analisis adopsi dan pengembangan padi hibrida di indonesia
TRANSCRIPT
Review: Analisis Adopsi danPengembangan Padi Hibrida
di Indonesia
Satoto*, Yuni Widyastuti, Nita Kartina, Bayu Pramono Wibowo
Padi hibrida = sawah irigasi
Berbeda dengan padi inbrida
terutama dlm hal: perakitan,
produksi benih
2
Hasil gabah padi hibrida 20-
30% atau 1-1.5 ton lebih
tinggi dibanding padi inbrida(Lin & Yuan 1980; Ma & Yuan2003).
Spesifik Lokasi
GMJ/CMS(betina)
Restorer (gen Rf)(Jantan=pollinator)
Generasi pertama hasil persilangan dua tetua yang berbeda
Superioritas pada F1 hibrida dibanding salah satu atau kedua tetuanya pada sifat2 agronomi
3
Padi Hibrida
BB Padi doc,
4
Tabel 1. Areal luas tanam varietas padi hibrida di beberapa
negara, tahun 2011.
5
NegaraTotal areal padi
(x 1.000 ha)
Luas areal padi hibrida
(x 1.000 ha)
% areal padi
hibrida terhadap
total areal padi
Bangladesh 12.000 700.0 5,83
India 44.100 2.000.0 4,54
Indonesia 13.201 650.0 4,92
Philipina 4.537 177,4 3,91
Myanmar 8.038 782.0 9,73
Vietnam 7.652 595.0 7,78
USA 1.204 439.0 36,46
Amerika Latin 5.047 70.0 1,39
Lain-lain 100.0
Sub total 5.513,4
China 30.311 15.600,0 51,47
Tujuan Review
6
Merekomendasikan kebijakan utk pengembanganpadi hibrida
Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkatadopsi petani
Identifikasi tantangan dan kendala pengembanganpadi hibrida
7
STATUS PENELITIAN PADI HIBRIDA DI INDONESIA
Hipa Jatim 2
Hipa Jatim 1
Maro
Perbaikan outcrossing galurA dan B, daya
gabung baik
Doc. ICRR
Hipa 14 SBU
Program perbaikan
varietas hibrida di
Indonesia
ICRR documentations
Potensi hasiltinggi tahan OPT,
mutu baik
Varietas Unggul Hibrida di Indonesia
Sektor Varietas Padi Hibrida
Publik Maro, Rokan, Hipa 3, Hipa 4, Hipa 5, Hipa 6, Hipa 7, Hipa 8,
Hipa 9, Hipa 10, Hipa 11, Hipa 12, Hipa 13, Hipa 14, Hipa Jatim
1, Hipa Jatim 2, Hipa Jatim 3, Hipa 18, Hipa 19
Swasta Adirasa 1. Adirasa 64, Bernas Prima. Bernas Prima 2, Bernas
Prima 3, Bernas Super 2, BSHS 3H, DG 1 SHS, DG 2 SHS,
H6444, Hibrindo R-2, Intani 1, Intani 2, Sembada 101,
Sembada 168, Sembada B2, Sembada B9, SL 11 SHS, SL 8
SHS, TEJ, WM 4 SHS
9
10
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT
ADOPSI PETANI TERHADAP PADI HIBRIDA
1. Kondisi sosial ekonomi petani
Semakin rendah tingkat pendidikan petani maka tingkat adopsi terhadap introduksi
penggunaan benih varietas unggul hibrida berjalan lebih sulit.
Luas lahan di bawah 0,5 ha dan status petani penggarap memperkecil keinginan
untuk mengadopsi padi hibrida.
Petani dengan pendapatan tinggi lebih adoptif dibanding petani miskin.
11
2. Produktivitas padi hibrida
Produktivitas padi hibrida yang diharapkan petani adalah 9-10 ton ha-1 GKS
(gabah kering simpan, kadar air 15-16%), sedangkan akibat teknik budidaya
yang tidak tepat, serangan hama dan penyakit menyebabkan hibrida yang
ditanam tidak mencapai angka tersebut.
12
3. Ketahanan terhadap hama dan penyakit
Sebagian besar varietas hibrida di Indonesia belum memiliki
ketahanan terhadap hama dan penyakit utama, sehingga petani
tidak mau mengambil resiko untuk menanam padi hibrida.
13
4. Kualitas gabah dan beras
Sebagian besar varietas padi
hibrida masih bermasalah
dengan tingkat beras kepala
rendah yang berimbas pada
rendahnya rendemen yang
dihasilkan.
14
5. Anggapan teknik budidaya padi hibrida high-input
Teknik budidaya padi hibrida yang dianggap high-input oleh petani,
dimana mereka beranggapan bahwa padi hibrida memerlukan pupuk
organik dan pupuk anorganik yang lebih banyak daripada padi inbrida,
sehingga berpengaruh pada tingginya biaya produksi.
Informasi yang belum memadai untuk petani hibrida sehingga berakibat
pada rendahnya pemahaman petani terutama dalam budidaya padi
hibrida.
15
6. Harga beli benih tinggi, Harga jual gabah rendah
Harga benih lebih tinggi dibanding padi inbrida dengan belum adanya
ketersediaan benih secara tepat waktu dan jumlah menyebabkan petani
enggan mengembangkan padi hibrida di lahannya.
Harga jual yang rendah akibat rendemen yang rendah dan kualitas gabah
yang tidak sesuai dengan standar konsumen.
16
17
KENDALA DAN TANTANGAN DALAM
PENGEMBANGAN
PADI HIBRIDA
Sempitnya sumber plasma nutfah tetua menyebabkan pemulia kesulitan
untuk meningkatkan tingkat heterosis, kualitas gabah maupun ketahanan
terhadap penyakit.
Sementara itu, pemuliaan inbrida dalam beberapa tahun terakhir ini telah
berhasil merakit varietas padi inbrida potensi hasil tinggi sehingga
menimbulkan petani cenderung mengembangkan padi inbrida dibanding
hibrida.
18
1. Keragaman VUH rendah
2. Produksi benih padi hibrida
Pada saat ini rata-rata produksi benih padi hibrida di China mencapai 3 ton
ha-1 sedangkan Indonesia hanya berkisar antara 1 – 1,5 ton ha-1. Rendahnya
hasil tersebut antara lain disebabkan:
(a) Outcrossing rendah pada galur A
(b) Kompleksitas teknik produksi benih;
(c) Kurangnya tenaga terlatih;
(d) Kemurnian dan kemampuan berkecambah benih tetua rendah;
(e) Fluktuasi iklim, curah hujan, dan suhu
(f) Teknologi pascapanen, termasuk tempat pengeringan dan penyimpanan
yang berbeda dengan padi inbrida.
19
3. Kendala aspek sosial ekonomi
Sebagian besar petani
mengeluhkan harga benih
padi hibrida yang mahal dan
hanya bisa digunakan satu
musim serta investasi dalam
bentuk input budidaya yang
lebih tinggi dibanding padi
inbrida.
Hal ini tidak didukung oleh
harga jual padi rendah dan
stagnan akibat kualitas gabah
rendah sehingga petani
mendapatkan keuntungan
yang tipis.
20
4. Kebijakan penelitian padi hibrida
Investasi pemerintah untuk memperkuat sumber daya manusia dan
infrastruktur bagi pengembangan padi hibrida masih terbatas dibanding
negara-negara lain di Asia.
Persentase peneliti khusus padi hibrida terhadap total peneliti padi masih
rendah begitupula dengan lembaga penelitian yang bertanggungjawab
terhadap padi hibrida.
21
5. Kontroversi upaya adopsi padi hibrida
(i) Padi hibrida merupakan teknologi yang tidak sesuai dengan
petani kecil karena benih hibrida harus dibeli untuk setiap musim
tanam dengan harga tinggi dan input besar untuk budidaya padi
hibrida;
(ii) Biaya benih padi hibrida 3 – 10 kali lebih tinggi dibandingkan
dengan benih padi inbrida, dan petani miskin tidak mampu untuk
berinvestasi biaya dan risiko kerugian bila hasil tidak lebih rendah
dengan biaya produksi yang dikeluarkan;
(iii) Industri benih padi hibrida dimonopoli oleh perusahaan benih
multinasional besar yang mengendalikan pasokan benih dan
memaksakan harga benih tinggi;
(iv) Perluasan areal tanam padi hibrida sekaligus meningkatan
penggunaan pupuk dan pestisida sehingga mengurangi
keanekaragaman hayati.
22
23
PROGRAM PEMULIAAN SEBAGAI UPAYA
MENINGKATKAN PENGEMBANGAN PADI HIBRIDA
1. Meningkatkan keragaman genetik sumber CMS
24
Rumanti et al. (2011)
mengembangkan CMS
tipe Kalinga dan
Gambiaca
2. Eksploitasi hibrida antar-subspesies
Padi hibrida yang berasal dari kombinasi antar-subspesies dapat memunculkan besarnya
heterosis lebih tinggi daripada kombinasi antar varietas yang sama
Masalah yang dihadapi di pengembangan hibrida antar-subspesies ini antara lain
terbatasnya pilihan calon tetua yang mengakibatkan inkompatibilitas dan hasil benih rendah.
Untuk mengatasi kesuburan rendah hibrida antar-subspesies, penggunaan gen wide
compatibility (WC) dari spesies Javanica dapat menjadi pilihan (Ikekashi et al. 1994).
25
3. Penggunaan metode dua galur
(PGMS=photoperiodsensiti
ve genetic male sterility)
(TGMS=thermosensitive
genetic male sterility)
Potensi keragaman genetik
yang lebih luas shg hasil
lebih tinggi. China berhasil
mendapatkan gabah 13 -
14 ton /ha
Karena perbedaan marjinal
hari panjang di daerah
tropis, sistem PGMS sulit
untuk diterapkan di
Indonesia, sedangkan
sistem TGMS memiliki
potensi untuk
dikembangkan di daerah
tropis karena sangat
bervariasinya suhu di
wilayah Indonesia.
26
4. Penggunaan Bioteknologi
1. Identifikasi lokus yang bertanggungjawab terhadap fertilitas, dan penanda molekuler yang
terpaut dengan beberapa gen (Rf=pemulihan kesuburan, gen tms=sensitivitas kemandulan
terhadap suhu, atau gen wc=wide compatibility),
2. Pemanfaatkan marker assisted selection untuk mempercepat proses perakitan padi hibrida
(Jing et al. 2001; Xu 2010; Sattari et al. 2008; Ghara et al. 2012).
3. Kumar et al. (2012) memanfaatkan molekuler untuk mengidentifikasi dan monitoring
kemurnian benih padi hibrida.
27
5. Perbaikan padi hibrida toleran cekaman biotik dan abiotik
Padi hibrida yang dapat beradaptasi dengan baik tidak hanya di lahan sawah irigasi namun
ekosistem sawah lainnya.
Resistensi terhadap hama dan penyakit harus menjadi prasyarat dalam pemuliaan padi
hibrida. Selain itu, padi hibrida wajib memiliki toleransi terhadap cekaman abiotik tergantung
pada kondisi pertumbuhan (kekeringan, genangan, salinitas, suhu rendah, atau panas) untuk
beradaptasi dengan ekosistem yang tidak menguntungkan atau perubahan iklim.
Selain itu penelitian padi hibrida efisiensi pupuk dan air serta berumur genjah juga harus
mulai menjadi fokus untuk menghadapi kondisi alam ke depan.
28
29
PERAN PEMERINTAH-SWASTA DALAM
PENGEMBANGAN
PADI HIBRIDA
Pengelolaan plasma nutfah dan galur-galur tetua padi hibrida, merakit kombinasi hibrida terbaik, dan menyeleksi sehingga didapatkan varietas unggul baru.
Lembaga pemerintah dan lembaga penelitian internasional memiliki peran penting dalam penelitian ilmiah, pelatihan, dan ekstensi serta menyediakan dasar untuk pengembangan industri padi hibrida,
Output dari kegiatan penelitian di sektor publik seperti galur-galur tetua hibrida baru atau teknologi produksi benih yang inovatif harus ditransfer ke perusahaan swasta untuk produksi skala besar benih hibrida.
Lembaga publik juga dapat menyediakan plasma nutfah bagi sektor swasta untuk mengembangkan padi hibrida baru untuk komersialisasi (Spielman et al 2013).
30
Pemerintah
Dukungan Pemerintah ke Swasta
(a) penyediaan dari galur-galur tetua hibrida baru yang dikembangkan oleh
lembaga-lembaga publik untuk menghasilkan benih berdasarkan
perjanjian MoU;
(b) fasilitasi peruntukan lahan jangka panjang untuk produksi benih,
(c) investasi infrastruktur untuk zona khusus produksi benih;
(d) organisasi petani untuk memfasilitasi hibrida berbasis masyarakat
produksi benih,
(e) pembentukan skema asuransi untuk petani benih,
(f) pengurangan pajak untuk bisnis benih, dan sebagainya.
31
Dukungan Pemerintah ke Petani
(i) subsidi harga benih padi hibrida dan kemudahan mendapatkan benih
(Sumarno et al. 2008);
(ii) penyediaan kredit untuk mendukung petani kecil petani memiliki akses ke
input;
(iii) pelatihan petani kecil dalam budidaya padi hibrida dan produksi benih
padi hibrida;
(iv) bimbingan di tingkat kelompok tani untuk pengembangan padi hibrida;
(v) promosi sistem informasi pasar dan perluasan pasar padi hibrida;
(vi) pengenalan skema asuransi bagi petani kecil yang menanam padi hibrida
atau memproduksi benih padi hibrida, dan
(vii)investasi untuk meningkatkan basis infrastruktur di tingkat masyarakat
(Mottaleb et.al. 2014).
32
Pihak swasta
Peran swasta sangat penting dalam produksi benih padi hibrida.
Akses, modal dan ketrampilan yang dimiliki sektor swasta lebih tinggi
dibanding pemerintah dan penangkar benih untuk pengembangan padi
hibrida skala besar.
Sektor swasta terutama melakukan produksi benih hibrida dan distribusi.
33
34
STRATEGI PENGEMBANGAN PADI HIBRIDA
SECARA BERKELANJUTAN
Perbaikan padi hibrida adaptif pada berbagai lingkungan dan perubahan iklim
global.
Mencari sumber-sumber sitoplasma baru, pengembangan hibrida inter-
subspesies, inisiasi metode dua galur untuk daerah tropis, maupun penggunaan
bioteknologi untuk mempermudah dan mempercepat program perakitan padi
hibrida.
35
1. Hibrida adaptif luas
2. Teknik produksi dan ketersediaan benih
Target produksi benih harus mampu mengimbangi biaya produksi dan benih
yang dihasilkan sehingga dapat menekan harga benih padi hibrida. Selain
itu, perlu diperhatikan kualitas dan kemurnian benih.
36
3. Optimalisasi teknik budidaya padi hibrida
Teknik pengelolaan tanaman harus disesuaikan dengan ekosistem padi, sistem
produksi, dan kondisi agroekologi. Beberapa yang dapat dilakukan adalah:
a. Meningkatkan efisiensi dalam pengelolaan hara terpadu;
b. Menerapkan langkah-langkah pengelolaan hama terpadu dan penggunaan
kontrol biologis alami;
c. Menerapkan teknologi hemat air;
d. Aplikasi mekanisasi.
37
4. Dukungan untuk adopsi teknologi padi hibrida
1. Subsidi benih padi hibrida,
2. Penyediaan kredit usaha tani,
3. Asuransi pertanian,
4. Penyediaan penyaluran hasil produksi pasca panen
38
5. Penguatan penyuluhan dan transfer teknologi
Sistem penyuluhan yang tepat dapat membantu mempercepat laju adopsi padi
hibrida oleh petani.
Tenaga penyuluh pertanian baik dari pemerintah maupun swasta berperan penting
dalam transfer teknologi padi hibrida ke masyarakat.
Perempuan harus diberdayakan melalui pelatihan untuk secara aktif terlibat dalam
budidaya padi hibrida dan produksi benih.
Modernisasi industri padi hibrida diharapkan dapat menarik petani muda untuk
terlibat dalam produksi padi hibrida atau bisnis benih.
39
6. Kerja sama pemerintah - swasta
Kemitraan yang efektif akan menjembatani kerjasama antara sektor publik dan
swasta untuk mencapai tujuan bersama.
Pengalaman menunjukkan bahwa di negara-negara dengan PPP (public-private
partnership) yang kuat, laju adopsi padi hibrida lebih cepat.
Pemerintah melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian telah
bekerjasama aktif dengan IRRI, forum HRDC (hybrid rice development
consortium), perusahaan swasta baik nasional maupun internasional untuk
mengembangkan teknologi padi hibrida.
40
7. Sinergi institusi nasional - internasional
Sinergi kegiatan berbagai pihak yang terlibat dalam industri padi hibrida termasuk publik dan
sektor swasta, LSM dan organisasi sipil, masyarakat lokal dan petani.
Di tingkat internasional, kerjasama penelitan dan pengembangan padi hibrida diperkuat
melalui platform internasional, seperti kegiatan HRDC yang diprakarsai oleh IRRI yang
efektif dalam transfer teknologi dan pertukaran plasma nutfah.
Lembaga-lembaga internasional, termasuk FAO, IRRI, APSA, ISF, ASEAN dan SAARC
harus lebih aktif mengeluarkan kebijakan mengenai padi hibrida seperti mensponsori dialog
regional tentang harmonisasi dan standarisasi prosedur teknis dalam pengembangan padi
hibrida, termasuk berbagai pengujian dan pelepasan varietas hibrida secara komersial,
sanitari dan pitosanitari, serta sertifikasi karantina untuk benih padi hibrida.
41
8. Identifikasi wilayah pengembangan padi hibrida
Identifikasi wilayah yang sesuai untuk pengembangan padi
hibrida baik secara komersial maupun produksi benih.
42
43