analisa fungsional

6
1. Analisa Fungsional Freeway space Freeway spee adalah jarak inter-oklusal pada saat mandibula dalam keadaan posisi istirahat. Adapun cara pengukurannya adalah penderita didudukkan dalam posisi istirahat. Kemudian ditarik garis yang menghubungkan antaa titik diujung hidung dan ujung dagu dan dihitung berapa jaraknya, kemudian penderita dalam keadaan oklusi sentris, kemudian ditarik garis yang menghubungkan antara titik di ujung hidung dan di ujung dagu dan dihitung berapa jaraknya. Nilai FWS = jarak pada saat posisi istirahat dikurangi jarak pada saat oklusi sentris. Nilai normal menurut Houston (1989) = 2 – 3 mm. Nilai FWS perlu diketahui dan dapat digunakan sebagai panduan untuk melakukan atau pemberian gigit diposterior sehubungan dengan adanya gigitan terbalik anterior. Apabila FWS lebih besar dari pada tumpang gigit maka tidak perlu diberi peninggian gigit posterior. Sedangkan bila FWS lebih kecil dari pada tumpang gigit maka perlu diberi peninggian gigit posterior. Path Of Closure Path of closure adalah gerakan mandibula dari posisi istirahat menuju oklusi sentris. Path Of Closure dikatakan normal apabila gerakan mandibula ke atas, ke muka dan belakang. Bagian otot yang bekerja pada mandibula dalam keadaan relaksasi dan kondili mandibula pada possii retrusi

Upload: rianggarosyepetraden

Post on 09-Aug-2015

1.371 views

Category:

Documents


98 download

TRANSCRIPT

Page 1: Analisa Fungsional

1. Analisa Fungsional

Freeway space

Freeway spee adalah jarak inter-oklusal pada saat mandibula dalam keadaan posisi

istirahat. Adapun cara pengukurannya adalah penderita didudukkan dalam posisi istirahat.

Kemudian ditarik garis yang menghubungkan antaa titik diujung hidung dan ujung dagu

dan dihitung berapa jaraknya, kemudian penderita dalam keadaan oklusi sentris, kemudian

ditarik garis yang menghubungkan antara titik di ujung hidung dan di ujung dagu dan

dihitung berapa jaraknya. Nilai FWS = jarak pada saat posisi istirahat dikurangi jarak pada

saat oklusi sentris. Nilai normal menurut Houston (1989) = 2 – 3 mm. Nilai FWS perlu

diketahui dan dapat digunakan sebagai panduan untuk melakukan atau pemberian gigit

diposterior sehubungan dengan adanya gigitan terbalik anterior. Apabila FWS lebih besar

dari pada tumpang gigit maka tidak perlu diberi peninggian gigit posterior. Sedangkan bila

FWS lebih kecil dari pada tumpang gigit maka perlu diberi peninggian gigit posterior.

Path Of Closure

Path of closure adalah gerakan mandibula dari posisi istirahat menuju oklusi sentris.

Path Of Closure dikatakan normal apabila gerakan mandibula ke atas, ke muka dan

belakang. Bagian otot yang bekerja pada mandibula dalam keadaan relaksasi dan kondili

mandibula pada possii retrusi pada fosa glenoidalis. Sedangkan yang tidak normal apabila

terdapat deviasi mandibula dan displacement mandibula.

Idealnya path of closure dari posisi istirahat ke posisi oklusal maksimum berupa

gerakan engsel sederhana melewati freeway space sebesar 2-3 mm. Ada 2 macam

perkecualian path of closure yang bisa dilihat yaitu deviasi mandibula dan displacement

mandibula.

Perlu dibedakan antara deviasi mandibula dan displacement mandibula karena

perawatannya berbeda. Deviasi biasanya tidak menyebabkan rasa sakit, keausan pada gigi

atau rusaknya jaringan periodontal. Displacement mandibula pada jangka panjang dapat

menyebabkan terjadinya ketiga hal di atas.

Deviasi Mandibula

Page 2: Analisa Fungsional

Keadaan ini berhubungan dengan posisi keadaan mandibula. Bila mandibula dalam

posisi kebiasaan, maka jarak antaroklusal akan bertambah sedangkan kondili terletak lebih

maju di dalam fosa glenoides. Arah path of closure adalah ke atas dan ke belakang akan

tetapi bila gigi telah mencapai oklusi mandibula terletak dalam relasi sentrik.

Displacement Mandibula

Displacement dapat terjadi dalam jurusan sagital dan transversal. Kontak prematur

dapat menyebabkan displacement mandibula untuk mendapatkan hubungan antartonjol

gigi yang maksimum. Dalam jangka panjang displacement dapat terjadi selama

pertumbuhan gigi. Dalam beberapa keadaan displacement terjadi pada fase gigi sulung,

kemudian pada saat gigi permanen erupsi gigi tersebut akan diarahkan oleh kekuatan otot

ke letak yang memperparah terjadinya displacement. Displacement dapat terjadi pada usia

lanjut karena gigi yang maju dan tidak terkontrol yang disebabkan karena hilangnya

posterior akibat pencabutan.

Displacement dalam jurusan transversal sering berhubungan dengan adanya gigitan

silang posterior. Bila lengkung geligi atas dan bawah sama lebarnya, suatu displacement

mandibula ke transversal diperlukan untuk mencapai posisi oklusi maksimum. Bila hal

tersebut terjadi maka akan didapatkan relasi gigitan silang gigi posterior pada satu sisi.

Displacement ke transversal tidak berhubungan dengan bertambahnya jarak antaroklusal.

Adanya gigitan silang unilateral gigi posterior yang disertai adanya garis median atas

dan bawah yang tidak segaris akan menimbulkan dugaan adanya displacement ke

transversal. Keadaan ini perlu diperiksa dengan seksama dengan memperhatikan pasien

pada saat menutup mandibula dari posisi istirahat ke posisi oklusi. Keadaan yang perlu

diperhatukan adalah letak garis median baik pada possisi istirahat maupun pada posisi

oklusi.

Bila terdapat gigitan silang unilateral pada keadaan ini, perlu dilakukan ekspansi

regio posterior rahang atas ke arah transversal. Tidak semua gigitan silang unilateral

berhubungan dengan dispacement. Kadang-kadang didapatkan asimetri rahang atas dan

bawah. Bila tidak terdapat displacement tetapi terdapat gigitan silang unilateral maka perlu

dipertimbangkan apakah perlu dirawat atau tidaknya.

Displacement ke arah sagital dapat terjadi karena adanya kontak prematur pada

daerah insisiv. Pada keadaan ini biasanya daidapatkan over closure mandibula. Pada kasusu

Page 3: Analisa Fungsional

kelas III ringan terdapat gigitan edge to edge pada insisivi, mandibula bergeser ke anterior

untuk mendapatkan oklusi di daerah bukal

Displacement ke posterior kadang juga dapat terjadi. Perlu diperhatikan perbedaan

displacement mandibula ke posterior yang sering terjadi pada relasi inisisivi kelas II

dengan displacement ke posterior pada pasien dengan gigi yang masih lengkap.

Displacement ke posterior sering terjadi pada pasien yang kehilangan gigi posterior.

Cara pemeriksaan path of closure adalah penderita didudukkan pada posisi istirahat.

Dilihat posisi garis mediannya, penderita diinstruksikan uktuk oklusi sentris dari posisi

istirahat dan dilihat kembali posisi garis mediannya. Apabila posisi garis median pada saat

posisi istirahat menuju oklusi sentris tidak terdapat pergeseran BERARTI tidak ada

gangguan path of closure dan apabila posisi garis media pada saat posisi istirahat menuju

oklusi sentris terdapat pergeseran berarti terdapat gangguan path of closure.

TMJ (temporo mandibular junction)

Pada panduan umum bila pergerakan mandibula normal berarti fungsinya tidak

terganggu, sebaliknya bila pergerakan mandibula terbatas biasanya menunjukkan adanya

masalah fungsi. Oleh karena itu satu indikator penting tentang sendi temporomandibula

adalah lebar pembukaan maksimal, yang pada keadaan normal berkisar 35-40 mm, 7 mm

gerakan ke lateral dan 6 mm ke depan. Palpasi pada otot pengunyahan dan sendi

temporomandibula merupakan bagian pemeriksaan rutin dan perlu dicatat tanda-tanda

adanya masalah pada sendi temporomandibula, misalnya adanya rasa sakit pada sendi,

suara dan keterbatasan pembukaan

Cara pemeriksaaanya adalah penderita didudukkan pada posisi istirahat, diletakkan

kedua jari telunjuk operator dibagian luar meatus accuticus externus kiri dan kanan

penderita dan penderita diinstruksikan untuk membuka dan menutup mulutnya. Apabila

tidak terasa adanya krepitasi saat palpasi bagian luar meatus accustucus evternus atau

bunyinclicking pada saat mandibula membuka dan menutup mulut BERARTI pola

pergerakan TMJ normal

Pola Atrisi

Page 4: Analisa Fungsional

Adalah permukaan oklusal gigi yang datar atau rata karena faktor pemakaian atau

oleh karena kebiasaan jelek seperti bruxism sehingga menyebabkan bentuk wajah yang

lebih pendek dan fungsi kunyah akan menjadi terganggu. Bila hal tersebut tidak dirawat,

maka akan dapat menimbulkan ngilu pada gigi serta rasa sakit pada sendi rahang.

Pola atrisi dikatakan normal apabila terjadinya atrisi gigi yang disebabkan oleh

karena pemakaian gigi yang telah lama, misalnya gigi atrisi pada orang yang telah lanjut

dan atrisi gigi susu pada anak-anak yang telah memasuki fase gigi permanen. Sedangkan

bila dikatakan pola atrisi tidak normal apabila terjadinya atrisi gigi oleh karena adanya

kebiasaan jelek, misalnya bruxism. Contohnya atrisi gigi permanen pada penderita usia

muda atau pada anak-anak pada fase gigi pergantian.