analisis ham: perkembangan dan kasus pelanggaran

59
KU2071 KAJIAN HAM DI LINGKUP NASIONAL DAN INTERNASIONAL MAKALAH TUGAS KEWARGANEGARAAN Disusun oleh: John Michael P 13412006 Silmy Kaffah 13412011 Yasmin Arumi 13412020 Taufiq Bashori 13412029 Atsari Razan 13412050 Dosen: Drs. Ronin Hendrawan

Upload: taufiqbashori

Post on 31-Dec-2015

1.089 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Makalah KWN mengenai kumpulan kasus pelanggaran dan analisa perkembangan HAM dalam lingkup nasional dan internasional.

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis HAM: Perkembangan dan Kasus Pelanggaran

KU2071

KAJIAN HAM DI LINGKUP NASIONAL DAN INTERNASIONAL

MAKALAH TUGAS KEWARGANEGARAAN

Disusun oleh:

John Michael P 13412006

Silmy Kaffah 13412011

Yasmin Arumi 13412020

Taufiq Bashori 13412029

Atsari Razan 13412050

Dosen:

Drs. Ronin Hendrawan

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

Page 2: Analisis HAM: Perkembangan dan Kasus Pelanggaran

Kajian HAM di Lingkup Nasional dan Internasional KU2071

1. Sejarah dan definisi

1.1 Hak Asasi Manusia dan Demokrasi

HAM adalah hak-hak dasar yang melekat pada diri manusia,tanpa hak-hak itu manusia tidak

dapat hidup layak sebagai manusia. Menurut John Locke, Hak asasi manusia adalah hak-hak

yang diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai hak yang kodrati. Dalam

pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM disebutkan bahwa “Hak Asasi

Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan keberadaan manusia sebagai

makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati,

dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang, demi

kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia”.

Ruang lingkup HAM meliputi:

a. Hak pribadi: hak-hak persamaan hidup, kebebasan, keamanan, dan lain-lain;

b. Hak milik pribadi dan kelompok sosial tempat seseorang berada;

c. Kebebasan sipil dan politik untuk dapat ikut serta dalam pemerintahan; serta

d. Hak-hak berkenaan dengan masalah ekonomi dan sosial.

Hakikat Hak Asasi Manusia sendiri adalah merupakan upaya menjaga keselamatan eksistensi

manusia secara utuh melalui aksi keseimbangan antara kepentingan perseorangan dengan

kepentingan umum. Begitu juga upaya menghormati, melindungi, dan menjunjung tinggi Hak

Asasi Manusia menjadi kewajiban dan tangung jawab bersama antara individu, pemeritah

(Aparatur Pemerintahan baik Sipil maupun Militer),dan negara.

Berdasarkan beberapa rumusan hak asasi manusia di atas, dapat ditarik kesimpulan tentang

beberapa sisi pokok hakikat hak asasi manusia, yaitu:

a. HAM tidak perlu diberikan, dibeli ataupun di warisi, HAM adalah bagian dari manusia

secara otomatis.

b. HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, ras, agama, etnis,

pandangan politik atau asal usul sosial, dan bangsa.

Drs. Ronin Hendrawan 1

Page 3: Analisis HAM: Perkembangan dan Kasus Pelanggaran

Kajian HAM di Lingkup Nasional dan Internasional KU2071

c. HAM tidak bisa dilanggar, tidak seorangpun mempunyai hak untuk membatasi atau

melanggar hak orang lain. Orang tetap mempunyai HAM walaupun sebuah negara

membuat hukum yang tidak melindungi atau melanggar HAM.

Demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang semua warga negaranya memiliki hak setara

dalam pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup mereka. Demokrasi mengizinkan

warga negara berpartisipasi—baik secara langsung atau melalui perwakilan—dalam

perumusan, pengembangan, dan pembuatan hukum. Demokrasi mencakup kondisi sosial,

ekonomi, dan budaya yang memungkinkan adanya praktik kebebasan politik secara bebas

dan setara.

Kata ini berasal dari bahasa Yunani δημοκρατία (dēmokratía) "kekuasaan rakyat", yang

terbentuk dari δῆμος (dêmos) "rakyat" dan κράτος (kratos) "kekuatan" atau "kekuasaan" pada

abad ke-5 SM untuk menyebut sistem politik negara-kota Yunani, salah satunya Athena; kata

ini merupakan antonim dari ἀριστοκρατία (aristocratie) "kekuasaan elit". Secara teoretis,

kedua definisi tersebut saling bertentangan, namun kenyataannya sudah tidak jelas

lagi. Sistem politik Athena Klasik, misalnya, memberikan kewarganegaraan demokratis

kepada pria elit yang bebas dan tidak menyertakan budak dan wanita dalam partisipasi

politik. Di semua pemerintahan demokrasi sepanjang sejarah kuno dan modern,

kewarganegaraan demokratis tetap ditempati kaum elit sampai semua penduduk dewasa di

sebagian besar negara demokrasi modern benar-benar bebas setelah perjuangan gerakan hak

suara pada abad ke-19 dan 20. Kata demokrasi (democracy) sendiri sudah ada sejak abad ke-

16 dan berasal dari bahasa Perancis Pertengahan dan Latin Pertengahan lama.

Ada beberapa jenis demokrasi, tetapi hanya ada dua bentuk dasar. Keduanya menjelaskan

cara seluruh rakyat menjalankan keinginannya. Bentuk demokrasi yang pertama

adalah demokrasi langsung, yaitu semua warga negara berpartisipasi langsung dan aktif

dalam pengambilan keputusan pemerintahan. Di kebanyakan negara demokrasi modern,

seluruh rakyat masih merupakan satu kekuasaan berdaulat namun kekuasaan politiknya

dijalankan secara tidak langsung melalui perwakilan; ini disebut demokrasi perwakilan.

Konsep demokrasi perwakilan muncul dari ide-ide dan institusi yang berkembang pada Abad

Pertengahan Eropa, Era Pencerahan, dan Revolusi Amerika Serikat dan Perancis.

Menurut Joseph A. Schementer, demokrasi merupakan sustu perencanaan institusional untuk

mencapai keputusan politik dimana individu-individu memperolah kekuasaan untuk

memutuskan cara perjuangan kompetitif atas suara rakyat.

Drs. Ronin Hendrawan 2

Page 4: Analisis HAM: Perkembangan dan Kasus Pelanggaran

Kajian HAM di Lingkup Nasional dan Internasional KU2071

Philipe C. Schmitter dan Terry Lynn Karl mengatakan bahwa demokrasi merupakan bentuk

suatu sistem pemerintahan dimana pemerintah dimintai tanggungjawab atas tindakan-

tindakan mereka di wilayah publik oleh warga negara yang bertindak secara langsung melalui

kompetisi dengan para wakil mereka yang telah teripilih.

Dengan demikian dari pendapat tersebutmaka demokrasi pada dasarnya merupakan sistem

sosial bermasyarakat, bernegara serta pemerintahan memberikan penekanan pada keberadaan

kekuasaaan ditangan rakyat yang mengandung pengertian berikut:

1. Pemerintah dari rakyat (government of the people)

2. Pemerintah oleh rakyat (government by the people)

3. Pemerintah untuk rakyat (government of people)

1.2 Perkembangan Definisi Hak Asasi Manusia

Sejarah perkembangan hak asasi manusia (HAM) di dunia sudah sangat panjang. Pemikiran

mengenai hak-hak asasi manusia di dunia Barat diperkirakan erat kaitannya pada pemikiran

pada abad ke-XVII dan abad ke XVIII. Konsep mengenai hak suci raja (Dwine rights of

kings) yang memberikan kesewenang-wenangan kepada raja untuk menjalankan

pemerintahan secara absolut, mulai dipertanyakan keabsahannya karena dengan konsep

demikin layak raja melakukan tindakan yang sewenang-wenang dan menjatuhkan hukuman

tanpa adanya proses pengadilan dan membuat peraturan-peraturan berdasarkan apa yang

dianggap baik bagi seluruh rakyatnya.

Kaum cendikiawan mulai merasakan perlu adanya hubungan yang lebih rasional antara

rakyat dan rajanya, bukan hanya melulu beranggapan bahwa raja adalah utusan Tuhan dan

segala perintahnya tidak boleh dibantah, karena perintahnya adalah perintah Tuhan juga.

Hubungan rasional itu adalah hubungan yang berupa kontrak antara raja dan rakyatnya, ini

sesuai dengan suasana di Eropa yang pada saat itu dengan timbulnya perdagangan antar

kerajaan, yang mana hubungannya dilaksanakan dengan adanya kontrak kerjasama.

Piagam Magna Charta disinyalir sebagai perjanjian pertama di dunia yang mengatur tentang

hak asasi manusia. Pada awal abad XII Raja Richard yang dikenal adil dan bijaksana telah

diganti oleh Raja John Lackland yang bertindak sewenang–wenang terhadap rakyat dan para

bangsawan. Tindakan sewenang-wenang Raja John tersebut mengakibatkan rasa tidak puas

Drs. Ronin Hendrawan 3

Page 5: Analisis HAM: Perkembangan dan Kasus Pelanggaran

Kajian HAM di Lingkup Nasional dan Internasional KU2071

dari para bangsawan yang akhirnya berhasil mengajak Raja John untuk membuat suatu

perjanjian yang disebut Magna Charta atau Piagam Agung.

Magna Charta dicetuskan pada 15 Juni 1215 yang prinsip dasarnya memuat pembatasan

kekuasaan raja dan hak asasi manusia lebih penting daripada kedaulatan raja. Tak seorang

pun dari warga negara merdeka dapat ditahan atau dirampas harta kekayaannya atau

diasingkan atau dengan cara apapun dirampas hak-haknya, kecuali berdasarkan pertimbangan

hukum. Piagam Magna Charta itu menandakan kemenangan telah diraih sebab hak-hak

tertentu yang prinsip telah diakui dan dijamin oleh pemerintah. Piagam tersebut menjadi

lambang munculnya perlindungan terhadap hak-hak asasi karena ia mengajarkan bahwa

hukum dan undang-undang derajatnya lebih tinggi daripada kekuasaan raja.

Isi Magna Charta adalah sebagai berikut:

1) Raja beserta keturunannya berjanji akan menghormati kemerdekaan, hak, dan

kebebasan Gereja Inggris.

2) Raja berjanji kepada penduduk kerajaan yang bebas untuk memberikan hak-hak

sebagi berikut:

a.  Para petugas keamanan dan pemungut pajak akan menghormati hak-hak

penduduk.

b.  Polisi ataupun jaksa tidak dapat menuntut seseorang tanpa bukti dan saksi yang

sah.

c.  Seseorang yang bukan budak tidak akan ditahan, ditangkap, dinyatakan bersalah

tanpa perlindungan negara dan tanpa alasan hukum sebagai dasar tindakannya.

d.  Apabila seseorang tanpa perlindungan hukum sudah terlanjur ditahan, raja berjanji

akan mengoreksi kesalahannya.

Banyaknya teori-teori yang lahir sehubungan dengan dipertanyakan keberadaan hak asasi

manusia, ada teori yang menentang dan ada teori yang mendukung dengan keberadaan hak-

hak asasi manusia. Seperti pendapat dari Aurice Cranston, seorang pengamat hak-hak asasi

manusia mengatakan bahwa absolutisme manusia untuk menuntut hak-hak asasi manusia,

atau hak alam ini justru karena manusia menyangkanya. Tetapi adapula sangkalan terhadap

keberadaan daripada hak asasi manusia ini, seperti orang-orang konservatif dari Inggris,

Edumund Burke dan David Hume yang bersatu dengan Jeremy Bentham yang beralliran

liberal untuk mengutuk doktrin ini, mereka mengatakan bahwa kekhawatiran publik atas

Drs. Ronin Hendrawan 4

Page 6: Analisis HAM: Perkembangan dan Kasus Pelanggaran

Kajian HAM di Lingkup Nasional dan Internasional KU2071

tuntutan-tuntutan terhadap hak-hak ilmiah akan menimbulkan pergolakan sosial dan

keprihatinan terhadap adanya bahwa deklarasi dan proklamasi hak-hak ilmiah akan

menggantikan perundang-undangan yang efektif.

David Burke di dalam karyanya “Reflection on the Revolution in France (1970)” membantah

bahwa Rights of Man dapat diturunkan dariNya, dia juga mengkritik para penyusun “

Declaration of the Rights of Man and Citizen” karena memproklamasikan fiksi yang

menakutkan mengenai persamaan manusia yang menurutnya hanya berfungsi mengilhami

ide-ide yang tidak benar dan harapan yang sia-sia pada manusia yang telah ditakdirkan untuk

perjalanan kehidupan yang tidak jelas dan susah payah.

Jeremy Bentham salah satu pendiri utilitarianisme dan seorang yang tidak percaya

mengajukan argumennya yang mengatakan bahwa “hak adalah anak hukum-hukum imajiner,

maka hak-hak alammiah itu adalah omong kosong semata, omong kosong diatas jangkauan

dan omong kosong retorik”. David Hume setuju dengan pendapat Jeremy Bentham yang

mana ia mengatakan bahwa hak-hak alamiah tersebut adalah fenomena metafisik belaka.

Kemudian seorang idealis Inggris yang bernama F.H Bradley mengatakan bahwa “hak-hak

asasi perorangan dewasa ini tidak perlu mendapat pertimbangan yang serius kesejahteraan

komunitas merupakan tujuan dan merupakan standar akhir.

Teori di atas sangat menyesatkan, karena teori di atas menggangap bahwa manusia itu tidak

mempunyai arti sama sekali, paham atas teori inilah yang akan menimbulkan negara totaliter

dan negara diktator. Karena di dalam teori ini memandang manusia sebagai objek dan tidak

mempunyai arti apa-apa.

Selanjutnya, pemikiran-pemikiran lain yang setuju atas eksisten dari filsuf-filsuf yang

beraliran liberalisme seperti John Locke (1632-1704), Hobbes (1588-1679), Montesquiue

(1689-1755) dan Rosseau (1712-1778). Walaupun mereka mempunyai perbedaan penafsiran

umum secara mendasar mereka membayangkan bahwa manusia hidup di dalam suatu

keadaan alam (state of nature) dan memiliki hak-hak alam. Oleh karena perlu adanya suatu

lembaga yang dapat menjamin terlaksananya dan langgengnya hak-hak alam manusia ini

maka manusia mengadakan kontrak dengan suatu institusi atau lembaga yang dalam hal ini

disebut sebagai negara dimana lembaga yang disebut negara diwakili oleh orang-orang yang

menamakan dirinya penguasa dan berdasarkan sosial ini, maka penguasa tersebut

menjalankan pemerintahan yang bertujuan untuk melindungi hak-hak alam dari manusia

Drs. Ronin Hendrawan 5

Page 7: Analisis HAM: Perkembangan dan Kasus Pelanggaran

Kajian HAM di Lingkup Nasional dan Internasional KU2071

tersebut, dengan adanya kontrak antara manusia dengan penguasa tersebuut, maka manusia

memberikan sebagian dari haknya kepada penguasa tersebut dan penguasa memberikan

peraturan-peraturan yang diikuti oleh manusia-manusia yang dalam hal ini disebut sebagai

masyarakat, agar haknya dapat dilindungi.

John Locke merumuskan dengan lebih jelas hak-hak alam itu yaitu hak atas hidup, kebebasan

dan milik (life, liberty, and property) serta pemikiran bahwa penguasa itu mesti memerintah

atas persetujuan rakyat (government by consent), sedangkan Montesquie lebih menekankan

perlu adanya pembagian kekuasaan sebagai sarana untuk menjamin adanya perlindungan

terhadap hak-hak sipil. Yang teorinya lebih dikenal dengan Trias Politica. Pada zaman itu

(abad ke17 dan 18), perumusan hak-hak tersebut sangatlah besar terpengaruhi oleh ide

ataupun pemikiran tentang hukum alam (natur law) dan pemikiran yang dicoba oleh John

Locke (1632-1741) tersebut dan Jean Jaques Rousseau (1712-1778) terlihat hanya terbatas

pada hak-hak yang bersifat politis seperti persamaan hak, hak atas kebebasan dan lain-lain.

Pada saat itu John Locke telah membuat pemisahan kekuasaan yaitu:

1. Kekuasaan Legislatif 

2. Kekuasaan Eksekutif 

3. Kekuasaan Federatif

Hal ini bertujuan untuk adanya hak rakyat (hak asasi) rakyat di pemerintahan serta setiap

orang tentu mendapat tempat yang sama dalam pemerintahan. Demikian juga halnya dengan

Rosseau yang berpendapat bahwa manusia itu dilahirkan bebas dan merdeka, sederajat dan

semua hasilnya adalah ditentukan oleh diri pribadi manusia tersebut seperti terdapat dalam

bukunya “du contract social”.

A.H Robertson dalam bukunya yang berjudul ‘Human Rights in The World” yang berbunyi:

“It is at the beginning of ninth that we see the first international texts relating to what we

should now call a human rights problem. This problem was slavery”. (Pada awal abad ke 19,

kita mulai memperhatikan adanya ketentuan internasional yang berhubungan dengan problem

hak-hak asasi manusia. Problem ini adalah perbudakan).

Sesuai dengan pernyataan di atas bahwa saat itu dunia ditarik perhatiannya terhadap

dunia perbudakan pada abad ke 19 yang sudah jelas merupakan indikasi sebuah perampasan

hak asasi manusia yaitu kemerdekannya. Realisasi dari adanya anti perbudakan ini telah

Drs. Ronin Hendrawan 6

Page 8: Analisis HAM: Perkembangan dan Kasus Pelanggaran

Kajian HAM di Lingkup Nasional dan Internasional KU2071

berhasil dituangkan dalam penandatanganan undang-undang antiperbudakan dalam

Konferensi yang diadakan di Brussel pada tahun 1890 yang telah diratifikasi oleh beberapa

negara, termasuk oleh Amerika Serikat, Turki dan Zanzibar. Jalannya sejarah juga semakin

diperkaya dengan keluarnya German-Polish Convention on Upper Silesia pada tanggal 15

Mei 1992, yaitu tentang Perlindungan Hak-Hak Asasi terhadap Golongan Minoritas. A.H

Robertson kembali dalam bukunya yang sama mengatakan:

“Generally speaking these various arrangements for the protection of the rights of minorities

provided for equality before the law in regard to civiil and political rights, freedom of

religion, the right of members of the minorities to use their own language and the right to

maintain their own religious and educational establishment”. (Secara umum dapat dikatakan

bahwa berbagai macam usaha-usaha ini untuk perlindungan terhadap hak-hak golongan

minoritas dalam hak-hak sipil dan politik, kebebasan dalam beragama, hak dari golongan

minoritas untuk menggunakan bahasa mereka dan hak untuk beragama serta pembangunan

terhadap pendidikan).

“Secara umum dapat dikatakan bahwa berbagai macam usaha-usaha ini untuk

perlindungan terhadap hak-hak golongan minoritas dalam hak-hak sipil dan politik,

kebebasan dalam beragama, hak dari golongan minoritas untuk menggunakan bahasa mereka

dan hak untuk beragama serta pembangunan terhadap pendidikan”. Manusia mulai

memikirkan adanya batasan akan beberapa hak-hak lain yang lebih luas ruang lingkupnya.

Presiden Franklin D.Roossevelt dari Amerika Serikat telah berhasil merumuskan hak-

hak tersebut dengan istilah “The Four Freedom” atau empat kebebasan yaitu kebebasan

unutk berbicara dan menyatakan pendapat, kebebasan beragama, kebebasan dari ketakutan

dan kebebasan dari kemelaratan.

Namun demikian permasalahan mengenai hak-hak asasi manusia ini perlu dibicarakan

di tahun-tahun sebelumnya di Inggris dengan ditandatanganinya Magna Charta tahun 1215,

antara Raja John dengan sejumlah bangsawan yang memberikan jaminan terhadap hak

kepada mereka yang antara lain mencakup hak-hak politik dan sipil yang mendasar, seperti

tidak akan dipenjarakan tanpa pemeriksaan di forum peradilan dan hanya berlaku bagi para

bangsawan.

Pergerakan ini berlanjut di tahun 1628, masih di negara yang sama yaitu Inggris raja

Charles I yang pada saat tiu adalah sebagai Raja Inggris, menandatangani Petition of Rights.

Drs. Ronin Hendrawan 7

Page 9: Analisis HAM: Perkembangan dan Kasus Pelanggaran

Kajian HAM di Lingkup Nasional dan Internasional KU2071

Hasilnya adalah Raja Charles I duduk bersama utusan-utusan atau para wakil rakyat di

parlemen (House of Common) dalam menjalankan tujuan negara. Petition of Rights

merupakan kewenangan bagi pihak rakyat. Karena diberikan kesempatan untuk turut serta

bersama raja Inggris dalam menjalankan tugas kenegaraan, dan diberikan kesempatan untuk

menyampaikan aspirasi para rakyat melalui utusan yang dipilih.

Lahirnya Petition of Rights memacu perkembangan pemikiran masyarakat di Inggris,

bahwa manusia terlahir bebas dan memiliki sejumlah hak. Pada tahun 1689, lahirlah Bill of

Rights. Hal ini timbul, karena pada saat itu terjadi Revolusi Gemilang (Glorius Revolution) di

Inggris.

Timbulnya pandangan (Adagium) bahwa manusia sama di muka hukum (equality

before the law) pada masa revolusi gemilang. Dan hal ini harus dapat diwujudkan betapapun

besar resiko yang dihadapi.

Bill of Rights menundukkan kekuasaan monarki di bawah kekuasaan parlemen,

dengan menyatakan bahwa kekuasaan raja untuk membekukan dan memberlakukan sesuai

dengan yang diklaim raja adalah ilegal, juga melarang pemungutan pajak dan pemeliharaan

tetap pasukan pada masa damai oleh raja tanpa persetujuan parlemen.

Perkembangan sejarah HAM ini melahirkan beberapa teori seperti teori kontrak sosial

oleh J.J Rosseau, teori Trias Politica oleh Montesquieu, teori Hukum Kodrati oleh John

Locke, dan hak-hak dasar kebebasan dan persamaan oleh Thomas Jefferson di Amerika

Serikat.

Dua dokumen dasar yang paling penting bagi hak-hak asasi manusia lahir di dunia

Barat. Yang pertama adalah Undang-Undang Hak Virginia tahun 1776, yang dimasukkan ke

dalam Undang-Undang Dasar Amerika Serikat pada tahun 1789. Dan yang kedua adalah

Deklarasi Hak Asasi Manusia dan Warga Negara Perancis tahun 1789.

Kedua dokumen dasar tersebut memuat sederetan hak-hak asasi manusia dalam arti

kebebasan individu. Seperti Undang-Undang Hak Virginia yang memuat kebebasan antara

lain kebebasan pers, kebebasan beribadat, dan ketentuan yang menjamin tidak dapat

dicabutnya kebebasan seseorang kecuali berdasarkan hukum setempat atau pertimbangan

warga sesamanya.

Drs. Ronin Hendrawan 8

Page 10: Analisis HAM: Perkembangan dan Kasus Pelanggaran

Kajian HAM di Lingkup Nasional dan Internasional KU2071

Deklarasi Perancis pada pasal 2 menyatakan bahwa sasaran setiap asosiasi politik

adalah pelestarian hak-hak manusia yang kodrati dan tidak dapat dicabut. Hak-hak ini adalah

hak atas kebebasan (liberty), harta (property), keamanan (safety), dan perlawanan terhadap

penindasan (resistance to oppression). Pasal 4 Deklarasi Perancis menyatakan bahwa

kebebasan berarti dapat melakukan apa saja yang tidak dapat merugikan orang lain. Jadi,

pelaksanaan hak-hak kodrati manusia tidak dibatasi, kecuali oleh batas-batas yang menjamin

pelaksanaan hak-hak yang sama bagi anggota masyarakat lain dan batas-batas ini hanya

ditetapkan oleh undang-undang.

Hak-hak ini banyak didasarkan pada tulisan-tulisan para filsof politik seperti John

Locke, Montesquieu, dan Jean Jacques Rousseau. Setelah melewati berbagai revolusi dan

begitu banyak deklarasi yang dinyatakan oleh beberapa negara maupun melalui konferensi

internasional., maka kedudukan Hak Asasi Manusia menjadi sangat penting dan menentukan

dalam kehidupan ini. Dapat dilihat bahwa tidak ada satupun manusia yang ingin dibelenggu

maupun berada di bawah kekuasaan seseorang dengan cara paksa (diperbudak).

Berdasarkan berbagai kejadian di dunia terutama setelah apa yang dilakukan oleh

Nazi, maka negara-negara di dunia yang tergabung dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa

merasa bahwa Hak Asasi Manusia adalah bagian yang terpenting. Dalam pasal 1 (satu) dan 2

(dua) Piagam PBB memang diakui tentang keberadaan HAM. Namun perlu diadakan

penyempurnaan terhadap apa yang diatur dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan,

seperti perlunya menyusun Bill of Rights International (dikenal dengan istilah Truman)

setahun setelah Piagam PBB diberlakukan.

Tugas menyusun Bill of Rights International (pernyataan tertulis yang memuat hak-

hak terpenting warga negara) itu diserahkan kepada komisi HAM (Commission of Human

Rights atau disebut CHR)24. Yaitu komisi yang bernaung dari ECOSOC atau Economic and

Social Council (Dewan Sosial dan Ekonomi PBB). Komisi ini terdiri atas wakil-wakil negara,

dimana diputuskan bahwa katalog HAM hendaknya berbentuk sebuah Revolusi Majelis

Umum PBB. Inilah sejarah dan latar belakang lahirnya hak-hak asasi manusia di Perserikatan

Bangsa-Bangsa (PBB). ECOSOC kemudian membentuk Komisi Hak-Hak Asasi Manusia

atau CHR pada tahun 1946. Komisi ini dipimpin oleh Eleanor Roosevelt dari Amerika

Serikat dan berkedudukan di Jenewa.

Sejarah HAM ini kemudian berlanjut pada tanggal 10 Desember 1948, Majelis Umum PBB

yang menyetujui dan mengumumkan Deklarasi Sedunia tenntang Hak Asasi Manusia atau

Drs. Ronin Hendrawan 9

Page 11: Analisis HAM: Perkembangan dan Kasus Pelanggaran

Kajian HAM di Lingkup Nasional dan Internasional KU2071

lebih dikenal dengan Universal Declaration of Human Rights di Palais de Chaillot, Paris.

Deklarasi sedunia ini sifatnya hanya mengikat secara moral dan etis seluruh anggota PBB

maka secara yuridis masih diperlukan perjanjian sebagai hasil keputusan PBB.

2. Pendekatan dan Sistem Hukum Hak Asasi Manusia Internasional

2.1 Konvensi PBB tentang Hak Asasi Manusia

Selama Perang Dunia II, pihak Sekutu menggunakan asas Four Freedoms yang terdiri dari

kebebasan berpendapat, kebebasan beragama, kebebasan dari rasa takut, dan kebebasan dari

keinginan sebagai dasar dari tujuan berperang. Four Freedoms juga didasarkan kepada

Piagam PBB yang berisikan tentang penghargaan universal terhadap hak asasi manusia dan

kebebasan dasar bagi semua tanpa membedakan ras, jenis kelamin, bahasa atau agama.

Namun, Nazi yang telah terbukti kekejamannya pada Perang Dunia II berakibat pada

timbulnya suatu kebutuhan terhadap suatu konvensi yang menyatakan hak-hak asasi manusia

secara khusus. Piagam PBB tidak lagi dianggap cukup untuk menjadi perujuk hak-hak asasi

manusia, sehingga dibentuklah Universal Declaration of Human Rights pada tanggal 10

Desember 1948 di Palais de Chaillot, Paris.

Universal Declaration of Human Rights dibuat dalam kurun waktu dua tahun, dengan komite

penaskahannya yang bernama Universal Declaration of Human Rights Drafting dan diketuai

oleh Eleanor Roosevelt. Universal Declaration of Human Rights terdiri dari 30 artikel yang

dielaborasi dari hal-hal seperti perjanjian internasional, instrumen HAM regional, serta

konstitusi dan hukum nasional.

Pendeklarasian naskah pada tanggal 10 Desember 1948 ini kemudian diperingati sebagai Hari

HAM Internasional. Peringatan ini dilakukan oleh semua kalangan baik individu, komunitas

keagamaan, organisasi HAM, parlemen, pemerintah, dan juga Perserikatan Bangsa-Bangsa

sendiri. Peringatan ini diperlukan pada tiap tahunnya agar penduduk dunia meningkat

kesadarannya akan pentingnya HAM serta meningkat pengetahuannya tentang Universal

Declaration of Human Rights.

Universal Declaration of Human Rights secara eksplisit diadopsi untuk mendefinisikan kata-

kata seperti “kebebasan dasar” dan “hak asasi manusia” yang ada di Piagam PBB. Hal ini

menyebabkan Universal Declaration of Human Rights secara hukum berpengaruh pada

dokumen konstitutif PBB. Selain itu, pengacara-pengacara internasional juga berpendapat

bahwa Universal Declaration of Human Rights adalah bagian dari hukum kebiasaan

Drs. Ronin Hendrawan 10

Page 12: Analisis HAM: Perkembangan dan Kasus Pelanggaran

Kajian HAM di Lingkup Nasional dan Internasional KU2071

internasional dan merupakan alat yang ampuh dalam menerapkan tekanan diplomatic dan

moral untuk pemerintah yang melanggar salah satu artikel yang ada pada naskah Deklarasi.

Deklarasi juga menjadi dasar untuk dua kovenan HAM yang dibuat oleh PBB, yaitu

International Covenant on Civil and Political Rights, dan International Covenant on

Economic, Social and Cultural Rights. Selain itu, banyak konvensi-konvensi yang berprinsip

pada Universal Declaration of Human Rights seperti Konvensi Penghapusan Segala Bentuk

Diskriminasi Rasial, Konvensi Internasional tentang Penghapusan Segala Bentuk

Diskriminasi terhadap Perempuan, Konvensi PBB tentang Hak Anak, dan lain-lain. Deklarasi

terus berkembang secara luas sebagai alat untuk perlindungan hak asasi manusia yang diakui

secara internasional.

2.2 Badan-badan Internasional untuk Hak Asasi Manusia.

Telah adanya definisi yang jelas atas kebebasan dasar dan hak asasi manusia serta kebutuhan

akan perlindungan terhadapnya membuat banyak munculnya organisasi-organisasi profit

ataupun non-profit yang bergerak di bidang perlindungan HAM. Terdapat ratusan organisasi

perlindungan HAM yang berskala internasional, dan lebih banyak lagi yang hanya berskala

regional ataupun nasional. Beberapa di antaranya yang sering terdengar serta lebih major

dibanding yang lain adalah Amnesty International, Human Rights Watch, International

Committee of the Red Cross, dan International Federation for Human Rights.

a. Amnesty International

Amnesty International (umumnya dikenal sebagai Amnesty dan AI) adalah sebuah organisasi

non-pemerintah yang berfokus pada hak asasi manusia dengan lebih dari 3 juta anggota dan

pendukung di seluruh dunia. Tujuan dari organisasi ini adalah untuk melakukan penelitian

dan menghasilkan tindakan untuk mencegah dan mengakhiri pelanggaran berat hak asasi

manusia, dan menuntut keadilan bagi mereka yang haknya telah dilanggar.

Amnesty International dibentuk di London pada bulan Juli tahun 1961 oleh pengacara Inggris

yang bernama Peter Benenson. Rasa kesal yang disebabkan oleh berita-berita di koran yang

paling tidak terdapat satu berita tiap harinya tentang manusia yang dipenjara, disiksa, atau

dieksekusi karena opini dan agama yang tidak dapat diterima dalam suatu negara, membuat

Benenson berpikir untuk menjadikan rasa kesal tersebut ke dalam suatu tindakan nyata. Ia

berpendapat bahwa sebuah tindakan sederhana, namun dilakukan oleh banyak orang, dapat

menghasilkan sesuatu yang efektif untuk menghilangkan pelanggaran-pelanggaran terhadap

Drs. Ronin Hendrawan 11

Page 13: Analisis HAM: Perkembangan dan Kasus Pelanggaran

Kajian HAM di Lingkup Nasional dan Internasional KU2071

hak asasi manusia. Pemikiran sederhana ini mampu membentuk suatu organisasi yang

kemudian berkembang cepat di pertengahan dekade 1960. Amnesty International sampai saat

ini telah berkembang di banyak negara dan telah menangani kasus-kasus pelanggaran HAM

yang tidak terhitung jumlahnya.

Sebuah bagian penting dari mandat Amnesty adalah apa yang disebut "klausa kekerasan".

Jika seorang narapidana menjalani hukuman yang dijatuhkan dalam pengadilan yang adil,

untuk setiap kegiatan yang melibatkan kekerasan, Amnesty tidak akan meminta pemerintah

untuk melepaskan tahanan.

Kedua, Amnesty International menentang hukuman mati dalam semua kasus, terlepas dari

kejahatan yang dilakukan, keadaan sekitar individu atau metode eksekusi. Amnesty tidak

menilai apakah jalan kekerasan dibenarkan atau tidak, namun Amnesty tidak menentang

penggunaan kekerasan politik itu sendiri karena Universal Declaration of Human Rights,

dalam pembukaannya, meramalkan situasi di mana orang bisa secara terpaksa memilih

pemberontakan sebagai usaha terakhir guna melawan tirani dan penindasan.

Amnesty International tidak mendukung atau mengutuk penggunaan kekerasan oleh

kelompok-kelompok oposisi politik dalam dirinya sendiri, seperti AI tidak mendukung atau

mengutuk kebijakan pemerintah menggunakan kekuatan militer dalam memerangi gerakan

oposisi bersenjata. Namun, AI mendukung standar manusiawi minimum yang harus

dihormati oleh pemerintah dan kelompok oposisi bersenjata sama. Ketika sebuah kelompok

oposisi menyiksa atau membunuh tawanannya, mengambil sandera, atau melakukan

pembunuhan yang disengaja dan sewenang-wenang , AI tidak mendukung pelanggaran-

pelanggaran tersebut.

Di bidang organisasi hak asasi manusia internasional, Amnesty memiliki sejarah terpanjang

dan pengakuan nama secara luas. Amnesty juga diyakini oleh banyak orang untuk

menetapkan standar bagi gerakan perlindungan hak asasi manusia secara keseluruhan.

b. Human Rights Watch

Human Rights Watch didirikan sebagai sebuah organisasi non-pemerintah di Amerika pada

tahun 1978 dengan nama Helsinki Watch. Helsinki Watch pada awalnya ditujukan untuk

memantau kepatuhan mantan negara-negara Uni Soviet dengan Perjanjian Helsinki.

Drs. Ronin Hendrawan 12

Page 14: Analisis HAM: Perkembangan dan Kasus Pelanggaran

Kajian HAM di Lingkup Nasional dan Internasional KU2071

Selain itu, saat perang sipil berdarah melanda Amerika Tengah, didirikanlah Americas Watch

pada tahun 1981. Americas Watch tidak hanya menyoroti pelanggaran oleh pasukan

pemerintah, tetapi juga menerapkan hukum humaniter internasional untuk menyelidiki dan

mengekspos kejahatan perang oleh kelompok pemberontak. Americas Watch juga meneliti

peran yang dimainkan oleh pemerintah asing, khususnya pemerintah Amerika Serikat, dalam

memberikan dukungan militer dan politik kepada rezim-rezim kejam di negara lain.

Asia Watch (1985), Africa Watch (1988), dan Middle East Watch (1989) ditambahkan pada

apa yang dikenal dengan “The Watch Committees. Pada tahun 1988, semua komite tersebut

bersatu di bawah satu payung untuk membentuk Human Rights Watch.

Sesuai dengan Universal Declaration of Human Rights, Human Rights Watch menentang

pelanggaran terhadap apa-apa yang dianggap hak asasi manusia, meliputi hukuman mati dan

diskriminasi atas dasar orientasi seksual. Human Rights Watch merupakan pendukung

kebebasan yang menjadi hak asasi manusia , seperti kebebasan beragama dan pers .

Human Rights Watch menghasilkan laporan penelitian tentang pelanggaran norma-norma

hak asasi manusia internasional sebagaimana ditetapkan oleh Universal Declaration of

Human Rights dan norma-norma tersebut menjadi norma-norma yang dapat diterima secara

internasional selain yang ditetapkan oleh Universal Declaration of Human Rights. Laporan

ini digunakan sebagai dasar untuk menarik perhatian internasional terhadap pelanggaran dan

menekan pemerintah dan organisasi internasional untuk melakukan perubahan. Isu yang

diangkat oleh Human Rights Watch dalam laporannya termasuk diskriminasi sosial dan

gender, penyiksaan, penggunaan militer anak-anak, korupsi politik, pelanggaran dalam sistem

peradilan pidana, dan legalisasi aborsi. Human Rights Watch juga mendokumentasikan dan

melaporkan segala pelanggaran terhadap hukum perang dan hukum humaniter internasional.

c. International Committee of the Red Cross

ICRC adalah bagian dari Palang Merah Internasional dan Bulan Sabit Merah bersama dengan

Federasi Internasional dan 186 Perhimpunan Nasional. ICRC adalah organisasi tertua dan

paling dihormati dalam Red Cross Movement dan salah satu organisasi yang paling dikenal

luas di dunia. ICRC adalah lembaga kemanusiaan yang berbasis di Jenewa, Swiss dan telah

tiga kali memenangkan Nobel Laureate.

Misi resmi dari ICRC berbunyi: "ICRC adalah organisasi yang tidak memihak, netral, dan

independen yang misi humaniter-nya adalah untuk melindungi kehidupan dan martabat para

Drs. Ronin Hendrawan 13

Page 15: Analisis HAM: Perkembangan dan Kasus Pelanggaran

Kajian HAM di Lingkup Nasional dan Internasional KU2071

korban perang dan kekerasan internal dan untuk menyediakan bantuan untuk mereka." ICRC

juga mengarahkan dan mengkoordinasi bantuan internasional dan bekerja untuk

mempromosikan dan memperkuat hukum humaniter dan prinsip-prinsip kemanusiaan yang

universal. Tugas utama dari Komite ICRC, yang berasal dari Konvensi Jenewa dan undang-

undang adalah:

untuk memantau kepatuhan pihak yang bertikai dengan Konvensi Jenewa

untuk mengatur perawatan serta merawat mereka yang terluka di medan perang

untuk mengawasi perlakuan terhadap tawanan perang dan membuat intervensi rahasia

dengan menahan otoritas

untuk membantu dengan mencari orang hilang dalam konflik bersenjata (layanan

tracing)

untuk mengatur perlindungan dan perawatan bagi penduduk sipil

untuk bertindak sebagai perantara netral antara pihak yang bertikai

ICRC menyusun tujuh prinsip dasar pada tahun 1965 yang diadopsi dari seluruh Red Cross

Movement. Ketujuh prinsip dasar tersebut adalah kemanusiaan, ketidakberpihakan, netralitas,

kemandirian, kesukarelaan, kesatuan, dan universalitas.

d. International Federation for Human Rights

International Federation for Human Rights adalah federasi non-pemerintah yang bergerak di

bidang hak asasi manusia. Didirikan pada tahun 1922, International Federation for Human

Rights adalah organisasi hak asasi manusia internasional tertua di seluruh dunia dan saat ini

menyatukan 178 organisasi anggota di lebih dari 100 negara.

International Federation for Human Rights adalah non-partisan, non-sektarian, dan

independen dari pemerintah. Mandat utamanya adalah untuk mempromosikan penghormatan

terhadap semua hak yang tercantum dalam Universal Declaration of Human Rights,

International Covenant on Civil and Political Rights, dan International Covenant on

Economic, Social and Cultural Rights.

International Federation for Human Rights mempunyai beberapa prioritas seperti melindungi

pembela hak asasi manusia, mempromosikan dan melindungi hak-hak wanita, melindungi

hak-hak migran, mempromosikan mekanisme pengadialan efektif yang menjunjung HAM,

memperkuat rasa hormat terhadap HAM dalam konteks globalisasi, serta membela prinsip

Drs. Ronin Hendrawan 14

Page 16: Analisis HAM: Perkembangan dan Kasus Pelanggaran

Kajian HAM di Lingkup Nasional dan Internasional KU2071

demokrasi dan mendukung korban di masa konflik. Kegiatan dari International Federation for

Human Rights antara lain memonitor HAM dan membantu para korban, menggerakkan

komunitas internasional, mendukung organisasi-organisasi non-pemerintah dan

meningkatkan kapasitas organisasi-organisasi tersebut, serta meningkatkan kepedulian

terhadap HAM.

3. Pelanggaran HAM Internasional

3.1 Mugabe dan Krisis di Zimbabwe

Zimbabwe memasuki keadaan krisis politik kekerasan pasca pemilihan presiden yang

diadakan dalam dua putaran pada tanggal 29 Maret dan 27 Juni 2008. Presiden Robert

Mugabe memimpin kampanye teror terhadap partai oposisi, Gerakan untuk Perubahan

Demokratik ( MDC ) dan pendukungnya dalam memimpin sampai dengan proses pemilu.

Kekerasan yang disponsori negara mengakibatkan pelanggaran hak asasi manusia besar-

besaran, termasuk pemerkosaan, penyiksaan, dan penghilangan paksa. Meskipun

memenangkan pemilu Juni, Presiden Mugabe terus menerapkan serangan brutal terhadap

oposisi politik. PBB dan Uni Afrika telah gagal untuk mengambil langkah-langkah yang

efektif untuk mengatasi krisis. Kelompok masyarakat sipil, seperti Human Rights Watch dan

International Crisis Group, cepat merespon dan mengutuk represi dan pelanggaran HAM dari

pemerintah. Meskipun pembentukan pemerintah persatuan dilakukan melalui

penandatanganan Perjanjian Politik Global, situasi tetap berbahaya karena reformasi politik

tidak dilaksanakan, dan partai Mugabe, Uni Nasional Afrika Zimbabwe - Front Patriotik

( ZANU - PF ) terus terlibat dalam kekerasan politik.

Sejak tahun 2000, pasukan keamanan negara di Zimbabwe telah melakukan tindakan

kekerasan terhadap ribuan warga sipil, menargetkan lawan terutama masyarakat politik dan

pekerja bantuan. Pelanggaran hak asasi manusia diantaranya penjeblosan ke dalam penjara,

penghilangan paksa, pembunuhan, penyiksaan, dan pemerkosaan. Selain itu, kebijakan

nasional Presiden Robert Mugabe telah menyebabkan keruntuhan ekonomi yang parah dan

kegagalan serius dari sistem kesehatan nasional. Kebijakan moneter gagal, devaluasi mata

uang yang tinggi, korupsi, dan kebijakan perampasan tanah yang menghancurkan sektor

pertanian Zimbabwe yang pernah berjaya, menyebabkan kecelakaan ekonomi yang

menyebabkan 80 % dari penduduk kehilangan pekerjaan dan terjadi hiper - inflasi hingga

sekitar 231 juta persen. Secara khusus, kebijakan perampasan tanah telah mengubah petani

kompeten untuk menjadi pendukung Mugabe saja. Kebijakan ini juga sekaligus menggusur

Drs. Ronin Hendrawan 15

Page 17: Analisis HAM: Perkembangan dan Kasus Pelanggaran

Kajian HAM di Lingkup Nasional dan Internasional KU2071

lebih dari satu juta warga sipil dan membuat peternakan gagal. Hal ini juga mengakibatkan

krisis sumber daya, meninggalkan banyak negara tanpa kesejahteraan, makanan, atau

kemampuan untuk membeli kesehatan. Pada akhirnya terjadilah emigrasi besar-besaran

tenaga medis dari Zimbabwe, kegagalan infrastruktur sanitasi, ancaman kemiskinan yang

universal sehingga memicu peningkatan angka kematian dan penyakit. Hal ini terutama

disebabkan, menurut HRW, oleh rezim Mugabe yang berfokus pada pengkayaan diri sendiri

dan penindasan terhadap partai oposisi, sehingga tidak memperhatikan akses kesehatan

publik yang layak bagi masyarakat.

Sebelum pemilihan presiden putaran kedua pada bulan Juni, jasa keamanan dan milisi

ZANU-PF melepaskan kampanye intimidasi, penyiksaan dan pembunuhan terhadap aktivis

oposisi, wartawan, agen polling, pegawai negeri, pemimpin sipil dan warga biasa yang

diduga suara untuk partai oposisi, Pergerakan Perubahan Demokratis (MDC). Kekerasan itu

terjadi untuk klimaks ketika, setelah kalah dalam pemilihan presiden Maret 2008, Presiden

Mugabe melakukan kekerasan yang disponsori negara secara luas dan teror.

a. Respon dari Masyarakat Sipil

Kelompok masyarakat sipil dengan segera dan sangat mengutuk kekerasan Mugabe,

dan beberapa mulai membahas apakah seruan mengancam akan mencapai ambang

RtOP. Pada tanggal 21 April 2008, sebuah koalisi dari 105 perwakilan dari

masyarakat sipil, termasuk aktivis hak asasi manusia, kelompok agama, dan

mahasiswa di Afrika menulis sebuah komunike, yang termasuk diskusi tentang

penerapan RtOP, dan menyerukan respon prihatin dan efektif oleh masyarakat

internasional untuk menjamin pengiriman bantuan yang efektif dan mata pencaharian

bagi rakyat Zimbabwe. Para aktivis dalam Zimbabwe juga mengecam pemerintahan

Mugabe, dan menyebarkan informasi tentang bagaimana jelas krisis itu.

b. Tanggapan Regional

Respon regional terhadap krisis sangat minim dan tidak memadai. Di seluruh benua,

para kepala negara dan pemerintah mengutuk rezim Mugabe dan meminta dia untuk

mundur untuk mengakhiri penderitaan di Zimbabwe. Namun, Uni Afrika (AU) tidak

mempertanyakan hak Mugabe untuk menduduki kursi Zimbabwe pada pertemuan AU

di Mesir dari 30 Juni hingga 1 Juli 2008, dan Presiden Tanzania, Jakaya Kikwete,

yang memimpin pertemuan tersebut, menyebut pemilu Zimbabwe sebagai "masa

lalu.” African Union mengutuk kekerasan pasca-pemilu, meskipun tidak dalam waktu

Drs. Ronin Hendrawan 16

Page 18: Analisis HAM: Perkembangan dan Kasus Pelanggaran

Kajian HAM di Lingkup Nasional dan Internasional KU2071

yang tepat, dan menangguhkan situasi untuk Masyarakat Pembangunan Afrika

Selatan (SADC).

c. Masyarakat Internasional

Sejak terjadinya krisis, masyarakat internasional terus mengecam pelanggaran hak

asasi manusia yang dilakukan oleh Mugabe. The Friends of Zimbabwe, perserikatan

yang terdiri dari PBB, Bank Dunia, Bank Pembangunan Afrika, dan beberapa negara

termasuk Amerika Serikat, mengeluarkan pernyataan pada 10 Desember 2010 yang

menyatakan "keprihatinan serius... yang berkaitan dengan perlindungan hak-hak

dasar, aturan hukum, tata kelola dan rasa hormat terhadap perjanjian." Selain itu,

Friends of Zimbabwe meminta pemerintah untuk melaksanakan reformasi yang

diperlukan untuk mengadakan pemilihan presiden yang bebas dan adil.

Akhirnya, pada September 2008, Presiden Mugabe dan kedua kepala fraksi MDC, Morgan

Tsvangirai dan Arthur Mutambara, menandatangani Perjanjian Politik Global (IPK). Presiden

Afrika Selatan Thabo Mbeki menjadi penjamin perjanjian ini, yang mulai berlaku pada bulan

Februari 2009 dan membentuk pemerintah persatuan di mana Mugabe tetap sebagai Presiden

dan Tsvanngirai menjabat sebagai Perdana Menteri. Situasi di Zimbabwe tetap berbahaya

terlepas dari penandatanganan IPK tersebut. Negara ini mengalami peningkatan akses ke

sekolah-sekolah dan rumah sakit namun aturan hukum masih cukuo memprihatiknak, hal ini

karena ZANU-PF terus menimbulkan kekerasan terhadap pendukung MDC dan lawan politik

lainnya. Banyak reformasi politik di bawah IPK tidak dilaksanakan, termasuk penerapan

konstitusi baru dan penyelenggaraan pemilihan presiden. Kebebasan sipil dan kebebasan

media juga terus tunduk pada kebijakan diskriminatif.

Krisis ini masih berlanjut hingga sekarang, dengan terpilihnya Mugabe pada pemilu tahun

2013 yang dinilai curang oleh masyarakat internasional. Pembagian kekuasaan belum mampu

untuk mencegah pelanggaran HAM terkait, terutama yang masih ditargetkan kepada

pendukung partai oposisi.

3.2 Rezim Muammar Gaddafi di Libya

Setelah lebih dari 40 tahun di bawah kediktatoran Muammar Gaddafi, Libya mengadakan

pemilu pada bulan Juli. Namun, pemerintahan sementara yang lemah gagal membubarkan

serangkaian kelompok bersenjata yang muncul di seluruh negeri. Juga bukan mampu

mengakhiri penahanan sewenang-wenang dan penyiksaan terhadap para tahanan, atau

mengatasi pemindahan paksa kelompok dianggap pro-Gaddafi. Libya menderita kekerasan

Drs. Ronin Hendrawan 17

Page 19: Analisis HAM: Perkembangan dan Kasus Pelanggaran

Kajian HAM di Lingkup Nasional dan Internasional KU2071

yang terus terjadi, termasuk bentrokan suku dan serangan mematikan terhadap para pejabat

diplomatik asing dan organisasi internasional. Penculikan untuk alasan keuangan dan politik

terus berlangsung bersama dengan pembunuhan yang ditargetkan mantan petugas keamanan

Gaddafi. Tempat ibadah Sufi telah hancur. Imigran dari sub-Sahara Afrika terus menghadapi

penangkapan, pemukulan, dan kerja paksa.

Komisi PBB, yang dipimpin oleh Philippe Kirsch, seorang mantan hakim Mahkamah Pidana

Internasional, menempatkan tanggung jawab terbesar bagi pelanggaran terhadap rezim

Gaddafi, mengatakan kelompok itu telah mewariskan 40 tahun kekebalan hukum untuk

represi politik dan sistem peradilan yang disfungsional.

PBB "menyimpulkan bahwa kejahatan internasional, khususnya kejahatan terhadap

kemanusiaan dan kejahatan perang, dilakukan oleh pasukan Gaddafi di Libya. Kisah

pembunuhan, penghilangan paksa, dan penyiksaan dilakukan dalam konteks serangan yang

meluas atau sistematis terhadap penduduk sipil. "

Laporan PBB tersebut mencakup tuduhan kejahatan sanksi oleh rezim Gaddafi, termasuk

penggunaan api yang mematikan terhadap demonstran tak bersenjata dan penyiksaan dan

pembunuhan terhadap para tahanan di berbagai fasilitas pemerintah, serta sebuah "kamp anak

pramuka '" yang digunakan oleh pasukan Gaddafi sebagai kamp militer di Al Qalaa.

Bukti ini termasuk rekaman video dari "konon tokoh rezim senior yang memberikan instruksi

untuk 'menghancurkan' demonstran di Benghazi dan berhubungan langsung dengan perintah

dari Moammar Gaddafi untuk menekan demonstrasi 'dengan segala cara yang diperlukan.'"

Saksi juga menemukan sebuah kuburan massal di lokasi, dengan tubuh 34 pria dan anak laki-

laki, ditutup matanya, dan dengan tangan terikat di belakang punggung mereka. Dalam kasus

lain, loyalis Gaddafi melemparkan granat tangan ke sebuah gudang dikemas dengan tahanan,

dari 157 tahanan, hanya 51 dikonfirmasi selamat.

Komisi mengatakan bahwa sementara pemerintah Libya baru telah mengambil "langkah

positif" untuk memperbaiki catatan hak asasi manusianya yang telah melakukan terlalu

sedikit upaya untuk menahan pelaku agar bertanggung jawab untuk kejahatan yang meliputi

penyikaan "berskala luas" terhadap para tahanan dan melakukan penjarahan pada orang yang

dicurigai mendukung Gaddafi.

Drs. Ronin Hendrawan 18

Page 20: Analisis HAM: Perkembangan dan Kasus Pelanggaran

Kajian HAM di Lingkup Nasional dan Internasional KU2071

Selanjutnya apa yang terjadi setelah kematian Gaddafi tahun 2011 adalah Libya yang seolah

tidak memiliki sistem hukum. Alasan pelanggaran hukum saat ini sangat kompleks. Banyak

milisi memberontak dalam negara, dan beberapa milisi yang bertanggungjawab atas

kejahatan saat ini tidak ada pada saat pemberontakan bersenjata melawan Gaddafi.

Apa yang masih penting adalah pemerintah Libya dan sekutu-sekutunya di luar negeri

bekerjasama untuk memperkuat dan menumbuhkan pasukan keamanan negara yang taat

hukum dengan sistem peradilan yang kredibel. Pemerintah harus menerapkan hukum, tidak

peduli siapa korban dan siapa pelaku. Sifat yang berimbang tentang keadilan adalah salah

satu prinsip yang sama yang membawa gerakan popular melawan Gaddafi hingga ke jalan-

jalan, satu sifat yang harus dimunculkan kembali di Libya.

4. Sistem Hukum HAM, Pancasila, dan Indonesia

4.1 Sejarah HAM di Indonesia

Pemahaman HAM di Indonesia sebagai tatanan nilai, norma, sikap yang hidup di masyarakat

dan acuan bertindak pada dasarnya berlangsung sudah cukup lama. Secara garis besar Prof.

Bagir Manan pada bukunya Perkembangan Pemikiran dan Pengaturan HAM di Indonesia

(2001), membagi perkembangan HAM pemikiran HAM di Indonesia dalam dua periode yaitu

periode sebelum Kemerdekaan (1908 – 1945), periode setelah Kemerdekaan (1945 –

sekarang).

A. Periode Sebelum Kemerdekaan (1908 – 1945)

Boedi Oetomo, dalam konteks pemikiran HAM, telah memperlihatkan adanya kesadaran

berserikat dan mengeluarkan pendapat melalui petisi – petisi yang dilakukan kepada

pemerintah kolonial maupun dalam tulisan yang dalam surat kabar goeroe desa. Bentuk

pemikiran HAM Boedi Oetomo dalam bidang hak kebebasan berserikat dan mengeluarkan

pendapat.

Perhimpunan Indonesia, lebih menitikberatkan pada hak untuk menentukan nasib

sendiri.

Sarekat Islam, menekankan pada usaha – usaha unutk memperoleh penghidupan yang

layak dan bebas dari penindasan dan deskriminasi rasial.

Partai Komunis Indonesia, sebagai partai yang berlandaskan paham Marxisme lebih

condong pada hak – hak yang bersifat sosial dan menyentuh isu – isu yang berkenan

dengan alat produksi.

Drs. Ronin Hendrawan 19

Page 21: Analisis HAM: Perkembangan dan Kasus Pelanggaran

Kajian HAM di Lingkup Nasional dan Internasional KU2071

Indische Partij, pemikiran HAM yang paling menonjol adalah hak untuk mendapatkan

kemerdekaan serta mendapatkan perlakuan yang sama dan hak kemerdekaan.

Partai Nasional Indonesia, mengedepankan pada hak untuk memperoleh kemerdekaan.

Organisasi Pendidikan Nasional Indonesia, menekankan pada hak politik yaitu hak

untuk mengeluarkan pendapat, hak untuk menentukan nasib sendiri, hak berserikat dan

berkumpul, hak persamaan di muka hukum serta hak untuk turut dalam

penyelenggaraan Negara.

Pemikiran HAM sebelum kemerdekaan juga terjadi perdebatan dalam sidang

BPUPKI antara Soekarno dan Soepomo di satu pihak dengan Mohammad Hatta dan

Mohammad Yamin pada pihak lain. Perdebatan pemikiran HAM yang terjadi dalam sidang

BPUPKI berkaitan dengan masalah hak persamaan kedudukan di muka hukum, hak atas

pekerjaan dan penghidupan yang layak, hak untuk memeluk agama dan kepercayaan, hak

berserikat, hak untuk berkumpul, hak untuk mengeluarkan pikiran dengan tulisan dan lisan.

B. Periode Setelah Kemerdekaan ( 1945 – sekarang )

a. Periode 1945 – 1950

Pemikiran HAM pada periode awal kemerdekaan masih pada hak untuk merdeka, hak

kebebasan untuk berserikat melalui organisasi politik yang didirikan serta hak kebebasan

untuk untuk menyampaikan pendapat terutama di parlemen. Pemikiran HAM telah

mendapat legitimasi secara formal karena telah memperoleh pengaturan dan masuk

kedalam hukum dasar Negara (konstitusi) yaitu, UUD 45. komitmen terhadap HAM pada

periode awal sebagaimana ditunjukkan dalam Maklumat Pemerintah tanggal 1 November

1945.

Langkah selanjutnya memberikan keleluasaan kepada rakyat untuk mendirikan partai

politik. Sebagaimana tertera dalam Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945.

b. Periode 1950 – 1959

Periode 1950 – 1959 dalam perjalanan Negara Indonesia dikenal dengan sebutan periode

Demokrasi Parlementer. Pemikiran HAM pada periode ini menapatkan momentum yang

sangat membanggakan, karena suasana kebebasan yang menjadi semangat demokrasi

liberal atau demokrasi parlementer mendapatkan tempat di kalangan elit politik. Seperti

dikemukakan oleh Prof. Bagir Manan pemikiran dan aktualisasi HAM pada periode ini

mengalami “pasang” dan menikmati “bulan madu“ kebebasan. Indikatornya menurut ahli

hukum tata Negara ini ada lima aspek. Pertama, semakin banyak tumbuh partai – partai

Drs. Ronin Hendrawan 20

Page 22: Analisis HAM: Perkembangan dan Kasus Pelanggaran

Kajian HAM di Lingkup Nasional dan Internasional KU2071

politik dengan beragam ideologinya masing – masing. Kedua, Kebebasan pers sebagai

pilar demokrasi betul – betul menikmati kebebasannya. Ketiga, pemilihan umum sebagai

pilar lain dari demokrasi berlangsung dalam suasana kebebasan, adil, dan demokratis.

Keempat, parlemen atau dewan perwakilan rakyat resprentasi dari kedaulatan rakyat

menunjukkan kinerja dan kelasnya sebagai wakil rakyat dengan melakukan kontrol yang

semakin efektif terhadap eksekutif. Kelima, wacana dan pemikiran tentang HAM

mendapatkan iklim yang kondusif sejalan dengan tumbuhnya kekuasaan yang

memberikan ruang kebebasan.

c. Periode 1959 – 1966

Pada periode ini sistem pemerintahan yang berlaku adalah sistem demokrasi terpimpin

sebagai reaksi penolakan Soekarno terhaap sistem demokrasi Parlementer. Pada sistem ini

(demokrasi terpimpin) kekuasan berpusat pada dan berada ditangan presiden. Akibat dari

sistem demokrasi terpimpin Presiden melakukan tindakan inkonstitusional baik pada

tataran supratruktur politik maupun dalam tataran infrastruktur poltik. Dalam kaitan

dengan HAM, telah terjadi pemasungan hak asasi masyarakat yaitu hak sipil dan dan hak

politik.

d. Periode 1966 – 1998

Setelah terjadi peralihan pemerintahan dari Soekarno ke Soeharto, ada semangat untuk

menegakkan HAM. Pada masa awal periode ini telah diadakan berbagai seminar tentang

HAM. Salah satu seminar tentang HAM dilaksanakan pada tahun 1967 yang

merekomendasikan gagasan tentang perlunya pembentukan Pengadilan HAM,

pembentukan Komisi dan Pengadilan HAM untuk wilayah Asia. Selanjutnya pada pada

tahun 1968 diadakan seminar Nasional Hukum II yang merekomendasikan perlunya hak

uji materil (judical review) untuk dilakukan guna melindungi HAM. Begitu pula dalam

rangka pelaksanan TAP MPRS No. XIV/MPRS 1966 MPRS melalui Panitia Ad Hoc IV

telah menyiapkan rumusan yang akan dituangkan dalam piagam tentang Hak – hak Asasi

Manusia dan Hak – hak serta Kewajiban Warganegara.

Sementara itu, pada sekitar awal tahun 1970-an sampai periode akhir 1980-an persoalan

HAM mengalami kemunduran, karena HAM tidak lagi dihormati, dilindungi dan

ditegakkan. Pemerintah pada periode ini bersifat defensif dan represif yang dicerminkan

dari produk hukum yang umumnya restriktif terhadap HAM. Sikap defensif pemerintah

tercermin dalam ungkapan bahwa HAM adalah produk pemikiran barat yang tidak sesuai

Drs. Ronin Hendrawan 21

Page 23: Analisis HAM: Perkembangan dan Kasus Pelanggaran

Kajian HAM di Lingkup Nasional dan Internasional KU2071

dengan nilai–nilai luhur budaya bangsa yang tercermin dalam Pancasila serta bangsa

Indonesia sudah terlebih dahulu mengenal HAM sebagaimana tertuang dalam rumusan

UUD 1945 yang terlebih dahulu dibandingkan dengan deklarasi Universal HAM. Selain

itu sikap defensif pemerintah ini berdasarkan pada anggapan bahwa isu HAM seringkali

digunakan oleh Negara – Negara Barat untuk memojokkan Negara yang sedang

berkembang seperti Indonesia.

Meskipun dari pihak pemerintah mengalami kemandegan bahkan kemunduran, pemikiran

HAM nampaknya terus ada pada periode ini terutama dikalangan masyarakat yang

dimotori oleh LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) dan masyarakat akademisi yang

peduli terhadap penegakan HAM. Upaya yang dilakukan oleh masyarakat melalui

pembentukan jaringan dan lobi internasional terkait dengan pelanggaran HAM yang

terjadi seprti kasus Tanjung Priok, kasus Keung Ombo, kasus DOM di Aceh, kasus di

Irian Jaya, dan sebagainya.

Upaya yang dilakukan oleh masyarakat menjelang periode 1990-an nampak memperoleh

hasil yang menggembirakan karena terjadi pergeseran strategi pemerintah dari represif

dan defensif menjadi ke strategi akomodatif terhadap tuntutan yang berkaitan dengan

penegakan HAM. Salah satu sikap akomodatif pemerintah terhadap tuntutan penegakan

HAM adalah dibentuknya Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (KOMNAS HAM)

berdasarkan KEPRES No. 50 Tahun 1993 tertanggal 7 Juni 1993.

Lembaga ini bertugas untuk memantau dan menyeliiki pelaksanaan HAM, serta memberi

pendapat, pertimbangan, dan saran kepada pemerintah perihal pelaksanaan HAM.

e. Periode 1998 – sekarang

Pergantian rezim pemerintahan pada tahan 1998 memberikan dampak yang sangat besar

pada pemajuan dan perlindungan HAM di Indonesia. Pada saat ini mulai dilakukan

pengkajian terhadap beberapa kebijakan pemerintah orde baru yang beralwanan dengan

pemjuan dan perlindungan HAM. Selanjutnya dilakukan penyusunan peraturan

perundang – undangan yang berkaitan dengan pemberlakuan HAM dalam kehidupan

ketatanegaraan dan kemasyarakatan di Indonesia. Hasil dari pengkajian tersebut

menunjukkan banyaknya norma dan ketentuan hukum nasional khususnya yang terkait

dengan penegakan HAM diadopsi dari hukum dan instrumen Internasional dalam bidang

HAM. Strategi penegakan HAM pada periode ini dilakukan melalui dua tahap yaitu tahap

status penentuan dan tahap penataan aturan secara konsisten. pada tahap penentuan telah

Drs. Ronin Hendrawan 22

Page 24: Analisis HAM: Perkembangan dan Kasus Pelanggaran

Kajian HAM di Lingkup Nasional dan Internasional KU2071

ditetapkan beberapa penentuan perundang – undangan tentang HAM seperti amandemen

konstitusi Negara ( Undang – undang Dasar 1945 ), ketetapan MPR ( TAP MPR ),

Undang – undang (UU), peraturan pemerintah dan ketentuan perundang – undangam

lainnya.

4.2 Pancasila dan HAM

Sebagai Dasar Negara Pancasila sangat menghargai Hak Asasi Manusia (HAM). Hak

hak asasi manusia dalam Pancasila dirumuskan dalam pembukaan UUD 1945 dan

terperinci di dalam batang tubuh UUD 1945 yang merupakan hukum dasar konstitusional

dan fundamental tentang dasar filsafat negara Republik Indonesia. Perumusan ayat ke 1

pembukaan UUD tentang hak kemerdekaan yang dimiliki oleh segala bangsa didunia.

Oleh sebab itu penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan

perikemanusiaan dan perikeadilan.

HAM juga terdapat di dalam Pembukaan konstitusi kita yang pernah berlaku. Namun,

pelaksanaan HAM tetap berlandaskan nilai-nilai Pancasila. Misalkan bagaimana

kedudukan individu dalam sistem demokrasi? Demokrasi kita tetap berlandaskan

kolektivisme, bukan pertentangan individu dan “social orde” seperti demokrasi liberal

dan hak-hak lain berlandaskan kondisi masyarakat asli Indonesia. Hubungan antara Hak

asasi manusia dengan Pancasila dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Sila Ketuhanan yang maha Esa menjamin hak kemerdekaan untuk memeluk agama,

melaksanakan ibadah dan menghormati perbedaan agama. Sila tersebut mengamanatkan

bahwa setiap warga negara bebas untuk memeluk agama dan kepercayaannya masing –

masing. Hal ini selaras dengan Deklarasi Universal tentang HAM pasal 2 dimana terdapat

perlindungan HAM (Setiap orang berhak atas semua hak dan kebebasan-kebebasan yang

tercantum di dalam Deklarasi ini dengan tidak ada pengecualian apa pun, seperti

pembedaan ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, politik atau pandangan lain,

asal-usul kebangsaan atau kemasyarakatan, hak milik, kelahiran ataupun kedudukan lain.

2. Sila kemanusiaan yang adil dan beradab menempatkan hak setiap warga negara pada

kedudukan yang sama dalam hukum serta serta memiliki kewajiban dan hak-hak yang

sama untuk mendapat jaminan dan perlindungan undang-undang. Sila Kedua,

mengamanatkan adanya persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan kewajiban

antara sesama manusia sebagaimana tercantum dalam Deklarasi HAM PBB yang

melarang adanya diskriminasi. Pasal 7 (Semua orang sama di depan hukum dan berhak

Drs. Ronin Hendrawan 23

Page 25: Analisis HAM: Perkembangan dan Kasus Pelanggaran

Kajian HAM di Lingkup Nasional dan Internasional KU2071

atas perlindungan hukum yang sama tanpa diskriminasi. Semua berhak atas perlindungan

yang sama terhadap setiap bentuk diskriminasi yang bertentangan dengan Deklarasi ini,

dan terhadap segala hasutan yang mengarah pada diskriminasi semacam ini).

3. Sila Persatuan Indonesia mengamanatkan adanya unsur pemersatu diantara warga Negara

dengan semangat rela berkorban dan menempatkan kepentingan bangsa dan Negara diatas

kepentingan pribadi atau golongan, hal ini sesuai dengan prinsip HAM dimana hendaknya

sesama manusia bergaul satu sama lainnya dalam semangat persaudaraan. Sila ini

mengamanatkan adanya unsur pemersatu diantara warga Negara dengan semangat rela

berkorban dan menempatkan kepentingan bangsa dan Negara diatas kepentingan pribadi

atau golongan, hal ini sesuai dengan Prinsip HAM dimana hendaknya sesama manusia

bergaul satu sama lainnya dalam semangat persaudaraan. Pasal 1 (Semua orang dilahirkan

merdeka dan mempunyai martabat dan hak-hak yang sama. Mereka dikaruniai akal dan

hati nurani dan hendaknya bergaul satu sama lain dalam persaudaraan).

4. Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan /

perwakilan dicerminkan dalam kehidupan pemerintahan, bernegara, dan bermasyarakat

yang demokratis. Menghargai hak setiap warga negara untuk bermusyawarah mufakat

yang dilakukan tanpa adanya tekanan, paksaan, ataupun intervensi yang membelenggu

hak-hak partisipasi masyarakat. Inti dari sila ini adalah musyawarah dan mufakat dalam

setiap penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan sehingga setiap orang tidak

dibenarkan untuk mengambil tindakan sendiri, atas inisiatif sendiri yang dapat

mengganggu kebebasan orang lain. Hal ini sesuai pula dengan Deklarasi HAM.

5. Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia mengakui hak milik perorangan dan

dilindungi pemanfaatannya oleh negara serta memberi kesempatan sebesar-besarnya pada

masyarakat. Asas keadilan dalam HAM tercermin dalam sila ini, dimana keadilan disini

ditujukan bagi kepentingan umum tidak ada pembedaan atau diskriminasi antar individu.

4.3 Komnas Ham

Komisi Nasional Hak Asasi Manusia atau Komnas HAM adalah sebuah lembaga mandiri

di Indonesia yang kedudukannya setingkat dengan lembaga negara lainnya dengan fungsi

melaksanakan kajian, perlindungan, penelitian, penyuluhan, pemantauan, investigasi, dan

mediasi terhadap persoalan-persoalan hak asasi manusia. Komisi ini berdiri sejak tahun

Drs. Ronin Hendrawan 24

Page 26: Analisis HAM: Perkembangan dan Kasus Pelanggaran

Kajian HAM di Lingkup Nasional dan Internasional KU2071

1993 berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 50 Tahun 1993 tentang Komisi Nasional

Hak Asasi Manusia. Komnas HAM mempunyai kelengkapan yang terdiri dari Sidang

Paripurna dan Subkomisi. Di samping itu, Komnas HAM mempunyai Sekretariat

Jenderal sebagai unsur pelayanan. Ketua Komnas HAM dijabat bergiliran dengan masa

jabatan 2,5 tahun. Namun mulai 2013, ketua Komnas HAM dijabat bergiliran dengan

masa jabatan satu tahun. Saat ini Komnas HAM diketuai Siti Noor Laila.

Tujuan Komnas HAM:

Mengembangkan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan hak asasi manusia sesuai

dengan Pancasila, UUD 1945, dan Piagam PBB serta Deklarasi Universal Hak Asasi

Manusia

Meningkatkan perlindungan dan penegakan hak asasi manusia guna berkembangnya

pribadi manusia Indonesia seutuhnya dan kemampuannya berpartisipasi dalam

berbagai bidang kehidupan.

Landasan Hukum Komnas HAM

Dalam melaksanakan fungsi, tugas, dan wewenang guna mencapai tujuannya Komnas

HAM menggunakan sebagai acuan instrumen-instrumen yang berkaitan dengan HAM,

baik nasional maupun Internasional.

Instrumen Nasional:

1. Undang Undang Dasar 1945;

2. Tap MPR No. XVII/MPR/1998;

3. UU No 5 Tahun 1998 tentang pengesahan CONVENTION AGAINST TORTURE AND

OTHER CRUEL, INHUMAN OR DEGRADING TREATMENT OR

PUNISHMENT (KONVENSI MENENTANG PENYIKSAAN DAN PERLAKUAN

ATAU PENGHUKUMAN LAIN YANG KEJAM, TIDAK MANUSIAWI, ATAU

MERENDAHKAN MARTABAT MANUSIA);

4. UU No 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia;

5. UU No 26 tahun 2000 Tentang Pengadilan HAM;

6. UU No 11 TAHUN 2005 tentang pengesahan INTERNATIONAL COVENANT ON

ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS (KOVENAN

INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA;

Drs. Ronin Hendrawan 25

Page 27: Analisis HAM: Perkembangan dan Kasus Pelanggaran

Kajian HAM di Lingkup Nasional dan Internasional KU2071

7. UU No 12 TAHUN 2005 tentang pengesahan INTERNATIONAL COVENANT ON

CIVIL AND POLITICAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG

HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK);

8. UU No 40 Tahun 2008 Tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis;

9. UU No 19 TAHUN 2011 tentang pengesahan CONVENTION ON THE RIGHTS OF

PERSONS WITH DISABILITIES(KONVENSI MENGENAI HAK-HAK

PENYANDANG DISABILITAS);

10. Peraturan perundang-undangan nasional lain yang terkait;

11. Keppres No. 50 tahun 1993 Tentang Komnas HAM;

12. Keppres No. 181 tahun 1998 Tentang Komnas Anti kekerasan terhadap Perempuan;

Instrumen Internasional:

1. Piagam PBB, 1945;

2. Deklarasi Universal HAM 1948;

5. Kasus Pelanggaran HAM di Indonesia

5.1 Tragedi/Peristiwa Trisakti dan Semanggi 1998

Kejatuhan perekonomian Indonesia sejak tahun 1997 membuat pemilihan pemerintahan

Indonesia saat itu sangat menentukan bagi pertumbuhan ekonomi bangsa ini supaya

dapat keluar dari krisis ekonomi. Pada bulan Maret 1998 MPR saat itu walaupun

ditentang oleh mahasiswa dan sebagian masyarakat tetap menetapkan Soeharto sebagai

Presiden. Tentu saja ini membuat mahasiswa terpanggil untuk menyelamatkan bangsa ini

dari krisis dengan menolak terpilihnya kembali Soeharto sebagai Presiden. Cuma ada

jalan demonstrasi supaya suara mereka didengarkan.

Demonstrasi digulirkan sejak sebelum Sidang Umum (SU) MPR 1998 diadakan oleh

mahasiswa Yogyakarta dan menjelang serta saat diselenggarakan SU MPR 1998

demonstrasi mahasiswa semakin menjadi-jadi di banyak kota di Indonesia termasuk

Jakarta, sampai akhirnya berlanjut terus hingga bulan Mei 1998. Insiden besar pertama

kali adalah pada tanggal 2 Mei 1998 di depan kampus IKIP Rawamangun Jakarta karena

mahasiswa dihadang Brimob dan di Bogor karena mahasiswa non-IPB ditolak masuk ke

dalam kampus IPB sehingga bentrok dengan aparat. Saat itu demonstrasi gabungan

Drs. Ronin Hendrawan 26

Page 28: Analisis HAM: Perkembangan dan Kasus Pelanggaran

Kajian HAM di Lingkup Nasional dan Internasional KU2071

mahasiswa dari berbagai perguruan tingi di Jakarta merencanakan untuk secara serentak

melakukan demonstrasi turun ke jalan di beberapa lokasi sekitar Jabotabek.Namun yang

berhasil mencapai ke jalan hanya di Rawamangun dan di Bogor sehingga terjadilah

bentrokan yang mengakibatkan puluhan mahasiswa luka dan masuk rumah sakit.

Setelah keadaan semakin panas dan hampir setiap hari ada demonstrasi tampaknya sikap

Brimob dan militer semakin keras terhadap mahasiswa apalagi sejak mereka berani turun

ke jalan. Pada tanggal 12 Mei 1998 ribuan mahasiswa Trisakti melakukan demonstrasi

menolak pemilihan kembali Soeharto sebagai Presiden Indonesia saat itu yang telah

terpilih berulang kali sejak awal orde baru. Mereka juga menuntut pemulihan keadaan

ekonomi Indonesia yang dilanda krisis sejak tahun 1997.

Mahasiswa bergerak dari Kampus Trisakti di Grogol menuju ke Gedung DPR/MPR di

Slipi. Dihadang oleh aparat kepolisian mengharuskan mereka kembali ke kampus dan

sore harinya terjadilah penembakan terhadap mahasiswa Trisakti. Penembakan itu

berlansung sepanjang sore hari dan mengakibatkan 4 mahasiswa Trisakti meninggal

dunia dan puluhan orang lainnya baik mahasiswa dan masyarakat masuk rumah sakit

karena terluka.

Sepanjang malam tanggal 12 Mei 1998 hingga pagi hari, masyarakat mengamuk dan

melakukan perusakan di daerah Grogol dan terus menyebar hingga ke seluruh kota

Jakarta. Mereka kecewa dengan tindakan aparat yang menembak mati mahasiswa.

Jakarta geger dan mencekam.

Awal pada bulan November 1998 pemerintahan transisi Indonesia mengadakan Sidang

Istimewa untuk menentukan Pemilu berikutnya dan membahas agenda-agenda

pemerintahan yang akan dilakukan. Mahasiswa bergolak kembali karena mereka tidak

mengakui pemerintahan B. J. Habibie dan tidak percaya dengan para anggota DPR/MPR

Orde Baru. Mereka juga mendesak untuk menyingkirkan militer dari politik serta

pembersihan pemerintahan dari orang-orang Orde Baru.

Masyarakat dan mahasiswa menolak Sidang Istimewa 1998 dan juga menentang

dwifungsi ABRI/TNI. Sepanjang diadakannya Sidang Istimewa itu masyarakat

bergabung dengan mahasiswa setiap hari melakukan demonstrasi ke jalan-jalan di

Jakarta dan kota-kota besar lainnya di Indonesia. Peristiwa ini mendapat perhatian sangat

Drs. Ronin Hendrawan 27

Page 29: Analisis HAM: Perkembangan dan Kasus Pelanggaran

Kajian HAM di Lingkup Nasional dan Internasional KU2071

besar dari seluruh Indonesia dan dunia internasional. Hampir seluruh sekolah dan

universitas di Jakarta, tempat diadakannya Sidang Istimewa tersebut, diliburkan untuk

mencegah mahasiswa berkumpul. Apapun yang dilakukan oleh mahasiswa mendapat

perhatian ekstra ketat dari pimpinan universitas masing-masing karena mereka di bawah

tekanan aparat yang tidak menghendaki aksi mahasiswa.

Timeline Sejarah

Pada tanggal 11 November 1998, mahasiswa dan masyarakat yang bergerak dari Jalan

Salemba, bentrok dengan Pamswakarsa di kompleks Tugu Proklamasi.

Pada tanggal 12 November 1998 ratusan ribu mahasiswa dan masyrakat bergerak menuju

ke gedung DPR/MPR dari segala arah, Semanggi-Slipi-Kuningan, tetapi tidak ada yang

berhasil menembus ke sana karena dikawal dengan sangat ketat oleh tentara, Brimob dan

juga Pamswakarsa (pengamanan sipil yang bersenjata bambu runcing untuk diadu

dengan mahasiswa). Pada malam harinya terjadi bentrok di daerah Slipi dan Jl.

Sudirman, puluhan mahasiswa masuk rumah sakit. Ribuan mahasiswa dievekuasi ke

Atma Jaya. Satu orang pelajar, yaitu Lukman Firdaus, terluka berat dan masuk rumah

sakit. Beberapa hari kemudian ia meninggal dunia.

Esok harinya Jumat tanggal 13 November 1998 mahasiswa dan masyarakat sudah

bergabung dan mencapai daerah Semanggi dan sekitarnya, bergabung dengan mahasiswa

yang sudah ada di kampus Universitas Atma Jaya Jakarta. Jalan Sudirman sudah

dihadang oleh aparat sejak malam hari dan pagi hingga siang harinya jumlah aparat

semakin banyak guna menghadang laju mahasiswa dan masyarakat. Kali ini mahasiswa

bersama masyarakat dikepung dari dua arah sepanjang Jalan Jenderal Sudirman dengan

menggunakan kendaraan lapis baja.

Deskripsi

Jumlah masyarakat dan mahasiswa yang bergabung diperkirakan puluhan ribu orang dan

sekitar jam 3 sore kendaraan lapis baja bergerak untuk membubarkan massa membuat

masyarakat melarikan diri, sementara mahasiswa mencoba bertahan namun saat itu juga

terjadilah penembakan membabibuta oleh aparat ketika ribuan mahasiswa sedang duduk

di jalan. Saat itu juga beberapa mahasiswa tertembak dan meninggal seketika di jalan.

Drs. Ronin Hendrawan 28

Page 30: Analisis HAM: Perkembangan dan Kasus Pelanggaran

Kajian HAM di Lingkup Nasional dan Internasional KU2071

Salah satunya adalah Teddy Wardhani Kusuma, mahasiswa Institut Teknologi Indonesia

yang merupakan korban meninggal pertama di hari itu.

Mahasiswa terpaksa lari ke kampus Universitas Atma Jaya untuk berlindung dan

merawat kawan-kawan sekaligus masyarakat yang terluka. Korban kedua penembakan

oleh aparat adalah Wawan, yang nama lengkapnya adalah Bernardus Realino Norma

Irmawan, mahasiswa Fakultas Ekonomi Atma Jaya, Jakarta, tertembak di dadanya dari

arah depan saat ingin menolong rekannya yang terluka di pelataran parkir kampus

Universitas Atma Jaya, Jakarta. Mulai dari jam 3 sore itu sampai pagi hari sekitar jam 2

pagi terus terjadi penembakan terhadap mahasiswa di kawasan Semanggi dan

penembakan ke dalam kampus Atma Jaya. Semakin banyak korban berjatuhan baik yang

meninggal tertembak maupun terluka. Gelombang mahasiswa dan masyarakat yang ingin

bergabung terus berdatangan dan disambut dengan peluru dan gas airmata. Sangat

dahsyatnya peristiwa itu sehingga jumlah korban yang meninggal mencapai 17 orang.

Korban lain yang meninggal dunia adalah: Sigit Prasetyo (YAI), Heru Sudibyo

(Universitas Terbuka), Engkus Kusnadi (Universitas Jakarta), Muzammil Joko

(Universitas Indonesia), Uga Usmana, Abdullah/Donit, Agus Setiana, Budiono, Doni

Effendi, Rinanto, Sidik, Kristian Nikijulong, Sidik, Hadi.

Jumlah korban yang didata oleh Tim Relawan untuk Kemanusiaan berjumlah 17 orang

korban, yang terdiri dari 6 orang mahasiswa dari berbagai Perguruan Tinggi di Jakarta, 2

orang pelajar SMA, 2 orang anggota aparat keamanan dari POLRI, seorang anggota

Satpam Hero Swalayan, 4 orang anggota Pam Swakarsa dan 3 orang warga masyarakat.

Sementara 456 korban mengalami luka-luka, sebagian besar akibat tembakan senjata api

dan pukulan benda keras, tajam/tumpul. Mereka ini terdiri dari mahasiswa, pelajar,

wartawan, aparat keamanan dan anggota masyarakat lainnya dari berbagai latar belakang

dan usia, termasuk Ayu Ratna Sari, seorang anak kecil berusia 6 tahun, terkena peluru

nyasar di kepala.

Tragedi Semanggi II

Pada 24 September 1999, untuk yang kesekian kalinya tentara melakukan tindak

kekerasan kepada aksi-aksi mahasiswa.

Drs. Ronin Hendrawan 29

Page 31: Analisis HAM: Perkembangan dan Kasus Pelanggaran

Kajian HAM di Lingkup Nasional dan Internasional KU2071

Kala itu adanya pendesakan oleh pemerintahan transisi untuk mengeluarkan Undang-

Undang Penanggulangan Keadaan Bahaya (UU PKB) yang materinya menurut banyak

kalangan sangat memberikan keleluasaan kepada militer untuk melakukan keadaan

negara sesuai kepentingan militer. Oleh karena itulah mahasiswa bergerak dalam jumlah

besar untuk bersama-sama menentang diberlakukannya UU PKB.

Mahasiswa dari Universitas Indonesia, Yun Hap meninggal dengan luka tembak di depan

Universitas Atma Jaya.

Daerah lainSelain di Jakarta, pada aksi penolakan UU PKB ini korban juga berjatuhan di

Lampung dan Palembang. Pada Tragedi Lampung 28 September 1999, 2 orang

mahasiswa Universitas Lampung, Muhammad Yusuf Rizal dan Saidatul Fitriah, tewas

tertembak di depan Koramil Kedaton. Di Palembang, 5 Oktober 1999, Meyer Ardiansyah

(Universitas IBA Palembang) tewas karena tertusuk di depan Markas Kodam

II/Sriwijaya.

5.2 KRONOLOGI PERISTIWA KERUSUHAN DI MALUKU

Peristiwa kerusuhan di Ambon (Maluku) diawali dengan terjadinya perkelahian antara

salah seorang pemuda Kristen asal Ambon yang bernama J.L, yang sehari-hari bekerja

sebagai sopir angkot dengan seorang pemuda Islam asal Bugis, NS, penganggur yang

sering mabuk-mabukan dan sering melakukan pemalakan (istilah Ambon "patah" )

khususnya terhadap setiap sopir angkot yang melewati jalur Pasar Mardika – Batu Merah.

Saat itu tanggal 19 Januari 1999, masih dalam hari raya Idul Fitri (hari kedua), pemuda

Bugis NS bersama temannya seorang pemuda Bugis lain bernama T, melakukan

pemalakan di Batu Merah terhadap pemuda Kristen J.L selama beberapa kali ketika J.L

mengendari angkotnya dari jurusan Mardika – Batu Merah. Namun permintaan kedua

pemuda Bugis tersebut tidak dilayaninya, karena J.L belum mempunyai uang, mengingat

belum ada penumpang yang dapat diangkutnya, karena hari itu hari raya Idul Fitri.

Permintaan dengan desakan yang sama dilakukan oleh pemuda NS hingga kali yang

ketiga saat pemuda Ambon J.L berada di terminal Batu Merah, malah pemuda Bugis NS

tidak segan-segan mengeluarkan badiknya untuk menikam pemuda Ambon J.L.

Untunglah J.L sempat menangkisnya dengan mendorong pintu mobilnya.

Drs. Ronin Hendrawan 30

Page 32: Analisis HAM: Perkembangan dan Kasus Pelanggaran

Kajian HAM di Lingkup Nasional dan Internasional KU2071

Merasa dirinya terancam, pemuda J.L langsung pulang ke rumahnya mengambil parang

(golok) dan kembali ke terminal Batu Merah. Disana ia masih menemukan pemuda Bugis

NS bersama temannya T. Ia kemudian memburunya, dan NS kemudian berlari masuk ke

kompleks pasar Desa Batu Merah.NS kemudian ditahan oleh warga Batu Merah, dan

ketika ia ditanya apa permaslahannya, maka ia (NS) menjawab bahwa, "ia akan dibunuh

oleh orang Kristen".

Jawabannya ini kemudian yang memicu kerusuhan Ambon, dengan munculnya warga

Muslim dimana-mana untuk menyerang warga Kristen dan sebaliknya juga warga Kristen

yang muncul untuk mempertahankan diri.

Beberapa saat berselang atau sekitar 5 menit setelah peristiwa saling kejar-mengejar

antara pemuda Muslim asal Bugis, NS dengan pemuda Kristen asal Ambon J.L, seperti

ada komando, kerusuhan akhirnya pecah dimana-mana dalam kota Ambon.

Kira-kira jam 15.00 WIT ratusan masa Muslim muncul dari Desa Batu Merah (lokasi

dimana pemuda Bugis NS dikejar dan berteriak akan dibunuh oleh oleh orang Kristen)

bangkit menyerang warga Kristen di kawasan Mardika (tetangga desa Batu merah)

dengan menggunakan berbagai alat tajam (parang, panah, tombak dan lain-lain) dengan

seragam dan berikat kepala putih. Mereka sempat melukai, merusak dan mebakar rumah-

rumah warga Kristen Mardika. Demikian juga pada waktu yang bersamaan, beberapa

lokasi pemukiman Kristen seperti Galunggung, Tanah Rata, Kampung Ohiu, Silale dan

Waihaong ikut diserang oleh kelompok penyerang Muslim. Beberapa orang warga

Kristen terbunuh, ratusan rumah dibakar dan sebuah gereja yang terletak di kawasan

Silale dirusak dan akhirnya dibakar oleh masa.

Dari lokasi-lokasi ini, kerusuhan berlanjut terus dan hanya berbeda waktu beberapa menit

dari lokasi ke lokasi yang lain.Warga Kristen yang mendiami lokasi Batu Gantung,

Kudamati dan sekitarnya setelah mendengar penyerangan yang dilakukan oleh masa

Muslim terhadap warga Kristen di Mardika, Galunggung, Kampung Ohiu, Waihaong dan

Silale serta mendengar gereja Silale telah terbakar, bangkit amarahnya dan memberikan

serangan balasan terhadap warga Muslim melalui pengrusakan dan pembakaran rumah-

rumah di kawasan Batu Gantung dan Kompleks Pohon Beringin, serta melakukan

pengrusakan dan pembakaran terhadap berbagai kendaraan seperti becak, sepeda motor

dan mobil.

Drs. Ronin Hendrawan 31

Page 33: Analisis HAM: Perkembangan dan Kasus Pelanggaran

Kajian HAM di Lingkup Nasional dan Internasional KU2071

Setelah terjadi kerusuhan pada beberapa lokasi seperti tersebut di atas yang berlangsung

sejak siang hingga menjelang malam tanggal 19 Januari 1999, maka memasuki malam

hingga pagi hari tanggal 20 Januari 1999, suasana terasa semakin mencekam dengan

semakin berkembangnya isu telah terjadi pertikaian antar sesama warga Ambon (Maluku)

yang bernuansa SARA, terutama diantara kelompok yang beragama Kristen dan Muslim.

Beberapa lokasi di dalam wilayah kota Ambon terus berkecamuk. Di lokasi Pohon Puleh,

Tugu Trikora dan Anthony Rhebok hingga tengah malam tanggal 19 januari 1999, terlihat

masa diantara kedua kubu saling berhadap-hadapan dan mencoba untuk saling melakukan

penyerangan dengan pelemparan batu yang diteruskan dengan pengrusakan dan

pembakaran sejumlah rumah diantara kedua belah pihak, pembakaran kendaraan (becak,

sepeda motor dan mobil) dan pembakaran sebuah sekolah Al Hilal di Jl. Anthony

Rhebok. Sementara itu di kawasan Batu Merah Tanjung yang dihuni oleh mayoritas

warga Muslim, terjadi pengrusakan, pembakaran terhadap rumah-rumah dan pembantaian

terhadap beberapa warga Kristen. Di lokasi inipun sebuah gereja sempat dirusak

kemudian dibakar oleh masa Muslim. Sedangkan di lokasi Puleh (Karang Panjang) warga

Kristen sempat merusak dan membakar rumah-rumah warga Muslim, demikian juga

sebuah mesjid yang terletak di lokasi ini.

Menjelang pagi hari tanggal 20 Januari 1999, terjadi penyerangan secara besar-besaran

yang dilakukan oleh warga Kristen terhadap kompleks Pasar Gambus, kompleks Pasar

Mardika dan kompleks Pasar Pelita yang berada di tengah-tengah jantung kota.

Penyerangan ini dimulai dengan kosentrasi masa Muslim disekitar Jl. A. J. Patty menuju

ke lapangan Merdeka Ambon yang diduga akan melakukan penyerangan ke gereja

Maranatha (gereja Pusat Ambon).

Masa Kristen yang berada di sekitar kompleks gereja Maranatha merasa terancam,

akhirnya melakukan penyerangan ke lokasi tersebut yang merupakan daerah yang

mayoritas dihuni oleh warga muslim dengan jalan membakar habis kompleks tersebut.

Diperkirakan banyak korban yang meninggal, karena terjebak kebakaran yang hingga saat

ini sulit teridentifikasi.

Fanatisme Agama

Drs. Ronin Hendrawan 32

Page 34: Analisis HAM: Perkembangan dan Kasus Pelanggaran

Kajian HAM di Lingkup Nasional dan Internasional KU2071

Kerusuhan demi kerusuhan di Pulau Ambon pada akhirnya bersangkut paut dengan sikap

toleransi warga yang berdomesili di Pulau Ambon. Sementara isu pertikaian yang

bernuasa SARA semakin dipertajam sehingga menimbulkan panatisme antara masing-

masing umat beragama. Berkenaan dengan itu maka pada tanggal 21 Januari 1999 warga

Kristen yang berdomisili di Batu Gajah Dalam mendengar terbunuhnya 2 (dua) orang

pendeta dan pembakaraan beberapa buah gereja dalam penyerangan yang dilakukan oleh

warga Muslim dari jasirah Leihitu kemudian bangkit menyerang warga Muslim Dusun

Batu Bulan dan membantai sejumlah warganya. Dari data di lapangan terungkap 150

buah rumah dibakar/dirusak, 5 (lima) orang dibunuh dan 1 (satu) buah Mesjid terbakar.

Demikian juga pada tanggal yang sama warga Kristen yang berdomesili di Batu Gantung

Dalam (Kampung Ganemo), Mangga Dua, Kudamati ikut melakukan penyerangan

terhadap warga Muslim yang berada di sekitarnya. Dalam penyerangan ini 8 (delapan)

orang meninggal dunia.. 5 (lima) orang warga Muslim diantaranya dibantai kemudian

dibakar bersama mobil truk yang mengangkutnya di kawasan Mangga Dua karena diduga

sebagai propokator dan membawa bahan peledak.

Sementara itu di kawasan Desa Hative Besar Kotamadya Ambon terjadi penyerangan dari

warga Muslim asal Buton, Bugis dan Makasar dari Dusun Wailete yang berada di bawah

wilayah Desa Hative Besar yang mengakibatkan puluhan rumah warga Kristen Desa

Hative Besar terbakar.

Peristiwa ini selain dipicu oleh dampak kerusuhan Ambon tanggal 19 Januari 1999, juga

diakibatkan oleh dendam lama yaitu peristiwa kerusuhan yang terjadi pada bulan

Nopermber 1998. Tindakan penyerangan warga Dusun Wailete tersebut dibalas oleh

warga Kristen Desa Hative Besar yang membakar habis lokasi pemukiman mereka.

Akibat Peristiwa ini ratusan rumah terbakar dan 4 (empat) orang Warga Muslim

Meninggal, 1 buah Mesjid dan 1 buah Mushola terbakar.

Begitu liciknya pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab yang tidak menginginkan

kedamaian di Maluku, akhirnya mereka mampu memprovokasi isu SARA dalam

kerusuhan Ambon yang semakin mengental di kalangan masyarakat. Selain faktor di atas

semakin terasa dikembangkan pula isu-isu yang tidak benar di kalangan umat Muslim di

luar pulau Ambon seperti telah terbakarnya Mesjid Al-Fatah yang merupakan pusat

kebanggaan umat Muslim di Maluku, terbakarnya rumah dan terbunuhnya beberapa

tokoh Muslim di kota Ambon yang dilakukan oleh orang-orang Kristen.

Drs. Ronin Hendrawan 33

Page 35: Analisis HAM: Perkembangan dan Kasus Pelanggaran

Kajian HAM di Lingkup Nasional dan Internasional KU2071

Isu-isu yang tidak benar ini, akhirnya keluar dari wilayah pulau Ambon. Serentak dengan

itu umat Muslim di kota Sanana (Kabupaten Maluku Utara) bangkit dan menyerang

kelompok minoritas Kristen di kota Sanana dan sekitarnya pada tanggal 21 Januari 1999

tengah malam. Puluhan rumah dan bangunan dirusak dan dibakar termasuk 4 (empat)

buah Gereja serta 3 (tiga) orang warga Kristen dibunuh oleh masa dan 6 (enam) orang

lainnya (3 orang warga Kristen dan 3 orang warga Muslim) mengalami luka-luka.

Demikian juga 24 Kepala Keluarga minoritas Kristen yang tinggal di Dusun Papora, Desa

Luhu (beragama Muslim) Kecamatan Seram Barat Piru dibumi hangsukan oleh warga

Desa Luhu. Rumah-rumah dan harta benda mereka dibakar habis termasuk 2 (dua) buah

Gereja. Mereka terpaksa lari ke hutan-hutan untuk melindungi diri selama beberapa hari,

sebelum akhirnya dengan menempuh jalan kaki berkilo-kilo meter, akhirnya tiba di Desa

Lokki (sebuah Jemaat Kristen) dan mengungsi di situ. Sayangnya Desa Lokki ini juga

telah dibumi hanguskan oleh kelompok Muslim pada kerusuhan periode kedua yang

dimulai pada pertengahan bulan Juli 1999, sehingga akhirnya pengungsi asal Dusun

Papora ini bersama-sama warga Kristen Desa Lokki harus menempuh jalan hidup baru

dengan mengungsi ke Desa Piru (ibu kota Kecamatan Seram Barat).

Nasib malang ini juga ikut dialami oleh warga Kristen Desa Tomalehu Timur di pulau

Manipa (Kecamatan Seram Barat). Desa Tomalehu Timur yang merupakan satu-satunya

Desa Kristen di pulau ini ikut dibumi hanguskan oleh warga Muslim dari Desa Kelang

Asaude, Hasaoi, Luhutubang, Aman Jaya, Tuniwara dan Buano Hatuputih. Semula

mereka sempat dilindungi oleh warga Muslim Desa Tomalehu Barat yang mempunyai

hubungan Gandong (dari satu moyang hanya berbeda agama).

Namun upaya perlindungan ini tidak membuahkan hasil, karena kelompok Muslim Desa

tetangga lainnya yang menyerang warga Kristen Tomalehu Timur berada dalam jumlah

yang cukup banyak. Desa ini akhirnya dibumi hanguskan pada tanggal 25 Januari 1999

jam 04.00 WIT. Seluruh rumah dan bangunan dibakar habis termasuk 1 (satu) buah

gedung Gereja, 1 (satu) orang meninggal dunia dan 1 (satu) orang lainnya mengalami

luka berat. Sama halnya dengan Dusun Papora, warga Kristen Desa Tomalehu Timur ini

merupakan kelompok minoritas yang berada di tengah-tengah kelompok mayoritas

Muslim.

Drs. Ronin Hendrawan 34

Page 36: Analisis HAM: Perkembangan dan Kasus Pelanggaran

Kajian HAM di Lingkup Nasional dan Internasional KU2071

Ketika terjadinya penyerangan terhadap mereka, jalan satu-satunya yang mereka tempuh

adalah lari masuk ke hutan untuk menyelamatkan diri, sebelum mereka dievakuasi oleh

aparat keamanan dan diungsikan ke Desa Tomalehu Barat (Desa Muslim) yang

merupakan Desa Gandong mereka.

Setelah beberapa hari tinggal di Desa Tomalehu Barat, perasaan was-was selalu

menghantui mereka karena hampir setiap hari mereka mendapat ancaman dari Desa-Desa

penyerang untuk dihabisi.

Akhirnya atas koordinasi dengan aparat keamanan dan tanpa memikirkan bagaimana

masa depan mereka, mereka dievakuasi dengan kapal TNI Angkatan Laut pada akhir

bulan Pebruari 1999 ke kota Kecamatan Piru. Di lokasi pengungsian yang baru ini mereka

diterima oleh warga Kristen pada beberapa Jemaat/Desa di antaranya: Piru, Neniari,

Lumoli, Translog Mata Empat, Eti dan Morakao.

Drs. Ronin Hendrawan 35

Page 37: Analisis HAM: Perkembangan dan Kasus Pelanggaran

Kajian HAM di Lingkup Nasional dan Internasional KU2071

6. Kesimpulan

Drs. Ronin Hendrawan 36

Page 38: Analisis HAM: Perkembangan dan Kasus Pelanggaran

Kajian HAM di Lingkup Nasional dan Internasional KU2071

7. Referensi

http://www.fica.org/hr/ambon/idKronologisKerusuhanAmbonSept1999.html

http://www.responsibilitytoprotect.org/index.php/crises/crisis-in-zimbabwe

http://www.washingtontimes.com/news/2013/jul/29/zimbabwes-robert-mugabe-after-33-

years-brutal-misr/?page=all

http://www.hrw.org/news/2013/10/20/dispatches-two-years-after-gaddafi-lawless-libya

http://www.mapreport.com/citysubtopics/libya-p-u.html

http://www.pusakaindonesia.org/pancasila-memayungi-hak-asasi-manusia-ham/

http://articles.washingtonpost.com/2012-03-02/world/35447356_1_civilian-casualties-war-

crimes-airstrikes

http://www.historylearningsite.co.uk/magna_carta.htm

http://id.wikipedia.org/wiki/Komisi_Nasional_Hak_Asasi_Manusia.

http://adrianynwa.blogspot.com/2013/03/sejarah-ham-di-indonesia.html

http://www.akilmochtar.com/wp-content/uploads/2011/06/Demokrasi-dan-HAM.pdf

http://emperordeva.wordpress.com/about/sejarah-hak-asasi-manusia/

http://id.wikipedia.org/wiki/Demokrasi

http://muhammadghozali30.wordpress.com/2012/10/06/peristiwa-trisakti-dan-semanggi/

Drs. Ronin Hendrawan 37