tugas teknik forensik.docx
Post on 01-Jan-2016
67 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Gambaran Umum Bangunan
Bangunan jembatan pada gambar 1, mempunyai empat buah pilar dimana terlihat
beberapa diantaranya telah mengalami kerusakan, dan jembata ini terlihat telah mengalami
perkuatan dengan penambahan struktur baja pada pilar kedua sampai dengan keempat.
Gambar 1. Jembatan Menuju Arah Wadas Lintang
Bangunan jembatan pada gambar 2, terlihat dua buah jembatan dengan jembatan pertama
Nampak dari arah depan dengan pilar yang lebih banyak dengan ukuran bentang antar pilar
hampir sama sedangkan, jembatan kedua, berada tepat disampingnya dengan mempunyai
bentang yang berbeda dan bentang tengah yang berukuran lebih panjang dari jembatan
pertama.
Gambar 2. Jembatan yang mengalami scouring
1.2. Latar Belakang Evaluasi
Bangunan jembatan pada gambar 1, mengalami penurunan, sehingga
menyebabkan:
sebagian plat jembatan rusak/patah
struktur pelat yang terbuat dari komposit Beton
mutu beton menurun
beberapa tempat terjadi kerusakan balok
struktur pilar jembatan kerusakan.
Dokumen yang masih bisa didapatkan berupa gambar-gambar perencanaan, as
build drawing maupun dokumen mengenai kualitas bahan, terutama beton dan baja
tulangan saat pelaksanaan pembangunan bangunan tersebut tidak ada.
Bangunan jembatan pada gambar 2, pondasi pilar jembatan mengalami scouring, sehingga
menyebabkan:
seluruh abutment tidak terlindungi
pondasi sumuran abutment terkorosi
mutu beton pondasi sumuran abutment menurun
beberapa tempat terjadi kerusakan pada pondasi sumuran abutment.
Dari hasil evaluasi ini diharapkan dapat diketahui tingkat kerusakannya dan apakah
bangunan atau bagian-bagiannya perlu perbaikan, perkuatan atau pembongkaran
sebagian atau keseluruhan kemudian dibangun lagi. Penelitian yang dilakukan
meliputi: pengamatan kerusakan secara visual.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian struktur bangunan jembatan ini adalah sebagai berikut:
1. melakukan identifikasi kerusakan bangunan jembatan pada gambar 1 dan 2.
1.4. Lingkup Pekerjaan
Adapun lingkup pekerjaan adalah sebagai berikut:
1. Melakukan identifikasi struktur bangunan jembatan pada gambar 1 dan 2 secara visual.
Penelitian terbatas pada bangunan atas saja, yaitu pilar, balok dan pelat lantai serta
struktur pondasi.
BAB II
METODE KERJA
2.1. Umum
Untuk mengetahui kondisi struktur gedung jembatan pada gambar 1 dan 2, dilakukan
beberapa tindakan sebagai berikut:
1. Pengamatan visual kerusakan bangunan
2. Pengumpulan data sekunder yang berkaitan gambar 1 dan 2.
3. Meneliti suhu dan sebaran kebakaran pada seluruh area bangunan
4. Analisis hasil pengujian secara visual.
2.2. Bagan Alir Pelaksanaan Penelitian
Tahapan-tahapan dari metodologi yang telah diuraikan di atas dapat dijelaskan
dengan diagram alir pada Gambar 3. Sedangkan maksud dan pelaksanaan pengujian dapat
dijelaskan sebagai berikut ini.
2.3. Pengamatan Secara Visual
Penjelasan singkat mengenai jenis pengamatan yang meliputi cara kerja analisa
secara visual adalah sebagai berikut:
1. Analisa Struktur dengan visual pada gambar
Bentuk kerusakan pada pondasi, pilar dan plat lantai.
Mulai
Selesai
Gambar 3. Bagan alir tahap penelitian
Diamati struktur bangunan jembatan yang menyebabkan kerusakan, Penyebab
utama yang menyebabkan kerusakan pada struktur.
2.6. Perbaikan dan Perkuatan struktur
Dengan memperhitungkan faktor keamanan, dari reanalisis struktur akan
didapatkan besaran-besaran mekanika yang diperlukan.
Pemilihan metode perbaikan dan perkuatan komponen-komponen pilar, plat
lantai dan perbaikan abutment. Pemilihan metode perbaikan dan perkuatannya juga
disesuaikan dengan kondisi lapangan dan perubahan-perubahan yang terjadi karena
kebutuhan perubahan fungsi jalan, misalnya dilakukan pembangunan jembatan lain
agar beban yang disangga oleh jembatan akibat kenaikan volume serta beban
kendaraan masih dapat dilayani oleh kekuatan struktur pada jembatan tersebut.
pengamatan dan analisa visual
Pengumpulan data sekunder a.l.:
Fungsi bangunan dan pembebanan
Rekomendasi metode perbaikan dan perkuatan
Metoda pelaksanaan
BAB III
PELAKSANAAN PEKERJAAN
3.1. Pelaksanaan Pekerjaan di Laboratorium
Rincian waktu pelaksanaan adalah sebagai berikut ini.
Tabel 3.1. Jadwal pelaksanaan penelitian
No. Tanggal Jenis Pekerjaan Keterangan
1. Hari 1 1. Pengamatan visual2. Analisa visual
-
BAB IV
HASIL PELAKSANAAN PEKERJAAN
4.1. Hasil pengamatan visual di lapangan
Pengamatan visual di laboratorium dilakukan untuk mengetahui jenis dan tingkat
kerusakan struktur secara umum. Secara umum kerusakan bangunan jembatan pada
gambar 1 dan 2 ini dibedakan menjadi 3 kategori, yaitu rusak parah/berat, sedang/medium,
baik/tidak rusak atau masih utuh. Beberapa kriteria dari masing-masing tingkat kerusakan
adalah sebagai berikut:
Pilar
– Parah : terjadi perubahan letak, dan penurunan pada pilar.
– Medium: mengalami spaling.
– Baik: beton masih baik.
Balok /Girder
– Parah: Spalling, melengkung/melendut permanen terlihat jelas, selimut beton
terkelupas (spalling),
– Medium: retak rambut tidak menerus (tidak tembus).
– Baik: tampak seperti aslinya, utuh, cat masih kelihatan menempel
Plat lantai
– Parah: jebol, bondek lepas/cembung
– Medium: melengkung, tapi masih rata
– Baik: masih utuh.
Abutment
– Parah: Terlihat ke permukaan, spalling, dan terkorosi parah.
– Medium: terkorosi ringan, dan struktur pondasi tidak terlihat
– Baik: masih utuh dan strukutur pondasinya tidak terlihat.
Sedangkan kondisi kerusakan masing-masing komponen struktur pada masing-
masing gambar dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Kerusakan Pada Gambar 1
Mengalami kerusakan parah pada pilar, girder dan plat lantai terhitung dari pilar no. 3
sampai dengan no. 4
2. Kerusakan Pada Gambar 2
Terjadi scouring parah pada seluruh abutment
BAB V
PERBAIKAN DAN PERKUATAN
5.1. Umum
Dari hasil pengamatan visual gambar 1 dan 2, dapat diketahui apakah
komponen-komponen struktur yang berupa pilar, girder dan abutment masih aman
atau kuat memikul beban, perlu perbaikan atau perkuatan. Perbaikan diperlukan
untuk mengembalikan komponen pada kondisi semula, sedangkan perkuatan
diperlukan jika perlu penambahan kekuatan akibat perubahan fungsi atu beban.
Pada komponen struktur yang kondisinya baik, tidak perlu perbaikan atau tidak perlu
tindakan apapun. Sedangkan komponen struktur yang kondisi rusaknya masuk
kategori sedang/medium perlu perbaikan ringan namun tanpa pembongkaran,
Perbaikan ringan lebih bertujuan untuk menjamin ketahanan terhadap lingkungan
lembab/basah atau lingkungan yang dapat merusak beton atau korosi baja tulangan,
sehingga keamanan struktur dapat terjamin dalam jangka panjang. Pertimbangan
lainnya dalam pemilihan metode perbaikan dan perkuatan yaitu bahan mudah
didapat, mudah dalam pengerjaan, cepat dan biaya yang tidak terlalu tinggi.
Perlu disampaikan di sini, bahwa pemilihan metode perbaikan/perkuatan,
selain pertimbangan-pertimbangan di atas, masih perlu diperhatikan batasan atau
kendala-kendala di lapangan lainnya. Batasan yang mengikat dalam
perbaikan/perkuatan antara lain beban secara keseluruhan yang tidak boleh lebih
besar dibandingkan beban sebelumnya, karena tidak dilakukan evaluasi khusus
terhadap uji lapangan dan laboratorium terhadap sampel beton dan baja yang
digunakan. Metode perbaikan dan perkuatan jembatan ini dipilih sedemikian rupa
sehingga tidak menaikkan beban ke pilar maupun ke fondasi. Macam metode
perbaikan/perkuatan untuk pilar, balok, pelat lantai, struktur abutment dan komponen
struktur lainnya diuraikan sebagai berikut ini.
5.2. Perbaikan untuk gambar 1.
Perbaikan untuk gambar 1, perhitungan kembali perubahan struktur
keseluruhan untuk pembangunan ulang pilar no. 3 dan no.4 karena perubahan
lokasi pilar terjadi sehingga struktur yang direncanakan sudah berubah total. Girder
dan plat lantai harus dibangun ulang karena dilakukan pembangunan ulang pilar dan
abutment.
5.3. Perbaikan untuk gambar 2.
Dilakukan perhitungan kembali kekuatan struktur keseluruhan untuk
pembuatan pondasi struktur abutmen sumuran baru yang lebih dalam, dengan
pondasi sumuran abutment awal dilakukan penutupan/covering sampai ke pondasi
sumuran baru yang lebih dalam sehingga tidak terjadi lagi scouring pada abutment.
Membuat perlindungan awal agar tidak terjadi scouring dengan membangun :
Menggunakan Grouted Riprap
Metode ini dilakukan dengan cara menempatkan batuan pada dasar sungai
di sekitar pilar atau abutmen, seperti yang direkomendasikan Bonasoundas
(1973, dalam Breuser dan Raudkivi, 1991). Chiew (1992).
Proteksi gerusan menggunakan collar
Metode ini dilakukan dengan cara memasang collar pada dasar mengelilingi
pilar silinder dengan diameter sisi luar sebesar dua kali diameter pilar (2D),
menunjukkan reduksi 20%. (Melville dan Hadfield .1999).
Menggunakan tiang-tiang kecil (sacrificial piles)
Metode ini dilakukan dengan cara memasang tiang-tiang kecil sebagai
pengendali, tiang-tiang kecil berjumlah 3 dan 5 yang disusun dalam bentuk
segitiga di hulu pilar. Hasil penelitian bahwa untuk pilar silinder pada kondisi clear-
water dapat mereduksi gerusan sebesar 48%. Sedangkan pada kondisi live-bed
untuk pilar silinder dapat mereduksi sebesar 17,5%, dan untuk pilar persegi dapat
mereduksi sebesar 26,5%.
Mengunakan metode perbaikan dinding sungai
Turap baja Bronjong ( Pasangan batu kosong dengan ikatan kawat )
Dinding penahan (pasangan batu kali, beton) Dinding pelindung ( pasangan
batu kali , lempengan plat beton ). Perbaikan Dasar sungai Pasangan batu kali
Beton Pasangan Batu kosong dengan tiang cerucuk.
5.4. Perkuatan untuk gambar 1.
Perkuatan yang dapat dilakukan pada gambar 1, hanya dapat dilakukan
sementara dalam waktu yang pendek, karena perkuatan yang dapat dilakukan
adalah pembangunan jembatan rangka baja darurat yang fungsinya agar kendaraan
dengan beban ringan dapat melintas, rangka baja ini tidak dapat menahan beban
yang berat karena pondasi perletakannya pada pilar 2 dan 4 yang bentangnya
panjang dan terpengaruh oleh pergerakan girder dan plat lantar pada pilar 3 dan 4
yang sewaktu-waktu dapat mengalami keruntuhan.
BAB VIPENUTUP
Struktur bangunan jembatan pada gambar 1 setelah dilakukan penelitan dan
analisis ulang dengan visual, masih dapat dipergunakan kembali dengan perbaikan
dan perkuatan yang diperlukan, dengan waktu penggunaan yang singkat, lebih
mengutamakan pembangunan ulang pilar yang terjadi kerusakan ataupun
pembanguna ulang jembatan. Untuk gambar 2, masih dapat dipergunakan kembali
dengan perbaikan dan perkuatan yang diperlukan.
Analisa pada bangunan jembatan ini harus memerlukan para ahli-ahli khusus.
Harus dilakukan pengamatan dan analisa lebih lanjut untuk mengetahui secara
detail perubahan/kerusakan struktur bangunan jembatan pada gambar 1 dan 2
dengan :
Pengujian Laboratorium
1. Pengujian kuat tekan beton
pengambilan contoh bahan yang berupa silinder inti beton dengan cara core
case dan core drill kemudian dibawa ke Laboratorium Struktur untuk diamati jenis
kerusakan, kedalamam kerusakan. Setelah itu kedua ujungnya dipotong agar
permukaannya rata dan diukur berat jenisnya, kemudian diuji tekan untuk
mengetahui kuat tekannya.
Pengukuran berat jenis beton dilakukan dengan mengukur diamater dan
tinggi silinder, serta beratnya. Pengujian kuat tekan dilakukan dengan mesin uji
tekan. Perlu disampaikan di sini, bahwa yang dimaksud dengan kuat tekan beton
harus mengacu pada kuat tekan hasil pengujian tekan silinder standar dengan
ukuran tinggi h=30 cm dan diameter d=15 cm. Jika ukuran benda uji tekan tidak
sama dengan ukuran standar tersebut, kuat tekan hasil pengujian masih harus
dikalikan dengan faktor koreksi. Ada dua faktor koreksi, yaitu:
a. Faktor koreksi yang memperhitungkan perbandingan tinggi dan diameter
silinder sampel beton h/d
b. Faktor koreksi yang memperhitungkan diameter silinder sampel beton
Ukuran silinder sampel yang didapatkan dari lapangan bermacam-macam,
baik diamater maupun tingginya, sehingga nilainya masih perlu dikalikan dengan
faktor-faktor koreksi yang telah diuraikan di atas.
2. Pengujian kuat tarik baja tulangan
Untuk mengetahui kurva hubungan tegangan-regangan baja tulangan,
dilakukan pengujian tarik. Dari kurva tegangan-regangan ini akan dapat diketahui
tegangan leleh, kuat tarik, regangan saat leleh dan regangan putus dan modulus
elastisitas.
Pengujian di lapangan.
1. Pengujian tidak merusak (Non Destructive Tests)
a). Schmidt Hammer
Pengujian ini dapat dilakukan dengan mudah. Bekerjanya alat ini berdasarkan
energi pantulan dari massa pada sebuah pegas yang dikenakan pada permukaan
struktur beton. Pantulan massa ini dapat diarahkan keatas, kebawah, horisontal atau
membentuk sudut tertentu. Pada luasan sekitar 300 x 300 mm harus dilakukan
pengujian paling sedikit 10 kali. Hasil pembacaan pantulan menunjukkan tingkat
kekerasan dan kuat tekan beton. Pengujian Schmidt Hammer dilakukan pada pilar, balok
induk, balok anak dan pelat lantai.
b) PUNDIT (Portable Ultrasonic Non Destructive Instrument Testing)
Alat yang cukup ringan, mudah dibawa dan dioperasikan dengan battery ini dapat
digunakan untuk menentukan mutu beton, retak, porositas (rongga atau lapuk) pada
beton. Alat ini bekerja berdasarkan prinsip perambatan gelombang ultrasonic antara
pemancar (transmitter) dan penerima (receiver) lewat media beton dengan jarak tertentu.
Pada media yang padat, kecepatan rambat gelombang lebih tinggi dibandingkan pada
media yang kurang padat. Kecepatan rambat gelombang ini dapat dikorelasikan dengan
modulus elastisitas, kuat tekan beton, retak dan ronnga dalam beton.
c). Rebar Locator
Alat ini digunakan untuk mendeteksi letak, diameter dan jumlah baja
tulangan serta tebal selimut beton. Selain itu, alat ini juga dapat digunakan untuk
membantu menentukan posisi pengambilan sampel beton inti/core case agar tidak
memotong baja tulangan.
d) Microcracksmeter
Alat ini digunakan untuk mengukur lebar retak yang berukuran kecil. Alat ini
dilengkapi dengan lampu sehingga dapat dilakukan pada daerah yang gelap.
e) Pengukuran lendutan
Pengukuran lendutan dilakukan pada bagian bawah balok dan pelat untuk
mengetahui sejauhmana lendutan dilapangan telah terjadi. Untuk tujuan ini
digunakan alat benang dan alat pengukur lendutan.
2. Pengujian setengah merusak (Semi Destructive Tests)
a). Core case dan core drill
Pengambilan inti beton dengan alat bor dengan diameter 35 - 75 mm
(core case) dan 100 – 150 mm (core drill) untuk mendapatkan silinder inti beton di
lapangan. Dengan silinder inti beton ini dapat diamati kerusakan secara visual,
misalnya porositas, homogenitas agregat, kepadatan dan retak/keropos dan retak
pada beton serta seberapa dalam pengaruh kebakaran pada beton. Spesimen
silinder kemudian diratakan pada kesua ujungnya dan diuji tekan di laboratorium
untuk mengetahui kuat tekan betonnya.
b). Pengujian tarik baja tulangan
Kualitas baja tulangan digunakan pada bangunan dapat diketahui dengan
cara mengambil beberapa sampel kemudian diuji tarik untuk mengetahui kuat
tarik, sifat keliatan baja tulangan dan modulus elastisitasnya
top related