analisa perhitungan pv.docx

29
ANALISA PERHITUNGAN, PEMBUATAN DAN PENGUJIAN KEKUATAN MATERIAL PLATE SA 516 GR 70 UNTUK SHELL TEST SEPARATOR 1219 mm ID x 3048 mm S/S BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sumber daya manusia yang handal, bermutu tinggi serta siap pakai yang dapat bersaing dalam menjawab tantangan di masa mendatang sangatlah dibutuhkan di zaman modern dan serba maju seperti sekarang ini. Terlebih lagi memasuki perkembangan dunia perindustrian dan fabrikasi yang berkembang pesat dan cukup baik di negara kita. Untuk menjawab tantangan ini maka ilmu dan teknologi yang diperoleh dalam perkuliahan tidaklah cukup. Karena para mahasiswa juga membutuhkan suatu kegiatan praktek secara langsung untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang diperolehnya di bangku perkuliahan. Maka melalui praktek kerja lapangan ini, mahasiswa dapat belajar secara langsung dan juga dapat menerapkan ilmu yang diperoleh diperkuliahan secara nyata. Praktek ini juga mengenalkan mahasiswa pada pola kerja dan perilaku kerja professional di Industri sebagai referensi pengetahuan sebelum memasuki dunia kerja yang sebenarnya. Atas dasar itu maka, dalam pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan ini, Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Pattimura telah menjalin hubungan kerjasama dengan PT. Grand Kartech. Dimana PT. Grand Kartech adalah salah satu Perusahaan yang bergerak di bidang Perancangan dan Fabrikasi Pressure Vessel

Upload: idil-fitri

Post on 27-Oct-2015

148 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

PV

TRANSCRIPT

ANALISA PERHITUNGAN, PEMBUATAN DAN PENGUJIAN KEKUATAN MATERIAL PLATE SA 516 GR 70 UNTUK SHELL TEST SEPARATOR 1219 mm ID x 3048 mm S/S

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Sumber daya manusia yang handal, bermutu tinggi serta siap pakai yang dapat

bersaing dalam menjawab tantangan di masa mendatang sangatlah dibutuhkan di zaman

modern dan serba maju seperti sekarang ini. Terlebih lagi memasuki perkembangan dunia

perindustrian dan fabrikasi yang berkembang pesat dan cukup baik di negara kita. Untuk

menjawab tantangan ini maka ilmu dan teknologi yang diperoleh dalam perkuliahan tidaklah

cukup. Karena para mahasiswa juga membutuhkan suatu kegiatan praktek secara langsung

untuk  mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang diperolehnya di bangku perkuliahan. Maka

melalui praktek kerja lapangan ini, mahasiswa dapat belajar secara langsung dan juga dapat

menerapkan ilmu yang diperoleh diperkuliahan secara nyata. Praktek ini juga mengenalkan

mahasiswa pada pola kerja dan perilaku kerja professional di Industri sebagai referensi

pengetahuan sebelum memasuki dunia kerja yang sebenarnya.

Atas dasar itu maka, dalam pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan ini, Mahasiswa

Fakultas Teknik Universitas Pattimura telah menjalin hubungan kerjasama dengan PT. Grand

Kartech. Dimana PT. Grand Kartech adalah salah satu Perusahaan yang bergerak di bidang

Perancangan dan Fabrikasi Pressure Vessel (bejana tekan). Jenis Pressure Vessel yang

diproduksi di perusahhan inipun beragam, baik yang bekerja secara vertical maupun

horizontal dengan tekanan yang berbeda-beda pula. Pressure Vessel hasil produksi PT. Grand

Kartech umumnya digunakan sebagai wadah penyimpanan fluida baik gas maupun cairan

yang bertekanan. Yang mana merupakan salah satu aset penting dalam menentukan

keberhasilan usaha produksi suatu pabrik.

Salah satu bagian terpenting dari pressure vessel / bejana tekan adalah shell yang

merupakan dinding atau badan dari bejana tekan tersebut. Sebagai bagian dari bejana

bertekanan, tentu saja shell harus diperhitungkan dengan baik karena fungsi shell sendiri

adalah sebagai dinding dari bejana tekan yang harus mampu menahan segala bentuk gaya dan

tekanan relatife besar. 

Selain faktor manufacturing, masalah lain yang sangat perlu diperhatikan dalam

pembuatan shell adalah masalah pengujiannya. Adapun pengujian yagn digunakan untuk

pengujian kekerasan shell adalah uji kekerasan brinell dan uji radiografi.

Laporan ini menjelaskan tentang perhitungan, pembuatan dan pengujian shell salah

satu pressure vessel yang diproduksi oleh PT. Grand Kartech yaitu  Test Separator (V-1020),

dimana untuk fabrikasi shellnya sendiri menggunakan bahan plate SA 516 Gr 70, dan juga

rangkaian kegiatan yang telah dilakukan penulis berkaitan dengan Praktek Kerja Lapangan

yang dijalani.

1.2.Permasalahan

Proses produksi ini dan pabrikasi boiler pada PT. Grand Kartech, terdapat berbagai

masalah yang dihadapi. Diantaranya meliputi, adanya keterbatasan material dalam proses

produksi, rusaknya sebagian mesin produksi, dan kurangnya pemahaman sebagian kecil para

pekerja tentang bekerja secara ekonomis ( dalam konteks waktu ). Adapun material baku

yang di gunakan lebih banyak menggunakan material yang di impor dari luar sehingga

menyebabkan proses produksi/fabrikasi berjalan lambat yaitu tidak sesuai dengan waktu yang

di tentukan karena adanya keterlambatan datangnya material.

Permasalahan lain yang juga dapat penulis tangkap dalam proses produksi ini adalah

bagaimana mendapatkan suatu  bentuk produk shell yang dibuat dengan menggunakan

material tipe pelat tertentu, sekaligus dapat berlangsung berdasarkan dengan data teknis yang

ada dan sesuai dengan standar ASME VIII Division 1 edisi 2010. Pemeriksaan  kondisi fisik

material seperti ketidaklurusan material, pemeriksaan permukaan material serta pemeriksaan

dimensi panjang, lebar dan ketebalan haruslah dilakukan dengan amat teliti.

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan laporan praktek kerja lapangan (PKL)  ini adalah

sebagai berikut:

         Dapat menjelaskan proses fabrikasi shell dari pressure vessel Test Separator (V-1020)

1219.2 mm ID x 3048 mm S/S.

         Dapat melakukan perhitungan terhadap; pelat pada kondisi awal, tebal shell, tekanan shell,

tekanan kerja maksimum, beban angin, umur dari silinder, tegangan kompresi pada shell dan

getaran maksimum.

         Dapat menjelaskan pengujian-pengujian yang digunakan dalam proses fabrikasi shell antara

lain uji kekerasan brinell dan uji radiografi.

         Dapat melaporkan rangkaian kegiatan yang telah dilakukan penulis berkaitan dengan kerja

Praktek yang dijalani, khususnya berkaitan dengan proses fabrikasi shell pada Pressure

Vessel.

Laporan ini hanya membahas tentang perhitungan, proses pembuatan dan pengujian

shell salah satu pressure vessel yang diproduksi pada PT. Grand Kartech yaitu Test Separator

(V-1020) dengan tekanan desain 82,737 Bar (1200 Psi), diameter bagian dalam (ID) 1219,2

mm (48 inch)  dan panjang shell (S/S) 3048 mm (120 inch).

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Umum2.1.1 Bejana tekan (Pressure Vessels)

Dalam beberapa industri dapat ditemui aplikasi sains yakni merubah suatu material

dari satu bentuk ke bentuk yang lainnya baik secara kimia maupun secara fisika. Proses

demikian membutuhkan penanganan dan penyimpanan material-materialnya dalam suatu

tempat, tergantung sifat kimia dan fisika dari material tersebut, serta pelaksanaan yang

dibutuhkan untuk pembentukannya. Untuk penenganan fluida-fluida tersebut membutuhkan

tempat yang disebut Vessel.

Langkah pertama dalam mendesain vessel adalah pemilihan tipe yang cocok untuk

pelayanan proses yang diinginkan. Faktor terpenting dalam pemilihan adalah lokasi dan

fungsi vessel, sifat fluida, temperature dan tekanan operasi serta proses.

Bejana tekan (Pressure Vessels) adalah tempat penampungan suatu fluida baik berupa

cair maupun gas dengan tekanan yang lebih tinggi dari tekanan atmosfir, pada umumnya

sampai dengan 15.000 Psi. Dimana tekanan tersebut bisa lebih besar dari tekanan udara luar

bejana atau lebih kecil dari tekanan udara luar bejana atau sering desebut dengan vacuum.

Bejana tekan pada umumnya bekerja pada suhu antara -3500 F hingga di atas 10000 F, dengan

kapasitas yang sangat besar hingga 95.000 gallon. Sehingga dapat pula digunakan sebagai

ketel uap (Boiler), alat pertukaran panas (Heat exchanger), Air receiver, bejana penyimpanan

fluida baik udara, maupun cairan.

Pressure Vessels paling sering digunakan sebagai media penampung fluida cairan,

uap air, atau gas pada tingkatan tekanan lebih besar dari tekanan udara. Pressure Vessels

menampung suatu unsur yang digunakan secara luas untuk berbagai aplikasi industri yang

mencakup bahan kimia, farmasi, makanan dan minuman, minyak dan bahan bakar, industri

nuklir, dan industri plastik.

2.1.2        Klasifikasi Vessel (Bejana Tekan)

Bejana tekan dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis berdasarkan kontruksi dan

bentuk, ukuran dan penggunaannya. Akan tetapi jenis bejana tekan yang diproduksi

berdasarkan kontruksinya adalah jenis bejana tekan silinder Torispherical head, yang

digunakan sebagai Test Separator.

Pada umumnya Pressure Vessel (Bejana Tekan) dapat digolongkan dalam beberapa

bentuk, yaitu:

1.      Open tanks

2.      Flat bottomed, vertical cylindrical tanks

3.      Vertical cylindrical

4.      Horizontal vessel

5.      Spherical vessel

Bentuk vertical biasanya dipergunakan pada area yang sempit. Dan bentuk horizontal

dipergunakan jika tersedia area yang cukup luas, sedangkan bentuk bola biasanya digunakan

pada tempat yang memiliki fluktuasi temperature yang tinggi untuk mengantisipasi efek-efek

perpindahan panas.

Bejana tekan tersebut berbentuk layaknya sebuah silinder atau tabung. Bejana tekan

ini merupakan awal dari pembuatan bejana tekan selanjutnya. Bejana tekan silinder dibagi

lagi menjadi beberapa jenis sesuai dengan bentuk head yang digunakan.

Adapun bejana tekan yang digolongkan sesuai dengan bentuk Headnya antara lain :

         Bejana Tekan Elipsoidal Head.

         Bejana Tekan Torispherical Head.

         Bejana Tekan Hemispherical Head.

         Bejana Tekan Conical Head.

         Bejana Tekan Toriconical Head.

Macam-macam bagian dan komponen pendukung bejana tekan yang sering terdapat

dan yang sering digunakan pada bejana tekan pada umumnya diklasifikasikan sebagai

berikut:

1.      Shells

2.      Heads

3.      Flange

4.      Katup (Valve)

5.      Stud Bolt dan Gasket

6.      Lifting Lugs

7.      Saddle Plate

8.      Lubang Lalu Orang dan Lubang Pembersih

9.      Pelat Nama

Komponen-komponen tersebut terhubung menjadi satu kesatuan hingga menjadi suatu

bejana tekan. Adapun komponen tersebut terhubung satu dengan yang lainnya dengan

berbagai cara, ada yang dengan proses pengelasan (permanent) atau dengan proses baut

(dapat dibuka-pasang).

2.1.3        Fungsi Shell Vessel

Shell adalah berfungsi sebagai dinding dari bejana tekan. Pada proses pembuatan

shell, biasanya digunakan jenis bahan sesuai dengan kegunaan dari bejana tekan tersebut

saat di lapangan nanti.

Untuk jenis bahan yang diperlukan pada proses produksi shell digunakan material tipe

pelat SA 516 grade 70, yang merupakan suatu bentuk material standar baja Amerika dengan

tipe/nomor 516 memiliki tensile strength atau kekuatan tank sebesar 70.000 Psi dan tekanan

material pada suhu -20 sampai 650° F sebesar 17500 Psi. Tekanan desain (P) ditetapkan

sebesar 82.737 bar atau 1200 Psi dengan temperatur desain 150 °F.

Material tersebut memiliki jumlah unsur paduan khusus < 8.0%. Baja tersebut

merupakan paduan dari unsur C-Mn-P-S-Si-Cb. 

2.2      Teori Pengujian

2.2.1 Uji Kekerasan Brinell

Pengujian kekerasan digolongkan ke dalam kelompok pengujian untuk melihat sifat

mekanik dari suatu material. Pengujian kekerasan biasa dilakukan setelah benda kerja mengalami

beberapa pengerjaan yang mengakibatkan perubahan terhadap beberapa struktur mikro dari

suatu bahan. Karena pada dasarnya kekerasan sebanding dengan kekuatan tank sedang

ketahanan aus berbanding terbalik dengan kekerasaan.

Karena kekerasan mudah ditentukan maka cara pengujian ini sering digunakan untuk

pengendalian mutu pada proses-proses perlakuan panas, pembentukan dingin maupun

pembentukan panas. Bila nilai kekerasan merata, dapat disimpulkan bahwa sifat-sifat mekaniknya

akan seragam pula.

Salah satu cara pengukuran kekerasan adalah dengan metode Brinell. Pengujian

Brinell digunakan secara luas pada hasil-hasil pengecoran maupun penempaan. Pengujian

kekerasan Brinell menggunakan bola karbida berdiameter 10 mm atau 5 mm, sebagai penekan

(indenter), yang diberikan gaya (beban = F) sebesar 500 sampai 3000 kg. Beban tersebut

dipertahankan selama 10 - 15 second.

Untuk mendapatkan hasil pengujian yang baik, maka perlu dipersiapkan benda uji

dengan permukaan yang akan diuji dihaluskan dengan gerinda, dan pembacaan diameter

bekas penekanan (d) menggunakan kaca pembesar.

Untuk menghitung kekerasan bahan, digunakan rumus HB sebagaimana tercantum

pada gambar di atas. Pada alat penguji yang modern, pembacaan dapat dilakukan langsung

pada layar monitornya.

2.2.2 Uji Radiografi

Radiografi adalah suatu pengujian tanpa merusak benda kerja, dalam hal ini shell.

Dimana pada proses ini menggunakan sinar X atau sinar γ yang mampu menembus hampir

semua logam kecuali Timbal dan material padat lainnya sehingga dapat digunakan untuk

melihat cacat atau ketidaksesuaian dibalik dinding metal atau didalam bahan metal itu

sendiri.

Sinar X berasal dari arus listrik yang bertegangan antara 100 - 500 K volt Peak. dimana

sinar X dapat dikendalikan dengan mengatur besar kecilnya arus. Demikian juga

pengarahannya sangat terfokus sehingga radiasinya tidak menyebar kemana-mana.

Sebaliknya pada sinar gamma (y) yang merupakan sinar jenis penyinaran yang

dilakukan pada bejana tekan yang dibahas, berasal dari Zat radioaktif seperti iridium

192 yang biasa dikenal dengan isotop, pada saat melakukan proses penyinaran sinar

radiasinya menyebar kesegala arah sebagaimana sinar matahari, Sehingga untuk

mernfokuskannya hams dimasukkan kedalam kemasan khusus yang terbuat dari timbal

atau uranium yang lazim disebut dengan kamera dengan bukaan tertentu. Dari bukaan inilah

seberkas sinar radioaktif γ terpancar dan kemudian dimanfaatkan untuk pengujian pada benda

kerja. Pada prakteknya jarak yang biasa diambil antara sumber penyinaran dengan benda kerja

pada saat penyinaran berlangsung ialah 40 inci atau setara dengan 1,016 m.

Pada fabrikasi Shell sendiri teknik radiografi adalah untuk mendeteksi cacat-cacat

konstruksi dan material akibat bawaan dari asli, pengaruh pekerjaan las serta akibat dari

pengoprasian peralatan.

Khususnya didunia pengelasan, teknik radiasi sangat dominan dalam menentukan

mutu atau kualitas dari suatu sambungan las, sekaligus menentukan batasan-batasan

penerimaan dan penolakan suatu produk.

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

1.         Waktu Penelitian di mulai pada tanggal 10 September sampai dengan 29 November  2012.

2.         Tempat Penelitian Praktek Kerja Lapangan di laksanakan di PT. Grand Kartech Rawabali

dan PT. Prima Jabar Steel, dimana keduanya terletak di Pulo Gadung Industrial Estate,

Jakarta-Indonesia, dan di PT. Grand Kartech Karawang yang terletak di Kawasan Industri

Surya Cipta, Karawang-Indonesia.

3.2  Variabel Penelitian

Variabel yang diteliti pada laporan ini yaitu shell pada pressure vessel (tangki bejana

tekan).

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

1.      Populasi

Populasi dalam penelitian adalah workshop PT. Grand Kartech.

2.      Sampel

Berdasarkan populasi di atas, maka yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah PT.

Grand Kartech, berupa tangki bejana tekan yaitu Test Separator.

3.3  Metode Pengumpulan Data

Penulisan dalam laporan Praktek Kerja Lapangan ini menggunakan metode-metode

pengambilan data sebagai berikut :

1.         Observasi

Metode pegumpulan data ini dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan dan

pelaksanaan kerja secara langsung di PT.Grand Kartech.

2.         Interview

Dilaksanakan dengan cara mengadakan tanya jawab secara langsung dengan pembimbing

lapangan serta karyawan-karyawan bagian Kontruksi , welder , dan machining.

3.         Studi Pustaka

Metode pengumpulan data ini dilakukan dengan mempelajari buku-buku kuliah, pencarian

data tambahan melalui internet dan panduan manual serta berkas-berkas lain yang disediakan

di Enginering Document  pada PT Grand Kartech.

3.5  Metode Analisa Data

Data yang telah dihimpun atau diperoleh dalam kegiatan praktek kerja lapangan kemudian

dianalisis dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

1.      Pengelompokan data, yaitu pengumpulan beberapa bahan dan pernyataan yang saling

berkaitan.

2.    Reduksi data yaitu menganalisis data-data kasar yang muncul dari percatatan lapangan secara

keseluruhan kemudian diberikan penilaian sesuai dengan tema, untuk mencari bagian-bagian

yang saling terkait agar lebih sederhana.

3.    Verifikasi data yaitu menafsirkan dan mengelompokkan semua data supaya tidak terjadi

tumpang tindih dan kerancuan karena perbedaan.

BAB 4HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1      Perhitungan

4.1.1        Perhitungan Pelat Pada Kondisi Awal

Data teknis awal yang didapat dari pihak costumer adalah tekanan desain = 82.737 bar

(1200 Psi) dan diameter bagian dalam (d) = 48 inci ≈ 1219.2 mm, atau r ≈ 609.6 mm (24 inci).

Jika pelat tersebut dilakukan proses pengerolan, maka tinggi silinder (h) merupakan lebar dari

pelat (L). Dengan demikian panjang dari pelat tersebut adalah :

  P x L = 2 x π x r x h

P x 1219.2 = 2 x 3.14 x 609.6 x 1219.2

P =    

P = 3828.288 mm

Volume atau isi (V) dari satu buah silinder (pemisah bagian dalam bejana diabaikan) adalah :

  V = π x x h

    = 3.14 x x 1219.2

    = 1422638373 mm3 = 1.42 m3

Maka volume (V) untuk dua buah shell pembentuk silinder adalah :

            V = 2 x 1.42 m3 = 2.84 m3

4.1.2        Perhitungan Pada Silinder Shell

Circumferential joint atau longitudinal stress (S1) dan longitudinal joint atau

circumferential stress (S2) merupakan tipe sambungan dan jenis tekanan yang terjadi pada daerah

shell.

a.       Tebal (t) Shell Pada Dimensi Bagian Dalam

Berdasarkan tabel standar maka tebal rim dan tebal minimal untuk dimensi bagian

dalam atau pada daerah longitudinal joint (circumferential stress) dengan tekanan desain

sebesar 1200 Psi, jari-jari dari diameter bagian dalam ½ ID = 24 inci, nilai tekanan untuk

material SA 516 Gr 70 dengan temperatur kerja sampai 650oF = 17500 Psi sesuai pada tabel. ,

Efficiency kerja = 1, dan CA (Corrosion Allowance)  maka dapat dirumuskan sebagai berikut :

tr =

P = 1200 PsiR = 24 inciS = 17500 PsiE = 1Maka :

tr =  = 1.716 inci ≈ 43.586 mm

Sehingga tebal minimal (tm) dari shell untuk dimensi bagian dalam, adalah :

tm =  + CA

tm =  + 0.125 = 1.841 inci ≈ 46.76 mm

maka digunakan pelat dengan tebal tm = 1.8 inci ≈ 45.72 mm ≈ 45 mm

b.      Tekanan Shell Pada Dimensi Bagian Dalam

Untuk tekanan kerja rim yang diijinkan (P) dan tekanan kerja maksimum yang diijinkan

(Pa) untuk shell berdasarkan dimensi bagian dalam atau pada bidang longitudinal joint

(circumferential stress) adalah :

P =

P =

   = 1199.78 Psi ≈ 0.84 kg/mm2

Sehingga tekanan kerja maksimum yang diijinkan (Pα) untuk dimensi bagian dalam adalah :

Pα =

Pα =

     = 1255,981 Psi ≈ 0.88 kg/mm2

c.       Tebal Shell Pada Dimensi Bagian Luar

Tebal rim (tr) dan tebal minimal (tm) pada dimensi bagian luar atau pada daerah

circumferetial joint (longitudinal stress) adalah :

tr =

tr =  = 1.66 inci ≈ 42.164 mm

Dimana R ( jari-jari ) yang digunakan adalah

  R =    =

= 24.9 inci ≈ 632.46 mm

Sedangkan tebal minimal (tm) untuk dimensi bagian luar atau pada daerah

circumferential joint (longitudinal stress) adalah :

tm =  + CA

tm =  + 0.125

                                = 1.66 + 0.125 = 1.785 inci ≈ 45.339 mm

Dimana CA adalah Corrosion Allowance.

d.      Tekanan Shell Pada Dimensi Bagian Luar

Tekanan kerja rim yang diijinkan (P) dan tekanan kerja maksimum yang diijinkan (Pα)

untuk shell berdasarkan dimensi bagian luar atau pada bidang circumferential joint

(longitudinal stress) adalah :

P =

P =

   = 1198.63 Psi ≈ 0.84 kg/mm2

Sehingga tekanan kerja maksimum yang diijinkan (Pα) pada shell berdasarkan dimensi

bagian dalam atau bidang circumferential joint (longitudinal stress) adalah :

Pα =  

Pα =

      = 1291.55 Psi ≈ 0.91 kg/mm2

e.       Tekanan Kerja Maksimum (Pα) dibawah Tekanan Kerja Eksternal

Berdasarkan dimensi bagian dalam dengan tebal 1.8 inci atau 45.27 mm dan tekanan

shell 1255.981 Psi atau 0.88 kg/mm2, maka didapat tekanan kerja maksimum dibawah tekanan

kerja eksternal dengan modulus elastisitas bahan (E) 27.000.000 Psi pada temperature 5000F

adalah:

Pα =

       B =  

Dimana A =

              A =

               A = 9.036 x 10-3 = 0,00904

Jadi nilai B dapat dicari :

B =  = 122040 Psi

       Do adalah diameter luar dapat dirumuskan sebagai berikut :

Do = ID + tm

      = 48 + 1.8

      = 49.8 inci

Ro =  = 24.9 inci

      Maka tekanan kerja maksimum dibawah tekanan kerja eksternal (Pα) adalah :

Pα =

     =

     =

Pα = 5881.45 Psi ≈ 4.14 kg/mm2

f.       Tekanan Kerja Maksimum dengan Faktor Keamanan (Pfs)

Karena shell tersebut termasuk kedalam golongan gerak dinamis yang mempunyai

faktor keamanan (dinamis 1 = 5 – 8),

maka tekanan kerja maksimum dengan memperhatikan faktor keamanan (Pfs) adalah :

Pfs =

     =

Pfs = 750 Psi ≈ 0.527 kg/mm2

g.      Tekanan pada Daerah Pengelasan (S1, S2)

Untuk tekanan kerja maksimum (Pα) yang terjadi didalam shell harus lebih kecil dari

tekanan pada daerah pengelasan (S1) dan (S2), dimana Dc adalah diameter antara ( mean

diameter) dari shell, besarnya S1 adalah : ( P = 1200 Psi ; tn = 1.8 inci )

Dc =

    =

Dc = 48.9 inci

Maka :

S1 =

    =

S1 =  = 8150 Psi ≈ 5.73 kg/mm2

S2 =

    =

S1 =  = 16300 Psi ≈ 11. 46 kg/mm2

Dimana S1  ≥  Pa  ≤  S2

Pengujian terhadap kemungkinan terjadinya suatu kegagalan dalam suatu silinder shell

yang dikarenakan tekanan yang berlebihan adalah dengan cara perbandingan antara

kemungkinan shell terjadi pecah pada daerah circumferential joint (S1) dan shell mengalami

patah / belah pada daerah longitudinal joint (S2), dengan S adalah harga regangan pada material

(17500 Psi). Dimana kemungkinan terbesar shell untuk mengalami kerusakan adalah pada

daerah S1 atau shell akan mengalami pecah. Kekuatan dari tegangan pada S2 tersebut dapat

mengikuti persamaan : 

Pada S1 :          π x R2 x P = 2 x π x R x t x S

                        R x P = 2 x t x S

                        S =

Sedangkan pada S2 :   2 x π x R2 x P x L = 2 x π x R x t x S x L

R x P = t x S

                                    S =

Dengan demikian tekanan pada S1 adalah 2 x S2 , sehingga kemungkinan terbesar jika shell

terkena tekanan yang berlebihan maka shell akan mengalami pecah (S1).

4.1.3        Beban Angin (Pw)

Dengan mengamsumsikan shell siap pakai dengan kondisi lapangan adalah laut dengan

percepatan angin rata-rata sebesar 17.25 mph ([email protected]) maka beban

angin atau Pw (psf) yang terjadi pada shell adalah sebesar :

Pw = 0.0025 x 17.252 = 0.74 psf = 0.005 psi ≈ 3,5 x 10-6 kg/mm2

4.1.4        Umur Silinder Shell

Perhitungan umur shell didasarkan pada pemakaian shell dengan ketebalan awal 1.75

inci. Dengan anggapan dalam 24 tahun pemakaian akan mengalami penurunan ketebalan

sebesar 0.18 inci, akan tetapi jika pemakaiannya dilanjutkan untuk 3 tahun kedepan, maka shell

akan mengalami penurunan ketebalan sebesar 0.26 inci (Anthony l. Kohan, Hal.334). Sama

halnya dengan pelat yang memiliki ketebalan 2.785 inci, berdasarkan referensi diatas dalam 24

tahun pertama akan mengalami penurunan  ketebalan menjadi 2.605 inci. Untuk 3 tahun

kedepan akan mengalami penurunan ketebalan hingga tebal dari shell tersebut menjadi 2.345

inci. Dengan demikian umur dari shell tersebut adalah :

Long – term corrosion rate,

Inches per year =  = 0.018 inci/year = 0.46 mm/year

Present corrosion rate,

            Inches per year =  = 0.087 inci/year = 2.21 mm/year

Maka ketebalan yang diijinkan sebelum ketebalan minimum dicapai dari ketebalan shell awal

sebesar 1.8 inci atau 45.72 mm adalah :

t = 2.345 – 1.8 = 0.545 inci = 13.843 mm

Sehingga umur dari shell tersebut berdasarkan dengan ketebalan diatas adalah :

Umur Shell =   =  6.3 years

4.1.5        Tegangan Kompresi (Sk) Pada Shell

Untuk tegangan kompresi (Sk) yang terjadi pada shell, dimana (c = mean diameter)

adalah sebesar :

                        Sk =

                             =

                        Sk  = 2219.27 psi ≈ 1.56 kg/mm2

4.1.6 Analisa Kalkulasi Cutting Plate Untuk Shell

Rumus untuk menghitung panjang bentangan plate yang akan dipotong (cutting plate)

adalah sebagai berikut:

1.      Untuk Shell-1 dengan dimensi sebagai berikut :

         Diameter Dalam (ID)         =          1219 mm

         Tebal Plate (Thickness)       =          45 mm

                                                 =          3.14

         Lebar Plate                         =          1828 mm

Penyelesaian:

Panjang Bentangan Plate        =          ID + ( Thickness x 3.14 )

                                                                        =          1219 + ( 45 x 3.14 )

                                                                        =          1360.3 mm

Untuk Gambar Cutting Platenya, dengan Ukuran plate SA 516 Gr 70 yang tersedia pada

gudang workshop PT. Grand Kartech dengan dimensi sebagai berikut : Panjang x Lebar =

6069 x 1829 dalam satuan millimeter (mm)

2.      Untuk Shell-2 dengan dimensi sebagai berikut :

         Diameter Dalam (ID)         =          1219 mm

         Tebal Plate (Thickness)       =          45 mm

                                                 =          3.14

         Lebar Plate                         =          1220 mm

Penyelesaian:

Panjang Bentangan Plate        =          ID + ( Thickness x 3.14 )

                                                                        =          1219 + ( 45 x 3.14 )

                                                                        =          1360.3 mm

Untuk Gambar Cutting Platenya, dengan Ukuran plate SA 516 Gr 70 yang tersedia pada

gudang workshop PT. Grand Kartech dengan dimensi sebagai berikut : Panjang x Lebar =

6069 x 1829 dalam satuan millimeter (mm)

4.2      Proses Produksi (Proses Fabrikasi)

Proses pembuatan tangki dimulai dengan memilih bahan baku. Untuk tangki

bertekanan tinggi (tangki bejana tekan) diperlukan material plat yang lebih tebal karena

membutuhkan kekuatan yang tinggi untuk menahan gaya dari tekanan tangki tersebut,

sedangkan tangki air dibuat dari material plat yang lebih tipis.

Pertama-tama pembuatan ballfront (head vessel). Pembuatan ballfront (head vessel)

dengan menggunakan mesin press hydraulic untuk mendapatkan bentuk yang diinginkan

kemudian dilanjutkan dengan proses pembuatan bibir ballfront dengan mesin bending.

Kemudian body tangki dikerjakan dengan rolling process. Plat datar di rolling sampai

plat tersebut melengkung sehingga akan membentuk suatu tabung silindris dengan diameter

tertentu, lalu body tersebut disambungkan dengan proses pengelasan.

Setelah membentuk ballfront dan body tangki, keduanya disambung atau digabungkan

dengan proses pengelasan. Untuk tangki bejana tekan digunakan proses handwelding dan

automatic arc welding karena tangki bejana tekan mempunyai ketebalan plat yang cukup

tinggi sehingga memungkinkan untuk dilakukan proses automatic arc welding.

Proses sandblast dilakukan pada tangki yang sudah jadi untuk membersihkan tangki

dari karat dan kotoran-kotoran yang melekat.

Setelah tangki benar-benar bersih, kemudian dilakukan proses pengecatan sesuai

dengan warna standar jenis tangki. Untuk bagian dalam tangki dilakukan pengecatan dengan

epoxy coating, sedangkan untuk bagian luar dilakukan pengecatan dengan air spray.

Dengan melihat proses pembuatan tangki diatas, maka dapat diketahui bahwa sangat

disesalkan apabila terjadi kerusakan atau kebocoran pada waktu dilakukan pengujian akhir

pada pressure vessel tersebut. Oleh karena itu, ada baiknya dilakukan analisa terlebih dahulu

apakah bahan yang digunakan cukup untuk menahan tekanan dari fluida yang terdapat di

dalam tangki atau tidak. Dengan melakukan analisa terlebih dahulu, akan mengurangi

kerugian yang dapat ditimbulkan.

4.2.1        Sequence / Urutan Fabrikasi

Adapun urutan fabrikasinya adalah sebagai berikut:

1.      Pre Fabrikasi

a)      Prepare atau persiapan material atau alat-alat yang akan digunakan

b)      Marking atau proses pengukuran plate

c)      Cutting atau pemotongan plate sesuai dengan ukuran yang telah di marking

d)     Rolling Plate adalah proses dimana plate dibentuk atau dirolling menjadi berbentuk

lingkaran

e)      Machining adalah proses dimana material-material yang dibutuhkan ada yang harus dibor,

dibubut,atau difrais dll.

2.      Assembly

a)      Setting adalah proses dimana Quality Control (QC) bekerja memeriksa dan mengukur

ukuran lingkaran plate sesuai diameter yang diinginkan, penempatan pipa, nozzle dan lainnya

sesuai dengan yang ada pada gambar perojek, setelah itu akan dilubangi dan dilanjutkan

dengan proses pemasangan.

b)      Welding atau proses pengelasan, baik itu proses pengelasan shell, pengelasan nozzle flange

atau pipa-pipa, dan Leg Support atau kaki tangki.

c)      NDT (Non Destrtructive Testing) adalah aktivitas tes atau inspeksi terhadap suatu benda

untuk mengetahui adanya cacat, retak, atau discontinuity lain tanpa merusak benda yang kita

tes atau inspeksi. Apabila terdapat cacat maka akan disetteing kembali. Dalam proses ini

terdapat:

         Liquid Penetrant Test yaitu proses pengetesan untuk mengetahui kualitas pengelasan

         Leaktest yaitu proses pengisian air pada tangki sampai penuh untuk mengetahui kualitas

tangki, apakah mengalami kebocoran atau tidak.

         Radiographic Inspection yaitu Pemeriksaan radiografi dan X-ray merupakan

metode NDT yang mendeteksi cacat dalam bahan oleh penetrasi foto energi tinggi.

         Pengujian Ultrasonik (UT) menggunakan energi surya berfrekuensi tinggi untuk

melakukan pemeriksaan dan membuat pengukuran.

         Visual Test yaitu proses pengetasan tanpa menggunakan alat apapun hanya dengan mata

telanjang saja.

d)     Hydrostatic Test ialah pengujian dengan tekanan tertentu dengan menggunakan media air

sebagai pengujinya.

3.      Finishing

a)      Blasting Painting atau proses pengecatan pada dinding shell

b)      Packing – projek siap dikirim

4.2.2 Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Pembuatan Bejana Tekan

1.      Pengaruh Korosi

Korosi merupakan salah satu penyebab utama kerusakan pada bejana tekan. Hampir

semua logam dan paduan-paduannya yang berhubungan dengan udara atau medium lain yang

mengelilinginya, secara bertahap akan mengalami perusakan, dimulai dari permukaannya.

Peristiwa perusakan permukaan logam secara bertahap yang disebabkan oleh media yang

mengelilinginya ini disebut korosi. Jadi, korosi adalah reaksi kimia atau elektrokimia antara

suatu logam dengan media disekitarnya yang mengakibatkan perusakan. Cepat atau

lambatnya reaksi perusakan ini terutama tergantung pada 3 faktor yaitu; sifat kimia dari

logam atau paduan itu sendiri, sifat kimia dari media yang mengelilinginya dan temperature

media tersebut.

2.      Faktor Keamanan

Factor keamanan digunakan karena tidak ada proses menufaktur yang bisa menjamin

100 % kualitas. Setiap bejana tekan harus memiliki factor keamanan. Factor keamanan

digunakan untuk memperhitungkan ketidakpastian atau bisa dikatakan ketidaksempurnaan

dalam material, peracangan dan fabrikasi. Yang dimaksudkan dengan ketidakpastian  dalam

material bisa termasuk diskontinuitas yang terjadi pada material. Ketidakpastian dalam

perancangan bisa berarti ketidakmampuan untuk memperhitungkan berbagai konsentrasi

tegangan yang terjadi. Ketidakpastian dalam fabrikasi bisa meliputi ketidakmampuan untuk

mendeteksi sambungan-sambungan las yang kurang baik. Factor keamanan dirumuskan:

N =

Atau dapat juga dihitung dengan menggunakan rumus berikut :

N =

Dimana:

         N = factor keamanan

          = yield point atau tegangan luluh material

          = tegangan ultimate (ultimate strength) dari material

         S = tegangan maksimum yang diijinkan pada konstruksi pressure vessel

4.3      Pengujian

4.3.1        Uji Kekerasan Brinell

Pengujian kekerasan Brinell yang dilakukan pada pelat shell bertujuan untuk

mengetahui nilai dari kekerasan awal terhadap bagian dari pelat shell yang sudah terimbas

panas dikarenakan beberapa proses fabrikasi yang telah berlangsung.

Dengan beban 3000 kg dan bola baja yang berdiameter 10 mm, bola tersebut

ditekankan ke pelat shell dengan beban mula yang ada dan tertentu. Seiring dengan kenaikan

beban yang diberikan terhadap bola baja tersebut, maka nilai kekerasan pada layar dibaca, yaitu

selisih dari kedalaman yang ditimbulkan oleh beban akhir terhadap beban mula.

Jika nilai kekerasan hasil pengujian dari penekanan bola tersebut masih di atas 225

Brinell Hardness Number (BHN), maka penghilangan regangan dianggap masih belum

sempurna dan harus diulang lagi. Minimal dibawah atau sama dengan 225 BHN. Bila nilai

kekerasan merata, maka dapat disimpulkan bahwa sifat-sifat mekanikanya akan seragam pula.

Dalam praktiknya, pengujian brinell biasa dinyatakan dalam (contoh) : HB 5 / 750 /

15 hal ini berarti bahwa kekerasan brinell hasil pengujian dengan bola baja (identor)

berdiameter 5 mm, beban uji adalah sebesar 750 N per 0,102 dan lama pengujian 15 detik.

Mengenai lama pengujian itu tergantung pada material yang akan diuji. Untuk semua jenis

baja lama pengujian adalah 15 detik sedang untuk material bukan besi lama pengujian adalah

30 detik.

Nilai kekerasan pengujian ini dinyatakan dalam satuan BHN (Brinell Hardness

Number) yang dihitung berdasarkan diameter indentasi dengan persamaan sebagai berikut :

 

BHN = 2P/[(πD){D – (D2 – d2)1/2}]

Dimana :

-          P = Gaya tekan (Kg)

-          D = Diameter bola indentor (mm)

-          d = Diameter indentasi  dalam mm

4.3.2        Uji Radiografi

Uji radiografi dilakukan dengan tata letak dalam penempatan peralatan sebagaimana

dapat dilihat pada gambar

Tujuan dari pengujian yang dilakukan adalah untuk mendeteksi cacat-cacat konstruksi

dan material bawaan dari asli dan khususnya akibat dari pengaruh pekerjaan las.  Sehingga

dapat ditentukan apakah hasil dari lasan tersebut dapat diterima atau ditolak. Apabila benda

kerja ditolak, maka benda kerja tersebut dikembalikan pada bagian pengelasan.

4.4      Waktu Produksi / Produk

Waktu produksi per produk menjelaskan tentang jumlah waktu dan man power yang

dibutuhkan untuk membuat sebuah shell dimana pada dasarnya memberikan gambaran tentang

waktu yang dibutuhkan untuk pembuatan sebuah shell dan waktu total yang dibutuhkan dalam

sebuah tahapan pengerjaan. Total waktu pengerjaan shell diperkirakan: 81 jam.