tugas parasit penyakit ikan.docx
Post on 28-Nov-2015
189 Views
Preview:
TRANSCRIPT
TUGAS MATA KULIAH PARASIT PENYAKIT IKAN
EKTOPARASIT Argulus sp. PADA IKAN MAS (Cyprinus carpio)
Oleh:
DIANOVIA INTAN AYU BUANA26010211130058
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTANUNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG2013
PENDAHULUAN
Kegiatan budidaya di Indonesia telah menjadi salah satu kegiatan yang
menunjang perekonomian. Salah satu budidaya ikan yang mudah dan ekonomis
tetapi dapat memberikan hasil yang maksimal adalah budidaya ikan mas. Ikan
mas merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, tubuh memanjang pipih
kesamping. Ikan mas sudah dipelihara sejak tahun 475 sebelum masehi di Cina.
Di Indonesia ikan mas mulai dipelihara sekitar tahun 1920. Ikan mas yang
terdapat di Indonesia merupakan ikan mas yang dibawa dari Cina, Eropa, Taiwan
dan Jepang. Ikan mas Punten dan Majalaya adalah hasil seleksi di Indonesia.
Sampai saat ini sudah terdapat 10 starin ikan mas yang dapat diidentifikasi
berdasarkan karakteristik morfologisnya. Perkembangan budidaya ikan mas ini
mengalami kemajuan yang sangat pesat.
Di dalam melakukan kegiatan budidaya, pengendalian hama dan penyakit
sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya kerugian oleh pembudidaya dan
kerugian bagi orang banyak akibat mutu rendah dan penyakit yan g menyerang.
Untuk itu perlu dilakukan pengendalian hama dan penyakit dengan baik, terutama
pada saat pengolahan tanah pada kolam. Seperti pada penyakit hewan lainnya,
maka pada satwa akuatik ini ada tiga unsur yang berperan untuk timbulnya
penyakit yaitu inang, agen penyakit dan lingkungan. Apabila ketiga unsur tersebut
saling mendukung (sinergis) maka tidak akan terjadi penyakit. Sebaliknya, apabila
terjadi antagonisme dari ketiga unsur, maka akan terjadi atau besar peluang
timbulnya penyakit. Adanya hama di dalam kolam sangat merugikan bagi para
pembudi daya dan spesies itu sendiri. Masalah serangan penyakit merupakan hal
utama yang tidak boleh diabaikan, karena menyangkut awal pemilihan benih yang
tahan atau bebas dari penyakit dan pengelolaan lingkungan sebagai media
perkembangan penyakit. Kerugian yang disebabkan serangan penyakit bukan
hanya kematian tetapi bisa berakibat penghentian usaha produksi. Gangguan
tersebut bila ditinjau dari segi ekonomi jelas sangat merugikan dalam usaha
budidaya ikan yang membutuhkan investasi yang tidak sedikit. Kerugian yang
ditimbulkan akibat serangan suatu penyakit dapat berbentuk kematian,
pertumbuhan yang lambat atau produksi benih menurun (bahkan bisa berhenti
sama sekali). Ikan yang pernah terserang penyakit bisa menjadi sumber penyakit,
yaitu menjadi perantara terhadap timbulnya penyakit baru sehingga dapat
berakibat fatal bagi usaha budidaya ikan. Penyakit merupakan suatu keadaan
dimana organisme tidak dapat mempertah ankan keadaan normal, karena adanya
gangguan fungsi fisiologis yang dapat disebabkan oleh organisme patogen
maupun faktor - faktor lainnya. Timbulnya serangan penyakit pada ikan dapat
disebabkan oleh organisme lain, pakan maupun keadaan lingkungan (Mumyls,
2009). Penyakit ikan terbagi menjadi dua kategori yakni penyakit parasiter dan
non parasiter. Penyakit parasiter adalah penyakit yang disebabkan oleh serangan
parasit, sedangkan penyakit non parasiter adalah penyakit yang tidak disebabkan
oleh organisme paogen, lebih disebabkan oleh faktor lingkungan. Salah satu
contok penyakit parasiter adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit Argulus
sp. yang sering meresahkan para pembudidaya ikan mas. Sifat parasitik Argulus
sp. cenderung temporer yaitu mencari inangnya secara acak dan dapat berpindah
dengan bebas pada tubuh ikan lain atau bahkan meninggalkannya. Hal ini dapat
dilakukan karena Argulus sp. Mampu bertahan hidup selama beberapa hari di luar
tubuh ikan (Purwakusuma, 2007 ). Menurut Diani (1995) dalam Prasetya et al.
(2004) serangan parasit lebih sering mematikan pada ikan-ikan muda yang
biasanya berukuran kecil Ektoparasit yang sering terdapat di bagian sirip ini juga
mengganngu ke hidupan ikan mas parasit ini mengakibatkan nafsu makan ikan
menurudan lama - kelamaan ikan lemas dan akhirnya mati.
Pengendalian penyakit dalam usaha budidaya ikan masih mengandalkan
antiseptik, disinfektan sampai antibiotik, namun tingkat keberhasilannya sangat
terbatas. Penggunaan antibiotik yang tidak bijaksana telah meningkatkan
kekhawatiran terhadap keamanan makanan dan kesehatan masyarakat,
penggunaan antibiotik untuk pencegahan penyakit justru meningkatkan mikroba
dan memacu resistensi pada beragam bakteri, sehingga untuk sejumlah kasus
penyakit pengendaliannya lebih sulit. Berdasarkan kekhawatiran ini perlu adanya
sistem pengelolaan terhadap kesehatan biota yang dibudidayakan beserta
lingkungannya antara lain dengan penggunaan vaksin, imunostimulan non
spesifik yang salah satunya probiotik dan adanya pengendalian secara hayati.
PEMBAHASAN
Ikan Mas (Cyprinus carpio)
Spesies ikan mas (Cyprinus carpio) termasuk dalam genus Cyprinus dari
family Cyprinidae. Di berbagai tempat ikan mas ini disebut sebagai ikan tombro,
raya, atau ameh. Ikan ini menurut sejarahnya berasal dari China dan Rusia yang
kemudian disebarkan di daerah Eropa dan negara -negara Asia Timur dan selatan
pada abad pertengahan. Sekarang telah merata diseluruh dunia, baik sebagai ikan
liar maupun sebagai ikan kultur.
Adapun klasifikasi ikan mas (Cyprinus carpio) menurut (Khairul dan
Khairuman, 2008) adalah sebagai berikut:
Phyllum : Chordata
Class : Osteichthyes
Subclass : Actinopterygii
Ordo : Cypriniformes
Subordo : Cyprinoidea
Family : Cyprinidae
Genus : Cyprinus
Species : Cyprinus carpio
Morfologi
Secara morfologis, ikan mas (Gambar.1) mempunyai bentuk tubuh agak
memanjang dan memipih tegak. Mulut terletak di ujung tengah dan dapat
disembulkan. Bagian anterior mulut terdapat dua pasang sungut berukuran
pendek. Bentuk tubuh ikan mas agak memanjang dan memipih tegak (compro
ssed). Mulutnya terletak di bagian tengah ujung kepala (terminal) dan dapat
disembulkan (protaktil). Di bagian anterior mulut terdapat dua pasang sungut. Di
ujung dalam mulut terdapat gigi kerongkongan (pharyngeal teeth) yang terbentuk
atas tiga baris gigi geraham. Secara umum, hampir seluruh tubuh ikan mas
ditutupi sisik dan hanya sebagian kecil saja yang tubuhnya tidak ditutupi sisik.
Sisik ikan mas berukuran relatif besar dan digolongkan dalam tipe sisik sikloid
berwarna hijau, biru, merah, kuning keemasan atau kombinasi dari warna-warna
tersebut sesuai dengan rasnya. Sirip punggungnya (dorsal) memanjang dengan
bagian belakang berjarikeras dan di bagian akhir (sirip ketiga dan keempat)
bergerigi. Letak sirip punggung berseberangan dengan permukaan sisip p erut
(ventral). Sirip duburnya (anal) mempunyai ciri seperti sirip punggung, yaitu
berjari keras dan bagian akhirnya bergerigi. garis rusuknya (linea lateralis atau
gurat sisi) tergolong lengkap, berada di pertengahan tubuh dengan bentuk
melintang dari tut up insang sampai ke ujung belakang pangkal ekor (Khairul dan
Khairuman, 2008).
Gambar 1. Ikan Mas (Cyprinus carpio)
Habitat
Ikan mas menyukai tempat hidup (habitat) di perairan tawar yang airnya
tidak terlalu dalam dan alirannya tidak terlalu deras, se perti di pinggiran sungai
atau danau. Ikan mas dapat hidup baik di daerah dengan ketinggian 150 --600
meter di atas permukaan air laut (dpl) dan pada suhu 25 -30° C. Meskipun
tergolong ikan air tawar, ikan mas kadang-kadang ditemukan di perairan payau
atau muara sungai yang bersalinitas (kadar garam) 25-30%o.
EKTOPARASIT Argulus sp.
Argulus sp. mewakili salah satu penyakit yang mengancam kesehatan ikan
baik merusak jaringan secara langsung. Argulus sp. merupakan parasit ikan dari
golongan udang-udangan keluarga Branchiura. Parasit ini masuk ke dalam
akuarium biasanya melalui pakan hidup. Diketahui ada sekitar 30 spesies Argulus.
Dua diantaranya, yang erat kaitannya dengan akuarium, adalah Argulus foliaclus
dan Argulus japonicus.
Sifat parasitik Argulus cenderung temporer. Mereka mancari inangnya
secara acak dan dapat berpindah dengan bebas pada tubuh ikan atau bahkan
meninggalkannya. Argulus diketahui dapat berahan selama beberapa hari diluar
tubuh ikan.
Argulus menempel pada ikan dengan menggunakan alat penghisap khusus.
Selanjutnya binatang ini akan menancapkan mulut jarumnya pada tubuh ikan
untuk menyuntikan anti koagulan darah. Baru kemudian parasit tersebut
mengkonsumsi darah dari inangnya.
Menurut (Zuraida,2008) klasifikasi Argulus sp. adalah sebagai berikut:
Phylum : Arthropoda
Sub Phylum : Crustacea
Class : Maxillopoda
Sub Class : Branchiura
Ordo : Arguloida
Family : Argulidae
Genus : Argulus
Spesies : Argulus sp.
Morfologi
Argulus sp. (Gambar.2) Memiliki 2 mata majemuk untuk mendeteksi inang.
Warna terang pada betina untuk perilaku penyerangan pada waktu gelap sehingga
bisa berenang dan mencari makan sampai 4 kali lebih jauh. Pada waktu gelap,
ikan tidak bisa berenang cepat hal ini memudahkan Argulus sp. Betina secara
umum meletakan telur pada benda yang mengapung, secara tunggal, dobel
maupun tripel, setelah itu kembali menyerang. Argulus sp. Dapat dilihat dengan
mata biasa (tanpa bantuan alat pembesar), di permukaan tubuh ikan inang seperti
bulatan -bulatan. Pertama kali menempel warnanya transparan kemudian lama-
kelamaan menjadi gelap atau seperti mata ular.
Gambar 2. Argulus sp.
Daur Hidup
Telur Argulus sp. menetas dalam 17 hari pada suhu 23 oC dan 30 hari pada
suhu 20oC. Keseluruhan daur hidup memerlukan waktu 55 hari pada suhu 20
oC.Telur menetas setelah 10 hari pada suhu 35 oC dan setelah 61 hari pada suhu
15 oC. Telur diletakan dalam sebulan baru menetas hal ini terjadi sepanjang tahun.
Telur menetas 35-37 hari pada suhu 15-16oC, dari menetas sampai menjadi betina
yang matang telur membutuhkan waktu 49 hari. Setelah menetas langsung
menjadi matang telur. Stadium larva memiliki antenna kedua yang panjang dan
palpus mandibula. Selama beberapa hari molting sampai 6 kali (2-6 hari)
kemudian matang telur kira -kira 4 minggu tergantung suhu.
Argulus biasanya kawin dalam air terbuka. Argulus betina dapat
menghasilkan 100 butir telur atau lebih yang ditempelkannya pada permukaan
benda padat. Telur akan menetas dalam waktu 25 hari. Masing-masing telur pada
umumnya menetas pada waktu yang berbeda. Larva Argulus dengan ukuran 0.6
mm bersifat planktonik sebelum akhirnya menyerang ikan. Larva ini akan
berganti kulit selama 8 kali sebelum mencapai dewasa dengan ukuran 3 - 3.5 mm.
Hal ini berlangsung dalam waktu 5 minggu.
Patogenesis
Menempel dengan sucker kemudian menghisap darah menggunakan stylet.
Lalu terjadi pendarahan dan menjadi luka kemudian inang akan menjadi lemah
dan akhirnya mati. Untuk menyerang. Probocis dibentuk dari mandibula, labrum
dan labium. Stylet Argulidae terletak di anterior mulut dan terbagi dari saluran
pencernaan. Yang betina tumbuh lebih besar dibandingkan yang jantan. Yang
dewasa dapat bertahan selama beberapa hari jauh dari ikan.
Tingkat serangan Argulus sangat tergantung pada ukuran ikan dan jumlah
individu parasit yang menyerang. Meskipun demikian, sering tidak menimbulkan
ancaman kematian pada ikan yang bersangkutan. Akan tetapi luka yang
ditimbulkannya dapat menjadi rentan fterhadap serangan jamur dan bakteri. Pada
serangan yang sangat parah ikan dapat kehilangan banyak darah, atau juga
mengalami stres osmotik akibat luka-luka yang menganga sehingga tidak tertutup
kemungkinan pada serangan yang sangat parah dapat menyebabkan kematian.
Argulus diketahui dapat pula menjadi vektor penyakit lainnya.
Tanda-tanda Serangan Argulus melukai kulit dalam rangka mendapatkan
darah korbannya sehingga sering menimbulkan memar merah pada bekas
"gigitannya". Selain dengan tanda ini, kehadiran parasit itu sendiri dapat mudah
dilihat dengan mata telanjang berupa mahluk transparan berbentuk bulat mendatar
dengan diameter 5 - 12 mm. Sepasang bintik mata dapat dilihat dibagian
kepalanya (Gambar 3).
Gambar 3. Argulus sp. pada sirip ikan
Ikan yang terjangkit akan menjadi gelisah, meluncur kesana kemari, atau
terkadang melompat keluar dari permukaan air; serta menggosokan badannya
pada dasar akuarium atau dekorasi dan benda lainnya. Serangan yang parah bisa
menyebabkan ikan manjadi malas , kehilangan nafsu makan, dan warna beruabah
mejadi opak sebagai akibat produksi lendir yang berlebihan.
Pencegahan dan Pengobatan
Senyawa organfosforus diketahui efektif dalam menghilangkan Argulus.
Alternatif lain adalah dengan perendaman jangka pendek dalam luratan standar
formalin (37-47 %) sebanyak 0.125 mg/liter air selama satu jam atau dalam
larutan kalium permanganat dengan dosis 10 mg/liter selama 30 menit. Lakukan
aerasi selama proses perendaman dilakukan.
Apabila parasit hanya dijumpai dalam jumlah sedikit maka pengambilan
secara fisik bisa dilakukan dengan menggunakan pincet. Luka yang ditinggalkan
selanjutna dibubuhi antiseptik. Cara ini akan efektif apabila kemudian ikan
dipindahkan ake tempat lain yang bebas benih Argulus. Karenat tidak tertutup
kemungkinan akuarium tempak ikan tersebut semula telah tercemar olah benih
atau larva Argulus. Lakukan karantina pada pakan hidup yang diambil langsung
dari alam untuk mencegah terjangkitnya akuarium oleh Argulus. Begitu terhadap
dekorasi berupa batu potongan kayu, atau tanaman yang diambil dari perairan
bebas.
Cara pengobatan lain ialah :
Cara pengendalian penyebaran parasit Argulus sp. yang menyerang Ikan :
Akuarium, air, substrat jaring dll yang telah terkontaminasi oleh Argulus dapat
disterulisasi dengan larutan chlorin agar terbebas dari Argulus yang hidup dan
menempel di daerah tersebut.
Cara yang paling efektif untuk mencegah serangan parasit ini adalah dengan
melakukan pengeringan dan pengapuran kolam serta penyaringan air. Sedangkan
pengendaliannya dapat dilakukan dengan menggunakan larutan garam (NaCI)
atau larutan garam ammoniak (NH 4 CI) garam berfungsi untuk menghambat
perkembangan parasit. Demikian pula dengan perendaman ikan dalam larutan
bromex 0,1— 0,2 ppm. Perendaman dalam larutan lindane 0,01—
0,02 ppm sudah dapat membunuh Argulus sp. yang berenang bebas dalam waktu
5 jam, sedangkan dosis 0,013 ppm terbukti dapat membunuh secara total setelah
48 jam. Perendaman dalam larutan neguvon 1 gram per liter air selama 10-30
menit cukup ampuh untuk memberantas parasit ini.
KESIMPULAN
1. Argulus sp. merupakan parasit ikan dari golongan udang-udangan keluarga
Branchiura, Argulus menempel pada ikan dengan menggunakan alat penghisap
khusus. Selanjutnya binatang ini akan menancapkan mulut jarumnya pada
tubuh ikan untuk menyuntikan anti koagulan darah. Baru kemudian parasit
tersebut mengkonsumsi darah dari inangnya.
2. Ikan yang terjangkit parasit Argulus sp. akan menjadi gelisah, meluncur kesana
kemari, atau terkadang melompat keluar dari permukaan air; serta
menggosokan badannya pada dasar akuarium atau dekorasi dan benda lainnya.
Serangan yang parah bisa menyebabkan ikan manjadi malas , kehilangan nafsu
makan, dan warna beruabah mejadi opak sebagai akibat produksi lendir yang
berlebihan.
3. Cara yang paling efektif untuk mencegah serangan parasit Argulus sp. ini
adalah dengan melakukan pengeringan dan pengapuran kolam serta
penyaringan air. Sedangkan pengendaliannya dapat dilakukan dengan
menggunakan larutan garam (NaCI) atau larutan garam ammoniak (NH 4 CI)
garam berfungsi untuk menghambat perkembangan parasit.
DAFTAR PUSTAKA
Diani (1995) dalam Prasetya et al. (2004). Parasitologi Ikan. Modul Pembelajaran Berbasis Student Center Learning (SCL). Universitas Hasanudin. Makasar. 126 Hal.
Khairul et al. 2008. Metode Diagnosa dan Epidemilogi Penyakit Ikan oleh Crustacea dan Protozoa Parasiter di dalam Lokakarya Pemberantasan Hama dan Penyakit Ikan. Bogor: Direktorat Jenderal Perikanan, Lembaga Penelitian Perikanan Darat. 20 halaman.
Mumyls. 2009. Penyakit Pada Ikan. http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/j-kim-vol3-no1 oka%20ap.pdf/13/april/2011 . 25 hal.
Purwakusuma, Wahyu. 2007, Filter Kimia. http://www.O-Fish/filterkimia.html. (02 desember 2013).
Zuraida. 2008. Pengendalian Penyakit Infeksi Ikan. Laboraratorium Kesehatan Ikan, Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan IPB, Bogor. 70 hal.
top related