document
Post on 22-Nov-2015
26 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Sejarah Singkat Majalah Femina
Femina memulai terbitan pertama pada tanggal 18 September 1972. Pada hari
itu majalah Femina beredar dengan tiras 20.000 eksemplar, tebal 44 halaman, harga
Rp.125,00 (seratus dua puluh lima rupiah). Sampul dan 16 halaman isinya berwarna.
Walaupun tanpa gembar-gembor promosi atau iklan raksasa, edisi tersebut segera
habisl terjual, dan akhirnya terbit setiap bulan.
Sejak 7 Mei 1973, Femina (Nomor 8) telah berani terbit sebagai majalah
dwimingguan dengan tebal 48 halaman. Kantor readaksi dan tata usaha yang semula
menempati sebuah garasi dirasakan sudah terlalu sempit. Sebuah rumah tinggal
berupa flat di lantai tiga di Jl. Kebon Kacang Raya akhirnya di rombak menjadi
kantor pertama.
Majalah Femina secara konsisten melaksanakan visi dan misi perbaikan
wanita yang dimulainya dari sektor pengembangan diri, rumah tangga, dan keluarga,
sampai pada tingkat kepedulian bermasyarakat dan bernegara.
Pemimpin Redaksi majalah Femina pertama adalah Mirta Kartohadiprodjo
(1972-1982) dikenal juga sebagai seorang pendiri dan kemudian menjadi pimpinan
seluruh badan penerbit 5 majalah wanita dalam Femina Group (Femina, Gadis,
Ayahbunda, Dewi dan Sartika), dan Reporter pertama Femina adalah Noesreini, saat
itu mahasiswa tingkat skripsi di Universitas Padjadjaran Jurusan Komunikasi, dan
kini telah menjadi Pemimpin Redaksi majalah Sartika, majalah termuda dalam
Femina Group. Sementara penulis pertamnya adalah Anna Massie, dikenal sebagai
seorang penulis buku anak-anak yang bergabung sejak edisi nomor 3 (November
1972). Pada tahun 1981, beberapa nomor setelah Femina menetapkan untuk terbit
sebagai satu-satunya majalah wanita yang terbit mingguan.
Menurut Mirta Kartohadiprodjo presiden direktur Femina Group dan juga
pendiri majalah Femina, Kelahiran femina tidak lepas dari situasi ekonomi Indonesia
saat itu. Investasi asing mulai masuk. Ekonomi Indonesia mulai bergerak. Pada saat
yang sama, perempuan muda lulusan perguruan tinggi tidak puas hanya mengurus
rumah tangga dan anak saja. Sementara, pekerjaan yang tersedia untuk perempuan
saat itu sangat terbatas. Indonesia kekurangan tenaga terdidik. Femina menyiapkan
perempuan muda masuk kelapangan kerja. Hingga sejauh ini femina berusaha
memuaskan kaum perempuan dengan memenuhi kebutuhannya lewat teknologi.
Media internet sebagai penyalur pesan perjuangan perempuan. Majalah ini semakin
memperlihatkan feminitasnya secara tegas, Perempuan yang ditampilkannya adalah
perempuan yang berani memilih, berani menikmati feminitasnya, dan berani
menikmati hidup dengan segala keindahannya, tetapi tidak melupakan isu-isu sosial.
Femina mampu bertahan meskipun berbagai majalah baru lahir, termasuk saat
majalah waralaba dari luar negeri hadir di sini, televisi mendominasi dunia media
massa, dan kemudian disusul internet.
Ada empat sosok perempuan yang membentuk Femina hingga saat ini. Mirta
artohadiprodjo dan Widarti Gunawan mendirikan majalah ini dan erturut-turut
mereka bergantian menjadi pemred, masing-masing selama 10 tahun dan 17 tahun.
Setelah itu Dewi Dewo mengemudikan Femina 1999-2002), disusul Petty dari 2002
hingga sekarang.
Landasan Ideal Majalah Femina
I. Majalah wanita yang ditujukan terutama pada kaum wanita middle-class yang
berpendidikan paling sedikit/rendah SMA, Yaitu: young housewife, wanita
bekerja, remaja berumur antara 15 40.
II. Tujuan :
Menyajikan bahan bacaan pengisi waktu luang yang bermanfaat, yang sifatnya:
a. Informatif bukan didaktik kering, tetapi penyajian harus segar.
b. Hiburan
c. Membangkitkan daya kreatifitas
d. Meluaskan pandangan kaum wanita dari kehidupan rumah tangga,
kelingkungan masyarakat yang luas.
III. Gaya Penulisan
Sederhana, jelas dan dari hati ke hati, yang terutama harus timbul kontak antara
penulis dan pembaca.
Landasan ini di buat pada 1 Juni 1972.
B. Analisis
Dalam analisis ini peneliti menggunakan penafsiran logika, hubungan
kenyataan dengan jenis dasarnya : icon (ikon), index (index), symbol (simbol), yang
dikemukakan oleh santosa dalam Analisis Teks Media (Sobur, 2001:97),
Pemahaman akan struktur semiosis menjadi dasar yang tidak bisa ditiadakan bagi
penafsir dalam upaya mengembangkan pragmatis. Seorang penafsir yang jeli dan
cermat pasti melihat sesuatunya dengan jalur logika.
Dalam penelitian ini penulis memberikan penjelasan kepada hasil analisis foto
cover. Penulis secara deskriptif melakukan analisis terhadap foto cover pada majalah
Femina pada edisi Februari 2008.
Merujuk pada teorinya Pierce (North, 1995:45) maka tanda-tanda dalam
gambar dapat dilihat dari jenis tanda yang digolongkan dalam semiotik. Diantaranya :
ikon, indeks dan simbol.
Keempat foto cover yang penulis akan tampilkan, penulis akan mencari dari
icon, index dan symbol, yang dapat menggambarkan makna foto dan unsur-unsur
kategori Feminisme sebagai berikut :
Foto Cover 1
Ket :Edisi tanggal 07-13 Februari 2008 Nomer. 06/XXXVIPanjang Cover : 28,3cm Lebar Cover : 21,5cmKetebalan kertas : 80 mg
Foto Cover I diterbitkan pada bulan Februari 2008 tanggal 07 Februari 2008 Nomer. 06/XXXVI dengan Model Cover : Wenny dan Elen Alexander.
a. Icon
Pada Foto Cover Edisi ini Femina menggunakan dua model wanita cantik yang
cukup ternama yaitu Wenny dan Ellen Alexander untuk menarik perhatian para
pembaca. Pada edisi ini bertepatan dengan Imlek sehingga Femina menampilkan
wanita yang memiliki wajah sedikit oriental.
Pada edisi ini foto cover majalah Femina menggambarkan dengan dua model wanita
cantik berwajah oriental dengan make up, di tambah pewarna pipi, eye shadow dan
lipstik di wajahnya menggunakan busana berwana merah cerah untuk menarik
perhatian para pembacanya. Kedua model tersebut menampilkan kesan senyuman,
berdiri saling berdekatan meletakkan sebagian tangannya di pinggul. dan terlihat
berani dari warna pakaian yang dikenakan di tambah lagi warna pada baground yang
sesuai dengan warna pakaian yang digunakan kedua model tersebut.
b. Index
Pada foto cover ini terdapat penandaan yang ditimbulkan dalam bentuk indeks.
Penulis memprediksi bahwa dalam foto cover edisi ini terdapat nuansa Feminisme.
Dapat dilihat dari karakter kedua model yang ditampilkan yaitu kedua-duanya wanita,
kemudian warna baground dan busana yang disajikan berwarna merah memberi kesan
keberanian.
Sebagaimana warna merah adalah The Power Of Red warna merah adalah warna yang
paling kuat dari semua warna. Warna merah akan memberikan kesan kekuatan, rasa
ingin tahu yang tinggi, cinta dan kepemimpinan. (Majalah Paras No.20 Edisi Mei
2005)
Di cover ini terkesan bahwa wanita juga punya keberanian rasa ingin tahu yang tinggi
dan sanggup menjadi pemimpin.
c. Simbol
Dalam foto cover majalah Femina edisi ini terdapat dua model wanita cantik
berwajah oriental yang mengenakan busana berwarna merah. Simbol warna merah
dengan gerak tangan kedua model yang diletakkan di pinggul seakan-akan
memberikan kesan menantang dan berkuasa, serta baground dan warna busana yang
dikenakan berwarna merah memberi kesan kuat dan berani, warna yang ditimbulkan
terlihat cerah dan menarik perhatian untuk dilihat.
d. Feminisme
Pada foto cover majalah Femina edisi ini dapat penulis bahwa majalah Femina
menampilkan dua wanita pada foto cover edisi ini, dilatari dengan nuansa warna
pakaian dan baground cover berwarna merah, menandakan dominasi dan keberanian
dua sosok wanita yang tampil pada foto cover edisi tersebut. Dapat penulis prediksi
bahwa majalah Femina edisi ini menampilkan sisi Feminisme atau persamaan hak
dengan kaum laki-laki Indonesia, yaitu bahwa wanita pantas untuk tampil dan punya
hak untuk tampil di publik dan berhak memiliki media tersendiri untuk para wanita di
Indonesia sebagaimana diungkapkan oleh pemimpin redaksi majalah Femina yaitu
Ibu Petty S. Fatimah dalam wawancaranya dengan penulis yang mengatakan bahwa
wanita Indonesia harus punya media tersendiri untuk menyampaikan perjuangan-
perjuangannya kepada publik.
Secara umum feminisme adalah ideologi untuk mencapai kesetaraan politik, sosial,
dan pendidikan antara perempuan dan laki-laki, gerakan ini muncul pertama kali di
Eropa dan AS.
Secara umum, Maggie Humm (1990) menjelaskan feminisme sebagai sebuah ideologi
pembebasan perempuan karena yang melekat dalam semua pendekatannya adalah
keyakinan bahwa perempuan mengalami ketidakadilan karena jenis kelaminnya,
karena ia adalah perempuan.
Dari foto cover tersebut penulis menafsirkan adanya tanda (sign) tentang feminisme
yang diperlihatkan melalui foto cover edisi ini lewat pose, warna, dan bahasa tubuh
yang digunakan.
Ikon Indeks SimbolPada foto cover majalah Femina edisi ini mengambarkan dua wanita cantik dengan wajah oriental dihiasi make up tebal di tambah eye shadow, pewarna pipi dan lipstik mengenakan busana berwarna merah berdiri saling berdekatan memberikan senyuman dengan tangan di letakan pada pinggul.
Pada foto cover ini terdapat penandaan dalam bentuk indeks. Dalam hal ini kedua model berpose saling berdekatan tersenyum dan meletakkan tangannya tepat di pinggulnya, sehingga unsur Feminismenya ada pada pos
top related