penerapan kebijakan perdagangan internasional … · kebijakan perdagangan internasional di uni...

89
PENERAPAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL DI UNI EROPA DAN PENGARUHNYA TERHADAP EKSPOR UDANG INDONESIA SKRIPSI SAMUEL CHRISTIAN NABABAN H34080123 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

Upload: danghuong

Post on 05-Mar-2019

255 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENERAPAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL … · Kebijakan Perdagangan Internasional di Uni Eropa dan Pengaruhnya Terhadap Ekspor Udang Indonesia” adalah karya saya sendiri

PENERAPAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN

INTERNASIONAL DI UNI EROPA DAN PENGARUHNYA

TERHADAP EKSPOR UDANG INDONESIA

SKRIPSI

SAMUEL CHRISTIAN NABABAN

H34080123

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2012

Page 2: PENERAPAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL … · Kebijakan Perdagangan Internasional di Uni Eropa dan Pengaruhnya Terhadap Ekspor Udang Indonesia” adalah karya saya sendiri

ii

RINGKASAN

SAMUEL CHRISTIAN NABABAN. Penerapan Kebijakan Perdagangan

Internasional di Uni Eropa dan Pengaruhnya Terhadap Ekspor Udang

Indonesia. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen,

Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan ANDRIYONO KILAT ADHI).

Udang sebagai salah satu komoditas utama ekspor perikanan Indonesia

telah memberikan kontribusi paling besar dibandingkan dengan hasil sumberdaya

laut lainnya. Meskipun jumlah eskpor udang Indonesia masih tergolong fluktuatif,

namun udang tetap menjadi salah satu komoditas andalan ekspor perikanan

Indonesia. Dalam perdagangan yang telah dilakukan, banyak negara-negara

importir memberikan batasan dan aturan yang pada dasarnya untuk melindungi

konsumen dari setiap komoditas yang akan diimpor. Uni Eropa sebagai salah satu

impotir terbesar dunia akan produk udang memiliki pola perdagangan yang jauh

lebih kompleks dan rumit jika dibandingkan dengan Jepang dan Amerika Serikat.

Tujuan penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi kebijakan perdagangan di Uni

Eropa yang menghambat kinerja ekspor udang Indonesia, (2) menganalisis kasus

notification oleh European-RASFF terhadap produk ekspor udang Indonesia atas

kebijakan yang ditetapkan Uni Eropa, dan (3) mendeskripsikan kebijakan

pemerintah dalam penanganan kebijakan yang ditetapkan Uni Eropa untuk

meningkatkan kinerja ekspor udang Indonesia. Kajian penelitian ini dilakukan

menggunakan data sekunder dalam skala nasional dan internasional dengan

menggunakan metode analisis kualitatif deskriptif. Kajian terhadap ekspor udang

Indonesia dilakukan dengan memperbandingkan kontribusi ekspor udang

Indonesia ketiga negara tujuan utama ekspor. Tahun 2005-2011 menunjukkan

perbedaan kontribusi ekspor udang Indonesia di ketiga pasar utama, yaitu: Jepang,

Amerika Serikat, dan Uni Eropa. Pada periode tersebut ekspor udang Indonesia di

Amerika Serikat memberikan trend peningkatan yang baik, berbeda dengan

Jepang dan Uni Eropa yang perlahan mengalami penurunan. Hasil kajian dari

tahun 2006 menggambarkan kinerja ekspor udang Indonesia ke Uni Eropa

mengalami penurunan yaitu dari 31,016 ton pada tahun 2006 menjadi 13,383 ton

pada tahun 2010.

Indonesia sebagai salah satu eksportir utama udang ke Uni Eropa

diberikan kebijakan-kebijakan khusus terkait Sanitary and Phytosanitary (SPS)

dan Technical Barrier to Trade (TBT) yang penerapannya dapat dikelompokkan

menjadi tarif, nontarif, dan administratif. Berdasarkan analisis deskriptif, tarif

yang ditetapkan Uni Eropa bagi produk udang Indonesia tergolong tinggi jika

dibandingkan dengan negara tujuan ekspor lainnya yang pada umumnya

menetapkan tarif free. Penerapan tarif yang diberikan Uni Eropa tidaklah adil bagi

Indonesia dan sangat diskriminatif. Indonesia perlu melakukan trade creation

antara Indonesia dengan Uni Eropa yang nantinya akan memberikan produk

ekspor perikanan Indonesia yang masuk ke Uni Eropa dikenakan tarif yang

berbeda dengan negara-negara di luar kerja sama antara Indonesia dan Uni Eropa.

Kebijakan nontarif dan administratif yang memberatkan Indonesia untuk

meningkatkan nilai ekspor produk perikanannya ke Uni Eropa adalah CD

2010/220 dan catch certification untuk perikanan tangkap. Adanya ketetapan zero

tolerance dari Uni Eropa perlu dicermati dan diadopsi sebagai standar mutlak bagi

Page 3: PENERAPAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL … · Kebijakan Perdagangan Internasional di Uni Eropa dan Pengaruhnya Terhadap Ekspor Udang Indonesia” adalah karya saya sendiri

iii

pelaku eksportir udang di Indonesia dengan penanganan intensif setiap tahapan

dalam budidaya udang baik di tingkat petambak/pembudidaya hingga unit

pengolah yaitu dengan melakukan farm registration, farm inspection, feed quality

control, farm monitoring, dan raw materials control.

Melalui data kasus notification selama tahun 2004-2011, tercatat bahwa

Indonesia mengalami kasus notification dari European-RASFF sebanyak 149

kasus dengan 169 alasan penolakan untuk produk ikan dan 34 kasus dengan 37

alasan penolakan untuk produk udang. Notification yang diterima oleh Indonesia

adalah karena melebihi batas kandungan maksimum logam berat dan histamin

untuk produk ikan dan mengandung antibiotik untuk produk udang.

Perkembangan kasus penolakan produk perikanan khususnya udang yang dialami

Indonesia sudah mengalami penurunan setiap tahunnya. Produk udang dari tahun

2009-2011 sudah tidak terdeteksi lagi adanya kandungan antibotik

Menurunnya kasus penolakan produk perikanan di Uni Eropa dalam lima

tahun terakhir telah menunjukkan kinerja yang baik bagi pelaku eksportir dalam

memenuhi persyaratan yang diterapkan oleh Komisi Eropa. Hal ini juga tidak

terlepas dari peran pemerintah yang juga menerapkan kebijakan dan peraturan

dalam merespon setiap regulasi ataupun peraturan yang ditetapkan Uni Eropa.

Penetapan peraturan tambahan dalam peningkatan mutu dan keamanan hasil

perikanan Indonesia oleh Menteri Kelautan dan Perikanan terutama mengenai

Organisasi dan Tata Kerja Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan

diharapkan dapat melakukan pembinaan yang baik terhadap seluruh stakeholder

melaui BKIPM sebagai Competent Authority. Selain itu, penetapan mekanisme

pelaksanaan NRCP (National Residu Control Plan) yang dikeluarkan oleh

Direktorat Kesehatan Ikan dan Lingkungan dalam rangka memenuhi

pemberlakuan ketentuan zero tolerance telah menunjukkan progres yang baik. Hal

ini terbukti tidak ditemukan lagi adanya kandungan antibiotik terlarang seperti

chloramphenicol dan nitrofuran oleh European-RASFF terhadap komoditas

udang asal Indonesia. Kondisi ini diharapkan dapat dipertahankan, sehingga pada

tahun selanjutnya volume ekspor udang Indonesia dapat memenuhi target yang

sudah ditetapkan.

Page 4: PENERAPAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL … · Kebijakan Perdagangan Internasional di Uni Eropa dan Pengaruhnya Terhadap Ekspor Udang Indonesia” adalah karya saya sendiri

iv

PENERAPAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN

INTERNASIONAL DI UNI EROPA DAN PENGARUHNYA

TERHADAP EKSPOR UDANG INDONESIA

SAMUEL CHRISTIAN NABABAN

H34080123

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2012

Page 5: PENERAPAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL … · Kebijakan Perdagangan Internasional di Uni Eropa dan Pengaruhnya Terhadap Ekspor Udang Indonesia” adalah karya saya sendiri

v

Judul Skripsi : Penerapan Kebijakan Perdagangan Internasional di Uni Eropa

dan Pengaruhnya Terhadap Ekspor Udang Indonesia

Nama : Samuel Christian Nababan

NIM : H34080123

Menyetujui,

Pembimbing

Dr. Ir. Andriyono Kilat Adhi

NIP. 19600611 198403 1002

Mengetahui,

Ketua Departemen Agribisnis

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS

NIP. 19580908 198403 1002

Tanggal Lulus:

Page 6: PENERAPAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL … · Kebijakan Perdagangan Internasional di Uni Eropa dan Pengaruhnya Terhadap Ekspor Udang Indonesia” adalah karya saya sendiri

vi

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Penerapan

Kebijakan Perdagangan Internasional di Uni Eropa dan Pengaruhnya Terhadap

Ekspor Udang Indonesia” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam

bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal

atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam

teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Juli 2012

Samuel Christian Nababan

H34080123

Page 7: PENERAPAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL … · Kebijakan Perdagangan Internasional di Uni Eropa dan Pengaruhnya Terhadap Ekspor Udang Indonesia” adalah karya saya sendiri

vii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 29 Oktober 1990. Penulis anak

kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Sebulon Nababan dan Ibunda Ria

Nellyta Hutajulu. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Antonious VI

Medan pada tahun 2002 dan pendidikan menengah pertama pada tahun 2005 di

SLTP Santa Maria Medan. Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Medan

dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Seleksi Nasional

Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) pada Departemen Agribisnis,

Fakultas Ekonomi dan Manajemen.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam Komisi Pelayanan

Siswa Unit Kegiatan Mahasiswa Persekutuan Mahasiswa Kristen IPB (KPS UKM

PMK IPB) dan terlibat melayani di SMPN 11 Bogor dan Persekutuan Siswa

Kristen Bogor (PSKB). Penulis juga pernah diberi tanggung jawab menjadi

pengurus bidang pelayanan KPS tahun 2010-2011 dan di bidang pelayanan BPH

UKM PMK IPB tahun 2011.

Penulis menjadi Asisten Mata Kuliah Agama Kristen Protestan mahasiswa

TPB IPB pada tahun ajaran 2009/2010 dan juga menjadi Guru Pendidikan Agama

Kristen di SMA Negeri 8 Bogor tahun ajaran 2010/2011 dibawah koordinasi

Bimas Kristen Kementerian Agama Kota Bogor. Tahun 2009-2011 penulis pernah

terlibat aktif dalam Paduan Suara Mahasiswa IPB Agriaswara dan Psalterio

Singers GKI Pengadilan Bogor dalam mengikuti berbagai konser serta kompetisi.

Penulis juga mengikuti beberapa kepanitiaan, diantaranya Panita Kebaktian Awal

Tahun Ajaran tahun 2009, Retreat Angkatan Mahasiswa Baru Tahun 2009/2010,

Kamp Pembimbing Siswa KPS PMK IPB Tahun 2010, Kamp Siswa Kristen

Bogor Tahun 2011, dan Panitia Lustrum VI KPS PMK IPB Tahun 2012.

Page 8: PENERAPAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL … · Kebijakan Perdagangan Internasional di Uni Eropa dan Pengaruhnya Terhadap Ekspor Udang Indonesia” adalah karya saya sendiri

viii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat,

penyertaan, dan kasih setia-Nya yang melimpah sehingga penulis dapat

mengakhiri masa perkuliahan dan menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Penerapan Kebijakan Perdagangan Internasional di Uni Eropa dan Pengaruhnya

Terhadap Ekspor Udang Indonesia”. Skripsi ini ditulis selain untuk memenuhi

persyaratan penyelesaian Program Sarjana Departemen Agribisnis pada Fakultas

Ekonomi dan Manajemen, juga untuk meningkatkan kemampuan penulis dalam

menganalisis kinerja ekspor perikanan Indonesia khususnya komoditas udang

dalam menghadapi kebijakan yang diterapkan oleh Uni Eropa.

Melalui pembelajaran selama menyelesaikan skirpsi ini, penulis berharap

tulisan ini dapat bermanfaat bagi para pelaku eksportir, masyarakat, pemerintah,

dan para peneliti, khususnya yang berada di perguruan tinggi untuk terus berjuang

menghasilkan penelitian dan analisis dalam pembangunan bangsa melalui

pengelolaan sumberdaya yang baik dan berkelanjutan.

Bogor, Juli 2012

Samuel Christian Nababan

\

Page 9: PENERAPAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL … · Kebijakan Perdagangan Internasional di Uni Eropa dan Pengaruhnya Terhadap Ekspor Udang Indonesia” adalah karya saya sendiri

ix

UCAPAN TERIMA KASIH

Penyelesaian skripsi dan masa perkuliahan ini juga tidak terlepas dari keterlibatan

berbagai pihak telah membantu ataupun mengisi kehidupan penulis selama berada

di kampus IPB. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa,

penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. Andriyono Kilat Adhi selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

memberikan bimbingan, motivasi, arahan, kesabaran, dan teladan kepada

penulis selama penyusunan skripsi ini.

2. Ir. Popong Nurhayati, M.M. yang telah menjadi pembimbing akademik dan

seluruh dosen serta staf Departemen Agribisnis yang telah memberikan ilmu

selama penulis mengikuti perkuliahan.

3. Ir. Suharno, M.Adev. selaku dosen penguji utama atas kesediannya menguji

penelitian penulis serta memberikan arahan, pencerahan, dan saran untuk

membangun penulis.

4. Dra. Yusalina, M.Si. selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan yang

telah memberikan masukan dan saran bagi penelitian penulis.

5. Keluarga Terkasih, Bapak Sebulon Nababan, Mama Ria Hutajulu, Abang

Imanuel Caesar F. Nababan, dan Adik Sylvia R.A. Nababan atas damai dan

sukacita yang telah dibangun dalam keluarga. Segala doa, kebersamaan,

semangat, dan kasih sayang sangat berarti bagi penulis dalam menjalani

perkuliahan dan penyelesaian skripsi ini.

6. Ibu Riama Sianipar yang telah menghantarkan penulis bertemu dengan staf di

Direktorat Pemasaran Luar Negeri, P2HP Kementerian Kelautan dan

Perikanan.

7. Staf Direktorat P2HP, KKP: Bapak Gosen Sitanggang, Bapak Jaya Wijaya,

Bapak Helwijaya Marpaung, Bapak Tri Arga Wikandono, dan Bapak

Yustinus Edy Pramono atas kesediaannya untuk diwawancari serta berdiskusi

langsung terkait penelitian penulis.

8. Meiada Prabawani, seseorang yang turut hadir dalam doa dan mendoakan

penulis. Terima kasih untuk persahabatan, sharing hidup, kasih sayang,

dukungan, dan pengertiannya dalam memahami pikiran, perilaku, dan

prinsip-prinsip penulis.

Page 10: PENERAPAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL … · Kebijakan Perdagangan Internasional di Uni Eropa dan Pengaruhnya Terhadap Ekspor Udang Indonesia” adalah karya saya sendiri

x

9. Seluruh teman seperjuangan di AGB angkatan 45 yang pernah menjadi teman

satu kelompok mengerjakan tugas, diskusi, dan aktivitas lainnya. Khususnya

kepada Liber, Yulius, Andreas, Greff, Sherly, Vonika, Eva, dan Pitta atas

kebersamaan yang telah dibangun selama perkuliahan.

10. Teman-teman satu bimbingan skripsi: Andi Facino, Dinda Puti, dan

Marosimy Millaty melalui kerja keras, perjuangan, dan semangat yang sangat

berarti.

11. Rekan kerja Gladikarya Desa Cibolangkaler, Kab. Sukabumi: Teresa, Tami,

Andika, dan Tia Anis atas kerjasama selama berada di desa melalui diskusi,

debat, kebersamaan, dan perselisihan. Semuanya telah membangun penulis

dalam melihat kehidupan di masyarakat.

12. Teman-teman KTB Nehemia: Bang Jose, Steward, dan Tunggul atas teladan,

PA bersama, sukacita, gaya hidup, dan segenap doa yang sangat berarti.

Adik-adik Kelompok Kecil Onesiforus: Kadek, Bina, dan Pahlevi yang juga

terus berjuang bersama dalam sekolah pemuridan. Adik-adik KPD Faithful di

KPS: Flora, Ramadanita, dan Herianto atas kebersamaan bertumbuh

mengenal pelayanan KPS.

13. Rekan sekerja di BPH PMK: Steward, Citra, Lia, dan Vonika atas sharing

hidup, kerendahan hati, kebersamaan, pertolongan, doa, dan perjuangan

dalam menjalankan amanah.

14. Seluruh keluarga besar Komisi Pelayanan Siswa PMK IPB. Tim Eleveners:

Arni Novriana Sijabat, Christian S, Indah Alsita, Tommy, Sandy, dan Putri

yang berjuang bersama menjangkau siswa-siswi di SMPN11. Tim PSKB,

khususnya: Anggresia dan Novrika yang juga telah menjadi rekan sekerja

sejak asistensi. AKPS 45 lainnya yang telah menjadi rekan penulis dalam

banyak kegiatan.

15. Teman-teman kontrakan Bapa House: Handrio, Tunggul, Hisar, Ranto,

Agung, Rodex, Joen, dan Alex atas kebersamaan yang telah dibangun.

Bogor, Juli 2012

Samuel Christian Nababan

Page 11: PENERAPAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL … · Kebijakan Perdagangan Internasional di Uni Eropa dan Pengaruhnya Terhadap Ekspor Udang Indonesia” adalah karya saya sendiri

xi

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ................................................................................ xiii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................ xiv

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ xv

I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ......................................................................... 1

1.2. Perumusan Masalah ................................................................. 6

1.3. Tujuan Penelitian ..................................................................... 8

1.4. Manfaat Penelitian ................................................................... 9

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................... 9

II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 10

2.1. Komoditas Udang di Pasaran Internasional ............................. 10

2.2. Uni Eropa ................................................................................. 12

2.3. Hasil Penelitian Terdahulu ...................................................... 14

2.3.1. Penelitian Mengenai Komoditas Udang ....................... 14

2.3.2. Penelitian Mengenai Kebijakan Perdagangan ............... 15

2.3.3. Keterkaitan dengan Peneltian Terdahulu ...................... 16

III KERANGKA PEMIKIRAN ........................................................ 18

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ................................................... 18

3.1.1. Teori Perdagangan Internasional................................... 18

3.1.2. Kebijakan Perdagangan ................................................. 20

3.1.3. Analisis Kebijakan ........................................................ 23

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ............................................ 23

IV METODE PENELITIAN ............................................................. 26

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................... 26

4.2. Desain Penelitian ..................................................................... 26

4.3. Data dan Instrumentasi ............................................................ 26

4.4. Metode Pengumpulan Data ..................................................... 27

4.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data .................................... 28

4.5.1. Metode Pengolahan Data .............................................. 28

4.5.2. Analisis Data Kualitatif ................................................. 28

V GAMBARAN UMUM EKSPOR UDANG INDONESIA .......... 30

5.1. Perdagangan Internasional Hasil Perikanan ............................ 30

5.2. Perkembangan Ekspor Produk Perikanan Indonesia ............... 32

5.3. Perkembangan Ekspor Udang Indonesia ................................. 34

5.3.1. Perkembangan Ekspor Udang Indonesia di

Pasar Internasional ........................................................ 34

5.3.2. Perkembangan Ekspor Udang Indonesia ke Uni Eropa 36

Page 12: PENERAPAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL … · Kebijakan Perdagangan Internasional di Uni Eropa dan Pengaruhnya Terhadap Ekspor Udang Indonesia” adalah karya saya sendiri

xii

VI PENERAPAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN DI UNI EROPA

DAN PENGARUHNYA TERHADAP EKSPOR

UDANG INDONESIA .................................................................. 38

6.1. Kebijakan Perdagangan Internasional ..................................... 38

6.1.1. Penerapan Kebijakan Hambatan Tarif di Uni Eropa..... 39

6.1.2. Penerapan Kebijakan Hambatan Nontarif di

Uni Eropa ...................................................................... 43

6.1.3. Penerapan Kebijakan Adminstratif di Uni Eropa ......... 50

6.2. Analisis Kasus Penolakan Ekspor Udang di Uni Eropa .......... 53

6.3. Kebijakan Pengembangan Ekspor Hasil Perikanan Indonesia 59

VII KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 63

7.1. Kesimpulan .............................................................................. 63

7.2. Saran ........................................................................................ 64

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 65

LAMPIRAN ......................................................................................... 69

Page 13: PENERAPAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL … · Kebijakan Perdagangan Internasional di Uni Eropa dan Pengaruhnya Terhadap Ekspor Udang Indonesia” adalah karya saya sendiri

xiii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Pendapatan Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan

Tahun 2000 Menurut Lapangan UsahaTahun 2006-2010 .............. 1

2. Jumlah Ekspor Hasil Perikanan Indonesia Menurut Komoditas

Utama Tahun 2007-2011 ............................................................... 2

3. Target Ekspor Hasil Perikanan Berdasarkan Komoditas Utama

Tahun 2012-2014 ............................................................................ 4

4. Kebutuhan Impor Udang Jepang, Amerika Serikat, dan

Uni Eropa Tahun 2000-2008 ......................................................... 5

5. Kontribusi Ekspor Udang Indonesia Terhadap Kebutuhan

Impor Jepang, Amerika Serikat, dan Uni Eropa

Tahun 2002 – 2008 ......................................................................... 6

6. Negara-Negara Anggota Uni Eropa ............................................... 13

7. Perincian Sumber Data Penelitian .................................................. 27

8. Nilai Ekpor Perikanan Dunia Tahun 2007-2010 ............................ 30

9. Nilai Impor Perikanan Dunia Tahun 2007-2010 ............................ 31

10. Tarif Bea Masuk Komoditas Udang di Uni Eropa,

Amerika Serikat, dan Jepang Tahun 2011 ...................................... 40

11. Inventarisasi Kebijakan Nontarif Uni Eropa yang

Berpengaruh Terhadap Produk Ekspor Udang Indonesia .............. 44

Page 14: PENERAPAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL … · Kebijakan Perdagangan Internasional di Uni Eropa dan Pengaruhnya Terhadap Ekspor Udang Indonesia” adalah karya saya sendiri

xiv

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Alur Kerangka Pemikiran Penerapan Kebijakan Perdagangan

Internasional di Uni Eropa dan Pengaruhnya Terhadap Ekspor

Udang Indonesia ............................................................................ 25

2. Grafik Perkembangan Ekspor Perikanan Indonesia

Tahun 2001-2011 ............................................................................ 32

3. Share Ekspor Perikanan Indonesia Tahun 2010

per Kelompok Komoditas ............................................................... 34

4. Kontribusi Ekspor Udang Indonesia Menurut Pasar Utama

Tahun 2005-2011 ............................................................................ 35

5. Perkembangan Ekspor Udang Indonesia ke Uni Eropa

Tahun 2000-2011 ............................................................................ 36

6. Perkembangan Jumlah Kasus Produk Ikan dan Udang yang

Menerima Notification dari European-RASFF

Tahun 2004-2011 ............................................................................ 54

7. Perkembangan Jumlah Alasan Kasus Produk Ikan yang

Menerima Notification dari European-RASFF

Tahun 2004-2011 ............................................................................ 55

8. Perkembangan Jumlah Alasan Kasus Produk Udang yang

Menerima Notification dari European-RASFF

Tahun 2004-2011 ............................................................................ 57

Page 15: PENERAPAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL … · Kebijakan Perdagangan Internasional di Uni Eropa dan Pengaruhnya Terhadap Ekspor Udang Indonesia” adalah karya saya sendiri

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Prosedur Ekspor Barang Secara Umum ....................................... 70

2. Alur Prosedur Ekspor Hasil Perikanan ........................................ 71

3. Dokumen dalam Perdagangan Internasional Hasil Perikanan ..... 72

Page 16: PENERAPAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL … · Kebijakan Perdagangan Internasional di Uni Eropa dan Pengaruhnya Terhadap Ekspor Udang Indonesia” adalah karya saya sendiri

I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki potensi yang cukup

besar di bidang perikanan, terutama karena memiliki luas perairan mencapai 5,8

juta km2 atau sama dengan 2/3 dari luas wilayah Indonesia

1. Berdasarkan luas

perairan yang meliputi 2/3 bagian dari total luas wilayahnya, Indonesia memiliki

potensi hasil perikanan yang melimpah baik perikanan tangkap maupun perikanan

budidaya. Dengan demikian, Indonesia dapat menjadi salah satu negara yang

dapat merajai bisnis perikanan dunia. Adanya keunggulan tersebut membuat

Indonesia memiliki peluang yang besar untuk terus melakukan ekspansi

perdagangan produk hasil perikanan di pasar dunia.

Berdasarkan data statistik Indonesia, sektor perikanan telah memberikan

kontribusi terhadap total Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar Rp 199.219,00

miliar pada tahun 2010. Secara terperinci, potensi sektor perikanan di dalam

perekonomian nasional dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Pendapatan Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000

Menurut Lapangan Usaha Tahun 2006-2010

Lapangan

Usaha

Kontribusi Terhadap PDB (Miliar Rupiah)

2006 2007 2008 2009 2010

Tanaman

Pangan 214.346,3 265.090,9 347.871,70 419.194,8 483.521,1

Perkebunan 63.401,4 81.595,5 106.186,40 11.423,1 135.258,1

Peternakan 51.074,7 61.325,2 82.835,40 104.883,9 119.094,9

Kehutanan 30.065,7 35.883,7 39.992,10 45.119,6 48.050,5

Perikanan 74.335,7 97.697,3 136.435,80 176.620,0 199.219,0

Total PDB 3.339.216,8 3.950.893 4.948.688,4 5.603.871,2 6.422.918,2

Sumber: BPS (2011)

Pada Tabel 1, kontribusi subsektor perikanan menempati urutan kedua

setelah subsektor tanaman pangan. Sumbangan sektor perikanan terhadap nilai

PDB menunjukkan nilai yang terus meningkat selama selang periode tahun 2006

hingga 2010. Trend PDB subsektor perikanan yang semakin meningkat ini

1 (http://www.mgi.esdm.go.id). Morfologi Dasar Laut Indonesia. Diakses tanggal 10

April 2012.

Page 17: PENERAPAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL … · Kebijakan Perdagangan Internasional di Uni Eropa dan Pengaruhnya Terhadap Ekspor Udang Indonesia” adalah karya saya sendiri

2

menunjukkan prospek yang sangat menjanjikan bagi Indonesia dan seluruh

stakeholder yang terlibat dalam kegiatan agribisnis perikanan.

Menurut Suryawati (2007), produksi perikanan Indonesia telah mengalami

kenaikan yang cukup pesat. Pertumbuhan produksi tersebut mencapai 6,87

persen/tahun pada periode 1977-1988, 8,25 persen/tahun pada periode 1988-1995,

3,72 persen/tahun pada periode 1995-1998, dan 4,35 persen/tahun pada periode

1998-2003. Pada semua periode, pertumbuhan tinggi yang terjadi di sebagian

besar produksi merupakan hasil kontribusi perikanan tangkap laut yang berperan

sangat dominan pada perikanan Indonesia.

Ikan dan produk perikanan lainnya merupakan komoditas perdagangan

yang sangat prospektif. Pada tahun 2007, total ekspor produk perikanan tangkap

dunia telah mencapai 90.063.851 ton, dan telah terjadi peningkatan rata-rata

sebesar 0,54 persen apabila dibandingkan dengan tahun 2003. Sedangkan total

produksi perikanan budidaya dunia telah mencapai 50.329.007 ton dengan

kenaikan rata-rata sebesar 6,65 persen jika dibandingkan dengan total produksi

tahun 2003. Indonesia sebagai negara yang kaya akan sumberdaya perikanan,

pada tahun 2007 berada di peringkat ketiga untuk perikanan tangkap dunia setelah

China dan Peru. (DKP, 2009).

Tanpa mengabaikan upaya pemenuhan kebutuhan domestik, produksi

perikanan Indonesia, terutama untuk komoditas bernilai tinggi, didorong untuk

memasok keperluan ekspor. Total ekspor produk perikanan Indonesia pada tahun

2007-2011 dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah Ekspor Hasil Perikanan Indonesia Menurut Komoditas Utama

Tahun 2007-2011

Komoditas Tahun (ton)

2007 2008 2009 2010 2011

Udang 157.545 170.583 150.989 145.092 158,062

Tuna, Cakalang 121.316 130.056 131.550 122.450 141,774

Ikan lainnya 393.679 424.401 430.513 622.932 618,294

Kepiting 21.510 20.713 18.673 21.537 23,089

Lainnya 160.279 165.923 149.688 191.564 218,130

Sumber: KKP (2012)

Tabel 2 menunjukkan bahwa ekspor produk perikanan Indonesia

cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya. Seluruh komoditas unggulan

Page 18: PENERAPAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL … · Kebijakan Perdagangan Internasional di Uni Eropa dan Pengaruhnya Terhadap Ekspor Udang Indonesia” adalah karya saya sendiri

3

sektor perikanan Indonesia antara lain adalah udang, ikan tuna, cakalang, tongkol,

rumput laut, ikan hias, dan lain sebagainya memiliki potensi yang besar untuk

diperdagangkan di pasar dunia dengan tujuan utama adalah Jepang, Amerika, dan

Uni Eropa. Pada Tabel 2 terlihat bahwa udang memiliki volume ekspor terbesar di

pasar dunia bila dibandingkan dengan hasil sumberdaya laut Indonesia lainnya.

Peningkatan ekspor yang terjadi tidak terlepas dari meningkatnya

konsumsi produk perikanan, karena adanya perubahan pola makan masyarakat

dunia dari red meat ke white meat. Hal ini berarti peluang terhadap peningkatan

ekspor komoditas perikanan semakin besar. Meskipun jumlah ekspor udang

Indonesia masih tergolong fluktuatif dan mengalami penurunan pada tahun 2009

dan 2010, namun udang tetap menjadi salah satu komoditas andalan ekspor

perikanan Indonesia. Fluktuasi ekspor udang Indonesia tersebut diduga karena

adanya persaingan yang cukup ketat dengan negara eksportir udang lainnya yang

diketahui memiliki teknologi, cara pengolahan, dan strategi pemasaran yang lebih

baik (Setiyorini, 2010).

Seiring dengan perkembangan dan kemajuan ilmu dan tekonologi

khususnya di bidang pangan, udang semakin akrab dengan para konsumen di

negara maju sebagai bahan pangan yang bergizi. Hal ini membuat harga udang di

pasar internasional sangat beragam. Keragaman harga ini bukan saja berkaitan

dengan ukuran, warna, tekstur, cita rasa, dan bentuk penyajian produknya, tetapi

juga berkaitan dengan preferensi konsumen dan negara asal udang tersebut.

Udang putih (white shrimps) yang berasal dari laut tropika di pasaran Amerika

Serikat dan Eropa memiliki harga yang lebih baik jika dibandingkan dengan

udang warna lain diperairan yang sama. Kuruma shrimps (Panaeus japonicus)

memiliki harga yang istimewa di pasar Jepang. Di pasaran Eropa, tiger shrimps

memiliki harga yang tinggi karena ukuran, tekstur daging, dan cita rasanya

banyak digemari oleh para konsumen di pasar yang bersangkutan (Murty, 1991).

Melihat besarnya potensi udang untuk terus diekspor ke dunia, Direktorat

Pemasaran Luar Negeri, Kementerian Kelautan dan Perikanan menetapkan jumlah

target nilai ekspor yang besar pada produk udang hingga tahun 2014. Secara

terperinci, jumlah target nilai ekspor produk hasil perikanan tahun 2012-2014

dapat dilihat pada Tabel 3.

Page 19: PENERAPAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL … · Kebijakan Perdagangan Internasional di Uni Eropa dan Pengaruhnya Terhadap Ekspor Udang Indonesia” adalah karya saya sendiri

4

Tabel 3. Target Ekspor Hasil Perikanan Berdasarkan Komoditas Utama Tahun

2012-2014

No Komoditas Nilai Ekspor (US$ 1000)

2012 2013 2014

1 Udang-Shrimp 1.327.954 1.812.891 2.042.576

2 Tuna/Cakalang-Tuna/Skipjack 481.742 540.135 714.256

3 Sarden Kaleng 44.944 46.332 62.787

4 Ikan Dasar (Kakap Merah,Putih,

Layur, dll)

818.744 827.788 1.029.043

5 Kerapu 239.235 242.124 302.428

6 Kepiting 262.001 333.424 318.289

7 Tilapia 21.607 21.868 27.314

8 Bandeng 4.358 4.411 5.509

9 Rumput Laut 125.465 125.951 126.097

10 Lainnya 300.842 303.398 372.190

TOTAL 3.600.000 4.200.000 5.000.000

Sumber: Direktorat Pemasaran Luar Negeri, KKP (2011)

Pada tahun 2011, target yang ditetapkan untuk nilai ekspor produk

perikanan sebesar US$ 3,2 miliar disambut dengan optimis oleh Kementerian

Kelautan dan Perikanan akan tercapai. Perhitungan dari Januari – Oktober 2011,

total nilai ekspor perikanan sudah mencapai US$ 2,8 miliar, sehingga target US$

3,2 miliar akan tercapai diakhir tahun 20112. Data saat ini ternyata menunjukkan

bahwa target tersebut telah tercapai. Tabel 3 menunjukkan bahwa udang

ditargetkan akan memperoleh nilai ekspor hasil perikanan yang paling besar dari

komoditas perikanan lainnya yaitu sebesar US$ 1.3 miliar pada tahun 2012 dan

terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini menunjukkan bahwa udang

tetap menjadi komoditas primadona hasil perikanan Indonesia untuk terus

ditingkatkan kinerja ekspornya, sehingga mampu memenuhi permintaan dunia

akan udang yang terus meningkat.

Oleh karena itu, menjadi hal yang sangat penting untuk melihat besarnya

peluang pasar yang dapat dipenuhi oleh Indonesia. Amerika Serikat, Jepang, dan

Uni Eropa merupakan pasar utama ekspor udang Indonesia. Ketiga negara tujuan

ekspor ini memiliki pola konsumsi yang berbeda akan udang, sehingga kebutuhan

2

(http://www.kkp.go.id). Ekspor Udang Ditargetkan Naik 100 persen. Diakses tanggal

09 Mei 2012.

Page 20: PENERAPAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL … · Kebijakan Perdagangan Internasional di Uni Eropa dan Pengaruhnya Terhadap Ekspor Udang Indonesia” adalah karya saya sendiri

5

impor tiga negara ini pun berbeda. Kebutuhan tiga negara tujuan ekspor terbesar

di dunia akan udang dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Kebutuhan Impor Udang Jepang, Amerika Serikat, dan Uni Eropa

Tahun 2002 – 2008

Tahun

Jepang Amerika Serikat Uni Eropa

Volume

(ribu ton)

Trend

(%)

Volume

(ribu ton)

Trend

(%)

Volume

(ribu ton)

Trend

(%)

2002 251,19 - 332,88 - 345,73 -

2003 235,49 -0,06 399,62 0,20 412,33 0,19

2004 244,21 0,04 396,96 -0,01 403,75 -0,02

2005 234,73 -0,04 397,38 0,00 433,60 0,07

2006 232,18 -0,01 420,31 0,06 490,08 0,13

2007 208,99 -0,10 417,30 -0,01 495,52 0,01

2008 198,52 -0,05 431,75 0,03 471,29 -0,05

Rata-rata

Pertumbuhan 229,33 -0,04 399,46 0,05 436,04 0,06

Sumber: BPS (2009), (diacu dalam Setiyorini 2010), (diolah)

Tabel 4 menunjukkan kebutuhan konsumsi akan udang di Jepang,

Amerika Serikat, dan Uni Eropa. Dari tahun 2002-2008, kebutuhan udang di

Jepang tidak mencapai 300 ribu ton, sedangkan di Amerika Serikat dan Uni Eropa

selalu berada diatas 300 ribu. Rata-rata pertumbuhan volume kebutuhan udang di

Amerika Serikat mencapai 399 ribu ton dengan kenaikan rata-rata sebesar 0,05

persen. Meskipun rata-rata peningkatan kebutuhan udang di Uni Eropa hanya

berbeda 0,01 persen dengan Amerika Serikat, namun dari Tabel 4 dapat dilihat

bahwa Uni Eropa memiliki kebutuhan udang yang lebih besar dibandingkan

Amerika Serikat dan Jepang. Setiap tahunnya, volume kebutuhan udang di Uni

Eropa selalu berada di atas Amerika Serikat dan Jepang. Ini menunjukkan bahwa

Uni Eropa telah menjadi pasar ekspor terbesar untuk komoditas udang.

Banyaknya kebutuhan impor udang di Uni Eropa selalu diupayakan untuk

terpenuhi seluruhnya melalui permintaan ke berbagai negara eksportir udang,

salah satunya Indonesia. Permintaan impor udang oleh Uni Eropa yang dapat

dipenuhi oleh Indonesia dapat dilihat pada Tabel 5.

Page 21: PENERAPAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL … · Kebijakan Perdagangan Internasional di Uni Eropa dan Pengaruhnya Terhadap Ekspor Udang Indonesia” adalah karya saya sendiri

6

Tabel 5. Kontribusi Ekspor Udang Indonesia Terhadap Kebutuhan Impor

Jepang, Amerika Serikat, dan Uni Eropa Tahun 2002 – 2008

Tahun

Jepang Amerika Serikat Uni Eropa

Volume

(ribu ton)

Trend

(%)

Volume

(ribu ton)

Trend

(%)

Volume

(ribu ton)

Trend

(%)

2002 59,62 - 16,84 - 16,11 -

2003 60,24 0,01 21,90 0,30 24,10 0,50

2004 49,28 -0,18 40,54 0,85 24,35 0,01

2005 48,05 -0,02 50,70 0,25 27,18 0,12

2006 50,58 0,05 61,24 0,21 35,23 0,30

2007 40,33 -0,20 60,40 -0,01 28,85 -0,18

2008 39,58 -0,02 80,48 0,33 26,83 -0,07

Rata-rata

Pertumbuhan 49,67 -0,06 47,44 0,32 26,09 0,11

Sumber: BPS (2009), (diacu dalam Setiyorini 2010), (diolah)

Tabel 5 menunjukkan kontribusi ekspor udang Indonesia terhadap

kebutuhan impor di tiga negara importir utama komoditas udang. Pemenuhan

kebutuhan impor udang di Uni Eropa memiliki rata-rata pertumbuhan sebesar 11

persen, namun kontribusi Indonesia terhadap kebutuhan udang di Uni Eropa

masih sangat kecil dibandingkan Jepang dan Amerika Serikat. Pemenuhan

kebutuhan di Uni Eropa dari udang asal Indonesia cenderung berada dibawah

30.000 ton, sehingga untuk mengatasi hal ini pada tahun 2012 ditargetkan ekspor

udang menjadi 300.000 ton3 untuk memenuhi kebutuhan dunia akan udang,

khususnya di Uni Eropa.

1.2. Perumusan Masalah

Sektor perikanan telah memberikan kontribusi yang besar terhadap PDB

Indonesia, dimana udang merupakan komoditas unggulan yang mempunyai nilai

ekspor terbesar dari nilai perdagangan dunia hasil perikanan. Bagi Indonesia,

udang merupakan komoditas ekspor andalan dan sumber perolehan devisa,

sehingga kinerja ekspor udang Indonesia perlu dikaji lebih dalam agar di masa

yang akan datang dapat memenuhi kebutuhan pasar dunia, khususnya di Uni

Eropa. Indonesia sebagai salah satu negara eksportir utama udang dunia telah

memiliki sumberdaya yang cukup untuk terus meningkatkan kinerja ekspornya.

Produksi udang Indonesia yang tergantung oleh luas lahan tambak dan laut telah

3

(http://www.bisnis.com). Ekspor Udang; Target Volume Naik Jadi 300.000 Ton.

Diakses tanggal 09 Mei 2012.

Page 22: PENERAPAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL … · Kebijakan Perdagangan Internasional di Uni Eropa dan Pengaruhnya Terhadap Ekspor Udang Indonesia” adalah karya saya sendiri

7

tercukupi, bahkan setiap tahunnya cenderung mengalami peningkatan

(Rakhmawan 2009).

Dewasa ini, dalam perdagangan internasional, banyak negara di dunia

telah memberikan pembatasan atas jenis dan jumlah komoditas udang yang dapat

diimpor negaranya. Pembatasan atas jenis ataupun jumlah yang dilakukan, pada

dasarnya untuk melindungi konsumen dari komoditas udang yang diimpor,

termasuk dari Indonesia. Atas pembatasan dan peraturan-peraturan yang

ditetapkan oleh negara importir, berbagai masalah pun muncul dalam

pengembangan ekspor udang Indonesia. Kegiatan perdagangan udang

internasional yang terjadi hingga saat ini sangat dinamis, karena negara-negara

importir memperhatikan kualitas, harga, jenis udang, dan faktor lainnya dalam

mengimpor udang. Selain itu, kebijakan udang internasional terkadang merugikan

salah satu negara eksportir dan menguntungkan negara eksportir yang lainnya.

Kondisi ini biasanya disebut dengan istilah diskriminasi baik berupa kebijakan

tarif atau nontarif.

Ketiga importir terbesar di dunia, yaitu Jepang, Amerika Serikat, dan Uni

Eropa memiliki pola konsumsi yang berbeda-beda. Selain itu, kebijakan dan

peraturan yang ditetapkan pun berbeda. Uni Eropa memiliki pola perdagangan

yang jauh lebih kompleks dan rumit jika dibandingkan pasar Jepang dan Amerika

Serikat. Perdagangan udang di Uni Eropa meliputi berbagai bangsa dan negara

yang ada di Eropa, hubungan tradisional antara satu negara Eropa dengan

pemasok tertentu dari suatu negara juga menentukan pola perdagangan udang

impor yang dianutnya (Murty, 1991).

Dikemukakan oleh Nugroho (2007) yang diacu dalam Painthe (2008),

terdapat masalah dalam pasar Uni Eropa yang sering dialami oleh eksportir dalam

memenuhi standar internasional, yaitu permasalahan yang berkaitan dengan

Sanitary and Phytosanitary (SPS), Technical Barrier to Trade (TBT), dan tarif.

Berkaitan dengan Sanitary and Phytosanitary (SPS) yaitu ketentuan mengenai

zero tolerance yang ditetapkan Uni Eropa, ternyata masih menjadi bahan

perdebatan di forum internasional mengingat sampai sekarang belum ada standar

internasional tentang batas ambang yang diperbolehkan (maximum residu limit)

terutama dari Codex Alimentarius. Dalam hal tarif, walaupun dalam KTM III

Page 23: PENERAPAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL … · Kebijakan Perdagangan Internasional di Uni Eropa dan Pengaruhnya Terhadap Ekspor Udang Indonesia” adalah karya saya sendiri

8

WTO di Doha telah disepakati bahwa semua hambatan tarif akan segera

dievaluasi dan digraduasi, namun dalam kenyataannya komitmen ini masih terus

diganjal oleh negara-negara maju (Putro, 2007). Tarif yang diberlakukan bagi

komoditas udang ekspor saat ini bervariasi dan bersifat diskriminatif untuk

beberapa negara pengekspor. Selain itu, ketatnya standardisasi yang ditetapkan

Uni Eropa untuk melindungi konsumennya mengakibatkan banyak terdeteksinya

produk-produk perikanan yang masuk ke Uni Eropa oleh European-RASFF

dengan berbagai alasan terkait keamanan dan kesehatan konsumen.

Hal inilah yang dialami Indonesia dalam memenuhi permintaan komoditas

udang di pasar internasional, khususnya Uni Eropa. Oleh sebab itu, perlu dikaji

setiap peraturan atau kebijakan yang ditetapkan oleh negara tujuan ekspor.

Kebijakan yang ditetapkan oleh negara pengimpor, khususnya Uni Eropa,

diharapkan tidak lagi menjadi hambatan, melainkan dapat dipenuhi, sehingga

kinerja ekspor udang Indonesia meningkat. Berdasarkan uraian dan fakta-fakta

dalam hambatan perdagangan udang di pasar Uni Eropa dan juga mengacu pada

latar belakang yang telah dibuat, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai

berikut:

1) Apa saja kebijakan perdagangan yang dikeluarkan oleh Uni Eropa yang

menjadi hambatan bagi ekspor komoditas udang Indonesia?

2) Bagaimana kasus-kasus yang pernah terjadi terkait kebijakan yang ditetapkan

Uni Eropa kepada Indonesia dalam ekspor udang?

3) Apa saja yang telah dilakukan pemerintah sebagai respon untuk penanganan

kebijakan yang menjadi hambatan bagi kinerja ekspor udang Indonesia?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk:

1) Mengidentifikasi kebijakan perdagangan di Uni Eropa yang menghambat

kinerja ekspor udang Indonesia.

2) Menganalisis kasus notification oleh European-RASFF terhadap produk

ekspor udang Indonesia atas kebijakan yang ditetapkan Uni Eropa.

3) Mendeskripsikan kebijakan pemerintah dalam penanganan kebijakan yang

ditetapkan Uni Eropa untuk meningkatkan kinerja ekspor udang Indonesia.

Page 24: PENERAPAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL … · Kebijakan Perdagangan Internasional di Uni Eropa dan Pengaruhnya Terhadap Ekspor Udang Indonesia” adalah karya saya sendiri

9

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat berupa:

1) Masukan bagi pemerintah dan pelaku ekspor sebagai rekomendasi suatu

kebijakan yang dapat meningkatkan produksi dan ekspor udang Indonesia

guna mewujudkan Indonesia sebagai negara eksportir udang utama di dunia.

2) Bagi kaum akademisi, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan

pertimbangan, masukan, dan sumber informasi untuk penelitian yang akan

dilakukan selanjutnya serta meningkatkan motivasi untuk mengembangkan

ilmu pengetahuan guna mendukung peningkatan perdagangan udang

Indonesia.

3) Bagi penulis, kegiatan penelitian ini menjadi proses pembelajaran yang baik

untuk meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan dan wawasan dalam

hal perdagangan internasional komoditas perikanan Indonesia khususnya

udang.

4) Bagi masyarakat umum, hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi sumber

informasi untuk mengetahui kondisi ekspor udang Indonesia.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini berfokus pada komoditas udang Indonesia

yang di ekspor ke Uni Eropa. Udang yang diperdagangkan di pasar Uni Eropa

tidak dibedakan berdasarkan udang beku dan udang segar ataupun jenisnya.

Banyak kebijakan yang yang ditetapkan dalam perdagangan udang Indonesia ke

Uni Eropa, namun dalam penelitian ini dilakukan deskripsi dan analisis kebijakan

yang dinyatakan menjadi hambatan bagi Indonesia hingga tahun 2011 terhadap

ekspor komoditas udang. Kasus yang pernah terjadi dalam setiap kebijakan yang

ditetapkan oleh Uni Eropa juga dianalisis. Kebijakan dan Regulasi perdagangan

Indonesia juga dideskripsikan sebagai ekuivalen kebijakan dengan Uni Eropa,

selanjutnya dilihat pengaruh dari kebijakan-kebijakan tersebut terhadap

perkembangan ekspor udang Indonesia.

Page 25: PENERAPAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL … · Kebijakan Perdagangan Internasional di Uni Eropa dan Pengaruhnya Terhadap Ekspor Udang Indonesia” adalah karya saya sendiri

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Komoditas Udang di Pasaran Internasional

Komoditas udang dalam dunia perdagangan biasa disebut dengan istilah

shrimp. Spesies udang sendiri di seluruh dunia tercatat tidak kurang dari 2700

buah. Secara geografis udang bisa dikelompokkan menjadi empat golongan, yakni

udang tropis, udang china, udang atlantik utara, udang laut utara. Jenis yang

dihasilkan Indonesia tergolong udang tropis. Udang tropis menguasai pasar

hingga 70 persen dari angka konsumsi udang, sedangkan golongan lainnya hanya

30 persen saja. Jenis udang yang dipasarkan oleh Indonesia adalah jenis udang

tropis (Nazaruddin, 1993).

Beragam spesies udang dikenal dalam dunia perdagangan internasional

(Murty, 1991). Keragaman spesies udang ini dapat dipilah-pilah lebih lanjut

diantaranya menurut asal habitatnya. Berdasarkan asal habitatnya, spesies udang

yang telah dikenal dalam jalur perdagangan internasional dapat dibedakan

menjadi tiga kelompok besar, yakni:

1) Spesies udang laut dingin.

Kelompok ini berasal dari dan hidup pada lautan daerah dingin. Pertumbuhan

udang jenis ini cenderung lebih lambat dan bentuk ukuran fisiknya lebih kecil

jika dibandingkan dengan udang yang berasal dari daerah laut tropika.

Spesies udang laut dingin menyebar dan banyak ditangkap di daerah sebelah

utara Jepang, Alaska, Kanada, disebelah barat laut dan timur laut Amerika

Serikat, Islandia, Greenland, dan di sebelah utara Eropa. Spesies utama dari

perairan laut dingin yang lazim dijumpai dipasar internasional antara lain

Pandalus borealis (deep water prawn/nothern prawn) dan Crangon crangon

(common shrimp).

2) Spesies udang laut tropika

Kelompok spesies ini berasal dari dan hidup pada perairan pantai daerah

tropika, serta memiliki ukuran yang lebih besar. Daerah penyebaran udang

laut tropika meliputi Teluk Meksiko, pantai tenggara Amerika Serikat,

Jepang, Eropa bagian selatan, Thailand, dan Indonesia. Salah satu jenis udang

laut tropika yang menjadi primadona adalah udang windu atau giant tiger

prawn dan udang putih atau indian white prawn. Jenis udang yang berasal

Page 26: PENERAPAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL … · Kebijakan Perdagangan Internasional di Uni Eropa dan Pengaruhnya Terhadap Ekspor Udang Indonesia” adalah karya saya sendiri

11

dari perairan tropika ini menempati bagian terbesar di pasar udang Jepang,

Amerika Serikat, dan Eropa.

3) Spesies udang air tawar

Umumnya kelompok spesies ini hidup pada danau atau sungai di daerah

tropika dan memiliki ukuran yang besar. Spesies udang ini dalam dunia

perdagangan internasional umumnya dikenal sebagai giant river prawn,

namun jenis udang ini kurang memiliki kedudukan yang penting pada

perdagangan udang di pasar internasional, karena daerah pemasarannya

terbatas hanya di beberapa negara saja seperti Belgia, Belanda, Prancis, dan

Jerman.

Bentuk produk udang yang dijajakan di pasaran internasional cukup

beragam dari satu pangsa pasar ke pangsa pasar lainnya. Keragaman bentuk

produk ini menandakan bahwa setiap negara konsumen memiliki preferensi yang

berbeda-beda dalam mengonsumsi udang. Berikut ini adalah berbagai variasi

produk udang yang diperdagangkan di pasar dunia (Murty, 1991):

1) Udang hidup

Jenis udang hidup yang banyak diperdagangkan ini merupakan spesies

Panaeus japonicus. Udang jenis ini banyak dikonsumsi dan diproduksi secara

domestik di Jepang. Mayoritas konsumen di Jepang lebih sering

mengonsumsi dalam keadaan mentah setelah dicampur dengan sake dan

dikuliti. Udang jenis ini harganya cenderung lebih mahal karena

membutuhkan teknik penanganan khusus agar udang tetap segar dan cita

rasanya tidak berkurang.

2) Udang segar

Udang dalam bentuk ini terbatas pada daerah-daerah yang dekat dengan

pelabuhan perikanan. Umumnya udang segar seperti ini sudah mengalami

perlakuan pendinginan di kapal setelah proses penangkapannya. Perlakuan

tersebut dimaksudkan untuk menghindari kemunduran mutu dan mencegah

atau memperlambat proses pembusukan.

3) Udang beku

Udang beku menempati pangsa pasar terbesar dalam perdagangan udang

dunia. Hampir seluruh udang yang diekspor dan diperdagangkan di pasar

Page 27: PENERAPAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL … · Kebijakan Perdagangan Internasional di Uni Eropa dan Pengaruhnya Terhadap Ekspor Udang Indonesia” adalah karya saya sendiri

12

dunia adalah udang beku. Udang beku dibedakan menjadi tiga jenis, yakni

udang mentah beku (raw frozen), udang matang beku (cooked frozen), dan

udang setengah matang yang dibekukan (semi-cooked frozen).

4) Udang kering

Udang mengalami proses pengeringan secara tradisional terlebih dahulu

sebelum dipasarkan. Pada umumnya proses pengeringan ini dilakukan oleh

para nelayan di negara-negara berkembang. Hongkong merupakan negara

importir terbesar udang kering. Di Hongkong, udang kering ini diolah lebih

lanjut sebagai bahan baku industri pangan.

2.2. Uni Eropa

Menurut Delegasi Komisi Eropa untuk Indonesia (2010), Uni Eropa

merupakan kelompok 27 negara-negara independen yang unik dengan lebih dari

492 juta warga negara yang tinggal dalam batas wilayahnya. Negara-negara

anggota terikat dengan serangkaian traktrat yang telah ditandatangani seiring

perkembangannya. Semua traktat itu harus disepakati oleh masing-masing negara

anggota dan kemudian diratifikasi baik oleh parlemen nasional ataupun melalui

referendum (European Union, 2010). Nama Uni Eropa muncul pada tahun 1992

menggantikan nama Komunitas Masyarakat Eropa bersamaan dengan

ditandatanganinya Traktat Maastricht (Traktat Uni Eropa) pada tanggal 07

Februari 1992. Urutan masuknya negara-negara dalam keanggotaan Uni Eropa

dapat dilihat pada Tabel 6.

Uni Eropa bukanlah sebuah negara federal atau organisasi internasional

dalam pengertian tradisional, akan tetapi merupakan sebuah badan otonom di

antara keduanya. Uni Eropa bersifat unik karena negara – negara anggotanya tetap

menjadi negara berdaulat yang independen, akan tetapi negara-negara tersebut

menggabungkan kedaulatannya dan dengan demikian memperoleh kekuatan dan

pengaruh kolektif yang lebih besar.

Dalam praktiknya, penggabungan kedaulatan berarti bahwa negara-negara

anggota mendelegasikan kuasa dalam hal pengambilan keputusan kepada lembaga

yang telah didirikan bersama sehingga keputusan – keputusan mengenai masalah

– masalah tertentu yang melibatkan kepentingan bersama dapat diambil secara

demokratis pada tingkat Eropa. Uni Eropa memiliki tiga lembaga utama, yaitu:

Page 28: PENERAPAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL … · Kebijakan Perdagangan Internasional di Uni Eropa dan Pengaruhnya Terhadap Ekspor Udang Indonesia” adalah karya saya sendiri

13

1) Parlemen Eropa, memiliki warga negara Uni Eropa.

2) Dewan Uni Eropa, memiliki masing-masing negara anggota.

3) Komisi Eropa, berupaya untuk menegakkan kepentingan Uni Eropa secara

menyeluruh.

Segitiga kelembagaan tersebut menghasilkan kebijakan dan undang –

undang yang berlaku di seluruh Uni Eropa. Ketiga lembaga utama tersebut

didukung oleh Badan Pemeriksa Keuangan Eropa yang mengawasi penggunaan

anggaran Uni Eropa dan Mahkamah Eropa yang membantu memastikan bahwa

negara – negara anggota mematuhi undang – undang Uni Eropa yang telah dibuat.

Tabel 6. Negara-Negara Anggota Uni Eropa

No Negara Tahun Bergabung dengan

Uni Eropa

1 Jerman 1950

2 Belanda 1950

3 Belgia 1950

4 Luksemburg 1950

5 Perancis 1950

6 Italia 1950

7 Inggris Raya 1973

8 Denmark 1973

9 Irlandia 1973

10 Yunani 1981

11 Portugal 1986

12 Spanyol 1986

13 Austria 1995

14 Swedia 1995

15 Finlandia 2004

16 Estonia 2004

17 Hongaria 2004

18 Latvia 2004

19 Lituania 2004

20 Malta 2004

21 Polandia 2004

22 Republik Ceko 2004

23 Siprus Selatan 2004

24 Slovenia 2004

25 Slowakia 2004

26 Bulgaria 2007

27 Rumania 2007

Sumber: European Union (2010)

Page 29: PENERAPAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL … · Kebijakan Perdagangan Internasional di Uni Eropa dan Pengaruhnya Terhadap Ekspor Udang Indonesia” adalah karya saya sendiri

14

2.3. Hasil Penelitian Terdahulu

2.3.1. Penelitian Mengenai Komoditas Udang

Rakhmawan (2009) melakukan penelitian mengenai analisis daya saing

komoditas udang di Indonesia dengan menggunakan dua metode analisis yakni

analisis kuantitif dan analisis kualitatif. Analisis kuantitif dilakukan untuk

menjelaskan tingkat daya saing yang dilakukan dengan alat analisis RCA

(Revealed Comparative Advantage). Jika nilai RCA > 1, maka komoditas udang

Indonesia memiliki daya saing yang baik di pasar dunia, dan sebaliknya. Salain itu

juga digunakan metode regresi linier berganda dengan menggunakan analisis OLS

(Ordinary Least Square) yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi daya saing komoditas udang Indonesia (udang segar dan beku

pada jenis udang windu dan vannamei). Sedangkan pada analisis deskriptif

kualitatif digunakan Porter’s Diamond Theory untuk mengkaji potensi, kendala,

dan peluang yang berarti menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi

keunggulan komparatif komoditas udang Indonesia.

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa komoditas udang Indonesia

memiliki daya saing yang kuat karena nilai RCA yang diperoleh lebih besar dari

satu. Sedangkan dengan metode analisis Porter’s Diamond Theory, dapat

ditunjukkan bahwa komoditas udang Indonesia memiliki potensi dalam faktor

input yaitu sumberdaya alam, sumberdaya manusia, modal, dan juga infrastruktur

yang unggul namun masih memiliki keterbatasan hal penguasaan ilmu

pengetahuan dan komoditas udang.

Anwar (2009) mengkaji analisis respon produksi, permintaan domestik,

dan penawaran udang Indonesia. Pada penelitian tersebut, persamaan produksi

udang tidak dibedakan antara udang tambak ataupun laut, dan penawaran ekspor

tidak dibedakan berdasarkan negara tujuan ekspor udang Indonesia. Hasil estimasi

menunjukkan bahwa harga domestik dan luas lahan berpengaruh nyata terhadap

produksi udang Indonesia. Konsumsi domestik udang dipengaruhi secara nyata

oleh pendapatan perkapita dan harga kepiting sebagai komoditas substitusi,

sedangkan penawaran ekpsor dipengaruhi secara signifikan oleh jumlah produksi

udang Indonesia, dummy krisis, dan jumlah ekspor udang Indonesia satu tahun

lalu.

Page 30: PENERAPAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL … · Kebijakan Perdagangan Internasional di Uni Eropa dan Pengaruhnya Terhadap Ekspor Udang Indonesia” adalah karya saya sendiri

15

Retnowati (1990) dengan metode analisis Two Stage Least Square (2

SLS), dalam penelitiannya tentang analisis ekonomi udang Indonesia di pasar

Jepang dan Amerika Serikat menunjukkan bahwa variabel bebas yang

berpengaruh nyata adalah harga udang di pasar internasional, sedangkan variabel

bebas harga komoditas substitusi di Indonesia, nilai tukar rupiah terhadap dolar

Amerika Serikat, dan pendapatan perkapita Indonesia tidak berpengaruh nyata.

Penelitian tentang perdagangan udang Indonesia di pasar domestik dan

internasional juga pernah dilakukan Irwan (1997) dengan menggunakan metode

analisis 2 SLS dengan periode tahun 1974 – 1995. Hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa produksi udang Indonesia dipengaruhi oleh harga udang

domestik, tingkat suku bunga rupiah, dan jumlah produksi tahun sebelumnya.

Ekspor udang Indonesia ke Jepang hanya dipengaruhi oleh jumlah ekspor udang

Indonesia berskala satu tahun, sedangkan ekspor udang Indonesia ke Amerika

Serikat hanya dipengaruhi oleh jumlah ekspor udang Indonesia ke negara selain

Amerika Serikat dan Jepang.

2.3.2. Penelitian Mengenai Kebijakan Perdagangan

Penelitian terkait mengenai kebijakan perdagangan telah dilakukan oleh

Rastikarany dan Painthe pada tahun 2008. Rastikarany (2008) melakukan

penelitian mengenai pengaruh kebijakan tarif dan nontarif Uni Eropa terhadap

ekspor tuna Indonesia. Pada penelitian ini, digunakan analisis regresi, deskriptif,

dan peramalan untuk ekspor tuna beberapa tahun mendatang. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa kebijakan tarif dan nontarif berpengaruh nyata terhadap

volume ekspor tuna Indonesia. Dalam peramalan beberapa tahun mendatang yang

dilakukan menunjukkan Indonesia akan terus menjadi salah satu pemasok utama

komoditas tuna di pasar Eropa.

Painthe (2008) melakukan penelitian dengan topik yang sama dengan

komoditas udang menggunakan analisis regresi, deskriptif, dan peramalan.

Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan kebijakan-kebijakan yang

diberlakukan di pasar Eropa baik kebijakan tarif dan nontarif. Hasil penelitian

juga mendeskripsikan kebijakan-kebijakan apa yang telah diterapkan oleh

Indonesia sebagai respon atas persyaratan dan peraturan yang ditetapkan oleh

pasar Eropa. Dalam penelitiannya dengan analisis regresi menunjukkan bahwa

Page 31: PENERAPAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL … · Kebijakan Perdagangan Internasional di Uni Eropa dan Pengaruhnya Terhadap Ekspor Udang Indonesia” adalah karya saya sendiri

16

kebijakan tarif di pasar Eropa berpengaruh nyata terhadap volume ekspor udang

Indonesia di pasar Eropa. Hal ini terlihat dalam data yang menunjukkan bahwa

pernah terjadi penurunan volume ekspor dikarenakan udang yang di ekspor

Indonesia tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh pasar Eropa.

Lambaga (2009) juga melakukan penelitian mengenai kebijakan

perdagangan. Dalam analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa dengan

ditetapkannya peraturan EC No 882/2004 yang mewajibkan pemerintah untuk

melakukan pengawasan, ternyata menunjukkan pengaruh negatif. Ini berarti jika

importir menetapkan kebijakan nontarif maka volume ekspor perikanan akan

menurun. Sedangkan Painthe (2008) dan Rastikarany (2008) melakukan analisis

yang sama namun dengan komoditas yang berbeda yaitu udang dan tuna terhadap

ditetapkannya peraturan EC 178/2002 tentang persyaratan mutu undang-undang

pangan serta prosedur keamanan pangan. Hasil analisis menunjukkan pengaruh

positif terhadap hambatan nontarif bagi penelitian Painthe dan tidak berpengaruh

nyata terhadap model dugaan bagi penelitian Rastikarany. Dalam penelitiannya

dikatakan bahwa hal ini tidak sesuai dengan hipotesis yang seharusnya karena

pada saat yang sama volume ekspor udang ke Uni Eropa ternyata mengalami

peningkatan.

Untuk itu penelitian dengan menganalisis pengaruh kebijakan

perdagangan yang diterapkan seperti yang dilakukan oleh Painthe (2008),

Rastikarany (2008), dan Lambaga (2009), harusnya menempatkan variabel dalam

blok-blok perdagangan dengan menambahkan variabel lain yang diduga juga

memiliki hubungan dengan kebijakan yang diterapkan pada saat itu seperti nilai

tukar mata uang dan pertumbuhan ekonomi negara tujuan ekspor seperti yang

telah dilakukan Koeshendrajana dan Aisya (2006). Penelitian dengan melihat

pengaruh kebijakan perdagangan juga bisa menggunakan analisis deskriptif-

tabulatif untuk melihat pengaruh nyata penerapan kebijakan pada saat itu terhadap

kinerja produk ekspor pada saat itu seperti yang dilakukan Hartono (2005).

2.3.3. Keterkaitan dengan Peneltian Terdahulu

Pada penelitian-penelitian terdahulu, khususnya skripsi menggunakan

analisis kuantitatif, namun pada penelitian kali ini menggunakan analisis kualitatif

deskriptif untuk membahas kebijakan yang diberlakukan Uni Eropa serta kasus

Page 32: PENERAPAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL … · Kebijakan Perdagangan Internasional di Uni Eropa dan Pengaruhnya Terhadap Ekspor Udang Indonesia” adalah karya saya sendiri

17

penolakan yang terjadi akibat kebijakan tersebut. Penelitian terdahulu yang telah

dilakukan menjadi bahan perbandingan dalam mendeskripsikan kondisi ekspor

udang Indonesia di pasar internasional, khususnya di Uni Eropa. Dalam kaitannya

dengan penelitian terdahulu, penelitian mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi penawaran ekpor udang di pasar internasional digunakan untuk

melihat signifikansi volume ekspor udang yang terjadi saat ini dengan kebijakan

yang diterapkan oleh Uni Eropa terkait perdagangan udang.

Penelitian ini terdapat kesamaan dengan penelitian sebelumnya, yaitu

dalam gambaran umum mendeskripsikan kondisi ekspor udang Indonesia di pasar

internasional. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada

tujuan ekspor yang lebih difokuskan pada pasar Eropa, yaitu mengkaji kebijakan-

kebijakan yang diberlakukan di Uni Eropa dan menganalisis kasus-kasus yang

terjadi terkait penetapan kebijakan yang diberlakukan Uni Eropa. Analisis

deskriptif digunakan untuk melihat pengaruhnya terhadap kinerja ekspor pada saat

itu, serta melihat respon pemerintah dalam mengatasi kebijakan yang berlaku.

Penggunaan data terbaru yang digunakan untuk membandingkan kondisi ekspor

udang Indonesia di Uni Eropa dari tahun sebelumnya hingga saat ini.

Page 33: PENERAPAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL … · Kebijakan Perdagangan Internasional di Uni Eropa dan Pengaruhnya Terhadap Ekspor Udang Indonesia” adalah karya saya sendiri

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

Pembentukan kerangka pemikiran dalam penelitian ini didukung oleh

teori-teori yang terkait dengan tujuan penelitian. Teori-teori tersebut meliputi teori

perdagangan internasional, kebijakan perdagangan, dan analisis kebijakan.

3.1.1. Teori Perdagangan Internasional

Setiap negara memiliki sumberdaya alam, letak geografis, iklim,

karakteristik penduduk, keahlian, tenaga kerja, tingkat harga, keadaan struktur

ekonomi, dan sosial yang berbeda-beda. Perbedaan yang dimiliki oleh masing-

masing negara tersebut menghasilkan produk yang berbeda baik dari segi

kuantitas maupun kualitas. Perbedaan tersebut secara tidak langsung

mengharuskan suatu negara untuk melakukan perdagangan, baik dengan alasan

perluasan pasar, mendapatkan sumberdaya, mendapatkan keuntungan, ataupun

mendapatkan teknologi yang lebih modern.

Perdagangan merupakan faktor penting dalam merangsang pertumbuhan

ekonomi di setiap negara karena perdagangan akan memperbesar kapasitas

konsumsi suatu negara dan meningkatkan output dunia. Perdagangan juga

cenderung meningkatkan pemerataan atas distribusi pendapatan dan kesejahteraan

dalam lingkup domestik ataupun internasional. Perdagangan dapat membantu

semua negara dalam menjalankan usaha-usaha pembangunannya melalui promosi

serta mengutamakan sektor-sektor ekonomi yang mengandung keunggulan

komparatif (Todaro, 2003).

Menurut Kindleberger (1995) diacu dalam Anwar (2009), perdagangan

internasional dianggap sebagai suatu akibat dari adanya interaksi antara

permintaan dan penawaran bersaing. Pada prinsipnya, perdagangan antara dua

negara timbul akibat adanya perbedaan permintaan dan penawaran. Perbedaan

permintaan disebabkan oleh selera dan tingkat pendapatan, sedangkan perbedaan

penawaran disebabkan oleh jumlah dan kualitas faktor produksi serta tingkat

teknologi. Perdagangan internasional menjadi salah satu faktor utama untuk

meningkatkan pendapatan nasional suatu negara.

Page 34: PENERAPAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL … · Kebijakan Perdagangan Internasional di Uni Eropa dan Pengaruhnya Terhadap Ekspor Udang Indonesia” adalah karya saya sendiri

19

3.1.2. Pergeseran Pola Perdagangan Internasional

Salah satu hal yang sangat mempengaruhi kinerja industri perikanan

Indonesia adalah adanya pergeseran pola perdagangan dunia. Saat ini, pola

perdagangan internasional tidak lagi hanya tunduk pada prinsip-prinsip supply-

demand, tetapi juga dibentuk oleh isu-isu, konvensi, dan berbagai macam

kesepakatan internasional. Banyak konvensi yang telah disepakati, diratifikasi,

dan mengikat. Menurut Putro (2001), perjanjian internasional yang berpengaruh

langsung bahkan cenderung mengatur mekanisme perdagangan komoditas

perikanan di pasar internasional dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kategori,

yaitu:

1) Perjanjian internasional yang bernuansa menjaga kelestarian sumberdaya

perikanan, seperti Code of Conduct for Responsible Fisheries, International

Convention for The Conservation of Atlantic Tuna (ICCAT), Indian Ocean

Tuna Commission, Agreement on Straddling Stocks and Highly Migratory

Fish Species, dan sebagainya. Dengan adanya perjanjian ini maka ikan-ikan

komersial penting yang dijual di pasar internasional harus ditangkap dari

sumberdaya yang lestari.

2) Perjanjian internasional tentang perlindungan satwa yang terancam punah

yaitu Convention of International Trade of Endanger Species (CITES).

Melalui perjanjian ini maka beberapa jenis ikan/fauna laut dan air tawar

dibatasi pemasarannya karena populasinya dikhawatirkan akan punah.

3) Perjanjian internasional tentang perdagangan yaitu perjanjian General

Agreement on Tariff and Trade (GATT oleh WTO), termasuk di dalamnya

perjanjian Agreement on Sanitary and Phytosanitary Measures (SPS), dan

Agreement on Technical Barrier on Trade (TBT oleh WTO). Perjanjian

GATT/WTO mempunyai implikasi yang sangat besar terhadap perdagangan

global komoditas perikanan.

Dari satu sudut pandang, oleh beberapa negara, pemberlakuan

kesepakatan-kesepakatan tersebut dimanfaatkan sebagai suatu peluang untuk

melaksanakan strategi perang dagang. Kecenderungannya, dimasa-masa

mendatang kesepakatan semacam itu akan bertambah banyak karena perang

dagang akan berlangsung semakin intensif. Biasanya, suatu kesepakatan

Page 35: PENERAPAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL … · Kebijakan Perdagangan Internasional di Uni Eropa dan Pengaruhnya Terhadap Ekspor Udang Indonesia” adalah karya saya sendiri

20

internasional dikemas dalam kerangka justifikasi ilmiah atau isu-isu global yang

telah disepakati sebelumnya secara universal.

Indonesia harus mengikuti semua aturan yang terkandung dalam konvensi-

konvensi tersebut. Kecepatan dan konsistensi merespon kesepakatan dalam

konvensi tersebut akan berdampak langsung pada perdagangan internasional

produk-produk perikanan Indonesia.

3.1.3. Kebijakan Perdagangan

Teori dan kebijakan perdagangan internasional merupakan aspek mikro

ilmu ekonomi sebab berhubungan dengan masing-masing negara sebagai individu

yang diperlakukan sebagai unit tunggal, serta berhubungan dengan harga relatif

suatu komoditas. Dalam arti luas, kebijaksanaan ekonomi internasional adalah

tindakan atau kebijaksanaan ekonomi pemerintah yang secara langsung maupun

tidak langsung mempengaruhi komposisi, arah serta bentuk dari perdagangan

internasional. Kebijakan ini tidak hanya berupa tarif, kuota, dan sebagainya, tetapi

juga meliputi kebijaksanaan pemerintah di dalam negeri yang secara tidak

langsung mempunyai pengaruh terhadap perdagangan internasional seperti

misalnya kebijaksanaan moneter dan fiskal (Nopirin, 1999) diacu dalam

(Rastikarany, 2008).

Kebijakan perdagangan dilakukan sebagai proses proteksi terhadap

produk-produk yang dianggap sebagai penghambat dalam proses perdagangan

bebas. Hambatan dalam arus perdagangan ada dua macam, yaitu hambatan yang

bersifat tarif (tariff barrier) dan hambatan yang bersifat nontarif (non tariff

barrier). Hambatan yang bersifat tarif merupakan hambatan terhadap arus barang

ke dalam suatu negara yang disebabkan oleh diberlakukannya tarif bea masuk dan

tarif lainnya, sedangkan hambatan yang bersifat nontarif merupakan hambatan

terhadap arus barang ke dalam suatu negara yang disebabkan oleh tindakan-

tindakan selain penerapan pengenaan tarif atas suatu barang.

3.1.3.1. Kebijakan Hambatan Tarif (Tariff barrier)

Tarif adalah pajak yang dikenakan atas barang yang diperdagangkan lintas

batas teritorial. Ditinjau dari aspek asal komoditas, ada dua macam tarif yaitu tarif

ekspor (export tariff) dan tarif impor (import tariff). Tarif impor adalah pungutan

bea masuk yang dikenakan atas barang impor yang masuk untuk

Page 36: PENERAPAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL … · Kebijakan Perdagangan Internasional di Uni Eropa dan Pengaruhnya Terhadap Ekspor Udang Indonesia” adalah karya saya sendiri

21

dipakai/dikonsumsi habis di dalam negeri. Sedangkan tarif ekspor merupakan

pajak untuk suatu komoditas yang di ekspor (Salvatore, 1997).

Kebijakan tariff barrier dalam bentuk bea masuk adalah sebagai berikut

(Hady, 2004):

1) Pembebanan bea masuk atau tarif rendah antara nol sampai lima persen

dikenakan untuk bahan kebutuhan pokok dan vital, alat-alat

militer/pertahanan/keamanan, dan lainnya.

2) Tarif sedang antara nol sampai dua puluh persen dikenakan untuk barang

setengah jadi dan barang-barang lain yang belum cukup diproduksi dalam

negeri.

3) Tarif tinggi di atas dua puluh persen dikenakan untuk barang-barang mewah

dan barang-barang lain yang sudah cukup diproduksi di dalam negeri dan

bukan barang kebutuhan pokok.

Tarif dan bea masuk pada hakekatnya merupakan diskriminatif yang

digunakan untuk mencapai berbagai tujuan, antara lain melindungi produk dalam

negeri dari persaingan dengan produk sejenis asal impor, meningkatkan

penerimaan negara, mengendalikan konsumsi barang tertentu, dan lain-lain.

Penggunaan tarif bea masuk yang ditujukan untuk melindungi produk dalam

negeri sangat besar pengaruhnya terhadap globalisasi ekonomi (Rastikarany,

2008).

3.1.3.2. Kebijakan Hambatan Nontarif (Non Tariff Barrier)

Bentuk hambatan lain yang berbeda dengan pengenaan tarif adalah

hambatan nontarif yang berarti hambatan masuk sebuah produk yang bukan

disebabkan karena adanya pengenaan tarif impor, tetapi akibat adanya pelarangan

yang dilakukan oleh negara/organisasi internasional yang menerima komoditas

dari negara lain. Kebijakan non tariff barrier terdiri atas beberapa bagian yaitu:

1) Pembatasan spesifik, terdiri dari larangan impor secara mutlak; pembatasan

impor atau quota system; peraturan atau ketentuan teknis untuk impor produk

tertentu; peraturan kesehatan atau karantina, peraturan pertahanan dan

keamanan negara; peraturan kebudayaan, perizinan impor/import licenses;

embargo; dan hambatan pemasaran seperti VER (Voluntary Export

Restraint), OMA (Orderly Marketing Agreement).

Page 37: PENERAPAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL … · Kebijakan Perdagangan Internasional di Uni Eropa dan Pengaruhnya Terhadap Ekspor Udang Indonesia” adalah karya saya sendiri

22

2) Peraturan Bea Cukai (Custom Administration Rules), terdiri dari tata laksana

impor tertentu; penetapan harga bea; penetapan forres rate (kurs valas) dan

pengawasan devisa; consultan formalities; packaging/labelling regulation;

documentation hended; quality and testing standard; pungutan administrasi

(fees); dan tariff classification.

3) Partisipasi pemerintah, terdiri dari kebijakan pengadaan pemerintah; subsidi

dan insentif ekspor; countervailing duties; domestic assistance programs; dan

trade-diverting.

4) Import charges, terdiri dari import deposits; supplementary duties; dan

variable levies.

Menurut Koo dan Kennedy (2005), beberapa negara menggunakan

bermacam kebijakan perdagangan (tarif dan nontarif) untuk melindungi industri

yang tidak efisien. Hal ini berlaku pada pertanian. Rata-rata tarif untuk produk

pertanian (tiga puluh persen) lebih besar daripada untuk produk industri (enam

persen). Tarif adalah pajak yang dibebankan pemerintah untuk suatu komoditas

sebagai batas garis nasional. Tarif digunakan untuk melindungi ekonomi domestik

dari kompetisi luar negeri.

Hambatan nontarif bisa mengandung rintangan dengan angka yang besar

selain tarif, seperti kebijakan, peraturan, dan prosedur yang mempengaruhi

perdagangan. Hambatan nontarif yang paling banyak digunakan untuk mengontrol

impor pertanian yaitu (Koo dan Kennedy, 2005): (1) pembatasan kuantitatif dan

pembatasan sepesifik sejenis (misalnya kuota, voluntary export restraints, dan

kartel internasional); (2) beban nontarif dan kebijakan yang berhubungan

mempengaruhi impor (misalnya kebijakan antidumping dan kebijakan

countervailing); (3) kebijakan umum pemerintah yang membatasi (misalnya

kebijakan kompetisi dan penetapan perdagangan); (4) prosedur umum dan

kegiatan administrasi (misalnya prosedur evaluasi dan prosedur perizinan); dan

(5) hambatan teknis (peraturan dan standar kualitas kesehatan dan sanitasi,

keamanan, peraturan dan standar industrial, dan peraturan pengemasan dan

pelabelan.

Page 38: PENERAPAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL … · Kebijakan Perdagangan Internasional di Uni Eropa dan Pengaruhnya Terhadap Ekspor Udang Indonesia” adalah karya saya sendiri

23

3.1.4. Analisis Kebijakan

Analisis kebijakan merupakan suatu bentuk analisis yang menghasilkan

dan menyajikan informasi sedemikian rupa sehingga dapat memberikan landasan

bagi pembuat kebijakan dalam mengambil keputusan (Dunn, 1999) diacu dalam

(Rastikarany, 2008). Dunn (1999) mengatakan bahwa analisis kebijakan adalah

sebuah disiplin ilmu terapan yang menggunakan berbagai metode penelitian dan

argumen untuk menghasilkan dan memindahkan yang ada hubungannya dengan

kebijakan sehingga dapat dimanfaatkan di tingkat politik dalam rangka

memecahkan masalah-masalah kebijakan. Analisis kebijakan diambil dari

berbagai disiplin dan profesi yang tujuannya bersifat deskriptif, evaluatif, dan

perspektif.

Analisis kebijakan dapat menggunakan metode deskriptif. Metode

deskriptif ini di rancang untuk mengumpulkan informasi tentang keadaan-keadaan

nyata sekarang (sedang berlangsung). Metode ini digunakan untuk

menggambarkan sifat suatu keadaan yang sedang berjalan pada saat penelitian

dilakukan, dan memeriksa sebab-akibat dari suatu gejala. Teknik pengolahan data

kualitatif yang umum digunakan dalam metode deskriptif adalah analisis isi

(content analysis).

Deskripsi yang diberikan para ahli sejak Janis (1949), Berelson (1952)

sampai Lindzey dan Aronson (1968) tentang content analysis, selalu

menampilkan tiga syarat, yaitu: objektivitas, pendekatan sistematis, dan

generalisasi (Bungin, 2003). Analisis ini dalam Julianingsih (2003) adalah suatu

teknik untuk mengambil kesimpulan dengan mengidentifikasi karakter-karakter

khusus suatu pesan secara objektif dan sistematis.

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Sebagai salah satu negara pemasok utama udang ke Uni Eropa, Indonesia

memiliki prospek yang baik untuk terus dikembangkan. Adanya peningkatan

permintaan dan penawaran komoditas udang di pasar internasional menjadikan

persaingan semakin banyak menghadapi tantangan yang diberlakukan oleh negara

tujuan ekspor Indonesia, khususnya Uni Eropa. Setiap kebijakan yang

diberlakukan Uni Eropa sangat mempengaruhi perdagangan internasional.

Page 39: PENERAPAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL … · Kebijakan Perdagangan Internasional di Uni Eropa dan Pengaruhnya Terhadap Ekspor Udang Indonesia” adalah karya saya sendiri

24

Kebijakan tersebut berkaitan dengan Sanitary and Phytosanitary (SPS), Technical

Barrier toTtrade (TBT), dan tarif.

Kebijakan yang dikeluarkan oleh Uni Eropa bertujuan untuk melindungi

konsumen negara-negara yang tergabung dalam Uni Eropa terhadap setiap

komoditas ekspor Indonesia. Kebijakan perdagangan yang diterapkan di Uni

Eropa akan dikaji dalam analisis deskriptif dengan membandingkan juga respon

kebijakan yang telah dilakukan Indonesia untuk memenuhi kebijakan

perdagangan ini. Gambaran penelitian ini secara menyeluruh dapat dilihat pada

Gambar 1.

Page 40: PENERAPAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL … · Kebijakan Perdagangan Internasional di Uni Eropa dan Pengaruhnya Terhadap Ekspor Udang Indonesia” adalah karya saya sendiri

25

Perairan Indonesia

yang Luas

Potensi Perikanan

Indonesia

Kelimpahan

Tenaga Kerja

= Ruang Lingkup Kajian Peneltian

Gambar 1. Alur Kerangka Pemikiran Penerapan Kebijakan Perdagangan

Internasional di Uni Eropa dan Pengaruhnya Terhadap Ekspor

Udang Indonesia

Jumlah Produksi Perikanan Indonesia

Penawaran Udang untuk

Konsumsi Domestik

Komoditas & Produk

Non Udang Komoditas &

Produk Udang

Penawaran Udang untuk

konsumsi Luar Negeri

Uni Eropa Pasar Ekspor

Lainnya

Total

Ekspor

Udang

Indonesia ke

Uni Eropa

Kebijakan

Perdagangan

Sanitary and

Phytosanitary

(SPS)

Technical barrier

to trade (TBT),

Tariff

Analisis Kualitatif Deskriptif

Respon Kebijakan

Perdagangan Indonesia

dan Penerapannya

di Indonesia

Kasus Notification oleh European-RASFF

Page 41: PENERAPAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL … · Kebijakan Perdagangan Internasional di Uni Eropa dan Pengaruhnya Terhadap Ekspor Udang Indonesia” adalah karya saya sendiri

IV METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian yang dilakukan meliputi perancangan penelitian, perumusan

masalah, pengumpulan data dari berbagai instansi terkait, pengolahan data,

analisis data, interpretasi data, dan penarikan kesimpulan. Penelitian ini dilakukan

di Indonesia dengan menggunakan data nasional dan internasional. Pemilihan

lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive) sesuai dengan tujuan penelitian.

Penelitian ini dilakukan dalam waktu tiga bulan, yaitu dari bulan Maret hingga

Mei 2012.

4.2. Desain Penelitian

Desain penelitian dalam penelitian ini, yaitu metode deskriptif yang

bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis,

faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta serta hubungan antarfenomena yang

diselidiki. Dalam penelitian ini, metode deskriptif digunakan untuk memaparkan

kebijakan perdagangan di Uni Eropa, kebijakan perdagangan Indonesia, dan

menganalisis kasus-kasus penolakan yang pernah terjadi, pengaruh kebijakan

terhadap ekspor udang Indonesia ke Uni Eropa, maupun penjelasan atau narasi

singkat atas tabulasi dan tampilan grafik.

4.3. Data dan Instrumentasi

Berdasarkan sumbernya, data yang diperlukan dalam penelitian ini berupa

data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data/informasi yang

diperoleh dari hasil diskusi dan wawancara dengan stakeholders seperti pejabat

dinas kelautan dan perikanan mengenai produksi dan ekspor udang Indonesia

serta permasalahan ekspor udang Indonesia ke Uni Eropa. Selain itu data primer

melalui wawancara/diskusi di pakai untuk mengkonfirmasi kesesuaian kasus

notification oleh European-RASFF dari Directorates General of Health and

Consumers (DG Sanco) terhadap produk perikanan asal Indonesia. Data sekunder

yang merupakan data teks berupa keterangan mengenai prosedur ekspor, kondisi

pasar Uni Eropa, peraturan perdagangan Uni Eropa, dan data-data lain yang

relevan dengan penelitian ini. Data-data tersebut diperoleh melalui informasi dan

laporan tertulis dari lembaga atau instansi terkait seperti Badan Pusat Statistik

Page 42: PENERAPAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL … · Kebijakan Perdagangan Internasional di Uni Eropa dan Pengaruhnya Terhadap Ekspor Udang Indonesia” adalah karya saya sendiri

27

(BPS), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Food and Agriculture

Organization (FAO), World Trade Organization (WTO), European Commission

(EC), dan Directorates General of Health and Consumers (DG Sanco). Selain itu,

data juga diperoleh dari literatur berupa skripsi, buku teks, dan website yang yang

terkait dengan penelitian. Rincian data yang diperlukan dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Perincian Sumber Data Penelitian

No Data Yang Diperlukan Sumber Data

1 Total Ekspor dan Impor Uni Eropa KKP,

2 Total Ekspor dan Impor Perikanan Uni Eropa DKP, Kemendag

3 Total Ekspor dan Impor Udang dari ke Uni Eropa Direktorat P2HP

4 Total Ekspor Udang Indonesia ke Uni Eropa DKP, Depdag/BPEN

5 Kebijakan Perdagangan Uni Eropa yang terkait

dengan perikanan

Direktorat P2HP,

European

Commission.

6 Kebijakan Indonesia yang terkait dengan ekspor

Perikanan Indonesia

KKP, BKIPM

7 Prosedur umum ekspor perikanan DKP

8 Kasus Penolakan Ekspor Udang Indonesia ke Uni

Eropa

Direktorat P2HP,

DG Sanco

4.4. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan sebagai langkah awal untuk

mengelompokkan data yang akan di bahas. Data berupa kebijakan baik yang

diterapkan Uni Eropa maupun pemerintah Indonesia terkait produk perikanan

khususnya udang diobservasi lalu dikumpulkan berdasarkan jenisnya, tahun

pelaksanaannya, dan ketentuan dalam kebijakan tersebut. Selain itu, mengenai

kasus notification oleh European-RASFF, data diobservasi melalui website

dikumpulkan dan dikonfirmasi kepada stakeholder di Kementerian Kelautan dan

Perikanan (KKP), dan dikelompokan berdasarkan jenis produk perikanan

(khususnya ikan dan udang), tahun ekspor, dan alasan notification. Kelompok

berdasarkan ikan dan udang dilakukan untuk membandingkan jumlah notification

antara ikan dan udang oleh European-RASFF. Kelompok berdasarkan tahun

dikelompokan untuk melihat perkembangan notification yang dialami produk ikan

dan udang Indonesia, mengetahui perbedaan terjadinya kasus penolakan yang

mengalami penaikan, penurunan, atau fluktuatif setiap tahunnya. Kelompok

berdasarkan alasan penolakan produk dibagi menjadi beberapa jenis berdasarkan

jumlah alasan paling banyak.

Page 43: PENERAPAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL … · Kebijakan Perdagangan Internasional di Uni Eropa dan Pengaruhnya Terhadap Ekspor Udang Indonesia” adalah karya saya sendiri

28

4.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data

4.5.1. Metode Pengolahan Data

Pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah melakukan

pengelompokan data dari data-data yang telah dikumpulkan. Data-data yang

berupa gambaran umum kondisi perdagangan udang dan produk perikanan

lainnya diolah dari berbagai sumber yang di dapat untuk disederhanakan dalam

bentuk grafik ataupun tabel. Kemudian data-data tersebut dimasukkan sebagai

bahan untuk dikelompokkan sesuai kebutuhan penelitian sebelum dianalisis.

Selanjutnya data kebijakan terkait produk udang dan perikanan lainnya yang

ditetapkan Uni Eropa dikelompokkan untuk disederhanakan sebagai bahan

menghubungkan terhadap fakta ekspor udang dan perikanan lainnya yang terjadi.

Pengolahan selanjutanya, untuk mengkonfirmasi pengaruh kebijakan yang

ditetapkan Uni Eropa terhadap produk ikan dan udang Indonesia, maka data

mengenai kasus notification oleh European-RASFF diolah menjadi lebih

sederhana untuk mengelompokkan kasus yang terjadi berdasarkan tahunnya serta

alasan notification yang diterima. Data yang sudah dikumpulkan dari website

tersebut kemudian dimasukkan sebagai input computer lalu di olah menjadi lebih

sederhana dalam bentuk gambar dan grafik dengan bantuan program Microsoft

Excel untuk dianalisis dengan metode kualitatif deskriptif.

4.5.2. Analisis Data Kualitatif

Analisis data kualitatif yang digunakan yaitu analisis deskriptif. Deskriptif

artinya melukiskan variabel demi variabel, satu demi satu. Metode deskriptif

bertujuan untuk:

1) Mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang

ada,

2) Mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek yang

berlaku,

3) Membuat perbandingan atau evaluasi,

4) Menentukan apa yang dilakukan pihak lain dalam menghadapi masalah yang

sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan

keputusan pada waktu yang akan datang.

Page 44: PENERAPAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL … · Kebijakan Perdagangan Internasional di Uni Eropa dan Pengaruhnya Terhadap Ekspor Udang Indonesia” adalah karya saya sendiri

29

Penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif, diarahkan untuk

memahami (understand) suatu fenomena sosial (Bungin, 2003). Fenomena sosial

yang akan dipahami dalam penelitian ini adalah kondisi ekspor udang Indonesia

terhadap kebijakan yang diterapkan Uni Eropa. Pendekatan ini digunakan untuk

melukiskan secara sistematis fakta atau keadaan yang terjadi dalam perdagangan

udang Indonesia, dalam hal ini fokus pada kebijakan.

Analisis kualitatif deskriptif pada penelitian ini digunakan untuk

menghubungkan fakta perkembangan ekspor udang Indonesia dengan adanya

kebijakan yang diterapkan Uni Eropa. Selain itu, analisis ini juga mengkonfirmasi

kebijakan yang dikeluarkan Uni Eropa terhadap kaitannya atas alasan fakta

notification yang dikeluarkan European-RASFF terhadap produk ikan dan udang

Indonesia, sehingga dari analisis ini dapat dipahami apa yang terjadi pada

penerapan kebijakan perdagangan yang ditetapkan Uni Eropa terhadap produk

perikanan Indonesia, khususnya udang. Analisis yang dilakukan juga untuk

mengetahui bagaimana penanganan yang tepat untuk mengatasi permasalahan

yang terjadi.

Page 45: PENERAPAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL … · Kebijakan Perdagangan Internasional di Uni Eropa dan Pengaruhnya Terhadap Ekspor Udang Indonesia” adalah karya saya sendiri

V GAMBARAN UMUM EKSPOR UDANG INDONESIA

5.1. Perdagangan Internasional Hasil Perikanan

Selama lebih dari beberapa dekade ini, sektor perikanan dunia telah

banyak mengalami perkembangan dan perubahan. Berdasarkan data International

Trade Centre (ITC) dan Kementerian Perdagangan tahun 2010, perdagangan

internasional dalam komoditas perikanan mencapai US$ 103 miliar, mengalami

kenaikan 13,2 persen dari tahun 2009 (US$ 91 miliar). Meskipun pada tahun 2009

nilai total ekspor mengalami penurunan dari tahun 2008 (US$ 96 miliar), namun

angka yang dicapai tersebut masih terhitung tinggi. Sejak tahun 2000,

perdagangan internasional di sektor perikanan dunia telah menunjukkan

peningkatan secara signifikan (Aisya, et al. 2006). Secara terperinci, data ekspor

komoditas perikanan dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Nilai Ekspor Perikanan Dunia Tahun 2007-2010

No Negara Nilai (juta US$) Share (%)

2007 2008 2009 2010 2010

1 China 9,508.86 10,364.12 10,500.16 13,539.77 13.03

2 Norway 6,089.74 6,722.43 6,923.22 8,660.35 8.33

3 Thailand 5,614.68 6,487.52 6,208.88 7,012.62 6.75

4 USA 4,387.76 4,364.02 4,075.66 4,544.43 4.37

5 Vietnam 3,764.00 4,510.57 4,253.37 4,368.40 4.20

6 Canada 3,657.84 3,672.86 3,211.09 3,804.87 3.66

7 Netherlands 2,713.90 2,865.08 2,627.14 3,439.00 3.31

8 Spain 3,285.14 3,490.64 3,131.11 3,293.28 3.17

9 Indonesia 2,258.92 2,699.68 2,466.20 2,863.83 2.76

10 Chile 3,166.16 3,409.71 3,010.62 2,846.10 2.74

11 Lainnya 43,678.83 47,780.89 45,209.56 49,575.63 47.69

Total 88,125.83 96,367.51 91,616.99 103,948.26 100.00

Sumber: ITC Comtrade (2011), Kemendag (2011), BPS (2011), (diolah)

Berdasarkan Tabel 8, ekspor perikanan dunia dikuasai oleh China sebesar

US$ 13,5 miliar pada tahun 2010 dengan kontribusi sebesar 13,03 persen dari

ekspor perikanan dunia. Asia Tenggara berkontribusi sebesar 13,71 persen dari

ekspor perikanan dunia melalui Thailand, Vietnam, dan Indonesia. Melalui

sepuluh negara eksportir terbesar perikanan dunia tersebut, dapat dilihat bahwa

perdagangan internasional hasil perikanan terus meningkat setiap tahunnya. Jika

dilihat dari data FAO 2004, perdagangan internasional dalam ekspor komditas

Page 46: PENERAPAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL … · Kebijakan Perdagangan Internasional di Uni Eropa dan Pengaruhnya Terhadap Ekspor Udang Indonesia” adalah karya saya sendiri

31

perikanan telah mencapai mencapai US$ 58,2 miliar pada tahun 2002, mengalami

kenaikan relatif lima persen pada tahun 2000 dan 45 persen sejak tahun 1992.

Peningkatan ekspor perikanan dunia tidak terlepas dari impor perikanan

dunia yang tercatat juga terus meningkat setiap tahunnya. Data impor perikanan

dunia dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Nilai Impor Perikanan Dunia Tahun 2007-2010

No Negara Nilai (Juta US$) Share (%)

2007 2008 2009 2010 2010

1 USA 12,852.19 13,207.72 12,127.38 13,588.34 13.85

2 Japan 12,099.44 13,305.58 12,114.15 13,463.85 13.72

3 Spain 6,953.18 7,038.11 5,795.99 6,294.02 6.41

4 France 5,091.72 5,507.90 5,257.19 5,590.74 5.70

5 Italy 5,213.11 5,511.88 5,040.30 5,271.60 5.37

6 China 3,505.68 3,716.65 3,660.07 4,449.14 4.53

7 Germany 3,849.13 4,100.53 4,365.10 4,437.00 4.52

8 UK 3,707.57 3,782.90 3,096.68 3,137.74 3.20

9 Hongkong 2,472.44 2,685.91 2,734.49 3,118.58 3.18

10 Sweden 2,333.70 2,569.66 2,451.18 3,086.56 3.15

11 Lainnya 31,203.03 35,445.66 32,540.99 35,678.39 36.36

Total 89,281.19 96,872.50 89,183.52 98,115.95 100.00

Sumber: ITC Comtrade (2011), Kemendag (2011), (diolah)

Tabel 9 menunjukkan bahwa sepuluh negara importir perikanan dunia

terdiri dari USA, Jepang, Spanyol, Prancis, Italia, Cina, Jerman, Inggris,

Hongkong, dan Swedia. Negara lainnya yang termasuk dalam importir perikanan

dunia umumnya dikuasai oleh negara-negara Uni Eropa. Lebih dari 70 persen

nilai impor dunia telah terkonsentrasi pada tiga wilayah utama, yaitu: Uni Eropa,

Jepang, dan Amerika Serikat. Importir terbesar dari Tabel 9 terlihat dikuasai oleh

Amerika Serikat, namun jumlah ini tidak begitu jauh jika dibandingkan dengan

Jepang yang juga berkontribusi di atas tiga belas persen terhadap impor perikanan

dunia. Pada tahun 2002, melalui data FAO yang diacu dalam data Kementerian

Kelautan dan Perikanan tahun 2009, Jepang pernah menjadi importir perikanan

terbesar, yaitu dengan menguasai 22 persen dari nilai impor perikanan dunia. Uni

Eropa tercatat tidak jauh berbeda dengan saat ini, dimana impor perikanannya

dikuasai oleh Spanyol, Prancis, Italia, Jerman, dan Inggris.

Page 47: PENERAPAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL … · Kebijakan Perdagangan Internasional di Uni Eropa dan Pengaruhnya Terhadap Ekspor Udang Indonesia” adalah karya saya sendiri

32

5.2. Perkembangan Ekspor Produk Perikanan Indonesia

Berdasarkan data statistik ekspor hasil perikanan, selama sepuluh tahun

terakhir (2001-2011) volume ekspor produk hasil perikanan Indonesia mengalami

kenaikan volume yang cukup baik, namun mengalami penurunan pada tahun

tertentu dimana salah satu penyebabnya karena terjadinya krisis keuangan di

negara importir utama produk perikanan. Grafik perkembangan volume ekspor

produk perikanan Indonesia ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar 2. Grafik Perkembangan Ekspor Hasil Perikanan Indonesia Tahun 2001-2011

Sumber: BPS (2012), KKP (2012), (diolah)

Berdasarkan Gambar 2, total ekspor hasil perikanan Indonesia

menunjukkan perkembangan yang sangat baik dari tahun 2001-2011. Meskipun

pada tahun 2003-2009 mengalami fluktuasi yang stagnan, namun setelah tahun

2009 volume ekspor hasil perikanan Indonesia kembali meningkat mencapai 1,10

juta ton pada tahun 2010 dan 1,15 juta ton pada tahun 2011 dengan nilai sebesar

US$ 2,8 miliar dan US$ 3,5 miliar. Dari total nilai hasil ekspor produk hasil

perikanan Indonesia tahun 2011, 66 persen ekspor produk perikanan Indonesia

masuk ke pasar tradisional yaitu Jepang, Amerika Serikat, dan Uni Eropa. Jumlah

ini mengalami penurunan dibanding tahun 2010 yang mencapai 70 persen, namun

mengalami peningkatan di pasar prospektif (Asia Tenggara dan Asia Timur) dan

pasar potensial (Timur Tengah, Afrika, dan eks Eropa Timur) sebesar 34 persen

pada tahun 2011.

487,116

565,739

857,783 907,970

857,922 926,478

854,328 911,674

881,413

1,103,576 1,159,349

-

200,000

400,000

600,000

800,000

1,000,000

1,200,000

1,400,000

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Vo

lum

e (T

on

)

Page 48: PENERAPAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL … · Kebijakan Perdagangan Internasional di Uni Eropa dan Pengaruhnya Terhadap Ekspor Udang Indonesia” adalah karya saya sendiri

33

Komoditas hasil produk perikanan Indonesia yang diekspor meliputi

udang, tuna, ikan ekonomis penting lainnya (kerapu, kakap, tenggiri, tilapia, dll),

cephalopoda (squid, ocopus, cuttlefish), daging kepiting rajungan, kepiting,

rumput laut, teripang, dan lobster. Komoditas perikanan tersebut diolah menjadi

produk perikanan (produk akhir) yang dapat dikelompokkan menurut proses

penanganan dan atau pengolahannya sebagai berikut:

1) Produk hidup,

2) Produk segar (fresh product) melalui proses pendinginan,

3) Produk beku (frozen product) baik mentah (raw) atau masak (cooked) melalui

proses pembekuan,

4) Produk kaleng (canned product) melalui proses pemanasan dengan suhu

tinggi (sterilisasi) dan pasteurisasi,

5) Produk kering (dried product) melalui proses pengeringan alami, atau

mekanis,

6) Produk asin kering (dried salted product) melalui proses penggaraman dan

pengeringan alami, atau mekanis,

7) Produk asap (smoked product) melalui proses pengasapan,

8) Produk fermentasi (fermented product) melalui fermentasi,

9) Produk masak (cooked product) melalui pemasakan/pengukusan,

10) Surimi (based product) melalui proses leaching atau pengepresan (minced).

Secara lebih detail, jumlah share ekspor produk hasil perikanan Indonesia

berdasarkan kelompok komoditas tahun 2010 dapat dilihat pada Gambar 3.

Page 49: PENERAPAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL … · Kebijakan Perdagangan Internasional di Uni Eropa dan Pengaruhnya Terhadap Ekspor Udang Indonesia” adalah karya saya sendiri

34

Gambar 3. Share Ekspor Perikanan Indonesia Tahun 2010 Per Kelompok

Komoditas.

Sumber: BPS (2011), (diolah)

Pada Gambar 3, diketahui bahwa share ekspor perikanan Indonesia

berdasarkan kelompok komoditas didominasi oleh kelompok crustaceae (udang

dan kepiting) yaitu sebesar 34,19 persen. Sisanya dipenuhi oleh kelompok ikan

olahan (kalengan) 19,82 persen, ikan beku 11,87 persen, fillet dan daging ikan

9,32 persen, ikan segar atau dingin 8,50 persen, dan di bawah lima persen terdiri

dari rumput laut, molusca, ikan kering, mutiara, ikan hidup, ikan hias, dan

lainnya.

5.3. Perkembangan Ekspor Udang Indonesia

5.3.1. Perkembangan Ekspor Udang Indonesia di Pasar Internasional

Indonesia merupakan salah satu negara eksportir terbesar di dunia untuk

komoditas udang. Berdasarkan total ekspor perikanan Indonesia tahun 2011,

komoditas udang memberikan kontribusi hasil ekspor sebesar 37,19 persen dari

total nilai ekspor perikanan Indonesia yang mencapai US$ 3,5 miliar (KKP,

2012). Perkembangan ekspor udang Indonesia menurut negara tujuan utama dapat

dilihat pada Gambar 4.

Page 50: PENERAPAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL … · Kebijakan Perdagangan Internasional di Uni Eropa dan Pengaruhnya Terhadap Ekspor Udang Indonesia” adalah karya saya sendiri

35

Gambar 4. Kontribusi Ekspor Udang Indonesia Menurut Pasar Utama Tahun 2005-

2011

Sumber: BPS (2012), KKP (2012), (diolah)

Gambar 4 menunjukkan perbedaan kontribusi ekspor udang Indonesia di

ketiga pasar utama tersebut, yaitu Jepang, Amerika Serikat, dan Uni Eropa tahun

2005-2011. Periode tersebut menunjukkan bahwa volume ekspor udang Indonesia

mencapai puncaknya pada tahun 2008 yaitu sebesar 170,5 ribu ton dan terendah

pada tahun 2010 yaitu sebesar 145 ribu ton. Jika dilihat menurut negara tujuan

ekspornya, Amerika Serikat memberikan perkembangan yang baik sebagai

importir udang Indonesia. Meskipun dalam periode tahun 2008-2010 mengalami

penurunan yang cukup besar, namun pada tahun 2011 ekspor udang Indonesia ke

Amerika Serikat kembali meningkat menjadi 70 ribu ton dengan nilai US$ 615

juta. Kondisi ini berbeda dengan periode 1993-2002, dimana Amerika Serikat

sebagai tujuan utama ekspor dengan pangsa rata-rata 11,46 persen, berada jauh

dibawah Jepang dengan rata-rata 57,34 persen (Aisya, et al. 2006). Peningkatan

yang terjadi dalam periode ini didukung kuat oleh peningkatan konsumsi udang

Amerika Serikat, dimana sejak periode tahun 1997-2005, kebutuhan Amerika

Serikat untuk konsumsi rumah tangga tercatat sebesar 355.000 ton dan data

statistik menunjukkan konsumsi udang Amerika Serikat selama kurun waktu

tahun 1997-2000 rata-rata meningkat tujuh persen lebih tinggi dari konsumsi

0

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

70,000

80,000

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Vo

lum

e (T

on

)

Tahun

Jepang

Amerika Serikat

Uni Eropa

Page 51: PENERAPAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL … · Kebijakan Perdagangan Internasional di Uni Eropa dan Pengaruhnya Terhadap Ekspor Udang Indonesia” adalah karya saya sendiri

36

tahun 1996 dan melewati rekor tertinggi sebelumnya sebesar dua persen (Infofish,

2003).

Perkembangan nilai ekspor udang Indonesia sama halnya seperti

perkembangan volumenya yang berfluktuatif, namun nilai ekspor komoditas ini

tidak selalu sejalan dengan perkembangan volumenya. Volume udang seperti

yang disebutkan sebelumnya tertinggi pada tahun 2008, akan tetapi nilai ekspor

tertingginya justru terjadi pada tahun 2011 yaitu senilai US$ 1,3 miliar, sedangkan

pada tahun 2008 hanya US$ 1,1 miliar. Sementara itu, nilai ekspor terendah

terjadi pada tahun 2005, yaitu sebesar US$ 948,1 juta. Fenomena ini menunjukkan

bahwa nilai ekspor udang Indonesia secara implisit lebih respon terhadap

perubahan harga udang dunia (Aisya, et al. 2006).

5.3.2. Perkembangan Ekspor Udang Indonesia ke Uni Eropa

Uni Eropa (UE) dengan 27 negara anggota saat ini menjadi pasar terbesar

di dunia untuk komoditas perikanan. Penduduk yang diperkirakan mencapai

hampir setengah miliar akan membutuhkan pasokan bahan pangan yang luar

biasa. Diperkirakan konsumsi komoditas perikanan selama enam tahun terakhir

mengalami pertumbuhan sebesar 18 persen (Purnomo, 2007a). Salah satu

komoditas perikanan Indonesia yang banyak masuk ke Uni Eropa adalah udang.

Perkembangan volume ekspor udang selama 12 tahun terakhir dapat dilihat pada

Gambar 5.

Gambar 5. Perkembangan Ekspor Udang Indonesia ke Uni Eropa Tahun 2000-

2011.

Sumber: KKP (2012), (diolah)

17,734 20,056

16,140

23,689 26,317

27,775

31,016 28,845 27,834

23,689

13,383

16,659

0

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Vo

lum

e (T

on

)

Tahun

Page 52: PENERAPAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL … · Kebijakan Perdagangan Internasional di Uni Eropa dan Pengaruhnya Terhadap Ekspor Udang Indonesia” adalah karya saya sendiri

37

Produk udang yang diekspor ke Uni Eropa terdiri dari bentuk segar (fresh

atau chilled), bentuk beku (frozen), dan bentuk olahan (preserved) baik dalam

kemasan kedap udara (in airtight containers) maupun kemasan tidak kedap udara

(in not airtight containers). Volume ekspor udang Indonesia ke Uni Eropa

didominasi oleh udang beku dan segar.

Uni Eropa setiap tahunnya mengimpor udang tidak kurang dari 300 ribu

ton dan merupakan pasar udang terbesar bersama Jepang dan Amerika Serikat,

namun selama periode tahun 2000-2011 (Gambar 5), ekspor udang Indonesia ke

Uni Eropa tidak pernah berkontribusi lebih dari 10 persen kebutuhan impor udang

Uni Eropa. Meskipun demikian, jika dilihat perkembangan pada periode 1974-

1999, volume ekspor udang Indonesia ke Uni Eropa telah menunjukkan

peningkatan yang sangat baik, dimana pada periode tersebut meningkat sebesar

2.545,46 persen yaitu dari 0,55 ribu ton menjadi 14,55 ribu ton (DKP 2009).

Hingga periode 2011 ini, volume ekspor udang Indonesia ke Uni Eropa tertinggi

berada pada tahun 2006 yaitu sebesar 31 ribu ton. Importir udang terbesar di pasar

Uni Eropa ini adalah Spanyol, Inggris, dan Perancis.

Penurunan volume ekspor udang Indonesia ke Uni Eropa dalam lima tahun

terakhir ini, menurut Yusuf dan Tajerin (2007) disebabkan oleh melemahnya

harga rata-rata udang di pasar internasional sebagai akibat dari lonjakan produksi,

terutama udang vannamae. Disamping itu, banyak muncul berbagai hambatan

perdagangan perdagangan yang bernuansa tarif seperti isu “dumping” dan

hambatan-hambatan nontarif seperti bioterrorism act, traceability, zero tolerance

terhadap residu antibiotik, isu lingkungan, dan sebagainya.

Page 53: PENERAPAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL … · Kebijakan Perdagangan Internasional di Uni Eropa dan Pengaruhnya Terhadap Ekspor Udang Indonesia” adalah karya saya sendiri

VI PENERAPAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN DI UNI EROPA DAN

PENGARUHNYA TERHADAP EKSPOR UDANG INDONESIA

6.1. Kebijakan Perdagangan Internasional

Pada dasarnya, suatu kebijakan yang ditetapkan berdasarkan suatu

kesepakatan adalah untuk melindungi pihak tertentu sebagai pelaku perdagangan.

Koo dan Kennedy (2005) juga mengatakan bahwa beberapa negara yang

menggunakan bermacam-macam kebijakan perdagangan adalah untuk melindungi

industri yang tidak efisien. Suatu kebijakan yang ditetapkan oleh organisasi

tertentu akan menjadi hambatan bagi pihak lain jika tidak dapat memenuhi

kebijakan tersebut. Dalam bidang perdagangan internasional dikenal adanya

hambatan-hambatan perdagangan atau trade barriers yang dapat digolongkan

menjadi tiga bidang yaitu tariff barrier, non tariff barrier, dan administrative

barrier.

Tariff barrier adalah kebijakan penetapan kuota dan tarif bea masuk oleh

suatu negara pengimpor terhadap suatu produk tertentu. Non tariff barrier

merupakan standar internasional dalam food safety sebagaimana dirumuskan oleh

Codex Alimentarius Commission yaitu suatu badan internasional antarnegara.

Persyaratan yang penting antara lain adalah konsep HACCP (Hazard Analysis

Critical Control Point) sebagai instrumen untuk mengaplikasikan SPS (Sanitary

and Phytosanitary Agreement) dimana untuk dapat memenuhi standar tersebut

dibutuhkan biaya yang besar yang nantinya akan menambah biaya produksi.

Selain itu, dalam technical barrier yang menetapkan health and sanitary

regulations, setiap negara memiliki standar yang berbeda-beda kriteria atau

ambang batasnya. Sedangkan yang termasuk dalam administrative barrier adalah

health certificate dari competent authority negara pengekspor dan ecolabelling

yang bertujuan untuk mempromosikan ramah lingkungan. Menurut Pruto (2001),

salah satu kelompok perjanjian internasional yang berpengaruh langsung bahkan

cenderung mengatur mekanisme perdagangan komoditas perikanan di pasar

internasional tentang perdagangan adalah perjanjian General Agreement on Tariff

and Trade (GATT oleh WTO), dimana terdapat perjanjian Agreement on Sanitary

and Phytosanitary Measures (SPS), dan Agreement on Technical Barrier on

Trade (TBT oleh WTO).

Page 54: PENERAPAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL … · Kebijakan Perdagangan Internasional di Uni Eropa dan Pengaruhnya Terhadap Ekspor Udang Indonesia” adalah karya saya sendiri

39

6.1.1. Penerapan Kebijakan Hambatan Tarif di Uni Eropa

Penetapan kuota dan tarif bea masuk merupakan kebijakan tarif yang

ditetapkan oleh Uni Eropa. Semua tarif produk perikanan Uni Eropa telah

ditetapkan dalam Persetujuan Umum Perdagangan dan Tarif atau General

Agreement on Tariff and Trade (GATT) yang sekarang digantikan oleh Organiasi

Perdagangan Dunia atau World Trade Organization (WTO). Tujuan utama

dibentuknya GATT/WTO adalah:

1) Liberalisasi perdagangan untuk meningkatkan volume perdagangan dunia

sehingga produksi meningkat.

2) Memperjuangkan penurunan dan bahkan penghapusan hambatan-hamban

tarif bea masuk (tariff barrier) maupun hambatan lainnya (non tariff barrier).

3) Mengatur perdagangan jasa yang mencakup tentang intellectual property

rights dan investasi.

Penetapan tarif bea masuk yang ditetapkan oleh ketiga importir terbesar

dunia perlu diketahui untuk melihat dan membandingkan penerapan yang

dilakukan oleh Uni Eropa dengan negara lainnya. Tarif bea masuk yang

dikenakan Amerika Serikat pada produk udang yang tidak di olah (beku, direbus,

digarami, dan dikeringkan) adalah nol persen atau free. Untuk produk udang

olahan, tarif bea masuk yang dikenakan adalah lima persen sampai sepuluh

persen, bahkan kadang udang diterapkan “special rate” yang lebih tinggi yaitu 20

persen. Sebelum Indonesia bergabung dalam EPA (Economic Partnership

Agreement) tahun 2007, tarif umum yang ditetapkan Jepang pada komoditas

udang olahan adalah sebesar 4,8 - 6 persen sementara tarif dari WTO diwajibkan

sebesar 4,8 - 5,3 persen. “Special rate” yang diberikan negara Jepang untuk

produk olahan sebesar 3,2 persen, tetapi untuk produk olahan yang termasuk

kategori “other” diberikan tarif nol persen atau free. Setelah Indonesia bergabung

dalam EPA, penetapan tarif yang diberlakukan Jepang untuk produk udang olahan

Indonesia adalah free. Untuk produk udang non olahan (beku, direbus, digarami,

dan dikeringkan) juga diberikan tarif bea masuk nol persen atau free.

Penerapan tarif bea masuk produk perikanan ke negara-negara Uni Eropa

berkisar nol persen untuk belut hidup (live eels) sampai 25 persen untuk produk

kaleng (canned mackerel, bonito and anchovies). Secara umum, tingkat tarif yang

Page 55: PENERAPAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL … · Kebijakan Perdagangan Internasional di Uni Eropa dan Pengaruhnya Terhadap Ekspor Udang Indonesia” adalah karya saya sendiri

40

diberlakukan oleh Uni Eropa tergolong paling tinggi jika dibandingkan negara-

negara maju lainnya seperti Amerika Serikat dan Jepang. Tarif bea masuk

biasanya akan semakin tinggi bagi “value added products”, namun Uni Eropa

menyediakan mekanisme yang berbeda untuk mengurangi pajak (duties) yaitu

rata-rata tarif dikurangi sekitar 3-4 persen (KKP, 2010). Data tarif bea masuk

komoditas udang di pasar tradisional dapat dilihat pada Tabel 10 berikut.

Tabel 10. Tarif Bea Masuk komoditas udang di Uni Eropa, Amerika Serkikat, dan

Jepang

Kode HS Produk

Tarif Bea Masuk (%)

Uni Eropa Amerika

Serikat Jepang

MFN GSP MFN MFN

030613100 Of the familiy pandalidae 12,0 4,2 Free Free

030613300 Shrimp of the genus crangon

by boiling in water 12,0 4,2 Free Free

030613400 Deepwater rose shrimps

(Parapenaeus) 12,0 4,2 Free Free

030613500 Shrimps of the genus penaeus 12,0 4.2 Free Free

030613800 Other 12,0 4,2 Free Free

030621000 Rock lobster by boiling in

water 12,5 4,3 Free Free

030622100 Live lobster 8,0 2,8 Free Free

030623310 Shrimp of the genus crangon

fresh, chilled, live, dried, salted 18,0 14,5 Free Free

160520100 Shrimps and prawns 20,0 7,0 5,0 Free

160530100 Lobster 20,0 7,0 10,0 Free

Sumber: DG Taxud (2012), USITC (2012), Japan Customs (2012), (diolah)

Keterangan:

Kode HS 03.06.13: Beku: udang kecil dan udang biasa

Kode HS 03.06.2x: Segar: udang besar, udang kecil, dan udang biasa

Kode HS 16.05.x0: Udang besar, kecil, dan udang biasa, diolah atau diawetkan

Tabel 10 menunjukkan bahwa penetapan tarif yang diberlakukan Uni

Eropa lebih tinggi jika dibandingkan dengan Amerika Serikat dan Jepang. Tarif

yang ditetapkan oleh Uni Eropa untuk produk udang Indonesia adalah sebesar 12

persen untuk udang beku, 8-18 persen untuk produk udang segar, dan 20 persen

untuk produk udang olahan. Oleh karena itu, Uni Eropa sebagai kelompok negara

maju, memberikan skema khusus kepada negara-negara berkembang termasuk

Indonesia, yaitu berupa Generalized System of Preferences (GSP) guna

memperluas akses pasar ke negara-negara Uni Eropa. Berdasarkan pasal 7 point 2

dari skema GSP untuk periode 1 Januari 2002 s/d 31 Desember 2004, produk

Page 56: PENERAPAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL … · Kebijakan Perdagangan Internasional di Uni Eropa dan Pengaruhnya Terhadap Ekspor Udang Indonesia” adalah karya saya sendiri

41

shrimps prawns merupakan produk yang termasuk dalam daftar “sensitif”. Oleh

sebab itu, produk tersebut mendapatkan preferensi 3,5 persen, namun pada skema

yang lama penurunan tarif yang diperoleh lebih besar dari 3,5 persen. Berdasarkan

pasal 7 point 3 beneficiary diperbolehkan untuk menggunakan ketentuan yang

lama jika tarif pada skema GSP sebelumnya lebih tinggi. Oleh sebab itu, tarif

produk udang beku di Uni Eropa dengan GSP akan diberlakukan sesuai dengan

tarif yang lama yaitu sebesar 4,2 persen dengan tarif MFN (Most Favoured

Nations) sebesar 12 persen.

Masyarakat Uni Eropa pertama kali menerapkan skema GSP pada tahun

1971. Peraturan yang tercantum dalam GSP terus mengalami perkembangan. Pada

tahun 2002, dikeluarkan skema GSP, yaitu Council Regulation (EC) 2211/2002.

Pemberlakuan skema tersebut dimulai tanggal 1 Januari 2002 - 31 Desember

2005. Pada tahun 2005 dikeluarkan Council Regulation (EC) 980/2005 yang

dilaksanakan mulai tanggal 1 Januari 2006 hingga 31 Desember 2008. Pada tahun

2008 juga dikeluarkan Council Regulation (EC) 732/2008 yang dilaksanakan

untuk periode 1 januari 2009 sampai 31 Desember 2011. Penetapan skema GSP

sejak tahun 2006-2008 telah ditetapkan berlaku sampai tahun 2015 mendatang

dengan maksud memberikan kontinuitas dan stabilitas bagi negara-negara

penerima GSP (European Commission, 2010). Selama periode 1 januari 2009

sampai 31 Desember 2011, berdasarkan Council Regulation (EC) 732/2008,

terdapat tiga skema peraturan yang ditetapkan:

1) Skema umum (general scheme), yaitu kepada negara-negara berkembang

penerima GSP dapat menikmati fasilitas GSP

2) Skema intensif khusus (GSP+) untuk mendukung pembangunan yang

berkelanjutan dan pemerintahan yang bersih, GSP (+) menyediakan

keuntungan tambahan terhadap negara yang menerapkan standar internasional

terhadap kebebasan manusia (HAM) dan buruh, perlindungan lingkungan,

perlawanan terhadap obat-obatan terlarang, dan pemerintahan yang bersih.

3) Skema khusus bagi negara tertinggal (LCDs) yang juga dikenal sebagai

Everything But Arms (EBA). EBA memberikan perlakuan yang paling

menguntungkan terhadap semua dengan tujuan membebaskan bea tarif dan

bebas kuota untuk akses pasar ke Uni Eropa.

Page 57: PENERAPAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL … · Kebijakan Perdagangan Internasional di Uni Eropa dan Pengaruhnya Terhadap Ekspor Udang Indonesia” adalah karya saya sendiri

42

Penetapan tarif oleh Uni Eropa terhadap produk ekspor Indonesia

merupakan hambatan yang paling menonjol yang dihadapi industri perikanan

Indonesia. Jika dibandingkan penetapan tarif yang diberlakukan Uni Eropa

terhadap Indonesia dengan negara-negara bekas jajahan negara-negara Eropa

seperti yang tergabung dalam ACP (Africa, Carribea, Pacific Countries), tarif

yang diberlakukan terhadap Indonesia merupakan suatu jumlah yang besar.

Negara-negara yang tergabung dalam ACP dikenakan tarif rendah atau bahkan

bebas tarif seperti yang dialami negara-negara persemakmuran yang mengekspor

ke Inggris. Perlakuan istimewa tersebut tidak dialami Indonesia yang pernah

dijajah Belanda sebagai anggota Uni Eropa dalam kurun waktu sangat panjang.

Menurut Purnomo (2007b), pendekatan dan usulan untuk mendapatkan

kompensasi tarif dari Belanda karena Indonesia pernah dijajah Belanda memang

pernah dilakukan namun tidak berhasil.

Pemberlakuan tarif bea masuk oleh Uni Eropa sebagai salah satu negara

importir utama terbesar di dunia pada dasarnya telah memberatkan negara-negara

eksportir udang, khususnya Indonesia. Apabila pengurangan tarif dilakukan lebih

besar lagi dalam bentuk GSP, maka nilai ekspor udang Indonesia ke Uni Eropa

dapat lebih meningkat. Painthe (2008) dalam penelitiannya mengatakan bahwa

selama ini negara-negara impotir, khususnya negara berkembang terus berjuang

untuk mendapatkan zero tariff untuk komoditas ekspor negara tersebut. Selain itu,

hasil penelitian yang dilakukan juga menyebutkan dengan adanya penurunan tarif,

nilai ekspor komoditas udang Indonesia akan meningkat.

Meskipun demikian, Uni Eropa sebagai salah satu negara importir udang

terbesar di dunia tetap menjadi pangsa ekspor strategis untuk Indonesia karena

permintaan akan udang di pasar Eropa cenderung meningkat. Oleh karena itu,

untuk mengatasi pemberian tarif yang tergolong tinggi, Indonesia perlu

melakukan trade creation antara Indonesia dan Uni Eropa seperti yang telah

dilakukan antara Indonesia dengan Jepang dalam bentuk EPA (Economic

Partnership Agreement). Trade creation bagi Indonesia nantinya akan

memberikan produk ekspor perikanan Indonesia yang masuk ke Uni Eropa

dikenakan tarif yang berbeda dengan negara-negara di luar kerja sama antara

Indonesia dan Uni Eropa.

Page 58: PENERAPAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL … · Kebijakan Perdagangan Internasional di Uni Eropa dan Pengaruhnya Terhadap Ekspor Udang Indonesia” adalah karya saya sendiri

43

6.1.2. Penerapan Kebijakan Hambatan Nontarif di Uni Eropa

Semua kebijakan ekspor yang tidak berkaitan dengan pengenaan pajak

atau pungutan impor dan menjadi hambatan bagi pelaku eksportir dapat

dimasukkan ke dalam hambatan nontarif yang ternyata menjadi hambatan paling

dominan. Kesepakatan akan konsep Sanitary and Phytosanitary (SPS) yang

mecakup keamanan pangan (food safety attributes) dan kandungan gizi (nutrion

attributes) yang ditetapkan oleh Komisi Eropa bila tidak dipenuhi, produk udang

Indonesia akan mengalami banyak hambatan yang akhirnya berakibat penolakan

dengan alasan non tariff barrier to trade. Hambatan nontarif ini pada hakekatnya

menjadi hambatan utama dan sering melebar ke berbagai hal (Purnomo, 2007b).

Perhatian utama Uni Eropa saat ini berada pada bahan pangan yang masuk ke Uni

Eropa. Menerapkan persyaratan mutu bagi produk yang diimpor sudah menjadi

hak importir dalam menjamin dan melindungi keselamatan konsumen. Ketentuan-

ketentuan dari kelompok negara di Uni Eropa dapat yang diidentifikasikan

sebagai hambatan nontarif adalah sebagai berikut:

1) Kondisi kesehatan dalam produksi dan penempatan di pasar-pasar produk

perikanan.

2) Peraturan syarat hygiene minimum yang harus diterangkan pada produk

perikanan tangkap di tempat-tempat pelabuhan kapal perikanan.

3) Pengaturan maksimal kontaminasi-kontaminasi makanan.

Kebijakan terkait nontarif yang diterapkan Uni Eropa untuk produk udang

sebagian besar sama dengan peraturan yang diterapkan untuk produk perikanan

lainnya khususnya mengenai standar kesehatan, keselamatan konsumen, dan

perlindungan bagi kelestarian lingkungan. Dewasa ini, perhatian publik di negara

maju terhadap sanitary dan hygene produk pangan telah meningkat (Ahmed,

2006). Hal ini menyebabkan negara pengimpor (negara maju) melakukan

pengetatan atas aturan keamanan produk yang diimpor. Negara-negara

berkembang seperti Indonesia sering mengeluhkan terkena dampak aturan

sanitary and phytosanitary yang ketat dari negara-negara pengimpor utama.

Daftar kebijakan nontarif di Uni Eropa yang berpengaruh terhadap produk udang

dapat dilihat pada Tabel 11.

Page 59: PENERAPAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL … · Kebijakan Perdagangan Internasional di Uni Eropa dan Pengaruhnya Terhadap Ekspor Udang Indonesia” adalah karya saya sendiri

44

Tabel 11. Inventarisasi Kebijakan Nontarif Uni Eropa yang Berpengaruh

Terhadap Produk Ekspor Udang Indonesia

No Regulasi Deskripsi

1. Council Directive 91/493/EEC Mengatur mengenai kondisi kesehatan

untuk produk dan pemasaran produk

perikanan

Ketentuan bagi negara dunia ketiga harus

mempunyai sistem yang setara dengan

yang ada di UE agar adapat melakukan

ekspor hasil perikanan ke Uni Eropa.

2. Council Directive No. 92/48/EEC Menenai ketentuan batas minimum higien

untuk produk perikanan

3. Regulasi (EC) No. 446/2001 8

Maret 2001

Menetapkan taraf maksimum bagi pencemar

tertentu dalam bahan pangan.

4. Regulasi (EC) No. 178/2002 dari

Dewan dan Parlemen Eropa 28

Januari 2002

Prinsip-prinsip umum dan persyaratan

hukum pangan, pembentukan otoritas

keamanan pangan eropa dan penetapan

prosedur yang terkait dengan keamanan

pangan

5. Regulasi (EC) No. 852/2004 29

April 2004

Regulasi ini merupakan ratifikasi SPS

dari WTO dan standar keamanan pangan

internasional yang memuat Codex

Alimentarius.

Persyaratan umum produksi primer,

persyaratan teknis, HACCP, pendaftaran/

pengakuan usaha makanan, petunjuk

nasional untuk praktik yang baik.

6. Regulasi (EC) No. 853/2004 29

April 2004

Aturan higienis yang spesifik untuk makanan

dari asal hewan (pengakuan dari perusahaan,

kesehatan, dan identifikasi pendanaan,

impor, informasi rantai pangan)

7. Regulasi (EC) No. 854/2004 29

April 2004

Aturan khusus bagi organisasi pengawasan

resmi atas produk asal hewan yang

dimaksudkan untuk konsumsi manusia.

8. Regulasi (EC) No. 2073/2005 15

November 2005

Kriteria mikrobiologis untuk bahan pangan

9. Commission Decision

2006/236/EC 21 Maret 2006

Kondisi khusus untuk produk perikanan asal

Indonesia dan yang ditujukan untuk

konsumsi manusia dan mengatur systemic

border control yaitu mengecek setiap

consignment/container di setiap port entry

10. Commission Decision

2008/660/EC 31 Juli 2008

Mengubah keputusan dari CD 2006/236/EC

menjadi persyaratan untuk uji produk

perikanan yang berasal dari Indonesia untuk

keberadaan logam berat dan histamin pada

produk tangkap

11. Commission Decision

2010/220/EU 16 April 2010

Mewajibkan uji sampel terhadap paling

sedikit 20 persen dari produk perikanan

budidaya di semua pelabuhan pintu masuk

ke Eropa

Sumber: KKP (2011), Commission Decision (2012), (diolah)

Page 60: PENERAPAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL … · Kebijakan Perdagangan Internasional di Uni Eropa dan Pengaruhnya Terhadap Ekspor Udang Indonesia” adalah karya saya sendiri

45

Regulasi yang dikeluarkan oleh Komisi Eropa (European Commission)

pada Tabel 11 secara umum diberlakukan dua puluh hari setelah diterbitkan dalam

Official Journal (OJ). European Commision adalah lembaga eksekutif pemerintah

Uni Eropa yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan peraturan Uni Eropa

kepada dewan dan parlemen Eropa, termasuk di dalamnya peraturan mengenai

pengawasan mutu dan keamaan pangan (EU, 2010)

Menurut Ababouch (2006) yang diacu dalam Lambaga (2009), peraturan

yang disyaratkan negara importir seringkali menjadi penghambat dalam

perdagangan. Negara berkembang yang umumnya merupakan eksportir utama

produk perikanan seringkali dihadapkan pada penolakan akibat kompleksitas

program sanitasi dan persyaratan mutu dari negara tujuan eskpor. Selain itu, tidak

harmonisnya standar dan sistem yang digunakan pada negara tujuan eskpor juga

menghambat perdagangan internasional. Uni Eropa memberlakukan persyaratan

mutu yang lebih ketat terhadap produk perikanan budidaya. Sesuai dengan EC

Food Law No. EC/2002/178 dan EU Regulation No. 2377/90 tentang Regulation

on Residue Control and Monitoring of Aqualucture Products, maka semua negara

eksportir produk perikanan budidaya diwajibkan untuk menyampaikan laporan

hasil monitoring residu obat-obatan dan antiobiotik kepada Directorate General

of Health and Consumer Protection (DG Sanco) secara rutin setiap tahun.

Peraturan tersebut pun terus berkembang menjadi ketentuan zero tolerance

terhadap residu antibiotik untuk setiap perikanan budidaya yang akan masuk ke

Uni Eropa.

Kunci pokok regulasi yang ditetapkan Komisi Eropa menitikberatkan pada

perlindungan konsumen tingkat tinggi terkait standar mutu dan keamanan pangan

di Uni Eropa yaitu EC No. 178/2002 tentang persyaratan mutu undang-undang

pangan secara prosedur keamanan pangan. Hal ini juga dikatakan oleh Painthe

(2008) dalam penelitiannya. Saat peraturan tersebut dikeluarkan, salah satu

kebijakan yang cukup signifikan mempengaruhi perkembangan impor pangan Uni

Eropa adalah diterapkannya Rapid Alert System for Food and Feeds (RASFF).

Pengaruh ini berdampak kepada peredaran produk negara eksportir di Uni Eropa.

RASFF merupakan jejaring kerja dalam sistem siaga cepat untuk pemberitahuan

risiko langsung atau tak langsung pada kesehatan manusia yang berasal dari

Page 61: PENERAPAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL … · Kebijakan Perdagangan Internasional di Uni Eropa dan Pengaruhnya Terhadap Ekspor Udang Indonesia” adalah karya saya sendiri

46

pangan atau pakan. Melalui RASFF yang diacu dalam Saputra (2011), produk

pangan Indonesia yang teridentifikasi membahayakan kesehatan di Eropa

akan menerima tiga notification yaitu alert notification, information

notification, dan border rejection notification. Alert notification merupakan

sebuah “pemberitahuan peringatan” atau peringatan yang dikirim melalui RASFF

ke negara anggota apabila pangan atau pakan memiliki risiko serius di pasar atau

ketika tindakan cepat diperlukan, sedangkan information notification merupakan

sebuah “pemberitahuan informasi” menyangkut suatu pangan atau pakan di pasar

negara yang memberitahukan dimana risiko telah diidentifikasi dan tidak

memerlukan tindakan cepat. Border rejection notification merupakan notification

untuk produk pangan yang teridentifikasi membahayakan sebelum masuk ke pasar

Eropa atau mengalami penolakan di Eropa.

Peraturan lain pada EC/853/2004 yang juga dikeluarkan oleh Komisi

Eropa, menempatkan persyaratan kesehatan makanan untuk produk yang berasal

dari hewan, mencakup sistem prosedur HACCP. Aturan ini memberikan tanggung

jawab pada produsen pangan utama untuk keamanan pangan melalui pengecekan

sendiri dan teknik pengendalian terhadap bahaya. Peraturan ini diberikan karena

pengembangan budidaya produk perikanan, khususnya udang, hanya

mengutamakan peningkatan produksi dan menyampingkan aspek mutu dan

keamanan pangan, padahal menurut Putro (2008) produk udang budidaya sangat

rentan terhadap kontaminasi bakteri-bakteri patogen maupun residu

antibiotik/obat-obatan dan pestisida yang membahayakan kesehatan konsumen.

Oleh karena itu, ditetapkannya konsep HACCP oleh Komisi Eropa juga perlu

diterapkan dalam industri udang nasional dalam standardisasi budidaya untuk

mencegah residu obat-obatan dan kontaminasi berbagai senyawa kimia dalam

produk udang budidaya, serta mencegah terjadinya kontaminasi mikrobiologi

ketika udang dibudidayakan di kolam/tambak maupun di tempat pengolahan

menjadi produk beku untuk di ekspor.

Berdasarkan peraturan atau regulasi yang ditetapkan oleh Uni Eropa

sebagai hambatan nontarif (Tabel 11), maka Kementerian Kelautan dan Perikanan

menetapkan kewajiban dasar bagi pengolah, buyer, dan competent authority dari

negara pengekspor yang akan melakukan ekspor produk udang ataupun produk

Page 62: PENERAPAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL … · Kebijakan Perdagangan Internasional di Uni Eropa dan Pengaruhnya Terhadap Ekspor Udang Indonesia” adalah karya saya sendiri

47

perikanan lainnya ke Uni Eropa untuk memenuhi persyaratan-persyaratan

tersebut, diantaranya:

1) Pengolah (Unit pengolahan/perusahaan/eksportir) harus menerapkan dan

memantau kegiatan pengolahan berdasarkan:

a. Article 3 sampai 6 dari EC 852/2004, secara umum kewajiban bagi

perusahaan untuk mengawasi atau memonitor keamanan pangan produk

dan proses pengolahan yang menjadi tanggung jawabnya.

b. Menerapkan keadaan umum hygienic primary production article 4.1 dan

PART A annex I dari EC 852/2004.

c. Menerapkan detail (detail requirements) setelah primary production

(article 4.2 dan Annex II EC 852/2004).

d. Persyaratan Mikrobiologi pada Article 4.3 EC 852/2004 dan EC No.

2073/2005.

e. Menerapkan prosedur prinsip-prinsip HACCP (article 5 dari EC

852/2004).

f. Unit pengolah harus teregistrasi sesuai article 6 dari EC 852/2004.

2) Buyer/Importer (food business operators importing products) melaksanakan

pengawasan sesuai dengan persyaratan EC 853/2004, dan harus menjamin

bahwa produk-produk tersebut telah memiliki dan menerapkan sistem

penanganan pengolahan yang sehat dan produk tersebut diperiksa di border

inspection posts.

3) Pemerintah (competent authority) di negara pengekspor berkewajiban:

a. Competent authority melakukan pengawasan (official control) yang

memenuhi kriteria yang tercantum dalam EC 882/2004

b. Competent authority mengawasi perusahaan yang diberi wewenang

untuk ekspor ke Uni Eropa agar tetap memenuhi European Community

Requirements

c. Competent authority mempertahankan, memperbaharui, dan

mengkomunikasikan kepada Komisi Eropa mengenai perusahaan yang

tidak memenuhi atau tidak lagi memenuhi European Community

Requirements. Compentent authority melakukan ini sesuai dengan

Article 12 paragraf 2 EC 854/2004.

Page 63: PENERAPAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL … · Kebijakan Perdagangan Internasional di Uni Eropa dan Pengaruhnya Terhadap Ekspor Udang Indonesia” adalah karya saya sendiri

48

d. Sertifikat-sertifikat yang dipersyaratkan harus diterbitkan sebelum

pengapalan atau meninggalkan pelabuhan.

Kewajiban lain dapat diterapkan seiring dengan perkembangan kebijakan

yang diberikan oleh Komisi Eropa dalam memberikan regulasi bagi negara-negara

eksportir.

Pada tahun 2008, Komisi Eropa menetapkan kebijakan CD 2008/660/EC

dimana keputusan dari CD 2006/236/EC tidak hanya mengatur systemic border

control yang mengecek setiap consignment/container di setiap port entry,

melainkan menjadi persyaratan untuk uji produk perikanan yang berasal dari

Indonesia untuk keberadaan logam berat dan histamin pada produk perikanan

tangkap. Kebijakan yang ditetapkan Komisi Eropa mengharuskan eksportir

Indonesia melakukan pengujian terhadap setiap komoditas perikanan. Kebijakan

yang diterapkan Uni Eropa ini secara nyata juga menyebabkan volume ekspor

produk perikanan Indonesia khususnya tuna sebagai produk perikanan tangkap

mengalami penurunan sejak diberlakukannya kebijakan tersebut yaitu dari 12,610

ton pada tahun 2007 menjadi 12,132 ton pada tahun 2008. Meskipun pada tahun

berikutnya terjadi kenaikan volume menjadi 13,370 ton, namun pada tahun 2010

kembali mengalami penurunan menjadi 8,434 ton.

Regulasi yang ditetapkan oleh Komisi Eropa terhadap produk perikanan

Indonesia, pada dasarnya telah membawa para pelaku eksportir untuk

meningkatkan kualitasnya. Keseriusan pelaku eksportir tersebut telah didukung

oleh pemerintah Indonesia dalam pemenuhan standardisasi yang ditetapkan Uni

Eropa. Pada tanggal 15 Maret 2010 melalui CD 2010/219/EU, Komisi Eropa

mencabut CD 2006/236/EC dan CD 2008/660/EC untuk uji logam berat dan

histamin pada produk perikanan tangkap. Pencabutan ini didasari karena hasil tes

yang dilakukan Komisi Eropa terhadap produk perikanan di Indonesia tidak

melebih tingkat maksimum kandungan logam berat dan histamine. Oleh karena

itu, setiap kali pengiriman produk perikanan ke Uni Eropa tidak perlu dilakukan

tes uji logam berat dan histamin. Pada tahun 2011, pencabutan peraturan tersebut

membuat para pelaku ekspor perikanan tangkap kembali mengekspor secara

besar-besaran ke Uni Eropa, sehingga terjadi peningkatan volume ekspor untuk

produk perikanan tangkap seperti tuna, yakni dari 8,434 ton menjadi 30,134 ton.

Page 64: PENERAPAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL … · Kebijakan Perdagangan Internasional di Uni Eropa dan Pengaruhnya Terhadap Ekspor Udang Indonesia” adalah karya saya sendiri

49

Hingga saat ini, kebijakan nontarif untuk produk ekspor perikanan

Indonesia ke Uni Eropa diberatkan oleh ketentuan yang diterapkan Komisi Eropa

dalam CD 220/2010. Kebijakan yang ditetapkan Uni Eropa memberikan dampak

yang berbeda untuk setiap produk perikanan, khususnya udang yang adalah

produk perikanan budidaya. Peraturan CD 220/2010 ini mewajibkan uji sampel

bebas antibiotik terhadap paling sedikit 20 persen dari produk perikanan budidaya

di semua pelabuhan pintu masuk ke Eropa. Kebijakan ini didasari karena

ditemukannya kandungan antibiotik pada penjual pakan ikan yang berada sekitar

tempat budidaya perikanan Indonesia. Kewajiban uji atas produk ekspor

perikanan budidaya dapat mengancam daya saing ekspor dan mengurangi

pendapatan negara dari produk udang yang biasanya diekspor ke Uni Eropa..

Berdasarkan data statistik ekspor udang Indonesia ke Uni Eropa, terbukti

bahwa pada tahun 2010 volume ekspor udang Indonesia mengalami penurunan

sebesar 43,51 persen. Penurunan ini terjadi selain karena produksi rendah pada

tahun tersebut, adalah akibat kebijakan yang diterapkan oleh Uni Eropa dalam CD

220/2010. Peraturan ini mewajibkan sampel yang diperiksa diambil 20 persen dari

total volume udang yang diekspor. Oleh sebab itu, jika ada lima kontainer udang,

maka satu kontainer harus diperiksa. Satu kontainer biayanya bisa mencapai 3.500

euro dan ditanggung sendiri oleh eksportir. Akibatnya, pengusaha atau pelaku

ekspor harus menanggung beban dengan mengurangi margin keuntungan4. Hal ini

berarti kewajiban untuk uji sampel bebas antibiotik mengharuskan para pengusaha

ekspor membayar lebih untuk setiap kontainer yang diuji, sehingga untuk

mengimbangi biaya pengujian yang ditetapkan Uni Eropa, pengusaha ekspor

Indonesia bisa saja melakukan kenaikan harga ekspor. Namun, menurut

Darmawan (2011) sebagai Ketua Asosiasi Pengusaha Pengolahan dan Pemasaran

Produk Perikanan Indonesia (AP5I), kenaikan harga ekspor udang hampir tidak

mungkin dilakukan Indonesia karena akan sulit bersaing dengan produk udang

dan perikanan lainnya dari Thailand dan Vietnam yang juga menjadi pemasok

terbesar ekspor perikanan di Asia Tenggara. Selain itu, produk perikanan dari

kedua negara itu pun tidak dikenai kewajiban pemeriksaan residu antibiotik

seperti Indonesia. Kewajiban uji sampel bebas antibiotik menjadi alasan kuat

4 (http://www.bbrse.kkp.go.id). Ekspor Udang ke Uni Eropa Bakal Turun 11 persen. Diakses

tanggal 20 Mei 2012.

Page 65: PENERAPAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL … · Kebijakan Perdagangan Internasional di Uni Eropa dan Pengaruhnya Terhadap Ekspor Udang Indonesia” adalah karya saya sendiri

50

banyaknya pelaku eksportir yang mengganti tujuan ekspornya ke negara lain,

sehingga pada tahun 2010 terjadi penurunan volume ekspor udang ke Uni Eropa

dibandingkan tahun sebelumnya.

Berdasarkan analisis deskriptif tentang penerapan kebijakan Uni Eropa

terhadap seluruh produk perikanan yang diimpor, seluruh kebijakan nontarif oleh

Uni Eropa haruslah dipenuhi oleh seluruh eksportir karena menyangkut kesehatan

dan keamanan konsumen. Meskipun kebijakan yang ditetapkan oleh Uni Eropa

sangat ketat terhadap produk perikanan, khususnya udang yang adalah produk

perikanan budidaya, namun pasar Eropa masih tetap prospektif untuk terus

dimasuki oleh negara-negara pengekspor udang di dunia seperti Indonesia.

Ketetapan adanya zero tolerance yang diangkat oleh Uni Eropa terhadap produk

udang budidaya akan antibiotik seharusnya tidaklah menjadi masalah bagi pelaku-

pelaku eksportir jika ingin memasuki pasar Eropa. Bagi Indonesia, adanya zero

tolerance harusnya membawa seluruh stakeholder untuk mencermati secara

intensif setiap tahapan dalam budidaya udang di tingkat petambak/pembudidaya

hingga unit pengolah.

6.1.3. Penerapan Kebijakan Adminstratif di Uni Eropa

Masalah lain yang dapat menjadi hambatan bagi produk ekspor hasil

perikanan adalah masalah yang berkaitan dengan administrasi. Alasan yang paling

umum menjadi hambatan administratif adalah approval number, health

certificate, dan competent authority. Mengenai health certificate, Komisi Eropa

menetapkan bahwa setiap eksportir harus dilengkapi dengan dua health certificate

yaitu: (1) Health certificae atau sertifikat kesehatan produk perikanan eskpor

untuk tujuan konsumsi manusia yang dikeluarkan oleh Balai/Laboratorium

Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan dan (2) Health certificate atau

sertifikat kesehatan produk perikanan ekspor untuk hama dan penyakit ikan atau

media pembawanya yang dikeluarkan oleh Stasiun Karantina, Kementerian

Kelautan dan Perikanan yang biasanya berlokasi di lingkungan pelabuhan umum

atau bandar udara.

Eksportir/pengolah/unit pengolahan juga harus dilengkapi Sertifikat

Kelayakan Pengolahan (SKP). Sertifikat Kelayakan Pengolahan (SKP) merupakan

dokumen yang menyatakan bahwa unit pengolahan tempat produk perikanan

Page 66: PENERAPAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL … · Kebijakan Perdagangan Internasional di Uni Eropa dan Pengaruhnya Terhadap Ekspor Udang Indonesia” adalah karya saya sendiri

51

diolah telah memenuhi standar kelayakan dasar penanganan/pengolahan ikan atau

Good Manufacturing Practices (GMP), dan prosedur standar sanitasi atau

Standard Sanitation Operating Procedures (SSOP). Dalam proses mendapatkan

SKP, maka Dinas Perikanan dan Kelautan berkewajiban untuk melakukan

kegiatan penilikan awal/prainspeksi (preinspection) atau dapat diistilahkan pra-

SKP. Hal ini merupakan pembinaan terhadap perusahaan/unit pengolahan ikan

sebelum institusi teknis yaitu Direktorat Standarisasi dan Akreditasi, Ditjen P2HP

melakukan penilikan/inspeksi SKP lebih lanjut. Sertifikat Kelayakan Pengolahan

(SKP) merupakan salah satu persyaratan bagi unit pengolahan ikan/eksportir

pengolah dalam memperoleh health certificate yang diterbitkan oleh LPPMHP.

Selain persyaratan SKP, eksportir produsen/pengolah juga harus memiliki

surat keterangan validasi HACCP (Hazard Analysis Critical Control Points)

apabila melakukan eskpor produk perikanan ke Amerika Serikat, Uni Eropa, dan

Jepang. Khusus untuk ekspor ke Uni Eropa, eksportir harus dilengkapi dengan

approval number yang dikeluarkan oleh Komisi Eropa atas usulan Badan

Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan sebagai

Otoritas Kompeten (Competent Authority). Persetujuan (approval) izin ekspor

yang diberikan oleh Komisi Eropa kepada para eksportir ternyata hanya diberikan

kepada perusahaan eksportir yang sudah dianggap qualified-fulfiling the

equivalence conditions for production and plecing on the market dan bukan

diberikan kepada semua perusahaan di suatu negara. Selanjutnya, Komisi Eropa

akan memberikan informasi daftar perusahaan yang layak ekspor (list of

authorized countries) kepada publik melalui website dan dokumen publik lainnya.

Hingga tahun 2011, jumlah unit pengolah/eksportir produk perikanan Indonesia

yang telah mempunyai approval number adalah 189 unit. Produk hasil perikanan

Indonesia umumnya ditolak karena unit pengolah (eksportir) yang bersangkutan

belum mempunyai approval number yang dikeluarkan Komisi Eropa.

Tahapan Pengawasan secara administratif hasil perikanan yang masuk

(impor) ke Uni Eropa dapat dilihat sebagai berikut (KKP, 2010):

1) Competent authority negara pengirim menghubungi Komisi Eropa untuk

memohon persetujuan approval number of fisheries establishments atau

perusahaan/eksportir hasil perikanan.

Page 67: PENERAPAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL … · Kebijakan Perdagangan Internasional di Uni Eropa dan Pengaruhnya Terhadap Ekspor Udang Indonesia” adalah karya saya sendiri

52

2) Approval number yang diusulkan, jika diterima atau ditolak akan diterbitkan

dalam official journal dari European Community dan disebarkan secara

elektronik ke semua member states.

3) Melalui commission decision ditetapkan format health certificate dan list of

establishments (unit pengolahan) yang disetujui (telah mendapat approval

number).

4) Competent authority dari negara pengirim menerbitkan health certificate dan

stempel yang dikeluarkan oleh commission decision.

5) Komisi Eropa melalui Food and Veterinary Office (FVO), Directorate

General of Consumer Protection (DG Sanco) melakukan kunjungan ke

negara pengirim baik member states maupun negara ketiga untuk misi

inspeksi sistem/standar higienis apakah ekuivalen dengan peraturan Uni

Eropa.

6) Prosedur ekspor harus masuk mealalui pos pengawasan perbatasan (Border

Inspection Post/BIP).

7) Buyer/Importer di negara Uni Eropa harus memberitahu kepada BIP tentang

kedatangan Consignment dalam kurun waktu 24 jam melalui laut dan enam

jam melalui udara.

8) Official fish inspector atau official veterinary surgeon melakukan

pemeriksaan seperti diuraikan berikut:

a. Documentary check (pengecekan dokumen) adalah memeriksa dokumen-

dokumen terkait dengan pengiriman barang/produk, termasuk certificate

of origin dan health certificate.

b. Identity check (identifikasi dokumen) adalah pengecekan visual untuk

melihat kecocokan dan konsistensi antara dokumen-dokumen dan

produk-produk, termasuk dokumen lain seperti certificate of origin,

approval number, dll.

c. Physical check (Pemeriksaan fisik) adalah pemeriksaan produk yang

dilakukan oleh fish/veterinary inspector sendiri (BIP) seperti

organoleptik, pengepakan dan pengemasan (packaging), suhu

(temperature), dan atau memungkinkan mengambil contoh dan menguji

ke laboratorium (sampling and laboratory testing).

Page 68: PENERAPAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL … · Kebijakan Perdagangan Internasional di Uni Eropa dan Pengaruhnya Terhadap Ekspor Udang Indonesia” adalah karya saya sendiri

53

9) Jika pemeriksaan dokumen memuaskan pihak inspektur sesuai dengan

Common Veterinary Entry Document (CVED) yang diterbitkan, maka

consignment tersebut dapat masuk ke Uni Eropa. Jika hasil pemeriksaan

menunjukkan gagal karena masalah mutu dan keamanan produk yang tidak

memenuhi syarat atau kandungan tertentu melebih batas yang diberlakukan,

maka dilakukan salah satu dari dua pilihan yaitu: dikirim kembali (re-export)

atau dihancurkan (destroyed).

Berdasarkan Council Regulation (EC) No. 1005/2008 tanggal 28

September 2009 mengenai establishing a community system to prevent, deter, and

eliminate illegal, unreported and unregulated fishing, Uni Eropa juga mewajibkan

adanya catch certification atas semua produk perikanan hasil tangkapan dari laut

yang diekspor ke kawasan tersebut sejak 1 Januari 2010. Sertifikat hasil

tangkapan ikan mencakup beberapa hal antara lain:

1) Sertifikasi hasil tangkapan merupakan persyaratan bagi produk perikanan,

termasuk produk olahannya yang masuk pasar Uni Eropa.

2) Sertifikasi diisi dan dilengkapi oleh eksportir yang telah memiliki approval

number, serta diajukan kepada competent authority, yaitu Direktorat Jenderal

Perikanan Tangkap untuk divalidasi.

Hal ini berarti produk perikanan yang akan diekspor merupakan hasil

tangkapan dari kegiatan yang telah memenuhi ketentuan pengolahan/konservasi

perikanan.

6.2. Analisis Kasus Penolakan Ekspor Udang di Uni Eropa

Berdasarkan data yang dilansir oleh RASFF sejak 2004-2011, produk

perikanan Indonesia menerima tiga notification oleh European-RASFF, yaitu

alert notification, information notification, dan border rejection notification. Alert

notification merupakan sebuah “pemberitahuan peringatan” atau “peringatan” di

pasar atau ketika tindakan cepat diperlukan, sedangkan information notification

merupakan sebuah “pemberitahuan informasi” menyangkut suatu pangan atau

pakan di pasar negara yang memberitahukan dimana risiko telah diidentifikasi dan

tidak memerlukan tindakan cepat. Border rejection notification merupakan

notification untuk produk pangan yang teridentifikasi membahayakan sebelum

masuk ke pasar Eropa atau mengalami penolakan di Eropa. Perkembangan jumlah

Page 69: PENERAPAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL … · Kebijakan Perdagangan Internasional di Uni Eropa dan Pengaruhnya Terhadap Ekspor Udang Indonesia” adalah karya saya sendiri

54

kasus produk perikanan yang menerima notification dari European-RASFF dapat

dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Perkembangan Jumlah Kasus Produk Ikan dan Udang yang Menerima

Notification dari European-RASFF Tahun 2004-2011

Sumber: DG Sanco (2012), (diolah)

Berdasarkan Gambar 6, secara menyeluruh dapat dilihat bahwa jumlah

kasus produk ikan dan udang yang menerima notification dari tahun 2004-2011

sudah mengalami penurunan. Ini menunjukkan bahwa standardisasi produk hasil

perikanan Indonesia sudah semakin mendekati standar internasional. Dari tahun

2004-2011, produk ikan menerima notification sebanyak 149 kasus yang terdiri

dari 61 persen notification information, 29 persen alert notification, dan 10 persen

border rejection notification. Berbeda dengan produk ikan, produk udang hanya

menerima notification sebanyak 34 kasus yang terdiri dari 82 persen information

notification, dan sisanya alert notification dan border rejection notification

masing-masing sembilan persen.

Banyaknya produk yang menerima notification berupa information dan

alert berarti produk ikan dan udang diketahui memiliki masalah atau dapat

membahayakan kesehatan setelah masuk ke dalam pasar di Uni Eropa, sedangkan

notification berupa border rejection berarti produk telah ditolak masuk ke pasar

Uni Eropa karena membahayakan kesehatan. Dari Gambar 6, khususnya untuk

produk udang terlihat perkembangan yang baik dimana sejak tiga tahun terakhir

produk udang Indonesia hampir tidak menerima notification dari European-

RASFF. Berbeda dengan produk ikan, meskipun sudah mengalami penurunan

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Ju

mla

h k

asu

s

Tahun

Ikan

Udang

Page 70: PENERAPAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL … · Kebijakan Perdagangan Internasional di Uni Eropa dan Pengaruhnya Terhadap Ekspor Udang Indonesia” adalah karya saya sendiri

55

penerimaan notification selama tahun 2004-2011, namun notification yang

diterima tetap tergolong membahayakan, khususnya dari tahun 2008-2011 yang

tercatat ada 11 kasus produk ikan yang menerima border rejection notification. Ini

berarti produk ikan Indonesia tidak bisa masuk ke Uni Eropa, dengan kata lain

harus dihancurkan atau dikembalikan. Produk ikan yang teridentifkasi berbahaya

dan menerima notification oleh European-RASFF disebabkan oleh beberapa

alasan yang diterima dari produk ikan tersebut. Alasan terjadinya notification

pada produk ikan asal Indonesia dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Perkembangan Jumlah Alasan Kasus Produk Ikan yang Menerima

Notification dari European-RASFF Tahun 2004-2011

Sumber: DG Sanco (2012), (diolah)

Berdasarkan Gambar 7, dapat dilihat bahwa notification yang diterima dari

European-RASFF adalah karena banyaknya produk ikan yang belum sesuai

dengan standardisasi Uni Eropa. Alasan terbesar terjadinya notification dari tahun

2004-2011 pada produk ikan tersebut adalah karena produk ikan Indonesia

melebihi batas kandungan logam berat seperti mercury dan cadmium. Untuk

alasan logam berat, setiap tahunnya Indonesia menerima notification karena

produk ikan terdeteksi mengandung mercury ataupun cadmium. Pada periode

tersebut, Indonesia menerima notification adanya kandungan logam berat untuk

produk ikan sebanyak 41 persen dari 169 total alasan yang diterima dari

European-RASFF, 10 persen karena alasan bahwa produk ikan Indonesia

0

5

10

15

20

25

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Ju

mla

h a

lasa

n

Tahun

mercury

carbon monoxide treatment

histamine

cadmium

poor hygienic state

unauthorised substances malachite green, chrystal

violet, and leucomalachite greenohters

Page 71: PENERAPAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL … · Kebijakan Perdagangan Internasional di Uni Eropa dan Pengaruhnya Terhadap Ekspor Udang Indonesia” adalah karya saya sendiri

56

mengandung zat beracun yang dapat membahayakan kesehatan seperti histamine,

dan sisanya karena alasan proses seperti pengolahan, penangkapan, pengepakan,

dll.

Jika dilihat perkembangannya dari tahun 2004-2011, alasan notification

yang diterima Indonesia sudah banyak berkurang terutama mengenai standardisasi

proses seperti unauthorised substances malachite green, chrystal violet, and

leucomalachite green, poor hygienc, dan carbon monoxide treatment, namun

untuk hal logam berat, produk ikan Indonesia masih terdeteksi adanya produk

ikan yang melebih batas maksimum. Adapun kasus notification yang diterima

karena produk ikan terdeteksi logam berat seperti mercury dan cadmium pada

tahun 2008 adalah karena adanya kebijakan CD 2008/660 yang ditetapkan Uni

Eropa yang mengharuskan eksportir Indonesia melakukan pengujian terhadap

setiap komoditas perikanan. Kasus penolakan ini dikarenakan produk ikan

Indonesia melewati batas maksimum kandungan logam berat untuk perikanan

tangkap. Meskipun sudah mengalami penurunan dari periode tahun 2004-2007,

namun kasus notification yang diterima tetap harus menjadi perhatian khusus bagi

seluruh stakeholder, terutama karena masih ditemukannya produk ikan yang

melebih batas kandungan logam berat.

Ikan dan produk perikanan lainnya secara umum diberikan regulasi atau

peraturan yang sama, tetapi setiap produk bisa menerima alasan yang berbeda-

beda, tergantung pada penanganan/budidaya untuk produk perikanan budidaya

dan penangkapan untuk produk perikanan tangkap. Seperti halnya udang, produk

udang sebagai produk perikanan budidaya teridentifkasi berbahaya dan menerima

notification oleh European-RASFF disebabkan paling banyak karena alasan

antibiotik. Kandungan antibiotik yang terkandung dalam produk perikanan

budidaya, khususnya udang telah menjadi perhatian khusus oleh Uni Eropa.

Berbagai alasan lain sehingga terjadinya notification pada produk udang asal

Indonesia dapat dilihat pada Gambar 8.

Page 72: PENERAPAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL … · Kebijakan Perdagangan Internasional di Uni Eropa dan Pengaruhnya Terhadap Ekspor Udang Indonesia” adalah karya saya sendiri

57

Gambar 8. Perkembangan Jumlah Alasan Pasus Produk Udang yang Menerima

Notification dari European-RASFF Tahun 2004-2011

Sumber: DG Sanco (2012), (diolah)

Gambar 8 menunjukkan perkembangan penurunan kasus notification yang

diterima oleh Indonesia untuk produk udang. Untuk alasan antibiotik seperti

prohibited substance chloramphenicol, nitrofuran (metabolite) furazolidone, dan

nitrofurazone, notification yang diterima menunjukan penurunan kasus. Pada

tahun 2004, notification yang diterima sangat tinggi, tetapi pada tahun selanjutnya

notification untuk alasan antibiotik semakin berkurang. Berbeda dengan produk

ikan, produk udang lebih banyak mengalami penolakan dengan alasan yaitu

menggunakan zat yang dilarang seperti chloramphenicol dan nitrofuran serta

alasan karena mengandung mikroorganisme seperti Vibrio parahaemolyticus.

Produk udang Indonesia dari Gambar 8 menunjukkan perkembangan yang baik

dalam hal pemenuhan standardisasi yang sesuai dengan negara importir. Hal ini

terbukti bahwa pada tahun 2009-2011, Indonesia tidak menerima notification

adanya produk yang membahayakan kesehatan. Adapun satu notification yang

diterima pada tahun 2010 hanya karena alasan proses yaitu poor temperature

control pada produk udang beku.

Adapun kebijakan yang ditetapkan oleh Komisi Eropa terhadap produk

udang sebagai produk perikanan melalui CD 2010/220, yang mewajibkan uji

sampel bebas antibiotik terhadap paling sedikit 20 persen dari produk perikanan

budidaya di semua pelabuhan pintu masuk ke Eropa tidak mengakibatkan terjadi

0

1

2

3

4

5

6

7

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Ju

mla

h A

lasa

n

Tahun

Cadmium

Prohibited subtance nitrofuran (metabolite),

furazolidone and nitrofurazoneProhibited subtance chloramphenicol

Vibrio spp.

Too high count of aerobic mesophiles

Other

Page 73: PENERAPAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL … · Kebijakan Perdagangan Internasional di Uni Eropa dan Pengaruhnya Terhadap Ekspor Udang Indonesia” adalah karya saya sendiri

58

notification oleh European-RASFF. Data kasus notification pada Gambar 8 telah

menunjukkan bahwa kebijakan CD 2010/220 yang ditetapkan Uni Eropa terhadap

residu antibiotik ternyata tidak ditemukan. Kebijakan CD 2010/220 dapat

diajukan kepada Komisi Eropa oleh competent authority untuk segera dicabut

karena berdasarkan ketetapan yang disepakati bahwa apabila kebijakan yang

ditetapkan sudah dipenuhi dalam waktu satu tahun maka kebijakan tersebut perlu

ditinjau ulang.

Kasus notification yang terjadi untuk produk udang dan ikan Indonesia di

Uni Eropa dapat menjadi jawaban untuk melihat bahwa kebijakan yang diterapkan

khususnya nontarif terkait Sanitary and Phytosanitary berpengaruh pada kinerja

ekspor udang dan produk perikanan Indonesia lainnya, dimana produk ekspor

udang Indonesia telah memenuhi standar keamanan dan kesehatan konsumen di

pasar internasional, khususnya Uni Eropa. Selain itu, menurunnya jumlah kasus

notification untuk produk ikan dan udang yang diterima dari European-RASFF

menunjukkan bahwa penanganan yang dilakukan para pelaku eksportir Indonesia

sudah baik dalam memenuhi segala persyaratan yang ditetapkan oleh Uni Eropa.

Berdasarkan hasil analisis penerapan kebijakan Uni Eropa dan kasus

notification yang di terima Indonesia oleh European-RASFF menunjukkan bahwa

setiap kebijakan yang ditetapkan Uni Eropa untuk setiap produk udang dan

perikanan yang masuk dari negara-negara eksportir memang haruslah dipenuhi

karena menyangkut kesehatan dan keamanan konsumen. Penurunan volume

ekspor udang dan produk perikanan lainnya ke Uni Eropa tidak hanya semata-

mata karena peraturan yang ditetapkan Uni Eropa melainkan juga karena faktor

produksi udang dan penanganan pada setiap produk perikanan. Sedikitnya kasus

notification dalam tiga tahun terakhir yang di terima Indonesia dari European-

RASFF terhadap produk udang harus dapat dipertahankan oleh seluruh

stakeholder. Mengadopsi ketentuan Uni Eropa mengenai zero tolerance terhadap

antibiotik berbahaya sangat penting sebagai standar mutlak bagi seluruh pelaku

eksportir agar dapat meningkatkan kinerja ekspornya. Tindakan yang dapat

dilakukan dalam mengadopsi hal tersebut adalah dengan mencermati secara

intensif setiap tahapan dalam budidaya udang baik di tingkat

petambak/pembudidaya hingga unit pengolah yaitu dengan melakukan farm

Page 74: PENERAPAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL … · Kebijakan Perdagangan Internasional di Uni Eropa dan Pengaruhnya Terhadap Ekspor Udang Indonesia” adalah karya saya sendiri

59

registration, farm inspection, feed quality control, farm monitoring, dan raw

materials control.

6.3. Kebijakan Pengembangan Ekspor Hasil Perikanan Indonesia

Kebijakan pemerintah dalam pengembangan ekspor hasil perikanan

harusnya bertumpu pada kebijakan pengembangan mutu dan keamanan pangan.

Meskipun menurt Painthe (2008) perlu juga dilakukan kebijakan pengembangan

produk dan pasar yang berorientasi pada “market base development” melalui

diversifikasi produk dan pasarnya, namun dalam hal pengembangan pasar ekspor

hasil perikanan, Sub Direktorat Pengembangan Ekspor pada tahun 2010 telah

menetapkan target pencapaian pasar ekspor baru hingga tahun 2014. Target pasar

yang akan ditambah dalam ekspor hasil perikanan Indonesia diantaranya: Uni

Emirat Arab, Ceko, dan Ukraina pada tahun 2010; Slovakia, Turki, dan India pada

tahun 2011; Mesir, New Zealand, dan Islandia pada tahun 2012; Bahrain,

Venezuela, Brazil, dan Papua Nugini pada tahun 2013; Oman, Peru, Kroasia,

Afrika Selatan, dan Lithuania pada tahun 2014.

Untuk pencapaian pengembangan pasar sesuai target yang ditetapkan,

langkah awal yang harus dilakukan dalam pengembangan ekspor hasil perikanan

di Indonesia adalah perlunya mengetahui prosedur umum ekspor barang (lampiran

1), alur prosedur ekspor hasil perikanan (lampiran 2), dan dokumen yang harus

dimiliki dalam perdagangan hasil perikanan (lampiran 3). Ketiga hal tersebut

menjadi dasar yang harus diketahui dan dimiliki oleh seluruh pelaku ekspor agar

dapat mengembangkan pasar ekspor hasil perikanan.

Menjawab tantangan peraturan negara-negara importir utama hasil

perikanan seperti Uni Eropa yang memiliki persyaratan yang cukup ketat

mengenai standar mutu dan keamanan pangan, pemerintah mempunyai tanggung

jawab dan peran penting untuk menghasilkan produk perikanan yang sehat,

aman, dan bermutu baik. Dalam melaksanakan tanggung jawabnya, pemerintah

melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah membangun Sistem

Perkarantinaan Ikan dan Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan.

Sistem tersebut merupakan suatu sistem yang terintegrasi dari hulu ke hilir untuk

memberikan jaminan terhadap produk hasil perikanan yang dihasilkan oleh

seluruh unit usaha sejak praproduksi sampai dengan pendistribusian agar dapat

Page 75: PENERAPAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL … · Kebijakan Perdagangan Internasional di Uni Eropa dan Pengaruhnya Terhadap Ekspor Udang Indonesia” adalah karya saya sendiri

60

memenuhi persyaratan kesehatan ikan dan aman untuk dikonsumsi manusia.

Sebagai upaya pelaksanaan pengendalian hama dan penyakit ikan karantina serta

penerapan sistem jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan, Kementerian

Kelautan dan Perikanan melalui Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan

Nomor PER.15/MEN/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian

Kelautan dan Perikanan, Menteri Kelautan dan Perikanan membentuk Badan

Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM)

yang kemudian ditunjuk sebagai otoritas kompeten dalam pengendalian.

Peraturan lainnya untuk meningkatkan mutu dan keamanan hasil

perikanan Indonesia, (BKIPM, 2012 ) yaitu:

1) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan

Tumbuhan.

2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2004 tentang

Perikanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45

Tahun 2009.

3) Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2002 tentang Karantina Ikan.

4) Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan

Gizi Pangan.

5) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.05/MEN/2005

tentang Tindakan Karantina Ikan untuk Pengeluaran Media Pembawa Hama

dan Penyakit Ikan Karantina.

6) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.20/MEN/2007

tentang Tindakan Karantina Untuk Pemasukan Media Pembawa Hama dan

Penyakit Ikan Karantina dari Luar Negeri dan dari Suatu Area ke Area lain di

dalam Wilayah Republik Indonesia.

7) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.26/MEN/2008

tentang Kewenangan Penerbitan, Format dan Pemeriksaan Sertifikat

Kesehatan dibidang Karantina Ikan dan Sertifikat Kesehatan dibidang Mutu

dan Keamanan Hasil Perikanan.

8) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.15/MEN/2010

tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Page 76: PENERAPAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL … · Kebijakan Perdagangan Internasional di Uni Eropa dan Pengaruhnya Terhadap Ekspor Udang Indonesia” adalah karya saya sendiri

61

9) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.19/MEN/2010

tentang Pengendalian Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan.

10) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.11/MEN/2011

tentang Instalasi Karantina Ikan.

11) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.25/MEN/2011

tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Karantina Ikan,

Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan.

12) Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.53/MEN/2010

tentang Penetapan Tempat Pemasukan dan Pengeluaran Media Pembawa

Hama dan Penyakit Ikan Karantina.

13) Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.03/MEN/2010

tentang Penetapan Jenis-jenis Hama dan Penyakit Ikan Karantina, Golongan,

Media Pembawa dan Sebarannya.

14) Peraturan Kepala Badan Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan

Hasil Perikanan selaku Otoritas Kompeten Nomor PER. 03/BKIPM/2011

tentang Pedoman Teknis Penerapan Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan

Hasil Perikanan.

15) Keputusan Kepala Pusat Karantina Ikan Nomor KEP.209/PKRI/VIII/2010

tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemantauan Hama dan Penyakit Ikan

Karantina (HPIK).

Selain kebijakan yang ditetapkan pemerintah dalam pengembangan ekspor

hasil perikanan Indonesia, berlandaskan pada kebijakan Uni Eropa dalam

pemberlakuan ketentuan zero tolerance terhadap residu antibiotik tertentu pada

udang seperti chloramphenicol, nitrofuran dan furazolidone yang dapat

mengakibatkan pada pemusnahan produk udang di port of entry Uni Eropa, maka

Direktorat Kesehatan Ikan dan Lingkungan, Direktorat Jenderal Perikanan

Budidaya, KKP menetapkan mekanisme pelaksanaan NRCP (National Residu

Control Plan) sebagai berikut (KKP, 2011):

1) Pelaku Usaha

Pelaku usaha bertanggung jawab untuk melakukan identifikasi dan

dokumentasi segala informasi terkait produk perikanan budidaya yang

Page 77: PENERAPAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL … · Kebijakan Perdagangan Internasional di Uni Eropa dan Pengaruhnya Terhadap Ekspor Udang Indonesia” adalah karya saya sendiri

62

dihasilkan, sekurang-kurangnya satu langkah ke depan dan satu langkah ke

belakang.

Tindakan yang diambil saat risiko teridentifikasi adalah (1) segera menarik

produk yang terdeteksi mengandung residu atau terkontaminasi dari pasar,

dan bila diperlukan segera melaporkannya kepada Dinas Perikanan

setempat/otoritas kompeten; dan (2) Segera memusnahkan produk yang

terdeteksi tidak memenuhi persyaratan mutu dan keamanan pangan dan

segera melaporkannya kepada Dinas Perikanan setempat/otoritas kompeten.

2) Dinas Perikanan di Provinsi dan Kabupaten/Kota

Dinas perikanan di provinsi bertanggung jawab untuk (1) melakukan

monitoring pada setiap tahapan proses produksi dan distribusi produk

perikanan budidaya untuk memastikan sistem traceability berjalan sesuai

persyaratan; dan (2) emberlakukan sanksi berupa penalti pada perusahaan

atau pembudidaya yang tidak mampu memenuhi persyaratan traceability.

Tindakan yang diambil saat risiko teridentifikasi adalah (1) memastikan

bahwa pelaku usaha memenuhi kewajibannya dalam penerapan traceability;

(2) melakukan tindakan yang memadai dalam menjamin pelaksanaan sistem

jaminan mutu dan keamanan pangan; dan (3) menelusuri risiko sepanjang

rantai produksi; dan (4) menginformasikan kepada otoritas kompeten bila

terjadi ketidaksesuaian.

3) Kementerian Kelautan dan Perikanan/Otoritas Kompeten

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bertanggung jawab dalam

hal: (1) menerbitkan peraturan yang diperlukan terkait traceability; dan (2)

melakukan inspeksi secara berkala untuk memastikan pelaku usaha

memenuhi standar keamanan pangan termasuk penerapan traceabality.

Tindakan yang diambil saat risiko teridentifikasi adalah (1) memberikan

peringatan dini kepada seluruh provinsi tentang adanya risiko

ketidaksesuaian; (2) meminta informasi lengkap dari pelaku usaha untuk

dapat dilakukan traceability dan penanganan secara terkoordinasi baik di

dalam maupun antara kementerian terkait; dan (3) bilamana perlu

mengeluarkan kebijakan pembatasan ekspor dan impor.

Page 78: PENERAPAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL … · Kebijakan Perdagangan Internasional di Uni Eropa dan Pengaruhnya Terhadap Ekspor Udang Indonesia” adalah karya saya sendiri

VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan pada penelitian ini, maka dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1) Kebijakan perdagangan internasional oleh Uni Eropa yang menghambat

kinerja ekspor udang Indonesia yaitu: kebijakan tarif berupa tarif normal

MFN (Most Favoured Nations) yang tergolong tinggi dimana 12 persen

untuk produk udang beku dan hidup, dan 20 persen untuk produk udang

olahan, kebijakan nontarif berupa CD 2010/220 dan kebijakan administratif

berupa approval number dan catch certification untuk produk perikanan

tangkap.

2) Kasus notification yang terdiri dari alert notification, information

notification, dan border rejection notification terhadap produk udang

Indonesia tercatat oleh European-RASFF sebanyak 34 kasus dengan 37

alasan notification. Pada tahun 2004-2008, notification yang diterima

terhadap produk udang Indonesia yaitu adanya kandungan antibiotik yang

membahayakan kesehatan seperti chloramphenicol dan nitrofuran. Penurunan

kasus penolakan terjadi pada tahun 2009-2011 dimana Indonesia tidak

menerima notification lagi adanya produk yang membahayakan kesehatan

konsumen seperti tahun sebelumnya.

3) Dalam merespon kebijakan dan peraturan yang ditetapkan Uni Eropa

terhadap produk udang, Indonesia telah melakukan negosiasi penurunan tarif

terhadap produk perikanan, namun tetap tidak berhasil. Kebijakan nontarif

khususnya terkait sanitary and phytosanitary telah direspon oleh Indonesia

dengan menetapkan BKIPM (Badan Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan

Keamanan Hasil Perikanan) sebagai competent authority untuk menangani

pembinaan secara khusus kepada pembudidaya udang melalui penetapan

mekanisme pelaksanaan NRCP (National Residu Control Plan). Mekanisme

ini dilakukan dalam rangka memenuhi pemberlakuan ketentuan zero

tolerance oleh Uni Eropa.

Page 79: PENERAPAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL … · Kebijakan Perdagangan Internasional di Uni Eropa dan Pengaruhnya Terhadap Ekspor Udang Indonesia” adalah karya saya sendiri

64

7.2. Saran

Saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini yaitu:

1) Dalam mengembangkan kinerja perdagangan dalam ekspor perikanan dan

dapat bersaing dengan eksportir lainnya, usaha perikanan perlu meningkatkan

efisiensi produksi sehingga harga jual produk bisa lebih rendah dari

kompetitor, peningkatan kualitas produk perikanan yang bermutu tinggi

sehingga kebijakan yang diterapkan Uni Eropa tidak lagi menjadi hambatan,

dan meningkatkan akses pasar yang lebih luas.

2) Meskipun sudah pernah dilakukan namun tidak berhasil, pemerintah harus

terus melakukan negosiasi untuk penurunan tarif dari Uni Eropa yang

diberlakukan bagi Indonesia.

3) Indonesia perlu melakukan trade creation antara Indonesia dengan Uni Eropa

yang nantinya akan memberikan produk ekspor perikanan Indonesia yang

masuk ke Uni Eropa dikenakan tarif yang berbeda dengan negara-negara di

luar kerja sama antara Indonesia dan Uni Eropa.

4) Adanya ketetapan zero tolerance dari Uni Eropa perlu dicermati dan diadopsi

sebagai standar mutlak bagi pelaku eksportir udang di Indonesia dengan

penanganan intensif setiap tahapan dalam budidaya udang baik di tingkat

petambak/pembudidaya hingga unit pengolah yaitu dengan melakukan farm

registration, farm inspection, feed quality control, farm monitoring, dan raw

materials control.

5) Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan studi kasus di perusahaan

ekspor komoditas perikanan untuk mengkaji penerapan atau pun proses

pengolahan yang dilakukan perusahaan terhadap kesusaian dengan peryaratan

yang diterapkan oleh pemerintah.

6) Penelitian untuk melihat potensi pasar selain pasar utama (Amerika Serikat,

Uni Eropa, dan Jepang) juga perlu dilakukan untuk meningkatkan daya saing

produk perikanan Indonesia di Internasional.

Page 80: PENERAPAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL … · Kebijakan Perdagangan Internasional di Uni Eropa dan Pengaruhnya Terhadap Ekspor Udang Indonesia” adalah karya saya sendiri

DAFTAR PUSTAKA

Ahmed M. 2006. Market Acces and Trade Liberlalisation. International Centre

for Trade and Sustainable Develompment (ITCD). Geneva: ITCD.

Aisya LK, Dewita SY, Koeshendrajana S. 2006. Pola Perdagangan

Internasional Ekspor Udang Indonesia. Jurnal Kebijakan dan Riset Sosial

Eknomi Kelautan dan Perikanan 1 (Juni):49 – 65.

Anwar N. 2009. Analisis Respon Produksi, Permintaan Domestik dan

Penawaran Ekspor Udang Indonesia. [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi

dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

[BKIPM] Badan Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil

Perikanan. 2011. Kasus Penolakan Produk Perikanan Indonesia di Negara

Mitra. Jakarta: Badan Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan

Hasil Perikanan.

[BKIPM] Badan Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil

Perikanan. 2012. Petunjuk Teknis Peraturan Menteri Kelautan dan

Perikanan Tentang Organisasi dan Tatakerja UPT. Jakarta: Badan

Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Kaemanan Hasil Perikanan.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Statistik Ekspor Hasil Perikanan Indonesia

Tahun 2001-2011. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2011. Statistik Pendapatan Domestik Bruto Menurut

Lapangan Usaha Tahun 2006-2010. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2011. Share Expor Perikanan Indonesia Tahun 2010

Per Kelompok Komoditas. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

Bungin B. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada.

Darmawan T. 2011. Ekspor Udang ke Uni Eropa Bakal Turun 11 Persen.

http://www.bbrse.kkp.go.id/index.php?option=com_content&task=view&i

d=160&Itemid=54. [20 Mei 2012].

[DG Sanco] Directorates General of Health and Consumers. 2012. Database of

European-RASFF Notifications. https://webgate.ec.europa.eu/rasff-

window/portal. [05 Juli 2012]

[DG Taxud] Directorates-General of Taxation and Customs Union. 2012.

Database of European Commission Online Customs Tariff.

http://europa.eu.int/comm/taxation_customs/dds/en/home.htm. [23 April

2012].

[DKP] Departemen Kelautan dan Perikanan. 2009. Ekonomi Udang Indonesia:

Model, Analisis, dan Simulasi Kebijakan. Jakarta: Badan Riset Kelautan

dan Perikanan.

[EC] European Commission. 2010. Summaries of Contributions to the Public

Consultation. The revision and updating of the European Union’s Scheme

Page 81: PENERAPAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL … · Kebijakan Perdagangan Internasional di Uni Eropa dan Pengaruhnya Terhadap Ekspor Udang Indonesia” adalah karya saya sendiri

66

of Generalised System of Preferences (the GSP scheme). Bruxelles:

European Commission.

[EU] European Union. 2010. The Commission Union. http://europa.eu/about-

eu/countries/index_en.htm. [23 April 2012].

[FAO] Food and Agriculture Organization. 2004. Yearbook: Fishery Statistics

Commodities Vol. 75, 2004.

Hady H. 2004. Teori dan Kebijakan Perdagangan Internasional. Jakarta: Ghalia

Indonesia.

Hartono TT, Koeshendrajana S, Aisya LK. 2005. Analisis Hambatan Perdagangan

Internasional Ekspor Udang Indonesia. Jurnal Penelitian Perikanan

Indonesia 11:1-14.

Irwan M. 1997. Perdagangan Udang Indonesia di Pasar Domestik dan

Internasional. [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian

Bogor.

Infofish. 1995 – 2001. Infofish Market Digest/Infofish Trade News. Infofish Fact

Sheet ITN 4/1995; ITN 14/1997; ITN 17/1999; ITN 19/2001. FAO –

Kuala Lumpur, Malaysia.

[Japan Customs] Ministry of Finance. 2012. Japan's Tariff Schedule as of January

2011. http://www.customs.go.jp/index_e.htm. [12 Juni 2012].

Julianingsih S. 2003. Inventarsasi Kebijakan Nasional dan Internasional

Perikanan Tangkap untuk Penangkapan Tuna. [skripsi]. Bogor: Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

[Kemendag] Kementerian Perdagangan. 2011. Statistik Ekspor Perikanan Dunia

Tahun 2007-2010. Jakarta: Kementerian Perdagangan.

[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2012. Alur Prosedur Ekspor Hasil

Perikanan. Jakarta: Direktorat Pemasaran Luar Negeri.

[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2012. Kontribusi Ekspor Udang

Indonesia Menurut Pasar Utama Tahun 2005-2011. Jakarta: Direktorat

Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan.

[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2012. Statistik Ekspor Hasil

Perikanan Tahun 2005-2011. Jakarta: Direktorat Pemasaran Luar Negeri.

[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2012. Statistik Ekspor Udang

Indonesia ke Uni Eropa tahun 2000-2011. Jakarta: Direktorat Pengolahan

dan Pemasaran Hasil Perikanan.

[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2011. Mekanisme Pelaksanaan

National Recidu Control Plan Jakarta: Direktorat Perikanan Budidaya.

[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2011. Target Ekspor Hasil

Perikanan Berdasarkan Komoditas Utama Tahun 2012-2014. Jakarta:

Direktorat Pemasaran Luar Negeri.

Page 82: PENERAPAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL … · Kebijakan Perdagangan Internasional di Uni Eropa dan Pengaruhnya Terhadap Ekspor Udang Indonesia” adalah karya saya sendiri

67

[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2010. Pedoman Ekspor Perikanan

ke Negara Mitra. Jakarta: Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil

Perikanan.

[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2009. Pedoman Ekspor Perikanan

Pasar Produktif. Jakarta: Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil

Perikanan.

Koeshendrajana S, Aisya LK. 2006. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Ekspor Udang Indonesia. Jurnal Kebijakan dan Riset Sosial Ekonomi

Kelautan dan Perikanan 1 (Desember):153-163.

Koo WW, Kennedy PL. 2005. International Trade and Agriculture. United

Kingdom: Blackwell Publishing.

Lambaga A. 2009. Akselerasi Ekspor Produk Perikanan Indonesia Melalui

Penerapan Standar. Di Dalam Prosiding Produk Perikanan Indonesia

(PPI) Standardisasi; Makasar, 3 Juni 2009. hlm 1-11.

Murty KH. 1991. Perdagangan Udang Internasional. Cetakan I. Jakarta: Penebar

Swadaya.

Nazaruddin. 1993. Seri Komoditas ekspor Pertanian: Perikanan dan Peternakan.

Cetakan I. Jakarta: Penebar Swadaya.

Nazir M. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Painthe RE. 2008. Analisis Pengaruh Hambatan Tarif dan Nontarif di Pasar Uni

Eropa Terhadap Ekspor Komoditas Udang Indonesia. [skripsi]. Bogor:

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Purnomo A. 2007. Pasar Uni Eropa: Ikut atau Semaput. Dalam Craby & Starky,

Buletin Pengolahan dan Pemasaran Perikanan. Edisi februari 2007.

Jakarta: Ditjen P2HP – DKP.

Purnomo A. 2007. Permasalahan Makro di Sektor Perikanan dan Alternatif

Kebijakannya. Di dalam Manadiyanto, Nasution Z, editor. Potret dan

Strategi Pengembangan Perikanan Tuna, Udang, dan Rumput Laut

Indonesia. Jakarta: Badan Riset Kelautan dan Perikanan. Hlm 18-19.

Putro S. 2001. Platform Riset Pemasaran. Disampaikan dalam Forum Riset Sosial

Ekonomi Kelautan dan Perikanan; Jakarta, 2 Oktober 2001.

Putro S. 2007. Bisnis Udang dalam Era Globalisasi. Disampaikan dalam Forum

Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan:

Jakarta, Juni 2007.

Putro S. 2008. Peran Mutu dalam Menunjang Ekspor Udang Nasional. Squalen

vol. 3 no. 1. Jakarta, Juni 2008.

Rakhmawan H. 2009. Analisis Daya Saing Komoditas Udang Indonesia di Pasar

Internasional. [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut

Pertanian Bogor.

Page 83: PENERAPAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL … · Kebijakan Perdagangan Internasional di Uni Eropa dan Pengaruhnya Terhadap Ekspor Udang Indonesia” adalah karya saya sendiri

68

Rastikarany H. 2008. Analisis Pengaruh Kebijakan Tarif dan Nontarif Uni Eropa

Terhadap Ekspor Tuna Indonesia. [skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Retnowati N. 1990. Analisis Ekonomi Udang Indonesia di Pasar Eropa. [tesis].

Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Salvatore D. 1997. Ekonomi Internasional. Edisi ke-5. Jakarta: Erlangga.

Saputra MA. 2011. Analisis Alasan Penolakan Produk Pangan Ekspor Indonesia

oleh Amerika Serikat dan Eropa Selama Tahun 2002-2010. [skripsi].

Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Setiyorini A. 2010. Analisis Permintaan Ekspor Udang Indonesia Di Pasar Dunia

(Studi Kasus: Pasar Jepang, Amerika Serikat, dan Eropa). [skripsi]. Bogor:

Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Suryawati SH, Purnomo AH. 2007. Penawaran Komoditas Perikanan Indonesia:

Trend Produksi, Sentra Produksi, dan Teknologi Pengolahannya. Di dalam

Manadiyanto, Nasution Z, editor. Potret dan Strategi Pengembangan

Perikanan Tuna, Udang, dan Rumput Laut Indonesia. Jakarta: Badan

Riset Kelautan dan Perikanan. Hlm 39-66.

Todaro P, Stephen CS. 2003. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Edisi ke-8.

Jakarta: Erlangga.

[USITC] United States International Trade Commission. 2012. Harmonized Tariff

Schedule of the United States Annotated.

http://www.usitc.gov/tata/hts/archive/index.htm. [12 Juni 2012].

Yusuf R, Tajerin. 2007. Strategi Pemasaran Komoditas Perikanan Indonesia. Di

Dalam Manadiyanto, Nasution Z, editor. Potret dan Strategi

Pengembangan Perikanan Tuna, Udang, dan Rumput Laut Indonesia.

Jakarta: Badan Riset Kelautan dan Perikanan. Hlm 137-138.

Page 84: PENERAPAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL … · Kebijakan Perdagangan Internasional di Uni Eropa dan Pengaruhnya Terhadap Ekspor Udang Indonesia” adalah karya saya sendiri

LAMPIRAN

Page 85: PENERAPAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL … · Kebijakan Perdagangan Internasional di Uni Eropa dan Pengaruhnya Terhadap Ekspor Udang Indonesia” adalah karya saya sendiri

70

Lampiran 1. Prosedur Ekspor Barang Secara Umum

Berdasarkan sumber KKP (2010), prosedur ekspor barang secara umum dapat

diuraikan sebagai berikut:

1) Eksportir dan importir mengadakan korespondensi/negoisasi. Apabila terjadi

kesepakatan dibuat kontrak dagang (sales contract).

2) Importir mengajukan permohonan pembukaan L/C kepada opening bank di

luar negeri.

3) Opening bank meneruskan L/C kepada eksportir melalui

correspondent/receiving bank di Indonesia.

4) Correspondent/receiving bank meneruskan/memberitahukan L/C kepada

eksportir.

5) Eksportir melakukan produksi dan penyiapan barang ekspor.

6) Eksportir menghubungi maskapai pelayaran/penerbangan untuk pelaksanaan

pengiriman barang.

7) Apabila barang sudah siap ekspor, dan ada kepastian jadwal pengapalan,

eksportir mendaftarkan pemberitahuan ekspor barang (PEB)/ di instansi bea

dan cukai di pelabuhan muat. Pihak bea dan cukai akan memfiat muat PEB

untuk pemuatan ke atas kapal.

8) Kegiatan pemuatan barang ke kapal. Apabila importir mewajibkan barang

ekspor harus disertai SKA, maka eksportir mengrus dokumen Surat

Keterangan Asal atau SKA (Certificate of Origin) pada isntansi penerbit

SKA.

9) Eksportir melakukan negoisasi L/C kepada correspondent/receiving bank,

dengan membawa B/L negotiable, PEB yang difiat muat bea dan cukai serta

dokumen-dokumen lain yang disyaratkan dalam L/C.

10) Correspondent/receiving bank mengirim dokumen-dokumen tersebut pada

butir 8 dan melakukan penagihan L/C kepada opening bank di luar negeri.

11) Opening bank menyerahkan dokumen tersebut pada butir delapan kepada

importir untuk keperluan pengurusan pengeluaran barang dari pelabuhan serta

penyelesaian kewajiban/tagihan oleh importir.

12) Importir melaksanakan pengeluaran barang dari pelabuhan dalam negeri.

Page 86: PENERAPAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL … · Kebijakan Perdagangan Internasional di Uni Eropa dan Pengaruhnya Terhadap Ekspor Udang Indonesia” adalah karya saya sendiri

71

Lampiran 2. Alur Prosedur Ekspor Hasil Perikanan

Sumber: Direktorat Pemasaran Luar Negeri, KKP 2012.

Perikanan

Tangkap/Budidaya

Kementerian Kelautan dan

Perikanan:

IUP

SIUP

Kementerian Kehutanan/KKP

CITES

Kementerian Perdagangan/Dinas Perdagangan

Certificate of Origin

Kementerian Keuangan via Ditjen Bea & Cukai

Pemberitahuan Ekspor Barang

Ijin Usaha

(Dinas KP

Prov/Kabupaten/Kota

Pengembangan

Traceability

Pengendalian di rantai

supplai bahan baku:

register supplier bahan

baku

Eksportir:

Trader/Forwarder

Produsen/

Establishments

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP):

Sertifikat Kelayakan Pengolahan – (PRG/GMP) – P2HP

Sertifikasi HACCP-based Integrated Quality Management

Program – BKIPM

Approval Number for EU-BKIPM

List of Establishment/exporter - Korea, China, Rusia, Kanda.

Catch Certification (EU) since 1 January 2010 DJPT

CDS untuk SBT (DJPT)

LPPMHP, Diskanla Provinsi/Kabupaten

Health Certifiate for sanitary measure of fishery product

DS 2031 (for USA)

Stasiun Karantina Ikan (Pusat Karantina Ikan – BKIPM)

Health Certificate for phytosanitary measures of live

fish/seed

EKSPOR

Verifikasi/Validasi/Kotrol

unreported data ekspor

Page 87: PENERAPAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL … · Kebijakan Perdagangan Internasional di Uni Eropa dan Pengaruhnya Terhadap Ekspor Udang Indonesia” adalah karya saya sendiri

72

Lampiran 3. Dokumen dalam Perdagangan Internasional Hasil Perikanan

Menurut Direktorat Pemasaran Luar Negeri, KKP (2010), jenis dokumen

sebagai persyaratan ekspor dan lembaga yang menerbitkan dokumen dapat dilihat

sebagai berikut:

1) Produsen

Kontrak Penjualan

Manufacturer Certificate

Instruktur Manual

Brosur

2) Eksportir

Brosur

Offersheet

Sale’s Contract

Invoice

Consular Invoice

Packing List

Weight Note – Measuement List

Etter of Indemnity

Letter of Subrogation

Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB)

Pemberitahuan Ekspor barang Tertentu

3) Bank

Akad Kredit

Letter of Credit

Surat Setoran Pajak (SPP)

Surat Setoran Bea Cukai (SSBC)

Nota Perhitungan Pembayaran Wesel Ekspor

4) Balai/Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan

Health certificate atau sertifikat kesehatan produk perikanan eskpor

untuk tujuan konsumsi manusia

5) Stasiun Karantina

Page 88: PENERAPAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL … · Kebijakan Perdagangan Internasional di Uni Eropa dan Pengaruhnya Terhadap Ekspor Udang Indonesia” adalah karya saya sendiri

73

Health certificate atau sertifikat kesehatan produk perikanan ekspor

untuk hama dan penyakit ikan atau media pembawanya

6) Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan

Sertifikat Kelayakan Pengolahan (SKP)

7) Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan.

Surat Keterangan Audit Verifikasi penerapan HACCP

Approval number khusus untuk ekspor ke Uni Eropa

8) Usaha Jasa Transportasi (Freight Forwarder)

Packing List

Measurement List

Weight Note

9) Bea dan Cukai

Fiat (izin) muat barang

10) Independent Surveyor

Certificate of Quality

Certificate of Weight

Chemical Analysis

Survey Report

Inspection Certifcate

Test Certificate

11) Perusahaan Asuransi

Cover Note

Insurace Policy

12) BPEN, CBI, dan SIPPO

General Information

Trade Promotion and Exibithion

Trade Mission

Trade Fairs

Trade Consultation

13) Perusahaan Pelayaran (Shipping Company)

Mate’s Receipt (resi mualim)

Page 89: PENERAPAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL … · Kebijakan Perdagangan Internasional di Uni Eropa dan Pengaruhnya Terhadap Ekspor Udang Indonesia” adalah karya saya sendiri

74

Bill of lading

Exept Bewijs (EB)

Cllaims Constatering Beweijs (CCB)

14) Angkutan Udara

Airways Bill (AWB)

15) Dinas Perdagangan Provinsi

Kuota produk perikanan

Surat Keterangan Negara Asal (SKA) atau Certificate of Origin)

Angka Pengenal Ekspor (APE)

Angka Pengenal Impor umum (API-U)

Angka Pengenal Impor – Terdaftar (Approved Traders)

16) Kantor Inspeksi Pajak

Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

17) Kedutaan Negara Asing

Consular Invoice

Customs Invoice