analisis hubungan paham-paham besar
TRANSCRIPT
ANALISIS TERHADAP HUBUNGAN PAHAM-PAHAM BESAR YANG
BERKEMBANG DI DUNIA
PAPER
(ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Intelektual)
Oleh
Riza Afita Surya
110210302030
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
UNIVERSITAS JEMBER
2013
1. Liberalisme Liberalisme berasal dari kata liberal yang bermakna bebas dari batasan,
bebas berpikir, leluasa dan sebagainya. Kata ini aslinya mulai dikenali pada abad
ke-14 melalui Prancis, Latinnya adalah Liberalis. Liberalisme lahir dari sistem
kekuasaan sosial dan politik sebelum masa Revolusi Prancis berupa sistem
merkantilisme, feodalisme, dan gereja roman Katolik. Liberalisme pada umumnya
meminimalkan campur tangan negara dalam kehidupan sosial.
Sebagai satu ideologi, liberalisme bisa dikatakan berasal dari falsafah
humanisme yang mempersoalkan kekuasaan gereja di zaman renaissance dan juga
dari golongan Whings semasa Revolusi Inggris yang menginginkan hak untuk
memilih raja dan membatasi kekuasaan raja. Mereka menentang sistem
merkantilisme dan bentuk-bentuk agama kuno dan berpaderi.
Bermula pada 1776-1788, oleh Edward Gibbon, perkataan liberal mulai
diberi maksud yang baik, yaitu bebas dari prasangka dan bersifat toleran. Maka
pengertian liberal pun akhirnya mengalami perubahan arti dan berkembang
menjadi kebebasan secara intelektual, berpikiran luas, murah hati, terus terang,
sikap terbuka dan ramah. Prinsip dasar liberalisme adalah keabsolutan dan
kebebasan yang tidak terbatas dalam pemikiran, agama, suara hati, keyakinan,
ucapan, pers dan politik.
Liberalisme membawa dampak yang besar bagi sistem masyarakat Barat,
di antaranya adalah mengesampingkan hak Tuhan dan setiap kekuasaan yang
berasal dari Tuhan; pemindahan agama dari ruang publik menjadi sekedar urusan
individu; pengabaian total terhadap agama Kristen dan gereja atas statusnya
sebagai lembaga publik, lembaga legal dan lembaga sosial.
Liberalisme menghendaki adanya pertukaran gagasan yang bebas,
ekonomi pasar yang mendukung usaha pribadi (private enterprise) yang relatif
bebas, dan suatu sistem pemerintahan yang transparan, dan menolak adanya
pembatasan terhadap pemilikan individu. Oleh karena itu paham liberalisme lebih
lanjut menjadi dasar bagi tumbuhnya kapitalisme.
2. Kapitalisme
Dari etimologi kapitalisme terdiri dari dua kata, yaitu capital dan isme.
Capital secara umum berarti modal, jadi kapitalisme adalah paham yang
berdasarkan modal. Kapitalis dapat kita artikan sebagai suatu paham yang
meyakini bahwa pemilik modal melakukan usaha untuk mendapatkan keuntungan
yang sebesar-besarnya.
Kapitalisme muncul pada abad keenam belas dan ketujuh belas.
Perkembangan mentalitas kapitalis menurut Max Weber, sebagimana dikutip oleh
Pritjof Capra, terkait erat dengan konsep panggilan dalam agama yang muncul
untuk merefleksikan akan kesadaran terhadap adanya kewajiban moral untuk
memenuhi tugas seseorang dalam kehidupan duniawi. Konsep panggilan duniawi
ini mengungkapkan perilaku religius ke dalam dunia sekuler. Konsep tersebut
bahkan ditekankan lebih kuat oleh sekte-sekte Puritan, yang memandang aktivitas
duniawi dan imbalan material yang berasal dari perilaku rajin sebagai sebagai
suatu tanda takdir Ilahi. Dengan demikian, muncullah etos kerja protestan yang
terkenal, di mana kerja keras mengingkari diri sendiri dan keberhasilan duniawi
disamakan dengan kebajikan.
Liberalisme berkembang sejalan dengan Kapitalisme. Perbedaannya,
Kapitalisme berdasarkan determinisme Ekonomi, sementara Liberalisme tidak
semata didasarkan pada ekonomi melainkan juga filsafat, agama, dan
kemanusiaan. J. Salwyn Schapiro menyatakan bahwa Liberalisme adalah “…
perilaku berpikir terhadap masalah hidup dan kehidupan yang menekankan pada
nilai-nilai kemerdekaan individu, minoritas, dan bangsa.”
Bidang komunikasi mencakup semua aspek baik itu politik, ekonomi, maupun
sosial budaya. Hal itupun dapat dikaitkan dengan kedua ideology di atas yaitu
Kapitalisme dan Liberalisme.
Liberalisme dan kapitalisme melahirkan sebuah paham baru, yaitu
libertarianisme. Libertarianisme adalah istilah yang menegaskan bahwa
kebebasan individual adalah nilai politik utama dan bahwa property privat adalah
perlindungan institusional paling penting. Istilah ini dipakai di Amerika Serikat
setelah presiden Franklin Delano Roosevelt (1933-1945), yang pendukungnya
menggunakan nama ”libertarianisme” untuk intervensionisme ekonomi dan
politiknya (William Outhwaite, 2008: 456). Perkara pokok di dalam
libertarianisme adalah pemilikan peribadi (self-ownership) ataupun kedaulatan
individu. Menurut libertarian, seseorang itu berdaulat ke atas dirinya dan ini
termasuk nyawa, kebebasan dan harta bendanya. Oleh demikian, kebebasan
ditakrifkan sebagai satu keadaan yang bebas dalam perbuatan sementara tidak
melakukan paksaan atau kekasaran terhadap nyawa, kebebasan dan harta benda
orang lain. Prinsip ini dikenali sebagai prinsip ketiadaan paksaan (non-aggression
principal).
Dalam Kapitalisme, terdapat dua kelas yang selalu bertentangan dimana
kelas borjuis atau pemilik modal dan kelas pekerja (prolektar). Menurut
pandangan Mark, pengejaran keuntungan merupakan hal yang hakiki dalam
kapitalisme. Dengan modal sekecil-kecilnya untuk mendapatkan untung yang
sebesarbesarnya. Untuk mengejar nilai surplus yang dapat meningkatkan modal,
perpanjangan hari kerja dan eksploitasi buruh merupakan salah satu cara yang
digunakan kapitalis. Untuk menekan biaya produksi, penurunan upah sampai
dibawah nilainya pun dipaksakan oleh pengusaha.
Upah buruh disesuaikan dengan nilai pakai, namun tidak sebanding
dengan nilai tukar yang ada di pasar untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya, hal
tersebut membuat buruh tetap hidup dalam kemiskinan. Salah satu penyebab
rendahnya upah buruh adalah suatu mekanisme penyediaan ‘angkatan cadangan’
dalam industri, yaitu kelompok penganggur yang kronis. Penyediaan angkatan
cadangan merupakan suatu keharusan dalam kapitalisme. Ketika permintaan akan
hasil produksi meningkat maka angkatan cadangan akan menyediakan tenaga
buruh murah, sehingga peningkatan permintaan tidak akan meningkatkan nilai
buruh.
Kondisi di atas disebut oleh Mark sebagai ‘pemfakiran (pauperisation)
atau ‘pemelaratan’ (emiseration). Disparitas relatif yang terus membesar antara
kelas pekerja dan kelas kapitalis ketika kelas kapitalis terus menimbun kekayaan,
upah kaum buruh tidak pernah dapat naik untuk mencukupi kebutuhan hidupnya,
dan dipaksa untuk hidup dalam kemiskinan, sehingga keberadaan mereka akan
menjadi ‘penduduk surplus relatif’ bagi kapitalis.
Kemiskinan yang dialami oleh kaum proletariat telah menyadarkan
mereka akan ketidakberuntungan mereka dari sistem kapitalis. Melihat kondisi
kaum buruh pada sistem kapitalisme, Mark menginginkan sistem baru dalam
sistem masyarakat, yaitu sosialisme, dimana tidak ada kepemilikan pribadi dari
kaum borjuis, yang ada adalah kepemilikan bersama atau komunal (program
utopia).
3. Sosialisme Sosialisme (sosialism) secara etimologi berasal dari bahasa Perancis sosial
yang berarti kemasyarakatan. Istilah sosialisme pertama kali muncul di Perancis
sekitar 1830. Umumnya sebutan itu dikenakan bagi aliran yang masing-masing
hendak mewujutkan masyarakat yang berdasarkan hak milik bersama terhadap
alat-alat produksi, dengan maksud agar produksi tidak lagi diselenggarakan oleh
orang-orang atau lembaga perorangan atau swasta yang hanya memperoleh laba
tetapi semata-mata untuk melayani kebutuhan masyarakat. Dalam arti tersebut ada
empat macam aliran yang dinamakan sosialisme: (1) sosial demokrat, (2)
komunisme, (3) anarkhisme, dan (4) sinkalisme (Ali Mudhofir, 1988). Sosialisme
ini muncul kira-kira pada awal abad 19, tetapi gerakan ini belum berarti dalam
lapangan politik. Baru sejak pertengahan abad 19 yaitu sejak terbit bukunya Marx,
Manifes Komunis (1848), sosialisme itu (seakan-akan) sebagai faktor yang sangat
menentukan jalannya sejarah umat manusia.
Sosialisme yang ditandai oleh revolusi kaum buruh akan penghapusan hak
milik pribadi atas sarana-sarana produksi, sehingga tidak ada lagi penghisapan
oleh satu kelas terhadap kelas lainnya, dalam hal ini penghisapan kaum kapitalis
terhadap kaum proletariat. Dalam sosialisme, sistem ekonomi yang digunakan
bersifat subsisten, yaitu produksi hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup
anggota masyarakat saja dan tidak untuk ditumpuk sebagai modal seperti pada
sistem kapitalis. Untuk mewujudkan ini, menurut Mark kelas pekerja harus
bersatu dan melakukan revolusi, seperti halnya kaum borjuis / kapitalis
melakukan revolusi terhadap kaum feodal. Karena revolusi sendiri terdiri dari dua
tahap, pertama ketika revolusi kaum borjuis terhadap kaum feodal, revolusi kedua
adalah revolusi kaum pekerja terhadap kaum borjuis/kapitalis.
Pada akhir abad ke-19, Karl Marx dan Friedrich Engels mencetuskan apa
yang disebut sebagai sosialisme ilmiah. Ini untuk membedakan diri dengan
sosialisme yang berkembang sebelumnya. Marx dan Engels menyebut sosialisme
tersebut dengan sosialisme utopia, artinya sosialisme yang hanya didasari impian
belaka tanpa kerangka rasional untuk menjalankan dan mencapai apa yang disebut
sosialisme. Oleh karena itu Marx dan Engels mengembangkan beberapa tesis
untuk membedakan antara sosialisme dan komunisme. Menurut mereka,
sosialisme adalah tahap yang harus dilalui masyarakat untuk mencapai
komunisme. Dengan demikian komunisme atau masyarakat tanpa kelas adalah
tujuan akhir sejarah. Konsekwensinya, tahap sosialisme adalah tahap
kediktatoran rakyat untuk mencapai komunisme, seperti halnya pendapat Lenin
yang mengatakan bahwa Uni Sovyet berada dalam tahap sosialisme.
Komunisme sebagai anti kapitalisme menggunakan sistem sosialisme
sebagai alat kekuasaan, dimana kepemilikan modal atas individu sangat dibatasi.
Prinsip semua adalah milik rakyat dan dikuasai oleh negara untuk kemakmuran
rakyat secara merata. Komunisme sangat membatasi demokrasi pada rakyatnya,
dan karenanya komunisme juga disebut anti liberalisme.
4. Komunisme
Komunisme adalah sebuah ideologi. Penganut paham ini berasal dari
Manifest der Kommunistischen yang ditulis oleh Karl Marx dan Friedrich Engels,
sebuah manifesto politik yang pertama kali diterbitkan pada 21 Februari 1848
teori mengenai komunis sebuah analisis pendekatan kepada perjuangan kelas
(sejarah dan masa kini) dan ekonomi kesejahteraan yang kemudian pernah
menjadi salah satu gerakan yang paling berpengaruh dalam dunia politik.
Komunisme pada awal kelahiran adalah sebuah koreksi terhadap paham
kapitalisme di awal abad ke-19, dalam suasana yang menganggap bahwa kaum
buruh dan pekerja tani hanyalah bagian dari produksi dan yang lebih
mementingkan kesejahteraan ekonomi. Komunisme adalah ideologi yang
digunakan partai komunis di seluruh dunia. Racikan ideologi ini berasal dari
pemikiran Lenin sehingga dapat pula disebut "Marxisme-Leninisme". Dalam
komunisme perubahan sosial harus dimulai dari peran Partai Komunis. Logika
secara ringkasnya, perubahan sosial dimulai dari buruh, namun pengorganisasian
Buruh hanya dapat berhasil jika bernaung di bawah dominasi partai. Partai
membutuhkan peran Politbiro sebagai think-tank. Dapat diringkas perubahan
sosial hanya bisa berhasil jika dicetuskan oleh Politbiro. Inilah yang menyebabkan
komunisme menjadi "tumpul" dan tidak lagi diminati. Komunisme sebagai anti
kapitalisme menggunakan sistem sosialisme sebagai alat kekuasaan, dimana
kepemilikan modal atas individu sangat dibatasi. Prinsip semua adalah milik
rakyat dan dikuasai oleh negara untuk kemakmuran rakyat secara merata.
Komunisme sangat membatasi demokrasi pada rakyatnya, dan karenanya
komunisme juga disebut anti liberalisme.
5. Imperialisme
Istilah imperialisme yang diperkenalkan di Perancis pada tahun 1830-
an ,imperium Napoleon Bonaparte. Pada tahun 1830-an, istilah ini diperkenalkan
oleh penulis Inggris untuk menerangkan dasar-dasar perluasan kekuasaan yang
dilakukan oleh Kerajaan Inggris. Orang Inggris menganggap merekalah yang
paling berkuasa (Greater Britain) karena mereka telah banyak menguasai dan
menjajah di wilayah Asia dan Afrika. Mereka menganggap bahwa penjajahan
bertujuan untuk membangun masyarakat yang dijajah yang dinilai masih
terbelakang dan untuk kebaikan dunia.
Kata Imperialisme berasal dari kata Latin "imperare" yang artinya
"memerintah". Hak untuk memerintah (imperare) disebut "imperium". Orang yang
diberi hak itu (diberi imperium) disebut "imperator". Yang lazimnya diberi
imperium itu ialah raja, dan karena itu lambat-laun raja disebut imperator dan
kerajaannya disebut imperium.
Imperialisme merujuk pada sistem pemerintahan serta hubungan ekonomi
dan politik negara-negara kaya dan berkuasa , mengawal dan menguasai negara-
negara lain yang dianggap terbelakang dan miskin dengan tujuan mengeksploitasi
sumber-sumber yang ada di negara tersebut untuk menambah kekayaan dan
kekuasaan negara penjajahnya. Imperialisme menonjolkan sifat-sifat keunggulan
(hegemony) oleh satu bangsa atas bangsa lain. Tujuan utama imperialisme adalah
menambah hasil ekonomi. Negara-negara imperialis ingin memperoleh
keuntungan dari negeri yang mereka kuasai karena sumber ekonomi negara
mereka tidak mencukupi.
Bila kita harus memberikan imperialisme sebuah definisi yang paling
singkat, kita dapat mengatakan bahwa imperialisme adalah tahapan monopoli dari
kapitalisme. Hubungan antara kapitalisme dan imperialisme dapat kita lihat pada
pendapat Lenin yang menganggap bahwa imperialisme merupakan tahap tertinggi
dari kapitalisme sejalan dengan bukunya yang berjudul “Imperialism: The Highest
Stage Of Capitalism” (1916).
Imperialisme adalah kapitalisme pada tahap perkembangan di mana
dominasi monopoli dan kapital finansial telah menjadi kenyataan, dimana ekspor
kapital telah menjadi sangat penting; dimana pembagian dunia di antara sindikat-
sindikat internasional telah dimulai; dimana pembagian teritori-teritori dunia di
antara kekuatan-kekuatan kapitalis terbesar telah selesai. Imperialisme, seperti
yang diartikan di atas, tidak diragukan lagi mewakilkan sebuah tahapan khusus di
dalam perkembangan kapitalisme.
Menurut Kautsky definisi imperialisme adalah sebuah produk dari
kapitalisme industrial yang sangat maju. Imperialisme adalah hasrat dari setiap
negeri kapitalis industrial untuk mengendalikan atau menjajah semua daerah-
daerah agraria luas [penekanan dari Kautsky], tidak peduli negara mana yang
mendudukinya.
Sedangkan menurut Hobson, seorang penulis Inggris, berjudul
Imperialisme, yang terbit pada tahun 1902,“Imperialisme yang baru berbeda
dengan yang lama; pertama, imperialisme yang baru menggantikan ambisi sebuah
kekaisaran tunggal dengan teori dan praktek kekaisaran-kekaisaran yang saling
bersaing, tiap-tiap dari mereka termotivasi oleh nafsu kemegahan politik dan laba
komersial yang serupa; kedua, dalam dominasi finansial atau investasi terhadap
kepentingan perdagangan.”
Dengan demikian antara imperialisme dan kapitalisme memiliki hubungan
yang sangat erat satu sama lain.
6. Nasionalisme Nation berasal dari bahasa Latin natio, yang dikembangkan dari kata
nascor (saya dilahirkan), maka pada awalnya nation (bangsa) dimaknai sebagai
“sekelompok orang yang dilahirkan di suatu daerah yang sama” (group of people
born ini the same place) (Ritter, 1986: 286) . Kata ‘nasionalisme’ menurut Abbe
Barruel untuk pertama kali dipakai di Jerman pada abad ke-15, yang diperuntukan
bagi para mahasiswa yang datang dari daerah yang sama atau berbahasa sama,
sehingga mereka itu (di kampus yang baru dan daerah baru) tetap menunjukkan
cinta mereka terhadap bangsa/suku asal mereka (Ritter, 1986: 295) . Nasionalisme
pada mulanya terkait dengan rasa cinta sekelompok orang pada bangsa, bahasa
dan daerah asal usul semula. Rasa cinta seperti itu dewasa ini disebut semangat
patriotisme. Jadi pada mulanya nasionalisme dan patriotisme itu sama maknanya.
Namun sejak revolusi Perancis meletus 1789, pengertian nasionalisme
mengalami berbagai pengertian, sebab kondisi yang melatarbelakanginya amat
beragam. Antara bangsa yang satu dengan bangsa yang lain. Nasionalisme bukan
lagi produk pencerahan Eropa tetapi menjadi label perjuangan di negara-negara
Asia-Afrika yang dijajah bangsa Barat (imperialisme).
Pada abad ke-20, suatu faham yang merupakan perkembngan lebih lanjut
dari nasionalisme muncul di Italia. Paham tersebut adalah fasisme. Fasisme
merupakan sebuah paham politik yang mengangungkan kekuasaan absolut tanpa
demokrasi. Dalam paham ini, nasionalisme yang sangat fanatik dan juga otoriter
sangat kentara.
7. Fasisme
Fasisme adalah sebuah gerakan politik penindasan yang pertama kali
berkembang di Italia setelah tahun 1919 dan kemudian di berbagai negara di
Eropa, sebagai reaksi atas perubahan sosial politik akibat Perang Dunia I. Nama
fasisme berasal dari kata Latin “fasces”, artinya kumpulan tangkai yang diikatkan
kepada sebuah kapak, yang melambangkan pemerintahan di Romawi kuno.
Istilah fasisme pertama kali di gunakan di Italia ol eh pemerintahan yang
berkuasa tahun 1922-1924 pimpinan Benito Mussolini. Dan gambar tangkai-
tangkai yang diikatkan pada kapak menjadi lambang partai fasis pertama. Setelah
Italia, pemerintahan fasis kemudian berkuasa di Jerman dari 1933 hingga 1945,
dan di Spanyol dari 1939 hingga 1975. Setelah Perang Dunia II, rezim-rezim
diktatoris yang muncul di Amerika Selatan dan negara-negara belum berkembang
lain umumnya digambarkan sebagai fasis.
Untuk memahami falsafah fasisme, kita dapat cermati deskripsi yang
ditulis Mussolini untuk Ensiklopedi Italia pada tahun 1932: Fasisme, semakin ia
mempertimbangkan dan mengamati masa depan dan perkembangan kemanusiaan
secara terpisah dari berbagai pertimbangan politis saat ini, semakin ia tidak
mempercayai kemungkinan ataupun manfaat dari perdamaian yang abadi. Dengan
begitu ia tak mengakui doktrin Pasifisme – yang lahir dari penolakan atas
perjuangan dan suatu tindakan pengecut di hadapan pengorbanan. Peranglah satu-
satunya yang akan membawa seluruh energi manusia ke tingkatnya yang tertinggi
dan membubuhkan cap kebangsawanan kepada orang-orang yang berani
menghadapinya. Semua percobaan lain adalah cadangan, yang tidak akan pernah
benar-benar menempatkan manusia ke dalam posisi di mana mereka harus
membuat keputusan besar–pilihan antara hidup atau mati (kaum Fasis) memahami
hidup sebagai tugas dan perjuangan dan penaklukan, tetapi di atas semua untuk
orang lain–mereka yang bersama dan mereka yang jauh, yang sejaman, dan
mereka yang akan datang setelahnya.
Jelaslah sebagaimana ditekankan Mussolini, gagasan utama di balik
fasisme adalah ide Darwinis mengenai konflik dan perang. Sebab, sebagaimana
kita bahas dalam prakata, Darwinisme menegaskan bahwa ―yang kuat bertahan
hidup, yang lemah punah, yang karenanya berpandangan bahwa manusia harus
berada dalam perjuangan terus-menerus untuk dapat bertahan hidup. K arena
dikembangkan dari gagasan ini, Fasisme membangkitkan kepercayaan bahwa
suatu bangsa hanya dapat maju melalui perang, dan memandang perdamaian
sebagai bagian yang memperlambat kemajuan.
Fasisme merupakan sebuah paham politik yang mengangungkan
kekuasaan absolut tanpa demokrasi. Dalam paham ini, nasionalisme yang sangat
fanatik dan juga otoriter sangat kentara.
Ciri lainnya untuk diingat adalah bahwa fasisme merupakan ideologi
nasionalistik dan agresif yang didasarkan pada rasisme. Nasionalisme semacam
ini sama sekali berbeda dari sekadar kecintaan pada negara. Dalam nasionalisme
agresif pada fasisme, seseorang mencita-citakan bangsanya menguasai bangsa-
bangsa lain, menghinakan mereka, dan tidak menyesali timbulnya penderitaan
hebat terhadap rakyatnya sendiri dalam prosesnya. Selain itu, nasionalisme
fasistik menggunakan peperangan, pendudukan, pembantaian, dan pertumpahan
darah sebagai alat untuk mencapai tujuan-tujuan politis tersebut.
Sebagaimana halnya yang mereka lakukan untuk menguasai bangsa-
bangsa lain, rezim fasis juga menggunakan kekuatan dan penindasan terhadap
bangsa mereka sendiri. Dasar kebijakan sosial fasisme adalah pemaksaan gagasan,
dan keharusan rakyat menerimanya. Fasisme bertujuan membuat individu dan
masyarakat berpikir dan bertindak seragam.