tugas i thp
Post on 30-Jun-2015
325 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pengertian umum dari kemasan adalah suatu benda yang digunakan
untuk wadah atau tempat dan dapat memberikan perlindungan sesuai
dengan tujuannya. Adanya kemasan dapat membantu
mencegah/mengurangi kerusakan, melindungi bahan yang ada di dalamnya
dari pencemaran serta gangguan fisik seperti gesekan, benturan dan
getaran. Dari segi promosi kemasan berfungsi sebagai perangsang atau
daya tarik pembeli (Syarief, 1989).
Bahan atau produk pangan bila tidak dikemas dapat mengalami
kerusakan akibat serangan binatang (seperti tikus), serangga (seperti
kecoa), maupun mikroba (bakteri, kapang dan khamir). Kerusakan bisa
terjadi mulai dari bahan pangan sebelum dipanen, setelah dipanen, selama
penyimpanan, pada saat transportasi dan distribusi maupun selama
penjualan. Adanya mikroba dalam bahan pangan akan mengakibatkan
bahan menjadi tidak menarik karena bahan menjadi rusak, terjadi
fermentasi atau ditumbuhi oleh kapang. Bakteri yang tumbuh dalam bahan
pangan akan mempengaruhi kualitasnya, disamping itu ada kecenderungan
menghasilkan senyawa beracun bagi konsumen (manusia), sehingga
menimbulkan sakit, bahkan bisa menyebabkan kematian (Syarief, dkk,
1989).
Industri pangan hendaknya memproduksi bahan pangan yang
memiliki kualitas bagus dan aman bila dikonsumsi. Pengemasan bahan
pangan ikut berperan dalam menghasilkan produk dengan kualitas baik dan
aman bila dikonsumsi. Pengemasan menjadi hal yang penting karena akan
memudahkan dalam kegiatan transportasi dan penyimpanan. Pengertian
transportasi tidak selalu memindahkan barang dari satu tempat ke tempat
lain. Akan tetapibisa juga diartikan memindahkan bahan pangan dari piring
atau gelas ke dalam mulut kita. Sebagai contoh: untuk minum diperlukan
wadah atau gelas atau cangkir. Gelas atau cangkir ini juga merupakan salah
satu wujud pengemasan. Contoh lain, memindahkan nasi dari piring ke
mulut menggunakan sendok, maka sendok berperan sebagai bahan
pengemas. Sebelum dibuat oleh manusia, alam juga telah menyediakan
kemasan untuk bahan pangan, seperti jagung dengan kelobotnya, buah-
buahan dengan kulitnya, buah kelapa dengan sabut dan tempurung, polong-
polongan dengan kulit polong dan lain-lain. Manusia juga menggunakan
kemasan untuk pelindung tubuh dari gangguan cuaca, serta agar tampak
anggun dan menarik. Pada mulanya, orang menggunakan daun yang lebar
sebagai bahan pengemas, seperti daun jati, daun talas, dan daun pisang
untuk membungkus daging. Kulit binatang digunakan untuk mengambil
atau membawa air, keranjang bambu atau yang sejenis untuk menyimpan
atau membawa hasil panen (Syarief ,dkk , 1989).
Kemasan fleksibel adalah suatu bentuk kemasan yang bersifat
fleksibel yang dibentuk dari aluminium foil, film plastik, selopan, film
plastik berlapis logam aluminium (metalized film) dan kertas dibuat satu
lapis atau lebih dengan atau tanpa bahan thermoplastic maupun bahan
perekat lainnya sebagai pengikat ataupun pelapis konstruksi kemasan dapat
berbentuk lembaran, kantong, sachet maupun bentuk lainnya. Pemasaran
kemasan ini akhir-akhir ini menjadi popular untuk mengemas berbagai
produk baik padat maupun cair. Dipakai sebagai pengganti kemasan rigid
maupun kemas kaleng atas pertimbangan ekonomis kemudahan dalam
handling (Departemen perindustrian, 2007).
Biasanya bahan yang digunakan sebagai bahan utama dalam
pembuatan kemas flexible adalah antara lain film plastic, selopan,
aluminium foil dan kertas. Untuk memenuhi fungsinya dengan baik film
plastik dan aluminium foil dan kertas dalam berbagai kombinasi dibentuk
sebagai multi layer dan diextrusion dengan resin plastik, polyethilen,
polypropylene, eva, dan lain sebagainya, sehingga menjadi satu kesatuan
ataupun dilaminasi dengan adhesive tertentu . Kombinasi dari berbagai
material tersebut, akan memberikan kemasan yang lebih sempurna dari
prosuk tersebut. Dapat disimpulkan bahwa bahan yang digunakan adalah
sebagai berikut :
Bahan Utama : film plastik, selopan, aluminium foil, metalized film, kertas
dan sebagainya.
Bahan Pengikat: perekat/adhesive dan extrusion dari bahan Thermoplastic
Bahan Penolong: antara lain tinta dan solven (Departemen perindustrian,
2007).
Berdasarkan penjelasan di atas maka pembuatan tugas ini penting
untuk mengetahui berbagai jenis bahan pengemas dan lebih spesifik pada
bahan pengemas yang berbahan alumunium foil. Selain itu juga dapat
mengetahui mesin yang digunakan untuk mengemas alumunium foil.
Pembuatan makalah ini juga diharapkan memberikan informasi tentang
bahan pengemas lebih rinci.
1.2 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui sejarah bahan pengemas alumunium foil.
2. Mengetahui pengertian bahan pengemas alumunium foil
3. Mengetahui sifat-sifat bahan penegemas alumunium foil
4. Mengetahui penggunaan alumunium foil untuk kemasan bahan
pangan
5. Mengetahui mesin yang digunakan untuk mengemas bahan
pengemas alumunium foil
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Fungsi dan Peranan Kemasan
Menurut Syarief,dkk (1989) fungsi paling mendasar dari kemasan
adalah untuk mewadahi dan melindungi produk dari kerusakan-kerusakan,
sehingga lebih mudah disimpan, diangkut dan dipasarkan. Secara umum
fungsi pengemasan pada bahan pangan adalah :
a. Mewadahi produk selama distribusi dari produsen hingga
kekonsumen, agar produk tidak tercecer, terutama untuk cairan,
pasta atau butiran
b. Melindungi dan mengawetkan produk, seperti melindungi dari sinar
ultraviolet, panas, kelembaban udara, oksigen, benturan,
kontaminasi dari kotoran dan mikroba yang dapat merusak dan
menurunkan mutu produk.
c. Sebagai identitas produk, dalam hal ini kemasan dapat digunakan
sebagai alat komunikasi dan informasi kepada konsumen melalui
label yang terdapat pada kemasan.
d. Meningkatkan efisiensi, misalnya: memudahkan penghitungan (satu
kemasan berisi 10, 1 lusin, 1 gross dan seterusnya), memudahkan
pengiriman dan penyimpanan. Hal ini penting dalam dunia
perdagangan.
e. Melindungi pengaruh buruk dari produk di dalamnya, misalnya jika
produk yang dikemas berupa produk yang berbau tajam, atau
produk berbahaya seperti air keras, gas beracun dan produk yang
dapat menularkan warna, maka dengan mengemas produk dapat
melindungi produkproduk lain di sekitarnya.
f. Memperluas pemakaian dan pemasaran produk, misalnya penjualan
kecap dan sirup yang semula dikemas dalam botol gelas, namun
sekarang berkembang dengan menggunakan kemasan botol plastik.
g. Menambah daya tarik calon pembeli
h. Sebagai sarana informasi dan iklan
i. Memberi kenyamanan bagi konsumen.
Fungsi f, g dan h merupakan fungsi tambahan dari kemasan, akan tetapi
dengan semakin meningkatnya persaingan dalam industri pangan, fungsi
tambahan ini justru lebih ditonjolkan, sehingga penampilan kemasan harus
betul-betul menarik bagi calon pembeli. Beberapa cara untuk meningkatkan
penampilan kemasan:
a. Kemasan dibuat dengan beberapa warna dan mengkilat sehingga
menarik dan berkesan mewah
b. Kemasan dibuat sedemikian rupa sehingga memberi kesan produk
yang dikemas bermutu dan mahal
c. Desain kemasan dibuat sedemikian rupa sehingga memudahkan
bagi konsumen
d. Desain teknik wadahnya selalu mengikuti teknik mutahir sehingga
produk yang dikemas terkesan mengikuti perkembangan terakhir.
Di samping fungsi-fungsi di atas, kemasan juga mempunyai peranan
penting dalam industri pangan, yaitu :
a. sebagai identitas produk
b. media promosi
c. media penyuluhan, seperti memberikan informasi tentang petunjuk
cara penggunaan dan manfaat produk yang ada di dalamnya
d. bagi pemerintah kemasan dapat digunakan sebagai, usaha
perlindungan konsumen
e. bagi konsumen kemasan dapat digunakan sebagai sumber informasi
tentang isi/produk, sebagai dasar dalam mengambil keputusan untuk
membeli produk tersebut atau tidak.
Kemasan juga mempunyai beberapa kelemahan, seperti:
a. Pengemasan bisa disalahgunakan oleh produsen karena digunakan
untuk menutupi kekurangan mutu atau kerusakan produk,
mempropagandakan produk secara tidak proporsional atau
menyesatkan sehingga menjurus kepada penipuan atau pemalsuan.
Sehingga sering disalahgunakan oleh produsen
b. Pengemasan bahan pangan akan meningkatkan biaya produksi
2.2 Klasifikasi Pengemasan
Menurut Syarief, dkk (1989), kamasan dapat digolongkan
berdasarkan: frekuensi pemakaian, struktur sistem kemasan, sifat kekakuan
bahan kemasan, sifat perlindungan terhadap lingkungan dan tingkat
kesiapan pakai. Berdasarkan frekuensi pemakaian, maka kemasan
digolongkan menjadi tiga, yaitu:
a. kemasan sekali pakai (disposable), merupakan kemasan yang
langsung dibuang setelah digunakan. Contoh: daun pisang, daun
waru, untuk membungkus tempe, daun jati untuk membungkus
daging segar, kantong plastik untuk es.
b. kemasan yang dapat digunakan beberapa kali (multi trip), seperti
botol kecap, botol bir, botol teh dalam kemasan, peti telur, peti
kemas dll.
c. kemasan yang tidak dibuang atau digunakan kembali oleh
konsumen (semi disposal). Wadah atau kemasan produk biasanya
tidak dikembalikan ke produsen melainkan digunakan untuk wadah
sesuatu oleh konsumen atau dibuang begitu saja. Contoh: kaleng
susu bubuk dan beberapa jenis botol yang menarik bagi konsumen.
Berdasarkan struktur sistem kemas, maka bahan kemasan dapat dibedakan
menjadi tiga, yaitu:
a. kemasan primer, merupakan bahan kemasan yang digunakan untuk
mengemas langsung produk makanan, seperti bungkus tempe, botol
atau kaleng minuman, kantong keripik dll.
b. kemasan sekunder, merupakan kemasan yang berfungsi melindungi
produk yang sudah dikemas menggunakan kemasan primer.
Kemasan ini akan membantu memudahkan kegiatan pengangkutan
dan penyimpanan. Contoh: kardus untuk mengemas minunan dalam
kaleng/botol/kardus, kaleng untuk mengemas permen dll.
c. kemasan tersier, merupakan kemasan yang digunakan untuk
mengemas produk setelah dikemas dalam kemasan primer dan
sekunder. Kemasan ini memudahkan kegiatan pengangkutan,
terutama untuk jarak jauh. Contoh: peti kemas.
Berdasarkan kekakuan bahan kemas, maka bahan kemasan dapat dibedakan
menjadi tiga, yaitu:
a. kemasan fleksibel, bahan jenis ini mudah dilenturkan atau dibentuk
sesuai keinginan, contoh plastik, kertas, aluminium foil.
b. kemasan kaku, kemasan ini tidak dapat ditekuk-tekuk atau tidak
dapat dilenturkan, contoh bahan kemasan dari bahan gelas, kayu
dan logam.
c. kemasan semi kaku atau semi fleksibel, contoh botol plastik.
2.3 Sejarah Alumunium foil
Awal abad ke-19, aluminium menghiasi mahkota raja Denmark.
Napoleon III menggunakannya sebagai peralatan makan. Sejak akhir abad
ke-19 aluminium digunakan sebagai kemasan karena harganya lebih murah
dibanding tin foil (foil dari timah). Penggunaan logam sebagai bahan
pengemas diperkenalkan oleh Nicholas Appert pada zaman perang
Napoleon Bonaparte. Nicholas Appert membuktikan makanan yang
dikemas dalam kaleng, disegel dan disterilisasi dengan merebusnya dapat
disimpan untuk jangka waktu lama. Produsen kemasan kaleng membuat
kemasan seringan dan semurah mungkin dengan mengurangi ketebalan
logam. Banyak digunakan pada minuman kaleng dengan penutup yang
mudah dibuka tanpa alat. Agar kemasan lebih ringan, produsen mengurangi
ketebalan dinding kaleng. Produk minuman cola menggunakan logam tipis,
namun bentuknya masih dapat dipertahankan dengan baik. Hal itu
disebabkan oleh tekanan karbon-dioksida dari dalam. Produk minuman ini
menggunakan tiga material berbeda pada varian produknya, yaitu logam,
gelas, dan plastik (Astawan, 2008).
Teknik pengalengan makanan sebagai upaya pengawetan bahan
pangan pertama sekali dikembangkan pada tahun 1809 yaitu pada zaman
pemerintahan Napoleon Bonaparte yaitu dari hasil penemuan Nicholas
Appert. Aspek legislasi pengalengan makanan ditetapkan tahun 1810 yang
dikenal dengan ”l’art de conserver”. Tahun 1810 Peter Duran dari Ingris
menciptakan kaleng. Tahun 1817 William Underwood (imigran asal
Inggris) mendirikan industri pengalengan makanan yang pertama di
Amerika Serikat. Kapten Edward Perry yang melakukan ekspedisi ke kutub
utara pada tahun 1819, 1824 dan 1826 telah menggunakan makanan kaleng
sebagai logistik mereka (Julianti, 2007).
Alumunium foil (alufo) diproduksi secara komersial pertama kali
pada tahun 1910. Kaleng aluminium untuk kemasan bir digunakan pertama
sekali tahun 1965. Awalnya pembuatan kaleng dilakukan secara manual
yaitu hanya dihasilkan 5-6 kaleng per jam. Akhir tahun 1900 ditemukan
cara pembuatan kaleng termasuk cara pengisian dan penutupannya yang
lebih maju dan bersih. Kaleng alumunium awalnya diperkenalkan sebagai
wadah pelumas. Tahun 1866 ditemukan alat pembuka kaleng yang berupa
kunci pemutar untuk menggantikan paku atau pahat. Tahun 1875
ditemukan alat pembuka kaleng dengan prinsip ungkit. Tahun 1889
ditemukan kaleng-kaleng aerosol, tetapi saat ini kaleng aerosol banyak
ditentang karena dapat merusak lapisan ozon (Julianti, 2007).
2.4 Pengertian Alumunium foil
Foil adalah bahan tipis dari logam yang digulung dengan ketebalan
kurang dari 0,15 mm dan memiliki lebar 1,52 meter hingga 4,06 meter.
Umumnya foil tidak murni berbasis logam. Karakteristik aluminum foil
dikagumi karena kuat, ringan, tahan panas, dan hampir kedap udara, tidak
mengandung magnet, sehingga membantu memisahkan aluminium dari
kaleng saat daur ulang. Kekedapan terhadap oksigen membuat aluminum
foil merupakan kemasan ideal untuk ekspor karena sering mengalami
kendala korosi. Selain itu, mudah dibentuk, sekalipun mudah berkerut.
Aluminum foil sering digunakan sebagai lapisan dalam dari kontainer
untuk melindungi produk dari kerusakan, seperti melapisi bagian dalam
kotak jus. Meskipun dapat menahan lemak, ketahanannya terhadap asam
dan basa masih kurang, sehingga memerlukan tambahan lapisan dari lilin
atau lapisan kimia lain. Ketahanannya terhadap panas matahari membuat
aluminum foil banyak digunakan juga pada bahan-bahan kesehatan.
Ketahanan aluminum foil terhadap panas dapat mencapai suhu 550 derajat
Celsius, sehingga alat-alat kedokteran dapat disterilkan dengan dibungkus
bahan ini (Astawan, 2008).
Alumunium foil lebih ringan daripada baja, mudah dibentuk, tidak
berasa, tidak berbau, tidak beracun, dapat menahan masuknya gas,
mempunyai konduktivitas panas yang baik dan dapat didaur ulang.
Alumunium Foil adalah bahan kemasan berupa lembaran logam aluminum
yang padat dan tipis dengan ketebalan <0.15 mm. Kemasan ini mempunyai
tingkat kekerasan dari 0 yaitu sangat lunak, hingga H-n yang berarti keras.
Semakin tinggi bilangan H-, maka Alumunium Foil tersebut semakin keras.
Ketebalan dari Alumunium Foil menentukan sifat protektifnya. Jika kurang
tebal, maka foil tersebut dapat dilalui oleh gas dan uap. Pada ketebalan
0.0375 mm, maka permeabilitasnya terhadap uap air = 0, artinya foil
tersebut tidak dapat dilalui oleh uap air. Foil dengan ukuran 0.009 mm
biasanya digunakan untuk permen dan susu, sedangkan foil dengan ukuran
0.05 mm digunakan sebagai tutup botol multitrip (Julianti, 2007).
2.5 Sifat-sifat Alumunium foil
Sifat-sifat dari Alumunium Foil adalah hermetis, fleksibel, tidak
tembus cahaya sehingga dapat digunakan untuk mengemas bahan-bahan
yang berlemak dan bahan-bahan yang peka terhadap cahaya seperti
margarin dan yoghurt. Alumunium Foil banyak digunakan sebagai bahan
pelapis atau laminan. Kombinasi Alumunium Foil dengan bahan kemasan
lain dapat menghasilkan jenis kemasan baru yang disebut dengan retort
pouch. Syarat-syarat retort pouch adalah harus mempunyai daya simpan
yang tinggi, teknik penutupan mudah, tidak mudah sobek bila tertusuk dan
tahan terhadap suhu sterilisasi yang tinggi (Julianti, 2007).
Alumunium foil memiliki sifat-sifat yaitu tidak terpengaruh sinar
matahari, tidak dapat terbakar, tidak bersifat menyerap bahan atau zat lain,
tidak menunjukkan perubahan ukuran dengan berubah-ubah RH. Apabila
secra ritmis kontak dengan air, biasanya tidak akan terpengaruh atau bila
berpengaruh sangat kecil. Sifat-sifat mekanis alumunium foil yang sangat
penting adalah ”tensile strength”, elastisitas dan daya tahannya terhadap
sobekan dan lipatan (Suyitno, 1990).
Alumunium Foil menempati posisi yang penting dalam produk
kemas fleksibel karena memiliki barriers yang memuaskan dan penampilan
yang baik. Foil yang biasa digunakan dengan ketebalan antara 6 mikron
sampai dengan 150 mikron baik soft temper maupun hard temper. Soft
maupun hard temper, tergantung dari komposisi dari alloy dan treatment
terhadap foil tersebut. Umumnya untuk kepentingan kemas fleksibel foil
yang digunakan tebalnya kurang dari 25 mikron. Namun demikian untuk
keperluan tertentu dengan contoh yang lebih tebal Alumunium Foil yang
soft temper akan mudah membentuk dead-fold, dan tidak mudah kembali,
dan bisa dibentuk menurut keinginan (Departemen perindustrian, 2007).
Alumunium foil memiliki sifat tidak berbau, tidak ada rasa, tidak
berbahaya dan hygienis, tidak mudah membuat pertumbuhan bakteri dan
jamur. Karena harganya yang cukup mahal, maka aplikasi dari Alumunium
Foil sekarang ini banyak disaingi oleh metalized aluminium film. Coating
yang sangat tipis dari aluminium, yang dilaksanakan di ruang vacuum,
hasilnya adalah suatu produk yang ekonomis dan kadang-kadang fungsinya
dapat menyaingi Alumunium Foil, dalam aplikasi kemas fleksibel dan
memiliki proteksi yang cukup baik terhadap cahaya, moisture dan oksigen
(Departemen perindustrian, 2007).
Sifat kekerasan alumunium foil menurut Suyitno (1990) adalah
sebagai berikut:
a. “O” temper dihasilkan dengan membiarkan foil dikenakan
pemanasan terkontrol, disusul oleh pendinginan terkendali. Foil
dengan “O” temper berarti paling empuk dan memiliki sifat-sifat
fisik fisik terendah.
b. “H” temper : dihasilkan dengan mengeraskan metal dibawah
tegangan dengan rolling sampai keras.
H 18 : keras penuh, dikeraskan dengan rolling
H 19 : “foil superhard”
2.6 Penggunaan Alumunium foil untuk Kemasan Bahan Pangan
Berbagai jenis produk makanan yangdikemas dengan menggunakan
bahan pengemas alumunium foil menunjukkan makanan tersebut cukup
baik dan tahan terhadap alumuniu dengan resiko pengkaratan kecil. Teknik
pengemasan dengan cara mengkombinasikan berbagai jenis bahan kemas
bentuk (fleksibel) telah menghasilkan suatu bentuk yang disebut “retort
pouch”. Bahan kemasan yang berbentuk “retort pouch” memiliki beberapa
keunggulan diantaranya yaitu:
- Daya simpan tinggi
- Teknik penutupan mudah, dengan panas, kuat, tidak mudah sobek
tertusuk,
- Tahan thd proses pemanasan sterilisasi
- Resisten terhadap penetrasi lemak, minyak atau komponen makanan
lainnya
- Tahan terhadap UV
Menurut Julianti (2007) aluminium dapat digunakan untuk
mengemas produk buah-buahan dan sayuran, produk daging, ikan dan
kernag-kerangan, produk susu dan minuman. Penggunaan kemasan
aluminium untuk bahan-bahan ini harus memperhatikan beberapa kondisi
sebagai berikut:
a. Produk Buah-buahan dan Sayuran
Aluminium yang digunakan untuk mengemasan produk buah-buah
harus dilapisi dengan enamel untuk mencegah terjadinya akumulasi gas
hidrogen yang dapat menyebabkan terbentuknya gelembung gas dan karat.
Penyimpangan warna pada saus apel yang dikemas dengan aluminium,
dapat dicegah dengan menambahkan asam askorbat.
Gambar 1. Produk buah yang dikemas menggunakan alumunium foil
b. Produk daging
Pengemasan daging dengan wadah aluminium tidak menyebabkan
terjadinya perubahan warna sebagaimana yang terjadi pada logam lain.
Produk yang mengandung asam amino dengan sulfur seperti daging dan
ikan dapat bereaksi dengan besi dan membentuk noda hitam. Penambahan
aluminium yang dipatri pada kaleng tin plate dapat mencegah pembentukan
noda karat. Pada produk daging yang berkadar garam tinggi dan
mengandung bumbu yang mudah berkarat, maka penambahan gelatin dapat
mengurangi sernagan karat pada logam.
Gambar 2. Produk daging yang dikemas menggunakan alumunium foil
c. Ikan dan Kerang-kerangan
Pengemasan ikan sarden dalam minyak atau saus tomat dan saus
mustard degan kemasan aluminium yang berlapis enamel, maka pH nya
tidak boleh lebih dari 3.0, karena jika lebih besar enamel tidak dapat
melindungi produk. Pengemasan lobster dengan kaleng aluminium tidak
memerlukan kertas perkamen yang biasanya digunakan untuk mencegah
perubahan warna pada kaleng tinplate.
Gambar 3. Produk ikan yang dikemas menggunakan alumunium foil
d. Produk-produk susu
Kemasan aluminium untuk produk susu memerlukan lapisan
pelindung, terutama pada susu kental yang tidak manis. Penggunaan
aluminium untuk produk-produk susu seperti margarine dan mentega,
berperan untuk memberikan sifat opaq sehingga menjadi sekat lintasan bagi
cahaya dan O2.
Gambar 4. Produk susu yang dikemas menggunakan alumunium foil
e. Minuman
Pengemasan minuman dengan wadah aluminium harus diberi
pelapis, yaitu epoksivinil atau epoksi jernih untuk bir dan epoksivinil atau
vinil organosol untuk minuman ringan atau minuman berkarbonasi.
Pengemasan teh dengan aluminium yang tidak diberi lapis dapat
menyebabkan terjadinya perubahan warna dan flavor.
Gambar 5. Produk minuman yang dikemas menggunakan alumunium foil
Metode Penutupan Container dari Alufo
- Standard Seal : penutupan standar menggunakan alufo atau PVC di
seluruh pemukaan container
- Serrated Seal: Seperti standard seal, tapi terdapat cekungan yang
berfungsi untuk meningkatkan kekuatan
Metoda Penutupan Container dari Alufo
- Hooded Seal: foil tutupkan ke seluruh permukaan kontainer sampai
bagian bawah kontainer yang melengkung
- Coverlok: Penutupan dilakukan dengan cara ditekuk 90 derajat.
- Heat Sealing: Foil dilapisi bahan sealer atay film plastik, kemudian
diberi perlakuan panas untuk merekatkannya.
2.5 Mesin Untuk Kemasan Alumunium Foil.
Gambar 6. Mesin utuk kemasan alumunium foil (Hand sealer)
Hand sealer adalah mesin pengemas yang pengoperasiannya
menggunakan tangan. Mesin ini bisa digunakan untuk mem-packing aneka
produk dalam kemasan plastik, bahkan untuk mengemas dengan
alumunium foil mesin ini cukup efektif. Mesin ini biasanya dipakai oleh
home industri dengan beragam produk (produk makanan, obat, dll) yang
dikemas dalam kantong plastik maupun alumunium foil. Selain itu juga
terdapat mesin foot sealer. Mesin foot sealer adalah mesin pengemas/
sealer alumunium foil dan plastik yang pengoperasiannya menggunakan
kaki. hasil press atau sealer mesin ini sangat maksimal. mesin sealer ini
sangat cocok untuk semua usaha yang produknya dikemas dalam kemasan
alumunium foil dan plastik cocok untuk usaha menengah ke atas (Inkuiri,
2011).
Mesin Continuous Sealer adalah Mesin sealer plastik dan
alumunium foil yang continue atau bersambung terus dan kecepatannya
juga bisa diatur sehingga dalam produksi akan lebih cepat dari mesin yang
lain. Panjang sealer mesin ini tidak terbatas jadi anda bisa mengemas
plastik sepanjang apapun ( tidak terbatas ). Kelebihan mesin ini selain bisa
continue juga bisa digunakan untuk memberi cetakan tanggal kadaluarsa &
kode produksi (Inkuiri, 2011).
Mesin Blower Sealer adalah mesin pengemas dan langsung
otomatis ditiup atau dimasukan udara didalam kemasannya, dan udaranya
bisa diseting sesuai dengan kebutuhan. Biasa dipakai untuk mengemas
makan ringan yang renyah seperti snack snack, keripik, roti, dan lain lain.
supaya makanan di dalam kemasan tidak mudah rusak atau patah. Mesin
Vacuum Sealer (Dz-300a) adalah mesin pengemas dan langsung otomatis
di vacuum atau dihilangkan udaranya (tidak ada udara lagi). Biasa dipakai
untuk mengemas makan supaya tidak cepat rusak atau lebih awet dan bisa
juga mengemas benda atau product anda biar kelihatan rapi (Inkuiri, 2011).
Mesin Vacuum Sealer Portable (DZ-280A) adalah sama fungsinya
seperti mesin vacuum type DZ-300A di atas yaitu mesin pengemas dan
langsung otomatic di vacuum atau dihilangkan udaranya (tidak ada udara
lagi) tapi bedanya mesin ini type portable. cocok untuk ibu rumah tangga.
Biasa dipakai untuk mengemas makan supaya tidak cepat rusak atau lebih
awet dan bisa juga mengemas benda atau product anda biar kelihatan rapi
(Inkuiri, 2011).
2.6 Ketahanan Kemasan
Kemasan yang baik harus dapat melindungi produk dari bahaya
yang ditimbulkan oleh berbagai pengeruh luar. Oleh karena itu, bahaya-
bahaya iklim akan ditentukan yang tidak hanya oleh tujuan barang jadi
tetapi rute dan cara pengangkutannya itu. Menurut Departemen
perindustrian (2007) bahaya-bahaya iklim dapat semakin mudah untuk
dipertimbangkan berdasarkan empat pokok masalah :
1. Perubahan temperature.
2.Bahan cairan yang berbahaya yakni air hujan, air laut atau
kondensasi.
3. Uap air yang berbahaya (kelembaban tinggi).
4. Sinar atau radiasi solar langsung yang berbahaya.
1. Perlindungan atas Temperatur.
Meskipun perubahan-perubahan barang disebabkan oleh temperature
tinggi atau rendah, perlu mempertimbangkan pengaruh perubahan-
perubahan suhu bahkan khususnya untuk suhu dramatis yang tidak
berbahaya. Dengan demikian, pendinginan air panas, pendinginan
moisture, pendinginan udara akan menyebabkan pengumpulan moisture
akibat kondensasi dan air cairan ini dapat menyebabkan kekaratan baja
sebahagian atau pengotoran air yang sensitive pada bahan makanan, kimia
dan lain sebagainya. Pengaruh suhu atau umumnya, perubahan-perubahan
suhu bervariasi secara besar-besaran dari satu barang ke barang, biasanya
lebih sulit untuk suhu tinggi daripada suhu rendah. Misalnya, pengaruh-
pengaruh keasaman disesuaikan oleh peningkatan suhu, yakni perubahan-
perubahan kimia dan biologi dalam bahan makanan atau pharmasi. Oleh
karenanya, ada ambang batas tertinggi terhadap perubahan-perubahan
biologi dengan dengan temperatur-temperatur tinggi biasanya akan
membunuh bakteri, binatang-binatang kecil, dan jamur.
Suhu-suhu yang lebih tinggi daripada perlawanan selama distribusi dan
penyimpanan normal. Meskipun ada peningkatan dalam resiko korosi atau
degradasi bakteri barang, karena ada perubahan-perubahan bagi barang itu
sendiri yang disebabkan oleh peningkatan suhu udara. Contoh barang-
barang berbahaya yang dipengaruhi oleh peningkatan suhu adalah :
(a) Coklat. Bahaya disini adalah salah satu dari kelunakan dan melelehnya
barang mengakibatkan kerugian penjualan. Pendinginan selama
distribusi tidaklah layak dan pemeliharaan secara ekonomi
untuk merumuskan coklat dalam tingkat tidak basah tinggi, jika
jarak ekspor coklat ke Negara-negara dimana rata-rata suhunya
dikenal sekital 350 – 400.
(b) Ikan. Perubahan-perubahan biologi yang terjadi sesudah ikan
dipancing, dan menyebabkan sifat off-odour ikan secara besar-
besaran kurang baik yang disesuaikan oleh peningkatan suhu.
Oleh karena itu, biasanya ikan dikemas pendingin es agar
tersimpan dalam suhu rendah. Juga ada kecenderungan terhadap
penggunaan boks-boks yang berasal daro polystryrene kasar
yang mana insulator-insulator panas baik dan selanjutnya
tercapai penghematan pemakaian es.
(c) Daging. Peningkatan temperature juga menyesuaikan degradasi biologi
daging, meskipun ini tidaklah secepat seperti halnya ikan.
Daging dengan penyimpanan yang dingin selama distribusi dan
daging-daging pra pengepakan ditawarkan untuk dijual dalam
cabinet pendingin.
(d) Buah-buahan dan sayur mayor. Peningkatan suhu menyebabkan
peningkatan tingkat pengembangan buah-buahan dan akhirnya
akan menjadi pokok pengembangan off-odours dan racun.
Kebanyakan buah-buahan dan sayur mayor seperti tomat dan
minuman dingin, akan ada penyusutan jumlah panas sehingga
pak ventilasi perlu agar mencegah pengembangan panas. Ini
adalah salah satu alasan dalam pembentukan boks tomat
konvensional, dengan ventilasi di empat sudut pack untuk
mencapai bebasnya udara selama pengisian.
(e) Makanan dalam kaleng. Jelaslah dapat dihindarkan atas peningkatan
suhu dalam pengepakan-pengepakan disini yang didistribusikan
dan diproses berdasarkan kondisi cukup dingin.
Turunnya suhu tidaklah begitu penting dalam hal kebanyakan makanan
membantu untuk menyimpannya dan semakin meningkat daur hidupnya.
Produk penting yang dipengaruhi oleh temperature rendah adalah nilai
penguapan. Nilai penguapan meliputi pemisahan pigmen dengan resin
sintetis dalam air. Penting untuk mencegah unsure air yang berasal dari
pendinginan dengan kelambatan emulsi. Jika nilai yang dikeluarkan pada
cuaca dingin maka timah-timah tersebut harus ditempatkan diluar
pengepakan guna memberikan panas berikutnya.
2. Perlindungan Atas Cairan Air
Perlindungan atas cairan air biasanya dimaksudkan untuk pengaturan
bagian luar pak pipa air yakni film plastic atau serat fiber atau karton. Jika
pak yang dibawah pada dek kargo, perlindungan atas air khususnya penting
karena kandungan garam air laut. Ini bahkan menjadi lebih korosif.
Meskipun atas perlindungan cairan air senantiasa harus diingat bahwa
moisture dapat menurunkan ke dalam pak sampai dengan fluktuasi suhu.
Salah satu cara pencegahan untuk menempatkan bahan kimia seperti gel
silica ke dalam pengepakan. Bahan-bahan kimia itu dikenal desiccant dan
merupakan alat pengurai moisture dari atmosphere. Bahan desiccant, ini
biasanya ditempatkan pada kain atau jenis kantong yang sama untuk
mencegah hubungan diantara dessicant dengan barang yang dipak.
3. Perlindungan atas uap air
Penelitian pertanyaan perlindungan atas uap air, terlebih dahulu
membatasai pengertian apa yang dimaksud kapan akan membicarakan
masalah kelembaban. Atmosphere jarang seluruhnya kering dan bahkan
menyerap udara yang biasanya berisi sejumlah uap air yang dapat dinilai
yakni air dalam bentuk gas. Masa air dinyatakan dalam meter kubik udara,
diukur berdasar kondisi yang ada, dengan istilah kelembaban absolute
atmosphere. Jumlah uap air dapat diambil oleh sejumlah udara secara
langsung bervariasi dengan atmosphere yakni udara panas, lebih banyak
uap air yang dapat diangkat. Rasion sesungguhnya jumlah air ada yang
diperlukan untuk mengisi air pada suhu yang sama dikenal dengan istilah
kelembaban relative atmosphere (lihat pelajaran 2). Bilamana uap udara
adalah suhu dingin yang akhirnya akan tercapai jika jumlah moisture yang
adacukup untuk mengisi udara pada suhu tersebut dengan pendinginan
kapanpun menyebabkan adanya gelembung-gelembung uap tersimpan
disekeliling objek dalam bentuk pendek. Suhu ini disebut nilai pendek
dengan kelembaban relative adalah 100 persen. Pada pelajaran kedua
dijelaskan, dalam bagian barang-barang mati, yakni moisture dapat
menguraikan moisture sampai dengan produk dan/atau pengepakan bahan.
Pada pengepakan tertutup, air bergerak dari atmosphere ke produk dan
sebaliknya, sampai dengan jumlah yang sama dicapai.
Pengepakan kelembaban relative dengan nilai disebut Persamaan
Kelembaban Relatif (ERH). Konsep ini bermanfaat, jika barang yang
ditempatkan di atmosphere mencapai kelembaban relative besar daripada
Persamaan Kelembaban Relatif (ERH), ini akan menghilangkan moisture.
Jika ditempatkan pada kelembaban relative kurang dari Persamaan
Kelembaban Relatif (ERH) yang menambah moisture. Persamaan
Kelembaban Relatif (ERH) barang dapat ditentukan kurang tepat dengan
penempatan beban sample-sampel dalam serangkaian pipa tertutup berisi
atmosphere dari perbedaan kelembaban-kelembaban relative. Sampel yang
dibebankan pada interval sampai dengan tidak ada perubahan beban
selanjutnya yang terjadi. Perubahan sample sekurang-kurangnya pada
beban yang jelas ada pada atmosphere yang mempunyai kelembaban
relative sampai ke Persamaan Kelembaban Relatif (ERH). Kelembaban
relative atmosphere tetap yang dapat dipersiapkan oleh penempatan
pengisian solusi asam bejana tertutup. Kerangka kelembaban relative dapat
dikembangkan dengan penggunaan perbedaan bahan yakni sodium nitrate,
potassium nitrate, sodium klorida dsb.
Perlindungan atas uap air atmosphere adalah salah satu factor pengaruh
daur hidup pengepakan barang yang kembali tergantung kepada :
1. Sifat barang.
2. Bidang daerah pada volume rasio pengepakan (Besarnya rasio,
besarnya perlindungan yang dibutuhkan).
3. Kondisi atmosphere.
4. Sisa uap moisture paking.
5. Isi moisture kritis barang – lihat pelajaran 2.
Dalam hal barang mati, maka perlindungan atas pengaruh
kelembaban, seperti makanan dihasilkan oleh bidang bejana moisture
antara barang dengan atmosphere. Bejana itu dapat dalam bentuk kaca atau
plat timah (yakni 100 persen bejana), atau plastic (yakni bahan-bahan
tertentu). Bahan alumunium adalah bahan bejana lainnya, biasanya 100%
efektif tetapi biasanya ada beberapa lubang minyak (tebal dibawah 25
micron). Kertas biasanya terlalu mudah sobek untuk menggerakan bejana
uap moisture, tetapi dapat memelihara untuk mengembangkan peralatan
tersebut. Namun, yang perlu dicatat, yakni container hanyalah barang yang
cukup berbahaya.
4. Perlindungan atas Sinar dan Radiasi Solar Langsung
Kebanyakan barang sudah dipengaruhi oleh sinar, pengaruh itu dapat
berubah atau menurun warna atau sinar yang dapat bergerak sebagai katalis
beberapa reaksi kimia. Dengan demikian, sinar akan mengkataliskan
gerakan oksigen pada beberapa lemak, meskipun ada radiasinya (dan
dampaknya off-odour atau sifat). Kebanyakan bahan-bahan pharmasi yang
dipengaruhi oleh sinar ultra violet, dan oleh karenannya akan dipakkan
dalam botol-botol berwarna. Jika dalam bejana yang cukup bening
dibutuhkan, maka pemilihan timah, tube alumunium atau bejana-bejana
figmentasi yang tersedia. Pada contoh yang ada dari kebutuhan barang
dibutuhkan perlindungan absolute dari sinar film foto
DAFTAR PUSTAKA
Astawan, M, Prof. Dr. 2008. Keunggulan Alumunium Foil & Logam. http://portal.cbn.net.id/cbprtl/cybermed/detail.aspx?x=Nutrition&y=cybershopping|0|0|6|474. Diakses tanggal 4 Maret 2011.
Departemen Perindustrian (Direktorat Jenderal Industri Kecil Menengah). 2007. Kemasan Flexibel. Jakarta.
Julianti, E dan Mimi, N. 2007. Tehnologi Pengemasan. http://www.usu.ac.id/elearning/Teknologi%20Pengemasan/Textbook/thp-407-textbook-teknologi-pengemasan.pdf. Diakses tanggal 4 Maret 2011.
Suyitno. 1990. Bahan-bahan Pengemas. Yogyakarta: UGM.
Syarief. R., S. Santausa dan Isyana. 1989. Teknologi Pengemasan Pangan, Teknologi Pangan. Penerbit PT. Media. Jakarta.
Inkuiri. 2011. Mesin sealer plastik & alumunium foil. www. suryayan-mesin-sealer-plastik-alumunium-foil.htm. Diakses tanggal 4 Maret 2011.
top related