analisis erosi tanah di kecamatan tawangsari …

17
ANALISIS EROSI TANAH DI KECAMATAN TAWANGSARI KABUPATEN SUKOHARJO Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi Disusun Oleh : MUHAMMAD YUSRON W.N E. 100.020.071 FAKULTAS GEOGRAFI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2009

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS EROSI TANAH DI KECAMATAN TAWANGSARI …

ANALISIS EROSI TANAH DI KECAMATAN TAWANGSARI

KABUPATEN SUKOHARJO

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1

Fakultas Geografi

Disusun Oleh :

MUHAMMAD YUSRON W.N E. 100.020.071

FAKULTAS GEOGRAFI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2009

Page 2: ANALISIS EROSI TANAH DI KECAMATAN TAWANGSARI …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari bentuk lahan dan proses-

proses yang mempengaruhi serta menyelidiki hubungan timbal balik antara bentuk

lahan dan proses-proses dalam susunan keruangan (Zuidam,1979). Dari batasan

tersebut mempunyai pengertian bahwa studi geomorfologi ada 4 aspek utama

yang perlu diperhatikan meliputi bentuk lahan, genesis, proses dan lingkungan

(Sutikno, 1982).

Kebutuhan akan lahan untuk berbagai kepentingan manusia semakin

lama semakin meningkat, seiring dengan semakin bertambahnya populasi manusia

hingga saat ini. Tindakan manusia dalam upaya mengeksploitasi sumber-sumber

lahan akan menimbulkan gangguan terhadap keseimbangan lingkungan. Keadaan

ini akan mengakibatkan terjadinya erosi tanah, sehingga lapisan tanah permukaan

yang relatif subur akan hilang. Pada suatu Daerah Aliran Sungai (DAS) proses

yang berlangsung pada bagian hulu yang dominan adalah kehilangan tanah,

sedangkan pada bagian hilir proses yang terjadi adalah sedimentasi.

Erosi tanah merupakan gejala alam yang wajar dalam ekosistem yang

utuh. Erosi tanah tetap berlangsung dan berjalan karena proses ini diperlukan

untuk mempertahankan daya dukung dan meremajakan tanah. Erosi tanah

merupakan salah satu proses geomorfologi yang terdiri dari 2 fase yaitu proses

penguraian dan pengangkutan partikel-partikel tanah oleh tenaga air dan angin

(Morgan, 1979). Faktor yang mempengaruhi erosi tanah adalah iklim, topografi,

vegetasi, tanah dan manusia. Erosi tanah bertambah menjadi bahaya pada waktu

erosi berlangsung lebih cepat daripada laju pembentukan tanah. Erosi yang

mengalami percepatan ini secara berangsur akan menipiskan tanah bahkan

akhimya dapat menyingkapkan bahan induk tanah yang berakibat buruk terhadap

tubuh alam karena merusak lahan atas sebagai lahan usaha pertanian.

Proses erosi dan sedimentasi yang berlangsung terus-menerus akan

mengakibatkan kerusakan tanah, apabila tidak dilakukan upaya pengendaliannya

1

Page 3: ANALISIS EROSI TANAH DI KECAMATAN TAWANGSARI …

2

kerusakan lahan selanjutnya akan menimbulkan dampak negatif yakni

kerusakannya sistem tata air, produktifitas lahan juga menurun akibat hilangnya

lapisan tanah permukaan yang relatif subur sehingga lahan tersebut tidak mampu

lagi untuk usaha pertanian akhimya lahan tersebut menjadi lahan kritis

Daerah penelitian terletak di Kecamatan Tawangsari Kabupaten

Sukoharjo Propinsi Jawa Tengah, dengan luas lahan kurang lebih 3.998 ha atau

sekitar 8,57 % dari luas Kabupaten Sukoharjo (46.666 ha). Kecamatan

Tawangsari mempunyai topografi datar hingga berbukit dengan kemiringan lereng

0 – 30 % mempunyai ketinggian 122 – 293 di atas permukaan air laut (dpal),

dengan luas wilayah 39,98 km2 (Sumber : Kecamatan Tawangsari dalam Angka

2008).

Salah satu proses geomorfologi yang ada di daerah penelitian adalah

proses erosi lembar, alur, percik, parit, sungai. Jika erosi yang terjadi tidak

ditangani segera maka dengan berjalannya waktu, erosi tanah akan mengakibatkan

kerugian-kerugian salah satunya yaitu berkurangnya tingkat kesuburan tanah yang

berpengaruh pada kemampuan tanah untuk menghasilkan sesuatu.

Dari uraian di atas maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan

judul ”ANALISIS EROSI TANAH DI KECAMATAN TAWANGSARI

KABUPATEN SUKOHARJO”

1.2. Perumusan Masalah

Dari latar belakang dan masalah tersebut di atas maka penulis

merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana tingkat erosi tanah di daerah penelitian?

2. Bagaimana sebaran erosi tanah di daerah penelitian?

1.3. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis mempunyat tujuan:

1. Mengetahui tingkat erosi di daerah penelitian.

2. Mengetahui sebaran erosi tanah daerah penelitian.

Page 4: ANALISIS EROSI TANAH DI KECAMATAN TAWANGSARI …

3

1.4. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat:

1. Merupakan salah satu syarat menempuh kelulusan sarjana program strata satu

(S1) Fakultas Geografi.

2. Memberi sumbangan kepada instansi terkait dan pemerintah daerah setempat

agar dijadikan pertimbangan dalam menyusun program konservasi tanah.

1.5. Telaah Pustaka dan Penelitian Sebelumnya

Sitanala Arsyad (1989) dalam bukunya "Konservasi Tanah dan Air"

secara panjang lebar menjelaskan cara pengukuran erosi tanah dan menjelaskan

masing-masing metode konservasi tanah tersebut. Dalam memprediksi erosi tanah

dalam hubungannya dengan perencanaan konservasi tanah adalah dengan metode

prediksi USLE, yaitu dengan cara menentukan faktor erosivitas hujan (R),

penentuan faktor erodibilitas tanah (K) dengan menggunakan nomograf

Wischmeier dan Smith, penentuan faktor LS dan penentuan faktor C serta

penentuan faktor P, yang secara singkat dapat diformulasikan A = RKLSCP,

dimana :

A = Jumlah kehilangan tanah maksimal (ton/ha/th)

R = Indeks erosivitas tanah

K = Indeks erodibilitas tanah

LS = Indeks faktor panjang dan kemiringan lereng erosi

C = Indeks faktor pengelolaan tanaman

P = Indeks faktor pengelolaan lahan

Metode konservasi tanah yang dikemukakan oleh Sitanala Arsyad (1989)

antara lain adalah metode vegetatif, mekanik dan kimia. Usaha konservasi tanah

secara vegetatif dilakukan dengan cara penghijauan, sedangkan konservasi tanah

secara mekanik dilakukan dengan pembuatan teras-teras pada sawah dan tegalan.

Bergsma (1980) dalam bukunya "Soil Erosion Hazard Survey,"

menjelaskan faktor-faktor erosi tanah yang diteliti di lapangan pada setiap satuan

pemetaan adalah: (1) kemiringan lereng dan panjang lereng, (2) ketinggian

Page 5: ANALISIS EROSI TANAH DI KECAMATAN TAWANGSARI …

4

tempat, (3) erodibilitas tanah, termasuk pengamatan terhadap krikil di permukaan

tanah dan perluasan potensial dari penampang tanah, (4) vegetasi penutup, dan (5)

pengelolaan lahan.

Dalam penentuan faktor erodibilitas tanah Bergsma menggunakan uji

lapangan yaitu uji remah, uji lobang pena dan uji manipulasi serta dengan uji

timpa untuk mengetahuis tabilitas agregat tanah.

Chay Asdak (1995) dalam bukunya “Hidrologi dan Pengelolaan Daerah

Aliran Sungai “, mengemukakan bahwa ada empat faktor utama dalam proses

erosi yaitu iklim, sifat tanah, topografi dan vegetasi penutup tanah. Oleh

Wischmeier dan Smith (1978) ke empat faktor tersebut dikenal dengan persamaan

Universal Soil Loss Equation (USLE) untuk menentukan besarnya erosi.

Pengaruh vegetasi penutup tanah terhadap erosi adalah melalui fungsi

melindungi permukaan tanah dari tumbukan air hujan, menurunkan kecepatan

aliran permukaan, menahan partikel-partikel tanah pada tempatnya dan

memperhatikan kemantapan kapasitas tanah dalam menyerap air.

Metode untuk mengetahui erosi yang dikembangkan oleh Wischmeier dan

Smith (1978) yang disebut dengan metode USLE adalah metode yang paling

umum. Pertimbangan-pertimbangan yang harus diperhatikan dalam pemakaian

rumus USLE yang dikemukakan oleh Chay Asdak antara lain :

1). USLE hanya memperkirakan erosi lembar dan erosi alur, dan tidak untuk

erosi parit.

2). USLE tidak memperhiraukan endapan sedimen, hanya memperkirakan

besarnya tanah yang tererosi, tetapi tidak memperhatikan deposisi sedimen

dalam perhitungan besarnya perkiraan erosi.

Bambang Karnasaputra (2008), mengadakan penelitian dengan judul,

“Tingkat Erosi Tanah di Kecamatan Simo Kabupaten Boyolali Propinsi Jawa

Tengah”, bertujuan: 1) mengetahui tingkat erosi tanah di daerah penelitian, 2)

mengetahui persebaran tingkat erosi tanah di daerah penelitian.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei, yang

meliputi pengamatan, pengukuran, pencatatan dan analisis serta uji laboratorium.

Untuk menjawab tujuan dengan menggunakan metode USLE. Data yang

Page 6: ANALISIS EROSI TANAH DI KECAMATAN TAWANGSARI …

5

digunakan dalam penelitian ini adalah data karakteristik lahan meliputi curah

hujan bulanan dan harian, tekstur tanah, bahan organik, struktur tanah,

permeabilitas tanah , data panjang dan kemiringan lereng , data jenis tanaman,

data bentuk konservasi. Metode pengambilan sampel dengan menggunakan

stratified sampling. Satuan pemetaan yang digunakan adalah satuan lahan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) tingkat erosi tanah yang ada di

daerah penelitian mempunyai kelas erosi sangat ringan hingga sangat berat

dengan besar kehilangan tanah 0,95 – 674,38 ton/ha/th. Besarnya jumlah

kehilangan tanah yang termasuk dalam tingkat erosi sangat ringan berkisar 0,95 –

5,74 ton/ha/th. Besarnya kehilangan tanah yang termasuk dalam tingkat erosi

ringan berkisar 16,37 - 52,24 ton/ha/th. Besarnya jumlah kehilangan tanah yang

termasuk dalam tingkat erosi sangat berat 544,05 dan 674,38 ton/ha/th, 2) tingkat

erosi sangat ringan terdapat di satuan lahan F1IAS= 0,95 ton/ ha/ th, F1IAP= 4,31

ton/ ha/ th, F1IGMS= 1,30 ton/ ha/ th dan F1IGMP= 1,30 ton/ ha/ th. Tingkat

erosi ringan terdapat di satuan lahan F1IAT= 16,37 ton/ ha/ th, S1IIIAP= 52,24

ton/ ha/ th, S2IIIAP= 42,44 ton/ ha/ th, S3IIAS= 46,97 ton/ ha/ th dan S3IIAP=

42,44 ton/ ha/ th. Tingkat erosi sangat berat terdapat di satuan lahan S1IIIAT=

544,05 ton/ ha/ th dan S2IIIAT= 674,38 ton/ ha/ th.

Abdullah Ibrahim (2009) dalam penelitian yang berjudul: “Tingkat Erosi

Untuk Konservasi Tanah di Kecamatan Nguntoronadi Kabupaten Wonogiri”,

bertujuan: 1) mengetahui tingkat erosi di daerah penelitian, 2) mengetahui

penyebaran tingkat erosi tanah di daerah penelitian.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei, yang

meliputi pengamatan, pengukuran, pencatatan dan analisis serta uji laboratorium.

Untuk menjawab tujuan dengan menggunakan metode USLE. Data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah data karakteristik lahan meliputi curah

hujan bulanan dan harian, tekstur tanah, bahan organik, struktur tanah,

permeabilitas tanah , data panjang dan kemiringan lereng , data jenis tanaman,

data bentuk konservasi. Metode pengambilan sampel dengan menggunakan

stratified sampling. Satuan pemetaan yang digunakan adalah satuan lahan.

Page 7: ANALISIS EROSI TANAH DI KECAMATAN TAWANGSARI …

6

Hasil penelitian menunjukkan bahwa daerah penelitian mempunyai: 1)

kelas erosi sangat ringan hingga sangat berat dengan laju kehilangan tanah sebesar

0,30 - 881,68 ton/ha/th, 2) satuan lahan yang termasuk dalam tingkat erosi sangat

ringan adalah S4IIILiH, S1IVLiH, F2ILiS, F1IAlS, F1ILiP dan F1ILiT. Satuan

lahan yang termasuk dalam tingkat erosi ringan adalah S5IILiP, S5IILiS, S6IILiS

dan S6IILiP. Satuan lahan yang termasuk dalam tingkat erosi sedang adalah

S4IIILiS, S3IVLiP dan S3IVLiT. Satuan lahan yang termasuk dalam tingkat erosi

berat adalah S2IVGrT, S2IVLiP dan S1IVLiT. Satuan lahan yang termasuk dalam

tingkat erosi sangat berat adalah S2IVGrT, S2IVLiP dan S1IVLiT.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan data metode seperti yang

dipakai Bambang Karnasaputra (2008) dan Abdullah Ibrahim (2009). Adapun

untuk lebih jelasnya perbandingan penelitian dapat dilihat pada tabel 1.1.

1.6. Kerangka Penelitian

Penelitian ini diawali dengan interpretasi peta topografi skala 1: 50.000

dan peta geologi skala 1 : 100.000 untuk memperoleh peta satuan bentuklahan

tentatif. Data yang diambil dari peta topografi adalah morfologi dan proses

geomorfologi, sedangkan dari peta geologi data yang dapat diambil adalah

struktur geologi dan jenis litologi yang menyusun daerah penelitiaan. Dari hasil

peta bentuklahan tentatif kemudian dilakukan cek lapangan untuk mengetahui

kebenaran dari hasil interpretasi dengan cara memasukkan unsur-unsur yang tidak

dapat disadap secara langsung melalui peta. Dari hasil cek lapangan akhirnya

dapat diperoleh peta bentuklahan akhir. Peta bentuklahan ditumpangsusun dengan

peta lereng, peta tanah dan peta penggunaan lahan diperoleh peta satuan lahan.

Peta satuan lahan digunakan sebagai satuan pemetaan dan sekaligus

dijadikan dasar dalam pengambilan sampel. Tingkat erosi tanah diklasifikasikan

menurut Departemen Kehutanan (1988). Adapun secara singkat uraian tersebut di

atas dapat dilihat dalam gambar 1.1.

Page 8: ANALISIS EROSI TANAH DI KECAMATAN TAWANGSARI …

7

Tabel 1.1. Perbandingan Beberapa Penelitian Sebelumnya

Penulis Bambang Karnasaputra (2008) Abdullah Ibrahim (2009) Muh. Yusron W.N (2009)

Judul Tingkat Erosi Tanah di Kecamatan Simo Kabupaten Boyolali Propinsi Jawa Tengah

Tingkat Erosi di Kecamatan Nguntoronadi Kabupaten Wonogiri

Analisis Erosi Tanah di Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo

Tujuan a. Mengetahui tingkat erosi tanah di daerah penelitian.

b. Mengetahui persebaran tanah di daerah penelitian

a. mengetahui tingkat erosi di daerah penelitian,

b. mengetahui penyebaran tingkat erosi di daerah penelitian

a. Mengetahui tingkat erosi tanah di daerah penelitian

b. Mengetahui penyebaran erosi tanah di daerah penelitian

Data Erosivitas,erodibilitas, kemiringan dan panjang lereng, penutuplahan

Erosivitas,erodibilitas, kemiringan dan panjang lereng, penutup lahan

Erosivitas,erodibilitas, panjang dan kemiringan lereng, pengelolaan tanaman dan pengelolaan lahan

Metode Survei dan analisa laboratorium Survei dan analisa laboratorium Survei dan analisa laboratorium Hasil -Daerah penelitian mempunyai

kelas erosi sangat ringan hingga sangat berat dengan tingkat erosi 0,95 – 674,38 ton/ha/th. -Erosi sangat ringan terdapat di satuan lahan F1IAS, F1IAP,F1IGMS dan F1IGMP. Tingkat erosi ringan terdapat di F1IAT, S1IIIAP, S2IIIAP,S3IIAS dan S3IIAP. Tingkat erosi sangat berat terdapat di S1IIIAT dan S2IIIAT.

1)daerah penelitian mempunyai kelas erosi sangat ringan hingga sangat berat dengan laju kehilangan tanah sebesar 0,30 - 881,68 ton/ha/th. 2) Satuan lahan yang termasuk dalam tingkat erosi sangat ringan adalah S4IIILiH, S1IVLiH, F2ILiS, F1IAlS, F1ILiP dan F1ILiT. Satuan lahan yang termasuk dalam tingkat erosi ringan adalah S5IILiP, S5IILiS, S6IILiS dan S6IILiP. Satuan lahan yang termasuk dalam tingkat erosi sedang adalah S4IIILiS, S3IVLiP dan S3IVLiT. Satuan lahan yang termasuk dalam tingkat erosi berat adalah S2IVGrT, S2IVLiP dan S1IVLiT. Satuan lahan yang termasuk dalam tingkat erosi sangat berat adalah S2IVGrT, S2IVLiP dan S1IVLiT.

1) daerah penelitian mempunyai kelas erosi sangat ringan hingga sangat berat dengan jumlah kehilangan tanah 0,19– 1.612,68 ton/ha/th, 2) jumlah kehilangan tanah yang termasuk dalam kelas sangat ringan berkisar 0,19 - 11,31 ton/ha/th. Satuan lahan yang termasuk dalam tingkat erosi sangat ringan adalah F1IGrS, F1IAlS, F1IAlT, F1IGrP, D3IIGrS dan F1IAlP.Jumlah kehilangan tanah yang termasuk dalam kelas ringan adalah 28,87 ton/ha/th. Satuan lahan yang termasuk dalam tingkat erosi ringan adalah D3IIGrP. Jumlah kehilangan tanah yang termasuk dalam kelas sedang berkisar 61,24 – 96,75 ton/ha/th. Satuan lahan yang termasuk dalam tingkat erosi sedang adalah D3IILiP, D2IIILiP, D2IIILiT dan D3IIGrT. Jumlah kehilangan tanah yang termasuk dalam kelas berat adalah 376,75 ton/ha/th. Satuan lahan yang termasuk dalam tingkat erosi berat adalah D1IVLiP. Satuan lahan yang termasuk dalam tingkat erosi sangat berat adalah D1IVLiT= 1.612,68

Page 9: ANALISIS EROSI TANAH DI KECAMATAN TAWANGSARI …

8

Cek Lapangan

Interpretasi Peta Geologi Skala 1:100.000

Interpretasi Peta Topografi Skala 1:50.000

Peta Bentuk Lahan

Skala 1:50.000

Peta Lereng Skala 1:50.000

Peta Penggunaan Lahan

Skala 1:50.000

Peta Tanah Skala 1:50.000

Peta Satuan Lahan Skala 1:50.000

Penentuan Sampel

Analisis

Data Sekunder : Data Curah Hujan : - CH bulanan - CH maksimum - Jumlah dari hujan

Data Primer : a. Laboratorium : - Tekstur, Bahan Organik,

Permeabilitas Tanah b. Lapangan: - Kemiringan dan panjang

lereng - Pengelolaan tanaman - Pengelolaan lahan

Kerja Lapangan

Tingkat erosi tanah daerah penelitian

Gambar 1.1. Gambar Diagram Alir Penelitian Keterangan : Data : Hasil : Proses :

Page 10: ANALISIS EROSI TANAH DI KECAMATAN TAWANGSARI …

9

1.7. Data dan Metode Penelitian

a. Data

Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data sekunder meliputi data curah hujan bulanan, curah hujan maksimum,

jumlah hari hujan bulanan rata-rata dari stasiun curah hujan selama sepuluh tahun,

luas sawah dan juga peta-peta antara lain :

- Peta topografi skala 1 : 50.000

- Peta geologi skala 1 : 100.000

- Peta penggunaan lahan skala 1 : 50.000

- Pela lereng skala 1 : 50.000

- Peta tanah skala 1 : 50.000

Data primer meliputi : data panjang lereng, data kemiringan lereng, data

pengelolaan tanaman, data pengelolaan lahan dan data erodibilita tanah, yang

didukung analisa laboratorium.

b. Metode penelitian

Metode penelitian yang dipakai adalah metode survei yang meliputi, data

panjang lereng, data kemiringan lereng, data pengelolaan tanaman, data pengelolaan

tanaman/praktek konservasi, dan analisis laboratorium untuk data erodibilitas tanah.

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini yaitu stratified sampling

dengan satuan lahan sebagai tingkatannya. Satuan lahan dibuat berdasarkan tumpang

susun peta bentuk lahan, peta lereng, peta tanah dan peta penggunaan lahan.

1.7.1. Tahap-tahap Penelitian

a. Tahap persiapan

- Studi pustaka yang terkait dengan penelitian

- Interpretasi peta-peta yaitu :

● Pela topografi dan peta administrasi skala 1 : 50.000, untuk mengetahui letak

dan batas penelitian, morfologi/ relief dan proses geomorfologi.

● Peta geologi skala 1 : 100.000 untuk mengetahui jenis dan persebaran batuan

daerah penelitian.

Page 11: ANALISIS EROSI TANAH DI KECAMATAN TAWANGSARI …

10

● Peta penggunaan lahan skala 1 : 50.000 untuk mengetahui bentuk penggunaan

lahan daerah penelitian.

● Peta tanah skala 1 : 50.000 untuk mengetahui jenis dan persebaran tanah

daerah penelitian.

- Orientasi lapangan untuk mendapatkan gambaran pendahuluan daerah penelitian

dengan masalah dan proses geomorfologi.

b. Tahap pelaksanaan

- Pengukuran Tingkat erosi tanah, yang meliputi:

● Faktor erosivitas hujan (R)

Erosivitas adalah fungsi dari intensitas, massa, lama dan kecepatan

jatuh butiran hujan. Erosivitas hujan didapatkan dari data-data curah hujan

bulanan rata-rata, curah hujan maksimum bulanan rata-rata, jumlah hari hujan

rata-rata bulanan yang selanjutnya erosivitas hujan diperoleh dengan

menghitung indeks erosivitas hujan (EL30) yang dikembangkan oleh Bols

(1978).

E130 = 6,119Rbl,211N-0,47Rmax0,32

El 30 = curah hujan bulanan rata-rata (cm)

N = jumlah hari hujan bulan rata-rata

Rmax = curah hujan maksimum bulanan rata-rata (cm)

● Faktor Erodibilitas Tanah (K)

Nilai indeks erodibilitas tanah (K) merupakan manifestasi dan sifat

tanah yang menyatakan mudah tidaknya tanah terurai atau terangkut oleh air

hujan maupun air permukaan. Besarnya nilai K ditentukan oleh tekstur tanah,

presentasi debu dan pasir sangat halus, struktur tanah, permeabilitas tanah dan

bahan organik tanah.

Struktur tanah diamati di lapangan, permeabilitas tanah, tekstur tanah

dan bahan organik tanah diperoleh dengan analisis laboratorium atas sampel

tanah yang diambil dari profil tanah. Besarnya nilai K ditentukan dengan

menggunakan nomograf erodibilitas tanah dari Wischmeier dan Smith (1978).

Page 12: ANALISIS EROSI TANAH DI KECAMATAN TAWANGSARI …

11

Gambar 1.2. Nomograf Dari Wischmeier Dan Smith (1978)

Klasifikasi kelas dan struktur tanah adalah sebagai berikut:

Tabel 1.2. Klasifikasi Kode Kelas dan Struktur Tanah

Kode Klasifikasi 1. Granuler sangat halus (1 mm) 2. Granuler halus (1 -2 mm) 3. Granuler sedang-kasar (1 - 2 mm) - (5 - 10 mm) 4. Bentuk block, Plat/massif

Sumber : Wischmeier dan Smith (1978 dalam Sitanala Arsyad, 1989)

Adapun klasifikasi tingkat permeabilitas dapat dilihat pada Tabel 1.3.

Tabel 1.3. Klasifikasi Tingkat Permeabilitas Tanah

Kode Klasifikasi 6. Sangat lambat (0,5 cm/jam) 5. Lambat (0,5 - 2 cm/jam) 4. Lambat - sedang (2-6,3 cm/jam) 3. Sedang (6,3 - 12,7 cm/jam) 2. Sedang - cepat (12,7 - 25,4 cm/jam) 1. Cepat (> 25,4 cm/jam)

Sumber : Wischmeier dan Smith (1978 dalam Sitanala Arsyad, 1989)

Page 13: ANALISIS EROSI TANAH DI KECAMATAN TAWANGSARI …

12

● Faktor panjang lereng dan kemiringan lereng (LS)

Panjang lereng erosi diukur mulai dari titik pangkal aliran permukaan

(overland flow) sampai ke titik dimana masuk ke dalam saluran atau sungai,

atau kemiringan lereng yang berkurang sedemikian rupa sehingga ajiran air

berubah (Arsyad, 1989). Kemiringan lereng berkaitan dengan besar kecilnya

erosi yang terjadi, bahwa semakin miring suatu lereng maka jumlah butir-

butir tanah yang terpecik ke bawah semakin banyak, sehingga erosi yang

berlangsung akan semakin besar. Pada penelitian ini panjang lereng dan

kemiringan lereng erosi dihitung sekaligus dengan menggunakan rumus yang

dikemukakan oleh Wischmeier dan Smith (1978):

LS = (L)0,5 . (0,0138 + 0,00965 . S + 0,00138 . S2)

Dimana :

LS = Indeks panjang dan kemiringan lereng erosi L = Panjang lereng (m) S = Kemiringan lereng (%)

Untuk mendapatkan data yang sesuai kenyataan maka panjang dan

kemiringan lereng diukur langsung di lapangan.

● Faktor pengelolaan tanaman (C)

Faktor pengelolaan tanaman menggambarkan nisbah antara kehilangan

tanah dari lahan yang diusahakan. Dalam penelitian ini indeks pengelolaan

tanaman ditentukan menurut nilai faktor dengan pertanaman tunggal

(Abdulrahman dan Hammer, 1981).

Perhitungan C tahunan rata-rata setiap tahun lahan ditentukan

berdasarkan masa tanaman dengan menggunakan indeks rata-rata seimbang.

Misal masa tanam pertama selama tiga bulan pertama adalah : kedelai dan

kacang tanah, sedang indeksnya adalah 0, 399 untuk kedelai dan 0,2 untuk

kacang tanah sehingga indeks rata-ratanya adalah 0,299, sedangkan masa

tanam kedua adalah padi sawa dengan masa tanam enam bulan dengan indeks

0,01 dan sisa waktu yang ketiga adalah tanpa tanaman (bero) dengan indeks

1,0, sehingga dapat dicari sebagai berikut:

Page 14: ANALISIS EROSI TANAH DI KECAMATAN TAWANGSARI …

13

C = 12

(1,0x3)(0,01x2)(0,299x3) ++

= 0,33

Tabel 1.4. Indek Faktor Pengelolaan Tanaman ( C )

No. Jenis Tanaman Abdulrachman Hammer 1 Rumput Brachiaria decumbers tahun I 0,287 0,3 2 Rumput Brachiariaa decumbers tahun II 0,002 0,2 3 Kacang tunggak 0,161 - 4 Sorghum 0,242 - 5 Ubi kayu - 0,8 6 Kedelai 0,399 - 7 Serai wangi 0,434 - 8 Kacang tanah 0,20 0,4 9 Padi (lahan kering) 0,561 0,2 10 Jagung 0,637 0,5 11 Padi sawah 0,01 0,7 12 Kentang - 0,01 13 Kapas, tembakau 0,5 -0,7*) 0,4 14 Nanas dengan penanaman menurut kontur : a) Dengan mulsa dibakar 0,2 - 0,5*) - b) Dengan mulsa dibenam 0,1 - 0,3*) - c) Dengan mulsa dipermukaan 0,01 -

15 Tebu - 0,2 16 Pisang (jarang yang monokultur) - 0,6 17 Talas - 0,86 18 Cabe, jahe dll - 0,9 19 Kebun campuran (rapat) - 0,1 20 Kebun campuran ubi kayu + kedelai - 0,2 21 Kebun campuran gude + kacang tanah 0,495 0,5 22 Ladang berpindah - 0,4 23 Tanah kosong diolah 1,0 1,0 24 Tanah kosong tak diolah - 0,95 25 Hutan tak terganggu 0,001 - 26 Semak tak terganggu 0,01 - 27 Sebagian berumput 0,10 - 28 Alang-alang permanen 0,02 - 29 Alang-alang dibakar 1 kali 0,70 - 30 Semak lantara 0,51 - 31 Albizia dengan semak campuran 0,012 - 32 Albizia bersih tanpa semak 1,0 - 33 Pohon tanpa semak 0,32 - 34 Kentang ditanam searah lereng 1,0 - 35 Kentang ditanam menurut kontur 0,35 - 36 Pohon-pohon dibawahnya dipacul (diolah) 0,21 - 37 Blado daun diolah dalam bedengan 0,09 -

Sumber : Abdulrachman dkk (1981) dan Hammer (1981)

Page 15: ANALISIS EROSI TANAH DI KECAMATAN TAWANGSARI …

14

● Faktor Pengelolaan Lahan

Faktor pengelolaan lahan adalah perbandingan antara besarnya erosi atau

tanah yang hilang pada lahan sama sekali. Adapun indek faktor pengelolaan lahan

dapat dilihat pada tabel 1.5.

Tabel 1.5. Indeks Faktor Pengelolaan Lahan (P)

No. Teknik Konservasi Tanah Nilai P 1 Teras bangku a) Baik 0,20 b) Jelek 0,350 2 Teras bangku : jagung-ubi kayu/kedelai 0,056 3 Teras bangku : sorghum-sorghum 0,024 4 Teras tradisional 0,40 5 Teras gulud : padi-jagung 0,013 6 Teras gulud : ketela pohon 0,063 7 Teras gulud : jagung-kacang + mulsa sisa tanaman 0,006 8 Teras gulud : kacang kedelai 0,105 9 Tanaman dalam kontur : a) Kemiringan 0 - 8% 0,50 b) Kemiringan 9 - 20 % 0,75 c) Kemiringan > 20 % 0,90

10 Tanaman dalam jalur-jalur : jagung-kacang tanah + mulsa 0,05 11 Mulsa limbah jerami : a) 6 ton/th/ha 0,30 b) 3 ton/th/ha 0,50 c) 1 ton/th/ha 0,80

12 Tanaman perkebunan a) Penutup rapat 0,10 b) Penutup sedang 0,50

13 Padang rumput a) Baik 0,04 b) Jelek 0,40

Sumber : Abdulrachman dkk (1984 dalam Cay Asdak, 1995)

c. Klasifikasi Data

Klasifikasi yang digunakan untuk menentukan besarnya tingkat erosi dalam

adalah klasifikasi tingkat erosi menurut Departemen Kehutanan (1988) yang dapat

dilihat pada Tabel 1.6:

Page 16: ANALISIS EROSI TANAH DI KECAMATAN TAWANGSARI …

15

Tabel 1.6. Klasifikasi Tingkat Bahaya Erosi Tanah

Klas Jumlah kehilangan tanah (ton/ha/th) Tingkat erosi I 0 - 15 Sangat ringan II 15 - 60 Ringan III 60 - 180 Sedang IV 180 - 480 Berat V > 480 Sangat berat

Sumber : Departemen Kehutanan (1988 dalam Bambang Karnasaputra, 2008)

d. Analisis Data

Analisis data dilakukan terhadap besarnya tingkat erosi daerah penelitian

dengan menggunakan rumus Persamaan Umum Kehilangan Tanah (USLE),yaitu:

A = R.K.LS.C.P. Pemetaan penyebaran tingkat erosi tanah dengan tumpangsusun

peta tingkat erosi dengan peta satuan lahan.

1.8. Batasan Operasional

Bahaya erosi adalah keadaan yang memungkinkan bahaya erosi tanah akan segera

terjadi pada waktu relatif dekat atau apabila erosi tanah telah terjadi di

tempat itu, maka bahaya erosi tanah diartikan sebagai tingkat erosi tanah

yang akan terjadi dimasa datang (Bergsma, 1980).

Bentuk lahan adalah kenampakan medan yang dibentuk proses-proses alami yang

mempunyai susunan tertentu oleh julat karakteristik fisikal dan visual

dimanapun bentuk lahan ditemukan (Van Zuidam, 1979).

Erodibilitas tanah adalah sifat tanah yang menyatakan mudah tidaknya tanah

mengalami pemecahan dan pengangkutan oleh air hujan dan akibat

perluapan. (Wischmeier dan Smith 1978 dalam Endro Wibowo, 2001).

Erosi tanah adalah proses yang terdiri dari pengangkutan dan penguraian partikel

tanah oleh tenaga erosi yang berupa aliran angin dan air. (Morgan, 1979

dalam Endro Wibowo, 2001).

Konservasi tanah adalah sebagi penempatan tanah pada bidang tanah dengan cara

penggunaan yang sesuai dengan syarat yang diperlukan agar tidak terjadi

kerusakan (Arsyad, 1989).

Page 17: ANALISIS EROSI TANAH DI KECAMATAN TAWANGSARI …

16

Lahan adalah suatu area dari permukaan bumi yang mencakup seluruh sifat-sifat

secara vertikal terletak di atas dan dibawah meliputi atmosfer, tanah,

geologi, hidrologi, populasi tumbuhan dan hewan sebagai hasil kegiatan

manusia pada masa lampau dan sekarang, selanjutnya serta perluasan sifat-

sifat biosfer ini punya pengaruh yang berarti dan penggunaan lahan pada

masa sekarang dan masa yang akan datang. (FAO, 1976).

Penggunaan lahan adalah kenampakan medan yang dibentuk oleh proses alami yang

mempunyai julat karakteristik fisikal dan visual tertentu dimana bentuk

lahan tersebut dijumpai (Way, 1973 dalam Endro Wibowo, 2001).

Proses geomorfologi adalah suatu perubahan fisikal dan chemical yang menyebabkan

modifikasi bentuk-bentuk permukaan bumi (Thornbury, 1959).

Satuan lahan merupakan hasil penurunan dari bentuk lahan yang didasarkan pada

aspek lereng, geologi, jenis tanah, dan tingkat penggunaan lahan

(Djaenuddin, 1981 dalam Sulistyowati Tejoningrum, 2001).

Tanah adalah akumulasi tubuh alam bebas, menduduki sebagian permukaan bumi

yang mampu menumbuhkan tanaman yang mempunyai sifat akibat

pengaruh iklim dan jasad hidup yang bertindak sebagai bahan hidup dan

keadaan relief tertentu selama jangka waktu tertentu juga. (M. Isa

Darmawijaya, 1980).