tugas bahari potensi mangrove untuk farmasi
Post on 19-Dec-2015
53 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
POTENSI MANGROVE UNTUK FARMASI
2015
Tugas Farmasi BahariOleh :
Jamelia Andeska260110120008Farmasi 2012
Kelas A
Fakultas FarmasiUniversitas Padjadjaran
Jatinangor
POTENSI MANGROVE UNTUK FARMASI
A. Hutan Mangrove
Ekosistem Mangrove adalah sebuah lingkungan dengan ciri khusus dimana
lantai hutannya digenangi oleh air. Salinitas juga fluktuasi permukaan air tersebut
sangat dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Ekosistem mangrove ini sebenarnya
masuk ke dalam lingkup ekosistem pantai karena terletak di kawasan perbatasan
laut dan juga darat. Ia terletak di wilayah pantai dan juga muara sungai. Hutan
mangrove, sebagai sebuah hutan yang tumbuh di wilayah pasang dan surut akan
tergenang air di masa pasang dan akan bebas dari genangan air pada saat air surut.
Komunitas yang ada di dalam hutan mangrove ini sangat adaptif terhadap kadar
garam air laut. Sebagai sebuah ekosistem, hutan mangrove terdiri dari beragam
organisme yang juga saling berinteraksi satu sama lainnya.
Ada beberapa ciri-ciri spesifik yang bisa dijumpai di hutan mangrove,
antara lain:
1. Jenis pepohonan yang related terbatas.
2. Akar pepohonan terbilang unik sebab berbentuk layaknya jangkar dengan
melengkung juga menjulang di bakau atau Rhizphora Spp.
3. Terdapat beberapa pohon yang akarnya mencuat secara vertical layaknya
pensil di pidada atau Sonneratia dan juga api-api atau Avicennia Spp.
4. Terdapat biji atau propagul dengan sifat vivipar atau mampu melakukan
proses perkecambahan pada kulit pohon.
Sementara itu, ciri-ciri khusus dari habitat hutan mangrove antara lain:
1. Wilayah tanah yang tergenang secara periodik atau berkala.
2. Tempat tersebut juga mendapat aliran air tawar yang cukup dari daratan.
3. Wilayah tersebut terlindung dari gelombang besar juga arus pasang surut
laut yang kuat.
4. Air di wilayah tersebut memiliki kadar garam payau.
1
B. Penyebaran hutan mangrove dan kandungannya
Hutan mangrove terdapat di sepanjang garis pantai di kawasan tropis, dan
menjadi pendukung berbagai jasa ekosistem, termasuk produksi perikanan dan
siklus unsur hara. Namun luas hutan mangrove telah mengalami penurunan
sampai 30-50% dalam setengah abad terakhir ini karena pembangunan daerah
pesisir, perluasan pembangunan tambak dan penebangan yang berlebihan.
Besarnya emisi karbon akibat hilangnya mangrove masih belum diketahui
dengan jelas, sebagian karena kurangnya data berskala besar tentang jumlah
karbon yang tersimpan di dalam ekosistem ini, khususnya di bawah permukaan.
Dalam sebuah penelitian dikuantifikasikan bahwa simpanan karbon di dalam
ekosistem mangrove secara keseluruhan dengan mengukur biomassa pohon dan
kayu mati, kandungan karbon tanah dan kedalaman tanah di 25 hutan mangrove di
sepanjang kawasan Indo-Pasifik, yang membentang selebar 30° garis lintang dan
sepanjang 73° garis bujur, di mana mangrovenya sangat luas dan beragam.4,6.
Data yang ada menunjukkan bahwa mangrove merupakan salah satu hutan
terkaya karbon di kawasan tropis, yang mengandung sekitar 1023 Mg karbon per
hektar. Tanah dengan kandungan organik tinggi memiliki kedalaman antara 0,5 m
sampai dengan lebih dari 3 m dan merupakan 49-98% simpanan karbon dalam
ekosistem ini. Dengan menggabungkan data yang ada dengan informasi lain yang
telah dipublikasikan, dapat diperkirakan bahwa deforestasi mangrove
menyebabkan emisi sebesar 0,02- 0,12 Pg karbon per tahun, yang setara dengan
sekitar 10% emisi dari deforestasi secara global, walaupun luasnya hanya 0,7%
dari seluruh kawasan hutan tropis.
C. Flora Pada Ekosistem Mangrove
Berbicara mengenai flora atau tumbuhan yang ada di ekosistem hutan
mangrove antara lain liana, alga, bakteri juga fungi. Beberapa ahli menemukan
terdapat kurang lebih 89 spesies . Flora tersebut kemudian dibagi ke dalam 3
kelompok, antara lain:
1. Flora hutan mangrove mayor atau tanaman mangrove sesungguhnya,
adalah tanaman yang memperlihatkan kesetiaan pada habitas ekosistem
2
mangrove. Ia memiliki kemampuan untuk membentuk tegakan yang murni
serta secara dominan mencirikan susunan komunitas. Dari segi morfologis,
ia mempunyai bentuk yang adaptif akan lingkungan hutan mangrove dan
mampu mengontrol kadar garam. Contoh flora yang masuk ke kelompok
ini adalah adalah Kandelia, Rhizophora, Bruguiera, Avicennia, Ceriops,
Lumnitzera, Laguncularia, Sonneratia dan Nypa.
2. Flora mangrove minor, adalah tanaman mangrove yang tidak memiliki
kemampuan untuk membentuk sebuah tegakan yang murni, dengan
demikian secara morfologis tanaman ini tidak memiliki peranan yang
dominan dalam komunitas mangrove. Contoh tanaman ini antara lain
Excoecaria, , Aegiceras. Aegialitis, Xylocarpus, Camptostemon, Heritiera,
Pemphis, Scyphiphora, Osbornia, Acrostichum dan juga Pelliciera.
3. Asosiasi hutan Mangrove, contoh tanaman yang satu ini adalah Calamus,
Hibiscus, Cerbera dan masih banyak lagi lainnya.
D. Fungsi Ekosistem Mangrove
Keberadaan ekosistem mangrove ini sangat penting sebab ia memiliki
beberapa fungsi yang nyata terhadap organisme lainnya.
Fungsi Fisik Hutan Mangrove
1. Sebagai penjaga garis pantai juga tebing sungai agar terhindar dari erosi
atau abrasi.
2. Memacu percepatan perluasan lahan.
3. Mengendalikan intrusi dari air laut.
4. Berperan sebagai pelindung daerah belakang hutan mangrove dari
pengaruh buruk hempasan gelombang juga angin yang kencang.
5. Sebagai kawasan penyangga dari rembesan air lautan.
6. Sebagai pusat pengolahan limbah organik.
Fungsi Ekonomis Hutan Mangrove
1. Sebagai sumber kayu untuk bahan bakar juga bahan bangunan bagi
manusia.
3
2. Sebagai penghasil beberapa unsur penting seperti obat-obatan, minuman,
makanan, tannin juga madu.
3. Sebagai lahan untuk produksi pangan.
Fungsi Biologis Hutan Mangrove
1. Sebagai tempat untuk mencari makanan, tempat memijah, tempat untuk
berkembang-biak berbagai organisme seperti ikan, udang dan lain-lain.
2. Sebagai salah satu sumber plasma nutfah
E. Potensi Mangrove untuk farmasi
Banyak potensi alam kelautan yang dapat dijadikan sebagai sumber bahan
baku farmasi antara lain rumput laut, mikroba laut, alga, tanaman bakau
(mangrove), minyak ikan, ikan sidat, dan beberapa jenis tanaman yang berada di
pesisir pantai.
Beberapa Potensi Mangrove di Bidang Farmasi :
a. Mangrove Sebagai Antibakteri
Banyak sekali spesies tumbuhan mangrove yang berpotensi sebagai
antibakteri. Pada dekade terakhir, telah dilakukan pencarian senyawa bioaktif baru
dari alam dengan sangat intensif. Sebagai contoh mangrove yang telah diketahui
berpotensi sebagai antibakteri adalah Aegiceras corniculatum yang ekstraknya
dapat menghambat pertumbuhan bakteri Vibrio parahaemolyticus yangmana
penelitiannya dilakukan dengan, metode difusi agar (Trianto, 2004).
Selain itu beberapa tumbuhan mangrove yang lain seperti Rhizophora
stylosa, Soneratia griffithii, Kandelia candel, Aegiceras floridum dan Excoecaria
agallocha, telah diketahui dapat menghambat pertumbuhan bakteri
Staphyloccoccus aureus karena menghasilkan senyawa metabolik sekunder yang
dapat menghambat pertumbuhan mikroba bahkan dapat membunuh
mikroorganisme. Senyawa inilah yang dapat mengendalikan populasi
mikroorganisme patogen pada perairan sekitar hutan mangrove (kokpol, 1987).
b. Mangrove Sebagai Antioksidan
4
Dalam beberapa penelitian telah dibuktikan bahwa antioksidan memegang
peran penting dalam adaptasi tumbuhan terhadap tekanan abiotik dan biotik
(Burritt, 2003) dan (Vranova, 2002).
Ekstrak metanol kulit batang tumbuhan mangrove Sonneratia alba telah
diteliti dan tenyata memiliki aktivitas antioksidan yang sangat tinggi jika
dibandingkan dengan vitamin C (Herawati, 2011).
c. Mangrove Sebagai Antikanker
Terapi penyakit kanker dapat dilakukan dengan cara pembedahan dan
radiasi, namun terbatas pada kanker lokal stadium awal dan tidak efektif pada
kanker stadium lanjut yang telah mengalami metastasis. Saat ini terapi kanker
dengan obat (kemoterapi) hanya efektif untuk beberapa periode dan belum
mampu memberikan hasil yang memuaskan. Oleh karena itu, pemilihan alternatif
terapi yang aman, efektif dan selektif pada penyakit kanker sangat penting seperti
penggunaan obat tradisional (Ma’at, 2004).
Senyawa antikanker banyak ditemui pada berbagi jenis tumbuhan tidak
terkecuali tumbuhan mangrove. Pada sebuah penelitian ditemukan bahwa fraksi n-
heksana : kloroform dari ekstrak metanol kulit batang Rhizopora mucronata
bersifat sitotoksik pada sel myeloma dengan nilai IC50 sebesar 15 µg/mL dan
hasil uji kualitatif fraksi tersebut mengandung senyawa flavonoid dan terpenoid.
5
DAFTAR PUSTAKA
Burritt, D.J. & MacKenzie, S. 2003. Antioxidant metabolism during acclimation
of Begonia erythrophylla to high light levels. Ann Bot 91 : 783-94.
Donato D, Kauffman J.B, Murdiyarso D, Kurnianto S, Stidham M, Kanninen M.
2012. Mangrove adalah salah satu hutan terkaya karbon di kawasan
tropis. Available online at http://www.cifor.org/library/3773/mangrove-
adalah-salah-satu-hutan-terkaya-karbon-di-kawasan-tropis/ {akses pada 22
april 2015}
http://ekosistem-ekologi.blogspot.com/2013/02/berkenalan-dengan-ekosistem-
mangrove.html
Herawati, N., Noor, J., La, D., Firdaus, Z. 2011. Potensi Antioksidan Ekstrak
Metanol Kulit Batang Tumbuhan Mangrove Sonneratia alba. Mjlh far dan
farkol. 15(1):23-25.
Kokpol, U. 1987. Procedings of UNESCO Regional Seminar on The Chemistry of
Mangrove Plants. Chualalongkorn University. Bangkok.
Ma’at, S., 2004, Obat Tradisional untuk Pelayanan Kesehatan Formal. Prosiding
Seminar Nasional , Universitas Airlangga, Surabaya, 5 September 2004,
45-49.
Sri. 2014. Bahan Baku Farmasi dari Bahan Alam Bahari. Available online at
http://edisinews.com/berita-bahan-baku-farmasi-dari-bahan-alam-
bahari.html
Trianto, A., Edi, W., Suryono dan Rahayu, S.S. 2004. Ekstrak Daun Mangrove
Aegiceras corniculatum Sebagai Antibakteri Vibrio harveyi dan Vibrio
parahaemolyticus. Ilmu Kelautan. 9(4):186-189.
Vranova, E., Atichartpongkul, S., Villarroel, R., Van Montagu, M., Inze, D., &
Van Camp, W. 2002. Comprehensive analysis of gene ex-pression in
Nicotiana tabacum leaves accli-mated to oxidative stress. Proc. Natl. Acad.
Sci. USA, 99 : 10870-5.
top related