analisis -...
TRANSCRIPT
ANALISISPEMBANGUNAN EKONOMIKABUPATEN BANDUNG 2014
BAPPEDAKABUPATEN BANDUNG
BADAN PUSAT STATISTIKKABUPATEN BANDUNG
Kerjasama:
AP
E K
AB
UPA
TE
N B
AN
DU
NG
Naskah:SeksiStatistikNeracaWilayahdanAnalisisStatistik
BadanPusatStatistikKabupatenBandung
Designgambarkulit:SeksiNeracaWilayahdanAnalisisStatistikBadanPusatStatistikKabupatenBandung
Diterbitkanoleh:BadanPusatStatisitkKabupatenBandung
No.PublikasiUkuranBukuJumlahHalaman
:3204.1466:21cmx29,7cm:98Halaman
AnalisisPembangunanEkonomiKABUPATENBANDUNG
2014
BOLEH MENGUTIP DENGAN MENYEBUTKAN SUMBER
| i
APE Kabupaten Bandung Tahun 2014
KATA PENGANTAR
Dengan memuji Syukur kehadirat Allah SWT, buku Analisis
Pembangunan Ekonomi Kabupaten Bandung Tahun 2014 dapat diselesaikan.
Buku Analisis Pembangunan Ekonomi Kabupaten Bandung Tahun
2014 ini merupakan hasil kerjasama Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten
Bandung dengan Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Kabupaten Bandung. Buku ini mengulas tentang hasil pembangunan
ekonomi di Kabupaten Bandung selama kurun waktu 2014 dengan memuat
data dan informasi indikator makro ekonomi kinerja perekonomian
Kabupaten Bandung.
Data yang digunakan untuk menyusun buku ini bersumber dari
berbagai Dinas, Badan dan Lembaga di tingkat Kabupaten Bandung dan dari
survei-survei yang dilakukan BPS Kabupaten Bandung.
Diharapkan buku ini dapat bermanfaat untuk keperluan penelitian,
evaluasi dan perencanaan pembangunan di wilayah Kabupaten Bandung.
Akhirnya masukan dari berbagai pihak sangat diharapkan sebagai upaya
penyempurnaan publikasi dimasa yang akan datang.
Soreang, Desember 2014
BADAN PUSAT STATISTIK
KABUPATEN BANDUNG
IR. BASWORO WAHYU UTOMO
NIP. 19620405 199003 1 001
| ii
APE Kabupaten Bandung Tahun 2014
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Dengan memanjatkan Puji dan Syukur kepada ALLAH SWT, berkat iradat dan izin-Nya penyusunan buku Analisis Pembangunan Ekonomi Kabupaten Bandung Tahun 2014 dapat diterbitkan. Buku ini untuk pertama kali diterbitkan dan merupakan hasil kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Bandung dengan Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bandung.
Dalam upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Bandung antara lain peningkatan taraf hidup penduduk, pemerataan pendapatan serta perluasan lapangan kerja, maka diperlukan adanya perencanaan pembangunan yang didukung oleh data dan informasi yang lebih lengkap dan akurat. Salah satu bentuk pemenuhan kebutuhan data dan informasi tersebut adalah tersedianya buku Analisis Pembangunan Ekonomi yang berisi data dan informasi tentang indikator makro ekonomi. Buku ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh stakeholders, para pemangku kepentingan di Kabupaten Bandung dalam menyusun perencanaan maupun evaluasi hasil-hasil pembangunan sehingga dapat menghasilkan program pembangunan yang lebih tepat sasaran.
Atas kerjasama semua pihak dalam memberikan data baik data dasar maupun data pendukung sehingga publikasi ini dapat tersusun dengan baik diucapkan terima kasih. Besar harapan mudah-mudahan publikasi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi semua pihak. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Soreang, Desember 2014
BADAN PERECANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KABUPATEN BANDUNG
KEPALA
ERNAWAN MUSTIKA PEMBINA UTAMA MUDA
NIP. 19591230 198503 1 012
| iii
APE Kabupaten Bandung Tahun 2014
Bupati Bandung Kata Sambutan
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Illahi Robbi, dan atas ijin-
Nya penyusunan buku Analisis Pembangunan Ekonomi Kabupaten Bandung
Tahun 2014 dapat diterbitkan. Buku yang berisi publikasi ini merupakan
hasil kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA)
Pemerintah Kabupaten Bandung dengan Badan Pusat Statistik (BPS)
Kabupaten Bandung. Penyusunan buku ini dimaksudkan untuk memenuhi
kebutuhan terhadap indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk
perencanaan dan evaluasi pembangunan ekonomi wilayah.
Evaluasi indikator makro ekonomi ini diharapkan dapat
dimanfaatkan oleh seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) yang
digunakan sebagai bahan evaluasi terhadap hasil-hasil pembangunan dan
juga sebagai sumber data dan informasi untuk menyusun rencana strategi
dan kebijakan perekonomian.
Akhir kata, kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan
dalam menyusun buku ini diucapkan terima kasih. Semoga buku yang berisi
publikasi ini berguna bagi semua pihak.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Soreang, Desember 2014
BUPATI BANDUNG
H. DADANG M. NASER, SH., M.IP
| ii
APE Kabupaten Bandung Tahun 2014
DAFTAR ISI
Kata Pengantar Kepala BPS Kab Bandung i Kata Pengantar Kepala BAPPEDA Kab. Bandung ii Sambutan Bupati Kab. Bandung iii Daftar Isi iv Daftar Tabel v Daftar Grafik vi Daftar Lampiran vii
Bab I Pendahuluan 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Tujuan 3 1.3 Manfaat Analisis Pembangunan Ekonomi 3 1.4 Dasar/Landasan Hukum Pelaksanaan Kegiatan 4 Bab II Konsep dan Metodologi 8 2.1 Pembangunan Ekonomi 8 2.2 Pertumbuhan Ekonomi 9 A. Pengertian 9 B. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 10 C. Metode Perhitungan 11 D. Angka Indeks 12 E. Perhitungan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 14 F. Penghitungan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku 15 Bab III Uraian Sektoral 17 3.1 Sektor Pertanian 19 A. Tanaman Bahan Makanan 19 B. Tanaman Perkebunan 20 C. Kehutanan 20 D. Peternakan dan Hasil-hasilnya 20 E. Perikanan 21 3.2 Sektor Pertambangan dan Penggalian 22 A. Minyak dan Gas Bumi 22 B. Pertambangan Tanpa Gas 22 C. Penggalian 22 3.3 Industri dan Pengolahan 23 A. Industri Migas 23 B. Industri Tanpa Migas 24 3.4 Listrik, Gas dan Air Bersih 25 A. Listrik 25 B. Air Bersih 25
| iii
APE Kabupaten Bandung Tahun 2014
3.5 Bangunan 26 3.6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 26 A. Perdagangan Besar dan Eceran 26 B. Hotel 27 C. Restoran 27 3.7 Pengangkutan dan Komunikasi 28 A. Pengangkutan 28 B. Komunikasi 30 3.8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 31 A. Bank 31 B. Lembaga Keuangan Bukan Bank 31 C. Jasa Penunjang Keuangan 31 D. Sewa Bangunan 32 E. Jasa Perusahaan 32 3.9 Jasa-jasa 33 A. Pemerintahan Umum 33 B. Swasta 33 Bab IV Pembangunan Ekonomi Kabupaten Bandung 37 4.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 38 4.2. Pertumbuhan Ekonomi 41 4.3. Struktur Ekonomi 46 4.4. PDRB Per Kapita 49 4.5. Tingkat Inflasi 52 BAB V Analisis Sektoral 56 5.1. Sektor Pertanian 56 5.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian 60 5.3. Sektor Industri Pengolahan 62 5.4 Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih 64 5.5 Sektor Bangunan/Konstruksi 65 5.6 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran 66 5.7 Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 68 5.8 Sektor Keuangan,Persewaan dan Jasa Perusahaan 70 5.9 Sektor Jasa-Jasa 72
Bab VI Posisi Pembangunan Ekonomi Kab. Bandung di Kawasan Metropolitan Bandung
77
6.1. Kawasan Metropolitan Bandung 77 6.2. Pertumbuhan Ekonomi 78 6.3. Kontribusi Sektor Unggulan 79 6.4. Tingkat Kesejahteraan 82
| iv
APE Kabupaten Bandung Tahun 2014
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 PDRB Kabupaten Bandung Tahun 2009 - 2014
38
Tabel 4.2 PDRB Kabupaten Bandung ADH Berlaku dan Konstan Tahun 2013-2014
40
Tabel 4.3 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bandung Tahun 2010 - 2014
45
Tabel 4.4 Peranan NTB Atas Dasar Harga Berlaku Setiap Kelompok Sektor dalam Perekonomian Kabupaten Bandung Tahun 2012-2014
49
Tabel 4.5 Inflasi Produk Domestik Bruto Kabupaten Bandung Tahun 2012-2014
53
Tabel 5.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pertanian Kabupaten Bandung Tahun 2014
56
Tabel 5.2 Kontribusi Sektor Pertanian Kabupaten Bandung Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2014
57
Tabel 5.3 Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pertambangan dan Penggalian Kabupaten Bandung Tahun 2014
60
Tabel 5.4 Kontribusi Sektor Pertambangan dan Penggalian Kabupaten Bandung Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2014
61
Tabel 5.5 Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektor Industri Pengolahan Kabupaten Bandung Tahun 2014
62
Tabel 5.6 Kontribusi Sektor Industri Pengolahan Kabupaten Bandung Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2014
63
Tabel 5.7 Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih Kabupaten Bandung Tahun 2014
64
Tabel 5.8 Kontribusi Sektor Listrik , Gas dan Air Bersih Kabupaten Bandung Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2014
65
| v
APE Kabupaten Bandung Tahun 2014
Tabel 5.9 Laju Pertumbuhan Ekonomi dan Kontribusi Sektor Bangunan Kabupaten Bandung Tahun 2014
66
Tabel 5.10 Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Kabupaten Bandung Tahun 2014
67
Tabel 5.11 Kontribusi Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Kabupaten Bandung Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2014
67
Tabel 5.12 Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Kabupaten Bandung Tahun 2014
69
Tabel 5.13 Kontribusi Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Tahun 2014Kabupaten Bandung Atas Dasar Harga Berlaku
69
Tabel 5.14 Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Kabupaten Bandung Tahun 2014
71
Tabel 5.15 Kontribusi Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Kabupaten Bandung Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2014
71
Tabel 5.16 Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektor Jasa-Jasa Kabupaten Bandung Tahun 2014
73
Tabel 5.17 Kontribusi Sektor Jasa-jasa Kabupaten Bandung Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2014
73
Tabel 6.1 Kontribusi Sektor Ekonomi di Kawasan Metropolitan Bandung Tahun 2013
80
Tabel 6.2 Pendapatan Per Kapita ADH Berlaku di Kawasan Metropolitan Bandung Tahun 2011 - 2013
82
| vi
APE Kabupaten Bandung Tahun 2014
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 PDRB Kabupaten Bandung Tahun 2008-2014 39
Grafik 4.2 LPE Kabupaten Bandung Tahun 2001 - 2014 42
Grafik 4.3 LPE Kabupaten Bandung Tahun 2014 43
Grafik 4.4 LPE Kabupaten Bandung Tahun 2013 - 2014 44
Grafik 4.5 Struktur Ekonomi Kabupaten Bandung Tahun 2014 47
Grafik 4.6 Peranan Kelompok Sektor Ekonomi Kabupaten Bandung Tahun 2014
48
Grafik 4.7 PDRB Per Kapita Kabupaten Bandung Tahun 2010-2014
50
Grafik 4.8 Pendapatan Per Kapita Penduduk Kabupaten Bandung Tahun 2014
51
Grafik 4.9 Inflasi Produk Domestik Bruto Kabupaten Bandung Tahun 2001 - 2014
52
Grafik 6.1 Posisi Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kawasan Metropolitan Bandung Tahun 2013
78
Grafik 6.2 Posisi PDRB Per Kapita di Kawasan Metropolitan Bandung Tahun 2013
83
| vii
APE Kabupaten Bandung Tahun 2014
DAFTAR LAMPIRAN
Tabel 1.1 Produk Domestik Regional Bruto ADH Berlaku Kabupaten Bandung Tahun 2014
85
Tabel 1.2 Produk Domestik Regional Bruto ADH Konstan Tahun 2000 Kabupaten Bandung Tahun 2014
86
Tabel 2.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi PDRB ADH Berlaku Kabupaten Bandung Tahun 2014
87
Tabel 2.2 Laju Pertumbuhan Ekonomi PDRB ADH Konstan Tahun 2000 Kabupaten Bandung Tahun 2014
88
Tabel 3.1 Distribusi Persentase PDRB ADH Berlaku Kabupaten Bandung Tahun 2014
89
Tabel 3.2 Distribusi Persentase PDRB ADH Konstan Tahun 2000 Kabupaten Bandung Tahun 2014
90
Tabel 4.1 Indeks Implisit PDRB Kabupaten Bandung Tahun 2014
91
Tabel 4.2 Inflasi PDRB Kabupaten Bandung Tahun 2014 92
| 1
APE Kabupaten Bandung Tahun 2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total
dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan
penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur
ekonomi suatu negara dan pemerataan pendapatan bagi penduduk suatu
negara. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi lebih bersifat
kualitatif, bukan hanya pertambahan produksi, tetapi juga terdapat
perubahan-perubahan dalam struktur produksi dan alokasi input pada
berbagai sektor perekonomian seperti dalam lembaga, pengetahuan, sosial
dan teknik. Adapun Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan
kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk
kenaikan pendapatan. Indikator keberhasilan pertumbuhan ekonomi lebih
bersifat kuantitatif, yaitu adanya kenaikan dalam standar pendapatan dan
tingkat output produksi yang dihasilkan.
Dengan demikian antara pembangunan ekonomi tidak dapat lepas dari
pertumbuhan ekonomi (economic growth) dimana pembangunan ekonomi
mendorong pertumbuhan ekonomi atau sebaliknya, pertumbuhan ekonomi
memperlancar proses pembangunan ekonomi.
Selanjutnya pembangunan ekonomi diartikan sebagai suatu proses
yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk meningkat dalam
jangka panjang. Di sini terdapat tiga elemen penting yang berkaitan dengan
pembangunan ekonomi. Elemen pertama adalah pembangunan sebagai
suatu proses yang artinya bahwa pembangunan merupakan suatu tahap
yang harus dijalani oleh setiap masyarakat atau bangsa. Elemen kedua
adalah pembangunan sebagai suatu usaha untuk meningkatkan pendapatan
perkapita. Sebagai suatu usaha, pembangunan merupakan tindakan aktif
yang harus dilakukan oleh suatu negara dalam rangka meningkatkan
pendapatan perkapita. Dengan demikian, sangat dibutuhkan peran serta
| 2
APE Kabupaten Bandung Tahun 2014
masyarakat, pemerintah, dan semua elemen yang terdapat dalam suatu
negara untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembangunan. Hal ini
dilakukan karena kenaikan pendapatan perkapita mencerminkan perbaikan
dalam kesejahteraan masyarakat. Elemen ketiga adalah peningkatan
pendapatan perkapita harus berlangsung dalam jangka panjang. Suatu
perekonomian dapat dinyatakan dalam keadaan berkembang apabila
pendapatan perkapita dalam jangka panjang cenderung meningkat. Hal ini
tidak berarti bahwa pendapatan perkapita harus mengalami kenaikan terus
menerus.
Sebagaimana telah diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 25
Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional Bab VII
Pasal 31, yang menyatakan bahwa perencanaan pembangunan didasarkan
pada data/informasi yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan serta
Pasal 13 ayat 1 Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 54 tahun 2010,
menyatakan bahwa: “Penyusunan rencana pembangunan daerah
menggunakan data dan informasi perencanaan pembangunan daerah, serta
rencana tata ruang”. Pernyataan tersebut merupakan hal yang sangat
penting bagi pengambil kebijakan/keputusan karena kebijakan/keputusan
yang berkualitas tergantung dari data/informasi akurat, terintegrasi dan
dapat dipertanggungjawabkan. Data dan informasi statistik merupakan salah
satu instrumen analisis bahan evaluasi pelaksanaan perencanaan
pembangunan daerah serta bahan penentuan/perumusan kebijakan dan
perencanaan pembangunan daerah. Untuk memperoleh data dan informasi
tersebut, Pemerintah Kabupaten Bandung memandang perlu adanya
kegiatan Pengolahan, Updating dan Analisis Data Statistik Daerah yang
meliputi pekerjaan penyusunan Analisis Pembangunan ekonomi (APE) tahun
2014. Pekerjaan Penyusunan APE ini untuk mendapatkan gambaran
perkembangan makro ekonomi di Kabupaten Bandung dan gambaran sejauh
mana dampak pembangunan ekonomi yang dilaksanakan terhadap
peningkatan kualitas dan kesejahteraan penduduk di Kabupaten Bandung
Mengingat hubungan yang tidak dapat dipisahkan antara pembangunan
ekonomi dengan pertumbuhan ekonomi, maka untuk mengetahui tingkat
| 3
APE Kabupaten Bandung Tahun 2014
keberhasilan pembangunan ekonomi di Kabupaten Bandung Tahun 2014
menggunakan idikator dari pertumbuhan ekonomi yaitu dari penghitungan
seluruh kegiatan ekonomi selama kurun waktu 2014 yang tertuang dalam
nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Seperti halnya analisis PDRB
pembahasan meliputi angka absolut, laju pertumbuhan, struktur ekonomi,
inflasi PDRB dan PDRB perkapita.
1.2. Tujuan
Tujuan penyusunan Analisis Pembangunan Ekonomi tahun 2014 adalah
sebagai berikut:
1. Mendapatkan perkembangan indikator makro ekonomi di Kabupaten
Bandung tahun 2014;
2. Sebagai bahan untuk menetapkan kebijakan pemerintah daerah
Kabupaten Bandung dalam rangka meningkatkan kualitas
penyelenggaraan pemerintahan dan perencanaan pembangunan secara
berkesinambungan;
4. Memperoleh umpan balik (feed back) dari pelaksana urusan/sektor
pembangunan masing – masing satuan kerja perangkat daerah (SKPD);
5. Dapat memberikan informasi capaian hasil kinerja pembangunan
Kabupaten Bandung kepada masyarakat;
1.3. Manfaat Analisis Pembangunan Ekonomi
Manfaat Penyusunan APE adalah :
1. Untuk mengetahui gambaran struktur perekonomian potensinya di
wilayah Kabupaten Bandung.
2. Dapat diketahuinya gambaran daya beli masyarakat Kabupaten
Bandung.
3. Sebagai dasar penyusunan perencanaan program/kegiatan
perencanaan pembangunan terutama bidang ekonomi.
5. Dapat digunakan sebagai bahan pengendalian dan evaluasi hasil dari
perencanaan pembangunan.
| 4
APE Kabupaten Bandung Tahun 2014
1.4. Dasar/Landasan Hukum Pelaksanaan Kegiatan
Peraturan Perundangan-Undangan yang melatarbelakangi Kegiatan
Pekerjaan Penyusunan APE diantaranya adalah :
1. Undang-Undang RI nomor 16 tahun 1997 tentang Statistik;
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
(Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4286);
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4355);
4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional;
5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, tambahan Lembaran
Negara 4437) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran
Negara Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor
4844);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 140,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4578);
7. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
8. Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua
Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah;
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun
2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
| 5
APE Kabupaten Bandung Tahun 2014
10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang
Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;
11. Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan barang/jasa
Pemerintah nomor 14 tahun 2012 tentang petunjuk teknis Peraturan
Presiden nomor 70 tahun 2012 tentang perubahan kedua atas
Peraturan Presiden nomor 54 tahun 2010 tentang pengadaan
barang/jasa pemerintah;
12. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 2 Tahun 2007 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Tahun 2007 Nomor
2);
13. Peraturan Derah Kabupaten Bandung Nomor 3 Tahun 2007 tentang
Pengelolaan Barang Milik Daerah (Lembaran Daerah Tahun 2007
Nomor 3);
14. Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2014 tentang Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah Tahun 2014
15. Peraturan Bupati Bandung Nomor 9 Tahun 2008 tentang Sistem dan
Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Tahun
2008 Nomor 9);
16. Peraturan Bupati Bandung Nomor 27 tahun 2014 tentang Penjabaran
APBD Kabupaten Bandung Tahun 2014;
17. Keputusan Bupati Bandung Nomor 027/Kep.516-Pemb/2013 Tanggal
01 November 2013 tentang Standar Biaya Belanja Daerah Pemerintah
Kabupaten Bandung Tahun Anggaran 2014;
18. Keputusan Bupati Bandung nomor 954/Kep.193-BAPPEDA/2014
tanggal 28 Februari 2014 tentang Penunjukan Pengelola Keuangan
Daerah pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten
Bandung Tahun Anggaran 2014.
19. Keputusan Kepala BAPPEDA Kabupaten Bandung selaku Pejabat
Pengguna Anggaran/Pengguna Barang nomor 900/72A-Sekret/2014,
tanggal 3 Maret 2014 tentang Perubahan atas Keputusan Kepala
| 6
APE Kabupaten Bandung Tahun 2014
Bappeda Kabupaten Bandung Nomor 900/25B-Sekret/2014 tentang
Penunjukan Pejabat Penatausahaan Keuangan, Pejabat Pelaksana
Teknis Kegiatan/Pejabat Pembuat Komitmen, Pejabat
Pengadaan/Panitia Pengadaan Barang dan Jasa, Pejabat/Panitia
Penerima/Pemeriksa Hasil Pekerjaan/Kegiatan, dan Pembantu
Bendahara Pengeluaran (Kasir, Pembuat Dokumen Pengeluaran dan
Pengurusan Gaji), pada BAPPEDA Kabupaten Bandung Tahun Anggaran
2014;
20. Kesepakatan bersama antara Pemerintah Kabupaten Bandung dengan
Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bandung tentang penyusunan
indikator makro perstatistikan nomor 074/Perj.01-BAPPEDA/
2012/320.40.3.08 pada tanggal 14 Februari 2012
21. Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) BAPPEDA nomor 1.06 01 00 00 5 1 Kabupaten Bandung Tahun
2014.
| 8
APE Kabupaten Bandung Tahun 2014
BAB II
KONSEP DAN METODOLOGI
2 . 1 . P e m b a n g u n a n E k o n o m i
Pembangunan didefinisikan sebagai suatu orientasi dan kegiatan usaha
yang tanpa akhir yang di dalamnya terjadi adanya proses yang dapat
bergerak maju baik atas kekuatan sendiri maupun tergantung pada manusia
atau struktur sosial. Arti pembangunan, menurut Siagian (1994) adalah
sebagai “Suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan
yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan
pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation
building)”.
Arti dari Pembangunan ekonomi adalah suatu rangkaian proses
kegiatan yang dilakukan oleh suatu Negara untuk mengembangkan kegiatan
atau aktivitas ekonomi untuk meningkatkan taraf hidup/kemakmuran
(Income per capita) dalam jangka panjang. Menurut Mellor (1987;81),
pembangunan ekonomi didefinisikan sebagai suatu proses yang dengannya
perekonomian diubah dari apa yang sebagian besar pedesaan dan pertanian
menjadi sebagian besar perkotaan, industri, dan jasa–jasa. Jadi inti dari
pembangunan ekonomi adalah adanya pertumbuhan ekonomi. Adapun
Arsyad (1999), mendefinisikan Pembangunan Ekonomi didefinisikan sebagai
untuk proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil per-kapita
penduduk suatu negara dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan
system kelembagaan.
Adapun definisi konvensional dari pembangunan ekonomi adalah
menekankan pada peningkatan pendapatan per kapita (income per capita)
yaitu menekankan pada kemampuan suatu negara untuk meningkatkan
output yang dapat melebihi pertumbuhan penduduk. Definisi pembangunan
konvensional ini sering dikaitkan dengan sebuah strategi mengubah struktur
suatu negara atau sering kita kenal dengan industrialisasi. Industrialisasi
| 9
APE Kabupaten Bandung Tahun 2014
yang diiringi dengan eksploitasi sumberdaya alam dinilai dapat
meningkatkan income per capita suatu negara.
Pembangunan ekonomi tak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi
(economic growth). Pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan
ekonomi, begitu pula sebaliknya, pertumbuhan ekonomi memperlancar
proses pembangunan ekonomi
Dengan demikian, dalam pengukuran Analisis Pembangunan Ekonomi
(APE) Kabupaten Bandung Tahun 2014 didekati oleh pertumbuhan ekonomi
di wilayah Kabupaten Bandung pada kurun waktu tertentu yang di
gambarkan oleh hasil penghitungan dari Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB). PDRB adalah total nilai tambah bruto seluruh produksi barang dan
jasa yang diproduksi oleh suatu wilayah pada suatu periode waktu tertentu.
2 . 2 . P e r t u m b u h a n E k o n o m i
A . P e n g e r t i a n
Pertumbuhan ekonomi didefinisikan sebagai proses kenaikan kapasitas
produksi yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional
(kuantitatif). Suatu Negara/region dikatakan mengalami pertumbuhan
ekonomi apabila terjadi peningkatan nilai PDB/PDRB nya riil di
Negara/regional tersebut.
Dengan demikian pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai
pertumbuhan dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang merupakan
hasil penjumlahan dari seluruh nilai tambah (value added) produksi barang
dan jasa dari seluruh kegiatan perekonomian di suatu wilayah pada suatu
periode waktu tertentu. Ada dua literature yang mengatakan bahwa ada dua
indikator dalam mengukur pembangunan ekonomi dengan pendapatan
perkapita yang diukur dari PDRB perkapita dan Laju Pertumbuhan Ekonomi
(LPE) yang diukur dari laju pertumbuhan PDRB.
| 10
APE Kabupaten Bandung Tahun 2014
Mengukur tingkat keberhasilan pembangunan suatu masyarakat atau
bangsa diperlukan tolok ukur dengan indikator-indikator yang sesuai dengan
pengertian yang tersirat dalam konsep dan definisi dari pembangunan yang
dilaksanakan.
Definisi antara pembangunan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi
memiliki arti yang berbeda dimana pembangunan ekonomi menitikberatkan
pada perkembangan pendapatan per kapita namun pertumbuhan ekonomi
menitikberatkan pada perkembangan fisik produksi barang dan jasa. Namun
demikian, kedua-duanya menerangkan mengenai perkembangan ekonomi
yang berlaku. Hubungan antara pembangunan ekonomi dan pertumbuhan
ekonomi adalah indikator pertumbuhan selalu digunakan sebagai suatu
ungkapan umum yang menggambarkan tingkat perkembangan ekonomi
suatu negara/region yang diiukur melalui persentasi pendapatan riil.
B . P r o d u k D o m e s t i k R e g i o n a l B r u t o ( P D R B )
Beberapa definisi yang berkaitan dengan penghitungan Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) yaitu output, biaya antara dan nilai tambah
bruto. Output (nilai produksi) adalah nilai barang dan jasa yang dihasilkan
dalam suatu periode waktu tertentu. Pada dasarnya output merupakan
perkalian kuantum produksi dengan harganya. Biaya Antara adalah nilai
barang dan jasa yang dipakai dalam proses produksi dimana barang dan jasa
tersebut dapat berubah bentuk maupun yang habis pakai dalam proses
produksi. Adapun Nilai Tambah Bruto (NTB) merupakan pengurangan dari
nilai output yang dinilai atas dasar harga produsen dengan biaya antaranya
yang dinilai atas dasar harga pembeli setelah dikurangi dengan PPN.
PDRB dihitung atas dasar harga berlaku dan atas harga konstan. PDRB
atas dasar harga berlaku merupakan nilai tambah barang dan jasa yang
Output Biaya Antara NTB
| 11
APE Kabupaten Bandung Tahun 2014
dihitung menggunakan harga yang berlaku pada tahun berjalan, sementara
PDRB atas dasar harga konstan dihitung dengan menggunakan harga pada
tahun tertentu sebagai tahun dasar, dalam perhitungan ini digunakan tahun
2000 sebagai tahun dasar.
PDRB atas dasar harga berlaku digunakan untuk melihat pergeseran
struktur ekonomi dan gambaran perekonomian pada tahun berjalan,
sedangkan PDRB atas dasar harga konstan digunakan untuk melihat
pertumbuhan ekonomi suatu wilayah baik secara keseluruhan maupun
sektoral.
C . M e t o d e P e r h i t u n g a n
Penghitungan Produk Domestik Regional Bruto dapat dilakukan dengan
dua cara yaitu metode langsung dan metode tidak langsung. Metode langsung
adalah metode perhitungan dengan menggunakan data yang bersumber dari
daerah yang bersangkutan, sedangkan metode tidak langsung adalah metode
perhitungan pendapatan regional dengan cara mengalokasikan angka
pendapatan regional (nilai tambah) provinsi ke setiap daerah
kabupaten/kota dengan menggunakan alokator tertentu seperti nilai produk
bruto sektor, jumlah produksi, tenaga kerja, penduduk dan alokator lainnya
yang sesuai.
Penghitungan PDRB dengan metode langsung menggunakan tiga
pendekatan yaitu pendekatan produksi, pendekatan pendapatan dan
pendekatan pengeluaran. Pada penyusunan publikasi PDRB ini metode
penghitungan yang digunakan adalah metode langsung dengan pendekatan
produksi
Pendekatan Produksi
Pendekatan dari segi produksi adalah menghitung nilai tambah dari
barang dan jasa yang diproduksi oleh seluruh kegiatan ekonomi
dengan cara mengurangi output dari masing-masing sektor atau sub
sektor dengan biaya antaranya.
Nilai tambah merupakan nilai yang ditambahkan pada barang dan
jasa yang dihasilkan oleh unit produksi dalam proses produksi dari
| 12
APE Kabupaten Bandung Tahun 2014
input antara yang dikeluarkan untuk menghasilkan barang dan jasa
tersebut.
Pendekatan Pendapatan
Dalam pendekatan pendapatan, nilai tambah dari setiap kegiatan
ekonomi dihitung dengan jalan menjumlahkan semua balas jasa
faktor produksi yaitu upah dan gaji, surplus usaha (bunga, sewa
tanah dan keuntungan), penyusutan dan pajak tidak langsung neto.
Untuk sektor pemerintahan dan usaha-usaha yang sifatnya tidak
mencari untung, surplus usaha tidak diperhitungkan.
Pendekatan Pengeluaran
Pada pendekatan dari segi pengeluaran, Produk Domestik Regional
dihitung dengan cara menghitung berbagai komponen pengeluaran
akhir yang membentuk Produk Domestik Regional Bruto tersebut.
Secara umum pendekatan pengeluaran dapat dilakukan
melalui pendekatan penawaran yang terdiri dari metode arus
barang dan metode penjualan eceran atau pendekatan
permintaan yang terdiri dari pendekatan survei pendapatan dan
pengeluaran rumah tangga, metode data anggaran belanja,
metode balance sheet dan metode statistik perdagangan luar negeri.
D . A n g k a I n d e k s
Angka indeks pada dasarnya merupakan suatu nilai atau angka yang
dibuat sedemikian rupa sehingga dapat digunakan untuk melakukan
perbandingan antara suatu nilai/harga/volume/kualitas selama satu periode
waktu tertentu.
Ciri khas dari angka indeks ini adalah perhitungan rasio (pembagian),
di mana hasil rasio tersebut selalu dikalikan dengan bilangan 100 untuk
menunjukkan perubahan tersebut dalam persentase. Dengan demikian, basis
dari angka indeks apapun selalu 100.
| 13
APE Kabupaten Bandung Tahun 2014
• I N D E K S P R O D U K S I
Indeks produksi merupakan perbandingan volume produksi berjalan
dengan sebelumnya.
𝐼𝐼𝑘,𝑠 =𝑄𝑘,𝑡
𝑄𝑘,𝑡−1𝑥 100
Dimana :
IP k, s : Indeks Produksi Komoditi k pada tahun t
Q : Volume Produksi
K : Komoditi
t : Tahun berjalan (t), tahun sebelumnya (t-1)
Nilai indeks produksi merupakan dasar penghitungan Indeks
Produksi Sektor (IPS) dengan rumus sebagai berikut :
𝐼𝐼𝐼𝑖,𝑡 =∑ 𝐼𝐼𝑘,𝑡𝑥𝑁𝑁𝑁𝑁𝑘,𝑡−1𝑛𝑘=1∑ 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑘,𝑡−1𝑛𝑘=1
Dimana :
IPSi,s : Indeks Produksi Sektor i pada tahun t
NTBK : Nilai Tambah Bruto Atas Dasar Harga Konstan
Sektor yang menggunakan pendekatan indeks produksi adalah sektor
pertanian, sektor penggalian, sektor industri pengolahan dan sektor listrik,
gas dan air bersih.
• I N D E K S P E N J U A L A N
Indeks penjualan merupakan perbandingan volume penjualan berjalan
dengan sebelumnya.
𝐼𝐼𝐼𝑘,𝑡 =𝑄𝑘,𝑠
𝑄𝑘,𝑡−1𝑥100
Dimana :
| 14
APE Kabupaten Bandung Tahun 2014
Nilai indeks penjualan merupakan dasar penghitungan untuk Indeks
Penjualan Sektor (IPjS) :
𝐼𝐼𝐼𝐼𝑖,𝑡 =∑ 𝐼𝐼𝑘,𝑡𝑥𝑁𝑁𝑁𝑁𝑘,𝑡−1𝑛𝑘=1∑ 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑘,𝑡−1𝑛𝑘=1
Dimana :
Sektor yang menggunakan pendekatan indeks penjualan adalah sektor
bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan
komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dan sektor
jasa-jasa.
E . P e n g h i t u n g a n P D R B A t a s D a s a r H a r g a K o n s t a n
Pada PDRB atas dasar harga konstan semua agregat pendapatan dinilai
atas dasar harga yang terjadi pada tahun dasar, pada publikasi ini digunakan
tahun 2000 sebagai tahun dasar.
Nilai Tambah Bruto atas dasar Harga Konstan (NTBK) per sektor yang
akan digunakan untuk penghitungan PDRB atas dasar harga konstan dapat
dicari dengan rumus sbb :
𝑁𝑁𝑁𝑁𝑖,𝑡 =𝑁𝑁𝑁𝑁𝑖,𝑡𝑠−1𝑥𝐼𝐼𝐼𝑖,𝑡
100
IPj k, s : Indeks Penjualan Komoditi k pada tahun t
Q : Volume Produksi
K : Komoditi
t : Tahun berjalan (t), tahun sebelumnya (t-1)
IPJS i,t : Indeks Penjualan Sektor i pada tahun t
NTBK : Nilai Tambah Bruto Atas Dasar Harga Konstan
| 15
APE Kabupaten Bandung Tahun 2014
Dimana :
NTBKi,t : Nilai Tambah Bruto adh Konstan Sektor i pada tahun t.
NTBKi,t-1 : Nilai Tambah Bruto adh Konstan Sektor i pada tahun sebelumnya (t-1)
IPSi,t : Indeks Produksi Sektor i pada tahun t atau Indeks Penjualan Sektor i pada tahun t
F . P e n g h i t u n g a n P D R B A t a s D a s a r H a r g a B e r l a k u
Dalam perhitungan PDRB atas dasar harga berlaku, semua agregat
pendapatan dinilai atas dasar harga berlaku pada tahun berjalan.
Untuk mendapatkan Nilai Tambah Bruto atas dasar harga Berlaku
(NTBB) guna perhitungan PDRB atas dasar harga berlaku digunakan rumus
sebagai berikut :
𝑁𝑁𝑁𝑁𝑖,𝑡 =𝑁𝑁𝑁𝑁𝑖,𝑡−1𝑥𝐼𝐼𝑖,𝑡
100
Dimana :
NTBB i,t : Nilai Tambah Bruto adh Berlaku Sektor i pada tahun t.
NTBKi,t-1 : Nilai Tambah Bruto adh Konstan Sektor i pada tahun sebelumnya t-1
IH i,t : Indeks Harga Sektor i pada tahun t
| 17
APE Kabupaten Bandung Tahun 2014
BAB III
URAIAN SEKTOR
Dalam perhitungan Analisis Pembangunan Ekonomi yang dengan
menggunakan indikator PDRB tahun 2014 masih berpedoman pada SNA
1968 dengan jumlah lapangan usaha (sektor) sebanyak 9 (sembilan).
Lapangan Usaha (sektor) tersebut adalah Pertanian, Pertambangan dan
Penggalian, Industri pengolahan; Listrik Gas dan Air bersih, Konstruksi,
Perdagangan Hotel dan Restoran, Pengangkutan dan Komunikasi, Jasa
Keuangan dan Jasa-jasa. Kesembilan sektor tersebut terbagi lagi menjadi 25
sub sektor dengan rincian sebagai berikut:
1. Sektor Pertanian terbagi menjadi 5 sub sektor yaitu:
A. Sub Sektor Tanaman Bahan Makanan
B. Sub Sektor Tanaman Perkebunan
C. Sub Sektor Kehutanan
D. Sub Sektor Peternakan
E. Sub Sektor Perikanan
2. Pertambangan dan Penggalian terbagi menjadi 3 sub sektor yaitu:
A. Sub Sektor Minyak dan Gas Bumi
B. Sub Sektor Non Migas
C. Sub Sektor Penggalian
3. Industri Pengolahan terbagi menjadi 2 sub sektor yaitu:
A. Sub Sektor Industri Migas
i. Pengilangan Minyak
ii. Gas Alam Cair
B. Sub Sektor Industri Tanpa Migas
4. Listrik, Gas dan Air Minum terbagi menjadi 3 sub sektor yaitu:
A. Sub Sektor Listrik
B. Sub Sektor Gas
C. Sub Sektor Air Minum
5. Bangunan dan Konstruksi
| 18
APE Kabupaten Bandung Tahun 2014
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran terbagi menjadi 3 sub sektor yaitu:
A. Sub Sektor Perdagangan Besar dan Eceran
B. Sub Sektor Hotel
C. Sub Sektor Restoran / Rumah Makan
7. Pengangkutan dan Komunikasi terbagi menjadi 2 sub sektor yaitu:
1. Sub Sektor Angkutan terbagi dalam :
i. Pengangkutan Kereta Api
ii. Pengangkutan Darat
iii. Pengangkutan Udara
iv. Pengangkutan Laut
v. Pengangkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan
vi. Jasa Penunjang Angkutan
2. Sub Sektor Komunikasi terbagi dalam :
i. Telkom dan Pos Giro
ii. Jasa Penunjang Komunikasi
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan terbagi menjadi 5 sub sektor
yaitu:
A. Sub Sektor Bank
B. Sub Sektor Lembaga Keuangan Tanpa Bank
C. Sub Sektor Jasa Penunjang Keuangan
D. Sub Sektor Sewa Bangunan
E. Sub Sektor Jasa Perusahaan
9. Jasa-Jasa terbagi menjadi 2 sub sektor yaitu:
A. Sub Sektor Pemerintahan Umum
B. Sub Sektor Swasta
i. Jasa Sosial dan Kemasyarakatan
ii. Jasa Hiburan dan Rekreasi
iii. Jasa Perorangan dan Rumahtangga
Dalam penghitungan PDRB Kabupaten Bandung Tahun 2014 ada
beberapa sub sektor yang tidak dihitung maupun tidak dihitung secara
tersendiri namun bergabung dengan sektor lainnya. Sub sektor tersebut
adalah sub sektor pertambangan Non Migas dan sub setor gas dikarenakan
| 19
APE Kabupaten Bandung Tahun 2014
aktivitas ekonomi sub sektor ini tidak ada di Kab Bandung. Hal yang sama
untuk sektor jasa penunjang keuangan yang masuk dalam sub sektor lain
namun masih dalam sektor jasa keuangan. Adapun untuk sektor komunikasi
tidak dibagi menjadi sub sektor telkom dan pos giro dan sub sektor jasa
penunjang komunikasi namun dijadikan satu menjadi di dalam sektor
komunikasi.
Rincian ruang lingkup dan sumber data dari masing masing sub sektor
dalam penghitungan PDRB diuraikan sebagai berikut:
3 . 1 S e k t o r P e r t a n i a n
Ruang lingkup sektor pertanian mencakup segala pengusahaan dan
pemanfaatan benda/barang biologis (hidup) yang didapat dari alam dimana
hasilnya akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup atau usaha
lainnya, baik untuk kepentingan sendiri maupun pihak lain, tidak termasuk
kegiatan yang tujuannya untuk hobi.
Kegiatan pertanian pada umumnya meliputi usaha bercocok tanam,
pemeliharaan ternak, penangkapan ikan dan pengambilan hasil laut,
penebangan kayu dan pengambilan hasil hutan serta perburuan binatang
liar.
Sektor pertanian meliputi 5 sub sektor yaitu sub sektor tanaman bahan
makanan, tanaman perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan.
A . T a n a m a n B a h a n M a k a n a n
Sub sektor ini meliputi kegiatan penyiapan dan pelaksanaan
penanaman, pembibitan, pemeliharaan dan pemanenan hasil-hasil pertanian
tanaman pangan seperti padi, jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang
tanah, kacang hijau, kacang kedelai, buah-buahan dan sayur-sayuran.
Sumber Data :
1. BPS Kabupaten Bandung.
2. Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Bandung.
| 20
APE Kabupaten Bandung Tahun 2014
B . T a n a m a n P e r k e b u n a n
Sub sektor tanaman perkebunan meliputi tanaman perkebunan rakyat
dan tanaman perkebunan besar.
Tanaman perkebunan rakyat adalah suatu usaha tanaman perkebunan
yang dilakukan oleh rakyat secara individu dengan luas areal tanaman
kurang dari 25 hektar. Tanaman perkebunan besar adalah suatu usaha
tanaman perkebunan yang dilaksanakan oleh perusahaan atau oleh rakyat
yang luas arealnya lebih besar atau sama dengan 25 hektar.
Komoditi yang dicakup meliputi antara lain cengkeh, kapok, kelapa,
kina, kopi, teh, lada, tembakau, pinang serta tanaman perkebunan lainnya.
Sumber Data :
1. BPS Kabupaten Bandung.
2. Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Bandung.
C . K e h u t a n a n
Sub sektor ini meliputi usaha di areal hutan berupa penebangan kayu,
pengambilan getah, daun-daunan, akar dan kulit kayu, bambu, rotan, arang
dan perburuan binatang hutan. Termasuk juga kayu dan bambu yang berasal
dari areal non hutan seperti yang ditanam petani di kebun atau di
pekarangan rumah.
Sumber Data :
1. BPS Kabupaten Bandung.
2. Perum Perhutani Provinsi Jawa Barat.
D . P e t e r n a k a n d a n H a s i l - h a s i l n y a
Sub sektor ini mencakup semua kegiatan pembibitan dan budidaya
segala jenis ternak (besar dan kecil) dan unggas dengan tujuan untuk
dikembangbiakan, dibesarkan, dipotong dan diambil dagingnya maupun
untuk dimanfaatkan hasil-hasilnya, baik yang dilakukan oleh rakyat maupun
perusahaan peternakan. Jenis ternak yang dicakup adalah sapi, kerbau,
| 21
APE Kabupaten Bandung Tahun 2014
kabing, babi, kuda, ayam, itik, telur ayam, telur itik, susu sapi serta hewan
ternak lainnya.
Produksi ternak adalah jumlah ternak lahir ditambah dengan
pertambahan berat badan atau penggemukkan dan hasil-hasil ternak lainnya
seperti telur dan bulu. Akan tetapi data pertambahan berat badan atau
penggemukan tersebut tidak bisa diperoleh, sehingga khusus untuk sub
sektor peternakan, penghitungan produksinya di dalam memperkirakan
produksi ternak tetapi diperoleh melalui suatu rumus persamaan:
Jumlah pemotongan + Populasi akhir tahun – Populasi awal tahun +
Ekspor – Impor
Sumber Data :
1. BPS Kabupaten Bandung.
2. Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bandung.
E . P e r i k a n a n
Sub sektor ini meliputi segala pengusahaan perikanan yang mencakup
usaha penangkapan, pembenihan, pengambilan maupun pemeliharaan segala
jenis ikan dan hasil-hasilnya baik yang berada di air tawar maupun di air
asin. Termasuk pengolahan sederhana seperti pengasinan atau pengeringan
ikan yang dilakukan nelayan atau rumahtangga.
Sumber Data :
1. BPS Kabupaten Bandung.
2. Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bandung.
Metode Estimasi
Pendekatan yang digunakan dalam penghitungan nilai tambah sektor
pertanian dilakukan melalui pendekatan produksi (production approach).
Pendekatan ini didasarkan pada pertimbangan tersedianya data produksi
dan harga untuk masing-masing komoditi pertanian. Secara umum, nilai
output setiap komoditi diperoleh dari hasil perkalian antara produksi yang
dihasilkan dengan harga produsen komoditi bersangkutan. Sedangkan untuk
| 22
APE Kabupaten Bandung Tahun 2014
penghitungan atas dasar harga konstan 2000 dilakukan melalui metode
revaluasi, yaitu metode dimana seluruh produksi dan biaya-biaya antara
dinilai berdasarkan harga tahun dasar 2000
3 . 2 S e k t o r P e r t a m b a n g a n d a n P e n g g a l i a n
Sektor ini meliputi usaha penggalian, pengeboran, pencucian,
pengambilan dan pemanfaatan barang tambang, mineral dan barang galian
yang tersedia di dalam tanah, baik yang berupa benda padat, benda cair
maupun gas. Sektor ini dikelompokkan dalam tiga sub sektor yaitu sub sektor
pertambangan minyak dan gas bumi, pertambangan non migas dan
penggalian.
A . M i n y a k d a n G a s B u m i
Pertambangan minyak dan gas bumi meliputi kegiatan pencarian
kandungan minyak dan gas bumi, penyiapan pengeboran, penambangan,
penguapan, pemisahan serta penampungan untuk dapat dijual atau
dipasarkan baik yang dilakukan di darat maupun di laut. Komoditi yang
dihasilkan adalah minyak bumi, kondensat dan gas bumi.
B . P e r t a m b a n g a n T a n p a M i g a s
Pertambangan tanpa migas meliputi penambangan komoditi non migas,
komoditasnya antara lain : emas, perak, nikel, mangan, timah, tembaga,
bauxit dan mineral lainnya.
C . P e n g g a l i a n
Sub sektor ini mencakup penggalian dan pengambilan segala jenis
barang galian seperti batu-batuan, pasir dan tanah yang pada umumnya
berada pada permukaan bumi. Hasil dari kegiatan ini adalah batu gunung,
batu kali, batu kapur, koral, kerikil, batu karang, batu marmer, pasir untuk
bahan bangunan, pasir silika, pasir kwarsa, kaolin, tanah liat, dan komoditi
penggalian lainnya.
| 23
APE Kabupaten Bandung Tahun 2014
Metode Estimasi
Metode penghitungan yang digunakan untuk sektor pertambangan dan
penggalian diestimasi melalui pendekatan produksi (production approach).
Output atas dasar harga berlaku diperoleh melalu perkalian antara produksi
dengan harga per unit produksi (harga produsen). Produksi bruto atas dasar
harga konstan 2000 didapatkan dengan metode revaluasi yaitu mengalikan
kuantum barang yang dihasilkan pada masing-masing tahun dengan harga
per unit produksi pada tahun 2000.
Sumber Data :
1. BPS Kabupaten Bandung.
2. Dinas Sumber Daya Air, Pertambangan dan Energi Kabupaten Bandung.
3 . 3 S e k t o r I n d u s t r i P e n g o l a h a n
Sektor ini meliputi usaha kegiatan pengolahan bahan organik ataupun
anorganik menjadi produk baru yang lebih tinggi mutunya, baik dilakukan
dengan tangan, mesin, atau proses kimiawi. Pembuatan atau pengerjaannya
dapat diproses melalui mesin/pabrik ataupun rumahtangga. Industri
pengolahan dikelompokkan menjadi dua kelompok besar yaitu industri
pengolahan minyak dan gas bumi (migas) dan industri pengolahan tanpa
migas.
A . I n d u s t r i M i g a s
Sub sektor industri migas terdiri dari kegiatan pengilangan minyak
bumi dan gas alam cair.
i . P e n g i l a n g a n M i n y a k B u m i
Kegiatan ini meliputi pengolahan minyak bumi yang
menghasilkan produk-produk minyak avtur, premix, premium,
solar, minyak tanah, aspal dan produk lainnya.
| 24
APE Kabupaten Bandung Tahun 2014
i i . G a s A l a m C a i r
Kegiatan ini meliputi pengolahan pencairan gas alam cair (Liquid
Natural Gas) yang produknya diekpor ke luar negeri.
B . I n d u s t r i T a n p a M i g a s
Sub sektor ini mencakup industri besar dan sedang, industri kecil dan
industri rumah tangga.
Dalam standar klasifikasi ISIC (International Standard Industry Classification)
2 digit, sub sektor industri tanpa migas diklasifikasikan dalam sembilan sub
sektor :
• Sub sektor industri makanan, minuman dan tembakau
• Sub sektor industri tekstil, barang jadi, kulit dan alas kaki
• Sub sektor industri barang kayu dan hasil hutan lainnya
• Sub sektor industri kertas dan barang cetakan
• Sub sektor industri pupuk, kimia, dan barang dari karet
• Sub sektor industri semen dan barang galian bukan logam
• Sub sektor industri logam dasar besi dan baja
• Sub sektor industri alat angkutan, mesin dan peralatannya
• Sub sektor industri pengolahan lainnya
Metode Estimasi
Pendekatan penghitungan output untuk sub sektor ini diestimasi
melalui pendekatan produksi (production approach). Output atas dasar harga
berlaku adalah perkalian antara produksi dengan harga produsen, sedangkan
output atas dasar harga konstan 2000 didapatkan dengan metode revaluasi
yaitu produksi pada masing-masing tahun dikalikan dengan harga pada
tahun dasar.
Sumber Data :
1. BPS Provinsi Jawa Barat,
2. BPS Kabupaten Bandung.
| 25
APE Kabupaten Bandung Tahun 2014
3 . 4 . S e k t o r L i s t r i k , G a s d a n A i r B e r s i h
A . L i s t r i k
Kegiatan ini mencakup pembangkitan dan penyaluran tenaga listrik,
baik yang diselenggarakan oleh Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN)
maupun oleh perusahaan Non-PLN seperti pembangkitan listrik oleh
Perusahaan Pemerintah Daerah dan listrik yang diusahakan oleh swasta
(perorangan maupun perusahaan), dengan tujuan untuk dijual kepada
konsumen.
Metode Estimasi
Sub sektor ini diestimasi melalui pendekatan produksi (production
approach). Output atas dasar harga berlaku adalah perkalian antara produksi
dengan harga produsen, sedangkan output atas dasar harga konstan 2000
didapatkan dengan metode revaluasi.
Sumber Data :
1. PLN Cigareleng Kota Bandung
2. PLN Cabang Majalaya
B . A i r B e r s i h
Kegiatan sub sektor air bersih meliputi proses pembersihan, pemurnian
dan proses kimiawi lainnya untuk menghasilkan air bersih, serta
pendistribusian dan penyalurannya secara langsung melalui pipa dan alat
lain kepada konsumen rumahtangga, instansi pemerintah maupun swasta.
Kegiatan ini umumnya dilakukan oleh perusahaan air minum milik
pemerintah daerah.
Metode Estimasi
Sub sektor ini diestimasi melalui pendekatan produksi (production
approach). Output atas dasar harga berlaku adalah perkalian antara produksi
dengan harga produsen, sedangkan output atas dasar harga konstan 2000
didapatkan dengan metode ektrapolasi.
| 26
APE Kabupaten Bandung Tahun 2014
Sumber Data :
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Bandung.
3 . 5 . S e k t o r B a n g u n a n / K o n s t r u k s i
Kegiatan sub sektor bangunan dan konstruksi meliputi usaha
pembangunan/pembuatan, perluasan, pemasangan, perbaikan berat dan
ringan, perombakan bangunan tempat tinggal, bangunan bukan tempat
tinggal, jalan, jembatan, bendungan, jaringan listrik, telekomunikasi dan
konstruksi lainnya. Termasuk juga kegiatan sub konstruksi seperti
pemasangan instalasi listrik, saluran telepon, alat pendinginan, pembuatan
saluran air dan sebagainya.
Metode Estimasi
Untuk sektor bangunan dan konstruksi estimasinya dilakukan melalui
pendekatan produksi, sedangkan output atas dasar harga konstan 2000
menggunakan metode deflasi.
Sumber Data :
1. BPS Kabupaten Bandung.
2. Pemerintah Kabupaten Bandung.
3 . 6 . S e k t o r P e r d a g a n g a n , H o t e l d a n R e s t o r a n
A . P e r d a g a n g a n B e s a r d a n E c e r a n
Kegiatan yang dicakup dalam sub sektor perdagangan meliputi kegiatan
membeli dan menjual barang, baik barang baru maupun bekas, untuk tujuan
penyaluran tanpa mengubah sifat barang tersebut. Sub sektor perdagangan
dikelompokkan kedalam dua jenis kegiatan yaitu perdagangan besar dan
perdagangan eceran.
Sub sektor perdagangan besar meliputi kegiatan pembelian,
pengumpulan dan penjualan kembali barang oleh pedagang dari pihak
produsen atau importir kepada pedagang lain, perusahaan, lembaga atau
konsumen dalam partai besar. Perdagangan eceran meliputi kegiatan
| 27
APE Kabupaten Bandung Tahun 2014
pembelian, pengumpulan dan penjualan kembali yang pada umumnya
melayani konsumen, perorangan atau rumahtangga dalam partai kecil.
B . H o t e l
Sub sektor ini mencakup kegiatan penyediaan akomodasi yang
menggunakan sebagian atau seluruh bangunan sebagai tempat penginapan.
Penyediaan akomodasi yang dimaksud adalah hotel berbintang maupun
tidak berbintang, serta tempat tinggal lainnya yang digunakan untuk
menginap seperti losmen, motel dan sejenisnya.
C . R e s t o r a n
Kegiatan sub sektor ini mencakup usaha penyediaan makanan di
restoran/rumah makan, katering, restoran di kereta api, cafetaria dan kantin,
termasuk usaha penjualan makanan dan minuman jadi yang biasanya
dimakan langsung di tempat penjualan seperti : warung nasi, warung kopi,
warung sate dan sejenisnya. Termasuk pula disini kegiatan penyediaan
makanan dan minuman serta fasilitas lainnya, sedangkan kegiatan-kegiatan
tersebut berada dalam suatu satuan usaha dengan penginapan dan datanya
sulit untuk dipisahkan.
Metode Estimasi
Untuk mengestimasi sub sektor perdagangan besar dan eceran
dilakukan melalui pendekatan arus barang (commodity flow) baik untuk atas
dasar harga berlaku maupun untuk atas dasar harga konstan 2000, yaitu
dengan menggunakan ratio margin terhadap nilai produksi daerah sendiri
(pertanian, pertambangan dan penggalian serta industri) dan impor,
termasuk barang keluar masuk antar daerah/provinsi. Nilai tambah harga
berlaku dan harga konstan 2000, didapatkan dengan mengalikan output
dengan ratio nilai tambah. Perkiraan output sub sektor restoran/rumah
makan dan sub sektor hotel/penginapan dilakukan dengan pendekatan
produksi, sedangkan output harga konstan 2000 diperoleh dengan cara
ekstrapolasi.
| 28
APE Kabupaten Bandung Tahun 2014
Sumber Data :
1. BPS Provinsi Jawa Barat,
2. BPS Kabupaten Bandung,
3. Survei Khusus Kegiatan Ekonomi (SKSE)
3 . 7 . S E K T O R P E N G A N G K U T A N D A N K O M U N I K A S I
A . P e n g a n g k u t a n
Kegiatan yang dicakup dalam sub sektor pengangkutan terdiri atas
angkutan rel, angkutan jalan raya, angkutan udara, angkutan laut, angkutan
sungai, danau dan penyebrangan, serta jasa penunjang angkutan.
Kegiatan sektor ini meliputi pengangkutan barang dan penumpang
dengan menggunakan alat angkutan baik yang bermotor maupun tidak
bermotor atas dasar suatu pembayaran, sedangkan jasa penunjang angkutan
mencakup kegiatan yang sifatnya menunjang dan membantu memperlancar
kegiatan tersebut beserta penyediaan fasilitas-fasilitasnya, seperti terminal,
pelabuhan dan pergudangan.
i . P e n g a n g k u t a n R e l
Meliputi semua kegiatan pengangkutan barang dan penumpang dengan
menggunakan jasa kereta api termasuk gerbong.
i i . P e n g a n g k u t a n J a l a n R a y a
Meliputi semua kegiatan pengangkutan penumpang dan barang dengan
menggunakan alat angkut kendaraan jalan raya baik yang bermotor
maupun tidak bermotor, termasuk pula kegiatan sewa kendaraan baik
atau tanpa pengemudi.
i i i . P e n g a n g k u t a n U d a r a
Meliputi semua kegiatan pengangkutan barang dan penumpang melalui
udara dengan menggunakan pesawat udara/kapal terbang yang
beroperasi di dalam maupun di luar negeri, baik penerbangan yang
dilakukan secara teratur maupun tidak.
| 29
APE Kabupaten Bandung Tahun 2014
i v . P e n g a n g k u t a n L a u t
Meliputi kegiatan pengangkutan barang dan penumpang dengan
menggunakan angkutan samudra dan perairan pantai dengan
menggunakan kapal laut, yang diusahakan oleh perusahaan pelayaran
nasional baik yang beroperasi di dalam maupun di luar daerah ataupun
di luar negeri. Termasuk juga kegiatan jasa penunjang angkutan laut
seperti pelabuhan laut/sungai, jasa pemanduan, bongkar muat,
pergudangan, ekspedisi dan keagenan.
v. Pengangkutan Sungai, Danau dan Penyebrangan
Meliputi kegiatan pengangkutan barang dan penumpang dari angkutan
sungai, danau dan penyebrangan yang menggunakan kapal, perahu,
ferry dan angkutan air lainnya.
v i . J a s a P e n u n j a n g A n g k u t a n
Meliputi kegiatan yang bersifat menunjang dan memperlancar kegiatan
pengangkutan, Kegiatan tersebut terdiri dari :
a. Terminal dan Perparkiran, mencakup kegiatan pelayanan dan
pengaturan lalu lintas kendaraan / armada yang membongkar dan
mengisi muatan baik barang maupun penumpang seperti terminal,
parkir, pelabuhan laut meliputi fasilitas berlabuh, kapal pandu,
penyediaan air tawar serta kegiatan pencacatan muatan barang dan
penumpang.
b. Bongkar Muat, kegiatan ini mencakup pemberian pelayanan
bongkar/muat angkutan barang melalui laut dan darat yang terdiri
dari pelabuhan laut, sungai dan pelabuhan udara.
c. Keagenan, kegiatan ini meliputi pelayanan keagenan barang dan
penumpang yang diberikan kepada usaha angkutan, baik angkutan
darat, laut, sungai dan udara.
d. Pergudangan, kegiatan ini mencakup pemberian jasa penyimpanan
barang dalam suatu bangunan/gudang ataupun lapangan terbuka
dalam wilayah pelabuhan.
| 30
APE Kabupaten Bandung Tahun 2014
B . K o m u n i k a s i
i . P o s d a n T e l e k o m u n i k a s i
Sub sektor ini meliputi kegiatan pelayanan jasa pos dan giro, dan
telekomunikasi untuk umum. Pos dan giro mencakup kegiatan
pemberian jasa kepada pihak lain dalam hal pengiriman surat, paket
dan wesel yang diusahakan oleh PT Pos Indonesia. Kegiatan
telekomunikasi meliputi pemberian jasa kepada pihak lain dalam hal
pengiriman berita melalui telepon, telex dan telegraph yang diusahakan
oleh PT Telkom.
i i . J a s a P e n u n j a n g T e l e k o m u n i k a s i
Kegiatan ini meliputi pemberian/penyediaan fasilitas yang menunjang
kegiatan komunikasi seperti: wartel, warpostel, radio panggil dan
telepon seluler (ponsel).
Metode Estimasi
Metode estimasi yang digunakan adalah pendekatan produksi untuk
kegiatan pengangkutan dan metode alokasi untuk kegiatan komunikasi. Jasa
penunjang telekomunikasi hanya mencakup wartel, sedangkan yang lain
belum tersedia datanya.
Sumber Data:
1. BPS Kabupaten Bandung,
2. PT Pos Soreang,
3. PT Kereta Api Indonesia
4. Dinas Perhubungan Kabupaten Bandung
5. Dinas Jasa Marga
6. Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Kabupaten Bandung
7. PT Telkom Indonesia
8. Survei Khusus Kegiatan Ekonomi.
| 31
APE Kabupaten Bandung Tahun 2014
3 . 8 . S e k t o r K e u a n g a n , P e r s e w a a n d a n J a s a P e r u s a h a a n
Sektor ini meliputi kegiatan perbankan, lembaga keuangan bukan bank,
jasa penunjang keuangan, sewa bangunan dan jasa perusahaan.
A . B a n k
Sub sektor ini meliputi pemberian jasa pelayanan di bidang keuangan
kepada pihak keuangan kepada pihak lain seperti: menerima simpanan
dalam bentuk giro dan tabungan, memberi pinjaman, transfer/memindahkan
rekening koran, membeli dan menjual surat berharga, memberi jaminan
bank, menyewakan tempat penyimpanan barang-barang berharga dan
sebagainya.
B . L e m b a g a K e u a n g a n B u k a n B a n k
Kegiatan lembaga keuangan bukan bank meliputi: asuransi, koperasi,
pegadaian dan yayasan dana pensiun. Kegiatan asuransi meliputi pelayanan
asuransi, baik asuransi jiwa maupun bukan jiwa seperti: asuransi kebakaran,
asuransi kecelakaan, asuransi kerugian dan sebagainya. Termasuk juga agen
perasuransian, jasa pelayanan penanggung perasuransian, unit pengatur
dana pensiun yang berdiri sendiri dan sebagainya.
C . J a s a P e n u n j a n g K e u a n g a n
Meliputi jasa pelayanan bidang keuangan seperti yang dilakukan pada
usaha pasar modal, bursa valuta asing, penukaran mata uang asing (money
changer), anjak piutang dan modal ventura.
Metode Estimasi
Sub sektor ini diestimasi melalui pendekatan produksi dan untuk
penghitungan output atas dasar harga konstan 2000 menggunakan metode
deflasi.
Sumber Data :
1 Bank Indonesia
2 Survei Khusus Kegiatan Ekonomi (SKSE)
| 32
APE Kabupaten Bandung Tahun 2014
D . S e w a B a n g u n a n
Sektor ini meliputi semua jasa yang berhubungan dengan proses
persewaan bangunan dan tanah, baik yang menyangkut bangunan tempat
tinggal maupun bukan tempat tinggal.
Metode Estimasi
Metode estimasi untuk sektor ini menggunakan pendekatan produksi
dan penghitungan atas dasar harga konstan 2000 menggunakan cara deflasi.
Sumber Data :
BPS Kabupaten Bandung
E . J a s a P e r u s a h a a n
Sub sektor ini meliputi pemberian jasa pada pihak lain seperti : jasa
hukum, jasa akuntan dan pembukuan, jasa pengolahan dan tabulasi, jasa
bangunan, arsitek dan teknik, jasa periklanan, jasa persewaan mesin dan
peralatan. Kegiatan yang termasuk dalam penghitungan publikasi ini baru
terbatas pada kegiatan jasa hukum (advokat, pengacara dan notaris) dan jasa
konsultan.
Metode Estimasi
Metode pendekatan produksi adalah metode estimasi yang digunakan
dalam mengestimasi nilai tambah sub sektor jasa perusahaan, sedangkan
untuk penghitungan atas dasar harga konstan 2000 digunakan metode
ekstrapolasi. Data untuk memperkirakan nilai tambah sub sektor ini
bersumber dari survei khusus, ratio input diperoleh melalui hasil pengolahan
survei khusus pada masing-masing jenis kegiatan.
Sumber Data :
Survei Khusus Kegiatan Ekonomi (SKSE).
| 33
APE Kabupaten Bandung Tahun 2014
3 . 9 . S E K T O R J A S A - J A S A
A . P e m e r i n t a h a n U m u m
Sektor ini mencakup kegiatan pemerintah umum dalam menyediakan
jasa pelayanan kepada masyarakat yang tidak dapat dinilai secara ekonomi
misalnya dalam mengatur Negara. Kegiatan pemerintah tersebut meliputi
baik pemerintah pusat (badan/lembaga tinggi negara, departemen, lembaga
non departemen dan unit-unit lainnya yang berada di pusat, dinas vertikal di
daerah) maupun pemerintah daerah (Provinsi, Kabupaten/Kota) dan
pemerintah desa serta unit-unitnya, termasuk juga kegiatan pertahanan dan
keamanan negara/daerah.
Metode Estimasi
Pada sektor ini, perhitungan output Pemerintah Daerah menggunakan
pendekatan pendapatan, sedangkan untuk output Pemerintah Pusat dan
Pertahanan Keamanan dilakukan melalui cara tidak langsung yaitu metode
alokasi dari angka nasional/provinsi. Penghitungan atas dasar harga konstan
2000 dilakukan dengan cara ekstrapolasi yaitu menggunakan indeks jumlah
pegawai secara tertimbang sebagai ekstrapolatornya.
Sumber Data :
1. BPS Kabupaten Bandung,
2. Pemerintah Kabupaten Bandung.
B . S w a s t a
Kegiatan ini meliputi usaha penyelenggaraan pemberian jasa antara
lain: jasa pendidikan dan jasa kesehatan, jasa kemasyarakatan lainnya, jasa
hiburan dan rekreasi, dan jasa perorangan dan rumah tangga.
i . J a s a S o s i a l d a n K e m a s y a r a k a t a n
Sub sektor ini meliputi jasa pendidikan, kesehatan, penelitian, palang
merah, panti asuhan, panti wreda, YPAC, rumah ibadah dan
sejenisnya, baik yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta
| 34
APE Kabupaten Bandung Tahun 2014
i i . J a s a H i b u r a n d a n R e k r e a s i
Sub sektor ini meliputi usaha penyediaan dan pengelolaan berbagai
jenis hiburan/rekreasi untuk masyarakat baik perorangan maupun
rumahtangga, serta berorientasi untuk mencari untung (profit
making). Kegiatan tersebut seperti pembuatan dan distribusi film,
usaha pemutaran film, penyiaran radio dan televisi swasta, produksi
dan pertunjukkan film, produksi dan pertunjukkan sandiwara, tari,
sanggar dan musik. Termasuk juga jasa rekreasi lainnya seperti
gelanggang pacuan, sirkus, taman hiburan dan klub malam,
penggubahan lagu, penulis buku, pembuat lukisan dan sebagainya.
Dari berbagai kegiatan tersebut diatas hanya pemutaran film
(bioskop), penyiaran radio swasta niaga dan taman hiburan/tempat
rekreasi yang dapat diestimasi nilai tambahnya.
i i i . J a s a P e r o r a n g a n d a n R u m a h T a n g g a
Sub sektor ini meliputi kegiatan penyelenggaraan jasa yang pada
umumnya melayani perorangan dan rumahtangga seperti reparasi,
binatu, tukang jahit, tukang cukur, pembantu rumahtangga dan jasa
perorangan lainnya. Mengingat keterbatasan data maka dalam
penghitungan ini hanya terbatas pada kegiatan jasa reparasi,
pembantu rumahtangga, tukang jahit, tukang cukur dan perawatan
kulit, perawatan muka dan rambut.
Metode Estimasi
Besarnya output dari nilai tambah sektor ini dihitung dengan
pendekatan produksi dan penghitungan atas dasar harga konstan 2000
dengan menggunakan cara ekstrapolasi.
Sumber Data :
1. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bandung,
2. Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung,
3. Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung,
| 35
APE Kabupaten Bandung Tahun 2014
4. Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Kabupaten Bandung,
5. Survei Khusus Kegiatan Ekonomi (SKSE).
| 37
APE Kabupaten Bandung Tahun 2014
BAB IV
PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BANDUNG
Dengan di berlakukannya Otonomi Daerah yang tertuang dalam
Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 dan diubah menjadi Undang undang
Nomor 32 Tahun 2004, maka terjadi pula pergeseran dalam pembangunan
ekonomi yang tadinya bersifat sentralistis mengarah kepada desentralisasi.
Adanya Otonomi Daerah memberikan keleluasaan kepada daerah untuk
membangun wilayahnya termasuk pembangunan dalam bidang ekonomi.
Pemerintah Kabupaten Bandung di Tahun 2014 ini mencoba
melakukan pengukuran hasil pembangunan selama tahun 2014 dengan
pendekatan indikator pembangunan ekonomi yaitu hasil pengukuran Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) di wilayah Kabupaten Bandung selama
kurun Waktu 2014.
Hasil pembangunan ekonomi di Kabupaten Bandung Tahun 2014
mengalami perbaikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal ini
digambarkan oleh Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) tahun 2014 mengalami
sedikit perlambatan dibandingkan dengan LPE tahun sebelumnya. LPE
tahun 2014 mencapai 5,92% dan ditahun sebelumnya masih bisa mencapai
5,96%. Perlambatan nilai LPE tahun ini terutama ditunjang oleh
perlambatan di sektor Pertanian dan sektor Listrik. Sektor pertanian yang
merupakan salah satu penggerak ekonomi Kabupaten Bandung mengalami
perlambatan pertumbuhannya yaitu dari 4,93% di tahun 2013 menjadi
2,24% di tahun 2014. Melemahnya sektor Pertanian di tahun 2014 ini di
pengaruhi oleh menurunnya pertumbuhan dari sub sektor Tanaman Bahan
Makanan (Tabama) dan sub sektor Kehutanan. Disamping melemahnya
sektor Pertanian juga sub sektor Listrik bahkan mengalami pertumbuhan
negatif.
Meskipun pertumbuhan di sektor lainnya memberikan pertumbuhan
yang meningkat namun belum bisa menggerakkan LPE Kabupaten Bandung
lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh
| 38
APE Kabupaten Bandung Tahun 2014
tetap menurunnya pertumbuhan dan sektor Penggalian serta sub sektor
Listrik yang tahun ini mengalami penurunan.
4.1. Produk Domestik Regional Bruto
Perekonomian Kabupaten Bandung yang diukur berdasarkan besaran
PDRB atas dasar harga berlaku pada tahun 2014 mencapai Rp 72,94 triliun,
sedangkan PDRB atas dasar harga konstan 2000 mencapai Rp 27,44 triliun.
Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, PDRB atas dasar harga
berlaku mengalami kenaikan sebesar Rp 8,28 triliun dari tahun sebelumnya.
Demikian pula PDRB atas dasar harga konstan 2000, yang mengalami
kenaikan sebesar Rp 1,54 triliun dari Rp 25,90 triliun pada tahun
sebelumnya.
Perkembangan nilai PDRB dari tahun 2009 sampai 2014 menunjukkan
tingkat perkembangan PDRB ADH Berlaku lajunya lebih tinggi dibandingkan
dengan PDRB ADH Konstan. Tingginya pergerakan PDRB berlaku memberi
gambaran adanya pergerakan tingkat harga yang cukup tinggi yang berakibat
timbulnya inflasi yang lebih tinggi dibanding tahun-tahun sebelumnya
rentang waktu tersebut.
Tabel 4.1 PDRB Kabupaten Bandung
Tahun 2010 - 2014 (Juta Rp)
PDRB
ADH Berlaku PDRB
ADH Konstan
2010 46.092.238,72 21.734.661,19
2011 51.291.762,65 23.026.214,41
2012 57.071.406,68 24.443.222,17
2013 64.660.447,44 25.899.449,73
2014 72.945.347,60 27.435.715,40
Sumber: BPS Kab. Bandung
| 39
APE Kabupaten Bandung Tahun 2014
Grafik 4.1
PDRB Kabupaten Bandung Tahun 2008-2014 (Triliun Rp)
Sumber: BPS Kab. Bandung
Tabel 4.1. dan Grafik 4.1 menunjukkan angka absolut PDRB atas dasar
berlaku maupun atas dasar konstan dari tahun 2008-2014. Terlihat bahwa
kenaikan harga berlaku selalu diikuti oleh kenaikan harga konstan dengan
deviasi yang hampir seimbang untuk setiap tahunnya. Untuk tahun 2014,
adanya kenaikan harga untuk tarif dasar listrik yang meningkat di tipa
triwulan juga adanya BBM di bulan November tidak berpengaruh nyata
terhadap kenaikan harga berlaku di tahun tersebut. Hal ini dapat memberi
gambaran bahwa adanya kenaikan harga baik untuk listrik maupun BBM
tidak berpengaruh nyata terhadap kenaikan harga di tingkat produsen.
Artinya adanya kenaikan harga hanya berpengaruh pada tingkat konsumen
saja tidak sampai mempengaruhi sampai tingkat produsen baik produsen
barang maupun jasa.
Nilai PDRB per sektor ekonomi dapat diamati di Tabel 4.2. Sektor
industri pengolahan masih tetap menduduki peringkat pertama dengan nilai
tambah brutonya mencapai Rp 40,60 triliun, diikuti oleh sektor perdagangan,
38,28 41,26 46,09
51,29 57,07
64,66 72,94
19,67 20,53 21,73 23,03
24,44 25,90 27,44
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014Tahun
PDRB ADH Berlaku PDRB ADH Konstan
| 40
APE Kabupaten Bandung Tahun 2014
hotel, dan restoran sebesar Rp 14,33 triliun; sektor pertanian sebesar Rp
5,67 triliun; sektor jasa-jasa sebesar Rp 4,73 triliun; sektor pengangkutan
dan komunikasi sebesar Rp 3,05 triliun; sektor keuangan, persewaan, dan
jasa perusahaan sebesar Rp 1,22 triliun; sektor listrik, gas, dan air bersih
sebesar Rp 1,34 triliun; sektor bangunan sebesar Rp 1,29 triliun; dan terakhir
sektor pertambangan dan penggalian sebesar Rp 0,66 triliun.
Tabel 4.2 PDRB Kabupaten Bandung adh Berlaku dan Konstan
Tahun 2013-2014, (Juta Rupiah)
No LAPANGAN USAHA
Harga Berlaku Harga Konstan 2013 2014 2013 2014
1 Pertanian 5.171.118,06 5.672.739,51 1.873.631,52 1.917.297,12
2 Pertambangan dan Penggalian
673.133,71 657.379,05 274.199,65 267.532,18
3 Industri Pengolahan 36.721.871,46 40.595.513,08 15.340.747,17 16.115.189,76
4 Listrik, Gas dan Air 1.166.432,32 1.282.638,54 521.716,11 450.910,38
5 Bangunan 1.143.674,37 1.294.611,80 471.552,93 515.076,89
6 Perdag, Hotel dan Restoran
12.123.022,26 14.326.868,98 4.444.168,03 4.897.376,79
7 Pangkutan dan Komunikasi
2.659.942,03 3.046.424,06 1.103.080,04 1.192.305,82
8 Keuangan, Prsew & Js Prshn
1.217.604,86 1.337.369,83 572.223,98 608.133,47
9 Jasa jasa 3.783.648,37 4.731.802,73 1.298.130,28 1.471.892,96
KABUPATEN BANDUNG 64.660.447,44 72.945.347,59 25.899.449,73 27.435.715,37
Sumber: BPS Kab. Bandung
Hal yang sama untuk nilai tambah bruto adalah konstan (2000) dimana
faktor harga sudah ditiadakan, sektor industri pengolahan tetap menduduki
peringkat pertama yaitu sebesar Rp. 16,12 triliun. Kemudian diikuti oleh
sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar Rp 4,90 triliun; sektor
pertanian sebesar Rp 1,92 triliun; sektor jasa-jasa sebesar Rp 1,47 triliun;
sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar Rp 1,19 triliun; sektor
| 41
APE Kabupaten Bandung Tahun 2014
keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan sebesar Rp 0,61 triliun; sektor
listrik, gas, dan air bersih sebesar Rp 0,45 triliun; sektor bangunan sebesar
Rp 0,52 triliun; dan terakhir sektor pertambangan dan penggalian sebesar Rp
0,27 triliun.
Hal ini memberi gambaran bahwa sektor Industri Pengolahan, Sektor
Perdagangan, Hotel dan Restoran, dan sektor pertanian mempunyai peran
yang cukup besar dalam perekonomian Kabupaten Bandung.
4.2. Pertumbuhan Ekonomi
Adanya persoalan yang fundamental yang menerpa perekonomian
nasional dan adanya gejolak ekonomi global mengakibatkan pertumbuhan
ekonomi secara nasional mengalami perlambatan. Beberapa terpaan
ekonomi seperti kenaikan harga BBM, kenaikan beberapa bahan pokok
seperti beras, produk hortikultura, dan meningkatnya harga TDL (tarif dasar
listrik) secara nasional maupun regional berakibat pada melemahnya kinerja
ekonomi wilayah. Meskipun demikian, ada hal lain yang berpengaruh positiv
terhadap kinerja nasional adalah adanya pemilihan presiden di tahun 2014.
Kegiatan ini ternyata mampu mendorong tingkat volume produksi yang
merupakan akibat dari meningkatnya konsumsi baik konsumsi pemerintah
maupun konsumsi lembaga non provit. Dengan demikian kinerja ekonomi
tidak sampai melambat terlalu jauh.
Kondisi nasional tentunya sangat berbengaruh terhadap kondisi
regional. Kabupaten Bandung dengan potensi di sektor Industri Pengolahan
terutama untuk produk Tekstil dan Produk Tekstil tentunya sangat
terpengaruh terutama adanya kenaikan harga BBM maupun tarif dasar listrik
khususnya untuk TDL Industri. Namun demikian adanya peningkatan
tingkat konsumsi terutama di konsumsi lembaga non provit khusunya
organisasi politik dan masih baiknya ekspor luar negeri di tingkat Provisni
Jawa Barat ternyata masih mampu menyeimbangkan kinerja Kabupaten
Bandung dimana pengaruh kontraksi ekonomi tidak berakibat pada
melemahnya ekonomi Kabupaten Bandung terlalu jauh.
| 42
APE Kabupaten Bandung Tahun 2014
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bandung yang diukur berdasarkan
kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan
2000 pada tahun 2014 tumbuh sebesar 5,92 persen. Dibandingkan dengan
tahun 2013, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bandung mengalami
perlambatan yaitu turun sebesar 0,04 point dari nilai pertumbuhan di tahun
sebelumnya yang mencapai 5,96 persen.
Grafik 4.2
LPE Kabupaten Bandung Tahun 2001-2014 (Persen)
Sumber: BPS Kab. Bandung
Hampir semua sektor mendorong pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Bandung tahun 2014 terkecuali sektor LGA serta sektor pertambangan dan
penggalian yang mengalami pertumbuhan negatif. Pertumbuhan paling
tinggi terjadi pada sektor jasa-jasa yang mencapai 13,39 persen, kemudian
diikuti pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 10,20
persen, sektor bangunan/konstruksi 9,23 persen, serta sektor pengangkutan
dan komunikasi sebesar 8,09 persen.
4,98 4,98 5,02
5,66 5,78 5,80 5,92
5,30
5,34
5,88 5,94 6,15 5,96 5,92
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
LPE
Tahun
| 43
APE Kabupaten Bandung Tahun 2014
Grafik 4.3 LPE Kabupaten Bandung Tahun 2014
(Persen)
Sumber: BPS Kab. Bandung
Adapun untuk sektor yang dominan yaitu sektor industri pengolahan
hanya bergerak di 5,05 persen dan sektor pertanian 2,24 persen. Hanya
sektor perdagangan, Hotel dan Restoran yang mempunyai andil besar dalam
pembentukan ekonomi yang mampu bergerak cukup tinggi. Dengan
demikian perlu adanya perhatian yang lebih terhadap sektor-sektor yang
mempunyai andil besar terhadap pembentukan PDRB, terutama sektor
industri pengolahan dan sektor pertanian.
Pertumbuhan paling tinggi terjadi di sektor jasa-jasa sedangkan
pertumbuhan paling rendah di sektor pertanian yaitu sebesar 2,24 persen,
adapun pertumbuhan negatif terjadi pada sektor penggalian sebesar -2,43
persen dan sektor LGA sebesar -13,57 persen.
Pertanian 2,24
Pertambangan & Penggalian
(2,43)
Ind Pengolahan 5,05
LGA (13,57)
Bangunan 9,23
Perdagangan,Hotel & Restoran
7,95 Pengangkutan &
Komunikasi 8,39
Keu,Sewa & Jasa Perusahaan
6,28 Jasa-jasa
13,39
| 44
APE Kabupaten Bandung Tahun 2014
Grafik 4.4
LPE Kabupaten Bandung Tahun 2013-2014 (Persen)
Sumber: BPS Kab. Bandung
Grafik 4.4 menggambarkan perbandingan LPE sembilan sektor
ekonomi pada tahun 2014 dengan tahun 2013. Secara umum LPE semua
sektor di tahun 2014 mengalami pertumbuhan, hanya untuk sektor
pertambangan dan penggalian, dan sektor LGA yang mengalami penurunan
nilai LPE. Untuk sektor LGA dimana kinerjanya mengalami penurunan yaitu
dari nilai LPE 8,19 persen di tahun 2013 menjadi -13,57 persen di tahun
2014. Penurunan kinerja ini didorong oleh penurunan distribusi listrik dan
meningkatnya harga tarif dasar listrik untuk semua sektor. Adapun untuk
sektor Penggalian dari tahun ke tahun mengalami penurunan, di tahun 2013
turun sebesar 1,75 persen dan di tahun 2014 tingkat penurunan semakin
tajam yaitu mencapai 2,43 persen. Hal yang perlu mendapat catatan bahwa
untuk sektor karena tingkat produksinya terus mengalami penurunan.
Meskipun beberapa sektor primer mengalami perlambatan laju
pertumbuhannya akibat dari melemahnya nilai tukar rupiah yang menembus
level Rp 12.800 per dolar Amerika Serikat (AS) di pengujung tahun 2014,
5,86
2,24
(1,75) (2,43)
5,40 5,05
12,53
(13,57)
5,04
9,23 8,67 7,95 7,90 8,39 8,28 6,28
5,05
13,39
Pertanian Pertambangan & Penggalian Ind Pengolahan
LGA Bangunan Perdagangan,Hotel & Restoran
Pengangkutan & Komunikasi Keu,Sewa & Jasa Perusahaan Jasa-jasa
| 45
APE Kabupaten Bandung Tahun 2014
namun hal ini tidak berdampak pada melambatnya sektor perdagangan,
hotel dan Restoran. Laju pertumbuhan sektor ini justru terus mengalami
peningkatan meskipun hanya 1,10 point dibandingkan dengan tahun
sebelumnya yaitu dari 9,10 persen menjadi 10,20 persen.
Adapun sektor dominan yaitu industri pengolahan dan sektor
pertanian masih memberikan kinerja yang masih baik.
Tabel 4.3 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bandung
Tahun 2011 - 2014 (Persen)
LAPANGAN USAHA Tahun
2011 2012 2013 2014
Pertanian 5,38 5,86 4,93 2,24
Pertambangan dan Penggalian 3,00 -1,75 -4,23 -2,43
Industri Pengolahan 5,19 5,40 5,03 5,05
Listrik, Gas dan Air 8,21 12,53 8,19 -13,57
Bangunan 8,10 5,04 8,97 9,23
Perdagangan, Hotel dan Restoran 7,88 8,67 9,10 10,20
Pengangkutan dan Komunikasi 7,62 7,90 6,44 8,09
Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 7,15 8,28 3,87 6,28
Jasa jasa 6,99 5,05 9,28 13,39
LPE KAB BANDUNG 5,94 6,15 5,96 5,92 Sumber: BPS Kab. Bandung
Untuk sektor industri pengolahan, melemahnya kinerja di tahun ini,
kemungkinan besar akibat naiknya harga BBM bersubsidi yang berakibat
pada berkurangnya volume produksi industri pengolahan.
Untuk sektor Jasa-jasa terjadi peningkatan LPE di tahun 2014, dari 9,28
persen di tahun 2013 menjadi 13,39 persen. Adanya kenaikan harga BBM
yang yang berimplikasi pada kenaikan harga beberapa bahan pokok tidak
| 46
APE Kabupaten Bandung Tahun 2014
menyebabkan melemahnya pertumbuhan di sektor ini. Peningkatan sektor
ini ditunjang oleh peningkatan dari jasa perorangan dan rumah tangga.
Kegiatan ekonomi yang tercakup dalam sektor ini seperti jasa salon, jasa
reparasi, tukang jahit jasa perawatan kulit, muka dan rambut. Disamping itu
di tunjang pula oleh jasa sosial dan kemasyarakatan seperti jasa pendidikan
dan kesehatan swasta.
4.3. Struktur Ekonomi
Struktur ekonomi daerah dapat dilihat dari distribusi persentase PDRB
atas dasar harga berlaku yang dapat menunjukkan peranan atau konstribusi
masing-masing sektor ekonomi dalam menunjang terbentuknya produk
domestik regional bruto suatu daerah. Dengan memperhatikan struktur
ekonomi suatu daerah, diharapkan kebijakan-kebijakan yang menyangkut
pembangunan ekonomi dapat lebih terarah dengan tetap
mempertimbangkan skala prioritas pembangunan.
Grafik 4.5. menggambarkan struktur perekonomian Kabupaten
Bandung Tahun 2014, terlihat bahwa sektor industri pengolahan sangat
mendominasi perekonomian di Kabupaten Bandung yaitu sebesar 55,65
persen, sektor dominan kedua oleh perdagangan, hotel dan restoran sebesar
19,64 persen. Adapun peran sektor pertanian yang merupakan sektor basis
di Kabupaten Bandung baru mencapai 7,78 persen.
Sektor yang mempunyai peranan terkecil adalah sektor pertambangan
dan penggalian yang hanya 0,90 persen. Hal ini menggambarkan untuk
sektor ini tidak dominan dalam pembentukan PDRB Kabupaten Bandung.
Kondisi ini dapat dipahami bahwa untuk sektor ini hanya bergerak di sektor
penggalian saja dimana wilayah penggalian hanya tersebar di beberapa
wilayah saja dan itupun tidak begitu besar. Untuk sektor Bangunan yang
merupakan penyumbang terkecil kedua berkontribusi sebesar 1,77 persen
terhadap PDRB Kabupaten Bandung hanya sedikit lebih baik dibanding
sektor Listrik, gas dan Air Bersih yang memiliki kontribusi sebesar 1,76
persen. Kontribusi ini sebagian besar berasal dari kegiatan ekonomi listrik.
| 47
APE Kabupaten Bandung Tahun 2014
Grafik 4.5 Struktur Ekonomi Kabupaten Bandung
Tahun 2014
Sumber: BPS Kab. Bandung
Sedangkan untuk sektor Jasa-jasa, sektor Pengangkutan dan
Komunikasi serta sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan, sektor-
sektor ini mempunyai peran terhadap PDRB masing masing sebesar 6,49
persen; 4,18 persen dan 1,83 persen.
Berdasarkan kelompok sektor, struktur perekonomian Kabupaten
Bandung tahun 2014 masih didominasi oleh kelompok sektor sekunder yaitu
sebesar 59,18 persen, walaupun tetap menjadi sektor dominan pada struktur
perekonomian Kabupaten Bandung namun peranan kelompok sektor
sekunder terus mengalami kecenderungan penurunan kontribusi.
Pertanian 8%
Pertambangan &
Penggalian 1%
Industri Pengolahan
56%
Listrik, Gas & Air 2%
Bangunan 2%
Perdagangan, Hotel & Restoran
19%
Pengangkutan & Komunikasi
4%
Keu, Persewaan &
Js Prshaan 2% Jasa jasa
6%
| 48
APE Kabupaten Bandung Tahun 2014
Grafik 4.6 Peranan Kelompok Sektor Ekonomi
Kabupaten Bandung Tahun 2014 (Persen)
Sumber: BPS Kab. Bandung
Mengamati perkembangan kontribusi tiap sektor terhadap
perekonomian Kabupaten Bandung , terjadi penurunan peran dari kelompok
sektor sekunder terutama pada sektor industri yang kembali mengalami
penurunan dari tahun sebelumnya, sehingga meskipun terjadi peningkatan
peranan pada sektor bangunan dan sektor listrik, gas dan air bersih, namun
belum mampu memberikan andil pada peningkatan kontribusi kelompok
sektor sekunder.
Hal yang sama untuk peranan kelompok sektor primer yaitu pada tahun
2014 kembali mengalami penurunan. Turunnya kontribusi kelompok sektor
ini terutama disebabkan oleh menurunnya kontribusi sektor penggalian yaitu
dari 1,20 persen ada tahun 2012 menjadi 1,04 persen di tahun 2014. Adapun
di sektor pertanian justru terjadi peningkatan kontribusinya yaitu dari 7, 92
persen di tahun 2012 menjadi 8,00 persen di tahun 2014.
| 49
APE Kabupaten Bandung Tahun 2014
Tabel 4.4 Peranan NTB Atas Dasar Harga Berlaku
Setiap Kelompok Sektor dalam Perekonomian Kabupaten Bandung Tahun 2012-2014
(Persen)
LAPANGAN USAHA 2012 2013 2014
PRIMER 9,12 9,04 8,68 1. Pertanian 7,92 8,00 7,78 2. Pertambangan dan Penggalian 1,20 1,04 0,90
SEKUNDER 61,01 60,36 59,18 3. Industri Pengolahan 57,67 56,79 55,65 4. Listrik, Gas dan Air 1,67 1,80 1,78 5. Bangunan 1,66 1,77 1,77
TERTIER 29,87 30,60 32,14 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 18,29 18,75 19,64 7. Pengangkutan dan Komunikasi 4,16 4,11 4,18 8. Keuangan, Persewaan & Js Perusahaan 1,97 1,88 1,83 9. Jasa jasa 5,46 5,85 6,49
KABUPATEN BANDUNG 100,00 100,00 100,00
Sumber: BPS Kab. Bandung
Sementara itu, peranan kelompok sektor tertier terhadap pembentukan
PDRB tercatat terus mengalami peningkatan. Kontribusi sektor tertier
mengalami peningkatan menjadi sebesar 32,14 persen dari 30,60 persen di
tahun 2013. Peningkatan ini hanya di tunjang oleh semua sektor kecuali
sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan yang mengalami
penurunan dari 1,88 persen di tahun 2013 menjadi 1,83 persen ditahun
2014.
4.4. PDRB Per Kapita
PDRB perkapita merupakan gambaran rata-rata pendapatan yang
diterima oleh setiap penduduk sebagai hasil dari proses produksi. Data ini
diperoleh dengan cara membagi nilai PDRB dengan jumlah penduduk
| 50
APE Kabupaten Bandung Tahun 2014
pertengahan tahun di wilayah tersebut. Secara kasar dapat dikatakan bahwa
semakin tinggi PDRB yang diterima oleh penduduk di suatu wilayah maka
tingkat kesejahteraan masyarakat di wilayah yang bersangkutan dapat
dikatakan bertambah baik, namun pada dasarnya penghitungan nilai PDRB
mengesampingkan kepemilikan, dengan demikian bisa jadi nilai PDRB
perkapita suatu wilayah tinggi namun tidak menggambarkan tingkat
kemakmuran penduduk setempat karena sebagian besar aktivitas produksi
yang terjadi di wilayah tersebut bukan milik dari penduduk setempat,
demikian pula sebaliknya.
Grafik 4.7 PDRB Per Kapita Kabupaten Bandung
Tahun 2010-2014 (Ribu Rupiah)
Sumber: BPS Kab. Bandung
,0005000,000
10000,00015000,000
20000,00025000,000
30000,000
2010
2011
2012
2013
2014
6.804,80
7.116,49
7.390,47
7.605,24
7.905,65
14.430,81
15.852,25
17.255,69
18.987,20
21.019,36
PDRB Perkapita ADH Konstan PDRB Perkapita ADH Berlaku
| 51
APE Kabupaten Bandung Tahun 2014
Hasil dari PDRB per kapita sangat dipengaruhi oleh laju pertumbuhan
penduduk di wilayah tersebut. Dari Grafik 4.7 digambarkan bahwa selama
kurun waktu empat tahun terakhir, PDRB per kapita atas dasar berlaku
Kabupaten Bandung terus menunjukkan peningkatan, PDRB per kapita atas
dasar harga berlaku secara nominal mampu tumbuh sebesar 10,70 persen
yaitu dari tahun 2013 sebesar PDRB perkapita sebesar Rp 18.987.203 per
tahun meningkat menjadi Rp 21.019.333 per tahun di tahun 2014.
Namun tidak demikian dengan tingkat pertumbuhan nilai PDRB per
kapita atas dasar konstan yang menggambarkan pendapatan riil penduduk
Kabupaten Bandung, dimana tingkat pertumbuhannya termasuk kecil yaitu
hanya sekitar 3,95. Pada tahun 2013 nilai PDRB per kapita atas dasar harga
konstan 2000 tercatat sebesar Rp 7.605.238 per tahun dan di tahun 2014
hanya sedikit meningkat menjadi Rp. 7.905.651 per tahun.
Grafik 4.8 Pendapatan Per Kapita Penduduk Kabupaten Bandung 2008-2014
(Ribu Rupiah)
Sumber: BPS Kab. Bandung
Grafik 4.8 menunjukan tingkat pendapatan yang diterima penduduk
Kabupaten Bandung tahun 2008-2014 dimana terlihat bahwa pendapatan
penduduk Kabupaten Bandung terus mengalami peningkatan dari tahun ke
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
12.457,62 13.080,35 14.430,81
15.852,25 17.255,69
18.987,20 21.019,36
Pendapatan Per Kapita
| 52
APE Kabupaten Bandung Tahun 2014
tahun. Namun demikian yang perlu diperhatikan adalah tidak hanya
peningkatan pendapatannya saja melainkan pula nilai atau besar pendapatan
yang diterima penduduk Kabupaten Bandung.
4.5. Tingkat Inflasi
Definisi inflasi secara sederhana dapat diartikan sebagai fenomena
meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga
dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila
kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang
lainnya.
Inflasi yang stabil menjamin keberlangsungan kegiatan perekonomian,
inflasi yang tinggi akan mempengaruhi nilai real dari pendapatan
masyarakat, selain itu ketidakstabilan inflasi akan meningkatkan
ketidakpastian yang akan berpengaruh pada pengambilan keputusan
masyarakat terkait faktor-faktor investasi, konsumsi, dan produksi yang
tentunya akan berdampak pada pencapaian kinerja ekonomi.
Grafik 4.9
Inflasi PDRB Kabupaten Bandung Tahun 2001 - 2014
(Persen)
Sumber: BPS Kab. Bandung
12,36
10,09
4,20
5,75
12,29
9,11
6,89
9,11
3,31
5,50 5,04 4,82
6,93 6,50
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
% In
flasi
| 53
APE Kabupaten Bandung Tahun 2014
Grafik 4.9 menggambarkan perjalan inflasi PDRB di Kabupaten
Bandung dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2014. Selama kurun waktu
tersebut terjadi fluktuasi harga dimana pada tahun 2001, 2002 dan tahun
2005 terjadi inflasi yang cukup tinggi yaitu sampai menembus angka dua
digit. Adapun di tahun lainnya masih di bawah dua digit dan paling rendah
inflasi di tahun 2009 yang hanya menembus angka 3,31 persen. Namun
demikian, rendahnya inflasi di tahun 2009 tidak diikuti ditahun tahun
berikutnya bahkan semakin cenderung meningkat sampai akhir tahun 2014
inflasi PDRB menembus angka 6,50 persen.
Tabel 4.5
Inflasi Produk Domestik Bruto Kabupaten Bandung Tahun 2012-2014
(Persen)
LAPANGAN USAHA 2012 2013 2014
Pertanian 7,28 9,06 7,3
Pertambangan dan Penggalian 8,69 2,46 0,09
Industri Pengolahan 3,69 6,22 5,24
Listrik, Gas dan Air 2,9 12,91 27,23
Bangunan 5,78 10,8 3,63
Perdagangan, Hotel dan Restoran 7,66 6,48 7,24
Pengangkutan dan Komunikasi 1,89 5,26 5,96
Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 4,77 4,33 3,35
Jasa jasa 5,66 11,13 10,3
KABUPATEN BANDUNG 4,82 6,93 6,5
Sumber: BPS Kab. Bandung
Mengamati tingginya inflasi PDRB ditahun 2014, ternyata peningkatan
inflasi terjadi pada beberapa sektor yaitu sektor Listrik, Gas dan Air Bersih,
sektor Perdagangan dan Pengangkutan serta sektor pengangkutan dan
komunikasi. Inflasi tertinggi terjadi di sektor listrik, gas dan air bersih yang
| 54
APE Kabupaten Bandung Tahun 2014
mecapai dua digit yaitu mencapai 27,23 persen. Tinggi inflasi ini dipengaruhi
oleh peningkatan harga tarif dasar listrik yang hampir tiap triwulan
mengalami peningkatan. Inflasi teringgi kedua adalah sektor Jasa yang
mencapai 10,30 persen. Peningkatan ini karena melonjaknya permintaan
pelayanan jasa baik pemerintah ataupun swasta. Hal yang sama untuk sektor
pertanian dimana beberapa produk pertanian seperti harga GKG dan
beberapa harga hortikultura mengalami peningkatan terutama di akhir-akhir
tahun 2014 setelah harga BBM dinaikan.
| 56
APE Kabupaten Bandung Tahun 2014
BAB V
ANALISIS SEKTORAL
5.1. Sektor Pertanian
Sektor pertanian memiliki peranan yang penting dalam perekonomian
Kabupaten Bandung, hal ini dikarenakan sektor pertanian berfungsi sebagai
basis atau landasan pembangunan ekonomi di Kabupaten Bandung.
Peranan sektor pertanian bukan hanya terhadap ketahanan pangan,
tetapi juga memberikan andil yang besar terhadap kesempatan kerja, sumber
pendapatan, serta perekonomian regional. Di Kabupaten Bandung, sektor
pertanian masih berkontribusi positif terhadap pembentukan nilai PDRB
Kabupaten Bandung walaupun dengan nilai yang tidak terlalu tinggi.
Tabel. 5.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pertanian
Kabupaten Bandung Tahun 2014 (Persen)
LAPANGAN USAHA Tahun Tahun Tahun
2012 2013 2014
PERTANIAN 5,86 4,93 2,24
a. Tanaman Bahan makanan 6,87 5,11 -3,82
b. Perkebunan 3,89 6,49 22,41
c. Peternakan 3,52 1,92 12,53
d. Kehutanan -11,12 0,99 -15,45
e. Perikanan 2,86 5,45 13,71
Sumber: BPS Kab. Bandung
Kinerja sektor pertanian pada tahun 2014 tercatat mengalami
pertumbuhan positif walaupun sedikit melambat bila dibandingkan secara
yoy (year on year) dengan tahun sebelumnya. Nilai tambah bruto sektor
pertanian atas dasar harga berlaku meningkat dari Rp 5,17 triliun pada tahun
2013 menjadi Rp 5,67 triliun, peranan sektor pertanian meningkat hingga
| 57
APE Kabupaten Bandung Tahun 2014
7,78 persen dan laju pertumbuhan positif sebesar 2,24 persen, sedikit
melambat dari laju pertambahan tahun sebelumnya yang mencapai 4,93
persen.
Kinerja positif sektor pertanian didukung oleh pertumbuhan pada tiga
sub sektor yaitu sub sektor perkebunan, perikanan dan peternakan. Laju
pertumbuhan sub sektor tanaman perkebunan merupakan laju pertumbuhan
tertinggi pada kelompok sektor pertanian, yakni mencapai hingga 22,41
persen, diikuti oleh sub sektor perikanan sebesar 13,71 persen, sub sektor
peternakan sebesar 12,53 persen. Sub sektor tanaman bahan makanan dan
sub sektor kehutanan tumbuh negatif dimana sub sektor tanaman bahan
makanan sebesar tumbuh (-3,82) persen, dan sub sektor kehutanan sebesar
tumbuh sebesar (-15,45) persen.
Tabel. 5.2 Kontribusi Sektor Pertanian Kabupaten Bandung
Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2014 (Persen)
LAPANGAN USAHA Tahun Tahun Tahun
2012 2013 2014
PERTANIAN 7,92 8,04 7,78
a. Tanaman Bahan makanan 5,89 6,08 5,77
b. Perkebunan 0,99 0,94 0,95
c. Peternakan 0,82 0,80 0,82
d. Kehutanan 0,02 0,02 0,02
e. Perikanan 0,20 0,20 0,23
Sumber: BPS Kab. Bandung
Hal yang menarik tahun ini adalah dimana sub sektor tanaman bahan
makanan yang merupakan tulang punggung sektor pertanian mengalami
pertumbuhan yang negative. Menurunnya kinerja sub sektor tanaman bahan
makanan karena semakin mahalnya harga pupuk dan susahnya
mendapatkan sarana produksi pertanian pada akhir akhir ini. Dengan
| 58
APE Kabupaten Bandung Tahun 2014
demikian berpengaruh pada tingkat produktivitas tanaman bahan makanan.
Disamping itu mahalnya harga produk pertanian terutama harga sayuran
bukanlah menunjang sisi produksi pertanian tapi justru harga pertanian di
tingkat produsen tidak laku terjual sehingga sangat mengurangi tingkat
produksi.
Namun demikian meskipun sub sektor tanaman bahan makanan
mengalami penurunan, kinerja sektor pertanian didukung oleh
meningkatnya laju pertumbuhan yang signifikan dari tiga sub sektor yaitu
perkebunan, peternakan dan perikanan dibandingkan tahun sebelumnya
bahkan yang tertinggi dalam lima tahun terakhir walaupun nilai
distribusinya masih rendah. Dengan demikian laju pertumbuhan sektor ini
masih mengalami peningkatan meskipun jika dibandingkan tahun
sebelumnya melemah.
Yang perlu diperhatikan adalah pada sub sektor kehutanan dimana nilai
distribusi sub sektor ini terus menurun selama 5 tahun terakhir diikuti pula
oleh laju pertumbuhan sub sektor kehutanan yang terus menurun.
Peningkatan nilai sektor pertanian, berbanding terbalik dengan
peningkatan kontribusi sektor tersebut terhadap perekonomian regional.
Peranan sektor pertanian pada tahun 2014 justru menurun dari 8,00 persen
menjadi 7,78 persen, dengan sub sektor tanaman bahan makanan sebagai
kontributor utama. Tercatat kontribusi sub sektor tanaman bahan makanan
pada tahun 2014 sebesar 5,77 persen, diikuti oleh sub sektor perkebunan
sebesar 0,95 persen, sub sektor peternakan 0,82 persen, sub sektor
perikanan 0,23 persen dan sub sektor kehutanan sebesar 0,02 persen.
A. Sub Sektor Tanaman Bahan Makanan (Tabama)
Kinerja sub sektor tanaman bahan makanan (tabama) pada tahun 2014
melambat dibanding tahun sebelumnya, tingkat pertumbuhan sub sektor ini
tumbuh -3,82 persen pada tahun ini. Hasil dari survei khusus pendapatan
regional menunjukkan bahwa menurunnya kinerja sub sektor ini disebabkan
oleh menurunnya indeks produksi tanaman padi palawija dan beberapa
produksi sayuran lainnya.
| 59
APE Kabupaten Bandung Tahun 2014
Sama halnya dengan kontribusi sub sektor tabama juga mengalami
penurunan. Kontribusi pada tahun 2013 tercatat sebesar 6,08 persen dan
turun menjadi 5,77 persen di tahun 2014.
B. Sub Sektor Perkebunan
Sebaliknya dengan sub sektor tanaman bahan makanan, pada tahun
ini sub sektor perkebunan justru mengalami pertumbuhan sangat tinggi
hingga 22,41 persen. Pertumbuhan pada sub sektor ini merupakan
peningkatan tertinggi dari seluruh sub sektor di sektor pertanian.
Namun dilihat dari kontribusi peningkatan kinerja, tingkat kontribusi
sub sektor perkebunan meningkat tidak terlalu signifikan dibanding tahun
2013. Kontribusi sub sektor perkebunan tahun 2013 tercatat sebesar 0,94
persen dan menurun menjadi 0,95 persen di tahun 2014.
C. Sub Sektor Peternakan
Kinerja dan kontribusi sub sektor peternakan pada tahun 2014 tercatat
mengalami pertumbuhan cukup positif. Sub sektor peternakan pada tahun
ini tercatat mencapai pertumbuhan sebesar 12,53 persen dengan kontribusi
sebesar 0,82 persen, melaju dari pencapaian tahun 2013 dengan laju
pertumbuhan tercatat sebesar 1,92 persen dan tingkat kontribusi sebesar
0,94 persen.
D. Sub Sektor Kehutanan
Laju pertumbuhan sub sektor kehutanan fluktuatif dari tahun ke tahun.
Tahun 2014 sub sektor ini tumbuh negatif pada angka -15,45 persen dengan
kontribusi stagnan diangka 0,02 persen atau tidak berubah selama tiga tahun
terakhir, dimana selalu menempatkan sub sektor kehutanan ini sebagai sub
sektor dengan laju dan kontribusi terkecil terhadap kinerja ekonomi
Kabupaten Bandung ada sektor pertanian. Tahun lalu sub sektor ini tumbuh
0,99 persen dengan kontribusi 0,02 persen terhadap sektor pertanian.
| 60
APE Kabupaten Bandung Tahun 2014
E. Sub Sektor Perikanan
Pada tahun 2014 kinerja sub sektor perikanan menunjukan
pertumbuhan yang berarti. Laju pertumbuhan tahun sebelumnya tercatat
sebesar 5,45 persen dan mengalami peningkatan menjadi 13,71 persen di
tahun 2014. Adapun tingkat kontribusi sedikit mengalami peningkatan dari
0,20 persen di tahun 2013 menjadi 0,23 di tahun ini.
5.2. SEKTOR PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN
Sektor pertambangan dan penggalian merupakan kontibutor yang tidak
terlalu signifikan pada pembentukan PDRB di Kabupaten Bandung. Potensi
sektor ini antara lain terdapat pada potensi listrik panas bumi (geothermal),
penggalian batu, batu pasir, andesite dan pasir yang tersebar di beberapa
kecamatan.
Laju pertumbuhan ekonomi sektor pertambangan dan penggalian pada
tahun 2014 tercatat -2,43 persen. Penurunan ini terjadi pada sub sektor
penggalian dimana tumbuh secara negatif sebesar -5,78 ditahun ini. Tahun
lalu sektor ini juga tumbuh negatif diangka -4,23 persen.
Tabel. 5.3 Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pertambangan dan
Penggalian Kabupaten Bandung Tahun 2014 (Persen)
LAPANGAN USAHA Tahun Tahun Tahun
2012 2013 2014
PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN (1,75) (4,23) (2,43)
a. Minyak dan Gas Bumi (3,58) (4,45) (1,69)
b. Pertambangan Tanpa Migas - - -
c. Penggalian 7,57 (3,21) (5,78) Sumber: BPS Kab. Bandung
| 61
APE Kabupaten Bandung Tahun 2014
Sub sektor minyak dan gas bumi tercatat kembali mengalami
penurunan laju pertumbuhan pada tahun ini hingga negatif 1,69 persen,
begitu pula dengan sub sektor penggalian yang mengalami penurunan hingga
negatif 5,78 persen setelah tahun lalu juga tumbuh negatif.
Tabel. 5.4
Kontribusi Sektor Pertambangan dan Penggalian Kabupaten BandungAtas Dasar Harga Berlaku Tahun 2014
(Persen)
LAPANGAN USAHA Tahun Tahun Tahun
2012 2013 2014
PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 1,20 1,04 0,90
a. Minyak dan Gas Bumi 1,03 0,89 0,77
b. Pertambangan Tanpa Migas - -
c. Penggalian 0,17 0,15 0,13 Sumber: BPS Kab. Bandung
Sejalan dengan penurunan laju pertumbuhan, tingkat kontribusi sektor
pertambangan dan penggalian juga mengalami penurunan dibandingkan
tahun sebelumnya. Kontribusi tahun 2014 kembali menurun menjadi 0,90
persen dibanding tahun sebelumnya sebesar 1,04 persen.
A. Sub Sektor Minyak dan Gas Bumi
Pada tahun 2014 sub sektor pertambangan minyak dan gas bumi di
Kabupaten Bandung kembali mengalami pertumbuhan negatif hingga 1,69
persen setalah tahun lalu juga tumbuh negative pada angka -4,45 persen hal
ini menunjukan kinerja sector ini di tahun 2014 sedikit lebih baik dibanding
tahun 2013.
B. Sub Sektor Penggalian
Laju pertumbuhan sub sektor penggalian selama tahun 2014 tercatat
mengalami penurunan pertumbuhan. Laju pertumbuhan sub sektor ini turun
| 62
APE Kabupaten Bandung Tahun 2014
cukup tinggi dari -3,21 persen di tahun 2013 menjadi -5,78 persen pada
tahun 2014. Begitu pula dengan tingkat kontribusi sub sektor ini yang
menurun dari 0,15 persen menjadi 0,13 persen di tahun ini.
5.3. SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN
Kinerja sektor industri pengolahan sebagai sektor dengan kontribusi
PDRB terbesar di Kabupaten Bandung tercatat menunjukan pertumbuhan
positif ditahun 20141 ini, , setelah sempat mengalami perlambatan pada
tahun sebelumnya. Laju pertumbuhan sektor ini memang cenderung sangat
berfluktuatif dari tahun ke tahun terkait dengan banyaknya faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan sektor ini.
Tabel. 5.5 Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektor Industri Pengolahan
Kabupaten Bandung Tahun 2014 (Persen)
LAPANGAN USAHA Tahun Tahun Tahun
2012 2013 2014
INDUSTRI PENGOLAHAN 5,40 5,03 5,05
a. Industri Migas - - -
b. Industri Tanpa Migas 5,40 5,03 5,05 Sumber: BPS Kab. Bandung
Peningkatan pertumbuhan sektor industri pengolahan terutama
disebabkan oleh pertumbuhan sub sektor industri tekstil, barang dari kulit
dan alas kaki yang merupakan kontributor terbesar pada sektor industri
pengolahan sehingga sedikit saja terjadi perubahan pada sub sektor ini akan
memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap sektor industri
pengolahan.
Sebanyak lima dari sembilan jenis industri di Kabupaten Bandung pada
tahun ini mengalami pertumbuhan positif, sementara tiga sisanya mengalami
pertumbuhan negatif. Kelima jenis industri yang tumbuh positif itu
| 63
APE Kabupaten Bandung Tahun 2014
diantaranya industri makanan, minuman, dan tembakau; industri tekstil,
barang dari kulit dan alas kaki; industri kertas dan barang cetakan; industri
semen dan barang galian bukan logam; dan industri barang lainnya,
sedangkan industri yang mengalami pertumbuhan negatif adalah industri
barang dari kayu dan hasil hutan lainnya; industri pupuk, kimia, dan barang
dari karet; industri logam dasar besi dan baja; dan industri alat angkutan,
mesin dan peralatannya.
Laju pertumbuhan sektor industri pengolahan pada tahun 2014
terhitung sebesar 5,05 persen, melaju dari tahun 2013 yang tercatat sebesar
5,03 persen.
Tabel. 5.6
Kontribusi Sektor Industri Pengolahan Kabupaten Bandung Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2014
(Persen)
LAPANGAN USAHA Tahun Tahun Tahun
2012 2013 2014
INDUSTRI PENGOLAHAN 57,67 57,08 55,65
a. Industri Migas - - -
b. Industri Tanpa Migas 57,67 57,08 55,65 Sumber: BPS Kab. Bandung
Seperti telah diulas diatas, sektor industri pengolahan merupakan
sektor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB Kabupaten
Bandung, namun pada tahun ini tingkat kontribusi sektor industri kembali
mengalami penurunan menjadi 55,65 persen.
Kecenderungan penurunan kontribusi sektor ini sejalan dengan
peningkatan kontribusi sektor ekonomi lain terutama sektor perdagangan,
hotel dan restoran terhadap pembentukan total PDRB Kabupaten Bandung.
| 64
APE Kabupaten Bandung Tahun 2014
5.4. SEKTOR LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH
Dalam perkembangannya, setelah sempat mengalami tren peningkatan
pertumbuhan sejak tahun 2009 hingga tahun 2012, pada tahun ini laju
pertumbuhan sektor listrik, gas dan air bersih kembali mengalami
perlambatan pertumbuhan setelah tahun lalu sempat pula mengalami
pertumbuhan yang negatif.
Tabel. 5.7 Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektor Listrik,
Gas dan Air Bersih Kabupaten Bandung Tahun 2014 (Persen)
LAPANGAN USAHA Tahun Tahun Tahun
2012 2013 2014
LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 12,53 8,19 (13,57)
a. Listrik 12,56 8,27 (14,27) b. Gas Kota - - c. Air Bersih 11,58 5,47 10,84 Sumber: BPS Kab. Bandung
Laju pertumbuhan sektor LGA tahun 2014 tercatat sebesar -13,57
persen melambat dari tahun sebelumnya yang mencapai hingga 8,19 persen.
Perlambatan ini didukung oleh perlambatan kinerja sub sektor listrik yang
sangat signifikan. Menurunnya laju pertumbuhan ekonomi ini salah satu
sebabnya menurunnya volume listrik yang dibeli oleh PLN sehingga
berakibat pada menurunnya volume listrik yang didistribusikan ke
konsumen.
Sejalan dengan menurunnya produksi listrik di Kabupaten Bandung,
tingkat kontribusi sektor ini juga mengalami penurunan peran terhadap
total PDRB Kabupaten Bandung. Pada tahun ini tingkat kontribusi sektor
listrik, gas dan air bersih tercatat sebesar 1,76 persen, meningkat dari
kontribusi tahun sebelumnya yang sebesar 1,80 persen. Sedangkan untuk
sub sektor air bersih karena nilai cukup kecil, tingkat perubahannya tidak
| 65
APE Kabupaten Bandung Tahun 2014
berpengaruh nyata pada sektor ini dibandingkan dengan purabahan sub
sektor listrik.
Tabel. 5.8 Kontribusi Sektor Listrik , Gas dan Air Bersih
Kabupaten Bandung Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2014 (Persen)
LAPANGAN USAHA Tahun Tahun Tahun
2012 2013 2014
LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 1,67 1,81 1,76
a. Listrik 1,63 1,77 1,72
b. Gas Kota - -
c. Air Bersih 0,04 0,04 0,04 Sumber: BPS Kab. Bandung
A. Sub Sektor Listrik
Berbeda dengan tahun sebelumnya, pada tahun ini sub sektor listrik,
gas dan air bersih mengalami perlambatan pertumbuhan. Laju pertumbuhan
sektor listrik, gas dan air bersih pada tahun 2014 mencapai -13,57 persen,
menurun dari pencapai tahun sebelumnya sebesar 8,19 persen. Peranan sub
sektor ini terhadap pembentukan PDRB juga mengalami penurunan
kontribusi dari 1,80 persen menjadi 1,76 persen pada tahun ini.
B. Sub Sektor Air Bersih
Berbeda dengan sub sektor listrik, kinerja sub sektor air bersih justru
mengalami perlambatan pertumbuhan di tahun ini. LPE sub sektor air bersih
tahun ini tumbuh sebesar 10,84 persen, jauh melaju dari tahun sebelumnya
yang hanya tumbuh hingga 5,47 persen.
5.5. SEKTOR BANGUNAN / KONSTRUKSI
Setelah mengalami pertumbuhan pada tahun sebelumnya, pada tahun
ini laju pertumbuhan sektor bangunan/konstrusi kembali mengalami
| 66
APE Kabupaten Bandung Tahun 2014
peningkatan pertumbuhan. Tercatat LPE sektor bangunan tumbuh sebesar
9,23 persen, meningkat dari pencapaian tahun sebelumnya yang tumbuh
8,97 persen.
Tabel. 5.9
Laju Pertumbuhan Ekonomi dan Kontribusi Sektor Bangunan Kabupaten Bandung Tahun 2014
(Persen)
LAPANGAN USAHA Tahun Tahun Tahun
2012 2013 2014
BANGUNAN
LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI 5,04 8,97 9,23
KONTRIBUSI 1,66 1,77 1,77 Sumber: BPS Kab. Bandung
Meskipun nilai LPE sektor konstruksi mengalami kenaikan namun
kontribusinya tidak mengalami perubahan masih tetap pada level 1,77
persen. Jika dibandingkan dengan tahun 2012 nilai kontribusi ini mengalami
peningkatan.
5.6. SEKTOR PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN
Kinerja sektor perdagangan, hotel dan restoran pada tahun ini kembali
menunjukkan peningkatan. Laju pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan
restoran tahun 2014 tercatat sebesar 10,20 persen atau kembali mengalami
peningkatan dari tahun 2013 yang tumbuh sebesar 9,10 persen.
Pertumbuhan pada sektor ini terutama di dukung oleh peningkatan
pada sub sektor perdagangan besar dan eceran dan sub sektor restoran,
sedangkan sub sektor hotel justru mengalami penurunan pertumbuhan dari
8,33 persen pada tahun 2013 menjadi -1,45 persen pada tahun ini.
| 67
APE Kabupaten Bandung Tahun 2014
Tabel. 5.10 Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektor Perdagangan,
Hotel dan Restoran Kabupaten Bandung Tahun 2014 (Persen)
LAPANGAN USAHA Tahun Tahun Tahun
2012 2013 2014
PERDAGANGAN,HOTEL DAN RESTORAN 8,67 9,10 10,20
a. Perdagangan Besar & Eceran 8,08 9,88 10,66
b. Hotel 4,19 8,33 (1,45)
c. Restoran 11,64 5,33 7,95 Sumber: BPS Kab. Bandung
Sejalan dengan laju pertumbuhan, peranan sektor perdagangan, hotel
dan restoran terhadap pembentukan PDRB terus memperlihatkan tren
meningkat. Tercatat tingkat kontribusi sektor ini pada tahun 2012 sebesar
18,29 persen dan terus meningkat hingga 19,64 persen di tahun ini.
Tabel. 5.11
Kontribusi Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Kabupaten Bandung Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2014
(Persen)
LAPANGAN USAHA Tahun Tahun Tahun
2012 2013 2014
PERDAGANGAN,HOTEL DAN RESTORAN 18,29 18,75 19,64
a. Perdagangan Besar & Eceran 15,15 15,70 16,53
b. Hotel 0,01 0,01 0,01
c. Restoran 3,13 3,04 3,10 Sumber: BPS Kab. Bandung
A. Sub Sektor Perdagangan Besar dan Eceran
Sub sektor perdagangan besar dan eceran pada tahun ini mengalami
peningkatan pertumbuhan, LPE tahun 2014 tercatat sebesar 10,66 persen.
| 68
APE Kabupaten Bandung Tahun 2014
Begitu pula dengan tingkat kontribusi sub sektor ini juga mengalami
peningkatan menjadi 116,53 persen pada tahun ini. Seperti yang telah
diuraikan di atas, peningkatan pada sektor ini terjadi sebagai pengaruh dari
peningkatan volume permintaan terhadap barang dan jasa disamping
pengaruh dari meningkatnya indeks produksi dari sektor-sektor primer.
B. Sub Sektor Hotel
Kinerja sub sektor hotel pada tahun ini terlihat mengalami penurunan
setelah sempat mengalami pertumbuhan pada tahun sebelumnya. Laju
pertumbuhan sub sektor hotel pada tahun ini turun menjadi -1,45 persen
dari 8,33 persen pada tahun sebelumnya. Adapun untuk tingkat kontribusi
tidak mengalami perubahan tetap sebesar 0.01 persen selama lima tahun
terakhir.
C. Sub Sektor Restoran
Berbeda dengan tahun lau, pada tahun ini sub sektor restoran justru
mengalami peningkatan pertumbuhan. LPE sub sektor restoran pada tahun
ini tumbuh menjadi 7,95 persen dari pencapaian tahun sebelumnya yang
mampu tumbuh hingga 5,33 persen. Sejalan dengan hal ini tingkat
kontribusi sektor ini juga meningkat dari 3,04 persen menjadi 3,10 persen di
tahun ini.
5.7. SEKTOR PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI
Kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi pada tahun 2014
menunjukan peningkatan yang signifikan, laju pertumbuhan sektor ini
tercatat sebesar 8,09 persen dengan tingkat kontribusi sebesar 4,18 persen.
Pertumbuhan di sektor ini disebabkan oleh peningkatan di sub sektor
pengangkutan yang merupakan kontributor terbesar pada sektor ini
sedangkan sub sektor lainnya yaitu sub sektor komunikasi justru mengalami
peningkatan.
| 69
APE Kabupaten Bandung Tahun 2014
Tabel. 5. 12 Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Kabupaten Bandung Tahun 2014
(Persen)
LAPANGAN USAHA Tahun Tahun Tahun
2012 2013 2014
PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 7,90 6,44 8,09
a. Pengangkutan 7,06 5,22 8,02
1 Angkutan Rel 5,97 1,90 (1,66)
2 Angkutan Jalan Raya 7,03 5,27 8,15
3 Angkutan laut - - -
4 Angkutan Sungai - - -
5 Angkutan Udara - - -
6 Jasa Penunjang Angkutan 7,38 5,14 7,87
b. Komunikasi 12,36 12,65 8,39 Sumber: BPS Kab. Bandung
Tabel. 5. 13
Kontribusi Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Tahun 2014 Kabupaten Bandung Atas Dasar Harga Berlaku
(Persen)
LAPANGAN USAHA Tahun Tahun Tahun
2012 2013 2014
PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 4,16 4,13 4,11
a. Pengangkutan 3,68 3,66 3,64
1 Angkutan Rel 0,03 0,03 0,03
2 Angkutan Jalan Raya 3,22 3,21 3,19
3 Angkutan laut - - -
4 Angkutan Sungai - - -
5 Angkutan Udara - - -
6 Jasa Penunjang Angkutan 0,44 0,42 0,42 b. Komunikasi 0,48 0,48 0,47
Sumber: BPS Kab. Bandung
| 70
APE Kabupaten Bandung Tahun 2014
Sejalan dengan peningkatan pada laju pertumbuhan, tingkat kontribusi
sektor ini juga mengalami peningkatan. Peranan sektor pengangkutan dan
komunikasi terhadap perekonomian Kabupaten Bandung meningkat hingga
4,18 persen dari kontribusi tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 4,13
persen. Peningkatan ini terutama terjadi pada sub sektor pengangkutan.
A. Sub Sektor Pengangkutan
Kinerja sub sektor pengangkutan di tahun 2014 mengalami
peningkatan pertumbuhan. Pertumbuhan ini terjadi pada hampir semua
sub sektor pengangkutan, kecuali angkutan rel yang tumbuh -1,66 persen
turun dari tahun lalu yang tumbuh 1,90 persen.
Adapun tingkat kontribusi sub sektor pengangkutan juga mengalami
peningkatan kontribusi. Peranan sektor pengangkutan pada tahun 2013
sebesar 3,64 persen menurun menjadi 3,72 persen pada tahun ini.
B. Sub Sektor Komunikasi
Berbeda dengan tahun sebelumnya, LPE sektor komunikasi tahun ini
menunjukkan penurunan pertumbuhan yang cukup signifikan. Sub sektor
komunikasi tahun 2014 tumbuh 8,39 persen menurun dari tahun
sebelumnya yang mencapai angka 12,65 persen
5.8. SEKTOR KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN
Laju pertumbuhan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan
pada tahun 2014 kembali meningkat setelah sempat melambat pada tahun
sebelumnya, peningkatan ini disebabkan peningkatan yang signifikan dari
sub sector lembaga keuangan lainnya yang tumbuh hingga 33,75 persen, atau
pertumbuhan tertinggi selama 5 tahun terakhir
| 71
APE Kabupaten Bandung Tahun 2014
Tabel. 5.14 Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektor Keuangan, Persewaan dan
Jasa Perusahaan Kabupaten Bandung Tahun 2014 (Persen)
LAPANGAN USAHA Tahun Tahun Tahun
2012 2013 2014
KEU,PERSEWAAN DAN JS PRSHN 8,28 3,87 6,28
a. Bank 10,47 8,90 7,08
b. Lembaga Keuangan lainnya 2,78 (3,36) 33,75
c. Sewa Bangunan 8,38 2,32 5,75
d. Jasa perusahaan 6,92 5,76 2,26 Sumber: BPS Kab. Bandung
Tabel. 5.15 Kontribusi Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
Kabupaten Bandung Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2014 (Persen)
LAPANGAN USAHA Tahun Tahun Tahun
2012 2013 2014
KEU,PERSEWAAN DAN JS PRSHN 1,97 1,88 1,83
a. Bank 0,30 0,31 0,31
b. Lembaga Keuangan lainnya 0,07 0,07 0,08
c. Sewa Bangunan 1,22 1,14 1,09
d. Jasa perusahaan 0,37 0,37 0,35 Sumber: BPS Kab. Bandung
A. Sub Sektor Bank
Secara umum kondisi perbankan tahun 2014 dinilai masih sehat dalam
menghadapi gejolak perekonomian global dan domestik. Pada tahun ini
sektor perbankan walaupun mengalami perlambatan namun tetap stabil
pada kisaran angka 7,08 persen.
| 72
APE Kabupaten Bandung Tahun 2014
B. Sub Sektor Lembaga Keuangan Lainnya
Berbeda dengan sub sektor lainnya pertumbuhan positif sub sektor
lembaga keuangan lainnya justru mengalami pertumbuhan yang sangat
signifikan, dimana pada tahun ini laju pertumbuhan sub sektor ini
mengalami peningkatan menjadi 33,75 persen.
C. Sub Sektor Sewa Bangunan
Kinerja sub sektor sewa bangunan pada tahun ini mengalami
peningkatan pertumbuhan. Pertumbuhan pada tahun 2013 mencapai 2,32
persen dan jauh meningkat menjadi 5,75 persen pada tahun ini, adapun
tingkat kontribusi dari sektor ini justru mengalami penurunan dibanding
tahun sebelumnya, dari peranan sebesar 1,14 persen menurun menjadi 1,09
persen pada tahun 2014.
D. Sub Sektor Jasa Perusahaan
Kinerja sub sektor jasa perusahaan juga mengalami perlambatan
pertumbuhan di tahun ini. Laju pertumbuhan mencapai 2,26 persen,
melambat dari pencapaian tahun sebelumnya sebesar 5,75 persen.
5.9. SEKTOR JASA-JASA
Tahun ini laju pertumbuhan sektor jasa-jasa mulai menunjukkan
peningkatan pertumbuhan. LPE tahun 2014 mencapai 13,39 persen, jauh
lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya yang tumbuh 9,28 persen. Laju
pertumbuhan ini merupakan laju pertumbuhan tertinggi selama lima tahun
terakhir dan merupakan laju pertumbuhan tertinggi dari semua sector
pembentuk PDRB Kabupaten Bandung tahun 2014.
| 73
APE Kabupaten Bandung Tahun 2014
Tabel. 5. 16 Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektor Jasa-Jasa
Kabupaten Bandung Tahun 2014 (Persen)
LAPANGAN USAHA Tahun Tahun Tahun
2012 2013 2014
JASA – JASA 5,05 9,28 13,39
a. Pemerintahan Umum 6,19 7,62 11,42
b. Swasta 3,81 11,12 15,51
1. Sosial Kemasyarakatan 3,37 8,39 18,31
2. Hiburan dan Rekreasi 11,36 10,26 (3,15)
3. Perorangan dan Rumahtangga 3,86 12,20 14,80 Sumber: BPS Kab. Bandung
Tabel. 5.17 Kontribusi Sektor Jasa-jasa Kabupaten Bandung
Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2014 (Persen)
LAPANGAN USAHA Tahun Tahun Tahun
2012 2013 2014
JASA – JASA 5,46 5,85 6,49
a. Pemerintahan Umum 2,88 3,20 3,63
b. Swasta 2,58 2,65 2,86
1. Sosial Kemasyarakatan 0,63 0,63 0,69
2. Hiburan dan Rekreasi 0,03 0,03 0,03
3. Perorangan dan Rumahtangga 1,92 1,99 2,14 Sumber: BPS Kab. Bandung
Adapun untuk tingkat kontribusi sektor jasa-jasa terhadap
pembentukan total nilai PDRB Kabupaten Bandung pada tahun ini sedikit
meningkat bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yakni sebesar 6,49
persen, dimana tahun lalu hanya memiliki kontribusi sebesar 5,85 persen.
| 74
APE Kabupaten Bandung Tahun 2014
A. Sub Sektor Jasa Pemerintahan Umum
Pada tahun ini sektor jasa pemerintahan umum mengalami
peningkatan pertumbuhan baik pada laju kinerja maupun tingkat kontribusi
setelah sempat pula mengalami peningkatan pertumbuhan tahun
sebelumnya. Laju pertumbuhan tahun 2012 sebesar 6,19 persen meningkat
menjadi 7,62 persen di tahun 2013 dan di tahun 2014 kembali meningkat
hingga 11,42 persen.
B. Sub Sektor Swasta
Sama halnya dengan kinerja sub sektor pemerintahan umum, kinerja
sub sektor swasta pada tahun ini juga mengalami peningkatan pertumbuhan
cukup tinggi dibanding tahun sebelumnya. Laju pertumbuhan sub sektor
swasta tercatat mengalami pertumbuhan dari 11,12 persen pada tahun 2013
menjadi 15,51 persen pada tahun 2014. Peningkatan ini terutama didukung
oleh peningkatan pertumbuhan pada sub sektor jasa sosial kemasyarakatan
dan sub sektor jasa perorangan dan rumah tangga yang mengalami
pertumbuhan cukup tinggi.
Sejalan dengan laju pertumbuhannya, tingkat kontribusi sub sektor ini
juga mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
1. Sub Sektor Sosial Kemasyarakatan
Kinerja sub sektor sosial kemasyarakatan pada tahun 2014 tercatat
mengalami pertumbuhan dibanding tahun sebelumnya. LPE sub sektor ini
jauh meningkat menjadi 18,31 persen dari pencapaian sebelumnya sebesar
8,39 persen. Namun demikian dari sisi kontribusinya sub sektor ini hanya
mengalami sedikit peningkatan dibanding tahun sebelumnya, dimana di
tahun 2014 hanya menyumbang 0,69 persen setelah tahun lalu hanya bisa
berkontribusi 0,63 persen saja.
| 75
APE Kabupaten Bandung Tahun 2014
2. Sub Sektor Hiburan dan Rekreasi
Berbeda dengan sub sektor lainnya, kinerja sub sektor jasa hiburan
dan rekreasi pada tahun ini justru mengalami perlambatan yang signifikan
walaupun hingga bernilai negatif. Laju pertumbuhan pada tahun 2014
melambat menjadi -3,15 persen, menurun dari pencapaian tahun
sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar 10,26 persen. Adapun tingkat
kontribusi sub sektor ini tidak mengalami perubahan selama lima tahun
terakhir di angka 0,03 peren.
3. Sub Sektor Jasa Perorangan dan Rumah Tangga
Kecenderungan pertumbuhan juga terjadi pada sub sektor jasa
perorangan dan rumah tangga yang mengalami pertumbuhan cukup tinggi,
dimana pada tahun 2012 LPE sektor ini tercatat sebesar 3,86 persen dan
jauh meningkat menjadi 12,20 persen pada tahun 2013. Tahun 2014 sub
sector ini kembali melaju 14,80 persen. Begitu pula dengan peranan sub
sektor ini terhadap pembentukan PDRB yang juga mengalami peningkatan
dibandingkan dengan tahun sebelumnya dimana tahun ini mampu
memberikan kontribusi sebesar 2,14 persen.
| 77
APE Kabupaten Bandung Tahun 2014
BAB VI POSISI PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BANDUNG
DI KAWASAN METROPOLITAN BANDUNG
6.1. Kawasan Metropolitan Bandung
Kawasan Metropolitan Bandung atau sering disebut dengan kawasan
Bandung Raya merupakan salah satu wilayah metropolitan dengan luas
mencapai ± 338,04 Ha yang meliputi wilayah sekitar Bandung, provinsi Jawa
Barat, Indonesia. Pada awalnya Kawasan Bandung Metropolitan terdiri dari
empat wilayah administratif yaitu Kota Bandung, Kabupaten Bandung,
Kabupaten Sumedang, dan Kota Cimahi. Pada tahun 2007 Kabupaten
Bandung Barat memisahkan diri dari Kabupaten Bandung untuk membentuk
wilayah administratif sendiri.
Berdasarkan Metropolitan Development Management, perkembangan
Metropolitan Bandung Raya dimulai dari perkembangan Kota Bandung
sebagai ibukota Provinsi Jawa Barat. Selanjutnya perkembangan wilayah-
wilayah di sekitar Kota Bandung terjadi seiring dengan meluasnya ciri
perkotaan dari Kota Bandung ke wilayah sekitarnya. Pada tahun 2010,
terdapat 56 kecamatan yang telah mempunyai ciri perkotaan di Kota
Bandung, Kota Cimahi, sebagian Kabupaten Bandung, sebagian Kabupaten
Bandung Barat, dan sebagian Kabupaten Sumedang. 56 kecamatan tersebut
termasuk ke dalam delineasi Metropolitan Bandung Raya dengan jumlah
penduduk sebesar 5.813.269 jiwa dan luas wilayah sebesar 106.015 Ha.
Sementara itu, pada tahun 2010 luas kawasan terbangun mencapai 26.142
Ha atau sekitar 25 persen dari luas wilayah keseluruhan.
Kawasan Metropolitan Bandung memiliki potensi infrastruktur
transportasi yang cukup lengkap baik transportasi darat maupun
transportasi udara. Kawasan Metropolitan Bandung dilintasi oleh jalan arteri
primer, rel kereta api, dan beberapa ruas jalan tol. Selain itu, terdapat pula
terminal tipe A yaitu Terminal Cicaheum dan Terminal Leuwipanjang di Kota
Bandung. Untuk transportasi udara, terdapat Bandara Husein Sastranegara.
| 78
APE Kabupaten Bandung Tahun 2014
Kabupaten Sumedang
Kota Cimahi
Kabupaten Bandung
Barat
Kabupaten Bandung
Kota Bandung
4,60
5,94
5,96
5,18
8,87
Selain dari itu, kawasan ini merupakan Daerah Aliran Sungai (DAS)
Sungai Citarum bagian hulu Waduk Saguling. Keberadaan sungai Citarum
memiliki fungsi yang sangat penting dalam menunjang aktivitas kehidupan
terutama penduduk yang berada di wilayah Kawasan Bandung Metropolitan.
Dalam perkembangannya, upaya pemanfaatan ruang Kawasan Bandung
Metropolitan tidak terpisahkan dari aspek pembangunan ekonomi, sosial dan
budaya. Implementasinya adalah dengan meningkatkan pembangunan di
salah satu daerah akan memberikan dampak positif bagi daerah lain dalam
suatu kawasan pembangunan.
6.2. Pertumbuhan Ekonomi
Keberhasilan pembangunan perekonomian dari suatu wilayah dan
kinerjanya dapat diamati melalui beberapa indikator makro. Salah satu
indikator makro yang sering digunakan untuk mengetahui kondisi ekonomi
suatu daerah dalam suatu periode tertentu adalah Produk Domestik Regional
Bruto.
Grafik 6.1 Posisi Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE)
Kawasan Metropolitan Bandung Tahun 2013 (Persen
Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat
| 79
APE Kabupaten Bandung Tahun 2014
Nilai PDRB dapat menggambarkan kemampuan daerah dalam
mengelola sumber daya pembangunan yang dimilikinya, oleh karena itu
besaran PDRB setiap daerah bervariasi sesuai dengan potensi alam, sumber
daya manusia serta ketersediaan faktor-faktor produksi yang dimiliki
masing-masing daerah.
Pada tahun 2013 laju pertumbuhan ekonomi di Kawasan Metropolitan
Bandung berkisar antara 4,60 persen hingga 8,87 persen, dengan LPE
tertinggi dicapai oleh Kota Bandung (8,87 persen) disusul oleh Kabupaten
Bandung (5,96 persen), Kabupaten Bandung Barat (5,94 persen), Kota
Cimahi (5,18 persen) dan Kabupaten Sumedang (4,60 persen) pada posisi
terakhir.
Posisi Kota Bandung sebagai ibu kota provinsi Jawa Barat, LPE jauh
lebih tinggi dari pada kabupaten/kota sekitarnya. Untuk Kabupaten
Bandung, Kabupaten Bandung Barat dan Kota Cimahi memiliki level LPE
yang hampir sama dengan tingkat LPE paling tinggi di Kabupaten Bandung.
Adapun Kabupaten Sumedang masih jauh tertinggal dibandingkan dengan
Kabupaten/kota lainnya.
6.3. Kontribusi Sektor Unggulan
Perkembangan kawasan Metropolitan Bandung tidak dapat dilepaskan
dari keunggulan-keunggulan yang terdapat di Metropolitan Bandung Raya.
Keunggulan tersebut dari keberadaan sumber daya alam dan sejarah yang
dimilikinya, memiliki sumber daya produksi yang lebih unggul dibandingkan
dengan wilayah lain serta penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi
sehingga menciptakan keunggulan dalam persaingan antar wilayah.
Mengamati potensi wilayah dari kontribusi terbesar di nilai PDRB
kawasan Metropolitan Bandung akan didapatkan nilai kontribusi atau
struktur ekonomi suatu wilayah sehingga dapat digunakan untuk menilai
konsentrasi lapangan usaha yang dominan di suatu wilayah. Tingginya
| 80
APE Kabupaten Bandung Tahun 2014
pertumbuhan ekonomi tentu tidak terlepas dari kontribusi sektor dominan
dalam perekonomian di masing-masing wilayah.
Tabel 6.1 Kontribusi Sektor Ekonomi
di Kawasan Metropolitan Bandung Tahun 2013 (Persen)
URAIAN Kab Bandung
Kab Sumedang
Kab Bandung
Barat
Kota Bandung
Kota Cimahi
PERTANIAN 8 28,03 11,97 0,2 0,17
PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 1,04 0,11 0,38 0 0
INDUSTRI PENGOLAHAN 56.79 21.74 40.79 21.56 56.67
LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 1.80 3.19 6.57 2.45 3.26
KONSTRUKSI 1.77 2.34 2.91 4.69 6.83
PERDAG., HOTEL & RESTORAN 18.75 27.86 21.64 42.40 21.60
PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 4,11 4,43 6,21 13,31 2,05
KEU. REAL ESTAT & JS PERUSAHAAN 1,88 4,46 2,74 6,57 2,7
JASA-JASA 5,85 7,84 6,78 8,82 6,73
TOTAL 100 100 100 100 100
Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat
Tabel 6.1 menggambarkan struktur ekonomi kabupaten/kota di
kawasan Metropolitan Bandung. Dari sembilan sektor ekonomi terdapat tiga
sektor ekonomi yang cukup dominan di Kawasan Metropolitan Bandung
yaitu sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran dan
sektor pertanian. Hampir semua kota/kabupaten di Kawasan Metropolitan
Bandung mempunyai sektor dominan di sektor industri pengolahan dan
sektor perdagangan, hotel dan restoran, namun hanya wilayah kabupaten di
| 81
APE Kabupaten Bandung Tahun 2014
kawasan ini yang mempunyai sektor dominan di sektor pertanian,
diantaranya adalah Kabupaten Sumedang, Kabupaten Bandung Barat dan
Kabupaten Bandung.
Adapun untuk sektor keuangan, persewaan dan jasa keuangan dan
sektor jasa-jasa didominasi oleh wilayah perkotaan, meskipun di beberapa
kabupaten kedua sektor tersebut berkontribusi yang seimbang dengan
wilayah perkotaan. Khusus sektor pengangkutan di wilayah kota Bandung
mempunyai share yang paling tinggi dibandingkan dengan kabupaten/kota
lainnya. Hal ini disebabkan di wilayah Kota Bandung terdapat pusat
angkutan rel (Kereta Api) dan adanya Lapangan Udara Husain Sastranegara.
Untuk Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat dan Kota
Cimahi memiliki dominasi di sektor Industri Pengolahan yang masing masing
mencapai 56,79 persen, 40,79 persen dan 56,67 persen. Hal ini disebabkan
secara sejarah, ketiga wilayah merupakan sentra industri terutama Tekstil
dan produk Tekstil (TPT) yang sudah dikembangkan sejak dulu.
Kota Bandung di dominasi oleh sektor Perdagangan, Hotel dan
Restoran yang mencapai 42,40 persen. Hal ini menggambarkan bahwa Kota
Bandung merupakan kota dengan sentra perdagangan di Jawa Barat dan
tumbuhnya industri hotel dan restoran yang cukup dominan di wilayah ini.
Adapun untuk Kabupaten Sumedang di dominasi oleh sektor pertanian yang
mencapai 28,03 persen. Luasan wilayah masih menjanjikan untuk
pengembangan sektor pertanian di wilayah ini terutama produksi tanaman
bahan makanan (tabama). Kontribusi pertanian ini masih belum bisa
menjadikan produk pertanian di Kabupaten Sumedang menjadi komoditi
andalan di tingkat provinsi Jawa Barat.
Sektor pertambangan memiliki kontribusi paling kecil di semua
wilayah Metropolitan Bandung. Demikian juga untuk sektor Listrik Gas dan
Air bersih, terkecuali kabupaten Bandung Barat yang masih tinggi
kontribusinya terhadap PDRB. Hal ini karena wilayah Kabupaten Bandung
Barat ada PLTA Saguling.
| 82
APE Kabupaten Bandung Tahun 2014
6.4. Tingkat Kesejahteraan
Salah satu indikator yang menggambarkan tingkat kesejahteraan
masyarakat di suatu wilayah adalah besarnya pendapatan per kapita (Income
per Capita) yaitu rata-rata pendapatan per tahun yang diterima setiap
penduduknya. Besaran nilai pendapatan per kapita dapat didekati oleh nilai
PDRB per kapita yang dapat dari pembagian nilai PDRB atas dasar harga
berlaku dengan jumlah penduduk pertengahan tahun.
Tabel 6.2. Pendapatan Per Kapita ADH Berlaku
di Kawasan Metropolitan Bandung Tahun 2011 – 2013 (Rupiah)
KAB/KOTA 2011 2012 2013
KAB. SUMEDANG 12.155,33 13.266,68 14.738,67
KAB. BANDUNG BARAT 12.589,36 13.893,69 15.530,93
KOTA BANDUNG 39.219,77 45.135,93 52.962,98
KOTA CIMAHI 25.712,44 27.724,32 30.285,00
Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat
Pada tahun 2013, PDRB perkapita tertinggi di Kawasan Metropolitan
Bandung dicapai oleh Kota Bandung dengan nilai sebesar Rp 52,96 juta per
tahun, diikuti oleh Kota Cimahi sebesar Rp 30,29 juta per tahun, Kabupaten
Bandung sebesar Rp 18,98 juta per tahun, Kabupaten Bandung Barat sebesar
Rp 15,53 juta per tahun, dan Kabupaten Sumedang pada posisi terakhir
dengan nilai sebesar Rp 14,74 juta per tahun.
Secara umum, PDRB per kapita di Kawasan Metropolitan Bandung
meningkat dibanding tahun sebelumnya, kenaikan berkisar antara 9 hingga
17 persen. Kenaikan pendapatan per kapita tertinggi dicapai oleh Kota
| 83
APE Kabupaten Bandung Tahun 2014
Bandung dengan kenaikan 17,34 persen, sedangkan terendah pada Kota
Cimahi dengan kenaikan 9,24 persen.
Grafik 6.2.
Posisi PDRB Per Kapita di Kawasan Metropolitan Bandung
Tahun 2013
Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat
Mengamati PDRB per Kapita di wilayah Metropolitan Bandung PDRB
per kapita Provinsi Jawa Barat diperoleh bahwa posisi Kota Bandung dan
Kota Cimahi berada di atas PDRB per kapita Jawa Barat sedangkan
Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Sumedang
berada di bawah PDRB per kapita Provinsi Jawa Barat. Hal tersebut memberi
gambaran bahwa di wilayah Metropolitan Bandung tingkat kesejahteraan
untuk wilayah perkotaan diatas rata-rata, sebaliknya untuk wilayah
kabupaten masih dibawah rata-rata.
Kab Sumedang
Kab Bandung
Barat
Kota Cimahi
Kota Bandung
Jawa Barat
| 77
APE Kabupaten Bandung Tahun 2014
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Pembangunan ekonomi Kabupaten Bandung di tahun 2014 mengalami
sedikit perlambatan dibandigkan dengan tahun sebelumnya yaitu
digambarkan oleh Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) sebesar 5,92 persen
melambat sebesar 0,04 point dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang
sebesar 5,96 persen.
Laju pertumbuhan tertinggi di capai oleh sektor Jasa jasa yang
mencapai pertumbuhan 13,39 persen dengan sumbangan tertinggi di jasa
sosial kemasyarakatan. Adapun laju pertumbuhan terendah dialami oleh
sektor Listrik, gas dan air bersih yang pertumbuhannya mengalami negativ
13,57 persen.
Struktur perekonomian Kabupaten Bandung tidak mengalami
perubahan, dimana Industri pengolahan tetap mendominasi dengan share
terhadap PDRB sebesar 55,65 persen, yang diikuti oleh sektor perdagangan,
hotel dan restoran yang sebesar 19,64 persen dan sektor pertanian 7,78
persen.
Perkembangan harga di tingkat produsen yang digambarkan oleh
inflasi PDRB di tahun ini mengalami peningkatan sebesar 6,50 persen sedikit
lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 6,93
persen. Perkapita Kabupaten Bandung mencapai nilai Rp. 18,987 Juta per
tahun.
7.2. Saran
Mengingat sektor Industri Pengolahan merupakan tulang punggung
perekonomian di Kabupaten Bandung, untuk tetap mempertahankan kinerja
sektor ini ke dalam posisi yang lebih baik dari sebelumnya maka perlu upaya
untuk perbaikan dari berbagai sisi untuk kelancaran proses produksi di
| 78
APE Kabupaten Bandung Tahun 2014
sektor ini. Kemudahan bahan baku, kemudahan pemasaran menjadi hal yang
penting dalam kontinuitas proses produksi sektor Industri Pengolahan.
Disamping sektor indutri, sektor yang cukup berperan adalah sektor
Perdagangan, Hotel dan Restoran. Sektor Perdagangan merupakan refleksi
dari sektor primer yaitu sektor indudtri pengolahan, Sektor penggalian dan
sektor pertanian. Jangan sampai bergeraknya sektor perdagangan
Kabupaten Bandung yang merupakan akibat dari komponen impor, dalam
arti perputaran barang barang Kabupaten Bandung ternyata sebagian besar
dari barang barang impor. Diharapkan pergerakan sektor perdagangan ini
merupakan benar benar refleksi dari hasil sektor primer di Kabupaten
Bandung.
Sektor Pertanian meskipun menempati urutan ketiga dalam tingkat
kontribusi di dalam PDRB Kabupaten Bandung, namun sekotor ini tetap
menjadi core basis di perekonomian Kabupaten Bandung. Hal ini tetap
dipertahankan mengingat produk hortikultura terutama kentang, wortel,
patsai sudah menjadi trade mark Kabupaten Bandung disamping hasil
perkebunan seperti komoditi teh dan kopi. Adapun produk peternakan perlu
mendapat perhatian lebih terutama ternak unggas disamping ternak besar
seperti sapi dan kerbau. Karena ada kecenderungan bahwa Kabupaten
Bandung bukan lagi sebagai pengekspor produk peternakan namun menjadi
pengimpor produk peternakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi rumah
tangganya.
| 85
APE Kabupaten Bandung Tahun 2014
TABEL 1.1. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
KABUPATEN BANDUNG ATAS DASAR HARGA BERLAKU
2010 – 2014 (Juta Rupiah)
LAPANGAN USAHA
Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
2010 2011* 2012** 2013*** 2014****
[1] [2] [3] [4] [5] [6]
1. PERTANIAN 3.471.661,92 3.978.936,25 4.518.784,28 5.171.118,05 5.672.739,51
a. Tanaman Bahan makanan 2.480.859,47 2.912.878,38 3.361.967,61 3.912.195,66 4.206.280,50
b. Perkebunan 511.005,90 525.013,08 564.053,87 604.806,17 690.025,53
c. Peternakan 372.169,19 421.580,91 465.778,60 513.040,56 600.645,66
d. Kehutanan 15.162,76 14.319,13 13.368,75 12.221,41 11.329,25
e. Perikanan 92.464,59 105.144,75 113.615,45 128.854,25 164.458,56 2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 580.783,81 642.359,10 686.014,49 673.133,71 657.379,05
a. Minyak dan Gas Bumi 505.941,93 556.720,08 587.226,36 573.837,75 560.754,39
b. Pertambangan Tanpa Migas - - - - -
c. Penggalian 74.841,88 85.639,03 98.788,13 99.295,96 96.624,66
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 27.471.535,02 30.116.379,01 32.915.231,13 36.721.871,46 40.595.513,08
a. Industri Migas - - b. Industri Tanpa Migas 27.471.535,02 30.116.379,01 32.915.231,13 36.721.871,46 40.595.513,08
4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 741.188,33 824.630,98 954.918,90 1.166.432,32 1.282.638,54
a. Listrik 723.710,31 804.679,13 931.938,54 1.141.827,00 1.254.761,32
b. Gas Kota - - - - -
c. Air Bersih 17.478,02 19.951,85 22.980,36 24.605,32 27.877,22
5. BANGUNAN/KONTRUKSI 764.990,68 852.508,61 947.236,94 1.143.674,37 1.294.611,80 6. PERDAGANGAN,HOTEL DAN RESTORAN 7.796.200,55 8.920.233,69 10.436.027,24 12.123.022,26 14.326.868,98
a. Perdagangan Besar & Eceran 6.495.322,98 7.435.043,57 8.644.360,19 10.150.239,66 12.059.617,80
b. Hotel 6.315,51 6.964,20 7.553,61 8.567,26 8.753,52
c. Restoran 1.294.562,05 1.478.225,91 1.784.113,44 1.964.215,35 2.258.497,66 7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 1.933.148,22 2.159.485,64 2.374.097,92 2.659.942,03 3.046.424,06
a. Pengangkutan 1.684.827,76 1.896.400,08 2.101.782,99 2.354.238,19 2.713.083,85
1 Angkutan Rel 14.867,49 15.983,90 17.299,86 19.607,15 21.305,03
2 Angkutan Jalan Raya 1.478.194,96 1.649.579,64 1.836.174,51 2.065.445,50 2.393.960,94
3 Angkutan laut - - - - -
4 Angk. Sungai & Penyebrangan - - - - -
5 Angkutan Udara - - - - -
6 Jasa Penunjang Angkutan 191.765,31 230.836,55 248.308,62 269.185,53 297.817,88
b. Komunikasi 248.320,47 263.085,55 272.314,93 305.703,84 333.340,20 8. KEUANGAN,PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN 898.354,49 990.504,14 1.123.606,62 1.217.604,86 1.337.369,83
a. Bank 136.252,59 152.729,57 173.726,78 201.177,97 223.169,25
b. Lembaga Keuangan lainnya 38.117,04 39.913,26 41.856,53 42.539,95 60.896,69
c. Sewa Bangunan 546.925,65 610.351,24 694.279,31 736.056,55 796.871,52
d. Jasa perusahaan 177.059,20 187.510,08 213.744,00 237.830,39 256.432,36
9. JASA - JASA 2.434.375,72 2.806.725,22 3.115.489,15 3.783.648,37 4.731.802,73
a. Pemerintahan Umum 1.262.007,62 1.500.270,29 1.645.569,85 2.068.437,49 2.647.030,40
b. Swasta 1.172.368,10 1.306.454,93 1.469.919,30 1.715.210,88 2.084.772,34
1. Sosial Kemasyarakatan 274.603,52 317.958,30 358.196,27 409.203,07 504.964,37
2. Hiburan dan Rekreasi 11.952,14 13.735,90 16.145,22 18.987,15 19.431,22
3. Perorangan dan Rumahtangga 885.812,44 974.760,73 1.095.577,81 1.287.020,66 1.560.376,75
PDRB DENGAN MIGAS 46.092.238,72 51.291.762,65 57.071.406,68 64.660.447,43 72.945.347,59
PDRB TANPA MIGAS 45.586.296,79 50.735.042,57 56.484.180,32 64.086.609,68 72.384.593,19
Catatan: *) Angka Perbaikan, **) Angka Sementara, ***) Angka Sangat Sementara ****) Angka Sangat Sangat Sementara
| 86
APE Kabupaten Bandung Tahun 2014
TABEL 1.2. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
KABUPATEN BANDUNG ATAS DASAR HARGA KONSTAN
2010 – 2014 (Juta Rupiah)
LAPANGAN USAHA
Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
2010 2011* 2012** 2013*** 2014****
[1] [2] [3] [4] [5] [6]
1. PERTANIAN 1.602.050,01 1.688.263,14 1.787.255,22 1.875.353,39 1.917.297,12
a. Tanaman Bahan makanan 1.130.485,87 1.191.815,65 1.273.677,66 1.338.773,89 1.287.653,22
b. Perkebunan 241.385,29 247.019,31 256.621,75 273.270,54 334.523,24
c. Peternakan 184.669,31 201.871,14 208.984,55 212.993,66 239.680,87
d. Kehutanan 7.283,05 6.776,43 6.022,95 6.082,37 5.142,70
e. Perikanan 38.226,50 40.780,60 41.948,31 44.232,94 50.297,09 2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 282.922,47 291.397,20 286.309,40 274.199,65 267.532,18
a. Minyak dan Gas Bumi 239.464,46 243.473,96 234.759,71 224.304,19 220.520,34
b. Pertambangan Tanpa Migas - - - - -
c. Penggalian 43.458,01 47.923,24 51.549,68 49.895,46 47.011,84
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 13.173.587,93 13.857.488,88 14.605.911,06 15.340.747,17 16.115.189,76
a. Industri Migas - -
b. Industri Tanpa Migas 13.173.587,93 13.857.488,88 14.605.911,06 15.340.747,17 16.115.189,76
4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 396.026,30 428.521,96 482.230,40 521.716,11 450.910,38
a. Listrik 385.180,79 416.276,82 468.566,84 507.304,66 434.936,28
b. Gas Kota - - - - -
c. Air Bersih 10.845,51 12.245,14 13.663,56 14.411,45 15.974,11
5. BANGUNAN/KONTRUKSI 381.103,63 411.973,98 432.749,38 471.552,93 515.076,89 6. PERDAGANGAN,HOTEL DAN RESTORAN 3.474.795,78 3.748.625,24 4.073.645,70 4.444.168,03 4.897.376,79
a. Perdagangan Besar & Eceran 2.888.561,75 3.115.045,27 3.366.604,28 3.699.341,08 4.093.741,33
b. Hotel 3.262,25 3.520,00 3.667,48 3.972,95 3.915,26
c. Restoran 582.971,78 630.059,97 703.373,95 740.854,00 799.720,19 7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 892.448,05 960.418,42 1.036.304,54 1.103.080,04 1.192.305,82
a. Pengangkutan 749.616,98 808.228,52 865.303,55 910.453,45 983.512,95
1 Angkutan Rel 7.685,52 8.042,59 8.522,94 8.685,15 8.540,65
2 Angkutan Jalan Raya 650.085,48 695.490,23 744.361,19 783.571,54 847.470,94
3 Angkutan laut - - - - -
4 Angk. Sungai & Penyebrangan - - - - -
5 Angkutan Udara - - - - -
6 Jasa Penunjang Angkutan 91.845,99 104.695,69 112.419,42 118.196,75 127.501,36
b. Komunikasi 142.831,07 152.189,90 171.000,99 192.626,59 208.792,87 8. KEUANGAN,PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN 474.864,56 508.799,47 550.913,19 572.223,98 608.133,47
a. Bank 78.700,29 87.128,39 96.254,52 104.818,05 112.235,32
b. Lembaga Keuangan lainnya 17.902,84 18.499,52 19.014,29 18.375,91 24.578,50
c. Sewa Bangunan 293.667,54 314.028,81 340.330,67 348.227,89 368.239,39
d. Jasa perusahaan 84.593,90 89.142,75 95.313,70 100.802,13 103.080,26
9. JASA - JASA 1.056.862,46 1.130.748,84 1.187.903,28 1.298.130,28 1.471.892,96
a. Pemerintahan Umum 543.635,31 589.368,18 625.876,74 673.582,88 750.503,74
b. Swasta 513.227,15 541.380,66 562.026,54 624.547,41 721.389,22
1. Sosial Kemasyarakatan 138.835,81 149.389,69 154.418,00 167.372,33 198.023,83
2. Hiburan dan Rekreasi 6.201,10 6.726,32 7.490,71 8.259,36 7.998,82
3. Perorangan dan Rumahtangga 368.190,24 385.264,65 400.117,83 448.915,71 515.366,57
PDRB DENGAN MIGAS 21.734.661,19 23.026.237,14 24.443.222,17 25.901.171,60 27.435.715,37
PDRB TANPA MIGAS 21.495.196,73 22.782.763,18 24.208.462,46 25.676.867,41 27.215.195,03
Catatan: *) Angka Perbaikan, **) Angka Sementara, ***) Angka Sangat Sementara ****) Angka Sangat Sangat Sementara
| 87
APE Kabupaten Bandung Tahun 2014
TABEL 2.1. LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI
KABUPATEN BANDUNG ATAS DASAR HARGA BERLAKU
2010 – 2014 (Persen)
LAPANGAN USAHA Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
2010 2011* 2012** 2013*** 2014****
[1] [2] [3] [4] [5] [6]
1. PERTANIAN 12,97 14,61 13,57 14,44 9,70
a. Tanaman Bahan makanan 13,33 17,41 15,42 16,37 7,52
b. Perkebunan 10,66 2,74 7,44 7,22 14,09
c. Peternakan 15,29 13,28 10,48 10,15 17,08
d. Kehutanan 9,35 (5,56) (6,64) (8,58) (7,30)
e. Perikanan 7,83 13,71 8,06 13,41 27,63 2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 10,41 10,60 6,80 (1,88) (2,34)
a. Minyak dan Gas Bumi 10,36 10,04 5,48 (2,28) (2,28)
b. Pertambangan Tanpa Migas - -
c. Penggalian 10,75 14,43 15,35 0,51 (2,69)
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 11,12 9,63 9,29 11,56 10,55
a. Industri Migas - -
b. Industri Tanpa Migas 11,12 9,63
4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 9,88 11,26 15,80 22,15 9,96
a. Listrik 10,00 11,19 15,81 22,52 9,89
b. Gas Kota - - - - -
c. Air Bersih 5,29 14,15 15,18 7,07 13,30
5. BANGUNAN/KONTRUKSI 9,80 11,44 11,11 20,74 13,20 6. PERDAGANGAN,HOTEL DAN RESTORAN 14,98 14,42 16,99 16,17 18,18
a. Perdagangan Besar & Eceran 14,16 14,47 16,27 17,42 18,81
b. Hotel 11,06 10,27 8,46 13,42 2,17
c. Restoran 19,30 14,19 20,69 10,09 14,98 7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 7,69 11,71 9,94 12,04 14,53
a. Pengangkutan 8,58 12,56 10,83 12,01 15,24
1 Angkutan Rel 10,89 7,51 8,23 13,34 8,66
2 Angkutan Jalan Raya 7,20 11,59 11,31 12,49 15,91
3 Angkutan laut - -
4 Angk. Sungai & Penyebrangan - -
5 Angkutan Udara - -
6 Jasa Penunjang Angkutan 20,29 20,37 7,57 8,41 10,64
b. Komunikasi 2,00 5,95 3,51 12,26 9,04 8. KEUANGAN,PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN 9,49 10,26 13,44 8,37 9,84
a. Bank 15,29 12,09 13,75 15,80 10,93
b. Lembaga Keuangan lainnya 8,74 4,71 4,87 1,63 43,15
c. Sewa Bangunan 7,96 11,60 13,75 6,02 8,26
d. Jasa perusahaan 10,19 5,90 13,99 11,27 7,82
9. JASA - JASA 11,99 15,30 11,00 21,45 25,06
a. Pemerintahan Umum 13,73 18,88 9,68 25,70 27,97
b. Swasta 10,18 11,44 12,51 16,69 21,55
1. Sosial Kemasyarakatan 8,23 15,79 12,66 14,24 23,40
2. Hiburan dan Rekreasi 8,56 14,92 17,54 17,60 2,34
3. Perorangan dan Rumahtangga 10,82 10,04 12,39 17,47 21,24
PDRB DENGAN MIGAS 11,71 11,28 11,27 13,30 12,81
PDRB TANPA MIGAS 11,72 11,29 11,33 13,46 12,95
Catatan: *) Angka Perbaikan, **) Angka Sementara, ***) Angka Sangat Sementara ****) Angka Sangat Sangat Sementara
| 88
APE Kabupaten Bandung Tahun 2014
TABEL 2.2. LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI
KABUPATEN BANDUNG ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2010 – 2014 (Persen)
LAPANGAN USAHA Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
2010 2011* 2012** 2013*** 2014****
[1] [2] [3] [4] [5] [6]
1. PERTANIAN 6,66 5,38 5,86 4,93 2,24
a. Tanaman Bahan makanan 6,93 5,43 6,87 5,11 (3,82)
b. Perkebunan 5,51 2,33 3,89 6,49 22,41
c. Peternakan 6,76 9,31 3,52 1,92 12,53
d. Kehutanan 2,98 (6,96) (11,12) 0,99 (15,45)
e. Perikanan 6,17 6,68 2,86 5,45 13,71 2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 4,87 3,00 (1,75) (4,23) (2,43)
a. Minyak dan Gas Bumi 4,04 1,67 (3,58) (4,45) (1,69)
b. Pertambangan Tanpa Migas - - -
c. Penggalian 9,69 10,27 7,57 (3,21) (5,78)
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 5,24 5,19 5,40 5,03 5,05
a. Industri Migas - - -
b. Industri Tanpa Migas 5,24 5,19 5,40 5,03 5,05
4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 5,32 8,21 12,53 8,19 (13,57)
a. Listrik 5,37 8,07 12,56 8,27 (14,27)
b. Gas Kota - - -
c. Air Bersih 3,35 12,91 11,58 5,47 10,84
5. BANGUNAN/KONTRUKSI 7,17 8,10 5,04 8,97 9,23 6. PERDAGANGAN,HOTEL DAN RESTORAN 8,21 7,88 8,67 9,10 10,20
a. Perdagangan Besar & Eceran 7,98 7,84 8,08 9,88 10,66
b. Hotel 7,30 7,90 4,19 8,33 (1,45)
c. Restoran 9,34 8,08 11,64 5,33 7,95 7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 5,78 7,62 7,90 6,44 8,09
a. Pengangkutan 6,32 7,82 7,06 5,22 8,02
1 Angkutan Rel 7,56 4,65 5,97 1,90 (1,66)
2 Angkutan Jalan Raya 6,19 6,98 7,03 5,27 8,15
3 Angkutan laut - - -
4 Angk. Sungai & Penyebrangan - - -
5 Angkutan Udara - - -
6 Jasa Penunjang Angkutan 7,10 13,99 7,38 5,14 7,87
b. Komunikasi 3,06 6,55 12,36 12,65 8,39 8. KEUANGAN,PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN 5,26 7,15 8,28 3,87 6,28
a. Bank 9,96 10,71 10,47 8,90 7,08
b. Lembaga Keuangan lainnya 4,59 3,33 2,78 (3,36) 33,75
c. Sewa Bangunan 4,28 6,93 8,38 2,32 5,75
d. Jasa perusahaan 4,63 5,38 6,92 5,76 2,26
9. JASA - JASA 5,60 6,99 5,05 9,28 13,39
a. Pemerintahan Umum 6,16 8,41 6,19 7,62 11,42
b. Swasta 5,01 5,49 3,81 11,12 15,51
1. Sosial Kemasyarakatan 6,30 7,60 3,37 8,39 18,31
2. Hiburan dan Rekreasi 6,14 8,47 11,36 10,26 (3,15)
3. Perorangan dan Rumahtangga 4,51 4,64 3,86 12,20 14,80
PDRB DENGAN MIGAS 5,88 5,94 6,15 5,96 5,92
PDRB TANPA MIGAS 5,90 5,99 6,26 6,07 5,99
Catatan: *) Angka Perbaikan, **) Angka Sementara, ***) Angka Sangat Sementara ****) Angka Sangat Sangat Sementara
| 89
APE Kabupaten Bandung Tahun 2014
TABEL 3.1. DISTRIBUSI PERSENTASE PDRB
KABUPATEN BANDUNG ATAS DASAR HARGA BERLAKU
2010 – 2014 (Persen)
LAPANGAN USAHA Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
2010 2011* 2012** 2013*** 2014****
[1] [2] [3] [4] [5] [6]
1. PERTANIAN 7,53 7,76 7,92 8,00 7,78
a. Tanaman Bahan makanan 5,38 5,68 5,89 6,05 5,77
b. Perkebunan 1,11 1,02 0,99 0,94 0,95
c. Peternakan 0,81 0,82 0,82 0,79 0,82
d. Kehutanan 0,03 0,03 0,02 0,02 0,02
e. Perikanan 0,20 0,20 0,20 0,20 0,23 2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 1,26 1,25 1,20 1,04 0,90
a. Minyak dan Gas Bumi 1,10 1,09 1,03 0,89 0,77
b. Pertambangan Tanpa Migas - - - - -
c. Penggalian 0,16 0,17 0,17 0,15 0,13
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 59,60 58,72 57,67 56,79 55,65
a. Industri Migas - - - - -
b. Industri Tanpa Migas 59,60 58,72 57,67 56,79 55,65
4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 1,61 1,61 1,67 1,80 1,76
a. Listrik 1,57 1,57 1,63 1,77 1,72
b. Gas Kota - - - - -
c. Air Bersih 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04
5. BANGUNAN/KONTRUKSI 1,66 1,66 1,66 1,77 1,77 6. PERDAGANGAN,HOTEL DAN RESTORAN 16,91 17,39 18,29 18,75 19,64
a. Perdagangan Besar & Eceran 14,09 14,50 15,15 15,70 16,53
b. Hotel 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01
c. Restoran 2,81 2,88 3,13 3,04 3,10 7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 4,19 4,21 4,16 4,11 4,18
a. Pengangkutan 3,66 3,70 3,68 3,64 3,72
1 Angkutan Rel 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03
2 Angkutan Jalan Raya 3,21 3,22 3,22 3,19 3,28
3 Angkutan laut - - - - -
4 Angk. Sungai & Penyebrangan - - - - -
5 Angkutan Udara - - - - -
6 Jasa Penunjang Angkutan 0,42 0,45 0,44 0,42 0,41
b. Komunikasi 0,54 0,51 0,48 0,47 0,46 8. KEUANGAN,PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN 1,95 1,93 1,97 1,88 1,83
a. Bank 0,30 0,30 0,30 0,31 0,31
b. Lembaga Keuangan lainnya 0,08 0,08 0,07 0,07 0,08
c. Sewa Bangunan 1,19 1,19 1,22 1,14 1,09
d. Jasa perusahaan 0,38 0,37 0,37 0,37 0,35
9. JASA - JASA 5,28 5,47 5,46 5,85 6,49
a. Pemerintahan Umum 2,74 2,92 2,88 3,20 3,63
b. Swasta 2,54 2,55 2,58 2,65 2,86
1. Sosial Kemasyarakatan 0,60 0,62 0,63 0,63 0,69
2. Hiburan dan Rekreasi 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03
3. Perorangan dan Rumahtangga 1,92 1,90 1,92 1,99 2,14
PDRB DENGAN MIGAS 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
PDRB TANPA MIGAS 98,90 98,91 98,97 99,11 99,23
Catatan: *) Angka Perbaikan, **) Angka Sementara, ***) Angka Sangat Sementara ****) Angka Sangat Sangat Sementara
| 90
APE Kabupaten Bandung Tahun 2014
TABEL 3.2. DISTRIBUSI PERSENTASE PDRB
KABUPATEN BANDUNG ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2010 – 2014 (Persen)
LAPANGAN USAHA
Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
2010 2011* 2012** 2013*** 2014****
[1] [2] [3] [4] [5] [6]
1. PERTANIAN 7,37 7,33 7,31 7,24 6,99
a. Tanaman Bahan makanan 5,20 5,18 5,21 5,17 4,69
b. Perkebunan 1,11 1,07 1,05 1,06 1,22
c. Peternakan 0,85 0,88 0,85 0,82 0,87
d. Kehutanan 0,03 0,03 0,02 0,02 0,02
e. Perikanan 0,18 0,18 0,17 0,17 0,18 2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 1,30 1,27 1,17 1,06 0,98
a. Minyak dan Gas Bumi 1,10 1,06 0,96 0,87 0,80
b. Pertambangan Tanpa Migas - - - - -
c. Penggalian 0,20 0,21 0,21 0,19 0,17
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 60,61 60,18 59,75 59,23 58,74
a. Industri Migas - - - - -
b. Industri Tanpa Migas 60,61 60,18 59,75 59,23 58,74
4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 1,82 1,86 1,97 2,01 1,64
a. Listrik 1,77 1,81 1,92 1,96 1,59
b. Gas Kota - - - - -
c. Air Bersih 0,05 0,05 0,06 0,06 0,06
5. BANGUNAN/KONTRUKSI 1,75 1,79 1,77 1,82 1,88 6. PERDAGANGAN,HOTEL DAN RESTORAN 15,99 16,28 16,67 17,16 17,85
a. Perdagangan Besar & Eceran 13,29 13,53 13,77 14,28 14,92
b. Hotel 0,02 0,02 0,02 0,02 0,01
c. Restoran 2,68 2,74 2,88 2,86 2,91 7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 4,11 4,17 4,24 4,26 4,35
a. Pengangkutan 3,45 3,51 3,54 3,52 3,58
1 Angkutan Rel 0,04 0,03 0,03 0,03 0,03
2 Angkutan Jalan Raya 2,99 3,02 3,05 3,03 3,09
3 Angkutan laut - - - - -
4 Angk. Sungai & Penyebrangan - - - - -
5 Angkutan Udara - - - - -
6 Jasa Penunjang Angkutan 0,42 0,45 0,46 0,46 0,46
b. Komunikasi 0,66 0,66 0,70 0,74 0,76 8. KEUANGAN,PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN 2,18 2,21 2,25 2,21 2,22
a. Bank 0,36 0,38 0,39 0,40 0,41
b. Lembaga Keuangan lainnya 0,08 0,08 0,08 0,07 0,09
c. Sewa Bangunan 1,35 1,36 1,39 1,34 1,34
d. Jasa perusahaan 0,39 0,39 0,39 0,39 0,38
9. JASA - JASA 4,86 4,91 4,86 5,01 5,36
a. Pemerintahan Umum 2,50 2,56 2,56 2,60 2,74
b. Swasta 2,36 2,35 2,30 2,41 2,63
1. Sosial Kemasyarakatan 0,64 0,65 0,63 0,65 0,72
2. Hiburan dan Rekreasi 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03
3. Perorangan dan Rumahtangga 1,69 1,67 1,64 1,73 1,88
PDRB DENGAN MIGAS 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
PDRB TANPA MIGAS 98,90 98,94 99,04 99,13 99,20
Catatan: *) Angka Perbaikan, **) Angka Sementara, ***) Angka Sangat Sementara ****) Angka Sangat Sangat Sementara
| 91
APE Kabupaten Bandung Tahun 2014
TABEL 4.1. INDEKS IMPLISIT PDRB
KABUPATEN BANDUNG 2010 – 2014 (Persen)
LAPANGAN USAHA
Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
2010 2011* 2012** 2013*** 2014****
[1] [2] [3] [4] [5] [6]
1. PERTANIAN 216,70 235,68 252,83 275,74 295,87
a. Tanaman Bahan makanan 219,45 244,41 263,96 292,22 326,66
b. Perkebunan 211,70 212,54 219,80 221,32 206,27
c. Peternakan 201,53 208,84 222,88 240,87 250,60
d. Kehutanan 208,19 211,31 221,96 200,93 220,30
e. Perikanan 241,89 257,83 270,85 291,31 326,97 2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 205,28 220,44 239,61 245,49 245,72
a. Minyak dan Gas Bumi 211,28 228,66 250,14 255,83 254,29
b. Pertambangan Tanpa Migas - - - - -
c. Penggalian 172,22 178,70 191,64 199,01 205,53
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 208,53 217,33 225,36 239,37 251,91
a. Industri Migas - - - - -
b. Industri Tanpa Migas 208,53 217,33 225,36 239,37 251,91
4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 187,16 192,44 198,02 223,58 284,46
a. Listrik 187,89 193,30 198,89 225,08 288,49
b. Gas Kota - - - - -
c. Air Bersih 161,15 162,94 168,19 170,73 174,52
5. BANGUNAN/KONTRUKSI 200,73 206,93 218,89 242,53 251,34 6. PERDAGANGAN,HOTEL DAN RESTORAN 224,36 237,96 256,18 272,78 292,54
a. Perdagangan Besar & Eceran 224,86 238,68 256,77 274,38 294,59
b. Hotel 193,59 197,85 205,96 215,64 223,57
c. Restoran 222,06 234,62 253,65 265,13 282,41 7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 216,61 224,85 229,09 241,14 255,51
a. Pengangkutan 224,76 234,64 242,90 258,58 275,86
1 Angkutan Rel 193,45 198,74 202,98 225,75 249,45
2 Angkutan Jalan Raya 227,38 237,18 246,68 263,59 282,48
3 Angkutan laut - - - - -
4 Angk. Sungai & Penyebrangan - - - - -
5 Angkutan Udara - - - - -
6 Jasa Penunjang Angkutan 208,79 220,48 220,88 227,74 233,58
b. Komunikasi 173,86 172,87 159,25 158,70 159,65 8. KEUANGAN,PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN 189,18 194,67 203,95 212,78 219,91
a. Bank 173,13 175,29 180,49 191,93 198,84
b. Lembaga Keuangan lainnya 212,91 215,75 220,13 231,50 247,76
c. Sewa Bangunan 186,24 194,36 204,00 211,37 216,40
d. Jasa perusahaan 209,30 210,35 224,25 235,94 248,77
9. JASA - JASA 230,34 248,22 262,27 291,47 321,48
a. Pemerintahan Umum 232,14 254,56 262,92 307,08 352,70
b. Swasta 228,43 241,32 261,54 274,63 288,99
1. Sosial Kemasyarakatan 197,79 212,84 231,97 244,49 255,00
2. Hiburan dan Rekreasi 192,74 204,21 215,54 229,89 242,93
3. Perorangan dan Rumahtangga 240,59 253,01 273,81 286,70 302,77
PDRB DENGAN MIGAS 212,07 222,75 233,49 249,64 265,88
PDRB TANPA MIGAS 212,08 222,69 233,32 249,59 265,97
Catatan: *) Angka Perbaikan, **) Angka Sementara, ***) Angka Sangat Sementara ****) Angka Sangat Sangat Sementara
| 92
APE Kabupaten Bandung Tahun 2014
TABEL 4.2. INFLASI PDRB
KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2010 – 2014 (Persen)
LAPANGAN USAHA
Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
2010 2011* 2012** 2013*** 2014****
[1] [2] [3] [4] [5] [6]
1. PERTANIAN 5,91 8,76 7,28 9,06 7,30
a. Tanaman Bahan makanan 5,98 11,37 8,00 10,71 11,79
b. Perkebunan 4,88 0,40 3,42 0,69 (6,80)
c. Peternakan 7,99 3,62 6,72 8,07 4,04
d. Kehutanan 6,19 1,50 5,04 (9,48) 9,64
e. Perikanan 1,56 6,59 5,05 7,55 12,24 2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 5,28 7,39 8,69 2,46 0,09
a. Minyak dan Gas Bumi 6,07 8,22 9,40 2,28 (0,60)
b. Pertambangan Tanpa Migas - - - - -
c. Penggalian 0,97 3,76 7,24 3,85 3,28
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 5,59 4,22 3,69 6,22 5,24
a. Industri Migas - - - - -
b. Industri Tanpa Migas 5,59 4,22 3,69 6,22 5,24
4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 4,34 2,82 2,90 12,91 27,23
a. Listrik 4,39 2,88 2,89 13,17 28,18
b. Gas Kota - - - - -
c. Air Bersih 1,87 1,11 3,22 1,51 2,21
5. BANGUNAN/KONTRUKSI 2,46 3,09 5,78 10,80 3,63 6. PERDAGANGAN,HOTEL DAN RESTORAN 6,26 6,06 7,66 6,48 7,24
a. Perdagangan Besar & Eceran 5,72 6,15 7,58 6,86 7,36
b. Hotel 3,51 2,20 4,10 4,70 3,68
c. Restoran 9,11 5,65 8,11 4,53 6,52 7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 1,80 3,80 1,89 5,26 5,96
a. Pengangkutan 2,13 4,40 3,52 6,46 6,68
1 Angkutan Rel 3,10 2,74 2,13 11,22 10,50
2 Angkutan Jalan Raya 0,95 4,31 4,00 6,86 7,17
3 Angkutan laut - - - - -
4 Angk. Sungai & Penyebrangan - - - - -
5 Angkutan Udara - - - - -
6 Jasa Penunjang Angkutan 12,31 5,60 0,18 3,11 2,56
b. Komunikasi (1,03) (0,57) (7,88) (0,34) 0,60 8. KEUANGAN,PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN 4,02 2,90 4,77 4,33 3,35
a. Bank 4,85 1,25 2,96 6,34 3,60
b. Lembaga Keuangan lainnya 3,97 1,33 2,03 5,16 7,03
c. Sewa Bangunan 3,53 4,36 4,96 3,61 2,38
d. Jasa perusahaan 5,31 0,50 6,61 5,21 5,44
9. JASA - JASA 6,05 7,76 5,66 11,13 10,30
a. Pemerintahan Umum 7,12 9,66 3,29 16,79 14,86
b. Swasta 4,93 5,64 8,38 5,01 5,23
1. Sosial Kemasyarakatan 1,82 7,61 8,99 5,40 4,30
2. Hiburan dan Rekreasi 2,28 5,95 5,55 6,66 5,67
3. Perorangan dan Rumahtangga 6,04 5,16 8,22 4,70 5,61
PDRB DENGAN MIGAS 5,50 5,04 4,82 6,92 6,50
PDRB TANPA MIGAS 5,50 5,00 4,78 6,97 6,56
Catatan: *) Angka Perbaikan, **) Angka Sementara, ***) Angka Sangat Sementara ****) Angka Sangat Sangat Sementara