analisis dampak pengumuman stock split dan...

121
ANALISIS DAMPAK PENGUMUMAN STOCK SPLIT DAN REVERSE STOCK SPLIT TERHADAP ABNORMAL RETURN DAN PERUBAHAN BETA SAHAM Oleh: Dedy Januar NIM : 107081003362 JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011 M

Upload: vuhanh

Post on 08-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ANALISIS DAMPAK PENGUMUMAN STOCK SPLIT DAN REVERSE

STOCK SPLIT TERHADAP ABNORMAL RETURN DAN PERUBAHAN

BETA SAHAM

Oleh:

Dedy Januar

NIM : 107081003362

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H/2011 M

ANALISIS DAMPAK PENGUMUMAN STOCK SPLIT DAN REVERSE

STOCK SPLIT TERHADAP ABNORMAL RETURN DAN PERUBAHAN

BETA SAHAM

Oleh :

Dedy Januar

NIM: 107081003362

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI JAKARTA SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H/2011 M

LEMBAR PERNYATAAN

KEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Dedy Januar

No. Induk Mahasiswa : 107081003362

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Jurusan : Manajemen

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan

mempertanggungjawabkan.

2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain

3.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Yang bertanda tangan dibawah ini

Nama : Dedy Januar

Tempat / Tanggal Lahir : Jakarta, 19 Januari 1989

Agama : Islam

Alamat : Jl Tanah Ara No 30 Rt 06/012 Pondok –Pinang Kebayoran

Lama

Telp / Hp :021 75913861 / 085782588482

E-mail :[email protected]

PENDIDIKAN FORMAL

2007-2011 : Strata 1 Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta

2004-2007 : Sekolah Menengah Atas Negeri 29 Jakarta

2001-2004 : Sekolah Menengah Pertama Negeri 87 Jakarta

1995-2001 : Sekolah Dasar Negeri 01 Pagi Jakarta

1994-1995 : Taman Kanak-kanak Tunas Satria Jakarta

PENDIDIKAN NON FORMAL

1. Peserta “International Islamic Youth Seminar” Universitas Indonesia

2. Peserta ESQ Leadership Training 2008

3. Peserta Seminar Nasional Ekonomi Islam “Dampak Krisis Global Terhadap

Perbankan Syariah” UIN

4. Peserta Seminar Ekonomi Nasional “Demokrasi versus Kesejahteraan Rakyat”

UIN

5. Anggota tim pembuatan jurnal ilmiah “ Risk dan Return di Pasar Keuangan

Syariah ”(2011)

6. Kursus Bahasa Inggris Intensive English Course level intermediate (2003-2005)

i

PENGALAMAN ORGANISASI

1. Ikatan Alumni Penerima Beasiswa Yayasan Dana Bantuan 2011

2. Anggota Divisi Dokumentasi Program Pengenalan Studi

Almamater Jurusan /manajemen (Propesa UIN) 2008

3. Anggota Pramuka SMA 29 JAkarta 2005 – 2006

4. IPSI Langlang Buana Jaya SMP N 87 2002 – 2003

ii

ABSTRACT

The objective of this research is to find out empirical evidence about the impact of stock split and reverse stock split announcement to abnormal return and beta of stock changing companies that listed in Indonesia Stock Exchange. The variables tested in this research are : stock split and reverse stock split.

The samples of this research are using 16 companies that listed in Indonesia Stock Exchange doing stock split and reverse stock split policy betweens 2005-2009 which taken with purposive sampling method.That variables had tested of normality with kolmogorov smirnov and then we doing test of difference with paired sample t-test at level of significant five percent.

The result of this research show there are no significant of difference abnormal return before and after stock split but,but there are significant of difference abnormal return before and after reverse stock split. On the other hand, there are no significant of difference beta of stock before and after stock split and reverse stock split.

Keywords : Stock Split, Reverse Stock Split, Abnormal Return, Beta of stock.

iii

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris tentang dampak pengumuman stock split dan reverse stock split terhadap abnormal return dan perubahan beta saham perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Variabel-variabel yang diuji dalam penelitian ini adalah : stock split dan reverse stock split.

Penelitian ini menggunakan sampel 16 perusahaan yang terdaftar di BEI yang melakukan kebijakan stock split dan reverse stock split periode 2005-2009 yang diambil menggunakan metode purposive sampling. Variabel-variabel tersebut kemudian diuji normalitas dengan menggunakan kolmogorov smirnov untuk kemudian dilakukan uji beda dengan menggunakan paired sample t-test pada level signifikan 5 %.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan abnormal return yang signifikan sebelum dan sesudah stock split, namun terdapat perbedaan abnormal return yang signifikan sebelum dan sesudah reverse stock split. Selain itu tidak terdapat perbedaan beta saham yang signifikan sebelum dan sesudah stock split dan reverse stock split

Kata kunci : Stock Split, Reverse Stock Split, Abnormal Return, Beta saham.

iv

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahim

Dengan memanjatkan rasa syukur kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat

dan kasih sayang-Nya yang tiada terkira kepada hambanya, salawat dan salam

tercurah kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW, sehingga penulis mampu

menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.

Skripsi ini bertujuan untuk memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Ekonomi

pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Skripsi ini memiliki judul “ Analisis Dampak Pengumuman Stock Split dan

Reverse Stock Split Terhadap Abnormal Return dan Perubahan Beta Saham”.

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak dan memberikan

wawasan bagi pembaca.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak dan Ibu penulis yang tercinta, Soediyo dan Setya Helyati, motivator

utama penulisan skripsi ini. Terima kasih atas semua pelajaran kehidupan yang

telah diberikan, yakni tentang kedisiplinan, kerja keras, kesederhanaan, dan

kejujuran, serta atas doa dan dukungannya selama ini. Semoga kelak aku dapat

membahagiakan kalian dan memberikan yang terbaik yang bisa kulakukan.

2. Ibu Dr Hj Pudji Astuty selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak Herni Ali HT,

SE,MM. selaku Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktunya dengan

penuh kesabaran untuk memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis

dalam menyelesaikan skripsi.

3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

UIN Jakarta yang telah memberikan jalan bagi penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

4. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni MM selaku Pudek I bidang akademik, Bapak

Indoyama Nasarudin SE, MAB selaku Pudek II bidang administrasi, dan Bapak

Herni Ali HT,SE, MM selaku Pudek III bidang kemahasiswaan yang telah

memberikan motivasi dan didikan yang baik buat penulis.

v

5. Bapak Suhendra S.Ag, MM selaku Ketua Jurusan Manajemen dan Ibu Leis

Suzanawati, SE,M.Si selaku Sekretaris Jurusan Manajemen

6. Ibu Erika Amalia SE, Msi selaku dosen akuntansi yang telah memberikan

kesempatan kepada penulis untuk dapat bersama-sama membuat sebuah jurnal

ilmiah.

7. Seluruh dosen, asisten dosen, karyawan dan staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis

yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang tak ternilai serta pelayanan

akademik selama ini bagi penulis.

8. Adikku, Dian Kurniawan yang jago komputer serta kakaku : Defi Oktafani yang

telah memberikan semangat dan dukungan bagi penulis dan tak lupa kakakku

nun jauh di Nusa Tenggara Barat Desy Rahmawati dan Ahmad Abidin yang

telah memberikan dukungan moril serta materil. Semoga kita bisa segera

berkumpul kembali ya mba,mas aku kangen dengan kebersamaan kita seperti

dahulu.

9. Saudara-saudara penulis yang ada di Cipondoh, Petukangan, dan juga nun jauh

di Bobotsari Jawa Tengah. “aku kangen kalian semua”. Tak lupa Om Joni yang

juga telah memberikan pinjaman laptop, makasih ya Om.

10. Teman-teman Manajemen D angkatan 2007 : Adin, Pipit, Rio, Yana, Deri,

Yandi, Lingga, Agus, Diah, Kukuh, Ichank, Robi, Qodar,Tuti, Wahyudi, Latief,

dll. Terima kasih atas kebersamaan dan kenangan-kenangan indah yang pernah

kita lalui bersama.

11. Teman-teman Manajemen Keuangan 2007, terima kasih atas kekompakan

kalian, semoga kelak kita bisa menjadi seorang ahli keuangan dan pasar modal

yang amanah dan handal.Amiin.

12. Seluruh teman-teman Manajemen angkatan 2007, maaf tidak bisa disebutkan

satu persatu

13. Sahabat-sahabat seperjuanganku: Miftah, Yolan, Irsyam, Dito, Toni, Bimo, Ari,

Emon “FISIP”, lanjutkan perjuangan kalian ya teman-teman doaku menyertai

kalian.

14. Teman-teman bimbingan bareng : Yuli, Ijah, Via, Eva, Isna, Ica, Anggi,Yudi,

tetap semangat yah.

15. Sahabat-sahabat Ipa 3 : Ipul, Puja, Ichal, Ilham, Eka, Dimas, Yan Haris, Nani,

Fadiah, Sekar, Hani, Inge dll semoga kalian semua sukses.

vi

16. Teman yang telah memberikan inspirasi, saran, doa, dan semangat bagi penulis:

Apprina SE, makasih ya app, semoga Allah swt membalas kebaikan hatimu.

Amiin

17. Calon istriku kelak yang telah tertulis didalam Lauhul Mahfudz, akan

kumuliakan kehidupanmu nanti insya allah dengan segenap kekuatan dan

kemampuanku.

18. Seluruh pihak yang turut mendukung dan membantu penulis, namun tidak dapat

penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi

ini, oleh karena itu kritik dan saran membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata

penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Jakarta, 1 Juni 2011

Penulis

(Dedy Januar) vii

DAFTAR ISI

Cover Dalam

Lembar Pengesahan skripsi

Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif

Lembar pernyataan Keaslian skripsi

Daftar Riwayat Hidup i

Abstract iii

Abstrak iv

Kata Pengantar v

Daftar Isi viii

Daftar Tabel xi

Daftar Gambar xiii

Daftar Lampiran xiv

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Perumusan Masalah 7

C. Tujuan dan Manfaat 8

BAB II LANDASAN TEORI 10

A. Landasan Teori

1. Stock Split 10

2. Reverse Stock Split 16

3. Beta Saham 18

a. Beta Pasar 19

b. Beta Akuntansi 20

c. Beta Fundamental 20

d. Beta Pasar dan Beta Fundamental 23

e. Beta Portofolio 24

4. Beta untuk pasar modal berkembang 25

5. Perdagangan tidak sinkron 25

viii

6. Abnormal Return 27

7. Pasar Efisien 29

B. Penelitian Terdahulu 32

C. Kerangka Pemikiran 36

D. Hipotesis 39

BAB III METODELOGI PENELITIAN 40

A. Ruang Lingkup Penelitian 40

B. Teknik Penentuan Sampel 40

C. Teknik Pengumpulan Data 44

D. Teknik Analisis 46

E. Operasional Variabel Penelitian 60

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 62

A. Perusahaan yang melakukan stock split 62

B. Perusahaan yang melakukan reverse stock split 63

C. Analisis dan Pembahasan 64

1.Analisis Deskriptif 64

a. Abnormal Return 65

b. Beta Saham 68

2. Analisis Pengujian Hipotesis 72

1. Uji Normalitas Data Abnormal Return Stock Split 73

2. Uji Normalitas Data Abnormal Return Reverse Stock Split 74

3. Uji Beda Abnormal Return sebelum dan sesudah stock split 75

4. Uji Beda Abnormal Return sebelum dan

sesudah reverse stock split 76

5. Uji Normalitas Data Beta Saham Stock Split 78

6. Uji Normalitas Data Beta Saham Reverse Stock Split 79

7. Uji Beda Beta Saham sebelum dan sesudah stock split 81

8. Uji Beda Beta Saham sebelum dan

sesudah reverse stock split 82

ix

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI 84

A. Kesimpulan 84

B. Implikasi 88

Daftar Pustaka 89

Lampiran

x

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman

Tabel 3.1 Daftar emiten yang melakukan stock split dan reverse stock split 42

Tabel 3.2 Daftar Emiten yang melakukan stock split

yang digunakan sebagai sampel 43

Tabel 3.3 Daftar Emiten yang melakukan reverse stock split

yang digunakan sebagai sampel 44

Tabel 3.4 Daftar sampel emiten yang tidak terpilih 44

Tabel 4.1 Abnormal Return Periode investigasi 65

Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Abnormal Return Periode Investigasi 66

Tabel 4.3 Abnormal Return Emiten yang melakukan Stock Split 67

Tabel 4.4 Abnormal Return Emiten yang melakukan Reverse Stock Split 68

Tabel 4.5 Beta saham periode investigasi 69 Tabel 4.6 Statistik Deskriptif Beta Saham 69

Tabel 4.7 Beta Saham Emiten yang melakukan Stock Split 70

Tabel 4.8 Beta Saham Emiten yang melakukan reverse stock split 71

Tabel 4.9 Uji One-Sample Kolmogorov- Smirnov Abnormal Stock Split 73

Tabel 4.10 Uji One-Sample Kolmogorov- Smirnov

Abnormal Return Reverse Stock Split 74

Tabel 4.11 Uji beda Paired sample t-test abnormal return stock split 75

Tabel 4.12 Uji beda Paired sample t-test abnormal return reverse stock split 77

Tabel 4.13 Uji One-Sample Kolmogorov- Smirnov Beta Stock Split 78

Tabel 4.14 Uji One-Sample Kolmogorov- Smirnov Beta Reverse Stock Split 80

xi

Tabel 4.15 Uji beda Paired sample t-test beta saham stock split 81

Tabel 4.16 Uji beda Paired sample t-test beta saham reverse stock split 82

xii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran 38

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Keterangan Halaman

Lampiran 1 Abnormal Return Stock Split 94

Lampiran 2 Abnormal Return Reverse Stock Split 94

Lampiran 3 Deskriptif statistik Abnormal return Stock Split dan 95

Reverse stock split

Lampiran 4 Uji Normalitas Abnormal Return Stock Split 95

Lampiran 5 Uji Normalitas Abnormal Return Reverse Stock Split 96

Lampiran 6 Paired sample Statistic 96

Lampiran 7 Paired sample Correlation 96

Lampiran 8 Uji beda abnormal return stock split 96

Lampiran 9 Paired sample Statistic 97

Lampiran 10 Paired sample Correlation 97

Lampiran 11 Uji beda abnormal return reverse stock split 97

Lampiran 12 Beta Saham Stock Split 98

Lampiran 13 Beta Saham Reverse Stock Split 98

Lampiran 14 Uji Normalitas Beta Saham Stock Split 99

Lampiran 15 Uji Normalitas Beta Saham Stock Split 99

Lampiran 16 Paired sample Statistic 100

Lampiran 17 Paired Sample Correlation 100

Lampiran 18 Uji beda beta saham stock split 100

Lampiran 19 Paired sample Statistic 100

Lampiran 20 Paired sample Correlation 100

Lampiran 21 Uji beda beta saham reverse stock split 101

Lampiran 22 Deskriptive statistik Beta Stock Split 101

Lampiran 23 Deskriptive Statistik Beta Reverse Stock Split 101

Lampiran 24 Korelasi Serial RMT dengan RMT-1, RMT-2 . RMT-3 . RMT-4 101

Lampiran 24 Bobot Sekuritas 101

xiv

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kegiatan investasi adalah aktivitas yang dilakukan oleh investor baik individu

ataupun perusahaan dengan harapan akan memperoleh imbal hasil sesuai nilai nominal

yang diinvestasikan. Besarnya imbal hasil yang akan diperoleh tergantung kepada

karakteristik investasi yang dipilih oleh investor tersebut. Investor yang memilih untuk

berinvestasi pada saham dengan risiko tinggi akan mendapatkan imbal hasil tinggi,

begitu pula dengan investor yang memilih untuk berinvestasi pada saham dengan risiko

rendah akan mendapatkan imbal hasil rendah.

Dengan investasi, seorang individu atau perusahaan akan membelanjakan uangnya

hari ini dengan berharap akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar di masa

mendatang ( Brigham & Houston,2006: 214).

Risiko didefinisikan dalam kamus Webster sebagai “suatu halangan; gangguan;

terhadap kerugian atau kecelakaan.”.Jadi risiko diartikan sebagai peluang akan

terjadinya suatu peristiwa yang tidak diinginkan (Brigham & Houston,2006:216).

Risiko terbagi menjadi dua macam yaitu risiko sistematik dan tidak sistematik.

Risiko sistematik adalah setiap risiko yang mempengaruhi sebagian besar aset

dengan tingkat risiko yang bermacam-macam. Risiko tidak sistematik adalah risiko

yang spesifik mempengaruhi satu aset atau kelompok kecil aset dan risiko tersebut

dapat didiversifikasi. Contoh dari risiko sistematik termasuk ketidakpastian mengenai

keadaan ekonomi secara umum seperti GNP, tingkat bunga atau inflasi. Dilain sisi,

2

pengumuman yang spesifik terhadap perusahaan, seperti tambang emas yang

menemukan emas adalah contoh dari risiko tidak sistematik ( Rodoni dan Ali, 2010:89).

Jones (2001) dalam Michael C Koridama dan Kartika Nuringsih (2008:332-346),

Risiko sistematik tidak dapat dihilangkan dengan cara diversifikasi. Dalam pembahasan

lebih lanjut risiko sistematik dikenal dengan beta saham. Sebagai akibat dari sifatnya

yang tidak dapat ditekan dengan diversifikasi, maka banyak penelitian yang membahas

lebih mendalam mengenai risiko sistematis. Penelitian dilakukan untuk mengetahui

variabel apa saja yang berpengaruh secara signifikan terhadap risiko sistematis atau

beta. Apabila ditelaah lebih lanjut, risiko sistematis lebih disebabkan oleh faktor

ekonomi makro,tingkat inflasi,rasio keuangan,ukuran perusahaan, kebijakan

pajak,kondisi perekonomian, dan faktor-faktor lain yang tidak dapat dikendalikan oleh

perusahaan.

Dwi Haroyah M (2000 : 50), untuk mengukur risiko yang tidak dapat disebar dari

suatu sekuritas atau portofolio relatif terhadap risiko pasar digunakan koefisien beta.

Beta merupakan suatu pengukur volatilitas return suatu sekuritas atau return portofolio

terhadap perubahan ekonomi makro atau return portofolio pasar. Penggunaan beta

menunjukkan pengukuran risiko yang dipengaruhi oleh perubahan ekonomi makro yang

tidak dapat dihilangkan dengan diversifikasi maupun risiko tidak sistematik. Dengan

penggunaan beta sebagai ukuran risiko sistematik akan dapat dipakai untuk

mengestimasi tingkat keuntungan yang diharapkan investor.

Informasi merupakan kebutuhan yang mendasar bagi para investor dalam

pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan ini berkaitan dengan pemilihan

3

portofolio investasi yang paling menguntungkan dengan tingkat risiko tertentu.

Informasi dapat mengurangi ketidakpastian yang terjadi, sehingga keputusan yang

diambil diharapkan akan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Dalam pasar modal,

banyak sekali informasi yang dapat diperoleh investor baik informasi yang tersedia di

publik maupun informasi pribadi (privat) (Syaichu dan Puspito,2007:2).

Pasar modal yang efisien adalah satu dimana harga saham secara penuh

merefleksikan informasi yang tersedia. Pasar modal efisien memiliki implikasi bagi

investor dan perusahaan.

a. Karena informasi direfleksikan pada harga sekuritas dengan cepat, mengetahui

informasi ketika diumumkan menjadi tidak ada keuntungan.

b. Perusahaan harus mengharapkan akan menerima nilai yang wajar dari sekuritas

yang dijual.Perusahaan tidak dapat memperoleh keuntungan dari fooling investor

dipasar efisien (Rodoni dan Ali,2010:108).

Salah satu informasi yang ada adalah pengumuman stock split atau pemecahan

saham. Informasi ini dapat memiliki makna atau nilai jika keberadaan informasi tersebut

menyebabkan investor melakukan transaksi di pasar modal, yang akan tercermin dalam

perubahan harga saham, volume perdagangan dan indikator atau karakteristik pasar

lainnya. (Syaichu dan Puspito :2007 :2).

Susiyanto (2004) dalam Hamzah (2006 :24-25): bahwa pemecahan saham (stock

split) merupakan aksi emiten yang dilakukan dengan cara memecah nilai nominal

saham menjadi nominal yang lebih kecil sesuai dengan rasio stock split yang ditentukan.

Sedangkan penggabungan saham (reverse stock split) merupakan aksi emiten yang

4

berkebalikan dengan stock split, yaitu dengan cara menggabungkan nilai nominal saham

menjadi nominal yang lebih besar sesuai dengan rasio reverse stock split yang telah

ditentukan.

Stock split dan reverse stock split sendiri merupakan tindakan perusahaan (corporate

action) yang masih menjadi fenomena yang menarik hingga saat ini karena keduanya

tidak memberikan tambahan nilai ekonomis bagi perusahaan oleh karena itu keduanya

sering disebut sebagai kosmetika saham yang mengandung pengertian bahwa upaya

tersebut dilakukan oleh perusahaan untuk membuat sahamnya terlihat menarik bagi

investor.

Terdapat banyak penelitian yang membahas mengenai pengumuman stock split dan

reverse stock split. Penelitian yang dilakukan Ade Wirman (2002 :39) menguji

pengaruh stock split terhadap likuiditas saham di pasar modal dengan memilih 15

emiten dari 40 emiten yang telah melakukan stock split atau perubahan nilai nominal

menghasilkan kesimpulan bahwa stock split mempunyai pengaruh negative atau dapat

dikatakan bahwa likuiditas menurun dengan dilakukan stock split.

Penelitian yang dilakukan oleh Fitri Anomsari (2007 :209) menguji reaksi pasar

yakni: harga, volume, dan likuiditas saham terhadap peristiwa stock split perusahaan

yang Go Publik di Bursa Efek Jakarta menghasilkan kesimpulan bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan antara volume perdagangan saham sebelum dan sesudah

stock split, dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara harga saham dan

likuiditas saham sebelum dan sesudah stock split.

5

Penelitian yang dilakukan Wisudowati Ayu Sugito (2009) menguji motivasi dibalik

stock split dan reverse stock split: Pembuktian pada likuiditas dan Return saham

menghasilkan kesimpulan terdapat perbedaan yang signifikan antara likuiditas sebelum

dan sesudah pelaksanaan stock split dan reverse stock split. Terdapat abnormal return

yang signifikan sebelum tanggal pengumuman stock split dan reverse stock split.

Penelitian stock split dengan menggunakan koreksi beta hanya sedikit, diantaranya

adalah penelitian yang dilakukan oleh Wiggins 1992 dalam Luciana Spica Amilia dan

Emanuel Kristijadi (2005:2). Penelitian ini dilakukan dengan membandingkan

perbedaan beta diseputar tanggal pengumuman pemecahan saham dengan menggunakan

data return bulanan. Metoda koreksi beta yang digunakan adalah Metoda Scholes dan

Williams (1977) dan Fowler dan Rorke (1983). Hasil penelitiannya menunjukkan

bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik antara beta sebelum dan

sesudah pemecahan saham baik dengan menggunakan data return harian, mingguan,

maupun bulanan. Penelitian Wiggins tersebut didasarkan oleh penelitian yang dilakukan

oleh Brennan dan Copeland. Brennan dan Copeland (1988) melakukan pengujian

terhadap 1034 perusahaan yang melakukan pemecahan saham dalam kaitannya dengan

perubahan risiko sistematis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa resiko sistematis

atau beta yang terjadi pada saat sesudah pemecahan saham cenderung lebih tinggi

daripada saat pengumuman dan sebelum pengumuman.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian kembali

dengan judul :

6

“Analisis Dampak Pengumuman Stock Split dan Reverse Stock Split Terhadap

Abnormal Return Dan Perubahan Beta Saham”

Penelitian ini mengambil periode Januari 2005 sampai dengan Desember 2009

dikarenakan:

1. Terdapat peningkatan jumlah emiten yang melakukan stock split dan reverse

stock split.

2. Meningkatnya capital inflow di pasar modal Indonesia

Adapun perbedaan penelitian ini dibandingkan dengan penelitian sebelumnya adalah

sebagai berikut:

1. Menggunakan variabel dependen abnormal return dan beta sebagai variabel yang

dipengaruhi oleh stock split dan reverse stock split.

2. Periode penelitian yang dilakukan masih update sehingga menghasilkan

informasi terkini mengenai perbedaan abnormal return dan beta saham yang

disebabkan dari aktivitas stock split dan reverse stock split.

Untuk dapat lebih memahami dan menghindari kemungkinan menyimpang dari

penelitian, maka diperlukan identifikasi dan pembatasan masalah sebagai berikut.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti melakukan identifikasi

masalah sebagai berikut :

a. Mengidentifikasi apakah terdapat perbedaan abnormal return yang signifikan pada

saat sebelum dan sesudah stock split serta sebelum dan sesudah reverse stock split .

b. Mengidentifikasi apakah terdapat perbedaan beta saham yang signifikan pada saat

sebelum dan sesudah stock split serta sebelum dan sesudah reverse stock split.

7

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pembatasan masalah agar penelitian yang

akan dilakukan tidak menyimpang dari maksud penelitian.

Adapun pembatasan masalah yang terdapat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Perusahaan yang menjadi sampel penelitian adalah perusahaan yang sahamnya

terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia yang melakukan kebijakan stock split atau

reverse stock split selama periode penelitian.

b. Tindakan Korporasi yang diteliti dalam penelitian ini, hanyalah stock split atau

reverse stock split.

c. Penentuan periode jendela (window period) dalam penelitian ini adalah 10 hari

perdagangan untuk abnormal return yang mencakup 5 hari sebelum pencatatan

split, dan 5 hari sesudah pencatatan split. Sedangkan untuk beta saham mencakup 4

hari sebelum pencatatan split, dan 4 hari sesudah pencatatan split karena

menggunakan metode beta Fowler dan Rorke periode 4 lag dan 4 lead.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah terdapat perbedaan yang sinifikan abnormal return pada saat sebelum dan

sesudah stock split ?

2. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan abnormal return pada saat sebelum dan

sesudah reverse stock split ?

3. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan beta saham pada saat sebelum dan

sesudah stock split ?

8

4. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan beta saham pada saat sebelum dan

sesudah reverse stock split ?

B. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris tentang hal-

hal berikut:

1. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan abnormal return

pada saat sebelum dan sesudah stock split.

2. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan abnormal return

pada saat sebelum dan sesudah reverse stock split.

3. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan beta saham pada

saat sebelum dan sesudah stock split.

4. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan beta saham pada

saat sebelum dan sesudah reverse stock split.

2. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka penulis berharap bahwa penelitian ini

akan memiliki manfaat bagi :

Penulis

Merupakan salah satu sarana bagi penulis untuk berfikir ilmiah serta

mengimplementasikan ilmu pengetahuan yang telah penulis dapatkan dari aktifitas

perkuliahan jurusan manajemen keuangan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

9

Perusahaan

Sebagai bahan masukan bagi perusahaan agar dapat membuat keputusan yang

tepat untuk meningkatkan profitabilitasnya dengan melakukan kebijakan stock split

dan reverse stock split.

Investor

Memberikan informasi yang berguna bagi investor dalam melakukan transaksi

perdagangan saham pada perusahan yang melakukan stock split dan reverse stock

split diukur dari risiko yang ada.

Penelitian selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi bagi penelitian

selanjutnya di bidang manajemen keuangan.

Akademisi

Dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan dan memberikan stimulus bagi

peneliti lain untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan variabel-variabel

lainnya.

10

BAB II

LANDASAN TEORI

1. Stock Split

Block dan Hirt (2002 :656) “ stock split is a division of shares by a ratio set by the

board of directors-two for one, three for one, three for two, and so on. Stock split

ussually indicate the company’s stock has risen in price to a level that the directors feel

limits the trading appeal of the stock. The par value is dividend by the ratio set, and the

new shares are issued to the current stockholders of record to increase their shares to

the stated level”

Ross et al (2003:627), A stock split conceptually similar to a stock dividend, but it

is commonly expressed as a ratio. For example, in a three-for-two split, each

shareholder receives one additional share of stock for each two held originally, so a

three-for-two split amounts to a 50 percent stock dividend. Again, no cash is paid out,

and the percentage of the entire firm that each shareholder owns is unaffected

Abdul Hafiz Tanjung (2007 : 117), pemecahan saham adalah memecah selembar

saham menjadi n lembar saham. Harga per lembar saham baru setelah pemecahan

saham adalah 1/n dari harga saham sebelumnya. Pada dasarnya ada dua jenis

pemecahan saham yang dapat dilakukan yaitu split-up dan split down. Split-up adalah

penurunan nilai nominal per lembar saham yang mengakibatkan peningkatan dalam

jumlah saham yang beredar. Misalnya pemecahan saham dengan split factor 2:1, 3:1,

dan 4:1. Split-down merupakan peningkatan nilai nominal per lembar saham yang

mengakibatkan penurunan jumlah saham beredar, misalnya dengan split faktor 1:2, 1:3,

11

1:4, atau 1:5. Dalam hal ini split factor diartikan sebagai perbandingan antara jumlah

saham yang beredar setelah pemecahan dengan jumlah saham yang beredar sebelum

pemecahan. Jumlah saham yang beredar adalah 1 juta lembar dengan nilai Rp 1000,-

per lembar. Nilai ekuitas perusahaan adalah sebesar 1 juta x Rp 1000,- = Rp 1 milyard.

Perusahaan memecah dari satu lembar saham untuk dijadikan sebanyak 2 lembar saham,

sehingga harga per lembar saham baru adalah menjadi Rp 500,- dan jumlah saham

beredar menjadi 2 juta lembar. Nilai ekuitas perusahaan tidak berubah, yaitu tetap

sebesar 2 juta x Rp 500,- = Rp 1 milyard.

Fitri Anomsari (2007:199), stock split (pemecahan saham) merupakan kebijakan

para emiten untuk meningkatkan jumlah saham yang beredar karena harga saham dinilai

terlalu tinggi (over valued). Harga saham yang terlalu tinggi akan menjadi tidak

menarik bagi investor karena sudah melewati “optimal trading range” tertentu, dimana

harga tersebut sudah memberikan nilai yang maksimal bagi perusahaan sehingga tidak

bisa meningkat lagi. Dalam kondisi seperti itu, pihak emiten akan melakukan stock split

dengan tujuan agar sahamnya menjadi menarik lagi bagi para investor karena harganya

semakin murah (under-valued) seiring dengan jumlah sahamnya yang semakin banyak.

Bodie, et.al, (2008:648)Stock Split (pemecahan saham) adalah penerbitan oleh

perusahaan atas sejumlah saham untuk ditukarkan dengan sejumlah saham yang ada

yang dimiliki oleh pemegang saham. Pemecahan saham bisa dua arah, apakah menaikan

atau menurunkan jumlah saham yang beredar

Ridwan S.Sundjaja, et.al (2010: 392), Pemecahan saham adalah metoda yang biasa

digunakan untuk menurunkan harga pasar saham perusahaan dengan meningkatkan

12

jumlah lembar saham yang dimiliki pemegang saham. Pemecahan saham tidak

berpengaruh pada struktur modal perusahaan, umumnya meningkatkan jumlah lembar

saham yang beredar dan mengurangi nilai per lembar saham. Dengan kata lain, dalam

pemecahan saham, sejumlah lembar saham baru akan ditukar dengan sejumlah lembar

saham yang beredar. Saham dipecah 2 dari 1 berarti 2 saham baru ditukar untuk 1

saham lama, saham dipecah 3 dari 2 berarti 3 saham baru ditukar untuk tiap-tiap 2

lembar saham biasa dan seterusnya.

Dari berbagai pandangan dan pernyataan para ahli maka dapat disimpulkan bahwa

pengertian stock split adalah:

1. Stock split membagi saham menjadi nilai nominal yang lebih kecil.

2. Split faktor adalah perbandingan antara jumlah saham yang beredar sebelum

dilakukannya stock split dengan jumlah saham yang beredar setelah

dilakukannya stock split. Besarnya rasio split faktor bergantung pada kebijakan

manajemen perusahaan.

3. Stock Split (pemecahan saham) adalah penerbitan oleh perusahaan atas sejumlah

saham untuk ditukarkan dengan sejumlah saham yang ada yang dimiliki oleh

pemegang saham

Stock split dilakukan untuk mencapai titik rentang harga optimal karena harga saham

yang terlampau tinggi akan sulit dijangkau oleh daya beli investor individu,dengan

dilakukan stock split maka harga saham akan lebih murah dan mampu dijangkau oleh

daya beli investor individu.

13

Beberapa alasan yang dapat dikemukakan, mengapa suatu perusahaan melakukan

stock split, yaitu:

1. Pengurangan Harga Saham Biasa

Tujuan utama stock split adalah untuk mengurangi harga per lembar saham

perusahaan. Suatu harga per lembar saham yang lebih rendah, membuat saham itu

dapat menghasilkan pembelian dalam jumlah yang lebih besar. Tujuan pengurangan

harga adalah agar perusahaan dapat menarik lebih banyak investor untuk membeli

saham sehingga dapat menaikkan permintaan dan harga pasar saham tersebut.

2. Indikasi Pertumbuhan

Manajemen mungkin menggunakan stock split untuk memberi tahu pasar,

bahwa pertumbuhan yang tinggi telah dilakukan oleh perusahaan. Saham

perusahaan yang mempunyai pertumbuhan tinggi biasanya mengandung nilai

yang bersifat informatif, yaitu menunjukkan bahwa suatu perusahaan ingin

menghindari harga per lembar saham yang tinggi di masa mendatang atas saham

tersebut karena ada pertumbuhan

3. Reverse Split ( Indikasi Kesulitan )

Sebagai ganti stock split, mungkin perusahaan ingin mengurangi jumlah saham

yang beredar. Hal ini dapat diselesaikan dengan suatu reverse split, yaitu

pengurangan jumlah saham yang beredar.( Ika W dan Purwaningsih: 2008 ).

Perusahaan melakukan stock split karena harga saham sudah melebihi harga

optimal dimana harga saham sudah tidak dapat meningkat sesuai dengan kenaikan

kinerja perusahaan. Saham perlu dipecah agar harga saham menjadi lebih kecil dan

14

kemudian harga saham akan meningkat sesuai dengan kenaikan kinerja perusahaan.

Oleh karena itu, menurut signaling theory, stock split hanya dilakukan oleh

perusahaan yang memiliki prospek kinerja yang baik dimana perusahaan yakin

bahwa harga saham setelah dipecah akan naik sesuai dengan kenaikan kinerja

perusahaan di masa depan. ( Ika W & Purwaningsih: 2008)

Grinblatt, Masulis dan Titman (1984) dalam Jogiyanto (2009: 545)

menggunakan data harian untuk melihat pengaruh dari pengumuman stock split.

Sebanyak 125 peristiwa stock split yang bebas dari pengumuman lainnya selama

tiga hari sekelililng tanggal pengumuman dijadikan sebagai sampel data. Mereka

menemukan reaksi yang signifikan dari pengumuman stock split. Mereka

menginterpretasikan bahwa pengumuman stock split merupakan sinyal yang positip

terhadap aliran kas masa depan perusahaan.(Jogiyanto, 2009:545).

Pengumuman stock split dianggap sebagai sinyal yang positif karena manajer

akan menyampaikan prospek masa depan yang baik dari perusahaan publik yang

belum mengetahuinya. Alasan sinyal ini didukung dengan kenyataan bahwa

perusahaan yang melakukan stock split merupakan perusahaan yang mempunyai

kinerja yang baik. Jika pasar bereaksi pada waktu pengumuman stock split, bukan

berarti bahwa pasar bereaksi karena informasi stock split tersebut yang tidak

mempunyai nilai ekonomis,tetapi bereaksi karena mengetahui prospek perusahaan

di masa depan yang disinyalkan melalui stock split. Supaya suatu sinyal dianggap

valid dan dapat dipercaya oleh pasar, maka tidak semua perusahaan dapat

melakukannya. Hanya perusahaan yang benar-benar mempunyai kondisi sesuai

15

yang disinyalkan yang akan mendapatkan reaksi positif. Perusahaan yang

memberikan sinyal tidak valid akan mendapatkan dampak yang negatif. Sesuai

dengan yang ditemukan oleh Copeland bahwa stock split mengandung biaya yang

harus ditanggung, maka hanya perusahaan yang mempunyai prospek bagus saja

yang mampu menanggung biaya ini dan sebaliknya perusahaan yang tidak

mempunyai prospek yang baik yang mencoba memberikan sinyal tidak valid lewat

stock split akan tidak mampu menanggung biaya tersebut, sehingga bukannya stock

split akan meningkatkan harga sekuritasnya tetapi akan menurunkannya jika pasar

cukup canggih untuk mengetahuinya.

Manajemen melakukan stock split dalam upaya untuk mengarahkan harga

saham pada interval tertentu yang tidak terlalu mahal atau tidak terlalu tinggi untuk

saham perusahaan. Menurut teori ini, harga saham yang dinilai terlalu tinggi

menyebabkan saham tersebut kurang aktif untuk diperdagangkan. Keputusan stock

split menyebabkan harga saham menjadi tidak terlalu tinggi, sehingga akan

semakin banyak investor yang mampu bertransaksi yang kemudian akan

meningkatkan likuiditas perdagangan saham. Jadi menurut trading range theory,

manajemen melakukan stock split karena memandang bahwa harga saham

perusahaan sudah terlalu tinggi. Atau dengan kata lain, harga saham yang tinggi

menjadi pendorong bagi manajemen untuk melakukan stock split.( Sukardi 2003

dalam Ika W & Purwaningsih: 2008).

16

2. Reverse Stock Split

Ross et al (2003:627), A less frequently encountered financial maneuver is the

reverse split. In 1999, for example, 79 Nasdaq firms executed reverse splits. In 2000,

oly 36 did. Reverse splits generally range from 1-for-2 to 1-for-10. In a one –for-

three reverse split, each investor exchanges three old shares for one new share. The

par value is tripled in the process. As with stock splits and stock dividends a case can

be made that a reverse split has no real effect.

Pada dasarnya ada dua jenis pemecahan saham yang dapat dilakukan yaitu

pemecahan saham naik (split-up ) dan pemecahan saham turun (split-down) atau

yang biasa dikenal dengan reverse stock split. Reverse stock split adalah perubahan

nilai nominal per lembar saham dan mengurangi jumlah saham yang beredar sesuai

dengan faktor pemecahan misalnya 1:2; 1:3; dan 1:4. Reverse stock split biasanya

dilakukan ketika harga saham dinilai terlalu rendah, sehingga dianggap tidak

memiliki prospek yang cukup baik (Basir dan Fakhrudin, 2005)

Sanjaya (2007) , Reverse stock split merupakan perubahan nilai nominal per

lembar saham dan mengurangi jumlah saham yang beredar sesuai dengan faktor pem

ecahan. Reverse stock split biasanya dilakukan ketika harga saham dinilai terlalu

rendah. Reverse stock split merupakan penggabungan nilai nominal saham menjadi

pecahan yang lebih besar. Oleh karena itu, jumlah saham yang dimiliki oleh

pemegang saham akan berkurang dengan nilai nominal per lembar saham menjadi

lebih besar. Ini menyebabkan nilai saham akan meningkat secara proporsional.

17

Wan Chen Lee(2010:26 dalam Robinson : 2008) A reverse split involves a

substitution of one new share for a certain number of outstanding shares and, hence,

the share price increases after reverse split. Reverse stock split are essentially paper

transactions that do not affect a firm stream of cash flow directly. Yet, in recent years

there are as many reverse split are regular stock split occured in the U.S markets.

Ridwan S.Sundjaja, et.al (2010: 393), Pemecahan balik saham, metoda yang

digunakan untuk meningkatkan harga pasar saham perusahaan dengan cara menukar

balik sejumlah saham yang beredar dengan satu saham yang baru. Misalnya : saham

yang dipecah balik dari 2 menjadi 1 artinya 2 saham lama ditukar balik menjadi 1

saham baru, saham yang dipecah balik dari 3 menjadi 2 artinya 3 saham lama ditukar

balik menjadi 2 saham baru , dan seterusnya.

Dari berbagai pandangan dan pernyataan para ahli maka dapat disimpulkan bahwa

pengertian reverse stock split adalah:

1. Reverse stock split menggabungkan beberapa saham menjadi satu untuk

memperbesar nilai nominal

2. Reverse stock split merubah nilai nominal per lembar saham dan mengurangi

jumlah saham yang beredar sesuai dengan faktor pemecahan.

3. Pemecahan balik saham, metoda yang digunakan untuk meningkatkan harga

pasar saham perusahaan dengan cara menukar balik sejumlah saham yang

beredar dengan satu saham yang baru.

18

3. Beta Saham

Beta merupakan suatu pengukur volatilitas return suatu sekuritas atau return

portofolio terhadap return pasar. Beta sekuritas ke-i mengukur volatilitas return

sekuritas ke-i dengan return pasar. Beta portofolio mengukur volatilitas return

portofolio dengan return pasar. Dengan demikian beta adalah pengukur risiko

sistematik dari suatu sekuritas atau portofolio relatif terhadap risiko pasar

(Jogiyanto,2009:364)

Setiap perusahaan memiliki risiko sistematik yang berbeda-beda. Menurut

Jones(1996) dalam Dwi Haroyah (2000 :52s) beta merupakan suatu ukuran relatif dari

risiko sistematik saham individu dalam hubungannya dengan pasar secara keseluruhan

yang diukur dari fluktuasi pendapatan (return). Masing-masing saham memiliki

kepekaan yang berbeda-beda terhadap perubahan pasar. Saham dengan koefisien beta

sama dengan satu berarti memiliki risiko yang sama dengan risiko rata-rata pasar.

Koefisien beta leb ih dari satu menunjukkan bahwa saham tersebut sangat peka terhadap

perubahan pasar atau memiliki risiko diatas risiko pasar, disebut sebagai saham yang

agresif. Saham yang mempunyai beta kurang dari satu disebut saham yang defensif

dimana saham tersebut kurang peka terhadap perubahan pasar.

Beta merupakan risiko yang dinyatakan dalam “Sensitivity to market” yaitu ukuran

risiko yang didasarkan pada sensitivitas pergerakan return suatu saham terhadap return

suatu saham terhadap market return. Menurut Beaver,Ketter dan Scholes

(Grubber:1995) dalam Indra (2006) menyatakan:

19

“Beta is risk measure that arises from the relationship between the return on a stock

and the return on the markets however, we should know that the risk a firm should be

determined by some combination the firm’s fundamental of the firm’s stock. If these

relationship could be determined, they would help us to understand betas and to better

forecast betas.

Beta suatu sekuritas dapat dihitung dengan teknik estimasi yang menggunakan data

historis. Beta yang dihitung berdasarkan data historis ini selanjutnya dapat digunakan

untuk mengestimasi Beta masa datang. Bukti-bukti empiris menunjukkan bahwa beta

historis mampu menyediakan informasi tentang Beta masa depan (Elton dan Gruber,

1994). Analis sekuritas dapat menggunakan data historis dan kemudian menggunakan

faktor-faktor lain yang diperkirakan dapat mempengaruhi beta masa depan.

Beta historis dapat dihitung dengan menggunakan data-data historis berupa data

pasar (return-return sekuritas dan return pasar), data akuntansi ( laba-laba perusahaan

dan laba indeks pasar) atau data fundamental ( menggunakan data-data fundamental).

Beta yang dihitung dengan data pasar disebut beta pasar. Beta yang dihitung dengan

data akuntansi disebut dengan beta akuntansi dan beta yang dihitung dengan data

fundamental disebut beta fundamental.

a. Beta Pasar

Dapat diestimasikan dengan mengumpulkan nilai-nilai historis return dari pasar

selama periode tertentu, misalnya 60 bulan untuk return bulanan, atau 200 hari untuk

return harian. Dengan asumsi bahwa hubungan antara return-return sekuritas dan return-

20

return pasar adalah linier, maka Beta dapat diestimasi secara manual dengan memplot

garis diantara titik-titik return atau dengan teknik regresi. (Jogiyanto,2009:365)

b. Beta Akuntansi

Data akuntansi seperti misalnya laba akuntansi ( accounting earnings) dapat juga

digunakan untuk mengestimasi beta. Beta akuntansi ini dapat dihitung secara sama

dengan beta pasar (yang menggunakan data return), yaitu dengan mengganti data return

dengan laba akuntansi. (Jogiyanto,2009:372).

c. Beta Fundamental

Beaver, Kettler dan Scholes (1970) dalam Jogiyanto(2009:377) mengembangkan

penelitian Ball dan Brown dengan menyajikan perhitungan beta menggunakan

beberapa variabel fundamental. Variabel-variabel yang dipilih oleh mereka merupakan

variabel-variabel yang dianggap berhubungan dengan risiko, karena Beta merupakan

pengukur dari risiko. Dengan argumentasi bahwa risiko dapat ditentukan

menggunakan kombinasi karakteristik pasar dari sekuritas dan nilai-nilai fundamental

perusahaan, maka kombinasi ini akan banyak membantu mengerti beta dan untuk

memprediksinya.oleh karena itu, Beaver, Kettler dan Scholes menggunakan 7 macam

variabel yang merupakan variabel-variabel fundamental. Sebagian besar variabel-

variabel tersebut adalah variabel akuntansi. Walaupun variabel-variabel tersebut

secara umum dianggap bervariasi dengan risiko, tetapi secara teori mungkin tidak

semuanya berhubungan dengan risiko. Ketujuh variabel-variabel yang digunakan

adalah sebagai berikut ini.

21

Dividend Payout

Dividend payout dapat diukur sebagai dividen yang dibayarkan dengan laba yang

tersedia untuk pemegang saham umum. Lintner ( 1956) dalam (Jogiyanto:377-378)

memberikan alasan rasional bahwa perusahaan-perusahaan enggan untuk menurunkan

dividen. Jika perusahaan memotong dividen, maka akan dianggap sebagai sinyal yang

buruk karena dianggap perusahaan membutuhkan dana. Oleh karena itu perusahaan

yang mempunyai risiko tinggi cenderung untuk membayar dividen payout lebih kecil

supaya nanti tidak memotong dividen jika laba yang diperoleh turun. Untuk perusahaan

yang berisiko tinggi, probabilitas untuk mengalami laba yang menurun adalah tinggi.

Dari hasil pemikiran ini, maka dapat disimpulkan adanya hubungan yang negatip antara

risiko dan dividen payout , yaitu risiko tinggi, dividen payout rendah. Karena Beta

merupakan pengukur risiko, maka dapat juga dinyatakan bahwa beta dan dividen payout

mempunyai hubungan yang negatip. Alasan lain yang menyatakan bahwa hubungan

negatip antara beta dan dividen payout adalah bahwa pembayaran dividen dianggap

lebih kecil risikonya dibandingkan dengan capital gains ( Elton dan Grubber, 1994).

Dengan demikian perusahaan yang membayar rasio dividen yang tinggi akan

mempunyai risiko yang lebih kecil dibandingkan dengan yang menahannya dalam

bentuk laba yang ditahan.

Asset Growth

Variabel pertumbuhan aktiva (asset growth) didefinisikan sebagai variabel

perubahan (tingkat pertumbuhan) tahunan dari aktiva total.

22

Leverage

Leverage didefinisikan sebagai nilai buku total hutang jangka panjang dibagi dengan

total aktiva. Leverage diprediksi mempunyai hubungan positip dengan Beta.Bowman

(1980) menggunakan nilai pasar untuk total hutang dalam menghitung leverage dan

mendapatkan hasil yang tidak berbeda jika digunakan dengan nilai buku.

Liquidity

Likuiditas (liquidity) diukur sebagai current ratio yaitu aktiva lancar dibagi dengan

hutang lancar. Likuiditas diprediksi mempunyai hubungan yang negatip dengan beta,

yaitu secara rasional diketahui bahwa semakin likuid perusahaan, semakin kecil

risikonya.

Asset Size

Variabel ukuran aktiva ( asset size ) diukur sebagai logaritma dari total aktiva.

Variabel ini diprediksi mempunyai hubungan yang negatip dengan risiko. Ukuran aktiva

dipakai sebagai wakil pengukur (proxy) besarnya perusahaan. Perusahaan yang besar

dianggap mempunyai risiko yang lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan yang

besar dianggap lebih mempunyai akses ke pasar modal, sehingga dianggap mempunyai

Beta yang lebih kecil ( Elton dan Gruber, 1994).

Earnings Variability

Variabilitas laba (earnings variability) diukur dengan nilai deviasi standar dari PER

( price earnings ratio ) atau rasio P/E ( harga saham dibagi dengan laba perusahaan).

Variabilitas dari laba dianggap sebagai risiko perusahaan, sehingga hubungan antara

variabel ini dengan Beta adalah positip.

23

Accounting Beta

Beta akuntansi ( accounting Beta ) diperoleh dari koefisien regresi dengan variabel

dependen perubahan laba akuntansi dan variabel independen adalah perubahan indeks

pasar untuk laba akuntansi portofolio pasar ( Jogiyanto 2009:377-380)

d. Beta Pasar dan Beta Fundamental

Beta return pasar dan Beta fundamental masing-masing mempunyai kelebihan dan

kekurangannya. Kelebihan dari Beta return pasar adalah Beta ini mengukur respon

dari masing-masing sekuritas terhadap pergerakan pasar. Kelemahannya dari Beta

Return Pasar adalah tidak langsung mencerminkan perubahan dari karakteristik

perusahaan karena Beta return pasar dihitung berdasarkan hubungan data pasar (return

perusahaan yang merupakan perubahan dari harga saham dengan return pasar) dan

tidak dihitung berdasarkan data karakteristik (fundamental) perusahaan, seperti

misalnya data fundamental pembayaran dividen. Beta pasar mungkin mencerminkan

pembayaran dividen secara tidak langsung, yaitu lewat perubahan harga saham jika

ada. Berbeda dengan beta fundamental yang mengukur perubahan pembayaran dividen

secara langsung. Di lain pihak, Beta fundamental mempunyai kebaikan bahwa Beta ini

secara langsung berhubungan dengan perubahan karakteristik perusahaan, karena Beta

ini dihitung menggunakan data karakteristik tersebut. Beta fundamental juga

mempunyai kelemahan, yaitu variabel-variabel karakteristik mempunyai efek terhadap

beta fundamental yang sama untuk semua perusahaan.

Rosenberg dan Marante (1975) dalam Jogiyanto(2009:386) kemudian

menggabungkan data return pasar dan data karakteristik perusahaan untuk menghitung

24

beta. Dengan penggabungan ini diharapkan kelemahan masing-masing perhitungan beta

tertutup dan semua kebaikannya tergabung, sehingga diharapkan daya prediksinya

untuk menghitung Beta di masa mendatang lebih akurat.

e. Beta Portofolio

Beta portofolio dapat dihitung dengan cara rata-rata tertimbang ( berdasarkan

proporsi) dari masing-masing individual sekuritas yang membentuk portofolio sebagai

berikut:

n βp = ∑ wi . βi

t =1

Notasi :

βp = Beta Portofolio.

βi = Beta individual sekuritas ke-i. wi

= Proporsi sekuritas ke-i. Beta portofolio umumnya lebih akurat dibandingkan dengan beta tiap-tiap individual

sekuritas. Alasannya adalah sebagai berikut ini.

1. Beta individual sekuritas diasumsikan konstan dari waktu ke waktu.

Kenyataannya Beta individual sekuritas dapat berubah dari waktu ke waktu.

Perubahan Beta individual sekuritas dapat berupa perubahan naik atau

perubahan turun. Beta portofolio akan meniadakan perubahan beta individual

sekuritas dengan perubahan beta individual sekuritas yang lainnya.

25

2. Dengan demikian jika beta tidak akan konstan dari waktu ke waktu, maka beta

portofolio akan lebih tepat dibandingkan dengan beta individual sekuritas.

3. Perhitungan beta individual sekuritas juga tidak lepas dari kesalahan pengukuran

( measurement error) atau kesalahan acak ( random error). Pembentukan

portofolio akan mengurangi kesalahan acak ini, karena kesalahan acak satu

sekuritas mungkin akan ditiadakan oleh kesalahan acak sekuritas lainnya.

Dengan demikian, Beta portofolio juga diharapkan akan lebih tepat

dibandingkan dengan beta individual sekuritas. ( Jogiyanto, 2009: 388).

4. Beta Untuk Pasar Modal Berkembang

Beta untuk pasar modal yang berkembang perlu disesuaikan. Alasannya adalah

beta yang belum disesuaikan masih merupakan beta yang bias disebabkan oleh

perdagangan yang tidak sinkron ( non synchronous trading ). Perdagangan tidak sinkron

ini terjadi karena di pasar yang transaksi perdagangannya jarang terjadi atau disebut

juga dengan pasar yang tipis ( thin market ).Pasar yang tipis merupakan ciri dari pasar

modal yang sedang berkembang.( Jogiyanto, 2009:394-395)

5. Perdagangan tidak sinkron

Beta sebagai pengukur volatilitas mengukur kovarian return suatu sekuritas dengan

return pasar relatip terhadap risiko pasar. Kovarian dalam perhitungan beta ini

menunjukkan hubungan return suatu sekuritas dengan return pasar pada periode yang

sama, yaitu periode ke-t. Perhitungan Beta akan menjadi bias jika kedua periode

tersebut tidak sinkron, yaitu periode return pasar adalah periode ke-t dan periode return

sekuritas bukan periode ke-t, misalnya periode ke t-1 atau t-2 dan seterusnya. Periode

26

ke-t dapat berupa harian ( untuk menghitung beta harian), mingguan ( untuk

menghitung beta mingguan) atau bulanan( untuk menghitung beta bulanan).

Ketidaksamaan waktu antara return sekuritas dengan return pasar dalam perhitungan

Beta disebabkan karena perdagangan sekuritas-sekuritas yang tidak sinkron (non

synchronous trading). Perdagangan tidak sinkron terjadi karena beberapa sekuritas tidak

mengalami perdagangan untuk beberapa waktu. Akibatnya untuk sekuritas-sekuritas ini,

harga-harganya pada periode ke-t sebenarnya merupakan harga-harga sebelumnya yang

merupakan harga-harga terakhir kalinya diperdagangkan, bukan harga-harga hasil

perdagangan pada periode ke-t. Sebagai misalnya adalah harga sekuritas “A” terakhir

kali diperdagangkan lagi sampai akhir bulan tanggal 31. Pada waktu menghitung Beta

menggunakan data akhir untuk sekuritas “A”, terjadi ketidak-sinkronan, yaitu harga

sekuritas “A” hasil dari transaksi tanggal 27 dihubungkan dengan harga indeks pasar

pada tanggal 31. Ketidaksinkronan juga terjadi dalam perhitungan beta untuk sekuritas

lainnya, yaitu harga sekuritas ini pada tanggal 31 dihubungkan dengan harga indeks

pasar walaupun pada tanggal 31 yang sama, tetapi dibentuk dari harga sekuritas yang

bukan pada tanggal 31. Bias ini akan semakin besar dengan semakin banyaknya

sekuritas-sekuritas yang tidak aktif diperdagangkan, sehingga harga indeks pasar pada

periode sebenarnya dibentuk dari harga-harga sekuritas periode sebelumnya.

Perdagangan tidak sinkron juga sering terjadi dalam satu hari perdagangan.

Perdagangan tidak sinkron terjadi jika beberapa sekuritas hanya diperdagangkan pada

pagi hari saja yang harganya kemudian dibawa sampai pasar ditutup yang kemudian

harga tersebut digunakan untuk menghitung indeks pasar pada hari itu. Bias ini terjadi

27

karena anggapannya harga pasar dihitung dari harga-harga sekuritas yang

diperdagangkan sampai detik terakhir pasar ditutup pada hari itu. Karena masalah

perdagangan tidak sinkron disebabkan oleh masalah periode waktu perdagangan dan

masalah dalam interval waktu, maka masalah ini disebut juga dengan periodicity

problem dan intervalling problem ( Jogiyanto,2009:395-396).

6. Abnormal Return

Abnormal return merupakan tingkat keuntungan yang tidak pasti atau beresiko,

bagian dari tingkat keuntungan yang berasal dari informasi yang tidak terduga (

Kurniawan, 2009).

Menurut Jogiyanto (2009: 558 ), Studi peristiwa menganalisis return tidak normal

(abnormal return) dari sekuritas yang mungkin terjadi disekitar pengumuman dari suatu

peristiwa. Abnormal return atau excess return merupakan kelebihan dari return yang

sesungguhnya terjadi terhadap return normal. Return normal merupakan return

ekspektasian (return yang diharapkan oleh investor). Dengan demikian return tidak

normal (abnormal return) adalah selisih antara return sesungguhnya yang terjadi dengan

return ekspektasian, sebagai berikut :

RTNi,t = Ri,t –E(Ri,t )

Notasi :

RTNi,t = return tidak normal (abnormal return) sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t

Ri,t = return realisasian yang terjadi untuk sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t

E(Ri,t) = return ekspektasian sekuritas ke-i untuk peristiwa ke-t

28

Return realisasian atau return sesungguhnya merupakan return yang terjadi pada

waktu ke-t yang merupakan selisih harga sekarang relatif terhadap harga sebelumnya

atau dapat dihitung dengan rumus (Pi,t- Pi,t-1) / Pi,t-1. Sedang return ekspektasian

merupakan return yang harus diestimasi. Brown dan Warner (1985) mengestimasi

return ekspektasian menggunakan model estimasi mean adjusted model, market model

dan market-adjusted model.

a Mean-adjusted Model

Model sesuaian rata-rata (mean adjusted model) ini menganggap bahwa return

ekspektasian bernilai konstan yang sama dengan rata-rata return realisasian

sebelumnya selama periode estimasi (estimation period), sebagai berikut :

t2 ∑ Ri,j

j=t1 E(Ri,t ) =

T Notasi :

E(Ri,t) = return ekspektasian sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t

Ri,j = return realisasian sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j.

T = lamanya periode estimasi, yaitu dari t1 sampai dengan t2

b. Market Model

Perhitungan return ekspektasian dengan model pasar (market model ) ini

dilakukan dengan dua tahap, yaitu (1) membentuk model ekspektasi dengan

menggunakan data realisasi selama periode estimasi dan (2) menggunakan model

29

model ekspektasi ini untuk mengestimasi return ekspektasian di periode jendela.

Model ekspektasi dapat dibentuk menggunakan teknik regresi OLS (Ordinary Least

Square) dengan persamaan :

Ri,j = αi + βi . RMj + εi,j

Notasi :

Ri,j = return realisasian sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j

αi = intercept untuk sekuritas ke-i

βi = koefisien slope yang merupakan Beta dari sekuritas ke-i

RMj = return indeks pasar pada periode estimasi ke-j yang dapat dihitung dengan

rumus RMj = ( IHSGj – IHSGj-1 ) / IHSGj-1 dengan IHSG adalah Indeks

Harga Saham Gabungan

εi,j = kesalahan residu sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j (Jogiyanto :563)

Model sesuaian-pasar ( market-adjusted model) menganggap bahwa penduga yang

terbaik untuk mengestimasi return suatu sekuritas adalah return indeks pasar pada saat

tersebut. Dengan menggunakan model ini, maka tidak perlu menggunakan periode

estimasi untuk membentuk model estimasi, karena return sekuritas yang diestimasi

adalah sama dengan return indeks pasar (Jogiyanto,2009 :568).

7. Pasar Efisien

Teori yang digunakan untuk menjawab apakah pasar bereaksi terhadap informasi

pengumuman reverse stock split berakar pada hipotesis pasar efisien. Hipotesis ini

menyatakan bahwa efisiensi pasar yang disangkutkan (concerned) dengan tingkat harga

30

sekuritas yang secara cepat dan secara penuh merefleksikan informasi yang tersedia (

Jones,2004 ) dalam Sanjaya :2007).

Dalam pasar yang efisien, informasi yang masuk ke pasar akan tercermin pada

harga-harga surat berharga. Pasar akan memproses informasi yang relevan, kemudian

pasar akan mengevaluasi harga saham berdasarkan informasi tersebut. Beberapa

informasi atau fakta material yang terdapat dalam pasar modal misalnya :

penggabungan usaha (merger), pengambilalihan (acquisition), peleburan usaha

(consolidation), pemecahan saham (stock split), pembagian dividen saham ( stock

divident) dan sebagainya ( Luciana Spica dan Emanuel Kristijadi: 2005).

Umumnya terdapat tiga versi EMH : lemah (weak), semikuat (semistrong), dan

kuat (strong). Bentuk ini berbeda dalam hal apa yang dimaksud dengan “seluruh

informasi yang tersedia”.

Hipotesis bentuk lemah (weak–form) menyebutkan bahwa harga saham telah

mencerminkan seluruh informasi yang dapat diturunkan dengan menguji data

perdagangan pasar berupa data historis, volume perdagangan, dan bunga pinjaman.

Versi hipotesis ini berimplikasi bahwa analisis tren adalah sia-sia. Data harga saham

masa lalu tersedia kepada publik dan bisa didapatkan tanpa biaya. Hipotesis bentuk

lemah ini berlaku jika data tersebut merupakan sinyal yang dapat diandalkan tentang

kinerja masa depan, sehingga seluruh investor telah mempelajarinya untuk memahami

sinyal-sinyal tersebut. Pada akhirnya, sinyal tersebut akan kehilangan nilai ketika telah

diketahui secara luas karena sinyal beli, misalnya akan segera meningkatkan harga

saham. (Bodie,2006: 479)

31

Bentuk efisiensi pasar secara lemah ini berkaitan dengan teori langkah acak

(random walk theory) yang menyatakan bahwa data masa lalu tidak berhubungan

dengan nilai sekarang. Jika pasar efisien secara bentuk lemah, maka nilai-nilai masa lalu

tidak dapat digunakan untuk memprediksi harga sekarang. Jika pasar efisien secara

bentuk lemah, maka nilai-nilai masa lalu tidak dapat digunakan untuk memprediksi

harga sekarang. Ini berarti bahwa untuk pasar yang efisien bentuk lemah, investor tidak

dapat menggunakan informasi masa lalu untuk mendapatkan keuntungan yang tidak

normal. (Jogiyanto 2009: 501)

Hipotesis bentuk semikuat (semistrong-form) menyebutkan bahwa seluruh informasi

yang tersedia untuk publik tentang prospek suatu perusahaan seharusnya tercermin pada

harga pasar saham. (Bodie,2006: 479).

Informasi yang dipublikasikan dapat berupa berikut ini :

a. Informasi yang dipublikasikan yang hanya mempengaruhi harga sekuritas dari

perusahaan yang mempublikasikan informasi tersebut. Informasi yang

dipublikasikan ini merupakan informasi dalam bentuk pengumuman oleh

perusahaan emiten ( corporate event ).

b. Informasi yang dipublikasikan yang mempengaruhi harga-harga sekuritas

sejumlah perusahaan.Informasi yang dipublikasikan ini dapat berupa peraturan

pemerintah atau peraturan dari regulator yang hanya berdampak pada harga-

harga sekuritas perusahaan-perusahaan yang terkena regulasi tersebut.

c. Informasi yang dipublikasikan yang mempengaruhi harga-harga sekuritas

semua perusahaan yang terdaftar di pasar saham. ( Jogiyanto 2009 : 502)

32

Terakhir, versi bentuk kuat (strong-form) dari hipotesis pasar efisien menyebutkan

bahwa harga pasar mencerminkan seluruh informasi yang relevan bagi perusahaan,

termasuk informasi yang hanya tersedia bagi orang dalam perusahaan (Bodie,2006:

480)

Studi peristiwa (event study) merupakan studi yang mempelajari reaksi pasar

terhadap suatu peristiwa (event) yang informasinya dipublikasikan sebagai suatu

pengumuman. Even study dapat digunakan untuk menguji kandungan informasi(

information content) dari suatu pengumuman digunakan untuk menguji efisiensi pasar

bentuk setengah kuat. Pengujian kandungan informasi dan pengujian efisiensi pasar

bentuk setengah kuat merupakan dua pengujian yang berbeda. Pengujian kandungan

informasi dimaksudkan untuk melihat reaksi dari suatu pengumuman. Jika

pengumuman mengandung informasi (information content), maka diharapkan pasar

akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Reaksi pasar

ditunjukkan dengan adanya perubahan harga dari sekuritas bersangkutan.(Jogiyanto,

2009 : 536-537)

B. Penelitian terdahulu

Seperti sudah dijelaskan diatas bahwa terdapat dua hipotesis yang

melatarbelakangi emiten dalam melakukan kebijakan stock split dan reverse stock

split yakni trading range theory dan signaling theory.

Trading range theory menyatakan bahwa manajemen perusahaan melakukan

stock split atau reverse stock split dengan tujuan untuk mencapai titik rentang harga

saham yang optimal karena pada saat harga saham dinilai terlalu tinggi

33

menyebabkan saham tersebut kurang aktif diperdagangkan sehingga berimbas pada

menurunnya volume perdagangan saham tersebut.

Signaling theory menyatakan bahwa pengumuman stock split atau reverse stock

split akan direspon pasar karena memiliki kandungan informasi yang memberikan

suatu sinyal dan akan berpengaruh terhadap nilai saham perusahaan dan aktivitas

perdagangan.

Terdapat beberapa penelitian yang mendukung dan tidak mendukung teori

tersebut.

Penelitian yang dilakukan Almilia dan Kristijadi (2005) menguji dampak size

perusahaan terhadap kandungan informasi dan efek intra industri pengumuman

stock split. Penelitian ini menganalisis average abnormal return, cumulative

abnormal return, dan risiko sistematis dengan menggunakan T-test, dan crude

dependence adjustment dari Brown dan warner (1985). Berdasarkan hasil penelitian

menunjukkan bahwa pengumuman stock split yang dilakukan oleh size besar dan

kecil memiliki kandungan informasi sehingga direspon oleh para pelaku pasar.

Temuan lain dalam penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan

beta sebelum dan setelah pengumuman stock split yang dilakukan oleh perusahaan

size besar dan kecil. Penelitian ini juga memberikan bukti bahwa efek intra industri

pada pengumuman stock split terjadi pada perusahaan baik size besar maupun kecil.

Penelitian yang dilakukan oleh Melinda Savitri dan Dwi Martani (2006) menguji

pengaruh stock split dan reverse stock split terhadap return saham dan volume

perdagangan Bursa Efek selama tahun 2001-2005 . Penelitian ini menganalisis

34

abnormal return dan volume perdagangan selama periode pengamatan dan

hubungan return saham dengan profitabilitas,leverage, dan volume perdagangan.

Penelitian ini menemukan adanya abnormal return positif dan signifikan pada

tanggal pengumuman split dan lima hari sebelumnya dengan α = 10 % pada sampel

stock split. Untuk reverse stock split,terdapat abnormal return yang negatif dan

signifikan pada saat tanggal pengumuman dengan α = 5 %. Tiga hari sebelum

tanggal pengumuman juga ditemukan abnormal return yang negatif dan signifikan.

Selain itu juga ditemukan perbedaan yang signifikan pada volume perdagangan

sebelum dengan sesudah stock split dan reverse stock split. Volume perdagangan

dan Return on Asset memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham

tetapi Debt to Equity Ratio tidak.

Penelitian yang dilakukan oleh Sanjaya (2007) menguji kandungan informasi

pada pengumuman reverse stock split dan menyelidiki reaksi pasar pada saat

pengumuman. Penelitian ini menggunakan metode Fowler dan Rorke untuk

mengoreksi beta. Beta koreksi dari sekuritas tiap harinya yang dihitung

menggunakan data return selama satu tahun seperti perhitungan dengan beta

mentah. Beta koreksi adalah beta mentah yang sudah dikoreksi karena adanya

perdagangan yang tidak sinkron. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa

pengumuman reverse stock split sebagai corporate action memiliki kandungan

informasi. Hasil ini mengindikasikan bahwa informasi pengumuman reverse stock

split digunakan oleh pelaku pasar di dalam pengambilan keputusan investasi.

35

Penelitian yang dilakukan oleh Pantisa Pavabutr dan Kulpatra Sirodom (2008)

menyelidiki pengaruh stock split terhadap harga saham dan berbagai aspek

likuiditas menggunakan data harian dari Bursa Efek Thailand selama tahun 2002-

2004. Penelitian ini menemukan bukti empiris bahwa penurunan friksi perdagangan

dan peningkatan pada level pemecahan berhubungan dengan ukuran faktor

pemecah dan perdagangan. Saham dengan faktor pemecah yang tinggi memiliki

harga yang lebih baik dan bid ask spread yang lebih rendah. Bukti empiris

ditemukan yang mendukung trading range hipotesis dari stock split.

Penelitian yang dilakukan oleh Wisudowati Ayu Sugito (2009) menguji

pengaruh stock split dan reverse stock split terhadap likuiditas dan return saham.

Hasil penelitian ini adalah:

a. terdapat perbedaan yang signifikan antara likuiditas sebelum dan sesudah

pelaksanaan stock split. Hal ini ditandai dengan penurunan trading volume

activity (TVA) pada emiten yang melakukan stock split.

b. terdapat perbedaan yang signifikan antara likuiditas sebelum dan sesudah

spelaksanaan reverse stock split. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan

trading volume activity (TVA) sesudah pelaksanaan kebijakan tersebut.

c. Terdapat abnormal return signifikan sebelum tanggal pengumuman stock split.

d. Terdapat abnormal return signifikan sebelum tanggal pengumuman reverse

stock split

Penelitian yang dilakukan Kurniawan (2009) menganalisis pengaruh stock split

dan reverse stock split terhadap return saham dan volume perdagangan. Hasil dari

36

penelitian ini adalah terdapat Abnormal return yang positif dan signifikan pada

hari-hari disekitar pelaksanaan stock split dan reverse stock split. Volume

perdagangan ditemukan positif berbeda namun tidak signifikan antara sebelum dan

setelah pelaksanaan stock split dan reverse stock split. Kemudian pengujian regresi

yang meneliti pengaruh variabel ROA, DER, dan volume perdagangan terhadap

return saham ditemukan dua dari tiga variabel independen yang diteliti signifikan

dan konsisten pada periode sebelum dan sesudah stock split dan reverse stock split.

Kedua variabel itu adalah DER dan volume perdagangan.

C. Kerangka Pemikiran

Penelitian ini dilakukan berawal dari memulai mengamati seluruh perusahaan yang

go public di BEI yang melakukan stock split atau reverse stock split dan menyeleksi

perusahaan yang masuk didalamnya selama periode 2005-2009.

Setelah data diperoleh, dilakukanlah pengujian hipotesis terhadap variabel-variabel

yang akan diuji berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat pada bab sebelumnya.

Teknik analisis yang pertama dilakukan adalah menguji keberadaan abnormal return

pada perdagangan sekitar pengumuman stock split dan reverse stock split, menggunakan

uji beda. Penentuan penggunaan uji statistik jenis apa yang akan digunakan, ditentukan

dengan melihat terlebih dahulu kenormalan data. Untuk itu akan dilakukan uji

normalitas sebelum melakukan uji statistik. Normalitas yang akan dilakukan

menggunakan uji Kolmogorov Smirnov. Dari hasil uji inilah kemudian ditentukan

apakah data berdistribusi normal atau tidak. Apabila data berdistribusi normal maka

akan digunakan uji beda statistik parametrik dengan menggunakan paired sample t-test

37

namun apabila data tidak berdistribusi normal maka akan digunakan uji beda statistik

non parametrik dengan menggunakan uji wilcoxon.

Sedangkan teknik analisis data yang digunakan untuk menguji keberadaan beta

saham disekitar pengumuman stock split dan reverse stock split adalah dengan

menggunakan beta koreksi. Lalu setelah itu dilakukan uji normalitas sebelum

melakukan uji statistik. Normalitas yang akan dilakukan menggunakan uji Kolmogorov

Smirnov. Dari hasil uji inilah kemudian ditentukan apakah data berdistribusi normal

atau tidak. Apabila data berdistribusi normal maka akan digunakan uji beda statistik

parametrik dengan menggunakan paired sample t-test namun apabila data tidak

berdistribusi normal maka akan digunakan uji beda statistik non parametrik dengan

menggunakan uji wilcoxon. Untuk memperjelas uraian tersebut, maka dibuatlah

kerangka pemikiran sebagai berikut.

38

Ya Tidak

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

Abnormal Return

Perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia

Sebelum dan sesudah stock split

Sebelum dan sesudah reverse stock split

Beta Saham

Koreksi Beta Normalitas

Data Tidak Normal Data Normal

Parametrik Test Non Parametrik Test

Paired Sample T-Test Wilcoxon Test

Kesimpulan

39

D. Hipotesis

Kerangka pemikiran merupakan gambaran penelitian yang akan dilakukan.

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas agar sesuai dengan tujuan penelitian untuk

menjawab pertanyaan penelitian, maka hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut :

1. Ho : ARij = 0, tidak ada perbedaan yang signifikan pada abnormal return sebelum

dan sesudah stock split dan reverse stock split.

Ha : ARij ≠ 0 , ada perbedaan yang signifikan pada abnormal return sebelum dan

sesudah stock split dan reverse stock split.

2. Ho : βi = 0, tidak ada perbedaan yang signifikan pada beta saham sebelum dan

sesudah stock split dan reverse stock split.

Ha : βi ≠ 0 , ada perbedaan yang signifikan pada beta saham sebelum dan sesudah

stock split dan reverse stock split.

40

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Pelaksanaan kebijakan stock split dan reverse stock split memiliki keterkaitan

dengan hipotesis yang mendasarinya yaitu trading range theory dan signaling theory.

Teori ini kemudian didukung oleh penelitian sebelumnya yang meneliti pengaruh stock

split terhadap beta saham. Penelitian ini memiliki tujuan untuk menganalisa hubungan

kausalitas tentang pengaruh variabel independen yaitu stock split, reverse stock split

terhadap variabel dependennya yaitu abnormal return dan beta saham. Periode

penelitian dimulai dari Januari 2005 hingga Desember 2009. Tahun 2005 dipilih sebagai

tahun dasar penelitian dikarenakan pada tahun 2005 terdapat peningkatan yang

signifikan pada jumlah emiten yang melakukan stock split dan reverse stock split.

B. Teknik Penentuan Sampel

1. Populasi

Populasi dari penelitan ini adalah seluruh emiten yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia yang mempublikasikan kepada publik melalui laporan kepada Bapepam

tentang rencana stock split dan reverse stock split periode 2005-2009.

2. Sampel

Pemilihan sampel dengan metode non probabilitas atau secara tidak acak, elemen-

elemen populasi tidak mempunyai kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi

sampel. Peneliti kemungkinan mempunyai tujuan atau target tertentu dalam memilih

sampel secara tidak acak. Ada dua jenis metode pemilihan sampel ini, yaitu :

41

pemilihan sampel berdasarkan pertimbangan dan berdasarkan kuota. Pemilihan

Sampel berdasarkan Pertimbangan ( Judgement Sampling), merupakan tipe

pemilihan sampel secara tidak acak yang informasinya diperoleh dengan

menggunakan pertimbangan tertentu ( umumnya disesuaikan dengan tujuan atau

masalah penelitian). Elemen populasi yang dipilih sebagai sampel dibatasi pada

elemen-elemen yang dapat memberikan informasi berdasarkan pertimbangan.(

Indriantoro dan Supomo,2000 : 131). Kriteria yang menjadi pertimbangan dalam

penelitian ini adalah:

1. Emiten yang melakukan stock split dan reverse stock split tidak melakukan

kebijakan lain ( misalnya pembayaran deviden, penerbitan obligasi,dan right

issue).

2. Emiten harus listing minimal selama setahun sebelum periode penelitian agar

menjamin ketersediaan data.

Perusahaan yang melakukan stock split selama Januari 2005 sampai dengan

Desember 2009 sebanyak 40 emiten, yang kemudian dilakukan proses penyeleksian

menurut kriteria-kriteria diatas sehingga menyisakan 8 emiten. Sedangkan

perusahaan yang melakukan reverse stock split sebanyak 13 emiten. Setelah

dilakukan proses penyeleksian menghasilkan sampel sebanyak 8 emiten.

Berikut tabel 3.1 yang menyajikan jumlah emiten yang melakukan stock split

dan reverse stock split selama periode penelitian.

42

Tabel 3.1 Daftar emiten yang melakukan stock split dan reverse stock split

No Nama Emiten Corporate Action Tanggal Pelaksanaan

1 PT. Inti Kapuas Arowana Tbk Reverse Stock Split 19 Januari 2005 2 PT. Bakrie & Brothers Tbk Reverse Stock Split 14 Maret 2005 3 PT. Lippo E-NET Tbk Reverse Stock Split 28 Maret 2005 4 PT. Artha Pacifik Internasional Tbk Reverse Stock Split 18 April 2005 5 PT. Nusantara Inti Corporation Tbk Reverse Stock Split 30 May 2005 6 PT. Smart Tbk Stock Split 20 Juni 2005 7 PT. Ciputra Surya Tbk Stock Split 25 Juli 2005 8 PT. Indoexchange Tbk Reverse Stock Split 25 Agustus 2005 9 PT.Tigaraksa Satria Stock Split 30 Agustus 2005 10 PT. Prima Alloy Steel Tbk Stock Split 20 September 2005 11 PT. Hexindo Adiperkasa Tbk Stock Split 01 September 2005 12 PT. Sarasa Nugraha Tbk Reverse Stock Split 06 Oktober 2005 13 PT. Humpuss Intermoda Transportasi Tbk Stock Split 15 Desember 2005 14 PT. Intraco Penta Tbk Stock Split 16 Januari 2006 15 PT. Pelayaran Tempuran Emas Tbk Stock Split 17 Maret 2006 16 PT. Pembangunan Jaya Ancol Tbk Stock Split 10 Juli 2006

17 PT. Jaka Inti Realtindo Tbk Reverse Stock Split 19 Juli 2006 18 PT. Lippo Karawaci Tbk Stock Split 28 Juli 2006 19 PT. Sentul City Tbk Reverse Stock Split 01 Agustus 2006 20 PT. Jaya Real Property Tbk Stock Split 14 Agustus 2006 21 PT. Tempo Scan Pacifik Tbk Stock Split 14 September 2006 22 PT. Buana Finance Tbk Stock Split 02 Oktober 2006 23 PT. Ekadharma Internasional Tbk Stock Split 19 Oktober 2006 24 PT. Arpeni Pratama Ocean Line Tbk Stock Split 24 November 2006 25 PT. Plaza Indonesia Realty Tbk Stock Split 26 Desember 2006 26 PT. Bank Artha Graha Internasional Tbk Reverse Stock Split 10 Januari 2007 27 PT. Pakuwon Jati Tbk Stock Split 24 Januari 2007 28 PT. Global Mediacom Tbk Stock Split 24 April 2007 29 PT. Davomas Abadi Tbk Stock Split 28 May 2007 30 PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk Stock Split 12 Juli 2007 31 PT. AKR Corporindo Tbk Stock Split 27 Juli 2007 32 PT. Semen Gresik (Persero) Tbk Stock Split 07 Agustus 2007 33 PT. Sorini Agro Asia Corporindo Tbk Stock Split 22 Agustus 2007 34 PT. Hortus Danavest Tbk Stock Split 10 September 2007

43

Sedangkan emiten yang digunakan sebagai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 3.2 Daftar Emiten yang melakukan stock split yang digunakan sebagai sampel

No Nama Emiten Corporate Action Tanggal Pelaksanaan

35 PT. Humpuss Intermoda Transportasi Tbk Stock Split 11 September 2007 36 PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk Stock Split 01 November 07 37 PT. Jaya Pari Steel Tbk Stock Split 12 Desember 2007 38 PT. Lippo Karawaci Tbk Stock Split 26 Desember 2007 39 PT. Internasional Nickel Indonesia Tbk Stock Split 15 Januari 2008 40 PT. Panin Sekuritas Tbk Stock Split 21 Januari 2008 41 PT. Bank Central Asia Tbk Stock Split 28 Januari 2008 42 PT. Panorama Sentrawisata Tbk Stock Split 11 Februari 2008 43 PT. Bakrie & Brothers Tbk Reverse Stock Split 06 Maret 2008 44 PT. Suryainti Permata Tbk Stock Split 12 Maret 2008 45 PT. Polysindo Eka Perkasa Tbk Reverse Stock Split 14 Maret 2008 46 PT. Delta Dunia Petroindo Tbk Stock Split 15 April 2008 47 PT. Mitra Rajasa Tbk Stock Split 30 May 2008 48 PT. Berlina Tbk Stock Split 04 Agustus 2008 49 PT. Timah Tbk Stock Split 08 Agustus 2008 50 PT. Island Concepts Indonesia Tbk Stock Split 10 Desember 2008 51 PT. Citra Tubindo Tbk Stock Split 12 Januari 2009 52 PT. Arwana Citramulia Tbk Stock Split 11 September 2009 53 PT. Pacific Utama Tbk Reverse Stock Split 09 November 2009

No Nama Emiten Corporate Action

Tanggal Pelaksanaan

1 PT. Prima Alloy Steel Tbk Stock Split 20-Sep-05 2 PT. Intraco Penta Tbk Stock Split 16-Jan-06 3 PT. Pembangunan Jaya Ancol Tbk Stock Split 10-Jul-06 4 PT. Buana Finance Tbk Stock Split 02-Okt-06 5 PT. Davomas Abadi Tbk Stock Split 28-May-07 6 PT. Jaya Pari Steel Tbk Stock Split 12-Des-07 7 PT. Internasional Nickel Indonesia Tbk Stock Split 15-Jan-08

8 PT. Delta Dunia Petroindo Tbk Stock Split 15-Apr-08

44

Tabel 3.3 Daftar Emiten yang melakukan reverse stock split yang digunakan sebagai sampel

No Nama Emiten Corporate Action Tanggal Pelaksanaan

1 PT. Bakrie & Brothers Tbk Reverse Stock Split 14 Maret 2005 2 PT. Lippo E-NET Tbk Reverse Stock Split 28 Maret 2005 3 PT. Nusantara Inti Corporation Tbk Reverse Stock Split 30 May 2005 4 PT. Indoexchange Tbk Reverse Stock Split 25 Agustus 2005 5 PT. Sarasa Nugraha Tbk Reverse Stock Split 06 Oktober 2005 6 PT. Bank Artha Graha Internasional Tbk Reverse Stock Split 10 Januari 2007 7 PT. Bakrie & Brothers Tbk Reverse Stock Split 06 Maret 2008 8 PT. Polysindo Eka Perkasa Tbk Reverse Stock Split 14 Maret 2008

Daftar Emiten yang tidak terpilih akan disajikan pada tabel 3.4

Tabel 3.4 Daftar sampel emiten yang tidak terpilih

Emiten yang Melakukan Kebijakan Korporasi Emiten yang mempunyai Emiten yang delisting dariselain stock split dan reverse stock split data yang tidak lengkap Bursa Efek Indonesia

PT. Smart Tbk PT. Artha Pacifik Internasional Tbk PT. Jaka Inti Realtindo TbkPT. Hexindo Adiperkasa Tbk PT. Ciputra Surya TbkPT. Pelayaran Tempuran Emas Tbk PT.Tigaraksa SatriaPT. Lippo Karawaci Tbk PT. Humpuss Intermoda Transportasi TbkPT. Ekadharma Internasional Tbk PT. Sentul City TbkPT. Plaza Indonesia Realty Tbk PT. Jaya Real Property TbkPT. Global Mediacom Tbk PT. Tempo Scan Pacifik TbkPT. AKR Corporindo Tbk PT. Arpeni Pratama Ocean Line TbkPT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk PT. Pakuwon Jati TbkPT. Lippo Karawaci Tbk PT. Aneka Tambang (Persero) TbkPT. Panin Sekuritas Tbk PT. Semen Gresik (Persero) TbkPT. Bank Central Asia Tbk PT. Sorini Agro Asia Corporindo TbkPT. Panorama Sentrawisata Tbk PT. Humpuss Intermoda Transportasi TbkPT. Suryainti Permata Tbk PT. Island Concepts Indonesia TbkPT. Mitra Rajasa TbkPT. Berlina TbkPT. Timah TbkPT. Citra Tubindo TbkPT. Arwana Citramulia TbkPT. Pacific Utama TbkPT. Inti Kapuas Arowana TbkPT. Hortus Danavest Tbk

45

Berdasarkan tabel 3.4 diatas maka dapat diketahui bahwa terdapat beberapa

emiten yang tidak terpilih sebagai sampel dalam penelitian ini. Alasan tidak terpilihnya

emiten tersebut adalah sebagai berikut ini:

1. Emiten yang melakukan kebijakan korporasi selain stock split dan reverse stock split

tidak terpilih sebagai sampel penelitian karena hasil penelitian yang diperoleh akan

menjadi bias karena dikhawatirkan bahwa pada saat penentuan periode jendela

(windows period) kebijakan diluar stock split dan reverse stock split dilakukan oleh

emiten tersebut.

2. Emiten yang mempunyai data yang lengkap tidak digunakan dalam penelitian ini

karena penelitian ini menggunakan data perdagangan saham harian yang disamakan

dengan data perdagangan IHSG baik berupa tanggal dan jumlah hari perdagangan

dalam satu tahun .

3. Emiten yang delisting tidak digunakan dalam penelitian ini karena data perdagangan

sahamnya tidak tercatat pada Bursa Efek Indonesia selama periode penelitian.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Data Sekunder yang merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti

secara tidak langsung melalui medsia perantara ( diperoleh dan dicatat oleh pihak

lain) ( Indriantoro dan Supomo, 2000:147). Penelitian ini menggunakan data-data

yang dapat diperoleh dari Bursa Efek Indonesia dan BAPEPAM yaitu berupa:

a. Tanggal pengumuman stock split dan reverse stock split yang dapat

b. Tanggal pelaksanaan stock split dan reverse stock split

46

2. Penelitian Kepustakaan (Library Research) ,yaitu metode pengumpulan data yang

diperoleh dari membaca buku-buku, bahan-bahan,serta literatur-literatur yang

terkait dengan permasalahan yang diteliti.

3. Media internet untuk mendapatkan sumber informasi ter update yang seringkali

tidak diperoleh dari sumber lain seperti buku. Informasi yang didapat melalui

media internet yaitu :

a. Harga pembukaan (opening price) dan harga penutupan (closing price)

saham pada data harian harga saham emiten yang melakukan stock split dan

reverse stock split melalui situs www.yahoofinance.com

D. Teknik Analisis

1. Teknik Analisis Abnormal Return

Studi peristiwa menganalisis return tidak normal (abnormal return ) dari

sekuritas yang mungkin terjadi di sekitar pengumuman dari suatu peristiwa.

Abnormal return atau excess return merupakan kelebihan dari return yang

sesungguhnya terjadi terhadap return normal. (Jogiyanto,2009 :557). Pada

penelitian ini digunakan metode Market-Adjusted Model untuk mendapatkan

Abnormal Return.

a. Market-Adjusted Model

Model sesuaian-pasar ( market-adjusted model) menganggap bahwa

penduga yang terbaik untuk mengestimasi return suatu sekuritas adalah

return indeks pasar pada saat tersebut. Dengan menggunakan model ini,

maka tidak perlu menggunakan periode estimasi untuk membentuk model

47

estimasi, karena return sekuritas yang diestimasi adalah sama dengan return

indeks pasar. (Jogiyanto,2009 :568)

ARit : Rit - Rmt

ARit : Abnormal Return sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke t

Rit : Return sesungguhnya yang terjadi untuk sekuritas ke-i pada peristiwa

ke t

Rmt : Return pasar pada hari ke-t

Return saham (Jogiyanto,2000 :108) dalam (Ambarwati dan Damas, 2007 :258)

dihitung dengan rumus sebagai berikut

Pit - Pit- 1 Rit : Pit - 1 Dalam hal ini :

Rit : Return Saham perusahaan i pada periode t

Pit : Harga Saham perusahaan i pada peiode t

Pit-1 : Harga Saham perusahaan i pada periode t-1

Periode jendela yang digunakan untuk melihat ada atau tidaknya perbedaan

sebelum dan sesudah stock split maupun reverse stock split adalah 10 hari yang

meliputi 5 hari sebelum pelaksanaan split dan 5 hari sesudah pelaksanaan split.

Adapu t-0 yang merupakan titik awal adalah tanggal pelaksanaan stock split dan

reverse stock split tersebut.

Dalam perhitungan Return saham (Ri), tidak boleh bernilai 0. Karena dalam

aktifitas perdagangan saham investor akan memperoleh keuntungan (yang bernilai

48

positif) maupun kerugian (yang bernilai negatif). Dalam penelitian ini karena

didapatkan 16 emiten yang memiliki nilai Ri 0 , maka digunakanlah model indeks

tunggal untuk menghitung kembali nilai Return saham pada periode jendela yang

telah ditentukan untuk setiap emiten.

Model indeks tunggal berdasarkan atas pemikiran bahwa tingkat keuntungan

suatu saham nampaknya dipengaruhi oleh tingkat keuntungan pasar ( yang

ditunjukan oleh indeks harga pasar yang tersedia). Persamaan yang digunakan adalah

sebagai berikut

Rit = αi +βi Rmt + εit

Dimana :

Rit = Tingkat keuntungan saham pasar i pada waktu t

αi = Parameter model untuk mengukur tingkat keuntungan laba yang diperoleh

oleh bursa suatu negara.

βi = Parameter untuk mengukur tingkat resiko pasar modal suatu negara

Rmt = Tingkat keuntungan indeks pasar dunia pada waktu t

εit = Error term untuk indeks i pada waktu t

Persamaan tersebut merupakan persamaan regresi sederhana yang dihitung

dengan Ri sebagai variabel dependen dan Rm sebagai variabel independen.

Asumsi yang digunakan dalam model indeks tunggal adalah bahwa sekuritas

akan berkorelasi jika hanya sekuritas-sekuritas tersebut mempunyai respon yang

sama terhadap return pasar. Sekuritas akan bergerak menuju arah yang sama hanya

49

jika sekuritas-sekuritas tersebut mempunyai hubungan yang sama terhadap return

pasar.(Rodoni dan Hamid,2010 :191-192)

Return pasar (Foster dalam :Ambarwati dan Damas,2007 : 258) dihitung dengan

rumus :

IHSGt – IHSGt-1 Rmt =

IHSGt-1

Dalam hal ini:

Rmt = Return pasar pada hari ke t

IHSGt = Indeks Harga Saham Gabungan pada hari ke t

IHSGt-1 = Indeks Harga Saham Gabungan pada hari ke t-1

Pengujian adanya abnormal return tidak dilakukan untuk tiap-tiap sekuritas,

tetapi dilakukan secara agregat dengan menguji rata-rata return tidak normal seluruh

sekuritas secara cross-section untuk tiap-tiap hari di periode peristiwa. Rata-rata

return tidak normal ( average abnormal return) untuk hari ke-t dapat dihitung

berdasarkan rata-rata aritmatika sebagai berikut ( Jogiyanto,2009:567). Pada

penelitian ini menggunakan:

k ∑ RTNit

i=1 RRTNt =

k

Notasi :

RRTNt : rata-rata return tidak normal (average abnormal return) pada hari ke-t

50

RTNit : return tidak normal (abnormal return ) untuk sekuritas ke-i pada

hari ke-t

k : jumlah sekuritas yang terpengaruh oleh pengumuman peristiwa

Pada penelitian ini juga menghitung akumulasi return tidak normal (ARTN) atau

cumulative abnormal return (CAR) merupakan penjumlahan return return tidak normal

hari sebelumnya didalam periode peristiwa untuk masing-masing sekuritas sebagai

berikut

t ARTNt = ∑ RTNi,a a=t5

ARTN i,t = akumulasi return tidak normal (cumulative abnormal return ) sekuritas

ke-t yang diakumulasi dari return tidak normal (RTN) sekuritas ke-i

mulai hari awal periode pertistiwa (t5) sampai hari ke-t.

RTNi,a = return tidak normal (abnormal return ) untuk sekuritas ke-i pada hari

ke-a, yaitu mulai t5 (hari awal periode jendela) sampai hari ke-t

Jika terdapat k buah sekuritas, maka akumulasi rata-rata return tidak normal

(ARRTN) atau cumulative average return (CAAR) dapat dihitung sebagai berikut

(Jogiyanto,2009 :573) :

k

51

∑ ARTNit i=1

ARRTNt = k Notasi =

ARRTNt = akumulasi rata-rata return tidak normal (cumulative average abnormal

return) pada hari ke-t

A RTNi,t = akumulasi return tidak normal ( cumulative abnormal return )

sekuritas ke-i pada hari ke-t

k = jumlah sekuritas yang terpengaruh oleh pengumuman peristiwa

Langkah pertama yang dilakukan untuk menguji abnormal return adalah

dengan terlebih dahulu melakukan uji normalitas data. Uji normalitas digunakan

untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Jika data berdistribusi

normal maka digunakan paired sample t-test untuk menguji hipotesis, namun jika

data tidak berdistribusi normal maka digunakan wilcoxon test untuk menguji

hipotesis.

1. Uji Prasyarat Analisis

A. Uji Normalitas Abnormal Return

B. Uji Normalitas Beta Saham

Uji Normalitas data untuk mengetahui tingkat kenormalan distribusi data

untuk menentukan jenis alat statistik yang akan dipergunakan untuk melakukan uji

beda. Jika data berdistribusi normal maka uji beda akan menggunakan statistik

parametrik paired sample t-test, namun apabila data tidak berdistribusi nomal maka

akan dipergunakan wilcoxon test. Pada penelitian ini mempergunakan uji

52

normalitas data kolmogorov smirnov baik untuk variabel abnormal return maupun

beta saham.

a. Kolmogorov Smirnov

Uji statistika Kolmogorov-Smirnov (K-S) merupakam uji yang digunakan untuk

mengetahui apakah sampel berasal dari populasi dengan distribusi tertentu dalam

hal ini distribusi normal. Hipotesis nol (Ho) dalam uji K-S ini adalah bahwa data

mengikuti distribusi tertentu ( distribusi normal), sedangkan hipotesis alternatifnya

(Ha ) data tidak mengikuti distribusi tertentu (tidak berdistribusi

normal).(Widarjono,2010:111)

Ho : Data berdistribusi normal

Ha : Data tidak berdistribusi normal

Kita juga bisa menggunakan nilai probabilitas untuk menerima atau menolak

hipotesis nol. Jika probabilitas lebih besar dari tingkat signifikansi (α ) maka kita

menerima Ho. Sebaliknya jika probabilitas lebih kecil dari tingkat signifikansi (α)

maka kita menolak Ho atau menerima Ha

Dalam pengujian hipotesis, kriteria untuk menolak atau tidak menolak Ho

berdasarkan P-value adalah sebagai berikut :

Jika P-value > 0.05 Ho diterima

Jika P-value < 0.05 Ho ditolak

b. Paired Sample T-Test

Uji T sampel berpasangan adalah prosedur yang digunakan untuk

membandingkan rata-rata dua variabel untuk suatu grup sampel tunggal.

53

Perbandingan itu untuk mencari atau menghitung nilai selisih antara nilai dua

variabel untuk tiap kasus. Selain itu, uji ini juga berasal dari subjek yang sama atau

satu ukuran dari pasangan subjek.(Andi,2009:140)

Ho : Tidak ada perbedaan abnormal return yang signifikan sebelum dan

sesudah stock split dan reverse stock split

Ha : Ada perbedaan abnormal return yang signifikan sebelum dan sesudah

stock split dan reverse stock split.

Kriteria pengambilan keputusan

Jika Sig > 0.05 maka Ho diterima

Jika Sig < 0.05 maka Ho ditolak.

Untuk beta saham :

Ho : Tidak ada perbedaan beta saham yang signifikan sebelum dan sesudah

stock split dan reverse stock split

Ha : Ada perbedaan beta saham yang signifikan sebelum dan sesudah stock

split dan reverse stock split.

Kriteria pengambilan keputusan

Jika Sig > 0.05 maka Ho diterima

Jika Sig < 0.05 maka Ho ditolak.

C. Uji dua sampel berhubungan

Uji dua sampel berhubungan adalah prosedur yang membandingkan dua

distribusi variabel yang saling berhubungan. Uji dua sampel berhubungan

digunakan bila ada dua data yang tidak dapat memenuhi syarat asumsi yang

54

diperlukan pada uji t sampel berpasangan. Uji rank bertanda wilcoxon adalah

prosedur pengujian hipotesis nol dengan dua median sama untuk membandingkan

median tunggal dengan suatu nilai yang ditentukan atau pasangan median dari

sampel yang sama-sama diuji (Andi,2009:172).

2. Metode Analisis Beta

Beberapa metode dapat digunakan untuk mengkoreksi bias yang terjadi untuk

beta sekuritas akibat perdagangan tidak sikron. Metode-metode ini diantaranya

adalah yang diusulkan oleh Scholes dan Wiliams (1977), Dimson (1979) dan

Fowler dan Rorke (1983) dalam (Hartono,2009:403).

a. Metode Scholes dan Wiliams

Scholes dan Williams (1977) dalam Jogiyanto (2009: 403) memberikan solusi

untuk mengkoreksi bias dari perhitungan Beta akibat perdagangan tidak sinkron

dengan rumus sebagai berikut ini.

βi-1 + βi

0 + βi+1

βi = 1+2. ρ1 Notasi :

βi = Beta koreksian sekuritas ke-i.

βi-1 = Beta yang dihitung berdasarkan persamaan regresi Ri,t = αi + βi

-1 RMt-1, yaitu

untuk Ri periode ke-t dengan RM periode lag t-1

βi0 = Beta yang dihitung berdasarkan persamaan regresi Ri,t = αi + βi

0 RMt , yaitu

untuk Ri periode ke-t dengan RM periode ke-t

55

βi+1 = Beta yang dihitung berdasarkan persamaan regresi Ri,t = αi + βi

+1 RMt+1, yaitu

untuk Ri periode ke-t dengan RM periode lead t+1

ρ1 = korelasi serial antara RM dengan RMt-1 yang dapat diperoleh dari koefisien

regresi RMt = αi + ρ1 RMt-1

b. Metode Dimson

Metode yang digunakan oleh Scholes dan Williams membutuhkan beberapa

pengoperasian regresi untuk menghitung beta masing-masing periode lag dan lead.

Dimson(1979) dalam Jogiyanto (2009: 411) menyederhanakan cara Scholes dan

Williams ini dengan cara menggunakan regresi berganda, sehingga hanya digunakan

sebuah pengoperasian regresi saja berapapun banyaknya periode lag dan lead, rumus

Beta Koreksian menurut metode Dimson unttuk sekuritas ke-i adalah sebagai berikut:

Ri,t = αi +βi-n RMt-n +... + βi0 RMt +... + βi+n RMt+n + εit.

Notasi :

Ri,t = Return sekuritas ke-i periode ke-t.

RMt-n = Return indeks pasar periode lag t-n

RMt+n = Return indeks pasar periode lead t-n.

Hasil dari beta koreksian adalah penjumlahan dari koefisien-koefisien regresi berganda,

sehingga metode Dimson ini juga dikenal dengan istilah metode penjumlahan

koefisien (aggregate coefficient method). Besarnya beta koreksian adalah sebagai

berikut :

56

βi = βi-n +... βi0 +...+ βi+n.

C. Metode Fowler dan Rorke

Fowler dan Rorke (1983) berargumentasi bahwa metode Dimson yang hanya

menjumlah koefisien-koefisien regresi berganda tanpa memberi bobot akan tetap

memberikan beta yang bias. Untuk satu periode lag dan lead koreksi beta dilakukan dengan

tahapan sebagai berikut ini:

1. Operasikan persamaan regresi berganda seperti yang dilakukan di metode Dimson

sebagai berikut :

Rit = αi + βi -1 RMt-1 +βi

0 RMt + βi +1 RMt+1+ εit.

2. Operasikan persamaan regresi untuk mendapatkan korelasi serial return indeks pasar

dengan return indeks pasar periode sebelumnya sebagai berikut :

RMt = αi + ρ1 RMt-1 + εt

3. Hitung bobot yang digunakan sebesar :

W1 = 1+ ρ1

1+2.ρ1

4. Hitung Beta koreksian sekuritas ke-i yang merupakan penjumlahan koefisien regresi

berganda dengan bobot.

β i = w1 . βi -1 + βi

0 + w1. βi +1

Penelitian ini menggunakan metode fowler dan Rorke dengan empat periode lag dan

lead.

Untuk empat periode lag dan lead, koreksi beta dilakukan dengan mengoperasikan regresi

berganda, rumus bobot dan rumus beta koreksian sebagai berikut :

57

Rit = αi + βi -4 RMt-4 + βi

-3 RMt-3 +βi-2 RMt-2 + βi

-1 RMt-1 + βi 0 RMt + βi

+1 RMt+1+ βi +2 RMt+2 +

βi +3 RMt+3 + βi

+4 RMt+4 + εit

RMt = αi + ρ1 RMt-1 + ρ2 RMt-2 + ρ3 RMt-3+ ρ4 RMt-4 + εt

W1 = 1+2. ρ1+2. ρ2 +2. ρ3

+ ρ4

1+2.ρ1+2. ρ2 +2. ρ3 + 2. ρ4

W2 = 1+2. ρ1+2. ρ2 + ρ3

+ ρ4 1+2.ρ1+2. ρ2 +2. ρ3 + 2. ρ4

W3 = 1+2. ρ1+ ρ2 + ρ3 + ρ4

1+2.ρ1+2. ρ2 +2. ρ3 + 2. ρ4

W4 = 1+ ρ1+ ρ2 + ρ3 + ρ4

1+2.ρ1+2. ρ2 +2. ρ3 + 2. ρ4

β i = w4. βi

-4 + w3 . βi -3 + w2 βi

-2 + w1. βi -1+ βi

0 + w1. βi +1 + w2. βi

+2 + w3. βi +3 + w4. βi

+4

Pada penelitian ini untuk menghitung beta periode lag dan lead masing-masing sekuritas

tidak digunakan persamaan regresi berganda seperti yang dilakukan di metode Dimson.

Karena periode jendela yang digunakan untuk menghitung beta hanya 8 hari meliputi 4

hari sebelum pengumuman split dan 4 hari sesudah pengumuman split. Adapun t-0 yang

merupakan titik awal adalah hari pada saat pengumuman stoock split dan reverse stock

split. Untuk mendapatkan beta melalui model persamaan regresi dibutuhkan setidaknya

data 30 hari, oleh karena itu dalam menghitung beta peride 4 lag dan 4 lead digunakan

persamaan:

58

βj = Covar ( R, RM )

Var ( RM ) ∑∑( Rj- Rj) (Rm- Rm)

n-1 βj : Bodie (1998) dalam Susanti (2008 :25) (Rm- Rm)2

n-1

Korelasi serial antara return indeks pasar periode ke-t dengan return indeks pasar

periode sebelumnya didapat dengan meregresikan return indeks pasar periode t 0

dengan t-1 untuk mendapatkan ρ1, t 0 dengan t-2 untuk mendapatkan ρ2, t 0 dengan t-

3 untuk mendapatkan ρ3 dan t 0 dengan t-4 untuk mendapatkan ρ 4. t 0 dalam

penelitian ini adalah 2009, t-1 adalah tahun 2008, t-2 adalah tahun 2007, t-3 adalah

tahun 2006, dan t-4 adalah tahun 2005. Setelah didapatkan korelasi serial (ρ1), ρ2, ρ3,

ρ4 , kemudian dihitung bobot korelasi (w) menggunakan rumus diatas.

Notasi :

β i = Beta koreksian sekuritas ke-i

βi -4 = Beta yang dihitung berdasarkan persamaan regresi Ri,t = αi + βi

-4 + RMt- 4, yaitu

untuk Ri periode ke-t dengan RM periode lag t-4

βi -3 = Beta yang dihitung berdasarkan persamaan regresi Ri,t = αi + βi

-3 + RMt-3, yaitu

untuk Ri periode ke-t dengan RM periode lag t-3

βi -2 = Beta yang dihitung berdasarkan persamaan regresi Ri,t = αi + βi

-2 + RMt- 2, yaitu

untuk Ri periode ke-t dengan RM periode lag t-2

59

βi -1 = Beta yang dihitung berdasarkan persamaan regresi Ri,t = αi + βi

-1 RMt-1, yaitu

untuk Ri periode ke-t dengan RM periode lag t-1

βi 0 = Beta yang dihitung berdasarkan persamaan regresi Ri,t = αi + βi

0 + RMt, = yaitu

untuk Ri periode ke-t dengan RM periode lag t 0

βi +1 = Beta yang dihitung berdasarkan persamaan regresi Ri,t = αi + βi

+1 + RMt+1, =

yaitu untuk Ri periode ke-t dengan RM periode lead t+1

βi +2 = Beta yang dihitung berdasarkan persamaan regresi Ri,t = αi + βi

+2 + RMt+2, =

yaitu untuk Ri periode ke-t dengan RM periode lead t+2

βi +3 = Beta yang dihitung berdasarkan persamaan regresi Ri,t = αi + βi

+3 + RMt+3, =

yaitu untuk Ri periode ke-t dengan RM periode lead t+3

βi +4 = Beta yang dihitung berdasarkan persamaan regresi Ri,t = αi + βi

+4 + RMt+4, =

yaitu untuk Ri periode ke-t dengan RM periode lead t+4

ρ1 = korelasi serial antara RM dengan RMt-1 yang dapat diperoleh dari koefisien

regresi RMt = αi + ρ1 RMt-1

ρ2 = korelasi serial antara RM dengan RMt-1 yang dapat diperoleh dari koefisien

regresi RMt = αi + ρ2 RMt-2

ρ3 = korelasi serial antara RM dengan RMt-3 yang dapat diperoleh dari koefisien

regresi RMt = αi + ρ3 RMt-3

60

ρ4 = korelasi serial antara RM dengan RMt-4 yang dapat diperoleh dari koefisien

regresi RMt = αi + ρ4 RMt-4

Ri,t = return sekuritas ke-i periode ke-t

RMt-n = return indeks pasar periode lag t-n

RMt+n = return indeks pasar periode lead t+n

E. Operasional Variabel Penelitian

A. Stock Split

Stock Split adalah suatu action yang dilakukan oleh perusahaan dengan

memecah nilai nominal saham menjadi nominal yang lebih kecil atau 1/ n dari

nilai nominal saham semula sehingga jumlah saham yang beredar akan

meningkat. Besar kecilnya pemecahan saham bergantung pada split faktor

misalnya dengan 2:1, 3:1, atau 4:1. Tidak semua perusahaan melakukan kebijakan

stock split karena memerlukan biaya yang besar. Hanya perusahaan yang

memiliki kinerja keuangan yang cukup bagus yang dapat melakukan kebijakan

ini.

B. Reverse Stock Split

Reverse Stock Split adalah suatu action yang dilakukan oleh perusahaan

dengan meningkatkan nilai nominal saham menjadi nominal yang lebih tinggi

sehingga jumlah saham beredar akan menurun. Besar penggabungan saham

bergantung pada split faktor misalnya dengan 1:2 ,1:3, 1:4. Seperti halnya stock

61

split, tidak semua perusahaan melakukan kebijakan reverse stock split karena

memerlukan biaya yang besar.

C. Abnormal Return

Abnormal return adalah selisih antara return sesungguhnya yang terjadi dengan

return ekspektasi, yang dirumuskan sebagai berikut :

ARit : Rit - Rmt

ARit : Abnormal Return sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke t

Rit : Return sesungguhnya yang terjadi untuk sekuritas ke-i pada peristiwa

ke t

Rmt : Return pasar pada hari ke-t

D . Beta Saham

Beta merupakan suatu pengukur volatilitas return suatu sekuritas atau return

portofolio terhadap return pasar. Beta sekuritas ke-i mengukur volatilitas return

sekuritas ke-i dengan return pasar. (Jogiyanto,2009:363)

62

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Perusahaan yang Melakukan Stock Split

1. Prima Alloy Steel Tbk ( PRAS)

Perusahaan ini bergerak dibidang transportasi dan mengumumkan kebijakan

stock split pada tanggal 15 Desember 2005.

2. Intraco Penta Tbk (INTA)

Perusahaan ini bergerak dibidang perdagangan besar barang produksi dan

mengumumkan kebijakan stock split pada tanggal 20 Juni 2005.

3. Buana Finance Tbk (BBLD)

Perusahaan ini bergerak dibidang Financial Lease, Cosumer Lease dan

mengumumkan kebijakan stock split pada tanggal 02 Oktober 2006. .

4. Pembangunan Jaya Ancol Tbk ( PJAA)

Perusahaan ini bergerak dibidang pariwisata dan real estate dan mengumumkan

kebijakan stock split pada tanggal 14 September 2006. .

5. Davomas Abadi Tbk (DAVO)

Perusahaan ini bergerak dibidang makanan dan minuman dan mengumumkan

kebijakan stock split pada tanggal 28 Mei 2007.

63

6. Jaya Pari Steel (JPRS)

Perusahaan ini bergerak dibidang logam dan sejenisnya dan mengumumkan

kebijakan stock split pada tanggal 12 Desember 2007.

7. Internasional Nickel Indonesia (INCO)

Perusahaan ini bergerak dibidang klasifikasi pertambangan logam dan mineral

lainnya. Perusahaan ini mengumumkan kebijakan stock split pada tanggal 03

Agustus 2004.

8. Delta Dunia Petroindo Tbk (DOID)

Perusahaan ini bergerak di bidang industri garmen atau pakaian jadi dan

mengumumkan kebijakan stock split pada tanggal 15 April 2008.

B. Perusahaan yang Melakukan Reverse Stock Split

1. Bakrie & Brothers Tbk (BNBR)

Perusahaan ini bergerak di bidang perdagangan, jasa, dan investasi dan

mengumumkan kebijakan reverse stock split pada tanggal 14 Maret 2005

2. Lippo E-Net Tbk (LPLI)

Perusahaan ini bergerak di bidang perdagangan, jasa, dan investasi dan

mengumumkan kebijakan reverse stock split pada tanggal 28 Maret 2005

3. Nusantara Inti Corporation Tbk (UNIT)

Perusahaan ini bergerak di bidang aneka industri dan mengumumkan kebijakan

reverse stock split pada tanggal 30 May 2005.

64

4. Indoexchange Tbk (INDX)

Perusahaan ini bergerak di bidang infrastruktur, utilitas, dan transportasi dan

mengumumkan kebijakan reverse stock split pada tanggal 25 Agustus 2005

5. Sarasa Nugraha Tbk (SRSN)

Perusahaan ini bergerak di bidang industri dasar dan kimia dan mengumumkan

kebijakan reverse stock split pada tanggal 06 Oktober 2005

6. Bank Artha Graha Internasional Tbk ( INPC)

Perusahaan ini bergerak di bidang keuangan dan mengumumkan kebijakan

reverse stock split pada tanggal 10 Januari 2007.

7. Bakrie & Brothers Tbk (BNBR)

Perusahaan ini bergerak di bidang perdagangan, jasa, dan investasi dan

mengumumkan kebijakan reverse stock split pada tanggal 06 Maret 2008.

8. Polysindo Eka Perkasa Tbk (POLY)

Perusahaan ini bergerak di bidang industri garmen atau pakaian jadi dan

mengumumkan kebijakan reverse stock split pada tanggal 14 Maret 2008.

C ) Analisis dan Pembahasan

1). Analisis Deskriptif

Perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah

perusahaan yang telah memenuhi kriteria-kriteria yang ditentukan yaitu

perusahaan yang melakukan stock split atau reverse stock split dari Januari

2005 sampai dengan Desember 2009. Perusahaan tersebut tidak melakukan

kebijakan (corporate action) yang lain seperti deviden, waran, right issue dan

65

pengumuman lainnya. Data-data dalam penelitian ini diperoleh dari Pusat

Referensi Pasar Modal BEI dan Internet yaitu situs: www.yahoo.finance.com .

Setelah semua data yang diperlukan dalam penelitian ini telah terhimpun

dari berbagai sumber, maka selanjutnya penulis akan menganalisis data-

tersebut. Deskripsi lebih lanjut adalah sebagai berikut

a. Abnormal Return

Abnormal return untuk masing-masing sekuritas dihitung dengan

menggunakan market adjusted model yaitu dengan mengurangkan return

yang terjadi untuk masing-masing sekuritas dengan return indeks pasar

pada hari yang sama. Abnormal return antara sebelum dan sesudah

pelaksanaan stock split dan reverse stock split dapat dilihat pada tabel 4.1.

Sedangkan pada tabel 4.2 menyajikan statistik deskriptif untuk Abnormal

Return sebelum dan sesudah pelaksanaan stock split dan reverse stock split.

Tabel 4.1 Abnormal Return Periode Investigasi

Periode Abnormal Return

Stock Split Reverse Stock Split -5 0,001218 -0,25952 -4 -0,0009 -0,20958 -3 0,003141 -0,15469 -2 0,004993 -0,09521 -1 -0,00161 -0,05024 1 -0,00032 0,058723 2 0,002252 0,111855 3 -0,00136 0,160307 4 0,007321 0,222311 5 0,003442 0,270462

66

Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat diketahui bahwa rata-rata abnormal return tertinggi

untuk pengumuman stock split terjadi pada H+4 dengan 0,007321, sedangkan rata-rata

abnormal return tertinggi untuk pengumuman reverse stock split terjadi pada H+5

dengan 0,270462.

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa rata-rata abnormal return untuk

emiten yang melakukan stock split pada periode setelah tanggal pengumuman ternyata

lebih besar, yaitu sebesar 0,0022673 daripada periode sebelum tanggal pengumuman

yang hanya sebesar 0,0013684. .Pada emiten yang melakukan reverse stock split, rata-

rata abnormal return setelah tanggal pengumuman ternyata juga lebih besar, yaitu

sebesar 0,1647.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat abnormal return positif setelah

pengumuman stock split maupun reverse stock split bagi investor, sehingga berdampak

pada keputusan transaksi investor yang ditandai dengan adanya abnormal return. Hal ini

sejalan dengan signaling hipotesis yang melatarbelakangi kebijakan stock split maupun

reverse stock split, yang menyatakan bahwa kebijakan stock split maupun reverse stock

split mengandung sinyal yang dipandang sebagai good news ataupun bad news oleh

Tabel 4.2

Statistik Deskriptif Abnormal Return Periode Investigasi

Statistik Deskriptif

Abnormal Return Stock Split Reverse Stock Split

t-5 s/d t-1 t+1 s/d t+5 t-5 s/d t-1 t+1 s/d t+5 Mean 0,0013684 0,0022673 -0,1538 0,1647 Standar Deviasi 0,00275313 0,00341903 0,08433 0,8448 Maximum 0,00499 0,00732 -0,05 0,27 Minimum -0,00161 -0,00136 -0,26 0,006

67

investor yang akan mempengaruhi investor dalam mengambil keputusan menjual atau

membeli saham.

Tabel 4.3 Abnormal Return Emiten yang melakukan Stock Split

Berdasarkan hasil tabel 4.3 diatas dapat diketahui bahwa terdapat beberapa emiten

yang mengalami peningkatan abnormal return dari periode sebelum pengumuman stock

split hingga periode sesudah tanggal pengumuman stock split. Emiten yang mengalami

peningkatan terbesar adalah PT Internasional Nickel Indonesia Tbk sebesar

0,014158026 %, sedangkan emiten mengalami penurunan abnormal return dari periode

sebelum pengumuman stock split hingga periode sesudah tanggal pengumuman stock

split adalah PT. Delta Dunia Petroindo Tbk sebesar -0,00791731% . Emiten yang

mengalami peningkatan abnormal return memberikan sinyal bagi investor tentang

meningkatnya kinerja keuangan mereka sehingga investor mengetahuinya dan

mempengaruhi keputusan untuk membeli saham, sedangkan, Emiten yang mengalami

penurunan abnormal return memberikan sinyal bagi investor tentang menurunnya

kinerja keuangan mereka sehingga investor mengetahuinya dan mempengaruhi

keputusan untuk menjual saham.

Emiten Sebelum Sesudah % PT. Prima Alloy Steel Tbk 0,006316 0,007321 0,001004756 PT. Buana Finance Tbk 0,002069 0,001319 -0,00074959 PT. Intraco Penta Tbk 0,001816 0,001591 -0,0002253 PT.Pembangunan Jaya Ancol Tbk -0,00388 -0,0009 0,00298197 PT. Davomas Abadi Tbk -0,00005 0,000014 6,12823E-05 PT. Jaya Pari Steel Tbk 0,002432 0,000312 -0,00211976 PT. Delta Dunia Petroindo Tbk 0,010051 0,002133 -0,00791731

PT. Internasional Nickel Indonesia Tbk -0,00781 0,006347 0,014158026

68

Tabel 4.4 Abnormal Return Emiten yang melakukan Reverse Stock Split Emiten Sebelum Sesudah %

PT. Bakrie & Brothers Tbk 1 0,015632 0,020413 0,004780291 PT. Indoexchange Tbk 0,034371 0,049187 0,014816177 PT. Lippo E-Net Tbk 0,004911 0,006304 0,001393029 PT. Nusantara Inti Corporation Tbk -0,01066 -0,00887 0,001797386 PT. Bank Artha Graha Internasional Tbk -0,00154 0,000744 0,002285108 PT. Bakrie & Brothers Tbk 2 0,000177 0,001696 0,001518874 PT. Sarasa Nugraha Tbk 0,018111 0,019277 0,001166095

PT. Polysindo Eka Perkasa Tbk -0,00738 0,002599 0,009982553

Berdasarkan hasil tabel 4.4 diatas dapat diketahui bahwa seluruh emiten

mengalami peningkatan abnormal return dari periode sebelum pengumuman reverse

stock split hingga periode sesudah tanggal pengumuman reverse stock split. Emiten

yang mengalami peningkatan terbesar adalah PT Indoexchange Tbk sebesar

0,014816177 %, . Emiten yang mengalami peningkatan abnormal return memberikan

sinyal bagi investor tentang meningkatnya kinerja keuangan mereka sehingga investor

mengetahuinya dan mempengaruhi keputusan untuk membeli saham.

b. Beta Saham

Beta saham untuk masing-masing sekuritas dihitung dengan menggunakan

metode koreksian beta fowler dan rorke untuk empat periode lag dan lead. Beta

koreksi merupakan perkalian antara bobot dengan beta masing-masing periode lag dan

lead. Beta saham antara sebelum dan sesudah pelaksanaan stock split dapat dilihat

pada tabel 4.4 . Sedangkan pada tabel 4.5 menyajikan statistik deskriptif untuk beta

saham sebelum dan sesudah pelaksanaan stock split dan reverse stock split

69

Tabel 4.5 Beta Saham Periode Investigasi

Periode

Rata-rata Beta Saham

Stock Split Reverse Stock

Split -4 0,776627 0,720043 -3 0,643362 0,733248 -2 0,797523 0,693518 -1 -1,07491 0,851435 1 0,71038 0,745011 2 -1,98101 0,712578 3 0,772318 0,740234 4 0,681121 0,734074

Berdasarkan tabel 4.5 diatas dapat diketahui bahwa rata-rata beta saham tertinggi

untuk pengumuman stock split terjadi pada H+4 dengan 0,681121, sedangkan

rata-rata abnormal return tertinggi untuk pengumuman reverse stock split terjadi

pada H-1 dengan 0,851435.

Tabel 4.6 Statistik Deskriptif Beta Saham

Statistik Deskriptif

Beta Saham Stock Split Reverse Stock Split

Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Mean 0,2856505 0,0457022 0,7495610 0,7329743

Standar Deviasi 0,90960683 1,35167630 0,7329743 0,01431554 Maximum 0,79752 0,77232 0,85144 0,74501 Minimum -1,07491 -1,98101 0,69352 0,71258

Berdasarkan tabel 4.6 diatas dapat diketahui bahwa rata-rata beta saham untuk

emiten yang melakukan stock split sebelum tanggal pengumuman ternyata lebih

besar, yaitu sebesar 0,2856505 daripada sesudah pengumuman stock split yang

hanya sebesar 0,0457022. Pada emiten yang melakukan reverse stock split, rata-

rata beta saham sebelum tanggal pengumuman juga lebih besar, yaitu sebesar

70

0,7495610 daripada periode sebelum tanggal pengumuman stock split yang hanya

0,7329743.

Tabel 4.7 Beta Saham Emiten yang melakukan Stock Split Emiten Sebelum Sesudah %

PT. Prima Alloy Steel Tbk 0,582968 0,583204 0,000236 PT. Buana Finance Tbk -0,10117 -0,20138 -0,10022 PT. Intraco Penta Tbk -3,12566 -4,9461 -1,82043 PT.Pembangunan Jaya Ancol Tbk 1,363093 1,364497 0,001404 PT. Davomas Abadi Tbk 0,941391 0,941075 -0,00032 PT. Jaya Pari Steel Tbk 0,730268 0,730027 -0,00024 PT. Delta Dunia Petroindo Tbk 0,265325 0,265301 -2,5E-05 PT. Internasional Nickel Indonesia Tbk 1,628994861575 1,628995 4,25E-10

Berdasarkan hasil tabel 4.7 diatas dapat ketahui bahwa beberapa emiten

mengalami peningkatan beta saham dari periode sebelum pengumuman stock

split hingga periode sesudah pengumuman stock split, sedangkan beberapa

emiten mengalami penurunan beta saham dari periode sebelum pengumuman

stock split hingga periode sesudah pengumuman stock split. Emiten yang

mengalami peningkatan beta saham terbesar adalah PT. Pembangunan Jaya Ancol

Tbk sebesar 0,001404 %, sedangkan emiten yang mengalami penurunan beta

saham yang terbesar adalah PT. Intraco Penta dengan -1,82043 %.Emiten yang

mengalami peningkatan beta saham memberikan sinyal bagi investor bahwa

sahamnya memiliki risiko yang tinggi, namun dilain sisi risiko yang tinggi

diimbangi dengan imbal hasil yang tinggi juga sesuai dengan prinsip investasi

high risk, high return. Sedangkan emiten yang mengalami penurunan beta saham

memberikan sinyal kepada investor bahwa sahamnya memiliki risiko yang

71

rendah, namun dilain sisi risiko yang rendah juga diimbangi dengan imbal hasil

yang rendah, sesuai dengan prinsip investasi low risk, low return.

Tabel 4.8 Beta Saham Emiten yang melakukan Reverse Stock Split Emiten Sebelum Sesudah %

PT. Bakrie & Brothers Tbk 1 1,786886 1,614811 -0,17208 PT. Indoexchange Tbk 0,287494 0,287365 -0,00013 PT. Lippo E-Net Tbk 0,548903 0,568176 0,019273 PT. Nusantara Inti Corporation Tbk 0,501623 0,501518 -0,0001 PT. Bank Artha Graha Internasional Tbk 1,039201 1,05956 0,020359 PT. Bakrie & Brothers Tbk 2 0,363198 0,363191 -7,6E-06 PT. Sarasa Nugraha Tbk 1,053696 1,053729 3,27E-05 PT. Polysindo Eka Perkasa Tbk 0,415486 0,415444 -4,2E-05

Berdasarkan hasil tabel 4.8 diatas dapat ketahui bahwa beberapa emiten

mengalami peningkatan beta saham dari periode sebelum pengumuman reverse

stock split hingga periode sesudah pengumuman reverse stock split, sedangkan

beberapa emiten mengalami penurunan beta saham dari periode sebelum

pengumuman reverse stock split hingga periode sesudah pengumuman stock split.

Emiten yang mengalami peningkatan beta saham terbesar adalah PT. Bank Artha

Graha Internasional sebesar 0,020359%, sedangkan emiten yang mengalami

penurunan beta saham yang terbesar adalah PT.Bakrie & Brothers Tbk 1 dengan

-0,17208 %. Emiten yang mengalami peningkatan beta saham memberikan sinyal

bagi investor bahwa sahamnya memiliki risiko yang tinggi, namun dilain sisi

risiko yang tinggi diimbangi dengan imbal hasil yang tinggi juga sesuai dengan

prinsip investasi high risk, high return. Sedangkan emiten yang mengalami

penurunan beta saham memberikan sinyal kepada investor bahwa sahamnya

memiliki risiko yang rendah, namun dilain sisi risiko yang rendah juga diimbangi

72

dengan imbal hasil yang rendah, sesuai dengan prinsip investasi low risk, low

return

2. Analisis Pengujian Hipotesis

A) Abnormal Return

1. Uji Normalitas

Pada penelitian ini untuk menguji normalitas data akan dilakukan dengan

menggunakan uji one sample kolmogorov smirnov. Uji normalitas ini dilakukan

untuk mengetahui jenis alat statistik yang akan digunakan dalam melakukan uji

beda. Jika data yang akan diuji memiliki distribusi yang normal maka akan

dilakukan uji beda statistik parametrik dengan menggunakan paired sample t-

test. Namun jika data yang akan diuji memiliki distribusi yang tidak normal

akan dilakukan uji beda statistik non parametrik dengan menggunakan wilcoxon

test.

73

a. Uji Normalitas Data Abnormal Return Stock Split

.

Dari hasil pengujian normalitas data diatas dapat diperoleh hasil bahwa data

Abnormal Return sebelum stock split memiliki asymp.sig.(2-tailed) sebesar 0.969.

Karena nilai signifikansinya > 0.05 maka Ho diterima dengan arti bahwa data

Abnormal Return sebelum stock split berdistribusi normal. Sedangkan untukdata

Abnormal Return setelah stock split memiliki asymp.sig.(2-tailed) sebesar

0.614.Karena nilai signifikansinya > 0.05 maka Ho diterima.Dengan begitu,baik data

Abnormal Return sebelum stock split maupun data abnormal return sesudah stock

split berdistribusi normal.

Maka untuk melakukan uji beda Abnormal return sebelum stock split dan sesudah

stock split harus menggunakan statistik parametrik paired sample t-test.

Tabel 4.9 Uji One-Sample Kolmogorov- Smirnov Abnormal Return

Stock Split AAR_stock_spl

it_sblm

AAR_stock_spl

it_ssdh

N 8 8

Normal Parametersa,,b Mean .0013679 .0022672

Std. Deviation .00554879 .00298779

Most Extreme Differences Absolute .174 .268

Positive .174 .268

Negative -.157 -.164

Kolmogorov-Smirnov Z .492 .758

Asymp. Sig. (2-tailed) .969 .614

a. Test distribution is Normal.

Sumber : Data diolah dengan menggunakan SPSS 17

74

b. Uji Normalitas data Abnormal return reverse stock split

Tabel 4.10 Uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Abnormal Return Reverse Stock Split

AAR_reverse_st

ock_split_sblm

AAR_reverse_st

ock_split_ssdh

N 8 8

Normal Parametersa,,b Mean .0067015 .0114189

Std. Deviation .01506764 .01809919

Most Extreme Differences Absolute .172 .236

Positive .172 .236

Negative -.125 -.153

Kolmogorov-Smirnov Z .487 .668

Asymp. Sig. (2-tailed) .971 .763

a. Test distribution is Normal.

Sumber : Data diolah dengan menggunakan SPSS 17

Dari hasil pengujian normalitas data diatas dapat diperoleh hasil bahwa data

Abnormal return sebelum reverse stock split memiliki asymp.sig.(2-tailed) sebesar

0.971 . Karena nilai signifikansinya >0.05 maka Ho dapat diterima dengan arti bahwa

data abnormal return sebelum reverse stock split berdistribusi normal.Sedangkan

untukdata Abnormal Return setelah reversestock split memiliki asymp.sig.(2-tailed)

sebesar 0.763.Karena nilai signifikansinya >0.05 maka Ho dapat diterima dengan arti

bahwa data abnormal return setelah reverse stock split berdistribusi normal. Dengan

begitu,baik data Abnormal Return sebelum reverse stock split maupun data abnormal

return sesudah stock split berdistribusi normal.

75

Maka untuk melakukan uji beda Abnormal return sebelum reverse stock split dan

sesudah stock split harus menggunakan statistik parametrik paired sample t-test.

2. Uji beda paired sample t-test

Uji-t berpasangan (paired t-test) adalah salah satu metode pengujian hipotesis

dimana data yang digunakan tidak bebas (berpasangan).

a.) Uji beda Abnormal Return sebelum dan sesudah stock split

Berdasarkan hasil uji normalitas diatas dapat diketahui bahwa data

abnormal return stock split berdistribusi normal. Untuk itu dalam

melakukan uji beda data harus menggunakan statistik parametrik paired

sample t-test.

Tabel 4.11 Uji beda Paired sample t-test Abnormal Return stock split

Paired Samples Test Paired Differences

t df

Sig. (2-

tailed)

Mean Std.

Deviation Std. Error

Mean

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper Pair 1

AAR_stock_split_sebelum - AAR_stock_split_sesudah

-.00089926 .00622983

.00220258

-.00610753 .00430901 -.408 7 .695

Sumber : data diolah dengan menggunakan SPSS 17

Berdasarkan hasil tabel 4.7 diatas, dapat diketahui bahwa nilai asymp sig 2-

tailed = 0.695. Dengan tingkat signifikansi α = 0.05 maka nilai sig 0.695 > 0.05 ,

sehingga Ho diterima dan Ha ditolak , atau dengan kata lain tidak terdapat perbedaan

abnormal return yang signifikan sebelum dan sesudah stock split. Hal ini

mengindikasikan bahwa pengumuman stock split yang dilakukan perusahaan tidak

mengakibatkan terjadinya perubahan abnormal return yang signifikan pada saat

sebelum dan sesudah stock split. Hal ini dapat disebabkan karena investor memiliki

76

keraguan dalam menafsirkan sinyal yang disampaikan oleh emiten melalui

pengumuman stock split sehingga mempengaruhi investor dalam mengambil keputusan

menjual atau membeli saham. Dalam pasar efisien , informasi yang masuk ke pasar

akan tercermin pada harga-harga surat berharga. Pasar akan memproses informasi yang

relevan, kemudian pasar akan mengevaluasi harga saham berdasarkan informasi

tersebut. Jika pasar efisien dalam bentuk setengah kuat, maka tidak ada investor atau

grup dari investor yang dapat menggunakan informasi yang dipublikasikan untuk

mendapatkan keuntungan tidak normal dalam jangka waktu yang lama.

(Jogiyanto,2009: 502).Maka investor dalam hal ini tidak mendapatkan keuntungan yang

abnormal dari peristiwa stock split.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Almilia dan Kristijadi

(2005) yang juga tidak menemukan adanya perbedaan abnormal return yang signifikan

baik sebelum maupun sesudah peristiwa stock split.

b.) Uji beda abnormal return sebelum dan sesudah reverse stock split

Berdasarkan hasil uji normalitas diatas dapat diketahui bahwa data abnormal

return reverse stock split berdistribusi normal. Untuk itu dalam melakukan uji beda

data harus menggunakan statistik parametrik paired sample t-test.

77

\ Tabel 4.12 Uji beda Paired sample t-test Abnormal Return reverse stock split

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-tailed)

Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper Pair 1

AAR_reverse_stock_split_sblm - AAR_reverse_stock_split_ssdh

-.00471744 .00504335 .00178309 -.00893378 -.00050110 -2.646 7 .033

Sumber : data diolah dengan menggunakan SPSS 17

Berdasarkan hasil tabel 4.8 diatas nilai sig 2-tailed = 0.033. Dengan tingkat

signifikansi α = 5 % maka nilai sig 0.033 < 0.05 , sehingga Ho ditolak dan Ha

diterima, atau dengan kata lain terdapat perbedaan abnormal return yang signifikan

sebelum dan sesudah reverse stock split. Secara teoritis hal ini sesuai dengan

hipotesis pasar efisien yang menyatakan bahwa pengumuman reverse stock split

memiliki dampak terhadap pasar yang bereaksi. Pasar yang bereaksi terhadap

pengumuman reverse stock split mengindikasikan bahwa pasar tersebut memiliki

kandungan informasi yang akan ditangkap oleh investor sebagai sinyal yang baik

bagi investor untuk membuat keputusan membeli saham, Maka implikasinya adalah

likuiditas perusahaan akan meningkat sehingga akan berdampak pada peningkatan

kinerja keuangan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Kurniawan

(2009) yang menemukan adanya abnormal return yang positif dan signifikan pada

hari-hari disekitar pelaksanaan reverse stock split.

78

B. Beta Saham

1. Uji Normalitas data beta saham stock split

Pada penelitian ini pertama-tama akan dilakukan uji normalitas dengan

menggunakan uji one sample kolmogorov-smirnov. Pengujian ini dilakukan untuk

mengetahui jenis alat statistik yang akan digunakan dalam melakukan uji beda.

Jika data yang akan diuji memiliki distribusi yang normal maka akan dilakukan

uji beda statistik parametrik dengan menggunakan paired sample t-test. Namun

jika data yang akan diuji memiliki distribusi yang tidak normal maka akan

dilakukan uji beda statistik non parametrik dengan menggunakan wilcoxon test.

Adapun hasil uji normalitas yang telah dilakukan adalah sebagai berikut.

Tabel 4.13 Uji One-Sample Kolmogorov- Smirnov Beta Stock Split

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

beta_sebelum_stock_

split

beta_sesudah_s

tock_split

N 8 8

Normal Parametersa,,b Mean .2856513 .0457028

Std. Deviation 1.48654044 2.09871586

Most Extreme Differences Absolute .272 .328

Positive .183 .225

Negative -.272 -.328

Kolmogorov-Smirnov Z .770 .928

Asymp. Sig. (2-tailed) .593 .355

a. Test distribution is Normal.

Sumber : Data Diolah dengan menggunakan SPSS 17

79

Dari hasil pengujian normalitas data diatas dapat diperoleh hasil bahwa beta saham

sebelum stock split memiliki nilai asymp.sig.(2-tailed) = 0.593. Karena nilai

signifikansinya > 0.05 maka Ho diterima dengan arti bahwa data beta saham sebelum

stock split berdistribusi normal. Sedangkan untuk data beta saham sesudah stock split

memiliki asymp sig.(2-tailed) =0.355. Karena nilai signifikansinya >0.05 maka Ho

dapat ditolak dengan arti bahwa data beta saham sesudah stock split berdistribusi

normal.

Maka untuk melakukan uji beda beta saham sebelum dan sesudah stock split harus

menggunakan statistik parametrik paired sample t-test.

2. Uji Normalitas data beta saham reverse stock split.

Pada penelitian ini pertama-tama dilakukan uji normalitas data dengan

menggunakan one sample kolmogorov-smirnov test. Pengujian tersebut dilakukan

untuk mengetahui jenis alat statistik yang akan digunakan dalam uji beda. Jika data

yang akan diuji memiliki distribusi yang normal maka akan digunakan uji beda

statistik parametrik dengan menggunakan paired sample t-test. Namun jika data yang

akan diuji memiliki distribusi yang tidak normal maka akan digunakan uji beda

statistik non parametrik dengan menggunakan wilcoxon test. Adapun hasil uji

normalitas data yang telah dilakukan adalah sebagai berikut.

80

Tabel 4.14 Uji One-Sample Kolmogorov- Smirnov Beta Reverse Stock Split

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

beta_sblm_rever

se_stock

beta_ssdh_rever

se_sttock

N 8 8

Normal Parametersa,,b Mean .7495609 .7329741

Std. Deviation .51109935 .46353306

Most Extreme Differences Absolute .278 .264

Positive .278 .264

Negative -.183 -.168

Kolmogorov-Smirnov Z .785 .746

Asymp. Sig. (2-tailed) .568 .633

a. Test distribution is Normal.

Sumber : Data diolah dengan menggunakan SPSS 17 Dari hasil pengujian normalitas data diatas didapat hasil bahwa beta saham

sebelum reverse stock split memiliki nilai asymp sig (2-tailed) = 0.568 . Karena nilai

signifikansinya > 0.05 maka Ho diterima yang berarti bahwa data beta saham sebelum

reverse stock split berdistribusi normal. Sedangkan untuk data beta saham sesudah

reverse stock split memiliki nilai asymp sig.(2-tailed) = 0.633. Karena nilai

signifikansinya > 0.05 maka Ho diterima dengan arti bahwa beta saham sesudah reverse

stock split berdistribusi normal. Maka untuk melakukan uji beda beta saham sebelum

dan sesudah reverse stock split harus menggunakan statistik parametrik paired sample t-

test.

81

3. Uji beda Paired Sample t-test

Uji-t berpasangan (paired t-test) adalah salah satu metode pengujian hipotesis

dimana data yang digunakan tidak bebas (berpasangan).

3.1) Uji beda beta saham sebelum dan sesudah stock split

Berdasarkan hasil uji normalitas data diatas data beta saham berdistribusi

normal. Untuk itu dalam melakukan uji beda harus menggunakan paired

sample t-test.

Tabel 4.15 Uji beda Paired sample t-test beta stock split

Paired Differences

t df

Sig. (2-

tailed)

Mean Std.

Deviation Std. Error

Mean

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper Pair 1

beta_sebelum_stock_split - beta_sesudah_stock_split

.23994843 .63957900 .22612533 -.29475300 .77464986 1.061 7 .324

Sumber : data diolah dengan menggunakan SPSS 17

Berdasarkan hasil tabel 4.11 diatas dapat diketahui bahwa nilai asymp sig 2-

tailed = 0.324 . Dengan tingkat signifikansi α = 5 % maka nilai sig 0.324> 0.05 ,

sehingga Ho diterima dan Ha ditolak dengan kata lain bahwa tidak terdapat perbedaan

beta saham yang signifikan sebelum dan sesudah stock split .Hal ini mengindikasikan

bahwa faktor internal perusahaan, dalam hal ini pengumuman stock split tidak

mengakibatkan perubahan beta yang signifikan sedangkan faktor eksternal perusahaan

seperti kondisi perekonomian yang meliputi: inflasi, GNP, GDP, mempunyai pengaruh

terhadap beta saham. Selain itu hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa tidak

82

terdapat kandungan informasi dari pengumuman stock split yang dibuktikan dengan

tidak bereaksi nya pasar terhadap informasi pengumuman stock split. Tidak terdapatnya

perbedaan beta saham yang signifikan memberikan informasi kepada investor bahwa

volatilitas dari saham emiten tersebut mengikuti fluktuasi dari return pasar jika beta

bergerak menuju 1, apabila lebih dari 1 maka melebihi fluktuasi dari return pasar, dan

jika kurang dari 1 maka menjauhi fluktuasi dari return pasar. Jogiyanto (2009:364) :

Jika fluktuasi return-return sekuritas atau portofolio secara statistik mengikuti fluktuasi

dari return-return pasar,maka beta dari sekuritas atau portofolio dikatakan bernilai 1.

Investor yang menyukai risiko akan membeli saham yang berfluktuasi melebihi return

pasar, sedangkan investor yang tidak menyukai risiko akan membeli saham yang

berfluktuasi menjauhi return pasar, sehingga akan berdampak pada kenaikan likuiditas

perusahaan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Almilia dan

Kristijadi (2005) yang juga tidak menemukan adanya perbedaan abnormal return yang

signifikan baik sebelum maupun sesudah peristiwa stock split.

2) Uji beda beta saham sebelum dan sesudah reverse stock split

Berdasarkan hasil uji normalitas data diatas data beta saham berdistribusi normal.

Untuk itu dalam melakukan uji beda harus menggunakan paired sample t-test.

Tabel 4.15 Hasil uji beda beta saham sebelum dan sesudah reverse stock split Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-

tailed)

Mean Std.

Deviation Std. Error

Mean

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper Pair 1

beta_sblm_reverse_stock - beta_ssdh_reverse_sttock

.01658677 .06346534 .02243839 -.03647158 .06964513 .739 7 .484

83

Berdasarkan hasil tabel 4.15 diatas dapat diketahui bahwa nilai asymp sig 2-

tailed = 0.484. Dengan tingkat signifikansi α = 5 % maka nilai sig 0.484> 0.05 ,

sehingga Ho diterima dan Ha ditolak dengan arti bahwa tidak terdapat perbedaan beta

yang signifikan sebelum dan sesudah reverse stock split. Hal ini mengindikasikan

bahwa faktor internal perusahaan dalam hal ini pengumuman reverse stock split tidak

mengakibatkan perubahan beta yang signifikan sedangkan faktor eksternal perusahaan

seperti kondisi perekonomian secara makro yang meliputi: inflasi, GNP, GDP,

mempunyai pengaruh terhadap beta saham. Selain itu hasil penelitian ini juga

menunjukkan bahwa tidak terdapat kandungan informasi dari pengumuman reverse

stock split yang dibuktikan dengan pasar tidak bereaksi terhadap pengumuman reverse

stock split. Tidak terdapatnya perbedaan beta saham yang signifikan memberikan

informasi kepada investor bahwa volatilitas dari saham emiten tersebut mengikuti

fluktuasi dari return pasar jika beta bergerak menuju 1, apabila lebih dari 1 maka

melebihi fluktuasi dari return pasar, dan jika kurang dari 1 maka menjauhi fluktuasi dari

return pasar. Jogiyanto (2009:364) : Jika fluktuasi return-return sekuritas atau portofolio

secara statistik mengikuti fluktuasi dari return-return pasar,maka beta dari sekuritas atau

portofolio dikatakan bernilai 1. Investor yang menyukai risiko akan membeli saham

yang berfluktuasi melebihi return pasar, sedangkan investor yang tidak menyukai risiko

akan membeli saham yang berfluktuasi menjauhi return pasar, sehingga akan

berdampak pada kenaikan likuiditas perusahaan.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sanjaya (2007)

yang menemukan adanya pasar yang bereaksi terhadap pengumuman reverse stock split.

84

BAB V

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan

Penelitian ini menguji dampak dari pengumuman stock split dan reverse stock

split terhadap abnormal return dan perubahan beta saham di Bursa Efek Indonesia

tahun 2005-2009. Selama periode penelitian tercatat 16 perusahaan yang telah

memenuhi kriteria dijadikan sampel penelitian. Diantaranya 8 perusahaan yang

melakukan stock split dan 8 perusahaan yang melakukan reverse stock split.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan abnormal return sebelum dan

sesudah stock split dan reverse stock split. Dan menganalisis perbedaan beta saham

sebelum dan sesudah stock split dan reverse stock split.

Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dilakukan maka dapat diperoleh

beberapa kesimpulan :

1. Pada penelitian abnormal return yaitu,

a. Hasil penelitian ditemukan tidak terdapat perbedaan abnormal return yang

signifikan antara sebelum dan sesudah stock split. Hal ini dapat disebabkan

karena investor memiliki keraguan dalam menafsirkan sinyal yang disampaikan

oleh emiten melalui pengumuman stock split sehingga mempengaruhi investor

dalam mengambil keputusan menjual atau membeli saham. Dalam pasar efisien ,

informasi yang masuk ke pasar akan tercermin pada harga-harga surat berharga.

Pasar akan memproses informasi yang relevan, kemudian pasar akan

mengevaluasi harga saham berdasarkan informasi tersebut. Jika pasar efisien

85

dalam bentuk setengah kuat, maka tidak ada investor atau grup dari investor

yang dapat menggunakan informasi yang dipublikasikan untuk mendapatkan

keuntungan tidak normal dalam jangka waktu yang lama. .Maka investor dalam

hal ini tidak mendapatkan keuntungan yang abnormal dari peristiwa stock split.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Almilia dan

Kristijadi (2005) yang juga tidak menemukan adanya perbedaan abnormal return

yang signifikan baik sebelum maupun sesudah peristiwa stock split.

b. Hasil penelitian ditemukan terdapat perbedaan abnormal return yang signifikan

antara sebelum dan sesudah reverse stock split. Secara teoritis hal ini sesuai

dengan hipotesis pasar efisien yang menyatakan bahwa pengumuman reverse

stock split memiliki dampak terhadap pasar yang bereaksi. Pasar yang bereaksi

terhadap pengumuman reverse stock split mengindikasikan bahwa pasar tersebut

memiliki kandungan informasi yang akan ditangkap oleh investor sebagai sinyal

yang baik bagi investor untuk membuat keputusan membeli saham, Maka

implikasinya adalah likuiditas perusahaan akan meningkat sehingga akan

berdampak pada peningkatan kinerja keuangan. Hal ini sejalan dengan penelitian

yang dilakukan Kurniawan (2009) yang menemukan adanya abnormal return

yang positif dan signifikan pada hari-hari disekitar pelaksanaan reverse stock

split.

2. Pada penelitian beta saham yaitu,

a. Hasil penelitian ditemukan tidak terdapat perbedaan beta saham yang signifikan

antara sebelum dan sesudah stock split. Hal ini mengindikasikan bahwa faktor

86

internal perusahaan, dalam hal ini pengumuman stock split tidak mengakibatkan

perubahan beta yang signifikan sedangkan faktor eksternal perusahaan seperti

kondisi perekonomian yang meliputi: inflasi, GNP, GDP, mempunyai pengaruh

terhadap beta saham. Selain itu hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa

tidak terdapat kandungan informasi dari pengumuman stock split yang

dibuktikan dengan tidak bereaksi nya pasar terhadap informasi pengumuman

stock split. Tidak terdapatnya perbedaan beta saham yang signifikan

memberikan informasi kepada investor bahwa volatilitas dari saham emiten

tersebut mengikuti fluktuasi dari return pasar jika beta bergerak menuju 1,

apabila lebih dari 1 maka melebihi fluktuasi dari return pasar, dan jika kurang

dari 1 maka menjauhi fluktuasi dari return pasar. Jogiyanto (2009:364) : Jika

fluktuasi return-return sekuritas atau portofolio secara statistik mengikuti

fluktuasi dari return-return pasar,maka beta dari sekuritas atau portofolio

dikatakan bernilai 1. Investor yang menyukai risiko akan membeli saham yang

berfluktuasi melebihi return pasar, sedangkan investor yang tidak menyukai

risiko akan membeli saham yang berfluktuasi menjauhi return pasar, sehingga

akan berdampak pada kenaikan likuiditas perusahaan. Hasil penelitian ini

sejalan dengan penelitian yang dilakukan Almilia dan Kristijadi (2005) yang

juga tidak menemukan adanya perbedaan abnormal return yang signifikan baik

sebelum maupun sesudah peristiwa stock split.

b. Hasil penelitian ditemukan tidak terdapat perbedaan beta saham yang signifikan

antara sebelum dan sesudah reverse stock split. Hal ini mengindikasikan bahwa

87

faktor internal perusahaan dalam hal ini pengumuman reverse stock split tidak

mengakibatkan perubahan beta yang signifikan sedangkan faktor eksternal

perusahaan seperti kondisi perekonomian secara makro yang meliputi: inflasi,

GNP, GDP, mempunyai pengaruh terhadap beta saham. Selain itu hasil

penelitian ini juga menunjukkan bahwa tidak terdapat kandungan informasi dari

pengumuman reverse stock split yang dibuktikan dengan pasar tidak bereaksi

terhadap pengumuman reverse stock split. Tidak terdapatnya perbedaan beta

saham yang signifikan memberikan informasi kepada investor bahwa volatilitas

dari saham emiten tersebut mengikuti fluktuasi dari return pasar jika beta

bergerak menuju 1, apabila lebih dari 1 maka melebihi fluktuasi dari return

pasar, dan jika kurang dari 1 maka menjauhi fluktuasi dari return pasar.

Jogiyanto (2009:364) : Jika fluktuasi return-return sekuritas atau portofolio

secara statistik mengikuti fluktuasi dari return-return pasar,maka beta dari

sekuritas atau portofolio dikatakan bernilai 1. Investor yang menyukai risiko

akan membeli saham yang berfluktuasi melebihi return pasar, sedangkan

investor yang tidak menyukai risiko akan membeli saham yang berfluktuasi

menjauhi return pasar, sehingga akan berdampak pada kenaikan likuiditas

perusahaan. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Sanjaya (2007) yang menemukan adanya pasar yang bereaksi terhadap

pengumuman reverse stock split.

88

B. Implikasi

Berdasarkan kesimpulan diatas maka implikasi pada penelitian ini dapat

dijabarkan berikut :

1. Investor

Hasil penelitian ini mempunyai implikasi bahwa meski stock split dan reverse

stock split tidak memiliki nilai ekonomis tetapi memiliki kandungan informasi

yang dapat dimanfaatkan investor berkaitan dengan keputusan investasi.

2. Perusahaan

Dari sisi perusahaan stock split dan reverse stock split dapat dipakai sebagai

sarana untuk memberikan sinyal positif yang berisi tentang informasi mengenai

prospek perusahaan yang akhirnya diharapkan dapat menarik investor potensial.

3. Penelitian Selanjutnya

Sebaiknya jangka waktu penelitian diperpanjang lebih dari 5 tahun agar

mendapatkan hasil yang lebih baik. Selain itu menggunakan variabel lain yang

bisa lebih merepresentasikan dampak dari pengumuman stock split maupun

reverse stock split seperti harga saham dan bid ask spread.

89

DAFTAR PUSTAKA

Anomsari, Fitri. Analisis Reaksi Pasar Terhadap Peristiwa Stock Split Perusahaan Yang Go

Publik di Bursa Efek Jakarta. Volume 11,Nomor 4. 2007

Bodie, et al. Investasi. Salemba empat. Jakarta. 2006

Bodie, Kane,Marcus.2008 “Investasi” Buku 1 Edisi 6. Salemba Empat : Jakarta

Basir,Saleh. Hendy M, Fakhrudin.2005. “Aksi Korporasi,Strategi Untuk Meningkatkan Nilai

Saham Melalui Aksi Korporasi”. Salemba Empat : Jakarta

Block, Stanley B.Hirt, Geoffrey A.2002.”Foundations of Financial Management”.Harcourt

Brace: Florida.

Brigham & Houston. Fundamental of Financial Management .Edisi 10 Buku 1. Salemba

Empat. Jakarta. 2006.

Wan-Chen Lee. Do Reverse Stock Splits Signal Long-Run Deteriorating Operating

Performance ?. Middle Eastern Finance and Economics. Departement of Finance Ching

Yun University. ISSN: 1450-2889 Issue 8 (2010)

Hamid,Abdul et al, Buku Panduan Penulisan Skripsi.UIN Jakarta.2010.

http://ineddeni.wordpress.com/2008/03/12/uji-t-berpasangan-paired-t-test/

Haroyah M, Dwi. Analisis Beta Saham dengan model indeks tunggal: Perbandingan antara

periode perekonomian normal dan krisis moneter.Telaah Bisnis Volume 1, Nomor 1, 49-

60.2000.

90

Hartono, Jogiyanto. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Keenam. BPFE.

Yogyakarta. 2009

Horne,Van James C,dan John M Wachowicz. Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan. buku

2. Salemba 4.Jakarta. 2007

Ika W, Anuragabudhi dan Anna Purwaningsih. Reaksi Pasar Terhadap Pengumuman Stock

Split:Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek

Jakarta.Telaah Manajemen.Vol 3, No 1. 2008

Indra, A.Zubaidi. Faktor-Faktor Fundamental yang Mempengaruhi Resiko Saham.Jurnal

Bisnis dan Manajemen Volume 2,No 3.2006

Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo, “Metodologi Penelitian Untuk Akuntansi dan

Manajemen”.Edisi Pertama. BPFE.Yogyakarta.2000

JSX statistics quarter 2005 : Additional Listed Share

JSX statistics quarter 2006 : Additional Listed Share

JSX statistics quarter 2007 : Additional Listed Share

IDX Statistics quarter 2008 : Additional Listed Share

IDX Statistics quarter 2009 : Additional Listed Share

Korisama, C Michael dan Kartika Nuringsih. Pengaruh Degree Operating Leverage dan

Degree Financing Leverage Terhadap Risiko Sistematis Saham. Jurnal Ekonomi tahun

XIII, no 3.2008

91

Kurniawan,Rahman. “ Analisis Pengaruh Stock Split dan Reverse Stock Split Terhadap

Return Saham dan Volume Perdagangan (Studi kasus pada Perusahaan yang terdaftar

dalam Bursa Efek Indonesia)”, Skripsi Universitas Islam Negeri Jakarta,2009

Pavabutr,Pantisa dan Kulpatra Sirodom. The Impact of Stock Split on Price and Liquidity on

the Stock Exchange of Thailand.International Research Journal of Finance and

Economics.Issue 20.2008

Rodoni, Ahmad dan Herni Ali. Manajemen Keuangan. Mitra Wacana Media. Jakarta. 2010

Ross,Westerfield,Jordan: Fundamental of Corporate Finance :2003.sixth edition. Mc Graw

Hill Company

Santoso,Wahyu Perdana dan Kurniawan Eka Prasetya. Pengaruh Stock Split Terhadap

Likuiditas Perdagangan dan Return Saham di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Ekonomi dan

Bisnis. Volume 2, Nomor 1.2005.

Sanjaya,I Putu Sugiartha. Kandungan Informasi Pada Pengumuman Reverse Stock Split.

Manajemen & Bisnis Volume 6, Nomor 2. 2007

Savitri, Melinda and Dwi Martini. The Analysis Impact Of Stock Split and Reverse Stock Split

On Stock Return and Volume The Case of Jakarta Stock Exchange.University of Indonesia.

2006

Spica,Lusiana Almilia dan Kristijadi,Emanuel. Analisis Kandungan Informasi dan Efek Intra

Industri Pengumuman Stock Split Yang dilakukan Oleh Perusahaan yang Bertumbuh dan

92

Tidak Bertumbuh. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia ( Journal of Indonesian Economy

and Business).Volume 20, No 1.2005.

Sri dwi ari ambarwati dan Damas.Analisis Dampak Stock Split Terhadap Likuiditas dan

Return Sahamdi Bursa Efek Jakarta.Karisma Vol 1(3):258.2007

Syaichu, Muhammad dan Novia Ike Puspito. Pengaruh Harga Saham, Volume Perdagangan

dan Varian Return terhadap Bid- Ask Spread Pada Masa Sebelum dan Sesudah Stock Split

di Bursa Efek Jakarta Periode 2000-2004. Jurnal Bisnis dan Strategi Vol 16, No 2 .2007.

Sundjaja S. Ridwan et al. Manajemen Keuangan 2 Edisi 6. Literata Lintas Media.

Bandung.2010

Susanti, “ Analisa Pengaruh Risiko Sistematis,Likuiditas, dan Stock Split terhadap Return

Saham”. Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.2008

Tanjung, Hafiz Abdul.Stock Split : “Pengujian Terhadap Signaling dan Trading range Pada

Bursa Efek Jakarta. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia”,Vol. 4, No. 1, hal. 115-

136. 2007.

Wahana Komputer. “SPSS 17 untuk Pengolahan Data Statistik” CV Andi Offset.

Yogyakarta.2009

Widarjono,Agus : “Analisis Statistika Multivariat Terapan”.UPP STIM YKPN.

Yogyakarta.2010

93

Wisudowati Ayu Sugito , “ Analisis Motivasi Dibalik Stock Split dan Reverse Stock Split :

Pembuktian Pada Likuiditas dan Return Saham”. Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.2009

Wirman, Ade. Analisis Pengaruh Stock Split terhadap Likuiditas Saham di Pasar Modal

(Studi Kasus BEJ).Economac. Volume J Nomor 1.2002

www.duniainvestasi.com

www.yahoo.finance.com

LAMPIRAN

ABNORMAL RETURN STOCK SPLIT

ABNORMAL RETURN REVERSE STOCK SPLIT

94

Emiten -5 -4 -3 -2 -1 Sebelum 1 2 3 4 5 SesudahPRAS 0,003827 -0,00122 0,007212 0,013564 0,008195 0,006316 0,00331 0,003552 0,007151 0,01302 0,009573 0,007321BBLD 0,008569 0,002369 0,005835 0,002395 -0,008822 0,002069 0,002021 -0,00214 -0,00642 0,011682 0,001461 0,001319INTA 0,010793 -0,002 -0,0084 0,004397 0,004288 0,001816 0,004082 0,009968 0,003889 -0,002 -0,00798 0,001591PJAA -0,00506 -0,00304 -0,00585 -0,00369 -0,001761 -0,00388 -0,002787 0,000805 -0,00175 -0,00313 0,002361 -0,0009DAVO -0,00022 0,00024 -0,00015 -0,0001 -0,000013 -0,00005 -0,000044 -0,00012 0,000218 0,000115 -0,00010 0,000014JPRS 0,00098 -5E-05 0,006098 0,001238 0,003893 0,002432 -0,000437 -0,00059 0,003425 0,000704 -0,00154 0,000312DOID 0,0142 0,020563 0,003129 0,013923 -0,001561 0,010051 -0,003677 -0,00777 -0,01787 0,027198 0,012786 0,002133INCO -0,02335 -0,02406 0,017251 0,008228 -0,01712 -0,00781 -0,00503 0,014316 0,000492 0,010977 0,010977 0,006347CAR 0,009742 -0,0072 0,025128 0,039948 -0,012901 0,010943 -0,002563 0,018013 -0,01087 0,058568 0,027537 0,018138

CAAR 0,001218 -0,0009 0,003141 0,004993 -0,001613 0,001368 -0,00032 0,002252 -0,00136 0,007321 0,003442 0,002267

Stock split

Emiten -5 -4 -3 -2 -1 Sebelum 1 2 3 4 5 SesudahBNBR 1 0,027001 0,011322 0,004617 0,014651 0,020572 0,015632 0,015921 0,021829 0,020319 0,019321 0,024673 0,020413

INDX 0,032887 0,029102 -0,00438 0,067214 0,047027 0,034371 0,055536 0,046416 0,046824 0,048345 0,048814 0,049187LPLI 0,003745 -0,00021 0,003613 0,003723 0,013684 0,004911 0,013447 0,007235 0,005764 0,004526 0,000546 0,006304UNIT -0,0105 -0,00764 -0,01063 -0,00495 -0,019609 -0,01066 -0,008416 -0,01195 -0,0091 -0,00685 -0,00802 -0,00887INPC -0,00318 -0,00648 -0,0154 0,010115 0,007237 -0,00154 0,010929 -0,00041 -0,00715 0,003253 -0,0029 0,000744

BNBR 2 -0,00126 -0,00086 0,000539 0,002726 -0,000263 0,000177 0,002118 0,000534 0,002014 0,001246 0,002567 0,001696SRSN 0,017513 0,017807 0,018186 0,018375 0,018674 0,018111 0,018103 0,018825 0,019955 0,019923 0,019579 0,019277POLY -0,0177 -0,00985 0,010871 -0,00578 -0,014469 -0,00738 0,013537 0,004483 -0,00971 0,009683 -0,005 0,002599CAR -4,93079 -3,98211 -2,93918 -1,80904 -0,954562 0,076867 1,115729 2,125242 3,045825 4,223901 5,138771 0,129893

CAAR -0,25952 -0,20958 -0,15469 -0,09521 -0,05024 0,00427 0,058723 0,111855 0,160307 0,222311 0,270462 0,007216

Reverse Stock Split

Deskriptif statistik Abnormal return Stock Split & Reverse Stock Split

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

AR_Stock_Split_minus_lima_

minus_satu

5 -.00161 .00499 .0013684 .00275313

AR_Stock_split_plus_satu_pl

us_lima

5 -.00136 .00732 .0022673 .00341903

AR_reverse_stock_split_minu

s_lima_minus_satu

5 -.26 -.05 -.1538 .08433

AR_reverse_stock_split_plus

_satu_plus_lima

5 .06 .27 .1647 .08448

Valid N (listwise) 5

Uji Normalitas Abnormal Return Stock Split One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

AAR_stock_split

_sblm

AAR_stock_split

_ssdh

N 8 8

Normal Parametersa..b Mean .0013679 .0022672

Std. Deviation .00554879 .00298779

Most Extreme Differences Absolute .174 .268

Positive .174 .268

Negative -.157 -.164

Kolmogorov-Smirnov Z .492 .758

Asymp. Sig. (2-tailed) .969 .614

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

95

Uji Normalitas Abnormal Return Reverse Stock Split One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

AAR_reverse_stoc

k_split_sblm

AAR_reverse_stoc

k_split_ssdh

N 8 8

Normal Parametersa..b Mean .0067015 .0114189

Std. Deviation .01506764 .01809919

Most Extreme Differences Absolute .172 .236

Positive .172 .236

Negative -.125 -.153

Kolmogorov-Smirnov Z .487 .668

Asymp. Sig. (2-tailed) .971 .763

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 AAR_stock_split_sebelum &

AAR_stock_split_sesudah

8 .027 .949

Uji beda Abnormal Return Stock Split

Paired Samples Test

Paired Differences

t df Sig. (2 tailed)

Mean Std.

Deviation Std. Error

Mean

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper Pair 1

AAR_stock_split_sebelum - AAR_stock_split_sesudah

-.00089926 .00622983 .00220258 -.00610753 .00430901 -.408 7 .695

96

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 AAR_stock_split_sebelum .0013679 8 .00554879 .00196179

AAR_stock_split_sesudah .0022672 8 .00298779 .00105634

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 AAR_reverse_stock_split_sbl

m

.0067015 8 .01506764 .00532721

AAR_reverse_stock_split_ss

dh

.0114189 8 .01809919 .00639903

Uji Beda Abnormal Return Reverse Stock Split

97

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 AAR_reverse_stock_split_sbl

m &

AAR_reverse_stock_split_ss

dh

8 .970 .000

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-

tailed)

Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper Pair 1

AAR_reverse_stock_split_sblm - AAR_reverse_stock_split_ssdh

-.00471744

.00504335 .00178309 -.00893378 -.00050110 -2.646 7 .033

Beta Saham Stock Split

Beta Saham Reverse Stock Split

98

Emiten -4 -3 -2 -1 Sebelum 1 2 3 4 SesudahPRAS 0,583885 0,593783 0,556728 0,597474 0,582968 0,597364 0,556728 0,594839 0,583885 0,583204BBLD 0,20174 -0,20516 -0,19232 -0,20892 -0,10117 -0,20644 -0,19175 -0,20527 -0,20206 -0,20138INTA 0,48924 -0,26565 1,307739 -14,034 -3,12566 0,239665 -20,9202 0,766144 0,129979649 -4,946095903PJAA 1,366915 1,390451 1,303051 1,391955 1,363093 1,398436 1,303088 1,39046 1,366003573 1,364496827DAVO 0,942786 0,95922 0,898945 0,964612 0,941391 0,964394 0,898917 0,958224 0,9427671 0,941075433JPRS 0,731372 0,744089 0,69729 0,748321 0,730268 0,748331 0,696383 0,744079 0,731313751 0,730026682DOID 0,265759 0,270296 0,253306 0,27194 0,265325 0,27194 0,253306 0,270197 0,26575945 0,265300648INCO 1,631317 1,659868 1,555441 1,669353 1,628995 1,669353 1,555441 1,659868 1,631316858 1,628994862

rata-rata beta stock split 0,776627 0,643362 0,797523 -1,07491 0,285652 0,71038 -1,98101 0,772318 0,681120673 0,045702819

Emiten -4 -3 -2 -1 Sebelum 1 2 3 4 SesudahBNBR 1 1,55188 1,628289 1,486173 2,481203 1,786886 1,617744 1,664662 1,603618 1,57321835 1,614810558

INDX 0,283606 0,30148 0,270323 0,294568 0,287494 0,296454 0,274854 0,292993 0,28515795 0,287364885LPLI 0,546747 0,499243 0,570609 0,579013 0,548903 0,577624 0,54009 0,588553 0,5664362 0,56817573UNIT 0,502441 0,510987 0,47896 0,514105 0,501623 0,514006 0,479053 0,510691 0,502324158 0,501518355SRSN 1,04073 1,058872 0,99237 1,064833 1,039201 1,076584 0,992323 1,058881 1,1104515 1,05956002INPC 0,36377 0,370066 0,346787 0,37217 0,363198 0,37218 0,346795 0,370066 0,363721875 0,363190813

BNBR 2 1,055075 1,073694 1,006195 1,079819 1,053696 1,079819 1,006103 1,073714 1,0552784 1,053728601POLY 0,416098 0,423355 0,396726 0,425764 0,415486 0,425675 0,396744 0,423355 0,416000833 0,415443875

rata-rata betA reverse stock 0,720043 0,733248 0,693518 0,851435 0,749561 0,745011 0,712578 0,740234 0,734073658 0,732974105

Reverse Stock Split

Uji Normalitas Beta Saham Stock Split

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

beta_sebelum_st

ock_split

beta_sesudah_stock_s

plit

N 8 8

Normal Parametersa,,b Mean .2856513 .0457028

Std. Deviation 1.48654044 2.09871586

Most Extreme Differences Absolute .272 .328

Positive .183 .225

Negative -.272 -.328

Kolmogorov-Smirnov Z .770 .928

Asymp. Sig. (2-tailed) .593 .355

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Uji Normalitas Beta Saham Reverse Stock Split

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

beta_sblm_rever

se_stock

beta_ssdh_rever

se_sttock

N 8 8

Normal Parametersa,,b Mean .7495609 .7329741

Std. Deviation .51109935 .46353306

Most Extreme Differences Absolute .278 .264

Positive .278 .264

Negative -.183 -.168

Kolmogorov-Smirnov Z .785 .746

Asymp. Sig. (2-tailed) .568 .633

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

99

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 beta_sblm_stock_split .3091055 8 1.50487800 .53205472

beta_ssdh_stock_split .0385383 8 2.22724650 .78745055

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 beta_sebelum_stock_split &

beta_sesudah_stock_split

8 .995 .000

Uji Beda Beta Saham Stock Split

Paired Differences

t df

Sig. (2-

tailed)

Mean Std.

Deviation Std. Error

Mean

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper Pair 1

beta_sebelum_stock_split - beta_sesudah_stock_split

.23994843 .63957900 .22612533 -.29475300 .77464986 1.061 7 .324

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 beta_sblm_reverse_stock .7495609 8 .51109935 .18070091

beta_ssdh_reverse_sttock .7329741 8 .46353306 .16388369

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 beta_sblm_reverse_stock &

beta_ssdh_reverse_sttock

8 .996 .000

100

Uji Beda Beta Saham Reverse Stock Split

Deskripsi Statistik beta stock split

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

beta_sblm_stock_split 4 -1.07491 .79752 .2856505 .90960683

beta_ssdh_stock_split 4 -1.98101 .77232 .0457022 1.35167630

Valid N (listwise) 4

Deskripsi Statistik Beta Reverse Stock Split

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

beta_sblm_reverse_stock_split 4 .69352 .85144 .7495610 .06989649

beta_ssdh_reverse_stock_split 4 .71258 .74501 .7329743 .01431554

Valid N (listwise) 4

Korelasi Serial RMT dengan RMT-1, RMT-2 .RMT-3 . RMT-4

ρ1 ρ2 ρ3 ρ4 0.018 -0.066 0.072 0.008

Bobot Sekuritas

W1 W2 W3 W4 0.992481 0.924812 0.986842 0.969925

101

Paired Samples Test Paired Differences

t df

Sig. (2-

tailed)

Mean Std.

Deviation Std. Error

Mean

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper Pair 1

beta_sblm_reverse_stock - beta_ssdh_reverse_sttock

.01658677 .06346534 .02243839 -.03647158 .06964513 .739 7 .484