analisis dna (makalah)

23
MAKALAH BIOKIMIA DASAR HUBUNGAN DNA DENGAN PENGUNGKAPAN TERSANGKA KRIMINAL D I S U S U N OLEH : KELOMPOK 1. Arfiena Fitria Berutu 2. Corry Febriangela S 3. Dimas Ridho 4. Dina Afrini Satri JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN MEDAN

Upload: coriie-febri-angela

Post on 12-Aug-2015

573 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

DNA

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis Dna (Makalah)

MAKALAH BIOKIMIA DASAR

HUBUNGAN DNA DENGAN PENGUNGKAPAN TERSANGKA KRIMINAL

D

I

S

U

S

U

N

OLEH :

KELOMPOK

1. Arfiena Fitria Berutu

2. Corry Febriangela S

3. Dimas Ridho

4. Dina Afrini Satri

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

KATA PENGANTAR

Page 2: Analisis Dna (Makalah)

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan

karunia-Nya sehingga Makalah pada mata kuliah Biokimia Dasar berhasil diselesaikan.

Pembuatan makalah ini diharapkan dapat membantu para pembaca atau mempermudah

para pembaca dalam mempelajari Biokimia Dasar terutama dalam hal DNA dan RNA .

Pembuatan makalah juga diharapkan juga semakin menambah wawasan bagi semua mahasiswa,

agar tujuan pembuatan dan target yang diharapkan tercapai .

Selesainya laporan makalah ini tidak lepas dari bantuan dan dorongan dari berbagai

pihak. Melalui prakata ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dosen Kami Bapak P.M Silitonga

2. Semua teman-teman kami di kelas DIK A’11 yang telah banyak memberikan motivasi

Kami berharap makalah yang penulis susun ini dapat diterapkan dan diaplikasikan oleh

pembaca dalam kehidupan sehari-hari . Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan

memohon maaf bila ada kesalahan dalam penulisan makalah ini.

Mohon kiranya dapat memberi saran dan kritik kepada penulis agar makalah ini bisa

menjadi lebih baik lagi . Semoga makalah pada mata kuliah biokimia dasar ini bermanfaat,

khususnya bagi mahasiswa jurusan kimia.

Medan , November 2012

Penulis

PENDAHULUAN

Page 3: Analisis Dna (Makalah)

Asam nukleat merupakan suatu polinukleotida, yaitu polimer linier yang tersusun dari

monomer-monomer nukleotida yang berikatan melalui ikatan fosfodiester. Fungsi utama asam

nukleat adalah sebagai tempat penyimpanan dan pemindahan informasi genetik. Informasi ini

diteruskan dari sel induk ke sel anak melalui proses replikasi. Sel memiliki dua jenis asam

nukleat yaitu asam deoksiribonukleat (deoxyribonucleic acid/DNA) dan asam ribonukleat

(ribonucleic acid/RNA).

(Marks Dawn, et al., 2000).

Ada tiga struktur DNA yang dikenal selama ini. Struktur-struktur DNA tersebut adalah sebagai

berikut:

1. Struktur primer

DNA tersusun dari monomer-monomer nukleotida. Setiap nukleotida terdiri dari satu basa

nitrogen berupa senyawa purin atau pirimidin, satu gula pentosa berupa 2’-deoksi-D-ribosa

dalam bentuk furanosa, dan satu molekul fosfat. Penulisan urutan basa dimulai dari kiri yaitu

ujung 5’ bebas (tidak terikat nukleotida lain) menuju ujung dengan gugus 3’ hidroksil bebas atau

dengan arah 5’3’ (Darnell, et al., dalam T. Milanda, 1994).

2. Struktur sekunder

Salah satu sifat biokimia DNA yang menentukan fungsinya sebagai pembawa informasi genetik

adalah komposisi basa penyusun. Pada tahun 1949-1953, Edwin Chargaff menggunakan metode

kromatografi untuk pemisahan dan analisis kuantitatif keempat basa DNA, yang diisolasi dari

berbagai organisme .

Kesimpulan yang diambil dari data yang terkumpul adalah sebagai berikut :

a. Komposisi basa DNA bervariasi antara spesies yang satu dengan spesies yang lain.

b. Sampel DNA yang diisolasi dari berbagai jaringan pada spesies yang sama mempunyai

komposisi basa yang sama.

c. Komposisi DNA pada suatu spesies tidak berubah oleh perubahan usia, keadaan nutrisi

maupun perubahan lingkungan.

Page 4: Analisis Dna (Makalah)

d. Hampir semua DNA yang diteliti mempunyai jumlah residu adenine yang sama dengan

jumlah residu timin (A=T), dan jumlah residu guanin yang sama dengan jumlah residu sitosin

(G=C) maka A+G = C+T, yang disebut aturan Charrgaff.

e. DNA yang diekstraksi dari spesies-spesies dengan hubungan kekerabatan yang dekat

mempunyai komposisi basa yang hamper sama.

Pada tahun 1953, James D. Watson dan Francis H.C. Crick berhasil menguraikan struktur

sekunder DNA yang berbentuk heliks ganda melalui analisis pola difraksi sinar X dan

membangun model strukturnya.

(Darnell, et al. dalam T. Milanda, 1994).

Heliks ganda tersebut tersusun dari dua untai polinukleotida secara antiparalel (arah

5’3’ saling berlawanan), berputar ke kanan dan melingkari suatu sumbu. Unit gula fosfat

berada di luar molekul DNA dengan basa-basa komplementer yang berpasangan di dalam

molekul. Ikatan hidrogen di antara pasangan basa memegangi kedua untai heliks ganda tersebut

(Willbraham and Matta dalam T. Milanda, 1994).

Kedua untai melingkar sedemikian rupa sehingga keduanya tidak dapat dipisahkan

kembali bila putaran masing-masing untai dibuka.

(a) (b)

Gambar 1 Struktur DNA (Prentis Steve, 1990)

Page 5: Analisis Dna (Makalah)

Keterangan:

a. Struktur primer DNA

b. Struktur sekunder DNA

Jarak di antara kedua untai hanya memungkinkan pemasangan basa purin (lebih besar)

dengan basa pirimidin (lebih kecil). Adenin berpasangan dengan timin membentuk dua ikatan

hidrogen sedangkan guanin berpasangan dengan sitosin membentuk tiga ikatan hidrogen.

Dua ikatan glikosidik yang mengikat pasangan basa pada cincin gula, tidak persis

berhadapan. Akibatnya, jarak antara unit-unit gula fosfat yang berhadapan sepanjang heliks

ganda tidak sama dan membentuk celah antara yang berbeda yaitu celah mayor dan celah minor.

(Marks, et al., 1996 ; Robert K. Murray,et al., 2000)

3. Struktur tersier

Kebanyakan DNA virus dan DNA mitokondria merupakan molekul lingkar. Konformasi

ini terjadi karena kedua untai polinukleotida membentuk struktur tertutup yang tidak berujung.

Molekul DNA lingkar tertutup yang diisolasi dari bakteri, virus dan mitokondria seringkali

berbentuk superkoil, selain itu DNA dapat berbentuk molekul linier dengan ujung-ujung rantai

yang bebas.

Ribonucleic Acid (RNA)

RNA mirip dengan DNA, perbedaanya terletak pada :

1. Basa utama RNA adalah Adenin, Guanin, Sitosin dan Urasil, dengan panjang molekul 70

sampai 10.000 pb.

2. Unit gula RNA adalah D-ribosa.

3. Molekul RNA berupa untai tunggal, kecuali pada beberapa virus.

Page 6: Analisis Dna (Makalah)

Denaturasi

Jika larutan DNA dipanaskan, maka energi termal akan memecahkan ikatan hidrogen dan

ikatan lain yang menentukan kestabilan heliks ganda, akibatnya kedua untai akan memisah atau

mengalami denaturasi. (Marks, et al.,2000)

Molekul DNA heliks tunggal dari proses denaturasi cukup stabil. Jika suhu diturunkan,

molekul tersebut biasanya tidak mengalami renaturasi menjadi molekul DNA heliks ganda asal

tetapi membentuk pola kusut, namun untai yang saling komplemen dapat mengalami ranaturasi

secara perlahan-lahan. Sifat ini menjadi dasar teknik hibridisasi asam nukleat.

(Watson, et al., dalam T. M landa, 1994 ; Marks Dawn, et al., 2000)

Sentral Dogma

Pada tahun 1956, Francis H. Crick memperkenalkan diagram alur yang menggambarkan

fungsi DNA dalam perjalanan informasi genetik yang disebut sentral dogma.

(Watson, et al. dalam T. Milanda, 1994)

Replikasi

DNA

transkripsi

RNA

transalasi

Protein

Gambar 4 Dogma sentral aliran informasi genetik

(Marks, et al., 2000)

Page 7: Analisis Dna (Makalah)

Tanda panah yang melingkari DNA menunjukkan bahwa DNA berfungsi sebagai

template atau cetakan bagi replikasi dirinya. Tanda panah antara DNA dan RNA menunjukkan

pembentukkan molekul RNA dari DNA cetakan (transkripsi) kemudian sintesis protein

ditentukan oleh RNA cetakan melalui proses translasi.

(Willbraham and Matta dalam T. Milanda, 1994)

Page 8: Analisis Dna (Makalah)

PEMBAHASAN

DNA Fingerprint di bidang kriminal

Di Indonesia, DNA fingerprint mencuat namanya sebagai cara

identifikasi kejahatan dan korban yang telah hancur setelah

terjadi peristiwa peledakan bom di tanah air seperti kasus bom

Bali, bom Marriot, peledakan bom di depan Kedubes Australia

dan lain-lain. DNA yang biasa digunakan dalam tes adalah

DNA mitokondria dan DNA inti sel. DNA yang paling akurat

untuk tes adalah DNA inti sel karena inti sel tidak bisa berubah

sedangkan DNA dalam mitokondria dapat berubah karena berasal dari garis keturunan ibu, yang

dapat berubah seiring dengan perkawinan keturunannya. Dalam kasus-kasus kriminal,

penggunaan kedua tes DNA diatas, bergantung pada barang bukti apa yang ditemukan di Tempat

Kejadian Perkara (TKP). Seperti jika ditemukan puntung rokok, maka yang diperiksa adalah

DNA inti sel yang terdapat dalam epitel bibir karena ketika rokok dihisap dalam mulut, epitel

dalam bibir ada yang tertinggal di puntung rokok. Epitel ini masih menggandung unsur DNA

yang dapat dilacak.

Untuk kasus pemerkosaan diperiksa spermanya tetapi yang lebih utama adalah kepala

spermatozoanya yang terdapat DNA inti sel didalamnya. Sedangkan jika di TKP ditemukan satu

helai rambut maka sampel ini dapat diperiksa asal ada akarnya. Namun untuk DNA mitokondria

tidak harus ada akar, cukup potongan rambut karena diketahui bahwa pada ujung rambut terdapat

DNA mitokondria sedangkan akar rambut terdapat DNA inti sel. Bagian-bagian tubuh lainnya

yang dapat diperiksa selain epitel bibir, sperma dan rambut adalah darah, daging, tulang dan

kuku.

Page 9: Analisis Dna (Makalah)

Mengungkap Identitas Melalui Analisis DNA

Kini dengan analisis dan teknologi deoxyribonucleic acid (DNA), kasus-kasus yang sulit

terungkap menjadi lebih mudah terungkap dan terpecahkan. Seperti kita ketahui, DNA adalah

bahan dasar yang membangun seluruh ciri genetik seseorang. DNA terdapat pada setiap sel

manusia, dan seluruh sel memiliki DNA yang sama satu dengan yang lainnya. Misalnya, DNA

yang ada pada sel kulit sama dengan DNA yang terdapat pada sel darah maupun DNA pada sel

rambut dan lain sebagainya. Selain itu, DNA bersifat unik yakni setiap DNA seseorang berbeda

dengan DNA orang yang lain. Karena sifat inilah DNA bisa dipakai sebagai penanda identitas

individu, garis keturunan, dan etnis. DNA terdapat pada darah, sel kulit, otot, sel-sel otak, tulang,

gigi, rambut, saliva, jantung, mukosa, urine, dan pada seluruh sel manusia.

Analisis DNA manusia bertujuan untuk mengarakterisasi DNA seseorang untuk

mengidentifikasi susunan DNA-nya. Barang bukti DNA dapat diambil dari barang bukti

biologis, baik dalam keadaan utuh maupun tidak utuh lagi. Hal ini berbeda dengan analisis sidik

jari yang mudah rusak atau hilang dan akurasinya sangat bergantung pada keutuhannya. Tes

DNA dapat dilakukan hanya dengan barang bukti DNA yang jumlahnya sedikit. Hal ini karena

digunakannya teknik yang disebut Polymerase Chain Reaction (PCR) atau reaksi polimerasi

berantai.

Teknik ini ditemukan oleh seorang ahli biologi molekuler yang bernama Kary Mullis

yang bertujuan untuk menggandakan atau mengamplifikasi DNA, agar memiliki DNA yang

cukup jumlahnya untuk dikomparasi atau dibandingkan dalam suatu tes.

Penggunaan DNA dalam memecahkan suatu kasus dilakukan dengan membandingkan

DNA tersangka dengan barang bukti DNA yang didapatkan dari tempat kejadian perkara. Hasil

perbandingan tersebut dapat membantu menemukan siapa pelaku kejahatan yang sebenarnya,

baik pada kasus kejahatan maupun dalam hal menentukan pelaku bom bunuh diri secara akurat.

Kini, terdapat beberapa teknik lainnya dalam tes DNA, di antaranya analisis DNA

mitokondria. Teknik ini telah dikembangkan oleh FBI (Federal Bureau of Investigation) Amerika

Serikat sejak tahun 2002, setelah penyerangan terhadap menara kembar WTC dan Gedung

Page 10: Analisis Dna (Makalah)

Pentagon. Database yang mereka kembangkan berupa profil-profil DNA berbagai suku atau etnis

di dunia yang terdiri dari data forensik dan data publik.

Keunikan DNA mitokondria manusia adalah setiap anak memiliki DNA mitokondria

yang sama dengan DNA mitokondria ibunya. Oleh karena itulah analisis DNA mitokondria

umumnya dilakukan untuk mengidentifikasi keturunan dari garis keturunan ibu (maternally

linkage), dan sering pula digunakan dalam penelusuran orang hilang.

Sebagai informasi, penulis telah menganalisis DNA mitokondria pada individu-individu

manusia populasi Papua dan memasukkannya pada bank data DNA seperti Genbank, EMBL, dan

DDBJ.

Hal yang sangat penting dalam pemecahan kasus dengan barang bukti DNA adalah

penanganan barang bukti secara tepat dan sesuai dengan prosedur standar. Hal ini penting karena

mengidentifikasi, mengoleksi, dan menyimpan agar tidak terkontaminasi sehingga dapat

dihindari tercampurnya DNA tersangka/pelaku dengan DNA lain.

Untuk menghindari kontaminasi barang bukti yang mengandung DNA, diperlukan

beberapa prinsip kehati-hatian yang harus dilakukan oleh orang yang menanganinya. Di

antaranya memakai sarung tangan, memakai peralatan yang berlainan setiap menangani barang

bukti berbeda, hindari berbicara, bersin dan batuk di dekat barang bukti, hindari menyentuh

wajah, hidung, dan mulut saat mengambil sampel barang bukti, serta jaga barang bukti agar tidak

lembap.

Dengan adanya barang bukti berupa DNA, dapat dicapai tujuan dari pemecahan suatu

kasus seperti pembuktian tindak kriminal, yaitu membuktikan seorang tersangka atas kejahatan

yang telah dilakukannya, membebaskan orang yang tidak bersalah dari tuntutan hukum,

membuktikan keabsahan hubungan atau ikatan keluarga dari seseorang, mengidentifikasi orang

tak dikenal seperti korban perang, mempelajari populasi manusia, dan mempelajari penyakit

keturunan.

Selain data milik FBI seperti yang disebutkan di atas, kini pihak kepolisian di Inggris

telah menggunakan database online, yang didalamnya telah terdapat hampir 500.000 profil

Page 11: Analisis Dna (Makalah)

genetik yang dapat dibandingkan dengan barang bukti yang terdapat di TKP, sehingga

memudahkan penyelidikan lebih lanjut.

Profil-profil genetik tersebut memuat DNA secara random dari warga Inggris dan warga

migran lainnya, terutama mereka yang pernah menjadi pelaku kriminal dan keluarganya. Barang

bukti DNA tidak hanya mengungkap suatu kasus kriminal, tetapi juga dapat membuktikan

keabsahan hubungan atau ikatan keluarga.

Dengan kehidupan yang cepat berubah dewasa ini, begitu pula bentuk dan motif

kriminalnya yang semakin beragam. Barang bukti berupa DNA dapat menjadi salah satu hal

potensial yang digunakan para penegak hukum dalam memecahkan kasus. Negara-negara maju

seperti Amerika Serikat dan Inggris dengan tingkat ancaman kriminalitas yang beragam,

termasuk salah satunya adalah ancaman terorisme, berusaha memaksimalkan teknologi DNA

untuk memecahkan kasus kriminal, sekaligus melindungi orang yang tidak bersalah terhadap

tuduhan pelaku kejahatan.

Negara kita dengan tantangan penegakan hukum yang semakin tinggi, juga menggunakan

teknologi DNA untuk mendapatkan suatu kepastian secara akurat, seperti dalam memastikan

tersangka pelaku bom bunuh diri di Hotel J.W. Marriott dan The Ritz-Carlton, yakni Dani Dwi

Permana dan Nana Ichwan Maulana. Tim Laboratorium Forensik (Labfor) Mabes Polri tetap

perlu mengambil sampel darah dari keluarga orang tua pelaku untuk dilakukan pencocokan

(homologi) DNA, untuk mendapatkan kepastian secara ilmiah. Ke depan, diperlukan

membangun suatu database yang memuat profil-profil DNA manusia Indonesia dari berbagai

suku untuk mempermudah pihak kepolisian dalam mengungkap kasus-kasus tindak kejahatan

dan pelaku bom bunuh diri.

Penegakan hukum kini dibantu dengan teknologi DNA. Dengan keterkaitan dua hal

tersebut, terdapat perubahan definisi mengenai tangggung jawab kriminal dan banyak lagi area

hukum yang dipengaruhi oleh hadirnya teknologi ini. Penegakan hukum (law enforcement) dan

keadilan yang ditujukan untuk melayani dan melindungi masyarakat kini menjadi area

multidisiplin, seperti biologi molekuler, biokimia, kedokteran farmasi, teknologi komputasi,

kepolisian, kependudukan, kemiliteran dan lain sebagainya.

Pikiran Rakyat, 20 Agustus 2009

Page 12: Analisis Dna (Makalah)

1. Kasus Pembunuhan Romo Wasi, Purworejo

Banyak contoh kasus di lingkungan Laboratorium Forensik POLRI yang terpecahkan

dengan menggunakan analisis dari ilmu biologi. Salah satu kasus yang ditengani dengan

mengedepankan aspek biologi adalah kasus pembunuhan seorang pemuka agama di Purworejo,

Romo Wasi, pada tahun 2004. Korban ditemukan pada pukul 06.00 WIB di depan garasi mobil

sebuah rumah peristirahatan (ret ret) umat nasrani oleh seorang tukang kebun dan dilaporkan

olehnya ke Polres Purworejo. Korban meninggal dunia akibat luka di kepala akibat benda tumpul

yang menyebabkan darah keluar dari mulut, mata dan hidung korban. Titik cerah pengungkapan

kasus tindak pidana ini diperoleh setelah ditemukannya satu helai daun dari famili Gramineae di

tubuh korban (menempel pada lengan kiri korban), padahal di tempat ditemukannya korban tidak

ada tumbuhan anggota dari famili Gramineae. Hal ini menggugah penyidik akan locus delicti

(tempat terjadinya tindak pidana) dari kasus ini tidak berada ditempat tersebut. Pemeriksaan TKP

dikembangkan ke tampat lain dengan petunjuk tumbuhan dari famili Gramineae tersebut. Dari

pengembangan TKP ditemukan ada empat tempat yang tumbuh tumbuhan dari famili

Gramineae, dari empat tempat tersebut ada satu tempat yang juga ditemukan noda yang diduga

darah, menempel pada salah satu daun dari tumbuhan anggota Gramineae. Pengenalan,

identifikasi dan penetapan fisiologi noda yang diduga darah yang telah mengering dengan

metode ‘Leone Lattes’ mentukan apakah darah tersebut adalah darah korban. Dari pemeriksaan

tersebut didapatkan bahwa noda yang melekat pada daun tumbuhan famili Gramineae tersebut

adalah darah korban. Pengembangan TKP tidak berhenti sampai disini, di dekat lokasi ditemukan

daun tersebut diidentifikasi bahwa tempat itu adalah kamar dari tukang kebun rumah

peristirahatan umat nasrani tersebut. Maka pemeriksaan dengan metode ‘Leone Lattes’ juga

dilakukan di kran air di dalam kamar, baju yang digunakan, jari-jari tangan dan kaki, dan alas

kaki tukang kebun tersebut. Hasilnya, ditemukan bahwa darah korban tertransfer ke kran air,

ruitsletting celana, sela-sela kuku tangan dan kaki, serta palu milik tukang kebun yang berada di

dalam kamar. Hal ini diperkuat dengan ditemukannya noda darah kering diantara tegel antara

daun yang terdapat noda darah (dibelakang rumah ret ret) hingga tempat ditemukannya korban,

sehingga dimungkinkan korban diseret dari samping kamar tukang kebun hingga di depan garasi

mobil, hal ini dilakukan untuk mengecoh penyidik agar seolah-olah telah terjadi perampokan di

rumah ret ret tersebut. Sehingga dengan keyakinan dan dalam waktu kurang dari 12 jam maka

penyidik menetapkan tukang kebun tersebut sebagai pelaku pembunuhan terhadap Romo Wasi,

Page 13: Analisis Dna (Makalah)

padahal tukang kebun itu sendiri yang melaporkan tindak pidana tersebut ke Mapolres

Purworejo.

2. Kasus Keracunan di Kecamatan Grabag Magelang

Kasus lain adalah kasus toksikologi, keracunan massal di Kecamatan Grabag Kabupaten

Purworejo pada pertengahan tahun 2007. Kejadian ini mengakibatkan 10 orang meninggal dunia

dalam waktu 3 hari, karena dipandang meresahkan masyarakat maka diturunkanlah tim

Laboratorium Forensik POLRI bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Jawa Tengah.

Pemeriksaan di TKP yang dilakukan oleh Laboratorium Forensik meliputi vegetasi di (satu-

satunya) sumber air di daerah tersebut, sample air, sampel udara, makanan, muntahan, dan

autopsi korban yang meninggal dunia. Pemeriksaan vegetasi dengan menggunakan instrument

AAS menyimpulkan bahwa tidak ditemukan akumulasi logam berat pada daerah tersebut.

Sampel air diperiksa kualitas dan kuantitasnya, meliputi BOD, COD, logam terlarut,

conductivity dan beberapa parameter lainnya. Sementara itu, makanan, muntahan dan analisis

lambung korban yang telah meninggal dilakukan untuk mengetahui makanan apa saja yang

masuk ke tubuh korban dalam waktu 3 jam terakhir. Data terakhir yang dikumpulkan adalah dari

autopsi, dengan membuat preparat histologi untuk organ otak, lambung, hepar, paru-paru dan

ginjal untuk korban yang telah meninggal. Dari semua data tersebut diperoleh kesimpulan bahwa

kematian yang terjadi diakibatkan oleh Pseudomonas sp. dan insektisida secara bersamaan. Hal

ini diperkuat dengan ditemukannya kelainan pada pemeriksaan histologi dari hepar, otak dan

paru-paru. Selain itu pemeriksaan sampel air juga ditemukan adanya insektisida dalam jumlah

diluar ambang batas dan di sampel makanan dan muntahan (analisis lambung korban dengan

metode biokimia-mikrobiologi) juga ditemukan Pseudomonas sp.

Page 14: Analisis Dna (Makalah)

3. Kasus Kasus Lingkungan

Untuk kasus ekologi, pemeriksaan limbah seringkali dilakukan Laboratorium Forensik

POLRI untuk beberapa perusahaan. Bersama instansi terkait Laboratorium Forensik POLRI

mengambil sampel di inlet, outlet, upstream dan downstream. Penentuan titik sampel harus

benar-benar dimengerti sebab sautu ketika upstream suatu perusahan merupakan downstream

dari perusahaan lainnya. Pengertian limbah domestik dari suatu perusahaan dan limbah dari

proses industri menentukan dimana kita akan menentukan inlet dari perusahaan tersebut. Selain

itu pemahaman tentang modul dari AMDAL juga sangat diperlukan di dalam bidang

pemeriksaan limbah industri. Pengambilan sampel ini dilanjutkan dengan pemeriksaan di

laboratorium meliputi beberapa parameter seperti yang telah ditetapkan oleh UU Lingkungan

Hidup maupun PERDA. Masih banyak sekali kasus-kasus yang dipecahkan dengan

mengedepankan analisis dalam aspek Biologi. Saat ini sedang dikembangkan penanda molekuler

untuk barang bukti ganja. Hal ini dilakukan untuk menghentikan peredaran gelap ganja yang

semakin marak di Indonesia. Dengan pengembangan penanda molekuler ganja maka akan

didapatkan beberapa cluster peredaran di Indonesia dan hal ini dapat dijadikan evaluasi terhadap

jaringan yang berkembang. Beberapa aspek yang saat ini menjadi trend di dunia forensik adalah

mikrobiologi forensik, entomologi forensik, botani forensik dan ekologi forensik. yang akan

dilakukan guna membuat terang suatu tindak pidana dalam waktu secepat-cepatnya. Penentuan

arah pemeriksaan tersebut meliputi dari metode yang akan digunakan, analisis dan evaluasi

terhadap hasil yang akan diperoleh dari metode tersebut, hingga kepada penentuan tersangka,

waktu, dan tempat kejadian suatu tindak pidana itu terjadi. Setelah hal tersebut ditentukan oleh

perwira pemeriksa forensik maka penyidik di kewilayahan akan melanjutkan kepada tingkatan

pemberkasan selanjutnya diajukan ke pengadilan.

Page 15: Analisis Dna (Makalah)

PENUTUP

Kesimpulan

- DNA yang biasa digunakan dalam tes adalah DNA mitokondria dan DNA inti sel

- DNA yang paling akurat untuk tes adalah DNA inti sel karena inti sel tidak berubah

sedangkan DNA dalam mitokondria dapat berubah karena berasal dari garis keturunan ibu

yang dapat berubah seiring dengan perkawinan keturunannya

- Bagian-bagian tubuh yang dapat diperiksa untuk mengungkap tindak kejahatan melalui DNA

adalah epitel bibir, sperma, rambut, darah, tulang, dan kuku melalui DNA Fingerprint

- Untuk kasus pemerkosaan, spermanya diperiksa tepatnya pada kepala spermatozoanya yang

terdapat DNA inti sel di dalamnya

- DNA pada tubuh manusia terdapat pada darah, sel kulit, otot, sel-sel otak, tulang, gigi,

rambut,saliva, jantung, mukosa, urin, dan pada seluruh sel manusia

Page 16: Analisis Dna (Makalah)

DAFTAR PUSTAKA

Marks Dawn, et al., 2000. GENETIKA . Jakarta : Bineka Cipta

Darnell, et al., dalam T. Milanda, 1994.Rekayasa Genetika. Jakarta : Penerbit Erlangga

Prentis Steve . 1990. DNAdan RNA dalam Bidang Kedokteran. Bandung : Bumi Aksara

Willbraham and Matta dalam T. Milanda 1994.Genetika . Yogyakarta : UGM Press

Watson, et al. dalam T. Milanda. 1994 . Biologi Umum Untuk Universitas . Jakarta : UI Press

http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=Penggunaan+DNA++dalam+pengungkapan+

+tindakan+Kriminal&source=web&cd=3&cad=rja&ved=0CDMQFjAC&url=http%3A%2F

%2Flimnologi.lipi.go.id%2Flimnologi%2Fkatalog%2Findex.php%2Fsearchkatalog

%2FdownloadDatabyId

%2F399%2F4_Peranan_Biologi_Forensik_Dalam_Mengungkap_Suatu_Tindak_Pidana.pdf&ei=

ZQO3UNrDKsS8rAeGgYGYAw&usg=AFQjCNG1hhSlUsgtRLedC824yME0M9Zk3A

http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=Penggunaan+DNA++dalam+pengungkapan+

+tindakan+Kriminal&source=web&cd=10&cad=rja&ved=0CFwQFjAJ&url=https%3A%2F

%2Fdocs.google.com%2Fdocument%2Fd%2F1YsVRw5t7OFjICsYW2nLdlFgW7-

f3ITlmivWjeF3Uv10%2Fedit%3Fhl

%3Den_US&ei=ZQO3UNrDKsS8rAeGgYGYAw&usg=AFQjCNEoi-FHtfx-

TZbXcqYU6XFR2ZE1OA

http://www.google.co.id/#hl=id&tbo=d&output=search&sclient=psy-

ab&q=Penggunaan+DNA+untuk+pengungkapan+tersangka+&oq=Penggunaan+DNA+untuk+pe

ngungkapan+tersangka+&gs_l=hp.3...124621.134545.1.134806.44.41.0.2.2.3.505.6093.17j18j2j

1j2j1.41.0...0.0...1c.1.M_IY3YMzYbo&psj=1&bav=on.2,or.r_gc.r_pw.r_qf.&fp=664b81dc7c3b

6f84&bpcl=38897761&biw=1366&bih=681