usul penelitian may
Post on 27-Jun-2015
268 Views
Preview:
TRANSCRIPT
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebutuhan pangan sekarang ini terus meningkat sejalan dengan meningkatnya
jumlah penduduk. khususnya kebutuhan sayuran terutama bahan yang berasal dari
pertanian organik. Menurut Isnaini (2006) pemahaman tentang pertanian organik ada
dua yaitu pertanian organik dalam arti sempit dan dalam arti luas. Pertanian organik
dalam arti sempit yaitu pertanian yang bebas dari bahan-bahan kimia, sedangkan
dalam arti luas yaitu pertanian yang masih memberi toleransi penggunaan bahan
kimia dalam batas-batas tertentu, misalnya selain penggunaan pupuk organik tetapi
juga masih menggunakan pupuk kimia dengan jumlah yang masih sedikit. Sayuran
organik banyak diminati masyarakat selain karena bebas dari residu bahan kimia juga
meningkatkan citarasa dan kandungan gizi.
Sayuran merupakan salah satu jenis makanan yang sangat erat hubungannya
dengan kesehatan manusia. Sayuran juga mengandung vitamin dan mineral yang
sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan mempertahankan kesehatan tubuh
manusia. Selain itu sayuran juga merupakan sumber serat kasar yang dapat
membantu proses pencernaan dalam tubuh (Sunaryono dan Rismunandar, 1984)
Kacang panjang mengandung enam antosianin (sianidin 3-O-galaktosida,
sianidin 3-O-glukosida, delfinidin 3-O-glukosida, malvidin 3-O-glukosida,
peonidin3-O-glukosida, dan petunidin 3-O-glukosida), flavonol atau glikosida
1
flavonol (kaempferol 3-O-glukosida, quersetin, quersetin 3-O-glukosida, kuersetin
3-O-6′-asetilglukosida) (Wong and Chang, 2004), aglikon flavonoid (kuersetin,
kaempferol, isorhamnetin) (Lattanzio et al., 2000). Daun dan akarnya mengandung
saponin dan polifenol (Hutapea, 1994). Selain itu juga mengandung protein,
karbohidrat, lemak, serat, kalsium, besi, fosfor, potasium, sodium, vitamin B1,
vitamin B2, vitamin C, dan niasin (Handri and Rafira, 2003). Kandungan senyawa-
senyawa di dalam kacang panjang berperan dalam proses proliferasi, diferensiasi, dan
sintesis protein di sel target yang berbeda-beda. Secara empiris, tanaman kacang
panjang dimanfaatkan untuk merawat dan memperbesar payudara (Aryati, 2001).
Kacang panjang mempunyai potensi ekonomi yang sangat baik, sebab peluang
pasarnya cukup luas, yaitu untuk sasaran pasar dalam negeri maupun eksport.
Negara-negara yang sering mengimpor buncis dari Indonesia adalah, Singapura,
Hongkong, Australia, Malaysia dan Inggris. Bentuk-bentuk yang dieksport
bermacam-macam, ada berbentuk polong segar, didinginkan atau dibekukan dan ada
yang berbentuk biji kering.
Menurut informasi yang diperoleh dari LIPI, diperkirakan bahwa orang
Indonesia membutuhkan kacang-kacangan 40 gram/hari (LIPI dalam Handayani,
2008). Kacang buncis untuk konsumsi yang harus tersedia di Indonesia setiap
tahunnya sebanyak 261.810 ton (Setianingsih dan Khairudin, 2000). Produksi buncis
di Indonesia pada tahun 2000 sebesar 202.624 ton. Produksi tersebut belum dapat
memenuhi kebutuhan pangan masyarakat mengingat jumlah penduduk yang terus
meningkat (Badan Pusat Statistik, 2005 dalam Handayani, 2008).
2
Dekade terakhir ini, menunjukkan segala upaya telah ditempuh agar budidaya
tanaman kacang panjang dapat menghasilkan secara maksimal. Upaya peningkatan
hasil dan daya hasil dapat dilakukan dengan ekstensifikasi dan intensifikasi.
Intensifikasi dapat dilakukan dengan perbaikan teknik budidaya antara lain dengan
perbaikan pemupukan, misalnya dengan pupuk kompos fermentasi dan pupuk hayati
mikoriza.
Pupuk kompos adalah bahan organik yang telah lapuk, seperti dedaunan,
jerami, ilalang, rerumputan dedak padi, batang jagung serta kotoran hewan. Apabila
bahan tersebut sudah hancur dan lapuk disebut pupuk organik. Jenis bahan tersebut
menjadi lapuk dan busuk bila dalam keadaan lembab dan basah serta akan mengalami
proses dengan sendirinya. Proses penghancuran dan pelapukan bisa dipercepat
dengan bantuan manusia misalnya fermentasi, hingga menghasilkan kompos bermutu
baik dalam waktu tidak terlalu lama. Sebelum mengalami proses perubahan, kotoran
hewan dan sisa tumbuhan tidak berguna bagi tanaman karena unsur hara terikat
dalam bentuk yang tidak dapat diserap oleh tanaman, oleh karena itu bahan tersebut
perlu dikomposkan. Selama proses perubahan dan penguraian bahan organik, unsur
hara akan bebas menjadi bentuk yang terlarut dan dapat diserap oleh tanaman
(Murbandono, 1996).
3
Dalam kaitannya dengan asosiasi simbiotik mutualisme, mikoriza mempunyai
beberapa manfaat bagi tanamn. Menurut Kurnianto, Mundirun (2010) diantaranya
adalah pertumbuhan tanaman, karena melalui simbiosis akar tanaman dengan
mikoriza, hifa di sekitar tanaman akan dapat membantu menyerap unsur hara
kemudian mentranslokasikannya ke akar dan melepaskannya di dalam korteks akar
Mikoriza juga membantu toleransi tumbuhan terhadap kekeringan dan
meningkatkan toleransi tanaman terhadap patogen akar, sehingga asosiasi mikoriza
dengan tanaman buncis sangat menguntungkan, terutama jika infeksi dimulai seawal
mungkin pada saat pertumbuhan buncis. Dengan demikian tanaman dapat
mempercepat pertumbuhannya serta tanaman menjadi lebih toleran terhadap
kekeringan dan patogen akar sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh
dosis kompos fermentasi dan penggunaan pupuk hayati mikoriza bagi pertumbuhan
dan hasil tanaman kacang panjang.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka timbul beberapa masalah yang perlu
dipecahkan, yaitu:
1. Berapa dosis pupuk kompos fermentasi yang berpengaruh paling baik terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman kacang panjang?
2. Bagaimana pengaruh perlakuan pupuk hayati mikoriza terhadap pertumbuhan
dan hasil tanaman kacang panjang?
4
3. Adakah saling tindak antara dosis kompos fermentasi dan perlakuan pupuk
hayati mikoriza terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang panjang?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah:
1. Mengetahui dosis pupuk kompos fermentasi yang berpengaruh paling baik
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang panjang.
2. Mengetahui pengaruh perlakuan pupuk hayati mikoriza terhadap pertumbuhan
dan hasil tanaman kacang panjang.
3. Mengetahui pengaruh saling tindak antara dosis kompos fermentasi dan pupuk
hayati mikoriza terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang panjang.
D. Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:
1. Diperoleh dosis kompos fermentasi yang tepat dan penggunaan pupuk hayati
mikoriza untuk budidaya kacang panjang di wilayah penelitian.
2. Diharapkan dapat memberikan informasi bagi petani mengenai budidaya yang
tepat dan lebih baik dalam meningkatkan hasil kacang panjang.
5
II. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
A. Kerangka Pemikiran
Tanaman kacang panjang merupakan tanaman semak, menjalar, semusim
dengan tinggi kurang lebih 2,5 m. Batang tanaman ini tegak, silindris, lunak,
berwarna hijau dengan permukaan licin. Daunnya majemuk, lonjong, berseling,
panjang 6 sampai 8 cm, lebar 3 sampai 4,5 cm, tepi rata, pangkal membulat, ujung
lancip, pertulangan menyirip, tangkai silindris, panjang kurang lebih 4 cm, dan
berwarna hijau. Bunga tanaman ini terdapat pada ketiak daun, majemuk, tangkai
silindris, panjang kurang lebih 12 cm, berwarna hijau keputih-putihan, mahkota
berbentuk kupu - kupu, berwarna putih keunguan, benang sari bertangkai, panjang
kurang lebih 2 cm, berwarna putih, kepala sari kuning, putik bertangkai, berwarna
kuning, panjang kurang lebih 1 cm, dan berwarna ungu.
Buah tanaman kacang panjang berbentuk polong, berwarna hijau, dan panjang
15 sampai 25 cm. Bijinya lonjong, pipih, berwarna hijau. Akarnya tunggang
berwarna coklat muda (Hutapea et al., 1994). Jenis tanah yang cocok untuk tanaman
kacang panjang adalah regosol, latosol dan andosol. Ketiga jenis tanah regosol,
latososol dan andosol merupakan tanah lempung berpasir sampai lempung dan
memiliki drainase baik. Tanaman kacang panjang hanya dapat tumbuh baik pada
6
tanah yang gembur, remah, subur, dan mempunyai keasaman tanah (pH) 5,5
sampai 6. Tanaman kacang panjang yang ditanam pada tanah yang asam
(pH tanah kurang dari 5) maka pertumbuhan dan pembentukan polongnya akan
terganggu. Polong yang terbentuk tidak normal dan kecil-kecil sehingga kualitas dan
produksinya rendah.
Kacang panjang merupakan jenis sayuran yang banyak diusahakan petani di
Indonesia. Kacang panjang sebagai salah satu jenis dari sayur-sayuran dapat menjadi
pilihan yang mudah untuk sebagian masyarakat (Afiat, 2009) sehingga peluang
pemasaran kacang panjang khususnya untuk pasar domestik semakin terbuka lebar
(Sirait, 2007).
Menurut Karnomo et al (1989), jarak tanam pada hakekatnya merupakan jarak
yang terdekat antara dua tanaman yang diukur menurut garis horizontal. Jarak tanam
(plan spacing) akan menentukan kerapatan bertanam (plant density) suatu jenis
tanaman dan keduanya sangat menentukan tinggi rendahnya produksi tanaman per
satuan luas. Semakin tinggi kerapatan suatu tanaman akan mengakibatkan semakin
besarnya tingkat persaingan antar tanaman dalam mendapatkan unsur hara, air, CO2
dan sinar matahari. Jarak tanam makin rapat akan dapat meningkatkan hasil tanaman
tiap satuan luas. Pada kondisi tertentu penambahan kerapatan tanaman atau
penambahan populasi tidak dapat meningkatkan hasil karena jarak tanam akan
mempengaruhi tingkat persaingan tanaman dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
(Setyorini, 1995). Menurut Cahyono (2007), jarak tanam untuk tanaman kacang
7
panjang tergantung pada tipe pertumbuhannya, tipe tegak adalah 50 cm x 20 cm
sedangkan untuk pertumbuhan tipe merambat 40 cm x 40 cm.
Menurut Setianingsih dan Khairudin (2005) jarak tanam yang digunakan
tanaman kacang panjang adalah 20 cm x 50 cm, baik untuk tanah datar maupun tanah
miring. Tanah yang memiliki kesuburan tinggi, dapat menggunakan jarak tanam yang
lebih sempit lagi yaitu 20 cm x 40 cm karena unsur hara yang tersedia di dalam tanah
untuk tanaman tercukupi sehingga dengan jarak tanam yang sempit persaingan antar
tanaman kecil dan memperkecil tumbuh gulma. Penentuan jarak tanam berhubungan
dengan tersedianya air, hara, dan cahaya matahari.
Hubungan antara kerapatan tanam dan produksi tanam per satuan luas
digamarkan dalam bentuk kurva respon (Kipps, 1970 dalam Karnomo et al., 1989)
sebagai berikut:
Produksi
Kerapatan Tanam
1. Fase 1
Kerapatan tanaman masih rendah (jarak tanamnya masih terlalu lebar) sehingga
antara tanaman belum terdapat persaingan dalam mendapatkan air, hara dan sinar
matahari. Pada fase ini hasil per individu masih konstan sampai maksimum,
8
dengan demikian tinggi kerapatan tanam sampai pada batas-batas tertentu,
Produksi per satuan luas semakin meningkat.
2. Fase II
Kerapatan tanamnya sudah lebih tinggi (jarak tanamnya sudah cukup). sehingga
antara individu tanamannya sudah terjadi persaingan untuk mendapat air, cahaya
dan matahari. Pada fase ini hasil per individu tanamannya sudah mulai menurun
akan tetapi penurunan tersebut masih seimbang dengan meningkatnya jumlah
tanaman per satuan luas sehingga produksi tanaman per satuan luas kurang lebih
juga konstan. Pada fase ini diperoleh jarak tanam yang optimum.
3. Fase III
Kerapatan tanamnya sudah semakin tinggi (jarak tanamnya sudah semakin rapat)
persaingan untuk mendapatkan air, hara dan cahaya matahari antar individu
tanaman sudah semakin serius, sehingga hasil per individu tanaman akan menurun
dengan cepat dimana penurunannya lebih cepat daripada peningkatan jumlah
tanaman per satuan luas, dengan demikian produksi produksi tanamn per satuan
luas pada fase ini akan semakin menurun.
Pada jarak tanam jarang hasil pertanaman tidak dipengaruhi oleh jarak tanam
sehingga hasil pertanaman cenderung tetap. Semakin cepat jarak tanam maka hasil
pertanaman semakin menurun, hal ini disebabkan sudah terjadi persaingan antara
tanaman itu sendiri dalam hal penyerapan hara, cahaya matahari, pengikatan CO2 dan
air (Soemartono, 1983).
9
Jumlah biji perlubang tanam akan menentukan pertumbuhan dan produksi
polong kacang panjang, semakin meningkat jumlah biji per lubang tanam akan
meningkatkan produksi polong persatuan luas lahan tetapi produksi polong
per tanaman akan semakin menurun. Jumlah biji yang ditanam dalam tiap lubang
akan mempengaruhi jumlah biji yang dibutuhkan sekaligus jumlah individu tanaman
tiap satuan luas lahan. Menurut Soenardi (1868) jumlah biji yang diperlukan untuk
tiap satuan luas tergantung pada daya kecambahnya, keadaan cuaca, dalamnya
menabur, kesuburan tanah dan keinginan untuk memperjarang.
Menurut Harjadi (1993) jumlah biji mempengaruhi produksi per satuan luas
karena pada umumnya hasil tiap satuan luas tercapai dengan populasi tinggi karena
tercapainya penggunaan cahaya matahari secara maksimum di awal pertumbuhannya,
akan tetapi pada akhirnya penampilan masing-masing tanaman secara individu
menurun karena persaingan untuk mendapatkan cahaya dan faktor tumbuh lainnya.
Menurut Darjantos 1987 dalam Widiyanto, 1991, banyaknya biji yang ditanam dalam
lubang akan mempengaruhi kerapatan tanaman dan penampilan masing-masing
individu tanaman, karena akan terjadi kompetisi untuk mendapatkan obyek yang
sama yaitu faktor tumbuh yang berasal dari dalam tanah maupun yang berada di
atmosfer.
B. Hipotesis
Hipotesis yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah :
10
1. Diduga dosis pupuk kompos fermentasi 2000 kg/1 ha atau 100 gram / polibag
memberikan pengaruh paling baik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman
kacang panjang.
2. Diduga perlakuan pupuk hayati mikoriza berpengaruh positif terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman kacang panjang.
3. Diduga ada saling tindak antara dosis kompos fermentasi dan pupuk perlakuan
hayati mikoriza yang berpengaruh positif terhadap pertumbuhan dan hasil
tanaman kacang panjang.
11
III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilakukan di lahan kebun percobaan Fakultas Pertanian
Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto, desa Grendeng, Kecamatan Purwokerto
Utara, Kabupaten Banyumas pada ketinggian 110 meter dpl dengan jenis tanah
inseptisol. Dilaksanakan pada bulan Maret 2010 sampai dengan Mei 2010.
B. Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang akan digunakan pada penelitian ini adalah:
1. Benih kacang panjang varietas 777 yang bermerek Panah Merah
2. Pupuk fermentasi Biang Kompos
3. Mikoriza
4. Pupuk Urea
5. Pupuk SP18
6. Pupuk KCL
7. Furadan 3G
8. Pestisida
12
Alat yang akan digunakan pada penelitian ini adalah:
1. Cangkul
2. Tugal
3. Gembor
4. Roll meter
5. Hand sprayer
6. Timbangan
7. Tali Rafia
8. Ajir
9. Polibag
C. Rancangan Percobaan
Penelitian merupakan percobaan polibag dengan menggunakan metode
eksperimen yang dilakukan di lapang dengan pola faktorial. Faktor yang dicoba :
1. Faktor pertama yaitu jarak tanam terdiri dari tiga macam :
J1 : 30 cm x 30 cm
J2 : 30 cm x 40 cm
J3 : 30 cm x 50 cm
2. Faktor kedua yaitu jumlah biji per lubang terdiri dari :
B1 : Dua biji per lubang
B2 : Tiga biji per lubang
13
Bentuk perlakuan penelitian terdiri dari enam kombinasi :
J1B1 J1B2
J2B1 J2B2
J3B1 J3B3
Rancangan percobaan yang dilakukan adalah rancangan acak kelompok
lengkap (RAKL) dengan ulangan sebanyak empat kali petak percobaan berukuran 2.2
m x 1.1 m sebanyak 24 petak setiap percobaan diambil lima tanaman yang diambil
secara acak.
D. Pelaksanaan Penelitian
1. Persiapan Lahan
Tanah diolah menggunakan cangkul sampai halus dan merata dengan
kedalaman ± 30 cm, kemudian dibersihkan dari rumput dan gulma yang
mengganggu dan kering anginkan selama 3 hari. Pupuk kandang diberikan
sebanyak 10 ton/ha. Petak percobaan dibuat dengan ukuran 2,2 m x 1,1 m, jarak
antar petak 50 cm dan jarak antar blok 50 cm. luas lahan yang dibutuhkan adalah
92,63 m2.
2. Penanaman
Lubang tanam dibuat menggunakan tugal dengan kedalam 2 - 3 cm. Benih
kacang panjang dimasukkan ke dalam lubang tanam sesuai dengan perlakuan
yang dicoba, kemudian ditutup dengan tanah tipis - tipis. Benih yang ditanam
14
dipilih yang mempunyai daya tumbuh minimal 80% - 85%, bentuknya utuh,
warna hitam, bebas dari hama dan patogen, seragam, tidak tercampur dengan
variatas lain, bersih dari kotoran, dapat disimpan lama, tumbuhnya cepat dan
merata, serta mampu menghasilkan tanaman dewasa yang normal dan
berproduksi tinggi.
3. Pemeliharaan
a. Penyulaman
Penyulaman dilakukan pada tanaman yang mati yaitu lima hari setelah tanam,
dengan menggunakan benih buncis.
b. Pemasangan Lanjaran (turus)
Pemasangan turus dilakukan setelah tanaman berumur dua minggu, untuk
tempat merambat berupa bilah bambu setinggi 1,5 - 2 meter. Pemasangan
turus dengan cara berbaris tegak per tanaman.
c. Penyiangan dan Pembumbunan
Penyiangan dan pembumbunan dilakukan bersamaan yaitu pada umur tiga
minggu setelah tanam, menggunakan cangkul atau tangan. Penyiangan
dilakukan untuk membersihkan tanaman pengganggu yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan tanaman buncis dan pembumbunan dilakukan
untuk menggemburkan tanah.
d. Pemupukan
Pupuk dasar diberikan bersamaan dengan penanaman. Jenis pupuk yang
diberikan adalah Urea, SP36 dan KCL, dengan dosisi berturut-turut yaitu 100
15
kg/ha, 50 kg/ha dan 50 kg/ha. Pemupukan susulan dilakukan 20 hari setelah
tanam hanya dengan menggunakan pupuk Urea. Cara pemberian pupuk adalah
dengan memasukkan pupuk ke dalam lubang yang dibuat disebelah tanaman
kemudian ditutup dengan tanah.
e. Penyiraman
Penyiraman dilakukan secara rutin pada awal pertumbuhan yaitu pada pagi
dan sore hari dengan menggunakan alat gembor.
f. Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan setelah tanaman terkena penyakit
busuk lunak sekitar umur sepuluh hari setelah tanam. Pengendalian hama dan
penyakit menggunakan pestisida nabati dosis 2 cc/liter air. Pestisida ini
berbentuk cairan pekat.
g. Panen
Tanaman buncis dipanen setelah berumur 60 hari setelah tanam dan dilakukan
pada pagi hari. Pemanenan buncis dilakukan sebanyak dua kali panen. Panen
kedua dilakukan satu minggu setelah panen pertama.
E. Variabel yang Diamati
1. Panjang Tanaman (cm)
Panjang tanaman adalah rata-rata panjang tanaman yang diukur dari permukaan
tanah sampai bagian titik tumbuh tanaman pada setiap perlakuan. Pengukuran
16
dimulai setelah tanaman berumur 15 hari selanjutnya dilakukan setiap satu
minggu sekali dan dihentikan setelah buncis mulai panen.
2. Jumlah Daun per Tanaman (helai)
Jumlah daun per tanaman adalah rata-rata jumlah daun setiap tanaman sampel.
Jumlah daun sampel dihitung bersamaan dengan pengukuran panjang tanaman,
yaitu dimulai setelah tanaman berumur 15 hari selanjutnya dilakukan satu minggu
sekali. Pengamatan dihentikan setelah buncis panen.
3. Bobot Kering Tanaman bagian (g)
Adalah rata-rata bobot brangkasan kering tanaman bagian bagian atas tanaman.
Pengamatan dilakukan setelah panen dengan menggunakan timbangan.
4. Jumlah Bunga per Tanaman (Bunga)
Jumlah bunga mulai dihitung pada saat bunga terbuka penuh dan pengamatan
dilakukan seminggu sekali.
5. Jumlah Polong per Tanaman (buah/polong)
Jumlah polong per sampel adalah rata-rata jumlah polong dari tiap tanaman
sampel. Pengamatan dilakukan setelah panen.
6. Volume Polong (ml)
Volum polong diukur dengan cara mencelupkan polong ke dalam gelas ukur yang
sudah berisi air, penambahan volume gelas ukur merupakan volume polong.
Pengamatan dilakukan setelah panen.
7. Panjang Polong per Tanaman (cm)
17
Panjang polong ditentukan dengan mengukur polong dari ujung polong ke pangkal
polong. Pengamatan dilakukan setelah panen dengan menggunakan penggaris.
8. Bobot Polong per Tanaman (g)
Bobot polong per tanaman adalah rata-rata bobot polong basah dari tiap tanaman
sampel. Pengamatan dilakukan setelah panen dengan menggunakan timbangan
dengan satuan gram.
9. Bobot Polong per Petak Efektif (g)
Adalah rata-rata bobot polong basah dari petak efektif. Pengamatan dilakukan
setelah panen yaitu tanaman berumur 60 hari setelah tanam dengan menggunakan
timbangan.
F. Analisis Data
Data yang diperoleh dari pengamatan dan pengukuran, dianalisis dengan uji F
dan apabila hasil analisis ragam menunjukkan adanya keragaman (F hitung > F tabel)
dilanjutkan uji DMRT 5 %.
18
G. Jadwal Penelitian
Tabel 1. Jadwal Penelitian
NO Jenis Kegiatan Bulan
1 2 3 4 5 6
1 Persiapan ****
2 Pelaksanaan **** ****
3Pengambilan dan Tabulasi Data
**** ****
4 Analisis Data **** ****
5 Penyusunan Draf **** ****
6Penyusunan dan Penggandaan Laporan
**** ****
19
DAFTAR PUSTAKA
Afiat M. 2009. Pengaruh tanaman penutup tanah terhadap serangan penggerek polong Maruca vitrata (F.) (Lepidoptera: Pyralidae) serta hasil panen pada pertanaman kacang panjang. Jurnal Penelitian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Cahyono, B. 2007. Kacang Buncis Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Kanisius, Yogyaakarta.
Harjadi, Sri Setyati. 1993. Pengantar Agronomi. Gramedia, Jakarta.
Haryanto E, Suhartini T, dan Rahayu E. 2006. Budidaya Kacang Panjang. Panebar Swadaya. Jakata.
Isnaini, M. 2006. Pertanian Organik. Kreasi wacana, Yogyaakarta.
Karnomo, JB Soemedi, Eko Dewanto, Amirudin, A. Y. Nirwanto. 1989. Diktat Pengantar Produksi Tanaman Agronomi. Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto.
Samadi, B. 2003. Usaha Tani Kacang Panjang. Kanisius. Yogyakarta. 59 hal.
Sastroutomo, S.S. 1990. Ekologi Gulma. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Setianingsih, T dan Khairudin. 2005. Pembudidayaan Buncis Tipe Tegak dan Merambat. Penebar Swadaya, Jakarta
Soenardi, 1968. Bercocok Tanam Umum. C. V. Yasaguna, Jakarta.
Soemartono, G.H. 1983. Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Tomat di Daratan Rendah. Tesis, Fakultas Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto
Sunarjono, H. 2003. Bertanam 30 jenis sayur. Panebar Swadaya. Jakarta. 184 hal
20
Sunaryono, H dan Rismunandar. 1984. Kunci Bercocok Tanam Sayur-sayuran Penting di Indonesia (Produksi Hortikultura II)
Sunarjono, H dan Solvia, N. 1993. Hubungan Varietas dan Banyaknya Tanaman Per Lubang Tanam pada Kacang Panjang. Buletin Penelitian Hortikultura
Kurnianto, Mundirun. 2010. Mikoriza Pupuk Hayati Super. (On-line) http://mundirun.wordpress.com/2010/01/06/mikoriza-pupuk-hayati-super/. Diakses pada tanggal 22 September 2010
21
top related