tugas kelompok 4 motorik
Post on 30-Jul-2015
305 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
(TUGAS MAKALAH BELAJAR MOTORIK)
MENGETAHUI DAN MEMAHI PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
GERAK
DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 4
1. KARTIKA SARI A1D413076
2.ARI AFANDI A1D413065
3. ARDIMAS A1D413058
DOSEN PEMBIMBING
ADHE SAPUTRA, S.pd, M.pd
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS JAMBI
TAHUN AJARAN 2014/2015
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadiran allah swt yang telah memberikan rahmat serta
hidayah kepada kita semua, sehingga berkat karunianya penulis dapat menyelesaikan
makalah tentang “Mengetahui dan Memahami Pelaksanaan Pembelajaran Gerak”
Dalam menyusun makalah ini, penulis tak lupa mengucapkan terima kasihkepada:
1. Bapak Adhe Saputra selaku dosen Belajar Motorik
2. Dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Mohon maaf apabila ada kekurangan atau kesalahan dalam penyusunan makalah.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis, maupun kepada pembaca.
Terimakasih.
Jambi, 28 September 2014
Penulis
i
3
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................... ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................3
1.3 Tujuan dan Manfaat penulisan ...........................................................3
1.4 Ruang Lingkup Materi .........................................................................4
BAB 11
PEMBAHASAN
2.1 Memperkenalkan Skill ........................................................................10
2.2 Menetapkan Tujuan ............................................................................12
2.3 Pemahaman Hasil ................................................................................13
2.4 Pemberian Instruksi ............................................................................14
2.5 Modeling Dan Demonstrasi .................................................................16
2.6 Bentuk Latihan.....................................................................................19
2.7 Teknik Latihan ............................................................................26
BAB 111
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN ....................................................................................33
3.2 SARAN ..................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................35
LAMPIRAN................................................................................................36
ii
4
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam Modul ini akan dibicarakan beberapa metode latihan motorik yang erat
kaitannya dengan hakikat dari gerak itu sendiri serta bagaimana keterampilan motorik
terkuasai. Tetapi sebelum membicarakan secara khusus tentang metode-metode tersebut,
diuraikan beberapa aspek penting yang mendahuluinya, seperti motivasi, memperkenalkan
skill, menetapkan tujuan, pemahaman hasil, pemberian instruksi, aspek-aspek demonstrasi,
bentuk latihan serta teknik latihan. Pemahaman gerak terhadap siswa di arahkan kepada
persoalan tentang seberapa jauh siswa sudah mengenal keterampilan yang di ajarkan dalam
pembelajaran motorik. Berdasarkan pengalaman siswa ,maka tingkat kemampuan siswa dapat
dikelompokkan berdasarkan tahapan pembelajaran. Tahapan pembelajaran ini akan
membantu guru dalam menentukan tugas pembelajaran motorik yang di berikan kepada para
siswa.
Demi kelancaran perancangan tugas yang akan di berikan kepada para siswa di sekolah,
guru atau pebimbing pembelajaran motorik perlu mengenal tahapan pembelajaran motorik.
misalnya, dalam pelajaran pendidikan jasmani, berdasarkan pengenalan para siswa terhadap
pengalaman gerak , pembelajaran motorik dalam pendidikan jasmani dapat di kelompokkan
menjadi tiga tahapan, yaitu tahapan pemahaman konsep gerak, tahapan gerak (motor stsge),
dan tahapan otonom.
Berdasarkan uraian tersebut bahwa persiapan teknis dalam pembelajaran motorik bagi para
siswa disekolah harus di sesuaikan dengan tahapan- tahapan yang ada. Keberhasilan mereka
dalam memahami dan menguasai keterampilan motorik bergantung pada tahapan- tahapan
yang di lalui. Jika mereka berhasil melewati tahapan- tahapan teresebut secara sempurna,
maka mereka akan berhasil menguasai materi pembelajaran motorik yang di berikan.
Dan juga seorang guru yang mengajar pembelajaran motorik bagi para siswa di sekolah tentu
harus mengetahui caranya bersikap saat pembelajaran berlangsung. Mengajar pembelajaran
motorik berbeda jauh dengan mengajar pembelajaran kognitif, maupun afektif, baik dari
sikap guru, metode mengajar yang di pakai, maupun suasana dan kondisi belajar yang
dialami oleh para siswa.
5
Oleh karena itu sebelum, menentukan program pembelajaran motorik bagi para siswa di
sekolah, seorang guru harus mengetahui caranya bersikap di tengah mereka. maka dari itu
Pada makalah ini, akan di jelaskan secara terperinci mengenai sikap guru dalam pemberian:
memperkenalkan skill, menetapkan tujuan, pemahaman hasil, pemberian instruksi, modeling
dan demonstrasi, bentuk latihan, dan teknik latihan saat pembelajaran motorik di sekolah. Ini
di nilai sangat penting karena dari sinilah, guru akan betul- betul memahami cara
mengaplikasikan teori pembelajaran motorik bagi para siswa di sekolah. Untuk itu
diharapkan pemaparan dari modul ini memberikan gambaran lengkap tentang bagaimana
keterampilan dapat dipelajari, serta syarat-syarat apa yang harus dipenuhi agar keterampilan
yang dipelajari dapat dengan mudah dikuasai.
6
1.2. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang yng telah penulis uraikan di atas, untuk itu penulis memberikan
rumusan masalah:
Apa itu mengetahui dan memahami pelaksanaan pembelajaran gerak, seperti motivasi. yang
di lakukan dengan cara: memperkenalkan keterampilan, menetapkan tujuan, pemahaman
hasil, pemberian instruksi, modeling dan demonstrasi, bentuk latihan serta teknik latihan.
1.3. Tujuan Dan Manfaat Penulisan
Berdasarkan dari rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:
Untuk mengetahui dan memahami pelaksanaan pembelajaran gerak seperti: memperkenalkan
skill, menetapkan tujuan,pemahaman hasil,pemberian instruksi, modeling dan demonstrasi,
bentuk latihan serta teknik latihan.
1. Manfaat untuk siswa : siswa dapat mengetahui dan memahami pelaksanaan
pembelajaran gerak, seperti mengetahui tantang ‘ memperkenalkan skill,
menetapkan tujuan,pemahaman hasil,pemberian instruksi, modeling dan demonstrasi,
bentuk latihan serta teknik latihan.
2. Manfaat untuk guru / pengajar: sebagai bahan pengajaran Motorik, dalam
mengetrahui dan memahami pelaksanaan gerak.
3. Manfaat untuk sekolah: sebagai sumbangan alternatif yang di jadikan penelitian,
guna mengetahui dan memahami pelaksanaan pembelajaran gerak.
7
1.4. Ruang Lingkup Materi
Berdasarkan pengenalan para siswa terhadap pengalaman gerak, pembelajaran motorik
dalam pendidikan jasmani dapat di kelompokkan menjadi tiga tahapan yaitu:
A.Tahapan Pemahaman Konsep Gerak
Pada tahapan pertama ini ,tugas yang harus di pelajari oleh para siswa dalam
pembelajaran motorik merupakan tugas yang benar-benar baru . Bagi mereka yang baru
mengikuti pemelajaran motorik , mereka akan di persulit oleh berbagai keputusan yang
harus di di buat berikut:
1.Bagaimana cara berdiri dalam sikap yang baik?
2.Di mana lengan harus di siapkan?
3.Kapan gerak harus di mulai ?
4.Ke mana pandangan mesti diarahkan ?
Pada tahapan pertama ini , biasanya masalah yang di hadapi oleh para siswa
adalah penguasaan informasi tentang cara melaksanakan tugas gerak.
Mereka akan selalu memunculkan beberapa pertanyaan berikut :
1. kapan melakukannya?
2. apa yang harus di lihat ?
3. bagaimana caranya?
Pertanyaan - pertanyaan tersebut selalu muncul dalam benak para siswa yang pertama
kali mengikuti pembelajaran motorik (keterampilan gerak). oleh karena itu ,dalam hal ini,
guru harus membantu mereka yang masih baru mengikuti pembelajaran motorik,
khususnya dalam aspek atau materi yang belum pernah di kenal sebelumnya.
Salah satu cara yang bisa di lakukan adalah dengan menyampaikan informasi
sejelas-jelasnya tentang tugas yang harus di pelajari dan di kerjakan oleh mereka.
Guru pun harus sering memberikan instruksi, demonstrasi, film, dan informasi lisan lainnya
yang sangat berguna bagi para siswa.
8
Misalnya, ketika mereka melakukan baris –berbaris ,maka guru tidak hanya memberikan
penjelasan mengenai cara berbaris yang baik , melainkan ia juga harus melakukan baris-
berbaris bersama mereka agar mereka bisa melihat contoh yang nyata dan konkrit.
Salah satu tujuan pembelajaran motorik adalah : memungkinkan para siswa mengalihkan
informasi masa lalun ke tugas yang di hadapi mereka. Misalnya, dalam dalam pelajaran
pendidikan jasmani (olahraga), ada banyak keterampilan gerakan yang mempunyai ciri
gerak yang sama.dengan demikian guru harus mengemukakan ciri keterampilan gerakan
yang kira-kira sudah di pelajari oleh mereka , sehingga mereka mempunyai gambaran yang
jelas. Pertambahan kemampuan dalam tahapan ini biasanya sangat cepat. Itu menunjukan
bahwa strategi pembelajaran sudah di temukan oleh para siswa. Jangan terlalu di risaukan
jika penampilan pada tahapan ini masih kelihatan kaku,kasar,belum pasti,dan belum di
sertai gerak yang tepat (timing).
Semua itu merupakan tanda awal peningkatan kemampuan pada waktu berikutnya.
Keterlibatan pikiran dalam proses belajar pada tahapan ini masih cukup besar, sehingga
menuntut banyak perhatian. Oleh karna itu , guru harus mencegah pemberian informasi
yang terlalu banyak dan berlangsung secara bersamaan. Misalnya, pemberian penjelasan
taktik permainan bersamaan dengan menguraikan teknik gerak. Ini justru akan
mengacaukan perhatian para siswa. Sebaiknya, berilah informasi setahap demi setahap,
sehingga mereka mampu memahami secara sempurna.
B. Tahapan Gerak (Motorik Stage)
Tahapan berikutnya dalam pembelajaran motorik bagi para siswa di sekolah adalah tahapan
gerak atau tahapan asosiatif. Dalam tahapan ini ,mereka telah berhasil memecahkan
masalah-masalah pemahaman tentang tugas ,instruksi ,atau arahan yang di berikan oleh
guru. Sehingga, fokus mereka berpindah ke pengorganisasian pola gerak yang lebih efektif
untuk meningkatkan aksi.
misalnya , jika pembelajaran motorik berkaitan dengan senam pagi (pendidikan jasmani),
maka dalam tahapan Ini, mereka telah menguasai bentuk dan urutan gerak. Guru bisa
melihat indikasi bahwa para siswa sudah memahami serta menguasai bentuk dan urutan
gerak dalam gerakan tubuh yang di lakukan para siswa. Pasalnya , gerak tubuh merupan
9
wujud dari penguasaan bentuk gerakkan. Dengan demikian, dalam tahapan ini, tingkatan
keterampilan mereka naik dari tahapan pemahamaan menuju tahapan aksi. Oleh karena itu,
pada tahapan ini, hal yang harus dilakukan oleh guru adalah mendorong para siswa agar
menunjukan sikap dan kontrol yang terjaga, di sertai keyakinan yang meningkat dalam
gerakan. Mereka harus di dorong supaya dapat memberikan perhatian detail terhadap
gerakan. Dalam materi pembelajaran motorik lainnya ,misalnya keterampilan yang
memerlukan kecepatan gerak, seperti bulu tangkis, para siswa mulai membangun program
gerak untuk menyelesaikan gerakan. Sedangkan, dalam gerakan lebih lambat , seperti
keseimbangan dalam senam , mereka membangun cara untuk memanfaatkan respons yang
menghasilkan umpan balik.
Saat itu, efisiensi gerakkan mereka mulai meningkat, pengeluaran energi semakin berkurang
sebagai akibat otot yang berfungsi semakin relevan dengan tugas gerak , serta keterlibatan
pikiran ketika bergerak semakin berkurang. Para siswa harus di dorong agar bisa
menemukan ciri lingkungan yang dapat di jadikan sebagai tanda-tanda untuk mengatur
kecepatan waktu bergerak. Antisipasi dapat berkembang secara cepat, yang membuat gerak
lebih halus dan tidak berburu-buru.
Selain itu, dalam tahapan ini, para siswa juga perlu di dorong supaya dapat merasakan dan
memahami kesalahan sendiri. Tahapan ini biasanya berlangsung lebih lama dari pada
tahapan pemahaman konsep gerak. Artinya, mereka mungkin bisa tetap berada pada
tahapan gerak ini tanpa pernah meningkat ke tingkat berikutnya dalam beberapa lama.
Boleh jadi, dalam beberapa minggu , beberapa bulan,atau bahkan lebih lama daripada itu.
C . Tahapan Otonom
Tahapan berikutnya yang harus dilalui dalam pembelajaran motorik adalah tahapan
otonom. Tahapan ini akan di masuki secara bertahap oleh para siswa setelah mereka banyak
melakukan latihan. Tahapan otonom melibatkan perkembangan gerak otomatis.
Dengan ungkapan lain ,ketika para siswa telah memasuki tahapan otonom dalam
pembelajaran motorik, mereka akan melakukan gerakan secara refleks tanpa di pikirkan
sebelumnya. Pasalnya , gerakan mulai muncul hanya karena ada rangsangan tanpa instruksi
atau arahan lisan dariguru.
10
Munculnya gerakan secara refleks hanya karna rangsangan (tanpa adanya instruksi) dapat
terjadi lantaran adanya program gerak yang sudah terbentuk dalam otak para siswa selama
mereka mengikuti rangkaian pembelajaran motorik. Program gerak dalam otak mereka
adalah: suatu rangkaian mekanisme yang mengontrol terbentuknya gerak. Misalnya:
pambelajaran senam kesegaran jasmani dengan alunan musik senam (salah satu materi
pembelajaran motorik) akan membuat mereka merentangkan tangan kesamping ataupun
mengangkat kaki dan menggeleng-gelengkan kepala. Ini terjadi karena dalam otak mereka
telah terbentuk program gerak yang seirama dengan musik yang di dengarkan. Program
gerak itulah yang mengontrol aksi para siswa ketika bergerak dalam waktu yang relatif lama.
Adapun yang menjadi pertanyaan adalah apakah setiap siswa pasti dapat memasuki
tahapan terakhir (tahapan otonom) dalam pembelajaran motorik ? tentunya, tidak semua
siswa bisa memasuki tahapan yang terakhir ini dalam waktu yang sama. Dalam
pembelajaran motorik , keberhasilan seorang siswa memasuki tahapan otonom bergantung
pada kualitas dan tingkat latihan yang dilakukan, serta caranya melakukanlatihan tersebut.
Seorang siswa dapat memasuki tahapan otonom dalam pembelajaran motorik di sekolah di
sebabkan oleh meningkatnya otomatisasi indra dalam menganalisis pola-pola lingkungan.
Hal ini di landasi oleh beberapa hal pokok berikut:
1. Menurunnya tuntutan perhatian seorang siswa terhadap cara pelaksanaan gerak.
Artinya, ia tidak lagi memikirkan cara bergerak, posisi bergerak,dan lain-lain. Ia telah
berhasil menguasai bentuk gerak secara sempurna , sehingga gerak tersebut bisa muncul
hanya dengan sebuah rangsangan
2. pada saat yang sama , seorang siswa telah terbebas dari kegiatan kognitif tingkat tinggi.
Dengan ungkapan lain, untuk melakukan sebuan gerakan , ia tidak perlu memikirkannya
dengan panjang lebar ataupun menganalisis, sehingga ia dapat secara langsung bergerak
secara tepat dan terarah sesuai dengan yang diinginkan.
3. Seorang siswa memiliki keyakinan dan kepercayaan tinggi dalam mengambil keputusan-
keputusan tentang strategi permainan (gerakan) secara benar.
11
Artinya, ia telah mampu memahami dengan sangat cepat mengenai waktu melakukan
gerakan, seperti:
a. Melangkahkan kaki
b. merentangkan tangan ke samping
c. Menarik sesuatu(tali)
d. Mengulur
e. Menggelengkan kepala
f. menoleh ke kiri,kanan, atas, dan bawah
g. Mengumpan
h. Menendang
i. Memukul
j. Menerima pukulan
k. Menghindar
l. Maju, dan
m. Bersuara.
4. Seorang siswa juga dapat meningkatkan bentuk dan gaya dalam gerakkan, sehingga
setiap gerakan yang di lakukan diiringi dengan penguasaan yang sangat mendalam.
Logikanya adalah apa bila ia belum menguasai sebuah gerakan, seperti menendang bola,
tentu saja ia tidak bisa menendang bola dengan bentuk dan gaya tendangan yang sangat
indah. Sebaliknya , jika ia telah mampu memperlihatkan gaya dan bentuk tendangan yang
indah , maka dapat dipastikan bahwa ia telah menguasai sebuah tendangan.
5. Keyakinan diri dan kemampuan untuk menilai kesalahan diri lebih terkembangkan.
Artinya, ketika seorang siswa dapat memasuki tahapan otonom dalam pembelajaran
motorik di sekolah yang di sebabkan oleh meningkatnya otomatisisasi indra, maka pada
saat bersamaan , ia telah mampu merasakan dan mengidentifikasi benar atau tidaknya
tindakan yang di lakukannya. Misalnya, ketika ia menendang bola ke arah gawang dengan
pola gerakan yang salah, ia akan merasa bahwa tendangannya salah, walaupun bola
berhasil masuk ke mulut gawang. atau saat ia melakukan senam di sekolah dan melakukan
sebuah gerakkan yang salah, maka ia akan merasa dan meyakini bahwa gerakkannya itu
salah, meskipun guru tidak menegurnya.
12
Berdasarkan uraian tersebut, dapat di ambil kesimpulan bahwa persiapan teknis dalam
pembelajaran motorik bagi para siswa di sekolah harus di sesuaikan dengan tahapan-
tahapan yang ada. Keberhasilan mereka dalam memahami dan menguasai keterampilan
motorik bergantung pada tahapan- tahapan yang di lalui. Jika mereka berhasil melewati
tahapan-tahapan tersebut secara sempurna, maka mereka akan berhasil menguasai meteri
pembelajaran motorik yang di berikan.
13
BAB 11
PEMBAHASAN
"Bagaimana memotivasi?"
Motivasi akan menentukan siswa mampu dan mau mempelajari suatu kemampuan. Seorang
siswa yang tidak termotivasi sama sekali tidak akan mau berlatih, dan karenanya hasil latihan
atau belajar tidak akan maksimal. Siswa yang termotivasi akan menghabiskan waktu dan
usahanya untuk melakukan tugas yang diberikan, dengan latihan yang lebih serius, yang
mengarahkannya pada pembelajaran yang relative.
Upaya-upaya memotivasi siswa dengan cara sebagai berikut:
2.1 Memperkenalkan skill (keterampilan)
Memperkenalkan suatu keterampilan kepada murid merupakan satu upaya untuk
memotivasi mereka. Agar tujuan tersebut tercapai, tentunya upaya memperkenalkan
keterampilan tadi harus memenuhi ketentuan, salah satu di antaranya adalah dengan
memperkenalkan makna dan manfaat dari keterampilan yang dimaksud untuk masa-masa
tertentu. Schmidt, misalnya, mengatakan bahwa memberikan penjelasan tentang manfaat
suatu keterampilan di masa datang akan menjadikan siswa memiliki tujuan dan arah dalam
belajarnya. Selain manfaat yang ditonjolkan, penjelasan tentang bagaimana keterampilan itu
ditampilkan dalam tingkat yang sebenarnya akan mem-berikan pengaruh yang baik juga
dalam hal motivasi.
Sebagai contoh, pemutaran film atau video suatu pertandingan bola voli tingkat dunia di
suatu kelas yang sedang belajar bermain bola voli, akan juga menyadarkan anak tentang
hakikat keterampilan itu sendiri. Paling tidak akan timbul suatu kesadaran pada diri siswa
bahwa bola voli bukan hanya permainan yang aneh dan menyakitkan, melainkan merupakan
permainan yang bisa dilakukan dengan sangat variatif dan karenanya menarik.
Kesadaran anak tentang bagaimana hasil akhir dari suatu keterampilan, dengan sendirinya
akan membuat anak termotivasi dalam mempelajarinya.
Intinya, cara pertama yang bisa di lakukan oleh guru untuk memberika motivasi dalam
pembelajaran motorik adalah memperkenalkan keterampilan.
Cara ini harus di lakukan sebelum pembelajaran motorik di lakukan, atau di perkenalkan
kepada para siswa pada awal pembelajaran motorik agar mereka termotivasi sejak awal
14
hingga akhir. Jangan sampai memperkenalkan keterampilan setelah pembelajaran di
lakukan.
Agar tujuan tersebut tercapai, maka upaya memperkenalkan keterampilan harus di kaitkan
dengan dua hal utama yaitu:
a. Makna keterampilan dan pembelajaran ,serta
b. Manfaat keterampilan tersebut bagi para siswa yang mengikuti kegiatan
pembelajaran motorik.
Para ahli dalam dunia pendidikan meyakini bahwa memberikan penjelasan tentang manfaat
suatu keterampilan akan menjadikan para siswa memiliki tujuan dan arah yang tepat dalam
belajar. Artinya, mereka akan mengerti tujuan pembelajaran motorik yang sedang di
jalankan. Sebagai contoh, dalam pelajaran agama yang di jalankan secara motorik, para
siswa akan mengetahui manfaat sikap tolong- menolong antar sesama manusia, saling
memberi, saling menghormati keyakinan, gotong royong, dan lain sebagainya.
Selain manfaat keterampilan motorik yang di ajarkan , guru juga harus menjelaskan tentang
cara keterampilan itu di tampilkan dalam tingkat yang sebenarnya. Hal ini akan
meningkatkan motivasi para siswa dalam mengikuti pembelajaran dan menjalankan semua
tugas yang diberikan.
Contoh sederhana, pemutaran vidio pertandingan sepak bola liga inggris yang menampilkan
klub-klub besar dengan gaya permainan yang sangat memukau. Di kelas yang sedang
belajar sepak bola , guru mesti menyadarkan para siswa bahwa permainan sepak bola
sangatlah menyenangkan.
Dengan pengetahuan dan kesadaran semacam itu, mereka akan menerima rangsangan
motivasional agar selalu belajar dengan giat, sehingga mendapatkan hasil yang sangat
memuaskan.
15
2.2 MENETAPKAN TUJUAN
Cara lain yang baik untuk menumbuhkan motivasi adalah dengan cara menetapkan
sasaran atau tujuan belajar. Mintalah siswa untuk mencoba menetapkan tujuannya, misalnya
untuk menjadi pemain yang baik dalam tim sekolah atau perkumpulan tertentu. Schmidt
mengemukakan bahwa dari penelitian Locke & Brian, siswa yang diminta untuk menetapkan
standar dan melakukan sebaik-baiknya, menunjukkan manfaat dari usaha-nya itu. Dari hasil
tersebut jelaslah bahwa dipaksa untuk commit pada diri sendiri terhadap suatu tujuan
merupakan motivasi yang sungguh-sungguh kuat.
Namun demikian, dalam hal ini setiap guru harus menyadari bahwa standar atau tujuan yang
ditetapkan tersebut haruslah realistis, sesuatu yang dapat dicapai melalui latihan dan usaha.
Dengan begitu, tujuan yang terlalu tinggi dan tidak dapat dicapai oleh siswa tadi akan justru
meruntuhkan minat siswa yang bersangkutan. Sebaliknya, tujuan yang terlalu rendah yang
terlalu mudah untuk dicapai pun, dengan sendirinya akan kurang memotivasi.
Intinya, Guru juga bisa memberikan motivasi motorik kepada para siswa, dalam
pembelajaran motorik kepada para siswa dalam pembelajaran motorik dengan cara
menetapkan sasaran atau tujuan belajar motorik. Sebenarnya, tidak hanya guru yang dapat
menetapkan sasaran atau tujuan belajar motorik. Penetapan sasaran atau tujuan belajar
motorik pun bisa di lakukan oleh beberapa pihak ,yaitu:
a. Guru sendiri
b.guru bersama para siswa,serta
c.siswa sendiri
Sebuah penelitian yang di lakukan oleh para praktisi pendidikan memberikan gambaran
bahwa para siswa yang di minta menetapkan tujuan belajar sendiri justru menunjukan hasil
belajar yang lebih baik dari pada siswa yang hanya di minta melakukan tugas belajar, yang
tujuannya telah di tetapkan oleh seorang guru. Sebab, dalam pembelajaran motorik ,ketika
seorang siswa menetapkan tujuannya sendiri, maka penetapan tersebut akan memberi
pengaruh luar biasa terhadap perkembangan motorik, semangat, serta perjuangannya.
Sebagai contoh, seorang siswa menetapkan tujuan agar menjadi pemain yamg baik dalam
tim sepak bola sekolah, sehingga dapat menjadi juara dalan setiap ajang kompetisi antar
sekolah.
16
Penetapan tujuan tersebut akan membuatnya semakin giat berlatih, serta selalu
melaksanakan arahan guru dan pelatih dengan cermat. Oleh karena itu, guru yang
mengadakan pembelajaran motorik bagi para siswa di sekolah sebaiknya meminta kepada
mereka supaya mencoba menetapkan tujuan pembelajaran motorik sendiri.
Tentunya tidak cukup sampai di sana ,guru pun mesti meminta mereka berjanji agar
berjuang sekuat tenaga dalam menggapai tujuan yang telah di tetapkan.
Cara semacam itu akan dapat menjadi motivasi yang sangat kuat bagi para siswa dalam
pembelajaran motorik. Akan tetapi, setiap guru yang mengadakan pembelajaran motorik
harus menyadari bahwa tujuan yang di tetapkan oleh mereka bisa di capai hanya melalui
latihan dan usaha bersama, serta dengan dukungan dan bimbingan guru secara intens.
Selain itu, saat menetapkan tujuan pembelajaran motorik, yang harus di ingat adalah
kamampuan para siswa. Artinya , tujuan pembelajaran motorik mesti di sesuaikan dengan
kamampuan mereka dan guru. Kesesuaian antara tujuan dan kamampuan sangat penting
diperhatikan karena tujuan yang yeng terlalu tinggi dan tidak dapat di capai justru akan
meruntuhkan minat mereka. Sebaliknya, tujuan yang terlalu rendah dan mudah akan
menurunkan motivasi.
2.3 PEMAHAMAN ATAU PENGETAHUAN HASIL
Dalam dunia pembelajaran motorik ,di kenal sebuah ungkapan, „‟seorang siswa yang
hanya berlatih keterampilan motorik dengan diri sendiri, tanpa bantuan guru, tidak akan
membuat sempurna.‟‟ Ungkapan ini mengindikasikan bahwa kualitas pembelajaran motorik
yang di lakukan oleh siswa sangat menentukan hasil yang akan di capai. Apabila seorang
siswa berlatih keterampilan motorik secara terus-menerus, bukan berarti ia akan mendapatkan
kemampuan dan keterampilan motorik yang sempurn.
Seorang siswa bisa saja masih banyak melakukan kesalahan teknik keterampilan motorik.
Kesalahan itu dapat Terjadi kapanpun. Hal itu di karenakan ia tidak pernah mendapatkan
umpan balik yang benar dalam pembelajaran motorik dari gurunya. Artinya, umpan balik
yang diberikan oleh guru kepadanya sangat menentukan kualitas pembelajaran motorik serta
hasil keterampilan motorik yang akan diperolehnya. Pada dasarnya, umpan balik yang di
berikan oleh guru bersifat pemberitahuan hasil yang di capai oleh seorang siswa dalam hal
keterampilan motorik yang telah di lakukannya.
17
Saat ia di beri tahu hasil gerakkan motoriknya atau praktik pembelajaran motorik yang di
lakukannya. ia, segera mengetahui hasil itu, sehingga ia lekas melakukan beberapa
penyesuaian terhadap gerakan motorik berikutnya sesuai dengan umpan balik yang di
berikan oleh guru.
Atas dasar itulah, umpan balik yang di berikan oleh guru sebenarnya dapat di sebut
pengetahuan hasil. Lantas,yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana seorang guru dapat
menerapkan pemberian umpan balik dalam kategori ini?
Dalam hal itu, sebenarnya guru hanya cukup memberikan informasi kepada para siswa
mengenai hasil praktik keterampilan motorik dengan cara memberikan kata-kata (informasi)
yang mudah di pahami oleh mereka.
Ada banyak kalimat yang bisa di berikan oleh guru kepada para siswa terkait hasil
keterampilan motorik.
Di antaranya ialah sebagai berikut:
a. „‟ayo semangat „‟ ( berbagai mata pelajaran)
b.‟‟ Bolanya meleset sedikit ke kiri.‟‟(pelajaran olahraga)
c.‟‟ Nilai praktikmu 60.‟‟( kalimat ini di sampaikan dengan asumsi bahwa siswa telah
mengetahui bahwa skala penilaian yang di gunakan adalah 10-100. Dengan demikian ia, akan
mengetahui sejauh mana hasil yang telah di capainya dalam pembelajaran (praktik)
motoriknya.
d.„‟ sinar matahari yang kamu tangkap masih kurang panas. (dalam pelajaran fisika).
2.4 PEMBERIAN INSTRUKSI
Memberikan instruksi adalah peristiwa umum dalam hampir setiap pengajaran. Instruksi
tersebut biasanya diucapkan (meskipun bisa juga dituliskan) dan memberikan informasi
tentang aspek yang paling penting dari suatu keterampilan. Dihubungkan dengan teori
pengolahan informasi yang menyatakan bahwa informasi yang bisa ditangkap oleh sistem
memory amat terbatas, maka perlu diperhatikan bahwa pemberian instruksi pun haruslah
diperhitungkan. Informasi yang terlalu banyak akan segera terlupakan, dan perhatikan juga
bahwa informasi dalam bentuk verbal pun kadang-kadang dibatasi pula oleh ketepatan dan
kebenarannya.
18
Oleh karena itu, instruksi yang diberikan haruslah singkat dan bersifat langsung pada intinya,
menekankan hanya pada satu atau dua konsep umum saja. Cobalah memberikan instruksi
yang bermakna dengan meng-hubungkannya pada sesuatu yang telah dipelajari oleh siswa.
Membagi-bagi informasi selama latihan berlangsung akan juga berguna. Artinya, berikan
infromasi yang paling pokok terlebih dahulu, kemudian detil-detilnya disampaikan
bersamaan dengan pelaksanaan latihan.
Kesemua ketentuan ini akan sangat relevan terutama jika siswa-siswa yang dihadapi adalah
siswa pemula. Singer (1980) mencatat bahwa pemberian intruksi ini harus meliputi empat hal
berikut, yaitu:
1) terus-menerus memberikan instruksi dan arah,
2) hanya digunakan sebagai teknik transfer nilai pra-latihan (pre training)
3) mendorong siswa untuk memberikan respons pada tanda tanda khusus pada saat yang
khusus, dan
4) menawarkan saran yang bersifat korektif pada penampilan yang bersangkutan.
intinya, sikap yang harus di lakukan oleh seorang guru saat pembelajaran motorik di
sekolah adalah memberi instruksi kepada para siswa. Pemberian instruksi dari seorang guru
kepada mereka termasuk salah satu prosedur tetap dalam setiap pembelajaran motorik.
Instruksi tersebut bisa di berikan secara lisan(ucapan) maupun tulisan.
Instruksi dalam pembelajaran motorik bertujuan memberikan informasi tentang aspek yang
paling penting dari suatu keterampilan yang sedang di pelajari dan dipraktikkan.
Namun, yang harus diingat oleh guru ketika mengadakan pembelajaran motorik adalah
informasi yang dapat di tangkap oleh sistem memori sangat terbatas. Dengan ungkapan lain,
jika seorang guru memberikan instruksi terlalu banyak kepada para siswa, mereka akan sulit
menangkap instruksi yang di berikan karena memori otak tidak sanggup menampung semua
instruksi.
Dalam hal ini, banyaknya pemberian instruksi haruslah tetap di parhitungkan.
Instruksi seorang guru yang terlalu banyak dalam pembelajaran motorik akan segera
terlupakan oleh para siswa. Instruksi guru dalam bentuk lisan pun kadang di batasi oleh
19
ketepatan dan kebenarannya. Atas dasar itu, guru yang memberikan instrusi kepada para
siswa dalam pembelajaran motorik harus memperhatikan beberapa hal berikut:
1. Instruksi yang di berikan kepada para siswa haruslah singkat dan bersifat langsung. Jangan
sampai memberikan instruksi melalui orang ke dua. Misalnya, dalam permainan sepak bola,
seorang guru olahraga harus memberikan instruksi secara langsung kepada para siswa(
pemain) ketiKa permainan berlangung. Instruksi itu harus singkat, misalnya mundur ke
belakang kawal pemain nomor 8; setiap kali mendapatkan bola, berikan pemain no 5; dan
lain sebagainya.
2. instruksi harus di tekankan pada satu atau dua konsep umum.Contohnya dalam pelajaran
olahraga sepak bola, jika guru melihat para siswa bermain jelek tanpa kerja sama, maka ia
cukup memberikan instruksi dengan berucap,’’setiap kali memperoleh bola, umpankan
kepada kawan yang berada dalam posisi bebas, jangan bawa sendiri.
3. Guru harus memberikaninstruksi yang bermakna dan menghubungkannya dengan
sesuatu yang telahdi pelajari oleh para siswa sebelumnya. Jika mereka belum menerima
teori sebelum praktik, maka jangan memberikan instruksi mengenai teori baru saat prsktek.
4. Memberikan instruksi yang paling cocok terlebih dahulu, kemudian susunkan detailnya
bersama dengan pelaksanaan latihan. Semua metode pemberian instruksi dalam
pembelajaran motorik akan sangat relevan bagi para siswa, terutama jika yang di hadapi
adalah para siswa pemula. Jadi, memberikan instruksi kepada para siswa dalam
pembelajaran motorik merupakan kemampuan yang harus di kuasai oleh setiap guru.
Tujuan utamanya adalah mereka mendapatkan gambaran yang menyeluruh tentang
keterampilan motorik yang akan dan sedang di pelajari. Selian it, kamampuan ini akan
memperjelas cara dan metode dalam mencapainya
2.5 Modeling dan demonstrasi
Media yang paling baik dalam pemberian instruksi pra-latihan adalah alat-alat bantu visual,
seperti gambar dari suatu teknik atau keterampilan yang benar, klip film, video, atau
demonstrasi oleh kawan sekelas atau oleh guru sendiri (modeling). Informasi tentang
keterampilan dengan cara ini tidak
terbatas oleh penggunaan kata-kata saja, tetapi dikuatkan dengan gambaran nyata tentang
gerakan yang akan dipelajari. Prosedur ini merupakan bagian dari upaya pembelajaran
observasional (observational Learning), di mana siswa menambah informasinya hanya
20
dengan mengamati penampilan orang lain. Tidak dapat diragukan bahwa hasil pembelajaran,
terutama dalam latihan tahap-tahap awal, diperkirakan timbul dari mempelajari dan meniru
aksi orang lain. Dalam hal ini tidak perlu diperdebatkan apakah model yang tampil sebaiknya
guru atau kawan siswa sendiri.
Siapapun yang tampil tidak menjadi masalah, yang penting adalah model tadi harus
menampilkan gambaran kritis dari keterampilan yang dimaksud.
Prosedur ini akan memungkinkan siswa untuk memvisualisasikan tentang bagaimana gerakan
yang diinginkan itu ditampilkan serta memberikan tujuan ideal tentang usaha yang sedang
dilakukan (lihat Knapp, 1977). Tentu saja, demonstrasi dan modeling tidak bisa efektif jika
siswa sendiri sebagai pengamat tidak menaruh perhatian. Bandura (dalam bab terdahulu)
berulangkali menekankan bahwa jika perilaku modeling tersebut diharapkan efektif, maka
siswa harus memberikan perhatian pada gerakan yang ditampilkan, kemudian mencoba
menahan gambaran contoh tadi dalam bentuk simbol atau kata-kata, sebelum semua gerakan
yang dipelajari tadi dapat ditampilkan ulang oleh siswa sendiri.
Di samping itu, modeling dapat juga dilakukan bersamaan dengan pemberian instruksi. Guru
bisa menunjuk pada hal-hal penting pada saat penampilan model dilakukan. Menekankan
bagaimana tangan bergerak atau bagaimana kaki dikoordinasikan dengan tangan selama
tahap tertentu dari gerakan, akan sangat efektif hasilnya.
Seperti juga instruksi, model dan demonstrasi dapat memberikan terlalu banyak informasi
yang harus diperhatikan. Karenanya memberikan tanda-tanda yang tepat akan sangat baik
manfaatnya pada murid, tentang apa yang menjadi fokus dari perhatian mereka. Misalnya
guru bisa berkata, "jangan perhatikan bagaimana kerasnya ayunan tangan itu, yang penting
perhatikan bagaimana lengan itu bergerak."
Kemudian sebagai pegangan, untuk mengoptimalkan pemberian demonstrasi tersebut, guru
hendaknya berpedoman pada empat hal ini, yaitu:
1. Para siswa harus disadarkan untuk mengamati contoh yang diberikan dengan perhatian
penuh,
2. Guru harus menyampaikan informasi yang optimal yang dapat diproses oleh kemampuan
siswa,
3. Demonstrasi tersebut akan memberikan efek yang lebih baik jika diulang lebih dari sekali,
4. Akan sangat membantu jika dapat menampilkan demonstrasi dalam bentuk film.
21
Intinya, seorang guru saat pembelajaran motorik di sekolah adalah menyajikan demonstrasi
kepada para siswa. Demonstrasi merupakan media yang paling baik dalam pembelajaran
motorik. Dalam hal ini mereka lebih mudah memahami aplikasi pembelajaran motorik
dengan penyajian demonstrasi karena menggunakan alat-alat bantu visual, seperti gambar,
klip film, vidio atau demonstrasi secara langsung yang di lakukan oleh guru.
Demonstrasi dalam pembelajaran motorik sangat mutlak di lakukan karena pemahaman
para siswa terhadap keterampilan motorik yang sedang dipelajari tidak cukup disajikan
(di ajarkan) dengan kata-kata, tetapi lebih baik di kuatkan oleh gambaran nyata tentang
gerakkan yang akan di pelajari. Pembelajaran mengamati berarti para siswa menambah
informasi dengan hanya mengamati penampilan orang lain. Prosedur ini merupakan bagian
dari upaya membuat mereka bisa mengamati.setelah itu,mereka langsung memperaktikkan
secara nyata.
Adapun yang harus di ingat adalah hasil pembelajaran motorik terutama dalam latihan
tahapan awal timbul dari aktivitas mengamati dan meniru aksi orang lain. Sementara itu,
model atau demonstrasi yang di tampilkan bisa di lakukan dengan berbagai cara, yaitu di
lakukan oleh guru, di kerjakan oleh kawan (siswa lain) serta memakai alat atau film. Pada
prinsipnya, siapapun yang menyajikan demonstrasi tidak menjadi masalah. Hanya saja, yang
menjadi titik tekan adalah demonstrasi yang di sajikan harus menampilkan gambaran dari
keterampilan yang sedang di pelajari para siswa dan akan dipraktikkan oleh mereka setelah
mengamati demonstrasi. Berdasarkan demonstrasi yang di amati, para siswa akan
mendapatkan beberapa manfaat.
Pertama, memungkinkan mereka memperoleh gambaran tentang gerakkan motorik yang
akan di pelajari dan dipraktikkan.
Kedua, memberikan gambaran ideal tentang usaha yang harus di lakukan oleh mereka agar
dapat mencapai hasil yang maksimal.
Ketika demonstrasi , guru harus mendorong para siswa agar memperhatikan demonstrasi
tersebut secara saksama. Pasalnya, peragaan demonstrasi tidak akan efektif dalam
pembelajaran motorik apabila mereka sebagai pengamat tidak memberikan perhatian
penuh. Ada beberapa langkah yang harus di lakukan oleh guru guna mendorong para siswa
ketika demonstrasi. Di antaranya ialah sebagai berikut:
22
1. Para siswa harus di dorong penuh agar memberikan perhatian terhadap demonstrasi
atau gerak yang di tampilkan.
2. Para siswa mesti di dorong supaya bisa merekam gambaran yang muncul dalam
demonstrasi
3. Para siswa harus di dorong agar dapat menampilkan atau melakukan sendiri, sebagai
mana yang mereka amati dalam demonstrasi.
Selain ketiga langkah tersebut, hal yang tidak kalah pentingnya di lakukan adalah guru mesti
menunjukan berbagai hal penting saat demonstrasi. Misalnya, dalam pelajaran seni tari,
guru harus menunjukkan dalam demonstrasi dan menekankan cara tangan bergerak atau
kaki di koordinasikan dengan tangan selama tahapan tertentu dari gerak yang sedang di
pelajari. Cara semacam ini akan membuat parasiswa dapat menguasai keterampilan motorik
dengan sangat mudah sesuai tujuan yang di inginkan.
Di sisi yang lain, sebagai pegangan untuk mengoptimalkan pemberian demonstrasi kapada
para siswa dalam pembelajaran motorik, sebaiknya guru berpedoman pada empat hal
berikut:
1. Guru harus mendorong para siswa agar mengamati contoh (demonstrasi) yang di berikan
perhatian penuh.
2. Ketika demonstrasi di amati oleh para siswa, guru mesti menyampaikan informasi
sebanyak mungkin yang dapat diproses oleh kemampuan mereka.
3. Demonstrasi bisa memberikan pengaruh yang luar biasa terhadap keterampilan yang
sedang diplajari, asalkan demonstrasi tersebut di sajikan lebih dari sekali.
4. Alangkah lebih baik jika dapat menampilkan demonstrasi yang diperagakan oleh guru
atau kawan siswa, bukan dalam bentuk film.
2.6 BENTUK LATIHAN
Semua pembelajaran memerlukan beberapa bentuk latihan. Konsep dari keterampilan
sendiri sudah didasarkan pada asumsi bahwa latihan mendahului penguasaan tugas. Latihan
keterampilan gerak dapat terjadi pada waktu yang berbeda dan tempat, di bawah kondisi
yang berbeda-beda. Kadang-kadang latihan dapat terjadi hampir tidak disengaja, tetapi
kadang latihan juga benar-benar direncanakan secara matang. Namun secara umum, bentuk
23
latihan dapat dibedakan antara latihan yang berbentuk latihan motorik dan fisik (physical
rehearsal) serta latihan yang berbentuk latihan mental (mental rehearsal).
Bentuk latihan dapat dibedakan antara latihan yang berbentuk latihan motorik dan fisik serta
latihan yang berbentuk latihan mental. Teknik latihan fisik dan motorik: Siapapun yang
menyatakan “practice make perfect” mean ngetahui bahwa penguasaan keterampilan
memerlukan pengulangan. Akan tetapi, pengulangan sendiri tidak menjamin meningkatnya
penguasaan keterampilan tetapi hanya memperkuat pembentukan perilaku permanen. Oleh
kerana itu adigium lama tersebut akan lebih tapat berbunyi “latihan dirancang efektif
membuat sempurna”.
seorang guru harus dapat memilih bentuk pengaturan latihan yang tepat bagi para siswa. Hal
ini di maksudkan untuk memberikan hasil pembelajaran motorik yang memuaskan dan bisa
di pertanggung jawabkan sesuai dengan tujuan yang telah di tetapkan. Atas dasar itu,
menjadi keniscayaan bagi setiap guru yang mengadakan pembelajaran motorik bagi para
siswa untuk mengetahui aplikasi pengaturan latihan bagi mereka di sekolah.
Dalam konteks itu , ada beberapa bentuk pengaturan latihan dalam pembelajaran motorik
yang saling berkaitan dan berkesinambungan antara satu dengan lainnya yang harus di
ketahui oleh guru, yaitu:
a. melatih tugas jamak
b. latihan motorik secara terpusat
c. latihan motorik secara acak
d. melatih keterampilan motorik tunggal.
A. Melatih tugas jamak
bentuk pengaturan latihan yang pertama dalam pembelajaran motorik yang harus di kuasai
oleh guru adalah melatih tugas jamak. Bentuk pengaturan latihan yang pertama ini dapat di
katakan sebagai hal yang baru dalam wacana pelatihan dan pembelajaran motorik saat ini.
Melatih tugas jamak adalah bentuk pengaturan latihan dalam pembelajaran motorik yang
perlu di gunakan ketika seorang guru hendak mengajarkan beberapa keterampilan sekaligus
dalam satu waktu, seperti satu minggu, satu hari, ataupun satu pertemuan. Adapun contoh
24
keterampilan yang di ajarkan dalam satu waktu adalah teknik servis, smes, dan dropshot
dalam bulu tangkis. Dalam latihan ragam keterampilan yang telah di sebutkan itu, tentunya
muncul beberapa pertanyaan berikut:
a. Bagaimana cara seorang guru mengatur latihan agar ketiga keterampilan tersebut di
lakukan oleh para siswa secara keseluruhan, tanpa terkecuali, dalam satu waktu?
b. Apakah seorang guru akan mengatur latihan ketiga ketermpilan itu secara berurutan satu
per satu?
c. Apakah seorang guru akan mengatur latihan ketiga keterampilan itu secara acak tanpa
memperhatikan urutan?
d. Apakah seorang guru membiarkan para siswa memilih sendiri dengan resiko akan muncul
keterampilan yang kurang mendapatkan tekanan?
Untuk menjawab semua pertanyaan tersebut, guru harus mengetahui cara pengaturan latihan
untuk tugas jamak. Dalam hal ini, ada dua cara pengaturan latihan yang lazim di lakukan
untuk tugas jamak (lebih dari satu tugas motorik), yaitu pengaturan latihan terpusat dan
latihan acak.
B. Latihan motorik secara terpusat
Sebagian guru belum mengerti tentang pengaturan latihan terpusat. Pengaturan latihan
terpusat dapat di gambarkan dengan contoh ini. Guru mengambil keputusan untuk melatih
ketiga keterampilan sekaligus dalam pelajaran bulu tangkis (olah raga/pendidikan jasmani),
yaitu teknik servis , smes dan dropshot.
Hal pertama yang di lakukan oleh guru tarhadap para siswa adalah menyuruh mereka
melakukan praktik ( berlatih)keterampilan servis. Guru memerintahkan mereka untuk
menyelesaikan latihan keterampilan servis terlebih dahulu sebanyak 75 kali. Setelah para
siswa menyelesaikan latihan keterampilan servis sebanyak 75 kali dan telah di rasa cukup,
guru kembali menyuruh mereka berlatih keterampilan smes dengan jumlah pengulangan yang
sama yaitu 75 kali. Seusai keterampilan smes itu di pelajari (dipraktikkan) sebanyak 75 kali,
guru bisa memerintahkan kepada mereka untuk berpindah ke latihan keterampilan dropshot
dengan jumlah pengulangan seperti keterampilan servis dan smes, yakni 75 kali.
25
Sebenarnya, latihan terpusat dapat di mengerti dengan sangat mudah, yaitu menyelesaikan
satu keterampilan terlebih dahulu sebelum berpindah ke terampilan lainnya. Dengan
demikian, para siswa akan terpusat pada satu keterampilan motorik (satu tugas) sebelum
berpindah keterampilan motorik (tugas) lain. Latihan terpusat merupakan cara yang lazim di
pilih. Cara ini di anggap khas karena memungkinkan mereka berlatih secara terfokus, melatih
satu keterampilan berulang kali tanpa terganggu kegiatan lain.
Cara latihan terpusat ,sebagai mana yang di gambarkan dalam penjelasan sebelumnya, bisa
berlaku bagi semua materi pembelajaran yang di ajarkan secara motorik, tidak hanya
pendidikan jasmani. Gambaran ini juga dapat di terapkan dalam pelajaran agama,
matematika, praktik kimia, fisika, maupun biologi,PKN, bahasa indonesia, bahasa inggris dan
lain sebagainya. Dalam pembelajaran motorik, cara semacam ini sangat tepat di lakukan oleh
setiap guru guna melatih kemampuan motorik para siswa dalam berbagai materi pelajaran.
Sebab, cara ini sangat memungkinkan bagi mereka untuk berkonsentrasi penuh dan
mengoptimalkan kemampuan motorik.
C. Latihan Kemampuan motorik secara acak
Selain penerapan latihan motorik secara terpusat, seorang guru yang mengadakan
pembelajaran motorik bagi para siswa juga harus mengetahui penerapan latihan motorik
secara acak. tidak sedikit juga dari kalangan guru yang tidak mengetahui cara menerapkan
latihan motorik secara acak dapat di gambarkan dalam ilustrasi ini. Sebagai contoh, dalam
pelajaran pendidikan jasmani yang diisi dengan pembelajaran olahraga bulu tangkis, seorang
guru dapat mengatur latihan (pembelajaran) keterampilan motorik secara berbeda bagi para
siswa. Dalam hal ini,guru bisa meminta kepada mereka agar melakukan latihan tiga
keterampilan sekaligus ,yaitu teknik servis, smes dan dropshot, dengan cara selang-seling.
Apabila seorang siswa telah melakukan pukulan servis sebanyak 1 kali, berarti ia bisa
langsung melakukan smes, kemudian dropshot dan kembali melakukan servis lagi, demikian
seterusnya.
Dengan demikian, setiap siswa di perbolehkan melakukan latihan keterampilan motorik
secara acak, selang-seling,tanpa harus menunggu penguasaan satu keterampilan. Penguasaan
para siswa terhadap sebuah keterampilan motorik akan muncul seiring dengan seringnya
mereka melakukan latihan secara selang-seling. Dengan ungkapan lain setiap keterampilan di
26
lakukan secara berurutan tanpa harus menunggu di kuasai terlebih dahulu. Latihan
keterampilan motorik semacam ini menyerupai sebuah putaran dalam lingkaran .
jumlah latihan atau pukulan setiap gerakkan motorik tidak terlalu banyak; 3 atau 5 kali, lalu
beralih kepada keterampilan berikutnya. Berdasarkan ilustrasi tersebut, dapat di simpulkan
bahwa penerapan latihan motorik secara acak merupakan latihan motorik yang memeberikan
kesempatan kepada para siswa untuk melakukan berbagai bagian keterampilan motorik dalam
waktu bersamaan , tanpa di pisahkan oleh jenis keterampilan.
Mereka seolah berputar untuk melakukan semua keterampilan dengan cara acak. Lantas,
yang menjadi pertanyaan adalah pangaturan latihan manakah yang paling efektif untuk
pembelajaran motorikbagi para siswa di sekolah yang menghasilkan keterampilan motorik
paling optimal ? dan, penerapan latihan motorik di lakukan secara terpusat ataukah acak?
Boleh jadi, tidak banyak orang yang menyangka bahwa sebenarnya penerapan latihan
motorik secara acak justru dapat memberikan hasil yang lebih baik dari pada penerapan
latihan motorik terpusat. Dalam hal i ni, ,banyak keunggulan yang dimiliki oleh latihan
motorik secara acak ketimbang latihan motorik secara terpusat.
Pertama: dari segi penguasaan gerakan antara latihan motorik secara terpusat dan latihan
motorik secara acak, siswa yang berlatih keterampilan motorik secara acak ternyata lebih
unggul dari pada siswa yang berlatih keterampilan motorik secara terpusat. Keterampilan
siswa ynag diperoleh dari latihan secara acak lebih menonjol dari pada keterampilan motorik
siswa yang di peroleh dari latihan secara terpusat.
Kedua: ketika kemampuan siswa di ukur setelah proses latihan , baik dengan tes acak
maupun tes terpusat, keterampilan siswa yang di peroleh dari latihan secara acak ternyata
lebih unggul dalam segala hal.kenyataan ini tentu membingungkan banyak pihak,khususnya
kalangan guru atau pendidik, serta memunculkan sebuah pertanyaan, mengapa hasil
pembelajaran motorik dengan metode latihan motorik secara acak justru lebih unggul
ketimbang metode latihan motorik secara terpusat?
Ada alasan ilmiah yang memebuat latihan motorik secara acak justru lebih uggul dari pada
metode latihan motorik secara terpusat. Alasannya, kemampuan motorik siswa yang di
peroleh dari perubahan keterampilan yang terjadi harus bersifat menetap dan mampu di
alihkan ke situasi dan waktu lain.
27
Dengan dasar pemikiran tersebut, bisa di ketahui bahwa pengaturan latihan tepusat memang
dapat meningkatkan keterampilan siswa lebih pesat dari pada latihan acak, jika tes langsung
di laksanakan saat latihan.
Meskipun demikian , ketika di tes beberapa waktu kemudian, siswa dari kelompok terpusat
ternyata dilampaui kemampuannya oleh siswa kelompok acak. Ini menunjukan bahwa
pembelajaran dengan latihan acak sebenarnya lebih unggul dari pada latihan terpusat. Latihan
acak menyebabkan siswa memiliki kamampuan untuk mengalihkan (transfer) keterampilan
ke keadaan lain. Dengan ungkapan lain, latihan motorik secara acak mendorong siswa
memiliki keterampilan yang lebih menetap.
Selain alasan tersebut , ada pula alasan lain yang membuat penerapan latihan motorik secara
acak lebih unggul dari pada penerapan latihan motorik secara terpusat.para pakar pendidikan
dinegara-negara maju seperti Amerika, Australia, Inggris, belanda dan prancis , menyebutkan
beberapa alasan di balik keunggulan latihan motorik secara acak.
Pertama: adanya gejala lupa yang wajar timbul dalam diri siswa selama proses latihan
(pembelajaran)motorik. Jika guru menerapkan latihan motorik secara terpusat,maka gejala
lupa dalam diri siswa akan muncul manakala keterampilan yang sudah di pelajari tertindih
oleh keterampilan lain yang baru dikuasainya. Lain halnya bila guru menerapkan latihan
motorik secara acak, maka gejala lupa dalam diri siswa seolah terus di kikis oleh
pengulangan yang berkali-kali di lakukan secara selang-seling, dalam tempo relatif singkat.
Kedua: dari segi kebermaknaan , apabila guru menerapkan latihan motorik seara
acak,berarti ia seolah menampilkan tugas yang berbeda dari pada sebelumnya bagi siswa.
Terkait sistem memori dalam otak, keberbedaan ini akan di anggap lebih bermakna arena
selalu merangsang pikiran sebelumnya. Sebaliknya, jika guru menerapkan latihan motorik
secara terpusat maka proses pengingat ini tidak pernah terjadi, sehingga akan berlangsung
monoton. Dengan demikian , menurut hipotesis tersebut meningkatnya keberbedaan dan
kebermaknaan ini menghasilkan ingatan yang lebih tahan lama. Dan, hal itu bisa muncul dari
latihan motorik secara acak, sebagaimana yang telah di jelaskan sebelumnya akan tetapi,
dalam hal ini, bukan berarti seorang guru harus meninggalkan latihan motorik secara terpusat.
Keunggulan yang di perlihatkan oleh latihan acak sekedar sebagai dorongan bahwa latihan
acak jangan sampai di abaikan.
28
D. Melatih Keterampilan Motorik Tunggal
Hal yang sering kali di jumpai oleh guru dalam pembelajaran motorik di sekolah adalah
pengajaran keterampilan motoriktunggal. Misalnya, guru mengajarkan keterampilan menjahit
kepada para siswa. Secara umum, keterampilan menjahit tidak terbagi menjadi beberapa
bagian. dalam konteks ini, ada beberapa pertanyaan yang muncul yaitu:
1. Bagaimana pengaturan latihan dapat di laksanakan bila keterampilan motorik
yang akan di pelajari (dipraktikkan )hanya satu atau tunggal?
2. Apakah prinsip pengacakan masih berlaku?atau lebih baik mengambil latihan
terpusat?
Sebagaimana latihan untuk tugas jamak, latihan terpusat untuk keterampilan tunggal juga di
pandang kurang efektif. Lantas, yang menjadi pertanyaan adalah bagaimanakah pengaturan
latihan yang tepat jika keterampilan motorik yang di pelajari oleh para siswa hanya ada satu?
Cara yang bisa di tempuh adalah pengaturan latihan yang bervariasi atau lazim di sebut
variable practice. Latihan yang bervariasi melatih banyak kemungkinan dalam variasi
keterampilan motorik siswa. Ketika siswa di hadapkan pada pembelajaran suatu jenis
motorik, latihannya harus di rancang agar bervarias. jika memungkinkan, bisa di upayakan
agar dalam latihan, siswa mengalami berbagai kondisi yang terjadi dalam keadaan
sebenarnya.
Misalnya: apabila siswa di harapkan mampu bermain baik dalam permainan bulu tangkis
yang memiliki variasi gerak, ia harus di beri variasi sebanyak mungkin ketika mempelajari
salah satu teknik dasar. Contohnya, dalam latihan smes,ia harus melatih smes dengan
ketinggian dan arah bola yang berbeda-beda. Itulah inti latihan bervariasi.
29
2.7. Teknik latihan
teknik latihan fisik
1. Latihan simulator
Simulator adalah alat yang meniru keadaan tertentu dari tugas yag menyerupai gerak
sebenarnya. Simulator sering berupa alat yang rumit, canggih,dan mahal, seperti yang
digunakan untuk melatih pilot. Tetapi simulator juga tidak terlalu rumit. Banyak
perlengkapan yang malahan dapat dibuat sendiri oleh guru atau pelatih, sebagai alat bantu
latihan.
2. Latihan gerak lamban
Satu metode untuk menyedehanakan latihan dari keterampilan target adalah latihan gerak
lamban. Kekhususan dari gagasan pembelajaran akan menyatakan bahwa gerak lamban amat
berbeda jauh dengan kecepatan normal. Latihan gerak lamban bermanfaat pada latihan tahap-
tahap awal pembelajran. Dengan melatih gerakn lamban, meraka harus mengontrol gerakan
secara efektif, sehingga mengurangi keselahan dalam pola gerak fundamentalnya
Teknik latihan mental (menthal rehearsal)
Dalam khsanah pembelajaran gerak, kini muncul kesadaran bahwa upaya penguasaan
keterampilan tidak hanya difokuskan pada pembalajaran gerak saja, melainkan disadari
perlunya menyisihkan waktu untuk latihan mental.
Latihan mental adalah proses latihan dengan cara memikirkan atau membayangkan secara
mental aspek tertentu dari keterampilan yang sedang dipelajari, tanpa terlibat dalam segala
macam gerak sesungguhnya. Dalam khsanah pelatihan kita, praktik pelatihan mental sering
juga disebut latihan nir gerak atau nir motorik.
Teknik Latihan Fisik dan Motorik
Siapapun menyatakan bahwa practice makes perfect‖ mengetahui bahwa penguasaan
keterampilan memerlukan pengulangan. Akan tetapi, pengulangan sendiri tidak menjamin
meningkatnya penguasaan keterampilan tetapi hanya memperkuat pembentukan perilaku
permanen. Oleh karena itu, di jaman mutakhir ini, adagium lama tersebut akan lebih tepat
berbunyi latihan yang dirancang efektif membuat sempurna (Effectively designed practice
30
makes perfect). Dalam bagian ini akan di bahas beberapa teknik latihan fisik, di antaranya
latihan simulator dan latihan gerak lamban.
Latihan Simulator Simulator adalah alat latihan yang meniru keadaan tertentu dari tugas yang
menyerupai gerak sebenarnya. Simulator sering berupa alat yang rumit, canggih, dan mahal,
seperti alat yang digunakan untuk melatih pilot. Tetapi simulator juga tidak selalu rumit.
Banyak perlengkapan yang malahan dapat dibuat sendiri oleh guru atau pelatih, sebagai alat
bantu tambahan. Simulator dapat menjadi bagian penting dari program pengajaran, terutama
ketika tugas gerak yang dipelajari berbiaya mahal dan berbahaya (misalnya belajar
menerbangkan pesawat tempur), ketika ketersediaan fasilitas amat terbatas (misalnya
memasukkan bola ke green di lapangan golf), atau ketika latihan yang normal tidak
memungkinkan (misalnya ketika pitcher softball sudah kelelahan, mesin pitching dapat
digunakan untuk latihan memukul).
Latihan Gerakan Lamban Satu metode untuk menyederhanakan latihan dari keterampilan
target adalah latihan gerakan lamban. Pertanyaan penting untuk ditanyakan di sini adalah
apakah versi gerakan lamban dari keterampilan target benar-benar sama dengan versi
kecepatan normal? Tentu saja, kekhususan dari gagasan pembelajaran akan menyatakan
bahwa gerakan lamban anat berbeda jauh dengan versi kecepatan normal. Akan tetapi, dari
perspektif program gerak yang digeneralisasi, latihan gerakan lamban akan menghasilkan
beberapa manfaat.
Satu parameter dari program gerak yang digeneralisasi adalah kecepatan umum, nilai yang
dapat divariasikan oleh pelaku bergantung pada seberapa lamban dan cepat mereka
memutuskan untuk melakukan pola geraknya. Jika pelaku memperlambat gerakannya sedikit,
mereka akan menggunakan program gerakan yang digeneralisasi seperti ketika mereka
melakukannya untuk kecepatan yang lebih tinggi.
Latihan gerakan lamban karenanya tetap bermanfaat pada latihan di tahap-tahap awal
pembelajaran. Dengan melatih gerakan lamban, mereka harus dapat mengontrol gerakan
mereka secara lebih efektif, sehingga mengurangi kesalahan dalam pola gerak
fundamentalnya.
Namun demikian, guru perlu berhati-hati dalam menyarankan gerakan lamban ini agar tidak
terlalu lamban. Jika pelaku memperlambat gerakannya terlalu banyak (misalnya, gerakan
melempar yang berlangsung sampai 20 ms), pelaku sebenarnya mengubah dinamika esensial
dari gerakannya. Jika pelaku terbiasa dengan gerakan lamban, mereka akan mengabaikan
penggunaan program kecepatan normal.
31
Teknik Latihan Mental (Mental Rehearsal) Dalam khasanah pembelajaran
gerak, kini muncul kesadaran bahwa upaya penguasaan keterampilan tidak hanya difokuskan
pada pembelajaran geraknya saja, melainkan disadari perlunya menyisihkan waktu untuk
latihan mental (mental rehearsal). Latihan mental adalah proses latihan dengan cara
memikirkan atau membayangkan secara mental aspek tertentu dari keterampilan yang
sedang dipelajari, tanpa terlibat dalam segala macam gerak sesungguhnya. Dalam khasanah
pelatihan kita, praktek pelatihan mental sering juga disebut latihan nir-gerak atau nir-motorik.
Pertanyaan yang muncul adalah, benarkah latihan mental dapat menyumbang pada
pembelajarn gerak? Hingga beberapa tahun lalu, para ilmuwan dalam wilayah pembelajaran
gerak masih meragukan bahwa penguasaan keterampilan dapat ditingkatkan melalui latihan
mental. Pemahaman mereka tentang latihan dan pembelajaran terfokus pada kepercayaan
bahwa aksi fisikal yang nyata adalah factor yang esensial dalam pembelajaran gerak. Sulit
dipahami oleh para ahli bahwa pembelajaran dapat terjadi jika tidak ada gerakan aktual di
dalamnya, terlibatnya anak dalam praktik yang aktif, atau hadirnya umpan balik yang
dihasilkan dari gerakan (movement-produced feedback) yang memberi tanda adanya
kesalahan.
Bukti-bukti yang melimpah dan pengalaman langsung dari para pelatih barangkali telah
menjelaskan bahwa latihan fisik atau gerak sifatnya lebih superior daripada latihan mental
ketika menjalankan pembelajaran keterampilan gerak. Akan tetapi, dalam beberapa hal,
latihan mental telah menghasilkan hasil hampir sebaik dari latihan motorik sendiri, terutama
jika dijadikan
pelengkap dari latihan gerak dan latihan fisik. Apalagi sifatnya yang sangat fleksibel, bahkan
ketika para atlet sedang cedera sekalipun di mana latihan teknik dan fisik sedang tidak
mungkin dilakukan.
Selama latihan mental, anak atau atlet dapat diingatkan kepada aspek prosedural atau aspek
simbolik dari keterampilan (misalnya, urutan langkah dalam rangkaian dansa atau gerakan
stroke dalam permainan raket), sehingga ini disebut praktik mental (mental practice), atau
mereka membayangkan dirinya seperti benar-benar sedang memenangkan pertandingan, yang
kadang disebut secara khusus sebagai pembayangan mental (mental imagery). Kita akan coba
membahas kedua bentuk latihan tersebut di bagian berikutnya. Praktik Mental Teori awal
dari latihan mental dirumuskan oleh Sackett (1934), yang mengusulkan bahwa jenis latihan
nir-gerak ini memudahkan pembentukan elemen simbolik dari keterampilan. Misalnya,
seorang perenang pemula dapat mengingatkan gerakan menarik dan gerak memasukkan
32
tangan sebagai bagian dari gerakan lengannya. Elemen kognitif ini awalnya hanya dianggap
penting selama masa-masa awal tahapan pembelajaran (dikenal dengan tahap verbal-
cognitive stage). Akan tetapi ketika Feltz dan Landers (1983) melakukan review pada
berbagai literatur (penelitian literatur), mereka menemukan bahwa tanpa memperhatikan
tahapan keterampilan pelaku, praktik mental ternyata lebih efektif untuk tugas-tugas yang
berisi banyak komponen simbolik kognitif.
Hal ini menjadi masuk akal manakala kita mempertimbangkan jenis aktivitas mental yang
berlangsung ketika orang memikirkan tentang memproduksi gerakan yang efektif. Terutama
strategi, fokus gerakan, dan informasi pengajaran umum, semuanya merupakan bagian dari
kategori ‗elemen simbolik kognitif„ dari keterampilan. Dan semuanya akan menjadi hal yang
dapat dilakukan oleh semua anak untuk dipraktekkan secara mental tanpa kesulitan.
Praktek mental dari elemen kognitif, simbolik dan prosedural dari suatu tugas tidak
memerlukan alat apapun dan memungkinkan sekelompok besar anak untuk terlibat dalam
waktu yang bersamaan.
Terdapat bukti yang mencukupi bahwa untuk atlet yang belum berpengalaman, mengganti-
ganti antara praktik mental dengan praktik gerak merupakan strategi efektif untuk
meningkatkan penampilan gerak. Guru atau pelatih yang cerdas akan dapat menemukan cara
untuk mengkombinasikan kedua jenis latihan tersebut untuk menambah peningkatan
penampilan yang maksimal. Pembayangan Mental Jenis khusus dari latihan mental sering
disebut sebagai pembayangan mental (mental imagery).
Selama pembayangan mental, anak atau atlet berusaha untuk melihat dan merasakan dirinya
seperti benar-benar sedang melakukan keterampilan. Pembayangan dapat terjadi dalam
bentuk perspektif internal (cara gerakan dan lingkungan gerak dialami langsung ketika atlet
beraksi di lapangan) atau dalam bentuk perspektif eksternal (cara gerakan yang divideokan
dan diputar ulang untuk dilihat anak atau atlet yang bersangkutan). Perspektif mana yang
bekerja baik akan sangat bergantung pada jenis keterampilan yang dipelajari, meskipun jenlas
pula bahwa hal itu juga bergantung pada pilihan pribadi si atlet.
Misalnya, atlet yang membayangkan tembakan lemparan bebas dalam baske dapat
mengambil manfaat dari perspektif internal, dan seorang peloncat indah atau pesenam dapat
mengambil manfaat dari perspektif eksternal, terutama jika dirinya membayangkan sebuah
salto yang sulit. Pembayangan yang paling efektif, tanpa melihat perspektif mana yang
dipakai, adalah yang menstimulasi baik penglihatan maupun perasaan (kadang termasuk
suara dan penciuman) dari gerakan aktualnya.
33
Dukungan yang sangat awal tentang hubungan antara pikiran (mind) dan gerakan
(movement) selama pembayangan mental, datang dari Jacobson (1930).
Dia mengamati bahwa ketika atlet membayangkan gerakan secara mental, aktivitas elektris
yang lemah dalam EMG terjadi dalam perototan yang terlibat, meskipun aktivitasnya jauh
lebih kecil dalam ukurannya daripada yang diperlukan ketika harus menghasilkan aksi
sebenarnya.
Jadi, Jacobson menyarankan bahwa, ketika atlet membayangkan dirinya bergerak, sebuah
rencana aksi disalurkan oleh sistem syaraf pusat ke arah otot, memberikan sebuah bentuk-
latihan tanpa hadirnya gerakan tubuh sebenarnya.
Penjelasan yang lebih mutakhir tentang manfaat pembayangan diusulkan oleh MacKay
(1981). Menurut MacKay, unit-unit otot dipancing untuk beraksi selama pembayangan
mental, dan batas-batas manfaat dari pemancingan penampilan fisik berikutnya tersebut
bergantung pada jumlah latihan fisik yang sudah dilakukan pada keterampilan yang
dipelajari. Pandangan ini menerima dukungan yang kuat dari studi dalam wilayah psikologi
olahraga, yang menunjukkan bahwa atlet tingkat tinggi memperoleh manfaat yang lebih besar
dari latihan mental daripada atlet yang pemula (Vealey & Breenleaf, 1998).
Barangkali, pembayangan mental terhadap komponen otot dan proprioceptive tugas yang
dipelajari terjadi lebih efektif ketika pelakunya lebih familiar dengan komponen-komponen
tersebut. Menurut pandangan MacKay, pemancingan terhadap unit-unit otot selama
pembayangan mental akan menjadi lebih efektif ketika atlet menjadi lebih mengenal properti
fisikal dari tugas yang dipelajari.
Latihan Untuk memastikan bahwa Anda memahami konsep dan berbagai pengertian yang
diuraikan dalam kegiatan belajar, kerjakanlah tugas-tugas latihan dibawah ini.
Cobalah kenali mengapa prosedur memperkenalkan tugas, menetapkan tujuan, dan
pengetahuan hasil merupakan cara untuk memberikan motivasi?
Melatih Pembayangan Mental
Atlet atau anak perlu diajari secara hati-hati dalam metode mental imagery, karena tidak
cukup hanya dengan mengatakan bahwa atlet harus memilih suatu tempat dan
membayangkan tugas secara mental.
Awalnya, anak harus berpindah ke tempat yang menenangkan dan sunyi serta berfokus secara
jelas pada tugas gerak. Hal ini sendiri juga tentu perlu dilatih, sebab tidak mudah untuk
merasa tenang dan fokus ketika diperintahkan untuk itu. Salah satu metode untuk mencapai
34
keadaan tubuh tenang adalah dengan berfokus pada proses pernapasan, dengan mengatakan
kata-kata tenang setiap kali napas dihembuskan. Ketika anak mampu mencapi kondisi tenang,
mereka harus membayangkan peristiwa sehidup mungkin, bahkan hingga bentuk, warna,
suara serta sensasi lain dari gerakan sebenarnya.
Kadang juga sangat membantu untuk melatih pertama-tama hal-hal sederhana dari
pengalaman umum dalam bayangan, misalnya peristiwa mengambil sebuah jeruk dari kulkas,
memotongnya menjadi dua, dan memerasnya pelan-pelan untuk mengeluarkan airnya. Jika
pemandangan sederhana demikian sudah dikuasai, mereka dapat mencoba latihan mental
tentang keterampilan gerak.
Aksi yang dibayangkan harus memungkinkan terjadi secara real time, artinya, urutan
aktivitas yang dibayangkan secara jelas ketika semakin menjadi bagian dari keterampilan.
Akhirnya, anak harus membayangkan pelaksanaan yang berhasil dari gerakan, dan mencegah
bayangan gagal.
Ditampilkan dalam cara umum demikian, mental imagery akan merupakan cara yang sangat
efektif untuk melatih keterampilan. Pembayangan dapat berlangsung hampir setiap waktu,
misalnya, di antara pelaksanaan keterampilan di lapangan, di antara hari-hari waktu latihan
teknik atau fisik, ketika bersantai di rumah, dan ketika terbaring di tempat tidur sebelum
tidur. Seperti juga dengan keterampilan lain, mental imagery ini akan menjadi lebih baik lagi
ketika semakin sering dilatih.
Oleh karena itu, atlet harus menjadwalkan waktu khusus setiap harinya untuk latihan mental
imagery yang sistematis. Untuk hasil terbaik, mental imagery ini tidak usah lebih dari 10 – 15
menit, dengan penekanan pada kualitas latihan (menciptakan bayangan yang hidup dan
sepersis aslinya), bukan kuantitasnya.
Rangkuman Motivasi merupakan faktor penting di dalam proses belajar gerak. Terdapat
beberapa teknik yang dapat digunakan untuk memotivasi anak atau atlet untuk giat belajar
gerak, di antaranya dalam pemberian instruksi, modelling dan demonstrasi, serta dengan
memberi umpan balik ekstrinsik, di antaranya pengetahuan hasil (knowledge of result).
Knowledge of result adalah suatu kondisi di mana pembelajar memiliki pengetahuan terhadap
hasil dari pelaksanaan geraknya dalam masa-masa latihan. Pengetahuan hasil ini sering juga
disamakan sebagai augmented feed-back atau umpan balik tambahan, mengingat pengetahuan
hasil tersebut biasanya disampaikan oleh pelatih atau oleh guru.
35
Dalam kaitannya dengan bentuk latihan, dikenal apa yang disebut latihan fisik dan latihan
mental. Latihan fisik adalah latihan yang melibatkan praktik gerakan aktual dengan
melakukan gerakan-gerakan tubuh dan keterampilan yang dipelajari. Sedangkan latihan
mental merupakan bentuk latihan yang tidak melibatkan gerakan-gerakan tubuh, tetapi
melibatkan pikiran atau pembayangan terhadap gerakan yang sedang dipelajari.
Dalam latihan mental dikenal praktik mental (mental practice) dan pembayangan mental
(mental imagery).
Selama latihan mental, anak atau atlet dapat diingatkan kepada aspek procedural atau aspek
simbolik dari keterampilan (misalnya, urutan dalam rangkaian dansa atau gerakan stroke
dalam permainan raket), atau meraka membayangkan dirinya seperti benar-benar sedang
memenangkan pertandingan, yang kadang disebut secara khusus sebagai pembayangan
mental (mental imagery).
36
BAB 111
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Pada makalah ini, sudah di jelaskan secara terperinci mengenai sikap guru dalam pemberian:
memperkenalkan skill, menetapkan tujuan, pemahaman hasil, pemberian instruksi, modeling
dan demonstrasi, bentuk latihan, dan teknik latihan saat pembelajaran motorik di sekolah. Ini
di nilai sangat penting karena dari sinilah, guru akan betul-betul memahami cara
mengaplikasikan teori pembelajaran motorik bagi para siswa di sekolah. Motivasi merupakan
faktor penting di dalam proses belajar gerak. Terdapat beberapa teknik yang dapat digunakan
untuk memotivasi anak atau atlet untuk giat belajar gerak, di antaranya dalam pemberian
instruksi, modelling dan demonstrasi, serta dengan memberi umpan balik ekstrinsik, di
antaranya pengetahuan hasil (knowledge of result).
Knowledge of result adalah suatu kondisi di mana pembelajar memiliki pengetahuan terhadap
hasil dari pelaksanaan geraknya dalam masa-masa latihan. Pengetahuan hasil ini sering juga
disamakan sebagai augmented feed-back atau umpan balik tambahan, mengingat pengetahuan
hasil tersebut biasanya disampaikan oleh pelatih atau oleh guru. Dalam kaitannya dengan
bentuk latihan, dikenal apa yang disebut latihan fisik dan latihan mental. Latihan fisik adalah
latihan yang melibatkan praktik gerakan aktual dengan melakukan gerakan-gerakan tubuh
dan keterampilan yang dipelajari. Sedangkan latihan mental merupakan bentuk latihan yang
tidak melibatkan gerakan-gerakan tubuh, tetapi melibatkan pikiran atau pembayangan
terhadap gerakan yang sedang dipelajari. Dalam latihan mental dikenal praktik mental
(mental practice) dan pembayangan mental (mental imagery). Demikian yang dapat kami
papar kan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih
banyak kekurangan dan kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya
rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap kepada para pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada penulis demi sempurna nya makalah ini dan penulisan makalah di
kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini dapat berguna bagi penulis
khususnya, juga para pembaca pada umumnya.
37
3.2 SARAN
Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca‟ apabila ada
saran dan kritik yang ingin di sampaikan, silahkan sampaikan kepada kami. Apabila ada
terdapat kesalahan mohon di ma‟afkan dan memakluminya karna kami adalah hamba allah
yang tak luput dari salah dan khilaf: dalam hadits “al insanu minal khotto‟ wannisa‟, dan
kami juga butuh saran/ kritikan agar bisa menjadi motivasi untuk masa depan yang lebih baik
daripada masa sebelumnya. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing
mata kuliah (Belajar Motorik) yaitu Bapak (ADHE SAPUTRA s.pd Mpd). Yang telah
memberi kami tugas kelompok demi kebaikan diri kita sendiri dan untuk negara dan bangsa.
Wabillah Taufik Walhidayah
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
38
DAFTAR PUSTAKA
D.,Singgih G.Tanpa Tahun. Dasar dan Teori Perkembangan Anak. Jakarta:BPK Gunung Mulia.
Danim, Sudarwan.2010.Perkembangan Peserta Didik.
Bandung:Alfabeta.
Hurlock, Elizabeth B. 1998.perkembangan Anak.
Jakarta: Erlangga.
Mahendra, Agus. 2006. Teori Belajar Mengajar
Motorik Bandung:FPOK-UPI.
Rasido, Ikhlas. 2010. Perkembangan Peserta Didik.
Tanpa kota: University press.
Santrock, John w.2002. Perkembangan Masa Hidup.
Jakarta :Erlangga.
Soetjiningsih. 1995.Tumbuh Kembang Anak.
Jakarta:Buku Kedokteran EGC.
Sudjana, Nana. 1989.Penilaian Hasil Proses Pembelajaran.
Bandung: Remaja Rosdakkarya Offset.
Sudjono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sugiyanto dan Sudjarwo. 1992. Perkembangan dan Belajar Gerak.
Jakarta:Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Suguyanto dkk. Tanpa Tahun .Perkembangsan dan belajar Motorik .
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat jendral Pendidikan Dasar dan
Menengah.
Wardani, Sri. 2004. Penilaian pembelajaran Matematika Berbasis Kompetisi.
Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Website: Bidanku.com Blog.uny.ac.id Catatannana.Blogspot.com Guruantaraharapandankenyataan. Blogspot.com Meynurmaya. Wordpress.com Pastelblueformysky.blogspot. com Psb-psma.org
39
DATA LAMPIRAN
(Rubrik Penilaian)
Kekompakkan Tim 1 2 3 4 5
Pemahaman Matereri 1 2 3 4 5
KETUA KALAS DOSEN PENGAMPU
RIO AFRILLA ADHE SAPUTRA, S.pd,M.pd
40
top related