tutorial klinik- tifoid

Post on 10-Jul-2016

267 Views

Category:

Documents

5 Downloads

Preview:

Click to see full reader

DESCRIPTION

tifoid

TRANSCRIPT

1

TUTORIAL KLINIK

DEMAM TIFOIDDITA APRILIA

42150029

2

A. DEFINISI Demam tifoid disebut juga dengan Typus

abdominalis atau typoid fever. Demam tipoid adalah penyakit infeksi

sistemik yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi, yang masuk ke dalam tubuh manusia (saluran pencernaan) dengan ditandai oleh demam insidius yang lama, sakit kepala, badan lemah, anoreksia, bradikardi relatif serta splenomegali.

3

B. ETIOLOGI Demam tifoid disebabkan oleh bakteri

Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi dari Genus Salmonella.

Bakteri ini berbentuk batang, gram negatif, tidak membentuk spora, motil, berkapsul dan mempunyai flagella (bergerak dengan rambut getar).

4

Salmonella typhi mempunyai 3 macam antigen, yaitu :

1. Antigen O (Antigen somatik) 2. Antigen H (Antigen Flagella) 3. Antigen Vi

Ketiga macam antigen tersebut di atas di dalam tubuh penderita akan menimbulkan pula pembentukan 3 macam antibodi yang lazim disebut aglutinin.

5

C. FAKTOR RESIKO

a.Faktor Hostb.Faktor Agentc. Faktor Environment

6

D. PATOGENESIS

7

8

E. GEJALA KLINISMasa inkubasi rata-rata 10 – 14 hari. Kemudian menyusul gejala klinis yang biasa

ditemukan, yaitu : a.Demam b.Ganguan pada saluran pencernaan c. Gangguan kesadaran

9

GEJALA KLINISMINGGU I

Demam meningkat perlahan-lahan terutama SORE hari

Nyeri kepala Anoreksia Obstipasi / diare Mual, muntah Rasa tidak enak di perut Epistaksis Batuk

MINGGU II Gejala-gejala lebih jelas Demam Bradikardi relatif Lidah berselaput Hepatosplenomegali Meteorismus Gangguan mental somnolen,

stupor, koma, delirium atau psikosis Roseola jarang ditemukan pada

orang Indonesia

10

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG1. Pemeriksaan darah tepi Bisa didapatkan anemia, jumlah leukosit normal / bisa menurun

/meningkat, mungkin didapatkan trombositopenia dan hitung jenis biasanya normal atau sedikit bergeser ke kiri, mungkin didapatkan aneosinofilia dan limfositosis relatif, terutama pada fase lanjut. Laju endap darah dapat meningkat.

SGOT dan SGPT seringkali meningkat, tapi akan kembali menjadi normal setelah sembuh.

2. Pemeriksaan bakteriologis dengan isolasi dan biakan kuman Diagnosis pasti demam tifoid dapat ditegakkan bila ditemukan

bakteri Salmonella typhi dalam biakan dari darah, urine, feses, sumsum tulang, cairan duodenum.

11

3. Uji Serologika. Uji Widal Uji Widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan

antibodi (aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap Salmonella typhi terdapat dalam serum penderita demam tifoid, pada orang yang pernah tertular Salmonella typhi dan pada orang yang pernah mendapatkan vaksin demam tifoid. .

Interpretasi hasil uji Widal adalah sebagai berikut :a. Titer O yang tinggi ( > 160) menunjukkan adanya infeksi akut b. Titer H yang tinggi ( > 160) menunjukkan telah mendapat imunisasi atau pernah menderita infeksi c. Titer antibodi yang tinggi terhadap antigen Vi terjadi pada carrier.

12

b. Uji Enzym-Linked Immunosorbent Assay (ELISA) Uji ELISA untuk melacak antibodi terhadap antigen Salmonella typhi.

Prinsip dasar uji ELISA yang dipakai umumnya uji ELISA tidak langsung. Antibodi yang dilacak dengan uji ELISA ini tergantung dari jenis antigen yang dipakai.

Uji ELISA untuk melacak Salmonella typhi deteksi antigen spesifik dari Salmonella typhi dalam spesimen klinik (darah atau urine)

c. Uji Tubex Uji Tubex merupakan uji semi-kuantitatif kolometrik yang cepat (beberapa

menit) dan mudah untuk dikerjakan. Hasil positif uji Tubex ini menunjukkan terdapat infeksi Salmonellae

serogroup D walau tidak secara spesifik menunjuk pada S.typhi. Infeksi oleh S.paratyphi akan memberikan hasil negatif

13

Tabel Interpretasi Skor Uji Tubex :

d. Uji Typhidot Uji typhidot dapat mendeteksi antibodi IgM dan IgG yang terdapat pada protein membran luar Salmonella typhi. Hasil positif pada uji typhidot didapatkan 2-3 hari setelah infeksi dan dapat mengidentifikasi secara spesifik antibodi IgM dan IgG terhadap antigen S.typhi seberat 50 kD, yang terdapat pada strip nitroselulosa

14

d. Uji IgM Dipstick Mendeteksi antibodi IgM spesifik terhadap S.

Typhi pada spesimen serum atau whole blood

Uji ini menggunakan strip yang mengandung antigen lipoposakarida (LPS) S.typhoid dan anti IgM (kontrol), reagen deteksi mengandung antibodi anti IgM.

15

G. Penatalaksanaan • Mencegah komplikasi • Mempercepat

kesembuhan Istirahat dan perawatan

• Mengembalikan rasa nyaman

• Mengembalikan kesehatan

Diet dan penunjang

• Menghentikan dan mencegah penyebaran kuman

Antibiotika

16

1. Kloramfenikol Antibiotik lini pertama terapi demam tifoid Dapat digunakan untuk terapi bakteri gram positif maupun negatif Dosis 4 x 500mg/ hari PO/IV, diberikan sampai dengan 7 hari bebas panas2. Tiamfenikol Dosis dan efektifitas hampir sama dengan kloramfenikol Dosis 4 x 500 mg, demam rata-rata turun pada hari ke 5-6 Komplikasi terjadinya anemia aplastik lebih rendah daripada kloramfenikol3. Kotrimoksazol Efektifitas dilaporkan hampir sama dengan kloramfenikol Dosis 2 x 2 tablet ( 1 tablet sulfametoksazol 400 mg & 80 mg

trimetoprim) selama 2 minggu4. Ampisilin dan amoksisilin Kemampuan untuk menurunkan demam lebih rendah dibanding dengan

kloramfenikol Dosis 50-150 mg/kgBB, selama 2 minggu

17

5. Sefalosporin Generasi Ketiga Seftriakson Dosis 3-4 gram dalam dextrose 100 cc, diberikan selama ½ jam

per IV 1x/hari, diberikan selama 3-5 hari6. Golongan Fluorokuinolon Norfloksasin dosis : 2 x 400 mg /hari, selama 14 hari Siprofloksasin dosis : 2 x 500 mg/hari, selama 6 hari Ofloksasin dosis : 2 x 40 mg/hari, selama 7 hari Pefloksasin dosis : 400 mg/hari, selama 7 hari Fleroksasin dosis : 400 mg/hari, selama 7 hari Levofloksasin dosis : 1 x 500 mg/hari, selama 5 hari7. Azitromisin Dosis -> 2 x 500 mg

18

Pengobatan untuk wanita hamil : Tidak semua antibiotik dapat digunakan untuk

wanita hamil Kloramfenikol tidak boleh diberikan pada

trimester ketiga kehamilan, karena dapat menyebabkan partus prematur, kematian fetus intrauterin, sindrom Gray pada neonatus

Tiamfenikol efek teratogenik terhadap fetus, pada kehamilan lanjut boleh diberikan

Kotrimoksazol dan fluorokuinolon tidak boleh diberikan

Yang aman golongan Penicilin (ampisilin, amoksisilin) dan Sefalosporin generasi ketiga, kecuali pasien yang hipersensitivitas dengan obat tersebut.

19

Di Indonesia telah ada 3 jenis vaksin tifoid, yaitu : a. Vaksin oral Ty 21 a Vivotif Berna.b. Vaksin parenteral sel utuh Typa Bio Farma. Dikenal 2 jenis vaksin yakni, K vaccine (Acetone in activated) dan L vaccine (Heat in activated-Phenol preserved). c. Vaksin polisakarida Typhim Vi Aventis Pasteur Merrieux.

Indikasi vaksinasi adalah bila hendak mengunjungi daerah endemik, orang yang terpapar dengan penderita karier tifoid dan petugas laboratorium/mikrobiologi kesehatan

20

H. KOMPLIKASI Komplikasi demam tifoid dapat dibagi atas dua bagian, yaitu : 1. Komplikasi Intestinal a. Perdarahan Usus b. Perforasi Usus2. Komplikasi Ekstraintestinala. Komplikasi kardiovaskuler b. Komplikasi darah c. Komplikasi paru d. Komplikasi hepar dan kandung kemih e. Komplikasi ginjal f. Komplikasi tulangg. Komplikasi neuropsikiatrik

21

DAFTAR PUSTAKA Widodo, D., Demam Tifoid Buku Ajar Penyakit

Dalam 2009, Jakarta: Interna Publising. Sjahruachman, A. Pengembangan Teknik Deteksi

IgM-anti Flagel Salmonella secara Imunoasay untuk Diagnosis Cepat Demam Enterik. 2009

Price and S. Anderson, Patofisiologi. Konsep klinis proses-proses penyakit. 2003, Jakarta: EGC.

Widoyono, Penyakit Tropis. 2005, Penerbit Erlangga: Jakarta.

Erawati, J. Diagnosis Demam Tifoid. 2011

22

TERIMAKASIH

top related