tugas
Post on 31-Oct-2014
47 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Perekonomian bangsa Indonesia dalam beberapa tahun ini telah memperlihatkan
perkembangan yang cukup signifikan. Dengan semakin banyaknya bermunculan
perusahaan-perusahaan yang mendaftarkan dan menjual saham / Go Public di Bursa
Efek Indonesia (BEI). Dalam upaya melakukan pengembangan terhadap kegiatan
bisnisnya, perusahaan tentu saja membutuhkan dana yang sangat besar. Kebutuhan
akan dana tersebut semakin bertambah seiring dengan semakin besarnya kegiatan
ekspansi yang dilakukan oleh perusahaan tersebut. Pasar modal merupakan salah satu
alternative sumber dana eksternal disamping sumber dana pinjaman.
Pasar modal memiliki peran bagi perekonomian bagi suatu Negara karena
pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus, fungsi ekonomi dan fungsi keuangan.
Dengan adanya pasar modal dapat menginvestasikan dana dengan harapan
memperoleh imbalan (return) sedangkan pihak issuer (dalam hal ini perusahaan)
dapat memanfaatkan dana tersebut untuk kepentingan investasi tanpa harus menunggu
tersedianya dana dari operasi perusahaan.
Adanya perkembangan pasar modal yang pesat dapat membuat investor lebih
leluasa dalam melakukan aktivitas investasinya, baik dalam pemilihan portofolio
investasi pada efek yang tersedia maupun besarnya jumlah yang diinvestasikan.
Tujuan dan motivasi investor dalam melakukan pembelian saham adalah
meningkatkan kekayaan mereka dimasa mendatang, yaitu dengan memperoleh hasil
berupa deviden maupun capital gain yang jumlahnya diharapkan lebih besar dari
tingkat return sarana investasi lain seperti deposito dan pembelian obligasi.
Dalam berinvestasi para investor memerlukan informasi akurat yang akan
digunakan sebagai pertimbangan dalam menentukan pilihan untuk membeli saham-
saham perusahaan yang menguntungkan. Informasi yang ada dapat digunakan sebagai
bahan analisa saham baik secara fundamental maupun teknikal. Laporan keuangan
sebagai salah satu sumber data dalam analisa fundamental harus mampu
menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada waktu tertentu serta hasil operasi
2
pada waktu tertentu secara wajar. Keadaan ini diharapakan dapat memenuhi
kebutuhan para pemakai untuk mendukung proses pengambilan keputusan investasi di
pasar modal. Analisa keuangan ini mencakup (1) perbandingan kinerja perusahaan
lain dalam industri yang sama, dan (2) evaluasi kecendrungan posisi keuangan
perusahaan sepanjang waktu (Brigham dan Houston, 2001)
Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) mewajibkan para emiten untuk
menyampaikan laporan keuangan tahunan atau annual report agar adanya transparansi
dalam pengungkapan berbagai informasi yang berhubungan dengan kinerja emiten
yang bersangkutan. Dengan analisa tertentu atas laporan keuangan masyarakat dapat
menentukan pilihan untuk berinvestasi pada saham perusahaan yang menurut
penilaiannya memiliki prospek yang menguntungkan misalnya dengan menggunakan
berbagai rasio yang diperoleh dari laporan keuangan untuk mengevaluasi kinerja
perusahaan-perusahaan di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Investor dalam melakukan analisa dan menilai saham di pasar modal secara
umum menggunakan 2 (dua) pendekatan yaitu analisa fundamental dan analisa
teknikal, secara bersama-sama akan membentuk kekuatan pasar dengan interaksi
antara permintaan dan penawaran yang berpengaruh terhadap transaksi saham
perusahaan sehingga harga saham akan mengalami berbagai fluktuasi.
Studi Utami dan Suharmadi (1998) menunjukkan bahwa faktor fundamental
perusahaan memegang peranan penting dalam proses pengambilan keputusan.
Penilaian saham secara akurat dapat meminimalkan resiko sekaligus dapat membantu
investor mendapatkan keuntungan yang wajar, mengingat investasi saham di pasar
modal merupakan jenis investasi yang cukup berisiko tinggi meskipun menjanjikan
keuntungan yang relative besar.
Persaingan dalam perusahaan manufaktur semakin ketat seiring dengan
perkembangan zaman. Perusahaan dituntut dapat memberikan nilai tambah supaya
dapat memiliki keunggulan bersaing. Salah satunya adalah dalam hal pembagian
keuntungan kepada para pemegang saham yang berupa dividen. Tentunya investor
menginginkan tingkat pengembalian yang tinggi. Dalam hal ini, penelitian difokuskan
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Peneliti
memilih perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia karena adanya
kemudahan dalam mendapatkan informasi serta mengelompokkan item-item yang
akan diungkapkan.
3
Para pemegang saham (investor) akan mendapatkan pendapatan dividen
karena telah menanamkan modalnya dalam bentuk saham. Investasi saham merupakan
salah satu cara yang dilakukan oleh investor dalam melakukan investasi. Investasi
saham bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan membeli saham dari perusahaan
yang menerbitkan saham (emiten) atau membeli dari pemegang saham lama.
Tujuan dari pembagian dividen adalah untuk memaksimumkan pemegang
saham atau harga saham dan mensejahterakan pemegang saham, serta untuk
menunjukkan likuiditas perusahaan.
Dari sisi perusahaan yang menerbitkan saham (emiten), kebijakan dividen
sangatlah penting karena dapat menentukan seberapa besar keuntungan perusahaan
yang akan dibagikan sebagai dividen dan seberapa besar laba yang akan ditahan
sebagai retained earning. Dalam menetapkan kebijaksanaan mengenai pembagian
dividen, faktor yang menjadi perhatian manajemen adalah besarnya laba yang
dihasilkan oleh perusahaan. Penelitian ini menggunakan laba perusahaan sebagai
pengukur kinerja akuntansi perusahaan.
Dari sisi investor, dividen merupakan salah satu motivator untuk menanamkan
dana di pasar modal. Seringkali investor lebih suka memilih dividen yang berupa kas
daripada capital gain.
Para investor saham dikelompokkan menjadi dua kelompok berdasarkan
jumlah dividen yang diterimanya, yaitu : buy and sell (kelompok investor yang
membeli saham tetapi tidak bermaksud untuk memiliki dalam jangka waktu yang
lama, pendapatan yang diharapkan berupa capital gain dan buy and hold (kelompok
investor yang membeli saham untuk disimpan atau dimiliki dalam jangka waktu lama,
pendapatan yang diharapkan berupa dividen).
Terdapat berbagai macam dividen yang dibagikan perusahaan kepada investor,
salah satunya adalah dividen kas (cash dividend). Tidak semua keuntungan
perusahaan dibagikan sebagai dividen, melainkan sebagian ditahan sebagai laba
ditahan (retained earning). Hal itu dilakukan karena perusahaan juga harus
mempertimbangkan kelangsungan hidup dan pertumbuhan perusahaan itu sendiri.
Porsi keuntungan yang akan dibagikan kepada pemegang saham dan seberapa
besar yang ditahan sebagai laba ditahan, ditentukan oleh kebijakan dividen atau
keputusan dividen perusahaan. Besar kecilnya dividen yang dibayarkan kepada
pemegang saham, juga tergantung dari kebijakan dividen yang ditentukan oleh
4
masing-masing perusahaan. Besarnya pembayaran dividen kepada pemegang saham
tidak sama dari periode ke periode, melainkan akan berfluktuasi dari periode ke
periode. Fluktuasi tersebut terjadi sesuai dengan fluktuasi dalam jumlah kesempatan
investasi perusahaan tersebut. Oleh karena itu, kebijakan dividen perlu dianalisis dan
diputuskan dengan lebih bijaksana.
Rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) merupakan perbandingan
antara dividen dan keuntungan. Dividen merupakan bagian dari laba. Oleh karena itu,
salah satu faktor yang mempengaruhi rasio pembayaran dividen adalah besarnya laba
yang dihasilkan perusahaan pada suatu periode tertentu. Laba perusahaan dapat
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu laba akuntansi dan laba tunai.
Pada saat ini, yang sering menjadi permasalahan adalah adanya konflik
kepentingan (conflict of interest) antara investor dan pihak manejemen. Masing-
masing pihak memiliki kepentingan terhadap laba perusahaan. Pihak manajemen
mempunyai kepentingan terhadap laba perusahaan dalam hal mendapatkan gaji dan
bonus karena pihak manajemen sebagai pengelola perusahaan, sedangkan pihak
investor mempunyai kepentingan terhadap laba perusahaan dalam hal mendapatkan
dividen karena investor sudah menanamkan modalnya pada perusahaan.
Pihak manajemen seringkali enggan membagikan dividen kepada investor
karena pihak manajemen merasa lebih banyak bekerja untuk mengelola perusahaan,
daripada dibagikan sebagai dividen lebih baik untuk menambah gaji dan bonusnya.
Peristiwa demikian sering disebut dengan agency conflict dan teorinya disebut dengan
agency theory.
Penulis ingin meneliti seberapa besar laba perusahaan yang akan dibagikan
sebagai dividen untuk investor dan seberapa besar pengaruh laba akuntansi dan laba
tunai terhadap dividen kas. Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk
mengkaji lebih dalam dan mengemukakan dalam bentuk sebuah skripsi dengan judul:
“Analisis Pengaruh Laba Terhadap Dividen Kas Pada Perusahaan Manufaktur
Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.”
5
1.2 IDENTIFIKASI MASALAH
Seperti telah diuraikan di atas mengenai adanya pergerakan rasio pembayaran dividen
yang tercatat di Bursa Efek Indonesia, maka penulis dapat mengidentifikasikan
masalah sebagai berikut:
1. Terjadinya perubahan dividen kas yang diberikan.
2. Seberapa besar laba perusahaan yang akan dibagikan sebagai dividen
kepada investor di Bursa Efek Indonesia (BEI).
3. Bagaimanakah pengaruh laba akuntansi dan laba tunai terhadap
dividen di Bursa Efek Indonesia (BEI).
1.3 BATASAN MASALAH
Mengingat luasnya penelitian, di mana terdapat banyak faktor yang mempengaruhi
dividen kas pada sebuah perusahaan, maka penelitian ini dibatasi pada laba akuntansi
dan laba tunai yang mempengaruhi dividen kas pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perusahaan yang penulis pilih dalam
penelitian ini adalah perusahaan yang termasuk dalam sektor manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang menghasilkan laba dan membagikan
dividen selama tahun 2008-2010
1.4 PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan hasil identifikasi dan batasan masalah, maka penulis menetapkan
perumusan permasalahan sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh laba akuntansi terhadap dividen kas?
2. Apakah terdapat pengaruh laba tunai terhadap dividen kas?
3. Apakah terdapat pengaruh laba akuntansi dan laba tunai secara bersama-sama
terhadap dividen kas?
1.5 TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh laba akuntansi terhadap dividen kas.
2. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh laba tunai terhadap dividen kas.
3. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh laba akuntansi dan laba tunai secara
bersama-sama terhadap dividen kas.
6
1.6 MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang akan diperoleh dalam penelitian ini adalah :
1. Bagi penulis
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan. Selain itu dapat menjadi sarana
bagi penulis di dalam menerapkan dan mengembangkan mata kuliah
Akuntansi, khususnya dalam hal pembagian dividen kas serta faktor-faktor
yang mempengaruhinya. Serta sebagai persyaratan kelulusan untuk
memperoleh gelar sarjana strata satu, S1.
2. Bagi investor
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan atau informasi dalam
pengambilan keputusan investasi pada saat bertransaksi di Bursa Efek
Indonesia. Baik untuk membeli, menjual atau menahan saham berdasarkan
harapan atas dividen kas yang akan dibagikan.
3. Bagi Lembaga (STIEBI)
Penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam ilmu pengetahuan secara
umum dan secara khusus memperluas rumusan yang berkaitan dengan
penelitian yang dilakukan serta berguna sebagai dokumentasi perpustakaan
STIEBI spesialisasi analis efek dan sebagai sumbangsih dari penulis terhadap
dunia pendidikan.
1.7 SISTEMATIKA PENULISAN
Dalam sistematika penulisan skripsi ini, penulis membaginya dalam 5 bab. Adapun
bagian dari kelima bab tersebut yaitu sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab pertama ini menguraikan tentang, latar belakang masalah,
identifikasi masalah, batasan masalah, perumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab ini dikemukakan teori ilmiah untuk mendukung judul yang
diajukan dan relevan dengan masalah yang telah diidentifikasikan serta
memberikan uraian secara sistematis tentang variabel penelitian. Bab
ini membahas tentang: tinjauan teori, kajian-kajian terdahulu (literature
review), latar belakang institusi, kerangka pikir, hipotesa
7
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini berisikan tentang, metode penelitian, populasi dan sample,
teknik pengumpulan data, teknik pengolahan dan analisis data.
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini dijelaskan mengenai: gambaran umum objek penelitian,
analisa data dengan melakukan pengujian hipotesis, pembahasan hasil
penelitian.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab terakhir dari penulisan skripsi ini, penulis membuat
kesimpulan berdasarkan pembahasan pada Bab IV dan saran - saran
sehubungan dengan penulisan penelitian ini.
8
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 TINJAUAN TEORI
2.1.1 Teori Manajemen
Manajemen memiliki peran penting dalam menggerakan segala sumber daya
organisasi dalam mencapai tujuan secara efektif dan efesien. Karena itu dalam
menjalankan suatu organisasi, segala macam aktifitas yang telah direncanakan sangat
berkepentingan sekali dengan manajemen, dan manajemen sangat erat sekali
kaitannya dengan kepemimpinan, peranan antar pribadi, pemberi informasi dan
pengambilan keputusan sehingga proses manajemen dapat terlaksana sesuai dengan
tujuan yang diinginkan.
Sebagai alat pencapai tujuan, organisasi itu tidak boleh tinggal diam atau
statis, melainkan harus bergerak melalui beberapa proses yang dinamakan
manajemen, dengan kata lain bahwa manajemen itu merupakan penggerak dalam
tubuh organisasi untuk mencapai tujuan yang ditentukan terlebih dahulu. menurut
Salih bahwa manajemen adalah sebagai kemampuan atau katerampilan untuk
memperoleh suatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan orang lain.
(Salih, 1989: 9).
Berdasarkan pengertian tersebut, bahwa manajemen itu merupakan suatu
kemampuan dan keterampilan untuk mempengaruhi dan mengatur orang lain,
diarahkan atau dikelompokan kepada sasaran yang telah ditentukan terlebih dahulu,
baik berupa sumber daya manusia atau sumber daya lainnya melalui tindakan-
tindakan berantai dari mulai perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan
pengawasan. Dengan demikian diharapkan tujuan itu dapat dicapai dengan cepat, tepat
serta sesuai dengan rencana. pengertian manajemen menurut, Melayu S.P. Hasibuan
adalah Management is a distinet process consisting of planing, organizing, actuating,
and controling performed to determine and accomplish stated objectives by the use of
human being ang other resources.
9
Manajemen merupakan suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan-
tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian yang
dilakukan untuk untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah
ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya.
(Hasibuan, 1995:3).
Berdasarkan penjelasan diatas, manajemen adalah proses yang sistematis,
terkoordinasi dan koperatif dalam usaha-usaha memanfaatkan sumber daya manusia
dan sumber-sumber lainnya untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan lebih
dahulu. G.R. Terry dalam bukunya Principles of Management yang dikutif oleh
Dharma Setyawan Salam bahwa :
Management is a distinct process consisting of planing, organizing, actuating,
and controling, utilizing in each both science and art, and followed on order to
accomplish predetermined objectives. Manajemen merupakan suatu proses yang khas
yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan
pengawasan, dengan memanfaatkan baik ilmu maupun seni untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan sebelumnya. (Salam, 2004: 11).
Berdasarkan pendapat diatas, dapat di katakan bahwa manajemen dapat
diartikan sebagai suatu proses, yaitu serangkaian tindakan, kegiatan, atau pekerjaan
yang mengarah kepada beberapa sasaran tertentu. Melalui pemanfaatan baik ilmu
maupun seni seperti, kemampuan dan kemahiran dalam mengerjakan tugas-tugas,
memiliki cita rasa yang tinggi dalam pembangunan segala sektor, dan mempunyai
penampilan yang khas sebagai penguasa atau pemimpin. Oleh sebab itu sebagai inti
manajemen dikenal istilah kepemimpinan, sedangkan sebagai inti kepemimpinan
adalah pengambilan keputusan. Untuk melakukan serangkaian tindakan tersebut dapat
diidentifikasi.
2.1.2 Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan di setiap perusahaan merupakan salah satu bagian yang penting
dan tidak dapat dianggap hal yang biasa. Tujuan utama dari manajemen keuangan
adalah memaksimalkan nilai perusahaan dan memaksimalkan laba dengan tingkat
efisiensi dan efektifitas yang tinggi. Di dalam perusahaan manajemen keuangan
digunakan untuk pengelolaan perusahaan berdasarkan modal yang ada. (Puji Astuti,
2004) menyatakan bahwa secara umum manajemen keuangan dapat diartikan sebagai
10
manajemen untuk fungsi-fungsi keuangan oleh sebab itu manajemen keuangan disuatu
perusahaan diangap penting dibandingkan aspek yang lainnya.
Sebelum kita mengetahui lebih lanjut mengenai masalah saham dan keuangan
kita terlebih dahulu mengetahui pengertian dari manajemen keuangan menurut para
ahli keuangan yang terdapat di dalam buku karangan Tandelilin, 2001. Adapun
pengertianya adalah sebagai berikut :
1. Menurut agus Sartono (1998)
Manajemen keuangan adalah manajemen dana baik yang berkaitan dengan
pengalokasian dana dalam berbagai bentuk investasi secara efektif maupun usaha
pengumpulan dana untuk pembiayaan investasi atau pembelanjaan secara efisien
2. Menurut Weston dan Thomas (1955)
Manajemen keuangan dapat dirumuskan dari segi tanggung jawab para manajer
keuangan, meskipun tugas dan tanggung jawabnya berbeda-beda pada setiap
perusahaan. Namun tugas pokok manajemen keuangan antara lain menyangkut
pengambilan suatu keputusan tentang penambahan modal, pembagian kegiatan
usaha dan pembagian deviden pada berbagai perusahaan.
Dari berbagai pendapat para ahli, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
manajemen keuangan merupakan suatu kegiatan dalam memperoleh dana yang
dialokasikan untuk kepentingan perusahaan yang digunakan secara efisien dan efektif
dan memerlukan suatu pengambilan keputusan oleh para manajer dengan tepat dan
cepat.
Pada umumnya, setiap perusahaan manajemen keuanganya tidak sama tetapi
pada prinsipnya terdapat fungsi utama seorang manajer keuangan, antara lain :
a. Keputusan alokasi dana (investasi), menentukan investasi apa saja yang baik bagi
perusahaan untuk mencapai laba yang optimal
b. Pengambilan keputusan pembelanjaan atau pembiayaan investasi, bagaimana
seorang manajer mengambil suatu keputusan tentang pembelanjaan kegiatan
perusahaan yang optimal
c. Kebijakan deviden, pengambila keputusan pembagian deviden kepada para
pemegang saham, apa berupa kas dan pembelian kembali saham atau sebaiknya
laba itu ditahan terlebih dahulu.
11
Tujuan manajemen keuangan menurut Weston dan Thomas adalah
merencanakan untuk memperoleh, dan menggunakan dana guna memaksimalkan nilai
perusahaan. Seorang manajer keuangan harus bekerja sama dengan para manajer
lainya yang ikut bekerja sama dengan manajer lain yang ikut bertanggung jawab atas
kegiatan-kegiatan perencanaan strategis yang umum.
2.1.3 Pengertian Saham dan Indeks Harga Saham
Saham (stock) merupakan salah satu instrumen pasar keuangan yang paling popular.
Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan perusahaan ketika memutuskan
untuk pendanaan perusahaan. Pada sisi yang lain, saham merupakan instrument
investasi yang banyak dipilih para investor karena saham mampu memberikan tingkat
keuntungan yang menarik.
Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau
pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Dengan
menyertakan modal tersebut, maka pihak tersebut memiliki klaim atas pendapatan
perusahaan, klaim atas asset perusahaan, dan berhak hadir dalam Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS). (www.idx.co.id)
Menurut Rusdin (2006) saham adalah sertifikat yang menunjukkan bukti
kepemilikan suatu perusahaan, dan memegang saham memiliki hak klaim atas
penghasilan dan aktiva perusahaan. Saham merupakan salah satu jenis sekuritas yang
cukup popular diperjualbelikan di pasar modal.
Saham adalah bukti kepemilikan atas asset – asset atas perusahaan yang
menerbitkan saham. Dengan memiliki saham suatu perusahaan, maka investor akan
mempunyai hak atas pendapatan dan kekayaan perusahaan.
Indeks harga saham adalah suatu indikator yang menunjukkan pergerakan
harga saham. Indeks berfungsi sebagai indikator trend pasar, artinya pergerakan
indeks menggambarkan kondisi pasar pada suatu saat, apakah pasar sedang aktif atau
lesu.
Dengan adanya indeks, kita dapat mengetahui trend pergerakan harga saham
saat ini apakah sedang naik, stabil atau turun. Misal, jika di awal bulan nilai indeks
300 dan saat ini di akhir bulan menjadi 360, maka kita dapat mengatakan bahwa
secara rata-rata harga saham mengalami peningkatan sebesar 20%.
12
Pergerakan indeks menjadi indikator penting bagi para investor untuk
menentukan apakah mereka akan menjual, menahan atau membeli suatu atau beberapa
saham. Karena harga-harga saham bergerak dalam hitungan detik dan menit, maka
nilai indeks pun bergerak turun naik dalam hitungan waktu yang cepat pula.
Di Bursa Efek Indonesia terdapat 6 (enam) jenis indeks, antara lain:
1. Indeks Individual, menggunakan indeks harga masing-masing saham terhadap
harga dasarnya, atau indeks masing-masing saham yang tercatat di BEI.
2. Indeks Harga Saham Sektoral, menggunakan semua saham yang termasuk dalam
masing-masing sektor, misalnya sektor keuangan, pertambangan, dan lain-lain. Di
BEI indeks sektoral terbagi atas sembilan sektor yaitu: pertanian, pertambangan,
industri dasar, aneka industri, konsumsi, properti, infrastruktur, keuangan,
perdagangan dan jasa, dan manufaktur.
3. Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG (Composite Stock Price Index),
menggunakan semua saham yang tercatat sebagai komponen penghitungan
indeks.
4. Indeks LQ 45, yaitu indeks yang terdiri 45 saham pilihan dengan mengacu kepada
2 variabel yaitu likuiditas perdagangan dan kapitalisasi pasar. Setiap 6 bulan
terdapat saham-saham baru yang masuk kedalam LQ 45 tersebut.
5. Indeks Syariah atau JII (Jakarta Islamic Index). JII merupakan indeks yang terdiri
30 saham mengakomodasi syariat investasi dalam Islam atau indeks yang
berdasarkan syariah Islam. Dengan kata lain, dalam indeks ini dimasukkan
saham-saham yang memenuhi kriteria investasi dalam syariat Islam.
6. Indeks Papan Utama dan Papan Pengembangan. Yaitu indeks harga saham yang
secara khusus didasarkan pada kelompok saham yang tercatat di BEI yaitu
kelompok Papan Utama dan Papan Pengembangan. (www.idx.co.id)
2.1.4 Analisis Saham
Dalam melakukan suatu investasi saham seorang investor perlu melakukan penilaian
terhadap saham tersebut yang bertujuan untuk mengidentifikasi efek / saham yang
salah harga (mispriced), apakah harganya terlalu tinggi atau terlalu rendah (Halim,
2005). Selain itu perlunya investor melakukan penilaian saham yaitu agar keputusan
terhadap saham – saham yang akan dipilihnya, untuk selanjutnya menentukan apakah
13
saham tersebut akan memberikan tingkat return yang sesuai dengan tingkat return
yang diharapkannya. (Tandelilin, 2001)
Analisis penilaian saham oleh investor dapat dilakukan dua analisis, yaitu:
1. Analisis fundamental
Pendekatan ini didasarkan pada informasi – informasi yang diterbitkan
oleh emiten maupun oleh administrator bursa efek. (Halim, 2005). Investor bisa
melakukan analisis fundamental secara top – down untuk menilai prospek
perusahaan. (Tandelilin, 2001) Proses penilaian saham secara top – down terdiri
dari tiga tahapan, yaitu:
a. Analisis Ekonomi dan Pasar modal
Analisis ekonomi perlu dilakukan karena kecenderungan adanya
hubungan yang kuat antara apa yang terjadi pada lingkungan ekonomi makro
dan kinerja suatu pasar modal. Pasar modal mencerminkan apa yang terjadi
pada perekonomian makro karena nilai investasi ditentukan oleh aliran kas
yang diharapkan serta tingkat return yang disyaratkan atas investasi tersebut,
dan kedua faktor tersebut dipengaruhi oleh perubahan lingkungan ekonomi
makro. Tujuan analisis ini yaitu untuk membuat keputusan alokasi
penginvestasian dana di beberapa Negara atau dalam negeri dalam bentuk
saham, obligasi, dan kas. (Tandelilin, 2001)
b. Analisis Industri
Dalam analisis industri, investor mencoba membandingkan kinerja dari
berbagai industri, untuk bias mengetahui jenis industri apa saja yang
memberikan prospek paling menjanjikan atau sebaliknya. Setelah melakukan
analisis industri, investor nantinya akan dapat mempertimbangkan saham –
saham dari kelompok industri mana sajakah yang akan dimasukkan dalam
portofolio yang akan dibentuk. (Tandelilin, 2001)
c. Analisis Perusahaan
Analisis perusahaan dilakukan dengan melihat informasi yang
diperoleh mengenai perusahaan emiten, dari pengumuman resmi yang
dikeluarkan perusahaan, prospectus, laporan keuangan maupun corporate
action suatu perusahaan.
Analisis perusahaan ini terkait dengan pengambilan keputusan dalam
memilih perusahaan yang mana dalam industri sebagai pilihan untuk
14
melakukan investasi yang paling menguntungkan.
Laporan keuangan akan menjadi sumber informasi terpenting karena
dengan memahami laporan keuangan kita dapat membaca, menelaah, serta
melakukan estimasi kecenderungan perusahaan tersebut di masa yang akan
datang. Laporan keuangan tersebut kemudian dianalisis atau yang sering
disebut analisis laporan keuangan, salah satu tekniknya dengan analisis rasio
keuangan. Dengan melakukan analisis rasio – rasio tersebut investor
diharapkan dapat mengambil keputusan dalam melakukan investasi dimana
perusahaan yang paling menguntungkan. (Sucipto)
2. Analisis Teknikal
Keputusan investasi dalam analisis teknikal mendasarkan diri pada data –
data pasar di masa lalu (seperti harga saham dan volume perdagangan saham),
sebagai dasar untuk mengestimasi harga saham di masa mendatang. Dengan kata
lain, bagi para analis teknikal, mereka tidak perlu lagi melakukan analisis
terhadap variabel ekonomi dan variable perusahaan untuk mengestimasi nilai
saham, karena informasi harga saham di masa lalu sudah bisa dipakai untuk
mengestimasi harga saham di masa mendatang. Keputusan analis teknikal dalam
menjual atau membeli saham didasar oleh data – data harga dan volume
perdagangan saham di masa lalu. Informasi tersebut akan mendasari prediksi
mereka atas pola perilaku harga saham di masa datang. (Tandelilin, 2001).
2.1.5 Laba Akuntansi
Laba akuntansi adalah laba yang muncul dari proses laporan keuangan yang
merupakan selisih dari hasil penjualan setelah dikurangi dengan harga pokok dan
biaya-biaya operasi perusahaan. Laba akuntansi merupakan laba yang tertera di
laporan keuangan tahunan (annual report) dan menunjukkan kinerja intern perusahaan
yang menggambarkan kinerja perusahaan pada suatu periode tertentu.
Menurut Belkaoui (2006) yang dimaksud dengan laba akuntansi adalah “
Perbedaan antara pendapatan yang direalisasi yang timbul dari transaksi suatu periode
dan berhubungan dengan biaya historis”
Menurut Harahap (2007) laba akuntansi atau accounting income adalah “
Perbedaan antara realisasi penghasilan yang berasal dari transaksi perusahaan pada
15
periode tertentu dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan
penghasilan itu.”
Menurut Belkaoui, definisi tentang laba itu mengandung lima sifat berikut :
1. Laba akuntansi didasarkan pada transaksi yang benar-benar terjadi, yaitu
timbulnya hasil dan biaya untuk mendapatkan hasil tersebut.
2. Laba akuntansi didasarkan pada postulat “periodik” laba itu, artinya merupakan
prestasi perusahaan itu pada periode tertentu.
3. Laba akuntansi didasarkan pada prinsip revenue yang memerlukan batasan
tersendiri tentang apa yang termasuk hasil.
4. Laba akuntansi memerlukan perhitungan terhadap biaya dalam bentuk biaya
historis yang dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan hasil tertentu.
5. Laba akuntansi didasarkan pada prinsip matching, artinya hasil dikurangi biaya
yang diterima atau dikeluarkan dalam periode yang sama.
Adapun kebaikan dari konsep laba akuntansi menurut Harahap (2007) yaitu
sebagai berikut :
1. Dapat terus menerus ditelusuri dan diuji.
2. Karena perhitungan didasarkan pada kenyataan yang terjadi (fakta) dan
dilaporkan secara objektif, perhitungan laba ini dapat diperiksa (veriability).
3. Memenuhi prinsip “conservatism” karena yang diakui hanya laba yang direalisasi
dan tidak memperhatikan perubahan nilai.
4. Dapat dijadikan sebagai alat kontrol oleh manejemen dalam melaksanakan
fungsi-fungsi manajemen.
Disamping adanya kebaikan, terdapat pula kelemahan yang terkandung di
dalam laba akuntansi yaitu :
1. Tidak dapat menunjukkan laba yang belum direalisasi yang timbul dari kenaikan
nilai. Kenaikan ini ada namun belum direalisir.
2. Sulit mengakui kebenaran jika dilakukan perbandingan. Hal ini timbul karena
perbedaan dalam metode menghitung “cost’’, perbedaan waktu antara realisasi
hasil dan biaya.
3. Penerapan prinsip realisasi “Historical Cost and Conservatism” dapat
menimbulkan salah pengertian terhadap data yang disajikan.
Laba bersih (net income / laba akuntansi) sering dinyatakan sebagai indikasi
kemampuan perusahaan membayar dividen. Hal ini benar bila manajemen
16
berdasarkan pembagian dividen secara ketat atas porsi atau bagian tertentu dari laba
bersih secara tetap.
Miller & Rock (1985) mengidentifikasi sumber dan penggunaan dana, bahwa
keputusan dividen dapat diartikan sebagai informasi earnings saat ini.
Penelitian oleh Bernartzi, Michaely, dan Thaller (1997) menyatakan bahwa
ada sesuatu yang sangat kuat, yang secara bersamaan, berhubungan antara perubahan
earnings (ketika dividen naik, earnings juga naik).
Menurut Wallace (1985) “ net income merupakan pengurangan beban
(kerugian) terhadap pendapatan (keuntungan) dari semua sumber.”
Pengertian income yang lebih lengkap dikemukakan Hendriksen & Breda
(1992) yang mengklasifikasikan konsep income berdasarkan penerima income, yaitu
konsep Value Added, konsep Enterprise Net Income, Net Income to Investor, Net
Income to Shareholders dan Net Income to Residual Equityholders. Dari semua
konsep tersebut yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah Net Income to
Shareholders (laba bersih bagi pemegang saham). Laba bersih inilah yang
diperuntukkan bagi pemegang saham yang dibagikan dalam bentuk dividen.
2.1.6 Laba Tunai
Laba tunai adalah laba akuntansi setelah diperhitungkan dengan beban-beban non kas,
seperti beban penyusutan dan amortisasi. Laba tunai merupakan total pure profit
income yang diharapkan diperoleh cakrawala perencanaan perusahaan dan
merefleksikan harapan tentang aliran kas masa depan.
Pada dasarnya laba tunai diasumsikan sebagai nilai kas bersih yang diperoleh
perusahaan selama periode tertentu yang dihitung ketika semua variabel diketahui
dengan pasti.
Laba tunai menurut Elizabeth (2000) adalah “ Laba akuntansi setelah
diperhitungkan dengan beban-beban non kas, khususnya antara lain beban penyusutan
dan amortisasi.”
Menurut Belkaoui (2001) : “Laba nilai tunai adalah total pure profit income
yang diharapkan diperoleh dalam cakrawala perencanaan perusahaan. Laba tersebut
adalah ex ante income, atau laba ekonomi, yang merefleksikan harapan tentang aliran
17
kas masa depan. Income ini dihitung ketika semua variabel yang relevan diketahui
dengan pasti.”
Laba tunai menggunakan dasar kas (cash basis) dalam penerapan
akuntansinya, yaitu pendapatan diakui pada saat kas diterima dan beban diakui pada
saat kas dikeluarkan. Titik tolak yang berguna dalam menentukan laba tunai adalah
memahami mengapa laba bersih (laba akuntansi) harus dikonversi dari dasar akrual
ke dasar kas. Menurut prinsip-prinsip akuntansi yang diterima umum, sebagian besar
perusahaan harus menggunakan dasar akuntansi akrual yang mewajibkan pendapatan
dicatat ketika dihasilkan dan beban dicatat ketika terjadi, namun pendapatan yang
dihasilkan mencakup penjualan kredit yang belum tertagih tunai dan beban yang
terjadi mungkin belum dibayarkan secara tunai. Hal inilah yang menyebabkan
sebagian besar investor dan analisis prihatin bahwa dasar akuntansi akrual terlalu jauh
menyimpang dari aliran kas bersih yang diperoleh perusahaan. Dengan demikian,
perhitungan laba bersih (laba akuntansi) tidak lagi memberikan indikator yang dapat
diterima mengenai daya menghasilkan laba perusahaan. Jadi, menurut dasar akuntansi
akrual, laba bersih (laba akuntansi) tidak akan menunjukkan aliran kas bersih dari
aktivitas operasi perusahaan. Menurut Kieso dan Weygant (2004)
“Pengkonversian laba akuntansi berdasarkan accrual basis ke cash basis
dimulai dengan menyesuaikan laba bersih untuk akun-akun yang mempengaruhi laba,
tetapi tidak mempengaruhi kas, yaitu beban-beban non kas dalam perhitungan rugi
laba ditambahkan kembali ke laba bersih yang sebelumnya mengurangi pendapatan
dalam laporan rugi laba dengan dasar akrual.”
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa laba bersih ditambah dengan beban
non kas (beban depresiasi dan amortisasi), sehingga laba tunai merupakan keuntungan
bersih yang sebenarnya didapat oleh perusahaan, karena pada beban penyusutan
(khususnya aktiva tetap) perusahaan sebenarnya tidak mengeluarkan uang kas untuk
membayar beban tersebut melainkan hanya mengalokasikan biaya sebagai akibat dari
penurunan manfaat ekonomi dari penggunaan aktiva tersebut.
Terdapatan perbedaan antara laba akutansi dengan laba tunai. Perbedaan
tersebut terletak pada penggunaan dasar akuntansi yang diterapkan. Laba akuntansi
menggunakan dasar akuntansi akrual (accrual basis) yang mewajibkan pendapatan
dicatat ketika dihasilkan dan beban dicacat pada saat terjadi dalam periode di mana
18
peristiwa terjadi tanpa memandang kas diterima atau keluar. Laba tunai menggunakan
dasar akuntansi kas (cash basis) di mana pendapatan dicatat ketika kas benar-benar
diterima dan beban dicatat pada saat kas benar-benar kas dikeluarkan.
Menurut Harahap (2007) perbedaan laba tunai dengan laba akuntansi adalah
sebagai berikut :
1. Laba tunai hanya mengakui keuntungan (gain) atau kerugian (loss) pada periode
itu, sedangkan laba akuntansi mengakui keuntungan atau kerugian pada periode
sebelumnya atau lazim disebut “ accrued “.
2. Laba tunai menggunakan dasar akuntansi kas (cash basis), dimana pendapatan
diakui pada saat kas diterima dan beban diakui pada saat kas dikeluarkan,
sedangkan laba akuntansi menggunakan dasar akuntansi akrual (accrual basis),
dimana pendapatan dicatat ketika dihasilkan dan beban dicatat ketika terjadi.
3. Laba tunai lebih mengindikasikan keadaan laba sesungguhnya yang dimiliki
perusahaan, sedangkan laba akuntansi tidak mengindikasikan keadaan laba
sesungguhnya, karena terdapat transaksi-transaksi yang sifatnya deferral (akrual).
2.1.7 Pengertian Dividen
Menurut Fees dan Warren (2005) yang dimaksud dengan dividen adalah “Pembagian
oleh perseroan kepada pemegang sahamnya.” Sedangkan menurut Smith dan Skousen
(1997) dividen adalah “Pembagian laba kepada pemegang saham perusahaan
sebanding dengan jumlah saham yang dipegang oleh masing-masing pemilik.” IAI
dalam SAK No.23 (2002) mendefinisikan dividen sebagai “Distribusi laba kepada
para pemegang investasi ekuitas sesuai dengan proporsi mereka dari jenis modal
tertentu.” Ross (1995) mendefinisikan dividen sebagai pembayaran kepada pemilik
perusahaan yang diambil dari keuntungan perusahaan, baik dalam bentuk saham
maupun tunai.
Penetapan jumlah yang tepat untuk dibayarkan sebagai dividen adalah sebuah
keputusan financial yang sulit bagi pihak manajemen. Ross (1997) menuliskan :
“Deciding who percentage of earnings to pay out dividend is a basic policy
choice confronting managers because it determines what funds flow to investors and
what funds are retained by the firm for reinvestment”.
19
2.1.8 Jenis – jenis Dividen
Menurut Fees dan Warren (1995) terdapat lima jenis dividen, yaitu :
1. Dividen Kas
Menurut Fees dan Warren (1995) dividen kas adalah “Pembagian uang kas dari
laba sebuah perseroan kepada pemegang sahamnya.” Dividen kas merupakan
dividen yang lazim dibagikan kepada para pemegang saham. Menurut John Jwild
“Dividen kas atau dividen tunai merupakan distribusi kas kepada pemegang
saham.” Dividen ini merupakan jenis dividen yang paling umum dan saat
diumumkan menjadi kewajiban bagi perusahaan. Para pemegang saham akan
menerima dividen sebesar tarif per lembar dikalikan jumlah lembar yang dimiliki.
2. Dividen Harta
Menurut Smith dan Skousen dividen harta adalah “Pembagian kepada para
pemegang saham yang dapat dibayarkan dengan aktiva selain kas.” Dividen harta
merupakan dividen dalam bentuk aktiva perusahaan seperti merchandise, real
estate atau investasi.
Menurut John Jwild “Dividen harta atau dividen properti merupakan dividen yang
terutang dalam bentuk aktiva perusahaan, dalam bentuk barang, atau dalam bentuk
saham perusahaan lain.” Dividen tersebut dinilai pada nilai pasar aktiva yang
didistribusikan.
3. Dividen Skrip
Kieso dan Weigant menyatakan bahwa hutang dividen dalam bentuk skrip
maksudnya adalah perusahaan tidak membayar dividen pada saat ini, tetapi
memilih membayarnya pada masa mendatang. Skrip yang diterbitkan kepada
pemegang saham sebagai dividen merupakan bentuk khusus dari wesel bayar.
Dividen skrip diumumkan apabila perusahaan memiliki cukup laba ditahan
(retained earning), tetapi kekurangan uang tunai.
4. Dividen Likuidasi
Dividen likuidasi adalah dividen yang tidak didasarkan pada laba dan merupakan
pengurangan modal disetor perusahaan. Dividen likuidasi merupakan suatu
pembagian yang merupakan pengembalian sebagian modal setoran kepada
pemegang saham (Smith and Skousen, 1995). Dividen ini merupakan pemulangan
20
investasi (return on investment - ROI) dan dibukukan dengan mengurangi modal
setoran. Menurut Stice dan Skousen (2009) “Dividen likuidasi adalah suatu
pembagian yang mencerminkan suatu pengembalian kepada para pemegang
saham atas sebagian dari modal disetor.”
5. Dividen Saham
Dividen saham (stock dividend) adalah distribusi saham perusahaan itu sendiri
kepada pemegang saham secara proporsional. Dividen ini mencerminkan
kapitalisasi laba secara permanen. Pemegang saham menerima tambahan saham
sebagai pengalihan laba ditahan ke akun modal. Akuntansi bagi dividen saham
kecil (small stock dividend) atau dividen sederhana (ordinary stock dividend),
pada umumnya lebih kecil dari 20% sampai 25% saham beredar, mensyaratkan
penilaian dividen saham pada nilai pasar pada tanggal pengumuman. Persyaratan
ini dirancang untuk membatasi frekuensi dividen saham. Untuk dividen saham
besar (large stock dividend atau split-up dalam bentuk dividen), biasanya lebih
dari 25% saham beredar, dinilai pada nilai nominal saham yang diterbitkan.
Perusahaan dapat menerbitkan dividen saham jika manejemen ingin
mengkapitalisasi sebagian dari laba ditahan ke modal kontribusi serta tidak ada aktiva
yang dibagikan. Menurut Stice dan Skousen (2009) :
“Dividen saham menghasilkan kue yang sama (perusahaan) dipotong menjadi
potongan-potongan yang lebih banyak (jumlah lembar saham yang beredar), saat
masing-masing pemegang saham memiliki proporsi yang sama seperti sebelum
dividen saham dibagikan.”
Dari sudut pandang pemegang saham, penerima dividen bukanlah kejadian
ekonomi.
2.1.9 Kebijakan Dividen
Kebijakan dividen merupakan keputusan yang diambil oleh perusahaan dan
mempunyai pengaruh yang kuat terhadap harga saham perusahaan di pasar modal.
Kebijakan dividen merupakan sebagian dari keputusan investasi. Maka dari itu,
perusahaan dituntut untuk membagikan dividen sebagai bentuk realisasi dari harapan
21
akan hasil yang diinginkan oleh seorang investor dalam menginvestasikan dananya
untuk membeli saham.
Menurut Sartono (1997) : “Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba
yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen
atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di masa
mendatang.”
Adapun menurut Riyanto (2001) :“Kebijakan dividen adalah bersangkutan
dengan penentuan pembagian pendapatan (earning) antara penggunaan pendapatan
untuk dibayarkan kepada pemegang saham sebagai dividen atau untuk digunakan di
dalam perusahaan, yang berarti pendapatan tersebut harus ditahan di dalam
perusahaan.”
Besarnya pembagian dividen tergantung pada kebijakan dividen masing-
masing perusahaan yang diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Besarnya dividen juga harus memperhatikan beberapa faktor. Menurut Weston (1992)
faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan untuk memutuskan besarnya dividen, yaitu :
a. Undang-Undang
Menurut undang-undang, dividen harus dibayar dari laba, baik dari laba tahun
berjalan maupun laba yang ada pada pos laba ditahan dalam neraca.
b. Posisi Likuiditas
Pembagian dividen dapat dilakukan apabila perusahaan memiliki uang kas yang
cukup untuk dibagikan sebagai dividen. Jika perusahaan memerlukan dana yang
sifatnya mendesak, perusahaan dapat menggunakan laba yang diperoleh untuk
membiayai keperluan tersebut dan tidak membayar dividen kepada pemegang
saham. Itu artinya perusahaan memiliki kelemahan dalam posisi likuiditasnya
sehingga kemampuan perusahaan untuk membayar dividen sangat kecil.
c. Kebutuhan Pelunasan Hutang
Bila perusahaan mengalami hutang untuk membiayai ekspansi atau untuk jenis
pembiayaan lain, maka perusahaan menghadapi dua pilihan. Pertama, perusahaan
dapat membayar hutang pada saat jatuh tempo dan menggantikan dengan jenis
surat berharga yang lain. Kedua, perusahaan dapat memutuskan untuk melunasi
22
hutang. Dengan demikian, perusahaan dibenarkan untuk menahan sebagian dari
laba yang diperolehnya.
2.1.10 Pengertian Agency Theory
Agency theory adalah hubungan kontraktual antara pihak yang mendelegasikan
pengambilan keputusan tertentu (pemilik/pemegang saham/principal) dengan pihak
yang menerima pendelegasian tersebut (direksi/manajemen/agent).
Agency theory memfokuskan pada penentuan kontrak yang paling efisien yang
mempengaruhi hubungan principal dan agent.
Beberapa asumsi dasar yang membangun teori ini adalah sebagai berikut :
1. Agency Conflict
Dalam sebuah perusahaan, terdapat kemungkinan terjadinya konflik dalam
hubungan antara principal dan agen. Konflik tersebut akibat keinginan manajemen
(agen) untuk melakukan yang sesuai dengan kepentingan pemegang saham (principal)
untuk memperoleh return dan nilai jangka panjang perusahaan.
Agency conflict timbul karena :
a. Moral Hazard
Manejemen memilih investasi yang paling sesuai dengan kemampuan dirinya dan
bukan paling menguntungkan bagi perusahaan, seperti investasi yang bisa
meningkatkan nilai individu manajer walaupun biaya penugasannya tinggi,
sehingga para manajer akan berada pada posisi untuk siap mencari kedudukan di
luar perusahaan.
b. Earning Retention
Manajemen akan cenderung mempertahankan tingkat pendapatan perusahaan
yang stabil, sedangkan para pemegang saham lebih menyukai distribusi kas yang
lebih tinggi melalui beberapa peluang motivasi internal yang positif.
c. Risk Aversion
Manajemen akan cenderung mengambil posisi aman untuk mereka sendiri dalam
mengambil keputusan investasi. Mereka akan mengambil keputusan investasi
yang sangat aman dan masih dalam jangkauan kemampuan manajer. Mereka akan
23
menghindari keputusan investasi yang dianggap menambah risiko bagi
perusahaan walaupun mungkin hal itu bukan pilihan terbaik bagi perusahaan.
d. Tune Horizon
Manajemen cenderung hanya memperhatikan cash flow perusahaan sejalan
dengan waktu penugasan mereka. Hal tersebut dapat menimbulkan bias dalam
pengambilan keputusan yaitu berpihak pada proyek jangka pendek dengan
pengembalian akuntansi yang tinggi dan kurang atau tidak berpihak pada proyek
jangka panjang dengan pengembalian NPV positif yang jauh lebih besar.
e. Agency problem
Dalam teori ini, terdapat kesenjangan antara kepentingan pemegang saham
sebagai pemilik dan manajemen sebagai pengelola. Pemilik memiliki kepentingan
supaya dana yang diinvestasikan bisa mendapatkan return yang maksimal,
sedangkan manajer berkepentingan terhadap perolehan insentif atau pengelolaan
dana pemilik.
2. Stewardship Theory
Teori ini menekankan konsekuensi yang bermanfaat pada shareholders return
bila struktur otoritas bersifat fasilitatif melalui penyatuan pimpinan puncak
manajemen, Chief Executive Officer (CEO) dengan pimpinan organ pengawasan
Chairman (Chair of the Board).
Peran ganda CEO dan Chairman ini diharapkan akan meningkatkan efektivitas
dan hasil yang diperoleh, serta mengutamakan superior return kepada shareholders.
Di perusahaan-perusahaan yang mengadopsi stewardship theory, peran CEO dan
Chairman akan dipegang oleh individu yang sama.
2.2 KAJIAN - KAJIAN TERDAHULU
Penelitian sebelumnya diperlukan untuk melakukan konfirmasi terhadap teori-teori
atau temuan-temuan sebelumnya dan juga untuk menemukan keterbatasan penelitian
24
sebelumnya serta untuk memperbaikinya pada penelitian yang penulis lakukan saat
ini.
Pada penelitian sebelumnya dilakukan oleh Veriyulina 2008 Permasalahan
yang dirumuskan adalah: Apakah Laba Bersih berpengaruh positif terhadap dividen
tunai yang dibagikan pada Perusahaan Farmasi yang Go Public di Bursa Efek
Indonesia periode 2001-2006 ? Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan
menunjukkan bahwa Laba Bersih berpengaruh positif terhadap dividen tunai yang
dibagikan pada perusahaan farmasi yang go public di Bursa Efek Indonesia periode
2001-2006.
Penelitian juga dilakukan oleh Efendi 1993 yaitu terhadap perusahaan yang
terdaftar di BEJ (sekarang BEI) yang bertujuan untuk mengetahui persepsi manajemen
tentang faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam kebijakan pembagian dividen kas.
Efendy menemukan bahwa faktor peningkatan dan penurunan laba termasuk faktor
yang sangat penting untuk dipertimbangkan oleh manajemen dalam kebijakan
pembagian dividen kas.
Penelitian juga dilakukan oleh Wirjolukito, Herman, dan Sandy 2003
mengenai faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam keputusan pembagian dividen.
Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa perusahaan dapat membagikan sebagian
besar keuntungan atau laba perusahaan sebagai dividen.
Penelitian lain dilakukan oleh Elizabeth 2000 tentang Laba Akuntansi dan
Laba Tunai dengan Dividen Kas dengan menggunakan sampel data dari perusahaan
yang terdaftar di BEJ (sekarang BEI), menemukan bahwa para emiten cenderung
membagikan dividen kas berdasarkan laba akuntansi daripada laba tunai, karena pada
umumnya laba akuntansi lebih mempengaruhi besarnya dividen kas yang dibagikan
daripada laba tunai. Di samping itu, dalam penelitiannya ditemukan adanya
konsistensi hubungan yang signifikan dan positif antara laba akuntansi dengan dividen
kas.
Penelitian oleh Murtanto dan Feiruza 2004 mendukung hasil penelitian
Elizabeth (2000) yang menyatakan bahwa ada hubungan positif dan kuat antara laba
akuntansi terhadap dividen kas. Penelitian dilakukan terhadap perusahaan yang
25
bergerak di sektor indutri barang konsumsi yang telah terdaftar di BEJ (sekarang BEI)
pada periode tahun 1999, 2000, dan 2001.
Penelitian yang dilakukan oleh Hermi 2004 menyatakan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara laba bersih dengan kas pada perusahaan perdagangan
besar barang produksi tahun 1999-2002. Ini berarti bahwa besaran laba bersih
perusahaan berhubungan secara positif dengan besaran dividen kas perusahaan
tersebut.
2.3 GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan dari perusahaan
sampel dari tahun 2008-2010. Temuan sampel menunjukkan bahwa perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2008 sampai
dengan tahun 2010, terdapat 29 perusahaan manufaktur yang memenuhi kriteria
pengambilan sampel. Daftar perusahaan sampel bisa dilihat pada lampiran.
Sektor industri yang ada di dalam sampel antara lain metal and allied product;
food and beverage; automotive and component; tobacco manufacturers;
pharmaceuticals; chemical; animal feed; tollroad, airport harbor and allied
production; cement; textile and garmen; plastic and packaging; cosmetic and
household; crude petroleum and natural gas production; footwear; cable; ceramics,
glass and porcelain; dan electronic and office equipment.
Data perusahaan sampel (lihat lampiran) untuk masing-masing sektor industri
dibandingkan dengan data perusahaan secara keseluruhan yang terdaftar di BEI (IDX
Monthly Statistics, 2012) dan dapat diperoleh hasil perbandingan persentase dari
masing-masing sektor industri adalah sebagai berikut :
1. Metal and Allied Product = 2/13 = 15,4%, artinya bahwa sampel perusahaan
tersebut sudah mewakili sebesar 15,4% dari keseluruhan sektor industri Metal and
Allied Product yang terdaftar di BEI.
2. Food and Beverage = 6/14 = 42,9%, artinya bahwa sampel perusahaan tersebut
sudah mewakili sebesar 42,9% dari keseluruhan sektor industri Food and Beverage
yang terdaftar di BEI.
3. Automotive and Component = 7/13 = 53,8%, artinya bahwa sampel perusahaan
tersebut sudah mewakili sebesar 53,8% dari keseluruhan sektor industri Automotive
and Component yang terdaftar di BEI.
26
4. Tobacco Manufacturers = 100%, artinya bahwa sampel perusahaan tersebut
mewakili seluruh perusahaan Tobacco Manufacturers yang terdaftar di BEI.
5. Pharmaceuticals = 5/10 = 50%, artinya bahwa sampel perusahaan tersebut sudah
mewakili sebesar 50% atau sebagian dari keseluruhan sektor industri
Pharmaceuticals yang terdaftar di BEI.
6. Chemical = 4/10 = 40%, artinya bahwa sampel perusahaan tersebut sudah mewakili
sebesar 40% dari keseluruhan sektor industri Chemical yang terdaftar di BEI.
7. Animal Feed = 2/4 = 50%, artinya bahwa sampel perusahaan tersebut sudah
mewakili sebesar 50% atau sebagian dari keseluruhan sektor industri Animal Feed
yang terdaftar di BEI.
8. Tollroad, Airport Harbor and Allied Production = 1/3 =33,3%, artinya bahwa
sampel perusahaan tersebut sudah mewakili sebesar 33,3% dari keseluruhan sektor
industri Tollroad, Airport Harbor and Allied Production yang terdaftar di BEI.
9. Cement = 2/3 = 66,7%, artinya bahwa sampel perusahaan tersebut sudah mewakili
sebesar 66,7% dari keseluruhan sektor industri Cement yang terdaftar di BEI.
10. Textile and Garmen = 2/21 = 9,5%, artinya bahwa sampel perusahaan tersebut
sudah mewakili sebesar 9,5% dari keseluruhan sektor industri Textile and Garmen
yang terdaftar di BEI.
11. Plastic and Packaging = 1/11 = 9,1%, artinya bahwa sampel perusahaan tersebut
sudah mewakili sebesar 9,1% dari keseluruhan sektor industri Plastic and
Packaging yang terdaftar di BEI.
12. Cosmetic and Household = 100%, artinya bahwa sampel perusahaan tersebut
mewakili seluruh perusahaan Cosmetic and Household yang terdaftar di BEI.
13. Crude Petroleum and Natural Gas Production = 3/6 = 50%, artinya bahwa sampel
perusahaan tersebut sudah mewakili sebesar 50% atau sebagian dari keseluruhan
sektor industri Crude Petroleum and Natural Gas Production yang terdaftar di
BEI.
14. Footwear = 1/3 = 33,3%, artinya bahwa sampel perusahaan tersebut sudah
mewakili sebesar 33,3% dari keseluruhan sektor industri Footwear yang terdaftar
di BEI.
15. Cable = 4/6 =66,7%, artinya bahwa sampel perusahaan tersebut sudah mewakili
sebesar 66,7% dari keseluruhan sektor industri Cable yang terdaftar di BEI.
27
16. Ceramics, Glass and Porcelain = 3/6 = 50%, artinya bahwa sampel perusahaan
tersebut sudah mewakili sebesar 50% atau sebagian dari keseluruhan sektor
industri Ceramics, Glass and Porcelain yang terdaftar di BEI.
17. Electronic and Office Equipment = 1/8 = 12,5%, artinya bahwa sampel perusahaan
tersebut sudah mewakili sebesar 12,5% dari keseluruhan sektor industri Electronic
and Office Equipment yang terdaftar di BEI.
2.4 KERANGKA PIKIR
Berdasarkan perumusan dan tujuan penelitian, maka dapat digambarkan kerangka
pemikiran Pengaruh Laba Terhadap Dividen Kas Pada Perusahaan Manufaktur di
Bursa Efek Indonesia
GAMBAR 2.1Kerangka Pikir Penelitian
2.5 HIPOTESA PENELITIAN
Berdasarkan kerangka pikir diatas, maka hipotesis dari penelitian ini adalah :
Hipotesis 1
Ho : Tidak terdapat pengaruh laba akuntansi terhadap dividen kas
Ha : Terdapat pengaruh laba akuntansi terhadap dividen kas
Hipotesis 2
Ho : Tidak terdapat pengaruh laba tunai terhadap dividen kas
Ha : Terdapat pengaruh laba tunai terhadap dividen kas
Hipotesis 3
Ho : Tidak terdapat pengaruh laba akuntansi terhadap dividen kas
Ha : Terdapat pengaruh laba akuntansi terhadap dividen kas
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Laba Akuntansi
Dividen kas
Laba Tunai
28
3.1 Metode Penelitian
3.1.1 Jenis dan Sumber Data
1. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif (data yang
berupa angka atau bilangan)
2. Sumber data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data sekunder yaitu
data yang diperoleh dari pihak lain atau data yang diterbitkan organisasi, media
cetak dan elektronik dalam bentuk publikasi selama periode tahun 2008 – 2010
berupa data laba akuntansi, laba tunai dan dividen kas, serta literatur, dan bentuk-
bentuk data pendukung lainnya.
3.2 Populasi Dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Kemudian penulis mengambil
sampel untuk mewakili populasi. Teknik pengambilan sampel yaitu dengan melihat
data dari perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI yang membagikan
dividen kas atau dividen tunai pada tahun 2008 sampai dengan tahun 2010.
Kriteria untuk mendapatkan sampel yang digunakan adalah :
1. Perusahaan tersebut tercatat di Bursa Efek Indonesia.
2. Perusahaan tersebut termasuk dalam daftar saham sector manufaktur.
3. Perusahaan tersebut menghasilkan laba selama periode 2008-2010
4. Perusahaan tersebut memberikan dividen kas selama periode 2008-2010
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah Metode Penelitian Kepustakaan
(Library Research Method). Penelitian kepustakaan ini dilakukan untuk memperoleh
berbagai pokok pikiran yang relevan dalam mengkaji serta membahas topik dalam
masalah penelitian. Tujuan dari pengumpulan data adalah untuk mengetahui jumlah
atau banyaknya elemen dan untuk mengetahui karakteristik dari elemen-elemen
tersebut.
29
Populasi adalah kumpulan seluruh elemen yang sejenis akan tetapi dapat
dibedakan satu sama lain. Perbedaan itu disebabkan karena adanya nilai karakteristik
yang berlainan.
Menurut Supranto (2003) “Sampel adalah kumpulan elemen yang merupakan
bagian kecil dari populasi.” Sampel merupakan sebagian dari populasi. Sampling
adalah cara pengumpulan data bila digunakan sampel. Sampling merupakan proses
memilih objek-objek dari sebuah populasi tertentu. Dalam hal ini, teknik
pengumpulan data yang digunakan untuk memilih sampel adalah Purposive Non
Random Sampling, yaitu suatu teknik pengambilan sampel (tidak secara acak) di mana
sampel dipilih berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Purposive Non Random Sampling
adalah sampel yang dipilih dengan cermat sehingga relevan dengan rancangan
penelitian. Dalam Purposive Non Random Sampling ini, pemilihan satuan sampling
dilakukan atas dasar pertimbangan pakar. Sampel tersebut memiliki ciri-ciri yang
esensial, strata apa yang harus diwakili, tergantung pada penilaian atau pertimbangan
(judgment) dari peneliti, maka sering disebut juga judgmental sampling.
Hipotesis merupakan suatu pernyataan mengenai nilai suatu parameter
populasi yang dikembangkan untuk maksud pengujian. Hipotesis sebagai jawaban
sementara terhadap pertanyaan-pertanyaan penelitian dan kelak mengujinya secara
empirik menggunakan analisis statistik yang sesuai. Pengujian hipotesis merupakan
suatu prosedur yang didasarkan kepada bukti sampel dan teori probabilitas yang
dipakai untuk menentukan apakah hipotesis yang bersangkutan merupakan pernyataan
yang wajar dan oleh karenanya tidak ditolak, atau hipotesis tersebut tidak wajar, oleh
karena itu harus ditolak. Prosedur pengujian hipotesis yaitu sebagai berikut :
1. Rumuskan Hipotesis Nol (Ho) dan Hipotesis Alternatif (Ha)
Hipotesis Nol
Merupakan hipotesis yang menyatakan hubungan atau pengaruh antar variabel
sama dengan nol. Dengan kata lain, tidak terdapat perbedaan, hubungan, atau
pengaruh antar variabel.
Ho suatu pernyataan mengenai nilai parameter populasi
30
Hipotesis Alternatif
Merupakan hipotesis yang menyatakan adanya perbedaan, hubungan, atau
pengaruh antar variabel tidak sama dengan nol. Dengan kata lain, terdapat
perbedaan, hubungan, atau pengaruh antar variabel.
Ha suatu pernyataan yang diterima bila data sampel memberikan bukti bahwa
hipotesis nol salah
2. Pilih Taraf Signifikan atau Taraf Nyata
Taraf signifikan adalah probabilitas menolak hipotesis nol jika hipotesis nol
tersebut adalah benar. Taraf signifikan disebut juga tingkat risiko. Bila terdapat
ukuran sampel 100, maka 5 diantaranya tidak mendukung keputusan bahwa Ho
ditolak.
3. Tentukan Statistik Uji
Uji statistik adalah suatu nilai yang ditentukan berdasarkan informasi dari sampel
yang digunakan untuk menentukan apakah akan tidak menolak atau menolak
hipotesis (maksudnya hipotesis nol).
4. Tentukan Kriteria Pengujian
Dalam kriteria pengujian ini, terdapat “nilai kritis” yaitu titik yang memisahkan
daerah di mana Hipotesis Nol ditolak dan daerah di mana Hipotesis Nol tidak
ditolak.
5. Ambil Keputusan
Keputusan yang diambil bedasarkan hasil dari langkah 4, yaitu menolak Hipotesis
Nol atau Tidak Menolak Hipotesis Nol.
3.4 Teknik Pengolahan Dan Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Regresi Linier
Berganda, yaitu untuk mengetahui pengaruh satu atau lebih variabel independen
terhadap variabel dependen. Variabel tersebut terdiri dari variabel independen yaitu
laba akuntansi (X1) dan laba tunai (X2) dan variabel dependen yaitu dividen kas (Y).
Maka dapat diperoleh Model Persamaan sebagai berikut :
31
Keterangan :
Y = Dividen Kas
a = Konstanta
X1 =Laba Akuntansi
X2 = Laba Tunai
ei = error term
Regresi Linier Berganda merupakan suatu metode analisis statistik yang
mempelajari pola pengaruh antara dua atau lebih variabel, di mana variabel yang satu
mempengaruhi variabel yang lain. Dalam hal ini, penulis ingin mengetahui dan
menentukan ada atau tidaknya pengaruh laba akuntansi dengan dividen kas dan laba
tunai dengan dividen kas, pada perusahaan manufaktur.
Secara umum pengujian Regresi Linier Berganda dapat dilakukan dengan 2
cara, yaitu:
1. Dengan membandingkan antara t hitung yang
diperoleh dengan t tabel yang diperoleh dari tabel (secara manual).
2. Dengan membandingkan antara probabilitas atau
signifikasi yang diperoleh dari komputasi dengan SPSS dengan taraf signifikasi
yang digunakan.
Pada penelitian ini, penulis akan menggunakan cara kedua, yaitu dengan
membandingkan antara probabilitas atau signifikasi yang diperoleh dari komputasi
dengan SPSS dengan taraf signifikasi yang digunakan.
Selanjutnya menurut Ridwan (2004:136) untuk mengetahui besarnya pengaruh
atau kontribusi variabel independen (laba akuntansi dan laba tunai) terhadap variabel
dependen (dividen kas) digunakan “Koefisien Determinasi.”
Untuk mengolah data dan menginterpretasikan data kuantitatif, penelitian ini
menggunakan alat bantu statistik “Uji Regresi Liner Berganda” yang merupakan suatu
metode analisis statistik untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh satu variabel
dengan variabel lainnya.
Y = βo + β1X1 + β2X2 + е
32
Langkah-langkah analisis data sampai dengan tahap dilakukannya pengujian
hipotesis. Yaitu sebagai berikut :
1. Perusahaan yang go public di BEI dipilih secara Purposive Non Random
Sampling sesuai kriteria yang ditentukan.
2. Menganalisis laba akuntansi dengan dividen kas.
3. Menghitung laba tunai.
4. Melakukan uji asumsi klasik
Uji asumsi klasik terdiri dari empat pengujian, dimana pengujian asumsi
klasik diguanakn sebagai persyaratan data dalam suatu penelitian. Pengujian
asumsi klasik terdiri dari uji normalitas, multikolinieritas, autokolerasi, linieritas
dan heteroskedastisitas, adapun penjelasanya adalah sebagai berikut:
a. Uji Normalitas Data
Pengujian normalitas adalah pengujian tentang kenormalan distribusi data.
Distribusi normal data dengan bentuk distribusi normal dimana data memusat
pada nilai rata- rata dan median. Untuk mengetahui bentuk distribusi data kita bisa
menggunakan grafik distribusi. (Santoso, 2005). Pengertian normal secara
sederhana dapat dianalogikan dengan sebuah kelas. Dalam kelas siswa yang
bodoh sekali dan pandai sekali jumlahnya hanya sedikit dan sebagian besar
berada pada kategori sedang atau rata-rata. Jika kelas tersebut bodoh semua
maka tidak normal, atau sekolah luar biasa. Dan sebaliknya jika suatu kelas
banyak yang pandai maka kelas tersebut tidak normal atau merupakan kelas
unggulan. Pengamatan data yang normal akan memberikan nilai ekstrim
rendah dan ekstrim tinggi yang sedikit dan kebanyakan mengumpul di tengah.
Demikian juga nilai rata-rata, modus dan median relatif dekat.
Uji normalitas dapat dilakukan dengan uji histogram, uji normal P Plot,
uji Chi Square, Skewness dan Kurtosis atau uji Kolmogorov Smirnov. Tidak
ada metode yang paling baik atau paling tepat. Tipsnya adalah bahwa
pengujian dengan metode grafik sering menimbulkan perbedaan persepsi di
antara beberapa pengamat, sehingga penggunaan uji normalitas dengan uji
statistik bebas dari keragu-raguan, meskipun tidak ada jaminan bahwa
pengujian dengan uji statistik lebih baik dari pada pengujian dengan metode
grafik.
33
Jika residual tidak normal tetapi dekat dengan nilai kritis (misalnya
signifikansi Kolmogorov Smirnov sebesar 0,049) maka dapat dicoba dengan
metode lain yang mungkin memberikan justifikasi normal. Tetapi jika jauh
dari nilai normal, maka dapat dilakukan beberapa langkah yaitu: melakukan
transformasi data, melakukan trimming data outliers atau menambah data
observasi. Transformasi dapat dilakukan ke dalam bentuk Logaritma natural,
akar kuadrat, inverse, atau bentuk yang lain tergantung dari bentuk kurva
normalnya, apakah condong ke kiri, ke kanan, mengumpul di tengah atau
menyebar ke samping kanan dan kiri.
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya variabel
independen yang memiliki kemiripan dengan variabel independen lain dalam satu
model. Deteksi terhadap multikolinearitas juga bertujuan untuk menghindari
kebiasan dalam proses pengambilan kesimpulan mengenai pengaruh pada uji
parsial masing – masing variabel independen terhadap variabel dependen. Salah
satu cara untuk melihat gejala multikolinearitas, kita dapat melihat dari hasil
collinearity statistic. Jika nilai Variance Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10
dan jika Tolerance tidak kurang dari 0,1, maka model dapat dikatakan terbebas
dari multikolinearitas. (Nugroho, 2005) Apabila terjadi gejala multikolinearitas,
salah satu langkah untuk memperbaiki model adalah dengan menghilangkan
variable dari model regresi, sehingga bisa dipilih model yang paling baik.
(Santoso, 2005)
c. Uji Autokolerasi
Uji Autokorelasi merupakan pengujian asumsi dalam regresi di mana
variabel dependen tidak berkorelasi dengan dirinya sendiri. Maksud korelasi
dengan dirinya sendiri bahwa nilai dari variable dependen tidak berhubungan
dengan nilai variabel itu sendiri, baik nilai periode sebelumnya atau nilai periode
sesudahnya. Untuk mendeteksi gejala autokorelasi dapat digunakan uji Durbin-
Watson (DW). Ada beberapa pendekatan (metode) yang dapat digunakan untuk
menguji ada tidaknya masalah autokorelasi dalam suatu model empirik. Salah
satu diantaranya adalah dengan menggunakan uji LM (LM-test) yang
diperkenalkan oleh Breusch dan Godfrey. Metode lain yang bisa digunakan
34
dalam pengujian autokorelasi yaitu metode Durbin Watson. Dalam pengujian
autokorelasi ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan atau
korelasi antar variabel pengganggu (residual) pada observasi yang satu dengan
yang lainnya.
Ketentuan yang digunakan dalam pengujian autokorelasi ini adalah
apabila nilai X2-hitung uji LM > dibandingkan dengan nilai X2-tabel, maka
hipotesis yang menyatakan bahwa model empirik bebas dari masalah
autokorelasi ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model empirik hasil
estimasi tidak lolos dari masalah autokorelasi. Sebaliknya, jika nilai X2-hitung
uji LM < dibandingkan dengan nilai X2-tabel, maka hipotesis yang
menyatakan bahwa model empirik bebas dari masalah autokorelasi diterima.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa model empirik hasil estimasi lolos dari
masalah autokorelasi.
Apabila pengujian tersebut dilakukan dengan menggunakan uji D-W
(Durbin-Watson test), dan nilai R2 > dibandingkan dengan D-W hitungnya,
maka menunjukkan bahwa hasil estimasi persamaan tersebut adalah lancung.
Berikut adalah gambar beserta ketentuan dalam pengujian autokorelasi dengan
menggunakan metode uji D-W (Durbin Watson test):
1) d<dL: terjadi masalah autokorelasi yang positif yang perlu perbaikan
2) dL<d<du: ada masalah autokorelasi positif tetapi lemah, dimana perbaikan
akan lebih baik.
3) du<d<4-du: tidak ada masalah autokorelasi
4) 4-du<d<4-dL: masalah autokorelasi lemah, dimana dengan perbaikan akan
lebih baik.
5) 4-dL<d: masalah autokorelasi serius. (Santoso, 2005)
Sesuaikan dengan hasil DW bab 4
d. Heteroskedastisitas
Asumsi heterokedastisitas adalah asumsi dalam regresi di mana varians
dari residual tidak sama untuk satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Dalam
regresi, salah satu asumsi yang harus dipenuhi adalah bahwa varians dari residual
dari satu pengamatan ke pengamatan lain tidak memiliki pola tertentu. Pola yang
tidak sama ini ditunjukkan dengan nilai yang tidak sama antar satu varians dari
residual (Santoso, 2005).
35
Pengujian terhadap ada tidaknya masalah heteroskedastisitas dalam
model empirik dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode, antara
lain yaitu uji yang dikembangkan oleh White tahun 1980 (Uji White) dan uji
LM ARCH oleh Engle tahun 1982. Dalam program olah data Eviews, ada 2
versi uji White. Yaitu, White Heteroscedasticity (no cross term) dan White
Heteroscedasticity (cross term).
Ketentuan dalam pengujian heteroskedasticity, jika X2-hitung (nilai
Obs*R-squared) > X2-tabel, baik untuk White no cross term maupun pada
cross term, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang menyatakan bahwa
model empirik bebas dari masalah heteroskedastisitas ditolak. Atau dengan
kata lain, hasil estimasi suatu persamaan tidak lolos dari masalah
heteroskedastisitas. Begitu pula sebaliknya, jika X2-hitung (nilai Obs*R-
squared) < X2-tabel, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang
menyatakan bahwa model empirik bebas dari masalah heteroskedastisitas
diterima. Atau dikatakan, hasil estimasi suatu persamaan lolos dari masalah
heteroskedastisitas.
Sedangkan untuk uji ARCH, biasanya digunakan untuk menguji
masalah heteroskedastisitas ketika perubahan struktur, misalnya perubahan
struktur ekonomi. Ketentuannya, jika X2-hitung uji ARCH > dibandingkan X2-
tabel, maka hipotesis yang menyatakan bahwa model empirik bebas dari
masalah heteroskedastisitas ditolak, sehingga model tersebut tidak lolos dari
masalah heteroskedastisitas. Dan begitu juga sebaliknya, Ketentuannya, jika
X2-hitung uji ARCH < dibanding X2- tabel, maka hipotesis yang menyatakan
bahwa model empirik bebas dari masalah heteroskedastisitas diterima,
sehingga model tersebut lolos dari masalah.
e. Uji Linieritas
Uji linearitas dipergunakan untuk melihat apakah model yang dibangun
mempunyai hubungan linear atau tidak. Uji ini jarang digunakan pada berbagai
penelitian, karena biasanya model dibentuk berdasarkan telaah teoretis bahwa
hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikatnya adalah linear.
Hubungan antar variabel yang secara teori bukan merupakan hubungan linear
sebenarnya sudah tidak dapat dianalisis dengan regresi linear, misalnya
masalah elastisitas.
36
Jika ada hubungan antara dua variabel yang belum diketahui apakah
linear atau tidak, uji linearitas tidak dapat digunakan untuk memberikan
adjustment bahwa hubungan tersebut bersifat linear atau tidak. Uji linearitas
digunakan untuk mengkonfirmasikan apakah sifat linear antara dua variabel
yang diidentifikasikan secara teori sesuai atau tidak dengan hasil observasi
yang ada. Uji linearitas dapat menggunakan uji Ramsey Test atau uji Lagrange
Multiplier.
5. Uji Hipotesis
a. Uji Koefisien Determinasi (Adj R Square)
Uji Adjusted R2 ini digunakan untuk menunjukkan besarnya kontribusi
variable bebas terhadap variabel terikat yang nilainya berkisar antara 0 sampai
dengan 1 (0 > R2 < 1) suatu regresi atau semakin mendekati 1 maka hasil
regresi tersebut semakin baik yang berarti keseluruhan variabel bebas
bersama-sama dapat menerangkan variabel terikat.
b. Uji F (uji simultan)
Uji F disebut juga uji global atau uji signifikansi serentak. Uji ini
dimaksudkan untuk melihat kemampuan menyeluruh dari variabel bebas yaitu
X1, X2, dan X3 untuk dapat atau mampu menjelaskan tingkah laku atau
keragaman variabel tidak bebas (Y). (Suharyadi, 2004).
Hipotesis yang digunakan adalah:
1) Ho : b1 = b2 = … = bk = 0, (model regresi linier barganda tidak
signifikan atau dengan kata lain tidak ada
hubungan linier antara variabel independen
terhadap variabel dependen).
2) Ha : b1 ≠ b2 = … = bk = 0, (model regresi linier berganda signifikan
atau dengan kata lain ada hubungan linier
antara variabel independen terhadap variabel
dependen).
37
Bila melakukan perhitungan menggunakan SPSS, maka pengambilan
kesimpulan, sebagai berikut:
Jika Nilai signifikansi < α maka Ho di tolak
Jika Nilai signifikansi > α maka Ho diterima
(Sulaiman 2004)
c. Uji t (uji parsial),
Uji signifikansi parsial atau individual adalah untuk mengujiapakah
suatu variabel bebas berpengaruh atau tidak terhadap variabel tidak bebas.
Untuk mengetahui apakah suatu variable secara parsial berpengaruh nyata atau
tidak digunakan uji t atau t – student. (Suharyadi, 2004). Hipotesis yang
digunakan adalah:
1) Ho : bi = 0, (tidak ada pengaruh linier antara variabel independen dan
variabel dependen)
2) Ha : bi ≠ 0, (ada pengaruh linier antara variabel independen dan variabel
dependen)
Kesimpulan yang diambil apabila menggunakan perhitungan Eviews, yaitu:
Jika nilai signifikansi < α maka tolak Ho
Jika nilai signifikansi > α maka terima Ho
(Sulaiman, 2004)
d. Uji persamaan regresi linier berganda.
Regresi linear berganda adalah regresi linear yang memiliki lebih dari satu
variabel independen (bebas). (Suharyadi: 2004). Bentuk umum persamaan regresi
untuk k variabel independen dapat dirumuskan sebagai berikut:
Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + …+ bk Xk
Untuk mengetahui kesesuaian atau ketetapan hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen dalam suatu persamaan regresi, maka
digunakan ukuran koefisien determinasi (R2). Dengan kata lain koefisien
determinasi menunjukkan kemampuan variabel X (X1, X2,...Xk) yang merupakan
variabel bebas menerangkan atau menjelaskan variabel Y yang merupakan
variable tidak bebas. Semakin besar nilai koefisien determinasi semakin baik
kemampuan variabel X menerangkan atau menjelaskan variabel Y.
6. Menarik kesimpulan statistik mengenai Hipotesis Nol (Ho)
38
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 ANALISIS DATA
4.1.1 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan informasi mengenai karakteristik variabel dan data
penelitian serta sampel yang digunakan dalam penelitian ini. Populasi dari sampel ini
adalah kelompok industri manufaktur yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) sejak tahun 2008 dan masih terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama
tahun 2008-2010, dimana perusahaan-perusahaan tersebut melampirkan data lengkap
sesuai yang dibutuhkan untuk diolah menjadi variabel-variabel dalam penelitian ini.
Statistik deskriptif dilakukan supaya dapat mengetahui nilai maksimum dan nilai
minimum pada setiap variabel (Dividen Kas, Laba Akuntansi, dan Laba Tunai) pada
perusahaan manufaktur. Dari data mentah yang telah diinput kedalam SPSS 16 dapat
dilihat nilai mean dan standar deviation dari masing-masing variabel penelitian pada
tabel IV.1 sebagai berikut:
Tabel IV.1Deskriptif StatistikDescriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. DeviationDK 87 19.48 29.58 24.7147 2.26661LA 87 20.52 30.30 25.8233 2.00808LTA 87 23.73 31.08 27.2802 1.69277Valid N (listwise) 87
Sumber: data diolah
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel IV.1 terdapat 87 data, rata-rata
dividen kas menunjukkan tidak terdapat penyimpangan data, dikarenakan nilai standar
deviasinya lebih rendah daripada mean. Dimana rata-rata dividen kas sebesar 24,7147
dengan standar deviation (SD) sebesar 2.26661. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
nilai SD lebih kecil daripada rata-rata dividen kas yang menunjukkan bahwa data
variabel dividen kas mengindikasikan hasil yang baik, hal tersebut dikarenakan
standar deviasi dari data variabel tersebut lebih kecil daripada nilai rata-ratanya. Hal
yang sama juga terjadi pada dua variabel independen yaitu laba akuntansi dan laba
tunai. Dimana rata-rata laba akuntansi sebesar 25,8233 dengan standar deviasi (SD)
sebesar 2,00808. Sedangkan rata-rata laba tunai selama rata-ratanya (mean) sebesar
27,2802 dengan standar deviasi (SD) sebesar 1,69277.
39
4.1.2 Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas Data
Uji normalitas dilakukan supaya dapat mengetahui data yang diteliti
tersebut berdistribusi normal atau tidak. Syarat dalam analisis parametrik yaitu data
harus berdistribusi normal.Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji
Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui apakah distribusi data pada tiap-tiap
variabel normal atau tidak. Kriteria pengambilan keputusan yaitu jika signifikansi
lebih besar dari 0,05 (sig >0,05) maka data berdistribusi normal. Namun, jika
signifikansi kurang dari 0,05 (sig <0,05) maka data tersebut tidak berdistribusi
normal.Berikut ini hasil uji normalitas data.
Tabel IV.2Uji Normalitas Data Sebelum Transformasi Data
One-Sample Kolmogorov-Smirnov TestDK LA LTA
N 87 87 87
Normal Parametersa,bMean 497782107999.37 997620252649.3
62727567803137.
05
Std. Deviation 1187172782041.836
2252626572629.211
5291556737981.618
Most Extreme Differences
Absolute .356 .329 .330Positive .356 .323 .330Negative -.338 -.329 -.304
Kolmogorov-Smirnov Z 3.325 3.069 3.080Asymp. Sig. (2-tailed) .000 .000 .000a. Test distribution is Normal.b. Calculated from data.
Sumber: data diolah
Berdasarkan pemrosesan data tersebut diperoleh hasil bahwa data pada
variabel Dividen Kas (Y), Laba Akuntansi (X1), dan Laba Tunai (X2) semuanya
memiliki nilai signifikansi 0,000 (sig <0,05) yang berarti bahwa data tersebut tidak
berdistribusi normal. Karena data pada ketiga variabel tidak berdistribusi normal,
maka dilakukan transformasi LN (log Natural) pada semua variabel penelitian
(Dividen Kas, Laba Akuntansi, dan Laba Tunai). Berikut ini hasil uji normalitas
setelah dilakukan transformasi data:
Tabel IV.3Uji Normalitas Data Setelah Transformasi Data
One-Sample Kolmogorov-Smirnov TestDK LA LTA
N 87 87 87
Normal Parametersa,b Mean 44.00 44.00 44.00Std. Deviation 25.257 25.259 25.259
Most Extreme DifferencesAbsolute .066 .062 .064Positive .066 .062 .064Negative -.062 -.062 -.062
Kolmogorov-Smirnov Z .619 .575 .593Asymp. Sig. (2-tailed) .838 .896 .873a. Test distribution is Normal.b. Calculated from data.
Sumber: data diolah
40
Dari hasil di atas, setelah dilakukan transformasi log dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1) Data pada variabel Dividen Kas (Y) memiliki nilai signifikansi 0,468. Karena
signifikansi lebih dari 0,05 jadi data dinyatakan berdistribusi normal.
2) Data pada variabel Laba Akuntansi (X1) memiliki nilai signifikansi 0,076.
Karena signifikansi lebih dari 0,05 jadi data dinyatakan berdistribusi normal.
3) Data pada variabel Laba Tunai (X2) memiliki nilai signifikansi 0,630. Karena
signifikansi lebih dari 0,05 jadi data dinyatakan berdistribusi normal.
Hasil menunjukkan bahwa data pada penelitian ini terdistribusi secara
normal dan model regresi tersebut layak dipakai untuk memprediksi variabel
dependen yaitu dividend kas berdasarkan masukan variabel independen yaitu laba
akuntansi dan laba tunai. Maka data penelitian layak digunakan sebagai penelitian.
2. Uji Multikolinearitas
Pada perhitungan data dalam uji multikolinieritas dengan program Eviews
dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan kautsoyiannis, adapaun hasil
pengolahanya adalah sebagai berikut:
41
Tabel IV.4Uji Multikolinieritas Dengan Pendekatan Koutsoyiannis
Variabel Laba Akuntansi Terhadap Dividen Kas
Dependent Variable: DKMethod: Least SquaresDate: 12/02/12 Time: 05:17Sample: 1 87Included observations: 87
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 7.560213 3.079368 2.455119 0.0161LA 0.828177 0.060782 13.62529 0.0000
R-squared 0.685940 Mean dependent var 44.00000Adjusted R-squared 0.682245 S.D. dependent var 25.25740S.E. of regression 14.23754 Akaike info criterion 8.172361Sum squared resid 17230.14 Schwarz criterion 8.229049Log likelihood -353.4977 F-statistic 185.6486Durbin-Watson stat 1.328516 Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: data diolah dengan program Eviews
Tabel IV.5Uji Multikolinieritas Dengan Pendekatan Koutsoyiannis
Variabel Laba Tunai Terhadap Dividen Kas
Dependent Variable: DKMethod: Least SquaresDate: 12/02/12 Time: 05:19Sample: 1 87Included observations: 87
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 12.51695 3.838447 3.260942 0.0016
LTA 0.715524 0.075765 9.443929 0.0000R-squared 0.512021 Mean dependent var 44.00000Adjusted R-squared 0.506280 S.D. dependent var 25.25740S.E. of regression 17.74716 Akaike info criterion 8.613049Sum squared resid 26771.75 Schwarz criterion 8.669736Log likelihood -372.6676 F-statistic 89.18779Durbin-Watson stat 0.888082 Prob(F-statistic) 0.000000Sumber: data diolah dengan program Eviews
Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan pendekatan
Koutsoyiannis terlihat bahwa nilai R2 dari hasil estimasi Y = βo + β1X1 + β2X2 + e
adalah sebesar 0,685940, kemudian nilai R2 dari hasil estimasi Y = βo + β1X1 + e
adalah sebesar 0,685940 dan untuk nilai R2 dari hasil estimasi Y = βo + β2X2 + e
adalah sebesar 0,512021. Nilai Adjusted R2 dari persamaan Y = βo + β1X1 + β2X2
42
+ β3X3 + e adalah sebesar 0,678462. Hal ini berarti model tersebut termasuk model
yang bagus, maka layak sebagai penelitian selanjutnya. Dengan demikian,
mengikuti pedoman di atas dapat disimpulkan bahwa dalam model empirik tidak
ditemukan adanya masalah multikolinieritas.
3. Hasil Uji Autokorelasi
Autokorelasi digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi
linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem
autokorelasi. Untuk mendeteksi autokorelasi dalam penelitian ini maka digunakan
uji Breusch-Godfrey Serial Correlation LM, adapun hasil perhitungan uji
autokorelasi adalah sebagai berikut:
Tabel IV.5Hasil Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:F-statistic 1.861501 Probability 0.098077Obs*R-squared 10.89733 Probability 0.091602
Test Equation:Dependent Variable: RESIDMethod: Least SquaresDate: 12/01/12 Time: 23:39Presample missing value lagged residuals set to zero.
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 1.347803 3.123962 0.431440 0.6673LA -0.031364 0.122469 -0.256094 0.7986
LTA 0.003043 0.121059 0.025140 0.9800RESID(-1) 0.275031 0.116353 2.363764 0.0206RESID(-2) 0.114807 0.118032 0.972678 0.3337RESID(-3) 0.071429 0.117732 0.606705 0.5458RESID(-4) -0.064811 0.117945 -0.549499 0.5842RESID(-5) 0.086753 0.117684 0.737168 0.4632RESID(-6) -0.013288 0.116656 -0.113906 0.9096
R-squared 0.125257 Mean dependent var -1.92E-15Adjusted R-squared 0.035539 S.D. dependent var 14.15452S.E. of regression 13.90072 Akaike info criterion 8.199456Sum squared resid 15071.94 Schwarz criterion 8.454550Log likelihood -347.6763 F-statistic 1.396126Durbin-Watson stat 1.921224 Prob(F-statistic) 0.211449
43
Sumber: data diolah dengan program Eviews
Dasar pengambilan keputusan adalah berdasarkan probabilitas :
a. Jika nilai probabilitas > α = 5% maka data tidak bersifat autokorelasi
b. Jika nilai probabilitas ≤ α = 5% maka data tidak bersifat ada autokorelasi
c. Jika nilai probabilitas < α = 5% maka data bersifat autokorelasi
Pengujian autokorelasi ini dengan menggunakan uji LM (LM-test). Dari
hasil uji LM tersebut diketahui besarnya nilai Obs*R-squared adalah sebesar
10,89733 dengan probabilitynya sebesar 0,091602, dimana nilai ini lebih besar dari
α = 5%. Pengujian ini memiliki hipotesis bila nilai Probability > dari α = 5% berarti
data tidak mengandung masalah autokorelasi. Dan dari hasil data diatas, maka
dapat disimpulkan bahwa model empirik hasil estimasi persamaan lolos dari
masalah autokorelasi.
4. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah keadaan dimana terjadinya ketidaksamaan varian
dari residual pada model regresi.Model regresi yang baik mensyaratkan tidak
adanya masalah heteroskedastisitas. Jika terjadi heteroskedastisitas, maka dapat
menyebabkan penaksir atau estimator menjadi tidak efisien dan nilai koefisien
determinasi akan menjadi sangat tinggi.
Tabel IV.1Hasil Uji Heteroskedastisitas
White Heteroskedasticity Test:F-statistic 2.231459 Probability 0.058937Obs*R-squared 10.53291 Probability 0.061469
Test Equation:Dependent Variable: RESID^2Method: Least SquaresDate: 12/01/12 Time: 23:38Sample: 1 87Included observations: 87
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -107.9726 120.7378 -0.894273 0.3738LA 11.28395 8.350024 1.351368 0.1803
LA^2 -0.067075 0.173172 -0.387334 0.6995LA*LTA 0.006472 0.239605 0.027009 0.9785
44
LTA 6.881437 8.309887 0.828102 0.4100LTA^2 -0.131358 0.167002 -0.786568 0.4338
R-squared 0.121068 Mean dependent var 198.0475Adjusted R-squared 0.066813 S.D. dependent var 341.4148S.E. of regression 329.8122 Akaike info criterion 14.50140Sum squared resid 8810865. Schwarz criterion 14.67146Log likelihood -624.8107 F-statistic 2.231459Durbin-Watson stat 1.256723 Prob(F-statistic) 0.058937
Pengujian ini mengggunakan metode uji White Heteroscedasticity – no
cross term. Untuk dapat memutuskan ada tidaknya masalah heteroskedastisitas
dalam hasil estimasi persamaan adalah dengan melihat apakah nilai Probability dari
nilai Obs*R-squared harus lebih besar dari nilai (α = 5%). Dari hasil pengujian
Heteroskedastisitas diperoleh nilai Probability dari nilai Obs*R-squared ialah
bernilai 0.061469 yang mana nilai tersebut lebih besar dari α = 5% maka dapat
disimpulkan bahwa hipótesis yang menyatakan bahwa model empirik bebas dari
masalah heteroskedastisitas diterima. Dengan kata lain, hasil estimasi persamaan
lolos dari masalah heteroskedastisitas.
4.1.3 Uji Hipotesis
Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetauhi pengaruh antara variabel
independen terhadap variabel dependen, dalam analisis regresi linier berganda
dilakukan dengan beberapa uji yang terdiri dari uji F, uji t, uji determinasi dan uji
persamaan regresi linier berganda, berikut ini merupakan hasil uji regresi linier
berganda dengan bantuan program eviews adalah sebagai berikut:
Tabel IV.14Hasil Analisis Regresi lInier Berganda
Dependent Variable: DKMethod: Least SquaresDate: 12/01/12 Time: 23:33Sample: 1 87Included observations: 87
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 7.556073 3.181894 2.374709 0.0198LA 0.827580 0.121340 6.820346 0.0000
LTA 0.000691 0.121340 0.005692 0.9955R-squared 0.685940 Mean dependent var 44.00000Adjusted R-squared 0.678462 S.D. dependent var 25.25740S.E. of regression 14.32203 Akaike info criterion 8.195349Sum squared resid 17230.13 Schwarz criterion 8.280381Log likelihood -353.4977 F-statistic 91.73229Durbin-Watson stat 1.328179 Prob(F-statistic) 0.000000
45
1. Uji F (Uji Simultan)
Uji F atau uji koefisien regresi secara serentak, yaitu untuk mengetahui
pengaruh variabel independen secara serentak terhadap variabel dependen
(bersama-sama mempengaruhi), apakah pengaruhnya signifikan atau tidak. Kriteria
pengambilan keputusan yaitu jika nilai signifikansi < 0,05 maka terdapat pengaruh
signifikan di mana variabel independen berpengaruh secara signifikan terhadap
variabel dependen.
Tabel IV.6
Hasil Uji F (Uji Simultan)
ANOVAb
Model Sum of
Squares
df Mean Square F Sig.
1
Regression 356.918 2 178.459 176.548 .000b
Residual 84.909 84 1.011
Total 441.827 86
a. Dependent Variable: LN_DK
b. Predictors: (Constant), LN_LTA, LN_LA
Sumber: data diolah
Berdasarkan data di atas diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000. Karena nilai
signifikansi kurang dari 0,05 maka terdapat pengaruh signifikan variabel independen
terhadap variabel dependen.
2. Uji t (Uji Parsial)
46
Uji t untuk mengetahui pengaruh variabel independent secara parsial terhadap
variabel dependen, apakah pengaruhnya signifikan atau tidak. Kriteria pengambilan
keputusan yaitu jika nilai signifikansi <0,05 maka terdapat pengaruh signifikan
variabel independen terhadap variabel dependen.
Tabel IV.7
Hasil Uji t (Uji Parsial)
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) -2.723 1.795 -1.517 .133
LN_LA .886 .123 .785 7.212 .000
LN_LTA .167 .146 .125 1.144 .256
a. Dependent Variable: LN_DK
Sumber: data diolah
Dari data di atas diperoleh hasil bahwa nilai signifikansi pada Laba Akuntansi
(X1) sebesar 0,000. Karena nilai signifikansi pada Laba Akuntansi kurang dari 0,05
maka dapat dikatakan bahwa Laba akuntansi (X1) berpengaruh secara signifikan
terhadap variabel dependen yaitu Dividen Kas (Y). Sedangkan nilai signifikansi pada
Laba Tunai (X2) sebesar 0,256. Karena nilai signifikansi pada Laba Tunai lebih besar
dari 0,05 maka tidak ada pengaruh signifikan. Artinya Laba Tunai (X2) tidak
berpengaruh terhadap Dividen Kas (Y).
4. Analisis Regresi Linier Berganda
a. Uji Koefisien Korelasi (R)
Untuk nilai R kriteria pengambilan keputusan yaitu :
Nilai RHubungan antara variabel dependen dan
variabel independen
R < 0,05 LEMAH
47
R 0,05 – 0,8 SEDANG
R > 0,8 KUAT
Sumber:???
Dari model summary pada tabel IV.4, nilai R sebesar 0,899 jadi angak tersebut
menyatakan hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen adalah
kuat.
b. Uji Koefisien Determinasi(Adj R Square)
Koefisien determinasi (Adj R Square) digunakan untuk mengetahui seberapa besar
prosentase sumbangan pengaruh variabel independen secara serentak terhadap
variabel dependen.
Tabel IV.8
Hasil Uji Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-
Watson
1 .899a .808 .803 1.00540 1.417
a. Predictors: (Constant), LN_LTA, LN_LA
b. Dependent Variable: LN_DK
Sumber: data diolah
48
Dari data di atas dapat diketahui nilai Adj R Square adalah 0,803. Jadi variabel
independen mempengaruhi variebel dependen sebesar 80,3% sedangkan sisanya
sebesar 19,7% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti (di luar penelitian ini).
c. Uji Persamaan Regresi Linier Berganda
Adapun hasil regresi linier berganda pengaruh laba akuntansi dan laba
tunaiterhadapdividen kasadalah sebagai berikut:
Tabel IV.9
Hasil Uji Persamaan Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) -2.723 1.795 -1.517 .133
LN_LA .886 .123 .785 7.212 .000
LN_LTA .167 .146 .125 1.144 .256
a. Dependent Variable: LN_DK
Sumber: data diolah
Dari tabel di atas dapat dirumuskan suatu persamaan regresi untuk mengetahui
pengaruh laba akuntansi dan laba tunai terhadap dividen kas sebagai berikut:
Y = -2,723 + 0,886 X1 + 0,167 X2+ ei
Keterangan :
Y = Dividen Kas
a = Konstanta
X1 =Laba Akuntansi
X2 = Laba Tunai
ei = error term
49
Koefisien-koefisien persamaan regresi linier berganda di atas dapat diartikan
koefisien regresi untuk konstan sebesar -2,723 menunjukkan bahwa jika variabel laba
akuntansi dan laba tunai bernilai nol maka nilai dividen kas akan menurun sebesar
2,723 satuan. Sedangkan variabel laba akuntansi sebesar 0,886 menunjukkan bahwa
jika variabel laba akuntansi meningkat 1 satuan maka akan meningkatkan dividen kas
sebesar 0,886 satuan. Variabel laba tunai sebesar 0,167 menunjukkan bahwa jika
variabel laba tunai meningkat 1 satuan maka akan meningkatkan dividen kas sebesar
0,167 satuan.
5. Kesimpulan Statistik Mengenai Hipotesis Nol (H0)
Pengambilan keputusan berdasarkan probabilitas (signifikansi)
a. Pengujian koefisien β1 (Laba Akuntansi)
Kesimpulan
Dapat diketahui bahwa probabilitas sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05 maka
hipotesis nol ditolak, jadi dapat disimpulkan bahwa Laba Akuntansi berpengaruh
terhadap Dividen Kas.
b. Pengujian koefisien β2 (Laba Tunai)
Kesimpulan
Dapat diketahui bahwa probabilitas sebesar 0,256 lebih besar dari 0,05 maka
hipotesis nol diterima, jadi dapat disimpulkan bahwa Laba Tunai tidak berpengaruh
terhadap Dividen Kas.
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil pengolahan data statistik di atas, maka dapat diperoleh temuan atau
hasil penelitian sebagai berikut :
Hipotesis 1
H0 : Tidak terdapat pengaruh Laba Akuntansi terhadap Dividen Kas.
H1 : Terdapat pengaruh Laba Akuntansi terhadap Dividen Kas.
Hipotesis pertama (H1) menjelaskan bahwa H0 ditolak, artinya terdapat pengaruh
Laba Akuntansi terhadap Dividen Kas karena nilai signifikansi pada Laba Akuntansi
50
kurang dari 0,05, yaitu sebesar 0,000.
Hipotesis 2
H0 : Tidak terdapat pengaruh Laba Tunai terhadap Dividen Kas.
H2 : Terdapat pengaruh Laba Tunai terhadap Dividen Kas.
Hipotesis kedua (H2) menjelaskan bahwa H0 diterima, artinya tidak terdapat
pengaruh Laba Tunai terhadap Dividen Kas karena nilai signifikansi pada Laba Tunai
lebih besar dari 0,05, yaitu sebesar 0,256.
Penelitian ini sesuai dengan landasan teori yang dijelaskan dalam Bab II. Di
mana laba akuntansi diambil dari laba bersih yang tertera di Laporan Laba Rugi
perusahaan manufaktur. Laba Akuntansi tersebut merupakan selisih dari hasil
penjualan setelah dikurangi dengan harga pokok dan biaya-biaya yang dikeluarkan
untuk mendapatkan penghasilan tersebut. Sedangkan untuk Laba Tunai diambil dari
Neraca dan laporan Laba Rugi, di mana Laba Tunai tersebut merupakan Laba
Akuntansi setelah diperhitungkan dengan beban-beban non kas, seperti beban
penyusutan dan amortisasi. Untuk Dividen Kas diambil dari Laporan Perubahan
Ekuitas tahun berikutnya. Dividen Kas merupakan pembagian uang kas dari laba
sebuah perseroan kepada pemegang sahamnya.
Dari penelitian ini, dapat diketahui bahwa semua perusahaan manufaktur yang
penulis teliti dari periode tahun 2008 sampai tahun 2010 dapat membagikan sebagian
besar keuntungan atau laba perusahaan sebagai dividen. Dalam hal ini lebih
difokuskan pada Dividen Kas. Di samping itu, Laba Akuntansi mempunyai pengaruh
yang besar terhadap pembagian Dividen Kas.
Berdasarkan analisa dan pembahasan yang telah penulis lakukan, penelitian
yang penulis lakukan ternyata tidak sesuai dengan penelitian sebelumnya. Dari
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Murtanto dan Feiruza (2004) terhadap 20
perusahaan yang bergerak di sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI
pada periode tahun 1999 sampai dengan 2001, menyatakan bahwa ada hubungan
positif dan kuat antara Laba Akuntansi terhadap Dividen Kas dan hubungan positif
antara Laba Tunai dengan Dividen Kas. Namun, Laba Akuntansi memiliki hubungan
yang lebih signifikan terhadap Dividen Kas daripada Laba Tunai terhadap Dividen
Kas.Sedangkan hasil dari penelitian ini, hanya Laba Akuntansi yang mempunyai
51
perngaruh signifikan terhadap Dividen Kas, untuk Laba Tunai tidak berpengaruh
terhadap Dividen Kas.
Perbandingan hasil penelitian yang diperoleh dengan penelitian sebelumnya
yaitu sebagai berikut :
1. Penelitian ini dilakukan terhadap 29 perusahaan manufaktur di Indonesia,
sedangkan penelitian sebelumnya dilakukan terhadap 20 perusahaan yang bergerak
di sektor industri barang konsumsi.
2. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan pada periode tahun 2008 sampai
dengan 2010, sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan sampel perusahaan
pada periode tahun 1999 sampai dengan 2001 (walaupun sama-sama dalam jangka
waktu 3 tahun).
3. Penelitian ini menggunakan model Regresi Linier Berganda dan diolah dengan
menggunakan SPSS, sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan Korelasi
Rank Spearman dan diolah dengan menggunakan cara manual yaitu dengan
menggunakan rumus dan membandingkan dengan tabel t.
4. Hasil dari penelitian ini adalah Laba Akuntansi mempunyai pengaruh signifikan
terhadap Dividen Kas, untuk Laba Tunai tidak mempunyai pengaruh terhadap
Dividen Kas, sedangkan hasil penelitian sebelumnya menyatakan bahwa baik Laba
Akuntansi maupun Laba Tunai semuanya memiliki hubungan dengan Dividen Kas
namun Laba Akuntansi hubungannya lebih kuat terhadap Dividen Kas daripada
Laba Tunai terhadap Dividen Kas.
top related