5. tugas teknik reklamasi_galih.docx

40
TUGAS TEKNIK REKLAMASI POTENSI LAHAN RAWA DALAM PENINGKATAN PRODUKSI PANGAN DI INDONESIA Disusun Oleh: GALIH HABSORO SUNDORO, ST PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK PENGAIRAN MINAT MANAJEMEN SUMBER DAYA AIR FAKULTAS TEKNIK

Upload: galih-habsoro-sundoro

Post on 23-Dec-2015

232 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: 5. Tugas Teknik Reklamasi_Galih.docx

TUGAS

TEKNIK REKLAMASI

POTENSI LAHAN RAWA

DALAM PENINGKATAN PRODUKSI PANGAN

DI INDONESIA

Disusun Oleh:

GALIH HABSORO SUNDORO, ST

PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK PENGAIRAN

MINAT MANAJEMEN SUMBER DAYA AIR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2015

Page 2: 5. Tugas Teknik Reklamasi_Galih.docx

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat,

karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat

pada waktunya. Makalah ini berisi tentang potensi lahan rawa dalam peningkatan

produksi pangan di indonesia.

Terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu

dalam penyusunan makalah ini. Terima kasih juga kami haturkan kepada Bapak

Prof. Dr. Ir. H. Suhardjono, Dipl. HE, Mpd selaku dosen pengampu mata kuliah

Teknik Reklamasi yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita

semua. Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam makalah ini terdapat banyak

kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu kami berharap adanya

kritik, saran, dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang.

Malang, Maret 2015

Penulis

i

Page 3: 5. Tugas Teknik Reklamasi_Galih.docx

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iii

BAB I KETAHANAN PANGAN NASIONAL......................................................1

1.1 Pegertian Ketahanan Pangan........................................................................1

1.2 Kondisi Ketahanan Pangan Indonesia..........................................................2

1.3 Masalah Terkait Ketahanan Pangan.............................................................2

BAB II USAHA PENINGKATAN PRODUKSI....................................................5

2.1 Peran Produksi Dalam Ketahan Pangan Indonesia......................................5

2.2 Usaha Peningkatan Produksi Pangan...........................................................6

BAB III PENGEMBANGAN LAHAN RAWA DALAM PENINGKATAN

PRODUKSI................................................................................................10

3.1 Sepintas Tentang Lahan Rawa...................................................................10

3.2 Kondisi dan Potensi Lahan Rawa di Indonesia..........................................11

3.3 Sejarah Ekstensifikasi Lahan Rawa di Indonesia.......................................12

BAB IV PENGEMBANGAN POTENSI RAWA UNTUK LAHAN

PERTANIAN.............................................................................................14

4.1 Reklamasi Rawa.........................................................................................14

4.2 Kegiatan Survei, Investigasi, dan Desain (SID) Dalam Reklamasi

Rawa...........................................................................................................14

BAB V KESIMPULAN.........................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................19

ii

Page 4: 5. Tugas Teknik Reklamasi_Galih.docx

iii

Page 5: 5. Tugas Teknik Reklamasi_Galih.docx

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Grafik Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2010 - 2035.....................3

Gambar 2. Peta Sebaran Lahan Rawa di Indonesia...............................................11

Gambar 3. Bagan Alir Perencanaan Reklamasi Rawa...........................................15

iv

Page 6: 5. Tugas Teknik Reklamasi_Galih.docx

BAB I

KETAHANAN PANGAN NASIONAL

1.1 Pegertian Ketahanan Pangan

Undang-undang Nomor 18 Tahun 2012 mengamanatkan bahwa pangan

merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama. Terpenuhinya kebutuhan

pangan merupakan bagian dari hak asasi manusia yang dijamin di dalam UUD

1945. Dijelaskan pula tentang definisi ketahanan pangan, yaitu kondisi

terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan. Ketahanan pangan

tercermin dari tersedianya pangan yang cukup. Cukup dalam jumlah maupun

mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau. Pangan yang dimaksud

adalah pangan yang tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya

masyarakat.

Ketahanan pangan merupakan dasar bagi tercapainya ketahanan ekonomi

dan ketahanan nasional suatu bangsa. Ketahanan pangan menjadi hal yang

strategis dalam keberlangsungan suatu bangsa. Sehingga pengelolaan pangan

harus dilakukan secara sistematis, terpadu, menyeluruh, dan berorientasi masa

depan. Darmadji (2011) menyatakan bahwa kecukupan pangan dengan harga

terjangkau menjadi tujuan utama kebijakan pembangunan pertanian. Hal ini

karena kekurangan pangan bisa menyebabkan kerawanan ekonomi, sosial, dan

politik. Pengaruh dari kesemua kerawanan tersebut pada akhirnya akan dapat

menggoyahkan stabilitas nasional.

1

Page 7: 5. Tugas Teknik Reklamasi_Galih.docx

1.2 Kondisi Ketahanan Pangan Indonesia

Haryanto, dkk, (2002) dalam Darmadji (2011) menjelaskan pada tahun

1964 pemerintah mengeluarkan berbagai program untuk meningkatkan produksi.

Program-program tersebut antara lain: program Demmas, Bimmas, Bimmas baru,

Bimas Nasional, dan Insus. Kala itu pemerintah juga mengeluarkan berbagai

kebijakan untuk mendukung program peningkatan produksi. Kebijakan tersebut

antara lain: subsidi benih, pupuk, dan pestisida, kredit usahatani, dan pembinaan

kelembagaan usahatani. Sehingga pada tahun 1984 – 1989 Indonesia sempat

menjadi negara swawsembada beras.

Status swasembada beras yang disandang Indonesia hanya berlangsung

beberapa tahun saja. Hingga saat ini Indonesia masih harus mengimpor beras

untuk memenuhi kebutuhannya. Permasalahan ketersediaan pangan yang sedang

hangat saat ini adalah adanya kenaikan harga beras. Dalam Kompas (4/3/2015)

dikabarkan bahwa harga beras naik Rp 1.000 - Rp 2.000 per kg selama dua

minggu terakhir (Februari 2015). Kenaikan harga beras ini ditengarai akibat

kekosongan stok dalam tiga bulan sebelumnya.

1.3 Masalah Terkait Ketahanan Pangan

Isu-isu mengenai kelangkaan dan kenaikan harga pangan, terutama beras,

sepertinya sudah cukup lazim di Indonesia. Penyebab terjadinya kelangkaan

pangan ini cukup banyak dan kompleks. Secara umum, permasalahan ketersediaan

pangan di Indonesia terkait dengan kondisi berikut:

a. Meningkatnya kebutuhan,

b. Menurunnya produktifitas lahan,

2

Page 8: 5. Tugas Teknik Reklamasi_Galih.docx

c. Berkurangnya lahan akibat konversi ke non pertanian

d. Berkurangnya minat terhadap bidang pertanian.

Meningkatnya kebutuhan akan pangan tidak terlepas dari pengaruh

peningkatan jumlah penduduk. Data proyeksi penduduk dari Badan Pusat Statistik

menunjukkan saat ini jumlah penduduk Indonesia sekitar 252 juta jiwa. Sekalipun

program KB sukses, penduduk kita akan mencapai sekitar 300 juta jiwa pada

tahun 2035. Dengan tingkat konsumsi seperti saat ini sebesar 139 kg per kapita

per tahun. Pada tahun 2035 dibutuhkan sekitar 40 juta ton beras untuk memenuhi

kebutuhan pangan rakyat indonesia.

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2020 2025 2030 2035 -

50

100

150

200

250

300

350

Proyeksi Penduduk 2010 - 2035

Tahun

Jum

lah

Pend

uduk

(jut

a jiw

a)

Gambar 1. Grafik Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2010 - 2035

Besarnya produksi sangat tergantung kepada produktivitas lahan dan

ketersediaan lahan. Direktorat Pengkajian Bidang Ekonomi (2013) menyatakan

bahwa selama dua dasawarsa terakhir, laju pertumbuhan produktivitas pangan di

Indonesia sangat lamban. Dalam kurun waktu 14 tahun terakhir (1996-2010),

produktivitas beras tumbuh dibawah 1 persen per tahun.

3

Page 9: 5. Tugas Teknik Reklamasi_Galih.docx

Jika produktivitas tinggi maka secara otomatis produksi akan meningkat.

Mengingat jumlah penduduk indonesia yang terus meningkat, maka peningkatan

produktivitas saja tidaklah cukup. Peningkatan jumlah lahan pertanian juga sangat

penting. Direktorat Pengkajian Bidang Ekonomi (2013) menjelaskan bahwa untuk

menghasilkan 50 juta ton beras, dibutuhkan sawah dengan produktivitas rata-rata

5 ton GKG (Gabah Kering Giling) per hektar seluas sekitar 11 juta hektar.

Sedangkan data menunjukkan, sekarang Indonesia hanya mempunyai sekitar 6,5

juta hektar sawah.

Saat ini lahan pertanian di Indonesia bukannya bertambah, namun justru

terus mengalami penurunan. Menurut Khudori dalam Pamong Reader (2013)

selama 1999-2002 laju tahunan konversi lahan pertanian mencapai 110.000

hektar. Angka ini melonjak pada periode 2002-2006 menjadi 145.000 hektar per

tahun. Bahkan dalam rentang periode 2007-2010 di Jawa saja laju konversi rata-

rata 200.000 hektar per tahun. Dimana hingga saat ini pemerintah mencetak sawah

baru sekitar 37.000 - 45.000 hektar per tahun (Haryono, 2013). Angka penyusutan

ini tentu saja tidak sebanding dengan penambahan lahan sawah yang baru.

Banyaknya konversi lahan pertanian menjadi non pertanian disebabkan

oleh peningkatan jumlah penduduk. Selain itu, perubahan minat usaha masyarakat

ke bidang non pertanian juga berandil besar. Saat ini posisi pertanian dianggap

kurang menguntungkan dibanding sektor ekonomi lainnya. Meningkatnya

konversi lahan pertanian tentu saja berakibat pada menurunnya jumlah produksi

pangan.

4

Page 10: 5. Tugas Teknik Reklamasi_Galih.docx

BAB II

USAHA PENINGKATAN PRODUKSI

2.1 Peran Produksi Dalam Ketahan Pangan Indonesia

Maleha dan Sutanto (2006) menjelaskan bahwa ketahanan pangan

memiliki 3 subsistem utama. Sub sistem utama terbeut meliputi: ketersediaan

pangan, distribusi pangan dan konsumsi pangan. Terwujudnya ketahanan pangan

merupakan sinergi dari interaksi ketiga subsistem tersebut.

Subsistem ketersediaan pangan mencakup aspek produksi, cadangan serta

keseimbangan antara impor dan ekspor pangan. Ketersediaan pangan harus

dikelola agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat baik dari jumlah, jenis, dan

waktunya.

Subsistem distribusi pangan mencakup aspek aksesibilitas secara fisik dan

ekonomi atas pangan secara merata. Sistem distribusi bukan semata-mata berarti

pangan tersedia di semua lokasi yang membutuhkan saja. Kebutuhan untuk tiap

individu juga harus terpenuhi. Surplus pangan di tingkat wilayah belum menjamin

kecukupan pangan bagi individu masyarakatnya. Sistem distribusi ini perlu

dikelola secara optimal dan tidak bertentangan dengan mekanisme pasar terbuka.

Hal ini dimaksudkan agar tercapai efisiensi dalam proses pemerataan akses

pangan bagi seluruh penduduk.

Subsistem konsumsi pangan tidak hanya menyangkut besarnya kebutuhan

pangan bagi masyarakat saja. Konsumsi pangan juga menyangkut peningkatan

pengetahuan dan kemampuan masyarakat dalam memahami pangan, gizi dan

kesehatan. Hal ini bertujuan agar masyarakat dapat mengelola konsumsinya

5

Page 11: 5. Tugas Teknik Reklamasi_Galih.docx

secara optimal. Konsumsi pangan hendaknya memperhatikan asupan pangan dan

gizi yang cukup dan berimbang. Konsumsi pangan juga harus sesuai dengan

kebutuhan bagi pembentukan manusia sehat, kuat, cerdas dan produktif.

Dalam upaya untuk peningkatan ketahan pangan, maka ketiga subsistem

tersebut harus dimaksimalkan. Melihat kondisi Indonesia saat ini, nampaknya

meningkatkan ketersediaan pangan menjadi solusi yang paling mendesak

dilakukan. Mengingat jumlah penduduk Indonesia yang semakin meningkat tiap

tahunnya. Dengan tingkat kebutuhan yang tinggi maka produksi juga harus

ditingkatkan.

Untuk dapat meningkatkan produksi pangan, maka sektor pertanian

mutlak juga harus ditingkatkan. Peningkatan sektor pertanian tidak hanya terkait

dengan pemenuhan kebutuhan pangan rakyat saja. Peningkatan sektor pertanian

akan berpengaruh terhadap sumber devisa, pajak, sumber penerimaan negara,

sumber lapangan kerja, serta sumber pertumbuhan ekonomi nasional.

2.2 Usaha Peningkatan Produksi Pangan

Usaha untuk meningkatkan produksi pertanian dapat ditempuh dengan

berbagai cara. Secara umum usaha peningkatan produksi panen oleh Ajriah

dijabarkan sebagai berikut:

a. Intensifikasi Pertanian

Intensifikasi pertanian adalah pengolahan lahan pertanian yang ada dengan

sebaik-baiknya menggunakan berbagai sarana. Intensifikasi pertanian banyak

dilakukan di Pulau Jawa dan Bali yang memiliki lahan pertanian sempit. Pada

awalnya intensifikasi pertanian ditempuh dengan program Panca Usaha Tani.

6

Page 12: 5. Tugas Teknik Reklamasi_Galih.docx

Kemudian dilanjutkan dengan program Sapta Usaha Tani. Adapun Sapta

Usaha Tani dalam bidang pertanian meliputi kegiatan:

- pengolahan tanah yang baik,

- pengairan yang teratur,

- pemilihan bibit unggul,

- pemupukan,

- pemberantasan hama dan penyakit tanaman,

- serta pengolahan pasca panen.

b. Ekstensifikasi Pertanian

Ekstensifikasi pertanian adalah usaha meningkatkan hasil pertanian dengan

cara memperluas lahan pertanian baru. Ekstensifikasi dapat dilakukan dengan

membuka hutan, daerah rawa-rawa, persawahan pasang surut, dan lain

sebagainya. Ekstensifikasi pertanian banyak dilakukan di daerah jarang

penduduk seperti di luar Pulau Jawa. Ekstensifikasi khususnya dilakukan di

beberapa daerah tujuan transmigrasi.

c. Diversifikasi Pertanian

Diversifikasi pertanian adalah usaha penganekaragaman jenis usaha atau

tanaman pertanian. Hal ini dilakukan untuk menghindari ketergantungan pada

salah satu hasil pertanian.

d. Mekanisasi Pertanian

Mekanisasi pertanian adalah usaha meningkatkan hasil pertanian dengan

menggunakan mesin-mesin pertanian modern. Mekanisasi pertanian banyak

dilakukan di luar Pulau Jawa yang memiliki lahan pertanian luas. Pada

7

Page 13: 5. Tugas Teknik Reklamasi_Galih.docx

program mekanisasi pertanian, tenaga manusia dan hewan bukan menjadi

tenaga utama.

e. Rehabilitasi Pertanian

Rehabilitasi pertanian adalah usaha memperbaiki lahan pertanian yang

semula tidak produktif menjadi lahan produktif. Rehabilitasi pertanian dapat

dilakukan dengan mengganti tanaman yang sudah tidak produktif menjadi

tanaman yang produktif.

Berdasarkan tujuannya, ke lima usaha peningkatan produksi diatas dapat

dikelompokkan menjadi 2 kelompok. Kelompok pertama adalah yang bertujuan

meningkatan produktifitas lahan pertanian. Kelompok ini meliputi intensifikasi,

diversifikasi, mekanisasi, dan rehabilitasi. Kelompok kedua adalah yang bertujuan

meningkatkan jumlah lahan pertanian (ekstensifikasi).

Meningkatkan produktivitas merupakan pilihan pertama yang harus

dilakukan. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan ekstensifikasi pertanian

membutuhkan usaha ekstra dibandingkan keempat usaha yang lain. Selain itu

ekstensifikasi memiliki resiko yang lebih besar. Sayangnya hanya dengan

meningkatkan produktivitas lahan saja belum bisa memenuhi kebutuhan pangan

seluruh masyarakat Indonesia. Dengan pertimbangan kebutuhan pangan semakin

meningkat, maka usaha pertanian dengan ekstensifikasi layak untuk dilakukan.

Disamping itu indonesia masih memiliki cukup lahan yang kurang produktif,

terutama di luar jawa.

Dilihat dari jenis lahan yang dapat dimanfaatkan untuk ekstensifikasi

pertanian, lahan ekstensifikasi dibedakan menjadi:

a. Ekstensifikasi Lahan Kering

8

Page 14: 5. Tugas Teknik Reklamasi_Galih.docx

Lahan kering yang dimaksud adalah lahan yang memiliki keterbatasan asupan

air. Lahan ini hanya mendapat air ketika musim hujan. Saat musim kering

lahan ini tidak dapat digunakan untuk kegiatan pertanian karena tidak ada air.

Untuk dapat memanfaatkan lahan ini diperlukan pembangunan infrastruktur

untuk penyediaan air irigasi. Infrastruktur tersebut seperti: bendung,

bendungan, saluran irigasi, dan saluran drainase.

b. Ekstensifikasi Lahan Basah

Lahan basah adalah lahan yang tergenang air sepanjang waktu atau biasa

disebut rawa. Ekstensifikasi lahan basah dapat dilakukan dengan membangun

infrastruktur pengatur air. Ini dilakukan untuk menjaga kondisi air dalam

lahan basah agar sesuai dengan kebutuhan tanaman.

Penanganan pada lahan basah relatif lebih sulit dibandingkan dengan

ekstensifikasi pada lahan kering. Selain itu lahan basah umumnya jauh dari

pemukiman penduduk, lokasinya terpencil, dan akses yang sulit. Agar

pengembangan lahan basah dapat berhasil, maka banyak infrastruktur yang harus

dibangun. Selain itu sarana dan prasarana pemukiman baru bagi pengelola lahan

juga harus dibangun.

Ekstensifikasi di lahan basah nampaknya menjadi solusi terakhir dalam

usaha peningkatan produksi pangan di Indonesia. Namun saat ini jumlah

penduduk semakin meningkat serta banyak lahan pertanian yang ada sudah

terkonversi. Di masa mendatang, mau tidak mau ekstensifikasi pertanian harus

dilakukan untuk menunjang pemenuhan kebutuhan pangan.

9

Page 15: 5. Tugas Teknik Reklamasi_Galih.docx

BAB III

PENGEMBANGAN LAHAN RAWA

DALAM PENINGKATAN PRODUKSI

3.1 Sepintas Tentang Lahan Rawa

Menurut Suhardjono, Prasetyorini, dan Hariwibowo (2010), rawa

merupakan dataran rendah yang selalu tergenang air, baik bersifat sementara

maupun sepanjang waktu. Genangan ini disebabkan oleh kondisi pembuangan

(drainase) yang buruk. Rawa bisa juga merupakan suatu cekungan yang

menampung luapan air dari sekitarnya. Berdasarkan asal air yang menggenang,

rawa diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:

a. Rawa pasang surut

Rawa pasang surut merupakan daerah berawa-rawa disepanjang pantai

sampai jauh ke pedalaman. Lahan rawa ini dipengaruhi secara langsung atau

tidak langsung oleh gerakan pasang surut air laut.

b. Rawa non pasang surut (lebak)

Rawa non pasang surut (lebak) umumnya merupakan lahan dengan keadaan

topografi rendah dan berbentuk cekungan. Akibat air hujan, daerah tersebut

tergenang air. Air rawa tersebut berangsur-angsur kering di musim kemarau.

Terkadang kering sama sekali dalam waktu relatif singkat (1-2 bulan).

Menurut Nugroho, dkk. (1992) dalam Najiyati, Muslihat, dan Suryadiputra

(2005) luas lahan rawa di Indonesia mencapai 33,4 juta hektar atau sekitar 17%

dari luas daratan Indonesia. Luasan rawa tersebut terdiri dari 20,1 juta hektar

lahan pasang surut dan 13,3 juta hektar rawa non pasang surut.

10

Page 16: 5. Tugas Teknik Reklamasi_Galih.docx

3.2 Kondisi dan Potensi Lahan Rawa di Indonesia

Haryono (2013) menyebutkan bahwa berdasarkan hasil pemetaan Badan

Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Pertanian, Kementerian Pertanian, luas

lahan rawa di seluruh Indonesia sekitar 33,43 juta ha. Kawasan itu tersebar di

Pulau Sumatra (10,9 juta hektar), Pulau Kalimantan (10,6 juta hektar), Pulau

Sulawesi (1,4 juta hektar), dan Pulau Papua (10,5 juta hektar). Peta sebaran lahan

rawa di Indonesia disajikan dalam Gambar 2.

Sumber : Haryono, 2013

Gambar 2. Peta Sebaran Lahan Rawa di Indonesia.

Haryono (2013) dalam bukunya juga menjelaskan bahwa menurut

penelitian Manwan dkk. (1992) dan Nugroho dkk., sebanyak 9,53 juta hektar

lahan rawa di Indonesia memiliki kondisi yang sesuai untuk kegiatan pertanian.

Hingga saat ini luas rawa yang dimanfaatkan untuk budidaya pertanian baru

sekitar 2,27 juta hektar. Itu artinya lahan rawa yang dimanfaatkan hanya 23,8

persen dari luas total lahan rawa yang sesuai untuk kegiatan pertanian. Sisanya,

76,2 persen atau seluas sekitar 7,26 juta hektar belum dimanfaatkan.

11

Page 17: 5. Tugas Teknik Reklamasi_Galih.docx

Selama ini beberapa pengembangan lahan rawa dengan penerapan sistem

budidaya yang baik, sudah banyak dilakukan. Beberapa diantaranya bahkan

memberikan hasil yang cukup menjanjikan. Menurut Susanto (2009) dalam

Haryono (2013), di Telang, Sumatra Selatan, panen padi dapat mencapai 7 – 8 ton

GKG per hektar. Sementara itu, produktivitas di Bintang Mas, Kalimantan Barat

sekitar 5 – 6 ton GKG.

Sebenarnya lahan rawa Indonesia memiliki potensi sangat besar dalam

peningkatan produksi pangan di masa mendatang. Jika dapat mengelola seluruh

lahan rawa tersebut, maka tidak mustahil Indonesia dapat kembali mencapai

swasembada pangan.

3.3 Sejarah Ekstensifikasi Lahan Rawa di Indonesia

Pemanfaatan lahan rawa untuk pertanian sudah dilakukan jauh sebelum

Indonesia mengenal sistem pertanian modern. Berdasarkan catatan Muhammad

Noor dan Jumber (2007) dalam Haryono (2013) ekstensifikasi atau pembukaan

lahan rawa untuk pertanian pertama kali dilakukan di daerah aliran Sungai Pawan,

Kalimantan Barat semasa Kerajaan Majapahit pada abad ke-13.

Ekstensifikasi lahan rawa untuk pertanian makin masif ketika Belanda

menguasai wilayah Nusantara. Pada tahun 1920-an Belanda membangun kana-

kanal (banjir) di kawasan Tamban dan Serapat (Kalimantan Selatan). Untuk

mendukung hal tersebut petani dari Jawa didatangkan untuk menggarap lahan.

Pelaksanaan ekstensifikasi lahan rawa semakin meluas ketika Indonesia

merdeka. Pada era Orde Lama, Kementerian Pekerjaan Umum dan Tenaga

membuka lahan rawa untuk pertama kalinya. Proyek ini dikenal dengan nama

Dredge, Drain, and Reclamation.

12

Page 18: 5. Tugas Teknik Reklamasi_Galih.docx

Ketika pemerintahan Orde Baru, pada tahun 1970-an kondisi pangan di

Indonesia sangat mencamaskan. Didasarkan pada hal tersebut, Presiden Soeharto

menggagas ide ekstensifikasi lahan rawa seluas 5,25 juta hektar. Proyek tersebut

ditargetkan tercapai selama 15 tahun. Kegiatan ini diimbangi dengan program

transmigrasi untuk menggarap lahan-lahan tersebut. Melaui Proyek Pembukaan

Persawahan Pasang Surut (P4S) berhasil dibuka sekitar 1,24 juta hektar lahan

pertanian baru.

Berkat adanya kontribusi pembukaan lahan rawa, pada tahun 1984

Indonesia mendapat penghargaan dari Badan Pangan Dunia (Food and

Agriculture Organization atau FAO) karena berhasil mencapai swasembada

pangan. Sayangnya prestasi ini hanya bertahan sampai tahun 1989.

Pada tahun 1995 Indonesia kembali diterpa impor pangan yang sangat

besar. Untuk mengatasi hal tersebut, dicanangkan Proyek Lahan Gambut (PLG)

Sejuta Hektar (Mega Rice Estate Project). Proyek ini dipusatkan di Kalimantan

Tengah. Sayangnya proyek ini tidak berjalan sesuai rencana. Seiring dengan

situasi politik yang tidak kondusif, pada tahun 1999 proyek tersebut dihentikan

dan dibiarkan terbengkalai. Baru pada tahun 2007, melalui Inpres No 2 Tahun

2007, proyek tersebut dilanjutkan secara bertahap selama tahun 2007-2011.

13

Page 19: 5. Tugas Teknik Reklamasi_Galih.docx

BAB IV

PENGEMBANGAN POTENSI RAWA

UNTUK LAHAN PERTANIAN

4.1 Reklamasi Rawa

Menurut Suhardjono, dkk. (2010) reklamasi adalah suatu proses dan

tindakan membudidayakan daerah-daerah yang masih belum dimanfaatkan. Hal

itu dilakukan agar memberikan manfaat yang lebih besar bagi kehidupan manusia.

Sedangkan reklamasi rawa adalah upaya peningkatan fungsi dan pemanfaatan

rawa untuk kepentingan masyarakat luas.

Pelaksanaan reklamasi rawa dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan

teknologi. Pemilihan teknologi reklamasi harus tepat sesuai kondisi dan tujuan

yang diharapkan. Dalam reklamasi rawa selain membangun infrastruktur,

pengolahan tanah yang tepat juga sangat penting dilakukan. Mengingat jenis tanah

di daerah rawa kurang baik bagi sebagian besar tanaman pertanian. Jenis tanah

yang kurang baik antara lain: tanah sulfat asam, tanah gambut, tanah salinitas

dengan kadar garam yang tinggi, dan tanah yang ditumbuhi rumput-rumputan.

4.2 Kegiatan Survei, Investigasi, dan Desain (SID) Dalam

Reklamasi Rawa

Pengembangan lahan rawa untuk pertanian harus direncanakan secara

matang. Hal ini dilakukan agar tujuan pengembangan dapat tercapai dengan

efektif, efisien, dan biaya semurah mungkin. Dengan persiapan yang baik dan

matang, diharapkan hasilnya pun akan baik.

14

Page 20: 5. Tugas Teknik Reklamasi_Galih.docx

Kegiatan perencanaan awal reklamasi rawa terdiri dari: survey, infestigasi,

dan desain. Kegiatan ini biasa disebut dengan istilah SID. Hubungan antara ketiga

kegiatan tersebut ditunjukkan dalam Gambar 3.

Gambar 3. Bagan Alir Perencanaan Reklamasi Rawa.

Dalam rangka untuk mendukung pembuatan perencanaan teknis, maka

perlu dilakukan kegiatan survey dan investigasi. Menurut Suhardjono, dkk. (2010)

beberapa aspek yang diperlukan untuk survey adalah: topografi daerah rawa,

15

Page 21: 5. Tugas Teknik Reklamasi_Galih.docx

hidrologi dan hidrometri, kondisi kesuburan lahan, kondisi sifat fisik lahan,

kondisi masyarakat sekitar, keadaan sosial ekonomi masyarakat, budaya setempat,

dll. Sedangkan lingkup pekerjaan survey dan investigasi pada kegiatan

pengembangan rawa pada umumnya sebagai berikut:

a. Survey pemetaan situasi detail (pemetaan topografi)

b. Survey hidrologi dan hidrometri dan jaringan reklamasi

c. Survey tanah

d. Survey mekanika tanah

e. Survey sosio-agro ekonomi dan lingkungan

Dalam Suhardjono dkk. (2010) dijabarkan pula bahwa dalam pembuatan

desain/ rancangan teknis umumnya dilakukan kegiatan sebagai berikut:

a. Membuat sistem jaringan drainasi sesuai dengan kondisi topografi daerah

studi.

b. Melakukan uji abnormalitas data. Dilakukan dengan uji outlier untuk

memastikan semua data yang didapat berada pada batas yang bisa ditoleransi.

c. Melakukan uji konsistensi data. Metode yang digunakan adalah RAPS

(Rescaled Adjusted Partial Sums). Tujuan dari uji ini adalah untuk

mengetahui tingkat konsistensi dari data yang diperoleh.

d. Menghitung curah hujan rancangan. Menggunakan metode log pearson type

III dengan kala ulang yang telah ditentukan.

e. Menguji kesesuaian distribusi yang telah dilakukan untuk menentukan curah

hujan rancangan maksimum.

f. Perhitungan curah hujan efektif lahan.

g. Perhitungan evapotranpirasi potensial dari lahan studi.

16

Page 22: 5. Tugas Teknik Reklamasi_Galih.docx

h. Penetapan pola tata tanam yang berkaitan erat dengan pengelolaan air di

lahan. Sehingga kebutuhan air tanaman tidak melebihi kapasitas yang

tersedia.

i. Menghitung besarnya drain module. Perhitungan ini dilakukan unuk

mendapatkan besarnya debit yang harus dibuang darilahan di lokasi studi.

j. Menghitung besarnya debit drainasi.

k. Merencanakan dimensi saluran. Perhitungan dimensi saluran digunakan untuk

mendapatkan dimensi yang sesuai dengan besarnya debit yang harus dibuang.

l. Menganalisa sifat fisik tanah yang nantinya digunakan sebagai acuan dalam

perencanaan dimensi saluran.

m. Perencanaan pola operasi pintu skot balok.

n. Pemrosesan data hidrolika dengan perangkat lunak (software). Perangkat

lunak ini digunakan untuk mengetahui kondisi profil aliran jika diberi

perlakuan-perlakuan terentu (pola operasi pintu).

o. Perhitungan analisa ekonomi dengan menghitung keuntungan yang akan

ditimbulkan akibat adanya saluran rencana.

17

Page 23: 5. Tugas Teknik Reklamasi_Galih.docx

BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan pada makalah ini, maka dapat ditarik beberapa

kesimpulan sebagai berikut:

a. Ketidak-seimbangan antara permintaan dengan produksi pangan

mengakibatkan terjadinya permasalahan pangan. Ini terjadi karena jumlah

penduduk Indonesia semakin meningkat, sedangkan produksi pangan

terutama beras semakin menurun.

b. Salah satu penyebab turunnya produksi pangan adalah banyaknya lahan

pertanian yang dikonversi menjadi non pertanian.

c. Untuk dapat meningkatkan produksi pangan tidak dapat hanya dilakukan

dengan meningkatkan produktifitas lahan saja. Untuk menjaga ketersediaan

pangan di masa mendatang, perluasan lahan pertanian harus dilakukan.

d. Lahan rawa memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai lahan

pertanian. Ada sekitar 9, 53 hektar lahan rawa di Indonesia yang memiliki

kondisi yang sesuai untuk kegiatan pertanian.

e. Untuk dapat memanfaatkan lahan rawa sebagai lahan pertanian perlu

dilakukan kegiatan reklamasi. Hal ini dilakukan untuk mengkondisikan lahan

rawa yang ada agar dapat ditumbuhi tanaman pertanian.

f. Pengembangan lahan rawa untuk pertanian harus direncakan secara matang.

Hal ini dilakukan agar tujuan pengembangan dapat tercapai dengan efektif,

efisien, dan biaya semurah mungkin.

18

Page 24: 5. Tugas Teknik Reklamasi_Galih.docx

DAFTAR PUSTAKA

Ajriah. Usaha-usaha Meningkatkan Hasil Pertanian. 14 Maret 2015.

idkf.bogor.net: http://idkf.bogor.net/yuesbi/e-DU.KU/edukasi.net/ SMP/

GEOGRAFI/Pertanian/materi04.html

Badan Pusat Statistik. 2015. Proyeksi Penduduk menurut Provinsi, 2010-2035

(Ribuan). 14 Maret 2015. www.bps.go.id: http://www.bps.go.id/

linkTabelStatis/ view/id/1274

Darmadji. 2011. Analisis Kinerja Usahatani Padi dengan Metode System Of Rice

Intensification (Sri) di Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta.

Jurnal Widya Agrika, 9 (3): 1 – 18.

Direktorat Pengkajian Bidang Ekonomi. 2013. Meningkatkan Produktivitas

Pertanian guna Mewujudkan Ketahanan Pangan dalam Rangka

Ketahanan Nasional. Jurnal Kajian Lemhannas RI, 15: 12 – 19.

Haryono. 2013. Lahan Rawa Lumbung Pangan Masa Depan Indonesia. IAARD

Press - Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta.

Litbang Kompas. 2015. Harga Beras Naik, Salah Siapa. 13 Maret 2015.

kompas.com: http://print.kompas.com/baca/2015/03/04/Harga-Beras-

naik%2c-Salah-Siapa

Maleha dan Sutanto, A. 2006. Kajian Konsep Ketahanan Pangan. Jurnal Protein,

13 (2): 194 - 202.

Najiyati, S., Muslihat, L. dan Suryadiputra, I. N. N. 2005. Panduan Pengelolaan

Lahan Gambut untuk Pertanian Berkelanjutan. Proyek Climate Change,

19

Page 25: 5. Tugas Teknik Reklamasi_Galih.docx

Forests and Peatlands in Indonesia. Wetlands International – Indonesia

Programme dan Wildlife Habitat Canada. Bogor.

Pamong Readers. 2013. Soal Konversi Lahan yang Tak Kunjung Usai. 14Maret

2015. pamongreaders.com: http://pamongreaders.com/berita-369-soal-

konversi-lahan-yang-tak-kunjung-usai.html

Republik Indonesia. 2012. Undang-Undang Republik Indonesia Tentang Pangan.

Sekretariat Negara. Jakarta.

Suhardjono, Perasetyorini, L., dan Hariwibowo, R. 2010. Reklamasi Daerah Rawa

Untuk Pengembangan Persawahan. Citra Malang. Malang.

20

Page 26: 5. Tugas Teknik Reklamasi_Galih.docx

TENTANG PENULIS

Nama Lengkap : Galih Habsoro Sundoro, ST

NIP. : 19860413 201012 1 005

Pangkat/ Golongan : Penata Muda/ III.a

Tempat/ Tanggal lahir : Surakarta/ 13 April 1986

Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Status Perkawinan : Menikah

Alamat rumah : Rejowinangun, Rt. 19, Ds. Masaran, Kec. Masaran,

Kab. Sragen, Prov. Jawa Tengah, 57282

No. HP. : 085728269414

Alamat E-mail : [email protected]

Unit Kerja : Balai Sungai, Pusat Litbang Sumber Daya

Air

Alamat Kantor : Jl. Solo-Kartasura Km. 7 Surakarta 57101

No. Telp. Kantor : 0271-719429

Page 27: 5. Tugas Teknik Reklamasi_Galih.docx