analisis faktor faktor yang mempengaruhi kepatuhan … · kepatuhan wajib pajak . orang pribadi...
TRANSCRIPT
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
(Studi Kasus di KPP Pratama Kalideres)
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh Dessy
NIM 1112015000105
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2017
iv
ABSTRAK
Dessy (NIM:1112015000105): Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Orang pribadi (Studi Kasus di KPP Pratama Kalideres)
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh faktor-faktor apakah yang mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi. Dalam kaitannya dengan penelitian ini Faktor-faktor yang dimaksud adalah (1) hukum perpajakan, (2) sanksi perpajakan, (3) tarif pajak, (4) manfaat NPWP, (5) pemahaman Wajib Pajak, (6) pengetahuan dasar perpajakan, (7) kesadaran Wajib Pajak, (8) tingkat pendidikan, (9) kualitas pelayanan pajak, (10) reformasi administrasi perpajakan, (11) modernisasi sistem administrasi perpajakan, (12) penerapan E-Filing, (13) pengawasan Account Reprsentative, (14) biaya kepatuhan, (15) sosialisasi pajak, dan (16) tingkat pendapatan. Responden dalam penelitian ini adalah wajib pajak orang prbadi yang terdaftar di KPP Pratama Kalideres. Penelitian ini menggunakan data primer dengan metode system random sampling dalam penentuan sampel dengan jumlah sampel 100 orang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan pendekatan kuantitatif. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis faktor. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan angket yang berhubungan dengan kepatuhan wajib pajak. Hasil analisis faktor menunjukan empat faktor yang terbentuk ini merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak, faktor-faktor ini muncul dengan nama baru yang ditentukan dengan nilai tertinggi, yaitu faktor pertama pengetahuan dasar perpajakan dengan nilai 0,764, faktor kedua penerapan e-filing dengan nilai 0,944, faktor ketiga tingkat pendapatan dengan nilai 0,809 dan faktor keempat tingkat pendidikan dengan nilai 0,753. Kata kunci : kepatuhan wajib pajak, analisis faktor
v
ABSTRACT Dessy (NIM:1112015000105): Factors Analysis Affecting Tax Compliance Individual (Case Study in KPP Pratama Kalideres)
The Purpose of the research is to determine factors that affect individual
taxpayer compliance. In relation to this research the factors consist of : (1) tax law, (2) tax penalties, (3) tax rate, (4) benefits of TIN, (5) taxpayer understanding, (6) basic knowledge of tax, (7) awareness taxpayer, (8) level of education (9) quality of services, (10) tax administration reform, (11) modernization of tax administration system, (12) e-filing application, (13) supervision of account representative, (14) compliance cost, (15) socialization tax, (16) level of income. This research used primary data with system random sampling method in determining the sample. The research method used is survey method with quantitative approach. The analytical techniq used in this research is factor analysis. The data is collected by using questionnaire related to tax compliance. The result of factor analysis shows there are 4 factors that formed which are all factors infulence of tax compliance. These factors appear with new name determined by the highest value, which are: 1st factor is basic knowledge of tax with score 0,764, 2nd factor is e-filing application with score 0,944, 3rd factor is level of income with score 0,809, and the last, 4th factor is level of education with score0,753. The Key Words : tax compliance, factors
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul: “Analisis
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi
(Studi Empiris di Wilayah KPP Pratama Kalideres)” dengan baik.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
menyelesaikan program Sarjana (S1) pada Program Sarjana Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan. Selama proses penyusunan skripsi ini penulis
mendapatkan bimbingan, arahan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
3. Bapak Syaripulloh, M.Si selaku sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
4. Ibu Anissa Windarti, M.Sc selaku dosen pembimbing I yang telah
meluangkan waktu dan dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan
dan arahan yang sangat bermanfaat sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik.
5. Ibu Cut Dhien Nourwahida, MA selaku dosen pembimbing II yang telah
meluangkan waktu dan dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan
dan arahan yang sangat bermanfaat sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik.
6. Ibu Jakiatin Nisa, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
senantiasa membimbing dan memberikan motivasi kepada penulis.
vii
7. Seluruh Dosen, Staf, dan Karyawan FITK UIN Sayrif Hidayatullah
Jakarta yang telah memberikan pengetahuan, pemahaman, dan
pelayananan salama melaksanakan studi.
8. Orang tua saya Bapak Sadelih dan Ibu Jumanah yang telah membesarkan
saya dengan penuh kasih sayang dan mendoakan saya tiada henti serta
memberikan dukungan yang sangat besar. Semoga Allah SWT selalu
mencurahkan rahmat dan hidayat Nya kepada kalian.
9. Untuk Kakak dan Adik tercinta, Linda Riati dam Muhamad Risky Khollid
yang selalu memberikan kasih sayang dan dukungannya dan membantu
saya dalam proses penyusunan skripsi ini.
10. Ana Okta Septiyana, Ichwan Nur Wulan, dan Linda Purnama Sari
sahabat-sahabat ku yang selalu ada untuk memberikan semangat,
dukungan dan motivasi.
11. Yenni Dien, Maharani Della, Fairuz Azkia sahabat yang seperti keluarga
yang selalu memberikan dukungan, terutama Yenni Dien untuk segalanya
yang sangat membantu saya dalam penyusunan skripsi ini.
12. Sahabat–sahabat saya yang bertemu semasa kuliah, Sri Setiyowati, Luna,
Wulan Permatasari, Laelatul Sa’diyah, dan Dina Khairunnisa yang selalu
memebrikan doa, semangat, dan keceriaan.
13. Penghuni Kosan Hijau Aida Sri Rahayu, Sheila Muria, Kak Ami yang
mengisi kekosongan hari-hari penulis, selalu memberikan doa, semangat,
dan keceriaan.
14. Teman-teman Pendidikan IPS angkatan 2012 yang telah memberikan
pengalaman dan warna selama menjalani perkuliahan.
15. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu penulis
ucapkan terima kasih banyak atas dukungan dan bantuannya.
viii
Akhirnya tiada kata lain yang lebih berarti selain harapan semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi para pembaca.
Jakarta, 12 November 2016
Penulis
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN KARYA ILMIAH ................................................ iii
ABSTRAK ........................................................................................................ iv
ABSTRACT ...................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii
DAFTAR GRAFIK ........................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah .............................................................................. 9
C. Pembatasan Masalah ............................................................................. 9
D. Perumusan Masalah............................................................................. 10
E. Tujuan Penelitian................................................................................. 10
F. Manfaat Penelitian .............................................................................. 10
BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR
A. LandasanTeori ..................................................................................... 12
1. Dasar-dasar Perpajakan ................................................................... 12
2. Manfaat NPWP ............................................................................... 18
x
3. Pemahaman Wajib Pajak ................................................................. 20
4. Pengetahuan Dasar Perpajakan ....................................................... 22
5. Kesadaran Wajib Pajak ................................................................... 22
6. Tingkat Pendidikan ......................................................................... 23
7. Kualitas Pelayanan ......................................................................... 24
8. Administrasi Perpajakan ................................................................. 27
9. Reformasi Administrasi Perpajakan ................................................. 28
10. Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan ................................. 28
11. Penerapan e-Filing ......................................................................... 30
12. Pengawasan Account Representative (AR) .................................... 30
13. Biaya Kepatuhan ........................................................................... 32
14. Sosialisasi Pajak ............................................................................ 32
15. Tingkat Pendapatan ....................................................................... 33
16. Kepatuhan Wajib Pajak .................................................................. 33
B. Hasil Penelitian yang Relevam ............................................................ 35
C. Kerangka Berpikir ............................................................................... 42
D. Hipotesis Penelitian ............................................................................. 43
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 45
B. Metode Penelitian................................................................................ 45
C. Populasi dan Sampel ........................................................................... 46
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 47
E. Instrumen Penelitian ............................................................................ 48
F. Variabel Penelitian .............................................................................. 49
xi
G. Teknik Analisis Data ........................................................................... 59
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ..................................................... 64
B. Statistik Deskriptif Responden ............................................................ 68
C. Teknik Analisis Data ........................................................................... 72
1. Uji Instrumen Angket ................................................................... 72
a. Uji Validitas ........................................................................... 74
b. Uji Reliabilitas ....................................................................... 75
2. Uji Prasyarat Analisis ................................................................... 75
a. Uji Normalitas ....................................................................... 76
b. Uji Homgenitas...................................................................... 70
3. Statistik Deskripitf ........................................................................ 78
4. Analisis Faktor ............................................................................. 83
D. Pembahasan dan Interpretasi ............................................................... 93
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan ......................................................................................... 97
B. Implikasi ............................................................................................. 97
C. Saran ................................................................................................... 98
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 99
LAMPIRAN .................................................................................................. 103
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Hasil Penelitian yang Relevan............................................................ 19
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan ................................................................................ 32
Tabel 3.2 Operasional Variabel Penelitian ......................................................... 37
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Penelitian ............................................................ 37
Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ......................... 46
Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ........................................ 46
Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ................. 48
Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Status ..................................... 49
Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas .............................................................................. 50
Tabel 4.6 Hasil Uji Reliabilitas.......................................................................... 52
Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas .......................................................................... 56
Tabel 4.8 Hasil Uji Homogenitas....................................................................... 57
Tabel 4.9 Statistik Deskriptif ............................................................................. 58
Tabel 4.10 KMO dan Barlett's Test .................................................................... 59
Tabel 4.11 Communalities ................................................................................. 60
Tabel 4.12 Total Variance Explained ................................................................. 60
Tabel 4.13 Component Matrix ........................................................................... 61
Tabel 4.14 Rotated Component Matrix .............................................................. 61
Tabel 4.15 Daftar Faktor Terbentuk 1 ................................................................ 61
Tabel 4.16 Daftar Faktor Terbentuk 2 ................................................................ 61
Tabel 4.17 Daftar Faktor Terbentuk 3 ................................................................ 61
xiii
Tabel 4.18 Daftar Faktor Terbentuk 4 ................................................................ 61
Tabel 4.19 Component Transformation Matrix .................................................. 61
xiv
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ....................... 46
Grafik 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ...................................... 46
Grafik 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ............... 48
Garfik 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Status .................................... 49
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Pendapatan Negara Tahun 2016 ..................................................... 46
Gambar 2.2 Penerimaan Perpajakan dari 2010-2016 ......................................... 46
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ......................................................................... 46
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kisi-kisi Angket
Lampiran 2 Angket
Lampiran 3 Hasil Angket
Lampiran 4 Uji Validitas dan Reliabilitas
Lampiran 5 Uji Analisis
Lampiran 6 Surat-surat terkait
Lampiran 7 Biografi Penulis
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Balakang
Dalam rangka memajukan kesejahteraan rakyat dapat diwujudkan apabila
pemerintah menjalankan pemerintahannya dengan baik dan melaksanakan
pembangunan disegala bidang. Hal ini tentunya didukung oleh pembiayaan
Negara yang mamadai. Suatu Negara akan berjalan dengan baik ketika sumber
keuangan Negara stabil ataupun kuat. Sumber penerimaan dana untuk Negara di
dominasi oleh pajak. Sebenarnya, sumber penerimaan Negara ada dua jensi yaitu
berasal dari internal maupun eksternal, sumber penerimaan Negara yang berasal
dari dalam adalah pajak, dan eksternal adalah penerimaan bukan pajak seperti
pemanfaatan sumber daya alam, pinjaman luar negeri dan sebagainya. Sumber
dana yang berasal dari eksternal bersifat tidak stabil untuk menangani pembiayaan
Negara, dan Negara tidak bisa terus bergantung dari sumber eksternal. Maka dari
itu pemerintah mengandalkan penerimaan dari faktor internal yaitu yang berasal
dari pajak. Pajak merupakan sumber terbesar pembiayaan Negara.
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga
Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata
Cara Perpajakan menyebutkan bahwa:
“Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara
bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.” 1
Pada saat ini pajak memiliki peran yang mendominasi terhadap pendapatan
Negara. Salah satu fungsi pajak adalah fungsi penerimaan (budgetair). Pajak
berfungsi sebagai sumber dana yang digunakan untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Secara keseluruhan pendapatan Negara di
tahun 2016
1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan.
2
ditargetkan mencapai Rp. 1.822,5T. Pendapatan Negara yang paling
mendominasi adalah pendapatan dari hasil pungutan pajak. Hal ini bisa
dibuktikan dengan grafik di bawah ini:
sumber : http://www.kemenkeu.go.id/apbn2016
Gambar 1.1
Pendapatan Negara tahun 2016
Dari gambar di atas pendapatan Negara yang dihasilkan melalui pungutan
pajak mencapai 75% atau setara dengan Rp. 1.360,2T perbandingan yang sangat
jauh jika dibandingkan dengan pendapatan dari objek lain. Pemerintah
menargetkan Pendapatan Negara naik Rp.60,9 T dari APBNP 2015 atau tumbuh
sebesar 3,5%. Kenaikan tersebut terutama bersumber dari meningkatnya
penerimaan perpajakan sebesar Rp57,4 T.2 Dapat dilihat dari grafik di atas pajak
sangat mendominasi sumber penerimaan Negara. Hal ini dapat dibuktikan dengan
melihat gambar di bawah ini.
2 http://www.kemenkeu.go.id/apbn2016, (di akses pada tanggal 25 Februari 2016)
3
Gambar 1.2
Penerimaan Perpajakan dari tahun 2010 - 2016
Jika dilihat dari gambar 1.2 pertumbuhan perpajakan dari tahun 2010 sampai
dengan tahun 2016 itu tiap tahunnya mengalami peningkatan. Rata-rata
pertumbuhan perpajakan dari tahun 2010 sampai dengan 2016 adalah sebesar
13,5%. 3 Pertumbuhan perpajakan terus meningkat di dukung dengan
perekonomian Indonesia yang dikatakan terus meningkat juga. Dana dari
penerimaan pajak sebagai sumber utama APBN akan dialokasikan untuk
memenuhi kebutuhan pembangunan suatu Negara. Maka dari itu pengelolaan
dana pajak harus dikelola dengan baik agar tujuan pemerintah untuk
kesejahteraan rakyat terwujud.
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 23A 4menyebutkan bahwa pajak dan
pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan Negara diatur oleh
undang-undang. Pajak merupakan hal yang paling utama untuk dijadikan
perhatian, maka dari itu banyak hal yang dilakukan pemerintah untuk terus
meningkatkan penerimaan Negara. Dalam hal ini diperlukan peran aktif dari
Direktorat Pajak ataupun petugas pajak dalam pemungutan pajak, untuk terus
meningkatkan penerimaan pajak.
Usaha memaksimalkan penerimaan pajak harus lebih mengarah pada upaya
meningkatkan penerimaan dengan berbagai macam program. Upaya
3 http://www.kemenkeu.go.id/apbn2016 (di akses pada tanggal 25 Februari 2016) 4 Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 23A
4
memaksimalkan penerimaan pajak juga tidak dapat hanya mengandalkan peran
dari Direktorat Jendral Pajak maupun petugas pajak, tetapi dibutuhkan juga peran
aktif dari para wajib pajak itu sendiri.5 Reformasi sistem perpajakan sudah
dilakukan pemerintah, sistem perpajakan dari Official Assessment menjadi Self
Assessment, Self Assessment System merupakan sistem pemungutan pajak yang
memberi wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada wajib pajak untuk
menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya
pajak yang harus dibayar. Hal ini menjadi dasar kepatuhan dan kesadaran wajib
pajak dan menjadi faktor yang sangat penting dalam hal untuk mencapai
keberhasilan penerimaan pajak.
Menganut Self Assessment System membawa misi dan konsekuensi
perubahan sikap (kesadaran) warga masyarakat untuk membayar pajak secara
sukarela (voluntary compliance). Kepatuhan memenuhi kewajiban perpajakan
secara sukarela merupakan tulang punggung sistem Self Assessment. Secara
umum, kewajiban perpajakan yang harus dipenuhi oleh wajib pajak berdasarkan
sistem Self Assessment adalah:
1. Mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
2. Membayar dan melaporkan pajak penghasilan dan pajak lainnya.6
Sistem pemungutan pajak sebenarnya ada tiga macam yaitu:
a. Official Assessment System
Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada
pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak terutang.
b. Self Assessment System
Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang,
kepercayaan, tanggung jawab kepada wajib pajak untuk menghitung,
5 Harjanti Puspa Arum., “Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pelayanan Fiskus, dan Sanksi
Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Kegiatan Usaha dan Pekerjaan Bebas (Studi di Wilayah KPP Pratama Cilacap)”, Skripsi S1 Fakultas Ekonomika dan
Bisnis, Universitas Diponegoro, 2012, h.2 6 Siti Masruroh, “Pengaruh Kemanfaatan NPWP, Pemahaman Wajib Pajak, Kualitas
Pelayanan, dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris WP OP di Kabupaten Tegal)”, Skripsi S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Diponegoro, 2013,
h.3
5
memperhitungkan, membayar, dan melaporan sendiri besarnya pajak
yang harus dibayar.
c. With Holding System
Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada
pihak ketiga untuk memotong atau memungut besarnya pajak yang
terutang oleh wajib pajak.7
Pada kenyataannya sistem yang telah dianut di Indonesia masih belum bisa
dikatakan berjalan dengan baik, meskipun penerimaan pajak terus meningkat tiap
tahun tetapi kepatuhan pajak di Indonesia masih dikatakan rendah, karena masih
banyak warga Negara Indonesia yang belum mendaftarkan diri sebagai wajib
pajak.
Wajib pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif
berdasarkan Undang-Undang perpajakan wajib mendaftarkan diri untuk
memperoleh NPWP. Memiliki NPWP merupakan sebuah kewajiban bagi setiap
wajib pajak. Dengan memiliki NPWP, maka segala aktifitas yang dilakukan oleh
wajib pajak akan lebih mudah dan tercatat serta terpantau oleh Direktorat Jendral
Pajak. Namun dengan memiliki NPWP tidak menjamin wajib pajak melakukan
kewajiban sebagai wajib pajak. Karena masih banyak wajib pajak yang memiliki
NPWP tidak melaporkan SPT.
Self Assessment System menuntut adanya kesadaran dan peran aktif dari
dalam diri masyarakat dalam memenuhi kewajiban sebagai wajib pajak. Dengan
sistem seperti ini yang telah diterapkan di Indonesia berharap wajib pajak yang
telah memiliki NPWP akan menjadi wajib pajak yang patuh dalam memenuhi
kewajibannya sebagai wajib pajak. Kewajiban perpajakan tersebut harus
dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang perpajakan yang berlaku. Oleh
karena itu wajib pajak perlu pemahaman yang baik dan benar tentang peraturan
7 Siti Masruroh, “Pengaruh Kemanfaatan NPWP, Pemahaman Wajib Pajak, Kualitas
Pelayanan, dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris WP OP di Kabupaten Tegal)”, Skripsi S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Diponegoro, 2013, h.14
6
perpajakan yang ada dalam Undang-Undang perpajakan untuk memenuhi
kewajiban perpajakan.
Pengetahuan dan pemahaman yang dimaksud adalah mengerti dan paham
tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan tentang bagaimana cara
membayar pajak, melaporkan SPT (Surat Pemberitahuan), mengetahui dimana
tempat membayar pajak, mengetahui kapan batas waktu pembayaran atau
pelaporan SPT dan mengetahui sanksi yang akan didapatkan jika tidak membayar
pajak. Ada kemungkinan rendahnya kepatuhan wajib pajak dikarenakan
kurangnya pemahaman tentang tata cara membayar pajak.
Hingga tahun 2015, Wajib Pajak (WP) yang terdaftar dalam sistem
administrasi Direktorat Jenderal Pajak (DJP) mencapai 30.044.103 WP, yang
terdiri atas 2.472.632 WP Badan, 5.239.385 WP Orang Pribadi (OP) Non
Karyawan, dan 22.332.086 WP OP Karyawan. Hal ini cukup memprihatinkan
mengingat menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), hingga tahun 2013, jumlah
penduduk Indonesia yang bekerja mencapai 93,72 juta orang. Artinya baru sekitar
29,4% dari total jumlah Orang Pribadi Pekerja dan berpenghasilan di Indonesia
yang mendaftarkan diri atau terdaftar sebagai Wajib Pajak. Meskipun begitu
tingkat kepatuhan Wajib Pajak (WP) di DKI Jakarta telah mengalami peningkatan
di tahun 2015, pada tahun 2014 kepatuhan Wajib Pajak (WP) membayar PPh di
DKI mencapai 70 persen, di tahun 2015 angka tersebut naik menjadi 92 persen,
angka yang cukup tinggi. Walaupun tingkat kepatuhan Wajib Pajak di DKI
Jakarta mengalami peningkatan tetapi itu belum mencapai target pemerintah,
pemerintah merencanakan tingkat kepatuhan mencapai 100 persen di tahun 2016
ini.8
8 http://www.pajak.go.id/content/article/refleksi-tingkat-kepatuhan-wajib-pajak, (di akses
pada 23 Mei 2016 pukul 21.11)
7
Tabel 1.1
Jumlah Wajib Pajak Terdaftar sampai Tahun 2015
Wajib Pajak Badan 2.472.632
Wajib Pajak Orang Pribadi Karyawan 22.332.086
Wajib Pajak Orang Pribadi Non Karyawan 5.239.385
Jumlah 30.044.103
Dengan data di atas tidak dapat dipungkiri masih ada saja perusahaan atau
orang pribadi yang tidak mau membayar pajak karena menganggap membayar
pajak merupakan sebuah kerugian. Kecenderungan tersebut merupakan persoalan
yang cukup serius bagi Direktorat Jenderal Pajak. Kepatuhan Wajib Pajak sangat
berdampak terhadap penerimaan pajak dan juga berdampak terhadap penerimaan
Negara. Jika penerimaan Negara dari sektor pajak berkurang hal ini akan sangat
mempengaruhi keuangan Negara. Hal tersebut akan menjadi kendala yang besar
bagi pemerntah dalam proses pembangunan Negara.
Kajian seperti ini merupakan hal yang penting untuk terus meningkatkan
kepatuhan wajib pajak. Faktor-faktor yang mungkin menjadi pengaruh kepatuhan
pajak seperti, tarif pajak, hukum pajak, manfaat NPWP, sanksi pajak, pemahaman
Wajib Pajak, pengetahuan dasar perpajakan, kesadaran Wajib Pajak, pendidikan,
kualitas pelayanan pajak, reformasi administrasi perpajakan, modernisasi sistem
administrasi perpajakan, penerapan e-Filing, pengawasan Account Representative,
biaya kepatuhan (Compliance Cost), sosialisasi pajak, dan tingkat pendapatan.
Dalam penelitian Marvina Ramdhan (2015) tentang pengaruh hukum pajak
dan sanksi administrasi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak, dengan hasil
penelitian bahwa hukum perpajakan dan sanksi pajak memberikan pengaruh besar
terhadap kepatuhan wajib pajak.
Penelitian Masruroh (2013) mengenai pengaruh kemanfaatan NPWP,
pemahaman wajib pajak, kualitas pelayanan dan sanksi perpajakan terhadap
kepatuhan wajib pajak dengan jumlah responden sebanyak 100 wajib pajak dengan
hasil penelitian bahwa pemahaman wajib pajak berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kepatuhan wajib pajak. Sedangkan kemanfaatan NPWP, kualitas
8
pelayanan dan sanksi perpajakan tidak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan
wajib pajak.
Penelitian dari Nova Kristanty, Siti Khairani dan Icha Fajriana yang meneliti
tentang pengaruh pengetahuan wajib pajak, tarif pajak, dan penyuluhan pajak
terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak badan di kantor pelayanan pajak madya
Palembang. Hasilnya menunjukkan bahwa pengetahuan wajib pajak, tarif pajak,
dan penyuluhan wajib pajak memiliki pengaruh yang signifikan sebesar 36,6%
terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak badan di kantor pelayanan pajak madya
Palembang.
Penelitian lain oleh Berly Angkoso (2010) adalah pengaruh refromasi
administrasi perpajakan, pengetahuan dasar wajib pajak tentang perpajakan dan
kesadaran wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak pada kantor pelayanan
pajak pratama Jakarta Selatan, penelitian ini dilakukan pada 6 kantor pelayanan
pajak pratama di wilayah Jakarta Selatan dengan hasil penelitian reformasi
administrasi perpajakan, pengetahuan dasar wajib pajak tentang perpajakan dan
kesadaran perpajakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan
wajib pajak.
Dalam penelitian Sandi (2010) pengaruh pelayanan, konsultasi,
dan pengawasan Account Representative terhadap kepatuhan wajib pajak
yang menyatakan pelayanan dan pengawasan account representative berpengaruh
secara signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak, sedangkan konsultasi tidak
berpengaruh secara signifikan. Secara simultan variabel pelayanan, konsultasi
dan
pengawasan account representative berpengaruh secara signifikan terh
adap kepatuhan wajib pajak.
Ernawati (2014) juga melakukan penelitian dengan judul pengaruh tingkat
pendidikan, pendapatan dan kualitas pelayanan fiskus terhadap kepatuhan wajib
pajak di kantor pelayanan pajak pratama Bulukumba dengan hasil tingkat
pendidikan, tingkat pendapatan, dan kualitas pelayanan fiskus berpengaruh
positif terhadap kepatuhan wajib pajak.
9
Agus Nugroho Jatmiko (2013) meneliti pengaruh sanksi denda, pelayanan
fiskus dan kesadaran perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak, dengan
menggunakan metode regresi berganda memiliki hasil bahwa sikap wajib pajak
terhadap pelaksanaan sanksi denda, sikap wajib pajak terhadap pelayanan fiskus
dan sikap wajib pajak terhadap kesadaran perpajakan memiliki pengaruh positif
yang signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk menganilisis faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak.
Kajian seperti ini merupakan hal yang penting untuk terus meningkatkan
kepatuhan wajib pajak. Faktor-faktor yang mungkin menjadi pengaruh kepatuhan
pajak seperti, tarif pajak, hukum pajak, manfaat NPWP, sanksi pajak, pemahaman
Wajib Pajak, pengetahuan dasar perpajakan, kesadaran Wajib Pajak, pendidikan,
kualitas pelayanan pajak, reformasi administrasi perpajakan, modernisasi sistem
administrasi perpajakan, penerapan e-Filing, pengawasan Account Representative,
biaya kepatuhan (Compliance Cost), sosialisasi pajak, dan tingkat pendapatan.
Saya tertarik untuk melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi kepatuhan. Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa peran
wajib pajak sangat penting untuk meningkatkan pendapatan Negara dalam
penerimaan pajak. Dengan menambah dua variabel penelitian yaitu penerapan
e-filing dan pengawasan Account Representative. Berdasarkan uraian mengenai
hasil dari penelitian-penelitian terdahulu, memberikan motivasi untuk melakukan
penelitian kembali mengenai beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi
kepatuhan wajib pajak dalam bentuk skripsi dengan judul “ANALISIS
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN PAJAK
ORANG PRIBADI (Studi Kasus di KPP Pratama Kalideres)”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang dapat
diidentifikasi adalah:
1. Adanya kenaikan tingkat kepatuhan pajak, tetapi belum mencapai
target pemerintah.
10
2. Direktorat Jenderal Pajak belum maksimal dalam menerapkan sistem
perpajakan yang terbaru.
3. Masih banyak Wajib Pajak yang tidak membayarkan pajaknya.
C. Pembatasan Masalah
Agar permasalahan penelitian menjadi lebih spesifik, maka perlu dilakukan
pembatasan masalah, Penelitian ini menguji faktor-faktor yang dianggap
mempengaruhi tingkat kepatuhan wajib pajak. Faktor-faktor yang akan diteliti
adalah tarif pajak, hukum pajak, manfaat NPWP, sanksi pajak, pemahaman Wajib
Pajak, pengetahuan dasar perpajakan, kesadaran Wajib Pajak, pendidikan,
kualitas pelayanan pajak, reformasi administrasi perpajakan, modernisasi sistem
administrasi perpajakan, penerapan E-Filing, pengawasan Account Reprsentative,
biaya kepatuhan (Compliance Cost), sosialisasi pajak, tingkat pendapatan dan
pengaruh struktur pengendalian internal.
D. Perumusan Masalah
Masalah yang terjadi pada saat ini adalah tingkat kepatuhan wajib pajak
orang pribadi yang masih rendah. Berdasarkan hal tersebut maka dirumuskan
faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama
Kalideres?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
Untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
tingkat kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama Kalideres.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan kegunaan baik secara teoritis maupun secara praktis.
1. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperkaya pengetahuan mengenai perpajakan khususnya dalam kepatuhan pajak.
11
2. Secara Praktis a. Bagi Direktorat Jenderal Pajak, hasil penelitian diharapkan mampu
memberikan masukan dalam upaya meningkatkan kepatuhan wajib pajak melalui peningkatan kualitas pelayanan dan pemberian sanksi perpajakan.
b. Bagi peneliti selanjutnya, hasil dalam penelitian ini dapat dijadikan literature bagi penelitian selanjutnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak.
c. Bagi wajib pajak, hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai kontribusi dalam usaha peningkatan kepatuhan wajib pajak dengan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak. serta sebagai cerminan bagi wajib pajak untuk menjadi wajib pajak yang patuh terhadap ketentuan perpajakan di Indonesia.
12
BAB II
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Landasan Teori
1. Dasar-dasar Perpajakan
a. Pengertian Pajak
Pajak menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang
perubahan Ketiga atas Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib
kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang Undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.9 Pajak dalah iuran rakyat kepada
kas negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan
tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat
ditunjukan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.10
Pajak dari persepektif ekonomi dapat dipahami sebagai beralihnya
sumber dari kepada sektor publik. Pemahaman ini memberi gambaran
bahwa adanya pajak menyebabkan dua situasi menjadi berubah. Pertama,
berkurangnya kemampuan individu dalam menguasai sumber daya untuk
kepentingan penguasaan barang dan jasa. Kedua, bertambahnya
kemampuan keuangan negara dalam penyediaan barang dan jasa publik
yang merupakan kebutuhan masyarakat.11 Dapat disimpulkan pengertian
pajak adalah kewajiban menyerahkan sebagian kekayaan yang dimiliki
Wajib Pajak ke kas Negara yang sifatnya memaksa.
9 Thomas Sumarsan, Perpajakan Indonesia Edisi 2 : Pedoman Perpajakan yang Lengkap
Berdasarkan Undang-Undang Terbaru, (Jakarta : PT. Indeks, cetakan kesatu 2012), h. 4. 10 Siti Resmi, Perpajakan : Teori dan Kasus Edisi 6, (Jakarta : Penerbit Salemba Empat,
2011), h.1. 11 Sumarsan, Perpajakan Indonesia Edisi 2 : Pedoman Perpajakan yang Lengkap
Berdasarkan Undang-Undang Terbaru, (Jakarta : PT. Indeks, cetakan kesatu 2012), h. 4.
13
b. Fungsi Pajak
Pajak memiliki peranan penting dalam sebuah negara, khususnya
dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber
pendapatan negara untuk membiayai semua pengeluaran termasuk
pengeluaran pembangunan. Pajak memiliki beberapa fungsi, yaitu:
1) Fungsi Penerima (Budgetair)
Pajak berfungsi untuk menghimpun dana dari masyarakat bagi
kas negara, yang diperuntukkan bagi pembiayaan
pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Biaya ini dapat diperoleh
dari penerimaan pajak.
2) Fungsi Pengatur (Regulerend)
Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur struktur pendapatan
ditengah masyarakat dan struktur kekayaan antara para pelaku
ekonomi. Fungsi ini sering menjadi tujuan pokok dari sistem
pajak, paling tidak dalam sistem perpajakan yang benar tidak
terjadi pertentangan dengan kebijaksanaan negara dalam
bidanng ekonomi dan sosial.12
c. Sistem Pemungutan Pajak
Sistem pemungutan pajak dibagi menjadi :
1) Official Assessment System
Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang kepada pemerintah untuk menentukan besarnya
pajak terutang.
2) Self Assessment System
Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada wajib pajak
untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan
melaporan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar.
12 Sumarsan, Perpajakan Indonesia Edisi 2 : Pedoman Perpajakan yang Lengkap
Berdasarkan Undang-Undang Terbaru, (Jakarta : PT. Indeks, cetakan kesatu 2012), h. 11.
14
3) With Holding System
Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong atau
memungut besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.13
d. Hukum Perpajakan
Hukum pajak adalah suatu kumpulan peraturan-peraturan yang
mengatur hubungan antara pemerintah sebagai penerima pajak dan rakyat
sebagai pembayar pajak.14 Jika memperhatikan materinya, Hukum Pajak
dibedakan menjadi hukum pajak materiil dan hukum pajak formil, yaitu :
1) Hukum pajak materill, memuat norma-norma yang menerangkan
keadaan, perbuatan, peristiwa hukum yang dikenakan pajak
(objek pajak), siapa yang dikenakan pajak (subjek pajak), berapa
besar pajak yang dikenakan, segala sesuatu yang timbul dan
dihapusnya utang pajak, dan hubungan hukum antara
pemerintah da wajib pajak.
2) Hukum pajak formil, memuat bentuk tata cara untuk
mewujudkan hukum materiil menjadi kenyataan, hukum pajak
formil ini memuat, antara lain :
a) Tata cara penetapan pajak
b) Hak-hak aparat pajak untuk mengawasi wajib pajak
mengenai keadaan, perbuatan, dan peristiwa yang dapat
menimbulkan utang pajak
c) Kewajiban wajib pajak sebagai contoh penyelenggaraan
pembukuan, pencatatan, dan hak-hak wajib pajak
mengajukan keberatan dan banding.15
e. Sanksi Perpajakan
Menurut Mardiasmo, "Sanksi perpajakan merupakan jaminan bahwa
ketentuan Undang-Undang perpajakan dipatuhi atau bisa dengan kata
13 Sumarsan, Perpajakan Indonesia Edisi 2 : Pedoman Perpajakan yang Lengkap Berdasarkan Undang-Undang Terbaru, (Jakarta : PT. Indeks, cetakan kesatu 2012), h. 14.
14 Mardiasmo, Perpajakan Edisi Revisi, (Yogyakarta : ANDI OFSET, 2008), h. 4 15 Mardiasmo, Perpajakan Edisi Revisi, (Yogyakarta : ANDI OFSET, 2008), h. 5.
15
lain sanksi perpajakan merupakan alat pencegahan agar wajib pajak tidak
melanggar norma perpajakan."16
Dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan
Umum Dan Tata Cara Perpajakan disebutkan bahwa ada dua macam
sanksi, yaitu :
1) Sanksi administrasi yang terdiri dari :
a) Sanksi administrasi berupa denda.
b) Sanksi administrasi berupa bunga.
c) Sanksi administrasi berupa kenaikan.
2) Sanksi pidana yang terdiri dari :
a) Pidana kurungan.
b) Pidana penjara.17
Terdapat empat hal yang diharapkan atau dituntut dari wajib pajak
apabila dikaitkan dengan Undang-Undang Perpajakan yang berlaku,
yaitu:
1. Dituntut kepatuhan (compliance) wajib pajak dalam membayar
pajak yang dilaksanakan dengan kesadaran penuh.
2. Dituntut tanggung jawab (responsibility) wajib pajak dalam
menyampaikan atau memasukan Surat Pemberitahuan tepat
waktu sesuai Pasal 3 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983.
3. Dituntut kejujuran (honesty) wajib pajak dalam mengisi Surat
Pemberitahuan sesuai dengan keadaan sebenarnya.
4. Memberikan sanksi (law enforcement) yang lebih berat kepada
wajib pajak yang tidak taat pada ketentuan yang berlaku.18
Pemberian sanksi (law enforcement) tanpa memandang golongan
16 Mardiasmo, Perpajakan Edisi Revisi, (Yogyakarta : ANDI OFSET, 2008), h. 57. 17 Mardiasmo, Perpajakan Edisi Revisi, (Yogyakarta : ANDI OFSET, 2008), h. 57., 18 Arum, “Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pelayanan Fiskus, dan Sanksi Pajak Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Kegiatan Usaha dan Pekerjaan Bebas (Studi di Wilayah KPP Pratama Cilacap)”, Skripsi S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas
Diponegoro, 2012, h.23.
16
dan dilaksanakan secara konsekuen merupakan cara yang paling efektif
dari keempat hal di atas.19 Wajib pajak akan patuh membayar pajak bila
memandang sanksi perpajakan akan lebih banyak merugikannya. 20
Namun, pada saat ini tidak sedikit wajib pajak yang menganggap remeh
dan menyepelekan sanksi perpajakan.
Wajib pajak berpikir bahwa sanksi perpajakan yang diberlakukan
tidak menakutkan. Di masa sekarang ini bahkan wajib pajak tidak segan
untuk menyuap aparat pajak agar dapat terbebas dari sanksi. Padahal
pengenaan sanksi perpajakan bertujuan untuk menciptakan kepatuhan
wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.
f. Pengertian Wajib Pajak
Wajib pajak atau disebut juga subjek pajak adalah orang pribadi atau
badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan, termasuk
pemungut pajak dan pemotong pajak tertentu.21
Menurut Pasal 1 UU No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan, Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan,
meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang
mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang–undangan perpajakan. Jadi dapat disimpulkan
bahwa wajib pajak dapat terbagi menjadi dua, yaitu wajib pajak orang
pribadi dan wajib pajak badan.22
g. Pengertian Objek Pajak
19 Arum, “Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pelayanan Fiskus, dan Sanksi Pajak Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Kegiatan Usaha dan Pekerjaan Bebas (Studi di Wilayah KPP Pratama Cilacap)”, Skripsi S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Diponegoro, 2012, h.23.
20 Jatmiko, “Pengaruh Sikap Pajak Pada Pelaksanaan Sanksi Denda, Pelayanan Fiskus dan Kesadaran Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris WP OP di Kota Semarang)”,
Tesis S2 Program Pascasarjana, Universitas Diponegoro, 2013, h. 20. 21 Resmi, Perpajakan : Teori dan Kasus Edisi 6, (Jakarta : Penerbit Salemba Empat, 2011),
h.75. 22 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan.
17
Objek pajak adalah segala sesuatu (barang, jasa, kegiatan atau
keadaan) yang dikenakan pajak. Objek pajak penghasilan adalah
penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima
atau diperoleh Wajib Pajak.23
h. Tarif Pajak
Tarif pajak adalah ketentuan persentase (%) atau jumlah (rupiah)
pajak yang harus dibayar oleh Wajib Pajak sesuai dengan dasar pajak
atau objek pajak. Tarif pajak digunakan dalam perhitungan besarnya
pajak terutang dengan kata lain tarif pajak merupakan tarif yang
digunakan untuk menentukan besarnya pajak yang harus dibayar. Secara
umum, tarif pajak dinyatakan dalam bentuk persen. Berdasarkan pola
persen pajak, tarif pajak dibagi menjadi 4 macam, antara lain:
1) Tarif pajak proporsional atau sebanding
Tarif pajak proporsional adalah presentase penggunaan pajak
yang tetap atas berapapun dasar pengenaan pajaknya.
2) Tarif pajak tetap
Tarif pajak tetap adalah jumah nominal pajak yang tetap
terhadap berapapun yang menjadi dasar pengenaan pajak.
Contohnya, tarif atas bea materai.
3) Tarif pajak degresif
Tarif pajak degresif adalah presentase pajak yang menurun
seiring dengan peningkatan dasar pengenaan pajaknya.
4) Tarif pajak progresif
Tarif pajak progresif adalah presentase pajak yang bertambah
seirinng dengan peninngkatan dasar pengenaan pajaknya.24
2. Manfaat NPWP
23 Resmi, Perpajakan : Teori dan Kasus Edisi 6, (Jakarta : Penerbit Salemba Empat, 2011),
h.78. 24 Supramono dan Theresia Woro Damayanti, Perpajakan Indonesia Mekanisme dan
Perhitungan, (Yogyakarta : ANDI Offset, 2010), h.7.
18
Dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan
Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum
Dan Tata Cara Perpajakan dalam Pasal 1 menyatakan bahwa, “Nomor Pokok
Wajib Pajak adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana
dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri
atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban
perpajakannya.”25
Pasal 2 menyatakan bahwa, “Setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi
persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan wajib mendaftarkan diri pada kantor
Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau
tempat kedudukan Wajib Pajak dan kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib
Pajak.”
Sesuai dengan ketentuan UU No. 18 Tahun 2000, sistem pemungutan
pajak di Indonesia adalah Self Assessment System. Semua Wajib Pajak yang
telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif wajib mendaftarkan diri ke
kantor Direktorat Jendral Pajak untuk dicatat sebagai Wajib Pajak dan
sekaligus untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak.26
Pasal 2 ayat (4) Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 Direktorat
Jenderal Pajak diberikan kewenangan untuk memberikan Nomor Pokok
Wajib Pajak (NPWP) secara jabatan kepada wajib pajak. 27 Hal ini
menunjukan bahwa wajib pajak harus memilik NPWP, kesadaran kepemilikan
NPWP bukan hanya dari wajib pajak yang sukarela mendaftarkan diri tetapi
juga dapat dipaksakan oleh pemerintah yang diberikan wewenang untuk
mengurus masalah pajak atas dasar peraturan perunsang-undangan. NPWP
25 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan.
26 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000. 27 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan.
19
bisa diberikan secara jabatan apabila data yang diperoleh atau dimiliki
Direktorat Jenderal Pajak menunjukan bahwa wajib pajak tersebut telah
memenuhi syarat untuk memiliki NPWP.
Fungsi NPWP adalah sebagai tanda pengenal diri dan untuk menjaga
ketertiban dalam pembayaran pajak dan pengawasan administrasi perpajakan.
Terdapat beberapa manfaat yang diperoleh Wajib Pajak jika memiliki NPWP
yaitu :
a. Wajib pajak dapat menghitung sendiri pajak yang wajib dibayarkan
dan wajib pajak dapat meminta restitusi atau pembayaran kembali
jika wajib pajak kelebihan dalam membayar pajak.
b. Tarif pajak PPh pasal 21 lebih tinggi 20% dan tarif PPh pasal 23
lebih tinggi 100% dapat dihindari.
c. Wajib pajak dapat menjalankan transaksi yang mensyaratkan
kepemilikan NPWP, misalnya dalam mengajukan kredit, penjualan
tanah dan sebagainya.
d. Bebas fiskal luar negeri jika bepergian keluar negeri
e. Jika terjadi kekeliruan atau penetapan sepihak, wajib pajak dapat
menggunakan hak untuk mengajukan keberatan, banding,
pembatalan ketetapan, pengurangan sanksi, dan sebagainya.
f. Berhak mendapatkan pelayanan dari petugas pajak, baik yang
bersifat informatif maupun teknis seperti ketika akan melakukan
impor barang, pengajuan syarat ikut lelang pemerintah dan
sebagainya.28
Fungsi NPWP yang disebutkan dalam UU KUP antara lain :
a. Sebagai sarana dalam administrasi perpajakan.
b. Sebagai identitas wajib pajak.
c. Menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan pengawasan
administrasi perpajakan.
28 Yustinus Prastowo, Manfaat dan Risiko Memiliki NPWP, (Jakarta : Raih Asa Sukses,
2009), h.18.
20
d. Dicantumkan dalam setiap dokumen perpajakan.29
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 dalam Pasal 39, setiap
orang yang dengan sengaja tidak mendaftarkan diri untuk diberikan NPWP
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara maka akan
dikenai sanksi. Sanksi tersebut yaitu sanksi pidana penjara paling singkat
enam bulan dan paling lama enam tahun dan denda paling sedikit dua kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak
empat kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar.30
3. Pemahaman Wajib Pajak
Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayaran pajak,
pemotongan pajak dan pemungutan pajak yang mempunyai hak dan
kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan Undang-Undang.
Pengetahuan dan pemahaman akan peraturan perpajakan adalah proses
dimana wajib pajak mengetahui tentang perpajakan dan mengaplikasikan
pengetahuan itu untuk membayar pajak.31
Pemahaman yang dimaksud adalah mengerti dan paham tentang
ketentuan umum dan tata cara perpajakan tentang bagaimana cara membayar
pajak, melaporkan SPT (Surat Pemberitahuan), mengetahui dimana tempat
membayar pajak, mengetahui kapan batas waktu pembayaran atau pelaporan
SPT dan mengetahui sanksi yang akan didapatkan jika tidak membayar pajak.
Sesuai dengan sistem yang telah diterapkan di Indonesia yaitu Self
Assessment System yang telah diberi kepercayaan untuk menghitung,
membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayarkan.
Sistem tersebut mengharuskan peran aktif dari wajib pajak itu sendiri untuk
memenuhi kewajiban dalam membayar pajak. Kewajiban perpajakan tersebut
29 Prastowo, Manfaat dan Risiko Memiliki NPWP, (Jakarta : Raih Asa Sukses, 2009), h.18. 30 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan. 31 Siti Masruroh, “Pengaruh Kemanfaatan NPWP, Pemahaman Wajib Pajak, Kualitas
Pelayanan, dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris WP OP di Kabupaten Tegal)”, Skripsi S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Diponegoro, 2013, h.23.
21
harus dilaksanakan sesuai aturan undang-undang perpajakan yang berlaku di
Indonesia. Dalam hal ini wajib pajak harus mempunyai pemahaman yang
baik tentang aturan perpajakan yang berlaku untuk memenuhi kewajiban
perpajakan.
Kesadaran dan kedisiplinan dari masyarakat sangat diperlukan untuk
memahami dan mematuhi kewajiban perpajakan. Semua ketentuan
pemenuhan kewajiban perpajakan dapat dilakukan dengan baik oleh wajib
pajak apabila wajib pajak memiliki pengetahuan yang cukup mengenai
keempat hal berikut:
a. Pengisian Surat Pemberitahuan (SPT) secara benar, sehingga wajib
pajak harus memiliki pemahaman yang cukup mengenai pengisian
SPT.
b. Penghitungan pajak sesuai dengan pajak terutang yang ditanggung
oleh wajib pajak, sehingga wajib pajak harus memiliki pemahaman
yang cukup dalam menghitung pajak terutang yang ditanggung oleh
wajib pajak.
c. Penyetoran pajak (pembayaran) secara tepat waktu sesuai yang
ditentukan, sehingga wajib pajak harus mempunyai pengetahuan
yang cukup mengenai hal-hal yang berhubungan dengan penyetoran
pajak.
d. Pelaporan atas pajaknya ke kantor pajak setempat oleh wajib pajak.
Pemenuhan kewajiban perpajakan akan terlaksana dengan baik jika
didukung dengan pemahaman wajib pajak yang baik mengenai
peraturan perpajakan.32
Pemahaman tersebut akan memudahkan wajib pajak dalam
melaksanakan kewajiban perpajakan. Wajib pajak yang tidak memahami
peraturan perpajakan secara jelas akan cenderung menjadi wajib pajak yang
tidak patuh. Demikian pula sebaliknya, semakin wajib pajak paham mengenai
32 Masruroh, “Pengaruh Kemanfaatan NPWP, Pemahaman Wajib Pajak, Kualitas Pelayanan,
dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris WP OP di Kabupaten Tegal)”, Skripsi S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Diponegoro, 2013, h.23.
22
peraturan perpajakan, maka wajib pajak akan cenderung menjadi wajib pajak
yang patuh. Dapat disimpulkan bahwa pemahaman dapat dijadikan dugaan
sebagai pengaruh dalam kepatuhan wajib pajak.
4. Pengetahuan Dasar Perpajakan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui proses sensoris
khususnya mata dan telinga terhadap objek tertentu. Pengetahuan merupakan
domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku terbuka. Perilaku
yang didasari pengetahuan bersifat lama.33
Pengetahuan Pajak yaitu langkah pendewasaan pemikiran
seorang wajib pajak melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Melalui pendidikan formal dan non formal dapat meningkatkan
pengetahuan wajib pajak, karena pengetahuan perpajakan merupakan hal
yang paling mendasar harus dimiliki wajib pajak.34
Pengetahuan dasar perpajakan adalah pemahaman wajib pajak mengenai
hukum Undang-undang, tata cara perpajakan yang benar. Pengetahuan akan
peraturan perpajakan masyarakat melalui pendidikan formal maupun non
formal akan berdampak positif terhadap kesadaran wajib pajak untuk
membayar pajak. Pengetahuan perpajakan dalam sistem perpajakan yang
baru, wajib pajak diberi kepercayaan untuk menghitung, membayar dan
melaporkan sendiri pajak terutangnya.35
5. Kesadaran Wajib Pajak
Menurut Suyatmin dalam tesis Jatmiko, kesadaran adalah keadaan mengetahui atau mengerti, sedangkan perpajakan adalah perihal pajak. Sehingga kesadaranperpajakan adalah keadaan mengetahui atau mengerti perihal pajak. Penilaian positif masyarakat wajib pajak terhadap pelaksanaan fungsi negara oleh pemerintah akan menggerakkan
33 Sunaryo, Psikologi Untuk Keperawatan, (Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2002),
h.5. 34 Evi Susilawati dan Ketut Budiarthi, “Pengaruh kesadaran wajib pajak, pengetahuan
pajak, sanksi perpajakan dan akuntabilitas pelayanan publik pada kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak kendaraan bermotor”, E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 4.2 (2013), h.349.
35 Nova Kristanty dkk, "Pengaruh Pengetahuan Wajib Pajak, Tarif Pajak, dan Penyuluhan Pajak terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan di Kantor Pelayanan Pajak Madya Palembang", Jurnal Akuntansi STIE MDP Palembang, h.3.
23
masyarakat untuk mematuhi kewajibannya untuk membayar pajak.36
Indonesia telah menerapkan Self Assessment System, yang mana dalam
sistem tersebut wajib pajak diberikan kepercayaan penuh untuk menghitung,
memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri pajak terutangnya.
Dengan telah diterapkannya seperti itu diharapkan adanya kesadaran sendiri
dari wajib pajak untuk melaksanakan tanggung jawabnya secara penuh.
Kesadaran perpajakan masyarakat yang rendah seringkali menjadi salah
satu sebab banyaknya potensi pajak tidak dapat dijaring. 37 Artinya jika
kesadaran masyarakat masih rendah, maka tingkat kepatuhan wajib pajak
juga masih dikatakan rendah.
Kesadaran wajib pajak atas perpajakan sangat diperlukan dengan tujuan
meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Secara empiris juga telah dibuktikan
bahwa makin tinggi kesadaran perpajakan wajib pajak maka makin tinggi
tingkat kepatuhan wajib pajak.38
6. Tingkat Pendidikan
Tujuan pendidikan nasional menurut GBHN adalah pendidikan yang
bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa diselenggarakan secara terpadu
dan diarahkan pada peningkatan kualitas serta pemerataan pendidikan
terutama peningkatan kualitas pendidikan dasar serta jumlah dan kualitas
kejuruan. Pendidikan yang diselenggarakan di lingkungan keluarga, sekolah
dan masyarakat harus mampu meningkatkan kualitas manusia dan
menumbutuhkan kesadaran, serta sikap budaya bangsa untuk selalu berupaya
menambah pengetahuan dan keterampilan, serta mengamalkannya sehingga
terwujud manusia-manusia masyarakat Indonesia yang beriman dan bertaqwa
36 Jatmiko, “Pengaruh Sikap Pajak Pada Pelaksanaan Sanksi Denda, Pelayanan Fiskus dan
Kesadaran Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris WP OP di Kota Semarang)”,
Tesis S2 Program Pascasarjana, Universitas Diponegoro, 2013, h. 21. 37 Jatmiko, “Pengaruh Sikap Pajak Pada Pelaksanaan Sanksi Denda, Pelayanan Fiskus dan
Kesadaran Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris WP OP di Kota Semarang)”,
Tesis S2 Program Pascasarjana, Universitas Diponegoro, 2013, h.23. 38 Jatmiko, “Pengaruh Sikap Pajak Pada Pelaksanaan Sanksi Denda, Pelayanan Fiskus dan
Kesadaran Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris WP OP di Kota Semarang)”,
Tesis S2 Program Pascasarjana, Universitas Diponegoro, 2013, h.23.
24
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, lebih maju, mandiri, berkualitas dan
menghargai setiap jenis pekerjaan yang memiliki harkat dan martabat filsafah
Pancasila.39
Tingkat Pendidikan yang semakin tinggi akan meyebabkan masyarakat
lebih mudah memahami ketentuan dan peraturan perundang-undangan di
bidang perpajakan yang berlaku. Tingkat Pendidikan yang rendah akan
berpeluang wajib pajak malas melaksanakan kewajiban perpajakan karena
kurangnya pemahaman mereka terhadap sistem perpajakan yang telah
diterapkan.40 Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan menjadikan
seseorang tersebut lebih mudah untuk memahami dan mengerti segala hal,
dalam hal perpajakan seseorang akan mampu memahami tata cara ketentuan
perpajakan dan Undang-Undang yang berlaku. Sedangkan rendahnya tingkat
pendidikan seseorang kemungkinan besar akan mempersulit orang tersebut
memahami sesuatu dan memungkinkan wajib pajak tidak melaksanakan
kewajibannya sebagai wajib pajak karena kurangnya pemahaman terhadap
sistem perpajakan yang diterapkan, dan kurangnya pemahaman cara
membayar pajak.
7. Kualitas Pelayanan Pajak
Pelayanan adalah suatu proses bantuan kepada orang lain dengan
cara-cara tertentu yang memerlukan kepekaan dan hubungan interpersonal
agar tercipta kepuasan dan keberhasilan.41 Dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik Pasal 1,
“Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan
perundangundangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa,
39 Ernawati, "Pengaruh Tingkat Pendidikan, Pendapatan, dan Kualitas Pelayanan Fiskus
terhdapa Kepatuhan Wajib Pajak", Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Hasanuddin Makasar, 2014, h.17.
40 Rolalita Lukmana Putri, "Pengaruh Motivasi Membayar Pajak dan Tingkat Pendidikan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi", Skripsi S1 Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Yogyakarta, 2016, h.20.
41 Masruroh, “Pengaruh Kemanfaatan NPWP, Pemahaman Wajib Pajak, Kualitas Pelayanan, dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris WP OP di Kabupaten Tegal)”, Skripsi S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Diponegoro, 2013, h.25.
25
dan pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan
publik.” 42 Pelayanan pada sektor perpajakan dapat diartikan sebagai
pelayanan yang diberikan oleh Direktorat Jenderal Pajak kepada wajib pajak
untuk membantu wajib pajak memenuhi kewajiban perpajakannya.43
Pelayanan yang berkualitas adalah pelayanan yang dapat memberikan
kepuasan kepada wajib pajak dan tetap dalam batas memenuhi standar
pelayanan yang dapat dipertangungjawabkan serta harus dilakukan secara
terus-menerus. Kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan
dengan produk, jasa manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau
melebihi harapan pihak yang menginginkannya.44
Dengan demikian, kualitas yang dimaksud di sini adalah kondisi dinamis
yang dapat menghasilkan:
a. Produk yang memenuhi atau melebihi harapan wajib pajak.
b. Jasa yang memenuhi atau melebihi harapan wajib pajak.
c. Suatu proses yang memenuhi atau melebihi harapan wajib pajak.
d. Lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan wajib pajak.
Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-84/PJ/2011 Tentang
Pelayanan Prima menjelaskan bahwa, “Pelayanan yang baik adalah sentra dan
indikator utama dalam membangun citra Direktorat Jenderal Pajak, sehingga
kualitas pelayanan harus terus menerus ditingkatkan dalam rangka
mewujudkan harapan dan membangun kepercayaan seluruh stakeholder
perpajakan terhadap Direktorat Jenderal Pajak.”45
Strategi Direktorat Jenderal Pajak dalam rangka mewujudkan tingkat
kepercayaan masyarakat dan upaya untuk mencapai tingkat kepuasan yang
42 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik Pasal 1 43 Masruroh, “Pengaruh Kemanfaatan NPWP, Pemahaman Wajib Pajak, Kualitas Pelayanan,
dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris WP OP di Kabupaten Tegal)”, Skripsi S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Diponegoro, 2013, h.25.
44 Masruroh, “Pengaruh Kemanfaatan NPWP, Pemahaman Wajib Pajak, Kualitas Pelayanan,
dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris WP OP di Kabupaten Tegal)”, Skripsi S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Diponegoro, 2013, h. 25.
45 Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-84/PJ/2011 Tentang Pelayanan Prima
26
tinggi adalah dengan meningkatkan kualitas pelayananpajak kepada wajib
pajak. Hal ini diwujudkan melalui Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak
Nomor SE84/PJ/2011 Tentang Pelayanan Prima yang menjadi pedoman bagi
aparat pajak dalam melaksanakan pelayanan kepada wajib pajak.
Pelayanan Prima yang dilakukan Direktorat Jenderal Pajak secara tidak
langsung akan dapat menamankan citra positif. Konsep pelayanan prima
merupakan pelayanan ideal, yang mengadopsi pelayanan terbaik dan
universal yang telah disesuaikan dengan situasi dan kondisi lingkungan
Direktorat Jenderal Pajak. Disadari sepenuhnya bahwa proses tersebut tidak
memberikan hasil dalam waktu singkat, namun demikian diharapkan
kepatuhan sukarela akan terbentuk, dengan sinergi dalam pelayanan dan
kehumasan dan ditambah komunikasi internal dan eksternal, diharapkan dapat
meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada Direktorat Jenderal Pajak.46
Ada lima dimensi yang digunakan untuk menilai kualitas pelayanan, yaitu:
1. Kehandalan (Reliability)
Kehandalan berkaitan dengan kemampuan aparat pajak untuk
memberikan pelayanan yang akurat sejak pertama kali tanpa
membuat kesalahan apapun dan menyampaikan pelayanan sesuai
dengan waktu yang disepakati.
2. Daya Tanggap (Responsiveness)
Daya tanggap berkenaan dengan kesediaan dan kemampuan aparat
pajak untuk membantu wajib pajak dan merespon permintaan
mereka, serta menginformasikan kapan pelayanan akan diberikan
dan kemudian memberikan pelayanan secara cepat.
3. Jaminan (Assurance)
Jaminan yaitu perilaku aparat pajak mampu menumbuhkan
kepercayaan dan menciptakan rasa aman bagi wajib pajak. Jaminan
juga berarti bahwa aparat pajak selalu bersikap sopan dan menguasai
46 http://www.pajak.go.id/blog-entry/kp2kpngabang/pelayanan-prima-salah-satu-kunci- sukses-penerimaan-pajak, (di akses pada tanggal 25 Februari 2016).
27
pengetahuan dan ketrampilan yang dibutuhkan untuk menangani
setiap pertanyaan atau masalah wajib pajak.
4. Empati (Emphaty)
Empati berarti aparat pajak memahami masalah wajib pajak dan
bertindak demi kepentingan wajib pajak, serta memberikan perhatian
personal kepada wajib pajak dan memiliki jam operasi yang nyaman.
5. Bukti Fisik (Tangibles)
Bukti fisik berkenaan dengan daya tarik fasilitas fisik, perlengkapan,
dan material yang digunakan aparat pajak, serta penampilan aparat
pajak.47
Kualitas pelayanan pajak berhubungan erat dengan kepatuhan wajib
pajak. Jika pelayanan yang dilakukan aparat pajak baik dan memberikan
kesan baik terhadap wajib pajak ada kemungkinan wajib pajak akan rajin
dalam melaporkan SPT dan membayar pajak, begitu pun sebaliknya jika
pelayanan tidak baik akan ada kemungkinan hal tersebut yang dapat membuat
wajib pajak malas untuk melaporkan atau membayar pajak. Dengan demikian
kualitas pelayanan pajak diprediksi merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kepatuhan wajib pajak.
9. Administrasi Perpajakan (Tax Compliance)
Administrasi pajak dapat dilihat sebagai fungsi, sistem, atau lembaga.
Sebagai fungsi, administrasi pajak meliputi fungsi perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan. 48 Administrasi pajak
sebagai sistem adalah seperangkat unsur yang saling berkaitan yang berfungsi
bersama-sama untuk mencapai tujuan atau menyelesaikan suatu tugas
tertentu. Sebagai lembaga administrasi pajak merupakan salah satu Direktorat
pada Departemen Keuangan.49
10. Reformasi Administrasi Perpajakan
47 Masruroh, “Pengaruh Kemanfaatan NPWP, Pemahaman Wajib Pajak, Kualitas Pelayanan,
dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris WP OP di Kabupaten Tegal)”, Skripsi S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Diponegoro, 2013, h.25.
48 Safri Nurmantu, Pengantar Perpajakan, (Jakarta : Granit, 1994), h.88. 49 Nurmantu, Pengantar Perpajakan, (Jakarta : Granit, 1994), h. 96.
28
Reformasi administrasi perpajakan bertujuan untuk mencapai
administrasi perpajakan yang efektif dan efisien. Pembaharuan perpajakan
memerlukan pembenahan administrasi perpajakan secara menyeluruhh, baik
menyangkut prosedur maupun tata kerja dan peralatan yang memadai.
Administrasi perpajakan harus berfungsi secara efisien dan efektif, segera
tanggap atas perkembangan dalam masyarakat.50
11. Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan Modernisasi perpajakan adalah bagian dari reformasi perpajakan. Ada
nuansa tersendiri yang membuatnya menjadi lebih teknis, fokus, dan dinamis sejalan dengan reformasi perpajakan itu sendiri. Modernisasi administrasi perpajakan yang dilakukan pada dasarnya meliputi tiga unsur. Unsur-unsur tersebut antara lain :
a. Restrukturisasi organisasi b. Penyempurnaan proses bisnis melalui pemanfaatan teknologi
komunikasi dan informasi c. Penyempurnaan manajemen sumber daya manusia51 Dalam rangka modernisasi administrasi perpajakan, pihak Direktorat
Jenderal Pajak mengupayakan perbaikan administrasi, diantaranya perbaikan mutu aparatur pajak dan perbaikan peralatan.52 Tujuan dari modernisasi perpajakan, antara lain:
a. Tercapainya tingkat kepatuhan pajak (tax compliance) yang tinggi b. Tercapainya tingkat kepercayaan (trust) terhadap administrasi
perpajakan yang tinggi c. Tercapainya tingkat produktivitas pegawai pajak yang tinggi53 Direktorat Jenderal Pajak memberikan usaha yang maksimal agar
organisasi perpajakan semakin memenuhi tuntutan kebutuhan sejalan dengan
50 Intan Gayatri, "Pengelolaan Data Wajib Pajak Melalui Program Profiling Wajib Pajak
Dalam Rangka Modernisasi Administrasi Perpajakan", Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, 2009, h.21
51 Liberti Pandiangan, Modernisasi dan Reformasi Pelayanan Perpajakan berdasarkan UU terbaru, (Jakarta : PT. Elex Media Komputindo, 2008), h.7.
52 Gayatri, "Pengelolaan Data Wajib Pajak Melalui Program Profiling Wajib Pajak Dalam Rangka Modernisasi Administrasi Perpajakan", Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, 2009, h.23.
53 Pandiangan, Modernisasi dan Reformasi Pelayanan Perpajakan berdasarkan UU terbaru, (Jakarta : PT. Elex Media Komputindo, 2008), h.8.
29
pelaksanaan pembaharuan perpajakan. 54 Dalam membangun administrasi
perpajakan yang baik, akurat dan cepat, tidak satupun data dari informasi
perpajakan yang tidak termanfaatkan yang digunakan untuk menguji tingkat
kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.55
Kebijakan pemerintah mengenai perpajakan sering kali berubah, namun
perubahan kebijakan perpajakan oleh pemerintah tidak akan berjalan dengan
baik apabila sistem administrasi perpajakan nya juga belum baik.
Reformasi perpajakan adalah perubahan yang mendasar disegala aspek
perpajakan yang mencakup modernisasi perpajakan jangka menengah dengan
tujuan tercapainya:
a. Tingkat kepatuhan sukarela yang tinggi
b. Kepercayaan terhadapa administrasi perpajakan yang tinggi
c. Produktivitas aparat perpajakan yang tinggi56
Direktorat Jenderal Pajak dalam meningkatkan pelayanan kepada wajib
pajak adalah dengan adanya sistem administrasi perpajakan yang lebih
modern. Direktorat Jenderal Pajak memanfaatkan teknologi yang ada saat ini,
dan akan terus mengembangkannya sejalan dengan teknologi yang terus
maju.
Penerapan teknologi komunikasi dalam organisasi Direktorat Jenderal
Pajak menggunakan sistem komputerisasi yang dapat memproses informasi
dengan efisien dan efektif sehingga dapat mendukung modernisasi
adminsitrasi perpajakan.57
54 Gayatri, "Pengelolaan Data Wajib Pajak Melalui Program Profiling Wajib Pajak Dalam
Rangka Modernisasi Administrasi Perpajakan", Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, h.23.
55 Gayatri, "Pengelolaan Data Wajib Pajak Melalui Program Profiling Wajib Pajak Dalam Rangka Modernisasi Administrasi Perpajakan", Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, h.23.
56 Gayatri, "Pengelolaan Data Wajib Pajak Melalui Program Profiling Wajib Pajak Dalam Rangka Modernisasi Administrasi Perpajakan", Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, h.22.
57 Gayatri, "Pengelolaan Data Wajib Pajak Melalui Program Profiling Wajib Pajak Dalam Rangka Modernisasi Administrasi Perpajakan", Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, h.22.
30
12. Penerapan e-Filing
E-Filing adalah penyampaian SPT Tahunan melalui internet, setelah
sebelumnya Wajib Pajak mendapatkan nomor e-FIN. Nomor e-FIN sendiri
dapat diperoleh dengan mengajukan permohonan ke Kantor Pelayananan
Pajak terdekat atau langsung melalui website. Manfaat e-Filing bagi Wajib
Pajak yang telah memiliki e-FIN tidak perlu lagi bersusah payah antri
berjam-jam di Kantor Pelayanan Pajak untuk menyampaikan SPT
Tahunan-nya. Bisa dilakukan secara online melalui website resmi
www.pajak.go.id.58
Alasan dibalik diadakannya e-Filing ini karena dilihat masih rendahnya
tingkat kepatuhan Wajib Pajak dibandingkan jumlah Wajib Pajak yang
terdaftar. Namun, pemerintah optimis rendahnya cost of compliance e-Filing
ini ditargetkan akan meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak. Karena jika
dilihat dari segi waktu jauh lebih efisien jika menggunakan e-Filing, Wajib
Pajak pun dapat melaporkan SPT kapan saja dan di mana saja, tidak harus
datang ke Kantor Pelayanan Pajak seperti yang selama ini dilakukan. Lalu,
tidak perlu datang jauh-jauh ke Kantor Pelayanan Pajak dan tidak
memerlukan ongkos untuk melaporkan SPT, baik ongkos yang dikeluarkan
untuk mencetak SPT Tahunan ataupun untuk transportasi yang harus
dikeluarkan ketika melaporkan ke Kantor Pelayanan Pajak terdekat.
13. Pengawasan Account Representative
Account Representative (AR) pajak adalah aparat pajak yang berada di
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang telah melaksanakan sistem administrasi
modern dan bertugas untuk memberikan pelayanan, pengawasan dan
pengarahan secara langsung kepada sejumlah wajib pajak tertentu yang telah
ditugaskan kepada Account Representative (AR) tersebut.59 Setiap Account
Representative (AR) pajak melayani beberapa wajib pajak yang harus diawasi
58 Dewi Damiyanti, "Biaya Kepatuhan E-Filing Rendah, Benarkah?",
http://www.pajak.go.id/content/article/biaya-kepatuhan-e-filing-rendah-benarkah, (di akses pada tanggal 12 Juli 2016 pukul 20.15).
59 Delia Davina, "Kinerja Account Representative", http://www.kompasiana.com/davina16/hubungan-antara-kinerja-account-representative-dengan-penerimaan-pajak, (di akses pada tanggal 10 Juli 2016 pukul 22.10).
31
dan diarahkan. Penugasan Account Representative (AR) pajak dilakukan
berdasarkan jenis usaha sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja
serta profesionalisme karena pelaksanaan pekerjaan lebih terfokus.
Dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
79/PMK.01/2015 Account Representative terdiri dari:
a. Account Representative yang menjalankan fungsi pelayanan dan
konsultasi Wajib Pajak
b. Account Representative yang menjalankan fungsi pengawasan dan
penggalian potensi Wajib Pajak.
Account Representative yang menjalankan fungsi pelayanan dan
konsultasi Wajib Pajak mempunyai tugas:
a. Melakukan proses penyelesaian permohonan Wajib Pajak.
b. Melakukan proses penyelesaian usulan pembetulan ketetapan pajak.
c. Melakukan bimbingan dan konsultasi teknis perpajakan kepada
Wajib Pajak.
d. Melakukan proses penyelesaian usulan pengurangan Pajak Bumi dan
Bangunan.
Account Representative yang menjalankan fungsi pengawasan dan
penggalian potensi Wajib Pajak mempunyai tugas:
a. Melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib
Pajak.
b. Menyusun profil Wajib Pajak.
c. Analisis kinerja Wajib Pajak.
d. Rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka intensifikasi dan
himbauan kepada Wajib Pajak.
Salah satu ciri khas Kantor Pelayanan Pajak modern adalah adanya
Account Representative (AR) yang melaksanakan tugas pengawasan terhadap
pelaksanaan kewajiban oleh wajib pajak dan melayani penyelesaian hak wajib
pajak. Juga untuk konsultasi, jika wajib pajak memerlukan informasi atau hal
lainnya terkait pelaksanaan hak dan kewajiban perpajakannya. Sehingga
32
Account Representative berfungsi sebagai jembatan atau mediator antara
wajib pajak dengan Kantor Pelayanan Pajak.60
14. Biaya Kepatuhan (Compliance cost)
Sasaran perencanaan pajak bukan hanya meminimalisasi beban pajak,
tetapi juga menekan biaya perpajakan secara umum. Karena itu, kita perlu
memahami arti dari biaya perpajakan.61 Besarnya biaya-biaya yang harus
dikeluarkan oleh Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan dalam
berbagai literatur disebut compliance cost.62
Compliance Cost yang akan timbul dalam memenuhi kewajiban
perpajakan antara lain :
a. Direct Money Cost, yaitu seluruh biaya yang dapat diukur dengan
nilai uang yang dikorbankan wajib pajak dalam melaksanakan hak
dan kewajiban pepajakan. Misalnya, gaji pegawai bagian pajak,
honor konsultan jika menggunakan jasa konsultan, biaya transportasi
ke kantor pajak, biaya pengadaan dokumen perpajakan.
b. Time Cost, yaitu biaya berupa waktu yang dikorbankan untuk
menuntaskan hak dan kewajiban perpajakan. Misalanya, waktu
mengisi formulir perpajakan, waktu menyiapkan surat
pemberitahuan, waktu untuk memenuhi panggilan kantor pajak.63
c. Psychological Cost, yaitu rasa stres dan berbagai rasa takut dan
cemas karena melakukan tax evasion.64
15. Sosialisasi Pajak
Sosialisasi perpajakan merupakan suatu upaya yang dilakukan Direktorat
Jenderal Pajak untuk memberikan informasi, pengertian, dan pembinaan
kepada masyarakat khususnya wajib pajak mengenai perpajakan dan
60 Pandiangan, "Modernisasi dan Reformasi Pelayanan Perpajakan berdasarkan UU terbaru",
(Jakarta : PT. Elex Media Komputindo, 2008), h. 27. 61 Gatot SM Faisal, "How To Be Smarter Taxpayer", (Jakarta : Grasindo, 2009), h. 286. 62 Anissa Anggadewi, "Pengaruh Pemahaman Pajak dan Biaya Kepatuhan Terhadap TIngkat
Kepatuhan Wajib Pajak", Skripsi S1 Fakultas Ekonomi, Universitas Widyatama, 2015, h. 19. 63 Faisal, "How To Be Smarter Taxpayer", (Jakarta : Grasindo, 2009), h. 286. 64 Anggadewi, "Pengaruh Pemahaman Pajak dan Biaya Kepatuhan Terhadap TIngkat
Kepatuhan Wajib Pajak", Skripsi S1 Fakultas Ekonomi, Universitas WIdyatama, 2015, h.21.
33
Undang-Undang Perpajakan. 65 Penyuluhan merupakan salah satu bentuk
sosialisasi yang dilakukan melalui berbagai media baik elektronik maupun
cetak. Terkadang dilakukan langsung ke daerah, daerah yang potensi
pajaknya besar dan membutuhkan banyak informasi mengenai perpajakan.66
16. Tingkat Pendapatan
Menurut pengertian akuntansi keuangan, pendapatan adalah peningkatan jumlah aktiva dari penjualan barang dan jasa kepada pihak lain dalam periode tertentu.67
Soemitro dalam Ernawati menyatakan bahwa masyarakat tidak akan menemukan kesulitan dalam memenuhi kewajiban membayar pajaknya kalau nilai yang harus dibayar itu masih di bawah penghasilan yang sebenarnya merekaperoleh secara rutin. Faktor ekonomi merupakan hal yang sangat fundamental dalam hal melaksanakan kewajiban. Masyarakat yang miskin akan menemukan kesulitan untuk membayar pajak. Kebanyakan mereka akan memenuhi kebutuhan hidup terlebih dahulu sebelum membayar pajak. Karenanya, tingkat pendapatan seseorang dapat memengaruhi bagaimana seseorang tersebut memiliki kesadaran dan kepatuhan akan ketentuan hukum dan kewajibannya.68
Pendapatan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah hasil kerja
(usaha dan sebagainya), pendapatan adalah penghasilan seseorang yang
didapatkan dengan cara melakukan pekerjaan, dan pendapatan tersebut
berupa uang.
17. Kepatuhan Wajib Pajak
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kepatuhan berarti tunduk atau
patuh pada ajaran atau aturan. Kepatuhan adalah motivasi seseorang,
kelompok atau organisasi untuk berbuat atau tidak berbuat sesuai dengan
65Arya Yogatama, "Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak
Orang Pribadi", S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Diponegoro, 2014, h. 26. 66 Yogatama, "Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Orang
Pribadi", S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Diponegoro, 2014, h. 27 67 M Fuad dkk, Pengantar Bisnis, (Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2006), h. 168. 68 Ernawati, "Pengaruh Tingkat Pendidikan, Pendapatan, dan Kualitas Pelayanan Fiskus
terhdapa Kepatuhan Wajib Pajak", Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Hasanuddin Makasar, 2014, h. 18-19.
34
aturan yang ditetapkan. 69 Dalam pajak, aturan yang berlaku adalah
Undang-Undang Perpajakan. Jadi, kepatuhan pajak merupakan kepatuhan
seseorang, dalam hal ini adalah wajib pajak, terhadap peraturan atau
Undang-Undang Perpajakan. "Kepatuhan pajak adalah kesediaan wajib pajak
untuk memenuhi kewajiban pajaknya sesuai dengan aturan yang berlaku
tanpa perlu diadakannya pemeriksaan, investigasi seksama, peringatan
ataupun ancaman, dalam penerapan sanksi baik hukum maupun
administrasi".70
Kepatuhan pajak (tax compliance) adalah wajib pajak mempunyai
kesediaan untuk memenuhi kewajiban pajaknya sesuai dengan aturan yang
berlaku tanpa perlu diadakannya pemeriksaan, investigasi seksama,
peringatan ataupun ancaman, dalam penerapan sanksi baik hukum maupun
administrasi.71
Dalam masalah pajak, aturan yang berlaku adalah aturan perpajakan yang
ada dalam Undang-Undang perpajakan. Jadi pengertian kepatuhan pajak
adalah suatu hal yang berhubungan dengan ketaatan, ketaatan dalam
melakukan sesuatu dengan ketentuaan-ketentuan atau aturan-aturan pajak
yang berlaku dan wajib dilaksanakan. Kepatuhan perpajakan merupakan
suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan
dan melaksanakan hak perpajakannya.72
69 Jatmiko, “Pengaruh Sikap Pajak Pada Pelaksanaan Sanksi Denda, Pelayanan Fiskus dan
Kesadaran Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris WP OP di Kota Semarang)”,
Tesis S2 Program Pascasarjana, Universitas Diponegoro, 2013, h.16. 70 Yogatama, "Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Orang
Pribadi", S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Diponegoro, 2014, h.27. 71 Arum, “Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pelayanan Fiskus, dan Sanksi Pajak Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Kegiatan Usaha dan Pekerjaan Bebas (Studi di Wilayah KPP Pratama Cilacap)”, Skripsi S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas
Diponegoro, 2012, h.6. 72 Arum, “Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pelayanan Fiskus, dan Sanksi Pajak Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Kegiatan Usaha dan Pekerjaan Bebas (Studi di Wilayah KPP Pratama Cilacap)”, Skripsi S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas
Diponegoro, 2012, h.6.
35
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian ini merupakan replika dari penelitian sebelumnya yang dijalaskan dalam tabel 2.1 dibawah ini :
Tabel 2.1 Hasil Penelitian yang Relevan
Peneliti Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Metode Penelitian Temuan
Persamaan dengan Penelitian Terdahulu
Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu
Jatmiko (2013)73
Pengaruh Sanksi Denda,
Pelayanan Fiskus dan Kesadaran Perpajakan Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak
1. Sanksi Denda (X1)
2. Pelayanan Fiskus (X2)
3. Kesadaran Perpajakan
Metode Regresi
Berganda
Sikap wajib pajak
terhadap pelaksanaan sanksi denda, sikap wajib
pajak terhadap pelayanan fiskus dan sikap wajib pajak terhadap
kesadaran perpajakan
memiliki pengaruh positif yang
signifikan terhadap kepatuhan wajib
pajak
Variabel independen yang digunakan sama
Menambahkan variabel
independen, subjek penelitian dan
teknik analisis data yang digunakan berbeda, dalam penelitian ini menggunakan analisis faktor.
73 Jatmiko, “Pengaruh Sikap Pajak Pada Pelaksanaan Sanksi Denda, Pelayanan Fiskus dan Kesadaran Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi
Empiris WP OP di Kota Semarang)”, Tesis S2 Program Pascasarjana, Universitas Diponegoro, 2013
36
Masruroh (2013)74
Pengaruh Kemanfaatan
NPWP, Pemahaman Wajib Pajak,
Kualitas Pelayanan dan Sanksi Perpajakan Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak
1. Kemanfaatan NPWP
2. Pemahaman Wajib Pajak
3. Kualitas Pelayanan
4. Sanksi Perpajakan
Metode Regresi Logistik
Pemahaman wajib pajak berpengaruh
positif dan signifikan terhadap
kepatuhan wajib pajak.
Kemanfaatan NPWP, kualitas pelayanan dan
sanksi perpajakan tidak berpengaruh signifikan terhadap
kepatuhan wajib pajak
Variabel independen yang digunakan sama
Menambahkan variabel
independen, subjek penelitian dan
teknik analisis data yang digunakan berbeda, dalam penelitian ini menggunakan analisis faktor.
Arum (2012)75
Pengaruh Kesadaran
Wajib Pajak, Pelayanan Fiskus, dan
Sanksi Pajak Terhadap
Kepatuhan
1. Kesadaran Wajib Pajak
2. Pelayanan Fiskus
3. Sanksi Pajak
Metode Regresi Ganda
Kesadaran wajib pajak, pelayanan fiskus, dan sanksi
pajak memiliki pengaruh yang
positif dan
Variabel independen yang digunakan sama
Menambahkan variabel
independen, subjek penelitian dan
teknik analisis data yang digunakan berbeda, dalam penelitian ini
74 Masruroh, “Pengaruh Kemanfaatan NPWP, Pemahaman Wajib Pajak, Kualitas Pelayanan, dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
(Studi Empiris WP OP di Kabupaten Tegal)”, Skripsi S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Diponegoro, 2013 75 Arum, “Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pelayanan Fiskus, dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melakukan
Kegiatan Usaha dan Pekerjaan Bebas (Studi di Wilayah KPP Pratama Cilacap)”, Skripsi S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Diponegoro, 2012
37
Wajib Pajak Orang
Pribadi yang Melakukan Kegiatan
Usaha dan Pekerjaan
Bebas
signifikan terhadap kepatuhan wajib
pajak.
menggunakan analisis faktor.
Cindy dan Yenni
(2013)76
Pengaruh Kesadaran
Wajib Pajak, Kualitas
Pelayanan Fiskus, Sanksi
Perpajakan, Lingkungan Wajib Pajak
Berada terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak
Orang Pribadi di Surabaya
1. Kesadaran Wajib Pajak
2. Kualitas Pelayanan Fiskus
3. Sanksi Perpajakan
4. Lingkungan Wajib Pajak
Metode Regresi Linear
Berganda
Kesadaran Wajib Pajak, kualitas
pelayanan fiskus, sanksi perpajakan,
dan lingkungan Wajib Pajak berada
berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan Wajib
Pajak
Ketiga Variabel independen yang digunakan sama,
yaitu variabel kesadaran wajib pajak, kualitas pelayanan, dan
sanksi perpajakan
Menambahkan variabel
independen, subjek penelitian dan
teknik analisis data yang digunakan berbeda, dalam penelitian ini menggunakan analisis faktor.
76 Cindy dan Yenni, “Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Kualitas Pelayanan Fiskus, Sanksi Perpajakan, Lingkungan Wajib Pajak Berada terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak Orang Pribadi di Surabaya”, Jurnal Program Akuntansi Pajak Program Studi Akuntansi, Universitas Kristen Petra, Vol. 1 No. 1, 2013.
38
Sri Rahayu dan Ita
Salsalina Lingga (2009)77
Pengaruh Sistem
Administrasi Perpajakan terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak.
1. Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan
Analisis Regresi dan
t-test
Modernisasi sistem
administrasi perpajakan modern
tidak memiliki pengaruh yang
dignifikan terhadapa
kepatuhan wajib pajak.
Variabel independen yang digunakan sama,
Menambahkan
variabel independen, subjek
penelitian dan teknik analisis data
yang digunakan berbeda, dalam penelitian ini menggunakan analisis faktor.
Sandi (2010)78
Pengaruh Pelayanan,
Konsultasi,dan
Pengawasan Account
Representativeterhadap Kepatuhan
Wajib Pajak
1. Pelayanan 2. Konsultasi 3. Pengawasan
Account Representative
Metode Regresi Linear
Berganda
Variabel
pelayanan dan pengawasan berpengaruh
secara signifikan terhadap
kepatuhan wajib pajak, sedangkan
variabel konsultasi
tidakberpengaruh
Variabel independen yang digunakan sama
Menambahkan variabel
independen, subjek penelitian dan
teknik analisis data yang digunakan berbeda, dalam penelitian ini menggunakan analisis faktor.
77 Sri dan Ita, “Pengaruh Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak”, Jurnal Akuntansi, Universitas Kristen
Maranatha, Vol. 1 No. 2, 2009. 78 Nofri Boy Sandi, “Analisis Pengaruh Pelayanan, Konsultasi, dan Pengawasan Account Representative terhadap Kepatuhan Wajib Pajak”, Skripsi S1,
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah, 2010.
39
secara signifikan. Secara simultan
variabel pelayanan, konsultasi dan pengawasan
account representative berpengaruh
secara signifikan terhadap
kepatuhan wajib pajak
Nova Kristanty,
Siti Khairani dan Icha Fajriani (2014)79
Pengaruh Pengetahuan Wajib Pajak, Tarif Pajak
dan Penyuluhan
Pajak terhadap Tingkat
Kepatuhan Wajib Pajak
1. Pengetahuan Wajib Pajak
2. Tarif Pajak 3. Penyuluhan
Pajak
Metode Regresi Linear
Berganda
Pengetahuan Wajib Pajak, tarif pajak, dan penyuluhan pajak memiliki pengaruh yang
signifikan sebesar 36,6% terhadap
tingkat kepatuhan Wajib
Pajak. Secara
Variabel independen yang digunakan sama
Menambahkan variabel
independen, subjek penelitian dan
teknik analisis data yang digunakan berbeda, dalam penelitian ini menggunakan analisis faktor.
79 Nova Kristanty dkk, "Pengaruh Pengetahuan Wajib Pajak, Tarif Pajak, dan Penyuluhan Pajak terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan di
Kantor Pelayanan Pajak Madya Palembang", Jurnal Akuntansi STIE MDP Palembang.
40
Badan di Kantor
Pelayanan Pajak Madya Palembang
parsial, pengetahuan
Wajib Pajak dan tarif pajak
berpengaruh signifikan terhadap tingkat kepatuhan
Wajib Pajak Badan, sedangkan penyuluhan pajak
tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap tingkat kepatuhan
Wajib Pajak Badan.
Stefani Galuh
Widorini dan Joko Purwanto Nugroho (2014)80
Pengaruh Pengetahuan,
Persepsi tentang Tarif
Pajak dan Penegakkan
Hukum Perpajakan
1. Pengetahuan 2. Persepsi Tarif
Pajak 3. Penegakkan
Hukum Perpajakan
Metode Regresi Linear
Berganda
Pengetahuan wajib
pajak tentang perpajakan
berpengaruh terhadap
kepatuhan wajib pajak, persepsi
Variabel independen yang digunakan sama
Menambahkan variabel
independen, subjek penelitian dan
teknik analisis data yang digunakan berbeda, dalam penelitian ini
80 Stefani dan Joko, “Pengaruh Pengetahuan, Persepsi tentang Tarif Pajak dan Penegakkan Hukum Perpajakan, terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang
Pribadi di KPP Pratama Yogyakarta”, Jurnal Bisnis dan Ekonomi, Universitas Janabadra, Vol. 5 No. 1, 2014.
41
terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak Orang
Pribadi di KPP Pratama Yogyakarta
tentang penegakan hukum perpajakan
berpengaruh terhadap
kepatuhan wajib pajak, sedangkan persepsi tentang tarif pajak yang
berlaku tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
kepatuhan wajib pajak.
menggunakan analisis faktor.
Ernawati (2014)81
Pengaruh Tingkat
Pendidikan, Pendapatan, dan Kualitas Pelayanan
Fiskus terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak
1. Tingkat Pendidikan
2. Pendapatan 3. Kualitas
Pelayanan Fiskus
Metode Regresi Linear
Berganda
Variabel tingkat pendidikan, tingkat
pendapatan, dan kualitas pelayanan fiskus berpengaruh
positif terhadap kepatuhan wajib
pajak.
Variabel independen yang digunakan sama
Menambahkan variabel
independen, subjek penelitian dan
teknik analisis data yang digunakan berbeda, dalam penelitian ini menggunakan analisis faktor.
81 Ernawati. "Pengaruh Tingkat Pendidikan, Pendapatan, dan Kualitas Pelayanan Fiskus terhadap Kepatuhan Wajib Pajak". Skripsi S1 Fakultas Ekonomi
dan Bisnis, Universitas Hasanuddin Makasar. 2014.
42
Witono (2008)82
Peranan Pengetahuan Pajak pada Kepatuhan
Wajib Pajak
1. Pengetahuan Pajak
Metode Regresi Linear
Berganda
Terdapat pengaruh yang signifikan
pengetahuan pajak dan
persepsi keadilan pajak terhadap
tingkat kepatuhan pajak.
Variabel independen yang digunakan sama
Menambahkan variabel
independen, subjek penelitian dan
teknik analisis data yang digunakan berbeda, dalam penelitian ini menggunakan analisis faktor.
82 Watono, “Peranan Pengetahuan Pajak pada Kepatuhan Wajib Pajak”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Vol. 7 No. 2, 2008.
43
C. Kerangka Berpikir
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Variabel yang digunakan
dalam penelitian ini sebanyak 17 variabel yaitu 16 variabel independen dan satu
variabel dependen. Variabel Independen yang digunakan yaitu Hukum perpajakan,
Sanksi Perpajakan, Tarif Pajak, Manfaat NPWP, Pemahaman Wajib Pajak,
Pengetahuan Dasar Perpajakan, Kesadaran Wajib Pajak, Tingkat Pendidikan,
Kualitas Pelayanan pajak, Reformasi Administrasi Perpajakan, Modernisasi
Sistem Administrasi Perpajakan, Penerapan E-Filing, Pengawasan Account
Reprsentative, Biaya Kepatuhan (Compliance Cost), Sosialisasi Pajak, dan
Tingkat Pendapatan.Sedangkan Variabel dependen yang digunakan yaitu
Kepatuhan Pajak.
Lanjutan
Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak
44
Gambar 2.1
Kerangka Berpikir
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara, terhadap rumusan masalah penelitian di
mana rumusan masalah penelitian ternyata telah dinyatakan dalam bentuk kalimat
pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru
Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak
45
berdasarkan pada teori yang relevan belum berdasarkan pada fakta-fakta empiris
yang diperoleh melalui pengumpulan data.83
Melihat dari penelitian-penelitian terdahulu dan tinjauan teoritis yang sudah
ada maka peneliti dapat merumuskan hipotesis sebagai berikut: Hukum
perpajakan, Sanksi Perpajakan, Tarif Pajak, Manfaat NPWP, Pemahaman Wajib
Pajak, Pengetahuan Dasar Perpajakan, Kesadaran Wajib Pajak, Tingkat
Pendidikan, Kualitas Pelayanan pajak, Reformasi Administrasi Perpajakan,
Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan, Penerapan E-Filing, Pengawasan
Account Reprsentative, Biaya Kepatuhan (Compliance Cost), Sosialisasi Pajak,
dan Tingkat Pendapatan memiliki pengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan
wajib pajak.
83 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung : ALFABET,
2014), Cet. Ke-21, h.64.
46
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Dalam penelitian ini penulis memilih KPP Pratama Kalideres sebagai tempat
melakukan penelitian. Penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis
faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak. Waktu yang digunakan
untuk penelitian adalah selama 6 (enam) bulan yang dimulai dari bulan Mei 2016
sampai dengan bulan Oktober 2016.
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan
B. Metode Penelitian
Metode yang disarankan dalam penelitian ini adalah kuantitatif yaitu metode
survey yang digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu yang alamiah
(bukan buatan) tetapi peneliti melakukan perlakuan dalam pengumpulan data,
Tahapan Penelitian
Mei 2016
Juni 2016
Juli 2016
Agustus 2016
September 2016
Oktober 2016
Studi Pustaka
Penyusunan Laporan
Pengumpulan Data
Pengolahan & Analisis Data
Penyelesaian Laporan
47
misalnya dengan mengedarkan kuesioner, test, wawancara terstruktur dan
sebagainya.84 Dalam pengumpulan data dengan mengedarkan kuesioner.
Jadi metode penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah
metode kuantitaif dan data penelitian merupakan data primer.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas, obyek atau
subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. 85
Populasi dalam penelitian ini adalah para wajib pajak orang pribadi (WP OP)
yang ada di Kecamatan Kalideres Jakarta Barat yang berjumlah 7500 orang
yang telah memiliki NPWP. Tidak semua WP OP efektif ini menjadi obyek
dalam penelitian ini karena jumlahnya sangat besar dan guna efisiensi waktu
dan biaya. Oleh sebab itu dilakukan pengambilan sampel.
2. Sampel
Sample adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin
mempelajari semua yang ada pada populasi, dikarenakan karena keterbatasan
tenaga dan waktu. maka peneliti dapat menggunakan sample yang di ambil
dari populasi itu. Apa yang dipelajari dalam sample itu, kesimpulannya akan
dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari
populasi harus betul-betul reprsentatif.86 Untuk mendapatkan sample yang
akan menggambarkan populasi diperlukan teknik sampling. Teknik sampling
terdapat bebefapa macam tetapi peneliti hanya menggunakan simple random
sampilng. Simple random sampling dikatakan simple (sederhana) karena
84 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung : ALFABET,
2014), Cet. Ke-21, h.6. 85 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung : ALFABET,
2014), Cet. Ke-21, h. 80. 86 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung : ALFABET,
2014), Cet. Ke-21, h.81.
48
dalam pengambilan anggota sample dari populasi dilakukan secara acak
tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersevut. 87 Yang
menjadi sample dalam penelitian ini adalah Wajib Pajak Orang Pribadi di
KPP Pratama Kalideres Jakarta Barat.
Penentuan jumlah sampel ditentukan dengan mengunakan rumus Slovin
berikut:
n = jumlah sampel
N = populasi
e=persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel
yang masih dapat ditolerir atau diinginkan dalam penelitian ini adalah 10%
(0.10).
n = 7500
1 + 7500(0.1)2
= 9.99 dibulatkan menjadi 100
Jadi sampel dalam penelitian ini adalah berjumlah 100 responden dari 7500
populasi.
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Pengumpulan Data Primer
Data Primer adalah sumber data yang diperoleh secara langsung, salah
satu contoh pengumpulan data primer adalah data yang diperoleh dari
responden melalui kuesioner. Dalam mencari data dan informasi yang berupa
fakta harus memperhatikan teknik pengumpulan data yang dinilai tepat.
Sehingga informasi yang didapat benar-benar valid dan reliabel.
87 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung : ALFABET, 2014), Cet. Ke-21, h.82.
49
Pengumpulan data primer dilakukan dengan metode survei menggunakan
media angket (kuesioner).
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawabnya.88 Dalam pendistribusian kuesioner dilakukan
dengan secara langsung maupun tidak langsung melalui perantara kepada
responden.
2. Pengumpulan Data Sekunder
Data sekunder adalah pegumpulan data secara tidak langsung,
pengumpulan data yang diambil dengan cara studi pustaka, yaitu dari
berbagai buku, artikel, jurnal, undang-undang dan lain sebagainya.
E. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kuantitatif, peneliti akan menggunakan instrumen untuk
mengumpulkan data. Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai
variabel yang diteliti. Dengan demikian jumlah instrumen yang akan digunakan
untuk penelitian tergantung jumlah variabel yang diteliti.89 Untuk menghasilkan
data kuantutatif yang akurat, maka setiap instrumen harus mempunyai skala
pengukuran.
Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan
untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur,
sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan
data kuantitatif.90 Terdapat berbagai macam skala pengukuran, tetapi peneliti
hanya menggunakan satu skala pengukuran yaitu menggunakan skala likert.
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan skala Likert,
maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian
88 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung : ALFABET,
2014), Cet. Ke-21, h.142. 89 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung : ALFABET,
2014), Cet. Ke-21, h.92. 90 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung : ALFABET,
2014), Cet. Ke-21, h.92.
50
indikator tersebut menjadi titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang
dapat berupa pernyataan atau pertanyaan.91 Untuk mengukur data yang telah
didapatkan digunakan skala Likert. Skala Likert yang akan digunakan adalah
sebagai berikut:
a. Sangat Setuju (SS)
b. Setuju (S)
c. Tidak Setuju (TS)
d. Sangat Tidak Setuju (STS)
Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu diberi skor sebagai
berikut:92
a. Sangat Setuju (SS) diberi skor 4
b. Setuju (S) diberi skor 3
c. Tidak Setuju (TS) diberi skor 2
d. Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 1
F. Variabel Penelitian
1. Definisi Konseptual
Menurut teori – teori yang di uraikan tersebut diatas dapat disimpulkan
bahwa yang dimaksud dengan :
a. Kepatuhan Wajib Pajak
Menurut Siti Kurnia Rahayu, “Kepatuhan perpajakan dapat
didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi
semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya”.
Dalam Skripsi Yogatama, “Kepatuhan pajak adalah kesediaan wajib
pajak untuk memenuhi kewajiban pajaknya sesuai dengan aturan yang
berlaku tanpa perlu diadakannya pemeriksaan, investigasi seksama,
91 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung : ALFABET,
2014), Cet. Ke-21, h.93. 92 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung : ALFABET,
2014), Cet. Ke-21, h.94.
51
peringatan ataupun ancaman, dalam penerapan sanksi baik hukum
maupun administrasi”.93
b. Hukum Pajak
Rachmat Soemitro berpendapat bahwa hukum pajak adalah suatu
kumpulan peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antara
pemerintah sebagai penerima pajak dan rakyat sebagai pembayar
pajak.94
c. Sanksi Pajak
Menurut Mardiasmo, Sanksi perpajakan merupakan jaminan bahwa
ketentuan perundang undangan perpajakan (norma perpajakan) akan
dipatuhi atau bisa dengan kata lain sanksi perpajakan merupakan alat
pencegahan agar wajib pajak tidak melanggar norma perpajakan.
d. Tarif Pajak
Supramono dan Theresia Woro Damayanti mengungkapkan, Tarif
pajak merupakan tarif yang digunakan untuk menentukan besarnya pajak
yang harus dibayar. Secara umum, tarif pajak dinyatakan dalam bentuk
persentase.95
e. Manfaat NPWP
Menurut Yustinus Prastowo, Manfaat NPWP adalah sebagai tanda
pengenal diri dan untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak
dan pengawasan administrasi perpajakan. Terdapat beberapa manfaat
yang diperoleh Wajib Pajak jika memiliki NPWP yaitu :
1) Wajib pajak dapat menghitung sendiri pajak yang wajib
dibayarkan dan wajib pajak dapat meminta restitusi atau
pembayaran kembali jika wajib pajak kelebihan dalam
membayar pajak.
93 Arya Yogatama, "Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi", S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Diponegoro, 2014, h.27.
94 Mardiasmo, Perpajakan Edisi Revisi, (Yogyakarta : ANDI OFSET, 2008), h. 4 95 Supramono dan Theresia Woro Damayanti, Perpajakan Indonesia Mekanisme dan
Perhitungan, (Yogyakarta : ANDI Offset, 2010), h.7
52
2) Tarif pajak PPh pasal 21 lebih tinggi 20% dan tarif PPh pasal 23
lebih tinggi 100% dapat dihindari.
3) Wajib pajak dapat menjalankan transaksi yang mensyaratkan
kepemilikan NPWP, misalnya dalam mengajukan kredit,
penjualan tanah dan sebagainya.
4) Bebas fiskal luar negeri jika bepergian keluar negeri
5) Jika terjadi kekeliruan atau penetapan sepihak, wajib pajak
dapat menggunakan hak untuk mengajukan keberatan, banding,
pembatalan ketetapan, pengurangan sanksi, dan sebagainya.
6) Berhak mendapatkan pelayanan dari petugas pajak, baik yang
bersifat informatif maupun teknis seperti ketika akan
melakukan impor barang, pengjuan syarat ikut lelang
pemerintah dan sebagainya.96
f. Pemahaman Wajib Pajak
Menurut Siti Masruroh, pemahaman adalah proses dimana wajib
pajak mengetahui tentang perpajakan dan mengaplikasikan pengetahuan
itu untuk membayar pajak.97
Pemahaman yang dimaksud adalah mengerti dan paham tentang
ketentuan umum dan tata cara perpajakan tentang bagaimana cara
membayar pajak, melaporkan SPT (Surat Pemberitahuan), mengetahui
dimana tempat membayar pajak, mengetahui kapan batas waktu
pembayaran atau pelaporan SPT dan mengetahui sanksi yang akan
didapatkan jika tidak membayar pajak.
g. Pengetahuan Dasar Perpajakan
Menurut Nova Kristanty, pengetahuan dasar perpajakan adalah
pemahaman wajib pajak mengenai hukum Undang-undang, tata cara
96 Yustinus Prastowo, Manfaat dan Risiko Memiliki NPWP, (Jakarta : Raih Asa Sukses,
2009), h.18. 97 Siti Masruroh, “Pengaruh Kemanfaatan NPWP, Pemahaman Wajib Pajak, Kualitas
Pelayanan, dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris WP OP di Kabupaten Tegal)”, Skripsi S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Diponegoro, 2013,
h.23.
53
perpajakan yang benar. Pengetahuan akan peraturan perpajakan
masyarakat melalui pendidikan formal maupun non formal akan
berdampak positif terhadap kesadaran wajib pajak untuk membayar
pajak. Pengetahuan perpajakan dalam sistem perpajakan yang baru,
wajib pajak diberi kepercayaan untuk menghitung, membayar dan
melaporkan sendiri pajak terutangnya.98
h. Kesadaran Wajib Pajak
Menurut Suyatmin dalam tesis Jatmiko, kesadaran adalah keadaan
mengetahui atau mengerti, sedangkan perpajakan adalah perihal pajak.
Sehingga kesadaranperpajakan adalah keadaan mengetahui atau
mengerti perihal pajak. Penilaian positif masyarakat wajib pajak
terhadap pelaksanaan fungsi negara oleh pemerintah akan menggerakkan
masyarakat untuk mematuhi kewajibannya untuk membayar pajak.99
i. Tingkat Pendidikan
Menurut Rolalita, Tingkat Pendidikan yang semakin tinggi akan
meyebabkan masyarakat lebih mudah memahami ketentuan dan
peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan yang berlaku.
Tingkat Pendidikan yang rendah akan berpeluang wajib pajak enggan
melaksanakan kewajiban perpajakan karena kurangnya pemahaman
mereka terhadap sistem perpajakan yang telah diterapkan.100
j. Kualitas Pelayanan Pajak
Menurut Siti Masruroh, Pelayanan pada sektor perpajakan dapat
diartikan sebagai pelayanan yang diberikan oleh Direktorat Jenderal
98 Nova Kristanty dkk, "Pengaruh Pengetahuan Wajib Pajak, Tarif Pajak, dan Penyuluhan
Pajak terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan di Kantor Pelayanan Pajak Madya Palembang", Jurnal Akuntansi STIE MDP Palembang, h.3.
99 Agus Nugroho Jatmiko, “Pengaruh Sikap Pajak Pada Pelaksanaan Sanksi Denda, Pelayanan Fiskus dan Kesadaran Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris WP OP di Kota Semarang)”, Tesis S2 Program Pascasarjana, Universitas Diponegoro, 2013, h. 21.
100 Rolalita Lukmana Putri, "Pengaruh Motivasi Membayar Pajak dan Tingkat Pendidikan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi", Skripsi S1 Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Yogyakarta, 2016, h.20.
54
Pajak kepada wajib pajak untuk membantu wajib pajak memenuhi
kewajiban perpajakannya.101
k. Reformasi Administrasi Perpajakan
Menurut Salamun, Reformasi administrasi perpajakan bertujuan
untuk mencapai administrasi perpajakan yang efektif dan efisien.
pembaruan perpajakan memerlukan pembenahan administrasi
perpajakan secara menyeluruhh, baik menyangkut prosedur maupun tata
kerja dan peralatan yang memadai. Administrasi perpajakan harus
berfungsi secara efisien dan efektif, segera tanggap atas perkembangan
dalam masyarakat.102
l. Modernisasi Administrasi Perpajakan
Modernisasi perpajakan sebagai bagian dari reformasi perpajakan
menjadi hal menarik dan trend di lingkungan Direktorat Jenderal
Pajak.Ada nuansa tersendiri yang membuatnya menjadi lebih teknis,
fokus, dan dinamis sejalan dengan reformasi perpajakan itu sendiri.
Modernisasi administrasi perpajakan yang dilakukan pada dasarnya meliputi tiga unsur. Unsur-unsur tersebut antara lain :
1) Restrukturisasi organisasi 2) Penyempurnaan proses bisnis melalui pemanfaatan teknologi
komunikasi dan informasi 3) Penyempurnaan manajemen sumber daya manusia103
m. Penerapan e-Filing
Menurut Direktorat Jenderal Pajak, e-Filing adalah penyampaian
SPT Tahunan melalui internet, setelah sebelumnya Wajib Pajak
mendapatkan nomor e-FIN. Nomor e-FIN sendiri dapat diperoleh
101 Masruroh, “Pengaruh Kemanfaatan NPWP, Pemahaman Wajib Pajak, Kualitas
Pelayanan, dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris WP OP di Kabupaten Tegal)”, Skripsi S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Diponegoro, 2013,
h.25. 102 Safri Nurmantu, Pengantar Perpajakan, (Jakarta : Granit, 1994), h.88. 103 Liberti Pandiangan, Modernisasi dan Reformasi Pelayanan Perpajakan berdasarkan UU
terbaru, (Jakarta : PT. Elex Media Komputindo, 2008), h.7.
55
dengan mengajukan permohonan ke Kantor Pelayananan Pajak terdekat
atau langsung melalui website.104
n. Pengawasan Account Representative
Account Representative (AR) pajak adalah aparat pajak yang berada
di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang telah melaksanakan sistem
administrasi modern dan bertugas untuk memberikan pelayanan,
pengawasan dan pengarahan secara langsung kepada sejumlah wajib
pajak tertentu yang telah ditugaskan kepada Account Representative
(AR) tersebut.105
o. Biaya Kepatuhan (Compliance Cost)
Menurut Anissa Anggadewi, Besarnya biaya-biaya yang harus
dikeluarkan oleh Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan
dalam berbagai literatur disebut compliance cost.106
p. Sosialisasi Pajak
Menurut Arya Yogatama, Sosialisasi perpajakan merupakan suatu
upaya yang dilakukan Direktorat Jenderal Pajak untuk memberikan
informasi, pengertian, dan pembinaan kepada masyarakat khususnya
wajib pajak mengenai perpajakan dan perundang-undangannya.107
q. Tingkat Pendapatan
Pendapatan adalah peningkatan jumlah aktiva dari penjualan barang
dan jasa kepada pihak lain dalam periode tertentu. Soemitro menyatakan
bahwa masyarakat tidak akan menemui kesulitan dalam memenuhi
104 Intan Gayatri, "Pengelolaan Data Wajib Pajak Melalui Program Profiling Wajib Pajak
Dalam Rangka Modernisasi Administrasi Perpajakan", Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, h.22
105 Delia Davina, "Kinerja Account Representative", http://www.kompasiana.com/davina16/hubungan-antara-kinerja-account-representative-dengan-penerimaan-pajak, (di akses pada tanggal 10 Juli 2016 pukul 22.10).
106 Anissa Anggadewi, "Pengaruh Pemahaman Pajak dan Biaya Kepatuhan Terhadap TIngkat Kepatuhan Wajib Pajak", Skripsi S1 Fakultas Ekonomi, Universitas Widyatama, 2015, h. 19
107 Yogatama, "Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi", S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Diponegoro, 2014, h. 26.
56
kewajiban membayar pajaknya kalau nilaiyang harus dibayar itu
masih di bawah penghasilan yang sebenarnya mereka dapatkan
secara rutin.108
2. Definisi Operasional
Penelitian ini terdiri atas lima belas variabel bebas dan satu variabel
terikat. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kepatuhan wajib pajak,
sedangkan variabel bebas dalam penelitian ini yaitu hukum pajak, sanksi
pajak, tarif pajak, manfaat NPWP, pemahaman wajib pajak, pengetahuan
dasar perpajakan, kesadaran wajib pajak, tingkat pendidikan, kualitas
pelayanan pajak, reformasi administrasi perpajakan, modernisasi sistem
administrasi perpajakan, penerapan e-filing, pengawasan account
representative, biaya kepatuhan (compliance cost), sosialisasi pajak, dan
tingkat pendapatan. Kelima belas variabel dalam penelitian ini diukur dengan
menggunakan skala likert.
Tabel 3.2 Operasional Variabel Penelitian
Analisis Faktor-faktor
yang Mempengaruhi
Kepatuhan Wajib Pajak
Orang Pribadi
Variabel Indikator Skala
Hukum Pajak
1. Undang-Undang pajak dapat memberikan kepastian hukum kepada wajib pajak
2. Pajak harus dipungut pada saat yang tepat
Likert
Sanksi Pajak
1. Sanksi administrasi berupa denda
2. Denda dikenakan atas keterlambatan dalam pelaporan SPT tahunan
Likert
Tarif Pajak 1. Pengenaan tarif pajak yang
adil 2. Penerima penghasilan tinggi
Likert
108 M Fuad dkk, Pengantar Bisnis, (Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2006), h. 168.
57
dikenakan tarif pajak secara proporsional
Manfaat NPWP
1. NPWP berfungsi sebagai identitas wajib pajak
2. NPWP memberikan kemudahan dalam mengurus segala jenis perpajakan
Likert
Pemahaman Wajib Pajak
1. Memahami ketentuan umum dan tata cara perpajakan yang berlaku
2. Memahami sistem perpajakan yang digunakan saat ini
Likert
Pengetahuan Dasar Perpajakan
1. Pajak adalah sumber dana terbesar bagi negara
2. Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan dibidang sosial dan ekonomi
Likert
Kesadaran Wajib Pajak
1. Kesadaran wajib pajak untuk memenuhi kewajiban pajak
2. Kondisi keuangan tidak mempengaruhi kepatuhan membayar pajak
Likert
Tingkat Pendidikan
1. Rendahnya tingkat pengetahuan Wajib Pajak mempengaruhi tingkat kepatuhan Wajib Pajak
2. Rendahnya tingkat pendidikan Wajib Pajak mempengaruhi tingkat kepatuhan Wajib Pajak
Likert
Kualitas Pelayanan Pajak
1. Petugas pajak selalu menindaklanjuti pengaduan dari masyarakat secara cepat
2. Petugas pajak selalu siap membantu Wajib Pajak jika terjadi masalah atau pertanyaan dari wajib pajak
3. Petugas pajak menguasai
Likert
58
peraturan perpajakan dengan baik
Reformasi Administrasi Perpajakan
1. Reformasi administrasi perpajakan memudahkan jalur pelayanan dan pemeriksaan Wajib Pajak
2. Reformasi administrasi perpajakan memudahkan Wajib Pajak untuk memenuhi kewajibannya
3. Reformasi administrasi perpajakan memberikan peningkatan terhadap kualitas pelayanan
Likert
Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan
1. E-Banking memudahkan saya dalam melakukan pembayaran pajak
2. Pendaftaran NPWP melalui E-Registration lebih mudah
3. Penyampaian SPT melalui dropbox lebih memudahkan Wajib Pajak dalam pelaporan pajak
Likert
Penerapan E-filing
1. E-filing lebih efisien
2. E-filing hemat waktu dan biaya
3. E-filing memberikan kemudahan
Likert
Pengawasan Account Representative
1. Account Representative memberikan himbauan mengenai pelaporan dan penyetoran SPT masa SPT tahunan
2. Account Representative memberikan motivasi kepada Wajib Pajak untuk selalu patuh terhadap kewajiban pajaknya
3. Account Representative memberikan kemudahan
Likert
59
untuk konsultasi kepada Wajib Pajak mengenai kewajiban perpajakannya
Biaya Kepatuhan (Compliance Cost)
1. Makin rendah biaya kepatuhan, makin mudah bagi wajib pajak untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya
2. Keberatan dengan adanya biaya kepatuhan
Likert
Sosialisasi Pajak
1. Pemberian Sosialisasi tentang pajak akan menyadarkan Wajib Pajak
2. Hal-hal yang disampaikan dalam sosialisasi pajak, cukup memberikan informasi mengenai pentingnya pajak
Likert
Tingkat Pendapatan
1. Tinggi rendahnya pendapatan seseorang
2. Besar kecilnya pendapatan tidak akan menjadi penghalang untuk membayar pajak
Likert
3. Kisi-kisi Instumen Penelitian
Agar pengumpulan data lebih tertuju pada tujuan yang akan dicapai,
maka peneliti membuat kisi-kisi instrumen spenelitian sebagai berikut.
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris di KPP Pratama Kalideres Jakarta Barat)
No Variabel Indikator No. Butir
JumlahSoal
1 Kepatuhan Wajib Pajak (Y1)
Melaporkan SPT tepat waktu 1,2 2
Menghitung dan membayar pajak dengan benar
3 1
2 Hukum Pajak (X1) Undang-undang Pajak 4 1
3 Sanksi Pajak (X2) Sanksi perpajakan yang dikenakan 5 1
60
cukup berat Sanksi pajak yang cukup berat merupakan sarana untuk mendidik Wajib Pajak
6 1
4 Tarif Pajak (X3) Tarif Pajak Proporsional dan adil 7,8 2
5 Manfaat NPWP (X4) Kemudahan memiliki NPWP 9,10 1
6 Pemahaman Wajib Pajak (X5) Memahami ketentuan umum dan tata cara perpajakan
11.12 2
7 Pengetahuan Dasar Perpajakan (X6)
Mengetahui apa itu pajak 13 1
Mengetahui apa fungsi pajak 14 1
8 Kesadaran Wajib Pajak (X7)
Karakteristik Wajib Pajak 15 1
Kondisi keuangan Wajib Pajak 16 1
9 Tingkat Pendidikan (X8) Tinggi rendahnya pendidikan 17 1
10 Kualitas Pelayanan Pajak (X9) Ketanggapan (Responsiveness) 18 1
Empati (Empathy) 19 1
11 Reformasi Administrasi Perpajakan (X10)
Manfaat adanya Reformasi administrasi perpajakan
20,21 2
12 Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan (X11)
Sistem Administrasi 22,23 2
13 Penerapan E-filing (X12) Lebih hemat 24 1 Perhitungan lebih cepat 25 1
14 Pengawasan Account Representative (X13)
Kegunaan Account Representative 26,27 2
15 Biaya Kepatuhan (Compliance Cost) (X14)
Beratnya biaya kepatuhan 28 1
16 Sosialisasi Pajak (X15) Penyuluhan pajak 19 1
17 Tingkat Pendapatan (X16) Besar kecilnya pendapatan 30 1
G. Teknik Analisis Data
61
1. Uji Instrumen Angket
a. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya
suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada
kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh
kuesioner, maka kesioner tersebut dikatakan valid.109 Validitas bertujuan
untuk mengukur apakahpertanyaan dalam kuesioner yang dibuat
betul-betul dapat mengukur apa yang hendak diukur. Pengukuran
validitas dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu melakukan korelasi
antar skor butir pertanyaan dengan total skor konstruk atau variable,
melakukan korelasi bivariate antara masing-masing skor indikator
dengan total skor konstruk. dan di uji dengan confirmatory factor
analysis (CFA)110. Pengujian validitas dalam penelitian ini menggunakan
Pearson correlation perhitungan mengunakan SPSS versi 23.0, uji
validitas dikatakan valid jika tingkat signifikan dibawah 0.05 maka butir
pernyataan tersebut dikatakan valid.
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang
merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner
dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap
pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu, maka
kuesioner dikatakan reliabel atau handal.111 Reliabilitas dapat diukur
dengan dua cara yaitu repeated measuri atau pengukuran ulang yang
artinya pengukuran dilakukan 2 kali dengan pertanyaan yang sama
diwaktu yang berbeda, kemudian dilihat apakah jawabannya tetap
109 Imam Gozali, Aplikasi Analisis Multivariete dengan Program IBM SPSS 23, (Semarang :
Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2016), h.52. 110 Gozali, Aplikasi Analisis Multivariete dengan Program IBM SPSS 23, (Semarang : Badan
Penerbit Universitas Diponegoro, 2016), h.52-55. 111 Gozali, Aplikasi Analisis Multivariete dengan Program IBM SPSS 23, (Semarang : Badan
Penerbit Universitas Diponegoro, 2016), h.47.
62
konsisten. Sedangkan one shot atau pengukuran sekali saja, adalah
pengukuran hanya dilakukan sekali dan kemudian hasilnya
dibandingkan dengan pertanyaan lain atau mengukur korelasi antar
jawaban pertanyaan.Pengukuran reliabilitas dilakukan menggunakan uji
statistik Cronbach Alpha (α). Jika suatu konstruk atau variabel memiliki
nilai Cronbach Alpha > 0.70 maka dapat dikatakan bahwa konstruk atau
variabel tersebut reliabel.112
2. Uji Prasyarat Analisis a. Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Uji Normalitas yang digunakan pada penelitian ini adalah uji normalitas Kolmogorov-smirnov. Uji Kolmogorov smirnov merupakan pengujian normalitas yang sering dipakai setelah adanya program statistik yang beredar. Konsep dasar dari uji normalitas Kolmogorov smirnov adalah dengan membandingkan distribusi data dengan distribusi normal baku.
b. Uji Homogenitas
Uji Homogenitas pada prinsipnya ingin menguji apakah sebuah data
mempunya varians yang sama di antara anggota data tersebut. Jika
varians sama, dan ini yang seharusnya terjadi, maka dikatakan ada
homogenitas. Sedangkan jika varians tidak sama, dikatakan terjadi
heteroskedastisitas.113
Uji ini dilakukan sebagai prasyarat dalam analisis independent
sampel t test dan ANOVA. Sebagai kriteria pengujian, Jika nilai
signifikan lebih dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa varian dari dua
atau lebih kelompok populasi data adalah sama.114
112 Gozali, Aplikasi Analisis Multivariete dengan Program IBM SPSS 23, (Semarang : Badan
Penerbit Universitas Diponegoro, 2016), h.48. 113 Singgih Santoso, Statistik Multivariat, (Jakarta : PT. Elex Media Komputindo, 2014),
h.48. 114 Asep Saipul, “Metode Penelitian Kuantitatif Aplikasi dalam Pendidikan”, (Yogyakarta :
Deepublish, 2014), h.119
63
3. Analisis Faktor
Teknik analisis yang digunakan peneliti adalah analisis faktor.Analisis
faktor pertama kali digunakan oleh Charles Spearmen untuk memecahkan
masalah psikologi, mengenai penetapan dan pengukuran intelektual. Analisis
faktor pada dasarnya digunakan untuk mereduksi data. Mereduksi data
merupakan proses untuk meringkas faktor menjadi lebih sedikit dan
menamakannya sebagai faktor.115
Tujuan utama dari analisis faktor adalah mendefinisikan struktur suatu
data matrik dan menganalisis struktur saling berhubungan (korelasi) antara
sejumlah besar variabel dengan cara mendefinisikan satu kesamaan variabel
atau dimensi dan sering disebut dengan faktor atau komponen.116
Analisis faktor menghendaki bahwa matrik data harus memiliki korelasi
yang cukup agar dapat dilakukan analisis faktor.Jika berdasarkan data visual
tidak ada nilai korelasi yang diatas 0.30, maka analisis faktor tidak dapat
dilakukan. Korelasi antar variabel dapat juga dianalisis dengan menghitung
partial correlation antar variabel yaitu korelasi antar variabel dengan asumsi
variabel lain dianggap konstan.117
Cara lain dalam menentukan dapat tidaknya analisis faktor dilakukan
adalah melihat korelasi secara keseluruhan. Untuk menguji apakah terdapat
korelasi antar variabel digunakan uji Bartlett test of sphericity. Jika hasilnya
signifikan berarti matrik korelasi memiliki korelasi signifikan dengan
sejumlah variabel. Uji lain yang digunakan untuk melihat interkorelasi antar
variabel dan dapat tidaknya analisis faktor digunakan adalah Measure of
115 Paisal Amir Zaini, "Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan wajib pajak orang pribadi", (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 37
116 Zaini, "Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan wajib pajak orang pribadi", (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 376.
117 Zaini, "Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan wajib pajak orang pribadi", (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 378.
64
Sampling Adequacy (MSA). Nilai MSA bervariasi dari 0 sampai 1, jika nilai
MSA < 0.50 maka analisis faktor tidak dapat dilakukan.118
Proses Dasar Analisis Faktor
a. Menentukan Variabel apa saja yang akan dianalisis
b. Menguji variabel-variabel yang telah ditentukan, dengan metode
Barlett’s test of sphecirity serta pengukuran MSA (Measure of Sampling
Adequacy).
c. Setelah sejumlah variabel memenuhi syarat didapat, selanjutnya menuju
proses inti pada analisis faktor, yaitu proses factoring, proses ini akan
mengekestrak satu atau lebih faktor dari variabel-variabel yang telah
lolos pada uji variabel sebelumnya.
d. Interprestasi atau faktor yang telah terbentuk, khususnya pemberian
nama pada faktor yang terbentuk, yang dianggap bisa mewakili
variabel-variabel anggota faktor tersebut.
e. Validasi atas hasil faktor untuk mengetahui apakah faktor yang terbentuk
telah valid.119
Uji KMO memiliki nilai harus diatas 0,5 dan signifikan harus dibawah 0,05. Sedangkan uji MSA memiliki nilai harus berada pada 0 sampai 1 dengan kriteria : a. MSA = 1, variabel tersebut dapat diprediksi tanpa kesalahan oleh variabel
lain. b. MSA >0,5, variabel masih bisa diprediksi dan bisa dianalisis lebih lanjut. c. MSA <0,5, variabel tidak bisa diprediksi dan tidak bisa dianalisis lebih
lanjut, atau dikeluarkan dari variabel lainnya.120
118 Zaini, "Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan wajib pajak orang
pribadi", (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 378.
119 Santoso, Statistik Multivariat, (Jakarta : PT. Elex Media Komputindo, 2014), h.59 120 Santoso, Statistik Multivariat, (Jakarta : PT. Elex Media Komputindo, 2014), h. 66
65
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Singkat Kantor Pajak Pelayanan Pajak (KPP) Pratama
Kalideres
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kalideres merupakan
pemecahan dari Kantor Pelayanan Pajak Jakarta Cengkareng. Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kalideres beralamat di Jalan Raya Duri
Kosambi no. 36/37 Duri Kosambi, Cengkareng Jakarta Barat. Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kalideres dibentuk dalam rangka
reorganisasi dilingkungan Direktorat Jenderal Pajak berdasarkan Keputusan
Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 55/PMK.01/2007 tanggal 31
Mei 2007 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Republik
Indonesia Nomor 132/PMK.01/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak dan diatur lebih lanjut dengan
Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-86/PJ/2007 tanggal 11 Juni
2007 tentang Penerapan Organisasi Tata Kerja dan Saat Mulai Beroperasinya
Kantor Pelayanan Pajak Pratama dan Kantor Pelayanan Penyuluhan dan
Konsultasi Perpajakan di Lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Pajak di Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta selain Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Pajak Jakarta Pusat. Saat mulai beroperasinya Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kalideres adalah sejak tanggal 2 Oktober
2007. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kalideres merupakan instansi vertical
Direktorat Jenderal Pajak yang dipimpin oleh seorang kepala kantor yang
bertanggung jawab kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak
Jakarta Barat.121
121 Data dari KPP Pratama Kalideres
66
2. Visi, Misi dan Nilai Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama
Kalideres
a. Visi
Menjadi intuisi pemerintah yang menyelenggarakan sistem
administrasi modern yang efektif, efisien, dan dipercaya masyarakat
dengan integritas dan profesionalisme yang tinggi.
b. Misi
Menghimpun penerimaan pajak negara berdasarkan
Undang-Undang Perpajakan yang mampu mewujudkan kemandirian
pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara melalui
sistem administrasi perpajakan yang efektif dan efisien.
c. Nilai
1) Integritas
Menjalankan tugas dan pekerjaan dengan selalu memegang teguh
kode etik dan prinsip-prinsip moral, yang diterjemahkan dengan
bertindak jujur, konsisten, dan menepati janji.
2) Professionalisme
Memiliki kompetensi di bidang profesi dan menjalankan tugas
dan pekerjaan sesuai dengan kompetensi, kewenangan, serta
norma-norma profesi, etika dan sesuai dengan kompetensi,
kewenangan, serta norma-norma profesi, etika dan sosial.
3) Inovasi
Memiliki pemikiran yang bersifat terobosan atau alternatif
pemecahan masalah yang kreatif, dengan memperhatikan aturan
dan norma yang berlaku.
4) Teamwork
Memiliki kemampuan untuk bekerjasama dengan orang/pihak
lain, serta membangun network untuk menunjang tugas dan
pekerjaan.
67
3. Struktur Organisasi
Gambar 4.1 Struktur Organisasi KPP Pratama Kalideres
Note :
PDI adalah Pengolahan Data dan Informasi
Wakson adalah Pengawasan dan Konsultasi
4. Fungsi dan Tugas
a. Sub bagian umum, memiliki tugas melakukan urusan menganai
kepegawaian, keuangan, tata usaha, dan rumah tangga. b. Seksi pengolahan data dan informasi mempunyai tugas melakukan
pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data, penyajian informasi
perpajakan dan perekaman dokumen perpajakan, urusan tata usaha
penerimaan perpajakan, pengalokasian Pajak Bumi dan Bangunan,
pelayanan dukungan teknis computer, pemantauan aplikasi e-SPT
dan e-Filing serta penyiapan laporan kinerja.
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kalideres
Seksi PDI
Seksi Pelaya
nan
Seksi Penagi
han
Seksi Pemeriksaan
Seksi Ekstensifikas
i
Seksi Waskon
I
Seksi Waskon
II
Seksi Waskon
III
Seksi Waskon
IV
Sub Bagian Umum
Kelompok Jabatan Fungsional
68
c. Seksi Pelayanan bertugas melakukan penetapan dan penerbitan
produk hukum perpajakan, administrasi dokumen dan berkas
perpajakan, penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan, serta
penerimaan surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan
registrasi Wajib Pajak, serta melakukan kerjasama perpajakan. d. Seksi Penagihan bertugas melakukan urusan penatausaha piutang
pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak, penagihan aktif,
usulan penghapusan piutang pajak, serta penyimpanan
dokumen-dokumen penagihan. e. Seksi Pemeriksaan mempunyai tugas melakukan penyusunan
rencana pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan,
penerbitan dan panyaluran Surat Perintah pemeriksaan Pajak serta
administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya. f. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan, bertugas melakukan pengamatan
potensi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, pembentukan
nilai objek pajak dalam menunjang eksistensifikasi. g. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I, Seksi Pengawasan dan
Konsultasi II, Seksi Pengawasan dan Konsultasi III, serta Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV, masing-masing mempunyai tugas
melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan WAjib
Pajak, memberi himbauan kepada Wajib Pajak dan konsultasi
teknis perpajakan, penyusunan biodata Wajib Pajak, analisis kinerja
Wajib Pajak, melakukan rekonsiliasi data Wajib Pajak dengan tujuan
melakukan intensifikasi, usulan pembetulan ketetapan pajak, usulan
pengurangan pajak dan melakukan evaluasi hasil banding. h. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri atas pejabat fungsional
pemeriksa dan pejabat funfsional penilai yang bertanggung jawab
secara langsung kepada kepala kantor. 5. Cakupan Wilayah Kerja Wajib
KPP Pratama Kalideres melayani Pajak yang berdomisili di wilayah
Kecamatan Kalideres yang terdiri dari 5 (lima) kelurahan yaitu :
69
a. Kelurahan Semanan
b. Kelurahan Kalideres
c. Kelurahan Pegadungan
d. Kelurahan Tegal Alur
e. Kelurahan Kamal
6. Karaktersitik dan Jumlah Wajib Pajak
Wilayah KPP Pratama Kalideres mayoritas meliputi pemukiman
masyarakat menengah kebawah dengan potensi yang sangat rendah untuk
dilakukan penggalian penerimaan pajaknya. Jumlah wajib pajak yang
terdaftar saja hanya mencapai 7.500 orang .
B. Statistik Deskriptif Responden Berdasarkan data yang telah berhasil dikumpulkan dalam penelitian ini
dengan cara menyebarkan kuesioner yang berjumlah 100 buah kepada wajib pajak
berdasarkan data Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar di KPP Pratama
Kalideres. Data responden disajikan dalam tabel berikut ini :
1. Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4.1 Data Statistik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Frekuensi Presentase
1. Laki-laki 57 orang 57%
2. Perempuan 43 orang 43%
Jumlah 100 Orang 100%
Berdasarkan tabel di atas jumlah responden di KPP Pratama Kalideres
Jakarta barat berdasarkan jenis kelamin, responden jenis kelamin laki - laki
berjumlah 57% atau 57 orang sedangkan wanitanya berjumlah 43 orang atau
43%. Artinya responden dalam penelitian ini lebih banyak didominasi oleh
laki-laki.
70
Grafik 4.1
Data Statistik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
2. Responden Berdasarkan Usia
Tabel 4.2 Data Statistik Responden Berdasarkan Usia
No Usia Frekuensi Presentase
1. < 20 tahun 4 Orang 4%
2. 20 – 30 tahun 63 Orang 63%
3. 31 – 40 tahun 19 Orang 19%
4. 41 – 50 tahun 13 Orang 13%
5. > 50 tahun 1 Orang 1%
Jumlah 100 Orang 100%
Berdasarkan usia, responden dalam penelitian ini 63% mendominasi di
umur 20 - 30 tahun, yang berumur kurang dari 20 tahun hanya 4 orang atau
4%, yang berumur 31 - 40 tahun hanya 19%, yang berumur 41 - 50 tahun
13% dan yang berumur lebih dari 50 tahun hanya 1%.
43% 57%
71
Grafik 4.2 Data Statistik Responden Berdasarkan Usia
3. Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tabel 4.3 Data Statistik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No Pendidikan Frekuensi Presentase
1. SMA/Sederajat 58 Orang 58%
2. D3 9 Orang 9%
3. S1 32 Orang 32%
4. S2 1 Orang 1%
5. S3 - -
6. Lainnya - -
Jumlah 100 Orang 100%
Berdasarkan jenjang pendidikan terakhir di dominasi pada
pendidikan tingkat SMA/Sederajat yaitu sebanyak 58%, sedangkan
responden yang pendidikan terakhir perguruan tinggi meliputi Diploma
(D1, D2, D3), S1, S2, dan S3 berjumlah 48%. Kondisi ini
menggambarkan bahwa Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar di KPP
Pratama Kalideres sebagian besar pendidikan terakhirnya
SMA/Sederajat.
63% 19%
13%
1% 4%
72
Grafik 4.3 Data Statistik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
4. Responden Berdasarkan Status
Tabel 4.4 Data Statistik Responden Berdasarkan Status
No Jenis Kelamin Frekuensi Presentase
1. Belum Menikah 57 orang 57%
2. Menikah 43 orang 43%
Jumlah 100 100%
Jika berdasarkan status menunjukan bahwa responden dalam penelitian
ini kategori belum menikah lebih banyak yaitu sekitar 57% dan yang menikah
43%.
Grafik 4.4 Data Statistik Responden Berdasarkan Status
Data Statistik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
58%
9%
32%
1%
57% 43%
73
C. Teknik Analisis Data
1. Uji Instrumen Angket
c. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya
suatu kuesioner.Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada
kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh
kuesioner, maka kesioner tersebut dikatakan valid.122
Validitas bertujuan untuk mengukur apakahpertanyaan dalam
kuesioner yang dibuat betul-betul dapat mengukur apa yang hendak
diukur. Pengukuran validitas dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu
melakukan korelasi antar skor butir pertanyaan dengan total skor
konstruk atau variable, melakukan korelasi bivariate antara
masing-masing skor indikator dengan total skor konstruk. dan di uji
dengan confirmatory factor analysis (CFA).123
Pengujian validitas dalam penelitian ini menggunakan Pearson
correlation perhitungan mengunakan SPSS versi 23.0, uji validitas
dikatakan valid jika tingkat signifikan dibawah 0.05 maka butir
pernyataan tersebut dikatakan valid. Pernyataan dikatakan valid juga
apabila r hitung lebih besar dari r tabel. Dibawah ini adalah tabel uji
validitas yang telah diolah dengan menggunakan program SPSS 23,0.
Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas
Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak
Variabel Butir Pernyataan
rhitung rtabel Sig
(2-tiled) Ket
Hukum Pajak 4 1** 0,304 0,000 Valid
Sanksi Pajak 5 0,785** 0,304 0,000 Valid
122 Imam Gozali, "Aplikasi Analisis Multivariete dengan Program IBM SPSS 21",
(Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2016), h. 52 123 Gozali, "Aplikasi Analisis Multivariete dengan Program IBM SPSS 21", (Semarang
: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2016), h. 52-55
74
6 0,801** 0,304 0,000 Valid
Tarif Pajak 7
8
0,953**
0,915**
0,304
0,304
0,000
0,000
Valid
Valid
Manfaat NPWP 9
10
0,909**
0,890**
0,304
0,304
0,000
0,000
Valid
Valid
Pemahaman Wajib Pajak
11
12
0,933**
0,918**
0,304
0,304
0,000
0,000
Valid
Valid
Pengetahuan Dasar
Perpajakan
13 14
0,878** 0,826**
0,304 0,304
0,000 0,000
Valid Valid
Kesadaran Wajib Pajak
15 16
0,788** 0,778**
0,304 0,304
0,000 0,000
Valid Valid
Tingkat Pendidikan 17 1** 0,304 0,000 Valid
Kualitas Pelayanan Pajak
18
19
0,879**
0,821**
0,304
0,304
0,000
0,000
Valid
Valid
Reformasi Administrasi Perpajakan
20 21
0,834** 0,890**
0,304 0,304
0,000 0,000
Valid Valid
Modernisasi Sistem
Administrasi
22 23
0,886** 0,851**
0,304 0,304
0,000 0,000
Valid Valid
Penerapan E-Filling
24 25
0,869** 0,837**
0,304 0,304
0,000 0,000
Valid Valid
Pengawasan Account
Representative
26 27
0,941** 0,845**
0,304 0,304
0,000 0,000
Valid Valid
Biaya Kepatuhan
(Compliance Cost)
28 1** 0,304 0,000 Valid
Sosialisasi Pajak 29 1** 0,304 0,000 Valid
Tingkat Pendapatan 30 1** 0,304 0,000 Valid
Sumber : Data primer yang diolah menggunakan SPSS
Berdasarkan tabel di atas dari hasil pengujian validitas kuesioner
75
pada penelitian ini dapat dilihat bahwa semua pernyataan pada masing
masing pernyataan dari setiap variabel dikatakan valid karena setiap
pernyataan memiliki hasil yang signifikan dibawah 0,05, dan juga
dikatakan valid karena nilai rhitung lebih besar dari rtabel.
d. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu, maka kuesioner dikatakan reliabel atau handal.124 Reliabilitas dapat diukur dengan dua cara yaitu repeated measuri atau pengukuran ulang yang artinya pengukuran dilakukan 2 kali dengan pertanyaan yang sama diwaktu yang berbeda, kemudian dilihat apakah jawabannya tetap konsisten. Sedangkan one shot atau pengukuran sekali saja, adalah pengukuran hanya dilakukan sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain atau mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan. Pengukuran reliabilitas dilakukan menggunakan uji statistik Cronbach Alpha (α). Jika suatu konstruk atau variabel memiliki nilai Cronbach Alpha > 0.70 maka dapat dikatakan bahwa konstruk atau variabel tersebut reliabel.125Tabel berikut ini menunjukan hasil uji reliabilitas yang diolah dengan menggunakan program SPSS 23,0.
Tabel 4.6 Hasil Uji Reliabilitas
Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak
Variabel Cronbach’s
Alpha Ket
Hukum Pajak 1 Reliabel
Sanksi Pajak 0,827 Reliabel
Tarif Pajak 0,907 Reliabel
124 Gozali, "Aplikasi Analisis Multivariete dengan Program IBM SPSS 21", (Semarang
: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2016), h. 47 125 Gozali, "Aplikasi Analisis Multivariete dengan Program IBM SPSS 21", (Semarang
: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2016), h. 48
76
Manfaat NPWP 0,893 Reliabel
Pemahaman Wajib Pajak 0,906 Reliabel
Pengetahuan Dasar
Perpajakan 0,866 Reliabel
Kesadaran Wajib Pajak 0,819 Reliabel
Tingkat Pendidikan 1 Reliabel
Kualitas Pelayanan Pajak 0,865 Reliabel
Reformasi Administrasi
Perpajakan 0,872 Reliabel
Modernisasi Sistem
Administrasi 0,876 Reliabel
Penerapan
E-Filling 0,896 Reliabel
Pengawasan Account
Representative 0,884 Reliabel
Biaya Kepatuhan
(Compliance Cost) 1 Reliabel
Sosialisasi Pajak 1 Reliabel
Tingkat Pendapatan 1 Reliabel
Sumber : Perhitungan menggunakan SPSS 23.0
2. Uji Prasyarat Analisis
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas yang digunakan pada penelitian ini adalah uji
normalitas Kolmogorov-smirnov. Uji Kolmogorov smirnov merupakan
pengujian normalitas yang sering dipakai setelah adanya program
statistik yang beredar. Konsep dasar dari uji normalitas Kolmogorov
smirnov adalah dengan membandingkan distribusi data dengan distribusi
normal baku.
Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas
77
Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak
Dapat dilihat pada tabel di atas bahwa nilai Asymp.Sig (2-talied)
bernilai 0,200 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa residual telah
memenuhi asumsi distribusi normal.
b. Uji Homogenitas
Uji Homogenitas pada prinsipnya ingin menguji apakah sebuah
data mempunya varians yang sama di antara anggota data tersebut. Jika
varians sama, dan ini yang seharusnya terjadi, maka dikatakan ada
homogenitas. Sedangkan jika varians tidak sama, dikatakan terjadi
heteroskedastisitas. 126 Uji Homogenitas digunakan untuk mengetahui
apakah kedua kelompok sampel berasal dari populasi yang homogeni
atau tidak. Uji homogenitas yang digunakan pada penelitian ini adalah
One Way Anova (Analisis of Varians) dengan alat bantu SPSS 23, dengan
kriteria nilai sig. < 0,05 maka dikatakan bahwa varian dari dua atau lebih
kelompok populasi data adalah tidak sama dan apabila sig. > 0,05 maka
dikatakan bahwa varian dua atau lebih kelompok populasi data adalah
sama. Berikut hasil output uji homogenitas:
Tabel 4.8
126 Singgih Santoso, "Statistik Multivariat", (Jakarta : PT. Elex Media Komputindo,
2014), h. 48
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual N 40 Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation .96817658 Most Extreme Differences Absolute .080
Positive .051 Negative -.080
Test Statistic .080 Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. c. Lilliefors Significance Correction. d. This is a lower bound of the true significance.
78
Hasil Uji Homogenitas Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Lavene
Statistic df1 df2 Sig.
Hukum Perpajakan Sanksi Perpajakan
Tarif Pajak Hukum NPWP
Pemahaman Wajib Pajak Pengetahuan Dasar Perpajakan
Kesadaran Wajib Pajak Tingkat Pendidikan
Kualitas Pelayanan Pajak Reformasi Administrasi Perpajakan
Modernisasi Sistem Adm. Perpajakan Penerpan E-Filing
Pengawasan Account Represemtatif Biaya Kepatuhan
Sosialisasi perpajakan Tingat pendidikan.
.093 2 .37 .912
4.649 2 .36 .016
.744 3 35 .533
.109 2 37 .897
1.013 4 35 .414
568 2 36 .571
1.373 3 35 .267
.079 2 37 .924
.282 3 36 .838
.235 2 36 .792
.345 2 36 .710
.525 2 36 .596
1.183 2 36 .318
.263 2 37 .770
.409 1 37 .526
.244 1 38 .624
Berdasalkan tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi
pada variabel Kepatuhan Wajib Pajak (Y) terhadap ke enam belas
variabel X dikatakan homogen, dikarenakan semua nilai signifikan di
atas 0,05 Hampir semua variabel dikatakan sangat homogen karena
memiliki nilai yang cukup tinggi dari 0,05 kecuali pada variabel sanksi
pajak (X2) yang nilai signifikannya hanya 0,16 dan tetap dikatakan
homogen.
79
3. Statistik Deskriptif
Deskripsi variabel-variabel penelitian ditampilkan untuk mempermudah
dalam mengetahui tanggapan umum responden terhadap variabel-variabel
yang diteliti, variabel yang diteliti dalam penelitian ini kepatuhan wajib pajak,
hukum perpajakan, sanksi perpajakan, tarif pajak, manfaat NPWP,
pemahaman wajib pajak, pengetahuan dasar perpajakan, tingkat pendidikan,
kualitas pelayanan, reformasi administrasi perpajakan, modernisasi sistem
administrasi perpajakan, penerapan e-filing, pengawasan account
representative, biaya kepatuhan, sosialisasi perpajakan, dan tingkat
pendapatan. Pada tabel 4.9 dapat dilihat hasil ringkasan analisis
variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian.
Tabel 4.9 Statistik Deskriptif
Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak
Sumber : Data Primer, diolah
1. Variabel Kepatuhan Wajib Pajak
Berdasarkan pada tabel 4.9 di atas dapat diketahuai bahwa variabel
kepatuhan wajib pajak memiliki nilai rata-rata 9,9. Ini menunjukan
80
bahwa responden menjawab dengan pasti tiap butir pernyataan yang
berhubungan dengan kepatuhan wajib pajak. Dilihat dari nilai
minimum dan maksimum ini menunjukan bahwa responden yang
menjawab setuju untuk pernyataan dalam variabel kepatuhan wajib
pajak lebih mendominasi.
2. Variabel Hukum Perpajakan
Variabel hukum perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak
memiliki nilai rata-rata 3,3. Ini menunjukan bahwa sebagian besar
responden menjawab tidak yakin untuk pernyataan “Undang-undang
pajak dapat memberikan kepastian hukum kepada wajib pajak,
mengenai kapan ia harus membayar pajak, hak dan kewajiban wajib
pajak”. Nilai minimumnya adalah 2 yang artinya terdapat responden
yang menjawab tidak setuju untuk pernyataan yang diajukan, dan
nilai maksimumnya adalah 4 yang menunjukkan bahwa terdapat
responden yang menjawab sangat setuju untuk butir pernyataan yang
berhubungan dengan hukum pajak.
3. Variabel Sanksi Perpajakan
Variabel sanksi perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak memiliki
nilai rata-rata 5,3. Untuk pernyataan “sanksi administrasi berupa
denda 50% dari pajak yang kurang bayar, apabila pengisian SPT
tidak benar” dan pernyataan denda keterlambatan pelaporan SPT
tahunan pajak penghasilan orang pribadi adalah Rp. 100.000
memiliki nilai minimum masing-masing 1 itu artinya ada beberapa
responden yang menjawab sangat tidak setuju untuk pernyataan
tersebut. Nilai maksimumnya adalah 4, nilai yang menunjukkan
bahwa terdapat responden yang menjawab sangat setuju untuk
masing-masing pernyataan yang berhubungan dengan sanksi.
4. Variabel Tarif Pajak
Variabel tarif pajak terhadap kepatuhan wajib pajak memiliki nilai
rata-rata 6,2. Ini menunjukan bahwa sebagian besar responden
menjawab pasti untuk pernyataan yang diajukan berkaitan dengan
81
masalah tarif pajak terhadap patuh tidaknya wajib pajak. Nilai
minimum nya adalah 3 yang artinya tidak ada responden yang
menjawab tidak setuju untuk pernyataan yang diajukan, dan nilai
maksimumnya adalah 8, nilai 8 ini adalah hasil akumulasi 2
pernyataan yang berhubungan dengan sanksi perpajakan, nilai yang
menunjukkan bahwa terdapat responden yang menjawab sangat
setuju untuk butir pernyataan yang berhubungan dengan tarif pajak.
5. Variabel Manfaat NPWP
Variabel Manfaat NPWP terhadap kepatuhan wajib pajak memiliki
nilai rata-rata 6,8. Ini menunjukan bahwa sebagian besar responden
menjawab pasti untuk pernyataan yang diajukan berkaitan dengan
masalah manfaat npwp terhadap patuh tidaknya wajib pajak.Nilai
minimum dan nilai maksimumnya menunjukan bahwa responden
cenderung menjawab setuju yang berhubungan dengan Manfaat
NPWP.
6. Variabel Pemahaman Wajib Pajak
Variabel pemahaman wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak
memiliki nilai rata-rata 5,9. Ini menunjukan bahwa sebagian besar
responden menjawab pasti untuk pernyataan yang diajukan berkaitan
dengan masalah pemahaman wajib pajak terhadap patuh tidaknya
wajib pajak.Nilai minimum dan nilai maksimumnya menunjukan
bahwa responden cenderung menjawab setuju yang berhubungan
dengan pemahaman wajib pajak.
7. Variabel Pengetahuan Dasar Perpajakan
Variabel pengetahuan dasar perpajakan terhadap kepatuhan wajib
pajak memiliki nilai rata-rata 6,7 .Ini menunjukan bahwa sebagian
besar responden menjawab pasti untuk pernyataan yang diajukan
berkaitan dengan masalah pengetahuan dasar perpajakan terhadap
patuh tidaknya wajib pajak. Nilai minimum dan nilai maksimumnya
menunjukan bahwa responden cenderung menjawab setuju yang
berhubungan dengan pengetahuan dasar perpajakan.
82
8. Variabel Kesadaran Wajib Pajak
Variabel kesadaran wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak
memiliki nilai rata-rata 6,1. Ini menunjukan bahwa sebagian besar
responden menjawab pasti untuk pernyataan yang diajukan berkaitan
dengan masalah kesadaran wajib pajak terhadap patuh tidaknya
wajib pajak.Nilai minimum dan nilai maksimumnya menunjukan
bahwa responden cenderung menjawab setuju yang berhubungan
dengan kesadaran wajib pajak.
9. Variabel Tingkat Pendidikan
Variabel tingkat pendidikan terhadap kepatuhan wajib pajak
memiliki nilai rata-rata 3,0. Menunjukan bahwa sebagian besar
responden menjawab tidak pasti untuk pernyataan “Rendahnya
tingkat pendidikan wajib pajak mempengaruhi kepatuhan wajib
pajak”. Dengan nilai minimum 1 menunjukkan bahwa ada responden
yang menjawab sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut.
10. Variabel Kualitas Pelayanan Pajak
Variabel kualitas pelayanan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak
memiliki nilai rata-rata 6,5. Ini menunjukan bahwa sebagian besar
responden menjawab pasti untuk pernyataan mengenai kualitas
pelayanan yang diajukan, nilai minimum menunjukkan angka 4
dimana angka 4 ini akumulasi dari 2 pernyataan itu artinya dari
pernyataan-pernyataan mengenai kualitas pelayanan ada beberapa
responden yang menjawab tidak setuju dengan pernyataan tersebut.
11. Variabel Reformasi Administrasi Perpajakan
Nilai rata-rata menunjukkan di angka 6,6. sebagian besar responden
menjawab pasti untuk pernyataan yang diajukan berkaitan dengan
masalah reformasi administrasi perpajakan terhadap patuh tidaknya
wajib pajak.
12. Variabel Modernisasi Administrasi Perpajakan
Variabel modernisasi sistem administrasi perpajakan terhadap
kepatuhan wajib pajak memiliki nilai rata-rata 3,4. Ini menunjukan
83
bahwa sebagian besar responden menjawab tidak pasti untuk
pernyataan yang diajukan berkaitan dengan masalah modernisasi
sistem administrasi perpajakan terhadap patuh tidaknya wajib pajak.
Nilai minimum dan nilai maksimumnya menunjukan bahwa
responden cenderung menjawab setuju yang berhubungan dengan
modernisasi sistem administrasi perpajakan.
13. Variabel Penerapan E-Filing
Rata-rata variabel penerapan e-filing adalah 3,4, sebagian besar
responden menjawab tidak pasti untuk pernyataan yang diajukan
berkaitan dengan masalah penerapan e-filing terhadap patuh tidaknya
wajib pajak. Nilai minimum dan nilai maksimumnya menunjukan
bahwa responden cenderung menjawab setuju yang berhubungan
dengan penerapan e-filing.
14. Variabel Pengawasan Account Representative
Rata-rata pengawasan account representative 6,4, banyak responden
menjawab dengan yakin untuk pernyataan yang diajukan berkaitan
dengan masalah pengawasan account representative terhadap patuh
tidaknya wajib pajak.
15. Variabel Biaya Kepatuhan
Variabel biaya kepatuhan terhadap kepatuhan wajib pajak memiliki
nilai rata-rata 3,2. Ini menunjukan bahwa sebagian besar responden
menjawab tidak pasti untuk pernyataan yang diajukan berkaitan
dengan masalah biaya kepatuhan terhadap patuh tidaknya wajib
pajak.Nilai minimum adalah 2 yang artinya ada responden yang
menjawab tidak setuju dan nilai maksimumnya menunjukan nilai 4
bahwa responden cenderung menjawab setuju yang berhubungan
dengan biaya kepatuhan.
16. Variabel Sosialisasi Perpajakan
Variabel sosialisasi perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak
memiliki nilai rata-rata 3,3. Ini menunjukan bahwa sebagian besar
responden menjawab tidak pasti untuk pernyataan yang diajukan
84
berkaitan dengan masalah sosialisasi perpajakan terhadap patuh
tidaknya wajib pajak. Nilai minimum adalah 2 yang artinya ada
responden yang menjawab tidak setuju dan nilai maksimumnya
menunjukan nilai 4 bahwa responden cenderung menjawab setuju
yang berhubungan dengan sosialisasi perpajakan.
17. Variabel Tingkat Pendapatan
tingkat pendapatan terhadap kepatuhan wajib pajak memiliki nilai
rata-rata 3,3. Nilai minimum adalah 1 yang artinya ada responden
yang menjawab sangat tidak setuju dengan tetap pernyataan “besar
kecilnya pendapatan saya tidak akan menjadi penghalangsaya untuk
membayar pajak.
4. Analisis Faktor
Analisis faktor dalam penelitian ini menggunakan metode
Kaiser-Meiyer-Olkin (KMO) yang dimana hasil uji nya harus lebih dari 0,5
dan menggunakan metode pengukuran Measure of Sampling Adequacy
(MSA). Untuk melakukan proses ektraksi dalam penelitian ini menggunakan
metode Principal Component Analysis (PCA). Proses seleksi variabel dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Uji Kaiser-Meiyer-Olkin (KMO) dan Barlett’s Test
Uji KMO dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor dalam penelitian
itu valid atau tidak. Angka KMO dan Barlett’s Test harus di atas 0,5.
Kriteria KMO adalah :
1) Jika probabilitas angka sig <0,05 maka variabel penelitian dapat
dianalisis lebih lanjut
2) Jika probabilitas angka sig >0,05 maka variabel penelitian tidak
dapat dianalisis lebih lanjut.127
b. Anti Image Matrics
Anti Image Matrics digunakan untuk melihat variabel-variabel mana
saja yang layak dibuat analisis faktor, serta untuk mengetahui faktor
analisis tersebut memiliki korelasi yang kuat atau tidak dengan
127 Santoso,“Statistik Multivariat”, (Jakarta : PT. Elex Media Komputindo, 2014), h.66.
85
nilai yang lebih besar atau sama dengan 0,05. Pada bagian Anti
Image Matrics yang pertama kali harus dikeluarkan adalah variabel
yang tidak memenuhi kriteria atau variabel yang memiliki nilai MAS
paling kecil dan kurang dari 0,5. Angka MSA (Measure of Sampling
Adequacy) berkisar 0 sampai 1.128
c. Eigenvalue
Digunakan untuk menganalisis layak atau tidaknya sutau faktor,
dengan mengacu pada angka lebih dari 1 atau sama dengan 1 maka
faktor tersebut dapat digunakan, sedangkan jika eigenvalue kurang
dari 1 maka faktor tersebut akan dikeluarkan atau tidak digunakan.129
Dalam penelitian ini tahap pertama yang dilakukan dalam analisis
faktor adalah menilai 30 pernyataan yang terbentuk dari 16 variabel,
yaitu Hukum Perpajakan (X1), Sanksi Perpajakan (X2), Tarif Perpajakan
(X3), Manfaat NPWP (X4), Pemahaman Wajib Pajak (X5), Pengetahuan
Dasar Perpajakan (X6), Kesadaran Wajib Pajak (X7), Tingkat
Pendidikan (X8), Kualitas Pelayanan Pajak (X9), Reformasi Administrasi
Perpajakan (X10), Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan (X11),
Penerapan E-Filing (X12), Pengawasan Account Representative (X13),
Biaya Kepatuhan (X14), Sosialisasi Perpajakan (X15), dan Tingkat
Pendapatan (X16).Variabel ini terdiri dalam beberapa item-item
pernyataan. Data ini diolah menggunakan software SPSS 23,0.
Korelasi antarvariabel independen (X) dalam analisis faktor harus
>0,5 dengan signifikansi 0,05. Hasil uji korelasi antarvariabel x pada
output KMO and Barlett’s Test dapat dilihat pada tabel 4.10.
128 Santoso,“Statistik Multivariat”, (Jakarta : PT. Elex Media Komputindo, 2014), h.66. 129 Santoso,”Statistik Multivariat”, (Jakarta : PT. Elex Media Komputindo, 2014), h.
80.
86
Tabel 4.10
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS
Dilihat dari hasil statistik KMO pada tabel 4.10 di atas menunjukan
bahwa hasil KMO adalah 0,829 dan tingkat signifikasinya adalah 0,000.
Hasil KMO yang sudah memenuhi syarat yaitu di atas 0,5, begitu juga
dengan Barlett’s Test yang juga signifikan pada 0,05, menunjukan bahwa
variabel-variabel tersebut dapat dianalisis lebih lanjut dengan
menggunakan analisis faktor.
Selanjutnya untuk meilhat korelasi antarvariabel x dapat dilihat pada
tabel Anti Image Matrices (tabel ada dalam lampiran), nilai yang
diperhatikan adalah nilai MSA (Measure of Sampling Adequacy),
masing-masing variabel memiliki nilai MSA sebesar 0,836 untuk Hukum
Perpajakan (X1), 0,905 untuk Sanksi Perpajakan(X2), 0,911 untuk Tarif
Pajak (X3), 0,839 untuk Manfaat NPWP (X4), 0,904 untuk Pemahaman
Wajib Pajak (X5), 0,803 untuk Pengetahuan Dasar Perpajakan (X6),
0,815 untuk Kesadaran Wajib Pajak (X7), 0,719 untuk Tingkat
Pendidikan (X8), 0,819 untuk Kualitas Pelayanan Pajak (X9), 0,845
untuk Reformasi Administrasi Perpajakan (X10), 0,782 untuk
Modernisasi Sistem Perpajakan (X11), 0,700 untuk Penerapan E-Filing
(X12), 0,845 untuk Penerapan Account Representative (X13), 0,905
untuk Biaya Kepatuhan (X14), 0,902 untuk Sosialisasi Perpajakan (X15)
dan 0,757 untuk Tingkat Pendapatan (X16).
KMO and Bartlett's Test
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. .829
Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 760.990
Df 120
Sig. .000
87
Berdasarkan hasilnya nilai Measure of Sample Adequacy (MSA)
secara keseluruhan nilainya sudah di atas 0,5 dengan tingkat signifikan
jauh dibawah 0,05. Maka keseluruhan variabel dapat dianalisis lebih
lanjut.
Pengelompokan Faktor
Tahapan selanjutnya untuk menentukan apakah variabel-variabel
independen (X) bisa dikelompokkan ke dalam satu atau beberapa faktor.
Jadi ke-16 variabel ini akan dilihat apakah variabel tersebut bisa
disederhanakan ke dalam satu atau beberapa faktor.
Berdasarkan tabel 4.11 dapat dilihat nilai komunalnya. Pada
dasarnya communalities adalah proporsi dari varian suatu item pengubah
yang dapat dijelaskan oleh faktor utamanya. Hasilnya adalah faktor
mampu menjelaskan variabel penerapan e-filing yaitu sebesar 0,914 yang
berarti 91,4% varian dari penerapan e-filing dapat dijelaskan oleh
faktor-faktor yang terbentuk. Sedangkan nilai terkecil dimiliki oleh
variabel biaya kepatuhan yaitu sebesar 0,400 yang berarti 40% varian
dari biaya kepatuhan juga dapat dijelaskan oleh faktor-faktor terbentuk.
Semakin besar nilai communalities semakin erat hubungannya dengan
faktor terbentuk.
Tabel 4.11
88
Selanjutnya, pada tahap ini dilakukan pengujian Total Variance Explained. Total Variance Explained. Untuk menentukan berapa banyak faktor yang terbentuk dapat dilihat pada tabel Total Variance Explained, dan dilihat pada kolom eigenvalue. Nilai eigenvalue harus berada di atas satu (1) jika dibawah satu (1) maka tidak bisa dijadikan faktor terbentuk. Jumlah eigenvalue susunannya selalu diurutkan dari nilai yang terbesar sampai yang terkecil.
Tabel 4.12
Dapat dilihat bahwa dari ke-16 variabel yang dianalisis ternyata hasil
ekstraksi kepatuhan wajib pajak menjadi 4 faktor yang terbentuk, hal ini
dikarenakan keempat faktor tersebut telah memenuhi syarat dengan nilai
eigenvalue-nya lebih dari 1, tetapi untuk keduabelas faktor nilai
eigenvalue-nya kurang dari 1, yaitu 0,899 dan yang terkecil dengan nilai
0,093. Sehingga proses factoring hanya terbentuk pada 4 faktor saja.
Faktor 1 mampu menjelaskan 39,66% variasi, faktor 2 mampu
menjelaskan 10,70% variasi, faktor 3 mampu menjelaskan 7,22% variasi,
dan faktor 4 hanya mampu menjelaskan 6,55% variasi, keempat faktor
keseluruhan mampu menjelaskan 64,14% variasi.
Setelah mengetahui bahwa faktor yang terbentuk adalah 4 faktor,
89
selanjutnya adalah menentukaan masing-masing variabel yang akan
masuk ke dalam faktor 1, faktor 2, faktor 3 atau faktor 4. Cara
menentukannya adalah dengan melihat tabel Component Matrix sebagai
berikut :
Tabel 4.13
Setelah diketahui bahwa keempat faktor adalah jumlah yang paling
optimal, tabel Component Matrix menunjukan distribusi ke enam belas
variabel tersebut pada empat faktor. Angka-angka yang ada pada tabel
tersebut adalah factor loading. Angka-angka tersebut menunjukan besar
korelasi antara suatu variabel dengan faktor 1, faktor 2, faktor 3 dan
faktor 4.
Proses penentuan variabel mana yang akan masuk ke faktor yang
mana dilakukan dengan melihat perbandingan besar korelasi tiap baris.
Pada variabel tingkat pendidikan, korelasi antara variabel dengan
keempat faktor sama-sama memiliki nilai korelasi yang rendah, sulit
90
menentukan masuk ke dalam faktor yang mana variabel tingkat
pendidikan, karena masih ada variabel yang belum jelas dimasukkan ke
dalam faktor 1, faktor 2, faktor 3 atau faktor 4 maka diperlukan proses
rotasi.
Untuk memperjelas variabel mana saja yang masuk ke faktor mana,
perlu dilihat pada tabel Rotated Component Matrix sebagai berikut :
Tabel 4.14 Rotated Component Matrixa
Component
1 2 3 4
Hukum Perpajakan .525 .326 .223 .435
Sanksi Perpajakan .219 .141 .749 .090
Tarif Perpajakan .239 .291 .555 .128
Manfaat NPWP .655 .168 .178 .054
Pemahaman Wajib Pajak .301 .323 .379 .535
Pengetahuan Dasar Perpajakan .764 .032 .167 -.085
Kesadaran Wajib Pajak .271 .127 .777 -.021
Tingkat Pendidikan .196 .391 .146 -.753
Kualitas Pelayanan Pajak .433 .199 .496 .114
Reformasi Administrasi Perpajakan .610 .325 .267 .329
Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan .226 .856 .188 .042
Penerapan e-filing .115 .944 .057 -.075
Pengawasan Account Representative .238 .806 .274 -.020
Biaya Kepatuhan .523 .204 .262 .128
Sosialisasi Perpajakan .714 .132 .205 -.137
TIngkat Pendapatan .129 .044 .809 -.059
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.a
a. Rotation converged in 7 iterations.
Untuk mengatasi permasalahan pada tabel 4.13 maka dilakukan
rotasi yang dapat dilihat pada tabel 4.14 di atas. Dalam penelitian ini
yang dipakai adalah rotasi varimax. Mekanisme rotasi varimax adalah
dengan membuat korelasi variabel yang hanya dominan pada satu faktor.
91
Atau yang korelasinya besar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel-tabel berikut :
Tabel 4.15 Data Faktor Terbentuk 1
Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak No Faktor 1 Nilai
1 Hukum Perpajakan (X1) .525
2 Manfaat NPWP (X4) .655
3 Pengetahuan Dasar Perpajakan (X6) .764
4 Reformasi Administrasi Perpajakan (X10) .610
5 Biaya Kepatuhan (X14) .523
6 Sosialisasi Perpajakan (X15) .714
Dapat dilihat bahwa yang mengelompok pada faktor 1 adalah
Hukum Perpajakan (X1), Manfaat NPWP (X4), Pengetahuan Dasar
Perpajakan (X6), Reformasi Administrasi Perpajakan (X10), Biaya
Kepatuhan (X14) dan Sosialisasi Perpajakan (X15). Pada faktor 1 nilai
terbesar ada pada variabel Pengetahuan Dasar Perpajakan yaitu dengan
nilai 0,764
Tabel 4.16 Data Faktor Terbentuk 2
Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak No Faktor 2 Nilai
1 Modernisasi Sistem Perpajakan (X11) .856
2 Penerapan E-Filing (X12) .944
3 Pengawasan Account Representative (X13) .806
92
Pada faktor 2 adalah Modernisasi Sistem Perpajakan (X11),
Penerapan E-Filing (X12) dan Pengawasan Account Representative
(X13).Nilai terbesar pada fakor 2 ada pada variabel Penerapan E-Filing
dengan nilai 0,944.
Tabel 4.17 Data Faktor Terbentuk 3
Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak No Faktor 3 Nilai
1 Sanksi Perpajakan (X2) .749
2 Tarif Perpajakan (X3) .555
3 Kesadaran Wajib Pajak (X7) .777
4 Kualitas Pelayanan Pajak (X9) .496
5 Tingkat Pendapatan .809
Yang termasuk dalam faktor 3 adalah Sanksi Perpajakan (X2), Tarif
Perpajakan (X3), Kesadaran Wajib Pajak (X7), Kualitas Pelayanan Pajak
(X9), dan Tingkat Pendapatan (X16). Nilai terbesar pada faktor ini ada
pada variabel Tingkat Pendapatan yaitu 0,809.
Tabel 4.18 Data Faktor Terbentuk 4
Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak No Faktor 4 Nilai
1 Pemahaman Wajib Pajak (X5) .535
2 Tingkat Pendidikan (X8). -.753
Selanjutnya pada faktor 4 adalah , Pemahaman Wajib Pajak (X5) dan
Tingkat Pendidikan (X8).Nilai terbesar pada faktor ini adalah variabel
Tingkat Pendidikan.
Dari tabel–tabel faktor di atas, selanjutnya melakukan pemberian
93
nama baru untuk setiap faktor, biasanya pemberian nama baru untuk
masing – masing faktor bersifat subyektif, terkadang nilai factor loading
tertinggi digunakan untuk memberi nama faktor. Dalam penelitian ini
memberikan nama untuk faktor baru dengan menggunakan nilai factor
loading tertinggi. Berikut ini nama baru untuk setiap faktor :
1. Faktor 1 nilai tertinggi ada pada Pengetahuan Dasar Perpajakan
dengan nilai 0,764 maka dari itu nama untuk faktor 1 adalah
“Pengetahuan Dasar Perpajakan”.
2. Faktor 2 nilai tertinggi ada pada Penerapan E-Filing dengan nilai
0,944 maka dari itu nama untuk faktor 2 adalah “Penerapan
E-Filing”.
3. Faktor 3 nilai tertinggi ada pada Tingkat Pendapatan dengan nilai
0,809 maka dari itu nama untuk faktor 3 adalah “Tingkat
Pendapatan”.
4. Faktor 4 nilai tertinggi ada pada Tingkat Pendidikan dengan nilai
-0,753 maka dari itu nama untuk faktor 4 adalah “Tingkat
Pendidikan”.
Tabel 4.19 Component Transformation Matrix
Component 1 2 3 4
1 .610 .535 .572 .118
2 -.244 .805 -.422 -.338
3 -.403 -.069 .630 -.660
4 .637 -.248 -.312 -.660
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.
Langkah terakhir dari penentuan faktor dapat dilihat pada tabel
Component Transformer, untuk melihat keempat faktor tersebut memiliki
nilai di atas 0,5, lihat komponen 1 dengan 1 yang nilainya 0,610,
komponen 2 dengan 2 yang nilainya 0,805, komponen 3 dengan 3 yang
nilainya 0,630 dan komponen 4 dengan 4 yang nilainya 0,660. Hal
94
tersebut membuktikan keempat faktor yang terbentuk sudah tepat, karena
mempunyai korelasi yang cukup tinggi.
D. Pembahasan dan Interpretasi
Berdasarkan hasil analisis faktor yang dilakukan dengan bantuan statistik
SPSS diketahui bahwa terbentuk empat faktor baru. Dari hasil analisis data pada
pengujian KMO dan Barlett's test hasilnya sebesar 0,829 > 0,5 maka proses
analisis dapat dilanjutkan. Hasil Measure of Sampling Adequacy (MSA) secara
keseluruhan telah memenuhi syarat yaitu di atas 0,5. Maka ke enam belas variabel
dapat dianalisis lebih lanjut lagi. Dan dapat disimpulkan jika ke enam belas
variabel ini memiliki pengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi
yang terdaftar di KPP Pratama Kalideres. Kepatuhan wajib pajak berkaitan erat
dengan perilaku. Hal ini juga didukung dengan teori atribusi yang mana keinginan
wajib pajak untuk membayar pajak nya berkaitan dengan persepsi wajib pajak
dalam membuat penialaian pajak itu sendiri.
Hasil pengujian Total Variance Explained diperoleh bahwa dari enam belas
variabel yang dianalisis terbentuk empat faktor. Faktor pertama mampu
menjelaskan 39,66% variasi, faktor kedua mampu menjelaskan 10,70% variasi,
faktor ketiga mampu menjelaskan 7,22% variasi, dan faktor keempat hanya
mampu menjelaskan 6,55% variasi. Akumulasi dari keempat faktor mampu
menjelaskan 64,14% variasi.
Faktor pertama berisi variabel Hukum Perpajakan, hal ini juga ditunjukan
oleh peneliti sebelumnya yaitu Marvina Ramdhan (2015) bahwa Hukum
perpajakan memberikan pengaruh besar terhadap kepatuhan wajib pajak. 130
Manfaat NPWP dalam penelitian Masruroh (2013) tidak memiliki pengaruh yang
signifikan tetapi dalam penelitian ini menunjukan hasil yang berbeda dalam
penelitian ini manfaat NPWP cukup memberikan pengaruh yang signifikan.131
Pengetahuan Dasar Perpajakan memiliki pengaruh yang sangat signifikan
terhadap kepatuhan wajib pajak hal ini didukung oleh peneliti sebelumnya yaitu
Nova Kristanty dkk (2014) dalam penelitiannya pengetahuan wajib pajak dan
130 Penelitian Marvina Ramdhan, 2015. 131 Penelitian Siti Masruroh, 2014.
95
Sosilasisai Perpajakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan
wajib pajak.132 Reformasi Administrasi Perpajakan memiliki pengaruh terhadap
kepatuhan wajib pajak hal ini juga ditunjukkan pada penelitian sebelumnya yang
diteliti oleh Berly Angkoso (2010) dalam penelitiannya reformasi perpajakan
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.133 Biaya
Kepatuhan pada peneliti sebelumnya Anggadewi (2014) hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa secara parsial dan secara simultan biaya kepatuhan
(compliance cost) berpengaruh signifikan terhadap tingkat kepatuhan Wajib
Pajak.134
Faktor kedua berisi variabel Modernisasi Sistem Perpajakan pada penelitian
sebelumnya yang diteliti oleh Sri Rahayu dkk (2009) sistem administrasi berbasis
modern tidak memiliki pengaruh yang signifikan.135 Penerapan E-Filing dalam
penelitian ini memberikan pengaruh yang sangat signifikan karena memiliki nilai
yang paling tinggi dan Pengawasan Account Representative memiliki pengaruh
terhadap kepatuhan wajib pajak hal ini juga ditunjukkan oleh peneliti sebelumnya
Sandi (2010) yang menyatakan bahwa pengawasan Account Representative
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.136
Faktor ketiga Sanksi Perpajakan, Tarif Perpajakan, Kesadaran Wajib Pajak,
Kualitas Pelayanan Pajak, dan Tingkat Pendapatan memiliki pengaruh dalam
meningkatkan kepatuhan wajib pajak, hal ini juga ditunjukan oleh peneliti
sebelumnya ernawati (2010) yang menyatakan bahwa kualitas pelayanan dan
tingkat pendapatan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak.137
Faktor keempat berisi variabel Pemahaman Wajib Pajak dan Tingkat
Pendidikan yang mana memiliki pengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak hal ini
didukung dengan penelitian sebelumnya oleh Masruroh dan Ernawati yang
132 Penelitian Nova Kristanty, Siti Khairani dan Icha Fajriana, 2014. 133 Penelitian Berly Angkoso, 2010. 134 Penelitian Anissa Anggadewi, 2014. 135 Penelitian Sri Rahayu, 2009. 136 Penelitian Sandi, 2010. 137 Penelitian Ernawati, 2010.
96
menyatakan pada penelitian mereka bahwa pemahaman wajib pajak dan tingkat
pendidikan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.138
Interpretasi Analisis Faktor
Dalam penelitian ini telah terbentuk empat faktor dikarenakan keempat faktor
ini memiliki eigenvalue >1 (lebih dari satu). Faktor pertama di dominasi dengan
variabel Pengetahuan dasar perpajakan dengan nilai loading 0,764. Sosialisasi
Perpajakan memiliki nilai loading 0,714. Manfaat NPWP memiliki nilai loading
0,655, Reformasi Administrasi Perpajakan memiliki nilai loading 0,610, Hukum
Perpajakan memiliki nilai loading 0,525 dan Biaya Kepatuhan memiliki nilai
loading0,523. Faktor kedua di dominasi dengan variabel Penerapan e-filing nilai
loading 0,944. Modernisasi memiliki nilai loading 0,856.dan nilai loading
terendah pada faktor kedua terdapat pada variabel Pengawasan account
representative yaitu 0,804.
Faktor ketiga didominasi dengan variabel Tingkat Pendidikan dengan nilai
loading 0,809, Kesadaran Wajib Pajak dengan nilai loading 0,777, Sanksi
Perpajakan memiliki nilai loading 0,749, nilai loading variabel Tarif Perpajakan
yaitu 0,555, dan nilai loading terendah pada faktor ketiga terdapat pada Kualitas
Pelayanan Pajak. Dan pada Faktor keempat hanya ada dua variabel yaitu Tingkat
Pendidikan dan Pemahaman Wajib Pajak, dengan nilai loading tertinggi adalah
Tingkat Pendidikan dengan nilai 0,753, dan terendahnya adalah Pemahaman
Wajib Pajak 0,535.
Nilai rata-rata Communalities dari semua variabel adalah 0,641 meskipun
nilai ini lebih kecil daripada nilai KMO yaitu sebesar 0,829, faktor-faktor yang
dianalisis dalam penelitian ini dapat dipercaya dalam memprediksi kepatuhan
wajib pajak orang pribadi.Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh
penulis, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan
wajib pajak orang pribadi adalah Hukum Perpajakan, Sanksi Perpajakan, Tarif
Perpajakan, Manfaat NPWP, Pemahaman Wajib Pajak, Pengetahuan Dasar
Perpajakan, Kesadaran Wajib Pajak, Tingkat Pendidikan, Kualitas Pelayanan,
Reformasi Administrasi Perpajakan, Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan,
138 Penelitian Siti Masruroh dan Ernawati.
97
Penerapan E-filing, Pengawasan Account Representative, Biaya Kepatuhan,
Sosialisasi Perpajakan dan Tingkat Pendapatan. Dan faktor yang paling
dominan dalam mempengaruhi kepatuhan wajib pajak orang pribadi adalah
Penerapan E-filing dengan nilai loading 0,944. Penerapan E-filing ini berisi
tentang kemudahan masyarakat dalam melaporkan pajaknya, karena pelaporan
pajak bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja dengan menggunakan internet.
Penerapan E-filing ini merupakan sebuah pelayanan yang dibuat Direktorat
Jenderal Pajak dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak orang pribadi.
98
98
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan data berupa kuesioner yang telah dikumpulkan dari 100
responden wajib pajak yang terdaftar di KPP Kecamatan Kalideres dan
pengujian yang dilakukan terhadap permasalahan yang menggunakan analisis
faktor, maka dapat diambil kesimpulan faktor-faktor yang mempengaruhi
kepatuhan wajib pajak orang pribadi terdiri dari empat faktor terbentuk dengan
menggunakan uji kelayakan dengan metode Rotated Component Matrix.
Faktor tersebut adalah Pertama, terdiri dari Hukum Perpajakan 0,525,
Manfaat NPWP 0,655, Pengetahuan Dasar Perpajakan 0,764, Reformasi
Administrasi Perpajakan 0,610, Biaya Kepatuhan 0,523, dan Sosialisasi
Perpajakan 0,714. Kedua, terdiri dari Modernisasi Sistem Perpajakan 0,856,
Penerapan E-Filing 0,944, dan Pengawasan Account Representative 0,806.
Ketiga, terdiri dari Sanksi Perpajakan 0,794, Tarif Perpajakan 0,555, Kesadaran
Wajib Pajak 0,777, Kualitas Pelayanan Pajak 0,496, dan Tingkat Pendapatan
0,809. Keempat, terdiri dari Pemahaman Wajib Pajak 0,535 dan Tingkat
Pendidikan 0,753.
Faktor-faktor ini muncul dengan nama baru yang ditentukan dengan nilai
tertinggi, yaitu faktor pertama pengetahuan dasar perpajakan dengan nilai 0,764,
faktor kedua penerapan e-filing dengan nilai 0,944, faktor ketiga tingkat
pendapatan dengan nilai 0,809 dan faktor keempat tingkat pendidikan dengan nilai
0,753.
B. Implikasi
Implikasi dari penelitian ini adalah kesadaran bagi wajib pajak untuk
mematuhi kepatuhan wajib pajaknya sangat erat dengan persepsi masyarakat itu
sendiri mengenai pajak. Kantor Pelayanan Pajak harus memperbaiki kinerjanya
untu kedepannya agar masyarakat lebih percaya untuk membayar pajaknya.
99
Perilaku patuh atau tidaknya wajib pajak sangat dipengaruhi oleh individu dan
juga pelayanan dari Kantor Pelayanan Pajak yang dalam penelitian ini dalam
penerapan e-Filing memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap kepatuhan
wajib pajak, yang artinya masyarakat sekarang lebih menyukai sesuatu yang
mudah dan cepat, diharapkan pemerintah ataupun aparat pajak mampu
meningkatkan lagi dalam memberikan kepada masyarakat.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukkan yang penting bagi
Direktorat Jenderal Pajak mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan
wajib pajak orang pribadi dalam melaporkan pajaknya. Hal ini dikarenakan peran
dan partisipasi seluruh masyarakat Indonesia sangatlah dibutuhkan dalam
kelancaran reformasi perpajakan dan meningkatkan pencapaian target penerimaan
negara dari sektor pajak.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti mengemukakan beberapa saran,
yaitu sebagai berikut :
1. Penelitian berikutnya sebaiknya menambahkan variabel lain yang sesuai
dengan kepatuhan wajib pajak, salah satunya adalah Amnesti Pajak yang
mungkin juga akan mempengaruhi kepatuhan wajib pajak.
2. Untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak Kantor Pelayanan Pajak
(KPP) harus lebih meningkatkan lagi kualitas-kualitas pelayanan yang
lebih mudah diaplikasikan pada masyarakat, agar memberikan kepuasan
bagi wajib pajak sehingga memberikan kecenderungan untuk melakukan
pembayaran pajak tepat pada waktunya.
3. Pada saat ini penerimaan yang berasal dari pajak terus mengalami
peningkatan dikarenakan sistem administrasi perpajakan yang semakin
baik. Diharapkan aparat pajak selalu meningktakan sistem administrasi
untuk yang lebih baik.
99
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
A T, Salamun. Pajak, Citra dan Upaya Pembaharuannya.Jakarta : PT. Bina Rena Pariwara. 1991.
Faisal, Gatot SM. How To Be Smarter Taxpayer. Jakarta :Grasindo. 2009.
Fuad, M. Pengantar Bisnis. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. 2006.
Gozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivarietedengan Program IBM SPSS 23. Semarang :Badan Penerbit Universitas Diponegoro. 2016.
John M.Ivanceich, Robet Kanopaske, dan Michael T. Mattesons, Perilaku dan Manajemen Organisasi,Diterjemahkan oleh : Gina Gania. Jakarta. Penerbit Erlangga, 2006.
Mardiasmo. Perpajakan Edisi Revisi. Yogyakarta : Andi Offset.2008.
Nurmantu, Safri. Pengantar Perpajakan. Jakarta : Granit. 1994.
Pandiangan, Liberti. Modernisasi dan Reformasi Pelayanan Perpajakan berdasarkan UU terbaru.Jakarta : PT. Elex Media Komputindo. 2008.
Prastowo, Yustinus. Manfaat dan Risiko Memiliki NPWP.Jakarta : Raih Asa Sukses. 2009.
Resmi, Siti. Perpajakan :Teori dan Kasus Edisi 6. Jakarta :Penerbit Salemba Empat, 2011.
Saipul, Asep. Metode Penelitian Kuantitatif Aplikasi dalam Pendidikan, (Yogyakarta : Deepublish. 2014.
Santoso. Statistik Multivariat. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo. 2014
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung :
Alfabeta. 2014.
100
Sumarsan, Thomas. Perpajakan Indonesia Edisi2 :Pedoman Perpajakan yang Lengkap Berdasarkan Undang-Undang Terbaru. Jakarta : PT. Indeks. 2012.
Sunaryo. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2002.
Supramono dan Theresia Woro Damayanti, Perpajakan Indonesia-Mekanisme dan
Perhitungan.Yogyakarta : Andi Offset. 2010.
Waluyo. Perpajakan Indonesia. Jakarta : Salemba Empat.2011.
SKRIPSI, TESIS, DISERTASI
Arum, Harjanti Puspa. "Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pelayanan Fiskus, dan Sanksi Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Kegiatan Usaha dan Pekerjaan Bebas (Studi di Wilayah KPP Pratama Cilacap)". Skripsi, Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Diponegoro. 2012.
Ernawati. "Pengaruh Tingkat Pendidikan, Pendapatan, dan Kualitas Pelayanan Fiskus terhadap Kepatuhan Wajib Pajak". Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Hasanuddin Makasar. 2014.
Gayatri, Intan. "Pengelolaan Data Wajib Pajak Melalui Program Profiling Wajib Pajak Dalam Rangka Modernisasi Administrasi Perpajakan".Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia. 2009.
Jatmiko, Agus Nugroho. "Pengaruh Sikap Wajib Pajak Pada Pelaksanaan Sanksi Denda, Pelayanan Aparat pajak dan Kesadaran Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris Terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi di Semarang)". Tesis. Program S2 Magister Akuntansi Universitas Diponegoro.2006.
Masruroh, Siti. "Pengaruh Manfaat NPWP, Pemahaman Wajib Pajak, Kualitas Pelayanan dan Sanksi Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris Pada WP OP di Kabupaten Tegal)". Skripsi, Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Diponegoro.2013.
Putri, Rolalita Lukmana. "Pengaruh Motivasi Membayar Pajak dan Tingkat Pendidikan Terhadap Kepatuhan WajibPajak Orang Pribadi". Skripsi S1 Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Yogyakarta. 2015.
Yogatama, Arya. “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi”. Skripsi S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis,
101
Universitas Diponegoro. 2014.
Zaini, Paisal Amir. “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi”. Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2010.
JURNAL
Anggadewi, Anissa. Pengaruh Pemahaman Pajak dan Biaya Kepatuhan Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak. Skripsi S1 Fakultas Ekonomi. Universitas Widyatama. 2015.
Hardiningsih, Pancawati. 2011. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemauan Membayar Pajak.Program Studi Akuntansi, Universitas Stikubank, Dinamika Keuangan dan Perbankan, Vol. 3, No. 1, Hal: 126–142.
Nova Kristanty, Siti Khairani, dan Icah Fajriana. Pengaruh Pengetahuan Wajib Pajak, Tarif Pajak, dan Penyuluhan Pajak terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan di Kantor Pelayanan Pajak Madya Palembang. Jurnal Akuntansi STIE MDP Palembang.
Susilawati , Evi dan Ketut Budiarthi, Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pengetahuan Pajak, Sanksi Perpajakan dan Akuntabilitas Pelayanan Publik Pada Kepatuhan Wajib Pajak dalam Membayar Pajak Kendaraan Bermotor, E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana. 2013.
WEBSITE
___________.http://www.kemenkeu.go.id/apbn2016. Diakses pada tanggal 25 Februari 2016.
___________.http://www.pajak.go.id/blog-entry/kp2kpngabang/pelayanan-prima-salah-satu-kunci-sukses-penerimaan-pajak. Diakses padat anggal 25 Februari 2016.
Dewi Damiyanti, "Biaya Kepatuhan E-Filing Rendah, Benarkah?", http://www.pajak.go.id/content/article/biaya-kepatuhan-e-filing-rendah benarkah. Di akses pada tanggal 12 Juli 2016 pukul 20.15.
Delia Davina, "Kinerja Account Representative",
http://www.kompasiana.com/davina16/hubungan-antara-kinerja-account-representative-dengan-penerimaan-pajak. Diakses pada tanggal 10 Juli 2016 pukul 22.10.
102
UNDANG-UNDANG dan PERATURAN MENTERI
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia 79/PMK.01/2015.
Republik Indonesia, 2016 Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 23A Tentang Pajak dan Pungutan Lain yang Bersifat Memaksa untuk Keperluan Negara diatur dengan Undang-Undang.
Republik Indonesia, 2016 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000 Tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
Republik Indonesia, 2016 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan.
103
LAMPIRAN-LAMPIRAN
\LAMPIRAN 1
KISI-KISI ANGKET
No Variabel Indikator No. Butir
JumlahSoal
1 Kepatuhan Wajib Pajak (Y1)
Melaporkan SPT tepat waktu 1,2 2
Menghitung dan membayar pajak dengan benar
3 1
2 Hukum Pajak (X1) Undang-undang Pajak 4 1
3 Sanksi Pajak (X2)
Sanksi perpajakan yang dikenakan cukup berat
5 1
Sanksi pajak yang cukup berat merupakan sarana untuk mendidik Wajib Pajak
6 1
4 Tarif Pajak (X3) Tarif Pajak Proporsional dan adil 7,8 2
5 Manfaat NPWP (X4) Kemudahan memiliki NPWP 9,10 1
6 Pemahaman Wajib Pajak (X5) Memahami ketentuan umum dan tata cara perpajakan
11.12 2
7 Pengetahuan Dasar Perpajakan (X6)
Mengetahui apa itu pajak 13 1
Mengetahui apa fungsi pajak 14 1
8 Kesadaran Wajib Pajak (X7)
Karakteristik Wajib Pajak 15 1
Kondisi keuangan Wajib Pajak 16 1
9 Tingkat Pendidikan (X8) Tinggi rendahnya pendidikan 17 1
10 Kualitas Pelayanan Pajak (X9)
Ketanggapan (Responsiveness) 18 1
Empati (Empathy) 19 1
11 Reformasi Administrasi Perpajakan (X10)
Manfaat adanya Reformasi administrasi perpajakan
20,21 2
12 Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan (X11)
Sistem Administrasi 22,23 2
13 Penerapan E-Filling (X12) Lebih hemat 24 1 Perhitungan lebih cepat 25 1
14 Pengawasan Account Representative (X13)
Kegunaan Account Representative 26,27 2
15 Biaya Kepatuhan (Compliance Cost) (X14)
Beratnya biaya kepatuhan 28 1
16 Sosialisasi Pajak (X15) Penyuluhan pajak 19 1
17 Tingkat Pendapatan (X16) Besar kecilnya pendapatan 30 1
LAMPIRAN 2
ANGKET
A. Petunjuk Pengisian Angket 1. Bacalah petunjuk pengisian dengan cermat sebelum memberi jawaban
2. Isilah biodata pada instrumen ini yang terdapat pada poin B
3. Berilah satu jawaban pada setiap pernyataan yang terdapat pada bagian C
dengan memberi tanda √ (Cheklist)
Keterangan Pilihan Jawaban
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
TS = Tidak Setuju
STS= Sangat Tidak Setuju
B. Identitas Responden Berilah tanda (√) sesuai dengan data diri anda.
1. Jenis Kelamin : □ Pria□ Wanita
2. Usia : □ < 20 □ 20-30
□ 31-40 □ 41-50 □>50
3. Tingkat Pendidikan : □ SMA/Sederajat □ D3 □ S1
□ S2 □ S3
□ Lainnya :
4. Status : □ Belum Menikah □ Menikah
C. Berikut Pernyataan mengenai Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Berilah satu jawaban pada setiap pernyataan yang adadibawah ini dengan
memberi tanda √ (Cheklist)
No Pernyataan SS S TS STS
1 Saya selalu mengisi SPT saya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
2 Saya selalu melaporkan SPT tepat waktu
3 Saya selalu menghitung pajak yang terutang dengan benar dan membayarkannya tepat waktu
4
Undang-undang pajak dapat memberikan kepastian hukum kepada wajib pajak, mengenai kapan ia harus membayar pajak, hak dan kewajiban wajib pajak
5 Sanksi administrasi berupa denda 50% dari pajak yang kurang bayar, apabila pengisian SPT dilakukan dengan tidak benar
6 Denda keterlambatan pelaporan SPT tahunan pajak penghasilan orang pribadi adalah Rp. 100.000,00
7 Tarif pajak yang adil berarti harus sama untuk setiap wajib pajak
8 Penerima penghasilan tinggi dikenakan tarif pajak secara proporsional dibandingkan penerima penghasilan rendah
9 NPWP berfungsi sebagai identitas wajib pajak dan setiap wajib pajak harus memilikinya
10 Dengan adanya NPWP memberikan kemudahan dalam mengurus segala jenis perpajakan
11 Saya telah memahami ketentuan umum dan tata cara perpajakan yang berlaku
12 Saya paham dengan sistem perpajakan yang digunakan saat ini (menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melapor sendiri)
13 Pajak adalah sumber dana terbesar untuk negara 14 Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau
melaksanakan kebijakan dibidang sosial dan ekonomi
15
Kesadaran wajib pajak untuk memenuhi kewajiban pajak tepat waktu tanpa pengaruh orang lain dan sadar bahwa pajak digunakan untuk membiayai pembangunan sarana publik
16 Bagaimanapun kondisi keuangan saya, saya akan tetap membayar pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku
17 Rendahnya tingkat pendidikan Wajib Pajak mempengaruhi tingkat kepatuhan Wajib Pajak
18 Petugas pajak selalu menindaklanjuti pengaduan dari masyarakat secara cepat
19 Petugas pajak menguasai peraturan perpajakan dengan baik sehingga dapat membantu wajib pajak dalam menyelesaikan kewajiban pajaknya
20 Adanya reformasi administrasi perpajakan memudahkan Wajib Pajak untuk memenuhi kewajibannya
21 Reformasi administrasi perpajakan memberikan peningkatan terhadap kualitas pelayanan
22 E-Banking memudahkan saya dalam melakukan pembayaran pajak
23 Pendaftaran NPWP melalui E-Registration lebih mudah
24
Dengan diterapkannya sistem e-filling, dapat menghemat waktu dan saya dapat melaporkan pajak kapan saja dan dimana saja ketika saya memiliki waktu luang dan terhubung dengan internet
25 Dengan diterapkannya sistem e-filling, memudahkan saya dalam melakukan perhitungan pajak
26 Account Representative memberikan motivasi kepada Wajib Pajak untuk selalu patuh terhadap kewajiban pajaknya
27 Adanya Account Representative memberikan kemudahan untuk konsultasi kepada Wajib Pajak mengenai kewajiban perpajakannya
28 Makin rendah biaya kepatuhan, makin mudah bagi
wajib pajak untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya
29 Pemberian Sosialisasi tentang pajak menyadarkan saya akan pentingnya membayar pajak dan menjadi wajib pajak yang patuh
30 Besar kecilnya pendapatan saya, itu tidak akan menjadi penghalang saya untuk tetap membayar pajak
Terima Kasih.
LAMPIRAN 3
HASIL ANGKET Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi
(Studi Kasus di KPP Pratama Kalideres) Responden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
1 3 3 4 3 2 3 2 2 4 3 2 3 2 3 3 3 2 4 4 2 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 2 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 6 4 3 3 3 1 3 3 2 4 4 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 2 2 2 3 3 3 2 7 3 3 3 4 2 3 4 4 3 4 3 3 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 8 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 3 3 4 3 3 4 3 4 9 3 3 2 4 2 2 3 3 3 3 3 4 4 3 3 2 1 3 1 3 4 4 3 3 3 2 2 3 3 2 10 4 3 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 11 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 12 3 3 3 3 1 3 3 1 3 4 3 3 3 3 3 1 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 1 13 3 3 2 4 2 2 3 3 3 3 3 4 4 3 3 2 1 3 1 3 4 4 3 3 3 2 2 3 3 2 14 3 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 4 2 3 2 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3 15 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 4 3 4 3 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 16 3 3 3 3 3 2 4 3 4 2 2 2 4 3 3 3 4 4 4 3 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 17 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3 3
18 4 3 3 4 1 3 1 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 19 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 20 3 3 4 3 2 2 4 4 3 4 3 3 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 4 21 4 4 4 4 2 1 3 4 4 4 3 3 4 3 4 1 3 4 4 4 4 1 3 3 3 3 3 3 4 1 22 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 23 3 3 3 4 2 2 3 3 4 4 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 24 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 4 4 4 4 3 3 3 3 25 4 4 3 3 2 2 3 3 3 4 3 3 4 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 2 26 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 27 4 4 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 28 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 29 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 30 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 31 3 4 3 3 4 2 4 3 4 4 3 3 4 4 3 3 3 4 4 4 4 3 3 4 3 4 3 4 3 3 32 3 4 3 3 1 2 3 4 3 3 3 3 4 3 3 2 3 2 3 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 1 33 3 4 3 3 1 2 3 4 3 3 3 3 3 3 4 1 3 2 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 1 34 4 4 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 4 4 3 3 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 35 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 36 4 4 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 37 4 3 3 3 4 3 2 4 3 3 4 2 4 3 3 3 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 38 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 39 3 3 2 3 2 2 3 2 3 3 2 2 2 2 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 2 2 2 2 3 40 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 4 4 4 3 3 2 2 3 4 4 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 41 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 2 2 3 4 4 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3
42 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 43 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 4 3 4 2 2 2 2 2 3 3 4 3 44 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 45 4 4 3 4 2 3 3 4 4 4 3 2 4 4 4 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 46 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 2 2 4 4 4 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 47 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 2 2 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 4 3 48 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 49 4 4 3 3 2 3 2 3 4 4 3 4 4 3 4 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 50 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 51 3 3 3 3 2 3 3 3 4 3 2 3 4 3 4 3 4 2 3 3 3 4 4 4 4 3 4 4 3 3 52 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 53 4 4 3 2 2 2 1 2 4 2 2 2 3 3 2 2 4 1 2 3 2 2 4 4 4 2 2 3 3 2 54 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 2 4 3 3 3 3 2 2 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 55 3 3 2 3 3 4 2 4 4 4 3 2 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 4 3 3 3 4 2 56 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 57 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3 2 2 4 3 3 2 3 2 2 2 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 58 3 3 2 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 2 3 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3 59 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 60 3 3 3 3 2 3 2 3 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 61 3 3 3 3 2 2 2 4 3 4 3 3 3 3 3 2 4 2 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 62 3 3 3 3 3 1 2 3 3 3 2 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 63 3 3 4 4 3 2 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 64 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 65 2 2 2 4 3 3 2 3 4 4 3 3 4 4 3 2 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4 2
66 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 67 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 68 2 2 2 2 2 2 1 3 3 3 2 2 3 3 2 2 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 69 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 70 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 1 2 3 3 3 2 3 3 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 71 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 72 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 73 4 4 4 4 3 3 2 2 4 4 3 3 3 4 3 3 2 3 3 4 3 4 4 4 4 2 3 4 3 3 74 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 75 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 76 4 3 3 4 4 4 3 4 4 3 3 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 77 4 3 3 3 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 3 3 4 4 3 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 78 4 4 3 3 2 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 79 4 4 3 3 2 3 2 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 80 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 81 4 4 4 3 3 2 2 3 3 3 3 2 3 2 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 82 4 4 4 4 2 2 2 4 4 3 3 3 4 4 3 2 3 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 83 3 3 3 2 2 2 3 4 3 4 2 2 4 4 3 2 3 2 3 3 3 3 2 3 3 2 2 4 3 2 84 3 3 3 3 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 85 3 3 3 4 2 2 1 2 4 2 3 3 4 4 3 3 4 1 2 3 3 3 3 3 2 3 2 2 4 4 86 3 3 3 2 1 2 2 3 3 3 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 3 3 1 2 2 3 3 4 3 3 87 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 88 3 3 3 3 3 3 2 3 4 4 4 3 2 3 3 4 3 3 4 4 3 3 4 4 4 3 3 3 4 3 89 3 3 3 3 2 2 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
90 4 3 4 4 4 2 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 91 4 4 3 4 4 2 2 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 92 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 93 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 94 4 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 95 4 4 4 4 3 2 2 3 4 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 4 4 4 4 3 3 2 4 3 96 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 97 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 98 4 3 3 4 1 2 2 3 4 4 2 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 4 4 3 99 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 100 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
LAMPIRAN 3
Uji Validitas dan Reliabilitas
Hukum Perpajakan Correlations
P4 Total P4 Pearson
Correlation 1 1.000**
Sig. (2-tailed) .000 N 40 40
Total Pearson Correlation
1.000** 1
Sig. (2-tailed) .000 N 40 40
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on
Standardized Items N of Items 1.000 1.000 2
Sanksi Perpajakan Correlations
P5 P6 Total P5 Pearson
Correlation 1 .257 .785**
Sig. (2-tailed) .105 .000 N 41 41 41
P6 Pearson Correlation .257 1 .801**
Sig. (2-tailed) .105 .000 N 41 41 41
Total Pearson Correlation .785** .801** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 N
41 41 41
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on
Standardized Items N of Items .827 .827 3
Tarif Pajak Correlations
P7 P8 Total P7 Pearson
Correlation 1 .749** .953**
Sig. (2-tailed) .000 .000 N 41 41 41
P8 Pearson Correlation .749** 1 .915**
Sig. (2-tailed) .000 .000 N 41 41 41
Total Pearson Correlation .953** .915** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 N 41 41 41
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on
Standardized Items N of Items
.907 .953 3
Manfaat NPWP
Correlations P9 P10 Total P9 Pearson
Correlation 1 .619** .909**
Sig. (2-tailed) .000 .000 N 41 41 41
P10 Pearson Correlation
.619** 1 .890**
Sig. (2-tailed) .000 .000 N 41 41 41
Total Pearson Correlation
.909** .890** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 N 41 41 41
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on
Standardized Items N of Items .893 .926 3
Pemahaman Wajib Pajak
Correlations P11 P12 Total P11 Pearson
Correlation 1 .713** .933**
Sig. (2-tailed) .000 .000 N 41 41 41
P12 Pearson Correlation
.713** 1 .918**
Sig. (2-tailed) .000 .000 N 41 41 41
Total Pearson Correlation
.933** .918** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 N 41 41 41
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on
Standardized Items N of Items
.906 .946 3
Pengetahuan Dasar Perpajakan
Correlations P13 P14 Total P13 Pearson
Correlation 1 .456** .878**
Sig. (2-tailed) .003 .000 N 41 41 41
P14 Pearson Correlation
.456** 1 .826**
Sig. (2-tailed) .003 .000 N 41 41 41
Total Pearson Correlation
.878** .826** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 N 41 41 41
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on
Standardized Items N of Items .866 .885 3
Kesadaran Wajib Pajak
Correlations P15 P16 Total P15 Pearson
Correlation 1 .225 .788**
Sig. (2-tailed) .156 .000 N 41 41 41
P16 Pearson Correlation
.225 1 .778**
Sig. (2-tailed) .156 .000 N 41 41 41
Total Pearson Correlation
.788** .778** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 N 41 41 41
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on
Standardized Items N of Items
.819 .816 3
Tingkat Pendidikan Correlations
P17 Total P17 Pearson
Correlation 1 1.000**
Sig. (2-tailed) .000 N 40 40
Total Pearson Correlation 1.000** 1
Sig. (2-tailed) .000 N
40 40
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on
Standardized Items N of Items
1.000 1.000 2
Kualitas Pelayanan Pajak
Correlations P18 P19 Total P18 Pearson
Correlation 1 .448** .879**
Sig. (2-tailed) .003 .000 N 41 41 41
P19 Pearson Correlation
.448** 1 .821**
Sig. (2-tailed) .003 .000 N 41 41 41
Total Pearson Correlation
.879** .821** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 N
41 41 41
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on
Standardized Items N of Items .865 .883 3
Reformasi Administrasi Perpajakan Correlations
P20 P21 Total P20 Pearson
Correlation 1 .491** .834**
Sig. (2-tailed) .001 .000 N 41 41 41
P21 Pearson Correlation .491** 1 .890**
Sig. (2-tailed) .001 .000 N 41 41 41
Total Pearson Correlation .834** .890** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 N 41 41 41
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on
Standardized Items N of Items
.872 .894 3
Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan Correlations
P22 P23 Total P22 Pearson
Correlation 1 .511** .886**
Sig. (2-tailed) .001 .000 N 41 41 41
P23 Pearson Correlation .511** 1 .851**
Sig. (2-tailed) .001 .000 N 41 41 41
Total Pearson Correlation .886** .851** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 N
41 41 41
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on
Standardized Items N of Items .876 .900 3
Penerapan E-Filing Correlations
P24 P25 Total P24 Pearson
Correlation 1 .637** .909**
Sig. (2-tailed) .000 .000 N 41 41 41
P25 Pearson Correlation .637** 1 .900**
Sig. (2-tailed) .000 .000 N 41 41 41
Total Pearson Correlation .909** .900** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 N 41 41 41
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on
Standardized Items N of Items .896 .930 3
Pengawasan Account Representative Correlations
P26 P27 Total P26 Pearson
Correlation 1 .615** .941**
Sig. (2-tailed) .000 .000 N 41 41 41
P27 Pearson Correlation .615** 1 .845**
Sig. (2-tailed) .000 .000 N 41 41 41
Total Pearson Correlation .941** .845** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 N 41 41 41
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on
Standardized Items N of Items
.884 .923 3
Biaya Kepatuhan Correlations
P28 Total P28 Pearson
Correlation 1 1.000**
Sig. (2-tailed) .000 N 40 40
Total Pearson Correlation 1.000** 1
Sig. (2-tailed) .000 N
40 40
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on
Standardized Items N of Items 1.000 1.000 2
Sosialisasi Perpajakan Correlations
P29 Total P29 Pearson
Correlation 1 1.000**
Sig. (2-tailed) .000 N 40 40
Total Pearson Correlation 1.000** 1
Sig. (2-tailed) .000 N
40 40
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on
Standardized Items N of Items 1.000 1.000 2
Tingkat pendapatan Correlations
P30 Total P30 Pearson
Correlation 1 1.000**
Sig. (2-tailed) .000 N 40 40
Total Pearson Correlation 1.000** 1
Sig. (2-tailed) .000 N
40 40
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on
Standardized Items N of Items 1.000 1.000 2
LAMPIRAN 4
UJI ANALISIS DATA Uji Normalitas
Uji Homogenitas
Oneway
Hukum Perpajakan Test of Homogeneity of Variances
Kepatuhan Wajib Pajak Levene Statistic df1 df2 Sig.
.093 2 37 .912
Sanksi Perpajakan
Test of Homogeneity of Variances
Kepatuhan Wajib Pajak Levene Statistic df1 df2 Sig.
4.649 2 36 .016
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual N 40 Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation .96817658 Most Extreme Differences Absolute .080
Positive .051 Negative -.080
Test Statistic .080 Asymp. Sig. (2-tailed)
.200c,d
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. c. Lilliefors Significance Correction. d. This is a lower bound of the true significance.
Tarif Pajak
Test of Homogeneity of Variances
Kepatuhan Wajib Pajak Levene Statistic df1 df2 Sig.
.744 3 35 .533
Manfaat NPWP
Test of Homogeneity of Variances
Kepatuhan Wajib Pajak Levene Statistic df1 df2 Sig.
.109 2 37 .897
Pemahaman Wajib Pajak
Test of Homogeneity of Variances
Kepatuhan Wajib Pajak Levene Statistic df1 df2 Sig.
1.013 4 35 .414
Pengetahuan Dasar Perpajakan
Test of Homogeneity of Variances
Kepatuhan Wajib Pajak Levene Statistic df1 df2 Sig.
.568 2 36 .571
Kesadaran Wajib Pajak
Test of Homogeneity of Variances
Kepatuhan Wajib Pajak Levene Statistic df1 df2 Sig.
1.373 3 35 .267
Tingkat Pendidikan
Test of Homogeneity of Variances
Kepatuhan Wajib Pajak Levene Statistic df1 df2 Sig.
.079 2 37 .924
Kualitas Pelayanan Pajak
Test of Homogeneity of Variances
Kepatuhan Wajib Pajak Levene Statistic df1 df2 Sig.
.282 3 36 .838
Reformasi Administrasi Perpajakan
Test of Homogeneity of Variances
Kepatuhan Wajib Pajak Levene Statistic df1 df2 Sig.
.235 2 36 .792
Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan
Test of Homogeneity of Variances
Kepatuhan Wajib Pajak Levene Statistic df1 df2 Sig.
.345 2 36 .710
Penerapan e-Filing
Test of Homogeneity of Variances
Kepatuhan Wajib Pajak Levene Statistic df1 df2 Sig.
.525 2 36 .596
Pengawasan Account Representative
Test of Homogeneity of Variances
Kepatuhan Wajib Pajak Levene Statistic df1 df2 Sig.
1.183 2 36 .318
Biaya Kepatuhan
Test of Homogeneity of Variances
Kepatuhan Wajib Pajak Levene Statistic df1 df2 Sig.
.263 2 37 .770
Sosialisasi Perpajakan
Test of Homogeneity of Variances
Kepatuhan Wajib Pajak Levene Statistic df1 df2 Sig.
.409 1 37 .526
Tingkat Pedapatan
Test of Homogeneity of Variances
Kepatuhan Wajib Pajak Levene Statistic df1 df2 Sig.
.244 1 38 .624
Analisis Faktor
LAMPIRAN 5
DOKUMENTASI
Tampak Depan Pintu Gerbang KPP Pratama Kalideres
Tampak Depan KPP Pratama Kalideres
Tampak Depan Pintu Gerbang KPP Pratama Kalideres
Ruang Tunggu
Ruang Tunggu
Ruang Tunggu
Antrian Wajib Pajak yang Ingin Membayar Pajak
Ruang untuk Amnesti Pajak