uji zona hambat ekstrak buah mangrove (avicennia …
Post on 13-Nov-2021
10 Views
Preview:
TRANSCRIPT
UJI ZONA HAMBAT EKSTRAK BUAH MANGROVE (Avicennia marina)
DENGAN PELARUT BERTINGKAT TERHADAP PERTUMBUHAN
BAKTERI Vibrio harveyii
HARDIYANTI BANGSAWANG
10594094315
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2019
UJI ZONA HAMBAT EKSTRAK BUAH MANGROVE (Avicennia marina)
DENGAN PELARUT BERTINGKAT TERHADAP PERTUMBUHAN
BAKTERI Vibrio harveyi
Hardiyanti Bangsawang
10594094315
Skripsi
Diajukan Sebagai Salah satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan Pada
Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Makassar
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2019
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Uji Zona Hambat
Ekstrak Buah Mangrove (Avicennia marina) Dengan Pelarut Bertingkat
Terhadap Bakteri Vibrio harveyii adalah benar hasil karya saya yang belum
diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data
dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar
pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Makassar, Agustus 2019
Hardiyanti Bangsawang
10594094315
HALAMAN HAK CIPTA
@ Hak Cipta milik Unismuh Makassar, tahun 2019
Hak Cipta dilindungi undang-undang
1. Dilarang mengutip sebahagian atau seluruh karya tulis ini tampa
mencantumkan atau menyebutkan sumber
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan,
karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu
masalah
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar Universitas
Muhammadiyah Makassar
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebahagian atau seluruh karya
tulis dalam bentuk laporan apapun tampa izin Unismuh Makassar.
ABSTRAK
Hardiyanti Bangsawang 10594094315, Uji Zona Hambat Ekstrak Buah
Mangrove (Avicennia marina) Dengan Pelarut Bertingkat Terhadap Bakteri
Vibrio harveyii, Dibimbing oleh Burhanuddin dan Hamsah. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahuipotensi aktivitas antibakteri dari ekstrak buah
mangrove Avicennia marina dalam menghambat pertumbuhan bakteri Vibrio
harveyidan menentukan seberapa besar diameter zona hambat masing-masing
ekstrak buah mangrove Avicennia marina dengan penggunaan pelarut bertingkat
(n-heksana, kloroform, Metanol, Air).
Penelitian dilaksanakan di laboratorium hama dan penyakit universitas
hasanuddin makassar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode difusi agar dengan menggunakan paper disk.
Hasil penelitian menunjukkan ekstrak buah mangrove (Avicennia
marina) memiliki kemampuan menghambat vibriosis berdasarkan uji zona
hambat dan uji MIC, dimana zona hambat tertinggi diperoleh pada ekstrak
kloroform pada bakteri V. harveyii dengan rata-rata zona hambat sebesar 21,09
mm pada bakteri V. harveyii, dan berbeda dengan ekstrak lainnya (N-hexan,
Metanil dan Air). Dan nilai uji mic ekstrak kloroform diperoleh pada konsetrasi
250 ug/mL.
Kata kunci : Ekstraksi, Vibrio harveyii, Zona hambat, Avicennia marina.
SUMMARY
Hardiyanti Bangsawang 10594094315, Inhibition Zone Test of Mangrove
Fruit Extract (Avicennia marina) With Leveled Solvents Against Vibrio
harveyii Bacteria, Supervised by Burhanuddin and Hamsah. The aim of this
study was to determine the potential antibacterial activity of Avicennia marina
mangrove extracts to inhibit the growth of Vibrio harveyidan bacteria to
determine the diameter of the inhibitory zones of each Avicennia marina
mangrove extract with the use of multilevel solvents (n-hexane, chloroform,
Methanol, Water).
The study was conducted in the laboratory of pests and diseases at
Hasanuddin University Makassar. The method used in this research is agar
diffusion method using paper disks.
The results showed mangrove fruit extracts (Avicennia marina) had the
ability to inhibit vibriosis based on inhibition zone and MIC tests, where the
highest inhibitory zone was obtained in chloroform extract in Vibrio harveyii
bacteria with an average inhibition zone of 21.09 mm in V. harveyii bacteria , and
different from other extracts (N-hexan, Methanol and Water). And the chloroform
extract mic test values were obtained at a concentration of 250 μg / mL.
Keywords: Extraction, Vibrio harveyii, Inhibitory zone, Avicennia marina.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi wabarakatu
Alhamduliilah rabbil alamin, Segala puji hanya milik Allah SWT, Tuhan
semesta alam. Hanya kepada-Nya penulis menyerahkan diri dan menumpahkan
harapan, semoga segala aktivitas dan praduktivitas penulis mendapatkan
limpahan rahmat dari Allah SWT. Rasa syukur juga kupanjatkan oleh penulis
atas berkat rahmat , hidayah serta kasih sayang Allah jugalah telah memberi saya
nikmat, kesehatan, dan petunjuk serta kesabaran sehijgga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul Uji Zona Hambat Ekstrak Buah
Mangrove (Avicennia marina) Dengan Pelarut Bertingkat Terhadap
Pertumbuhan Bakteri Vibrio harveyii.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidsk akan terwujud tanpa
adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang
terhormat.
1. Ibunda Hj. Hadiah, S.Pd. dan Ayahanda H. Bangsawang, S.Pd. yang tak
henti-hentinya selalu memberikan doa dan dukungan kepada penulis serta
pengorbanannya dalam menyekolahkan penulis mulai dari sekolah dasar
hingga program strata satu semoga keduanya senantiasa diberikan kekuatan
lahir dan bathin.
2. Dr. H. Burhanuddin, S.Pi, M.Si selaku pembimbing I dan Dr. Hamzah, S.Pi,
M.Siselaku pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya
membimbing dan mengarahkan penulis, Sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan.
3. Dr. H. Burhanuddin, S.Pi, M.Si selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Dr. Ir. Hj. Andi Khaeriyah, S.Pi, M, Pd selaku Prodi Budidaya Perairan
Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.
5. Laboratorium Hama dan Penyakit Universitas Hasanuddin, yang telah
menfasilitasi dan memberikan izin melaksanakan penelitian sehingga
penelitian ini dapat terlaksana.
6. Kak Niar selaku pembimbing laboratorium yang selalu memberikan kami
arahan-arahan saat pelaksanaan penelitian.
7. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada teman-teman BDP
Angkatan 015.
Akhir kata penulis ucapakan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
terkait dalam penulisan skripsi ini, semoga karya tulis ini bermanfaat dan dapat
memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.
Billahi Fi Sabilil’haq Fastabiqul Khaerat
Wassalamu Alaikum Wr. Wb
Makassar, September 2019
Hardiyanti Bangsawang
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN iii
HALAMAN PENGESAHAN KOMISI PENGUJI iv
HALAM PERNYATAAN v
HALAMAN HAK CIPTA vi
ABSTRAK vii
KATA PENGANTAR ix
DAFTAR ISI xi
DAFTAR TABEL xiii
DAFTAR GAMBAR xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Vibrio harveyii 4
2.2. Mangrove Avicennia marina 5
2.2.1. Klasifikasi 5
2.2.2. Ciri Morfologi 6
2.2.3. Habitat 6
2.2.4. Kandungan Bioaktif Buah Avicennia marina 7
2.2.5. Jenis Pelarut 9
2.2.6. Mekanisme Daya Antibakteri Avicennia marina 10
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Waktu Dan Tempat 12
3.2. Alat Dan Bahan 12
3.3. Prosedur Kerja 12
3.3.1. Ekstraksi Buah Mangrove 12
3.3.2. Pembuatan Media TCBSA 15
3.3.3. Uji Zona Hambat 15
3.4. Rancangan Percobaan 16
3.5. Pengukuran Peubah 17
3.6. Analisis Data 17
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1Hasil 18
4.1.1 Rendemen Ekstraksi Avicennia marina 18
4.1.2 Diameter Zona Hambat 18
4.1.3 Uji MIC (Minimum Inhibition Concentration) 19
4.2. Pembahasan 20
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan 23
5.2. Saran 23
DAFTAR PUSTAKA 24
LAMPIRAN 27
RIWAYAT HIDUP 33
DAFTAR TABEL
No Teks Halaman
1. Presentase rendemen simplisia eksttrak A. marina dengan pelarut
bertingkat 18
2. Rata-rata diameter zona hambat berbagai pelarut ekstrak A. marina
terhadap bakteri vibrio harveyii 19
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Buah Mangrove Avicennia Marina 5
2. Prosedur Ekstraksi Buah Mangrove 14
3. Hasil Uji MIC pada bakteri V. harveyii ekstrak A. marina pada 19
pelarut kloroform
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Mangrove merupakan tumbuhan yang tahan terhadap salinitas tinggi,
bertindak sebagai produsen utama dalam rantai makanan pada ekosistem muara.
Sebagai ekosistem yang sangat produktif di sepajang pesisir pantai dan
mempunyai nilai sangat tinggi dari segi ekonomi, ekologi, maupun sumber daya
ilmiah dan budaya. Tumbuhan buah mangrove A. marina juga mengandung
senyawa seperti alkaloid, flavonoid, tanin, dan saponin. Golongan senyawa ini
merupakan bahan obat-obatan modern untuk mengatasi serangan (Eryanti, 1999).
Pesatnya perkembangan budidaya perikanan saat ini juga menimbulkan
efek negatif, yaitu kondisi lingkungan yang buruk dan menyebabkan patogen
berkembang diperairan sehingga menyebabkan penyakit pada budidaya. Penyakit
merupakan salah satu faktor penghambat dalam suatu keberhasilan budidaya,
faktor yang menyebebkan penyakit suatu organisme diantaranya adalah
lingkungan yang buruk. Penyakit yang sering ditimbulkan masalah umumna
disebabkan oleh bakteri, salah satunya ialah bakteri V. harveyii (Cholik et.al,
2005).
Serangan penyakit yang disebabkan oleh bakteri sering menimbulkan
kendala dalam budidaya perikanan. Penyebab penyakit Vibrio harveyii diketahui
patogen terhadap ikan-ikan air payau dan laut. Yang dapat menyebabkan kematian
massal pada budidaya (Bullock, 1977).
Penanggulangan serangan bakteri umumnya dilakukan dengan pemberian
antibiotik yang dapat digunakan dalam menanggulangi penyakit V. harveyii pada
ikan, udang, dan kepiting yang bernilai ekonomis pada usaha-usaha budidaya.
Namun, penggunaan antibiotik ternyata dapat menimbulkan efek samping bagi
organisme budidaya karena kondisi lingkungan yang buruk dan menyebabkan
penyakit pada budidaya perikanan. Amanda, (2015) mengemukakan bahwa bahan
alami yang dapat digunakan untuk mengatasi pertumbuhan bakteri Vibrio harveyii
adalah ekstrak buah mangrove (Avicennia marina). Berbagai penelitian terkait
dengan pemanfaatan bioaktif mangrove sebagai antibakteri pada umumnya masih
bersifat parsial, tidak lengkap (in vitro) dan menggunakan metode
penanggulangan pengobatan saja untuk mencegah pertumbuhan bakteri V.
harveyii.
Salah satu bagian A. marina yang dapat dimanfaatkan ialah bagian buah,
karena terdapat bagian hipokotil yang merupakan tempat penyimpanan cadangan
makanan dan bahan cadangan lainnya (Priyonon, 2010). Dalam menghambat
pertumbuhan bakteri V. harveyii maka dapat digunakan A. marina sebagai
alternatif penanggulangan penyakit yang efektif dan ramah lingkungan.
Senyawa bioaktif yang terkandung dalam tumbuhan buah mangrove
diperoleh dengan cara ekstraksi. Ekstraksi merupakan proses pemisahan dengan
pelarut yang melibatkan perpindahan zat terlarut ke dalam pelarut. Untuk
memperoleh ekstrak yang baik maka dapat dilakukan ekstraksi secara bertingkat
dimulai dari pelarut non polar (n-heksana), lalu dengan pelarut semipolar
(kloroform) dan polar (metanol dan air) sehingga diperoleh ekstrak yang
mengandung berturut-turut senyawa nonpolar, semipolar, dan polar (Houghton
dan Raman, 1998).
1.2. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan menguji kemampuan zona hambat ekstrak buah
mangrove (A. marina) yang diekstrak dengan pelarut bertingkat (n-heksana,
kloroform, metanol, air) terhadap pertumbuhan bakteri V. harveyii.
I. II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Vibrio harveyii
Salah satu jenis bakteri yang paling banyak menyebabkan penyakit dan
kematian pada budidaya udang dan jenis crustacean lain. V. harveyii ini
merupakan agen utama penyebab penyakit vibriosis atau bercahaya, menyerang
organisme vertebrata dan invertebrata laut pada area geografis yang luas. Penyakit
yang disebabkan oleh infeksi bakteri Vibrio atau disebut vibriosis merupakan
salah satu penyakit yang sering terjadi pada budidaya salah satunya kepiting
bakau Sarjito et.al., (2014). Menurut Jithendran et.al., (2010), gejala klinis
kepiting yang terinfeksi bakteri V. harveyii adalah adanya bintik hitam (black
spot) atau bercak coklat pada karapas serta terjadinya pengikisan dan melanisasi
(pigmen coklat tua menjadi hitam) dibagian yang terinfeksi bakteri. Gejala klinis
serupa juga dilaporkan oleh Sarjito et.al. (2010) seperti insang membuka, kering,
dan berwarna gelap, terdapat luka pada capit, ventral, abdomen, dan karapas
kepiting, terdapat bintik coklat, gerakan dan nafsu makan kepiting melemah,
sering naik ke permukaan air, dan menghasilkan buih-buih (gelembung) udara
pada perairan. Pada dasarnya bakteri V. harveyi ini bersifat oportunistik
(menginfeksi) dan akan menjadi patogen jika pada pemeliharaannya terjadi
goncangan secara drastik, seperti perubahan suhu, pH, salinitas, dan faktor lainnya
(Roza & Zafran, 1998).
2.2 MangroveAvicennia Marina
2.2.1. Klasifikasi
Menurut Cronquist (1981), mengemukakan bahwa klasifikasi Avicennia
marina adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Scrophulariales
Famili : Acanthaceae
Genus : Avicennia
Gambar 2.1 Morfologi buah Avicennia marina.
Mangrove Avicennia marina merupakan tumbuhan yang tahan terhadap
salinitas tinggi dan lahan pantai yang terlindung, tumbuhan A. marina ini mampu
tumbuh pada berbagai habitat pasang surut.
2.2.2. Marfologi Avicennia marina
Menurut Bengen (2002), mengemukakan bahwa morfologi tanaman
mangrove jenis Avicennia marina seperti, belukar atau pohon yang tumbuh
menyebar dengan ketinggian mencapai 25 m. Kumpulan pohon membentuk
sistem perakaran horizontal dan akar nafas yang rumit. Akar nafas biasanya tipis,
berbentuk jari (atau seperti asparagus) yang ditutupi oleh lentisel. Kulit kayu luar
berwarna keabu-abuan atau gelap kecoklatan, beberapa ditumbuhi tonjolan kecil,
sementara yang lain kadang-kadang memiliki permukaan yang halus. Pada bagian
batang yang tua kadang-kadang ditemukan serbuk yang tipis.
Permukaan daunnya halus, bagian atas hijau mengkilat, bawahnya pucat.
Unit dan letak, Sederhana dan berlawanan. Bentuknya seperti lanset (daun akasia),
ujung meruncing dan ukuran 15 x 5 cm.
Bunganya seperti trisula dengan gerombolan bunga (kuning) hampir
disepanjang ruas tandang. Letaknya di ujung/pada tangkai bunga, formasi bulir
(ada 10-30 bunga per tandan), daun mahkota kuning cerah, 3-4 mm, kelopak
bunga 5, benang sari 4. Buahnya seperti kerucut/cabe/mente, hijau muda
kekuningan dan ukuran 4 x 2 cm.
2.2.3. Habitat
Avicennia marina tumbuh pada habitat yang beragam di daerah pasang surut,
lumpur dan di rawa . Tetapi juga sebagian jenis pionir di lingkungan pesisir atau
pada bagian daratan dari mangrove. A. marina juga mudah tumbuh kembali dan
pohonnya pun yang tumbang atau rusak dapat segera bersemi kembali sehingga
mempercepat pemulihan tegakan yang rusak. Akarnya yang padat, rapat, dan
banyak, sangat efektif untuk menangkap dan menahan lumpur.
2.2.4. Kandungan Bioaktif Buah Avicennia marina
Mangrove jenis Avicennia marina diketahui memiliki kandungan senyawa
metabolit sekunder atau bioaktif berupa flavonoid, tanin, alkoloid, saponin, yang
dapat dimanfaatkan sebagai antibiotik, antiradang, antimikroba, dan sitotoksik
(Ali dan Dini, 2013).
1. Flavonoid
Flavonoid merupakan golongn terbesar senyawa fenol alam. Hampir 2%
dari seluruh karbon yang difotosintesis oleh tumbuhan diubah menjadi flavoniod.
Flavonoid merupakan senyawa polar karena mempunyai sejumlah gugs hidroksin
yang tak tersulih atau suatu gula sehingga akan larut dalam pelarut polar seperti
methanol. Adanya gula yang terikat pada Flavonoid cenderung menyebabkan
Flavonoid lebih mudah larut dalam air dan dengan demikian campuran pelarut
diatas dengan air merupakan pelarut yang lebih baik untuk glikosida.
2. Tanin
Tanin tersebar luas dalam tumbuhan berpembuluh. Tanin dapat bereaksi
dengan protein membentuk kopolimer mantap yang tidak larut air. Secara kimia
terdapat dua jenis utama tanin yaitu tanin terkondensasi dan tanin terhidrolisiskan.
Tanin terkondensasi hampir tersebar pada seluruh tumbuhan angiospermae
sementara tanin terhidrolisis penyebarannya hanya terbatas pada tumbuhan
berkeping dua (harborn, 1987). Semakin murni tanin. Pelarutannya semakin
kurang dalam air dan makin mudah diperoleh dalam bentuk kristal. Larutan tanin
dalam air dapat diendapkan dengan penambahan asam mineral atau garam. Selain
itu, tanin memiliki kemampuan mengendapkan protein yang menyebabkan sering
terjadinya reaksi dengan enzim. Asam gallat merupakan asam fenolat yang sering
ditemukan dalam tanin (Robinson, 1995).
3. Alkoloid
Alkoloid adalah senyawa kimia tanaman hasil metabolit sekunder yang
terbentuk berdasarkan prinsip pencampuran. Pembentukan alkoloid dapat
ditemukan pada bagian daun, akar, getah dan kuncup mudah. Kebanyakan
alkoloid adalah zat kristal yang berikatan dengan asam untuk membentuk garam.
Pada tanaman, Alkoloid terdapat dalm keadaan bebas sebagai garam atau N-
oksida. Umumnya Alkoloid larut dalam air jika berupa garam sedangkan bentuk
bebas atau basahnya mudah larut dalam pelarut organik dan sukar larut dalam air
(Sirait, 2007).
4. Saponin
Terpenoid dapat dipilih menjadi sekurangnya 4 golongan senyawa yaitu
triterpena sebenarnya, steroid, saponin, dan glikosida jantung. Saponin dan
glikosida jantung sebenarnya triterpena atau steroid yang terdapat sebagai
glikosida. Saponin adalah glikosida triterpena dan sterol yang terdapat dalam
banyak tumbuhan. Saponin merupakan senyawa aktif permukaan, bersifat seperti
sabun dapat dideteksi berdasarkan kemampuannya berbentuk busa dan
menghemolisis sel darah (Harborne, 1987). Kedua jenis saponin tersebur larut
dalam air dan etanol tetapi tidak larut dalam eter (Robinson, 1995).
2.2.5. JenisPelarut
1. N-heksana
Aziz, Cindo, dan Fresca (2009) mengemukakan bahwa n-hexan merupakan
pelarut bersifat inert, memiliki titik didih yang rendah serta dapat melarutkan
dengan cepat dan sempurna.
2. Kloroform
Amonettedan Joseph (2009) mengemukakan bahwa kloroform atau
triklorometana mempunyai rumus molekul CHCl3, dimana pada tekanan dan suhu
normal merupakan cairan bening dan berbau karakteristik. Kloroform lebih
dikenal karena kegunaanya sebagai bahan pembius, walaupun pada kenyataannya
kloroform lebih banyak digunakan sebagai pelarut nonpolar di laboratorium atau
industri.
3. Metanol
Nabila (2011) mengemukakan bahwa methanol biasa digunakan sebagai
pelarut organik, merupakan jenis alkohol yang mempunyai struktur paling
sederhana, tetapi sangat toksik pada manusia.
4. Air
Susana (2003) mengemukakan bahwa air merupakan suatu senyawa kimia
berbentuk cairan yang tidak berwarna, tidak berbau dan tak ada rasanya. Air
mempunyai titik beku 0°C pada tekanan 1 atm, titik didih 100°C dan kerapatan
1,0 g/cm3
pada suhu 4°C.
2.2.6 Mekanisme Daya Antibakteri Avicennia marina Mekanisme Daya
Senyawa kimia dalam tanaman dapat bersifat antibakteri yaitu mampu
menghambat pertumbuhan bakteri. Puspita (2011), Nugraha, (2013) menyatakan
bahwa beberapa senyawa metabolit sekunder meliputi fenol dan senyawa fenolik,
alkoloid memiliki sifat antibakteri.
Antibakteri ini sebagai produk alami organik dengan berat molekul rendah
dibentuk oleh mikroorganisme dan tumbuhan yang aktif melawan
mikroorganisme lain pada konsentrasi rendah. Antibakteri dibedakan menjadi
bakterisidal dan bakteriostatik. Bakteriostatik adalah zat yang bekerja
menghambat pertumbuhan bakeri sedangkan bakterisidal adalah zat yang bekerja
mematikan bakteri. Beberapa zat antibakteri bersifat bakteriostatik pada
konsentrasi rendah dan bersifat bakterisidal pada konsentrasi tinggi (Nugraha,
2013). Mekanisme penghambatan mikroorganisme oleh senyawa antibakteri dapat
disebabkan oleh beberapa cara yaitu, mengganggu pembentukan dinding sel,
bereaksi dengan membran sel dan, menginaktivasi enzim dan fungsi material
genetic.
Kemampuan suatu zat antibakteri tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu, konsentrasi zat antibakteri, waktu penyimpanan, suhu lingkungan, sifat-sifat
fisik dan kimia makanan termasuk kadar air, ph, jenis dan jumlah senyawa
didalamnya (Puspita 2011).
Senyawa kimia dalam tanaman dapat bersifat antibakteri yaitu mampu
menghambat pertumbuhan bakteri. Puspita (2011), Nugraha, (2013) menyatakan
bahwa beberapa senyawa metabolit sekunder meliputi fenol dan senyawa fenolik,
alkoloid memiliki sifat antibakteri.
Antibakteri ini sebagai produk alami organik dengan berat molekul rendah
dibentuk oleh mikroorganisme dan tumbuhan yang aktif melawan
mikroorganisme lain pada konsentrasi rendah. Antibakteri dibedakan menjadi
bakterisidal dan bakteriostatik. Bakteriostatik adalah zat yang bekerja
menghambat pertumbuhan bakeri sedangkan bakterisidal adalah zat yang bekerja
mematikan bakteri. Beberapa zat antibakteri bersifat bakteriostatik pada
konsentrasi rendah dan bersifat bakterisidal pada konsentrasi tinggi (Nugraha,
2013). Mekanisme penghambatan mikroorganisme oleh senyawa antibakteri dapat
disebabkan oleh beberapa cara yaitu, mengganggu pembentukan dinding sel,
bereaksi dengan membran sel dan, menginaktivasi enzim dan fungsi material
genetic.
Kemampuan suatu zat antibakteri tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu, konsentrasi zat antibakteri, waktu penyimpanan, suhu lingkungan, sifat-sifat
fisik dan kimia makanan termasuk kadar air, ph, jenis dan jumlah senyawa
didalamnya (Puspita 2011).
III. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu Dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada Agustus - September 2019. Sampel buah A.
marina diperoleh dari pesisir pantai Kuri Cadi, Kabupaten Maros. Ekstraksi buah
A. marina dilakukan di Laboratorium Kimia Politeknik Unhas, sementara untuk
uji aktivitas antibakteri dilakukan di Laboratorium Hama Dan Penyakit Ikan,
Jurusan Perikanan FIKP UNHAS.
3.2 Alat Dan Bahan
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah paper disk yang berukuran 6
(mm) untuk pengamatan zona hambat, Autoclave dan oven untuk mensterilkan
alat dan bahan (basah,kering), inkubator untuk menumbuhkan bakteri, mikropipet,
jangka sorong untuk menghitung daya hambat dan batang penggerus untuk
meratakan bakteri dalam media yang telah diinokulasi.
Adapun bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu bakteri Vibrio
harveyii sebagai objek pengamatan, ekstrak buah mangrove untuk pengujian daya
hambat dan MIC serta media TCBSA (Thiosulfate Citrate bile Salt Sucrose Agar)
media selektif untuk menumbuhkan bakteri V. harveyii.
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Ekstraksi Buah Mangrove
Buah mangrove Avicennia marina segar, di keringkan kemudian dihaluskan
dengan cara di blender. Bubuk A. marina (simplisia) selanjutnya ditimbang
sebanyak 300 gram, kemudian direndam dengan pelarut bertingkat dengan
menggunakan metode maserasi kinetik, yaitu dengan cara sebagai berikut :
1. Pertama-tama bubuk A.marina direndam menggunakan pelarut non polar n-
hexan dengan waktu maserasi 3x24 jam
2. Hasil maserasi pelarut non polar n-hexan dikeringkan dan setelah kering
direndam/maserasi dengan pelarut semi polar klorofom dengan waktu
maserasi 3x24 jam
3. Hasil maserasi pelarut semi polar klorofom selanjutnya dikeringkn dan
setelah kering direndam/maserasi dengan pelarut polar methanol dengan
waktu maserasi 3x24 jam
4. untuk kontrol digunakan air sebagai media maserasi ekstrak dengan waktu
maserasi 3x24 jam.
5. Ekstrak selanjutnya disaring dengan menggunakan kertas saring whatman
dengan menggunakan penyaring volum, khusus untuk pelarut air di Freeze
dryer terlebih dahulu dan selanjutnya dievaporasi menggunakan evaporator.
6. Hasil ekstrak disimpan pada frezzer sampai akan digunakan untuk pengujian
(uji zona hambat) dan untuk menghitung rendemen ekstrak.
Gambar 3.1 Prosedur Ekstraksi Buah Mangrove
Pelet Fitrat n-heksana
Buah Mangrove
Avicennia marina Simplisia mangrove
Pelet
Pelet
Pelet
Fitrat Chloroform
Fitrat Methanol
Air
Air
(H2O)
Diuapkan dengan evaporator
Liofilisasi dengan freeze dryer
Ekstrak
Kloroform Ekstrak Methanol
Ekstrak n-
heksana
3.3.2 Pembuatan Media TCBSA (Thiosulfate Citrate bile Salt Sucrose Agar)
Media TCBSA yang dibutuhkan dalam pengujian ini sebanyak 6 media
dalam cawan petri. Pembuatan media ini diawali dengan sterilisasi akuades 400
mL dalam Erlenmeyer 500 mL. Kemudian ditutup dengan almunium foil dan
diikat menggunakan plactik warp, lalu di autoclave selama 90 menit pada suhu
121 tekanan 1 atm. Bubuk media TCBSA ditimbang sebanyak 35,6 gr
kemudian dimasukkan kedalam erlenmeyer yang berisi akuades steril sebanyak
400 mL. Campuran ini di panaskan di atas hotplate stirrer hingga mendidih pada
suhu 100 dan digoyangkan sampai homogen. Selanjutnya didiamkan selama
20 menit dan dituang kedalam cawan petri secara aseptik. Setelah beku, cawan
petri dibalik dan dibungkus menggunakan plastic dan disimpan di lemari es
untuk digunakan saat sampling pertumbuhan bakteri uji Vibrio harveyi.
3.3.3 Uji Zona Hambat
a. Membuat Media TSA (Tryptic Soya Agar)
Persiapan awal ditimbang media TSA sebanyak 10 gram, 2,5 garam lalu
ditambahkan 20 ml aquades. Setelah itu masukkan semua kedalam enlenmeyer
500 ml lalu media disterilkan dengan autoclave dengan suhu 121°C selama 2
jam, kemudian media dituang kedalam tabung reaksi sebanyak 20 ml. setelah
mengeras, media diinkubasi dalam inkubator selama 24 jam pada suhu 35°C.
b. Tumbuhkan Bakteri Uji Dalam Media TCBSA
Bakteri uji yang digunakan V. harveyii dengan konsentrasi bakteri yang
digunakan dalam uji zona hambat sebanyak . Siapkan media TCBSA, dan
bakteri V. harveyii sebanyak 0,1 ml. Kemudian bakteri dituang kedalam cawan
petri kosong yang sudah steril, lalu dituang media TCBSA yg bersuhu ± 50°C
kurang lebih 20 ml. Cawang petri diputar ke arah kanan dan kiri sebanyak 5-7
kali Sumiati (2008).
c. Mengamati zona hambat yang terbentuk
Paper disk yang telah disterilkan dengan ukuran 6 (mm) diletakkan kedalam
setiap cawang lalu ditambahkan dengan larutan ekstrak Avicennia marina dengan
konsentrasi 2000mg/L sebanyak 50 mikroliter menggunakan mikropipet
kemudian diinkubasi dalam inkubator selama 24 jam. Hasil yang diperoleh
dinyatakan positif jika terbentuk zona hambatan (zona bening disekeliling paper
disk) dan hasilnya dinyatakan negatif jika tidak terbentuk zona hambatan. Bagian
Paper disk yang bening diukur menggunakan jangka sorong untuk mengetahui
diameter zona hambat yang terbentuk setiap konsentrasi.
3.3.4 Uji MIC (Minimum Inhibition Concentration)
Uji MIC merupakan konsentrasi minimum yang mampu menghambat
pertumbuhan mikroorganisme. Uji MIC dilakukan untuk menentukan konsentrasi
terkecil dari ekstrak buah A. marina dalam menghambat pertumbuhan V. harveyii.
Konsentrasi A. marina dicobakan mulai dari konsentrasi 2000, 1000, 500, dan 250
ug/mL.
3.4 Rancangan Percobaan
Percobaan dilakukan dengan cara experimental dengan menggunakan RAK
(Rancangn Acak Kelompok). Perlakuan yg digunakan terdiri atas ekstrak
Avicennia marina yang diekstrak secara bertingkat dan yg diekstrak menggunakan
air, sementara untuk kelompok perlakuan terdiri atas 1 jenis bakteri uji yaitu
Vibrio harveyii.
3.5 Pengukuran Peubah
a) Pengukuran zona hambat
Zona hambat diukur menggunakan jangka sorong pada setiap bakteri uji.
b) Pengukuran rendemen
Untuk perhitungan rendemen ekstrak, menggunakan formulasi rumus
sebagai berikut:
% Rendeman =
x 100%
3.6 Analisis data
Data zona hambat dan %rendemen dari setiap perlakuan dianalisis dengan
analisis ragam (ANOVA). Jika terdapat perbedaan dilanjutkan dengan uji Tukey
dengan selang kepercayaan (0,05).
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.1.1 Rendemen Ekstraksi Avicennia marina
Ekstraksi serbuk halus A.marina diperoleh dari sampel buah mangrove
(A.marina) yang berat awalnya masing-masing 4 kg dengan metode maserasi
atau perendaman memakai pelarut bertingkat (n-heksana, kloroform, metanol,
air). Persentase rendemen simplisia ekstrak Avicennia marina dengan pelarut
bertingkat dapat dilihat pada tabel 4.1.1. .
Tabel 4.1.1 Persentase rendemen simplisia ekstrak Avicennia marina dengan
pelarut bertingkat
Sampel
Berat
serbuk
(g)
Jenis
Pelarut
Berat
ekstrak
(g)
Rendemen
(%)
Avicennia
Marina 300
N-heksana
Klorofrom
Methanol
Air
1,916
3,125
25,824
1,545
0,64
1,04
8,61
0,52
Rendeman ekstrak buah mangrove A.marina tertinggi diperoleh pada
pelarut polar metanol sebesar 8,61%, dususul pelarut semi polar kloroform
sebesar 1,04%, dan pelarut non polar n-heksan sebesar 0,64%, serta pelarut air
sebesar 0,52%.
4.1.2 Diameter Zona Hambat
Hasil uji diameter zona hambat ekstrak A. marina dengan pelarut
bertingkat disajikan pada Tabel 4.1.2.
Tabel 4.1.2 Rata-rata diameter zona hambat berbagai pelarut ekstrak A. marina
terhadap bakteri Vibrio harveyii.
Pelarut Ekstrak
Zona Hambat terhadap
V. harveyii(mm)
n-heksana 6.00±0.15a
Kloroform 21.09±3.40b
Metanol 6.81±0.26a
Air 6.00±0.10a
Kontrol (+) Ciprofloxacin 16,39
Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan
berbeda nyata (P<0.05).
Diameter zona hambat ekstrak A. marina dengan pelarut bertingkat
terhadap bakteri V. harveyii bervariasi pada setiap jenis pelarut (Tabel 4.1.2) zona
hambat terbesar (P<0.05) diperoleh pada ekstrak A. marina dengan pelarut
kloroform sebesar 21.09±3.40 mm. Sementara zona hambat dengan pelarut n-
hexan, metanol, dan air tidak berbeda nyata (P<0.05) yaitu berkisar 6,0 – 6,81
mm.
4.1.2. Uji MIC (Minimum Inhibition Concentration)
Hasil uji MIC ekstrak A. marina dengan pelarut kloroform terhadap V.
harveyii disajikan pada gambar 4.1.
Gambar 4.1 Hasil uji MIC pada Bakteri V. harveyii Ekstrak A. marina pada
pelarut kloroform.
8,26 9,58
11,51
17,48
0
5
10
15
20
250 500 1500 2000
Lu
as
Zon
a H
am
bata
n
(mm
)
Konsentrasi Ekstrak (ug/mL)
Pada Gambar diatas, terlihat bahwa hasil Uji MIC ekstrak buah A.marina
terhadap bakteri V. harveyii yang dicobakan pada konsentrasi ekstrak 2000–
7,8µg/mL mempunyai kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri Vibrio
harveyi hanya sampai pada konsentrasi 250 ug/mL, Nilai MIC ekstrak A. marina
dengan pelarut kloroform diperoleh pada konsentrasi 250 ug/mL (zona hambat
rata-rata = 8,26 ug/mL).
4.2 Pembahasan
Rendemen merupakan perbandingan jumlah ekstrak yang diperoleh dari
suatu bahan terhadap berat awal bahan simplisia. Hal ini dimaksudkan bahwa
hasil rendemen merupakan hasil senyawa bioaktif yang terkandung dalam bahan
simplisia tersebut sesuai dengan berat awal simplisia yang diperoleh. Semakin
tinggi hasil persentase rendemen menunjukkan semakin banyak senyawa bioaktif
yang terkandung dalam suatu bahan Rohmansyah (2011). Rendemen
menunjukkan jumlah ekstrak bubuk yang terkandung pada buah mangrove.
Rendemen ekstrak buah mangrove dengan pelarut etil asetat dan metanol
menghasilkan ekstrak paling banyak dibandingkan dengan pelarut lainnya. Hal ini
menunjukkan bahwa komponen-komponen buah mangrove cenderung larut pada
pelarut yang bersifat semipolar seperti etil asetat,dan pelarut polar metanol
Herawati, (2011) dan Husniar, (2017). Pada (tabel 4.1.1) terlihat tingginya
presentase rendeman yang didapatkan pada pelarut polar metanol karena metanol
sebagai pelarut polar memiliki gugus fungsional alkohol berupa gugus hidroksil
yang memiliki titik didih yang tinggi dan berbobot molekul rendah yang
kelarutannya dalam air tinggi, sehingga menyebabkan kelarutan ekstrak menjadi
tinggi (Srivastava, 2007 dan Kophkar, 2003). Semakin tinggi hasil persentase
rendemen menunjukkan semakin banyak senyawa bioaktif yang terkandung dalam
suatu bahan (Rohmansyah 2011).
Berbeda dengan diameter zona hambat pada (tabel 4.1.2) tingginya zona
hambat terdapat pada ekstrak kloroform pada bakteri V. harveyii karena
kloroform sebagai pelarut semi polar yang memiliki kemampuan lebih tinggi
untuk menembus membran sel bakteri dibanding pelarut polar (metanol dan air)
dan non polar (n-hexan) Stella JM (1998). Meskipun zona hambatan rata-rata
pelarut di atas lebih rendah dari pelarut kontrol positif (Ciprofloxacin) dengan
nilai zona hambat sebesar 16,39mm, dikarenakan Ciprofloxacin adalah senyawa
murni sementara ekstrak masih menjadi senyawa yang belum murni karena masih
banyak senyawa lain yang terdapat di dalamnya, namun tidak dianjurkan
penggunaannya karena dapat membuat bakteri menjadi resisten (kebal)
sebagaimaa dikemukakan oleh Roza dan Johnny, (1999).
Uji MIC bertujuan untuk mengetahui kualitas ekstrak daya hambat
minumum, kegiatan diawali dengan uji aktivitas antibakteri dengan indikator
zona hambat untuk mengetahui potensi daya hambat ekstrak terhadap
pertumbuhan bakteri Vibrio harveyii. Pada uji In Vitro ekstrak buah mangrove
Avicennia marina dengan pelarut kloroform, uji MIC bertujuan untuk
mengetahui kualitas ekstrak buah mangrove dalam menghambat pertumbuhan
bakteri V.harveyi, dengan penilaian kualitas berdasarkan luas zona hambatan
yang terbentuk dengan daya hambat minimum, kegiatan diawali dengan
melakukan uji screening/uji zona hambat untuk mengetahui potensi daya hambat
ekstrak terhadap pertumbuhan bakteri V.harveyii. Terlihat Pada gambar (4.1.3)
bahwa konsentrasi dibawah 250 ug/mL yaitu 125 ug/mL ekstrak sudah tidak
berpotensi menghambat pertumbuhan bakteri V. harveyi. (Irianto, 2007),
mengemukakan bahwa sifat antimikroba atau antibakteri suatu senyawa
memiliki aktivitas yang tinggi terhadap bakteri patogen apa bila nilai konsentrasi
penghambatan bakteri terendah (MIC), tetapi diameter penghambatanya besar.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Buah A. marina yang diekstrak dengan pelarut bertingkat (n-hexan,
kloroform, metanol, dan air) berpotensi sebagai antibakteri terhadap V. harveyii
dengan zona hambat terbesar (21±3,40) mm diperoleh pada pelarut kloroform.
5.2 Saran
Disarankan untuk pemanfaatan ekstrak dalam mengatasi masalah V.
harveyii pada budidaya menggunakan ekstrak metanol karena ekstrak kloroform
meskipun tinggi zona hambatnya tapi sulit larut dalam air.
DAFTAR PUSTAKA
Austin, B & Austin, D. A. (2007) Characteristics Of The Diseases. Bakterial
Fish Pathogen: Diseases Of Farmet And Wild Fish, 15-46.
Ali, A., & Dini, I. (2013). Skrining Senyawa Bioaktif pada Tumbuhan Mangrove
yang Dapat Menghambat Pertumbuhan Bakteri Penyebab Penyakit Red
Spot Disease. CHEMICA, 12(1), 33-39.
Amonette J. E., & Joseph, S. (2009). Characteristics of biochar: microchemical
properties.Biochar for Environmental Management: USA
Ashofa, E. A., & Prayitno, S. B. (2014). Aplikasi Biomolekuler untuk Deteksi
Agensia Penyebab Vibriosis sebagai Anti Vibriosis. [Disertasi]. Program
Pasca Sarjana, Universitas Diponegoro, Semarang.
Aftabuddin, S., Mohammad, N.A.S., Rahmat, A., Zafar, M., 2013, Antibotic
Resistensi Of Vibro Bacteria Isolated From Mud Crab Scylla Serratab Of
Chakoria Coast, Bangladesh. Research Journal Of Pharmaceutical,
Biological And Chemical Science, july-september-2013 RJPBS, Volume 4
Issue 3, Page 325. ISSN:0975-8585.
Aziz, A., Cindo, R. C., & Fresca, A. (2009).Pengaruh pelarut heksana dan etanol,
volume pelarut, dan waktu ekstraksi terhadap hasil ekstraksi minyak kopi.
Jurnal Teknik Kimia, 1(16). 1-98
Bengen, D. G. (2002). Pedoman Teknis Pengenalan dan Pengelolaan Hutan
Mangrove. Pusat Kajian Sumber Daya Pesisir dan Lautan–IPB, Bogor.
Bullock, G. L. 1977. Vibriosis In Fish. University Of Nebraska. Lincoln.
Bandaranayake, W. M., 2002. Bioactivities, Bioactive Compounds And Chemical
Constituents Of Mangrove Plants. Wetlands Ecology Ans Management 10:
421-452.
Cholik, F. Et.Al. 2005 Akuakulture. Masyarakat Perikanan Nusantara. Taman
Akuarium Air Tawar. Jakarta.
Eryanti. 1999. Identifikasi Dan Isolasi Senyawa Kimia Dari Mangrove (Hutan
Bakau). Laporan Hasil Penelitian Pusat Penelitian Kawasan Pantai Dan
Perairan. Universitas Riau.
Ghufron, M., Dan Kordi.2005. Penanggulangan Hama Dan Penyakit Ikan.
Rineka Cipta Dan Bina Adiaksana. Jakarta.
Hassan, A., T.N Hai T.N., A. Chatterji, And M. Sukumaran, 2011. Preliminary
Study On The Feeding Regime Of Laboratory Reared Mud Crab Larvae,
Scylla Serrata (Forsskal, 1775). World Appl.Sci., 14 (11): 1651-1654.
Houghton PJ, Raman. 1998. Laboratory handbook for the fractionation of natural
extract. London : Chapman & Hall.
Irianto, A. (2005). Patologi ikan teleostei. Penerbit Gajah Mada University press.
Yogyakarta.
Jantrarotai, P., K. Tawecchuer, And S. Pripanapong, 2002. Salinity Levels On
Survival Rate And Development Of Mud Crab (Scylla Olivacea) From Zoea
To Megalopa And From Megalopa To Cryb Stage.J. Kasetsart. (Nat.Sci.),
36:278-284.
Karim, M. Y. (2013). Kepiting bakau (bioekologi, budidaya dan
pembenihannya). Penerbit Yarsif Watampone, Jakarta.
Lavilla-Pitogo, C. R., & de la Peña, L. D. (2004). Diseases in farmed mud crabs
Scylla spp.: Diagnosis, prevention, and control. Aquaculture Dept.,
Southeast Asian Fisheries Development Center.
Nabila, N. (2011). Skripsi, Pengaruh pemberian methanol dan etanol terhadap
tingkat kerusakan sel hepar tikus wistar. Program Pendidikan Sarjana
Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.
Nugraha, A. (2013) Bioaktivitas Ekstrak Daun Kelor (Moringa Oleifera) Terhadap
Eschericia Coli Penyebab Kolibasilosis Pada Babi. Universitas Udayana,
Denpasar.
Puspita, P. E. (2011). Aktivitas Antibakteri Ekstrak Tembakau Temanggung
Verietas Genjah Kemloko.
Putri, A. M., & Prayitno, S. B. (2015). Perendaman Berbagai Dosis Ekstrak Daun
Bakau (Rhizophora Apiculata) Untuk Pengobatan Kepiting Bakau (Scylla
Serrata) Yang Diinfeksi Bakteri Vibrio Harveyi. Journal of Aquaculture
Management and Technology, 4(4), 141-149.
Roza, D. dan I.Zafran, 1998. Pengendalian Vibrio harveyi secara Biologis pada
Larva Udang Windu (Peneaus Monodon) : Aplikasi Bakteri Penghambat.
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia 4 (2): 24 – 30.
Sumiati. 2008. Penuntun Praktikum Mikrobiologi Pangan. Universitas Padjajaran.
Jatinangor.
Susana, T. (2003).Air sebagaisumberkehidupan.Oseana, 27(3).17-25.
Stellman JM. (1998). Encyclopaedia of Occupational Health and Safety. Guides,
Indexes, Directory: Genava: International Labour Office.
Tarwiyah. 2010. Pembenihan Ikan Kerapu Macan. Jakarta: Direktorat Bina
Pembenihan, Direktorat Jendral Perikanan, Departemen Pertanian. 10 Hal.
Zainuddin, E. N. (2006). Chemical and Biological Investigations of Selected
Cyanobacteria (Blue-green Algae) (Doctoral dissertation, PhD Thesis,
University Greifswald).
LAMPIRAN
Lampiran 1. Diameter zona Hambat Beberapa ekstrak buah Mangrove Terhadap Bakteri
V. harveyii
No. Sampel Ekstrak Pengulangan
Diameter Zona Hambat
(mm)
V. harveyii +
1 Avicennia
marina
n-heksana
1 - 13.51
2 - 10,61
3 - 11,29
Rata-rata -
4 - 12,7
5 - 12,28
6 - 12,44
Rata-rata -
Kloroform
1 24,63 12,51
2 17,84 10,61
3 20,79 11,29
Rata-rata 21,09
4 14,19 12,7
5 16,02 12,28
6 14,14 12,44
Rata-rata 14,78
Metanol
1 - 19
2 - 19,05
3 - 19,12
Rata-rata -
4 - 14,59
5 - 15,39
6 - 19,12
Rata-rata -
Air
1 - 19
2 - 19,05
3 - 19,12
Rata-rata -
4 - 14,59
5 - 15,39
6 - 19,75
Rata-rata -
Lampiran 2. Hasil uji MIC pada Bakteri V.harveyi Ekstrak Avicennia marina
Pelarut Chloroform
Konsentrasi
Ekstrak Luas Zona Hambatan(mm) Rata-rata
µg/mL 1 2 3
2000 17,49 17,11 17,85 17,48
1000 11,05 11,52 11,96 11,51
500 9,51 9,7 9,54 9,58
250 8,27 8,49 8,04 8,26
Lampiran 3. Aktivitas antibakteri dari berbagai ekstrak A.marina V.harveyii.
Lampiran 3. Alat dan Bahan Kegiatan
Gambar 1. Pengumpulan sampel buah
Gambar 2. Pencacahan buah A. marina
Gambar 3. Penepungan/menghaluskan dengan blender
Gambar 4. Penimbangan serbuk A. marina.
Gambar 5. Pelarut metanol, n-hexan, dan kloroform
Gambar 6. Media TCBSA dan Bakteri V. harveyii.
Gambar 6. Penimbangan ekstra A. marina dan alat uji zona hambat.
Gambar 7. Mikropipet, Penandaan tip biru (skala mikrolit besar 1000) dan tip
kuning (skala mikrolit lebih kecil 100).
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kecamatan pallangga
Kabupaten gowa pada tanggal 02 februari 1998, sebagai
anak kedua dari ayah yang bernama H. Bangsawang, S.Pd
dan ibu bernama Hj. Hadiah, S,Pd. Penulis merupakan anak
kedua dari tiga bersaudara. Penulis menempuh pendidikan sekolah dasar di SD
Negeri Pajalau dan tamat pada tahun 2009. Penulis kemudian melanjutkan
pendidikan di SMP Negeri 4 Palangga dan tamat pada tahun 2012 kemudian
melanjutkan sekolah di SMA Negeri 1 Bajeng dan lulus pada tahun 2015. Dan
pada tahun 2015 penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Muhammadiyah
Makassar Fakultas Pertanian, program studi Budidaya Perairan.
Selama proses perkuliahan di Universitas Muhammadiyah Makassar penulis
pernah melaksanakan magang lapangan di PT. Esaputlii Prakarsa Utama (Benur
Kita), Kab. Barru dan juga melaksanakan KKP (Kuliah Kerja Profesi) di
Kec.Tanete Rilau Kab. Barru.
Penulis akhirnya melakukan penelitian di Laboratorium Hama Dan
Penyakit, Jurusan Perikanan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas
Hasanuddin, sebagai tugas akhir dalam tahap penyelesaian study dengan judul ”
Uji Zona Hambat Ekstrak Buah Mangrove (Avicennia marina) Dengan Pelarut
Bertingkat Terhadap Bakteri Vibrio harveyii ” dibawah bimbingan Dr. H.
Burhanuddin, S.Pi., M.P. dan Dr. Hamsah, S.Pi., M.Si.
top related