ana res
TRANSCRIPT
UJIAN AKHIR SEMESTERMATA KULIAH
FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN(Disusun sebagai Tugas Ujian Akhir Semester Mata Kuliah
Filsafat Ilmu PengetahuanDibimbing oleh Drs I Nyoman Naya Sujana, MA.)
OLEH:TRIANA BUDI LESTARI
110710287M
PROGAM MAGISTER PROFESI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGIUNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA2007
PROGRAM MAGISTER PROFESI PSIKOLOGI
UJIAN AKHIR SEMESTER FILSAFAT UMUM
Resensi Buku Logika Scientifika Pengantar Dialektika dan Ilmu
Oleh: Dr. W. Poespoprodjo,S.H, S.S, B.Ph, L.Ph
Filsafat adalah ilmu tentang prinsip, ilmu yang mempelajari
dengan mempertanyakan secara radikal segala realitas melalui sebab-
sebab terakhir, melalui asas-asasnya guna memperoleh pandangan
(insight) yang tepat mengenai realitas. Secara umum filsafat
mengandung/ mencakup problema neotika yang mencakup problema
logika dan problema epistemologi (kritikan, logika, mayor,
kriteriologi, juga methodologi) serta mengandung problema ontologis
dan ontika.
Sesungguhnya logika scientifika adalah filsafat, karenanya juga
biasa disebut logika filsafati. Karena logika scientifika menguraikan
pikiran hingga tuntas, maka logika merupakan filsafat sebagai analisis.
Logika adalah analisis kritis filosofis pikiran dan pemikiran manusia.
Ada bermacam-macam definisi dari logika scientifika, diantaranya
yaitu logika scientifika adalah kondisi dan tuntutan fundamental
eksistensi ilmu. Tidak ada ilmu yang tidak menggunakan atau tidak
harus menempuh proses pemikiran, proses menalar, proses logika.
Justru semakin meningkat keterlibatannya dalam ilmu, semakin
intensif keterlibatannya dalam masalah pikir-memikir, semakin
dibutuhkan kesanggupan berpikir yang tertib. Karena bidangnya
semakin sulit, maka proses pemikirannya semakin menuntut
pertanggungjawaban dan ketelitian, sehingga logika alami tidak akan
lagi mencukupi. Bagaimanapun logika dan hasil logika secara
eksplisit dipakai serta diakui sebagai senjata dan alat yang ampuh
dalam menanggulangi pemikiran dan kesimpulan-kesimpulan yang
tidak sah, dalam menyelesaikan bermacam masalah di berbagai ilmu.
Selain definisi di atas logika scientifika didefinisikan sebagai ilmu
praktis normatif yang mempelajari hukum-hukum, prinsip-prinsip,
bentuk-bentuk pikiran manusia yang jika dipatuhi akan membimbing
kita mencapai kesimpulan-kesimpulan yang betul lurus dan sah.
John Stuart Mill yang ahli matematika menekankan bahwa
matematika tidak dapat menggantikan logika dalam kemampuannya
membentuk pemikir yang cermat. Karena kurang mendapat
pendidikan dan latihan yang keras dan ketat dalam soal logika, banyak
orang yang sebenarnya cakap tidak mampu menguraikan jalan pikiran
yang kacau dan bahkan berlawanan asas.
Logika scientifika berbeda dari psikologi, memang pikiran dapat
dipandang sebagai suatu kejadian psikologis. Tetapi pada hakekatnya
logika berbeda dari psikologi. Logika pertama-tama mempersoalkan
tentang aspek obyektif dari protes intelektual, sedangkan psikologi
tentang aspek subyektifnya.
Dalam melakukan logika, ada proses berpikir. Dimana proses
berpikir tentunya diperlukan kondisi berpikir yang baik. Kondisi
adalah hal-hal yang harus ada supaya sesuatu dapat terwujud, dapat
terlaksana. Sedangkan untuk berpikir baik, yakni berpikir correct-
benar, logis-dialektis, juga dibutuhkan kondisi-kondisi tertentu.
Kondisi-kondisi tersebut yaitu cintailah kebenaran, sikap ini sangat
fundamental berpikikir yang baik, sebab sikap ini senantiasa
menggerakkan si pemikir untuk mencari, mengusut, meningkatkan
mutu penalarannya; Ketahuilah (dengan sadar) apa yang sedang
Anda kerjakan; Ketahuilah (dengan sadar) apa yang sedang Anda
katakan; Buatlah distingsi (pembeda) dan pembagian (klasifikasi)
yang semestinya; Cintailah definisi yang tepat; Ketahuilah (dengan
sadar) mengapa Anda menyimpulkan begini atau begitu; dan terakhir
Hindarilah kesalahan-kesalahan dengan segala usaha dan tenaga,
serta sangguplah mengenali jenis, macam, dan nama kesalahan,
demikian juga mangenali sebab-sebab kesalahan pemikiran
(penalaran).
Dalam kenyataan dirasakan dengan jelas adanya kaitan yang erat
antara bahasa dan pikiran. Pikiran berfungsi melalui bahasa dan di
dalam bahasa. Bahkan dalam banyak kejadian, dapat dihayati
kebenaran ungkapan: ada (sein) yang dapat dipahami adalah bahasa
(Gadamer). Hanya dengan dibahasakan atau ”terbahasakan” sesuatu
dapat ditangkap dan dimengerti. Bahasa adalah keterbukaan manusia
terhadap realitas. Bahasa dan pikiran adalah tempat terjadinya
peristiwa (Geschelen) realitas.
Ilmu logika hanya ada karena ada bahasa. Maka salah satu
minatnya terpusat pada isi bahasa. Karena itu pembicaraan tentang ide
atau konsep merupakan salah satu hal yang penting. Ide adalah sebuah
kata yang berasal dari kata Yunani eidos, yang sudah dikenal sejak
Homeros, kemudian Empedokles, Demokritos, Heredotos, lebih-lebih
sejak Plato. Eidos berarti ’yang orang lihat’, ’pernampakan’, ’bentuk’,
’gambar’, ’rupa’ yang dilihat. Intelek (akal budi) manusia melihat
benda melalui ’gambar’-nya yang terdapat di dalam intelek tersebut.
Oleh karena itu, representasi atau wakil benda yang terdapat di dalam
intelek di sebut ide. Sedangkan konsep berasal dari kata latin;
concipere, yang artinya mencakup, mengandung, mengambil,
menyedot, menangkap. Jadi, konsep sebenarnya tangkapan. Intelek
manusia, apabila menangkap sesuatu dapat terwujud dengan membuat
konsep. Buah atau hasil dari tangkapan itu disebut konsep. Dengan
demikian ide dan konsep itu memiliki arti yang sama.
Akal budi kita pada dasarnya mempunyai tiga cara mengetahui
(modi sciendi) yang sistematis. Yang pertama membagi, yakni
menunjuk dan menjumlah secara jelas perbedaan-perbedaan (distinct)
bagian-bagian suatu keseluruhan logis, kemudian memberikan
ketentuan atau batasan arti, selanjutnya menyusun pemikiran.
Di antara kegiatan-kegiatan intelek manusia, keputusan memegang
peranan penting. Sebab, di dalam keputusan, intelek manusia
mencapai kesempurnaan pengetahuan. Dalam konsep hanya sekedar
menangkap hakikat benda-benda alami, sedangkan pada keputusan
ditegaskan pernyataan tentang keberadaannya benda-benda alami
tersebut.
Logika scientifika bertujuan memastikan kebenaran. Maka perlu
kirannya kita tahu apa yang disebut kebenaran dan apa yang disebut
kesalahan. Secara umum, kebenaran dan kesalahan adalah:
mengatakan apa yang sesungguhnya begitu, dan mengatakan apa yang
sesungguhnya tidak begitu. Dengan kata lain kebenaran (kesalahan)
adalah kesesuaian (atau keidaksesuaian) intelek dan objeknya. Dengan
memahami kebenaran dan kesalahan, maka kita dapat membuat
keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan.
Resensi Buku Ilmu Pengetahuan dan Tanggung Jawab Kita
Oleh Prof.Dr.A.G.M. van Melsen
Pada jaman dahulu ilmu pengetahuan memperlihatkan kesatuan
yang lebih jelas daripada sekarang. Sehingga orang mendapat kesan
bahwa ilmu pengetahuan telah berkembang dari keadaan bersatu
menjadi banyak. Ilmu pengetahuan timbul sebagai usaha secara
metodis dan sistematis mencari asas-asas yang mengizinkan untuk
memahami kesatuan dan perkaitan satu sama lain antara banyak gejala
yang berbeda-beda. Proses ini sudah mulai pada filsuf-filsuf alam di
Yunani, seperti misalnya Thales dari Miletos (abad ke-6 sebelum
Masehi). Orang Yunani ini telah mencari zat asali yang merupakan
asal-usul bagi segala sesuatu yang ada. Juga sejarah ilmu pengetahuan
di kemudian hari memperlihatkan tendensi yang sama untuk mencari
asas-asas yang menjamin kesatuan. Banyak perkembangan penting
dalam ilmu pengetahuan telah berlangsung dengan menyusun teori-
teori, yang sebagai teori-teori universal hanya menggabungkan apa
yang sebelumnya dianggap wilayah-wilayah tersendiri.
Perbedaan antara situasi ilmu pengetahuan dulu dan sekarang tentu
tidak terbatas pada kesatuan lebih besar yang menandai ilmu
pengetahuan di masa lampau. Terdapat juga perbedaan-perbedaan,
antara lain cukup menyolok mata bahwa tempat yang diduduki ilmu
pengetahuan dalam hidup sehari-hari dulu sama sekali berbeda, kalau
dibandingkan dengan situasi modern sekarang. Dulu ilmu
pengetahuan praktis tidak mempengaruhi hidup sehari-hari. Dan
dianggap biasa saja, bila ilmu pengetahuan tidak mempunyai
konsekuensi dalam hidup kemasyarakatan, karena maknanya sama
sekali lain. Tetapi kini fungsi kemasyarakatan dari ilmu pengetahuan
telah berubah secara radikal, ilmu pengetahuan sekarang ini melayani
kehidupan sehari-hari menurut segala aspeknya. Kegiatan ilmiah
dewasa ini didasarkan pada dua keyakinan:
1. Segala sesuatu dalam realitas dapat diselidiki secara ilmiah,
bukan saja untuk mengerti realitas dengan lebih baik, melainkan
juga untuk menguasainya lebih mendalam menurut segala as-
peknya.
2. Semua aspek realitas membutuhkan juga penyelidikan seperti
itu. Kebutuhan-kebutuhan yang paling primer, seperti air,
makanan, udara, dll tidak akan cukup tanpa penyelidikan itu.
Setelah mengetahui perkembangan ilmu pengetahuan dan
perbedaan dari ilmu jaman dulu dan sekarang, yang dibahas lebih
lanjut yaitu tentang peranan yang dimainkan filsafat dalam
mempersatukan ilmu pengetahuan. Pengaruh filsafat itu tampak
dengan dua cara. Pertama, bermacam-macam persoalan yang sekarang
dipelajari oleh banyak ilmu khusus, pada waktu itu dibicarakan dalam
rangka filsafat. Contoh yang jelas adalah Aristoteles, filsuf Yunani ini
mempunyai minat ilmiah yang luas, tetapi karena tidak ada teori-teori
ilmiah yang cocok, maka percobaannya untuk mempraktekkan ilmu
alam hanya bisa menjadi suatu filsafat alam yang luas dan umum.
Rupanya corak sistematis ilmu pengetahuan pada waktu itu hanya
diberikan oleh filsafat. Yang kedua, filsafat menguasai kawasan
ilmiah dengan cara lain lagi. Filsafat telah menyajikan suatu teori ilmu
pengetahuan dan setiap ilmuwan telah diperkenalkan dengan teori itu.
Karena itu ia memiliki suatu pandangan menyeluruh tentang sifat
ilmiah pada umumnya, sekalipun ia bukan ahli di semua bidang
ilmiah. Filsafat pada zaman modern mulai memusatkan perhatiannya
secara khusus pada ilmu pengetahuan alam, dan keadaan itu berubah
ketika ada ilmu-ilmu lain yang mencapai kematangannya: ilmu
sejarah, ekonomi, sosiologi, psikologi dll. Perkembangan itu tidak saja
menguntungkan ilmu-ilmu bersangkutan, tetapi juga filsafat. Alasanya
karena dengan demikian filsafat mendapat data-data yang lebih
“teruji” bagi refleksinya atas metode ilmu-ilmu pengetahuan.
Perbedaan terbesar antara ilmu pengetahuan dulu dan sekarang
terletak dalam keterlibatan erat ilmu pengetahuan sekarang ini dengan
praktis. Biarpun pembeda antara ilmu-ilmu teoritis dan praktis masih
tetap actual, namun karena perkembangan ilmu pengetahuan
pembedaan itu kini tidak tajam lagi. Alasannya karena banyak ilmu
teoritis memerlukan eksperimen untuk tujuan langsung mereka (yaitu
memperoleh pengetahuan) dan karena itu mendapat suatu segi ilmu
praktis. Di lain pihak ilmu-ilmu praktis begitu erat kaitannya dengan
teori, sehingga juga dari segi pembeda tidak terlalu tajam lagi. Namun
demikian, masih ada berbagai alas an untuk membicarakan lebih
lanjut pembeda antara ilmu-ilmu teoritis dan praktis ditanyakan,
misalnya apakah kebertautan antara teori dan praktis yang begitu kuat
di bidang ilmu alam, terdapat pada semua ilmu misalnya ilmu manusia
seperti ekonomi, sosiologi, psikologi atau filsafat? Juga bila di situ
pun ditemui pertautan antara teori dan praktis, sifatnya akan berlainan
dengan ilmu alam dan teknologi.
Kerap kali dapat kita dengar, perkembangan ilmu pengetahuan-
dan khususnya ilmu alam- menjadi ilmu pengetahuan teoritis-praktis
bertanggung jawab atas perubahan-perubahan social besar sekali yang
telah berlangsung dalam zamn baru. Tetapi jarang ditanyakan tentang
arti kata tanggung jawab ini. Karena itu berbicara tentang tanggung
jawab ilmu pengetahuan adalah suatu cara tak langsung untuk
berbicara tentang manusia yang mempraktekkan, menerapkan, dan
menggunakan ilmu pengetahuan itu. Kalau dikatakan ilmu pengtahuan
bertanggung jawab atas perubahan-perubahan social, maka itu tidak
saja berarti ilmu pengetahuan telah mengakibatkan perubahan-
perubahan ini. Itu berarti juga bahwa ilmu pengetahuan tetap
bertanggung jawab atas yang terjadi selanjutnya. Tanggung jawab
menyangkut baik masa lampau maupun masa depan. Apa yang telah
terjadi, tidak mutlak perlu harus terjadi dan apa yang akan terjadi
tergantung juga dari keputusan bebas manusia.
Makin kita berefleksi tentang ilmu pengetahuan makin sadarlah
kita tentang tempat sentral ilmu pengetahuan dalam kehidupan
manusia dan tentang tanggung jawab besar yang berkaitan dengannya.
Kesadaran dan tanggungjawab itu bertambah besar, bila kita melihat
dengan jelas dan sering kali pedih melihat tidak berdayanya ilmu
pengetahuan terhadap problem-problem konkrit, karenanya dengan itu
kita dianjurkan meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan sekuat
tenaga. Kita harus selalu ingat bahwa ilmu pengetahuan bagi manusia
bukan sekedar jalan menuju perkembangan diri, tetapi juga sebagai
integral dari perkembangan diri itu. Kenyataannya ilmu pengetahuan
menurut kodratnya bertugas memberikan manusia sebanyak mungkin
kejelasan tentang dirinya.