analisa ketidaksesuaian persyaratan cara …

14
382 ANALISA KETIDAKSESUAIAN PERSYARATAN CARA PRODUKSI PANGAN YANG BAIK UNTUK INDUSTRI RUMAH TANGGA (CPPB-IRT) UNTUK MEMINIMASI KONTAMINASI PRODUK ROTI (Studi Kasus : Perusahaan X) THE ANALYSIS OF INCOMPLIANCE AGAINST THE QUALIFICATION OF CARA PRODUKSI PANGAN YANG BAIK UNTUK INDUSTRI RUMAH TANGGA (CPPB- IRT) TO MINIMIZE BREAD PRODUCT CONTAMINATION (CASE STUDY : Company X) Amanda Cahayani Sonaru 1) , Arif Rahman 2) , Ceria Farela Mada Tantrika 3) Jurusan Teknik Industri Universitas Brawijaya Jalan MT. Haryono 167, Malang, 65145, Indonesia E-mail : [email protected] 1) , [email protected] 2) , [email protected] 3) Abstrak Penelitian ini menganalisa mengenai ketidaksesuaian kondisi di Perusahaan X terhadap persyaratan dari pedoman Cara Pengolahan Pangan Yang Baik Untuk Industri Rumah Tangga (CPPB-IRT) dikeluarkan oleh BPOM pada tahun 2012 yang berisi 14 aspek yang terdiri dalam beberapa elemen aspek. Berdasarkan analisa di Perusahaan X dan berdasarkan hasil identifikasi yang masuk da lam kategori minor, mayor, serius, dan kritikal terdapat 11 aspek. Berdasarkan hasil analisa ditemukan 3 sub aspek dari 2 aspek yang masuk dalam kategori serius dan 9 sub aspek dari 5 aspek yang masuk dalam kategori kritikal. Terhadap kategori serius dan kritikal dengan didapatkan permasalahan-permasalahan utama yaitu permasalahan toilet, permasalahan karyawan yang sakit, permasalahan wastafel (tempat cuci tangan), permasalahan tempat sampah, permasalahan peralatan, dan permasalahan kebiasaan karyawan. Semua permasalahan tersebut dicari penyebabnya dengan menggunakan Root Cause Analysis (RCA). Usulan perbaikan yang diberikan terhadap masing-masing permasalahan tersebut diantaranya adalah perbaikan Tata Letak Fasilitas dengan menggunakan metode Systematic Layout Planning (SLP), pelatihan, pembuatan Peraturan Rutin Karyawan Produksi dan Standard Operating Procedure Kebersihan di Area Produksi, penghapusan karat rak roti tawar matang dan pelapisan permukaan rak dengan cat. Setelah dilakukan upaya upaya perbaikan yang memperhatikan faktor keamanan pangan, kontaminasi pada produk olahan roti dapat diminimalkan. Kata kunci : Analisa Ketidaksesuaian, Kontaminasi Produk, Cara Pengolahan Pangan Yang Baik Untuk Industri Rumah Tangga (CPPB-IRT), Root Cause Analysis (RCA) 1. Pendahuluan Definisi mutu adalah sebagai “Fitness for use” yang berarti suatu produk atau jasa harus dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan (Juran, 1988). Pengendalian mutu adalah pengukuran kinerja produk, membandingkan standar dan spesifikasi produk, serta melakukan tindakan koreksi bila ada penyimpangan. Tiga langkah utama dalam pengendalian mutu adalah : (1) menetapkan standar, (2) menilai kesesuaian (mengukur dan membandingkan dengan standar), dan (3) melakukan tindakan koreksi yang diperlukan (Feigenbaum, 1991). Jaminan Mutu adalah seluruh kegiatan terencana dan sistematis yang diterapkan dalam sistem manajemen mutu untuk meyakinkan bahwa suatu produk akan memenuhi persyaratan mutu (Usman, 2008). Pemerintah melalui Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pada tahun 2012 menetapkan Cara Produksi Pangan yang Baik Untuk Industri Rumah Tangga (CPPB-IRT). CPPB-IRT merupakan pedoman yang berisi persyaratan-persyaratan pada setiap ruang lingkup/aspek yang wajib dipenuhi oleh produsen pangan olahan industri rumah tangga untuk menghasilkan pangan olahan yang bermutu, aman, dan layak dikonsumsi. CPPB- IRT memiliki 14 aspek, yaitu: lokasi dan lingkungan produksi, bangunan dan fasilitas, peralatan produksi, suplai air atau sarana penyediaan air, fasilitas dan kegiatan higienis dan sanitasi, kesehatan dan higienis karyawan, pemeliharaan dan program higienis dan sanitasi, penyimpanan, pengendalian proses, pelabelan pangan, pengawasan oleh

Upload: others

Post on 01-Dec-2021

32 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISA KETIDAKSESUAIAN PERSYARATAN CARA …

382

ANALISA KETIDAKSESUAIAN PERSYARATAN CARA PRODUKSI PANGAN

YANG BAIK UNTUK INDUSTRI RUMAH TANGGA (CPPB-IRT) UNTUK

MEMINIMASI KONTAMINASI PRODUK ROTI

(Studi Kasus : Perusahaan X)

THE ANALYSIS OF INCOMPLIANCE AGAINST THE QUALIFICATION OF CARA

PRODUKSI PANGAN YANG BAIK UNTUK INDUSTRI RUMAH TANGGA (CPPB-

IRT) TO MINIMIZE BREAD PRODUCT CONTAMINATION

(CASE STUDY : Company X)

Amanda Cahayani Sonaru

1), Arif Rahman

2), Ceria Farela Mada Tantrika3)

Jurusan Teknik Industri Universitas Brawijaya

Jalan MT. Haryono 167, Malang, 65145, Indonesia

E-mail : [email protected])

, [email protected] 2)

, [email protected])

Abstrak

Penelitian ini menganalisa mengenai ketidaksesuaian kondisi di Perusahaan X terhadap persyaratan

dari pedoman Cara Pengolahan Pangan Yang Baik Untuk Industri Rumah Tangga (CPPB-IRT) dikeluarkan

oleh BPOM pada tahun 2012 yang berisi 14 aspek yang terdiri dalam beberapa elemen aspek. Berdasarkan

analisa di Perusahaan X dan berdasarkan hasil identifikasi yang masuk da lam kategori minor, mayor,

serius, dan kritikal terdapat 11 aspek. Berdasarkan hasil analisa ditemukan 3 sub aspek dari 2 aspek yang

masuk dalam kategori serius dan 9 sub aspek dari 5 aspek yang masuk dalam kategori kritikal. Terhadap

kategori serius dan kritikal dengan didapatkan permasalahan-permasalahan utama yaitu permasalahan

toilet, permasalahan karyawan yang sakit, permasalahan wastafel (tempat cuci tangan), permasalahan

tempat sampah, permasalahan peralatan, dan permasalahan kebiasaan karyawan. Semua permasalahan

tersebut dicari penyebabnya dengan menggunakan Root Cause Analysis (RCA). Usulan perbaikan yang

diberikan terhadap masing-masing permasalahan tersebut diantaranya adalah perbaikan Tata Letak

Fasilitas dengan menggunakan metode Systematic Layout Planning (SLP), pelatihan, pembuatan Peraturan

Rutin Karyawan Produksi dan Standard Operating Procedure Kebersihan di Area Produksi, penghapusan

karat rak roti tawar matang dan pelapisan permukaan rak dengan cat. Setelah dilakukan upaya –upaya

perbaikan yang memperhatikan faktor keamanan pangan, kontaminasi pada produk olahan roti dapat

diminimalkan.

Kata kunci : Analisa Ketidaksesuaian, Kontaminasi Produk, Cara Pengolahan Pangan Yang Baik Untuk

Industri Rumah Tangga (CPPB-IRT), Root Cause Analysis (RCA)

1. Pendahuluan

Definisi mutu adalah sebagai “Fitness for

use” yang berarti suatu produk atau jasa harus

dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan

pelanggan (Juran, 1988). Pengendalian mutu

adalah pengukuran kinerja produk,

membandingkan standar dan spesifikasi produk,

serta melakukan tindakan koreksi bila ada

penyimpangan. Tiga langkah utama dalam

pengendalian mutu adalah : (1) menetapkan

standar, (2) menilai kesesuaian (mengukur dan

membandingkan dengan standar), dan (3)

melakukan tindakan koreksi yang diperlukan

(Feigenbaum, 1991). Jaminan Mutu adalah

seluruh kegiatan terencana dan sistematis yang

diterapkan dalam sistem manajemen mutu

untuk meyakinkan bahwa suatu produk akan

memenuhi persyaratan mutu (Usman, 2008).

Pemerintah melalui Badan Pengawas

Obat dan Makanan (BPOM) pada tahun 2012

menetapkan Cara Produksi Pangan yang Baik

Untuk Industri Rumah Tangga (CPPB-IRT).

CPPB-IRT merupakan pedoman yang berisi

persyaratan-persyaratan pada setiap ruang

lingkup/aspek yang wajib dipenuhi oleh

produsen pangan olahan industri rumah tangga

untuk menghasilkan pangan olahan yang

bermutu, aman, dan layak dikonsumsi. CPPB-

IRT memiliki 14 aspek, yaitu: lokasi dan

lingkungan produksi, bangunan dan fasilitas,

peralatan produksi, suplai air atau sarana

penyediaan air, fasilitas dan kegiatan higienis

dan sanitasi, kesehatan dan higienis karyawan,

pemeliharaan dan program higienis dan

sanitasi, penyimpanan, pengendalian proses,

pelabelan pangan, pengawasan oleh

Page 2: ANALISA KETIDAKSESUAIAN PERSYARATAN CARA …

383

penanggung jawab, penarikan produk,

pencatatan dan dokumentasi, dan pelatihan

karyawan.

Pedoman CPPB-IRT terdiri atas empat

tingkatan ketidaksesuaian, yaitu : harus,

seharusnya, sebaiknya, dan dapat, yang

diberlakukan terhadap semua lingkup.

Ketidaksesuaian adalah penyimpangan terhadap

seperangkat persyaratan CPPB-IRT).

Persyaratan “dapat” adalah persyaratan yang

mengindikasikan apabila tidak dipenuhi

mempunyai potensi mempengaruhi mutu

(wholesomeness) produk, dalam inspeksi

dinyatakan sebagai ketidaksesuaian minor.

Persyaratan "sebaiknya" adalah persyaratan

yang mengindikasikan apabila tidak dipenuhi

mempunyai potensi mempengaruhi efisiensi

pengendalian keamanan produk, dan dalam

inspeksi dinyatakan sebagai ketidaksesuaian

mayor. Persyaratan "seharusnya" adalah

persyaratan yang mengindikasikan apabila tidak

dipenuhi mempunyai potensi mempengaruhi

keamanan produk, dan dalam inspeksi

dinyatakan sebagai ketidaksesuaian serius.

Persyaratan "harus" adalah persyaratan yang

mengindikasikan apabila tidak dipenuhi akan

mempengaruhi keamanan produk secara

langsung dan atau merupakan persyaratan yang

wajib dipenuhi, dan dalam inspeksi dinyatakan

sebagai ketidaksesuaian kritis (Badan Pengawas

Obat dan Makanan, 2012).

Perusahaan Roti X merupakan

perusahaan industri rumah tangga dan saat ini

belum menerapkan sistem CPPB-IRT. Oleh

karena itu perlu adanya identifikasi kondisi

CPPB-IRT disana. Perusahaan Roti X

merupakan perusahaan yang memproduksi

produk roti industri rumah tangga. Pada saat

melakukan obsevasi awal di perusahaan

sebagian persyaratan CPPB-IRT belum

terpenuhi di perusahaan. Observasi awal

mengenai ketidaksesuaian keadaan di

perusahaan dengan persyaratan CPPB-IRT

dijelaskan pada Tabel 1.

CPPB-IRT merupakan pedoman yang

persyaratannya harus dipenuhi semua di

perusahaan. Oleh karena itu, semua kondisi di

perusahaan yang tidak sesuai dengan

persyaratan CPPB-IRT harus diidentifikasi dan

kemudian dikelompokkan dalam kategori

ketidaksesuaian minor, mayor, serius, dan

kritikal. Kemudian, dianalisis faktor penyebab

permasalahan pada setiap aspek yang masuk

dalam kategori ketidaksesuaian serius dan

kritikal dengan menggunakan Root Cause

Analysis (RCA). RCA merupakan metode

evaluasi terstruktur untuk mengidentifikasi akar

penyebab suatu kejadian yang tidak diharapkan

(undesired outcome) serta langkah-langkah

yang diperlukan untuk mencegah terulangnya

kembali kejadian yang tidak diharapkan

(undesired outcome) (Ronney dan Heuvel,

2004).

Penelitian terdahulu yang berkaitan

dengan penelitian ini adalah Rahmi (2008)

melakukan penelitian dengan judul Aplikasi

Good Manufacturing Practices (GMP),

Sanitation Standard Operating Procedures

(SSOP) dan Penentuan Titik Kendali pada

Produksi Susu Pasteurisasi Koperasi Peternak

Bandung Selatan. Pedoman GMP yang

digunakan adalah Cara Produksi Pangan Olahan

yang Baik (CPPOB) menurut Menteri

Perindustrian Nomor 23/MEN-KES/SK/1978.

Peneliti menggunakan diagram Ishikawa

(diagram sebab akibat).

Ratnasari (2012) melakukan penelitian

dengan judul Analisis Perbaikan Good

Manufacturing Practices (GMP) untuk

Meminimasi Kontaminasi terhadap Kualitas

Keripik Buah (Studi Kasus PT. Kajeye Food

Malang). Ayu Dini Ratnasari mengolah data

dengan menggunakan pedoman Cara Produksi

Pangan Olahan yang Baik (GMP) oleh

Permenperin No. 75 Tahun 2012.

Tabel 1. Observasi Awal Ketidaksesuaian

Perusahaan Terhadap Persyaratan

CPPB-IRT

Page 3: ANALISA KETIDAKSESUAIAN PERSYARATAN CARA …

384

2. Metode Penelitian

Pada penelitian ini termasuk penelitian

deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu

jenis metode penelitian yang menggambarkan

dan menginterpretasi objek secara apa adanya,

dan bertujuan untuk mencari penjelasan atas

suatu fakta atau kejadian yang sedang

berlangsung.

2.1 Langkah – langkah Penelitian

Berikut adalah langkah-langkah

penelitian yang dilakukan pada penelitian ini:

1. Studi pustaka

Studi pustaka bertujuan untuk mendapatkan

informasi atau literatur relevan mendukung

yang penulisan skripsi ini.

2. Survei pendahuluan

Survei pendahuluan dilakukan untuk

mengetahui kondisi real dari obyek yang

diteliti.

3. Identifikasi masalah

Bagi peneliti identifikasi masalah bertujuan

agar mempermudah menentukan masalah

penelitiannya. Untuk mempermudah, bisa

dilakukan diskusi dengan pihak perusahaan.

Dalam identifikasi masalah ini harus lebih

hati-hati dalam menentukannya, agar

nantinya penyebab terjadinya permasalahan

tersebut benar-benar dapat dipecahkan

dengan hasil yang cukup baik.

4. Perumusan masalah

Setelah masalah diidentifikasikan kemudian

dipilih yang sesuai, maka selanjutnya perlu

dirumuskan. Masalah yang ada dirumuskan

agar dapat lebih mudah menentukan metode

yang tepat untuk menyelesaikannya.

5. Penetapan tujuan penelitian

Penetapan tujuan penelitian dilakukan agar

penelitian dapat fokus terhadap masalah

yang akan diselesaikan.

6. Pengambilan data

Pengambilan data di Perusahaan Roti X

disesuaikan dengan pedoman CPPB-IRT.

7. Pengolahan data

a. Penyusunan indikator penilaian

Penyusunan indikator penilaian bertujuan

untuk mengetahui bagian-bagian aspek

yang tidak sesuai dengan pedoman

CPPB-IRT.Indikator penilaian

ketidaksesuaian terhadap aspek

persyaratan, terbagi menjadi lima:

1) Aman adalah keadaan di perusahaan

sudah sesuai dengan persyaratan.

2) Minor adalah tingkatan

ketidaksesuaian terhadap persyaratan

“dapat” dan tingkatan ketidaksesuaian

terhadap persyaratan ”sebaiknya”,

“seharusnya” dan “harus” dengan

resiko kontaminasi pada produk tidak

ada; dan resiko kontaminasi kecil dan

ada penanganan untuk mereduksi

kontaminasi tersebut.

3) Mayor adalah tingkatan

ketidaksesuaian terhadap persyaratan

“sebaiknya” dan tingkatan

ketidaksesuaian terhadap persyaratan

“dapat”, “seharusnya”, “harus”

dengan resiko kontaminasi kecil dan

tidak ada penanganan untuk

mereduksi kontaminasi tersebut.

4) Serius adalah tingkatan

ketidaksesuaian terhadap persyaratan

“seharusnya” dan persyaratan “harus”

dengan resiko kontaminasi besar

tetapi ada penanganan untuk

mereduksi kontaminasi tersebut.

5) Kritikal adalah tingkatan

ketidaksesuaian terhadap persyaratan

“seharusnya” dan “harus” dengan

resiko kontaminasi besar, tidak ada

penanganan untuk mereduksi

kontaminasi tersebut.

b. Penilaian aspek persyaratan CPPB-IRT

Penilaian aspek persyaratan CPPB-

IRTdilakukan dengan menilai aspek yang

tidak sesuai dengan persyaratan.

c. Pengelompokkan kategori penyimpangan

minor, mayor, serius, dan kritikal

Mengelompokkan kategori

penyimpangan minor, mayor, serius, dan

kritikal pada setiap aspek persyaratan

dengan observasi. Observasi tersebut

dilakukan dengan menangkap hal-hal

yang ada di perusahaan.

d. Pencarian akar masalah

Setelah mengelompokkan kategori

penyimpangan minor, mayor, serius, dan

kritikal pada setiap aspek persyaratan

dengan observasi. Selanjutnya,

mengkonfirmasi kebenaran mengenai

kategori penyimpangan serius dan

kritikal yang didapatkan dari hasil

obsevasi dengan pihak perusahaan.

Setelah dikonfirmasi kebenarannya oleh

pihak perusahaan, kategori serius dan

kritikal dicari menggunakan Root Cause

Analysis (RCA).

8. Usulan Perbaikan

Tahap selanjutnya adalah memberikan

alternatif perbaikan yang bukan hanya

normatif tetapi praktis.

Page 4: ANALISA KETIDAKSESUAIAN PERSYARATAN CARA …

385

9. Analisa dan Pembahasan

Pada tahap ini dilakukan analisa terhadap

hasil-hasil yang diperoleh pada tahap

pengolahan data dan usulan perbaikan. Pada

tahap ini diberikan usulan-usulan perbaikan

yang sesuai.

10. Kesimpulan dan Saran

Tahap kesimpulan dan saran merupakan

tahap akhir pada penelitian ini. Tahap ini

berisi kesimpulan mengenai pengolahan data

dan pembahasan yang digunakan untuk

menjawab tujuan penelitian yang sudah

ditetapkan sebelumnya. Kesimpulan dan

saran diharapkan menjadi masukan kepada

pihak Perusahaan Roti X untuk melakukan

perbaikan pada kegiatan produksi roti dalam

menjamin mutu dan keamanan produksi

roti.

3 Hasil dan Pembahasan

3.1 Analisa CPPB-IRT Di Perusahaan Roti

X

Analisa tahun 2012 CPPB-IRT dilakukan

berdasarkan 14 masing-masing elemen aspek

persyaratan yang sudah ditetapkan, aspek-aspek

tersebut adalah:

1. Lokasi dan lingkungan produksi

2. Bangunan dan fasilitas

3. Peralatan produksi

4. Suplai air atau sarana penyediaan air

5. Fasilitas dan kegiatan higienis dan sanitasi

6. Kesehatan dan higienis karyawan

7. Pemeliharaan dan program higienis dan

sanitasi

8. Penyimpanan

9. Pengendalian proses

10. Pelabelan pangan

11. Pengawasan oleh penanggung jawab

12. Penarikan produk

13. Pencatatan dan dokumentasi

14. Pelatihan karyawan

Berdasarkan dari pengamatan dan

analisa yang dilakukan. Dari ketidaksesuaian

terhadap persyaratan CPPB-IRT di Perusahaan

Roti X, sebagian hasil analisa dapat disajikan

pada Lampiran 1. Penjelasan dari masing dari

masing-masing kolom pada Lampiran 1 adalah:

1. Kolom jenis tingkatan persyaratan CPPB-

IRT menjelaskan mengenai jenis tingkatan

persyaratan CPPB-IRT, yaitu dapat,

sebaiknya, seharusnya, dan harus.

2. Kolom penjelasan mengenai tidak

terpenuhinya persyaratan menjelaskan

mengenai bagaimana kondisi di lapangan

terhadap elemen yang diperiksa.

3. Kolom resiko kontaminasi bila persyaratan

tidak terpenuhi, menjelaskan mengenai

resiko kontaminasi. Isian dapat berupa:

a. Tidak ada

Bila perusahaan tidak memenuhi

persyaratan pada elemen CPPB-IRT

yang diperiksa, resiko kontaminasi pada

produk tidak ada.

b. Kecil

Bila perusahaan tidak memenuhi

persyaratan pada elemen menjelaskan

yang diperiksa, maka resiko kontaminasi

pada produk kecil disesuaikan dengan

kondisi di perusahaan.

c. Besar

Bila perusahaan tidak memenuhi

persyaratan pada elemen CPPB-IRT yang

diperiksa, maka resiko kontaminasi pada

produk besar disesuaikan pada kondisi di

perusahaan.

4. Kolom jenis kontaminasi menjelaskan

mengenai apabila perusahaan tidak

memenuhi persyaratan pada elemen CPPB-

IRT yang diperiksa dan ada resiko

kontaminasi kecil maupun besar, maka jenis

resiko kontaminasi apa yang akan terkena

pada produk olahan adalah:

a. Kontaminasi biologi

Merupakan jenis kontaminasi dari

organisme dan mikroorganisme, sebagai

contoh adalah kontaminasi dari bakteri,

cacing, spora, ganggang, protozoa,

serangga, dan binatang pengerat.

b. Kontaminasi kimia

Merupakan jenis kontaminasi dari bahan

kimia seperti pembersih, insektisida,

komponen kimia lain yang beracun.

c. Kontaminasi fisik

Merupakan jenis kontaminasi yang

secara fisik nampak mengkontaminasi

produk, dapat berasal dari debu, kotoran,

asap kendaraan bermotor, dari serpihan

dari permukaan barang.

5. Kolom ada upaya mereduksi kontaminasi

menjelaskan mengenai apakah ada upaya

untuk menanggulangi kontaminasi yang ada

pada produk olahan. Pada kolom ada upaya

mereduksi kontaminasi terdapat dua sub-

kolom yaitu iya dan tidak. Sub-kolom iya

menjelaskan mengenai ada upaya untuk

mereduksi bila kontaminasi ada pada produk

olahan sedangkan sub-kolom tidak

menjelaskan mengenai tidak adanya upaya

untuk mereduksi bila kontaminasi ada pada

produk olahan.

Page 5: ANALISA KETIDAKSESUAIAN PERSYARATAN CARA …

386

6. Kolom jenis upaya menjelaskan mengenai

bila ada kontaminasi, jenis upaya apa yang

dilakukan untuk mereduksi kontaminasi.

Contohnya kontaminasi biologi yang yang

direduksi melalui proses pemanasan

(pengovenan, pengukusan, dan sebagainya).

7. Kolom tingkatan penyimpangan

menjelaskan mengenai tingkat kesesuaian

dengan persyaratan, yaitu:

a. Minor adalah tingkatan ketidaksesuaian

terhadap persyaratan“dapat” dan

tingkatan ketidaksesuaian terhadap

persyaratan”sebaiknya”, “seharusnya”

dan “harus” dengan resiko kontaminasi

pada produk tidak ada, dan resiko

kontaminasi kecil tetapi ada penanganan

untuk mereduksi kontaminasi tersebut.

b. Mayor adalah tingkatan ketidaksesuaian

terhadap persyaratan “sebaiknya”dan

tingkatan ketidaksesuaian terhadap

persyaratan “dapat” “seharusnya”,

“harus” dengan resiko kontaminasi tidak

ada, dan kecil tetapi tidak ada

penanganan untuk mereduksi

kontaminasi tersebut.

c. Serius adalah tingkatan ketidaksesuaian

terhadap persyaratan“seharusnya”dan

persyaratan “harus” dengan resiko

kontaminasi besar tetapi ada penanganan

untuk mereduksi kontaminasi tersebut.

d. Kritikal adalah tingkatan ketidaksesuaian

terhadap persyaratan “seharusnya” dan

“harus” dengan resiko kontaminasi besar

dan tidak ada penanganan untuk

mereduksi kontaminasi tersebut.

Keterangan : Kategori aman adalah kategori

yang tidak menyimpang dari ketentuan CPPB-

IRT, sehingga tidak disertakan di Lampiran 1.

Sedangkan tabel sebagian dari

identifikasi kategori penyimpangan minor,

mayor, serius, dan kritikal dapat dilihat pada

Lampiran 2 dan dalam tabel tersebut yang

masuk dalam kategori minor, mayor, serius,

kritikal adalah:

1. Minor

Kondisi di perusahaan yang masuk dalam

kategori minor adalah sebanyak:

a. 1 elemen persyaratan dari penyimpanan

b. 2 elemen persyaratan dari pengendalian

proses

c. 1 elemen persyaratan dari pelabelan

pangan,

d. 1 elemen persyaratan dari pengawasan

oleh penanggung jawab.

2. Mayor

Kondisi di perusahaan yang masuk dalam

kategori mayor adalah sebanyak:

a. 1 elemen persyaratan dari lokasi dan

lingkungan produksi

b. 4 elemen persyaratan dari bangunan dan

fasilitas

c. 3 elemen persyaratan dari elemen dari

fasilitas dan kegiatan higienis dan

sanitasi

d. 8 elemen persyaratan dari pemeliharaan

dan program higienis dan sanitasi

e. 1 elemen persyaratan dari pengawasan

oleh penaggung jawab

f. 2 elemen persyaratan dari pelatihan

3. Serius

Kondisi di perusahaan yang masuk dalam

kategori serius adalah sebanyak:

a. 1 elemen persyaratan dari fasilitas dan

kegiatan higienis dan sanitasi

b. 2 elemen persyaratan dari kesehatan dan

higienis karyawan

4. Kritikal

Kondisi di perusahaan yang masuk dalam

kategori kritikal adalah sebanyak:

a. 1 elemen persyaratan dari bangunan dan

fasilitas

b. 1 elemen persyaratan dari dari fasilitas

dan kegiatan higienis dan sanitasi

c. 1 elemen persyaratan dari peralatan

produksi

d. 2 elemen persyaratan dari fasilitas dan

kegiatan higienis dan sanitasi

e. 1 elemen persyaratan dari kesehatan dan

higienis karyawan

f. 3 elemen persyaratan dari pemeliharaan

dan program higienis dan sanitasi

Penyimpangan serius dan kritikal

diketahui akar permasalahannya dengan

menggunakan RCA.

3.2 Analisa Ketidaksesuaian Serius dan

Kritikal Dengan Root Cause Analysis

(RCA)

RCA Ketidaksesuaian Serius & Kritikal

di Perusahaan Roti X dapat dideskripsikan

dalam beberapa permasalahan yaitu:

1. Permasalahan toilet

Permasalahan toilet di Perusahaan

Roti X adalah jumlah toilet tidak sebanding

dengan banyaknya karyawan, toilet yang

diperuntukkan bagi karyawan hanya ada satu

yang dipakai sebanyak 53 karyawan 29 pria

dan 24 wanita. Toilet tersebut berdekatan

dengan tempat penyucian peralatan dimana

Page 6: ANALISA KETIDAKSESUAIAN PERSYARATAN CARA …

387

tempat penyucian tersebut tidak dilengkapi

tembok penutup sehingga beresiko

mengkontaminasi alat-alat yang dicuci di

tempat tersebut, dan beresiko

mengkontaminasi produk.

2. Permasalahan karyawan yang sakit

Permasalahan karyawan yang sakit

ada dua hal, yaitu yang pertama karyawan

produksi yang menderita penyakit batuk dan

pilek masih diperbolehkan bekerja.

Karyawan produksi (karyawan yang bekerja

di bidang pangan) yang menderita flu (batuk

dan pilek) masih diperbolehkan bekerja

disebabkan oleh anggapan bahwa bila

karyawan produksi yang sedang menderita

penyakit batuk dan pilek sudah

menggunakan masker. Hal ini disebabkan

oleh keterbatasan pengetahuan mengenai

usaha pencegahan terhadap kontaminan.

Sedangkan sebab kedua adalah tidak ada

peraturan yang melarang karyawan yang

sakit untuk bekerja.

Permasalahan karyawan sakit yang

kedua adalah pengolahan produk tidak

terpisah dengan keberadaan karyawan yang

disebabkan oleh tidak ada dinding pemisah

antara produk olahan dengan keberadaan

karyawan.

3. Permasalahan wastafel

Permasalahan wastafel yang pertama

adalah tidak tersedianya wastafel di area

produksi disebabkan oleh keterbatasannya

pengetahuan mengenai usaha pencegahan

terhadap kontaminan. Permasalahan

wastafel yang kedua adalah karyawan

bekerja tanpa cuci tangan disebabkan oleh

keterbatasannya pengetahuan mengenai

usaha pencegahan terhadap kontaminan.

4. Permasalahan peralatan

Rak yang sudah berkarat dipakai

untuk meletakkan roti tawar yang sudah

matang disebakan oleh karat yang ada di rak

untuk meletakkan roti tawar yang sudah

matang tidak pernah dihilangkan.

5. Permasalahan kebiasaan karyawan

Karyawan yang menangani pangan

seharusnya mengenakan pakaian kerja yang

bersih. Pakaian kerja dapat berupa celemek,

penutup kepala, sarung tangan, masker dan

atau sepatu kerja disebabkan oleh

keterbatasan pengetahuan mengenai usaha

pencegahan terhadap kontaminan. Penyebab

kedua adalah tidak ada peraturan yang

menegaskan karyawan untuk selalu

memakai pakaian kerja.

3.3 Usulan Perbaikan

Dari akar permasalahan yang didapatkan

dari RCA perbaikan yang diusulkan antara lain

adalah:

1. Sebaiknya pihak perusahaan dan karyawan

mengikuti kegiatan yang berkaitan untuk

meningkatkan pengetahuan (pelatihan)

untuk pencegahan terhadap kontaminan

terhadap pakar atau pihak/pemerintah yang

terkait.

2. Diharapkan pihak perusahaan menyediakan

tempat sampah tertutup seperti dustbin di

area produksi dan dilapisi plastik besar

didalamnya, sehingga plastik yang berisi

sampah tersebut yang dibuang di tempat

sampah.

3. Rak yang sudah berkarat pada bagian

produksi roti tawar dipakai untuk

meletakkan roti tawar yangsudah matang

harus dihilangkan karatnya dan dilapisi cat

yang berbahan aman. Apabila akan

digunakan sebagai tempat meletakkan roti

tawar matang, di atas rak-rak tersebut

diletakkan alas yang aman agar tidak

mengkontaminasi roti tawar matang.

4. Penyusunan Standard Operating Procedure

Standard Operating Procedure (perintah

kerja yang harus diikuti dalam menjalankan

suatu pekerjaan tertentu dengan berpedoman

pada tujuan yang harus dicapai). Standard

Operating Procedure tersebut dapat dilihat

dalam Gambar 1.

Page 7: ANALISA KETIDAKSESUAIAN PERSYARATAN CARA …

388

Gambar 1. Standard Operating Procedure Kebersihan di Area Produksi

5. Penyusunan Peraturan Rutin Karyawan

Produksi

Peraturan Rutin Karyawan Produksi

dibuat agar pekerja mengikuti peraturan

yang tertulis agar resiko kontaminasi dapat

berkurang. Rancangan Peraturan Rutin

Karyawan Produksi tersebut dapat dilihat

dalam Gambar 2.

Page 8: ANALISA KETIDAKSESUAIAN PERSYARATAN CARA …

389

Gambar 2. Peraturan Rutin Karyawan Produksi

6. Tata Letak Fasilitas

Dalam memberikan solusi dalam

perbaikan terhadap elemen dari aspek CPPB-

IRT yang berhubungan dengan tata letak

fasilitas di Pabrik Roti X digunakan konsep

Tata Letak Fasilitas. Menurut Wignjosoebroto

(2003) tata letak fasilitas adalah tata cara

pengaturan fasilitas–fasilitas pabrik guna

menunjang kelancaran proses produksi.

Pengaturan tersebut akan memanfaatkan luas

area (space) untuk penempatan mesin atau

fasilitas penunjang produksi lainnya, kelancaran

gerakan–gerakan material, penyimpanan

material (storage) baik yang bersifat temporer

maupun permanen, personil pekerja dan

sebagainya. Metode yang akan digunakan

dalam penelitian ini adalah metode Systiematic

Layout Planning (SLP). Secara ringkas

prosedur pelaksanaan SLP digambarkan pada

Gambar 3.

a. Tata Letak Fasilitas (layout) awal di Pabrik

Roti X pada terdapat pada Gambar 4.

b. Masalah yang dapat diperbaiki dengan tata

letak fasilitas

Data Masuk dan Aktifitas

1. Aliran Material2. Activity

Relationship

3. Relationship

Diagram

5. Luasan Area

Tersedia

4. Kebutuhan

Luas Area

6. Space Relationship

Diagram

7. Pertimbangan

modifikasi8. Batasan Praktis

9. Perancangan

Alternatif Tata Letak

10. Evaluasi

Fase

Ana

lisis

Fase

Pen

caria

nFa

se P

emili

han

Gambar 3. Prosedur Untuk Merencanakan SLP

(Sumber: Wignjosebroto (2003))

Page 9: ANALISA KETIDAKSESUAIAN PERSYARATAN CARA …

390

KU

LK

AS

BA

HA

NK

UL

KA

S

BA

HA

N

ME

JA

PE

MB

UA

TA

N

RO

TI T

AW

AR

ME

SIN

PE

NIP

IS

AD

ON

AN

OV

EN

RAK ROTI TAWAR

MATANG

AR

EA

PE

LE

TA

KK

AN

BA

HA

N B

AK

U

FINISHING

TIMBANG

BAHAN

ME

JA

PE

MB

UA

TA

N

AD

ON

AN

OV

EN

KO

MP

OR

FINISHING

RA

K

PE

RA

LA

TA

N

TE

MP

AT

ME

MB

UA

T

AD

ON

AN

TIM

BA

N

G

BA

HA

N

MIXER

RA

K

PE

RA

LA

TA

N

RAK TART

MATANG

ME

JA

RA

K

PE

RA

LA

TA

N

MEJA TOPING

DAN FINISHING

KULKAS BAHAN

MIX

ER

ME

JA

TIM

BA

NG

BA

HA

N

MEJA TIMBANG

BAHAN

MIXER

ME

JA

TIM

BA

NG

BA

HA

N

AR

EA

ME

LE

TA

KK

AN

BA

HA

N

AR

EA

ME

LE

TA

KK

AN

BA

HA

N

KU

LK

AS

BA

HA

N

MESIN

PENIPIS

ADONAN

MESIN

PENIPIS

ADONAN

MEJA PEMBUATAN ROTI

TAWAR

OVENOVENOVENRAK PERALATAN

RAK ROTI TAWAR

MATANG

MIX

ER

RAK ROTI TAWAR

MATANG

KU

LK

AS

RA

K P

ER

AL

AT

AN TEMPAT

MEMBUAT

ADONAN

KULKASRAK

PERALATAN

24

GUDANG BAHAN BAKU 2

(9x4,25)m

RAK BROWNIES

MATANG

RAK BOLU MATANG

OVEN

1

(4x5)

m

2

(9x8)m

4

(3x2)m

Up

12

(4x2)m

6

(2x1)m 5

(

3x1)m

7

(5x2)m

8

(2,5

x1)m 9

(3x2)m

10

(1x1)m

14

(2x2)m

11

(2x1,5

)m

16

(4,5

x6)m

15

(2x

2)m

13

(2x1)m

17

(4,5

x6)m

23

(5x2)m

+ (

3x3)m

4 m

6 m

2 m

5 m

4 m

4,2

5 m

3,

75 m

7 m

7 m

15 m

18

,75 m

4 m

3

(3x7)m

1,5

m0

,5 m

LA

NT

AI 1

22

(2x2)m

21

(2x

2)m

18

(2x1

,5)m

20

(2x

1,5

)m

2 m

RA

K

SL

ICE

MA

TA

NG

MIX

ER

ME

JA

PE

MB

UA

TA

N

AD

ON

AN

3 m

1 m

2 m

KO

MP

OR

TIMBANG

BAHAN

25

26

27

28

Ara

h m

enu

ju k

e ru

ang

pro

duk

si

Ala

t yan

g d

ipak

ai o

leh t

emp

at p

rod

uksi

tar

t

Ala

t y

ang

dip

akai

ole

h t

emp

at p

rod

uk

si s

lice

Ala

t y

ang d

ipak

ai o

leh

tem

pat

pro

du

ksi

bro

wnie

s

Ala

t yan

g d

ipak

ai o

leh t

emp

at p

rod

uksi

bo

lu

Ala

t y

ang

dip

akai

ole

h t

empat

pro

du

ksi

ro

ti t

awar

Ala

t yan

g d

ipak

ai o

leh

tem

pat

pro

du

ksi

do

nat

Ala

t yan

g d

ipak

ai o

leh

tem

pat

pro

du

ksi

pie

Ala

t y

ang d

ipak

ai b

ersa

ma

Jala

n r

aya

Ket

era

ng

an

:

MEJA PENGEMASAN OVEN

KOMPOR PENGGORENG DONAT

RAK

PERALATAN

MIXER

MEJA PEMBUATAN PIE

KOM

POR

RAK

BAHAN

BAKU

RA

K B

AH

AN

BA

KU

RA

K

PR

OD

UK

MA

TA

NG

MESIN

PENIPIS

ME

JA

PE

MB

EN

TU

KA

N D

ON

AT

MEJA DAN

TOPING

FINISHING

RAK

PRODUK

MATANG

RAK

PRODUK

MATANG

ME

JA

DO

NA

T

MA

TA

NG

MEJA PEMBUATAN PIE

AU

LA

1 m

1,75 m

1 m7,5 m

1m

0,5 m

0,75 m 0,75 m

0,5

m

3 m

1,5

m

2 m

0,5 m

1 m

0,5

m

2 m 2 m 0,5 m

1,5

m

1 m

1 m

1 m

0,5

m

1 m

31 1

,5 x

2 (

m)

30

2 x

2 (

m)

2 x

2 (

m)

32

LA

NT

AI 2

3

34

Are

a b

uk

an r

uan

g p

rod

uksi

Gam

bar

4 L

ayo

ut

Aw

al P

eru

sah

aan

G

am

ba

r 4.

Layo

ut

Aw

al P

erusa

haa

n

Page 10: ANALISA KETIDAKSESUAIAN PERSYARATAN CARA …

391

KU

LK

AS

BA

HA

NK

UL

KA

S

BA

HA

N

ME

JA

PE

MB

UA

TA

N

RO

TI T

AW

AR

ME

SIN

PE

NIP

IS

AD

ON

AN

OV

EN

RAK ROTI TAWAR

MATANG

AR

EA

PE

LE

TA

KK

AN

BA

HA

N B

AK

U

FINISHING

TIMBAN

G

BAHAN

ME

JA

PE

MB

UA

TA

N

AD

ON

AN

OV

EN

KO

MP

OR

FINISHING

RA

K

PE

RA

LA

TA

N

TE

MP

AT

ME

MB

UA

T

AD

ON

AN

TIM

BA

N

G

BA

HA

N

MI

XE

R

RA

K

PE

RA

LA

TA

N

RAK TART

MATANG

ME

JA

RA

K

PE

RA

LA

TA

N

MEJA TOPING

DAN FINISHING

KULKAS BAHAN

MIX

ER

ME

JA

TIM

BA

NG

BA

HA

N

MEJA TIMBANG

BAHAN

MIXER

ME

JA

TIM

BA

NG

BA

HA

N

AR

EA

ME

LE

TA

K

KA

N

BA

HA

N

AR

EA

ME

LE

TA

KK

AN

BA

HA

N

KU

LK

AS

BA

HA

N

MESIN

PENIPIS

ADONAN

MESIN

PENIPIS

ADONAN

MEJA PEMBUATAN ROTI

TAWAR

OVENOVENOVENRAK PERALATAN

RAK ROTI TAWAR

MATANG

MIX

ER

RAK ROTI TAWAR

MATANG

KU

LK

AS

RA

K P

ER

AL

AT

AN TEMPAT

MEMBUAT

ADONAN

KULKAS

RAK

PERALA

TAN

24

GUDANG BAHAN BAK 2

(9x4,25)m

RAK BROWNIES

MATANG

RAK BOLU MATANG

OVEN

1

(4x

5)

m

2

(9x

8)m

4

(3x

2)m

Up

22

(2x

2)m

21

(2x

2)m

12

(4x

2)m

6

(2x

1)m 5

(

3x

1)m

7

(5x

2)m

8

(2,5

x1

)m

9

(3x

2)m

10

(1x

1)m

14

(2x

2)m

11

(2x

1,5

)m

16

(4,5

x6

)m

15

(2x

2)m

13

(2x

1)m

17

(4,5

x6

)m2

3

(5x

2)m

+ (

3x

3)m

4 m

6 m

2 m

5 m

4 m

KO

MP

OR

TIMBANG

BAHAN

RA

K

SL

ICE

MA

TA

N

G MI

XE R

ME

JA

PE

MB

UA

TA

N

AD

ON

AN

3 m

1 m

4,2

5 m

3,

75

m7

m7

m

15 m

18,7

5 m

4 m

3

(3x

7)m

1,5

m

1,5 m

1,5 m

0,5

m

20

LA

NT

AI

1

MEJA

PENGEMASANOVEN

KOMPOR PENGGORENG

DONAT

RAK

PERA

LATA

N

MI

XE

R

MEJA

PEMBUATAN PIE

K

O

M

P

O

R

RAK

BAHA

N

BAKU

RA

K

BA

HA

N

BA

KU

RA

K

PR

OD

UK

MA

TA

N

G

ME

SIN

PEN

IPIS

ME

JA

PE

MB

EN

TU

KA

N

DO

NA

T

MEJA

DAN

TOPING

FINISHI

NG

RAK

PROD

UK

MATA

NG

RAK

PRODUK

MATAN

G

ME

JA

DO

NA

T

MA

TA

N

G

MEJA

PEMBUATAN PIE

29

5,7

5 m

1 m

1,75 m

1 m 7,5 m

1m

0,5 m

0,75 m 0,75 m0,5

m

3 m

1,5

m

2 m

0,5 m

1 m

0,5

m

2 m 2 m0,5 m

1,5

m

1 m

1 m

1 m

0,5

m

1 m

31

1,5

x 2

(m

)

30

2 x

2 (

m)

2 x

2 (

m)

32

LA

NT

AI

2

28

25

26

27

33

(5,5

x 5

) m

34

Ara

h m

en

uju

ke r

uan

g p

rod

uk

si

Ala

t y

an

g d

ipak

ai

ole

h t

em

pat

pro

du

ksi

tart

Ala

t y

an

g d

ipak

ai

ole

h t

em

pat

pro

du

ksi

sli

ce

Ala

t y

an

g d

ipak

ai

ole

h t

em

pat

pro

du

ksi

bro

wn

ies

Ala

t y

an

g d

ipak

ai

ole

h t

em

pat

pro

du

ksi

bo

lu

Ala

t y

an

g d

ipak

ai

ole

h t

em

pat

pro

du

ksi

ro

ti t

aw

ar

Ala

t y

an

g d

ipak

ai

ole

h t

em

pat

pro

du

ksi

do

nat

Ala

t y

an

g d

ipak

ai

ole

h t

em

pat

pro

du

ksi

pie

Ala

t y

an

g d

ipak

ai

bers

am

a

Jala

n r

ay

a

Are

a b

uk

an

ru

an

g p

rod

uk

si

Ke

tera

ng

an

:

Ga

mb

ar

5 U

sula

n P

erb

aikan

Lay

ou

t P

eru

sah

aan

G

am

ba

r 5

. U

sula

n P

erbaik

an L

ayo

ut

Per

usa

haa

n

Page 11: ANALISA KETIDAKSESUAIAN PERSYARATAN CARA …

392

1) Jumlah toilet untuk karyawan kurang

karena hanya terdapat 1 toilet yang

digunakan oleh 53 karyawan 29 pria

dan 24 wanita.

2) Toilet dekat dengan tempat menyuci

peralatan dan tempat produksi slice.

3) Wastafel sebagai tempat menyuci

tangan karyawan produksi sama sekali

tidak tersedia di toilet maupun di

dekat tempat produksi. Penambahan

fasilitas wastafel dimaksudkan agar

dapat meminimalisir resiko terjadinya

kontaminasi silang antara karyawan

dengan produk olahan. Wastafel perlu

ditambahkan sesuai dengan

persyaratan CPPB-IRT, yaitu

diletakkan dekat toilet, serta di dalam

ruang produksi dengan jumlah sesuai.

Maka wastafel yang ditambahkan

sebanyak 11 wastafel dengan rincian 3

wastafel di dekat area toilet karyawan

wanita, 3 wastafel di dekat area toilet

karyawan pria, 4 wastafel di ruangan

produksi lantai 1, dan 1 wastafel di

dekat area produksi lantai 2, 1

wastafel di depan toilet office. Sarana

wastafel dilengkapi dengan sabun,

pengeringnya, dan tempat sampah

tertutup. Tata Letak Fasilitas (layout)

sesudah perbaikan di Pabrik Roti X

pada terdapat pada Gambar 5.

4. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa dan

pembahasan, dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1. Dari analisa kondisi di Perusahaan

(pabrik) Roti X, teridentifikasi beberapa

elemen dari 11 aspek yang tidak sesuai

terhadap persyaratan CPPB-IRT yaitu

lokasi dan lingkungan produksi,

bangunan dan fasilitas, peralatan

produksi, fasilitas dan kegiatan higienis

dan sanitasi, kesehatan dan higienis

karyawan, pemeliharaan dan program

higienis dan sanitasi, penyimpanan,

pengendalian proses, pelabelan pangan,

pengawasan oleh penanggung jawab,

pencatatan dan dokumentasi serta

pelatihan karyawan.

2. Berdasarkan identifikasi ketidaksesuaian

terhadap persyaratan CPPB-IRT ada

ketidaksesuaian sebanyak 5 minor, 20

mayor, 3 serius, dan 9 kritikal. Yang

masuk dalam kategori serius yaitu sarana

toilet tidak terjaga dalam keadaan tertutup,

karyawan di bagian produksi pangan ada yang

sakit saat bekerja. Elemen yang masuk dalam

kategori kritikal yang dapat dijabarkan yaitu

mengenai permukaan yang kontak langsung

dengan pangan berkarat, tidak tersedianya

tempat cuci tangan, tempat sampah tidak

tertutup rapat, sampah menumpuk di ruang

produksi dan tidak segera ditangani dan

dibuang, dan karyawan tidak menyuci tangan

dengan sabun sebelum memulai kegiatan

mengolah pangan, dan kebiasaan karyawan

produksi yang tidak mengenakan pakaian kerja

saat sedang bekerja.

3. Berdasarkan hasil dari pencarian akar

permasalahan, usulan upaya perbaikan yang

memperhatikan persyaratan dari CPPB-IRT,

antara lain:

a. Dipindahnya toilet jauh dari area produksi

agar sumber kontaminasi yang disebabkan

oleh dekatnya toilet dengan area produksi

dan tempat penyucian peralatan dapat

diminimalisir.

b. Pelatihan pihak pabrik dan karyawan agar

pihak pabrik dan karyawan dapat

mengetahui dan menerapkan dari pelatihan

tersebut. Hal tersebut dapat mencegah atau

meminimalisir kontaminasi produk olahan.

c. Perancangan Standard Operating Procedure

dan Peraturan Rutin Karyawan Produksi

yang akan berpengaruh terhadap tanggung

jawab karyawan untuk menjaga keamanan

produk olahan.

d. Penambahan toilet dan wastafel agar dapat

mencegah atau meminimalisir kontaminasi

pada produk olahan.

e. Menyediakan tempat sampah tertutup

seperti dustbin di area produksi dan dilapisi

plastik besar didalamnya dan membung

sampah setiap 30 menit sekali agar dapat

mencegah atau meminimalisir kontaminasi

produk olahan.

Page 12: ANALISA KETIDAKSESUAIAN PERSYARATAN CARA …

393

Daftar pustaka Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2012).

Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat

dan Makanan Republik Indonesia Nomor

HK.03.1.23.04.12.2205Tahun 2012 Tentang

Pedoman Pemberian Sertifikat Produksi

Pangan Yang Baik Untuk Industri Rumah

Tangga.Jakarta: Badan Pengawas Obat dan

Makanan.

Feigenbaum, A.V. (1989). Kendali Mutu

Terpadu Edisi Ketiga Jilid I (Terjemahan).

Jakarta: Erlangga.

Juran, J.M. (1988). Juran’s Quality Control

Hanbook Fourth Edition. New York: Mc

Graw Hill International Editions.

Purnama, Nursya’bani. (2006). Manajemen

Kualitas Perspektif Global. Yogyakarta:

Ekonisia.

Rahmi, Dinni., Maheswari, Rarah., Cyrilla,

Lucia. (2008). Aplikasi Good Manufacturing

Practices (GMP), Sanitation Standard

Operating Procedures dan Penentuan Titik

Kendali pada Produksi Susu Pasteurisasi

Koperasi Peternak Bandung Selatan.

Jurusan Teknologi Hasil Ternak.Bandung:

IPB.

Ratnasari, Ayu Dini., Astuti, Murti., Rahman, Arif.

(2012). Analisis Perbaikan Good Manufacturing

Practices (GMP) untuk Meminimasi Kontaminasi

terhadap Kualitas Keripik Buah (Studi Kasus PT.

Kajeye Food Malang). Program Studi Teknik

Industri. Malang: Universitas Brawijaya.

Ronney, J.J. and Heuvel, L.N.V. (2004). Root

Cause Analysis For Beginners.

www.cecc.nl/download/fmea/rca4beginners

(diakses 17 November 2013).

Usman, Husaini. (2008). Manajemen : Teori,

Praktek, dan Riset Pendidikan. Jakarta: Penerbit

Bumi Aksara.

Wignjosoebroto, Sritomo. (2003). Tata Letak

Pabrik dan Pemindahan Bahan. Surabaya: Guna

Widya.

Page 13: ANALISA KETIDAKSESUAIAN PERSYARATAN CARA …

394

Lampiran 1.Tabel Sebagian Dari Ketidaksesuaian/Penyimpangan CPPB-IRT Elemen Yang Diperiksa Jenis

Tingkatan

Persyaratan

CPPB-IRT

Penjelasan

Mengenai Tidak

Terpenuhinya

Persyaratan

Resiko kontaminasi Bila

Persyaratan Tidak

Terpenuhi

Jenis

Kontaminasi

Ada upaya

Upaya

Mereduksi

Kontaminasi

Jenis

Upaya

Tingkatan Penyimpangan

Tidak

ada

Kecil Besar Iya Tidak Minor Mayor Serius Kritikal

1. LOKASI DAN

LINGKUNGAN

PRODUKSI

1. a Lokasi IRTP dijaga

tetap bersih, bebas

sampah, bau, asap, kotoran, dan debu.

Seharusnya Lokasi terletak di

depan jalan raya.

Tetapi ruangan produksi jauh dari

jalan raya

√ Fisik √ - √

2. BANGUNAN DAN

FASILITAS

2. a. 2) b) Lantai selalu dalam

keadaan bersih

Seharusnya Lantai bagian

produksi bolu

kotor

√ Biologi dan

fisik

√ - √

2. a. 3) b) Dinding selalu dalam

keadaan bersih

Seharusnya Dinding di

seluruh bagian

produksi kotor

√ Biologi dan

fisik

√ - √

2. a. 4) d) Langit-langit selalu

dalam keadaan bersih

Seharusnya Langit-langit di

seluruh bagian produksi kotor

√ Biologi dan

fisik

√ - √

2.a. 6) c) Jendela dilengkapi dengan kasa pencegah

masuknya serangga

Seharusnya Jendela yang ada di bagian produksi

tidak dilengkapi

kasa

√ Biologi dan fisik

√ - √

2. a. 7) c) Lubang angin atau

lubang ventilasi

dilengkapi kasa

Seharusnya Ventilasi di

seluruh bagian

produksi tidak dilengkapi kasa

√ Biologi dan

fisik

√ - √

2. b.1)b) Di ruang produksi ada tempat untuk menyuci

tangan

Seharusnya Tidak ada satupun sarana cuci tangan

yang ada di dekat

di ruang produksi

√ Biologi dan fisik

√ Biologi : pemanasan

Fisik : -

Page 14: ANALISA KETIDAKSESUAIAN PERSYARATAN CARA …

395

Lampiran 2.Tabel Sebagian Dari Identifikasi Kategori Penyimpangan Minor, Mayor, Serius, dan Kritikal Kategori

Penyimpangan

No. Penjelasan

Minor 8. a. 3)

9. e. 2)

Elemen persyaratan dari penyimpanan : penyimpanan bahan diberi tanda dan menggunakan sistem First In First Out (FIFO) dan

sistem First Expired First Out (FEFO).

Kondisi di lapangan : bahan yang digunakan adalah bahan yang terdekat dengan pintu sehingga banyak bahan yang rusak karena

lama disimpan, tetapi perusahaan tidak menggunakan bahan baku yang rusak akibat proses penyimpanan sehingga tidak ada resiko

kontaminasi.

Elemen persyaratan dari pengendalian proses : ada keterangan tanggal kedaluwarsa pada kemasan.

Kondisi di lapangan : untuk produk selain yang sudah dikemas saat dijual tidak ada keterangan tanggal kedaluwarsa. Resiko

kontaminasi tidak ada karena walaupun ada tanggal kadaluwarsa tidak ada produk yang dijual sampai keesokan harinya.

Mayor 10

11. b. b)

13. a. 3)

Elemen persyaratan dari pengendalian proses : ada keterangan tentang karakteristik produk pangan yang dihasilkan pada kemasan.

Kondisi di lapangan : untuk produk selain yang sudah dikemas saat dijual tidak ada keterangan tentang karakteristik produk pangan

yang dihasilkan pada kemasan. Resiko kontaminasi pada produk tidak ada, hanya apabila ada keterangan tentang karakteristik

produk pangan yang dihasilkan pada kemasan akan lebih baik dan memudahkan dalam pengendalian proses.

Elemen persyaratan dari pelabelan pangan : label pangan mencantumkan daftar bahan yang digunakan, berat bersih/isi bersih, nama

dan alamat IRTP, masa kedaluwarsa, dan kode produksi.

Kondisi di lapangan : label sebagian produk tidak mencantumkan berat bersih dan tanggal kadaluarsa pada yang dijual dengan tidak

langsung dikemas. Resiko kontaminasi bila elemen persyaratan ini tidak terpenuhi adalah tidak ada karena tidak terlalu berpengaruh

ke produk.

Elemen persyaratan dari Pengawasan oleh penanggung jawab: pemilik mencatat dan mendokumentasikan : penyimpanan,

pembersihan dan sanitasi, pengendalian hama, kesehatan karyawan, pelatihan, distribusi dan penarikan produk dan lainnya yang

dianggap penting.

Kondisi di lapangan : tidak ada dokumentasi mengenai pembersihan dan sanitasi, pengendalian hama, kesehatan karyawan, pelatihan

dan penarikan produk. Resiko kontaminasi tidak ada karena apabila elemen persyaratan ini tidak terpenuhi di perusahaan, tidak

berpengaruh langsung pada produk.