analisa hasil s.o.s engine unit d155a-6 terhadap...
TRANSCRIPT
ANALISA HASIL S.O.S ENGINE UNIT D155A-6 TERHADAP
UPAYA PERAWATAN YANG DILAKUKAN OLEH
PT. HARMONI PANCA UTAMA SITE BONTANG
TUGAS AKHIR
KARYA TULIS INI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK
MEMPEROLEH GELAR AHLI MADYA DARI POLITEKNIK NEGERI
BALIKPAPAN
Disusun Oleh :
Dwi Sampurno
NIM : 140309234291
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
JURUSAN TEKNIK MESIN
PROGRAM STUDI ALAT BERAT
BALIKPAPAN
2017
ii
SURAT PERNYATAAN
iii
SURAT PERNYATAAN
Yang bertandatangan di bawah ini :
Nama : Dwi Sampurno
Tempat dan tanggal lahir : Samboja, 04 Februari 1996
NIM : 140309234291
Menyatakan bahwa tugas akhir yang berjudul “ANALISA HASIL S.O.S
ENGINE UNIT D155A-6 TERHADAP UPAYA PERAWATAN YANG
DILAKUKAN OLEH PT. HARMONI PANCA UTAMA SITE BONTANG” adalah
bukan merupakan hasil karya tulis orang lain, baik sebagian maupun keseluruhan,
kecuali dalam kutipan yang kami sebutkan sumbernya.
Demikian pernyataan saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila
pernyataan ini tidak benar saya bersedia mendapat sanksi akademis.
Balikpapan, 28 Agustus 2017
Mahasiswa
DWI SAMPURNO
NIM : 140309234291
iv
SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH
KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai civitas akademik Politeknik Negeri Balikpapan, saya yang bertanda tangan di
bawah ini :
Nama :DwiSampurno
NPM :140309234291
Program Studi : Teknik Mesin Alat Berat
Judul TA : Analisa Hasil S.O.S Engine Unit D155A-6 Terhadap Upaya
. Perawatan Yang Dilakukan Oleh PT.Harmoni Panca Utama Site
. Bontang
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui untuk memberikan hak
kepada Politeknik Negeri Balikpapan untuk menyimpan, mengalih media atau
format-kan, mengolah dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan
mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Balikpapan ..... ..
Pada tanggal : 28 Agustus 2017
Yang menyatakan....................
Dwi Sampurno.......................
NIM : 140309234291.............
v
LEMBAR PERSEMBAHAN
Karya ilmiah ini kupersembahkan kepada
Ayahanda dan Ibunda tercinta
Sulistio(Alm) dan Salbiah
keenam saudara-saudariku tersayang
Siti Jumariah
Ahmad Mustopa
Siti Julaika
Farhan Mustakin
Soviatul Zahro
Siti Khofsoh
Kakak iparku yang terhebat
Pujo Siswoyo
Misnadi
teman-teman KOST seperjuangan
M.Busairi
Santia Lois Pundu
Suriansyah
Ety Susanti
Muh. Agung Adiat Sah
Shoimah
Aditya Saputra
Zulkhoiri
Depangga
seluruh teman-teman TMAB angkatan 2014
saudara-saudariku di HIMPA POLTEKBA
dan kepada saudara-saudariku di PSHT
vi
ABSTRACT
This research is aimed at finding out: Analyze the damage occurring within the
engine compartment of Komatsu D155A-6 with the S.O.S method. From result of
checking Schedule Oil Sample (S.O.S). This research uses observation method in
field. Authors are directly involved in field research, collecting primary or secondary
data or other information related to the issues discussed. The author conducted this
research at PT Harmoni Panca Utama Site Bontang. The study began from July 2016
to November 2016. In preparing this final report, the authors collect data in the form
of observation data, and S.O.S report. Based on the results of research and analysis,
the authors conclude that the high level of contamination occurs due to the wear of
components on the engine and the absence of special handling, so it can cause wear
on other components that cause engine performance decreases. This can be known by
the results of the sample oil test and there are several ways to overcome the high
contamination in the oil engine, one of which is: using engine oil that has been
recommended by komatsu, and make replacement according scheadul.
Key words : S.O.S, oil engine contamination, engine component wear, D155A-6.
vii
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk : Menganalisa kerusakan yang terjadi di dalam
kompartemen engine pada Komatsu D155A-6 dengan metode S.O.S. Dari hasil
pemeriksaan Scheduling Oil Sample (S.O.S). Penelitian ini menggunakan metode
observasi di lapangan. Penulis terlibat langsung dalam penelitian di lapangan, dengan
mengumpulkan data primer maupun sekunder atau informasi lain yang terkait dengan
masalah yang dibahas. Penulis melakukan penelitian ini di PT Harmoni Panca Utama
Site Bontang. Penelitian mulai dilaksanakan dari bulan juli 2016 sampai dengan
November 2016.. Dalam menyusun laporan tugas akhir ini, penulis mengumpulkan
data berupa data observasi,dan S.O.S report.Berdasarkan hasil penelitian dan analisa,
penulis menyimpulkan bahwa tingginya tingkat kontaminasi ini terjadi disebabkan
karena adanya keausan komponen pada engine dan tidak adanya penanganan khusus,
sehingga dapat menyebabkan keausan pada komponen yang lainnya yang
menyebabkan engine performance menurun. Hal ini dapat diketahui dengan adanya
hasil dari pengujian sample oil dan ada beberapa cara untuk mengatasi tingginya
kontaminasi yang ada di oil engine, salah satunya yaitu: menggunakan oli engine
yang telah direkomendasikan oleh komatsu, dan melakukan penggantian sesuai
scheadul.
Kata kunci : S.O.S, kontaminasi oil engine, keausan komponen engine, D155A-6.
viii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT Yang Maha Kuasa,
MahaPengasih lagi Maha Penyayang, telah memberikan taufik dan hidayah-Nya,
serta berkah dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
tugas akhir yang berjudul“ANALISA HASIL S.O.S ENGINE UNIT D155A-6
TERHADAP UPAYA PERBAIKAN YANG DILAKUKAN OLEH PT.
HARMONI PANCA UTAMA SITE BONTANG”.
Tugas akhir ini disusun sebagai persyaratan akademik untuk menyelesaikan
Program Pendidikan Diploma III pada Jurusan Teknik Mesin Alat Berat di Politeknik
Negeri Balikpapan.
Dalam penyusunan tugas akhir ini, bukan tanpa kendala dan kesulitan yang
dihadapi oleh penulis, tapi berkat dukungan dan bantuan dari berbagai semua pihak,
tugas akhir ini dapat diselesaikan dengan baik. Untuk itu penulis menyampaikan
ucapan terima kasih kepada :
1. Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dan kelancaran serta kesehatan
dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
2. Bapak Ramli,SE., M.M. sebagai Direktur Politeknik Negeri Balikpapan.
3. Zulkifli,S.T.,M.T. sebagai Ketua Program Studi Teknik Mesin Alat Berat.
4. Bapak Syahruddin,S.Pd.,M.T., sebagai pembimbing I yang telah memberikan
petunjuk dan saran, serta dorongan dalam penyelesaian tugas akhir ini.
5. Bapak Randis, S.T., M.T. sebagai pembimbing II yang telah memberikan petunjuk
dan saran, serta dorongan dalam penyelesaian tugas akhir ini.
6. Bapak, Ibu , Adik , dan serta seluruh keluarga yang selalu memberikan dukungan
baik secara langsung ataupun tidak langsung, dengan penuh kecintaan, kesabaran
dan pengertian yang tidak henti-hentinya selama penyelesaian studi ini.
7. Bapak dan Ibu Dosen di lingkungan Teknik Mesin Alat Berat yang telah
memberikan ilmunya selama penulis menyelesaikan proses belajar di Politeknik
Negeri Balikpapan.
ix
8. Rekan-rekan mahasiswa angkatan 2014 yang telah banyak membantu dan
memberikan semangat sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan pada waktu
yang ditentukan.
Mengingat terbatasnya pengetahuan, pengalaman, serta kemampuan penulis
dalam menyusun tugas akhir ini, penulis mohon maaf atas kekurangannya.Untuk itu
penulis dengan senang hati menerima saran dan kritik yang sifatnya membangun
guna perbaikan di masa mendatang.
Besar harapan penulis semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis
sendiri maupun semua pihak yang membaca tugas akhir ini. Semoga Tuhan Yang
Maha Kuasa selalu memberikan hikmat-Nya kepada kita semua. Amin.
Balikpapan, 06 Agustus 2017
Dwi Sampurno
NIM: 140209234291
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................ ii
SURAT PERNYATAAN................................................................................... iii
SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ................................ iv
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ v
ABSTRACT ......................................................................................................... vi
ABSTRAK ........................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 1
1.3 Batasan Masalah........................................................................................ 2
1.4 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 2
1.5 Manfaat Penelitian .................................................................................... 2
1.6 Sistematika Penulisan ............................................................................... 3
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Bulldozer Komatsu D155A-6 .................................................................... 5
2.2 Lubrication System ................................................................................... 6
2.2.1 Prinsip Kerja Lubrication System ............................................................. 7
2.2.2 Komponen System Pelumasan .................................................................. 7
2.3 Dasar Oli .................................................................................................... 8
2.3.1 Fungsi Oli .................................................................................................. 8
xi
2.3.2 Kualifikasi Kualitas Oli ............................................................................ 8
2.3.4 Additive Oil ............................................................................................... 8
2.4 Total base number (TBN) ........................................................................... 9
2.5 Lubricant Contaminant .............................................................................. 9
2.5.1 Contamination ............................................................................................ 9
2.5.2 Degradation ............................................................................................... 11
2.6. PAP(Program Analisa Pelumas) .............................................................. 11
2.6.1 VISC = viscosity ....................................................................................... 11
2.6.2 Fuel = bahan bakar .................................................................................... 12
2.6.3 Soot = jelaga hasil pembakaran ................................................................ 12
2.6.4 OXI = Oxidantio ....................................................................................... 12
2.6.5 NITR = Nitronati ....................................................................................... 12
2.6.6 TBN = Total Base Number ....................................................................... 13
2.6.7 Iron (Fe)= Besi .......................................................................................... 13
2.6.8 Cooper (Cu)= Tembaga ............................................................................ 13
2.6.9 Alumunium (AL)=alumunium .................................................................. 14
2.6.10 Chromium (Cr)= kromium ........................................................................ 15
2.6.11 Lead (Pb) = timah hitam .......................................................................... 15
2.6.12 silicon (Si) =silikon .................................................................................. 16
2.6.13 Sodium(Na) ............................................................................................... 16
2.7 Tujuan PAP(Program Analisa Pelumasan) ................................................ 17
2.7.1 Metode Pengambilan Sample PAP(Program Analisa Pelumas) ................ 17
2.7.2 Ruang Lingkup dan Proses PAP ................................................................ 18
2.8 Tes Diagnostik ........................................................................................... 20
2.8.1 Analisa Keausan ......................................................................................... 21
2.8.2 Tes Kimia dan Tes Fisika ........................................................................... 21
2.8.3 Analisa Kondisi Oli .................................................................................... 22
2.9 Contoh Kerusakan Komponen Mesin Akibat Pemakaian Oli ................... 23
2.9.1 Bearing ....................................................................................................... 23
2.9.2 Crankshaft .................................................................................................. 24
xii
2.9.3 Piston, Ring dan Liner ............................................................................... 25
2.9.4 Turbocharger .............................................................................................. 26
2.9.5 Valve atau Katup ........................................................................................ 27
2.10 Elemen Dasar Yang Terdeteksi dan Sumbernya ........................................ 28
2.10.1 Kontaminasi ............................................................................................... 28
2.10.2 Degradasi.................................................................................................... 31
2.11 Pengambilan Contoh Oli ............................................................................ 33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.2 Jenis Penelitian ........................................................................................... 37
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian .................................................................... 37
3.3 Metode Pengumpulan Data ......................................................................... 37
3.3.1 Tahap Persiapan .......................................................................................... 37
3.3.2 Tahap Pengumpulan Data ........................................................................... 37
3.3.3 Tahap Pengelompokan Data ....................................................................... 38
3.3.4 Tahap Analisis ............................................................................................. 38
3.4 Diagram Alir Metode Penelitian ................................................................. 39
3.5 Jadwal Penelitian ......................................................................................... 40
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL
4.1 Informasi Data Unit .................................................................................... 43
4.2 Analisa dan Data Hasil Pengujian Pelumas Engine. ................................... 44
4.2.1 Copper ......................................................................................................... 45
4.3 Pembahasan ................................................................................................. 46
4.3.1 Copper ......................................................................................................... 46
4.3.2 Upaya Perbaikan yang Dilakukan ............................................................... 48
4.4 Analisa Akhir dari Hasil Penelitian............................................................ 48
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ................................................................................................. 52
5.2 Saran ............................................................................................................. 52
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Gambar 2.2
Gambar 2.3
Gambar 2.4
Gambar 2.5
Gambar 2.6
Gambar 2.7
Gambar 2.8
Gambar 2.9
Gambar 2.10
Gambar 4.1
Gambar 4.2
Gambar 4.3
Gambar 4.4
Bulldozer Komatsu D155A-6
analisa sample oli melalui spectrophotometer
pengamatan kandungan air melaui Sputter Test
pengamatan kandungan bahan bakar melalui Setaflash
Tester
Analisa inframerah merupakan metode untuk
mengamati kondisi dari oli bekas.
kerusakan pada bearing.
kerusakan pada crankshaft.
kerusakan pada piston.
kerusakan pada turbocharger.
kerusakan pada valve.
PAP report BD15108KM bulan Juni sampai September
2016
Grafik perbandingan kandungan Cu selama satu tahun
pada Unit BD15108KM
Grafik kontaminasi kandungan Cu selama satu tahun
pada Unit BD15108KM
Grafik perbedaan kandungan Cu selama satu tahun pada
unit BD15108KM
5
21
22
22
23
24
25
26
27
28
44
45
46
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1
Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.4
Tabel 4.5
History hasil labolatorium S.O.S engine oil BD15108KM
Diagram Alir Metode Penelitian
Timeframe pelaksanaan penelitian
Data Unit Komatsu Bulldozer D155A-6
Hasil perbandingan uji labolatorium
standart kontaminasi oli yang diizinkan pada unit D155A-6
data oil consumption pada unit BD15108KM
Bearing Material dan Sifat-sifatnya
2
39
41
43
45
47
48
50
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Semua jenis pada dasarnya sama, yakni sebagai bahan pelumas agar mesin
berjalan mulus dan bebas gangguan, sekaligus berfungsi sebagai pendingin dan
penyekat. Oli mengandung lapisan-lapisan halus, berfungsi untuk mencegah
terjadinya benturan antara logam dengan logam komponen mesin seminimal
mungkin, mencegah goresan atau keausan. Untuk beberapa keperluan tertentu,
aplikasi khusus pada fungsi tertentu. Oli dituntut memiliki sejumlah fungsi-fungsi
tambahan. Mesin diesel misalnya, secara normal beroperasi pada kecepatan
rendah tetapi memiliki temperature yang lebih tinggi dibandingkan dengan mesin
bensin. Proses pembakaran pada mesin diesel dapat menimbulkan oksidasi oli,
penumpukan deposit dan perkaratan logam-logam bearing maupun komponen
mesin lainnya. Oleh karena itu perlunya diadakan sebuah perawatan terhadap
mesin dan kegiatan yang bertujuan untuk memonitor kondisi oli mesin secara
berkala.
S.O.S adalah salah satu program perawatan predictive maintenance melalui
analisa kondisi pelumas yang dilakukan secara berkala (sesuai HM) dan follow up
berbaikannya. Program ini di tujukan untuk memonitor kondisi equipment dan
mendeteksi gejala kerusakan secara dini. Pengambilan sample oli dalam program
analisa pelumas dilakukan secara berkala dengan mengikuti jadwal periodic
service. Standart sample oli yang harus diambil disesuaikan dengan tipe priodik
service yang dilaksanakan.
Di dalam hasil S.O.S terdapat beberapa unsure kimia, unsur kimia inilah yang
menjadi parameter kita untuk menentukan apakah didalam system engine terdapat
masalah atau kerusakan. Berikut adalah hasil dari S.O.S dari unit D155A-6 milik
PT. Harmoni Panca Utama site Bontang. Pada saat penulis melakukan on the job
training di PT.United Tractors site Bontang.
2
Tabel 1.1 History hasil analisa labolatorium S.O.S engine oil BD15108KM
(Sumber : STD (site technical development)
Berdasarkan data di atas, penulis tertarik untuk menganalisa lebih jauh tentang
masalah yang terkait dengan data tersebut yang akan di bahas dalam Tugas Akhir
dengan judul “analisa hasil S.O.S engine unit d155a-6 terhadap upaya perawatan
yang dilakukan oleh PT.Harmoni Panca Utama site Bontang”
1.2 Perumusan Masalah
Pada penulisan rumusan masalah ini akan dibahas penyebab tingginya nilai
Cu pada hasil S.O.S engine oil Komatsu D155A-6 unit BD15108KM sebagai
berikut:
1. Apa penyebab terjadi tingginya kontaminasi Cu pada hasil S.O.S engine
oil yang dialami unit BD15108KM ?
2. Bagaimana upaya perawatan yang dilakukan oleh PT.Harmoni Panca
Utama untuk problem tingginya kontaminasi Cu ?
1.3 Batasan Masalah
Agar permasalahan yang menjadi pokok dan jelas, maka perlu adanya
pembatasan masalah yaitu sebagai berikut:
1. Pengambilan contoh oli / Schedule Oil Sampling ( S.O.S ) dari
kompartemen engine Unit BD15108KM
2. Tidak membahas dampak yang ditimbulkan oleh masalah tingginya
kontaminasi Cu, karena PT.Harmoni Panca Utama site Bontang tidak
3
memiliki history tentang unit yang mengalami kerusakan system didalam
engine pada permasalahan tersebut.
3. Tidak melakukan pembongkaran engine dikarenakan keterbatasan alat dan
waktu.
4. Hanya melakukan analisa berdasarkan hasil S.O.S dan historical unit
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan Penelitian yang dilaksanakan ini adalah :
1. Mengetahui penyebab terjadi tingginya kontaminasi Cu pada hasil S.O.S
engine oil yang dialami unit BD15108KM
2. Menganalisa keausan yang terjadi di dalam kompartemen engine pada
Komatsu D155A-6. Dari hasil pemeriksaan Scheduling Oil Sample
(S.O.S).
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penulisan karya tulis ilmiah ini dibagi menjadi 3 yaitu
sebagai berikut:
1. Adapun manfaat bagi penulis karya ilmiah ini bagi saya sebagai penulis
sebagai bahan untuk menambah wawasan tentang S.O.S
2. Dapat mendeteksi secara dini gangguan maupun kerusakan pada
komponen di dalam engine dengan melakukan preventive maintenance
khususnya S.O.S engine oil
3. Sebagai bahan pengembangan ilmu pengetahuan untuk menambah
wawasan tentang S.O.S
5
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Bulldozer Komatsu D155A-6
Gambar 2.1 Bulldozer Komatsu D155A-6
(Sumber : Dokumen pribadi)
Bulldozer adalah jenis peralatan konstruksi (biasa disebut alat berat atau
contruction equipment) bertipe tractor menggunakan track/rantai serta dilengkapi
dengan pisau (dikenal dengan blade) yang terletak di depan. Bulldozer di
aplikasikan untuk pekerjaan menggali, mendorong dan menarik material
(tanah,pasir,dsb). Umumnya bulldozer banyak digunakan di pekerjaan
pertambangan, terutama untuk pertambangan batubara. Bulldozer ini digunakan
untuk meratakan tanah, menggali dan menumbangkan pohon saat proses land
clearing.
Unit yang banyak digunakan di dunia pertambangan adalah unit yang
diproduksi oleh pabrikan asal jepang yang bernama komatsu. Unit komatsu
banyak tersebar hamper di semua pertambangan batubara di Indonesia, salah satu
product yang dikeluarkan oleh komatsu dan dipakai oleh PT.Harmoni Panca
Utama site Bontang adalah Bulldozer D155A-6, adapun arti kode D155A-6
adalah sebagai berikut :
D : Mengindikasikan kode untuk unit Bulldozer dengan diesel engine.
15 : Angka yang mengindikasikan ukuran Bulldozer
5 : Angka yang mengidikasikan tipe penggerak, unit ini menggunakan
6
torque converter dan torqueflow transmission.
A : Huruf yang menunjukan bentuk dasar dari Bulldozer, bentuk Bulldozer
ini adalah Angle dozer/Straight dozer.
-6 : Angka yang menunjukan berapa kali telah dilakukan perubahan desain
(modifikasi) pada unit tersebut.
2.2 Lubrication System
Lubrication system merupakan salah satu system pada mesin yang
memegang peranan penting terhadap tercapainya kemampuan dan usia pakai
mesin secara maksimal. System pelumasan pada mesin terbaru tidak lagi hanya
berfungsi sebagai penyedia oli yang bersih untuk pelumas komponen mesin tetapi
juga harus tahan terhadap temperature yang tinggi dan interval penggantian oli
lebih lama sehingga meminimalisir kerusakan. Oli pelumas pada engine harus
dapat berfungsi sebagai :
1. Menyekat permukaan yang saling bergesekan dengan membentuk oil film
untuk mencegah terjadinya kontak antara metal ke metal.
2. Mendinginkan komponen mesin dan membuang ±1/3 panas dari komponen
mesin pada saat unit beroperasi.
3. Membersihkan komponen mesin dengan membilas dan mengikat kotoran dan
partikel yang aus.
4. Mencegah terjadinya korosi di bagian dalam crankcase, uap air yang
merupakan hasil proses pembakaran akan selalu timbul dibagian dalam
crankcase. Oleh karena itu oli harus dapat melapisi permukaan dalam agar
uap air tersebut tidak bereaksi dengan metal.
5. Melindungi mesin dari zat asam yang merusak dan deposit hasil pembakaran,
additives pada oli pelumas dapat menetralkan zat asam. Beberapa produsen
pelumas sintetic menawarkan produk zat addictive yang dapat
memperpanjang waktu pemakaian oli, penambahan zat addictive secara
terpisah dari oli pelumas yang bertujuan untuk memperpanjang waktu
pemakaian oli sangan tidak disarankan oleh beberapa pabrik pembuat mesin.
Dari oli pelumas yang bertujuan untuk memperpanjang waktu pemakaian oli
sangat tidak disarankan oleh beberapa pabrik pembuat mesin.
7
2.2.1 Prinsip Kerja Lubrication System
Untuk menganalisa performa pada system pelumasan diperlukan
pemahaman mengenai cara kerja system pelumasan, komponensistem pelumasan
pada umumnya adalah
a. Oil pick-up tube and suction bell f. Oil filter bypass valve
b. Oil pump g. Oil filter
c. Oil pressure relief valve h. Oil supply turbocharger
d. Oil cooler bypass valve i. Oil supply ke engine
e. Oil cooler
Aliran oli pada system pelumasan dimulai dari pompa yang menghisap oli
dari oil pan melalui pick-up tube dan suction bell, oil pump memiliki sebuah
bypass valve, oli yang berasal dari oil pump mengalir menuju oil cooler dan oil
filter, setelah melewati oil filter aliran oli dibagi menjadi dua bagian yaitu menuju
turbocharger dan menuju oil gallery pada mesin
Sebagai supply oli dari oil filter mengalir menuju oil manifold yang
merupakan saluran utama oli sebelum dialirkan ke saluran-saluran lainnya. Dari
oil manifold mengalir menuju oil passage ke main bearing dan camshaft,dari sini
oli terbagi alirannya menuju main bearing, camshaft bearing, front oil supply
untuk lifter,rear oil supply untuk lifter, front oil supply untuk rocker shaft dan rear
supply untuk rocker dan oil supply untuk fuel pump. Saluran oli pada front gear
train dibagi menjadi dua yaitu :
1.Oil supply untuk shaft idler gear.
2.Oil supply untuk accessories shaft.
2.2.2 Komponen System Pelumasan
Semua komponen pada system pelumasan harus dalam kondisi baik agar
system dapat berkerja dengan maksimal, kerusakan pada salah satu komponen
dapat berdampak pada kerusakan komponen yang lain bahkan kerusakan pada
mesin baik dalam jangka waktu lama atau cepat.
8
2.3 Dasar Oli
Dasar oli terdiri dari suatu campuran senyawa-senyawa hydrocarbon dengan
bermacam-macam komposisi. Senyawa hydrocarbon dijlasifikasikan kedalam
hydrocarbon paraffinic,hydrocarbon naphthenic, dan hydrocarbon aromatic.
Karena hydrocarbon paraffinic memiliki karakteristik kekentalan yang
terbaik, oli dasar paraffinic biasanya digunakan sebagai oli pelumas.
2.3.1 Fungsi Oli
Adapun fungsi yang di miliki oleh oli sebagai berikut :
1. Pendingin (cooling), membuang panas dari piston, liner dan yang lainnya
serta berkerja bersama oil cooler.
2. Pelumas (lubrication),mengurangi gesekan (anti wear).
3. Pencegah korosi (anti corrosion ), melindungi pengaruh senyawa sulfur dan
oksidasi.
4. Penyekat gas ( gas sealing), mencegah kebocoran gas antara liner dan piston.
5. Pembersih ( cleaning ), membersihkan carbon dan lumpur bersama dengan
oil filter.
6. Meredam beban kejut.
7. Mendinginkan permukaan kontak.
2.3.2 Kualifikasi Kualitas Oli
Kualitas oli mesin diklasifikasikan sesuai dengan standar API (American
pertroleum institute ) . klasifikasi biasanya dicantumkan pada kemasan
dimaksudkan untuk menambah tingkatan SAE sehingga pemilihan akan lebih
mudah . untuk mesin bensin biasanya dinyatakan dengan huruf S , misalnya
SA,SB,SC,dst. Untuk mesin diesel dinyatakan dengan huruf C, misalnya
CA,CB,CC,dst.
2.3.3 Additive Oil
Pelumasan oli bermula dari oli dasar. Oli dasar adalah oli mineral yang
terdiri dari kebutuhan dasar pulumasan bagi suatu mesin. Meskipun demikian, jika
dicampur bahan penguat, oli dasar dapat mengalami degradasi serta deteriorasi.
Tergantung dari jenis oli dasarnya, berikut adalah kandungan yang terdapat pada
oli :
9
1. Detergent : membantu menjaga kebersihan mesin melalui reaksi kimiawi
dengan bahan-bahan oksidasi untuk mencegah pembentukan dan
penumpukan “gumpalan” yang sulit terurai.
2. Inhibitor oksidasi : membantu menahan peningkatan kekentalan,
Berkembangnya asam organic serta pembentuka zat-zat karbonat.
3. Dispersant : membantu mencegah pembentukan lumpur melalui pencemar-
pencemar dispersing.
4. Al kali : membantu menetralkan asam, unsure-unsur anti aus mengurangi
pergeseran dengan membentuk lapisan tipis di antara permukaan logam.
5. Dispersant pour point : menjaga aliran oli agar tetap bertemperatur rendah
dengan mencegah pengembangan serta penggumpalan Kristal lilin.
2.4 Total base number (TBN)
Untuk memahami TBN ini di perlu lebih dahulu mengetahui tentang
kandungan belerang bahan bakar. Pada umumnya bahan bakar diesel mengandung
sejumlah kadar belerang, banyak sedikitnya tergantung dari seberapa banyak
kandungan belerang yang ada dalam minyak mentah hasil proses awalnya atau
kemampuan pabrik penyulingan memisahkannya. Salah satu fungsi dari oli
pelumas adalah menetralkan sisa-sisa belerang, seperti asam sulfurous dan asam
sulfuric karenanya menahan pengrusakan korosif pada mesin. Bahan aditif dalam
oli mengandung campuran alkali yang diformulasikan guna menetralkan asam,
kadar kandungan alkali dalam oli itulah yang dikenal sebagai TBN, secara umum
lebih tinggi nilai TBN lebih besar kandungan alkali atau kemampuan penetral
asam dalam oli.
2.5 Lubricant Contaminant
2.5.1 Contamination
Adalah kandungan material asing yang ada di dalam oli. Ada 6 macam
kontaminasi yang sering terdapat di dalam oli, sebagai berikut :
1. Wear Elements
Adalah material-material yang ada di dalam oli akibat keausan komponen
mesin yang bergerak. Material-material tersebut antara lain adalah copper,iron,
aluminium, lead/tin, nickel, molybdenum, dan magnesium. Trend analisis sangat
10
diperlukan untuk memonitor kondisi engine. Kotoran yang masuk di dalam oli
dapat diidentifikasi dengan adanya kandungan silicon yang meningkat di dalam
oli.
2. Dirt
Dirt atau debu/kotoran dapat dating dari hembusan udara kompresi atau
carbon bekas pembakaran, yang turun melalui oil film yang di scrap oleh piston
ring menuju oil pan. Dirt dapat juga masuk melalui gasket-gasket yang rusak di
engine.
3. Soot
Soot adalah termasuk bagian dari fuel yang berbakar. Asap hitam dan air
filter yang kotor adalah indikasi adanya fuel soot. Combustion system design juga
merupakan kontribusi adanya fuel soot ini. Soot menyebabkan oli berwarna hitam,
dan dijaga tetap sebagai suspense oleh dispersant additive. Oli akan terdegredasi
dengan cepat jika fuel soot ini meningkat dan juga mempercepat keausan.
4. Fuel
Fuel didalam oli dikenal dengan “fuel dilution”, adalah adanya kontaminasi
fuel secara langsung di dalam oli, hal ini disebabkan oleh fuel system yang tidak
sempurna, misalnya over fuel melalui nozzle, kerusakan pada plunger fuel
injection pump.
5. Water
Air di dalam oli dapat dihasilkan dari uap air hasil pembakaran, juga melalui
kondensasi uap air di dalam crankcase, terutama ketika operasi di suhu
lingkungan yang rendah.
6. Ethylene glycol/anti freeze
Kontaminasi ini menunjukan adanya kebocoran coolant/air pendingin ke
dalam oli dan problem ini harus ditangan dengan segera. Kontaminasi ini dapat
menyebabkan pembentukan lumpur dan filter buntu.
11
2.5.2 Degradation
Hal lain yang membuat oli menurun kualitasnya adalah degradation, tidak
seperti kontaminasi yaitu material yang secara langsung dapat dilihat di dalam oli
melalui labolatorium. Degradation disebabkan oleh low jacket water terperature,
high humidity,oli consumtion, engine load, dan pemilihan fuel yang kurang tepat
serta poor maintenance. Ada 3 hal yang menunjukan oli ter-degradation, yaitu
oxidation product, sulfur products, dan nitration product.
2.6 PAP(Program Analisa Pelumas)
PAP adalah salah satu program perawatan predictive maintenance melalui
analisa kondisi pelumas yang dilakukan secara berkala (sesuai HM) dan follow up
berbaikannya. Program ini di tujukan untuk memonitor kondisi equipment dan
mendeteksi gejala kerusakan secara dini. Pengambilan sample oli dalam program
analisa pelumas dilakukan secara berkala dengan mengikuti jadwal periodic
service. Standart sample oli yang harus diambil disesuaikan dengan tipe priodik
service yang dilaksanakan.
Di dalam hasil PAP terdapat beberapa unsure kimia, unsur kimia inilah yang
menjadi parameter kita untuk menentukan apakah didalam system engine
perdapat masalah atau kerusakan. Berikut adalah beberapa parameter di dalam
PAP :
2.6.1 Viscosity
Viscositas adalah salah satu property yang penting dari sekian banyak
property. Viscositas itu sendiri adalah ukuran ketahanan mengalirnya pelumas
pada temperature spesifik dalam hubungannya dengan waktu. Temperature yang
digunakan untuk mengukur viscositas tersebut adalah 40C dan 100C. viscositas
biasanya di ukur dalam sentistokes (cSt), saybolt universal second (SUS) atau
equivalent dari kelompok viscositas SAE, viscositas memiliki standard 12,3 cst.
Viscositas dapat ditentukan dengan cara kinematik yang menggunakan bola
yang dijatuhkan melewati sample pelumas, atau dengan alat-alat pemeriksaan
viscositas kinematik yang lain. Perubahan dalam viscositas dapat menunjukan
banyaknya terjadi kontaminasi oleh produk-produk terbentuk karena oksidasi
12
pelumas, atau oleh bahan bakar. Alat yang digunakan untuk mengukur viscositas
adalah infrared.
2.6.2 Fuel = bahan bakar
Pengenceran adalah penyebab utama dari penurunan viscositas dalam
pelumas yang dipakai oleh mesin combustion. Keausan mesin yang disebabkan
pengenceran pelumas oleh bahan bakar dapat memperpendek umur dari mesin.
Fuel (bahan bakar) di dalam pelumas biasanya ditentukan dengan gas
chromatography dan dilaporkan dalam persen volume, juga dapat ditentukan
melalui titik nyala (flash point).
2.6.3 Soot = jelaga hasil pembakaran
Jumlah jelaga dalam pelumas mesin diesel adalah ukuran terbaik untuk
mengetahui efisiensi dari pembakaran. Kenaikan kadar jelaga dalam pelumas
disebabkan “air intake” yang tersumbat atau kekurangan dalam system bahan
bakarnya (fuel system ), atau terjadi perubahan-perubahan cara operasi dari
mesin.jelaga biasanya dilaporkan dengan satu angka numeric atau ukuran
absorpsi.
2.6.4 OXI = Oxidantio
Oksidasi adalah proses terpenting yang mempengaruhi umur dan service
ability dari satu pelumas. Besarnya oksidasi dapat dilaporkan dengan angka
(numeric value ). Akibat dari proses oksidasi pada satu pelumas adalah kenaikan
vicositas dan terbentuknya endapan (sludge).
2.6.5 NITR = Nitronati
Produk dari proses nitrasi dalam satu pelumas adalah produk organic
sampingan dari proses pembakaran (combustion) dalam mesin dan produk nitrasi
ini digolongkan sebagai salah satu kontaminan yang berasal dari dalam mesin itu
sendiri. Nitrasi dilaporkan dengan satu angka numeric dan biasanya menunjukkan
terjadinya blow-dry yang abnormal pada system tertentu yang lain (non
combustion ) serta terjadinya kebocoran.
13
2.6.6 TBN = Total Base Number
Angka ini menggambarkan banyaknya bahan bersifat basa dalam mgr
KOH/gram. Pelumas. TBN ditentukan dengan cara titrasi potentiometric
(perubahan dalam beda pontensial), angka ini menunjukkan (menggambarkan )
kemampuan dari pelumas untuk menyerap (menetralkan) asam korosif seperti
asam mineral yang terbentuk dari sulfur, chlorine, dan bromine. Penurunan yang
cukup besar dari TBN, dikaitkan dengan terjadinya korosi pada bagian mesin
seperti ring dan cylinder liner dan akan meningkatkan terjadinya endapan varnish.
2.6.7 Iron (Fe) = Besi
Kandungan Fe pada oli menunjukan bahwa adanya tingkat keausan yang
dialami oleh komponen-komponen yang mengandung besi didalam
mesin.kandungan fe di dalam oli mesin memiliki standar yang masih bisa di
toleransi dalam PAP (program analisa pelumas ), yakni untuk warning limit
manimum adalah 45 dan untuk warning limit maximum 95 seperti :
Engine: cylinder wall (liner), cylinder head, block, gear ,ring, bearing,
crankshaft, wrist, pin, camshaft, valve train, oil pump.
Transmission : gears, disc, housing, bearing, brake, bend, shift spool, pump,
PTO.
Differential : gears, PTO, shaft, bearing, housing.
Planetary : gear, shaft, bearing, housing.
Torque Converter : housing, bearing, shaft.
Hydraulic Power Steering : pump/motor, vanes, gear, piston, cylinder bore
and rod, bearing valve, pump housing.
Final drive : gear, bearing, shaft, housing.
Gear Box : gear, shaft, bearing.
Air Compressor : crankshaft, block, housing, screw, bearing, shaft, oil
pump, piston ring cylinder.
2.6.8 Cooper (Cu) = Tembaga
Kandungan cu pada oli menunjukan bahwa adanya tingkat keausan yang
dialami oleh komponen-komponenyang mengandung tembaga didalam
mesin.kandungan cu didalam oli mesin memiliki standar yang masih bisa
14
ditoleransi dalam PAP (program analisa pelumas ),yakni untuk warning limit
manimum adalah 15.0 dan untuk warning limit maximum 45.0. komponen
didalam mesin yang mengandung Cu seperti :
Engine : wrist pin bushing, bearing (Near Failure), cam bushing, oil cooler ,
valve train bushing, givernor , oil pump.
Transmission : clutches, steering disc, bushing/ thrust, washer, oil cooler.
Differential : bushing, thrust washer, oil pump (jika ada ).
Planetary : bushing, thrust washer.
Torque converter : bushing, thrust washer (jika ada).
Hydraulic power steering : pump thrust plate. Pump piston, cylinder gland
guide, bushing, oil cooler (beberapa tipe ).
Final drive : bushing, thrust washer.
Gear box : bushing, thrust waster.
Air compressor : wear plate, bushing, wristpin bushing, thrust washer.
2.6.9 Alumunium (AL) = alumunium
Kandungan Al pada oli menunjukan bahwa adanya tingkat keausan yang
dialami oleh komponen-komponen yang mengandung alumunium sidalam mesin.
Kandungan alumunium di dalam oli mesin memiliki standar yang masih bisa
ditoleransi dalam PAP (program analisa pelumas), yakni untuk warning limit
manimum adalah 8.0 dan untuk warning limit maximum 16.0. komponen didalam
mesin yang mengandung AL sepert :
Engine : piston, bearing, bushing, block, housing (tipe tertentu), oil pump
bushing, blower, thrust bearing, cam bearing (tipe tertentu ).
Transmission : pump, clutch ( tipe tertentu ), thrust washer, bushing
Differential : thrust washer, bushing pump (tipe tertentu ).
Torque Converter : impeller, turbine, pump (tipe tertentu ).
Hydraulic Power Steering : pump/motor housing cylinder gland (tipe
tertentu ).
Final Drive : oil pump, thrust washer.
Gear Box : thrust waster, bushing, oil pump (tipe tertentu ).
Air Compressor : rotor, piston, bearing, thrust washer, block, housing.
15
2.6.10 Chromium (Cr) = kromium
Kandungan Cr pada oli menunjukan bahwa adanya tingkat keausan yang
dialami oleh komponen-komponen yang mengandung chromium di dalam oli
mesin memiliki standar yang masih bisa ditoleransi dalam PAP (program analisa
pelumas ) , yakni untuk warning limit manimum adalah 5.0 dan untuk warning
limit maximum 15.0. komponen di dalam mesin yang mengandung Cr seperti :
Engine : ring, roller / taper bearing (tipe tertentu ), liner , exhaust valve,
water treatment (tipe tertentu ).
Transmission : roller / taper bearing, water treatment (oil cooler ).
Differential : roller / taper bearing (oil cooler ).
Torque Converter : roller / taper bearing ( oil cooler ).
Hydraulic Power Steering : Rod, spool, roller / tapper bearing ( tipe
tertentu).
Final drive : roller / taper bearing (tipe tertentu ).
2.6.11 Lead (Pb) = timah hitam
Kandungan Pb pada oli menunjukan bahwa adanya tingkat keausan yang
dialami oleh komponen-komponen yang mengandung timah hitam di dalam mesin
serta karena adanya oil additive yang sudah rusak atau terkontaminasi.
Kandungan timah hitam di dalam oli mesin memiliki standar yang masih bisa
ditoleransi dalam PAP (program analisa pelumas ), yakni untuk warning limit
manimum adalah 25.0 dan untuk warning limit maximum 80.0. komponen di
dalam mesin yang mengandung Cr seperti :
Engine : bearing, gasoline, octane improver.
Transmission : oil additive (tipe tertentu).
Differential : oil additive ( tipe tertentu ).
Planetary : oil additive ( tipe tertentu ).
Final Drive : oil additive (tipe tertentu ).
Gear Box : oil additive (tipe tertentu ).
Air Compressor : bearing.
16
2.6.12 silicon (Si) = silikon
Oli yang mengandung silicon dapat mengakibatkan timbul gumpalan
pengikis yang akan mengikis permukaan logam sejumlah komponen. Selama
mesin beroperasi. Silicon terjadi karena rusaknya sifat oli berserta additive nya.
Engine : anti foam additive, external dirt (kotoran/debu ), sealant.
Transmission : disc lining.
Differential : external dirt (kotoran /debu ).
Torque Converter : External dirt (kotoran /debu).
Hydraulic power steering : external dirt (kotoran /debu ), sealant (tipe
tertentu ).
Final drive : external dirt (kotoran/debu).
Gear box : external dirt ( kotoran/debu).
Air compressor : external dirt ( kotoran/debu).
2.6.13 Sodium(Na)
Kandungan unsur Na yang paling besar ada didalam coolant atau air.
Apabila terjadi trouble PAP Na high, indikasi terbesarnya adalah kebocoran
coolant yang masuk kedalam engine. Adanya air di dalam engine
mengindikasikan terjadinya kontaminasi dari luar, karena embun atau kebocoran
air pendingin. Kontaminasi coolant/air dalam pelumas dapat mempercepat
terjadinya oksidasi (karat) pada komponen.coolant /air dapat diperiksa dengan alat
absorpsi infra merah atau mesin OSA(oil sampling analysis)di laboratorium.
Adapun beberapa indikasi penyebab terjadinya PAP Na high serta akibat
yang ditimbulkan dari permasalahan adalah sebagai berikut:
Penyebab :
1. Unit operasi dibawah temperature kerja.
2. Kebocoran pada gasket / o-ring, biasanya kebocoran pada gasket water pump
dan o-ring pada oil cooler.
3. Oli terkontaminasi air sejak baru.
4. Terkontaminasi dengan bahan pendingin.
5. Penyimpanan oli baru yang tidak baik.
6. Cylinder head retak.
7. Cuaca/pengembunan .
17
8. Hasil dari pembakaran.
9. Oil cooler bocor, sebagaimana kita tahu bahwa oil cooler adalah komponen
yang berfungsi mendinginkan temperature oli dengan cara pendinginan
melalui media coolant. Jadi kemungkinan unsur Na meningkat didalam oli
sangat besar apabila terjadi kebocoran pada oil cooler.
Akibat :
1.Engine rusak.
2.Viscositas oli tinggi .
3.pelumas yang tidak baik .
4.terjadinya karat.
5.engine over heat.
6.pembentukan asam yang berlebihan.
7.terbentuknya noda/bintik pada metal.
8.mengurangi daya tahan additive.
2.7 Tujuan PAP(Program Analisa Pelumasan)
Tujuan dilaksanakannya kegiatan PAP adalah sebagai berikut :
1. Memonitor kondisi pelumas
2. Mendeteksi kerusakan secara dini
3. Mengindentifikasi dan mengukur berbagai partikel pencemar di dalam oli.
4. Memonitor kondisi equipment dari analisa terhadap kondisi pelumas.
2.7.1 Metode Pengambilan Sample PAP(Program Analisa Pelumas)
Ada beberapa metode dalam pengambilan sample oli, diantaranya :
a. Metode Drain
Metode drain adalah metode pengambilan sample oli dengan cara
menguras oli di dalam oil pan melalui drain plug. Pada saat ¼ oli sudah
keluar dari oil pan pada saat melakukan pengurasan, maka pada saat itulah
kita melakukan pengambilan sample oli. Adapun tujuan diambilnya
sample oli ketika menunggu ¼ oli keluar dari oil pan adalah agar hasil
pengambilan sample oli tidak berupa endapan.
18
b. Merode Vacum Pump
Metode vacuum pump adalah metode pengambilan sample oli dengan
menggunakan pompa hisap yang dilakukan dari bagian saluran dipstick
oli.
c. Metode Port Sample Point
Pengambilan sample oli yang dilakukan dari oli sample point khusus.
Metode ini biasanya digunakan pada mesin-mesin industry.
Dari beberapa metode di atas, metode pengambilan sample yang digunakan di
PT.Harmoni Panca Utama site Bontang adalah metode Drain dan metode Vacum
Pump.
2.7.2 Ruang Lingkup dan Proses PAP
1. Ruang Lingkup PAP
Ruang lingkup PAP meliputi berbagai macam aspek sebagai berikut :
a. Setiap equipment harus diambil sample dari oli PAPnya saat menjalani
program periodic service sesuai periode pengambilan sample.
b. Sample oli PAP dapat diambil diluar jadwal periodic service jika memang
diperlukan segera untuk menganalisa kondisi pelumas.
c. Pengambilan sample oli PAP untuk komponen yang memiliki program
extend oil life tetap
d. Dilaksanakan sesuai dengan standart interval pengambilan sample oli
PAP.
e. Pengambilan sample dilakukan dengan kondisi sebagai berikut :
Komponen masih dalam kondisi panas
Belum terjadi pengendapan oli
Tool, botol, dan cara pengambilan sample harus dijaga kebersihanya
dari kontaminasi.
Kartu sample diisi dengan lengkap sesuai permintaan isi dari point
yang diminta
f. Group leader bertanggung jawab atas pengendalian kualitas proses
pengambilan sampel PAP.
g. Analisa labolatorium tidak diperkenankan dilakukan lebih dari 5 hari sejak
sample diambil. Hasil analisa yang lebih dari 5 hari dinyatakan tidak
19
berlaku. Untuk job site yang menangani kesulitan transportasi, standart
diberlakukan 7 hari.
h. Pengiriman sampel PAP dari saat pengambilan sampel sampai ke
labolatorium OSA (oil sampling analysis) maksimal 1 hari.
i. Setiap hasil analisa pelumas yang menunjukan hasil status tidak normal
(attention, urgent, warning) harus ditindak lanjutin dengan proses
perbaikan, dan laporannya harus dikirimkan ke plant HO.
j. Hasil analisa labolatorium setiap equipment/komponen harus dikompilasi
oleh PAP Officer job site untuk referensi Planner.
k. PAP Officer HO harus membuat trend kondisi hasil PAP per bulan per
komponen untuk dipergunakan sebagai bahan evaluasi dan pengendalian
plant manager atas program PAP job site.
l. Plant manager mengendalikan program pelaksaan follow up PAP job site.
Agar ketepatan analisa keadaan komponen dan pelumas bisa tercapai,
pelumas hendaknya diambil pada saat oli pelumas masih panas.
Hindari lokasi pengambilan sample dari lingkungan yang terbuka
dengan debu, air hujan, dan embun.
Apabila pengembilan sample dilakukan dengan metode pompa, hose
yang dipergunakan harus dipastikan bersih dari kontaminasi.
2. Contamination Control
Contamination control adalah sebuah upaya yang kita lakukan untuk
mengontrol tingkat kontaminasi sekecil mungkin, dengan tujuan agar komponen-
komponen yang kita miliki ataupun proses pengerjaan yang kita lakukan dapat
berjalan dengan lancer dan aman dari kontaminasi yang dapat merusak komponen
ataupun mengganggu proses kerja.
Berikut adalag beberapa tindakan yang dapat kita lakukan untuk bisa mengontrol
tingkat kontaminasi :
Kebersihan lingkungan kerja
a. Jagalah agar lingkungan kerja selalu bersih dan teratur
b. Sapu lantai setiap hari
c. Segera bersihkan tumpahan.
d. Jaga agar meja kerja tetap bersih.
20
Penyimpanan dan pemindahan oli
a. Saring oli baru dari tangki penyimpanan.
b. Simpan drum oli di dalam (jika memungkinkan)
c. Pasang penutup drum
Penanganan dan penyimpanan suku cadang.
a. Jaga agar semua komponen tetap berada dalam kemasan sampai saatnya
akan di pasang.
b. Kembalikan semua suku cadang dalam wadah penyimpanannya.
c. Bersihkan semua komponen yang tengah digunakan.
Pemasangan dan penyimpanan hose.
a. Bersihkan semua hose yang akan dirakit.
b. Lindungi semua hose yang telah dirakit dengan cap dan plug.
c. Lindungi hose yang disimpan dengan cap dan plug.
Perbaikan dan perakitan komponen agar selalu dijaga kebersihannya
Perbaikan dilapangan agar selalu menyiapkan perlengkapan yang dapat
menjaga kebersihan pada saat melakukan pengerjaan, misalnya memakai
sarung tangan dan lap kain.
Pengukuran partikel micro dan partikel pencemar, misalnya dilakukan analisa
PAP engine oil secara rutin di labolaturium agar dapat mengetahui kandungan
apa saja yang terdapat di dalam oli.
2.8 Tes Diagnostik
Program pemeriksaan oli berkala atau S.O.S dari Caterpillar adalah
serangkaian tes diagnostik yang dirancang untuk mengidentifikasi serta mengukur
kontaminasi dan degradasi pada contoh oli yang diambil yang mencakup 3 tes
dasar :
1. Analisa keausan.
2. Tes kimiawi dan tes fisika.
3. Analisa kondisi oli.
Penjelasan singkat dari masing-masing tes tersebut di atas adalah sebagai
berikut :
21
2.8.1 Analisa Keausan
Analisa kesausan dilakukan dengan spectrophotometer penyerapan atom.
Prinsip kerja tes ini memantau tingkat keausan pada komponen tertentu dengan
mengidentifikasi keausan elemen tertentu dalam oli. Dari data konsentrasi normal
yang berlaku dapat ditetapkan batas maksimum keausan elemen. Setelah 3 kali
contoh diambil, dapat dilihat garis kecenderungan keausan elemen untuk suatu
motor penggerak tertentu. Ancaman kerusakan bisa diidentifikasi manakala garis
kecenderungan menyimpang dari norma yang ditetapkan. Tetapi analisa keausan
ini fungsinya terbatas hanya melacak keausan komponen serta kontaminasi
keausan kotoran secara bertahap. Jika keausan timbul akibat kelelahan komponen,
kekurangan pelumasan secara mendadak atau terjafi pemasukan kotoran
secaraserentak, maka kondisi demekian tidak dapat dilacak melalui tes ini.
Gambar 2.2 analisa sample oli melalui spectrophotometer
(Sumber : S.O.S trakindo)
2.8.2 Tes Kimia dan Tes Fisika
Pengujian kimiawi dan fisika melacak kandungan air, bahan bakar serta
antibeku di dalam oli untuk menentukan apakah konsentrasinya melebihi atau
tidak dari batas maksimum yang ditetapakan. Terdapatnya kandungan air dan
dalam jumlah kadar berapa dapat dilacak melalui uji percikan “ sputter test ”.
Setetes oli ditempatkan di atas cawan panas bersuhu antara 2300 F sampai 2500 F.
jika timbul gelembung-gelembung menunjukkan gejala positif ( batas kelayakan
0.1% sampai 0.5% ).
Adanya kandungan bahan bakar dapat diamati melaui Setaflash Tester.
Alat pengetes ini dikalibrasikan untuk menentukan jumlah persentase dilusi bahan
bakar ( konsentrasi yang dibolehkan maksimum 3% ). Kandungan bahan anti-
22
beku juga dapat dihitung dengan tes kimiawi ( indikasi yang menunjuk ke positif
berarti dapat diterima ).
Gambar 2.3 pengamatan kandungan air melaui Sputter Test
(Sumber : S.O.S trakindo)
Gambar 2.4 pengamatan kandungan bahan bakar melalui Setaflash Tester
(Sumber : S.O.S trakindo)
2.8.3 Analisa Kondisi Oli
Penganalisaan kondisi oli dilakukan melalui analisis inframerah. Tes ini
untuk menetukan dan mengukur jumlah pertikel pencemar seperti jelaga dan
belerang, produk-produk oksidasi dan nitrasi. Walaupun tes ini dapat dapat
melacak kandungan air dan anti beku di dalam oli, analisa inframerah harus selalu
23
disertai dengan analisis keausan dan tes kimia serta fisika guna meyakinkan
diagnosis yang tepat. Begitupun analisis inframerah pada kondisi dan aplikasi
tertentu dapat pula dipakai untuk “ customize” ( mengurangi, menahan atau
menambah ) interval penggantian oli.
Gambar 2.5 Analisa inframerah merupakan metode untuk mengamati
kondisi dari oli bekas.
(Sumber : S.O.S trakindo)
2.9 Contoh Kerusakan Komponen Mesin Akibat Pemakaian Oli
2.9.1 Bearing
Kerusakan bearing biasanya diakibatkan oleh salah satunya adalah
kekurangan pelumasan atau olinya yang kotor. Kurangnya pelumasan atau
terjadinya pengeringan oli akan mengakibatkan penyusutan lapisan tipis oli ( oil
film ) antara crankshaft dengan bearing. Mesin yang dioperasikan terus menerus
dengan lapisan oil film yang sudah susut dapat merusak mesin karena ketika metal
to metal contact apabila tidak terdapat oil film maka keausan bearing akan cepat
terjadi. Biasanya tahap awal jenis pengrusakan ini ditandai dengan pengotoran
pada bearing. Lalu ditandai dengan menumpuknya partikel timah, biasanya di
bagian tengah bearing. Tahap pengrusakan kedua, bearing digerogoti partikel
alumunium yang mulai menyebar dari bagian tengah bearing. Tahap pengrusakan
terakhir, pengeroposan bearing setelah seluruh bearing digerogoti.
Jadi oli yang terkontaminasi dapat menyebabkan pengikisan dan
menimbulakan goresan pada permukaan bearing akibat tersapunya lapisan oli
tipis. Partikel-partikel besi, baja, alumunium, palstik, kayu, dsb, bisa juga
menyerang permukaan jurnal. Begitu bearing dan permukaan jurnal mulai aus,
24
kerenggangannya meningakat sementara ketebalan lapisan oli tidak lagi memiliki
daya lindung terhadap permukaan.
Bearing tampak tergores, gejala
tahap awal terjadinya pengerusakan
akibat pelumasan tak memadai
pengeropoosan bearing, tahap
akhir pengrusakan akibat
pelumasan tak memadai
Gambar 2.6 kerusakan pada bearing.
(Sumber : Bearing Faults Diagnosis, Installation and Removal)
Sumber utama dari pengikisan dalam oli adalah filter yang jebol.
Kerusakan filter ini disebabkan oleh masuknya oli yang tidak tersaring yang
sudah dicemari partikel-partikel hasil komponen yang telah aus, kotoran serta
gram-gram yang menuju bearing, menggores dan merusak permukaan. Oli yang
kotor akibatnya sangat fatal, meskipun diganti dengan oli yang baru, sisa-sisa
bahan abrasif msih menempel di sekitar bearing dan bisa menggores crankshaft.
2.9.2. Crankshaft
Oli yang mengalir ke bearing membentuk lapisan tipis antara crankshaft
journal dan bearing. Putaran dari crankshaft journal cenderung memberikan gaya
tekan kepada oli dibawah journal menuju bearing dan selama operasi normal
dapat mencegah metal to metal contact.
Kekurangan pelumasan mengakibatkan gesekan metal to metal contact dan
panas meninggi akibat pergesekan. Dalam kondisi ektrim, permukaan bearing
akan lengket dengan permukaan crankshaft sehingga permukaan crankshaft
menjadi rusak.
25
Oli yang tercemar dapat mengakibatkan keausan luar biasa pada
crankshaft. Hal ini selalu disebabkan oleh kotoran yang terdapat dalam bearing.
Akibat dari kekurangan oli goresan dalam dan melingkar
menunjukkan akibat dari bahan asah
yang tertanam dalam permukaan
bearing
Gambar 2.7 kerusakan pada crankshaft.
(Sumber : Caterpillar, Asia pacific learning)
2.9.3 Piston, Ring dan Liner
Kerusakan piston akibat pemakaian oli, pada umumnya disebabkan oleh
korosi atau bahan-asah yang terdapat dalam oli yang sudah tercemar, yang dapat
mengakibatkan keausan pada piston skirt. Tanda-tandanya meliputi permukaan
piston yang telah atau berwaran abu-abu, keausan lapisan chrome pada permukaan
ring, keausan rel ring, keausan luar-biasanya pada alur dan keausan sebagian
liner.
Piston yang lecet terjadi karena gesekan pada pinggir piston terutama di
daerah lubang pin serta lecet yang terjadi pada sisi atas piston, diperkirakan akibat
dari kekurangan pelumasan liner. Kerusakan lapisan tipis pada oli juga bisa
mengakibatkan bekas-bekas kelecetan.
26
Kerusakan liner dapat diakibatkan oleh kurangnya pelumasan atau bahan-
asah yang dapat menggosok permukaan bagian dalam liner dan menghasilkan
permukaan yang licin dan mengkilap.
Tanda-tanda lecet dari atas ke bawah
menunjukkan kerusakan sistem pendingin
atau sistem pelumasan
Kerusakan piston skirt oleh bahan asah
Gambar 2.8 kerusakan pada piston.
(Sumber : Caterpillar, Asia pacific learning)
2.9.4 Turbocharger
Kerusakan turbocharger yang berkaitan dengan oli adalah diakibatkan
oleh pengotoran oli atau kekurangan oli. Jika bahan-asah mengotori oli, umumnya
keausan akan terjadi pada beberapa bagian. Pengotoran oli dapat mengikis lubang
oli pada thrust washers. Kerusakan journal bearing hampir selalu disebabkan oleh
bahan-asah. Keausan yag diakibatkan karena kurangnya pelumsan selalu disertai
oleh perubahan warna akibat panas yang tinggi. Panas dapat mengakibatkan
bopeng, gumpil dan dalam kejadian gawat, material dapat terkelupas.
Cara menghidupkan dan mematikan mesin yang salah dapat mempercepat
kerusakan bearing turbocharger. Hal ini dapat dicegah dengan membiarkan
27
engine menjadi dingin terlebih dahulu sebelum dimatikan, sehingga oli tidak
mendidih dan menjadi kering dalam bearing turbocharger sesudah engine
dimatikan secara mendadak ketika keadaannya masih panas. Pengotoran oli akan
menimbulkan goresan dan keausan pada bearing turbocharger, akhirnya
mengakibatkan kerusakan yang sama seperti ketika kekurangan oli, shaft menjadi
goyang disertai kerusakan yang lainnya seperti wheel bersinggungan dengan
housing atau shaft bengkok atau patah. Pengotoran dapat juga menyumbat saluran
lubang oli dan mengakibatkan kerusakan oleh karean kekurangan oli.
Kekurangan pelumas mengakibatkan
perubahan bentuk journal bearing
kerusakan lubang oli pada diameter
bagian luar dan berkurangnya ukuran
pada diameter bagian dalam dari
journal bearing disebabkan oleh
kekurangan pelumas
Gambar 2.9 kerusakan pada turbocharger.
(Sumber : Caterpillar, Asia pacific learning)
2.9.5 Valve atau Katup
Kerusakan katup yang berhubung dengan oli umumnya diakibatkan dari
terbentuknya endapan atau kekurangan oli. Penyebab umum dari lecetnya valve
stem adalah menumpuknya endapan di antara valve stem dan guide. Penumpukan
endapan oli tidak secara langsung menyebabkan lecet. Lebih spesifik, endapan
menumpuk dari pembusukan produk pelumasan menjadi residu yang teroksidasi
28
dan sampah normal yang terjadi pada proses pembakaran. Meningkatnya endapan
dapat menyebabkan kelonjongan guide.
Gesekan atau goresan valve stem dapat juga diakibatakn oleh kekurangan
pada valve dan valve guide. Endapan karbon pada valve seat dapat menimbulkan
masalah jika endapan tersebut berlebihan. Sedikit pelumasan diperlukan untuk
mencegah keausan berlebihan pada valve seat dan insert di kepalanya. Tetapi
endapan berlebihan yang terbentuk dapat menyebabkan terbentuknya karbon tebal
pada valve seat yang kemudian akan rontok atau terkelupas dan menyebabkan
kebocoran gas pembakaran .kebocoran gas panas ini ( berupa saluran )
menghasilkan panas tinggi melewati permukaan valve sehingga menyebabkan
valve retak dan terjadai pelumeran. Jenis kerusakan valve ini dapat terjadi dalam
engine dengan bahan bakar gas atau cair. Kecenderungan terbentuknya karbon
dari oli, dan tingkat sulfated ash dari oli akan mengakibatkan terbentuknya karbon
pada valve seat.
valve stem tergores atau lecet
Gambar 2.10 kerusakan pada valve.
(Sumber : Caterpillar, Asia pacific learning)
2.10 Elemen Dasar Yang Terdeteksi dan Sumbernya
2.10.1 Kontaminasi
Program S.O.S. mengidentifikasi dan mengukur berbagai partikel
pencemar di dalam oli yang mengakibatkan kerusakan mesin. Misalnya adanya
29
konsentrasti tinggi kandungan temabaga menunjukkan “ thrust washer” atau
keausan bushing. Konsentrasi chromium menunjukkan kerusakan pada ring piston
(terkecuali pada ring-ring yang berlapis plasma). Jadi S.O.S. memberi peluang
kapada kita untuk meneliti kondisi masing-masing komponen itu dan mengambil
tindakan untuk mencegah kerusakan lebih parah. Berikut ini beberapa contoh
partikel pencemar yang dapat terjadi dan apa akibat yang ditimbulakan pada
kondisi mesin.
Penyebab : Silikon
Akibat : Ukuran silikon di atas normal menunjukkan adanya problem
besar. Oli yang mengandung silikon dapat mengakibatkan timbulnya gumpalan
pengikis yang dapat mengikis permukaan logam komponen selama mesin
beroperasi.
Penyebab : Silikon, Chromium, Besi
Akibat : Perpaduan dari masuknya gejala-gejala kotoran ini melewati
sistem induksi, dapat dipakai sebagai petunjuk adanya keausan pada ring dan
liner.
Penyebab : Silikon, Besi, Head, Alumunium
Akibat : kombinasi pertikel ini menunjukkan terjadinya pengotoran dalam
porsi rendah pada mesin dan dapat dipakai sebagai penunjuk adanya keausan pada
poros engkol ( crankshaft ) dan bearing.
Penyebab : Alumunium
Akibat : Boleh jadi kritis. Konsentrasi kandungan alumunium mengarah
ke bearing. Meskipun relatif kecil peningkatan kandingan elemen ini hrus segera
diperhatikan, sebab sekali keausan menggerogoti crankshaft akan menimbulkan
partikel logam dalam jumlah besar yang terperangklap dalam filter oli.
Penyebab : besi
Akibat : besi dapat berasal dari berbagai sumber. Besi bisa berubah
menjadi karat begitu mesin disimpan. Seringkali apabila diikuti dengan kelalaian
dalam mengontrol oli, peningkatan kontaminasi besi dapat memperburuk liner.
Penyebab : jelaga
Akibat : kandungan jelaga dalam kadar tinggi biasanya tidak langsung
menyebabkan kerusakan mesin tetapi pertikel ini tidak mudah terurai, sehingga
daapt menyumbat filter oli dan menyusutkanj bahan aditif dispersant. Jelaga
30
terlihat pada terjadinya akselerasi kotoran dari gumpalan asap akibat penyetelan
kurang pas. Hal inio juga menunjukkan pemakaian bahan bakar berkualitas
rendah.
Penyebab : produk-produk oksidasi
Akibat : oksidasi merupakan reaksi kimia antara oli dan oksigen, sama
seperti pengkaratan akibat reaksi kimia antara besi dan oksigen. Proses oksidasi
terkendali oleh bahan aditif penahan oksidasi. Tetapi oksidasi dapat pula terjadi
kapan saja jika oli berhubungan dengan udara. Pengoksidasian timbul dari unsure-
unsur dalam gas pembakaran dalam mesein disel, tinggi rendahnya temperatur,
serta partikel-partikel pencemar tertentu (seperti tembaga dan glycol) sehingga
menimbulkan oksidasi. Meningkatkan proses oksidasi oli menurunkan daya
pelumasan oli, akibatnya oli akan mengental, membentuk asam organic,
menyumbat filter, dan pada akhirnya merenggangkan ring, menumpukkan deposit
serta lapisan lain pada piston.
Penyebab : produk-produk nitrasi
Akibat : nitrasi terjadi dari semua jenis mesin dan menjadi problema besar
terutama pada mesin berbahan bakar gas alam. Bahan-bahan campuran nitrogen
berasal dari proses pembakaran, oli menjadi encer, kehilangan daya pelumasan
dan cenderung menimbulkan sembatan pada filter, menumpukkan deposit dalam
jumlah besar serta lapisan-lapisan tertentu.
Penyebab : air
Akibat : air yang bercampur dengan oli akan membentuk emulsi yang
akan menyumbat filter. Air dan oli dapat pula membentuk asam penggerogot
logam yang berbahaya. Pada kebanyakan kontaminasi air mengakibatkan
pemampatan dalam bak engkol. Kontaminasi lebih gawat lagi terjdi jika ada
kebocoran pada sistem pendinginan yang mengakibatkan air masuk kebagian luar
sistem oli mesin.
Penyebab : bahan bakar
Akibat : kontaminsi bahan bakar menurunkan kadar kandungan pelumas
oli. Oli tidak memilliki lapisan penguat yang dibutuhkan untuk memperkuat
ketahanan gesekan logam ke logam. Akibatnya dapat merusak bearing dan
melonggarkan piston.
Penyebab : belerang
31
Akibat : adanya belerang menandakan bahaya terhadap semua komponen
mesin. Jenis keausan korosif akibat kandungan belerang yang tinggi dapat
menyebabkan pemakaian oli yang boros. Juga lebih banyak pemakaian bahan
bakar selama interval penggantian oli, lebih besar jumlah kandungan belerang
yang membentuk asam. Karana itu, jika mesin beroperasi dengan berat harus lebih
sering diperiksa. Begitupun TBN-nya harus sesering mungkin dicek. Pencemaran
belerang bahan baker dapat menimbulkan regangan pada ring piston, dan keausan
korosif pada permukaan logam dari tangkai katup, ring piston serta liner.
Kondisi pengoperasian mesin juga bisa berperan dasar terhadap jenis dan
tingkat kontaminasi pada oli. Misalnya saja pada suasana yang kering dapat
berpengaruh terhadap kadar silicon. Contoh lain misalnya mesin yang
menganggur pada suatu saat dalam jangka waktu lama. Liner pada mesin ini akan
cepat sekali berkarat, contoh oli akan memperlihatkan kadar kandungan besi yang
tinggi.
2.10.2 Degradasi
Ancaman kerusakan mesin dapat pula terjadi karena penyebab lain selain
kontaminasi. Faktor lain itu bisa berasal dari degradasi pada oli. Coba kita amati
satu persatu dan apa akibat terjadinya degradasi oli terhadap mesin.
Penyebab : rendahnya temperatur jaket air
Akibat : suhu udara di luar jaket air mempengaruhi pembentukan asam
korosif pada mesin. Pertama, meskipun kadar belerang bahan bakar kurang dari
0,5 % tetapi suhu udara di bawah 790C ( 1750F ), memudahkan terbentuknya asam
vapor dan terjadi serangan korosif. Kedua, rendahnya suhu udara yang bereaksi
dengan bahan aditif, serta melemahkan fungsi aditif dan mengurangi daya lindung
pada oli. Ini bisa mengakibatkan penumpukan deposit, pembentukan lumpur,
pelapisan serta pengkarbonan yang pada gilirannya berakibat meningkatkan
letupan, pelapisan lubang liner dan peregangan pada ring.
Penyebab : tingginya kelembaban udara
Akibat : pada saat kondisi pengoperasian pada tingkat kelembaban 85%
atau lebih, besar kemungkinan terbentuknya gas asam akibat besarnya kadar
kandungan air di udara. Ini sangat memungkinkan terjadinya serangan korosif.
Penyebab : pemakaian oli
32
Akibat : batas kapasitas konsumsi oli bisa memberikan informasi tentang
mesin. Penggantian oli, baik bertahap maupun sekaligus merupakan gejala adanya
keausan pada ring dan liner atau terjadinya regangan pada ring. Perlu diperhatikan
bahwa jumlah oli yang cukup ( dengan nilai TBN yang memadai atau cadangan
alkalin yang sesuai ) akan terpompa kedaerah sabuk ring untuk menetralkan asam.
Penyebab : rasio beban / kecepatan yang tidak tepat
Akibat : beban mesin menempati peranan yang sangat penting dalam
degradasi oli. Mesin yang dijalankan dengan kecepatan normal berbeban tinggi
akan mencapai efisiensi optimal baik bagi sistem pelumasan maupun
pendinginannya, beban dikurangi dengan mesin beroperasi tetap pada kecepatan
normal, maka pelumasan dan sistem pendingin akan tetap berfungsi secara efisien,
hanya saja mesin yang terlampau dingin dapat mengakibatkan kondensasi.
Kondisi demikian berpengaruh terhadap liner, ring dan menyebabkan peningkatan
kepulan asap.
Penyebab : bahan bakar yang tidak tepat
Akibat : motor penggerak Caterpillar dirancang berbahan bakar diesel
ASTM 975 No.2, karenanya kandunga bahan bakarnya haruslah terdiri dari :
kadar belerang kurang dari 0,5 % no. Cetane minimum 40, kekentalannya 1,9 –
4,1 centistokes pada 400C ( 1040F ), titik destilasi akhir 90% pada suhu 2820C (
5400 F) maksimum. Bahan bakar dengan titik destilasi akhir lebih tinggi bisa
merusak sebab materi destilasi yang lebih berat tidak dapat terbakar pada putaran
kecepatan diesel. Mesin demikian akan menimbulkan penumpukan jelaga dan
produk-produk yang sulit atau hanya sebagian yang dapat terbakar, sehingga
menyebabkan pembentukan deposit. Kontaminasi kepulan asap akan terangkut
turun ke dinding silinder yang bisa memperberat bahan pelumas yang sudah
tercemari.
Penyebab : kurangnya perawatan
Akibat : salah satu di anatara contoh kurangnya perawatan yaitu
diperpanjangnya interval penggantian oli beserta filternya sehingga menyebabkan
deposit meningkat dan sulit untuk menetapkan kembali interval penggantian oli
secara normal.
33
2.11 Pengambilan Contoh Oli
Pengambilan contoh oli dilakukan pada saat preventive maintenance ( PM )
dengan service meter unit ( SMU ) 66494 dan pada tanggal 22 September 2016 di
bay 8, workshop HE, MMA Department. Service ini dilakukan pada selang waktu
setelah 500 jam pemakaian unit. Sebelum pengambilan contoh oli ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
1. Unit dibersihkan terlebih dahulu, kegiatan ini di maksudkan agar unit
terhindar dari kotoran-kotoran yang akan mengganggu aktivitas service yang
akan dilakukan, serta untuk menghindari debu atau lumpur yang melekat pada
point pengambilan contoh oli di masing-masing kompartemen.
2. Memposisikan unit pada bidang yang rata, agar man power dapat leluasa
dalam melakukan aktivitasnya.
3. Mempersiapkan alat-alat ( tools ) yang akan digunakan untuk pengambilan
contoh oli.
4. Setelah mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan, maka pengambilan
dapat dilakukan.
5. Menadai nama kompartemen pada semua tutup botol S.O.S dengan
menggunakan pena maker dan mengisi data yang lengkap pada label yang
telah disediakan untuk masing-masing kompartemen.
6. Sebelum pengambilan sample dilakukan, engine dioperasikan selama lebih
kurang 15 menit. Kegiatan ini diharapkan agar oli mengalir kesemua tempat
dan endapan kontaminan yang berada dalam sistem dapat teraduk sehingga
analisa terhadap sample oli diperoleh hasil yang maksimal.
7. Pada saat mengambil sample oli tidak diperkenankan untuk menggunakan
sarung tangan karena apabila menggunakan sarung tangan ditakutkan banyak
kontaminan yang menempel di sarung tangan tersebut, seperti debu atau oli.
8. Apabila botol sudah dikeluarkan dari kemasannya, tetapi pengambilan belum
dilakukan, maka sebelum mengambil sample oli yang akan dianalisa
diharapkan untuk membersihkan bagian dalam botol dengan cara mengambil
sample oli dari masing-masing kompartemen yang diisi sekitar seperempat
botol atau 100 ml lalu mengocoknya. Hal ini dilakukan juga untuk
meyakinkan bahwa oli betul-betul terbebas dari kontaminan yang mengendap
34
pada valve dan pada bagian dalam botol agar didapatkan sample yang
representative.
9. Pada kompartemen engine, hydraulic, dan transmisi pengambilan sample
dilakukan menggunakan metode sampling valve.
Pengambilan dilakukan pada saat oli masih panas.
Menggunakan tubing yang berbeda untuk masing-masing kompartemen.
Membuka dust cup sampling valve dan di sekeliling tempat tersebut
dibersihkan agar pada saat pengambilan sample oli kotoran tidak ikut
masuk kedalam sistem.
Untuk pengambilan sample pada kompartemen ini dilakukan dengan cara
menekan probe ke sampling valve dan mengisi sample oli yang akan
dianalisa sebanyak tiga perempat botol dan dianjurkan tidak mengisinya
sampai penuh untuk menghindari oli yang tumpah serta menghindari
jangan sampai debu atau kotoran masuk ke dalam botol sampling.
Setelah itu melepas tubing dan memasang kembali tutup botol sampling,
kemudian memasang label yang sudah disiapakan sebelumnya.
Untuk kompartemen engine, sampling valve berada dibagian sisi kiri
mesin.
Pengambilan sample dilakukan dengan menggunakan vacuum pump,
tubing dan tube cutter.
.Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan vacuum pump ini,
yaitu :
Sebelum menggunakannya diharapkan untuk membersihkannya terlebih
dahulu dengan menggunakan cairan pembersih.
Tube yang dimasukkan ke kapala vacuum pump panjangnya sekitar 2.5
centimeter dari kepala vacuum pump dan dikencangkan menggunakan
retaining nut.
Memasang botol sample pada pipa dipstick.
Kemudian salah satu ujung tube dimasukkan ke dalam kompartemen final
drive dan diusahakan tidak menyentuh dasar dari kompartemen tersebut,
agar sludge tidak ikut terangkat.
35
Untuk pengambilan sample oli dilakukan dengan cara menarik handle
vacuum pump untuk menghasilkan kevakuman, handle ditahan dan tidak
boleh diputar agar oli tidak masuk ke ruangan pompa dan memungkinkan
kontaminan masuk. Jika oli masuk ke dalam ruang pompa, maka pompa
harus dibersihkan menggunakan cairan pembersih sebelum melakukan
pangambilan sample selanjutnya dan mengisi botol hingga tiga perempat
bagian botol.
Untuk melakukan pengambilan sample pada kompartemen lainnya, tube
yang telah digunakan pada pengambilan sample sebelumnya dipotong
menggunakan cutter tube sepanjang 2,5 centimeter dan memasang kembali
sepanjang 2,5 centimeter juga agar bekas sample dari kompartemen
sebelumnya tidak mempengaruhi hasil analisa sample yang akan diambil.
Setelah proses pengambilan sample selesai, lepas selang dan pasang
kembali tutup botol beserta label yang telah disediakan.
37
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini dirancang sebagai field research yaitu penelitian lapangan yang
melibatkan pengumpulan data primer atau informasi baru dan terkait dengan
kondisi nyata yang ada di lapangan dengan metode observasi.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Tempat penelitian dilaksanakan di PT.Harmoni Panca Utama site Bontang,
waktu penelitian lima bulan, yaitu dari bulan juli 2016 sampai dengan November
2016.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Analisa data bertujuan untuk mengelola data menjadi informasi, sehingga
karakteristik atau sifat-sifat data tersebut dapat dengan mudah dipahami dan
bermanfaat untuk menjawab masalah-masalah yang berkaitan dengan kegiatan
penelitian. Adapun beberapa tahap analisa data sebagai berikut:
3.3.1 Tahap Persiapan
Memulai identifikasi dan rumusan masalah S.O.S yang akan diteliti guna
mempersiapkan perlengkapan yang digunakan pada saat melakukan penelitian
masalah tersebut.
3.3.2 Tahap Pengumpulan Data
1. Studi Lapangan
Observasi, yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan penulis
melalui pengamatan secara langsung pada permasalahan turunnya
kemampuan unit serta komponen-komponen yang berkaitan dengan
permasalahan yang dihadapi.
Dokumentasi, dalam metode ini penulis mengumpulkan data berupa
gambar/foto yang berhubungan dengan masalah yang di bahas, yaitu foto
proses pengerjaan S.O.S engine oil serta komponen-komponen engine
38
yang berkaitan dalam permasalahan yang dihadapi sehingga dapat
membantu penulis.
3.3.3 Tahap Pengelompokan Data
Data primer
Data primer adalah data utama dimana penulis melakukan pengambilan
secara langsung di lapangan.
1. S.O.S report
S.O.S report adalah laporan hasil analisa oli dari pengerjaan proses PAP
yang di serahkan oleh penulis ke pihak OSA(oil sampling analysis) untuk
dilakukan uji sampling oli. Data ini berfungsi sebagai bukti kondisi engine
oli di dalam system engine.
2. Foto-foto proses S.O.S dan kerusakan.
Data ini dijadikan bukti nyata kerusakan yang terjadi pada komponen yang
berhubungan dengan menurunnya kemampuan unit.
Data Sekunder
Data sekunder adalah data dimana penulis mendapatkannya dengan cara
tidak langsung membuatnya, melainkan mendengar atau mendapatkannya
dari orang yang melakukan pekerjaan.
1. S.O.S report
S.O.S report yang merupakan data sekunder ini digunakan sebagai history
bahwa unit BD15108KM sudah sering mengalami permasalahan turunnya
kemampuan unit.
3.3.4 Tahap Analisis
Pengelola Data
Berdasarkan data-data S.O.S report yang telah didapat, kemudian data-
data tersebut diolah untuk membantu menentukan langkah awal dalam
menganalisis S.O.S dan melakukan upaya perbaikan.
Analisa Data
39
Setelah melakukan pengolahan, data-data tersebut dianalisis untuk
menemukan apa yang mengalami kerusakan/masalah yang menyebabkan
unit mengalami penurunan kemampuan unit.
Kesimpulan dan Saran
Dari hasil yang sudah diolah dan kemudian dianalisis diperoleh sebuah
kesimpulan, guna untuk menangani masalah S.O.S yang terjadi pada unit
tersebut.
3.4 Diagram Alir Metode Penelitian
Tabel 3.1 Diagram Alir Metode Penelitian
Pemilahan Data
Internet
Pengumpulan Data Sekunder
Data Report S.O.S Unit BD15108KM
IdentifikasiMasalah
Pengolahan Data
Shop Manual
Pembahasan
Mulai
Selesai
Rumusan Masalah
Kesimpulan dan Saran
Saran
Studi Literatur
BukuReferensi
40
Adapun penjelasan dari beberapa point diagram alir penelitian diatas adalah
sebagai berikut :
1. Kegiatan awal penelitian adalah melakukan studi lapangan yang meliputi :
Mengobservasi permasalahan unit BD15108KM yang mengalami
penurunan kemampuan unit
Mulai melakukan proses dokumentasi baik berupa foto unit dan
foto proses pengerjaan S.O.S.
2. Selanjutnya peneliti mulai melakukan proses identifikasi masalah dan
membuat rumusan masalah sebagai berikut :
Apa indikasi penyebab terjadinya penurunan kemampuan pada unit
yang dialami Komatsu Bulldozer D155A-6 unit BD15108KM
Bagaimana cara mengatasi masalah pada S.O.S engine oli komatsu
bulldozer D155A-6 unit BD15108KM .
3. Melakukan pengumpulan data yang berupa report S.O.S yang mempunyai
indikasi penyebab masalah yang berhubungan dengan tingginya Cu di unit
BD15108KM.
4. Studi Literature yang dilakukan adalalah berupa pengumpulan buku
referensi seperti shop manual, part book dan juga pencarian lewat internet
yang berkaitan dengan masalah tingginya Cu.
5. Peneliti melakukan pengumpulan data dan mengelompokan data tersebut
ke data primer dan data sekunder :
Data primer, data ini diambil atau dilakukan sendiri oleh peneliti
seperti data foto-foto komponen yang mempunyai indikasi
penyebab masalah seperti Water Pump, Cyl Head, Liner seal, Oil
Cooler, Anti Freeze serta pengumpulan data pengamatan yang
berupa PAP report dari history unit BD15108KM.
Data sekunder, data ini hasil olahan pihak lain yang di kumpulkan
peneliti guna membantu dalam penelitian, data yang dikumpulkan
seperti S.O.S report dan historical unit.
6. Selanjutnya peneliti mulai melakukan penelitian apakah terdapat nilai
tingginya Cu di dalam sample engine oli, jika tidak maka jadikan hasil
41
sample engine oli itu sebagai arsip/history pada unit, namun jika terdapat
maka proses di selanjutnya adalah :
Analisa hasil sample oli yang telah di teliti di labolatorium
OSA(oil sampling analysis).
Cari penyebab masalah, mengapa Bisa terjadi penurunan
kemampuan unit pada sample oli engine.
Lakukan perbaikan pada komponen yang mengalami kerusakan.
Jika sudah dilakukan perbaikan, running unit dan bairkan unit
beroperasi kembali sampai waktu service unit tiba, hal ini
bertujuan agar kita bisa memastikan apakah benar komponen yang
kita perbaiki adalah penyebab kerusakannya.
3.5 Jadwal Penelitian
Dalam tugas akhir ini peneliti melakukan beberapa kegiatan seperti yang
dijelaskan pada tabel 3.2.
Tabel 3.2 Timeframe pelaksanaan penelitian
No Kegiatan
Waktu Kegaiatan (2017)
Feb
ruar
i
Mar
et
Apri
l
Mei
Juni
juli
Agust
us
1 Pembuatan Proposal
2 Sidang Proposal
3 Studi Literatur
4 Pembuatan Tugas Akhir
5 Penelitian/Pengambilan
Data
6 Pengolahan Data
7
Analisis dan Pengolahan
Hasil Pengolahan Data
8 Sidang Akhir
43
BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIL
4.1 Informasi Data Unit
Berikut data unit Komatsu Bulldozer D155A-6 di PT. Harmoni Panca Utama site
Bontang.
Tabel 4.1 Data Unit Komatsu Bulldozer D155A-6
Customer Name PT. Harmoni Panca Utama
UT Branch Bontang-TDM
Unit Model Bulldozer
Machine Model D155A-6
Unit Kode BD15108KM
Machine Serial Number 85706
Machine SMR 22949
Engine model SAA6D140E-5
Engine Serial Number 00631599
Machine Kondisi Breakdown
Lifetime Komponen 22949
Hour Meter 66494 HM
44
Berikut adalah salah satu hasil SOS yang penulis ambil dari STD (site
technical development) PT. Harmoni Panca Utama site Bontang guna membantu
dalam penelitian yang dilakukan.
Gambar 4.1 PAP report BD15108KM bulan Juni sampai September 2016
Sumber : STD (site technical development)
Gambar di atas adalah PAP report terakhir ketika penulis meminta data oleh
STD(site technical development). Dari hasil report PAP ini dapat terlihat problem
menurunnya kemampuan kerja pada unit BD15108KM saat peneliti melakukan
kegiatan On the job training di bulan juli 2016 sampai dengan November 2016.
Dari gambar di atas terdapat beberapa permasalahan pada tingginya kandungan
oli yang menyebabkan problem pada unit. Berikut adalah analisa dan hasil pengujian
pelumas yang memiliki kandungan kontaminasi yang tinggi.
4.2 Analisa dan Data Hasil Pengujian Pelumas Engine.
Hasil pengujian terhadap pelumas BD15108KM yang menggunakan bahan bakar
solar menunjukan adanya perubahan kandungan kontaminasi Cu yang signifikan.
Dalam pengujian oli selama setahun terdapat beberapa kali kandungan Cu mengalami
kenaikan yang sangat drastis melebihi batas limit yang di tentukan.
45
Tabel 4.2: Hasil perbandingan uji labolatorium
4.2.1 Copper
Gambar 4.2 Grafik perbandingan kandungan Cu selama satu tahun pada Unit
BD15108KM
46
Dari hasil uji labolatorium di atas kita dapat melihat bahwa nilai kontaminasi Cu
pada 5 bulan terakhir telah mengalami kenaikan yang sangat drastis di atas batas
limit. Nilai kandungan Cu pada saat pelumas baru adalah 0 ppm, pada saat pengujian
di 225 jam kandungan Cu naik menjadi 3 ppm, di 539 jam kandungan Cu naik lebih
tinggi menjadi 85 ppm, setelah penggantian oli dan dilakukan pengujian ulang di 277
jam kandungan Cu turun menjadi 16 ppm,di 539 jam nilai Cu menjadi 72 ppm, dan
dilakukan pergantian oli, setelah itu di uji ulang di 115 jam dengan jumlah kandungan
Cu 13 ppm, dan di 472 jam kandungan Cu menjadi 170.
4.3 Pembahasan
Dari hasil S.O.S report yang didapat pada hasil uji sampling yang dilakukan
oleh PT. Harmoni Panca Utama Site Bontang dengan nomor Unit BD15108KM.
membuktikan bahwa engine unit BD15108KM sedang mengalami keausan
komponen dan hal itu dapat menyebabkan kerusakan pada komponen lain.
4.3.1 Copper
Gambar 4.4 Grafik kontaminasi kandungan Cu selama satu tahun pada Unit
BD15108KM
Dari gambar 4.4 diatas terlihat perbandingan kandungan cu, berdasarkan penjelasan
Copper pada bab 2 halaman 13 bahwa kandungan Cu dapat terjadi peningkatan
47
karena adanya keausan yang dialami oleh komponen-komponen yang mengandung
tembaga di dalam mesin. kandungan cu didalam oli mesin memiliki standar yang
masih bisa ditoleransi dalam S.O.S yakni untuk warning limit minimum adalah 15
dan untuk warning limit maximum 45. komponen didalam mesin yang mengandung
Cu seperti : wrist pin bushing, bearing (Near Failure), cam bushing, oil cooler , valve
train bushing, givernor , oil pump.
Untuk mengetahui standart kontaminasi yang diizinkan dalam oli bisa dilihat pada
tabel berikut.
Gambar 4.5 standart kontaminasi oli yang diizinkan pada unit D155A-6
48
4.3.2 Upaya Perawatan yang Dilakukan
Dalam upaya perawatan yang dilakukan oleh PT.Harmoni Panca Utama site
Bontang dapat dilihat di lampiran historical unit. historical unit dapat diketahui
bahwa pihak perusahaan tidak ada melakukan action yang berhubungan dengan
tingginya tingkat kontaminasi Cu. Namun jika dilihat dari data oil consumption dapat
terlihat bahwa adanya penambahan penambahan oli yang tidak sesuai dengan
scheadul perusahaan. Berikut adalah data oil consumption yang penulis dapat dari
perusahaan.
Tabel 4.2 data oil consumption pada unit BD15108KM
Date Tank
Capacity
quantit
y
Unit of
Measure
Oil Usage
Type
Compartment
10/Jan/16 60 8 L Schedule Engine Oil
10/Jan/16 283 8 L Schedule Transmisi
27/Jan/16 283 107 L Schedule Transmisi
18/Feb/16 60 13 L Top Up Engine Oil
10/Mar/16 60 48 L Schedule Engine Oil
22/Apr/16 283 27 L Top Up Transmisi
24/Apr/16 60 26 L Top Up Engine Oil
5/May/16 60 42 L Schedule Engine Oil
5/May/16 283 71 L Schedule Transmisi
7/Jun/16 283 22 L Repaired Transmisi
18/Jun/16 283 60 L Repaired Transmisi
19/Jun/16 60 25 L Top Up Engine Oil
1/Jul/16 60 11 L Top Up Engine Oil
7/Jul/16 283 24 L Top Up Transmisi
24/Jul/16 60 13 L Top Up Engine Oil
24/Jul/16 60 17 L Top Up Engine Oil
25/Jul/16 283 107 L Schedule Transmisi
30/Jul/16 283 9 L Top Up Transmisi
49
26/Aug/16 283 35 L Repaired Transmisi
31/Aug/16 60 8 L Top Up Engine Oil
7/Sep/16 60 56 L Schedule Engine Oil
7/Sep/16 283 41 L Schedule TRANSMISI
29/Sep/16 283 72 L Repaired Transmisi
22/Nov/16 283 24 L Repaired Transmisi
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa adanya penambahan oli engine yang
tidak sesuai dengan scheadul.
4.4 Analisa Akhir dari Hasil Penelitian
Dari hasil pengujian yang dilakukan penulis dapat menyimpulkan dengan
parameter kandungan Cu selama satu tahun sebagai berikut.
Gambar 4.6 grafik perbedaan kandungan Cu selama satu tahun pada unit
BD15108KM melakukan pergantian oli
Pada gambar 4.6 di jelaskan bahwa kontaminasi Cu menurun setelah adanya
pergantian oli engine yang dilakukan oleh PT.Harmoni Panca Utama. berikut adalah
hasil analisa yang penulis dapatkan dari data yang di dapat dari hasil S.O.S :
Sebelum penggantian oli pertama = Cu berubah dari 5 ppm menjadi 7 ppm
50
Sesudah Penggantian oli Pertama = Cu berubah dari 7 ppm menjadi 4 ppm
Sebelum penggantian oli kedua = Cu berubah dari 4 ppm menjadi 6 ppm
Sesudah penggantian oli kedua = Cu berubah dari 6 ppm menjadi 3 ppm
Sebelum penggantian oli ketiga = Cu berubah dari 3 ppm menjadi 85 ppm
Sesudah penggantian oli ketiga = Cu berubah dari 85 ppm menjadi 16 ppm
Sebelum penggantian oli keempat = Cu berubah dari 16 ppm menjadi 72 ppm
Sesudah penggantian oli kedua = Cu berubah dari 72 ppm menjadi 13 ppm
Sebelum penggantian oli kedua = Cu berubah dari 13 ppm menjadi 107 ppm
Sesudah penggantian oli kedua = Cu berubah dari 107 ppm menjadi 17 ppm
Dari hasil S.O.S yang ada jika di hubungkan dengan aktivitas yang dilakukan
oleh pihak perusahaan, maka dapat dipastikan bahwa pihak perusahaan tidak ada
melakukan upaya perbaikan yang berhubungan dengan problem tingginya
kontamionasi kandungan Cu.
Jika dilihat dari data oil consumption dan dihubungkan dengan hasil S.O.S yang
ada, dapat dipastikan bahwa tingkat keausan terbesar terjadi pada komponen bearing.
Hal ini diperkuat dengan adanya data berikut.
Property
Back
100%
steel
Lining 75%
copper 25%
lead
Overlay 90%
lead 10% tin
Aluminum
bearings 100%
aluminum
Fatigue strength High Medium Low High
Conformability Low Medium High Medium
Embedability Low Medium High Low
Corrosion
resistance
High Medium High High
Friction
reduction
Low Medium High Low
51
Heat resistance High Medium Low High
Gambar 4.7 Bearing Material dan Sifat-sifatnya
(sumber : asia pacific learning)
Dari hasil data oil consumption yang ada pada tabel 4.2 dan jika dihubungkan
dengan gambar 4.7 dapat diketahui bahwa yang menyebabkan tingginya kandungan
Cu disebabkan karena adanya keausan pada komponen bearing yang disebabkan
karena kurangnya oli engine yang dapat menyebabkan gesekan metal to metal. Dan
dari data diatas dapat diketahui bahwa bearing yang banyak digunakan adalah bearing
yang memiliki material lining 75% copper 25% lead.
52
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan.
1. kandungan kontaminasi Cu dapat terjadi kenaikan karena adanya tingkat
keausan yang terjadi pada komponen bearing.
2. Berdasarkan dari hasil data hystorical unit, perusahaan memiliki beberapa
upaya perawatan yang dilakukan untuk mencegah semakin tingginnya
kontaminasi, yaitu dengan cara mengganti oli engine walaupun belum
masuk dalam scheadul yang ditetapkan..
5.2. Saran
Untuk mencegah hal tersebut terulang lagi, maka penulis memberikan
beberapa saran yang diharapkan dapat berguna untuk dipergunakan dikemudian
hari. Berikut adalah beberapa saran yang bisa diterapkan:
1. Rentang waktu yang dibutuhkan untuk menunggu hasil report S.O.S
terlalu lama, maka disarankan kepada pihak PT.Harmoni Panca Utama
untuk menyediakan labotorium S.O.S agar analisa terhadap sample oli
dapat dengan segera diketahui hasilnya. Dengan begitu segala masalah
yang terjadi terhadap unit dapat segera ditangani sebelum unit tersebut
release.
2. Melakukan pemeriksaan engine secara menyeluruh, periksa setiap
komponen. Jika terdapat komponen yang tidak layak pakai, sebaiknya
segera diganti sebelum mempengaruhi komponen lain.
3. Periksa oli secara bertahap, dan lakukan pergantian filter jika diperlukan
4. Untuk penelitian berikutnya dapat memasukan jenis nama komponen
dengan bahan/material tententu.