pada
Buku Shalawat Untuk Jiwa Karya Rima Olivia, Psi.
Buku adalah sebuah media cetak yang dapat dijadikan sebagai media
dakwah untuk menyampaikan ajaran-ajaran Islam. Agar dakwah tidak hanya
terbatas dengan bertatap muka dan mendengar da’i berbicara tentang ajaran Islam.
Berdakwah melalui tulisan mempunyai kelebihan dibandingkan berdakwah
dengan tatap muka, karena mad’u akan mengingat apa yang disampaikan dan
dapat membaca kembali pesan yang ada di dalam sebuah buku. Salah satu buku
yang dapat memotivasi pembacanya agar lebih semangat beribadah adalah buku
Shalawat Untuk Jiwa karya Rima Olivia Psi. Buku ini menceritakan tentang
pengalaman penggiat Sahabat Shalawat yang merasakan manfaat bershalawat.
Bedasarkan uraian diatas, maka pertanyaannya adalah apa isi pesan
komunikasi intra personal dalam dakwah dzatiyah yang terkandung dalam buku
Shalawat Untuk Jiwa? Dan apa pesan dakwah yang paling dominan dalam buku
Shalawat Untuk Jiwa?
Untuk menjawab pertanyaan di atas maka peneliti menggunakan metode
analisis isi kuantitatif. Di dalam penelitian skripsi ini peneliti membagi kategori
isi pesan yang mengandung penjelasan tentang enam kecerdasan manusia dalam
komunikasi intrapersonal dakwah dzatiyah yaitu kecerdasan basyariah,
Kecerdasan fitrah, kecerdasan ruh, kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional,
dan kecerdasan nafs yang terdapat pada buku Shalawat Untuk Jiwa. R. Hostly
memberikan definisi bahwa kajian isi adalah teknik apapun yang digunakan untuk
menarik kesimpulan melalui usaha menemukan karakteristik pesan dan dilakukan
secara objektif dan sistematis. Penghitungan data dilakukan dengan lembar koding
dan penjurian yang dilakukan oleh tiga orang juri yang sudah ditentukan.
Dari hasil penelitian, pesan paling dominan dalam buku Shalawat Untuk
Jiwa karya Rima yang dominan adalah kategori pesan yang paling dominan dalam
buku Shalawat Untuk Jiwa adalah kategori pesan kecerdasan intelektual dengan
hasil prosentase sebesar 36,75%, dan yang menempati urutan kedua adalah
kategori pesan kecerdasan emosional dengan hasil prosentase sebesar 35,04%,
dan diurutan terendah adalah kategori pesan kecerdasan nafs dengan hasil
prosentase sebesar 28,20%.
Kata Kunci: Dakwah, Pesan, Buku, Analisis isi.
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahim,
Dengan segala puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT,
yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga peneliti dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Isi Pesan Komunikasi Intra
Personal dalam Dakwah Dzatiyah pada buku Shalawat Untuk Jiwa Karya
Rima Olivia, Psi.” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar strata satu
di Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi Universitas UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda
Nabi besar kita Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa syariat Islam yang
menjadi pedoman umat manusia dalam mengarungi kehidupan ini sampai hari
akhir.
Dalam kesempatan ini peneliti juga menyampaikan banyak terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah mendukung dan
membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. Secara khusus peneliti
ucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Dr. H. Arief Subhan, MA sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi beserta Dr. Suparto, M.Ed, MA. Selaku
Wakil Dekan I. Dr. Raudhonah, MA selaku Wakil Dekan II, Dr.
Suhaemi, MA selaku Wakil Dekan III bidang Kemahasiswaan
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
2. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Drs. Masran, MA dan ibu
iii
Fita Fathurakhmah M.Si selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi
dan Penyiaran Islam.
3. Ibu Umi Musyarrofah, MA, selaku pembimbing yang telah
bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing dan
memberikan pengarahan, doa, serta nasihat untuk menjadi lebih
baik kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skrispi
ini dengan baik.
4. Kepada para juri (coder) Maretha Widia Putri S.Hum, Hj. Ida
Suhaida dan Nurul Hidayah S.ikom yang telah bersedia
meluangkan waktunya untuk menjadi juri (coder) dalam penelitian
ini.
5. Kepada Uni Rima Olivia, Psi selaku penulis buku Shalawat Untuk
Jiwa, terima kasih atas segala kebaikan dan pelajaran hidup yang
sudah diberikan.
6. Kepada seluruh penggiat Sahabat Shalawat dan Ustd. Muzakki
Kamalie yang telah membantu peneliti dalam proses pembuatan
skripsi ini.
7. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, staff
Tata Usaha dan Akademik dan juga Staff Perpustakaan Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah membantu peneliti
dalam proses pembuatan skripsi ini.
8. Terimakasih untuk Mama Hj. Ida Suhaida dan Papa H.M Yakub
atas segala kasih sayang, dukungan, nasihat dan doa yang tidak
iv
pernah terhenti sampai akhirnya peneliti dapat menyelesaikan
penelitian ini dengan penuh kasih sayang yang kalian berikan.
9. Kakak Andri dan Naya yang selalu memberikan semangat dalam
proses pembuatan skripsi ini hingga skripsi ini selesai.
10. Calon Imam, Ahmad Kamal Fanani yang selalu meluangkan
waktu untuk membantu dan memberikan motivasi kepada peneliti
sehingga proses skripsi ini berjalan dengan penuh kebahagiaan.
11. Ellya Pratiwi, Dani Perdana, Akbar Ramadhan, Diana Amelia,
Siti Hannah terimakasih untuk setia menjadi sahabat dan menjadi
pendengar terbaik untuk peneliti.
12. Ikatan Keluarga Besar Pondok Pesantren Darunnajah, terutama
untuk Alkautsar Anhar, Abdi Abiwijaya, Rizka Maulidya,
Muhammad Bilal, Farda Syarifah, Reza Rahmawan, Akbar
Kurniawan, Muhammad Lukman serta Angkatan ke 35.
Terimakasih atas waktu, tempat, tawa canda dan semangat yang
selalu diberikan dalam proses pembuatan skripsi ini.
13. Keluarga besar Teater Syahid, Terimakasih atas ilmu, kenangan
dan semua pengalaman yang peneliti dapat.
Tentu saja skripsi ini jauh dari kata sempurna, namun besar harapan saya
agar skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi saya dan pembaca. Allahumma
Shalli ‘Ala Syayidina Muhammad.
Ciputat, 01 Agustus 2016
Nurul Hidayanti.
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ............................................................................ ii
DAFTAR ISI ........................................................................................... v
DAFTAR TABEL .................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah........................................... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................... 5
D. Tinjauan Pustaka ................................................................. 6
F. Sistematika Penulisan ......................................................... 8
BAB II LANDASAN TEORI
A. Komunikasi Intrapersonal ................................................... 9
B. Komunikasi Intrapersonal dalam dakwah dzatiyah ......... 11
C. Konsep Dakwah ................................................................. 12
1. Pengertian Dakwah ...................................................... 12
2. Unsur-Unsur Dakwah .................................................. 15
D. Buku Sebagai Media Dakwah ............................................ 27
BAB III METEDOLOGI PENELITIAN
A. Metedologi Penelitian ........................................................ 29
B. Subjek dan Objek Penelitian .............................................. 30
C. Tahapan Penelitian ............................................................. 30
D. Teknik Analisis .................................................................. 34
E. Analisis Isi .......................................................................... 36
F. Reliabilitas Antar coder ...................................................... 39
BAB IV GAMBARAN UMUM DAN ANALISIS
A. Gambaran Umum Buku Shalawat Untuk Jiwa .................. 46
1. Biografi Penulis Rima Olivia, Psi. ............................... 46
2. Gambaran Umum Buku Shalwat Untuk Jiwa .............. 48
3. Sinopsis Buku Shalawat Untuk Jiwa............................ 51
B. Temuan Analisis dan Pembahasan ..................................... 53
C. Pesan Yang Dominan ......................................................... 86
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................... 87
B. Saran ................................................................................... 88
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 89
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
TABEL 1 Kategori Pesan
TABEL 2 Kategori dan sub kategori pesan komunikasi intrapersonal dalam
dakwah dzatiah
TABEL 3 Koefesien Reliabilitas Kategori Pesan
TABEL 4 Koefesien Reliabilitas Kategori Pesan Kecerdasan Intelektual
TABEL 5 Koefesien Reliabilitas Kategori Pesan Kecerdasan Emosional
TABEL 6 Koefesien Reliabilitas Kategori Pesan Kecerdasan Nafs
TABEL 7 Rincian Kategori Pesan Intelektual
TABEL 8 Rincian Kategori Pesan Emosional
TABEL 9 Rincian Kategori Pesan Nafs
TABEL 10 Hasil Persentase Kategori Pesan
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Buku merupakan sarana untuk berbagi ilmu dari satu individu ke
inidividu lainnya, selain itu buku juga mengandung informasi yang dapat
menambah wawasan. Buku juga dapat menjadi hiburan, mengunggah emosi
dan membentuk serta mengubah cara pikir seseorang. Bagi mereka yang
memiliki antusias besar dalam membaca buku dapat memberikan efek yang
positif dan memberikan banyak pengetahuan.
Namun sayangnya kegiatan membaca buku akhir-akhir ini telah
banyak diabaikan berbagai kalangan dengan alasan kesibukan, maupun karena
adanya media yang lebih praktis untuk mendapatkan informasi seperti televisi,
radio, maupun media internet. Tanpa kita sadari, manfaat membaca buku
dapat memberikan banyak inspirasi bagi kita, seperti melatih keterampilan
untuk menganalisa, dapat menumbuhkan konsentrasi dan fokus, dan juga buku
dapat disimpan lebih lama informasinya serta buku lebih mampu menjelaskan
hal-hal yang bersifat kompleks dan rinci.
Media massa baik cetak maupun elektronik yang saat ini berkembang
telah menjadi suatu kebutuhan primer dalam kehidupan manusia. Dengan
adanya media massa informasi tervisualisasikan melalui media tersebut untuk
memenuhi kebutuhan manusia untuk memperoleh suatu pengetahuan baru.
Media massa juga dapat memberikan sebuah penjelasan untuk informasi yang
belum jelas diterima oleh idividu.
2
Saat ini dakwah tidak hanya dilakukan dengan bertatap muka dan
menjadikan suatu tempat untuk menyampaikan ajaran-ajaran Islam melainkan
dengan menceritakan pengalaman-pengalaman ibadah seseorang dengan
menuangkannya menjadi sebuah buku, untuk memotivasi individu yang
membaca agar semangat keberagamaannya semakin baik. Pada hal ini da‟i
berperan penting untuk mengemas pesan-pesan dakwahnya kedalam tulisan
secara kreatif dan inovatif.
Media berfungsi untuk mempermudah penyampaian pesan dan
memperjelas penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan.
Dengan adanya perkembangan teknologi media komunikasi menjadi semakin
beragam dan mempunyai akses yang sangat mudah dan juga bisa digunakan
oleh siapa saja. Perkembangan teknologi saat ini berdampak juga pada
perkembangan media dakwah yang digunakan oleh da‟i untuk menyebarkan
pesan agama kepada mad‟u. Dakwah tidak lagi hanya memanfaatkan tempat
ibadah sebagai sarana berdakwah namun seorang da‟i juga menjadikan media
massa sebagai media untuk menyebarkan agama islam. Kehadiran media
massa dalam kehidupan khususnya bagi umat islam dapat menunjang
kegiatan komunikasi serta penyebaran ajaran agama islam.
Dakwah tidak lagi hanya disampaikan dengan bertatap muka dan
disampaikan dengan lisan saja namun dakwah juga dapat disampaikan
melalui sebuah tulisan, seperti koran, majalah, buku-buku cerita, dan lain
sebagainya. Dakwah melalui tulisan atau yang sering disebut dengan dakwah
bil qalam yaitu sarana dan metode dalam menyampaikan pesan-pesan dakwah
3
kepada mad‟u melalui media-media cetak seperti koran, majalah, buku-buku
atau berupa tulisan dan artikel lainnya. Pengertian dakwah bil qalam itu
sendiri dalam buku Jalaludin Rahmat dalam buku Islam Aktual adalah
menyampaikan dakwah melalui media cetak (tulisan).1
Dakwah menempatkan posisi yang mulia dan tinggi dalam agama
Islam, tidak dapat dibayangkan apabila dakwah mengalami kelumpuhan yang
disebabkan oleh berbagai faktor, terlebih pada era media baru saat ini, dimana
berbagai pesan dakwah dapat didapat dengan instan dan tidak dapat
dibendung lagi.
Objek utama dakwah adalah manusia semua pernyataan, perintah, dan
larangan yang ada di dalamnya berisikan pesan dakwah yang ditujukan
kepada seluruh manusia, yang dalam fitrahnya memiliki potensi yang dapat
diarahkan dan ditunjukan dalam tindakan nyata.2
Media (wasilah) dakwah yaitu alat yang dipergunakan untuk
menyampaikan materi dakwah (ajaran Islam) kepada mad‟u.3 Dengan
banyaknya media yang ada, maka da‟i harus memilih media yang paling
efektif untuk mencapai tujuan dakwah. Salah satu media dakwah bil qalam
adalah dengan cara menuliskan cerita menjadi sebuah buku yang bermanfaat
bagi seorang mad‟u yang membacanya.
Buku Shalawat Untuk Jiwa merupakan sebuah buku yang ditulis oleh
Rima Olivia, Psi salah satu penggiat Komunitas Sahabat Shalawat yang
mengangkat tentang manfaat Shalawat untuk kehidupan sehari-hari ditengah
1 Jalaludin Rahmat, Islam Aktual, (Bandung: Mizan, 1998), h. 172. 2 Murtadha Mutahhari, Perspektif Al-Quran tentang Manusia dan Agama, (Bandung: CV
Pustaka Setia, 2002), Cet ke-1, h. 123. 3 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2004), h. 120.
4
banyaknya amalan-amalan lain. Buku ini menjelaskan tentang efek shalawat
yang mengindahkan jiwa, menenangkan dan meningkatkan kualitas diri.
Buku ini juga menjelaskan tentang tujuan shalawat dan pengalaman beberapa
penggiat dan anggota Komunitas Sahabat Shalawat yang lain yang telah
mengamalkan shalawat dalam kehidupan sehari-harinya.
Komunitas Sahabat Shalawat merupakan suatu komunitas yang
didirikan pada tahun 2015 dengan anggota sebanyak 500 yang terdiri dari
kalangan mahasiswa dan masyarakat umum. Sahabat Shalawat Mempunyai
peran penting dalam keberagamaan umat muslim saat ini. Salah satu hal yang
menarik dari Komunitas Sahabat Shalawat adalah mempunyai amalan yaitu
berdzikir mengingat Allah dan juga RasulNya, dzikir yang diajarkan dalam
Komunitas Sahabat Shalawat adalah satu hari membaca seribu shalawat yang
nantinya akan di setorkan melalui Grup Discussion pada aplikasi pesan
WhatsApp yang dibentuk oleh admin dari Komunitas Sahabat Shalawat.
Mayoritas anggota Komunitas Sahabat Shalawat merupakan kaum muda yang
terdiri dari mahasiswa.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk
meneliti isi pesan dakwah Komunitas Sahabat Shalawat dalam buku Shalawat
untuk Jiwa karya Rima Olivia P.si yang mengandung nilai dakwah serta
memberi pengetahuan bagi para pembacanya melalui sebuah tulisan yang
dituangkan dalam bentuk buku. Untuk itu peneliti memberikan judul,
“Analisis Isi Pesan Komunikasi Intra Personal dalam Dakwah Dzatiyah
pada Buku Shalawat untuk Jiwa Karya Rima Olivia, Psi.”
5
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah dan terfokus antara masalah yang
akan dikemukakan dengan pembahasannya, maka perlu diberi batasan.
Pembahasan dalam penelitian hanya memfokuskan pada kalimat yang
mengandung penjelasan tentang tiga kecerdasan manusia dalam komunikasi
intrapersonal dakwah dzatiyah yaitu kecerdasan intelektual, kecerdasan
emosional, dan kecerdasan nafs yang terdapat pada buku Shalawat Untuk
Jiwa yang dimulai dari halaman 1 sampai dengan halaman 181.
2. Rumusan Masalah
Perumusan masalah pada hakikatnya merupakan perumusan
pertanyaan yang akan didapatkan jawabannya yang akan dicari melalui
penelitian. Bedasarkan latar belakang diatas maka perumusan masalahnya
adalah:
a. Bagaimana isi pesan komunikasi intapersonal dalam dakwah
dzatiyah yang terdapat dalam buku Shalawat untuk Jiwa?
b. Apa pesan komunikasi intrapersona yang dominan dalam buku
Shalawat untuk Jiwa?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Bedasarkan perumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan
untuk:
a. Untuk mengetahui isi pesan komunikasi intrapersonal dalam
dakwah dzatiyah pada buku Shalawat untuk Jiwa.
6
b. Untuk mengetahui pesan komunikasi intrapersonal dalam dakwah
dzatiyah yang paling dominan pada buku Shalawat untuk Jiwa.
2. Manfaat penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan diatas, peneliti mengharapkan
adanya manfaat bagi peneliti dan masyarakat. Manfaat yang bersifat
akademis dan praktis, yakni:
a. Manfaat Akademis
Secara akademis, skripsi ini mengambil subjek dakwah melalui media
cetak yaitu buku yang diharapkan dapat memberikan kontribusi positif dan
dapat berguna bagi pengembangan pengetahuan ilmiah di bidang dakwah
melalui aplikasi pesan khususnya tentang penelitian analisis isi media cetak
sebagai media dakwah.
b. Manfaat Praktis
Secara praktis skripsi ini diharapkan dapat memberikan sudut pandang
yang berbeda dalam perkembangan ilmu komunikasi dan dakwah serta
menambah wawasan bagi para teoritis serta praktisi dan pemikir dakwah
untuk lebih memanfaatkan media cetak sebagai media untuk berkomunikasi
dengan masyarakat, dengan mengemas nilai-nilai Islam menjadi kajian yang
sangat menarik.
D. Tinjauan Pustaka
Dalam menentukan judul skripsi ini penneliti telah mengadakan
tinjauan ke perpustakaan yang terdapat di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi dan di Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Menurut pengamatan peneliti, terdapat banyak kumpulan skripsi yang
7
membahas tentang analisis isi tetapi sampai saat ini peneliti tidak menemukan
adanya judul yang serupa dengan judul yang di ajukan oleh peneliti. Maka
peneliti menjadikan skripsi berikut sebagai referensi:
1. Analisis Isi Tentang Sedekah dalam twitter Ustadz Yusuf Mansur dalam
Twitter Ustad Yusuf Mansur, ditulis oleh Dicky Rinaldi dengan NIM
109051000025 2014. Skripsi ini membahas isi pesan yang terkandung
dalam akun twitter Ustad Yusuf Mansur. Pesan yang dominan adalah
75,62% sedekah perkataan, 14,38% sedekah harta dan 21,4% sedekah
perbuatan.
2. Analisis Isi Pesan Dakwah dalam buku “Pejuang Subuh” karya Hadi E
Halim, ditulis oleh Ahmad Rian Lisandi 2014. Dalam pembahasan skripsi
ini membahas pesan dakwah yang terkandung dalam buku ini. Pesan-
pesan didalamnya lebih dominan adalah pesan Syariah dengan sub
kategori ibadah dan muamalah.
3. Analisis Isi Pesan dakwah dalam Buku “Laa Tahzan For Hijabers” karya
Asma Nadia, Helvy Tiana Rosa, Dkk. Ditulis oleh Ais Muflihah 2014.
Skripsi ini membahas isi pesan dakwah yang terkandung dalam Buku “Laa
Tahzan For Hijabers” karya Asma Nadia, Helvy Tiana Rosa, Dkk. Pesan
yang paling dominan dalam buku ini adalah pesan Aqidah dengan
presentase 45,92%, dilanjutkan dengan pesan akhlak dengan prosentase
sebesar 39,79%, dan pesan terendah yaitu pesan syari‟ah dengan
prosentase sebesar 14,29%.
Dari sekian banyak skripsi yang membahas analisis isi pesan dakwah
tidak satu pun penulis menemukan skripsi yang membahas tentang analisis isi
8
pesan dakwah dalam buku Shalawat Untuk Jiwa karya Rima Olivia, Psi. Oleh
karena itu dapat disimpulkan peneliti ialah orang pertama yang mengangkat
buku Shalawat Untuk Jiwa sebagai objek penelitian.
E. Sistematika Penelitian
Untuk memudahkan serta teraturnya skripsi ini dan memberikan
gambaran yang jelas serta lebih terarah mengenai pokok permasalahan yang
ada dalam skripsi ini, maka peneliti mengelompokan lima bab pembahasan
yaitu sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN Bab yang membahas tentang Latar Belakang
Masalah, Pembatasan dan Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian,
Tinjauan Pustaka dan Sistematika Penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI Bab ini menjelaskan teori yang berkaitan
dengan analisis isi pesan dakwah serta pengertian tentang konsep dakwah dan
juga aplikasi pesan dakwah.
BAB III Metodologi Penelitian Bab ini menjelaskan tentang paradigma
penelitian, Analisis Isi, Populasi dan Sampel dan Uji Reabilitas.
BAB IV GAMBARAN UMUM DAN HASIL PENELITIAN Bab ini
menjelaskan tentang biografi penulis, gambaran umun dan prolog buku
Shalawat untuk Jiwa dan juga berisi tentang analisis isi pesan dakwah dalam
buku Shalawat Untuk Jiwa, terdiri dari pesan dakwah dalam buku Shalawat
Untuk Jiwa dan pesan dakwah yang paling dominan dalam buku Shalawat
Untuk Jiwa.
BAB V PENUTUP Bab ini merupakan penutup dari penelitian yang
berisikan kesimpulan dan saran
9
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Komunikasi Intrapersonal
Ilmu komunikasi berkaitan erat dengan ilmu yang memperlajari
tingkah laku manusia yaitu psikologi, komunikasi intrapersonal melibatkan
komunikasi dengan diri sendiri (self talk) ketika manusia ingin memutuskan
keputusannya secara matang. Dalam komunikasi intrapersonal dijelaskan
bagaimana seseorang menerima informasi, mengolahnya, menyimpan dan
menghasilkan kembali.1
Dalam komunikasi intrapersonal melibatkan beberapa unsur atau
elemen sebagai berikut:
1. Sensasi, Merupakan tahapan paling awal dalam penerimaan informasi.
Sensasi berasal dari kata “sense” yang artinya alat pengindraan, yang
menghubungkan organisme lingkungannya. Proses sesnasi terjadi bila
alat-alat indra mengubah informasi menjadi implus-implus saraf
dengan bahasa yang difahami oleh otak. Sensasi berasal dari kata
“sense” yang artinya alat pengindraan, yang menghubungkan
organisme dengan lingkungannya, menurut Dennis Coon, Sensasi
adalah pengalaman elementer yang segera dan tidak memerlukan
penguraian verbal, Simbolis atau konseprual dan terutama sekali
berhubungan dengan kegiatan alat indra.
2. Asosiasi, asosiasi Merupakan proses kedua setelah terjadi sensasi.
Asosiasi dapat diartikan sebagai proses menyamakan makna-makna
1 Lucy Pujasari, Psikologi Komunikasi, (Yogyakarta: CV Budi Utama, 2016). h, 62.
10
stimulus yang datang di sensasi dengan pengalaman masa lalu.
Asosiasi sangat berguna untuk memberikan penyempurnaan persepsi.
Dengan pengalaman-pengalaman individu yang berbeda, mala asosias
tiap orang seringkali memiliki perbedaan walaupun sensasi yang
datang sama.
3. Persepsi, persepsi adalah pengalaman tentang objek peristiwa atau
hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi
dan menafsirkan pesan. Persepsi adalah memberikan makna pada
stimuli indrawi (sensory stimuli). Persepsi seperti juga sensasi
ditentukan oleh faktor personal dan faktor situasional.2
Komunikasi intrapersonal adalah penggunaan bahasa atau pikiran
yang terjadi di dalam diri komunikator sendiri. Seorang individu menjadi
pengirim sekaligus penerima pesan memberikan umpan balik bagi dirinya
sendiri. Komunikasi intrapersonal bertujuan untuk melakukan prediksi,
evaluasi dan penguatan/pelemahan. sebagai contoh, pada saat kita
berkomunikasi dengan orang lain, timbul perbincangan dengan diri kita untuk
prdeiksi bagaimana rasanya berkomunikasi dengan orang tersesbut, setelah
proses prediksi maka terjadilah proses evaluasi tentang apa yang telah
diperbincangkan untuk mengetahui kenyamanan pada saat berbincang dengan
orang lain. Pada proses ini jika terjadi penguatan hasilnya adalah perasaan
nyaman pada saat berbincang dengan lawan bicara dan pelemahan terjadi
ketika adanya evaluasi negatif dengan lawan bicara kita.3
2 Jalaludin Rahmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: Remaja Karya, 1986). 3 Nursalimah Bahar, http://iniblogrucan.blogspot.co.id/2014/12/makalah-komunikasi-
intrapersonal-dan.html, diakses pada tanggal 21 September 2016 pukul 14:29 WIB.
11
B. Komunikasi Intrapersonal dalam dakwah dzatiyah
Dakwah dzatiyah adalah dakwah kepada diri sendiri melalui
pendekatan komunikasi di dalam diri. Pendakwah dan mitra dakwah melatih
dirinya menjadi manusia yang sehat jasmani sebagai makhluk basyariah.
Mereka menjadi manusia yang sehat jiwanya sebagai makhluk insaniyah.
Manusia memiliki kapasitas jasmani, potensi-potensi kemanusiaan, dan
potensi-potensi kejiwaan. Pendekatan komunikasi intrapribadi ini
menjelaskan dakwah dzatiyah. Kata dzatiyah ini mengikuti definisi tarbiyah
dzatiyah. Dakwah dzatiyah ini, mengajak diri sendiri untuk mengenal diri
sendiri sebagai hamba Allah, khalifah di humi, mengenal Allah yang
berkesinambungan dan hubungan komunikasi terjadi hubungan interaktif
antara hamba dan pencipta-Nya.4
Dakwah dzatiyah meliputi semua komponen komunikasi dakwah dan
proses komunikasi dakwahnya yaitu komunikator, pesan, saluran, dan mitra
dakwahnya. Peristiwa dakwah mencakup dimensi komunikasi manusia,
bagaimana seseorang berada dalam tiga dimensi komunikasi yaitu, tingkat
komunikasi, konteks komunikasi dan saluran komunikasi. Tingkat
komunikasi terdiri dari individu, keluarga, sahabat, kelompok, komunitas dan
organisasi tingkat lokal, nasional dan internasional. Konteks komunikasinya
adalah perdagangan, politik, pendidikan, dan penyuluhan. Saluran
komunikasi menggunakan media cetak dan media elektronik, baik langsung
maupun tidak langsung. Pendekatan komunikasi intrapribadi dalam dakwah
dzatiyah, komunikasi intrapribadi meliputi sensasi, persepsi, memori, dan
4 Armawati Arbi, Psikologi Komunikasi dan Tabligh, (Jakarta: Amzah, 2012). h, 17.
12
cara berpikir yang Islami. Dakwah Dzatiyah mencakup kekuatan sensasi,
persepsi, menjaga memori dan kekuatan cara berpikir pendakwah dan mitra
dakwahnya. Sebelum memanggil dan mengajak seseorang, pendakwah
memiliki kekuatan kesehatan jasmani, rohani dan kecerdasan spiritual yang
tetap menjaga potensi bingkai fitrahnya ke dalam bingkai kepribadian
muslim. Seorang pendakwah harus mampu memperhatikan faktor personal
dan juga faktor lingkungan dalam menjalankan dakwahnya. Dalam
berdakwah para da‟i juga harus mempunyai kecerdasan yang baik dalam
menyampaikan pesan dakwahnya.5 Adapun kecerdasan menurut psikologi
Islam dalam dimensi manusia adalah kecerdasan intelektual, kecerdasan
emosional, dan kecerdasan nafs.
C. Konsep Dakwah
1. Pengertian Dakwah
Saat ini berdakwah banyak dilakukan oleh para juru dakwah yang
mempunyai latar belakang kehidupan, pendidikan dan profesi. Tidak hanya
mereka yang berlatar belakang pendidikan agama melainkan mereka yang
mempunyai profesi seperti sarjana kedokteran, sarjana ekonomi, polisi, artis,
dan lain sebagainya. Masyarakat pada saat ini merupakan individu yang
mempunyai kemampuan intelektual serta berpikir secara kritis. Hal ini
menuntut para da‟i untuk memiliki daya kreatifitas yang tinggi dan harus
ditunjang oleh pengetahuan, kecerdasan, dan juga keterampilan dalam
menggunakan teknologi untuk kegiatan berdakwahnya.
5 Armawati Arbi, Psikologi Komunikasi dan Tabligh, (Jakarta: Amzah, 2012). h, 83
13
Secara etimologi dakwah berasal dari bahasa Arab, da‟watan yang
merupakan bentuk masdar dari kata kerja da‟a yad‟u yang artinya menyeru,
memanggil, mengajak dan menjamu. 6
Kemudian pengertian dakwah secara terminologi yang diungkapkan
oleh salah satu ahli yaitu Prof. Toha Yahya Umar, dalam buku Retorika
Dakwah dan Publisistik dalam Kepemimpinan karangan A.H. Hasanudin,
beliau pun membagi pengertian dakwah kepada dua segi, yaitu:
a. Pengetian dakwah secara umum
Ialah suatu ilmu pengetahuan yang berisi cara-cara, tuntunan-tuntunan
bagaimana seharusnya menarik perhatian manusia untuk menganut,
menyetujui, melaksanakan suatu idelogi, pendapat, pekerjaan tertentu.
b. Pengertian dakwah menurut ajaran Islam
Ialah mengajak manusia dengan cara bijaksana pada jalan yang benar
sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan
mereka di dunia dan akhirat.7
Arifin M.Ed, mengatakan dalam buku Teori dan Praktek Dakwah
Islamiyah mengandung pengertian sebagai suatu kegiatan ajakan, baik dalam
bentuk lisan, tulisan, tingkah laku, dan sebagainya yang dilakukan secara
sadar dan terencana dalam usaha mempengaruhi orang lain secara individual
maupun kelompok, supaya timbul dalam dirinya suatu pengertian, kesadaran
sikap penghayatan serta pengalaman terhadap ajaran agama sebagai pesan
yang disampaikan padanya tanpa unsur paksaan. 8
6 Drs. Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009). h, 1. 7 A.H. Hasanudin, Retorika Dakwah dan Publisistik dalam Kepemimpinan , (Surabaya:
Usaha Nasional, 1982). h, 34. 8 Nasarudin Latif, Teori dan Praktek Dakwah Islamiyah, (Jakarta: Firma Dara), h. 11.
14
Pendapat dari Endang Saifudin pengertian dakwah terbagi menjadi
dua bagian. Pertama, dakwah dalam pengertian sempit yaitu penyampaian
Islam kepada manusia baik melalui lisan, tulisan, maupun lukisan. Kedua,
dakwah dalam kehidupan manusia termasuk bidang politik, ekonomi, sosial,
pendidikan, iptek, kesenian, keluarga dan sebagainya.
Menurut Taufik Al-Wa‟i dalam buku Filsafat Dakwah karangan
Abdul Basit, dakwah adalah mengajak manusia kepada pengesaan Allah
dengan menyatakan dua kalimat syahadat dan mengikuti manhaj Allah di
muka bumi baik perkataan maupun perbuatan, sebagaimana yang terdapat di
dalam Al-Quran dan Assunnah, agar memperoleh agama yang diridhaiNya
dan manusia memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat.9
Pengertian para ahli diatas pada dasarnya mempunyai tujuan yang
sama dalam mengartikan dakwah meskipun terdapat perbedaan dalam hal
redaksinya. Dalam perbedaan tersebut peneliti dapat memberikan penjelasan
bahwa dakwah adalah sebuah kegiatan yang dilakukan para da‟i untuk
menyebarkan ajaran agama Islam dengan menggunakan media dan metode
agar manusia menjalankan perintah Allah dan menjauhi laranganNya sesuai
dengan apa yang diperintahkan dalam Al-Quran dan juga Hadits agar
terwujudnya akhlak karimah dalam diri manusia.
Dakwah Islam mempunyai tiga gagasan pokok yang berkaitan dengan
hakikat dakwah Islam tersebut, yang pertama adalah dakwah merupakan
proses kegiatan mengajak kepada jalan Allah. Aktivitas tersebut bisa
berbentuk tabligh, taghyir, dan uswah. Kedua, dakwah merupakan proses
9 Abdul Basit, Filsafat Dakwah, (Depok: PT Raja Grafindo Persada), cet ke-1, h. 44.
15
persuasi (memengaruhi). Berbeda dengan pengertian pertama, memengaruhi
disini tidak hanya mengajak, melainkan membujuk agar para mad‟u mau
mengikuti apa yang da‟i sampaikan tanpa adanya paksaan karena dalam Al-
Quran Allah mejelaskan bahwa tidak ada paksaan dalam beragama. Ketiga,
dakwah adalah sebuah sistem yang terpola, dimana ketika berdakwah maka
terdapat sub sistem yang tidak dapat dipisahkan yaitu, da‟i, mad‟u, dan pesan
dakwah. Proses keberhasilan suatu dakwah tidak hanya menyangkut salah
satu sub sistem dakwah saja, melainkan ada tujuh sub sistem dalam
mendukung proses keberhasilan dakwah yaitu, da‟i, mad‟u, materi, metode,
media, evaluasi, dan faktor lingkungan.10
2. Unsur-Unsur Dakwah
Berbicara mengenai dakwah tidak terlepas dengan apa yang disebut
dengan unsur-unsur dakwah, unsur-unsur dakwah terdiri dari :
a. Da‟i
Da‟i adalah orang yang melaksanakan dakwah baik secara lisan
maupun tulisan ataupun perbuatan dan baik secara individu, kelompok atau
bentuk organisasi atau lembaga.11
Dapat diartikan sebagai orang yang menyampaikan pesan kepada
khalayak yang juga disebut mad‟u. Seseorang dapat disebut da‟i atau ulama
apabila secara keilmuan ia telah mengetahui tentang ajaran-ajaran agama
Islam. Begitu juga dari segi wawasan intelektual, pengalaman spiritual, sikap
mental dan kewibawaannya. Seorang yang disebut Da‟i biasanya akan terlihat
10 Abdul Basit, Filsafat Dakwah, (Depok: PT RAJAGRAFINDO PERSADA, 2013), cet
ke-1, h. 45. 11
Wahyu Ilahi, KomunikasiDakwah, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2010).h.19
16
lebih matang dibandingkan dengan mad‟u.12
Karena seorang da‟i harus bisa
membimbing dan mengarahkan orang agar tidak ada keliruan dalam
menjalani ibadah agar kehidupannya bisa selamat dunia dan akhirat. Dalam
sebuah misi penyebaran agama khususnya agama Islam tidak terlepas dari
penyampaiannya yang kita kenal dengan sebutan da‟i, da‟i adalah orang yang
melakukan dakwah.13
Pengertian da‟i dapat dibedakan menjadi dua bagian, yakni da‟i dalam
pengertian umum dan da‟i dalam pengertian khusus. Dalam pengertian umum
maka tiap-tiap pribadi muslim menjadi Da‟i bagi dakwah Islamiah.14
Dengan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa Da‟i mengandung
dua pengertian:
a. Secara umum adalah setiap muslim dan muslimat yang berdakwah
sebagai kewajiban yang melekat sesuai dengan misinya sebagai
penganut Islam, sesuai hadist Rasulullah SAW yang diriwayatkan
oleh Bukhari, “ballighu anni walau ayat” yang artinya :
sampaikanlah walau satu ayat.
b. Secara khusus adalah “mereka yang mengambil keahlian khusus
(mutakhsis) dalam bidang dakwah Islam, dengan kesungguhan
yang luar biasa dan dengan Qudrahhaanah (kehendak yang
baik).15
12
Asep Muhyidin, Metode Pengembangan Dakwah, (Bandung: Pustaka Setia, 2002).h. 13
Ensiklopedia Indonesia, (Jakarta: PT. Ikhtiar Ouve, 1992).h.137 14
Siti Muriah, Metodologi Dakwah Kontemporer, (Yogyakarta: Mitra Pustaka,
2000).h.23-24 15
Siti Muriah, Metodologi Dakwah Kontemporer, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2000).h.27
17
b. Mad‟u
Mad‟u dapat diartikan sebagai orang atau kelompok yang lazim
disebut dengan jamaah yang senang mendengarkan dan memahami ajaran
agama dari seorang Da‟i. Seorang Da‟i akan menjadikan mad‟u sebagai objek
bagi transformasi keilmuan yang dimilikinya.
Mad‟u yang menjadi objek dakwah adalah orang yang menjadi
audience yang akan diajak kedalam Islam secara kaffah (keseluruhan).
Mereka bersifat heterogen, baik dari sudut ideologi misalnya: atheis, animis,
musyrik, bahkan ada juga yang muslim tetapi fasik atau menyandang dosa
atau maksiat. Dari sudut lain juga berbeda baik intelektualitas, status sosial,
kesehatan dan seterusnya, ada yang kaya dan ada juga yang miskin dan
sebagainya.16
Muhammad Abduh membagi mad‟u menjadi tiga golongan
yaitu:
1. Golongan cerdik cendikiawan yang cinta kebenaran dan dapat
berpikir kritis, cepat menangkap persoalan.
2. Golongan awam, yaitu kebanyakan orang yang belum dapat
berpikir secara kritis dan mendalam, belum dapat menangkap
pengertian-pengertian yang tinggi.
3. Golongan yang berbeda dengan golongan di atas, adalah
mereka yang senang membahas sesuatu, tetapi hanya dalam
batas tertentu tidak sanggup mendalami benar.17
Mad‟u adalah manusia yang menjadi mitra dakwah atau menjadi
sasaran dakwah atau manusia penerima dakwah, baik secara individu,
16
Siti Muriah, Metodologi Dakwah Kontemporer, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2000).h.32 17
Wahyu Ilahi, KomunikasiDakwah, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2010).h.21
18
kelompok, baik yang beragama Islam maupun tidak, dengan kata lain
manusia secara keseluruhan.18
Sehubungan dengan kenyataan-kenyataan diatas maka dalam
pelaksanaan kegiatan dakwah perlu mendapatkan konsiderasi yang tepat yaitu
meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari
segi sosiologis, berupa masyarakat terasing, pedesaan. Kota
besar maupun kota kecil berupa masyarakat didaerah marginal
dari kota besar.
2. Sasaran yang mengangkut golongan masyarakat dilihat dari
struktur kelembagaan, berupa masyarakat desa, pemerintah dan
keluarga.
3. Sasaran yang berhubungan dengan golongan masyarakat dilihat
dari tingkat usia, berupa anak anak, remaja dan orang tua.
4. Sasaran yang dari segi tingkat hidup sosial ekonomis berupa
golongan orang kaya, mencegah, miskin dan seterusnya.19
c. Tujuan Dakwah
Dakwah bertujuan untuk memanggil kita kepada syariat untuk
memecahkan masalah dalam kehidupan baik masalah dalam hidup
perseorangan maupun masalah dalam kehidupan bermasyarakat. selain itu
tujuan berdakwah adalah memanggil kita sebagai hamba Allah dan juga
khalifah di bumi ini untuk menjaga keselarasan kehidupan seluruh umat.
Berdakwah memanggil kita kepada tujuan hidup yang hakiki yaitu mengikuti
18
Wahyu Ilahi, KomunikasiDakwah, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2010).h.20 19
M. Arifin, Psikologi Dakwah Sebagai Pengantar Study, (Jakarta: Bumi Aksar, 1998).
h.3
19
perintah Alah serta menjauhi larangannya.20
Pendapat ini sesuai dengan ayat
Al-Quran surat Ali Imran ayat 110:
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan
beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik
bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka
adalah orang-orang yang fasik.”(QS. Ali Imran: 110)
Tujuan-tujuan dakwah yang umum harus dirumuskan lagi ke dalam
tujuan-tujuan yang lebih operasional dan dapat di evaluasi keberhasilan yang
telah di capainya. Misalnya, tingkat keistiqamahan dalam beribadah, tingkat
keamanahan dan kejujuran, berkurangnya angka kemaksiatan, ramainya
shalat berjamaah di masjid, berkurangnya tingkat pengangguran, dan lain
sebagainya.
d. Pesan Dakwah
Pesan menurut kamus Besar Bahasa Indonesia adalah suruh, perintah,
nasihat, harus disampaikan kepada orang lain. Maddah dakwah atau materi
dakwah adalah isi atau pesan yang disampaikan da‟i kepada mad‟u, dalam hal
ini sudah jelas bahwa yang menjadi maddah adalah ajaran Islam itu sendiri.21
20
M. Natsir, Dakwah dan Pemikirannya, (Jakarta: Gema Insani Press, 1999), cet ke-1, h.
70. 21
W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, ( Pusat Bahasa Departemen
Pendidikan Nasional).
20
Pesan yang dimaksud dalam komunikasi adalah suatu yang
disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan merupakan inti atau
perumusan tujuan dan maksud dari komunikator kepada komunikan. Pesan
merupakan unsur yang sangat menentukan dalam proses komunikasi, agar
pesan dapat diterima dengan baik maka pesan yang disampaikan oleh
komunikator kepada komunikan harus menggunakan bahasa yang mudah
dimengerti.22
Pesan terbagi menjadi dua yaitu pesan verbal dan pesan nonverbal.
Pesan verbal merupakan pesan yang disampaikan melalui tulisan, kalimat
perkataan secara tersurat. Sedangkan pesan nonverbal adalah pesan yang
disampaikan melalui gerak tubuh seseorang, alat indra dan sensitivitas.
Pesan menurut Islam adalah nasihat, permintaan, nasihat yang harus
disampaikan kepada orang lain. Sedangkan pesan dakwah adalah semua
pernyataan yang bersumber dari Al-Quran dan As-Sunnah baik secara tertulis
maupun bentuk-bentuk pesan (risalah).
Menurut M Munir dan Wahyu Ilahi dalam bukunya Manajemen
Dakwah, pesan dakwah dibagi menjadi empat macam, yaitu masalah akhlak,
masalah syariah, masalah muamalah dan masalah aqidah.23
Secara garis besar materi dakwah dapat diklasifikasikan menjadi tiga
masalah pokok yaitu:
1. Masalah keimanan (Aqidah)
22
Mondry, Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2008),
cet ke-1, h. 18. 23
M.Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2006), h.
21.
21
Menurut bahasa, kata aqidah berasal dari „aqada-ya „qidu-aqdan wa
„aqidatan yang berarti ikatan, janji, keyakinan yang mantap. Jadi secara
harfiah aqidah bisa diartikan keyakinan, ideologi, kepercayaan agama.24
Dalam bidang aqidah ini sebuah materi dakwah akan memperjelas apa
yang sepatutnya di percaya oleh mad‟u dan apa yang tidak seharusnya tidak
dipercayai sesuai dengan apa yang telah diajarkan oleh Al-Quran dan Sunnah.
2. Masalah Keislaman (Syariah)
Secara etimologis, syariah berarti jalan ketempat pengairan atau ke
tempat berlalu air sungai. Syariah merupakan seperangkat kaidah yang
mengatur perilaku manusia yang mencakup dua aspek hubungan, yaitu
hubungan manusia dengan Allah (vertikal) dan hubungan manusia dengan
manusia serta dengan lingkungan hidupnya (Horizontal) atau mu‟amalah
(kemasyarakatan).
a. Ibadah artinya menyembah, tunduk dan patuh. Ibadah meliputi
thaharah, sholat, zakat, puasa dan pergi haji jika mampu.
b. Muamallah, Al-Qununul Khas (hukum perdata), muamalah (hukum
niaga), Munahakat (hukum nikah), Waratsah (hukum waris), hinayah
(Hukum Pidana), khilafah (hukum negara), jihad (hukum perang dan
damai).
Materi dakwah yang menyajikan unsur syariah harus dapat
menggambarkan dan memberikan informasi yang jelas di bidang hukum
dalam bentuk status hukum yang bersifat wajib, mubah (dibolehkan), mandub
24
Rubiyanah dan Ade Masturi, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: Lembaga Penelitian
UIN Syarif Hidayatullah, 2010), h. 82
22
(dianjurkan), makruh (dianjurkan agar tidak dilakukan), serta haram
(dilarang).25
3. Masalah Budi Pekerti (Akhlak)
Akhlak merupakan sistem etik dalam Islam, yang bukan saja
merupakan tata aturan atau norma perilaku yang mengatur hubungan antara
sesama manusia tetapi juga norma yang mengatur antara manusia dengan
Tuhan, dan bahkan dengan alam sekitar sekalipun.
Menurut Imam Ghazali, Akhlah adalah sifat yang tertanam dalam
jiwa, yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah
tanpa memerlukan pemikiran serta pertimbangan.26
Akhlak dalam aktivitas dakwah merupakan sebuah pelengkap dari
keimanan dan keislaman seseorang, karena agama Islam merupakan agama
yang menjunjung tinggi nilai-nilai moralitas dalam kehidupan manusia.
Dengan akhlak yang baik dan keyakinan agama yang kuat maka islam
membentuk moral yang baik.27
Dalam penyusunan pesan dakwah maka seorang da‟i harus menguasai
pengorganisasian dakwah yang melihat dengan latar belakang mad‟u, hal ini
menjadi penting agar pesan yang akan disampaikan diterima dengan baik oleh
mad‟u.
e. Metode Dakwah
Pengertian metode dalam bahasa adalah manhaj atau minhaj yang
diartikan langkah-langkah atau pedoman. Dari definisi secara bahasa baik
25
Rubiyanah dan Ade Masturi, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: Lembaga Penelitian
UIN Syarif Hidayatullah, 2010), h. 84. 26 Rubiyanah dan Ade Masturi, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: Lembaga Penelitian
UIN Syarif Hidayatullah, 2010), h. 85. 27
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009), h. 91-92.
23
kata asli maupun kata jadinya, definisi manahij dakwah dalam istilah yaitu,
tata cara dakwah dan pedomannya.28
Literatur ilmu dakwah dalam membicarakan metode dakwah, selalu
merujuk firman Allah SWT. Dalam An-Nahl ayat 125:
“Serulah manusia ke jalan Tuhanmu, dengan cara hikmah, pelajaran yang
baik dan berdisukusilah dengan mereka dengan cara yang baik pula.
Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang tersesat
dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Q.S. An-Nahl 125).
Metode berasal dari bahasa Jerman methodica berasal dari kata
methodos artinya jalan yang dalam bahasa Arab disebut thariq. Dengan
demikian kita dapat artikan bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus
dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Arti dakwah menurut Syekh Ali
Mahfudz, dakwah adalah mengajak manusiauntuk mengerjakan kebaikan dan
mengikuti petunjuk, menyuruh mereka berbuat baik dan melarang mereka
dari perbuatan jelek agar mereka mendapat kebahagiaan dunia dan akhirat.
Sedangkan metode dakwah adalah cara-cara tertentu yang dilakukan oleh
seorang da‟i (komunikator) kepada mad‟u untuk mencapai satu tujuan atas
dasar hikmah dan kasih sayang.29
Bentuk-bentuk metode dakwah meliputi tiga cakupan yaitu:
28
Muhammad Abu Al-Fatah, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Akademika Pressindo, 2010), h. 42-
43. 29
Munzier Suparta, Harjani Hefni. Metode Dakwah. (Jakarta: Kencana, 2003). h, 6-7
24
1. Al-Hikmah
Al-hikmah merupakan kemampuan seorang da‟i dalam menyesuaikan
kondisi mad‟u dan juga sesuai dengan kemampuan teoritis dan praktis dari
seorang da‟i. Hal ini menjadi penting karena da‟i akan berhadapn dengan
mad‟u yang mempunyai latar belakang yang berbeda. Seorang da‟i yang
sukses mampu memilih kata yang diperlukan saat berdakwah guna membuat
para mad‟u mengerti akan pesan yang disampaikan.
Dalam bahasa, kata hikmah memiliki arti yang banyak, diantaranya
adil, ilmu, sabar, kenabian, Al-Quran, Sunnah dan sebagainya. Hikmah
adalah tercapainya kebenaran dengan ilmu akal. Maka hikmah dari Allah
maksudnya mengetahui sesuatu dan mewujudkannya dengan benar-benar
kokoh. Hikmah adalah ungkapan tentang pengetahuan hal-hal paling utama
melalui ilmu yang paling utama pula.30
Keistimewaan berdakwah dengan cara Al-Hikmah adalah,
memungkinkan dipelajari dan diperoleh karena hikmah adalah sikap
perlakuan yang baik dan sifat yang terpuji yang mungkin pelaksanaannya
seperti sifat-sifat dan akhlak lainnya. 31
2. Al-Mau‟idzatil Hasanah
Mau‟izhah hasanah dapat diartikan sebagai ungkapan yang
mengandung unsur bimbingan, pendidikan, pengajaran, kisah-kisah, berita
gembira, peringatan, pesan-pesan positif, yang bisa dijadikan pedoman dalam
kehidupan agar mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat.
30 Muhammad Abu Al-Fatah, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Akademika Pressindo, 2010), h.
325. 31
Muhammad Abu Al-Fatah, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Akademika Pressindo, 2010), h.
327.
25
Menurut Abd. Hamid al-Bilali, al-Mau‟izhah hasanah merupakan
salah satu manhaj (metode) dalam dakwah untuk mengajak ke jalan Allah
dengan memberikan nasihatatau membimbing dengan lemah lembut agar
mereka mau berbuat baik.
Pengaruh yang besar yang dihasilkan oleh metode dakwah mauidzah
hasanah salah satunya adalah menahan dan memutus kemunkaran karena
nasihat yang baik akan menanamkan rasa cinta dan kasih sayang di dalam
hati para mad‟u. Dengan cara nasihat yang baik ini maka para mad‟u dengan
senang hati menyambut nasihat tersebut dengan hati yang ikhlas.
3. Al-Mujadalah Bil al-latihiyaAhsan
Dalam bahasa dikaitkan jadalahu artinya mendebat dan melawannya.
Jadal adalah sangat melawan dengan kemampuannya. Jadal dalam adalah
menghadapi argumentasi dengan argumentasi, sedang mujadalah artinya
berdebat dan membantah. Namun terkadang mujadalah dilakukan dengan
tujuan kebaikan atau keburukan.
Mujadalah yang diarahkan untuk menolong kebenaran dengan cara
yang terpuji dan menghasilkan kebaikan disebut dengan mujadalah hasanah
(baik), sedangkan mujadalah yang diarahkan untuk kejahatan dan
menyebabkan pertikaian maka disebut mujadalah sayiah (tercela).
Al-Mujadalah Bil al-lati hiya Ahsan merupakan tukar pendapat yang
dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, yang tidak melahirka permusuhan
dengan tujuan agar lawan menerima pendapat yang diajukan dengan
memberikan argumentasi dan bukti yang kuat.32
32 Muhammad Abu Al-Fatah, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Akademika Pressindo, 2010), h, 18.
26
f. Media Dakwah
Kata media berasal dari bahasa Latin, median, yang merupakan
bentuk jamak dari medium. Secara etimologi yang berarti alat perantara.
Wilbur Schramn mendefinisikan media sebagai teknologi informasi yang
dapat digunakan dalam pengajaran. Secara lebih spesifik, yang dimaksud
dengan media adalah alat-alat fisik yang menjelaskan isi pesan atau
pengajaran, seperti buku, film, video kaset, slide, dan sebagainya.33
Adapun yang dimaksud dengan media (wasilah) dakwah yaitu alat
yang dipergunakan untuk menyampaikan materi dakwah (ajaran Islam)
kepada mad‟u.34
Dengan banyaknya media yang ada, maka da‟i harus
memilih media yang paing efektif untuk mencapai tujuan dakwah. Beberapa
hal yang perlu diperhatikan pada waktu memilih media adalah sebagai
berikut:
1. Tidak ada satu media pun yang paling baik untuk keseluruhan masalah
atau tujuan dakwah. Sebab setiap media memiliki karakteristik
(kelebihan, kekurangan, keserasian) yang berbeda-beda.
2. Media yang dipilih sesuai dengan tujuan dakwah yang hendak
dicapai.
3. Media yang dipilih sesuai dengan kemampuan sasaran dakwahnya.
4. Media yang dipilih sesuai dengan materi dakwahnya.
5. Pemilihan media hendaknya dilakukan dengan cara objektif, artinya
pemilihan media bukan atas dasar kesukaan da‟i.
6. Kesempatan dan ketersediaan media perlu mendapat perhatian.
33
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009). h, 113. 34
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2004). h, 120.
27
7. Efektifitas dan efesiensi harus diperhatikan.
Komunikasi dakwah dapat menggunakan berbagai media yang dapat
merangsang indra-indra manusia serta dapat menimbulkan perhatian untuk
penerima dakwah.
D. Buku sebagai Media Dakwah
Dakwah dengan metode tulisan menjadi cara yang digunakan di
zaman modern saat ini, penggerak dakwah harus mampu membuat inovasi
dalam menyampaikan isi pesan dakwah agar pesan yang disampaikan dapat
sampai kepada khalayak luas dalam jangkauan yang jauh. Kekuatan sebuah
pesan dalam buku dapat menyebarkan informasi merupakan tanda bahwa
aktivitas dakwah dalam masyarakat penting adanya. Pesan yang harus sesuai
dengan mad‟u menjadikan da‟i yang menulis mengetahui pengorganisasian
pesan dakwah yang akan disampaikan melalui tulisan.
Menulis merupakan tradisi intelektual muslim. Tradisi ini merupakan
dorongan Islam dari penguasaan ilmu yang terdapat dalam diri seseorang
sehingga dari penguasaan ilmu tersebut dapat disampaikan melalui media
tulisan dan dapat dijadikan sebuah buku yang didalamnya terdapat pesan-
pesan yang terkandung dan dapat dijadikan contoh dalam kehidupan.35
Manfaat buku bagi masyarakat tidak hanya sebatas media pendidikan
dan pengajaran, melainkan buku dapat dimaknai sebagai media dakwah. 36
Pemanfaatan buku sebagai media dakwah dapat dilakukan sebagai bentuk
sarana yang dapat memberikan perubahan bagi pembacanya ke arah yang
35
Ais Muflihah, Analisis Isi Pesan Dakwah dalam Buku Laa Tahzan For Hijabers Karya
Asma Nadia, Helvy Tiana Rosa, Dkk, (Jakarta: Uin syarif Hidayatullah, 2014), h. 33 36
Bahri Ghazali, Dakwah Komunikatif,: Membangun Kerangka dasar Ilmu Komunikasi
Dakwah, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997) Cet. 1, h. 42.
28
lebih baik. Semua buku dapat dijadikan media dakwah. Dakwah melalui buku
berarti buku tersebut harus berdimensi pengetahuan keagamaan yang
mengantarkan kepada pembacanya pada nilai-nilai yang ma‟ruf dan
hasanah.37
Para da‟i atau ulama penulis cukup banyak yang telah mengabadikan
namanya dengan menulis dan mengarang buku/kitab sebagai kegiatan
dakwahnya. Bahkan sampai sekarang kitab karya ulama terdahulu masih tetap
dikaji, seperti Imam Al-Ghazali penulis Ihya‟ Ulumuddin, Imam Nawawi
menulis Riyadh Ash-Shalihin. 38
Oleh karena itu, cara berdakwah yang baik bisa melalui buku-buku
keislaman yang ditulis oleh para da‟i dan dapat dijadikan sebagai media
dakwah.
37
Bahri Ghazali, Dakwah Komunikatif,: Membangun Kerangka dasar Ilmu Komunikasi
Dakwah, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997) Cet. 1, h. 42. 38
Samsul Amir Munir, Ilmu dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009), h. 123.
29
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metedologi Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
metode penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode analisis isi
(content analysys). Krippendorf mengemukakan kajian isi adalah teknik
penelitian yang dimanfaatkan kesimpulan yang dapat ditiru dan sahih data
atas dasar konteksnya, sedangkan R. Hostly memberikan definisi bahwa
kajian isi adalah teknik apapun yang digunakan untuk menarik kesimpulan
melalui usaha menemukan karakteristik pesan dan dilakukan secara objektif
dansistematis.
Menurut Bereslon & Kerlinger, dalam buku Teknik Praktis Riset
Komunikasi karangan Rachmat Kriyanto analisis isi merupakan suatu metode
untuk mempelajari dan menganalisis komunikasi secara sistemtik, objektif, dan
kuantitatif terhadap pesan yang tampak.1
Metode analisis isi digunakan dengan membaca untuk menelaah isi pesan
tentang enam kecerdasan manusia dalam komunikasi intrapersonal dakwah
dzatiyah yaitu kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan
nafs yang terkandung dalam buku Shalawat untuk Jiwa.
1 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis, Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2006), h. 228.
30
B. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian adalah sumber-sumber tempat memperoleh
keterangan.2 Yang menjadi subjek penelitian ini adalah buku Shalawat untuk
Jiwa karya Rima Olivia, Psi penggiat Komunitas Sahabat Shalawat. Sedangkan
objek penelitiannya isi atau konten pesan yang terdapat dalam buku Shalawat
untuk Jiwa.
C. Tahapan Penelitian
1. Pengumpulan data
a. Observasi
Secara luas observasi atau pengamatan berarti setiap kegiatan untuk
melakukan pengukuran. Observasi atau pengamatan diartikan lebih sempit,
yaitu pengamatan dengan menggunakan indera penglihatan yang berarti
tidak mengajukan pertanyaan-pertanyaan.3 Observasi dilakukan dengan
membaca dan mengamati setiap paragraf dalam buku Shalawat untuk Jiwa.
b. Coding Sheet
Coding sheet merupakan tabel yang berisikan kategori pesan yang
dijadikan objek penelitian. Coding sheet dibuat bedasarkan kategorisasi
yang telah ditetapkan sesuai dengan isi buku Shalawat Untuk Jiwa.
c. Dokumentasi
Dokumentasi menurut Gubba dan Lincoln, dalam buku Lexy J.
Moleong mendefinisikan dokumentasi ialah setiap bahan tertulis ataupun
film karena adanya permintaan seorang peneliti. Dokumentasi sudah lama
digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena banyak hal
2 Tatang M Arifin, Menyusun Rencana Penelitian, (Jakarta: Rajawali Press, 1968), h. 92.
3 Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial Suatu Teknik Penelitian Bidang
Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Lainnya, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995), cet ke-1, h. 69.
31
dokumen sebagai sumber data dapat dimanfaatkan untuk menguji,
menafsirkan, dan bahkan untuk meramalkan.4 Dokumentasi diambil dari isi
pesan dakwah yang terkandung dalam buku Shalawat untuk Jiwa yang
diambil dari halaman 1-181.
d. Wawancara
Wawancara yaitu mendapatkan informasi dari responden ataupun
narasumber dengan cara face to face atau melalui media perantara. Dalam
hal ini penulis melakukan wawancara sebanyak 2 kali dengan penggiat
Sahabat Shalawat yang sekaligus penulis buku Shalawat untuk Jiwa yaitu
Rima Olivia, Psi di kantor Ahmada Consulting di Jalan Raya Pasar Rebo.
2. Pengolahan data
Pada tahapan data peneliti menampilkan pesan yang mengandung
penjelasan tentang tiga kecerdasan manusia dalam komunikasi intrapersonal
dakwah dzatiyah yaitu kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan
kecerdasan nafs yang terdapat pada buku Shalawat Untuk Jiwa. Data yang telah
dinilai oleh juri akan diamati dan dianalisis, dihitung lalu diberikan nilai untuk
mengetahui distribusi frekuensi masing-masing dan termasuk mengetahui
koefisien reabilitas setiap juri, yaitu antara juri 1 dan 2, 1 dan 3, dan juri 2 dan 3.
Juri 1 yaitu Maretha Widia Putri S.Hum, Juri 2 yaitu Hj.Ida Suhaida dan Juri 3
yaitu Nurul Hidayah S.ikom.
Untuk mempermudah juri dalam menganalisis isi pesan komunikasi
intrapersonal dalam dakwah dzatiyah yang terkandung dalam buku Shalawat
untuk Jiwa maka peneliti membuat tabel berdasarkan kategorisasi secara
4Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya), h.
161.
32
sistematik yang didalamnya mengandung tentang enam kecerdasan manusia
dalam komunikasi intrapersonal dakwah dzatiyah yaitu kecerdasan intelektual,
kecerdasan emosional, dan kecerdasan nafs yang terdapat pada buku Shalawat
Untuk Jiwa Untuk memudahkan memahami kandungan isi pesan dakwah pada
buku Shalawat untuk Jiwa, maka peneliti membuat kategori pesan dalam bentuk
kategorisasi sebagai berikut:
Tabel 1
Kategorisasi Pesan
Bedasarkan kategorisasi tersebut peneliti membuat definisi operasional
sebagai berikut:
a. Kecerdasan Intelektual
Kecerdasan intelektual merupakan dimensi Aql dalam dimensi manusia
menurut psikologi Islam, kecerdasan intelektual dapat dilihat dari sikap
seseorang yang mampu mengikat hawa nafsunya, sehingga hawa nafsunya tidak
dapat menguasai dirinya. Ia mampu mengendalikan dirinya terhadap dorongan
nafsu dan juga dapat memahami kebenaran agama, sebab orang yang dapat
memahami kebenaran agama hanyalah orang yang tidak dikuasai nafsunya.
No. Kategorisasi pesan
1. Kecerdasan Intelektual
2. Kecerdasan Emosional
3. Kecerdasan Nafs
33
Sebaliknya orang yang dikuasai nafusnya tidak dapat memahami agama, Allah
SWT berfirman dalam surat Al An‟Am ayat 25:5
“Dan di antara mereka ada orang yang mendengarkani (bacaan)mu,
Padahal Kami telah meletakkan tutupan di atas hati mereka (sehingga
mereka tidak) memahaminya dan (kami letakkan) sumbatan di telinganya.
dan jikapun mereka melihat segala tanda (kebenaran), mereka tetap tidak
mau beriman kepadanya. sehingga apabila mereka datang kepadamu untuk
membantahmu, orang-orang kafir itu berkata: "Al-Quran ini tidak lain
hanyalah dongengan orang-orang dahulu” (QS:Al-An‟Am 25)
Kecerdasan intelektual membuat manusia mampu menjadi manusia
kreatif mencari dan menganalisa informasi untuk dijadikan sesuatu yang baru
serta mempunyai pengetahuan yang luas.
b. Kecerdasan Emosional
Kecerdasaan emosional merupakan kecerdasaan qalb dalam dimensi
manusia menurut psikologi Islam, qalb memiliki dimensi kecerdasan rasional
dan kecerdasan emosional. Dimensi qalb adalah suatu dimensi jiwa yang
mempunyai kemampuan lain yaitu penghayatan dan perasaan, seperti: rasa takut,
benci, rindu, cinta, dan lain sebagainya. Fungsi emosional diitilahkan dengan
zawq yang merupakan kondisi jiwa yang dapat merasakan kehaduiran apa yang
dipahami dan dilakukan.6
5 Baharudin, Paradigma Psikologi Komunikasi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), h. 115.
6 Baharudin, Paradigma Psikologi Islami, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h. 130.
34
c. Kecerdasan Nafs
Nafs merupakan elemen dasar psikis manusia dan merupakan dasar
dalam susunan organisasi jiwa manusia. Menurut ibnu abbas dalam setiap diri
manusia terdapat dua unsur nafs yaitu nafs aqliyah dan nafs ruhiyah. Nafs
aqliyah adalah kecerdasan untuk membedakan sesuatu sedangkan nafs ruhiyah
adalah unsur kehidupan. Seseorang yang mempunyai kecerdasan nafs adalah
manusia yang bisa berdamai dengan kemarahan, mampu menghikhlaskan apa
yang bukan miliknya, serta tulus dan ikhlas dalam menjalani kehidupan.7
D. Teknik Analisis
Data yang sudah terkumpul, akan di analisa dengan cara
mengkategorisasikan setiap teks masuk ke kategorisasi yang sudah di buat,
tentang tiga kecerdasan manusia dalam komunikasi intrapersonal dakwah
dzatiyah yaitu kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan
nafs yang terdapat pada buku Shalawat Untuk Jiwa kemudian dianalisa untuk
mencari isi pesan yang paling dominan diantara pesan yang terkandung dalam
buku Shalawat untuk Jiwa. Dalam pengolahan data ini, peneliti melakukannya
dalam bentuk coding sheet atau lembar koding yaitu berupa tabel daftar cek
yang berisi kategori-kategori subjek yang hendak diukur.8
Kemudian unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah isi
pesan tentang tiga kecerdasan manusia dalam komunikasi intrapersonal dakwah
dzatiyah yaitu kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan
nafs Untuk Jiwa yang terkandung dalam buku Shalawat untuk Jiwa. Peneliti
menggunakan rumus Hostly yang menjadi salah satu acuan dalam analisis isi
7 Baharudin, Paradigma Psikologi Islami, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h. 92. 8 Jumroni dan Suhaimi, Metode-Metode Penelitian Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press,
2006), cet. 1, h. 75.
35
secara kuantitatif untuk mencari koefisien reabilitas kategori antar juri dan untuk
mengukur rata-rata perbandingan nilai keputusan antar juri yaitu sebagai berikut:
Koefisien Reabilitas :
Keterangan :
2M : Nomor keputusan yang sama antar juri
N1+N2 : Jumlah item yang dibuat oleh tim juri
M : Kesepakatan antar juri
N : Jumlah yang diteliti
Setelah itu diperoleh data-data nilai keputusan antar juri (komposit
realibilitas) dengan menggunakan rumus:
Komposit Realibilitas:
Keterangan:
N : Jumlah Juri
X : Rata-rata koefisien reabilitas antar juri
Setelah itu untuk menghitung frekuensi masing-masing kategori
menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan :
P : Prosentase
36
F : Frekuensi
N : Jumlah Populasi
E. Analisis Isi
1. Pengertian Analisis Isi
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, analisis adalah penyelidikan
terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dsb) untuk mengetahui keadaan
yang sebenarnya (sebab-musabab, duduk perkara, dsb).9
Analisis isi berupaya mengungkap berbagai informasi di balik data yang
disjikan di media atau teks. Analisis muncul pada beberapa waktu terakhir dan
digunakan dalam berbagai penelitian sejarah, jurnalisme, ilmu politik,
penididkan, psikologi dan sebagainya. Analisis isi pada awalnya banyak
digunakan dalam ilmu komunikasi sebagai upaya mengungkap makna dibalik
simbol dan bahasa yang menjadi sarana komunikasi. Analisis isis dikategorikan
dalam tipe penelitian nonreaktif dikarenakan objek yang menjadi sasaran
penelitian tidak memberikan reaksi atau pengaruh terhadap peneliti. Peneliti
cukup menganalisis berbagai data dari berbagai sumber.10
Data yang didapat dalam analisis isi mempunyai banyak ragam, seperti
contoh adalah berita kriminal yang disajikan oleh beberapa surat kabar, peneliti
ingin mengetahui berita kriminal apa yang paling banyak diberitakan.
Metode analisis isi ini sangat tepat digunakan dalam bidang keilmuan
komunikasi karena objek dalam penelitian ini adalah isi pesan yang disampaikan
oleh sutau media komunikasi. Metode analisis isi merupakan suatu teknik
10 Nanang Martono, Metode Penelitian Kuantitatif: Analisis Isi dan Data Sekunder, (Jakarta:
PT Rajagrafindo Persada, 2010), h. 88-89.
37
sistematik untuk menganalisis isi pesan dan mengolah pesan, atau suatu alat
untuk mengobservasi dan menganalisis isi perilaku komunikasi yang terbuka
daei komunikator yang di pilih.11
Penggunaan analisis isi dilakukan bila ingin memperoleh keterangan dari
isi komunikasi yang disampaikan dalam bentuk lambang. Analisis isi dapat juga
digunakan untuk menganalisis semua bentuk komunikasi seperti: surat kabar,
buku, puisi, lagu, cerita, lukisan, pidato, surat, peraturan, undang-undang, musik,
iklan, dsb. 12
Salah satu ciri penting dari analisis isi adalah objektif. Penelitian
dilakukan untuk mendapatkan gambaran dari suatu isi secara apa adanya, tanpa
adanya campur tangan dari peneliti. Penelitian ini, menghilangkan bias,
keberpihakan atau kecenderungan tertentu dari peneliti.13
Ada dua aspek penting dari objektifitas, yakni validitas dan reliabilitas.
Validitas berkaitan dengan apakah analisis isi mengukur apa yang benar-benar
ingin diukur. Sementara reliabilitas berkaitan dengan apakah analisis isi akan
menghasilkan temuan yang sama biarpun dilakukan oleh orang dan waktu yang
berbeda.14
Hardjana dalam buku metode-metode penelitian komunikasi karangan
Jumroni dan Suhaimi menjelaskan, ada beberapa keunggulan yang terdapat
dalam analisis isi ini, yaitu:
11
Burhan Bungin, ed, Metodologi Penelitian Kualitatif Aktualisasi Metodologi ke Arah
Ragam Kontemporer, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003). h, 134. 12
Jumroni dan Suhaimi, Metode-metode Penelitian Komunikasi,(Jakarta: UIN Jakarta Press,
2006). h, 68. 13 Eriyanto, Analisis Isi: Pengatar Metodologi Penelitian untuk Penelitian Ilmu Komunikasi
dan Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana 2011), Cet Ke-1. h, 16. 14
Ibid.
38
a. Analisis isi merupakan teknik riset yang tidak kentara, sehingga tidak
mempengaruhi kewajaran data.
b. Analisis isi menerima materi sebagaimana adanya tanpa disusun terlebih
dahulu dalam suatu struktur.
c. Analisis isi dapat menangani data dalam jumlah sangat besar.15
Dalam hal teknik analisis isi (content analysis) terbagi menjadi dua, yaitu
analisis isi kuantitatif dan analsis isi kualitatif. Analisis isi kuantitatif secara
umum dapat di definisikan sebagai bentuk teknik penelitian ilmiah yang
ditujukan untuk mengetahui gambaran karakteristik isi dan menarik referensi
dari isi.
Ada beberapa langkah yang harus dilakukan dalam melakukan analisis
isi. Menurut Neuman dalam buku Metode Penelitian Kuantitatif , langkah-
langkah tersebut adalah:
a. Merumuskan masalah penelitian
b. Melakukan studi pustaka
c. Menentukan unit observasi dan unit analisis
d. Menentukan sampel
e. Menentukan variabel
f. Membuat kategorisasi dan pedoman pengodingan
g. Mengolah data
h. Menyajikan data dan memberikan interpretasi.
i. Menyusun laporan hasil penelitian.16
15
Jumroni dan Suhaimi, Metode-metode Penelitian Komunikasi,(Jakarta: UIN Jakarta Press,
2006). h, 71.
39
F. Reliabilitas Antar Coder
Alat ukur selain harus valid juga harus mempunyai reliabilitas
(keandalan) yang tinggi. Analisis isi harus dilakukan secara objektif. Seorang
coder dengan coder yang lainnya tidak boleh mempunyai tafsir yang berbeda
dalam hal menilai suatu pesan dalam metode analisis isi. Dalam analisis isi alat
ukur yang digunakan oleh peneliti adalah cooding sheet.17
Untuk memperoleh reliabilitas dan validitas pada kategori isi pesan pada
buku Shalawat untuk Jiwa karya Rima Olivia, Psi maka peneliti akan
mengadakan pengujian kategori dengan mengunakan coding sheet pada tiga
orang juri atau coder yang dipilih dan dianggap kredibel serta mampu
memberikan penelitian secara objektif.
Reliabilitas bergerak dari angka 0 hingga 1, dimana angka 0 menunjukan
reliabilitas yang rendah tidak adanya kesepakatan antar juri dan angka 1
menunjukan reliabilitas yang tinggi dan terdapat kesepakatan yang baik antar
juri. Semakin besar angka maka semakin tinggi reliabilitas antar juri. Dalam
formula Holsty, angka reliabilitas minimun yang ditoleransi adalah 0,7 atau
70%. Artinya, apabila perhitungan menunjukan angka reliabilitas di atas 0,7,
berarti alat ukur (coding sheet) benar-benar reliabel. Tetapi, jika dibawah 0,7
berarti alat ukur (coding sheet) bukan alat yang reliabel.
Kategori pesan yang menjadi acuan dalam analisis ini adalah tentang tiga
kecerdasan manusia dalam komunikasi intrapersonal dakwah dzatiyah yaitu
16 Nanang Martono, Metode Penelitian Kuantitatif: Analisis Isi dan Data Sekunder, (Jakarta:
PT Rajagrafindo Persada, 2010), h. 96 –108. 17
Eriyanto, Analisis Isi: Pengatar Metodologi Penelitian untuk Penelitian Ilmu Komunikasi
dan Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana 2010), h.280
40
kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan nafs yang
terdapat pada buku Shalawat Untuk Jiwa dakwah, masing masing kategori
mempunyai sub kategori, untuk lebih jelasnya lihat tabel dibawah ini:
Tabel 2
Kategori dan sub Kategori Pesan Komunikasi Intrapersonal dalam dakwah
dzatiyah
NO Kategori Sub kategori
1. Kecerdasan Intelektual a. Berpengetahuan luas
b. Kreatif dan Inovatif
c. Aktif beribadah
2. Kecerdasan Emosional a. Bertaubat
b. Minta maaf
c. Memaafkan
3. Kecerdasan Nafs a. Taqwa
b. Bertindak karena Allah
c. Mencari keridhaan Allah
Setelah dilakukan penjurian terhadap 3 juri maka kesepakatan yang telah
didapat dihitung menggunakan rumus Holsty untuk mengetahui koefesien
reliabiliatas dari ke 3 juri, berikut adalah tabel koefisien realibilitas kesepakatan
3 juri:
Tabel 3
Koefisien reliabilitas kesepakatan kategori pesan
Antar Juri Item Kesepakatan Ketidaksepakatan Nilai
Juri 1 dan 2 117 89 28 0,76
Juri 1 dan 3 117 89 28 0,76
41
Juri 2 dan 3 117 95 22 0,81
Jumlah 2,33
Rata-rata 0,77
Komposit Reliabilitas : 3 ( ,77)
(3- )( ,77) = 0,90
Dari data di atas dapat diketahui bahwa data tersebut menunjukan
kesepakatan antar juri 1 dan 2 sebesar 0,76 (hal ini menunjukan tingginya
kesepakatan antar 2 juri). Kesepakatan antar juri 1 dan 3 sebesar 0,76 (hal ini
menunjukan tingginya kesepakatan antar 2 juri). Kemudian kesepakatan antar
juri 2 dan 3 sebesar 0,81 (hal ini menunjukan tingginya kesepakatan antar 2 juri).
Kemudian untuk menghitung rata-rata perbandingan nilai kesepakatan
antar juri maka dihitung menggunakan rumus komposit reliabilitas, dan hasil
perhitungan di atas kesepakatan antar juri dalam hal kategori pesan Aqidah,
Syariah dan Akhlak memiliki nilai sebesar 0,90 nilai ini menunjukan tingkat
kesepakatan yang tinggi diantara para juri. Dari hasil perhitungan ini
menunjukan bahwa alat ukur (coding sheet) yang telah dibuat dianggap reliabel,
hal ini di tunjukan karena hasil dari komposit reliabilitas berada diangka 0,90.
Tabel 4
Koefisien reliabilitas kesepakatan pesan Kecerdasan Intelektual.
Antar Juri Item Kesepakatan Ketidaksepakatan Nilai
Juri 1 dan 2 43 34 9 0,79
Juri 1 dan 3 43 33 10 0,76
Juri 2 dan 3 43 32 11 0,74
42
Jumlah 2,29
Rata-rata 0,76
Komposit Reliabilitas : 3 ( ,7 )
(3- )( ,7 ) = 0,90
Dari data di atas dapat diketahui bahwa data tersebut menunjukan
kesepakatan antar juri 1 dan 2 dalam kategori pesan kecerdasan intelektual
sebesar 3 sebesar 0,79 (hal ini menunjukan tingginya kesepakatan antar 3 juri).
Kesepakatan antar juri 1 dan 3 dalam kategori pesan kecerdasan intelektual
sebesar 0,76 (hal ini menunjukan tingginya kesepakatan antar 2 juri). Kemudian
kesepakatan antar juri 2 dan 3 dalam kategori pesan kecerdasan intelektual
sebesar 0,74 (hal ini menunjukan tingginya kesepakatan antar 2 juri).
Kemudian untuk menghitung rata-rata perbandingan nilai kesepakatan
antar juri maka dihitung menggunakan rumus komposit reliabilitas, dan hasil
perhitungan di atas kesepakatan antar juri dalam hal kategori pesan kecerdasan
intelektual memiliki nilai sebesar 0,90 nilai ini menunjukan tingkat kesepakatan
yang tinggi diantara para juri. Dari hasil perhitungan ini menunjukan bahwa alat
ukur (coding sheet) yang telah dibuat dianggap reliabel, hal ini di tunjukan
karena hasil dari komposit reliabilitas bergerak di atas angka 0,7 yaitu berada
diangka 0,94.
Tabel 5
Koefisien reliabilitas kesepakatan pesan kecerdasan emosional.
Antar Juri Item Kesepakatan Ketidaksepakatan Nilai
Juri 1 dan 2 41 33 8 0,80
43
Juri 1 dan 3 41 34 7 0,82
Juri 2 dan 3 41 32 9 0,78
Jumlah 2,4
Rata-rata 0,8
Komposit Reliabilitas : 3 ( , )
(3- )( , ) = 0, 75
Dari data di atas dapat diketahui bahwa data tersebut menunjukan
kesepakatan antar juri 1 dan 2 dalam kategori pesan kecerdasan emosional
sebesar 0,80 (hal ini menunjukan tingginya kesepakatan antar 2 juri).
Kesepakatan antar juri 1 dan 3 dalam kategori pesan kecerdasan emosional
sebesar 0,82 (hal ini menunjukan tingginya kesepakatan antar 2 juri). Kemudian
kesepakatan antar juri 2 dan 3 dalam kategori pesan kecerdasan emosional
sebesar 0,78 (hal ini menunjukan tingginya kesepakatan antar 2 juri).
Kemudian untuk menghitung rata-rata perbandingan nilai kesepakatan
antar juri maka dihitung menggunakan rumus komposit reliabilitas, dan hasil
perhitungan di atas kesepakatan antar juri dalam hal kategori pesan kecerdasan
emosional memiliki nilai sebesar 0,75 nilai ini menunjukan tingkat kesepakatan
yang tinggi diantara para juri. Dari hasil perhitungan ini menunjukan bahwa alat
ukur (coding sheet) yang telah dibuat dianggap reliabel, hal ini di tunjukan
karena hasil dari komposit reliabilitas bergerak di atas angka 0,7 yaitu berada
diangka 0,93.
44
Tabel 6
Koefisien reliabilitas kesepakatan pesan kecerdasan nafs.
Antar Juri Item Kesepakatan Ketidaksepakatan Nilai
Juri 1 dan 2 33 28 5 0,84
Juri 1 dan 3 33 29 4 0,87
Juri 2 dan 3 33 28 5 0,84
Jumlah 2,55
Rata-rata 0,85
Komposit Reliabilitas : 3 ( , 5)
(3- )( , 5) = 0,80
Dari data di atas dapat diketahui bahwa data tersebut menunjukan
kesepakatan antar juri 1 dan 2 dalam kategori pesan kecerdasan nafs sebesar
0,84 (hal ini menunjukan tingginya kesepakatan antar 2 juri). Kesepakatan antar
juri 1 dan 3 dalam kategori pesan kecerdasan nafs sebesar 0,87 (hal ini
menunjukan tingginya kesepakatan antar 2 juri). Kemudian kesepakatan antar
juri 2 dan 3 dalam kategori pesan kecerdasan nafs sebesar 0,84 (hal ini
menunjukan tingginya kesepakatan antar 2 juri).
Kemudian untuk menghitung rata-rata perbandingan nilai kesepakatan
antar juri maka dihitung menggunakan rumus komposit reliabilitas, dan hasil
perhitungan di atas kesepakatan antar juri dalam hal kategori pesan kecerdasan
nafs memiliki nilai sebesar 0,80 nilai ini menunjukan tingkat kesepakatan yang
tinggi diantara para juri. Dari hasil perhitungan ini menunjukan bahwa alat ukur
(coding sheet) yang telah dibuat dianggap reliabel, hal ini di tunjukan karena
45
hasil dari komposit reliabilitas bergerak di atas angka 0,7 yaitu berada
diangka0,93
46
BAB IV
GAMBARAN UMUM DAN ANALISIS
A. Gambaran Umum Buku Shalawat Untuk Jiwa
1. Biografi Penulis Rima Olivia, Psi.
Rima Olivia lahir pada tanggal 15 Oktober 1976 di kota Padang
Sumatera Barat , wanita ini merupakan alumni fakultas psikologi Universitas
Indonesia pada tahun 2001. Keahlian dalam bidang psikologi membawa
dirinya aktif dalam berbagai kegiatan Counseling and Hypnotherapy dan
berbagi kegiatan psikologi lainnya.
Rima Olivia aktif dalam bidang “Personal Development and
Consulting”. Beliau pernah bekerja pada sebuah lembaga konsultan
pengembangan sumber daya manusia selama tujuh tahun, lalu sempat bekerja
di sebuah majalah Gaya Hidup perempuan, dan sebuah perusahaan jerman.
Beberapa tahun terakhir ia memusatkan perhatian pada ilmu – ilmu
pemberdayaan diri dengan menjadi certified ABNLP trainer, mendalamai
hipnoterapi, minfulness, dan coaching. Berkat pengalamannya dalam bidang
training akhirnya pada tahun 2012 Rima Olivia berhasil mendirikan lembaga
training dan membangun sebuah perusahaan dengan nama Ahmada
Consulting. Beberapa pengalaman Rima Olivia dalam bidang training antara
lain:
47
a. Training Project bersama PT AXA Asuransi Indonesia, Designed,
developed module and conducted “Service Workshop for Leaders”,
dikhususkan untuk para pemegang saham, senior manager dan manager
perusahaan.
b. Training Project bersama Bank Indonesia pada tahun 2006, Designed,
developed module and conducted “Etiket Pergaulan” dikhususkan untuk
Persatuan Istri Pegawai Bank Indonesia
c. Training Project bersama Coca Cola Distribution Indonesia, Developed
and facilitated “Strategic Problem Solving & Selling Idea training
program” dikhusukan untuk kepala bidang dan manajer.
d. Training Project bersama PT ERICSSON INDONESIA, Developed and
facilitated “Consulting Skills” dikhususkan untuk kepala bidang dan
manajer.
Sejak tahun 2002 ibu dari dua orang anak ini sudah aktif menulis
artikel dalam berbagai media baik cetak maupun elektronik. Sebelum menulis
buku, Rima aktif menulis artikel dan cerpen di berbagai media cetak antara
lain, Majalah Femina, Kompas, Media Indonesia, Seputar Indonesia,
Republika, Suara Pembaharuan, Koran Tempo, Kick Andy Magazine,
Majalah Pilar, Cita Cinta Magazine dan Wanita Indonesia. Selain itu Rima
Olivia juga aktif mengisi seminar, talkshow, dan sesi pemberdayaan diri
lainnya. Shalawat untuk jiwa merupakan buku pertamanya yang diterbitkan di
transmedia pustaka.
48
B. Gambaran Umum Buku Shalawat Untuk Jiwa
Penulis Rima Olivia menulis buku Shalawat Untuk Jiwa bedasarkan
atas pengalaman spiritual pribadi ketika ia bertemu dengan komunitas
Sahabat Shalawat. Dengan latar belakang psikolog, Rima banyak
memberikan contoh kutipan hadits dan kehidupan sehari-hari dihubungkan
dengan pengetahuan ilmiah yang dapat kita jadikan acuan dalam
mengendalikan kehidupan di dunia ini.1
Terbitnya buku ini diharapkan mampu mengajak masyarakat untuk
lebih mencintai dan selalu bershalawat kepada Rasulullah Muhammad SAW,
serta mampu mengaplikasikan shalawat dalam kehidupan pribadi sesuai
dengan perintah Allah dalam surat Al-Ahzab ayat 56:
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi.
Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan
ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. Al-Ahzab: 56)
Bershalawat artinya Allah berarti memberi rahmat, Malaikat
memintakan ampunan dan orang-orang mukmin berarti berdoa agar diberi
rahmat seperti dengan perkataan: Allahuma shalli ala Muhammad. Dengan
mengucapkan Perkataan seperti: Assalamu'alaika ayyuhan Nabi artinya:
semoga keselamatan tercurah kepadamu wahai Nabi.
1 Hasil wawancara dengan Rima Olivia pada hari Jumat 06 Mei 2016, pukul 10:00 –
11:15, di kantor Ahmada Consulting.
49
Sesuai dengan ayat diatas buku Shalawat Untuk Jiwa mempunyai
gambaran umum tentang bagaimana cara nya bershalawat serta banyaknya
manfaat yang didapatkan dengan bershalawat sekaligus merupakan media
dakwah kepada masyarakat untuk menyerukan ajakan bershalawat kepada
Muhammad SAW. Selain itu, dalam buku ini dijelaskan tentang hubungan
antara shalawat dengan psikologi dalam kehidupan pribadi manusia, yang
didapatkan sesuai dari pengalaman penulis dan pengalaman beberapa
penggiat komunitas Sahabat Shalawat.
Shalawat Untuk Jiwa menjelaskan dan menggambarkan tentang
mereka yang belajar bershalawat pada komunitas Sahabat Shalawat.
Dijelaskan pula tentang bagaimana Komunitas Sahabat Shalawat
melaksanakan kegiatan pengajian shalawat menggunakan media sosial yaitu
Whatsapp dengan nama kelompok pesantren Sahabat Shalawat. Sahabat
Shalawat merupakan sebuah komunitas pengajian di Jakarta, yang terdiri atas
berbagai latar belakang dan pekerjaan. Komunitas Sahabat Shalawat ini
menitik beratkan pada metode dakwah dan pengajian menggunakan Shalawat,
serta melakukan pendekatan kepada kaum muda dan aktivis sebagai media
dakwahnya.
Sesuai dengan apa yang digambarkan oleh buku Shalawat Untuk Jiwa
bahwa banyak sekali manfaat yang di dapat dari Shalawat yang dilakukan
serta tips-tips tentang Shalawat berpengaruh dalam kehidupan seperti
melepaskan kesedihan, mempermudah rezeki, dan kesaktian Shalawat itu
sendiri. Buku ini juga menguraikan macam, cara, serta waktu-waktu yang
50
terbaik untuk bershalawat dan best practice dari Sahabat Shalawat yang diberi
kemudahan oleh Allah SWT setelah bershalawat.
Buku ini, memuat kumpulan-kumpulan pengalaman spiritual pribadi
para penggiat komunitas Sahabat Shalawat yang merasakan besarnya dan
beatapa luar biasanya manfaat Shalawat dalam kehidupan yang mereka jalani.
Beberapa penggiat Sahabat Shalawat menceritakan kepada penulis Rima
Olivia tentang pengalaman mereka setelah melakukan Shalawat seperti salah
satu contonya adalah pengalaman Rokha seorang mahasiswi yang
menyatakan dirinya sering mengalami sakit kepala yang tak tertahankan
bahkan ia menyertai kalimat “sampai kaya mau pecah rasanya”. Ia juga
mengeluh sudah meminum obat dan mencoba berobat ke salah satu klinik
tetapi tidak ada perubahan, namun setelah melakukan rutinitas Shalawat ia
menyatakan bahwa penyakit yang ia alami sudah tidak dirasakan lagi dan
sangat terkejut bahwa Shalawat dapat meredam sakit.
Tujuan dari buku ini adalah untuk memperkenalkan tentang manfaat
shalawat bagi kehidupan dan mengajak kaum muda pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya untuk mencintai Rasulullah Muhammada SAW.
Selain itu tujuan buku ini untuk memeperkenalkan manfaat dan hubungan
shlawat dengan kehidupan psikologi kehidupan umat Islam yang merupakan
umat dari Rasulullah SAW, serta visi yang di miliki dalam buku ini adalah
shalawat bisa menjadi media zikir dan ibadah dalam kehidupan, sekaligus
buku ini mempunyai misi untuk menggerakan masyarakat dan kaum muda
51
untuk lebih mencintai dan meneladani kehidupan Rasulullah dan pentingnya
shalawat dalam kehidupan.2
Respon masyarakat terhadap buku Shalawat Untuk Jiwa ini sangat
baik, hal ini terbukti dari banyaknya pesanan buku sebelum launching
dilakukan dan pemesanan buku Shalawat Untuk Jiwa sampai ke negara
Amerika. Karena buku ini juga banyak kaum muda yang semakin banyak
mengikuti kegiatan dari komunitas Sahabat Shalawat. Untuk menjadi anggota
Sahabat Shalawat pun tidak ada syarat yang ditentukan, setiap anggota hanya
membaca Shalawat dan menyetor ke group yang dibuat oleh admin Sahabat
Shalawat. Sasaran pembaca buku Shalawat Untuk Jiwa di mulai dari usia
yang sudah menanyakan what is life kisaran umur 23-55, namun karena buku
ini menarik ada salah satu pembaca yang berumur lebih dari 55 tahun dan ia
menyatakan bahwa setelah membaca buku Shalawat Untuk Jiwa ia menjadi
tenang dan juga ingin selalu bershalawat kepada Rasulullah SAW.3
2. Sinopsis Buku Shalawat Untuk Jiwa.
Kenapa harus shalawat ? mungkin pertanyaain ini yang timbul dalam
benak saya dan masyarakat ada umumnya yang mengetahui tentang shalawat
dan buku ini. Pertanyaan kenapa harus shalawat juga mmungkin timbul dari
penulis dan bebarapa penggiat sahabat shalawat setelah terbit buku ini, serta
kenapa jumlah shalawat yang dibaca harus disetorkan dalam komunitas
tersebut. Bukankah ada kalimat tahlil “laa ilaaha illallah”, yang disebut
dalam sebuah hadits bahwa itu adalah sebaik – baiknya zikir, bukankah ada
2 Hasil wawancara dengan Rima Olivia pada hari Jumat 06 Mei 2016, pukul 10:00 –
11:15, di kantor Ahmada Consulting. 3 Hasil wawancara dengan Rima Olivia pada hari Jumat 06 Mei 2016, pukul 10:00 –
11:15, di kantor Ahmada Consulting.
52
kalimat “subhanaanallah wabilhamdi subhaanallahil „adzim” yang disebut
sebagai kalimat ringan di lisan anmun berat bobotnya dalam timbangan mizan
di akhirat.4
Shalawat adalah cara bagaimana kita untuk lebih mencintai junjungan
kita Rasulullah SAW, serta mengikuti seluruh ajarannya. Selain itu
merupakan metode ibadah sederhana yang digunakan dalam kehidupan
pribadi dan memiliki manfaat yang signifikan dalam kehidupan dunia.
Shalawat juaga menjadi metode dakwah untuk megajak kaum muda
mencintai Nabi Muhammad SAW dan melaksanakan ajaran ibadahnya.
Masih banyaknya kaum muda dan masyarakat pada umumnya yang belum
mengetahui keutamaan shalawat dan manfaatnya dalam beribadah.
Gerakan pencinta dan metode dakwah melalui shalawat ini mulai
digiatkan oleh sebuah komunitas yang terbentuk menjadi komunitas Sahabat
Shalawat, yang didirikan oleh Ustad Ahmad Muzakki, LC. Komunitas ini
menggiatkan kaum muda dan masyarakat untuk selalu bershalawat dan
mencintai Nabi Muhammad SAW dengan bershalawat. Selain itu komunitas
ini memperkenalkan tentang pentingnya shalawat dalam kehidupan dan
pengaruhnya dalam psikologi kehidupan manusia. Kurangnya pengetahuan
kita tentang shalawat ini dan manfaatnya, mungkin sudah bisa teratasi sedikit
dengan adanya komunitas sahabat shalawat yang para penggiatnya mulai
mengajak masayarakat untuk mengikuti metode pengajian yang dilakukan
oleh komunitas ini. Dengan demikian kita sebaagai umat Islam dan umat
Nabi Muhammad SAW, dapat terus mengamalkan ajaran-ajaran Islam dan
4 Rima Olivia, Shalawat Untuk Jiwa, (Jakarta: Transmedia Pustaka, 2016), h. xv.
53
mencintai junjungan kita, serta mencetak generasi-genarasi muda yang
beriman dan mencintai Rasulnya. Shalawat pada saat ini menjadi suatu
metode ibadah dan pendekatan yang semakin dilupakan oleh masyarakat dan
generasi muda pada saat ini, sehingga semakin jarang orang yang
mengamalkan tentang shalawat kepada Nabi. Padahal kecintaan kita kepada
Nabi Muhammad SAW ditandai dengan cara kita sebagai manusia dan
umatnya untuk selalu bershalawat kepada Nabi kita. Kedepannya dengan
selalu bershalawat kepada Rasul kita, semoga kita dapat menjadi umat yang
senantiasa mencintai Rasulullah Muhammad SAW dan selalu beribadah
kepada Allah tanpa meninggalkan segala amal baik dan meninggalkan segala
larangannya, dengan menggalakkan gerakan dari komunitas Sahabat
Shalawat, “Shalawat Untuk Jiwa”.
C. Temuan Analisis dan Pembahasan
Pada bab sebelumnya peneliti telah memaparkan hasil komposit
realibilitas pada kategori pesan dakwah yang terdapat dalam buku shalawat
untuk jiwa dan hasil dari perhitungan tersebut menunjukan bahwa coding
sheet yang dibuat telah reliable sebagai alat ukur dalam penelitian. Kategori
pesan dakwah yang terdapat dalam penelitian ini adalah, pesan dakwah
Aqidah, Syariah dan Akhlak. Dari masing-masing kategori tersebut terdapat
sub kategori yaitu dalam pesan Aqidah terdapat Iman kepada Allah, Iman
Kepada Malaikat, Iman Kepada Kitab Allah, Iman Kepada Rasulullah, Iman
Kepada Hari Akhir dan Iman Kepada Qadha dan Qadr. Sub kategori dalam
pesan Syariah adalah Ibadah dan Muamalah. Dan sub kategori dalam pesan
Akhlak adalah Akhlak Mahmudah dan Akhlak Mazmumah. Setelah
54
melakukan uji reliabilitas kepada 3 juri, selanjutnya peneliti akan
menampilkan kalimat-kalimat yang mengandung pesan dakwah yang
kemudian dihitung untuk mencari jumlah frekuensi sehingga dapat ditarik
kesimpulan kecenderungan isi pesan dakwah dalam buku Shalawat Untuk
Jiwa. Berikut ini adalah tabel yang mengandung rincian kategori pesan
dakwah:
Tabel 7
Rincian Kategori Pesan Kecerdasan Intelektual
No Halaman Kalimat Kategori Pesan
1. 06 Cerita- cerita shalawat bukan hanya
saya cari, tetapi seperti juga semakin
mencari saya. Ketika saya mendekati
shalawat, shalawat ini juga semakin
mendekat pada saya, bahkan seperti
mengepung saya. Ada saatnya ketika
saya mempelajari sesuatu yang tidak
ada hubungannya dengan shalawat,
malah membawa saya jauh lebih jelas
tentang shalawat.
Kecerdasan
Intelektual
2. 06 Shalawat adalah sebuah getaran.
Shalawat adalah sebuah melodi yang
ketika anda benar-benar
menghadirkannya dalam benak,
sebuah orkestra semesta
Kecerdasan
Intelektual
55
menyanyikan lagu agung bersama
jutaan malaikat.
3. 08 Dalam perjalanan sebagai psikologi
yang banyak berhubungan dengan
pengembangan diri, saya mengamati,
shalawat memiliki daya ubah yang
luar biasa pada diri seseorang.
Shalawat mengubah sudut pandang
(point of view), cara berfikir
(mindset), perilaku, perasaan kita.
Begitu banyak macam, kecepatan,
keluarbiasaan, keunikan, dan
keindahan dari shalawat.
Kecerdasan
Intelektual
4. 24-25 Shalawat membawa efek perubahan
mood. Pengulangannya membuat
jeda dengan tekanan pikiran yang
kita alami sehingga kita tidak
terkuasai oleh mood. Dalam mood
yang lebih mampu dikendalikan,
kesejahteraan emosi lebih mudah
tercapai.
Kecerdasan
Intelektual
5. 39 Mari berangkat dari asumsi bahwa
Nabi Muhammad saw adalah
seseorang yang namanya paling
Kecerdasan
Intelektual
56
sering disebut di dunia.
6. 39 Sebuah perintah dalam kitab suci
yang tidak pernah berubah satu huruf
pun sejak lebuh dari 1.400 tahun
yang lalu diturunkan: “hai orang-
orang yang beriman, bershalawatlah
kamu untuk Nabi dan ucapkanlah
salam penghormatan kepadanya.
Kecerdasan
Intelektual
7. 41 Shalawat, bervibrasi dengan
gelombang pemusatan pikiran dari
miliaran manusia lain di bumi ini,
menyebut nama beliau dalam repetisi
yang mungkin tak terhitung.
Kecerdasan
Intelektual
8. 41 Aktivitas bershalawat ini berselaras
dengan energi mahadasyat lainnya,
oleh jutaan koor malaikat yang terus-
menerus melatunkan kalimat yang
sama.
Kecerdasan
Intelektual
9. 56 Zikir dalam buku ini merupakan
mistisme dalam Islam. Penyebutan
nama Allah SWT berulang-ulang
dianggap sebagai suatu cara untuk
membersihkan jiwa dan
menyembuhkan penyakit-penyakit
Kecerdasan
Intelektual
57
yang ada di dalamnya.
10. 56 Zikir dapat mengubah tendensi jiwa
dari orientasi ke dnia luar (lahir) ke
arah dunia dalam (batin). Ia memiliki
kekuatan mengubah jiwa yang masih
kacau karena memikirkan beraneka
persoalan dunia, menuju arah
penyatuan jiwa.
Kecerdasan
Intelektual
11. 60 Begitu pula dalam menghadapi
masalah dan kesulitan. Ketika
diiringi dengan shalawat, kerap kali
masalah apa pun itu bisa langsung
teratasi.
Kecerdasan
Intelektual
12. 61 Kebiasaan baru artinya (bershalawat
dalam jumlah banyak setiap hari)
membangun jutaan koneksi antar sel
di otak kita.
Kecerdasan
Intelektual
13. 61 Shalawat menghubungkan kita
dengan segenap ingatan dan
ketidaksadaran kolektif terhadap
Tuhan sebagai sumber kasih sayang
dan terhadap makhlukNya yang
teramat Ia cintai yang juga dikenal
sebagai penuh kasih, Rasulullah saw.
Kecerdasan
Intelektual
58
14. 68 Tak heran, ketika sedang sangat
intens bershalawat, terjadi pula
sensasi pada diri sebagian orang.
Misalnya jantung berdebar lebih
kencang, rasa hangat menjalar di
bagian tubuh tertentu, air mata
mengalir dan sebagainya.
Kecerdasan
Intelektual
15. 69 Aktivitas shalawat yang berpikir dan
berkata baik (kalimat thayyibah),
membuat kebiasaan lama, mindset,
dan keyakinan lama tersingkir dari
tubuh. Ibarat teko berisi teh,
dituangkan dengan isi air putih
dingin.
Kecerdasan
Intelektual
16. 73 Saat sedang bershalawat, kita
terhubung dengan unconscious
collectiveness Rasulullah shallahu
„alaihi wasaalam dan miliaran orang
lainnya sedang bershalawat.
Kecerdasan
Intelektual
17. 81 Mengingat kebaikan seseorang
adalah sebuah kebaikan (kindness),
berdekatan dengan orang yang
mencintai kita adalah sesuatu yang
sangat menyenangkan. Beliau,
Kecerdasan
Intelektual
59
Rasulullah shallallahu „alaihi
wassalam, ada seseorang yang
teramat mencintai kita, bahkan ribuan
tahun sebelum kita dilahirkan.
18. 80 Shalawat adalah mengirim cinta,
penghormatan dan doa kepada
makhluk yang paling dicintai Sang
Maharahim.
Kecerdasan
Intelektual
19. 81 Shalawat, membuat kita terkoneksi
dengan jutaan orang pada saat yang
bersamaan diseluruh bumi yang
sedang menyebut namanya.
Kecerdasan
Intelektual
20. 81 Menghayati shlawat, berarti juga
sedang menikmati keselarasan
dengan semesta, yang mana ikan
dilaut, burung-burung diudara,
bahkan setiap neuroprptide sel tubuh
kita sedang bershalawat.
Kecerdasan
Intelektual
21. 83 Shalawat adalah sebuah ritual
spritual. Sebagai bagian dari zikir,
kita perlu memahami posisi ego
dalam spiritual tersebut.
Kecerdasan
Intelektual
22. 92 Hidup ini singkat. Paling-paling jika
umur panjang dalam 100 tahun kita
Kecerdasan
Intelektual
60
sudah meninggal. Sedangkan, kita
tidak tahu setelah meninggal kelak,
berapa lama kita berbaring dalam
kubur sambill menanti Allah SWT
membangkitkan kita. Tentu kita
membutuhkan shalawat-shalawat kita
untuk menjadi teman saat hajat
akhirat.
23. 97 Tasnya pun nggak ketemu dimana-
mana. Saya berpikir, mungkin ini
sudah jadi ketetapan Allah SWT.
Saya lalu pasrah saja.
Kecerdasan
Intelektual
24. 97 Tiba-tiba secara ajaib, kuasa Allah
SWT, di tengah antreannya menuju
keluar gedung, ada seorang Arab
yang sedang menenteng tas saya!
Kecerdasan
Intelektual
25. 98 Shalawatnya membuatnya begitu
yakin akan mendapat jalan keluar
dari arah mana pun.
Kecerdasan
Intelektual
26. 101 Shalawat kepada Nabi saw mrupakan
bentuk zikrullah mengingat Allah
SWT, karena mengandung nama
Allah SWT dan rasul-Nya.
Kecerdasan
Intelektual
27. 112 Shalawat adalah cara yang dapat Kecerdasan
Intelektual
61
anda lakukan untuk memelihara
harmoni denga kehidupan. Melalui
shalawat secara rutin sambil
beraktivitas apa pun, kita memelihara
perasaan dan pikiran positif, sehingga
ruang dan kesempatan dari hal
negatif untuk berkembang menjadi
mengecil. Tanpa anda sadari, alam
bawah sadar anda terkoneksi dengan
doa, yang terus menerus dipanjatkan
kepada makhluk yang paling positif
di dunia.
28. 119 Dalam kitab As-syifa, Al-Qadhi
Iyadh, minimal dalam hidup kita, kita
perlu sekali bershalawat.
Kecerdasan
Intelektual
29. 119 Sesungguhnya membaca shalawat
kepada Rasulullah saw, merupakan
sebuah kefarduan yang tidak terbatas
oleh waktu.
Kecerdasan
Intelektual
30. 122 Rasulullah saw menyebutkan hari
jumat sebagai hari untuk
memperbanyak shalawat.
Kecerdasan
Intelektual
31. 124 Secara umum ada dua cara
bershalawat, yakni dalam keadaan
Kecerdasan
Intelektual
62
mindfulness dan sambil beraktivitas.
Sebaiknya memang punya wudhu.
32. 124 Bershalawat akan baik sekali dalam
kondisi mindfulness. Pada saat
memiliki wudhu, setelah shalat,
duduk diam dengan mata terpejam.
Silahkan bershalawat. Lakukan
sebanyak-banyaknya.
Kecerdasan
Intelektual
33. 124 Anda bisa memperbanyak shalawat
meski tidak dalam keadaan wudhu.
Misalnya sedang menunggu sesuatu,
sedang didalam kendaraan umum,
sedang di dalam keramaian atau
sambil melakukan sesuatu seperti
menyupir atau menyapu sekali pun.
Kecerdasan
Intelektual
34. 125 Dalam kondisi berkonsentrasi,
mindful, setelah salat, wajib atau
sunnah, duduklah diatas sajadah anda
penuh konsentrasi. Pejamkan mata.
Pusatkan perhatian pada napas yang
masuk dan keluar. Niatkan
bershalawat. Anda boleh membeca
surat Al-fatihah terlebih dulu dan
niatkan untuk membaca shalawat
Kecerdasan
Intelektual
63
karena Allah SWT semata.
35. 126 Untuk membantu konsentrasi pada
hitungan, bisa menggunakan tasbih.
Anda bisa membayangkan atau
memvisualisasikan huruf “Allah”
dalam huruf hijaiyah: alif lam lam
ha.
Kecerdasan
Intelektual
36. 147 Ramzan Akhmadovich Kadyrov,
presiden pemenrintah federal Rusia,
checnya saat ini adalah seorang
negarawan sejati yang senantiasa
mengikuti sunnah Nabi shallallahu
„alaihi wa alihi wa shahbihi wa
sallam.
Kecerdasan
Intelektual
37. 148 Dalam banyak kesempatan, tasbih
digital hitam untuk bershalawat tidak
pernah lepas dari tangannya. Konon,
tidak kurang dari 5.000 shalawat
perharinya.
Kecerdasan
Intelektual
38. 152 Kita tahu bahwa shalawat adalah
salah satu syarat dikabulkannya doa.
Sebuah pencapaian yang nyaris tidak
mungkin secara umum, tapi kekuatan
doa langit dan bumi, membuat
Kecerdasan
Intelektual
64
sesuatu yang tidak mungkin menjadi
mungkin.
39. 154 Saya yakin tidak ada yang kebetulan,
terlebih lagi saya sedang membaca
shalawat sepanjang perjalanan.
Kecerdasan
Intelektual
40. 156 Pernah dulu tidak punya uang sama
sekali. Padahal ada teman dari
Indonesia yang sedang umrah. Saya
ingin mengajak dia makan. Tapi
tidak punya uang, jadi shalawat saja.
Setelah shalawat saya berdoa.
Kecerdasan
Intelektual
41. Hadist adalah perkataan langsung
Rasulullah saw. Bukan berarti
Rasulullah saw menghendaki dirinya
didoakan demi kepentingannya,
tetapi terutama karena rahmat yang
akan di dapatkan oleh kita, umat
beliau. Kita tahu bahawa beliau
adalah orang yang paling rendah hati,
orang yang paling tidak merasa perlu
di hormati.
Kecerdasan
Intelektual
42. Shalawat pun adalah ekspresi cinta.
Mengupayakan Cinta yang ada dalam
perintah-Nya, menunjukan
Kecerdasan
Intelektual
65
Tabel 8
Rincian Kategori Pesan Kecerdasan Emosional
pengabdian, ketundukan dan ketaan
kepada Allah SWT dan Rasul-Nya.
43. Penting sekali! Bukan hanya Allah
SWT dan para malaikatnya lho,
tetapi juga seluruh penghuni langit
dan bumi. Bahkan para nabi, sejak
nabi Adam as seluruhnya
bershalawat.
Kecerdasan
Intelektual
No Halaman Kalimat Kategori Pesan
1. 10 Proses perubahan kehidupan
beragama melalui zikir, yang disebut
dengan transformasi religius ini
dijelaskan panjang lebar. Lho,
tunggu...., tunggu, itu kan zikir,
bukan shalawat?
Begini singkatnya, shalawat itu
bagian dari zikir. Zikir artinya
mengingat Allah. Bukankah kita
bershalawat dengan menyebut nama
Allah SWT? Ditambah lagi, kita
menyebut nama makhluk yang paling
dikasihi-Nya, Rasulullah saw. Maka,
Kecerdasan
Emosional
66
kita sedang mengingat-Nya.
Bershalawat, termasuk berzikir.
2. 11 Uniknya, shalawat membantu para
pelakunya mengikuti sunah
Rasulullah saw, tanpa paksaan. Ada
kelembutan hati, yang menggiring
kerelaan. Membangkitkan kecintaan
untuk dengan suka cita mengikuti
jejak beliau. Ada sebuah jalan yang
membuat kesedihan dan kesetiaan
menjalani hidup ditemani shalawat.
Kecerdasan
Emosional
3. 14 Sebagian besar dari perilaku shalawat
secara rutin ini, mendapatkan
berbagai manfaat tersebut secara
nyata. Bahkan kondisi stress akibat
menunggu berjam-jam tidak lagi
dianggap menyiksa. Mereka
mengatasi proses menunggu tersebut
dengan ribuan shalawat dan akhirnya
mendapatkan ketenangan. Seperti
yang dialami oleh teman saya.
Sepulang kerja, dia terjebak macet
selama 3 jam, yang kemudian dia
lakukan sambil bershalawat. Tak
Kecerdasan
Emosional
67
disangka, dalam 3 jam itu dia bisa
bershalawat hingga 5.000 kali.
4. 15 Para ulama berkata, shalawat
merupakan amal yang paling mudah
terkabul, membuat kondisi hati
menjadi bersih, serta melalui
shalawat beragam berkah diturunkan
dan doa dikabulkan. Para pelaku
shalawat juga membuktikan bahwa
shalawat dapat menghilangkan resah
atau susah.
Kecerdasan
Emosional
5. 19 Ketika kita menghubungkan diri
dengan yang paling dicintai oleh
Sang Maha memiliki. Ketika kita
merasa kehilangan, tidak berdaya,
dan tidak punya apa-apa. Bayangkan
jawaban yang kita dapatkan ketika
kita terhubung dengan yang paling
mencintai kita.
Kecerdasan
Emosional
6. 22 Di sisi lain, kebermaknaan hidup,
merasa lebih bahagia, dan jawaban
tentang hal mendasar hidupnya,
seperti terjawab dengan sendirinya.
Kecintaan pada Nabi Muhammad
Kecerdasan
Emosional
68
shallallahu „alaihi wassalam pun
bertambah.
7. 22 Yang paling luar biasa itu, merasa
sayang sama semua orang. Bahkan
ke kucing. Rasanya kasihan aja gitu.
Kecerdasan
Emosional
8. 22 Hidup seperti ada artinya. Sekarang
kaya makin cintaaa gitu sama
Rasulullah saw. Rasanya mengalir
sendiri ini air mata kalau shalawat
sambil membayangkan perjuangan
beliau.
Kecerdasan
Emosional
9. 26 Mungkin anda ingin tahu, apa
sebenarnya yang terjadi pada
shalawat sehingga sebanyak itu
manfaatnya bagi mereka. Sesuatu
yang dilakukan secara berulang-
ulang, ritmis, dan repetitif
menghasilkan perasaan nyaman.
Kecerdasan
Emosional
10. 29 Seorang sahabat bahkan bershalawat
ketika hatinya sedang senang.
Katanya, “saya takut kalau sedang
senang, lupa dengan Allah SWT,
jangan jangan nanti saya jadi nggak
diingat Allah SWT.
Kecerdasan
Emosional
69
11. 31 Pada saat rutin bershalawat, kita
memusatkan perhatian pada kata-kata
“Allahumma shalli „ala sayyidina
Muhammad”. Ini adalah kata-kata
yang bermakna doa, yang memiliki
energi positif dan menenangkan.
Seluruhnya berisi pujian dan kata-
kata “terpuji” itu sendiri.
Kecerdasan
Emosional
12. 32 Cuaca panas perlu diterima dan di
syukuri. Cucian menjadi kering,
baunya segar. Terhindar dari bau
apek. Wah, cahaya matahari garang.
Bikin semangat, terbayang betapa
sendu dan muramnya saat-saat kaki
basah, mendung, an hujan. Semua
terlihat lebih ceria. Dan bersyukur
sekali berada dalam ruangan yang
sejuk ini.
Kecerdasan
Emosional
13. 32 Hari ini panas sekali. Tubuh saya
berkeringat. Badan saya jadi tidak
nyaman. Wajah saya ikut berkeringat
dan berminyak. Saya merasa tidak
nyaman dengan wajah lengket begini.
Rasnya tidak segar dan seterusnya.
Kecerdasan
Emosional
70
14. 40 Kalau sedang bingung, Rasulullah
ngapain ya? Kalau mau makan apa
yang beliau lakukan? Apa yang
beliau pilih dan seterusnnya.
Tentunya pertanyaan mendasarmnya
adalah, jika kita ingin menjadi
unggul, apa yang sekiranya akan
Rasulullah lakukan.
Kecerdasan
Emosional
15. 41 Bershalawat tidak hanya melibatkan
aktivitas mental memusatkan pikiran
yang terjadi berulang.
Kecerdasan
Emosional
16. 53 Banyak orang yang perilakunya
berubah setelah rutin bershalawat.
Misalnya, orang yang dulu selalu
dugem dan berpakaian mengumbar
aurat, jadi menjauh dari perbuatan
yang sia-sia dan berpakaian dengan
lebih sopan.
Kecerdasan
Emosional
17. 53 Mereka yang melakukan ritual dan
ibadah juga dilaporkan mengalami
perbaikan dalam keadaan mental dan
fisiknya.
Kecerdasan
Emosional
18. 62 Kita menjadi lebih lega dan lebih
mudah menyayangi dan memafkan
Kecerdasan
Emosional
71
orang lain. By the way, bukankah itu
adalah sifat-sifat luhur Rasulullah
shalalallahu „alaihi wasallam yang
dibanggakan Allah SWT?
19. 62 Satu kabar gembira lain, dalam diri
kita tumbuh compassion atau cinta
kasih. Kemampuan untuk
menyayangi dan mengharapkan
orang lain bebas dari kesengsaraan
(free from suffering).
Kecerdasan
Emosional
20. 64 Seorang sahabat saya suatu hari
pernah menghampiri saya dengan
wajah senang. Dia bilang, shalawat
berhasil membantunya
menghilangkan kebiasaan latah.
Kecerdasan
Emosional
21. 70 Ada seorang teman yang awalnya
niat bershalawat karena ingin sakti.
Lalu saya tanya, apa saat ini dia
sudah sakti. Dia jawab, dia tidak
sakti, tetapi sakit.
Saya tanya kembali, apa maksudnya.
Rupanya sekarang dia kalau ada
masalah, justru tersenyum karena
merasa dadanya tetap lapang
Kecerdasan
Emosional
72
ditengah kesempitan seperti apapun.
Ya, seperti orang “sakit”.
22. 73 Sebagai makhluk yang dipahami
memiliki kualitas terbaik, paling
penyanyang, paling dermawan,
paling santun, paling pemaaf, paling
berani dalam situasi perang, paling
tangguh menghadapi cobaaan, paling
taat menjalankan perintah agamanya.
Kecerdasan
Emosional
23. 85 Sebagian orang dikuasai oleh ego
negatif mereka, memilki harga diri
dan hasrat untuk diakui dan dipuji.
Ketika niat bershalawat dicemari
oleh ego diakui, dipuji, mendapatkan
kesan baik dimata manusia, pada saat
itu ego berkuasa.
Kecerdasan
Emosional
24. 113 Entah karena rutin bershalawat, yang
jelas sih udah enggak pernah ngeluh
sakit, baru tahu aku kalau shalawat
bisa meredam sakit.
Kecerdasan
Emosional
25. 113 Pengalaman yang dialami selama
rutin bershalawat, jadi lebih sehat,
Alhamdulillah.
Kecerdasan
Emosional
26. 152 Karena shalawat adalah doa maka Kecerdasan
Emosional
73
doa yang dilakukan Habib adalah doa
yang tajam ketika semakin fokus dan
berulang-ulang diucapkan.
27. 156 Kalau shalawat, dalam konsentrasi,
kadang sendawa-sendawa. Sisanya
tidak terlalu dirasakan. Setelah rutin
kadang saya mimpi ketemu guru
saya. Menyapa, mengingatkan untuk
terus bershalawat. Rasanya biasanya
jadi tambah rindu dengan beliau.
Kecerdasan
Emosional
28. 158 Saya ingin lebih mencintai orang tua
karena ingin dicintai Allah SWT dan
Kanjeng Nabi.
Kecerdasan
Emosional
29. 158 Saya menjadi lebih mudah menerima.
Terkait emosi, sedikit lebih tenang
kadang masih suka meletup-letup
jika memang sudah tidak bisa
ditahan.
Kecerdasan
Emosional
30. 158 Semua saya jalani saja, tidak ada
target tertentu karena apa yang mau
saya targetkan. Mungkin ingin lebih
di akui sebagai umat Kanjeng
Rasulullah saw, ingin lebih dicintai
dengan mencoba mencintai beliau
Kecerdasan
Emosional
74
dengan sepenuh hati jiwa dan raga.
31. 160 Ditengah ke khawatiran tersebut,
saya terus saja membaca shalawat.
Kecerdasan
Emosional
32. 161 Saya melakukan shalawat dengan
memusatkan perhatian pada shalawat
dengan membayangkan perjuangan
dan pengorbanan Rasulullah
shallallahu „alaihi wasallam. Saya
juga memohon syafaat, belajar
menghadirkan cinta dan rindu kepada
beliau. Dengan mengingat cinta
Rasulullah saw yang begitu besar
kepada kita.
Kecerdasan
Emosional
33. 161 Saya mengingat tangisan serta
permohonan kepada Allah SWT yang
beliau lakukan untuk kita, umatnya,
berusaha mengingat senyum beliau,
yang semoga Allah SWT
mengizinkan kita semua untuk
melihatnya, melihat keindahan
senyum sang baginda.
Kecerdasan
Emosional
34. 162 Emosi juga bisa dikendalikan,
dimampukan untuk sedikit berpikir
sebelum bicara meskipun kadang
Kecerdasan
Emosional
75
suka ceplas-ceplos.
35. 162 Yang dirasakan saat bershalawat,
khusunya ketika benar-benar duduk
dan khusyuk seperti ada yang
mengguncangkan badan, antara sadar
dan tidak sadar. Suhu tubuh
meningkat biasanya. Air mata dan air
dari hidung keluar tapi belum pernah
sampai mimisan.
Kecerdasan
Emosional
36. 162 Pengaruh shalawat pada aktivitas
ibadah yang lain alhamdulillah. Saat
salat saya bisa belajar untuk salat,
tilawah, puasa atau sedekah dengan
cara yang lebih baik lagi dan mohon
doanya semoga ke depan masih bisa
semakin baik lagi.
Kecerdasan
Emosional
37. 163 Sebelum rutin bershalawat, saya
dikenal dengan sebutan tomboy. Kata
ibu saya orang yang terlalu cuek,
nggak bisa diatur semuanya sendiri
saya di cap gak punya perasaan oleh
teman-teman.
Kecerdasan
Emosional
38. 163 Interaksi dengan orang tua menjadi
lebih baik lagi setelah bershalawat,
Kecerdasan
Emosional
76
Tabel 9
Rincian Kategori Pesan Kecerdasan Nafs
lebih bisa mendengarkan dan
menerima apa yang disuguhkan
kepada saya, suka ataupun tidak
suka, tetap saya terima.
39. 163 Setelah rutin bershalawat, dengan
sendirinya, seperti terjaga dari hal-hal
yang tidak perlu, tidak penting,
berlebihan dan sia-sia.
Kecerdasan
Emosional
40. 163 Dalam hal mengingat pun
Alhamdulillah sudah meningkat.
Karena sebelumnya memang saya
termasuk orang pelupa. Hehehe.
Kecerdasan
Emosional
41. 163-164 Memusatkan perhatian alhamdulillah
juga lebih baik sekarang. Jauh lebih
tenang. Nyaman. Lebih tahu dan
mengerti apa arti ketenangan,
kenyamanan dan kebahagiaan
sebenarnya. Pengaruh terhadap
Kecerdasan
Emosional
No Halaman Kalimat Kategori Pesan
1. 04 Ada banyak yang kita lakukan jika
tidak punya uang. Bisa bekerja, bisa
mengupayakan jaringan, bisa
Kecerdasan
Nafs
77
mengelola sumber daya yang lain.
Tapi apa yang bisa dilakukan jika
tidak punya waktu? Barangkali, itu
sebabnya kita diminta hati-hati pada
nikmat sehat dan waktu luang yang
bisa membuat kita tertipu.
2. 10-11 Saya sendiri, sejak lebih rutin
bershalawat, jadi lebih nengok kalau
ada informasi tentang Rasulullah
saw. Ngumpulin buku-buku sejarah
beliau, jadi ikut kebiasaan beliau.
Misalnya, memilih tidak marah.
Kadang-kadang kalau lagi bingung
tidak tahu jalan keluar, saya berusaha
ngebayangin kalau Rasulullah saw
dalam kondisi begini, beliau bakal
memilih apa?
Kecerdasan
Nafs
3. 19 Ada banyak yang kita lakukan jika
tidak punya uang. Bisa bekerja, bisa
mengupayakan jaringan, bisa
mengelola sumber daya yang lain.
Tapi apa yang bisa dilakukan jika
tidak punya waktu? Barangkali, itu
sebabnya kita diminta hati-hati pada
Kecerdasan
Nafs
78
nikmat sehat dan waktu luang yang
bisa membuat kita tertipu.
4. 24 Yaa biasanya kan gue kalau kebawa
pikiran gitu, gue ikut ngomel, marah-
marah. Tapi karena ada setoran, gue
komat-kamit aja fokus sama
shalawat. Terus apa yang terjadi?.
Mungkin karena gue nggak ngomel,
laki gue jadi ga ngomel balik. Nggak
jutek. Gue jadi lebih bisa intropeksi
diri.
Kecerdasan
Nafs
5. 28 Cinta kepada Allah, merasa tenang
ketika mendekatkan diri kepada-Nya,
rindu untuk bertemu dengan-Nya,
serta merasa bahagia ketika berzikir
dan mengamalkan ketaatan kepada-
Nya.
Kecerdasan
Nafs
6. 29 Mungkin ada yang salah paham,
mengira bahwa shalawat itu hanya
untuk orang yang bermasalah, sedih
dan gundah. Padahal kita juga bisa
bershalawat hanya untuk merasa
lebih dekat dengan Allah SWT dan
Rasullullah saw.
Kecerdasan
Nafs
79
7. 30 Selain itu, dia bilang, shalawat juga
membuatnya lebih rileks. Jadi
ibaratnya seperti beribadah sambil
refreshing.
Kecerdasan
Nafs
8. 30 Mungkin anda pernah melihat ketika
seorang begitu ayik meditasinya,
begitu masuk dalam kesadaran
berzikirnya maka ia seperti
kehilangan kesadaran. ia menjadi
lebih mistis.
Kecerdasan
Nafs
9. 83 Ini merupakan sesuatu yang khas
yang ditemui sebagai efek shalawat,
yaitu ke-tawadhu-an atau kerendahan
hati yang lembut. Tumbuh kesadaran
memperlakukan dirinya sebagai
hamba yang tidak dibuat-buat.
Kecerdasan
Nafs
10. 88 Bukankah adalah manusia-manusia
pilihan yang sanggup melenggangkan
shalawat tersebut? Hanya manusia
pilihan yang dimampukan
melenggangkan shalawatnya, hingga
Allah SWT pun melagenggkan
balasan shalawatnya kepada manusia
pilihan tersebut.
Kecerdasan
Nafs
80
11. 91 Pernahkah anda berada dalam sebuah
kebutuhan yang sangat mendesak?
Ketika tidak ada hal lain yang dapat
dilakukan. Bahkan, ketika anda
ditilang di jalan. Anda terpikir untuk
menyogok polisi, agar urusan lancar.
Atau, saat ingin melancarkan urusan,
anda menyogok pihak yang
berwenang.
Kecerdasan
Nafs
12. 96 Alhamdulillah dengan shalawat
selalu dimudahkan mendapatkan
kemudahan, selalu ada jalan terutama
ketika mentok.
Kecerdasan
Nafs
13. 97 Sewaktu umrah, saya sedang di
Madinah kehilangan tas di tempat
wudhu Masjid Qiblatain. Saya
bergegas salat dan bertawasul dengan
shalawat.
Kecerdasan
Nafs
14. 97 Jarak dari masjid ke percetakan
Alquran cukup jauh, ditempuh
dengan naik bus. Sambil terus
shalawat akhirnya saya sudah lupa
tentang tas itu.
Kecerdasan
Nafs
15. 97 Sambil tetap mengiringi langkah Kecerdasan
Nafs
81
meninggalkan masjid Qiblatain
menuju percetakan Alquran di
Madinah, saya bershalawat.
16. 101 Menurut guru saya, lupa berasal dari
setan sehingga jika seseorang lupa
maka dengan menyebut nama Allah
SWT, Insya Allah setan akan pergi
dan ia akan ingat kembali.
Kecerdasan
Nafs
17. 104 Saya ini pelupa mbak. Namun kalau
ada yang lupa berulang kali shalawat.
Biasanya jadi ingat, kisah seorang
pelaku shalawat.
Kecerdasan
Nafs
18. 113 Yang paling dirasakan setelah rutin
bershalawat itu, merasa lebih pasrah,
lebih berserah kepada Allah SWT.
Apa pun yang terjadi, itu kehendak
Allah SWT yang pasti ada sebuah
alasan didalamnya, alasan yang
kadang kita tidak dimampukan untuk
mengetahui itu di awal.
Kecerdasan
Nafs
19. 148 Presiden Ramzan memerintahkan
kepada segenap aparatur pemerintah
dan warganya untuk melazimkan
shalawat. Beliau juga mewajibkan
Kecerdasan
Nafs
82
polisi dan tentaranya untuk salat
Subuh dan Isya berjamaah di masjid.
20. 150 Kalau migrain kadang-kadang gara-
gara banyak begadang. Dulu
kerasanya berat banget. Frekuensinya
jarang tapi kalu pas kena dibarengin
shalawat biasanya lebih rileks. Tidak
lama setelah itu biasanya berakhir
tertidur. Ketika bangun sudah
lumayan sih. Tapi yang pasti, kalau
sedang di kendaraan atau lagi
dijalanan sendiri lebih tenang dan
enggak cemasan.
Kecerdasan
Nafs
21. 151 Ketika pergi ke Tahif sudah muai
ragu dengan niat menghafal Alquran
5 juz dalam 2 minggu. Yang saya
lakukan adalah bershalawat 1000 kali
setiap selesai shalat fardu.
Kecerdasan
Nafs
22. 151 Alhamdulillah, sebelum seminggu
sudah hafal 4 setengah juz.
Kecerdasan
Nafs
23. 153 Saya lihat jam menunjukkan pukul
11:15. Sebelumnya sepanjang jalan
saya sedang baca shalawat nariyah.
Akhirnya, saya dorong motor sambil
Kecerdasan
Nafs
83
teruskan shalawatnya.
24. 154 Dia langsung menawarkan
pertolongan dengan mendorong
motor saya sampai ketemu tukang
bensin eceran (dengan cara disetut
alias di dorong pakai kaki sambil
dinaiki motornya). Akhirnya saya
terima tawarannya, sempat ketemu
tukang bensin eceran dekat sekolah
Binus Simprug.
Kecerdasan
Nafs
25. 154 Saya mengucapkan terima kasih
kepada pasangan suami-istri tadi.
Setelah itu saya isi bensin dan segera
meluncur ke arah manggarai.
Kecerdasan
Nafs
26. 155 Kelas dua aliyah (setingkat SMA),
saya tidak bisa bangun malam. Saya
mulai minta sama Allah SWT agar
bisa bangun malam. Kalau saya
minta dibangunkan pukul 3 dini hari,
biasanya pukul 3 lebih satu dikit
sudah bangun. Saya juga semakin
merinding, batin merasa lebih
nyaman.
Kecerdasan
Nafs
27. 156 Sekarang saya ingin lebih berbakti Kecerdasan
Nafs
84
kepada orang tua. Merasa ingin lebih
banyak membantu orang lain.
28. 157 Saya mulai bershalawat sejak 2010,
diperkenalkan oleh seorang ustadz
dipengajian. Saat awal diminta untuk
100 perhari, jadi setiap habis shalat
saya cicil. Kemudian, meningkat
harus 1000 per hari, itu pun
waktunya saya cicil setiap habis
shalat.
Kecerdasan
Nafs
29. 157 Sejak bershalawat rutin rasanya
kualitas lebih baik, setelah beberapa
waktu, bisa puasa sunah Daud selama
7-8 bulan.
Kecerdasan
Nafs
30. 159 Hal luar biasa yang saya dapat
setelah rutin bershalawat cukup
banyak. Diantaranya berpergian ke-3
negara (singapura, Cina dan Arab
Saudi) tanpa mengeluarkan uang
sepeser pun, bahkan diberi bayaran.
Kecerdasan
Nafs
31. 163 Sebelum rutin bershalawat, saya
termasuk orang yang suka meledek,
tidak jarang bercanda berlebihan,
membuat teman skak-mat adalah
Kecerdasan
Nafs
85
Setelah memberikan rincian pesan per kategori yang terdapat dalam
kalimat di buku Shalawat Untuk Jiwa, selanjutnya kalimat-kalimat yang
mengandung pesan tentang tiga kecerdasan manusia dalam komunikasi
intrapersonal dakwah dzatiyah yaitu kecerdasan intelektual, kecerdasan
emosional, dan kecerdasan nafs yang terdapat pada buku Shalawat Untuk
Jiwa dakwah , di hitung untuk mengetahui frekuensi sehingga dapat ditarik
kesimpulan kecenderungan isi pesan dakwah dalam buku Shalawat Untuk
Jiwa.
Berikut adalah hasil persentase dari ketiga kategori pesan dakwah
yang sudah dihitung
Tabel 10
Hasil Prosentase Kategori Pesan
salah satu kemenangan besar buat
saya meskipun dalam skala bercanda.
32. 163 Secara indah, perempuan ini
mengambarkan kecintaan yang
bertambah pada Rasulullah saw dan
peningkatan kualitas ibadahnya
sebagai “hadiah” dari shalawat
rutinnya.
Kecerdasan
Nafs
NO Kategori Pesan Frekuensi Persentase
1 Kecerdasan Intelektual 43 36,75%
2 Kecerdasan Emosional 41 35,04%
3 Kecerdasan Nafs 33 28,20%
86
Bedasarkan hasil dari tabel di atas, menggambarkan bahwa pesan
yang paling rendah dalam buku Shalawat Untuk Jiwa adalah kategori pesan
kecerdasan nafs dengan hasil persentase sebesar 28,20% dan disusul oleh
kategori pesan kecerdasan emosional dengan hasil persentase sebesar
35,04%. Pesan yang paling dominan dalam buku Shalawat Untuk Jiwa adalah
kategori pesan kecerdasan Intelektual dengan hasil persentase sebesar
36,75%.
C. Pesan Dakwah yang Dominan
Pesan-pesan yang terkandung dalam buku Shalawat Untuk Jiwa
memiliki karakter pesan yang ilmiah namun ringan dalam mengajak umat
muslim agar bershalawat kepada Rasulullah SAW, penulis buku tidak
terkesan mengajarkan tetapi mengajak tanpa memaksakan, dan di dalam buku
ini juga penulis memberikan tulisan ilmiah tentang sebab akibat yang di
rasakan oleh pengiat Shalawat yang telah mencapai ratusan bahkan ribuan
shalawat per harinya.
Dari hasil penelitian dalam buku Shalawat Untuk Jiwa dan di bab
sebelumnya sudah di uraikan, maka dapat disimpulkan pesan yang dominan
dalam Buku Shalawat Untuk Jiwa adalah kategori pesan kecerdasan Inteletual
dengan hasil persentase sebesar 36,75%. Peneliti menggunakan rumus
prosentase dari hasil kesepakatan 3 juri.
TOTAL 117 100
87
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah menjelaskan dan menganalisa data yang telah dikemukakan
pada bab sebelumnya, maka peneliti mendapat kesimpulan sebagai berikut:
1. Dalam Buku Shalawat Untuk Jiwa mengandung nilai pesan komuhikasi
intrapersonal dalam dakwah dzatiyah yaitu kecerdasan intelektual,
kecerdasan emosional dan kecerdasan nafs. Isi pesan yang diteliti
merupakan kalimat-kalimat yang terkandung dalam paragraf yang terdapat
dalam buku Shalawat Untuk Jiwa. Setiap kategori pesan memiliki sub
kategori, sub kategori kecerdasan intelektual meliputi manusia yang
berpengatahuan luas, manusia yang kreatif dan inovatif, dan manusia yang
aktif beribadah. Sub kategori kecerdasan emosional meliputi manusia yang
bertaubat, manusia yang mau meminta maaf dan manusia yang
memaafkan. Sub kategori untuk kecerdasan nafs meliputi manusia yang
bertaqwa, manusia yang bertindak karena Allah dan manusia yang mencari
keridhaan Allah.
2. Dari hasil analisa dapat diketahui bahwa kategori pesan yang paling
dominan dalam buku Shalawat Untuk Jiwa adalah kategori pesan
kecerdasan intelektual dengan hasil prosentase sebesar 36,75%, dan yang
menempati urutan kedua adalah kategori pesan kecerdasan emosional
dengan hasil prosentase sebesar 35,04%, dan diurutan terendah adalah
kategori pesan kecerdasan nafs dengan hasil prosentase sebesar 28,20%.
88
B. Saran
Setelah peneleiti menyelesaikan penelitian ini, peneliti ingin
memberikan saran. Adapun saran-saran yang ingin disampaikan adalah:
1. Kepada para da‟i agar lebih memperhatikan dunia sastra atau media cetak
sebagai media dakwah. Karena pada saat ini sarana media cetak masih
sangat relevan untuk menyampaikan pesan-pesan dakwah.
2. Penulis buku Shalawat Untuk jiwa semoga tidak berhenti untuk selalu
membuat karya-karya yang mengingatkan kembali pentingnya bershawalat
maupun tentang buku yang berkaitan dengan pesan dakwah.
3. Sebagai mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, ini saatnya
meningkatkan kembali untuk membaca karya-karya sastra agar ilmu yang
di dapat merupakan ilmu yang jelas sumbernya.
89
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Abdullah. Cara mudah memahami Aqidah Sesuai al-Quran, As-sunnah dan
Pemahaman Salafus Shalih, Jakarta: Pustaka At-Tazkia, 2006.
Abu Al-Fatah, Muhammad. Ilmu Dakwah, Jakarta: Akademika Pressindo, 2010.
Amin, Munir, Samsul. Ilmu Dakwah, Jakarta: Amzah, 2009.
Arifin, Tatang. Menyusun Rencana Penelitian, Jakarta: Rajawali Press, 1968.
Arifin,M. Psikologi Dakwah Sebagai Pengantar Study, Jakarta: Bumi Aksar,
1998.
Aziz, Ali. Ilmu Dakwah, Jakarta: Prenada Media, 2004.
Basit Abdul, Filsafat Dakwah, Depok: PT RAJAGRAFINDO PERSADA.
Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kualitatif Aktualisasi Metodologi ke
Arah Ragam Kontemporer, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003.
Ensiklopedia Indonesia, Jakarta: PT. Ikhtiar Ouve, 1992.
Eriyanto. Analisis Isi: Pengatar Metodologi Penelitian untuk Penelitian Ilmu
Komunikasi dan Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya,cet ke-1, Jakarta: Kencana
2011.
Ghazali,Bahri. Dakwah Komunikatif,: Membangun Kerangka dasar Ilmu
Komunikasi Dakwah, cet ke-1, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997.
Hasanudin,A.H. Retorika Dakwah dan Publisistik dalam Kepemimpinan,
Surabaya: Usaha Nasional, 1982.
Ilaihi, Wahyu. KomunikasiDakwah, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2010.
Jalaludin Rahmat. Islam Aktual, Bandung: Mizan, 1998.
Jumroni dan Suhaimi, Metode-Metode Penelitian Komunikasi, Jakarta: UIN
Jakarta Press, 2006.
Kriyantono, Rachmat, Teknik Praktis, Riset Komunikasi, Jakarta: Kencana, 2006.
Lathif, Azharudin. Fiqh Muamalat, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005.
Latif, Nasarudin. Teori dan Praktek Dakwah Islamiyah, Jakarta: Firma Dara.
M. Natsir, Dakwah dan Pemikirannya, cet ke-1, Jakarta: Gema Insani Press, 1999.
90
Martono, Nanang. Metode Penelitian Kuantitatif Analisis Isi dan Data Sekunder,
(Jakarta: PT Rajagrafindo Persada), 2010.
Martono, Nanang. Metode Penelitian Kuantitatif: Analisis Isi dan Data Sekunder,
Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2010.
Moleong, J, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Mondry,. Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik, cet ke-1, Bogor: Ghalia
Indonesia, 2008.
Muhyidin, Asep, Metode Pengembangan Dakwah, Bandung: Pustaka Setia, 2002.
Munir dan Ilahi, Wahyu. Manajemen Dakwah, Jakarta: Prenada Media, 2006.
Munir,Samsul. Ilmu Dakwah, Jakarta: Amzah, 2009.
Muriah, Siti,. Metodologi Dakwah Kontemporer, Yogyakarta: Mitra Pustaka,
2000.
Mustofa,H.A. Akhlak TaSAWuf, Bandung: Pustaka Setia.
Muttahari, Murtadha. Perspektif Al-Quran tentang Manusia dan Agama, cet ke-1,
Bandung: CV Pustaka Setia, 2002.
Olivia, Rima. Shalawat Untuk Jiwa, Jakarta: Transmedia, 2016.
Rubiyanah dan Masturi, Ade. Pengantar Ilmu Dakwah, Jakarta: Lembaga
Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2010.
Soehrtono,Irawan, Metode Penelitian Sosial Suatu Teknik Penelitian Bidang
Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Lainnya, cet ke-1, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1995.
Soejono dan Abdurrahman. Metode Penelitian, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1999.
Suhendi, Hendi. Fiqh Muamalah, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2005.
Suparta, Munzier dan Harjani. Metode Dakwah. Jakarta: Kencana, 2003.
Thanthawi, Ali. Aqidah Islam Doktrin dan Filosofi, Solo: Era Intermedia, 2004.
91
Skripsi :
Ahmad Rian Lisandi, Analisis Isi Pesan Dakwah dalam Buku Pejuang Subuh
karya Hadi E Halim, Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi,
Universitas Islam Negeri Jakarata,2014.
Muflihah Ais, Analisis Isi Pesan Dakwah dalam Buku Laa Tahzan For Hijabers
Karya Asma Nadia, Helvy Tiana Rosa, Dkk, Jakarta: Uin syarif
Hidayatullah, 2014.
Website:
Bahar Nursalimah, http://iniblogrucan.blogspot.co.id/2014/12/makalah-
komunikasi-intrapersonal-dan.html, diakses pada tanggal 21 September 2016
pukul 14:29 WIB.
Hasil Wawacara dengan penulis buku Shalawat Untuk Jiwa
Nama Penulis : Rima Olivia, Psi.
Waktu : 06 Mei 2016
Tempat : Ahmada Consulting
Peneliti : Uni apa kabar? Dan sedang sibuk apa sekarang ini?
Rima Olivia : Alhamdulillah baik, sekarang ini lagi nyiapin traning aja buat senin depan
dan sedang belajat coaching agar dapat verifikasi menjadi coach.
Peneliti : Apa tujuan uni rima menulis buku shalawat untuk jiwa?
Rima Olivia : Saya adalah seorang trainer dan psikolog jadi saya itu belajar dengan
mengajar, saya fikir setiap individu nempunyai masalah masing-masing dan
tentunya berbeda-beda. Namun setiap bercerita suatu masalah ke ustd zaki
pasti jawaban beliau adalah “udah sholawat aja” jadi saya fikir beliau seperti
mengampangkan pemecahan masalah karena sebagai psikolog saya belajar
banyak sekali teknik-teknik pemberdayaan diri dan problem solving itu bukan
cuma satu tapi ini ko sesederhana itu jawabannya “shalawat saja”. Tapi
seiring dengan itu saya menjalani apa yang beliau katakan dan alhamdulillah
saya merasakan sendiri manfaatnya. ketika saya sedang belajar suatu teknik
training atau sedang training saya jadi terfikir bahwa yang saya lakukan ini
kan sebenarnya sudah lama ada di Hadits dan Al-quran ko saya belajar nya
dari buku ya padahal di Al-quran pun ada. Kaya misalnya tentang power of
mind bahwa apa yang kita setting dan kita harapkan serta kita rencanakan di
dalam fikiran ketika itu mampu kita visualisasikan, maka kita lebih cenderung
akan mendapatkan apa yang kita inginkan, itu kan kaya metode yang sering di
ulang-ulang oleh para motivator dan di personal group teknik seperti itu sangat
banyak. Saya berfikir iya juga ya sebenernya kan ini seperti berdoa bahwa aku
sebagaimana prasangka hambaku, mintalah maka akan aku kabulkan, bahwa
misalnya berdoa dengan keyakinan ga boleh suudzon dengan berkata “ya kalo
Allah kasih sih kalo ga juga gapapa” ga kaya gitu kan tapi berdoa dengan
segenap keyakinan. Segenap keyakinan itu seluruh dalam tubuh kita juga
mengiyakan karena ketika terjadi bentrok antara mindset kita dengan apa yang
kita katakan maka dia tidak lagi sepenuh keyakinan maka dia akan luruh atau
ragu. Di hal-hal semacam itu saya fikir ini sebenernya ujungnya adalah Al-
quran dan saya fikir pasti ada sebabnya kenapa setiap ada masalah yang
ditanyakan jawabannya balik lagi untuk shalawat dan memang kalo kita lihat
benefitnya memang banyak sekali. Sebetulnya kalo dilihat-lihat sebagian besar
benefit nya adalah untuk perkembangan kepribadian, jadi kaya menghilangkan
kesedihan ada hubungannya dengan mood dengan emosi, kemudian dengan
sholawat maka hajatmu akan dikabulkan itu kan berhubungan dengan setting
goal tadi. Kemudian masalahnya apa shalawat saja atau kalo lupa coba
shalawat lagi dan itu sifatnya sangat kognitif. Bahkan kalo sakit pun shalawat
saja kan kaya ada hubungannya antara shalawat dengan tubuh kita. Karena
body main connection itu kan ada ketika fikirannya rileks maka tubuhnya juga
akan lebih optimal untuk memulihkan dirinya sendiri maka proses regenerasi
sel akan lebih optimal. Saya fikir there must be a point yang sebenarnya bisa
menjelaskan dan seiring dengan itu tadinya buku yang saya ingin terbitkan
pertamanya adalah sebuah naskah yang judulnya personal excelent, personal
excelent itu ga ada hubungannya sebenarnya dengan pengajian yang saya ikuti
tapi di luar itu juga saya sangat sering bikin artikel yang saya fikir kalo ditarik
kesimpulannya pasti ujung-ujungnya ke sebuah hadits atau ayat dalam Al-
Quran. Dan akhirnya saya ingin deh bikin personal excelent versi muslim
yang khusus gitu untuk kaum muslim, dan saya sempet konsultasi dengan ustd
Zaki dan saya bilang saya mau buat kaya tema nya yaitu sabar, syukur,
shalawat sebagai jalan menuju personal excelent, personal excelent adalah
sebuah pencapaian kepribadian yang unggul. Lalu ustad Zaki bilang, gimana
kalo khusus ke shalawat aja tapi saya fikir tapi kan saya juga merasa gatau dan
saya juga tidak cukup tau untuk hal itu. Tapi waktu itu kayanya yaudah kenapa
ga saya coba aja, saya sendiri juga sebenarnya merasa kaya sewaktu-waktu oh
iya ini kan ada jawabannya disitu dan ini jadi catatan pembelajaran saya, kalo
memang di bilang, ikatlah ilmu dengan mengajar maka sebenarnya ini adalah
buku catatan belajar, kalo lagi ikut kajian atau training gitu saya selalu mikir
ini pasti ada hubungannya antara apa yang sudah saya pelajari dengan yang
ada di Alquran mereka tidak terpisah sama sekali. Maka jadilah ini buku
psikologi shalawat dan memang awalnya buku ini berjudul psikologi shalawat
karena saking pengennya ngerasa bahwa saya ini pikolog terus saya mau
menjelaskan dari sudut pandang psikolog, tadinya saya menjadikan buku ini
agak terstruktur jadi kaya menjelaskan psikologi itu apa shalawat itu apa dan
psikologi shalawat itu apa, by time itu ternyata tidak mudah, selain itu juga
jadi kaku dan terlalu ilmiah sehingga tidak terlalu mengajak, tidak terlalu
motivating buat orang. Si pihak penerbitnya setelah membaca naskah pertama
juga tidak terlalu tertarik karena penerbitnya bilang dia mengenal saya dengan
artikel dengan tulisan sebelumnya dengan gaya yang ringan, bisa lebih lucu
atau tapi kaya ada sesuatu yang bisa disampaikan dan sampai ke hati pembaca,
mereka ingin style yang seperti itu, dan saya fikir iya ya saya kan sebenernya
tidak ingin membuat buku ini menjadui ilmiah dan misi utamanya adalah
mengajak orang-orang sebanyak mungkin dari yang belum kenal shalawat
yang tidak tahu kalo manfaat shalawat itu banyak bahkan sampai orang yang
sudah rutin shalawat pun menjadi lebih semangat lagi bershalawat. Dan ini
juga semacam langkah kecil dan sederhana pengennya untuk mengenal
Rasulullah saw dan memberi informasi bahwa Rasulullah saw itu kan sebaik-
baik tauladan jadi sebenarnya yang ingin tahu personal excellent itu seperti
apa ya seperti Rasulullah. Uswatun hasanah semua ada di Rasulullah tapi kok
ga di jadikan kaya role model dalam sebuah buku mungkin ada namun tidak
banyak, yang bisa bikin upaya bahwa beliau role model kepribadian yang
paling unggul terus melalui shalawat itu kaya apa kaya buku ini jalan menuju
kesana.
Peneliti : Apakah memang uni ingin memperkenalkan juga sebaik baik tauladan adalah
Rasulullah?
Rima Olivia : iya, tapi kan gini ketika kita mau mencontoh sesuatu berarti kan hal yang
harus kita lakukan adalah mengetahui model yang akan kita contoh, itu berarti
kita harus belajar dan itu mungkin tidak mudah. Mengikuti sunnah Rasulullah
saja berarti kan sudah ke tahap berikutnya, kalau kita mau menjadikan beliau
sebagai role model coba dengan dua detik saja melafadzkan shalawat mungkin
kalau itu bisa membangkitkan semangat untuk belajar yang lain karena ketika
kita sering menyebut sesuatu maka kita akan makin tertarik untuk belajar yang
lain tentang role model yang akan kita tiru. Kaya misalnya orang suka banget
sama film korea semua tentang film korea muncul semua di fikirannya, karena
apa yang ada difikiranya itu adalah apa yang dia lihat di dunia nyatanya.
Peneliti : Apakah dalam membuat buku shalawat untuk jiwa ini uni memang ingin
semua orang tahu tentang manfaat yang dihadirkan oleh shalawat?
Rima Olivia : Kalau sekedar manfaat saja mugkin sudah ada buku lain yang membahas itu
semua, tapi barangkali yang sedikit unik disini adalah justru menguraikan kalo
memang manfaat shalawat itu adalah mengilangkan lupa bagaimana sih
dinamikanya bagaimana sih cara kerjanya si shalawat bisa membuat orang
tidak mudah lupa. Jadi, menguraikan proses yang terjadi mengapa bisa sampai
kesana atau misalnya kenapa sih kok katanya shalawat bisa membuat kita
lebih mempunyai rasa kasih sayang, lebih passionate, gimana prosesnya
seseorang yang tadinya pemarah setelah shalawat ko bisa mempunyai rasa
kasih sayang yang lebih. Sebetulnya upaya yang di gambarkan di buku itu
lebih ke apa yang terjadi pada diri kita dengan kacamata saya sebagai psikolog
dan trainer tentang perubahan perilaku, perubahan mood dan pikiran. Secara
teknik itu bisa terjadi di dalam jiwa kita, jadi tidak hanya menjelaskan ini loh
yang akan di dapat tapi ada jalan ceritanya sehingga itu make sense. Karena
sebagian orang berfikir okelah ini perintah maka kita harus jalani tapi sebagian
orang juga butuh penjelasan yang logis dan rasional mengapa saya perlu
melakukan itu dan ini sepertinya kalo dari cerita temen-temen yang baca
memang sangat logis mereka merasa kaya ternyata iya ya ringan tapi ilmiah
juga dan membuat mereka cukup mengetahui kenapa dan bagaimana caranya
hal itu bisa membuat apa yang dikatakan benefit of shalawat itu terjadi.
Peneliti : Siapa saja yang membantu proses penulisan buku Shalawat untuk Jiwa ini?
Rima Olivia : Yang membantu itu ada selain ustad Zaki yang memberi ide pertama kali ada
juga teman-teman sekaligus guru-guru saya tempat dimana saya belajar
personal development ada juga istri dari guru saya beliau dosen psikologi,
terus juga beliau berdua itu mengajak saya ke islamic converence
transpersonal psychology di Yogyakarta. Mereka itu sebenernya tidak
menjelaskan bahwa kaya gini loh cara yang bener, tapi mereka justru sangat
rajin untuk menghubungkan antara apa yang mereka ajarkan itu ditarik lagi
dengan Islam itu seperti apa dan di Al-quran dasarnya gimana, mereka justru
lebih dahulu daripada orang-orang yang saya kenal sebelumnya untuk
mengetahui sebenarnya apa yang dipelajari ada di Al-quran dan kegigihan
mereka juga untuk memberti tahu misalnya ada ilmu psikologi yang baru dari
sebuah negara tapi mereka menganggap bahwa itu sudah ada sejak 4000 tahun
yang lalu dan hal itu juga salah satu yang mempengaruhi dalam penulisan ini.
Kebetulan istrinya juga pernah melakukan penelitian untuk S2 nya mengenai
mindfulness terhadap penderita kanker payudara dan S3 nya beliau ingin
mengangkat tema tentang mindfulnes terhadap dzikir. Ada juga profesor di
UGM namanya prof Subandi disertasinya tentang psikologi dzikir dan itu
sangat sangat tekstual, jadi menjelaskan transformasi religius apa sih yang
dialami oleh orang yang benar-benar berdzikir, pribadi mereka seperti apa
bahkan gimana perubahan perilaku orang lain terhadap dia, gimana caranya
bahwa dzikir yang dilakukan itu bisa berdampak dengan jalan keluar masalah
yang mereka hadapi.dalam tulisan ini kan memang hasil penelitian ya jadi
keliatan banget efek berdzikir sama mereka tuh seperti apa dan
transformasinya itu benar-benar beliau uraikan.
Peneliti : Apa yang membedakan buku shalawat untuk jiwa ini dengan buku religius
yang lain?
Rima Olivia : Buku religius yang lain jauh lebih hebat, karena memang kebanyakan buku
yang religius latar belakang penulisnya memang orang yang belajar tentang
agama dan pasti lebih banyak membaca kitab dan pasti rujukannya lebih dekat
dan lebih benar sama Al-quran hadits dan kitab-kitab turunan lainnya. Tapi
kalo buku shalawat untuk jiwa ini kan sedikit berbeda karena boleh dibilang
saya tidak tahu apa apa tentang agama tadinya boleh dibilang mulai belajar itu
setelah nikah, setelah benar-benar mencari karena SMP sampai SMA saya
sekolah katolik dan semenjak saya kuliah saya semakin mencari. Saya suka
baca buku tasawuf, suka rabiah adawiyah, jadi karena suka baca saya fikir ko
ada ya orang yang sebaik itu. Setelah nikah ikut kelas psikologi tasawuf juga 3
bulan di paramadina, ada prof Mubarok dia merupakan psikologi islam tapi
backroudnya sebenernya bukan psikolog melainkan politisi di demokrat. Dan
memang saya yang ingin banyak mencari juga what is life. Jadi yang
membedakan buku ini adalah sudut pandangnya bukan hanya sebagai
psikolognya atau trainer saja tetapi sebagai pelakunya langsung jadi tidak
seperti mengajar tetapi lebih mengajak.
Peneliti : Siapa saja sasaran pembaca buku shalawat untuk jiwa ini ?
Rima Olivia : Tadinya di mulai dari usia 23 dan tadinya saya sempet mikir sampe usia 55
aja deh tapi ibu saya ternya menjadi penggemar buku itu karena dua minggu
belakangan ini ibu saya bilang, ibu kalo lagi gelisah baca buku ini ko jadi
tenang ya, padahal ibu saya itu bukan seseorang yang suka baca beliau lebih
suka nonton. Dan teman-teman ibu saya juga membeli buku ini dan ibu saya
itu umurnya sudah 75 dan ternyata lebih luas ya target nya. Tapi ya tetep buku
in target pembaca nya adalah orang-orang yang mulai mempertanyakan what
is life, seperti orang yang baru tamar SMA atau kuliah.
Peneliti : Apakah menulis merupakan cara uni Rima untuk berdakwah?
Rima Olivia : Saya dari kecil memang suka membaca, dulu waktu kecil saya di kurung di
studio gitu sambil nunggu papa saya yang selesai rapat. Di studio itu ada
tempat makan dan nyaman, saya selalu di beliin buku yang banyak sama papa
saya jadi ga keberatan juga untuk membacanya. Akhirnya saya merasa
passionnya menjadi seorang penulis, sebelum menulis buku ini saya juga
sering menulis cerpen, artikel dan ada juga buku yang tidak di terbitkan.
Sebenernya bukan berdakwah ya kalo untuk aku berdakwah kurang pas gitu
buat aku jadi ya ini hanya mengajak orang-orang agar menjadi lebih baik aja.
Coding Sheet Buku Shalawat Untuk Jiwa
No. Kalimat Halaman
Psikologi Shalawat
1. Singkat cerita, mungkin karena memang bershalawat adalah ajakan
untuk semua. Tahukah anda? Ikan di laut dan burung di udara, bahkan
Allah SWT dan para malaikat juga bershalawat. Semesta ini berada
dalam vibrasi yang sama: bershalawat. Maka, tentu ajakan ini bukan
hanya untuk saya, tetapi kita anda dan saya, tidak mungkin terlewat.
Semua bershalawat.
04
2. Cerita- cerita shalawat bukan hanya saya cari, tetapi seperti juga
semakin mencari saya. Ketika saya mendekati shalawat, shalawat ini
juga semakin mendekat pada saya, bahkan seperti mengepung saya. Ada
saatnya ketika saya mempelajari sesuatu yang tidak ada hubungannya
dengan shalawat, malah membawa saya jauh lebih jelas tentang
shalawat.
06
3. Shalawat adalah sebuah getaran. Shalawat adalah sebuah melodi yang
ketika anda benar-benar menghadirkannya dalam benak, sebuah orkestra
semesta menyanyikan lagu agung bersama jutaan malaikat.
06
4. Dalam perjalanan sebagai psikologi yang banyak berhubungan dengan
pengembangan diri, saya mengamati, shalawat memiliki daya ubah yang
luar biasa pada diri seseorang. Shalawat mengubah sudut pandang (point
of view), cara berfikir (mindset), perilaku, perasaan kita. Begitu banyak
macam, kecepatan, keluarbiasaan, keunikan, dan keindahan dari
shalawat.
08
5. Proses perubahan kehidupan beragama melalui zikir, yang disebut
dengan transformasi religius ini dijelaskan panjang lebar. Lho,
tunggu...., tunggu, itu kan zikir, bukan shalawat?
Begini singkatnya, shalawat itu bagian dari zikir. Zikir artinya
mengingat Allah. Bukankah kita bershalawat dengan menyebut nama
Allah SWT? Ditambah lagi, kita menyebut nama makhluk yang paling
dikasihi-Nya, Rasulullah saw. Maka, kita sedang mengingat-Nya.
Bershalawat, termasuk berzikir.
10
6. Saya sendiri, sejak lebih rutin bershalawat, jadi lebih nengok kalau ada
informasi tentang Rasulullah saw. Ngumpulin buku-buku sejarah beliau,
jadi ikut kebiasaan beliau.
Misalnya, memilih tidak marah. Kadang-kadang kalau lagi bingung
tidak tahu jalan keluar, saya berusaha ngebayangin kalau Rasulullah saw
dalam kondisi begini, beliau bakal memilih apa?
10-11
7. Uniknya, shalawat membantu para pelakunya mengikuti sunah
Rasulullah saw, tanpa paksaan. Ada kelembutan hati, yang menggiring
kerelaan. Membangkitkan kecintaan untuk dengan suka cita mengikuti
jejak beliau. Ada sebuah jalan yang membuat kesedihan dan kesetiaan
menjalani hidup ditemani shalawat.
11
8. Sebagian besar dari perilaku shalawat secara rutin ini, mendapatkan
berbagai manfaat tersebut secara nyata. Bahkan kondisi stress akibat
menunggu berjam-jam tidak lagi dianggap menyiksa. Mereka mengatasi
proses menunggu tersebut dengan ribuan shalawat dan akhirnya
14
mendapatkan ketenangan. Seperti yang dialami oleh teman saya. Sepulang kerja, dia terjebak macet selama 3 jam, yang kemudian dia
lakukan sambil bershalawat. Tak disangka, dalam 3 jam itu dia bisa
bershalawat hingga 5.000 kali.
9. Para ulama berkata, shalawat merupakan amal yang paling mudah
terkabul, membuat kondisi hati menjadi bersih, serta melalui shalawat
beragam berkah diturunkan dan doa dikabulkan. Para pelaku shalawat
juga membuktikan bahwa shalawat dapat menghilangkan resah atau
susah.
15
10. Ketika kita menghubungkan diri dengan yang paling dicintai oleh Sang
Maha memiliki. Ketika kita merasa kehilangan, tidak berdaya, dan tidak
punya apa-apa. Bayangkan jawaban yang kita dapatkan ketika kita
terhubung dengan yang paling mencintai kita.
19
11. Ada banyak yang kita lakukan jika tidak punya uang. Bisa bekerja, bisa
mengupayakan jaringan, bisa mengelola sumber daya yang lain. Tapi
apa yang bisa dilakukan jika tidak punya waktu? Barangkali, itu
sebabnya kita diminta hati-hati pada nikmat sehat dan waktu luang yang
bisa membuat kita tertipu.
19
12. Di sisi lain, kebermaknaan hidup, merasa lebih bahagia, dan jawaban
tentang hal mendasar hidupnya, seperti terjawab dengan sendirinya.
Kecintaan pada Nabi Muhammad shallallahu „alaihi wassalam pun
bertambah.
22
13. Yang paling luar biasa itu, merasa sayang sama semua orang. Bahkan ke
kucing. Rasanya kasihan aja gitu.
22
14. Hidup seperti ada artinya. Sekarang kaya makin cintaaa gitu sama
Rasulullah saw. Rasanya mengalir sendiri ini air mata kalau shalawat
sambil membayangkan perjuangan beliau.
22
15. Yaa biasanya kan gue kalau kebawa pikiran gitu, gue ikut ngomel,
marah-marah. Tapi karena ada setoran, gue komat-kamit aja fokus sama
shalawat. Terus apa yang terjadi?. Mungkin karena gue nggak ngomel,
laki gue jadi ga ngomel balik. Nggak jutek. Gue jadi lebih bisa
intropeksi diri.
24
16. Shalawat membawa efek perubahan mood. Pengulangannya membuat
jeda dengan tekanan pikiran yang kita alami sehingga kita tidak
terkuasai oleh mood. Dalam mood yang lebih mampu dikendalikan,
kesejahteraan emosi lebih mudah tercapai.
24-25
17. Mungkin anda ingin tahu, apa sebenarnya yang terjadi pada shalawat
sehingga sebanyak itu manfaatnya bagi mereka. Sesuatu yang dilakukan
secara berulang-ulang, ritmis, dan repetitif menghasilkan perasaan
nyaman.
26
18. Cinta kepada Allah, merasa tenang ketika mendekatkan diri kepada-Nya,
rindu untuk bertemu dengan-Nya, serta merasa bahagia ketika berzikir
dan mengamalkan ketaatan kepada-Nya.
28
19. Mungkin ada yang salah paham, mengira bahwa shalawat itu hanya
untuk orang yang bermasalah, sedih dan gundah. Padahal kita juga bisa
bershalawat hanya untuk merasa lebih dekat dengan Allah SWT dan
Rasullullah saw.
29
20. Seorang sahabat bahkan bershalawat ketika hatinya sedang senang.
Katanya, “saya takut kalau sedang senang, lupa dengan Allah SWT,
jangan jangan nanti saya jadi nggak diingat Allah SWT.
29
21. Selain itu, dia bilang, shalawat juga membuatnya lebih rileks. Jadi ibaratnya seperti beribadah sambil refreshing.
30
22. Mungkin anda pernah melihat ketika seorang begitu ayik meditasinya,
begitu masuk dalam kesadaran berzikirnya maka ia seperti kehilangan
kesadaran. ia menjadi lebih mistis.
30
23. Pada saat rutin bershalawat, kita memusatkan perhatian pada kata-kata
“Allahumma shalli ‘ala sayyidina Muhammad”. Ini adalah kata-kata
yang bermakna doa, yang memiliki energi positif dan menenangkan.
Seluruhnya berisi pujian dan kata-kata “terpuji” itu sendiri.
31
24. Hari ini panas sekali. Tubuh saya berkeringat. Badan saya jadi tidak
nyaman. Wajah saya ikut berkeringat dan berminyak. Saya merasa tidak
nyaman dengan wajah lengket begini. Rasnya tidak segar dan
seterusnya.
32
25. Cuaca panas perlu diterima dan di syukuri. Cucian menjadi kering,
baunya segar. Terhindar dari bau apek. Wah, cahaya matahari garang.
Bikin semangat, terbayang betapa sendu dan muramnya saat-saat kaki
basah, mendung, an hujan. Semua terlihat lebih ceria. Dan bersyukur
sekali berada dalam ruangan yang sejuk ini.
32
26. Mari berangkat dari asumsi bahwa Nabi Muhammad saw adalah
seseorang yang namanya paling sering disebut di dunia.
39
27. Sebuah perintah dalam kitab suci yang tidak pernah berubah satu huruf
pun sejak lebuh dari 1.400 tahun yang lalu diturunkan: “hai orang-orang
yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam
penghormatan kepadanya.”
39
28. Kalau sedang bingung, Rasulullah ngapain ya? Kalau mau makan apa
yang beliau lakukan? Apa yang beliau pilih dan seterusnnya. Tentunya
pertanyaan mendasarmnya adalah, jika kita ingin menjadi unggul, apa
yang sekiranya akan Rasulullah lakukan.
40
29. Bershalawat tidak hanya melibatkan aktivitas mental memusatkan
pikiran yang terjadi berulang.
41
30. Shalawat, bervibrasi dengan gelombang pemusatan pikiran dari miliaran
manusia lain di bumi ini, menyebut nama beliau dalam repetisi yang
mungkin tak terhitung.
41
31. Aktivitas bershalawat ini berselaras dengan energi mahadasyat lainnya,
oleh jutaan koor malaikat yang terus-menerus melatunkan kalimat yang
sama.
41
32. Banyak orang yang perilakunya berubah setelah rutin bershalawat.
Misalnya, orang yang dulu selalu dugem dan berpakaian mengumbar
aurat, jadi menjauh dari perbuatan yang sia-sia dan berpakaian dengan
lebih sopan.
53
33. Mereka yang melakukan ritual dan ibadah juga dilaporkan mengalami
perbaikan dalam keadaan mental dan fisiknya.
53
34. Zikir dalam buku ini merupakan mistisme dalam Islam. Penyebutan
nama Allah SWT berulang-ulang dianggap sebagai suatu cara untuk
membersihkan jiwa dan menyembuhkan penyakit-penyakit yang ada di
dalamnya.
56
35. Zikir dapat mengubah tendensi jiwa dari orientasi ke dnia luar (lahir) ke
arah dunia dalam (batin). Ia memiliki kekuatan mengubah jiwa yang
masih kacau karena memikirkan beraneka persoalan dunia, menuju arah
56
penyatuan jiwa.
36. Begitu pula dalam menghadapi masalah dan kesulitan. Ketika diiringi
dengan shalawat, kerap kali masalah apa pun itu bisa langsung teratasi.
60
37. Kebiasaan baru artinya (bershalawat dalam jumlah banyak setiap hari)
membangun jutaan koneksi antar sel di otak kita.
61
38. Shalawat menghubungkan kita dengan segenap ingatan dan
ketidaksadaran kolektif terhadap Tuhan sebagai sumber kasih sayang
dan terhadap makhlukNya yang teramat Ia cintai yang juga dikenal
sebagai penuh kasih, Rasulullah saw.
61
39. Kita menjadi lebih lega dan lebih mudah menyayangi dan memafkan
orang lain. By the way, bukankah itu adalah sifat-sifat luhur Rasulullah
shalalallahu „alaihi wasallam yang dibanggakan Allah SWT?
62
40. Satu kabar gembira lain, dalam diri kita tumbuh compassion atau cinta
kasih. Kemampuan untuk menyayangi dan mengharapkan orang lain
bebas dari kesengsaraan (free from suffering).
62
41. Seorang sahabat saya suatu hari pernah menghampiri saya dengan wajah
senang. Dia bilang, shalawat berhasil membantunya menghilangkan
kebiasaan latah.
64
42. Tak heran, ketika sedang sangat intens bershalawat, terjadi pula sensasi
pada diri sebagian orang. Misalnya jantung berdebar lebih kencang, rasa
hangat menjalar di bagian tubuh tertentu, air mata mengalir dan
sebagainya.
68
43. Aktivitas shalawat yang berpikir dan berkata baik (kalimat thayyibah),
membuat kebiasaan lama, mindset, dan keyakinan lama tersingkir dari
tubuh. Ibarat teko berisi teh, dituangkan dengan isi air putih dingin.
69
44. Ada seorang teman yang awalnya niat bershalawat karena ingin sakti.
Lalu saya tanya, apa saat ini dia sudah sakti. Dia jawab, dia tidak sakti,
tetapi sakit.
Saya tanya kembali, apa maksudnya. Rupanya sekarang dia kalau ada
masalah, justru tersenyum karena merasa dadanya tetap lapang ditengah
kesempitan seperti apapun. Ya, seperti orang “sakit”.
70
45. Saat sedang bershalawat, kita terhubung dengan unconscious
collectiveness Rasulullah shallahu „alaihi wasaalam dan miliaran orang
lainnya sedang bershalawat.
73
46. Sebagai makhluk yang dipahami memiliki kualitas terbaik, paling
penyanyang, paling dermawan, paling santun, paling pemaaf, paling
berani dalam situasi perang, paling tangguh menghadapi cobaaan, paling
taat menjalankan perintah agamanya.
73
47. Mengingat kebaikan seseorang adalah sebuah kebaikan (kindness),
berdekatan dengan orang yang mencintai kita adalah sesuatu yang
sangat menyenangkan. Beliau, Rasulullah shallallahu „alaihi wassalam,
ada seseorang yang teramat mencintai kita, bahkan ribuan tahun sebelum
kita dilahirkan.
81
48. Shalawat adalah mengirim cinta, penghormatan dan doa kepada
makhluk yang paling dicintai Sang Maharahim.
80
49. Shalawat, membuat kita terkoneksi dengan jutaan orang pada saat yang
bersamaan diseluruh bumi yang sedang menyebut namanya.
81
50. Menghayati shlawat, berarti juga sedang menikmati keselarasan dengan
semesta, yang mana ikan dilaut, burung-burung diudara, bahkan setiap
81
neuroprptide sel tubuh kita sedang bershalawat.
51. Ini merupakan sesuatu yang khas yang ditemui sebagai efek shalawat,
yaitu ke-tawadhu-an atau kerendahan hati yang lembut. Tumbuh
kesadaran memperlakukan dirinya sebagai hamba yang tidak dibuat-
buat.
83
52. Shalawat adalah sebuah ritual spritual. Sebagai bagian dari zikir, kita
perlu memahami posisi ego dalam spiritual tersebut.
83
53. Sebagian orang dikuasai oleh ego negatif mereka, memilki harga diri
dan hasrat untuk diakui dan dipuji. Ketika niat bershalawat dicemari
oleh ego diakui, dipuji, mendapatkan kesan baik dimata manusia, pada
saat itu ego berkuasa.
85
54. Bukankah adalah manusia-manusia pilihan yang sanggup
melenggangkan shalawat tersebut? Hanya manusia pilihan yang
dimampukan melenggangkan shalawatnya, hingga Allah SWT pun
melagenggkan balasan shalawatnya kepada manusia pilihan tersebut.
88
55. Pernahkah anda berada dalam sebuah kebutuhan yang sangat mendesak?
Ketika tidak ada hal lain yang dapat dilakukan. Bahkan, ketika anda
ditilang di jalan. Anda terpikir untuk menyogok polisi, agar urusan
lancar. Atau, saat ingin melancarkan urusan, anda menyogok pihak yang
berwenang.
91
56. Hidup ini singkat. Paling-paling jika umur panjang dalam 100 tahun kita
sudah meninggal. Sedangkan, kita tidak tahu setelah meninggal kelak,
berapa lama kita berbaring dalam kubur sambill menanti Allah SWT
membangkitkan kita. Tentu kita membutuhkan shalawat-shalawat kita
untuk menjadi teman saat hajat akhirat.
92
57. Alhamdulillah dengan shalawat selalu dimudahkan mendapatkan
kemudahan, selalu ada jalan terutama ketika mentok.
96
58. Sewaktu umrah, saya sedang di Madinah kehilangan tas di tempat
wudhu Masjid Qiblatain. Saya bergegas salat dan bertawasul dengan
shalawat.
97
59. Tasnya pun nggak ketemu dimana-mana. Saya berpikir, mungkin ini
sudah jadi ketetapan Allah SWT. Saya lalu pasrah saja.
97
60. Sambil tetap mengiringi langkah meninggalkan masjid Qiblatain menuju
percetakan Alquran di Madinah, saya bershalawat.
97
61. Jarak dari masjid ke percetakan Alquran cukup jauh, ditempuh dengan
naik bus. Sambil terus shalawat akhirnya saya sudah lupa tentang tas itu.
97
62. Tiba-tiba secara ajaib, kuasa Allah SWT, di tengah antreannya menuju
keluar gedung, ada seorang Arab yang sedang menenteng tas saya!
97
63. Shalawatnya membuatnya begitu yakin akan mendapat jalan keluar dari
arah mana pun.
98
64. Menurut guru saya, lupa berasal dari setan sehingga jika seseorang lupa
maka dengan menyebut nama Allah SWT, Insya Allah setan akan pergi
dan ia akan ingat kembali.
101
65. Shalawat kepada Nabi saw mrupakan bentuk zikrullah mengingat Allah
SWT, karena mengandung nama Allah SWT dan rasul-Nya.
101
66. Saya ini pelupa mbak. Namun kalau ada yang lupa berulang kali
shalawat. Biasanya jadi ingat, kisah seorang pelaku shalawat.
104
67. Shalawat adalah cara yang dapat anda lakukan untuk memelihara
harmoni denga kehidupan. Melalui shalawat secara rutin sambil
112
beraktivitas apa pun, kita memelihara perasaan dan pikiran positif, sehingga ruang dan kesempatan dari hal negatif untuk berkembang
menjadi mengecil. Tanpa anda sadari, alam bawah sadar anda terkoneksi
dengan doa, yang terus menerus dipanjatkan kepada makhluk yang
paling positif di dunia.
68. Pengalaman yang dialami selama rutin bershalawat, jadi lebih sehat,
Alhamdulillah.
113
69. Yang paling dirasakan setelah rutin bershalawat itu, merasa lebih pasrah,
lebih berserah kepada Allah SWT. Apa pun yang terjadi, itu kehendak
Allah SWT yang pasti ada sebuah alasan didalamnya, alasan yang
kadang kita tidak dimampukan untuk mengetahui itu di awal.
113
70. Entah karena rutin bershalawat, yang jelas sih udah enggak pernah
ngeluh sakit, baru tahu aku kalau shalawat bisa meredam sakit.
113
Bagaimana Bershalawat ?
1. Dalam kitab As-syifa, Al-Qadhi Iyadh, minimal dalam hidup kita, kita
perlu sekali bershalawat.
119
2. Sesungguhnya membaca shalawat kepada Rasulullah saw, merupakan
sebuah kefarduan yang tidak terbatas oleh waktu.
119.
3. Rasulullah saw menyebutkan hari jumat sebagai hari untuk
memperbanyak shalawat.
122
4. Secara umum ada dua cara bershalawat, yakni dalam keadaan
mindfulness dan sambil beraktivitas. Sebaiknya memang punya
wudhu.
124
5. Bershalawat akan baik sekali dalam kondisi mindfulness. Pada saat
memiliki wudhu, setelah shalat, duduk diam dengan mata terpejam.
Silahkan bershalawat. Lakukan sebanyak-banyaknya.
124
6. Anda bisa memperbanyak shalawat meski tidak dalam keadaan wudhu.
Misalnya sedang menunggu sesuatu, sedang didalam kendaraan umum,
sedang di dalam keramaian atau sambil melakukan sesuatu seperti
menyupir atau menyapu sekali pun.
124
7. Dalam kondisi berkonsentrasi, mindful, setelah salat, wajib atau
sunnah, duduklah diatas sajadah anda penuh konsentrasi. Pejamkan
mata. Pusatkan perhatian pada napas yang masuk dan keluar. Niatkan
bershalawat. Anda boleh membeca surat Al-fatihah terlebih dulu dan
niatkan untuk membaca shalawat karena Allah SWT semata.
125
8. Untuk membantu konsentrasi pada hitungan, bisa menggunakan tasbih.
Anda bisa membayangkan atau memvisualisasikan huruf “Allah”
dalam huruf hijaiyah: alif lam lam ha.
126
Mereka yang Bershalawat
1. Ramzan Akhmadovich Kadyrov, presiden pemenrintah federal Rusia,
checnya saat ini adalah seorang negarawan sejati yang senantiasa
mengikuti sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa alihi wa shahbihi wa
sallam.
147
2. Dalam banyak kesempatan, tasbih digital hitam untuk bershalawat
tidak pernah lepas dari tangannya. Konon, tidak kurang dari 5.000
shalawat perharinya.
147
3. Presiden Ramzan memerintahkan kepada segenap aparatur pemerintah
dan warganya untuk melazimkan shalawat. Beliau juga mewajibkan
polisi dan tentaranya untuk salat Subuh dan Isya berjamaah di masjid.
148
4. Jika shalat jumat tiba, beliau akan salat di shaf ketiga, tidak mau maju ke depan karena sebagai penghormatan kepada para habib dan ulama
yang mengisi shaf pertama dan kedua.
148
5. Kalau migrain kadang-kadang gara-gara banyak begadang. Dulu
kerasanya berat banget. Frekuensinya jarang tapi kalu pas kena
dibarengin shalawat biasanya lebih rileks. Tidak lama setelah itu
biasanya berakhir tertidur. Ketika bangun sudah lumayan sih. Tapi
yang pasti, kalau sedang di kendaraan atau lagi dijalanan sendiri lebih
tenang dan enggak cemasan.
150
6. Ketika pergi ke Tahif sudah muai ragu dengan niat menghafal Alquran
5 juz dalam 2 minggu. Yang saya lakukan adalah bershalawat 1000
kali setiap selesai shalat fardu.
151
7. Alhamdulillah, sebelum seminggu sudah hafal 4 setengah juz. 151
8. Karena shalawat adalah doa maka doa yang dilakukan Habib adalah
doa yang tajam ketika semakin fokus dan berulang-ulang diucapkan.
152
9. Kita tahu bahwa shalawat adalah salah satu syarat dikabulkannya doa.
Sebuah pencapaian yang nyaris tidak mungkin secara umum, tapi
kekuatan doa langit dan bumi, membuat sesuatu yang tidak mungkin
menjadi mungkin.
152
10. Saya lihat jam menunjukkan pukul 11:15. Sebelumnya sepanjang jalan
saya sedang baca shalawat nariyah. Akhirnya, saya dorong motor
sambil teruskan shalawatnya.
153
11. Dia langsung menawarkan pertolongan dengan mendorong motor saya
sampai ketemu tukang bensin eceran (dengan cara disetut alias di
dorong pakai kaki sambil dinaiki motornya). Akhirnya saya terima
tawarannya, sempat ketemu tukang bensin eceran dekat sekolah Binus
Simprug.
154
12. Saya mengucapkan terima kasih kepada pasangan suami-istri tadi.
Setelah itu saya isi bensin dan segera meluncur ke arah manggarai.
154
13. Saya yakin tidak ada yang kebetulan, terlebih lagi saya sedang
membaca shalawat sepanjang perjalanan.
154
14. Kelas dua aliyah (setingkat SMA), saya tidak bisa bangun malam. Saya
mulai minta sama Allah SWT agar bisa bangun malam. Kalau saya
minta dibangunkan pukul 3 dini hari, biasanya pukul 3 lebih satu dikit
sudah bangun. Saya juga semakin merinding, batin merasa lebih
nyaman.
155
15. Pernah dulu tidak punya uang sama sekali. Padahal ada teman dari
Indonesia yang sedang umrah. Saya ingin mengajak dia makan. Tapi
tidak punya uang, jadi shalawat saja. Setelah shalawat saya berdoa.
156
16. Kalau shalawat, dalam konsentrasi, kadang sendawa-sendawa. Sisanya
tidak terlalu dirasakan. Setelah rutin kadang saya mimpi ketemu guru
saya. Menyapa, mengingatkan untuk terus bershalawat. Rasanya
biasanya jadi tambah rindu dengan beliau.
156
17. Sekarang saya ingin lebih berbakti kepada orang tua. Merasa ingin
lebih banyak membantu orang lain.
156
18. Saya mulai bershalawat sejak 2010, diperkenalkan oleh seorang ustadz
dipengajian. Saat awal diminta untuk 100 perhari, jadi setiap habis
shalat saya cicil. Kemudian, meningkat harus 1000 per hari, itu pun
waktunya saya cicil setiap habis shalat.
157
19. Sejak bershalawat rutin rasanya kualitas lebih baik, setelah beberapa waktu, bisa puasa sunah Daud selama 7-8 bulan.
157
20. Saya ingin lebih mencintai orang tua karena ingin dicintai Allah SWT
dan Kanjeng Nabi.
158
21. Saya menjadi lebih mudah menerima. Terkait emosi, sedikit lebih
tenang kadang masih suka meletup-letup jika memang sudah tidak bisa
ditahan.
158
22. Semua saya jalani saja, tidak ada target tertentu karena apa yang mau
saya targetkan. Mungkin ingin lebih di akui sebagai umat Kanjeng
Rasulullah saw, ingin lebih dicintai dengan mencoba mencintai beliau
dengan sepenuh hati jiwa dan raga.
158
23. Hal luar biasa yang saya dapat setelah rutin bershalawat cukup banyak.
Diantaranya berpergian ke-3 negara (singapura, Cina dan Arab Saudi)
tanpa mengeluarkan uang sepeser pun, bahkan diberi bayaran.
159
24. Ditengah ke khawatiran tersebut, saya terus saja membaca shalawat. 160
25. Saya melakukan shalawat dengan memusatkan perhatian pada shalawat
dengan membayangkan perjuangan dan pengorbanan Rasulullah
shallallahu „alaihi wasallam. Saya juga memohon syafaat, belajar
menghadirkan cinta dan rindu kepada beliau. Dengan mengingat cinta
Rasulullah saw yang begitu besar kepada kita.
161
26. Saya mengingat tangisan serta permohonan kepada Allah SWT yang
beliau lakukan untuk kita, umatnya, berusaha mengingat senyum
beliau, yang semoga Allah SWT mengizinkan kita semua untuk
melihatnya, melihat keindahan senyum sang baginda.
161
27. Emosi juga bisa dikendalikan, dimampukan untuk sedikit berpikir
sebelum bicara meskipun kadang suka ceplas-ceplos.
162
28. Pengaruh shalawat pada aktivitas ibadah yang lain alhamdulillah. Saat
salat saya bisa belajar untuk salat, tilawah, puasa atau sedekah dengan
cara yang lebih baik lagi dan mohon doanya semoga ke depan masih
bisa semakin baik lagi.
162
29. Yang dirasakan saat bershalawat, khusunya ketika benar-benar duduk
dan khusyuk seperti ada yang mengguncangkan badan, antara sadar
dan tidak sadar. Suhu tubuh meningkat biasanya. Air mata dan air dari
hidung keluar tapi belum pernah sampai mimisan.
162
30. Sebelum rutin bershalawat, saya dikenal dengan sebutan tomboy. Kata
ibu saya orang yang terlalu cuek, nggak bisa diatur semuanya sendiri
saya di cap gak punya perasaan oleh teman-teman.
163
31. Interaksi dengan orang tua menjadi lebih baik lagi setelah bershalawat,
lebih bisa mendengarkan dan menerima apa yang disuguhkan kepada
saya, suka ataupun tidak suka, tetap saya terima.
163
32. Sebelum rutin bershalawat, saya termasuk orang yang suka meledek,
tidak jarang bercanda berlebihan, membuat teman skak-mat adalah
salah satu kemenangan besar buat saya meskipun dalam skala
bercanda.
163
33. Setelah rutin bershalawat, dengan sendirinya, seperti terjaga dari hal-
hal yang tidak perlu, tidak penting, berlebihan dan sia-sia.
163
34. Dalam hal mengingat pun Alhamdulillah sudah meningkat. Karena
sebelumnya memang saya termasuk orang pelupa. Hehehe.
163
35. Memusatkan perhatian alhamdulillah juga lebih baik sekarang. Jauh 163-164
lebih tenang. Nyaman. Lebih tahu dan mengerti apa arti ketenangan, kenyamanan dan kebahagiaan sebenarnya. Pengaruh terhadap
pengelolaan emosi setelah rutin bershalawat jauh lebih dimampukan
untuk mengendaikan emosi.
36. Secara indah, perempuan ini mengambarkan kecintaan yang bertambah
pada Rasulullah saw dan peningkatan kualitas ibadahnya sebagai
“hadiah” dari shalawat rutinnya.
163
Tanya Jawab Seputar Shalawat
1. Hadis adalah perkataan langsung Rasulullah saw. Bukan berarti
Rasulullah saw menghendaki dirinya didoakan demi kepentingannya,
tetapi terutama karena rahmat yang akan di dapatkan oleh kita, umat
beliau. Kita tahu bahawa beliau adalah orang yang paling rendah hati,
orang yang paling tidak merasa perlu di hormati.
174
2. Penting sekali! Bukan hanya Allah SWT dan para malaikatnya lho,
tetapi juga seluruh penghuni langit dan bumi. Bahkan para nabi, sejak
nabi Adam as seluruhnya bershalawat.
174
3. Shalawat pun adalah ekspresi cinta. Mengupayakan Cinta yang ada
dalam perintah-Nya, menunjukan pengabdian, ketundukan dan ketaan
kepada Allah SWT dan Rasul-Nya.
177
Tabel Kesepakatan Antar Juri
Judul Kali
mat
KATEGORI PESAN
BQ FQ RQ IQ EQ NQ
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
Psikologi
Shalawat
1 √ √ √
2 √ √ √
3 √ √ √
4 √ √ √
5 √ √ √
6 √ √ √
7 √ √ √
8 √ √ √
9 √ √ √
10 √ √ √
11 √ √ √
12 √ √ √
13 √ √ √
14 √ √ √
15 √ √ √
16 √ √ √
17 √ √ √
18 √ √ √
19 √ √ √
20 √ √ √
21 √ √ √
22 √ √ √
23 √ √ √
24 √ √ √
25 √ √ √
26 √ √ √
27 √ √ √
28 √ √ √
29 √ √ √
30 √ √ √
31 √ √ √
32 √ √ √
33 √ √ √
34 √ √ √
35 √ √ √
36 √ √ √
37 √ √ √
38 √ √ √
39 √ √ √
40 √ √ √
41 √ √ √
42 √ √ √
43 √ √ √
44 √ √ √
45 √ √ √
46 √ √ √
47 √ √ √
48 √ √ √
49 √ √ √
50 √ √ √
51 √ √ √
52 √ √ √
53 √ √ √
54 √ √ √
55 √ √ √
56 √ √ √
57 √ √ √
58 √ √ √
59 √ √ √
60 √ √ √
61 √ √ √
62 √ √ √
63 √ √ √
64 √ √ √
65 √ √ √
66 √ √ √
67 √ √ √
68 √ √ √
69 √ √ √
70 √ √ √
Bagaim
ana
Bershal
awat ?
1 √ √ √
2 √ √ √
3 √ √ √
4 √ √ √
5 √ √ √
6 √ √ √
7 √ √ √
8 √ √ √
Mereka
yang
Bershal
awat
1 √ √ √
2 √ √ √
3 √ √ √
4 √ √ √
5 √ √ √
6 √ √ √
7 √ √ √
8 √ √ √
9 √ √ √
10 √ √ √
11 √ √ √
12 √ √ √
13 √ √ √
14 √ √ √
15 √ √ √
16 √ √ √
17 √ √ √
18 √ √ √
19 √ √ √
20 √ √ √
21 √ √ √
22 √ √ √
23 √ √ √
24 √ √ √
25 √ √ √
26 √ √ √
27 √ √ √
28 √ √ √
29 √ √ √
30 √ √ √
31 √ √ √
32 √ √ √
33 √ √ √
34 √ √ √
35 √ √ √
36 √ √ √
Tanya
Jawab
Seputar
Shalawa
t
1 √ √ √
2 √ √ √
3 √ √ √