analgetika

18
ANALGETIKA Adalah obat yang dalam dosis terapi dapat meringankan atau menekan rasa nyeri, tanpa mempunyai kerja anestesi umum. Berdasarkan potensi kerja, mekanisme dan efek sampingnya, dibedakan menjadi : 1. Analgetika yg berkhasiat kuat, bekerja pd pusat (hipnoanalgetika, kel. Opiat) 2. Berkhasiat lemah – sedang, terutama bekerja pada perifer dengan sifat antipiretik, dan umumnya mempunyai sifat antiinflamasi Mekanisme kerja obat dalam mempengaruhi nyeri : 1. Mencegah sensibilisasi reseptor nyeri dg cara menghambat sintesa prostaglandin 2. Mencegah pembentukan rangsangan dl reseptor 3. Menghambat penerusan rangsangan dl serabut saraf sensorik 4. Meringankan atau menghambat nyeri melalui SSP 5. Mempengaruhi pengalaman nyeri ANALGESIK OPIOID DAN ANTAGONIS Merupakan kel obat yg mempunyai sifat seperti opium atau morfin menimbulkan adiksi Termasuk : 1. Obat yg berasal dr opium – morfin 2. Senyawa semi sintetik morfin 3. Senyawa sintetik yg mempunyai efek seperti morfin Obat yg mempunyai sifat antagonis efek opioid antagonis opioid Reseptor di sel otak reseptor opioid, ada 3 reseptor opioid : mu, sigma dan kappa, yang masing-masing menyebabkan timbulnya efek yg spesifik Berdasarkan kerjanya pd reseptor opioid, dibagi menjadi : 1. Agonis opioid menyerupai morfin bekerja agonis terutama pd reseptor mu ( morfin ) 2. Antagonis opioid tidak mempunyai aktifitas agonis pd semua reseptor ( nalokson ) 3. Opioid dg kerja campur : a. Dengan kerja utama antagonis b. Dengan kerja utama agonis Morfin Dan Alkaloid Opium - Opium (candu) : getah Papaver somniferum L - alkaloidnya dibagi 2 gol : 1. gol fenantren : morfin, kodein 2. gol benzilisokinolin : noskapin, papaverin

Upload: ivanny-leoni

Post on 20-Dec-2015

46 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

ANALGETIKA

TRANSCRIPT

Page 1: ANALGETIKA

ANALGETIKA

Adalah obat yang dalam dosis terapi dapat meringankan atau menekan rasa nyeri, tanpa mempunyai kerja anestesi umum.

Berdasarkan potensi kerja, mekanisme dan efek sampingnya, dibedakan menjadi :1. Analgetika yg berkhasiat kuat, bekerja pd pusat (hipnoanalgetika, kel. Opiat)2. Berkhasiat lemah – sedang, terutama bekerja pada perifer dengan sifat antipiretik, dan

umumnya mempunyai sifat antiinflamasi

Mekanisme kerja obat dalam mempengaruhi nyeri :1. Mencegah sensibilisasi reseptor nyeri dg cara menghambat sintesa prostaglandin2. Mencegah pembentukan rangsangan dl reseptor3. Menghambat penerusan rangsangan dl serabut saraf sensorik4. Meringankan atau menghambat nyeri melalui SSP5. Mempengaruhi pengalaman nyeri

ANALGESIK OPIOID DAN ANTAGONIS

Merupakan kel obat yg mempunyai sifat seperti opium atau morfin menimbulkan adiksi

Termasuk :1. Obat yg berasal dr opium – morfin2. Senyawa semi sintetik morfin3. Senyawa sintetik yg mempunyai efek seperti morfin

Obat yg mempunyai sifat antagonis efek opioid antagonis opioidReseptor di sel otak reseptor opioid, ada 3 reseptor opioid : mu, sigma dan kappa, yang masing-masing menyebabkan timbulnya efek yg spesifik

Berdasarkan kerjanya pd reseptor opioid, dibagi menjadi :1. Agonis opioid menyerupai morfin bekerja agonis terutama pd reseptor mu ( morfin )2. Antagonis opioid tidak mempunyai aktifitas agonis pd semua reseptor ( nalokson )3. Opioid dg kerja campur :

a. Dengan kerja utama antagonis b. Dengan kerja utama agonis

Morfin Dan Alkaloid Opium

- Opium (candu) : getah Papaver somniferum L- alkaloidnya dibagi 2 gol :

1. gol fenantren : morfin, kodein2. gol benzilisokinolin : noskapin, papaverin

Farmakodinamika :1. Terhadap SSP

- Mempunyai efek narkosis Pada penderita nyeri, sedih, gelisah euforia Pada orang normal disforia : perasaan kuatir / takut + mual, muntah Mengantuk, tidak konsentrasi, sukar berfikir, apatis.

- Mempunyai efek analgesia Tidak disertai hilangnya fungsi sensorik lain Efek timbul dg 3 cara :

a. Meninggikan ambang rangsang nyeri berperan bila morfin diberikan sebelum terjadi stimulasi nyeri

b. Mempengaruhi emosic. Memudahkan tidur, waktu tidur ambang rangsang nyeri meningkat

- Miosis - Depresi napas dan menghambat refleks batuk- Mual dan muntah

Page 2: ANALGETIKA

2. Terhadap Saluran Cerna Merupakan efek langsung bukan melalui SSP

- Terhadap lambung : motilitas berkurang dan sfingter pilorus berkontraksi pergerakan isi lambung ke duodenum diperlambat

- Terhadap usus halus : sekresi empedu dan pankreas berkurang, pencernaan diusus lambat, meninggikan tonus dan spasme periodik usus, kontraksi meningkat penerusan isi usus lambat dan abs air lebih sempurna isi usus lebih padat

- Terhadap usus besar : meninggikan tonus dan menyebabkan spasme penerusan isi kolon lambat dan tinja lebih keras.

3. Terhadap Sistem Kardiovaskuler- Vasodilatasi perifer karena efek lgs thd pembuluh darah kecil hipotensi ortostatik

4. Terhadap Otot Polos Lain- Ureter dan kandung kemih : peningkatan tonus, kontraksi dan amplitudo dan kontraksi pd

sfingter miksi sukar- Bronkokonstriksi, pada dosis terapi jarang- Memperlambat berlangsungnya partus

5. Terhadap Kulit- Pelebaran pembuluh darah kulit kulit panas dan merah terutama di flush area (muka,

leher)- Pruritus kadang-kadang karena pelepasan histamin atau pengaruh langsung pada saraf

6. Terhadap Metabolisme- Morfin menyebabkan suhu badan turun karena : aktifitas otot turun, vasodilatasi perifer.- Kecepatan metabolisme turun- Penglepasan adrenalin glikogenolisis hiperglikemia- Laju filtrasi glomerulus dan aliran darah ginjal berkurang dan pelepasan ADH volume

urin berkurang

FARMAKOKINETIKA

- Tidak dapat melalui kulit utuh, dapat melalui luka dan dpt menembus mukosa absorpsi dengan cara ini kecil

- Dapat diabsorpsi diusus dan dapat diberikan secara parenteral- Biotransformasi : konjugasi dengan asam glukuronat- Dapat melalui sawar uri mempengaruhi janin- Ekskresi : terutama ginjal, sedikit feses dan keringat, empedu dan getah lambung

Efek Samping- Idiosinkrasi

mual dan muntah terutama wanita eksitasi, tremor, delirium, konvulsi dan insomnia jarang

- Alergi : urtikaria, eksantema, dermatitis, pruritus- Intoksikasi akut :

Koma, frekuensi nafas lambat, sianosis, miosis (pin point pupils) kemudian midriasis (bila sudah terjadi anoksia)

Suhu badan rendah Tonus otot rangka rendah, mandibula relaksasi dan lidah dpt menyumbat jalan nafas Kematian : karena depresi napas

Toleransi, adiksi dan abuse- Toleransi dan ketergantungan fisik merupakan gambaran spesifik penggunaan obat-2 opioid

dibatasi- Adiksi menyangkut fenomena :

a. Habituasi : perubahan psikik emosional b. Ketergantungan fisik : faal dan biokimia tubuh tidak berfungsi tanpa morfin c. Adanya toleransi

Page 3: ANALGETIKA

- Toleransi : Timbul thd efek depresi , tidak pd efek eksitasi, miosis dan efek pd usus Dapat timbul toleransi silang antara morfin, heroin, kodein Timbul setelah 2-3 mgg

- Menimbulkan gejala putus obat atau gejala abstinensia, manifestasi : Penderita merasa sakit, gelisah dan iritabel tidur nyenyak Setelah bangun : lebih gelisah, tremor, lakrimasi, berkeringat, mual, midriasis, demam,

nafas cepat Gejala makin hebat disertai muntah, kolik dan diare Frekuensi denyut jantung dan tekanan darah meningkat Dehidrasi, ketosis, asidosis

- Addiction liability : daya untuk menimbulkan adiksi, untuk masing-masing obat berbeda, paling besar : heroin dan kodein paling jarang menimbulkan adiksi

Interaksi Obat- Efek depresi SSP dapat diperpanjang dan diperhebat oleh fenotiazin, MAO inhibitor dan

antidepresi trisiklik- Terdapat sinergisme analgetik antara opioid dengan obat sejenis aspirin

Indikasi1. Terhadap nyeri

- Untuk nyeri hebat yg tidak dpt diatasi oleh analgesik non-narkotik- Sering dipergunakan utk : infark miokard, neoplasma, kolik renal/empedu, nyeri trauma

(luka bakar, fraktur)

2. Terhadap batuk- Untuk batuk iritatif

3. Efek antidiare- Karena efek lgs thd otot polos usus- Diare karena intoksikasi makanan / obat didahului dg pemberian garam katartik

Sediaan - Dalam bentuk campuran :

Pulvis Doveri 150mg mgd pulvis opii 10% ( pulv opii mgd morfin 10% )- Dl bentuk alkaloid murni :

Morfin : dl bentuk garam , pemberian oral / parenteral. Kodein : dl bentuk garam atau basa bebas , kadar 10, 15 dan 30mg/tablet,

utk analgetik dosis 15 – 60mg, dikombinasi dengan analgetik non- narkotik (asetosal / parasetamol potensiasi)

antitusif : dosis dewasa 10mg

Meperidin Dan Derivat FenilPiperidin lain

- Dikenal sbg : Petidin- Farmakodinamik

Terhadap SSP Efek analgetik setara morfin Pada dosis analgetik menimbulkan sedasi, euforia dan eksitasi, depresi resp.Efek neural lain : menimbulkan anestesi kornea, meningkatkan kepekaan alat

keseimbangan ( mual , muntah , pusing ) Kardiovaskuler

Vasodilatasi perifer dan penglepasan histamin penurunan TD Otot polos :

Terhadap usus dan lambung : efek spasmogenik < morfin , konstipasi < tidak utk pengobatan simtomatik diare

Terhadap bronkus : dl dosis besar dapat menimbulkan bronkokonstriksi Terhadap ureter : peristaltik ureter berkurang Terhadap uterus :

Tidak memperlambat kelangsungan partus dan tidak mengubah kontraksi uterus Tidak mgg kontraksi uterus pasca persalinan Tidak menambah frekuensi perdarahan pasca persalinan

Page 4: ANALGETIKA

- Farmakokinetik Absorpsi : baik dg semua cara pemberian Per oral : 50% mengalami metabolisme lintas pertama Pada penderita sirosis : bioavailabilitas meningkat sp 80% Metabolisme : hati

- Efek samping : pusing, berkeringat, mulut kering, mual, muntah, perasaan lemah, ggn penglihatan, palpitasi, sedasi.

- Kontraindikasi : seperti pd morfin.- Intoksikasi : tremor, konvulsi, depresi resp, koma dan kematian- Indikasi :

analgesia , analgesia obstetrik ( krn kurang menimbulkan depresi pernfasan pd janin ), medikasi preanestetik

- Sediaan : Meperidin HCl Alfaprodin HCl Difenoksilat : antidiare , mempunyai efek opioid, dosis dws : 20mg / hari dl dosis terbagi Loperamid :

Pengobatan diare kronik Tidak menimbulkan euforia Dosis dws : 4-8 mg / hari

Fentanil : opioid sintetik, potensi 80x morfin, indikasi : analgetik pasca operasi dan anestetik

Metadon dan opioid lain

1. Metadon- Farmakodinamik : Thd SSP : sbg analgetik setara morfin, mempunyai efek antitusif, menimbulkan

hiperglikemi dan penglepasan ADH Thd otot polos : relaksasi usus, spasme sal empedu, relaksasi uterus, miosis Thd sistem kardiovaskuler : vasodilatasi perifer

- Farmakokinetik : Absorpsi : baik dg cara per oral dan parenteral Cepat keluar dr darah dan menumpuk di paru, hati, ginjal, limpa Biotransformasi : hati Eksresi : empedu

- Efek samping : perasaan ringan, pusing, mengantuk, berkeringat, mual, muntah, pruritus.- Indikasi : Analgesia , dan dipergunakan sbg pengganti morfin atau petidin utk mencegah gejala

putus obat oleh obat-obat tersebut- Sediaan oral atau injeksi

2. Propoksifen- Farmakodinamik :

mempunyai efek analgesik setara kodein kombinasi dengan asetosal efek lebih baik tidak mempunyai efek antitusif

- Farmakokinetik abs p.o dan parenteral : baik , efek lebih baik secara parenteral metabolisme : hati

- Indikasi : nyeri sedang – ringan yg tidak dapat diatasi dg asetosal sering dl kombinasi dg asetosal dosis dws : 65mg, 4 kalli sehari, dengan atau tanpa asetosal

- Adiksi :

Page 5: ANALGETIKA

lebih kecil daripada kodein gejala putus obat ringan iritatif secara subkutan tidak dipergunakan secara parenteral

- Efek Nonterapi : mual, anoreksia, sembelit, nyeri perut, mengantuk dosis toksik : depresi SSP, depresi nafas dosis besar : konvulsi

Antagonis Opioid

- Protipe : Nalokson- Obat lain : naltrekson (masa kerja lebih menurunkan ambang nyeri lama), nalorfin, levalorfan

dan siklazosin

- Farmakodinamik : Antagonis efek opioid

- Farmakokinetik : Nalokson : p.o. semua mengalami metabolisme lintas pertama tidak diberikan per oral,

metabolisme : hati glukuronidasi Naltrekson : efektif per oral, potensi >

- Toleransi dan adiksi : Toleransi hanya terjadi pada efek subyektif, sedatif dan psikomimetik gejala putus obat < morfin penyalahgunaan kecil, karena :

1. tidak menyebabkan ketergantungan fisik2. tidak menyokong ketergantungan fisik morfin3. bagi pecandu dianggap sbg obat yg kurang menyenangkan

- Indikasi : Nalokson :

Mengatasi depresi nafas akibat takar lajak opioid, pd neonatus yg waktu persalinan ibunya mendapat opioid, upaya bunuh diri dg opioid

Diagnosa dan mengobati ketergantungan fisik thd opioid

- Sediaan : Nalorfin, Levalorfan dan Nalokson

Agonis Parsial

1. Pentazosin- Farmakodinamik :

thd SSP : analgesia, sedasi, depresi nafas pada sal cerna : mirip opioid , pd uterus mirip meperidin toleransi timbul pd efek analgesia adiksi kecil, gejala putus obat penyuntikan berulang pd tempat yg sama abses, ulserasi, jaringan parut

- Farmakokinetik : abs baik, mengalami metabolisme lintas pertama bioavailabilitas bervariasi metabolisme di hati , ekskresi : urin

- Indikasi : mengatasi nyeri sedang dan medikasi preanestetik

2. Butorfanol- Efektif mengatasi nyeri akut pasca operasi setara morfin- Sbg premedikasi anestesi setara meperidin, efek sedasi lebih kuat- Tidak dianjurkan utk nyeri yg menyertai infark miokard akut- Efek samping utama : mengantuk, rasa lemah, berkeringat, mual

Analgetik non-narkotik yg bekerja pd reseptor opioid

Tramadol- Analgesik sedang – kuat, kekuatan setara 1/10 – 1/5 morfin

Page 6: ANALGETIKA

- Tidak menyebabkan depresi respirasi, daya adiksi rendah- Absorpsi p.o. sp 90% , lama kerja obat 4-6 jam- Dosis dws : 50 – 100 mg , p.o.

Antitusif non – opioid

1. Dekstrometorfan- Meningkatkan ambang rangsang refleks batuk , kekuatan setara kodein- Jarang menimbulkan mengantuk dan ggn sal cerna- Tidak mempunyai efek analgetik , tidak bersifat adiktif- Dl dosis terapi tidak menghambat aktifitas silia bronkus- Toksisitas rendah, dosis sangat tinggi depresi respirasi- Dosis dws 10-30 mg , 3-4 kali sehari

2. Noskapin- Tdp dl opium , gol benzilisokinolin- Potensial melepas histamin bronkokonstriksi dan hipotensi sementara- Tidak menimbulkan habituasi dan adiksi- Abs oleh usus : baik- Dosis : 15 – 30 mg, 3-4 kali sehari

ANALGETIK – ANTIPIRETIK

ANALGETIK ANTI-INFLAMASI NONSTEROID DAN OBAT PIRAI- Merupakan kelompok obat yg heterogen tetapi mempunyai banyak persamaan dl efek terapi

dan efek samping- Prototipe : aspirin disebut sbg “ Obat mirip aspirin “ ( aspirin-like drugs )- Efek terapi dan efek samping berdasarkan atas penghambatan sintesa prostaglandin- Semua bersifat antipiretik, analgesik dan antiinflamasi ada perbedaan aktifitas

- Efek Farmakodinamik :1. Efek analgetik hanya efektif utk nyeri rendah – sedang : sakit kepala, mialgia, artralgia tidak menimbulkan adiksi

2. Efek antipiretik hanya menurunkan panas badan dl keadaan demam tidak semua digunakan sbg antipiretik, krn toksik bila digunakan secara rutin atau terlalu

lama

3. Efek anti-inflamasi sbg anti-inflamasi pd kelainan muskuloskeletal ( osteoartritis, artritis reumatoid ) hanya meringankan gejala nyeri dan inflamasi, tidak mencegah / memperbaiki kerusakan

jaringan

- Efek samping1. Thd sal cerna

paling sering ; tukak lambung/ tukak peptik, kadang disertai anemia sekunder Berat efek samping masing-2 obat berbeda Mekanisme iritasi :

a. iritasi lokalb. iritasi yg bersifat sistemik melalui hbt sintesa protaglandin, krn PG hbt sekresi

asam lambung dan merangsang sekresi mukus

2. Gangguan fungsi trombosit perpanjangan waktu perdarahan Dimanfaatkan utk terapi profilaksis trombo-emboli

3. Gangguan homoestasis ginjal krn hbt sintesa prostaglandin pd orang normal : tidak menimbulkan masalah pd penderita hipovolemia, ggn fungsi jantung aliran darah ke ginjal dan filtrasi glomerulus berkurang bisa terjadi gagal ginjal

Page 7: ANALGETIKA

4. hipersensitivitas : urtikaria, asma bronkiale, hipotensi dan dapat terjadi hipersensitivitas silang

TURUNAN ASAM SALISILAT

1. SalisilatAsam Asetil Salisilat = Asetosal = Aspirin merupakan prototip dan standar utk menilai efek obat sejenis

- Farmakodinamika :Mempunyai efek analgesik, antipiretik dan antiinflamasi dan pd dosis toksik justru mempunyai efek piretik terjadi demam

Efek pd pernafasan : peningkatan ventilasi pernafasan lebih dalam dan cepat Efek urikosurik :

tergantung pd dosis dosis kecil ( 1-2 g / hari ) hbt eksresi asam urat asam urat darah >> dosis 2-3 g/hari tidak mempengaruhi ekskresi asam urat dosis > 5g/hari meningkatkan ekskresi asam urat melalui urin , kelarutan asam urat diperbesar bila urin basa hgg tdk terbentuk kristal asam urat dl ginjal

Efek analgetikMekanisme : sentral : pd hipotalamus perifer : hbt sintesa prostaglandin

Efek antipiretik sentral : mengembalikan fungsi termostat perifer : hbt sintesa prostaglandin

Efek anti-inflamasi menjaga keutuhan jar dr kerusakan oleh enzim lisozom hbt sintesa prostaglandin mengurangi gejala klinik pd demam rematik akut

Efek thd darah : menghambat agregasi trombosit perpanjangan waktu perdarahan tidak boleh diberikan kepada penderita dg kerusakan hati berat, hipoprotrombinemia,

defisiensi vit K dan hemofilia

Efek thd hati dan ginjal hepatotoksik berkaitan dg dosis menurunkan fungsi ginjal pd penderita hipovolemia atau gagal jantung

Efek thd sal cerna : pemberian kronik perdarahan lambung yg berat

- Farmakokinetika : abs p.o. cepat terjadi di lambung dan sebag besar di usus halus bag atas distribusi :

luas : sampai saliva, ASI, cairan sinovial melalui sawar uri dan BBB 80-90% terikat dg albumin

Biotransformasi : terutama di hati Ekskresi : dl bentuk metabolit, terutama melalui ginjal, sebag kecil mel keringat dan

empedu Asam salisilat dpt diabs mel kulit sehat, terutama bila dl bentuk salap dan obat gosok

keracunan Metil salisilat juga diabs dg cepat melalui kulit yg utuh- Indikasi : antipiretik : dosis dws 325-650mg , per oral , setiap 3 atau 4 jam.

Dosis anak : 15-20mg/kgBB, tidak lebih dr 3,6 g / hari analgesik : utk nyeri yg tidak spesifik, dosis sama dg antipiresis demam reumatik akut : artritis reumatoid

Page 8: ANALGETIKA

mencegah trombosis koroner dan trombus vena-dalam - Sediaan : Aspirin dan natrium salisilat Metil salisilat ( wintergreen oil ) : counter irritant Asam salisilat : keratolitik

- Intoksikasi : keracunan ringan salisilat salisilismus, gejala pd SSP, pendengaran, penglihatan,

gejala pd pencernaan, keringat dan haus. Pd keracunan berat ggn pd SSP lebih berat, sp konvulsi dan koma, dapat menyebabkan

kematian.

2. Salisilamid

- efek analgetik dan antipiretik < asetosal , krn dl mukosa usus mengalami metabolisme lintas pertama

- abs mudah dan disribusi ke jar cepat- menghambat proses glukuronidasi Na-salisilat dan asetaminofen efek terapi dan

toksisitas >>- dosis dws : 300-600mg, 3-4 kali sehari , anak : 65mg/kgBB/hari maksimal 6 kali sehari.

3. Diflunisal

- efek analgesik dan anti-inflamasi, hampir tidak mempunyai efek antipiretik- 90% terikat pd protein plasma, waktu paruh 8-12 jam- Indikasi : analgesik ringan sp sedang , dosis awal 500 mg, dosis penunjang 250 – 500mg setiap 8-

12 jam osteoartritis , dosis awal 250-500mg , 2 x sehari, dosis penunjang tidak melampaui

1,5gram sehari efek samping lebih ringan dp salisilat dan tidak menyebabkan ggn pendengaran

PARA AMINO FENOL

Asetaminofen ( parasetamol ) dan fenasetin

- Farmakodinamika : efek analgetik serupa salisilat menurunkan suhu tubuh krn efek sentral, penghambat sintesa prostaglandin lemah efek anti-inflamasi sangat lemah tidak terlihat adanya iritasi dan perdarahan lambung , ggn pernafasan dan keseimbangan

asam – basa.

- Farmakokinetika : abs melalui sal cerna cepat dan sempurna distribusi ke sel cairan tubuh, ikatan dg protein plasma : 25-30% metabolisme :

80% konjugasi dg asam glukuronat sebag dg asam sulfat, sebag mengalami hidroksilasi

metabolit : dpt menyebabkan methemoglobulinemia dan hemolisis eritrosit ekskresi : ginjal, sebag 3% dl btk bebas, sebag besar dl btk terkonjugasi

- Indikasi : analgesik-antipiretik sebaiknya tidak digunakan terlalu lama nefropati jika dosis terapi tidak memberi manfaat , dosis besar tidak menolong

- Sediaan : dl bentuk sediaan tunggal ;

tablet 500mg , sirup 120mg/5ml dosis : dws : 300mg – 1 g / kali, maksimal 4 g / hari

Anak 6-12 th :150-300mg/kali , maks 1,2 g/hari

Page 9: ANALGETIKA

Anak 1-6 th : 60-120mg/kali, bayi (< 1th) 60mg/kali maks 6 x dl campuran

- Efek samping alergi ( jarang ) : eritema, urtikaria, demam dan lesi pd mukosa methemoglobinemia dan sulfhemoglobinemia baru merupakan masalah pd over dose toksisitas akut :

yg paling serius : nekrois hati , pd pemberian dosis tunggal 200-250mg/kgBB nekrosis tubulus renalis dan hipoglikemik juga dpt terjadi diobati dg pemberian sulfhidril yg memperbaiki cadangan glutation hati ( N-

asetilsistein )

PIRAZOLON

Antipirin, Aminopirin dan Dipiron

- Antipirin dan aminopirin tidak digunakan lagi krn toksis- Indikasi :

analgesik-antipiretik , efek anti-inflamasi lemah krn keamanannya diragukan, sebaiknya hanya diberikan bila dibutuhkan analgesik-

antipiretik injeksi, atau bila penderita tidak tahan thd analgesik lain yg lebih aman. Sediaan tablet 500mg dan injeksi 500mg/ml Dosis : 300mg-1g/ kali , 3 kali sehari

- Efek samping : agranulositosis, anemia aplastik dan trombositopenia pemakaian jangka panjang harus

diperhatikan hemolisis, udem, tremor, mual, muntah, perdarahan lambung, anuria

Fenilbutazon dan Oksifenbutazon

Dipergunakan sbg artritis sejak th 1949, kmd ditemukan turunannya : oksifenbutazon, sulfinpirazon dan ketofenilbutazon- Farmakodinamik :

efek anti-inflamasi setara dg salisilat mempunyai efek analgesik-antipiretik , tapi tidak dipergunakan krn toksik retensi natrium dan klorida pengurangan diuresis dan udem

- Farmakokinetik : per oral abs cepat dan sempurna 98% terikat pd protein plasma, waktu paruh 50-65 jam Biotransformasi : menghasilkan oksifenbutazon ( mempunyai efek antireumatik, retensi

air dan garam dan afinitas dg protein plasma sama dg fenilbutazon ) dan gamma – hidroksi fenilbutazon

Ekskresi : ginjal dan lambat- Interaksi :

ikatan dg protein plasma >> menggeser obat-2 : antikoagulan oral, hipoglikemik oral, sulfonamid perlu diawasi

- Indikasi :Karena toksisitasnya, fenilbutazon dan oksifenbutazon hanya digunakan bila obat lain yg lebih aman tidak efektif lagi. pirai akut : - 800mg/hariselama 2 hari atau atau

- hari pertama 800mg/hari, disusul 300mg/hr selama 3 hr - dosis awal 400mg, disusul 100mg setiap 4 jam sp gejala inflamasi

berkurang - hari I : 3-4 kali sehari 200mg, disusul dosis lebih kecil 2-3hr - pengobatan tidak lebih dr 7 hari

artritis reumatoid : 3-4 kali 100mg / hari, selama 1 minggu ggn sendi lain : spondilitis ankilosa, osteoartritis

- Efek non-terapi : alergi : urtikaria, eritema, sindrom Stevens-Johnson, dermatitis eksfoliatif

Page 10: ANALGETIKA

kelainan darah : anemia aplastik, leukopenia, trombositopenia hepatitis , nefritis dan stomatitis ulseratif iritasi lambung nyeri epigastrium, korosi lambung, tukak lambung akut atau kronik,

perdarahan lambung vertigo, insomnia, hematuria, penglihatan kabur intoksikasi : koma, kejang, syok, asidosis metabolik, depresi sumsum tulang, proteinuria,

hematuria, oliguria, gagal ginjal dan ikterus hepatoseluler.- Kontraindikasi :

penderita hipertensi, penyakit jantung, ginjal dan ggn fungsi hati krn retensi air dan natrium

riwayat tukak peptik dan alergi- Sediaan :

Fenilbutazon : tablet 100 dan 200mg, injeksi Oksifenbutazon : tablet 100mg

AINS LAIN

- Umumnya mempunyai sifat anti-inflamasi, analgesik dan antipiretik- Efek antipiretik baru terllihat pd dosis besar- Efek toksik > antipiretik klasik , hanya digunakan utk inflamasi sendi ( artritis reumatoid,

osteoartritis, pirai, spondilitis ankilosa )- Iritan pd mukosa lambung , efek toksik pd ginjal dan hati perlu diperhatikan

Asam mefenamat, asam flufenamat dan meklofenamat

- Mempunyai efek anti-inflamasi, analgesik dan antipiretik- Terikat kuat dg protein plasma penggunaan bersama antikoagulan hrs diperhatikan- Efek samping :

thd sal cerna sering timbul : dispepsia, gejala iritasi lain thd lambung pd orang tua sering terjadi diare hebat hipersensitif : eritema dan bronkokonstriksi anemia hemolitik

- Indikasi : Asam mefenamat : anti-analgesik , sbg anti-inflamasi kurang efektif

Dosis : 250-500mg , 2-3 kali sehari Meklofenamat : anti-inflamasi pd artritis reumatoid dan osteoartritis

Dosis : 200-400 mg / hari Asam flufenamat : analgesik sbg anti-inflamasi kurang efektif

Dosis : 400-600mg/hari, dosis terbagi

- Karena toksisitasnya, di tidak dianjurkan diberikan pd : anak < 14 th dan wanita hamil pemberian tidak boleh > 7 hari

Diklofenak

- abs per oral cepat dan lengkap- 99% terikat pd albumin, mengalami lintas pertama 40-50%- Diakumulasi pd cairan sinovia- Efek samping :

sering : mual, gastritis, eritema kulit, sakit kepala.- Penggunaan hati-2 pd penderita tukak- Tidak dianjurkan digunakan pd kehamilan- Dosis : 100-150mg/hari, dosis terbagi 2-3

Ibuprofen

- Derivat asam propionat- Mempunyai efek analgesik, antipiretik dan anti-inflamasi- Abs melalui lambung cepat, 90% terikat pd protein plasma,

Page 11: ANALGETIKA

- Ekskresi cepat dan lengkap- Efek samping :

efek pd sal cerna lebih ringan dp aspirin dan indometasin eritema kulit, sakit kepala, trombositopenia, ggn penglihatan

- tidak dianjurkan pd wanita hamil dan menyusui

Ketoprofen- derivat asam propionat- aktifitas seperti ibuprofen- efek samping sama dg AINS lain terutama pd sal cerna dan alergi

Naproksen

- derivat asam propionat- aktifitas sama dg yg lain, efek samping <- abs baik melalui lambung , 98-99 % terikat pd albumin, waktu paruh 14 jam- ekskresi : terutama melalui urin, dl bentuk utuh dan konjugat- efek samping :

saluran cerna : dispepsia ringan sp perdarahan lambung pada SSP : sakit kepala , pusing, rasa lelah ggn hepar dan ginjal

- indikasi : penyakis sendi dan reumatik, dosis 250-375 mg, 2 kali sehari

Indometasin

- Merupakan derivat indol- asam asetat- Mempunyai efek anti-inflamasi, analgesik dan antipiretik setara dg asetosal , tapi karena toksik

penggunaan dibatasi sbg anti-inflamasi saja.- Abs oral baik, 92-99% terikat pd protein plasma- Metabolisme : hati, ekskresi : urin dan empedu dl asal dan metabolit- Efek samping :

Insidens cukup tinggi, tergantung pd dosis Pada saluran cerna : nyeri abdomen, diare, perdarahan lambung, pankreatitis Sakit kepala hebat sering disertai pusing, depresi dan rasa bingung Halusinasi dan psikosis Agranulositosis, anemia aplastik dan trombositopenia Hiperkalemia, vasokonstriksi Alergi : urtikaria, gatal dan serangan asma

- Karena toksik, tidak dianjurkan diberikan kepada : anak, wanita hamil, penderita ggn psikiatris, ggn lambung

- Penggunaan hanya bila AINS lain kurang berhasil- Tidak efektif utk pirai kronik , krn tidak berefek urikosurik- Dosis : 2-4 kali 25 mg sehari

Piroksikam

- Merupakan derivat oksikam- Absorpsi oral cepat di lambung, 99% terikat pd protein plasma- Waktu paruh > 45 jam- Mengalami siklus enterohepatik- Efek samping :

angka kejadian 11-46 % , dan sebagian menghentikan terapi sering : ggn sal cerna , yg berat : tukak lambung pusing, tinitus, sakit kepala dan eritema

- tidak dianjurkan diberikan pd : wanita hamil, penderita tukak lambung dan penderita yg sedang minum antikoagulan

- indikasi : hanya utk inflamasi sendi : artritis reumatoid, osteoartritis, spondilitis ankilosa , dosis 10-20 mg/ hari

OBAT PIRAI

Ada 2 kel :

Page 12: ANALGETIKA

1. Obat yang menghentikan proses inflamasinya : kolkisin, fenilbutazon, oksifenbutazon dan indometasin

2. Obat yang mempengaruhi kadar asam urat : probenesid , alopurinol dan sulfinpirazon

Obat yg mempengaruhi kadar asam urat tidak berguna utk mengatasi serangan klinis, malah kadang-kadang meningkatkan serangan pd awal terapi.

KOLKISIN

- Alkaloid tanaman Colchicum autumnale- Farmakodinamik :

Sifat anti-inflamasi spesifik thd pirai dan artritis lain, utk radang umum tidak efektif Tidak mempunyai efek analgetik Tidak meningkatkan ekskresi, sintesa atau kadar asam urat dl darah.

- Farmakokinetik : Absorpsi melalui saluran cerna baik, distribusi luas. Kadar tinggi ditemukan di ginjal, hati, limpa dan sal cerna dan tidak terdapat di otak, otot

rangka dan jantung Eksresi : sebagian besar melalui tinja dl bentuk utuh, sebagian mel urin ( 10-20% )

- Efek non-terapi : Yang paling sering : mual, muntah kadang-kadang diare terutama dengan dosis maks

terapi harus dihentikan Depresi sumsum tulang, neuritis perifer, purpura, miopati, alopesia, anuria, ggn hati,

alergi dan kolitis hemoragik jarang Hati-2 pemberian pd : usia lanjut, lemah, ggn fgs ginjal, kardiovaskuler dan sal cerna

- Indikasi : Obat terpilih utk pirai Pemberian harus secepatnya pd awal serangan dan diteruskan sp gejala hilang atau timbul

efek samping yg mengganggu Profilaksis serangan pirai Mengurangi beratnya serangan

ALOPURINOL

- Menurunkan kadar asam urat dg cara : menghambat enzim xantin oksidase - Penggunaan jangka panjang :

Mengurangi frekuensi serangan Menghambat pembentukan tofi Memobilisasi asam urat, diperbesar dg pemberian urikosurik Mengurangi besarnya tofi

- Indikasi : Terutama utk mengobat pirai kronik dg insufisiensi ginjal dan batu urat dl ginjal Pirai sekunder akibat penyakit lain : leukemia, limfomahiperurisemia akibat obat, radiasi

dll- Metabolisme : oleh enzim xantin oksidase , dirubah menjadi aloxantin yg mempunyai efek

sama dan waktu paruh lebih > pemberian 1x sehari- Efek samping :

Yang sering terjadi adalah pd kulit : kemerahan terapi hrs dihentikan Alergi : demam, menggigil, leukopenia, artralgia, pruritus, eosinofilia. Gangguan sal cerna dpt terjadi

- Alopurinol dapat meningkatkan frekuensi serangan sebaiknya pd awal terapi diberikan juga kolkisin

- Interaksi : dengan merkatopurin menghambat metabolisme merkaptopurin dosis merkaptopurin dikurangi sp 25-35%

- Dosis : Pirai ringan : 200-400mg / hari Berat : 400-600mg/hari Gangguan fungsi ginjal : 100-200/hari Hiperurisemia sekunder : 100-200mg/hari

PROBENESID

Page 13: ANALGETIKA

- Efek : Mencegah dan mengurangi kerusakan sendi Mencegah dan mengurangi pembentukan tofi Tidak efektif utk mengatasi serangan akut

- Indikasi : pirai dan hiperurisemia sekunder- Tidak berguna bila laju filtrasi glomerulus < 30 ml/menit- Efek samping :

Yang paling sering : ggn sal cerna, nyeri kepala dan alergi Hati-2 pd penderita dg riwayat ulkus peptik.

- Interaksi : Salisilat mengurangi efek probenesid Probenesid menghambat sekresi renal dr sulfinpirazon, indometasin, penisilin, PAS,

sulfonamid dan asam-2 organik bila diberikan bersama-2 dosis obat-2 tsb harus disesuaikan

- Dosis : 2x250mg/hari selama 1 minggi, diikuti dg 2x500mg/hari

SULFINPIRAZON

- Efek : Mencegah dan mengurangi kelainan sendi Mencegah dan mengurangi pembentukan tofi Kurang efektif dari pada alopurinol Tidak efektif untuk mengatasi serangan akut, meningkatkan frekuensi serangan pada

awal terapi- Mekanisme : menghambat reabs tubuler asam urat- Efek samping :

Gangguan saluran cerna ( sp 15% ) hentikan terapi, tidak boleh dipergunakan pada penderita dengan riwayat ulkus peptik

Anemia, leukopenia, agranulositosis- Interaksi :

Meningkatkan efek insulin dan hipoglikemik oral Menyebabkan alergi silang dg fenilbutazon dan oksifenbutazon krn struktur mirip

- Dosis : 2x 100-200mg , sehari, kmd ditingkatkan sp 400-800mg, kmd dikurangi sp dosis efektif

minimal