analisa kontigensi (n-1) saluran transmisi dengan ...digilib.unila.ac.id/54673/3/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
ANALISA KONTIGENSI (N-1) SALURAN TRANSMISI DENGAN
MENGGUNAKAN INDEKS PERFORMA TEGANGAN (PIV) DAN
INDEKS PERFORMA DAYA AKTIF (PIMW)
(Skripsi)
Oleh
JENNI LEGITA
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2018
ABSTRAK
ANALISA KONTINGENSI (N-1) SALURAN TRANSMISI DENGAN
MENGGUNAKAN INDEKS PERFORMA TEGANGAN (PIV) DAN
INDEKS PERFORMA DAYA AKTIF (PIMW)
Oleh
JENNI LEGITA
Analisis kontingensi diperlukan untuk memastikan operasi yang aman dari sistem
tenaga listrik saat terjadinya gangguan seperti hilangnya komponen sistem tenaga
listrik. Penelitian ini mengusulkan indeks performa untuk analisis kontingensi
sistem tenaga listrik. Metode aliran daya Newton-Raphson digunakan dalam
pekerjaan ini untuk mendapatkan kondisi sistem daya atau keadaan pada operasi
normal dan setelah terjadi kontingensi. Dua indeks performa, yaitu indeks
performa tegangan dan indeks performa daya aktif dihitung berdasarkan kondisi
ini. Metode yang diusulkan diterapkan untuk mengevaluasi kinerja Sistem
Tenaga Listrik 150 kV UPT Tanjung Karang di bawah dua kondisi pembebanan,
yaitu beban puncak dan beban off-peak untuk berbagai kombinasi kontingensi ke
sistem tenaga listrik. Setelah menghitung indeks, indeks gabungan dari indeks
yang dihitung sebelumnya ditetapkan dan kontingensi diberi peringkat
berdasarkan indeks kombinasi ini. Oleh karena itu, tingkat keparahan dari
kontingensi ditunjukkan oleh tingginya angka indeks ini. Metode ini berhasil
mengidentifikasi kontingensi mana dengan tingkat keparahan yang tinggi ke
sistem tenaga listrik.
Kata kunci: kontingensi (N-1), metode aliran daya Newton-Raphson, pelepasan
saluran transmisi dan generator, indeks performa
ABSTRACT
CONTINGENCE ANALYSIS (N-1) OF TRANSMISSION CHANNEL
USING VOLTAGE PERFORMANCE INDEX (PIV)
AND ACTIVE POWER PERFORMANCE INDEX (PIMW)
By
JENNI LEGITA
Contingency analysis is required for ensuring a secure operation of power system
upon the occurrence of a disturbance such loss of power system component(s).
This research proposes performance indices for contingency analysis of electrical
power system. Newton-Raphson power flow method was used in this work to
obtain power system conditions or states at normal operation and after
contingency occurred. Two performance indices, i.e. voltage performance index
and active power performance index were calculated based on these conditions.
The proposed method was applied to evaluate performance of 150 kV Power
System of UPT Tanjung Karang under two loading conditions, i.e. the peak load
and off-peak load for various combinations of contingencies to the power system.
After calculating the indices, a combined index of the previously calculated
indices was established and contingencies were ranked based on this combination
index. Hence, the severity level of the contingencies was shown by high number of
this index. This method successfully identified which contingencies with high level
of severity to the power system.
Keywords: contingency (N-1), Newton-Raphson power flow method, release of
transmission and generator channels, performance index
ANALISA KONTIGENSI (N-1) SALURAN TRANSMISI DENGAN
MENGGUNAKAN INDEKS PERFORMA TEGANGAN (PIV) DAN
INDEKS PERFORMA DAYA AKTIF (PIMW)
Oleh
JENNI LEGITA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA TEKNIK
Pada
Jurusan Teknik Elektro
Fakultas Teknik Universitas Lampung
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir pada tanggal 01 Januari 1997, bertempat di
Kabupaten/Kota Lahat, Provinsi Sumatera Selatan.
Penulis lahir sebagai anak kedua dari dua bersaudara dari
pasangan Bapak M.Rasid dan Ibu Yeti Wagiarti.
Penulis memiliki riwayat pendidikan yaitu, TK Kartika
Rindam II/Sriwijaya, Kabupaten/Kota Lahat, Sumatera
Selatan pada tahun 2000 hingga tahun 2002. Kemudian melanjutkan pendidikan
di SD Santo Yosef Yayasan Tarakanita, Kabupaten/Kota Lahat, Sumatera Selatan
pada tahun 2002 hingga 2008. Lalu, penulis menempug pendidikan di SMP Santo
Yosef Yayasan Tarakanita, Kabupaten/Kota Lahat, Sumatera Selatan pada tahun
2008 hingga 2011. Penulis menempuh pendidikan terakhir di SMAN 4,
Kabupaten/Kota Lahat, Sumatera Selatan.
Pada tahun 2014, penulis menjadi mahasiswa Jurusan Teknik Elektro, Universitas
Lampung setelah lulus ujian masuk perguruan tinggi negeri jalur SNMPTN.
Selama menjadi mahasiswa, penulis memilih konsentrasi Teknik Tenaga Listrik.
Penulis melakukan kerja praktik (KP) di PT. Priamanaya Energi Lahat pada
tanggal 24 Juli 20017 sampai dengan tanggal 24 Agustus 2017 dengan membahas
judul “Efisiensi Thermal Boiler Unit I PLTU Keban Agung (2 x 135 MW) PT.
Priamanaya Energi Lahat”.
Karya ini Dipersembahkan untuk
Ayah dan Ibu Terkasih
M. Rasid dan Yeti Wagiarti
Saudara Tercinta
Winda Wijaya
Adrian Putra Pakiding
Keluarga Besar, Dosen, Teman, dan Almamater
Motto
“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.
Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila
engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras
(untuk urusan yang lain). Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau
berharap.” (QS. Al-Insyirah,6-8)
“The world will never appreciate the good
you do a million times, but the world will
criticize the one wrong thing you do.”
“Stay strong even though they have underestimated you.”
SANWACANA
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala atas segala
limpahan rahmat dan nikmat yang diberikan-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir ini. Sholawat serta salam tidak lupa juga penulis
haturkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai panutan bagi seluruh umat
manusia.
Tugas akhir yang berjudul “Analisa Kontingensi (N-1) Saluran Transmisi Dengan
Menggunakan Indeks Performa Tegangan (PIV) Dan Indeks Performa Daya Aktif
(PIMW)” disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik
pada Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Lampung.
Pada kesempatan ini penulis ingin sampaikan rasa terima kasih kepada :
1. Allah SWT. yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga saya
dapat menyelesaikan masa studi Strata Satu di Jurusan Teknik Elektro,
Fakultas Teknik, Universitas Lampung
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P. selaku Rektor Univesitas
Lampung.
3. Bapak Prof. Suharno, M.Sc., Phd. Selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas
Lampung.
4. Bapak Dr. Ing. Ardian Ulvan, S.T, M.Sc selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro
Universitas Lampung.
5. Bapak Herri Gusmedi S.T., M.T. selaku dosen pembimbing akademik serta
dosen pembimbing utama yang senantiasa membimbing, mendukung,
memberikan nasihat terbaiknya kepada penulis dengan baik dan ramah.
6. Bapak Dr. Lukmanul Hakim, S.T., M.Sc. selaku dosen pembimbing
pendamping yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis
dengan baik dan ramah.
7. Ibu Dr. Eng. Ir. Dikpride Despa, S.T., M.T. selaku dosen penguji yang telah
memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penguji selama
pengerjaan tugas akhir ini.
8. Segenap Dosen di Jurusan Teknik Elektro yang telah memberikan ilmu yang
bermanfaat, wawasan, dan pengalaman bagi penulis.
9. Segenap Staff di Jurusan Teknik Elektro dan Fakultas Teknik yang telah
membantu penulis baik dalam hal administrasi maupun hal-hal lainnya.
10. Bapak M. Rasid dan Ibu Yeti W. sebagai orang tua yang telah memberikan
doa, kasih sayang, dukungan tulus dan jerih payahnya dari kecil hingga saat
ini.
11. Adriyan Putra P. dan Winda Wijaya yang selalu mendukung dan
menyemangati dalam setiap langkah penulis.
12. Heru Setiawan S., Agustina Rimbawan, Desi Nathalia S., para sepupu yang
setia memberikan semangat dengan tulus dan ikhlas.
13. Komala Sari, Dewi Rani, Bunga Nurmala sebagai sahabat, keluarga, teman
debat yang sudah dengan setia menyemangati dan membantu saya dari awal
perkuliahan hingga saat ini.
14. Manda Juniantara P. dan Ibnu Maulana Y. sebagai teman satu bimbingan
tugas akhir yang sudah saling mendukung satu sama lain.
15. Gersom Manumpak H.S., I Putu Maruta Dahana, Olivia Natania T., Mallina
Agustina, Maya Marsita, abang Wahyu Ardinata, Sahel Renegade, Ahmad
xii
Aminudin sebagai teman-teman yang telah memberikan motivasi dan kesan
yang sangat baik selama ini serta telah menjadi teman dengan apa adanya.
16. Segenap penghuni di laboratorium Sistem Tenaga Elektrik yang sudah
membantu dalam proses pengerjaan tugas akhir ini.
17. Teman-teman konsentrasi Teknik Tenaga Listrik dan seluruh angkatan 2014.
18. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dari awal pengerjaan hingga
tugas akhir ini dapat diselesaikan baik secara langsung maupun tidak langsung
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dalam penulisan tugas akhir ini
maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun sebagai
pembelajaran di masa yang akan datang. Semoga tugas akhir ini dapat berguna
dan bermanfaat bagi yang membaca.
Bandar Lampung, 28 November 2018
Jenni Legita
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Tujuan ............................................................................................ 2
1.3 Perumusan Masalah ....................................................................... 3
1.4 Batasan Masalah............................................................................. 3
1.5 Manfaat Penelitian ......................................................................... 4
1.6 Perkembangan Penelitian ............................................................... 4
1.7 Hipotesis ......................................................................................... 5
1.8 Sistematika Penulisan .................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Saluran Transmisi........................................................................... 8
2.2 Generator ........................................................................................ 10
2.3 Analisa Aliran Daya ....................................................................... 12
2.4 Keamanan Operasi Sistem Tenaga Listrik ..................................... 19
2.5 Analisa Kontingensi ....................................................................... 21
2.6 Indeks Performa (PI) Sistem Tenaga Listrik ................................. 28
2.6.1 Indeks Performa Tegangan (PIV) Saluran Transmisi .......... 29
2.6.2 Indeks Performa Daya Aktif (PIMW) Saluran Transmisi ...... 30
2.6.3 Indeks Performa (PI) Generator ........................................... 32
.......................................................................................... viii
SANWACANA
........................................................................................ i
ABSTRAK ....................................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. v
SURAT PERNYATAAN................................................................................. vii
RIWAYAT HIDUP
................................................................................................ xi
DAFTAR ISI .................................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvii
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
............................................................................................ xxiv
.................................................................................... xxvi
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat ......................................................................... 34
3.2 Alat dan Bahan ............................................................................... 34
3.3 Metode Penelitian........................................................................... 35
3.4 Diagram Alir Penelitian ................................................................. 37
3.5 Analisa Kontingensi (N-1) Saluran Transmisi dengan
Menggunakan Indeks Performa Tegangan (PIV) dan
Indeks Performa Daya Aktif (PIMW).............................................. 38
3.5.1 Prosedur Analisa Kontingensi (N-1) Saluran Transmisi
dengan Menggunakan Indeks Performa Tegangan (PIV)
dan Indeks Performa Daya Aktif (PIMW) ....................................... 38
3.5.2 Diagram Alir Analisa Kontingensi (N-1) Saluran
Transmisi Menggunakan Indeks Performa Tegangan
(PIV) dan Indeks Performa Daya Aktif (PIMW) ............................. 41
3.5.3 Prosedur Analisa Kontingensi (N-1) Generator
Menggunakan Indeks Performa Tegangan (PIV) dan
Indeks Performa Daya Aktif (PIMW).............................................. 42
3.5.4 Diagram Alir Analisa Kontingensi (N-1) Generator
Menggunakan Indeks Performa Tegangan (PIV)
dan Indeks Performa Daya Aktif (PIMW) ....................................... 44
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil ............................................................................................... 45
4.1.2 Kondisi Sistem dengan Keadaan Normal ............................... 47
4.1.2.1 Tegangan Bus Sistem pada Siang Hari
(Beban Normal) ......................................................... 47
4.1.2.2 Tegangan Bus Sistem pada Malam Hari
(Beban Puncak) .......................................................... 48
4.1.2.3 Aliran Daya Sistem pada Siang Hari
(Beban Normal) .......................................................... 49
4.1.2.4 Aliran Daya Sistem pada Malam Hari
(Beban Puncak) .......................................................... 51
4.1.3 Kondisi Sistem Setelah Terjadi Kontingensi (N-1)
Saluran Transmisi................................................................... 52
4.1.3.1 Tegangan Bus Sistem pada Malam Hari
(Beban Puncak) .......................................................... 52
4.1.3.2 Tegangan Bus Sistem pada Siang Hari
(Beban Normal) .......................................................... 72
4.1.3.3 Aliran Daya Sistem pada Malam Hari
(Beban Puncak) .......................................................... 92
4.1.3.4 Aliran Daya Sistem pada Siang Hari
(Beban Normal) .......................................................... 101
4.1.4 Kondisi Sistem Setelah Terjadi Kontingensi (N-1)
Generator ................................................................................ 110
4.1.4.1 Tegangan Bus Sistem pada Malam Hari
(Beban Puncak) .......................................................... 110
4.1.4.2 Tegangan Bus Sistem pada Siang Hari
(Beban Normal) .......................................................... 120
xv
4.1.4.3 Aliran Daya Sistem pada Malam Hari
(Beban Puncak) .......................................................... 129
4.1.4.4 Aliran Daya Sistem pada Siang Hari
(Beban Normal) .......................................................... 133
4.2 Analisis Kontingensi (N-1) ............................................................ 137
4.2.1 Analisis Kontingensi (N-1) Saluran Transmisi 150 kV ....... 137
4.2.1.1 Analisis Kontingensi (N-1) Saluran
Transmisi 150 kV Pada Siang Hari
(Beban Normal) ....................................................... 137
4.2.1.2 Analisis Kontingensi (N-1) Saluran
Transmisi 150 kV Pada Malam Hari
(Beban Puncak) ........................................................ 144
4.2.2 Analisis Kontingensi (N-1) Generator ................................. 150
4.2.2.1 Analisis Kontingensi (N-1) Generator
Pada Siang Hari (Beban Normal) ............................ 150
4.2.2.2 Analisis Kontingensi (N-1) Generator
Pada Malam Hari (Beban Puncak) ........................... 155
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan .................................................................................... 171
5.2 Saran ............................................................................................... 172
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Diagram Garis Tunggal Saluran Transmisi ................................ 13
Gambar 2.2 Model Saluran Transmisi Ekivalen – π ...................................... 23
Gambar 2.3 Model Aliran Daya Reaktif Saluran Transmisi .......................... 23
Gambar 2.4 Kondisi Sistem Tenaga Listrik Sebelum Terjadi
Kontingensi (N-1) Saluran Transmisi ......................................... 26
Gambar 2.5 Kondisi Sistem Tenaga Listrik Setelah Terjadi
Kontingensi (N-1) Saluran Transmisi ......................................... 26
Gambar 2.6 Simulasi Kondisi Sistem Tenaga Listrik .................................... 26
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian .............................................................. 37
Gambar 3.2 Diagram Alir Analisa Kontingensi (N-1) Saluran
Transmisi Menggunakan Indeks Performa Tegangan
(PIV) dan Indeks Performa Daya Aktif (PIMW) ........................... 41
Gambar 3.2 Diagram Alir Analisa Kontingensi (N-1) Generator
Menggunakan Indeks Performa Tegangan (PIV) dan
Indeks Performa Daya Aktif (PIMW) ........................................... 44
Gambar 4.1 Diagram Garis Tunggal Sistem Tenaga Listrik
150 kV PT PLN (Persero) P3B Sumatera
UPT Tanjung Karang .................................................................. 46
Grafik 4.1 Profil Tegangan Bus Keadaam Normal (Tanpa Gangguan)
Saat Beban Normal........................................................................ 48
Grafik 4.2 Profil Tegangan Bus Keadaam Normal (Tanpa Gangguan)
Saat Kondisi Beban Puncak .......................................................... 49
Grafik 4.3 Profil Tegangan Bus Setelah Kontingensi (N-1) Saluran
Transmisi Bukit Kemuning-Blambangan Umpu........................... 53
Grafik 4.4 Profil Tegangan Bus Setelah Kontingensi (N-1) Saluran
Transmisi Bukit Kemuning – Kotabumi Saluran 1
Maupun 2....................................................................................... 53
Grafik 4.5 Profil Tegangan Bus Setelah Kontingensi (N-1) Saluran
Transmisi Baturaja – Bukit Kemuning.......................................... 54
Grafik 4.6 Profil Tegangan Bus Setelah Kontingensi (N-1) Saluran
Transmisi Baturaja-Blambangan Umpu ........................................ 55
Grafik 4.7 Profil Tegangan Bus Setelah Kontingensi (N-1) Saluran
Transmisi Besai-Bukit Kemuning Saluran 1 Maupun 2 ............... 55
Grafik 4.8 Profil Tegangan Bus Setelah Kontingensi (N-1) Saluran
Transmisi Kotabumi-Adijaya ........................................................ 56
Grafik 4.9 Profil Tegangan Bus Setelah Kontingensi (N-1) Saluran
Transmisi Kotabumi-Menggala .................................................... 57
Grafik 4.10 Profil Tegangan Bus Setelah Kontingensi (N-1) Saluran
Transmisi Menggala – Gumawang Saluran 1 Maupun 2 .............. 57
Grafik 4.11 Profil Tegangan Bus Setelah Kontingensi (N-1) Saluran
Transmisi Metro – Sribawono ....................................................... 58
Grafik 4.12 Profil Tegangan Bus Setelah Kontingensi (N-1) Saluran
Transmisi Natar-Sukarame ............................................................ 59
Grafik 4.13 Profil Tegangan Bus Setelah Kontingensi (N-1) Saluran
Transmisi Natar-Sutami ................................................................ 59
Grafik 4.14 Profil Tegangan Bus Setelah Kontingensi (N-1) Saluran
Transmisi Natar-Tegineneng Saluran 1 Maupun 2 ....................... 60
Grafik 4.15 Profil Tegangan Bus Setelah Kontingensi (N-1) Saluran
Transmisi New Tarahan -Sebalang Saluran 1 Maupun 2 .............. 61
Grafik 4.16 Profil Tegangan Bus Setelah Kontingensi (N-1) Saluran
Transmisi Pagelaran – Batutegi..................................................... 61
Grafik 4.17 Profil Tegangan Bus Setelah Kontingensi (N-1) Saluran
Transmisi Pagelaran – Kota Agung Saluran 1 Maupun 2 ............. 62
Grafik 4.18 Profil Tegangan Bus Setelah Kontingensi (N-1) Saluran
Transmisi Dari Pagelaran – Ulubelu ............................................. 63
Grafik 4.19 Profil Tegangan Bus Setelah Kontingensi (N-1) Saluran
Transmisi Sebalang-Kalianda Saluran 1 Maupun 2 ...................... 63
Grafik 4.20 Profil Tegangan Bus Setelah Kontingensi (N-1) Saluran
Transmisi Sribawono – New Tarahan Saluran 1 Maupun 2 ......... 64
Grafik 4.21 Profil Tegangan Bus Setelah Kontingensi (N-1) Saluran
Transmisi Dari Sribawono – Seputih Banyak Saluran 1
Maupun 2....................................................................................... 65
xviii
Grafik 4.22 Profil Tegangan Bus Setelah Kontingensi (N-1) Saluran
Transmisi Sukarame – Sutami....................................................... 65
Grafik 4.23 Profil Tegangan Bus Setelah Kontingensi (N-1) Saluran
Transmisi Sutami – New Tarahan Saluran 1 Maupun 2 ............... 66
Grafik 4.24 Profil Tegangan Bus Setelah Kontingensi (N-1) Saluran
Transmisi Sutami – Tarahan Saluran 1 Maupun 2 ........................ 67
Grafik 4.25 Profil Tegangan Bus Setelah Kontingensi (N-1) Saluran
Transmisi Teluk Betung – Natar Saluran 1 Maupun 2.................. 68
Grafik 4.26 Profil Tegangan Bus Setelah Kontingensi (N-1) Saluran
Transmisi Tegineneng – Adijaya .................................................. 68
Grafik 4.27 Profil Tegangan Bus Setelah Kontingensi (N-1) Saluran
Transmisi Tegineneng – Kotabumi ............................................... 69
Grafik 4.28 Profil Tegangan Bus Setelah Kontingensi (N-1) Saluran
Transmisi Tegineneng – Metro ..................................................... 70
Grafik 4.29 Profil Tegangan Bus Setelah Kontingensi (N-1) Saluran
Transmisi Tegineneng – Pagelaran Saluran 1 Maupun 2 .............. 70
Grafik 4.30 Profil Tegangan Bus Setelah Kontingensi (N-1) Saluran
Transmisi Tegineneng – Sribawono .............................................. 71
Grafik 4.31 Profil Tegangan Bus Setelah Kontingensi (N-1) Saluran
Transmisi Ulubelu – Batutegi ....................................................... 72
Grafik 4.32 Profil Tegangan Bus Setelah Kontingensi (N-1) Saluran
Transmisi Bukit Kemuning-Blambangan Umpu........................... 73
Grafik 4.33 Profil Tegangan Bus Setelah Kontingensi (N-1) Saluran
Transmisi Bukit Kemuning – Kotabumi Saluran 1
Maupun 2....................................................................................... 73
Grafik 4.34 Profil Tegangan Bus Setelah Kontingensi (N-1) Saluran
Transmisi Baturaja – Bukit Kemuning.......................................... 74
Grafik 4.35 Profil Tegangan Bus Setelah Kontingensi (N-1) Saluran
Transmisi Baturaja - Blambangan Umpu ..................................... 75
Grafik 4.36 Profil Tegangan Bus Setelah Kontingensi (N-1) Saluran
Transmisi Besai-Bukit Kemuning Saluran 1 Maupun 2 ............. 75
Grafik 4.37 Profil Tegangan Bus Setelah Kontingensi (N-1) Saluran
Transmisi Kotabumi – Adijaya ..................................................... 76
xix
Grafik 4.38 Profil Tegangan Bus Setelah Kontingensi (N-1) Saluran
Transmisi Kotabumi – Menggala .................................................. 77
Grafik 4.39 Profil Tegangan Bus Setelah Kontingensi (N-1) Saluran
Transmisi Menggala – Gumawang Saluran 1 Maupun 2 .............. 77
Grafik 4.40 Profil Tegangan Bus Setelah Kontingensi (N-1) Saluran
Transmisi Metro-Sribawono ......................................................... 78
Grafik 4.41 Profil Tegangan Bus Setelah Kontingensi (N-1) Saluran
Transmisi Natar – Sukarame ......................................................... 79
Grafik 4.42 Profil Tegangan Bus Setelah Kontingensi (N-1) Saluran
Transmisi Natar – Sutami .............................................................. 79
Grafik 4.43 Profil Tegangan Bus Setelah Kontingensi (N-1) Saluran
Transmisi Natar – Tegineneng Saluran 1 Maupun 2..................... 80
Grafik 4.44 Profil Tegangan Bus Setelah Kontingensi (N-1) Saluran
Transmisi New Tarahan – Sebalang Saluran 1 Maupun 2 ............ 81
Grafik 4.45 Profil Tegangan Bus Setelah Kontingensi (N-1) Saluran
Transmisi Pagelaran – Batutegi..................................................... 81
Grafik 4.46 Profil Tegangan Bus Setelah Kontingensi (N-1) Saluran
Transmisi Pagelaran – Kota Agung Saluran 1
Maupun 2....................................................................................... 82
Grafik 4.47 Profil Tegangan Bus Setelah Kontingensi (N-1) Saluran
Transmisi Pagelaran – Ulubelu ..................................................... 83
Grafik 4.48 Profil Tegangan Bus Setelah Kontingensi (N-1) Saluran
Transmisi Sebalang – Kalianda Saluran 1 Maupun 2 ................. 83
Grafik 4.49 Profil Tegangan Bus Setelah Kontingensi (N-1) Saluran
Transmisi Sribawono – New Tarahan Saluran 1 Maupun 2 ......... 84
Grafik 4.50 Profil Tegangan Bus Setelah Kontingensi (N-1) Saluran
Transmisi Sribawono – Seputih Banyak Saluran 1 Maupun 2...... 85
Grafik 4.51 Profil Tegangan Bus Setelah Kontingensi (N-1) Saluran
Transmisi Sukarame – Sutami....................................................... 85
Grafik 4.52 Profil Tegangan Bus Setelah Kontingensi (N-1) Saluran
Transmisi Sutami – New Tarahan Saluran 1 Maupun 2 ............... 86
Grafik 4.53 Profil Tegangan Bus Setelah Kontingensi (N-1) Saluran
Transmisi Sutami – Tarahan Saluran 1 Maupun 2 ........................ 87
xx
Grafik 4.54 Profil Tegangan Bus Setelah Kontingensi (N-1) Saluran
Transmisi Teluk Betung – Natar Saluran 1 Maupun 2.................. 87
Grafik 4.55 Profil Tegangan Bus Setelah Kontingensi (N-1) Saluran
Transmisi Tegineneng – Adijaya .................................................. 88
Grafik 4.56 Profil Tegangan Bus Setelah Kontingensi (N-1) Saluran
Transmisi Tegineneng – Kotabumi ............................................... 89
Grafik 4.57 Profil Tegangan Bus Setelah Kontingensi (N-1) Saluran
Transmisi Tegineneng – Metro ..................................................... 89
Grafik 4.58 Profil Tegangan Bus Setelah Kontingensi (N-1) Saluran
Transmisi Tegineneng – Pagelaran Saluran 1 Maupun 2 .............. 90
Grafik 4.59 Profil Tegangan Bus Setelah Kontingensi (N-1) Saluran
Transmisi Tegineneng – Sribawono .............................................. 91
Grafik 4.60 Profil Tegangan Bus Setelah Kontingensi (N-1) Saluran
Transmisi Ulubelu – Batutegi ....................................................... 91
Grafik 4.61 Profil Tegangan Bus Setelah Kontingensi (N-1) Generator
G-Btgi Baik Unit 1 Maupun 2 ....................................................... 111
Grafik 4.62 Profil Tegangan Bus Setelah Kontingensi (N-1) Generator
G-Btgi Baik Unit 1 Maupun 2 ....................................................... 111
Grafik 4.63 Profil Tegangan Bus Setelah Kontingensi (N-1) Generator
G-MGNtrh1 ................................................................................... 112
Grafik 4.64 Profil Tegangan Bus Setelah Kontingensi (N-1) Generator
G-MGNtrh2 ................................................................................... 113
Grafik 4.65 Profil Tegangan Bus Setelah Kontingensi (N-1) Generator
G-Pltar ........................................................................................... 113
Grafik 4.66 Profil Tegangan Bus Setelah Kontingensi (N-1) Generator
G-PLTD TlBt ................................................................................ 114
Grafik 4.67 Profil Tegangan Bus Setelah Kontingensi (N-1) Generator
G-SwStmi ...................................................................................... 115
Grafik 4.68 Profil Tegangan Bus Setelah Kontingensi (N-1) Generator
G-TDTrh1...................................................................................... 115
Grafik 4.69 Profil Tegangan Bus Setelah Kontingensi (N-1) Generator
G-Tgn1 .......................................................................................... 116
xxi
Grafik 4.70 Profil Tegangan Bus Setelah Kontingensi (N-1) Generator
G-Tgn2 .......................................................................................... 117
Grafik 4.71 Profil Tegangan Bus Setelah Kontingensi (N-1) Generator
MPP1 ............................................................................................. 117
Grafik 4.72 Profil Tegangan Bus Setelah Kontingensi (N-1) Generator
MPP2 ............................................................................................. 118
Grafik 4.73 Profil Tegangan Bus Setelah Kontingensi (N-1) Generator
Trhn-3 ............................................................................................ 119
Grafik 4.74 Profil Tegangan Bus Setelah Kontingensi (N-1) Generator
Trhn-4 .................................................................................................... 119
Grafik 4.75 Profil Tegangan Bus Setelah Kontingensi (N-1) Generator
G-Besai Baik Unit 1 Maupun 2 ..................................................... 120
Grafik 4.76 Profil Tegangan Bus Setelah Kontingensi (N-1) Generator
G-Btgi Baik Unit 1 Maupun 2 ....................................................... 121
Grafik 4.77 Profil Tegangan Bus Setelah Kontingensi (N-1) Generator
G-MGNtrh1 ................................................................................... 121
Grafik 4.78 Profil Tegangan Bus Setelah Kontingensi (N-1) Generator
G-MGNtrh2 ................................................................................... 122
Grafik 4.79 Profil Tegangan Bus Setelah Kontingensi (N-1) Generator
G-Pltar ........................................................................................... 123
Grafik 4.80 Profil Tegangan Bus Setelah Kontingensi (N-1) Generator
G-PLTD TlBt ................................................................................ 123
Grafik 4.81 Profil Tegangan Bus Setelah Kontingensi (N-1) Generator
G-SwStmi ...................................................................................... 124
Grafik 4.82 Profil Tegangan Bus Setelah Kontingensi (N-1) Generator
G-TDTrh1...................................................................................... 125
Grafik 4.83 Profil Tegangan Bus Setelah Kontingensi (N-1) Generator
G-Tgn1 .......................................................................................... 125
Grafik 4.84 Profil Tegangan Bus Setelah Kontingensi (N-1) Generator
G-Tgn2 .......................................................................................... 126
Grafik 4.85 Profil Tegangan Bus Setelah Kontingensi (N-1) Generator
MPP1 ............................................................................................. 127
xxii
Grafik 4.86 Profil Tegangan Bus Setelah Kontingensi (N-1) Generator
MPP2 ............................................................................................. 127
Grafik 4.87 Profil Tegangan Bus Setelah Kontingensi (N-1) Generator
Trhn-3 ............................................................................................ 128
Grafik 4.88 Profil Tegangan Bus Setelah Kontingensi (N-1) Generator
Trhn-4 ............................................................................................ 129
Grafik 4.89 Profil Tegangan Sebelum dan Sesudah Kontingensi (N-1)
Saluran Baturaja – Bukit Kemuning Pada Siang Hari
(Beban Normal) ............................................................................. 140
Grafik 4.90 Profil Tegangan Sebelum dan Sesudah Kontingensi (N-1)
Saluran Tegineneng-Kotabumi Pada Malam Hari
(Beban Puncak) ............................................................................. 147
Grafik 4.91 Profil Tegangan Sebelum dan Sesudah Kontingensi (N-1)
Generator Trhn-4 Pada Siang Hari (Beban Normal) .................... 152
Grafik 4.92 Profil Tegangan Sebelum dan Sesudah Kontingensi (N-1)
Generator G-Bsai Unit 1 Maupun 2 Pada Malam Hari
(Beban Puncak) ............................................................................. 158
Grafik 4.93 Profil Tegangan Sebelum dan Sesudah Kontingensi (N-1)
Generator Trhn-3 Pada Malam Hari (Beban Puncak) ................... 162
xxiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Tipe-Tipe Bus ............................................................................... 13
Tabel 2.2 Pemilihan Pembuatan Daftar Kontingensi (N-1) ............................ 28
Tabel 4.1 Aliran Daya Saat Kondisi Beban Normal ....................................... 49
Tabel 4.2 Aliran Daya Saat Kondisi Beban Puncak ........................................ 51
Tabel 4.3 Urutan Ranking Indeks Performa (PI) Pada Saat
Siang Hari (Beban Normal) ............................................................. 138
Tabel 4.4 Profil Tegangan Sebelum dan Sesudah Kontingensi (N-1)
Saluran Baturaja – Bukit Kemuning Pada Siang Hari
(Beban Normal) ............................................................................... 140
Tabel 4.5 Aliran Daya Sebelum dan Sesudah Kontingensi (N-1)
Saluran Baturaja – Bukit Kemuning Pada Siang Hari
(Beban Normal) ............................................................................... 142
Tabel 4.6 Urutan Ranking Indeks Performa (PI) Pada Saat
Malam Hari (Beban Puncak) ........................................................... 145
Tabel 4.7 Profil Tegangan Sebelum dan Sesudah Kontingensi (N-1)
Saluran Tegineneng-Kotabumi Pada Malam Hari
(Beban Puncak) ............................................................................... 147
Tabel 4.8 Aliran Daya Sebelum dan Sesudah Kontingensi (N-1)
Saluran Tegineneng-Kotabumi Pada Malam Hari
(Beban Puncak) ............................................................................... 148
Tabel 4.9 Urutan Ranking Indeks Performa (PI) Pada Saat
Siang Hari (Beban Normal) ............................................................. 151
Tabel 4.10 Profil Tegangan Sebelum dan Sesudah Kontingensi (N-1)
Generator Trhn-4 Pada Siang Hari (Beban Normal) ..................... 153
Tabel 4.11 Aliran Arus Sebelum dan Sesudah Kontingensi (N-1)
Generator Trhn-4 Pada Siang Hari (Beban Normal) ..................... 154
Tabel 4.12 Urutan Ranking Indeks Performa (PI) Pada Saat
Malam Hari (Beban Puncak) Sebelum Lepas Beban .................... 156
Tabel 4.13 Profil Tegangan Sebelum dan Sesudah Kontingensi (N-1)
Generator G-Bsai Unit 1 Maupun 2 Pada Malam Hari
(Beban Puncak) ............................................................................. 158
Tabel 4.14 Arus yang Mengalir Sebelum dan Sesudah Kontingensi
(N-1) Generator G-Bsai Unit 1 Maupun 2 Pada Malam
Hari (Beban Puncak) ..................................................................... 159
Tabel 4.15 Urutan Ranking Indeks Performa (PI) Pada Saat
Malam Hari (Beban Puncak) Setelah Lepas Beban ...................... 162
Tabel 4.16 Profil Tegangan Sebelum dan Sesudah Kontingensi (N-1)
Generator Trhn-3 Pada Malam Hari (Beban Puncak) ................... 162
Tabel 4.17 Arus yang Mengalir Sebelum dan Sesudah Kontingensi
(N-1) Generator Trhn-3 Pada Malam Hari (Beban Puncak) ......... 163
Tabel 4.18 Urutan Ranking Indeks Performa (PI) Saluran Transmisi
Pada Saat Siang Hari (Beban Normal) Menggunakan
Program NETBEANS IDE 7.1.2 .................................................... 166
Tabel 4.19 Urutan Ranking Indeks Performa (PI) Saluran Transmisi
Pada Saat Malam Hari (Beban Puncak) Menggunakan
Program NETBEANS IDE 7.1.2 .................................................... 167
Tabel 4.20 Urutan Ranking Indeks Performa (PI) Generator Pada
Saat Siang Hari (Beban Normal) Menggunakan Program
NETBEANS IDE 7.1.2 ................................................................... 169
Tabel 4.21 Urutan Ranking Indeks Performa (PI) Generator Pada Saat
Malam Hari (Beban Puncak) Sebelum Lepas Beban
Menggunakan Program NETBEANS IDE 7.1.2 ............................ 169
Tabel 4.22 Urutan Ranking Indeks Performa (PI) Generator Pada Saat
Malam Hari (Beban Puncak) Setelah Lepas Beban
Menggunakan Program NETBEANS IDE 7.1.2 ............................ 170
xxv
DAFTAR LAMPIRAN
Gambar 1. Diagram Garis Tunggal Sistem Tenaga Listrik 150 kV UPT
Tanjung Karang
Tabel 1. Data Bus Sistem Tenaga Listrik 150 kV UPT Tanjung Karang
Tabel 2. Data Beban Sistem Tenaga Listrik 150 kV UPT Tanjung Karang
Tabel 3. Data Pembangkit Sistem Tenaga Listrik Tenaga Listrik 150 kV
UPT Tanjung Karang
Tabel 4. Data Sistem Interkoneksi Sumatera Selatan-Lampung pada Sistem
Tenaga Listrik 150 kV UPT Tanjung Karang
Tabel 5. Data Trafo Daya 2 Belitan Sistem Tenaga Listrik 150 kV UPT
Tanjung Karang
Tabel 6. Data Trafo Daya 3 Belitan Sistem Tenaga Listrik 150 kV UPT
Tanjung Karang
Tabel 7. Data Kapasitor Sistem Tenaga Listrik 150 kV UPT Tanjung
Karang
Tabel 8. Data Saluran Transmisi Sistem Tenaga Listrik 150 kV UPT
Tanjung Karang
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem kendali operasi sistem tenaga listrik dilakukan sebuah kondisi seimbang
antara pembangkit dan beban dapat tercapai. Hal tersebut bertujuan untuk
menangani serta mengantisipasi kemungkinan terjadinya berbagai kendala dalam
pengoperasian. Terdapat tiga hal yang menjadi faktor utama dari tujuan
pengoperasian ini yaitu kualitas, keandalan, dan ekonomi. Sehingga, diperlukan
adanya pembentukan sebuah strategi operasi agar dapat memprediksi segala
probabilitas terjadinya kendala yang dapat mengganggu operasi sistem tenaga
listrik.
Prediksi kondisi operasi ini dapat dilakukan dengan melakukan analisis
kontingensi. Analisis kontingensi merupakan sebuah proses analisis aliran daya
apabila terjadi kendala berupa lepasnya salah satu komponen/elemen pada sistem
tenaga listrik atau sering juga disebut sebagai (N-1). Data-data hasil analisis inilah
yang dapat digunakan sebagai acuan untuk mengidentifikasi elemen sistem tenaga
akibat terjadinya kontingensi (N-1) telah berhasil teridentifikasi maka selanjutnya
dapat dilakukan perbaikan sistem sehingga sistem tenaga listrik dapat menjadi
lebih andal.
listrik yang tidak beroperasi dengan baik[1]. Apabila permasalahan yang timbul
2
Sistem ranking analisis kontingensi (N-1) merupakan sistem yang dilakukan
dengan cara menganalisa aliran daya ketika terjadi pelepasan saluran tertentu yang
kemudian dilanjutkan dengan melakukan perhitungan indeks performa tegangan
(PIV) dan indeks performa daya aktif (PIMW). Tingkat keparahan dari suatu
kontingensi (N-1) akan ditunjukkan oleh tingginya angka indeks performa
tersebut.
Berdasarkan tujuan di atas maka penting untuk dilakukannya studi mengenai
keamanan dan keandalan sistem tenaga listrik dengan melakukan analisis aliran
daya terhadap kontingensi (N-1). Hasil dari analisis ini dapat digunakan untuk
mempermudah dalam proses identifikasi elemen-elemen sistem tenaga listrik
dengan kondisi yang lemah. Sehingga dapat dilakukan tindakan selanjutnya
berupa perbaikan sistem tenaga listrik sehingga sistem tenaga listrik dapat
beroperasi kembali dengan tingkat keandalan yang tinggi.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari dilakukannya penelitian tugas akhir ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui perubahan nilai tegangan dan arus pada sistem tenaga listrik
sebelum dan sesudah terjadi kontingensi (N-1).
2. Mengetahui letak terjadinya overload dan tegangan yang melewati batas
tegangan operasi sebelum dan sesudah terjadi kontingensi (N-1).
3. Mengetahui indeks performa (PI) dari masing-masing skenario kontingensi
(N-1).
3
4. Mengetahui urutan hasil perhitungan indeks performa (PI) pada masing-
masing skenario kontingensi tingkat keparahan dari kontingensi ditunjukkan
oleh tingginya angka indeks (N-1).
5. Mengetahui saluran mana yang memiliki perubahan kondisi secara
signifikan apabila terjadi kontingensi (N-1).
1.3 Perumusan Masalah
Perumusan masalah pada penelitian ini terkait pada kondisi sistem tenaga listrik
150 kV setelah terjadi kontingensi (N-1). Kontingensi (N-1) akan memberikan
pengaruh terhadap kondisi saluran dan bus yang terpasang di sistem tenaga listrik.
Pengaruh ini dapat terlihat pada perubahan tegangan pada bus dan perubahan
aliran daya pada saluran transmisi. Kondisi ini akan digambarkan dengan
melakukan perhitungan indeks performa tegangan (PIV) dan indeks performa daya
aktif (PIMW) pada masing-masing saluran setelah terjadinya kontingensi (N-1).
Setelah melakukan perhitungan indeks performa pada masing-masing skenario
kontingensi (N-1) yang dilakukan, penulis akan membuat urutan hasil ranking PI
baik pada masing-masing saluran setelah terjadinya kontingensi (N-1).
1.4 Batasan Masalah
Adapun batasan masalah pada penelitian tugas akhir ini adalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini hanya akan membahas kontingensi (N-1) saluran transmisi
dan generator yang terpasang pada sistem tenaga listrik.
2. Penelitian ini dilakukan dengan menganalisa sistem tenaga listrik dalam
keadaan steady state.
4
3. Penelitian ini membahas tentang indeks performa (PI) dari sistem tenaga
listrik dalam analisa kontingensi (N-1) saluran transmisi dan generator.
4. Penelitian dilakukan dengan menggunakan data sistem tenaga listrik 150 kV
PT PLN (Persero) P3B Sumatera UPT Tanjung Karang.
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian tugas akhir ini adalah sebagai
berikut:
1. Memberikan pengetahuan baru kepada penulis tentang metode yang dapat
digunakan untuk melakukan analisa kontingensi.
2. Memberikan pengetahuan kepada penulis dan pembaca mengenai metode
perhitungan indeks performa tegangan (PIV) dan indeks performa daya aktif
(PIMW).
3. Menjadi acuan perencanaan serta pengoperasian sistem tenaga listrik dan
menjadi acuan dalam memperbaiki keandalan sistem tenaga listrik sehingga
mampu beroperasi dengan baik di masa depan.
4. Memberikan inspirasi kepada mahasiswa lainnya sehingga dapat
mengaplikasikan ataupun mengembangkan penelitian ini.
1.6 Perkembangan Penelitian
Topik penelitian mengenai analisis kontingensi ini sebelumnya telah dilakukan
oleh beberapa peneliti. Penelitian mengenai analisis kontingensi (N-1) dengan
menggunakan indeks performa tegangan (PIV) dan indeks performa daya aktif
(PIMW) pernah dilakukan oleh Satyanarayana Burada, Deepak Joshi, dan Khyati
5
D.Mistry dari Department of Electrical Engineering, Sardar Vallabhbhai
National Institute of Technology, India. Penelitian dilakukan dengan
menggunakan program simulasi MATLAB dengan objek penelitian berupa sistem
tenaga listrik standar IEEE 6 bus dan 5 bus. Kemudian penelitian ini juga pernah
dilakukan oleh Amit Kumar Roy dari JSS Academy of Technical Education.
Penelitiannya mengenai analisis kontingensi (N-1) saluran transmisi pada sistem
tenaga listrik dengan menggunakan metode aliran daya Fast Decoupled dengan
objek penelitian berupa sistem tenaga listrik standar IEEE 5 bus, 14 bus, dam 30
bus. Lalu, topik penelitian ini juga dibahas oleh Hartoyo seorang dosen dari
Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Elektro, Universitas Negeri
Yogyakarta dengan menggunakan objek penelitian berupa jaringan subsistem
tenaga listrik 150 kV Jawa Tengah dan DIY. Pada penelitian ini, penulis akan
menggunakan program simulasi analisis aliran daya yaitu ETAP 12.6.0 yang mana
program ini dirancang untuk melakukan simulasi aliran daya sistem tenaga listrik
yang mampu melakukan analisis steady state maupun transient juga analisis
tingkat lanjut. ETAP 12.6.0 memiliki kemampuan untuk menganalisis aliran daya
sistem tenaga listrik yang memiliki banyak bus tanpa harus memasukkan banyak
data dengan hasil analisis yang akurat.
1.7 Hipotesis
Analisis kontingensi (N-1) saluran transmisi dan generator pada sistem tenaga
listrik dengan menggunakan indeks performa tegangan (PIV) dan indeks performa
daya aktif (PIMW) dapat dijadikan sebagai sebuah parameter untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh saluran transmisi tersebut terhadap sistem tenaga listrik.
6
Sistem ranking indeks performa tegangan (PIV) dan indeks performa daya aktif
(PIMW) mampu membantu para teknisi untuk mengelompokkan komponen mana
saja pada sistem tenaga listrik yang dapat mengakibatkan kondisi kritis pada
sistem tenaga listrik ketika terjadi pelepasan salah satu komponennya. Hasil
analisa ini dapat memperlihatkan kondisi sistem tenaga listrik setelah tejadi
kontingensi (N-1).
1.8 Sistematika Penulisan
Laporan tugas akhir ini terbagi menjadi lima bab, yaitu:
1. BAB I. PENDAHULUAN
Pada bab ini menjelaskan mengenai latar belakang dilakukannya penelitian,
masalah yang dijadikan sebagai bahan penelitian, tujuan tugas akhir,
perumusan masalah, batasan masalah, hipotesis tugas akhir, dan sistematika
dari penelitian yang dilakukan.
2. BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini memaparkan beberapa referensi dan teori-teori yang dapat
mendukung tugas ini. Referensi-referensi tersebut diambil dari berbagai
sumber buku dan penelitian ilmiah yang digunakan selama proses penulisan
laporan tugas akhir ini.
3. BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini mendeskripsikan waktu dan tempat, alat dan bahan, metode
dan pelaksanaan penelitian serta pengamatan dalam pengerjaan tugas akhir
ini.
7
4. BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini menjelaskan data-data hasil simulasi serta pembahasn dari
tugas akhir ini.
5. BAB V. KESIMPULAN
Pada bab ini memaparkan kesimpulan dari hasil data dan pembahasan yang
diperoleh dari tugas akhir ini.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Saluran Transmisi
Saluran transmisi adalah media yang digunakan untuk menghubungkan serta
mengalirkan arus sistem tenaga listrik yang berasal dari generator pembangkit
listrik ke trafo distribusi hingga dapat melayani beban. Berdasarkan arus yang
dialirkan terdapat dua jenis saluran transmisi yang dapat digunakan yaitu saluran
transmisi arus bolak-balik (AC) dan saluran transmisi arus searah (DC).
Terdapat beberapa jenis saluran transmisi yang digunakan dalam sistem tenaga
1. Berdasarkan Pemasangannya
Saluran transmisi dapat dikategorikan dalam dua jenis berdasarkan
pemasangannya, antara lain:
a. Saluran Udara (Overhead Lines)
Saluran udara merupakan jenis saluran yang mengalirkan arus listrik
melalui konduktor yang terpasang dengan posisi menggantung pada
isolator yang berada di antara menara transmisi.
b. Saluran Kabel Bawah Tanah (Underground Cable)
Saluran kabel bawah tanah merupakan mengalirkan arus listrik melalui
konduktor yang dipasang di bawah tanah.
listrik berdasarkan beberapa kategori berikut ini[3]:
9
2. Berdasarkan Panjang Saluran
Saluran transmisi dapat dikategorikan menjadi tiga jenis berdasarkan
panjang salurannya, antara lain:
a. Saluran Pendek
Saluran pendek memiliki panjang saluran kurang dari 80 km.
b. Saluran Menengah
Saluran menengah memiliki panjang saluran di antara 80 km sampai
dengan 250 km.
c. Saluran Panjang
Saluran panjang memiliki panjang saluran lebih dari 250 km.
3. Berdasarkan Nilai Tegangan
Saluran transmisi dapat dikategorikan dalam empat jenis berdasarkan nilai
tegangan, antara lain:
a. Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET)
Saluran udara ini mampu mentransmisikan tegangan dengan nilai
melebihi 500 kV.
b. Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan Saluran Kabel Tegangan
Tinggi (SKTT)
Saluran transmisi ini mampu mentransmisikan tegangan senilai 30 kV
sampai dengan 150 kV.
c. Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) dan Saluran Kabel
Tegangan Menengah (SKTM)
Saluran transmisi ini mampu mentransmisikan tegangan senilai 6 kV
sampai dengan 20 kV.
10
d. Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR) dan Saluran Kabel Tegangan
Rendah (SKTR)
Saluran transmisi ini mampu mentransmisikan tegangan senilai 40
2.2 Generator
Generator merupakan peralatan yang digunakan untuk mengubah energi mekanik
menjadi energi listrik. Rotor generator akan diputar dengan menggunakan turbin
sehingga menghasilkan energi listrik.
Terdapat beberapa jenis generator berdasarkan klasifikasinya, antara lain:
1. Berdasarkan Letak Kutub
Generator dapat dikategorikan dalam dua jenis berdasarkan letak kutub,
antara lain:
a. Generator Kutub Dalam
Generator jenis ini mempunyai rotor yang memiliki medan magnet di
dalamnya.
b. Generator Kutub Luar
Generator jenis ini mempunyai stator yang memiliki medan magnet di
dalamnya.
2. Berdasarkan Putaran Medan
Generator dapat dikategorikan dalam dua jenis berdasarkan letak kutub,
antara lain:
a. Generator Sinkron
Volt sampai dengan 1000 Volt[4].
11
Generator jenis ini menghasilkan medan magnet pada stator kemudian
akan membangkitkan energi listrik pada kumparan rotornya.
b. Generator Asinkron
Generator jenis ini memiliki bagian rotor yang akan digerakkan lebih
cepat dibandingkan bagian sinkron sehingga menghasilkan slip negatif.
3. Berdasarkan Jenis Arus
a. Generator AC
Generator AC akan menghasilkan gaya gerak listrik induksi bolak balik
atau alternating current.
b. Generator DC
Generator DC yang akan menghasilkan gaya gerak listrik induksi
searah atau direct current.
4. Berdasarkan Jumlah Fasa
a. Generator Satu Fasa
Generator satu fasa merupakan jenis generator yang hanya memiliki
satu kumparan saja.
b. Generator Tiga Fasa
Generator tiga fasa merupakan jenis generator yang memiliki tiga
kumparan sehingga menghasilkan tiga gelombang sinusoidal selisih
sudut senilai 120 derajat.
5. Berdasarkan Bentuk Rotor
a. Generator Silindris
Generator silindris digunakan sebagai pembangkit listrik dengan
putaran cepat atau memiliki nilai rpm tinggi.
12
b. Generator Kutub Menonjol
Generator jenis ini digunakan sebagai pembangkit listrik dengan
2.3 Analisa Aliran Daya
Aliran daya memberikan gambaran mengenai kondisi operasi steady state pada
sebuah sistem tenaga listrik serta dapat dijadikan sebagai batasan sebuah operasi
dinamis sebuah sistem tenaga listrik. Setelah dilakukan analisis aliran daya maka
akan didapatkan informasi mengenai tegangan, sudut fasa, daya aktif, daya reaktif
sebuah sistem tenaga listrik.
Pada sebuah sistem tenaga listrik bus dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis
yaitu:
1. P-Q Bus (Load Bus)
Jenis bus dapat disebut juga sebagai P-Q bus . Pada bus beban diketahui
besar nilai daya aktif dan reaktif pada sistem tenaga listrik dengan
pengontrolan tegangan (V) dan sudut (θ).
2. P-V Bus (Generator Bus)
Bus generator dapat sebagai P-V bus. Pada bus generator diketahui nilai
daya reaktif (Q) dan sudut tegangan (θ) dengan pengontrolan tegangan
dengan kapasitas daya reaktif yang dibangkitkan.
3. Slack Bus / Swing Bus
Slack bus / swing bus diidentifikasi sebagai bus referensi dengan sudut
sebesar 0o. Besaran yang diketahui dari bus ini adalah tegangan (V) dan
putaran lambat atau memiliki nilai rpm yang rendah[3].
13
sudut (θ) sedangkan untuk besaran yang dapat dihitung dari bus ini adalah
daya aktif (P) dan daya reaktif (Q).
Tabel 2.1. Tipe-Tipe Bus
Variabel
Tipe Bus V θ P Q
Load ? ?
Generator ? ?
Slack ? ?
Gambar 1 merupakan penggambaran kondisi sebuah saluran transmisi dalam
keadaan seimbang yang menghubungan bus i dan j dengan asumsi tegangan bus
sebesar Vi dan Vj dan impedansi saluran adalah Z pada setiap fasanya.
Gambar 2.1. Diagram Garis Tunggal Saluran Transmisi
Bus j
-
++
Z=R+jX
Vi Vj
-
Bus i
I
Sij Sji
14
Daya kompleks per fasa yang dikirim dari bus j ke bus i dapat dinyatakan sebagai:
𝑆𝑖𝑗 = 𝑃𝑖𝑗 + 𝑄𝑖𝑗 = 𝑉𝑖𝐼∗ (2.1)
𝑆𝑖𝑗 = 𝑃𝑖𝑗 + 𝑄𝑖𝑗 = 𝑉𝑖(−𝐼)∗ (2.2)
Dengan
𝐼 =𝑉𝑖−𝑉𝑗
𝑍 (2.3)
Keterangan:
Sij = Daya kompleks saluran antara bus i dan bus j
Sji = Daya kompleks saluran antara bus j dan bus i
Pij = Daya aktif saluran antara bus i dan bus j
Pji = Daya aktif saluran antara bus j dan bus i
Qij = Daya reaktif saluran antara bus i dan bus j
Qji = Daya reaktif saluran antara bus j dan bus i
Vi = Tegangan bus i
Vj = Tegangan bus j
I = Arus yang mengalir pada saluran
Z = Impedansi saluran
Substitusikan persamaan (1) dan (2) dengan (3) diperoleh:
𝑆𝑖𝑗 = 𝑉𝑖
𝑉𝑖∗ − 𝑉𝑗
∗
𝑍∗
𝑆𝑖𝑗 =|𝑉𝑖|
2−|𝑉𝑖||𝑉𝑗|∠𝜃𝑖−𝜃𝑗
𝑅+𝑗𝑋 (2.4)
15
dan
𝑆𝑗𝑖 = 𝑉𝑗 −𝑉𝑗
∗ − 𝑉𝑖∗
𝑍∗
𝑆𝑗𝑖 =|𝑉𝑗|
∗−|𝑉𝑖||𝑉𝑗|∠𝜃𝑗−𝜃𝑖
𝑅+𝑗𝑋 (2.5)
Sudut fasa tegangan antara kedua bus dituliskan dalam persamaan:
𝛾 = 𝜃𝑖 − 𝜃𝑗 (2.6)
Sehingga, persamaan daya aktif dan reaktif adalah
𝑃𝑖𝑗 =1
𝑅2+𝑋2 (𝑅|𝑉𝑖|2 − 𝑅|𝑉𝑖||𝑉𝑗|) cos 𝛾 + 𝑋|𝑉𝑖| |𝑉𝑗| sin 𝛾 (2.7)
𝑄𝑖𝑗 =1
𝑅2+𝑋2 (𝑋|𝑉𝑖|2 − 𝑋|𝑉𝑖||𝑉𝑗|) cos 𝛾 − 𝑅|𝑉𝑖| |𝑉𝑗| sin 𝛾 (2.8)
untuk
𝑃𝑖𝑗 =1
𝑅2+𝑋2 (𝑅|𝑉𝑖|2 − 𝑅|𝑉𝑖||𝑉𝑗|) cos 𝛾 − 𝑋|𝑉𝑖| |𝑉𝑗| sin 𝛾 (2.9)
𝑄𝑖𝑗 =1
𝑅2+𝑋2 (𝑋|𝑉𝑖|2 − 𝑋|𝑉𝑖||𝑉𝑗|) cos 𝛾 + 𝑅|𝑉𝑖| |𝑉𝑗| sin 𝛾 (2.10)
Nilai reaktansi saluran transmisi akan akan dianggap sama dengan nol atau
diabaikan karena nilainya jauh lebih kecil daripada nilai impedansi saluran.
Sehingga persamaan (2.9) dan persamaan (2.10) berubah menjadi:
𝑃𝑖𝑗 =|𝑉𝑖||𝑉𝑗|
𝑋sin 𝛾 (2.11)
𝑄𝑖𝑗 =1
𝑥(|𝑉𝑖|
2 − |𝑉𝑖||𝑉𝑗|) cos 𝛾 (2.12)
16
dan
𝑃𝑗𝑖 =|𝑉𝑖||𝑉𝑗|
𝑋sin 𝛾 = −𝑃𝑖𝑗 (2.13)
𝑄𝑗𝑖 =1
𝑥(|𝑉𝑗|
2− |𝑉𝑖||𝑉𝑗|) cos 𝛾 (2.14)
Metode Newton-Raphson banyak digunakan untuk melakukan analisis aliran daya
sebuah sistem tenaga listrik karena memiliki karakteristik konvergen dominan
dibandingkan dengan metode aliran beban yang tersisa. Selain itu, metode
Newton-Raphson memiliki perhitungan yang lebih sedikit. Metode ini digunakan
untuk mengukur tegangan, arus, daya aktif dan daya reaktif pada bus yang
berbeda.
Persamaan arus injeksi pada saluran i:
𝐼𝑖 = ∑ 𝑌𝑖𝑗𝑉𝑗 = ∑ |𝑌𝑖𝑗||𝑉𝑗|∠𝜃𝑖𝑗 + 𝛿𝑗𝑛𝑗=1
𝑛𝑗=1 (2.15)
Keterangan:
n = Jumlah bus
Yij = Admitansi antara saluran i dan j
Vj = Tegangan pada bus j
θij = Sudut admitansi antara saluran i dan j
ẟj = Sudut tegangan pada bus j
Persamaan injeksi daya aktif dan reaktif:
𝑃𝑖 − 𝑗𝑄𝑖 = 𝑉𝑖∗𝐼𝑖 (2.16)
Keterangan:
Pi = Daya aktif yang diinjeksi dari bus i menuju sistem tenaga listrik
Qi = Daya reaktif yang diinjeksi dari bus i menuju sistem tenaga listrik
Vi = Tegangan pada bus i
17
Apabila dibagi menjadi persamaan real dan imajiner maka:
𝑃𝑖 = ∑ |𝑉𝑖||𝑉𝑗|𝑛𝑗=1 |𝑌𝑖𝑗| cos(𝜃𝑖𝑗 − 𝛿𝑖 + 𝛿𝑗) (2.17)
𝑄𝑖 = −∑ |𝑉𝑖||𝑉𝑗|𝑛𝑗=1 |𝑌𝑖𝑗| sin(𝜃𝑖𝑗 − 𝛿𝑖 + 𝛿𝑗) (2.18)
Keterangan :
Pi = Persamaan daya aktif
Qi = Persamaan daya imajiner
Persamaan daya aktif dan reaktif untuk sebuah sistem tenaga listrik multi bus:
𝑃𝑖(𝑘)
= ∑ |𝑉𝑖(𝑘)
||𝑉𝑗(𝑘)
||𝑌𝑖𝑗| cos(𝜃𝑖𝑗 − 𝛿𝑖(𝑘)
+ 𝛿𝑗(𝑘)
)𝑛𝑗=1 (2.19)
𝑄𝑖(𝑘)
= −∑ |𝑉𝑖(𝑘)
||𝑉𝑗(𝑘)
||𝑌𝑖𝑗| sin(𝜃𝑖𝑗 − 𝛿𝑖(𝑘)
+ 𝛿𝑗(𝑘)
)𝑛𝑗=1 (2.20)
Persamaan-persamaan di atas merupakan perhitungan awal dalam melakukan
perhitungan aliran daya. Perhitungan aliran daya diselesaikan dengan
menggunakan proses iterasi (k+1) dengan nilai k = 0 untuk iterasi pertama. Nilai
ini diidentifikasi sebagai nilai estimasi pertama yang telah ditetapkan sebelum
melakukan perhitungan aliran daya.
Hasil perhitungan tersebut digunakan sebagai elemen matriks Jacobian pada
persamaan:
[ ∆𝑃2
(𝑘)
⋮
∆𝑃𝑛(𝑘)
∆𝑄2(𝑘)
⋮
∆𝑄𝑛(𝑘)
]
=
[ 𝜕𝑃2
(𝑘)
𝜕𝛿2⋯
𝜕𝑃2(𝑘)
𝜕𝛿2
⋮ ⋱ ⋮𝜕𝑃𝑛
(𝑘)
𝜕𝛿2⋯
𝜕𝑃𝑛(𝑘)
𝜕𝛿𝑛
𝜕𝑃2(𝑘)
𝜕|𝑉2|⋯
𝜕𝑃2(𝑘)
𝜕|𝑉𝑛|
⋯ ⋱ ⋮𝜕𝑃𝑛
(𝑘)
𝜕|𝑉2|⋯
𝜕𝑃𝑛(𝑘)
𝜕|𝑉𝑛|
𝜕𝑄2(𝑘)
𝜕𝛿2⋯
𝜕𝑄𝑛(𝑘)
𝜕𝛿2
⋮ ⋱ ⋮𝜕𝑄𝑛
(𝑘)
𝜕𝛿2⋯
∆𝑄𝑛(𝑘)
𝜕𝛿𝑛
𝜕𝑄2(𝑘)
𝜕|𝑉2|⋯
𝜕𝑄2(𝑘)
𝜕|𝑉𝑛|
⋮ ⋱ ⋮𝜕𝑄𝑛
(𝑘)
𝜕|𝑉2|⋯
𝜕𝑄𝑛(𝑘)
𝜕|𝑉𝑛|]
[ ∆𝛿2
(𝑘)
⋮
∆𝛿𝑛(𝑘)
∆[𝑉𝑛(𝑘)
]
⋮
∆[𝑉𝑛(𝑘)
]]
(2.21)
Sehingga terlihat bahwa terdapat hubungan antara perubahan daya dengan
perubahan besar tegangan dan sudut fasa.
18
Secara sederhana, persamaan (2.21) dapat dituliskan menjadi:
[∆𝑃(𝑘)
∆𝑄(𝑘)] = [𝐽1 𝐽2𝐽3 𝐽4
] [∆𝛿(𝑘)
∆[𝑉](𝑘)] (2.22)
[∆𝑃∆𝑄
] = [
𝜕𝑃𝜕𝛿⁄ 𝜕𝑃
𝜕|𝑉|⁄
𝜕𝑄𝜕𝛿⁄ 𝜕𝑄
𝜕|𝑉|⁄] [
∆𝛿∆|𝑉|
] (2.23)
Elemen matriks Jacobian J1:
𝜕𝑃𝑖(𝑘)
𝜕𝛿𝑖= ∑ |𝑉𝑖
(𝑘)||𝑉𝑗
(𝑘)||𝑌𝑖𝑗| sin(𝜃𝑖𝑗 − 𝛿𝑖
(𝑘)+ 𝛿𝑗
(𝑘))𝑗≠𝑖 (2.24)
𝜕𝑃𝑖(𝑘)
𝜕𝛿𝑖= −|𝑉𝑖
(𝑘)||𝑉𝑗
(𝑘)||𝑌𝑖𝑗| sin(𝜃𝑖𝑗 − 𝛿𝑖
(𝑘)+ 𝛿𝑗
(𝑘)) (2.25)
Elemen matriks Jacobian J2:
𝜕𝑃𝑖(𝑘)
𝜕|𝑉𝑖|= 2|𝑉𝑖
(𝑘)||𝑌𝑖𝑗| cos 𝜃𝑖𝑗 + ∑ |𝑉𝑗
(𝑘)||𝑌𝑖𝑗| cos(𝜃𝑖𝑗 − 𝛿𝑖
(𝑘)+ 𝛿𝑗
(𝑘))𝑗≠𝑖 (2.26)
𝜕𝑃𝑖(𝑘)
𝜕|𝑉𝑖|= |𝑉𝑖
(𝑘)||𝑌𝑖𝑖𝑗| cos(𝜃𝑖𝑗 − 𝛿𝑖
(𝑘)+ 𝛿𝑗
(𝑘)) 𝑗 ≠ 𝑖 (2.27)
Element matriks Jacobian J3:
𝜕𝑄𝑖(𝑘)
𝜕𝛿𝑖= ∑ |𝑉𝑖
(𝑘)||𝑉𝑗
(𝑘)||𝑌𝑖𝑗| cos(𝜃𝑖𝑗 − 𝛿𝑖
(𝑘)+ 𝛿𝑗
(𝑘))𝑗≠𝑖 (2.28)
𝜕𝑄𝑖(𝑘)
𝜕𝛿𝑖= −|𝑉𝑖
(𝑘)||𝑉𝑗
(𝑘)||𝑌𝑖𝑗| sin(𝜃𝑖𝑗 − 𝛿𝑖
(𝑘)+ 𝛿𝑗
(𝑘)) 𝑗 ≠ 𝑖 (2.29)
Elemen matriks Jacobian J4:
𝜕𝑄𝑖(𝑘)
𝜕|𝑉𝑗|= −2|𝑉𝑖
(𝑘)||𝑌𝑖𝑗| cos 𝜃𝑖𝑗 + ∑ |𝑉𝑗
(𝑘)||𝑌𝑖𝑗| cos(𝜃𝑖𝑗 − 𝛿𝑖
(𝑘)+ 𝛿𝑗
(𝑘))𝑗≠𝑖 (2.30)
𝜕𝑄𝑖(𝑘)
𝜕|𝑉𝑗|= −|𝑉𝑖
(𝑘)||𝑌𝑖𝑖𝑗| cos(𝜃𝑖𝑗 − 𝛿𝑖
(𝑘)+ 𝛿𝑗
(𝑘)) (2.31)
Daya aktif didiferensialkan dengan tegangan:
𝜕𝑃𝑖
𝜕|𝑉𝑖|= 2|𝑉𝑖||𝑌𝑖𝑖| cos 𝜃𝑖𝑖 + ∑ |𝑉𝑗||𝑌𝑖𝑗| cos(𝜃𝑖𝑗 − 𝛿𝑖 + 𝛿𝑗)𝑗≠𝑖 (2.32)
𝜕𝑃𝑖
𝜕|𝑉𝑗|= |𝑉𝑖||𝑌𝑖𝑗| cos(𝜃𝑖𝑗 − 𝛿𝑖 + 𝛿𝑗) 𝑖 ≠ 𝑗 (2.33)
19
Daya sisa:
∆𝑃𝑖[𝑘]
= 𝑃𝑖𝑠𝑐ℎ − 𝑃𝑖
[𝑘] (2.34)
∆𝑄𝑖[𝑘]
= 𝑄𝑖𝑠𝑐ℎ − 𝑄𝑖
[𝑘] (2.35)
Keterangan :
Pisch = Daya aktif terjadwal pada bus i
Qisch = Daya reaktif terjadwal pada bus i
Berdasarkan persamaan daya sisa dan matriks Jacobian maka diperoleh
persamaan untuk mencari besar tegangan (Vi k) dan sudut tegangan (ẟi
k):
𝛿𝑖[𝑘+1]
= 𝛿𝑖[𝑘]
+ ∆𝛿𝑖[𝑘]
(2.36)
|𝑉𝑖[𝑘+1]
| = |𝑉𝑖[𝑘]
| + ∆ |𝑉𝑖[𝑘]
| (2.37)
2.4 Keamanan Operasi Sistem Tenaga Listrik
Sistem tenaga listrik memiliki sifat dinamis dikarenakan memiliki parameter
tegangan, kuat arus, dan aliran daya yang dapat berubah-ubah sesuai dengan
komponen yang terpasang pada sistem tenaga listrik tersebut. Komponen sebuah
tenaga listrik terbagi menjadi tiga bagian yaitu, pembangkitan, penyaluran, dan
Terdapat beberapa kondisi yang terjadi pada komponen-komponen tersebut,
antara lain:
1. Komponen Pembangkitan
Pada komponen pembangkitan dapat terjadi ketidaksesuaian antara daya
yang dialirkan bus tegangan dengan rating sistem tenaga listrik.
2. Komponen Penyaluran
beban[6].
20
Pada komponen penyaluran dapat terjadi kesalahan berupa aliran daya yang
menuju beban dialirkan melalui saluran transmisi yang tidak semestinya.
3. Komponen Beban
Pada komponen beban dapat terjadi kondisi pembebanan yang melebihi
kapasitas yang dimiliki sehingga menyebabkan terjadinya kenaikan kuat
arus yang mengalir pada sistem tenaga listrik.
Ketiga komponen tersebut telah dirancang sehingga dapat dilepas dan dipasang
sesuai dengan kondisi yang dibutuhkan pada sebuah sistem tenaga listrik.
Berdasarkan alasannya maka terdapat dua jenis dari pelepasan komponen tersebut,
1. Pelepasan Terjadwal
Kondisi ini terjadi apabila dilakukan pelepasan komponen berdasarkan
jadwal yang telah ada. Kondisi pelepasan ini pada umumnya terjadi saat
sedang melakukan perawatan atau penggantian komponen pada rentang
waktu tertentu dan secara rutin.
2. Pelepasan Paksa
Kondisi ini terjadi apabila dilakukan pelepasan komponen dengan waktu
yang tidak ditentukan atau secara tiba-tiba. Pelepasan ini biasanya dilakukan
apabila terjadi gangguan secara eksternal maupun internal di luar prediksi
sebelumnya.
Gangguan yang dialami oleh komponen sistem tenaga listrik ini dapat
mengakibatkan perubahan aliran daya dengan ]kondisi berbeda berdasarkan posisi
terjadinya gangguan. Perubahan aliran daya ini diikuti dengan perubahan kuat
arus pada saluran dan perubahan tegangan pada bus-bus sistem tenaga listrik
antara lain[7]:
21
tersebut. Dengan demikian, maka perlu dilaksanakannya analisis yang akan
mengidentifikasi bus dan saluran memiliki perubahan kondisi yang cukup
signifikan setelah terjadinya gangguan.
2.5 Analisa Kontingensi
Kontingensi merupakan suatu kondisi yang mana terdapat gangguan berupa
pelepasan maupun kegagalan dari satu atau lebih komponen sistem tenaga listrik.
Kondisi ini berkaitan dengan keandalan operasi sistem tenaga listrik yang tetap
harus melakukan tugasnya untuk melayani beban dengan adanya gangguan
Terdapat empat kondisi yang dapat menunjukkan kondisi keamanan sistem tenaga
1. Kondisi Normal
Kondisi ini merupakan kondisi ketika sistem tenaga listrik dalam keadaan
normal tanpa adanya gangguan ataupun pelepasan komponen.
2. Kondisi Setelah Kontingensi
Kondisi ini merupakan kondisi ketika sistem tenaga listrik telah mengalami
pelepasan salah satu atau beberapa komponennya.
3. Secure Dispatch
Pada kondisi ini parameter operasi dikoreksi dengan tujuan untuk
memperhitungkan pelanggaran yang terjadi terhadap keamanan sistem
tenaga listrik.
4. Secure Post-Contingency
tersebut[8].
listrik, antara lain[7]:
22
Kondisi ini terjadi untuk mengatasi pelanggaran terhadap sistem tenaga
listrik setelah terjadi kontingensi sehingga dapat kembali ke kondisi awal
operasi sistem tenaga listrik.
Analisis kontingensi merupakan sebuah proses penting dalam pengujian sistem
keamanan yang mana secara lanjut mampu memperhitungkan aliran daya dengan
berbagai kondisi yang dapat terjadi di masa depan dengan melakukan berbagai
proses kontingensi. Proses analisa ini sangat dibutuhkan guna menentukan
perbaikan yang perlu dilakukan agar operasi sistem tenaga listrik dapat terjadi
skenario sistem tenaga listrik yang memiliki gangguan berupa terlepasnya
komponen sistem tenaga listrik sebanyak k. Kontingensi (N-1) merupakan
Analisis kontingensi (N-1) merupakan analisis yang memperhitungkan aliran daya
dengan berbagai kondisi yang dapat terjadi dengan melakukan berbagai proses
kontingensi (N-1). Proses analisa ini akan digunakan sebagai parameter dalam
menentukan langkah-langkah yang diambil untuk kestabilan pengoperasian sistem
dapat dilakukan dengan cara skenario gangguan berupa terlepasnya sebuah
saluran transmisi atau generator pembangkit. Setelah dilakukan skenario
gangguan tersebut, dilakukan penyelidikan pengaruh gangguan tersebut terhadap
aliran daya sistem tenaga listrik berupa tegangan dan aliran daya aktif saluran.
Pemodelan ekivalen - π digunakan untuk saluran transmisi yang memiliki daya
𝑄𝑖𝑗 = (𝐵𝑖𝑗 − 𝐵𝑐𝑎𝑝)𝑉𝑖2 + 𝐺𝑖𝑗𝑉𝑖𝑉𝑗 sin(𝜃𝑖 − 𝜃𝑗) − 𝐵𝑖𝑗𝑉𝑖𝑉𝑗 cos(𝜃𝑖 − 𝜃𝑗) (2.38)
secara kontinuitas meskipun terjadi kontingensi[8]. Kontingensi (N-k) merupakan
skenario sistem tenaga listrik dengan melepas salah satu komponennya[9].
tenaga listrik setelah terjadinya kontingensi (N-1)[8]. Analisis kontingensi (N-1)
reaktif[11]:
23
dan
𝑄𝑗𝑖 = (𝐵𝑖𝑗 − 𝐵𝑐𝑎𝑝)𝑉𝑗2 + 𝐺𝑖𝑗𝑉𝑖𝑉𝑗 sin(𝜃𝑗 − 𝜃𝑖) − 𝐵𝑖𝑗𝑉𝑖𝑉𝑗 cos(𝜃𝑗 − 𝜃𝑖) (2.39)
Gambar 2.2 Model Saluran Transmisi Ekivalen – π
Gambar 2.3 Model Aliran Daya Reaktif Saluran Transmisi
Daya reaktif pada bagian transmisi diperoleh dari selisih antara persamaan (2.38)
dan persamaan (2.39) kemudian dibagi dua, sehingga:
𝑄𝑖𝑗𝑇 =
1
2(𝐵𝑖𝑗 − 𝐵𝑐𝑎𝑝)(𝑉𝑖
2 + 𝑉𝑗2) + 𝐺𝑖𝑗𝑉𝑖𝑉𝑗 sin(𝜃𝑖 − 𝜃𝑗) = −𝑄𝑗𝑖
𝑇 (2.40)
Keterangan:
𝑄𝑖𝑗𝑇 = Daya reaktif pada bagian saluran transmisi antara bus i dan bus j
𝑄𝑗𝑖𝑇 = Daya reaktif pada bagian saluran transmisi antara bus j dan bus i
Yij = Gij + Bij
Bus i Bus j
jBcap jBcap
Bus i Bus j
Qj,lossQi,loss
QijT
Qij Qji
24
Daya reaktif pada bagian yang hilang diperoleh dari penjumlahan antara
persamaan (2.38) dan persamaan (2.39) kemudian dibagi dua, sehingga:
𝑄𝑖,𝑙𝑜𝑠𝑠 =1
2(𝐵𝑖𝑗 − 𝐵𝑐𝑎𝑝)(𝑉𝑖
2 + 𝑉𝑗2) + 𝐵𝑖𝑗𝑉𝑖𝑉𝑗 cos(𝜃𝑗 − 𝜃𝑖) = 𝑄𝑗,𝑙𝑜𝑠𝑠 (2.41)
Keterangan:
Qi,loss = Daya reaktif pada bagian yang hilang pada bus i
Qj,loss = Daya reaktif pada bagian yang hilang pada bus j
Pada sebuah saluran transmisi terdapat dua jenis daya reaktif yaitu bagian
transmisi dan bagian yang hilang, sebagai berikut:
𝑄𝑖𝑗 = 𝑄𝑖𝑗𝑇 + 𝑄𝑖,𝑙𝑜𝑠𝑠 (2.42)
𝑄𝑗𝑖 = 𝑄𝑗𝑖𝑇 + 𝑄𝑗,𝑙𝑜𝑠𝑠 (2.43)
Selanjutnya, reakif saluran diasumsikan sama dengan nilai tegangan yang
dinyatakan pada persamaan (2.38). Sedangkan, selisih nilai antara dua sudut fasa
diasumsikan sangat kecil yang dinyatakan pada persamaan (2.39).
Hubungan antara tegangan dan daya reaktif pada asumsi pertama dinyatakan
dalam bentuk persamaan sebagai berikut:
∆𝑄 = [𝐵]∆𝑉 (2.44)
atau
∆𝑉 = [𝑋]∆𝑄 (2.45)
Keterangan:
ΔQ = vektor dari perubahan inkremental daya reaktif
ΔV = vektor dari perubahan inkremental tegangan
[B] = matriks suseptansi
[X] = matriks invers dari [B]
25
Berdasarkan persamaan (2.40) dan (2.41) maka asumsi kedua dapat dinyatakan
dalam persamaan berikut ini:
𝑄𝑖𝑗𝑇 =
1
2(𝐵𝑖𝑗 − 𝐵𝑐𝑎𝑝)(𝑉𝑖
2 − 𝑉𝑗2) + 𝐺𝑖𝑗𝑉𝑖𝑉𝑗 sin(𝜃𝑖 − 𝜃𝑗) (2.46)
𝑄𝑖,𝑙𝑜𝑠𝑠 =1
2(𝐵𝑖𝑗 − 𝐵𝑐𝑎𝑝)(𝑉𝑖
2 + 𝑉𝑗2) + 𝐵𝑖𝑗𝑉𝑖𝑉𝑗 (2.47)
Sebelum terjadi pelepasan maka daya reaktif saluran dinyatakan dalam persamaan
berikut ini:
𝑄𝑖 = 𝑄𝑖𝜇 + 𝑄𝑖𝑗𝑇 + 𝑄𝑖,𝑙𝑜𝑠𝑠 (2.48)
𝑄𝑗 = 𝑄𝑗∅ + 𝑄𝑗𝑖𝑇 + 𝑄𝑗,𝑙𝑜𝑠𝑠 (2.49)
Setelah terjadi pelepasan saluran, maka:
𝑄𝑖 = �̃�𝑖𝜇 (2.50)
𝑄𝑗 = �̃�𝑗∅ (2.51)
Keterangan:
µ = Kumpulan bus yang terhubung pada bus i kecuali bus j
ϕ = Kumpulan bus yang terhubung pada bus j kecuali bus i
Qi = Daya reaktif bus i
Qj = Daya reaktif bus j
Q̃j∅ = Daya reaktif saluran yang terhubung dengan bus j
�̌�𝑖𝜇 = Daya reaktif saluran yang terhubung dengan bus i
Berikut ini merupakan gambaran kondisi sistem tenaga listrik sebelum dan
sesudah kontingensi (N-1) saluran transmisi:
26
Gambar 2.4 Kondisi Sistem Tenaga Listrik Sebelum Terjadi Kontingensi (N-1)
Saluran Transmisi
Gambar 2.5 Kondisi Sistem Tenaga Listrik Setelah Terjadi Kontingensi (N-1)
Saluran Transmisi
Gambar 2.6 Simulasi Kondisi Sistem Tenaga Listrik
Setelah terjadi kontingensi saluran (N-1) terdapat injeksi daya reaktif pada saluran
yang disimbolkan dengan ΔQi1, ΔQi2, ΔQj1, ΔQj2. Agar nilai daya reaktif yang
mengalir sama dengan ketika sebelum terjadinya kontingensi (N-1) maka nilai
ΔQi1 dan ΔQj1 dinyatakan sama dengan �̃�𝑗𝑖𝑇 dan �̃�𝑖𝑗
𝑇 sedangkan untuk nilai ΔQi2 dan
ΔQj2 dinyatakan sama dengan �̃�𝑗,𝑙𝑜𝑠𝑠 dan �̃�𝑖,𝑙𝑜𝑠𝑠.
Qjϕ Qiµ
Qi,lossQij
T
Qj,loss
QjQi
Bus ϕ
Bus i Bus j
Bus µ
Qj
Bus i Bus j
Bus µ Qiµ ~ ~Qjϕ
Qi
Q1+ΔQ1
~ T
Qiµ ~ ~Qjϕ
Qij
Qi,loss
~Qj,loss
~
Q1+ΔQ1
Bus j
Bus µ Bus ϕ
Bus i
27
�̃�𝑖𝑗𝑇 = ∆𝑄𝑖1 = −∆𝑄𝑗1 = −�̃�𝑗𝑖
𝑇 (2.52)
�̃�𝑖,𝑙𝑜𝑠𝑠 = ∆𝑄𝑖2 = ∆𝑄𝑗2 = �̃�𝑗,𝑙𝑜𝑠𝑠 (2.53)
Kemudian dalam persamaan berikut ini:
𝑄𝑖 + ∆𝑄𝑖1 + ∆𝑄𝑖2 = �̃�𝑖𝜇 + �̃�𝑖𝑗𝑇 + �̃�𝑖,𝑙𝑜𝑠𝑠 (2.54)
𝑄𝑗 + ∆𝑄𝑗1 + ∆𝑄𝑗2 = �̃�𝑗∅ + �̃�𝑗𝑖𝑇 + �̃�𝑗,𝑙𝑜𝑠𝑠 (2.55)
Berdasarkan persamaan (2.50), persamaan (2.51), serta persamaan (2.55)
diketahui bahwa total jumlah nilai injeksi daya reaktif sama dengan daya reaktif
pada saluran transmisi sebelum terjadi kontingensi (N-1) yang dinyatakan pada
persamaan di bawah ini:
∆𝑄𝑖 = ∆𝑄𝑖1 + ∆𝑄𝑖2 = �̃�𝑖𝑗𝑇 + �̃�𝑖,𝑙𝑜𝑠𝑠 (2.56)
∆𝑄𝑗 = ∆𝑄𝑗1 + ∆𝑄𝑗2 = �̃�𝑗𝑖𝑇 + �̃�𝑗,𝑙𝑜𝑠𝑠 (2.57)
Berdasarkan persamaan (2.44) dan persamaan (2.45) maka:
∆𝑄 = [∆𝑄𝑖∆𝑄𝑗]𝑇 (2.58)
Nilai perubahan inkremental tegangan pada bus n yang berhubungan dengan
perubahan daya reaktif bus ΔQi dan ΔQj dinyatakan dengan persamaan berikut ini:
∆𝑉𝑛 = 𝑋𝑛𝑖∆𝑄𝑖 + 𝑋𝑛𝑗∆𝑄𝑗 (2.59)
Keterangan:
ΔVn = perubahan inkremental tegangan pada bus n yang berhubungan dengan
perubahan daya reaktif (ΔQi dan ΔQj)
28
Perubahan tegangan terbagi menjadi empat bagian, yaitu:
∆𝑉𝑖1 = 𝑋𝑖𝑖∆𝑄𝑖1 + 𝑋𝑖𝑗∆𝑄𝑗1 (2.60)
∆𝑉𝑗1 = 𝑋𝑗𝑖∆𝑄𝑖1 + 𝑋𝑗𝑗∆𝑄𝑗1 (2.61)
∆𝑉𝑖2 = 𝑋𝑖𝑖∆𝑄𝑖2 + 𝑋𝑖𝑗∆𝑄𝑗2 (2.62)
∆𝑉𝑖2 = 𝑋𝑗𝑖∆𝑄𝑖2 + 𝑋𝑗𝑗∆𝑄𝑗2 (2.63)
Terdapat beberapa kemungkinan kondisi kontingensi (N-1) yang dapat terjadi
pada sebuah sistem tenaga listrik. Kemungkinan-kemungkinan tersebut antara lain
lepasnya komponen sistem tenaga listrik akibat adanya gangguan dan
penambahan/pengurangan beban pada sistem tenaga listrik secara tiba-tiba tanpa
prediksi sebelumnya. Meskipun begitu, hanya beberapa kontingensi (N-1) yang
2.6 Indeks Performa (PI) Sistem Tenaga Listrik
Indeks performa (PI) merupakan sebuah indeks yang digunakan untuk mengukur
deviasi dari sebuah variabel sistem tenaga listrik seperti tegangan bus, aliran daya
dari nilai rating yang terukur. Indeks ini juga dapat digunakan untuk
mengevaluasi stabilitas relatif dari sebuah kontingensi (N-1).
Terdapat 3 pilihan yang dapat digunakan sebagai opsi dalam pembuatan daftar
Tabel 2.2. Pemilihan Pembuatan Daftar Kontingensi (N-1)
PILIHAN INDEKS PERFORMA TIPE PELEPASAN
1 PIV atau PIVQ Saluran dan/atau Generator.
2 PIMW Saluran
3 PIMW Generator
akan diperhitungkan yaitu kontingensi (N-1) dengan probabilitas yang tinggi[9].
kontingensi (N-1)[10]:
29
1. Indeks performa tegangan (PIV)
2. Indeks performa daya aktif (PIMW)
2.6.1 Indeks Performa Tegangan (PIV) Saluran Transmisi
Indeks performa tegangan (PIV) digunakan untuk mengidentifikasi seberapa
bahayanya pelepasan saluran transmisi sehingga stabilitas tegangan dapat tetap
dipertahankan. Indeks ini juga dapat membantu dalam menentukan batas tegangan
lebih pada bus.
Persamaan indeks performa tegangan:
𝑃𝐼𝑉 = ∑ [2(𝑉𝑖−𝑉𝑖𝑛𝑜𝑚)
𝑉𝑖𝑚𝑎𝑥−𝑉𝑖𝑚𝑖𝑛]2
𝑁𝑝𝑞𝑖=1 (2.64)
Keterangan:
Vi = Nilai tegangan setelah kontingensi (N-1) pada bus i (p.u)
Vimax = Nilai batas tegangan maksimum (p.u)
Vimin = Nilai batas tegangan minimum (p.u)
Vinom = Nilai rata-rata dari Vimax dan Vimin (p.u)
Npq = Jumlah bus beban
Selisih nilai batas tegangan maksimum dan tegangan minimum digunakan untuk
menyatakan ambang batas penyimpangan tegangan. Ketika kontingensi (N-1)
terjadi dan menyebabkan tegangan bernilai lebih kecil atau lebih besar dari
Perubahan dari tegangan pada setiap bus akan diinformasikan oleh nilai indeks
performa tegangan (PIV). Nilai indeks performa tegangan (PIV) akan mengukur
Penelitian ini menggunakan dua jenis indeks performa (PI), yaitu[11]:
tegangan operasi maka nilai indeks performa tegangan (PIV) yang tinggi[11].
30
tingkat pelanggaran nilai profil tegangan setelah terjadi kontingensi (N-1) dari
nilai batas tegangan operasi.
2.6.2 Indeks Performa Daya Aktif (PIMW) Saluran Transmisi
Indeks performa daya aktif (PIMW) dapat digunakan untuk mengidentifikasi aliran
daya lebih pada saluran transmisi. Indeks ini juga akan membantu dalam
menentukan batas overload.
Persamaan indeks performa daya aktif (PIMW) :
𝑃𝐼𝑀𝑊 = ∑ (𝑊
2𝑧) (
𝑃𝑙
𝑃𝑙𝑚𝑎𝑥)
2𝑧𝑁𝑙𝑙=1 (2.65)
Keterangan :
Pl = Nilai daya aktif yang mengalir setelah kontingensi (N-1) pada saluran l
(p.u)
Plmax = Nilai kapasitas daya aktif maksimum yang dapat mengalir pada saluran l
(p.u)
Nl = Jumlah saluran transmisi
W = Koefisien Weighting
z = Eksponen fungsi penalti
Indeks performa daya aktif (PIMW) memiliki daya saluran yang telah dinormalkan
dengan batas daya tersebut. Hal ini dilakukan dengan mengalikan daya saluran
dengan faktor atau nilai terkait seperti integral yang memiliki nilai yang sama
dengan nilai yang diinginkan. Nilai yang diinginkan ini biasanya bernilai sama
dengan 1. Selain itu, koefisien ini juga dipilih berdasarkan seberapa pentingnya
saluran pada berbagai jenis gangguan batas operasi. Efek kesalahan ranking dapat
31
diatasi dengan pemilihan bobot yang optimal untuk indeks performa. Sehingga
ketika koefisien Weighting dan eksponen fungsi penalti bernilai sama dengan 1
Persamaan Plmax :
𝑃𝑙𝑚𝑎𝑥 =
𝑉𝑖∗𝑉𝑗
𝑋 (2.66)
Keterangan :
Vi = Nilai tegangan pada bus i (p.u)
Vj = Nilai tegangan pada bus j (p.u)
X = Nilai reaktansi saluran antara bus i dan bus j (p.u)
Oleh sebab itu, indeks performa daya aktif (PIMW) akan bernilai kecil apabila tidak
ditemukan saluran yang mengalami overload dan akan bernilai besar apabila
terdapat saluran yang mengalami overload.
Sehingga indeks performa (PI) sistem tenaga listrik ketika salah satu saluran
dilepas didapatkan dari persamaan:
𝑃𝐼 = 𝑃𝐼𝑉 + 𝑃𝐼𝑀𝑊 (2.67)
Keterangan :
PIV = Nilai indeks performa tegangan
PIMW = Nilai indeks performa daya aktif
Nilai indeks performa (PI) secara umum dapat digunakan untuk menggambarkan
bagaimana kondisi sistem tenaga listrik setelah terjadi kontingensi (N-1) pada
salah satu komponen sistemnya. Indeks performa (PI) bersifat dinamis artinya
nilainya akan berubah-ubah sesuai dengan kondisi pembebanan. Hal ini dapat
digambarkan dengan melihat besar nilai indeks performa (PI) yang mana semakin
maka efek kesalahan ranking dapat dihilangkan untuk sistem sampel yang diuji[11].
32
besar nilai indeks performa (PI) yang terhitung maka kondisi sistem tenaga listrik
semakin buruk.
2.6.3 Indeks Performa (PI) Generator
Indeks performa (PI) dalam analisis kontingensi (N-1) generator bertujuan untuk
mengetahui sejauh mana pelepasan generator tersebut akan mempengaruhi sistem
tenaga listrik. Sama halnya dengan analisis kontingensi (N-1) saluran, semakin
besar nilai indeks performa (PI) kontingensi (N-1) generator maka ini diartikan
pelepasan generator tersebut mengakibatkan kondisi sistem tenaga listrik menjadi
kritis.
Indeks performa (PI) ini dihitung dengan menggunakan persamaan berikut ini:
𝑃𝐼 = ∑ 𝑤𝑘𝑛𝑙𝑘=1 (
|𝑖𝑖𝑗−𝑘|
𝑖𝑖𝑗−𝑘𝑙𝑖𝑚 )
𝑛
+ ∑ 𝑤𝑘𝑛𝑏𝑘=1 (
|𝑣−𝑣𝑘|
∆𝑣𝑘)𝑛
(2.68)
Keterangan:
wk = Nilai faktor prioritas generator
nl = Jumlah saluran
iij-k = Nilai arus yang mengalir setelah kontingensi (N-1) pada saluran k (p.u)
iij-klimit = Nilai kemampuan hantar arus penghantar pada saluran k (p.u)
nb = Jumlah bus
n = Bilangan bulat positif
v = Nilai tegangan setelah kontingensi (N-1) di bus k (p.u)
vk = Nilai tegangan referensi di bus k (p.u)
ΔVk = Nilai selisih tegangan maksimum dan minimum (p.u)
Persamaan kemampuan hantar arus saluran transmisi adalah:
33
𝐾𝐻𝐴 = 125% × 𝐼𝑛𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑙 (2.69)
Keterangan:
Inominal = Nilai arus nominal yang mengalir pada saluran (p.u)
Dalam melakukan analisis kontingensi (N-1) komponen generator, generator yang
terhubung pada sistem tenaga listrik dianggap sama penting. Oleh sebab itu, pada
persamaan di atas faktor prioritas generator ditetapkan nilainya sama dengan 1
untuk setiap generatornya. Nilai bilangan bulat positif akan menunjukkan
seberapa besar pengaruh pelepasan generator terhadap aliran daya pada saluran.
Nilai eksponen yang besar akan memberikan nilai indeks performa (PI) yang
signifikan antara pelepasan generator yang mengakibatkan sistem tenaga listrik
dalam status kritis maupun tidak kritis[11].
III. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Tugas akhir ini dilaksanakan dari bulan Februari 2018 hingga bulan Juli 2018
yang bertempat di Laboratorium Sistem Tenaga Elektrik (STE) Jurusan Teknik
Elektro Universitas Lampung.
3.2 Alat dan Bahan
Pada pelaksanaan penelitian ini dibutuhkan beberapa alat dan bahan pendukung,
antara lain:
1. Satu unit laptop.
2. Software ETAP 12.6.,
3. Software Microsoft Excel.
4. Software NETBEANS IDE 7.1.2.
5. Data-data sistem tenaga listrik150 kV PT PLN (Persero) P3B Sumatera
UPT Tanjung Karang
35
3.3 Metode Penelitian
Adapun metode yang digunakan dan langkah-langkah yang dilakukan dalam
penelitian tugas akhir ini adalah sebagai berikut:
1. Studi Literatur
Tahap ini merupakan tahap di mana penulis mengumpulkan dan membaca
berbagai literatur mengenai analisis kontingensi dengan menentukan nilai
indeks performa (PI) ketika kontingensi (N-1) saluran terjadi. Literatur-
literatur tersebut terdiri dari beberapa referensi dan sumber ilmiah berupa
buku dengan materi mengenai analisis kontingensi, jurnal ilmiah, dan juga
artikel yang bersumber dari website yang kebenaran informasinya dapat
dipertanggungjawabkan.
2. Studi Bimbingan
Tahap ini merupakan tahap di mana penulis berdiskusi secara berkala
dengan dosen pembimbing I maupun dosen pembimbing II dalam
memahami metode perhitungan indeks performa tegangan (PIV) dan indeks
performa daya aktif (PIMW) sehingga penulis dapat memperoleh
pengetahuan dan mampu menyelesaikan tugas akhir.
3. Pengambilan dan Pengolahan Data
Penulis akan melakukan pengumpulan data yang berkaitan serta mengolah
data-data tersebut menggunakan program simulasi sistem tenaga listrik
ETAP 12.6.0. Data yang dikumpulkan untuk tugas akhir ini antara lain data-
data sistem 150 kV PT PLN (Persero) P3B Sumatera UPT Tanjung Karang
yang terdiri dari data bus, beban terpasang, trafo daya terpasang,
36
pembangkit, saluran transmisi 150 kV, dan kapasitor terpasang pada sistem
tenaga listrik 150 kV.
Data-data tersebut akan diolah dengan menghitung aliran daya pada sistem
tenaga listrik sebelum dan sesudah terjadinya kontingensi (N-1) pada setiap
saluran dengan menggunakan metode aliran daya Newton-Raphson. Setelah
itu, penulis akan melakukan perhitungan indeks performa tegangan (PIV)
dan indeks performa daya aktif (PIMW) dengan dua program pengolahan
angka yaitu Microsoft Excel dan NETBEANS IDE 7.1.2.
4. Diagram Alir Proses Analisa Kontingensi (N-1) dengan Indeks Performa
Tegangan (PIV) dan Indeks Performa Daya Aktif (PIMW)
Pada tahap ini penulis membuat diagram alir mengenai proses analisa
kontingen (N-1) saluran transmisi dengan menggunakan indeks performa
tegangan (PIV) dan indeks performa daya aktif (PIMW).
5. Pembuatan Laporan
Tahap ini merupakan tahap di mana penulis menuliskan rencana penelitian
dalam laporan proposal dan hasil penelitian dalam laporan akhir. Laporan
ini merupakan bentuk pertanggung jawaban penulis terhadap tugas akhir
yang telah dilaksanakan dan digunakan untuk melakukan seminar usul dan
akhir.
37
Mulai Penelitian
Menyiapkan
Referensi dan
Program
Studi Literatur
Pengambilan Data
Pengecekan Data
Membuat Program
Simulasi Program
Perhitungan PIV dan PIMW
Analisa dan Pembahasan
Membuat Laporan
Laporan sudah
benar
Penelitian Selesai
Revisi Laporan
Ya
Tidak
3.4 Diagram Alir Penelitian
Adapun tahap-tahap yang dilakukan dalam pelaksanaan tugas akhir ini
digambarkan pada diagram alir di bawah ini:
Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian
38
3.5 Analisa Kontingensi dengan Menggunakan Indeks Performa Tegangan
(PIV) dan Indeks Performa Daya Aktif (PIMW)
3.5.1 Prosedur Analisa Kontingensi (N-1) Saluran Transmisi Menggunakan
Indeks Performa Tegangan (PIV) dan Indeks Performa Daya Aktif
(PIMW)
Adapun prosedur untuk indeks performa tegangan (PIV) dan indeks performa daya
aktif (PIMW) untuk menentukan peringkat kontingensi analisis:
1. Mengumpulkan dan mempelajari data saluran dan bus sistem tenaga listrik.
2. Melakukan analisis aliran daya untuk sistem tenaga listrik yang belum
mengalami kontingensi (N-1) saluran transmisi.
3. Melakukan skenario pelepasan saluran transmisi.
4. Melakukan analisis aliran daya setelah terjadinya kontingensi (N-1) saluran
transmisi, lalu menghitung aliran daya aktif untuk saluran transmisi yang
masih terhubung dan nilai Pmax diketahui. Nilai Pmax akan diketahui dengan
melakukan perhitungan menggunakan persamaan (2.66), sebagai berikut:
𝑃𝑙𝑚𝑎𝑥 =
𝑉𝑖∗𝑉𝑗
𝑋
Keterangan :
Vi = Nilai tegangan pada bus i (p.u)
Vj = Nilai tegangan pada bus j (p.u)
X = Nilai reaktansi saluran antara bus i dan bus j (p.u)
5. Melakukan perhitungan indeks performa daya aktif (PIMW) dengan
menggunakan persamaan (2.65), sebagai berikut:
𝑃𝐼𝑀𝑊 = ∑ (𝑊
2𝑧) (
𝑃𝑙
𝑃𝑙𝑚𝑎𝑥)
2𝑧𝑁𝑙𝑙=1
39
Keterangan :
Pl = Nilai daya aktif yang mengalir setelah kontingensi (N-1) pada
saluran l (p.u)
Plmax = Nilai kapasitas daya aktif maksimum yang dapat mengalir pada
saluran l (p.u)
Nl = Jumlah saluran transmisi
W = Koefisien Weighting
z = Eksponen fungsi penalti
6. Melakukan perhitungan tegangan bus setelah terjadi kontingensi (N-1)
saluran transmisi.
7. Menghitung indeks performa tegangan (PIV) dengan menggunakan
persamaan (2.64), sebagai berikut:
𝑃𝐼𝑉 = ∑ [2(𝑉𝑖−𝑉𝑖𝑛𝑜𝑚)
𝑉𝑖𝑚𝑎𝑥−𝑉𝑖𝑚𝑖𝑛]2
𝑁𝑝𝑞𝑖=1
Keterangan:
Vi = Nilai tegangan setelah kontingensi (N-1) pada bus i (p.u)
Vimax = Nilai batas tegangan maksimum (p.u)
Vimin = Nilai batas tegangan minimum (p.u)
Vinom = Nilai rata-rata dari Vimax dan Vimin (p.u)
Npq = Jumlah bus beban
8. Menjumlahkan indeks performa tegangan (PIV) dan indeks performa daya
aktif (PIMW) untuk setiap pelepasan saluran dengan menggunakan
persamaan (2.67), sebagai berikut:
𝑃𝐼 = 𝑃𝐼𝑉 + 𝑃𝐼𝑀𝑊
40
Keterangan :
PIV = Nilai indeks performa tegangan
PIMW = Nilai indeks performa daya aktif
9. Prosedur di atas terus dilakukan hingga skenario pelepasan saluran transmisi
telah dilakukan secara keseluruhan. Prosedur ini dilakukan dalam dua
kondisi beban yaitu, beban normal di siang hari dan beban puncak di malam
hari.
41
3.5.2 Diagram Alir Analisa Kontingensi (N-1) Saluran Transmisi
Menggunakan Indeks Performa Tegangan (PIV) dan Indeks Performa
Daya Aktif (PIMW)
Gambar 3.2. Diagram Alir Analisa Kontingensi (N-1) Saluran Transmisi Indeks
Performa Tegangan (PIV) dan Indeks Performa Daya Aktif (PIMW)
Membuat ranking kontingensi (N-1) berdasarkan total
indeks performa (PI)
Stop
Menghitung PIV
Menghitung PIMW
Menghitung total indeks performa
(PI)
Menghitung aliran daya post-contingency
Menghitung tegangan pada setiap bus
Menghitung daya pada setiap saluran dan Pmax
Semua saluran telah
dilakukan kontingensi
(N-1)
Mulai
Mengumpulkan data-data
sistem yang akan dianalisis
Menghitung aliran daya pre-contingency dengan
metode Newton-Raphson
Simulasi kontingensi (N-1) saluran
Tidak
Ya
42
3.5.3 Prosedur Analisa Kontingensi (N-1) Generator Menggunakan Indeks
Performa Tegangan (PIV) dan Indeks Performa Daya Aktif (PIMW)
Adapun prosedur untuk Newton Raphson untuk menentukan peringkat
kontingensi analisis:
1. Mengumpulkan dan mempelajari data saluran dan bus sistem tenaga listrik.
2. Melakukan analisis aliran daya untuk sistem tenaga listrik yang belum
mengalami kontingensi (N-1) generator.
3. Melakukan skenario pelepasan generator.
4. Melakukan analisis aliran daya ketika terjadi pelepasan generator tertentu.
5. Menghitung nilai kemampuan hantar arus masing-masing saluran pada
sistem tenaga listrik dengan menggunakan persamaan (2.68), sebagai
berikut:
𝐾𝐻𝐴 = 125% × 𝐼𝑛𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑙
Keterangan:
Inominal = Nilai arus nominal yang mengalir pada saluran (p.u)
6. Menghitung indeks performa (PI) dengan menggunakan persamaan (2.42),
sebagai berikut:
𝑃𝐼 = ∑ 𝑤𝑘𝑛𝑙𝑘=1 (
|𝑖𝑖𝑗−𝑘|
𝑖𝑖𝑗−𝑘𝑙𝑖𝑚 )
𝑛
+ ∑ 𝑤𝑘𝑛𝑏𝑘=1 (
|𝑣−𝑣𝑘|
∆𝑣𝑘)𝑛
Keterangan:
wk = Nilai faktor prioritas generator
nl = Jumlah saluran
iij-k = Nilai arus yang mengalir setelah kontingensi (N-1) pada saluran
k (p.u)
43
iij-klimit = Nilai kemampuan hantar arus penghantar pada saluran k (p.u)
nb = Jumlah bus
n = Bilangan bulat positif
v = Nilai tegangan setelah kontingensi (N-1) di bus k (p.u)
vk = Nilai tegangan referensi di bus k (p.u)
ΔVk = Nilai selisih tegangan maksimum dan minimum (p.u)
10. Prosedur di atas terus dilakukan hingga skenario pelepasan generator telah
dilakukan secara keseluruhan. Prosedur ini dilakukan dalam dua kondisi
beban yaitu, beban normal di siang hari dan beban puncak di malam hari.
44
3.5.4 Diagram Alir Analisa Kontingensi (N-1) Generator Mengguakan Indeks
Performa Tegangan (PIV) dan Indeks Performa Daya Aktif (PIMW)
Gambar 3.2. Diagram Alir Analisa Kontingensi (N-1) Generator Menggunakan
Indeks Performa Tegangan (PIV) dan Indeks Performa Daya Aktif (PIMW)
Membuat ranking kontingensi (N-1) berdasarkan total
indeks performa (PI)
Stop
Menghitung PIV
Menghitung PIMW
Menghitung total indeks performa
(PI)
Menghitung aliran daya post-contingency
Menghitung tegangan pada setiap bus
Menghitung daya pada setiap saluran dan Pmax
Semua generator telah
dilakukan kontingensi
(N-1)
Mulai
Mengumpulkan data-data
sistem yang akan dianalisis
Menghitung aliran daya pre-contingency dengan
metode Newton-Raphson
Simulasi kontingensi (N-1) generator
Tidak
Ya
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil simulasi analisis kontingensi (N-1) saluran transmisi 150
kV dan generator, maka dapat disimpulkan beberapa hal di bawah ini:
1. Metode analisis kontingensi (N-1) dengan menggunakan indeks performa
(PI) dapat digunakan untuk memprediksi kondisi sistem tenaga listrik
setelah terjadi pelepasan pada salah satu komponennya.
2. Setelah terjadi kontingensi (N-1) generator saat beban puncak pada malam
hari ditemukan adanya overload pada masing-masing saluran transmisi.
3. Pada saat kontingensi (N-1) generator terjadi kenaikan pembebanan pada
hampir setiap saluran transmisi namun daya yang dibangkitkan berkurang
sehingga menyebabkan terjadinya penurunan tegangan bus.
4. Pada saat kontingensi (N-1) saluran transmisi terjadi kenaikan arus pada
hampir setiap saluran transmisi sehingga menyebabkan penurunan
tegangan bus terutama bus yang terhubung secara radial terhadap saluran
transmisi yang dilepas.
5. Ketika terjadi kontingensi (N-1) saluran transmisi, pelepasan saluran
Baturaja-Bukit Kemuning memiliki dampak yang besar terhadap sistem
tenaga listrik dengan nilai indeks performa (PI) sebesar 4,59% pada siang
172
hari (beban normal) dan pelepasan saluran Tegineneng-Kotabumi
memiliki dampak yang besar terhadap sistem tenaga listrik dengan nilai
indeks performa (PI) sebesar 31,65% pada malam hari (beban puncak).
6. Ketika terjadi kontingensi (N-1) generator, pelepasan generator Trhn-4
memiliki dampak yang besar terhadap sistem tenaga listrik pada siang hari
(beban normal) dengan nilai indeks performa (PI) sebesar 3,24%.
7. Pelepasan generator G-Besai1 memiliki dampak yang besar terhadap
sistem tenaga listrik pada malam hari (beban puncak) sebelum lepas beban
dengan nilai indeks performa (PI) sebesar 14,82% dan pelepasan generator
Trhn-3 memiliki dampak yang besar terhadap sistem tenaga listrik pada
malam hari (beban puncak) setelah lepas beban dengan nilai indeks
performa (PI) sebesar 15,49%.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat digunakan guna melakukan penelitian sebelumnya
adalah sebagai berikut:
1. Metode analisis kontingensi (N-1) ini dapat dikembangkan lagi dengan
melakukan skema perbaikan sistem tenaga listrik ketika sistem tenaga
listrik dinyatakan dalam kondisi kritis.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Hartoyo, “Perbaikan Keandalan (N-1) Sistem Tenaga Listrik PLN Jawa Tengah
dan DIY”, Yogyakarta: Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta, 2007.
[2] S. Burada, D. Joshi, and K.D. Mistry, “Contingency Analysis of Power System
by Using Voltage and Active Performance Index”, IEEE International
Conference on Power Electronics, 2016.
[3] Joko P., Montario C.B., dan Zamrudi, “Transmission of Electrical Energy
(Transmisi Tenaga Listrik)”, Depok: Departemen Teknik Elektro Fakultas
Teknik Universitas Indonesia, 2010.
[4] H. Saadat, “Power System Analysis”, New York: McGraw-Hill, 1999.
[5] Pritirekha Naik, “Power System Contingency Ranking Using Newton Raphson
Load Flow Method And Its Prediction Using Soft Computing Techniques”,
India: Department of Electrical Engineering National Institute of Technology,
2014.
[6] Allen J. Wood, Bruce F. W., Gerald B. S., “Power Generation Operation And
Control Third Ed.”, Canada: Willey, 2014.
[7] Kianfar Sorooshian, “Load Flow And Contingency Analysis In Power System”.
Oregon: Master of Science in Electrical Engineering Portland State University,
1984.
[8] B.F. Wollenberg and G.C. Ejebe, “Automatic Contingency Selection”, IEEE
Transactions on Power Apparatus and Systems, Vol. PAS-98, No.1 Jan/Feb
1979.
[9] Mudasingwa Alex, “Power Flow And Contingency Analysis: Case of Rwanda
High Voltage Power System”, India: Department Of Electrical And Information
Engineering University of Nairobi, 2012.
[10] Ulfa Aulia, Tiyono, Lesnanto Mulia Putranto, “Analisis Kontingensi Generator
Pada Sistem Transmisi 500 kV Jawa-Bali”, Yogyakarta: Jurusan Teknik Elektro
dan Teknologi Informasi Fakultas Teknik Universitas Gajah Mada, 2014.
[11] Ching-Yin Lee dan Nanming Chen, “Distribution Factors Of Reactive Power
Flow In Transmission Line And Transformer Outage Studies”, Transaction on
Power System, Vol. 7, No. 1, February 1992.