anak g2 defisiensi mineral

Upload: provit4

Post on 13-Oct-2015

77 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

presus anak

TRANSCRIPT

TUGAS PRESENTASI KASUSDefisiensi Mineral

Tutor: dr Ariadne Tiara H, M.Si.Med, Sp. A

1. Provita Rahmawati

G1A010082

2. Sania Nadianisa M.

G1A010083

3. Nurul Apriliani

G1A010084

4. Lilis Indri A.

G1A010085

JURUSAN KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO

PURWOKERTO2013

I. PENDAHULUAN

Vitamin dan mineral adalah zat yang penting untuk kesehatan dan perkembangan manusia. Diperkirakan dua milyar orang di seluruh dunia mengalami minimal 1 defisiensi mikronutrien (Christian dan Steewart, 2010). Defisiensi mikronutrien multipel umum terjadi sebagai hasil buruk dari asupan makanan. Prevalensi yang paling banyak terjadi defisiensi adalah Fe, vitamin A, Zinc, Vitamin B-12, riboflavin, Vitamin D, Vitamin E, dan biasanya muncul akibat kekurangan sumber makanan hewani (Allen, 2009). Terdapat banyak mineral esensial yang didistribusikan secara luas dalam makanan untuk memenuhi kecukupan gizi seseorang. Jumlah yang dibutuhkan bervariasi. Beberapa mineral dibutuhkan dalam jumlah besar (miligram) sampai kecil (mikrogram) untuk menjaga beberapa fungsi tubuh yaitu fungsi struktural, kinerja hormon, dan metabolisme enzim (Murray et al., 2006).Mineral yang dibutuhkan oleh tubuh antara lain iodine, zinc, kalsium, fosfor, magnesium, krom, tembaga, selenium. Iodine atau yodium merupakan mineral yang penting karena sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan serta fungsi otak. Kebutuhan rata-rata pada dewasa yaitu 0,15 g atau 150 g (1 mg = 1/106 g). meskipun jumlahnya sangat sedikit tubuh memerlukan yodium secara teratur setiap hari. Kekurangan yodium akan mengakibatkan gangguan fisik maupun mental mulai dari yang ringan hingga berat. Gangguan pertumbuhan fisik antara lain mencakup penyakit gondok, badan kerdil, gangguan motorik seperti kesulitan untuk berdiri atau berjalan normal, bisu tuli, atau mata juling. Sedangkan gangguan mental termasuk berkurangnya kecerdasan (Supariasa, 2001). Defisiensi iodin di Indonesia masih menjadi masalah besar kesehatan masyarakat meskipun survey Gangguan Kekurangan Iodin (GAKI) menunjukan adanya penurunan. Defisiensi iodin dapat mengakibatkan penurunan status mental seorang anak (Wijaya et al., 2007).Defisiensi mikronutrien multipel dapat menimbulkan gangguan perkembangan dan performa kognitif anak. Intervensi tunggal suplementasi mineral yang telah diberlakukan adalah zat besi dan iodin dan dimungkinkan untuk mineral lain dapat bermanfaat untuk perkembangan mental anak. Defisiensi mikronutrien multipel dapat menganggu fungsi tubuh dan secara tidak langsung mempengaruhi kognisi anak, pemberian suplemen anak dengan defisiensi mikronutrien multipel dapat memperbaiki lebih banyak pemenuhan kebutuhan mineral (Eilander et al., 2010).Zinc merupakan metaloenzim dan bekerja sebagai koenzim pada berbagai sistem enzim. Kebutuhan yang dianjurkan untuk zinc bagi bayi 3-5 mg, bagi anak 1-10 tahun 10 mg, dan bagi pertumbuhan yang terlambat, dermatosis, hipogonadisme, oligospermi, adaptasi gelap yang menurun, gangguan imunitas, rambut rontok, nafsu makan berkurang (Supariasa, 2001). Kekurangan Zinc dapat mengakibatkan gangguan imun, pertumbuhan pada anak, dan gangguan indra perasa. Defisiensi Zinc dapat dikarenakan oleh kurangnya asupan gizi terutama protein, ketersediaan pangan, malabsorbsi, dan peningkatan eksresi oleh tubuh. Defisiensi zinc ringan kemungkinan lebih banyak prevalensinya dibanding prevalensi defisiensi besi. Hal ini terjadi di negara berkembang maupun di negara maju. Berdasarkan data National Food Balance yang disampaikan pada Conference on Zinc and Human Health di Stockholm tahun 2000, diperkirakan 48% dari populasi dunia berisiko defisiensi zinc (Rahayu et al., 2005).

Kalsium merupakan mineral yang ada dalam tubuh 2% dan lebih dari 99% terdapat di dalam tulang. Penurunan kadar kalsium akan menyebabkan hormon paratiroid untuk bereaksi dan melepaskan sebagian kalsiumnya agar kadar dalam darah dapat dipertahankan atau sebaliknya. Kalsium darah memiliki peran pada proses pembekuan darah dan berefek pada jaringan saraf (Supariasa, 2001).Fosfor merupakan unsur yang penting bagi sel-sel hidup. Mineral tulang rangka sebagian besar terdiri dari kalsium fosfat. Konsentrasi fosfat anorganik di dalam cairan ekstra seluler merupakan faktor pengawas yang berguna untuk mineralisasi tulang fosfor di dalam sel seperti 2,3-difosfogliserat di dalam sel darah merah dan ATP di dalam sel-sel lain. Absorpsi fosfat terjadi di dalam usus halus dan berlangsung dengan pengangkutan aktif yang membutuhkan natrium secara difusi. Kekurangan fosfat selama masa pertumbuhan akan mengakibatkan terganggunya proses mineralisasi pada tulang maupun tulang rawan yang sedang tumbuh (Supariasa, 2001).Magnesium merupakan ion intrasel dan bekerja sebagai kofaktor pada fosforilasi oksidatif dan juga didepositokan ke tulang. Konsentrasi magnesium dalam serum mampu berpengaruh terhadap transmisi saraf dan kontraksi otot. Kekurangan magnesium jarang ditemukan, namun kekurangan mineral ini berkaitan dengan kekurangan energi protein berat (Supariasa, 2001).Krom memiliki peran penting pada metabolisme karbohidrat dan glukosa. Krom akan menstimulir sintesis asam lemak dan kolesterol dalam hepar. Kekurangan mineral ini akan mampu mengakibatkan gangguan pertumbuhan dan sindroma yang menyerupai diabetes mellitus. Kekurangan krom juga mampu mengakibatkan kekeruhan kornea (Supariasa, 2001).Tembaga merupakan komponen berbagai sistem enzim. Kekurangan tembaga sangat jarang ditemukan, namun hal ini dapat terjadi pada penderita kekurangan energi protein berat maupun anak yang menderita diare menahun. Hipokupremia dapat disebabkan pula oleh defek pada sintesis seruloplasmin, malabsorpsi atau ekskresi yang berlebihan. Penyakit bawaan yang disebabkan oleh defek absorpsi tembaga adalah menkes kinky hair syndrome. Pada penderita penyakit tersebut akan didapatkan kadar tembaga dan seruloplasmin dalam sirkulasi yang rendah hingga mampu mengakibatkan degenerasi otak yang progesif, gangguan pertumbuhan, rambut yang jarang dan mudah patah, kerusakan pada pembuluh nadi, dan kelainan tulang seperti pada scurvy (Supariasa, 2001).Penyakit jantung endemik yang terdapat di Cina yang terutama menyerang anak dan wanita muda dikenal sebagai keshan disease dan dianggap sebagai penyakit kekurangan selenium. Selenium dapat melindungi sel tubuh dari kehancuran hingga memperlambat proses penuaan jadi apabila kekurangan mineral ini akan terjadi perubahan yang cukup signifikan dalam tubuh (Supariasa, 2001).II. TINJAUAN PUSTAKA

A. DefinisiDefisiensi mineral adalah kondisi seseorang kekurangan asupan mineral di bawah Angka Kecukupan Gizi yang seharusnya. Defisiensi mineral dapat berupa tunggal maupun campuran. Biasanya defisiensi mineral juga diikuti dengan Kekurangan Energi Protein (KEP) karena protein menjadi transpor nutrisi di dalam tubuh (Rahayu et al., 2005).

B. Etiologi dan predisposisi

1. Etiologi

Defisiensi mineral dapat diakibatkan oleh karena kekurangan mineral-mineral berikut:

a. Iodine atau yodium

Yodium adalah sejenis mineral yang terdapat di alam, baik di tanah maupun di air, merupakan zat gizi mikro yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan mahluk hidup. Dalam tubuh manusia Yodium diperlukan untuk membentuk Hormon Tiroksin yang berfungsi untuk mengatur pertumbuhan dan perkembangan termasuk kecerdasan mulai dari janin sampai dewasa. GAKY adalah sekumpulan gejala yang timbul karena tubuh seseorang kurang unsur yodium secara terus menerus dalam jangka waktu lama (Depkes, 2010).

b. KaliumKalium merupakan mineral yang penting dalam tubuh manusia. Kalium berperan dalam kontraksi otot dan menjaga keseimbangan elektrolit dalam sel tubuh. Kalium juga penting dalam penghantaran impuls saraf serta pembebasan tenaga yang berasal dari protein, lemak, dan karbohidrat pada proses metabolism (Tambayong, 2000).c. ZincKekurangan Zinc dapat mengakibatkan gangguan imun, pertumbuhan pada anak, dan gangguan indra perasa. Defisiensi Zinc dapat dikarenakan oleh kurangnya asupan gizi terutama protein, ketersediaan pangan, malabsorbsi, dan peningkatan eksresi oleh tubuh (Rahayu et al., 2005).d. Kalsium

Kalsium merupakan mineral yang ada dalam tubuh 2% dan lebih dari 99% terdapat di dalam tulang. Kalsium darah memiliki peran pada proses pembekuan darah dan berefek pada jaringan saraf (Supariasa, 2001).e. Magnesium

Magnesium merupakan ion intrasel dan bekerja sebagai kofaktor pada fosforilasi oksidatif dan juga didepositokan ke tulang. Konsentrasi magnesium dalam serum mampu berpengaruh terhadap transmisi saraf dan kontraksi otot (Supariasa, 2001).f. KromKrom memiliki peran penting pada metabolisme karbohidrat dan glukosa. Krom akan menstimulir sintesis asam lemak dan kolesterol dalam hepar. Kekurangan mineral ini akan mampu mengakibatkan gangguan pertumbuhan dan menyebabkan kekeruhan kornea (Supariasa, 2001).

g. TembagaTembaga merupakan komponen berbagai sistem enzim. Kekurangan tembaga sangat jarang ditemukan, namun hal ini dapat terjadi pada penderita kekurangan energi protein berat maupun anak yang menderita diare menahun (Supariasa, 2001).2. Predisposisi

Defisiensi mineral diartikan sebagai suatu keadaan dimana kadar mineral di dalam tubuh berada dalam rentang nilai yang tidak normal. Implikasi dari keadaan ini berpengaruh dalam hal keseimbangan cairan dan fungsi-fungsi organ tubuh lainnya. Berbagai macam hal dapat menyebabkan ketidakseimbangan ini contohnya adalah gangguan dari sistem regulasi yang akan memberikan dampak dalam ketidakseimbangan elektrolit. Beberapa hal yang menyebabkan adanya gangguan antara lain junk food, mengkonsumsi alkohol, merokok, mengkonsumsi kafein, mengkonsumsi obat-obatan seperti Ritalin, gaya hidup kurang sehat, terlalu sibuk, dan stress (Darwis, 2010)

Banyak faktor yang mempengaruhi absorpsi dan ekskresi zinc dalam tubuh. Defisiensi zinc, akan terjadi antara lain pada penyakit infeksi, kondisi fisiologis dan interaksi zat gizi dan non zat gizi (Rahayu et al., 2005).

C. Epidemiologi

Pada tabel di atas menunjukan Cakupan Konsumsi Garam mengandung Cukup yodium secara nasional 62.3%, yang terendah propinsi NTB 27.90% dan tertinggi propinsi Bangka Belitung 98.70% (Depkes, 2010).

Kekurangan kalium disebut hipokalemia. Kasus ini termasuk langka di Indonesia. Namun wanita pasca melahirkan kerap terjadi hypokalemia. Hipokalemia merupakan salah satu gangguan elektrolit yang sering ditemukan pada pasien rawat inap. Di Amerika, 21% dari pasien rawat inap didapati mengalami hipokalemia. Sedangkan kekerapan pada pasien rawat jalan yang mendapat diuretik golongan thiazid sebesar 40%. Di Indonesia, insidensi hipokalemia cenderung berkisar antara 24% hingga 36,36% pada pasien saat masuk rumah sakit (Widodo, 2006).Defisiensi zinc ringan kemungkinan lebih banyak prevalensinya dibanding prevalensi defisiensi besi. Hal ini terjadi di negara berkembang maupun di negara maju. Berdasarkan data National Food Balance yang disampaikan pada Conference on Zinc and Human Health di Stockholm tahun 2000, diperkirakan 48% dari populasi dunia berisiko defisiensi zinc. Pada penelitian Suyogo (1991) mendapatkan 20,2% anak umur 12-15 tahun di Kelurahan Utan kayu Jakarta menderita kekurangan zinc. Penelitian Frihandini (1996) mendapatkan 78,7% balita kekurangan zinc di Grobogan (Rahayu et al., 2005).D. Patogenesis dan patofisiologi

1. Patogenesis

Bagan Patogenesis (Rahayu et al., 2005).2. Patofisiologi

Bagan Patofisiologi (Sibernagl dan Lang, 2006)

E. Penegakan diagnosis

1. Anamnesis

Pada anamnesis kasus defisiensi mineral biasanya akan didapatkan keluhan berat badan anak kurang, tidak ada nafsu makan, kurang aktif, badan lesu, konstipasi, gangguan pertumbuhan dan bahkan gangguan perkembangan (Schwartz, 2004).2. Pemeriksaan fisik

Pada saat pemeriksaan fisik perlu dinilai bagaimana derajat dehidrasi yang terjadi. Hal ini berkaian dengan defisiensi mineral yang terjadi mampu menyebabkan dehidrasi, oleh karena itu perlu diperiksa turor kulit, warna kulit, suhu, ketika anak menangis atau rewel keluar air mata atau tidak, mulut dan bibir kering atau tidak, berat badan, tinggi badan, suhu, dan tekanan darah (Schwartz, 2004).

Pada anak dengan defisiensi yodium perlu dilakukan pemeriksaan palpasi agar dapat diketahui seberapa besar pembesaran kelenjar gondok (Supariasa, 2001). Pada anak dengan defisiensi kalsium kelainan yang dapat ditemukan pada saat perkusi kepala adalah tanda chvostek dimana ada kontraksi otot wajah sebagai respon adanya perkusi yang dilakukan tepat di bawah tulang zigomatikus (pipi) (Schwartz, 2004).3. Pemeriksaan penunjang

Pada anak dengan defisiensi yodium dapat dilakukan pemeriksaan kadar yodium dalam urin dan kadar thyroid stimulating hormone dalam darah. Metode penentuan kadar yodium dalam urin dengan menggunakan metode cerium (Supariasa, 2001).

Penilaian konsentrasi zinc jaringan tidak dapat dilakukan walaupun sudah dianjurkan analisa rambut, dan ekskresi zinc ke urin dapat mencerminkan simpanan zinc tubuh. Dalam pemeriksaan kemungkinan penyebab kelambatan penyembuhan luka paska bedah, bisa dilakukan analisis zinc plasma (dengan spektrometri absorpsi atomic) bisa membantu (Supariasa, 2001).

4. Baku emas atau kriteria diagnosis

Penegakan diagnosis untuk defisiensi mineral menggunakan hasil pemeriksaan laboratorium. Berikut rujukan hasil pemeriksaan laboratorium normal pada anak (Schwartz, 2004).

Tabel 1. Nilai Rujukan Pemeriksaan Laboratorium Pada Anak

MineralNilai rujukan normal pada anak

Kalsium8,9-10,7 mg/dl

Tembaga67-147 g/dl

Magnesium1,5-2,5 mg/dl

Kalium3,8-5,4 mmol/L

Natrium136-145 mmol/L

Zinc68-94 g/dl

(Schwartz, 2004)

F. Penatalaksanaan

1. Farmakologi

Pada prinsipnya defisiensi mineral dapat menyebabkan dehidrasi oleh karena itu perlu dilakukan penggantian cairan segera. Cairan yang digunakan dapat menggunakan larutan kristaloid (Schwartz, 2004).Hiponatremia berat merupakan keadaan darurat yang memerlukan pengobatan segera. Cairan intravena diberikan untuk meningkatkan konsentrasi natrium darah secara perlahan. Jika keadaannya memburuk atau tidak menunjukkan perbaikan setelah dilakukannya pembatasan asupan cairan, maka pada SIADH diberikan demeclocycline atau diuretik thiazide untuk mengurangi efek hormon antidiuretik terhadap ginjal (Fauci, 2008).

Terapi darurat untuk pasien dengan koma dan kejang berlakukan prosedur resusitasi standar untuk koma. Periksa jalan napas, berikan O2, pantau saturasi O2; periksa tekanan darah, dan gula darah. Pertimbangkan rawat di ICU. Terapi selanjutnya tergantung pada status volume pasien (Fauci 2008).Terapi NaCl hipertonik (3%) untuk hiponatremia akut dengan gejala neurologi berat tidak berlaku jika ada deplesi volume. Tujuannya adalah menambah Na+ serum sebesar 20 mmol/L atau menjadi 130 mmol/L dan memulihkan tingkat kesadaran. Pasien dalam keadaan seperti ini harus dikelola di ICU (Fauci, 2008).

Penggantian kalium per oral caranya adalah dengan meningkatkan masukan makanan dan obat. Dosis umum adalah 40-80 mEq/hari dalam dosis yang dibagi-bagi. Kalium iv diperlukan bila hipokalemi berat. Kalium iv tidak boleh diberikan pada kecepatan >10-20 mEq/jam atau konsentrasi >30-40 mEq/L kecuali hipokelemia berat karena ini dapat mengakibatkan hiperkalemia yang mengancam hidup. Bila kalium diberikan melalui jalur perifer, kecepatan pemberian perlu dikurangi untuk mencegah iritasi pembuluh darah. Pasien menerima 10-20 mEq/jam harus ada pemantauan jantung kontinu (Horne dan Swearingen, 2001).2. Non farmakologi

Di Indonesia, upaya penanggulangan GAKY difokuskan pada peningkatan konsumsi garam beryodium. Tujuan penanggulangan GAKY ini adalah Pencapaian dan pelestarian Universal Salt Iodization (Garam beryodium untuk semua) pada tahun 2010. Tujuan khusus antara lain Peningkatan proporsi rumah tangga yang mengkonsumsi garam beryodium cukup ( 30 ppm) dan pelestarian konsumsi garam beryodium cukup pada semua rumah tangga di seluruh kabupaten atau kota. Pada program penanggulangan GAKY ditetapkan beberapa strategi. yang dibagi sesuai dengan daerah produksi garam dan konsumsi garamnya (Depkes, 2010).

Gambar 1. Strategi penanggulangan GAKY (Depkes, 2010)Mengonsumsi berbagai jenis makanan yang mengandungi kalium adalah cara terbaik untuk memperoleh jumlah yang mencukupi. Sebagian besar buah-buahan, sayur-sayuran dan daging banyak mengandung kalium. Makanan yang mengandung sumber kalium antara lain garam potassium, pisang (paling banyak kandungannya), alpukat, tomat, jeruk, melon, kentang, kacang-kacangan, bayam, dan sayuran berdaun hijau lainnya (Nadesul, 2008).

Konsumsi kalsium yang dianjurkan untuk bayi hingga umur 1 tahun cukup dengan 600 mg, bagi anak umur 1 hingga 10 tahun 8000 mg, sedangkan anak yang lebih besar dari 10 tahun memerlukan 1 hingga 1,5 g (Supariasa, 2001).G. Penulisan resepdr. LilindriSIP : 23/BMS/2010/XX

Jalan Perintis Kemerdekaan 77 Purwokerto

(0281) 765700

Purwokerto, 7 Desember 2013

R/ IVFD NaCl 3% flabboth 500 ml No I

Infuse set No IIV line Kateter No VIIIS i.m.m

R/ Kalium inj mEq 40 No I

Spiut 3 cc No I

S i.m.m

Pro : An. BayuUsia : 3 tahun 1 bulan

BB: 12 kgAlamat : Jl. Sunan Kalijaga 76, Berkoh

III. KESIMPULAN

1. Defisiensi mineral adalah kondisi seseorang kekurangan asupan mineral di bawah Angka Kecukupan Gizi yang seharusnya.

2. Penegakan diagnosis defisiensi mineral berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.

3. Penatalaksanaan defisiensi mineral adalah pemberian nutrisi yang adekuat dan pencegahan terjadinya dehidrasi.

DAFTAR PUSTAKA

Allen, L.H., Peerson, J.M., Oolney, D.K. 2009. Micronutrient More Effectively improves Growth and Other Outcomes In Micronutrient-Deficient Children and Adult. The Journal of Nutrition Community and International Nutrition. Vol. 139: 1022-1030.Christian, P dan Steewart, C.P. 2010. Maternal Micronutrient Deficiency, Fetal Development and The Risk Chronic Disease. The Journal of Nutrition Critical Review. Vol. 140: 437-455.Darwis, D., Munajat, Y., Nur, M.B., Madjid, S.A., Siregar, P., Aniwidyaningsih, W. 2010. Gangguan Keseimbangan Air, Elektrolit dan Asam Basa Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Depkes. 2010. Garam Beryodium untuk semua. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Available at . Diakses tanggal 7 Desember 2013.Eilander, A., Gera, T., Sachdev, S.H., Transler, C., Van, D.K.H.C.M., Kok, F.J., dan Osendarp, S.J.M. 2010. Multiple Micronutrient Supplementation for Improving Cognitive Performance In Children: Systematic review of Randomized Controlled Trials. American Journal Clicinal Nutrition. Vol. 91: 115-130.Fauci, et al. 2008. Harrisons Principle Of Internal Medicine Volume 1. United State: Mc Graw Hill.

Horne, M.M., Swearingen, P.L. 2001. Keseimbangan Cairan, Elektrolit, dan Asam Basa. Jakarta: EGC.

Murray, R.K., Granner, D.K., Rodwell, V.W. 2006. Biokimia Harper Edisi 27. Jakarta: EGC.

Nadesul, H. 2006. Sehat Itu Murah. Jakarta: Kompas Media Nusantara.Rahayu, S., Wahyu, H.S., Zen, M.R. 2005. Hubungan Tingkat Kecukupan Gizi, Asupan Tembaga, Serat dan Fitat dengan Kadar Seng Serum Anak Sekolah Dasar Bertubuh Pendek di Karangawen Demak. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol. 2: 35-40.Supariasa, I.D.N., Bakri, B., Fajar, I. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.Tambayong, J. 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.

Widodo, D. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 3. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Wijaya, M.E., Untoro, J., Karyadi, E., Wibowo, L., Gross, R. 2007. Efficacy of Daily and Weekly Multiple Micronutrient Food-like Tablets for The Correction of Iodine Deficiency In Indonesian Males Aged 6-12. American Journal Clicinal Nutrition. Vol. 85: 137-143.Sosial ekonomi dan budaya

Penyakit lain yang menyertai

Gangguan metabolisme

Minimnya akses pangan

Ketidak seimbangan absorbsi dan ekskresi

Defisiensi mineral

Gangguan fungsi tubuh

Asupan makanan kurang

Magnesium kurang

Kalsium kurang

Iodine/yodium kurang

hipotiroidisme

hipomagnesemia

hipokalsemia

T3