tugas filsafat ilmu & inovasi teknologi
Post on 24-Jul-2015
409 Views
Preview:
TRANSCRIPT
FILSAFAT ILMU DAN INOVASI TEKNOLOGI “DESULFURISASI BATUBARA MENGGUNAKAN OKSIDATOR
BESI (III) HASIL OLAHAN LIMBAH BESI”
Makalah ini disusun sebagai tugas dari Filsafat Ilmu dan Etika Engineering
Oleh :
BAMBANG SARDI
(0001.07.03.2010)
PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK KIMIA
PASCASARJANA UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA (UMI)
MAKASSAR
2011 M
KATA PENGANTAR
uji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan hidayah serta kesehatanNya, sehingga kami dapat menyelesaikan atau membuat makalah ini, yang merupakan salah satu tugas yang wajib dikerjakan.
Dalam penyelesaian makalah ini, kami telah berusaha berbuat semaksimal mungkin, namun disadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, baik dari segi materi maupun sistematika penulisan. Olehnya itu kritik dan saran masih sangat diharapkan demi kesempurnaan penulisan makalah ke depannya.
Tak lupa penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Prof. Dr. Makhsud, DEA serta Dr. Andi Aladin, MT yang telah memberikan masukan dan ilmunya sehingga makalah “Filsafat Ilmu dan Inovasi Teknologi” dapat terselesaikan dengan baik sebagai salah satu tugas mata kuliah Filsafat Ilmu dan Etika Engineering.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua terutama bagi diri pribadi penulis sendiri, Amin.
Makassar, 30 Oktober 2011Manajer Cabang MakassarLBB IPIEMS
BAMBANG SARDI, ST.
P
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………………………………… i DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………………………………….
ii BAB I
PENDAHULUAN……………………………………………………………………………………….. 1
BAB II FILSAFAT ILMU DAN ETIKA ENGINEERING………………………………………………. 2
A. PENGERTIAN FILSAFAT DAN TEKNOLOGI…………………………………………… 2
B. TUJUAN FILSAFAT ………..………………………………………………………......... 2
C. FILSAFAT ILMU DAN INOVASI TEKNOLOGI……..………………………………… 3
D. FAKTOR – FAKTOR PENDORONG ILMU DAN TEKNOLOGI…………………..3
E. FUNGSI FILSAFAT ILMU ……………………………………………………………………. 4
F. SUBTANSI FILSAFAT ILMU…………………………………………………………………. 5
G. CORAK DAN RAGAM FILSAFAT………………………………………………………….. 5
H. PENGERTIAN ETIKA …………………………………………………………………………. 5
I. ETIKA FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN ……………………………………………… 5
J. ETIKA, MORAL, DAN NORMA…………………………………………………………….. 5
K. PELANGGARAN ETIKA DAN KAITANNYA…………………………………………….. 5
L. BERBAGAI MACAM ETIKA ………………………………………………………………….. 5
M. ETIKA DAN TEKNOLOGI TANTANGAN MASA DEPAN ………………………….5
BAB III INOVASI TEKNOLOGI ……………..………………………………………………………………. 51. LATAR BELAKANG
……………………………………………………………………………. 52. TUJUAN
…………………………………………………………………………………………..5
3. URGENSI (MANFAAT)……………………………………………………………………….. 5
4. BATASAN MASALAH …………………………………………………………………………. 5
5. DESULFURISASI BATUBARA DENGAN METODE KIMIA………………………..5
BAB IVPENUTUP …………..………………………………………………………………………………….. 6
4.1 KESIMPULAN …………………………………………………………………………………… 6
4.2 SARAN …………………………………………………………………………………………….. 6DAFTAR PUSTAKA
BAB IPENDAHULUAN
Dewasa ini tidak ada satu kebijaksanaanpun yang dapat menyelesaikan
masalah, tanpa memperhatikan filsafat dan teknologi. Apakah masalah
ekonomi ataupun politik, sama saja. Nasib manusia pada waktu ini sangat
dipengaruhi oleh kemampuan manusia mengembangkan, menerapkan,
mengendalikan dan menguasai teknologi. Seperti halnya filsafat, teknologi
adalah murni hasil pemikiran manusia dan karena itu hubungan antara filsafat
dan teknologi sangat erat. Jika filsafat mengkaji, meneliti dan menganalisis
manusia dalam berbagai aspeknya, maka teknologi berperan sangat
menentukan terhadap nasib manusia. Teknologi tidak hanya dapat menjawab
permasalahan yang dialami manusia pada waktu dan tempat tertentu saja,
namun dapat juga menjawab pertanyaan-pertanyaan metafisik manusia itu
sendiri.
Teknologi adalah rangkuman dari sejumlah disiplin ilmu pengetahuan
terapan. Bagi Indonesia, dengan memperhatikan terbatasnya anggaran dan
prasarana pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kendala
tersedianya peneliti, maka sebaiknya teknologi tepat guna (appropriate
technology) ditransfer atau dikembangkan melalui kerjasama dengan mitra
luar negeri yang saling menguntungkan. Namun jika ternyata kerjasama tidak
dapat dilakukan sementara disiplin ilmu dan teknologi tersebut sangat
dibutuhkan untuk mengembangkan produk pasar domestik, maka riset disiplin
ilmu dasar, ilmu terapan teknologi tersebut terpaksa harus dilaksanakan
sendiri.
Menurut Habibie (mantan Presiden RI ke-3), pembangunan, perubahan,
dan pembaharuan yang berkualitas serta berkesinambungan hanya dapat
dilaksanakan jika tiga persyaratan mutlak dipenuhi, yaitu: (1) Memiliki
sumberdaya alam terbarukan dan tidak terbarukan (material), (2) Memiliki
energi terbarukan dan tidak terbarukan (fosil dan alternatif), (3) Memiliki
sumberdaya manusia yang mampu mengembangkan, menerapkan dan
mengendalikan teknologi dalam arti yang luas .
Faktanya adalah bahwa justru negara-negara berkembang hanya
memenuhi persyaratan pertama dan kedua saja, dan belum memenuhi
persyaratan ketiga, atau baru berada di ambang pintu untuk memulai proses
penguasaan teknologi dalam arti yang luas. Kalaupun sumberdaya manusianya
menguasai teknologi, hanya sebatas pada teknologi yang berkaitan dengan
peningkatan ekspor sumberdaya alam saja. Memperhatikan luasnya wilayah
maritim Indonesia, maka pasar domestik sangat potensial dan dapat
mendorong berkembangnya industri dirgantara dan industri maritim. Karena itu
pernah dikembangkan sendiri pesawat terbang CN235 dan N250 untuk
membuktikan bahwa SDM Indonesia mampu menguasai, mengembangkan dan
menerapkan teknologi, secanggih apapun juga, tegasnya.
BAB II
FILSAFAT ILMU DAN ETIKA ENGINEERING
A. PENGERTIAN FILSAFAT DAN TEKNOLOGI
Ilmu filsafat memiliki obyek material dan obyek formal. Obyek material
adalah apa yang dipelajari dan dikupas sebagai bahan (materi) pembicaraan,
yaitu gejala "manusia di dunia yang mengembara menuju akhirat". Dalam
gejala ini jelas ada tiga hal menonjol, yaitu manusia, dunia, dan akhirat. Maka
ada filsafat tentang manusia (antropologi), filsafat tentang alam (kosmologi),
dan filsafat tentang akhirat (teologi - filsafat ketuhanan; kata "akhirat" dalam
konteks hidup beriman dapat dengan mudah diganti dengan kata Tuhan).
Antropologi, kosmologi dan teologi, sekalipun kelihatan terpisah, saling
berkaitan juga, sebab pembicaraan tentang yang satu pastilah tidak dapat
dilepaskan dari yang lain. Juga pembicaraan filsafat tentang akhirat atau Tuhan
hanya sejauh yang dikenal manusia dalam dunianya.
Obyek formal adalah cara pendekatan yang dipakai atas obyek material,
yang sedemikian khas sehingga mencirikan atau mengkhususkan bidang
kegiatan yang bersangkutan. Jika cara pendekatan itu logis, konsisten dan
efisien, maka dihasilkanlah sistem filsafat.
Filsafat berangkat dari pengalaman konkret manusia dalam dunianya.
Pengalaman manusia yang sungguh kaya dengan segala sesuatu yang tersirat
ingin dinyatakan secara tersurat. Dalam proses itu intuisi (merupakan hal yang
ada dalam setiap pengalaman) menjadi basis bagi proses abstraksi, sehingga
yang tersirat dapat diungkapkan menjadi tersurat.
Dalam filsafat, ada filsafat pengetahuan. "Segala manusia ingin
mengetahui", itu kalimat pertama Aristoteles dalam Metaphysica. Obyek
materialnya adalah gejala "manusia tahu". Tugas filsafat ini adalah menyoroti
gejala itu berdasarkan sebab-musabab pertamanya. Filsafat menggali
"kebenaran" (versus "kepalsuan"), "kepastian" (versus "ketidakpastian"),
"obyektivitas" (versus "subyektivitas"), "abstraksi", "intuisi", dari mana asal
pengetahuan dan kemana arah pengetahuan. Pada gilirannya gejala ilmu-ilmu
pengetahuan menjadi obyek material juga, dan kegiatan berfikir itu (sejauh
dilakukan menurut sebab-musabab pertama) menghasilkan filsafat ilmu
pengetahuan. Kekhususan gejala ilmu pengetahuan terhadap gejala
pengetahuan dicermati dengan teliti. Kekhususan itu terletak dalam cara kerja
atau metode yang terdapat dalam ilmu-ilmu pengetahuan.
Sekalipun bertanya tentang seluruh realitas, filsafat selalu bersifat
"filsafat tentang" sesuatu: tentang manusia, tentang alam, tentang akhirat,
tentang kebudayaan, kesenian, bahasa, hukum, agama, sejarah, dan
sebagainya. Semua selalu dikembalikan ke empat bidang induk:
1. Filsafat tentang pengetahuan:
Obyek material : pengetahuan ("episteme") dan kebenaran :
Epistemologi
Logika
Kritik ilmu-ilmu
2. Filsafat tentang seluruh keseluruhan kenyataan:
Obyek material : eksistensi (keberadaan) dan esensi (hakekat)
a. Metafisika umum (ontologi)
b. Metafisika khusus
Antropologi (tentang manusia)
Kosmologi (tentang alam semesta)
Teodise (tentang tuhan)
3. Filsafat tentang nilai-nilai yang terdapat dalam sebuah tindakan:
Obyek material : kebaikan dan keindahan
Etika
Estetika
4. Sejarah filsafat
Beberapa penjelasan diberikan disini khusus mengenai filsafat tentang
pengetahuan. Dipertanyakan: Apa itu pengetahuan? Dari mana asalnya?
Apa ada kepastian dalam pengetahuan, atau semua hanya hipotesis atau
dugaan belaka?
Pertanyaan tentang kemungkinan-kemungkinan pengetahuan, batas-
batas pengetahuan, asal dan jenis-jenis pengetahuan dibahas dalam
epistemologi. Logika ("logikos") "berhubungan dengan pengetahuan",
"berhubungan dengan bahasa". Disini bahasa dimengerti sebagai cara
bagaimana pengetahuan itu dikomunikasikan dan dinyatakan. Maka logika
merupakan cabang filsafat yang menyelidiki kesehatan cara berfikir serta
aturan-aturan yang harus dihormati supaya pernyataan-pernyataan sah
adanya.
Ada banyak ilmu, ada pohon ilmu-ilmu, yaitu tentang bagaimana ilmu
yang satu berkait dengan ilmu lain. Disebut pohon karena dimengerti
pastilah ada ibu (akar) dari semua ilmu. Kritik ilmu-ilmu mempertanyakan
teori-teori dalam membagi ilmu-ilmu, metode-metode dalam ilmu-ilmu, dasar
kepastian dan jenis keterangan yang diberikan.
Setiap orang memiliki filsafat walaupun ia mungkin tidak sadar akan hal
tersebut. Kita semua mempunyai ide-ide tentang benda-benda, tentang
sejarah, arti kehidupan, mati, Tuhan, benar atau salah, keindahan atau
kejelekan dan sebagainya.
Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan
dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis. Definisi tersebut
menunjukkan arti sebagai informal.
Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan
yang sikap yang sangat kita junjung tinggi. Ini adalah arti yang formal.
Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan.
Filsafat adalah sebagai analisa logis dari bahasa serta penjelasan tentang
arti kata dan konsep.
Filsafat adalah sekumpulan problema-problema yang langsumg yang
mendapat perhatian dari manusia dan yang dicarikan jawabannya oleh
ahli-ahli filsafat.
Dari beberapa definisi tadi bahwasanya semua jawaban yang ada
difilsafat tadi hanyalah buah pemikiran dari ahli filsafat saja secara rasio.
Banyak orang termenung pada suatu waktu. Kadang-kadang karena ada
kejadian yang membingungkan dan kadang-kadang hanya karena ingin tahu,
dan berfikir sungguh-sungguh tentang soal-soal yang pokok. Apakah
kehidupan itu, dan mengapa aku berada disini? Mengapa ada sesuatu?
Apakah kedudukan kehidupan dalam alam yang besar ini ? Apakah alam itu
bersahabat atau bermusuhan? apakah yang terjadi itu telah terjadi secara
kebetulan? atau karena mekanisme, atau karena ada rencana, ataukah ada
maksud dan fikiran didalam benda.
Secara harfiah, kata filsafat berasal dari kata Philo yang berarti cinta, dan
kata Sophos yang berarti ilmu atau hikmah. Dengan demikian, filsafat berarti
cinta cinta terhadap ilmu atau hikmah. Terhadap pengertian seperti ini al-
Syaibani mengatakan bahwa filsafat bukanlah hikmah itu sendiri, melainkan
cinta terhadap hikmah dan berusaha mendapatkannya, memusatkan
perhatian padanya dan menciptakan sikap positif terhadapnya. Selanjutnya
ia menambahkan bahwa filsafat dapat pula berarti mencari hakikat sesuatu,
berusaha menautkan sebab dan akibat, dan berusaha menafsirkan
pengalaman-pengalaman manusia.
Selain itu terdapat pula teori lain yang mengatakan bahwa filsafat
berasal dari kata Arab falsafah, yang berasal dari bahasa Yunani, Philosophia:
philos berarti cinta, suka (loving), dan sophia yang berarti pengetahuan,
hikmah (wisdom). Jadi, Philosophia berarti cinta kepada kebijaksanaan atau
cinta kepada kebenaran atau lazimnya disebut Pholosopher yang dalam
bahasa Arab disebut failasuf.
Sementara itu, A. Hanafi, M.A. mengatakan bahwa pengertian filsafat
telah mengalami perubahan-perubahan sepanjang masanya. Pitagoras (481-
411 SM), yang dikenal sebagai orang yang pertama yang menggunakan
perkataan tersebut. Dari beberapa kutipan di atas dapat diketahui bahwa
pengertian fisafat dar segi kebahsan atau semantik adalah cinta terhadap
pengetahuan atau kebijaksanaan. Dengan demikian filsafat adalah suatu
kegiatan atau aktivitas yang menempatkan pengetahuan atau kebikasanaan
sebagai sasaran utamanya.
Sebagai suatu agama, Islam memiliki ajaran yang diakui lebih sempurna
dan kompherhensif dibandingkan dengan agama-agama lainnya yang pernah
diturunkan Tuhan sebelumnya. Sebagai agama yang paling sempurna ia
dipersiapkan untuk menjadi pedoman hidup sepanjang zaman atau hingga
hari akhir. Islam tidak hanya mengatur cara mendapatkan kebahagiaan hidup
di akhirat, ibadah dan penyerahan diri kepada Allah saja, melainkan juga
mengatur cara mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia termasuk di
dalamnya mengatur masalah pendidikan. Sumber untuk mengatur masalah
pendidikan. Sumber untuk mengatur kehidupan dunia dan akhirat tersebut
adalah al Qur’an dan al Sunnah. Sebagai sumber ajaran, al Qur’an
sebagaimana telah dibuktikan oleh para peneliti ternyata menaruh perhatian
yang besar terhadap masalah pendidikan dan pengajaran.Demikian pula
dengan al Hadist, sebagai sumber ajaran Islam, di akui memberikan
perhatian yang amat besar terhadap masalah pendidikan. Nabi Muhammad
SAW, telah mencanangkan program pendidikan seumur hidup (long life
education). Dari uraian diatas, terlihat bahwa Islam sebagai agama yang
ajaran-ajarannya bersumber pada al- Qur’an dan al Hadist sejak awal telah
menancapkan revolusi di bidang pendidikan dan pengajaran. Langkah yang
ditempuh al Qur’an ini ternyata amat strategis dalam upaya mengangkat
martabat kehidupan manusia. Kini di akui dengan jelas bahwa pendidikan
merupakan jembatan yang menyeberangkan orang dari keterbelakangan
menuju kemajuan, dan dari kehinaan menuju kemuliaan, serta dari
ketertindasan menjadi merdeka, dan seterusnya.
Sedangkan kata teknologi seringkali oleh masyarakat diartikan sebagai
alat elektronik. Tapi oleh ilmuwan dan ahli filsafat ilmu pengetahuan diartikan
sebagai pekerjaan ilmu pengetahuan untuk memecahkan masalah praktis.
Jadi teknologi lebih mengacu pada usaha untuk memecahkan masalah
manusia.Menurut Yp Simon (1983), teknologi adalah suatu displin rasional
yang dirancang untuk meyakinkan penguasaan dan aplikasi ilmiah. Menurut
(An) Teknologi tidak perlu menyiratkan penggunaan mesin, akan tetapi lebih
banyak penggunaan unsur berpikir dan menggunakan pengetahuan
ilmiah. Menurut Paul Saetiles (1968),teknologi selain mengarah pada
permesinan, teknologi meliputi proses, sistem, manajemen dan mekanisme
kendali manusia dan bukan manusia.
B. TUJUAN FILSAFAT
Dalam kamus Bahasa Indonesia, filsafat dapat diartikan sebagai berikut:
Merupakan teori atau analisis logis tentang prinsip-prinsip yang mendasari
pengaturan, pemikiran pengetahuan, sifat alam semesta, merupakan prinsip-
prinsip umum tentang suatu bidang pengetahuan, merupakan ilmu yang
berintikan logika ,estetika, metafisika, dan epistemologi. Filsafat dalam
pandangan tokoh-tokoh dunia diartikan sebagai berikut:
Plato (427–348 SM), filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berminat
mencapai kebenaran yang asli.
Aristoteles (382 – 322 SM), filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi
kebenaran yang terkandung dalam ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika,
ekonomi, politik dan estetika.
Al Kindi (801 – M), filsafat adalah pengetahuan tentang realisasi segala
sesuatu sejauh jangkauan kemampuan manusia.
Al Farabi (870 – 950 M), filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam wujud
bagaimana hakikat sebenarnya.
Prof.H.Muhammad Yamin, filsafat adalah pemusatan pikiran, sehingga
manusia menemui kepribadiannya. Di dalam kepribadiannya itu dialami
sesungguhnya.
Istilah “filsafat” dapat ditinjau dari dua segi, yakni: Segi semantik: kata
‘filsafat’ berasal dari bahasa Arab ‘falsafah’, yang berasal dari bahasa Yunani,
‘philosophia’, yang berarti ‘philos’ artinya cinta, suka, dan ‘sophia’ artinya
pengetahuan, hikmah. Jadi ‘philosophia’ berarti cinta kepada kebijaksanaan,
kearifan atau cinta kepada kebenaran. Maksudnya, setiap orang yang
berfilsafat akan menjadi bijaksana. Orang yang cinta kepada pengetahuan
disebut ‘philosopher’, dalam bahasa Arabnya ‘failasuf”.
Segi praktis: dilihat dari pengertian praktisnya, filsafat berarti ‘alam
pikiran’ atau ‘alam berpikir’. Berfilsafat artinya berpikir. Namun tidak semua
berpikir berarti berfilsafat. Berfilsafat adalah berpikir secara mendalam,
sungguh-sungguh, radikal, sistematis dan rasional Sebuah semboyan
mengatakan “setiap manusia adalah filsuf”. Semboyan ini benar juga, sebab
semua manusia berpikir. Akan tetapi secara umum semboyan itu tidak benar,
sebab tidak semua manusia yang berpikir adalah filsuf. Filsuf hanyalah orang
yang memikirkan hakikat segala sesuatu dengan sungguh-sungguh dan
mendalam. Tegasnya: Filsafat adalah hasil akal manusia yang mencari dan
memikirkan suatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya. Dengan kata lain:
Filsafat adalah ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh hakikat
kebenaran segala sesuatu.
Tujuan filsafat ialah mengumpulkan pengetahuan manusia sebanyak
mungkin dan menerbitkan serta mengatur semua itu dalam bentuk sistematik.
Dengan demikian filsafat memerlukan analisa secara hati-hati terhadap
penalaran-penalaran sudut pandangan yang menjadi dasar suatu tindakan.
Semua ilmu baik ilmu sosial maupun ilmu alam bertolak dari pengembangannya
yaitu filsafat. Pada awalnya filsafat terdiri dari tiga segi yaitu:
1. Apa yang disebut benar dan apa yang disebut salah (logika)
2. Mana yang dianggap baik dan mana yang dianggap buruk (etika)
3. Apa yang termasuk indah dan apa yang termasuk jelek (estetika)
C. FILSAFAT ILMU DAN INOVASI TEKNOLOGI
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah memberikan
pengaruh terhadap dunia pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran.
Menurut Rosenberg (2001), dengan berkembangnya penggunaan TIK ada lima
pergeseran dalam proses pembelajaran, yaitu: (1) dari pelatihan ke
penampilan, (2) dari ruang kelas ke di mana dan kapan saja, (3) dari kertas ke
“on line” atau saluran, (4) dari fasilitas fisik ke fasilitas jaringan kerja, dan (5)
dari waktu siklus ke waktu nyata.
Membicarakan pengaruh TIK pada berbagai bidang lain tentu memerlukan
waktu diskusi yang sangat panjang. Dalam makalah ini, kaitan filsafat dengan
TIK akan di bahas tanpa mengecilkan pengaruh TIK di bidang lain, bidang
pembelajaran mendapatkan manfaat lebih dalam kaitannya dengan
kemampuan TIK mengolah dan menyebarkan informasi.
Permasalahan dalam makalah ini adalah:
1. Bagaimanakah landasan epistemologis dalam kajian TIK?
2. Bagaimana landasan ontologis dalam kajian TIK?
3. Bagaimanakah landasan aksiologis dalam kajian TIK?
4. Kaitan antara filsafat ilmu dengan komunikasi.
5. Pengaruh epistemologi dengan TIK.
Epistemologi merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal, sifat,
metode dan batasan pengetahuan manusia (a branch of philosophy that
investigates the origin, nature, methods and limits of human knowledge).
Epistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge). berasal
dari kata Yunani episteme, yang berarti “pengetahuan”, “pengetahuan yang
benar”, “pengetahuan ilrniah”, dan logos = teori. Epistemologi dapat
didefmisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber,
struktur, metode dan sahnya (validitas) pengetahuan.
Langkah dalam epistemologi ilmu antara lain berpikir deduktif dan induk -tif
Berpikir deduktif memberikan sifat yang rasional kepada pengetahuan ilmiah
dan bersifat konsisten dengan pengetahuan yang telah dikurnpuikan
se,belumnya Secara sistematik dan kumulatif pengetahuan ilnuah disusun
setahap demi setahap dengan menyusun argumentasi mengenai sesuatu yang
baru berdasarkan pengetahuan yang telah ada. Secara konsisten dan koheren
maka ilmu mencoba memberikan penjelasan yang rasional kepada objek yang
berada dalam fokus penelaahan.
Epistemologi, yaitu berada dalam wilayah pengetahuan. Kata
Epistemologi berasal dari Yunani, yaitu episteme yang artinya cara dan logos
yang artinya ilmu. Dengan demikian, epistemologi dapat diartikan sebagai ilmu
tentang bagaimana seorang ilmuwan akan membangun ilmunya. Pertanyaan
yang menyangkut wilayah ini antara lain: bagaimanakah proses yang
memungkinkan ditimbanya pengetahuan menjadi ilmu? Bagaimanakah
prosedurnya? Untuk hal ini, kita akan mengarah ke cabang fisafat metodologi.
Cabang utama metafisika adalah ontologi, studi mengenai kategorisasi
benda-benda di alam dan hubungan antara satu dan lainnya. Ahli metafisika
juga berupaya memperjelas pemikiran-pemikiran manusia mengenai dunia,
termasuk keberadaan, kebendaan, sifat, ruang, waktu, hubungan sebab akibat,
dan kemungkinan.
Ontologi, ilmu membatasi diri pada ruang kajian keilmuan yang bisa
dipikirkan manusia secara rasional dan yang bisa diamati melalui panca indera
manusia. Wilayah ontologi ilmu terbatas pada jangkauan pengetahuan ilmiah
manusia. Sementara kajian objek penelaahan yang berada dalam batas
prapengalaman (seperti penciptaan manusia) dan pascapengalaman (seperti
surga dan neraka) menjadi ontologi dari pengetahuan lainnya di luar iimu.
Beberapa aliran dalam bidang ontologi, yakni realisme, naturalisme, empirisme.
Aksiologi berasal dari kata axios yakni dari bahasa Yunani yang berarti
nilai dan logos yang berarti teori. Dengan demikian maka aksiologi adalah “teori
tentang nilai” (Amsal Bakhtiar, 2004: 162). Aksiologi diartikan sebagai teori nilai
yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh (Jujun S.
Suriasumantri, 2000: 105). Menurut Bramel dalam Amsal Bakhtiar (2004: 163)
aksiologi terbagi dalam tiga bagian: Pertama, moral conduct, yaitu tindakan
moral yang melahirkan etika; Keduei,- esthetic expression, yaitu ekspresi
keindahan, Ketiga, sosio-political life, yaitu kehidupan sosial politik, yang akan
melahirkan filsafat sosio-politik.
Aksiologi, yaitu berada dalam wilayah nilai. Kata Aksiologi berasal dari
Yunani, yaitu axion yang artinya nilai dan logos yang artinya ilmu. Dengan
demikian, aksiologi dapat diartikan sebagai ilmu tentang nilai-nilai etika
seorang ilmuwan. Pertanyaan yang menyangkut wilayah ini antara lain: untuk
apa pengetahuan ilmu itu digunakan? Bagaimana kaitan antara cara
penggunaannya dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan objek
yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral? Bagaimana kaitan metode
ilmiah yang digunakan dengan norma-norma moral dan profesional? Dengan
begitu , kita akan mengarah ke cabang fisafat Etika.
Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa aksiologi disamakan
dengan value dan valuation. Ada tiga bentuk value dan valuation, yaitu: 1) Nilai,
sebagai suatu kata benda abstrak; 2) Nilai sebagai kata benda konkret; 3) Nilai
juga digunakan sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai.
Aksiologi dipahami sebagai teori nilai dalam perkembangannya melahirkan
sebuah polemik tentang kebebasan pengetahuan terhadap nilai atau yang bisa
disebut sebagai netralitas pengetahuan (value free). Sebaliknya, ada jenis
pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai atau yang lebih dikenal
sebagai value bound. Sekarang mana yang lebih unggul antara netralitas
pengetahuan dan pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai.
Para ahli sepakat bahwa landasan ilmu komunikasi yang pertama adalah
filsafat. Filsafat melandasi ilmu komunikasi dari domain ethos, pathos, dan
logos dari teori Aristoteles dan Plato. Ethos merupakan komponenfilsafat yang
mengajarkan ilmuwan tentang pentingnya rambu-rambu normative dalam
pengembangan ilmu pengetahuan yang kemudian menjadi kunci utama bagi
hubungan antara ilmu dan masyarakat. Pathos merupakan komponen filsafat
yang menyangkut aspek emosi atau rasa yang ada dalam diri manusia sebagai
makhluk yang senantiasa mencintai keindahan, penghargaan, yang dengan ini
manusia berpeluang untuk melakukan improvisasi dalam pengembangan ilmu
pengetahuan. Logos merupakan komponen filsafat yang membimbing para
ilmuwan untuk mengambil suatu keputusan berdasarkan pada pemikiran yang
bersifat nalar dan rasional, yang dicirikan oleh argument-argumen yang logis.
Komponen yang lain dari filsafat adalah komponen piker, yang terdiri dari
etika, logika, dan estetika, Komponen ini bersinegri dengan aspek kajian
ontologi (keapaan), epistemologi (kebagaimanaan), dan aksiologi (kegunaan
atau kemanfaatan).
Epistimologi, Ontologi, dan Aksiologi
Ontologi Obyek apa yang telah ditelaah ilmu?
(Hakikat
Ilmu) Bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut?
Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan
daya tangkap manusia (seperti berpikir, merasa,
dan mengindera) yang membuahkan
pengetahuan?
Bagaimana proses yang memungkinkan
ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu?
Bagaimana prosedurnya?
Epistimologi
(Cara
Mendapatka
n
Pengetahuan
)
Bagaimana proses yang memungkinkan
ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu?
Bagaimana prosedurnya?
Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita
mendapatkan pengetahuan dengan benar?
Apa yang disebut dengan kebenaran itu sendiri?
Apa kriterianya?
Sarana/cara/teknik apa yang membantu kita dalam
mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu?
Filsafat bermula dari pertanyaan dan berakhir pada pertanyaan. Hakikat
filsafat adalah bertanya terus-menerus, karenanya dikatakan bahwa filsafat
adalah sikap bertanya itu sendiri. Dengan bertanya, filsafat mencari kebenaran.
Namun, filsafat tidak menerima kebenaran apapun sebagai sesuatu yang sudah
selesai. Yang muncul adalah sikap kritis, meragukan terus kebenaran yang
ditemukan. Dengan bertanya, orang menghadapi realitas kehidupan sebagai
suatu masalah, sebagai sebuah pertanyaan, tugas untuk digeluti, dicari tahu
jawabannya.
Tidak sebagaimana dengan ilmu-ilmu alam yang objeknya eksak,
misalnya dalam biologi akan mudah untuk membedakan kucing dengan anjing,
mana jantung dan mana hati, sehingga tidak memerlukan pendefinisian secara
ketat.
Tujuan filsafat adalah mengumpulkan pengetahuan manusia sebanyak
mungkin, mengajukan kritik dan menilai pengetahuan ini. Menemukan
hakekatnya, dan menerbitkan serta mengatur semuanya itu dalam bentuk yang
sistematik. Filsafat membawa kita kepada pemahaman & pemahaman
membawa kita kepada tindakan yang lebih layak. Tiga bidang kajian filsafat
ilmu adalah epistemologis, ontologis, dan oksiologis. Ketiga bidang filsafat ini
merupakan pilar utama bangunan filsafat.
Epistemologi: merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal, sifat,
metode, dan batasan pengetahuan manusia yang bersangkutan dengan kriteria
bagi penilaian terhadap kebenaran dan kepalsuan. Epistemologi pada dasarnya
adalah cara bagaimana pengetahuan disusun dari bahan yang diperoleh dalam
prosesnya menggunakan metode ilmiah. Medode adalah tata cara dari suatu
kegiatan berdasarkan perencanaan yang matang & mapan, sistematis & logis.
Ontologi: adalah cabang filsafat mengenai sifat (wujud) atau lebih
sempit lagi sifat fenomena yang ingin kita ketahui. Dalam ilmu pengetahuan
sosial ontologi terutama berkaitan dengan sifat interaksi sosial. Menurut
Stephen Litle John, ontologi adalah mengerjakan terjadinya pengetahuan dari
sebuah gagasan kita tentang realitas. Bagi ilmu sosial ontologi memiliki
keluasan eksistensi kemanusiaan.
Aksiologis: adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan nilai seperti
etika, estetika, atau agama. Litle John menyebutkan bahwa aksiologis,
merupakan bidang kajian filosofis yang membahas value (nilai-nilai) Litle John
mengistilahkan kajian menelusuri tiga asumsi dasar teori ini adalah dengan
nama metatori. Metatori adalah bahan spesifik pelbagai teori seperti tentang
apa yang diobservasi, bagaimana observasi dilakukan dan apa bentuk teorinya.
”Metatori adalah teori tentang teori” pelbagai kajian metatori yang berkembang
sejak 1970 –an mengajukan berbagai metode dan teori, berdasarkan
perkembangan paradigma sosial. Membahas hal-hal seperti bagaimana sebuah
knowledge itu (epistemologi) berkembang. Sampai sejauh manakah
eksistensinya (ontologi) perkembangannya dan bagaimanakah kegunaan nilai-
nilainya (aksiologis) bagi kehidupan sosial.
D. FAKTOR-FAKTOR PENDORONG TIMBULNYA FILSAFAT DAN ILMU
Suatu peristiwa atau kejadian pada dasarnya tidak pernah lepas dari
peristiwa lain yang mendahuluinya. Demikian juga dengan timbul dan
berkembangnya filsafat dan ilmu. Menurut Rinjin (1997 : 9-10), filsafat dan ilmu
timbul dan berkembang karena akal budi, thauma, dan aporia.
a. Manusia merupakan makhluk berakal budi.
Dengan akal budinya, kemampuan manusia dalam bersuara bisa
berkembang menjadi kemampuan berbahasa dan berkomunikasi, sehingga
manusia disebut sebagai homo loquens dan animal symbolicum. Dengan akal
budinya, manusia dapat berpikir abstrak dan konseptual sehingga dirinya
disebut sebagai homo sapiens (makhluk pemikir) atau kalau menurut
Aristoteles manusia dipandang sebagai animal that reasons yang ditandai
dengan sifat selalu ingin tahu (all men by nature desire to know). Pada diri
manusia melekat kehausan intelektual (intellectual curiosity), yang menjelma
dalam wujud aneka ragam pertanyaan. Bertanya adalah berpikir dan berpikir
dimanifestasikan dalam bentuk pertanyaan.
b.Manusia memiliki rasa kagum (thauma) pada alam semesta dan
isinya.
Manusia merupakan makhluk yang memiliki rasa kagum pada apa yang
diciptakan oleh Sang Pencipta, misalnyasaja kekaguman pada matahari,
bumi, dirinya sendiri dan seterusnya. Kekaguman tersebut kemudian
mendorong manusia untuk berusaha mengetahui alam semesta itu
sebenarnya apa, bagaimana asal usulnya (masalah kosmologis). Ia juga
berusaha mengetahui dirinya sendiri, mengenai eksistensi, hakikat, dan
tujuan hidupnya.
c. Manusia senantiasa menghadapi masalah.
Faktor lain yang juga mendorong timbulnya filsafat dan ilmu adalah adalah
masalah yang dihadapi manusia (aporia). Kehidupan manusia selalu diwarnai
dengan masalah, baik masalah yang bersifat teoritis maupun praktis.
Masalah mendorong manusia untuk berbuat dan mencari jalan keluar yang
tidak jarang menghasilkan temuan yang sangat berharga (necessity is the
mother of science).
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa filsafat ilmu adalah dasar yang
menjiwai dinamika proses kegiatan memperoleh pengetahuan secara ilmiah.
Ini berarti bahwa terdapat pengetahuan yang ilmiah dan tak-ilmiah. Adapun
yang tergolong ilmiah ialah yang disebut ilmu pengetahuan atau singkatnya
ilmu saja, yaitu akumulasi pengetahuan yang telah disistematisasi dan
diorganisasi sedemikian rupa; sehingga memenuhi asas pengaturan secara
prosedural, metologis, teknis, dan normatif akademis. Dengan demikian teruji
kebenaran ilmiahnyasehingga memenuhi kesahihan atau validitas ilmu, atau
secara ilmiah dapat dipertanggungjawabkan. Sedang pengetahuan tak-ilmiah
adalah yang masih tergolong prailmiah. Dalam hal ini berupa pengetahuan
hasil serapan inderawi yang secara sadar diperoleh, baik yang telah lama
maupun baru didapat. Disamping itu termasuk yang diperoleh secara pasif
atau di luar kesadaran seperti ilham, intuisi, wangsit, atau wahyu (oleh nabi).
E. FUNGSI FILSAFAT ILMU
Filsafat ilmu merupakan salah satu cabang dari filsafat. Oleh karena itu,
fungsi filsafat ilmu kiranya tidak bisa dilepaskan dari fungsi filsafat secara
keseluruhan, yakni :
a. Sebagai alat mencari kebenaran dari segala fenomena yang ada.
b. Mempertahankan, menunjang dan melawan atau berdiri netral terhadap
pandangan filsafat lainnya.
c. Memberikan pengertian tentang cara hidup, pandangan hidup dan
pandangan dunia.
d. Memberikan ajaran tentang moral dan etika yang berguna dalam kehidupan
e. Menjadi sumber inspirasi dan pedoman untuk kehidupan dalam berbagai
aspek kehidupan itu sendiri, seperti ekonomi, politik, hukum dan sebagainya.
F. SUBSTANSI FILSAFAT ILMU
Telaah tentang substansi Filsafat Ilmu, Ismaun, dipaparkan dalam empat
bagian, yaitu substansi yang berkenaan dengan:
1. Fakta atau kenyataan
2. Kebenaran (truth)
3. Konfirmasi dan
4. Logika inferensi.
G. CORAK DAN RAGAM FILSAFAT ILMU
Filsafat ilmu-ilmu sosial yang berkembang dalam tiga ragam, yaitu: (1)
meta ideologi, (2) meta fisik dan (3) metodologi disiplin ilmu.
Filsafat teknologi yang bergeser dari C-E (conditions-Ends) menjadi means.
Teknologi bukan lagi dilihat sebagai ends, melainkan sebagai kepanjangan ide
manusia.
Filsafat seni/estetika mutakhir menempatkan produk seni atau keindahan
sebagai salah satu tri-partit, yakni kebudayaan, produk domain kognitif dan
produk alasan praktis.
Produk domain kognitif murni tampil memenuhi kriteria: nyata, benar, dan
logis. Bila etik dimasukkan, maka perlu ditambah koheren dengan moral.
Produk alasan praktis tampil memenuhi kriteria oprasional, efisien dan
produktif. Bila etik dimasukkan perlu ditambah human.manusiawi, tidak
mengeksploitasi orang lain, atau lebih diekstensikan lagi menjadi tidak merusak
lingkungan.
H. PENGERTIAN ETIKA
Etika dirumuskan dalam tiga arti sebagai berikut:
Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk, tentang hak dan kewajiban
moral.
Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.
Nilai mengenai benar salah yang dianut masyarakat.
Dari asal usulnya, etika berasal daari bahasa yunani ”ethos” yang berarti
adat istiadat atau kebiasaan yang baik. Bertolak dari kata tersebut, akhirnya
etika berkembang menjadi studi tentang kebiasan manusia berdasarkan
kesepakatan, menurut ruang dan waktu yang berbeda, yang menggambarkan
perangai manusia dalam kehidupan pada umumnya.
Menurut profesor Robert salomon, etika dapat dikelompokkan menjadi dua
definisi yaitu:
Etika merupakan karakter individu, dalam hal ini termasuk bahwa orang yang
beretika adalah orang yang baik.
Etika merupakan hukum sosial.etika merupakan hukum yang mengatur,
mengendalikan serta membatasi periaku manusia.
Pada perkembangannya, etika telah menjadi sebuah studi. Fagothey (1953)
mengatakan bahwa etika adalah studi tentang kehendak manusia, yaitu
kehendak yang berhubungan dengan keputusan yang benar dan yang salah
dalam tindak perbuatannya. Etika merupakan studi tentang kebenaran dan
ketidabenaran berdasarkan kodrat manusia yang diwujudkan melalui kehendak
manusia dalam perbuatannya.
I. ETIKA, FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN
Etika merupakan bagian dari filsafat. Filsafat sendiri merupakan bagian dari
ilmu pengetahuan. Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berfungsi sebagai
interpretasi tentang hidup manusia, yang betugas meneliti dan menentukan
semua fakta kongrit hingga yang paling mendasar. Ciri khas filsafat adalah
upaya dalam menjelaskan pertanyaan selalu menimbulkan pertanyaan yang
baru.
Abdul kadir (2001) memperinci unsur-unsur penting filsafat ilmu sebagai
berikut:
Kegiatan intelektual
Bahwa filsafat merupakan kegiatan yang memerlukan intelektualitas atau
pemukiran.
Mancari makna yang hakiki
Filsafat memerlukan interpretasi terhadap suatu dalam kerangka pencarian
makna yang hakiki.
Segala fakta dan gejala
Bahwa objik dari kegiatan filsafat adalah fakta dan gejala yang terjadi secara
nyata.
Dengan cara refleksi, metodis dan sistematis.
Filsafat memerlukan suatu metode dalam kegiatannya serta membutukan
prosedur-prosedur yang sistematis.
Untuk kebahagian manusia
Tujuan akhir filsafat sebagai ilmu adalah untuk kebahagian manusia.
Etika merupakan bagian filsafat, yaitu filsafat moral. Beberapa alasan yang
dapat dikemukakan untuk itu antara lain adalah bahwa etika merupakan ilmu
yang mempelajari perbuatan yang baik dan buruk, benar atau salah
berdasarkan kodrat manusia yang diwujudkan dalam kehendaknya. Sebagai
sebuah ilmu, etika juga berkembang menjadi study tentang kehendak
manusia dalam mengambil keputusan untuk berbuat, yang mendasari
hubungan antara sesama manusia. Disamping itu, etika juga merupakan
study tentang pengembangan nilai moral untuk memungkinkan terciptanya
kebebasan kehendak karena kesadaran, bukan paksaan. Adapun alasan yang
terahir mengungkapakan bahwa etika adalah studi tentang nilai-nilai
manusiawi yang berupaya menunjukkan nilai-nilai hidup yang baik dan benar
menurut manusia.
Dalam konteks etika sebagai filsafat dan ilmu pengetahuan ini, perlu
dilakukan pemisahan antara etika dan moral. Etika adalah ilmu pengetahuan,
sedangkan moral adalah objek ilmu pengetahuan tersebut. Dan sebagai ilmu
pengetahuan, etika menelaah tujuan hidup manusia, yaitu kebahagiaan
sempurna, kebahagiaan yang memuaskan manusia, baik jasmani maupun
rohani dari dunia sampai akhirat melalui kebenaran-kebenaran yang bersifat
filosofis.
J. ETIKA , MORAL DAN NORMA KEHIDUPAN
Secara etimologis, etika dapat pula disamakan dengan moral.moral merasal
dari bahasa latin”MOS”yang berati adat kebiasaan. Secara etimologis, kata
moral sama dengan etika yaitu nilaia-nilai dan norma-norma yang menjadi
pegangan seseorang atau kelompok dalam mengatur tingkah lakunya didalam
komunitas kehidupannya.
Hal senada disampaikan oleh Lawrence Konhberg(1927-1987), yang
menyatakan bahwa etika dekat dengan moral. Lawrence menyatakan bahwa
pendidikan moral merupakan integrasi sebagai ilmu seperti psikologi, sosiologi,
antropologi budaya, filsafat, ilmu pendidikan, bahkan ilmu politik. Hal-hal itu
yang dijadikan dasar membangun sebuah etika.
Beberapa ahli membedakan etika dengan moralitas. Menurut Sony Keraf
(1991) moralitas adalah sistem nilai tentang bagaimana kita harus hidup
dengan baik sebagai manusia. Nilai-nilai moral mengandung petuah-petuah,
nasihat, wejangan, peraturan, perintah dan lain sebagainya yang terbentuk
secara turun-temurun melalui suatu budaya tertentu tentang bagaimana
manusia harus hidup dengan baik agar menjadi manusia yang benar-benar
baik.
Frans Magnis Suseno (1987) memiliki pernyataan yang sepaham dengan
pernyataan diatas, bahwa etika adalah sebuah ilmu dan bukan sebuah ajaran,
sedangkan yang memberi manusia norma tentang bagaimana manusia harus
hidup adalah moralitas. Etika justru hanya melakukan refleksi kritis atas norma
dan ajaran moral tersebut. Sebagai contoh moralitas langsung mengatakan
kepada kita ”inilah cara anda melakukan sesuatu”…, sedangkan etika justru
akan mempersoalkan ”mengapa untuk melakukan sesuatu tersebut harus
menggunakan cara itu?”.
Disatu kondisi, etika berbeda dengan moral. Etika merupakan refleksi kritis
dari nilai-nilai moral, sedangkan dengan kondisi berbeda ia bisa sama dengan
moral, yaitu nilai-nilai yang menjadi pegangan seseorang atau suatu kelompok
dalam mengatur tingkah laku didalam komunitas kehidupannya.
K. PELANGGARAN ETIKA DAN KAITANNYA DENGAN HUKUM
Etika menjadi sebuah nilai yang menjadi pegangan seseorang atau suatu
kelompok dalam mengatur tingkah laku di dalam kehidupan kelompok tersebut.
Tentunya tidak akan terlepas dari tindakan-tindakan tidak etis. Tindakan tidak
etis yang di maksud disini adalah tindakan yang melangar etika yang berlaku
dalam lingkungan kehidupan tersebut.
Jam husada (2002) mencatat beberapa faktor berpengaruh pada keputusan
atau tindakan-tidakan tidak etis dalam sebuah perusahaan, antara lain adalah:
a. Kebutuhan individu
Kebutuhan individu merupakan faktor utama penyebab terjadinya tindakan-
tindakan tidak etis.
b. Tidak ada pedoman
Tindakan tidak etis bisa saja muncul karena tidak adanya pedoman atau
prosedur-prosedur yang baku tentang bagaimana melakukan sesuatu.
c. Perilaku dan kebiasaan individu
Tindakan tidak etis bisa juga muncul karena perilaku dan kebiasaan individu,
tanpa memperhatikan faktorlingkungan dimana individu itu berada.
d. Lingkungan tidak etis
Kebiasaan tidak etis yang sebelumnya sudah ada dalam suatu lingkungan,
dapat mempengaruhi orang lain yang berada dalam lingkungan tersebut
untuk melakukan hal serupa. Lingkungan tidak etis ini terkait pada teori
psikilogi sosial, dimana anggota mencari konformitas dengan lingkungan dan
kepercayaan pada kelompok.
e. Perilaku atasan
Atasan yang terbiasa melakukan tindakan tidak etis, dapat
mempengaruhi orang-orang yang berada dalam lingkup pekerjaannya dalam
melakukan hal serupa.
Etika juga tidak terlepas dari hukum urutan kebutuhan (needs thoery).
Menurut kerangka berpikir Maslow, yang paling pokok adalah pemenuhan
kebutuhan jasmaniah terlebih dahulu agar dapat melaksanakan urgensi
kebutuhan ekstrim dan aktualisasi diri sebagai profesional.
kontrofersial responden Kohlberg menunjukkan bahwa menipu, mencuri,
berbohong adalah tindakan etis apabila digunakan dalam kerangka untuk
melanjutkan hidup. Kendala yang mempengaruhi adalah di satu pihak kode
etik tak mempersoalkan urutan kebutuhan dalam penerapannya, namun
dilain pihak kebutuhan jasmani tak pernah dapat terpuaskan, dan dapat
dikonversikan menjadi bentuk ekstrim lain yang mungkin akan berpengaruh
terhadap tindakan-tindakan yang melanggar etika.
Tindakan pelanggaran terhadap etika seperti beberapa contoh diatas
akan menimbulkan beberapa jenis sangsi : sangsi social dan sangsi hokum.
Pelanggaran etika dan moral bisa saja menyentuh wilayah hukum dan
akan mendapatkan sangsi hukum. Namun pada kondisi lain, bisa saja
pelanggaran etika hanya mendapatkan sangsi sosial dari masyarakat karena
pelanggran tersebut tidak menyentuh wilayah hukum positif yang berlaku.
L. BERBAGAI MACAM ETIKA YANG BERKEMBANG DI MASYARAKAT
Jika etika dihubungkan dengan moral, kita akan berbicara tentang nilai dan
norma yang berkembang dalam kehidupan bermasyarakat. Dan jika dilihat
berdasarkan nilai dan norma yang terkandung didalamnya, etika dapat
dikelompokkan dalam dua jenis :
Etika deskriptif
Etika deskriptif merupakan etika yang berbicara mengenai suatu fakta, yaitu
tentang nilai dan pola perilaku manusia terkait dengan situasi dan realitas
yang membudaya dalam kehidupan masyarakat.
Etika normative
Etika normatif merupakan etika yang memberikan penilaian serta hibauan
kepada manusia tentang bagaimana harus bertindak sesuai norma yang
berlaku.
Perbedaan etika deskriptif dengan etika normatif adalah bahwa etika deskriptif
memberikan fakta sebagai dasar utnuk mengambil keputusan tentang perilaku
yang akan dilakukan, sedangkan etika normatif memberikan penilaian sekaligus
memberikan norma sebagai dasar dan kerangka tindakan yang akan di
putuskan.
Sony keref (1991) mencatat ada dua norma yang berkembang, yaitu norma
umum dan norma khusus. Norma umum merupakan norma yang memiliki sifat
universal yang dapat dikelompokkan lagi menjadi tiga kelompok, yaitu :
Norma sopan santun
Norma hokum
Norma moral
Adapun norma khusus merupakan aturan yang berlaku dalam bidang kegiatan
atau kehidupan dalam lingkup yang lebih sempit. Misalnya menyangkut aturan
menjenguk pasien di sebuah rumah sakit, aturan bermain dalam olahraga dan
sebagainya.
Etika umum adalah etika tentang kondisi-kondisi dasar dan umum, bagaimana
manusia harus bertindak secara etis. Etika ini merupakan prinsip-prinsip moral
dasar yang menjadi pegangan manusia dalam bertindak serta tolak ukur dalam
menilai baik buruknya suatu tindakan.
Adapun etika khusus merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam
kehidupan khusus. Penerapan dalam bidang khusus tersebut misalnya
bagaimana seseorang bertindak dalam bidang kehidupan tertentu yang
dilatarbelakangi oleh kondisi yang memungkinkan bagi manusia untuk
bertindak secara etis. Hal itu dapat dilihat pada etika untuk melakukan kegiatan
olah raga, etika untuk melakukan kegiatan pemasaran sebuah produk, dan lain
sebagainya.
M.ETIKA DAN TEKNOLOGI; TANTANGAN MASA DEPAN
Perkembangan teknologi yang terjadi dalam kehidupan manusia, seperti
refolusi yang memberikan banyak perubahan pada cara berfikir manusia, baik
dalam usaha pemecahan masalah, perencanaan maupun dalam pengambilan
keputusan. Para pakar ilmu kognitif telah menemukan bahwa ketika teknologi
mengambil alih fungsi-fungsi mental manusia, pada saat yang sama terjadi
kerugian yang di akibatkan oleh hilangnya fungsi-fungsi tersebut dari kerja
mental manusia.
Perubahan yang terjadi pada cara berfikir manusia sebagai salah satu
akibat perkembangan teknologi tersebut, sedikit banyak akan berengaruh
terhadap pelaksanaan dan cara pandang manusia terhadap etika dan norma-
norma dalam kehidupannya. Orang yang biasanya berinteraksi secara fisik,
melakukan komunikasi secara langsung dengan orang lain, karena
perkembangan teknologi internet dan email maka interaksi tersebut menjadi
kurang.
Teknologi sebenarnya hanya alat yang digunakan manusia untuk
menjawab tantangan hidup. Jadi, faktor manusia dalam teknologi sangat
penting. Ketika manusia membiarkan dirinya dikuasai oleh teknologi maka
manusia yang lain akan mengalahkannya. Sebenarnya, teknologi
dikembangkan untuk membantu manusia dalam melaksanakan aktifitasnya. Hal
itu karena manusia memang memilki keterbatasan.
BAB III. INOVASI TEKNOLOGI
1. LATAR BELAKANG
Besi merupakan salah satu jenis limbah yang banyak dijumpai di industri-
industri pengolahan logam seperti industri pembuat paku, alat-alat rumah
tangga dan alat-alat mekanik. Limbah besi ini berpotensi menimbulkan masalah
pencemaran lingkungan. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk
mengatasi masalah limbah besi tersebut adalah dengan mengolahnya menjadi
besi bermuatan positif dua (Fe+2) misalnya dalam bentuk fero sulfat (FeSO4).
Besi bermuatan postif dua ini bermanfaat untuk berbagai keperluan seperti
sebagai coagulant dalam proses penjernihan air, sebagai pewarna permanen
tinta dalam industri tinta, dan sebagai penajam dalam perwarnaan wool dalam
industri textil. (Aladin dkk, 2009).
Okidasi lanjut besi (II) menjadi besi (III) dalam bentuk feri sulfat
(Fe2(SO4)3) dapat dilakukan dengan bantuan katalis MnO2 (Syarif, T., 2007). Besi
(III) memiliki manfaat yang lebih luas. Feri sulfat dapat dimanfaatkan antara
lain sebagai coagulant dalam proses penjernihan air, bahkan efek koagulan feri
sulfat 11 kali lebih besar dibandingkan fero sulfat (Ronnholm, dkk, 1999). Feri
sulfat juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan aditif semen pada industri
beton, dan sebagai bahan pelapis pada pita video dan kaset. Elida Novita
(2001) telah menggunakan feri sulfat untuk menurunkan nilai COD (Chemical
Oxygen Demand) limbah cair pabrik tebu yang mengandung pigmen coklat
gelap (melanoidin). Aladin dkk (2002) telah mencoba menggunakan feri sulfat
sebagai bahan oksidator dalam desulfurisasi batubara Mallawa, Sulawesi
Selatan.
Batubara merupakan bahan bakar alternatif dengan cadangan melimpah
di dunia termasuk di Indonesia. Namun, pembakaran batubara high sulphur
secara massal di industri juga tidak terlepas dari efek pencemaran sulfur dan
percepatan kerusakan (korosi) alat pembakaran (Roesyadi dan Aladin, 2005).
Tidak sedikit cadangan batubara di Indonesia, khususnya di Sulawesi
menggandung sulfur tinggi hingga 3% (Aladin dkk, 2005) sehingga tidak layak
dimanfaatkan sebagai bahan bakar kecuali terlebih dahulu dilakukan proses
desulfurisasi sebelum pembakaran (precombustion). Aladin dkk (2002) telah
membuktikan bahwa reduksi sulfur anorganik (pirit) batubara memungkinkan
dilakukan dengan menggunakan oksidator feri sulfat. Hanya saja dalam
penelitian tersebut laju desulfurisasinya relatif lambat disebabkan dilakukan
pada temperatur kamar. Namun menurut Archennus laju reaksi memungkinkan
dapat ditingkatkan dan dioptimalkan dengan mencari temperatur optimum.
2. TUJUAN
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dirancang penelitian
dengan tujuan utama adalah mendapatkan sebuah metode dalam menangani
kandungan sulfur batubara melalui proses desulfurisasi precombustion
menggunakan oksidator feri sulfat hasil olahan limbah besi. Secara khusus
penelitian ini bertujuan untuk mencari kondisi-kondisi optimum dalam proses
desulfurisasi tersebut, yaitu waktu, temperatur, dan kecepatan penganduk.
3. URGENSI (MANFAAT)
Dari penelitian ini diharapkan memberikan manfaat utama yaitu
mengeliminir problem limbah besi sehingga terhindar dari dampak pencemaran
lingkungan, sekaligus memberikan nilai ekonomi terhadap hasil olahan limbah
besi tersebut. Manfaat kedua adalah mengeliminir problem kandungan sulfur
batubara, sekaligus meningkatkan kualitas batubara yang pada akhirnya
meningkatkan nilai ekonomi batubara tersebut yang berarti dapat
meningkatkan kesejahtraan bangsa Indonesia.
Bagi ilmu pengetahuan, penelitian ini bermanfaat dalam memahami
fenomena desulfrisasi batubara secara kimia menggunakan oksidator feri sulfat
berdasarkan mekanisme kompleks. Manfaat penting lainnya adalah tersedianya
refrensi berupa data kinetika dari hasil penelitian ini yang dapat dimanfaatkan
dalam perancangan reaktor skala industri untuk desulfirisasi batubara secara
kimia menggunakan oksidator besi III.
4.BATASAN MASALAH
Dalam penelitian ini, ditinjau kondisi-kondisi optimum desulfurisasi
batubara menggunakan oksidator besi (III) hasil olahan limbah besi, dengan
beberapa variasi, yaitu : waktu, temperatur dan kecepatan putaran pengaduk.
5. DESULFURISASI BATUBARA DENGAN METODE KIMIA
Batubara (coal) merupakan sedimen batuan organik dengan komposisi
utama karbon, hidrogen dan oksigen sehingga mudah terbakar. Dewasa ini
batubara menjadi salah satu bahan bakar alternatif karena di samping
harganya relatif murah, menurut perkiraan Assosiasi Batubara Kanada bahwa
cadangan batubara sebagai bahan bakar fosil menempati peringkat pertama di
dunia yaitu mencapai 91%, sementara gas hanya 5% dan sisanya minyak
sekitar 4%. Di Indonesia cadangan batubara mencapai 38,8 milyar ton,
termasuk batubara Sulawesi yang terkonsentrasi di propinsi Sulawesi Selatan,
tergolong tiga besar daerah yang mengandung cadangan batubara di Indonesia
setelah Kalimantan dan Sumatra. Namun, sayangnya kualitas batubara asal
Sulawesi relatif rendah, hingga saat ini belum dapat dimanfaatkan sebagai
bahan bakar di industri sebab kandungan sulfur dan abunya relatif tinggi yang
dapat menyebabkan kerusakan alat pembakaran serta menimbulkan
pencemaran pada lingkungan. (Aladin, dkk., 2005; http://www.coal.ca).
Dalam usaha meningkatkan kualitas batubara, termasuk menurunkan
kadar sulfurnya untuk menuju Clean Coal Technology atau Teknologi
Batubara Bersih, maka berbagai teknologi desulfurisasi telah dan sedang
dikembangkan. Pada prinsipnya proses desulfurisasi batubara dalam
peruntukannya sebagai bahan bakar dapat dilakukan berdasarkan fasenya
yaitu fase sebelum pembakaran (pre combustion treatment), fase pada saat
proses pembakaran (combustion treatment) atau fase setelah proses
pembakaran (post combustion treatment). (Thomas, 1995).
Berdasarkan prosesnya, desulfurisasi batubara dapat dilakukan dengan
metode kimia, fisika dan biologi (Demirbas, 2002). Metode fisika terbatas
hanya dapat mereduksi jenis sulfur anorganik dalam batubara, sedangkan
sulfur organik tidak dapat direduksi (Mukherjee and Borthakur, 2001), kecuali
bila dilakukan pada suhu yang sangat tinggi (450oC) maka sulfur organik
memungkinkan juga direduksi (Celik and Yildirim, 2000). Aladin dkk (2005)
telah melakukan penelitian desulfurisasi batubara asal daerah Pattuku
(Sulawesi Selatan) dengan cara Flotasi (metode fisika), terbukti bahwa hanya
jenis sulfur anorganik yang efektif untuk direduksi. Sedangkan metode kimia
dan biologi dapat memisahkan (mereduksi) baik sulfur anorganik maupun sulfur
organik dalam batubara, hanya saja metode biologi menggunakan bantuan
mikroba yang bekerja pada suhu rendah sehingga waktunya relatif lama dari
metode kimia (Mukherjee, and Borthakur,2004).
Beberapa metode desulfurisasi batubara secara kimia antara lain
sebagai berikut (Aladin, A., 2002; Demirbas, 2002; Mukherjee and Borthakur,
2001; Mukherjee and Borthakur, 2004) :
a. Desulfurisasi Menggunakan Etanol
Metode ini efektif untuk mengurangi sulfur anorganik dan sulfur
organik dalam batubara, telah dikembangkan sampai tahap pilot plant
dengan proses alir (continous process). Jenis reaktor yang digunakan berupa
fluidized bed dan moving bed. Hasil uji coba pada tahap pilot plant diperoleh
gambaran bahwa dari sampel batubara Ohio yang mengandung 3,5% sulfur
(total S) dapat dikurangi hingga menjadi 1,0%.
b. Desulfurisasi Dengan Proses Oksidasi Selektif
Proses desulfurisasi dilakukan dalam reaktor fluidisasi pada suhu
antara 650–800oF dengan menggunakan uap dan udara. Proses yang
dikembangkan oleh Battle Columbus Devision mampu mengurangi kadar
sulfur total sebesar 95% dengan kehilangan panas rata-rata sebesar 15%.
Gas SO2 yang dihasilkan proses ini kemudian diproses lebih lanjut dalam unit
DeSOx. Oleh Palmer et al (1994) melakukan desulfurisasi batubara
menggunakan oksidasi selektif dengan campuran pereaksi hidrogen
peroksida dan asam asetat yang akan membentuk asan peroksi asetat
secara in situ. Kelebihan pereaksi ini mampu mereduksi semua kandungan
sulfur anorganik dan sebagian sulfur organik dalam batubara.
c. Desulfurisasi Menggunakan Asam Sulfonat Triflorometan (TFMS)
Metode ini menggunakan pelarut organik (toluena) dan asam sulfonat
triflorometan (TFMS) sebagai katalis. Metode ini dikembangkan hanya untuk
mengurangi kadar sulfur organik yang sulit dipisahkan dengan metode
konvensional. Proses desulfurisasi dilakukan dalam reaktor slury pada suhu
sekitar 200oC. Pada konsentrasi TFMS 45,2% mmol/g batubara diperoleh
tingkat desulfurisasi 48,7%.
d. Desulfurisasi Menggunakan Larutan Barium Klorida
Metode ini umumnya hanya efektif untuk menghilangkan sulfur
anorganik terutama pirit, berdasarkan reaksi sebagai berikut: :
FeS2 + 2BaCl2 + 22H2O 2BaSO4 + FeCl2 + 14H2O +7H2 (1)
Reduksi sulfur organik tidak efektif dengan pereaksi ini karena BaCl2
merupakan oksidator lemah. Disamping itu, sulitnya pemisahan endapan
BaSO4 yang terbentuk diproses ini menjadi problem lain sehingga metode ini
kurang dikembangkan, (Aladin, A., 2002).
e. Desulfurisasi Menggunakan Oksidator Besi Sulfat atau Besi Klorida
Metode ini cukup efektif untuk mengurangi kadar sulfur khususnya sulfur
anorganik (pirit) dalam batubara. Prinsip utama desulfurisasi ini adalah
dengan meggunakan reaksi oksidasi-reduksi. Keuntungan proses ini adalah
larutan Fe2(SO4)3 memungkinkan direcovery untuk direuse sehingga bisa
menghemat biaya produksi, tetapi laju reaksinya relatif lambat pada suhu
kamar (Aladin, dkk, 2002). Persamaan reaksinya sebagai berikut :
FeS2 + Fe2(SO4)3 3FeSO4 + 2 S (2)
2 S + 3O2 + 2H2O 2H2SO4 (3)
2FeSO4 + 12
O2 + H2SO4 Fe2(SO4)3 + H2O (4)
Demikian juga menggunakan oksidator besi (III) klorida memungkinkan
mereduksi sulfur anorganik dalam batubara, dengan suhu reaksi berkisar
120 -150oC (Thomas, 1995). Peneliti lain mendapatkan reduksi sulfur
maksimal pada waktu reaksi dua jam dan suhu reaksi 90oC (Brotowati, S.
dkk. 2003).
f. Desulfurisasi Menggunakan Pereaksi Asam HCl, HNO3 Atau H2SO4
Pereaksi asam HCl, HNO3 dan H2SO4 terbukti dapat mereduksi sulfur
dalam batubara high sulphur pada suhu reaksi 95oC (Mukherjee and
Borthakur, 2004).
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa:
1. Ontologi berarti studi tentang arti “ada” dan “berada”, tentang ciri-ciri
esensial
dari yang ada dalam dirinya sendiri, menurut bentuknya yang paling
abstrak (Suparlan: 2005). Ontolgi sendiri berarti memahami hakikat jenis
ilmu pengetahuan itu sendiri yang dalam hal ini adalah Ilmu Komunikasi.
2. Hakikat individual ilmu pengetahuan yang bersitaf etik terkait aspek
kebermanfaat ilmu itu sendiri. Seperti yang telah disinggung pada aspek
epistemologis bahwa aspek aksiologis sangat terkait dengan tujuan
pragmatic filosofis yaitu azas kebermanfaatan dengan tujuan
kepentingan manusia itu sendiri.
3. Epistemologi senantiasa mendorong manusia untuk selalu berfikir dan
berkreasi menemukan dan menciptakan sesuatu yang baru. Semua
bentuk teknologi yang canggih adalah hasil pemikiran-pemikiran secara
epistemologis, yaitu pemikiran dan perenungan yang berkisar tentang
bagaimana cara mewujudkan sesuatu, perangkat-perangkat apa yang
harus disediakan untuk mewujudkan sesuatu itu, dan sebagainya.
4. Dari penelitian ini diperoleh hasil karakterisasi batubara Mallawa
(sebelum desulfurisasi) yaitu kadar sulfur total 3,28%, kadar abu 11,25%,
zat terbang 34,43%, kadar air 8,01%, karbon tetap 46,31% dan nilai kalor
5.905 kal/kg. Jenis sulfur terdiri atas sulfur anorganik 2,42% (berupa
sulfur pirit 2,01% dan sulfur sulfat 0,41%) dan sisanya sulfur organik
0,86%. Berdasarkan karakteristik ini menunjukkan bahwa batubara
Mallawa termasuk kelas subituminous, suatu jenis batubara dengan
kualitas tergolong relatif rendah dengan kandungan sulfur dan abu
relatif tinggi.
5. Kondisi-kondisi optimum (terbaik) desulfurisasi batubara secara kimia
menggunakan oksidator besi (III) hasil olahan limbah besi (pada kondisi
aliran udara dan ukuran batubara dibuat tetap masing-masing 2 liter per
menit dan 100 mesh, yaitu topt = 120 menit, Topt = 90oC, dan Nopt =
930 rpm, dengan persen recovery maksimum sebesar 76,46%.
4.2 SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka setiap pembahasan mengenai ilmu
pengetahuan diharapkan melalui kajian landasan filosofis, yaitu ontologi,
epistemologi dan aksiologi agar upaya dan usaha yang menjadi
pembaharuan dalam teknologi dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Perkembangan teknologi yang semakin canggih hendaknya di imbangi
dengan kebijaksanaan pemakaian dan penggunaannya, jangan sampai
teknologi membuat kita menjadi bermalas-malasan.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.bppt.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=388:filsafat-dan-teknologi-untuk-pembangunan-nasional&catid=46:umum
http://rahmasyilla.wordpress.com/2010/02/03/hakekat-filsafat-komunikasi/#more-192
http://defickry.wordpress.com/2007/08/23/filsafat-dan-komunikasi/
http://fajardawn.blogspot.com/2009/05/hakikat-komunikasi.html
top related