analisis faktor motivasi kerja pegawai negeri sipil (pns) di kantor suku dinas pariwisata dan...
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan aset organisasi yang sangat penting, karena
peran dan fungsinya tidak bisa digantikan oleh sumber daya lainnya.
Secanggih-canggihnya teknologi yang digunakan, atau seberapa banyak
dana yang telah disiapkan, namun tanpa sumber daya manusia yang
kompeten dan profesional maka mustahil bagi organisasi untuk dapat
mencapai tujuannya. Sumber daya manusia berfungsi sebagai alat organisasi
dalam mencapai tujuannya yaitu sebagai pengelola sistem yang ada dalam
organisasi tersebut.
Organisasi harus memperhatikan aspek-aspek penting agar sistem
tersebut dikelola dengan efektif dan efisien. Pengelolaan sumber daya
manusia tidak lepas dari faktor karyawan yang diharapkan dapat berprestasi
sebaik mungkin demi mencapai tujuan organisasi organisasi. Karyawan
merupakan asset utama organisasi dan mempunyai peran yang strategis
didalam organisasi yaitu sebagai pemikir, perencana, dan pengendali
aktivitas organisasi. Peranan Sumber Daya Manusia sebagai sumber tenaga
kerja dalam suatu unit organisasi sangat dibutuhkan dalam rangka
menghasilkan output baik berupa produk ataupun jasa.
Melihat pentingnya peranan karyawan dalam organisasi, maka
diperlukan perhatian lebih serius terhadap karyawan atas tugas yang
1
2
dikerjakan sehingga tujuan organisasi tercapai. Dengan motivasi kerja yang
tinggi, karyawan akan bekerja lebih giat dalam melaksanakan pekerjaannya.
Sebaliknya dengan motivasi kerja yang rendah karyawan tidak mempunyai
semangat bekerja, mudah menyerah, dan kesulitan dalam menyelesaikan
pekerjaannya
Memasuki pasar bebas Asia (AFTA) dan era keterbukaan global,
serta era perubahan teknologi informasi yang demikian cepat. Pemerintah
Daerah sebagai lembaga pelayanan publik memerlukan langkah-langkah
proaktif dalam melakukan antisipasi tingkat pelayanan yang konvensional
ke dalam bentuk pelayanan yang professional. Pemerintah Daerah sebagai
organisasi publik dalam bekerja berlandaskan aturan dan kebijakan publik
diharapkan dapat melaksanakan manajemen publik yang baik. Pegawai
Negeri Sipil (PNS) sebagai Sumber Daya Manusia aparatur negara
mempunyai posisi yang sangat penting karena aparatur mempunyai fungsi
sebagai perumus, perencana, pelaksana, pengendali, dan yang akan
mengevaluasi pelaksanaan kegiatan. Setiap organisasi pemerintah dituntut
untuk dapat mengoptimalkan sumber daya manusia dan bagaimana sumber
daya manusia dikelola.
Pandangan umum yang berlaku di masyarakat adalah Pegawai Negeri
Sipil (PNS) tidak memiliki motivasi dan etos kerja yang tinggi, dan
implikasinya adalah pada penilaian tingkat pelayanan dan kinerja yang
rendah. Tak bisa dipungkiri masih ada oknum PNS yang tidak bekerja
dengan baik, bahkan cenderung asal-asalan dalam menjalankan tugasnya.
3
Mental melayani yang dimiliki Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebagai subjek
birokrasi layu terlalu lama, yang hadir ialah mental priayi yang justru ingin
dilayani dan dihormati.
Pegawai Negeri Sipil (PNS) harus mengubah pandangan negatif
masyarakat terhadap kinerja mereka, dan harus mengubah mental dilayani
menjadi melayani dan mengabdi. Untuk itu dituntut kreatif, inovatif dan
disiplin dari Pegawai Negeri Sipil sehingga akan mencapai kinerja yang baik.
Untuk menciptakan kinerja yang tinggi, dibutuhkan adanya peningkatan kerja
yang optimal dan mampu mendayagunakan potensi Sumber Daya Manusia
yang dimiliki oleh karyawan guna menciptakan tujuan organisasi, sehingga
akan memberikan kontribusi positif bagi perkembangan organisasi. Selain itu,
organisasi perlu memperhatiksn berbagai faktor yang dapat mempengaruhi
motivasi karyawan, dalam hal ini diperlukan adanya peran organisasi dalam
meningkatkan motivasi dan menciptakan lingkungan kerja yang kondusif
guna mendorong terciptanya sikap dan tindakan yang profesional dalam
menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan bidang dan tanggung jawab masing-
masing. Oleh karena itu, peningkatan kinerja sumber daya manusia (SDM)
merupakan hal yang sangat penting di dalam usaha memperbaiki pelayanan
kepada masyarakat, sehingga perlu diupayakan secara terus menerus dan
berkesinambungan dalam menghadapi tuntutan masyarakat.
Salah satu faktor utama untuk meningkatkan kinerja Pegawai Negeri
Sipil (PNS) adalah dengan memperbaiki dan meningkatkan motivasi kerja
pegawai. Motivasi kerja merupakan dorongan yang muncul dari dalam
4
diri seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan guna mencapai suatu
tujuan, baik tujuan individu ataupun organisasi tempat mereka bekerja
dengan rela dan mau untuk mengerahkan kemampuan dalam bentuk keahlian
atau keterampilan diri, tenaga dan waktunya dalam rangka memenuhi
keinginannya.
Tujuan institusi akan sulit dicapai, bila para pegawai tidak mau dan
tidak dapat menggali potensi yang ada dalam dirinya untuk bekerja secara
optimal. Kemampuan dan kecakapan pegawai tidak ada artinya bagi institusi
jika mereka tidak mau bekerja giat. Oleh karena itu, peningkatan kinerja
sumber daya manusia (SDM) merupakan hal yang sangat penting di dalam
usaha memperbaiki pelayanan kepada masyarakat, sehingga perlu
diupayakan secara terus menerus dan berkesinambungan dalam menghadapi
tuntutan masyarakat. Untuk menentukan hal ini perlu dicari faktor-faktor
yang mempengaruhi kinerja tersebut..
Kenyataan yang terjadi banyak Pegawai Negeri Sipil yang hadir
bekerja hanya untuk memenuhi absen kehadiran dengan menggunakan mesin
handkey, setelah itu pegawai pergi dan kembali di sore hari untuk melakukan
kembali absen kepulangan. Pegawai terkadang tidak tahu apa yang akan
dilaksanakan dan memulainya dari mana, maka mereka hanya duduk-duduk
saja sambil membahas isu-isu yang terjadi baik itu lewat media elektronik
maupun media cetak bahkan masalah-masalah yang terjadi di sekitar tempat
tinggal mereka, terlebih lagi bila tidak ada pekerjaan atau tugas yang harus
diselesaikan mareka keluar untuk mencari sesuatu yang menjadi kebutuhan
5
pribadi atau keluarga mereka, ada juga pegawai yang keluar dari kantor
dengan tujuan mencari tambahan penghasilan ditempat lain. Hal serupa yang
penulis amati kenyataan dan gejala tersebut pun terjadi di tempat penelitian.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa gejala tersebut muncul karena
kurangnya motivasi bekerja pegawai.
Berdasarkan uraian diatas dan dalam rangka memperbaiki persepsi
yang buruk dimasyarkat, dan meningkatkan rasa simpati publik dan
kepercayaan masyarakat serta dalam rangka meningkatkan manajemen
Aparatur Pemerintah yang efesien dan profesional, maka Pegawai Negeri
Sipil (PNS) DKI Jakarta dalam fungsinya sebagai penyelenggaraan
pemerintah serta melihat fenomena gejala krisis motivasi kerja Pegawai
Negeri Sipil di Provinsi DKI umumnya, dan di Kantor Suku Dinas dan
Kebudayaan Kota Administrasi Jakarta Timur pada khususnya, maka penulis
tertarik untuk menganalisis masalah motivasi kerja pegawai dalam suatu
penelitian yang berjudul “Analisis Faktor Motivasi Kerja Pegawai Negeri
Sipil (PNS) di Kantor Suku Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota
Administrasi Jakarta Timur.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya maka,
rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Faktor-faktor
apa saja yang mendorong motivasi kerja Pegawai Negeri Sipil di Kantor
Suku Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Administrasi Jakarta Timur?”.
6
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan dari penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang
mendorong motivasi kerja Pegawai Negeri Sipil di Kantor Suku Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan Kota Administrasi Jakarta Timur.
2. Kegunaan dari penelitian
Kegunaan dari penelitian ini adalah :
a. Bagi Institusi Suku Dinas Pariwisata dan Kebudayan Kota
Administrasi Jakarta Timur.
Hasil penelitian diharapkan dapat membantu Kantor Suku Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan Kota Administrasi Jakarta Timur,
mengetahui faktor yang mendorong motivasi karyawan/ti sehingga
akan mengoptimalkan kinerja pegawai, dan kinerja organisasi.
b. Bagi Penulis
Menambah wawasan dan pengetahuan penulis dan memperluas
cakrawala ilmu pengetahuan terutama dalam hal-hal yang
berhubungan dengan motivasi kerja Sumber Daya Manusia.
c. Bagi Universitas Darma Persada Jakarta
Menambah arsip perpustakaan Universitas Darma Persada Jakarta,
sebagai referensi dan informasi bagi mahasiswa.
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Manajemen Sumber Daya Manusia
Negara-negara yang memiliki sumber daya, kekayaan alam dan
sumber daya manusia lebih mudah mencapai kemajuan yang didambakan
oleh masyarakat. Akan tetapi sebaliknya sumber daya non manusia dan
kekayaan alam yang melimpah ternyata tidak banyak artinya tanpa dikelola
oleh manusia secara baik,artinya tanpa sumber daya manusia yang handal,
pengelolaan, penggunaan dan pemanfaatan sumber-sumber lainnya menjadi
tidak berdaya guna dan berhasil guna.
1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia
Pengertian manajemen sumber daya manusia menurut Edy Sutrisno
(2014:7) mengungkapkan:
Manajemen sumber daya manusia mempunyai definisi sebagai suatu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan atas pengadaan, pengembangan, kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, dn pemutusan hubungan kerja dengan maksud untuk mencapai tujuan organisasi perusahaan secara terpadu.
Sedangkan menurut Wilson Bangun (2012:6) menjelaskan bahwa:
Manajemen sumber daya manusia merupakan salah satu bidang manajemen yang melaksanakan kegiatan pengadaan, pelatihan dan pengembangan, pemberian kompensasi, pengintegrasian, serta pemeliharaan sumber daya manusia. Fungsi-fungsi manajemen akan menjadi dasar pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen sumber daya manusia untuk mencapai tujuan-tujuan strategis. Manajemen sumber daya manusia merupakan proses untuk menciptakan pekerja yang dapat menghasilkan produk (barang dan jasa) yang memiliki daya saing.
8
Sementara menurut Hasibuan (2013:10) menyatakan bahwa
“Manajemen sumber daya manusia adalah ilmu dan seni mengatur
hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efesien
membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan
masyarakat”.
Dessler (2009:4) mendefinisikan bahwa:
Manajemen sumber daya manusia dapat didefinisikan sebagai suatu kebijakan dan praktik yang dibutuhkan seseorang yang menjalankan aspek orang atau perekrutan, penyaringan, pelatihan, pengimbalan, dan penilaian.
Dari definisi diatas, dapat disimpulkan manajemen sumber daya
manusia mencakup kegiatan perusahaan atau organisasi dimulai dari
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan atas
pengadaan, pengembangan, kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan,
dan pemutusan hubungan kerja. Meliputi proses desain dan implementasi
yaitu antara lain, sistem perencanaan, penyusunan karyawan,
pengembangan karyawan, pengelolaan karier, evaluasi kinerja,
kompensasi karyawan dan hubungan ketenagakerjaan.
Manajemen sumber daya manusia adalah fungsi organisasi yang
mengatur berbagai topik seperti manajemen kinerja, kesehatan karyawan,
kompensasi, gaji, pengembangan organisasi, keamanan, pelatihan
pekerja, administrasi karyawan, dan komunikasi karyawan, dan cara
bagaimana mengatur secara efisien dan efektif hubungan dan peranan
sumber daya manusia yang dimiliki oleh organisasi, agar dapat saling
9
bersinergi secara maksimal sehingga tercapai tujuan (goal) dari
organisasi tersebut.
2. Tujuan Manajemen Sumber Daya Manusia
Tujuan manajemen sumber daya manusia secara umum menurut
Sedarmayanti (2013:13) mengartikan bahwa:
Tujuan manajemen sumber daya manusia secara umum adalah untuk memastikan bahwa organisasi mampu mencapai keberhasilan melalui orang. Sistem manajemen sumber daya manusia dapat menjadi sumber kapabilitas organisasi yang memungkinkan perusahaan atau organisasi dapat belajar dan mempergunakan kesempatan untuk peluang baru.
Secara khusus manajemen sumber daya manusia bertujuan untuk:
a. Memungkinkan organisasi mendapatkan dan mempertahankan
karyawan cakap, dapat dipercaya dan memiliki motivasi tinggi,
seperti yang diperlukan.
b. Meningkatkan dan memperbaiki kapasitas yang melekat pada
manusia kontribusi, kemampuan dan kecakapan mereka.
c. Mengembangkan sistem kerja dengan kinerja tinggi yang meliputi
prosedur perekrutan dan seleksi “yang teliti”, sistem kompensasi
dan insentif yang tergantung pada kinerja, penegembangan
manajemen serta aktivitas yang tergantung pada kinerja,
pengembangan manajemen serta aktivitas pelatihan yang terkait
“kebutuhan bisnis”.
d. Mengembangkan praktik manajemen dengan komitmen tinggi yang
menyadari bahwa karyawan adalah pihak terkait dalam organisasi
10
bernilai dan membantu mengembangkan iklim kerja sama dan
kepercayaan bersama.
e. Menciptakan iklim, dimana hubungan yang produktif dan harmonis
dapat dipertahankan melalui asosiasi antara manajemen dengan
karyawan.
f. Mengembangkan lingkungan, dimana kerjasama tim dan
fleksibelitas dapat berkembang.
g. Membantu organisasi menyeimbangkan dan mengadaptasikan
kebutuhan pihak terkait (pemilik, lembaga atau wakil
pemerintahan, manajemen, karyawan, pelanggan, pemasok dan
masyarakat luas)
h. Memastikan bahwa orang dinilai dan dihargai berdasarkan apa
yang mereka lakukan dan mereka capai.
i. Mengelola karyawan yang beragam, memperhitungkan perbedaan
individu dan kelompok dalam kebutuhan penempatan, gaya kerja
dan aspirasi.
j. Memastikan bahwa kesamaan kesempatan tersedia untuk semua.
k. Mengadopsipendekatan etis untuk mengelola karyawan yang
didasarkan pada perhatian untuk karyawan, keadilan dan
transportasi.
l. Mempertahankan dan memperbaiki kesejahteraan fisik dan mental
karyawan
.
11
B. Fungsi-fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen sumber daya manusia merupakan bagian dari manajemen
umum yang memfokuskan diri pada sumber daya manusia. Fungsi-fungsi
manajemen sumber daya manusia menurut Veitzal Rivai et.al (2011:13)
yaitu:
1. Fungsi Manajerial
a. Perencanaan (planning)
b. Pengorganisasian (organization)
c. Pengarahan (directing)
d. Pengendalian (controlling)
2. Fungsi Operasional
a. Pengadaan tenaga kerja (procurement)
b. Pengembangan (development)
c. Pengintegrasian (integration)
d. Pemeliharaan (maintannace)
e. Pemutusan hubungan kerja (separation)
Fungsi operasional manajemen sumber daya manusia menurut Wilson
Bangun (2012:7) yaitu “Fungsi operasional manajemen sumber daya
manusia adalah pengadaan sumber daya manusia, pengembangan
sumber daya manusia, pemberian kompensasi, pengintegrasian, dan
pemeliharaan sumber daya manusia”.
12
Sedangkan fungsi-fungsi manajemen sumber daya manusia menurut
Hasibuan (2013:21) yaitu meliputi perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, pengendalian, pengadaan, pengembangan, kompensasi,
pengintegrasian, pemeliharaan, kedisiplinan, dan pemberhentian.
1. Perencanaan
Perencanaan (human resources planning) adalah merencanakan
tenaga kerja secara efektif serta efisien agar sesuai dengan kebutuhan
perusahaan dalam membantu terwujudnya tujuan. Perencanaan dilakukan
dengan menetapkan program kepegawaian. Program kepegawaian meliputi
pengorganisasian, pengarahan, pengendalian, pengadaan, pengembangan,
kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, kedisiplinan, dan
pemerhentian karyawan. Program kepegawaian yang baik akan membantu
tercapainya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat
2. Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah kegiatan untuk mengorganisasi semua
karyawan dengan menetapkan pembagian kerja, hubungan kerja, delegsasi
wewenang, integrasi, dan koordinasi dalam bagan organisasi (organization
chart). Organisasi hanya merupakan alat untuk mencapai tujuan, dengan
organisasi yang baik akan membantu terwujudnya tujuan secara efektif.
3. Pengarahan
Pengarahan (directing) adalah kegiatan mengarahkan semua
karyawan, agar mau bekerja sama dan bekerja efektif serta efisien dalam
membantu tercapai nya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat.
13
Pengarahan dilakukan pimpinan dengan menugaskan bawahan agar
mengerjakan semua tugas nya dengan baik.
4. Pengendalian
Pengendalian (controlling) adalah kegiatan mengendalikan semua
karyawan agar mentaati peraturan-peraturan peruahaan dan bekerja sesuai
dengan rencana. Apabila terdapat penyimpangan atau kesalahan, diadakan
tindakan perbaikan dan penyempurnaan rencana. Pengendalian karyawan
meliputi kehadiran, kedisiplinan, perilaku, kerja sama, pelaksanaan
pekerjaan, daan menjaga situasi lingkungan pekerjaan.
5. Pengadaan
Pengadaan (procurement) adalah proses penarikan , seleksi,
penempatan, orientasi, dan induksi untuk mendapatkan karyawan yang
sesuai ddengan kebutuhan perusahaan. Pengadaan yang baik akan
membantu terwujudnya tujuan.
6. Pengembangan
Pengembangan (development) adalah proses peningkatan
keterampilan teknis, teoretis, konseptual, dan moral karyawan melalui
pendidikan dan pelatihan. Pendidikan dan pelatihan yang diberikan harus
sesuai dengan kebutuhan pekerjaan masa kini maupun masa depan.
7. Kompensasi
Kompensasi (compensation) adalah pemberian balas jasa langsung
(direct) dan tidak langsung (indirect), uang atau barang kepada karyawan
sebagai imbalan jasa yang diberikan kepada perusahaan. Prinsip
14
kompensasi adalah adil dan layak. Adil diartikan sesuai dengan prestasi
kerja nya, layak diartikan dapat memenuhi kebutuhan primer nya serta
berpedoman pada batas upah minimum pemerintah dan berdasarkan
internal dan eksternal konsitensi.
8. Pengintegrasian
Pengintegrasian (integration) adalah kegiatan untuk
mempersatukan kepentingan perusahaan dan kebutuhan karyawan, agar
terciptanya kerja sama yang serasi dan saling menguntungkan. Perusahaan
memperoleh laba, karyawan dapat memenuhi kebutuhan dari hasil
pekerjaan nya. Pengintegrasian merupakan hal yang penting dan sulit
dalam MSDM, karena mempersatukan dua kpentingan yang bertolak
belakang.
9. Pemeliharaan
Pemeliharaan (maintenance) adalah kegiatan untuk memelihara
atau meningkatkan kondisi fisik, rental, dan loyalitas karyawan, agar
mereka tetap mau bekerja sama sampai pensiun. Pemeliharaan yang baik
dilakukan dengan program kesejahteraan yang berdasarkan kebutuhan
sebagian besar karyawan serta berpedoman kepada internal dan eksternal
konsistensi.
10 Kedisiplinan
Kedisiplinan merupakan fungsi MSDM yang terpenting dan kunci
terwujudnya tujuan karena tanpa disiplin yang baik sulit terwujud tujuan
15
yang maksimal. Kedisiplinan adalah keinginan dan kesadaran untuk
mentaati peraturan-peraturan perusahaan dan norma-norma sosial.
11 Pemberhentian
Pemberhentian (separation) adalah putusnya hubungan kerja
seseorang dari suatu perusahaan. Pemberhentian ini disebabkan oleh
keinginan karyawan, keinginan perusahaan, kontrak kerja berakhir,
pensiun, dan sebab-sebab lainnya. Pelepasan ini diatur oleh Undang-
Undang No. 12 Tahun 1964.
Dapat disimpulkan dengan pengelolaan yang baik atas fungsi-fungsi
Manajemen Sumber Daya Manusia adalah dasar tercapainya tujuan (goal)
organisasi/perusahaan. Manajemen Sumber Daya Manusia diperlukan untuk
meningkatkan efektivitas sumber daya manusia dalam organisasi. Tujuannya
adalah memberikan kepada organisasi satuan kerja yang efektif. Sudah
merupakan tugas manajemen sumber daya manusia untuk mengelola manusia
seefektif mungkin, agar diperoleh suatu satuan sumber daya manusia yang
merasa puas dan memuaskan. Manajemen sumber daya manusia merupakan
bagian dari manajemen umum yang memfokuskan diri pada sumber daya
manusia.
C. Motivasi Kerja
1. Pengertian Motivasi Kerja
Pengertian motivasi kerja menurut Puji (2014:160) didefinisikan
“Motivasi adalah suatu keahlian, dalm mengarahkan pegawai dan
16
organisasi agar mau bekerja secara berhasil, sehingga keinginan
para pegawai dan tujuan organisasi sekaligus tercapai.”
Menurut Sutrisno (2014:146) menyatakan bahwa:
Motivasi adalah suatu faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu aktifitas tertentu, oleh karena itu motivasi sering kali diartikan pula sebagai faktor pendorong perilaku seseorang. Setiap aktivitas yang dilakukan oleh seseorang pasti memiliki suatu faktor yang mendorong aktivitas tersebut.
Menurut (Saydam, 2000:326) dalam Kadarisman (2013:291)
menyatakan:
Dalam istilah motivasi tercakup berbagai aspek tingkah manusia yang mendorongnya untuk berbuat atau tidak berbuat. Sedangkan pengertian motivasi diartikan dalam kehidupan kita sehari-hari, motivasi diartikan sebagai keseluruhan proses pemberian dorongan atau rangsangan kepada para karyawan sehingga mereka bersedia bekerja dengan rela tanpa dipaksa.
Menurut Rivai (2005:455) dalam Kadarisman (2013:276) menyatakan:
Motivasi adalah serangkaian sikap dan nilai-nilai yang mempengaruhi individu untuk mencapai hal yang spesifik sesuai dengan tujuan individu. Sikap dan nilai tersebut merupakan suatu yang invisible yang memberikan kekuatan untuk mendorong individu untuk bertingkahlaku dalam menjcapai tujuan.
Berdasarkan kutipan diatas, dapat disimpulkan motivasi kerja
pegawai merupakan pendorong baginya untuk melakukan tugas atau
pekerjaan dengan lebih baik, yang akan menentukan gagal atau tidaknya
pekerjaan. Seorang pegawai dapat bekerja secara optimal dan efektif
ketika sedang memiliki motivasi semangat kerja yang tinggi. Mesin
motivasi yang dipelihara dan diperbaharui sendiri adalah yang paling
efektif, yang potensial sebagai keberhasilan target pekerja. Proses
17
motivasi dimulai dari adanya kebutuhan, kemudian diikuti oleh
dorongan, dan adanya tujuan atau cita-cita yang ingin diraih.
Dalam pemberian motivasi sebenarnya terkandung makna bahwa
setiap manusia perlu diperlakukan dengan segala kelebihannya,
keterbatasannya, dan kekurangan-kekurangannya. Dalam melakukan
pekerjaan, seseorang berbuat atau tidak berbuat bukanlah semata-mata
didorong oleh faktor-faktor ratio (pikiran), tetapi juga kadang-kadang
dipengaruhi oleh faktor emosi (perasan). Oleh karena itu, faktor-faktor
ini perlu mendapat perhatian dalam pemberian motivasi, supaya motivasi
tersebut betul-betul menjadi tepat sasaran. Dengan demikian, motivasi
sebagai pendorong atau penggerak perilaku kearah pencapaian tujuan
merupakan suatu siklus yang terdiri dari tiga elemen, yaitu adanya
kebutuhan (needs), dorongan untuk berbuat dan bertindak (drives), dan
tujuan yang diinginkan (goals). Dorongan tersebut komponennya berupa
arah perilaku (kerja untuk mencapai tujuan), dan kekuatan perilaku
(seberapa kuat usaha individu dalam bekerja).
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Motivasi Kerja
Menurut Sutrisno (2014: 116) menyatakan:
Motivasi sebagai proses psikologis dalam diri seseorang akan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut dapat dibedakan atas faktor intern dan ekstern yang berasal dari karyawan.
18
a. Faktor intern
Faktor intern yang dapat mempengaruhi pemberian motivasi pada
seseorang antara lain:
1) Keinginan untuk dapat hidup layak
Keinginan untuk dapat hidup layak meliputi kebutuhan untuk:
Memperoleh kompensasi yang memadai
Pekerjaan yang tetap
Kondisi kerja yang aman dan nyaman
2) Keinginan untuk memiliki.
Keinginan untuk memiliki sesuatu benda akan mendorong
seseorang untuk mau melakukan pekerjaan.
3) Keinginan untuk memperoleh penghargaan
Sesorang mau bekerja disebabkan adanya keinginan untuk
diakui, dihormati oleh orang lain.
4) Keinginan untuk memperoleh pengakuan
Keinginan untuk memperoleh pengakuan itu dapat meliputi hal-
hal:
Adanya penghargaan terhadap prestasi;
Adanya hubungan kerja yang harmonis dan kompak;
Pimpinan yang adil dan kebijaksana; dan
Perusahaan tempat bekerja dihargai oleh masyarakat.
19
5) Keinginan untuk berkuasa
Keinginan untuk berkuasa akan mendorong seseorang untuk
bekerja.
b. Faktor Eksten
Faktor-faktor ekstren itu adalah:
1) Kondisi Lingkungan Kerja
Lingkungan pekerjaan adalah keseluruhan sarana dan
prasarana kerja yang ada di sekitar karyawan yang sedang
melakukan pekerjaan yang dapat mempengaruhi pelaksanaan.
2) Kompensasi yang memadai
Kompensasi merupakan sumber penghasilan utama bagi
para karyawan untuk menghidupi diri beserta keluarganya.
Kompensasi yang memadai merupakan alat motivasi yang
paling ampuh bagi perusahaan untuk mendorong para
karyawan bekerja dengan baik.
3) Supervisi yang baik
Fungsi supervisi dalam suatu pekerjaan adalah
memberikan pengarahan, membimbing kerja para karyawan,
agar dapat melaksanakan kerja dengan baik tanpa membuat
kesalahan.
4) Adanya jaminan pekerjaan
20
Hal ini akan dapat terwujud bila perusahaan dapat
memberikan jaminan karier untuk masa depan, baik jaminan
akan adanya promosi jabatan, pangkat, maupun jaminan
pemberian kesempatan untuk mengembangkan potensi diri.
5) Status dan Tanggung Jawab
Status atau kedudukan dalam jabatan tertentu merupakan
dambaan setiap karyawan dalam bekerja. Dengan menduduki
jabatan, orang merasa dirinya akan dipercaya, diberi
tanggungjawab, dan wewenang yang besar untuk melakukan
kegiatan-kegiatan. Jadi, status dan kedudukan merupakan
dorongan untuk memenuhi kebutuhan sense of achievement
dalam tugas sehari-hari.
6) Peraturan yang fleksibel
Sistem dan prosedur kerja dapat kita sebut dengan peraturan
yang berlaku dan bersifat mengatur dan melindungi para
karyawan. Semua ini merupakan aturan main yang mengatur
hubungan kerja antara karyawan dengan perusahaan, termasuk
hak dan kewajiban para karyawan, pemberian kompensasi,
promosi, mutasi dan sebagainya. Oleh karena itu, biasanya
peraturan bersifat melindungi dan dapat memberikan motivasi
para karyawan untuk bekerja lebih baik.
21
3. Teori-Teori Motivasi Kerja
Dalam Sutrisno (2014:121) dikemukan, teori motivasi
dikelompokkan menjadi dua aspek, yaitu teori kepuasan dan motivasi
proses.
a. Teori Kepuasan
Teori ini mendasarkan pendekatannya atas factor-faktor
kebutuhan dan kepuasan individu yang menyebabkannya
bertindak dan berperilaku dengan cara tertentu. Teori ini
memusatkan perhatian pada faktor-faktor dalam diri orang yang
menguatkan, mengarahkan, mendukung, dan menghentikan
perilakunya. Teori ini mencoba menjawab pertanyaan kebutuhan
apa yang memuaskan dan mendorong semangat bekerja
seseorang.
Dipelopori oleh F.W Taylor; Abraham H. Maslow; David
McClelland; FrederickHerzberg; Clayton P. Alderfer; dan
Douglas McGregor, yaitu sebagai berikut:
1) F.W Taylor dengan Teori Motivasi Konvensional
Memfokuskan teorinya pada anggapan bahwa keinginan
untuk pemenuhan kebutuhannya yang menyebabkan orang
mau bekerja keras. Dengan teori ini dapat disebutkan bahwa
seseorang akan mau berbuat atau tidak berbuat didorong oleh
ada atau tidak adanya imbalan yang akan diperoleh yang
bersangkutan.
22
2) Abraham H. Maslow dengan teori Hierarki
Mengemukakan bahwa kebutuhan manusia diklasifikasikan
ke dalam lima hierarkhi kebutuhan, yaitu:
a) Kebutuhan fisiologis (physiological)
Yaitu kebutuhan untuk mempertahankan hidup dari
kematian, yaitu berupa kebutuhan makan, minum,
perumahan, pakaian, yang harus dipenuhi oleh seseorang
dalam upanya untuk mempertahankan diri dari
kelaparan, kehausan, kedinginan, kepanasan dan
sebagainya. Keinginan untuk memenuhi kebutuhan
tersebutlah yang mendorong orang untuk mengerjakan
suatu pekerjaan, karena ia akan mendapatkan imbalan
(uang, materi) yang akan digunakan untuk pemenuhan
kebutuhan tadi.
b) Kebutuhan rasa aman (safety)
Setelah kebutuhan dasar terpenuhi, maka sesorang akan
berusaha memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi lagi,
yaitu kebutuhan rasa aman dan keselamatan. Upaya yang
dapat dilakukan oleh perusahaan untuk memenuhi
kebutuhan ini melalui:
i Selalu memberikan informasi agar para karyawan
dalam bekerja bersikap hati-hati dan waspada;
23
ii Menyediakan tempat kerja yang aman dari
keruntuhan, kebakaran, dll;
iii Memberikan perlindungan asuransi jiwa;
iv Memberikan jaminan kepastian kerja, bahwa selama
mereka bekerja dengan baik, aka nada jaminan
kepastian pembinaan karier dan tidak akan di PHK.
c) Kebutuhan hubungan sosial (affiliation)
Merupakan kebutuhan tingkat ketiga dari Maslow,
kebutuhan ini merupakan kebutuhan untuk hidup
bersama dengan oranglain. Kebutuhan ini hanya dapat
terpenuhi bersama masyarakat, karena memenag
oranglainlah yang dapat memenuhinya, bukan diri
sendiri. Kebutuhan social ini meliputi:
i Kebutuhan untuk disayangi, dicintai, dan diterima
oleh orang lain;
ii Kebutuhan untuk dihormati oleh orang lain;
iii Kebutuhan untuk diikutsertakan dalam pergaulan;
iv Kebutuhan untuk berprestasi
d) Kebutuhan pengakuan (esteem)
Setiap orang yang normal membutuhkan adanya
penghargaan diri dan penghargaan prestise diri dari
lingkungannya. Semakin tinggi status dan kedudukan
seseorang dalam perusahaan, maka semakin tinggi pula
24
kebutuhan akan prestise diri yang bersangkutan.
Penerapan pengakuan ini biasanya terlihat dari kebiasaan
orang untuk menciptakan symbol-simbol, yang dengan
simbol itu kehidupannya dirasa lebih berharga. Dengan
simbol-simbol itu ia merasa statusnya meningkat, dan
dirinya sendiri disegani dan dihormati orang. Simbol-
simbol dimaksud dapat berupa: bermain tennis, golf,
merek sepatu/jam tangan, tempat belanja serta merk
mobil, dsb. Namun sesuatu itu adalah wajar, bila prestise
itu dipadukan dengan memperlihatkan prestasi.
e) Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization)
Untuk memenuhi kebutuhan puncak ini biasanya
seseorang bertindak bukan atas dorongan oranglain,
tetapi karena kesadaran dan keinginan diri sendiri.
Dalam kondisi ini seseorang ingin memperlihatkan
kemampuan dirinya secara optimal di tempat masing-
masing. Hal tersebut terlihat pada kegiatan
pengembangan kapasitas diri melalui berbagai cara,
seperti ikut diskusi, ikut seminar, lokakarya yang
sebenarnya keikutsertaannya itu bukan didorong oleh
ingin dapat pekerjaan, tetapi sesuatu yang berasal dari
dorongan ingin memperlihatkan bahwa ia ingin
25
mengembangkan kapasitas prestasinya yang optimal.
Ciri kebutuhan aktualisasi diri :
i. Tidak dapat dipenuhi dari luar, karena harus dipenuhi
dengan usaha pribadi itu sendiri.
ii. Pemenuhan kebutuhan aktualisasi diri ini biasanya
seiring dengan jenjang karier seseorang, dan tidak
semua orang mempunyai tingkat kebutuhan seperti
ini.
3) David McClelland dengan Teori Motivasi Prestasi
Menurut teori ini ada tiga komponen dasar yang dapat
digunakan untuk memotivasi orang bekerja, yaitu kebutuhan
akan:
a) Need for achievement
Merupakan kebutuhan untuk mencapai sukses, yang
diukur berdasarkan standar kesempurnaan dalam diri
seseorang. Kebutuhan ini, berhubungan erat dengan
pekerjaan, dan mengarahkan tingkah laku pada usaha
untuk mencapai prestasi tertentu.
b) Need for affiliation
Merupakan kebutuhan akan kehangatan dan sokongan
dalam hubungannya dengan orang lain. Kebutuhan ini
mengarahkan tingkah laku untuk mengadakan hubungan
secara akrab dengan orang lain.
26
c) Need for power
Kebutuhan untuk menguasai dan mempengaruhi terhadap
orang lain. Kebutuhan ini menyebabkan orang yang
bersangkutan tidak/kurang mempedulikan perasaan orang
lain. Lebih lanjut dijelaskan pada kehidupan sehari-hari.
Munculnya ketiga kebutuhan tersebut sangat dipengaruhi
oleh situasi yang sangat spesifik. Teori kebutuhan dasar
McClelland mungkin paling tepat diterapkan untuk
memahami karier-karier organisasi perusahaan dan manager.
Mereka mengenal ketiga kebutuhan dasar,yaitu kebutuhan
untuk berhasil, berkuasa, dan sahabat. Namun realita yang
ada, cenderung berat sebelah entah terhadap keberhasilan,
kekuasaan, atau bersahabat.
4) Frederick hezberg dengan Teori Model dan Faktor
Ada dua faktor yang mempengaruhi kondisi pekerjaan
sseorang, yaitu:
a) Faktor pemeliharaan (maintenance factor)
Disebut juga hygiene factor, merupakan factor yang
berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan untuk
memelihara keberadaan karyawan sebagi manusia,
pemeliharaan ketentraman, dan kesehatan.
b) Faktor motivasi (motivation factor), yaitu mencakup:
i Kepuasan kerja
27
ii Prestasi yang diraih
iii Peluang untuk maju
iv Pengakuan orang lain
v Kemungkinan pengembangan karier
vi Tanggungjawab
5) Clayton P. Alderfer dengan Teori ERG (Existence,
Relatedness, Growth).
Teori ini merupakan modifikasi dari teori hierarki kebutuhan
Maslow, yaitu menyatakan bahwa setiap orang perlu
memenuhi tiga kebutuhan ini dengan sebaik-baiknya yaitu:
a) Existence (keberadaan)
Existensi merupakan kebutuhan seeorang untuk
dapat dipenuhi dan terpeliharanya keberadaan yang
bersangkutan sebagai seorang manusia ditengah-tengah
masyarakat atau perusahaan. Existensi ini meliputi
kebutuhan psikologi (rasa lapar, haus, tidur) dan
kebutuhan rasa aman. Oleh karena itu kebutuhan ini amat
mendasar untuk dipenuhi dengan sebaik-baiknya, agar
konsentrasi pikiran dan perhatian karyawannya terpusat
untuk melaksanakan pekerjaan.
b) Relatedneess (kekerabatan)
Merupakan keterkaitan antara seseorang dengan
lingkungan social sekitarnya. Setiap orang dalam
28
hidupnya dan pekerjaannya selalu berhubungan dengan
orang. Mereka akan terlibat dalam kegiatan saling
menerima, pemberian pengertian, dan sebagainya yang
merupakan proses kebutuhan.
c) Growth (pertumbuhan)
Kebutuhan akan pertumbuhan dan perkembangan
ini merupakan kebutuhan yang berkaitan dengan
pengembengan potensi diri seseorang, seperti
pertumbuhan kreativitas dan pribadi. Kebutuhan ini
sebanding dengan kebutuhan harga diri dan perwujudan
diri. Dalam kebutuhan ini akan dikombinasikan kedua
kebutuhan ini. Walaupun dilihat dari kebutuhan masing-
masing yang amat berbeda. Bila kebutuhan ini dapat
dipenuhi, diikuti pribadi yang bersangkutan mendorong
dirinya untuk secara penuh mengembangkan kapasitas
pribadinya sendiri..
6) Douglas Mc. Gregor dengan teori X dan Y
Prinsip teori X didasarkan pada pola pikir konvensional yang
ortodoks, dan menyorot sosok negatif perilaku manusia, yaitu
anatar lain:
a) Malas dan tidak suka bekerja
b) Kurang bisa bekerja keras, menghindar dari
tanggungjawab
29
c) Mementingkan diri sendiri, dan tidak mau peduli pada
orang lain, karena itu bekerja lebih suka dituntun dan
diawasi
d) Kurang suka menerima perubahan, dan ingin tetap
seperti yang dahulu.
Prinsip teori Y memandang manusia secara optimis, karena
itu disebut sebagai teori potensial. Teori Y memandang
manusia pada dasarnya:
a) Rajin, aktif, dan mau mencapai prestasi bila kondisi
konduktif.
b) Sebenarnya mereka dapat produktif, perlu diberi
motivasi.
c) Selalu ingin perubahan dan meras jemu pada hal-hal
yang monoton.
d) Dapat berkembang bila diberi kesempatan yang lebih
besar.
b. Teori Motivasi Proses
Teori proses ini berlawanan dengan teori-teori kebutuhan.
Teori ini memusatkan perhatiannya pada bagaimana motivasi
terjadi. Bila diperhatikan secara mendalam, teori ini merupakan
proses sebab dan akibat bagaimana seseorang bekerja serta hasil
apa yang telah diperolehnya.
Ada tiga teori motivasi proses yang lazim dikenal, yaitu:
30
1) Teori Harapan (Expectacy Theory)
Menyatakan bahwa kekuatan yang memotivasi seorang
bekerja giat dalam melaksanakan pekerjaananya bergantung
pada hubungan timbal balik antara apa yang ia inginkan
dengan kebutuhan dari hasil pekerjaan itu. Daya tarik teori
harapan ini mengandung tiga hal, yaitu:
a) Teori ini menekankan imbalan, artinya menurut teori
ini terdapat keyakinan bahwa imbalan yang diberikan
oleh organisasi sesuai dengan harapan yang diinginkan
oleh para karyawan
b) Teori harapan ini menekankan perilaku yang
diharapkan dari para karyawan, artinya teori ini
menekankan pentingnya keyakinan dalam diri
karyawan tentang apa yang diharapkan oleh organisasi
dari padanya dan prestasi kerja dinilai dengan
menggunakan kriteria yang rasional dan objektif.
c) Teori ini menyangkut harapan, artinya teori ini tidak
menekankan apa yang realistis dan rasional. Yang
ditekankan ialah harapan karyawan mengenai prestasi
kerja, imabalan dan hasil pemuasan tujuan individu
akan menentukan tingkat usahanya, bukan hasil itu
sendiri.
31
2) Teori Keadilan (Equity Theory)
Teori ini menekankan bahwa ego manusia selalu
mendambakan keadilan dalam pemberian hadiah maupun
hukuman terdapat setiap perilaku yang relative sama.
Bagaimana perilaku bawahan dinilai oleh atasan akan
mempengaruhi semangat kerja mereka. Keadilan
merupakan daya penggerak yang memotivasi semangat
kerja seseorang.
3) Teori Pengukuhan (Reinforcement Theory)
Teori pengukuhan didasarkan atas hubungan sebab
akibat perilaku dengan pemberian kompensasi. Jadi
prinsipnya pengukuhan selalu berhubungan dengan
bertambahnya frekuensi dan tanggapan, apabila diikuti oleh
stimulus yang bersyarat. Demikian juga prinsip hukuman
selalu berhubungan dengan berkurangnya frekuensi
respons. Tugas manajer adalah menjadi yakin bahwa para
karyawan memiliki sumbernya yang mereka butuhkan
untuk bekerja sebaik mungkin.
Dari pengertian motivasi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
motivasi kerja karyawan merupakan sesuatu yang mendorong karyawan
untuk melakukan sesuatu yang berguna bagi perusahaan atau organisasi.
32
D. Tujuan Motivasi
Tujuan motivasi adalah menumbuhkan gairah atau semangat kerja
sehingga produktivitas kerja setiap karyawan meningkat. Menurut
Hasibuan (2013:146) menyatakan bahwa tujuan pemberian motivasi bagi
seorang karyawan selain memberikan keuntungan pada karyawan itu
sendiri juga memberikan keuntungan kepada perusahaan seperti:
1. Meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan 2. Meningkatkan produktivitas kerja karyawan
3. Mempertahankan kestabilan karyawan
4. Meningkatkan kedisiplinan karyawan
5. Mengefektifkan pengadaan karyawan
6. Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik
7. Meningkatkan loyalitas, kreativitas, dan partisipasi karyawan
8. Meningkatkan tingkat kesejahteraan karyawan
9. Mempertinggi rasa tanggungjawab karyawan terhadap tugas-tugasnya
10 Meningkatkan efisiensi penggunaan alat-alat dan bahan baku.
E. Kerangka Pemikiran
Berhasil atau tidaknya suatu organisasi atau perusahaan akan
ditentukan oleh faktor manusianya atau karyawannya dalam mencapai
tujuan. Seorang karyawan yang memiliki motivasi yang baik dapat
menunjang tercapainya tujuan dan sasaran yang tealah ditetapkan oleh
perusahaan.
33
Model kerangka pemikiran dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
Gambar 2.1Kerangka Pikir Penelitian
Analisis Faktor Motivasi Kerja Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kantor Suku Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Administrasi Jakarta Timur
“Faktor-faktor apa saja yang mendorong motivasi kerja Pegawai Negeri Sipil di Kantor Suku Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Administrasi Jakarta Timur?
X1. Memperoleh kompensasi yang memadai untuk dapat hidup X2. Pekerjaan yang tetapX3. Kondisi kerja yang aman dan nyamanX4. Keinginan untuk memiliki bendaX5. Peraturan yang bersifat melindungi dan dapat memberikan motivasiX6. Hubungan kerja yang harmonis dan kompakX7. Penghargaan terhadap prestasiX8. Pimpinan yang adil dan bijaksanaX9. Keinginan untuk menjadi kepala/atasan X10. Tempat bekerja yang dihargai oleh masyarakatX11. Lingkungan kerja yang baik dan bersihX12. Keinginan untuk diakui dan dihormatiX13. Kompensasi yang memadai X14. Peranan supervisi dalam suatu pekerjaanX15. Status/kedudukan dalam jabatan tertentuX16. Adanya jaminan karir yang jelas
Analisis Faktor (factor analysis)
Kesimpulan
34
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Tempat yang dijadikan lokasi dalam penelitian ini adalah Kantor
Suku Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Administrasi Jakarta Timur,
yang terletak di Jl. DR. Sumarno, Gedung Walikota Jakarta Timur. Blok D,
lantai 13.
B. Jenis dan Sumber Data yang Digunankan
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini sebagian besar
meliputi dua jenis data yaitu :
1. Data Primer
Menurut Sangadji (2010:171) menyatakan “data primer merupakan
data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak
melalui perantara)”.
Data primer dalam penelitian ini secara khusus dikumpulkan oleh
peneliti untuk menjawab pertanyaan penelitian. Data primer dapat berupa
opini subjek secara individual atau kelompok. Data primer pada penelitian
ini diperoleh dengan memberikan kuesioner secara langsung kepada
sejumlah 41 (empat puluh satu) responden di Kantor Suku Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan Kota Administrasi Jakarta Timur.
35
2. Data Sekunder
Menurut Sangadji (2010:172) menyatakan ”data sekunder
merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara
tidak langsung melalui media perantara”.
Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh melalui pengutipan data
dan informasi dari sumber yang relevan dengan penelitian, diantaranya
buku teks yang berhubungan dengan masalah penelitian, SK
Gubernur, arsip data kepegawaian, arsip brosur dan web site di
internet.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Sugiyono (2013:115) mengatakan bahwa:
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah keseluruhan
subjek penelit ian yaitu seluruh Pegawai Negeri Sipil di Kantor
Suku Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Administrasi Jakarta
Timur, dengan jumlah 41 orang pegawai.
2. Sampel
Menurut Sugiyono (2013:116) mengatakan “sampel adalah
sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut”.
36
Semakin banyak sampel, semakin representatif datanya,
namun perlu diperhatikan juga masalah tenaga, dana dan waktu.
Teknik pengambilan sample dalam penelitian ini adalah teknik
sampling jenuh. Sampling jenuh adalah teknik penentuan sample bila
semua anggota populasi digunakan sebagai sample. Hal ini sering
dilakukan apabila jumlah populasi relative kecil. Istilah lain untuk
sampling jenuh ini adalah teknik sensus, dimana pengambilan sample
secara tidak acak kepada seluruh pegawai di Suku Dinas Pariwisata
dan Kebudayaan Kota Administrasi Jakarta Timur yakni sejumlah 41
orang.
Dijelaskan oleh Arikunto (2006:134) “untuk sample apabila
subjeknya kurang dari 100, maka lebih baik diambil seluruhnya
sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.’
D. Metode/Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan salah satu aspek yang berperan
dalam kelancaran dan keberhasilan dalam suatu penelitian. Dalam
penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai
berikut:
1. Penelitian lapangan (Field Research)
Penelitian lapangan adalah penelitian yang dilakukan dengan
terjun secara langsung ke lokasi penelitian untuk menggali dan
meneliti data yang berkenaan dengan motivasi kerja pegawai
37
Suku Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Administrasi Jakarta
Timur, dengan teknik yaitu :
a. Interview
Interview merupakan teknik pengumpulan data yang
dikumpulkan dalam bentuk wawancara untuk memperolah data–
data yang diinginkan. Pada penelitian, peneliti menggunakan
metode wawancara tidak terstruktur, dimana pedoman
wawancara yang digunakan berupa garis–garis besar
permasalahan yang akan ditanyakan dalam bentuk pertanyaan
terbuka.
b. Kuesioner (Quetioner)
Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada
objek peneliti yang akan memberikan respon (responden) dengan
mengisi jawaban atas pertanyaan secara objektif. Dalam
menghimpun data responden, penulis memakai skala likert yang
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena yang terjadi.
Sugiyono (2013:133) menyatakan bahwa :
Dengan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrument yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan.
Dalam penelitian ini, ditinjau dari jenis data dan
analisianya, maka penelitian ini termasuk penelitian total
38
populasi dalam kategori data kuantitatif, dengan skala dasar
pengukuran likert. Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka
jawaban itu dapat diberi skor, yang telah ditetapkan oleh peneliti,
memakai urutan 5 (lima) yaitu:
Tabel 3.1Penggunaan Skala Likert
Keterangan Bobot nilai
SP Sangat Penting 5
P Penting 4
CP Cukup Penting 3
KP Kurang Penting 2
TP Tidak Penting 1
Sumber : (Sugiono 2014:133)
Kategori dari sangat penting sampai dengan tidak penting
berdasarkan atas faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi kerja
pegawai Sudin Pariwisata dan Kebudayaan Jakarta Timur.
2. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Yaitu pengumpulan data yang dilakukan secara tidak langsung
dengan cara mempelajari Surat Keputusan, arsip dan dokumen
organisasi, web site dan buku-buku yang berhubungan dengan
masalah-masalah yang berhubungan dengan penelitian demi
memperoleh data sekunder dan dasar-dasar teoritis yang
mendukung penulisan skripsi ini.
E. Analisa Data
39
Peneliti memiliki pertimbangan sejumlah banyak faktor untuk
menjelaskan hubungan yang terjadi pada fenomena alam yang kompleks,
oleh karena itu dalam penelitian ini menggunakan metode statistic
multivariate untuk mengolah sekian variabel secara bersama-sama untuk
menjawab persoalan yang kompleks.
Menurut Singgih Santoso (2010:7) mengatakan:
Analisis multivariate adalah analisis multi variabel dalam satu atau lebih hubungan. Analisis ini berhubungan dengan semua tehnik statistik yang secara simultan menganalisisi sejumlah pengukuran pada individu atau objek.
Menurut Supranto (2010:114) menyatakan :
Analisis faktor merupakan nama umum yang menunjukan suatu kelas prosedur, utamanya dipergunakan untuk mereduksi data atau meringkas data variabel yang banyak diubah menjadi sedikit variabel, misalnya dari 15 variabel yang lama diubah menjadi 4 atau 5 variabel yang baru yang disebut faktor dan masih memuat sebagian besar informasi yang terkandung dalam variabel asli (original variabel).
Dasar model analisis faktor dapat dijabarkan kedalam bentuk model
persamaan adalah sebagaiberikut:
Xi = Bi1.F1 + Bi2.F2 + ………….. + Bim.Fm : Vi.μi
Sumber : Supranto (2010:116)
Dimana:
Xi = Variabel ke i yang dibakukan (rata-ratanya nol, standar deviasinya
satu)
40
Bij = Koefesien regresi parsial yang dibakukan untuk variabel i pada
common factor ke j
Fj = Common factor ke j
Vi = Koefesien regresi yang dibakukan untuk variabel ke i (unique
factor)
μi = factor unik variabel ke i
m = Banyaknya common factor
Faktor-faktor yang dimaksud tersebut dapat dijelaskan melalui gambar
model analisis faktor berikut:
Faktor 1 Faktor 2 Faktor 3 X7 dan X4 X2, X5 dan X8 X1, X3 dan X6
Gambar 3.1 Pengelompokan Peubah Dalam Analisis Faktor Sumber : resources.unpad.ac.id
1. Tujuan Analisis Faktor
X1 X2 X3 X4
X5 X5 X6X7 X8
X7X4
X5 X2
X8
X1 X3
X6
41
Tujuan dalam analisis faktor ada dua yaitu data summarization
dan data reduction, berikut penjelasannya :
a. Data summarization yaitu mengindentifikasi adanya hubungan
antar variabel dengan menggunakan uji kolerasi,
b. Data reduction yaitu setelah melakukan kolerasi, dilakukan
proses membuat variabel set baru yang dinamai faktor untuk
menggantikan sejumlah variabel tertentu.
2. Proses Dasar Analisis Faktor
Terdapat tiga langkah proses-proses dasar dalam analisis faktor
anatara lain:
a. Menentukan variabel apa saja yang akan dianalisis
b. Menguji variabel-variabel yang telah ditentukan, dengan metode
Barlett test of spericity serta pengukuran MSA (Mearsure of
Sampling Adaquacy)
c. Setelah sejumlah variabel yang memenuhi syarat didapat,
kegiatan berlanjut ke proses ini pada analisis faktor, yakni
factoring, proses ini akan mengekstrak satu atau lebih faktor dari
variabel-variabel yang telah lolos pada uji variabel sebelumnya.
3. Tahapan pada Analisis Faktor
Tahapan dalam analisis faktor ada 4 yaitu menilai variabel yang
layak, proses factoring dan rotasi, hasil analisis yang digenerasikan
pada populasi, dan factor score. Tahapan-tahapan dalam analisis
faktor dijelaskan sebagai berikut:
42
a. Tahapan pertama adalah menilai mana saja variabel yang
dianggap layak untuk dimasukan dalam analisis selanjutnya,
variabel-variabel tersebut dikenakan sejumlah pengujian dengan
menggunakan alat uji KMO dan Barlett’s test of sphericity dan
anti-image.
b. Tahapan yang kedua adalah proses faktoring dan rotasi, dilakukan
penyaringan terhadap sejumlah variabel, sehingga didapat
variabel-variabel yang memenuhi syarat untuk dianalisis.
c. Tahapan yang ketiga adalah untuk mengetahui apakah hasil
analisis faktor tersebut bisa digenerasikan pada populasi.
d. Tahapan yang keempat adalah membuat faktor score untuk
membuat satu atau beberapa variabel yang lebih sedikit dan
berfungsi untuk menggantikan variabel asli yang sudah ada.
F. Definisi Variabel Operasional
Variabel operasional adalah gambaran tentang struktur
penelitian yang menggambarkan struktur variabel/sub variabel kepada
faktor, variabel, dimensi dan indikator yang diarahkan untuk
memperoleh nilai variabel.
Dalam penelitian ini terdapat 16 variabel operasional yang
akan diteliti, yaitu dalam tabel ini:
Tabel 3.2. Variabel Operasional Penelitian
43
No. Variabel Skala
1 Memperoleh kompensasi yang memadai untuk dapat hidup
Likert
2 Pekerjaan yang tetap
3 Kondisi kerja yang aman dan nyaman
4 Keinginan untuk memiliki benda
5 Peraturan yang bersifat melinungi dan dapat memberikan motivasi
6 Hubungan kerja yang harmonis dan kompak
7 Penghargaan terhadap prestasi
8 Pimpinan yang adil dan bijaksana
9 Keinginan untuk menjadi kepala/atasan
10 Tempat bekerja yang dihargai oleh masyarakat
11 Lingkungan kerja yang baik dan bersih
12 Keinginan untuk diakui dan dihormati
13 Kompensasi yang memadai
14 Peranan supervisi dalam suatu pekerjaan
15 Status/kedudukan dalam jabatan tertentu
16 Adanya jaminan karir yang jelas
Sumber : Sutrisno, 2014
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
44
A. Gambaran Umum Organisasi
1. Sejarah singkat organisasi
Sejarah berdirinya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi
DKI Jakarta. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta
selalu ada dalam setiap tahapan pembangunan pariwisata di Jakarta.
Sebelum Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta
Disparbud Jakarta terbentuk, pemerintah terlebih dahulu mendirikan
Badan Pengembangan Pariwisata DKI Jakarta (BAPPARDA JAYA)
pada 7 Februari 1967 sebagai bentuk realisasi Instruksi Presidium
Kabinet Ampera No. 103/4TAP/2/66. Bapparda Jaya merupakan cikal
bakal berdirinya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI
Jakarta. Karenanya, meski secara administratif Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan (Disparbud) Provinsi DKI Jakarta Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta baru berdiri pada tanggal 2
September 1970, namun tanggal 7 Februari lah yang ditetapkan sebagai
hari jadi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta.
Sebagai daerah yang tak memiliki kandungan minyak, Jakarta
telah secara pesat mengembangkan segenap potensi pariwisata yang
dimilikinya ke seluruh dunia. Sektor pariwisata ini telah berhasil
menjadi sumber utama pendapatan devisa di Jakarta sekaligus
menginspirasi kota-kota lain di Indonesia untuk membenahi potensi
pariwisata yang dimilikinya. Pemerintah kemudian membentuk suatu
organisasi yang secara khusus menangani perihal pariwisata di Jakarta.
45
Berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) No.3 tahun 2001, Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta didirikan, dimana
Struktur Organisasi dan Prosedur Kerja didasari oleh Peraturan
Gubernur Jakarta No.107 tahun 2001.
Seiring adanya perubahan dalam hal birokrasi baik di tingkat
pusat maupun daerah, struktur organisasi Pemerintah Jakarta juga turut
mengalami perubahan. Berdasarkan Perda No.10 tahun 2008 tentang
Organisasi Daerah, Dinas Pariwisata yang berafiliasi pada Dinas
Kebudayaan dan Permuseuman pada akhirnya digabung menjadi Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan. Di sisi lain, Strutur Organisasi serta
Prosedur Kerja diatur oleh Peraturan Gubernur No.228 tahun 2014.
Suku Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Administrasi
Jakarta Timur merupakan unit kerja Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Provinsi DKI Jakarat pada kota administrasi. Dipimpin oleh seorang
Kepala Suku Dinas yang secara teknis dan administrasi berkedudukan
di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Dinas serta secara
operasional berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada
Walikota Kota Administrasi Jakarta Timur. Suku Dinas mempunyai
tugas melaksanakan pembinaan industri pariwisata, pemberdayaan
kebudayaan, penyelenggaraan atraksi dan promosi serta pengawasan
pada lingkup Kota Administrasi.
2. Visi, Misi dan Tujuan Organisasi
46
a. Visi organisasi
Visi adalah suatu maksud, tujuan, atau impian besar yang
ingin dicapai oleh seseorang maupun sebuah organisasi. Ketika
menjalankan setiap tugasnya sebagai penggerak perekonomian di
sektor pariwisata, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI
Jakarta memiliki visi yaitu “Jakarta sebagai Tujuan Wisata dan
Budaya dengan Standar Internasional” Visi ini dilandasi oleh
keinginan kuat pemerintah Jakarta, terutama Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta Jakarta, untuk menyejajarkan
Jakarta dengan kota-kota besar di dunia sebagai destinasi wisata
dan budaya yang termasyhur.
b. Misi organisasi
Jika visi merupakan tujuan akhir, maka misi adalah
serangkaian langkah yang perlu diambil untuk meraih tujuan
tersebut. Pembentukan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi
DKI Jakarta juga merupakan salah satu langkah untuk meraihnya.
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta
Memiliki misi yaitu “Membangun sumber-sumber serta produk-
produk pariwisata dan kebudayaan. Mendorong pemberdayaan
masyarakat, komunitas, serta organisasi-organisasi yang bergerak
di bidang pariwisata dan kebudayaan. membangun infrastruktur
pariwisata dan kebudayaan”.
c. Tujuan
47
Meningkatkan promosi dan publikasi di bidang pariwisata
dan kebudayaan. mengaktualisasikan pelaksanaan peran
pemerintah di bidang pariwisata dan kebudayaan secara terukur,
efektif, dan efisien.
3. Struktur Organisasi
Gambar 4.1Struktur Organisasi Suku Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Kota Administrasi Jakarta Timur
Sumber: Peraturan Gubernur DKI Jakarta nomor 228 Tahun 2014 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
B. Analisa dan Pembahasan Hasil Penelitian
1. Pembahasan dan Analisis Data Responden
Kepala Suku Dinas Pariwisata dan Kebudayan(Dr. Triyugo Prasetyo)
Kasubbag Tata Usaha ( Dra.Teti Hernawati)
Kasi Pembinaan
Industri Pariwisata
(Iffan Raja) S.Sos, M.Si)
Kasi Pembinaan
Kebudayaan (Sri Catur,
S.Sn)
Kasi Promosi( Dra.Euis
Raolina M.Si)
Kasi Atraksi(Yuyu
Wahyudin S.Sn, MM)
Staf
StafStafStafStaf
48
Profil responden dalam analisis ini adalah sebanyak 41 responden
atau pegawai. Dimana responden tersebut berada pada saat penelitian
berlangsung. Hasil penelitian adalah sebagai berikut :
a. Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Dari hasil kuesioner yang telah disebarkan, diperoleh hasil
frekuensi dan presentase berdasarkan jenis kelamin responden
seperti terlihat pada tabel 4.1 sebagai berikut
Tabel 4.1 Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi Presentase
Laki-laki 17 41,5%
Perempuan 24 58,5%
Jumlah 41 100%
Sumber : Hasil Kuesioner (Data Diolah Penulis), 2015
Berdasarkan data tabel 4.1 mayoritas pegawai di Sudin
Pariwisata dan Kebudayaan Kota Administrasi Jakarta Timur adalah
perempuan dengan jumlah frekuensi sebanyak 24 orang dengan
presentase 58,5% sedangkan sisanya adalah perempuan dengan
jumlah frekuensi 17 orang dengan prosentase 41,5%.
b. Responden Berdasarkan Usia
Dari hasil kuesioner yang telah disebarkan, diperoleh hasil
frekuensi dan presentase berdasarkan usia responden, dapat
49
dijelaskan bahwa profil usia responden mayoritas berusia diatas 40
tahun berjumlah 37 orang, dengan presentase 90,2% besar seperti
terlihat pada tabel 4.2 sebagai berikut :
Tabel 4.2 Profile Responden Berdasarkan Usia
Jenis Kelamin Frekuensi Presentase
≤ 20 tahun - 0%
21 - 30 tahun 1 2,5%
31 - 40 tahun 3 7,3%
>40 tahun 37 90,2%
Jumlah 41 100%
Sumber : Hasil Kuesioner (Data Diolah Penulis), 2015
c. Responden Berdasarkan Status
Dari hasil kuisioner yang telah disebarkan, diperoleh hasil frekuensi
dan presentase berdasarkan status responden, sebagian besar responden
adalah berstatus menikah, dengan populasi sebesar 37 orang atau 90,2%,
seperti terlihat pada tabel 4.3 sebagai berikut :
Tabel 4.3 Profile Responden Berdasarkan Status
Jenis Kelamin Frekuensi Presentase
Belum Menikah 1 2,5%
50
Janda/Duda 3 7,3%
Menikah 37 90,3%
Jumlah 41 100%
Sumber : Hasil Kuesioner (Data Diolah Penulis), 2015
d. Responden Berdasarkan Masa Kerja
Dari hasil kuesioner yang telah disebarkan, diperoleh hasil
frekuensi dan presentase berdasarkan masa kerja responden profil
masa kerja pegawai mayoritas pegawai adalah sudah bekerja lebih
dari 40 tahun, yaitu sebanyak 26 orang dengan persentasi 63,5%,
seperti terlihat pada tabel 4.4 sebagai berikut :
Tabel 4.4 Profile Responden Berdasarkan Masa Kerja
Jenis Kelamin Frekuensi Presentase
< 1 tahun - 0%
1 - 5 tahun 1 2,4%
6 - 10 tahun 1 2,4%
11– 15 tahun - 0%
16 -20 tahun 13 31,7%
>20 tahun 26 63,5%
Jumlah 41 100%
Sumber : Hasil Kuesioer (Data Diolah Penulis), 2015
e. Responden Berdasarkan Pendidikan
51
Dari hasil kuesioner yang telah disebarkan, diperoleh hasil
frekuensi dan presentase berdasarkan pendidikan responden seperti
terlihat pada tabel 4.5 sebagai berikut :
Tabel 4.5
Profile Responden Berdasarkan Pendidikan
Jenis Kelamin Frekuensi Presentase
SD 1 2,4%
SMP 1 2,4%
SMU/SMK sederajat 12 29,3%
Diploma I, II, III 4 9,7%
S1 15 36,7%
S2 7 17,1%
S3 1 2,4%
Jumlah 41 100%
Sumber : Hasil Kuesioer (Data Diolah Penulis), 2015
Berdasarkan Tabel 4.5 diatas dapat dijelaskan bahwa profil
pendidikan responden sebagian besar berpendidikan Sarjana (S1)
berjumlah 15 orang dengan persentasi 36,6%, dan setelah itu
berpendidikan SMU/SMK sederajat berjumlah 12 orang dengan
persentasi 29,3%.
2. Pembahasan dan Hasil Pengujian Validitas
a. Hasil Uji Validitas
52
Berdasarkan dari hasil pengujian terhadap 16 variabel
penelitian, dengan bantuan program Microsoft Exel 2010, dilakukan
uji validitas didapat 15 variabel yang valid dan 1 variabel yang tidak
valid. 15 variabel yang dinyatakan valid mempunyai nilai korelasi
yang lebih besar dari nilai kritisnya yaitu 0,3. (Sugiyono, 2013 : 188-
189), dan terdapat 1 variabel yang tidak valid, seperti terlihat pada
table 4.6 berikut:
Tabel 4.6
Hasil Validitas Kuesioner
No. Variabel Nilai
Validitas
Nilai
Kritis
Hasil
1 Memperoleh kompensasi yang memadai untuk dapat hidup (X1)
0,287 0,3 Tidak valid
2 Pekerjaan yang tetap (X2)
0,396 0,3 Valid
3 Kondisi kerja yang aman dan nyaman (X3)
0,336 0,3 Valid
4 Keinginan untuk memiliki benda (X4)
0,393 0,3 Valid
5 Peraturan yang bersifat melindungi dan dapat memberikan motivasi (X5)
0,495 0,3 Valid
6 Hubungan kerja yang harmonis dan kompak (X6)
0,503 0,3 Valid
7 Penghargaan terhadap 0,58 0,3 Valid
53
prestasi (X7)
8 Pimpinan yang adil dan bijaksana (X8)
0,356 0,3 Valid
9 Keinginan untuk menjadi kepala/atasan (X9)
0,39 0,3 Valid
10 Tempat bekerja yang dihargai oleh masyarakat (X10)
0,468 0,3 Valid
11 Lingkungan kerja yang baik dan bersih (X11)
0,528 0,3 Valid
12 Keinginan untuk diakui dan dihormati (X12)
0,485 0,3 Valid
13 Kompensasi yang memadai (X13)
0,557 0,3 Valid
14 Peranan supervisi dalam suatu pekerjaaan (X14)
0,354 0,3 Valid
15 Status/kedudukan dalam jabatan tertentu (X15)
0,566 0,3 Valid
16 Adanya jaminan karir yang jelas (X16)
0,566 0,3 Valid
Sumber : Data yang Telah Diolah Peneliti dari SPSS 20.0 for windows.
3. Pembahasan dan Analisis Faktor
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi
kerja pegawai negeri sipil di kantor Suku Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Kota Administrasi Jakarta Timur, maka digunakan
pendekatan analisis faktor. Berdasarkan nilai validitas pada tabel 4.6
diatas, maka dari 16 variabel terdapat 1 variabel yang nilainya tidak valid
54
maka penelitian dilanjutkan dengan menggunakan 15 variabel yang
nilainya yang akan diteliti pada pengujian selanjutnya.
a. KMO dan Bartlett’s Test
Pada pengujian awal digunakan uji KMO (Kaiser-Meyer-Olkin)
dan Bartlett test of sphericity. Pengujian tersebut digunakan untuk
mengetahui variabel dan sampel bisa dianalisis dengan analisis faktor.
Tabel 4.7Hasil KMO dan Bartlett’s Test
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. .607
Bartlett's Test of Sphericity
Approx. Chi-Square 134.807Df 91Sig. .002
Sumber : Data yang Telah Diolah Peneliti dari SPSS 20.0 for windows.
Tabel diatas menunjukkan bahwa, Kaiser-Meyer-Olkin dan
Bartlett’s Test adalah sebesar 0,607 dengan signifikansi sebesar 0,002.
karena angka KMO tersebut sudah diatas 0,5 dan signifikasi jauh
dibawah (0,000 < 0,05), maka variabel dan sampel yang ada sudah
bisa dianalisis dengan menggunakan analisis faktor.
Hipotesis untuk signifikasi adalah H0 = sampel atau variabel
belum memadai untuk dianalisis lebih lanjut. H1 = sampel atau
variabel sudah memadai untuk dianalisis lebih lanjut. Mengingat hasil
dari KMO dan bartlett’s test angka Measure of Sampling Adequacy
(MSA) berkisar antara 0 sampai dengan 1. Dengan kriteria, jika angka
MSA = 1 maka variabel tersebut sudah pasti bisa dianalisis tanpa
55
kesalahan oleh variabel yang lain. Jika angka MSA>0,5 maka variabel
tersebut bisa diprediksi dan bisa dianalisis lebih lanjut. Jika MSA<0,5
variabel tidak bisa diprediksi dan tidak bisa dianalisis lebih lanjut,
sehingga harus dikeluarkan dari variabel lainnya (Santoso, 2010:66).
Tabel 4.8 Angka Kaiser-Meyer-Olkin (KMO) Tiap Variabel
No. Variabel
Nilai
KMOStandar
1 Pekerjaan yang tetap (x2) 0,494 0,5
2 Kondisi kerja yang aman dan nyaman (x3) 0,291 0,5
3 Keinginan untuk memiliki benda (x4) 0,351 0,5
4 Keinginan untuk diakui, dihormati (x5) 0,523 0,5
5 Peraturan yang bersifat melindungi dan dapat memberikan motivasi (x6)
0,669 0,5
6 Penghargaan terhadap prestasi (x7) 0,470 0,5
7 Pimpinan yang adil dan bijaksana (x8) 0,455 0,5
8 Keinginan untuk menjadi kepala/atasan (x9) 0,643 0,5
9 Tempat bekerja yang dihargai oleh masyarakat (x10)
0,602 0,5
10 Lingkungan kerja yang baik dan bersih (x11) 0,518 0,5
11 Keinginan untuk diakui dan dihormati (x12) 0,604 0,5
12 Kompensasi yang memadai (x13) 0,661 0,5
13 Peranan supervisi dalam suatu pekerjaan (x14)
0,458 0,5
14 Status/kedudukan dalam jabatan tertentu (x15)
0,454 0,5
15 Adanya jaminan karir yang jelas (x16) 0,755 0,5
Sumber : Data yang Telah Diolah Peneliti dari SPSS 20.0 for windows.
56
Hasil uji SPSS menjelaskan variabel pada nilai KMO terdapat
lebih dari satu variabel yang memiliki nilai KMO kurang dari 0,5,
maka jika terdapat lebih dari satu variabel yang mempunyai MSA di
bawah 0,5 maka yang dikeluarkan adalah variabel dengan MSA
terkecil, kemudian proses pengujian tetap diulang lagi (Santoso,
2010:67).
Setelah dilakukan pengujian ulang, dengan mengeluarkan
variabel yang bernilai di bawah 0,5 dan terendah nilainya, maka nilai
MSA menjadi meningkat dan berada diatas nilai 0,5. Hasil proses
tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.9 Hasil Uji Ulang
Angka Kaiser-Meyer-Olkin (KMO) dan Bartlett’s test
KMO and Bartlett's Test
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. .692
Bartlett's Test of Sphericity
Approx. Chi-Square 107.455
Df 66
Sig. .001
Tabel diatas menunjukkan bahwa, Kaiser-Meyer-Olkin dan
Bartlett’s Test adalah sebesar naik menjadi 0,692 dengan signifikansi
sebesar 0,001. karena angka KMO tersebut sudah diatas 0,5 dan
signifikasi jauh dibawah (0,000 < 0,05), maka variabel dan sampel
yang ada bisa dianalisis dengan menggunakan analisis faktor.
Selanjutnya di dapat Angka Kaiser-Meyer-Olkin (KMO) setiap
variabel dengan nilai KMO sudah diatas 0,5. Maka proses selanjutnya
57
dapat dilakukan yaitu tahapan proses faktoring. Nilai Angka Kaiser-
Meyer-Olkin (KMO) dapat dilihat pada table dibawah ini :
Tabel 4.10Angka Kaiser-Meyer-Olkin (KMO) Tiap Variabel
No. Variabel
Nilai
KMOStandar
1 Pekerjaan yang tetap (x2) 0,622 0,5
2 Peraturan yang bersifat melindungi dan dapat memberikan motivasi (x5)
0,736 0,5
3 Hubungan yang harmonis dan kompak (x6)
0,715 0,5
4 Penghargaan terhadap prestasi (x7) 0,717 0,5
5 Keinginan untuk menjadi kepala/atasan (x9)
0,674 0,5
6 Tempat bekerja yang dihargai oleh masyarakat (x10)
0,721 0,5
7 Lingkungan kerja yang baik dan bersih (x11)
0,730 0,5
8 Keinginan untuk diakui dan dihormati (x12)
0,687 0,5
9 Kompensasi yang memadai (x13) 0,658 0,5
10 Peranan supervisi dalam suatu pekerjaan (x14)
0,687 0,5
11 Status/kedudukan dalam jabatan tertentu (x15)
0,638 0,5
12 Adanya jaminan karir yang jelas (x16) 0,684 0,5
b. Communalities
Communalities adalah jumlah varian dari suatu variabel yang
bisa dijelaskan oleh faktor yang ada, dengan ketentuan bahwa
semakin erat hubungannya dengan faktor yang terbentuk maka
58
semakin besar pula nilai communalities. Hal tersebut dapat terlihat
dalam tabel communalities pada tabel 4.24 sebagai berikut dibawah
ini:
Tabel 4.11Tabel Communalities
No. Variabel Initial Extraction
1 Pekerjaan yang tetap (x2) 1,000 0,713
2 Keinginan untuk diakui, dihormati (x5)
1,000 0,717
3 Hubungan kerja yang harmonis dan kompak (x6)
1,000 0,515
4 Penghargaan terhadap prestasi (x7)
1,000 0,572
5 Keinginan untuk menjadi kepala/atasan (x9)
1,000 0,423
6 Tempat bekerja yang dihargai oleh masyarakat (x10)
1,000 0,593
7 Lingkungan kerja yang baik dan bersih (x11)
1,000 0,693
8 Keinginan untuk diakui dan dihormati (x12)
1,000 0,708
9 Kompensasi yang memadai (x13) 1,000 0,778
10 Peranan supervisi dalam suatu pekerjaan (x14)
1,000 0,657
11 Status/kedudukan dalam jabatan tertentu (x15)
1,000 0,501
12 Adanya jaminan karir yang jelas (x16)
1,000 0,627
Sumber : Data yang Telah Diolah Peneliti dari SPSS 20.0 for windows.
Hasil ekstraksi untuk variabel pekerjaan yang tetap 0,713. Hal
ini berarti 71,3% varian dari pekerjaan yang tetap tersebut bisa
59
dijelaskan oleh faktor yang terbentuk. Pada variabel Keinginan untuk
diakui, dihormati 0,717 maka memiliki arti 71,7% varian dari
Keinginan untuk diakui, dihormati tersebut bisa dijelaskan oleh faktor
yang terbentuk. Hasil ekstraksi untuk variabel Penghargaan terhadap
prestasi 0,515. Hal ini berarti 51,5% varian dari Penghargaan terhadap
prestasi tersebut bisa dijelaskan oleh faktor yang terbentuk.
Selanjutnya untuk variabel Hubungan Kerja yang harmonis dan
kompak 0,572. Hal tersebut artinya 57,2% varian dari Hubungan
Kerja yang harmonis dan kompak tersebut bisa dijelaskan oleh faktor
yang terbentuk. Hasil ekstraksi untuk variabel tempat bekerja yang
dihargai oleh masyarakat 0,423. Hal ini berarti 42,3% varian dari
tempat bekerja yang dihargai oleh masyarakat tersebut bisa dijelaskan
oleh faktor yang terbentuk.
Hasil ekstraksi untuk variabel keinginan untuk menjadi
kepala/atasan 0,593. Hal ini berarti 59,3% varian dari keinginan untuk
menjadi kepala/atasan tersebut bisa dijelaskan oleh faktor yang
terbentuk. Selanjutnya hasil ekstraksi untuk variabel lingkungan kerja
yang baik dan bersih 0,693. Hal ini berarti 69,3% varian dari
lingkungan kerja yang baik dan bersih tersebut bisa dijelaskan oleh
faktor yang terbentuk. Berikutnya untuk variabel kompensasi yang
memadai 0,708. Hal ini berarti 70,8% varian dari kompensasi yang
memadai tersebut bisa dijelaskan oleh faktor yang terbentuk. Pada
variabel peranan supervise dalam suatu pekerjaan dengan hasil
60
ekstraksinya 0,778. Hal ini berarti 77,8% varian dari peranan
supervise dalam suatu pekerjaan tersebut bisa dijelaskan oleh faktor
yang terbentuk. Hasil ekstraksi untuk variabel adanya jaminan karier
yang jelas 0,657. Hal ini berarti 65,7% varian dari adanya jaminan
karier yang jelas tersebut bisa dijelaskan oleh faktor yang terbentuk.
Untuk variabel Status/kedudukan dalam jabatan tertentu 0,501. Hal ini
berarti 50,1% varian dari Status/kedudukan dalam jabatan tertentu
tersebut bisa dijelaskan oleh faktor yang terbentuk. Pada hasil
ekstraksi untuk variabel peraturan yang bersifat melindungi dan dapat
memberikan motivasi untuk bekerja lebih baik 0,627. Hal ini berarti
62,7% varian dari peraturan yang bersifat melindungi dan dapat
memberikan motivasi tersebut bisa dijelaskan oleh faktor yang
terbentuk.
c. Initial Eigenvalues
Tabel 4.25 di bawah ini terdapat 12 variabel yang dimasukkan
dalam analisis faktor dan masing-masing variabel mempunyai satu
varian, maka total varian adalah 12 X 1 = 12, jika variabel-variabel
tersebut diringkas menjadi satu faktor maka nilainya adalah sebesar
3,264. Jika diringkas menjadi dua faktor maka nilainya adalah sebesar
1,989. Jika diringkas menjadi tiga faktor maka nilainya adalah sebesar
1,194. Jika diringkas menjadi empat faktor maka nilainya adalah
sebesar 1,052.
61
Eigenvalues menunjukkan kepentingan relatif masing-masing
faktor dalam menghitung varians ke-12 variabel yang dianalisis.
Dengan kriteria bahwa angka eigenvalues di bawah 1 tidak digunakan
dalam menghitung jumlah faktor yang terbentuk. Dalam tebel 4.12
terlihat nilai eigenvalues yang diatas 1 adalah sebanyak 4 komponen,
artinya faktor yang terbentuk dalam penelitian ini adalah sebanyak 4
faktor.
Tabel 4.12Tabel Initial Eigenvalues
Total Variance Explained
Compone
nt
Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared Loadings
Total % of Variance Cumulative % Total % of Variance Cumulative %
1 3.264 27.201 27.201 3.264 27.201 27.201
2 1.989 16.574 43.775 1.989 16.574 43.775
3 1.194 9.949 53.724 1.194 9.949 53.724
4 1.052 8.769 62.493 1.052 8.769 62.493
5 .898 7.481 69.974
6 .771 6.429 76.403
7 .738 6.152 82.555
8 .544 4.536 87.091
9 .518 4.321 91.411
10 .387 3.229 94.641
11 .333 2.774 97.414
12 .310 2.586 100.000
Sumber : Data yang Telah Diolah Peneliti dari SPSS 20.0 for windows
Kemudian dari tabel diatas juga menjelaskan bahwa ada
empat faktor yang terbentuk. Karena keempat faktor tersebut angka
pada eigen value berada diatas 1. Artinya hasil analisis,
mengelompokkan dari 12 variabel menjadi empat faktor.
62
Gambar 4.2 Scree Plot Sumber : Data yang Telah Diolah Peneliti dari SPSS 20.0 for windows
Pada gambar 4.2 scree plot diatas juga menjelaskan bahwa
terdapat 4 faktor yang nilai eigenvaluenya diatas 1 dan selebihnya
berada dibawah 1. Ini terlihat juga dengan semakin mendatarnya
garis pada component number.
d. Component Matrix
Tabel 4.13Tabel Component Matrix
63
No. Variabel
Component
1 2 3 4
1 Pekerjaan yang tetap (x2) 0,583
2 Peraturan yang bersifat melindungi dan dapatt memberikan motivasi (x5)
0,597
3 Hubungan kerja yang harmonis dan kompak (x6)
0,559
4 Penghargaan terhadap prestasi (x7)
0,592
5 Keinginan untuk menjadi kepala/atasan (x9)
0,421
6 Tempat bekerja yang dihargai oleh masyarakat (x10)
0,568
7 Lingkungan kerja yang baik dan bersih (x11)
0,617
8 Keinginan untuk diakui dan dihormati (x12)
0,610
9 Kompensasi yang memadai (x13)
0,621
10 Peranan supervisi dalam suatu pekerjaan (x14)
0,642
11 Status/kedudukan dalam jabatan tertentu (x15)
0,516
12 Adanya jaminan karir yang jelas (x16)
0,557
Sumber : Data yang Telah Diolah Peneliti dari SPSS 20.0 for windows.
Setelah diketahui bahwa empat faktor adalah jumlah yang
optimal, maka dalam tabel 4.26 diatas menunjukan distribusi kedua
belas variabel tersebut pada empat faktor yang terbentuk.
64
e. Rotated Component Matrix
Tabel 4.14Tabel Rotated Component Matrix
No
.Variabel
Component
1 2 3 4
1 Pekerjaan yang tetap (x2) 0,505
2 Peraturan yang bersifat melindungi dan dapat memberikan motivasi (x5)
0,573
3 Hubungan kerja yang harmonis dan kompak (x6)
0,655
4 Penghargaan terhadap prestasi (x7)
0,577
5 Keinginan untukmenjadi kepala/atasan (x9)
0,633
6 Tempat bekerja yang dihargai oleh masyarakat (x10)
0,745
7 Lingkungan kerja yang baik dan bersih (x11)
0,811
8 Keinginan untuk diakui dan dihormati (x12)
0,648
9 Kompensasi yang memadai (x13)
0,815
10 Peranan supervisi dalam suatu pekerjaan (x14)
0,755
11 Status/kedudukan dalam jabatan tertentu (x15)
0,703
12 Adanya jaminan karir yang jelas (x16)
0,778
Sumber : Data yang Telah Diolah Peneliti dari SPSS 20.0 for windows.
Dipaparkan dalam tabel 4.27 Tabel Rotated Component
Matrix di atas. Bahwa rotated component matrix hasil dari proses
rotasi yang memperlihatkan distribusi variabel menjadi lebih jelas
dan nyata.
65
f. Component Transformation Matrix
Tabel 4.15Component Transformation Matrix
Rotation Method: Quartimax with Kaiser Normalization
Component 1 2 3 41 0,6442 0,6323 0,2674 0,323
Sumber : Data yang Telah Diolah Peneliti dari SPSS 20.0 for windows
Dengan memperhatikan angka diagonalnya pada tabel diatas,
dapat dijelaskan bahwa dari keempat faktor yang terbentuk ada 2
faktor yang bernilai diatas 0,5 adalah yaitu faktor 1 dan faktor 2
yaitu bernilai 0,644 dan 0,632. Sedangkan 2 faktor lainnya bernilai
dibawah 0,5, yaitu faktor 3 dan faktor 4 yaitu bernilai 0,267 dan
0,323.
Hal ini menunjukkan faktor 1 dan faktor 2 mempunyai korelasi
yang lebih tinggi dibandingkan dengan faktor 3 dan faktor 4.
g. Component Plot In Rotated Space
66
Gambar 4.3 Component Plot In Rotated SpaceSumber : Data yang Telah Diolah Peneliti dari SPSS 20.0 for windows
Terdapat dalam gambar 4.3 diatas merupakan pelengkap analisis
yang menampilkan letak keduabelas variabel faktor yang ada. Variabel
tersebut berkelompok menjadi satu, dan mempunyai relevansi untuk
mempengaruhi motivasi karyawan.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Kerja di Kantor Suku
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Administrasi Jakarta
Timur
Dari dua belas variabel yang diteliti, dengan proses factoring bisa
direduksi menjadi empat faktor dan diberi nama. Dimana penamaan pada
kedua faktor tersebut tergantung pada nama-nama variabel yang menjadi
satu kelompok pada interpretasi masing-masing analisis dan aspek
67
lainnya. Sehingga pemberian nama pada penelitian ini sebenarnya
bersifat subyektif serta tidak ada ketentuan yang pasti mengenai
pemberian nama tersebut.
Tabel 4.16Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Kerja Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kantor Sudin Pariwisata dan Kebudayaan Kota Administrasi Jakarta Timur
NO VARIABELFAKTOR EIGEN
VALUELOADIN
G FACTOR
1 Penghargaan terhadap prestasi (x7)
Faktor 1 “Penghargaan
”
3,264
0,577
2 Keinginan untuk menjadi kepala/atasan (X9) 0.633
3 Keinginan untuk diakui dan dihormati (X12) 0.648
4 Status/kedudukan dalam jabatan tertentu (X15) 0.703
5 Adanya jaminan karir yang jelas (X16) 0.778
6 Hubungan kerja yang harmonis dan kompak (X6) Faktor 2
“Lingkungan kerja”
1,989
0.655
7 Tempat bekerja yang dihargai oleh masyarakat (X10) 0.745
8 Lingkungan kerja yang baik dan bersih (x11) 0.811
9 Pekerjaan yang tetap (X2)Faktor 3
“Penghasilan”1,194
0.50510 Kompensasi yang mamadai
(X13) 0.815
11 Peraturan yang bersifat melindungi dan dapat
memberikan motivasi (X5) Faktor 4“Pembinaan” 1,052
0.573
12 Peranan supervisi dalam suatu pekerjaan (X14) 0.755
Sumber : Data yang Telah Diolah Peneliti dari SPSS 20.0 for windows
Dalam tabel 4.16 diatas pemberian nama dari masing-masing faktor tersebut
dapat diuraikan sebagai berikut.
68
a. Faktor 1 diberi nama “Penghargaan” yang terdiri dari variabel:
penghargaan terhadap prestasi (X7), memiliki factor loading 0,577.
Keinginan untuk menjadi kepala/Atasan (X9), memiliki factor loading
0,633. Keinginan untuk diakui dan dihormati (X12), memiliki factor
loading 0,648. Status/kedudukan dalam jabatan tertentu (X15),
memiliki factor loading 0,703. Adanya jaminan karir yang jelas (X16)
memiliki factor loading 0,788.
b. Faktor 2 diberi nama “Lingkungan kerja” yang terdiri dari variabel:
hubungan kerja yang harmonis dan kompak (X6). Dengan factor
loading 0,655. Tempat bekerja yang dihargai oleh masyarakat (X10),
dengan factor loading 0,745. Lingkungan kerja yang baik dan bersih
(X11), dengan factor loading 0,811.
c. Faktor 3 diberi nama “penghasilan” yang terdiri dari variabel: pekerjaan
yang tetap (X2) dengan nilai factor loading 0,505. Kompensasi yang
mamadai (X13) dengan nilai factor loading 0,815.
d. Faktor 4 diberi nama “pembinaan” yang terdiri dari variabel: peraturan
yang bersifat melindungi dan dapat memberikan motivasi (X5) dengan
nilai factor loading 0.573. Peranan supervisi dalam suatu pekerjaan
(X14) dengan nilai factor loading 0,755.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
69
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan hasil analisis yang dilakukan pada
penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat empat
faktor yang mendorong motivasi kerja pegawai di Kantor Suku Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan Kota Administrasi Jakarta Timur, yaitu:
1. Faktor pertama diberi nama “Penghargaan” yang terdiri dari lima
variabel yaitu penghargaan terhadap prestasi, keinginan untuk menjadi
kepala/atasan, keinginan untuk diakui dan dihormati,
status/kedudukan dalam jabatan tertentu, adanya jaminan karir yang
jelas.
2. Faktor kedua diberi nama “Lingkungan kerja” yang terdiri dari tiga
variabel yaitu hubungan kerja yang harmonis dan kompak, tempat
bekerja yang dihargai oleh masyarakat, lingkungan kerja yang baik
dan bersih.
3. Faktor ketiga diberi nama “Penghasilan” yang terdiri dari dua variabel
yaitu pekerjaan yang tetap, kompensasi yang memadai.
4. Faktor keempat diberi nama “Pembinaan” yang terdiri dari dua
variabel yaitu peraturan yang bersifat melindungi dan dapat
memberikan motivasi, peranan super visi dalam suatu pekerjaan
Dari keempat faktor yang terdapat dua faktor yang nilai
korelasinya diatas 0,5 yaitu faktor pertama “penghargaan” dan faktor
kedua “lingkungan kerja”, dan dua faktor lainnya mempunyai korelasi
yang rendah, yaitu faktor ketiga dan faktor keempat. Maka dirumuskan
70
bahwa faktor pertama dan faktor kedua tersebut menjadi faktor dominan
yang dapat mendorong motivasi kerja Pegawai Negeri Sipil (PNS) di
kantor Sudin Pariwisata dan Kebudayaan Kota Administrasi Jakarta
Timur.
Faktor tersebut diatas menyangkut hal–hal yang berkaitan
langsung dengan pekerjaan maupun hal–hal lain yang mendorong motivasi
kerja pegawai. Dengan demikian hasil penelitian menunjukkan bahwa
konsepsi motivasi kerja seperti ini melihat motivasi sebagai hasil interaksi
manusia dengan keempat faktor yang ada.
B. Saran
Kantor Suku Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Administrasi
Jakarta Timur diharapkan lebih memperhatikan faktor yang akan
mendorong motivasi kerja pegawai, yaitu pada keempat faktor, yaitu
penghargaan, lingkungan kerja, penghasilan dan pembinaan.
Prioritas utama yaitu pada dua faktor terbesar korelasinya yaitu
faktor penghargaan dan faktor lingkungan kerja, faktor-faktor tersebut
akan mendorong motivasi kerja pegawai, sehingga diharapkan akan
muncul kemampuan untuk saling bersinergi, yang akan mempengaruhi
secara signifikan terhadap meningkatkan kinerja pegawai dan kinerja
organisasi yang berimplikasi pada tercapainya tujuan organisasi.
71
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta. Jakarta.
72
Bangun, Wilson. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. PT Gelora Aksara Pratama, Penerbit Erlangga. Jakarta.
Dessler, Gary. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia. Indeks. Jakarta
Hasibuan, Malayu S.P. 2013. Manajemen Sumber Daya Manusia, cetakan ke-17. PT Bumi Aksara. Jakarta
Hartika, Indah Puji. 2014. Buku Praktis Mengembangkan Sumber Daya Manusia. Laksana. Yogyakarta.
Kadarisman. 2013. Manajemen Pengembangan Sumber Daya Manusia. Rajawali Pers. Jakarta.
Rivai, Veitzal et.al. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan. Edisi Kedua, Cetakan Keempat. Rajawali Pers. Jakarta.
Sedarmayanti. 2013. Manajemen Sumber Daya Manusia, Reformasi Birokrasi, dan Manajemen Pegawai Negeri Sipil. PT Refika Aditama. Bandung
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Bisnis, Cetakan Ke–17. Alfabeta, CV. Bandung.
Sutrisno, Edy. 2014. Manajemen Sumber Daya Manusia. Cetakan ke-6. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.
Singsih Santoso. 2010. Analisis Multivariant. PT Alex Media Kompotinda. Jakarta.
Supranto. 2010. Analisis Multivariant Arti dan interprestasi, cetakan ke -2. Rineka Cipta, Jakarta
Sangadji, 2010. Metodologi Penelitian. Andi Off Set, Yogyakarta