analisis dampak pengumuman stock split dan...
TRANSCRIPT
ANALISIS DAMPAK PENGUMUMAN STOCK SPLIT DAN REVERSE
STOCK SPLIT TERHADAP ABNORMAL RETURN DAN PERUBAHAN
BETA SAHAM
Oleh:
Dedy Januar
NIM : 107081003362
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2011 M
ANALISIS DAMPAK PENGUMUMAN STOCK SPLIT DAN REVERSE
STOCK SPLIT TERHADAP ABNORMAL RETURN DAN PERUBAHAN
BETA SAHAM
Oleh :
Dedy Januar
NIM: 107081003362
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI JAKARTA SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2011 M
LEMBAR PERNYATAAN
KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Dedy Januar
No. Induk Mahasiswa : 107081003362
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Manajemen
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain
3.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Yang bertanda tangan dibawah ini
Nama : Dedy Januar
Tempat / Tanggal Lahir : Jakarta, 19 Januari 1989
Agama : Islam
Alamat : Jl Tanah Ara No 30 Rt 06/012 Pondok –Pinang Kebayoran
Lama
Telp / Hp :021 75913861 / 085782588482
E-mail :[email protected]
PENDIDIKAN FORMAL
2007-2011 : Strata 1 Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta
2004-2007 : Sekolah Menengah Atas Negeri 29 Jakarta
2001-2004 : Sekolah Menengah Pertama Negeri 87 Jakarta
1995-2001 : Sekolah Dasar Negeri 01 Pagi Jakarta
1994-1995 : Taman Kanak-kanak Tunas Satria Jakarta
PENDIDIKAN NON FORMAL
1. Peserta “International Islamic Youth Seminar” Universitas Indonesia
2. Peserta ESQ Leadership Training 2008
3. Peserta Seminar Nasional Ekonomi Islam “Dampak Krisis Global Terhadap
Perbankan Syariah” UIN
4. Peserta Seminar Ekonomi Nasional “Demokrasi versus Kesejahteraan Rakyat”
UIN
5. Anggota tim pembuatan jurnal ilmiah “ Risk dan Return di Pasar Keuangan
Syariah ”(2011)
6. Kursus Bahasa Inggris Intensive English Course level intermediate (2003-2005)
i
PENGALAMAN ORGANISASI
1. Ikatan Alumni Penerima Beasiswa Yayasan Dana Bantuan 2011
2. Anggota Divisi Dokumentasi Program Pengenalan Studi
Almamater Jurusan /manajemen (Propesa UIN) 2008
3. Anggota Pramuka SMA 29 JAkarta 2005 – 2006
4. IPSI Langlang Buana Jaya SMP N 87 2002 – 2003
ii
ABSTRACT
The objective of this research is to find out empirical evidence about the impact of stock split and reverse stock split announcement to abnormal return and beta of stock changing companies that listed in Indonesia Stock Exchange. The variables tested in this research are : stock split and reverse stock split.
The samples of this research are using 16 companies that listed in Indonesia Stock Exchange doing stock split and reverse stock split policy betweens 2005-2009 which taken with purposive sampling method.That variables had tested of normality with kolmogorov smirnov and then we doing test of difference with paired sample t-test at level of significant five percent.
The result of this research show there are no significant of difference abnormal return before and after stock split but,but there are significant of difference abnormal return before and after reverse stock split. On the other hand, there are no significant of difference beta of stock before and after stock split and reverse stock split.
Keywords : Stock Split, Reverse Stock Split, Abnormal Return, Beta of stock.
iii
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris tentang dampak pengumuman stock split dan reverse stock split terhadap abnormal return dan perubahan beta saham perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Variabel-variabel yang diuji dalam penelitian ini adalah : stock split dan reverse stock split.
Penelitian ini menggunakan sampel 16 perusahaan yang terdaftar di BEI yang melakukan kebijakan stock split dan reverse stock split periode 2005-2009 yang diambil menggunakan metode purposive sampling. Variabel-variabel tersebut kemudian diuji normalitas dengan menggunakan kolmogorov smirnov untuk kemudian dilakukan uji beda dengan menggunakan paired sample t-test pada level signifikan 5 %.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan abnormal return yang signifikan sebelum dan sesudah stock split, namun terdapat perbedaan abnormal return yang signifikan sebelum dan sesudah reverse stock split. Selain itu tidak terdapat perbedaan beta saham yang signifikan sebelum dan sesudah stock split dan reverse stock split
Kata kunci : Stock Split, Reverse Stock Split, Abnormal Return, Beta saham.
iv
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahim
Dengan memanjatkan rasa syukur kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat
dan kasih sayang-Nya yang tiada terkira kepada hambanya, salawat dan salam
tercurah kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW, sehingga penulis mampu
menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.
Skripsi ini bertujuan untuk memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Ekonomi
pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Skripsi ini memiliki judul “ Analisis Dampak Pengumuman Stock Split dan
Reverse Stock Split Terhadap Abnormal Return dan Perubahan Beta Saham”.
Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak dan memberikan
wawasan bagi pembaca.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak dan Ibu penulis yang tercinta, Soediyo dan Setya Helyati, motivator
utama penulisan skripsi ini. Terima kasih atas semua pelajaran kehidupan yang
telah diberikan, yakni tentang kedisiplinan, kerja keras, kesederhanaan, dan
kejujuran, serta atas doa dan dukungannya selama ini. Semoga kelak aku dapat
membahagiakan kalian dan memberikan yang terbaik yang bisa kulakukan.
2. Ibu Dr Hj Pudji Astuty selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak Herni Ali HT,
SE,MM. selaku Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktunya dengan
penuh kesabaran untuk memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis
dalam menyelesaikan skripsi.
3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Jakarta yang telah memberikan jalan bagi penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
4. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni MM selaku Pudek I bidang akademik, Bapak
Indoyama Nasarudin SE, MAB selaku Pudek II bidang administrasi, dan Bapak
Herni Ali HT,SE, MM selaku Pudek III bidang kemahasiswaan yang telah
memberikan motivasi dan didikan yang baik buat penulis.
v
5. Bapak Suhendra S.Ag, MM selaku Ketua Jurusan Manajemen dan Ibu Leis
Suzanawati, SE,M.Si selaku Sekretaris Jurusan Manajemen
6. Ibu Erika Amalia SE, Msi selaku dosen akuntansi yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk dapat bersama-sama membuat sebuah jurnal
ilmiah.
7. Seluruh dosen, asisten dosen, karyawan dan staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis
yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang tak ternilai serta pelayanan
akademik selama ini bagi penulis.
8. Adikku, Dian Kurniawan yang jago komputer serta kakaku : Defi Oktafani yang
telah memberikan semangat dan dukungan bagi penulis dan tak lupa kakakku
nun jauh di Nusa Tenggara Barat Desy Rahmawati dan Ahmad Abidin yang
telah memberikan dukungan moril serta materil. Semoga kita bisa segera
berkumpul kembali ya mba,mas aku kangen dengan kebersamaan kita seperti
dahulu.
9. Saudara-saudara penulis yang ada di Cipondoh, Petukangan, dan juga nun jauh
di Bobotsari Jawa Tengah. “aku kangen kalian semua”. Tak lupa Om Joni yang
juga telah memberikan pinjaman laptop, makasih ya Om.
10. Teman-teman Manajemen D angkatan 2007 : Adin, Pipit, Rio, Yana, Deri,
Yandi, Lingga, Agus, Diah, Kukuh, Ichank, Robi, Qodar,Tuti, Wahyudi, Latief,
dll. Terima kasih atas kebersamaan dan kenangan-kenangan indah yang pernah
kita lalui bersama.
11. Teman-teman Manajemen Keuangan 2007, terima kasih atas kekompakan
kalian, semoga kelak kita bisa menjadi seorang ahli keuangan dan pasar modal
yang amanah dan handal.Amiin.
12. Seluruh teman-teman Manajemen angkatan 2007, maaf tidak bisa disebutkan
satu persatu
13. Sahabat-sahabat seperjuanganku: Miftah, Yolan, Irsyam, Dito, Toni, Bimo, Ari,
Emon “FISIP”, lanjutkan perjuangan kalian ya teman-teman doaku menyertai
kalian.
14. Teman-teman bimbingan bareng : Yuli, Ijah, Via, Eva, Isna, Ica, Anggi,Yudi,
tetap semangat yah.
15. Sahabat-sahabat Ipa 3 : Ipul, Puja, Ichal, Ilham, Eka, Dimas, Yan Haris, Nani,
Fadiah, Sekar, Hani, Inge dll semoga kalian semua sukses.
vi
16. Teman yang telah memberikan inspirasi, saran, doa, dan semangat bagi penulis:
Apprina SE, makasih ya app, semoga Allah swt membalas kebaikan hatimu.
Amiin
17. Calon istriku kelak yang telah tertulis didalam Lauhul Mahfudz, akan
kumuliakan kehidupanmu nanti insya allah dengan segenap kekuatan dan
kemampuanku.
18. Seluruh pihak yang turut mendukung dan membantu penulis, namun tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi
ini, oleh karena itu kritik dan saran membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata
penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Jakarta, 1 Juni 2011
Penulis
(Dedy Januar) vii
DAFTAR ISI
Cover Dalam
Lembar Pengesahan skripsi
Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif
Lembar pernyataan Keaslian skripsi
Daftar Riwayat Hidup i
Abstract iii
Abstrak iv
Kata Pengantar v
Daftar Isi viii
Daftar Tabel xi
Daftar Gambar xiii
Daftar Lampiran xiv
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Perumusan Masalah 7
C. Tujuan dan Manfaat 8
BAB II LANDASAN TEORI 10
A. Landasan Teori
1. Stock Split 10
2. Reverse Stock Split 16
3. Beta Saham 18
a. Beta Pasar 19
b. Beta Akuntansi 20
c. Beta Fundamental 20
d. Beta Pasar dan Beta Fundamental 23
e. Beta Portofolio 24
4. Beta untuk pasar modal berkembang 25
5. Perdagangan tidak sinkron 25
viii
6. Abnormal Return 27
7. Pasar Efisien 29
B. Penelitian Terdahulu 32
C. Kerangka Pemikiran 36
D. Hipotesis 39
BAB III METODELOGI PENELITIAN 40
A. Ruang Lingkup Penelitian 40
B. Teknik Penentuan Sampel 40
C. Teknik Pengumpulan Data 44
D. Teknik Analisis 46
E. Operasional Variabel Penelitian 60
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 62
A. Perusahaan yang melakukan stock split 62
B. Perusahaan yang melakukan reverse stock split 63
C. Analisis dan Pembahasan 64
1.Analisis Deskriptif 64
a. Abnormal Return 65
b. Beta Saham 68
2. Analisis Pengujian Hipotesis 72
1. Uji Normalitas Data Abnormal Return Stock Split 73
2. Uji Normalitas Data Abnormal Return Reverse Stock Split 74
3. Uji Beda Abnormal Return sebelum dan sesudah stock split 75
4. Uji Beda Abnormal Return sebelum dan
sesudah reverse stock split 76
5. Uji Normalitas Data Beta Saham Stock Split 78
6. Uji Normalitas Data Beta Saham Reverse Stock Split 79
7. Uji Beda Beta Saham sebelum dan sesudah stock split 81
8. Uji Beda Beta Saham sebelum dan
sesudah reverse stock split 82
ix
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Halaman
Tabel 3.1 Daftar emiten yang melakukan stock split dan reverse stock split 42
Tabel 3.2 Daftar Emiten yang melakukan stock split
yang digunakan sebagai sampel 43
Tabel 3.3 Daftar Emiten yang melakukan reverse stock split
yang digunakan sebagai sampel 44
Tabel 3.4 Daftar sampel emiten yang tidak terpilih 44
Tabel 4.1 Abnormal Return Periode investigasi 65
Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Abnormal Return Periode Investigasi 66
Tabel 4.3 Abnormal Return Emiten yang melakukan Stock Split 67
Tabel 4.4 Abnormal Return Emiten yang melakukan Reverse Stock Split 68
Tabel 4.5 Beta saham periode investigasi 69 Tabel 4.6 Statistik Deskriptif Beta Saham 69
Tabel 4.7 Beta Saham Emiten yang melakukan Stock Split 70
Tabel 4.8 Beta Saham Emiten yang melakukan reverse stock split 71
Tabel 4.9 Uji One-Sample Kolmogorov- Smirnov Abnormal Stock Split 73
Tabel 4.10 Uji One-Sample Kolmogorov- Smirnov
Abnormal Return Reverse Stock Split 74
Tabel 4.11 Uji beda Paired sample t-test abnormal return stock split 75
Tabel 4.12 Uji beda Paired sample t-test abnormal return reverse stock split 77
Tabel 4.13 Uji One-Sample Kolmogorov- Smirnov Beta Stock Split 78
Tabel 4.14 Uji One-Sample Kolmogorov- Smirnov Beta Reverse Stock Split 80
xi
Tabel 4.15 Uji beda Paired sample t-test beta saham stock split 81
Tabel 4.16 Uji beda Paired sample t-test beta saham reverse stock split 82
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Keterangan Halaman
Lampiran 1 Abnormal Return Stock Split 94
Lampiran 2 Abnormal Return Reverse Stock Split 94
Lampiran 3 Deskriptif statistik Abnormal return Stock Split dan 95
Reverse stock split
Lampiran 4 Uji Normalitas Abnormal Return Stock Split 95
Lampiran 5 Uji Normalitas Abnormal Return Reverse Stock Split 96
Lampiran 6 Paired sample Statistic 96
Lampiran 7 Paired sample Correlation 96
Lampiran 8 Uji beda abnormal return stock split 96
Lampiran 9 Paired sample Statistic 97
Lampiran 10 Paired sample Correlation 97
Lampiran 11 Uji beda abnormal return reverse stock split 97
Lampiran 12 Beta Saham Stock Split 98
Lampiran 13 Beta Saham Reverse Stock Split 98
Lampiran 14 Uji Normalitas Beta Saham Stock Split 99
Lampiran 15 Uji Normalitas Beta Saham Stock Split 99
Lampiran 16 Paired sample Statistic 100
Lampiran 17 Paired Sample Correlation 100
Lampiran 18 Uji beda beta saham stock split 100
Lampiran 19 Paired sample Statistic 100
Lampiran 20 Paired sample Correlation 100
Lampiran 21 Uji beda beta saham reverse stock split 101
Lampiran 22 Deskriptive statistik Beta Stock Split 101
Lampiran 23 Deskriptive Statistik Beta Reverse Stock Split 101
Lampiran 24 Korelasi Serial RMT dengan RMT-1, RMT-2 . RMT-3 . RMT-4 101
Lampiran 24 Bobot Sekuritas 101
xiv
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegiatan investasi adalah aktivitas yang dilakukan oleh investor baik individu
ataupun perusahaan dengan harapan akan memperoleh imbal hasil sesuai nilai nominal
yang diinvestasikan. Besarnya imbal hasil yang akan diperoleh tergantung kepada
karakteristik investasi yang dipilih oleh investor tersebut. Investor yang memilih untuk
berinvestasi pada saham dengan risiko tinggi akan mendapatkan imbal hasil tinggi,
begitu pula dengan investor yang memilih untuk berinvestasi pada saham dengan risiko
rendah akan mendapatkan imbal hasil rendah.
Dengan investasi, seorang individu atau perusahaan akan membelanjakan uangnya
hari ini dengan berharap akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar di masa
mendatang ( Brigham & Houston,2006: 214).
Risiko didefinisikan dalam kamus Webster sebagai “suatu halangan; gangguan;
terhadap kerugian atau kecelakaan.”.Jadi risiko diartikan sebagai peluang akan
terjadinya suatu peristiwa yang tidak diinginkan (Brigham & Houston,2006:216).
Risiko terbagi menjadi dua macam yaitu risiko sistematik dan tidak sistematik.
Risiko sistematik adalah setiap risiko yang mempengaruhi sebagian besar aset
dengan tingkat risiko yang bermacam-macam. Risiko tidak sistematik adalah risiko
yang spesifik mempengaruhi satu aset atau kelompok kecil aset dan risiko tersebut
dapat didiversifikasi. Contoh dari risiko sistematik termasuk ketidakpastian mengenai
keadaan ekonomi secara umum seperti GNP, tingkat bunga atau inflasi. Dilain sisi,
2
pengumuman yang spesifik terhadap perusahaan, seperti tambang emas yang
menemukan emas adalah contoh dari risiko tidak sistematik ( Rodoni dan Ali, 2010:89).
Jones (2001) dalam Michael C Koridama dan Kartika Nuringsih (2008:332-346),
Risiko sistematik tidak dapat dihilangkan dengan cara diversifikasi. Dalam pembahasan
lebih lanjut risiko sistematik dikenal dengan beta saham. Sebagai akibat dari sifatnya
yang tidak dapat ditekan dengan diversifikasi, maka banyak penelitian yang membahas
lebih mendalam mengenai risiko sistematis. Penelitian dilakukan untuk mengetahui
variabel apa saja yang berpengaruh secara signifikan terhadap risiko sistematis atau
beta. Apabila ditelaah lebih lanjut, risiko sistematis lebih disebabkan oleh faktor
ekonomi makro,tingkat inflasi,rasio keuangan,ukuran perusahaan, kebijakan
pajak,kondisi perekonomian, dan faktor-faktor lain yang tidak dapat dikendalikan oleh
perusahaan.
Dwi Haroyah M (2000 : 50), untuk mengukur risiko yang tidak dapat disebar dari
suatu sekuritas atau portofolio relatif terhadap risiko pasar digunakan koefisien beta.
Beta merupakan suatu pengukur volatilitas return suatu sekuritas atau return portofolio
terhadap perubahan ekonomi makro atau return portofolio pasar. Penggunaan beta
menunjukkan pengukuran risiko yang dipengaruhi oleh perubahan ekonomi makro yang
tidak dapat dihilangkan dengan diversifikasi maupun risiko tidak sistematik. Dengan
penggunaan beta sebagai ukuran risiko sistematik akan dapat dipakai untuk
mengestimasi tingkat keuntungan yang diharapkan investor.
Informasi merupakan kebutuhan yang mendasar bagi para investor dalam
pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan ini berkaitan dengan pemilihan
3
portofolio investasi yang paling menguntungkan dengan tingkat risiko tertentu.
Informasi dapat mengurangi ketidakpastian yang terjadi, sehingga keputusan yang
diambil diharapkan akan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Dalam pasar modal,
banyak sekali informasi yang dapat diperoleh investor baik informasi yang tersedia di
publik maupun informasi pribadi (privat) (Syaichu dan Puspito,2007:2).
Pasar modal yang efisien adalah satu dimana harga saham secara penuh
merefleksikan informasi yang tersedia. Pasar modal efisien memiliki implikasi bagi
investor dan perusahaan.
a. Karena informasi direfleksikan pada harga sekuritas dengan cepat, mengetahui
informasi ketika diumumkan menjadi tidak ada keuntungan.
b. Perusahaan harus mengharapkan akan menerima nilai yang wajar dari sekuritas
yang dijual.Perusahaan tidak dapat memperoleh keuntungan dari fooling investor
dipasar efisien (Rodoni dan Ali,2010:108).
Salah satu informasi yang ada adalah pengumuman stock split atau pemecahan
saham. Informasi ini dapat memiliki makna atau nilai jika keberadaan informasi tersebut
menyebabkan investor melakukan transaksi di pasar modal, yang akan tercermin dalam
perubahan harga saham, volume perdagangan dan indikator atau karakteristik pasar
lainnya. (Syaichu dan Puspito :2007 :2).
Susiyanto (2004) dalam Hamzah (2006 :24-25): bahwa pemecahan saham (stock
split) merupakan aksi emiten yang dilakukan dengan cara memecah nilai nominal
saham menjadi nominal yang lebih kecil sesuai dengan rasio stock split yang ditentukan.
Sedangkan penggabungan saham (reverse stock split) merupakan aksi emiten yang
4
berkebalikan dengan stock split, yaitu dengan cara menggabungkan nilai nominal saham
menjadi nominal yang lebih besar sesuai dengan rasio reverse stock split yang telah
ditentukan.
Stock split dan reverse stock split sendiri merupakan tindakan perusahaan (corporate
action) yang masih menjadi fenomena yang menarik hingga saat ini karena keduanya
tidak memberikan tambahan nilai ekonomis bagi perusahaan oleh karena itu keduanya
sering disebut sebagai kosmetika saham yang mengandung pengertian bahwa upaya
tersebut dilakukan oleh perusahaan untuk membuat sahamnya terlihat menarik bagi
investor.
Terdapat banyak penelitian yang membahas mengenai pengumuman stock split dan
reverse stock split. Penelitian yang dilakukan Ade Wirman (2002 :39) menguji
pengaruh stock split terhadap likuiditas saham di pasar modal dengan memilih 15
emiten dari 40 emiten yang telah melakukan stock split atau perubahan nilai nominal
menghasilkan kesimpulan bahwa stock split mempunyai pengaruh negative atau dapat
dikatakan bahwa likuiditas menurun dengan dilakukan stock split.
Penelitian yang dilakukan oleh Fitri Anomsari (2007 :209) menguji reaksi pasar
yakni: harga, volume, dan likuiditas saham terhadap peristiwa stock split perusahaan
yang Go Publik di Bursa Efek Jakarta menghasilkan kesimpulan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara volume perdagangan saham sebelum dan sesudah
stock split, dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara harga saham dan
likuiditas saham sebelum dan sesudah stock split.
5
Penelitian yang dilakukan Wisudowati Ayu Sugito (2009) menguji motivasi dibalik
stock split dan reverse stock split: Pembuktian pada likuiditas dan Return saham
menghasilkan kesimpulan terdapat perbedaan yang signifikan antara likuiditas sebelum
dan sesudah pelaksanaan stock split dan reverse stock split. Terdapat abnormal return
yang signifikan sebelum tanggal pengumuman stock split dan reverse stock split.
Penelitian stock split dengan menggunakan koreksi beta hanya sedikit, diantaranya
adalah penelitian yang dilakukan oleh Wiggins 1992 dalam Luciana Spica Amilia dan
Emanuel Kristijadi (2005:2). Penelitian ini dilakukan dengan membandingkan
perbedaan beta diseputar tanggal pengumuman pemecahan saham dengan menggunakan
data return bulanan. Metoda koreksi beta yang digunakan adalah Metoda Scholes dan
Williams (1977) dan Fowler dan Rorke (1983). Hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik antara beta sebelum dan
sesudah pemecahan saham baik dengan menggunakan data return harian, mingguan,
maupun bulanan. Penelitian Wiggins tersebut didasarkan oleh penelitian yang dilakukan
oleh Brennan dan Copeland. Brennan dan Copeland (1988) melakukan pengujian
terhadap 1034 perusahaan yang melakukan pemecahan saham dalam kaitannya dengan
perubahan risiko sistematis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa resiko sistematis
atau beta yang terjadi pada saat sesudah pemecahan saham cenderung lebih tinggi
daripada saat pengumuman dan sebelum pengumuman.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian kembali
dengan judul :
6
“Analisis Dampak Pengumuman Stock Split dan Reverse Stock Split Terhadap
Abnormal Return Dan Perubahan Beta Saham”
Penelitian ini mengambil periode Januari 2005 sampai dengan Desember 2009
dikarenakan:
1. Terdapat peningkatan jumlah emiten yang melakukan stock split dan reverse
stock split.
2. Meningkatnya capital inflow di pasar modal Indonesia
Adapun perbedaan penelitian ini dibandingkan dengan penelitian sebelumnya adalah
sebagai berikut:
1. Menggunakan variabel dependen abnormal return dan beta sebagai variabel yang
dipengaruhi oleh stock split dan reverse stock split.
2. Periode penelitian yang dilakukan masih update sehingga menghasilkan
informasi terkini mengenai perbedaan abnormal return dan beta saham yang
disebabkan dari aktivitas stock split dan reverse stock split.
Untuk dapat lebih memahami dan menghindari kemungkinan menyimpang dari
penelitian, maka diperlukan identifikasi dan pembatasan masalah sebagai berikut.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti melakukan identifikasi
masalah sebagai berikut :
a. Mengidentifikasi apakah terdapat perbedaan abnormal return yang signifikan pada
saat sebelum dan sesudah stock split serta sebelum dan sesudah reverse stock split .
b. Mengidentifikasi apakah terdapat perbedaan beta saham yang signifikan pada saat
sebelum dan sesudah stock split serta sebelum dan sesudah reverse stock split.
7
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pembatasan masalah agar penelitian yang
akan dilakukan tidak menyimpang dari maksud penelitian.
Adapun pembatasan masalah yang terdapat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Perusahaan yang menjadi sampel penelitian adalah perusahaan yang sahamnya
terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia yang melakukan kebijakan stock split atau
reverse stock split selama periode penelitian.
b. Tindakan Korporasi yang diteliti dalam penelitian ini, hanyalah stock split atau
reverse stock split.
c. Penentuan periode jendela (window period) dalam penelitian ini adalah 10 hari
perdagangan untuk abnormal return yang mencakup 5 hari sebelum pencatatan
split, dan 5 hari sesudah pencatatan split. Sedangkan untuk beta saham mencakup 4
hari sebelum pencatatan split, dan 4 hari sesudah pencatatan split karena
menggunakan metode beta Fowler dan Rorke periode 4 lag dan 4 lead.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah terdapat perbedaan yang sinifikan abnormal return pada saat sebelum dan
sesudah stock split ?
2. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan abnormal return pada saat sebelum dan
sesudah reverse stock split ?
3. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan beta saham pada saat sebelum dan
sesudah stock split ?
8
4. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan beta saham pada saat sebelum dan
sesudah reverse stock split ?
B. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris tentang hal-
hal berikut:
1. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan abnormal return
pada saat sebelum dan sesudah stock split.
2. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan abnormal return
pada saat sebelum dan sesudah reverse stock split.
3. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan beta saham pada
saat sebelum dan sesudah stock split.
4. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan beta saham pada
saat sebelum dan sesudah reverse stock split.
2. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka penulis berharap bahwa penelitian ini
akan memiliki manfaat bagi :
Penulis
Merupakan salah satu sarana bagi penulis untuk berfikir ilmiah serta
mengimplementasikan ilmu pengetahuan yang telah penulis dapatkan dari aktifitas
perkuliahan jurusan manajemen keuangan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
9
Perusahaan
Sebagai bahan masukan bagi perusahaan agar dapat membuat keputusan yang
tepat untuk meningkatkan profitabilitasnya dengan melakukan kebijakan stock split
dan reverse stock split.
Investor
Memberikan informasi yang berguna bagi investor dalam melakukan transaksi
perdagangan saham pada perusahan yang melakukan stock split dan reverse stock
split diukur dari risiko yang ada.
Penelitian selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi bagi penelitian
selanjutnya di bidang manajemen keuangan.
Akademisi
Dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan dan memberikan stimulus bagi
peneliti lain untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan variabel-variabel
lainnya.
10
BAB II
LANDASAN TEORI
1. Stock Split
Block dan Hirt (2002 :656) “ stock split is a division of shares by a ratio set by the
board of directors-two for one, three for one, three for two, and so on. Stock split
ussually indicate the company’s stock has risen in price to a level that the directors feel
limits the trading appeal of the stock. The par value is dividend by the ratio set, and the
new shares are issued to the current stockholders of record to increase their shares to
the stated level”
Ross et al (2003:627), A stock split conceptually similar to a stock dividend, but it
is commonly expressed as a ratio. For example, in a three-for-two split, each
shareholder receives one additional share of stock for each two held originally, so a
three-for-two split amounts to a 50 percent stock dividend. Again, no cash is paid out,
and the percentage of the entire firm that each shareholder owns is unaffected
Abdul Hafiz Tanjung (2007 : 117), pemecahan saham adalah memecah selembar
saham menjadi n lembar saham. Harga per lembar saham baru setelah pemecahan
saham adalah 1/n dari harga saham sebelumnya. Pada dasarnya ada dua jenis
pemecahan saham yang dapat dilakukan yaitu split-up dan split down. Split-up adalah
penurunan nilai nominal per lembar saham yang mengakibatkan peningkatan dalam
jumlah saham yang beredar. Misalnya pemecahan saham dengan split factor 2:1, 3:1,
dan 4:1. Split-down merupakan peningkatan nilai nominal per lembar saham yang
mengakibatkan penurunan jumlah saham beredar, misalnya dengan split faktor 1:2, 1:3,
11
1:4, atau 1:5. Dalam hal ini split factor diartikan sebagai perbandingan antara jumlah
saham yang beredar setelah pemecahan dengan jumlah saham yang beredar sebelum
pemecahan. Jumlah saham yang beredar adalah 1 juta lembar dengan nilai Rp 1000,-
per lembar. Nilai ekuitas perusahaan adalah sebesar 1 juta x Rp 1000,- = Rp 1 milyard.
Perusahaan memecah dari satu lembar saham untuk dijadikan sebanyak 2 lembar saham,
sehingga harga per lembar saham baru adalah menjadi Rp 500,- dan jumlah saham
beredar menjadi 2 juta lembar. Nilai ekuitas perusahaan tidak berubah, yaitu tetap
sebesar 2 juta x Rp 500,- = Rp 1 milyard.
Fitri Anomsari (2007:199), stock split (pemecahan saham) merupakan kebijakan
para emiten untuk meningkatkan jumlah saham yang beredar karena harga saham dinilai
terlalu tinggi (over valued). Harga saham yang terlalu tinggi akan menjadi tidak
menarik bagi investor karena sudah melewati “optimal trading range” tertentu, dimana
harga tersebut sudah memberikan nilai yang maksimal bagi perusahaan sehingga tidak
bisa meningkat lagi. Dalam kondisi seperti itu, pihak emiten akan melakukan stock split
dengan tujuan agar sahamnya menjadi menarik lagi bagi para investor karena harganya
semakin murah (under-valued) seiring dengan jumlah sahamnya yang semakin banyak.
Bodie, et.al, (2008:648)Stock Split (pemecahan saham) adalah penerbitan oleh
perusahaan atas sejumlah saham untuk ditukarkan dengan sejumlah saham yang ada
yang dimiliki oleh pemegang saham. Pemecahan saham bisa dua arah, apakah menaikan
atau menurunkan jumlah saham yang beredar
Ridwan S.Sundjaja, et.al (2010: 392), Pemecahan saham adalah metoda yang biasa
digunakan untuk menurunkan harga pasar saham perusahaan dengan meningkatkan
12
jumlah lembar saham yang dimiliki pemegang saham. Pemecahan saham tidak
berpengaruh pada struktur modal perusahaan, umumnya meningkatkan jumlah lembar
saham yang beredar dan mengurangi nilai per lembar saham. Dengan kata lain, dalam
pemecahan saham, sejumlah lembar saham baru akan ditukar dengan sejumlah lembar
saham yang beredar. Saham dipecah 2 dari 1 berarti 2 saham baru ditukar untuk 1
saham lama, saham dipecah 3 dari 2 berarti 3 saham baru ditukar untuk tiap-tiap 2
lembar saham biasa dan seterusnya.
Dari berbagai pandangan dan pernyataan para ahli maka dapat disimpulkan bahwa
pengertian stock split adalah:
1. Stock split membagi saham menjadi nilai nominal yang lebih kecil.
2. Split faktor adalah perbandingan antara jumlah saham yang beredar sebelum
dilakukannya stock split dengan jumlah saham yang beredar setelah
dilakukannya stock split. Besarnya rasio split faktor bergantung pada kebijakan
manajemen perusahaan.
3. Stock Split (pemecahan saham) adalah penerbitan oleh perusahaan atas sejumlah
saham untuk ditukarkan dengan sejumlah saham yang ada yang dimiliki oleh
pemegang saham
Stock split dilakukan untuk mencapai titik rentang harga optimal karena harga saham
yang terlampau tinggi akan sulit dijangkau oleh daya beli investor individu,dengan
dilakukan stock split maka harga saham akan lebih murah dan mampu dijangkau oleh
daya beli investor individu.
13
Beberapa alasan yang dapat dikemukakan, mengapa suatu perusahaan melakukan
stock split, yaitu:
1. Pengurangan Harga Saham Biasa
Tujuan utama stock split adalah untuk mengurangi harga per lembar saham
perusahaan. Suatu harga per lembar saham yang lebih rendah, membuat saham itu
dapat menghasilkan pembelian dalam jumlah yang lebih besar. Tujuan pengurangan
harga adalah agar perusahaan dapat menarik lebih banyak investor untuk membeli
saham sehingga dapat menaikkan permintaan dan harga pasar saham tersebut.
2. Indikasi Pertumbuhan
Manajemen mungkin menggunakan stock split untuk memberi tahu pasar,
bahwa pertumbuhan yang tinggi telah dilakukan oleh perusahaan. Saham
perusahaan yang mempunyai pertumbuhan tinggi biasanya mengandung nilai
yang bersifat informatif, yaitu menunjukkan bahwa suatu perusahaan ingin
menghindari harga per lembar saham yang tinggi di masa mendatang atas saham
tersebut karena ada pertumbuhan
3. Reverse Split ( Indikasi Kesulitan )
Sebagai ganti stock split, mungkin perusahaan ingin mengurangi jumlah saham
yang beredar. Hal ini dapat diselesaikan dengan suatu reverse split, yaitu
pengurangan jumlah saham yang beredar.( Ika W dan Purwaningsih: 2008 ).
Perusahaan melakukan stock split karena harga saham sudah melebihi harga
optimal dimana harga saham sudah tidak dapat meningkat sesuai dengan kenaikan
kinerja perusahaan. Saham perlu dipecah agar harga saham menjadi lebih kecil dan
14
kemudian harga saham akan meningkat sesuai dengan kenaikan kinerja perusahaan.
Oleh karena itu, menurut signaling theory, stock split hanya dilakukan oleh
perusahaan yang memiliki prospek kinerja yang baik dimana perusahaan yakin
bahwa harga saham setelah dipecah akan naik sesuai dengan kenaikan kinerja
perusahaan di masa depan. ( Ika W & Purwaningsih: 2008)
Grinblatt, Masulis dan Titman (1984) dalam Jogiyanto (2009: 545)
menggunakan data harian untuk melihat pengaruh dari pengumuman stock split.
Sebanyak 125 peristiwa stock split yang bebas dari pengumuman lainnya selama
tiga hari sekelililng tanggal pengumuman dijadikan sebagai sampel data. Mereka
menemukan reaksi yang signifikan dari pengumuman stock split. Mereka
menginterpretasikan bahwa pengumuman stock split merupakan sinyal yang positip
terhadap aliran kas masa depan perusahaan.(Jogiyanto, 2009:545).
Pengumuman stock split dianggap sebagai sinyal yang positif karena manajer
akan menyampaikan prospek masa depan yang baik dari perusahaan publik yang
belum mengetahuinya. Alasan sinyal ini didukung dengan kenyataan bahwa
perusahaan yang melakukan stock split merupakan perusahaan yang mempunyai
kinerja yang baik. Jika pasar bereaksi pada waktu pengumuman stock split, bukan
berarti bahwa pasar bereaksi karena informasi stock split tersebut yang tidak
mempunyai nilai ekonomis,tetapi bereaksi karena mengetahui prospek perusahaan
di masa depan yang disinyalkan melalui stock split. Supaya suatu sinyal dianggap
valid dan dapat dipercaya oleh pasar, maka tidak semua perusahaan dapat
melakukannya. Hanya perusahaan yang benar-benar mempunyai kondisi sesuai
15
yang disinyalkan yang akan mendapatkan reaksi positif. Perusahaan yang
memberikan sinyal tidak valid akan mendapatkan dampak yang negatif. Sesuai
dengan yang ditemukan oleh Copeland bahwa stock split mengandung biaya yang
harus ditanggung, maka hanya perusahaan yang mempunyai prospek bagus saja
yang mampu menanggung biaya ini dan sebaliknya perusahaan yang tidak
mempunyai prospek yang baik yang mencoba memberikan sinyal tidak valid lewat
stock split akan tidak mampu menanggung biaya tersebut, sehingga bukannya stock
split akan meningkatkan harga sekuritasnya tetapi akan menurunkannya jika pasar
cukup canggih untuk mengetahuinya.
Manajemen melakukan stock split dalam upaya untuk mengarahkan harga
saham pada interval tertentu yang tidak terlalu mahal atau tidak terlalu tinggi untuk
saham perusahaan. Menurut teori ini, harga saham yang dinilai terlalu tinggi
menyebabkan saham tersebut kurang aktif untuk diperdagangkan. Keputusan stock
split menyebabkan harga saham menjadi tidak terlalu tinggi, sehingga akan
semakin banyak investor yang mampu bertransaksi yang kemudian akan
meningkatkan likuiditas perdagangan saham. Jadi menurut trading range theory,
manajemen melakukan stock split karena memandang bahwa harga saham
perusahaan sudah terlalu tinggi. Atau dengan kata lain, harga saham yang tinggi
menjadi pendorong bagi manajemen untuk melakukan stock split.( Sukardi 2003
dalam Ika W & Purwaningsih: 2008).
16
2. Reverse Stock Split
Ross et al (2003:627), A less frequently encountered financial maneuver is the
reverse split. In 1999, for example, 79 Nasdaq firms executed reverse splits. In 2000,
oly 36 did. Reverse splits generally range from 1-for-2 to 1-for-10. In a one –for-
three reverse split, each investor exchanges three old shares for one new share. The
par value is tripled in the process. As with stock splits and stock dividends a case can
be made that a reverse split has no real effect.
Pada dasarnya ada dua jenis pemecahan saham yang dapat dilakukan yaitu
pemecahan saham naik (split-up ) dan pemecahan saham turun (split-down) atau
yang biasa dikenal dengan reverse stock split. Reverse stock split adalah perubahan
nilai nominal per lembar saham dan mengurangi jumlah saham yang beredar sesuai
dengan faktor pemecahan misalnya 1:2; 1:3; dan 1:4. Reverse stock split biasanya
dilakukan ketika harga saham dinilai terlalu rendah, sehingga dianggap tidak
memiliki prospek yang cukup baik (Basir dan Fakhrudin, 2005)
Sanjaya (2007) , Reverse stock split merupakan perubahan nilai nominal per
lembar saham dan mengurangi jumlah saham yang beredar sesuai dengan faktor pem
ecahan. Reverse stock split biasanya dilakukan ketika harga saham dinilai terlalu
rendah. Reverse stock split merupakan penggabungan nilai nominal saham menjadi
pecahan yang lebih besar. Oleh karena itu, jumlah saham yang dimiliki oleh
pemegang saham akan berkurang dengan nilai nominal per lembar saham menjadi
lebih besar. Ini menyebabkan nilai saham akan meningkat secara proporsional.
17
Wan Chen Lee(2010:26 dalam Robinson : 2008) A reverse split involves a
substitution of one new share for a certain number of outstanding shares and, hence,
the share price increases after reverse split. Reverse stock split are essentially paper
transactions that do not affect a firm stream of cash flow directly. Yet, in recent years
there are as many reverse split are regular stock split occured in the U.S markets.
Ridwan S.Sundjaja, et.al (2010: 393), Pemecahan balik saham, metoda yang
digunakan untuk meningkatkan harga pasar saham perusahaan dengan cara menukar
balik sejumlah saham yang beredar dengan satu saham yang baru. Misalnya : saham
yang dipecah balik dari 2 menjadi 1 artinya 2 saham lama ditukar balik menjadi 1
saham baru, saham yang dipecah balik dari 3 menjadi 2 artinya 3 saham lama ditukar
balik menjadi 2 saham baru , dan seterusnya.
Dari berbagai pandangan dan pernyataan para ahli maka dapat disimpulkan bahwa
pengertian reverse stock split adalah:
1. Reverse stock split menggabungkan beberapa saham menjadi satu untuk
memperbesar nilai nominal
2. Reverse stock split merubah nilai nominal per lembar saham dan mengurangi
jumlah saham yang beredar sesuai dengan faktor pemecahan.
3. Pemecahan balik saham, metoda yang digunakan untuk meningkatkan harga
pasar saham perusahaan dengan cara menukar balik sejumlah saham yang
beredar dengan satu saham yang baru.
18
3. Beta Saham
Beta merupakan suatu pengukur volatilitas return suatu sekuritas atau return
portofolio terhadap return pasar. Beta sekuritas ke-i mengukur volatilitas return
sekuritas ke-i dengan return pasar. Beta portofolio mengukur volatilitas return
portofolio dengan return pasar. Dengan demikian beta adalah pengukur risiko
sistematik dari suatu sekuritas atau portofolio relatif terhadap risiko pasar
(Jogiyanto,2009:364)
Setiap perusahaan memiliki risiko sistematik yang berbeda-beda. Menurut
Jones(1996) dalam Dwi Haroyah (2000 :52s) beta merupakan suatu ukuran relatif dari
risiko sistematik saham individu dalam hubungannya dengan pasar secara keseluruhan
yang diukur dari fluktuasi pendapatan (return). Masing-masing saham memiliki
kepekaan yang berbeda-beda terhadap perubahan pasar. Saham dengan koefisien beta
sama dengan satu berarti memiliki risiko yang sama dengan risiko rata-rata pasar.
Koefisien beta leb ih dari satu menunjukkan bahwa saham tersebut sangat peka terhadap
perubahan pasar atau memiliki risiko diatas risiko pasar, disebut sebagai saham yang
agresif. Saham yang mempunyai beta kurang dari satu disebut saham yang defensif
dimana saham tersebut kurang peka terhadap perubahan pasar.
Beta merupakan risiko yang dinyatakan dalam “Sensitivity to market” yaitu ukuran
risiko yang didasarkan pada sensitivitas pergerakan return suatu saham terhadap return
suatu saham terhadap market return. Menurut Beaver,Ketter dan Scholes
(Grubber:1995) dalam Indra (2006) menyatakan:
19
“Beta is risk measure that arises from the relationship between the return on a stock
and the return on the markets however, we should know that the risk a firm should be
determined by some combination the firm’s fundamental of the firm’s stock. If these
relationship could be determined, they would help us to understand betas and to better
forecast betas.
Beta suatu sekuritas dapat dihitung dengan teknik estimasi yang menggunakan data
historis. Beta yang dihitung berdasarkan data historis ini selanjutnya dapat digunakan
untuk mengestimasi Beta masa datang. Bukti-bukti empiris menunjukkan bahwa beta
historis mampu menyediakan informasi tentang Beta masa depan (Elton dan Gruber,
1994). Analis sekuritas dapat menggunakan data historis dan kemudian menggunakan
faktor-faktor lain yang diperkirakan dapat mempengaruhi beta masa depan.
Beta historis dapat dihitung dengan menggunakan data-data historis berupa data
pasar (return-return sekuritas dan return pasar), data akuntansi ( laba-laba perusahaan
dan laba indeks pasar) atau data fundamental ( menggunakan data-data fundamental).
Beta yang dihitung dengan data pasar disebut beta pasar. Beta yang dihitung dengan
data akuntansi disebut dengan beta akuntansi dan beta yang dihitung dengan data
fundamental disebut beta fundamental.
a. Beta Pasar
Dapat diestimasikan dengan mengumpulkan nilai-nilai historis return dari pasar
selama periode tertentu, misalnya 60 bulan untuk return bulanan, atau 200 hari untuk
return harian. Dengan asumsi bahwa hubungan antara return-return sekuritas dan return-
20
return pasar adalah linier, maka Beta dapat diestimasi secara manual dengan memplot
garis diantara titik-titik return atau dengan teknik regresi. (Jogiyanto,2009:365)
b. Beta Akuntansi
Data akuntansi seperti misalnya laba akuntansi ( accounting earnings) dapat juga
digunakan untuk mengestimasi beta. Beta akuntansi ini dapat dihitung secara sama
dengan beta pasar (yang menggunakan data return), yaitu dengan mengganti data return
dengan laba akuntansi. (Jogiyanto,2009:372).
c. Beta Fundamental
Beaver, Kettler dan Scholes (1970) dalam Jogiyanto(2009:377) mengembangkan
penelitian Ball dan Brown dengan menyajikan perhitungan beta menggunakan
beberapa variabel fundamental. Variabel-variabel yang dipilih oleh mereka merupakan
variabel-variabel yang dianggap berhubungan dengan risiko, karena Beta merupakan
pengukur dari risiko. Dengan argumentasi bahwa risiko dapat ditentukan
menggunakan kombinasi karakteristik pasar dari sekuritas dan nilai-nilai fundamental
perusahaan, maka kombinasi ini akan banyak membantu mengerti beta dan untuk
memprediksinya.oleh karena itu, Beaver, Kettler dan Scholes menggunakan 7 macam
variabel yang merupakan variabel-variabel fundamental. Sebagian besar variabel-
variabel tersebut adalah variabel akuntansi. Walaupun variabel-variabel tersebut
secara umum dianggap bervariasi dengan risiko, tetapi secara teori mungkin tidak
semuanya berhubungan dengan risiko. Ketujuh variabel-variabel yang digunakan
adalah sebagai berikut ini.
21
Dividend Payout
Dividend payout dapat diukur sebagai dividen yang dibayarkan dengan laba yang
tersedia untuk pemegang saham umum. Lintner ( 1956) dalam (Jogiyanto:377-378)
memberikan alasan rasional bahwa perusahaan-perusahaan enggan untuk menurunkan
dividen. Jika perusahaan memotong dividen, maka akan dianggap sebagai sinyal yang
buruk karena dianggap perusahaan membutuhkan dana. Oleh karena itu perusahaan
yang mempunyai risiko tinggi cenderung untuk membayar dividen payout lebih kecil
supaya nanti tidak memotong dividen jika laba yang diperoleh turun. Untuk perusahaan
yang berisiko tinggi, probabilitas untuk mengalami laba yang menurun adalah tinggi.
Dari hasil pemikiran ini, maka dapat disimpulkan adanya hubungan yang negatip antara
risiko dan dividen payout , yaitu risiko tinggi, dividen payout rendah. Karena Beta
merupakan pengukur risiko, maka dapat juga dinyatakan bahwa beta dan dividen payout
mempunyai hubungan yang negatip. Alasan lain yang menyatakan bahwa hubungan
negatip antara beta dan dividen payout adalah bahwa pembayaran dividen dianggap
lebih kecil risikonya dibandingkan dengan capital gains ( Elton dan Grubber, 1994).
Dengan demikian perusahaan yang membayar rasio dividen yang tinggi akan
mempunyai risiko yang lebih kecil dibandingkan dengan yang menahannya dalam
bentuk laba yang ditahan.
Asset Growth
Variabel pertumbuhan aktiva (asset growth) didefinisikan sebagai variabel
perubahan (tingkat pertumbuhan) tahunan dari aktiva total.
22
Leverage
Leverage didefinisikan sebagai nilai buku total hutang jangka panjang dibagi dengan
total aktiva. Leverage diprediksi mempunyai hubungan positip dengan Beta.Bowman
(1980) menggunakan nilai pasar untuk total hutang dalam menghitung leverage dan
mendapatkan hasil yang tidak berbeda jika digunakan dengan nilai buku.
Liquidity
Likuiditas (liquidity) diukur sebagai current ratio yaitu aktiva lancar dibagi dengan
hutang lancar. Likuiditas diprediksi mempunyai hubungan yang negatip dengan beta,
yaitu secara rasional diketahui bahwa semakin likuid perusahaan, semakin kecil
risikonya.
Asset Size
Variabel ukuran aktiva ( asset size ) diukur sebagai logaritma dari total aktiva.
Variabel ini diprediksi mempunyai hubungan yang negatip dengan risiko. Ukuran aktiva
dipakai sebagai wakil pengukur (proxy) besarnya perusahaan. Perusahaan yang besar
dianggap mempunyai risiko yang lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan yang
besar dianggap lebih mempunyai akses ke pasar modal, sehingga dianggap mempunyai
Beta yang lebih kecil ( Elton dan Gruber, 1994).
Earnings Variability
Variabilitas laba (earnings variability) diukur dengan nilai deviasi standar dari PER
( price earnings ratio ) atau rasio P/E ( harga saham dibagi dengan laba perusahaan).
Variabilitas dari laba dianggap sebagai risiko perusahaan, sehingga hubungan antara
variabel ini dengan Beta adalah positip.
23
Accounting Beta
Beta akuntansi ( accounting Beta ) diperoleh dari koefisien regresi dengan variabel
dependen perubahan laba akuntansi dan variabel independen adalah perubahan indeks
pasar untuk laba akuntansi portofolio pasar ( Jogiyanto 2009:377-380)
d. Beta Pasar dan Beta Fundamental
Beta return pasar dan Beta fundamental masing-masing mempunyai kelebihan dan
kekurangannya. Kelebihan dari Beta return pasar adalah Beta ini mengukur respon
dari masing-masing sekuritas terhadap pergerakan pasar. Kelemahannya dari Beta
Return Pasar adalah tidak langsung mencerminkan perubahan dari karakteristik
perusahaan karena Beta return pasar dihitung berdasarkan hubungan data pasar (return
perusahaan yang merupakan perubahan dari harga saham dengan return pasar) dan
tidak dihitung berdasarkan data karakteristik (fundamental) perusahaan, seperti
misalnya data fundamental pembayaran dividen. Beta pasar mungkin mencerminkan
pembayaran dividen secara tidak langsung, yaitu lewat perubahan harga saham jika
ada. Berbeda dengan beta fundamental yang mengukur perubahan pembayaran dividen
secara langsung. Di lain pihak, Beta fundamental mempunyai kebaikan bahwa Beta ini
secara langsung berhubungan dengan perubahan karakteristik perusahaan, karena Beta
ini dihitung menggunakan data karakteristik tersebut. Beta fundamental juga
mempunyai kelemahan, yaitu variabel-variabel karakteristik mempunyai efek terhadap
beta fundamental yang sama untuk semua perusahaan.
Rosenberg dan Marante (1975) dalam Jogiyanto(2009:386) kemudian
menggabungkan data return pasar dan data karakteristik perusahaan untuk menghitung
24
beta. Dengan penggabungan ini diharapkan kelemahan masing-masing perhitungan beta
tertutup dan semua kebaikannya tergabung, sehingga diharapkan daya prediksinya
untuk menghitung Beta di masa mendatang lebih akurat.
e. Beta Portofolio
Beta portofolio dapat dihitung dengan cara rata-rata tertimbang ( berdasarkan
proporsi) dari masing-masing individual sekuritas yang membentuk portofolio sebagai
berikut:
n βp = ∑ wi . βi
t =1
Notasi :
βp = Beta Portofolio.
βi = Beta individual sekuritas ke-i. wi
= Proporsi sekuritas ke-i. Beta portofolio umumnya lebih akurat dibandingkan dengan beta tiap-tiap individual
sekuritas. Alasannya adalah sebagai berikut ini.
1. Beta individual sekuritas diasumsikan konstan dari waktu ke waktu.
Kenyataannya Beta individual sekuritas dapat berubah dari waktu ke waktu.
Perubahan Beta individual sekuritas dapat berupa perubahan naik atau
perubahan turun. Beta portofolio akan meniadakan perubahan beta individual
sekuritas dengan perubahan beta individual sekuritas yang lainnya.
25
2. Dengan demikian jika beta tidak akan konstan dari waktu ke waktu, maka beta
portofolio akan lebih tepat dibandingkan dengan beta individual sekuritas.
3. Perhitungan beta individual sekuritas juga tidak lepas dari kesalahan pengukuran
( measurement error) atau kesalahan acak ( random error). Pembentukan
portofolio akan mengurangi kesalahan acak ini, karena kesalahan acak satu
sekuritas mungkin akan ditiadakan oleh kesalahan acak sekuritas lainnya.
Dengan demikian, Beta portofolio juga diharapkan akan lebih tepat
dibandingkan dengan beta individual sekuritas. ( Jogiyanto, 2009: 388).
4. Beta Untuk Pasar Modal Berkembang
Beta untuk pasar modal yang berkembang perlu disesuaikan. Alasannya adalah
beta yang belum disesuaikan masih merupakan beta yang bias disebabkan oleh
perdagangan yang tidak sinkron ( non synchronous trading ). Perdagangan tidak sinkron
ini terjadi karena di pasar yang transaksi perdagangannya jarang terjadi atau disebut
juga dengan pasar yang tipis ( thin market ).Pasar yang tipis merupakan ciri dari pasar
modal yang sedang berkembang.( Jogiyanto, 2009:394-395)
5. Perdagangan tidak sinkron
Beta sebagai pengukur volatilitas mengukur kovarian return suatu sekuritas dengan
return pasar relatip terhadap risiko pasar. Kovarian dalam perhitungan beta ini
menunjukkan hubungan return suatu sekuritas dengan return pasar pada periode yang
sama, yaitu periode ke-t. Perhitungan Beta akan menjadi bias jika kedua periode
tersebut tidak sinkron, yaitu periode return pasar adalah periode ke-t dan periode return
sekuritas bukan periode ke-t, misalnya periode ke t-1 atau t-2 dan seterusnya. Periode
26
ke-t dapat berupa harian ( untuk menghitung beta harian), mingguan ( untuk
menghitung beta mingguan) atau bulanan( untuk menghitung beta bulanan).
Ketidaksamaan waktu antara return sekuritas dengan return pasar dalam perhitungan
Beta disebabkan karena perdagangan sekuritas-sekuritas yang tidak sinkron (non
synchronous trading). Perdagangan tidak sinkron terjadi karena beberapa sekuritas tidak
mengalami perdagangan untuk beberapa waktu. Akibatnya untuk sekuritas-sekuritas ini,
harga-harganya pada periode ke-t sebenarnya merupakan harga-harga sebelumnya yang
merupakan harga-harga terakhir kalinya diperdagangkan, bukan harga-harga hasil
perdagangan pada periode ke-t. Sebagai misalnya adalah harga sekuritas “A” terakhir
kali diperdagangkan lagi sampai akhir bulan tanggal 31. Pada waktu menghitung Beta
menggunakan data akhir untuk sekuritas “A”, terjadi ketidak-sinkronan, yaitu harga
sekuritas “A” hasil dari transaksi tanggal 27 dihubungkan dengan harga indeks pasar
pada tanggal 31. Ketidaksinkronan juga terjadi dalam perhitungan beta untuk sekuritas
lainnya, yaitu harga sekuritas ini pada tanggal 31 dihubungkan dengan harga indeks
pasar walaupun pada tanggal 31 yang sama, tetapi dibentuk dari harga sekuritas yang
bukan pada tanggal 31. Bias ini akan semakin besar dengan semakin banyaknya
sekuritas-sekuritas yang tidak aktif diperdagangkan, sehingga harga indeks pasar pada
periode sebenarnya dibentuk dari harga-harga sekuritas periode sebelumnya.
Perdagangan tidak sinkron juga sering terjadi dalam satu hari perdagangan.
Perdagangan tidak sinkron terjadi jika beberapa sekuritas hanya diperdagangkan pada
pagi hari saja yang harganya kemudian dibawa sampai pasar ditutup yang kemudian
harga tersebut digunakan untuk menghitung indeks pasar pada hari itu. Bias ini terjadi
27
karena anggapannya harga pasar dihitung dari harga-harga sekuritas yang
diperdagangkan sampai detik terakhir pasar ditutup pada hari itu. Karena masalah
perdagangan tidak sinkron disebabkan oleh masalah periode waktu perdagangan dan
masalah dalam interval waktu, maka masalah ini disebut juga dengan periodicity
problem dan intervalling problem ( Jogiyanto,2009:395-396).
6. Abnormal Return
Abnormal return merupakan tingkat keuntungan yang tidak pasti atau beresiko,
bagian dari tingkat keuntungan yang berasal dari informasi yang tidak terduga (
Kurniawan, 2009).
Menurut Jogiyanto (2009: 558 ), Studi peristiwa menganalisis return tidak normal
(abnormal return) dari sekuritas yang mungkin terjadi disekitar pengumuman dari suatu
peristiwa. Abnormal return atau excess return merupakan kelebihan dari return yang
sesungguhnya terjadi terhadap return normal. Return normal merupakan return
ekspektasian (return yang diharapkan oleh investor). Dengan demikian return tidak
normal (abnormal return) adalah selisih antara return sesungguhnya yang terjadi dengan
return ekspektasian, sebagai berikut :
RTNi,t = Ri,t –E(Ri,t )
Notasi :
RTNi,t = return tidak normal (abnormal return) sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t
Ri,t = return realisasian yang terjadi untuk sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t
E(Ri,t) = return ekspektasian sekuritas ke-i untuk peristiwa ke-t
28
Return realisasian atau return sesungguhnya merupakan return yang terjadi pada
waktu ke-t yang merupakan selisih harga sekarang relatif terhadap harga sebelumnya
atau dapat dihitung dengan rumus (Pi,t- Pi,t-1) / Pi,t-1. Sedang return ekspektasian
merupakan return yang harus diestimasi. Brown dan Warner (1985) mengestimasi
return ekspektasian menggunakan model estimasi mean adjusted model, market model
dan market-adjusted model.
a Mean-adjusted Model
Model sesuaian rata-rata (mean adjusted model) ini menganggap bahwa return
ekspektasian bernilai konstan yang sama dengan rata-rata return realisasian
sebelumnya selama periode estimasi (estimation period), sebagai berikut :
t2 ∑ Ri,j
j=t1 E(Ri,t ) =
T Notasi :
E(Ri,t) = return ekspektasian sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t
Ri,j = return realisasian sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j.
T = lamanya periode estimasi, yaitu dari t1 sampai dengan t2
b. Market Model
Perhitungan return ekspektasian dengan model pasar (market model ) ini
dilakukan dengan dua tahap, yaitu (1) membentuk model ekspektasi dengan
menggunakan data realisasi selama periode estimasi dan (2) menggunakan model
29
model ekspektasi ini untuk mengestimasi return ekspektasian di periode jendela.
Model ekspektasi dapat dibentuk menggunakan teknik regresi OLS (Ordinary Least
Square) dengan persamaan :
Ri,j = αi + βi . RMj + εi,j
Notasi :
Ri,j = return realisasian sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j
αi = intercept untuk sekuritas ke-i
βi = koefisien slope yang merupakan Beta dari sekuritas ke-i
RMj = return indeks pasar pada periode estimasi ke-j yang dapat dihitung dengan
rumus RMj = ( IHSGj – IHSGj-1 ) / IHSGj-1 dengan IHSG adalah Indeks
Harga Saham Gabungan
εi,j = kesalahan residu sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j (Jogiyanto :563)
Model sesuaian-pasar ( market-adjusted model) menganggap bahwa penduga yang
terbaik untuk mengestimasi return suatu sekuritas adalah return indeks pasar pada saat
tersebut. Dengan menggunakan model ini, maka tidak perlu menggunakan periode
estimasi untuk membentuk model estimasi, karena return sekuritas yang diestimasi
adalah sama dengan return indeks pasar (Jogiyanto,2009 :568).
7. Pasar Efisien
Teori yang digunakan untuk menjawab apakah pasar bereaksi terhadap informasi
pengumuman reverse stock split berakar pada hipotesis pasar efisien. Hipotesis ini
menyatakan bahwa efisiensi pasar yang disangkutkan (concerned) dengan tingkat harga
30
sekuritas yang secara cepat dan secara penuh merefleksikan informasi yang tersedia (
Jones,2004 ) dalam Sanjaya :2007).
Dalam pasar yang efisien, informasi yang masuk ke pasar akan tercermin pada
harga-harga surat berharga. Pasar akan memproses informasi yang relevan, kemudian
pasar akan mengevaluasi harga saham berdasarkan informasi tersebut. Beberapa
informasi atau fakta material yang terdapat dalam pasar modal misalnya :
penggabungan usaha (merger), pengambilalihan (acquisition), peleburan usaha
(consolidation), pemecahan saham (stock split), pembagian dividen saham ( stock
divident) dan sebagainya ( Luciana Spica dan Emanuel Kristijadi: 2005).
Umumnya terdapat tiga versi EMH : lemah (weak), semikuat (semistrong), dan
kuat (strong). Bentuk ini berbeda dalam hal apa yang dimaksud dengan “seluruh
informasi yang tersedia”.
Hipotesis bentuk lemah (weak–form) menyebutkan bahwa harga saham telah
mencerminkan seluruh informasi yang dapat diturunkan dengan menguji data
perdagangan pasar berupa data historis, volume perdagangan, dan bunga pinjaman.
Versi hipotesis ini berimplikasi bahwa analisis tren adalah sia-sia. Data harga saham
masa lalu tersedia kepada publik dan bisa didapatkan tanpa biaya. Hipotesis bentuk
lemah ini berlaku jika data tersebut merupakan sinyal yang dapat diandalkan tentang
kinerja masa depan, sehingga seluruh investor telah mempelajarinya untuk memahami
sinyal-sinyal tersebut. Pada akhirnya, sinyal tersebut akan kehilangan nilai ketika telah
diketahui secara luas karena sinyal beli, misalnya akan segera meningkatkan harga
saham. (Bodie,2006: 479)
31
Bentuk efisiensi pasar secara lemah ini berkaitan dengan teori langkah acak
(random walk theory) yang menyatakan bahwa data masa lalu tidak berhubungan
dengan nilai sekarang. Jika pasar efisien secara bentuk lemah, maka nilai-nilai masa lalu
tidak dapat digunakan untuk memprediksi harga sekarang. Jika pasar efisien secara
bentuk lemah, maka nilai-nilai masa lalu tidak dapat digunakan untuk memprediksi
harga sekarang. Ini berarti bahwa untuk pasar yang efisien bentuk lemah, investor tidak
dapat menggunakan informasi masa lalu untuk mendapatkan keuntungan yang tidak
normal. (Jogiyanto 2009: 501)
Hipotesis bentuk semikuat (semistrong-form) menyebutkan bahwa seluruh informasi
yang tersedia untuk publik tentang prospek suatu perusahaan seharusnya tercermin pada
harga pasar saham. (Bodie,2006: 479).
Informasi yang dipublikasikan dapat berupa berikut ini :
a. Informasi yang dipublikasikan yang hanya mempengaruhi harga sekuritas dari
perusahaan yang mempublikasikan informasi tersebut. Informasi yang
dipublikasikan ini merupakan informasi dalam bentuk pengumuman oleh
perusahaan emiten ( corporate event ).
b. Informasi yang dipublikasikan yang mempengaruhi harga-harga sekuritas
sejumlah perusahaan.Informasi yang dipublikasikan ini dapat berupa peraturan
pemerintah atau peraturan dari regulator yang hanya berdampak pada harga-
harga sekuritas perusahaan-perusahaan yang terkena regulasi tersebut.
c. Informasi yang dipublikasikan yang mempengaruhi harga-harga sekuritas
semua perusahaan yang terdaftar di pasar saham. ( Jogiyanto 2009 : 502)
32
Terakhir, versi bentuk kuat (strong-form) dari hipotesis pasar efisien menyebutkan
bahwa harga pasar mencerminkan seluruh informasi yang relevan bagi perusahaan,
termasuk informasi yang hanya tersedia bagi orang dalam perusahaan (Bodie,2006:
480)
Studi peristiwa (event study) merupakan studi yang mempelajari reaksi pasar
terhadap suatu peristiwa (event) yang informasinya dipublikasikan sebagai suatu
pengumuman. Even study dapat digunakan untuk menguji kandungan informasi(
information content) dari suatu pengumuman digunakan untuk menguji efisiensi pasar
bentuk setengah kuat. Pengujian kandungan informasi dan pengujian efisiensi pasar
bentuk setengah kuat merupakan dua pengujian yang berbeda. Pengujian kandungan
informasi dimaksudkan untuk melihat reaksi dari suatu pengumuman. Jika
pengumuman mengandung informasi (information content), maka diharapkan pasar
akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Reaksi pasar
ditunjukkan dengan adanya perubahan harga dari sekuritas bersangkutan.(Jogiyanto,
2009 : 536-537)
B. Penelitian terdahulu
Seperti sudah dijelaskan diatas bahwa terdapat dua hipotesis yang
melatarbelakangi emiten dalam melakukan kebijakan stock split dan reverse stock
split yakni trading range theory dan signaling theory.
Trading range theory menyatakan bahwa manajemen perusahaan melakukan
stock split atau reverse stock split dengan tujuan untuk mencapai titik rentang harga
saham yang optimal karena pada saat harga saham dinilai terlalu tinggi
33
menyebabkan saham tersebut kurang aktif diperdagangkan sehingga berimbas pada
menurunnya volume perdagangan saham tersebut.
Signaling theory menyatakan bahwa pengumuman stock split atau reverse stock
split akan direspon pasar karena memiliki kandungan informasi yang memberikan
suatu sinyal dan akan berpengaruh terhadap nilai saham perusahaan dan aktivitas
perdagangan.
Terdapat beberapa penelitian yang mendukung dan tidak mendukung teori
tersebut.
Penelitian yang dilakukan Almilia dan Kristijadi (2005) menguji dampak size
perusahaan terhadap kandungan informasi dan efek intra industri pengumuman
stock split. Penelitian ini menganalisis average abnormal return, cumulative
abnormal return, dan risiko sistematis dengan menggunakan T-test, dan crude
dependence adjustment dari Brown dan warner (1985). Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan bahwa pengumuman stock split yang dilakukan oleh size besar dan
kecil memiliki kandungan informasi sehingga direspon oleh para pelaku pasar.
Temuan lain dalam penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan
beta sebelum dan setelah pengumuman stock split yang dilakukan oleh perusahaan
size besar dan kecil. Penelitian ini juga memberikan bukti bahwa efek intra industri
pada pengumuman stock split terjadi pada perusahaan baik size besar maupun kecil.
Penelitian yang dilakukan oleh Melinda Savitri dan Dwi Martani (2006) menguji
pengaruh stock split dan reverse stock split terhadap return saham dan volume
perdagangan Bursa Efek selama tahun 2001-2005 . Penelitian ini menganalisis
34
abnormal return dan volume perdagangan selama periode pengamatan dan
hubungan return saham dengan profitabilitas,leverage, dan volume perdagangan.
Penelitian ini menemukan adanya abnormal return positif dan signifikan pada
tanggal pengumuman split dan lima hari sebelumnya dengan α = 10 % pada sampel
stock split. Untuk reverse stock split,terdapat abnormal return yang negatif dan
signifikan pada saat tanggal pengumuman dengan α = 5 %. Tiga hari sebelum
tanggal pengumuman juga ditemukan abnormal return yang negatif dan signifikan.
Selain itu juga ditemukan perbedaan yang signifikan pada volume perdagangan
sebelum dengan sesudah stock split dan reverse stock split. Volume perdagangan
dan Return on Asset memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham
tetapi Debt to Equity Ratio tidak.
Penelitian yang dilakukan oleh Sanjaya (2007) menguji kandungan informasi
pada pengumuman reverse stock split dan menyelidiki reaksi pasar pada saat
pengumuman. Penelitian ini menggunakan metode Fowler dan Rorke untuk
mengoreksi beta. Beta koreksi dari sekuritas tiap harinya yang dihitung
menggunakan data return selama satu tahun seperti perhitungan dengan beta
mentah. Beta koreksi adalah beta mentah yang sudah dikoreksi karena adanya
perdagangan yang tidak sinkron. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa
pengumuman reverse stock split sebagai corporate action memiliki kandungan
informasi. Hasil ini mengindikasikan bahwa informasi pengumuman reverse stock
split digunakan oleh pelaku pasar di dalam pengambilan keputusan investasi.
35
Penelitian yang dilakukan oleh Pantisa Pavabutr dan Kulpatra Sirodom (2008)
menyelidiki pengaruh stock split terhadap harga saham dan berbagai aspek
likuiditas menggunakan data harian dari Bursa Efek Thailand selama tahun 2002-
2004. Penelitian ini menemukan bukti empiris bahwa penurunan friksi perdagangan
dan peningkatan pada level pemecahan berhubungan dengan ukuran faktor
pemecah dan perdagangan. Saham dengan faktor pemecah yang tinggi memiliki
harga yang lebih baik dan bid ask spread yang lebih rendah. Bukti empiris
ditemukan yang mendukung trading range hipotesis dari stock split.
Penelitian yang dilakukan oleh Wisudowati Ayu Sugito (2009) menguji
pengaruh stock split dan reverse stock split terhadap likuiditas dan return saham.
Hasil penelitian ini adalah:
a. terdapat perbedaan yang signifikan antara likuiditas sebelum dan sesudah
pelaksanaan stock split. Hal ini ditandai dengan penurunan trading volume
activity (TVA) pada emiten yang melakukan stock split.
b. terdapat perbedaan yang signifikan antara likuiditas sebelum dan sesudah
spelaksanaan reverse stock split. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan
trading volume activity (TVA) sesudah pelaksanaan kebijakan tersebut.
c. Terdapat abnormal return signifikan sebelum tanggal pengumuman stock split.
d. Terdapat abnormal return signifikan sebelum tanggal pengumuman reverse
stock split
Penelitian yang dilakukan Kurniawan (2009) menganalisis pengaruh stock split
dan reverse stock split terhadap return saham dan volume perdagangan. Hasil dari
36
penelitian ini adalah terdapat Abnormal return yang positif dan signifikan pada
hari-hari disekitar pelaksanaan stock split dan reverse stock split. Volume
perdagangan ditemukan positif berbeda namun tidak signifikan antara sebelum dan
setelah pelaksanaan stock split dan reverse stock split. Kemudian pengujian regresi
yang meneliti pengaruh variabel ROA, DER, dan volume perdagangan terhadap
return saham ditemukan dua dari tiga variabel independen yang diteliti signifikan
dan konsisten pada periode sebelum dan sesudah stock split dan reverse stock split.
Kedua variabel itu adalah DER dan volume perdagangan.
C. Kerangka Pemikiran
Penelitian ini dilakukan berawal dari memulai mengamati seluruh perusahaan yang
go public di BEI yang melakukan stock split atau reverse stock split dan menyeleksi
perusahaan yang masuk didalamnya selama periode 2005-2009.
Setelah data diperoleh, dilakukanlah pengujian hipotesis terhadap variabel-variabel
yang akan diuji berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat pada bab sebelumnya.
Teknik analisis yang pertama dilakukan adalah menguji keberadaan abnormal return
pada perdagangan sekitar pengumuman stock split dan reverse stock split, menggunakan
uji beda. Penentuan penggunaan uji statistik jenis apa yang akan digunakan, ditentukan
dengan melihat terlebih dahulu kenormalan data. Untuk itu akan dilakukan uji
normalitas sebelum melakukan uji statistik. Normalitas yang akan dilakukan
menggunakan uji Kolmogorov Smirnov. Dari hasil uji inilah kemudian ditentukan
apakah data berdistribusi normal atau tidak. Apabila data berdistribusi normal maka
akan digunakan uji beda statistik parametrik dengan menggunakan paired sample t-test
37
namun apabila data tidak berdistribusi normal maka akan digunakan uji beda statistik
non parametrik dengan menggunakan uji wilcoxon.
Sedangkan teknik analisis data yang digunakan untuk menguji keberadaan beta
saham disekitar pengumuman stock split dan reverse stock split adalah dengan
menggunakan beta koreksi. Lalu setelah itu dilakukan uji normalitas sebelum
melakukan uji statistik. Normalitas yang akan dilakukan menggunakan uji Kolmogorov
Smirnov. Dari hasil uji inilah kemudian ditentukan apakah data berdistribusi normal
atau tidak. Apabila data berdistribusi normal maka akan digunakan uji beda statistik
parametrik dengan menggunakan paired sample t-test namun apabila data tidak
berdistribusi normal maka akan digunakan uji beda statistik non parametrik dengan
menggunakan uji wilcoxon. Untuk memperjelas uraian tersebut, maka dibuatlah
kerangka pemikiran sebagai berikut.
38
Ya Tidak
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Abnormal Return
Perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia
Sebelum dan sesudah stock split
Sebelum dan sesudah reverse stock split
Beta Saham
Koreksi Beta Normalitas
Data Tidak Normal Data Normal
Parametrik Test Non Parametrik Test
Paired Sample T-Test Wilcoxon Test
Kesimpulan
39
D. Hipotesis
Kerangka pemikiran merupakan gambaran penelitian yang akan dilakukan.
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas agar sesuai dengan tujuan penelitian untuk
menjawab pertanyaan penelitian, maka hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut :
1. Ho : ARij = 0, tidak ada perbedaan yang signifikan pada abnormal return sebelum
dan sesudah stock split dan reverse stock split.
Ha : ARij ≠ 0 , ada perbedaan yang signifikan pada abnormal return sebelum dan
sesudah stock split dan reverse stock split.
2. Ho : βi = 0, tidak ada perbedaan yang signifikan pada beta saham sebelum dan
sesudah stock split dan reverse stock split.
Ha : βi ≠ 0 , ada perbedaan yang signifikan pada beta saham sebelum dan sesudah
stock split dan reverse stock split.
40
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Pelaksanaan kebijakan stock split dan reverse stock split memiliki keterkaitan
dengan hipotesis yang mendasarinya yaitu trading range theory dan signaling theory.
Teori ini kemudian didukung oleh penelitian sebelumnya yang meneliti pengaruh stock
split terhadap beta saham. Penelitian ini memiliki tujuan untuk menganalisa hubungan
kausalitas tentang pengaruh variabel independen yaitu stock split, reverse stock split
terhadap variabel dependennya yaitu abnormal return dan beta saham. Periode
penelitian dimulai dari Januari 2005 hingga Desember 2009. Tahun 2005 dipilih sebagai
tahun dasar penelitian dikarenakan pada tahun 2005 terdapat peningkatan yang
signifikan pada jumlah emiten yang melakukan stock split dan reverse stock split.
B. Teknik Penentuan Sampel
1. Populasi
Populasi dari penelitan ini adalah seluruh emiten yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia yang mempublikasikan kepada publik melalui laporan kepada Bapepam
tentang rencana stock split dan reverse stock split periode 2005-2009.
2. Sampel
Pemilihan sampel dengan metode non probabilitas atau secara tidak acak, elemen-
elemen populasi tidak mempunyai kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi
sampel. Peneliti kemungkinan mempunyai tujuan atau target tertentu dalam memilih
sampel secara tidak acak. Ada dua jenis metode pemilihan sampel ini, yaitu :
41
pemilihan sampel berdasarkan pertimbangan dan berdasarkan kuota. Pemilihan
Sampel berdasarkan Pertimbangan ( Judgement Sampling), merupakan tipe
pemilihan sampel secara tidak acak yang informasinya diperoleh dengan
menggunakan pertimbangan tertentu ( umumnya disesuaikan dengan tujuan atau
masalah penelitian). Elemen populasi yang dipilih sebagai sampel dibatasi pada
elemen-elemen yang dapat memberikan informasi berdasarkan pertimbangan.(
Indriantoro dan Supomo,2000 : 131). Kriteria yang menjadi pertimbangan dalam
penelitian ini adalah:
1. Emiten yang melakukan stock split dan reverse stock split tidak melakukan
kebijakan lain ( misalnya pembayaran deviden, penerbitan obligasi,dan right
issue).
2. Emiten harus listing minimal selama setahun sebelum periode penelitian agar
menjamin ketersediaan data.
Perusahaan yang melakukan stock split selama Januari 2005 sampai dengan
Desember 2009 sebanyak 40 emiten, yang kemudian dilakukan proses penyeleksian
menurut kriteria-kriteria diatas sehingga menyisakan 8 emiten. Sedangkan
perusahaan yang melakukan reverse stock split sebanyak 13 emiten. Setelah
dilakukan proses penyeleksian menghasilkan sampel sebanyak 8 emiten.
Berikut tabel 3.1 yang menyajikan jumlah emiten yang melakukan stock split
dan reverse stock split selama periode penelitian.
42
Tabel 3.1 Daftar emiten yang melakukan stock split dan reverse stock split
No Nama Emiten Corporate Action Tanggal Pelaksanaan
1 PT. Inti Kapuas Arowana Tbk Reverse Stock Split 19 Januari 2005 2 PT. Bakrie & Brothers Tbk Reverse Stock Split 14 Maret 2005 3 PT. Lippo E-NET Tbk Reverse Stock Split 28 Maret 2005 4 PT. Artha Pacifik Internasional Tbk Reverse Stock Split 18 April 2005 5 PT. Nusantara Inti Corporation Tbk Reverse Stock Split 30 May 2005 6 PT. Smart Tbk Stock Split 20 Juni 2005 7 PT. Ciputra Surya Tbk Stock Split 25 Juli 2005 8 PT. Indoexchange Tbk Reverse Stock Split 25 Agustus 2005 9 PT.Tigaraksa Satria Stock Split 30 Agustus 2005 10 PT. Prima Alloy Steel Tbk Stock Split 20 September 2005 11 PT. Hexindo Adiperkasa Tbk Stock Split 01 September 2005 12 PT. Sarasa Nugraha Tbk Reverse Stock Split 06 Oktober 2005 13 PT. Humpuss Intermoda Transportasi Tbk Stock Split 15 Desember 2005 14 PT. Intraco Penta Tbk Stock Split 16 Januari 2006 15 PT. Pelayaran Tempuran Emas Tbk Stock Split 17 Maret 2006 16 PT. Pembangunan Jaya Ancol Tbk Stock Split 10 Juli 2006
17 PT. Jaka Inti Realtindo Tbk Reverse Stock Split 19 Juli 2006 18 PT. Lippo Karawaci Tbk Stock Split 28 Juli 2006 19 PT. Sentul City Tbk Reverse Stock Split 01 Agustus 2006 20 PT. Jaya Real Property Tbk Stock Split 14 Agustus 2006 21 PT. Tempo Scan Pacifik Tbk Stock Split 14 September 2006 22 PT. Buana Finance Tbk Stock Split 02 Oktober 2006 23 PT. Ekadharma Internasional Tbk Stock Split 19 Oktober 2006 24 PT. Arpeni Pratama Ocean Line Tbk Stock Split 24 November 2006 25 PT. Plaza Indonesia Realty Tbk Stock Split 26 Desember 2006 26 PT. Bank Artha Graha Internasional Tbk Reverse Stock Split 10 Januari 2007 27 PT. Pakuwon Jati Tbk Stock Split 24 Januari 2007 28 PT. Global Mediacom Tbk Stock Split 24 April 2007 29 PT. Davomas Abadi Tbk Stock Split 28 May 2007 30 PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk Stock Split 12 Juli 2007 31 PT. AKR Corporindo Tbk Stock Split 27 Juli 2007 32 PT. Semen Gresik (Persero) Tbk Stock Split 07 Agustus 2007 33 PT. Sorini Agro Asia Corporindo Tbk Stock Split 22 Agustus 2007 34 PT. Hortus Danavest Tbk Stock Split 10 September 2007
43
Sedangkan emiten yang digunakan sebagai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Tabel 3.2 Daftar Emiten yang melakukan stock split yang digunakan sebagai sampel
No Nama Emiten Corporate Action Tanggal Pelaksanaan
35 PT. Humpuss Intermoda Transportasi Tbk Stock Split 11 September 2007 36 PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk Stock Split 01 November 07 37 PT. Jaya Pari Steel Tbk Stock Split 12 Desember 2007 38 PT. Lippo Karawaci Tbk Stock Split 26 Desember 2007 39 PT. Internasional Nickel Indonesia Tbk Stock Split 15 Januari 2008 40 PT. Panin Sekuritas Tbk Stock Split 21 Januari 2008 41 PT. Bank Central Asia Tbk Stock Split 28 Januari 2008 42 PT. Panorama Sentrawisata Tbk Stock Split 11 Februari 2008 43 PT. Bakrie & Brothers Tbk Reverse Stock Split 06 Maret 2008 44 PT. Suryainti Permata Tbk Stock Split 12 Maret 2008 45 PT. Polysindo Eka Perkasa Tbk Reverse Stock Split 14 Maret 2008 46 PT. Delta Dunia Petroindo Tbk Stock Split 15 April 2008 47 PT. Mitra Rajasa Tbk Stock Split 30 May 2008 48 PT. Berlina Tbk Stock Split 04 Agustus 2008 49 PT. Timah Tbk Stock Split 08 Agustus 2008 50 PT. Island Concepts Indonesia Tbk Stock Split 10 Desember 2008 51 PT. Citra Tubindo Tbk Stock Split 12 Januari 2009 52 PT. Arwana Citramulia Tbk Stock Split 11 September 2009 53 PT. Pacific Utama Tbk Reverse Stock Split 09 November 2009
No Nama Emiten Corporate Action
Tanggal Pelaksanaan
1 PT. Prima Alloy Steel Tbk Stock Split 20-Sep-05 2 PT. Intraco Penta Tbk Stock Split 16-Jan-06 3 PT. Pembangunan Jaya Ancol Tbk Stock Split 10-Jul-06 4 PT. Buana Finance Tbk Stock Split 02-Okt-06 5 PT. Davomas Abadi Tbk Stock Split 28-May-07 6 PT. Jaya Pari Steel Tbk Stock Split 12-Des-07 7 PT. Internasional Nickel Indonesia Tbk Stock Split 15-Jan-08
8 PT. Delta Dunia Petroindo Tbk Stock Split 15-Apr-08
44
Tabel 3.3 Daftar Emiten yang melakukan reverse stock split yang digunakan sebagai sampel
No Nama Emiten Corporate Action Tanggal Pelaksanaan
1 PT. Bakrie & Brothers Tbk Reverse Stock Split 14 Maret 2005 2 PT. Lippo E-NET Tbk Reverse Stock Split 28 Maret 2005 3 PT. Nusantara Inti Corporation Tbk Reverse Stock Split 30 May 2005 4 PT. Indoexchange Tbk Reverse Stock Split 25 Agustus 2005 5 PT. Sarasa Nugraha Tbk Reverse Stock Split 06 Oktober 2005 6 PT. Bank Artha Graha Internasional Tbk Reverse Stock Split 10 Januari 2007 7 PT. Bakrie & Brothers Tbk Reverse Stock Split 06 Maret 2008 8 PT. Polysindo Eka Perkasa Tbk Reverse Stock Split 14 Maret 2008
Daftar Emiten yang tidak terpilih akan disajikan pada tabel 3.4
Tabel 3.4 Daftar sampel emiten yang tidak terpilih
Emiten yang Melakukan Kebijakan Korporasi Emiten yang mempunyai Emiten yang delisting dariselain stock split dan reverse stock split data yang tidak lengkap Bursa Efek Indonesia
PT. Smart Tbk PT. Artha Pacifik Internasional Tbk PT. Jaka Inti Realtindo TbkPT. Hexindo Adiperkasa Tbk PT. Ciputra Surya TbkPT. Pelayaran Tempuran Emas Tbk PT.Tigaraksa SatriaPT. Lippo Karawaci Tbk PT. Humpuss Intermoda Transportasi TbkPT. Ekadharma Internasional Tbk PT. Sentul City TbkPT. Plaza Indonesia Realty Tbk PT. Jaya Real Property TbkPT. Global Mediacom Tbk PT. Tempo Scan Pacifik TbkPT. AKR Corporindo Tbk PT. Arpeni Pratama Ocean Line TbkPT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk PT. Pakuwon Jati TbkPT. Lippo Karawaci Tbk PT. Aneka Tambang (Persero) TbkPT. Panin Sekuritas Tbk PT. Semen Gresik (Persero) TbkPT. Bank Central Asia Tbk PT. Sorini Agro Asia Corporindo TbkPT. Panorama Sentrawisata Tbk PT. Humpuss Intermoda Transportasi TbkPT. Suryainti Permata Tbk PT. Island Concepts Indonesia TbkPT. Mitra Rajasa TbkPT. Berlina TbkPT. Timah TbkPT. Citra Tubindo TbkPT. Arwana Citramulia TbkPT. Pacific Utama TbkPT. Inti Kapuas Arowana TbkPT. Hortus Danavest Tbk
45
Berdasarkan tabel 3.4 diatas maka dapat diketahui bahwa terdapat beberapa
emiten yang tidak terpilih sebagai sampel dalam penelitian ini. Alasan tidak terpilihnya
emiten tersebut adalah sebagai berikut ini:
1. Emiten yang melakukan kebijakan korporasi selain stock split dan reverse stock split
tidak terpilih sebagai sampel penelitian karena hasil penelitian yang diperoleh akan
menjadi bias karena dikhawatirkan bahwa pada saat penentuan periode jendela
(windows period) kebijakan diluar stock split dan reverse stock split dilakukan oleh
emiten tersebut.
2. Emiten yang mempunyai data yang lengkap tidak digunakan dalam penelitian ini
karena penelitian ini menggunakan data perdagangan saham harian yang disamakan
dengan data perdagangan IHSG baik berupa tanggal dan jumlah hari perdagangan
dalam satu tahun .
3. Emiten yang delisting tidak digunakan dalam penelitian ini karena data perdagangan
sahamnya tidak tercatat pada Bursa Efek Indonesia selama periode penelitian.
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Data Sekunder yang merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti
secara tidak langsung melalui medsia perantara ( diperoleh dan dicatat oleh pihak
lain) ( Indriantoro dan Supomo, 2000:147). Penelitian ini menggunakan data-data
yang dapat diperoleh dari Bursa Efek Indonesia dan BAPEPAM yaitu berupa:
a. Tanggal pengumuman stock split dan reverse stock split yang dapat
b. Tanggal pelaksanaan stock split dan reverse stock split
46
2. Penelitian Kepustakaan (Library Research) ,yaitu metode pengumpulan data yang
diperoleh dari membaca buku-buku, bahan-bahan,serta literatur-literatur yang
terkait dengan permasalahan yang diteliti.
3. Media internet untuk mendapatkan sumber informasi ter update yang seringkali
tidak diperoleh dari sumber lain seperti buku. Informasi yang didapat melalui
media internet yaitu :
a. Harga pembukaan (opening price) dan harga penutupan (closing price)
saham pada data harian harga saham emiten yang melakukan stock split dan
reverse stock split melalui situs www.yahoofinance.com
D. Teknik Analisis
1. Teknik Analisis Abnormal Return
Studi peristiwa menganalisis return tidak normal (abnormal return ) dari
sekuritas yang mungkin terjadi di sekitar pengumuman dari suatu peristiwa.
Abnormal return atau excess return merupakan kelebihan dari return yang
sesungguhnya terjadi terhadap return normal. (Jogiyanto,2009 :557). Pada
penelitian ini digunakan metode Market-Adjusted Model untuk mendapatkan
Abnormal Return.
a. Market-Adjusted Model
Model sesuaian-pasar ( market-adjusted model) menganggap bahwa
penduga yang terbaik untuk mengestimasi return suatu sekuritas adalah
return indeks pasar pada saat tersebut. Dengan menggunakan model ini,
maka tidak perlu menggunakan periode estimasi untuk membentuk model
47
estimasi, karena return sekuritas yang diestimasi adalah sama dengan return
indeks pasar. (Jogiyanto,2009 :568)
ARit : Rit - Rmt
ARit : Abnormal Return sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke t
Rit : Return sesungguhnya yang terjadi untuk sekuritas ke-i pada peristiwa
ke t
Rmt : Return pasar pada hari ke-t
Return saham (Jogiyanto,2000 :108) dalam (Ambarwati dan Damas, 2007 :258)
dihitung dengan rumus sebagai berikut
Pit - Pit- 1 Rit : Pit - 1 Dalam hal ini :
Rit : Return Saham perusahaan i pada periode t
Pit : Harga Saham perusahaan i pada peiode t
Pit-1 : Harga Saham perusahaan i pada periode t-1
Periode jendela yang digunakan untuk melihat ada atau tidaknya perbedaan
sebelum dan sesudah stock split maupun reverse stock split adalah 10 hari yang
meliputi 5 hari sebelum pelaksanaan split dan 5 hari sesudah pelaksanaan split.
Adapu t-0 yang merupakan titik awal adalah tanggal pelaksanaan stock split dan
reverse stock split tersebut.
Dalam perhitungan Return saham (Ri), tidak boleh bernilai 0. Karena dalam
aktifitas perdagangan saham investor akan memperoleh keuntungan (yang bernilai
48
positif) maupun kerugian (yang bernilai negatif). Dalam penelitian ini karena
didapatkan 16 emiten yang memiliki nilai Ri 0 , maka digunakanlah model indeks
tunggal untuk menghitung kembali nilai Return saham pada periode jendela yang
telah ditentukan untuk setiap emiten.
Model indeks tunggal berdasarkan atas pemikiran bahwa tingkat keuntungan
suatu saham nampaknya dipengaruhi oleh tingkat keuntungan pasar ( yang
ditunjukan oleh indeks harga pasar yang tersedia). Persamaan yang digunakan adalah
sebagai berikut
Rit = αi +βi Rmt + εit
Dimana :
Rit = Tingkat keuntungan saham pasar i pada waktu t
αi = Parameter model untuk mengukur tingkat keuntungan laba yang diperoleh
oleh bursa suatu negara.
βi = Parameter untuk mengukur tingkat resiko pasar modal suatu negara
Rmt = Tingkat keuntungan indeks pasar dunia pada waktu t
εit = Error term untuk indeks i pada waktu t
Persamaan tersebut merupakan persamaan regresi sederhana yang dihitung
dengan Ri sebagai variabel dependen dan Rm sebagai variabel independen.
Asumsi yang digunakan dalam model indeks tunggal adalah bahwa sekuritas
akan berkorelasi jika hanya sekuritas-sekuritas tersebut mempunyai respon yang
sama terhadap return pasar. Sekuritas akan bergerak menuju arah yang sama hanya
49
jika sekuritas-sekuritas tersebut mempunyai hubungan yang sama terhadap return
pasar.(Rodoni dan Hamid,2010 :191-192)
Return pasar (Foster dalam :Ambarwati dan Damas,2007 : 258) dihitung dengan
rumus :
IHSGt – IHSGt-1 Rmt =
IHSGt-1
Dalam hal ini:
Rmt = Return pasar pada hari ke t
IHSGt = Indeks Harga Saham Gabungan pada hari ke t
IHSGt-1 = Indeks Harga Saham Gabungan pada hari ke t-1
Pengujian adanya abnormal return tidak dilakukan untuk tiap-tiap sekuritas,
tetapi dilakukan secara agregat dengan menguji rata-rata return tidak normal seluruh
sekuritas secara cross-section untuk tiap-tiap hari di periode peristiwa. Rata-rata
return tidak normal ( average abnormal return) untuk hari ke-t dapat dihitung
berdasarkan rata-rata aritmatika sebagai berikut ( Jogiyanto,2009:567). Pada
penelitian ini menggunakan:
k ∑ RTNit
i=1 RRTNt =
k
Notasi :
RRTNt : rata-rata return tidak normal (average abnormal return) pada hari ke-t
50
RTNit : return tidak normal (abnormal return ) untuk sekuritas ke-i pada
hari ke-t
k : jumlah sekuritas yang terpengaruh oleh pengumuman peristiwa
Pada penelitian ini juga menghitung akumulasi return tidak normal (ARTN) atau
cumulative abnormal return (CAR) merupakan penjumlahan return return tidak normal
hari sebelumnya didalam periode peristiwa untuk masing-masing sekuritas sebagai
berikut
t ARTNt = ∑ RTNi,a a=t5
ARTN i,t = akumulasi return tidak normal (cumulative abnormal return ) sekuritas
ke-t yang diakumulasi dari return tidak normal (RTN) sekuritas ke-i
mulai hari awal periode pertistiwa (t5) sampai hari ke-t.
RTNi,a = return tidak normal (abnormal return ) untuk sekuritas ke-i pada hari
ke-a, yaitu mulai t5 (hari awal periode jendela) sampai hari ke-t
Jika terdapat k buah sekuritas, maka akumulasi rata-rata return tidak normal
(ARRTN) atau cumulative average return (CAAR) dapat dihitung sebagai berikut
(Jogiyanto,2009 :573) :
k
51
∑ ARTNit i=1
ARRTNt = k Notasi =
ARRTNt = akumulasi rata-rata return tidak normal (cumulative average abnormal
return) pada hari ke-t
A RTNi,t = akumulasi return tidak normal ( cumulative abnormal return )
sekuritas ke-i pada hari ke-t
k = jumlah sekuritas yang terpengaruh oleh pengumuman peristiwa
Langkah pertama yang dilakukan untuk menguji abnormal return adalah
dengan terlebih dahulu melakukan uji normalitas data. Uji normalitas digunakan
untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Jika data berdistribusi
normal maka digunakan paired sample t-test untuk menguji hipotesis, namun jika
data tidak berdistribusi normal maka digunakan wilcoxon test untuk menguji
hipotesis.
1. Uji Prasyarat Analisis
A. Uji Normalitas Abnormal Return
B. Uji Normalitas Beta Saham
Uji Normalitas data untuk mengetahui tingkat kenormalan distribusi data
untuk menentukan jenis alat statistik yang akan dipergunakan untuk melakukan uji
beda. Jika data berdistribusi normal maka uji beda akan menggunakan statistik
parametrik paired sample t-test, namun apabila data tidak berdistribusi nomal maka
akan dipergunakan wilcoxon test. Pada penelitian ini mempergunakan uji
52
normalitas data kolmogorov smirnov baik untuk variabel abnormal return maupun
beta saham.
a. Kolmogorov Smirnov
Uji statistika Kolmogorov-Smirnov (K-S) merupakam uji yang digunakan untuk
mengetahui apakah sampel berasal dari populasi dengan distribusi tertentu dalam
hal ini distribusi normal. Hipotesis nol (Ho) dalam uji K-S ini adalah bahwa data
mengikuti distribusi tertentu ( distribusi normal), sedangkan hipotesis alternatifnya
(Ha ) data tidak mengikuti distribusi tertentu (tidak berdistribusi
normal).(Widarjono,2010:111)
Ho : Data berdistribusi normal
Ha : Data tidak berdistribusi normal
Kita juga bisa menggunakan nilai probabilitas untuk menerima atau menolak
hipotesis nol. Jika probabilitas lebih besar dari tingkat signifikansi (α ) maka kita
menerima Ho. Sebaliknya jika probabilitas lebih kecil dari tingkat signifikansi (α)
maka kita menolak Ho atau menerima Ha
Dalam pengujian hipotesis, kriteria untuk menolak atau tidak menolak Ho
berdasarkan P-value adalah sebagai berikut :
Jika P-value > 0.05 Ho diterima
Jika P-value < 0.05 Ho ditolak
b. Paired Sample T-Test
Uji T sampel berpasangan adalah prosedur yang digunakan untuk
membandingkan rata-rata dua variabel untuk suatu grup sampel tunggal.
53
Perbandingan itu untuk mencari atau menghitung nilai selisih antara nilai dua
variabel untuk tiap kasus. Selain itu, uji ini juga berasal dari subjek yang sama atau
satu ukuran dari pasangan subjek.(Andi,2009:140)
Ho : Tidak ada perbedaan abnormal return yang signifikan sebelum dan
sesudah stock split dan reverse stock split
Ha : Ada perbedaan abnormal return yang signifikan sebelum dan sesudah
stock split dan reverse stock split.
Kriteria pengambilan keputusan
Jika Sig > 0.05 maka Ho diterima
Jika Sig < 0.05 maka Ho ditolak.
Untuk beta saham :
Ho : Tidak ada perbedaan beta saham yang signifikan sebelum dan sesudah
stock split dan reverse stock split
Ha : Ada perbedaan beta saham yang signifikan sebelum dan sesudah stock
split dan reverse stock split.
Kriteria pengambilan keputusan
Jika Sig > 0.05 maka Ho diterima
Jika Sig < 0.05 maka Ho ditolak.
C. Uji dua sampel berhubungan
Uji dua sampel berhubungan adalah prosedur yang membandingkan dua
distribusi variabel yang saling berhubungan. Uji dua sampel berhubungan
digunakan bila ada dua data yang tidak dapat memenuhi syarat asumsi yang
54
diperlukan pada uji t sampel berpasangan. Uji rank bertanda wilcoxon adalah
prosedur pengujian hipotesis nol dengan dua median sama untuk membandingkan
median tunggal dengan suatu nilai yang ditentukan atau pasangan median dari
sampel yang sama-sama diuji (Andi,2009:172).
2. Metode Analisis Beta
Beberapa metode dapat digunakan untuk mengkoreksi bias yang terjadi untuk
beta sekuritas akibat perdagangan tidak sikron. Metode-metode ini diantaranya
adalah yang diusulkan oleh Scholes dan Wiliams (1977), Dimson (1979) dan
Fowler dan Rorke (1983) dalam (Hartono,2009:403).
a. Metode Scholes dan Wiliams
Scholes dan Williams (1977) dalam Jogiyanto (2009: 403) memberikan solusi
untuk mengkoreksi bias dari perhitungan Beta akibat perdagangan tidak sinkron
dengan rumus sebagai berikut ini.
βi-1 + βi
0 + βi+1
βi = 1+2. ρ1 Notasi :
βi = Beta koreksian sekuritas ke-i.
βi-1 = Beta yang dihitung berdasarkan persamaan regresi Ri,t = αi + βi
-1 RMt-1, yaitu
untuk Ri periode ke-t dengan RM periode lag t-1
βi0 = Beta yang dihitung berdasarkan persamaan regresi Ri,t = αi + βi
0 RMt , yaitu
untuk Ri periode ke-t dengan RM periode ke-t
55
βi+1 = Beta yang dihitung berdasarkan persamaan regresi Ri,t = αi + βi
+1 RMt+1, yaitu
untuk Ri periode ke-t dengan RM periode lead t+1
ρ1 = korelasi serial antara RM dengan RMt-1 yang dapat diperoleh dari koefisien
regresi RMt = αi + ρ1 RMt-1
b. Metode Dimson
Metode yang digunakan oleh Scholes dan Williams membutuhkan beberapa
pengoperasian regresi untuk menghitung beta masing-masing periode lag dan lead.
Dimson(1979) dalam Jogiyanto (2009: 411) menyederhanakan cara Scholes dan
Williams ini dengan cara menggunakan regresi berganda, sehingga hanya digunakan
sebuah pengoperasian regresi saja berapapun banyaknya periode lag dan lead, rumus
Beta Koreksian menurut metode Dimson unttuk sekuritas ke-i adalah sebagai berikut:
Ri,t = αi +βi-n RMt-n +... + βi0 RMt +... + βi+n RMt+n + εit.
Notasi :
Ri,t = Return sekuritas ke-i periode ke-t.
RMt-n = Return indeks pasar periode lag t-n
RMt+n = Return indeks pasar periode lead t-n.
Hasil dari beta koreksian adalah penjumlahan dari koefisien-koefisien regresi berganda,
sehingga metode Dimson ini juga dikenal dengan istilah metode penjumlahan
koefisien (aggregate coefficient method). Besarnya beta koreksian adalah sebagai
berikut :
56
βi = βi-n +... βi0 +...+ βi+n.
C. Metode Fowler dan Rorke
Fowler dan Rorke (1983) berargumentasi bahwa metode Dimson yang hanya
menjumlah koefisien-koefisien regresi berganda tanpa memberi bobot akan tetap
memberikan beta yang bias. Untuk satu periode lag dan lead koreksi beta dilakukan dengan
tahapan sebagai berikut ini:
1. Operasikan persamaan regresi berganda seperti yang dilakukan di metode Dimson
sebagai berikut :
Rit = αi + βi -1 RMt-1 +βi
0 RMt + βi +1 RMt+1+ εit.
2. Operasikan persamaan regresi untuk mendapatkan korelasi serial return indeks pasar
dengan return indeks pasar periode sebelumnya sebagai berikut :
RMt = αi + ρ1 RMt-1 + εt
3. Hitung bobot yang digunakan sebesar :
W1 = 1+ ρ1
1+2.ρ1
4. Hitung Beta koreksian sekuritas ke-i yang merupakan penjumlahan koefisien regresi
berganda dengan bobot.
β i = w1 . βi -1 + βi
0 + w1. βi +1
Penelitian ini menggunakan metode fowler dan Rorke dengan empat periode lag dan
lead.
Untuk empat periode lag dan lead, koreksi beta dilakukan dengan mengoperasikan regresi
berganda, rumus bobot dan rumus beta koreksian sebagai berikut :
57
Rit = αi + βi -4 RMt-4 + βi
-3 RMt-3 +βi-2 RMt-2 + βi
-1 RMt-1 + βi 0 RMt + βi
+1 RMt+1+ βi +2 RMt+2 +
βi +3 RMt+3 + βi
+4 RMt+4 + εit
RMt = αi + ρ1 RMt-1 + ρ2 RMt-2 + ρ3 RMt-3+ ρ4 RMt-4 + εt
W1 = 1+2. ρ1+2. ρ2 +2. ρ3
+ ρ4
1+2.ρ1+2. ρ2 +2. ρ3 + 2. ρ4
W2 = 1+2. ρ1+2. ρ2 + ρ3
+ ρ4 1+2.ρ1+2. ρ2 +2. ρ3 + 2. ρ4
W3 = 1+2. ρ1+ ρ2 + ρ3 + ρ4
1+2.ρ1+2. ρ2 +2. ρ3 + 2. ρ4
W4 = 1+ ρ1+ ρ2 + ρ3 + ρ4
1+2.ρ1+2. ρ2 +2. ρ3 + 2. ρ4
β i = w4. βi
-4 + w3 . βi -3 + w2 βi
-2 + w1. βi -1+ βi
0 + w1. βi +1 + w2. βi
+2 + w3. βi +3 + w4. βi
+4
Pada penelitian ini untuk menghitung beta periode lag dan lead masing-masing sekuritas
tidak digunakan persamaan regresi berganda seperti yang dilakukan di metode Dimson.
Karena periode jendela yang digunakan untuk menghitung beta hanya 8 hari meliputi 4
hari sebelum pengumuman split dan 4 hari sesudah pengumuman split. Adapun t-0 yang
merupakan titik awal adalah hari pada saat pengumuman stoock split dan reverse stock
split. Untuk mendapatkan beta melalui model persamaan regresi dibutuhkan setidaknya
data 30 hari, oleh karena itu dalam menghitung beta peride 4 lag dan 4 lead digunakan
persamaan:
58
βj = Covar ( R, RM )
Var ( RM ) ∑∑( Rj- Rj) (Rm- Rm)
n-1 βj : Bodie (1998) dalam Susanti (2008 :25) (Rm- Rm)2
n-1
Korelasi serial antara return indeks pasar periode ke-t dengan return indeks pasar
periode sebelumnya didapat dengan meregresikan return indeks pasar periode t 0
dengan t-1 untuk mendapatkan ρ1, t 0 dengan t-2 untuk mendapatkan ρ2, t 0 dengan t-
3 untuk mendapatkan ρ3 dan t 0 dengan t-4 untuk mendapatkan ρ 4. t 0 dalam
penelitian ini adalah 2009, t-1 adalah tahun 2008, t-2 adalah tahun 2007, t-3 adalah
tahun 2006, dan t-4 adalah tahun 2005. Setelah didapatkan korelasi serial (ρ1), ρ2, ρ3,
ρ4 , kemudian dihitung bobot korelasi (w) menggunakan rumus diatas.
Notasi :
β i = Beta koreksian sekuritas ke-i
βi -4 = Beta yang dihitung berdasarkan persamaan regresi Ri,t = αi + βi
-4 + RMt- 4, yaitu
untuk Ri periode ke-t dengan RM periode lag t-4
βi -3 = Beta yang dihitung berdasarkan persamaan regresi Ri,t = αi + βi
-3 + RMt-3, yaitu
untuk Ri periode ke-t dengan RM periode lag t-3
βi -2 = Beta yang dihitung berdasarkan persamaan regresi Ri,t = αi + βi
-2 + RMt- 2, yaitu
untuk Ri periode ke-t dengan RM periode lag t-2
59
βi -1 = Beta yang dihitung berdasarkan persamaan regresi Ri,t = αi + βi
-1 RMt-1, yaitu
untuk Ri periode ke-t dengan RM periode lag t-1
βi 0 = Beta yang dihitung berdasarkan persamaan regresi Ri,t = αi + βi
0 + RMt, = yaitu
untuk Ri periode ke-t dengan RM periode lag t 0
βi +1 = Beta yang dihitung berdasarkan persamaan regresi Ri,t = αi + βi
+1 + RMt+1, =
yaitu untuk Ri periode ke-t dengan RM periode lead t+1
βi +2 = Beta yang dihitung berdasarkan persamaan regresi Ri,t = αi + βi
+2 + RMt+2, =
yaitu untuk Ri periode ke-t dengan RM periode lead t+2
βi +3 = Beta yang dihitung berdasarkan persamaan regresi Ri,t = αi + βi
+3 + RMt+3, =
yaitu untuk Ri periode ke-t dengan RM periode lead t+3
βi +4 = Beta yang dihitung berdasarkan persamaan regresi Ri,t = αi + βi
+4 + RMt+4, =
yaitu untuk Ri periode ke-t dengan RM periode lead t+4
ρ1 = korelasi serial antara RM dengan RMt-1 yang dapat diperoleh dari koefisien
regresi RMt = αi + ρ1 RMt-1
ρ2 = korelasi serial antara RM dengan RMt-1 yang dapat diperoleh dari koefisien
regresi RMt = αi + ρ2 RMt-2
ρ3 = korelasi serial antara RM dengan RMt-3 yang dapat diperoleh dari koefisien
regresi RMt = αi + ρ3 RMt-3
60
ρ4 = korelasi serial antara RM dengan RMt-4 yang dapat diperoleh dari koefisien
regresi RMt = αi + ρ4 RMt-4
Ri,t = return sekuritas ke-i periode ke-t
RMt-n = return indeks pasar periode lag t-n
RMt+n = return indeks pasar periode lead t+n
E. Operasional Variabel Penelitian
A. Stock Split
Stock Split adalah suatu action yang dilakukan oleh perusahaan dengan
memecah nilai nominal saham menjadi nominal yang lebih kecil atau 1/ n dari
nilai nominal saham semula sehingga jumlah saham yang beredar akan
meningkat. Besar kecilnya pemecahan saham bergantung pada split faktor
misalnya dengan 2:1, 3:1, atau 4:1. Tidak semua perusahaan melakukan kebijakan
stock split karena memerlukan biaya yang besar. Hanya perusahaan yang
memiliki kinerja keuangan yang cukup bagus yang dapat melakukan kebijakan
ini.
B. Reverse Stock Split
Reverse Stock Split adalah suatu action yang dilakukan oleh perusahaan
dengan meningkatkan nilai nominal saham menjadi nominal yang lebih tinggi
sehingga jumlah saham beredar akan menurun. Besar penggabungan saham
bergantung pada split faktor misalnya dengan 1:2 ,1:3, 1:4. Seperti halnya stock
61
split, tidak semua perusahaan melakukan kebijakan reverse stock split karena
memerlukan biaya yang besar.
C. Abnormal Return
Abnormal return adalah selisih antara return sesungguhnya yang terjadi dengan
return ekspektasi, yang dirumuskan sebagai berikut :
ARit : Rit - Rmt
ARit : Abnormal Return sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke t
Rit : Return sesungguhnya yang terjadi untuk sekuritas ke-i pada peristiwa
ke t
Rmt : Return pasar pada hari ke-t
D . Beta Saham
Beta merupakan suatu pengukur volatilitas return suatu sekuritas atau return
portofolio terhadap return pasar. Beta sekuritas ke-i mengukur volatilitas return
sekuritas ke-i dengan return pasar. (Jogiyanto,2009:363)
62
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Perusahaan yang Melakukan Stock Split
1. Prima Alloy Steel Tbk ( PRAS)
Perusahaan ini bergerak dibidang transportasi dan mengumumkan kebijakan
stock split pada tanggal 15 Desember 2005.
2. Intraco Penta Tbk (INTA)
Perusahaan ini bergerak dibidang perdagangan besar barang produksi dan
mengumumkan kebijakan stock split pada tanggal 20 Juni 2005.
3. Buana Finance Tbk (BBLD)
Perusahaan ini bergerak dibidang Financial Lease, Cosumer Lease dan
mengumumkan kebijakan stock split pada tanggal 02 Oktober 2006. .
4. Pembangunan Jaya Ancol Tbk ( PJAA)
Perusahaan ini bergerak dibidang pariwisata dan real estate dan mengumumkan
kebijakan stock split pada tanggal 14 September 2006. .
5. Davomas Abadi Tbk (DAVO)
Perusahaan ini bergerak dibidang makanan dan minuman dan mengumumkan
kebijakan stock split pada tanggal 28 Mei 2007.
63
6. Jaya Pari Steel (JPRS)
Perusahaan ini bergerak dibidang logam dan sejenisnya dan mengumumkan
kebijakan stock split pada tanggal 12 Desember 2007.
7. Internasional Nickel Indonesia (INCO)
Perusahaan ini bergerak dibidang klasifikasi pertambangan logam dan mineral
lainnya. Perusahaan ini mengumumkan kebijakan stock split pada tanggal 03
Agustus 2004.
8. Delta Dunia Petroindo Tbk (DOID)
Perusahaan ini bergerak di bidang industri garmen atau pakaian jadi dan
mengumumkan kebijakan stock split pada tanggal 15 April 2008.
B. Perusahaan yang Melakukan Reverse Stock Split
1. Bakrie & Brothers Tbk (BNBR)
Perusahaan ini bergerak di bidang perdagangan, jasa, dan investasi dan
mengumumkan kebijakan reverse stock split pada tanggal 14 Maret 2005
2. Lippo E-Net Tbk (LPLI)
Perusahaan ini bergerak di bidang perdagangan, jasa, dan investasi dan
mengumumkan kebijakan reverse stock split pada tanggal 28 Maret 2005
3. Nusantara Inti Corporation Tbk (UNIT)
Perusahaan ini bergerak di bidang aneka industri dan mengumumkan kebijakan
reverse stock split pada tanggal 30 May 2005.
64
4. Indoexchange Tbk (INDX)
Perusahaan ini bergerak di bidang infrastruktur, utilitas, dan transportasi dan
mengumumkan kebijakan reverse stock split pada tanggal 25 Agustus 2005
5. Sarasa Nugraha Tbk (SRSN)
Perusahaan ini bergerak di bidang industri dasar dan kimia dan mengumumkan
kebijakan reverse stock split pada tanggal 06 Oktober 2005
6. Bank Artha Graha Internasional Tbk ( INPC)
Perusahaan ini bergerak di bidang keuangan dan mengumumkan kebijakan
reverse stock split pada tanggal 10 Januari 2007.
7. Bakrie & Brothers Tbk (BNBR)
Perusahaan ini bergerak di bidang perdagangan, jasa, dan investasi dan
mengumumkan kebijakan reverse stock split pada tanggal 06 Maret 2008.
8. Polysindo Eka Perkasa Tbk (POLY)
Perusahaan ini bergerak di bidang industri garmen atau pakaian jadi dan
mengumumkan kebijakan reverse stock split pada tanggal 14 Maret 2008.
C ) Analisis dan Pembahasan
1). Analisis Deskriptif
Perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah
perusahaan yang telah memenuhi kriteria-kriteria yang ditentukan yaitu
perusahaan yang melakukan stock split atau reverse stock split dari Januari
2005 sampai dengan Desember 2009. Perusahaan tersebut tidak melakukan
kebijakan (corporate action) yang lain seperti deviden, waran, right issue dan
65
pengumuman lainnya. Data-data dalam penelitian ini diperoleh dari Pusat
Referensi Pasar Modal BEI dan Internet yaitu situs: www.yahoo.finance.com .
Setelah semua data yang diperlukan dalam penelitian ini telah terhimpun
dari berbagai sumber, maka selanjutnya penulis akan menganalisis data-
tersebut. Deskripsi lebih lanjut adalah sebagai berikut
a. Abnormal Return
Abnormal return untuk masing-masing sekuritas dihitung dengan
menggunakan market adjusted model yaitu dengan mengurangkan return
yang terjadi untuk masing-masing sekuritas dengan return indeks pasar
pada hari yang sama. Abnormal return antara sebelum dan sesudah
pelaksanaan stock split dan reverse stock split dapat dilihat pada tabel 4.1.
Sedangkan pada tabel 4.2 menyajikan statistik deskriptif untuk Abnormal
Return sebelum dan sesudah pelaksanaan stock split dan reverse stock split.
Tabel 4.1 Abnormal Return Periode Investigasi
Periode Abnormal Return
Stock Split Reverse Stock Split -5 0,001218 -0,25952 -4 -0,0009 -0,20958 -3 0,003141 -0,15469 -2 0,004993 -0,09521 -1 -0,00161 -0,05024 1 -0,00032 0,058723 2 0,002252 0,111855 3 -0,00136 0,160307 4 0,007321 0,222311 5 0,003442 0,270462
66
Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat diketahui bahwa rata-rata abnormal return tertinggi
untuk pengumuman stock split terjadi pada H+4 dengan 0,007321, sedangkan rata-rata
abnormal return tertinggi untuk pengumuman reverse stock split terjadi pada H+5
dengan 0,270462.
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa rata-rata abnormal return untuk
emiten yang melakukan stock split pada periode setelah tanggal pengumuman ternyata
lebih besar, yaitu sebesar 0,0022673 daripada periode sebelum tanggal pengumuman
yang hanya sebesar 0,0013684. .Pada emiten yang melakukan reverse stock split, rata-
rata abnormal return setelah tanggal pengumuman ternyata juga lebih besar, yaitu
sebesar 0,1647.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat abnormal return positif setelah
pengumuman stock split maupun reverse stock split bagi investor, sehingga berdampak
pada keputusan transaksi investor yang ditandai dengan adanya abnormal return. Hal ini
sejalan dengan signaling hipotesis yang melatarbelakangi kebijakan stock split maupun
reverse stock split, yang menyatakan bahwa kebijakan stock split maupun reverse stock
split mengandung sinyal yang dipandang sebagai good news ataupun bad news oleh
Tabel 4.2
Statistik Deskriptif Abnormal Return Periode Investigasi
Statistik Deskriptif
Abnormal Return Stock Split Reverse Stock Split
t-5 s/d t-1 t+1 s/d t+5 t-5 s/d t-1 t+1 s/d t+5 Mean 0,0013684 0,0022673 -0,1538 0,1647 Standar Deviasi 0,00275313 0,00341903 0,08433 0,8448 Maximum 0,00499 0,00732 -0,05 0,27 Minimum -0,00161 -0,00136 -0,26 0,006
67
investor yang akan mempengaruhi investor dalam mengambil keputusan menjual atau
membeli saham.
Tabel 4.3 Abnormal Return Emiten yang melakukan Stock Split
Berdasarkan hasil tabel 4.3 diatas dapat diketahui bahwa terdapat beberapa emiten
yang mengalami peningkatan abnormal return dari periode sebelum pengumuman stock
split hingga periode sesudah tanggal pengumuman stock split. Emiten yang mengalami
peningkatan terbesar adalah PT Internasional Nickel Indonesia Tbk sebesar
0,014158026 %, sedangkan emiten mengalami penurunan abnormal return dari periode
sebelum pengumuman stock split hingga periode sesudah tanggal pengumuman stock
split adalah PT. Delta Dunia Petroindo Tbk sebesar -0,00791731% . Emiten yang
mengalami peningkatan abnormal return memberikan sinyal bagi investor tentang
meningkatnya kinerja keuangan mereka sehingga investor mengetahuinya dan
mempengaruhi keputusan untuk membeli saham, sedangkan, Emiten yang mengalami
penurunan abnormal return memberikan sinyal bagi investor tentang menurunnya
kinerja keuangan mereka sehingga investor mengetahuinya dan mempengaruhi
keputusan untuk menjual saham.
Emiten Sebelum Sesudah % PT. Prima Alloy Steel Tbk 0,006316 0,007321 0,001004756 PT. Buana Finance Tbk 0,002069 0,001319 -0,00074959 PT. Intraco Penta Tbk 0,001816 0,001591 -0,0002253 PT.Pembangunan Jaya Ancol Tbk -0,00388 -0,0009 0,00298197 PT. Davomas Abadi Tbk -0,00005 0,000014 6,12823E-05 PT. Jaya Pari Steel Tbk 0,002432 0,000312 -0,00211976 PT. Delta Dunia Petroindo Tbk 0,010051 0,002133 -0,00791731
PT. Internasional Nickel Indonesia Tbk -0,00781 0,006347 0,014158026
68
Tabel 4.4 Abnormal Return Emiten yang melakukan Reverse Stock Split Emiten Sebelum Sesudah %
PT. Bakrie & Brothers Tbk 1 0,015632 0,020413 0,004780291 PT. Indoexchange Tbk 0,034371 0,049187 0,014816177 PT. Lippo E-Net Tbk 0,004911 0,006304 0,001393029 PT. Nusantara Inti Corporation Tbk -0,01066 -0,00887 0,001797386 PT. Bank Artha Graha Internasional Tbk -0,00154 0,000744 0,002285108 PT. Bakrie & Brothers Tbk 2 0,000177 0,001696 0,001518874 PT. Sarasa Nugraha Tbk 0,018111 0,019277 0,001166095
PT. Polysindo Eka Perkasa Tbk -0,00738 0,002599 0,009982553
Berdasarkan hasil tabel 4.4 diatas dapat diketahui bahwa seluruh emiten
mengalami peningkatan abnormal return dari periode sebelum pengumuman reverse
stock split hingga periode sesudah tanggal pengumuman reverse stock split. Emiten
yang mengalami peningkatan terbesar adalah PT Indoexchange Tbk sebesar
0,014816177 %, . Emiten yang mengalami peningkatan abnormal return memberikan
sinyal bagi investor tentang meningkatnya kinerja keuangan mereka sehingga investor
mengetahuinya dan mempengaruhi keputusan untuk membeli saham.
b. Beta Saham
Beta saham untuk masing-masing sekuritas dihitung dengan menggunakan
metode koreksian beta fowler dan rorke untuk empat periode lag dan lead. Beta
koreksi merupakan perkalian antara bobot dengan beta masing-masing periode lag dan
lead. Beta saham antara sebelum dan sesudah pelaksanaan stock split dapat dilihat
pada tabel 4.4 . Sedangkan pada tabel 4.5 menyajikan statistik deskriptif untuk beta
saham sebelum dan sesudah pelaksanaan stock split dan reverse stock split
69
Tabel 4.5 Beta Saham Periode Investigasi
Periode
Rata-rata Beta Saham
Stock Split Reverse Stock
Split -4 0,776627 0,720043 -3 0,643362 0,733248 -2 0,797523 0,693518 -1 -1,07491 0,851435 1 0,71038 0,745011 2 -1,98101 0,712578 3 0,772318 0,740234 4 0,681121 0,734074
Berdasarkan tabel 4.5 diatas dapat diketahui bahwa rata-rata beta saham tertinggi
untuk pengumuman stock split terjadi pada H+4 dengan 0,681121, sedangkan
rata-rata abnormal return tertinggi untuk pengumuman reverse stock split terjadi
pada H-1 dengan 0,851435.
Tabel 4.6 Statistik Deskriptif Beta Saham
Statistik Deskriptif
Beta Saham Stock Split Reverse Stock Split
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Mean 0,2856505 0,0457022 0,7495610 0,7329743
Standar Deviasi 0,90960683 1,35167630 0,7329743 0,01431554 Maximum 0,79752 0,77232 0,85144 0,74501 Minimum -1,07491 -1,98101 0,69352 0,71258
Berdasarkan tabel 4.6 diatas dapat diketahui bahwa rata-rata beta saham untuk
emiten yang melakukan stock split sebelum tanggal pengumuman ternyata lebih
besar, yaitu sebesar 0,2856505 daripada sesudah pengumuman stock split yang
hanya sebesar 0,0457022. Pada emiten yang melakukan reverse stock split, rata-
rata beta saham sebelum tanggal pengumuman juga lebih besar, yaitu sebesar
70
0,7495610 daripada periode sebelum tanggal pengumuman stock split yang hanya
0,7329743.
Tabel 4.7 Beta Saham Emiten yang melakukan Stock Split Emiten Sebelum Sesudah %
PT. Prima Alloy Steel Tbk 0,582968 0,583204 0,000236 PT. Buana Finance Tbk -0,10117 -0,20138 -0,10022 PT. Intraco Penta Tbk -3,12566 -4,9461 -1,82043 PT.Pembangunan Jaya Ancol Tbk 1,363093 1,364497 0,001404 PT. Davomas Abadi Tbk 0,941391 0,941075 -0,00032 PT. Jaya Pari Steel Tbk 0,730268 0,730027 -0,00024 PT. Delta Dunia Petroindo Tbk 0,265325 0,265301 -2,5E-05 PT. Internasional Nickel Indonesia Tbk 1,628994861575 1,628995 4,25E-10
Berdasarkan hasil tabel 4.7 diatas dapat ketahui bahwa beberapa emiten
mengalami peningkatan beta saham dari periode sebelum pengumuman stock
split hingga periode sesudah pengumuman stock split, sedangkan beberapa
emiten mengalami penurunan beta saham dari periode sebelum pengumuman
stock split hingga periode sesudah pengumuman stock split. Emiten yang
mengalami peningkatan beta saham terbesar adalah PT. Pembangunan Jaya Ancol
Tbk sebesar 0,001404 %, sedangkan emiten yang mengalami penurunan beta
saham yang terbesar adalah PT. Intraco Penta dengan -1,82043 %.Emiten yang
mengalami peningkatan beta saham memberikan sinyal bagi investor bahwa
sahamnya memiliki risiko yang tinggi, namun dilain sisi risiko yang tinggi
diimbangi dengan imbal hasil yang tinggi juga sesuai dengan prinsip investasi
high risk, high return. Sedangkan emiten yang mengalami penurunan beta saham
memberikan sinyal kepada investor bahwa sahamnya memiliki risiko yang
71
rendah, namun dilain sisi risiko yang rendah juga diimbangi dengan imbal hasil
yang rendah, sesuai dengan prinsip investasi low risk, low return.
Tabel 4.8 Beta Saham Emiten yang melakukan Reverse Stock Split Emiten Sebelum Sesudah %
PT. Bakrie & Brothers Tbk 1 1,786886 1,614811 -0,17208 PT. Indoexchange Tbk 0,287494 0,287365 -0,00013 PT. Lippo E-Net Tbk 0,548903 0,568176 0,019273 PT. Nusantara Inti Corporation Tbk 0,501623 0,501518 -0,0001 PT. Bank Artha Graha Internasional Tbk 1,039201 1,05956 0,020359 PT. Bakrie & Brothers Tbk 2 0,363198 0,363191 -7,6E-06 PT. Sarasa Nugraha Tbk 1,053696 1,053729 3,27E-05 PT. Polysindo Eka Perkasa Tbk 0,415486 0,415444 -4,2E-05
Berdasarkan hasil tabel 4.8 diatas dapat ketahui bahwa beberapa emiten
mengalami peningkatan beta saham dari periode sebelum pengumuman reverse
stock split hingga periode sesudah pengumuman reverse stock split, sedangkan
beberapa emiten mengalami penurunan beta saham dari periode sebelum
pengumuman reverse stock split hingga periode sesudah pengumuman stock split.
Emiten yang mengalami peningkatan beta saham terbesar adalah PT. Bank Artha
Graha Internasional sebesar 0,020359%, sedangkan emiten yang mengalami
penurunan beta saham yang terbesar adalah PT.Bakrie & Brothers Tbk 1 dengan
-0,17208 %. Emiten yang mengalami peningkatan beta saham memberikan sinyal
bagi investor bahwa sahamnya memiliki risiko yang tinggi, namun dilain sisi
risiko yang tinggi diimbangi dengan imbal hasil yang tinggi juga sesuai dengan
prinsip investasi high risk, high return. Sedangkan emiten yang mengalami
penurunan beta saham memberikan sinyal kepada investor bahwa sahamnya
memiliki risiko yang rendah, namun dilain sisi risiko yang rendah juga diimbangi
72
dengan imbal hasil yang rendah, sesuai dengan prinsip investasi low risk, low
return
2. Analisis Pengujian Hipotesis
A) Abnormal Return
1. Uji Normalitas
Pada penelitian ini untuk menguji normalitas data akan dilakukan dengan
menggunakan uji one sample kolmogorov smirnov. Uji normalitas ini dilakukan
untuk mengetahui jenis alat statistik yang akan digunakan dalam melakukan uji
beda. Jika data yang akan diuji memiliki distribusi yang normal maka akan
dilakukan uji beda statistik parametrik dengan menggunakan paired sample t-
test. Namun jika data yang akan diuji memiliki distribusi yang tidak normal
akan dilakukan uji beda statistik non parametrik dengan menggunakan wilcoxon
test.
73
a. Uji Normalitas Data Abnormal Return Stock Split
.
Dari hasil pengujian normalitas data diatas dapat diperoleh hasil bahwa data
Abnormal Return sebelum stock split memiliki asymp.sig.(2-tailed) sebesar 0.969.
Karena nilai signifikansinya > 0.05 maka Ho diterima dengan arti bahwa data
Abnormal Return sebelum stock split berdistribusi normal. Sedangkan untukdata
Abnormal Return setelah stock split memiliki asymp.sig.(2-tailed) sebesar
0.614.Karena nilai signifikansinya > 0.05 maka Ho diterima.Dengan begitu,baik data
Abnormal Return sebelum stock split maupun data abnormal return sesudah stock
split berdistribusi normal.
Maka untuk melakukan uji beda Abnormal return sebelum stock split dan sesudah
stock split harus menggunakan statistik parametrik paired sample t-test.
Tabel 4.9 Uji One-Sample Kolmogorov- Smirnov Abnormal Return
Stock Split AAR_stock_spl
it_sblm
AAR_stock_spl
it_ssdh
N 8 8
Normal Parametersa,,b Mean .0013679 .0022672
Std. Deviation .00554879 .00298779
Most Extreme Differences Absolute .174 .268
Positive .174 .268
Negative -.157 -.164
Kolmogorov-Smirnov Z .492 .758
Asymp. Sig. (2-tailed) .969 .614
a. Test distribution is Normal.
Sumber : Data diolah dengan menggunakan SPSS 17
74
b. Uji Normalitas data Abnormal return reverse stock split
Tabel 4.10 Uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Abnormal Return Reverse Stock Split
AAR_reverse_st
ock_split_sblm
AAR_reverse_st
ock_split_ssdh
N 8 8
Normal Parametersa,,b Mean .0067015 .0114189
Std. Deviation .01506764 .01809919
Most Extreme Differences Absolute .172 .236
Positive .172 .236
Negative -.125 -.153
Kolmogorov-Smirnov Z .487 .668
Asymp. Sig. (2-tailed) .971 .763
a. Test distribution is Normal.
Sumber : Data diolah dengan menggunakan SPSS 17
Dari hasil pengujian normalitas data diatas dapat diperoleh hasil bahwa data
Abnormal return sebelum reverse stock split memiliki asymp.sig.(2-tailed) sebesar
0.971 . Karena nilai signifikansinya >0.05 maka Ho dapat diterima dengan arti bahwa
data abnormal return sebelum reverse stock split berdistribusi normal.Sedangkan
untukdata Abnormal Return setelah reversestock split memiliki asymp.sig.(2-tailed)
sebesar 0.763.Karena nilai signifikansinya >0.05 maka Ho dapat diterima dengan arti
bahwa data abnormal return setelah reverse stock split berdistribusi normal. Dengan
begitu,baik data Abnormal Return sebelum reverse stock split maupun data abnormal
return sesudah stock split berdistribusi normal.
75
Maka untuk melakukan uji beda Abnormal return sebelum reverse stock split dan
sesudah stock split harus menggunakan statistik parametrik paired sample t-test.
2. Uji beda paired sample t-test
Uji-t berpasangan (paired t-test) adalah salah satu metode pengujian hipotesis
dimana data yang digunakan tidak bebas (berpasangan).
a.) Uji beda Abnormal Return sebelum dan sesudah stock split
Berdasarkan hasil uji normalitas diatas dapat diketahui bahwa data
abnormal return stock split berdistribusi normal. Untuk itu dalam
melakukan uji beda data harus menggunakan statistik parametrik paired
sample t-test.
Tabel 4.11 Uji beda Paired sample t-test Abnormal Return stock split
Paired Samples Test Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed)
Mean Std.
Deviation Std. Error
Mean
95% Confidence Interval of the Difference
Lower Upper Pair 1
AAR_stock_split_sebelum - AAR_stock_split_sesudah
-.00089926 .00622983
.00220258
-.00610753 .00430901 -.408 7 .695
Sumber : data diolah dengan menggunakan SPSS 17
Berdasarkan hasil tabel 4.7 diatas, dapat diketahui bahwa nilai asymp sig 2-
tailed = 0.695. Dengan tingkat signifikansi α = 0.05 maka nilai sig 0.695 > 0.05 ,
sehingga Ho diterima dan Ha ditolak , atau dengan kata lain tidak terdapat perbedaan
abnormal return yang signifikan sebelum dan sesudah stock split. Hal ini
mengindikasikan bahwa pengumuman stock split yang dilakukan perusahaan tidak
mengakibatkan terjadinya perubahan abnormal return yang signifikan pada saat
sebelum dan sesudah stock split. Hal ini dapat disebabkan karena investor memiliki
76
keraguan dalam menafsirkan sinyal yang disampaikan oleh emiten melalui
pengumuman stock split sehingga mempengaruhi investor dalam mengambil keputusan
menjual atau membeli saham. Dalam pasar efisien , informasi yang masuk ke pasar
akan tercermin pada harga-harga surat berharga. Pasar akan memproses informasi yang
relevan, kemudian pasar akan mengevaluasi harga saham berdasarkan informasi
tersebut. Jika pasar efisien dalam bentuk setengah kuat, maka tidak ada investor atau
grup dari investor yang dapat menggunakan informasi yang dipublikasikan untuk
mendapatkan keuntungan tidak normal dalam jangka waktu yang lama.
(Jogiyanto,2009: 502).Maka investor dalam hal ini tidak mendapatkan keuntungan yang
abnormal dari peristiwa stock split.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Almilia dan Kristijadi
(2005) yang juga tidak menemukan adanya perbedaan abnormal return yang signifikan
baik sebelum maupun sesudah peristiwa stock split.
b.) Uji beda abnormal return sebelum dan sesudah reverse stock split
Berdasarkan hasil uji normalitas diatas dapat diketahui bahwa data abnormal
return reverse stock split berdistribusi normal. Untuk itu dalam melakukan uji beda
data harus menggunakan statistik parametrik paired sample t-test.
77
\ Tabel 4.12 Uji beda Paired sample t-test Abnormal Return reverse stock split
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-tailed)
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
95% Confidence Interval of the Difference
Lower Upper Pair 1
AAR_reverse_stock_split_sblm - AAR_reverse_stock_split_ssdh
-.00471744 .00504335 .00178309 -.00893378 -.00050110 -2.646 7 .033
Sumber : data diolah dengan menggunakan SPSS 17
Berdasarkan hasil tabel 4.8 diatas nilai sig 2-tailed = 0.033. Dengan tingkat
signifikansi α = 5 % maka nilai sig 0.033 < 0.05 , sehingga Ho ditolak dan Ha
diterima, atau dengan kata lain terdapat perbedaan abnormal return yang signifikan
sebelum dan sesudah reverse stock split. Secara teoritis hal ini sesuai dengan
hipotesis pasar efisien yang menyatakan bahwa pengumuman reverse stock split
memiliki dampak terhadap pasar yang bereaksi. Pasar yang bereaksi terhadap
pengumuman reverse stock split mengindikasikan bahwa pasar tersebut memiliki
kandungan informasi yang akan ditangkap oleh investor sebagai sinyal yang baik
bagi investor untuk membuat keputusan membeli saham, Maka implikasinya adalah
likuiditas perusahaan akan meningkat sehingga akan berdampak pada peningkatan
kinerja keuangan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Kurniawan
(2009) yang menemukan adanya abnormal return yang positif dan signifikan pada
hari-hari disekitar pelaksanaan reverse stock split.
78
B. Beta Saham
1. Uji Normalitas data beta saham stock split
Pada penelitian ini pertama-tama akan dilakukan uji normalitas dengan
menggunakan uji one sample kolmogorov-smirnov. Pengujian ini dilakukan untuk
mengetahui jenis alat statistik yang akan digunakan dalam melakukan uji beda.
Jika data yang akan diuji memiliki distribusi yang normal maka akan dilakukan
uji beda statistik parametrik dengan menggunakan paired sample t-test. Namun
jika data yang akan diuji memiliki distribusi yang tidak normal maka akan
dilakukan uji beda statistik non parametrik dengan menggunakan wilcoxon test.
Adapun hasil uji normalitas yang telah dilakukan adalah sebagai berikut.
Tabel 4.13 Uji One-Sample Kolmogorov- Smirnov Beta Stock Split
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
beta_sebelum_stock_
split
beta_sesudah_s
tock_split
N 8 8
Normal Parametersa,,b Mean .2856513 .0457028
Std. Deviation 1.48654044 2.09871586
Most Extreme Differences Absolute .272 .328
Positive .183 .225
Negative -.272 -.328
Kolmogorov-Smirnov Z .770 .928
Asymp. Sig. (2-tailed) .593 .355
a. Test distribution is Normal.
Sumber : Data Diolah dengan menggunakan SPSS 17
79
Dari hasil pengujian normalitas data diatas dapat diperoleh hasil bahwa beta saham
sebelum stock split memiliki nilai asymp.sig.(2-tailed) = 0.593. Karena nilai
signifikansinya > 0.05 maka Ho diterima dengan arti bahwa data beta saham sebelum
stock split berdistribusi normal. Sedangkan untuk data beta saham sesudah stock split
memiliki asymp sig.(2-tailed) =0.355. Karena nilai signifikansinya >0.05 maka Ho
dapat ditolak dengan arti bahwa data beta saham sesudah stock split berdistribusi
normal.
Maka untuk melakukan uji beda beta saham sebelum dan sesudah stock split harus
menggunakan statistik parametrik paired sample t-test.
2. Uji Normalitas data beta saham reverse stock split.
Pada penelitian ini pertama-tama dilakukan uji normalitas data dengan
menggunakan one sample kolmogorov-smirnov test. Pengujian tersebut dilakukan
untuk mengetahui jenis alat statistik yang akan digunakan dalam uji beda. Jika data
yang akan diuji memiliki distribusi yang normal maka akan digunakan uji beda
statistik parametrik dengan menggunakan paired sample t-test. Namun jika data yang
akan diuji memiliki distribusi yang tidak normal maka akan digunakan uji beda
statistik non parametrik dengan menggunakan wilcoxon test. Adapun hasil uji
normalitas data yang telah dilakukan adalah sebagai berikut.
80
Tabel 4.14 Uji One-Sample Kolmogorov- Smirnov Beta Reverse Stock Split
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
beta_sblm_rever
se_stock
beta_ssdh_rever
se_sttock
N 8 8
Normal Parametersa,,b Mean .7495609 .7329741
Std. Deviation .51109935 .46353306
Most Extreme Differences Absolute .278 .264
Positive .278 .264
Negative -.183 -.168
Kolmogorov-Smirnov Z .785 .746
Asymp. Sig. (2-tailed) .568 .633
a. Test distribution is Normal.
Sumber : Data diolah dengan menggunakan SPSS 17 Dari hasil pengujian normalitas data diatas didapat hasil bahwa beta saham
sebelum reverse stock split memiliki nilai asymp sig (2-tailed) = 0.568 . Karena nilai
signifikansinya > 0.05 maka Ho diterima yang berarti bahwa data beta saham sebelum
reverse stock split berdistribusi normal. Sedangkan untuk data beta saham sesudah
reverse stock split memiliki nilai asymp sig.(2-tailed) = 0.633. Karena nilai
signifikansinya > 0.05 maka Ho diterima dengan arti bahwa beta saham sesudah reverse
stock split berdistribusi normal. Maka untuk melakukan uji beda beta saham sebelum
dan sesudah reverse stock split harus menggunakan statistik parametrik paired sample t-
test.
81
3. Uji beda Paired Sample t-test
Uji-t berpasangan (paired t-test) adalah salah satu metode pengujian hipotesis
dimana data yang digunakan tidak bebas (berpasangan).
3.1) Uji beda beta saham sebelum dan sesudah stock split
Berdasarkan hasil uji normalitas data diatas data beta saham berdistribusi
normal. Untuk itu dalam melakukan uji beda harus menggunakan paired
sample t-test.
Tabel 4.15 Uji beda Paired sample t-test beta stock split
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed)
Mean Std.
Deviation Std. Error
Mean
95% Confidence Interval of the Difference
Lower Upper Pair 1
beta_sebelum_stock_split - beta_sesudah_stock_split
.23994843 .63957900 .22612533 -.29475300 .77464986 1.061 7 .324
Sumber : data diolah dengan menggunakan SPSS 17
Berdasarkan hasil tabel 4.11 diatas dapat diketahui bahwa nilai asymp sig 2-
tailed = 0.324 . Dengan tingkat signifikansi α = 5 % maka nilai sig 0.324> 0.05 ,
sehingga Ho diterima dan Ha ditolak dengan kata lain bahwa tidak terdapat perbedaan
beta saham yang signifikan sebelum dan sesudah stock split .Hal ini mengindikasikan
bahwa faktor internal perusahaan, dalam hal ini pengumuman stock split tidak
mengakibatkan perubahan beta yang signifikan sedangkan faktor eksternal perusahaan
seperti kondisi perekonomian yang meliputi: inflasi, GNP, GDP, mempunyai pengaruh
terhadap beta saham. Selain itu hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa tidak
82
terdapat kandungan informasi dari pengumuman stock split yang dibuktikan dengan
tidak bereaksi nya pasar terhadap informasi pengumuman stock split. Tidak terdapatnya
perbedaan beta saham yang signifikan memberikan informasi kepada investor bahwa
volatilitas dari saham emiten tersebut mengikuti fluktuasi dari return pasar jika beta
bergerak menuju 1, apabila lebih dari 1 maka melebihi fluktuasi dari return pasar, dan
jika kurang dari 1 maka menjauhi fluktuasi dari return pasar. Jogiyanto (2009:364) :
Jika fluktuasi return-return sekuritas atau portofolio secara statistik mengikuti fluktuasi
dari return-return pasar,maka beta dari sekuritas atau portofolio dikatakan bernilai 1.
Investor yang menyukai risiko akan membeli saham yang berfluktuasi melebihi return
pasar, sedangkan investor yang tidak menyukai risiko akan membeli saham yang
berfluktuasi menjauhi return pasar, sehingga akan berdampak pada kenaikan likuiditas
perusahaan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Almilia dan
Kristijadi (2005) yang juga tidak menemukan adanya perbedaan abnormal return yang
signifikan baik sebelum maupun sesudah peristiwa stock split.
2) Uji beda beta saham sebelum dan sesudah reverse stock split
Berdasarkan hasil uji normalitas data diatas data beta saham berdistribusi normal.
Untuk itu dalam melakukan uji beda harus menggunakan paired sample t-test.
Tabel 4.15 Hasil uji beda beta saham sebelum dan sesudah reverse stock split Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed)
Mean Std.
Deviation Std. Error
Mean
95% Confidence Interval of the Difference
Lower Upper Pair 1
beta_sblm_reverse_stock - beta_ssdh_reverse_sttock
.01658677 .06346534 .02243839 -.03647158 .06964513 .739 7 .484
83
Berdasarkan hasil tabel 4.15 diatas dapat diketahui bahwa nilai asymp sig 2-
tailed = 0.484. Dengan tingkat signifikansi α = 5 % maka nilai sig 0.484> 0.05 ,
sehingga Ho diterima dan Ha ditolak dengan arti bahwa tidak terdapat perbedaan beta
yang signifikan sebelum dan sesudah reverse stock split. Hal ini mengindikasikan
bahwa faktor internal perusahaan dalam hal ini pengumuman reverse stock split tidak
mengakibatkan perubahan beta yang signifikan sedangkan faktor eksternal perusahaan
seperti kondisi perekonomian secara makro yang meliputi: inflasi, GNP, GDP,
mempunyai pengaruh terhadap beta saham. Selain itu hasil penelitian ini juga
menunjukkan bahwa tidak terdapat kandungan informasi dari pengumuman reverse
stock split yang dibuktikan dengan pasar tidak bereaksi terhadap pengumuman reverse
stock split. Tidak terdapatnya perbedaan beta saham yang signifikan memberikan
informasi kepada investor bahwa volatilitas dari saham emiten tersebut mengikuti
fluktuasi dari return pasar jika beta bergerak menuju 1, apabila lebih dari 1 maka
melebihi fluktuasi dari return pasar, dan jika kurang dari 1 maka menjauhi fluktuasi dari
return pasar. Jogiyanto (2009:364) : Jika fluktuasi return-return sekuritas atau portofolio
secara statistik mengikuti fluktuasi dari return-return pasar,maka beta dari sekuritas atau
portofolio dikatakan bernilai 1. Investor yang menyukai risiko akan membeli saham
yang berfluktuasi melebihi return pasar, sedangkan investor yang tidak menyukai risiko
akan membeli saham yang berfluktuasi menjauhi return pasar, sehingga akan
berdampak pada kenaikan likuiditas perusahaan.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sanjaya (2007)
yang menemukan adanya pasar yang bereaksi terhadap pengumuman reverse stock split.
84
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Penelitian ini menguji dampak dari pengumuman stock split dan reverse stock
split terhadap abnormal return dan perubahan beta saham di Bursa Efek Indonesia
tahun 2005-2009. Selama periode penelitian tercatat 16 perusahaan yang telah
memenuhi kriteria dijadikan sampel penelitian. Diantaranya 8 perusahaan yang
melakukan stock split dan 8 perusahaan yang melakukan reverse stock split.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan abnormal return sebelum dan
sesudah stock split dan reverse stock split. Dan menganalisis perbedaan beta saham
sebelum dan sesudah stock split dan reverse stock split.
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dilakukan maka dapat diperoleh
beberapa kesimpulan :
1. Pada penelitian abnormal return yaitu,
a. Hasil penelitian ditemukan tidak terdapat perbedaan abnormal return yang
signifikan antara sebelum dan sesudah stock split. Hal ini dapat disebabkan
karena investor memiliki keraguan dalam menafsirkan sinyal yang disampaikan
oleh emiten melalui pengumuman stock split sehingga mempengaruhi investor
dalam mengambil keputusan menjual atau membeli saham. Dalam pasar efisien ,
informasi yang masuk ke pasar akan tercermin pada harga-harga surat berharga.
Pasar akan memproses informasi yang relevan, kemudian pasar akan
mengevaluasi harga saham berdasarkan informasi tersebut. Jika pasar efisien
85
dalam bentuk setengah kuat, maka tidak ada investor atau grup dari investor
yang dapat menggunakan informasi yang dipublikasikan untuk mendapatkan
keuntungan tidak normal dalam jangka waktu yang lama. .Maka investor dalam
hal ini tidak mendapatkan keuntungan yang abnormal dari peristiwa stock split.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Almilia dan
Kristijadi (2005) yang juga tidak menemukan adanya perbedaan abnormal return
yang signifikan baik sebelum maupun sesudah peristiwa stock split.
b. Hasil penelitian ditemukan terdapat perbedaan abnormal return yang signifikan
antara sebelum dan sesudah reverse stock split. Secara teoritis hal ini sesuai
dengan hipotesis pasar efisien yang menyatakan bahwa pengumuman reverse
stock split memiliki dampak terhadap pasar yang bereaksi. Pasar yang bereaksi
terhadap pengumuman reverse stock split mengindikasikan bahwa pasar tersebut
memiliki kandungan informasi yang akan ditangkap oleh investor sebagai sinyal
yang baik bagi investor untuk membuat keputusan membeli saham, Maka
implikasinya adalah likuiditas perusahaan akan meningkat sehingga akan
berdampak pada peningkatan kinerja keuangan. Hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan Kurniawan (2009) yang menemukan adanya abnormal return
yang positif dan signifikan pada hari-hari disekitar pelaksanaan reverse stock
split.
2. Pada penelitian beta saham yaitu,
a. Hasil penelitian ditemukan tidak terdapat perbedaan beta saham yang signifikan
antara sebelum dan sesudah stock split. Hal ini mengindikasikan bahwa faktor
86
internal perusahaan, dalam hal ini pengumuman stock split tidak mengakibatkan
perubahan beta yang signifikan sedangkan faktor eksternal perusahaan seperti
kondisi perekonomian yang meliputi: inflasi, GNP, GDP, mempunyai pengaruh
terhadap beta saham. Selain itu hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa
tidak terdapat kandungan informasi dari pengumuman stock split yang
dibuktikan dengan tidak bereaksi nya pasar terhadap informasi pengumuman
stock split. Tidak terdapatnya perbedaan beta saham yang signifikan
memberikan informasi kepada investor bahwa volatilitas dari saham emiten
tersebut mengikuti fluktuasi dari return pasar jika beta bergerak menuju 1,
apabila lebih dari 1 maka melebihi fluktuasi dari return pasar, dan jika kurang
dari 1 maka menjauhi fluktuasi dari return pasar. Jogiyanto (2009:364) : Jika
fluktuasi return-return sekuritas atau portofolio secara statistik mengikuti
fluktuasi dari return-return pasar,maka beta dari sekuritas atau portofolio
dikatakan bernilai 1. Investor yang menyukai risiko akan membeli saham yang
berfluktuasi melebihi return pasar, sedangkan investor yang tidak menyukai
risiko akan membeli saham yang berfluktuasi menjauhi return pasar, sehingga
akan berdampak pada kenaikan likuiditas perusahaan. Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan Almilia dan Kristijadi (2005) yang
juga tidak menemukan adanya perbedaan abnormal return yang signifikan baik
sebelum maupun sesudah peristiwa stock split.
b. Hasil penelitian ditemukan tidak terdapat perbedaan beta saham yang signifikan
antara sebelum dan sesudah reverse stock split. Hal ini mengindikasikan bahwa
87
faktor internal perusahaan dalam hal ini pengumuman reverse stock split tidak
mengakibatkan perubahan beta yang signifikan sedangkan faktor eksternal
perusahaan seperti kondisi perekonomian secara makro yang meliputi: inflasi,
GNP, GDP, mempunyai pengaruh terhadap beta saham. Selain itu hasil
penelitian ini juga menunjukkan bahwa tidak terdapat kandungan informasi dari
pengumuman reverse stock split yang dibuktikan dengan pasar tidak bereaksi
terhadap pengumuman reverse stock split. Tidak terdapatnya perbedaan beta
saham yang signifikan memberikan informasi kepada investor bahwa volatilitas
dari saham emiten tersebut mengikuti fluktuasi dari return pasar jika beta
bergerak menuju 1, apabila lebih dari 1 maka melebihi fluktuasi dari return
pasar, dan jika kurang dari 1 maka menjauhi fluktuasi dari return pasar.
Jogiyanto (2009:364) : Jika fluktuasi return-return sekuritas atau portofolio
secara statistik mengikuti fluktuasi dari return-return pasar,maka beta dari
sekuritas atau portofolio dikatakan bernilai 1. Investor yang menyukai risiko
akan membeli saham yang berfluktuasi melebihi return pasar, sedangkan
investor yang tidak menyukai risiko akan membeli saham yang berfluktuasi
menjauhi return pasar, sehingga akan berdampak pada kenaikan likuiditas
perusahaan. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Sanjaya (2007) yang menemukan adanya pasar yang bereaksi terhadap
pengumuman reverse stock split.
88
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan diatas maka implikasi pada penelitian ini dapat
dijabarkan berikut :
1. Investor
Hasil penelitian ini mempunyai implikasi bahwa meski stock split dan reverse
stock split tidak memiliki nilai ekonomis tetapi memiliki kandungan informasi
yang dapat dimanfaatkan investor berkaitan dengan keputusan investasi.
2. Perusahaan
Dari sisi perusahaan stock split dan reverse stock split dapat dipakai sebagai
sarana untuk memberikan sinyal positif yang berisi tentang informasi mengenai
prospek perusahaan yang akhirnya diharapkan dapat menarik investor potensial.
3. Penelitian Selanjutnya
Sebaiknya jangka waktu penelitian diperpanjang lebih dari 5 tahun agar
mendapatkan hasil yang lebih baik. Selain itu menggunakan variabel lain yang
bisa lebih merepresentasikan dampak dari pengumuman stock split maupun
reverse stock split seperti harga saham dan bid ask spread.
89
DAFTAR PUSTAKA
Anomsari, Fitri. Analisis Reaksi Pasar Terhadap Peristiwa Stock Split Perusahaan Yang Go
Publik di Bursa Efek Jakarta. Volume 11,Nomor 4. 2007
Bodie, et al. Investasi. Salemba empat. Jakarta. 2006
Bodie, Kane,Marcus.2008 “Investasi” Buku 1 Edisi 6. Salemba Empat : Jakarta
Basir,Saleh. Hendy M, Fakhrudin.2005. “Aksi Korporasi,Strategi Untuk Meningkatkan Nilai
Saham Melalui Aksi Korporasi”. Salemba Empat : Jakarta
Block, Stanley B.Hirt, Geoffrey A.2002.”Foundations of Financial Management”.Harcourt
Brace: Florida.
Brigham & Houston. Fundamental of Financial Management .Edisi 10 Buku 1. Salemba
Empat. Jakarta. 2006.
Wan-Chen Lee. Do Reverse Stock Splits Signal Long-Run Deteriorating Operating
Performance ?. Middle Eastern Finance and Economics. Departement of Finance Ching
Yun University. ISSN: 1450-2889 Issue 8 (2010)
Hamid,Abdul et al, Buku Panduan Penulisan Skripsi.UIN Jakarta.2010.
http://ineddeni.wordpress.com/2008/03/12/uji-t-berpasangan-paired-t-test/
Haroyah M, Dwi. Analisis Beta Saham dengan model indeks tunggal: Perbandingan antara
periode perekonomian normal dan krisis moneter.Telaah Bisnis Volume 1, Nomor 1, 49-
60.2000.
90
Hartono, Jogiyanto. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Keenam. BPFE.
Yogyakarta. 2009
Horne,Van James C,dan John M Wachowicz. Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan. buku
2. Salemba 4.Jakarta. 2007
Ika W, Anuragabudhi dan Anna Purwaningsih. Reaksi Pasar Terhadap Pengumuman Stock
Split:Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Jakarta.Telaah Manajemen.Vol 3, No 1. 2008
Indra, A.Zubaidi. Faktor-Faktor Fundamental yang Mempengaruhi Resiko Saham.Jurnal
Bisnis dan Manajemen Volume 2,No 3.2006
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo, “Metodologi Penelitian Untuk Akuntansi dan
Manajemen”.Edisi Pertama. BPFE.Yogyakarta.2000
JSX statistics quarter 2005 : Additional Listed Share
JSX statistics quarter 2006 : Additional Listed Share
JSX statistics quarter 2007 : Additional Listed Share
IDX Statistics quarter 2008 : Additional Listed Share
IDX Statistics quarter 2009 : Additional Listed Share
Korisama, C Michael dan Kartika Nuringsih. Pengaruh Degree Operating Leverage dan
Degree Financing Leverage Terhadap Risiko Sistematis Saham. Jurnal Ekonomi tahun
XIII, no 3.2008
91
Kurniawan,Rahman. “ Analisis Pengaruh Stock Split dan Reverse Stock Split Terhadap
Return Saham dan Volume Perdagangan (Studi kasus pada Perusahaan yang terdaftar
dalam Bursa Efek Indonesia)”, Skripsi Universitas Islam Negeri Jakarta,2009
Pavabutr,Pantisa dan Kulpatra Sirodom. The Impact of Stock Split on Price and Liquidity on
the Stock Exchange of Thailand.International Research Journal of Finance and
Economics.Issue 20.2008
Rodoni, Ahmad dan Herni Ali. Manajemen Keuangan. Mitra Wacana Media. Jakarta. 2010
Ross,Westerfield,Jordan: Fundamental of Corporate Finance :2003.sixth edition. Mc Graw
Hill Company
Santoso,Wahyu Perdana dan Kurniawan Eka Prasetya. Pengaruh Stock Split Terhadap
Likuiditas Perdagangan dan Return Saham di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Ekonomi dan
Bisnis. Volume 2, Nomor 1.2005.
Sanjaya,I Putu Sugiartha. Kandungan Informasi Pada Pengumuman Reverse Stock Split.
Manajemen & Bisnis Volume 6, Nomor 2. 2007
Savitri, Melinda and Dwi Martini. The Analysis Impact Of Stock Split and Reverse Stock Split
On Stock Return and Volume The Case of Jakarta Stock Exchange.University of Indonesia.
2006
Spica,Lusiana Almilia dan Kristijadi,Emanuel. Analisis Kandungan Informasi dan Efek Intra
Industri Pengumuman Stock Split Yang dilakukan Oleh Perusahaan yang Bertumbuh dan
92
Tidak Bertumbuh. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia ( Journal of Indonesian Economy
and Business).Volume 20, No 1.2005.
Sri dwi ari ambarwati dan Damas.Analisis Dampak Stock Split Terhadap Likuiditas dan
Return Sahamdi Bursa Efek Jakarta.Karisma Vol 1(3):258.2007
Syaichu, Muhammad dan Novia Ike Puspito. Pengaruh Harga Saham, Volume Perdagangan
dan Varian Return terhadap Bid- Ask Spread Pada Masa Sebelum dan Sesudah Stock Split
di Bursa Efek Jakarta Periode 2000-2004. Jurnal Bisnis dan Strategi Vol 16, No 2 .2007.
Sundjaja S. Ridwan et al. Manajemen Keuangan 2 Edisi 6. Literata Lintas Media.
Bandung.2010
Susanti, “ Analisa Pengaruh Risiko Sistematis,Likuiditas, dan Stock Split terhadap Return
Saham”. Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.2008
Tanjung, Hafiz Abdul.Stock Split : “Pengujian Terhadap Signaling dan Trading range Pada
Bursa Efek Jakarta. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia”,Vol. 4, No. 1, hal. 115-
136. 2007.
Wahana Komputer. “SPSS 17 untuk Pengolahan Data Statistik” CV Andi Offset.
Yogyakarta.2009
Widarjono,Agus : “Analisis Statistika Multivariat Terapan”.UPP STIM YKPN.
Yogyakarta.2010
93
Wisudowati Ayu Sugito , “ Analisis Motivasi Dibalik Stock Split dan Reverse Stock Split :
Pembuktian Pada Likuiditas dan Return Saham”. Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.2009
Wirman, Ade. Analisis Pengaruh Stock Split terhadap Likuiditas Saham di Pasar Modal
(Studi Kasus BEJ).Economac. Volume J Nomor 1.2002
www.duniainvestasi.com
www.yahoo.finance.com
LAMPIRAN
ABNORMAL RETURN STOCK SPLIT
ABNORMAL RETURN REVERSE STOCK SPLIT
94
Emiten -5 -4 -3 -2 -1 Sebelum 1 2 3 4 5 SesudahPRAS 0,003827 -0,00122 0,007212 0,013564 0,008195 0,006316 0,00331 0,003552 0,007151 0,01302 0,009573 0,007321BBLD 0,008569 0,002369 0,005835 0,002395 -0,008822 0,002069 0,002021 -0,00214 -0,00642 0,011682 0,001461 0,001319INTA 0,010793 -0,002 -0,0084 0,004397 0,004288 0,001816 0,004082 0,009968 0,003889 -0,002 -0,00798 0,001591PJAA -0,00506 -0,00304 -0,00585 -0,00369 -0,001761 -0,00388 -0,002787 0,000805 -0,00175 -0,00313 0,002361 -0,0009DAVO -0,00022 0,00024 -0,00015 -0,0001 -0,000013 -0,00005 -0,000044 -0,00012 0,000218 0,000115 -0,00010 0,000014JPRS 0,00098 -5E-05 0,006098 0,001238 0,003893 0,002432 -0,000437 -0,00059 0,003425 0,000704 -0,00154 0,000312DOID 0,0142 0,020563 0,003129 0,013923 -0,001561 0,010051 -0,003677 -0,00777 -0,01787 0,027198 0,012786 0,002133INCO -0,02335 -0,02406 0,017251 0,008228 -0,01712 -0,00781 -0,00503 0,014316 0,000492 0,010977 0,010977 0,006347CAR 0,009742 -0,0072 0,025128 0,039948 -0,012901 0,010943 -0,002563 0,018013 -0,01087 0,058568 0,027537 0,018138
CAAR 0,001218 -0,0009 0,003141 0,004993 -0,001613 0,001368 -0,00032 0,002252 -0,00136 0,007321 0,003442 0,002267
Stock split
Emiten -5 -4 -3 -2 -1 Sebelum 1 2 3 4 5 SesudahBNBR 1 0,027001 0,011322 0,004617 0,014651 0,020572 0,015632 0,015921 0,021829 0,020319 0,019321 0,024673 0,020413
INDX 0,032887 0,029102 -0,00438 0,067214 0,047027 0,034371 0,055536 0,046416 0,046824 0,048345 0,048814 0,049187LPLI 0,003745 -0,00021 0,003613 0,003723 0,013684 0,004911 0,013447 0,007235 0,005764 0,004526 0,000546 0,006304UNIT -0,0105 -0,00764 -0,01063 -0,00495 -0,019609 -0,01066 -0,008416 -0,01195 -0,0091 -0,00685 -0,00802 -0,00887INPC -0,00318 -0,00648 -0,0154 0,010115 0,007237 -0,00154 0,010929 -0,00041 -0,00715 0,003253 -0,0029 0,000744
BNBR 2 -0,00126 -0,00086 0,000539 0,002726 -0,000263 0,000177 0,002118 0,000534 0,002014 0,001246 0,002567 0,001696SRSN 0,017513 0,017807 0,018186 0,018375 0,018674 0,018111 0,018103 0,018825 0,019955 0,019923 0,019579 0,019277POLY -0,0177 -0,00985 0,010871 -0,00578 -0,014469 -0,00738 0,013537 0,004483 -0,00971 0,009683 -0,005 0,002599CAR -4,93079 -3,98211 -2,93918 -1,80904 -0,954562 0,076867 1,115729 2,125242 3,045825 4,223901 5,138771 0,129893
CAAR -0,25952 -0,20958 -0,15469 -0,09521 -0,05024 0,00427 0,058723 0,111855 0,160307 0,222311 0,270462 0,007216
Reverse Stock Split
Deskriptif statistik Abnormal return Stock Split & Reverse Stock Split
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
AR_Stock_Split_minus_lima_
minus_satu
5 -.00161 .00499 .0013684 .00275313
AR_Stock_split_plus_satu_pl
us_lima
5 -.00136 .00732 .0022673 .00341903
AR_reverse_stock_split_minu
s_lima_minus_satu
5 -.26 -.05 -.1538 .08433
AR_reverse_stock_split_plus
_satu_plus_lima
5 .06 .27 .1647 .08448
Valid N (listwise) 5
Uji Normalitas Abnormal Return Stock Split One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
AAR_stock_split
_sblm
AAR_stock_split
_ssdh
N 8 8
Normal Parametersa..b Mean .0013679 .0022672
Std. Deviation .00554879 .00298779
Most Extreme Differences Absolute .174 .268
Positive .174 .268
Negative -.157 -.164
Kolmogorov-Smirnov Z .492 .758
Asymp. Sig. (2-tailed) .969 .614
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
95
Uji Normalitas Abnormal Return Reverse Stock Split One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
AAR_reverse_stoc
k_split_sblm
AAR_reverse_stoc
k_split_ssdh
N 8 8
Normal Parametersa..b Mean .0067015 .0114189
Std. Deviation .01506764 .01809919
Most Extreme Differences Absolute .172 .236
Positive .172 .236
Negative -.125 -.153
Kolmogorov-Smirnov Z .487 .668
Asymp. Sig. (2-tailed) .971 .763
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 AAR_stock_split_sebelum &
AAR_stock_split_sesudah
8 .027 .949
Uji beda Abnormal Return Stock Split
Paired Samples Test
Paired Differences
t df Sig. (2 tailed)
Mean Std.
Deviation Std. Error
Mean
95% Confidence Interval of the Difference
Lower Upper Pair 1
AAR_stock_split_sebelum - AAR_stock_split_sesudah
-.00089926 .00622983 .00220258 -.00610753 .00430901 -.408 7 .695
96
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 AAR_stock_split_sebelum .0013679 8 .00554879 .00196179
AAR_stock_split_sesudah .0022672 8 .00298779 .00105634
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 AAR_reverse_stock_split_sbl
m
.0067015 8 .01506764 .00532721
AAR_reverse_stock_split_ss
dh
.0114189 8 .01809919 .00639903
Uji Beda Abnormal Return Reverse Stock Split
97
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 AAR_reverse_stock_split_sbl
m &
AAR_reverse_stock_split_ss
dh
8 .970 .000
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
95% Confidence Interval of the Difference
Lower Upper Pair 1
AAR_reverse_stock_split_sblm - AAR_reverse_stock_split_ssdh
-.00471744
.00504335 .00178309 -.00893378 -.00050110 -2.646 7 .033
Beta Saham Stock Split
Beta Saham Reverse Stock Split
98
Emiten -4 -3 -2 -1 Sebelum 1 2 3 4 SesudahPRAS 0,583885 0,593783 0,556728 0,597474 0,582968 0,597364 0,556728 0,594839 0,583885 0,583204BBLD 0,20174 -0,20516 -0,19232 -0,20892 -0,10117 -0,20644 -0,19175 -0,20527 -0,20206 -0,20138INTA 0,48924 -0,26565 1,307739 -14,034 -3,12566 0,239665 -20,9202 0,766144 0,129979649 -4,946095903PJAA 1,366915 1,390451 1,303051 1,391955 1,363093 1,398436 1,303088 1,39046 1,366003573 1,364496827DAVO 0,942786 0,95922 0,898945 0,964612 0,941391 0,964394 0,898917 0,958224 0,9427671 0,941075433JPRS 0,731372 0,744089 0,69729 0,748321 0,730268 0,748331 0,696383 0,744079 0,731313751 0,730026682DOID 0,265759 0,270296 0,253306 0,27194 0,265325 0,27194 0,253306 0,270197 0,26575945 0,265300648INCO 1,631317 1,659868 1,555441 1,669353 1,628995 1,669353 1,555441 1,659868 1,631316858 1,628994862
rata-rata beta stock split 0,776627 0,643362 0,797523 -1,07491 0,285652 0,71038 -1,98101 0,772318 0,681120673 0,045702819
Emiten -4 -3 -2 -1 Sebelum 1 2 3 4 SesudahBNBR 1 1,55188 1,628289 1,486173 2,481203 1,786886 1,617744 1,664662 1,603618 1,57321835 1,614810558
INDX 0,283606 0,30148 0,270323 0,294568 0,287494 0,296454 0,274854 0,292993 0,28515795 0,287364885LPLI 0,546747 0,499243 0,570609 0,579013 0,548903 0,577624 0,54009 0,588553 0,5664362 0,56817573UNIT 0,502441 0,510987 0,47896 0,514105 0,501623 0,514006 0,479053 0,510691 0,502324158 0,501518355SRSN 1,04073 1,058872 0,99237 1,064833 1,039201 1,076584 0,992323 1,058881 1,1104515 1,05956002INPC 0,36377 0,370066 0,346787 0,37217 0,363198 0,37218 0,346795 0,370066 0,363721875 0,363190813
BNBR 2 1,055075 1,073694 1,006195 1,079819 1,053696 1,079819 1,006103 1,073714 1,0552784 1,053728601POLY 0,416098 0,423355 0,396726 0,425764 0,415486 0,425675 0,396744 0,423355 0,416000833 0,415443875
rata-rata betA reverse stock 0,720043 0,733248 0,693518 0,851435 0,749561 0,745011 0,712578 0,740234 0,734073658 0,732974105
Reverse Stock Split
Uji Normalitas Beta Saham Stock Split
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
beta_sebelum_st
ock_split
beta_sesudah_stock_s
plit
N 8 8
Normal Parametersa,,b Mean .2856513 .0457028
Std. Deviation 1.48654044 2.09871586
Most Extreme Differences Absolute .272 .328
Positive .183 .225
Negative -.272 -.328
Kolmogorov-Smirnov Z .770 .928
Asymp. Sig. (2-tailed) .593 .355
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Uji Normalitas Beta Saham Reverse Stock Split
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
beta_sblm_rever
se_stock
beta_ssdh_rever
se_sttock
N 8 8
Normal Parametersa,,b Mean .7495609 .7329741
Std. Deviation .51109935 .46353306
Most Extreme Differences Absolute .278 .264
Positive .278 .264
Negative -.183 -.168
Kolmogorov-Smirnov Z .785 .746
Asymp. Sig. (2-tailed) .568 .633
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
99
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 beta_sblm_stock_split .3091055 8 1.50487800 .53205472
beta_ssdh_stock_split .0385383 8 2.22724650 .78745055
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 beta_sebelum_stock_split &
beta_sesudah_stock_split
8 .995 .000
Uji Beda Beta Saham Stock Split
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed)
Mean Std.
Deviation Std. Error
Mean
95% Confidence Interval of the Difference
Lower Upper Pair 1
beta_sebelum_stock_split - beta_sesudah_stock_split
.23994843 .63957900 .22612533 -.29475300 .77464986 1.061 7 .324
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 beta_sblm_reverse_stock .7495609 8 .51109935 .18070091
beta_ssdh_reverse_sttock .7329741 8 .46353306 .16388369
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 beta_sblm_reverse_stock &
beta_ssdh_reverse_sttock
8 .996 .000
100
Uji Beda Beta Saham Reverse Stock Split
Deskripsi Statistik beta stock split
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
beta_sblm_stock_split 4 -1.07491 .79752 .2856505 .90960683
beta_ssdh_stock_split 4 -1.98101 .77232 .0457022 1.35167630
Valid N (listwise) 4
Deskripsi Statistik Beta Reverse Stock Split
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
beta_sblm_reverse_stock_split 4 .69352 .85144 .7495610 .06989649
beta_ssdh_reverse_stock_split 4 .71258 .74501 .7329743 .01431554
Valid N (listwise) 4
Korelasi Serial RMT dengan RMT-1, RMT-2 .RMT-3 . RMT-4
ρ1 ρ2 ρ3 ρ4 0.018 -0.066 0.072 0.008
Bobot Sekuritas
W1 W2 W3 W4 0.992481 0.924812 0.986842 0.969925
101
Paired Samples Test Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed)
Mean Std.
Deviation Std. Error
Mean
95% Confidence Interval of the Difference
Lower Upper Pair 1
beta_sblm_reverse_stock - beta_ssdh_reverse_sttock
.01658677 .06346534 .02243839 -.03647158 .06964513 .739 7 .484