anaerobik
TRANSCRIPT
LABORATORIUM PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI
SMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2012/2013
PRAKTIKUM PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI
MODUL : Pengolahan Anaerobik
PEMBIMBING : Dra. Dewi Widyabudiningsih, MT
Tanggal Praktikum : 13 Maret2013
Tanggal Penyerahan laporan : 20 Maret 2013
Oleh :
Kelompok : 3
Nama : Fauzi Ramadhan NIM. 11143010
Firstiselanisa NIM. 11143011
Fuji Surya Gumilar NIM. 11143012
Kelas : 2A
PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS KIMIA
JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2013
A. Tujuan
1. Menentukan konsentrasi awal kandungan organik (COD) dalam umpan dan
konsentrasi kandungan organik (COD) dalam efluen setelah percobaan
berlangsung selama seminggu
2. Menentukan kandungan Mixed Liquor Volatiel Suspended Solid (MLVSS) yang
mewakili kandungan mikroorganisme dalam reaktor
3. Mempersiapkan nutrisi dalam umpan bagi mikroorganisme pendegradasi air
limbah
4. Menghitung efisien pengolahan dengan cara menentukan persen (%)
kandungan bahan organik yang didekomposisi selama seminggu oleh
mikroorganisme dalam reaktor terhadap kandungan bahan organik mula-
mula
5. Menghitung total gas yang dihasilkan setelah proses berjalan selama
seminggu untuk mengetahui efisiensi pembentukan gas
B. Dasar Teori
Pengolahan air limbah secara biologi anaerob merupakan pengolahan air
limbah dengan mikroorganisme tanpa injeksi udara/oksigen kedalam proses
pengolahan. Pengolahan air limbah secara biologi anaerob bertujuan untuk
merombak bahan organik dalam air limbah menjadi bahan yang lebih sederhana
yang tidak berbahaya. Disamping itu pada proses pengolahan secara biologi
anaerob akan dihasilkan gas-gas seperti gas CH4 dan CO2. Proses ini dapat
diaplikasikan untuk air limbah organik dengan beban bahan organik (COD) yang
tinggi
Pada proses pengolahan secara biologi anaerob terjadi empat (4) tahapan
proses yang terlibat diantaranya :
1. Proses hydrolysis : suatu proses yang memecah molekul organik komplek
menjadi molekul organik yang sederhana
2. Proses Acidogenisis : suatu proses yang merubah molekul organik
sederhana menjadi asam lemak
3. Proses Acetogenisis : suatu proses yang merubah asam lemak menjadi asam
asetat dan terbentuk gas-gas seperti gas H2, CO2, NH4 dan S
4. Proses Methanogenisis : suatu proses yang merubah asam asetat dan gas-
gas yang dihasilkan pada proses acetogenisis menjadi gas methane CH4 dan
CO2
Keempat proses tersebut terjadi secara berurutan, ke empat proses
tersebut dapat digambarkan seperti berikut.
(sumber Ketut Sumanda, 2012)
Berdasarkan model pertumbuhan mikroorganisme, pengolahan air
limbah secara biologi anaerob dibagi menjadi 2 (dua) model yaitu :
1. Model Pertumbuhan Mikroorganisme Tersuspensi
Model pertumbuhan mikroorganisme tersuspensi, yaitu suatu model
pertumbuhan mikroorganisme yang tersuspensi (tercampur merata) didalam
air limbah. Model pertumbuhan mikroorganisme tersuspensi pada
pengolahan air limbah secara biologi anaerob seperti gambar berikut :
Tangki Digester
(sumber Ketut Sumanda, 2012)
Pada tangki digester (anaerobic reactor) dilengkapi dengan
pengaduk yang bertujuan untuk mensuspensikan mikroorganisme dalam
digester. Pada bagian atas tangki terdapat lubang (man hole) agar
manusia bisa masuk kedalam tangki digester untuk maintenance
(pemeliharaan) dan juga lubang kecil untuk pengukuran tekanan didalam
tangki digester. Operasional pengolahan air limbah secara biologi
anaerob seperti terlihat dalam gambar berikut
(sumber Ketut Sumanda, 2012)
Operasional instalasi pengolahan air limbah secara biologi anaerob
dengan model pertumbuhan mikroorganisme tersuspensi seperti
berikut
1. Pembiakan mikroorganisme dalam tangki digester, dan lakukan
pengadukan agar mikroorganisme tersuspensi
2. Alirkan air limbah kedalam tangki digester, besarnya aliran air limbah
diatur sesuai dengan waktu tiinggal dalam tangki digester
3. Pada proses pengolahan secara biologi anaerob akan dihasilkan gas-
gas seperti CH4, CO2 dan NH3, gas-gas ini akan memberikan tekanan
pada tangki yang dapat mengakibatkan pecahnya tangki digester
akibat tekanan gas. Dalam rangka mengatasi tekanan gas-gas tersebut,
maka dibutuhkan pengeluaran gas-gas tersebut secara kontinyu
4. Air limbah yang telah diolah, dialirkan kedalam tangki clarifier yang
bertujuan untuk memisahkan antara air limbah hasil pengolahan
dengan mikroorganismenya, air limbah hasil pengolahan mengalir
secara over flow dari bagian atas tangki clarifier sedangkan
mikroorganisme yang mengendap pada tangki clarifier dipompa dan
dialirkan kembali kedalam tangki digester.
Proses pengolahan dengan metode Anaerobic digestion dapat
dioperasikan dengan multi-stage process yaitu dua (2) atau empat (4)
tahapan tergantung pada hasil pengolahan yang akan dicapai dan
besarnya bahan organik dalam air limbah.
2. Model Pertumbuhan Mikroorganisme Melekat
Model pertumbuhan mikroorganisme melekat, yaitu suatu model
pertumbuhan mikroorganisme yang melekat pada suatu media porous.
Model pertumbuhan mikroorganisme melekat pada pengolahan air limbah
secara biologi anaerob seperti gambar berikut :
(sumber Ketut Sumanda, 2012)
Operasional instalasi pengolahan air limbah secara biologi anaerob
dengan model pertumbuhan mikroorganisme melekat seperti berikut :
1. Pembiakan mikroorganisme dalam media trickling fliter, pembiakan
mikroorganisme dilakukan dengan mengalirkan mikroorganisme
kedalam trickiling filter melalui distributor, mikroorganisme akan
mengalir dari bagian atas kebawah dan menempel pada media porous,
setelah mencapai ketebalan tertentu dan merata pada media porous
aliran mikroorganisme dihentikan.
2. Alirkan air limbah kedalam trickling filter melalui distributor, pastikan
aliran air limbah mengenai media porous secara merata agar terjadi
kontak antara air limbah dengan mikroorganismenya.
3. Air limbah yang telah berkontak dengan mikroorganisme akan keluar
melalui bagian bawah trickling filter, aliran air akan mengandung
mikroorganisme dalam jumlah yang kecil, mikroorganisme ini dipisahkan
dalam tangki clarifier dan dialirkan kembali ke dalam trickling filter,
sedangkan air limbah hasil pengolahan akan mengalir secara over flow
dari bagian atas tangki clarifier.
4. Pada proses pengolahan secara biologi anaerob akan dihasilkan gas-gas
seperti CH4, CO2, NH3, gas-gas ini dikeluarkan dari bagian atas tangki
trickling filter.
5. Gas-gas yang dihasilkan pada pengolahan air limbah secara biologi
anaerob seperti CH4 dan CO2 dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar.
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam operasional pengolahan
air limbah secara biologi anaerob ini adalah :
1. Laju alir air limbah masuk, laju alir air limbah yang masuk perlu dilakukan
pengendalian agar waktu kontak antara air limbah dan mikroorganisme
terpenuhi, laju alir air limbah yang terlalu besar dapat mengakibatkan
lepasnya mikroorganisme yang telah melekat pada media porous
2. Bahan media porous, bahan media yang dipergunakan harus porous agar
mikroorganisme dapat melekat dengan kuat dan tidak mudah lepas akibat
aliran air limbah
3. Penyusunan media porous, penyusunan media porous akan mempengaruhi
waktu kontak antara air limbah dan mikroorganisme. Media porous disusun
sedemikian rupa sehingga dapat memberikan waktu kontak yang agak lama.
Perbedaan mendasar pengolahan air limbah secara biologi anaerob
dengan aerob adalah :
Pada pengolahan air limbah secara biologi anaerob, bahan organik (COD)
dikonversi menghasil 90% menjadi gas CH4, dan CO2 dan 10% nya lumpur. Gas-
gas yang dihasilkan dapat dimurnikan dengan proses absorbsi gas CO2, sehingga
dihasilkan gas CH4 murni yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar.
Pada pengolahan air limbah secara biologi aerob, bahan organik (COD)
dikonversi menghasil 50% panas (gas CO2) dan 50% nya lumpur. Ini
menunjukan pada pengolahan air limbah secara biologi anaerob akan
menghasilkan lumpur jauh lebih kecil dibanding pengolahan secara biologi
aerob
Waktu pengolahan air limbah secara biologi anaerob lebih lama dibandingkan
dengan pengolahan air limbah secara biologi aerob
C. Alat dan Bahan
Alat
- Labu Erlenmeyer 250 mL 2 buah
- Corong gelas 2 buah
- Cawan porselen 1 buah
- Desikator 1 buah
- Neraca analitik 1 set
- Oven 1 set
- Furnace 1 set
- Hach COD Digester 1 set
- Tabung Hach 6 buah
- Dosimat 1 set
Bahan
- Sampel efluen
- Sampel lindi
- Kertas saring
- Indikator ferroin
- Ferro Ammonium Sulfat (FAS) 0,25 N
- Larutan K2Cr2O7 0,25 N
- Larutan pereaksi H2SO4
D. Langkah Kerja
a. Penentuan kandungan organik (Chemical Oxygen Demand/COD)
1. Memasukkan 2,5 mL sampel kedalam tabung Hach, kemudian
menambahkan 1,5 mL pereaksi kalium bikromat dan 3,5 mL pereaksi
asam sulfat pekat.
2. Memasukkan tabung Hach pada Hach COD Digester dan panaskan pada
suhu 150oC selama 2 jam.
3. Mengeluarkan tabung Hach dari Digester dan biarkan dingin pada udara
terbuka. Setelah tabung menjadi dingin titrasi dengan larutan Ferro
Ammonium Sulfat (FAS) 0,25 N menggunakan indicator ferroin (2 atau 3
tetes). Titrasi hingga terjadi perubahan dari warna hijau menjadi coklat.
4. Melakukan pekerjaan diatas untuk aquades sebagai blanko.
b. Penentuan kandungan Mixed Liquor Volatile Suspended Solid (MLVSS)
1. Memanaskan cawan pijar selama 1 jam dalam Furnace pada suhu 600oC
dan panaskan kertas saring selama 1 jam dalam Oven pada suhu 105oC
2. Menimbang sampai didapat berat konstan dari cawan pijar (a gram)
maupun kertas saring (b gram). Gunakan desikator untuk menurunkan
suhu cawan pijar maupun kertas saring selama penimbangan.
3. Menyaring 40 mL air limbah sampel dengan menggunakan kertas saring
yang sudah diketahui beratnya.
4. Memasukkan kertas saring yang berisi endapan kedalam cawan pijar dan
memanaskan dalam Oven pada suhu 105oC selama 1 jam.
5. Menimbang cawan pijar yang berisi kertas saring dan endapan sampai
didapat berat konstan (c gram)
6. Memasukkan cawan pijar yang berisi kertas saring dan endapan kedalam
Furnace pada suhu 600oC selama 2 jam.
7. Menimbang sampai didapat berat konstan (d gram)
E. Pengolahan Data
a. Penentuan kandungan organik (Chemical Oxygen Demand/COD)
Hasil Titrasi
SampelTitrasi
ke-
Volume
sampel (mL)
Volume FAS
(mL)
Rata-Rata
(mL)
Kadar COD
(mg/L)
Standarisasi dengan
K2Cr2O7 0,25N
1 10 10,51610,489 -
2 10 10,462
Blanko1 2,5 0,848
0,848 61,822 2,5 0,848
Efluen1 2,5 0,454
0,476 68,012 2,5 0,498
Lindi1 2,5 0,762
0,768 -2 2,5 0,774
Perhitungan konsentrasi FAS
= V K 2Cr 2O7×N K
2Cr
2O7
V FAS
= 10×0 ,2510,489
= 0,2383 N
Perhitungan kadar COD
COD (mgO2/L) ¿(a−b ) c x 1000x d x p
mL sampel
a= mL FAS untuk blanko
b= mL FAS untuk sampel
c= normalitas FAS
d=BE oksigen (8)
p= pengenceran
Efluen
= (0,848−0,476 )0,2383x 1000 x8 x50
2,5
=14183,616 mg/L
Lindi
= (0,848−0,768 )0,2383x 1000x 8 x50
2,5
=3050,24 mg/L
b. Penentuan kandungan Mixed Liquor Volatile Suspended Solid (MLVSS)
Data penimbangan
Volume
sampelPenimbangan
Massa
(gram)
Rata-
rata
a
gramCawan kosong
30,997630,997
330,9972
30,9972
b
gramKertas saring kosong
1,0826
1,08291,0830
40 mL 1,0830
c
gram
Cawan + kertas saring + endapan dalam
oven
32,4955 32,495
332,4950
d
gram
Cawan + kertas saring + endapan dalam
furnace
31,014431,014
531,0146
31,0145
Perhitungan
TSS (mg/L)
=(c−a )
mL sampelx 106
=(32,4953−30,9973 )
40x106
= 374479,17 mg/L
VSS (mg/L)
=(c−d )
mL sampelx 106
=(32,4953−31,0145 )
40x106
= 370187,50 mg/L
FSS (mg/L)
= TSS – VSS
= 374479,17 – 370187,50
=4291,67 mg/L
c. Pembahasan
d. Kesimpulan
e. Daftar Pustaka