analisis internal control terhadap hasil audit

17
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem Pengendalian Internal adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan personel lain, yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan yakni kendala pelaporan keuangan, kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku, efektifitas dan efisiensi operasi. Mulyadi (2002 : 181) Ada 2 jenis auditor independen yaitu auditor publik yang melakukan audit pada perusahaan publik dan auditor pemerintah yaitu Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI). Persamaan dari hasil laporan kedua auditor tadi adalah sama- sama memberikan opini atas hasil dari proses audit yang mereka lakukan. Pemberian opini BPK merupakan pernyataan atau pendapat secara profesional BPK yang merupakan kesimpulan pemeriksa mengenai tingkat kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan keuangan. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara, salah satu kriteria 1

Upload: siti-nur-azizah

Post on 23-Oct-2015

78 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

great

TRANSCRIPT

Page 1: analisis internal control terhadap hasil audit

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sistem Pengendalian Internal adalah suatu proses yang dijalankan

oleh dewan komisaris, manajemen, dan personel lain, yang didesain untuk

memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan

yakni kendala pelaporan keuangan, kepatuhan terhadap hukum dan

peraturan yang berlaku, efektifitas dan efisiensi operasi. Mulyadi (2002 :

181)

Ada 2 jenis auditor independen yaitu auditor publik yang

melakukan audit pada perusahaan publik dan auditor pemerintah yaitu

Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI). Persamaan

dari hasil laporan kedua auditor tadi adalah sama-sama memberikan opini

atas hasil dari proses audit yang mereka lakukan. Pemberian opini BPK

merupakan pernyataan atau pendapat secara profesional BPK yang

merupakan kesimpulan pemeriksa mengenai tingkat kewajaran informasi

yang disajikan dalam laporan keuangan. Berdasarkan Undang-Undang

Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan

Tanggungjawab Keuangan Negara, salah satu kriteria pemberian opini

BPK adalah efektifitas sistem pengendalian internal (SIP).

Adalah Pemkab Mybrad, Kabupaten Papua Barat yang hasil audit

atas laporan keuangan pemerintah daerah (LKPD) tahun 2013 belum

mendapatkan opini audit wajar tanpa pengecualian (WTP) dari BPK,

namun BPK masih memberikan opini wajar dengan pengecualian (WDP)

atas LKPDnya tahun 2013. Opini ini diberikan karena BPK masih melihat

sistem pngendalian internal (SIP) Pemkab Mybrat, Provinsi Papua Barat

masih lemah dan belum biasa dikatakan efektif.

1

Page 2: analisis internal control terhadap hasil audit

Dalam makalah ini akan dibahas tentang analisis dari pengaruh

sistem pengendalian internal (SIP) terhadap opini auditor, dalam hal ini

BPK.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka dapat

dirumuskan beberapa identifikasi yang diangkat dalam penulisan makalah

ini:

1. Kriteria umum apa saja yang menjadi dasar pemberian opini BPK

terkait pemeriksaan auditnya?

2. Bagaimana sistem pengendalian internal (SIP) Pemkab Mybrat,

Provinsi Papua Barat dan pengaruhnya terhadap opini audit BPK?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui kriteria umum yang menjadi dasar pemberian opini

BPK terkait pemeriksaan auditnya.

2. Mengetahui sistem pengendalian internal (SIP) Pemkab Mybrat,

Provinsi Papua Barat dan pengaruhnya terhadap opini audit BPK.

2

Page 3: analisis internal control terhadap hasil audit

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kriteria Umum Sebagai Dasar Pemberian Opini Pemeriksaan BPK

Opini BPK sendiri merupakan pernyataan atau pendapat

profesional BPK yang merupakan kesimpulan pemeriksa mengenai tingkat

kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan keuangan. Berdasarkan

UU No.15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan

Tanggungjawab Keuangan Negara, opini pemeriksaan BPK diberikan

berdasarkan kriteria umum sebagai berikut:

1. Kesesuaian dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP),

2. Sistem Pengendalian Interal Pemerintah (SPIP),

3. Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2.1.1 Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 tentang

Standar Akuntansi Pemerintahan, “Standar Akuntansi Pemerintahan

adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan

menyajikan laporan keuangan pemerintah”. SAP diterapkan di lingkup

pemerintahan, yaitu pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan satuan

organisasi di lingkungan pemerintah pusat/daerah, jika menurut peraturan

perundang-undangan satuan organisasi dimaksud wajib menyajikan

laporan keuangan. Sedangkan, untuk mengatasi masalah teknis penerapan

PSAP dan atau IPSAP, Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP)

juga menerbitkan Buletin Teknis SAP. Buletin Teknis SAP berisi

informasi yang menjelaskan teknis akuntansi sebagai pedoman bagi

pengguna.

3

Page 4: analisis internal control terhadap hasil audit

2.1.2 Sistem Pengendalian Interal Pemerintah (SPIP)

Pengendalian internal pada pemerintah pusat dan pemerintah

daerah dirancang dengan berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor

60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP).

Peraturan Pemerintah tersebut menyatakan bahwa SPI adalah proses yang

integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus

oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan

memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif

dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan

ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Sedangkan

Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP) di dalam PP

Nomor 60 Tahun 2008 adalah Sistem Pengendalian Intern yang

diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan

pemerintah daerah. Peraturan Pemerintah (PP) nomor 8 tahun 2006

tentang pelaporan keuangan dan kinerja instansi pemerintah, menyatakan

bahwa SPI adalah suatu proses yang dipengaruhi oleh manajemen yang

diciptakan untuk memberikan keyakinan yang memadai dalam pencapaian

efektivitas, efisiensi, ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan

yang berlaku, dan keandalan penyajian laporan keuangan Pemerintah.

Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian

Intern Pemerintah (SPIP) yang merupakan adopsi dari The Committee of

Sponsoring Organizations of the Treadway Commissions (COSO) Internal

Control Framework dengan dilakukan penyesuaian-penyesuaian sesuai

dengan kebutuhan dan karakteristik pemerintahan di Indonesia. SPIP ini

bersifat integrated dan merupakan suatu proses yang terus menerus

dilakukan oleh Instansi Pemerintah serta bersifat dinamis dan mengikuti

seiring dengan perkembangan jaman.

4

Page 5: analisis internal control terhadap hasil audit

Unsur-unsur sistem pengendalian internal berdasarkan COSO. Arens

(2011 : 321):

1. Lingkungan pengendalian

2. Penilaian risiko

3. aktivitas pengendalian

4. Informasi dan komunikasi

5. Pengawasan

2.1.3 Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang- Undangan

Sebagai bagian pemerolehan keyakinan yang memadai tentang

apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material, sesuai dengan

Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN), BPK melakukan

pengujian kepatuhan pada Entitas Pemerintah Daerah terhadap ketentuan

peraturan perundanganundangan, kecurangan serta ketidakpatutan yang

berpengaruh langsung dan material terhadap penyajian laporan keuangan.

Pemeriksaan yang dilakukan BPK atas Laporan Keuangan Entitas

Pemerintah Daerah tidak dirancang khusus untuk menyatakan pendapat

atas kepatuhan terhadap keseluruhan ketentuan peraturan perundang-

undangan. Oleh karena itu, BPK tidak menyatakan suatu pendapat seperti

itu. Ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan dapat

mengakibatkan kerugian daerah, potensi kerugian daerah, kekurangan

penerimaan, administrasi, ketidakhematan dan ketidakefektifan.

Ketiga kriteria pemeriksaan di atas akan mempengaruhi opini BPK

yang akan diberikan kepada LKPD yang bersangkutan, semakin banyak

jumlah pelanggaran atau ketidaksesuaian dengan kriteria yang telah

ditentukan, maka opini yang diberikanpun akan semakin buruk.

Pelanggaran yang ditemukan akan dibandingkan dengan kriteria tersebut

kemudian ditentukan tingkat materialitasnya.

Opini wajar tanpa pengecualian (WTP) merupakan penilaian

tertinggi yang diberikan, karena menunjukkan bahwa laporan keuangan

5

Page 6: analisis internal control terhadap hasil audit

tersebut telah disajikan secara wajar, tidak terdapat kesalahan yang

material, dan sesuai standar. Dengan demikian, dapat diandalkan

pengguna dengan tidak akan mengalami kesalahan dalam proses

pengambilan keputusan. Opini wajar dengan pengecualian (WDP) berarti

laporan keuangan masih wajar, tidak terdapat kesalahan yang material,

sesuai dengan standar, namun masih terdapat catatan yang perlu

diperhatikan.

2.2 Sistem Pengendalian Internal (SIP) Pemkab MyBrat, Provinsi Papua

Barat dan Pengaruhnya Terhadap Opini Audit BPK

Berdasarkan pemeriksaan audit LKPD Pemkab Mybrat, Provinsi

Papua Barat tahun 2013, BPK memberikan opini WDP pada laporan

auditnya. Opini WDP yang diberikan kepada Pemkab Mybrat, Provinsi

Papua Barat merupakan hasil dari pemeriksaan BPK untuk memperoleh

keyakinan memadai bahwa LKPD bebas dari salah saji material. Suatu

pemeriksaan meliputi eksaminasi, atas dasar pengujian, bukti-bukti yang

mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan.

Pemeriksaan juga meliputi penilaian atas prinsip akuntansi yang

digunakan dan estimasi signifikan yang dibuat oleh Pemkab Mybrat,

Provinsi Papua Barat, serta penilaian terhadap penyajian laporan keuangan

secara keseluruhan. BPK yakin bahwa pemeriksaan tersebut memberikan

dasar memadai untuk menyatakan pendapat. Pemeriksaan atas SPI dan

kepatuhan terhadap perundang-undangan juga dilakukan BPK untuk

memperoleh keyakinan yang memadai atas kewajaran LKPD tersebut.

Kesesuaian terhadap SAP juga merupakan bagian dari efektifitas SPI dan

Kepatuhan terhadap perundang-undangan.

6

Page 7: analisis internal control terhadap hasil audit

Berikut terkait temuan BPK atas test of control-nya terhadap SIP

Pemkab Mybrat, Provinsi Papua Barat (data sekunder yang kita olah

sendiri):

1. Sistem penetapan satuan harga yang belum diterapkan,

2. Sistem fungsi yang masih belum jelas misalnya beberapa pejabat

pengelolaan keuangan belum ditetapkan, pimpinan SKPD belum

mengangkat PPK-SKPD,

3. Sistem penatausahaan yang belum tertib,

4. Sistem perekrutan pegawai yang lemah, misalnya merekrut

bendahara tidak sesuai bidangnya dan belum terlatih,

5. Sistem penganggaran yang masih belum jelas, dibuktikan dengan

temuan penetapan anggaran APBD yang belum tepat waktu,

6. Sistem pemcatatan dan dokumentasi yang buruk, misalnya masih

banyak ditemukan belanja yang tidak didukung dengan bukti yang

memadai.

Saat ini Pemkab Mybrat, Provinsi Papua Barat tengah menata system

pengendalian internalnya. Terkait dengan hal di atas dibuktikan Pemkab

Mybrat, Provinsi Papua Barat dengan membuka bimbingan teknis

penatausahaan keuangan daerah dan perbendaharaan di lingkungan Satuan

Kerja Perangkat Daerah Pemerintah Kabupaten Maybrat, Provinsi Papua

Barat. Bimbingan teknis diikuti oleh seluruh Kepala SKPD, para Kepala

Bidang dan Sekretaris SKPD, PPK-SKPD, Bendahara, serta staf yang

terkait langsung dengan tugas penatausahaan keuangan.

7

Page 8: analisis internal control terhadap hasil audit

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Dalam memberikan opini, BPK memiliki karakteristik umum

terkait dengan:

1. Kesesuaian dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP),

2. Sistem Pengendalian Interal Pemerintah (SPIP),

3. Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Namun dalam pelaksanaanya terutama dalam fase-fase awal proses

audit, auditor harus memastikan terlebih dahulu bahwa sistem

pengendalian internal (SIP) klien memang benar-benar dalam opini yang

baik dan efektif. Dari sistem pengendalian internal yang baik ini nanti

akan sangat berdampak pada prosedur audit kedepannya. Auditor tidak

harus mengeluarkan biaya yang sangat besar terutama terkait pengujian

terperinci saldonya jika dalam test of control-nya membuktikan bahwa

sistem pengendalian internal klien dalam keadaan baik.

Dari kasus masih lemahnya sistem pengendalian internal yang dimiliki

Pemkab Mybrad, Provinsi Papua Barat dengan memdapat opini BPK

wajar dengan pengecualian (WDP) kita dapat simpulkan faktor umum apa

saja yang menyebabkan kebanyakan Pemprov/Pemkab hanya memperoleh

opini BPK wajar dengan pengecualian (WDP) bahkan opini tidak wajar

dan belum banyak yang bisa mendapat opini BPK wajar tanpa

pengecualian (WTP):

1. Ketidakefektifan SPI diketahui dari kelemahan yang dimiliki

sebagian besar LKPD, yaitu terletak pada sistem pengendalian

pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja,

8

Page 9: analisis internal control terhadap hasil audit

2. Ketidakpatuhan terhadap perundang-undangan yang berlaku

misalnya ditemukan kasus kerugian daerah, kasus kekurangan

penerimaan, kasus administrasi dan kasus ketidakefektifan,

3. Ditemukan kasus yang mengindikasikan ketidaksesuaian LKPD

dengan SAP,

4. Kualitas SDM yang dimiliki oleh Pemprov/Pemkab masih rendah,

5. Tidak tertibnya SKPD dan SKPKD dalam penatausahaan keuangan

mengakibatkan timbulnya permasalahan dalam pengelolaan

Keuangan, sehingga opini WTP belum dapat dicapai.

3.2 SARAN

Terdapat tiga aspek utama yang mendukung terciptanya

kepemerintahan yang baik (good government) yaitu, pengawasan,

pengendalian, dan peneriksaan. Mardiasmo (2010 : 189). Ketiga hal

tersebut memang perlu diterapkan dalam rangka mencapai sistem

pengendalian internal (SIP) yang baikdan efektif.

Dari kasus Pemkab Mybrat, Povinsi Papua Barat tadi, sebaiknya

setiap Pemprov/Pemkab melakukan peninjauan kembali terhadap sistem

pengendalian internalnya, apakah perlu adanya perbaikan sistemnya atau

bahkan penggantian dari sistem lama kesistem yang baru. Ini dimaksudkan

agar semua aktivitas yang dilakukan bejalan sesuai sistem yang baik dan

efektiv. Perbaikan sistem pengendalian internal misalnya bias dilakukan

hal-hal sebagai berikut:

1. Badan Kepegawaian Daerah harus memprioritaskan kemampuan

calon pegawai,

2. Dalam hal akuntansi dan penganggaran untuk ditempatkan pada

bagian keuangan yang pada dasarnya merupakan bagian yang

paling riskan terjadi masalah,

9

Page 10: analisis internal control terhadap hasil audit

3. Badan Kepegawaian Daerah harus menambah jumlah pegawai di

Sub. Bagian Keuangan pada masing-masing SKPD dengan latar

belakang pendidikan minimal D3 Akuntansi,

4. Memberikan pelatihan kepada Kepala Satuan Kerja selaku

Pengguna Anggaran, PPK-SKPD, Pejabat Pelaksana Teknis

Kegiatan (PPTK), dan Bendahara,

5. Diperlukan komitmen bersama di seluruh unsur SKPD, SKPKD

dan TAPD dalam kedisiplinan dalam hal penganggaran dan

pelaksanaan fungsinya masing-masing,

6. Pemprov/pemda harus segera menindaklanjuti rekomendasi dari

BPK di tahun-tahun sebelumnya atas temuan-temuan

ketidakpatuhan terhadap perundang-undangan, ketidaksesuaian

dengan SAP, dan ketidakefektifan SPI.

10

Page 11: analisis internal control terhadap hasil audit

DAFTAR PUSTAKA

Mulyadi. 2008. Auditing Buku 1 Edisi 6. Jakarta : Salemba Empat

Arens, dkk. 2011. Jasa Audit dan Assurance Buku 1. Jakarta: Salemba

Empat.

Mardiasmo. 2010. Akuntansi Sektor Publik Edidsi Terbaru.

Yogyakarta: Andi Ofset.

http://zrabbani.blogspot.com/2013/09/analisis-opini-bpk-atas-laporan_17.html.

Diakses pada 11 Desember 2013 pukul 09:00 WIB.

11

Page 12: analisis internal control terhadap hasil audit

LAMPIRAN

12