analisis belanja publik di aceh
DESCRIPTION
Merupakan hasil analisis tentang belanja publik oleh tim pecappTRANSCRIPT
Now or Never… Pengelolaan Sumber Daya Keuangan Aceh yang Lebih BaikAnalisa Belanja Publik Aceh 2012
DR. Islahuddin M.EcFakultas Ekonomi – Universitas Syiah KualaBanda Aceh, 15 Oktober 2012
Aceh akan menerima lebih dari Rp 100T pada akhir tahun 2014, dan akan terus bertambah..
Diperkirakan secara keseluruhan lebih Rp.650 T dana akan diterima Aceh pada akhir 2027 (termasuk Otsus)Dan hampir Rp.100 T Dana Otsus akan di terima oleh Aceh pada akhir 2027.
Aceh merupakan daerah terkaya ke-7 di Indonesia, (APBD per Kapita, 2010)
Aceh’s Paradox 1; Aceh juga daerah termiskin ke-7 di Indonesia, (2010)
- Tingkat kemiskinan Aceh; 20.98%, sedangkan Nasional 13,3%.
- Ranking IPM Aceh; 18 dari 33 provinsi
Aceh’s Paradox 2; Kesenjangan ekonomi antara Aceh dan Nasional semakin melebar
Aceh perlu tumbuh lebih cepat. Pendapatan Per kapita Aceh terhitung hanya Rp.6,4 juta (2011). Sedangkan pada tahun 1999 hampir mendekati nasional.
Aceh’s Paradox 3; Rich But PoorBesarnya anggaran adalah syarat awal, alokasi penganggaran yang tepat adalah syarat mutlak.
Penerimaan tertinggi tidah berkorelasi dengan tingkat kemiskinan. Gayo lues dan Bener Meriah termasuk daerah yang memilliki pendapatan yang tertinggi, tetapi merupakan daerah termiskin.
Daerah Pantai Barat dan Tengah memiliki tingkat kemiskinan yang relatif tinggi.
PENERIMAAN DAERAH“Neglected Fortune”
Aceh telah menerima Rp.20 T, dan akan terus bertambah di masa mendatang.
Penerimaan dari Bagi Hasil Migas menurun dengan tajam dan PAD hanya menyumbangkan sebesar 6% dari penerimaan.
Fiscal Laziness ; sumber pendanaan terbesar dari transfer pusat, sedangkan PAD dan potensi penerimaan lainnya cenderung stagnan bahkan menurun
Provinsi
Kabupaten / Kota
Fiscal Gap, remain challenges…Sabang memiliki pendapatan per kapita yang tertinggi, 5 kali lipat dariKabupaten Pidie
BELANJA DAERAH“Alokasi belanja yang tepat dan konsistenmerupakan syarat utama pembangunan”
Jumlah belanja Aceh terus meningkat, searah dengan penerimaan, sejak tahun 2007.
Belanja Adm. Pemerintahan masih menjadi prioritas, alokasi untuk pendidikan (% dari total belanja) menurun .
Tanpa Otsus; Ruang Fiscal Belanja Provinsi sangat terbatas.
Dengan Otsus, Belanja Pegawai hanya 16%
Tanpa Otsus, Belanja Pegawai hampir 50%
Tantangan Ruang Fiscal- Kab/Kota;Belanja Personel, terhitung sebesar 70% tahun 2010.
90% belanja di Sektor Pendidikan Kabupaten / Kota terserap untuk belanja pegawai 70% belanja di sektor Kesehatan, Kab/Kota juga untuk belanja pegawai.
Belanja pendidikan perkapita Sabang, 5 kali lebih besar daripada Aceh Timur.
Alokasi belanja pendidikan Langsa, Aceh Singkil dan beberapa kabupaten lainnya pada tahun 2010 lebih kecil daripada tahun 2007
Alokasi belanja kesehatan dan infrastruktur meningkat pada tahun 2010, kecuali beberapa kabupaten.
- 200,000 400,000 600,000 800,000 1,000,000 1,200,000 1,400,000
Kota Sabang
Kab. Gayo Lues
Kota Subulussalam
Kab. Simeulue
Kab. Aceh Singkil
Kab. Aceh Jaya
Kab. Aceh Barat
Kab. Nagan Raya
Kab. Aceh Tengah
Kota Langsa
Kab. Aceh Barat Daya
Kab. Pidie Jaya
Kab. Aceh Tenggara
Kab. Aceh Selatan
Kab. Aceh Pidie
Kota Banda Aceh
Kab. Bener Meriah
Kab. Aceh Tamiang
Kab. Aceh Besar
Kab. Aceh Timur
Kota Lhokseumawe
Kab. Bireuen
Kab. Aceh Utara
Kesehatan
Kesehatan - Sum of 2010 Kesehatan - 2007-
Belanja Infrastruktur di Simeulu, Nagan Raya, Aceh Utara menurun
Belanja Kesehatan secara keseluruhan meningkat, kecualiAceh Besar, Bener Meriah dan Aceh Selatan.
KELUARAN SOSIAL
Pendapatan daerah belum menunjukkan hubungan negatif terhadap tingkat kemiskinan
Alokasi per kapita yang tinggi belum menunjukkan hubungan positif terhadap keluaran (outcome)
Belanja vs. keluaran di bidang Infrastruktur Belanja vs. keluaran di bidang pendidikan
Diperlukan evaluasi dan optimalisasi terhadap belanja intra-sektor (kualitas belanja)
OTSUS ; CURSE OR OPPORTUNITY
Otsus; Daya ungkit ? Alokasi dana Otsus konsisten dengan UUPA, akan tetapi program mix masih harus ditingkatkan.
Alokasi Sektoral Dana Otsus
Skala Kegiatan Dana Otsus Berdasarkan Jumlah Kegiatan- 2,798 kegiatan dibawah Rp.100 juta
Perencanaan; “programming mix” challenges26,5 % output otsus belum berfungsi (2011)
•Dari kegiatan yang sesuai peruntukan dan berfungsi; sekitar 25% belum berfungsi dikarenakan;
a. tidak ada personil yang mengoperasilkan / memadai b. output belum sepenuhnya selesai (bukan multi years project)
Better Spending Mix; Now or Never…
0
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000Lainnya
Industri, pertambangan, energi
Perumahan, Tenaga Kerja, Sosial
Adm Pemerintahan
Pertanian
Pendidikan
Kesehatan
Infrastruktur
Do Nothing; Pemerintah dapat melanjutkan pola alokasi dan programming yang ada..
Adm. Pemerintahan (31%); Lainnya (14%); Infrastruktur (17%); Kesehatan (8.7%); Pendidikan (22%), pertanian (6.2%)
Proyeksi
0
20
40
60
80
100
120
2005-09 2010-2014 (tanpa perubahan)
2010-2014 (Re-alokasi)
Rph
Trili
un
Lainnya
Industri, pertambangan, energi
Perumahan, Tenaga Kerja, Sosial
Adm Pemerintahan
Pertanian
Pendidikan
Kesehatan
Infrastruktur
46%
62%
38%
54%
…atau Pemerintah Daerah dapat melakukan optimalisasi alokasi anggaran (dengan efisiensi dan re-alokasi tambahan anggaran untuk sektor prioritas)
Kesimpulan & Rekomendasi
Effective Alokasi ; Belanja Publik belum sesuai dengan kebutuhuan dan target-target pembangunan. Peningkatan kualitas program dan kegiatan harus diperbaiki.
Penyusunan program dan kegiatan harus berdasarkan basis analisis yang kuat terhadap data dan fakta di lapangan. Diperlukan sumber daya khusus dalam melakukan analisis keuangan daerah secara konsisten dan regular dalam proses penganggaran.
Belum adanya strategi (master plan) yang dapat mengarahkan pelaksanaan Otsus (dalam proses penyusunan); Kriteria program / proyek yang akan didanai oleh Otsus harus segera ditetapkan.
Alokasi dana Otsus perlu diarahkan untuk mendukung kapasitas fiskal yang berkelanjutan (misalnya dengan menerapkan “Hartwick’s Rule,” yang menyebutkan untuk mempertahankan tingkat kemakmuran di masa depan maka pendapatan hasil sumber daya yang terbatas waktu perolehannya harus digunakan untuk pembentukan modal baik modal fisik maupun modal manusia)
Pemerintah propinsi harus memperkuat fungsi monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan Dana Otsus untuk terus memperbaiki alokasi anggaran dan mengukur dampak pelaksanaan program pembangunan.
Kesimpulan & Rekomendasi
TERIMA KASIH