tugas makalah kebijakan perdagangan internasional

Post on 23-Jun-2015

11.320 Views

Category:

Documents

8 Downloads

Preview:

Click to see full reader

DESCRIPTION

tugas makalah kebijakan perdagangan internasional

TRANSCRIPT

TUGAS MAKALAH

KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL

(EKONOMI INTERNASIONAL)

Di Susun oleh :

Catur Wahyuningsih (B11.2007.01257)

Desnita Berliana P (B11.2007.01262)

UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO

SEMARANG 2010

PENDAHULUAN

KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL

Kebijakan perdangangan internasional

Rangkaian tindakan yang akan diambil untuk mengatasi kesulitan atau masalah hubungan perdagangan internasional guna melindungi kepentingan nasional.

Tujuan kebijakan perdagangan internasional

1. Melindungi kepentingan ekonomi nasional dari pengaruh buruk atau negative dari situasi perdagangan internasional yang tidak baik.

2. Melindungi kepentingan industry di dalam negeri

3. Melindungi lapangan kerja

4. Menjaga keseimbangan BOP

5. Menjaga tingkat pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi

6. Menjaga stabilitas nilai tukar

Jenis Kebijakan internasional di bidang Impor

KuotaPembatasan jumlah barang yang diimpor suatu Negara

Akibatnya:

1. Naiknya harga barang impor dalam negri2. Mempertinggi daya saing produksi dalam negri dipasar dalam negri

3. Produksi dalam negri meningkat

Tarif bea masukMenaikkan tarif barang impor

Akibatnya:

1. Naiknya barang impor di pasar dalam negri2. Membatasi impor

3. Mempertinggi daya saing barang-barang dalam negri di pasar dalam negri

Larangan imporMelarang sama sekali produksi luar negri masuk ke dalam negri

Akibatnya:

1. Melindungi perusahan dalam negri dari kebangkrutan2. Menghindari/mengurai defisit neraca pembayaran

SubsidiPemerintah memberikan bantuan baik berupa barang maupun dana

Akibatnya:

1. Harga produksi dalam negri menjadi murah2. Mempertinggi daya saing produksi dalam negri di pasar dalam negri

Jenis Kebijakan internasional di bidang Ekspor

Premi

Tindakan pemerintah dengan membayar kelebihan harga untuk tiap unit hasil produksi atau tiap barang yang diekspor

Akibatnya:

Produksi dalam negri dapat bersaing di luar negri

 

Dumping

Menjual produksi dalam negri di luar negri lebih murah daripada dalam negri

Akibatnya:

1. Pemasaran lebih luas2. Menghabiskan stok barang

Politik dagang bebas

Pemerintah memberi kebebasan ekspor dan impor

Akibat:

1. Mutu barang tinggi

2. Harga relative murah

Larangan ekspor

Melarang ekspor ke luar negri untuk jenis barang tertentu

KASUS 1

Sebagai salah satu komoditas strategis di Indonesia, Industri gula nasional kini mendapat

perlindungan dan dukungan yang cukup memadai dari pemerintah Indonesia. Kebijakan-

kebijakan tersebut antara lain mencakup kebijakan tarif impor, kebijakan tataniaga impor, dan

dukungan terhadap program akselerasi pergulaan nasional. Untuk tarif impor, pemerintah tetap

mempertahankan kebijakan tarif impor gula sebesar Rp 700/kg. Kebijakan tataniaga impor

membatasi membatasi jumlah importir yaitu hanya importir produsen dan importir terdaftar.

Untuk program akselerasi, pemerintah menyediakan dana sekitar Rp 65miliar untuk tahun 2003.

Dari tiga kebijakan tersebut, kebijakan tataniaga impor yang tertuang dalam Kepmenperindag

No. 43/MPP/Kep/9/2002, tertanggal 23 September 2002 merupakan kebijakan yang paling

mendapat sorotan. Esensi dari kebijakan ini, disamping membatasi pelaku importir yaitu hanya

importir produsen dan importir terdaftar impor dapat dilakukan bila harga di tingkat petani

adalah minimal Rp 3100/kg. Kebijakan yang pada dasarnya membatasi penawaran gula impor

diharapkan dapat memberi dorongan pertumbuhan industry gula serta peningkatan dan sekaligus

stabilitas pendapatan petani tebu.

Evaluasi sementara menunjukkan bahwa kebijakan tersebut cukup efektif dalam

mencapai sasarannya. Kebijakan tersebut secara langsung telah meningkatkan harga gula

ditingkat petani. Kalau sebelum kebijakan tersebut diterapkan harga di tingkat petani jarang

diatas Rp 3100/kg; setelah kebijakan tersebut diterapkan harga di tingkat petani umumnya diatas

nilai tersebut, bahkan sering sudah mendekati Rp 3500/kg. Hasil analisis menunjukkan bahwa

dalam jangka panjang kebijakan tersebut akan mendorong perluasan areal tebu secara nasional

sekitar 8.21% lebih tinggi bila dibandingkan dengan tanpa kebijakan tersebut. Hal yang sama

berlaku juga terhadap produksi yang diperkirakan akan menjadi sekitar 7.23% lebih tinggi bila

dibandingkan dengan tanpa kebijakan tersebut. Kebijakan tersebut diperkirakan menyebabkan

impor menjadi lebih rendah sekitar 7.35%.

Di balik dampak positifnya, kebijakan tersebut mempunyai sisi-sisi kelemahan. Seperti

disebutkan oleh Erwidodo (2003), kebijakan tersebut dapat menciptakan strukur pasar yang

mengarah pada pasar monopolistik bila terbentuk sejenis kartel, mengingat jumlah importir

terdaftar sampai saat ini hanya empat importir. Oleh beberapa kalangan, situsi ini dinilai telah

melanggar UU Persaingan Usaha. Kedua, kebijakan ini akan menyuburkan prilaku pemburu

rente ekonomi. Lonjakan harga gula di dalam negeri yang pernah terjadi pada periode Januari-

April 2003, merupakan indiaktor dari kelemahan kebijakan tersebut.

Salah satu alterantif kebijakan untuk mengatasi masalah tersebut adalah mencari

alternatif kebijakan impor gula yang lebih tepat. Terkait dengan upaya ini, tariff-rate quota(TRQ)

dapat menjadi salah satu alternatif untuk di pertimbangkan. Kebijakan TRQ pada dasarnya

mengenakan tarif rendah sampai dengan volume impor tertentu. Di atas volume impor tesebut,

tarif impor yang dikenakan biasanya jauh lebih tinggi (tarif tinggi). Beberapa negara telah

menerapkan kebijakan tersebut sebagai bentuk kompromi untuk melindungi industri gula dalam

negeri dan konsemen, termasuk industri yang menggunakan gula sebagai bahan baku. Kebijakan

ini merupakan salah satu kebijakan yang paling banyak diterapkan oleh negara-negara yang

berperan penting dalam perdagangan gula, seperti EropaBarat, Amerika, dan China. Di samping

itu, kebijakan ini masih sejalan dengan komitmen yang berkaitan dengan WTO.

Sebagai ilustrasi dapat dilihat bagaimana Amerika menggunakan TRQ untuk

mengandalikan pasokan gula di pasar domestick. Untuk volume impor sampai dengan 1.3 juta

ton pada tahun 2003 (berubah-ubah tiap tahun), Amerika mengenakan tarif impor sebesar US$c

0.625/pound. Di atas volume tersebut, tarif impor yang dikenakan adalah US$c15.36/pound.

Implikasi dari kebijakan ini adalah bahwa Amerika secara tidak langsung membatasi impor

hanya sampai dengan 1.3 juta ton untuk tahun 2003. Kebijakan ini terbukti efektif untuk

mengendalikan pasokan gula di pasar dalam negeri Amerika.

Salah satu kelebihan TRQ dibandingkan dengan kebijakan tata niaga impor adalah

bahwa TRQ tidak perlu membatasi pelaku impor, sehingga TRQ diharapkan dapat menciptakan

persiangan yang sehat dan tidak menyalahi UU Persaingan Usaha. Yang perlu dibatasi atau

dihitung secara cermat adalah adalah batas volume impor yang dikenakan tariff rendah.Untuk

Indonesia, volume TRQ dapat ditentukan dengan memperhatikan kemampuan produksi gula

secara nasional dan ditetapkan setiap tahun.Sebagai contoh,Untuk 3-5 tahun mendatang, TRQ

sekitar 1.5 jua ton dapat menjadi salah satu pilihan.

Tingkat tarif impor rendah dan tarif impor tinggi perlu mempertimbangkan beberapa

aspek/faktor pergulaan nasional, terutama yang berkaitan dengan aspek sosial dan ekonomi.

Untuk tarif rendah, beberapa faktor penting yang perlu dipertimbangkan antara lain target harga

yang wajar untuk petani dan konsumen dan kecendrungan perkembangan harga dipasar

internasional. Makin tinggi target harga di tingkat petani, makin tinggi tingkat tariff rendah. Di

sisi lain, tarif impor tinggi seyogyanya mampu melindungi pasar domestik dari lonjakan impor

sebagai akibat harga gula di pasar internasional yang sangat distortif. Untuk Indonesia, tarif

impor tngigi yang dapat diterapka adalah 95%, sesuai dengan komitmen yang tertuang dalam

Putaran Uruguay.

PENUTUP

Dapat disimpulkan bahwa bebagai kebijakan pergulaan nasional yang diterapkan

pemerintah sudah cukup memberi perlindungan dan kondisi yang kondusif untuk perkembangan

pergulaan nasional. Namun demikian, kebijakan tersebut masih memiliki sisi-sisi kelemahan yag

harus diperbaiki. Dalam hal ini, TRQ merupakan salah satu alternatif kebijakan yang perlu

dipertimbangkan. Untuk dapat diterapkan, kebijakan TRQ tentu memerlukan pengkajian/analisis

yang komprehensif baik pada sisiteoritis, emperis, maupun praktis. Yang terpenting, upaya-

upaya untuk mencari kebijakan terbaik bagi perkembangan pergulaan nasional harus terus-

menerus dilakukan, sehingga Industri gula nasional dapat berkembang secara dinamis dan

antisipatif bagi ksejahteraan masyarakatan pergulaan dan mampu memeberi kontribusi dalam

mewujudkan tujuan pembangunan nasional.

top related