analisa ekonomi politik jokowi

5
ANALISA EKONOMI POLITIK JOKOWI DIKAITKAN DENGAN UNDANG_UNDANG NO 22 TAHUN 2011 PASAL 7 AYAT 6A Pemerintah kembali menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Premium dan Solar. Kenaikan harga ini telah terjadi dua kali dalam kurun waktu beberapa bulan saja. Staf Khusus Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Widhyawan Prawiraatmaja mengatakan, kenaikan harga itu sudah disesuaikan dengan melihat perkembangan dan penyesuaian harga berdasarkan biaya dasar. Beberapa hal tersebut adalah pajak, pajak daerah, biaya pengolahan dan distribusi. Sedangkan menurut Wakil Presiden Jusuf Kalla, kenaikan harga BBM itu antara lain disebabkan nilai Rupiah yang melemah. Wacana Kenaikan BBM – Bagian dari Ekonomi Politik Pertama harus dipahami lebih dahulu, apa itu kenaikan harga BBM yang dimaksud dan mengapa akhrinya pemerintah sempat berpikiran untuk menaikan harga pokok BBM. Wacana yang muncul dari pemerintah ini bukanlah tanpa pertimbangan. Alasan utamanya adalah subsidi bbm yang dianggap tidak tepat sasaran, yaitu hanya dinikmati oleh masyarakat kelas menengah ke atas saja. Dengan mengalihkan anggaran untuk subsidi bbm ke sector lain, pemerintah mengklaim bahwa APBN akan lebih sehat, dan manfaatnya akan dirasakan oleh semua kalanagan masyarakat. Anggaran subsidi BBM tersebut kemudian dialihkan ke sector lain seperti kesehatan, pembangunan infrastruktur, pendidikan, dll. Alasan-alasan ini terkesan sebagai alasan mulia yang diharapkan dapat membuat masyarakat dapat menerima keputusan kenaikan harga tersebut, namun dugaan itu sama sekali salah. Sejak pengumuman wacana ini, satu per satu pihak angkat bicara, dari pengamat politik, pengamat ekonomi, akademisi dan juga aktor-aktor kunci partai politik. Tidak semua sepakat dengan alasan-alasan tersebut. Misalnya saja Yusril menilai kebijakan Jokowi aneh karena harga minyak dalam negeri

Upload: arik-arifian-rosyadi

Post on 12-Sep-2015

36 views

Category:

Documents


22 download

DESCRIPTION

Analisa kebijakan ekonomi politik Jokowi

TRANSCRIPT

ANALISA EKONOMI POLITIK JOKOWI DIKAITKAN DENGAN UNDANG_UNDANG NO 22 TAHUN 2011 PASAL 7 AYAT 6A

Pemerintah kembali menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Premium dan Solar. Kenaikan harga ini telah terjadi dua kali dalam kurun waktu beberapa bulan saja. Staf Khusus Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Widhyawan Prawiraatmaja mengatakan, kenaikan harga itu sudah disesuaikan dengan melihat perkembangan dan penyesuaian harga berdasarkan biaya dasar. Beberapa hal tersebut adalah pajak, pajak daerah, biaya pengolahan dan distribusi. Sedangkan menurut Wakil Presiden Jusuf Kalla, kenaikan harga BBM itu antara lain disebabkan nilai Rupiah yang melemah.Wacana Kenaikan BBM Bagian dari Ekonomi PolitikPertama harus dipahami lebih dahulu, apa itu kenaikan harga BBM yang dimaksud dan mengapa akhrinya pemerintah sempat berpikiran untuk menaikan harga pokok BBM. Wacana yang muncul dari pemerintah ini bukanlah tanpa pertimbangan. Alasan utamanya adalah subsidi bbm yang dianggap tidak tepat sasaran, yaitu hanya dinikmati oleh masyarakat kelas menengah ke atas saja. Dengan mengalihkan anggaran untuk subsidi bbm ke sector lain, pemerintah mengklaim bahwa APBN akan lebih sehat, dan manfaatnya akan dirasakan oleh semua kalanagan masyarakat. Anggaran subsidi BBM tersebut kemudian dialihkan ke sector lain seperti kesehatan, pembangunan infrastruktur, pendidikan, dll.Alasan-alasan ini terkesan sebagai alasan mulia yang diharapkan dapat membuat masyarakat dapat menerima keputusan kenaikan harga tersebut, namun dugaan itu sama sekali salah. Sejak pengumuman wacana ini, satu per satu pihak angkat bicara, dari pengamat politik, pengamat ekonomi, akademisi dan juga aktor-aktor kunci partai politik. Tidak semua sepakat dengan alasan-alasan tersebut. Misalnya saja Yusril menilai kebijakan Jokowi aneh karena harga minyak dalam negeri dinaikkan ketika harga minyak dunia tengah mengalami penurunan. Dalam APBN 2014, pemerintah menetapkan harga minyak dunia sebesar 105 dolar AS per barel. Sementara, saat ini harga minyak turun di kisaran 75 dolar per barel. Selain itu, menurut anggota DPR Lucky Hakim, keputusan Jokowi itu telah melanggar aturan yang berlaku karena presiden menaikan harga BBM tanpa persetujuan DPR, ini tidak sesuai dgn UU APBN pasal 7 ayat 6a. Berdasarkan pasal undang-undang tersebut, Pasal 7: pemerintah hanya dapat menaikkan harga BBM tanpa persetujuan DPR bila harga minyak dunia naik hingga 15% di atas asumsi APBN. Namun yang terjadi justru sebaliknya, di saat harga minyak turun, Pemerintahan Jokowi-JK justru menaikkan harga BBM.Adanya undang-undang pasal 7 nomor 6aSetelah wacana kenaikan BBM pada tahun era SBY yang banyak mencuri perhatian dan akhirnya dibatalkan, sidang paripurna DPR RI akhirnya menghasilkan tambahan Undang-undang, yaitu pasal 7 nomor 6a no 22 tahun 2011 yang menyebutkan:"Dalam hal harga rata-rata minyak Indonesia (Indonesia Crude Oil Price/ICP) dalam kurun waktu berjalan mengalami kenaikan atau penurunan lebih dari 5 persen dari harga minyak internasional yang diasumsikan dalam APBN-P Tahun Anggaran 2012, pemerintah berwenang untuk melakukan penyesuaian harga BBM bersubsidi dan kebijakan pendukung".Tanpa disadari, undang-undang ini memberi keleluasan bagi pemerintah untuk menyesuaikan harga BBM bersubsidi. Di titik ini dapat ditangkap siratan kepentingan beberapa pihak tertentu, undang-undang ini terkesan sebagai alat untuk melancarkan misi terselubung elit politik tanpa harus menuai protes yang terlalu keras dari masyarakat.Ketika Marxisme BicaraMarxisme yang diperkenalkan oleh Karl Marx, bermula dari ketidaksetujuannya terhadap konsep Positive Sum Game dan anggapan bahwa ekonomi dan politik berjalan sendiri-sendiri dalam alur prinsipnya masing-masing (argumen utama liberalis). Dititik inilah Marxisme cukup sepakat dengan merkantilisme, bahwa ada keterkaitan erat antara politik dan ekonomi. Namun jika dilihat lebih lanjut terdapat asumsi dasar yang jauh berbeda, karena merkantilis menilai politik lebih dominan sehingga mempengaruhi perekonomian, namun justru sebaliknya di sisi marxisme yang menilai bahwa politik hanya sebagai implikasi logis dari interaksi ekonomi dalam kehidupan sosial yang ada. Pemikiran marxisme berfokus pada kegiatan ekonomi yang terbagi dalam kelas-kelas antara kaum burjois dan proletar, dimana antara keduanya memiliki hubungan zero sum berupa eksploitasi kaum proletar pada kaum burjois yang memiliki alat-alat produksi. Marx memandang kapitalisme sebagai dinamika dunia dan proses ekonomi yang meluas, menurut penulis hal ini berdampak pada agenda utama mereka yaitu meniadakan kelas-kelas tersebut. Marx memiliki keyakinan bahwa hal itu kelak akan meliputi seluruh dunia melalui ekspansi imperialis dan meletakkan seluruh masyarakat di bawah model produksi komoditas yang dirancang sesuai dengan kapitalisme dengan misi untuk membangun kekuatan-kekuatan produksi di seluruh dunia, dan perubahan dalam perekonomian inilah yang akan mempengaruhi pola catur perpolitikan.Dalam kaitan peran negara, Marxis memang mengakui peran negara tersebut dalam mekanisme pasar, namun di saat yang bersamaan menilai bahwa negara hanya berperan sebagai penjaga malam, yang mengawasi jalannya produksi dan justru memfasilitasi kepentingan kaum borjuis dengan aturan-aturan tertentu atau regulasi hukum. Hal lain yang secara tegas ditekankan oleh Marxisme adalah tentang perekonomian kapitalisme yang tanpa disadari mengandung sifat self destruction yaitu ketika jumlah kaum proletar terus bertambah akan memicu bentuk surplus value yang menggambarkan kelebihan produktivitas kerja buruh dibandingkan dengan upah dasar yang mereka terima. Hal ini dengan segera akan menjadi stimulus munculnya gerakan perjuangan dari kaum proletar. Sumbangsih pemikiran marxisme yang juga tak kalah penting adalah dialektika sejarah menunjukkan bahwa eksploitasi telah terjadi sejak dulu dan juga adanya pergantian mode produksi serta mengarah pada komunis atau sosialis. Urutan sejarah yang ada adalah; masyarakat primitive komunal, masyarakat perbudakan, masyarakat feudal, masyarakat kapital, dan masyarakat sosialis.Analisa berdasar Perspektif MarxismeDengan menggunakan asumsi dasar dari marxisme, maka akan dapat diungkap lebih dalam hubungan antar tiga aktor tersebut. Hubungan antar kelas yang dijelaskan oleh marxisme adalah hubungan yang konfliktual. Jika merujuk pada realita, apa yang terjadi di akhir Maret hanyalah sebagai klimaks panas keseluruhan interaksi antar aktor. Sudah sejak lama, negara ini menomorsatukan kepentingan elit, sehingga orientasi utama dari satu kebijakan tidak lagi pada rakyat. Pemerintah tanpa kita sadari telah menjadi alat dari para korporasi untuk melanggengkan aktifitas ekonomi demi maksimalisasi profit. Di sisi lain, sebagian besar masyarakat harus mengalami eksploitasi. Walaupun ada hubungan saling ketergantungan yang juga memberikan keuntungan, namun sama sekali tidak dalam upaya untuk menciptakan suatu keseimbangan. Adanya pasal 7 ayat 6a menjadi bentuk nyata hubungan antar aktor, sebab penambahan ayat tersebut pada akhirnya akan meletakkan masyarakat secara umum pada posisi yang dirugikan. Alih-alih menyelamatkan masyarakat dari kenaikan harga, namun justru memaksa masyarakat menjadi tumbal agar kelas borjuis yaitu para korporasi dapat tetap berada dalam posisi aman.Cara pandang Marxisme masih relevan dan bahkan argumen-argumennya terbukti melalui dalam kehidupan negara kekinian terkhusus pada hubungan ekonomi dan politik. Penambahan ayat yang ditetapkan oleh pemerintah memfasilitasi eksistensi korporasi di tengah kompetitifnya perekonomian dunia. Misi-misi ekonomi yang hendak dicapai akan mempengaruhi kepuutusan politik yang akan diambildan disaat yang bersamaan harus mengorbankan kepentingan masyarakat luas terutama kelas menengah kebawah. Hubungan ketergantungan yang konfliktual nyatanya akan terus berlangsung, dengan atau tanpa hadirnya penambahan ayat tersebut, namun pada satu titik nanti ketika harga BBM benar-benar mengalami peningkatan, maka semakin mungkin terjadi apa yang dikatakan marxis sebagai perjuangan kelas yang berpotensi memiliki dampak yang jauh lebih besar sekedar berbagai aksi di akhir Maret lalu.