vegetarian dalam perspektif spiritual
Post on 26-Mar-2016
220 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
WEJANGAN BHAGAVAN TENTANG VEGETARIAN
“Mulai dari saat sekarang, marilah bagi siapapun juga, apakah dia yang menganggap dirinya
sebagai seorang bhakta (pemuja Tuhan) atau tidak, dia seharusnya melepaskan kebiasaan
makan daging. Mengapa? Mengkonsumsi daging hanya akan meningkatkan sifat-sifat binatang
di dalam diri kita. Hal ini telah jelas dikatakan bahwa makanan yang dikonsumsi seseorang akan
menentukan pikiran seseorang. Dengan mengkonsumsi berbagai jenis daging binatang, maka
sifat-sifat dari binatang ini akan ikut terserap. Betapa sangat berdosanya dengan makan daging
binatang yang juga disusun oleh lima unsur yang sama! Hal ini akan menuntun seseorang pada
kecendrungan tindakan jahat dan kejam, selain telah melakukan kebengisan pada binatang.
Karena itu, bagi mereka yang berhasrat dengan tulus untuk menjadi bhakta-Nya Tuhan harus
melepaskan makanan yang bukan vegetarian. Dengan memanggil diri mereka sebagai bhakta-
Nya Sai atau bhakta-Nya Rama dan Krishna, namun mereka malah memelihara ayam untuk
disembelih. Bagaimana mungkin mereka menganggap diri mereka sebagai bhakta-Nya Sai?
Bagaimana mungkin Tuhan bisa menerima orang seperti ini sebagai seorang bhakta? Maka dari
itu, apakah mereka seorang bhakta di India atau di luar India, mereka harus segera melepaskan
kebiasaan makan daging. Maka dari itu, bagi mereka yang bercita-cita untuk menjadi pemuja-
Nya Tuhan harus melepaskan makan daging, merokok dan minuman keras.”
Wejangan Bhagavan 23 November 1994, Sanathana sarathi bulan Desember 1994, halaman 315
“Aku telah menekankan betapa pentingnya bagi setiap orang untuk melepaskan kebiasaan
makan makanan yang bukan vegetarian bahkan ketika dalam masa anak-anak-Ku. Makan
daging akan mengembangkan kualitas binatang dalam diri manusia dan membuatnya terseret
kedalam tingkat raksasa; adalah sebuah pemandangan yang begitu menghancurkan hati ketika
melihat beberapa sapi harus dibunuh dan dipotong untuk dipakai sebagai makanan bagi
manusia. Sapi telah dipuja sebagai ibu di tanah Bharat sejak jaman dahulu. Pemotongan sapi
adalah menjijikkan bagi kebudayaan negeri ini. Persediaan air minum bagi orang-orang dan
mengakhiri pembantaian binatang untuk makanan adalah dua kebutuhan penting bagi negeri
ini dalam upaya untuk mendapatkan kembali kemuliaannya yang sejati. Kekerasan dalam
bentuk apapun adalah merupakan kejahatan dan membunuh binatang yang tidak berdosa
secara jelas adalah sebuah kekejaman. Aku memberkati perdana mentri India dan
mengharapkannya untuk sampai kesana dan menyelesaikan dua hal semasih dia menjabat.”
Sanathana Sarathi, Desember 1994, halaman 322
“Adalah penting untuk dicatat bahwa bagi mereka yang menjalani kehidupan dengan
vegetarian akan lebih kurang terserang penyakit, sedangkan bagi mereka yang menjalani
kehidupan bukan vegetarian akan mengalami lebih banyak terserang penyakit. Mengapa?
Karena makanan yang bersumber dari hewan adalah tidak cocok dengan tubuh manusia.”
Wejangan musim panas 1990, halaman 34
“Ibu Easwaramma merawat anaknya (Sathya Narayena Raju) dengan kasih dan perhatian. Hari
berganti demi hari dan Sathya kecil sudah menjadi seorang anak laki-laki. Anak ini adalah
seorang mithabhashi dan mithaahari (seseorang yang sedikit makan dan sedikit bicara).
Easwaramma menjadi bingung dengan tingkah laku yang aneh dari anaknya. Biasanya anak-
anak suka sekali makan. Khususnya beberapa orang lebih memilih makanan yang bukan
vegetarian seperti ikan dan daging. Namun anak laki-lakinya benar-benar menolak dan
menentang makanan yang bukan vegetarian. Beliau bahkan tidak mau berkunjung ke rumah
tempat makanan non vegetarian itu dimasak. Melihat sifatnya yang begitu mulia, Easwaramma
menyadari bahwa anak laki-lakinya bukanlah anak pada umumnya, namun seseorang yang
mempunyai sifat keTuhanan. Saudara Beliau yang perempuan yang bernama Venkamma juga
menyadari sifat keTuhanan dari anak ini. Bersama-sama, mereka membesarkan anak laki-laki ini
dengan kasih dan perhatian.”
Wejangan suci Bhagavan 23 November 2003
“Di dalam upaya untuk mendapatkan pikiran yang baik, maka lepaskanlah kebiasan-kebiasaan
yang tidak baik seperti mengkonsumsi makanan yang bukan vegetarian, merokok dan
meminum minuman keras.”
Wejangan Bhagavan, 21 November 1999
“Ada beberapa kebiasaan-kebiasaan tertentu. Para anggota dari sebuah oragnisasi seharusnya
memiliki kebiasaan yang baik. Jaisa Anna, Vaisa Mann – sebagaimana makanannya begitulah
pikirannya. Sebagaimana pikirannya maka begitulah pengalamannya – Yad bahvam tad Bhavati.
Jadi, kita harus makan dengan jalan yang benar. Ini disebabkan karena segala jenis makanan
yang kita miliki bersifat durguna, duralochana dan duschinta – kebiasaan yang buruk, pikiran
yang buruk. Jadi, lepaskanlah kebiasaan merokok. Dan juga meneguk minuman keras. Minuman
beralkohol dan rokok akan merusak kesehatanmu. Seseorang yang tidak sehat dan sakit tidak
akan mampu mencapai hal yang kecil. Makan daging juga adalah sesuatu yang sangat buruk.
Jika kalian menikmati makanan yang berasal dari binatang, maka kalian mengembangkan sifat-
sifat kebinatangan. Sebagaimana makanannya maka begitulah pikirannya. Jadi kalian harus
mempunyai aturan dalam hal makanan. Kemudian yang keempat adalah judi. Kesemuanya ini
dalam bidang spiritual harus dilepaskan mulai dari merokok, minum minuman memabukkan,
makan daging dan berjudi. Keempat kebiasaan ini adalah sangat buruk.
Kalian ikut dalam makan daging. Banyak orang harus membunuh binatang karena
kesukaan kalian dalam menikmati makanan yang bukan vegetarian. Kalian yang harus
bertanggung jawab atas kematian binatang-binatang itu. Mereka dibunuh karena kalian
berhasrat memakannya. Ini adalah dosa. Betapa berdosanya kalian dengan membunuh
binatang yang tidak berdosa dan memakannya.”
Wejangan Bhagavan, 21 November 1995
Mulai dari saat kelahiran kita sampai pada waktu hancurnya badan ini, kita melakukan banyak
cara untuk menghasilkan uang dan mendapatkan makanan. Di dalam upaya menumpuk
kekayaan, kita memakai berbagai bentuk cara dan metode yang juga dipakai oleh unggas dan
binatang.
Dalam hal mencari makanan, kita menggunakan berbagai jenis kekuatan, keahlian dan
kemampuan yang juga sama digunakan oleh para binatang dan unggas. Adalah tidak benar
dengan mengatakan bahwa kita menggunakan semua pengetahuan dan keahlian kita untuk
melakukan sesuatu yang juga sama dilakukan oleh unggas dan binatang. Dalam proses
menghabiskan semua energi yang kita miliki untuk mendapatkan makanan, kita pergi terlalu
jauh dari aspek Atma. Untuk tujuan memberi makan diri kita, banyak kehidupan yang harus
dikorbankan. Dalam proses kita mencari makanan, banyak benda seperti pohon, unggas, ikan
dan binatang yang dikorbankan. Karena berbagai jenis kehidupan yang dikorbankan dan
menyatu dengan umat manusia, maka mereka juga memperoleh kelahiran sebagai manusia
pada kelahiran berikutnya. Tidak satupun dari jiva ini yang mendapatkan kesempatan untuk
meningkat lebih daripada kehidupan sebagai manusia. Seluruh hidup telah dihabiskan untuk
melakukan sebuah usaha untuk lahir kembali setelah kematian seseorang, jadi mengulangi
perputaran kelahiran dan kematian. Kita menjadi budak dari proses kelahiran dan kematian.
Kita seharusnya tidak mengijinkan diri kita menjadi budak dalam proses ini. Kita harus
melakukan sebuah usaha untuk menjadi seseorang dengan jiwa yang bersinar cemerlang.
Wacana musim panas di Brindavan, 1974
“Di hari yang suci seperti Vijaya Dasami ambillah sebuah janji untuk melepaskan kebiasaan
seperti merokok, minum minuman keras, makan makanan yang bukan vegetarian. Banyak yang
tidak menyadari akibat buruk dari kebiasaan yang jelek ini. Jika seorang perokok
menghembuskan asap rokoknya pada sehelai sapu tangan putih maka dia akan menemukan
bercak kuning diatas kain ini. Ini adalah tanda dari penyakit. Merokok menuntun pada penyakit
kanker. Minum minuman yang memabukkan adalah kebiasaan yang sangat jelek. Ini akan
menyebabkanmu menjadi mabuk dan lupa akan dirimu sendiri. Mengkonsumsi makanan yang
bukan vegetarian juga adalah kebiasaan yang buruk. Ketika tubuh manusia sendiri terbuat dari
daging, apakah perlunya mengkonsumsi daging yang berasal dari unggas dan binatang? Kalian
seharusnya hanya makan makanan yang suci. Hanya dengan demikian kalian bisa memiliki
perasaan yang suci. Untuk mendapatkan pikiran yang suci dan perbuatan yang suci, makanan
yang suci adalah sangat mendasar.” Wejangan Bhagavan, 1 Oktober 1998
“Lidah seharusnya hanya disibukkan dengan berbicara yang benar, berbicara yang lembut dan
mengkonsumsi apa yang baik dan berguna bagi tubuh. Manusia menurunkan derajatnya sendiri
dengan mengkonsumsi minuman yang memabukkan dan makanan yang bukan vegetarian dan
menuruti kesenangan untuk merokok. Kebiasaan yang meracuni ini juga berakibat pada otak.”
Wejangan Bhagavan, 6 Oktober 1997
“Sebuah sifat dasar dapat dirubah dengan cara latihan; bahkan anjing dapat berhenti
menikmati daging ketika dilatih hanya untuk menikmati makanan vegetarian.”
Sabda Sathya Sai XII, Bab 36
“Adalah sebuah fakta bahwa tumbuhan juga mempunyai jiwa sama halnya dengan binatang.
Namun binatang diberkati dengan pikiran, dan system syaraf juga sedangkan tumbuhan tidak
memilikinya. Binatang dapat menangis dan menjerit ketika mereka dipaksa untuk dibunuh. Hal
ini tidak terjadi pada tumbuhan; menyamakan antara membunuh binatang dengan
menghancurkan tumbuhan adalah penalaran yang salah. Lebih lanjut, membunuh binatang dan
menikmati daging mereka menuntun pada menyebarnya sifat dan tingkah laku binatang pada
diri manusia (artinya manusia mendapatkan sifat hewan dengan menikmati dagingnya). Jadi
sifat hewan ini akan ada dalam diri kita seperti sifat tamasik yang dimiliki oleh kerbau dan
domba. Karena itu, kebiasaan makan daging harus dibuang.
Makanan dapat mengkondisikan keadaan sifat dari pikiran. Sedangkan sifat pikiran menuntun
pada pola pikir yang dimiliki. Pola pikir menghasilkan tindakan. Akhirnya tindakan menuntun
kita pada hasil dan akibatnya. Rantai tindakan antara makanan yang kita makan dan hasil dari
tindakan kita menyoroti kenyataan bahwa makan daging menuntun pada tindakan yang kejam
dan menghasilkan akibat yang buruk.”
Sathya Sai, Awatara kasih, halaman 132.
“Tindakan dan makanan yang harus kalian hindari serta jauhi. Nishidda Karma adalah tindakan
yang benar-benar harus dihindari. Sebagai contoh, seorang peminat spiritual harus mengikuti
beberapa aturan berkaitan dengan makanan. Dia harus secara total menghindari makanan yang
bersifat rajasik seperti minuman beralkohol dan makanan dari daging. Sifat dasar dari makanan
menentukan sifat dasar dari pikiran, perasaan dan tindakan seseorang. Jika tindakan seseorang
harus benar dan pantas maka dia harus secara hati-hati mengikuti disiplin dalam hal makanan.”
Sabda Sathya Sai XXIX, Bab 20
“Ada beberapa aturan yang berkaitan dalam hal makanan. Banyak dokter yang menekankan
nilai dari protein dan mereka menyarankan untuk makan daging, telur, dsb. Namun protein
yang dibicarakan disini hanya untuk membangun tubuh phisik, namun benar-benar dapat
merusak pikiran. Para dokter hanya fokus pada pertumbuhan badan jasmani. Mereka kurang
memberikan perhatian pada bentuk halus dari susunan tubuh rohani atau batin. Kebanyakan
penyakit yang lumrah terjangkit di dunia pada saat sekarang adalah terkait dengan pikiran.
Jumlah penyakit jiwa telah melebihi penyakit pada tubuh jasmani. Wedhaantha telah
menjelaskan bahwa pikiran adalah sebab dari keterikatan dan kebebasan dari manusia. Hal ini
berarti bahwa pikiran harus digunakan dengan sepantasnya dan diputar menuju jalan Tuhan.
Sama halnya juga bahwa pikiran yang harus bertanggung jawab pada kesehatan dan rasa sakit.
Dalam konteks ini, makanan juga memegang peranan yang sangat penting. Protein yang
dibutuhkan terdapat dalam susu, dadih susu dan sayuran yang banyaknya sama dengan yang
terdapat dalam daging. Jika berkaitan dengan diet, para dokter memberikan resep yang benar
untuk bisa menyembuhkan pasien dari rasa sakit.
Wejangan Sri Sathya Sai Baba 7 Pebruari 1993.
“Makan daging adalah tidak apa-apa bagi mereka yang memusatkan perhatian pada tubuh
jasmani dan ingin memiliki kekuatan, namun untuk peminat spiritual makan daging adalah
buruk.”
Hislop, John S., Percakapan dengan Sathya Sai Baba, halaman 19
Kalian seharusnya tidak salah paham dan salah mengambil makna dari apa yang Aku katakan.
Adalah kewajiban-Ku untuk menyampaikan kepada kalian kebenaran seperti apa adanya. Saat
sekarang ada alasan mengapa populasi umat manusia meningkat, dan itu disebabkan karena
tingkah laku dan sikap dari manusia. Manusia bekerja dengan susah payah untuk mengisi
perutnya yang kecil dan Tuhan dengan kasih Beliau telah menciptakan banyak hal di dunia ini.
Beliau menciptakan banyak tumbuhan padi, begitu banyak buah-buahan, banyak gandum.
Begitu banyaknya makanan yang bagus telah diciptakan oleh Tuhan, namun kita pergi untuk
menikmati daging dan ikan. Dan semua jenis ikan yang kita bunuh dan makan lahir kembali
sebagai manusia.”
Wacana musim panas di Brindawan 1977, halaman 182
“Daging dan minuman beralkohol memberikan ancaman yang begitu besar bagi kesehatan
manusia, menyebabkan banyak penyakit di dalam dirinya.
Wejangan Sri Sathya Sai Baba, 21 Januari 1994
“Kebutuhan yang ketiga adalah makanan yang sathwik. Ini mengandung makna bahwa tidak
satupun dari jenis makanan yang dapat dimakan harus banyak mengandung rasa masam, pahit
atau pedas. Kalian seharusnya menjauhkan diri makanan yang bersifat rajasik seperti ikan dan
daging. Bahkan makanan yang bersifat sathwik seharusnya tidak dikonsumsi secara berlebihan.
Beberapa orang mengkonsumsi begitu banyak makanan sathwik walaupun itu adalah bersifat
satwam, tapi kalau berlebihan akan mengambangkan kualitas dari sifat rajasik. Semuanya akan
menjadi sathwik jika kalian datang duduk dengan perut yang kosong dan pergi dengan perut
yang tidak terlalu penuh! Jika kalian datang dengan perut kosong dan pergi dengan perut yang
kepenuhan, maka hal ini akan menjadi ramona.”
Wejangan Sri Sathya Sai Baba, 29 Desember 1985
“Kategori yang ketiga dijelaskan sebagai “Madhyapaanoratha daanavah” (seseorang yang
kecanduan dengan minuman yang memabukkan dan makan daging dan mengarah pada
kehidupan yang mengumbar kenikmatan panca indria adalah seorang iblis). Orang yang seperti
itu benar-benar mementingkan diri sendiri dan tidak mempunyai perasaan atau perhatian
terhadap yang lainnya. Orang yang jahat, dipengaruhi oleh hasrat yang jahat dan perbuatan
yang jahat pula adalah merupakan gambaran dari seorang raksasa.”
Wejangan Sri Sathya Sai Baba, 25 Desember 1991
“Dengan makan daging tubuh jasmani akan mendapatkan protein, namun protein untuk jiwa
tidak akan ada di dalam daging. Jika kalian berhasrat penuh dalam kehidupan spiritual,
mengkonsumsi daging adalah tidak ada manfaatnya sama sekali; namun jika kalian menaruh
perhatian yang besar pada kehidupan duniawi, daging adalah tidak menjadi masalah. Ada juga
alasan spiritual lainnya. Ketika kalian membunuh binatang itu berarti kalian membuatnya
menjadi menderita, tersiksa dan disakiti. Tuhan ada di dalam setiap makhluk hidup, lantas
bagaimana kalian bisa memberikan penderitaan yang begitu kejam? Kadang-kadang ketika
seseorang digigit anjing dia menjadi menangis, dia merasa begitu kesakitan. Coba bandingkan
berapa besar rasa sakit yang ditimbulkan ketika dalam proses pembunuhan. Binatang lahir ke
dunia bukan untuk tujuan menjadi makanan bagi umat manusia. Mereka datang untuk
menemukan dan berkembang sesuai dengan kehidupan mereka sendiri di dunia ini. Ketika
manusia meninggal, rubah dan binatang yang lainnya mungkin ingin menyantap mayat ini,
namun manusia lahir ke dunia bukan untuk menjadi makanan bagi binatang itu; kita lahir bukan
untuk tujuan itu. Sama halnya, manusia makan binatang, namun binatang tidak lahir untuk
menjadi makanan bagi manusia.”
Hislop, John S, Percakapan dengan Sathya Sai Baba, halaman 19
”Madhya paana ratho dushtah” (manusia yang jahat gemar terhadap minuman yang
memabukkan). Makan daging dan minum minuman keras adalah sifat buruk dari orang jahat.
Bagi mereka yang terseret dalam kebiasaan minum minuman keras kehilangan semua rasa
kesopanan, tidak ada perasaan kasih sayang atau rasa iba dan berubah menjadi makhluk yang
jahat.
Wejangan Sri Sathya Sai Baba, 30 Juli 1994
“Bagaimana perubahan seorang individu dapat dicapai? Ada beberapa kebiasaan buruk
diantara para individu-individu seperti halnya merokok, minum minuman beralkohol, makan
daging dan berjudi. Kebiasaan buruk ini tidak hanya menurunkan martabat seorang individu
namun juga membebankan kesusahan bagi semua anggota keluarga mereka. Kebiasaan buruk
ini harus di lepaskan untuk tujuan agar seorang individu dapat mengejewantahkan nilai
kemanusiaan yang terkandung di dalam dirinya. Kepribadian seseorang dapat berkembang
mekar hanya ketika dia berjalan dalam kehidupan yang bermoral.”
Wejangan Sathya Sai Baba, 7 Pebruari 1993
“Semua anggota dalam organisasi Sai seharusnya mengembangkan kegiatan tertentu yang
sangat diperlukan sekali. Sebagai contoh, mereka seharusnya mengatur makanan mereka,
karena makanan dapat memberikan pengaruh yang sangat kuat bagi pikiran. Merokok dan
minum minuman keras harus segera ditinggalkan. Semuanya ini dapat menghancurkan
kesehatan. Makan daging juga harus dihindari karena makan daging hewan akan
mengembangkan sifat dan naluri binatang. Iblis yang keempat yang patut untuk ditinggalkan
adalah berjudi. Bagi mereka yang mengambil jalan spiritual seharusnya menjauhkan diri sebisa
mungkin dari kegiatan empat hal ini.”
Wejangan Sri Sathya Sai Baba, 21 November 1995
“Daging sangat tidak baik bagi kehidupan spiritual yang membutuhkan “protein jiwa”, dan juga
karena membuat binatang mengalami penderitaan dan harus dibunuh.”
Hislop, John S,. Percakapan dengan Sathya Sai Baba, halaman 19-20
“Namun sedikit susu, mentega dan keju dapat diterima karena tidak ada kekerasan yang
dilakukan untuk mendapatkan semuanya ini.”
Hislop, John S,. Percakapan dengan Sathya Sai Baba, halaman 20
“Bagian terpenting dari ajaran Swami, ada sebuah point yang Beliauu tekankan berulang kali
adalah hanya makan makanan yang suci. Hindari makan daging. Makanan ini tidak dapat
mengembangkan kemajuan dalam kehidupan spiritual.”
Rodriguez, Brigitte, Glimpses of the Divine, halaman 225
top related