tulis ... draft richness edit bptp jatim
Post on 06-Sep-2015
218 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
-
1
Kekayaan dan keragaman sumber daya genetik tanaman pangan lokal
pada tiga wilayah kabupaten yang berbeda kultur budayanya di Propinsi
Jawa Timur
SudarmadiPurnomo,Handoko,ThohirZubaididanSaifulHosni
BalaiPengkajianTeknologiPertanianJawaTimurJln.RayaKarangplosoKm4,Malang,JawaTimur,65152
Abstrak
Praktek budidaya dalam pertanian beragam terpadu, baik di pekarangan maupun luar
pekarangan rumah, dan telah lama dilakukan oleh petani dapat menjadi alat pemantau status
kekayaandankeragamansumberdayagenetiktanamanpanganlokal(SDGTPL)lapangan.Makalahini
menjelaskan perubahan kekayaan SDGTPL dan nilai keragamannya yang terjadi di tiga wilayah
kabupatendiPropinsiJawaTimur,yaituSumenep,BlitardanTuban.Masyarakatketigakabupatenini
memilikikulturbudayayangberbeda,yaituMadurauntukmasyarakatwilayahSumenep,Mataraman
untuk masyarakat wilayah Blitar dan kultur budaya Pesisir untuk wilayah kabupaten Tuban.
Penelitian telah dilaksanakan mulai Januari 2013 sampai dengan Juni 2013, menggunakan metode
survai dengan sasaran 30 responden rumah tangga yang memiliki luas lahan pekarangan dan lahan
luarpekaranganrumahantara350m28.500m2untukmasingmasingkabupaten.Pemilihanlokasi
sasaran rumah tangga secara acak agar mewakili representasi kultur budaya masyarakat dan
keragaman ekologi dari wilayah kabupaten yang bersangkutan. Analisis diversitas SDGTPL
menggunakanpendekatan IndeksShanon(H)dan tingkatkemiripanstrukturspesiesmenggunakan
besaran koefisien Sorenson (SC). Hasil penelitian menyatakan bahwa jumlah spesies dan aksesi
SDGTPL pekarangan dan luar pekarangan rumah berturutturut 57 species terdiri dari 165 aksesi
untuk wilayah kabupaten Sumenep, dan 51 spesies dengan 113 aksesi untuk wilayah kabupaten
Tubandan63spesiesterdiridari154aksesidiwilayahKabupatenBlitar.KekayaanSDGTPLdiketiga
wilayah ini turun sekitar 22,3% 35,8% jika dibandingkan dengan kondisi 510 tahun yang lalu.
Penurunanjumlahspesiesyangbesarterjadipadakelompokpanganlokalpenyediakarbihidratdan
sayuran. Indeks Shanon (H) yang dihitung dalam lima kelompok tanaman pangan, yaitu tanaman
pangan kelompok penyedia karbohidrat, tanaman pangan kelompok buahbuahan, tanaman pangan
kelompok sayuran dan tanaman pangan kelompok biofarmaka dan kelompok tanaman industri dari
masingmasing wilayah kabupaten ada pada kisaran 2,1 3,0 kecuali untuk kelompok tanaman
industri yang indeksnya dibawah kisaran tersebut. Diversitas SDGTPL di kedua wilayah kabupaten
termasuk sedang, kecuali dari kelompok tanaman industri yang divesitasnya sangat rendah. Indek
Equalibility(EH)tanamanpangankeduawilayahkabupatenmendekatinilai1,menunjukkantingkat
pemerataan spesies antar rumah tangga dalam wilayah yang relatif sama. Nilai koefesien Sorenson
(SC) tidak ada yang mendekati 1, maknanya kekayaan SDGTPL kedua wilayah tidak memiliki
kesamaanstrukturspecies. Ini menjadi indikator bahwa budayamasyarakat setempatmenentukan
macam kekayaan dan ragam SDGTPL, budaya masyarakat Madura lebihmenyukai mengelola SDGT
panganbersumbervitamineral,bumbumasakdanemponempondaripadamasyarakatkulturbudaya
pesisir Tuban yang lebih menyukai mengelola SDGT pangan penyedia karbohidrat dan berbeda
dengan kultur budaya Mataraman di wilayah kabupaten Blitar yang lebih menyukai mengelola
SDGTPLbuahbuahandansayuran.
Katakunci:indeksdiversitas,sumberdayagenetik,tanamanpanganlokal,pekarangan,kulturbudaya
ProsidingSeminarNasionalSumberDayaGenetikLokal,Bali2325Juni2014.16hlm
-
2
Richness and Diversity of Genetic Resources of Local Food in Three Districts with Different Culture in East Java
SudarmadiPurnomo,Handoko,ThohirZubaidi,BoniminandSaifulHosni
BalaiPengkajianTeknologiPertanianJawaTimurJln.RayaKarangplosoKm4,Malang,JawaTimur,65152
Abstract
Cultivation practices in a diverse and integrated agriculture, both in the yard or outside the
yard,has longbeendonebyfarmers,andcanbeusedasstatusmonitorofrichnessanddiversityof
plantgeneticresourcesoflocalfood(SDGTPL)inthefield. ThispaperdescribeschangesofSDGTPL
richness and diversity values occurring in two districts in East Java Province, namely Sumenep and
Tuban. Communities of these districts have a different culture namely the culture of Madura in
SumenepandCoastalcultureinTuban.TheresearchwasconductedfromJanuary2013toJune2013,
usingthesurveymethodtargeting23householdswhohavelandoutsidetheyardandtheyardarea
between 350 m2 8500 m2 for each district. Random selection of households location was to
represent the cultural and ecological diversity of the district concerned. SDGTPL diversity analysis
approach Shannon Index (H '), while the degree of similarity in the structure of the species using
Sorensonscalecoefficient(SC).ThestudyfoundthatthenumberofspeciesandaccessionofSDGTPL
inandoutsidehouseyardwere57speciescomprisingof165accessionsinSumenepdistrict,and51
speciescomprisingof113accessionsinTubandistrict,and63speciescomprisingof154accessionsin
Blitardistrict.TheSDGTPLrichnessinthreeregionsdecreasedabout22.3%35.8%comparedtothe
conditionsof510yearsago.Largedecreaseinthenumberofspeciesoccurredinthelocalfoodgroup
ofcarbohydrateprovidersandvegetables.TheShannonindex(H')calculatedforfivegroupsoffood
crops, namely carbohydrates provider group, fruit group, vegetable group, medicinal group and
industrialgroupsfromeachdistrictisintherangeof2.1to3.0exceptforagroupofindustrialplants
whose indexbelowthatrange. SDGTPLdiversityinbothdistricts iscategorizedasmedium,except
fromthe industrialgroupwhosediversityisvery low. Equitabilityindexes(EH)ofcropsinthetwo
districts were close to the value of 1, indicating that the level of species distribution between
households in the region is relatively the same. There was no Sorenson coefficient (SC) close to 1,
meaningthattherichnessofSDGTPLofthetworegionsdoesnothavesamestructureofspecies.It's
an indicator that the culture of the local community determines the type of SDGTPL richness and
diversity. Madurese culture is more like managing SDGT of vitamineral sourced food; spices and
emponemponthancoastalcommunitiesTubanculturethatprefertomanageSDGTofcarbohydrate
providers food, and different cultures Mataraman in Blitar district who prefer to manage genetic
resourcesoflocalfruitsandvegetables.
Keywords:diversityindex,geneticresources,localfoodcrops,backyard,communityculture.
ProsidingSeminarNasionalSumberDayaGenetikLokal,Bali2325Juni2014.16hlm
-
3
I. Pendahuluan
Sumber daya genetik untuk pangan dan pertanian merupakan dasar biologis pangan dan
keamanangizi,yanglangsungatautidaklangsungmendukungmatapencaharianlebihdari26,4juta
orang penduduk Jawa Timur(Anonimous, 2013). Diversitas spesies dan keragaman genetik
memberikan kemampuan sebagai jawaban untuk beradaptasi terhadap perubahan iklim ekstrim.
Jawa Timur merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang kegiatan masyarakatnya berbasis
pertaniandiperkirakanmempunyaikekayaansumberdayagenetik(SDG)yangsangatberagamyang
menjadi kekuatan dasar dalam pembangunan pertanian. Jumlah penduduk Jawa Timur terus
meningkat, mobilitas laju pindah penduduk dari desa ke kota sangat cepat, dimana saat ini hampir
lima puluh persen penduduk berhuni di perkotaan, yang semua bahan pangannya dipasok dari
pertanianperdesaandenganlahanyangmakinsempit.Organismepengganggutumbuhan(OPT)juga
terusbertambahdari tahunketahunyangikutmengganggustatuskeragamansumberdayagenetik
lokal(SDGL).Keragamansumbergenetiktanamanmenjadisusut,langkaataubahkanlenyap,danini
menyebabkansusut,langkadanlenyapnyakeragamansumberpangandiJawaTimuryangtentuakan
mengamcamkeseimbanganlingkungan,apalagipadasituasikondisiperubahaniklimekstrimsaatini,
mengakibatkanberbagaimacampenyakit,termasukpenyakitkekurangangizi.
Ketergantungan pada jenis tanaman dalam pengembangan varietas tertentu yang terus
menerus dapat mengakibatkan hilangnya sumber daya genetik tanaman (SDGT) asli atau lokal. Jika
dijumpai sumber gen yang pada saat ini belum berguna mungkin saja pada masa yang akan datang
sangat diperlukan sebagai sumber tetua dalam perakitan varietas unggul unggul baru. SDGT
lokalmenjadi salah satu dasar dari keanekaragaman genetik yang dapat menyediakan kebutuhan
sumber gen dalam perakitan varietas tersebut. Dengan pertimbangan ini, maka SDGlokal perlu
dipelihara dan dilestarikan, sehingga dapat dimanfaatkan pada saat dibutuhkan. Pada umumnya
pelestarian keaneragaman SDG lokal secara on-farm di kebun pekarangan rumah tangga tani
(Weirsum, 2006). Ini dapat membuka peluang bagi upaya mencari, menemukan, memanfaatkan,
danmengoptimalkan potensi genetik tanaman.Keragaman ini dapat berupa landraces asli, aksesi
aksesi lokal, varietas elit maupun kerabat liar. Jawa Timur yang terdiri dari berbagai suku serta
budaya, yang basis kehidupannya pertanian tentu berkaitan erat dengan pemanfaatan SDG lokal.
Kepemilikannya sangat beragam antar wilayah dalam agroekosistem pertanian. Keragaman budaya
yang disertai dengan keragaman SDG pertanian menghasilkan beragam pengetahuan masyarakat
dalam memanfaatkan sumber daya tersebut untuk keperluan pangan, papan, sandang, obatobatan
maupunbahanbakuindustri.
Penggunaanvarietastanamanyangberadaptasispesifikdapatberfungsiuntukmeningkatkan
kesehatan ekosistem dalam menurunkan kebutuhan tanaman kepada pestisida dan pupuk yang
berpengaruhkepadapeningkatanstrukturtanah(Hazzelet al.,2007).Selainitu,ketersediaanvarietas
lokaltertentumenjadisalahsatusumberdayayangtersediabagipetaniuntukmempertahankanatau
meningkatkanproduksidi lapangannya(Baniya et al.,2003; Jarviset al.,2011).Keragamangenetik
suatu spesies tanaman dapat menurun, karena usaha manusia untuk menanam atau memperluas
jenisjenis unggul baru sehingga jenisjenis lokal yang amat beragam akan terdesak bahkan dapatlenyap(Daradjatet al., 2008).Kelangkaanplasmanutfahdapatjugaterjadikarenahilangnyahabitat
alami akibatperambaholehmanusia,ataudapat jugaterjadikarenaprosesseleksidanpemurnian
bentukbentuk varietas lokal yang heterogen membentuk yang homogen. Seleksi dan pemurnian
tersebutmeningkatkankeseragamangenetiktanamandanmenyebabkanerosigenetik.Erosigenetik
dapatjugaterjadikarenaperistiwaalamsepertikebakaranhutan,banjir,gunungmeletus,danbencana
alam lainnya. Keadaan ini dapat menimbulkan bahaya karena mengurangi ragam genotipa yang
penting. Untuk menghindari lenyapnya jenisjenis yang ada, perlu suatu upaya yang mampu
melaksanakan koleksi jenis tanaman terutama yang mempunyai keunggulan spesifik lokasi, unik,
sumberpangan,bersifatfungsionaldanbahanpopulasidasarpemuliaan.Pelestariangenetikmelalui
-
4
koleksidalam jumlahbesardan luasperluadanyakerjasamaantarberbagaipihakbaikpemerintah,
masyarakat, dan unsurunsur terkait yang komitmen akan pelestarian alam. Kebun pekarangan
rumahmenjadi tempat untuk melestarikan berbagai varietas tradisional tanaman pangan, baik
tanamanpanganyangmenyediakankarbohidrat(bijibijian;umbi),maupunmenyediakanvitamineral,
penyedapcitarasamakanan(buahbuahan,sayuran,emponemponatauobattradisionalbiofarmaka).
Upayakonservasisecara in situ dan ex situ tumbuhantersebutperludilakukan.Programini
jarangyangberhasiltanpadukunganinformasidiversitasgenetikdantarafalirangendalampopulasi
tanaman yang bersangkutan (Frankham et al., 2005). Pengaturan diversitas genetik telah menjadi
sasaran umum pada kebanyakan program konservasi, dimana mampu menggambarkan diversitas
genetikdidalamdanantarpopulasialami.Informasidiversitasgenetiksuatutanamansangatpenting
karenapengaturanvariasigenetiknyamempengaruhieksistensitanamantersebutdialam(Godtdan
Hamrick,1996).Upayakonservasitidakakanberartibilatidakdidukungolehdatadiversitasgenetik
dalam populasi dan aliranantar populasi. Karena kelanjutan kehidupan jenis tanaman tersebut
bergantung bagaimana tanaman yang bersangkutan mampu mengatur diversitasnya. Berdasarkan
penjelasanpenjelasandiatasmakatujuanpenelitian:(1)Inventarisasidanidentifikasistatusspesies
atauvarietas,(2)Menganaliskeragaman,kemerataanspeciesatauvarietaspadalevelmasyarakat,(3).
Ciriciriutamaspesisatauvarietasyangdiminatiolehmasyarakat.
-
5
2. Bahan dan Metode
Penelitianmenggunakanmetodesurvai,eksplorasidanFocus Group Discussion(FGD)dengan
sasaran30rumahtanggayangmempunyailuaskebunpekaranganantara350m28.500m2,denganberbagai macam spesies tanaman pekarangan pada agroekologi berbedabeda antar contoh rumahtangga pada setiap contoh kabupaten di Jawa Timur, yaitu Kabupaten Tuban, Blitar dan Sumenep.Penelitianmenggunakanalatbantupenelitianterdiridari(1)kuisner,terdiridaripaspordataspesiestanaman, daftar kepemilikan spesies tanaman, jumlah aksesi dan jumlah koleksi, wujud koleksi(tanaman, benih, bibit, biji, polong, malai), asal usul, sejarah tanaman, kegunaan, daftar diskripsiberbagai spesies tanaman pekarangan/kebun dan daftar pertanyaan untuk petani; (2) Geo Position Spatial; (3) peta kabupaten, desa, denah pekarangan; (4) penggaris, meteran gulung, timbangan,skitmet meter, kamera, gunting pangkas, gunting bedah, rak benih, nampan, tempat penjemur,refrigerator;(5)pHtanah,pHkertas,tabelwarnatanaman,handrefraktometer,tabelujihedonik;(6)HP,komputer,printer,sofware.
Teknikpelaksanaan,(1)mengumpulkandatasekender,terdiridarispesiestanaman(pangan,
hortikultura, pakan ternak, biofarmaka dan industri, dan perkebunan) dan kegunaannya di tingkatkabupaten dan Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan; kepemilikan lahan pekarangan dan luarpekarangan; tingkatpendidikanrumahtangga;manfaatberbagai jenis tanaman,panganolahan;dan(2)pelaksanaaninventarisasi,eksplorasidanFGD.
Inventarisasiadalahmencatatcacahjenis,jumlah,asalusuldankegunaanspesiestanamandi
tanam di pekarangan dan lahan luar pekarangan rumah tangga, serta indentifikasi terjadinya erosigenetikmelaluiFGD.
Analisis diversitas SDG dalam suatu wilayahdihitung menggunakan indeks diversitas SDG
IndeksShanon.IndeksShanon(H)danIndeks Equitability(EH)dirumuskansebagai:sH=pilnpi,danEH=HlnS;i=1
sedangkanpi=proporsispesieskeidanS=banyaknyaspesiesdalamsuatuwilayah.Untukmengetahuitingkatkemiripanstrukturspesiesantar2wilayah,dapatdidugadaribesarankoefisienSorenson(SC)yangdirumuskansebagaiSC=2C/S1+S2,C=jumlahspesiesyangsama,S1danS2jumlahseluruhspesiesdalamwilayah1dan2.
AnalisiskebijakanpenangananerosigenetikmenggunakanFor Shell Analysis(FCA).
Menyiapkan daftar jenis tanaman dari kelompok (pangan, sayuran, buahbuahan, kacang
kacangan,Toga)yangmenjadipilihanrespondendenganjawabanyadantidakterhadapkesukaanjenis tanaman atau seringkali tanam terhadap suatu varietas tertentu dengan skore 15, termasukmanfaatnya. Melakukan FCAmenggunakan selembar kertas untuk memetakan respon responden tersebutdenganmenyertakansemuaspesiesdanvarietasyangditemukandipekarangan.Untukitudatayangdiperolehantaralain:(1)spesiesdanvarietastanamanpanganlokalyangditemukandipekarangan,(2)tanamanpanganlokaldidaerahyangluasataudenganjumlahbesarolehbanyakrumahtangga;(3) tanaman pangan lokal yang tumbuh di daerah yang luas atau dengan jumlah besar oleh rumahtangga yang sedikit, (4) tanaman pangan lokal yang tumbuh di daerah kecil atau beberapatanamandiusahakanolehbanyakrumahtangga;(5)tanamanpanganlokalyangtumbuhdidaerahkecilatau beberapa pohon oleh rumahtangga yang sedikit, (6) jumlahtotal tanaman pangan lokal yangditemukandidesa,(7)mintaresponrumahtanggamengapasuatuspesiesatauvarietastermasukkedalam kategori tertentu, dan (8) respon rumah tangga tentang varietas langka atau unik dan harusmenjadiprioritasdalampelestariannya.
-
6
3. Hasil dan Pembahasan
3.1. Kekayaan spesies dan aksesi
Berdasarkan data base yang dikumpulkan selama inventarisasisumber daya genetik panganlokal di pekarangan rumah tangga pertani pada tiga Kabupaten di Jawa Timur menyatakan bahwajumlah spesies antar kabupaten paling tinggi oleh kabupaten Blitar, kemudian Sumenep danberikutnyaTuban.JumlahspesiesdanaksesiSDGTPLpekarangantersebutberturutturut57speciesterdiri dari 165 aksesi untuk wilayah kabupaten Sumenep, 51 spesies dengan 113 aksesi untukwilayahkabupatenTubandan63spesiesterdiridari154aksesi(Tabel1).Keluargarumahtanggaditiga kabupaten tersebut tampaknya masih mempunyai motivasi untuk memperhatikan kebunpekarangan sebagai tempat menyimpan kekayaan berupa tanaman, baik itu untuk pendapatanmaupun kenyamanan lingkungan. Kebun pekarangan juga masih menjadi tempat kontemplasi,menjadi kebanggaan sebagai indikator kehormatan seseorang. Jika pekarangan dikaitkan dengankultur budaya, maka tampak bahwa kepemilikan spesies tanaman oleh rumah tangga di KabupatenSumenep lebih seimbang antara kelompok pangan tanaman buah dengan sayuran. Keseimbangankepemilikan spesies antar sumber pangan kelompok pangan bijibijian, tanaman buah dan sayuranterjadi di Kabupaten Tuban. Kepemilikan sumber daya genetik pangan lokal oleh rumah tangga diKabupaten Blitar lebih didominasi oleh spesies tanaman buah. Spesies tanaman di pekaranganumumnya dipengaruhi oleh faktorfaktor ekologi, komposisi etnis, migrasi, luas pekarangan rumahdanstatuskekayaan(Shresthaet al.2004).Biasanyakebunpekarangandimanfaatkansecaraspesifik,antara lain (1) ketahanan pangan, gizi dan pendapatan tabungan, (2) tanaman pakan ternak, kayubakardankayu,(3)rempahrempah,jamudanobat,(4)pupukhijaudantanamanpestisida,dan(4)penggunaan budaya dan agama. Faktor utama yang mempengaruhi keragaman spesies ditinjau darisegiekologiadalahsuhu,jenistanah,tekanandanparameteriklimlainnya.Dengandemikian,kebunpekaranganyang memiliki keragaman spesies terkaya, karena lebih dari 60% dari kebun rumah dilokasi ini telah dijumpai lebih dari 30 spesies per rumah.Meskipun demikian, kekayaan SDGTPL diketiga wilayah tersebut turun sekitar 22,3% 35,8% jika dibandingkan dengan kondisi 510 tahunyanglalu.Penurunanjumlahspesiesyangbesarterjadipadakelompokpanganlokalpenyediaproteinnabati,yaituspesieskacangkacangan.
Tabel 1. Jumlah spesies dan aksesi tanaman pangan lokal yang dimiliki oleh keluarga rumah tangga pada masing-masing wilayah Kabupaten Sumenep, Tuban dan Blitar
Kabupaten Sasa
ran RT
Total Kelompok Tanaman
Tan. Pangan Tan. Buah Tan. Sayuran Tan. Biofarmaka Tan. Industri
Spesies
Aksesi
Spesies
Aksesi Spesies
Aksesi
Spesies
Aksesi Spesies
Aksesi Spesies
Aksesi
Sumenep 30 57 165 11 44 17 66 16 37 11 12 2 6
Tuban 30 51 113 14 49 13 35 12 28 9 12 3 7
Blitar 30 63 154 12 40 32 78 15 30 11 15 3 9
RT= rumah tangga
Kebun pekarangan rumah tangga adalah sistem produksi skala kecil memasok tanaman dan
hewan konsumsi dan barangbarang dimanfaatkan baik tidak mungkin diperoleh, terjangkau, atautersedia melalui pasar ritel, budidaya lapangan, berburu, mengumpulkan, memancing, danpenghasilanupah.Kebunpekaranganrumahtanggacenderungterletakdekatdengantempattinggaluntuk keamanan, kenyamanan, dan perawatan khusus . Mereka menempati lahan marjinal untukproduksi dan tenaga kerja marjinal untuk kegiatan ekonomi utama rumah tangga lapangan .Menampilkan ekologis diadaptasi dan spesies pelengkap, kebun rumah tangga ditandai denganmasukan modal yang rendah dan teknologi sederhana . Umumnya, rumah berkebun mengacu padabudidayasebagiankecillahanyangmungkinsekitarrumahtanggaataudalamjarakberjalankakidarirumahkeluarga(Odessa,2006) .Rumahkebundapatdigambarkansebagaisistemtanamcampuranyangmeliputiberagamspesiestanamandanhewanyangmeniruekosistemalamidarisayuran,buahbuahan,tanamanperkebunan,rempahrempah,jamu,hiasdantanamanobatsertaternakyangdapatberfungsisebagaisumbertambahanmakanandanpendapatan(Galhenaet al.,2013).
-
7
Purnomoet al.(2013)menyatakankulturbudayasuatuwilayahmenentukanmacamkekayaandan ragam SDGT pangan, kultur budaya Madura lebih menyukai mengelola SDGT pangan yangmengandung vitamineral, bumbu masak dan emponempon daripada masyarakat kultur budayapesisir Tuban yang lebih menyukai mengelola SDGT yang bersumber pangan karbohidrat. Padamasingmasing budaya mempunyai kearifan lokal dalam melestarikan kekayaan SDGTL tanamantradisional(Widodoet al.,2013). InventarisasiSDGTLperlumemperhatikankulturbudayatersebut,disampingkeragamanekologiyangtersebardiJawaTimur.DijumpailimakulturbudayamasyarakatJawaTimuryangdominan,yaitukulturbudayaMadura,Pesisir,Pendalungan,OsingdanMataraman.
3.2. Keragaman spesies di kebun pekarangan rumah Indeks Shanon (H) yang dihitung dalam lima kelompok tanaman pangan, yaitu tanaman
pangan kelompok penyedia karbohidrat, tanaman pangan kelompok buahbuahan, tanaman pangankelompok sayuran dan tanaman pangan kelompok biofarmaka dan kelompok tanaman industri darimasingmasing wilayah kabupaten ada pada kisaran 2,1 3,0 kecuali untuk kelompok tanamanindustri yang indeksnya dibawah kisaran tersebut. Diversitas SDGTPL di tiga wilayah kabupatentermasuk sedang, kecuali dari kelompok tanaman industri yang divesitasnya sangat rendah. IndekEqualibility(EH)tanamanpangankeduawilayahkabupatenmendekatinilai1,menunjukkantingkatpemerataan spesies antar rumah tangga dalam wilayah yang relatif sama. Nilai koefesien Sorenson(SC) tidak ada yang mendekati 1, maknanya kekayaan SDGTPL kedua wilayah tidak memilikikesamaan struktur species (Tabel 2). Ini menjadi indikator bahwa budaya masyarakat setempatmenentukan macam kekayaan dan ragam SDGTPL. Tampaknyakultur budaya masyarakat Sumeneplebih menyukai untuk mengelola SDGT pangan bersumber vitamineral, sayuran, bumbu masak danemponempon. Berdasarkan hasil analisis di atas untuk wilayah pesisir tampaknya lebih menyukaimengelola SDGT pangan penyedia karbohidrat, serealia dan umbiumbian, sedangkan kebunpekaranganrumahdiwilayahBlitarlebihdominanbuahbuahandansayuranlokal.
HasilpenelitianmenunjukkanbahwapekaranganrumahdiSumenepsebagianbesarsayuransebagaibasismasakanmenempati2747%darikomposisitotalspesies.PekaranganrumahdiBlitarberisi sejumlah relatif lebih tinggi dari spesies tanaman buah daripada di wilayah Sumenep danspesies buah yang ditemukan relatif rendah di pekarangan rumah di Kabupaten Tuban.Selain nilaigunalangsung,petanimempertahankankeanekaragamantanamanlokaldipekaranganrumahuntukalasan berikut: (1) untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dan preferensi, (2) untuk memenuhikebutuhanspesifikdaribudayamakananlokaletnis,(3)meningkatkanpilihanketersediaansayuranberdaunsegar,rempahrempah,spesies,buahbuahandanlainlainditingkatrumahtangga,(4)aksesmudah ke makanan segar, (5) untuk menghemat uang dengan mengurangi pengeluaran untukkebutuhan seharihari, (6) untuk meningkatkan kemandirian sebagai akses ke pasar sulit di daerahterpencil, (7) untuk meningkatkan akses ke sumber vitamin dan mineral dengan biaya rendah, (8)untuk meningkatkan berbagai sayuran, buahbuahan, dengan memastikan nilai gizi, fungsional /kesehatan, yaitu antioksidan, hipoglikemik, karotenoid, fenolat, serat makanan (Sthapit et al., 2009;Galhenaet al.,2013).
Ditemukan bahwa jumlah cukup banyak spesies yang baik sudah terdomestikasi atau dalam
prosesdomestikasidirumahkebununtukkonsumsirumahSpesies inidikumpulkandarihutandanlahan limbah dan dilestarikan onfarm untuk nilai khusus mereka. Penelitian ini terbatas untukmengidentifikasi sumbersumber benih dan nilai guna mereka saja. Sebagian besar, spesies yangmemiliki nilai obat dan budaya yang dijinakkan di kebun rumah daerah bukit dan spesies tanamanyangdigunakanuntuktujuansayurandanbuahpeliharaandikebunrumah.
Indeks keanekaragaman dapat digunakan untuk menyatakan hubungan kelimpahan speciesdalam komunitas.Keanekaragaman terdiri dari 2 komponen yakni (1) Jumlah total spesies, dan (2)Kesamaan(Bagaimanadatakelimpahantersebardiantarabanyakspesies).
-
8
Tabel 2. Indeks diversitas spesies pada lima kelompok tanaman pangan di tiga wilayah kabupaten di Jawa Timuryang berbeda kultur budayanya
No Wilayah Kelompok pangan
SDGT pangan SDGT buah SDGT sayuran SDGT biofarmaka SDGT industri
H EH H EH H EH H EH H EH
1 Sumenep 2,261 0,952 2,432 0.580 2,361 0,647 2,369 0,953 0,693 0,673
2 Tuban 2,420 0.917 2,159 0,611 2,216 0,892 2,047 0,824 0,387 0,418
3 Blitar 2,325 0,932 2,235 0,595 2,302 0,743 2,213 0,901 0,482 0,532
Koef Sorensen (SC)
0,401 0,039 0,160 0.332 0,182
Kriteria : Diversitas tinggi jika H = 3,1 4,0 Diversitas sedang jika H = 2,1 3,0 Diversitas spesies rendah jika H = 1,1 2,0 Diversitas spesies sangat rendah jika H = 1,0 EH = tingkat pemerataan spesies dalam suatu wilayah EH makinmendekati 1, maka jumlah individu antar spesies dlm suatu wilayah mendekati sama SC = Kemiripan strutur spesies antar wilayah SC makin mendekati 1 maka struktur spesies antar wilayah makin mirip
Hubunganlinearyangeratantarakekayaantradisionaldankemerataan,yangdiperolehsecara
empiris dari data di sini mencakup berbagai macam tanaman dari tigakabupaten di Jawa Timur,
adalah penting dari dua perspektif. Pertama, ini menunjukkan bahwa perkiraan kekayaan dapat
didekati oleh kemerataan kepemilikan SDG lokal individu rumah tangga. Kekayaan adalah statistik
keragaman yang paling penting dalam konservasi. Tetapi, menurut Devra et al. (2008) ia memiliki
kelemahanyang inherentergantungpadaukuransampel,meskipunkemerataandapatdiperkirakan
darisampelkecil.Penemuankeeratanhubungankeseluruhanantaraduaukuranberartibahwasalah
satu statistik, tepat berubah, dapat digunakan untuk perkiraan dari yang lain. Meskipun kekayaan
yang dikenal dapat berkontribusi terhadap tindakan, varians standar frekuensi (yaitu, kemerataan)
adalah komponen substansial. Oleh karena itu, indeks Shanon menerima dukungan ekologi sebagai
ukuran keragaman kemerataan. Kedua, penyimpangan setiap titik bivariat dari garis itu sendiri
membawainformasipentinguntukpengelolaankonservasi.
-
9
3.3. Memilih tanaman prioritas
PendekatandalammemilihtanamanprioritasmenggunakanFCA,yaituteknikpenilaiancepatyangmemetakankeragamantanamanpanganlokaldikebunpekaranganrumah.Inijugamerupakanmetode untuk mengidentifikasi umum , jenis tanaman pangan lokal langka dan uniksehingga dapatmenentukan macam intervensi yang diperlukan untuk konservasi yang pengelolaannya berbasismasyarakat. Metode ini dimulai dengan diskusi kelompok terfokus ( FGD ) di kalangan petani dariberbagai desa, campuran kelompok jenis kelamin dan usia. Ilmuwan , yang bertindak sebagaifasilitator, meminta petani jumlah dan distribusi spesies pohon buah, varietas atau aksesi lokalberdasarkanjumlahtanamanyangdimilikiolehrumahtangga.
Hasil inventarisasi SDG pangan lokal menunjukkan bahwa pada tiga kabupaten sasaran
memilikikekayaan19macampanganlokaldarikelompokpanganserealiadanumbiumbian,dimanajumlahspesiesuwiuwiantertinggi(5spesies),meskipunhanyaditemukan12aksesidibawahjumlahaksesidalamsatuspesiesubijalar(Tabel3).Untuksumberpangandaritanamansayuranjugaterdiridari 28 jenis, 58 spesies dan 127 aksesi dengan jumlah spesies palng tinggi ditunjukkan oleh 12spesiesdengan15aksesi.Untukspesies tanamanbuahyangdominanadalah jenis tanamanmanggadanjeruk.
MenurutSalmaetal.,(2012)dalammempertahankankeanekaragamantanamanbuah,sangat
pentinguntukmengetahuisejauhmanadandistribusispesiesendemikataulandracesdisuatudaerah.DiMalaysia,jenispohonbuahyangdibudidayakandikebunrumahdankebunsementarakerabatliardapat ditemukan tumbuh di hutan. Sebuah survei yang normal untuk mencari distribusi dankeragamanspesiesbuahinibisasangatmemakanwaktu.Namun,adacarayanglebihcepatdanlebihmudahuntukmemetakandiversitasspesiesatauvarietasmenggunakanFCA.Berdasarkananalisis inimenunjukkan bahwa spesiesspesies atau varietas yang menempati kuadran IV, yaitu spesies atauvarietas yang hanya dimiliki oleh sedikit rumah tangga dengan jumlah tanaman sedikit ataupekarangansempit dianggap langka.Spesiesatauvarietasyang terdapatpadakuadraninimenurutpenilaianmasyarakatditigakabupatendiJawaTimur,anataralaindarikelompokpanganserealiadanumbiumbian adalah padi lokal, cantel, juwawut, sorgum, kentang hitam,sedangkan dari kelompoksayuranadalahbenguktegak,kecipirgimbal,kacangucu,kacangkayu,dankotcai(Gambar1).Spesiesatau varietas yang dimiliki oleh banyak rumah tangga dengan jumlah tanaman sedikit atau di lahankebun pekarangan rumah yang sempit (Kuadran I), antara lain jagung lokal, suweg, ganyong, garut,korokoroan, seledri, labu, sawi, slada, pare, kelor, katu, salak, alpukat, pace, pisang, asam jawa.Tanaman gandum, bentul, kentang, kacang tunggak, kacang gude, kacang panjang, bawang merah,kobis,durian,bisbul,sawo,manggis,lengkeng,jerukdannenasjumlahnyabanyakdimilikiolehsedikitrumahtangga(Kuadran II).Kebijakanpadakuadran iniantara lainperluadanyapemilihanvarietastanamandalammeningkatkanproduktivitastanaman.MenurutTirantidanNegri(2007)sedikityangdiketahui tentang organisasi diversitas SDG lokal dan tentang kekuatan yang membentuk danmemeliharadalamdankeanekaragamanantarpopulasivarietaslokal.Tetapi,pengetahuaninisangatpenting untuk kegiatan konservasi dan pemuliaan, karena sifat lokal spesifik dapat dipetakan.Informasiinidapatdigunakanuntukmenentukanspesiesspesiesyangsesuaistrategikonservasion- farm yangdapatberfungsisebagaimodeluntukpopulasilain.Populasispesiesyangterancaminidapatdipertajam dengan memeriksa ulang melalui penanda molekuler. Spesies lokal tampaknya menjadipopulasigenetikterstrukturdimanakeragamansubstansialdipertahankanpadatingkatsubpopulasi.Konservasi on- farmyang tepat dari landrace terstruktur memerlukan pemeliharaan seluruhmasyarakat.
-
10
Tabel 3. Nama jenis lokal, jumlah spesies dan aksesi SDG lokal dari Kabupaten Sumenep, Blitar dan Tuban
No.
Kelompok pangan serealia dan umbi-umbian
No Kelompok pangan sayuran No. Kelompok tanaman buah
Nama lokal Jumlah spesies
Jumlah aksesi
Nama lokal Jumlah spesies
Jumlah aksesi
Nama lokal Jumlah spesies
Jumlah aksesi
1 Padi lokal 1 13 20 Kacang tunggak 1 13 48 Mangga 5 15
2 Jagung lokal 1 6 21 Kacang gude 1 3 49 Sirsak 3 3
3 Cantel 1 4 22 Koro-koroan 12 15 50 Durian 2 15
4 Juwawut 1 3 23 Benguk 3 5 51 Bisbul 1 2
5 Sorgum 1 3 24 Kecipir 1 3 52 Sawo 2 3
6 Gandum 1 3 25 Kacang komak 3 3 53 Manggis 1 1
7 Kedelai 1 5 26 Koro pedang 3 4 54 Sukun 4 7
8 Kacang tanah 1 7 27 Kacang Ucu 1 1 55 Duku 3 7
9 Ubi kayu 2 15 28 Kacang kayu 1 1 56 Rambutan 2 5
10 Ubi jalar 1 19 29 Kacang Panjang 1 3 57 Lengkeng 1 3
11 Uwi-uwian 5 12 30 Buncis 2 4 58 Salak 2 5
12 Suweg 1 3 31 Kotcai 1 1 59 Jambu 4 9
13 Porang 1 1 32 Seledri 1 1 60 Jeruk 5 8
14 Ganyong 1 3 33 Kenikir 2 3 61 Alpukat 1 5
15 Garut 1 3 34 Mentimun 1 4 62 Blimbing 2 2
16 Talas 2 5 35 Terong 2 4 63 Pepaya 1 5
17 Bentul 2 8 36 Tomat 1 3 64 Nenas 2 3
18 Kentang 1 5 37 Labu 5 8 65 Pace 1 3
19 Kentang Hitam 1 3 38 Bayam 2 5 66 Pisang 4 13
Jumlah 26 131 39 Cabai rawit 2 11 67 Asam jawa 1 3
40 Cabai besar merah 1 5 Jumlah 47 117
41 Bawang merah 1 8
42 Sawi 2 3
43 Slada 3 5
44 Pare 2 5
45 Kelor 1 2
46 Katu 1 1
47 Kobis 1 3
Jumlah 58 127
-
11
Gambar 1. FSA
Banyak rumah tangga
Sedikit rumah tangga
Pekarangan luas/Banyak tanaman
Pekarangan sempit/sedikit tanaman
1; 3; 4; 5; 19; 23; 24; 27; 28; 31; 55; 66
7; 8; 9; 10; 11; 16; 30; 33; 34; 35; 36; 38; 39; 40; 48; 49; 54; 56; 59; 62; 63
2; 12; 14; 15; 22; 32; 37; 42; 43; 44; 45; 46; 58; 61; 65; 66; 67
6; 17; 18; 20; 21; 29; 41; 47; 50; 51; 52; 53; 57; 60; 64
-
12
Aksesi tanaman pangan lokal seringkali mempunyai sifat unik dalam merespon perubahanlingkungan ekstrim. Pemulia memanfaatkan sifat unik pada aksesi tanaman lokal tersebut untukmateriperakitanvarietas,agardiperolehvarietasunggulbaruyangmempunyaisifatbarulebihbaikdari tetuatetuanya. Aksesiaksesi tanaman lokal yang ditanam oleh petani secara turuntemurun,kemudiandipilihturunanterbaiksetiapkali tanammenjadicikalbakalterbentuknyavarietasunggullokal. Dua puluh tiga petani pemilik aksesi tanaman lokal dari masingmasing kabupaten dimintaperanannyauntukidentifikasisifatunikpadaFGD.Hasilpenilaian,antarakesepahamansifatpentingyangberlakuumumuntukperbaikanvarietastanamanpangan,terdiridari(1)umurgenjah,(2)tahankekeringan,(3)tahannaungan,(4)dwarft,(5)tahanorganismepengganggu,(6)hasiltinggi,(7)inputrendah, (8) pangan fungsional, (9) lama daya simpan, (10) aroma kuat, (11) taraf warna hasil, (12)mudah diolah, (13) multiguna, (14) citarasa, (15) mudah dalam pengangkutan, (16) tidak mudahrusak.Identifikasisifatsifatmenurut16kriteriatersebutmenghasilkanpenilaian42aksesitanamanpanganlokalyangmempunyaisifatunggul(Tabel4).Tetapipetanitidakcukupberanimemutuskanadanya aksesiaksesi tersebut termasuk mempunyai sifat input rendah, tahan OPT, dan/atau tidakmudahrusakdalampengangkutan.Petanimemberikanpenilaianlebihbanyakaksesitanamanpanganlokalyangmempunyaisifatsebagaipangan fungsional.Duapuluhduaaksesiyang telahdinilaiolehpetani tersebut dikoleksi oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur untuk stok sumbergenetik,dansebagianlagiditanamdilapanguntukkarakterisasidanpemurnian,kecualiaksesiyangdiperolehdalambentukbibitlangsungditanamdilapang.
Menurut Frison et al. (2011) diversitas SDG lokal sampai sekarang telah dihargai dalamprogram pemuliaan untuk meningkatkan produktivitas varietas tanaman. Ini dapat memberikankontribusi yang jauh lebih besar untuk peningkatan produktivitas. Secara khusus, penyebaran yanglebih luas dari diversitas hayati pertanian merupakan komponen penting dalam pasokan makananberkelanjutan yang lebih aman. Diversitas spesies dapat meningkatkan produktivitas sistempertanian dalam berbagai kondisi pertumbuhan, dan sistem pertanian yang lebih beragam jugaumumnya lebih tahan dalam menghadapi gangguan, sehingga meningkatkan ketahanan pangan.Keanekaragaman dapat mempertahankan dan meningkatkan kesuburan tanah dan mengurangidampak dari hama dan penyakit. Keragaman diet, yang terdapat pada sistem pertanian beragam,memberikan gizi yang lebih baik dan kesehatan yang lebih besar, dengan manfaat tambahan bagiproduktivitasmanusiadanmatapencaharian.Diversitasspesiespertanianjugasangatpentinguntukmengatasi dampak perubahan iklim, tidak hanya sebagai sumber sifat tetapi sebagai dasardasarekosistempertanianlebihtangguh.
-
13
Tabel 4. Aksesi-aksesi tanaman pangan lokal unggul berdasarkan penialaian petani
No. Nama lokal aksesi Nama ilmiah Ciri unggul atau unik
1. Padi Laut Rendah Oryza sativa L. Tahan WBC, hawar daun dan OPT lainnya kecuali tikus, beras merah
2. Padi Bawean Oryza sativa L. Genjah, beras dan nasi sangat harum 3. Padi Hitam BWI Oryza sativa L. Genjah, beras hitam
4. Jagung Ketan Putih Zea mays L. Genjah, pulut, biji bening
5. Sorgum merah Sorgum bicolor (L) Moech.
Nasi merah bermanfaat penawar sembelit dan masuk angin
6. Ubi kayu Kabubuh Manihot esculenta Crantz
Tanaman mungil, daun unik, umur panen 4-6 bulan setelah tanam
7. Uwi Ratu Dioscorea alataL. Genjah, umbi sangat besar, ungu, pulen
8. Bentul Bokor Colocasia esculenta (L.) Schott
Genjah, umbi besar bentuk bulat, kuning, tidak beranak
9. Pisang Lempeneng Musa sapientum L. Genjah, 5-6 sisir per tandan, sesuai untuk olahan
10. Pisang Gandul Musa acuminata L. Genjah, buah unik
11. Pisang Dobla Musa acuminata L. Pisang satu pohon bertandan buah ganda (2-4 tandan/batang)
12. Kacang Sriwet Vigna unguiculata L. Kacang tunggak tegak, polong ungu, produktif
13. Cabai Kijangan Capsicum fruitescens L. Cabai buah tegak, susunan buah dompol (4-7 buah/dompol), pedas
14. Cabai Bodong Capsicum annuumL. Batang perdu, tahunan, buah mirip paprika, sangat pedas
15. Kecipir Gimbal Psophocarpus tetragonolobus L.
Polong sangat panjang 35-60 cm, gimbal, halus
16. Benguk Tegak Mucuna spp. Genjah, batang tidak merambat,
17. Koro Sani Phaseolus lunatusL. Sangat genjah, produktif, enak konsumsi mentah
18. Sawi Liman Lactuca canadensis L. var. canadensi
Genjah, tahan OPT
19. Koro Pedang Canavalia ensiformisDC.
Genjah, batang tegak, produktif
20. Durian Merah Durio zibethinus L. Durian daging buah merah
21. Jambu Dersono Syzygium malaccense Merr. & Perry
Produktif tiga kali panen dalam satu tahun
22. Bengkuang Buto Pachyrhizus erosus L. Genjah, bobot umbi 8-20 kg/batang
-
14
Kesimpulan
1. Inventarisasi SDGTPL pada tiga kabupaten sasaran di Jawa Timur memiliki kekayaan 19macamtanaman pangan lokal dari kelompok pangan serealia dan umbiumbian yang terdiridari26spesiesdari131aksesi;28macamdarikelompoksayuranterdiridari58spesiesdari127aksesi,dan20macamdarikelompoktanamanbuahterdiridari47spesiesdari117aksesi,ditambahberbagaimacamtanamanbiofarmakadantanamanindustri.
2. DiversitasSDGTlokalditigawilayahkabupatendiJawaTimuryangberbedakulturbudayanyamenunjukkantarafSEDANG,baikitutanamanpangankelompokserealiadanumbiumbian,sayuran,buahbuahan,biofarmakadankecualitanamanindustriyangdiversitasnyarendah.
3. Tingkat pemerataan kepemilikan spesies antar rumah tangga dalam satu wilayah kabupatenrelatifsama,tetapiberbedastrukturataumacamspesiesSDGTPLantarketigakabupaten.
4. Kulturbudaya masyarakatsetempatmenentukanragamkekayaanSDGTPL, dimanabudayamasyarakat Madura lebih menyukai mengelola SDGT pangan bersumber vitamineral, bumbumasak dan emponempon daripada masyarakat kultur budaya pesisir Tuban yang lebihmenyukaimengelolaSDGTpanganpenyediakarbohidratdanberbedadengankulturbudayaMataramandiwilayahkabupatenBlitaryanglebihmenyukaimengelolaSDGTPLbuahbuahandansayuran.
5. Spesiesatauvarietasyangrawanpunahataulangka,yaituhanyadimilikiolehsedikitrumahtanggadengan jumlahtanamanyangsedikitpadakebunpekaranganyangsempit,antara laindarikelompokpanganserealiadanumbiumbian,adalahpadilokal,cantel,juwawut,sorgum,kentanghitam,sedangkandarikelompoksayuranadalahbenguktegak,kecipirgimbal,kacangucu, kacang kayu, dan kotcai, dan tidak dijumpai spesies rawan punah dari kelompok buahbuahan.
6. DuapuluhduaaksesiunggullokaltelahdipiliholehpetaniuntukpengembanganSDGTPL,baikuntukpengembanganvarietasunggullokalmaupunsumbergenetikdalamperakitanvarietasunggulbarutanaman.
-
15
Daftar Pustaka Anonimous.2013.JawaTimur.http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_TimurBaniya,B.,Subedi,A.,Rana,R.B.,Tiwari,R.T.,Chaudhury,P.,Shrestha,S.,Yadav,R.B.,Gauchan,D.&
Sthapit,B.R.2003.Whataretheprocessesusedtomaintaingeneticdiversityonfarm?pp.2023,in: D.Gauchan,B.R.Sthapit&D.I.Jarvis(editors).Agrobiodiversity conservation on-farm: Nepalscontribution to a scientific basis for national policy recommendations.Proceedingsofaworkshop,10February2002,Kathmandu,Nepal.IPGRI,Rome,Italy.
DaradjatM,SilitongaS,Nafisah.2008.KetersediaanPlasmaNutfahUntukPerbaikanVarietasPadi.
Dalam:Daradjat,A.A.,A.Setyono,A.K.MakaridanA.Hasanuddin(Eds.).Padi,inovasiteknologidanproduksi.BalaiBesarPenelitianTanamanPadi.Sukamandi.
Frankham,R,J.D.Ballou&D.A.Briscoe.2002.Introductiontoconservationgenetics.Cambridge
UniversityPress.UK.Frison,E.A.,J.CherfasandT.Hodgkin.2011.AgriculturalBiodiversityIsEssentialforaSustainable
ImprovementinFoodandNutritionSecurity.Sustainability3:238253GalhenaD.H.,R.FreedandK.M.Maredia.2013.Homegardens:apromisingapproachtoenhance
householdfoodsecurityandwellbeing.AgricultureandFoodSecurity2(8):113.Godt,J.W.andHamrick,J.L.1996.Geneticstructureoftwoendangerpitcherplants,Sarracenia jonesii
andSarracenia oreophila(Sarraceniaceae).Amer.J.Bot.83:10161023.HamrickJ.L.andM.J.W.Godt.1990.Allozymediversityinplantspecies.In:BrownA.H.D.,M.T.Clegg,
A.L.KahlerandB.S.Weir(Eds.)Plantpopulationgenetics,Breedingandgeneticresources.pp.4363.Sinauer.Sunderland.
HazellP.,C.Poulton,S.Wiggins,andA.Dorward.2007.TheFutureofSmallFarmsforPoverty
ReductionandGrowth.InternationalFoodPolicyResearchInstitute.Sustainablesolutionsforendinghungerandpoverty.38p.
Idris,S.2011.FourCellAnalysis:Mappingoutfruittreediversityinhomegardens.APONews58.
http://aponewsletter.bioversityinternational.org/HTML/APONL58_files/58_04.html.
JarvisD.I.,A.H.D.Brown,P.H.Cuong,L.ColladoPanduro,L.LatournerieMorenoetc.2008.Aglobalperspectiveoftherichnessandevennessoftraditionalcropvarietydiversitymaintainedbyfarmingcommunities.PNASEarlyEdition:16.
Jarvis,D.,T.Hodgkin,B.R.Sthapit,C.Fadda,andLopezNoriega,I.2011.Aheuristicframeworkfor
identifyingmultiplewaysofsupportingtheconservationanduseoftraditionalcropvarietieswithintheagriculturalproductionsystem.Critical Reviews in Plant Sciences,30(12):149
Smith,W.G.2011.EcologicalAnthropologyofHouseholdsinEastMadura,Indonesia.Thesis,
WageningenUniversity,Wageningen,NL.ISBN9789085859338PurnomoS.,S.Hosni,A.A.Widodo,T.Zubaidi,HandokodanBonimin.2013.InventarisasiSumberdaya
GenetikLokalTanamanPangandiPekarangandanLuarPekaranganRumahTangga.LaporanHasilPengkajian.BalaiPengkajianTeknologiPertanian.27hlm.
Odebode,O.S.2006.Assessmentofhomegardeningasapotentialsourceofhouseholdincomein
AkinyeleLocalGovernmentAreaofOyoState.Nig.J.HorticultureSci(2):4755.
-
16
ShresthaP.K.,R.GautamandB.Sthapit.2004.Mainstreamingfindingsofhomegardenprojectforon
farmbiodiversitymanagementandimprovinglivelihoods:Policyandprogrammeimplications.HomeGardensinNepal.
SthapitB.R.,andV.R.Rao.2009.ConsolidatingCommunitysRoleInLocalCropDevelopmentby
PromotingFarmerInnovationtoMaximisetheUseofLocalCropDiversityfortheWellBeingofPeople.ActaHort.(ISHS)806:669676.
TirantiB.,andV.Negri2007.Selectivemicroenvironmentaleffectsplayaroleinshapinggenetic
diversityandstructureinaPhaseolusvulgarisL.landrace:implicationsforonfarmconservation.MolEcol.16(23):49424955.
Weirsum,K.F.2006.DiversityandchangeinhomegardencultivationinIndonesia.In:KumarB.M.,
andP.K.R.Nair(Eds.).TropicalHomegardensATimeTestedExampleofSustainableAgroforestry.pp.110.
WidodoA.A.,Handoko,B.PikukuhdanS.Purnomo.2013.KearifanlokalpetaniSumenepdanTuban
dalammenyimpandanmenabungbenihuntukkelestariansumberdayagenetiktanamanpangandipekarangan.MakalahWorshopSumberDayaGenetik.
top related