analisis hubungan variabel … berpengaruh, baik jangka pendek maupun jangka panjang terhadap ihsg...
TRANSCRIPT
i
ANALISIS HUBUNGAN VARIABEL MAKROEKONOMI
TERHADAP PASAR MODAL INDONESIA
dengan Pendekatan Error Correction Model (ECM)
Periode September 2013 – Juli 2016
Disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar strara I pada
Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Disusun Oleh :
ANDRIES STYANI SANTOSO
NIM : B300140196
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2018
1
ANALISIS VARIABEL MAKROEKONOMI TERHADAP PASAR MODAL
INDONESIA DENGAN PENDEKATAN ERROR CORRECTION MODEL
(ECM) PERIODE SEPTEMBER 2013 – JULI 2016
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Nilai Tukar, Inflasi,
Harga Minyak Dunia dan Indeks Dow Jones terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) yang merupakan Indeks komposit terbesar di Bursa Efek
Indonesia (BEI). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data bulanan
periode tahun 2013 – 2016. Model analisis dengan menggunakan Error
Correction Model (ECM).
Hasil penelitian dengan menggunakan analisis ECM menunjukkan bahwa
dalam jangka pendek variabel makroekonomi Kurs dan Harga Minyak Dunia
berpengaruh signifikan negatif terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. Variabel
Indeks Dow Jones berpengaruh signifikan positif terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan sedangkan variabel makroekonomi Inflasi tidak berpengaruh terhadap
Indeks Harga Saham Gabungan. Dalam jangka panjang variabel makroekonomi
Kurs, Inflasi dan Harga Minyak Dunia berpengaruh signifikan negatif terhadap
Indeks Harga Saham Gabungan. Variabel Indeks Dow Jones tidak berpengaruh
terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. Secara bersama – sama variabel
makroekonomi Kurs, Inflasi, Harga Minyak Dunia dan Indeks Dow Jones
berpengaruh signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan pada tahun 2013
– 2016.
Kata Kunci : Kurs, Inflasi, Harga Minyak Dunia, Indeks Dow Jones, Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG), Error Correction Model (ECM).
ABSTRACT
This study intended to examine the effects of Exchange Rate, Inflation ,
World Oil Price and Dow Jones Index on Composite Stock Price Index which is
the largest index in Indonesia Stock Exchange (BEI). Data used in this research is
data of the period of 2013 - 2016. The model is analyzed with Error Correction
Model (ECM).
The ECM results shows in the short term macroeconomic variables
Exchange Rates and World Prices significantly affect the Composite Stock Price
Index. Dow Jones Index has a positive significance to Stock Price Index
macroeconomic variables Inflation does not affect the Composite Stock Price
Index. In the long term, the macroeconomic variables of Foreign Exchange Rate,
Inflation and World Price have a significant effect on the Composite Stock Price
Index. Dow Jones Index Variables does not affect the Composite Stock Price
2
Index. Variables, Exchange Rates, Inflation, World Oil Prices and Dow Jones
Index have a significant effect on Composite Stock Price Index in 2013 - 2016.
Keyword: Exchange Rate, Inflation, World Oil Price, Dow Jones Index,
Composite Stock Price Index (IHSG), Error Correction Model (ECM).
1. PENDAHULUAN
Pasar modal merupakan salah satu alat penggerak perekonomian di
suatu negara, karena pasar modal merupakan sarana pembentuk modal dan
akumulasi dana jangka panjang yang diarahkan untuk meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam penggerakan dana guna menunjang pembiayaan
pembangunan nasional. Pasar modal juga merupakan representasi penilaian
dalam dunia usaha seperti kondisi perusahaan di suatu negara, karena hampir
semua industri di suatu negara terwakili oleh pasar modal (Darwati, Suli dan
Nanda Trio Santoso, 2015).
Negara Indonesia terkategori sebagai Negara yang sedang berkembang,
dimana dalam proses perkembangannya pasti akan membutuhkan modal atau
dana dalam jumlah yang besar sebanding dengan pertumbuhan yang
ditargetkan. Dalam hal ini pasar modal mempunyai peranan yang strategis
dalam perekonomian Indonesia, pasar modal merupakan salah satu pilar
ekonomi Indonesia yang dapat menjadi penggerak ekonomi nasional melalui
peranannya sebagai sumber pembiayaan bagi perusahaan dan alternatif bagi
para pemodal.
Kondisi pasar modal yang mengalami pasang surut menunjukkan
bahwa aktifitas bisnis di pasar modal memiliki keterkaitan dengan irama
ekonomi makro. Dalam kegiatan ekonomi makro terkandung aspek produksi,
pendapatan, pengeluaran, anggaran nasional, jumlah uang beredar dan neraca
pembayaran. Kondisi ekonomi makro yang stabil merupakan energi pendorong
bagi berkembangnya pasar modal (Suta, 2000).
Berdasarkan latar belakang tersebut, pergerakan IHSG cenderung
mengikuti tingkat inflasi, pergerakan nilai tukar rupiah terhadap Dollar AS,
harga minyak dunia dan Indeks Dow Jones menjadi ketertarikan bagi peneliti
3
untuk menelaah lebih lanjut mengenai variabel ekonomi makro, apakah
sebenarnya berpengaruh, baik jangka pendek maupun jangka panjang terhadap
IHSG dari perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia. Oleh karena itu
penulis mengambil judul penelitian “Analisis Hubungan Variabel
Makroekonomi Terhadap Pasar Modal Indonesia dengan Pendekatan Error
Correction Model (ECM) Periode September 2013 – Juli 2016”.
2. METODE PENELITIAN
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekuder yaitu
data time series tiap bulanan, dari September 2013 sampai dengan Juli 2016.
Adapun data yang digunakan adalah data Kurs, Inflasi, Harga Minyak Dunia
dan Indeks Dow Jones dalam periode September 2013 – Juli 2016.
2.1 Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Indeks Harga Saham
Gabungan yang berupa data bulanan dari Bursa Efek Indonesia periode
September 2013 – Juli 2016. Data Indeks Harga Saham Gabungan dipakai
karena indeks ini merupakan indeks yang mencerminkan keseluruhan
saham yang tercatat di bursa saham. Sehingga indeks ini mampu
memberikan gambaran pergerakan harga saham secara menyeluruh pada
pasar modal Indonesia. Pengukuran IHSG menggunakan satuan poin
(bps).
2.1.1 Variabel Independent
1) Inflasi
Inflasi merupakan peningkatan harga secara keseluruhan dalam
suatu perekonomian secara terus – menerus selama suatu periode
tertentu. Data inflasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data bulanan, periode September – Juli 2016. Untuk menghitung
besarnya Inflasi terlebih dahulu harus diketahui Indeks Harga
Konsumen (IHK). IHK adalah ukuran perubahan harga dari
kelompok barang dan jasa yang paling banyak dikonsumsi oleh
4
rumah tangga dalam jangka waktu tertentu. Pengukuran inflasi
menggunakan satuan persen (%).
2) Kurs
Kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika yang berupa data kurs jual
bulanan tahun 2013 – 2016 yang diterbitkan oleh Bank Indonesia.
Kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika dipakai karena mata uang
Dollar Amerika merupakan mata uang internasional yang banyak
digunakan sebagai acuan dalam perdagangan internasional dan
dihitung dalam satuan Rupiah/US$.
3) Harga Minyak Dunia
Harga minyak dunia pada umumnya mengacu pada harga spot pasar
minyak dunia per barel dan yang digunakan menjadi standar adalah
jenis West Texas Intermediate (WTI).
4) Indeks Dow Jones
Indeks Dow Jones merupakan indeks pasar saham tertua di Amerika
selain dari indeks transportasi Dow Jones. Indeks Dow Jones
merupakan representasi dari rata rata 12 saham dari berbagai industri
terpenting di Amerika Serikat.
Dalam penelitian ini, model analisis yang digunakan adalah model
ekonometrika koreksi kesalahan (Error Correction Model/ECM). Analisis
ini dapat digunakan untuk mengkaitkan perilaku jangka pendek terhadap
nilai jangka panjang antara variabel – variabel makro ekonomi. Bila dalam
jangka pendek terdapat keseimbangan dalam satu periode maka model
koreksi kesalahan akan mengkoreksi pada periode berikutnya, sehingga
mekanisme koreksi model kesalahan dapat diartikan sebagai penyelaras
perilaku jangka pendek dan jangka panjang. Formulasi model koreksi
kesalahan (ECM) adalah sebagai berikut :
Fungsi jangka panjang:
( ) ( ) ( ) ( )
( )
5
Persamaan Error Correction Model jangka pendek standar sebagai berikut
( ) ( ) ( )
( ) ( ( ) ( )
( ) ( ) ( ) )
Model estimator Error Correction Model :
( ) ( ) ( ) ( )
( ) ( ) ( )
( ) ( )
Di mana:
D = Difference, Xt-Xt-1
IHSG = IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) periode t
(poin)
KURS = Nilai Tukar periode t (Rupiah/US$)
INFLASI = Inflasi periode t (%)
HMD = Harga Minyak Dunia periode t (barel = 159 liter)
DJIA = Indeks Dow Jones periode t (poin)
= Konstanta
= Parameter
= Error Correction Term (ECT)
Keterangan:
koefisien jangka pendek
( ) ( ) ( )
( ) untuk mencari koefisien jangka panjang
( ) ( ) ( )
( ) ( )
Setelah hasil estimasi model ECM didapatkan, agar hasil bisa
digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan maka estimasi model
6
ECM harus lolos dari uji asumsi klasik dan uji kebaikan model. Pengujian
asumsi klasik terdiri dari uji normalitas residual (Ut), uji multikolinieritas,
uji heteroskedastisitas, uji otokolerasi, dan uji ketepatan spesifikasi model
Sedangkan, uji kebaikan model terdiri dari uji eksistensi model (uji F) dan
interpretasi determinasi regresi (R2).
Setelah lolos uji asumsi klasik dan uji kebaikan model, langkah
selanjutnya adalah menguji variabel-variabel independen mana yang
secara signifikan berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu uji
validitas pengaruh (uji t). Terdapat dua kemungkinan dari uji validitas
pengaruh (uji t) yaitu, variabel independen memliki pengaruh signifikan
terhadap variabel dependen, atau variabel independen tidak memiliki
pengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil regresi yang telah dilakukan, maka diperoleh
model estimasi regresi ECM. Seperti pada tabel dibawah ini:
( )̂t = 4.027959 - 0.775358Dlog(KURS)t - 0.008493D(INFLASI)t –
(0.0492**) (0.0091*) (0.2291)
0.194587Dlog(HMD)t + 0.437029Dlog(DJIA)t –
(0.0531***) (0.0903***)
0.713936log(KURS)t-1 – 0.240421(INFLASI)t-1 –
(0.0149**) (0.0639***)
0.292380log(HMD)t-1 + 0.046399log(DJIA)t-1 + t
(0.0353**) (0.7811)
R2 = 0.528768 ; DW-Stat = 2.085322; F-Stat = 3.116934; Sig F-Stat = 0.011814
Uji Diagnosis
(1) Multikolinieritas (VIF)
Dlog(KURS) =1.717556
D(INFLASI) = 1.278680
Dlog(HMD) = 1.658868
7
Dlog(DJIA) = 1.734246
log(KURS(-1)) = 17.46358
(INFLASI(-1)) = 1996.911
log(HMD(-1)) = 52.30020
log(DJIA(-1)) = 3.204604
(2) Normalitas (Jarque Berra)
2 (0,10, 2) = 2.618796 Sig(
2) = 0.269983
(3) Otokorelasi (Breusch-Godfrey)
2 (0,10, 3) = 5.195475 Sig(
2) = 0.1580
(4) Heterokedastisitas (White)
2 (0,10, 9) = 5.436928 Sig (
2) = 0.7947
(5) Uji Spesifikasi Model (Ramsey Reset)
F (0,10, 2, 23) = 1.617118; Probability = 0.2202
Sumber : data diolah
Keterangan : *Signifikansi pada α = 0,01. **Signifikansi pada α = 0,05.
***Signifikasni pada α = 0,1. Angka dalam kurung adalah probabilitas nilai
t-statistik.
a. Berdasarkan hasil uji multikolinieritas menunjukkan hasil bahwa
variabel log(KURS(-1)), (INFLASI(-1)) dan log(HMD(-1)) terdapat
masalah multikolinearitas.
b. Berdasarkan hasil uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Uji Jarque Bera dengan formulasi hipotesis H0 : distribusi µt
normal dan Ha : distribusi µt tidak normal, dengan kriteria pengujian H0
ditolak bila statistik probabilitas JB ≤ dan H0 diterima bila statistik
probabilitas JB > . Dari tabel 4.1 diketahui Prob JB adalah 0.269983 >
0,10 , Maka H0 diterima sehingga distribusi Ut normal.
c. Berdasarkan hasil uji Autokorelasi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Uji Breusch Godfrey dengan formulasi hipotesis H0 : tidak terdapat
masalah otokorelasi dan Ha : terdapat masalah otokorelasi, dengan kriteria
pengujian H0 diterima bila Signifikansi 2 > dan H0 ditolak bila
signifikansi 2 ≤ . Dari tabel 4.1 diketahui nilai probabilitas dari hasil uji
sebesar 0.1580 > 0,10, maka H0 diterima. Dapat ditarik kesimpulan bahwa
tidak terdapat masalah otokolerasi dalam model.
d. Berdasarkan hasil uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini
menggunakan uji White. dengan Formulasi hipotesis H0: tidak terdapat
8
masalah heteroskedastisitas dalam model dan Ha: terdapat masalah
heteroskedastisitas dalam model, dengan kriteria pengujian H0 diterima
bila Signifikansi 2 > dan H0 ditolak bila Signifikansi 2 ≤ . Dari
Tabel 4.1 diketahui nilai probabilitas dari hasil uji sebesar 0.7947 > 0,10,
maka H0 diterima. Dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak terdapat masalah
heterokedastisitas dalam model.
e. Berdasarkan hasil uji linieritas model yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Ramsey Riset dengan formulasi hipotesis H0: model linier
(spesifikasi model benar) dan Ha: model tidak linier (spesifikasi model
salah), dengan kriteria pengujian; H0 diterima bila probabilitas statistik F >
dan H0 ditolak bila probabilitas statistik F . Dari Tabel 4.1 diketahui
nilai probabilitas dari hasil uji sebesar 0.2202 > 0,10. Maka H0 diterima,
sehingga spesifikasi model benar (model linier).
f. Berdasarkan uji Eksistensi dalam penelitian ini menggunakan uji F dengan
formulasi hipotesis : H0 : β1 = β2 = ….= βn = 0; model yang dipakai tidak
eksis; Ha : β1 = β2 = ….≠ βn ≠ 0; model yang dipakai tidak eksis, dengan
kriteria pengujian; H0 diterima bila probabilitas statistik F > , H0 ditolak
bila probabilitas statistik F ≤ . Dari Tabel 4.1 diketahui nilai probabilitas
statistik F adalah sebesar 0.011814 ≤ 0,10, jadi H0 ditolak. Simpulannya
model yang dipakai eksis.
g. Berdasarkan uji koefisien determinasi menunjukkan bahwa R-squared (R2)
sebesar 0.528768 itu berarti 52,9% variasi IHSG dapat dijelaskan oleh
variasi variabel independen dalam model statistik Kurs, Inflasi, Harga
Minyak Dunia dan Indeks Dow Jones. Dan sisanya 51,9% variasi dari
Indeks Harga Saham Gabungan dijelaskan oleh faktor – faktor lain yang
tidak dimasukkan dalam model.
h. Uji t digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-masing
variabel independen terhadap variabel dependen secara individu. Apabila
probabilitas t > maka variabel ke-i tidak memiliki pengaruh signifikan.
Sedangkan apabila probabilitas t < maka variabel ke-i memiliki
pengaruh signifikan. Hasil uji t dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
9
Hasil Uji Validitas Pengaruh (Uji t) Jangka Pendek
Variabel Prob t α Keterangan
KURS 0.0091 < 0,01 KURS memiliki pengaruh signifikan
INFLASI 0.2291 > 0,1 INFLASI tidak memiliki pengaruh signifikan
HMD
DJIA
0.0531
0.0903
< 0,1
< 0,1
HMD memiliki pengaruh signifikan
DJIA memiliki pengaruh signifikan
Sumber: Hasil Analisis Data
Hasil Uji Validitas Pengaruh (Uji t) Jangka Panjang
Variabel Prob t α Keterangan
KURS 0.0149 < 0,05 KURS memiliki pengaruh signifikan
INFLASI 0.0639 < 0,1 INFLASI memiliki pengaruh signifikan
HMD
DJIA
0.0353
0.7811
< 0,05
> 0,1
HMD memiliki pengaruh signifikan
DJIA tidak memiliki pengaruh signifikan
Sumber: Hasil Analisis Data
4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
a) Kurs dalam jangka pendek berpengaruh negatif terhadap Indeks Harga
Saham Gabungan. Hal ini ditunjukkan dengan koefisien regresi yang
diperoleh yaitu sebesar -0.775358 dan t hitung sebesar 0.0091. Kurs
dalam jangka panjang berpengaruh negatif terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan. Hal ini ditunjukkan dengan koefisien regresi yang diperoleh
yaitu sebesar -0.713936 dan t hitung sebesar 0.0149.
b) Inflasi dalam jangka pendek tidak berpengaruh terhadap Indeks Harga
Saham Gabungan. Hal ini ditunjukkan dengan koefisien regresi yang
diperoleh yaitu sebesar -0.008493 dan t hitung sebesar 0.2291.
c) Inflasi dalam jangka panjang berpengaruh negatif terhadap Indeks Harga
Saham Gabungan. Hal ini ditunjukkan dengan koefisien regresi yang
diperoleh yaitu sebesar -0.240421 dan t hitung sebesar 0.0639.
d) Harga Minyak Dunia dalam jangka pendek berpengaruh negatif terhadap
Indeks Harga Saham Gabungan. Hal ini ditunjukkan dengan koefisien
regresi yang diperoleh yaitu sebesar -0.194587 dan t hitung sebesar
0.0531.
10
Harga Minyak Dunia dalam jangka panjang berpengaruh negatif terhadap
Indeks Harga Saham Gabungan. Hal ini ditunjukkan dengan koefisien
regresi yang diperoleh yaitu sebesar -0.292380 dan t hitung sebesar
0.0353.
e) Indeks Dow Jones dalam jangka pendek berpengaruh positif terhadap
Indeks Harga Saham Gabungan. Hal ini ditunjukkan dengan koefisien
regresi yang diperoleh yaitu sebesar 0.347029 dan t hitung sebesar 0.0903.
Indeks Dow Jones dalam jangka panjang tidak berpengaruh terhadap
Indeks Harga Saham Gabungan. Hal ini ditunjukkan dengan koefisien
regresi yang diperoleh yaitu sebesar 0.046399 dan t hitung sebesar 0.7811.
4.2 Saran
1) Bagi calon investor yang ingin berinvestasi pada saham, hendaknya
mempertimbangkan faktor fundamental terutama Kurs, Inflasi, Harga
Minyak Dunia dan Indeks luar negeri seperti Indeks Dow Jones kerena
faktor tersebut terbukti memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia.
2) Bagi peneliti dengan topik sejenis disarankan untuk melakukan kajian
lebih lanjut dengan memasukkan variabel bebas lainnya.
3) Penelitian selanjutnya sebaiknya memperpanjang periode penelitian,
sehingga akan diperoleh gambaran yang lebih baik tentang kondisi
pasar modal di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Basher, A. Syed dan Perry Sadorsky. 2006. Oil price risk and emerging stock
markets. Global Finance Journal Volume 17 Issue 2 Pages 224-251.
Boediono. 2009. Ekonomi Moneter. Yogyakarta: BPFE.
Budiantara, M. 2012. Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Nilai Kurs, dan Inflasi
Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia
Periode Tahun 2005-2010. Jurnal Sosiohumaniora Vol.3 No.3 ISSN:
2087-1899.
Darwati, Suli dan Nanda Trio Santoso. 2015. Pengaruh Perubahan Nilai Tukar,
Suku Bunga, Harga Minyak Dunia dan Indeks Saham Dow Jones
11
Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan pada Pasar Modal di Negara-
negara ASEAN. The 7th NCFB and Doctoral Colloquium 2014. ISSN
NO : 1978 – 6522.
ekbis.sindonews.com
ekonomi.kompas.com
economy.okezone.com
Ferrando, Arie, dkk. 2017. Analisis Pengaruh Makro Ekonomi Indonesia
terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Bursa Efek Indonesia Tahun
2007 – 2016 (Studi Kasus Pada PT Bursa Efek Indonesia). Jurnal Ilmiah
Akuntansi Bisnis & Keuangan (JIABK) Volume 9 No 2 November 2017.
ISSN 2355-9047.
finance.detik.com
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
19 Cetakan V. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Halim, Abdul. 2004. Analisis Investasi. Jakarta: Salemba Empat.
Hasan, M. Iqbal. 2003. Pokok-pokok Materi Statistik 1 (Statistik Deskriptif) Pages
140. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Hismendi dkk. 2013. Analisis Pengaruh Nilai Tukar, SBI, Inflasi dan
Pertumbuhan GDP terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham
Gabungan di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ilmu Ekonomi Vol. 1 No. 2,
Mei 2013 pp. 16-28 ISSN 2302-0172.
Husnan, Suad. 2002. Dasar – dasar Manajemen Keuangan Internasional.
Yogyakarta: Penerbit Andi.
Id.investing.com
Id.wikipedia.org
Ikasari, Hertiana. 2005. Determinan Inflasi (Pendekatan Klasik). Tesis
Universitas Diponegoro Semarang.
Insukindro. 2003. Modul Ekonometrika Dasar. Yogyakarta. FE UGM.
Jogiyanto, Hartono. 2000. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta:
BPFE.
katadata.co.id
Kilian, Lutz dan Cheolbeom Park. 2007. The Impact of Oil Price Shocks on the
U.S. Stock Market. JEL Classification G12, Q43 University of Michigan.
Krisna, Anak Agung Gde Aditya dan Ni Gusti Putu Wirawati. 2013. Pengaruh
Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, Suku Bunga SBI pada Indeks Harga Saham
Gabungan di BEI. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 3.2 (2013):
421-435 ISSN: 2302-8556.
12
Krugman, Paul and Obstfeld, Maurice. 1999. Ekonomi Internasional: Teori dan
Kebijakan Edisi 2. Jakarta: PT Raja Grafindo.
Kuncoro, Mudrajad. 2003. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta:
Erlangga.
m.liputan6.com
Mahardika, Dewa P.K. 2015. Mengenal Lembaga Keuangan. Bekasi: Gramata
Publishing.
Mankiw, N.Gregory. 2003. Teori Makroekonomi. Jakarta: Erlangga.
Mindosa, Bonni. 2017. Analisis Variabel Makro dan Faktor Luar Negeri pada
IHSG Periode 2004-2007. Manajemen Keuangan Vol. 24 No. 1 ISSN:
0854-8153.
Muharam, Harjum dan Zuraedah Nurafni. 2008. Analisa Pengaruh Nilai Tukar
Rupiah dan Indeks Dow Jones Industrial Average terhadap IHSG di BEJ.
Jurnal Maksi Vol. 8 No. 1.
Nopirin. 2011. Ekonomi Moneter Buku II. Yogyakarta: BPFE.
Novianto, Aditya. 2011. Analisis Pengaruh Nilai Tukar (Kurs) Dolar
merika/Rupiah (Us$/Rp), Tingkat Suku Bunga SBI, Inflasi, Dan Jumlah
Uang Beredar (M2) Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 1999.1 – 2010.6.
Palatte, Muh. Halim dan Akbar. 2014. Pengaruh Nilai Tukar Mata Uang dan
Tingkat Suku Bunga terhadap Perkembangan Indeks Harga Saham
Gabungan di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2013. Jurnal
Manajemen Vol. 1 No. 2 Pages 39-57.
Prasetyanto, Panji Kusuma. 2016. Pengaruh Produk Domestik Bruto dan Inflasi
terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia Tahun
2002-2009. Jurnal Riset Akuntansi dan Bisnis Airlangga Vol. 1 No.1.
Prayitno. 2012. Jenis Layanan dan Kegiatan Pendukung Konseling. Padang:
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang.
Saini, A., Muzawar dan M.Azali. 2002. Stock Price and Exchange Rate
Interaction in Indonesia: An Empirical Inquiry. Jurnal Ekonomi dan
Keuangan Indonesia. Volume L No.3 Pages 311-324
sains.kompas.com
Seputro, Hanif Yusuf. 2012. Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Indeks Dow
Jones Industrial Average, Indeks Hang Seng terhadap Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia. Jurnal Kompilasi Ilmu
Ekonomi Vol. 4 No. 1, Juni 2012 ISSN 2088-6268.
Sari, Ratih Kumala. 2014. Analisis Impor Beras di Indonesia. Economics
Development Analysis Journal No. 2.Vol.3.
13
Sari, Yuni Kemala. 2012. Pengaruh Tingkat Suku Bunga Sertifikat Bank
Indonesia, Indeks Saham Hang Seng, Kurs Dollar As Dan Indeks Saham
Dow Jones Industrial Average Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan
Di Bursa Efek Indonesia Periode 2008 – 2010. Fakultas Ekonomi.
Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.
Suciningtyas, Siti Aisyah dan Khoiroh R. 2015. Analisis Dampak Variabel Makro
Ekonomi terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). Jurnal 2
CBAM Volume 2 No.1. ISSN 2302 – 97791.
Sudarsana, Ni Made Anita Dewi dan Ica Rika Candraningrat. 2013. Pengaruh
Suku Bunga SBI, Nilai Tukar, Inflasi dan Indeks Dow Jones terhadap
Indeks Harga Saham Gabungan di BEI. Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Udayana Bali.
Suharno, Agus dan MG. Kentris Indarti. 2014. Pengaruh Faktor Fundamental
Makro terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (Studi pada Bursa Efek
Indonesia Tahun 2007-2012). Dinamika Akuntansi, Keuangan dan
Perbankan, Mei 2014 Vol. 3 No. 1 Hal: 10-21 ISSN: 1979-4878.
Sukirno, Sadono. 2011. Makro Ekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga. Jakarta:
Rajawali Pers.
Sunariyah. 2006. Pengantar Penngetahuan Pasar Modal. Yogyakarta: UPP STIM
YKPN.
Suta, I Putu Gede Ary. 2000. Menuju Pasar Modal Modern. Jakarta: Yayasan
SAD SATRIA BHAKTI.
Syarofi, Faris Hamam. 2014. Analisis Pengaruh Suku Bunga SBI, Kurs
Rupiah/US$, Harga Minyak Dunia, Harga Emas Dunia, DJIA, Nikkei
225 dan Hang Seng Index terhadap IHSG dengan Metode GARCH-M
(Periode Januari 2003 – Mei 2013). Fakultas Ekonomika dan Bisnis.
Universitas Diponegoro. Semarang.
Thobarry, Achmad Ath. 2009. Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Suku Bunga, Laju
Inflasi dan Pertumbuhan GDP terhadap Indeks Harga Saham Sektor
Properti (Kajian Empiris pada Bursa Efek Indonesia Periode
Pengamatan Tahun 2000 – 2008). Program Pasca Sarjana. Universitas
Diponegoro. Semarang.
Witjaksono, Ardian Agung. 2010. Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI,
Harga Minyak Dunia, Harga Emas Dunia, Kurs Rupiah, Indeks Nikkei
225 dan Indeks Dow Jones terhadap IHSG (Studi Kasus pada IHSG di
BEI Periode 2000-2009). Tesis Universitas Diponegoro Semarang.
www.bi.go.id
www.cnbcindonesia.com
www.idx.co.id
www.reforminer.com