analisis dokumentasi askep

Upload: asma-wati

Post on 05-Oct-2015

37 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

HSH

TRANSCRIPT

ANALISIS DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN GAGAL JANTUNG DENGAN MENGGUNAKAN STANDART

ANALISIS DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN GAGAL JANTUNG DENGAN MENGGUNAKAN STANDART

NANDA, NOC DAN NIC DI IRNA PENYAKIT DALAM

RSUD WATES KABUPATEN KULON PROGO

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Skripsi

Untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh derajat

sarjana keperawatan universitas Gadjah Mada

Diajukan oleh

S U M A R S I

03/167772/EIK/00305PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA

Y O G Y A K A R T A

2004

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi

ANALISIS DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN GAGAL JANTUNG DENGAN MENGGUNAKAN STANDART

NANDA, NOC DAN NIC DI IRNA PENYAKIT DALAM

RSUD WATES KABUPATEN KULON PROGO

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Diajukan Oleh

S U M A R S I

03/167772/EIK/00305

Telah diseminarkan dan diujikan

Pada tanggal, 22 desember 2004

Penguji I Penguji II Penguji III

Sri Setiyarini,SKp Syahirul.A,SKp Heny Suseani.P,SKpNIP: 140 310 310 NIP: 132 230 595

Mengetahui

Dekan

u.b Wakil Dekan I Bidang Akademik dan Kemahasiswaan

Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada

Y o g y a k a r t a

dr.Iwan Dwiprahasto, M.Med.Sc.,Phd

NIP: 131 860 994

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena limpahan kasih sayang dan karuniaNya kepada penulis sehingga Skripsi yang berjudul Analisis Pelaksanaan Asuhan Keperawatan pasien gagal jantung di RSUD Wates Kabupaten Kulon Progo, DIY ini dapat terselesaikan dengan baik.

Skripsi yang disusun guna memenuhi sebagian syarat memperoleh derajat Sarjana Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada ini dapat disusun dengan baik berkat bimbingan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :

1. dr. Sunartini, SpAk, Ph.D, selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada.

2. dr. Moerlani M. Dahlan, Sp.PD, Direktur RSUD Wates yang telah menugaskan penulis untuk Tugas Belajar di PSIK FK UGM dan memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian di RSUD Wates.

3. Kepala Ruang beserta seluruh rekan perawat di ruang Penyakit Dalam RSUD Wates yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.

4. Ibu Sri Setiyarini, SKp, selalu pembimbing I penelitian.

5. Bapak Syahirul Alim, SKp, selalu pembimbing II penelitian.

6. Ibu Heny Suseani Pangastuti, SKp, Terimakasih masukannya.

7. Suamiku Papa Phithut dan anakku Fito, Riyo, yang selalu memberiku semangat sehingga Skripsi ini dapat terselesaikan.

8. Anakku ke-3 Dimas yang usil, lucu dan selalu aja merengek minta dibuatin pesawat kalau penulis sedang ngetik, Terimakasih sayang kamu Motivasi ibu dengan keluguanmu.

9. Atmo Ob, Fika, Nunik, Mely, Mae, Flo, Jupri dan semua Rekan-rekan mahasiswa PSIK FK UGM yang telah memberikan dukungan kepada penulis.

10. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu-persatu.

Penulis Menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan Sripsi ini.

Hormat kami,

Penulis

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL i

LEMBAR PENGESAHAN

ii

KATA PENGANTAR

iii

DAFTAR ISI

v

DAFTAR TABEL

viii

INTISARI

ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

1

B. Rumusan Masalah

7

C. Manfaat Penelitian

7

D. Tujuan Penelitian

8

E. Keaslian Penelitian

9

BAB II TINJUAN PUSTAKA

A. Gagal Jantung

10

1. Definisi gagal jantung

10

2. Etiologi dan faktor resiko 10

3. Mekanisme kompensasi

12

4. Patofisiologi, tanda dan gejala 14

5. Klasifikasi gagal jantung

16

6. Diagnosa gagal jantung

16

7. Komplikasi

17

8. Pengobatan

17

B. Diagnosa NANDA, NOC dan NIC

19

1. NANDA (North American Diagnosis Association)

19

2. NOC (Nursing Outcome

Classification)

24

3. NIC (Nursing Interventions

Classification)

25

C. Asuhan Keperawatan Pasien

Gagal Jantung

28

1. Pengkajian

28

2. Pengkajian Gagal Jantung

28

3. Diagnosa NANDA pada pasien

Gagal Jantung

30

4. NOC dan NIC pada pasien

Gagal Jantung

31

D. Landasan Tiori

40

E. Kerangka Konsep Penelitian

42

F. Pertanyaan Penelitian

43

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

44

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

44

B. Populasi dan Subyek Penelitian

44

C. Variabel Penelitian

45

D. Definisi Operasional

45

E. Pengumpulan data

47

F. Pelaksanaan penelitian

50

G. Analisa Hasil penelitian

51

H. Keterbatasan penelitian

52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

54A. Hasil penelitian

54

B. Pembahasan

60

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

69B. Saran

69

DAFTAR PUSTAKA

x

LAMPIRAN

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Distribusi Frekuensi karakteristik

55

pasien gagal jantung berdasarkan

jenis kelamin dan umur IRNA Penyakit

Dalam RSUD Wates bulan Agustus 2004

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Diagnosa

56

Keperawatan yang sesuai dan yang

Tidak sesuai NANDA pada Pasien

Gagal jantung di IRNA Penyakit Dalam

RSUD Wates bulan Agustus 2004

Tabel 3 Distribusi Frekuensi kriteria hasil57

yang sesuai dan yang tidak sesuai NOC

pasien gagal jantung di IRNA

Penyakit Dalam RSUD Wates bulan

Agustus 2004

Tabel 4 Distribusi Frekuensi Intervensi 59

keperawatan yang sesuai dan yang

tidak sesuai NIC pasien gagal jantung

di IRNA Penyakit Dalam RSUD Wates

bulan Agustus 2004

INTISARI

Pasien gagal jantung meskipun tidak menempati urutan pertama penyakit dengan kelainan kardivaskuler, tetapi selalu menimbulkan masalah serius jika tidak mendapat penanganan yang komprehensif. Prognosis gagal jantung buruk, dengan mortalitas 5 tahun berkisar dari 26 75%. Hampir 16% dari penderita akan mengalami gagal jantung kembali dalam 6 bulan setelah serangan pertama. Kematian pasien gagal jantung disebabkan kejadian iskemik umum. Asuhan keperawatan sebagai Standard pelayanan keperawatan professional perlu terus ditingkatkan mengingat profesi perawat sebagai pemdamping pasien selama 24 jam. Peningkatan Mutu Asuhan Keperawatan dapat menggunakan Standard diagnosa NANDA, Nursing Outcome Classification (NOC) dan Nursing Intervention Classification (NIC), karena NANDA, NOC dan NIC dapat diterima dan mendukung semua bagian proses keperawatan serta dapat diterima disemua area keperawatan.

Tujuan penelitian untuk memperoleh gambaran tentang pelaksanaan Asuhan Keperawatan pasien gagal jantung dengan menggunakan Standard NANDA, NOC dan NIC di RSUD Wates Kulon Progo.

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan Cross sectional. Penelitian dilakukan selama satu bulan di IRNA Penyakit Dalam dengan total sampling (16 pasien gagal jantung yang dilakukan ASKEP dan didokumentasikan). Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dengan mengamati ASKEP pasien gagal jantung dengan menggunakan pedoman observasi.

Hasil penelitian menunjukkan jumlah diagnosa keperawatan yang sesuai NANDA adalah 17%, Kriteria hasil yang sesuai NOC adalah 53,38%, sedangkan Intervensi keperawatan yang sesuai NIC adalah 45,76%. Pemberian ASKEP dengan menggunakan Standart diagnosa NANDA, NOC dan NIC belum bisa diterapkan di RSUD Wates.

Di RSUD Wates Kulon Progo Asuhan Keperawatan yang diberikan pada pasien gagal jantung masih belum sesuai diagnosa NANDA, NOC dan NIC.Kata kunci: gagal jantung, Asuhan Keperawatan, diagnosa NANDA, NOC, NIC.

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Gagal jantung terjadi bila abnormalitas fungsi jantung menyebabkan kegagalan memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk kebutuhan metabolisme, atau mempertahankan curah jantung hanya dengan peningkatan tekanan pengisian (Mckelvie, 2002). Insidens gagal jantung meningkat sesuai umur. Pada mereka yang berusia kurang dari 65 tahun, insidensnya 1 per 1000 laki-laki pertahun dan 0,4 per 1000 perempuan pertahun. Pada yang berusia lebih 65 tahun, insidensnya 11 per 1000 laki-laki pertahun dan 5 per 1000 perempuan pertahun. Prevalensi gagal jantung diastolik di masyarakat tidak diketahui. Prevalensi gagal jantung dengan fungsi sistolik terjaga pada pasien di RS dengan klinis gagal jantung bervariasi dari 13 sampai 74%. Kurang dari 15% orang yang lebih muda dari 65 tahun dengan gagal jantung memiliki fungsi sistolik normal, dimana prevalensinya sekitar 40% pada orang usia lebih 65 tahun (Mckelvie, 2002). Prognosis gagal jantung buruk, dengan mortalitas 5 tahun berkisar dari 26 sampai 75%. Hampir 16% dari penderita akan mengalami gagal jantung kembali dalam 6 bulan setelah serangan pertama. Di USA, hal ini merupakan penyebab utama masuknya pasien usia lebih 65 tahun ke RS. Kematian penderita gagal jantung disebabkan oleh kejadian iskemik umum. Kematian tiba-tiba, utamanya disebabkan oleh aritmia ventrikuler, yang bertanggung jawab bagi 25 sampai 50% dari semua kematian, dan merupakan penyebab paling umum dari kematian pada penderita gagal jantung. Mortalitas tahunan pasien dengan gagal jantung diastolik bervariasi dalam penelitian observasi antara 1,3 sampai 17,5%. (Mckelvie, 2002).

Di Indonesia meskipun data mengenai penyakit gagal jantung belum ada laporan pasti, tetapi penderita kardivaskuler setiap tahunnya terus bertambah, salah satu penyebabnya adalah hipertensi pada pria 13,9%, wanita 16 %, komsumsi makanan yang berlebih serta kurang gerak fisik pada pria 16,6 %, pada wanita 17% (http=//www.swara.net/id/view-headline.php?ID=730,2004)

Dirumah Sakit Jantung Harapan Kita, sebagai Pusat Jantung Nasional pasien yang dirawat dengan gagal jantung dalam tiga bulan terakhir adalah 355 pasien dari total pasien 1877 atau mencapai presentasi 18,9% (Medikal record, RS Jantung Harapan Kita, 2003).

Di RSUD Wates Kulon Progo jumlah kunjungan pasien gagal jantung pada tahun 2002 berjumlah 109 kasus dengan jumlah kematian 12 kasus dari total kunjungan 6968 pasien, pada tahun 2003 meningkat 118 kasus dengan jumlah kematian 14 kasus dari total kunjungan 7368 pasien (Medikal record RSUD Wates).

Penanganan gagal jantung memerlukan kerjasama dari seluruh professi kesehatan, baik dokter, ahli gizi, ahli pisioterapis, dan perawat. Kemampuan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan gagal jantung sesuai standar yang berlaku dari Rumah Sakit bersangkutan sangat perlu terus ditingkatkan mengingat perawat adalah pendamping pasien selama 24 jam.

Standart Asuhan Keperawatan sebagai pedoman dan sebagai dasar evaluasi pelaksanaan Asuhan Keperawatan telah dipenuhi oleh Pemerintah dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI. No. 660/MENKES/SK/IX/1987, yang dilengkapi surat Edaran Direktur Jendral Pelayanan Medik No. 105/Yan.Med/RS/Medik/I/1988 tentang Penerapan Standart Praktek Keperawatan bagi Perawat Kesehatan di Rumah Sakit dan Standart Asuhan Keperawatan yang diberlakukan melalui SK Dirjen Yanmed No.YM.00.03.2.6.7637 tahun 1993. Berdasarkan ketiga keputusan tersebut, dinyatakan bahwa semua tenaga perawat perlu memperhatikan serta menerapkan standart praktek keperawatan untuk mempermudah penerapan standart tersebut, sehingga alat pengukur kualitas lebih obyektif, valid dan realible. Tetapi dalam pelaksanaannya masih belum sesuai dengan harapan dikarenakan perawat masih banyak yang belum memiliki persepsi yang sama dalam penerapannya, terutama dari segi pendokumentasian karena tidak adanya pormulasi kesamaan bahasa yang tersusun dalam Standart Asuhan Keperawatan. Faktor penghambat tersebut sampai saat ini belum ditemukan pemecahannya. Di RSUD Wates mulai tahun 2000 sampai sekarang setiap semester selalu mengadakan evaluasi Standart Asuhan keperawatan di seluruh bangsal rawat jalan dan rawat Inap, hasilnya 56 sampai 71,43 % (data Seksi Keperawatan RSUD Wates Kulon Progo, 2003).

The North American Nursing Diagnosis Association (NANDA) merupakan klasifikasi pertama yang dimulai pada tahun 1973 sampai dengan saat ini dan diakui sebagai klasifikasi keperawatan pertama. Diagnosa keperawatan merupakan dasar untuk menentukan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang diharapkan dan dapat dipertanggungjawabkan oleh perawat (NANDA 2001).

Tahun 1987 Pusat Klasifikasi Keperawatan di Universitas Iowa mengenalkan Nursing intervention Classification (NIC) dan tahun 1991 mengenalkan Nursing Outcome Classification (NOC), dimana NIC dan NOC ini diakui lebih efektif dan efisien dalam bahasa diagnostik yang akan dikembangkan menjadi standart intervensi dan kreteria hasil. NIC dan NOC dapat dipergunakan bersama dengan diagnosa NANDA.

NIC adalah Standart bahasa intervensi yang dapat digunakan di semua area keperawatan dan spesialis. Intervensi keperawatan merupakan tindakan yang berdasarkan kondisi klinik dan pengetahuan yang dilakukan perawat untuk membantu pasien memcapai hasil yang diharapkan (Mc Closkey&Bulechek, 1996). NIC memuat intervensi fisiologi dan psikososial. Intervensinya untuk perawatan penyakit, pencegahan penyakit serta peningkatan kesehatan.

NOC adalah mendefinisikan status klien setelah dilakukan intervensi keperawatan (Johnson&Mass, 2001). Standart kriteria hasil dikembangkan untuk mengukur hasil dari tindakan keperawatan yang digunakan pada semua area keperawatan dan semua klien. NOC mempunyai tujuh domain yaitu; fungsi kesehatan, fisiologi kesehatan, kesehatan psikososil, pengetahuan dan perilaku kesehatan, persepsi kesehatan, kesehatan keluarga dan kesehatan masyarakat.

Penggunaan standart bahasa dapat diterima untuk mempermudah administrasi dan pengambilan keputusan (ANA, 1995). Sistem NANDA, NOC dan NIC dapat diterima dan mendukung semua bagian proses keperawatan, kecuali pengkajian. NANDA, NOC dan NIC didukung oleh penelitian dan menfasilitasi perawatan lanjutan pada semua area keperawatan. NANDA juga telah menyetujui suatu Taxanomi di dalam International Classification of Disease (ICD-10), World Health Organitation, dan kategori yang diidentifikasi NANDA secara umum telah diterima oleh para perawat, tetapi membutuhkan validasi dan perluasan lebih jauh. Tetapi sampai saat ini NANDA, NOC, dan NIC masih belum ada yang mengembangkan sebagai pedoman Standart Asuhan Keperawatan yang dapat dipergunakan untuk menstandarisasi bahasa terutama dalam penerapan di Rumah Sakit. Hal ini mendorong penulis untuk melakukan penelitian tentang analisis dokumentasi Asuhan Keperawatan pasien gagal jantung dengan menggunakan standart NANDA, NOC dan NIC di IRNA Penyakit Dalam RSUD Wates Kulon Progo, DIY.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah Bagaimana dokumentasi asuhan keperawatan pasien gagal jantung dengan menggunakan standart NANDA, NOC dan NIC di IRNA Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah Wates Kulon Progo, DIY ?.

C. MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi Rumah Sakit

Memberikan masukan kepada Rumah Sakit dalam upaya peningkatan pelayanan keperawatan dan sebagai dasar untuk menentukan kebijakan penggunaan metode Asuhan Keperawatan profesional yang memiliki standarisasi bahasa sehingga Asuhan Keperawatan yang diberikan lebih efektif dan efisien.

2. Bagi Organisasi Profesi Keperawatan

Sebagai wacana untuk membuat Standart Asuhan Keperawatan dengan mengembangkan NANDA, NOC dan NIC, serta meningkatkan wawasan perawat dalam memberikan Asuhan Keperawatan terutama pada pasien dengan Gagal Jantung.

3. Bagi Klien

Mendapatkan Asuhan Keperawatan yang sesuai dengan masalah yang dialami.

4. Bagi Penulis

Penelitian ini merupakan suatu pengalaman yang berharga untuk melakukan penelitian dalam bidang keperawatan dan dapat lebih memahami tentang Diagnosa NANDA, NOC dan NIC.D. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Umum

Memperoleh gambaran, tentang dokumentasi asuhan keperawatan pasien gagal jantung dengan menggunakan standart NANDA, NOC dan NIC di IRNA Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah Wates Kulon Progo.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui diagnosa keperawatan menurut NANDA pada pasien dengan gagal jantung.

b. Untuk mengetahui NOC pada pasien dengan gagal jantung.

c. Untuk mengetahui NIC pada pasien dengan gagal jantung.

E. KEASLIAN PENELITIANSepengetahuan penulis, penelitian yang dilakukan oleh penulis belum pernah diteliti oleh peneliti lain. Terbukti dari hasil studi pendahuluan dari internet, jurnal, kepustakaan oleh peneliti belum menemukan tentang penelitian serupa.

BAB. II

TINJAUAN PUSTAKA

A.GAGAL JANTUNG

1. Definisi gagal jantung

Gagal jantung terjadi bila abnormalitas fungsi jantung menyebabkan kegagalan memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk kebutuhan metabolisme, atau mempertahankan curah jantung hanya dengan peningkatan tekanan pengisian. Secara klinis ditandai dengan sesak napas, intoleransi kerja, retensi cairan, dan daya tahan hidup yang buruk. (McKelvie, 2002).

2. Etiologi dan faktor resiko

Menurut Barbara, (1996), Penyebab kegagalan jantung dapat dikatagorikan kepada tiga penyebab yang menentukan sroke volume (isi sekuncup); Kontraktilitas kardiak, prelod dan afrter load, atau bisa juga karena kondisi yang mengurangi daya pengisian. Sebab-sebab kegagalan jantung bisa diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Kerusakan langsung pada jantung (berkurang kemampuan berkontraksi) infark myocard, myocarditis myokarial fibrosis, anurysma ventrikuler

b. Ventrikuler overlod atau terlalu banyak pengisian dari ventrikel;

1) Volume overload (kebanyakan preload) regurgitasi dari aorta atau defek septum ventrikuler.

2) Overload tekanan (kebanyakan pengisian akhir): stenosis aorta atau arteri pulmonal, hipertensi sistemik, hipertensi pulmonary

c. Keterbatasan pengisian sistolik ventrikuler , perikarditis konstriktif atau cardiomyopati, atau aritmi kecepatan yang tinggi, tamponade, mitral stenosis.

Penyakit arteri koroner merupakan penyebab gagal jantung yang paling umum. Penyebab lain berupa hipertensi dan kardiomiopati kongestif dilatasi idiopatik. Setelah penanganan hipertensi, munculnya hipertrofi ventrikel kiri merupakan faktor resiko bagi terjadinya gagal jantung. Faktor resiko lain seperti merokok, hiperlipidemia, dan Diabitus militus. Penyebab umum disfungsi diastolik ventrikuler adalah penyakit arteri koroner dan hipertensi sistemik. Penyebab lainnya adalah kardiomiopati hipertrofi, kardiomiopati restriktif atau infiltratif dan penyakit jantung vaskuler (katup).

3.Mekanisme kompensasi

Menurut sumber www.medicastore.com.(2004), tubuh memiliki beberapa mekanisme kompensasi untuk mengatasi gagal jantung, yaitu:

a. Mekanisme respon darurat yang pertama berlaku untuk jangka pendek (beberapa menit sampai beberapa jam), yaitu reaksi fight-or-flight. reaksi ini terjadi sebagai akibat dari pelepasan adrenalin (epinefrin) dan noradrenalin (norepinefrin) dari kelenjar adrenal ke dalam aliran darah; noradrenalin juga dilepaskan dari saraf. Adrenalin dan noradrenalin adalah sistem pertahanan tubuh yang pertama muncul setiap kali terjadi stress mendadak. Pada gagal jantung, adrenalin dan noradrenalin menyebabkan jantung bekerja lebih keras, untuk membantu meningkatkan curah jantung dan mengatasi gangguan pompa jantung sampai derajat tertentu. Curah jantung bisa kembali normal, tetapi biasanya disertai dengan meningkatnya dan bertambah kuatnya denyut jantung. Pada seseorang yang tidak mempunyai kelainan jantung dan memerlukan peningkatan fungsi jantung jangka pendek, respon seperti ini sangat menguntungkan, tetapi pada penderita gagal jantung kronis, respon ini bisa menyebabkan peningkatan kebutuhan jangka panjang terhadap sistem kardiovaskuler yang sebelumnya sudah mengalami kerusakan. Lama-lama peningkatan kebutuhan ini bisa menyebabkan menurunnya fungsi jantung.

b. mekanisme perbaikan lainnya adalah penahanan garam (natrium) oleh ginjal, untuk mempertahankan konsentrasi natrium yang tetap, tubuh secara bersamaan menahan air. Penambahan air ini menyebabkan bertambahnya volume darah dalam sirkulasi dan pada awalnya memperbaiki kerja jantung. Salah satu akibat dari penimbunan cairan ini adalah peregangan otot jantung karena bertambahnya volume darah. Otot yang teregang berkontraksi lebih kuat, hal ini merupakan mekanisme jantung yang utama untuk meningkatkan kinerjanya dalam gagal jantung. Tetapi sejalan dengan memburuknya gagal jantung, kelebihan cairan akan dilepaskan dari sirkulasi dan berkumpul di berbagai bagian tubuh, menyebabkan pembengkakan (edema). Lokasi penimbunan cairan ini tergantung kepada banyaknya cairan di dalam tubuh dan pengaruh gaya gravitasi. Jika penderita berdiri, cairan akan terkumpul di tungkai dan kaki jika penderita berbaring, cairan akan terkumpul di punggung atau perut, sering terjadi penambahan berat badan sebagai akibat dari penimbunan air dan garam.

c. mekanime utama lainnya adalah pembesaran otot jantung (hipertrofi). Otot jantung yang membesar akan memiliki kekuatan yang lebih besar, tetapi pada akhirnya bisa terjadi kelainan fungsi dan menyebabkan semakin memburuknya gagal jantung.

4. Patofisiologi, tanda dan gejala

Menurut Barbara, (1996), cardiac output yang tidak adekuat memicu beberapa respon kompensasi yang berusaha untuk mempertahankan ferfusi organ-organ tubuh yang vital. Respon awal adalah stimulus kepada saraf simpati yang menimbulkan dua pengaruh utama:

a. Meningkatan kecepatan dan kekuatan kontraksi myocardium.

b. Vasokontriksi perifer, mengeser arus darah arteri ke organ-organ yang kurang vital, seperti kulit dan ginjal dan juga ke organ-organ yang lebih vital,seperti otak. Kontriksi vena meningkatkan arus balik dari vena kejantung. Peningkatan peregangan serabut otot myocardium memungkinkan kontraktilitas. Pada permulaan respon berdampak pada cardiac output, namun selanjutnya meningkatkan kebutuhan oksigen untuk myocardium, meregangkan serabut-serabut myocardium dibawah garis kemampuan kontraksi. Bila orang tidak berada dalam status kekurangan cairan untuk memulai peningkatan volume ventrikel dapat mempercepat preload dan kegagalan komponen-komponen.

Gejala-gejala kegagalan jantung merupakan dampak dari cardiac output dan kongesti yang terjadi pada sistem pulmonal atau kedua-duanya. Sedangkan tanda dan gejala gagal jantung kongestif menurut Barbara, (1996) adalah:

a. Tanda dan gejala yang disebabkan oleh penurunan cardiac output; Lelah, angina, cemas, bunyi jantung S3, oliguri, penurunan aktifitas GI, kulit dingin, pucat

b. Tanda dan gejala yang disebabkan oleh kongesti balik dari ventrikel kiri; Dyspnea, batuk, orthopnea, rales paru-paru, hasil X-ray memperlihatkan kongesti paru-paru

c. Tanda dan gejala yang disebabkan oleh kongesti balik ventrikel kanan; Edema perifer , Distensi vena leher,hati memebesar, peningkatan CVP

5. Klasifikasi gagal jantung

Gagal jantung menurut New York Heart Assocition terbagi atas empat kelas fungsional yaitu:

a. Timbul gejala sesak pada aktifitas fisik yang berat

b. Timbul gejala sesak pada aktifitas sedang

c. Timbul gejala sesak pada aktifitas ringand. Timbul gejala sesak pada aktifitas sangat ringan6. Diagnosa

Menurut Sumber www.medicastore.com. (2004), diagnosis biasanya ditegakkan berdasarkan gejala-gejala yang terjadi, untuk memperkuat diagnosis dilakukan pemeriksaan fisik, yang biasanya menunjukkan:

a.Denyut nadi yang lemah dan cepatb.Tekanan darah menurun c.Bunyijantung abnormal

d.pembesaran jantung

e.pembengkakan vena leher

f.cairan di dalam paru-paru

g.pembesaran hati

h.penambahan berat badan yang cepat

i.pembengkakan perut atau tungkai.

Foto rontgen dada bisa menunjukkan adanya pembesaran jantung dan pengumpulan cairan di dalam paru-paru. kinerja jantung seringkali dinilai melalui pemeriksaan ekokardiografi (menggunakan gelombang suara untuk menggambarkan jantung) dan elektrokardiografi (menilai aktivitas listrik dari jantung). pemeriksaan lainnya bisa dilakukan untuk menentukan penyakit penyebab gagal jantung7. Komplikasi

Syok kardiogenik

8. Pengobatan Menurut Mckelvie, (2002), pengobatan gagal jantung meliputi:

a.Terapi Non Obat-obatan, Suatu tinjauan sistematik menemukan bahwa pendekatan multidisipliner pada nutrisi, konseling pasien, dan pendidikan menurunkan angka MRS, dapat memperbaiki kualitas hidup, dan meningkatkan pengetahuan pasien.

b.Latihan, maksud latihan adalah untuk memperbaiki kapasitas fungsional dan kualitas hidup. Salah satu Randomized Controlled Trial terbaru menemukan bahwa latihan secara signifikan menurunkan masalah kardiak yang merugikan.

d. Terapi Obat dan Invasif meliputi:a. ACE Inhibitor

b. Penghambat Reseptor Angiotensin II

c. Otat-obat Inotropik Positifd. Penghambat Beta

e. Antagonis Reseptor Aldosteron

f. Terapi Obat Antiaritmia

g. Defibrillator Jantung Yang Diimplantasi

h. ACE Inhibitor pada pasien Resiko tinggi gagal jantung.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN NANDA, NOC dan NIC

1. Diagnosa NANDA

a. Definisi

Menurut NANDA definisi diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik mengenai respon individu, keluarga, dan komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual dan potensial (hasil konferensi NANDA ke 9 tahun 1990). Diagnosa keperawatan mengatakan bagaimana keadaan pasien pada saat ini dan mencerminkan perubahan-perubahan pada kondisi klien. Istilah diagnosa keperawatan digunakan sebagai verba dan nomina. Sebagai Nomina dalam kaitan dengan karya NANDA, yaitu sebuah label yang disetujui oleh NANDA yang mengidentifikasi masalah atau kebutuhan pasien yang spesefik. Merupakan alat untuk menggambarkan masalah kesehatan yang dapat ditangani oleh perawat; dapat berupa masalah fisik, sosiologis dan psikologis. Sebagai Verba merupakan proses mengidentifikasi masalah atau kebutuhan pasien yang spesifik digunakan dengan beberapa perawat sebagai tahapan kedua dari proses keperawatan.

b. Keuntungan Penggunaan label diagnosa dalam asuhan keperawatan

meskipun belum komprehensif, daftar label diagnosa keperawatan dari NANDA saat ini menentukan atau menyaring aktivitas keperawatan professional. Menurut Doenges (2000) keuntungan penggunaan label diagnosa keperawatan adalah:

1) Memberikan bahasa yang umum bagi perawat ; meningkatkan komunikasi yang lebih baik diantara perawat, antara shift dan unit, penyedia perawatan kesehatan lain, dan lingkungan perawatan yang berbeda beda.

2) Meningkatkan identifikasi tujuan yang tepat ; membantu dalam memilih intervensi keperawatan yang benar untuk mengatasi masalah atau kebutuhan yang telah diidentifikasi dan memberikan pedoman untuk evaluasi.

3) Memberi informasi yang tajam; mengurutkan sejumlah pekerjaan yang memerlukan asuhan keperawatan dan dapat berfungsi sebagai dasar untuk system klasifikasi pasien, menentukan kebutuhan staf dan sebagai dokumentasi untuk memberikan justifikasi untuk pembayaran.

4) Dapat menciptakan standar untuk praktik keperawatan ; memberikan pondasi untuk program jaminan kualitas, alat untuk mengevaluasi praktik keperawatan, dan suatu mekanisme untuk menghitung biaya asuhan keperawatan yang diberikan.

5) Memberi dasar peningkatan kualitas; para klinisi, administrator, pendidik, dan para peneliti dapat mencatat, menvalidasi atau mengubah proses pemberian perawatan, yang kemudian akan memajukan profesi keperawatan.

c. tipe diagnosa keperawatan

Ada tiga tipe diagnosa keperawatan NANDA (2001) yaitu:

1) Diagnosa keperawatan aktual yaitu respon manusia saat ini terhadap kondisi kesehatan atau proses kehidupan yang didukung oleh sekelompok batasan karakteristik (tanda dan gejala) dan termasuk factor yang berhubungan (etiologi) yang mempunyai kontribusi terhadap perkembangan atau pemeliharaan kesehatan.

2) Diagnosa Keperawatan Resiko, yaitu menunjukkan respon manusia yang dapat timbul pada seseorang atau kelompok yang rentan dan ditunjang dengan faktor resiko yang memberi kontribusi pada peningkatan kerentanan.

3) Diagnosa keperawatan Kesejahteraan yaitu; menguraikan respon manusia terhadap tingkat kesehatan pada individu atau kelompok yang mempunyai potensi peningkatan derajat kesehatan lebih tinggi.

e. Komponen Pernyataan Diagnosa Keperawatan

Menurut NANDA tahun 2001, komponen diagnosa keperawatan adalah:

1) Problem (Masalah atau kebutuhan) adalah nama atau label diagnosa yang diidentifikasi dari daftar NANDA.

2) Faktor resiko/factor yg berhubungan adalah penyebab atau alasan yang dicurigai dari respon yang telah diidentifikasi dari pengkajian.

3) Definisi karakteristik (tanda dan gejala) adalah manifestasi yang diidentifikasi dalam pengkajian yang menyokong diagnosa keperawatan.

e. Pemberi Sifat untuk label diagnosa, yaitu:

1) Akut

: berat tetapi durasi singkat

2) Perubahan: suatu perubahan dari dasar

3) Kronik

: bertahan dalam waktu lama, berulang, konstan.

4) Menurun

: Sedikit, kurang dalam ukuran jumlah, derajat.

5) Defisien: Tidak adekuat dalam jumlah, ukuran dan derajat, defektif, tidak cukup, Tidak lengkap.

6) Deplesi: hilang sebagian ada keseluruhan, habis

7) Disfungsional: abnormal, fungsi tidak sempurna.

8) Gangguan:terganggu, terhenti, dipengaruhi oleh.

9) Kelebihan : Ditandai dengan jumlah atau kuantitas yang lebih besar dari yang diperlukan, yang diinginkan atau yang bermanfaat

10) Meningkat : lebih besar dalam jumlah , ukuran dan derajat.

11) Kerusakan : membuat buruk, melemah, rusak, menurun, memburuk

12) Tidak efektif : tidak menghasilkan efek yang diharapkan

13) Intermiten : berhenti dan mulai lagi pada interval tertentu, periodik, siklik

14) Potensial terhadap peningkatan (untuk penggunaan diagnosa kesejahteraan) ; peningkatan didefinisikan sebagai membuat labih besar, meningkatkan kualitas, atau lebih dari yang diinginkan.

2. NOC (Nursing Outcome Classification)

nursing Outcome Classification menggambarkan respon pasien terhadap tindakan keperawatan (Johnson and Mass 1997 cit.www.Minurse.org). NOC mengevaluasi hasil pelayanan keperawatan sebagai bagian dari pelayanan kesehatan. Standar kriteria hasil pasien sebagai dasar untuk menjamin keperawatan sebagai partisipan penuh dalam evaluasi klinik bersama dengan disiplin ilmu kesehatan lain.

Klasifikasi berisi 190 kriteria hasil yang diberi label, definisi dan indikator atau ukuran untuk menentukan kriteria hasil yang diterima.

Manfaat standarisasi bahasa NOC dalam keperawatan menurut www.nursing.uiowa, yaitu :

1) Memberikan label label dan ukuran ukuran untuk kriteria hasil yang konfrehensif , sebagai hasil dari intervensi keperawatan.

2) Mendefinisikan kriteria hasil yang berfokus pada pasien dan dapat digunakan perawat perawat dan disiplin ilmu lain.

3) Memberikan informasi kriteria hasil yang lebih spesifik dari status kesehatan yang umum. Ini memberikan secara langsung untuk mengidentifikasi masalah ketika ukuran status kesehatan umum diluar rentang yang dapat diterima.

4) Memberikan kriteria hasil yang cepat penerimaan sepanjang rentang kriteria hasil yang diinginkan.

5) Menggunakan skala umtuk mengukur kriteria hasil yang memberikan informasi kuantitatif tentang kriteria hasil pasien yang diterima dalam organisasi atau sistem manajemen.

6) Memfasilitasi identifikasi pernyataan faktor resiko untuk kelompok populasi. Ini merupakan langkah yang dibutuhksn dalam pengkajian variasi kriteria hasil.

3. NIC (Nursing Intervention Classification)

NIC menggambarkan perawatan yang dilakukan perawat, NIC digunakan perawat pada semua spesialis dan semua area keperawatan (Mc.Closkey, Bulecheck, 1996).

a. Keuntungan NIC

Menurut Mc.Closkey and Bulecheck, (1996) keuntungan NIC adalah sebagai berikut:

1) Membantu menunjukkan aksi perawat dalam system pelayanan kesehatan.

2) Menstandarisasikan dan mendefinisikan dasar pengetahuan untuk kurikulum dan praktik keperawatan.

3) Memudahkan memilih intervensi keperawatan yang tepat.

4) Memudahkan komunikasi,tentang perawatan kepada perawat lain, dan penyedia pelayananan kesehatan lain.

5) Memperbolehkan peneliti untuk menguji keefektifan dan biaya perawatan.

6) Membantu pendidik untuk mengembangkan kurikulum yang lebih baik dengan praktik klinis.

7) Memudahkan pengajaran pengambilan keputusan klinis bagi perawat baru.

8) Membantu tenaga administrasi dalam merencanakan staff dan peralatan yang dibutuhkan lebih efektif.

9) Meningkatkan perkembangan system reimbursement untuk pelayanan perawatan.10) Memudahkan pengembangan dan penggunaan system informasi perawatan.11) Mengkomunikasikan kealamiahan perawat kepada publik.

b. Kelebihan NIC

Menurut Mc.Closkey and Bulecheck, (1996) kelebihan NIC adalah sebagai berikut:

1) Komprehensif.

2) Berdasarkan riset.

3) Dikembangkan lebih didasarkan pada praktik yang ada.

4) Merefleksikan pada praktik klinik dan penelitian saat ini.

5) Mempunyai kemudahan untuk menggunakan struktur organisasi (Domain, Kelas, Intervensi, aktivitas).

6) Menggunakan bahasa yang jelas dan penuh arti klinik.

7) Dikembangkan oleh tim riset yang besar dan bermacam-macam tim.

8) Menjadi dasar pengujian.

9) Dapat diakses melalui beberapa publikasi

10) Dapat dihubungkan Diagnosa Keperawatan NANDA

11) Dapat dikembangkan bersama NOC (Nursing Outcomes Classification).

12) Dapat diakui dan diterima secara nasional.

C. ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN GAGAL JANTUNG

1.Pengkajian

Pengkajian dikutip dari GORDON (1987), Pengumpulan data terdiri dari dua format; data dasar keperawatan dan pengkajian focus. Data dasar keperawatan untuk, mempersempit kemungkinan yang universal. Sedangkan pengkajian focus keperawatan harus berfokus kepada pengumpulan data yang membenarkan diagnosa keperawatan. Sistem Gordon mengenai pola kesehatan fungsional memeberikan format yang istimewa dan relevan untuk pengumpulan data keperawatan yang terdiri dari 11 item yaitu persepsi sehat, pola nutrisi, pola eleminasi, pola aktifitas, pola tidur, pola kognitif, pola persepsi diri, pola peran, pola seksual, pola koping, dan pola nilai. Selain itu penkajian fisik pola fungsi sistem tubuh serta hasil pemeriksaan penunjang selalu perlu untuk dicermati untuk memperkuat diagnosa keperawatan yang tepat.

2. pengkajian pasien gagal jantung

a. Identitas pasien dan keluarga /penanggungjawab

b. Riwayat kesehatan sekarang adanya sesak napas, cepat lelah, otopneu, PND, kardiomegali, gallop, peningkatan JVP, edema ekstremitas, dyspneu of effort, hepatomegali, efusi pleura, tachikardi.

c. Riwayat kesehatan dahulu atau adanya faktor-faktor pemyebab terjadinya gagal jantung perlu dikaji secara rinci seperti hipertensi, penyakit katup jantung bawaan, infark miocard atau gagal ginjal.

d. Pemeriksaan fisik per sisten dari ujung rambut sampai ujung kaki, terutama perhatikan tentang adanya peningkatan JVP, bising arteri karotis, pernapasan, bunyi jantung, abdomen dan extremitas tentang adanya oedema, kelembaban dan temperatur serta pola fungsional.

e. Perlu juga memperhatikan hasil pemeriksaan penunjang seperti laboratorium , EKG untuk mengetahui adanya gambaran LBBB, kelainan ST/T pelebaran atrium kiri (menunjukan disfungsi ventrikel kiri kronik), gel Q (infark), kelainan segmen ST/T (iskemia), Hipertropi ventrikel kiri dan gelombang T ke balik (menunjukan stenosis orta dan penyakit jantung hiperensi),aritmia, deviasi aksis kekanan ( disfungsi ventrikel kanan). Perhatikan dan cermati foto rontgen thorak adanya edema alfeoral, edema insterstiales efusi pleura, pelebaran vena pulmonalis, kardiomegali. Perhatikan juga tentang kateterisai, echocardiogram, radio nuklir, CT scanning dan magnetic resonance imaging. 3. Diagnosa NANDA, pada pasien gagal jantung

a. Penurunan cardiac output b.d perubahan isi sekuncup (perubahan preload, perubahan afterload, perubahan kontrktilitas)

b. Kelebihan volume cairan b.d gangguan mekanisme pengaturan

c. Kerusakan pertukaran gas b.d perubahan membran kapiler alveoli

d. Resiko untuk kerusakan integritas kulit b.d perubahan sirkulasi dan perubahan status metabolik

e. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan absorpsi zat-zat gizi sekunder terhadap penurunan curah jantung

f. Intoleransi aktifitas b.d kelemahan

g. Cemas b.d perubahan status kesehatan

4. NOC dan NIC yang sesuai dengan diagnosa keperawatan pada pasien gagal jantung

a.Penurunan cardiac output b.d perubahan isi sekuncup (perubahan preload, afterload, perubahan kontraktilitas).

NOC:

Pompa jantung efektif;

Indikator: tanda-tanda vital dalam batas normal, oedem ekstremitas berkurang, JVP 5+3 dalam batas normal, tidak ada keluhan sesak napas saat beraktifitas, perfusi perifer adekuat.

NIC:

Cardiac care;

1) monitor tanda-tanda vital, bunyi jantung, frekuensi dan irama jantung

2) Monitor parameter hemodinamik dan perfusi perifer

3) Catat urine output

4) pantau EKG 12 lead

5) Fasilitasi bedrest dan lingkungan yang tenang

6) Posisikan pasien supinasi dengan elevasi kepala 30 derajat dan elevasi kaki

7) Berikan makanan dalam komposisi lunak

8) Anjurkan untuk mencegah valsava maneuver

9) Berikan oksigen 3-5 liter/menit

10) Kelola/berikan terapi lasix, captopril, vasodilator sesuai program

b. Resiko kelebihan volume cairan b.d gangguan mekanisme pengaturan.

NOC:

Cairan tubuh balance;

Indikator: status hemodinamik stabil (JVP 5+3), balance cairan tercapai, bunyi napas bersih, tanda-tanda vital dalam batas normal, tidak ada odema.

NIC:Monitoring cairan;

1) Monitor intake ,output cairan tiap 24 jam

2) Ajarkan pada keluarga tentang pengukuran intake dan output cairan

3) Monitor status hemodinamik

4) Ukur tanda-tanda vital tiap 4 jam

Manajemen cairan;

1) Pertahankan posisi supinasi 30 derajat

2) Buat ukuran untuk balance cairan secara ketat (intake sama dengan output)

3) Pertahankan diet rendah garam dan jelaskan pada pasien manfaatnya

4) Beri cairan sesuai kebutuhan

5) Kaji distensi leher dan pembuluh perifer

6) Kelola lasix, aspar K, Captopril sesuai dosis

c. Kerusakan pertukaran gas b.d perubahan membran kapiler alveoli.

NOC:

Stastus pernapasan atau pertukaran udara edekuat

NIC:

Monitoring respirasi;

1) Monitor rata-rata, kedalaman dan usaha napas

2) Catat gerakan dada, kesimetrisan dada, penggunaan otot tambahan dan retraksi otot supraklavikula dan interkostal

3) Palpasi kesamaan ekspansi paru

4) Auskultasi bunyi napas, catat area penurunan/ketidakadekuatan ventilasi dan adanya bunyi datang

5) Monitor Analisa Gas Darah (AGD) dan perubahan nilai AGD, nadi oksimetri

6) Anjurkan dan monitor kemampuan pasien batuk efektif dan napas dalam

7) Monitor dispnea dan kejadian-kejadian yang meningkatkan dan memperburuk terjadinya dispnea

8) Kelola pengobatan dan berikan sesuai indikasi; lasix, aminopilin

Membantu ventilasi;

1) Pelihara airway pasien

2) Posisi untuk mengurangi dispnea

3) Posisi untuk memudahkan ventilasi atau perfusi

4) Bantu rubah posisi yang sesuai

d. Resiko untuk kerusakan integritas kulit b.d perubahan sirkulasi dan perubahan status metabolik

NOC:Mempertahankan integritas kulit

NIC:

Manejemen tekanan;

1) Tempatkan kasur yang sesuai2) Monitor kulit adanya area kemerahan dan pecah-pecah3) Monitor aktifitas dan mobilitas pasien4) Monitor status nutrisi pasien5) Monitor sumber atau area yang tertekan6) Jaga sprei dalam keadaan bersih dan kering7) Berikan pelembab pada kulit yang kering dan pecah-pecah8) Berikan bedak pada punggungPencegahan sirkulasi;

1) Lakukan penilaian menyeluruh tentang sirkulasi; cek nadi, edema, pengisian kapiler, warna, dan temperatur ekstremitas2) Tidak melakukan infus pada ekstrimitas yang tertekane. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan absorpsi zat-zat gizi sekunder terhadap penurunan curah jantung

NOC:

Status nutrisi: intake makanan dan cairan terpenuhi

NIC:terapi gizi;

1) Monitor makanan atau cairan ingesti dan hitung masukan kalori dengan tepat

2) Monitor ketidakpatenan dari diet

3) Kolabori penentuan diet rendah garam

4) Tentukan pilihan makanan yang sesuai

5) Berikan makanan komposisi lunak yang berprotein tinggi, berkalori tinggi, minuman dan makanan siap komsumsi

6) Sajikan makanan dengan gaya yang menarik, dalam suasana santai dan menyenangkan

7) Berikan perawatan mulut

8) Bantu pasien dalam posisi duduk sebelum makan atau disuapi

9) Ajarkan pasien dan keluarganya tentang diet yang telah ditentukan

10) Beri kesempatan pasien atau keluarganya untuk mencatat diet yang ditentukan

Monitoring gizi;

1) Monitor tingkat energi, rasa tidak enak, keletihan dan kelemahan

2) Monitor jenis dan jumlah latihan

3) Timbang berat badan pasien

4) Monitor Albumin, protein total, Hb, Ht,elektrolit

Monitor tanda-tanda vital;

1) Monitor tekanan darah, suhu, pernapasan dengan tepat

2) Monitor irama dan kecepatan jantung

3) Monitor sianosis, pucat

f. Intoleransi aktifitas b.d kelemahan

NOC:

Toleransi aktifitas dan penyimpanan energi

NIC:

tepapi aktifitas;

1) kaji kemampuan pasien melakukan aktifitas yang sesuai dengan keadaan umum

2) Evaluasi motivasi dan keinginan pasien untuk meningkatkan aktifitas

3) Jelaskan pada pasien manfaat beraktifitas secara bertahap

4) Bantu dalam pemenuhan aktifitas perawatan diri jika pasien belum dapat mentoleransi aktifitas

5) Orientasikan pasien beraktifitas secara bertahap sesuai toleransi

6) Tetap sertakan oksigen/ O2 selama aktifitas

7) Bantu pasien mengidentifikasi pilihan aktivitas

8) Berikan reinforcement pada paien untuk peningkatan aktifitas

Manajemen energi;

1) Rencanakan aktifitas pada saat pasien mempunyai energi yang cukup untuk melakukannya

2) Berikan periode istirahat selama beraktifitas

3) Catat respon kardiopulmonal setelah melakukan aktivitas

Manajemen nutrisi;

1) Monitor intake nutrisi untuk memastikan kecukupan sumber-sumber energi

2) Tingkatkan komposisi diet kalori dalam diet (kaloborasi dengan ahli gisi)

g. Cemas b.d perubahan status kesehatan

NOC:

Koping

NIC:Mengurangi kecemasan;

1) Tenangkan klien

2) Tanyakan perilaku yang diharapkan dari klien

3) Jelaskan semua prosedur termasuk sensasi yang dirasakan selama dilakukan prosedur

4) Gali pemahaman klien tentang stressor yang dialami

5) Berikan informasi yang aktual tentang diagnosa, tindakan dan prognosa penyakit

6) Dampingi klien untuk meningkatkan rasa aman dan mengurangi kecemasan

7) Bina hubungan saling percaya dengan klien

8) Motivasi klien untuk mengungkapkan perasaan, persepsi dan rasa takut

9) Identifikasi tingkat perubahan kecemasan

10) Anjurkan klien untuk menggunakan tehnik relaksasi

Tehnik menenangkan (calming technique);

1) Mempertahankan kontak mata

2) Temani klien untuk duduk dan berbicara

3) Motivasi klien untuk napas dalam

4) Identifikasi orang yang terdekat dengan klien yang dapat hadir untuk membantu klien

5) Berikan medikasi anti anxiety, bila diperlukan

6) Anjurkan klien untuk menggunakan metode mengurangi kecemasan

Meningkatkan koping;

1) Nilai penyesuian diri klien terhadap perubahan gambaran diri

2) Nilai pemahaman klien terhadap proses penyakit

3) Kaji dan diskusikan respon alternatif pada situasi cemas

4) Kembangkan atmosfir penerimaan

5) Bantu klien untuk mengembangkan penerimaan secara obyektif terhadap kejadian

6) Berikan informasi yang aktual berhubungan dengan diagnosis, treatmen dan prognosis

7) Berikan pilihan yang realistik tentang aspek perawatan

D. LANDASAN TEORI

Gagal jantung meskipun tidak menempati urutan terbesar penyakit tetapi membutuhkan penanganan dan perawatan yang komprehensif, mengingat gagal jantung jika tidak ditangani secara cepat dan tepat akan mengakibatkan syok kardiogenik dan berakibat kematian.

Peran perawat adalah memberikan pelayanan keperawatan yang bermutu dan bertanggung jawab dalam upaya peningkatan kesehatan, pencegahan perawatan/pengobatan, rehabilisasi kepada individu, keluarga dan masyarakat dengan menggunakan Standar asuhan keperawatan yang komprehensip dan profesional. Mengingat perawat dalam menjalankan tugasnya selama 24 jam berada di samping pasien, sehingga peningkatan mutu standar asuhan keperawatan harus terus ditingkatkan.

Standar asuhan keperawatan sebagai pedoman perawat dalam memberikan asuhan keperawatan telah diakui keberadaanya oleh pemerintah. Oleh karena itu perlu dilakukan perbaikan mutu melalui penelitian dan pengembangan agar diperoleh hasil yang memuaskan bagi klien baik sebagai individu, keluarga dan masyarakat.

Peningkatan mutu standar asuhan keperawatan dapat dilakukan dengan menggunakan standarisasi bahasa yang dapat diterima disemua area dan spesialis keperawatan. NANDA, NOC dan NIC dapat digunakan untuk mempermudah perawat dalam memberikan asuhan keperwatan karena bahasa dokumentasinya telah diakui dan terstandar di semua area perawatan.

Untuk memperbaiki standar asuhan keperawatan dapat dikembangkan dengan NANDA, NOC dan NIC tidak berdasarkan diagnosa medis tapi bisa berdasarkan klas, domain dan intervensi yang sesuai dengan kelainannya.

E.KERANGKA KONSEP

Keterangan :

: tidak diteliti

: diteliti

F. PERTANYAAN PENELITIAN

1. Bagaimanakah penerapan dokumentasi asuhan keperawatan pasien gagal jantung dengan menggunakan diagnosa NANDA, NOC dan NIC?

2. Seberapa besar penerapan diagnosa yang sesuai NANDA?

3. Seberapa besar kriteria hasil yang sesuai dengan NOC?

4. Seberapa besar intervensi yang dibuat sesuai dengan NIC?

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif, dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan dengan mengamati pelaksanaan kegiatan perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien gagal jantung dengan melihat hasil dari dokumentasi keperawatan.

B.POPULASI DAN SUBYEK PENELITIAN

1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah semua pasien gagal jantung yang diberikan asuhan keperawatan oleh perawat dan didokumentasikan di IRNA Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah Wates, Kulon Progo .

2. Sampel

Sampel ditentukan atau dipilih secara total sampling didasarkan pada pertimbangan peneliti dengan kriteria sebagai berikut:

a. Kriteri inklusi

1) Dokumentasi pasien gagal jantung yang telah lengkap.

2) Dokumentasi pada pasien gagal jantung yang tanpa komplikasi.

b. Kriteria eksklusi adalah Pasien gagal jantung pada anak.

Penentuan jumlah sampel dengan semua pasien gagal jantung yang memenuhi kriteria inklusi yang dirawat pada Agustus 2004 dilakukan penelitian.

C. VARIABEL PENELITIAN

Variabel penelitian ini adalah dokumentasi asuhan keperawatan pasien gagal jantung dengan menggunakan standart NANDA, NOC dan NIC.

D. DEFINISI OPERASIONAL

1. Dokumentasi Asuhan Keperawatan adalah suatu dokumentasi kegiatan perawat yang diberikan kepada pasien gagal jantung sebagai pertanggungjawaban keperawatan, dengan komponen yang digunakan mencakup tiga aspek yaitu Komunikasi, Proses perawatan dan Standart keperawatan.

2. Asuhan keperawatan adalah pelayanan keperawatan profesional didasarkan ilmu dan tehnik keperawatan berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif yang diberikan oleh perawat kepada pasien dengan gagal jantung, dari pasien masuk sampai dengan keluar.

3. Perawat adalah perawat yang melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien gagal jantung yang bertugas di Ruang Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah Wates.

4. Diagnosa keperawatan menurut NANDA adalah kumpulan diagnosa keperawatan yang disusun oleh North American Nursing Diagnosis Association (NANDA) berdasarkan taxonomy II dikeluarkan tahun 2001-2002. Data berupa data nominal; sesuai NANDA atau tidak sesuai NANDA

5. NOC (Nursing Outcome Classification) berdasarkan tim riset Universitas IOWA adalah penggolongan kriteria hasil untuk pencapaian tujuan dari diagnosa keperawatan. Data berupa data nominal; sesuai NOC atau tidak sesuai NOC 6. NIC (Nursing Intervention Classification) berdasarkan tim riset Universitas IOWA adalah suatu daftar intervensi diagnosa keperawatan yang menyeluruh yang dikelompokkan berdasarkan alphabet yang menguraikan aktivitas keperawatan dibagi menjadi 7 bagian serta 30 kelas.E. PENGUMPULAN DATA

1. Teknik pengumpulan data

Pengumpulan data dalam penelitian ini melalui observasi dengan melakukan pengamatan dokumentasi Asuhan Keperawatan pada pasien dengan gagal jantung untuk memperoleh data yang bersifat kuantitatif. Observasi dilakukan oleh dua orang observer yang membantu peneliti dengan minimal pendidikan DIII keperawatan dan tidak bekerja di ruangan tempat penelitian.

2. Alat Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan formulir NANDA, NOC dan NIC yang digunakan untuk melihat dokumentasi tindakan perawat dan dibandingkan dengan standar yang disusun dalan ceklist. Adapun ceklist yang digunakan oleh peneliti adalah :

a. Formulir diagnosa NANDA digunakan untuk mengumpulkan data diagnosa keperawatan yang sesuai NANDA pada pasien dengan gagal jantung terdiri dari 7 item, yaitu penurunan cardiac output, kelebihan volume cairan, kerusakan pertukaran gas, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, resiko kerusakan integritas kulit, intoleransi aktifitas, cemas. Data dikumpulkan dengan cara observer melakukan pengamatan diagnosa keperawatan yang terdokumentasi dan membandingkan dengan standar yang ada dalam formulir ini. Ceklistnya berupa ya atau tidak, dikatakan ya kalau sesuai dengan nilai 1 dikatakan tidak jika tidak sesuai/tidak didokumentasikan, dengan nilai nol.

b. formulir NOC digunakan untuk mengumpulkan data tentang kriteria hasil yang sesuai NOC terdiri dari 7 item. Data dikumpulkan dengan cara observer melakukan pengamatan tentang kriteria hasil yang terdokumentasi dan membandingkan dengan standar yang ada dalam formulir ini. Ceklistnya berupa ya atau tidak, dikatakan ya kalau sesuai dengan nilai 1 dikatakan tidak jika tidak sesuai/tidak didokumentasikan, dengan nilai nol.

c. formulir NIC digunakan untuk mengumpulkan data tentang intervensi keperawatan yang sesuai NIC terdiri dari 96 item. Data dikumpulkan dengan cara observer melakukan pengamatan tentang intervensi keperawatan yang terdokumentasi dan membandingkan dengan standar yang ada dalam formulir ini. Ceklistnya berupa ya atau tidak, dikatakan ya kalau sesuai dengan nilai 1 dikatakan tidak jika tidak sesuai/tidak didokumentasikan, dengan nilai nol.

3. Uji Reabilitas/uji kesepakatan observer

Dalam melakukan uji reabilitas menggunakan rumus H.J.X Fernandes yang telah dimodifikasi oleh Arikunto, yaitu:

KK = 2S

N1 + N2

Keterangan:

KK = Koefisien kesepakatan

S = sepakat, jumlah kode yang sama untuk obyek yang sama

N1 = jumlah kode dibuat pengamat I

N2 = jumlah kode yang dibuat oleh pengamat II

Peneliti melakukan uji kesepakatan tiga kali berturut-turut dengan dua pengamat dengan intrument penelitian yang telah peneliti susun. Sebelumnya peneliti melakukan pengamatan dulu terhadap dokumentasi keperawatan yang akan diamati oleh kedua pengamat. Hasil pengamatan peneliti digunakan sebagai standart. Hasilnya pada uji ketiga sebagai berikut (dapat dilihat lebih jelas di lampiran 13) Dalam Uji Reabilitas pada intrumen diagnosa NANDA hasilnya adalah 1, pada intrumen NOC adalah 0,85, sedang pada intrumen NIC adalah 0,78, sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen reliable atau dapat dipercaya.

F. PELAKSANAAN PENELITIAN

1. Tahap observasi, dilakukan sejak tanggal 1 agustus sampai dengan 30 Agustus 2004. Pengamatan dilakukan setiap ada pasien gagal jantung yang diberi asuhan keperawatan dan didokumentasikan serta memenehui kriteria inklusi. Sebelum dilakukan pengamatan observer memastikan bahwa diagnosa medis pasien adalah gagal jantung dengan melihat diagnosa yang ditulis dokter distatus list pasien, kemudian observer mengamati apakah Asuhan Keperawatan yang diberikan didokumentasikan, setelah dokumentasi dianggap lengkap maka dilakukan pengamatan.

2. Tahap pengolahan Data

a. Data tentang diagnosa keperawatan dikumpulkan, direkapitulasi dan dimasukan dalam tabel distribusi frekuensi untuk mengetahui prosentasinya. Kemudian dianalisa untuk mendapatkan gambaran seberapa besar diagnosa keperawatan yang sesuai NANDA.b. Data tentang Kriteria hasil dikumpulkan, direkapitulasi dan dimasukan dalam tabel distribusi frekuensi untuk mengetahui prosentasinya. Kemudian dianalisa untuk mendapatkan gambaran seberapa besar kriteria hasil yang sesuai NOC.

c. Data tentang intervensi keperawatan dikumpulkan, direkapitulasi dan dimasukan dalam tabel distribusi frekuensi untuk mengetahui prosentasinya. Kemudian dianalisa untuk mendapatkan gambaran seberapa besar intervensi keperawatan yang sesuai NIC.G. ANALISA HASIL PENELITIAN

Data yang diperoleh dilakukan pengecekan data dengan memeriksa isi instrumen pengumpulan data. Kemudian data dianalisa menggunakan statistik deskriptif. Data Diagnosa Keperawatan, kriteria hasil dan intervensi keperawatan, yang sesuai dengan standart NANDA, NOC, dan NIC, dihitung jumlah dan prosentasinya. Prosentasi dimaksudkan untuk mengetahui berapa persen diagnosa NANDA, NOC dan NIC yang sesuai, dihitung dengan rumus:

P= Jumlah scor yang didapat X 100% Jumlah x bobot

Hasil yang diperoleh kemudian ditafsirkan dengan skala ordinal dengan kalimat yang bersifat kwalitatif yaitu: Kurang dari 40% tidak sesuai

40 49% kurang sesuai

50 76% sesuai

76 100% sangat sesuai

H. KETERBATASAN PENELITIAN

1. Metode ini hanya dapat digunakan pada pasien gagal jantung sedangkan untuk pasien dengan diagnosa medis lain tidak dapat karena di RSUD Wates belum menggunakan Standart NANDA, NOC dan NIC.

2. Penelitian ini hanya mengamati dokumentasi keperawatan saja seharusnya mengamati sampai implementasi perawatan sehingga hasilnya akan lebih valid.

3. Penelitian ini hanya memiliki validitas internal yaitu hanya dapat diterapkan pada pasien gagal jantung yang dirawat Di IRNA Penyakit Dalam RSUD Wates.

4. Pada Nursing outcome classification dan Nursing intervention classification belum dilakukan per diagnosa atau masih dilakukan terpisah sesuai intrumen yang peneliti tetapkan yaitu NANDA, NOC dan NIC.

5. Penelitian hanya dilakukan dalam waktu sebulan Seharusnya penelitian dilakukan dalam kurun waktu yang lama, sehingga peneliti dapat melakukan pengamatan lebih cermat sehingga hasilnya bermakna.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian dilakukan selama satu bulan sejak tanggal 1 30 Agustus 2004 di IRNA Penyakit Dalam RSUD Wates Kabupaten Kulon Progo, DIY. Sampel yang diobservasi selama satu bulan penelitian sebanyak 16 pasien gagal jantung yang dilakukan Asuhan Keperawatan dan didokumentasikan. Berikut ini adalah hasil penelitian yang meliputi: karakteristik responden, dignosa keperawatan, kriteria hasil dan intervensi keperawatan yang sesuai dan yang tidak sesuai dengan NANDA (North American Diagnosis Association), NOC (Nursing Outcome Classification) dan NIC (Nursing Intervention Classification).

A. Hasil penelitian

1. Karkteristik responden

Karakteristik responden yang dirawat dengan gagal jantung di IRNA Penyakit Dalam RSUD Wates dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1 Distribusi Frekuensi karakteristik pasien gagal jantung berdasarkan jenis kelamin dan umur di IRNA Penyakit Dalam RSUD Wates bulan Agustus 2004

Karakteristik sampelFrekuensiProsentasi (%)

Jenis kelamin :

Laki-laki

Perempuan8

850

50

Umur :

31 35

36 40

41 45

46 50

51 55

56 60

61 65

66 70

71 75

76 80

81 -0

1

0

0

4

3

1

3

2

2

00

6,25

0

0

25

18,75

6,25

18,75

12,5

12,5

0

Sumber: data rimer

Dari data tersebut terlihat bahwa jenis kelamin laki-laki dan perempuan berimbang yaitu 8 orang (50%).

Sedangkan berdasarkan kisaran umur, pasien yang berumur 36 40 tahun sebanyak 1 orang (6,25%), 51 55 tahun 4 orang (25%), 56 60 tahun 3 orang (18,75%), 61 65 tahun 1 orang (6,25%), 66 70 tahun 3 orang (18,75%), 71 75 tahun 2 orang (12,5%), 76 80 tahun 2 orang (12,5%).

2.Diagnosa Keperawatan NANDA

Diagnosa keperawatan yang sesuai dan yang tidak sesuai NANDA pasien gagal jantung di IRNA Penyakit Dalam RSUD Wates dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Diagnosa keperawatan yang sesuai dan yang tidak sesuai NANDA pasien gagal jantung di IRNA Penyakit Dalam RSUD Wates bulan Agustus 2004

Diagnosa NANDAFrekuensiProsentasi (%)

Sesuai NANDATidak sesuai NANDASesuai NANDATidak sesuai NANDA

Penurunan cardiac output5114,469,8

Kelebihan volume cairan016014,3

Kerusakan pertukaran gas4123,610,71

Resiko kerusakan integritas kulit016014,3

Ketidakseimbangan nutrisi kurang3132,6711,6

Intoleransi aktifitas5114,469,8

Cemas2141,812,5

Jumlah19931783

Jumlah total NANDA dari 16 pasien112100

Sumber: data primer

Dari data tersebut terlihat bahwa dari 16 pasien gagal jantung dengan total diagnosa NANDA 112 diagnosa (masing-masing pasien ada 7 diagnosa), yang sesuai NANDA 17%, dan yang tidak sesuai NANDA 83%, Dari 17% yang sesuai Penurunan Cardiac output sebanyak 5 atau 4,47%, intoleransi aktifitas 5 sekitar 4,47%, kerusakan pertukaran gas 4 sekitar 3,58%, Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh 3 sekitar 2,68%, Cemas 2 sekitar 1,78%. (Lihat lampiran 9).

3. Nursing outcome classification (NOC)

Kriteria hasil yang sesuai dan yang tidak sesuai Nursing outcome classification (NOC) pasien gagal jantung (16 pasien) dari 7 NANDA dengan NOC 112 (masing-masing pasien 7 NOC) di IRNA Penyakit Dalam RSUD Wates dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3 Distribusi Frekuensi kriteria hasil yang sesuai dan yang tidak sesuai NOC pasien gagal jantung di IRNA Penyakit Dalam RSUD Wates bulan Agustus 2004

Nursing outcome classification (NOC)FrekuensiProsentasi (%)

Sesuai

NOCTidak sesuai NOCSesuai NOCTidak sesuai NOC

Pompa jantung efektif13311,602,7

Cairan tubuh balance3132,6711,60

Status pernapasan/ pertukaran udara adekuat16014,30

Mempertahankan integritas kulit4123,3710,71

Status nutrisi: intake makanan dan cairan terpenuhi4123,3710,71

Toleransi aktifitas dan penyimpanan energi5114,469,81

Mengurangi kecemasan2141,812,5

Jumlah595353,3846,62

Jumlah total NOC 112100

Sumber: data primer

Dari data tersebut terlihat bahwa Kriteria hasil yang sesuai NOC 53,38 %, dan yang tidak sesuai NOC 46,62%. Dari jumlah tersebut yang terbanyak adalah Status pernapasan 16 atau (14,29 %), berarti dari jumlah pasien 16 semua sesuai NOC pada NOC status pernapasan, status nutrisi kurang 15 atau ( 13,40 %), pompa jantung efektif 13 atau ( 11,60 %), dan yang terendah dan sangat tidak sesuai NOC adalah kecemasan yaitu 2 (1,79 %).(untuk lebih jelas lihat hasil observasi dilampiran 10).

4. Nursing Intervention Classification (NIC)

Intervensi Keperawatan yang sesuai dan yang tidak sesuai Nursing intervention classification (NIC) pasien gagal jantung (16 pasien) dari 7 NOC di IRNA Penyakit Dalam RSUD Wates seluruhnya berjumlah 1536 NIC, dapat dilihat pada tabel distribusi frekuensi NIC sebagai berikut:

Tabel 4 Distribusi Frekuensi Intervensi Keperawatan yang sesuai dan yang tidak sesuai NIC pasien gagal jantung di IRNA Penyakit Dalam RSUD Wates bulan Agustus 2004

NIC (Nursing Intervention Classifiction)FrekuensiProsentase (%)

Sesuai NICTidak sesuai NICSesuai NICTidak sesuai NIC

Cardiac care (10 NIC)

Monitoring cairan(4 NIC)

Manajemen cairan (7 NIC)

Monitoring respirasi (8 NIC)

Membantu ventilasi (4 NIC)

Berikan manajemen tekanan (8 NIC)

Pencegahan sirkulasi (2 NIC)

Terapi gizi (10 NIC)

Monitoring gizi ( 4 NIC)

Monitor TTV (3 NIC)

Terapi aktifitas (8 NIC)

Manajemen energi (3 NIC)

Manajemen nutrisi (2 NIC)

Mengurangi kecemasan (10 NIC)

Tehnik menenangkan (6 NIC)

Meningkatkan coping (7 NIC)

103

20

49

53

64

72

25

96

25

35

35

11

32

42

26

1557

44

63

75

0

56

7

64

39

13

93

37

0

118

70

976,70

1,30

3,19

3,45

4,16

4,68

1,62

6,25

1,62

2,27

2,27

0,71

2,08

2,73

1,7

0,970,49

2,86

4,10

4,88

0

3,64

0,45

4,16

2,53

0,84

6,05

2,40

0

7,68

4,55

6,31

Jumlah70383345,7654,24

Jumlah total NIC1536100

Sumber: data primer

Dari data tersebut terlihat bahwa Intervensi Keperawatan yang sesuai NIC 45,76% dan yang tidak sesuai NIC 54,23 %, (hasil dilampiran 12 dan 13).

B. Pembahasan

1. Diagnosa Keperawatan NANDA

Di IRNA Penyakit Dalam RSUD Wates dalam memberikan Asuhan Keperawatan, belum menggunakan atau belum sesuai standart diagnosa NANDA, ini dapat dilihat dari tabel hasil pengamatan 16 pasien gagal jantung, masing-masing pasien mempunyai 7 diagnosa NANDA, total 112 diagnosa , yang terdokumentasi keperawatan dan sesuai NANDA seluruhnya hanya 19 atau 17 %, sehingga dapat dikatakan tidak sesuai NANDA. Ini dapat disebabkan karena RSUD Wates memang belum menggunakan Standart NANDA. Tetapi meskipun belum menggunakan Standart NANDA tingkat kemampuan perawat dalam membuat Diagnosa Keperawatan juga masih rendah meskipun dengan Standart Asuhan Keperawatan. Dalam pengambilan keputusan terutama merumuskan diagnosa keperawatan pasien memang tidak mudah, diperlukan kemampuan dalam menginterprestasikan data yang tepat, kemampuan dalam melihat respon-respon patologis dan psikologis dari pasien serta kopetensi pendidikan keperawatan yang memadai , sehingga diagnosa keperawatan yang muncul sesuai dengan kondisi pasien sebenarnya. Hal ini dapat saja terjadi mengingat tingkat pendidikan perawat yang masih sangat variatif di tingkat pelayanan. Terbukti dengan diagnosa yang sering dibuat oleh perawat dan yang didokumentasikan adalah sesak napas, nafsu makan turun, gangguan otot jantung. Selain itu belum semua perawat memahami pentingnya langkah-langkah dalam membuat diagnosa keperawatan dan juga belum semuanya mampu dalam menginterprestasikan data. Meskipun format dokumentasi keperawatan sudah berdasarkan Standart Asuhan Keperawatan, tetapi dalam membuat diagnosa keperawatan yang terdokumentasi masih belum sesuai Standart yang ada.

Nursalam (2001) menyatakan langkah-langkah dalam diagnosa keperawatan dapat dibedakan menjadi empat yaitu klasifikasi dan analisa data, interpretasi data, validasi data, perumusan diagnosa masalah. Dengan tujuan pencatatan diagnosa keperawatan yaitu memyampaikan masalah pasien yang dapat dimengerti oleh semua perawat, mengenali masalah-masalah pasien, mengenali perkembangan tindakan perawatan.

NANDA (1994) di Toxonomi of Nursing Diagnosis I mengolongkan dan merumuskan standar lebel diagnosa, definisi karakteristik, dan intervensinya yang merupakan daftar masalah dan memungkinkan perawat untuk menangani. Tetapi di IRNA Penyakit Dalam hal ini belum bisa terwujud mengingat belum semua perawat memahami langkah-langkah dalam merumuskan masalah atau dalam membuat diagnosa keperawatan sesuai respon patologis dan psikologis yang muncul pada pasien.

2. Nursing outcome classification (NOC)

Berdasarkan tabel hasil observasi kriteria hasil yang sesuai NOC maka dapat dikatakan bahwa dari 16 pasien gagal jantung yang diberi Asuhan Keperawatan, terdapat 59 kreteria hasil yang sesuai NOC ( 53,38 %), sehingga dapat dikatakan sesuai NOC. Ini disebabkan karena meskipun kemampuan perawat dalam membuat diagnosa keperawatan kurang sesuai, tetapi kemampuan dalam membuat kriteria hasil sudah sesuai karena ternyata di Standart Asuhan Keperawatan banyak yang sesuai dengan NOC. Tetapi perawat terkadang dalam membuat dokumentasi kriteria hasil sering hanya berdasar kebiasaan pada pengalaman dalam mengobservasi, memonitor, dan mengevaluasi pasien belum berdasar pada profesionalisme keperawatan.

Doenges (1993), menyatakan Hasil pasien yang diperkirakan didefinisikan sebagai hasil intervensi keperawatan dan respon-respon pasien yang dapat dicapai, diinginkan oleh pasien dan atau pemberi asuhan, dapat dicapai dalam periode waktu yang telah ditentukan, situasi dan sumber-sumber tertentu yang ada. Hasil yang diinginkan ini merupakan langkah yang dapat diukur mengarah pada tujuan-tujuan saat pasien pulang yang telah ditetapkan sebelumnya. Hasil pasien yang diperkirakan yang baik harus spesifik, realistik, dapat diukur, menunjukan kerangka waktu pencapaian yang pasti, mempertimbangkan keinginan dan sumber pasien. Tetapi dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa meskipun hasil yang sesuai NOC 53,83%, tapi belum menunjukkan kearah yang profesionalisme seperti diatas. Selain itu kegiatan-kegiatan yang mengarah kepada peningkatan profesionalisme perawat seperti audit kasus, pembahasan kasus, penyegaran ilmu masih belum dilakukan. Menurut laporan dari Hansten dan Wasburn (cit. Nurdjanah 1999) bahwa untuk memberikan asuhan keperawatan yang baik diperlukan ketrampilan professional termasuk pengetahuan keperawatan yang memadai. Selain itu menurut Shortridge (cit. Gaffar, 1999), perawat agar menjadi sebuah profesi yang mantap harus selalu meningkatkan kompetensi yang dimiliki dengan falsafah long life education, termasuk pengembangan ilmu pengetahuan selama menjalalankan pekerjaanya. Kedudukan perawat dalam memberikan Asuhan keperawatan seharusnya bersifat komprehensif dan profesionalisme.

3. Intervensi keperawatan NIC

Berdasarkan tabel hasil observasi Intervensi keperawatan yang sesuai NIC maka dapat dikatakan bahwa dari 16 pasien gagal jantung (NIC masing-masing pasien 96 jadi jumlah NIC total 1536), terdapat 668 Intervensi Keperawatan yang sesuai NIC 703 (45,76%), sehingga dapat dikatakan kurang sesuai NIC. Ini disebabkan karena di RSUD Wates belum menggunakan NIC, meskipun sebenarnya intervensi keperawatan yang ada dalam Standart Asuhan Keperawatan banyak yang sesuai dengan NIC, tetapi perawat belum membuat intervensi keperawatan sesuai Standart Asuhan Keperawatan. Hal ini disebabkan perawat dalam memberikan Asuhan Keperawatan masih cenderung bersifat Fungsional/rutinitas seperti pengobatan dan prosedur pengobatan, mencegah reaksi fisiologis, memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit, mengganti linen, memberi diet, mendokumentasikan, mengukur tanda-tanda vital, atau kegiatan keperawatan baik mandiri maupun kolaborasi masih berdasarkan metode fungsional. Meskipun di RSUD Wates sudah menggunakan Metode Tim dalam kebijakannya, tetapi realitasnya masih berdasarkan fungsional. Hal ini dapat saja terjadi karena kurangnya kesadaran perawat, perawat bekerja hanya berdasar rutinitas dan kurangnya jumlah perawat yang professional.

Hasil penelitian WHO (1997) menyebutkan bahwa perawat di Asia Tenggara kebanyakan masih dibebani tugas-tugas non keperawatan seperti clerical work, penyiapan menu makan, pelayanan farmasi serta adanya tumpang tindih peran perawat antara lulusan SPK dan AKPER. Keadaan ini memyebabkan kegiatan perawat lebih banyak digunakan untuk memenuhi kegitan tak langsung dibandingkan dengan kegiatan keperawatan yang langsung ke pasien.

Menurut Penelitian Agus,JK (2003), Perawat di IRNA Penyakit Dalam RSUD Wates masih dibebani dengan kegiatan non keperawatan seperti kebersihan ruangan, menyiapan air untuk mandi, menyiapkan diit pasien, bon obat di apotik. Selain itu perawat juga banyak memerlukan waktu untuk administrasi pasien seperti mengurus administrasi pasien pulang yang memerlukan waktu yang cukup lama. Mengingat kegiatan keperawatan langsung yang terbanyak dilakukan oleh perawat adalah kegiatan yang bersifat rutinitas dan lebih banyak mengarah ke aspek kolaboratif seperti pengobatan dan prosedur pengobatan, memberikan nutrisi melalui infus. Sedangkan kegiatan lainnya yang merupakan tugas mandiri keperawatan seperti penyuluhan, memenuhi kebutuhan emosional dan spiritual yang seharusnya memiliki proporsi yang lebih besar justru lebih jarang dilakukan oleh perawat. Hal ini dapat dilihat pada lampiran tabel NIC yang memuat intervensi dalam mengatasi cemas, dari pasien 16 jumlah masing-masing intervensi 23/pasien dengan total 368 intervensi, hanya terdapat 83 (22,55%) intervensi yang sesuai, sehingga bisa dikatakan kurang sesuai NIC. Atau jika dihitung secara kumulatif NIC dalam 7 diagnosa keperawatan pada 16 pasien dengan total NIC 1536, hanya 83 (5,40%) suatu intervensi yang sangat rendah untuk tingkat kecemasan pasien.

Selain itu di IRNA penyakit Dalam pendidikan perawat masih sangat variatif, DIII keperawatan/AKPER (7 orang) dengan SPK/ SPR hampir seimbang serta tenaga pekarya kesehatan yang juga melakukan kegiatan keperawatan (Agus,JK 2003). Disini diperlukan penjenjangan dalam tingkat pendidikan keperawatan dan pengaturan tentang perbedaan kopetensi pendidikan. Yaitu penjenjangan dari tingkat spesialis keperawatan, ners/sarjana Keperawatan, Akper/DIII Keperawatan, Pekarya ataupun Penjenang Kesehatan. Sehingga tidak semua perawat yang ada ditatanan pelayanan kesehatan sama saja hak dan kewajibannya dalam memberikan Asuhan Keperawatan pada Klien. Padahal menurut Undang-Undang Kesehatan Nomor 23 Tahun 1992 Tindakan keperawatan hanya boleh dilakukan oleh seseorang yang memiliki kemampuan dan kewenangan berdasarkan ilmu yang dimiliki yang diperoleh melalui pendidikan keperawatan. Oleh karena itu perlu ditinjau kembali uraian tugas (job description) yang jelas tentang pembagian tugas dari masing-masing tenaga agar tidak terjadi tumpang tindih pekerjaan antara pekarya kesehatan dan perawat. Sehingga kemampuan perawat dalam menginterprestasikan data dalam membuat diagnosa keperawatan bisa tepat, NOC sesuai yang akan dicapai pasien dan kemampuan perawat, juga NIC benar-benar sesuai dengan masalah pasien, sehingga Asuhan Keperawatan yang diberikan baik dan memiliki bahasa sama dalam pendokumentasiannya. Karena ilmu yang diperoleh dari jenjang pendidikan keperawatan yang memadai, bukan berdasar kebiasaan yang tidak memiliki dasar kebenaran yang jelas. Padahal NIC atau intervensi keperawatan seharusnya mengacu pada masalah yang dihadapi pasien bukan sekedar diberikan tindakan yang rutinitas seperti mengukur TTV, memberi diet, memberikan O2, menyuntik atau memberikan tablet oral sesuai intruksi, mengganti linen, yang semua itu dilakukan monoton. Seperti contoh diet siang kalau dari gizi jam 11.00 WIB tanpa menunggu kesiapan pasien jam berapa akan makan siang tetap jam 11.00 WIB dihidangkan.

Standart Asuhan Keperawatan pada intervensi keperawatan masih banyak yang kurang sesuai NIC , karena perawat dalam melakukan kegiatan masih belum komprehensif dan professional. Ini dimungkinkan perawat belum mengenal NIC dalam pemaknaan bahasanya, meskipun di Standart Asuhan Keperawatan banyak yang sama bahasanya dengan NIC.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

1. Diagnosa Keperawatan yang sesuai NANDA 17%, Kriteria hasil yang sesuai NOC 53,58% dan Intervensi yang sesuai NIC 45,76%.

B. Saran

Dari hasil penelitian diatas ada beberapa saran sebagai berikut:

1. Perlu diadakan pertemuan rutin untuk mengadakan audit kasus dengan menggunakan standart NANDA, NOC dan NIC sehingga perawat bisa lebih komprehensif dalam memeberikan Asuhan Keperawatan pada pasien.

2. Penerapan Asuhan Keperawatan sebaiknya dijalankan secara professional dengan cara pengawasan melalui program monitoring, supervisi, dan supporting dari pimpinan keperawatan agar perawat tidak bekerja berdasarkan kebiasaan dan monoton.

3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yang tidak hanya mengamati dokumentasi keperawatan saja, tetapi sampai pada mengamati implementasi keperawatan.

4. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang kualitas asuhan keperawatan di seluruh Rumah Sakit di Indonesia dengan menggunakan Standart Asuhan Keperawatan dengan pendekatan NANDA, NOC dan NIC.

DAFTAR PUSTAKA

Agus,JP,. 2003, Kebutuhan Tenaga Perawat Berdasarkan Analisis Pelaksanaan Kegiatan Perawat di IRNA Penyakit Dalam RSUD Wates Kulon Progo, Skripsi, Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Arikunto,S., 1998, Manajemen Penelitian, Edisi-2, PT Rineka Cipta, Jakarta

Arikunto,S., 2002, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi-5, PT Rineka Cipta, Jakarta

Barbara, CL., 1996, Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan proses keperawatan), Bandung

Carpenito, L.J., 2000, Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis, alih bahasa: Tim PSIK UNPAD Edisi-6, EGC, Jakarta

Departemen Kesehatan, 1989, Standar Praktek Keperawatan bagi Perawat Kesehatan, Dirjen Pembinaan Kesehatan Masyarakat Jakarta

Departemen Kesehatan, 1993, Standar Asuhan Keperawatan, Dirjen Pelayanan Medik Depkes, Jakarta

Doenges,M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C., 1993, Rencana Asuhan Keperawatan untuk perencanaan dan pendukomentasian perawatan Pasien, Edisi-3, Alih bahasa; Kariasa,I.M., Sumarwati,N.M., EGC, Jakarta

Gaffar, L.J., 1999, Pengantar Keperawatan Profesional, Editor Yasmin Asih, EGC: Jakarta

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1996, Buku Ajar Kardiolgi, Jakarta

Hudak&Gallo., 1997, Keperawatan Kritis, Edisi-4, EGC, Jakarta

Joel, W.H., 1997, Buku Saku Kardiologi, Edisi-3, EGC, Jakarta

Johnson and mas, 2001, Cit.www.minurse.org

McKelvie,R.S., Gagal Jantung, alih bahasa, Wita,T., Edisi-1 Januari 2002, Jurnal American Family Physicion

McCloskey&Bulechek, 1996, Nursing Interventions Classifications, Second edisi, By Mosby-Year book.Inc,Newyork

NANDA, 2001-2002, Nursing Diagnosis: Definitions and classification, Philadelphia, USA

Nurdjanah,s. 1999, Karakteristik dan Pola Penggunaan Waktu Kerja Perawat pada RANAP RSUD Tarakan, Tesis, Program Pasca Sarjana Minat Utama Manajement Rumah Sakit, Universitas Gadjah Mada, Yogykarta

Nursalam, 2002, Manajemen Keperawatan (Aplikasi dalam Praktek Keperawatan Profesional), Salemba Medika, Jakarta

Nursalam, 2001, Proses dan Dokumentasi Keperawatan (Konsep&Praktik), Salemba Medika, Jakarta

Swara-Net.htm., 15 maret 2004, Ramipil Terapi Terbaru Pengobatan Gagal Jantung

University IOWA., NIC and NOC Project., 1987, Nursing Interventions Classifications, Philadelphia, USAUniversity IOWA., NIC and NOC Project., 1991, Nursing outcome Classifications, Philadelphia, USA

www.changjaya.abad., 2003, Waspadai bila berhenti napas sejenak di saat tidur

www.Geocities.com.htm., Penyakit koronari jantung

www.interna.fkui.ac.id.htm., Kedaruratan Hipertensi

pada Penyakit Jantung

www.Medicastore.com. 2004

http=//www.swara.net/id/view-headline.php?ID=730,2004, Ramipril terapi pengobatan terbaru gagal jantung.Pasien Gagal Jantung

Pelayanan umum & Keperawatan

Pengobatan

Asuhan keperawatan

Pengkajian

Tujuan & kriteria hasil/ NOC

Menetapkan diagnosa keperawatan/ NANDA

Evaluasi

Implementasi

Intervensi/ NIC