analisis dan implementasi wireless distribution...

9
ANALISIS DAN IMPLEMENTASI WIRELESS DISTRIBUTION SYSTEM (WDS) MENGGUNAKAN ROUTER MIKROTIK DI PONDOK PESANTREN AL-MUHSIN NASKAH PUBLIKASI diajukan oleh Fajar Shidiq 12.11.5884 kepada SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA YOGYAKARTA 2016

Upload: hoangthien

Post on 09-Mar-2019

230 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI WIRELESS DISTRIBUTION

SYSTEM (WDS) MENGGUNAKAN ROUTER MIKROTIK

DI PONDOK PESANTREN AL-MUHSIN

NASKAH PUBLIKASI

diajukan oleh

Fajar Shidiq

12.11.5884

kepada

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER

AMIKOM YOGYAKARTA

YOGYAKARTA

2016

1

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI WIRELESS DISTRIBUTION SYSTEM

(WDS) MENGGUNAKAN ROUTER MIKROTIK

DI PONDOK PESANTREN AL-MUHSIN

Fajar Shidiq1), Kusnawi2),

1,2) Teknik Informatika STMIK AMIKOM Yogyakarta

Jl Ringroad Utara, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta Indonesia 55283

Email : [email protected]), [email protected])

Abstract - Wireless has been developed and

standardized by the IEEE 802.11 in order to connect

with a lot of hardware. In the world of Wireless LAN

sure can not be ruled out due to a performance that is

very helpful in terms of serving the client.

Wireless LAN can also be used as the primary

connectivity will connect every networking hardware in

point to point or point to multipoint.

WDS (Wireless Distribution System) has been

developed to be able to connect between access points

without using a LAN cable as the main backbone. This

is particularly helpful when a wireless client has a lot

and need more than one access point in order to be

inter-connected without the main backbone cable that

will certainly require an elaborate cable management.

WDS can work without getting to know the platforms,

but will be a lot of constraints when having to use

different platforms.

Keywords - WDS (Wireless Distribution System),

WLAN, IEEE 802.11, PCQ, management bandwidth,

Captive Portal, Radius Server

1. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Wirelles Distribution Sistem (WDS) digunakan

untuk dapat mencapai integrasi pertukaran data yang

memungkinkan interkoneksi wirelesspada jalur akses

dalam jaringan IEEE 802.11. Hal ini memungkinkan

jaringan wireless yang akan diperluas menggunakan

beberapa jalur akses tanpa memerlukan backbone kabel

untuk menghubungkan ke setiap acces point, seperti

yang secara tradisional diperlukan.Wireless Distribution

System (WDS) bisa juga disebut sebagai repeater mode

karena muncul untuk menjembatani dan menerima client

nirkabel pada waktu yang sama.

Pada studi kasus kali ini akan di

implementasikan dan menganalisis sistem jaringan

menggunakan mode Wirelles Distribution Sistem pada

jaringan wirelles di pondok pesantren Al-Muhsin yang

akan diterapkan pada client yang memiliki masalah pada

jaringan wireless atau hotspot ditempatnya dikarenakan

medan yang luas dan bertingkat.

Wireless Distribution System akan sangat

membantu ketika banyak tempat atau lokasi yang jauh

dari access point utama yang menyebabkan tidak

kebagian bandwidth karena tidak tercovernya oleh sinyal

wireless itu sendiri dan juga bagi pengguna yang mobile

yang selau berpindah dari satu ruangan ke ruangan lain

atau dari satu lantai ke lantai lain, sebagian besar

pengguna yang mobile ini menggunakan perangkat

portable seperti laptop ataupun smartphone, dengan

menggunakan sistemWDS maka pengguna yang mobile

pun tidak akan mendapati sinyal yang terputus-putus

walapun berpindah-pindah accesspoint melainkan akan

selalu tercover selama berada dalam suatu wilayah WDS

dan pengguna pun tidak diharuskan melakukan login

hotspot berulang-ulang.

Selain mengenai cover area yang kurang luas

juga terputus-putusnya jaringan internet karena

berpindah tempat juga AP, client juga mengeluhkan

bandwidth yang sangat tidak terkontrol, padalah sudah

melalui access point yang sama

1.2 Metode

1.2.1 Metode Penelitian

Metode penelitian menggunakan metode “The

PPDIOO network lifecycle” yang telah diterapkan

oleh cisco, dimana metode ini meliputi :

a. Prepare

Pada bagian prepare, dilakukan proses

penelitian untuk memahami kebutuhan bisnis,

permintaan pelanggan dan tantangan.

b. Planning

Pada bagian planning ditentukan jadwal dari

proses pelaksanaan implementasi ini sehingga

didapatkan detail dokumentasi yang

mendukung karyawan untuk membangun dan

melakukan pengujian agar penelitian dapat

bekerja dengan baik.

c. Design

Pada tahap design, penulis membangun dan

menyajikan design topologi yang akan

diterapkan.

d. Implement

Pada tahap implement, penulis melakukan

penelitian agar apa yang dibutuhkan pelanggan

dapat terpenuhi dan dapat menjadi solusi bagi

bisnis perusahaan.

e. Operate

Pada bagian Operate umumnya dikenal sebagai

"hari ke 2" dimana program dipastikan dapat

dijalankan pada kondisi jaringan yang telah

2

berjalan.

f. Optimize

Pada tahap ini program telah selesai. Namun

penulis terus bekerja untuk mengidentifikasi

dan menetapkan prioritas penggunaan teknologi

agar dapat berjalan dengan maksimal.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini dimaksudkan untuk

menganalisa dan implementasi sebuah sistem Wirelles

Distribution Sistempada jaringan wireless yang ada di

pondok pesantren Al-Mukhsin sehingga wireless akan

memiliki keunggulan berupa :

1. WDS mampu melakukan roaming yang

nantinya tidak mengharuskan klien melakukan

login hotspot berulang walaupun berpindah

lokasi dan access point selama dalam area WDS

tersebut (tanpa disconnected)

2. Menghemat pengeluaran berlebih karena tidak

memerlukan backbone berupa kabel UTP.

3. Memberikan kemudahan karena tidak

memerlukan maintenance dalam hal

pengkabelan lagi dikarenakan posisi beton

gedung yang sulit dijangkau jika harus memiliki

backbone antara satu access point dengan

access point lainnya

4. Keamanan lebih terjamin dengan aplikasi User

Manager berupa RADIUS server seagai

autentikasi login Hotspot

5. Alokasi bandwidth lebih efisien dengan PCQ

dan Queue tree sebagai fungsi management

bandwidth

2. Landasan Teori

2.1 Jaringan Komputer

Jaringan komputer adalah himpunan

“interkoneksi” Antara 2 komputer autonomous atau lebih

yang terhubung dengan media transmisi kabel

(wired)atau tanpa kabel (wireless). [1]

Pendapat lain yaitu sebuah jaringan komputer

sekurang-kurangnya terdiri dari dua unik komputer atau

lebih, dapat berjumlah puluhan komputer, ribuan atau

bahkan jutaan node yang saling terhubung satu sama

lain. Di dalam jaringan komputer dikenal sebagai

koneksi antarnode (komputer). [2]

2.2 Wireless

Jaringan Wireless adalah jaringan yang

memungkinkan pegiriman informasi (atau data) antar

host dilakukan tanpa menggunakan media kabel.

Jaringan wireless atau teknologi wireless ini

menggunakan gelombang elektromagnetik untuk

membawa informasi antara satu host dengan host

lainnya. Tentunya gelombang elektromagnetik ini akan

merambat melalui media udara. Namun tidak semua

gelombang elektromagnetik dapat digunakan untuk

membawa data. Dilain pihak beberapa spectrum (atau

bagian) dari gelombang elektromagnetik tersebut tidak

dapat digunakan secara bebas. Pemerintah dari suatu

Negara pasti sudah menerapkan aturan-aturan tertentu

tentang penggunaan gelombang elektromagnetik ini.

Sehingga ada aturan dimana sebuah spectrum gelombang

elektromagnetik dapat secara bebas digunakan, da nada

pula gelombang spectrum yang tidak bebas digunakan.

Mayoritas gelombang spectrum yang tidak boleh

digunakan secara umum telah dialokasikan oleh

pemerintah dalam suatu Negara untuk suatu organisasi

dalam pemerintahan itu sendiri. [3]

2.3 Wireless Distribution System (WDS)

Wireless Distribution System adalah metode

atau teknik menghubungkan (interconnection) Antara

satu Access Point dengan Access Point lain dengan

menggunakan media wireless dalam suatu Wireless

Local Area Network (WLAN). Dengan WDS ini, area

kerja (coverage) dari WLAN dapat diperluas tanpa

menghubungkan Access Point dengan sistem backbone

kabel. Dengan kata lain, WDS adalah metode untuk

menghubungkan beberapa Access Point dala suatu

WLAN tanpa menghubungkan Access Point-Access

Point tersebut ke dalam sistem kabel.

Untuk dapat membangung WDS setidakanya

dibutuhkan 2 unit Access Point atau lebih untuk dapat

bekerja sama satu sama lain melalui koneksi wireless

dan melakukan distribusi wireless, beberapa Access

Point tersebut dikonfigurasikan dengan parameter ssid

dan frequency yang sama. Dengan demikian maka

beberapa AP tersebut akan terlihat sebagai satu kesatuan

jaringan atau lebih tepatnya lagi akan dikenal sebagai

satu broadcast domain. Ini berarti Antara satu AP dengan

AP lainnya harus bisa berkomunikasi dengan baik.

Kondisi seperti ini sama seperti ketika membangun

jaringan kabel dengan menggunakan beberapa HUB

ataupun Switch. Masing-masing Access Point tidak

menggunakan kabel untuk dapat saling terhubung, hanya

mengguakan interface wireless saja. [4]

2.3.1 Static WDS dan Dynamic WDS

Pada saat akan membangun jaringan wireless

dengan teknik WDS, maka akan dihadapkan dengan dua

pilihan lagi, yaitu :

1. Static WDS, pada teknik ini Administrator jaringan

harus memperkenalkan secara manual Access Point-

Access Point yang akan masuk ke dalam jaringan

WDS. Dilakukan dengan memasukan MAC Address

dari AP tetangga (neighbor).

2. Dynamic WDS, pada teknik ini sebuah Access Point

akan mencari sendiri Access Point tetangga yang

akan masuk ke dalam jaringan WDS yang dibangun.

Sebuah AP akan mencari pasangannya berdasarkan

kesamaan SSID. [4]

2.3.2 WDS Mesh

Dengan menggunakan interface Mesh, tidak

akan ada interface wds yang berada dalam kondisi

alternate port seperti pada STP maupun RSTP. Semua

link akan diaktifkan dan interface mesh akan dibekali

oleh protocol Hybird Wireless Mesh Interface

(HWMP+). Protocol HWMP+ tersebut akan

menjalankan algoritma dan perhitungan tersendiri untuk

3

mencegah terjadinya loop. Dan perhitungan yang

dilakukan oleh HWMP+ ini akan menghasilkan routing

pada layer 2, atau routing dengan menggunakan MAC

Address sebagai acuannya. Tentunya jika berbicara

routing, umumnya ada parameter coast yang akan

digunakan untuk menentukan link terbaik (best path)

untuk menuju suatu link tujuan. [3]

2.3.3 Static WDS Mesh dan Dynamic WDS Mesh

Membangun jaringan wireless WDS dengan

menggunakan interface mesh juga dapat dilakukan

dengan dua pendekatan, baik itu static maupun dynamic.

Dengan WDS Mesh Static diharuskan mengenalkan satu

persatu MAC Address dari masing-masing Access Point

sehingga dapat terhubung satu sama lain. Sedangkan

dengan menggunakan WDS Mesh Dynamic, sebuah

Access Point akan mencari sendiri pasangan Access

Point lain yang dapat terhubung melalui WDS. Tidak

jauh berbeda dengan teknik static maupun dynamic pada

WDS interface bridge. [3]

2.4 User Manager

Administrator jaringan dapat menerapkan

manajemen user dengan menggunakan Remote

Authentication Dial In User Service atau RADIUS

Serever. Karena merupakan RADIUS Server maka User

Manager dari Mikrotik harus memiliki dukungan untuk

melakukan AAA atau Authentication, Authorization dan

Accounting. Dengan menggunakan User Manager maka

informasi User atau pengguna jaringan wireless akan

disimpan dalam sebuah database. Dan dari database

tersebut, dapat ditentukan fasilitas apa saja yang akan

didapatkan oleh seorang user mana kala user tersebut

akan menggunakan akses jaringan wireless. Alokasi

bandwidth juga dapat ditentukan bahkan untuk setiap

user bisa berbeda-beda, juga berapa jumlah traffic baik

upload, download maupun total quota. Juga dapat diatur

kapan saja user tersebut daan menggunakan akses

jaringan wireless. Selain itu, admin juga dapat

menentukan berapa banyak client wireless yang dapat

menggunakan satu username yang sama pada saat

bersamaan. [3]

2.5 Quality of Services (QoS)

Selain harus memperhitungkan factor kegagalan

sistem, keamanan, skalabilitas, network yang baik juga

harus memperhitungkan kualitas atau jaminan terhadap

layanan (service) yang akan diberikan kepada pengguna

(user). Jika jaringan komputer yang tidak mampu

memberikan jaminan layanan terhadap user, maka sudah

dapat dipastikan user yang berada dalam suatu jaringan

tersebut tidak akan nyaman dalam menggunakan

jaringan tersebut. Sehingga dalam membangun suatu

jaringan, sudah harus memperhitungkan kualitas

layanan, atau bisa disebut juga Quality Of Service.

Yang sering menjadi permasalahan dalam

memberikan kualitas layanan yang baik adalah teknologi

yang digunakan pada jaringan komputer saat ini. Sudah

merupakan pengetahuan umum bahwa jaringan

komputer yang digunakan saat ini adalah jaringan Packet

Switching, dimana data yang akan dikirim dipecah-pecah

terlebih dahulu menjadi packet-packet yang lebih kecil

dan kemudian dikirimkan ke komputer tujuan. Karena

menggunakan prinsip packet switching tadi, maka

packet-packet tersebut bisa saja melewati jalur (path)

yang berbeda-beda untuk sampai tujuan. [5]

3. Analisis dan Perancangan

3.1 Topologi jaringan

Topologi jaringan yang digunakan pada Pondok

pesantren Al-Muhsin sangat sederhana dikarenakan

administrator jaringan hanya membutuhkan router

sebagai access point dan gateway.

Gambar 1. Topologi Jaringan Lama

Topologi jaringan diatas menggunakan router

gateway untuk mendistribusikan wireless menuju access

point 1 dan access point 2. Keamanan yang digunakan

merupakan identifikasi mac address dari masing-masing

gadge client. Administrator jaringan harus mengenalkan

setiap gadget client kepada router gateway terlebih

dahulu agar client yang ingin menggunakan wireless

dapat terkoneksi. Sebelum melakukan perancangan lebih

lanjut penulis terlebih dahulu melakukan pengujian

sebagai berikut

3.2 Analisis Permasalahan

Sebelum melakukan konfigurasi lebih lanjut

terhadap infrastruktur yang akan dibangun, maka

dilakukan anailisis permasalahan dengan menjalani

beberapa skenario pengujian sebagai berikut :

3.2.1 Mapping

Mapping bertujuan untuk mengetahui seberapa

kekuatan sinyal wireless di tiap spot yang ada pada 3

lantai gedung pesantren. Dilaksanakan dengan cara

menguji sinyal di setiap spot dan menggambarkan

melalui graphic.

4

Gambar 2. Mapping cover area wireless

3.2.2 QoS (Quality of Services)

Pengujian bandwidth dilakukan dengan 3

skenario berdasarkan waktu.

1. Pertama dilakukan pengujian ketika santri sedang

bersekolah maupun kuliah yakni pukul 07.00 –

14.00.

2. Yang kedua bandwidth diuji ketika internet sedang

padat – padatnya yakni pukul 14.00 – 18.00.

dikarenakan pukul 18.00 - 22.00 santri mengaji

maka internet di disable agar tidak mengganggu.

3. Dan yang terakhir pengujian dilakukan pada pukul

22.00 – 07.00 dimana hanya sebagian saja yang

menggunakan koneksi internet pada jam tersebut.

Berikut adalah hasil dari pengujian bandwidth pada

jaringan wireless lama

Tabel 1. Hasil Uji Bandwidth

3.3 Solusi terhadap masalah

1. Memaksimalkan kinerja RouterGW dengan memberikan beberapa perintah dasar untuk mengelola jaringan yang ada agar lebih efisien dan efektif.

2. Memisah antara router gateway dan Root AP-1 untuk memaksimalkan router gateway dalam mendistribusikan Hotspot dan bandwidth.

3. Menggunakan wireless sebagai penghubung antar access point tanpa menggunakan kabel backbone lagi.

4. Memberikan pengamanan captive portal pada Radius Server untuk meng-autentikasi client yang ingin menggunakan jaringan internet

5. Membuat akun untuk masing-masing client yang berhak menggunakan jaringan internet.

6. Memanfaatkan halaman login pada Radius Server sebagai media promosi ataupun pusat informasi terbaru untuk santri maupun umum.

7. Menggunakan PCQ (Per Connection Queuing) sebagai manajemen bandwidth agar penggunaan bandwidth bisa lebih terkontrol dan merata.

3.3.1 Analisis Kebutuhan (prepare)

Dengan memanfaatkan hardware networking

yang sudah ada dan menambahkan satu Router

Mikrotik (RB951Ui-2HnD) yakni :

1. Alcatel-Lucent Router Wireless (ISP-

IndiHome)

2. Mikrotik RB 750 (Router Gateway)

3. Mikrotik RB 951Ui 2HnD (Root AP1)

4. Mikrotik RB 751Ui 2HnD (AP-2)

5. Mikrotik RB 751Ui 2HnD (AP-3)

3.4 Persiapan schedule kerja (Plan)

Adapun schedule untuk membangun jaringan

wireless menggunakan teknik WDS meliputi :

a) Minggu 1 : Mempersiapkan segala perangkat

yang dibutuhkan

b) Minggu 2 : Membangun infrastruktur

c) Minggu 3 : Menerapkan WDS, Management

Bandwidth (PCQ) serta Captive

Portal.

d) Minggu 4 : Uji coba dan pengoperasian WDS,

Management Bandwidth (PCQ)

serta Captive Portal

3.5 Perancangan Topologi Jaringan (Design)

3.5.1 PerancanganTopologi WDS

Berikut adalah rancangan dari topologi jaringan

wireless yang baru yang telah di sematkan teknik

Wireless Distribution System Mesh Dynamic

Waktu

jumlah

klien

throughput

(kbps)

delay

(ms)

packet

loss (%)

07.00 -

14.00 5 1156.1 19.03 18

14.00 -

18.00 38 110.3 55.5 28

22.00 -

07.00 13 7656 20.65 17

5

Gambar 3. Rancangan Topologi WDS

4. Implementasi dan Pembahasan (Implement)

4.1 Konfigurasi IP Address

Berikut adalah perancangan IP Address yang

akan diterapkan pada topologi jaringan wireless yang

baru

Tabel 2. Tabel IP Address Router IndiHome

Tabel 3. Tabel IP Address Gateway

Tabel 4. Tabel IP Address RAP-1

Interface IP Address Keterangan

wlan1 172.16.10.252/24 WDS

Tabel 5. Tabel IP Address AP-2

Interface IP Address Keterangan

wlan1 172.16.10.252/24 WDS

Tabel 6. Tabel IP Address AP-3

Interface IP Address Keterangan

wlan1 172.16.10.253/24 WDS

4.1.1 WDS Mesh Dynamic

1. RAP-1

a. Membuat SSID bernama "Al-Muhsin" dengan

frekuensi yang 2,462 GHz atau channel 11.

b. Membuat interface mesh bernama mesh-

interface

c. Memasukkan interface ether1 dan wlan1 pada

interface mesh-interface

d. Konfigurasi parameter wireless pada interface

wlan1

e. Konfigurasi parameter wds pada interface

wlan1

2. AP-2

a. Membuat interface mesh bernama mesh-

interface.

b. Konfigurasi parameter wireless pada wlan1

c. Konfigurasi parameter wds pada interface

wlan1

3. AP-3

a. Membuat interface mesh bernama mesh-

interface.

b. Konfigurasi parameter wireless pada wlan1

c. Konfigurasi parameter wds pada interface

wlan1

4.1.2 QoS (Quality of Services)

Langkah paling awal dalam penerapan QoS

(Quality of Services) menggunakan queue tree adalah

melakukan penandaan paket yang akan melintasi router

dengan tujuan melakukan traffic classification yang ada

di dalam jaringan.

1. Melakukan marking packet upload dan

download yang akan menuju IP local yang

digunakan client

2. Menambahkan rule manajemen bandwidth

terhapad paket yang telah di marking

sebelumnya.

4.2 Pengoperasian WDS Mesh (operate)

Proses pengoperasian WDS Mesh Dynamic

dapat dilakukan dengan cara mengaktifkan semua access

point yang telah dikonfigurasikan pada tahap implement

diatas. Router gateway sebagai pendistribusi wireless

dan bandwidth harus selalu aktif. Sedangkan Root access

point harus dihidupkan paling pertama setelah gateway

dikarenakan semua proses Wireless Distribution System

berawal dan berpusat pada Root AP-1. Berikut status

link yang di dapat oleh Root AP-1, AP-2 dan AP-3

ketika menjalankan mode WDS Mesh Dynamic.

Interface IP Address keterangan

ether1 192.168.1.1 Menuju GW

ether2 routing mode TV Kabel

Interface IP Address keterangan

ether1 192.168.1.254 DHCP Client

ether2 10.10.10.1/30 DHCP Server

ether3 172.16.10.254/24 DHCP Server,

UserMan, PCQ

6

Gambar 4. Status link dari AP-2

Gambar 5. Status link dari Root AP-1

Gambar 6. Status link dari AP-3

4.3 Pengujian dan Pembanding

4.3.1 Mapping

Gambar 4. mapping jaringan WDS

Berikut adalah tabel perbandingan dengan dan

tanpa WDS

Tabel 2. Perbandingan WDS dan tanpa WDS

4.3.2 Management Bandwidth

Setelah menerapkan manajemen bandwidth

berupa PCQ pada Queue Tree, maka akan dilakukan

pengujian bandwidth menggunakan aplikasi nperf dan

cmd

Berikut adalah perbandingan dari hasil

pengujian bandwith dengan parameter throughput, delay

dan packet loss ketika tanpa manajemen bandwidth dan

dengan manajemen bandwith. Dengan skenario yang

sama ketika melakukan pengujian bandwidth

sebelumnya.

Tabel 3. Perbandingan dengan dan tanpa manajemen

bandwidth

throughput

(kbps)

Jaringan

lama Jaringan baru

07.00 - 14.00 7656 9939.3

14.00 - 18.00 110.3 395.5

22.00 - 07.00 1156.1 1156.1

delay (ms)

07.00 - 14.00 19.03 16.18

14.00 - 18.00 55.5 55.3

22.00 - 07.00 20.65 20.65

packet loss

(%)

07.00 - 14.00 18 0

14.00 - 18.00 28 0

22.00 - 07.00 17 0

Dari hasil pengujian diatas dapat dengan mudah

dibandingkan ketika dengan menggunakan WDS dan

PCQ bandwitdth jauh lebih stabil dengan pembagian

throughput yang merata kepada setiap client, sangat

berbeda jauh dengan system wireless yang lama dimana

bandwidth yang didapatkan setiap client sangat tidak

merata yang menyebabkan renggangnya delay dan

banyaknya packet yang terbuang dikarenakan antrian

bandwidth yang sangat padat sedangkan antrian itu

sendiri tidak diberi aturan. Dengan kata lain setiap

no. tanpa WDS dengan WDS

1 membutuhkan kabel sebagai backbone

tidak membutuhkan kabel backbone

2 tidak bersifat Roaming

bersifat Roaming

3 terdapat banyak SSID

hanya menggunakan satu SSID

4

tidak dapat mempertahankan mac address di setiap link

mampu mempertahan kan mac address disemua link

7

packet data yang melintasi router menuju public yang

tidak mendapat antrian karena mengantri terlalu lama

akan di drop dan digantian dengan antrian yang baru.

Hal ini akan berdampak Request Time Out (RTO) bagi

client yang paketnya di drop.

4.4 Optimalisasi (Optimize)

4.4.1 Connect List

Jaringan wireless dengan WDS Mesh Dynamic

akan sangat rentan terhadap penambahan Akses Point

ilegal (Rougue Access Point) dikarenakan sifatnya yang

dinamis. Sehingga konfigurasi connect list akan sangat

dibutuhkan pada jaringan wireless yang menggunakan

WDS Mesh Dynamic.

Parameter connect-list akan menjamin RAP-1

hanya akan membuat koneksi WDS dengan AP-2 dan

AP-3. Sedangkan AP-2 hanya akan membuat koneksi

WDS dengan RAP-1. Begitu juga dengan AP-3 yang

hanya akan membuat koneksi WDS dengan RAP-1.

Untuk dapat melakukan parameter connect-list, maka

dibutuhkan MAC Address interface wlan1 dari masing –

masing Access Point.

5 Kesimpulan

Setelah melakukan analisa, implementasi dan

pengujian WDS Mesh Dynamic beserta fitur lainnya

seperti PCQ (Per Connection Queuing) dan User

Manager, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. WDS Mesh secara signifikan dapat memperbaiki

dimana terletak sinyal lemah, melakukan roaming

bagi klien yang sering berpindah tempat.

2. WDS Mesh Dynamic akan sangat rentan terhadap

penambahan repeater illegal karena sifatnya yang

dinamik

3. Untuk mengantisipasi adanya repeater Access Point

ilegal, maka digunakan connect list guna

mendaftarkan MAC Address pada masing-masing

access point dan memblokir access point ataupun

repeater illegal.

4. Root AP-1 merupakan asal muasal dari jaringan

wireless WDS Mesh, sedangkan AP-2 dan AP-3

merupakan repeater yang berjalan dengan mode-

slave

5. WDS Mesh akan terbebas dari Looping dikarenakan

interface mesh pada setiap Access Point

menjalankan protokol HWMP+ (Hybird Wireless

Mesh Protocol)

6. Dengan captive portal maka jaringan wireless akan

lebih memiliki kendali atas user, karena hanya user

yang telah terdaftar pada data base yang dapat

menggunakan jaringan wireless yang memiliki

captive portal sebagai otentikasi utama.

7. Pada Queue Tree, marking paket dan connection

dilakukan di chain prerouting yang terletak didepan

input interface pada Diagram Packet Flow

8. Setelah menerapkan PCQ maka klien tidak selalu

mendapatkan jatah bandwidth yang tetap, melainkan

selalu berubah-ubah menurut jumlah klien yang

menggunakan jaringan yang sama. Ini disebabkan

oleh kinerja PCQ yang selalu membagi bandwidth

menurut jumlah klien.

Daftar Pustaka

[1] Syafrizal, Melwin. 2005. Pengantar Jaringan

Komputer. Andi

[2] Jusak. 2013. Teknologi Komunikasi Dara Modern.

Andi

[3] Rendra Towidjojo & Mohammad Eno. 2015.

Router Mikrotik : Implementasi Wireless LAN

Indoor. Jasakom

[4] Pradip K. Das (2005). Setting up of a Wireless

Distribution System (WDS). Department of

Computer Science & Engineering Jadavpur

University

[5] Towidjojo, Rendra. 2014. Mikrotik Kung Fu :

Kitab 3. Jasakom

Biodata Penulis

Fajar Shidiq, memperoleh gelar Sarjana Komputer

(S.Kom), Jurusan Teknik Informatika STMIK

AMIKOM Yogyakarta, 2016. Saat ini masih menjadi

mahasiswa di STMIK Amikom Yogyakarta.

Kusnawi, memperoleh gelar Sarjana Komputer (S.Kom),

Jurusan Teknik Informatika STMIK AMIKOM

Yogyakarta, lulus tahun 2003. Memperoleh gelar

Magister Teknologi Inforamasi Teknik Elektro (M.Eng)

Program Pasca Sarjana Magister Teknik Informasi

Universitas Gajah Mada Yogyakarta, lulus tahun 2009.

Saat ini menjadi Dosen di STMIK AMIKOM

Yogyakarta.