analisis faktor masyarakat pedagang untuk … · sedangkan sex ratio kota depok adalah 103. ......
TRANSCRIPT
1
ANALISIS FAKTOR MASYARAKAT PEDAGANG UNTUK
MENGGUNAKAN TABUNGAN SYARIAH DI BANK
PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (BPRS)
Nurul Ichsan, MA
Abstrak
Salah satu daerah yang memiliki potensi untuk mengembangkan lembaga keuangansyariah adalah Kota Depok, dimana Kota Depok dahulu adalah kota kecamatan dalamwilayah Kabupaten Bogor, yang kemudian mendapat status kota administratif pada tahun1982. Sejak 20 April 1999, Depok ditetapkan menjadi kotamadya (sekarang: kota) yangterpisah dari Kabupaten Bogor. Salah satu potensi Kota Depok adalah sektorperdagangan merupakan sektor ekonomi yang banyak diminati oleh semua kalanganmasyarakat dalam kegiatan ekonomi baik itu secara formal maupun informal. Kota depokmemiliki jumlah penduduk 1.7 juta jiwa, namun potensi yang besar baru tergarap palinghanya 2 persen. Penelitian yang diangkat ini yaitu untuk mengetahui bagaimanakarakteristik pedagang di Kota Depok yang memiliki preferensi untuk menggunakanproduk BPRS dan faktor apa sajakah yang paling dominan mempengaruhi preferensipedagang di Kota Depok untuk menggunakan produk tabungan syariah.
Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis statistik deskriptif untukmenjelaskan profil responden. Hasil analisa dan pembahasan mununjukan mayoritaspedagang di Kota Depok lebih banyak memilih menjadi nasabah penabung di BPRS,faktor utama yang mendorong memilih produk tabungan di BPRS lebih disebabkankarena memiliki keyakinan bahwa menabung itu hemat, karena merasa menyimpandananya BPRS jauh lebih aman jika dibandingkan dengan menyimpannya sendiri, faktorterakhir yaitu adanya kemudahan bertransaksi di BPRS dimana para pedagang tidakperlu lagi meninggalkan dagangannya untuk bertransaksi dengan BPRS melainkanpetugas BPRS yang datang mengunjungi pedagang, kemudahan bertransaksi ini menjadidaya tarik pedagang untuk menggunakan produk tabungan BPRS.
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah Penelitian
Badan Perkreditan Rakyat (BPR) berdasarkan status hukumnya disahkan dalam
Paket Kebijakan Keuangan Moneter dan Perbankan melalui Pakto tanggal 27 Oktober
1988. Pada hakekatnya BPR merupakan penjelmaan dari Bank Desa, Lumbung Desa,
Bank Pasar, Bank Pegawai Lumbung Pilih Nagari (LPN), Lembaga Perkreditan Desa
(LPD), Badan Kredit Desa (BKD), Badan Kredit Kecamatan (BKK), Kredit Usaha Rakyat
Kecil (KURK), Lembaga Perkreditan Kecamatan (LPK), Bank Karya Produksi Desa
(BKPD), dan atau lembaga lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu (Subagyo, 2002).
2
Thomas Timberg, Ekonom Bank Dunia, dalam acara The 2nd Bank Indonesia
International Seminar on Islamic Finance di Bandung 8 Mei 2012, mengatakan alasan
yang dikemukakan para nasabah non muslim adalah jasa keuangan syariah dinilai lebih
murah, mudah, dan tidak menyusahkan. "Survei tersebut mengungkapkan hanya 30%
alasan nasabah mengakses sektor keuangan syariah karena pengaruh keagamaan,” kondisi
ini mengindikasikan kebutuhan dan permintaan jasa keuangan syariah merupakan
kebutuhan yang rasional.
Berdirinya BPR Syariah tidak bisa dilepaskan dari beberapa pengaruh diantaranya;
Pertama, dampak dari berdirinya lembaga-lembaga keuangan yang memiliki legalitas
Undang-Undang Pokok Perbankan keberadaan lembaga-lembaga keuangan tersebut
diperjelas melalui izin dari Menteri Keuangan. Kedua, BPR Syariah muncul karena
inspirasi dari Bank Syariah nasional yang berdiri sejak tahun 1992. Tetapi secara
konseptual karena ada keterbatasan jangkauan operasi dari Bank Syariah Nasional di
berbagai wilayah tertentu maka diperlukan BPR Syariah yang secara teknis dirancang
untuk menangani masalah keuangan masyarakat di wilayah-wilayah tersebut.
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) dari tahun ke tahun semakin bertambah
dan menunjukkan pertumbuhan yang signifikan, diantaranya adalah pertama,
pertambahan jumlah kantor. Hal ini dapat dilihat melalui grafik pertambahan jumlah
kantor BPRS di bawah ini:
Tabel 1.1
Perkembangan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
KeteranganTahun
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Jumlah Bank 92 105 114 131 138 150 154
Jumlah Kantor 92 105 185 202 225 289 299
Sumber: Bank Indonesia, Statistik Perbankan Syariah Desember 2011
Berdasarkan grafik di atas, pertumbuhan Jumlah BPRS meningkat sekitar 6%
setiap tahun dari tahun 2005 sampai 2007, bahkan ditahun 2008 meningkat mencapai
3
15%, kemudian di masih menunjukkan trend yang meningkat, hingga di tahun 2011
meningkat mencapai 3%.
Kedua, adalah peningkatan total pembiayaan yang disalurkan BPRS. Pembiayaan
tumbuh tahun 2008 sebesar Rp 364 milyar (40,80%) menjadi Rp 1.256 milyar, pada tahun
2009 meningkat sebesar Rp 312 milyar (24,84%) menjadi Rp 1.568 milyar, pada tahun
2010 meningkat sebesar Rp 492 milyar (31,37%) menjadi Rp 2.060 milyar dan data tahun
2011 menunjukan peningkatan sebesar Rp 615 milyar (29,85%) menjadi Rp 2.675 milyar
(BI, 2012).
Ketiga, trend pertumbuhan Aset BPRS terus tumbuh dan berkembang setiap
tahunya Aset BPRS pada tahun 2008 meningkat dibandingkan tahun 2007 sebesar Rp 478
milyar (39,34%) tumbuh menjadi Rp 1.693 milyar, pada tahun 2009 meningkat Rp 430
milyar (25,39%) tumbuh menjadi Rp 2.123 milyar, pada tahun 2010 meningkat sebesar
Rp 615 milyar (28,96%) tumbuh menjadi Rp 2.738 milyar dan akhir tahun 2011 tumbuh
sebesar Rp 414 milyar (15,11%) sehingga menjadi Rp 3.520 milyar (BI, 2012). Tidak
dapat dipungkiri bahwa peningkatan tersebut merupakan dari banyaknya masyarakat yang
semakin percaya serta memiliki minat yang tinggi terhadap BPRS.
Perkembangan yang keempat, BPRS dengan peningkatan dana pihak ketiga pada
tahun 2008 sebesar Rp 258 milyar (35,98%) yaitu menjadi Rp 975 milyar, pada tahun
2009 sebesar Rp 183 milyar (18,76%) yaitu menjadi Rp 1.158 milyar dan meningkat terus
pada tahun 2010 sebesar Rp 445 milyar (38,42%) menjadi Rp 1.603 milyar dan akhir
tahun 2011 meningkat sebesar Rp 492 milyar (30,69%) menjadi Rp 2.095 milyar (BI,
2012).
Penghimpunan tersebut baru menunjukkan jumlah rekening BPRS sebanyak 681
ribu akhir tahun 2011 artinya baru mencapai 2 % dari jumlah penduduk yang ada di
Indonesia. Padahal potensi Indonesia sangat besar, terlihat beberapa daerah terdapat pasar
tradisional, pertokoan, serta tempat tinggal masyarakat yang sangat besar potensinya
untuk produk penghimpunan dana terutama produk tabungan syariah.
Salah satu daerah yang memiliki potensi untuk mengembangkan lembaga
keuangan syariah adalah Kota Depok, dimana Kota Depok dahulu adalah kota kecamatan
dalam wilayah Kabupaten Bogor, yang kemudian mendapat status kota administratif pada
tahun 1982. Sejak 20 April 1999, Depok ditetapkan menjadi kotamadya (sekarang: kota)
yang terpisah dari Kabupaten Bogor. Berdasarkan situs resmi Kota Depok terdiri atas 11
4
kecamatan, yang dibagi menjadi 63 kelurahan. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010
mencapai 1.736.565 jiwa, yang terdiri dari penduduk laki-laki 879.325 jiwa dan penduduk
perempuan 857.240 jiwa. Sedangkan sex ratio Kota Depok adalah 103.
Salah satu potensi Kota Depok adalah sektor perdagangan merupakan sektor
ekonomi yang banyak diminati oleh semua kalangan masyarakat dalam kegiatan ekonomi
baik itu secara formal maupun informal. Jumlah pasar di Kota Depok ada 6 buah, dengan
total kios, los dan kaki lima masing-masing sebanyak 2.454 kios, 2.130 los dan 1.501 kaki
lima. Sedangkan petugas retribusi dan kebersihan sebanyak 72 orang.
Data Pertumbuhan Lembaga Keuangan Non Bank dalam hal ini lembaga koperasi
yang ada di Kota Depok menunjukan pertumbuhan pesat. Berdasarkan sumber dinas
koperasi Kota Depok, jumlah lembaga koperasi yang tersebar di 11 kecamatan pada tahun
2010 berjumlah 887 dengan total aset sebesar Rp 68.612.592.831. Pada sektor keuangan
syariah non bank yakni Koperasi BMT, di Kota Depok terdapat 38 BMT yang sangat
eksis dengan total aset sebesar Rp 3.111.225.921 dengan perolehan SHU sebesar Rp
931.299.919. Kinerja koperasi di Kota Depok menunjukan banyak minat masyarakat
terhadap jasa keuangan kecil dan mikro. sebesar Rp. 277.839.590 (ribu) pada tahun 2011
tumbuh sebesar Rp 80.552.856 (ribu) atau sebesar 29 % menjadi Rp 358.392.458 (ribu)
Sementara aset BPRS per 31 Desember 2010 sebesar Rp 187.662.368 (ribu) pada tahun
2011 tumbuh sebesar Rp 23.313.750 (ribu) atau tumbuh sebesar 12.42 % menjadi Rp
210.976.118 (ribu). Posisi Penghimpunan Dana masyarakat di 4 BPRS per 31 Desember
2011 sebesar Rp 151.228.779 (ribu) mengalami peningkatan pada tahun 2011 yakni
tumbuh sebesar Rp 22.864.046 (ribu) atau sebesar 15,12 % menjadi Rp 174.092.825
(ribu).Sedangkan penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan per 31 Desember 2010
sebesar Rp 166.046.540 (ribu) tumbuh dan meningkat sebesar Rp 12.512.114 (ribu) atau
sebesar 7,54% menjadi Rp 178.558.654 (ribu). Sehingga Financing Debt To Ratio
(FDR) BPRS di Kota Depok per 31 Desember 2011 menunjukan persentase sebesar 97,50
%, kondisi ini menunjukan bahwa keberadaan BPRS di Kota Depok sangat dibutuhkan
para pelaku UMKM.
Berdasarkan field study, sebagaian besar kinerja Bank Perkreditan Rakyat maupun
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah memiliki tingkat petumbuhan sangat besar. Oleh sebab
itu, menjadi menarik untuk diteliti, bagi masyarakat yang sudah memakai jasa BPRS
5
dalam hal ini adalah menabung di BPR Syariah, menjadi perhatian khusus dimana motif
apa yang menjadikan masyarakat khususnya Kota Depok menggunakan produk jasa
tabungan di BPRS.
2. Identifikasi dan Pembatasan Masalah
Jumlah nasabah yang berhasil dihimpun BPRS adalah 681.000 rekening dengan
nilai nominal penghimpunan dana baik tabungan maupun deposito di BPRS berjumlah Rp
1.9 triliun. Padahal Indonesia memiliki masyarakat muslim 80% dari jumlah penduduk
240 juta. Salah satu wilayah adalah kota depok yang memiliki jumlah penduduk 1.7 juta
jiwa, namun potensi yang besar baru tergarap paling hanya 2 persen. Inilah masalah utama
yang teridentifikasi. Ada kalanya dalam penelitian terdapat masalah yang sangat luas.
Oleh karena itu peneliti mengidentifikasi dan membatasi masalah agar dalam pembahasan
tidak meluas. Batasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Penelitian ini hanya dilakukan pada masyarakat pedagang di Kota Depok yang
menggunakan produk BPRS baik itu tabungan maupun pembiayaan.
2. Penelitian ini hanya dilakukan untuk melihat preferensi masyarakat pedagang di
Pasar Kota Depok untuk menggunakan produk BPRS.
3. Dalam penelitian ini ada 22 variabel yang digunakan untuk melihat faktor
pendorong pedagang di Kota Depok terhadap produk BPRS baik itu produk
tabungan ataupun pembiayaan. Variabel tersebut dikelompokkan ke dalam 4
faktor utama antara lain: faktor pribadi dari nasabah, faktor psikologis, faktor
ekonomi dan faktor budaya. Adapun pembahasan secara lebih rinci mengenai
variabel akan dijabarkan di bagian instrumen penelitian.
4. Penelitian hanya menyoroti beberapa faktor dengan melihat beberapa pilihan
masyarakat
3. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang dapat dipaparkan
pada penelitian ini adalah, Bagaimana karakteristik pedagang di Kota Depok yang
memiliki preferensi untuk menggunakan produk BPRS? Dan Faktor apa yang paling
dominan mempengaruhi preferensi pedagang di Kota Depok untuk menggunakan produk
tabungan syariah?
6
4. Tujuan Penelitian
Penelitian tentang analisis faktor masyarakat pedagang untuk menggunakan
tabungan syariah di Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) merupakan pembahasan
yang dapat memberikan gambaran bagimana nasabah dan masyarakat yang sekarang ini
mulai mengenal tentang perbankan syariah dan dapat memilih konsep syariah dalam dunia
keuangan sehingga dapat memaparkan seberapa kepedulian mereka tentang keberadaan
jenis pembiayaan yang ditawarkan oleh BPRS.
Kajian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat luas
khususnya civitas akademika Uhamka dalam hal pembiayaan di BPRS dan alasan mereka
yang menggunakan jasa BPRS. Jika dalam pembahasan nanti kemudian terdapat
kekurangan dan kelemahan baik dari cara penulisan, struktur, materi, isi pembasan, teknis
operasional hingga hasil analisis yang dicapai, selanjutnya dapat dijadikan rujukan bagi
Uhamka dan pelaksanaannya maka dapat dilakukan upaya upaya penyempurnaan dan
perbaikan mutu yang lebih baik.
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, banyak sekarang di Depok BPRS yang
dapat diakses oleh warga Depok, baik yang berada di jalan utama maupun di daerah
daerah sekitar dan pinggiran Depok, agar mendapat informasi yang faktual dan aktual
maka kajian respon masyarakat terhadap BPRS khususnya masyarakat sekitar wilayah ini
diambil dari pusat BPRS dan daerah pasar sebagai nasabah dari BPRS sehingga harapan
kami dapat melihat faktor apa yang menjadi pendorong bagi mereka memilih BPRS.
Agar lebih terinci dan jelas, tujuan dalam penelitian ini sesuai dengan rumusan
masalah yang telah dipaparkan diatas, yaitu:
Untuk mengetahui karakteristik masyarakat Kota Depok yang memiliki
preferensi untuk menggunakan tabungan syariah
Untuk mengetahui faktor dominan apa yang mempengaruhi preferensi
Masyarakat Kota Depok untuk menggunakan produk tabungan syariah.
Dengan mengetahui perilaku masyarakat pedagang menggunakan jasa BPRS
dapat mengetahui langkah-langkah apa yang harus dikembangkan oleh BPRS
dalam menggarap nasabah baru
Penting juga bagi pedagang, apa yang menjadi kebutuhan terhadap hadirnya
BPRS, sehingga bisa melayani masyarakat.
7
Bagi Uhamka ini merupakan penelitian yang sangat membantu peran kampus
dalam tridharma perguruan tinggi dalam mengembangkan ilmu ekonomi Islam
sehingga dapat memahami karakteristik masyarakat muslim Indonesia, dan
kemajuan bangsa ini.
Bagi Fakultas Agama Islam penelitian ini guna memajukan kualitas dosen
dalam menambah ilmu pengetahuan, wawasan berekonomi syariah, serta juga
bentuk kepedulian fakultas atas penelititan dan kemajuan ilmu ekonomi Islam
serta perbankan syariah khususnya.
5. Manfaat Penelititan
Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain:
Memberikan sumbangan pikiran kepada pemerhati ekonomi Islam khususnya
perbankan syariah yang tengah giat giatnya membangun ekonomi berlandaskan
Islam
Memberikan gagasan kepada para penguasa masyarakat agar lebih dapat
memberikan peraturan peraturan daerah mapun undang undang dan ketentuan
hukum yang baik bagi perkembangan perbankan syariah khususnya di daerah
Depok ini.
Memberikan informasi kepada masyarakat luas bahwa konsep yang diberikan
oleh pembiayaan BPRS juga menguntungkan dan dapat bersaing dengan jenis
kredit ataupun pembiayaan lainnya.
Memberikan informasi yang faktual kepada BPRS bahwa keinginan dan kemauan
masyarakat untuk mengikuti program yang ditawarkan oleh BPRS haruslah diikuti
dengan pelayanan yang maksimal dan prima serta daya saing yang kuat terhadap
kredit yang diberikan oleh perbankan konvensional ataupun bantuan bantuan
keuangan lainnya yang sekarang banyak tumbuh dimasyarakat.
Bagi akademisi khususnya ilmuwan di Uhamka semoga berguna untuk menambah
pengetahuan tentang pembiayaan BPRS yang ada di lingkungan masyarakat.
B. PEMBAHASAN
1. KERANGKA TEORI
a. Pengertian Potensi
8
Potensi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah kemampuan yang
mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan. Potensi yang akan di teliti dalam
penelitian ini akan dikaitkan dengan demografi dan psikografi. variabel demografi yang
akan diteliti antara lain umur, jenis kelamin, pendapatan, pekerjaan, pendidikan, agama
(Kotler, 2001) sedangkan variabel psikografi antara lain Life style, Personality dan value
(Kotler, 2001).
b. Perilaku konsumen
1) Pengertian Perilaku Konsumen
Ada beberapa pengertian mengenai perilaku konsumen menurut beberapa ahli
pemasaran :
1. Perilaku Konsumen (consumer behaviour) adalah ”aktivitas-aktivitas individu
dalam pencarian, pengevaluasian, pemerolehan, pengonsumsi, penghentian
pemakaian barang dan jasa” (Craig-Lees, Joy & Browne, 1995)
2. Perilaku Konsumen adalah ”studi mengenai proses-proses yang terjadi saat
individu atau kelompok menyeleksi, membeli, menggunakan, atau menghentikan
pemkaian produk, jasa, ide, atau pengalaman dalam rangka memuaskan keinginan
dan hasrat tertentu” (Solomon, 1999)
3. Perilaku konsumen adalah ”perilaku yang ditunjukkan oleh konsumen dalam
mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan menghentikan konsumsi
produk, jasa dan gagasan” (Schiffman & Kanuk, 2000)
4. Perilaku Konsumen adalah ” Studi mengenai individu, kelompok atau organisasi
dan proses-proses yang dilakukan dalam memilih, menentukan, mendapatkan,
menggunakan, dan menghentikan pemakaian produk, jasa, pengalaman, atau ide
untuk memuaskan kebutuhan serta dampak proses-proses tersebut terhadap
konsumen dan masyarakat” (Hawkins, Bbest & Coneu, 2001)
5. Perilaku konsumen adalah ” aktivitas mental dan fisik yang dilakukan oleh
pelanggan rumah tangga (konsumen akhir) dan pelanggan bisnis yang
menghasilkan keputusan untuk membayar, membeli, dan menggunakan produk
dan jasa tertentu”(Sheth & Mittal, 2004).
9
Dari kelima pengertian perilaku konsumen diatas maka dapat diringkas bahwa
perilaku konsumen adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu/konsumen dalam
mengambil keputusan, baik dalam pre-purchase, purchase maupun post-purchase.
Pengertian perilaku konsumen sering dikacaukan dengan pengertian perilaku
pembeli padahal perilaku konsumen (consumer behaviour) dengan perilaku pembeli
(buyer behaviour) itu adalah hal yang berbeda. Perilaku konsumen (consumer
behaviour) adalah aktivitas langsung terlibat dalam memperoleh dan menggunakan
barang-barang atau jasa, termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan. Jadi,
perilaku konsumen merupakan aktivitas manusia yang meliputi:
Kegiatan mencari
Kegiatan mengevaluasi alternatif
Keputusan Pembelian
Kegiatan menggunakan
Kegiatan menilai tingkat kepuasan
Sedangkan perilaku pembeli (buyer behaviour) atau perilaku pelanggan (customer
behaviour) hanya berkisar pada proses pembelian atau pertukaran. Dengan demikian
mempunyai pengertian lebih sempit, karena tidak menyangkut proses secara
keseluruhan seperti pada proses perilaku konsumen.
2) Model perilaku konsumen
Model dari perilaku konsumen digunakan sebagai usaha untuk mempermudah
untuk memahami perilaku konsumen. Sebuah model adalah sebuah penyederhanaan
gambaran dari kenyataan (Swasta & Handoko). Penyederhanaan ini melalui pengaturan
aspek-aspek dari kenyataan dan hanya terdiri dari aspek-aspek yang membuat pembuat
model tertarik (Swasta & Handoko). Sebagai contoh jika mengartikan perilaku konsumen
sebagai suatu proses pengambilan keputusan, maka titik berat model adalah proses
tersebut. Bentuk model dapat bermacam-macam, model dapat merupakan uraian secara
verbal, atau dengan menggunakan simbol-simbol matematis. Model perilaku konsumen
kebanyakan diuraikan secara verbal.
Model perilaku konsumen dapat didefinisikan sebagai kerangka kerja
penyederhanaan untuk menggambarkan aktivitas-aktivitas konsumen (Saladin).
10
Modelisasi perilaku konsumen sangat membantu pemasar untuk melihat dan menganalisis
perilaku seseorang dalam membeli suatu produk atau jasa. Adapun salah satu model
perilaku konsumen menurut philip kotler adalah sebagai berikut:
11
Pengenalankebutuhan
Keputusanpembelian
EvaluasiInformasi
Pencarianinformasi
puas
Perilaku pascapembelian
TidakpuasFaktor-faktor yang mempengaruhi : Pengaruh Pemasaran :
-Faktor budaya - Produk - Process
-Faktor sosial - Price - People
-Faktor pribadi - Place - Phsical evidence
-Faktor Psikologis - Promotion
Model perilaku konsumen yang disederhanakan
Sumber : Philip kotler, manajemen Pemasaran, 2005 hal. 203. Data dimodifikasi
12
Perilaku konsumen akan menentukan proses pengambilan keputusan dalam
pembelian. Proses pembelian konsumen terdiri dari lima tahap yaitu :1) menganalisis
kebutuhan 2) mencari informasi, 3) mengevaluasi informasi, 4) Keputusan pembelian, 5)
perilaku pasca pembelian.
Keseluruhan proses tersebut diatas hanya dilakukan pada keadaan tertentu,
misalnya pada pembelian pertama. Artinya seluruh proses tersebut diatas tidak selalu
dilakukan oleh konsumen. Konsumen akan lebih mudah mengambil keputusan dalam
pembelian ulang atau yang sifatnya terus menerus atau dengan kata lain jika konsumen
merasa puas maka ia tidak akan mealui proses awal mungkin ia akan langsung ketahap
proses keputusan pembelian.
Adapun penjelasan model perilaku konsumen secara tahap pertahap :
a) Pengenalan Kebutuhan dan Keinginan
Penganalisisan kebutuhan ini ditujukan untuk mengetahui adanya kebutuhan yang
belum terpenuhi. Apakah kebutuhan tersebut harus segera dipenuhi atau masih bisa
ditunda pemenuhanya. Kebutuhan dapat dipengaruhi oleh stimulus internal dan juga
stimulus eksternal. Adanya kebutuhan yang belum terpenuhi sering diketahui secara
tiba-tiba pada saat konsumen berjalan-jalan ketoko atau sedang berbelanja atau pada
saat melihat iklan ditoko, koran ataupun dari keluarga.
Pengenalan kebutuhan konsumen adalah adanya perbedaan antara keadaan yang ada
saat ini (keadaan aktual) dengan keadaan yang diinginkan. Contoh : Seorang
konsumen sekarang merasa lapar (keadaan aktual) dan untuk menghilangkan rasa
lapar (keadaan yang diinginkan). maka ia butuh sepiring nasi ataupun makanan untuk
memenuhi kebutuhannya menghilangkan rasa lapar.
b) Pencarian Informasi
Konsumen yang terangsang kebutuhannya akan terdorong untuk mencari informasi
yang lebih banyak mengenai produk yang dibutuhkannya. Pencarian informasi dapat
bersifat aktif ataupun pasif. Pencarian informasi yang bersifat aktif dapat berupa :
mengunjungi toko untuk mempelajari produk tertentu ataupn juga untuk membuat
perbandingan harga atau kualitas produk sedangkan pencarian informasi secara pasif
13
mungkin hanya membaca suatu iklan dimajalah atau koran tanpa memiliki tujuan
khusus dalam pikiran konsumen tentang gambaran produk yang diinginkan. Seorang
konsumen yang membutuhkan suatu informasi tentang suatu produk atau jasa, maka
sumber informasinya dapat bersumber dari internal maupun eksternal. Adapun sumber
internal yaitu bersumber dari komunikasi perorangan dan pengaruh perorangan
misalnya : bersumber dari keluarga, teman, tetangga dan kenalan Sedangkan informasi
eksteren dapat berasal dari media massa seperti;majalah, TV, surat kabar,radio dan
juga sumber informasi dari kegiatan pemasaran perusahaan.
. Menurut Philip Kotler, sumber informasi konsumen digolongkan kedalam empat
kelompok yaitu :
1. Sumber pribadi : keluarga, teman, tetangga, kenalan
2. Sumber Komersial : Iklan,Wiraniaga, penyalur, kemasan, pajangan
3. Sumber politik : Media massa.
4. Sumber pengalaman: Pemakaian produk sebelumnya.
Sebagian besar konsumen mendapatkan informasi produk berasal dari sumber
komersil. Tapi sumber yang paling efektif adalah bersumber dari sumber pribadi.
Melalui pengumpulan informasi konsumen bisa mempelajari merek-merek yang
bersaing dengan fitur-fiturnya.
c) Evaluasi Alternatif
Setelah konsumen mencari informasi, maka konsumen mengevaluasi berbagai
alternatif pilihan dalam memenuhi kebutuhan. Evaluasi alternatif timbul karena
banyaknya rangsangan-rangsangan alternatif pilihan atau banyaknya rangsangan-
rangsangan yang masuk dalam diri konsumen. Untuk menilai alternatif pilihan
konsumen, terdapat 5 konsep dasar yang dapat dipergunakan untuk membantu
pemahaman proses evaluasinya yaitu :
i. Product atribute (sifat-sifat produk), apa yang menjadi ciri-ciri khusus
dan perhatian konsumen terhadap produk tersebut. Misalnya konsumen
hendak membeli handphone. Ciri khusus adalah bentuk atau corak
warna.
14
ii. Importance weight (nilai kepentingan), kecendrungan konsumen untuk
lebih memperhatikan nilai kepentingan yang berbeda-beda pada setiap
atribut produk yang dianggapnya lebih menonjol untuk diperhatikan.
Contoh : konsumen mempunyai tujuan pembelian untuk kepentingan
meningkatkan prestisenya jadi dia membeli handphone blackberry,
akan tetapi jika konsumen mempunyai tujuan pembelian untuk
kepentingan komunikasi mungkin dia hanya membeli handphone nokia
biasa.
iii. Brand belief (kepercayaan terhadap merek), kecendrungan konsumen
untuk lebih memperhatikan pada merek suatu produk yang memang
amat menonjol menurut pandangannya, sehingga menciptakan brand
image pada konsumen tersebut. Misalkan, handphone nokia.
Konsumen lebih percaya dengan merek nokia dibandingkan dengan
merek lain karena nokia lebih tahan banting ataupun nokia lebih bisa
meningkatkan prestise.
iv. Utility function (fungsi kegunaan), bagaimana konsumen
mengaharapkan kepuasan atas fungsi dasarnya saja sehingga tidak
terlalu membutuhkan fungsi yang lain Misalnya : Seorang konsumen
yang sedang membutuhkan handphone, karena ia hanya butuh
handphone untuk sms dan telepon jadi mungkin konsumen tersebut
hanya akan membeli handphone yang tidak terlalu banyak fiturnya
cukup untuk berkomunikasi saja.
v. Preference attitudes (Sikap kesukaan), bagaimana konsumen
memberikan sikap preferensi (tingkat kesukaan) terhadap merek-merek
alternatif melalui prosedur penilaian yang dilakukan konsumen.
Misalnya ada beberapa merek handphone yaitu Nokia, Sony Ericsson,
Samsung. Mungkin konsumen akan lebih menyukai Nokia daripada
merek yang lain. Dalam mengevaluasi alternatif tidak dapat dipisahkan
dari sumber-sumber yang dimiliki oleh konsumen seperti waktu dan
uang. Alternatif-alternatif pembelian yang telah diidentifikasikan,
15
dinilai dan diseleksi menjadi alternatif pembelian yang dapat
memenuhi dan memuaskan kebutuhan serta keinginan konsumen.
d) Keputusan Pembelian
Setelah melakukan evaluasi alternatif terhadap produk atau jasa yang
diinginkan, maka konsumen akan menentukan produk atau jasa yang akan dipilihnya.
Konsumen biasanya memilih produk atau jasa yang paling disukai. Bila konsumen
mengambil keputusan, maka keputusan tersebut menyangkut jenis produk, merek,
model, kualitas, waktu, harga, cara pembayaran. Secara umum pengambilan
keputusan tersebut dipengaruhi oleh dua faktor. Faktor yang pertama adalah faktor
internal yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam diri konsumen itu sendiri. Faktor
internal ini mempunyai pengaruh yang cukup besar untuk mempengaruhi keputusan
pembelian. Sedangkan faktor Eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri
konsumen seperti keluarga, teman, promosi, harga, merek dsb.
e) Perilaku pasca pembelian
Setelah membeli produk dan menggunakan produk atau jasa, maka konsumen akan
mengalami kepuasan atau ketidakpuasan. Jika kinerja produk atau jasa lebih rendah
dari pada harapan, maka konsumen akan kecewa. Akan tetapi jika kinerja produk
sesuai dengan harapan konsumen, maka konsumen akan puas dan jika kinerja produk
melebihi harapan maka konsumen akan sangat puas. Kepuasan dan Ketidakpuasan
terhadap produk akan mempengaruhi perilau konsumen. Jika konsumen puas, maka
kemungkinan ia akan membeli kembali produk tsb. Akan tetapi jika tidak puas, maka
kemungkinan konsumen tidak akan membeli kembali produk tersebut dan akan
kembali ketahap pencarian informasi.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen
Tujuan kegiatan pemasaran adalah mempengaruhi konsumen untuk mau membeli
barang dan jasa perusahaan. Hal ini sangat penting bagi manajer pemasaran untuk
memahami mengapa dan bagaimana tingkah laku konsumen sehingga perusahaan dapat
mengembangkan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan produknya
secara lebih baik. Dengan mempelajari perilaku pembeli, manajer akan mengetahui apa
16
keinginan dan kebutuhan yang belum terpenuhi sehingga manajer bisa
mengidentifikasinya untuk membuat segmentasi pasar. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku konsumen menurut philip kotler dapat dilihat pada gambar
berikut ini :
Sumber : Philip Kotler, Dasar-dasar manajemen pemasaran Hal, 242 Gambar
Dimodifikasi
Menurut Philip Kotler ada empat faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen
sebelum konsumen memutuskan menggunakan suatu produk atau jasa yaitu :
1. Faktor Kebudayaan
Pribadi
- Usia dan tahapdaur hidup
- Pekerjaan
- Situasi ekonomi
- Gaya Hidup
- Kepribadian
Kebudayaan
- Budaya
- Sub budaya
- Kelas sosial
Sosial
- KelompokAcuan
- Keluarga- Peran & status
Psikologis
- Motivasi
- Persepsi
- Pembelajaran
- Sikap dan Kepercayaan
Pembeli
17
a. Kebudayaan
Kebudayaan sifatnya sangat luas, dan menyangkut segala aspek kehidupan
manusia. Menurut Stanton Budaya merupakan simbol dan faktor yang kompleks,
yang diciptakan oleh manusia, yang diturunkan dari generasi kegenerasi yang lain,
sebagai suatu penentu dan pengatur tingkah laku manusia dalam kehidupan
masyarakat.
Simbol dapat bersifat tidak kentara (seperti sikap, pendapat, kepercayaan,
nilai, bahasa dan agama) atau bisa juga bersifat kentara (seperti; alat-alat,
perumahan, produk karya seni). Setiap orang akan merasakan lapar, tetapi apa
yang harus dimakan dan bagaimana caranya memuaskan rasa lapar tersebut,
semua ini terdapat dalam kebudayaan. Jadi dalam kehidupan manusia memang
perilaku manusia ditentukan oleh kebudayaan, dan pengaruhnya akan selalu
berubah setiap waktu sesuai dengan kemajuan dan perkembangan zaman dari
masyarakat. Contoh : : masyarakat papua yang mempunyai kebudayaan makanan
pokoknya sagu, maka jika ia diberikan makanan pokoknya nasi maka bisa jadi
masyarakat papua akan menolaknya karena tidak sesuai dengan kebudayaannya.
b. Sub Budaya
Masing-masing budaya terdiri dari sejumlah sub budaa yang lebih
menampakkan identifikasi dan sosialisasi khusus bagi para anggotanya. Sub
budaya mencakup kelompok-kelompok kebangsaan seperti Indonesia, Malaysia,
Australia, dsb, Kelompok-kelompok keagamaan seperti Islam, katolik, Kristen,
Budha, Hindu, dan Kelompok-kelompok ras seperti : Negro, Aborigin dsb.
Kebudayaan-kebudayaan khusus ini mempunyai peranan penting dalam perilaku
konsumen terhadap penggunaan suatu produk atau jasa, contohnya : Ani seorang
yang beragama islam, ia akan menolak makanan yang mengandung zat-zat haram
seperti daging babi, Islam mengharamkan untuk mengkonsumsi daging babi
karena dapat membahayakan kesehatan.
2. Faktor Sosial
a. Kelompok acuan
18
Kelompok acuan seseorang memiliki pengaruh langsung atau tidak
langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang. Kelompok yang memiliki
pengaruh langsung terhadap seseorang dinamakan kelompok keanggotaan.
Adapun beberapa kelompok keanggotaan merupakan kelompok primer, seperti
keluarga, teman, tetangga dan rekan kerja yang berinteraksi dengan seseorang
secara terus menerus dan informal. Selain kelompok primer ada yang disebut
kelompok sekunder, seperti kelompok keagamaan, profesi dan asosiasi.
Kelompok acuan mempengaruhi perilaku seseorang dalam pembeliannya,
dan sering dijadikan pedoman oleh konsumen dalam bertingkah laku. Oleh karena
itu, konsumen selalu mengawasi kelompok tersebut baik tingkah laku fisik
maupun mentalnya. Jika dilihat, biasanya masing-masing kelompok mempunyai
pelopor opini yang dapat mempengaruhi anggota-anggotanya dalam membeli
sesuatu. Interaksi mereka sering dilakukan secara individual (langsung bertatap
muka), sehingga seseorang mudah terpengaruh oleh orang lain untuk membeli
sesuatu. Kadang-kadang nasehat orang lain lebih berpengaruh daripada iklan
dimajalah, surat kabar, televisi atau media lainnya. Serta norma kelompok dapat
ikut pula mempengaruhi masing-masing anggota kelompok. Contoh : seorang anak
muda yang menggandrungi seorang penyanyi atau artis, maka ia akan cenderung
meniru cara berpakaian, potongan rambut dan gaya artis atau penyanyi yang ia
gandrungi.
b. Keluarga
Keluarga merupakan organisasi pembelian konsumen yang paling penting
dalam masyarakat, dan para anggota keluarga menjadi kelompok acuan primer
yang paling berpengaruh. Dalam keluarga, masing-masing dapat berbuat hal yang
berbeda untuk membeli sesuatu. Setiap anggota keluarga memiliki selera,
kebutuhan dan keinginan yang berbeda. Misalnya anak-anak, tidak selalu bisa
menerima apa saja dari orang tua mereka, tetapi menginginkan juga sesuatu yang
lain. Apalagi anak-anak yang sudah besar, keinginan mereka semakin banyak.
19
Namun demikian terdapat kebuuhan keluarga yang digunakan oleh seluruh
anggota keluarga, seperti : meubel, televisi, Lemari es. Oleh sebab itu manajer
pemasaran perlu mengetahui siapa sebenarnya :
1. Siapa yang mempengaruhi keputusan untuk membeli
2. Siapa yang membuat keputusan untuk membeli
3. Siapa yang melakukan pembelian
4. Siapa pemakai produknya.
Keempat hal tersebut diatas dapat dilakukan oleh orang-orang yang
berbeda. Suatu saat seseorang anggota keluarga dapat berfungsi sebagai
pengambil keputusan, tetapi pada saat yang lain ia dapat berbuat sebagai
pembeli. Sering ditemukan bahwa keputusan untuk membeli dibuat
bersama-sama antara suami dan istri, kadang-kadang anak juga dilibatkan,
terutama untuk membeli kebutuhan seluruh keluarga. Contoh : Untuk
pembelian makanan, alat-alat dapur, dan juga barang-barang yang nilainya
kecil pengambilan keputusan pembelian lebih ditangan istri tapi untuk
pembelian produk dan jasa yang mahal seperti mobil, liburan, atau
perumahan kebanyakan istri dan suami yang terlibat dalam pengambilan
keputusan bersama (Thedore levitt, 1960)
3. Faktor Pribadi
a. Usia
Memahami usia konsumen adalah penting karena setiap konsumen akan
membeli produk atau jasa yang berdeda-beda sesuai dengan usianya. Selera
seseorang terhadap sesuatu juga dipengaruhi oleh usia. Contohnya : Ketika masih
bayi, maka manusia akan makan makanan bayi selama bertahun tahun. Ketika
tumbuh maka manusia akan mengkonsumsi makanan yang berbeda beda dan
beranekaragam. Serta selera orang terhadap pakaian, perabot, dan rekreasi juga
berhubungan dengan usia.
b. Pekerjaan
20
Pekerjaan seseorang memiliki peran dalam menentukan keputusannya
untuk menggunakan produk dan jasa. Pekerjaan mempunyai hubungan dengan
pendidikan konsumen karena beberapa profesi seperti pegawai bank, pengacara,
akuntan dan lainnya memerlukan syarat-syarat formal agar bisa bisa bekerja
sebagai profesi tsb. Pekerjaan seseorang juga mempengaruhi pola konsumsinya
contohnya: Seorang direktur akan membeli pakaian yang mahal, perjalanan dengan
pesawat udara dan perahu layar besar.
c. Keadaan ekonomi
Keadaan ekonomi seseorang akan mempengaruhi terhadap pilihan
produknya. Keadaan ekonomi seseorang terrdiri dari pendapatan yang dapat
dibelanjakan, jumlah tabungan dan sikap berbelanja. Contoh: Ani dapat
mempertimbangkan membeli sebuah handphone blackberry jika ia telah mampu
memenuhi kebutuhan primer dan sekundernya. Artinya Ani memiliki kelebihan
dana dari jumlah pengeluarannya untuk kebutuhan primer dan sekunder.
d. Gaya hidup
Gaya hidup menunjukkan bagaimana orang hidup, bagaimana mereka
membelanjakan uangnya, dan bagaimana mereka mengalokasikan waktu mereka
oleh karenanya, hal ini berhubungan dengan tindakan dan perilaku sejak lahir,
berbeda dengan kepribadian, yang menggambarkan konsumen dari perspektif yang
lebih internal yaitu karakteristik pola berfikir,dan perasaan.
e. Kepribadian
Kepribadian dan konsep diri, Setiap orang memiliki karakteristik
kepribadian yang berbeda yang mempengaruhi perilaku pembeliannya.
Kepribadian dapat didefinisikan sebagai pola sifat individu yang dapat
menentukan tanggapan untuk bertingkah laku. Contohnya : Ani melihat dirinya
sebagai wanita yang aktif dan energik sehingga ia kan membeli hanphone yang
sesuai dengan kepribadiannya yang aktif dan energik. Adapun variabel-variabel
yang dapat mencerminkan kepribadian seseorang adalah aktivitas, minat, opini.
21
Dengan variabel-variabel tersebut, maka dapat mengetahui kepribadian seseorang
dan untuk mengetahuinya dapat diadakan riset motivasi (Swastha, 1995).
4. Faktor Psikologis
a. Motivasi
Seseorang memiliki banyak kebutuhan pada waktu tertentu. Ada kebutuhan
bersifat biogenis yaitu kebutuhan yang muncul dari tekanan biologis seperti lapar,
haus dan tidak nyaman. Dan ada juga Kebutuhan yang lain bersifat psikogenis
yaitu kebutuhan yang muncul dari tekanan psikologis seperti pengakuan,
penghargaan atau rasa keanggotaan kelompok. Kebutuhan akan menjadi motif jika
didorong hingga mencapai level intensitas yang memadai. Motif adalah kebutuhan
yang memadai untuk mendorong seseorang bertindak. Contoh : seseorang yang
merasa lapar, maka rasa lapar itu adalah sebuah motif sehingga dengan adanya
rasa lapar maka ia akan membeli makanan untuk menghilangkan rasa lapar.
Contoh lainnya adalah seseorang membeli sebuah motor dengan edisi limited
edition karena prestise, prestisi ini adalah motif yang mendorong seseorang untuk
membeli motor karena untuk mendapatkan penghargaan dari orang-orang
disekitarnya.
b. Persepsi
Adanya motivasi pada seseorang akan mendorong seseorang untuk
bertindak. Orang yang termotivasi akan dipengaruhi oleh persepsinya terhadap
situasi tertentu. Persepsi adalah image yang terbentuk dari otak seseorang terhada
sesuatu. Persepsi tidak hanya bergantung pada rangsangan fisik tetapi juga pada
rangsangan yang berhubungan dengan lingkungan sekitar dan keadaan yang
bersangkutan. Orang dapat memiliki persepsi yang berbeda atas objek yang sama
karena tiga proses persepsi yaitu persepsi selektif, distorsi selektif dan ingatan
selektif. Setiap orang memiliki persepsi yang berbeda-beda terhadap suatu objek
contohnya : saya mempunyai persepsi bahwa naik Bus Patas AC lebih nyaman
dibandingkan naik kereta api, jika saya mau pergi dari bandung ke jakarta. Naik
bus tidur lebih enak, tidak banyak berisik sedangkan jika saya naik kereta api
22
susah tidur, berisik oleh bunyi rel kereta, lain lagi persepsi teman saya. Ia bersepsi
justru naik kereta api lebih enak daripada naik bis.
d. Bank Syariah
1) Pengertian Bank Syariah
Kata bank berasal dari kata banque dalam bahasa Perancis, dan dari kata banco
dalam bahasa italia, yang berarti peti/lemari atau bangku. Kata peti atau lemari
menyiratkan fungsi sebagai tempat menyimpan benda-benda berharga, seperti peti emas,
peti berlian, peti uang dan sebagainya.
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat1.
Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan
prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah (BUS) dan Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Bank syariah telah mendapat legitimasi dari
pemerintah Indonesia dengan disahkannya Undang-Undang Perbankan Syariah No 21
Tahun 2008 pada tanggal 16 juli 2008. Dalam Undang-undang perbankan syariah no. 21
tahun 2008 Istilah Bank Perkreditan syariah diubah menjadi Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah. Perubahan ini untuk menegaskan adanya perbedaan antara kredit dan
pembiayaan berdasarkan prinsip syariah.
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) adalah badan usaha yang kegiatannya
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk tabungan dan deposito berjangka,
menyalurkan pembiayaan kepada masyarakat untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat
serta tidak melakukan kegiatan dalam lalu lintas pembayaran.
BPRS sebagaimana bank umum lainnya, bertindak sebagai intermediaries
(penghubung) antara surplus unit (pihak yang memiliki kelebihan dana) dan defisit unit
(pihak yang mengalami kekurangan dana). yang mana surplus unit menyimpan uangnya
di bank untuk keamanan atau untuk investasi agar uangnya tidak idle dan lebih
1 Undang-undang perbankan syariah No.21 Th. 2008
23
bermanfaat dan dapat digunakan oleh masyarakat yang membutuhkan. Jika nasabah
menyimpan uangnya dengan tabungan wadiah, hal itu berarti nasabah hanya menitipkan
dananya ke bank, dan dana tersebut boleh digunakan oleh bank. Nasabah penabung tidak
akan mendapatkan bagi hasil akan tetapi hanya mendapatkan bonus dan itupun tidak
dijanijikan diawal dan juga bank mempunyai hak untuk meminta biaya sebagai biaya
penjagaan dana nasabah tersebut. Biasanya motif nasabah menyimpan dananya di bank
adalah karena alasan keamanan dan juga fasilitas-fasilitas yang diberikan bank kepada
nasabah seperti nasabah diberikan kartu ATM yang mana akses pengambilan uangnya
bisa ditarik di ATM bank yang bersangkutan atau ATM bersama dan juga kartu ATM nya
bisa digunakan sebagai kartu debet sehingga nasabah penabung dimudahkan dalam hal
transaksi tanpa membawa uang cash hanya cukup membawa kartu. Segala fasilitas yang
diberikan bank kepada nasabah penabung dikenakan biaya dan itu telah disepakati
diawal. Prinsip tabungan wadiah ini dijamin 100% oleh bank apalagi jika bank tersebut
terdaftar sebagai bank yang dijamin oleh LPS (Lembaga penjamin Simpanan). LPS hanya
menjamin setiap nasabah sebesar Rp. 100.000.0002 Berbeda lagi jika nasabah penabung
menggunakan tabungan mudharabah, nasabah penabung diberikan bagi hasil yang mana
persentase nisbahnya telah disebutkan diawal. Bank tidak bertanggung jawab terhadap
kerugian yang bukan disebabkan oleh kelalaiannya. Namun jika kesalahan yang
disebabkan mismanagement (salah urus), maka bank akan bertanggung jawab penuh
terhadap kerugian tersebut. Lalu dana yang diterima oleh bank dari surplus unit disalurkan
kepada masyarakat yang membutuhkan pembiayaan untuk modal usaha maupun modal
kerja. Jika persentase bagi hasil yang diberikan kepada nasabah tabungan sebesar 75%
maka persentase bagi hasil untuk nasabah pembiayaan biasanya lebih besar yaitu 80%.
Selain bank mendapatkan keuntungan dari biaya administrasi bulanan kepada nasabah
penabung dan pembiayaan maka bank juga mendapatkan keuntungan bagi hasil dari
kedua belah pihak yaitu nasabah penabung dan nasabah pembiayaan.
2) Kegiatan Usaha Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)
Pada dasarnya, sebagai lembaga keuangan syariah, BPRS dapat memberikan jasa-
jasa keuangan yang serupa dengan Bank Umum Syariah. Menurut pasal 21 Undang-
2 Undang-undang Lembaga penjamin simpanan No. 24 Tahun 2004
24
undang perbankan syariah kegiatan usaha Bank Pembiayaan Rakyat Syariah antara lain
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk :
a. Tabungan
Adapun yang dimaksud tabungan syariah adalah tabungan yang dijalankan
berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Dalam hal ini, Dewan Syariah Nasional (DSN)
telah mengeluarkan fatwa yang menyatakan bahwa tabungan yang dibenarkan
adalah tabungan yang berdasarkan prinsip wadiah dan mudharabah3
1. Tabungan Wadiah
Tabungan yang akadnya menggunakan akad Wadiah. Bank syariah
menggunakan akad wadiah Yad dhamanah yang artinya nasabah sebagai
penitip memberikan hak kepada bank syariah untuk menggunakan atau
memanfaatkan uang atau barang titipannya sedangkan bank syariah sebagai
pihak yang dititipi dana atau barang mempunyai hak untuk menggunakan atau
memanfaatkan dana atau barang titipan tersebut.
Biasanya nasabah tabungan wadi’ah akan memperoleh buku yang
berisi laporan bank atas penatausahaan simpanan nasabah, baik mutasi debet
ataupun mutasi kredit. Bagi BPRS yang belum memiliki teknologi yang baik
untuk menunjang fasilitas fitur tabungannya seperti fasilitas ATM, Jenis
simpanan ini memiliki kelemahan yaitu keterbatasan sistem penarikan. Untuk
melakukan transaksi penarikan maupun penyetoran dana ataupun transaksi
lainnya, nasabah harus datang ke counter bank untuk melakukan verifikasi
tandatangan padahal bank memiliki keterbatasan waktu, tempat, dan juga
antrian yang jauh.
Nasabah pengguna produk tabungan wadiah pada umumnya
menggunakan produk tabungan wadiah karena membutuhkan jasa keamanan
dari bank syariah karena tabungan wadiah dijamin oleh bank syariah 100%.
Dimana nasabah menitipkan dananya kebank syariah hanya untuk beberapa
waktu saja bukan untuk jangka waktu yang panjang karena dana tersebut
3 Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 02/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Tabungan
25
biasanya akan digunakan untuk jangka waktu relatif pendek dan juga daripada
disimpan dirumah mempunyai resiko kehilangan seperti dicuri oleh perampok,
sehingga nasabah menyimpan dananya dibank agar lebih aman dan terjamin.
Selain karena butuh jasa keamanan, nasabah menggunakan tabungan wadiah
karena untuk mendapatkan fasilitas-fasilitas yang diberikan oleh bank syariah
seperti: kemudahan penyetoran dan penarikan serta transfer antar rekening,
dana nasabah bisa ditarik atau disetor serta mentransfer dengan menggunakan
kartu ATM baik ATM dibank yang bersangkutan maupun diATM bersama
sehingga tidak perku lagi antri di Bank yang bersangkutan, atau nasabah
mendapatkan kemudahan dengan menggunakan kartu debet sehingga nasabah
bisa menggunakan kartu debet untuk belanja sehingga tidak perlu repot-repot
membawa uang cash cukup hanya membawa kartu, selain itu biasanya bank
syariah memberikan kemudahan transaksi-transaksi bagi nasabahnya seperti:
pembayaran listrik, air, telepon dan membayar zakat, serta pembelian pulsa,
pembayaran kuliah, pembayaran tiket online penerbangan seperti garuda,
mandala dan lion air, pembayaran angsura motor. Serta dilengkapi juga
fasilitas SMS Banking untujk informasi saldo dan pemindahan dana antar
rekening. Tabungan Mudharabah
Adalah tabungan yang akadnya menggunakan akad mudharabah.
Maksudnya adalah tabungan yang sifatnya investasi. dana nasabah tidak
dijamin dikembalikan 100%. Yang mana nasabah akan mendapatkan bagi hasil
dari dananya yang diinvestasikan oleh bank. Perbedaan antara tabungan
wadiah dengan tabungan mudharabah hanya pada hal bagi hasil, dimana
tabungan wadi’ah tidak mendapatkan bagi hasil karena sifatnya titipan
sedangkan tabungan mudharabah mendapatkan bagi hasil karena sifatnya
investasi. Adapun karakteristik lainnya adalah tabungan mudharabah hanya
dapat ditarik pada waktu tertentu sesuai kesepakatan.
Dana nasabah tidak dapat diambil setiap saat akan tetapi
berdasarkan kesepakatan antara nasabah dan bank. Selain itu juga nasabah
mendapatkan fasilitas-fasilitas seperti : Penarikan dan penyetoran dana dapat
26
dilakukan di ATM bank yang bersngkutan maupun di ATM bersama sehingga
tidak perlu lagi antri di bank yang bersangkutan, dan juga nasabah
mendapatkan kemudahan dengan menggunakan kartu debet sehingga nasabah
bisa menggunakan kartu debet untuk belanja sehingga tidak perlu repot-repot
membawa uang cash cukup hanya membawa kartu, selain itu biasanya bank
syariah memberikan kemudahan transaksi-transaksi bagi nasabahnya seperti:
pembayaran listrik, air, telepon dan membayar zakat, serta pembelian pulsa,
pembayaran kuliah, pembayaran tiket online penerbangan seperti garuda,
mandala dan lion air, pembayaran angsuran motor. Serta dilengkapi juga
fasilitas SMS Banking untujk informasi saldo dan pemindahan dana antar
rekening.
b. Deposito Berjangka
Adalah Simpanan berjangka yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada
waktu tertentu menurut perjanjian antara bank dengan nasabah. Deposito memiliki
ciri-ciri pokok yaitu jangka waktu penarikannya tetap sehingga disebut fixed deposit.
Umumnya jangka waktunya ada yang 1, 2 , 3, 6 , 12 dan 24 bulan. Nasabah akan
diberikan sertifikat atau tanda penyimpanan (bilyet) oleh bank sebagai tanda bukti
Deposito hanya bisa ditarik atau diuangkan pada saat jatuh tempo oleh pihak yang
namanya tercantum dalam bilyet deposit. Sedangkan yang dimaksud deposito
syariah adalah deposito yang dijalankan dengan prinsip-prinsip syariah deposito
yang dibenarkan adalah deposito yang berdasarkan prinsip mudharabah4
Selain melakukan kegiatan penghimpunan, BPRS juga melakukan kegiatan
penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan. Berdasarkan pasal No. 21 Undang-undang
perbankan syariah No. 21 tahun 2008, kegiatan usaha dalam menyalurkan dana kepada
masyarakat antara lain :
1. Pembiayaan dengan prinsip jual beli
Pembiayaan ini ditujukan untuk memiliki barang. Tingkat keuntungan
bank ditentukan di depan dan menjadi bagian harga atas barang yang dijual.
4 Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 03/DSN-MUI/IV/2000 tentang deposito.
27
Pembiayaan dengan prinsip jual beli termasuk dalam natural certainty contracs
(NCC) maksudnya adalah pembiyaan ini cash flow dan waktunya bisa diprediksi
relatif pasti, karena disepakati oleh kedua belah pihak diawal akad sehingga lebih
aman dibandingkan dengan pembiayaan dengan prinsip bagi hasil karena bank syariah
bisa menentukan keuntungan yang diinginkan di awal kesepakatan. Pengaruh dengan
tabungan nasabah adalah tingkat terjamin kembalinya dana nasabah tabungan karena
dana yang disalurkan untuk pembiayaan berasal dari dana nasabah sedangkan bank
hanya sebagai penghubung. Jadi dapat disimpulkan bahwa dengan pembiayaan
berdasarkan jual beli, pengembalian dana nasabah tabungan lebih terjamin.
Pembiayaan dengan prinsip jual beli dapat dibedakan berdasarkan bentuk
pembayarannya dan waktu penyerahan barangnya, yaitu sebagai berikut :
a. Pembiayaan Murabahah
Murabahah berasal dari kata ribhu (keuntungan), Murabahah
adalah transaksi jual-beli di mana bank menjual barang barang kepada nasabah
yang mana harga asal barang ditambah dengan keuntungan. Dimana bank akan
menyebutkan harga pembelian barang kepada nasabah, kemudian bank
mensyaratkan atas laba dalam jumlah tertentu. Bank bertindak sebagai penjual,
sementara pembeli adalah nasabah. Harga Jual adalah harga beli bank dari
pemasok ditambah keuntungan (margin).
b. Pembiayaan Salam
Salam berasal dari kata salama. Kata Salama dengan salafa artinya
sama. disebut salam karena pemesan barang menyerahkan uangnya ditempat
akad. Disebut salaf karena pemesan barang menyerahkan uangnya terlebih
dahulu.
Salam adalah transaksi jual beli dimana barang yang
diperjualbelikan belum ada. Oleh karena itu, barang diserahkan secara tangguh
sementara pembayaran dilakukan secara tunai. Bank sebagai pembeli,
sementara nasabah sebagai penjual. Dalam transaksi salam, kuantitas, kualitas,
harga, dan waktu penyerahan barang harus ditentukan secara pasti.
28
c. Pembiayaan Istishna
Istishna adalah transaksi jual beli dimana barang yang
diperjualbelikan belum ada. Sebenarnya Istishna sama seperti Salam yaitu
barangnya diserahkan secara tangguh, akan tetapi dalam pembayarannya dapat
dilakukan beberapa kali (termin) pembayaran yaitu bisa diawal, ditengah dan
diakhir. Istishna diterapkan pada pembiayaan manufaktur dan konstruksi.
2. Pembiayaan dengan prinsip sewa
Al Ijarah berasal dari kata al-ajru yang berarti al-’iwadhu (ganti). Ijarah adalah
akad pemindahan hak guna atas barang dan jasa, melalui pembayaran upah sewa,
tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan.
Pembiayaan dengan prinsip sewa pada dasarnya sama saja dengan jual beli.
Pada jual beli, objek yang diperjualbelikan adalah barang sedangkan pada sewa, objek
yang dijual beli adalah manfaat terhadap barang. Contohnya nasabah menyewa sebuah
ruko kepada bank, maka yang didapat nasabah adalah manfaat dari ruko tesebut yaitu
bisa berusaha diruko itu bukan memiliki rukonya. Dengan menyewakan ruko, maka
bank mendapatkan biaya sewa.
Pada akhir masa, bank dapat saja menjual barang yang disewakannya kepada
nasabah. Karena itu dalam Perbankan syariah dikenal Ijarah Muntahiya Bittamlik
(IMBT)/ Sewa yang diikuti dengan berpindahnya kepemilikan. Harga Sewa dan harga
Jual disepakati pada awal perjanjian.
3. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil
Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil berbeda dengan pembiayaan dengan
prinsip jual beli, dimana pembiayaan dengan prinsip bagi hasil termasuk Natural
Uncertainty Contracts (NUC) maksudnya adalah cash flow dan waktunya tidak pasti
karena tergantung pada hasil investasi. Tingkat return investasinya bisa positif, negatif
bahkan nol. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil memiliki karakteristik yaitu
keuntungan yang akan diperoleh oleh bank tidak pasti tergantung dari hasil usaha.
Keuntungan dari pembiayaan bagi hasil itu fluktuatif yaitu kadang untung atau rugi
maka jika untung besar maka bagi hasilpun besar untuk nasabah penabung akan tetapi
29
jika rugi maka bagi hasilnyapun tidak sebesar jika mengalami keuntungan demikian
juga untuk nasabah penabung wadiah, jika untung maka bonus untuk nasabah
penabung besar akan tetapi jika untungnya kecil maka porsi bonus untuk nasabah
tabungan juga kecil.
Jadi pengaruh dengan tabungan nasabah adalah tingkat terjamin
kembalinya dana nasabah tabungan relatif lebih beresiko karena tergantung atas hasil
usaha dari nasabah pembiayaan apakah untung atau rugi.
Produk pembiayaan syariah yang didasarkan atas prinsip bagi hasil adalah :
a. Pembiayaan Musyarakah
Istilah lain dari Musyarakah adalah Syirkah atau sharika. Musyarakah
adalah Kerjasama dua belah pihak atau lebih dalam suatu usaha yang mana
masing-masing pihak memberikan kontribusi modal baik yang berwujud maupun
yang tidak berwujud.
b. Pembiayaan Mudharabah
Mudharabah berasal dari kata adhdharbu fil ardi, yaitu bepergian
untuk urusan dagang. Mudharabah adalah kerjasama antara dua pihak dimana
pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak
lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha dibagi sesuai dengan kesepakatan
dalam kontrak, jika rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan
akibat kelalaian si pengelola, jika kerugian diakibatkan karena kecurangan atau
kelalaian si pengelola, maka si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian
tersebut.
4. Pembiayaan dengan akad pelengkap
a. Hiwalah
Kata hiwalah diambil dari kata tahwil yang berarti intiqal (perpindahan).
Yang dimaksud hiwalah adalah memindahkan piutang. Contohnya : Pak Budi
mempunyai piutang kepada pak Andi sebsear Rp 1.000.0000 yang akan jatuh
tempo satu tahun yang akan datang, akan tetapi baru beberapa bulan pak budi
membutuhkan dana, lalu pak budi menjual piutangnya kepada pak deni sebesar Rp
30
900.000. Pak deni mendapat diskon sebesar 100.000 dari pak budi. Lalu piutang
pak budi berpindah kepada pak Deni sehingga nantinya pak Andi akan membayar
hutangnya kepada pak Deni sebesar Rp 1.000.000 pada waktu jatuh tempo. Akan
tetapi dalam contoh diatas, menurut ekonomi islam dilarang karena pelakunya
akan terjebak riba karena memberikan diskon. hiwalah/ anjak piutang yang
diperbolehkan dalam islam adalah nasabah yang memiliki piutang sebesar rp.
1.000.000 kepada pak ”x” dan jatuh tempo pada 2 bulan yang akan datang, lalu
nasabah tersebut pada bulan pertama membutuhkan dana cash, karena jatuh
temponya masih lama maka nasabah menjual piutangnya kepada bank sebesar Rp.
1.000.000 tanpa diskon dan bank meminjamkan dana sebesar 1.000.000 kepada
nasabah. Lalu bank akan menagih piutang yang telah dijual oleh nasabah kepada
pak ”X”. Bank tidak mendapatkan diskon, akan tetapi hanya mendapatkan biaya
administrasi saja.
b. Qardh/Pinjaman Kebajikan
Al Qard adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau
diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan.
Dalam literature fiqh klasik, qardh dikategorikan dalam akad tathwawwu atau saling
membantu dan bukan transaksi komersil.
Qardh digunakan untuk membantu keuangan nasabah secara cepat dan berjangka
pendek. Produk ini digunakan untuk membantu usaha kecil dan keperluan sosial.
Dana ini diperoleh dari dana zakat, Infak dan Shadaqoh.
2. METODE PENELITIAN
a. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang dapat diartikan sebagai
metode penelitian yang berlandaskan pada field research, yang mana penelitian ini
menitikberatkan pada hasil pengumpulan data dari informan yang telah ditentukan
(Moleong, 2006). Penelitian lapangan (field research) adalah penelitian yang dilakukan
secara langsung dimana objek penelitiannya adalah masyarakat pedagang di Kota Depok
untuk memperoleh data-data yang berkaitan dengan pembahasan yang dibahas yakni
31
mengenai Analisis Faktor Pendorong Pedagang untuk Menggunakan Produk Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).
b. Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008). Populasi pada
penelitian ini adalah pedagang di Kota Depok yang memiliki produk BPRS baik itu
tabungan ataupun pembiayaan.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.
Peneliti mengunakan teknik pengumpulan sampel yang digunakan adalah teknik
purposive sampling yaitu teknik yang memilih orang-orang yang terseleksi oleh peneliti
berdasarkan ciri-ciri khusus yang dimiliki oleh sampel tersebut yang dipandang
mempunyai sangkut paut erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah
diketahui sebelumnya (Muhammad, 2005). Sampel yang diambil adalah pedagang di Kota
Depok yang memiliki produk BPRS sehingga pengambilan sampel harus menggunakan
teknik purposive sampling. Adapun tempat pengambilan sampel adalah BPRS Al Barokah
dan BPRS Al Salam. Alasan penggunaan BPRS Al Barokah dan BPRS Al Salam adalah
BPRS tersebut representatif mewakili karakteristik BPRS di Kota Depok. Adapun BPRS
Al Salam itu sendiri adalah BPRS dengan aset terbesar di Kota Depok. Sedangkan BPRS
Al Barokah memiliki segmen pasar pedagang pasar.
Adapun jumlah sampel yang akan digunakan diambil dari jumlah pedagang yang
berdagang di kios dengan jumlah populasi 2454. Alasan memilih pedagang yang
berdagang di kios adalah bahwa pedagang di kios diasumsikan banyak menggunakan
produk BPRS dibandingkan pedagang yang berdagang di lokasi bukan kios. Penentuan
jumlah sampel menggunakan rumus Slovin dengan perhitungan sebagai berikut
Rumus Slovin :
521)2454.(0,13
24541N.d
N22
Dimana
32
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi (total pedagang pasar)
d = persentase kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan
sampel yang masih dapat ditolerir atau diinginkan, yaitu sebesar 13%
c. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
Jika dilihat dari sumber datanya, maka penelitian ini menggunakan sumber data
primer dan sekunder. Sumber data primer adalah data yang dikumpulkan dan diolah
sendiri oleh peneliti (Sulianto, 2006). Adapun teknik yang digunakan dalam penelitian ini:
a. Interview
Interview dengan praktisi BPRS serta para masyarakat pedagang di Pasar Kota
Depok. Beberapa pertanyaan berkaitan dengan minat pedagang ke Bank Syariah
b. Kuesioner
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya (Sugiyono, 2007). Dalam penelitian ini kuesioner di berikan kepada para
masyarakat pedagang di Pasar Kota Depok, beberapa pertanyaan terkait dengan faktor-
faktor minat pedagang.
Data sekunder adalah data primer yang telah diolah lebih lanjut menjadi bentuk-
bentuk seperti tabel, grafik, diagram, gambar, dan sebagainya sehingga lebih informatif
oleh pihak lain (Umar, 2004). Adapun teknik pengumpulan data sekunder dalam peneliti
ini adalah studi kepustakaan dan dokumentasi dari data demografi Kota Depok.
d. Instrumen Variabel Penelitian dan Skala Pengukuran
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena
alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2008). Secara spesifik semua fenomena ini
disebut variabel penelitian.
Dalam penelitian ini, skala pengukuran yang digunakan adalah skala likert. Skala
likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang tentang
33
fenomena sosial. Adapun setiap jawaban yang diberikan responden maka diberikan skor 1
sampai dengan 4. Adapun variabel-variabel tersebut adalah sebagai berikut:
Faktor Variabel Skala Pengukuran
Pribadi Keyakinan Menabung Itu Hemat Skor 4: sangat setuju (SS)
Skor 3: setuju (S)
Skor 2: tidak setuju (TS)
Skor 1: sangat tidak setuju
(STS)
Jarak Tempat Tinggal
Penghasilan
Usia
Pendidikan
Psikologis Kemudahan Bertransaksi Skor 4: sangat setuju (SS)
Skor 3: setuju (S)
Skor 2: tidak setuju (TS)
Skor 1: sangat tidak setuju
(STS)
Keamanan
Produk Menarik
Produk yang Unik
Ekonomi Motif Keuntungan Skor 4: sangat setuju (SS)
Skor 3: setuju (S)
Skor 2: tidak setuju (TS)
Skor 1: sangat tidak setuju
(STS)
Pembiayaan Menguntungkan
Motif Investasi
Sistem Bagi Hasil
Biaya Administrasi
Budaya Agama Skor 4: sangat setuju (SS)
Skor 3: setuju (S)
Skor 2: tidak setuju (TS)
Skor 1: sangat tidak setuju
Adat Istiadat
Anjuran Ulama
Suku
Masyarakat
Status Sosial
34
Teman (STS)
Keluarga
e. Metode Analisis Data
Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini adalah analisis statistik deskriptif
dimana statistik deskriptif adalah menggambarkan data secara tabel dan grafis serta tidak
ada hubungan sebab akibat. Statistik deskriptif yang dilakukan adalah menjelaskan profil
responden. Selain itu teknik statistik deskriptif yang digunakan adalah melakukan skoring
dari skala likert ke skala indeks persepsi dimana skor terendah adalah 0 dan tertinggi 100.
Adapun rincian skoring adalah sebagai berikut:
Proses merubah skor likert menjadi skor indeks adalah dengan dikali poin 25.
Misalkan jika sebuah variabel memiliki rata-rata likert 3 maka skor indeks adalah 75.
Nilai skor indeks memiliki arti tersendiri. Jika skor indeks mencapai 25 atau lebih tapi
tidak melewati 50, maka variabel tersebut sangat tidak menjadi faktor pendorong nasabah
menggunakan produk BPRS. Jika skor indeks mencapai 50 atau lebih tapi tidak melewati
75, maka variabel tersebut tidak menjadi faktor pendorong nasabah menggunakan produk
BPRS. Sebuah variabel jika sudah menjadi faktor pendorong nasabah menggunakan
produk BPRS apabila sudah melewati skor 75.
3. Hasil dan Penbahasan
4.1 Profil Responden
a. BPRS yang Digunakan Nasabah
Jawaban Skor
Likert
Skor
Indeks
Indikator Perilaku
Sangat tidak setuju 1 25 Sangat tidak menjadi faktor pendorong
Tidak setuju 2 50 Tidak menjadi faktor pendorong
Setuju 3 75 Menjadi faktor pendorong
Sangat Setuju 4 100 Sangat menjadi faktor pendorong
35
Mayoritas nasabah yang dijadikan responden penelitian berasal dari BPRS Al
Barokah karena BPRS Al Barokah memiliki segmen kepada usaha-usaha produktif yakni
para pedagang kecil dan menengah. Sedangkan nasabah BPRS Al Salam ketika ditemui
surveyor, umumnya bukan usaha produktif melainkan lebih kepada investasi barang.
Mereka menggunakan BPRS Al Salam untuk pembiayaan pembelian kendaraan bermotor.
b. Jenis Kelamin Nasabah
Nasabah di BPRS Al Salam dan BPRS Al Barokah menurut jenis kelamin
berdasarkan hasil survey pada umumnya masih didominasi pria yakni 70% dengan jumlah
42 responden sedangkan wanita memiliki persentase sebesar 30 % dengan jumlah 18
responden.
c. Agama Nasabah
Nasabah BPRS menurut keyakinan agama yang dianut berdasarkan hasil survey
menunjukan 85 % adalah nasabah beragama Islam dengan jumlah 51 responden dan 15 %
nasabah beragama non-Muslim dengan jumlah 9 responden. Kondisi ini sekaligus
menujukan bahwa keberadaan BPRS dapat diterima oleh agama manapun diluar muslim.
Oleh karena itu segmen pasar dari BPRS tidak hanya menyasar nasabah yang beragama
Islam. Nasabah non-Muslim adalah nasabah yang potensial untuk digarap BPRS.
d. Usia Nasabah
Nasabah BPRS menurut usia, berdasarkan hasil survey masih didominasi oleh
nasabah berusia produktif yaitu usia 31 – 40 tahun (43%), kemudian di ikuti dengan
nasabah usia 17 – 30 tahun (33%) dan ketiga adalah usia 41 – 50 tahun (22%) kemudian
yang berusia 51 – 60 tahun (2%). Hal yang menarik adalah nasabah berusia muda yaitu
17 sampai dengan 30 tahun adalah nasabah yang perlu disasar oleh BPRS karena minat
terhadap BPRS untuk usia ini cukup besar.
e. Pendidikan Nasabah
Nasabah BPRS menurut Pendidikan yang ditamatkan berdasarkan hasil survey
menunjukan bahwa Nasabah terbesar menurut tingkat pendidikan adalah mereka yang
tamat SMA (60%) berjumlah 36 nasabah sedangkan nasabah yang paling sedikit adalah
mereka yang tamat sarjana (4%) berjumlah 2 nasabah, nasabah yang memiliki tingkat
36
pendidikan yang tamat SD dan SMP (18%) berjumlah 11 nasabah. Kondisi ini sangat
dimaklumkan mengingat BPRS merupakan bank dengan segmen pasar para pengusaha
dan pedagang kecil yang tidak memerlukan pendidikan tinggi atau kategori bank
masyarakat kecil (rural bank) yang rata-rata berpendidikan dibawah SMA.
f. Pengeluaran Per Bulan Nasabah
Nasabah BPRS menurut Pengeluaran bulanan berdasarkan hasil survei
menunjukan bahwa nasabah terbesar adalah mereka yang memiliki pengeluaran
perbulannya Rp 3,1 juta – Rp 4 Juta rupiah sebesar 31% berjumlah 19 nasabah, sementara
yang terkecil adalah nasabah yang memiliki pengeluaran dibawah Rp 2 juta sebesar 8%
berjumlah 5 nasabah, sedangkan pengeluaran Rp 4,1 juta – Rp 5 juta sebesar 26%
berjumlah 16 nasabah dan diatas Rp 5 juta sebesar 12% berjumlah 7 nasabah.
g. Penghasilan Tambahan Nasabah
Nasabah BPRS menurut Penghasilan Tambahan menunjukan bahwa 82 persen
nasabah atau kebanyakan tidak memiliki penghasilan tambahan. Kondisi ini menunjukan
bahwa mayoritas nasabah BPRS hanya fokus pada satu penghasilan saja. Dan hanya 18
persen nasabah BPRS memilik penghasilan tambahan baik dari kontrakan kios maupun
penghasilan pekerjaan yang lain.
h. Status Kepemilikan Rumah
Nasabah BPRS menurut status kepemilikan rumah menunjukan bahwa mayoritas
nasabah BPRS memiliki Rumah sendiri yakni 36 % sisanya adalah tinggal dirumah
kontrakan 64%. Berdasarkan data tersebut menunjukan bahwa nasabah BPRS lebih
banyak penduduk pendatang dibandingkan dengan penduduk setempat.
i. Produk yang Digunakan Nasabah
37
Nasabah BPRS menurut produk yang digunakan, menunjukan bahwa nasabah
penabung sebesar 100% (60 nasabah yang dijadikan responden), sedangkan nasabah
pembiayaan sebesar 70% (42 dari 60 nasabah yang dihadikan responden). Kondisi ini
menunjukan bahwa tingkat kepercayaan nasabah untuk menyimpan dananya di BPRS
sangat tinggi sehingga BPRS memiliki peluang dalam memasarkan produk jasa
tabungannya kepada masyarakat Kota Depok.
j. Memiliki Tabungan di Bank Syariah
Nasabah BPRS menurut kepemilikan tabungan di Bank Syariah lain menunjukan
bahwa 85 % nasabah tidak memiliki tabungan di bank syariah lainnya dan 15 % memiliki
tabungan di bank syariah lainnya. Hal ini sangat memungkinkan mengingat rata-rata
nasabah terbesar hanya memiliki penghasilan sekitar 2 – 3 juta sehingga tidak
memungkinkan membuka tabungan di Bank Syariah lainnya.
4.2. Faktor Pendorong Pedagang di Kota Depok Menggunakan Produk BPRS
4.2.1. Faktor Pribadi
a. Keyakinan Menabung itu Hemat
Berdasarkan Faktor pribadi yakni dari keyakinan bahwa menabung merupakan
aktifitas yang menghemat, berdasarkan data yang diolah mayoritas setuju sebanyak 63%
(dengan jumlah 38 responden), menjawab sangat setuju 32% (dengan jumlah 19
responden), menjawab tidak setuju 5% (dengan jumlah 3 responden), dan menjawab
menjawab sangat tidak setuju 0% . Hal ini sangat memungkinkan responden masih
membutuhkan lembaga keuangan perbankan sebanyak 95% untuk menabung terutama di
lembaga keuangan perbankan syariah.
38
b. Jarak Tempat Tinggal
Berdasarkan Faktor pribadi yakni dari jarak tempat tinggal dengan letak lembaga
keuangan perbankan syariah menjadikan salah satu faktor yang berpengaruh, berdasarkan
data yang diolah mayoritas setuju sebanyak 58% (dengan jumlah 35 responden),
menjawab sangat setuju 7% (dengan jumlah 4 responden), menjawab tidak setuju 33%
(dengan jumlah 3 responden), dan menjawab menjawab sangat tidak setuju 2% (dengan
jumlah 1 responden) . Hal ini menjadi perhatian bagi lembaga keuangan perbankan
syariah bahwa jarak tempat tinggal dengan tempat bank syariah masih menjadi perhatian
khusus untuk kemudahan nasabah.
c. Penghasilan
Berdasarkan Faktor pribadi yakni dari penghasilan nasabah menjadikan salah satu
faktor yang berpengaruh, berdasarkan data yang diolah mayoritas setuju sebanyak 75%
(dengan jumlah 45 responden), menjawab sangat setuju 0%, menjawab tidak setuju 25%
(dengan jumlah 15 responden), dan menjawab menjawab sangat tidak setuju 0% .
d. Usia
Berdasarkan Faktor pribadi yakni dari segi usia nasabah bukan menjadikan salah
satu faktor yang berpengaruh, berdasarkan data yang diolah mayoritas tidak setuju
sebanyak 78% (dengan jumlah 47 responden), yang menjawab setuju 20% (dengan jumlah
12 responden), menjawab sangat setuju 2% (dengan jumlah 1 responden), dan menjawab
menjawab sangat tidak setuju 0% .
e. Pendidikan
Berdasarkan Faktor pribadi yakni dari segi usia pendidikan nasabah bukan
menjadikan salah satu faktor yang berpengaruh, berdasarkan data yang diolah mayoritas
tidak setuju sebanyak 90% (dengan jumlah 54 responden), yang menjawab setuju hanya
8% (dengan jumlah 5 responden), menjawab sangat setuju 0%, dan menjawab menjawab
sangat tidak setuju 2% (dengan jumlah 1 responden). Dikarenakan BPRS di Depok
39
mayoritas yang menggunakan produk baik tabungan maupun pembiayaan adalah nasabah
yang memiliki tingkat pendidikan dibawah SMU.
4.2.2. Faktor Psikologi
a. Kemudahan Bertransaksi
Berdasarkan Faktor psikologi yakni dari kemudahan bertransaksi nasabah
menjadikan salah satu faktor yang berpengaruh, berdasarkan data yang diolah mayoritas
setuju sebanyak 55% (dengan jumlah 33 responden), ditambah dengan menjawab sangat
setuju 45% (dengan jumlah 27 responden), dan yang menjawab tidak setuju dan sangat
tidak setuju 0% . Berarti masyarakat menginginkan dengan hadirnya BPRS dapat
memudahkan transaksi masyarakat bisa mudah dan akses bisa digunakan oleh nasabah.
b. Keamanan
Berdasarkan Faktor psikologi yakni dari segi keamanan dalam melakukan
transaksi di BPRS, dimana merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh,
berdasarkan data yang diolah mayoritas setuju sebanyak 87% (dengan jumlah 52
responden), ditambah dengan menjawab sangat setuju 7% (dengan jumlah 4 responden),
dan yang menjawab tidak setuju hanya 6% (dengan jumlah 4 responden) dan sangat tidak
setuju 0% . Berarti masyarakat menginginkan dengan hadirnya BPRS dapat memberikan
keamanan bagi transaksi yang dilakukan oleh nasabah.
c. Produk Menarik
Berdasarkan Faktor psikologi yakni dari segi produk yang menarik di BPRS,
dimana merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh, berdasarkan data yang
diolah mayoritas setuju sebanyak 72% (dengan jumlah 43 responden), ditambah dengan
40
menjawab sangat setuju 6% (dengan jumlah 4 responden), dan yang menjawab tidak
setuju hanya 22% (dengan jumlah 13 responden) dan sangat tidak setuju 0% . Berarti
masyarakat menginginkan dengan hadirnya BPRS dapat memberikan produk yang
menarik bagi nasabah BPRS sehingga dapat menunjang usaha nasabah.
d. Produk yang Unik
Berdasarkan Faktor psikologi yakni dari segi produk yang unik di BPRS, dimana
merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh, berdasarkan data yang diolah
mayoritas setuju sebanyak 61% (dengan jumlah 37 responden), ditambah dengan
menjawab sangat setuju 2% (dengan jumlah 1 responden), dan yang menjawab tidak
setuju 35% (dengan jumlah 21 responden) dan sangat tidak setuju 0% . Berarti masyarakat
menginginkan dengan hadirnya BPRS dapat memberikan produk yang unik bagi nasabah
BPRS seperti produk pembiayaan yang berbasis kerjasama dengan konsep Bagi Hasil,
konsep jual beli dengan konsep margin.
4.2.3. Faktor Ekonomi
a. Motif Keuntungan
Berdasarkan Faktor ekonomi yakni dari segi motif keuntungan bagi nasabah,
dimana merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh, berdasarkan data yang
diolah mayoritas setuju sebanyak 73% (dengan jumlah 44 responden), ditambah dengan
menjawab sangat setuju 2% (dengan jumlah 1 responden), dan yang menjawab tidak
setuju 25% (dengan jumlah 15 responden) dan sangat tidak setuju 0% . Berarti masyarakat
menginginkan dengan hadirnya BPRS dapat memberikan keuntungan bagi nasabah BPRS
tetapi sebagian lain hadirnya BPRS dikarenakan bukan motif keuntungan melainkan untuk
kemudahan transaksi.
b. Pembiayaan Menguntungkan
41
Berdasarkan Faktor ekonomi yakni dari segi pembiayaan yang menguntungkan
bagi nasabah, dimana merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh, berdasarkan
data yang diolah mayoritas setuju sebanyak 77% (dengan jumlah 46 responden), ditambah
dengan menjawab sangat setuju 3% (dengan jumlah 2 responden), dan yang menjawab
tidak setuju 20% (dengan jumlah 12 responden) dan sangat tidak setuju 0% . Berarti
masyarakat menginginkan dengan hadirnya BPRS dapat memberikan produk pembiayaan
yang menguntungkan bagi nasabah BPRS tetapi sebagian lain hadirnya BPRS
dikarenakan bukan motif tersebut melainkan untuk kemudahan transaksi karena tidak
semua nasabah menabung menggunakan produk pembiayaan.
c. Motif Investasi
Berdasarkan Faktor ekonomi yakni dari segi motif investasi bagi nasabah, dimana
merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh, berdasarkan data yang diolah
mayoritas setuju sebanyak 65% (dengan jumlah 39 responden), ditambah dengan
menjawab sangat setuju 3% (dengan jumlah 2 responden), dan yang menjawab tidak
setuju 30% (dengan jumlah 18 responden) dan sangat tidak setuju 2% (dengan jumlah 1
responden) . Berarti masyarakat menginginkan dengan hadirnya BPRS dapat sarana
alternative investasi bagi nasabah BPRS tetapi sebagian lain hadirnya BPRS dikarenakan
bukan motif tersebut melainkan untuk kemudahan transaksi.
d. Sistem Bagi Hasil
Berdasarkan Faktor ekonomi yakni dari segi Sistem Bagi Hasil di BPRS, dimana
merupakan salah satu faktor berpengaruh dan juga tidak berpengaruh dikarenakan hampir
seimbang jawaban dari responden, berdasarkan data yang diolah menjawab setuju
sebanyak 47% (dengan jumlah 28 responden), ditambah dengan menjawab sangat setuju
5% (dengan jumlah 3 responden), dan yang menjawab tidak setuju 48% (dengan jumlah
29 responden) dan sangat tidak setuju 0%. Berarti masyarakat ada yang menganggap
bahwa siste bagi hasil identik di perbankan syariah dan sebagian lain tidak.
e. Biaya Administrasi
42
Berdasarkan Faktor ekonomi yakni dari segi biaya administrasi di BPRS, dimana
merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh, berdasarkan data yang diolah
mayoritas sangat setuju sebanyak 50% (dengan jumlah 30 responden), ditambah dengan
menjawab setuju 48% (dengan jumlah 29 responden), dan yang menjawab tidak setuju
hanya 2% (dengan jumlah 1 responden) dan sangat tidak setuju 0% (dengan jumlah 1
responden). Berarti biaya adminsitrasi di BPRS hasil penilaian bagi nasabah masih sangat
tinggi dibandingkan dengan bank yang lain.
4. 2.4. Faktor Budaya
a. Agama
Berdasarkan Faktor Budaya yakni dari segi agama, dimana merupakan salah satu
faktor yang tidak sangat berpengaruh, berdasarkan data yang diolah mayoritas menjawab
tidak setuju sebanyak 64% (dengan jumlah 38 responden), ditambah dengan menjawab
sangat tidak setuju 3% (dengan jumlah 2 responden), dan yang menjawab sangat setuju
hanya 5% (dengan jumlah 3 responden) dan menjawab setuju 28% (dengan jumlah 17
responden). Dibandingkan antara setuju dan tidak setuju masih mayoritas tidak setuju jika
BPRS hanya semata-mata karena agama dan terbukti bahwa nasabah non muslim juga
menggunakan produk BPRS.
b. Adat Istiadat
Berdasarkan Faktor Budaya yakni dari segi Adat Istiadat, dimana merupakan salah
satu faktor yang tidak sangat berpengaruh, berdasarkan data yang diolah mayoritas
menjawab tidak setuju sebanyak 92% (dengan jumlah 55 responden), ditambah dengan
menjawab sangat tidak setuju 1% (dengan jumlah 3 responden), dan yang menjawab
sangat setuju hanya 2% (dengan jumlah 3 responden) dan menjawab setuju 5% (dengan
jumlah 5 responden). Dibandingkan antara setuju dan tidak setuju masih mayoritas tidak
setuju jika BPRS hanya semata-mata karena dorongan adat istiadat dan terbukti bahwa
nasabah BPRS dari berbagai macama adat istiadat.
c. Anjuran Ulama
43
Berdasarkan Faktor Budaya yakni dari segi anjuran ulama, dimana merupakan
salah satu faktor yang tidak sangat berpengaruh, berdasarkan data yang diolah mayoritas
menjawab tidak setuju sebanyak 82% (dengan jumlah 43 responden), ditambah dengan
menjawab sangat tidak setuju 5% (dengan jumlah 5 responden), dan yang menjawab
sangat setuju hanya 1% (dengan jumlah 1 responden) dan menjawab setuju 3% (dengan
jumlah 11 responden). Dibandingkan antara setuju dan tidak setuju masih mayoritas tidak
setuju berarti belum ada peran yang signifikan dari para ulama untuk mensosialisasikan
menggunakan BPRS.
d. Suku
Berdasarkan Faktor Budaya yakni dari segi suku, dimana merupakan salah satu
faktor yang tidak sangat berpengaruh, berdasarkan data yang diolah mayoritas menjawab
tidak setuju sebanyak 92% (dengan jumlah 55 responden), ditambah dengan menjawab
sangat tidak setuju 1% (dengan jumlah 3 responden), dan yang menjawab sangat setuju
hanya 0% dan menjawab setuju 1% (dengan jumlah 2 responden). Dibandingkan antara
setuju dan tidak setuju masih mayoritas tidak setuju jika BPRS hanya semata-mata karena
dorongan dari suku dan terbukti bahwa nasabah BPRS dari berbagai macama suku dan
golongan.
e. Masyarakat
Berdasarkan Faktor Budaya yakni dari segi pandangan masyarakat, dimana
merupakan salah satu faktor yang tidak sangat berpengaruh, berdasarkan data yang diolah
mayoritas menjawab tidak setuju sebanyak 72% (dengan jumlah 43 responden), ditambah
dengan menjawab sangat tidak setuju 8% (dengan jumlah 5 responden), dan yang
menjawab sangat setuju hanya 2% dan menjawab setuju 18% (dengan jumlah 11
responden). Dibandingkan antara setuju dan tidak setuju masih mayoritas tidak setuju jika
nasabah di BPRS menggunakan produk tabungan dan pembiayaan bukan dari dorongan
masyarakat dan terbukti bahwa nasabah BPRS menggunakan produk tabungan dan
pembiayaan promosi dari BPRS langsung.
f. Status Sosial
44
Berdasarkan Faktor Budaya yakni dari segi status sosial, dimana merupakan salah
satu faktor yang tidak sangat berpengaruh, berdasarkan data yang diolah mayoritas
menjawab tidak setuju sebanyak 85% (dengan jumlah 51 responden), ditambah dengan
menjawab sangat tidak setuju 3% (dengan jumlah 2 responden), dan yang menjawab
sangat setuju hanya 5% (dengan jumlah 3 responden), dan menjawab setuju 7% (dengan
jumlah 4 responden). Dibandingkan antara setuju dan tidak setuju masih mayoritas tidak
setuju jika nasabah di BPRS menggunakan produk tabungan dan pembiayaan bukan
dikarenakan status sosial dimana nasabah BPRS mayoritas kalangan menengah kebawah.
g. Teman
Berdasarkan Faktor Budaya yakni dari segi teman, dimana merupakan salah satu
faktor yang sangat berpengaruh, berdasarkan data yang diolah mayoritas sangat setuju
sebanyak 50% (dengan jumlah 30 responden), ditambah dengan menjawab setuju 42%
(dengan jumlah 25 responden), dan yang menjawab tidak setuju hanya 8% (dengan
jumlah 5 responden) dan sangat tidak setuju 0%. Berarti teman merupakan sarana yang
efektif untuk mempromosikan BPRS, dengan metode mouth to mouth.
h. Keluarga
Berdasarkan Faktor Budaya yakni dari segi keluarga, dimana merupakan salah
satu faktor yang tidak sangat berpengaruh, berdasarkan data yang diolah mayoritas
menjawab tidak setuju sebanyak 73% (dengan jumlah 44 responden), ditambah dengan
menjawab sangat tidak setuju 15% (dengan jumlah 9 responden), dan yang menjawab
sangat setuju hanya 3% (dengan jumlah 2 responden) dan menjawab setuju 9% (dengan
jumlah 5 responden). Dibandingkan antara setuju dan tidak setuju masih mayoritas tidak
setuju yang mengatakan bahwa keluarga bukan faktor yang memberikan pemahaman dan
sosialisasi tentang adanya BPRS.
C. KESIMPULAN
Mayoritas pedagang di Kota Depok lebih banyak menjadi nasabah penabung di
BPRS, faktor utama yang mendorong memilih produk tabungan di BPRS adalah lebih
disebabkan karena memiliki keyakinan bahwa menabung itu hemat. Faktor yang kedua
45
yang medorong pedagang untuk memilih menabung di BPRS lebih banyak disebabkan
karena merasa menyimpan dananya BPRS jauh lebih aman jika dibandingkan dengan
menyimpannya sendiri. Disamping BPRS memiliki sarana Ruang Hasanah yang kokoh
tempat penyimpanan dana nasabah juga seluruh dana nasabah baik tabungan maupun
deposito dijamin oleh LPS k disamping di jamin oleh LPS.
Faktor yang ke tiga yang mendorong pedagang di Kota Depok memilik produk
Tabungan dan pembiayaan lebih disebabkan karena adanya kemudahanbertransaksi di
BPRS dimana para pedagang tidak perlu lagi meninggalkan dagangannya untuk
bertransaksi dengan BPRS melainkan petugas BPRS yang datang mengunjungi pedagang
dengan demikian kemudahan transaksi ini menjadi daya tarik pedagang untuk
menggunakan produk BPRS.
Adanya keyakinan pedagang di kota Depok bahwa menabung itu hemat mrupakan
peluang bagi Institusi BPRS untuk lebih agresip dalam menwarkan produk tabungan
dengan segala kemudahannya serta dimungkinkan untuk memberikan souvenir atau
hadiah kepada para pedagang agar menjadi daya tarik pedagang untuk lebih banyak
menabung di BPRS.Karena faktor keamanan merupakan salah satu alasan para pedagang
untuk menabung di BPRS maka sebaiknya BPRS meningkatkan lagi keamananya melalui
pengembangan Informasi Teknologi, Asuransi Jiwa maupun kerugian, Satuan
pengamanan ataupun alarm yang menghubungkan dengan pihak kepolisian.
46
Daftar Pustaka
Abu Syadi, Khalid, (2006). Bisnis Yang Tak Pernah Rugi. Tips Kebahagiaan Dunia
Akherat.. Jakarta. Robbani Press.
A, Karim, Adiwarman, IR.H, SE,M.B.A, M.A.E.P. (2001). Ekonomi Islam, Suatu Kajian
Kontemporer. Jakarta. Gema Insani.
Akram Khan, Muhammad. (1996). Ajaran Nabi Muhammad Saw Tentang Ekonomi,
Kumpulan Hadits-Hadits Pilihan Tentang Ekonomi. Jakarta. Pt. Bank Muamalat
Indonesia.
Amin, A. Riawan. (2004). Zikr, Pikr, Mikr. The Celestial Management. Jakarta. Senayan
Abadi Publishing.
Arifin, Zainul. Drs, MBA. (2002). Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah. Kerjasama
PT. Bank Muamalat, Tbk dengan Tazkia Institute. Jakarta
Bahreisy, Salim.H. Bahreisy, Said.H. (1980). Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsier.
Surabaya. pt. Bina Ilmu.
Bank Indonesia. (2005). Himpunan Ketentuan Perbankan Syariah Indonesia Agustus
1999 – Januari 2005. Jakarta. Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia.
Basu swastha dan T. Hani Handoko, manajemen pemasaran analisa perilaku konsumen,
hal 39
Bin Ibrahim, Lam, Abdullah, Bentler, (2005). Fiqih Finansial, Referensi Lengkap Kaum
Hartawan dan Calon Hartawan Muslim untuk Mengelola Hartanya Agar Menjadi
Berkah. Solo. Era Intermedia.
Chapra, Umer. M, DR.. (2001). The Future Of Economics An Islamic Perspective.
Lanscape Baru Perekonomian Masa Depan. Jakarta. Shari’ah Economic And
Banking Institute.
47
Chapra, Umer.M,DR. Ahmad, Habib (2002). Corporate Governance Lembaga Keuangan
Syariah. Islamic Development Bank. Jakarta. Islamic Research And Training
Institute
Current Issues in Islamic Banking and Finance: resilience and stability in the present
system. edited by Angelo M. Venardos.World Scientific Publishing Co. Pte. Ltd.
2010.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1976). Pendidikan Koperasi. Jakarta. Balai
Pustaka.
Djaslim Saladin, Perilaku konsumen dan pemasaran strategic, hal 7
DH, Swastha. DR, MBA, SE. Sukotjo, Ibnu. SE. (1995). Pengantar Bisnis Modern.
(Pengantar Ekonomi Perusahaan Modern). Edisi ketiga. Yogyakarta. Liberty.
Fatwa DSN-MUI
Husein Umar, Metodologi Untuk Penelitian Skripsi Dan Tesis Bisnis, Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2004.
Istijanto. Aplikasi Praktis Riset Pemasaran: Cara Praktis Meneliti Konsumen dan
Pesaing. PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta, 2009.
Konsultan Statistik, “Penghitungan Analisis Faktor”, diakses dari
http://www.konsultanstatistik.com, paa tanggal 3 Februari 2012
Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia (2005).
Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah. Jakarta.
Kementrian Koperasi dan UKM RI.
Loudon, David L. and Albert J. Della Bitta. 1993. Consumer Behavior. Fourth Edition.
New York: McGraw-Hill International Edition
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, Akademi Manajemen Perusahaan
YKPN, Yogyakarta, 2005.
48
Muhammad Ayub. Unsderstanding Islamic Finance. John Wiley & Sons Ltd. 2007
Muhammad Iqbal & David T. Llewellyn. Islamic Banking and Finance: New
Perspenctive on Profit-Sharing and Risk. Edward Elgar Publishing Inc. 2002.
Nugroho Bhuono Agung. Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian dengan SPSS.
Andi Offset: Yogyakarta, 2005.
Pinson. Linda. (2003). Anatomy Of a Business Plan. Panduan Lengkap Menyusun
Proposal dan Rencana Bisnis, Edisi ke Lima. Jakarta Canary.
Philip Kotler, Marketing Management, millenium edition (USA, 2001), Hal. 184
Philip Kotler dan Kevin Lane Keller, Manajemen Pemasaran, Erlangga, Jakarta, 2008.
Subagyo, dkk, 2002. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi ke-2, Penerbit STIE,
Yogyakarta.
Sulianto. Analisis Data Dalam Aplikasi Pemasaran. Ghalia Indonesia: Bogor, 2006.
Sugiyono, (2008), Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, Penerbit Alfabeta,
Bandun
Sujianto, Agus Eko, (2009), Aplikasi Statistik dengan SPSS 16.0, Penerbit Prestasi
Pustaka Publisher, Jakarta, ISBN: 978-602-8470-17-9.
Umar Husein. Metode Penelitian Aplikasi Dalam Pemasaran. PT. Gramedia Pustaka
Utama.: Jakarta, 1999.
Qardhawi, Yusuf. DR. (1997). Peran Nilai dan Moral Dalam Perekonomian Islam.
Jakarta. Robbani Press.
Sudarsono, Drs, SH,M.Si. Edilius, SE. (1994). Manajemen Koperasi Indonesia. Jakarta.
Rineka Cipta.
Tim SOP B – LKMS Baitul Maal Muamalat. (2000). SOP B-LKMS. Jakarta BMM
49
Tim SOP Asbisindo (2005) SOP Produk Penghimpunan dan Penyaluran Dana Bank
Perkreditan Rayat Syariah. Jakarta. DPP Asbisindo.
Tim SOP, Mitra Consulting (2005) SOP PD. BPRS Kota Bekasi. Jakarta. Mitra Consultan.
Tim Asbisindo Botabek (2005). Modul Pembiayaan Murabahah. Bogor. Asbisindo
Botabek.
Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institut Bankir Indonesia. (2001). Konsep, Produk
Dan Implementasi Operasional Bank Syariah.Djambatan. jakarta
Tim Penulis Dewan Syariah Nasional, Majelis Ulama Indonesia,.(2003) Himpunan Fatwa
Dewan Syariah Nasional. Edisi Kedua. Jakarta. PT. Intermasa.
V. Jupp, The Sage Dictionary Of Social Research Method, Athenaeum Press, Great
Britain, 2006
Wahbah az-Zuhayly, Fiqh Muamalah Maliyah al-Mu’ashirah, Dar al-Fikri, Beirut, 2006
Waringin, Dasem, Tung (2006). Financial Revolution. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka
Utama..
Wiroso, MBA, SE (2005) Jual Beli Murabahah. Yogyakarta UII Press.