pemanfaatan daun pepaya gantung (carica papaya)...

112
PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) SEBAGAI PAKAN TAMBAHAN DOMBA TERHADAP PRODUK FERMENTASI CAIRAN RUMEN DAN PENURUNAN GAS METANA SECARA IN VIVO SKRIPSI AISYAH RACHIM PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019 M / 1440H

Upload: others

Post on 30-Jan-2020

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) SEBAGAI

PAKAN TAMBAHAN DOMBA TERHADAP PRODUK FERMENTASI

CAIRAN RUMEN DAN PENURUNAN GAS METANA SECARA IN VIVO

SKRIPSI

AISYAH RACHIM

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2019 M / 1440H

Page 2: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

ii

PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) SEBAGAI

PAKAN TAMBAHAN DOMBA TERHADAP PRODUK FERMENTASI

CAIRAN RUMEN DAN PENURUNAN GAS METANA SECARA IN VIVO

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Program Studi Kimia

Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh :

AISYAH RACHIM

11140960000027

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2019 M / 1440 H

Page 3: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)
Page 4: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)
Page 5: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)
Page 6: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

vi

ABSTRAK

AISYAH RACHIM. Pemanfaatan Daun Pepaya Gantung (Carica papaya)

Sebagai Pakan Tambahan Domba Terhadap Produk Fermentasi Cairan Rumen

dan Penurunan Gas Metana Secara In Vivo. Dibimbing oleh LA ODE

SUMARLIN dan IRAWAN SUGORO

Sumber emisi CH4 dapat berasal dari ternak ruminansia. Hal ini mendorong

munculnya program penekanan emisi gas CH4 melalui strategi pemberian pakan,

seperti pemberian hijauan yang mengandung tanin dan saponin. Dalam penelitian

ini, digunakan daun papaya gantung sebagai pakan tambahan. Penelitian ini

bertujuan untuk memperoleh informasi emisi gas CH4 dan produk fermentasi

cairan rumen domba dengan menggunakan daun pepaya secara in vivo. Pengujian

menggunakan domba sebanyak 4 ekor dengan pakan basal berupa rumput gajah.

Percobaan terdiri dari 2 perlakuan, yaitu rumput gajah dan rumput gajah + daun

papaya gantung. Parameter yang diukur adalah pertambahan bobot badan harian

(PBBH) dan produk fermentasi berupa pH, NH3, Volatile Fatty Acids (VFA),

biomassa mikroba, protein mikroba, dan total mikroba. Hasil penelitian

menunjukkan penambahan daun pepaya gantung tidak berpengaruh terhadap

PBBH dan kualitas cairan rumen domba yaitu pH dan NH3, tetapi berpengaruh

nyata terhadap biomassa bakteri dan protozoa serta emisi gas metana.

Penambahan daun pepaya gantung setelah 3 jam perlakuan pakan dapat

menurunkan emisi gas CH4 sebesar 44,5% dan setelah 6 jam sebesar 73,96%.

Selain itu, pemberian pakan penambahan daun pepaya gantung dapat menurunkan

populasi bakteri lipolitik, metilotrof, asenotrof dan hidrogenotrof.

Kata kunci: Daun pepaya, domba, in vivo, metana dan rumen.

Page 7: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

vii

ABSTRACT

AISYAH RACHIM. The Utilization of Leaves Gantung Papaya (Carica papaya)

as an Additional Feed Sheep to Rumen Fermentation in Reducing The Methane

Gas Produced In Vivo. advisor by LA ODE SUMARLIN and IRAWAN

SUGORO

The source of CH4 emissions can come from ruminants. This encourages the

emergence of a program to suppress CH4 gas emissions through feeding

strategies, such as the provision of forages containing tannins and saponins. In this

research, used leaves papaya hanging as feed additional. This study aims to obtain

information on CH4 gas emissions and rumen liquid fermentation products from

sheep by using papaya leaves in vivo. Testing using 4 sheep with basal feed in the

form of elephant grass. The experiment consisted of 2 treatments, namely

elephant grass and elephant grass+hanging papaya leaves. The parameters

measured were daily body weight gain and fermentation products in the form of

pH, NH3, Volatile Fatty Acids (VFA), biomass microbial, microbial protein, and

total microbes. The results showed that the addition of hanging papaya leaves had

no effect on PBBH and the quality of sheep's rumen fluid, namely pH and NH3,

but significantly affected bacterial and protozoan biomass and methane gas

emissions. The addition of hanging papaya leaves after 3 hours of feed treatment

can reduce CH4 gas emissions by 44,5% and after 6 hours by 73,96%. In addition,

feeding the addition of papaya hanging leaves can reduce the population of

lipolytic bacteria, methylotrophs, acenotrophs and hydrogenotrophs.

Keyworlds: in vivo, methane, papaya leaf, rumen and sheep

Page 8: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

viii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Syukur Alhamdulillah penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul Pemanfaatan Daun Pepaya Gantung

(Carica pepaya) Sebagai Pakan Tambahan Domba Terhadap Produk

Fermentasi Cairan Rumen dan Penurunan Gas Metana Secara In Vivo.

Dengan selesainya penelitian hingga tersusunnya penyusunan skripsi,

penulis ingin menyampaikan penghargaan dan terimakasih yang sebesar-besarnya

kepada:

1. Dr. La Ode Sumarlin, M.Si, selaku Pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan dan pengarahan kepada saya selama penyusunan skripsi.

2. Dr. Irawan Sugoro, M.Si selaku Pembimbing II yang telah memberikan

pengarahan, pengetahuan, serta bimbingannya sehingga banyak membantu

penulis dalam melaksanakan penelitian dan menyelesaikan penulisan

skripsi.

3. Dr. Sandra Hermanto, M.Si dan Nurhasni, M.Si, selaku penguji yang akan

memberikan kritik dan saran sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

4. Drs. Dede Sukandar, M.Si, selaku Ketua Program Studi Kimia Fakultas

Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Dr. Agus Salim, M.Si, selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 9: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

ix

6. Teristimewa kepada kedua orang tua tercinta atas segala cinta, doa,

pengorbanan, nasihat dan motivasinya kepada penulis.

7. Seluruh staf PAIR BATAN, Pak Dinar dan Pak Dono yang telah

memberikan bantuan dan bimbingannya selama penelitian berlangsung.

8. Serta semua pihak yang telah membantu secara langsung dan tidak

langsung, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang

telah membantu dan penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kata sempurna.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Jakarta, 31 Januari 2019

Aisyah Rachim

Page 10: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

x

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xii

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 4

1.3 Hipotesis Penelitian....................................................................................... 5

1.4 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 5

1.5 Manfaat Penelitian ........................................................................................ 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 6

2.1 Ternak Ruminansia ....................................................................................... 6

2.1.1 Sistem Pencernaan Ternak Ruminansia ................................................ 6

2.1.2 Mikroba Rumen ................................................................................... 7

2.2 Domba .......................................................................................................... 9

2.3 Tanaman Pepaya ......................................................................................... 10

2.4 Tanin .......................................................................................................... 11

2.5 Strategi Menurunkan Gas Metana ............................................................... 13

2.6 Infrared Gas Analyzer ................................................................................. 15

2.7 Kromatografi Gas (KG) .............................................................................. 15

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 17

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian...................................................................... 17

3.2 Alat dan Bahan ........................................................................................... 17

3.2.1 Alat .................................................................................................... 17

3.2.2 Bahan ................................................................................................ 18

3.3 Bagan Alir Penelitian .................................................................................. 19

3.4 Parameter Analisis ...................................................................................... 20

3.5 Cara Kerja ................................................................................................... 20

3.5.1 Persiapan Sampel ............................................................................... 20

Page 11: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

xi

3.5.2 Analisis Proksimat Sampel ................................................................. 20

3.5.3 Pengujian Fitokimia .......................................................................... 22

3.5.4 Uji In Vivo ......................................................................................... 24

3.5.5 Pengukuran Emisi Gas Metana .......................................................... 25

3.5.6 Pengukuran Cairan Rumen ................................................................. 26

3.5.7 Analisis Data ..................................................................................... 30

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 31

4.1. Hasil Uji Proksimat ..................................................................................... 31

4.2. Fitokimia Rumput Gajah dan Daun Pepaya Gantung ................................... 34

4.3. Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH) ................................................. 36

4.4. Produk Fermentasi Cairan Rumen Domba ................................................... 37

4. 3. 1 Potensial Hidrogen (pH) .................................................................... 37

4. 3. 2 Amonia (NH3).................................................................................... 39

4. 3. 3 Volatile Fatty Acids (VFA) ............................................................... 44

4.5. Biomassa Protozoa dan Bakteri ................................................................... 49

4.6. Protein Mikroba .......................................................................................... 51

4.7. Populasi Mikroorganisme Cairan Rumen .................................................... 53

4.8. Produksi Gas CH4 ....................................................................................... 57

BAB IV PENUTUP ......................................................................................... 62

5.1. Simpulan ..................................................................................................... 62

5.2. Saran ........................................................................................................... 62

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 63

LAMPIRAN ..................................................................................................... 75

Page 12: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Domba ekor tipis ........................................................................... 10

Gambar 2. Pohon Pepaya Gantung .................................................................. 11

Gambar 3. (a) Stuktur tanin terkondensasi dan (b) terhidrolisis ........................ 12

Gambar 4. Gas analayzer MRU ...................................................................... 15

Gambar 5. Komponen dari kromatografi gas ................................................... 16

Gambar 6. (a) Pengambilan gas CH4; (b) pengukuran gas CH4 dengan MRU .. 25

Gambar 7. Pengaruh daun pepaya terhadap PBBH domba.. ............................ 36

Gambar 8. Potensial hidrogen (pH) cairan rumen domba.. .............................. 38

Gambar 9. Konsentrasi amonia (NH3) cairan rumen domba.. .......................... 40

Gambar 10. Reaksi tanin dengan protein ........................................................... 42

Gambar 11. Degradasi protein pakan di dalam rumen ....................................... 43

Gambar 12. Reaksi metabolisme karbohidrat di dalam rumen .......................... 47

Gambar 13. Biomassa bakteri dan protozoa dalam cairan rumen domba.. ......... 49

Gambar 14. Protein Mikroba cairan rumen domba. . ......................................... 52

Gambar 15. Hasil pengujian populasi mikroba total plate count (TPC).. ........... 53

Gambar 16. Hasil pengujian populasi mikroba total plate count (TPC).. ........... 55

Gambar 17. Produksi Gas CH4 pada domba ...................................................... 57

Page 13: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Kandungan nutrisi rumput gajah dan daun pepaya ............................... 31

Tabel 2. Senyawa metabolit sekunder ................................................................ 35

Tabel 3. Pengaruh daun pepaya gantung terhadap konsentrasi VFA .................. 45

Page 14: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Pembuatan Larutan ....................................................................... 75

Lampiran 2. Analisis Data ................................................................................ 77

Lampiran 3. Analisis Statistik ........................................................................... 91

Page 15: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebutuhan akan produk-produk peternakan semakin meningkat seiring

dengan bertambahnya jumlah penduduk Indonesia. Ternak ruminansia merupakan

sektor yang dapat memenuhi kebutuhan protein hewani, mengingat peran dan

maanfaat dari sumber protein hewani tidak dapat digantikan oleh protein nabati.

Domba merupakan salah satu dari ternak ruminansia, merupakan komoditi yang

ikut berperan untuk pemenuhan kebutuhan daging nasional.

Populasi domba di Indonesia meningkat sejak tahun 2013 - 2017 yaitu dari

14.925.898 ekor menjadi 16.462.274 ekor (Direktorat Jenderal Bina Produksi

Peternakan, 2017). Populasi ternak domba yang tinggi diharapkan dapat

memenuhi kebutuhan daging dalam negeri dan juga turut menunjang program

pemerintah untuk menjadikan domba sebagai salah satu komoditi ekspor yang

setingkat dengan komoditi lainnya. Peningkatan ini sejalan juga dengan ayat Al-

Quran surat Thaha 54.

Artinya :

Makanlah dan gembalakanlah binatang ternakmu. Sesungguhnya pada

yang demikian itu, terdapat tanda-tanda kekuasaan allah bagi orang-orang yang

berakal.

Di sisi lain, perkembangan peternakan ruminansia memberikan kontribusi

terhadap emisi gas rumah kaca. Gas rumah kaca yang dilepaskan ke atmosfir pada

Page 16: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

2

peternakan ruminansia adalah gas metana (CH4) dan karbondioksida (CO2). Gas

CH4 yang diemisikan dari ternak ruminansia setiap tahunnya sekitar 80 juta ton

(Beauchemin et al., 2008). Domba sendiri menghasilkan tingkat emisi gas CH4

dari proses pencernaan sebesar 5 kg/ekor/tahun (IPCC, 2006). Ternak domba

jumlahnya akan terus meningkat terjadi di negara- negara berkembang (Herrero et

al., 2008; Thornton et al., 2009). Gas CH4 dapat memberikan pengaruh yang lebih

besar dibandingkan dengan gas karbondioksida, karena daya meretensi panasnya

25 kali lipat lebih besar, meskipun konsentrasinya di atmosfer merupakan

penyumbang ke-2 terbesar setelah karbondioksida (Iqbal et al., 2008).

Emisi gas CH4 yang dihasilkan ternak ruminansia berasal dari degradasi

bahan-bahan organik pada pakan di dalam rumen (enteric fermentation) oleh

mikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi). Mikroorganisme yang berada di

rumen khususnya bakteri, protozoa dan jamur berperan dalam hidrolisis pati yang

terkandung di dalam pakan dan dinding sel polisakarida tanaman, sehingga

menghasilkan glukosa, volatil fatty acids (VFA), karbondioksida dan H2 (Miller,

1995). Karbondioksida akan mengalami reduksi dengan H2 menjadi CH4, melalui

proses yang dinamakan metanogenesis. Proses ini menggunakan bantuan mikroba

metanogen akan diemisikan melalui eruktasi sebesar 83%, pernafasan sebesar

16% dan anus 1% (Vlaming, 2008).

Emisi gas CH4 yang dihasilkan ternak ruminansia merupakan bentuk

kehilangan energi karena sekitar 2-15% energi dari pakan tidak dapat

dimanfaatkan dan dikeluarkan dalam bentuk gas CH4 (Haryanto & Thalib, 2009).

Besarnya emisi gas CH4 dari sektor peternakan tersebut mendorong munculnya

program penekanan emisi gas CH4 melalui pendekatan pakan dan nutrisi (Cottle

Page 17: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

3

et al., 2011). Penurunan produksi CH4 oleh ruminansia telah diakui sebagai tujuan

penting karena mengurangi emisi gas rumah kaca dan meningkatkan efisiensi

pakan (Bouchard et al., 2015).

Penurunan gas CH4 dapat dilakukan dengan pemberian pakan yang tepat

(Puchala et al., 2005). Pemberian pakan yang mengandung tanin dan saponin pada

ternak ruminansia dapat menurunkan produksi gas CH4 (Jayanegara et al., 2010).

Tanin sangat reaktif terhadap dinding sel dan enzim ekstra seluler yang

disekresikan oleh bakteri yang selanjutnya menghambat transport nutrisi ke sel

dan menghambat pertumbuhan. Tanin dapat menurunkan metanogenesis dengan

cara penghambatan protozoa rumen sehingga dapat menekan aktivitas metanogen

karena sebagian bakteri metanogen bersimbiosis dengan protozoa sehingga

metanogen secara tidak langsung mengalami penurunan (Cabiddu et al., 2010;

Jayanegara et al., 2010; Vasta et al., 2009).

Strategi untuk menurangi emisi gas CH4 dari ternak ruminansia dapat

dilakukan dengan menggunakan tanin, saponin dan lemak tak jenuh. Jenis ekstrak

tanaman yang telah diteliti dan diketahui mengandung tanin dan saponin secara in

vitro mampu mengurangi emisi CH4 adalah tepung buah lerak (Sapindus rarak)

(Suharti et al., 2009), gambir dan lerak (Wahyuni et al., 2014), Leucanea

leucocephala (Tan et al., 2011), mimosa, quabracho, chestnut dan sumach

(Jayanegara et al., 2009) melalui pengujian secra in vitro.

Penelitian ini memanfaatkan daun pepaya gantung sebagai pakan tambahan

domba yang dilakukan secara in vivo. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

Ramandhani et al., (2018a) mengindikasikan bahwa kombinasi ekstrak daun

pepaya dan kunyit dapat meningkatkan fermantabilitas rumen sapi perah.

Page 18: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

4

Penelitian lainnya mengindikasikan bahwa penambahan ekstrak daun pepaya

mampu mereduksi CH4 yang diuji secara in vitro menggunakan cairan rumen

kambing kajang crossbred (Jafari et al., 2016). Daun pepaya gantung

mengandung berbagai jenis senyawa metabolit sekunder diantaranya tanin dan

saponin (Njoku & Obi, 2009). Lambung ternak ruminansia dihuni oleh berjuta

juta mikroba yang berfungsi sebagai tempat terjadinya proses pencernaan

fermentatif dan menghasilkan produk yang dimanfaatkan oleh induk semang, hal

yang perlu dipertimbangkan adalah sebagian besar pakan yang masuk akan

terdegradasi oleh mikroba rumen sehingga ternak akan kehilangan energi pakan

dalam bentuk gas CH4 dan panas fermentasi. Oleh sebab itu penambahan daun

pepaya gantung yang mengandung senyawa metabolit sekunder seperti tanin dan

saponin diharapkan dapat meningkatkan fermentabilitas pakan dan pertumbuhan

mikroba. Tanaman pepaya dapat tumbuh di Indonesia dengan baik dan tersebar di

seluruh daerah Indonesia. Strategi penurunan emisi CH4 bisa direalisasikan dan

pendekatan yang dihasilkan dapat diterapkan di Indonesia dengan target peternak

rakyat. Strategi ini dapat diterima peternak secara ekonomis dan teknis.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana pengaruh penambahan daun papaya gantung sebagai pakan

tambahan terhadap produksi gas metana dan fermentabilitas cairan rumen domba

secara in vivo.

Page 19: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

5

1.3 Hipotesis Penelitian

Pemberian daun pepaya gantung sebagai pakan tambahan dapat mereduksi

gas metana dan mengubah aktivitas fermentasi rumen yang dihasilkan rumen pada

domba secara in vivo.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh penambahan daun

pepaya gantung sebagai pakan tambahan terhadap produksi gas metana dan

fermentabilitas cairan rumen domba secara in vivo.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu mengoptimalkan penggunaan daun pepaya

gantung dalam mereduksi emisi gas metana pada domba dan berkontribusi

terhadap upaya menurunkan efek gas rumah kaca.

Page 20: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ternak Ruminansia

Ruminansia adalah istilah yang biasa digunakan dalam ilmu peternakan dan

zoologi untuk menyebut hewan pemamah biak. Ternak ruminansia merupakan

kelompok ternak mamalia pemakan tumbuhan (herbivora) yang bisa memamah

(memakan) dua kali, yaitu pertama dengan menelan bahan mentah (rumput),

kemudian mengeluarkan makanan yang setengah dicernna dari perutnya dan

mengunyahnya kembali. Disebut sebagai hewan pemamah biak. Hewan ternak

yang termasuk ruminansia adalah sapi, kerbau, kambing, dan domba. Pada

ternak ruminansia mempunyai empat kompartemen perut yang terdiri dari rumen

(perut beludru), retikulum (perut jala), omasum (perut bulu), dan abomasum

(perut sejati) (Muslim et al., 2014).

2.1.1 Sistem Pencernaan Ternak Ruminansia

Pencernaan ternak ruminansia pertama-tama dimulai dari mulut secara

mekanik dimana di dalam mulut pakan diubah menjadi partikel-partikel yang

berbentuk kecil dikunyah bersamaan saliva. Pakan tersebut kemudian masuk ke

dalam esophagus menuju rumen. Di rumen pakan akan mengalami proses

penghancuran terus menerus. Pakan yang tidak dapat dihaluskan di dalam rumen

akan dikembalikan ke dalam mulut dalam bentuk bolus-bolus. Biasanya ternak

ruminansia akan berbaring sambil menunyah-kunyah bolus-bolus yang keluar dari

dalam rumen (Siregar, 1994).

Page 21: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

7

Masing-masing ruang pada perut ruminansia memiliki fungsi yang berbeda-

beda. Rumen berfungsi sebagai tempat untuk penyimpanan sementara bagi

makanan yang telah ditelan. Rumen merupakan kompartemen perut ruminansia

yang sangat penting karena di dalam rumen terdapat mikroba yang dapat

mendegradasi. Retikulum berfungsi sebagai tempat pengadukan dan pencampuran

makanan menggunakan enzim-enzim sehingga makanan tersebut menjadi

gumpalan-gumpalan kasar (bolus). Omasum berfungsi membantu penghalusan

makanan secara kimiawi. Abomasum berfungsi sebagai perut yang sebenarnya

karena di organ inilah sistem pencernaan hewan ruminansia secara kimiawi

bekerja dengan bantuan enzim-enzim pencernaan.

Diantara keempat kompartemen ini rumen merupakan komponen terbesar

dan memiliki jenis mikroba yang beragam yang terdiri dari bakteri, protozoa,

archaea dan jamur. Pada ternak ruminansia terdapat empat jenis mikroba yang

menguntungkan yaitu bakteri, protozoa, jamur (fungi), dan virus pada kondisi

ternak yang sehat (Muslim et al., 2014). Mikroba rumen mempunyai peran yang

sangat penting bagi ternak ruminansia karena mereka dapat memanfaatkan nutrisi

tanaman secara efisien sebagai sumber energi. Mikroba ini terlibat dalam

menginisiasi konversi polimer pakan tumbuhan menjadi monomer dan berujung

pada pembentukan VFA yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan karbon dan

menjadi sumber energi bagi ruminansia (Krause et al., 2003).

2.1.2 Mikroba Rumen

Mikroorganisme rumen utamanya bakteri, protozoa dan jamur berperan

dalam hidrolisis pati yang terkandung di dalam pakan dan dinding sel polisakarida

Page 22: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

8

tanaman, sehingga menghasilkan glukosa, VFA, CO2 dan H2 (Miller, 1995)

seperti pada reaksi dibawah. Ruminansia memanfaatkan asetat, propionat, butirat,

dan biomassa mikrobia sebagai prekursor proses biosintesis dan merupakan

sumber energi dan sumber asam amino (Miller et al., 1986). VFA juga merupakan

produk akhir fermentasi karbohidrat dan merupakan sumber energi utama

ruminansia asal rumen. Peningkatan jumlah VFA menunjukkan mudah atau

tidaknya pakan tersebut didegradasi oleh mikroba rumen.

Glukosa 2 piruvat + 4H

(metabolisme karbohidrat)

Piruvat + H2O asetat + CO2 + 2H

Piruvat + 4H propionat + H2O

2 asetat + 4H butirat + 2H2O

Metanogenesis adalah pembentukan gas CH4. CH4 diproduksi di dalam

rumen utamanya dilakukan oleh bakteri dari grup archae yang disebut metanogen.

Metanogen diklasifikasikan terpisah dengan bakteri karena perbedaan pada

komposisi dinding sel serta sekuen 16s rRNA ribosom (Publishing, 2000).

Terdapat sekurang kurangnya ada 5 jenis metanogen yang hidup di dalam perut

rumen, yaitu methanobrevibacter ruminantium, methanosarcina bakteri,

methannosarcina mazei, methanobacterium formicicum dan methanomicrobium

mobile (Morgavi et al., 2010). Metanogen mengkonversi CO2 dan H2 menjadi

metan di dalam rumen (McDonald, 2002) seperti reaksi di bawah ini.

CO2 + 4H2 CH4 + 2H2O (metanogenesis)

Terdapat 3 substrat yang digunakan oleh metanogen dalam memproduksi

CH4 yakni CO2 (hidrogenotropik), senyawa metil (metilotropik), dan asetil

Page 23: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

9

(asetoklastik). Jalur utama yang digunakan oleh metanogen adalah

hidrogenotropik yakni penggunaan CO2 sebagai sumber karbon yang direduksi

oleh H2 (Morgavi et al., 2010). Bakteri metanogen hidrogenotropik mengubah

hidrogen dan karbondioksida menjadi CH4. Bakteri metanogen asetotropik

mengubah asam asetat menjadi CH4 dan CO2. Bakteri metanogen dapat berupa

kelompok bakteri gram positif dan gram negatif (Moss, 1993). CH4 yang

dihasilkan oleh ternak ruminansia kurang lebih 90% CH4 dihasilkan di dalam

rumen, dirotasikan melalui pembuluh darah dan paru-paru dan berakhir pada

pelepasan CH4 melalui mulut dan hidung, yang disebut dengan eruktasi, dan

sebanyak 10% CH4 dibuang melalui anus (McDonald, 2002).

2.2 Domba

Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang pemeliharaannya tidak

begitu sulit, hal ini dikarenakan memiliki badan yang relatif kecil dan cepat

dewasa sehingga secara otomatis cukup menguntungkan karena dapat

menghasilkan daging dan wol. Domba lokal atau domba Ekor Tipis merupakan

domba asli Indonesia dan domba ini banyak diternakan oleh para petani di

pedesaan. Domba Ekor Tipis (Gambar 1) adalah domba asli Indonesia. Domba ini

sering disebut sebagai domba lokal, domba Kacang dan domba Kampung, disebut

demikian karena mempunyai tubuhnya yang kecil (Sumoprastowo, 1987). Domba

ini tidak diketahui dengan jelas asal-usulnya dan banyak dijumpai di daerah Jawa

Tengah dan Jawa Barat. Populasi Domba Ekor Tipis banyak dijumpai di propinsi

Jawa Barat.

Page 24: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

10

Gambar 1. Domba ekor tipis (Dok. Pribadi 2018)

2.3 Tanaman Pepaya

Tanaman pepaya diduga berasal dari negara Amerika Tengah kemudian

menyebar ke seluruh dunia, termasuk Indonesia (Sunarjono, 2006). Pepaya

tanaman yang dapat tumbuh dengan ketinggian mencapai 10 meter. Bentuk daun

pepaya seperti jari tangan yang dilebarkan, bertulang daun menjari, dan ujung

daun yang lancip. Pangkal daun berbentuk jantung dengan garis tengah 25-75 cm.

Tangkai daun panjang menyerupai pipa, tidak berbulu dan berkelompok dekat

pucuk, berlubang, dan melekat pada batang. Tajuk selalu berlekuk menyirip tidak

beraturan (Kalie, 1999). Klasifikasi tanaman pepaya (Carica papaya L)

berdasarkan United States Departmen of Agriculture Agriculture, (2010) sebagai

berikut:

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Superdivisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Subkelas : Dilleniidae

Ordo : Violalaes

Famili : Caricaceae

Genus : Carica papaya

Page 25: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

11

Dalam penelitian ini menggunakan bahan daun pepaya gantung (Carica

papaya) (Gambar 2). Penelitian yang dilakukan Njoku & Obi, (2009) berdasarkan

analisis fitokimia ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) menunjukkan adanya

alkaloid, flavonoid, tanin, saponin. United States Departmen of Agriculture

Agriculture, (2010) kandungan di dalam daun pepaya (Carica papaya ) terdapat

beberapa zat kimia diantaranya adalah tanin (5.000-6.000 ppm), dehydrocarpain

(1.000 ppm), alkaloids (1.300-4000 ppm), pseudocarpaines (100 ppm),

benzylglucosinolate, dan. flavonoid (0-2.000 ppm).

Gambar 2. Pohon Pepaya Gantung (Dok. Pribadi 2018)

2.4 Tanin

Tanin adalah hasil dari metabolit sekunder tanaman yang mempunyai

berbagai struktur dan konsentrasi yang bervariasi. Tanin termasuk senyawa

polifenol dengan karakteristiknya yang dapat membentuk komplek dengan

makromolekul (Jayanegara & Sofyan, 2008). Struktur kimianya (Gambar 3), tanin

dapat digolongkan menjadi 2 jenis yaitu tanin yang dapat dihidrolisis

(hydrolysable tanin, HT) dan tanin terkondensasi (condensed tanin, CT).

Hydrolysable tanin (HT) terdiri dari ester glukosa dengan asam galat, mempunyai

Page 26: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

12

struktur poliester yang dapat dihidrolisis oleh enzim-enzim saluran pencernaan

atau asam, dan hidrolisisnya menghasilkaan suatu asam polifenolat dan alkohol

polihidrat atau gula (glukosa). Sedangkan tanin terkondensasi tidak mempunyai

struktur karbohidrat. Tanin terkondensasi dan tanin terhidrolisis memiliki struktur

molekul yang berbeda tetapi pengaruhnya sebagai antinutrisi hampir sama (Butler

& Rogler, 1992).

Gambar 3.(a) Stuktur tanin terkondensasi dan (b) terhidrolisis (McSweeney et al., 2001)

Gugus hidroksil yang ada pada tanin menyebabkan tanin dapat membentuk

senyawa kompleks dengan protein. Tanin mempunyai efek biologis baik yang

bersifat positif maupun negatif, tergantung pada konsentrasi serta sumber

tanamannya (Makkar, 2003). Pada konsentrasi tanin yang rendah, tanin dapat

memberikan pengaruh positif terhadap ruminan, contohnya meningkatkan

penyerapan asam amino dan meningkatkan penyerapan protein (Caygill &

Mueller, 1999). McSweeney et al., (2001) mengungkapkan bahwa tanin

merupakan polifenol yang reaktif dengan dinding sel bakteri dan enzim

ekstraseluler yang diproduksi oleh bakteri. Interaksi ini akan menghambat

transport nutrien ke dalam sel sehingga menghambat pertumbuhan organisme.

Penambahan tanin cenderung menurunkan kecenaan bahan pakan dan produksi

a b

Page 27: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

13

VFA total. Tanin membentuk ikatan kompleks dengan protein, karbohidrat

(selulosa, hemiselulosa, dan pektin), mineral, vitamin dan enzim mikroba di

dalam rumen (Widyobroto et al., 2007). Kompleks ikatan tanin dengan protein

dapat terlepas pada pH rendah di dalam abomasum sehingga protein dapat

didegradasi oleh enzim pepsin dan asam-asam amino yang dikandungnya hal ni

akan menguntungkan ternak sehingga protein akan tersedia dan dapat

dimanfaatkan oleh ternak (Jayanegara et al., 2008).

Kemampuan yang dimiliki tanin adalah sebagai agen anti metanogen di

dalam rumen. Aktivitas anti metanogen oleh tanin tergantung pada jenis dan dosis

tanin yang digunakan. Tanin yang memiliki berat molekul yang rendah lebih

efektif dalam menghambat bakteri metanogen karena tanin yang memiliki bobot

melekulnya rendah bisa membentuk ikatan yang kuat dengan enzim mikroba, jika

dibandingkan dengan tanin yang memiliki berat molekul yang lebih besar. Tanin

dengan bobot molekul yang tinggi tidak mampu menembus protein mikroba

sehingga tingkat toksisitasnya rendah terhadap bakteri metanogen (Patra &

Saxena, 2010).

2.5 Strategi Menurunkan Gas Metana

Beberapa tahun belakangan ini para peneliti melakukan riset terait dengan

produksi gas CH4 dan upaya menguranginya, karena gas CH4 merupakan salah

satu penyumbang terhadap pemanasan global. Dari hasil penelitian Beauchemin et

al., (2008) ternak ruminansia berkontibusi sebesar 80 juta ton gas CH4/tahun

jumlah emisi tersebut merepresentasikan 28% dari total emisi gas CH4 hasil

aktivitas antropogenik. Beberapa sumber mengidentifikasi cara baru untuk

Page 28: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

14

mengurangi emisi gas CH4 yaitu dengan asam organik, penambahan probiotik,

virus, archaea, ekstrak tumbuh-tumbuhan (misalnya, minyak esensial) untuk

pakan, bakteriosin, acetogens, serta imunisasi, dan seleksi genetik sapi (Boadi et

al., 2004). Banyak cara telah dilakukan untuk mengurangi emisi gas CH4 oleh

ternak ruminansian yaitu dengan pemberian antibiotik ionophores, stimulasi

asetogen, penghambatan secara langsung proses metanogenesis menggunakan

halogen, oksidasi CH4, defaunasi, penambahan prekursor dari propionat,

probiotik, dan imunisasi (Moss, Jouany, & Newbold, 2000).

Strategi penurunan gas CH4 oleh Castro-Montoya et al., (2012); Guan et al.,

(2006); Van Nevel & Demeyer, (1996) menggunakan antibiotik seperti monensin

dan lasalocid digunakan untuk inhibisi langsung archea metanogen dalam

menurunkan emisi gas CH4. Bertujuan meningkatkan produksi ternak ruminansia

secara simultan, terkait tentang penggunaan monensin ataupun ionofor-ionofor

jenis lainnya yang mempunyai sifat sebagai antibiotik. Adanya larangan terkait

penggunaan atibiotik sebagai zat additive dalam makanan ternak Larangan di Uni

Eropa sejak tahun 2006.

Penghambatan produksi CH4 secara in vitro telah dilakukan oleh Cieslak et

al., (2016) dengan menggunakan ekstrak akar Sanguisorba officinalis pada sapi

perah Polandia Holstein Friesian. Penggunaan dosis tertinggi ekstrak S.

Officinalis yang mengandung tanin berpotensi mengurangi produksi CH4 dengan

menurunkan populasi protozoa dan kecernaan bahan kering. Jafari et al., (2016)

dalam penelitianya menggunakan daun pepaya pada kambing Kajang crossbred

secara in vitro. Produksi CH4 menurun dengan meningkatnya kadar daun pepaya

sehingga daun pepaya dapat menekan emisi CH4.

Page 29: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

15

2.6 Infrared Gas Analyzer

Infrared gas analyzer adalah alat yang menggunakan pancaran cahaya

inframerah untuk menganalisis bebrapa jenis gas yang terkandung dalam sampel

gas seperti CO, CO2 dan CH4. Prinsip kerja alat ini dengan menentukan

penyerapan sumber cahaya yang dipancarkan inframerah melalui sampel udara

tertentu. Infrared Gas Analayzer (Gambar 4) menggunakan teknologi inframerah

nondispersive untuk mendeteksi gas tertentu dengan mendeteksi penyerapan

panjang gelombang inframerah yang merupakan karakteristik gas tersebut

(Thomas & Haider, 2007).

Gambar 4. Gas analayzer MRU (Thomas & Haider, 2007)

2.7 Kromatografi Gas (KG)

Kromatografi gas (Gambar 5) adalah teknik kromatografi yang digunakan

untuk memisahkan senyawa organik yang mudah menguap. Menurut Kitson, et al

(2002) prinsip kerja kromatografi gas secara umum mencakup pengubahan fase

sampel menjadi fase gas dengan pemanasan pada tempat penyuntikan,

Page 30: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

16

pemisahan komponen campuran secara spesifik pada kolom yang telah

dipersiapkan dan pendeteksian tiap komponen menggunakan detektor.

Komponen campuran dapat diidentifikasi dengan menggunakan waktu tambat

(waktu retensi) yang khas pada kondisi yang tepat (Harvey, 2000).

Gambar 5. Komponen dari kromatografi gas (Thomas & Haider, 2007)

Kelebihan kromatografi gas dapat memisahkan campuran senyawa yang

mengandung banyak komponen dengan perbedaan titik didih rendah, analisis

cepat, sensitifitas, volume yang diperlukan sangat kecil (1-20 µl), mudah

dioperasikan dan tekniknya terpercaya. Fase gerak yang digunakan biasanya gas

berupa He, Ne, Ar, dan N2. Kolom yang digunakan biasanya terbuat dari kaca,

stainlees stell, te,baga atau alumunium dan mempunyai panjang sekitar 2-6 m,

diameter 2-4 mm. Kolom diisi dengan suatu fase diam dengan kisaran 37-44um

sampai 250-354 µm (Harvey, 2000).

Page 31: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

17

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan dimulai pada bulan Januari 2018

sampai dengan Mei 2018 di Laboratorium Kelompok Nutrisi Ternak, Bidang

Pertanian Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi BATAN, Jl. Lebak Bulus Raya,

Jakarta Selatan.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Peralatan yang digunakan adalah beberapa peralatan gelas Phyrex®, Neraca

analitik Sartorius®, cawan porselin, oven Fisher®, tanur Pyrolbo®, desikator,

termos, pH meter 765 Calimatic Knick®, microtube, milotube, labu Kjedahl

Schott Duran®, mikropipet Eppendorf®, Shaker Fisher®, Utrasonic cleaner

BransonCPX2800H®, destilator Glascol®, kertas saring bebas lemak, Timbangan

analitik Sartorius® TE2145, soxhlet, gas bags, syringe glass, MRU gas

Analyzer®, Gas chromatography (GC) Shimadzu®, tabung eppendorf, cawan

Conway, buret, waterbath Branson®, yellow tube, grinder Fritsch Standard

Funnel V2A 14304®, sentrifuse Hitachi®, batang L, inkubator, Neubaeur

Improfed Marienfeld®, Laminar Anaerob Inc®, Autoclaf TommySS-325® untuk

sterilisasi, spektofotometer vissble Genesys®, anaerobic jar.

Page 32: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

18

3.2.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan adalah daun pepaya gantung dan rumput

gajah (Pennisetum purpureum) yang berasal dari kebun percobaan Laboratorium

Nutrisi Ternak, Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi BATAN, Jl. Lebak Bulus Raya,

Jakarta Selatan, hewan uji yang digunakan adalah domba jantan yang berusia 2

tahun sebanyak 4 ekor sebagai ulangan yang akan diambil cairan rumen dan gas

CH4, Na2CO3 Merck®, NaOH Merck®, K/Natartat Merck®, CuSO4.5H2O

Merck®, H2SO4 Merck®, H3BO3 Merck®, K2CO3 Merck®, indikator brom cresol

green, indikator metil red, HCl Merck®, gliserin, selulosa, lignin, protein,

CH3COOH, CH3OH, polyvinyl polypyrrolidone (PVPP), larutan standar asam

tanin (0,1 mg/mL), reagen butanol-HCl (butanol-HCl 95:5 v/v), reagen Ferric

(2% ferric ammonium sulfate dalam 2 N HCl) Follin Merck®, larutan FeCl3,

digestion mixture, NaOH 50%, HCl Merck® 0,1 N, aquadest, NaOH 0,1 N,

petroleum eter (PE), Buffer pH 4, 7, dan 9, fenolftalin, H2SO4 Merck®.

Page 33: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

19

3.3 Bagan Alir Penelitian

Daun pepaya

gantung dan

rumput gajah

Analisis proksimat dan

fitokimia

Studi In vivo

BK, BO

Lemak

Protein kasar

Tanin

saponin

Pemberian Pakan basal

hijauan rumput gajah 10 %

dari bobot tubuh domba

Pemberian Pakan basal

hijauan rumput gajah 10

% dan daun pepaya 50

gram dari berat keringnya

Analisis

cairan rumen

Pengukuran

emisi gas

metana

Analisis data

pH

Amonia

VFA

Populasi

mikroba,

Protein mikroba

Pengukuran

PBBH

Page 34: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

20

3.4 Parameter Analisis

Pengujian ini bertujuan untuk melihat pengaruh penambahan daun pepaya

gantung terhadap emisi gas CH4 dengan cara membandingkan (A: rumput gajah;

B: rumput gajah + papaya gantung). Parameternya meliputi uji proksimat rumput

gajah dan daun pepaya gantung, pengujian fitokimia, produk fermentasi dalam

cairan rumen domba, dan emisi gas CH4.

3.5 Cara Kerja

3.5.1 Persiapan Sampel

Pemberian pakan yang dibuat terdiri dari 2 macam yaitu rumput gajah (A)

sebesar 10% dari bobot badan domba dan rumput gajah 10% dari bobot badan

dengan penambahan pepaya gantung sebesar 50 gram (B). Daun pepaya untuk

persiapan analisis proksimat dan fitokimia dilayukan selama ±2 jam. Daun pepaya

yang telah dilayukan selanjutnya dicacah menjadi bagian yang lebih kecil. Bahan

tersebut dikeringkan dengan oven bersuhu 60 ºC selama 3 hari, kemudian

dihaluskan dengan mesin penghalus sebesar 100 mesh.

Bahan yang telah halus dilakukan analisis proksimat untuk pengukuran

kadar air, Bahan Kering (BK), Bahan Organik (BO), Abu, Protein Kasar (PK),

dan Lemak Kasar (LK). Daun pepaya yang sudah dicacah dilakukan pengujian

fitokimia.

3.5.2 Analisis Proksimat Sampel

3.5.2.1 Pengukuran Bahan Kering (BK), Bahan Organik (BO), dan Abu

(Sudarmadji et al., 1997)

Cawan porselin kosong dimasukan ke dalam oven dengan suhu 105 ºC

selama 1 jam, kemudian cawan tersebut dipindahkan ke dalam deksikator selama

Page 35: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

21

1 jam, berat cawan ditimbang sebagai Bo. Sampel dimasukan ke dalam cawan

porselin ditimbang sebagai Bt sebanyak dua gram. Cawan porselin dimasukan ke

dalam oven dengan suhu 105 ºC selama 24 jam, kemudian cawan porselin

dipindahkan ke dalam deksikator selama 1 jam dan ditimbang sebagai Bt105 ºC.

Cawan yang berisi sampel dilakukan pengukuran kadar abu dengan cara

dimasukan ke dalam tanur dengan suhu 600 ºC selama 6 jam. Sampel tersebut

kemudian didinginkan di dalam deksikator selama 1 jam ditimbang sebagai Bt600

ºC. Penentuan berat kering (% BK), abu (% BO) dan organik % BA dengan rumus:

3.5.2.2 Pengukuran Protein dengan Metode Kjedahl (AOAC, 1990)

Sampel sebanyak dua gram dimasukan ke dalam labu kjedahl ditambahkan

sebanyak 10 mL digestion mixture (campuran selenium dan H2SO4), dipanaskan

sambil digoyangkan selama 30 menit–1 jam hingga terjadi perubahan berwana

bening. Larutan tersebut kemudian disaring dan dituang ke dalam labu ukur 100

ditera dengan aquadest sampai tanda batas, diambil 5 mL kemudian dimasukan ke

dalam labu destilasi ditambahkan NaOH 50% sebanyak 15 mL. Penampung

destilat diisi dengan 10 mL HCl, ditambahkan dengan indikator metil merah

(MM) sebanyak 3 tetes, hasil tampungan dititrasi dengan NaOH 0,1 N hingga

berubah warna.

( )

( )

Page 36: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

22

Keterangan:

VNaOH= Volume titrasi NaoH

N = Normalitas NaOH (0,1 N)

3.5.2.3 Pengukuran Lemak Kasar (AOAC, 1990)

Sampel sebanyak 1 gram ditimbang sebagai (X gram) lalu dibungkus

dengan kertas saring bebas lemak. Sampel dioven dengan suhu 105 ºC selama 1

malam. Sampel yang telah dioven kemudian ditimbang sebagai (Y gram),

kemudian dimasukan ke dalam soxhlet untuk diekstraksi dengan petroleum eter

(PE) sebagai pelarutnya selama 6 jam (hingga sampel petroleum eter dalam

soxhlet menjadi jernih). Sampel yang telah selesai diekstraksi dioven dengan suhu

105 ºC, kemudian ditimbang sebagai (Z gram). Perhitungan lemak kasar sebagai

berikut:

3.5.3 Pengujian Fitokimia (Harbone, 1987)

3.5.3.1 Uji Tanin

Kualitatif Tanin

Sampel sebanyak 1 gram dimasukan ke dalam tabung reaksi ditambahkan

dengan air kemudian mendidihkan. Sampel tersebut kemudian disaring untuk

diambil filtratnya dan ditambahkan 3 tetes larutan FeCl3. Adanya tanin ditandai

dengan warna biru tua.

Kurva Standar Tanin

Lima buah tabung reaksi yang masing-masing berisi 0,02; 0,04; 0,06;

0,080,10 mL larutan induk standar tanin 0,1 mg/mL, masing-masing dari tabung

Page 37: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

23

ditambahkan 0,25 mL reagen folin dan 1,25 mL Na2CO3 dihomogenkan dengan

vortex kemudian didiamkan pada suhu kamar selama 40 menit, setelah 40 menit

dibaca absorbansinya menggunakan spektrofotometer pada λ 725 nm.

Ekstrak Tanin

Sampel daun pepaya dan rumput gajah yang telah digerus ditimbang

sebanyak 200 mg ke dalam yellowtube, ditambahkan aseton 70% sebanyak 10

mL, masing-masing tabung kemudian dilakukan sonifikasi untuk memecah

selnya. Sonifiksi dilakukan selama 20 menit 2 kali 10 menitnya dilakukan istirahat

5 menit diantaranya. Tabung tersebut kemudian disentrifugasi 3000 rpm selama

10 menit supernatan ini yang digunakan untuk pengujian total fenol, total tanin

dan tanin terkondensasi.

Pengujian Total Fenol

Supernatan hasil ekstraksi sebanyak 0,5 mL ditambah dengan 0,25 mL

reagen folin dan 1,25 mL Na2CO3 dihomogenkan dengan vortex kemudian

didiamkan pada suhu kamar selama 40 menit, setelah 40 menit dibaca

absorbansinya menggunakan spektrofotometer pada λ 725 nm.

Penentuan Total Tanin

Polivinilpolipyroledone (PVPP) sebanyak 100 mg dilarutkan dalam

aquadest sebanyak 1 mL dan 0,5 mL ekstrak sampel dihomogenkan dengan vortex

kemudian disimpan di dalam refigerator 4 selama 15 menit. Larutan kemudian

dihomogenkan kembali dan disentrifugasi selama 10 menit 3000 rpm. Supernatan

diambil sebayak 1 mL ke dalam tabung reaksi yang ditambahkan 0,25 mL folin

Page 38: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

24

dan 1,25 mL Na2CO3 divortek sampai homogen kemudian didiamkan pada suhu

kamar selama 40 menit, setelah 40 menit dibaca absorbansinya mengunakan

spektrofotometer pada λ 725 nm.

3.5.3.2 Uji Saponin

Kualitatif Saponin

Sampel sebanyak 1 gram ditambahkan ke dalam tabung reaksi kemudian

ditambahkan air dan dipananskan. Sampel tersebut kemudian di ambil filtratnya

untuk dilakukan pengocokan selama 10 menit. Timbulnya busa menandakan

adanya saponin.

3.5.4 Uji In Vivo

Domba ekor tipis jantan sebanyak empat buah disiapkan dan dikandangkan

masing-masing. Pakan hijauan yang diberikan adalah rumput gajah selama 14 hari

penelitian perlakuan terdiri dari A (rumput gajah). Domba diberikan pakan

hijauan rumput gajah dengan berat 10% dari bobot badan. Pemberian daun pepaya

gantung diberikan setelah 7 hari, pakan B berupa (rumput gajah + daun pepaya

gantung). Pemberian serbuk pepaya gantung sebanyak 50 g dilakukan setiap hari

pada hari ke-7 sampai dengan hari ke-14.

Domba yang telah diberi pakan kemudian dilakukan pengukuran

Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH). Pengukuran pertambahan bobot

badan harian dilakukan setiap 1 minggu sekali (PBBH). Berat awal domba

dinyatakan sebagai Bo sedangkan berat domba setelah 1 minggu perlakuan

dinyatakan sebagai Bt. Untuk menghitungnya digunakan rumus sebagai berikut:

Page 39: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

25

(

⁄ )

Keterangan :

Bt = berat pada hari ke- t

Bo = berat awal

T = waktu (hari)

Gas CH4 diambil pada hari ke-4 dan 11, sedangkan cairan rumen diambil

dengan menggunakan selang vakum pada hari ke-5 dan 12. Cairan rumen domba

dianalisa pH, ammonia, VFA, biomassa protozoa dan bakteri, protein mikroba,

dan populasi mikroba. Waktu pengambilan sampel tersebut berdasarkan izin

komisi etik BATAN agar hewan uji tidak dalam kondisi stres.

3.5.5 Pengukuran Emisi Gas Metana (Makkar & Vercoe, 2007)

Setelah 3 jam dan 6 jam pemberian pakan rumput gajah (A) atau rumput

gajah dan serbuk daun pepaya gantung (B) dilakukan pengambilan sampel gas

untuk dilihat produksi gas CH4 totalnya. Masker dipasang pada bagian mulut

domba (Gambar 6a) dan gas diambil melaui selang yang telah terhubung dengan

aerator menuju gas bag. Kemudian, gas pada bags tersebut diuji dengan alat gas

analyzer untuk mengetahui konsentrasi gas CH4 (Gambar 6b). Gas CH4 diambil

pada hari ke-4 dan 11.

(a) (b)

Gambar 6. (a) Pengambilan gas CH4; (b) pengukuran gas CH4 dengan MRU

Gas bag

Gas Bag Gas analyzer MRU

Page 40: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

26

3.5.6 Pengukuran Cairan Rumen

Pengambilan cairan rumen dilakukan pada hari ke-5 dan 12 hari setelah

pemberian rumput gajah (Perlakuan A) dan serbuk daun pepaya gantung (B).

Cairan rumen diambil sebanyak 50 mL pada pagi hari setelah 3 jam diberikan

pakan atau perlakuan (daun pepaya gantung). Air panas dimasukkan ke dalam

termos, agar udara di dalam termos dapat digantikan dengan uap air, sehingga

kondisinya anaerob. Kemudian air panas di dalam termos dibuang, lalu cairan

rumen diambil dan segera dimasukan ke termos.

3.5.6.1 Nilai Derajat Keasaman (pH) (Plummer, 1971)

pH meter dikalibrasi dengan Buffer pH 4 dan 7. Cairan rumen pada hari

ke- 3 dan ke-10 dipindahkan ke dalam baker glass sebanyak 20 mL. Elektoda

pada pH meter dimasukan ke dalam baker glass, lalu dicatat nilai pH setelah nilai

pH di layar stabil. Elektroda diangkat kemudian dibilas dengan aquadest dan

dimasukan kembali ke dalam sampel berikutnya. Setelah selesai elektoda

direndam dengan aquadest.

3.5.6.2 Pengukuran Kadar Amonia (NH3) (General Laboratory Procedure,

1966)

Pengukuran kadar NH3 dilakukan dengaan metode Mikrodifusi Conway.

Sebanyak 1 mL sampel cairan rumen dimasukan ke dalam sekat sebelah kanan

Conway. Sekat sebelahnya lagi diisi dengan K2CO3 sebanyak 1 mL. Pada cawan

kecil bagian tengah diisi dengan asam borat (H3BO3) berisi indikator merah metil

sebanyak 1 mL. Sisi mulut cawan Conway diolesi dengan vaselin sebagi pelumas

Page 41: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

27

lalu ditutup rapat. Conway digoyang - goyang sampai terjadinya pencampuran

sampel dengan K2CO3, kemudian didiamkan selam 1 jam bersuhu ruang 20 ºC

sampai warna cawan yang berada ditengah berwarna kebiruan yang menandakan

adanya NH3 yang terikat pada asam borat. Larutan tersebut kemudian dititrasi

dengan HCl 0,1 N hingga berubah warna dari kebiruan menjadi merah muda.

Perhitungan kadar ammonia sebagai berikut:

( ) ( )

Keterangan:

VHC l= Volume titrasi HCl

N = normalitas HCl (0,1 N)

3.5.6.3 Kadar Volatile Fatty Acids (VFA) Parsial (BALITNAK, 1999)

Cairan rumen sebanyak 5 mL dimasukan ke dalam yellow tube yang sudah

diisi dengan 1 mL H2SO4 15% sebagai pengawet. Pengukuran VFA (asetat,

propionate dan butirat) menggunakan alat gas chromatography (GC). Sampel

tersebut kemudian diinjeksikan ke dalam GC. Adanya perbedaan partisi pada fase

diam berupa kolom dengan fase gerak berupa gas menghasilkan puncak-puncak

pada layar monitor GC. Hasil kromatogram VFA sampel kemudian dibandingkan

dengan kromatogram standar acuan VFA yang telah diketahui. Perhitungan kadar

VFA dengan menggunakan rumus :

( ) ( )

Keterangan:

VFA = Volatile fatty acids (asetat, propionat dan butirat)

Page 42: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

28

3.5.6.4 Analisis Protein Mikroba dengan Metode Lowry (AOAC, 1990)

Pertama Microtube kosong dimasukkan ke oven dengan bersuhu 105˚C

selama satu jam. Microtube dimasukkan ke desikator selama 15 menit, lalu

ditimbang berat microtube dicatat sebagai (B0). Cairan rumen sebanyak 1,5 mL

dimasukkan ke microtube. Sampel disentrifugasi dengan kecepatan 1500 rpm

selama 10 menit hingga membentuk supernatan dan pelet. Supernatan yang

terbentuk dipindahkan ke dalam microtube baru. Microtube tersebut disentrifugasi

dengan kecepatan 3500 rpm selama 10 menit hingga membentuk endapan.

Endapan yang terbentuk adalah protozoa. Supernatan yang terbentuk, dipindahkan

ke microtube lain dan disentrifugasi dengan kecepatan 10.000 rpm selama 10

menit dan menghasilkan endapan. Endapan yang terbentuk adalah bakteri.

Sepuluh mikrotube, yang berisi protozoa sebayak lima microtube dan lima

microtube berisi bakteri dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 60˚C selama 24

jam lalu dipindahkan ke dalam oven dengan suhu 105˚C selama satu jam.

Microtube diletakkan dalam desikator selama 15 menit kemudian ditimbang berat

akhir dicatat sebagai (Bt). Biomassa bakteri dan protozoa dapat dihitung dengan

rumus:

( )

Microtube yang berisi protozoa dan bakteri ditambahkan 0,5 mL NaOH,

kemudian dilakukan sonifikasi selama 15 menit. Sampel dipindahkan ke dalam

tabung reaksi untuk ditambahkan 0,5 mL larutan Lowry I. Disiapkan 4 buat

tabung reaksi sebagai standar, masing-masing berisikan albumin sebanyak 0,015;

0,025; 0,05 dan 0,1 mL kemudian dari masing-masing tabung ditambahkan

aquadest sebanyak 0,485; 0,475; 0,45 dan 0,40 mL sehingga volumenya menjadi

0,5 mL dan ditunggu selama 10 menit. Larutan Lowry sebanyak 0,25 mL

Page 43: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

29

dimasukan ke dalam masing-masing tabung tersebut, larutan dilakukan

pengukuran menggunakan spektrofotometer dengan λ700 nm.

3.5.6.5 Populasi Mikroba (Ogimoto & Imai, 1981)

Sampel cairan rumen sebanyak 0,1 mL diencerkan ke dalam tabung

pengencer yang berisi 0,9 mL larutan NaCl 0,85% (10 kali pengenceran).

Pengenceran diulang sampai 12 kali. Empat pengenceran terakhir sebanyak 0,1

mL dari masing-masing pengenceran diinokulasikan ke dalam permukaan media

agar yang telah dicampur larutan buffer solution, makro dan mikromineral. Media

ditambah selulosa untuk mengetahui total bakteri selulolitik, ditambah Metilen

blue untuk mengetahui total bakteri lignolitik, ditambah susu skim untuk

mengetahui total bakteri proteolitik, ditambah gliserin untuk mengetahui total

bakteri lipolitik. Sampel kemudian diratakan dengan batang L secara aseptis.

Pengenceran untuk perhitungan total bakteri metilotrof, hidrogenotrof dan

asenotrof dilakukan dengan cara 0,1 mL sampel cairan rumen diencerkan ke

dalam tabung pengencer yang berisi 0,9 mL larutan NaCl 0,85% (10 kali

pengenceran). Pengenceran diulang sampai 6 kali, empat pengenceran terakhir

sebanyak 0,1 mL diinokulasikan ke dalam media agar yang telah ditambah buffer

solution pada (Lampiran 6). Media agar ditambah metanol untuk mengetahui total

metilotrof, ditambah asetat untuk mengetahui total asenotrof, ditambah CO2 dan

H2 dalam anerobik jar untuk mengetahui total bakteri hidrogenotrof. Sampel

kemudian diratakan dengan batang L. Proses pengenceran dilakukan di dalam

Laminair Anaerob, kemudian ditempatkan di dalam anaerobic jar dan dialirkan

gas CO2. Diinkubasi di dalam inkubator pada suhu 39 ºC selama 5 hari.

Page 44: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

30

( )

Keterangan x = tabung seri pengenceran ke-x

3.5.7 Analisis Data

Seluruh data yang telah didapat kemudian diolah secara statistik dengan

menggunakan metode uji T untuk membandingkan semua parameter dari dua

perlakuan pengujian in vivo pada cairan rumen domba yang diberikan Rumput

Gajah (B) dan daun Pepaya Gantung ditambah Rumput Gajah (A). Pengujian

dilakukan dengan menggunakan 4 domba Ekor Tipis sebagai ulangan.

Pengujian hipotesis berdasarkan pada ketetapan Ho dan H1:

H0 : tidak adanya pengaruh pemberian daun papaya gantung sebagai

pakan tambahan terhadap penurunan produksi gas CH4 pada domba

secara in vivo.

H1 : adanya pengaruh pemberian daun papaya gantung sebagai pakan

tambahan terhadap penurunan produksi gas CH4 pada domba secara in

vivo.

Jika p<0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima

Jika p>0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak

Page 45: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

31

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Uji Proksimat

Analisis proksimat dilakukan untuk mengetahui nilai kandungan nutrisi dari

pakan berupa rumput gajah dan daun pepaya yang diberikan domba secara in vivo

Tabel 1. Kualitas nutrisi dapat dilihat dari komposisi kimia suatu bahan pakan

yang terdiri dari Bahan Kering (%BK), Bahan Organik (%BO), Bahan Abu

(%BA), Lemak Kasar (%LK), protein kasar (%PK) (Tabel 1). Kandungan nutrisi

dalam bahan pakan tersebut akan mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme di

dalam cairan rumen (Wilson & Kennedy, 1996).

Tabel 1. Kandungan nutrisi rumput gajah dan daun pepaya

Proksimat Sampel (%)

Rumput gajah Pepaya gantung

Bahan Kering 96,42 ± 0,25 96,43 ± 0,22

Bahan Organik 84,60 ± 0,50 78,48 ± 0,17

Abu 11,82 ± 0,25 17,95 ± 0,05

Lemak Kasar 7,04 ± 0,03 10,44 ± 0,49

Protein Kasar 24,75± 0,23 14,23± 0,31

Keterangan: rumput gajah dan daun pepaya dalam bentuk kering

Kandungan kadar air dari rumput gajah sebesar 73,05% dan daun pepaya

gantung sebesar 75,09%. Bahan kering adalah proporsi total komponen seperti

serat, protein, abu, karbohidrat dan lemak yang ada dalam pakan ternak. Hasil

analisis proksimat kandungan bahan kering pada sampel pepaya gantung

diperoleh nilai 96,43% sedangkan sampel rumput gajah sebesar 96,42%.

Penelitian yang dilakukan oleh Ramandhani et al., (2018) kandungan BK pada

Page 46: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

32

rumput gajah sebesar 82,70% dan daun pepaya sebesar 84,08%. Tingginya

kandungan BK karena sampel yang digunakan dalam bentuk serbuk kering.

Bahan organik yang diperoleh dari uji proksimat sampel rumput gajah lebih

tinggi dibandingkan dengan sampel daun pepaya gantung (Tabel 1). Bahan

organik yang yang tinggi menggambarkan banyaknya substrat utama untuk

mikroba di dalam rumen. Jumlah bahan organik dalam pakan dapat

mempengaruhi populasi mikroba dan gas yang dihasilkan (Sairullah et al., 2016).

Menurut Wang et al., (2009) bahan organik yang besar pada pakan dikonversi

menjadi Volatil Fatty Acids (VFA) akan menghasilkan gas yang semakin besar

pula. Bahan organik akan didegradasi oleh mikroba rumen menghasilkan produk

akhir berupa energi dari hasil degradasi komponen karbohidrat dan NH3 hasil dari

produk degradasi protein atau sumber nitrogen lainya. Degradasi bahan organik

oleh mikroba rumen menghasilkan produk sekunder berupa VFA dan berbagai

macam gas seperti CO2 H2, CH4 dan gas lainya. Bahan organik adalah bahan

alami selain kandungan air dan abu yaitu berupa kandungan karbohidrat, lemak

dan protein.

Kadar abu yang diperoleh pada sampel daun pepaya gantung 17,95% diikuti

dengan rumput gajah sebesar 11,82%. Hal ini sesuai dengan dengan penelitian

Ramandhani et al., (2018) bahwa daun pepaya gantung dan rumput gajah

memiliki kadar abu sebesar 16,45% dan 18,05%. Tingginya kandungan abu suatu

bahan pakan menggambarkan kandungan mineral pada bahan tersebut. Mineral

dibutuhkan bagi ternak ruminansia juga untuk mikroba yang ada di dalam rumen.

Hongan et al., (1996) mineral yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan

perkembangan mikroba rumen berupa mineral makro Ca, P, Mg, Cl dan mineral

Page 47: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

33

mikro berupa Cu, Fe, Mn dan Zn. Analisa kadar abu bertujuan untuk memisahkan

bahan organik dan bahan anorganik suatu bahan pakan.

Lemak kasar yang terkandung dalam rumput gajah sebesar 7,04%.

Kandungan lemak kasar yang terkandung dalam rumput gajah masih dalam syarat

Standar Nasional Indonesia (SNI) No.3148.2 tahun 2009 persyaratan mutu pakan

yaitu sebesar ±7%. Lemak kasar yang terkandung dalam sampel rumput gajah

lebih rendah dari sampel daun pepaya gantung. Lemak kasar yang rendah pada

sampel rumput gajah karena pakan berupa hijauan, sehingga menunjukkan

perlunya penambahan daun pepaya pada konsumsi ternak agar kebutuhan nutrisi

ternak pada domba tercukupi. Lemak kasar digunakan oleh tubuh ternak sebagai

sumber energi dan metabolisme tubuh (Suprapto et al., 2013).

Hasil analisis kandungan protein kasar pada sampel rumput gajah sebesar

24,75% (Tabel 1). Penelitian yang dilakukan Okaraonye & Ikewuchi, (2009)

melaporkan kadar protein kasar yang terkandung dalam rumput gajah sebesar

27,00%. Adanya perbedan nilai protein yang diperoleh dapat disebabkan lokasi

pemanenan, kondisi lingkungan tempat tumbuh yang berbeda dan perbedaan

varietas (Jayanegara & Sofyan, 2008). Perbedaan kandungan protein kasar ini

terjadi karena protein dalam hijauan dipengaruhi oleh unsur hara nitrogen (N) dan

umur tanaman. Nitrogen merupakan unsur hara utama bagi pertumbuhan tanaman.

Menurut Mathius et al., (1996) kadar protein yang tinggi dalam pakan ternak

berguna sebagai pakan suplemen. Hasil ini juga memenuhi kebutuhan protein

untuk domba jantan dengan bobot badan 25 kg pakan harus mengandung protein

kasar sebesar 15% BK.

Page 48: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

34

Konsentrasi protein pada pakan bermanfaat bagi mikroorganisme untuk

melakukan sintesis protein mikroba. Protein kasar yang ada dalam pakan ternak

diproses di dalam rumen akan dihidrolisis menjadi peptida oleh mikroorganisme

proteolitik. Selanjutnya, peptida tersebut akan didegradasi lanjut menjadi molekul

sederhana yakni asam amino lalu dideaminasi menjadi NH3 sebagai penyusun

protein mikroorganisme (Widodo et al., 2012). Asam amino esensial yang

terbentuk protein diperlukan domba dalam pembentukan daging sehingga

meningkatkan nilai Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH).

Menurut Sutedjo & Kartasapoetra, (1999) peranan nitrogen yaitu

meningkatkan kadar protein dalam tanaman. Umumnya semakin tua umur

pemotongan maka kandungan serat kasarnya semakin tinggi dan menurunya kadar

protein kasar. Protein dalam pakan akan didegradasi menghasilkan NH3 untuk

keseimbangan pH yang selanjutnya akan dimanfaatkan mikroorganisme untuk

sintesis protein tubuhnya, jika kebutuhan protein kasar yang rendah pada pakan

mengakibatkan mikroba rumen kurang mampu bekerja secara optimal dalam

melakukan aktivitas fisiologisnya terutama mendegradasi pakan secara

fermentatif.

4.2. Fitokimia Rumput Gajah dan Daun Pepaya Gantung

Hasil analisis menunjukkan adanya kadungan total fenol dan tanin pada

daun pepaya gantung. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nath

& Dutta, (2016) bahwa daun pepaya memiliki kadar tanin dan total fenolnya

sebesar 2,656% dan 2,866%. Daun pepaya seperti yang telah diketahui

mengandung beberapa senyawa seperti adanya alkaloid, flavonoid, tanin, saponin

Page 49: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

35

(Njoku & Obi, 2009). Kandungan tanin daun pepaya yang lebih tinggi

dibandingkan rumput gajah berpotensi sebagai tanaman yang dapat menekan

emisi CH4.

Tabel 2. Senyawa metabolit sekunder pada rumput gajah dan Daun pepaya gantung

Senyawa Sampel

Rumput

Gajah

Daun Pepaya

Gantung

Kualitatif Tanin + +

Kualitatif saponin + +

%Total Fenol 1,047 ± 0,007 3,244 ± 0,058

%Tanin 0,684 ± 0,015 2,374 ± 0,025

Keterangan: rumput gajah dan daun pepaya dalam bentuk kering.

Tanin adalah senyawa metabolit sekunder pada tanaman yang dapat

ditemukan pada dinding sel, vakuola, batang daun dan bunga. Menurut Andini et

al., (2003) mengatakan bahwa tanin juga mempunyai efek menguntungkan antara

lain dapat melindungi protein dari degradasi mikroba rumen (protein by pass)

sehingga langsung dapat diserap oleh usus halus. Protein yang berikatan dengan

tanin tidak hanya protein substrat tetapi juga protein mikroba. Kemampuan tanin

dalam mengendapkan protein disebabkan adanya sejumlah gugus fungsional yang

dapat membentuk ikatan kompleks yang sangat kuat dengan protein, sehingga

dapat menghambat kerja beberapa enzim serta menurunkan kecernaan protein

dengan aktivitas enzimatik. Menurut Reed, (1994) menyatakan tanin dapat

membentuk ikatan kompleks dengan protein dan dapat menghambat kerja enzim.

Tanin dapat menurunkan kemampuan degradasi protein dan deaminasi dalam

rumen serta menghasilkan kadar N-NH3 yang rendah.

Page 50: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

36

4.3. Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH)

Hasil menunjukkan bahwa perlakuan penambahan daun pepaya gantung

tidak berbeda nyata (sig>0.05) terhadap PBBH (Lampiran 3). Walaupun

demikian, terjadi kecenderungan kenaikan bobot badan harian pada perlakuan

pakan penambahan daun pepaya gantung sebesar 36,93%.

Gambar 7. Pengaruh daun pepaya terhadap PBBH domba. RG: pakan rumput gajah;

RGPG: pakan rumput gajah ditambah daun pepaya gantung.

Peningkatan ini diduga adanya penambahan daun pepaya gantung, daun ini

dapat meningkatkan bakteri selulolitik dan bakteri proteolitik (Gambar 15a &

15c). Meningkatnya bakteri selulolitik dapat meningkatkan valatabilitas sehingga

pemecahan karbohidrat oleh bakteri lebih cepat. Energi yang didapat dari

pemecahan karbohidrat tersebut selanjutnya dipergunakan untuk metabolisme sel

bakteri. Tingginya metabolisme bakteri, menyebabkan protein mikroba sebagai

salah satu sumber protein dalam pembentukan daging akan meningkat (Sugoro,

2010).

Protein dalam pakan akan diurai menghasilkan peptida yang selanjutnya

akan dihidrolisis oleh enzim peptidase untuk menghasilkan asam amino bebas.

Asam amino bebas didegradasi lebih lanjut oleh enzim deaminase dan

menghasilkan NH3, Volatile Fatty Acids VFA dan karbon dioksida. Asam amino

93,93

142,14

0

20

40

60

80

100

120

140

160

RG RGPG

PB

BH

(g/e

kor/

hari

)

Page 51: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

37

dapat dikonversi menjadi protein dan senyawa N lainya untuk mensintesis sel

mikroba yang akan diserap oleh rumen. NH3 dimanfaatkan mikroba rumen untuk

sintesis protein mikrobanya. Protein mikroba akan menjadi sumber protein dalam

pembentukan daging. Pertumbuhan dari komponen-komponen tubuh (PBBH)

dipengaruhi oleh jumlah nutrien yang diserap dari saluran pencernaan dan

kandungan protein dalam pakan yang diberikan.

Nilai PBBH dipengaruhi oleh emisi gas CH4. Gas CH4 menurun pada

perlakuan pakan tambahan daun pepaya gantung (Gambar 17) sehingga dapat

meningkatkan nilai PBBH. Pernyatan ini sesuai dengan Hidayah, (2017) bahwa

penurunan emisi gas CH4 pada ternak ruminansia dapat meningkatkan efisiensi

pakan, karena energi yang dihasilkan tidak menjadi gas CH4 sehingga dapat

digunakan untuk pertumbuhan.

4.4. Produk Fermentasi Cairan Rumen Domba

4. 3. 1 Potensial Hidrogen (pH)

Potensial hidrogen (pH) sampel cairan rumen memiliki nilai yang berbeda-

beda pada setiap perlakuan (Gambar 8). Rataan pH cairan rumen pada penelitian

ini berkisar antara 6,68-7,12 dan masih dalam kisaran normal pH cairan rumen

untuk pertumbuhan dan aktivitas mikroba rumen yakni 6,0- 7,0 (Sung et al.,

2007). pH bervariasi menurut jenis pakan yang diberikan, namun pada umumnya

dipertahankan tetap sekitar 6,8 karena adanya absorbsi asam lemak dan NH3

(Arora, 1995).

Page 52: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

38

Gambar 8. Potensial hidrogen (pH) cairan rumen domba. RG: pakan rumput gajah;

RGPG: pakan rumput gajah ditambah daun pepaya gantung.

pH menggambarkan jumlah asam yang diproduksi oleh mikroba yang ada di

dalam cairan rumen. pH yang ideal pada cairan rumen penting untuk pertumbuhan

mikroorganisme dalam membantu fermentasi pakan. Nilai pH yang tidak

optimum akan menyebabkan mikroba tidak bekerja maksimal dalam proses

pencernaan. Akhirnya akan berpengaruh pada PBBH domba. Hal ini disebabkan

protein mikroba sebagai salah satu sumber protein dalam pembentukan daging.

pH awal cairan rumen perlakuan pakan penambahan daun pepaya gantung

mengalami penurunan (Gambar 8). Hal ini terjadi karena adanya daun pepaya

yang memiliki kandungan metabolit sekunder yang bersifat asam seperti alkaloid,

flavonoid, tanin, saponin dan asam lemak. Tanin yang memiliki kemampuan

berikatan dengan senyawa seperti protein sehingga dapat menghambat degradasi

protein yang dapat mengurangi konsentrasi NH3 (Mueller, 2006). Rendahnya nilai

pH cairan rumen kemungkinan konsentrasi NH3 yang lebih rendah dibandingkan

dengan VFA. Menurut Hindratiningrum et al., (2011) nilai pH dapat dipengaruhi

oleh konsentrasi NH3 yang bersifat basa dan VFA yang bersifat asam akibat

adanya gugus fungsi asam karboksilat.

7,12 6,68

0

1

2

3

4

5

6

7

RG RGDP

pH

Perlakuan

Page 53: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

39

Hasil statistik menunjukkan bahwa perlakuan penambahan daun pepaya

tidak mempengaruhi nilai pH cairan rumen (sig>0,05) (Lampiran 3). Hasil akhir

fermentasi karbohidrat dan lemak di dalam rumen akan mengahasilkan VFA yang

menyebabkan penurunan pH. Penurunan pH berkaitan dengan VFA merupakan

senyawa asam yang mengakibatkan nilai pH lebih asam. Nilai pH yang rendah

menunjukkan kemampuan mikroba dalam memanfaatkan bahan nutrisi dalam

cairan rumen dengan menghasilkan asam berupa VFA, ion H+ dari asam asetat

maupun asam butirat akan terdisosiasi di dalam rumen yang akan menyebabkan

pH di dalam rumen menurun.

CH3COOH CH3COO- + H

+ (pelepasan ion H

+ oleh asam asetat)

C3H7COOH CHCOO- + H

+ (pelepasan ion H

+ oleh asam butirat)

4. 3. 2 Amonia (NH3)

Konsentrasi NH3 yang dihasilkan pada pakan rumput gajah dan perlakuan

pakan penambahan daun pepaya gantung masing-masing sebesar 23,44 dan 15,41

mM (Gambar 9) kisaran nilai tersebut masih dalam taraf konsentrasi optimal

untuk menunjang pertumbuhan mikroba rumen. Sesuai dengan yang dijelaskan

McDonald, (2002) kondisi konsentasi NH3 yang optimum untuk menunjang

sintesis protein mikroba dalam cairan rumen sangat bervariasi, berkisar antara 6-

21 mM. Konsentrasi NH3 yang digunakan oleh mikroba rumen sebagai sumber N

untuk proses sintesis selnya sekitar 3,5 – 14 mM (Arora, 1995).

Analisis NH3 cairan rumen tersebut berasal dari degradasi protein rumput

gajah, daun pepaya gantung dan lisis mikroba di dalam rumen. NH3 merupakan

salah satu produk dari aktivitas fermentasi dalam rumen, yakni dari degradasi

Page 54: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

40

protein yang berasal dari pakan dan sumber nitrogen lainya, NH3 cukup penting

untuk sintesis protein mikroba rumen (Sugoro, 2010). Rataan konsentrasi NH3

pada Gambar 9.

Gambar 9. Konsentrasi amonia (NH3) cairan rumen domba. RG: pakan rumput gajah;

RGPG: pakan rumput gajah ditambah daun pepaya gantung.

Pemberian daun pepaya tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata

terhadap konsentrasi NH3 (sig>0,05) (Lampiran 3). Penelitian oleh Wei et al.,

(2012) in vitro penambahan tiga ekstrak tanaman teh, ekstrak daun murbei, dan

ecdysterone tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam parameter

fermentasi seperti pH, NH3, total VFA, dan rasio asam asetat:propionat

dibandingkan dengan kontrol. Hal ini belum menunjukkan efek negatif terhadap

NH3 walaupun secara numerik menurunkan sebesar 8,02% nilai tersebut masih

cukup memenuhi NH3 dimana kebutuhan NH3 untuk menunjang sintesis protein

mikroba dalam rumen berkisar 6-21 mM. Penurunan konsentrasi NH3 ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh (Yogianto et al., 2014). Dilain pihak ada

yang beranggapan penurunan NH3 karena tanin membentuk ikatan kompleks

tanin-protein tidak mudah larut sehingga menurunkan degradibilitas pakan.

23,4404

15,4180

0

5

10

15

20

25

RG RGPG

NH

3 (

mM

)

Page 55: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

41

Tingginya konsentrasi NH3 pakan rumput gajah dibanding perlakuan pakan

penambahan daun pepaya gantung tidak berbeda nyata (Lampiran 3). Hal ini

menunjukkan bahwa aktivitas dari bakteri proteolitik tidak akan berpengaruh oleh

penambahan senyawa metabolit sekunder dari daun pepaya gantung. Walaupun

demikian, terjadi kecenderungan konsentrasi NH3 setelah penambahan daun

pepaya terlihat lebih rendah dibandingkan dengan kontrol yang hanya

menggunakan rumput gajah. Hal ini diindikasikan karena jenis tanin, konsentrasi,

dan aktivitas tanin.

Uji in vitro pada domba dengan menggunakan penambahan ekstrak daun

pepaya dengan menggunakan fraksi klorofrom dan etil asetat oleh Jafari et al.,

(2016) menurunkan konsentrasi NH3 sebesar 24 dan 23%. Turunnya konsentrasi

NH3 dapat disebabkan oleh adanya penambahan senyawa metabolit sekunder pada

daun pepaya gantung terutama pada senyawa tanin dan saponin. Terbentuknya

ikatan kompleks tanin dengan protein, sehingga terjadi pengendapan protein.

Dalam kondisi terendap menyebabkan protein membentuk senyawa kompleks

yang tidak larut (Ani et al., 2015). Hal tersebut digambarkan dengan menurunnya

konsentrasi NH3 yang dihasilkan. Ikatan antara tanin protein normalnya

merupakan ikatan antara gugus phenol tanin dengan keto tanin yang merupakan

interaksi hidrofobik antara cincin aromatik struktur protein dan tanin. Interaksi

dengan protein terlihat dari lingkaran cincin yang terbentuk. Semakin lebar cincin

yang terbentuk, maka kemampuan tanin untuk berinteraksi dengan protein juga

semakin besar (Makkar et al., 2007).

Page 56: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

42

Gambar 10. Reaksi tanin dengan protein (Marangon et al., 2010)

Efek tanin dalam menurunkan konsentrasi NH3 di dalam rumen adalah

melalui mekanisme interaksi tanin terhadap unsur protein yang ada di dalam

pakan yang akan menyebabkan degradasi protein menjadi NH3 berkurang (Tanner

et al., 1994). Gugus hidroksil fenolik dalam ekstrak tumbuhan misalnya, tanin

dapat bereaksi dengan protein, membentuk kompleks protein-tanin dan dengan

demikian mencegah terjadinya degradasi protein oleh bakteri protease dengan

mengikat protein, setelah itu pada pH rumen yang rendah dapat memungkinkan

pelepasan protein di abomasum (Jafari et al., 2016). Menurut Haryanto, (1994)

tinggi rendahnya konsentrasi NH3 ditentukan oleh tingkat protein pakan yang

dikonsumsi, derajat degradabilitas, lamanya pakan berada dalam rumen dan pH

rumen.

Penurunan konsentrasi NH3 dengan senyawa saponin melalui mekanisme

secara tidak langsung Wina et al., (2005) melalui berkurangnya populasi

Page 57: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

43

protozoa, berkurangnya protozoa berarti mengurangi predator bagi bakteri

sehingga mengurangi lisis bakteri. Hal tersebut menyebabkan lebih sedikitnya

produk yang berasal dari degradasi protein. Selain itu protozoa juga berkontribusi

menyumbang 10-40% total N (Soest & Jung, 1994). Sumber NH3 rumen selain

berasal dari degradasi protein pakan, juga berasal dari degradasi protoplasma

mikroba terutama ptotozoa.

Gambar 11. Degradasi protein pakan di dalam rumen

Protein di dalam rumen akan mengalami degradasi oleh enzim proteolitik

menjadi asam-asam amino, kemudian sebagian besar asam asam amino

mengalami katabolisme menjadi asam-asam organik, NH3 dan CO2. NH3

Page 58: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

44

merupakan sumber utama nitrogen bagi mikroba rumen karena NH3 yang

dibebaskan dalam rumen sebagian dimanfaatkan oleh mikroba rumen untuk

melakukan sintesis protein mikroba (Arora, 1995). Penurunan NH3 dalam rumen

dapat berdampak positif terhadap ternak, karena protein by pass yang dapat

dimanfatkan secara lansung oleh ternak (Deaville et al., 2010).

Menurut Hume, (1982) bahwa semakin tinggi protein yang terdegradasi

oleh mikroba rumen maka akan semakin tinggi pula konsentrasi NH3 yang

dihasilkan. Produksi NH3 yang tinggi merupakan indikasi bahwa terjadi degradasi

protein di dalam rumen dalam jumlah yang banyak. Produktivitas rumen pada

ternak ruminansia pada daerah tropik kering dipengaruhi oleh suplai protein yang

cukup.

4. 3. 3 Volatile Fatty Acids (VFA)

VFA adalah hasil dari proses degradasi karbohidrat yang dibentuk oleh

monosakarida dari hidrolisis selulosa oleh mikroba dalam rumen ternak ruminansi

(Amri & Yurleni, 2014). Hasil VFA total terdiri dari asam asetat, propionat,

butirat dan asam lemak rantai cabang. Semua jenis VFA tersebut terdeteksi pada

sampel perlakuan pakan penambahan daun pepaya gantung dan rumput gajah

(Tabel 3). Nilai VFA perlakuan pakan penambahan daun papaya gantung lebih

tinggi dibandingkan dengan pakan rumput gajah. Perbedaan ini terjadi karena

sumber nutrisi untuk mikroba cairan rumen yang berbeda. Konsentrasi VFA yang

meningkat ini menunjukkan adanya degradasi pakan oleh mikroorganisme di

dalam rumen.

Page 59: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

45

Tabel 3. Pengaruh penambahan daun pepaya gantung terhadap konsentrasi VFA

dalam cairan rumen domba

Parameter

Perlakuan Pakan

Rumput

Gajah

Rumput Gajah +

Pepaya Gantung

Asam Asetat (mM) 114,486 166,153

Asam Propionat (mM) 20,769 39,855

Asam Butirat (mM) 6,543 11,929

Asam Isobutirat (mM) 0,762 5,284

Asam Isovalerat (mM) 1,345 1,151

Asam Valerat (mM) 0,779 0,903

VFA Total (mM) 144,686 225,298

iso-VFA (mM) 2,107 6,435

Nisbah Asam Asetat : Asam

Propionat 5,512 4,168

Peningkatan produksi asetat, propionat dan butirat pada perlakuan pakan

penambahan daun pepaya sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Ramandhani et al., (2018) menggunakan ekstrak daun pepaya. Hal ini disebabkan

adanya senyawa saponin yang terkandung dalam daun pepaya. Lila et al., (2003)

menyatakan bahwa pemberian saponin dapat meningkatkan produksi VFA baik

secara in vivo maupun in vitro, dengan cara saponin mengurangi populasi

protozoa sehingga mikroba di dalam rumen meningkat dan menyebabkan proses

fermentasi rumen meningkat serta meningkatkan produksi VFA. Hal ini

diakibatkan oleh kadungan serat kasar yang tinggi. Serat kasar yang tinggi akan

didegradasi oleh mikroba rumen menjadi asam-asam lemak dengan produk

tertinggi berupa asam asetat (McDonald, 2002).

Penambahan daun pepaya mampu meningkatkan produksi asam asetat dan

meningkatkan VFA total. Dengan demikian daun pepaya dapat meningkatkan

sumber energi utama bagi ternak ruminansia. Pengaruh produksi asam dan

peningkatan VFA ini telah diteliti oleh Jafari et al., (2017) yang menghasilkan

Page 60: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

46

asam asetat lebih tinggi dibandingkan kontrol. Asam asetat yang tinggi diduga

bakteri yang menghasilkan asam asetat lebih berkembang baik dengan komposisi

pakan yang diberikan (Wahyuni et al., 2014).

Jumlah mikroba rumen akan mempengaruhi produksi VFA total. Semakin

banyak jumlah sel bakteri selulolitik dalam cairan rumen maka produksi VFA

total semakin tinggi. Hal ini sesuai dengan meningkatnya bakteri selulolitik pada

perlakuan pakan penambahan daun pepaya gantung sebesar 13,30 cfu/mL

(Gambar 14b) menghasilkan VFA total perlakuan pakan daun pepaya sebesar

225,29 mM. Proses defaunasi oleh senyawa tanin dan saponin dapat menyebabkan

peningkatan total bakteri di dalam rumen terutama bakteri selulolitik, karena

berkurangnya protozoa berarti mengurangi predator bagi bakteri. Penambahan

kombinasi tanin dan saponin sebesar sebesar 1% dan 0.6 % mampu menurunkan

konsentrasi protozoa sebesar 71,73% dibandingkan kontrol (Wahyuni et al.,

2014). Bakteri selulolitik mencerna serat kasar seningga asam asetat lebih banyak

dihasilkan akibat bertambahnya jumlah bakteri selulolitik. Produk akhir utama

dari makanan yang kaya akan serat kasar adalah asetat, sedangkan ransum yang

kaya pati dihasilkan propionat yang lebih banyak (Arora, 1995).

Asam butirat pada perlakuan pakan rumput gajah sebesar 6,54 mM ataupun

perlakuan pakan penambahan daun pepaya gantung sebesar 11,93 mM

menghasilkan nilai yang lebih kecil dibandingkan dengan asetat dan propionat

disebabkan asam butirat sebagian besar langsung digunakan untuk metabolisme

jaringan dalam memproduksi energi sehingga asam butirat tergolong rendah.

Adanya peningkatan produksi propionat pada perlakuan pakan penambahan daun

pepaya gantung sebesar 82,42%.

Page 61: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

47

Gambar 12. Reaksi metabolisme karbohidrat di dalam rumen (McDonald, 2002)

Jafari et al., (2017) dalam penelitianya ekstrak daun pepaya mampu

meningkatkan produksi propionat. Perlakuan pakan penambahan daun pepaya

gantung menunjukkan adanya peningkatan produksi propionat dibandingkan pada

pakan yang hanya mengandung rumput gajah. Hal ini dibuktikan dengan

menurunnya rasio asam asetat:asam propionat. Rasio asetat:propionat pada

perlakuan pakan penambahan daun pepaya gantung sebesar 4,17 menghasilkan

nilai lebih rendah dibandingkan kontrol pada perlakuan pakan rumput gajah

sebesar 5,51 (Tabel 3). Pengaruh utama dari pemberian senyawa metabolit

sekunder pada pakan terhadap fermentasi rumen adalah perubahan pola asam

lemak rantai pendek yaitu meningkatnya proporsi propionat dan menurunnya

Page 62: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

48

rasio asetat:propionat (Wina et al., 2005). Rasio asetat:propionat mempengaruhi

produksi gas CH4. Ketika reaksi penghasil H2 pada pembentukan asam asetat

berkurang dan reaksi yang membutuhkan H2 pembentukan propionat meningkat,

maka rasio asetat:propionat akan berkurang. Rendahnya rasio asetat:propionat

dapat membantu mengurangi produksi gas CH4 karena penggunaan H2 yang

digunakan untuk menghasilkan CH4 semakin rendah (Mitsumori & Sun, 2008).

Konsentrasi VFA pada perlakuan pakan rumput gajah ataupun pakan

penambahan daun papaya gantung masih berada dalam kisaran normal menurut

(McDonald, 2002) konsentrasi VFA cairan rumen yang dibutuhkan untuk

pertumbuhan mikroorganisme yang optimal berkisar antara 70-150 mmol/100mL.

Iso-VFA merupakan produk dari degradasi protein yang berasal dari asam amino

bercabang, baik yang berasal dari pakan maupun yang berasal dari mikroba

rumen, sehingga iso-VFA dapat digunakan sebagai salah satu indikator degradasi

protein yang terjadi dalam rumen (Hoffmann et al., 2008).

Komponen VFA seperti asetat, propionat, dan butirat akan diabsopsi melalui

dinding rumen dan digunakan sebagai sumber energi diberbagai organ tubuh

ternak. Hasil akhir fermentasi karbohidrat dan lemak di dalam rumen akan

mengahasilkan produksi VFA tinggi, VFA yang tinggi ini akan akan menurunkan

nilai pH (Nuswantara et al., 2006). Penurunan pH berkaitan dengan VFA total

merupakan senyawa asam yang mengakibatkan nilai pH lebih asam. Hal ini

sejalan dengan tingginya produksi VFA pada perlakuan pakan penambahan daun

pepaya gantung lebih tinggi dibanding rumput gajah sebesar 225,298 mM dan

rendahnya konsentrasi NH3 pada perlakuan pakan penambahan daun pepaya

gantung sebesar 15,42 mM.

Page 63: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

49

4.5. Biomassa Protozoa dan Bakteri

Ruminansia mencerna makanannya melalui proses fermentasi yang

dilakukan oleh mikroorganisme berupa protozoa, bakteri, dan sebagian kecil

fungi. Biomassa mikroba menggambarkan banyaknya jumlah mikroba dalam

cairan rumen yang berperan dalam mendegradasi pakan. Berdasarkan hasil

analisis statistik penambahan daun pepaya gantung memberikan pengaruh yang

nyata terhadap populasi protozoa maupun bakteri (sig<0.05).

Gambar 13. Biomassa bakteri (A) dan protozoa (B) dalam cairan rumen domba. RG:

pakan rumput gajah; RGPG: pakan rumput gajah ditambah daun pepaya

gantung.

Konsentrasi biomassa bakteri dan protozoa mengalami penurunan setelah

penambahan daun pepaya gantung (Gambar 13a & 13b). Hal ini menunjukkan

bahwa penambahan daun pepaya gantung dapat menekan biomassa bakteri dan

protozoa di dalam rumen. Biomassa bakteri pada pakan rumput gajah lebih tinggi

dibandingkan perlakuan pakan penambahan daun pepaya gantung. Biomassa

bakteri pada perlakuan pakan penambahan daun pepaya gantung sebesar 6,72

mg/mL sebanding dengan konsentrasi NH3 yang rendah sebesar 15,41 mM

(Gambar 9).

7,64 6,72

0

2

4

6

8

10

RGPG RGPG

Bio

ma

ssa

ba

kte

ri m

g/m

l

Perlakuan

4,59 3,69

0

2

4

6

8

10

RG RGPG

Bio

ma

ssa

Proto

zoa

mg

/ml

Perlakuan

Page 64: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

50

Biomassa protozoa pada pakan rumput gajah lebih tinggi dibandingkan

perlakuan pakan penambahan daun pepaya gantung. Biomassa protozoa menurun

pada perlakuan pakan penambahan daun pepaya gantung (Gambar 13b)

diharapkan terjadinya peningkatan bakteri yang dapat mempengaruhi karakteristik

fermentasi rumen (Kurniawati, 2009), terutama bakteri selulolitik. Hal ini sesuai

dengan meningkatnya total bakteri selulolitik pada perlakuan pakan penambahan

daun pepaya sebesar 13,30 cfu/mL (Gambar 15b). Tingginya populasi protozoa

pada pakan rumput gajah sebanding dengan nilai pH (Gambar 8). Protozoa sangat

sensitif terhadap pH asam, semakin rendah pH maka jumlah protozoa semakin

berkurang. Protozoa memiliki peranan sangat penting untuk pencernaan dalam

mempertahankan pH agar tetap stabil (Purbowati et al., 2014). pH rumen akan

cepat mengalami penurunan apabila karbohidrat difermentasi dengan cepat yang

menghasilkan asam-asam berupa VFA, hal ini terjadi jika ketika jumlah bakteri

tinggi. Protozoa memangsa bakteri sehingga zat yang mudah difermentasi lambat

untuk difermentasi (Purbowati et al., 2014). Biomassa bakteri dan protozoa

berada pada kisaran yang stabil untuk kebutuhan pencernaan fermentatif di dalam

rumen. Hal ini dapat dilihat dengan nilai pH penelitian ini berada pada kisaran

yang normal, sehingga mampu mendukung pertumbuhan dan aktivitas mikroba

yang membuat proses degradasi pakan yang masuk ke dalam rumen dapat

berjalan secara efektif.

Protozoa juga memiliki peran mentransfer hidrogen pada metanogenesis,

sehingga dengan berkurangnya populasi protozoa maka CH4 yang dihasilkan juga

berkurang, begitupun sebaliknya (Machmüller et al., 2003). Jumlah protozoa dan

Page 65: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

51

bakteri sangat bergantung pada keadaan pH, konsentrasi NH3 dan kandungan

bahan pakan dalam rumen (Arora, 1995).

Produksi biomassa mikroba dapat dipengaruhi oleh nilai VFA. Rendahnya

produksi VFA total yang diperoleh menunjukkan tingginya biomassa mikroba

dalam menggunakan produk fermentasi karbohidrat secara optimum, karena VFA

digunakan sebagai sumber energi mikroba yang digunakan untuk pertumbuhan sel

tubuhnya (Santoso & Hariadi, 2008). Pernyataan tersebut sesuai dengan dengan

hasil yang diperoleh nilai VFA pada perlakuan pakan penambahan daun pepaya

gantung sebesar 225,298 mM menghasilkan biomassa bakteri dan protozoa

sebesar 6,72 dan 3,69 mg/mL. VFA total yang tinggi tidak dimanfaatkan oleh

mikroorganisme untuk pertumbuhan sel tubuhnya.

Biomassa mikroba dapat dipengaruhi oleh konsentrasi NH3. Rendahnya

konsentrasi NH3 diikuti dengan rendahnya produksi biomassa mikroba. Peranan

NH3 sangat penting sebagai penyusun sel-sel mikroba rumen. Biomassa mikroba

menggambarkan banyaknya jumlah mikroba dalam cairan rumen yang berperan

dalam mendegradasi pakan. Adanya mikroba rumen menyebabkan ternak

ruminansia dapat mencerna Non Protein Nitrogen (NPM). Keberadaan mikroba

rumen berperan dalam pemecahan pakan melalui proses fermentasi dan

menyebabkan ternak ruminansia mampu mencerna pakan serat yang berkualitas

(Gao et al., 2013).

4.6. Protein Mikroba

Analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan penambahan daun pepaya

gantung tidak berpengaruh nyata (p>0,05) terhadap protein mikroba. Rata- rata

protein mikroba hasil penelitian adalah 0,0048 g/mL. Adanya peningkatan protein

Page 66: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

52

mikroba pada perlakuan pakan penambahan daun pepaya gantung sejalan dengan

rendahnya konsentrasi NH3 (Gambar 9). Rendahnya konsentrasi NH3

mengindikaskan bahwa lebih banyak sumber nitrogen yang dimanfaatkan mikroba

untuk mensintesis sel tubuhnya (Qori’ah et al., 2009). Protein mikroba pada pakan

penambahan daun pepaya yang lebih tinggi ini dapat berkontribusi sebesar 59%

dari asam amino yang lolos ke dalam usus halus dan diikuti asam amino yang

lolos dari degradasi, sehingga kebutuhan nutrisinya terpenuhi dan untuk

peningkatan produksinya (Sugoro et al., 2014).

Gambar 14. Protein Mikroba cairan rumen domba. RG: pakan rumput gajah;

RGPG: pakan rumput gajah ditambah daun pepaya gantung.

Jumlah mikroba di dalan rumen akan mempengaruhi banyaknya protein

mikroba. Jumlah mikroba yang tinggi pada pakan perlakuan penambahan daun

pepaya gantung (Gambar 15a) meyebabkan tingginya kadar protein mikroba. Hal

ini menunjukkan hubungan berbanding positif antara antara total mikroba dengan

protein mikroba rumen.

0,0037

0,0059

0

0.001

0.002

0.003

0.004

0.005

0.006

0.007

RG RGPG

Pro

tein

mik

rob

a

g/m

l

Perlakuan Pakan

Page 67: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

53

4.7. Populasi Mikroorganisme Cairan Rumen

Rumen merupakan ekosistem yang kompleks bagi mikroorganisme seperti

protozoa, bakteri, dan jamur. Mikroorganisme tersebut berperan dalam mencerna

pakan secara anaerob. Berdasarkan hasil pengujian Total Plate Count TPC total

mikroba pada perlakuan pakan penambahan daun pepaya gantung lebih tinggi

dibandingkan kontrol pakan rumput gajah (Gambar 15).

Gambar 15. Hasil pengujian populasi mikroba total plate count (TPC). A: pakan rumput

gajah; B: pakan rumput gajah ditambah daun pepaya gantung. RG: pakan

rumput gajah; RGPG: pakan rumput gajah ditambah daun pepaya

gantung.

15.46 15.48

0

5

10

15

20

RG RGPG

Tota

l M

ikro

ba

Log (

CF

U/m

l)

a

11,20 13,30

0

5

10

15

20

RG RGPG

Sel

ulo

liti

k

Log

(C

FU

/ml)

b

14,79 14,94

0

5

10

15

20

RG RGPG

Pro

teoli

tik

Log (

CF

U/m

l)

c 14,60

11,73

0

5

10

15

20

RG RGPG

Lip

oli

tik

Log (

CF

U/m

l) d

11,08 12,40

0

5

10

15

20

RG RGPG

Lig

noli

tik

Log (

CF

U/m

l)

e

Page 68: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

54

Rataan total bakteri pada penelitian ini berkisar antara 15,46-15,48 log

cfu/mL atau sekitar 10-14

cfu/mL cairan rumen (Gambar 15). Berada dalam

kisaran normal populasi bakteri total di dalam cairan rumen yakni 1010

-1012

sel/mL (Kamra, 2005). Tinggi atau rendahnya populasi bakteri bergantung kepada

pertumbuhan dan aktivitas bakteri di dalam cairan rumen. Populasi mikroba yang

tinggi mengakibatkan nilai VFA tinggi karena banyaknya substrat yang diubah

oleh mikroba.

Brooker et al., (1999) dalam penelitianya menyatakan bahwa terdapat

spesies bakteri yang resisten terhadap tanin. Hal ini ditunjukan dengan

meningkatnya jumlah bakteri selulolitik pada perlakuan pakan penambahan daun

pepaya gantung dibandingkan perlakuan kontrol pakan rumput gajah (Gambar

15b). Tagari et al., (1965) menyatakan bakteri selulolitik toleran terhadap tanin.

Pell et al., (2003) berhasil menumbuhkan bakteri yang toleran terhadap asam tanat

yang diisolasi dari cairan rumen domba dan kambing. Bakteri selulolitik dapat

tumbuh dengan optimum pada pH >6,5 dan pH merupakan faktor yang penting

yang dapat mempengaruhi fermentasi selulosa di rumen (Mouriño et al., 2001).

Hal ini sesuai dengan hasil pengujian pH yang pada perlakuan pakan penambahan

daun pepaya gantung berada pada kisaran 6,68 pH yang optimum untuk

pertumbuhannya. Mikroba selulolitik sangat diperlukan pada hewan ruminansia

karena mikroba tersebut berperan sebagai perombak selulosa (Russell et al.,

2009). Bakteri selulolitik menghasilkan enzim selulase yang akan menghidrolisis

ikatan β-1-4 glikosisdik dari rantai selulosa dan derivatnya (Hungate, 1967).

Meningkatnya total bakteri proteolitik pada perlakuan pakan penambahan

daun pepaya gantung dibandingkan perlakuan kontrol pakan rumput gajah

Page 69: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

55

(Gambar 15c). Peningkatan total bakteri proteolitik ini disebabkan oleh bakteri

pendegradasi protein (proteobacteria) yang mampu bertahan dengan perlakuan

penambahan tanin terhidrolisis maupun tanin terkondensasi dengan dosis yang

tinggi (McSweeney et al., 2001).

Gambar 16. Hasil pengujian populasi mikroba total plate count (TPC). A: pakan rumput

gajah; B: pakan rumput gajah ditambah daun pepaya gantung. RG: pakan

rumput gajah; RGPG: pakan rumput gajah ditambah daun pepaya

gantung.

Terjadinya penurunan total bateri penghasil CH4 seperti pada bakteri

metilotrof, asenotrof dan hidrogenotrof. Total metilotrof kontrol pakan rumput

gajah lebih tinggi daripada perlakuan pakan penambahan daun pepaya gantung.

Total asenotrof juga pada pakan perlakuan penambahan daun pepaya gantung

lebih rendah dibandingkan pakan rumput gajah. Total hidrogenotrof juga

mengalami penurunan perlakuan kontrol rumput gajah sebesar 6,62 log cfu/mL

dan pada perlakuan pakan penambahan daun pepaya gantung sebesar 5,62 log

cfu/mL. Metilotrof, asenotrof dan hidrogenotrof yang lebih rendah pada perlakuan

9,48 8,00

0

5

10

15

20

RG RGPG

Met

ilotr

of

Log (

CF

U/m

l)

a

8,65 7,30

0

5

10

15

20

RG RGPGA

seto

notr

of

Log (

CF

U/m

l)

b

6,62 5,62

0

5

10

15

20

RG RGPG

Hid

rogen

otr

of

Log (

CF

U/m

l) c

Page 70: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

56

pakan penambahan daun pepaya gantung akan menghasilkan gas CH4 yang lebih

rendah disebabkan metilotrof, asetonotrof, dan hidrogenotrof merupakan mikroba

yang berperan dalam pembentukan gas CH4 (Gamayanti et al., 2012).

Archea metanogen pada setiap perlakuan pakan penambahan daun pepaya

gantung mengalami pemurunan. Hal ini diduga adanya senyawa tanin yang

terkandung dalam daun pepaya gantung, sehingga mampu menekan pertumbuhan

metanogen. Frutos et al., (2004) menyatakan bahwa tanin dapat berikatan dengan

enzim mikroba sehingga menghambat aktivitasnya. Penurunan metanogen pada

penambahan daun pepaya gantung disertai dengan penurunan gas CH4 secara in

vivo. Menurut Lestarie et al., (2016) jumlah bekteri metanogen akan berbanding

lurus dengan produksi produksi gas yang dihasilkan. Hal ini sesuai dengan hasil

penelitian bahwa penururnan jumlah bakteri metilotrof, asetonotrof, dan

hidrogenotrof pada perlakuan pakan penambahan daun pepaya gantung

mengakibatkan penurunan jumlah emisi gas CH4.

Terdapat 3 substrat yang digunakan oleh metanogen dalam memproduksi

CH4 yakni CO2 (hidrogenotropik), senyawa metil (metilotropik), dan asetil

(asetoklastik), namun jalur utama yang digunakan oleh metanogen adalah

hidrogenotropik yakni menggunakan substrat CO2 dan H2 sebagai sumber

kerangka karbon untuk menghasilkan CH4 (Morgavi et al., 2010).

Tahapan dalam proses pembentukan gas CH4 yaitu hidrolisis, asetogenik

dan metanogenik, tahapan hidrolisis yaitu pemecahan bahan organik oleh

mikroorganisme berupa proteolitik, selulolitik, lipolitik, lignolitik dan

hemiselulolitik yang merubah karbohidrat kompleks menjadi bentuk yang lebih

sederhana. Tahapan asetogenik yaitu hasil dari hidrolisis akan dirubah menjadi

Page 71: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

57

produk berupa asetat, hidrogen dan carbon dioksida yang merupakan substran

bagi metanogen. Gas CH4 akan terbentuk pada tahap metaogenesis oleh adanya

aktivitas metanogenik. CH4 dihasilkan dari asetat atau dari reduksi karbondioksida

oleh mikroba asetogenik dengan menggunakan hidrogen (Li et al., 2011).

4.8. Produksi Gas CH4

Produksi gas menunjukkan adanya fermentasi pakan oleh mikroba rumen

Widiawati et al., (2010) dan menggambarkan banyaknya bahan organik yang

dapat dicerna di dalam rumen Firsoni & Ansori, (2015). Setiap perlakuan setelah

6 jam pemberian pakan mengalami peningkatan produksi gas CH4. Perlakuan

penambahan daun pepaya gantung dapat menurunkan konsentrasi produksi gas

yang lebih rendah dibandingkan dengan kontrol. Produksi gas tertinggi pada

pakan rumput gajah setelah 6 jam sebesar 0,271% sedangkan terendah pada

perlakuan pakan penambahan daun pepaya gantung sebesar 0,027% setelah 3 jam

pemberian pakan.

Gambar 17. Produksi Gas CH4 pada domba

0,05 0,027

0,271

0,070

0

0.05

0.1

0.15

0.2

0.25

0.3

Rumput Gajah Rumput Gajah +

Daun Pepaya

CH

4 %

Perlakuan

3 jam

6 jam

Page 72: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

58

Gas CH4 yang dihasilkan pada perlakuan pakan penambahan daun pepaya

gantung (Gambar 17) pada jam ke-3an ke-6 mengalami penurunan dibandingkan

pakan rumput gajah sebagai kontrol. Domba yang diberi pakan rumput gajah lebih

tinggi sebesar 0,050 % dibandingkan dengan domba yang diberi perlakuan pakan

penambahan daun pepaya gantung sebesar 0,027% setelah 3 jam pemberian

pakan. Berdasarkan hasil uji statistik penambahan daun pepaya perlakuan pakan

penambahan daun pepaya gantung tidak mempengaruhi produksi gas CH4 pada

rumen domba setelah 3 jam pemberian pakan (sig>0,05).

Gas CH4 yang dihasilkan pada perlakuan pakan penambahan daun pepaya

gantung sebesar 0,070% mengalami penurunan dibandingkan pakan rumput gajah

sebagai kontrol sebesar 0,271% setelah 6 jam perlakuan pakan. Berdasarkan hasil

analisis stastistik pengambilan gas CH4 menunjukkan bahwa perlakuan pakan

penambahan daun pepaya gantung mempengaruhi produksi gas CH4 pada rumen

setalah 6 jam pemberian pakan (sig<0,05). Gas CH4 lebih banyak dihasilkan

setelah 6 jam perlakuan pakan (Gambar 17). Hal ini terjadi karena pakan yang

dikonsumsi telah terdegradasi dengan sempurna di dalam saluran pencernaan

domba. Setelah 3 jam pemberian pakan, diduga masih terjadi proses pembentukan

senyawa antara seperti VFA, sedangkan setelah 6 jam terjadi pembentukan gas

CH4 hasil konversi senyawa VFA seperti asam asetat dan butirat serta gas CO2.

Penambahan daun pepaya gantung setelah 3 jam dan 6 jam perlakuan pakan

dapat menurunkan gas CH4 sebesar 44,50% dan 73,96%. Gas CH4 yang rendah

pada perlakuan pakan penambahan daun pepaya gantung meunjukan bahwa pakan

tersebut lebih efisisen dibandingkan dengan pakan yang hanya rumput gajah. Hal

Page 73: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

59

ini karena produksi CH4 yang sedikit menggambarkan semakin sedikit pula energi

yang terbuang.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa rumput gajah memproduksi gas CH4

lebih banyak dibandingkan dengan perlakauan pakan penmbahan daun pepaya.

Penelitian yang dilakukan oleh Widiawati et al, (2010) menghasilkan gas CH4

dari rumput gajah sangat nyata lebih tinggi dibandingkan dengan ketiga tanaman

yaitu gliricidia, leucaena, caliandra. Hal ini dipengaruhi oleh mikroba pembentuk

CH4 seperti metilotrof, asetonotrof dan hidrogenotrof yang lebih tinggi

dibandingkan perlakuan pakan penambahan daun pepaya gantung. Gas CH4 juga

dapat dipengaruhi oleh jumlah protozoa. Anwar et al., (2016) menyatakan bahwa

bakteri metanogen memiliki hubungan simbiosis dengan protozoa rumen, bakteri

metanogen membutuhkan H2 yang dihasilkan oleh protozoa.

Rendahnya gas CH4 dengan perlakuan penambahan daun pepaya gantung

menunjukkan bahwa pakan tersebut lebih efisien karena produksi CH4 yang

sedikit menggambarkan semakin sedikit pula energi yang terbuang. Penurunan

gas CH4 ini diduga karena penggunaan daun pepaya gantung yang mengandung

senyawa metabolit sekunder khususnya tanin dan saponin. Tavendale et al.,

(2005) mekanisme tanin dalam menurunkan produksi gas CH4 melalui dua

mekanisme, 1: secara tidak langsung melalui penghambatan pencernaan

komponen serat pakan sehingga akan mengurangi produksi H2; 2: secara langsung

melalui penghambatan pertumbuhan dan aktivitas dari archea metanogen di

dalam rumen.

Penurunan gas CH4 pada perlakaun pakan penambahan daun pepaya

gantung diduga oleh lemak dari daun pepaya gantung memungkinkan terjadinya

Page 74: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

60

proses penjenuhan asam lemak tak jenuh oleh hidrogen yang tersedia dalam

rumen, yang seharusnya digunakan untuk pembentukan gas CH4, sehingga dapat

dikatakan bahwa asam lemak tak jenuh digunakan sebagai penangkap hidrogen

(hydrogen sinks). Menurut Jafari et al., (2016) daun pepaya mengandung asam

lemak tak jenuh asam stearat, C18:1n-9; asam linoleat, C18:2n-6; asam alfa

linoleat, C18:3n-3.

Proses pemebentukan gas CH4 di dalam rumen karbohidrat struktural dari

tanaman, protein dan polimer bahan organik yang berada dalam bahan pakan yang

dikonsumsi oleh domba akan didegradasi menjadi bentuk monomer oleh

mikroorganisme anaerob. Monomer tersebut kemudian diubah menjadi bentuk

VFA, CO2 dan H2. Metanogen menggunakan produk akhir berupa CO2 dan H2

sebagai substrat utama untuk pembentukan gas CH4 (Morgavi et al., 2010).

Pembentukan gas CH4 di dalam cairan rumen terjadi melalui reaksi berikut:

CO2 + 4H2 CH4 + 2H2O

Pembentukan gas CH4 terjadi untuk mengindari akumulasi hidrogen hasil

dari pembentukan VFA. Hidrogen bebas yang terbentuk akan menghambat

dehidrogenase. Hal ini akan mengakibatkan terhambatnya fermentasi oleh

mikroba di dalam rumen (Morgavi et al., 2010).

Peningkatan produksi asam propionat dapat menurunkan produksi gas CH4

karena pembentukan propionat membutuhkan H2, sedangkan pada pembentukan

asetat dan butirat dihasilkan H2. Pembentukan asetat dan butirat memicu

terbentuknya H2 yang akan dimanfatkan oleh metanogen untuk di ubah menjadi

CH4.

Page 75: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

61

Rasio aseta/propionat (A/P) pada perlakuan pakan penambahan daun pepaya

gantung memiliki nilai yang lebih rendah dibandingkan pakan rumput gajah

sebagai kontrol, sehingga gas CH4 yang dihasilkan rendah. Produksi gas CH4

berkurang seiring dengan dengan rendahnya rasio asetat/propionat dan

menurunnya nilai pH (Christophersen et al., 2008). Rasio A/P mempengaruhi gas

CH4 yang terakumulasi. Hal ini sesuai dengan perlakuan pakan penambahan daun

pepaya gantung yang menghasilkan gas CH4 yang rendah.

Page 76: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

62

BAB IV

PENUTUP

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkah bahwa penambahan daun

pepaya gantung sebagai pakan tambahan berpotensi dalam menurunkan gas CH4,

setelah 3 jam penambahan rumput gajah ditambah daun pepaya gantung dapat

menurunkan gas CH4 sebesar 44,5% dan setelah 6 jam sebesar 73,96%.

Penambahan daun pepaya gantung tidak berpengaruh terhadap fermentabilitas

cairan rumen domba dan gas CH4 pada jam ke-3 namun, berpengaruh nyata

terhadap penurunn gas CH4 setelah 6 jam pemberian pakan.

5.2. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan agar penelitian

dilakuan uji kuantitatif terhadap kadar saponin dan penambahan waktu pengujian

sampling.

Page 77: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

63

DAFTAR PUSTAKA

Agriculture, [USDA] United States Department of. (2010). Plants Profile of

Carica papaya L. Retrieved November 29, 2017, from

http://plants.usda.gov/.htm

Amri, U., & Yurleni. (2014). Efektivitas Pemberian Pakan Yang Mengandung

Minyak Ikan dan Olahanya Terhadap Fermentasi Rumen Secara In Vitro.

Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan, 7(1), 22–30.

Andini, S. L., Wiryawan, K. G., Suryahadi, & Suharyono. (2003). Pengaruh Daba

dan Acacia Vilosa paad Cairan Rumen Trepilih Secara In Vitro. Seminar

Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Puslitbang Peternakan, 129–

133.

Ani, A. S., Pujaningsih, R. I., & Widiyanto. (2015). Perlindungan Protein

Menggunakan Tanin dan Saponin Terhadap Daya Fermentasi Rumen dan

Sintesis Protein Mikrob (Protection of Protein Using Tannis and Saponin of

Rumen Digestibility and Microbes Synthesis Protein). Veteriner, 16(3), 439–

447.

Anwar, S., Rochana, A., & Hernaman, I. (2016). Pengaruh Tingkat Penambahan

Complete Rumen Modifier (CRM) Dalam Ransum Berbasis Jerami Jagung

Terhadap Produksi Gas Metan Dan Degradasi Bahan Kering Di Rumen (In

Vitro). Students E-Journal, 6(1).

AOAC. (1990). Official Methods of Analisis Association of Official Analitycal

Chemist. Washington DC: AOAC.

Arora, S. P. (1995). Pencernaan Mikroba Pada Ruminansia. Edisi Indonesia

(Edisi Indo). Yogyakarta: Gajah Mada University press.

BALITNAK. (1999). Studi Banding Analisis VFA Total Dengan, 20(X).

Beauchemin, K. A., Kreuzer, M., O’Mara, F., & McAllister, T. A. (2008).

Nutritional management for enteric methane abatement: A review.

Australian Journal of Experimental Agriculture, 48(1–2), 21–27.

https://doi.org/10.1071/EA07199

Boadi, D., Benchaar, C., Chiquette, J., & Massé, D. (2004). Mitigation strategies

to reduce enteric methane emissions from dairy cows: Update review.

Canadian Journal of Animal Science, 84(3), 319–335.

https://doi.org/10.4141/A03-109

Page 78: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

64

Bouchard, K., Wittenberg, K. M., Legesse, G., Krause, D. O., Khafipour, E.,

Buckley, K. E., & Ominski, K. H. (2015). Comparison of feed intake, body

weight gain, enteric methane emission and relative abundance of rumen

microbes in steers fed sainfoin and lucerne silages under western Canadian

conditions. Grass and Forage Science, 70(1), 116–129.

https://doi.org/10.1111/gfs.12105

Brooker, J. D., O ’donovan, L., Skene, I., & Sellick, G. (1999). Mechanisms of

tannin resistance and detoxification in the rumen. In Microbial Biosystems:

New Frontiers (pp. 117–122). Australia: ACIAR.

Butler, L. G., & Rogler, J. C. (1992). Biochemical mechanisms of the

antinutritional effects of tannins. In In Phenolic Compounds in Food and

Their Effects on Health I (Vol. 506, pp. 298–304). Washington: ACS

Symposium Series. https://doi.org/10.1021/bk-1992-0506.ch023

Cabiddu, A., Salis, L., Tweed, J. K. S., Molle, G., Decandia, M., & Lee, M. R. F.

(2010). The influence of plant polyphenols on lipolysis and biohydrogenation

in dried forages at different phenological stages: In vitro study. Journal of

the Science of Food and Agriculture, 90(5), 829–835.

https://doi.org/10.1002/jsfa.3892

Castro-Montoya, J. M., Makkar, H. P. S., & Becker, K. (2012). Effects of

monensin on the chemical composition of the liquid associated microbial

fraction in an in vitro rumen fermentation system. Livestock Science, 150(1–

3), 414–418. https://doi.org/10.1016/j.livsci.2012.09.026

Caygill, & Mueller, H. (1999). Secondary Plant Products Considerations for

Animal Feeds. Nottingham: Nottingham University Press.

Christophersen, C. T., Wright, A. D. G., & Vercoe, P. E. (2008). In vitro methane

emission and acetate:propionate ratio are decreased when artificial

stimulation of the rumen wall is combined with increasing grain diets in

sheep. Journal of Animal Science, 86(2), 384–389.

https://doi.org/10.2527/jas.2007-0373

Cieslak, A., Zmora, P., Matkowski, A., Nawrot-Hadzik, I., Pers-Kamczyc, E., El-

Sherbiny, M., & Szumacher-Strabel, M. (2016). Tannins From Sanguisorba

Officinalis Affects in Vitro Rumen Methane Production and Fermentation.

JAPS: Journal of Animal & Plant Sciences., 26(1), 54–62.

Cottle, D. J., Nolan, J. V., & Wiedemann, S. G. (2011). Ruminant enteric methane

mitigation: A review. Animal Production Science, 51(6), 491–514.

https://doi.org/10.1071/AN10163

Page 79: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

65

Deaville, E. R., Givens, D. I., & Mueller-Harvey, I. (2010). Chestnut and mimosa

tannin silages: Effects in sheep differ for apparent digestibility, nitrogen

utilisation and losses. Animal Feed Science and Technology, 157(3–4), 129–

138. https://doi.org/10.1016/j.anifeedsci.2010.02.007

Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan. (2017). Statistik Peternakan.

Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan, Departemen

Peternakan.

Firsoni, & Ansori, D. (2015). Manfaat Urea Molasses Multinutrien Blok (UMMB)

yang Mengandung Tepung Daun Glirisidia (Gliricidia sepium) Secara In-

Vitro. Jurnal Ilmiah Aplikasi Isotop Dan Radiasi, 11(2), 161–170.

Frutos, P., Hervás, G., Giráldez, F. J., & Mantecón, A. R. (2004). Review.

Tannins and ruminant nutrition. Spanish Journal of Agricultural Research,

2(2), 191. https://doi.org/10.5424/sjar/2004022-73

Gamayanti, kunty N., Pertiwiningrum, A., & Yusiati, L. M. (2012). Pengaruh

penggunaan limbah cairan rumen dan lumpur gambut sebagai starter dalam

proses fermentasi metanogenik. Buletin Peternakan, 36(1), 32–39.

Gao, A. W., Wang, H. R., Yang, J. L., & Shi, C. X. (2013). The Effects of

Elimination of Fungi on Microbial Population and Fiber Degradation in

Sheep Rumen. In Applied Mechanics and Materials (Vol. 295, pp. 224–231).

Trans Tech Publications.

https://doi.org/10.4028/www.scientific.net/AMM.295-298.224

General Laboratory Procedure. (1966). Department of Dairy Sciences. Madison:

University of Wisconsin.

Guan, H., Wittenberg, K. M., Ominski, K. H., & Krause, D. O. (2006). Efficacy

of ionophores in cattle diets for mitigation of enteric methane. Journal of

Animal Science, 84(7), 1896–1906. https://doi.org/10.2527/jas.2005-652

Harbone JB. (1987). Metode Fitokimia Edisi ke-2. Bandung: ITB Pr.

Harvey, D. (2000). Modern Analytical Chemistry. New York (US): Mc Fraw Hill.

Haryanto, B. (1994). Respon produksi karkas domba terhadap strategi pemberian

protein by-pass rumen. J. Ilmiah Penelitian Ternak Klepu, 1(2), 49–55.

Haryanto, B., & Thalib, A. (2009). Emisi Metana dari Fermentasi Enterik :

Kontribusinya secara Nasional dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya

pada Ternak. Wartazoa. Indonesian Bulletin of Animal and Veterinary

Sciences, 19(4), 157–165.

Page 80: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

66

Herrero, M., Thornton, P. K., Kruska, R., & Reid, R. S. (2008). Systems dynamics

and the spatial distribution of methane emissions from African domestic

ruminants to 2030. Agriculture, Ecosystems and Environment, 126(1–2),

122–137. https://doi.org/10.1016/j.agee.2008.01.017

Hidayah, N. (2017). Pemanfaatan Senyawa Metabolit Sekunder Tanaman ( Tanin

dan Saponin ) dalam Mengurangi Emisi Metan Ternak Ruminansia. Jurnal

Sain Peternakan Indonesia, 11(2), 89–98.

Hindratiningrum, N., Bata, M., & Santosa, A. S. (2011). Produk Fermentasi

Rumen dan Produksi Protein Mikroba Sapi Lokal yang Diberi Pakan Jerami

Amoniasi dan Beberapa Bahan Pakan Sumber Energi. Agripet, 11(2), 29–34.

Hoffmann, E. M., Selje-Assmann, N., & Becker, K. (2008). Dose studies on anti-

proteolytic effects of a methanol extract from Knautia arvensis on in vitro

ruminal fermentation. Animal Feed Science and Technology, 145(1–4), 285–

301. https://doi.org/10.1016/j.anifeedsci.2007.06.038

Hongan, J., Bakrie, E., Liang, J. B., Tareque, A. M. M., & Upadhyay, R. C.

(1996). Ruminant Nutrition and Production in the Tropics and Subtropics.

Australian Centre for Internation Agricultureal Research. Canberra:

Australian Centre for International Agricultural Research.

Hume, J. D. (1982). Fibre digestion in the ruminant nutrition and growth.

Melbourne: Hedge and Bell Pty Ltd.

Hungate, R. E. (1967). Hydrogen as an intermediate in the rumen fermentation.

Archiv Für Mikrobiologie, 59(1–3), 158–164.

IPCC. (2006). Emission from Livestock and Manure Management. Guidelines for

National Greenhouse Gas Inventories. Forestry, 4, 87.

https://doi.org/http://www.ipcc-nggip.iges.or.jp/public/2006gl/index.html

Iqbal, M. F., Cheng, Y. F., Zhu, W. Z., & Zeshan, B. (2008). Mitigation of

ruminant methane production: Current strategies, constraints and future

options. World Journal of Microbiology and Biotechnology, 24(12), 2747–

2755. https://doi.org/10.1007/s11274-008-9819-y

Jafari, S., Goh, Y. M., Rajion, M. A., Jahromi, M. F., Ahmad, Y. H., & Ebrahimi,

M. (2017). Papaya (Carica papaya) leaf methanolic extract modulates in vitro

rumen methanogenesis and rumen biohydrogenation. Animal Science

Journal, 88(2), 267–276. https://doi.org/10.1111/asj.12634

Jafari, S., Goh, Y. M., Rajion, M. A., Jahromi, M. F., & Ebrahimi, M. (2016).

Ruminal methanogenesis and biohydrogenation reduction potential of papaya

Page 81: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

67

(Carica papaya) leaf: An in vitro study. Italian Journal of Animal Science,

15(1), 157–165. https://doi.org/10.1080/1828051X.2016.1141031

Jafari, S., Meng, G. Y., Rajion, M. A., Jahromi, M. F., & Ebrahimi, M. (2016).

Manipulation of Rumen Microbial Fermentation by Polyphenol Rich Solvent

Fractions from Papaya Leaf to Reduce Green-House Gas Methane and

Biohydrogenation of C18 PUFA. Journal of Agricultural and Food

Chemistry, 64(22), 4522–4530. https://doi.org/10.1021/acs.jafc.6b00846

Jayanegara, A., Goel, G., Makkar, H. P. S., & Becker, K. (2010). Reduction in

Methane Emissions from Ruminants by Plant Secondary Metabolites :

Effects of Polyphenols and Saponins. Sustainable Improvement of Animal

Production and Health, Food and Agriculture Organization of the United

Nations (FAO), Rome, Italy, 151–157.

Jayanegara, A., Makkar, H. P. S., & Becker, K. (2009). Emisi Metana dan

Fermentasi Rumen in Vitro Ransum Hay yang Mengandung Tanin Murni

pada Konsentrasi Rendah. Media Peternakan, 32(3), 185–195.

Jayanegara, A., & Sofyan, A. (2008). Penentuan Aktivitas Biologis Tanin

Beberapa Hijauan secara in Vitro Menggunakan “Hohenheim Gas Test”

dengan Polientilen Glikol Sebagai Determinan. Media Peternakan, 31(1),

44–52. https://doi.org/10.5398/medpet.v31i1.1115

Jayanegara, A., Togtokhbayar, N., Makkar, H. P. S., & Becker, K. (2008).

Tannins determined by various methods as predictors of methane production

reduction potential of plants by an in vitro rumen fermentation system.

Animal Feed Science and Technology, 150(3–4), 230–237.

https://doi.org/10.1016/j.anifeedsci.2008.10.011

Kalie. (1999). Bertanam Pepaya (Ed ke-15). Jakarta: Penebar Swadaya.

Kamra, D. N. (2005). Rumen microbial ecosystem. Current Science, 89(1), 124–

135. https://doi.org/10.1146/annurev.es.06.110175.000351

Kitson, F. G., Larsen, B. S., & McEwen, C. N. (2002). Gas Chromatography and

Mass Spectometry : A Practical Guide. USA: Academic Press.

Krause, D. O., Denman, S. E., Mackie, R. I., Morrison, M., Rae, A. L., Attwood,

G. T., & Mcsweeney, C. S. (2003). Opportunities to improve fiber

degradation in the rumen : microbiology, ecology, and genomics. FEMS

Microbiology Reviews, 27(5), 663–693. https://doi.org/10.1016/S0168-

6445(03)00072-X

Kurniawati, A. (2009). Evaluasi Suplementasi Ekatrak Lerak (Sapindus rarak)

Page 82: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

68

Terhadap populasi Protozoa, Bakteri dan Karakteristik Fermentasi Rumen

Sapi Peranakan Ongole Secara In Vitro. Institut Pertanian Bogor.

Lestarie, E. S., Hidayati, Y. A., & Juanda, W. (2016). Analisis Jumlah Bakteri

Anaerob Dan Proporsi Gas Metana Pada Proses Pembentukan Biogas Dari

Feses Sapi Perah Dalam Tabung Hungate. Students E-Journal, 5(3), 1–13.

Li, Y., Park, S. Y., & Zhu, J. (2011). Solid-state anaerobic digestion for methane

production from organic waste. Renewable and Sustainable Energy Reviews,

15(1), 821–826. https://doi.org/10.1016/j.rser.2010.07.042

Lila, Z. A., Mohammed, N., Kanda, S., Kamada, T., & Itabashi, H. (2003). Effect

of Sarsaponin on Ruminal Fermentation with Particular Reference to

Methane Production in Vitro. Journal of Dairy Science, 86(10), 3331–3336.

https://doi.org/10.3168/jds.S0022-0302(03)73935-6

Machmüller, A., Soliva, C., & Michael, K. (2003). Effect of coconut oil and

defaunation treatment on methanogenesis in sheep Article. Reproduction

Nutrition Development, 43(1), 41–45. https://doi.org/10.1051/rnd:2003005

Makkar, H. P. S. (2003). Effects and fate of tannins in ruminant animals,

adaptation to tannins, and strategies to overcome detrimental effects of

feeding tannin-rich feeds. Small Ruminant Research, 49(3), 241–256.

https://doi.org/10.1016/S0921-4488(03)00142-1

Makkar, H. P. S., Francis, G., & Becker, K. (2007). Bioactivity of phytochemicals

in some lesser-known plants and their effects and potential applications in

livestock and aquaculture production systems. Animal, 1(9), 1371–1391.

https://doi.org/10.1017/S1751731107000298

Makkar, H. P., & Vercoe, P. E. (2007). Measuring methane production from

ruminants (Eds). Springer Science & Business Media.

Marangon, M., Vincenzi, S., Lucchetta, M., & Curioni, A. (2010). Heating and

reduction affect the reaction with tannins of wine protein fractions differing

in hydrophobicity. Analytica Chimica Acta, 660(1–2), 110–118.

https://doi.org/10.1016/j.aca.2009.10.038

Mathius, I., Martawidjaja, M., Wilson, A., & Manurung, T. (1996). Studi Strategi

Kebutuhan Energi-Protein untuk domba lokal: I Fase Pertumbuhan. JITV,

2(2), 84–91.

McDonald, P. (2002). Animal Nutrition (6th ed.). New York: Longman Scientific

and tehnical. https://doi.org/10.1016/S0271-5317(83)80066-9

Page 83: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

69

McSweeney, C. S., Palmer, B., McNeill, D. M., & Krause, D. O. (2001).

Microbial interactions with tannins: Nutritional consequences for ruminants.

Animal Feed Science and Technology, 91(1–2), 83–93.

https://doi.org/10.1016/S0377-8401(01)00232-2

Miller. (1995). Environmental considerations of livestock producers. J.Anim.

https://doi.org/. 73: 27332740.

Miller, T. L., Wolin, M. J., Hongxue, Z., & Bryant, M. P. (1986). Characteristics

of methanogens isolated from bovine rumen. Applied and Environmental

Microbiology, 51(1), 201–202.

Mitsumori, M., & Sun, W. (2008). Control of rumen microbial fermentation for

mitigating methane emissions from the rumen. Asian-Australasian Journal of

Animal Sciences, 21(1), 144–154. https://doi.org/10.5713/ajas.2008.r01

Morgavi, D. P., Forano, E., Martin, C., & Newbold, C. J. (2010). Microbial

ecosystem and methanogenesis in ruminants. Animal, 4(7), 1024–1036.

https://doi.org/10.1017/S1751731110000546

Moss, A. R. (1993). Methane Global Warming and Production by Animals.

Canterbury: Chalcombe Publications,.

Moss, A. R., Jouany, J. P., & Newbold, J. (2000). Methane production by

ruminants: its contribution to global warming. Nutrition Des Ruminants,

Santé Humaine et Environnement, 49(3), 231–253.

https://doi.org/10.1051/animres:2000119

Mouriño, F., Akkarawongsa, R., & Weimer, P. J. (2001). Initial pH as a

Determinant of Cellulose Digestion Rate by Mixed Ruminal Microorganisms

In Vitro. Journal of Dairy Science, 84(4), 848–859.

https://doi.org/10.3168/jds.S0022-0302(01)74543-2

Mueller, I. (2006). Unravelling the conundrum of tannins in animal nutrition and

health. The Science of Food and Agriculture, 86(2), 2010–2037.

https://doi.org/10.1002/jsfa

Muslim, G., Sihombing, J. E., Fauziah, S., Abrar, A., & Fariani, A. (2014).

Aktivitas Proporsi Berbagai Cairan Rumen dalam Mengatasi Tannin dengan

Tehnik In Vitro. Jurnal Peternakan Sriwijaya, 3(1), 25–36.

Nath, R., & Dutta, M. (2016). Phytochemical and Proximate Analysis of Papaya

(Carica papaya) Leaves. Sch J Agric Vet Sci. Sch J Agric Vet Sci, 3(32), 85–

8785. Retrieved from http://saspjournals.com/wp-

content/uploads/2016/03/SJAVS-3285-87.pdf

Page 84: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

70

Njoku, V. O., & Obi, C. (2009). Phytochemical constituents of some selected

medicinal plants. African Journal of Pure and Applied Chemistry, 3(11),

233–288. https://doi.org/10.5897/AJB11.1948

Nuswantara, L. K., Soejono, M., Utomo, R., Widyobroto, B. P., & Hartadi, D. H.

(2006). Parameter Fermentasi Rumen Pada Sapi Peranakan Friesian Holstein

yang Diberi Pakan Basal Jerami Padi dengan Suplementasi Sumber Nitrogen

dan Energi Berbeda. Jurnal Pengembangan Peternakan Tropis, 4(31), 268–

275.

Ogimoto, K., & Imai, S. (1981). Atlas of Rumen Microbiology. Tokyo: Japan

Scientific Societis Press.

Okaraonye, C., & Ikewuchi, J. (2009). Nutritional and antinutritional components

of Pennisetum purpureum (Schumach). Pakistan Journal of Nutrition, 8(1),

32–34. https://doi.org/10.3923/pjn.2009.32.34

Patra, A. K., & Saxena, J. (2010). A new perspective on the use of plant

secondary metabolites to inhibit methanogenesis in the rumen.

Phytochemistry, 71(11–12), 1198–1222.

https://doi.org/10.1016/j.phytochem.2010.05.010

Pell, A. N., Woolston, T. K., Nelson, K. E., & Schofield, P. (2003). Tannins:

biological activity and bacterial tolerance. J. Animal Science, 111–116.

Plummer, D. T. (1971). An Introduction to Practical Biochemistry. New Delhi:

Mc. Graw-Hill Publ.

Publishing, C. (2000). Rumen methanogens, and inhibition of methanogenesis.

Australian Journal of Plant Physiology, 27(6), 645.

https://doi.org/10.1071/PP97167

Puchala, R., Min, B. R., Goetsch, A. L., & Sahlu, T. (2005). The effect of a

condensed tanin-containing forage on methane emission by goats. J. Anim,

83(1), 182 – 186.

Purbowati, E., Rianto, E., Dilaga, W. S., Maria, C., Lestari, S., & Adiwinarti, R.

(2014). karakterisasi Cairan Rumen, Jenis dan Jumlah Mikroba dalam

Rumen api Jawa dan Peranakan Ongole. Buletin Peternakan, 38(1), 21–26.

Qori’ah, A., Surono, & Sutrisno. (2009). Sintesis protein mikroba dan aktivitas

selulolitik akibat penambahan level zeolit sumber nitrogen slow release pada

glukosa murni secara in vitro. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan, 26(2), 1–7.

Ramandhani, A., Wahyu Harjanti, D., & Muktiani, A. (2018). The Effects of

Page 85: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

71

Papaya Leaves and Turmeric Extracts supplementation on in vitro ruminal

fermentability of Dairy Cow. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan, 28(1), 73–83.

https://doi.org/10.21776/ub.jiip.2018.028.01.08

Reed, J. D. (1994). Nutritional Toxicology of Tannins and Related Polyphenols in

Forage Legumes. Journal of Animal Science, 73(5), 1516–1528.

Russell, J. B., Muck, R. E., & Weimer, P. J. (2009). Quantitative analysis of

cellulose degradation and growth of cellulolytic bacteria in the rumen. FEMS

Microbiology Ecology, 67(2), 183–197. https://doi.org/10.1111/j.1574-

6941.2008.00633.x

Sairullah, P., Chuzaemi, S., & Sudarwati, H. (2016). Effect Of Flour And Papaya

Leaf Extract (CaricapapayaL) In Feed To Ammonia Concentration, Volatile

Fatty Acids And Microbial Protein Synthesis In Vitro. J. Ternak Tropika,

17(2), 66–73.

Santoso, B., & Hariadi, B. T. (2008). Komposisi Kimia, Degradasi Nutrien dan

Produksi Gas Metana in Vitro Rumput Tropik yang Diawetkan dengan

Metode Silase dan Hay The Chemical Composition, in Vitro Nutrient

Degradation and Methane Gas Production of Tropical Grasses Preserved

with Silage and. Media Peternakan, 31(2), 128–137.

Siregar, S. (1994). Ransum Ternak Ruminansia. Jakarta: Penebar Swadaya.

Soest, P. J. V, & Jung, H. J. G. (1994). Nutritional ecology of the ruminant.

Journal of Nutrition, 125(4), 1025–1025.

Sudarmadji, S., Haryono, B., & Suhardi. (1997). Prosedur Analisis Untuk Bahan

Makanan dan Pertanian. Liberty. Yogyakarta: Liberty.

Sugoro, I. (2010). Pemanfaatan Probiotik Khamir Untuk Peningkatan Produksi

Ternak Ruminansia. Iptek Nuklir Bunga Rampai Presentasi Ilmiah

Penelitian, 1(1), 253–314.

Sugoro, I., Kamila, N., & Elfidasari, D. (2014). Degradasi Sorghum pada Rumen

Kerbau dengan Suplementasi Probiotik BIOS-K2 secara In Sacco. Jurnal

Ilmiah Aplikasi Isotop Dan Radiasi, 10(2), 103–112.

Suharti, S., Astuti, D. A., & Wina, E. (2009). Kecernaan Nutrien dan Performa

Produksi Sapi Potong Peranakan Ongole (PO) yang Diberi Tepung Lerak

(Sapindus rarak) dalam Ransum. JITV, 14(3), 200–207.

Sumoprastowo, R. M. (1987). Beternak Domba Pedaging dan Wool. Jakarta:

Bharata Karya Aksara.

Page 86: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

72

Sunarjono H. (2006). Berkebun 21 Jenis Tanaman Buah (Cetakan ke). Jakarta:

Penebar Swadaya.

Sung, H. G., Kobayashi, Y., Chang, J., Ha, A., Hwang, I. H., & Ha, J. K. (2007).

Low ruminal pH reduces dietary fiber digestion via reduced microbial

attachment. Asian-Australasian Journal of Animal Sciences, 20(2), 200–207.

https://doi.org/10.5713/ajas.2007.200

Suprapto, H., Suhartati, F., & Widiyastuti, T. (2013). Kecernaan Serat Kasar Dan

Lemak Kasar Complete Feed Limbah Rami Dengan Sumber Protein Berbeda

Pada Kambing Pernakan Etawa Lepas Sapih. Jurnal Ilmiah Peternakan, 1(3),

938–946.

Sutedjo, M. M., & Kartasapoetra, A. G. (1999). Pengantar Ilmu Tanah. Jakarta:

Rineka Cipta.

Tagari, H., Henis, Y., Tamir, M., & Volcani, R. (1965). Effect of Carob Pod

Extract on Cellulolysis, Proteoly- sis, Deamination, and Protein Biosynthesis

in an Artificial Rumen. Applied Microbiology, 3(3), 437–442.

Tan, H. Y., Sieo, C. C., Abdullah, N., Liang, J. B., Huang, X. D., & Ho, Y. W.

(2011). Effects of condensed tannins from Leucaena on methane production,

rumen fermentation and populations of methanogens and protozoa in vitro.

Animal Feed Science and Technology, 169(3–4), 185–193.

https://doi.org/10.1016/j.anifeedsci.2011.07.004

Tanner, G. J., Moore, A. E., & Larkin, P. J. (1994). Proanthocyanidins inhibit

hydrolysis of leaf proteins by rumen microflora in vitro. British Journctl of

Nutrition, 71(6), 947–958.

Tavendale, M. H., Meagher, L. P., Pacheco, D., Walker, N., Attwood, G. T., &

Sivakumaran, S. (2005). Methane production from in vitro rumen

incubations with Lotus pedunculatus and Medicago sativa, and effects of

extractable condensed tannin fractions on methanogenesis. Animal Feed

Science and Technology, (123), 403–419.

https://doi.org/10.1016/j.anifeedsci.2005.04.037

Thomas, S., & Haider, S. N. (2007). A Study on Basics of a Gas Analyzer.

International Journal of Advanced Research in Electrical, Electronics and

Instrumentation Engineering (An ISO Certified Organization), 2(12), 2320–

3765. Retrieved from www.ijareeie.com

Thornton, P. K., van de Steeg, J., Notenbaert, A., & Herrero, M. (2009). The

impacts of climate change on livestock and livestock systems in developing

countries: A review of what we know and what we need to know.

Page 87: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

73

Agricultural Systems, 101(3), 113–127.

https://doi.org/10.1016/j.agsy.2009.05.002

Van Nevel, C. J., & Demeyer, D. I. (1996). Control of rumen methanogenesis.

Environmental Monitoring and Assessment, 42(1–2), 73–97.

https://doi.org/10.1007/BF00394043

Vasta, V., Makkar, H. P. S., Mele, M., & Priolo, A. (2009). Ruminal

biohydrogenation as affected by tannins in vitro. British Journal of Nutrition,

102(01), 82–92. https://doi.org/10.1017/S0007114508137898

Vlaming, J. B. (2008). Quantifying variation in estimated methane emission from

ruminants using the SF6 tracer technique. Massey University.

Wahyuni, I. M. D., Muktiani, A., & Christianto, M. (2014). Penentuan Dosis

Tanin dan Saponin Untuk Defaunasi dan Peningkatan Fermentabilitas Pakan.

JITP, 3(3), 133–140.

Wang, Y., Zhang, Y., Wang, J., & Meng, L. (2009). Effects of volatile fatty acid

concentrations on methane yield and methanogenic bacteria. Biomass and

Bioenergy, 33(5), 848–853. https://doi.org/10.1016/j.biombioe.2009.01.007

Wei, M., Ren, L., Zhou, Z., & Meng, Q. (2012). Effect of Addition of Three Plant

Extracts on Gas Production, Ruminal, Ruminal Fermentation, Methane

Production and Ruminal Digestibility Based on an In Vitro Technique.

Animal and Veterinary Advances, 11(23), 4304–4309.

Widiawati, Y., Winugroho, M., & Mahyuddin, P. (2010). Estimasi Produksi gas

metana dari Rumput dan Tanaman Legumnosa yang Diukur Secara Invitro.

In Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner (pp. 131–136).

Widodo, Wahyono, F., & Sutrisno. (2012). Kecernan Bahan Kering, Kecernaan

Bahan Organik, Produksi VFA dan NH3, Pakan Komplit dengan Level

Jerami Padi Berbeda Secara In Vitro. Animal Agricultural Journal, 1(1),

215–230. Retrieved from http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj

Widyobroto, B. P., Budi, S. P. S., & Agus, A. (2007). Pengaruh aras undegraded

protein dan energi terhadap kinetik fermentasi rumen dan sintesis protein

mikroba pada sapi. Journal of the Indonesian Tropical Animal Agriculture,

32, 194–200.

Wilson, J., & Kennedy, P. (1996). Plant and animal constraints to voluntary feed

intake associated with fibre characteristics and particle breakdown and

passage in ruminants. Australian Journal of Agricultural Research, 47, 199–

225. https://doi.org/10.1071/AR9960199

Page 88: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

74

Wina, E., Muetzel, S., Hoffmann, E., Makkar, H. P. S., & Becker, K. (2005).

Saponins containing metanol extract of Sapindus rarak affect microbial

fermentation, microbial activity and microbial community structure in vitro.

Animal Feed Science and Technology, 121(1–2), 159–174.

https://doi.org/10.1016/j.anifeedsci.2005.02.016

Yogianto, Y., Sudarman, A., Wina, E., & Jayanegara, A. (2014). Supplementation

Effects of Tannin and Saponin Extracts to Diets eith Different Forage to

Concentrate ratio on in vitro Rumen Fermentation and Methanogenesis.

Journal of the Indonesian Tropical Animal Agriculture, 39(3), 144–151.

https://doi.org/10.14710/jitaa.39.3.144-151

Page 89: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

75

LAMPIRAN

Lampiran 1. Pembuatan Larutan

A. Reagen Uji Kadar Tanin

1. Sodium karbonat (20%)

Sebanyak 40 g sodium karbonat dilarutkan dengan aquadest hingga 200

mL.

2. Larutan asam tanin (0,1 mg/mL)

Sebanyak 25 mg asam tanin dilarutkan dengan aquadest hingga 25 mL dan

kemudian diencerkan 1:10 dengan aquadest.

3. Reagen butanol-HCl (butanol-HCl 95:5 v/v)

Mencampurkan 95 mL n-butanol dengan 5 ml HCl (37%).

4. Reagen Ferric (2% ferric ammonium sulfate dalam 2N HCl)

Sebanyak 16,6 mL HCl ditambahkan dengan aquadest hingga 100 mL

untuk membuat HCl 2N. Sebanyak 2,0 g ferric ammonium sulfate

dilarutkan dalam 100 mL HCl 2N. reagen disimpan di dalam botol coklat.

B. Komposisi Reagen Lowry

1. Reagen Lowry I; Oxoid, 1998

2 % Na2CO3 dalam 0,1 N NaOH .......................................................... 49.0 mL

2,7 % K Na Tartrat ................................................................................. 0,5 mL

1 % CuSO4 ............................................................................................. 0,5 mL

2. Reagen Lowry II; Oxoid, 1998

Folin .................................................................................................... 10,0 mL

Page 90: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

76

Aquadest .............................................................................................. 10,0 mL

C. Media Total Plate Count (TPC)

Aquadest ............................................................................................... 624 mL

Buffer .................................................................................................. 250 mL

Sebanyak 17,5 gram NaHCO3 dan 2 gram NH4HCO3 dilarutkan dengan

aquadest hingga 500 mL

Makromineral ....................................................................................... 125 mL

Sebanyak Na2HPO4 2,85 gram, KH2PO4 3,1 gram dan MgSO4 7H2O 0,3

gram dilarutkan dengan aquadest hingga 500 mL aquadest

Mikromineral ....................................................................................... 0,08 mL

Sebanyak 13,2 gram CaCl2 2H2O, 10 gram MnCl2 4H2O, 1 gram CoCl2

6H2O, 8 gram FeCl3 6H2O dilarutkan dengan aquadest hingga 100 mL

Agar powder, Bacteriological ............................................................... 25 gram

Page 91: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

77

Lampiran 2. Analisis Data

1. Berat Kering, Berat Organik, Berat Abu, dan Kadar Air

Sampel Co Co+S Co+S 105 Co+S

550 %BK %BA %Bo

RG 33.4833 34.9217 34.8727 33.6451 96.5934 11.6453 84.9481

RG 35.6199 37.1620 37.1041 35.7980 96.2454 11.9997 84.2456

PG 33.7679 34.7880 34.7500 33.9438 96.2749 17.9106 78.3643

PG 33.5587 34.5788 34.5505 33.7371 96.5914 17.9875 78.6039

Keterangan : RG= Rumput Gajah; PG= Pepaya Gantung

Rata-rata STDEV

Sampel %BK %BA %BO %BK %BA %BO

RG 96.4194 11.8225 84.5969 0.2461 0.2506 0.4967

PG 96.4331 17.9490 78.4841 0.2238 0.0544 0.1694

Keterangan : RG= Rumput Gajah; PG= Pepaya Gantung

Contoh perhitungan Rumput gajah

( )

( )

( )

( )

( )

( )

( )

( )

% BK = 96,5934 % BA = 11,6453

%BO = %BK -%BA

%BO = %96,5934 – 11,6453

%BO = 84,9481

2. Kadar Air

Sampel Co Co+S Co+S 105 kadar air % Rata-

rata Std

PG 33.4833 34.4971 33.7364 75.0345 75.0921 0.0546

PG 35.6199 36.6327 35.8721 75.0987

PG 33.7679 34.7801 34.0195 75.1432

RG 33.5587 34.5724 33.8320 73.0393 73.0537 0.0144

RG 32.7472 33.7607 33.0203 73.0537

RG 33.0633 34.0766 33.3362 73.0681

Contoh perhitungan kadar air pepaya gantung

( )

( )

( )

( )

% KA = 75,0345

Page 92: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

78

3. Lemak Kasar

Sampel

S

setelah

oven

(y)

S setelah

soklet (Z)

berat

basah

(X)

lemak kasar

(Y-Z)/X

Rata-

rata STDEV

PG1 0.2311 0.1312 0.9256 10.79299914 10.44 0.4956

PG2 0.216 0.1217 0.9344 10.09203767

RG1 0.2891 0.2252 0.9031 7.075628391 7.048 0.0382

RG2 0.3278 0.2641 0.9072 7.021604938

Keterangan: PG= papaya gantung; RG= rumput gajah; KS= kertas saring; S=

sampel

Contoh perhitungan lemak kasar pepaya gantung:

(( )

)

(( )

)

%

4. Protein Kasar

Sampel Bobot

sampel(g)

Volume

titrasi(mL) %N

kadar

protein

rata

rata STDEV

PG1 0.5030 8.3000 2.3115 14.4466 14.2308 0.3053

PG2 0.5060 8.1000 2.2424 14.0149

RG1 0.5092 14.3000 3.9339 24.5869 24.7483 0.2283

RG2 0.5026 14.3000 3.9856 24.9098

Keterangan: RG= Rumput Gajah; PG= Pepaya Gantung

Contoh perhitungan pepaya gantung:

Page 93: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

79

5. Tanin

Kurva Standar

Tabun

g

As. Tanin

(0.1

mg/ml)

Aquades

t

Reagen

Folin

Na2CO3

20%

As.

Tanin Absorbans

i 725 nm

(mL) (mL) (mL) (mL) (µg)

Blanko 0 0.5 0.25 1.25 0 0

T1 0.02 0.48 0.25 1.25 2 0.051

T2 0.04 0.46 0.25 1.25 4 0.126

T3 0.06 0.44 0.25 1.25 6 0.189

T4 0.08 0.42 0.25 1.25 8 0.205

T5 0.1 0.4 0.25 1.25 10 0.289

T6 0.12 0.38 0.25 1.25 12 0.301

T7 0.14 0.36 0.25 1.25 14 0.353

T8 0.2 0.3 0.25 1.25 20 0.674

T9 0.3 0.2 0.25 1.25 30 0.866

T10 0.4 0.1 0.25 1.25 40 1.714

T11 0.5 0 0.25 1.25 50 1.99

Total Fenol

sampel absorbansi ug/mL berat

sampel %BK

ug/ml fenol

(wet weight) % fenol

rata-

rata stdev

RG1 1.745 43.5935 0.2 96.5934 42.1084 1.0527 0.2249 0.0011

RG2 1.725 43.1262 0.2 96.2454 41.65703 1.0414

PG1 2.801 68.2663 0.1 96.2748 65.7233 3.286168 3.2445 0.0058

PG2 2.727 66.5373 0.1 96.5913 64.0587 3.20294

Keterangan : RG= Rumput Gajah

y = 0.0428x - 0.1208

R² = 0.9859

-0.5

0

0.5

1

1.5

2

2.5

0 10 20 30 40 50 60

Ab

sorb

an

si (

nm

)

Konsentrasi (ug)

kurva standar tanin

Page 94: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

80

Total Tanin

sampel A

total

fenol

A

fenol-

tanin

A

tanin

Tanin

ug/mL

Bs

(g) % BK

ug/mL

tanin

(wet

weight)

%

tanin

rata-

rata stdev

RG1 1.745 0.659 1.086 28.1963 0.2 96.5934 28.1962 0.6950 0.1499 0.0034

RG2 1.725 0.601 1.124 29.0841 0.2 96.2454 29.0841 0.6952

PG1 2.801 0.759 2.006 49.6915 0.1 96.2748 47.8405 2.3903 2.3740 0.0254

PG2 2.727 0.753 1.974 48.9439 0.1 96.5913 47.1207 2.3560

Keterangan : RG= Rumput Gajah

Contoh perhitungan rumput gajah

( )

( )

(

)

( )

(

)

% total fenol = 1,0527 = 42,1084

( )

( )

( )

( )

0.69529

Page 95: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

81

6. Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH)

jenis pakan Domba PBBH

(g/ekor/minggu) rata rata PBBH(g/ekor/hari)

Rumput Gajah 1 300 657.50 93.9286

2 -150

3 -20

4 2500

Rumput Gajah +

daun pepaya

gantung

1 -500 1042.50 148.9286

2 2250

3 600

4 1820

7. pH

Perlakuan Pakan pH Rata rata Stdev

Rumput Gajah 7.47 7.12 0.22

7.02

7.04

6.98

Rumput Gajah + Pepaya Gantung 6.61 6.68 0.20

6.42

6.85

6.84

8. Kadar Amonia

Perlakuan As. Borat Na2CO3

A 1 ml 1 ml

B 1 ml 1 ml

volume titrasi sampel

(mL)

Perlakuan

pakan

[HCL]

N

Volume

Sampel

(mL)

D1 D2 D3 D4

A 0.00501 1.000 4.55 4.45 4.95 4.75

B 0.00501 1.000 2.05 2.3 4 3.95

Page 96: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

82

[NH3] Mm Rata

rata

Stdev

D1 D2 D3 D4

22.8137 22.3123 24.8193 23.8165 23.44045 1.11

10.2787 11.5322 20.056 19.8053 15.41805 5.24

Keterangan : A= Rumput Gajah; B = Rumput Gajah + Pepaya Gantung

Contoh perhitungan perlakuan A domba 1

( ) [ ] ( )

( )

Kadar ammonia = 22,8137

9. Protein Mikroba

Konsentrasi

(g/mL) Absorbansi

0.0000032 0.01

0.000016 0.028

0.00008 0.197

0.0004 0.737

0.002 1.404

0.005 2.287

y = 440.84x + 0.2262

R² = 0.9246

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

0 0.001 0.002 0.003 0.004 0.005 0.006

ab

sorb

an

si n

m

konsentrasi (g/ml)

Page 97: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

83

perlakuan absorbansi konsentrasi

(g/mL)

rata-

rata Stdev

RG 1 2.105 0.0037 0.0037 0.0004

2 2.206 0.0040

3 1.861 0.0032

4 2.233 0.0040

RG+PG 1 2.845 0.0054 0.0059 0.00042

2 3.295 0.0064

3 3.009 0.0058

4 3.092 0.0059

Keterangan : A= Rumput Gajah; B = Rumput Gajah + Pepaya Gantung

Contoh perhitungan perlakuan A domba 1

Absorbansi sampel dimasukan ke dalam regresi linear

Y = 440,84x + 0,2262

2,536 = 440,84x + 0,2262

X = 0,0047

10. Biomassa Mikroba

Perlakuan W0 (g)

W0 +

bakteri

(g)

biomassa

bakteri

(g)

mg/ml Rata-

Rata STDEV

A 1 1.011 1.0158 0.0048 6.8571 7.9643 1.236492

2 1.009 1.0158 0.0068 9.7143

3 1.005 1.0102 0.0052 7 .4286

4 1.0114 1.0169 0.0055 7.8571

B 1 1.006 1.0103 0.0043 6.1429 6.8929 0.539274

2 1.0096 1.0145 0.0049 7.0000

3 1.0126 1.0178 0.0052 7.4286

4 1.0102 1.0151 0.0049 7.0000

Keterangan : A= Rumput Gajah; B = Rumput Gajah + Pepaya Gantung

Contoh perhitungan biomassa bakteri perlakuan A domba 1

Biomassa Bakteri (mg) = (W0 + Protozoa) - W0

= 1.0158 - 1.011 g

= 0.0048 g x

x 1000 mg/g

= 6.8571

Page 98: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

84

11. Volatile Fatty Acids (VFA)

Page 99: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

85

Hasil uji VFA

Page 100: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

86

Standar VFA

Page 101: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

87

perlakuan Rumput Gajah

Page 102: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

88

Perlakuan Rumput gajah ditambah daun pepaya

Contoh perhitungan asam asetat pada perlakuan pakan rumut gajah

( )

( )

( )

( )

Page 103: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

89

12. Gas CH4

Pakan Domb

a

jam ke- Rata-

rata 3

jam

stdev

Rata-

rata 6

jam

stdev 3 (U1) 3(U2) 6(U1) 6(U2)

Rumput

Gajah 1 0.047 0.042 0.241 0.242

0.050

0

0.009

9

0.271

7

0.040

1

2 0.060 0.065 0.274 0.273

3 0.04 0.041 0.239 0.24

4 0.041 0.040 0.333 0.332

Rumput

Gajah +

daun

pepaya

gantung

1 0.027 0.03 0.078 0.075 0.027

7

0.003

0

0.070

7

0.049

2

2 0.025 0.022 0.068 0.071

3 0.031 0.03 0.065 0.06

4 0.028 0.029 0.072 0.077

Perhitungan persentase penurunan gas metana pada jam ke-3

%Gas CH4=

% Gas CH4 = 4,5%

%Gas CH4=

13. Total Mikroba

Pakan Total Bakteri (cfu/mL)

Total

Mikroba Selulolitk Protolitik Lipolitik

Rumput Gajah 2.88E+15 1.6E+11 6.2E+14 4E+14

Rumput Gajah +

daun pepaya

gantung

3E+15 2E+13 8.7E+14 5.4E+11

Pakan Log (cfu/mL)

Total

Mikroba Selulolitk Protolitik Lipolitik

Rumput Gajah 15.4594 11.2041 14.7924 14.6020

Rumput + Daun papaya

gantung 15.4771 13.3010 14.9395 11.7323

Page 104: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

90

Pakan Total Bakteri (cfu/mL)

Lignolitik Metilotrof Asetonotrof Hidrogenotrof

Rumput Gajah 1.2E+11 3000000000 450000000 4200000

Rumput Gajah +

daun pepaya

gantung

2.5E+12 100000000 20000000 420000

Pakan Log (cfu/mL)

Lignolitik Metilotrof Asetonotrof Hidrogenotrof

Rumput Gajah 11.0792 9.4771 8.6532 6.6232

Rumput + Daun papaya

gantung 12.3979 8.0000 7.3010 5.6232

Page 105: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

91

Lampiran 3. Analisis Statistik

Uji T-tes PBBH

Paired Samples Statistics

Mean N Std.

Deviation

Std. Error

Mean

Pair 1

PBBH perlakuan A 657.500000 4 1696.788633

5 848.3943167

PBBH perlakuan B 947.500000 4 1310.480191

9 655.2400959

Paired Samples Correlations

N Correlatio

n

Sig.

Pair 1 PBBH perlakuan A &

PBBH perlakuan B 4 .375 .625

Paired Samples Test

Paired Differences

Mean Std.

Deviation

Std. Error

Mean

95%

Confidence

Interval of

the

Difference

Lower

Pair 1 PBBH perlakuan A -

PBBH perlakuan B

-

290.0000000

1711.607431

6 855.8037158

-

3013.549373

4

Paired Samples Test

Paired

Differences

t Df Sig. (2-tailed)

95%

Confidence

Interval of the

Difference

Upper

Pair 1 PBBH perlakuan A -

PBBH perlakuan B 2433.5493734 -.339 3 .757

Uji T-tes pH

Paired Samples Statistics

Mean N Std.

Deviation

Std. Error

Mean

Pair 1

pH

perlakuan A 7.13 4 .230 .115

pH

perlakuan B 6.6800 4 .20575 .10288

Page 106: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

92

Paired Samples Correlations

N Correlatio

n

Sig.

Pair 1 pH perlakuan A & pH

perlakuan B 4 -.243 .757

Paired Samples Test

Paired Differences

Mean Std.

Deviation

Std. Error

Mean

95%

Confidence

Interval of

the

Difference

Lower

Pair 1 pH perlakuan A - pH

perlakuan B .44750 .34364 .17182 -.09932

Paired Samples Test

Paired

Differences

t Df Sig. (2-tailed)

95%

Confidence

Interval of the

Difference

Upper

Pair 1 pH perlakuan A - pH

perlakuan B .99432 2.604 3 .080

Uji T-testAmonia

Paired Samples Statistics

Mean N Std.

Deviation

Std. Error

Mean

Pair 1 Amonia perlakuan A 23.440450 4 1.1117822 .5558911

Amonia perlakuan B 15.418050 4 5.2367704 2.6183852

Paired Samples Correlations

N Correlatio

n

Sig.

Pair 1 Amonia perlakuan A &

Amonia perlakuan B 4 -.327 .673

Paired Samples Test

Paired Differences

Page 107: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

93

Mean Std.

Deviation

Std. Error

Mean

95%

Confidence

Interval of

the

Difference

Lower

Pair 1 Amonia perlakuan A -

Amonia perlakuan B 8.0224000 5.6984869 2.8492435 -1.0451643

Paired Samples Test

Paired

Differences

t df Sig. (2-tailed)

95%

Confidence

Interval of the

Difference

Upper

Pair 1 Amonia Perlakuan A -

Amonia Perlakuan B 17.0899643 2.816 3 .067

Uji T-test biomassa protozoa dan bakteri

Paired Samples Statistics

Mean N Std.

Deviation

Std. Error

Mean

Pair 1

Biomassa protozoa

perA 4.593750 4 .5436662 .2718331

Biomassa protozoa

perB 3.687500 4 .1613743 .0806872

Paired Samples Correlations

N Correlatio

n

Sig.

Pair 1

Biomassa protozoa

perA & Biomassa

protozoa perB

4 .386 .614

Paired Samples Test

Paired Differences

Mean Std.

Deviation

Std. Error

Mean

95%

Confidence

Interval of

the

Difference

Page 108: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

94

Lower

Pair 1

Biomassa protozoa

perA - Biomassa

protozoa perB

.9062500 .5038911 .2519456 .1044468

Paired

Differences

t df Sig. (2-tailed)

95%

Confidence

Interval of the

Difference

Upper

Pair 1 Biomassa protozoa perA -

Biomassa protozoa perB 1.7080532 3.597 3 .037

Paired Samples Statistics

Mean N Std.

Deviation

Std. Error

Mean

Pair 1

Biomassa Bakteri

A 7.642850 4 .2473946 .1236973

Biomassa Bakteri

B 6.714300 4 .4040408 .2020204

Paired Samples Correlations

N Correlatio

n

Sig.

Pair 1 Biomassa Bakteri A &

Biomassa Bakteri B 4 .408 .592

Paired Samples Test

Paired Differences

Mean Std.

Deviation

Std. Error

Mean

95%

Confidence

Interval of

the

Difference

Lower

Pair 1 Biomassa Bakteri A -

Biomassa Bakteri B .9285500 .3779393 .1889696 .3271643

Page 109: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

95

Paired Samples Test

Paired

Differences

t df Sig. (2-tailed)

95%

Confidence

Interval of the

Difference

Upper

Pair 1 Biomassa Bakteri A -

Biomassa Bakteri B 1.5299357 4.914 3 .016

Uji T-test Gas CH4

Paired Samples Statistics

Mean N Std.

Deviation

Std. Error

Mean

Pair 1 gas CH4 6 jam A .271750 4 .0438739 .0219369

gas CH4 6 jam B .070750 4 .0056199 .0028100

Paired Samples Correlations

N Correlatio

n

Sig.

Pair 1 gas CH4 6 jam A & gas

CH4 6 jam B 4 .048 .952

Paired Samples Test

Paired Differences

Mean Std.

Deviation

Std. Error

Mean

95%

Confidence

Interval of

the

Difference

Lower

Pair 1 gas CH4 6 jam A - gas

CH4 6 jam B .2010000 .0439621 .0219811 .1310465

Paired Samples Test

Paired

Differences

T df Sig. (2-tailed)

95%

Confidence

Interval of the

Difference

Upper

Pair 1 gas CH4 6 jam A - gas CH4 6

jam B .2709535 9.144 3 .003

Page 110: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

96

Page 111: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

97

Lampiran 4. Dokumentasi Cara Kerja Penelitian

A. Persiapan Pakan

Daun Pepaya Gantung Rumput gajah

B. Lemak dengan sokhlet

C. Kadar protein

Proses destruksi Destilasi Titrasi

Page 112: PEMANFAATAN DAUN PEPAYA GANTUNG (Carica papaya) …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47451/1/AISYAH RACHIM-FST.pdfmikroba (bakteri, protozoa dan anaerobik fungi)

98

Sebelum titrasi Sesudah titrasi

D. Mikroba

Total bakteri Proteolitik Metilotrof Selulolitik

Hidrogenotrof Lignolitik Lipolitik Asetonotrof