bab ii tinjauan pustaka a. ekomorfologi...

15
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ekomorfologi Gastropoda Kata Gastropoda berasal dari Bahasa Yunani, “Gastroyang berarti perut dan “Poda” yang berarti kaki. Gastropoda adalah Moluska yang mengalami modifikasi. Gastropoda membentuk bagian utama dari filum Molusca (Jasin, 1992). Gastropoda dapat dilihat pada susunan tubuh yang terdiri atas kepala, badan, dan alat gerak. Pada kepala terdapat sepasang alat peraba yang dapat dipanjang pendekkan. Pada alat peraba ini terdapat titik mata untuk membedakan terang dan gelap. Pada mulut terdapat lidah parut dan gigi rahang. Mempunyai alat gerak yang dapat mengeluarkan lendir, untuk memudahkan pergerakannya. Gastropoda ini memiliki cangkang yang menutupi tubuh, sebagian besar cangkang terbuat dari bahan kalsium karbonat yang di bagian luar dilapisi periostrakum dan zat tanduk. Cangkang Gastropoda yang berputar ke arah belakang searah dengan jarum jam disebut dekstral, sebaliknya bila cangkang berputar berlawanan arah dengan jarum jam disebut sinistral (Jasin, 1992). Bengen (2000), menjelaskan sebagian cangkang gastropoda terbuat dari bahan kalsium karbonat yang di bagian luarnya dilapisi periostrakum dan zat tanduk. Adapun morfologi dari Gastropoda disajikan pada Gambar 1 di bawah ini:

Upload: donguyet

Post on 14-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ekomorfologi Gastropodaeprints.ung.ac.id/4061/5/2013-1-54242-633408054-bab2... · dengan mangrove jenis Avicennia marina dan Rhizophora Mucronata dan

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Ekomorfologi Gastropoda

Kata Gastropoda berasal dari Bahasa Yunani, “Gastro” yang berarti perut

dan “Poda” yang berarti kaki. Gastropoda adalah Moluska yang mengalami

modifikasi. Gastropoda membentuk bagian utama dari filum Molusca (Jasin,

1992).

Gastropoda dapat dilihat pada susunan tubuh yang terdiri atas kepala,

badan, dan alat gerak. Pada kepala terdapat sepasang alat peraba yang dapat

dipanjang pendekkan. Pada alat peraba ini terdapat titik mata untuk membedakan

terang dan gelap. Pada mulut terdapat lidah parut dan gigi rahang. Mempunyai

alat gerak yang dapat mengeluarkan lendir, untuk memudahkan pergerakannya.

Gastropoda ini memiliki cangkang yang menutupi tubuh, sebagian besar

cangkang terbuat dari bahan kalsium karbonat yang di bagian luar dilapisi

periostrakum dan zat tanduk. Cangkang Gastropoda yang berputar ke arah

belakang searah dengan jarum jam disebut dekstral, sebaliknya bila cangkang

berputar berlawanan arah dengan jarum jam disebut sinistral (Jasin, 1992).

Bengen (2000), menjelaskan sebagian cangkang gastropoda terbuat dari

bahan kalsium karbonat yang di bagian luarnya dilapisi periostrakum dan zat

tanduk. Adapun morfologi dari Gastropoda disajikan pada Gambar 1 di bawah ini:

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ekomorfologi Gastropodaeprints.ung.ac.id/4061/5/2013-1-54242-633408054-bab2... · dengan mangrove jenis Avicennia marina dan Rhizophora Mucronata dan

5

Gambar 1. Morfologi Gastropoda

Sumber : British, 2011

Gastropoda pada umumnya hidup di permukaan substrat atau menempel

pada pohon mangrove. Gastropoda yang hidup di hutan mangrove pada umumnya

bersifat bergerak (mobile), bergerak aktif turun naik mengikuti pasang surut

sehingga Gastropoda sendiri memiliki adaptasi yang cukup besar dengan

perubahan faktor lingkungan yang disebabkan oleh suhu dan salinitas. Selama air

pasang Gastropoda bergerak sampai ke bagian atas dan bergerak turun ke bawah

pohon atau di lantai pohon mangrove saat surut. Gastropoda berasosiasi dengan

ekosistem hutan mangrove sebagai habitat tempat hidup, berlindung, memijah,

dan juga sebagai daerah suplai makanan yang menujang pertumbuhan (Nontji,

1993).

Sebaran komponen-komponen Gastropoda terdiri dari Gastropoda yang

hidup di dasar substrat atau yang hidup di dalam tanah (infauna), yang hidup di

atas permukaan sedimen atau tanah (epifauna), dan yang hidup menempel pada

pohon, akar, dan daun (treefuna) (Whitten, et all., 1997 dalam Dharmawan 1995).

Nybakken (1992), menyatakan bahwa organisme yang hidup pada suatu habitat

tertentu dan cocok dengan lingkungan hidupnya akan berkembang secara baik.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ekomorfologi Gastropodaeprints.ung.ac.id/4061/5/2013-1-54242-633408054-bab2... · dengan mangrove jenis Avicennia marina dan Rhizophora Mucronata dan

6

Secara ekologis Gastropoda memilki peran yang besar dalam kaitanya

dengan rantai makanan komponen biotik di kawasan hutan mangrove, karena di

samping sebagai pemangsa detritus, Gastropoda berperan dalam proses

dekomposisi serasah dan menetralisasi materi organik yang bersifat herbivor dan

detrivor (Irwanto, 2006).

Daun mangrove yang jatuh dan masuk ke dalam air setelah mencapai dasar

teruraikan oleh mikrorganisme (bakteri dan jamur). Hasil penguraian ini

merupakan makanan bagi larva dan hewan kecil air yang pada gilirannya menjadi

mangsa Gastropoda disamping sebagai pemangsa detritus. Akar pohon mangrove

memberi zat makanan dan menjadi daerah nursery bagi ikan dan invertebrata yang

hidup di sekitarnya (Irwanto, 2006).

Rantai makanan yang terjadi di hutan mangrove juga merupakan rantai

makanan detritus. Sumber utama detritus berasal dari daun-daun dan ranting-

ranting bakau yang telah membusuk sebagai produsen. Daun-daun yang gugur

akan dimakan oleh jenis-jenis bakteri pengurai (Clostridium). Bakteri ini akan

dimakan oleh sebagian Protozoa dari kelas Ciliata dan Avertebrata dari kelas

Gastropoda lainnya yang sebagai konsumen I dan kemudian Protozoa dan

Avertebrata tersebut akan dimakan oleh Karnivor sedang (ikan kecil) konsumen

II, kemudian Karnivora sedang dimakan oleh Karnivora yang lebih tingggi (ikan

besar dan burung) sebagai konsumen III (Romimohtarto, 2007).

Selain sebagai dekomposer untuk menjaga kestabilan ekosistem,

Gastropoda juga berfungsi sebagai pengontrol populasi makroalga. Beberapa

Gastropoda bersifat herbivora seperti Littorina, Aplysia dan lain-lain. Di

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ekomorfologi Gastropodaeprints.ung.ac.id/4061/5/2013-1-54242-633408054-bab2... · dengan mangrove jenis Avicennia marina dan Rhizophora Mucronata dan

7

ekosistem mangrove, padang lamun maupun terumbu karang banyak ditemukan

mikroalga. Kestabilan populasi makroalga dapat dijaga dengan adanya keberadaan

Gastropoda terutama sebagai bahan makanannya (Budhiati, et al., 2008).

Gastropoda juga memiliki peran penting sebagai bioindikator perairan.

Gastropoda merupakan salah satu hewan aquatik yang dapat dijadikan

bioindikator apabila diindikasikan terjadinya pencemaran disuatu perairan.

Kondisi ini tidak lepas dari Gastropoda yang memiliki sifat mobilitas yang

lambat, habitat di dasar perairan dan pola makan detritus (Budhiati, et al., 2008).

B. Jenis – jenis Gastropoda di Ekosistem Mangrove

Umumnya Gastropoda yang hidup di perairan kawasan hutan mangrove

yaitu Telescopium telescopium, Cassidula aurisfelis, Cerithidea cingulata,

Cerithidea quadrata, Chicoreus capucinus, Terebralia sulcata, Nerita lineate,

Littoraria scabra, Littoraria melanostoma, dan Sphaerassiminea miniata.

Jenis-jenis Gastropoda lebih banyak ditemukan di ekosistem mangrove

dengan mangrove jenis Avicennia marina dan Rhizophora Mucronata dan

Rhizphora stylosa. Misalnya Gastropoda jenis Terebralia sulcata, Terebralia

palustris, Cerithidea cingulata yang merupakan Gastropoda asli pada ekosistem

mangrove, jenis-jenis tersebut lebih banyak menyukai permukaan yang berlumpur

atau daerah dengan genangan air yang cukup luas pada daerah ekosistem

mangrove, jenis Terebralia palustris yang memiliki kesamaan dengan Terebralia

sulcata yang lebih banyak menyukai permukaan berlumpur dan lebih banyak

sering dijumpai di mangrove jenis Avicennia marina, Rhizophora mucronata dan

Rhizophora stylosa (Kusrini, 2000 dalam Nento, 2012).

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ekomorfologi Gastropodaeprints.ung.ac.id/4061/5/2013-1-54242-633408054-bab2... · dengan mangrove jenis Avicennia marina dan Rhizophora Mucronata dan

8

Lebih lanjut dijelaskan bahwa Gastropoda jenis Littorina scraba yang

merupakan Gastropoda fakultatif banyak ditemukan mulai dari akar sampai ke

daun mangrove, hal ini karena Gastropoda memiliki ukuran yang relatif kecil,

memiliki sistem pelekatan yang kuat dan tahan kekeringan dan banyak dijumpai

di mangrove jenis Avicennia marina. Sementara jenis Gastropoda Nerita undata

yang merupakan Gastropoda pengunjung/pendatang lebih banyak ditemukan

hidup menempel pada batang atau akar mangrove jenis Avicennia marina dan

Rhizophora mucronata.

1. Telecopium telescopium (Potamididae)

Telecopium telescopium termasuk salah satu Gastropoda yang paling

umum ditemukan di atas substrat atau di antara serasah daun mangrove. Mudah

dikenali karena bentuknya yang khas seperti kerucut. Cangkang hewan ini

berbentuk kerucut, panjang, ramping dan agak mendatar pada bagian dasarnya.

Warna cangkang coklat keruh, coklat keunguan dan coklat kehitaman, lapisan luar

cangkang dilengkapi dengan garis-garis spiral yang sangat rapat dan mempunyai

jalur-jalur yang melengkung ke dalam. Panjang cangkang berkisar antara 7.5-11

cm (Dharma, 1992). Secara morfologi jenis Telecopium telescopium disajikan

pada Gambar 2.

Gambar 2. Telescopium telescopium

Sumber : Bennyaryef, (2012)

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ekomorfologi Gastropodaeprints.ung.ac.id/4061/5/2013-1-54242-633408054-bab2... · dengan mangrove jenis Avicennia marina dan Rhizophora Mucronata dan

9

2. Cassidula aurisfelis (Ellobiidae)

Jenis ini memiliki cangkang berbentuk konikal dengan bentuk unit whorl

piramida. Pola warna cangkang pada jenis ini tidak menunjukan adanya garis

horizontal. Biasanya menempel pada batang dan akar mangrove. Relatif mudah

ditemukan terutama pada area mangrove bersubstrat lumpur berpasir. Bentuk

Cassidula aurisfelis disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3. Cassidula aurisfelis (Ellobiidae)

Sumber : Bennyaryef, (2012)

3. Cerithidea cingulata (Potamididae)

Tinggi cangkang maksimum 4.5 cm, biasanya hanya sekitar 3.5 cm.

Seringkali ditemukan melimpah pada substrat lumpur di area dekat mangrove,

dalam 1 meter persegi kelimpahannya bahkan bisa mencapai 500 individu.

Cerithidea cingulata memiliki cangkang tinggi berbentuk kerucut dengan sisi

cangkang cembung sehingga terlihat meruncing (Gambar 4). Permukaan

cangkang umumnya berwarna cokelat dan bertitik putih dengan garis spiral bagian

dorsal yang sangat menonjol (Roberts et al. 1982 dalam Laksamana, 2011).

Secara morfologi jenis Cerithidea cingulata disajikan pada Gambar 4.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ekomorfologi Gastropodaeprints.ung.ac.id/4061/5/2013-1-54242-633408054-bab2... · dengan mangrove jenis Avicennia marina dan Rhizophora Mucronata dan

10

Gambar 4. Cerithidea cingulata (Potamididae)

Sumber : Bennyaryef, (2012)

4. Cerithidea quadrata (Potamididae)

Jenis ini memiliki ukurang cangkang kecil. Cangkang berukuran antara

4.5 - 5.5 cm. Sering ditemukan menempel pada batang atau akar mangrove dan

kadang ditemukan bersama dengan jenis Cerithidea obtusa. Permukaan cangkang

umumnya berwarna cokelat gelap. Untuk lebih jelasnya jenis Cerithidea quadrata

disajikan pada Gambar 5.

Gambar 5. Cerithidea quadrata (Potamididae)

Sumber : Bennyaryef, (2012)

5. Chicoreus capucinus (Muricidae)

Chicoreus capucinus masuk dalam familia muricidae dan sangat dikenal

dengan bentuk cangkangnya. Jenis ini memiliki saluran siphon relatif pendek,

spina pendek dalam beberapa barisan, membentuk aksis ke arah apex (Gambar 6).

Warna coklat capucino merupakan karakter khas jenis tersebut. Secara mrfologi

jenis Chicoreus capucinus disajikan pada Gambar 6.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ekomorfologi Gastropodaeprints.ung.ac.id/4061/5/2013-1-54242-633408054-bab2... · dengan mangrove jenis Avicennia marina dan Rhizophora Mucronata dan

11

Gambar 6. Chicoreus capucinus (Muricidae)

Sumber : Bennyaryef, (2012)

6. Terebralia sulcata (Potamididae)

Terebralia sulcata memiliki ukuran maksimum cangkang 6.5 cm, biasanya

hanya sekitar 5 cm. Jenis ini lebih menyukai substrat lumpur berpasir. Secara

morfologi jenis Terebralia sulcata disajikan pada Gambar 7.

Gambar 7. Terebralia sulcata (Potamididae)

Sumber : Bennyaryef, (2012)

7. Nerita lineata (Neritidae)

Familia neritidae dikenali melalui bentuk cangkang dengan body whorl

yang sangat besar, unit whorl yang menggulung dan pendek. Salah satu jenis

Gastropoda yang masuk dalam familia Neritidae adalah Nerita lineata. Jenis ini

mempunyai spire berjumlah banyak, membentuk garis berwarna coklat tua (linea

= garis), dengan inner lip pada sisi aperture berwarna kuning. Nerita lineata agak

jarang dijumpai, biasanya jenis ini hanya menempel pada akar atau batang

mangrove. Secara morfologi jenis Nerita lineate disajikan pada Gambar 8.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ekomorfologi Gastropodaeprints.ung.ac.id/4061/5/2013-1-54242-633408054-bab2... · dengan mangrove jenis Avicennia marina dan Rhizophora Mucronata dan

12

Gambar 8. Nerita lineata (Neritidae)

Sumber : Bennyaryef, (2012)

8. Littoraria scabra (Littorinidae)

Littoraria scabra masuk dalam familia Littorinidae. Secara umum

cangkang familia littorinidae berbentuk piramida. Jenis Littoraria scabra

bervariasi dalam warna cangkang anggotanya. Warna cangkang tersebut bukan

merupakan karakter yang membedakan anggota genus ke dalam jenis-jenis

tertentu. Jenis ini memiliki ukuran yang sangat kecil. Sering ditemukan menempel

pada daun atau batang mangrove. Secara morfologi jenis Littoraria scabra

disajikan pada Gambar 9.

Gambar 9. Littoraria scabra (Littorinidae)

Sumber : Bennyaryef, (2012)

9. Littoraria melanostoma (Littorinidae)

Jenis ini umumnya memiliki ukuran yang sangat kecil. Sering ditemukan

menempel pada batang mangrove. Permukaan cangkang berwarna putih

kehijauan. Secara morfologi jenis Littoraria melanostoma disajikan pada

Gambar 10.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ekomorfologi Gastropodaeprints.ung.ac.id/4061/5/2013-1-54242-633408054-bab2... · dengan mangrove jenis Avicennia marina dan Rhizophora Mucronata dan

13

Gambar 10. Littoraria melanostoma (Littorinidae)

Sumber : Bennyaryef, (2012)

10. Sphaerassiminea miniata (Assimineidae)

Sphaerassiminea miniata merupakan jenis Gastropoda yang masuk dalam

familia Assimineidae. Jenis ini mempunyai cangkang tipikal, tanpa adanya variasi

yang berarti. Sphaerassiminea miniata mudah dikenali dari ukurannya, warnanya

dan perilakunya sebagai Gastropoda. Secara morfologis jenis ini mengambil

bentuk cangkang umum pada familia Assiminiidae. Ukurannya yang kecil ±4mm

dan bentuknya yang relatif bulat. Bagian luar cangkang Sphaerassiminea miniata

berwarna merah cerah atau merah kecoklatan. Cukup sering ditemukan pada area

mangrove dengan substrat lumpur atau lumpur berpasir. Secara morfologi jenis

Sphaerassiminea miniata disajikan pada Gambar 11.

Gambar 11. Sphaerassiminea miniata (Assimineidae) Sumber : Bennyaryef, (2012)

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ekomorfologi Gastropodaeprints.ung.ac.id/4061/5/2013-1-54242-633408054-bab2... · dengan mangrove jenis Avicennia marina dan Rhizophora Mucronata dan

14

C. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Gastropoda

Beberapa faktor yang mempengaruhi kehidupan Gastropoda:

1. Salinitas

Salinitas dapat mempengaruhi penyebaran organisme benthos baik secara

horizontal maupun vertikal. Secara tidak langsung mengakibatkan adanya

perubahan komposisi organisme dalam suatu ekosistem (Odum, 1993).

Gastropoda yang bersifat mobile mempunyai kemampuan untuk bergerak guna

menghindari salinitas yang terlalu rendah. Kisaran salinitas yang optimal untuk

kehidupan Gastropoda berada pada kisaran 28 – 34 ppm (Carley, 1988 dalam

Dharmawan, 1995).

Effendi (2003) menjelaskan bahwa adanya kenaikan maupun penurunan

salinitas biasanya dipengaruhi oleh penguapan, makin besar tingkat penguapan air

laut di suatu wilayah, salinitasnya tinggi dan sebaliknya pada daerah yang rendah

tingkat penguapan air lautnya maka daerah itu rendah kadar garamnya (makin

besar/banyak curah hujan di suatu wilayah laut maka salinitas air laut itu akan

rendah dan sebaliknya makin sedikit/kecil curah hujan yang turun maka salinitas

akan tinggi), makin banyak sungai yang bermuara ke laut tersebut maka salinitas

rendah.

2. Suhu

Suhu merupakan salah satu parameter penting dalam pertumbuhan dan

perkembangan moluska. Suhu mempunyai pengaruh yang besar dalam ekosistem

pesisir karena suhu merupakan faktor pembatas bagi beberapa fungsi fisiologis

hewan air seperti migrasi, pemijahan, efisiensi makanan, kecepatan renang,

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ekomorfologi Gastropodaeprints.ung.ac.id/4061/5/2013-1-54242-633408054-bab2... · dengan mangrove jenis Avicennia marina dan Rhizophora Mucronata dan

15

perkembangan embrio dan kecepatan metabolisme. Oleh karena itu suhu

merupakan parameter penting dalam pertumbuhan dan perkembangan

Gastropoda. Kisaran suhu yang masih ditelorir oleh kehidupan organisme adalah

25-300C ( Clark, 1997 dalam Rumaluntur, 2004 ).

3. pH Tanah

pH merupakan faktor pembatas bagi organisme yang hidup disuatu

perairan. Perairan dengan pH yang terlalu tinggi atau rendah akan mempengaruhi

ketahanan hidup organisme yang ada di dalamnya (Odum 1993). Gastropoda

umumnya membutuhkan pH tanah antara 6 - 8,5 untuk kelangsungan hidup dan

reproduksi (Gasper, 1990 dalam Odum, 1996).

4. DO (Dissolved Oxygen)

Oksigen terlarut merupakan variabel kimia yang mempunyai peran penting

sekaligus menjadi faktor pembatas bagi kehidupan biota air (Nybakken, 1992).

Secara ekologis, konsentrasi oksigen terlarut juga menurun dengan adanya

penambahan bahan organik, karena bahan organik tersebut akan diuraikan oleh

mikroorganisme yang mengkonsumsi oksigen yang tersedia. Pada tingkatan jenis,

masing-masing biota mempunyai respon yang berbeda terhadap penurunan

oksigen terlarut.

Kekurangan oksigen dapat diatasi tumbuhan mangrove dengan beradaptasi

melalui sistem perakaran yang khas. Kekurangan oksigen juga dipenuhi oleh

adanya lubang-lubang dalam tanah yang dibuat oleh hewan. Konsentrasi oksigen

terlarut untuk kehidupan Gastropoda berada pada kisaran 5 - 8mg/L (Odum,

1996).

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ekomorfologi Gastropodaeprints.ung.ac.id/4061/5/2013-1-54242-633408054-bab2... · dengan mangrove jenis Avicennia marina dan Rhizophora Mucronata dan

16

5. pH Air

Gastropoda umumnya membutuhkan pH air antara 6,5 - 8,5 untuk

kelangsungan hidup dan reproduksi (Gasper, 1990 dalam Odum, 1996). Derajat

keasaman ini digunakan untuk menggambarkan kondisi asam dan basa suatu

larutan, selain berpengaruh langsung terhadap organisme makrozoobenthos di

perairan, di pH juga berpengaruh secara tidak langsung. Klein (1962) dalam

Widiastuti (2001) menjelaskan bahwa jika perairan mengalami perubahan yang

mendadak sehingga nilai pH melampaui kisaran tersebut akan mengakibatkan

tekanan fisiologis biota yang hidup di dalamnya dan berakhir dengan kematian.

D. Ekosistem Mangrove

Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis, yang

didominasi oleh beberapa spesies pohon mangrove yang mampu tumbuh dan

berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur. Komunitas vegetasi ini

umumnya tumbuh pada daerah intertidal yang cukup mendapatkan genangan air

laut secara berkala dan aliran air tawar, serta terlindung dari gelombang besar dan

arus pasang surut yang kuat. Oleh karenanya mangrove banyak ditemukan di

pantai-pantai teluk yang dangkal, estuaria, delta dan daerah pantai yang terlindung

(Bengen, 2000).

Hutan mangrove merupakan salah satu ekosistem pesisir tropis atau sub

tropis yang sangat dinamis serta mempunyai produktivitas, nilai ekonomis, dan

nilai ekologis yang tinggi (Susetiono, 2005). Hutan mangrove sebagai daerah

dengan produktivitas tinggi memeberikan kontribusi besar terhadap detritus

organik yang sangat penting sebagai sumber energi bagi biota yang hidup di

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ekomorfologi Gastropodaeprints.ung.ac.id/4061/5/2013-1-54242-633408054-bab2... · dengan mangrove jenis Avicennia marina dan Rhizophora Mucronata dan

17

sekitarnya (Suwondo, 2006). Di dalam hutan mangrove hidup berbagai jenis

hewan dan tumbuhan mulai dari mikrobia, protozoa hingga yang berukuran besar

seperti ikan, moluska, krustacea, reptil, burung (avifauna), dan mamalia.

Crustacea dan Moluska merupakan kelompok hewan yang dominan dalam

ekosistem hutan mangrove (Hutchings dan Saenger, 1987 dalam Susetiono, 2005)

dimana kelompok hewan-hewan tersebut mempunyai peranan penting dalam

membangun fungsi dan struktur dari mangrove itu sendiri (Lee, 1999 dalam

Susetiono, 2005).

Hutan mangrove merupakan sumberdaya alam wilayah tropis yang

memiliki manfaat ganda dengan pengaruh yang sangat luas terhadap aspek sosial,

ekonomi, dan ekologi. Besarnya peranan ekosistem mangrove tehadap kehidupan

dapat diamati dari keragaman jenis hewan, baik yang hidup di perairan, diatas

lahan, maupun ditajuk-tajuk tumbuhan mangrove serta ketergantungan manusia

secara langsung terhadap ekosistem ini (Naamin, 1991).

Ekosistem hutan mangrove memiliki beragam jenis sumberdaya hayati

yang dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan manusia. Manfaat ekonomi yang

dapat diperoleh dari hutan mangrove adalah kayu untuk bahan bangunan, kayu

bakar, dan bahan arang. Produk lainnya adalah madu. Selain itu, produk hutan

mangrove dapat diolah menjadi pupuk organik, bahan makanan, obat-obatan,

minuman, peralatan rumah tangga, bahan baku tekstil, dan kulit (Bengen, 2003).

Secara ekologis, hutan mangrove berperan sebagai pelindung pantai dari

bahaya tsunami, penahan erosi dan perangkap sedimen, pendaur hara, menjaga

produktivitas perikanan, peredam laju instrusi air laut, penyangga kesehatan,

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ekomorfologi Gastropodaeprints.ung.ac.id/4061/5/2013-1-54242-633408054-bab2... · dengan mangrove jenis Avicennia marina dan Rhizophora Mucronata dan

18

menjaga keanekaragaman hayati, dan menopang ekosistem pesisir lainnya

(Nybakken, 1992).

E. Keanekaragaman dan Kelimpahan

Keanekaragaman jenis disebut juga keheterogenan jenis, merupakan ciri

yang unik untuk menggambarkan struktur komunitas dalam organisasi kehidupan.

Berdasarkan organisasi biologis keanekaragaman jenis merupakan suatu

karakteritis tingkat komunitas, hal ini dapat digunakan untuk menyatakan struktur

komunitas. Soegianto, (1994) mengemukakan bahwa keanekaragaman jenis

tinggi jika komunitas itu disusun oleh banyak spesies (jenis) dengan kelimpahan

spesies yang sama atau hampir sama. Keanekaragaman jenis yang tinggi

menunjukan bahwa suatu komunitas memiliki kompleksitas tinggi, karena dalam

komonitas terjadi interaksi spesies yang tinggi pula.

Menurut Desmukh, (1992) bahwa keanekaragaman jenis sebagai jumlah

jenis dan jumlah individu dalam satu komunitas. Jadi keanekaragaman adalah

menunjuk kepada jumlah jenis dan jumlah individu setiap jenis. Wirakusumah

(2003) menyatakan keanekargaman (Diversiti )merupakan ukuran integrasi

komunitas biologi dengan menghitung dan mempertimbangkan jumlah populasi

yang membentuknya dengan kelimpahan relatif.

Kelimpahan merupakan bagian dari keanekaragaman hayati. Kelimpahan

suatu spesies ditentukan berdasarkan jumlah individu spesies yang dominan

ditemukan. Suatu spesises dinyatakan melimpah apabila ditemukan individunya

dalam jumlah yang sangat banyak dibandingkan dengan individu dari spesies

lainnya (Rangan, 2000).