analisis eksistensi persistensi pengangguran di … · indonesia dengan melengkapi koleksi data...

100
ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI INDONESIA OLEH ARIF RAHMAN H14104062 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Upload: hoangkhanh

Post on 08-Mar-2019

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI … · Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)

ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI INDONESIA

OLEH ARIF RAHMAN

H14104062

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Page 2: ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI … · Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)

RINGKASAN

ARIF RAHMAN. Analisis Eksistensi Persistensi Pengangguran di Indonesia (dibimbing oleh IMAN SUGEMA).

Pengangguran merupakan masalah fundamental perekonomian suatu bangsa. Berbagai kalangan telah mengkaji isu pengangguran, baik dalam ruang lingkup akademis, sosial, maupun dimensi politik. Namun demikian, berbagai kajian yang ada belum cukup memberikan kontribusi solusi terhadap tingkat pengangguran yang cenderung meningkat. Hal ini berimplikasi tingkat pengangguran di Indonesia tetap tinggi dan cenderung terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

Penelitian ini merupakan proses penelitian lanjutan yang pernah dilakukan oleh International Center for Applied Finance and Economic (InterCAFE) yaitu “Studi Empiris Persistensi Pengangguran di Indonesia Beserta Penanggulangannya Berdasarkan Analisis Data Mikro” dengan menggunakan data sampai tahun 2006. Dengan merujuk kepada penelitian Jorgen Elmeskov (1993), penulis melakukan pengkajian lagi mengenai eksistensi persistensi yang terjadi di Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU) ke dalam indikator pengukuran terhadap tren pengangguran. Penelitian ini bisa dijadikan bahan perbandingan dengan penelitian yang sudah ada, dan diharapkan bisa memberikan pemahaman dan informasi tambahan dalam menyikapi permasalahan pengangguran.

Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan, maka penelitian ini memiliki tiga tujuan utama yakni: (1) memotret gambaran umum karakteristik pengangguran di Indonesia; (2) mengkaji eksistensi persistensi pengangguran di Indonesia; dan (3) menganalisis pola pengangguran di Indonesia. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dilakukan pengkajian dengan pendekatan statistika deskriptif, aplikasi matematis serta rekonstruksi model ekonometrika. Data yang digunakan adalah data sekunder ekonomi makro yang diperoleh dari berbagai sumber di antaranya Badan Pusat Statistik (BPS), Census and Economic Information Center (CEIC), International Labour Organization (ILO), dan instansi terkait lainnya. Data yang tersedia diolah menggunakan software E-Views 5.1 dan MS. Office Excell.

Berdasarkan pendekatan analisis deskriptif terhadap karakteristik pengangguran, selama periode penelitian, pengangguran di Indonesia cenderung terus meningkat atau dengan kata lain tingkat pengangguran lebih tinggi daripada tingkat partisipasi angkatan kerja. Sedangkan berdasarkan dimensi pengangguran, terdapat beberapa karakteristik struktur pengangguran di Indonesia, diantaranya (1) tingkat pengangguran usia muda lebih tinggi daripada pengangguran usia tidak muda; (2) tingkat pengangguran berpendidikan rendah lebih tinggi dibandingkan dengan pengangguran yang berpendidikan tinggi; dan (3) tingkat pengangguran

Page 3: ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI … · Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)

laki-laki lebih tinggi daripada pengangguran perempuan, namun terdapat kecenderungan perbedaan yang semakin menipis.

Setelah melihat fenomena pengangguran yang terjadi, dirasa perlu untuk mengetahui apakah pengangguran yang terjadi di Indonesia persisten atau tidak. Dari hasil uji akar unit terhadap data pengangguran, dihasilkan cukup bukti bahwa terjadi persistensi pengangguran di Indonesia. Alternatif analisis lain melalui pengujian koefisien autoregressive (AR) diperoleh hasil koefisien AR yang mendekati unit root. Hasil dari pendekatan ekonometrik di atas mengandung pengertian secara statistik bahwa tingkat pengangguran cenderung konvergen ke nilai jangka panjangnya. Hal ini menunjukan persistensi pengangguran yang terjadi di Indonesia berlangsung dalam jangka waktu yang lama.

Analisis selanjutnya yang mendukung bahwa terjadi persistensi di Indonesia adalah dengan membandingkan komponen tren terhadap komponen siklikal dari data pengangguran. Untuk mengukur indikator tren ini, digunakan empat indikator pendekatan pengangguran alamiah, yaitu : (1) NAWRU; (2) NAIRU; (3) kurva Beveridge; dan (4) kurva Okun. Pendekatan pengukuran dengan keempat indikator tersebut memberikan gambaran kecenderungan keempat kurva tersebut adalah meningkat, yang artinya tingkat pengangguran alamiah terus mengalami kenaikan dan persisten selama periode penelitian. Dapat disimpulkan juga bahwa komponen tren lebih dominan daripada siklikal. Kemudian dengan melihat pola persistensi yang terjadi, dengan merekonstruksi model ekonometrika dapat disimpulkan bahwa di Indonesia terjadi fenomena disequilibrium persistent dan tidak terjadi mekanisme self correcting.

Pada intinya, studi ini menyimpulkan bahwa pengangguran yang terjadi di Indonesia selama ini dapat dikategorikan sebagai disequiliubrium persistent unemployment without self correcting mechanism, yang berarti bahwa persistensi terjadi di luar keseimbangan pasar tenaga kerja serta tidak memiliki mekanisme otomatis untuk menuju titik keseimbangan.

Implikasi utama dari penelitian ini adalah: (1) menyadari betapa pentingnya pemahaman tentang permasalahan pengangguran yang terjadi di Indonesia. (2) perlunya untuk meningkatkan kualitas pertumbuhan melalui kebijakan pro aktif (active policy), sehingga dapat menyentuh permasalahan-permasalahan inti dari pengangguran. (3) diperlukan penelitian lanjutan secara empiris baik makro maupun mikro untuk mengetahui faktor-faktor penyebab persistensi pengangguran di Indonesia, agar dapat dirumuskan kerangka kebijakan sehingga diperoleh solusi yang tepat.

Page 4: ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI … · Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)

ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI INDONESIA

OLEH ARIF RAHMAN

H14104062

Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Page 5: ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI … · Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh,

Nama Mahasiswa : Arif Rahman

Nomor Registrasi Pokok : H14104062

Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis Eksistensi Persistensi Pengangguran di

Indonesia

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian

Bogor

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Iman Sugema, M.Ec. NIP. 131 846 870

Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi

Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS. NIP. 131 846 872

Tanggal Kelulusan :

Page 6: ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI … · Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-

BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN

SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU

LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Agustus 2008

Arif Rahman H14104062

Page 7: ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI … · Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Arif Rahman lahir pada tanggal 14 Februari 1985 di

Tasikmalaya. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, dari pasangan Emi

Suhaemi (Alm) dan Ade Rohaeti. Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar

dari tahun 1992 sampai dengan tahun 1998 di SDN Tuguraja II Tasikmalaya.

Selanjutnya meneruskan ke pendidikan lanjutan tingkat pertama dari tahun 1998 sampai

dengan tahun 2001 di SLTPN 2 Tasikmalaya. Setelah itu, penulis melanjutkan

pendidikan menengah umum di SMUN 1 Tasikmalaya dan lulus pada tahun 2004.

Penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur

Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan terdaftar sebagai mahasiswa Departemen

Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM).

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di dalam beberapa kelembagaan dan

kegiatan, baik di internal maupun di eksternal kampus. Penulis pernah menjadi Ketua

Umum Himpunan Profesi dan Peminat Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan

(HIPOTESA), serta Ketua Komisi Advokasi dan Aspirasi Dewan Perwakilan

Mahasiswa (DPM) FEM IPB. Di eksternal kampus, penulis aktif di HMI Komisariat

FEM, sebagai caretaker Lembaga Ekonomi Mahasiswa Islam (LEMI) Cabang Bogor

serta OMDA HIMALAYA. Penulis juga pernah berpartisipasi dalam seleksi mahasiswa

berprestasi Departemen Ilmu Ekonomi, penghargaan di bidang karya tulis ilmiah,

beasiswa pendidikan dari PERTAMINA, serta mendapat beasiswa unggulan aktifis

2008 Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) dan menjadi wakil IPB dalam

program Student Exchange di Malaysia.

Di samping aktif dalam kegiatan kelembagaan dan organisasi yang telah

disebutkan, penulis juga aktif dalam beberapa kegiatan akademik. Penulis pernah

menjadi sebagai asisten Mata Kuliah Ekonomi Umum Tingkat Persiapan Bersama

(TPB), serta Teori Mikroekonomi I dan Teori Makroekonomi I di Departemen Ilmu

Ekonomi serta Program Khusus Sarjana Manajemen dan Agribisnis.

Page 8: ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI … · Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI ................................................................................................ iv

DAFTAR TABEL ....................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... vii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... viii

I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang .................................................................................... 1

1.2. Perumusan Masalah ............................................................................ 5

1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................ 6

1.4. Manfaat Penelitian .............................................................................. 6

1.5. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................. 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 9

2.1. Pengertian dan Definisi ....................................................................... 9

2.1.1. Definisi Pengangguran ............................................................... 9

2.1.2. Definisi Persistensi Pengangguran ............................................. 11

2.1.3. Kekakuan Upah Nominal ........................................................... 12

2.1.4. Kekakuan Upah Riil ................................................................... 13

2.1.5 Perbedaan Hysterisis dan Slow Adjustment ............................... 13

2.2. Penelitian Terdahulu ............................................................................ 15

2.2.1. Pengukuran Persistensi Pengangguran ....................................... 15

2.2.2. Penentuan Struktur Persistensi Pengangguran ........................... 18

2.3. Kerangka Pemikiran Konseptual ......................................................... 21

2.4. Hipotesis Penelitian ............................................................................. 24

III. METODE PENELITIAN .................................................................... 25

3.1. Jenis Sumber Data Pengangguran ....................................................... 25

3.2. Pengukuran terhadap Isu Pengangguran (Measurement Issues) ......... 25

3.2.1. Definisi dari Sumber Data Pengangguran ................................. 26

3.2.2. Pasar Tenaga Kerja yang Dualistik: Formal dan Informal ........ 26

3.3. Metode Pengukuran dan Analisis Sumber Persistensi ........................ 28

Page 9: ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI … · Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)

3.3.1. Uji Akar Unit ............................................................................. 28

3.3.2. ARIMA (Autoregressive – Integrated Moving Average)........... 32

3.3.3.Pengukuran Tren Pengangguran ................................................. 33

3.3.3.1. Indikator NAWRU ........................................................ 33

3.3.3.2. Indikator NAIRU ........................................................... 34

3.3.3.3. Kurva Beveridge ............................................................ 34

3.3.3.4. Kurva Okun ................................................................... 34

3.3.4. Penentuan Pola Persistensi Pengangguran ................................. 35

3.3.5. Analisis Panel Data .................................................................... 36

3.4 . Sintesis............................................................... ................................. 46

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 47

4.1. Gambaran Umum Karakteristik Struktur Pengangguran di Indonesia 48

4.1.1. Karakteristik Pengangguran Berdasarkan Usia ......................... 52

4.1.2. Karakteristik Pengangguran Berdasarkan Tingkat Pendidikan . 53

4.1.3. Karakteristik Pengangguran Berdasarkan Gender ..................... 54

4.2. Pengujian Eksistensi Persistensi Pengangguran .................................. 55

4.2.1. Hasil Uji Ekonometrika ............. ............................................... 56

4.2.2. Pengukuran Dinamika Pengangguran ....................................... 58

4.2.2.1. Pengukuran Tren Pengangguran

(Hasil Aplikasi Matematis) ............................................ 59

4.2.2.2. Komponen Siklikal dari Pengangguran ........................ 63

4.3. Pola Persistensi Pengangguran ............................................................ 64

V. KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 69

5.1. Kesimpulan .......................................................................................... 69

5.2. Saran .................................................................................................... 70

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 71

LAMPIRAN ................................................................................................. 73

Page 10: ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI … · Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

3.1. Perubahan Definisi Pengangguran dan Usia Kerja ............................... 27

3.2. Perbedaan Data Stasioner dan Tidak Stasioner .................................... 29

4.1. Tingkat Pengangguran di Indonesia (dalam persen) ............................ 50

4.2. Pengujian Persistensi Pengangguran di Indonesia sampai Tahun 2006 56

4.3. Pengujian Persistensi Pengangguran di Indonesia sampai Tahun 2007 56

4.4. Pengujian Siklus dari Tenaga Kerja ..................................................... 63

4.5. Pengujian Pengaruh Tenaga Kerja Pada Pembentukan Upah .............. 65

Page 11: ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI … · Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1.1. Tren Tingkat Bekerja dan Tingkat Pengangguran di Indonesia ........... 3

2.1. Perbedaan Hysterisis dan Slow Adjustment ......................................... 17

2.2. Kerangka Pemikiran Konseptual .......................................................... 22

4.1. Ikhtisar Alur Analisis ........................................................................... 48

4.2. Pengangguran dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja ....................... 51

4.3. Tingkat Pengangguran antar Kelompok Usia ....................................... 52

4.4. Tingkat Pengangguran Berdasarkan Tingkat Pendidikan .................... 54

4.5. Tingkat Pengangguran antar Gender .................................................... 55

4.6. Perbandingan Tren Pengangguran di Indonesia ................................... 60

Page 12: ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI … · Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Data Pengangguran .................................................................................. 74

2. Batasan Kegiatan Formal dan Informal dalam Sakernas sebelum

Tahun 2003 .............................................................................................. 75

3. Batasan Kegiatan Formal dan Informal Sakernas Tahun 2003…………….. 76

4. Uji Akar Unit dengan none (tanpa constancy dan trend) ……………... 77

5. Uji Akar Unit dengan Konstanta ............................................................. 78

6. Unit Akar dengan Drift ............................................................................ 79

7. Uji Akar Unit dengan Drift and Trend .................................................... 80

8. Uji Persistensi Koefisien Autoregresif dengan ARMA ........................... 81

9. Pengujian Komponen Siklikal ................................................................. 82

10. . Estimasi Panel Pola Persistensi ............................................................. 83

Page 13: ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI … · Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pengangguran merupakan masalah fundamental perekonomian suatu negara.

Berbagai kalangan telah mengkaji isu pengangguran, baik dalam lingkup akademis, sosial,

dan tidak jarang sampai dimensi politik. Namun demikian, berbagai kajian yang ada belum

cukup memberikan kontribusi solusi terhadap tingkat pengangguran yang cenderung

meningkat.

Permasalahan tingginya tingkat pengangguran dirasakan sangat berpengaruh

terhadap kemajuan suatu negara. Kesadaran terhadap perlunya studi yang komprehensif

mengenai permasalahan pengangguran telah dilakukan negara Eropa dan Amerika

beberapa dekade terakhir. Hal ini memperlihatkan bahwa tingginya tingkat

pengangguran merupakan masalah yang sangat serius dihadapi oleh berbagai negara.

Studi-studi yang menjelaskan mengapa tingkat pengangguran begitu tinggi diawali oleh

studi di beberapa negara Eropa dan Amerika seperti yang dilakukan Blanchard dan

Summer (1986). Penelitian juga dilakukan oleh Elmeskov (1993), dimana dikaji

mengenai eksistensi pengangguran di negara-negara anggota OECD (Organization for

Economic Co-operation and Development), dan yang lebih terbatas penelitian mengenai

tingginya tingkat pengangguran di Swedia yang dilakukan oleh Linbad (1997).

Banyaknya referensi penelitian tentang permasalahan pengangguran tidak secara

otomatis mempermudah dalam memformulasikan kebijakan dalam mengatasi tingginya

tingkat pengangguran di Indonesia. Fakta yang ada lebih memprihatinkan, dimana

dalam periode perbaikan ekonomi pasca krisis, justru tingkat pengangguran cenderung

mengalami peningkatan. Data BPS (Badan Pusat Statistik) menunjukan antara tahun

Page 14: ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI … · Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)

1994-2000 tingkat pengangguran rata-rata sebesar 5.49 persen yang kemudian selama

periode tahun 2000-2007 mengalami peningkatan menjadi 9.57 persen. Dengan

demikian, terjadi perubahan rata-rata tingkat pengangguran yang cukup tinggi di antara

kedua periode tersebut sebesar 71.22 persen. Fakta tersebut menunjukan bahwa

kebijakan anti pengangguran yang dilakukan pemerintah saat ini belum sepenuhnya

efektif, paling tidak untuk menurunkan tingkat pengangguran. Hal ini bisa terjadi

disebabkan oleh pemahaman yang kurang tepat dalam menyikapi tingginya tingkat

pengangguran di Indonesia.

Dilihat dari salah satu indikator pertumbuhan ekonomi terutama pada tahun-tahun

terakhir, pertumbuhan ekonomi Indonesia cenderung menunjukkan peningkatan. Berbeda

dengan tingkat pengangguran yang kecenderungannya semakin memburuk, maka

pertumbuhan ekonomi menunjukkan tren peningkatan, walaupun jika dibandingkan

dengan pertumbuhan yang pernah dicapai periode sebelum krisis. Pertumbuhan ekonomi

sejak tahun 2002 menunjukkan peningkatan yaitu sebesar 4.38 persen, 4.72 persen pada

tahun 2003, hingga 6.35 persen pada tahun 2007 (BPS, 2008) .

Sejalan dengan teori yang berlaku seharusnya semakin tinggi pertumbuhan

ekonomi maka semakin besar kemampuan perekonomian dalam menyerap tenaga kerja

sehingga pengangguran juga menurun. Sebaliknya, di Indonesia jumlah pengangguran

justru meningkat sejalan dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi.

Page 15: ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI … · Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)

Jumlah angkatan kerja yang setiap tahun mengalami peningkatan tidak sepenuhnya

dapat diserap dan pada gilirannya mengakibatkan peningkatan jumlah pengangguran.

Gambar 1.1 menunjukkan bahwa tingkat pengangguran di Indonesia menunjukkan tren

yang meningkat, kecuali pada tahun 2007 tingkat pengangguran di Indonesia sedikit

mengalami penurunan.

86.0087.0088.0089.0090.0091.00

92.0093.0094.0095.0096.00

1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 20070.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

Tingkat Bekerja Tingkat Pengangguran

Sumber : Badan Pusat Statistik (2008), diolah

Gambar 1.1 Tren Tingkat Bekerja dan Tingkat Pengangguran di Indonesia

Pengangguran yang cenderung terus meningkat dan relatif sulit untuk turun

merupakan masalah yang serius sehingga berbagai upaya untuk menanggulangi masalah

tersebut mutlak dilakukan. Upaya yang dilakukan harus bersifat mendasar dan menyeluruh.

Untuk memberikan gambarannya perlu dipelajari secara mendalam karateristik

pengangguran di Indonesia.

Peningkatan pertumbuhan ekonomi dan indikator-indikator makro lainnya

tampaknya belum cukup untuk digunakan sebagai dasar pengambilan kebijakan dalam

menyelesaikan masalah pengangguran. Tingkat pengangguran yang cenderung terus

meningkat sewajarnya mendapat perhatian lebih serius dari pengambil kebijakan, bahwa

Page 16: ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI … · Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)

pengangguran merupakan permasalahan yang fundamental bagi perekonomian baik dari

segi makro maupun mikro. Diperlukan kesadaran bahwa tingkat pengangguran di Indonesia

sudah sangat memprihatinkan, sehingga berpengaruh nyata terhadap tingkat kesejahteraan

masyarakat.

Berbagai kondisi yang menggambarkan sulitnya tingkat pengangguran kembali ke

titik keseimbangan awal, menimbulkan pertanyaan terhadap kondisi pengangguran yang

terjadi. Apakah dengan kenaikan yang terus menerus tingkat pengangguran

mengindikasikan bahwa di Indonesia terjadi persistensi pengangguran sebagaimana pernah

terjadi di beberapa Negara Eropa ? Untuk menjawab hal tersebut, akan sangat penting

dilakukan kajian mengenai eksistensi pengangguran yang terjadi.

Seperti telah dibahas sebelumnya, sejalan dengan teori yang berlaku seharusnya

semakin tinggi pertumbuhan ekonomi, maka semakin besar kemampuan perekonomian

dalam menyerap tenaga kerja sehingga pengangguran juga menurun. Sebaliknya di

Indonesia, jumlah pengangguran justru meningkat sejalan dengan peningkatan

pertumbuhan ekonomi. Hal ini dapat disimpulkan bahwa telah terjadi paradoks antara

kenaikan tingkat pertumbuhan dengan tingkat pengangguran. Perlu dikaji apakah

fenomena yang terjadi di Indonesia mencerminkan bahwa laju pertumbuhan tersebut

masih terlalu rendah sehingga belum mampu mengurangi tingkat pengangguran, atau

mungkin terdapat masalah struktural dalam pengangguran yang tidak bisa melakukan

penyesuaian, misalnya terhadap perubahan pasar tenaga kerja.

Jika penyebabnya adalah faktor yang pertama, dengan membiarkan

pertumbuhan menuju tingkat keseimbangannya, yaitu sekitar 7 persen, maka akan

dengan sendirinya mengurangi tingkat pengangguran tersebut. Namun jika penyebabnya

adalah faktor yang kedua, berapapun laju pertumbuhan ekonomi yang terjadi, maka

Page 17: ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI … · Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)

tingkat pengangguran akan tetap tinggi karena transformasi struktural tidak berjalan

dengan baik. Artinya, pertumbuhan pada sektor padat modal tidak menyerap atau

setidaknya tidak mampu menginduksi penyerapan surplus tenaga kerja dari sektor-

sektor padat karya. Dalam keadaan seperti ini, upaya-upaya nyata (active policy)

menjadi suatu keharusan.

Pemaparan di atas menunjukkan pentingnya melakukan identifikasi apakah pola

pengangguran di Indonesia murni merupakan mekanisme pasar (market clearing)

tenaga kerja yang akan kembali ke tingkat keseimbangan dan mampu melakukan self

correction dalam jangka pendek, ataukah merupakan masalah struktural yang dapat

berlangsung lama dan membutuhkan kebijakan komprehensif yang tepat untuk

mengatasinya. Penelitian mengenai pola pengangguran ini dimaksudkan untuk

melakukan identifikasi permasalahan tersebut.

1.2. Perumusan Masalah

Penggangguran merupakan masalah krusial yang belum bisa diselesaikan secara

sistematis sampai saat ini. Penggangguran yang semakin meningkat dan relatif sulit untuk

turun bahkan cenderung terus meningkat menjadi beban bagi perekonomian Indonesia bila

tidak diatasi dengan solusi yang tepat, sehingga diperlukan pemahaman yang mendalam

mengenai pengangguran yang terjadi di Indonesia.

Dari latar belakang yang telah disampaikan di atas, maka permasalahan yang perlu

dikaji dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana gambaran umum karakteristik pengangguran di Indonesia ?

2. Apakah fenomena persistensi pengangguran terjadi di Indonesia ?

3. Bagaimana pola pengangguran yang terjadi di Indonesia ?

Page 18: ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI … · Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)

1.3. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan latar belakang dan permasalahan di atas, tujuan yang ingin dicapai

dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Memotret gambaran umum karakteristik pengangguran di Indonesia.

2. Mengkaji eksistensi persistensi pengangguran di Indonesia.

3. Menganalisis pola pengangguran di Indonesia.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan tambahan referensi terhadap penelitian

yang sudah ada, dan bisa memberikan gambaran yang utuh mengenai kondisi

permasalahan pengangguran, serta mampu mengidentifikasi eksistensi pengangguran

yang terjadi di Indonesia selama periode penelitian. Penelitian ini juga mencoba

memberikan pemahaman bahwa permasalahan pengangguran merupakan masalah yang

krusial yang harus menjadi fokus kebijakan pemerintah. Implikasi kebijakan yang

dirumuskan secara objektif dari hasil analisis penelitian tidak bisa dilihat dari satu sisi

permasalahan, sehingga perlu kebijakan yang terintegrasi di semua bidang.

Melalui penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat bagi semua pihak termasuk

penulis sendiri dalam menambah kompetensi dan ilmu mengenai ekonomi terutama

yang berkenaan dengan pengangguran, ketenagakerjaan serta proses analisisnya. Selain

untuk penulis, penelitian ini juga dapat dimanfaatkan bagi kepentingan individu atau

pihak lain yang membutuhkan. Bagi pihak-pihak yang berkepentingan, penelitian ini

dapat dipergunakan sebagai bahan informasi, referensi dan bahan pertimbangan bagi

penelitian lebih lanjut.

Page 19: ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI … · Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Studi ini hanya menggunakan analisis data makro, sehingga penelitian ini hanya

sampai pada pengkajian terhadap kondisi struktur pengangguran yang terjadi di

Indonesia. Penelitian ini merupakan proses studi lanjutan yang telah dilakukan oleh

International Center for Applied Finance and Economic (InterCAFE) dalam hal

mengkaji kembali eksistensi persistensi pengangguran yang terjadi di Indonesia.

Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah penambahan

indikator pengukuran tren pengangguran dan penambahan periode penelitian. Penelitian

ini tidak mengkaji faktor-faktor yang menyebabkan tingkat persistensi yang cenderung

terus meningkat dari data mikro. Dengan keterbatasan yang telah disebutkan, maka

penelitian ini belum bisa memberikan rekomendasi teknis kebijakan yang paling tepat

untuk mengatasi permasalahan pengangguran. Diperlukan kajian lanjutan secara empiris

baik dari data makro maupun mikro untuk menghasilkan perumusan kerangka kebijakan

untuk mengatasi permasalahan pengangguran.

Page 20: ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI … · Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)

II. TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini akan mencoba memberikan uraian teori-teori yang berhubungan dengan

studi mengenai pengangguran secara umum, serta teori-teori yang dapat memberikan

pemahaman mengenai struktur persistensi pengangguran yang terjadi di Indonesia.

Ditambahkan juga beberapa kajian terdahulu, kerangka pemikiran konseptual serta

hipotesis yang berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini.

2.1. Pengertian dan Definisi

2.1.1. Definisi Pengangguran

Menurut Lipsey, et al. (1997), pengangguran dapat dibedakan menjadi tiga

macam yaitu pengangguran siklis, pengangguran friksional, pengangguran struktural.

Pengangguran siklis mengacu kepada pengangguran yang terjadi jika permintaan total

tidak memadai untuk membeli semua keluaran potensial ekonomi,sehingga

menyebabkan senjang resesi dimana keluaran aktual lebih kecil daripada keluaran

potensial. Orang-orang yang menganggur secara siklis dikatakan sebagai orang yang

menganggur terpaksa (involuntary unemployment), dalam arti mereka ingin bekerja

dengan tingkat upah yang berlaku tetapi pekerjaannya tidak tersedia. Pengangguran

struktural dapat didefinisikan sebagai pengangguran yang disebabkan ketidaksesuaian

antara struktur angkatan kerja berdasarkan keterampilan, pekerjaan, industri atau lokasi

geografis dan juga struktur permintaan akan tenaga kerja. Sedangkan pengangguran

friksional diakibatkan perputaran (turn-over) normal tenaga kerja. Sumber penting

pengangguran friksional adalah orang-orang muda yang memasuki angkatan kerja dan

mencari pekerjaan. Sumber lainnya adalah orang-orang yang keluar dari pekerjaannya,

Page 21: ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI … · Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)

baik karena tidak puas dengan kondisi pekerjaan yang sekarang maupun karena

diberhentikan.

Studi yang lebih mendalam mengenai pasar tenaga kerja dilakukan oleh Moore

dan Elkin (1987), disimpulkan bahwa pengangguran friksional merupakan akibat dari

fluktuasi jangka pendek di dalam pasar tenaga kerja, informasi yang tidak sempurna dan

tenaga kerja yang tidak bergerak. Sedangkan pengangguran struktural merupakan

karakteristik jangka panjang, dimana terjadi persistensi mengenai ketidaksesuaian

antara permintaan dan penawaran tenaga kerja dengan skill dan atau lokasi kerja.

Menurut Bellante dan Jackson (1990), secara konseptual pengangguran

dibedakan menjadi pengangguran friksional, struktural, dan pengangguran karena

kurangnya permintaan (demand deficiency unemployment). Pengangguran karena

kurangnya permintaan timbul apabila pada tingkat upah dan harga yang sedang berlaku,

tingkat permintaan akan tenaga kerja secara keseluruhannya terlalu rendah, akibatnya

jumlah tenaga kerja yang diminta perekonomian secara agregat lebih rendah

dibandingkan dengan dengan penawaran tenaga kerjanya. Sedangkan, pengangguran

struktural dikatakan ada apabila lowongan yang tersedia membutuhkan keahlian yang

berbeda dengan yang dimiliki oleh penganggur atau lowongan pekerjaan yang tersedia

berada dalam wilayah geografis yang berbeda dengan lokasi tempat tinggal pekerja

yang menganggur. Sedangkan pengangguran friksional terjadi diakibatkan oleh proses

pencarian kerja dan penyebabnya adalah informasi lowongan kerja yang kurang

sempurna serta biaya untuk mengakses informasi tersebut terlalu mahal.

2.1.2. Definisi Persistensi Pengangguran

Page 22: ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI … · Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)

Persistensi pengangguran dapat didefinisikan sebagai terjadinya peningkatan

tingkat pengangguran secara terus menerus. Secara umum, kecenderungan tingginya

tingkat pengangguran dijelaskan oleh Coakley, et al. (2003), Bianchi dan Zoega (1998),

Elmeskov (1993), Blanchard dan Summers (1986), dimana dapat diketahui dengan

melihat pada beberapa kondisi, yaitu : pertama, slow adjustment terhadap tingkat

keseimbangan (persistence unemployment); kedua perubahan pada tingkat

keseimbangan yang bisa disebabkan oleh mean shifting atau struktural breaks serta

kenaikan terus-menerus pada tingkat keseimbangan (trend unemployment). Dengan kata

lain, gangguan dalam keseimbangan pasar tenaga kerja menyebabkan terjadinya

pengangguran yang persisten.

Menurut Blanchard dan Summer (1986), persistensi pengangguran terjadi

manakala penyesuaian (adjustment) terhadap tingkat keseimbangan berjalan dengan

lambat. Walaupun dengan penyesuaian yang lambat, tingkat pengangguran yang berada

pada kondisi persisten memiliki kecenderungan untuk dapat kembali ke tingkat semula

atau tingkat sebelumnya (mean reversion). Kondisi ini perlu dibedakan dengan

hysteresis yang merupakan kondisi fluktuasi dalam pasar tenaga kerja yang memiliki

dampak yang permanen terhadap tingkat pengangguran. Secara teoritis, hysteresis

merupakan suatu proses unit root (tidak stasioner) sedangkan persistensi pengangguran

disebut sebagai near unit root dan memiliki kecenderungan untuk kembali ke titik

semula.

Pemahaman kondisi pengangguran menjadi sangat penting dalam penyusunan

kebijakan fundamental yang terkait dengan kebijakan ekonomi secara umum. Dengan

kondisi pengangguran yang terjadi, dapat dikaji berbagai kebijakan perekonomian yang

bersifat temporer maupun permanen.

Page 23: ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI … · Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)

2.1.3. Kekakuan Upah Nominal

Upah nominal bersifat kaku ke bawah (downward rigidity) dan kekakuan

tersebut bersifat asimetrik, dalam arti upah nominal mudah mengalami kenaikan tetapi

sulit untuk turun. Penurunan upah yang bersifat kaku, menurut Jhon Maynard Keynes

merupakan fakta sosial dari kehidupan (social fact of life), dan kemungkinan besar

disebabkan oleh besarnya perceived cost yang berasosiasi dengan penurunan upah

sehingga perusahaan cenderung sulit mengalami penurunan upah.

Kekakuan upah nominal (nominal wage rigidity) dapat dijelaskan sebagai

ketidakmampuan upah untuk menjadi penyeimbang antara penawaran dan permintaan

tenaga kerja. Kekakuan upah nominal terjadi ketika tingkat upah berada di atas

keseimbangan sehingga terjadi peningkatan pengangguran di atas tingkat pengangguran

alamiah. Artinya, tidak selamanya upah nominal mencerminkan penawaran dan

permintaan terhadap tenaga kerja, sehingga jika pertumbuhan kinerja perusahaan negatif

dan upah tidak turun, maka tingkat upah akan lebih tinggi dibandingkan tingkat upah

seharusnya (tingkat upah keseimbangan), sehingga jumlah pengangguran akan

meningkat.

2.1.4. Kekakuan Upah Riil

Konsep kekakuan upah riil (real wage rigidity) sedikit berbeda dengan kekakuan

upah nominal. Secara teoritis, untuk mempertahankan tingkat pengangguran alamiah

(natural rate of unemployment) sama dengan tingkat aktualnya (actual rate of

unemployment), maka harus dijaga agar tingkat upah riil sama dengan MPL (Marginal

Productivity to Labor). Upah riil menyesuaikan MPL sehingga ketika MPL turun, maka

upah riil seharusnya juga turun. Tetapi jika tidak terjadi penurunan, maka upah riil

Page 24: ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI … · Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)

tersebut kaku. Pada saat pertumbuhan upah riil lebih tinggi dari pertumbuhan

produktivitas perusahaan maka akan menyebabkan penambahan jumlah pengangguran.

2.1.5. Perbedaan Hysterisis dan Slow Adjustment

Untuk mengetahui perbedaan antara hysteresis dan slow adjustment, maka dapat

diperlihatkan dari Gambar 2.1. Full hyterisis akan meningkat saat keseimbangan tenaga

kerja dan pengangguran tergantung pada total tenaga kerja dan pengangguran saat ini.

Jika terjadi goncangan pada permintaan secara temporal (seperti kebijakan ketat pada

makroekonomi atau gangguan terms of trade dari harga minyak), hal ini mengakibatkan

pergeseran kurva permintaan tenaga kerja ke kiri, (Id(1) ke Id(2). Keseimbangan jangka

pendek akibatnya akan bergerak dari titik A ke B. Dalam kondisi histerisis, e2 dan e1

merepresentasikan keseimbangan jangka panjang. Untuk mengetahui imprecise dari

histerisis, maka konsep histerisis dapat terlihat dari perbedaan anata shock yang

diantisipasi dan tidak diantisipasi.

Interpretasi grafik menunjukan bahwa skema penentuan upah (wage setting)

adalah dalam jangka panjang, yang menyatakan pergerakan dari tenaga kerja. Sebagai

contoh, keuntungan dari recovery permintaan yang diantisipasi kembali ke Id(1), akan

menyebabkan upah yang lebih tinggi untuk para pekerja yang baru daripada tingkat

tenaga kerja yang lebih tinggi dan pengangguran yang lebih rendah, sehingga tingkat

keseimbangan yang baru akan berada di titik C. Perubahan dari permintaan atau

penawaran yang tidak diantisipasi akan menyebabkan pergeseran dari keseimbangan

jangka panjang.

Page 25: ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI … · Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)

Sumber : Elmeskov (1993), diolah

Gambar 2.1 Kurva Perbedaan Hysterisis dan Slow Adjustment

Perspektif lainnya dalam memahami pengangguran yang persisten adalah konsep

yang dikenal dengan slow adjustment, yaitu saat perilaku penentuan upah (wage setting)

yang memberikan respon sepanjang terjadinya pengangguran yang tinggi. Slow

adjustment secara tidak langsung berpengaruh pada perubahan karena shock permintaan

dari Id(1) ke Id(2). Berdasarkan grafik tersebut, skema wage setting bergerak kebawah

sebagai respon dari tingkat pengangguran yang terjadi di titik B. Penyesuaian upah juga

akan berlangsung secara bertahap dan secara partial. Skema wage setting sebagai

contoh pada akhirnya akan menurun ke ws(2) dengan keseimbangan keseimbangan

Pekerja

Tin

gkat

Upa

h R

iil

E1 E2 E

W

Ld1

C

Ws1

Ws2

D

Ld2

A

B

E

Is

Page 26: ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI … · Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)

akan berada di titik D. Jika natural rate dari pengangguran jangka panjang stabil, maka

tingkat keseimbangan pada akhirnya akan berada pada titik E (Elmeskov, 1993).

2.2. Penelitian Terdahulu

2.2.1. Pengukuran Persistensi Pengangguran

Hasil studi literatur menunjukkan bahwa pengangguran merupakan masalah

yang dialami oleh banyak negara. Berbagai upaya melalui berbagai studi yang

menjelaskan mengapa tingkat pengangguran begitu tinggi yang kemudian dilanjutkan

dengan rumusan kebijakan reformasi pasar tenaga kerja telah banyak

diimplementasikan untuk mengurangi masalah pengangguran.

Studi-studi yang menjelaskan mengapa tingkat pengangguran begitu tinggi

diawali oleh studi di beberapa negara Eropa dan Amerika seperti yang dilakukan

Blanchard dan Summer (1986). Hingga saat ini banyak metode ekonometrika yang

ditawarkan untuk mengukur tingkat pengangguran disesuaikan dengan kondisi dan

tujuan yang diinginkan, di mana setiap metode pengukuran memiliki kelebihan dan

kekurangan.

Berikut adalah beberapa metode yang dapat digunakan, terutama apabila data

yang digunakan berupa individual series (tidak membandingkan antarseries kategori):

1. Augmented Dickey-Fuller (ADF) test. ADF-test umumnya dilakukan sebagai

indikasi awal terjadinya persistensi pengangguran, seperti yang direfer oleh

banyak publikasi ilmiah. Namun demikian studi-studi tersebut juga mencatat

bahwa ADF-test memiliki kekurangan yaitu adanya kecenderungan untuk

menerima H0 (tak stasioner) terutama apabila data series mengalami struktural

breaks dan memiliki tren.

Page 27: ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI … · Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)

2. Bayesian Autoregressive Fractionally Integrated Moving Average (ARFIMA).

Pendekatan yang digunakan oleh Eberwein, et al. (2002) ini merupakan

pendekatan alternatif untuk menguji dan mengestimasi ketergantungan jangka

panjang (long run dependence). Hal ini didasari bahwa fenomena pengangguran

merupakan proses jangka panjang (long memory process). Kelebihan metode ini

adalah kemampuannya dalam memprediksi dampak jangka panjang suatu shock.

(InterCAFE, 2008)

Seperti yang telah banyak dikemukakan dalam berbagai literatur, kelemahan

utama metode ADF-test dalam menguji persistensi pengangguran adalah

kecenderungannya untuk menerima kondisi bahwa pengangguran merupakan kondisi

yang takstasioner terutama apabila data series mengalami struktural breaks.

Elmeskov (1993) melakukan penelitian tentang eksistensi pengangguran dengan

judul “Hight and Persistent Unemployment : Assessment of the Problem and its

Causes”. Penelitian ini menjelaskan perkembangan pasar tenaga kerja bagi Negara-

negara anggota OECD (Organization for Economic Cooperation and Development)

dan faktor penyebabnya. Analisis penelitian ini dengan menyimpulkan adanya ukuran

yang tepat untuk menentukan tingkat pengangguran, sehingga adanya perbedaan tingkat

pengangguran antar beberapa Negara dari tahun ke tahun. Elmeskov melakukan aplikasi

matematis dalam pegukuran tingkat pengangguran. Indikator yang dipakai dalam

pendekatan aplikasi matematis yaitu : (1) NAWRU, (2) kurva Beveridge, dan (3) kurva

Okun. Penelitian ini mengungkapkan bahwa terjadi peningkatan tren pengangguran di

beberapa Negara Eropa, dan disimpulkan bahwa terjadi peningkatan tren pengangguran

Page 28: ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI … · Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)

yang mempresentasikan peningkatan dalam tingkat pengangguran alamiah dan

keseimbangan.

Merujuk pada studi Elmeskov, InterCAFE (International Center for Applied

Finance and Economics) tahun 2008 melakukan studi tentang persistensi pengangguran

yang terjadi di Indonesia dengan analisis data makro dan mikro, dimana disimpulkan

bahwa pengangguran di Indonesia bersifat persisten dan berada di luar kondisi

keseimbangan pasar tenaga kerja, serta tidak mengalami mekanisme penyesuaian

permintaan dan penawaran tenaga kerja. Dalam studi ini juga dikaji mengenai struktur

pengangguran dilihat dari berbagai persepsi, yaitu persepsi penganggur, pekerja, dan

perusahaan.

Sesuai dengan karakteristik data yang bersifat panel, alat analisis yang

digunakan adalah metode panel. Panel statis digunakan untuk menguji perbedaan

tingkat pengangguran dengan asumsi tingkat pengangguran memiliki equilibrium yang

stabil. Salah satu jurnal yang menggunakan model ini adalah Wu (2003). Model panel

lainnya yang digunakan adalah panel dinamis yang diaplikasikan jika tingkat

pengangguran memiliki keseimbangan yang bergerak sepanjang waktu. Galiani, et al.

(2004) mengaplikasikan model ini untuk menguji tingkat pengangguran dan disparitas

antar-regional di Argentina.

2.2.2. Penentuan Struktur Persistensi Pengangguran

Blanchard dan Summers (1986) menemukan bahwa derajat persistensi yang

lebih tinggi terjadi di negara-negara Eropa daripada di Amerika. Dengan demikian,

dapat diartikan bahwa fenomena persistensi lebih cenderung terjadi di EU daripada AS

sekaligus mengindikasikan hysteresis pengangguran di kawasan Eropa. Hasil riset

Page 29: ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI … · Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)

tersebut diperkuat dengan hasil riset yang dilakukan Ledesma (2000) yang bertujuan

untuk mengetahui apakah terjadi persisten atau hysteresis pengangguran antara kawasan

Eropa dan Amerika. Estimasi dengan menggunakan Panel Unit Root digunakan untuk

mendapatkan t-statistik yang mencerminkan derajat persistensi.

Menurut Assarsson dan Jansson (1995), persistensi pengangguran dapat

disebabkan oleh tiga faktor: (1) persistensi pengangguran dapat disebabkan oleh natural

rate shocks, (2) pengangguran dapat memiliki siklus dengan periode yang cukup lama,

(3) guncangan siklikal dalam pengangguran dapat ditransmisikan menjadi

pengangguran yang permanen.

Feve et al. (2002) melakukan penelitian untuk membuktikan adanya fenomena

histerisis pengangguran di 21 negara OECD. Menurut penelitian ini, selama periode

1980an, secara garis besar histerisis pengangguran terjadi akibat kegagalan tingkat

pengangguran untuk kembali ke tingkat yang rendah. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa histerisis pengangguran tidak terjadi di negara Kanada, Belanda, dan Amerika

Serikat. Kemudian, histerisis pengangguran yang diproksikan oleh kekakuan upah, tidak

terbukti terjadi di 15 negara. Fleksibilitas tingkat upah merupakan alasan kuat yang

menghalangi terjadinya pengangguran yang persisten.

Tolvi (2003) menyatakan bahwa unemployment persistence atau unemployment

hysteresis merupakan suatu fenomena di mana tingkat pengangguran di suatu wilayah

meningkat dan diperlukan waktu yang cukup lama untuk mengembalikan pengangguran

tersebut ke tingkat pengangguran semula, atau bahkan tingkat pengangguran ini tidak

akan pernah kembali ke tingkat awal tersebut. Dalam penelitiannya Tolvi ingin meneliti

fenomena persistensi pengangguran terhadap berbagai kelompok angkatan kerja yang

ada di Finlandia. Dengan menggunakan model ARFIMA (Autoregressive Fractionally

Page 30: ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI … · Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)

Integrated Moving Average) dan LM (Langrange Multiplier) Tolvi menemukan bahwa

selama sekitar satu setengah dekade di Finlandia telah terjadi persistensi pengangguran.

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa persistensi pengangguran untuk angkatan kerja

muda lebih kecil dibandingkan angkatan kerja keseluruhan. Selain itu persistensi

pengangguran pada kelompok wanita lebih kecil dibandingkan kelompok pria baik

untuk kelompok usia muda maupun untuk angkatan kerja secara keseluruhan.

Arulampalam et al. (2000) melakukan penelitian mengenai status

kebergantungan (state dependence) dari tingkat pengangguran di Inggris. Dengan

menggunakan model panel data, mereka menemukan bahwa terdapat pengaruh status

kebergantungan yang kuat dari pengangguran yang terjadi pada periode sebelumnya,

khususnya untuk golongan pria dewasa. Hasil tersebut sesuai dengan scarring theory of

unemployment di mana pengalaman menganggur seseorang akan berpengaruh terhadap

kondisi orang tersebut pada pasar tenaga kerja di masa yang akan datang. Hal ini terjadi

karena ketika seseorang menganggur menyebabkan penurunan kualitas human capital

(modal tenaga kerja) atau karena para majikan menggunakan sejarah yang terjadi pada

pasar tenaga kerja sebagai suatu indikator produktivitas tenaga kerja, atau karena para

pekerja yang menganggur akan bersedia menerima pekerjaan dengan kualitas yang lebih

rendah.

Penelitian ini juga menunjukkan bahwa kondisi pasar tenaga kerja lokal

menghasilkan pengaruh yang kecil bagi para penganggur dengan kelompok usia muda.

Para penganggur golongan usia muda bersifat independen terhadap pengaruh siklus

bisnis. Usia, kesehatan, dan kualifikasi dari para tenaga kerja menjadi faktor-faktor

penentu yang signifikan terhadap pengangguran.

Page 31: ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI … · Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)

Temuan bahwa pengalaman pengangguran sebelumnya dapat meningkatkan

kemungkinan pengangguran pada masa sekarang merupakan sebuah implikasi yang

penting bagi sebuah pengambilan keputusan dimana diperlukan adanya suatu upaya

untuk menjaga tingkat pengangguran pada tingkat alamiah (NAIRU). Bukti-bukti yang

terjadi di Inggris mengindikasikan bahwa suatu kebijakan untuk mengurangi tingkat

pengangguran jangka pendek akan dapat mengurangi tingkat pengangguran dalam

jangka panjang dengan mengurangi tingkat NAIRU. Beberapa kebijakan yang dapat

diambil untuk mengurangi atau mencegah tingkat pengangguran adalah dengan

meningkatkan pendidikan dan pelatihan yang akan memberikan manfaat jangka

panjang.

Wu (2003) melakukan penelitian yang menguji eksistensi persistensi

pengangguran serta sumber persistensi yang terjadi di Cina. Studinya difokuskan pada

perbedaan yang terjadi antara pengangguran total dan kaum muda (total dan youth

unemployment), tingkat nasional dan regional dalam fenomena persistensi

pengangguran di Cina. Hasil empiris menunjukkan tiga esensi penting. Pertama,

pengangguran di tingkat provinsi (provincial unemployment) lebih persisten dibanding

pengangguran agregat nasional (national aggregate unemployment). Kedua,

pengangguran total lebih persisten daripada pengangguran kaum muda. Ketiga,

walaupun wilayah barat Cina memiliki tingkat pengangguran provinsi tertinggi tetapi

persistensi pengangguran regionalnya terendah.

Page 32: ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI … · Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)

2.3. Kerangka Pemikiran Konseptual

Keterkaitan antara permasalahan dan tujuan penelitian dapat kita lihat pada

bagan yang merupakan kerangka pemikiran dari penelitian, yaitu sebagaimana disajikan

dalam Gambar 2.2. Alur pemikiran yang dilakukan dalam penelitian ini tidak jauh

berbeda dengan alur analisis yang dilakukan dalam studi InterCAFE.

Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran Konseptual

Kerangka pemikiran digunakan sebagai panduan dalam pelaksanaan penelitian,

yaitu untuk menjawab ketiga tujuan penelitian: (1) memotret gambaran umum

Persistenkah Pengangguran di Indonesia ?

Measurement Issue terhadap Struktur Pengangguran

Fenomena Pengangguran di Indonesia

Ya Tidak

Diperlukan Kajian terhadap Pola

Persistensi

Histerisis : Perubahan Struktural Perekonomian

Mengetahui Secara Pasti Pola Persistensi yang Terjadi

di Indonesia

Alamiah : Pengangguran Pada Kondisi Normal

Page 33: ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI … · Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)

karakteristik pengangguran di Indonesia; (2) mengkaji eksistensi persistensi

pengangguran di Indonesia; dan (3) menganalisis pola pengangguran di Indonesia.

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga tahap, yaitu :

pertama, pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah menggali informasi mengenai

isu-isu yang terkait dengan pengukuran data pengangguran, mengidentifikasi

karakteristik pengangguran dan tenaga kerja. Pada tahap ini, selain dilihat struktur

pengangguran secara umum, karakteristik pengangguran dan tenaga kerja juga dianalisis

dari berbagai dimensi seperti usia, pendidikan dan gender. Pendekatan yang digunakan

pada tahap ini adalah metode analisis statistika deskriptif.

Masih dalam kerangka menjawab tujuan pertama penelitian, analisis yang lebih

mendalam dilakukan untuk mengetahui fenomena pengangguran di Indonesia pada

level nasional, apakah terjadi eksistensi persistensi atau tidak. Analisis yang dilakukan

pada tahap ini, merupakan tahap kedua pada Gambar 2.1. Untuk studi ini digunakan dua

alat analisis untuk membuktikan terjadinya persistensi pengangguran di Indonesia. Alat

analisis yang pertama adalah metode ekonometrika uji akar unit terhadap data time

series pengangguran. Selanjutnya dilakukan analisis pengukuran dinamika

pengangguran yang merujuk pada studi yang dilakukan Elmeskov (1993), namun dalam

penelitian ini ditambahkan indikator NAIRU. Hal yang mendasari analisis tersebut di

antaranya adalah adanya fenomena tingginya tingkat pengangguran dengan

kecenderungan yang terus meningkat. Terdapat beberapa alat analisis yang dapat

mengukur trend unemployment di antaranya: indikator NAWRU (Non Accelerating

Wage Rate of Unemployment), indikator NAIRU (Non Accelerating Wage Rate of

Unemployment) kurve Beveridge, dan kurva Okun. Keempat metode tersebut

Page 34: ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI … · Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)

diaplikasikan dalam studi ini untuk menggambarkan tren pengangguran yang terjadi di

Indonesia.

Hasil analisis tahap sebelumnya akan menimbulkan pertanyaan, apakah kondisi

pengangguran: (1) merefleksikan peningkatan pada tingkat keseimbangan

pengangguran (natural rate), umumnya disebut unemployment trend, atau (2)

merupakan fenomena lambatnya penyesuaian (slow adjustment) terhadap tingkat

keseimbangan. Pertanyaan tersebut akan dijawab dalam analisis tahap ketiga, dimana

akan ditunjukan pola pengangguran yang terjadi di Indonesia. Apakah tren

pengangguran yang terjadi dalam hasil analisis tahap kedua mempunyai mekanisme

kembali ke keseimbangan awal dan mempunyai kemampuan untuk melakukan

penyesuaian (self correcting), dalam hal ini akan terjadi penyerapan tenaga kerja atau

justru mekanisme penyesuaian tersebut tidak terjadi.

2.4. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan teori dan konsep yang relevan serta hasil penelitian terdahulu

tentang pengangguran, maka dapat diberikan jawaban sementara atas permasalahan

yang ada. Hipotesis pertama, dengan tingkat pengangguran yang cenderung terus

meningkat, maka telah terjadi fenomena persistensi pengangguran di Indonesia. Kedua,

terjadi pola khusus dengan tingkat pengangguran yang terjadi di Indonesia, sehingga

kebijakan dalam penyelesaian masalah pengangguran selama periode penelitian relatif

tidak berhasil untuk menurunkan tingkat pengangguran.

Page 35: ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI … · Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Sumber Data Pengangguran

Jenis data yang digunakan untuk memperoleh jawaban dari tujuan penelitian ini

merupakan data sekunder berupa data agregat pada level nasional. Data sekunder yang

diperlukan adalah data yang terkait dengan pengangguran selama kurun waktu 1984-

2007. Namun, beberapa analisis seperti pengukuran tren pengangguran tidak bisa

menggunakan periode pengangguran yang cukup panjang, mengingat ada keterbatasan

dalam penyediaan data yang terkait dengan pengangguran, sehingga tidak bisa

dimasukan ke dalam aplikasi matematis. Data ini dapat diperoleh dari berbagai sumber,

antara lain data Badan Pusat Statistik (BPS), Data Statistik Indonesia, data statistic

International Labor Organization (ILO), data publikasi Census and Economic

Information Center (CEIC), dan instansi terkait lainnya.

3.2. Pengukuran terhadap Isu Pengangguran

Dalam bagian berikut mendiskusikan beberapa hal yang menunjukkan bahwa

data pengangguran memiliki beberapa kelemahan dalam menggambarkan kondisi sosial

ekonomi masyarakat. Dengan demikian, kelemahan tersebut perlu diingat dalam

menganalisis kondisi pengangguran karena akan mempengaruhi tingkat pengangguran.

Meskipun memiliki kelemahan, hal yang dapat disimpulkan adalah meningkatnya

pengangguran menggambarkan penurunan pada tingkat utilisasi sumberdaya manusia.

3.2.1 Definisi dari Sumber Data Pengangguran

Berbagai istilah ketenagakerjaan mengalami beberapa kali perubahan definisi

sehingga mempengaruhi data yang telah dipublikasi sebelumnya. Agar perbandingan

Page 36: ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI … · Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)

antarwaktu dapat dilakukan, data tersebut memerlukan penyesuaian. Setelah tahun

1998, definisi penduduk usia kerja adalah penduduk yang berusia di atas 15 tahun.

Penduduk usia kerja terbagi menjadi dua kelompok besar yakni angkatan kerja dan

bukan angkatan kerja. Bukan angkatan kerja adalah penduduk usia kerja yang masih

sekolah, ibu rumah tangga, atau pensiunan. Angkatan kerja terbagi menjadi dua yakni

bekerja dan menganggur atau mencari pekerjaan.

Menurut BPS, bekerja didefinisikan sebagai kegiatan dengan maksud

memperoleh atau membantu memperoleh penghasilan atau keuntungan selama paling

sedikit satu jam dalam seminggu yang lalu dan tidak boleh terputus. Kegiatan tersebut

termasuk pula kegiatan pekerja tidak dibayar yang membantu dalam suatu usaha atau

kegiatan ekonomi.

Menurut BPS, seseorang dikategorikan sebagai menganggur atau mencari

pekerjaan apabila termasuk penduduk usia kerja yang: (1) tidak bekerja, atau (2) sedang

mencari pekerjaan, baik bagi mereka yang belum pernah bekerja sama sekali maupun

yang sudah penah bekerja, atau (3) sedang mempersiapkan suatu usaha, atau (4) yang

tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin untuk mendapatkan pekerjaan,

atau (5) yang sudah memiliki pekerjaan tetapi belum mulai bekerja.

Dengan adanya perubahan tersebut, (sebelum tahun 2000) sumber data yang

berbeda dapat mempublikasikan data yang berbeda bergantung apakah sudah

disesuaikan dengan definisi yang baru atau tidak. Sebagai contoh data yang dipublikasi

BPS telah disesuaikan sedangkan data publikasi CEIC belum mengalami penyesuaian.

Data ketenagakerjaan untuk tahun yang sama bisa berbeda bergantung kapan

pelaksanaan sensus yang dilakukan. Contohnya BPS menampilkan data bulan Februari

dan November, sedangkan CEIC hanya menampilkan data bulan November.

Page 37: ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI … · Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)

Tabel 3.1 Perubahan Definisi Pengangguran dan Usia Kerja

TAHUN DEFINISI PENGANGGURAN

1986-1993 Aktif mencari kerja selama 1 minggu sebelum survei

(hanya satu minggu)

1994-2000 Aktif mencari kerja, tanpa mempertimbangkan kapan

terakhir mencari kerja (dapat lebih dari satu minggu)

2001-sekarang

Aktif mencari kerja, tidak aktif mencari kerja, punya

pekerjaan tapi belum mulai kerja, sedang menyiapkan

usaha atau bisnis

DEFINISI POPULASI USIA KERJA

Sebelum 1998 Orang yang berumur lebih dari 10 tahun

1998-sekarang Orang yang berumur lebih dari 15 tahun

Sumber : Data Statistik Indonesia (2008) 3.2.2. Pasar Tenaga Kerja yang Dualistik: Formal dan Informal

Pasar tenaga kerja Indonesia bersifat dualistik di mana sebagian pekerja bekerja

di sektor formal (seperti di pabrik) dan sebagian pekerja berada di sektor informal

(seperti industri rumah tangga). Batasan kegiatan formal dan informal sebelum 2003

hanya berdasarkan status pekerjaan, sedangkan mulai 2003 merupakan kombinasi antara

pekerjaan utama dan status pekerjaan. Dengan perubahan definisi tersebut

mengakibatkan batasan kegiatan formal menjadi lebih luas (InterCAFE, 2008).

Gambaran secara jelas mengenai batasan formal dan informal dapat dilihat dalam

Lampiran 2 dan 3.

Page 38: ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI … · Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)

3.3. Metode Pengukuran dan Analisis Sumber Persistensi

Terdapat beberapa alternatif alat analisis yang dapat digunakan untuk mengukur

persistensi pengangguran dan menganalisis sumber-sumber persistensi pengangguran.

3.3.1. Uji Akar Unit

Sebelum melakukan estimasi terhadap model regresi, penting diketahui apakah

suatu data time series bersifat stasioner atau tidak stasioner. Ada beberapa perbedaan

yang penting antara data yang stasioner dan yang tidak stasioner (Enders, 1995).

Sepanjang waktu, goncangan yang terjadi pada data yang stasioner bersifat sementara

(selalu kembali kepada long-run mean), sehingga pada jangka panjang gerakan data

yang stasioner akan konvergen kepada unconditional mean-nya. Secara umum,

perbedaan data yang stasioner dan tidak stasioner adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2. Perbedaan Data Stasioner dan Tidak Stasioner

Data Stasioner Data Tidak Stasioner

1. Mean dari data stasioner

menunjukkan perilaku yang

konstan dan selalu kembali pada

kondisi long-run mean.

2. Ragamnya konstan.

3. Correlogram-nya menyempit

(diminishing).

1. Data series yang tidak stasioner

tidak kembali ke long-run mean.

2. Memiliki ketergantungan

terhadap waktu. Ragam

membesar tanpa batas seiring

dengan waktu.

3. Correlogram dari data cenderung

akan melebar.

Sumber: Enders (1995), diolah.

Page 39: ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI … · Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)

Untuk melihat apakah suatu data bersifat stasioner atau tidak, maka dilakukan

uji akar unit (unit root test) untuk melihat apakah datanya mengandung akar unit atau

tidak. Jika pada uji akar unit ternyata ditemukan data mengandung akar unit, maka

berarti data tersebut tidak stasioner.

Pengujian akar unit ini dilakukan untuk menghindari regresi palsu (spurious

regression), yaitu regresi yang menggambarkan hubungan dua variabel atau lebih yang

nampaknya signifikan secara statistik padahal dalam kenyataan tidak sebesar regresi

yang dihasilkan tersebut, sehingga dapat menghasilkan kesalahan pengambilan

keputusan. Ciri spurious regression biasanya mempunyai R2 yang tinggi dan nilai t-

statistik yang nampak signifikan, namun tidak mempunyai arti dalam ilmu ekonomi

(Enders, 1995).

Dengan merujuk studi yang dilakukan Elmeskov (1993), dalam penelitian ini

akan diuji data pengangguran dengan beberapa alternatif pendekatan yaitu: (1) unit root

tanpa konstanta dan drift , (2) unit root dengan konstanta (3) unit root dengan drift, dan

(4) unit root dengan drift dan trend.

Misalkan variabel time series untuk data pengangguran (u) adalah sebagai

berikut,

titit euu ,1 ++= −φα . (3.1)

di mana φ adalah parameter yang akan diestimasi dan e diasumsikan white noise. Jika |φ|

≥ 1, maka ut adalah variabel yang takstasioner atau dalam definisi Blanchard dan

Summers (1986), terjadi pengangguran yang histeris, sehingga terdapat efek fluktuasi

yang permanen. Jika |φ| < 1, maka ui adalah variabel yang stasioner atau trend-

stationarity atau dengan kata lain terjadi pengangguran yang alamiah. Lebih lanjut,

pengangguran yang persisten terjadi jika nilai φ mendekati nilai 1. Karena itu, hipotesis

Page 40: ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI … · Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)

trend-stationarity dapat dievaluasi dengan menguji apakah nilai absolut dari ρ betul-

betul lebih kecil dari 1. Pengujian umum terhadap hipotesis di atas adalah H0: φ = 1,

dengan pengujian satu sisi dari hipotesis alternatif H1: φ < 1.

Standar umum pengujian akar-akar unit dari Dickey-Fuller (DF) adalah

persamaan (3.1). Kemudian, dengan mengurangi kedua sisi persamaan (3.1) dengan ut-1,

diperoleh persamaan:

ttt uu ερ +=Δ −1 (3.2)

atau dengan menambahkan variabel lag Δut di sisi kanan persamaan (3.2) akan

diperoleh pengujian Augmented Dickey-Fuller (ADF) sebagai berikut:

t

j

tjtjtt uuu εγρ ∑

=−− +Δ+=Δ

11 (3.3)

Di mana Δ mengindikasikan perbedaan pertama (first difference), sedangkan ρ =

(φ-1), sehingga hipotesis nol menjadi H0: ρ = 0, sedangkan hipotesis alternatif menjadi

H1: ρ< 0. Pengujian terhadap hipotesis ini dapat dievaluasi dengan t-statistik biasa,

yang kemudian dikembangkan oleh Dickey-Fuller (1979) karena mereka menunjukkan

bahwa dalam hipotesis nol adanya akar-akar unit, t-statistics yang diperoleh tidak

mengikuti student’s t-distribution yang konvensional.

Bentuk persamaan dengan pendekatan uji stasioneritas dalam penelitian ini

diberikan sebagai berikut:

Uji Akar Unit dengan ADF test

Dimana diketahui :

U = D + Z

Page 41: ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI … · Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)

Z = ρ Ut-1 + e

Maka aplikasi rumusnya adalah :

None (tanpa constancy dan drift) : D = 0

Constancy : D = C

Drift : D = C + αtime

Drift and Trend : D = C + αtime + βtime2

Sehingga persamaan untuk masing-masing pengujian :

U = ρ Ut-1 + e

U = C + ρ Ut-1 + e

U = C + αtime + ρ Ut-1 + e

U = C + αtime + βtime2 + ρ Ut-1 + e

Maka didapat untuk ∆U = (ρ-1) Ut-1 +e

Dengan melihat probabilitasnya, bisa ditentukan apakah data bersifat stasioner atau

tidak.

3.3.2. ARIMA (Autoregressive - Integrated Moving Average)

ARIMA atau model Bob Jenkins memfokuskan pada kombinasi prinsip-prinsip

regresi dan metode pemulusan (smoothing). Model ARIMA merupakan gabungan

model AR (p) dan MA (q). ARIMA sangat bermanfaat untuk peramalan jangka pendek.

ARIMA biasanya ditulis sebagai ARIMA (p,d,q).

p = ordo autoregresif

d = ordo integrasi

q = ordo moving average

Page 42: ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI … · Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)

Model ARIMA menggunakan informasi dari series-nya sendiri untuk melakukan

peramalan. Ini berbeda dengan model regresi biasa dalam hal bahwa dalam melakukan

forecasting dengan model biasa membutuhkan peramalan mengenai nilai independen

variabel.

Ada beberapa tahapan dalam model ARIMA, yaitu : (1) Identifikasi model

dengan menguji kestasioneran data dan identifikasi ordo ARIMA, (2) Estimasi

parameter dari model yang telah dipilih sesuai hasil identifkasi, (3) Pemilihan model

yang terbaik, (4) Forecasting

Model bentuk dasar dari model ARIMA adalah sebagai berikut :

Model AR (p)

Yt=α0 + α1Yt-1 + α2Yt-2 + α3Yt-3 + …… + αp Yt-p + et (3.4)

Model MA (q)

Yt=β0 + β1et-1 + β2et-2 + β3et-3 + …… + βq et-q + et (3.5)

Model ARMA (p,q)

Yt=γ0 + α1Yt-1 + α2Yt-2 + α3Yt-3 + …… + αp Yt-p + β1et-1 + β2et-2 + β3et-3 + …… + βq et-q +

et (3.6)

3.3.3. Pengukuran Tren Pengangguran

Dalam penelitian ini digunakan empat indikator untuk mengukur tren

pengangguran yang merujuk pada studi Elmeskov (1993). Keempat Indikator tersebut,

yaitu : NAWRU, NAIRU, kurva Beveridge dan kurva Okun. Aplikasi matematis dari

keempat indikator diberikan dalam beberapa subab dibawah ini.

Page 43: ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI … · Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)

3.3.3.1. Indikator NAWRU

NAWRU (Non Accelerating Wage Rate of Unemployment) menunjukkan

besarnya tingkat pengangguran yang dapat mengakselerasi kenaikan upah. Indikator

NAWRU diperoleh dengan formula:

NAWRU = U – (DU/D2logW) * DlogW

di mana: U = tingkat pengangguran aktual,

W = upah nominal,

D = first difference operator.

3.3.3.2. Indikator NAIRU

NAIRU (Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment) menunjukkan

besarnya tingkat pengangguran yang dapat mengakselerasi kenaikan inflasi. Indikator

NAWRU diperoleh dengan formula:

NAIRU = U – (DU/D2π) * Dπ

di mana: U = tingkat pengangguran aktual,

π = tingkat inflasi,

D = first difference operator.

3.3.3.3. Kurva Beveridge

Kurva Beveridge adalah kurva yang menggambarkan hubungan antara tingkat

pengangguran dengan lowongan kerja (vacancy rate). Indikator kurva Beveridge

diperoleh dengan formula:

b = U*Vmed(-DlogU/DlogV)

di mana: b = kurva Beveridge

U = tingkat pengangguran aktual,

Page 44: ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI … · Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)

V = vacancy rate.

3.3.3.4. Kurva Okun

Kurva Okun adalah kurva yang menggambarkan hubungan antara tingkat

pengangguran dengan output. Indikator kurva Okun diperoleh dengan menggunakan

metode yang relatif sama dengan formula untuk membangun indikator NAWRU dan

NAIRU dengan mengganti inflasi upah dan tingkat inflasi dengan utilisasi kapasitas

(capacity utilization). Indikator kurva Okun diperoleh dengan formula:

OKUN = U – (DU/D2logGDP) * DlogGDP

di mana: U = tingkat pengangguran aktual,

GDP = output nasional,

D = first difference operator.

3.3.4. Penentuan Pola Persistensi Pengangguran

Penentuan pola persistensi pengangguran dimaksudkan untuk melihat apakah

peningkatan tren pengangguran tersebut terjadi karena peningkatan keseimbangan

(equilibrium) pasar tenaga kerja atau karena penyesuaian yang lamban (slow

adjustment) dalam pasar tenaga kerja. Selanjutnya, jika tingkat pengangguran naik maka

kompensasi yang seharusnya terjadi adalah upah riil menurun sehingga pada periode

berikutnya terjadi penyerapan tenaga kerja (terjadi mekanisme self correcting).

Untuk menganalisis beberapa kondisi diatas dilakukan pendekatan dalam

mekanisme pembentukan upah, yang dibentuk dalam model-model di bawah ini :

(1) DlogWR = c + L*A(M)*DlogWR + B(L)*DlogPCP + C(L)*DlogPGDPB +

d*f(UNR) + g*(UNR-UTREND),

Page 45: ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI … · Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)

(2) Dlog(WR/PCP) = c + L*A(M)*Dlog(WR/PCP) + B(M)*DDlogPCP +

C(L)*Dlog(PGDPB/PCP) + d*f(UNR) + g*(UNR-UTREND),

(3) DlogWR = c + L*A(M)*DlogWR + B(L)*DlogPCP + C(L)*DlogPGDPB +

d*f(UNR) + e*DUNR,

(4) Dlog(WR/PCP) = c + L*A(M)*Dlog(WR/PCP) + B(M)*DDlogPCP +

C(L)*Dlog(PGDPB/PCP) + d*f(UNR) + e*DUNR.

dimana :

D = first different operator,

L dan M = lag operator,

log WR = log dari upah nominal,

log PCP = log dari tingkat inflasi,

logPGDPB = log dari tingkat output,

f(UNR) = fungsi pembentukan tingkat pengangguran,

UNR-UTREND = deviasi dari tingkat pengangguran,

log(WR/PCP) = log dari upah rill,

log(PGDPB/PCP) = log dari output riil, dan

DUNR = differensial dari tingkat pengangguran.

3.3.5. Analisis Panel Data

Dalam suatu penelitian, terkadang ditemukan suatu persoalan mengenai

ketersediaan data yang mewakili variabel yang akan digunakan dalam penelitian. Data

time series yang pendek serta bentuk data cross section yang terbatas sering dijumapai

oleh peneliti. Melalui pendekatan ilmu ekonometrika, kondisi tersebut dapat diatasi

dengan menggunakan panel data agar dapat diperoleh hasil estimasi yang lebih efisien.

Keuntungan dari penggunaan panel data menurut (Gujarati, 2003) adalah sebagai

berikut :

1. Mampu mengontrol heterogenitas individu

Page 46: ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI … · Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)

2. Memberikan lebih banyak informasi, lebih bervariasi, mengurangi kolinieritas antar

variabel, meningkatkan degrees of freedom dan lebih efisien

3. Mampu mengidentifkasi dan mengukur efek yang secara sederhana tidak dapat

diperoleh dari data cross section murni atau data time series murni.

4. Dapat menguji dan membangun model perilaku yang lebih komlpeks.

Keuntungan fundamental panel data dari data time series ataupun cross section

adalah bahwa panel data akan membiarkan peneliti untuk lebih fleksibel dalam

memodelkan perbedaan sifat tiap data pengamatan. Metode panel data dapat memiliki

tiga bentuk model yaitu, Pooled Least Square, Fixed Effect atau model efek tetap dan

Random Effect atau model efek acak.

(1) Pendekatan Kuadrat Terkecil

Pendekatan yang paling sederhana dalam pengolahan data panel adalah dengan

menggunakan metode kuadrat terkecil biasa yang diterapkan dalam data yang berbentuk

pool. Misalkan terdapat persamaan berikut ini:

Yit = α +βj xjit + εit untuk i = 1, 2, . . . , N dan t = 1, 2, . . ., T (3.7)

di mana N adalah jumlah unit cross section (individu) dan T adalah jumlah periode

waktunya. Dengan mengasumsikan komponen error dalam pengolahan kuadrat terkecil

biasa, kita dapat melakukan proses estimasi secara terpisah untuk setiap unit cross-

section. Untuk periode t = 1, akan diperoleh persamaan regresi cros- section sebagai

berikut:

yi1 = αi + βj xjit + εi1 untuk i = 1, 2, . . . , N (3.8)

yang akan berimplikasi diperolehnya persamaan sebanyak T persamaan yang sama.

Begitu juga sebaliknya, kita juga akan dapat memperoleh persamaan deret waktu (time

Page 47: ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI … · Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)

series) sebanyak N persamaan untuk setiap T observasi. Namun, untuk mendapatkan

parameter α dan β yang konstan dan efisien, akan dapat diperoleh dalam bentuk regresi

yang lebih besar dengan melibatkan sebanyak NT observasi.

(2) Pendekatan Efek Tetap

Masalah terbesar dalam pendekatan metode kuadrat terkecil biasa adalah asumsi

intersep dan slope dari persamaan regresi yang dianggap konstan baik antarindividu

maupun antarwaktu yang mungkin tidak beralasan. Generalisasi secara umum sering

dilakukan adalah dengan memasukkan variabel boneka (dummy variable) untuk

menghasilkan nilai parameter yang berbeda-beda baik lintas unit cross-section maupun

antarwaktu.

Pendekatan dengan memasukkan variabel boneka ini dikenal dengan sebutan

model efek tetap (fixed effect) atau Least Square Dummy Variable (LSDV). Penggunaan

pendekatan efek tetap ini akan menghasilkan intersep yang berbeda-beda antar unit

cross section. Pendekatan tersebut dapat dituliskan dalam persaman sebagai berikut:

,'ititiit xy εβα ++= ),0(~ 2

eit IID σε (3.9)

di mana itx independen terhadap itε dan iα merupakan intersep yang berbeda-beda

untuk masing-masing cross section. Kita dapat menuliskan model ini dalam kerangka

regresi umumnya dengan memasukan variabel dummy untuk masing-masing unit

i dalam model. Berarti,

2

,N

it j ij it itj

y d xια α β ε=

= + + +∑ (3.10)

di mana 1=ijd jika ji = dan 0 untuk selainnya. Dengan begitu kita mempunyai

variabel dummy sebanyak 1N − dalam model. Parameter 1 1, ,...., Nα α α − dan β dalam

Page 48: ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI … · Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)

(3.9) dapat diestimasi dengan ordinary least square (OLS). Penaksir β disebut sebagai

Least Square Dummy Variable (LSDV) estimator. Secara numerik akan menjadi lebih

rumit apabila kita memiliki model regresi dengan banyak regressor. Namun demikian,

untuk mengestimasi β dapat dihitung dengan cara yang lebih sederhana. Hal ini dapat

ditunjukkan bahwa secara tepat penaksir yang sama untuk β diperoleh jika regresi

dikerjakan dalam bentuk penyimpangan dari rata-rata tiap individu. Secara esensial, hal

ini mengimplikasikan bahwa kita menghilangkan pengaruh individu 1α dengan

mentransformasi data. Untuk melihat hal ini, perlu diperhatikan bahwa:

' ,i i i iy xα β ε= + + (3.11)

di mana 1i itt

y T y−= ∑ dan begitu pula untuk variabel lainnya. Konsekuensinya, kita

dapat menulis:

( ) ' ( ),it i it i it iy y x x β ε ε− = − + − (3.12)

Model ini adalah model regresi dalam bentuk penyimpangan rata-rata tiap individu dan

tidak memasukkan pengaruh individu 1α . Transformasi yang menghasilkan observasi

dalam bentuk penyimpangan dari rata-rata tiap individu, seperti dalam (3.7), kita sebut

sebagai within transformation. Penaksir OLS untuk β yang diperoleh dari model

transformasi ini sering disebut within estimator atau fixed effect estimator, model

estimasi ini sangat identik dengan penaksir LSDV yang digambarkan di atas. Sehingga,

1

1 1 1 1

ˆ ( )( ) ' ( )( ).N T N T

i iFE it it i it iti t i t

x x x x x x y yβ

= − = −

⎛ ⎞⎜ ⎟= − − − −⎜ ⎟⎝ ⎠∑∑ ∑∑ (3.13)

Page 49: ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI … · Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)

Jika kita mengasumsikan bahwa semua itx adalah independen terhadap semua itε ,

penaksir fixed effect adalah penaksir tidak bias untuk β . Jika asumsi normalitas untuk

itε berlaku, ˆFEβ memiliki distribusi normal. Agar konsisten, kita memerlukan

( ) 0iit itE x x ε⎧ ⎫⎪ ⎪− =⎨ ⎬⎪ ⎪⎩ ⎭

(3.14)

Syarat cukup untuk kondisi ini adalah bahwa itx tidak berkorelasi dengan itε dan ix

tidak berkorelasi dengan error term. Kondisi ini menyiratkan

{ } 0=isitxE ε untuk semua ts, (3.15)

dalam kasus ini kita menyebut itx sebagai strictly exogenous. Strictly exogenous

variabel tidak boleh tergantung pada nilai saat ini, masa depan atau masa lalu dari error

term.

Karena variabel eksogen adalah independen terhadap semua error, intersep N diestimasi

dengan tidak bias sebagai

^

'ˆ ˆ , 1,....,FEi i iy x i Nα β= − = (3.16)

Di bawah asumsi (3.12) penaksir ini adalah konsisten untuk fixed effects iα ketika

T menuju tak hingga.

Bagaimanapun, fixed effect model memusatkan perhatian pada perbedaan dalam

individu, berarti, menjelaskan mengapa ity berbeda dari iy dan tidak menjelaskan

mengapa iy berbeda dari jy . Pengaruh perubahan x terhadap variabel lain yang

ditangkap dengan parameter β memiliki pengaruh yang sama, apakah itu perubahan

Page 50: ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI … · Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)

dari satu periode ke periode yang lain atau perubahan dari satu individu ke individu

yang lain.

Keputusan memasukkan variabel boneka ini harus didasarkan pada

pertimbangan statistik. Tidak dapat kita pungkiri, dengan melakukan penambahan

variabel boneka ini akan dapat mengurangi banyaknya degree of freedom yang pada

akhirnya akan mempengaruhi efisiensi dari parameter yang diestimasi. Pertimbangan

pemilihan pendekatan yang digunakan, didekati dengan menggunakan statistik F yang

berusaha membandingkan antara nilai jumlah kuadrat dari error proses pendugaan

dengan menggunakan metode kuadrat terkecil dan efek tetap yang telah memasukkan

variabel boneka. Rumusan untuk memperoleh nilai statistik tesebut adalah sebagai

berikut:

( ) ( )( ) ( )

1 22,

2

/ 1/N T NT N T

ESS ESS NF

ESS NT N K+ − − −

− −=

− − (3.17)

di mana ESS1 dan ESS2 adalah jumlah kuadrat sisa dengan menggunakan metode

kuadrat terkecil biasa dan model efek tetap, sedangkan statistik F mengikuti distribusi F

dengan derajat bebas N-1 dan NT – N – K . Nilai F-statistik uji ini kemudian

dibandingkan dengan nilai statistik F tabel yang akan menentukan pilihan model yang

akan digunakan.

(3) Pendekatan Efek Acak

Keputusan untuk memasukkan variabel boneka dalam model efek tetap tak dapat

dipungkiri akan dapat menimbulkan trade off. Penambahan variabel boneka akan dapat

mengurangi banyaknya derajat kebebasan (degree of freedom) yang pada akhirnya akan

mengurangi efisiensi dari parameter yang diestimasi. Berkaitan dengan hal ini, dalam

model data panel dikenal pendekatan ketiga yaitu model efek acak (random effect).

Page 51: ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI … · Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)

Penggunaan pendekatan efek acak ini didasari oleh hal berikut ini. Dalam

analisis regresi, diasumsikan bahwa semua faktor yang mempengaruhi variabel

dependen tetapi tidak dimasukan sebagai regresor dalam model dinyatakan dalam

random error term. Dalam kasus kita, hal ini membawa kepada asumsi bahwa iα

adalah faktor acak (random factors), yang independen dan secara identik didistribusikan

antar individu. Jadi, kita bisa menulis the random effect model sebagai:

),0(~ );,0(~ , 22it

'αε σασεεαβμ IIDIIDxy iitiitit +++= (3.18)

dimana μ adalah rata-rata dari seluruh intersep dan i itα ε+ diperlakukan sebagai error

term yang terdiri atas dua komponen: iα sebagai komponen spesifik individu

(komponen cross section error) yang tidak berubah sepanjang waktu, dan itε sebagai

komponen sisaan yang terdiri dari komponen time series error dan komponen

combination eror yang diasumsikan tidak berkorelasi sepanjang waktu.

Bentuk efek acak ini kemudian dapat ditulis

'it it ity xμ β ω= + + (3.19)

it i itω α ε= + (3.20)

it i t itv wω α= + + (3.21)

di mana: iα ~ N(0, σ2α) = komponen cross section error,

tν ~ N(0, σ2ν) = komponen time serries error,

itw ~ N(0, σ2w) = komponen combination error,

Page 52: ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI … · Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)

iti εα dan diasumsikan saling bebas dan independen terhadap

).dan semua(untuk sjx js Hal ini mengimplikasikan bahwa penaksir OLS adalah

konsisten dan tidak bias.

Struktur komponen kesalahan (the error component structure)

mengimplikasikan bahwa gabungan dari error term yang berbentuk iti εα +

menunjukan adanya autokorelasi (kecuali 02 =ασ ). Konsekuensinya, penaksir OLS

menjadi tidak tepat dan akan lebih efisien jika menggunakan penaksir GLS yang bisa

diperoleh dengan memanfaatkan struktur error covariance matrix.

Untuk memperoleh penaksir GLS, pertama perlu diperhatikan bahwa untuk

individu i semua error term dapat disusun sebagai ,1 iT εια + di mana

TT berdimensi )'1...,1 ,1(=ι dan )',...,( 1 iTii εεε = . The covariance matrix untuk vektor

ini adalah:

{ } ,2'2TTTiTi IV εα σιισεια +=Ω=+ (3.22)

di mana TI adalah matriks identitas dengan dimensi T . Covariance matrix ini bisa

digunakan untuk memperoleh penaksir generilized least square (GLS) bagi parameter

dalam (3.15). Kita dapat mentransformasi data dengan mengalikan ulang vektor

)',...,( 1 iTii yyy = dan lainnya. Dengan 1−Ω adalah

⎥⎦

⎤⎢⎣

+−=Ω −− '

22

221

TTT TI ιι

σασ

σαε

αε , (3.23)

yang juga dapat ditulis sebagai:

,11 ''21⎥⎦

⎤⎢⎣

⎡+⎟

⎠⎞

⎜⎝⎛ −=Ω −−

TTTTT TTI ιιψιισ ε (3.24)

Page 53: ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI … · Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)

bahwa '1TTT T

I ιι− mentransformasi data dalam bentuk penyimpangan dari rata-rata

individu dan '1TTTιι menunjukan rata-rata individu, penaksir GLS untuk β dapat ditulis

1

1 1 1

1 1 1

ˆ ( )( ) ' ( )( ) '

( )( ) ( )( ) ,

N T N

GLS it i it i i ii t i

N T N

it i it i i ii t i

x x x x T x x x x

x x y y T x x y y

β ψ

ψ

= = =

= = =

⎛ ⎞⎜ ⎟

= − − + − −⎜ ⎟⎜ ⎟⎜ ⎟⎝ ⎠⎛ ⎞⎜ ⎟

× − − + − −⎜ ⎟⎜ ⎟⎜ ⎟⎝ ⎠

∑∑ ∑

∑∑ ∑

(3.25)

di mana ( ) ,1

( ) iti tx xNT= ∑ menunjukkan rata-rata keseluruhan dari itx . Dari sini

dapat kita lihat bahwa jika 0=ψ penaksir fixed effect muncul. Karena

, jika 0 ∞→→ Tψ maka penaksir fixed dan random effect adalah identik untuk T yang

besar. Dari rumusan umum untuk penaksir GLS dapat diperoleh bahwa

ˆ ˆ ˆ( ) ,GLS B K FEIβ β β= Δ + −Δ (3.26)

di mana

1

1 1 1

ˆ ( )( ) ' ( )( )N T N

B it i it i i ii t i

x x x x x x y yβ

= = =

⎛ ⎞⎜ ⎟= − − − −⎜ ⎟⎝ ⎠∑∑ ∑ (3.27)

adalah disebut sebagai between estimator untuk β . Penaksir OLS dalam model untuk

rata-rata individu adalah :

' , 1,..., .i i i iy x i Nμ β α ε= + + + = (3.28)

matrik Δ adalah matrik pembobot dan proporsional terhadap invers covariance matrix

ˆBβ . Berarti, penaksir GLS adalah matrik rata-rata terbobot dari between estimator dan

Page 54: ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI … · Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)

within estimator, dimana bobotnya tergantung pada keragaman dari dua penaksir

tersebut.

Dengan menggunakan model efek acak, maka kita dapat menghemat pemakaian

derajat kebebasan dan tidak mengurangi jumlahnya seperti yang dilakukan pada model

efek tetap. Hal ini berimplikasi parameter yang merupakan hasil estimasi akan menjadi

semakin efisien. Keputusan penggunaan model efek tetap ataupun efek acak ditentukan

dengan menggunakan spesifikasi yang dikembangkan oleh Hausmann. Spesifikasi ini

akan memberikan penilaian dengan menggunakan nilai Chi Square Statistics sehingga

keputusan pemilihan model akan dapat ditentukan secara statistik.

Menurut Hsiou dalam Sibarani (2002) apabila tidak dapat ditentukan secara

teoritis dampak dari gangguannya,maka model efek acak dipilih jika data diambil dari

sampel individu yang merupakan sampel acak dari populasi yang lebih besar. Dengan

kata lain menarik kesimpulan suatu populasi atau hanya meliputi beberapa individu.

Namun jika evaluasi meliputi seluruh individu dalam populasi atau hanya meliputi

beberapa individu dengan penekanan pada individu-individu tersebut, maka lebih baik

digunakan model efek tetap (fixed effect model). Dikarenakan jumlah kerat lintang dari

persamaan yang digunakan pada penelitian ini mencerminkan seluruh populasi yaitu

seluruh propinsi yang ada di Indonesia, maka secara teori model fixed effect yang

dipilih.

3.4. Sintesis

Hasil-hasil penelitian yang diperoleh dari tahapan sebelumnya, yang berasal dari

pendekatan secara makro dengan menggunakan data sekunder (ekonometrika)

Page 55: ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI … · Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)

selanjutnya digunakan untuk membentuk sintesis tentang persistensi pengangguran dan

pola persistensi penganguran yang terjadi di Indonesia.

Page 56: ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI … · Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Sebagaimana telah disampaikan di bab sebelumnya, penelitian

”Analisis Eksistensi Persistensi Pengangguran di Indonesia ”, merupakan penelitian

lanjutan yang mencoba mengkaji kembali dan berusaha melengkapi penelitian

International Center for Applied Finance and Economic (InterCAFE, 2008) dalam

melihat eksistensi persistensi pengangguran di Indonesia. Diawali dengan mengkaji

berbagai dimensi karakteristik pengangguran dari gambaran umum yang terjadi di

Indonesia, akan dapat dihasilkan gambaran terkini mengenai kondisi pengangguran di

Indonesia. Dalam tahapan tersebut, selain dilihat struktur pengangguran secara umum,

karakteristik pengangguran dan tenaga kerja juga dianalisis dari berbagai dimensi

pengangguran.

Fenomena yang terlihat dari tingkat pengangguran di Indonesia yang cenderung

terus mengalami peningkatan, merupakan indikasi terjadinya persistensi pengangguran

di Indonesia. Setelah melihat adanya indikasi terjadinya peristensi pengangguran di

Indonesia, selanjutnya dikaji komponen-komponen dari pengangguran itu sendiri.

Pendekatan yang dilakukan untuk menguji indikasi persistensi pengangguran dilakukan

dengan dua pendekatan, yaitu pendekatan ekonometrika dan pendekatan aplikasi

matematis. Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah mengetahui pola persistensi

yang terjadi di Indonesia

Untuk mempermudah memahami alur analisis dalam bab pembahasan ini,

diberikan ikhtisar alur analisis yang dirangkai dalam Gambar 4.1.

Page 57: ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI … · Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)

Gambar 4.1. Ikhtisar Alur Analisis

Penelitian lebih lanjut mengenai pengangguran di Indonesia ini diuraikan dalam

beberapa sub bab di bawah ini:

4.1. Gambaran Umum Karakteristik Struktur Pengangguran di Indonesia

Tingkat pengangguran di Indonesia cenderung terus mengalami peningkatan.

Data menunjukkan bahwa antara tahun 1994-2000, tingkat pengangguran rata-rata

sebesar 5.39 persen yang kemudian selama tahun 2000-2007 mengalami peningkatan

menjadi 9.76 persen. Dari hasil perbandingan antara kedua periode tersebut, terjadi

peningkatan yang signifikan atau terjadi perubahan rata-rata tingkat pengangguran

sebesar 71.22 persen. Hasil ini tidak jauh berbeda dengan studi yang dilakukan oleh

InterCAFE, dimana dengan periode yang lebih pendek, yaitu membandingkan periode

1996-2000 dan 2001-2006 terjadi peningkatan rata-rata tingkat pengangguran sebesar

Siklik Trend

Keseimbangan Diluar Keseimbangan

Persistensi Pengangguran Terjadi di Luar Keseimbangan dan Tidak Mempunyai

Mekanisme Penyesuaian Secara Otomatis

Tidak Terjadi Mekanisme Penyesuaian

Persisten

Gambaran umum Pengangguran di Indonesia

Alamiah Histerisis

Page 58: ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI … · Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)

74.32 persen. Periode pembanding yang dilakukan dalam penelitian ini maupun

penelitian InterCAFE dimaksudkan untuk melihat kondisi pengangguran periode

sebelum krisis ekonomi yang dialami Indonesia dan periode setelah krisis atau dalam

masa perbaikan kondisi perekonomian indonesia.

Tingginya peningkatan rata-rata tingkat pengangguran, sebagaimana disajikan

dalam Tabel 4.1 memberikan kesimpulan bahwa segala kebijakan anti pengangguran

yang sudah digulirkan oleh berbagai kalangan belum sepenuhnya berjalan efektif, dan

belum berhasil dalam menurunkan tingkat pengangguran yang terjadi. Padahal kalau

kita lihat, periode kedua merupakan periode dimana Indonesia sedang dalam masa

perbaikan kondisi perekonomian, atau telah melewati periode krisis. Hal ini juga

mengindikasikan terjadinya masalah yang serius dalam tatanan struktur angkatan kerja

yang dari tahun ke tahun selalu bertambah. Dari gambaran sementara mengenai kondisi

pengangguran tersebut, seharusnya bisa memberikan point of view bagi semua pihak

untuk menjadikan permasalahan pengangguran sebagai masalah serius yang harus

segera ditanggulangi.

Tabel 4.1 Tingkat Pengangguran di Indonesia (dalam persen)

Rata-rata

1994-2000

Rata-rata

2000-2007 2007

Perubahan rata-rata tahun 1994-2000

terhadap rata-rata tahun 2000-2007

5.35 9.15 9.76 71.22

Sumber : Badan Pusat Statistik (2008), diolah

Page 59: ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI … · Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)

Peningkatan yang konsisten tingkat pengangguran, memberikan gambaran

bahwa tidak berjalannya mekanisme penyerapan angkatan kerja yang dihasilkan. Atau

dengan kata lain, tingkat partisipasi angkatan kerja lebih rendah dibandingkan dengan

tingkat pengangguran yang terus mengalami peningkatan. Kondisi tingginya tingkat

pengangguran tersebut seiring dengan peningkatan jumlah angkatan kerja yang

dihasilkan. Kondisi tersebut disajikan dalam Gambar 4.2, yang menunjukkan tingkat

partisipasi angkatan kerja yang menurun dengan tingkat pengangguran yang cenderung

meningkat. Namun untuk tahun 2007 terjadi perbaikan kondisi pengangguran di

Indonesia, dimana tingkat partisipasi angkatan kerja mengalami peningkatan meskipun

belum signifikan. Sedangkan untuk tingkat pengangguran, untuk tahun 2007 mengalami

penurunan dari 10.45 persen pada tahun 2006, menjadi 9.76 persen. Kondisi

pengangguran yang membaik dalam kurun waktu satu tahun terakhir belum bisa

dijadikan acuan bahwa tingkat pengangguran akan terus menurun taun-tahun

selanjutnya. Apalagi kalau terjadi shock seperti yang terjadi pada tahun 2005 yang

disebabkan oleh kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).

S

umber : Badan Pusat Statistik (2008), diolah

Gambar 4.2 Pengangguran dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

Page 60: ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI … · Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)

Setelah mengetahui gambaran secara umum yang terjadi di Indonesia, dirasa

penting untuk mengetahui karakteristik dari struktur pengangangguran yang terjadi di

Indonesia. Untuk itu perlu dikaji beberapa dimensi pengangguran seperti dari dimensi

usia, pendidikan dan gender. Hal ini dilakukan untuk menganalisis sumber

permasalahan yang terjadi pada setiap karakteristik pengangguran. Sama seperti

analisis-analisis sebelumnya, penelitian ini menambahkan data tahun 2007 untuk

melengkapi penelitian terdahulu.

4.1.1. Karakteristik Pengangguran Berdasarkan Usia

Diantara beberapa dimensi pengangguran, karakteristik pengangguran yang

paling mendapat perhatian adalah pengangguran usia muda terutama mengenai seberapa

tinggi tingkat pengangguran usia muda tersebut. Hal yang umumnya terjadi adalah

tingkat pengangguran usia muda lebih tinggi dibandingkan pengangguran usia dewasa.

Demikian pula yang terjadi di Indonesia. Data menunjukkan bahwa sejak tahun 1996

pengangguran usia muda berjumlah hampir dua kali lebih besar dibandingkan

pengangguran usia dewasa. Gambaran tingginya pengangguran usia muda dibandingkan

dengan bukan usia muda dapat dilihat pada Gambar 4.3 di bawah ini.

Page 61: ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI … · Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)

Sumber : Badan Pusat Statistik (2008), diolah

Gambar 4.3 Tingkat Pengangguran antar Kelompok Usia

Salah satu faktor yang diindikasikan menjadi penyebab tingginya pengangguran

usia muda adalah lemahnya sistem pendidikan dalam mempersiapkan siswa-nya untuk

memasuki dunia kerja. Sistem pendidikan yang terbangun selama ini tampaknya masih

menghasilkan angkatan kerja usia muda dengan kemampuan yang terbatas dan

diperparah dengan kurangnya pengalaman angkatan kerja usia tersebut (lack of skill and

experience) .

Durasi waktu tunggu (menganggur) juga disinyalir berpengaruh terhadap hal ini,

Semakin lama seseorang menganggur akan semakin berdampak pada perkembangan

karirnya seperti kemampuan yang semakin berkurang, pendapatan yang cenderung

menurun, rendahnya kesempatan untuk memperoleh pekerjaan yang baru serta semakin

tingginya peluang untuk memperoleh pekerjaan dengan pendapatan yang cenderung

kurang stabil.

Diperlukan suatu mekanisme untuk mampu menekan pengangguran usia muda

diantaranya program pendidikan dan pelatihan yang komprehensif dan terintegrasi,

Page 62: ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI … · Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)

sehingga calon angkatan kerja mempunyai bekal yang cukup untuk masuk ke dunia

kerja.

4.1.2. Karakteristik Pengangguran Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Sejalan dengan banyaknya pengangguran usia muda, tingginya pengangguran

yang berpendidikan rendah (unskilled) juga bisa disebabkan karena lemahnya sistem

pendidikan dalam mempersiapkan siswa-nya untuk memasuki dunia kerja. Dilihat dari

tingkat pendidikan yang ditamatkan, terlihat bahwa tingkat pengangguran di Indonesia

didominasi oleh angkatan kerja yang berada pada golongan unskilled. Tingginya

pengangguran yang bersifat unskilled dapat dilihat pada Gambar 4.4.

Sumber : Badan Pusat Statistik (2008), diolah

Gambar 4.4 Tingkat Pengangguran Berdasarkan Tingkat Pendidikan

4.1.3. Karakteristik Pengangguran Berdasarkan Gender

Secara umum data pengangguran di Indonesia menunjukkan bahwa tingkat

pengangguran laki-laki lebih tinggi dibandingkan pengangguran wanita meskipun

perbedaannya relatif kecil. Namun demikian, terdapat kecenderungan bahwa perbedaan

Page 63: ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI … · Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)

tingkat pengangguran antargender tersebut semakin mengecil. Hal ini bisa disebabkan

oleh semakin tingginya eksistensi wanita dalam mengisi lowongan pekerjaan beberapa

tahun terakhir, sehingga wanita mendapatkan porsi yang semakin meningkat di dunia

kerja. Khusus untuk di Indonesia, peningkatan penyerapan golongan wanita, sedikit

banyak dipengaruhi oleh implementasi dari penetapan undang-undang yang

mengharuskan ada proporsi tertentu dalam suatu instansi keberadaan peran wanita.

Sumber : Badan Pusat Statistik (2008), diolah

Gambar 4.5 Tingkat Pengangguran antar Gender

4.2. Pengujian Eksistensi Persistensi Pengangguran

Setelah dari hasil analisis terhadap struktur karakteristik pengangguran dan

disimpulkan bahwa tren-nya terus mengalami peningkatan, maka dipandang perlu untuk

mengetahui apakah terjadi fenomena persistensi pengangguran di Indonesia. Pengujian

eksistensi persistensi pengangguran dalam penelitian ini menggunakan dua pendekatan

yaitu metode ekonometrika (analisis time series) dengan uji akar unit terhadap data time

series pengangguran, dan pengukuran dinamika pengangguran terhadap komponen tren

dan siklikal data pengangguran .

Page 64: ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI … · Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)

4.2.1. Hasil Uji Ekonometrika

Penelitian ini akan mencoba membandingkan hasil uji akar unit yang telah

dilakukan oleh InterCAFE. Perbedaan uji yang dilakukan adalah data yang dipakai

dalam penelitian ini sampai dengan tahun 2007, sedangkan studi yang dilakukan

InterCAFE menggunakan data sampai 2006.

Pengujian persistensi dalam penelitian ini melalui empat pendekatan yang

merujuk pada studi Elmeskov (1993) yaitu : a) unit root tanpa constanta dan drift; b)

unit root dengan constanta; c) unit root dengan drift; d) unit root dengan constanta dan

drift. Hasil pengujian ini diberikan pada Tabel 4.2. dan Tabel 4.3.

Tabel 4.2 Pengujian Persistensi Pengangguran di Indonesia

Probability of unit root against hypothesis of stationarity with:

Persistence (coefficient AR)

Standard Deviation

Constancy Drift Drift and Trend

0.955 0.493 0.0001 0.934 0.068

Sumber : InterCAFE (2008)

Tabel 4.3 Pengujian Persistensi Pengangguran di Indonesia

Probabilitas Data Pengangguran Pendekatan Uji Stasioneritas dengan Uji Akar Unit

Persistensi (Koefisien

AR)

Standar Deviasi

Tanpa Constanta dan drift

Constanta Drift Drift dan

Tren

0.997 0.068 0.9609 0.9181 0.4137 0.0001***

***Signifikan pada taraf nyata 1%

Sumber : Lampiran 4,5,6,7 dan 8

Dari hasil pengujian akar unit yang ditampilkan dalam tabel diatas, secara

statistik dapat diartikan bahwa pengujian akar unit tanpa menggunakan constanta atau

Page 65: ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI … · Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)

drift hasilnya tidak signifikan, sedangkan kalau menggunakan constanta dan drift tahun

saja hasilnya sama tidak signifikan. Hal ini memperlihatkan data bersifat tidak stasioner.

Namun dari data yang dihasilkan, terdapat kecendrungan probabilitas semakin

mengecil, terutama setelah memasukan drift tahun dalam model. Pendekatan yang

keempat adalah dengan menggunakan drift dan trend dalam model yang dapat

menghasilkan p-value sebesar 0.0001 yang berarti sangat signifikan. Hasil pengujian

akar unit ini memberikan cukup bukti bahwa di Indonesia terjadi persistensi

pengangguran.

Alternatif analisis lain yang digunakan adalah dengan menghitung koefisien

persistensi atau koefisien autoregressive (AR). Untuk koefisien AR dari data

pengangguran aktual yang mendekati satu (1), hal ini mengindikasikan adanya

persistensi pengangguran. Namun, apabila nilai koefisiennya lebih dari satu (1) maka

pengangguran yang terjadi di Indonesia mengalami kondisi yang disebut dengan

hysteresis. Nilai koefisien yang diperoleh dari hasil pengujian koefisien AR atau

koefisien pengangguran sebesar 0.997 dengan standard deviation sebesar 0.068. Hal ini

memperlihatkan bahwa data tingkat pengangguran merupakan proses autoregressive

yang mendekati unit root. Dengan nilai koefisien yang didapat,maka menghasilkan

indikasi yang relatif kuat mengenai terjadinya persistensi pengangguran di Indonesia.

Hasil estimasi diatas memperlihatkan hasil yang tidak jauh berbeda dengan yang

studi yang pernah dilakukan oleh InterCAFE. Namun melalui pendekatan ekonometrika

diatas, hasil yang diperoleh tidak bisa diinterpretasikan lebih jauh. Namun secara

statistik, tingkat pengangguran cenderung konvergen ke nilai jangka panjangnya tetapi

dengan kecepatan yang lambat. Hal ini menunjukan periode pengangguran yang tinggi

dapat berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Analisis pengujian persistensi

Page 66: ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI … · Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)

pengangguran melalui pendekatan dengan metode ekonometrika dapat disimpulkan

bahwa selama periode analisis, pengangguran yang terjadi di Indonesia bersifat

persisten.

4.2.2. Pengukuran Dinamika Pengangguran

Setelah menguji eksistensi persistensi di Indonesia, sangat penting untuk

mengetahui apakah persistensi pengangguran yang terjadi akan konvergen ke sebuah

titik atau tidak. Pada dasarnya, pengangguran yang terjadi bisa diidentifikasi menjadi

komponen tren dan siklikal. Secara sederhana, komponen siklikal dapat diartikan

sebagai perbedaan antara tingkat pengangguran aktual terhadap tren-nya. Sedangkan

kalau komponen tren-nya lebih dominan terhadap komponen siklikal, maka

pengangguran yang terjadi akan cenderung mengalami peningkatan terus menerus dan

membutukan waktu yang lama untuk mengembalikan pengangguran ke titik semula.

Pembahasan mengenai dinamika pengangguran melalui komponen tren dan siklikal

dijelaskan lebih lanjut dalam dua subbab berikut ini :

4.2.2.1. Pengukuran Tren Pengangguran (Hasil Aplikasi Matematis)

Tren pengangguran didefinisikan sebagai perubahan dalam tingkat

pengangguran alamiah. Seperti sudah disebutkan sebelumnya, analisis pengukuran tren

pengangguran ini menggunakan empat indikator pendekatan pengangguran alamiah,

yaitu : (1) NAWRU (Non Accelerating Wage Rate of Unemployment) , yaitu tingkat

pengangguran yang diasosiasikan dengan tingkat upah nominal, (2) NAIRU (Non

Accelerating Inflation Rate of Unemployment), yaitu tingkat pengangguran yang

diasosiasikan dengan tingkat inflasi, (3) Kurva Beveridge, yaitu tingkat pengangguran

yang berasosiasi dengan tingkat lowongan kerja normal (vacancy rate), dan (4) Kurva

Page 67: ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI … · Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)

Okun, yaitu tingkat pengangguran pada saat kapasitas penuh (full capacity utilization).

Hasil dari pendekatan aplikasi matematis tersebut, yang menggambarkan tren

pengangguran di atas dapat dilihat pada keempat di Gambar 4.6. Terlihat dengan jelas

bahwa kecenderungan keempat kurva tersebut adalah mengalami peningkatan, yang

artinya tingkat pengangguran natural terus meningkat dan persisten selama kurun waktu

1991 – 2007.

Sumber : CEIC (2008), diolah

Gambar 4.6 Perbandingan Tren Pengangguran di Indonesia

Indikator pertama adalah indikator NAWRU (Non Accelerating Wage Rate of

Unemployment). Tingkat pengangguran NAWRU merupakan tingkat pengangguran

naturnal yang tidak menyebabkan adanya akselerasi upah nominal. Kurva NAWRU

memberikan gambaran hubungan berbanding terbalik antara perubahan upah nominal

dengan tingkat pengangguran. Jika tingkat pengangguran aktual lebih rendah dari

NAWRU maka akan ada akselerasi peningkatan upah nominal. Dengan kondisi krisis

Page 68: ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI … · Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)

ekonomi yang menimpa Indonesia pada tahun 1997, maka terjadi shock berupa

penurunan upah sehingga pada tahun tersebut tingkat pengangguran mengalami

penurunan. Namun, pada tahun berikutnya terjadi penyesuaian upah minimum yang

drastis sehingga pasar permintaan terhadap tenaga kerja ikut melakukan penyesuaian

sehingga pengangguran terus mengalami peningkatan sampai tahun 2006.

Indikator kedua adalah indikator NAIRU (Non Accelerating Inflation Rate of

Unemployment). Konsep NAIRU sebenarnya sama saja dengan NAWRU, yaitu tingkat

pengangguran natural yang tidak menyebabkan adanya akselerasi tingkat inflasi. Kurva

NAIRU memberikan gambaran hubungan berbanding terbalik antara perubahan tingkat

inflasi dengan tingkat pengangguran.

Sesuai dengan teori, kalau pengangguran tinggi maka dengan meningkatkan

tingkat pertumbuhan, otoritas moneter bisa melakukan ekpansi dengan harapan

pengangguran akan teratasi. Namun yang terjadi ternyata pelaku ekonomi melakukan

ekpektasi, baik forward maupun backward. Kondisi ini menjelaskan bahwa kebijakan

inflationary moneter tidak bisa diarahkan untuk mentarget pengangguran. Kondisi

tersebut bisa dilihat dari tingkat pengangguran yang cenderung terus meningkat disaat

kebijakan moneter yang dilakukan berjalan.

Indikator ketiga yang digunakan untuk menganalisis tren pengangguran di

Indonesia adalah melalui Kurva Beveridge. Kurva ini menghubungkan antara tingkat

pengangguran dengan indeks lowongan kerja normal (vacancy rate). Kurva ini

dibangun dengan konsep bahwa semakin tinggi lowongan kerja seharusnya tingkat

pengangguran akan semakin rendah, dan berlaku sebaliknya.

Berbeda dengan aturan umum kurva Beveridge, fenomena yang terjadi di

Indonesia menunjukkan bahwa sebelum periode krisis (1991 – 1996) lowongan kerja

Page 69: ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI … · Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)

terus meningkat, tapi pengangguran juga naik. Hal ini mengindikasikan proses market

clearing di pasar tenaga kerja tidak terjadi. Dengan demikian terlihat bahwa akar

permasalahan tingginya tingkat pengangguran sebenarnya sudah ada sejak sebelum

krisis terjadi.

Selama periode krisis (1997 – 1998), lowongan kerja mengalami penurunan.

Penurunan lowongan kerja seharusnya memberi indikasi bahwa perekonomian

mendekati kondisi full employment. Namun, pada periode tersebut Indonesia sedang

mengalami masa krisis, sehingga sangat sulit untuk mencapai kondisi full employment.

Salah satu penjelasan mengapa terjadi penurunan lowongan pekerjaan adalah lebih

disebabkan karena perusahaan tidak menawarkan lowongan kerja dan keadaan ini terus

berlanjut dan tingkat lowongan kerja belum kembali ke level sebelumnya.

Indikator keempat yang digunakan dalam menganalisis tren pengangguran

adalah Kurva Okun. Kurva ini menghubungkan antara tingkat kapasitas ekonomi

dengan tingkat pengangguran. Secara konsep, capacity utilization yang rendah

mengindikasikan bahwa perekonomian belum mampu menyerap tenaga kerja secara

optimal. Sebaliknya, jika kapasitas perekonomian mencapai tingkat yang optimal,

penyerapan tenaga kerja juga menjadi lebih baik.

Walaupun merupakan pola yang wajar karena pertumbuhan perekonomian

juga mengalami peningkatan, hal ini menunjukkan adanya paradoks karena dalam

periode yang sama pengangguran juga meningkat. Pada periode 1998 – 1999 kapasitas

turun secara drastis akibat dari krisis ekonomi. Setelah periode tersebut kapasitas

kembali meningkat tetapi sampai 2006 kapasitas ini masih jauh lebih rendah

dibandingkan pada tahun 1996-1997. Oleh karena itu, merupakan hal yang wajar jika

pengangguran menjadi lebih banyak.

Page 70: ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI … · Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)

Hubungan antara tingkat pengangguran dengan pertumbuhan upah, tingkat

inflasi, lowongan kerja dan output secara konsisten menunjukkan bahwa fenomena

persistensi pengangguran terjadi di Indonesia. Keempat kurva tersebut memberikan

gambaran yang komprehensif mengapa pengangguran di Indonesia menjadi persisten

selama kurun waktu analisis.

Dengan tambahan data pada tahun 2007 dimana tingkat pengangguran terjadi

penurunan, memberikan gambaran bahwa kondisi pengangguran di Indonesia belum

memberikan jaminan akan terus mengalami perbaikan, terutama jika terjadi guncangan

terhadap beberapa variabel yang berhubungan dengan pengangguran.

4.2.2.2. Komponen Siklikal dari Pengangguran

Setiap alternatif pengukuran trend unemployment memberikan gambaran

terjadinya pengangguran yang terus meningkat dan persisten. Dengan menggunakan

definisi bahwa pengangguran siklikal merupakan selisih dari pengangguran aktual

terhadap tren-nya, maka dipandang perlu untuk menganalisis komponen siklikal dari

pengangguran. Hasil pengujian komponen siklikal diberikan Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Pengujian Siklus dari Tenaga Kerja

Variability of output

Employment responsiveness

Elasticity of employment with respect to output

Responsiveness of labour force to employment

Variability of unemployment

rate 2.448 0.004 0.387*** 0.859*** 0.669

Catatan: *** sigifikan pada taraf nyata 1%. Sumber : Lampiran 9

Variabilitas output nasional selama kurun waktu analisis cukup besar (2.448)

sedangkan variabilitas tingkat pengangguran relatif lebih kecil (0.669). Perbedaan

antara variabilitas output dan tingkat pengangguran tampaknya relatif besar. Hal ini

mengindikasikan bahwa sebagian besar variabilitas dalam pengangguran tidak bisa

dijelaskan oleh variabilitas output. Artinya, dalam jangka pendek kemungkinan besar

Page 71: ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI … · Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)

hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan penyerapan tenaga kerja relatif lemah.

Lebih lanjut, hal ini ditunjukkan dengan respon tenaga kerja yang hanya sebesar 0.004

dan elastisitas tenaga kerja terhadap output hanya 0.387. Dilain pihak, respon dari

angkatan kerja terhadap tenaga kerja cukup besar, yaitu 0.859. Hasil ini mendukung

hasil sebelumnya bahwa dalam jangka panjang tren lebih dominan karena pertumbuhan

angkatan kerja lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan penyerapan tenaga kerja

sehingga pengangguran meningkat dan persisten.

4.3. Pola Persistensi Pengangguran

Hasil analisis sebelumnya mengindikasikan bahwa pengangguran di Indonesia

mengalami tren yang meningkat dan persisten. Analisis selanjutnya mengkaji apakah

peningkatan tren tersebut terjadi karena peningkatan keseimbangan (equilibrium) pasar

tenaga kerja atau karena penyesuaian yang lamban (slow adjustment) dalam pasar

tenaga kerja. Untuk menganalisis hal tersebut, dikaji pola pembentukan upah yang dapat

membedakan apakah merupakan fenomena tren pengangguran yang terjadi merupakan

kondisi equilibrium atau slow adjutment.

Model dasar yang digunakan untuk menjelaskan bagaimana pembentukan upah

terjadi adalah model permintaan dan penawaran pasar tenaga kerja. Model

pembentukan upah ini digunakan untuk menguji apakah tren pengangguran merupakan

fenomena keseimbangan atau tidak sama sekali mengalami keseimbangan. Jika tren

pengangguran yang meningkat betul-betul merupakan fenomena keseimbangan

(equilibrium), maka seharusnya upah riil hanya responsif terhadap deviasi tingkat

pengangguran terhadap tren-nya. Hasil estimasi pembentukan upah diberikan dalam

Tabel 4.4.

Page 72: ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI … · Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)

Tabel 4.4 Pengujian Pengaruh Tenaga Kerja Pada Pembentukan Upah

Persamaan (Level)

Pengolahan Model Panel Fixed Random Pooled

Koefisien Nilai Signifikansi Nilai Signifikansi Nilai Signifikansi (1) d -0.048 *** 0.001 *** 0.001 ***

g 0.065 *** 0.028 *** 0.028 *** (2) d -0.007 tidak

signifikan 0.001 tidak

signifikan 0.001 tidak

signifikan g 0.024 *** 0.017 *** 0.017 ***

(3) d -0.022 *** 0.001 tidak signifikan

0.001 tidak signifikan

e 0.023 *** 0.011 tidak signifikan

0.011 tidak signifikan

(4) d 0.0003 tidak signifikan

0.001 tidak signifikan

0.001 tidak signifikan

e -0.001 tidak signifikan

-0.001 tidak signifikan

-0.002 tidak signifikan

Sumber : Lampiran 10 Catatan:

(1) DlogWR = c + L*A(M)*DlogWR + B(L)*DlogPCP + C(L)*DlogPGDPB +

d*f(UNR) + g*(UNR-UTREND),

(2) Dlog(WR/PCP) = c + L*A(M)*Dlog(WR/PCP) + B(M)*DDlogPCP +

C(L)*Dlog(PGDPB/PCP) + d*f(UNR) + g*(UNR-UTREND),

(3) DlogWR = c + L*A(M)*DlogWR + B(L)*DlogPCP + C(L)*DlogPGDPB +

d*f(UNR) + e*DUNR,

(4) Dlog(WR/PCP) = c + L*A(M)*Dlog(WR/PCP) + B(M)*DDlogPCP +

C(L)*Dlog(PGDPB/PCP) + d*f(UNR) + e*DUNR.

Model pembentukan upah yang diestimasi pada tahap ini terdiri dari 4 jenis.

Estimasi model panel yang dipakai dalam penelitian ini adalah model fixed (efek tetap).

Model fixed dipilih sesuai dengan tujuan penelitian dan ketersediaan data yang ada,

yaitu data propinsi yang ada di Indonesia.

Page 73: ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI … · Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)

Model 1 diturunkan dari kurva Phillip standar. Sedangkan model 2 (persamaan

real wages) sudah memasukkan unsur statis dan dinamis. Untuk kedua model tersebut,

deviasi tingkat pengangguran terhadap tren-nya sama-sama menjadi variabel penjelas.

Seperti telah dibahas sebelumnya, NAWRU berasosiasi dengan peningkatan

upah. Jika tingkat pengangguran betul-betul merupakan fenomena

keseimbangan(equilibrium), maka hubungan antara upah (riil atau nominal) dengan

deviasi tingkat pengangguran terhadap tren-nya adalah negatif dan signifikan (koefisien

g dalam Tabel 4.4). Di samping itu hubungan antara tingkat pengangguran dengan

tingkat upah juga harus signifikan dan negatif (koefisien d).

Pada model 1 dan 2 di dalam Tabel 4.4, koefisien g bernilai positif dan

signifkan. Hal ini menunjukkan bahwa tren pengangguran bukan disebabkan karena

naiknya keseimbangan(equilibrium). Koefisien d bernilai negatif dan signifikan. Hal ini

sesuai dengan hipotesis, namun ini mengindikasikan tren-nya belum mencapai

keseimbangan. Jika tingkat pengangguran masih mempengaruhi upah artinya

keseimbangan(equilibrium) belum tercapai.

Estimasi model 3 dan 4 digunakan untuk menguji apakah ada suatu kekuatan

(forces) yang mampu mengoreksi tingkat pengangguran setelah terjadi suatu shock

dalam perekonomian. Dalam hal ini yang akan diuji adalah apakah tren pengangguran

disebabkan oleh hysteresis atau penyesuaian yang lamban (slow adjustment). Untuk

model ini, full hysteresis terjadi apabila upah riil merespon perubahan dalam

pengangguran. Artinya, koefisien perubahan tingkat pengangguran harus bertanda

negatif dan signifikan (koefisien e).

Page 74: ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI … · Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)

Hasil estimasi model 3 menunjukkan hal yang semakin tidak jelas. Koefisien e

memiliki tanda yang tidak sesuai (positif). Hal ini semakin menunjukkan bahwa

mekanisme self correcting sama sekali tidak terjadi.

Dalam model 4, koefisien e mempunyai tanda yang sesuai tetapi tidak

signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa yang terjadi bukan slow adjustment dalam upah.

Jika tingkat pengangguran naik, maka yang seharusnya terjadi adalah upah riil menurun

sehingga pada periode berikutnya terjadi penyerapan tenaga kerja (terjadi mekanisme

self correcting). Karena nilai koefisien ini tidak signifikan maka mekanisme ini tidak

terjadi atau dengan kata lain mekanisme penyesuaian tidak terjadi.

Kesimpulan yang diperoleh dari hasil-hasil analisis di atas adalah bahwa

persistensi pengangguran di Indonesia terjadi bukan karena peningkatan keseimbangan

atau karena pasar tenaga kerja terlalu lamban untuk melakukan penyesuaian.

Page 75: ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI … · Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa selama periode penelitian,

pengangguran di Indonesia cenderung terus mengalami peningkatan. Dari hasil analisis,

diidentifikasi terjadi eksistensi persistensi pengangguran di Indonesia. Persistensi

pengangguran yang terjadi di luar keseimbangan, dimana pengangguran terjadi pada

saat kekuatan dan tata kelembagaan pasar tenaga kerja tidak lagi sepenuhnya berfungsi

dalam menyeimbangkan penawaran dan permintaan tenaga kerja. Selain itu persistensi

di Indonesia ditandai dengan lebih dominannya komponen tren dibandingkan komponen

siklik. Persistensi jenis ini ditandai dengan peningkatan tren pengangguran yang

merupakan pergeseran dalam pengangguran alamiah dari waktu ke waktu.

Pola persistensi disimpulkan tidak mengalami mekanisme penyesuain, karena

hampir bisa dipastikan bahwa sulit untuk kembali ke keseimbangan jangka panjangnya.

Dengan sifat yang seperti ini, sangat sulit untuk mengharapkan mekanisme pasar dapat

secara otomatis mengatasi pengangguran. Dengan kata lain perlu adanya kebijkan pro

aktif (hands on strategy) dari pemerintah.

Pada intinya, studi ini menyimpulkan bahwa persistensi pengangguran yang

terjadi selama ini di Indonesia termasuk kategori disequilibrium persistent

unemployment without self correcting mechanism, yang berarti bahwa persistensi terjadi

di luar keseimbangan pasar tenaga kerja serta tidak memiliki mekanisme otomatis untuk

menuju titik keseimbangan. Penelitian ini juga menguatkan temuan dari penelitian

InterCAFE, dan dengan penambahan satu titik tahun dalam periode penelitian, dapat

Page 76: ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI … · Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)

disimpulkan meskipun pada tahun 2007 pengangguran di Indonesia mengalami

penurunan, tetapi sangat rentan terhadap goncangan terhadap kondisi perekonomian.

5.2. Saran

Dari hasil penelitian yang menyimpulkan bahwa tingkat pengangguran

merupakan fenomena persistensi, maka dari penelitian ini disarankan :

1. Diperlukan pemahaman yang jelas mengenai permasalahan pengangguran untuk

semua pihak, terutama berbagai pengambil kebijakan bahwa pengangguran di

Indonesia telah menjadi permasalahan yang sangat krusial untuk segera diatasi.

2. Diperlukan penelitian lanjutan secara empiris baik dari data makro maupun mikro

untuk mengetahui faktor-faktor penyebab persistensi pengangguran di Indonesia,

agar dapat diperoleh solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan pengangguran.

Page 77: ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI … · Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)

DAFTAR PUSTAKA

Agell, J dan P. Lundbrog. 1991. “Survey Evidence on Wage Rigidity and Unemployment : Sweden in the 1990s”. Departement of Economics, Uppsala University, Sweden.

Anderton, R. 1998. “Policy Regime and Persistence Of Wage Inflation and

Unemployment”. The Manchester School Vol.66 . No. 4. Manchester. Arumpalam, W., A. L. Booth, dan M. P. Taylor. 2000. “Unemployment Persistence”.

Oxford Economic Papers 52. Oxford University Press. Badan Pusat Statistik. Laporan Badan Pusat Statistik. Sakernas, Berbagai Edisi, BPS,

Jakarta. Bianchi, M dan G. Zoega. 1998. “Unemployment Persistence : Does the Size of the

Shock Matter?”. Journal of Applied Economics. Vol. 13 No. 3. University of Essex.

Blanchard, O. 1991. “Wage Bargaining and Unemployment Persistence”. Journal of

Money, Credit and Banking, Vol. 23, No. 3, Part 1. Ohio State University Press. Blanchard, O. J. dan L. H. Summers. 1986. “Hysteresis and the European

unemployment problem”. NBER Working Paper/1950, Cambridge, MA. Calmfors, L. dan B. Holmlund. 2000. “Unemployment and economic growth : a

partial survey”. Swedish Economic Policy Review 7. Coakley, J., A. F. Maria, dan G. Zoega. 2001. “Evaluating the Persistence and

Structuralist Theories of Unemployment from a Nonlinear Perspective”. University of Essex.

Eberwein, C., J. Handa, dan O. Mikhail. 2002. “Persistence in Sectoral Canadian

Unemployment : Testing and Estimation”. Centers For Human Resource Research, Ohio State University.

Elmeskov, J. 1993. “High and Persistent Unemployment : Assesment Of The Problem

and Its Causes”. Resource Allocation Division Organisation For Economic Co-Operation and Development. Paris.

Enders, W. 1995. Applied Econometric Time Series. John Wiley and Sons, Canada. Galiani, S., C. Lamarche, dan A. Portoc. 2004. “Persistence and Regional Disparities in

Unemployment (Argentina 1980–1997)”. University of Illinois at Urbana-Champaign, US.

Page 78: ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI … · Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)

Gujarati, D. 1978. Ekonometrika Dasar. Zain dan Sumarno [penerjemah]. Erlangga, Jakarta.

InterCAFE, 2008. “Studi Empiris Persistensi Pengangguran di Indonesia dan Upaya

Penanggulangannya Berdasarkan Analisis Data Mikro”. Penelitian InterCAFE dan Bank Indonesia. Jakarta.

International Monetary Fund (IMF). 2008. International Financial Statistic (IFS). http//

www.imf.org. [23 Maret 2008]. Kratena, K. 2000. “Sectoral Shifts and Unemployment Persistence”. Austrian Institute

of Economic Research. Austria. Laboratorium Komputasi. 2004. Basic Econometrics. Departemen Ilmu Ekonomi FEUI,

Jakarta. Layard, R., S. Nickell, dan R. Jackman (1991). Unemployment. Oxford University

Press. Linbad, H. 1997. “Persistence in Swedish Unemployment Rates”. Working Paper

Department of Economics. University of Stockholm, Stockholm. Sweden. Lipsey, R, et al. 1997. Pengantar Makroekonomi. Agus Maulana [penerjemah].

Binarupa Aksara, Jakarta. Mankiw, N. G. 2000. Teori Makroekonomi. Edisi ke-4. Iwan Nurmawan [penerjemah].

Erlangga, Jakarta. Steinier, V. 2001. “Unemployment persistence in the West German labour market :

negative duration dependence or sorting?”. Oxford Bulletin Economice and Statistics. Blackwell Publishers. Routledge

Tolvi, J. 2003. “Unemployment persistence of different labour force groups in Finland”.

Applied Economics Letter, Vol 10. Finlandia. Wu, Z. 2003. “The Persistence of Regional Unemployment : Evidence from China”.

Routledge Taylor & Francis Group. China.

Page 79: ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI … · Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)

LAMPIRAN

Page 80: ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI … · Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)

Lampiran 1. Data Pengangguran

Tahun U UR t t2 1984 1114.64 1.52 1 1 1985 1368.477 2.14 2 4 1986 1854.725 2.64 3 9 1987 1842.87 2.55 4 16 1988 2077.495 2.79 5 25 1989 2083.188 2.76 6 36 1990 1951.702 2.51 7 49 1991 2032.369 2.59 8 64 1992 2185.602 2.71 9 81 1993 2245.536 2.76 10 100 1994 3737.524 4.36 11 121 1995 6251.201 7.24 12 144 1996 4407.769 4.89 13 169 1997 4275.155 4.68 14 196 1998 5062.483 5.46 15 225 1999 6030.319 6.36 16 256 2000 5813.231 6.08 17 289 2001 8005.031 8.1 18 324 2002 9132.104 9.1 19 361 2003 9531.09 9.5 20 400 2004 10251.3 9.86 21 441 2005 11899.27 11.24 22 484 2006 10932 10.28 23 529 2007 10550 9.93 24 576

Keterangan Tabel :

Tahun : Tahun periode penelitian

U : Pengangguran (dalam ribuan)

UR : Tingkat pengangguran (dalam persen)

t : time (waktu)

t2 : waktu dikuadratkan

Page 81: ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI … · Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)

Lampiran 2. Batasan Kegiatan Formal dan Informal dalam Sakernas sebelum Tahun 2003

Sumber: BPS

Catatan: F = Formal; INF = Informal.

Status

Peker-

Jaan

Jenis Pekerjaan Utama

Tenaga

Profesio

nal

Tenaga

Kepe

mimpina

n

Pejabat

Pelaksana &

Tata Usaha

Tenag

a

Penjua

-

Lan

Tenaga

Usaha

Jasa

Tenaga

Usaha

Pertani

an

Tena

ga

Prod

uksi

Tenaga

Opera-

sional

Peke

rja

Kasa

r

Lai

n-

nya

Berusaha

Sendiri INF INF INF INF INF INF INF INF INF INF

Berusaha

dgn Bantuan

Buruh Tidak

tetap

F F F F F F F F F F

Berusaha

dgn Bantuan

Buruh tetap

F F F F F F F F F F

Buruh/Kary

awan/

Pekerja

dibayar

INF INF INF INF INF INF INF INF INF INF

Pekerja

Bebas di

Pertanian

INF INF INF INF INF INF INF INF INF INF

Pekerja

Bebas di

Non

Pertanian

INF INF INF INF INF INF INF INF INF INF

Pekerja tak

dibayar INF INF INF INF INF INF INF INF INF INF

Page 82: ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI … · Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)

Lampiran 3. Batasan Kegiatan Formal dan Informal Sakernas Tahun 2003

Status Peker-

Jaan

Jenis Pekerjaan Utama

Tenaga

Profesion

al

Tenaga

Kepe

mimpina

n

Pejabat

Pelaksa

na &

Tata

Usaha

Tenag

a

Penju

a-

Lan

Tenag

a

Usaha

Jasa

Tenaga

Usaha

Pertania

n

Tenaga

Produk

si

Tenag

a

Opera

-

sional

Pekerj

a

Kasar

Lain

-

nya

Berusaha

Sendiri F F F INF INF INF INF INF INF INF

Berusaha dgn

Bantuan Buruh

Tidak tetap

F F F F F INF F F F INF

Berusaha dgn

Bantuan Buruh

tetap

F F F F F F F F F F

Buruh/Karyaw

an/ Pekerja

dibayar

F F F F F F F F F F

Pekerja Bebas

di Pertanian F F F INF INF INF INF INF INF INF

Pekerja Bebas

di Non

Pertanian

F F F INF INF INF INF INF INF INF

Pekerja Tak

dibayar INF INF INF INF INF INF INF INF INF INF

Sumber: BPS (2008)

Catatan: F = Formal; INF = Informal.

Page 83: ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI … · Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)

Lampiran 4. Uji Akar Unit dengan none (tanpa constancy dan trend)

Null Hypothesis: U has a unit root Exogenous: None Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=5)

t-Statistic Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic 1.476519 0.9609 Test critical values: 1% level -2.669359

5% level -1.956406 10% level -1.608495

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(U) Method: Least Squares Date: 08/24/08 Time: 11:31 Sample (adjusted): 1985 2007 Included observations: 23 after adjustments

Variable Coefficie

nt Std. Error t-Statistic Prob.

U(-1) 0.051691 0.035009 1.476519 0.1540

R-squared -

0.080382 Mean dependent var 410.2330

Adjusted R-squared -

0.080382 S.D. dependent var 968.8302S.E. of regression 1007.016 Akaike info criterion 16.70988Sum squared resid 22309793 Schwarz criterion 16.75924

Log likelihood -

191.1636 Durbin-Watson stat 2.048353

Page 84: ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI … · Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)

Lampiran 5. Uji Akar Unit dengan Konstanta

Null Hypothesis: U has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=5)

t-Statistic Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic -0.251791 0.9181 Test critical values: 1% level -3.752946

5% level -2.998064 10% level -2.638752

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(U) Method: Least Squares Date: 08/24/08 Time: 11:33 Sample (adjusted): 1985 2007 Included observations: 23 after adjustments

Variable Coefficie

nt Std. Error t-Statistic Prob.

U(-1) -

0.015416 0.061226 -0.251791 0.8037C 486.7007 367.2272 1.325340 0.1993

R-squared 0.003010 Mean dependent var 410.2330

Adjusted R-squared -

0.044466 S.D. dependent var 968.8302S.E. of regression 990.1359 Akaike info criterion 16.71650Sum squared resid 20587750 Schwarz criterion 16.81524

Log likelihood -

190.2398 F-statistic 0.063398Durbin-Watson stat 2.075622 Prob(F-statistic) 0.803651

Page 85: ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI … · Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)

Lampiran 6. Uji Unit Akar dengan Drift

Null Hypothesis: U has a unit root Exogenous: Constant, Linear Trend Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=5)

t-Statistic Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic -2.307709 0.4137 Test critical values: 1% level -4.416345

5% level -3.622033 10% level -3.248592

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(U) Method: Least Squares Date: 08/24/08 Time: 11:33 Sample (adjusted): 1985 2007 Included observations: 23 after adjustments

Variable Coefficie

nt Std. Error t-Statistic Prob.

U(-1) -

0.377685 0.163662 -2.307709 0.0318

C -

65.61496 407.4213 -0.161049 0.8737@TREND(1984) 195.7707 83.19849 2.353056 0.0290

R-squared 0.219176 Mean dependent var 410.2330Adjusted R-squared 0.141094 S.D. dependent var 968.8302S.E. of regression 897.8847 Akaike info criterion 16.55907Sum squared resid 16123940 Schwarz criterion 16.70718

Log likelihood -

187.4293 F-statistic 2.806984Durbin-Watson stat 1.870077 Prob(F-statistic) 0.084243

Page 86: ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI … · Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)

Lampiran 7. Uji Akar Unit dengan Drift and Trend

Null Hypothesis: RESID01 has a unit root Exogenous: None Lag Length: 4 (Automatic based on SIC, MAXLAG=5)

t-Statistic Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic -4.555001 0.0001 Test critical values: 1% level -2.692358

5% level -1.960171 10% level -1.607051

*MacKinnon (1996) one-sided p-values. Warning: Probabilities and critical values calculated for 20 observations and may not be accurate for a sample size of 19

Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(RESID01) Method: Least Squares Date: 08/24/08 Time: 16:26 Sample (adjusted): 1989 2007 Included observations: 19 after adjustments

Variable Coefficie

nt Std. Error t-Statistic Prob.

RESID01(-1) -

2.235400 0.490757 -4.555001 0.0004D(RESID01(-1)) 1.454586 0.405749 3.584936 0.0030D(RESID01(-2)) 1.003060 0.390749 2.567016 0.0224D(RESID01(-3)) 0.842699 0.284843 2.958464 0.0104D(RESID01(-4)) 0.690601 0.254046 2.718408 0.0166

R-squared 0.666853 Mean dependent var -

103.3768Adjusted R-squared 0.571668 S.D. dependent var 1068.994S.E. of regression 699.6253 Akaike info criterion 16.15990Sum squared resid 6852658. Schwarz criterion 16.40844

Log likelihood -

148.5191 Durbin-Watson stat 1.850009

Page 87: ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI … · Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)

Lampiran 8. Uji Persistensi Koefisien Autoregresif dengan ARMA Dependent Variable: U Method: Least Squares Date: 07/02/08 Time: 19:24 Sample (adjusted): 1985 2006 Included observations: 22 after adjustments Convergence achieved after 38 iterations Backcast: 1984

Variable Coefficie

nt Std. Error t-Statistic Prob.

C 198797.6 5630815. 0.035305 0.9722AR(1) 0.997631 0.068660 14.53012 0.0000

MA(1) -

0.241524 0.286030 -0.844400 0.4090

R-squared 0.921371 Mean dependent var 5135.020Adjusted R-squared 0.913094 S.D. dependent var 3423.066S.E. of regression 1009.115 Akaike info criterion 16.79766Sum squared resid 19347967 Schwarz criterion 16.94644

Log likelihood -

181.7743 F-statistic 111.3198Durbin-Watson stat 1.847872 Prob(F-statistic) 0.000000

Inverted AR Roots 1.00 Inverted MA Roots .24

Page 88: ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI … · Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)

Lampiran 9. Pengujian Komponen Siklikal Dependent Variable: LE Method: Least Squares Date: 07/09/08 Time: 23:37 Sample (adjusted): 1985 2007 Included observations: 23 after adjustments Convergence achieved after 4 iterations

Variable Coefficien

t Std. Error t-Statistic Prob.

LY 0.386578 0.023016 16.79633 0.0000C 5.902487 0.322986 18.27475 0.0000

AR(1) 0.083284 0.189185 0.440227 0.6645

R-squared 0.945594 Mean dependent var 11.32156Adjusted R-squared 0.940154 S.D. dependent var 0.120412S.E. of regression 0.029457 Akaike info criterion -4.090667Sum squared resid 0.017354 Schwarz criterion -3.942559Log likelihood 50.04267 F-statistic 173.8043Durbin-Watson stat 1.029276 Prob(F-statistic) 0.000000

Inverted AR Roots .08

Dependent Variable: DEV_LF Method: Least Squares Date: 07/09/08 Time: 23:38 Sample: 1984 2007 Included observations: 24

Variable Coefficien

t Std. Error t-Statistic Prob.

DEV_E 0.859029 0.083165 10.32920 0.0000C 3.28E-10 152.0372 2.16E-12 1.0000

R-squared 0.829050 Mean dependent var 8.50E-10Adjusted R-squared 0.821279 S.D. dependent var 1761.845S.E. of regression 744.8270 Akaike info criterion 16.14384Sum squared resid 12204879 Schwarz criterion 16.24201Log likelihood -191.7260 F-statistic 106.6923Durbin-Watson stat 1.527302 Prob(F-statistic) 0.000000

Page 89: ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI … · Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)

Lampiran 10. Estimasi Panel Pola Persistensi A. Model 1

Fixed Effect

Dependent Variable: DLOGUMP Method: Panel EGLS (Cross-section weights) Date: 07/03/08 Time: 02:04 Sample (adjusted): 2002 2004 Cross-sections included: 26 Total panel (balanced) observations: 78 Linear estimation after one-step weighting matrix White cross-section standard errors & covariance (d.f. corrected)

Variable Coefficie

nt Std. Error t-Statistic Prob.

DLOGUMP(-1) -

0.067615 0.056724 -1.192000 0.2392

DLOGIHK(-1) -

0.172892 0.216556 -0.798368 0.4287DLOGGDP(-1) 0.829881 0.099649 8.328061 0.0000

UR -

0.048089 0.007994 -6.015577 0.0000DEV 0.065292 0.014748 4.427045 0.0001

C 0.499344 0.104454 4.780528 0.0000

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

Weighted Statistics

R-squared 0.686417 Mean dependent var 0.218655Adjusted R-squared 0.486258 S.D. dependent var 0.161091S.E. of regression 0.085953 Sum squared resid 0.347236F-statistic 3.429359 Durbin-Watson stat 2.677003Prob(F-statistic) 0.000077

Unweighted Statistics

R-squared 0.676750 Mean dependent var 0.154144Sum squared resid 0.357941 Durbin-Watson stat 2.138342

Random Effect

Page 90: ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI … · Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)

Dependent Variable: DLOGUMP Method: Panel EGLS (Cross-section random effects) Date: 07/03/08 Time: 02:07 Sample (adjusted): 2002 2004 Cross-sections included: 26 Total panel (balanced) observations: 78 Swamy and Arora estimator of component variances White cross-section standard errors & covariance (d.f. corrected)

Variable Coefficie

nt Std. Error t-Statistic Prob.

DLOGUMP(-1) 0.048872 0.098163 0.497871 0.6201DLOGIHK(-1) 0.442915 0.173648 2.550656 0.0129DLOGGDP(-1) 0.669078 0.128849 5.192719 0.0000

UR 0.001820 0.002869 0.634312 0.5279DEV 0.028285 0.015504 1.824326 0.0723

C 0.000594 0.028386 0.020910 0.9834

Effects Specification S.D. Rho

Cross-section random 0.000000 0.0000Idiosyncratic random 0.086850 1.0000

Weighted Statistics

R-squared 0.249480 Mean dependent var 0.154144Adjusted R-squared 0.197361 S.D. dependent var 0.095264S.E. of regression 0.085347 Sum squared resid 0.524458F-statistic 4.786698 Durbin-Watson stat 1.890718Prob(F-statistic) 0.000782

Unweighted Statistics

R-squared 0.249480 Mean dependent var 0.154144Sum squared resid 0.524458 Durbin-Watson stat 1.890718

Poolled Effect Dependent Variable: DLOGUMP Method: Panel Least Squares

Page 91: ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI … · Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)

Date: 07/03/08 Time: 02:09 Sample (adjusted): 2002 2004 Cross-sections included: 26 Total panel (balanced) observations: 78 White cross-section standard errors & covariance (d.f. corrected)

Variable Coefficie

nt Std. Error t-Statistic Prob.

DLOGUMP(-1) 0.048872 0.098163 0.497871 0.6201DLOGIHK(-1) 0.442915 0.173648 2.550656 0.0129DLOGGDP(-1) 0.669078 0.128849 5.192719 0.0000

UR 0.001820 0.002869 0.634312 0.5279DEV 0.028285 0.015504 1.824326 0.0723

C 0.000594 0.028386 0.020910 0.9834

R-squared 0.249480 Mean dependent var 0.154144Adjusted R-squared 0.197361 S.D. dependent var 0.095264

S.E. of regression 0.085347 Akaike info criterion -

2.010376

Sum squared resid 0.524458 Schwarz criterion -

1.829090Log likelihood 84.40465 F-statistic 4.786698Durbin-Watson stat 1.890718 Prob(F-statistic) 0.000782

Page 92: ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI … · Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)

B. Model 2

Fixed Effect

Dependent Variable: DLOGUMP_IHK Method: Panel EGLS (Cross-section weights) Date: 07/03/08 Time: 21:35 Sample (adjusted): 2002 2004 Cross-sections included: 26 Total panel (balanced) observations: 78 Linear estimation after one-step weighting matrix White cross-section standard errors & covariance (d.f. corrected)

Variable Coefficie

nt Std. Error t-Statistic Prob.

DLOGUMP_IHK(-1) -

0.141265 0.058932 -2.397101 0.0206DDLOGIHK 0.306146 0.114067 2.683918 0.0100

DLOGPDB_IHK -

0.717922 0.057323 -12.52417 0.0000

UR -

0.007214 0.007679 -0.939438 0.3523DEV 0.024176 0.005404 4.473979 0.0000

C 0.183390 0.074625 2.457468 0.0177

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

Weighted Statistics

R-squared 0.704090 Mean dependent var 0.119747Adjusted R-squared 0.515212 S.D. dependent var 0.175107S.E. of regression 0.076352 Sum squared resid 0.273992F-statistic 3.727739 Durbin-Watson stat 2.564382Prob(F-statistic) 0.000028

Unweighted Statistics

R-squared 0.676754 Mean dependent var 0.073058Sum squared resid 0.299303 Durbin-Watson stat 2.241698

Page 93: ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI … · Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)

Random Effect Dependent Variable: DLOGUMP_IHK Method: Panel EGLS (Cross-section random effects) Date: 07/03/08 Time: 21:36 Sample (adjusted): 2002 2004 Cross-sections included: 26 Total panel (balanced) observations: 78 Swamy and Arora estimator of component variances White cross-section standard errors & covariance (d.f. corrected)

Variable Coefficie

nt Std. Error t-Statistic Prob.

DLOGUMP_IHK(-1) -

0.014320 0.081663 -0.175353 0.8613DDLOGIHK 0.052897 0.160453 0.329670 0.7426

DLOGPDB_IHK -

0.567953 0.078612 -7.224774 0.0000UR 0.002160 0.001930 1.119436 0.2667

DEV 0.017713 0.005999 2.952721 0.0043C 0.076992 0.011500 6.695097 0.0000

Effects Specification S.D. Rho

Cross-section random 0.000000 0.0000Idiosyncratic random 0.079047 1.0000

Weighted Statistics

R-squared 0.184833 Mean dependent var 0.073058Adjusted R-squared 0.128225 S.D. dependent var 0.084186S.E. of regression 0.078603 Sum squared resid 0.444850F-statistic 3.265103 Durbin-Watson stat 1.689324Prob(F-statistic) 0.010307

Unweighted Statistics

R-squared 0.184833 Mean dependent var 0.073058Sum squared resid 0.444850 Durbin-Watson stat 1.689324

Page 94: ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI … · Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)

Poolled Effect Dependent Variable: DLOGUMP_IHK Method: Panel Least Squares Date: 07/03/08 Time: 21:36 Sample (adjusted): 2002 2004 Cross-sections included: 26 Total panel (balanced) observations: 78 White cross-section standard errors & covariance (d.f. corrected)

Variable Coefficie

nt Std. Error t-Statistic Prob.

DLOGUMP_IHK(-1) -

0.014320 0.081663 -0.175353 0.8613DDLOGIHK 0.052897 0.160453 0.329670 0.7426

DLOGPDB_IHK -

0.567953 0.078612 -7.224774 0.0000UR 0.002160 0.001930 1.119436 0.2667

DEV 0.017713 0.005999 2.952721 0.0043C 0.076992 0.011500 6.695097 0.0000

R-squared 0.184833 Mean dependent var 0.073058Adjusted R-squared 0.128225 S.D. dependent var 0.084186

S.E. of regression 0.078603 Akaike info criterion -

2.175003

Sum squared resid 0.444850 Schwarz criterion -

1.993718Log likelihood 90.82513 F-statistic 3.265103Durbin-Watson stat 1.689324 Prob(F-statistic) 0.010307

Page 95: ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI … · Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)

C. Model 3

Fixed Effect

Dependent Variable: DLOGUMP Method: Panel EGLS (Cross-section weights) Date: 07/03/08 Time: 21:37 Sample (adjusted): 2002 2004 Cross-sections included: 26 Total panel (balanced) observations: 78 Linear estimation after one-step weighting matrix White cross-section standard errors & covariance (d.f. corrected)

Variable Coefficie

nt Std. Error t-Statistic Prob.

DLOGUMP(-1) -

0.009082 0.079049 -0.114891 0.9090DLOGIHK(-1) 0.597747 0.048271 12.38318 0.0000DLOGGDP(-1) 0.903647 0.066754 13.53694 0.0000

UR -

0.022711 0.006827 -3.326764 0.0017DUR 0.023243 0.008174 2.843439 0.0066

C 0.174940 0.084669 2.066160 0.0443

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

Weighted Statistics

R-squared 0.699059 Mean dependent var 0.241051Adjusted R-squared 0.506969 S.D. dependent var 0.218848S.E. of regression 0.092397 Sum squared resid 0.401252F-statistic 3.639224 Durbin-Watson stat 2.553678Prob(F-statistic) 0.000037

Unweighted Statistics

R-squared 0.697684 Mean dependent var 0.154144Sum squared resid 0.403085 Durbin-Watson stat 2.224518

Page 96: ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI … · Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)

Random Effect Dependent Variable: DLOGUMP Method: Panel EGLS (Cross-section random effects) Date: 07/03/08 Time: 21:38 Sample (adjusted): 2002 2004 Cross-sections included: 26 Total panel (balanced) observations: 78 Swamy and Arora estimator of component variances White cross-section standard errors & covariance (d.f. corrected)

Variable Coefficie

nt Std. Error t-Statistic Prob.

DLOGUMP(-1) 0.074053 0.087677 0.844607 0.4011DLOGIHK(-1) 0.622813 0.282755 2.202658 0.0308DLOGGDP(-1) 0.723045 0.119258 6.062849 0.0000

UR 0.001639 0.002504 0.654731 0.5147DUR 0.011051 0.007694 1.436355 0.1552

C -

0.030282 0.041422 -0.731064 0.4671

Effects Specification S.D. Rho

Cross-section random 0.000000 0.0000Idiosyncratic random 0.092561 1.0000

Weighted Statistics

R-squared 0.216860 Mean dependent var 0.154144Adjusted R-squared 0.162476 S.D. dependent var 0.095264S.E. of regression 0.087182 Sum squared resid 0.547252F-statistic 3.987524 Durbin-Watson stat 1.851832Prob(F-statistic) 0.003002

Unweighted Statistics

R-squared 0.216860 Mean dependent var 0.154144Sum squared resid 0.547252 Durbin-Watson stat 1.851832

Page 97: ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI … · Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)

Poolled Effect Dependent Variable: DLOGUMP Method: Panel Least Squares Date: 07/03/08 Time: 21:39 Sample (adjusted): 2002 2004 Cross-sections included: 26 Total panel (balanced) observations: 78 White cross-section standard errors & covariance (d.f. corrected)

Variable Coefficie

nt Std. Error t-Statistic Prob.

DLOGUMP(-1) 0.074053 0.087677 0.844607 0.4011DLOGIHK(-1) 0.622813 0.282755 2.202658 0.0308DLOGGDP(-1) 0.723045 0.119258 6.062849 0.0000

UR 0.001639 0.002504 0.654731 0.5147DUR 0.011051 0.007694 1.436355 0.1552

C -

0.030282 0.041422 -0.731064 0.4671

R-squared 0.216860 Mean dependent var 0.154144Adjusted R-squared 0.162476 S.D. dependent var 0.095264

S.E. of regression 0.087182 Akaike info criterion -

1.967831

Sum squared resid 0.547252 Schwarz criterion -

1.786545Log likelihood 82.74540 F-statistic 3.987524Durbin-Watson stat 1.851832 Prob(F-statistic) 0.003002

Page 98: ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI … · Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)

D. Model 4

Fixed Effect

Dependent Variable: DLOGUMP_IHK Method: Panel Least Squares Date: 07/03/08 Time: 21:40 Sample (adjusted): 2003 2004 Cross-sections included: 26 Total panel (balanced) observations: 52

Variable Coefficie

nt Std. Error t-Statistic Prob.

DLOGUMP_IHK(-1) -

0.065142 0.087422 -0.745144 0.4644DDLOGIHK(-1) 0.645444 0.225559 2.861534 0.0093

DLOGPDB_IHK(-1) 0.107131 0.276258 0.387794 0.7021UR 0.000301 0.012514 0.024020 0.9811

DUR -

0.000909 0.006989 -0.130044 0.8978C 0.066618 0.108960 0.611398 0.5475

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.816088 Mean dependent var 0.052054Adjusted R-squared 0.553356 S.D. dependent var 0.056936

S.E. of regression 0.038051 Akaike info criterion -

3.414176

Sum squared resid 0.030406 Schwarz criterion -

2.250935Log likelihood 119.7686 F-statistic 3.106166Durbin-Watson stat 3.851852 Prob(F-statistic) 0.004446

Page 99: ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI … · Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)

Random Effect Dependent Variable: DLOGUMP_IHK Method: Panel EGLS (Cross-section random effects) Date: 07/03/08 Time: 21:41 Sample (adjusted): 2003 2004 Cross-sections included: 26 Total panel (balanced) observations: 52Swamy and Arora estimator of component variances

Variable Coefficien

t Std. Error t-Statistic Prob.

DLOGUMP_IHK(-1) -0.022114 0.075706 -0.292104 0.7715DDLOGIHK(-1) 0.689702 0.203673 3.386321 0.0015

DLOGPDB_IHK(-1) 0.303649 0.200647 1.513350 0.1370UR 0.001038 0.003155 0.329110 0.7436

DUR -0.001995 0.004577 -0.435927 0.6649C 0.052439 0.029679 1.766870 0.0839

Effects Specification S.D. Rho

Cross-section random 0.038818 0.5100Idiosyncratic random 0.038051 0.4900

Weighted Statistics

R-squared 0.200639 Mean dependent var 0.029654Adjusted R-squared 0.113752 S.D. dependent var 0.041004S.E. of regression 0.038601 Sum squared resid 0.068543F-statistic 2.309197 Durbin-Watson stat 1.768420Prob(F-statistic) 0.059300

Unweighted Statistics

R-squared 0.118676 Mean dependent var 0.052054Sum squared resid 0.145708 Durbin-Watson stat 0.831885

Page 100: ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI … · Indonesia dengan melengkapi koleksi data terbaru dan menambahkan indikator Non Accelerating Inflation Rate of Unemployment (NAIRU)

Poolled Effect Dependent Variable: DLOGUMP_IHK Method: Panel Least Squares Date: 07/03/08 Time: 21:42 Sample (adjusted): 2003 2004 Cross-sections included: 26 Total panel (balanced) observations: 52

Variable Coefficien

t Std. Error t-Statistic Prob.

DLOGUMP_IHK(-1) 0.005779 0.093591 0.061745 0.9510DDLOGIHK(-1) 0.636891 0.273137 2.331761 0.0241

DLOGPDB_IHK(-1) 0.419117 0.214800 1.951200 0.0571UR 0.001150 0.002770 0.415342 0.6798

DUR -0.002963 0.005831 -0.508209 0.6137C 0.045122 0.026237 1.719761 0.0922

R-squared 0.129603 Mean dependent var 0.052054Adjusted R-squared 0.034995 S.D. dependent var 0.056936S.E. of regression 0.055931 Akaike info criterion -2.821223Sum squared resid 0.143902 Schwarz criterion -2.596080Log likelihood 79.35181 F-statistic 1.369892Durbin-Watson stat 0.914611 Prob(F-statistic) 0.253101