analisis -...

107
ANALISIS PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BANDUNG 2014 BAPPEDA KABUPATEN BANDUNG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BANDUNG Kerjasama:

Upload: trankhuong

Post on 07-Feb-2018

218 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

ANALISISPEMBANGUNAN EKONOMIKABUPATEN BANDUNG 2014

BAPPEDAKABUPATEN BANDUNG

BADAN PUSAT STATISTIKKABUPATEN BANDUNG

Kerjasama:

AP

E K

AB

UPA

TE

N B

AN

DU

NG

Naskah:SeksiStatistikNeracaWilayahdanAnalisisStatistik

BadanPusatStatistikKabupatenBandung

Designgambarkulit:SeksiNeracaWilayahdanAnalisisStatistikBadanPusatStatistikKabupatenBandung

Diterbitkanoleh:BadanPusatStatisitkKabupatenBandung

No.PublikasiUkuranBukuJumlahHalaman

:3204.1466:21cmx29,7cm:98Halaman

AnalisisPembangunanEkonomiKABUPATENBANDUNG

2014

BOLEH MENGUTIP DENGAN MENYEBUTKAN SUMBER

| i

APE Kabupaten Bandung Tahun 2014

KATA PENGANTAR

Dengan memuji Syukur kehadirat Allah SWT, buku Analisis

Pembangunan Ekonomi Kabupaten Bandung Tahun 2014 dapat diselesaikan.

Buku Analisis Pembangunan Ekonomi Kabupaten Bandung Tahun

2014 ini merupakan hasil kerjasama Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten

Bandung dengan Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda)

Kabupaten Bandung. Buku ini mengulas tentang hasil pembangunan

ekonomi di Kabupaten Bandung selama kurun waktu 2014 dengan memuat

data dan informasi indikator makro ekonomi kinerja perekonomian

Kabupaten Bandung.

Data yang digunakan untuk menyusun buku ini bersumber dari

berbagai Dinas, Badan dan Lembaga di tingkat Kabupaten Bandung dan dari

survei-survei yang dilakukan BPS Kabupaten Bandung.

Diharapkan buku ini dapat bermanfaat untuk keperluan penelitian,

evaluasi dan perencanaan pembangunan di wilayah Kabupaten Bandung.

Akhirnya masukan dari berbagai pihak sangat diharapkan sebagai upaya

penyempurnaan publikasi dimasa yang akan datang.

Soreang, Desember 2014

BADAN PUSAT STATISTIK

KABUPATEN BANDUNG

IR. BASWORO WAHYU UTOMO

NIP. 19620405 199003 1 001

| ii

APE Kabupaten Bandung Tahun 2014

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Dengan memanjatkan Puji dan Syukur kepada ALLAH SWT, berkat iradat dan izin-Nya penyusunan buku Analisis Pembangunan Ekonomi Kabupaten Bandung Tahun 2014 dapat diterbitkan. Buku ini untuk pertama kali diterbitkan dan merupakan hasil kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Bandung dengan Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bandung.

Dalam upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Bandung antara lain peningkatan taraf hidup penduduk, pemerataan pendapatan serta perluasan lapangan kerja, maka diperlukan adanya perencanaan pembangunan yang didukung oleh data dan informasi yang lebih lengkap dan akurat. Salah satu bentuk pemenuhan kebutuhan data dan informasi tersebut adalah tersedianya buku Analisis Pembangunan Ekonomi yang berisi data dan informasi tentang indikator makro ekonomi. Buku ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh stakeholders, para pemangku kepentingan di Kabupaten Bandung dalam menyusun perencanaan maupun evaluasi hasil-hasil pembangunan sehingga dapat menghasilkan program pembangunan yang lebih tepat sasaran.

Atas kerjasama semua pihak dalam memberikan data baik data dasar maupun data pendukung sehingga publikasi ini dapat tersusun dengan baik diucapkan terima kasih. Besar harapan mudah-mudahan publikasi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi semua pihak. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Soreang, Desember 2014

BADAN PERECANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KABUPATEN BANDUNG

KEPALA

ERNAWAN MUSTIKA PEMBINA UTAMA MUDA

NIP. 19591230 198503 1 012

| iii

APE Kabupaten Bandung Tahun 2014

Bupati Bandung Kata Sambutan

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Illahi Robbi, dan atas ijin-

Nya penyusunan buku Analisis Pembangunan Ekonomi Kabupaten Bandung

Tahun 2014 dapat diterbitkan. Buku yang berisi publikasi ini merupakan

hasil kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA)

Pemerintah Kabupaten Bandung dengan Badan Pusat Statistik (BPS)

Kabupaten Bandung. Penyusunan buku ini dimaksudkan untuk memenuhi

kebutuhan terhadap indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk

perencanaan dan evaluasi pembangunan ekonomi wilayah.

Evaluasi indikator makro ekonomi ini diharapkan dapat

dimanfaatkan oleh seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) yang

digunakan sebagai bahan evaluasi terhadap hasil-hasil pembangunan dan

juga sebagai sumber data dan informasi untuk menyusun rencana strategi

dan kebijakan perekonomian.

Akhir kata, kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan

dalam menyusun buku ini diucapkan terima kasih. Semoga buku yang berisi

publikasi ini berguna bagi semua pihak.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Soreang, Desember 2014

BUPATI BANDUNG

H. DADANG M. NASER, SH., M.IP

| ii

APE Kabupaten Bandung Tahun 2014

DAFTAR ISI

Kata Pengantar Kepala BPS Kab Bandung i Kata Pengantar Kepala BAPPEDA Kab. Bandung ii Sambutan Bupati Kab. Bandung iii Daftar Isi iv Daftar Tabel v Daftar Grafik vi Daftar Lampiran vii

Bab I Pendahuluan 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Tujuan 3 1.3 Manfaat Analisis Pembangunan Ekonomi 3 1.4 Dasar/Landasan Hukum Pelaksanaan Kegiatan 4 Bab II Konsep dan Metodologi 8 2.1 Pembangunan Ekonomi 8 2.2 Pertumbuhan Ekonomi 9 A. Pengertian 9 B. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 10 C. Metode Perhitungan 11 D. Angka Indeks 12 E. Perhitungan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 14 F. Penghitungan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku 15 Bab III Uraian Sektoral 17 3.1 Sektor Pertanian 19 A. Tanaman Bahan Makanan 19 B. Tanaman Perkebunan 20 C. Kehutanan 20 D. Peternakan dan Hasil-hasilnya 20 E. Perikanan 21 3.2 Sektor Pertambangan dan Penggalian 22 A. Minyak dan Gas Bumi 22 B. Pertambangan Tanpa Gas 22 C. Penggalian 22 3.3 Industri dan Pengolahan 23 A. Industri Migas 23 B. Industri Tanpa Migas 24 3.4 Listrik, Gas dan Air Bersih 25 A. Listrik 25 B. Air Bersih 25

| iii

APE Kabupaten Bandung Tahun 2014

3.5 Bangunan 26 3.6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 26 A. Perdagangan Besar dan Eceran 26 B. Hotel 27 C. Restoran 27 3.7 Pengangkutan dan Komunikasi 28 A. Pengangkutan 28 B. Komunikasi 30 3.8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 31 A. Bank 31 B. Lembaga Keuangan Bukan Bank 31 C. Jasa Penunjang Keuangan 31 D. Sewa Bangunan 32 E. Jasa Perusahaan 32 3.9 Jasa-jasa 33 A. Pemerintahan Umum 33 B. Swasta 33 Bab IV Pembangunan Ekonomi Kabupaten Bandung 37 4.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 38 4.2. Pertumbuhan Ekonomi 41 4.3. Struktur Ekonomi 46 4.4. PDRB Per Kapita 49 4.5. Tingkat Inflasi 52 BAB V Analisis Sektoral 56 5.1. Sektor Pertanian 56 5.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian 60 5.3. Sektor Industri Pengolahan 62 5.4 Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih 64 5.5 Sektor Bangunan/Konstruksi 65 5.6 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran 66 5.7 Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 68 5.8 Sektor Keuangan,Persewaan dan Jasa Perusahaan 70 5.9 Sektor Jasa-Jasa 72

Bab VI Posisi Pembangunan Ekonomi Kab. Bandung di Kawasan Metropolitan Bandung

77

6.1. Kawasan Metropolitan Bandung 77 6.2. Pertumbuhan Ekonomi 78 6.3. Kontribusi Sektor Unggulan 79 6.4. Tingkat Kesejahteraan 82

| iv

APE Kabupaten Bandung Tahun 2014

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 PDRB Kabupaten Bandung Tahun 2009 - 2014

38

Tabel 4.2 PDRB Kabupaten Bandung ADH Berlaku dan Konstan Tahun 2013-2014

40

Tabel 4.3 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bandung Tahun 2010 - 2014

45

Tabel 4.4 Peranan NTB Atas Dasar Harga Berlaku Setiap Kelompok Sektor dalam Perekonomian Kabupaten Bandung Tahun 2012-2014

49

Tabel 4.5 Inflasi Produk Domestik Bruto Kabupaten Bandung Tahun 2012-2014

53

Tabel 5.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pertanian Kabupaten Bandung Tahun 2014

56

Tabel 5.2 Kontribusi Sektor Pertanian Kabupaten Bandung Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2014

57

Tabel 5.3 Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pertambangan dan Penggalian Kabupaten Bandung Tahun 2014

60

Tabel 5.4 Kontribusi Sektor Pertambangan dan Penggalian Kabupaten Bandung Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2014

61

Tabel 5.5 Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektor Industri Pengolahan Kabupaten Bandung Tahun 2014

62

Tabel 5.6 Kontribusi Sektor Industri Pengolahan Kabupaten Bandung Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2014

63

Tabel 5.7 Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih Kabupaten Bandung Tahun 2014

64

Tabel 5.8 Kontribusi Sektor Listrik , Gas dan Air Bersih Kabupaten Bandung Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2014

65

| v

APE Kabupaten Bandung Tahun 2014

Tabel 5.9 Laju Pertumbuhan Ekonomi dan Kontribusi Sektor Bangunan Kabupaten Bandung Tahun 2014

66

Tabel 5.10 Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Kabupaten Bandung Tahun 2014

67

Tabel 5.11 Kontribusi Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Kabupaten Bandung Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2014

67

Tabel 5.12 Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Kabupaten Bandung Tahun 2014

69

Tabel 5.13 Kontribusi Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Tahun 2014Kabupaten Bandung Atas Dasar Harga Berlaku

69

Tabel 5.14 Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Kabupaten Bandung Tahun 2014

71

Tabel 5.15 Kontribusi Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Kabupaten Bandung Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2014

71

Tabel 5.16 Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektor Jasa-Jasa Kabupaten Bandung Tahun 2014

73

Tabel 5.17 Kontribusi Sektor Jasa-jasa Kabupaten Bandung Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2014

73

Tabel 6.1 Kontribusi Sektor Ekonomi di Kawasan Metropolitan Bandung Tahun 2013

80

Tabel 6.2 Pendapatan Per Kapita ADH Berlaku di Kawasan Metropolitan Bandung Tahun 2011 - 2013

82

| vi

APE Kabupaten Bandung Tahun 2014

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 PDRB Kabupaten Bandung Tahun 2008-2014 39

Grafik 4.2 LPE Kabupaten Bandung Tahun 2001 - 2014 42

Grafik 4.3 LPE Kabupaten Bandung Tahun 2014 43

Grafik 4.4 LPE Kabupaten Bandung Tahun 2013 - 2014 44

Grafik 4.5 Struktur Ekonomi Kabupaten Bandung Tahun 2014 47

Grafik 4.6 Peranan Kelompok Sektor Ekonomi Kabupaten Bandung Tahun 2014

48

Grafik 4.7 PDRB Per Kapita Kabupaten Bandung Tahun 2010-2014

50

Grafik 4.8 Pendapatan Per Kapita Penduduk Kabupaten Bandung Tahun 2014

51

Grafik 4.9 Inflasi Produk Domestik Bruto Kabupaten Bandung Tahun 2001 - 2014

52

Grafik 6.1 Posisi Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kawasan Metropolitan Bandung Tahun 2013

78

Grafik 6.2 Posisi PDRB Per Kapita di Kawasan Metropolitan Bandung Tahun 2013

83

| vii

APE Kabupaten Bandung Tahun 2014

DAFTAR LAMPIRAN

Tabel 1.1 Produk Domestik Regional Bruto ADH Berlaku Kabupaten Bandung Tahun 2014

85

Tabel 1.2 Produk Domestik Regional Bruto ADH Konstan Tahun 2000 Kabupaten Bandung Tahun 2014

86

Tabel 2.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi PDRB ADH Berlaku Kabupaten Bandung Tahun 2014

87

Tabel 2.2 Laju Pertumbuhan Ekonomi PDRB ADH Konstan Tahun 2000 Kabupaten Bandung Tahun 2014

88

Tabel 3.1 Distribusi Persentase PDRB ADH Berlaku Kabupaten Bandung Tahun 2014

89

Tabel 3.2 Distribusi Persentase PDRB ADH Konstan Tahun 2000 Kabupaten Bandung Tahun 2014

90

Tabel 4.1 Indeks Implisit PDRB Kabupaten Bandung Tahun 2014

91

Tabel 4.2 Inflasi PDRB Kabupaten Bandung Tahun 2014 92

BAB 1

Pendahuluan

| 1

APE Kabupaten Bandung Tahun 2014

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total

dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur

ekonomi suatu negara dan pemerataan pendapatan bagi penduduk suatu

negara. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi lebih bersifat

kualitatif, bukan hanya pertambahan produksi, tetapi juga terdapat

perubahan-perubahan dalam struktur produksi dan alokasi input pada

berbagai sektor perekonomian seperti dalam lembaga, pengetahuan, sosial

dan teknik. Adapun Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan

kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk

kenaikan pendapatan. Indikator keberhasilan pertumbuhan ekonomi lebih

bersifat kuantitatif, yaitu adanya kenaikan dalam standar pendapatan dan

tingkat output produksi yang dihasilkan.

Dengan demikian antara pembangunan ekonomi tidak dapat lepas dari

pertumbuhan ekonomi (economic growth) dimana pembangunan ekonomi

mendorong pertumbuhan ekonomi atau sebaliknya, pertumbuhan ekonomi

memperlancar proses pembangunan ekonomi.

Selanjutnya pembangunan ekonomi diartikan sebagai suatu proses

yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk meningkat dalam

jangka panjang. Di sini terdapat tiga elemen penting yang berkaitan dengan

pembangunan ekonomi. Elemen pertama adalah pembangunan sebagai

suatu proses yang artinya bahwa pembangunan merupakan suatu tahap

yang harus dijalani oleh setiap masyarakat atau bangsa. Elemen kedua

adalah pembangunan sebagai suatu usaha untuk meningkatkan pendapatan

perkapita. Sebagai suatu usaha, pembangunan merupakan tindakan aktif

yang harus dilakukan oleh suatu negara dalam rangka meningkatkan

pendapatan perkapita. Dengan demikian, sangat dibutuhkan peran serta

| 2

APE Kabupaten Bandung Tahun 2014

masyarakat, pemerintah, dan semua elemen yang terdapat dalam suatu

negara untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembangunan. Hal ini

dilakukan karena kenaikan pendapatan perkapita mencerminkan perbaikan

dalam kesejahteraan masyarakat. Elemen ketiga adalah peningkatan

pendapatan perkapita harus berlangsung dalam jangka panjang. Suatu

perekonomian dapat dinyatakan dalam keadaan berkembang apabila

pendapatan perkapita dalam jangka panjang cenderung meningkat. Hal ini

tidak berarti bahwa pendapatan perkapita harus mengalami kenaikan terus

menerus.

Sebagaimana telah diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 25

Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional Bab VII

Pasal 31, yang menyatakan bahwa perencanaan pembangunan didasarkan

pada data/informasi yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan serta

Pasal 13 ayat 1 Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 54 tahun 2010,

menyatakan bahwa: “Penyusunan rencana pembangunan daerah

menggunakan data dan informasi perencanaan pembangunan daerah, serta

rencana tata ruang”. Pernyataan tersebut merupakan hal yang sangat

penting bagi pengambil kebijakan/keputusan karena kebijakan/keputusan

yang berkualitas tergantung dari data/informasi akurat, terintegrasi dan

dapat dipertanggungjawabkan. Data dan informasi statistik merupakan salah

satu instrumen analisis bahan evaluasi pelaksanaan perencanaan

pembangunan daerah serta bahan penentuan/perumusan kebijakan dan

perencanaan pembangunan daerah. Untuk memperoleh data dan informasi

tersebut, Pemerintah Kabupaten Bandung memandang perlu adanya

kegiatan Pengolahan, Updating dan Analisis Data Statistik Daerah yang

meliputi pekerjaan penyusunan Analisis Pembangunan ekonomi (APE) tahun

2014. Pekerjaan Penyusunan APE ini untuk mendapatkan gambaran

perkembangan makro ekonomi di Kabupaten Bandung dan gambaran sejauh

mana dampak pembangunan ekonomi yang dilaksanakan terhadap

peningkatan kualitas dan kesejahteraan penduduk di Kabupaten Bandung

Mengingat hubungan yang tidak dapat dipisahkan antara pembangunan

ekonomi dengan pertumbuhan ekonomi, maka untuk mengetahui tingkat

| 3

APE Kabupaten Bandung Tahun 2014

keberhasilan pembangunan ekonomi di Kabupaten Bandung Tahun 2014

menggunakan idikator dari pertumbuhan ekonomi yaitu dari penghitungan

seluruh kegiatan ekonomi selama kurun waktu 2014 yang tertuang dalam

nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Seperti halnya analisis PDRB

pembahasan meliputi angka absolut, laju pertumbuhan, struktur ekonomi,

inflasi PDRB dan PDRB perkapita.

1.2. Tujuan

Tujuan penyusunan Analisis Pembangunan Ekonomi tahun 2014 adalah

sebagai berikut:

1. Mendapatkan perkembangan indikator makro ekonomi di Kabupaten

Bandung tahun 2014;

2. Sebagai bahan untuk menetapkan kebijakan pemerintah daerah

Kabupaten Bandung dalam rangka meningkatkan kualitas

penyelenggaraan pemerintahan dan perencanaan pembangunan secara

berkesinambungan;

4. Memperoleh umpan balik (feed back) dari pelaksana urusan/sektor

pembangunan masing – masing satuan kerja perangkat daerah (SKPD);

5. Dapat memberikan informasi capaian hasil kinerja pembangunan

Kabupaten Bandung kepada masyarakat;

1.3. Manfaat Analisis Pembangunan Ekonomi

Manfaat Penyusunan APE adalah :

1. Untuk mengetahui gambaran struktur perekonomian potensinya di

wilayah Kabupaten Bandung.

2. Dapat diketahuinya gambaran daya beli masyarakat Kabupaten

Bandung.

3. Sebagai dasar penyusunan perencanaan program/kegiatan

perencanaan pembangunan terutama bidang ekonomi.

5. Dapat digunakan sebagai bahan pengendalian dan evaluasi hasil dari

perencanaan pembangunan.

| 4

APE Kabupaten Bandung Tahun 2014

1.4. Dasar/Landasan Hukum Pelaksanaan Kegiatan

Peraturan Perundangan-Undangan yang melatarbelakangi Kegiatan

Pekerjaan Penyusunan APE diantaranya adalah :

1. Undang-Undang RI nomor 16 tahun 1997 tentang Statistik;

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

(Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran

Negara Nomor 4286);

3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara

Nomor 4355);

4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional;

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, tambahan Lembaran

Negara 4437) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-

Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-

Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran

Negara Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor

4844);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan

Keuangan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 140,

Tambahan Lembaran Negara Nomor 4578);

7. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 tentang

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;

8. Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua

Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah;

9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang

Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun

2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

| 5

APE Kabupaten Bandung Tahun 2014

10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang

Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang

Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi

Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

11. Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan barang/jasa

Pemerintah nomor 14 tahun 2012 tentang petunjuk teknis Peraturan

Presiden nomor 70 tahun 2012 tentang perubahan kedua atas

Peraturan Presiden nomor 54 tahun 2010 tentang pengadaan

barang/jasa pemerintah;

12. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 2 Tahun 2007 tentang

Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Tahun 2007 Nomor

2);

13. Peraturan Derah Kabupaten Bandung Nomor 3 Tahun 2007 tentang

Pengelolaan Barang Milik Daerah (Lembaran Daerah Tahun 2007

Nomor 3);

14. Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2014 tentang Anggaran Pendapatan

dan Belanja Daerah Tahun 2014

15. Peraturan Bupati Bandung Nomor 9 Tahun 2008 tentang Sistem dan

Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Tahun

2008 Nomor 9);

16. Peraturan Bupati Bandung Nomor 27 tahun 2014 tentang Penjabaran

APBD Kabupaten Bandung Tahun 2014;

17. Keputusan Bupati Bandung Nomor 027/Kep.516-Pemb/2013 Tanggal

01 November 2013 tentang Standar Biaya Belanja Daerah Pemerintah

Kabupaten Bandung Tahun Anggaran 2014;

18. Keputusan Bupati Bandung nomor 954/Kep.193-BAPPEDA/2014

tanggal 28 Februari 2014 tentang Penunjukan Pengelola Keuangan

Daerah pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten

Bandung Tahun Anggaran 2014.

19. Keputusan Kepala BAPPEDA Kabupaten Bandung selaku Pejabat

Pengguna Anggaran/Pengguna Barang nomor 900/72A-Sekret/2014,

tanggal 3 Maret 2014 tentang Perubahan atas Keputusan Kepala

| 6

APE Kabupaten Bandung Tahun 2014

Bappeda Kabupaten Bandung Nomor 900/25B-Sekret/2014 tentang

Penunjukan Pejabat Penatausahaan Keuangan, Pejabat Pelaksana

Teknis Kegiatan/Pejabat Pembuat Komitmen, Pejabat

Pengadaan/Panitia Pengadaan Barang dan Jasa, Pejabat/Panitia

Penerima/Pemeriksa Hasil Pekerjaan/Kegiatan, dan Pembantu

Bendahara Pengeluaran (Kasir, Pembuat Dokumen Pengeluaran dan

Pengurusan Gaji), pada BAPPEDA Kabupaten Bandung Tahun Anggaran

2014;

20. Kesepakatan bersama antara Pemerintah Kabupaten Bandung dengan

Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bandung tentang penyusunan

indikator makro perstatistikan nomor 074/Perj.01-BAPPEDA/

2012/320.40.3.08 pada tanggal 14 Februari 2012

21. Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Satuan Kerja Perangkat Daerah

(SKPD) BAPPEDA nomor 1.06 01 00 00 5 1 Kabupaten Bandung Tahun

2014.

BAB 2

Konsep

dan

Metodologi

| 8

APE Kabupaten Bandung Tahun 2014

BAB II

KONSEP DAN METODOLOGI

2 . 1 . P e m b a n g u n a n E k o n o m i

Pembangunan didefinisikan sebagai suatu orientasi dan kegiatan usaha

yang tanpa akhir yang di dalamnya terjadi adanya proses yang dapat

bergerak maju baik atas kekuatan sendiri maupun tergantung pada manusia

atau struktur sosial. Arti pembangunan, menurut Siagian (1994) adalah

sebagai “Suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan

yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan

pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation

building)”.

Arti dari Pembangunan ekonomi adalah suatu rangkaian proses

kegiatan yang dilakukan oleh suatu Negara untuk mengembangkan kegiatan

atau aktivitas ekonomi untuk meningkatkan taraf hidup/kemakmuran

(Income per capita) dalam jangka panjang. Menurut Mellor (1987;81),

pembangunan ekonomi didefinisikan sebagai suatu proses yang dengannya

perekonomian diubah dari apa yang sebagian besar pedesaan dan pertanian

menjadi sebagian besar perkotaan, industri, dan jasa–jasa. Jadi inti dari

pembangunan ekonomi adalah adanya pertumbuhan ekonomi. Adapun

Arsyad (1999), mendefinisikan Pembangunan Ekonomi didefinisikan sebagai

untuk proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil per-kapita

penduduk suatu negara dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan

system kelembagaan.

Adapun definisi konvensional dari pembangunan ekonomi adalah

menekankan pada peningkatan pendapatan per kapita (income per capita)

yaitu menekankan pada kemampuan suatu negara untuk meningkatkan

output yang dapat melebihi pertumbuhan penduduk. Definisi pembangunan

konvensional ini sering dikaitkan dengan sebuah strategi mengubah struktur

suatu negara atau sering kita kenal dengan industrialisasi. Industrialisasi

| 9

APE Kabupaten Bandung Tahun 2014

yang diiringi dengan eksploitasi sumberdaya alam dinilai dapat

meningkatkan income per capita suatu negara.

Pembangunan ekonomi tak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi

(economic growth). Pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan

ekonomi, begitu pula sebaliknya, pertumbuhan ekonomi memperlancar

proses pembangunan ekonomi

Dengan demikian, dalam pengukuran Analisis Pembangunan Ekonomi

(APE) Kabupaten Bandung Tahun 2014 didekati oleh pertumbuhan ekonomi

di wilayah Kabupaten Bandung pada kurun waktu tertentu yang di

gambarkan oleh hasil penghitungan dari Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB). PDRB adalah total nilai tambah bruto seluruh produksi barang dan

jasa yang diproduksi oleh suatu wilayah pada suatu periode waktu tertentu.

2 . 2 . P e r t u m b u h a n E k o n o m i

A . P e n g e r t i a n

Pertumbuhan ekonomi didefinisikan sebagai proses kenaikan kapasitas

produksi yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional

(kuantitatif). Suatu Negara/region dikatakan mengalami pertumbuhan

ekonomi apabila terjadi peningkatan nilai PDB/PDRB nya riil di

Negara/regional tersebut.

Dengan demikian pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai

pertumbuhan dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang merupakan

hasil penjumlahan dari seluruh nilai tambah (value added) produksi barang

dan jasa dari seluruh kegiatan perekonomian di suatu wilayah pada suatu

periode waktu tertentu. Ada dua literature yang mengatakan bahwa ada dua

indikator dalam mengukur pembangunan ekonomi dengan pendapatan

perkapita yang diukur dari PDRB perkapita dan Laju Pertumbuhan Ekonomi

(LPE) yang diukur dari laju pertumbuhan PDRB.

| 10

APE Kabupaten Bandung Tahun 2014

Mengukur tingkat keberhasilan pembangunan suatu masyarakat atau

bangsa diperlukan tolok ukur dengan indikator-indikator yang sesuai dengan

pengertian yang tersirat dalam konsep dan definisi dari pembangunan yang

dilaksanakan.

Definisi antara pembangunan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi

memiliki arti yang berbeda dimana pembangunan ekonomi menitikberatkan

pada perkembangan pendapatan per kapita namun pertumbuhan ekonomi

menitikberatkan pada perkembangan fisik produksi barang dan jasa. Namun

demikian, kedua-duanya menerangkan mengenai perkembangan ekonomi

yang berlaku. Hubungan antara pembangunan ekonomi dan pertumbuhan

ekonomi adalah indikator pertumbuhan selalu digunakan sebagai suatu

ungkapan umum yang menggambarkan tingkat perkembangan ekonomi

suatu negara/region yang diiukur melalui persentasi pendapatan riil.

B . P r o d u k D o m e s t i k R e g i o n a l B r u t o ( P D R B )

Beberapa definisi yang berkaitan dengan penghitungan Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB) yaitu output, biaya antara dan nilai tambah

bruto. Output (nilai produksi) adalah nilai barang dan jasa yang dihasilkan

dalam suatu periode waktu tertentu. Pada dasarnya output merupakan

perkalian kuantum produksi dengan harganya. Biaya Antara adalah nilai

barang dan jasa yang dipakai dalam proses produksi dimana barang dan jasa

tersebut dapat berubah bentuk maupun yang habis pakai dalam proses

produksi. Adapun Nilai Tambah Bruto (NTB) merupakan pengurangan dari

nilai output yang dinilai atas dasar harga produsen dengan biaya antaranya

yang dinilai atas dasar harga pembeli setelah dikurangi dengan PPN.

PDRB dihitung atas dasar harga berlaku dan atas harga konstan. PDRB

atas dasar harga berlaku merupakan nilai tambah barang dan jasa yang

Output Biaya Antara NTB

| 11

APE Kabupaten Bandung Tahun 2014

dihitung menggunakan harga yang berlaku pada tahun berjalan, sementara

PDRB atas dasar harga konstan dihitung dengan menggunakan harga pada

tahun tertentu sebagai tahun dasar, dalam perhitungan ini digunakan tahun

2000 sebagai tahun dasar.

PDRB atas dasar harga berlaku digunakan untuk melihat pergeseran

struktur ekonomi dan gambaran perekonomian pada tahun berjalan,

sedangkan PDRB atas dasar harga konstan digunakan untuk melihat

pertumbuhan ekonomi suatu wilayah baik secara keseluruhan maupun

sektoral.

C . M e t o d e P e r h i t u n g a n

Penghitungan Produk Domestik Regional Bruto dapat dilakukan dengan

dua cara yaitu metode langsung dan metode tidak langsung. Metode langsung

adalah metode perhitungan dengan menggunakan data yang bersumber dari

daerah yang bersangkutan, sedangkan metode tidak langsung adalah metode

perhitungan pendapatan regional dengan cara mengalokasikan angka

pendapatan regional (nilai tambah) provinsi ke setiap daerah

kabupaten/kota dengan menggunakan alokator tertentu seperti nilai produk

bruto sektor, jumlah produksi, tenaga kerja, penduduk dan alokator lainnya

yang sesuai.

Penghitungan PDRB dengan metode langsung menggunakan tiga

pendekatan yaitu pendekatan produksi, pendekatan pendapatan dan

pendekatan pengeluaran. Pada penyusunan publikasi PDRB ini metode

penghitungan yang digunakan adalah metode langsung dengan pendekatan

produksi

Pendekatan Produksi

Pendekatan dari segi produksi adalah menghitung nilai tambah dari

barang dan jasa yang diproduksi oleh seluruh kegiatan ekonomi

dengan cara mengurangi output dari masing-masing sektor atau sub

sektor dengan biaya antaranya.

Nilai tambah merupakan nilai yang ditambahkan pada barang dan

jasa yang dihasilkan oleh unit produksi dalam proses produksi dari

| 12

APE Kabupaten Bandung Tahun 2014

input antara yang dikeluarkan untuk menghasilkan barang dan jasa

tersebut.

Pendekatan Pendapatan

Dalam pendekatan pendapatan, nilai tambah dari setiap kegiatan

ekonomi dihitung dengan jalan menjumlahkan semua balas jasa

faktor produksi yaitu upah dan gaji, surplus usaha (bunga, sewa

tanah dan keuntungan), penyusutan dan pajak tidak langsung neto.

Untuk sektor pemerintahan dan usaha-usaha yang sifatnya tidak

mencari untung, surplus usaha tidak diperhitungkan.

Pendekatan Pengeluaran

Pada pendekatan dari segi pengeluaran, Produk Domestik Regional

dihitung dengan cara menghitung berbagai komponen pengeluaran

akhir yang membentuk Produk Domestik Regional Bruto tersebut.

Secara umum pendekatan pengeluaran dapat dilakukan

melalui pendekatan penawaran yang terdiri dari metode arus

barang dan metode penjualan eceran atau pendekatan

permintaan yang terdiri dari pendekatan survei pendapatan dan

pengeluaran rumah tangga, metode data anggaran belanja,

metode balance sheet dan metode statistik perdagangan luar negeri.

D . A n g k a I n d e k s

Angka indeks pada dasarnya merupakan suatu nilai atau angka yang

dibuat sedemikian rupa sehingga dapat digunakan untuk melakukan

perbandingan antara suatu nilai/harga/volume/kualitas selama satu periode

waktu tertentu.

Ciri khas dari angka indeks ini adalah perhitungan rasio (pembagian),

di mana hasil rasio tersebut selalu dikalikan dengan bilangan 100 untuk

menunjukkan perubahan tersebut dalam persentase. Dengan demikian, basis

dari angka indeks apapun selalu 100.

| 13

APE Kabupaten Bandung Tahun 2014

• I N D E K S P R O D U K S I

Indeks produksi merupakan perbandingan volume produksi berjalan

dengan sebelumnya.

𝐼𝐼𝑘,𝑠 =𝑄𝑘,𝑡

𝑄𝑘,𝑡−1𝑥 100

Dimana :

IP k, s : Indeks Produksi Komoditi k pada tahun t

Q : Volume Produksi

K : Komoditi

t : Tahun berjalan (t), tahun sebelumnya (t-1)

Nilai indeks produksi merupakan dasar penghitungan Indeks

Produksi Sektor (IPS) dengan rumus sebagai berikut :

𝐼𝐼𝐼𝑖,𝑡 =∑ 𝐼𝐼𝑘,𝑡𝑥𝑁𝑁𝑁𝑁𝑘,𝑡−1𝑛𝑘=1∑ 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑘,𝑡−1𝑛𝑘=1

Dimana :

IPSi,s : Indeks Produksi Sektor i pada tahun t

NTBK : Nilai Tambah Bruto Atas Dasar Harga Konstan

Sektor yang menggunakan pendekatan indeks produksi adalah sektor

pertanian, sektor penggalian, sektor industri pengolahan dan sektor listrik,

gas dan air bersih.

• I N D E K S P E N J U A L A N

Indeks penjualan merupakan perbandingan volume penjualan berjalan

dengan sebelumnya.

𝐼𝐼𝐼𝑘,𝑡 =𝑄𝑘,𝑠

𝑄𝑘,𝑡−1𝑥100

Dimana :

| 14

APE Kabupaten Bandung Tahun 2014

Nilai indeks penjualan merupakan dasar penghitungan untuk Indeks

Penjualan Sektor (IPjS) :

𝐼𝐼𝐼𝐼𝑖,𝑡 =∑ 𝐼𝐼𝑘,𝑡𝑥𝑁𝑁𝑁𝑁𝑘,𝑡−1𝑛𝑘=1∑ 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑘,𝑡−1𝑛𝑘=1

Dimana :

Sektor yang menggunakan pendekatan indeks penjualan adalah sektor

bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan

komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dan sektor

jasa-jasa.

E . P e n g h i t u n g a n P D R B A t a s D a s a r H a r g a K o n s t a n

Pada PDRB atas dasar harga konstan semua agregat pendapatan dinilai

atas dasar harga yang terjadi pada tahun dasar, pada publikasi ini digunakan

tahun 2000 sebagai tahun dasar.

Nilai Tambah Bruto atas dasar Harga Konstan (NTBK) per sektor yang

akan digunakan untuk penghitungan PDRB atas dasar harga konstan dapat

dicari dengan rumus sbb :

𝑁𝑁𝑁𝑁𝑖,𝑡 =𝑁𝑁𝑁𝑁𝑖,𝑡𝑠−1𝑥𝐼𝐼𝐼𝑖,𝑡

100

IPj k, s : Indeks Penjualan Komoditi k pada tahun t

Q : Volume Produksi

K : Komoditi

t : Tahun berjalan (t), tahun sebelumnya (t-1)

IPJS i,t : Indeks Penjualan Sektor i pada tahun t

NTBK : Nilai Tambah Bruto Atas Dasar Harga Konstan

| 15

APE Kabupaten Bandung Tahun 2014

Dimana :

NTBKi,t : Nilai Tambah Bruto adh Konstan Sektor i pada tahun t.

NTBKi,t-1 : Nilai Tambah Bruto adh Konstan Sektor i pada tahun sebelumnya (t-1)

IPSi,t : Indeks Produksi Sektor i pada tahun t atau Indeks Penjualan Sektor i pada tahun t

F . P e n g h i t u n g a n P D R B A t a s D a s a r H a r g a B e r l a k u

Dalam perhitungan PDRB atas dasar harga berlaku, semua agregat

pendapatan dinilai atas dasar harga berlaku pada tahun berjalan.

Untuk mendapatkan Nilai Tambah Bruto atas dasar harga Berlaku

(NTBB) guna perhitungan PDRB atas dasar harga berlaku digunakan rumus

sebagai berikut :

𝑁𝑁𝑁𝑁𝑖,𝑡 =𝑁𝑁𝑁𝑁𝑖,𝑡−1𝑥𝐼𝐼𝑖,𝑡

100

Dimana :

NTBB i,t : Nilai Tambah Bruto adh Berlaku Sektor i pada tahun t.

NTBKi,t-1 : Nilai Tambah Bruto adh Konstan Sektor i pada tahun sebelumnya t-1

IH i,t : Indeks Harga Sektor i pada tahun t

BAB 3

Uraian Sektoral

| 17

APE Kabupaten Bandung Tahun 2014

BAB III

URAIAN SEKTOR

Dalam perhitungan Analisis Pembangunan Ekonomi yang dengan

menggunakan indikator PDRB tahun 2014 masih berpedoman pada SNA

1968 dengan jumlah lapangan usaha (sektor) sebanyak 9 (sembilan).

Lapangan Usaha (sektor) tersebut adalah Pertanian, Pertambangan dan

Penggalian, Industri pengolahan; Listrik Gas dan Air bersih, Konstruksi,

Perdagangan Hotel dan Restoran, Pengangkutan dan Komunikasi, Jasa

Keuangan dan Jasa-jasa. Kesembilan sektor tersebut terbagi lagi menjadi 25

sub sektor dengan rincian sebagai berikut:

1. Sektor Pertanian terbagi menjadi 5 sub sektor yaitu:

A. Sub Sektor Tanaman Bahan Makanan

B. Sub Sektor Tanaman Perkebunan

C. Sub Sektor Kehutanan

D. Sub Sektor Peternakan

E. Sub Sektor Perikanan

2. Pertambangan dan Penggalian terbagi menjadi 3 sub sektor yaitu:

A. Sub Sektor Minyak dan Gas Bumi

B. Sub Sektor Non Migas

C. Sub Sektor Penggalian

3. Industri Pengolahan terbagi menjadi 2 sub sektor yaitu:

A. Sub Sektor Industri Migas

i. Pengilangan Minyak

ii. Gas Alam Cair

B. Sub Sektor Industri Tanpa Migas

4. Listrik, Gas dan Air Minum terbagi menjadi 3 sub sektor yaitu:

A. Sub Sektor Listrik

B. Sub Sektor Gas

C. Sub Sektor Air Minum

5. Bangunan dan Konstruksi

| 18

APE Kabupaten Bandung Tahun 2014

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran terbagi menjadi 3 sub sektor yaitu:

A. Sub Sektor Perdagangan Besar dan Eceran

B. Sub Sektor Hotel

C. Sub Sektor Restoran / Rumah Makan

7. Pengangkutan dan Komunikasi terbagi menjadi 2 sub sektor yaitu:

1. Sub Sektor Angkutan terbagi dalam :

i. Pengangkutan Kereta Api

ii. Pengangkutan Darat

iii. Pengangkutan Udara

iv. Pengangkutan Laut

v. Pengangkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan

vi. Jasa Penunjang Angkutan

2. Sub Sektor Komunikasi terbagi dalam :

i. Telkom dan Pos Giro

ii. Jasa Penunjang Komunikasi

8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan terbagi menjadi 5 sub sektor

yaitu:

A. Sub Sektor Bank

B. Sub Sektor Lembaga Keuangan Tanpa Bank

C. Sub Sektor Jasa Penunjang Keuangan

D. Sub Sektor Sewa Bangunan

E. Sub Sektor Jasa Perusahaan

9. Jasa-Jasa terbagi menjadi 2 sub sektor yaitu:

A. Sub Sektor Pemerintahan Umum

B. Sub Sektor Swasta

i. Jasa Sosial dan Kemasyarakatan

ii. Jasa Hiburan dan Rekreasi

iii. Jasa Perorangan dan Rumahtangga

Dalam penghitungan PDRB Kabupaten Bandung Tahun 2014 ada

beberapa sub sektor yang tidak dihitung maupun tidak dihitung secara

tersendiri namun bergabung dengan sektor lainnya. Sub sektor tersebut

adalah sub sektor pertambangan Non Migas dan sub setor gas dikarenakan

| 19

APE Kabupaten Bandung Tahun 2014

aktivitas ekonomi sub sektor ini tidak ada di Kab Bandung. Hal yang sama

untuk sektor jasa penunjang keuangan yang masuk dalam sub sektor lain

namun masih dalam sektor jasa keuangan. Adapun untuk sektor komunikasi

tidak dibagi menjadi sub sektor telkom dan pos giro dan sub sektor jasa

penunjang komunikasi namun dijadikan satu menjadi di dalam sektor

komunikasi.

Rincian ruang lingkup dan sumber data dari masing masing sub sektor

dalam penghitungan PDRB diuraikan sebagai berikut:

3 . 1 S e k t o r P e r t a n i a n

Ruang lingkup sektor pertanian mencakup segala pengusahaan dan

pemanfaatan benda/barang biologis (hidup) yang didapat dari alam dimana

hasilnya akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup atau usaha

lainnya, baik untuk kepentingan sendiri maupun pihak lain, tidak termasuk

kegiatan yang tujuannya untuk hobi.

Kegiatan pertanian pada umumnya meliputi usaha bercocok tanam,

pemeliharaan ternak, penangkapan ikan dan pengambilan hasil laut,

penebangan kayu dan pengambilan hasil hutan serta perburuan binatang

liar.

Sektor pertanian meliputi 5 sub sektor yaitu sub sektor tanaman bahan

makanan, tanaman perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan.

A . T a n a m a n B a h a n M a k a n a n

Sub sektor ini meliputi kegiatan penyiapan dan pelaksanaan

penanaman, pembibitan, pemeliharaan dan pemanenan hasil-hasil pertanian

tanaman pangan seperti padi, jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang

tanah, kacang hijau, kacang kedelai, buah-buahan dan sayur-sayuran.

Sumber Data :

1. BPS Kabupaten Bandung.

2. Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Bandung.

| 20

APE Kabupaten Bandung Tahun 2014

B . T a n a m a n P e r k e b u n a n

Sub sektor tanaman perkebunan meliputi tanaman perkebunan rakyat

dan tanaman perkebunan besar.

Tanaman perkebunan rakyat adalah suatu usaha tanaman perkebunan

yang dilakukan oleh rakyat secara individu dengan luas areal tanaman

kurang dari 25 hektar. Tanaman perkebunan besar adalah suatu usaha

tanaman perkebunan yang dilaksanakan oleh perusahaan atau oleh rakyat

yang luas arealnya lebih besar atau sama dengan 25 hektar.

Komoditi yang dicakup meliputi antara lain cengkeh, kapok, kelapa,

kina, kopi, teh, lada, tembakau, pinang serta tanaman perkebunan lainnya.

Sumber Data :

1. BPS Kabupaten Bandung.

2. Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Bandung.

C . K e h u t a n a n

Sub sektor ini meliputi usaha di areal hutan berupa penebangan kayu,

pengambilan getah, daun-daunan, akar dan kulit kayu, bambu, rotan, arang

dan perburuan binatang hutan. Termasuk juga kayu dan bambu yang berasal

dari areal non hutan seperti yang ditanam petani di kebun atau di

pekarangan rumah.

Sumber Data :

1. BPS Kabupaten Bandung.

2. Perum Perhutani Provinsi Jawa Barat.

D . P e t e r n a k a n d a n H a s i l - h a s i l n y a

Sub sektor ini mencakup semua kegiatan pembibitan dan budidaya

segala jenis ternak (besar dan kecil) dan unggas dengan tujuan untuk

dikembangbiakan, dibesarkan, dipotong dan diambil dagingnya maupun

untuk dimanfaatkan hasil-hasilnya, baik yang dilakukan oleh rakyat maupun

perusahaan peternakan. Jenis ternak yang dicakup adalah sapi, kerbau,

| 21

APE Kabupaten Bandung Tahun 2014

kabing, babi, kuda, ayam, itik, telur ayam, telur itik, susu sapi serta hewan

ternak lainnya.

Produksi ternak adalah jumlah ternak lahir ditambah dengan

pertambahan berat badan atau penggemukkan dan hasil-hasil ternak lainnya

seperti telur dan bulu. Akan tetapi data pertambahan berat badan atau

penggemukan tersebut tidak bisa diperoleh, sehingga khusus untuk sub

sektor peternakan, penghitungan produksinya di dalam memperkirakan

produksi ternak tetapi diperoleh melalui suatu rumus persamaan:

Jumlah pemotongan + Populasi akhir tahun – Populasi awal tahun +

Ekspor – Impor

Sumber Data :

1. BPS Kabupaten Bandung.

2. Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bandung.

E . P e r i k a n a n

Sub sektor ini meliputi segala pengusahaan perikanan yang mencakup

usaha penangkapan, pembenihan, pengambilan maupun pemeliharaan segala

jenis ikan dan hasil-hasilnya baik yang berada di air tawar maupun di air

asin. Termasuk pengolahan sederhana seperti pengasinan atau pengeringan

ikan yang dilakukan nelayan atau rumahtangga.

Sumber Data :

1. BPS Kabupaten Bandung.

2. Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bandung.

Metode Estimasi

Pendekatan yang digunakan dalam penghitungan nilai tambah sektor

pertanian dilakukan melalui pendekatan produksi (production approach).

Pendekatan ini didasarkan pada pertimbangan tersedianya data produksi

dan harga untuk masing-masing komoditi pertanian. Secara umum, nilai

output setiap komoditi diperoleh dari hasil perkalian antara produksi yang

dihasilkan dengan harga produsen komoditi bersangkutan. Sedangkan untuk

| 22

APE Kabupaten Bandung Tahun 2014

penghitungan atas dasar harga konstan 2000 dilakukan melalui metode

revaluasi, yaitu metode dimana seluruh produksi dan biaya-biaya antara

dinilai berdasarkan harga tahun dasar 2000

3 . 2 S e k t o r P e r t a m b a n g a n d a n P e n g g a l i a n

Sektor ini meliputi usaha penggalian, pengeboran, pencucian,

pengambilan dan pemanfaatan barang tambang, mineral dan barang galian

yang tersedia di dalam tanah, baik yang berupa benda padat, benda cair

maupun gas. Sektor ini dikelompokkan dalam tiga sub sektor yaitu sub sektor

pertambangan minyak dan gas bumi, pertambangan non migas dan

penggalian.

A . M i n y a k d a n G a s B u m i

Pertambangan minyak dan gas bumi meliputi kegiatan pencarian

kandungan minyak dan gas bumi, penyiapan pengeboran, penambangan,

penguapan, pemisahan serta penampungan untuk dapat dijual atau

dipasarkan baik yang dilakukan di darat maupun di laut. Komoditi yang

dihasilkan adalah minyak bumi, kondensat dan gas bumi.

B . P e r t a m b a n g a n T a n p a M i g a s

Pertambangan tanpa migas meliputi penambangan komoditi non migas,

komoditasnya antara lain : emas, perak, nikel, mangan, timah, tembaga,

bauxit dan mineral lainnya.

C . P e n g g a l i a n

Sub sektor ini mencakup penggalian dan pengambilan segala jenis

barang galian seperti batu-batuan, pasir dan tanah yang pada umumnya

berada pada permukaan bumi. Hasil dari kegiatan ini adalah batu gunung,

batu kali, batu kapur, koral, kerikil, batu karang, batu marmer, pasir untuk

bahan bangunan, pasir silika, pasir kwarsa, kaolin, tanah liat, dan komoditi

penggalian lainnya.

| 23

APE Kabupaten Bandung Tahun 2014

Metode Estimasi

Metode penghitungan yang digunakan untuk sektor pertambangan dan

penggalian diestimasi melalui pendekatan produksi (production approach).

Output atas dasar harga berlaku diperoleh melalu perkalian antara produksi

dengan harga per unit produksi (harga produsen). Produksi bruto atas dasar

harga konstan 2000 didapatkan dengan metode revaluasi yaitu mengalikan

kuantum barang yang dihasilkan pada masing-masing tahun dengan harga

per unit produksi pada tahun 2000.

Sumber Data :

1. BPS Kabupaten Bandung.

2. Dinas Sumber Daya Air, Pertambangan dan Energi Kabupaten Bandung.

3 . 3 S e k t o r I n d u s t r i P e n g o l a h a n

Sektor ini meliputi usaha kegiatan pengolahan bahan organik ataupun

anorganik menjadi produk baru yang lebih tinggi mutunya, baik dilakukan

dengan tangan, mesin, atau proses kimiawi. Pembuatan atau pengerjaannya

dapat diproses melalui mesin/pabrik ataupun rumahtangga. Industri

pengolahan dikelompokkan menjadi dua kelompok besar yaitu industri

pengolahan minyak dan gas bumi (migas) dan industri pengolahan tanpa

migas.

A . I n d u s t r i M i g a s

Sub sektor industri migas terdiri dari kegiatan pengilangan minyak

bumi dan gas alam cair.

i . P e n g i l a n g a n M i n y a k B u m i

Kegiatan ini meliputi pengolahan minyak bumi yang

menghasilkan produk-produk minyak avtur, premix, premium,

solar, minyak tanah, aspal dan produk lainnya.

| 24

APE Kabupaten Bandung Tahun 2014

i i . G a s A l a m C a i r

Kegiatan ini meliputi pengolahan pencairan gas alam cair (Liquid

Natural Gas) yang produknya diekpor ke luar negeri.

B . I n d u s t r i T a n p a M i g a s

Sub sektor ini mencakup industri besar dan sedang, industri kecil dan

industri rumah tangga.

Dalam standar klasifikasi ISIC (International Standard Industry Classification)

2 digit, sub sektor industri tanpa migas diklasifikasikan dalam sembilan sub

sektor :

• Sub sektor industri makanan, minuman dan tembakau

• Sub sektor industri tekstil, barang jadi, kulit dan alas kaki

• Sub sektor industri barang kayu dan hasil hutan lainnya

• Sub sektor industri kertas dan barang cetakan

• Sub sektor industri pupuk, kimia, dan barang dari karet

• Sub sektor industri semen dan barang galian bukan logam

• Sub sektor industri logam dasar besi dan baja

• Sub sektor industri alat angkutan, mesin dan peralatannya

• Sub sektor industri pengolahan lainnya

Metode Estimasi

Pendekatan penghitungan output untuk sub sektor ini diestimasi

melalui pendekatan produksi (production approach). Output atas dasar harga

berlaku adalah perkalian antara produksi dengan harga produsen, sedangkan

output atas dasar harga konstan 2000 didapatkan dengan metode revaluasi

yaitu produksi pada masing-masing tahun dikalikan dengan harga pada

tahun dasar.

Sumber Data :

1. BPS Provinsi Jawa Barat,

2. BPS Kabupaten Bandung.

| 25

APE Kabupaten Bandung Tahun 2014

3 . 4 . S e k t o r L i s t r i k , G a s d a n A i r B e r s i h

A . L i s t r i k

Kegiatan ini mencakup pembangkitan dan penyaluran tenaga listrik,

baik yang diselenggarakan oleh Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN)

maupun oleh perusahaan Non-PLN seperti pembangkitan listrik oleh

Perusahaan Pemerintah Daerah dan listrik yang diusahakan oleh swasta

(perorangan maupun perusahaan), dengan tujuan untuk dijual kepada

konsumen.

Metode Estimasi

Sub sektor ini diestimasi melalui pendekatan produksi (production

approach). Output atas dasar harga berlaku adalah perkalian antara produksi

dengan harga produsen, sedangkan output atas dasar harga konstan 2000

didapatkan dengan metode revaluasi.

Sumber Data :

1. PLN Cigareleng Kota Bandung

2. PLN Cabang Majalaya

B . A i r B e r s i h

Kegiatan sub sektor air bersih meliputi proses pembersihan, pemurnian

dan proses kimiawi lainnya untuk menghasilkan air bersih, serta

pendistribusian dan penyalurannya secara langsung melalui pipa dan alat

lain kepada konsumen rumahtangga, instansi pemerintah maupun swasta.

Kegiatan ini umumnya dilakukan oleh perusahaan air minum milik

pemerintah daerah.

Metode Estimasi

Sub sektor ini diestimasi melalui pendekatan produksi (production

approach). Output atas dasar harga berlaku adalah perkalian antara produksi

dengan harga produsen, sedangkan output atas dasar harga konstan 2000

didapatkan dengan metode ektrapolasi.

| 26

APE Kabupaten Bandung Tahun 2014

Sumber Data :

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Bandung.

3 . 5 . S e k t o r B a n g u n a n / K o n s t r u k s i

Kegiatan sub sektor bangunan dan konstruksi meliputi usaha

pembangunan/pembuatan, perluasan, pemasangan, perbaikan berat dan

ringan, perombakan bangunan tempat tinggal, bangunan bukan tempat

tinggal, jalan, jembatan, bendungan, jaringan listrik, telekomunikasi dan

konstruksi lainnya. Termasuk juga kegiatan sub konstruksi seperti

pemasangan instalasi listrik, saluran telepon, alat pendinginan, pembuatan

saluran air dan sebagainya.

Metode Estimasi

Untuk sektor bangunan dan konstruksi estimasinya dilakukan melalui

pendekatan produksi, sedangkan output atas dasar harga konstan 2000

menggunakan metode deflasi.

Sumber Data :

1. BPS Kabupaten Bandung.

2. Pemerintah Kabupaten Bandung.

3 . 6 . S e k t o r P e r d a g a n g a n , H o t e l d a n R e s t o r a n

A . P e r d a g a n g a n B e s a r d a n E c e r a n

Kegiatan yang dicakup dalam sub sektor perdagangan meliputi kegiatan

membeli dan menjual barang, baik barang baru maupun bekas, untuk tujuan

penyaluran tanpa mengubah sifat barang tersebut. Sub sektor perdagangan

dikelompokkan kedalam dua jenis kegiatan yaitu perdagangan besar dan

perdagangan eceran.

Sub sektor perdagangan besar meliputi kegiatan pembelian,

pengumpulan dan penjualan kembali barang oleh pedagang dari pihak

produsen atau importir kepada pedagang lain, perusahaan, lembaga atau

konsumen dalam partai besar. Perdagangan eceran meliputi kegiatan

| 27

APE Kabupaten Bandung Tahun 2014

pembelian, pengumpulan dan penjualan kembali yang pada umumnya

melayani konsumen, perorangan atau rumahtangga dalam partai kecil.

B . H o t e l

Sub sektor ini mencakup kegiatan penyediaan akomodasi yang

menggunakan sebagian atau seluruh bangunan sebagai tempat penginapan.

Penyediaan akomodasi yang dimaksud adalah hotel berbintang maupun

tidak berbintang, serta tempat tinggal lainnya yang digunakan untuk

menginap seperti losmen, motel dan sejenisnya.

C . R e s t o r a n

Kegiatan sub sektor ini mencakup usaha penyediaan makanan di

restoran/rumah makan, katering, restoran di kereta api, cafetaria dan kantin,

termasuk usaha penjualan makanan dan minuman jadi yang biasanya

dimakan langsung di tempat penjualan seperti : warung nasi, warung kopi,

warung sate dan sejenisnya. Termasuk pula disini kegiatan penyediaan

makanan dan minuman serta fasilitas lainnya, sedangkan kegiatan-kegiatan

tersebut berada dalam suatu satuan usaha dengan penginapan dan datanya

sulit untuk dipisahkan.

Metode Estimasi

Untuk mengestimasi sub sektor perdagangan besar dan eceran

dilakukan melalui pendekatan arus barang (commodity flow) baik untuk atas

dasar harga berlaku maupun untuk atas dasar harga konstan 2000, yaitu

dengan menggunakan ratio margin terhadap nilai produksi daerah sendiri

(pertanian, pertambangan dan penggalian serta industri) dan impor,

termasuk barang keluar masuk antar daerah/provinsi. Nilai tambah harga

berlaku dan harga konstan 2000, didapatkan dengan mengalikan output

dengan ratio nilai tambah. Perkiraan output sub sektor restoran/rumah

makan dan sub sektor hotel/penginapan dilakukan dengan pendekatan

produksi, sedangkan output harga konstan 2000 diperoleh dengan cara

ekstrapolasi.

| 28

APE Kabupaten Bandung Tahun 2014

Sumber Data :

1. BPS Provinsi Jawa Barat,

2. BPS Kabupaten Bandung,

3. Survei Khusus Kegiatan Ekonomi (SKSE)

3 . 7 . S E K T O R P E N G A N G K U T A N D A N K O M U N I K A S I

A . P e n g a n g k u t a n

Kegiatan yang dicakup dalam sub sektor pengangkutan terdiri atas

angkutan rel, angkutan jalan raya, angkutan udara, angkutan laut, angkutan

sungai, danau dan penyebrangan, serta jasa penunjang angkutan.

Kegiatan sektor ini meliputi pengangkutan barang dan penumpang

dengan menggunakan alat angkutan baik yang bermotor maupun tidak

bermotor atas dasar suatu pembayaran, sedangkan jasa penunjang angkutan

mencakup kegiatan yang sifatnya menunjang dan membantu memperlancar

kegiatan tersebut beserta penyediaan fasilitas-fasilitasnya, seperti terminal,

pelabuhan dan pergudangan.

i . P e n g a n g k u t a n R e l

Meliputi semua kegiatan pengangkutan barang dan penumpang dengan

menggunakan jasa kereta api termasuk gerbong.

i i . P e n g a n g k u t a n J a l a n R a y a

Meliputi semua kegiatan pengangkutan penumpang dan barang dengan

menggunakan alat angkut kendaraan jalan raya baik yang bermotor

maupun tidak bermotor, termasuk pula kegiatan sewa kendaraan baik

atau tanpa pengemudi.

i i i . P e n g a n g k u t a n U d a r a

Meliputi semua kegiatan pengangkutan barang dan penumpang melalui

udara dengan menggunakan pesawat udara/kapal terbang yang

beroperasi di dalam maupun di luar negeri, baik penerbangan yang

dilakukan secara teratur maupun tidak.

| 29

APE Kabupaten Bandung Tahun 2014

i v . P e n g a n g k u t a n L a u t

Meliputi kegiatan pengangkutan barang dan penumpang dengan

menggunakan angkutan samudra dan perairan pantai dengan

menggunakan kapal laut, yang diusahakan oleh perusahaan pelayaran

nasional baik yang beroperasi di dalam maupun di luar daerah ataupun

di luar negeri. Termasuk juga kegiatan jasa penunjang angkutan laut

seperti pelabuhan laut/sungai, jasa pemanduan, bongkar muat,

pergudangan, ekspedisi dan keagenan.

v. Pengangkutan Sungai, Danau dan Penyebrangan

Meliputi kegiatan pengangkutan barang dan penumpang dari angkutan

sungai, danau dan penyebrangan yang menggunakan kapal, perahu,

ferry dan angkutan air lainnya.

v i . J a s a P e n u n j a n g A n g k u t a n

Meliputi kegiatan yang bersifat menunjang dan memperlancar kegiatan

pengangkutan, Kegiatan tersebut terdiri dari :

a. Terminal dan Perparkiran, mencakup kegiatan pelayanan dan

pengaturan lalu lintas kendaraan / armada yang membongkar dan

mengisi muatan baik barang maupun penumpang seperti terminal,

parkir, pelabuhan laut meliputi fasilitas berlabuh, kapal pandu,

penyediaan air tawar serta kegiatan pencacatan muatan barang dan

penumpang.

b. Bongkar Muat, kegiatan ini mencakup pemberian pelayanan

bongkar/muat angkutan barang melalui laut dan darat yang terdiri

dari pelabuhan laut, sungai dan pelabuhan udara.

c. Keagenan, kegiatan ini meliputi pelayanan keagenan barang dan

penumpang yang diberikan kepada usaha angkutan, baik angkutan

darat, laut, sungai dan udara.

d. Pergudangan, kegiatan ini mencakup pemberian jasa penyimpanan

barang dalam suatu bangunan/gudang ataupun lapangan terbuka

dalam wilayah pelabuhan.

| 30

APE Kabupaten Bandung Tahun 2014

B . K o m u n i k a s i

i . P o s d a n T e l e k o m u n i k a s i

Sub sektor ini meliputi kegiatan pelayanan jasa pos dan giro, dan

telekomunikasi untuk umum. Pos dan giro mencakup kegiatan

pemberian jasa kepada pihak lain dalam hal pengiriman surat, paket

dan wesel yang diusahakan oleh PT Pos Indonesia. Kegiatan

telekomunikasi meliputi pemberian jasa kepada pihak lain dalam hal

pengiriman berita melalui telepon, telex dan telegraph yang diusahakan

oleh PT Telkom.

i i . J a s a P e n u n j a n g T e l e k o m u n i k a s i

Kegiatan ini meliputi pemberian/penyediaan fasilitas yang menunjang

kegiatan komunikasi seperti: wartel, warpostel, radio panggil dan

telepon seluler (ponsel).

Metode Estimasi

Metode estimasi yang digunakan adalah pendekatan produksi untuk

kegiatan pengangkutan dan metode alokasi untuk kegiatan komunikasi. Jasa

penunjang telekomunikasi hanya mencakup wartel, sedangkan yang lain

belum tersedia datanya.

Sumber Data:

1. BPS Kabupaten Bandung,

2. PT Pos Soreang,

3. PT Kereta Api Indonesia

4. Dinas Perhubungan Kabupaten Bandung

5. Dinas Jasa Marga

6. Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Kabupaten Bandung

7. PT Telkom Indonesia

8. Survei Khusus Kegiatan Ekonomi.

| 31

APE Kabupaten Bandung Tahun 2014

3 . 8 . S e k t o r K e u a n g a n , P e r s e w a a n d a n J a s a P e r u s a h a a n

Sektor ini meliputi kegiatan perbankan, lembaga keuangan bukan bank,

jasa penunjang keuangan, sewa bangunan dan jasa perusahaan.

A . B a n k

Sub sektor ini meliputi pemberian jasa pelayanan di bidang keuangan

kepada pihak keuangan kepada pihak lain seperti: menerima simpanan

dalam bentuk giro dan tabungan, memberi pinjaman, transfer/memindahkan

rekening koran, membeli dan menjual surat berharga, memberi jaminan

bank, menyewakan tempat penyimpanan barang-barang berharga dan

sebagainya.

B . L e m b a g a K e u a n g a n B u k a n B a n k

Kegiatan lembaga keuangan bukan bank meliputi: asuransi, koperasi,

pegadaian dan yayasan dana pensiun. Kegiatan asuransi meliputi pelayanan

asuransi, baik asuransi jiwa maupun bukan jiwa seperti: asuransi kebakaran,

asuransi kecelakaan, asuransi kerugian dan sebagainya. Termasuk juga agen

perasuransian, jasa pelayanan penanggung perasuransian, unit pengatur

dana pensiun yang berdiri sendiri dan sebagainya.

C . J a s a P e n u n j a n g K e u a n g a n

Meliputi jasa pelayanan bidang keuangan seperti yang dilakukan pada

usaha pasar modal, bursa valuta asing, penukaran mata uang asing (money

changer), anjak piutang dan modal ventura.

Metode Estimasi

Sub sektor ini diestimasi melalui pendekatan produksi dan untuk

penghitungan output atas dasar harga konstan 2000 menggunakan metode

deflasi.

Sumber Data :

1 Bank Indonesia

2 Survei Khusus Kegiatan Ekonomi (SKSE)

| 32

APE Kabupaten Bandung Tahun 2014

D . S e w a B a n g u n a n

Sektor ini meliputi semua jasa yang berhubungan dengan proses

persewaan bangunan dan tanah, baik yang menyangkut bangunan tempat

tinggal maupun bukan tempat tinggal.

Metode Estimasi

Metode estimasi untuk sektor ini menggunakan pendekatan produksi

dan penghitungan atas dasar harga konstan 2000 menggunakan cara deflasi.

Sumber Data :

BPS Kabupaten Bandung

E . J a s a P e r u s a h a a n

Sub sektor ini meliputi pemberian jasa pada pihak lain seperti : jasa

hukum, jasa akuntan dan pembukuan, jasa pengolahan dan tabulasi, jasa

bangunan, arsitek dan teknik, jasa periklanan, jasa persewaan mesin dan

peralatan. Kegiatan yang termasuk dalam penghitungan publikasi ini baru

terbatas pada kegiatan jasa hukum (advokat, pengacara dan notaris) dan jasa

konsultan.

Metode Estimasi

Metode pendekatan produksi adalah metode estimasi yang digunakan

dalam mengestimasi nilai tambah sub sektor jasa perusahaan, sedangkan

untuk penghitungan atas dasar harga konstan 2000 digunakan metode

ekstrapolasi. Data untuk memperkirakan nilai tambah sub sektor ini

bersumber dari survei khusus, ratio input diperoleh melalui hasil pengolahan

survei khusus pada masing-masing jenis kegiatan.

Sumber Data :

Survei Khusus Kegiatan Ekonomi (SKSE).

| 33

APE Kabupaten Bandung Tahun 2014

3 . 9 . S E K T O R J A S A - J A S A

A . P e m e r i n t a h a n U m u m

Sektor ini mencakup kegiatan pemerintah umum dalam menyediakan

jasa pelayanan kepada masyarakat yang tidak dapat dinilai secara ekonomi

misalnya dalam mengatur Negara. Kegiatan pemerintah tersebut meliputi

baik pemerintah pusat (badan/lembaga tinggi negara, departemen, lembaga

non departemen dan unit-unit lainnya yang berada di pusat, dinas vertikal di

daerah) maupun pemerintah daerah (Provinsi, Kabupaten/Kota) dan

pemerintah desa serta unit-unitnya, termasuk juga kegiatan pertahanan dan

keamanan negara/daerah.

Metode Estimasi

Pada sektor ini, perhitungan output Pemerintah Daerah menggunakan

pendekatan pendapatan, sedangkan untuk output Pemerintah Pusat dan

Pertahanan Keamanan dilakukan melalui cara tidak langsung yaitu metode

alokasi dari angka nasional/provinsi. Penghitungan atas dasar harga konstan

2000 dilakukan dengan cara ekstrapolasi yaitu menggunakan indeks jumlah

pegawai secara tertimbang sebagai ekstrapolatornya.

Sumber Data :

1. BPS Kabupaten Bandung,

2. Pemerintah Kabupaten Bandung.

B . S w a s t a

Kegiatan ini meliputi usaha penyelenggaraan pemberian jasa antara

lain: jasa pendidikan dan jasa kesehatan, jasa kemasyarakatan lainnya, jasa

hiburan dan rekreasi, dan jasa perorangan dan rumah tangga.

i . J a s a S o s i a l d a n K e m a s y a r a k a t a n

Sub sektor ini meliputi jasa pendidikan, kesehatan, penelitian, palang

merah, panti asuhan, panti wreda, YPAC, rumah ibadah dan

sejenisnya, baik yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta

| 34

APE Kabupaten Bandung Tahun 2014

i i . J a s a H i b u r a n d a n R e k r e a s i

Sub sektor ini meliputi usaha penyediaan dan pengelolaan berbagai

jenis hiburan/rekreasi untuk masyarakat baik perorangan maupun

rumahtangga, serta berorientasi untuk mencari untung (profit

making). Kegiatan tersebut seperti pembuatan dan distribusi film,

usaha pemutaran film, penyiaran radio dan televisi swasta, produksi

dan pertunjukkan film, produksi dan pertunjukkan sandiwara, tari,

sanggar dan musik. Termasuk juga jasa rekreasi lainnya seperti

gelanggang pacuan, sirkus, taman hiburan dan klub malam,

penggubahan lagu, penulis buku, pembuat lukisan dan sebagainya.

Dari berbagai kegiatan tersebut diatas hanya pemutaran film

(bioskop), penyiaran radio swasta niaga dan taman hiburan/tempat

rekreasi yang dapat diestimasi nilai tambahnya.

i i i . J a s a P e r o r a n g a n d a n R u m a h T a n g g a

Sub sektor ini meliputi kegiatan penyelenggaraan jasa yang pada

umumnya melayani perorangan dan rumahtangga seperti reparasi,

binatu, tukang jahit, tukang cukur, pembantu rumahtangga dan jasa

perorangan lainnya. Mengingat keterbatasan data maka dalam

penghitungan ini hanya terbatas pada kegiatan jasa reparasi,

pembantu rumahtangga, tukang jahit, tukang cukur dan perawatan

kulit, perawatan muka dan rambut.

Metode Estimasi

Besarnya output dari nilai tambah sektor ini dihitung dengan

pendekatan produksi dan penghitungan atas dasar harga konstan 2000

dengan menggunakan cara ekstrapolasi.

Sumber Data :

1. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bandung,

2. Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung,

3. Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung,

| 35

APE Kabupaten Bandung Tahun 2014

4. Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Kabupaten Bandung,

5. Survei Khusus Kegiatan Ekonomi (SKSE).

BAB 4

Pembangunan Ekonomi

Kabupaten Bandung

| 37

APE Kabupaten Bandung Tahun 2014

BAB IV

PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BANDUNG

Dengan di berlakukannya Otonomi Daerah yang tertuang dalam

Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 dan diubah menjadi Undang undang

Nomor 32 Tahun 2004, maka terjadi pula pergeseran dalam pembangunan

ekonomi yang tadinya bersifat sentralistis mengarah kepada desentralisasi.

Adanya Otonomi Daerah memberikan keleluasaan kepada daerah untuk

membangun wilayahnya termasuk pembangunan dalam bidang ekonomi.

Pemerintah Kabupaten Bandung di Tahun 2014 ini mencoba

melakukan pengukuran hasil pembangunan selama tahun 2014 dengan

pendekatan indikator pembangunan ekonomi yaitu hasil pengukuran Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB) di wilayah Kabupaten Bandung selama

kurun Waktu 2014.

Hasil pembangunan ekonomi di Kabupaten Bandung Tahun 2014

mengalami perbaikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal ini

digambarkan oleh Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) tahun 2014 mengalami

sedikit perlambatan dibandingkan dengan LPE tahun sebelumnya. LPE

tahun 2014 mencapai 5,92% dan ditahun sebelumnya masih bisa mencapai

5,96%. Perlambatan nilai LPE tahun ini terutama ditunjang oleh

perlambatan di sektor Pertanian dan sektor Listrik. Sektor pertanian yang

merupakan salah satu penggerak ekonomi Kabupaten Bandung mengalami

perlambatan pertumbuhannya yaitu dari 4,93% di tahun 2013 menjadi

2,24% di tahun 2014. Melemahnya sektor Pertanian di tahun 2014 ini di

pengaruhi oleh menurunnya pertumbuhan dari sub sektor Tanaman Bahan

Makanan (Tabama) dan sub sektor Kehutanan. Disamping melemahnya

sektor Pertanian juga sub sektor Listrik bahkan mengalami pertumbuhan

negatif.

Meskipun pertumbuhan di sektor lainnya memberikan pertumbuhan

yang meningkat namun belum bisa menggerakkan LPE Kabupaten Bandung

lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh

| 38

APE Kabupaten Bandung Tahun 2014

tetap menurunnya pertumbuhan dan sektor Penggalian serta sub sektor

Listrik yang tahun ini mengalami penurunan.

4.1. Produk Domestik Regional Bruto

Perekonomian Kabupaten Bandung yang diukur berdasarkan besaran

PDRB atas dasar harga berlaku pada tahun 2014 mencapai Rp 72,94 triliun,

sedangkan PDRB atas dasar harga konstan 2000 mencapai Rp 27,44 triliun.

Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, PDRB atas dasar harga

berlaku mengalami kenaikan sebesar Rp 8,28 triliun dari tahun sebelumnya.

Demikian pula PDRB atas dasar harga konstan 2000, yang mengalami

kenaikan sebesar Rp 1,54 triliun dari Rp 25,90 triliun pada tahun

sebelumnya.

Perkembangan nilai PDRB dari tahun 2009 sampai 2014 menunjukkan

tingkat perkembangan PDRB ADH Berlaku lajunya lebih tinggi dibandingkan

dengan PDRB ADH Konstan. Tingginya pergerakan PDRB berlaku memberi

gambaran adanya pergerakan tingkat harga yang cukup tinggi yang berakibat

timbulnya inflasi yang lebih tinggi dibanding tahun-tahun sebelumnya

rentang waktu tersebut.

Tabel 4.1 PDRB Kabupaten Bandung

Tahun 2010 - 2014 (Juta Rp)

PDRB

ADH Berlaku PDRB

ADH Konstan

2010 46.092.238,72 21.734.661,19

2011 51.291.762,65 23.026.214,41

2012 57.071.406,68 24.443.222,17

2013 64.660.447,44 25.899.449,73

2014 72.945.347,60 27.435.715,40

Sumber: BPS Kab. Bandung

| 39

APE Kabupaten Bandung Tahun 2014

Grafik 4.1

PDRB Kabupaten Bandung Tahun 2008-2014 (Triliun Rp)

Sumber: BPS Kab. Bandung

Tabel 4.1. dan Grafik 4.1 menunjukkan angka absolut PDRB atas dasar

berlaku maupun atas dasar konstan dari tahun 2008-2014. Terlihat bahwa

kenaikan harga berlaku selalu diikuti oleh kenaikan harga konstan dengan

deviasi yang hampir seimbang untuk setiap tahunnya. Untuk tahun 2014,

adanya kenaikan harga untuk tarif dasar listrik yang meningkat di tipa

triwulan juga adanya BBM di bulan November tidak berpengaruh nyata

terhadap kenaikan harga berlaku di tahun tersebut. Hal ini dapat memberi

gambaran bahwa adanya kenaikan harga baik untuk listrik maupun BBM

tidak berpengaruh nyata terhadap kenaikan harga di tingkat produsen.

Artinya adanya kenaikan harga hanya berpengaruh pada tingkat konsumen

saja tidak sampai mempengaruhi sampai tingkat produsen baik produsen

barang maupun jasa.

Nilai PDRB per sektor ekonomi dapat diamati di Tabel 4.2. Sektor

industri pengolahan masih tetap menduduki peringkat pertama dengan nilai

tambah brutonya mencapai Rp 40,60 triliun, diikuti oleh sektor perdagangan,

38,28 41,26 46,09

51,29 57,07

64,66 72,94

19,67 20,53 21,73 23,03

24,44 25,90 27,44

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014Tahun

PDRB ADH Berlaku PDRB ADH Konstan

| 40

APE Kabupaten Bandung Tahun 2014

hotel, dan restoran sebesar Rp 14,33 triliun; sektor pertanian sebesar Rp

5,67 triliun; sektor jasa-jasa sebesar Rp 4,73 triliun; sektor pengangkutan

dan komunikasi sebesar Rp 3,05 triliun; sektor keuangan, persewaan, dan

jasa perusahaan sebesar Rp 1,22 triliun; sektor listrik, gas, dan air bersih

sebesar Rp 1,34 triliun; sektor bangunan sebesar Rp 1,29 triliun; dan terakhir

sektor pertambangan dan penggalian sebesar Rp 0,66 triliun.

Tabel 4.2 PDRB Kabupaten Bandung adh Berlaku dan Konstan

Tahun 2013-2014, (Juta Rupiah)

No LAPANGAN USAHA

Harga Berlaku Harga Konstan 2013 2014 2013 2014

1 Pertanian 5.171.118,06 5.672.739,51 1.873.631,52 1.917.297,12

2 Pertambangan dan Penggalian

673.133,71 657.379,05 274.199,65 267.532,18

3 Industri Pengolahan 36.721.871,46 40.595.513,08 15.340.747,17 16.115.189,76

4 Listrik, Gas dan Air 1.166.432,32 1.282.638,54 521.716,11 450.910,38

5 Bangunan 1.143.674,37 1.294.611,80 471.552,93 515.076,89

6 Perdag, Hotel dan Restoran

12.123.022,26 14.326.868,98 4.444.168,03 4.897.376,79

7 Pangkutan dan Komunikasi

2.659.942,03 3.046.424,06 1.103.080,04 1.192.305,82

8 Keuangan, Prsew & Js Prshn

1.217.604,86 1.337.369,83 572.223,98 608.133,47

9 Jasa jasa 3.783.648,37 4.731.802,73 1.298.130,28 1.471.892,96

KABUPATEN BANDUNG 64.660.447,44 72.945.347,59 25.899.449,73 27.435.715,37

Sumber: BPS Kab. Bandung

Hal yang sama untuk nilai tambah bruto adalah konstan (2000) dimana

faktor harga sudah ditiadakan, sektor industri pengolahan tetap menduduki

peringkat pertama yaitu sebesar Rp. 16,12 triliun. Kemudian diikuti oleh

sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar Rp 4,90 triliun; sektor

pertanian sebesar Rp 1,92 triliun; sektor jasa-jasa sebesar Rp 1,47 triliun;

sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar Rp 1,19 triliun; sektor

| 41

APE Kabupaten Bandung Tahun 2014

keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan sebesar Rp 0,61 triliun; sektor

listrik, gas, dan air bersih sebesar Rp 0,45 triliun; sektor bangunan sebesar

Rp 0,52 triliun; dan terakhir sektor pertambangan dan penggalian sebesar Rp

0,27 triliun.

Hal ini memberi gambaran bahwa sektor Industri Pengolahan, Sektor

Perdagangan, Hotel dan Restoran, dan sektor pertanian mempunyai peran

yang cukup besar dalam perekonomian Kabupaten Bandung.

4.2. Pertumbuhan Ekonomi

Adanya persoalan yang fundamental yang menerpa perekonomian

nasional dan adanya gejolak ekonomi global mengakibatkan pertumbuhan

ekonomi secara nasional mengalami perlambatan. Beberapa terpaan

ekonomi seperti kenaikan harga BBM, kenaikan beberapa bahan pokok

seperti beras, produk hortikultura, dan meningkatnya harga TDL (tarif dasar

listrik) secara nasional maupun regional berakibat pada melemahnya kinerja

ekonomi wilayah. Meskipun demikian, ada hal lain yang berpengaruh positiv

terhadap kinerja nasional adalah adanya pemilihan presiden di tahun 2014.

Kegiatan ini ternyata mampu mendorong tingkat volume produksi yang

merupakan akibat dari meningkatnya konsumsi baik konsumsi pemerintah

maupun konsumsi lembaga non provit. Dengan demikian kinerja ekonomi

tidak sampai melambat terlalu jauh.

Kondisi nasional tentunya sangat berbengaruh terhadap kondisi

regional. Kabupaten Bandung dengan potensi di sektor Industri Pengolahan

terutama untuk produk Tekstil dan Produk Tekstil tentunya sangat

terpengaruh terutama adanya kenaikan harga BBM maupun tarif dasar listrik

khususnya untuk TDL Industri. Namun demikian adanya peningkatan

tingkat konsumsi terutama di konsumsi lembaga non provit khusunya

organisasi politik dan masih baiknya ekspor luar negeri di tingkat Provisni

Jawa Barat ternyata masih mampu menyeimbangkan kinerja Kabupaten

Bandung dimana pengaruh kontraksi ekonomi tidak berakibat pada

melemahnya ekonomi Kabupaten Bandung terlalu jauh.

| 42

APE Kabupaten Bandung Tahun 2014

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bandung yang diukur berdasarkan

kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan

2000 pada tahun 2014 tumbuh sebesar 5,92 persen. Dibandingkan dengan

tahun 2013, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bandung mengalami

perlambatan yaitu turun sebesar 0,04 point dari nilai pertumbuhan di tahun

sebelumnya yang mencapai 5,96 persen.

Grafik 4.2

LPE Kabupaten Bandung Tahun 2001-2014 (Persen)

Sumber: BPS Kab. Bandung

Hampir semua sektor mendorong pertumbuhan ekonomi Kabupaten

Bandung tahun 2014 terkecuali sektor LGA serta sektor pertambangan dan

penggalian yang mengalami pertumbuhan negatif. Pertumbuhan paling

tinggi terjadi pada sektor jasa-jasa yang mencapai 13,39 persen, kemudian

diikuti pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 10,20

persen, sektor bangunan/konstruksi 9,23 persen, serta sektor pengangkutan

dan komunikasi sebesar 8,09 persen.

4,98 4,98 5,02

5,66 5,78 5,80 5,92

5,30

5,34

5,88 5,94 6,15 5,96 5,92

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

LPE

Tahun

| 43

APE Kabupaten Bandung Tahun 2014

Grafik 4.3 LPE Kabupaten Bandung Tahun 2014

(Persen)

Sumber: BPS Kab. Bandung

Adapun untuk sektor yang dominan yaitu sektor industri pengolahan

hanya bergerak di 5,05 persen dan sektor pertanian 2,24 persen. Hanya

sektor perdagangan, Hotel dan Restoran yang mempunyai andil besar dalam

pembentukan ekonomi yang mampu bergerak cukup tinggi. Dengan

demikian perlu adanya perhatian yang lebih terhadap sektor-sektor yang

mempunyai andil besar terhadap pembentukan PDRB, terutama sektor

industri pengolahan dan sektor pertanian.

Pertumbuhan paling tinggi terjadi di sektor jasa-jasa sedangkan

pertumbuhan paling rendah di sektor pertanian yaitu sebesar 2,24 persen,

adapun pertumbuhan negatif terjadi pada sektor penggalian sebesar -2,43

persen dan sektor LGA sebesar -13,57 persen.

Pertanian 2,24

Pertambangan & Penggalian

(2,43)

Ind Pengolahan 5,05

LGA (13,57)

Bangunan 9,23

Perdagangan,Hotel & Restoran

7,95 Pengangkutan &

Komunikasi 8,39

Keu,Sewa & Jasa Perusahaan

6,28 Jasa-jasa

13,39

| 44

APE Kabupaten Bandung Tahun 2014

Grafik 4.4

LPE Kabupaten Bandung Tahun 2013-2014 (Persen)

Sumber: BPS Kab. Bandung

Grafik 4.4 menggambarkan perbandingan LPE sembilan sektor

ekonomi pada tahun 2014 dengan tahun 2013. Secara umum LPE semua

sektor di tahun 2014 mengalami pertumbuhan, hanya untuk sektor

pertambangan dan penggalian, dan sektor LGA yang mengalami penurunan

nilai LPE. Untuk sektor LGA dimana kinerjanya mengalami penurunan yaitu

dari nilai LPE 8,19 persen di tahun 2013 menjadi -13,57 persen di tahun

2014. Penurunan kinerja ini didorong oleh penurunan distribusi listrik dan

meningkatnya harga tarif dasar listrik untuk semua sektor. Adapun untuk

sektor Penggalian dari tahun ke tahun mengalami penurunan, di tahun 2013

turun sebesar 1,75 persen dan di tahun 2014 tingkat penurunan semakin

tajam yaitu mencapai 2,43 persen. Hal yang perlu mendapat catatan bahwa

untuk sektor karena tingkat produksinya terus mengalami penurunan.

Meskipun beberapa sektor primer mengalami perlambatan laju

pertumbuhannya akibat dari melemahnya nilai tukar rupiah yang menembus

level Rp 12.800 per dolar Amerika Serikat (AS) di pengujung tahun 2014,

5,86

2,24

(1,75) (2,43)

5,40 5,05

12,53

(13,57)

5,04

9,23 8,67 7,95 7,90 8,39 8,28 6,28

5,05

13,39

Pertanian Pertambangan & Penggalian Ind Pengolahan

LGA Bangunan Perdagangan,Hotel & Restoran

Pengangkutan & Komunikasi Keu,Sewa & Jasa Perusahaan Jasa-jasa

| 45

APE Kabupaten Bandung Tahun 2014

namun hal ini tidak berdampak pada melambatnya sektor perdagangan,

hotel dan Restoran. Laju pertumbuhan sektor ini justru terus mengalami

peningkatan meskipun hanya 1,10 point dibandingkan dengan tahun

sebelumnya yaitu dari 9,10 persen menjadi 10,20 persen.

Adapun sektor dominan yaitu industri pengolahan dan sektor

pertanian masih memberikan kinerja yang masih baik.

Tabel 4.3 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bandung

Tahun 2011 - 2014 (Persen)

LAPANGAN USAHA Tahun

2011 2012 2013 2014

Pertanian 5,38 5,86 4,93 2,24

Pertambangan dan Penggalian 3,00 -1,75 -4,23 -2,43

Industri Pengolahan 5,19 5,40 5,03 5,05

Listrik, Gas dan Air 8,21 12,53 8,19 -13,57

Bangunan 8,10 5,04 8,97 9,23

Perdagangan, Hotel dan Restoran 7,88 8,67 9,10 10,20

Pengangkutan dan Komunikasi 7,62 7,90 6,44 8,09

Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 7,15 8,28 3,87 6,28

Jasa jasa 6,99 5,05 9,28 13,39

LPE KAB BANDUNG 5,94 6,15 5,96 5,92 Sumber: BPS Kab. Bandung

Untuk sektor industri pengolahan, melemahnya kinerja di tahun ini,

kemungkinan besar akibat naiknya harga BBM bersubsidi yang berakibat

pada berkurangnya volume produksi industri pengolahan.

Untuk sektor Jasa-jasa terjadi peningkatan LPE di tahun 2014, dari 9,28

persen di tahun 2013 menjadi 13,39 persen. Adanya kenaikan harga BBM

yang yang berimplikasi pada kenaikan harga beberapa bahan pokok tidak

| 46

APE Kabupaten Bandung Tahun 2014

menyebabkan melemahnya pertumbuhan di sektor ini. Peningkatan sektor

ini ditunjang oleh peningkatan dari jasa perorangan dan rumah tangga.

Kegiatan ekonomi yang tercakup dalam sektor ini seperti jasa salon, jasa

reparasi, tukang jahit jasa perawatan kulit, muka dan rambut. Disamping itu

di tunjang pula oleh jasa sosial dan kemasyarakatan seperti jasa pendidikan

dan kesehatan swasta.

4.3. Struktur Ekonomi

Struktur ekonomi daerah dapat dilihat dari distribusi persentase PDRB

atas dasar harga berlaku yang dapat menunjukkan peranan atau konstribusi

masing-masing sektor ekonomi dalam menunjang terbentuknya produk

domestik regional bruto suatu daerah. Dengan memperhatikan struktur

ekonomi suatu daerah, diharapkan kebijakan-kebijakan yang menyangkut

pembangunan ekonomi dapat lebih terarah dengan tetap

mempertimbangkan skala prioritas pembangunan.

Grafik 4.5. menggambarkan struktur perekonomian Kabupaten

Bandung Tahun 2014, terlihat bahwa sektor industri pengolahan sangat

mendominasi perekonomian di Kabupaten Bandung yaitu sebesar 55,65

persen, sektor dominan kedua oleh perdagangan, hotel dan restoran sebesar

19,64 persen. Adapun peran sektor pertanian yang merupakan sektor basis

di Kabupaten Bandung baru mencapai 7,78 persen.

Sektor yang mempunyai peranan terkecil adalah sektor pertambangan

dan penggalian yang hanya 0,90 persen. Hal ini menggambarkan untuk

sektor ini tidak dominan dalam pembentukan PDRB Kabupaten Bandung.

Kondisi ini dapat dipahami bahwa untuk sektor ini hanya bergerak di sektor

penggalian saja dimana wilayah penggalian hanya tersebar di beberapa

wilayah saja dan itupun tidak begitu besar. Untuk sektor Bangunan yang

merupakan penyumbang terkecil kedua berkontribusi sebesar 1,77 persen

terhadap PDRB Kabupaten Bandung hanya sedikit lebih baik dibanding

sektor Listrik, gas dan Air Bersih yang memiliki kontribusi sebesar 1,76

persen. Kontribusi ini sebagian besar berasal dari kegiatan ekonomi listrik.

| 47

APE Kabupaten Bandung Tahun 2014

Grafik 4.5 Struktur Ekonomi Kabupaten Bandung

Tahun 2014

Sumber: BPS Kab. Bandung

Sedangkan untuk sektor Jasa-jasa, sektor Pengangkutan dan

Komunikasi serta sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan, sektor-

sektor ini mempunyai peran terhadap PDRB masing masing sebesar 6,49

persen; 4,18 persen dan 1,83 persen.

Berdasarkan kelompok sektor, struktur perekonomian Kabupaten

Bandung tahun 2014 masih didominasi oleh kelompok sektor sekunder yaitu

sebesar 59,18 persen, walaupun tetap menjadi sektor dominan pada struktur

perekonomian Kabupaten Bandung namun peranan kelompok sektor

sekunder terus mengalami kecenderungan penurunan kontribusi.

Pertanian 8%

Pertambangan &

Penggalian 1%

Industri Pengolahan

56%

Listrik, Gas & Air 2%

Bangunan 2%

Perdagangan, Hotel & Restoran

19%

Pengangkutan & Komunikasi

4%

Keu, Persewaan &

Js Prshaan 2% Jasa jasa

6%

| 48

APE Kabupaten Bandung Tahun 2014

Grafik 4.6 Peranan Kelompok Sektor Ekonomi

Kabupaten Bandung Tahun 2014 (Persen)

Sumber: BPS Kab. Bandung

Mengamati perkembangan kontribusi tiap sektor terhadap

perekonomian Kabupaten Bandung , terjadi penurunan peran dari kelompok

sektor sekunder terutama pada sektor industri yang kembali mengalami

penurunan dari tahun sebelumnya, sehingga meskipun terjadi peningkatan

peranan pada sektor bangunan dan sektor listrik, gas dan air bersih, namun

belum mampu memberikan andil pada peningkatan kontribusi kelompok

sektor sekunder.

Hal yang sama untuk peranan kelompok sektor primer yaitu pada tahun

2014 kembali mengalami penurunan. Turunnya kontribusi kelompok sektor

ini terutama disebabkan oleh menurunnya kontribusi sektor penggalian yaitu

dari 1,20 persen ada tahun 2012 menjadi 1,04 persen di tahun 2014. Adapun

di sektor pertanian justru terjadi peningkatan kontribusinya yaitu dari 7, 92

persen di tahun 2012 menjadi 8,00 persen di tahun 2014.

| 49

APE Kabupaten Bandung Tahun 2014

Tabel 4.4 Peranan NTB Atas Dasar Harga Berlaku

Setiap Kelompok Sektor dalam Perekonomian Kabupaten Bandung Tahun 2012-2014

(Persen)

LAPANGAN USAHA 2012 2013 2014

PRIMER 9,12 9,04 8,68 1. Pertanian 7,92 8,00 7,78 2. Pertambangan dan Penggalian 1,20 1,04 0,90

SEKUNDER 61,01 60,36 59,18 3. Industri Pengolahan 57,67 56,79 55,65 4. Listrik, Gas dan Air 1,67 1,80 1,78 5. Bangunan 1,66 1,77 1,77

TERTIER 29,87 30,60 32,14 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 18,29 18,75 19,64 7. Pengangkutan dan Komunikasi 4,16 4,11 4,18 8. Keuangan, Persewaan & Js Perusahaan 1,97 1,88 1,83 9. Jasa jasa 5,46 5,85 6,49

KABUPATEN BANDUNG 100,00 100,00 100,00

Sumber: BPS Kab. Bandung

Sementara itu, peranan kelompok sektor tertier terhadap pembentukan

PDRB tercatat terus mengalami peningkatan. Kontribusi sektor tertier

mengalami peningkatan menjadi sebesar 32,14 persen dari 30,60 persen di

tahun 2013. Peningkatan ini hanya di tunjang oleh semua sektor kecuali

sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan yang mengalami

penurunan dari 1,88 persen di tahun 2013 menjadi 1,83 persen ditahun

2014.

4.4. PDRB Per Kapita

PDRB perkapita merupakan gambaran rata-rata pendapatan yang

diterima oleh setiap penduduk sebagai hasil dari proses produksi. Data ini

diperoleh dengan cara membagi nilai PDRB dengan jumlah penduduk

| 50

APE Kabupaten Bandung Tahun 2014

pertengahan tahun di wilayah tersebut. Secara kasar dapat dikatakan bahwa

semakin tinggi PDRB yang diterima oleh penduduk di suatu wilayah maka

tingkat kesejahteraan masyarakat di wilayah yang bersangkutan dapat

dikatakan bertambah baik, namun pada dasarnya penghitungan nilai PDRB

mengesampingkan kepemilikan, dengan demikian bisa jadi nilai PDRB

perkapita suatu wilayah tinggi namun tidak menggambarkan tingkat

kemakmuran penduduk setempat karena sebagian besar aktivitas produksi

yang terjadi di wilayah tersebut bukan milik dari penduduk setempat,

demikian pula sebaliknya.

Grafik 4.7 PDRB Per Kapita Kabupaten Bandung

Tahun 2010-2014 (Ribu Rupiah)

Sumber: BPS Kab. Bandung

,0005000,000

10000,00015000,000

20000,00025000,000

30000,000

2010

2011

2012

2013

2014

6.804,80

7.116,49

7.390,47

7.605,24

7.905,65

14.430,81

15.852,25

17.255,69

18.987,20

21.019,36

PDRB Perkapita ADH Konstan PDRB Perkapita ADH Berlaku

| 51

APE Kabupaten Bandung Tahun 2014

Hasil dari PDRB per kapita sangat dipengaruhi oleh laju pertumbuhan

penduduk di wilayah tersebut. Dari Grafik 4.7 digambarkan bahwa selama

kurun waktu empat tahun terakhir, PDRB per kapita atas dasar berlaku

Kabupaten Bandung terus menunjukkan peningkatan, PDRB per kapita atas

dasar harga berlaku secara nominal mampu tumbuh sebesar 10,70 persen

yaitu dari tahun 2013 sebesar PDRB perkapita sebesar Rp 18.987.203 per

tahun meningkat menjadi Rp 21.019.333 per tahun di tahun 2014.

Namun tidak demikian dengan tingkat pertumbuhan nilai PDRB per

kapita atas dasar konstan yang menggambarkan pendapatan riil penduduk

Kabupaten Bandung, dimana tingkat pertumbuhannya termasuk kecil yaitu

hanya sekitar 3,95. Pada tahun 2013 nilai PDRB per kapita atas dasar harga

konstan 2000 tercatat sebesar Rp 7.605.238 per tahun dan di tahun 2014

hanya sedikit meningkat menjadi Rp. 7.905.651 per tahun.

Grafik 4.8 Pendapatan Per Kapita Penduduk Kabupaten Bandung 2008-2014

(Ribu Rupiah)

Sumber: BPS Kab. Bandung

Grafik 4.8 menunjukan tingkat pendapatan yang diterima penduduk

Kabupaten Bandung tahun 2008-2014 dimana terlihat bahwa pendapatan

penduduk Kabupaten Bandung terus mengalami peningkatan dari tahun ke

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

12.457,62 13.080,35 14.430,81

15.852,25 17.255,69

18.987,20 21.019,36

Pendapatan Per Kapita

| 52

APE Kabupaten Bandung Tahun 2014

tahun. Namun demikian yang perlu diperhatikan adalah tidak hanya

peningkatan pendapatannya saja melainkan pula nilai atau besar pendapatan

yang diterima penduduk Kabupaten Bandung.

4.5. Tingkat Inflasi

Definisi inflasi secara sederhana dapat diartikan sebagai fenomena

meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga

dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila

kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang

lainnya.

Inflasi yang stabil menjamin keberlangsungan kegiatan perekonomian,

inflasi yang tinggi akan mempengaruhi nilai real dari pendapatan

masyarakat, selain itu ketidakstabilan inflasi akan meningkatkan

ketidakpastian yang akan berpengaruh pada pengambilan keputusan

masyarakat terkait faktor-faktor investasi, konsumsi, dan produksi yang

tentunya akan berdampak pada pencapaian kinerja ekonomi.

Grafik 4.9

Inflasi PDRB Kabupaten Bandung Tahun 2001 - 2014

(Persen)

Sumber: BPS Kab. Bandung

12,36

10,09

4,20

5,75

12,29

9,11

6,89

9,11

3,31

5,50 5,04 4,82

6,93 6,50

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

% In

flasi

| 53

APE Kabupaten Bandung Tahun 2014

Grafik 4.9 menggambarkan perjalan inflasi PDRB di Kabupaten

Bandung dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2014. Selama kurun waktu

tersebut terjadi fluktuasi harga dimana pada tahun 2001, 2002 dan tahun

2005 terjadi inflasi yang cukup tinggi yaitu sampai menembus angka dua

digit. Adapun di tahun lainnya masih di bawah dua digit dan paling rendah

inflasi di tahun 2009 yang hanya menembus angka 3,31 persen. Namun

demikian, rendahnya inflasi di tahun 2009 tidak diikuti ditahun tahun

berikutnya bahkan semakin cenderung meningkat sampai akhir tahun 2014

inflasi PDRB menembus angka 6,50 persen.

Tabel 4.5

Inflasi Produk Domestik Bruto Kabupaten Bandung Tahun 2012-2014

(Persen)

LAPANGAN USAHA 2012 2013 2014

Pertanian 7,28 9,06 7,3

Pertambangan dan Penggalian 8,69 2,46 0,09

Industri Pengolahan 3,69 6,22 5,24

Listrik, Gas dan Air 2,9 12,91 27,23

Bangunan 5,78 10,8 3,63

Perdagangan, Hotel dan Restoran 7,66 6,48 7,24

Pengangkutan dan Komunikasi 1,89 5,26 5,96

Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 4,77 4,33 3,35

Jasa jasa 5,66 11,13 10,3

KABUPATEN BANDUNG 4,82 6,93 6,5

Sumber: BPS Kab. Bandung

Mengamati tingginya inflasi PDRB ditahun 2014, ternyata peningkatan

inflasi terjadi pada beberapa sektor yaitu sektor Listrik, Gas dan Air Bersih,

sektor Perdagangan dan Pengangkutan serta sektor pengangkutan dan

komunikasi. Inflasi tertinggi terjadi di sektor listrik, gas dan air bersih yang

| 54

APE Kabupaten Bandung Tahun 2014

mecapai dua digit yaitu mencapai 27,23 persen. Tinggi inflasi ini dipengaruhi

oleh peningkatan harga tarif dasar listrik yang hampir tiap triwulan

mengalami peningkatan. Inflasi teringgi kedua adalah sektor Jasa yang

mencapai 10,30 persen. Peningkatan ini karena melonjaknya permintaan

pelayanan jasa baik pemerintah ataupun swasta. Hal yang sama untuk sektor

pertanian dimana beberapa produk pertanian seperti harga GKG dan

beberapa harga hortikultura mengalami peningkatan terutama di akhir-akhir

tahun 2014 setelah harga BBM dinaikan.

BAB 5

Analisis Sektoral

| 56

APE Kabupaten Bandung Tahun 2014

BAB V

ANALISIS SEKTORAL

5.1. Sektor Pertanian

Sektor pertanian memiliki peranan yang penting dalam perekonomian

Kabupaten Bandung, hal ini dikarenakan sektor pertanian berfungsi sebagai

basis atau landasan pembangunan ekonomi di Kabupaten Bandung.

Peranan sektor pertanian bukan hanya terhadap ketahanan pangan,

tetapi juga memberikan andil yang besar terhadap kesempatan kerja, sumber

pendapatan, serta perekonomian regional. Di Kabupaten Bandung, sektor

pertanian masih berkontribusi positif terhadap pembentukan nilai PDRB

Kabupaten Bandung walaupun dengan nilai yang tidak terlalu tinggi.

Tabel. 5.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pertanian

Kabupaten Bandung Tahun 2014 (Persen)

LAPANGAN USAHA Tahun Tahun Tahun

2012 2013 2014

PERTANIAN 5,86 4,93 2,24

a. Tanaman Bahan makanan 6,87 5,11 -3,82

b. Perkebunan 3,89 6,49 22,41

c. Peternakan 3,52 1,92 12,53

d. Kehutanan -11,12 0,99 -15,45

e. Perikanan 2,86 5,45 13,71

Sumber: BPS Kab. Bandung

Kinerja sektor pertanian pada tahun 2014 tercatat mengalami

pertumbuhan positif walaupun sedikit melambat bila dibandingkan secara

yoy (year on year) dengan tahun sebelumnya. Nilai tambah bruto sektor

pertanian atas dasar harga berlaku meningkat dari Rp 5,17 triliun pada tahun

2013 menjadi Rp 5,67 triliun, peranan sektor pertanian meningkat hingga

| 57

APE Kabupaten Bandung Tahun 2014

7,78 persen dan laju pertumbuhan positif sebesar 2,24 persen, sedikit

melambat dari laju pertambahan tahun sebelumnya yang mencapai 4,93

persen.

Kinerja positif sektor pertanian didukung oleh pertumbuhan pada tiga

sub sektor yaitu sub sektor perkebunan, perikanan dan peternakan. Laju

pertumbuhan sub sektor tanaman perkebunan merupakan laju pertumbuhan

tertinggi pada kelompok sektor pertanian, yakni mencapai hingga 22,41

persen, diikuti oleh sub sektor perikanan sebesar 13,71 persen, sub sektor

peternakan sebesar 12,53 persen. Sub sektor tanaman bahan makanan dan

sub sektor kehutanan tumbuh negatif dimana sub sektor tanaman bahan

makanan sebesar tumbuh (-3,82) persen, dan sub sektor kehutanan sebesar

tumbuh sebesar (-15,45) persen.

Tabel. 5.2 Kontribusi Sektor Pertanian Kabupaten Bandung

Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2014 (Persen)

LAPANGAN USAHA Tahun Tahun Tahun

2012 2013 2014

PERTANIAN 7,92 8,04 7,78

a. Tanaman Bahan makanan 5,89 6,08 5,77

b. Perkebunan 0,99 0,94 0,95

c. Peternakan 0,82 0,80 0,82

d. Kehutanan 0,02 0,02 0,02

e. Perikanan 0,20 0,20 0,23

Sumber: BPS Kab. Bandung

Hal yang menarik tahun ini adalah dimana sub sektor tanaman bahan

makanan yang merupakan tulang punggung sektor pertanian mengalami

pertumbuhan yang negative. Menurunnya kinerja sub sektor tanaman bahan

makanan karena semakin mahalnya harga pupuk dan susahnya

mendapatkan sarana produksi pertanian pada akhir akhir ini. Dengan

| 58

APE Kabupaten Bandung Tahun 2014

demikian berpengaruh pada tingkat produktivitas tanaman bahan makanan.

Disamping itu mahalnya harga produk pertanian terutama harga sayuran

bukanlah menunjang sisi produksi pertanian tapi justru harga pertanian di

tingkat produsen tidak laku terjual sehingga sangat mengurangi tingkat

produksi.

Namun demikian meskipun sub sektor tanaman bahan makanan

mengalami penurunan, kinerja sektor pertanian didukung oleh

meningkatnya laju pertumbuhan yang signifikan dari tiga sub sektor yaitu

perkebunan, peternakan dan perikanan dibandingkan tahun sebelumnya

bahkan yang tertinggi dalam lima tahun terakhir walaupun nilai

distribusinya masih rendah. Dengan demikian laju pertumbuhan sektor ini

masih mengalami peningkatan meskipun jika dibandingkan tahun

sebelumnya melemah.

Yang perlu diperhatikan adalah pada sub sektor kehutanan dimana nilai

distribusi sub sektor ini terus menurun selama 5 tahun terakhir diikuti pula

oleh laju pertumbuhan sub sektor kehutanan yang terus menurun.

Peningkatan nilai sektor pertanian, berbanding terbalik dengan

peningkatan kontribusi sektor tersebut terhadap perekonomian regional.

Peranan sektor pertanian pada tahun 2014 justru menurun dari 8,00 persen

menjadi 7,78 persen, dengan sub sektor tanaman bahan makanan sebagai

kontributor utama. Tercatat kontribusi sub sektor tanaman bahan makanan

pada tahun 2014 sebesar 5,77 persen, diikuti oleh sub sektor perkebunan

sebesar 0,95 persen, sub sektor peternakan 0,82 persen, sub sektor

perikanan 0,23 persen dan sub sektor kehutanan sebesar 0,02 persen.

A. Sub Sektor Tanaman Bahan Makanan (Tabama)

Kinerja sub sektor tanaman bahan makanan (tabama) pada tahun 2014

melambat dibanding tahun sebelumnya, tingkat pertumbuhan sub sektor ini

tumbuh -3,82 persen pada tahun ini. Hasil dari survei khusus pendapatan

regional menunjukkan bahwa menurunnya kinerja sub sektor ini disebabkan

oleh menurunnya indeks produksi tanaman padi palawija dan beberapa

produksi sayuran lainnya.

| 59

APE Kabupaten Bandung Tahun 2014

Sama halnya dengan kontribusi sub sektor tabama juga mengalami

penurunan. Kontribusi pada tahun 2013 tercatat sebesar 6,08 persen dan

turun menjadi 5,77 persen di tahun 2014.

B. Sub Sektor Perkebunan

Sebaliknya dengan sub sektor tanaman bahan makanan, pada tahun

ini sub sektor perkebunan justru mengalami pertumbuhan sangat tinggi

hingga 22,41 persen. Pertumbuhan pada sub sektor ini merupakan

peningkatan tertinggi dari seluruh sub sektor di sektor pertanian.

Namun dilihat dari kontribusi peningkatan kinerja, tingkat kontribusi

sub sektor perkebunan meningkat tidak terlalu signifikan dibanding tahun

2013. Kontribusi sub sektor perkebunan tahun 2013 tercatat sebesar 0,94

persen dan menurun menjadi 0,95 persen di tahun 2014.

C. Sub Sektor Peternakan

Kinerja dan kontribusi sub sektor peternakan pada tahun 2014 tercatat

mengalami pertumbuhan cukup positif. Sub sektor peternakan pada tahun

ini tercatat mencapai pertumbuhan sebesar 12,53 persen dengan kontribusi

sebesar 0,82 persen, melaju dari pencapaian tahun 2013 dengan laju

pertumbuhan tercatat sebesar 1,92 persen dan tingkat kontribusi sebesar

0,94 persen.

D. Sub Sektor Kehutanan

Laju pertumbuhan sub sektor kehutanan fluktuatif dari tahun ke tahun.

Tahun 2014 sub sektor ini tumbuh negatif pada angka -15,45 persen dengan

kontribusi stagnan diangka 0,02 persen atau tidak berubah selama tiga tahun

terakhir, dimana selalu menempatkan sub sektor kehutanan ini sebagai sub

sektor dengan laju dan kontribusi terkecil terhadap kinerja ekonomi

Kabupaten Bandung ada sektor pertanian. Tahun lalu sub sektor ini tumbuh

0,99 persen dengan kontribusi 0,02 persen terhadap sektor pertanian.

| 60

APE Kabupaten Bandung Tahun 2014

E. Sub Sektor Perikanan

Pada tahun 2014 kinerja sub sektor perikanan menunjukan

pertumbuhan yang berarti. Laju pertumbuhan tahun sebelumnya tercatat

sebesar 5,45 persen dan mengalami peningkatan menjadi 13,71 persen di

tahun 2014. Adapun tingkat kontribusi sedikit mengalami peningkatan dari

0,20 persen di tahun 2013 menjadi 0,23 di tahun ini.

5.2. SEKTOR PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN

Sektor pertambangan dan penggalian merupakan kontibutor yang tidak

terlalu signifikan pada pembentukan PDRB di Kabupaten Bandung. Potensi

sektor ini antara lain terdapat pada potensi listrik panas bumi (geothermal),

penggalian batu, batu pasir, andesite dan pasir yang tersebar di beberapa

kecamatan.

Laju pertumbuhan ekonomi sektor pertambangan dan penggalian pada

tahun 2014 tercatat -2,43 persen. Penurunan ini terjadi pada sub sektor

penggalian dimana tumbuh secara negatif sebesar -5,78 ditahun ini. Tahun

lalu sektor ini juga tumbuh negatif diangka -4,23 persen.

Tabel. 5.3 Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pertambangan dan

Penggalian Kabupaten Bandung Tahun 2014 (Persen)

LAPANGAN USAHA Tahun Tahun Tahun

2012 2013 2014

PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN (1,75) (4,23) (2,43)

a. Minyak dan Gas Bumi (3,58) (4,45) (1,69)

b. Pertambangan Tanpa Migas - - -

c. Penggalian 7,57 (3,21) (5,78) Sumber: BPS Kab. Bandung

| 61

APE Kabupaten Bandung Tahun 2014

Sub sektor minyak dan gas bumi tercatat kembali mengalami

penurunan laju pertumbuhan pada tahun ini hingga negatif 1,69 persen,

begitu pula dengan sub sektor penggalian yang mengalami penurunan hingga

negatif 5,78 persen setelah tahun lalu juga tumbuh negatif.

Tabel. 5.4

Kontribusi Sektor Pertambangan dan Penggalian Kabupaten BandungAtas Dasar Harga Berlaku Tahun 2014

(Persen)

LAPANGAN USAHA Tahun Tahun Tahun

2012 2013 2014

PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 1,20 1,04 0,90

a. Minyak dan Gas Bumi 1,03 0,89 0,77

b. Pertambangan Tanpa Migas - -

c. Penggalian 0,17 0,15 0,13 Sumber: BPS Kab. Bandung

Sejalan dengan penurunan laju pertumbuhan, tingkat kontribusi sektor

pertambangan dan penggalian juga mengalami penurunan dibandingkan

tahun sebelumnya. Kontribusi tahun 2014 kembali menurun menjadi 0,90

persen dibanding tahun sebelumnya sebesar 1,04 persen.

A. Sub Sektor Minyak dan Gas Bumi

Pada tahun 2014 sub sektor pertambangan minyak dan gas bumi di

Kabupaten Bandung kembali mengalami pertumbuhan negatif hingga 1,69

persen setalah tahun lalu juga tumbuh negative pada angka -4,45 persen hal

ini menunjukan kinerja sector ini di tahun 2014 sedikit lebih baik dibanding

tahun 2013.

B. Sub Sektor Penggalian

Laju pertumbuhan sub sektor penggalian selama tahun 2014 tercatat

mengalami penurunan pertumbuhan. Laju pertumbuhan sub sektor ini turun

| 62

APE Kabupaten Bandung Tahun 2014

cukup tinggi dari -3,21 persen di tahun 2013 menjadi -5,78 persen pada

tahun 2014. Begitu pula dengan tingkat kontribusi sub sektor ini yang

menurun dari 0,15 persen menjadi 0,13 persen di tahun ini.

5.3. SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

Kinerja sektor industri pengolahan sebagai sektor dengan kontribusi

PDRB terbesar di Kabupaten Bandung tercatat menunjukan pertumbuhan

positif ditahun 20141 ini, , setelah sempat mengalami perlambatan pada

tahun sebelumnya. Laju pertumbuhan sektor ini memang cenderung sangat

berfluktuatif dari tahun ke tahun terkait dengan banyaknya faktor yang

mempengaruhi pertumbuhan sektor ini.

Tabel. 5.5 Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektor Industri Pengolahan

Kabupaten Bandung Tahun 2014 (Persen)

LAPANGAN USAHA Tahun Tahun Tahun

2012 2013 2014

INDUSTRI PENGOLAHAN 5,40 5,03 5,05

a. Industri Migas - - -

b. Industri Tanpa Migas 5,40 5,03 5,05 Sumber: BPS Kab. Bandung

Peningkatan pertumbuhan sektor industri pengolahan terutama

disebabkan oleh pertumbuhan sub sektor industri tekstil, barang dari kulit

dan alas kaki yang merupakan kontributor terbesar pada sektor industri

pengolahan sehingga sedikit saja terjadi perubahan pada sub sektor ini akan

memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap sektor industri

pengolahan.

Sebanyak lima dari sembilan jenis industri di Kabupaten Bandung pada

tahun ini mengalami pertumbuhan positif, sementara tiga sisanya mengalami

pertumbuhan negatif. Kelima jenis industri yang tumbuh positif itu

| 63

APE Kabupaten Bandung Tahun 2014

diantaranya industri makanan, minuman, dan tembakau; industri tekstil,

barang dari kulit dan alas kaki; industri kertas dan barang cetakan; industri

semen dan barang galian bukan logam; dan industri barang lainnya,

sedangkan industri yang mengalami pertumbuhan negatif adalah industri

barang dari kayu dan hasil hutan lainnya; industri pupuk, kimia, dan barang

dari karet; industri logam dasar besi dan baja; dan industri alat angkutan,

mesin dan peralatannya.

Laju pertumbuhan sektor industri pengolahan pada tahun 2014

terhitung sebesar 5,05 persen, melaju dari tahun 2013 yang tercatat sebesar

5,03 persen.

Tabel. 5.6

Kontribusi Sektor Industri Pengolahan Kabupaten Bandung Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2014

(Persen)

LAPANGAN USAHA Tahun Tahun Tahun

2012 2013 2014

INDUSTRI PENGOLAHAN 57,67 57,08 55,65

a. Industri Migas - - -

b. Industri Tanpa Migas 57,67 57,08 55,65 Sumber: BPS Kab. Bandung

Seperti telah diulas diatas, sektor industri pengolahan merupakan

sektor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB Kabupaten

Bandung, namun pada tahun ini tingkat kontribusi sektor industri kembali

mengalami penurunan menjadi 55,65 persen.

Kecenderungan penurunan kontribusi sektor ini sejalan dengan

peningkatan kontribusi sektor ekonomi lain terutama sektor perdagangan,

hotel dan restoran terhadap pembentukan total PDRB Kabupaten Bandung.

| 64

APE Kabupaten Bandung Tahun 2014

5.4. SEKTOR LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH

Dalam perkembangannya, setelah sempat mengalami tren peningkatan

pertumbuhan sejak tahun 2009 hingga tahun 2012, pada tahun ini laju

pertumbuhan sektor listrik, gas dan air bersih kembali mengalami

perlambatan pertumbuhan setelah tahun lalu sempat pula mengalami

pertumbuhan yang negatif.

Tabel. 5.7 Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektor Listrik,

Gas dan Air Bersih Kabupaten Bandung Tahun 2014 (Persen)

LAPANGAN USAHA Tahun Tahun Tahun

2012 2013 2014

LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 12,53 8,19 (13,57)

a. Listrik 12,56 8,27 (14,27) b. Gas Kota - - c. Air Bersih 11,58 5,47 10,84 Sumber: BPS Kab. Bandung

Laju pertumbuhan sektor LGA tahun 2014 tercatat sebesar -13,57

persen melambat dari tahun sebelumnya yang mencapai hingga 8,19 persen.

Perlambatan ini didukung oleh perlambatan kinerja sub sektor listrik yang

sangat signifikan. Menurunnya laju pertumbuhan ekonomi ini salah satu

sebabnya menurunnya volume listrik yang dibeli oleh PLN sehingga

berakibat pada menurunnya volume listrik yang didistribusikan ke

konsumen.

Sejalan dengan menurunnya produksi listrik di Kabupaten Bandung,

tingkat kontribusi sektor ini juga mengalami penurunan peran terhadap

total PDRB Kabupaten Bandung. Pada tahun ini tingkat kontribusi sektor

listrik, gas dan air bersih tercatat sebesar 1,76 persen, meningkat dari

kontribusi tahun sebelumnya yang sebesar 1,80 persen. Sedangkan untuk

sub sektor air bersih karena nilai cukup kecil, tingkat perubahannya tidak

| 65

APE Kabupaten Bandung Tahun 2014

berpengaruh nyata pada sektor ini dibandingkan dengan purabahan sub

sektor listrik.

Tabel. 5.8 Kontribusi Sektor Listrik , Gas dan Air Bersih

Kabupaten Bandung Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2014 (Persen)

LAPANGAN USAHA Tahun Tahun Tahun

2012 2013 2014

LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 1,67 1,81 1,76

a. Listrik 1,63 1,77 1,72

b. Gas Kota - -

c. Air Bersih 0,04 0,04 0,04 Sumber: BPS Kab. Bandung

A. Sub Sektor Listrik

Berbeda dengan tahun sebelumnya, pada tahun ini sub sektor listrik,

gas dan air bersih mengalami perlambatan pertumbuhan. Laju pertumbuhan

sektor listrik, gas dan air bersih pada tahun 2014 mencapai -13,57 persen,

menurun dari pencapai tahun sebelumnya sebesar 8,19 persen. Peranan sub

sektor ini terhadap pembentukan PDRB juga mengalami penurunan

kontribusi dari 1,80 persen menjadi 1,76 persen pada tahun ini.

B. Sub Sektor Air Bersih

Berbeda dengan sub sektor listrik, kinerja sub sektor air bersih justru

mengalami perlambatan pertumbuhan di tahun ini. LPE sub sektor air bersih

tahun ini tumbuh sebesar 10,84 persen, jauh melaju dari tahun sebelumnya

yang hanya tumbuh hingga 5,47 persen.

5.5. SEKTOR BANGUNAN / KONSTRUKSI

Setelah mengalami pertumbuhan pada tahun sebelumnya, pada tahun

ini laju pertumbuhan sektor bangunan/konstrusi kembali mengalami

| 66

APE Kabupaten Bandung Tahun 2014

peningkatan pertumbuhan. Tercatat LPE sektor bangunan tumbuh sebesar

9,23 persen, meningkat dari pencapaian tahun sebelumnya yang tumbuh

8,97 persen.

Tabel. 5.9

Laju Pertumbuhan Ekonomi dan Kontribusi Sektor Bangunan Kabupaten Bandung Tahun 2014

(Persen)

LAPANGAN USAHA Tahun Tahun Tahun

2012 2013 2014

BANGUNAN

LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI 5,04 8,97 9,23

KONTRIBUSI 1,66 1,77 1,77 Sumber: BPS Kab. Bandung

Meskipun nilai LPE sektor konstruksi mengalami kenaikan namun

kontribusinya tidak mengalami perubahan masih tetap pada level 1,77

persen. Jika dibandingkan dengan tahun 2012 nilai kontribusi ini mengalami

peningkatan.

5.6. SEKTOR PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN

Kinerja sektor perdagangan, hotel dan restoran pada tahun ini kembali

menunjukkan peningkatan. Laju pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan

restoran tahun 2014 tercatat sebesar 10,20 persen atau kembali mengalami

peningkatan dari tahun 2013 yang tumbuh sebesar 9,10 persen.

Pertumbuhan pada sektor ini terutama di dukung oleh peningkatan

pada sub sektor perdagangan besar dan eceran dan sub sektor restoran,

sedangkan sub sektor hotel justru mengalami penurunan pertumbuhan dari

8,33 persen pada tahun 2013 menjadi -1,45 persen pada tahun ini.

| 67

APE Kabupaten Bandung Tahun 2014

Tabel. 5.10 Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektor Perdagangan,

Hotel dan Restoran Kabupaten Bandung Tahun 2014 (Persen)

LAPANGAN USAHA Tahun Tahun Tahun

2012 2013 2014

PERDAGANGAN,HOTEL DAN RESTORAN 8,67 9,10 10,20

a. Perdagangan Besar & Eceran 8,08 9,88 10,66

b. Hotel 4,19 8,33 (1,45)

c. Restoran 11,64 5,33 7,95 Sumber: BPS Kab. Bandung

Sejalan dengan laju pertumbuhan, peranan sektor perdagangan, hotel

dan restoran terhadap pembentukan PDRB terus memperlihatkan tren

meningkat. Tercatat tingkat kontribusi sektor ini pada tahun 2012 sebesar

18,29 persen dan terus meningkat hingga 19,64 persen di tahun ini.

Tabel. 5.11

Kontribusi Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Kabupaten Bandung Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2014

(Persen)

LAPANGAN USAHA Tahun Tahun Tahun

2012 2013 2014

PERDAGANGAN,HOTEL DAN RESTORAN 18,29 18,75 19,64

a. Perdagangan Besar & Eceran 15,15 15,70 16,53

b. Hotel 0,01 0,01 0,01

c. Restoran 3,13 3,04 3,10 Sumber: BPS Kab. Bandung

A. Sub Sektor Perdagangan Besar dan Eceran

Sub sektor perdagangan besar dan eceran pada tahun ini mengalami

peningkatan pertumbuhan, LPE tahun 2014 tercatat sebesar 10,66 persen.

| 68

APE Kabupaten Bandung Tahun 2014

Begitu pula dengan tingkat kontribusi sub sektor ini juga mengalami

peningkatan menjadi 116,53 persen pada tahun ini. Seperti yang telah

diuraikan di atas, peningkatan pada sektor ini terjadi sebagai pengaruh dari

peningkatan volume permintaan terhadap barang dan jasa disamping

pengaruh dari meningkatnya indeks produksi dari sektor-sektor primer.

B. Sub Sektor Hotel

Kinerja sub sektor hotel pada tahun ini terlihat mengalami penurunan

setelah sempat mengalami pertumbuhan pada tahun sebelumnya. Laju

pertumbuhan sub sektor hotel pada tahun ini turun menjadi -1,45 persen

dari 8,33 persen pada tahun sebelumnya. Adapun untuk tingkat kontribusi

tidak mengalami perubahan tetap sebesar 0.01 persen selama lima tahun

terakhir.

C. Sub Sektor Restoran

Berbeda dengan tahun lau, pada tahun ini sub sektor restoran justru

mengalami peningkatan pertumbuhan. LPE sub sektor restoran pada tahun

ini tumbuh menjadi 7,95 persen dari pencapaian tahun sebelumnya yang

mampu tumbuh hingga 5,33 persen. Sejalan dengan hal ini tingkat

kontribusi sektor ini juga meningkat dari 3,04 persen menjadi 3,10 persen di

tahun ini.

5.7. SEKTOR PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI

Kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi pada tahun 2014

menunjukan peningkatan yang signifikan, laju pertumbuhan sektor ini

tercatat sebesar 8,09 persen dengan tingkat kontribusi sebesar 4,18 persen.

Pertumbuhan di sektor ini disebabkan oleh peningkatan di sub sektor

pengangkutan yang merupakan kontributor terbesar pada sektor ini

sedangkan sub sektor lainnya yaitu sub sektor komunikasi justru mengalami

peningkatan.

| 69

APE Kabupaten Bandung Tahun 2014

Tabel. 5. 12 Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Kabupaten Bandung Tahun 2014

(Persen)

LAPANGAN USAHA Tahun Tahun Tahun

2012 2013 2014

PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 7,90 6,44 8,09

a. Pengangkutan 7,06 5,22 8,02

1 Angkutan Rel 5,97 1,90 (1,66)

2 Angkutan Jalan Raya 7,03 5,27 8,15

3 Angkutan laut - - -

4 Angkutan Sungai - - -

5 Angkutan Udara - - -

6 Jasa Penunjang Angkutan 7,38 5,14 7,87

b. Komunikasi 12,36 12,65 8,39 Sumber: BPS Kab. Bandung

Tabel. 5. 13

Kontribusi Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Tahun 2014 Kabupaten Bandung Atas Dasar Harga Berlaku

(Persen)

LAPANGAN USAHA Tahun Tahun Tahun

2012 2013 2014

PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 4,16 4,13 4,11

a. Pengangkutan 3,68 3,66 3,64

1 Angkutan Rel 0,03 0,03 0,03

2 Angkutan Jalan Raya 3,22 3,21 3,19

3 Angkutan laut - - -

4 Angkutan Sungai - - -

5 Angkutan Udara - - -

6 Jasa Penunjang Angkutan 0,44 0,42 0,42 b. Komunikasi 0,48 0,48 0,47

Sumber: BPS Kab. Bandung

| 70

APE Kabupaten Bandung Tahun 2014

Sejalan dengan peningkatan pada laju pertumbuhan, tingkat kontribusi

sektor ini juga mengalami peningkatan. Peranan sektor pengangkutan dan

komunikasi terhadap perekonomian Kabupaten Bandung meningkat hingga

4,18 persen dari kontribusi tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 4,13

persen. Peningkatan ini terutama terjadi pada sub sektor pengangkutan.

A. Sub Sektor Pengangkutan

Kinerja sub sektor pengangkutan di tahun 2014 mengalami

peningkatan pertumbuhan. Pertumbuhan ini terjadi pada hampir semua

sub sektor pengangkutan, kecuali angkutan rel yang tumbuh -1,66 persen

turun dari tahun lalu yang tumbuh 1,90 persen.

Adapun tingkat kontribusi sub sektor pengangkutan juga mengalami

peningkatan kontribusi. Peranan sektor pengangkutan pada tahun 2013

sebesar 3,64 persen menurun menjadi 3,72 persen pada tahun ini.

B. Sub Sektor Komunikasi

Berbeda dengan tahun sebelumnya, LPE sektor komunikasi tahun ini

menunjukkan penurunan pertumbuhan yang cukup signifikan. Sub sektor

komunikasi tahun 2014 tumbuh 8,39 persen menurun dari tahun

sebelumnya yang mencapai angka 12,65 persen

5.8. SEKTOR KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN

Laju pertumbuhan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan

pada tahun 2014 kembali meningkat setelah sempat melambat pada tahun

sebelumnya, peningkatan ini disebabkan peningkatan yang signifikan dari

sub sector lembaga keuangan lainnya yang tumbuh hingga 33,75 persen, atau

pertumbuhan tertinggi selama 5 tahun terakhir

| 71

APE Kabupaten Bandung Tahun 2014

Tabel. 5.14 Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektor Keuangan, Persewaan dan

Jasa Perusahaan Kabupaten Bandung Tahun 2014 (Persen)

LAPANGAN USAHA Tahun Tahun Tahun

2012 2013 2014

KEU,PERSEWAAN DAN JS PRSHN 8,28 3,87 6,28

a. Bank 10,47 8,90 7,08

b. Lembaga Keuangan lainnya 2,78 (3,36) 33,75

c. Sewa Bangunan 8,38 2,32 5,75

d. Jasa perusahaan 6,92 5,76 2,26 Sumber: BPS Kab. Bandung

Tabel. 5.15 Kontribusi Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

Kabupaten Bandung Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2014 (Persen)

LAPANGAN USAHA Tahun Tahun Tahun

2012 2013 2014

KEU,PERSEWAAN DAN JS PRSHN 1,97 1,88 1,83

a. Bank 0,30 0,31 0,31

b. Lembaga Keuangan lainnya 0,07 0,07 0,08

c. Sewa Bangunan 1,22 1,14 1,09

d. Jasa perusahaan 0,37 0,37 0,35 Sumber: BPS Kab. Bandung

A. Sub Sektor Bank

Secara umum kondisi perbankan tahun 2014 dinilai masih sehat dalam

menghadapi gejolak perekonomian global dan domestik. Pada tahun ini

sektor perbankan walaupun mengalami perlambatan namun tetap stabil

pada kisaran angka 7,08 persen.

| 72

APE Kabupaten Bandung Tahun 2014

B. Sub Sektor Lembaga Keuangan Lainnya

Berbeda dengan sub sektor lainnya pertumbuhan positif sub sektor

lembaga keuangan lainnya justru mengalami pertumbuhan yang sangat

signifikan, dimana pada tahun ini laju pertumbuhan sub sektor ini

mengalami peningkatan menjadi 33,75 persen.

C. Sub Sektor Sewa Bangunan

Kinerja sub sektor sewa bangunan pada tahun ini mengalami

peningkatan pertumbuhan. Pertumbuhan pada tahun 2013 mencapai 2,32

persen dan jauh meningkat menjadi 5,75 persen pada tahun ini, adapun

tingkat kontribusi dari sektor ini justru mengalami penurunan dibanding

tahun sebelumnya, dari peranan sebesar 1,14 persen menurun menjadi 1,09

persen pada tahun 2014.

D. Sub Sektor Jasa Perusahaan

Kinerja sub sektor jasa perusahaan juga mengalami perlambatan

pertumbuhan di tahun ini. Laju pertumbuhan mencapai 2,26 persen,

melambat dari pencapaian tahun sebelumnya sebesar 5,75 persen.

5.9. SEKTOR JASA-JASA

Tahun ini laju pertumbuhan sektor jasa-jasa mulai menunjukkan

peningkatan pertumbuhan. LPE tahun 2014 mencapai 13,39 persen, jauh

lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya yang tumbuh 9,28 persen. Laju

pertumbuhan ini merupakan laju pertumbuhan tertinggi selama lima tahun

terakhir dan merupakan laju pertumbuhan tertinggi dari semua sector

pembentuk PDRB Kabupaten Bandung tahun 2014.

| 73

APE Kabupaten Bandung Tahun 2014

Tabel. 5. 16 Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektor Jasa-Jasa

Kabupaten Bandung Tahun 2014 (Persen)

LAPANGAN USAHA Tahun Tahun Tahun

2012 2013 2014

JASA – JASA 5,05 9,28 13,39

a. Pemerintahan Umum 6,19 7,62 11,42

b. Swasta 3,81 11,12 15,51

1. Sosial Kemasyarakatan 3,37 8,39 18,31

2. Hiburan dan Rekreasi 11,36 10,26 (3,15)

3. Perorangan dan Rumahtangga 3,86 12,20 14,80 Sumber: BPS Kab. Bandung

Tabel. 5.17 Kontribusi Sektor Jasa-jasa Kabupaten Bandung

Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2014 (Persen)

LAPANGAN USAHA Tahun Tahun Tahun

2012 2013 2014

JASA – JASA 5,46 5,85 6,49

a. Pemerintahan Umum 2,88 3,20 3,63

b. Swasta 2,58 2,65 2,86

1. Sosial Kemasyarakatan 0,63 0,63 0,69

2. Hiburan dan Rekreasi 0,03 0,03 0,03

3. Perorangan dan Rumahtangga 1,92 1,99 2,14 Sumber: BPS Kab. Bandung

Adapun untuk tingkat kontribusi sektor jasa-jasa terhadap

pembentukan total nilai PDRB Kabupaten Bandung pada tahun ini sedikit

meningkat bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yakni sebesar 6,49

persen, dimana tahun lalu hanya memiliki kontribusi sebesar 5,85 persen.

| 74

APE Kabupaten Bandung Tahun 2014

A. Sub Sektor Jasa Pemerintahan Umum

Pada tahun ini sektor jasa pemerintahan umum mengalami

peningkatan pertumbuhan baik pada laju kinerja maupun tingkat kontribusi

setelah sempat pula mengalami peningkatan pertumbuhan tahun

sebelumnya. Laju pertumbuhan tahun 2012 sebesar 6,19 persen meningkat

menjadi 7,62 persen di tahun 2013 dan di tahun 2014 kembali meningkat

hingga 11,42 persen.

B. Sub Sektor Swasta

Sama halnya dengan kinerja sub sektor pemerintahan umum, kinerja

sub sektor swasta pada tahun ini juga mengalami peningkatan pertumbuhan

cukup tinggi dibanding tahun sebelumnya. Laju pertumbuhan sub sektor

swasta tercatat mengalami pertumbuhan dari 11,12 persen pada tahun 2013

menjadi 15,51 persen pada tahun 2014. Peningkatan ini terutama didukung

oleh peningkatan pertumbuhan pada sub sektor jasa sosial kemasyarakatan

dan sub sektor jasa perorangan dan rumah tangga yang mengalami

pertumbuhan cukup tinggi.

Sejalan dengan laju pertumbuhannya, tingkat kontribusi sub sektor ini

juga mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

1. Sub Sektor Sosial Kemasyarakatan

Kinerja sub sektor sosial kemasyarakatan pada tahun 2014 tercatat

mengalami pertumbuhan dibanding tahun sebelumnya. LPE sub sektor ini

jauh meningkat menjadi 18,31 persen dari pencapaian sebelumnya sebesar

8,39 persen. Namun demikian dari sisi kontribusinya sub sektor ini hanya

mengalami sedikit peningkatan dibanding tahun sebelumnya, dimana di

tahun 2014 hanya menyumbang 0,69 persen setelah tahun lalu hanya bisa

berkontribusi 0,63 persen saja.

| 75

APE Kabupaten Bandung Tahun 2014

2. Sub Sektor Hiburan dan Rekreasi

Berbeda dengan sub sektor lainnya, kinerja sub sektor jasa hiburan

dan rekreasi pada tahun ini justru mengalami perlambatan yang signifikan

walaupun hingga bernilai negatif. Laju pertumbuhan pada tahun 2014

melambat menjadi -3,15 persen, menurun dari pencapaian tahun

sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar 10,26 persen. Adapun tingkat

kontribusi sub sektor ini tidak mengalami perubahan selama lima tahun

terakhir di angka 0,03 peren.

3. Sub Sektor Jasa Perorangan dan Rumah Tangga

Kecenderungan pertumbuhan juga terjadi pada sub sektor jasa

perorangan dan rumah tangga yang mengalami pertumbuhan cukup tinggi,

dimana pada tahun 2012 LPE sektor ini tercatat sebesar 3,86 persen dan

jauh meningkat menjadi 12,20 persen pada tahun 2013. Tahun 2014 sub

sector ini kembali melaju 14,80 persen. Begitu pula dengan peranan sub

sektor ini terhadap pembentukan PDRB yang juga mengalami peningkatan

dibandingkan dengan tahun sebelumnya dimana tahun ini mampu

memberikan kontribusi sebesar 2,14 persen.

BAB 6Posisi Pembangunan

Ekonomi Kab. Bandung

di Kawasan Metropolitan Bandung

| 77

APE Kabupaten Bandung Tahun 2014

BAB VI POSISI PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BANDUNG

DI KAWASAN METROPOLITAN BANDUNG

6.1. Kawasan Metropolitan Bandung

Kawasan Metropolitan Bandung atau sering disebut dengan kawasan

Bandung Raya merupakan salah satu wilayah metropolitan dengan luas

mencapai ± 338,04 Ha yang meliputi wilayah sekitar Bandung, provinsi Jawa

Barat, Indonesia. Pada awalnya Kawasan Bandung Metropolitan terdiri dari

empat wilayah administratif yaitu Kota Bandung, Kabupaten Bandung,

Kabupaten Sumedang, dan Kota Cimahi. Pada tahun 2007 Kabupaten

Bandung Barat memisahkan diri dari Kabupaten Bandung untuk membentuk

wilayah administratif sendiri.

Berdasarkan Metropolitan Development Management, perkembangan

Metropolitan Bandung Raya dimulai dari perkembangan Kota Bandung

sebagai ibukota Provinsi Jawa Barat. Selanjutnya perkembangan wilayah-

wilayah di sekitar Kota Bandung terjadi seiring dengan meluasnya ciri

perkotaan dari Kota Bandung ke wilayah sekitarnya. Pada tahun 2010,

terdapat 56 kecamatan yang telah mempunyai ciri perkotaan di Kota

Bandung, Kota Cimahi, sebagian Kabupaten Bandung, sebagian Kabupaten

Bandung Barat, dan sebagian Kabupaten Sumedang. 56 kecamatan tersebut

termasuk ke dalam delineasi Metropolitan Bandung Raya dengan jumlah

penduduk sebesar 5.813.269 jiwa dan luas wilayah sebesar 106.015 Ha.

Sementara itu, pada tahun 2010 luas kawasan terbangun mencapai 26.142

Ha atau sekitar 25 persen dari luas wilayah keseluruhan.

Kawasan Metropolitan Bandung memiliki potensi infrastruktur

transportasi yang cukup lengkap baik transportasi darat maupun

transportasi udara. Kawasan Metropolitan Bandung dilintasi oleh jalan arteri

primer, rel kereta api, dan beberapa ruas jalan tol. Selain itu, terdapat pula

terminal tipe A yaitu Terminal Cicaheum dan Terminal Leuwipanjang di Kota

Bandung. Untuk transportasi udara, terdapat Bandara Husein Sastranegara.

| 78

APE Kabupaten Bandung Tahun 2014

Kabupaten Sumedang

Kota Cimahi

Kabupaten Bandung

Barat

Kabupaten Bandung

Kota Bandung

4,60

5,94

5,96

5,18

8,87

Selain dari itu, kawasan ini merupakan Daerah Aliran Sungai (DAS)

Sungai Citarum bagian hulu Waduk Saguling. Keberadaan sungai Citarum

memiliki fungsi yang sangat penting dalam menunjang aktivitas kehidupan

terutama penduduk yang berada di wilayah Kawasan Bandung Metropolitan.

Dalam perkembangannya, upaya pemanfaatan ruang Kawasan Bandung

Metropolitan tidak terpisahkan dari aspek pembangunan ekonomi, sosial dan

budaya. Implementasinya adalah dengan meningkatkan pembangunan di

salah satu daerah akan memberikan dampak positif bagi daerah lain dalam

suatu kawasan pembangunan.

6.2. Pertumbuhan Ekonomi

Keberhasilan pembangunan perekonomian dari suatu wilayah dan

kinerjanya dapat diamati melalui beberapa indikator makro. Salah satu

indikator makro yang sering digunakan untuk mengetahui kondisi ekonomi

suatu daerah dalam suatu periode tertentu adalah Produk Domestik Regional

Bruto.

Grafik 6.1 Posisi Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE)

Kawasan Metropolitan Bandung Tahun 2013 (Persen

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat

| 79

APE Kabupaten Bandung Tahun 2014

Nilai PDRB dapat menggambarkan kemampuan daerah dalam

mengelola sumber daya pembangunan yang dimilikinya, oleh karena itu

besaran PDRB setiap daerah bervariasi sesuai dengan potensi alam, sumber

daya manusia serta ketersediaan faktor-faktor produksi yang dimiliki

masing-masing daerah.

Pada tahun 2013 laju pertumbuhan ekonomi di Kawasan Metropolitan

Bandung berkisar antara 4,60 persen hingga 8,87 persen, dengan LPE

tertinggi dicapai oleh Kota Bandung (8,87 persen) disusul oleh Kabupaten

Bandung (5,96 persen), Kabupaten Bandung Barat (5,94 persen), Kota

Cimahi (5,18 persen) dan Kabupaten Sumedang (4,60 persen) pada posisi

terakhir.

Posisi Kota Bandung sebagai ibu kota provinsi Jawa Barat, LPE jauh

lebih tinggi dari pada kabupaten/kota sekitarnya. Untuk Kabupaten

Bandung, Kabupaten Bandung Barat dan Kota Cimahi memiliki level LPE

yang hampir sama dengan tingkat LPE paling tinggi di Kabupaten Bandung.

Adapun Kabupaten Sumedang masih jauh tertinggal dibandingkan dengan

Kabupaten/kota lainnya.

6.3. Kontribusi Sektor Unggulan

Perkembangan kawasan Metropolitan Bandung tidak dapat dilepaskan

dari keunggulan-keunggulan yang terdapat di Metropolitan Bandung Raya.

Keunggulan tersebut dari keberadaan sumber daya alam dan sejarah yang

dimilikinya, memiliki sumber daya produksi yang lebih unggul dibandingkan

dengan wilayah lain serta penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi

sehingga menciptakan keunggulan dalam persaingan antar wilayah.

Mengamati potensi wilayah dari kontribusi terbesar di nilai PDRB

kawasan Metropolitan Bandung akan didapatkan nilai kontribusi atau

struktur ekonomi suatu wilayah sehingga dapat digunakan untuk menilai

konsentrasi lapangan usaha yang dominan di suatu wilayah. Tingginya

| 80

APE Kabupaten Bandung Tahun 2014

pertumbuhan ekonomi tentu tidak terlepas dari kontribusi sektor dominan

dalam perekonomian di masing-masing wilayah.

Tabel 6.1 Kontribusi Sektor Ekonomi

di Kawasan Metropolitan Bandung Tahun 2013 (Persen)

URAIAN Kab Bandung

Kab Sumedang

Kab Bandung

Barat

Kota Bandung

Kota Cimahi

PERTANIAN 8 28,03 11,97 0,2 0,17

PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 1,04 0,11 0,38 0 0

INDUSTRI PENGOLAHAN 56.79 21.74 40.79 21.56 56.67

LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 1.80 3.19 6.57 2.45 3.26

KONSTRUKSI 1.77 2.34 2.91 4.69 6.83

PERDAG., HOTEL & RESTORAN 18.75 27.86 21.64 42.40 21.60

PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 4,11 4,43 6,21 13,31 2,05

KEU. REAL ESTAT & JS PERUSAHAAN 1,88 4,46 2,74 6,57 2,7

JASA-JASA 5,85 7,84 6,78 8,82 6,73

TOTAL 100 100 100 100 100

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat

Tabel 6.1 menggambarkan struktur ekonomi kabupaten/kota di

kawasan Metropolitan Bandung. Dari sembilan sektor ekonomi terdapat tiga

sektor ekonomi yang cukup dominan di Kawasan Metropolitan Bandung

yaitu sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran dan

sektor pertanian. Hampir semua kota/kabupaten di Kawasan Metropolitan

Bandung mempunyai sektor dominan di sektor industri pengolahan dan

sektor perdagangan, hotel dan restoran, namun hanya wilayah kabupaten di

| 81

APE Kabupaten Bandung Tahun 2014

kawasan ini yang mempunyai sektor dominan di sektor pertanian,

diantaranya adalah Kabupaten Sumedang, Kabupaten Bandung Barat dan

Kabupaten Bandung.

Adapun untuk sektor keuangan, persewaan dan jasa keuangan dan

sektor jasa-jasa didominasi oleh wilayah perkotaan, meskipun di beberapa

kabupaten kedua sektor tersebut berkontribusi yang seimbang dengan

wilayah perkotaan. Khusus sektor pengangkutan di wilayah kota Bandung

mempunyai share yang paling tinggi dibandingkan dengan kabupaten/kota

lainnya. Hal ini disebabkan di wilayah Kota Bandung terdapat pusat

angkutan rel (Kereta Api) dan adanya Lapangan Udara Husain Sastranegara.

Untuk Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat dan Kota

Cimahi memiliki dominasi di sektor Industri Pengolahan yang masing masing

mencapai 56,79 persen, 40,79 persen dan 56,67 persen. Hal ini disebabkan

secara sejarah, ketiga wilayah merupakan sentra industri terutama Tekstil

dan produk Tekstil (TPT) yang sudah dikembangkan sejak dulu.

Kota Bandung di dominasi oleh sektor Perdagangan, Hotel dan

Restoran yang mencapai 42,40 persen. Hal ini menggambarkan bahwa Kota

Bandung merupakan kota dengan sentra perdagangan di Jawa Barat dan

tumbuhnya industri hotel dan restoran yang cukup dominan di wilayah ini.

Adapun untuk Kabupaten Sumedang di dominasi oleh sektor pertanian yang

mencapai 28,03 persen. Luasan wilayah masih menjanjikan untuk

pengembangan sektor pertanian di wilayah ini terutama produksi tanaman

bahan makanan (tabama). Kontribusi pertanian ini masih belum bisa

menjadikan produk pertanian di Kabupaten Sumedang menjadi komoditi

andalan di tingkat provinsi Jawa Barat.

Sektor pertambangan memiliki kontribusi paling kecil di semua

wilayah Metropolitan Bandung. Demikian juga untuk sektor Listrik Gas dan

Air bersih, terkecuali kabupaten Bandung Barat yang masih tinggi

kontribusinya terhadap PDRB. Hal ini karena wilayah Kabupaten Bandung

Barat ada PLTA Saguling.

| 82

APE Kabupaten Bandung Tahun 2014

6.4. Tingkat Kesejahteraan

Salah satu indikator yang menggambarkan tingkat kesejahteraan

masyarakat di suatu wilayah adalah besarnya pendapatan per kapita (Income

per Capita) yaitu rata-rata pendapatan per tahun yang diterima setiap

penduduknya. Besaran nilai pendapatan per kapita dapat didekati oleh nilai

PDRB per kapita yang dapat dari pembagian nilai PDRB atas dasar harga

berlaku dengan jumlah penduduk pertengahan tahun.

Tabel 6.2. Pendapatan Per Kapita ADH Berlaku

di Kawasan Metropolitan Bandung Tahun 2011 – 2013 (Rupiah)

KAB/KOTA 2011 2012 2013

KAB. SUMEDANG 12.155,33 13.266,68 14.738,67

KAB. BANDUNG BARAT 12.589,36 13.893,69 15.530,93

KOTA BANDUNG 39.219,77 45.135,93 52.962,98

KOTA CIMAHI 25.712,44 27.724,32 30.285,00

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat

Pada tahun 2013, PDRB perkapita tertinggi di Kawasan Metropolitan

Bandung dicapai oleh Kota Bandung dengan nilai sebesar Rp 52,96 juta per

tahun, diikuti oleh Kota Cimahi sebesar Rp 30,29 juta per tahun, Kabupaten

Bandung sebesar Rp 18,98 juta per tahun, Kabupaten Bandung Barat sebesar

Rp 15,53 juta per tahun, dan Kabupaten Sumedang pada posisi terakhir

dengan nilai sebesar Rp 14,74 juta per tahun.

Secara umum, PDRB per kapita di Kawasan Metropolitan Bandung

meningkat dibanding tahun sebelumnya, kenaikan berkisar antara 9 hingga

17 persen. Kenaikan pendapatan per kapita tertinggi dicapai oleh Kota

| 83

APE Kabupaten Bandung Tahun 2014

Bandung dengan kenaikan 17,34 persen, sedangkan terendah pada Kota

Cimahi dengan kenaikan 9,24 persen.

Grafik 6.2.

Posisi PDRB Per Kapita di Kawasan Metropolitan Bandung

Tahun 2013

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat

Mengamati PDRB per Kapita di wilayah Metropolitan Bandung PDRB

per kapita Provinsi Jawa Barat diperoleh bahwa posisi Kota Bandung dan

Kota Cimahi berada di atas PDRB per kapita Jawa Barat sedangkan

Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Sumedang

berada di bawah PDRB per kapita Provinsi Jawa Barat. Hal tersebut memberi

gambaran bahwa di wilayah Metropolitan Bandung tingkat kesejahteraan

untuk wilayah perkotaan diatas rata-rata, sebaliknya untuk wilayah

kabupaten masih dibawah rata-rata.

Kab Sumedang

Kab Bandung

Barat

Kota Cimahi

Kota Bandung

Jawa Barat

| 77

APE Kabupaten Bandung Tahun 2014

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Pembangunan ekonomi Kabupaten Bandung di tahun 2014 mengalami

sedikit perlambatan dibandigkan dengan tahun sebelumnya yaitu

digambarkan oleh Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) sebesar 5,92 persen

melambat sebesar 0,04 point dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang

sebesar 5,96 persen.

Laju pertumbuhan tertinggi di capai oleh sektor Jasa jasa yang

mencapai pertumbuhan 13,39 persen dengan sumbangan tertinggi di jasa

sosial kemasyarakatan. Adapun laju pertumbuhan terendah dialami oleh

sektor Listrik, gas dan air bersih yang pertumbuhannya mengalami negativ

13,57 persen.

Struktur perekonomian Kabupaten Bandung tidak mengalami

perubahan, dimana Industri pengolahan tetap mendominasi dengan share

terhadap PDRB sebesar 55,65 persen, yang diikuti oleh sektor perdagangan,

hotel dan restoran yang sebesar 19,64 persen dan sektor pertanian 7,78

persen.

Perkembangan harga di tingkat produsen yang digambarkan oleh

inflasi PDRB di tahun ini mengalami peningkatan sebesar 6,50 persen sedikit

lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 6,93

persen. Perkapita Kabupaten Bandung mencapai nilai Rp. 18,987 Juta per

tahun.

7.2. Saran

Mengingat sektor Industri Pengolahan merupakan tulang punggung

perekonomian di Kabupaten Bandung, untuk tetap mempertahankan kinerja

sektor ini ke dalam posisi yang lebih baik dari sebelumnya maka perlu upaya

untuk perbaikan dari berbagai sisi untuk kelancaran proses produksi di

| 78

APE Kabupaten Bandung Tahun 2014

sektor ini. Kemudahan bahan baku, kemudahan pemasaran menjadi hal yang

penting dalam kontinuitas proses produksi sektor Industri Pengolahan.

Disamping sektor indutri, sektor yang cukup berperan adalah sektor

Perdagangan, Hotel dan Restoran. Sektor Perdagangan merupakan refleksi

dari sektor primer yaitu sektor indudtri pengolahan, Sektor penggalian dan

sektor pertanian. Jangan sampai bergeraknya sektor perdagangan

Kabupaten Bandung yang merupakan akibat dari komponen impor, dalam

arti perputaran barang barang Kabupaten Bandung ternyata sebagian besar

dari barang barang impor. Diharapkan pergerakan sektor perdagangan ini

merupakan benar benar refleksi dari hasil sektor primer di Kabupaten

Bandung.

Sektor Pertanian meskipun menempati urutan ketiga dalam tingkat

kontribusi di dalam PDRB Kabupaten Bandung, namun sekotor ini tetap

menjadi core basis di perekonomian Kabupaten Bandung. Hal ini tetap

dipertahankan mengingat produk hortikultura terutama kentang, wortel,

patsai sudah menjadi trade mark Kabupaten Bandung disamping hasil

perkebunan seperti komoditi teh dan kopi. Adapun produk peternakan perlu

mendapat perhatian lebih terutama ternak unggas disamping ternak besar

seperti sapi dan kerbau. Karena ada kecenderungan bahwa Kabupaten

Bandung bukan lagi sebagai pengekspor produk peternakan namun menjadi

pengimpor produk peternakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi rumah

tangganya.

LAMPIRAN

| 85

APE Kabupaten Bandung Tahun 2014

TABEL 1.1. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

KABUPATEN BANDUNG ATAS DASAR HARGA BERLAKU

2010 – 2014 (Juta Rupiah)

LAPANGAN USAHA

Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun

2010 2011* 2012** 2013*** 2014****

[1] [2] [3] [4] [5] [6]

1. PERTANIAN 3.471.661,92 3.978.936,25 4.518.784,28 5.171.118,05 5.672.739,51

a. Tanaman Bahan makanan 2.480.859,47 2.912.878,38 3.361.967,61 3.912.195,66 4.206.280,50

b. Perkebunan 511.005,90 525.013,08 564.053,87 604.806,17 690.025,53

c. Peternakan 372.169,19 421.580,91 465.778,60 513.040,56 600.645,66

d. Kehutanan 15.162,76 14.319,13 13.368,75 12.221,41 11.329,25

e. Perikanan 92.464,59 105.144,75 113.615,45 128.854,25 164.458,56 2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 580.783,81 642.359,10 686.014,49 673.133,71 657.379,05

a. Minyak dan Gas Bumi 505.941,93 556.720,08 587.226,36 573.837,75 560.754,39

b. Pertambangan Tanpa Migas - - - - -

c. Penggalian 74.841,88 85.639,03 98.788,13 99.295,96 96.624,66

3. INDUSTRI PENGOLAHAN 27.471.535,02 30.116.379,01 32.915.231,13 36.721.871,46 40.595.513,08

a. Industri Migas - - b. Industri Tanpa Migas 27.471.535,02 30.116.379,01 32.915.231,13 36.721.871,46 40.595.513,08

4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 741.188,33 824.630,98 954.918,90 1.166.432,32 1.282.638,54

a. Listrik 723.710,31 804.679,13 931.938,54 1.141.827,00 1.254.761,32

b. Gas Kota - - - - -

c. Air Bersih 17.478,02 19.951,85 22.980,36 24.605,32 27.877,22

5. BANGUNAN/KONTRUKSI 764.990,68 852.508,61 947.236,94 1.143.674,37 1.294.611,80 6. PERDAGANGAN,HOTEL DAN RESTORAN 7.796.200,55 8.920.233,69 10.436.027,24 12.123.022,26 14.326.868,98

a. Perdagangan Besar & Eceran 6.495.322,98 7.435.043,57 8.644.360,19 10.150.239,66 12.059.617,80

b. Hotel 6.315,51 6.964,20 7.553,61 8.567,26 8.753,52

c. Restoran 1.294.562,05 1.478.225,91 1.784.113,44 1.964.215,35 2.258.497,66 7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 1.933.148,22 2.159.485,64 2.374.097,92 2.659.942,03 3.046.424,06

a. Pengangkutan 1.684.827,76 1.896.400,08 2.101.782,99 2.354.238,19 2.713.083,85

1 Angkutan Rel 14.867,49 15.983,90 17.299,86 19.607,15 21.305,03

2 Angkutan Jalan Raya 1.478.194,96 1.649.579,64 1.836.174,51 2.065.445,50 2.393.960,94

3 Angkutan laut - - - - -

4 Angk. Sungai & Penyebrangan - - - - -

5 Angkutan Udara - - - - -

6 Jasa Penunjang Angkutan 191.765,31 230.836,55 248.308,62 269.185,53 297.817,88

b. Komunikasi 248.320,47 263.085,55 272.314,93 305.703,84 333.340,20 8. KEUANGAN,PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN 898.354,49 990.504,14 1.123.606,62 1.217.604,86 1.337.369,83

a. Bank 136.252,59 152.729,57 173.726,78 201.177,97 223.169,25

b. Lembaga Keuangan lainnya 38.117,04 39.913,26 41.856,53 42.539,95 60.896,69

c. Sewa Bangunan 546.925,65 610.351,24 694.279,31 736.056,55 796.871,52

d. Jasa perusahaan 177.059,20 187.510,08 213.744,00 237.830,39 256.432,36

9. JASA - JASA 2.434.375,72 2.806.725,22 3.115.489,15 3.783.648,37 4.731.802,73

a. Pemerintahan Umum 1.262.007,62 1.500.270,29 1.645.569,85 2.068.437,49 2.647.030,40

b. Swasta 1.172.368,10 1.306.454,93 1.469.919,30 1.715.210,88 2.084.772,34

1. Sosial Kemasyarakatan 274.603,52 317.958,30 358.196,27 409.203,07 504.964,37

2. Hiburan dan Rekreasi 11.952,14 13.735,90 16.145,22 18.987,15 19.431,22

3. Perorangan dan Rumahtangga 885.812,44 974.760,73 1.095.577,81 1.287.020,66 1.560.376,75

PDRB DENGAN MIGAS 46.092.238,72 51.291.762,65 57.071.406,68 64.660.447,43 72.945.347,59

PDRB TANPA MIGAS 45.586.296,79 50.735.042,57 56.484.180,32 64.086.609,68 72.384.593,19

Catatan: *) Angka Perbaikan, **) Angka Sementara, ***) Angka Sangat Sementara ****) Angka Sangat Sangat Sementara

| 86

APE Kabupaten Bandung Tahun 2014

TABEL 1.2. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

KABUPATEN BANDUNG ATAS DASAR HARGA KONSTAN

2010 – 2014 (Juta Rupiah)

LAPANGAN USAHA

Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun

2010 2011* 2012** 2013*** 2014****

[1] [2] [3] [4] [5] [6]

1. PERTANIAN 1.602.050,01 1.688.263,14 1.787.255,22 1.875.353,39 1.917.297,12

a. Tanaman Bahan makanan 1.130.485,87 1.191.815,65 1.273.677,66 1.338.773,89 1.287.653,22

b. Perkebunan 241.385,29 247.019,31 256.621,75 273.270,54 334.523,24

c. Peternakan 184.669,31 201.871,14 208.984,55 212.993,66 239.680,87

d. Kehutanan 7.283,05 6.776,43 6.022,95 6.082,37 5.142,70

e. Perikanan 38.226,50 40.780,60 41.948,31 44.232,94 50.297,09 2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 282.922,47 291.397,20 286.309,40 274.199,65 267.532,18

a. Minyak dan Gas Bumi 239.464,46 243.473,96 234.759,71 224.304,19 220.520,34

b. Pertambangan Tanpa Migas - - - - -

c. Penggalian 43.458,01 47.923,24 51.549,68 49.895,46 47.011,84

3. INDUSTRI PENGOLAHAN 13.173.587,93 13.857.488,88 14.605.911,06 15.340.747,17 16.115.189,76

a. Industri Migas - -

b. Industri Tanpa Migas 13.173.587,93 13.857.488,88 14.605.911,06 15.340.747,17 16.115.189,76

4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 396.026,30 428.521,96 482.230,40 521.716,11 450.910,38

a. Listrik 385.180,79 416.276,82 468.566,84 507.304,66 434.936,28

b. Gas Kota - - - - -

c. Air Bersih 10.845,51 12.245,14 13.663,56 14.411,45 15.974,11

5. BANGUNAN/KONTRUKSI 381.103,63 411.973,98 432.749,38 471.552,93 515.076,89 6. PERDAGANGAN,HOTEL DAN RESTORAN 3.474.795,78 3.748.625,24 4.073.645,70 4.444.168,03 4.897.376,79

a. Perdagangan Besar & Eceran 2.888.561,75 3.115.045,27 3.366.604,28 3.699.341,08 4.093.741,33

b. Hotel 3.262,25 3.520,00 3.667,48 3.972,95 3.915,26

c. Restoran 582.971,78 630.059,97 703.373,95 740.854,00 799.720,19 7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 892.448,05 960.418,42 1.036.304,54 1.103.080,04 1.192.305,82

a. Pengangkutan 749.616,98 808.228,52 865.303,55 910.453,45 983.512,95

1 Angkutan Rel 7.685,52 8.042,59 8.522,94 8.685,15 8.540,65

2 Angkutan Jalan Raya 650.085,48 695.490,23 744.361,19 783.571,54 847.470,94

3 Angkutan laut - - - - -

4 Angk. Sungai & Penyebrangan - - - - -

5 Angkutan Udara - - - - -

6 Jasa Penunjang Angkutan 91.845,99 104.695,69 112.419,42 118.196,75 127.501,36

b. Komunikasi 142.831,07 152.189,90 171.000,99 192.626,59 208.792,87 8. KEUANGAN,PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN 474.864,56 508.799,47 550.913,19 572.223,98 608.133,47

a. Bank 78.700,29 87.128,39 96.254,52 104.818,05 112.235,32

b. Lembaga Keuangan lainnya 17.902,84 18.499,52 19.014,29 18.375,91 24.578,50

c. Sewa Bangunan 293.667,54 314.028,81 340.330,67 348.227,89 368.239,39

d. Jasa perusahaan 84.593,90 89.142,75 95.313,70 100.802,13 103.080,26

9. JASA - JASA 1.056.862,46 1.130.748,84 1.187.903,28 1.298.130,28 1.471.892,96

a. Pemerintahan Umum 543.635,31 589.368,18 625.876,74 673.582,88 750.503,74

b. Swasta 513.227,15 541.380,66 562.026,54 624.547,41 721.389,22

1. Sosial Kemasyarakatan 138.835,81 149.389,69 154.418,00 167.372,33 198.023,83

2. Hiburan dan Rekreasi 6.201,10 6.726,32 7.490,71 8.259,36 7.998,82

3. Perorangan dan Rumahtangga 368.190,24 385.264,65 400.117,83 448.915,71 515.366,57

PDRB DENGAN MIGAS 21.734.661,19 23.026.237,14 24.443.222,17 25.901.171,60 27.435.715,37

PDRB TANPA MIGAS 21.495.196,73 22.782.763,18 24.208.462,46 25.676.867,41 27.215.195,03

Catatan: *) Angka Perbaikan, **) Angka Sementara, ***) Angka Sangat Sementara ****) Angka Sangat Sangat Sementara

| 87

APE Kabupaten Bandung Tahun 2014

TABEL 2.1. LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI

KABUPATEN BANDUNG ATAS DASAR HARGA BERLAKU

2010 – 2014 (Persen)

LAPANGAN USAHA Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun

2010 2011* 2012** 2013*** 2014****

[1] [2] [3] [4] [5] [6]

1. PERTANIAN 12,97 14,61 13,57 14,44 9,70

a. Tanaman Bahan makanan 13,33 17,41 15,42 16,37 7,52

b. Perkebunan 10,66 2,74 7,44 7,22 14,09

c. Peternakan 15,29 13,28 10,48 10,15 17,08

d. Kehutanan 9,35 (5,56) (6,64) (8,58) (7,30)

e. Perikanan 7,83 13,71 8,06 13,41 27,63 2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 10,41 10,60 6,80 (1,88) (2,34)

a. Minyak dan Gas Bumi 10,36 10,04 5,48 (2,28) (2,28)

b. Pertambangan Tanpa Migas - -

c. Penggalian 10,75 14,43 15,35 0,51 (2,69)

3. INDUSTRI PENGOLAHAN 11,12 9,63 9,29 11,56 10,55

a. Industri Migas - -

b. Industri Tanpa Migas 11,12 9,63

4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 9,88 11,26 15,80 22,15 9,96

a. Listrik 10,00 11,19 15,81 22,52 9,89

b. Gas Kota - - - - -

c. Air Bersih 5,29 14,15 15,18 7,07 13,30

5. BANGUNAN/KONTRUKSI 9,80 11,44 11,11 20,74 13,20 6. PERDAGANGAN,HOTEL DAN RESTORAN 14,98 14,42 16,99 16,17 18,18

a. Perdagangan Besar & Eceran 14,16 14,47 16,27 17,42 18,81

b. Hotel 11,06 10,27 8,46 13,42 2,17

c. Restoran 19,30 14,19 20,69 10,09 14,98 7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 7,69 11,71 9,94 12,04 14,53

a. Pengangkutan 8,58 12,56 10,83 12,01 15,24

1 Angkutan Rel 10,89 7,51 8,23 13,34 8,66

2 Angkutan Jalan Raya 7,20 11,59 11,31 12,49 15,91

3 Angkutan laut - -

4 Angk. Sungai & Penyebrangan - -

5 Angkutan Udara - -

6 Jasa Penunjang Angkutan 20,29 20,37 7,57 8,41 10,64

b. Komunikasi 2,00 5,95 3,51 12,26 9,04 8. KEUANGAN,PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN 9,49 10,26 13,44 8,37 9,84

a. Bank 15,29 12,09 13,75 15,80 10,93

b. Lembaga Keuangan lainnya 8,74 4,71 4,87 1,63 43,15

c. Sewa Bangunan 7,96 11,60 13,75 6,02 8,26

d. Jasa perusahaan 10,19 5,90 13,99 11,27 7,82

9. JASA - JASA 11,99 15,30 11,00 21,45 25,06

a. Pemerintahan Umum 13,73 18,88 9,68 25,70 27,97

b. Swasta 10,18 11,44 12,51 16,69 21,55

1. Sosial Kemasyarakatan 8,23 15,79 12,66 14,24 23,40

2. Hiburan dan Rekreasi 8,56 14,92 17,54 17,60 2,34

3. Perorangan dan Rumahtangga 10,82 10,04 12,39 17,47 21,24

PDRB DENGAN MIGAS 11,71 11,28 11,27 13,30 12,81

PDRB TANPA MIGAS 11,72 11,29 11,33 13,46 12,95

Catatan: *) Angka Perbaikan, **) Angka Sementara, ***) Angka Sangat Sementara ****) Angka Sangat Sangat Sementara

| 88

APE Kabupaten Bandung Tahun 2014

TABEL 2.2. LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI

KABUPATEN BANDUNG ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2010 – 2014 (Persen)

LAPANGAN USAHA Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun

2010 2011* 2012** 2013*** 2014****

[1] [2] [3] [4] [5] [6]

1. PERTANIAN 6,66 5,38 5,86 4,93 2,24

a. Tanaman Bahan makanan 6,93 5,43 6,87 5,11 (3,82)

b. Perkebunan 5,51 2,33 3,89 6,49 22,41

c. Peternakan 6,76 9,31 3,52 1,92 12,53

d. Kehutanan 2,98 (6,96) (11,12) 0,99 (15,45)

e. Perikanan 6,17 6,68 2,86 5,45 13,71 2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 4,87 3,00 (1,75) (4,23) (2,43)

a. Minyak dan Gas Bumi 4,04 1,67 (3,58) (4,45) (1,69)

b. Pertambangan Tanpa Migas - - -

c. Penggalian 9,69 10,27 7,57 (3,21) (5,78)

3. INDUSTRI PENGOLAHAN 5,24 5,19 5,40 5,03 5,05

a. Industri Migas - - -

b. Industri Tanpa Migas 5,24 5,19 5,40 5,03 5,05

4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 5,32 8,21 12,53 8,19 (13,57)

a. Listrik 5,37 8,07 12,56 8,27 (14,27)

b. Gas Kota - - -

c. Air Bersih 3,35 12,91 11,58 5,47 10,84

5. BANGUNAN/KONTRUKSI 7,17 8,10 5,04 8,97 9,23 6. PERDAGANGAN,HOTEL DAN RESTORAN 8,21 7,88 8,67 9,10 10,20

a. Perdagangan Besar & Eceran 7,98 7,84 8,08 9,88 10,66

b. Hotel 7,30 7,90 4,19 8,33 (1,45)

c. Restoran 9,34 8,08 11,64 5,33 7,95 7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 5,78 7,62 7,90 6,44 8,09

a. Pengangkutan 6,32 7,82 7,06 5,22 8,02

1 Angkutan Rel 7,56 4,65 5,97 1,90 (1,66)

2 Angkutan Jalan Raya 6,19 6,98 7,03 5,27 8,15

3 Angkutan laut - - -

4 Angk. Sungai & Penyebrangan - - -

5 Angkutan Udara - - -

6 Jasa Penunjang Angkutan 7,10 13,99 7,38 5,14 7,87

b. Komunikasi 3,06 6,55 12,36 12,65 8,39 8. KEUANGAN,PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN 5,26 7,15 8,28 3,87 6,28

a. Bank 9,96 10,71 10,47 8,90 7,08

b. Lembaga Keuangan lainnya 4,59 3,33 2,78 (3,36) 33,75

c. Sewa Bangunan 4,28 6,93 8,38 2,32 5,75

d. Jasa perusahaan 4,63 5,38 6,92 5,76 2,26

9. JASA - JASA 5,60 6,99 5,05 9,28 13,39

a. Pemerintahan Umum 6,16 8,41 6,19 7,62 11,42

b. Swasta 5,01 5,49 3,81 11,12 15,51

1. Sosial Kemasyarakatan 6,30 7,60 3,37 8,39 18,31

2. Hiburan dan Rekreasi 6,14 8,47 11,36 10,26 (3,15)

3. Perorangan dan Rumahtangga 4,51 4,64 3,86 12,20 14,80

PDRB DENGAN MIGAS 5,88 5,94 6,15 5,96 5,92

PDRB TANPA MIGAS 5,90 5,99 6,26 6,07 5,99

Catatan: *) Angka Perbaikan, **) Angka Sementara, ***) Angka Sangat Sementara ****) Angka Sangat Sangat Sementara

| 89

APE Kabupaten Bandung Tahun 2014

TABEL 3.1. DISTRIBUSI PERSENTASE PDRB

KABUPATEN BANDUNG ATAS DASAR HARGA BERLAKU

2010 – 2014 (Persen)

LAPANGAN USAHA Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun

2010 2011* 2012** 2013*** 2014****

[1] [2] [3] [4] [5] [6]

1. PERTANIAN 7,53 7,76 7,92 8,00 7,78

a. Tanaman Bahan makanan 5,38 5,68 5,89 6,05 5,77

b. Perkebunan 1,11 1,02 0,99 0,94 0,95

c. Peternakan 0,81 0,82 0,82 0,79 0,82

d. Kehutanan 0,03 0,03 0,02 0,02 0,02

e. Perikanan 0,20 0,20 0,20 0,20 0,23 2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 1,26 1,25 1,20 1,04 0,90

a. Minyak dan Gas Bumi 1,10 1,09 1,03 0,89 0,77

b. Pertambangan Tanpa Migas - - - - -

c. Penggalian 0,16 0,17 0,17 0,15 0,13

3. INDUSTRI PENGOLAHAN 59,60 58,72 57,67 56,79 55,65

a. Industri Migas - - - - -

b. Industri Tanpa Migas 59,60 58,72 57,67 56,79 55,65

4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 1,61 1,61 1,67 1,80 1,76

a. Listrik 1,57 1,57 1,63 1,77 1,72

b. Gas Kota - - - - -

c. Air Bersih 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04

5. BANGUNAN/KONTRUKSI 1,66 1,66 1,66 1,77 1,77 6. PERDAGANGAN,HOTEL DAN RESTORAN 16,91 17,39 18,29 18,75 19,64

a. Perdagangan Besar & Eceran 14,09 14,50 15,15 15,70 16,53

b. Hotel 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01

c. Restoran 2,81 2,88 3,13 3,04 3,10 7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 4,19 4,21 4,16 4,11 4,18

a. Pengangkutan 3,66 3,70 3,68 3,64 3,72

1 Angkutan Rel 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03

2 Angkutan Jalan Raya 3,21 3,22 3,22 3,19 3,28

3 Angkutan laut - - - - -

4 Angk. Sungai & Penyebrangan - - - - -

5 Angkutan Udara - - - - -

6 Jasa Penunjang Angkutan 0,42 0,45 0,44 0,42 0,41

b. Komunikasi 0,54 0,51 0,48 0,47 0,46 8. KEUANGAN,PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN 1,95 1,93 1,97 1,88 1,83

a. Bank 0,30 0,30 0,30 0,31 0,31

b. Lembaga Keuangan lainnya 0,08 0,08 0,07 0,07 0,08

c. Sewa Bangunan 1,19 1,19 1,22 1,14 1,09

d. Jasa perusahaan 0,38 0,37 0,37 0,37 0,35

9. JASA - JASA 5,28 5,47 5,46 5,85 6,49

a. Pemerintahan Umum 2,74 2,92 2,88 3,20 3,63

b. Swasta 2,54 2,55 2,58 2,65 2,86

1. Sosial Kemasyarakatan 0,60 0,62 0,63 0,63 0,69

2. Hiburan dan Rekreasi 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03

3. Perorangan dan Rumahtangga 1,92 1,90 1,92 1,99 2,14

PDRB DENGAN MIGAS 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

PDRB TANPA MIGAS 98,90 98,91 98,97 99,11 99,23

Catatan: *) Angka Perbaikan, **) Angka Sementara, ***) Angka Sangat Sementara ****) Angka Sangat Sangat Sementara

| 90

APE Kabupaten Bandung Tahun 2014

TABEL 3.2. DISTRIBUSI PERSENTASE PDRB

KABUPATEN BANDUNG ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2010 – 2014 (Persen)

LAPANGAN USAHA

Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun

2010 2011* 2012** 2013*** 2014****

[1] [2] [3] [4] [5] [6]

1. PERTANIAN 7,37 7,33 7,31 7,24 6,99

a. Tanaman Bahan makanan 5,20 5,18 5,21 5,17 4,69

b. Perkebunan 1,11 1,07 1,05 1,06 1,22

c. Peternakan 0,85 0,88 0,85 0,82 0,87

d. Kehutanan 0,03 0,03 0,02 0,02 0,02

e. Perikanan 0,18 0,18 0,17 0,17 0,18 2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 1,30 1,27 1,17 1,06 0,98

a. Minyak dan Gas Bumi 1,10 1,06 0,96 0,87 0,80

b. Pertambangan Tanpa Migas - - - - -

c. Penggalian 0,20 0,21 0,21 0,19 0,17

3. INDUSTRI PENGOLAHAN 60,61 60,18 59,75 59,23 58,74

a. Industri Migas - - - - -

b. Industri Tanpa Migas 60,61 60,18 59,75 59,23 58,74

4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 1,82 1,86 1,97 2,01 1,64

a. Listrik 1,77 1,81 1,92 1,96 1,59

b. Gas Kota - - - - -

c. Air Bersih 0,05 0,05 0,06 0,06 0,06

5. BANGUNAN/KONTRUKSI 1,75 1,79 1,77 1,82 1,88 6. PERDAGANGAN,HOTEL DAN RESTORAN 15,99 16,28 16,67 17,16 17,85

a. Perdagangan Besar & Eceran 13,29 13,53 13,77 14,28 14,92

b. Hotel 0,02 0,02 0,02 0,02 0,01

c. Restoran 2,68 2,74 2,88 2,86 2,91 7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 4,11 4,17 4,24 4,26 4,35

a. Pengangkutan 3,45 3,51 3,54 3,52 3,58

1 Angkutan Rel 0,04 0,03 0,03 0,03 0,03

2 Angkutan Jalan Raya 2,99 3,02 3,05 3,03 3,09

3 Angkutan laut - - - - -

4 Angk. Sungai & Penyebrangan - - - - -

5 Angkutan Udara - - - - -

6 Jasa Penunjang Angkutan 0,42 0,45 0,46 0,46 0,46

b. Komunikasi 0,66 0,66 0,70 0,74 0,76 8. KEUANGAN,PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN 2,18 2,21 2,25 2,21 2,22

a. Bank 0,36 0,38 0,39 0,40 0,41

b. Lembaga Keuangan lainnya 0,08 0,08 0,08 0,07 0,09

c. Sewa Bangunan 1,35 1,36 1,39 1,34 1,34

d. Jasa perusahaan 0,39 0,39 0,39 0,39 0,38

9. JASA - JASA 4,86 4,91 4,86 5,01 5,36

a. Pemerintahan Umum 2,50 2,56 2,56 2,60 2,74

b. Swasta 2,36 2,35 2,30 2,41 2,63

1. Sosial Kemasyarakatan 0,64 0,65 0,63 0,65 0,72

2. Hiburan dan Rekreasi 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03

3. Perorangan dan Rumahtangga 1,69 1,67 1,64 1,73 1,88

PDRB DENGAN MIGAS 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

PDRB TANPA MIGAS 98,90 98,94 99,04 99,13 99,20

Catatan: *) Angka Perbaikan, **) Angka Sementara, ***) Angka Sangat Sementara ****) Angka Sangat Sangat Sementara

| 91

APE Kabupaten Bandung Tahun 2014

TABEL 4.1. INDEKS IMPLISIT PDRB

KABUPATEN BANDUNG 2010 – 2014 (Persen)

LAPANGAN USAHA

Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun

2010 2011* 2012** 2013*** 2014****

[1] [2] [3] [4] [5] [6]

1. PERTANIAN 216,70 235,68 252,83 275,74 295,87

a. Tanaman Bahan makanan 219,45 244,41 263,96 292,22 326,66

b. Perkebunan 211,70 212,54 219,80 221,32 206,27

c. Peternakan 201,53 208,84 222,88 240,87 250,60

d. Kehutanan 208,19 211,31 221,96 200,93 220,30

e. Perikanan 241,89 257,83 270,85 291,31 326,97 2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 205,28 220,44 239,61 245,49 245,72

a. Minyak dan Gas Bumi 211,28 228,66 250,14 255,83 254,29

b. Pertambangan Tanpa Migas - - - - -

c. Penggalian 172,22 178,70 191,64 199,01 205,53

3. INDUSTRI PENGOLAHAN 208,53 217,33 225,36 239,37 251,91

a. Industri Migas - - - - -

b. Industri Tanpa Migas 208,53 217,33 225,36 239,37 251,91

4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 187,16 192,44 198,02 223,58 284,46

a. Listrik 187,89 193,30 198,89 225,08 288,49

b. Gas Kota - - - - -

c. Air Bersih 161,15 162,94 168,19 170,73 174,52

5. BANGUNAN/KONTRUKSI 200,73 206,93 218,89 242,53 251,34 6. PERDAGANGAN,HOTEL DAN RESTORAN 224,36 237,96 256,18 272,78 292,54

a. Perdagangan Besar & Eceran 224,86 238,68 256,77 274,38 294,59

b. Hotel 193,59 197,85 205,96 215,64 223,57

c. Restoran 222,06 234,62 253,65 265,13 282,41 7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 216,61 224,85 229,09 241,14 255,51

a. Pengangkutan 224,76 234,64 242,90 258,58 275,86

1 Angkutan Rel 193,45 198,74 202,98 225,75 249,45

2 Angkutan Jalan Raya 227,38 237,18 246,68 263,59 282,48

3 Angkutan laut - - - - -

4 Angk. Sungai & Penyebrangan - - - - -

5 Angkutan Udara - - - - -

6 Jasa Penunjang Angkutan 208,79 220,48 220,88 227,74 233,58

b. Komunikasi 173,86 172,87 159,25 158,70 159,65 8. KEUANGAN,PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN 189,18 194,67 203,95 212,78 219,91

a. Bank 173,13 175,29 180,49 191,93 198,84

b. Lembaga Keuangan lainnya 212,91 215,75 220,13 231,50 247,76

c. Sewa Bangunan 186,24 194,36 204,00 211,37 216,40

d. Jasa perusahaan 209,30 210,35 224,25 235,94 248,77

9. JASA - JASA 230,34 248,22 262,27 291,47 321,48

a. Pemerintahan Umum 232,14 254,56 262,92 307,08 352,70

b. Swasta 228,43 241,32 261,54 274,63 288,99

1. Sosial Kemasyarakatan 197,79 212,84 231,97 244,49 255,00

2. Hiburan dan Rekreasi 192,74 204,21 215,54 229,89 242,93

3. Perorangan dan Rumahtangga 240,59 253,01 273,81 286,70 302,77

PDRB DENGAN MIGAS 212,07 222,75 233,49 249,64 265,88

PDRB TANPA MIGAS 212,08 222,69 233,32 249,59 265,97

Catatan: *) Angka Perbaikan, **) Angka Sementara, ***) Angka Sangat Sementara ****) Angka Sangat Sangat Sementara

| 92

APE Kabupaten Bandung Tahun 2014

TABEL 4.2. INFLASI PDRB

KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2010 – 2014 (Persen)

LAPANGAN USAHA

Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun

2010 2011* 2012** 2013*** 2014****

[1] [2] [3] [4] [5] [6]

1. PERTANIAN 5,91 8,76 7,28 9,06 7,30

a. Tanaman Bahan makanan 5,98 11,37 8,00 10,71 11,79

b. Perkebunan 4,88 0,40 3,42 0,69 (6,80)

c. Peternakan 7,99 3,62 6,72 8,07 4,04

d. Kehutanan 6,19 1,50 5,04 (9,48) 9,64

e. Perikanan 1,56 6,59 5,05 7,55 12,24 2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 5,28 7,39 8,69 2,46 0,09

a. Minyak dan Gas Bumi 6,07 8,22 9,40 2,28 (0,60)

b. Pertambangan Tanpa Migas - - - - -

c. Penggalian 0,97 3,76 7,24 3,85 3,28

3. INDUSTRI PENGOLAHAN 5,59 4,22 3,69 6,22 5,24

a. Industri Migas - - - - -

b. Industri Tanpa Migas 5,59 4,22 3,69 6,22 5,24

4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 4,34 2,82 2,90 12,91 27,23

a. Listrik 4,39 2,88 2,89 13,17 28,18

b. Gas Kota - - - - -

c. Air Bersih 1,87 1,11 3,22 1,51 2,21

5. BANGUNAN/KONTRUKSI 2,46 3,09 5,78 10,80 3,63 6. PERDAGANGAN,HOTEL DAN RESTORAN 6,26 6,06 7,66 6,48 7,24

a. Perdagangan Besar & Eceran 5,72 6,15 7,58 6,86 7,36

b. Hotel 3,51 2,20 4,10 4,70 3,68

c. Restoran 9,11 5,65 8,11 4,53 6,52 7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 1,80 3,80 1,89 5,26 5,96

a. Pengangkutan 2,13 4,40 3,52 6,46 6,68

1 Angkutan Rel 3,10 2,74 2,13 11,22 10,50

2 Angkutan Jalan Raya 0,95 4,31 4,00 6,86 7,17

3 Angkutan laut - - - - -

4 Angk. Sungai & Penyebrangan - - - - -

5 Angkutan Udara - - - - -

6 Jasa Penunjang Angkutan 12,31 5,60 0,18 3,11 2,56

b. Komunikasi (1,03) (0,57) (7,88) (0,34) 0,60 8. KEUANGAN,PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN 4,02 2,90 4,77 4,33 3,35

a. Bank 4,85 1,25 2,96 6,34 3,60

b. Lembaga Keuangan lainnya 3,97 1,33 2,03 5,16 7,03

c. Sewa Bangunan 3,53 4,36 4,96 3,61 2,38

d. Jasa perusahaan 5,31 0,50 6,61 5,21 5,44

9. JASA - JASA 6,05 7,76 5,66 11,13 10,30

a. Pemerintahan Umum 7,12 9,66 3,29 16,79 14,86

b. Swasta 4,93 5,64 8,38 5,01 5,23

1. Sosial Kemasyarakatan 1,82 7,61 8,99 5,40 4,30

2. Hiburan dan Rekreasi 2,28 5,95 5,55 6,66 5,67

3. Perorangan dan Rumahtangga 6,04 5,16 8,22 4,70 5,61

PDRB DENGAN MIGAS 5,50 5,04 4,82 6,92 6,50

PDRB TANPA MIGAS 5,50 5,00 4,78 6,97 6,56

Catatan: *) Angka Perbaikan, **) Angka Sementara, ***) Angka Sangat Sementara ****) Angka Sangat Sangat Sementara

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BANDUNGKomplek Pemerintah Kabupaten BandungJl. Raya Soreang Km 17 Bandung 40911Telp. 022 5895905 Fax. 022 5880882