universitas negeri malang fakultas ilmu sosial...
Post on 26-May-2019
266 Views
Preview:
TRANSCRIPT
LAPORAN HASIL PENELITIAN
PERUBAHAN SOSIAL MASYARAKAT KECAMATAN NGANTANG KABUPATEN MALANG
PASCA ERUPSI GUNUNG KELUD TAHUN 2014
OLEH:
Dr. I Nyoman Ruja, SU (Ketua Peneliti)
Abdul Kodir., S.Sosio, M.Sosio (Anggota Peneliti)
UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS ILMU SOSIAL PRODI 1'ENDIDIKAN IPS
2015
HALAIVIAN 'PENGESATIAN
Judul
1. Ketua Tim Pengustil a. Nama Lengkap b. Jenis Kelamin c. NIP d. Disiplin Ilmu e. Pangkat/Golongan f. Jabatan g. Fakultas/Jurusan h. Alamat i. Telp/Faks/Email j. Alamat Rumah
2. Jumlah Anggota a. Nama Anggota I
3. Lokas Kegiatan 4. Jumlah belanja yang diusulkan
hui, has Ilmu Sosial
: Perubahan Sosial Masyarakat Kecamatan Ngantang Kabupaten Malang Pasca Erupsi Gunung Kelud Tahun
: Dr. I Nyoman Ruja, SU : Laki-Laki :196112311988121002 : Sosiologi Wa/Lektor Kepala
: Wakil Dekan III : FIS/ Prodi Pendidikan IPS : Jalan Semarang no. 5 Malang :081807121155 : Margobasuki 41 Mulyoagung.- Dau : 1 orang : Abdul Kodir, S. Sosio, M. Sosio : Desa Pandansari Kecamatan Ngantang : Rp. 12.500.000
Malang, 25 Noveniber 2015 Ketua Tim Pengusul,
Jar
umarmi, M:Pd 1987012001
Dr. 'I -Nyoman Ruj a, SU, 196112311988121002
an, M.Pd., 986011002
Abstrak
Erupsi Gunung Kelud di tahun 2014 merupakan bencana alam yang
menjadi perhatian masyarakat Indonesia. Erupsi Gunung Kelud tersebut
memberikan dampak yang begitu besar terhadap kondisi kehidupan sosial,
ekonomi, dan budaya pada masyarakat yang mengalami dampak letusan
secara Iangsung. Bencana alam merupakan salah satu faktor utama terjadinya
proses perubahan sosial di masyarakat. Terjadinya erupsi Gunung Kelud pada
tahun 2014 merupakan salah satu bencana yang memberikan dampak
perubahan besar khususnya di Desa Pandansari Kecamatan Ngantang,
Kabupaten Malang. Perubahan yang terjadi pada masyarakat Desa Pandansari
balk secara sosial, ekonorni maupun budaya. Fenomena ini menjadi hal yang
sangat menarik untuk diteliti. Penelitian ini menggunakan metode penelitian
kualitatif, dimana peneliti secara Iangsung hadir dalam kegiatan penelitian di
lapangan. Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus.
Proses pengumpulan data dalam penelitian ini peneliti merupakan instrument
kunci, selain itu juga menggunakan instrumen sehagai panduan wawancara
kepada informan yang dipilih secara snowball. Melakukan observasi dan
dokumentasi data secara Iangsung. Hasil dari penelitian ini ialah ditemukan sebuah kondisi yang berbeda
pada Desa. Paridansari sebelum dan sesudah pasca erupsi Gunung Kelud.
Kondisi perubahan yang sangat mencolok ialah hancurnya jembatan
penyebrangan yang digunakan warga, tertutupnya iahan pertanian oleh pasir
dan meluasnya Sungai Sambong hingga 50 meter yang diawal hanya sekitar 6
meter. Selain itu bentuk perubahan secara mendasar ialah terjadinya
pergeseran mata pencaharian yang awalnya banyak yang bekerja sebagai
petani kini berubah menjadi penambang pasir akibat letusan. Solidaritas sosial
yang dibangun kini mulai menguat, hal ini dapat ditunjukan melalui jumlah
aktifitas keagamaan yang begitu banyak warga yang ikut, dan berkurangnya
tawuran antar pemuda. Selain itu, muncul aktifitas kebudayaan baru yakni
peringatan tahunan pasca erupsi Kelud.
Kaki K tinCi : Perubahan So.s1al, Erupsi Kelud, Masvarakai
DAFTAR IS!
BAGIAN AWAL HALAMAN SAMPUL DALAM ABSTRAK ii DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHITLUAN
I.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah Penelitian 3
1.3. Kegunaan Penelitian 4
1.4. Ruang Lingkup Penelitian 5
BAB H KAMAN PUSTAKA
II.1 Perubahan Sosial 6
11.2 Masyarakat 11
11.3 Teori Tindakan Sosial 12
11.4 Teori Interaksionisme Simbolik 13
11.5 Teori Konflik 14
BAB III METODE PENELITIAN
111.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian 16
111.2 Lokasi Penelitian 16
111.3 Informan 16
111.4 Sumber Data 17
111.5 Prosedur Pengumpulan Data 17
III.6 Analisis Data 17
111.7 Pengecekan Keabsahan Temuan 19
III. 8 Tahap-tahap Penelitian 19
BAB IV GAMBARAN UMUM WHAYAH PENELITIAN IV.1 Kondisi Geografis 21 IV.2 Kondisi Topografi 21 IV.3 Kondisi Iklim 22 IV.4 Kondisi Hidrologi 22 IV.5 Kondisi Topografi 77 IV.6 Scjarah Desa 25 IV.7 Erupsi Gunung Kelud 2014 29
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
V.1 Lingkungan Alam Desa Pandansari Kecamatan Ngantang Pasca Erupsi Gunung Kelud Tahun 2014 36
V.2 Kajian Mata pencaharian Masyarakat Desa Pandansari Kecamatan Ngantang Pasca Erupsi Gunung Kelud tahun 2014 34
V.3 Pengaruh Erupsi Gunung Kelud Tahun 2014 Terhadap Masyarakat Petani di Desa Pandansari Kecamatan Ngantang 35
V.4 Pemanfaatan Sungai Lahar Dingin Gunung Kelud 38 V.5 Perubahan Kondisi Ekonomi Dcsa Pandansari Pasca Erupsi Kelud 42 V.6 Perubahan Kondisi Sosial Desa Pandansari Pasca Erupsi
Kelud Tahun 2014 50 V.7 Perubahan Kondisi Budaya Desa Pandansari Pasca Erupsi
Kelud Tahun 2014 55
AB VI PENUTUP Vl. 1 Kesimpul an 70
ATTAR PUSTAKA
kMPIRAN
!/:
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Wilayah Indonesia mempunyai jalur gunungapi serta rawan erupsi di sepanjang
ring of mulai Sumatera — Jawa — Bali — Nusa Tenggara — Sulawesi — Banda- Maluku-
Papua (Bronto dalam Rahayu (2014:61)). Salah satu gunung api aktif adalah Gunung
Kelud. Secara geografis Gunung Kelud terletak di 7°56' 002 LS dan 112° 18' 302 BT,
sedangkan secara administratif masuk ke dalam wilayah Kab. Kediri, Kab. Blitar dan
Kab. Malang, Propinsi Jawa TilT11/1 (PVMBG, 2013): Gunung Kelud merupakan bertipe-
gunungapi Strato dengan Puncak setinggi 1731 in dpl dan danau kawah selebar 1113,9 m
(Hadikusumo dalam PVMBG (2013)).
Berdasarkan catatan dari PVMBG, sejak tahun 1900 sampai saat ini (tahun 2015)
Gunung Kelud telah erupsi sebanyak 6 kali. Hal ini dapat dilihat lebih rinci dalam tabel
berikut:
Gambar I. Daftar Tabel Erupsi Kelud No Tahun Erupsi Jumlah korban
jiwa 1 22-23 Mei 1901 Ada (jumlah tidak
teridentifikasi) 2 20 Mei 1919 5160 3 1951 7 4 1990 34 5 2007 Tidak Ada 6 2014 7
Sumber: PVMBG, 2013
1
Berbeda dengan erupsi sebelumnya, pada tahun 2007 erupsi Gunung Kelud tidak
"memakan" korban jiwa. Hal ini dikarena erupsi yang terjadi pada 4 Nopember 2007
bersifat efusif. Puncak erupsi hanya ditandai dengan munculnya kubah lava ditengah
danau kawah. Sifat letusan efusif ini berbeda dengan karakter letusan sebelumnya, pada
tahun 1901, 1919, 1951, 1966 dan 1990 yang bersifat eksplosif
Gunung Kelud terakhir erupsi/meletus pada Kamis, 13 Februari 2014, sekitar
pukul 22.50. Dikutip dari TEMPO.00 (16 Feb 2014), Wilayah Kecamatan Ngantang,
Kabupaten Malang, merupakan wilayah yang paling parah terkena dampak letusan.
Selain dipenuhi abu tebal, Kecamatan Ngantang juga terkena lontaran material vulkanik
berupa batu berdiameter 5-8 sentimeter. Atap-atap rurnah pun tertimpa pasir. Bahkan
beberapa di antaranya roboh.
Total ada tujuh orang meninggal akibat erupsi Gunung Kelud pada tahun 2014.
Korban tewas akibat tertimpa bangunan dan penyakit yang disebabkan abu vulkanik.
Keenam korban warga Desa Pandansari Kecamatan Ngantang dan satu korban dari Desa
Tulungrejo, Kecamatan Piijon Kabupaten Malang (TEMPO.CO 15 Feb 2014).
Bencana alam dapat memberikan dampak dalam penurunan ekonomi lokal serta
hilangnya mata pencaharian masyarakat. Aset natural, finansial, fisik, manusia, dan sosial
dapat terdampak sehingga pasar menjadi kacau dan efek dari semua itu adalah
tcrganggunya kondisi sosial serta ekonomi wilayah yang mengalami bencana (FAO &
ILO dalam Wijayanti, 2014). Kondisi semacam ini terjadi juga di Kecamatan Ngantang
pasca erupsi Gunung Kelud tahun 2014. Terganggunya kondisi soial ekonomi akibat
bencana ini juga berpotensi menimbulkan adanya perubahan sosial yang terjadi di
2
BAB II
KAMAN PUSTAKA
11.1. Perubahan Sosial
Periibahari sosial pengertianya mericakiip suatu perubahan yang terjadi atas
struktur sosial atau mencakup fungsi dan bentuk-bentuk kemasyarakatan (Hasansulama,
dkk, 1983:54). Selain itu, banyak pengertian yang menjelaskan tentang hagaimana
perubahan sosial tersebut teijadi dalam masyarakat. Hal demikian disebabkan karena
tiap-tiap masyarakat mempunyai kondisi lingkungan sosial budaya dan clam yang
herbeda. :13..t)Prap.a ahli sosiologi pun mengartikan perubahan sosial berbeda-beda
menurut pandangannya masing-masing.Berikut adalah beberapa pengertian dari
perubahan sosial menurut para ahli (dalam Martono, 2012:4).
Menurut J.L Gillin dan J.P Giffin (dalam Martono, 2012) perubahan sosial adalah
suatu variasi dari cara-cara hidup yang diterima, yang disebabkan oleh perubahan-
perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideology,
maupun karena adanya difusi dan penemuan barn dalam masyarakat tersebut.
Selo Soemardjan (dalam Martono, 2012) mengatakan bahwa perubahan sosial
adalah segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu
masyarakat yang mempengaruhi system sosialnya. Termasuk di dalamnya nilai-nilai,
sikap-sikap, dan pola-pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat
tersebut.
Davis (dalam Martono, 2012) mengartikan perubahan sosial adalah perubahan-
perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat.
6
Perubahan sosial dan sistem nilai budaya juga diartikan sebagai suatu perubahan penting
dalam struktur sosial, pola-pola perilaku dan sistem interaksi sosial, termasuk di
dalamnya perubahan norma, nilai, dan fenomena kultural yang terjadi karena faktor
internal dan eksternal.
Syapsan, dkk. (2010:18) menjelaskan bahwa terdapat empat karakter perubahan
sosial yaitu: (1) perubahan sosial terjadi dimana saja, akan tetapi kecepatannya berbeda-
beda di setip wilayah. (2) perubahan sosial terkadang disengaja tetapi sering kali tidak
direncanakan. (3) perubahan sosial seringkali berpengaruh baik maupun buruk, dan (4)
beberapa hal perubahan lebih dari yang lain.
Teori struktural fimgsional menyakini bahwa perubahan sosial yang terjadi dalam
masyarakat merupakan upaya masyarakat guna mencapai keseimbangan atau kestabilan
baru. Masyarakat berupaya beradaptasi dan menyusun kembali dirinya hingga
menemukan keseimbangan baru yang lebih mantap (Nirtasari, 2013).
Menurut Soejono Soekanto (Martono, 2012:16) ada dua penyebab terjadinya
perubahan sosial yaitu perubahan yang disebabkan oleh masyarakat itu sendiri (intern)
dan dari luar (ekstern). Perubahan intern merupakan sebab yang berasal dari dalam
masyarakat sendiri, antara lain:
1. Dinamika penduduk, yaitu pertambahan dan penurunan jumlah penduduk di suatu
desa. Pertambahan penduduk akan menyebabkan perubahan pada tempat tinggal.
Berkurangnya penduduk juga akan menyebabkan perubahan sosial budaya.
7
BAB III
METODE PENELITIAN
Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif
merupakan tata cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif analisis, yaitu apa yang
dinyatakan secara tertulis atau lisan dan juga perilaku yang nyata yang diteliti dan
dipelajari sebagai suasana yang utuh.
Penelitian ini merupkan penelitian kualitatif yang menggunakan teknik
pengumpulan data dengan observasi dan wawancara mendalam. Dengan demikian
penelitian ini menuntut adanya kehadiran peneliti di lapangan.Peran peneliti di lapangan
yaitu sebagai instrumen yang tidak boleh digantikan oleh orang lain.
111.2 Lokasi Penelitian
Lokasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah di Kecamatan Ngantang
Kabupaten Malang. Kecamatan Ngantang dipilih sebagai lokasi penelitian karena
wilayah ini merupakan wilayah yang paling parah terdampak dalam bencana erupsi
Gunung Kelud tahun 2014 (TEMPO.CO, 2014). (Peta terlampir di halaman 65)
16
Informan
Informan dalam penelitian ini dikelompokan menjadi dua, yaitu informan kunci
dan informan pendukung. Masyarakat Kecamatan Ngantang yang terkena dampak erupsi
Gunung Kelud tahun 2014 merupakan infonnan kunci. Pendekatan yang digunakan
dalam menentukan informan kunci adalah Snow Ball Sedangkan informan pendukungnya
adalah kepala desa pandansari, pamong desa Mujung, dan tokoh masyarakat.
Sumber Data
Sumber data primer dalam penelitian ini adalah hasil wawancara secara langsung
lari sumbernya yakni informan dart masyarakat terdampak erupsi Gunung Kelud tahun
2014 di desa Pandansari Kecamatan Ngantang Kabupaten Malang yang secara langsung
terlibat dalam pokok permasalahan penelitian ini.
Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh melalui dokumen baik literatur,
aporan-laporan, arsip, data dart penelitian terdahulu dan berbagai data yang berkenaan
dengan penelitian ini. Untuk penelitian ini data sekundernya antara lain bersumber dart
iporan administratif Kecamatan Ngantang, laporan-laporan penelitian terdahulu dan
uku tentang perubahan sosial, Gunung Kelud dan Kecamatan Ngantang.
17
BAB IV
GANIBARAN UMUM PENELIT1AN
Deskripsi mengenai kondisi Desa Pandansari dibawah ini merupakan gambaran
keadaan desa sebelum erupsi Gunung Kelud tahun 2014. Berdasarkan data dan
pemerintali desa, adapun kondisi Desa Pandansari sebagai berikut.
IV.1 Kondisi Geografis
Desa Pandansari yang memiliki luas lahan 1.103,425 Ha terbagi menjadi 7 Dusun
aitu Dusun Plumbang, Dusun Bales, Dusun Munjung, Dusun Sambirejo, Dusun
ionorejo, Dusun Klangon, dan Dusun Sedawun.
Desa Pandansari memiliki keterbatasan dalam sarana angkutan umum dan sarana
pelengkap jalan. Selain itu jalan penghubung antar Dusun masih ada yang kondisinya
sak. Sehingga menyebabkan tingkat aksesbilitas di Desa Pandansari kurang memadai,
jarak tempuh dan pusat desa ke hierarki yang lebih tinggi sebagai berikut :
Jarak dari pusat pemerintahan Kecamatan : 12 Km
Jarak dari Ibukota Kabupaten : 49 Km
Jarak dari Ibukota Propinsi : 129 Km
23
ru
IV.2 Kondisi Tofografi
Desa Pandansari merupakan desa yang terletak pada ketinggian 600-1350 meter
dari permukaan Taut dengan kemiringan lahan 15-55 %, Topografis Desa Pandansari
berupa dataran seluas 23,536 Ha, perbukitan seluas 247,074 Ha, waduk seluas 90 Ha,
sawah seluas 94,458 dan sungai.
TV.3. Kondisi Iklim
Desa Pandansari yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Ngantang yang
terletak di bagian barat Kabupaten Malang tepatnya 49 Km dari kota Malang. Dan 12
Km dari kecamatan Ngantang dengan ketinggian ± 650 meter daripermukaan air taut
serta memiliki suhu rata-rata 24 °C d.engan curah hujan rata-rata 1.565 mm pertahun.
IV.4. Kondisi Hidrologi
Kebutuhan air di Desa Pandansari berasal dari PDAM, Air Hujan, sungai dan
sumber mata air yang berada di Banturejo, Dusun Plum bang, Dusun Sambirejo dan
Dusun Klangon yang dialirkan ke Dusun-Dusun di wilayah Desa Pandansari dengan
menggunakan Pipa ( pipanisasi). Wilayah Desa Pandansari di lewati 5 buah sungai yaitu
sungai Sambong, yang mengaliri di sepanjang wilayah desa dari timur kebarat.
Sementara itu 4 sungai Iainnya yaitu sungai Konto, Sungai Namba'an, Sungai Nogo dan
Sungai Lembung yang mengalir di sepanjang wilayah desa timur kebarat. Air sungai air
hujan digunakan untuk keperluan rumah tangga seperti kebutuhan air minum, memasak,
mencuci dan mandi. Desa Pandansari memiliki sumber mata air sebanyak 12 buah/
25
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITJAN
V.1. Lingkungan Alam Desa Pandansari Kecamatan Ngantang Pasca Erupsi
Gunung Kelud Tahun 2014
Perubahan lingkungan alam yang terjadi pada masyarakat Desa Pandansari
Kecamatan Ngantang Kabupaten Malang terjadi atau berlangsung secara cepat akibat dari
faktor eksternal yaitu bencana alam berupa erupsi Gunung Kelud. Peubahan ini
merupakan perubahan yang tidak direncakan dan tidak dikehendaki. Bencana alam
merupakan faktor utama terhadap perubahan sosial yang sangat besar datnpaknya.
Lingkungan alam sangat mempengaruhi sendi kehidupan suatu masyarakat sehingga bila
terjadi perubahan pada lingkungan maka darnpaknya adalah terjadinya perubahan sosial
terhadap masyarakat tersebut.
Perubahan lingkungan alam pasca erupsi Gunung Kelud menyebabkan pula
perubahan bentuk interaksi masyarakat baik dengan lingkunan alam maupun interaksi
masyarakat dengan lingkungan sosialnya. Keadaan lingkungan alam Desa Pandansari
Kecamatan Ngantang Kabupaten Malang sebelum erupsi Gunung Kelud seperti sawah,
hutan dan, sungai masing-masing memiliki peran yang balk untuk menunjang kehidupan
masyarakat Desa Pandansari. Tanah pertanian yang subur dimanfaatkan masyarakat
untuk bertani cabe, bawang merah dan sayur-sayuran. Sebagian besar masyarakat
berprofesi sebagai petani, karena basil dari pertanian yang mampu menunjang kehidupan
masyarakat menjadikan mayoritas masyarakat Desa Pandansari menggantungkan hidup
0
36
pada sektor pertanian. Selain area persawahan yang subur, juga terdapat hutan jati yang
menunjang kehidupan masyarakat Desa Pandansari..Hutan jati ini cukup luas dan
dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai untuk mencari kayu bakar dan daerah resapan air
serta menghindarka.n dari erosi tanah. Pada Desa Pandansari juga terdapat Sungai
Sambong yang memiliki lebar sekitar 5 meter, dengan jalan yang cukup baik dan terdapat
jembatan sepanjang 7-10 meter sebagai jalan utama yang digunakan scbagai akscs keluar
masuk Dustin Munjung Desa Pandansari. Sungai Sambong ini dima.nfaatkan masyarakat
sebagai irigrasi pertanian dan digunakan sebagai tempat untuk menambang pasir.
Keadaan lingkungan alam Desa Pandansari Kecamatan Ngantang Kabupaten
Malang setelah erupsi Gunung Kelud berubah drastis. Area persawahan yang subur
menjadi tidak lagi subur karena tanah telah bercampur dengan pasir sehingga
menyebabkan para petani di Desa Pandansari kesulitan dalam bercocok tanam. Sawah-
sawah yang terdapat pada pingiran Sungai Sambong hilang tergusur oleh adanya lahar
dingin yang mengalir melalui Sungai Sambong. Sungai Sambong yang dulunya hanya
memiliki lebar 5 meter kini menjadi 50-60 meter.
"Sungai itu sekarang berubah, dulu kan sungai kecil ada di tengah, sekarang sungai luas segitu" Ngadiono (36 tahun).
Keadaan sungai setelah erupsi Gunung Kelud sangat memprihatinkan, pasalnya
sungai tidak lagi dapat dimanfaatkan sebagai irigasi pertanian. Lahar dingin juga merusak
akses jalan utama, menghanyutkan jembatan yang Baru selesai dibangun pada tahun 2010
lalu. Jadi, saat ini masyarakat harus melintasi sungai yang menjadi jalan utama tanpa
adanya fasilitas jembatan. Masyarakat memanfaatkan sungai ini sebagai tempat
37
penambang pasir dan batu sebagai altematif pekerjaan setelah hasil panen lahan sawah
menurun akibat kondisi lahan rusak dan sebagian tidak dapat ditanami lagi. Sebagian
besar masyarakat yang dulunya petani beralih profesi menjadi penambang pasir dan batu
di Sungai Sambong.
Lain halnya dengan keadaan sungai dan persawahan yang mengalami kerusakan
parah akibat erupsi Gunung Kelud, hutan jati yang terdapat di sekitar Desa Pandansari
tetap ada meskipun sempat mengalami kerusakan namun tidak sampai menurnbangkan
dan melenyapkan pohon-pohon yang ada. Sekarang ini hutan jati yang terdapat di Desa
Pandansari telah pulih sehingga dapat berfungsi seperti sedia kala.
Perubahan interaksi masyarakat dengan lingkungan alam terlihat dengan adanya
perubahan Sungai Sambong, dimana Sungai Sambong yang mulanya hanya. dimanfaatkan
sabagai irigasi pertanian dan hanya sebagian masyarakat yang menambang pasir kini
telah menjadi kawasan yang dipadati masyarakat untuk menambang pasir dan batu.
Dengan dampak yang diakibatka.n oleh erupsi Gunung Kelud seperti hal tersebut
membuat sebagian masyarakat merubah jenis mata pencaharian dari petani menjadi
penambang pasir, hal tersebut sesuai dengan konsep Detcrminisme yang merupakan
kondisi lingkungan dapat mem.bentuk suatu kebudayaan (Yuliati, 2011:19).
V.2. Kajian Matapencaharian Masyarakat Desa Pandansari Kecamatan Ngantang
Pasca Erupsi Gunung Kelud tahun 2014
Pengertian mata pencaharian menurut dokumen yang berjudul Guidance Note on
Recovery.• Livelihood (2010) adalah usaha manusia secara terus-menerus untuk
38
ME-
BAB VI
PENUTI1P
VI.1 Kesimpulan
Dari hasil dari penelitian yang telah dibahas pada penjelasan sebelumnya, maka
dapat disimpulkan, antara lain;
Per/ama desa Pandansari Kecamatan Ngantang Kabupaten Malang sebelum
erupsi Gunung Kelud memiliki kondisi alam yang subur. Hal tersebut dapat dilihat pada
area persawahan di Desa Pandansari dengan tanah gembur dan hasil dari pertanian yang
menunjang kehidupan masyarakat. Mayoritas masyarakat Desa Pandansari
menggantungkan hidup pada sektor pertanian.
Kedua, setelah terjadi erupsi Gunung Kelud, keadaan lingkungan berubah
khususnya keadaan Sungai Sambong yang beralih fungsi yang berdampak pada profesi
dan aspek kehidupan lainnya yaitu lapangan kerja dan pendidikan. Erupsi Gunung Kelud
tahun 2014 ternyata tidak hanya berdampak negatif tetapi juga berpengaruh positif pada
kehidupan masyarakat Desa Pandansari.Salah satu pengaruh positifnya ialah pemilik
lahan pertanian khususnya di sekitar aliran Sungai Sambong yang lahanya tertimbun
material lahar dingin dijadikan tempat menambang pasir. Pertambangan pasir di Sungai
Sambong menjadi profesi pengganti yang menurut informan malah lebih
menguntungkan. Selain dinikmati oleh penambang sendiri, hasil dari penambangan pasir
juga dibagi dengan pemilik lahan disekitar Sungai Sambong yang tanahnya tertutup lahar
70
dingin. Jadi, meskipun pertaniah pada lahan tersebut lumpuh namun tetap produktif
dengan adanya penambangab pasir. Kehidupan sosial juga tidak Input dari perubahan
yang ditimbulkan akibat erupsi Gunung Kelud tahun 2014. Pasca erupsi Gunung Kelud
tingkat gotong royong masyarakat Desa Pandansari malah mengalami penurunan. Hal
tersebut terjadi karena orientasi masyarakat pasca erupsi Gunung Kelud tahun 2014
selalu mengarah pada aspek fiannsial, uang, dan bantuan. Hal ini merupakan salah satu
dampak negatif dart pemberian bantuan yaitu menimbulkan ketergantungan bagi
penerimanya.
Ketiga, Erupsi Gunung Kelud juga menyebabkan perubahan kebudayaan pada
masyarakat Desa Pandansari. Perubahan tersebut diantaranya munculnya tradisi
peringatan l tahunan erupsi Gunung Kelud yang diselenggarakan oleh masyarakat
sebagai wujud syukur terhadap Tuhan karena masih diberikan keselamatan meskipun
mengalami bencana. Selain itu, perubahan Iainnya yaitu semakin ramai masyarakat yang
mengikuti kegiatan Tahhl dan Diba 'an, dan mulai menguatnya kepercayaan kepada
mitos-mitos yang dikaitkan dengan mahluk ghaib.
Perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat Desa Pandansari tersebut terjadi
atau berla.ngsung secara cepat akibat dari faktor eksternal yaitu bencana alam erupsi
Gunung Kelud dan tidak direncakan dan tidak dikehendaki.
71
DAFTAR PUSTAKA
Ariyanto, Priyo Dwi dkk. 2014. (Dampak erupsi gunung merapi terhadap lahan Dan upaya-upaya pemulihannya, effects of merapi mountain eruption on arable land and the efforts of rehabilitation, (Online), diakses pada: 12 April 2015.
Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Urnbi. 2014. Desa Pandansari Paling Parah Terkena Dampak Erupsi Gunung Kelud di Malang. (online), (http://balitkabilitbang.pertanian.go.icl/kilas-litbang/1522-desa-pandansari-paling-parah-terkena-dampak-erupsi-gunung-Kelud-di-malang.html) diakses pada 25 Februari 2015.
Danusiri. 2012. Tahlil dan Tahlilan. (Online), (http://danusiri.dosen.unimus.ac.id/files/2012/08/Tentang-TAHLIL-dan-TAHLILAN.pdf), diakses pada: 12 April 2015.
Endraswara, S. 2003. Mistik Kejawen: Sinkretisme, Simbolisme, dan Sufismedalam Budaya Spiritual slawa. Jogjakarta: Narasi. Guidance Note on Recovety:Livelihood. United Nations International Strategy for Disaster Reduction. (Online), (https://www.google.com/url?q=http://www.unisdr.org/files/16771_16771 guidancenoteonrecoveryliveliho.pdf&sa=U&ei=OcEUVcjTCIORyQSW7o LYCg&ved—OCAMQFjAA&client=internal-uds-cse&usg=AFQjCNHpHxUJiKdLTTCQWnYe-lmcGIEIOA), diakses 27 Maret 2015.
Haristianti, Vika dan Widiharjo. 2014. Perancangan Pusat Pengembangan Pencak Silat Dengan Pendekatan Modernisasi Nilai. (Online), (http://www.google.co.idtur1PERANCANGANPUSATPENGEMBANGA NPENCAKSILATDENGANPENDEKATANMODERN1SASINILAI), diakses 15 April 2015.
Hasansulama, dkk. 1983. Sosiologi Pedesaan. Jakarta: Departernen Pendidikan dan Kebudayaan.
Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Ilinu Sosial Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif Jakarta: Penerbit Erlangga.
Koentjaraningrat. 2002. Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
Mahbub, Amri. 2014. Erupsi Kelud, Ngantang Kena Dampak Paling Parah. TEMPO.CO diupload Minggu, 16 Februari 2014 I 09:04 WIB. (Online) (http://www. tempo. co/read/news/2014/02/1 6/1 73554652/Erupsi-Kelud-Ngantang-Kena-Dampak-Paling-Parah). Diakses pada 5 Maret 2015.
Maliki, Zainuddin. 2012. Rekonstruksi Teori Sosial Modern. Yogyakarta: Gadja.h . Mada University Press.
Martono, Nanang. 2012. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Nawawi, Hadari. 2005. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Nirtasari. 2013. Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat Mesa Tanah Abang Kecamatan Batang Hari Leko Kabupaten Musi Banyuasin Setelah Berdirinya Pt. Perkebunan Mitra Ogan. Skripsi tidak diterbitkan. Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sriwijaya.
Nurmala, Tatik, dkk. 2012. Pengantar Ilmu Pertanian. Yogyakarta: Graba Ilmu.
PVMBG (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi). 2013. G. Kelud. Badan Geologi, Kementrian ESDM. (Online) (http://www.vsiesdin.go.id/index.php/gunungapi/data-dasar-gunungapi/538-g-kelud) diakses pada 4 Maret 2015.
Rahardjo, Mudjia. 2007. Sosiologi Pedesaan: Studi Perubahan Sosial. Malang: UIN-Malang Press.
Rahayu, Kanti. 2012. Anti penting fblklore dan traditional knowledge bagi Indonesia sebagai "the country of origin". (Online), (http://e-journal.upstegaLac.id/index.php/Cermin/article/download/46/55), diakses pada: 12 April 2015.
Ranjabar, Jacobus. 2008. Perubahan Sosial Dalam Teori Makro. Bandung: Alfabeta
Rahayu, dkk. 2014. Darnpak Erupsi Gunung Merapi Terhadap Lahan dan Upaya-Upaya Pemulihannya. Caraka Tani — Jurnal Ilmu Ilmu Pertanian Vol. XXIX No. I Maret 2014.
Ruja, I Nyoman. 2012. Bertahan dalam Keterbatasan Potret Kemiskinan Perdesaan. Yogyakarta: Penerbit Titah Surga.
Sajogyo, Pudjiwati. 1985. Sosiologi Pembangunan. Jakarta: Fakultas Pascasarjana IKIP Jakarta.
Soekanto, Soerjono. 2012. SosiologiSuatuPengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sugiyono. 2012. AdetodePenelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitiatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
dr
top related