transparansi pemanfaatan dana program nasional
Post on 01-Oct-2021
3 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
TRANSPARANSI PEMANFAATAN DANA PROGRAM NASIONAL
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) DESA TARENGGE
KECAMATAN WOTU KABUPATEN LUWU TIMUR
MUTMAINNA
Nomor Stambuk : 10561 04051 11
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADYAH MAKASSAR
2015
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
TRANSPARANSI PEMANFAATAN DANA PROGRAM NASIONAL
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PEDESAAN DI DESA
TARENGGE KECAMATAN WOTU KABUPATEN LUWU TIMUR
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Ilmu Administrasi Negara
Disusun dan Diajukan Oleh
MUTMAINNA
No. Stambuk : 105610405111
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOCIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2051
iii
iv
v
vi
ABSTRAK
Mutmainnah, 2015. Transparansi Pemanfaatan Dana Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat PNPM MP Di DesaTarengge Kecamatan Wotu
Kabupaten Luwu Timur(Dibimbing Oleh Andi Nuraeni Aksa Dan
Burhanuddin).
Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini bagaimana transparansi
pemanfaatan dana program nasional pemberdayaan masyarakat di desatarengge
kecamatan wotu kabupaten luwu timur Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
transparansi pemanfaatan dana program nasional pemberdayaan masyarakat
PNPM MP.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pemanfaatan dana
program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri pedesaan di desa tarengge
kecamatan wotu kabupaten luwu timur dan untuk mengetahui bagaimana
bagaimana transparansi pemanfaatan dana program nasioanal pemberdayaan
masyarakat di desa tarengge. Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif kualitatif
(menjelaskan kondisi objek secara alamiah) dengan informan sebayak 7 (tujuh)
orang yang dipilih berdasarkan pandanagan bahwa informa nmemiliki
pengetahuan dan informasi mengenai permasalahan yang di teliti yakni fasilitator
PNPM MP, Tim Pengelolah Kegiatan (TPK), Ketua BPD, danTokoh Masyarakat.
Data yang dikumpulkan dengan menggunakan instrument berupa: observasi dan
dokumentasi serta dikembangkan dengan wawancara terhadap informan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa transparansi pemanfaatan dana
program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri pedesaan (PNPM MP) di
desa tarengge kecamatan wotu kabupaten luwu timur kurang efektif dalam hal ini
tidak trasparansi karna melihat adanya beberapa indicator transparansi belum
sepenuhnya terlaksana, seperti kurangnya informasi yang di terimah oleh
masyarakat mengenai besaran dana yang dikelolah oleh tim pengelolah kegiatan
(TPK) disetiap desa. Keterlibatan masyarakat dalam hal musyawarah antar dusun
penetapan ususlan dan pembahasan tentang dana yang dikelolah oleh PNPM MP
di setiap desa. Dengan beberapa indicator itulah yang membuat penulis
menyimpulkan bahwa pemanfaatan dana program nasional pemberdayaan
masyarakat mandiri pedesaan (PNPM MP) kurang efektif dalam hal ini kurang
trasparansi.
Kata Kunci: Transparansi, Pemanfaatan, Dana PNPM
vii
KATA PENGANTAR
“Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh”
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadiran Allah SWT, berkat limpahan
rahmat dan karunianya semoga kita senantiasa berada dalam lindungan-Nya.
Teriring salam dan shalawat pada junjungan Rasulullah SAW dan keluarga yang
dicintainya beserta sahabat-sahabatnya, sehingga skripsi yang berjudul
“Transparansi Pemanfaatan Dana Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
PNPM Desa Tarengge Kecamatan Wotu Kabupaten Luwu Timur” dapat penulis
selesaikan dengan dengan baik dan tepat waktu. Penulis menyusun skripsi ini
sebagai karya ilmiah yang merupakan persyaratan untuk memperoleh gelar
sarjana pada program studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.
Penulis menyadari bahwa didalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik dari segi teknik penulisan dari segi isinya. Untuk itu, penulis
menerima segala bentuk usul, saran ataupun kritikan yang sifatnya membangun
demi penyempurnaan berikutnya. Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis
tidak terlepas dari berbagai rintangan, mulai dari pengumpulan literature,
pengumpulan data sampai pada pengelolaan data maupun dalam tahap penulisan.
Namun dengan kesabaran dan ketekunan yang dilandasi dengan rasa tanggung
jawab selaku mahasiswa dan juga bantuan dari berbagai pihak, baik material
maupun moril, akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Pada
kesempatan yang baik ini pula, penulis juga menyampaikan rasa terima kasih dan
penghargaan kepada:
viii
1. Ibu Hj. A. Nuraeni Aksa, SH.,MH selaku pembimbing 1, yang telah mendidik,
membantu, dan mengarahkan penulis hingga penyelesaian skripsi ini dan DR.
Burhanuddin, S.Sos., M.Si selaku pembimbing II, yang telah meluangkan
waktunya membimbing dan mengarahkan penulis serta memberikan motifasi
dan mengarahkan hingga penyelesaian skripsi ini.
2. Bapak DR. H. Muhlis Madani, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan
Ilmu politik Universitas Muhammadiyah Makassar beserta seluruh stafnya.
3. Bapak DR. Burhanuddin, S.Sos, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi
Negara Fakultas Ilmu social Dan Ilmu Politik.
4. Bapak DR. H. Irwan Akib, M.Pd selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Makassar yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
menyelesaikan studi Starata Satu (S1) dan yang telah membina Uiversitas
Muhammadiyah Makassar dengan sebaik-baiknya.
5. Bapak Fasilitator Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri
Pedesaan (PNPM MP) Di Desa Tarengge Kecamtan Wotu Kabupaten Luwu
Timur.
6. Untuk kedua orang tua penulis ayahanda H. Burhanuddin dan Ibunda Hj.
Sahra yang selama ini selalu membimbing serta mengarahkan kearah yang
lebih baik, dan telah memberikan dukungan moril serta pengorbanan materi
selama ini dengan sabar mengajari penulis disetiap kesalahan-kesalahan yang
diperbuat oleh penulis. Untuk kasih sayang yang selalu diberikan penulis dan
terima kasih untuk semuanya.
ix
7. Seluruh keluarga besar yang senantiasa memberikan motivasi dan bantuannya
kepada penulis untuk menyelesaikan studi, terima kasih atas bantuan moril
dan materi yang selalu diberikan kepada penulis.
Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun
sangat penulis harapkan. Semoga karya skripsi ini bermanfaat dan dapat
memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak membutuhkan.
“Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh”
Makassar, 6 November 2015
x
DAFTAR ISI
Halaman Persetujuan ........................................................................................... ii
Halam Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ............................................................ iii
Daftar Isi .............................................................................................................. iv
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 7
D. Kegunaan Penelitian.................................................................................. 7
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian, Konsep dan Teori ................................................................... 9
B. Kerangka Pikir .......................................................................................... 34
C. Fokus Penelitian ....................................................................................... 36
D. Deskripsi Fokus Penelitian ........................................................................ 36
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan lokasi penelitian ...................................................................... 39
B. Jenis dan Tipe penelitian .......................................................................... 39
C. Sumber Data .............................................................................................. 39
D. Informan Penelitian ................................................................................... 40
E. Teknik Pengumpulan data ......................................................................... 41
F. Teknik Analisis Data ................................................................................. 41
G. Pengabsahan Data ..................................................................................... 42
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Keadaanpenyaluran PNPM di DesaTarengge. .......................................... 45
B. TransparansiPemanfaatan Dana Program
NasionalPemberdayaanMasyarakat PNPM MandiriPedesaan. ................. 51
BABV. PENUTUP
A. Kesimpulan. .............................................................................................. 78
B. Saran. ......................................................................................................... 79
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 80
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Selain itu
kebutuhan dari pemerintah yang terjadi di dalam masalah tidak transparansinya
pemerintah dalam hal program – program yang telah mereka keluarkan. Persoalan
lain yang mengakibatkan ketidaktransparansinya pemerintah seperti, adanya
pengangguranyang dipicu oleh rendahnya kesempatan dan peluang kerja bagi
angkatan kerja di perdesaan. Upaya untuk menanggulanginya harus menggunakan
pendekatan multi disiplin yang berdimensi pemberdayaan dan kewenangan
pemerintah untuk mengetahui perlakuan oleh para staf pemerintah.
Mulai tahun 2007 pemerintah Indonesia telah mencanangkan program
nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri yang terdiri dari PNPM
mandiri perdesaan, PNPM mandiri perkotaan, serta PNPM mandiri wilayah
khusus dan desa tertinggal hanya saja masyarakat dan pemerintah belum
melakukan kerjasama yang baik, sehingga masyarakat belum memahami tentang
pentingnya PNPM bagi kehidupannya. Beberapa keberhasilan PPK adalah berupa
penyediaan lapangan kerja dan pendapatan bagi kelompok rakyat miskin,
mekanisme pelaporan dibuat dalam beberapa tingkatan masyarakat, yang biasanya
masyarakat melaporkan tindak penipuan yang ketika masalah itu belum
terselesaikan, sehingga jika masalah itu tidak terselesaikan, maka dialihkan
kepada pemerintah yang menangani permaslahan penipuan terhadap masayarakat,
1
2
untuk itu pemerintah lebih transparan dan berpartispasi serta memerlukan hasil
untuk menumbuhkan kebersamaan terhadap masyarakat.
Efektivitas dan efisiensi dari kegiatan yang dilaksanakan baik oleh
Pemerintah pusat maupun pemerintah daerah selama ini sering berduplikasi antar
proyek sehingga diharapkan pengintegrasian berbagai program Pemberdayaan
masyarakat ke dalam kerangka kebijakan PNPM Mandiri, masalah lain ketika
ppm yang diperlukan jika dapat dilibatkan para media, sehingga proses menjadi
lebih cepat hanya saja, pemerintah harus lebih mengajak masyarakat dalam
Pelaksanaan PNPM Mandiri yang berdasar pada indikator-indikator MDGS
adalah kesepakatan global untuk mencapai target pembangunan bersama yaitu,
memberantas kemiskinan dan kelaparan, pendidikan dasar untuk semua,
kesetaraan jender dan pemberdayaan Perempuan, mengurangi angka kematian
anak, meningkatkan kesehatan ibu, memerangi penyakit menular dan penyakit
lainnya, menjamin kelestarian lingkungan hidup, dan mengembangkan emitraan
Global untuk pembangunan.
Prinsip transparansi aparatur dan sistem manajemen pemerintah harus
mengembangkan keterbukaan dan sytem akuntabilitas, harus bersikap terbuka
untuk mendorong pimpinan dan seluruh sumber daya manusia didalamnya
berperan dalam mengamalkan dan melembagakan kode etik, serta dapat
menjadikan mereka sebagai panutan masyarakat dalam rangka pelaksanaan
pertanggung jawaban kepada masyarakat dan negara.
Transparansi penyelenggaraan pelayanaan publik merupakan pelaksanaan
tugas dan kegiatan yang bersifat terbuka bagi masyarakat dari proses kebijakan,
3
perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan atau pengendaliannya, serta muda
diakses oleh semua pihak yang membutuhkan informasi.
PNPM Mandiri pedesaan merupakan program yang dirancang bersifat
partisipatif dengan melibatkan masyarakat secara aktif dalam setiap tahap
kegiatan seperti yang tercantum dalam PNPM Mandiri Perdesaan dan Pelaksanaan
UU No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa, kemudian Dua peraturan pemerintah (PP)
telah diterbitkan untuk mendukung pelaksanaan UU Desa tersebut, masing-
masing; PP No. 43 tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang
No. 6 Tahun 2014 tentang Desa, dan PP No. 60 Tahun 2014 tentang ; Dana Desa
Yang Bersumber Dari Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara. Tinggal
menunggu beberapa Peraturan Menteri yang akan mengatur teknis pelaksanaan
UU Desa tersebut, diantaranya; Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri)
yang mengatur tentang mekanisme pendampingan, dan Permendagri yang
mengatur tentang perencanaan, serta Permendagri yang mengatur tentang
pengelolaan keuangan dan pertanggung jawaban pemeritah desa.
.PNPM Mandiri Pendesaan merupakan program yang dirancang bersifat
partisipatif dan melibatkan masyarakat secara aktif dalam setiap tahap kegiatan.
Jenis kegiatan yang dapat dilakukan dalam program ini meliputi kegiatan sosial,
ekonomi dan lingkungan. Program pemberdayaan masyarakat ini dapat dikatakan
sebagai program pemberdayaan masyarakat terbesar di tanah air. Dalam
pelaksanaannya, program ini memutuskan kegiatan bagi masyarakat indonesia
paling miskin diwilayah pedesaan. Program ini menyediakan fasilitasi
4
pemberdayaan masyarakat/kelembagaan lokal, pendampingan, pelatihan, serta
dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) kepada masyarakat secara langsung.
Dasar hukum PNPM Mandiri pedesaan mengacu pada landasan konstitusi
UUD 1945 beserta amandemennya, landasanidil pancasila, dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, serta landasan khusus pelaksanaan PNPM
Mandiri yang aka disusun kemudian. Peraturan perundang-undangan khususnya
terkait sistem pemerintahan, perencanaan, keuangan negara, dan kebijakan
penanggulanagan kemiskinan.
PNPM Mandiri Pedesaan, seluruh anggota masyarakat diajak terlibat
dalam setiap kegiatan secara transparan, mulai dari proses perencanaan,
pengambilan keputusan dalam penggunaan dan penggolahan dana sesuai
kebutuhan paling prioritas di desanya, sampai pada pelaksanaan kegiatan dan
pelestarian. Pelaksanaan PNPM Mandiri Pedesaan ada di bawah binaan Direkorat
Jendral Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD), Kementrian Dalam Negeri.
Program ini didukung dengan pembiayaan yang berasal dari alokasi Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), alokasi Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD), dana pinjaman /hibah luar negeri dan sejumlah lembaga
pemberi bantuan dibawah koordinasi Bank Dunia.
Ketentuan dasar PMPN Mandiri Pedesaan merupakan ketentuan pokok
yang digunakan sebagai acuan bagi masyarakat dan pelaku lainnya dalam
melaksanakan kegiatan, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan pengawasan
dan pelestarian. Ketentuan dasar PMPN Mandiri Pedesaan dimaksudkan untuk
mencapai tujuan secara lebih terarah.
5
Masyarakat di desa Tarengge adalah salah satu cerminan masyarakat yang
kehidupannya tertinggal dibanding dengan masyarakat didaerah lainnya karena
tingkat pendidikan masyarakat yang relatif rendah, dikarenakan kurangnya
pembangunan sekolah dan tenaga pengajar yang dirasa sangat berperang penting
dalam peningkatan sumber daya manusia yang ada disana. Selain itu opini
masyarakat yang menganggap bahwa pendidikan bukanlah sesuatu yang penting
juga ikut menjadi penghambat dalam peningkatan pendidikan masyarakat,
sehingga anak-anak mereka lebih sering diarahkan untuk membantu para orang
tuanya disawah, dikebun tempat orang tua mereka mencari nafka dan kurangnya
kerjasama antara aparatur desa dengan masyarakatnya, sehingga untuk
mendapatkan informasi tentang bantuan dari program PNPM sulit untuk di
dapatkan.
Kecamatan Wotu merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Luwu
Timur yang terdiri dari 12 Desa/Kelurahan.Dimana desa Tarengge merupakan
salah satu desa yang termasuk dalam kecamatan tersebut yang terdiri dari 12
kelompok ekonomi dengan usaha yang berbeda-beda. Mata pencaharian
masyarakat desa Tarengge juga beranek ragam, ada yang berprofesi sebagai
petani, pedagang, maupun pengusaha kecil/rumah tangga lokal. Dari kondisi yang
ada di lapangan dapat diketahui bahwa, sebagaian penduduk desa tarengge masih
tergolong pada tingkat menengah kebawah sehingga, desa tarengge juga
merupakan salah satu lokasi PNPM Mandiri Pedesaan.
Desa tarengge merupakan desa yang letak geografisnya yang berada di
Kabupaten paling timur di Sulawesi selatan kondisi didesa tarengge yang cukup
6
memperhantinkan sebelum adanya PNPM Mandiri Pedesaan karena desa tarengge
tidak mengalami yang namanya perkembangan baik dalam pembangunan renase
maupun perbaikan jalan, dan pembangunan posyanduh.
Kenyataan yang ada di Desa Tarengge ini penyaluran dana PNPM Mandiri
Pedesaan ini masih menimbulkan tanda tanya karena berdasarkan pengamatan
yang telah dilakukan, dana ini yang seharusnya disalurkan secara merata kepada
semua masyarakat yang membutuhkan namun yang pada kenyataannya yang
menerima dana alokasi yang berupa bunga menurun tersebut adalah mereka yang
hanya terbilang keluarga atau kerabat dari pengurus PNPM tersebut, sehingga
banyak masyarakat yang kecewa dan bertanya sebenarnya dana PNPM itu untuk
mensejahterakan rakyat atau hanya untuk menutupi kepentingan mereka yang
dekat dengan pengurusnya sehingga masyarakat menilai bahwa alokasi dana
tersebut tidak transparansi. Dana juga pada saat adanya pembangunan bangunan
yang menggunakan dana PNPM Mandiri hanya para keluraga pengurus dan
pengurus yang terlihat dalam pembangunan tersebut, semacam mengurus sebagai
kepada proyek atas bangunan tersebut dan para keluarga yang menjadi buruhnya
yang menyebabkan masyarakat yang lain tidak mempunyai akses untuk terlibat
dalam pengelolaan dana PNPM Mandiri tersebut.
Kemudian masalah ketersedian informasi mengenai program-program dan
dana yang dikelolah PNPM MP kepada masyarakat desa Tarengge mulai dari
papan-papan informasi yang di dapat masyarakat sangat kurang karena masih
banyak masyrakat yang belum tau tentang anggara dan program PNPM mandiri,
7
dikarena masih minimnya papan informasi yang disediakan oleh pihak PNPM
mandiri.
Untuk mengetahui tingkat transparansi PNPM Mandiri Pedesaan ini, maka
penulis mengambil judul “Transparansi Pemanfaatan DanaProgram Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) di Desa Tarengge Kecamatan Wotu
Kabupaten Luwu Timur”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana ketersediaan informasi dalam pemanfaatan dana PNPM di
desa tarengge kecamatan wotu kabupaten luwu timur?
2. Bagaimna keterlibatan masyarakat dalam pemanfaatan dana PNPM di
desa tarengge kecamatan wotu kabupaten luwu timur?
3. Bagaimana mekanisme pengaduan dalam pemanfaatan dana PNPM di
desa tarengge kecamatan wotu kabupaten luwu timur?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui ketersediaan informasi dalam pemanfaatan
danaPNPM di Desa Tarengge Kecamatan Wotu Kabupaten Luwu
Timur.
2. Untuk mengetahui keterlibataan masyarakat dalam pemanfaatan dana
PNPM di Desa Tarengge kecamatan Wotu Kabupaten Luwu Timur.
3. Untuk mengetahui mekanisme pengaduan dalam pemanfaatan dana
PNPM di Desa Tarengge Tarengge Kecamatan wotu Kabupaten luwu
Timur.
8
D. Kegunaan Penelitian
Ada beberapa kegunaan yang bisa didapatkan dari hasil penilitian ini yang
dapat membantu peneliti maupun unsur yang terkait didalamnya, yakni :
1. Manfaat akademis
a. Sebagai pelengkap bahan studi ilmu administrasi tentang gambaran
langsung pelaksanaan pembangunan fasilitas publik oleh program nasional
pemberdayaan masyarakat mandiri (PNPM Mandiri) milik pemerintah
dalam beberapa daerah yang tergolong terpencil dan terisolasi
b. Sebagai bahan perbandingan bagi mahasiswa yang konsen terhadap ide
atau pemikiran tentang pelaksanaan program pemberdayaan
masyarakatoleh pemerintah, serta bentuk pengambilan kebijakan dalam
pelaksanaan pembangunan dimasyarakat.
2. Manfaat praktis
a. Sebagai bahan masukan atau bahan pertimbangan dalam membuat
kebijakan atau program kerja dalam pengembangan pemerintahan daerah
terkhusus bagi mahasiswa ilmu administrasi.
b. Sebagai masukan bagi pemerintah dalam menjalankan peran serta
fungsinya sebagai pelaksana pembangunan fasilitas layanan sipil yang ada
untuk masyarakat.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian, Konsep dan Teori
a. KonsepTransparansi
Transparansi berasal dari kata transparency yang merupakan kata sifat
transparent yaitu kata yang menyatakan keadaan yang stransparan.(Webster
international dictionary).Taransparansi adalah materil yang memiliki sifat jernih,
tembus cahaya dan jelas. Transparan juga dapat berarti suatu benda yang memiliki
sifat untuk meneruskan cahaya yang diterimahnya sehingga benda tersebut dapat
mudah dilihat dengan jelas (oxford learners pocket dictionary).
Transparansi berarti keterbukaan pemerintah dalam memberikan informasi
yang terkait dengan aktifitas pengelolaan sumber daya public kepada pihak-pihak
yeg membutuhkan informasi. Dalam arti bahwa pemerintah berkewajiban untuk
memberikan informasi yang dibutuhkan baik informasi keuangan maupun lainnya
yang akan digunakan untu pengambilan keputusan ekonomi sosial dan politik oleh
pihak yang berkepentingan.
Transparansi merupakan konsep yang sangat penting dan menjadi semakin
penting sejalan dengan semakin kuatnya keinginan untuk mengembangkan praktik
good governance. Praktik good governance mensyarakatkan adanya transparansi
dalam proses penyelenggaraan pemerintah secara keseluruhan. Pemerintah
dituntut untuk terbuka dan menjamin akses stakeholders terhadap berbagai
informasi mengenai proses kebijakan publik, alokasi anggaran untuk pelaksanaan
9
10
kebijakan, serta pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan kebijakan
(Dwiyanto, 2008:223).
Konsep transparansi dalah nilai utama dalam sitem pemerintahan. Konsep
utama aktivitas pemerintah harus diyakini berdasarkan transparansi.Terdapat
kekuatan public yang menuntut transparansi yang lebih besar.Pada hakekatnya
ada kaitannya dengan percepatan dan pengaruh pada organisasi swasta,
sebagaimana terus meningkatnya populasi masyarakat.Ini berarti tuntutan public
terhadap transparansi sudah semakin kuat.
Konteks pembangunan, transparansi adalah keadaan dimana setiap orang
dapat mengetahu proses pembuatan dan pegambilan keputusan dipemerintah
umum. Menurut UU no 28 tahun 2000 tentang penyelenggaraan pemerintahan
yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi, nepotisme, azas keterbukaan
(Transparansi) dalam penyelenggaraan untu memperoleh informasi yang benar,
jujur dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan pemerintah dearah dengan
tetep memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golonga dan rahasia
Negara.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa secara
makna kata transparansi adalah suatu keadaan atau sifat yang mudah dilihat
dengan jelas.Jika dikaitkan dengan konteks penyelenggaraan urusan
publik.Transfaransi adalah suatu kondisi dimana masyarakat mengetahui apa-apa
yang terjadi dan dilakukan oleh pemerintah dalam pelaksanaan urusan publik.
Transparansi dan keterbukaan tersebut bertujuan untuk menjelaskan
bagaimana pertanggung jawaban hendak dilaksanakan. Metode apa yang dipakai
11
untuk melaksanakan tugas, bagaimana realitas pelaksanaannya dan apa
dampaknya. Melalui transparansi penyelenggaraan pemerintah, masyarakat
diberikan kesempatan untuk mengetahui kebijakan yang akan atau telah diambil
oleh pemerintah sehingga masyarkat dapat memberik feedback atau outcomes
terhadap kebijakan yang telah diambil oleh pemerintah. Dengan demikian,
masyarakat dengan pribadi dapat mengetahui secara jelas dan tanpa ada yang
ditutup-tutupi tentang proses perumusan kebijakan publik dan implementasinya.
Transparansi lebih mengarah pada penjelasan mekanisme formulasi dan
implementasi kebijakan, program dan proyek yang dibuat dan dilaksanakan oleh
pemerintah. Pemerintah yang baik adalah pemerintah yang bersifat transparan
terhadap rakyat secara pribadi dapat mengetahui secara dan tajam tentang proses
perumusan kegiatan publik dan implementasinya. Dengan kata lain segala
kebijakan dan implementasi kebijakan baik dipusat maupun didaerah harus selalu
dilaksanakan secara terbuka dan diketahui oleh umum.
Transparansi publik yaitu:(Andrianto,2007:20) Transparansi adalah
Keterbukaan secara sungguh-sungguh, menyeluruh, dan memberi tempat bagi
partisipasi aktif dari seluruh lapisan masyarakat dalam proses pengelolaan
sumber daya publik. Selain itu, juga dirumuskan oleh Tanjung (Andrianto,
2007:35)menyatakan Transparansi adalah Keterbukaan dan kejujuran kepada
masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak
mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggung jawaban
pemerintahan dalam sumber daya yang di percayakan kepadanya dan
ketaatannya pada peraturan perundang-undangan.
12
Transparansi adalah keterbukaan atas semua tindakan dan kebijakan yang
diambil oleh pemerintah (Muhammad,2007:31). Prinsip transparansi menciptakan
kepercayaan timbal-balik antara pemerintah dan masyarakat melalui penyediaan
informasi dan menjamin kemudahan di dalam memperoleh informasi yang akurat
dan memadai. (Logos,2003:24) transparansi dan akuntabilitas merupakan konsep
yang berkaitan erat satu dengan yang lain, karena tanpa transparansi tidak
mungkin ada akuntabilitas. Sebaliknya transparansi tidak akan banyak bermanfaat
tanpa dilengkapi dengan akuntabilitas. Seperti halnya di bidang kebijakan publik
yang lain, keberadaan transparansi dan akuntabilitas merupakan syarat mutlak
untuk membangun kebijakan dan institusi yang efektif, efisien, dan adil
(equitable). Lingkup transparansi dan akuntabilitas harus menjangkau beberapa
tingkat kebijakan mulai dari perumusan kebijakan, pengambilan keputusan,
sampai pada pelaksanaannya yang terjadi di segenap institusi.
Berbagai definisi di atas dapat disimpukan bahwa transparansi merupakan
keterbukaan pemerintah kepada masyarakat untuk mengakses informasi
berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui
secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggung jawaban pemerintah tersebut.
(Smith,2004:66), proses transparansi meliputi:
1. Standart Procedural Requirement (persyaratan standar prosedur) bahwa
proses pembuatan peraturan harus melibatkan partisipasi dan
memperhatikan kebutuhan masyarakat.
2. Consultation Processes (proses kualitasi) adanya dialog antara pemerintah
dan masyarakat.
13
3. Appeal Right (permohonan izin), adlah perlindugan utama dalam proses
pengaturan standard an tidak berbelit-belit, transparan guna menghindari
adanya korupsi.
Sedangkan (Hidayat,2007:23), mengemukakan bahwa transparansi berarti
masyarakat harus dapat memperoleh informasi secara bebas dan mudah tentang
proses dan pelaksanaan keputusan yang diambil. (Solihin,2006:11) indikator
minimal suatu lembaga transparan antara lain.
1. Tersedianya informasi yag memadai pada setiap proses penyusunan dan
implementasi kebijakan public.
2. Adanya akses pada informasi yang siap, mudah dijangkau bebas diperoleh
dan tepat waktu.
Dalam bukunya Rewansyah Asmawi transparansi atau keterbukaan dapat
dilihat dari tiga aspek yakni:
1. Adanya keterlibatan masyarakat dalam setiap mengambil kebijakan.
2. Adanya akses informasi sehingga masyarakat dapat menjangkau setiap
segi kebijakan pemerintah.
3. Berlakunya (chek and balance) antara lembaga eksekutifa dan legislative.
Adapun Indikator transparansi yaitu prinsipyang menjamin akses atau
kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh informasi tentang
penyelenggaraan pemerintahan, yakni informasi mengenai kebijakan, proses
pembuatan, pelaksanaan, dan hasil yang dicapai. (Mardiasmo,2004:17) bahwa
prinsip ini menekankan beberapa aspek yaitu:
a. Komunikasi publik oleh pemerintah.
14
b. Hak masyarakat terhadap akses informasi.
c. Penyediaan informasi yang jelas tentang tanggung jawab.
d. Kemudahan akses informasi.
e. Menyusun suatu mekanisme pengaduan jika ada peraturan yang
dilanggar atau permintaan untuk membayar uang suap.
f. Meningkatkan arus informasi melalui kerjasama dengan media
massa dan lembaga non pemerintah.
Prinsip transparansi bertujuan untuk membangun rasa saling percaya antara
pemerintah dengan public dimana pemerintah harus memberikan informasi yang
akurat kepada public yang membutuhkannya.Terutama informasi yang berkaitan
dengan informasi masalah-masalah hukum, peraturan dan hasil-hasil yang dicapai
dalam pelaksanaan urusan pemerintahan.Adanya mekanisme yang memungkinkan
masyarakat dapat mengakses informasi-informasi yang relefan, adanya peraturan
yang mengatur adanya kewajiban pemerintah daerah untuk menyediakan
informasi pada masyarakat, sera menumbuhkan budaya kritis di tengah
masyarakat untuk mengkritisi kebijakan public yang dihasilkan
pemerintah.Prinsip transparansi menciptakan kepercayaan timbal-balik antara
pemerintah dan masyarakat melalui penyediaan informasi dan menjamin
kemudahan di dalam memperoleh informasi yang akurat dan
memadai.(Darma,2007:17) informasi adalah suatu kebutuhan penting bagi
masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengelolaan sekolah. Berkaitan dengan hal
tersebut sekolah butuh proaktif memberikan informasi lengkap tentang kebijakan
dan layanan yang disediakannya kepada masyarakat.
15
Transparansi harus dibangun dalam kerangka kebebasan dan aliran
informasi. Bebas akses kelembagaan dan informasi harus di akses secara bebas
oleh mereka yang membutuhkannya, dan informasinya harus dapat secara
memadai dan mudah di mengerti sehingga dapat digunakan sebagai alat
monitoring dan evaluasi. Rakyat secara pribadi dapat mengetahui secara jelas dan
tanpa ada yang ditutup-tutupi dalam proses perumusan kebijakan publik dan
tindakan pelaksanaannya (implementasinya). Segala tindakan dan kebijkan
pemerintah, baik dipusat maupun didaerah, harus dilaksanakan secara terbuka dan
diketahui secara umum.
Implementasi Keterbukaan dan Transparansi dalam Penyelenggaraan
Pemerintahan di Indonesia. Transparansi keterbukaan pemerintah dalam
memberikan informasi yang terkait dengan aktifitas pengelolah sumber daya
publik pada pihak-pihak yang membutuhkan informasi. Dalam arti bahwa
pemerintah berkewajiban untuk memberikan informasi yang dibutuhkan baik
informasi keuangan maupun lainnya yang akan digunakan untuk pengambilan
keputusan ekonomi sosial dan politik oleh pihak yang berkepentingan.
Pengelolaan dana yang transparan akan membuat orang lain dalam hal ini
akan orang tua siswa, masyarakat, dan pemerintah dapat mengetahui untuk apa
saja dana sekolah itu dibelanjakan. Prinsip transparansi dapat diukur melalui
indikator, yaitu: 1) mekanisme yang menjamin system keterbukaan dan
standarisasi dari semua proses pelayanan publik; 2)Mekanisme yang memfasilitasi
pertanyaan-pertanyaan publik tentang berbagai kebijakan dan pelayanan publik,
maupun proses-proses didalam sektor publik; 3) mekanisme yang memfasilitasi
16
pelaporan maupun penyebaran informasi dan penyimpanan tindakan aparat publik
di dalam kegiatan melayani.
Transparansi pengelolaan keuangan secara keseluruhan sangat dipengaruhi
oleh beberapa aspek, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan
pertanggung jawaban. Menurut Nugroho dalam(Randi,2004:128), transparansi
adalah merupakan salah satu prinsip Good Governance, artinya transparansi disini
adalah segala keputusan yang diambil dan penerapannya dibuat dan dilaksanakan
sesuai koridor hukum dan peraturan yang berlaku.
(Tahir,2011: 163) delapan bentuk anggaran Negara yang harus dilakukan
secara transparansi yaitu:
1. Penetapan posisi jabatan atau kedudukan
2. Kekayaan pejabat publik
3. Pemberian penghargaan
4. Penetapan kebijakan yang berkaitan dengan pencerahan kehidupan
5. Kesehatan
6. Moralitas para pejabat dan aparatur pelayan publik
7. Keamanan dan ketertiban
8. Kebijakan strategi untuk pencerahan kehidupan masyarakat.
(Mardiasmo,2003:30) mengemukakan bahwa transparansi adalah
keterbukaan pemerintah dalam membuat kebijakan-kebijakan daerah sehingga
dapat diketahui dan di awasi oleh DPRD dan Masyarakat.selanjutnya menurut
Tjokromidjoyo (2003:123), menjelaskan bahwa transparansi yaitu dapat diketahui
17
oleh banyak pihak yang berkepentingan mengenai perumusan kebijakan (Politik)
dari pemerintah, organisasi dan badan usaha.
Makna transparansi yang dikutipnya dalam buku pedoman penguatan
pengamana program pembangunan daerah, badan perencana pembangunan
nasional dan depertemen dalam negeri, menurut (Krina,2002: 18) transparansi
adalah prinsip yang menjamin akses atau kebebasan bagi setiap orang untuk
memperoleh informasi tentang penyelenggaraan pemerintah, yakni informasi
tentang kebijakan, proses pembuatan dan pelaksanaannya serta hasil-hasil yang
dicapai.
b. Pemberdayaan masyarakat
Memperdayakan orang berarti mendorong mereka menjadi lebih terlihat
dalam keputusan dan aktivitas yang memengaruhi pekerjaan mereka (Smith,
2000:1). Dengan demikian, berarti memberi mereka kesempatan untuk
menunjukkan bahwa mereka dapat memberi gagasan baik dan mempunyai
keterampilan mewujudkan gagasannya menjadi realitas.
Konsep pemberdayaan dalam wacana pembangunan masyarakat selalu
dihubungakaan dengan konsep mandiri, partisipasi jaringan kerja dan keadilan,
dan diletakkan pada kekuatan tingkat individu dan social. Menurut Rappaport
(Sedamaryanti,2012:116) pemberdayaan diartikan sebagai pemahaman secara
psikilogipengaruh control individu terhadap keadaan social, kekuatan politik, dan
hak-hak menurut undang-undang.
Pemberdayaan merupakan perubahan yang terjadi pada falsafat
manajemen yang dapat membantu menciptakan suatu lingkungan dimana setiap
18
individu dapat menggunakan kemampuan dan energinya untuk meraih tujuan
organisasi.
Sementara itu, Robbins (Wibowo,2003:19) memberikan pengertian
pemberdayaan sebagai menempatkan pekerja bertanggung jawabatas apa yang
mereka kerjakaan. pemberdayaan adalah mendorong orang untuk lebih terlibat
dalam pembuatan keputusan dalam organisasi. Dengan demikian, akan
meningkatakan kemampuan dan rasa memiliki, dan meningkatakan rasa tanggung
jawab sehingga kinerjanya meningkat.
(Sedamaryanti,2012:166) istilah pemberdayaan masyarakat di gunakan
secara luas oleh berbagai lapisan masyarakat, yang berarti mengembangkan
potensi ekonomi rakyat,hakekat dan martabat, rasa percaya diri dan harga dirinya,
sehingga terpelihara tatanan nilai budaya setempat. Pemberdayaan sebagai konsep
budaya implementasi dalam pembangunan berpusat pada masyarakat
menumbuhkan dan mengembangkan nilai tambah ekonomi, juga nilai tambah
social dan budaya. Masyarakat memilih kekuatan yang bila digali dan disalurkan
akan berubah menjadi energy besar untuk mengatasi masalah yang mereka alami.
Maka pemberdayaan merupakan suatu proses untuk menjadikan orang
menjadi lebih berdaya atau lebih berkemampuan untuk menyelesaikan
masalahnya sendiri, dengan cara memberikan dan kewenangan sehingga
menumbuhkan rasa tanggung jawabnya. Pemberdayaan memungkinkan orang
membuat keputusan lebih besar dan lebih banyak tampa harus mengacu pada
seseorang yang lebih.
19
(Sedarmayanti,2012:166) istilah pemberdayaan masyarakat digunakan
secara luas oleh berbagai lapisan masyarakat, yang berarti mengembangkan
potensi ekonimi rakyat, hakekat dan martabat, rasa percaya diri dan harga dirinya,
sehingga terpelihara tatanan nilai budaya setempat. Pemberdayaan sebagai konsep
budaya implementatif dalam pembangunan berpusat pada masyarakat
menumbuhkan dan mengembangkan nilai tambah ekonomi, juga nilai tambah
sosial dan budaya. Masyarakat memiliki kekuatan yang bila digali dan salurkan
akan berubah menjadi energi besar untuk mengatasi masalah yang mereka alami.
Pemberdayaan membantu menghilangkan kondisi yang menyebabkan
ketidakberdayaan sambil meningkatakan perasaan self-efficacy pekerja. self-
efficacyadalah suatu perasaan bahwa dirinya mampu menyelesaikan pekerjaan apa
saja yang diberikan kepadanya. Namun, self-efficacyperlu didukung dengan
kemampuan aktual. Menurut (Haryono Suyono,2013:2) istilah pemberdayaan
mulai tahun 90-an menjadi trend dalam pembangunan, kegagalan konsep
pembangunan yang menekankan pada aspek makro, telah diyakini pada konsep
pemberdayaan sebagai alternatif ampuh untuk penuntasan pembangunan.
Pemerintah pusat dibeberapa kementerian secara tegas membentuk berbagai
lembaga pemberdayaan, bahkan ada kementerian yang mengkhususkan
pemberdayaan perempuan. Ada juga program pemberdayaan yang fokus pada
pemberdayaan yaitu program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri
pedesaan (PNPM MP). Begitu pula ditingkat pemerintah daerah provinsi dan
kabupaten/kota telah membentuk lembaga atau satuan kerja (staker) yang
mengenai khusus tentang pemberdayaan masyarakat.
20
Sebaiknya masyarakat harus terlibat dalam proses tersebut sehingga
mereka dapat lebih memperhatikan hidupnya untuk memperoleh rasa percaya
diri, memili haraga diri dan pengetahuan untuk mengembangkan keahlian baru.
Prosesnya dilakukan secara komulatif sehingga semakin banyak keterampilan
yang dimiliki seseorang, semakin baik kemampuan berpartisipasi.
Pemberdayaan masyarakat erat kaitannya dengan penciptakan kesempatan
kerja dan peluang berusaha yang memberikan kesempatan yang memadai bagi
masyarakat. Setiap anggota masyarakat disyaratkan terlebih dalam proses
pembangunan, mempunyai kemampuan sama, dan bertindak rasional.
Pengembangan kegiatan social ekonomi rakyat perlu diprioritaskan pada
penduduk miskin melalui antara lain peningkatan kualitas sumber daya manusia
dan peningkatan permodalan yang didukung oleh kegiatan pelatihan yang
terintegrasi sejak kegiatan penghimpunan modal, penguasaan teknik produksi,
pemasaran hasil, dan pengelolaan surplus usaha.
Pemberdayaan masyarakat erat kaitannya dengan penciptaan kesempatan
kerja dan peluan berusaha yang memberikan kesempatan yang memadai bagi
masyarakat.
c. PNPM Mandiri Pedesaan
1) Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan
(PNPMMP)
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan, (PNPM
Mandiri perdesaan atau PNPM-Perdesaan atau Rural PNPM) merupakan salah
satu mekanisme program pemberdayaan masyarakat yang digunakan PNPM
21
Mandiri dalam upaya mempercepat penanggulangan kemiskinan dan perluasan
kesempatan kerja di wilayah perdesaan, PNPM Mandiri sendiri dikukuhkan secara
resmi oleh presiden RI pada 30 April 2007 di Kota Palu, Sulawesi Tengah.
Program pemberdayaan masyarakat ini dapat dikatakan sebagia program
pemberdayaan masyarakat terbesar di tanah air. Dalam pelaksanaanya, program
ini memusatkan kegiatan bagi masyarakat indonesia paling miskin di wilayah
perdesaan, program ini menyediakan fasilitas pemberdayaan
masyarakat/kelembagaan lokal, pendampingan, pelatihan, serta dana Bantuan
Langsung untuk Masyarakat (BLM) kepada masyarakat secara langsung. Besaran
dana BLM yang dialokasikan sebesar Rp 750 juta sampai Rp 3 miliar
perkecamatan, tergantung jumlah penduduk.
Dalam PNPM Mandiri Perdesaan, seluruh anggota masyarakat diajak
terlibat dalam setiap tahapan kegiatan secara partisipatif, mulai dari proses
perencanaan, pengambilan keputusan dalam penggunaan dan pengelolaan dana
sesuai kebutuha paling prioritas di desanya, sampai pada pelaksanaan kagiatan
dan pelestariannya. Pelaksanaan PNPM Msndiri Perdesaan berada di bawah
binaan Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD), Depertemen
Dalam Negeri, program ini didukung dengan pembiayaan yang berasal dari
alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), alokasi Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), dana hibah dari sejumlah lembaga
pemberi bantuan dibawah koordinasi Bank Dunia.
22
2) Sejarah PNPM Mandiri Pedesaan
Dalam upaya menanggulangi kemiskinan, pemerintah melakukan berbagai
program untuk memberdayakan masyarakat salah satu program tersebut yaitu
PNPM.Ditinjau dari aspek historis, PNPM Mandiri dapat dijabarkan sebagai
berikut:
1. September 2000 penendatanganan deklarasi milemium. Dalam deklarasi itu,
dsepakati MDG (Millenium Development Goals) sasaran pembangunann
millennium.
2. Pemerintah membuat berbagai program penanggulangan kemiskinan
dantaranya:
a. PPK – Program Pengembangan Kecamatan
b. P2KP – Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan.
Kedua aprogram ini dikembangakan sejak pemerintahan Presiden Megawati.
3. PNPM dilincurkan oleh Presiden Susilo Bambanga Yudhoyono di Palu
Sulawesi Tengah Pada Tanggal 30 April 2007. PNPM sendiri adalah
pengembangan dan harmonisasi dari program sebelumnya.
a. PPK dan PNPM Mandiri Pedesaan dengan Depdagri sebagai departemen
Pembina.
b. P2KPP dan PNPM mandiri perkotaan dengan Departemen Pekerjaan
Umum sebagai departemen Pembina. Untuk diketahui, PNPM Mandiri
Perkotaan sendiri pada awalnya disebut sebagai PNPM P2K
4. Tahun 2008 PNPM diperluas dengan melibatkan dan menyatukan sebagai
program pengentasan kemiskinan diberbagai sector, yaitu:
23
a. P2DTK – Program Pengembangan daerah Tertinggal dan Khususu.
b. PISEW – Program Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah dan laian-lain
5. Tahun 2009 peluncuran program PNPM Mandiri, yatu sebagai berikut:
a. PNPM Mandiri Pedesaan
b. PNPM Mandiri Perkotaan
c. PNPM Mandiri Infrastruktur Pedesaan
d. PNPM Mandiri Daerah Tertinggal dan Khususu
e. PNPM Mandiri Kelautan dan Perikanan
f. PNPM Mandiri Pariwisata
g. PNPM Mandiri Perumahan Pemukiman (Perkim) yang diluncurkan pada
14 Oktober 2009 di Surakarta..
Program ini merupakan scaling up (pengembangan yang lebih luas) dari
program-program penanggulangan kemiskinan pada era-era sebelumnya. PNPM
Mandiri digagas untuk menjadi payung (koordinasi) dari puluhan program
penanggulangan kemiskinan dari berbagai departemen yang ada pada saat itu,
khususnya yang menggunakan konsep pemberdayaan masyarakat (community
development) sebagai pendekatan operasionalnya.
Lahirnya PNPM Mandiri tidak secara spontan. Setelah Presiden mendapat
laporan dari berbagai pihak, mengirim utusan ke berbagai daerah, wawancara
langsung dengan pelaku program bahkan sudah lebih dari 30 negara mengirimkan
dutanya untuk belajar tentang pemberdayaan masyarakat di Indonesia, maka
mulai awal tahun 2006 gagasan PNPM sudah menjadi wacana di Istana Negara.
Tepatnya pada bulan Agustus 2006, presiden memutuskan bahwa pemberdayaan
24
masyarakat harus menjadi program nasional. Kemudian lahirlah pada tahun itu
kebijakan tentang Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat. Dua program
yang menjadi pilar utama PNPM Mandiri sebelum program-program lain
bergabung adalah PPK (Program Pengembangan Kecamatan) dan P2KP (Program
Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan). Kemudian mulai bergabung pada
tahun-tahun berikutnya ke dalam PNPM Mandiri adalah P2DTK, PPIP, PUAP,
PISEW dan Pariwisata.
Sebagaimana kita ketahui, sebelum diluncurkannya PNPM Mandiri pada
tahun 2007, telah banyak program-program penanggulangan kemiskinan di
Indonesia yang menggunakan konsep pemberdayaan masyarakat (community
development) sebagai pendekatan operasionalnya. Dimulai dari program yang
paling terkenal di masa Pemerintahan Orde Baru, adalah program IDT (Inpres
Desa Tertinggal) yang dimulai pada tahun 1993/1994, awal Repelita VI. Program
ini merupakan investari dari Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 1993 tentang
Peningkatan Penanggulangan Kemiskinan. Program IDT dilaksanakan dengan
memberikan bantuan modal usaha berupa dana bergulir kepada lebih 20 ribu desa
tertinggal dengan dana sebesar Rp 20 juta setiap tahun. Bantuan dana bergulir ini
diberikan selama tiga tahun anggaran. Sejalan dengan bantuan dana bergulir
tersebut pemerintah juga memberikan bantuan teknis pendampingan yang
memberikan bantuan teknis kepada masyarakat desa dalam rangka pemanfaatan
dana bergulir tersebut.
Belajar dari keberhasilan dan kegagalan IDT, kemudian lahir generasi
kedua program-program pengentasan kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat
25
lainnya adalah PPK (Program Pengembangan Kecamatan) yang dilaksanakan
Departemen Dalam Negeri-1998, P2KP (Program Penanggulangan Kemiskinan di
Perkotaan) yang dilaksanakan Departemen Pekerjaan Umum-1999, PEMP
(Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir) yang dilaksanakan Departemen
Kelautan dan Perikanan, KUBE (Kelompok Usaha Bersama) yang dilaksanakan
Departemen Sosial, dan lain-lain. Program-program tersebut berjalan sendiri-
sendiri menurut kebijakan Departemen yang bersangkutan, tidak terintegrasi,
parsial dan sektoral.
Tujuan PNPM adalah untuk meningkatkan kesejahteraan dan kesempatan
kerja masyarakat miskin secara mandiri, meningkatkan partisipasi seluruh
masyarakat, termasuk masyarakat miskin, komunitas adat terpencil dan kelompok
masyarakat lainnya yang rentan dan sering terpinggirkan ke dalam proses
pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan. Meningkatnya kapasitas
kelembagaan dan pemerintah dalam bersinergi dengan masyarakat untuk
mengefektifkan program-program pembangunan pedesaan yang sesuai dengan
kearifan lokal yang ada.
Sesuai dengan Pedoman Umum, PNPM Mandiri mempunyai prinsip atau
nilai-nilai dasar yang selalu menjadi landasan atau acuan dalam setiap
pengambilan keputusan maupun tindakan yang akan diambil dalam pelaksanaan
rangkaian kegiatan PNPM Mandiri:
1. Bertumpu pada pembangunan manusia. Pengertian prinsip bertumpu pada
pembangunan manusia adalah masyarakat hendaknya memilih kegiatan
26
yang berdampak langsung terhadap upaya pembangunan manusia dari
pada pembangunan fisik semata.
2. Otonomi. Pengertian prinsip otonomi adalah masyarakat memiliki hak dan
kewenangan mengatur diri secara mandiri dan bertanggung jawab, tanpa
intervensi negatif dari luar.
3. Desentralisasi. Pengertian prinsip desentralisasi adalah memberikan ruang
yang lebih luas kepada masyarakat untuk mengelola kegiatan
pembangunan sektoral dan kewilayahan yang bersumber dari pemerintah
dan pemerintah daerah sesuai dengan kapasitas masyarakat.
4. Berorientasi pada masyarakat miskin. Pengertian prinsip berorientasi pada
masyarakat miskin adalah segala keputusan yang diambil berpihak kepada
miskin.
5. Partisipasi. Pengertian prinsip partisipasi adalah masyarakat berperan
secara aktif dalam proses atau alur tahapan program dan pengawasannya,
mulai dari tahap sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan, dan pelestarian
kegiatan dengan memberikan sumbangan tenaga, pikiran, atau dalam
bentuk materil.
6. Kesetaraan dan keadilan gender. Pengertian prinsip kesetaraan dan
keadilan gender adalah masyarakat baik laki-laki dan perempuan
mempunyai dalam perannya di setiap tahapan program dan dalam
menikmati kegiatan pembangunan,kesetaraan juga dalam pengertian
kesejajaran kedudukan pada saat situasi konflik.
27
7. Demokratis. Pengertian prinsip demokratis adalah masyarakat mengambil
keputusan pembangunan secara musyarawah dan mufakat.
8. Transparansi dan Akuntabel. Pengertian prinsip transparansi dan akuntabel
adalah masyarakat memiliki akses terhadap segala informasi dan proses
keputusan sehingga pengelolaan kegiatan dapat dilaksanakan terbuka dan
dapat dipertanggungjawabkan baik secara moral, teknis, legal, maupun
administratif.
9. Prioritas. Pengertian prinsip prioritas adalah masyarakat memilih kegiatan
yang diutamakan dengan mempertimbangkan kemendesakan dan
kemanfaatan untuk pengentasan kemiskinan.
10. Keberlanjutan. Pengertian prinsip keberlanjutan adalah bahwa dalam
setiap keputusan atau tindakan pembangunan, mulai dari tahap
perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pemeliharaan kegiatan harus
telah mempertimbangkan sistem pelestariannya.
3) Tujuan PNPM Mandiri pedesaan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin di
pedasaan dengan mendorong kemandirian dalam pengambilan keputusan dan
pengambilan keputusan.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan partisipasi seluruh masyarakat, khususya masyarakat
miskin dan atau kelompok perempuan, dalam pengambilan keputusan,
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pelestarian pembangunan.
28
b. Melembagakan pengelolaan pembangunan pertisipatif dengan
memberdayakan sumber daya lokal.
c. Mengembangan kapasitas pemerintah desa dalam memfasilitasi
pengelolaan pembangunan partisipatif.
d. Menyediakan sarana dan prasarana sosial dasar serta ekonomi yang
diprioritaskan pada masyarakat.
e. Melembagakan pengelolaan dana bergulir.
f. Mendorong terbentuk dan berkembangnya Badan Kerjasama Antar
Desa (BKAD).
g. Mengembangkan kerja sama antar pemangku kepentingan dalam
upaya penanggulangan kemiskinan pedesaan.
PNPM – Mandiri Pedesaan merupakan program pembangunan partisipatif
yang mengedepankan masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan (bottom
up). Prinsip dan nilai dasar diyakini mampu mendorong tewujudnya tujuan PNPM
Mandiri Pedesaan denga Prinsip-prinsip itu meliputi :
1. Bertumpu pada pembangunan manusia
Prinsip bertumpu pada pembangunan manusia adalah masyarakat
hendaknya memilih kegiatan yang berdampak langsung terhadap upaya
pembangunan manusia daripada pembangunan fisik semata.
2. Otonomi
Prinsip otonomi adalah masyarakat memiliki hak dan kewenangan
mengatur diri secara mandiri dan bertanggung jawab, tanpa intervensi
negative dari luar.
29
3. Desentralisasi
Prinsip desentralisasi adalah memberikan ruang yang cukup luas kepada
masyarakat untuk mengelolah kegiatan pembangunan sektoral dan
kewilayahan yang bersumber dari pemerintah dan pemerintah daerah
sesuai dengan kapasitas masyarakat.
4. Berorientasi pada masyarakat miskin
Prinsip yang berorientasi pada masyarakat miskin adalah segala keputusan
yang diambil berpihak kepada masyarakat miskin.
5. Partisipasi
Prinsip partisipasi adalah masyarakat berperan secara aktif dalam proses
atau alur tahapan program dan pengawasannya, mulai dari tahap
sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan, dan pelestarian kegiatan dengan
memberikan sumbangan tenaga, pikiran, atau dlam bentuk materil.
6. Kesetaraan dan keadilan gender
Prinsip kesetaraan dan keadilan gender masyarakat baik laki-laki dan
perempuan meiliki kesetaraan dalam perannya disetiap tahapan program
dan dalam menikmati manfaat kegiatan pembangunan, kesetaraan juga
dalam pengertian kesejajaran kedudukan pada saat situasi konflik.
7. Demokratis
Prinsip demokratis adalah masyarakat mengambil keputusan pembangunan
secara musyawarah dan mufakat.
8. Transparansi dan akuntabel
30
Prinsip transparansi dan akuntabel masyarakat memiliki akses terhadap
segala informasi dan pengambilan keputusan sehingga pengambilan
keputusan dapat dilaksanakan secara terbuka dan dapat dipertanggung
jawabkan baik secara moral, teknis, legal, maupun administrative.
9. Prioritas
Prinsip prioritas adalah masyarakat memilih kegiatan yang di utamaan
dengan pertimbangan kemendesakan dan kemanfaatan untuk pengentasan
kemiskinan.
10. Keberlanjutan
Prinsip keberlanjutan adalah bahwa setiap dalam pengambilan keputusan
atau tindakan pembangunan, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan,
pengendalian dan pemeliharaan kegiatan harus telah mempertimbangakan
system pelestariannya.
Ketentuan dasar PMPN Mandiri Pedesaan merupakan ketentuan pokok
yang digunakan sebagai acuan bagi masyarakat dan pelaku lainnya dalam
melaksanakan kegiatan, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan pengawasan
dan pelestarian.Ketentuan dasar PMPN Mandiri Pedesaan dimaksudkan untuk
mencapai tujuan secara lebih terarah.
4) Lokasi dan Kelompok Sasaran PMPN Mandiri Pedesaan
1. Lokasi Sasaran
Lokasi sasaran PMPN Mandiri Pedesaan meliputi seluruh kabupaten
perkecamatan yang dalam pelaksanaannya dilakukan secara bertahap dan tidak
termasuk kabupaten kategori bermasalah dalam PMPN Mandiri Pedesaan.
31
Seluruh desa dikecamatan penerima PMPN Mandiri Pedesaan berhak
berpartisipasi dalam seluruh tahapan program.Untuk dapat berpartisipasi dalam
PMPN Mandiri Pedesaan dituntut adanya kesiapan dari masyarakat dan desa
dalam menyelenggarakan pertemuan musyawarah secara swadaya dan
menyiapkan kader-kader desa yang bertugas secara sukalera.Adanya kesanggupan
untuk mematuhi dan melaksanakan ketentuan dalam PMPN Mandiri Pedesaan.
Adapun kriteria-kriteria desa yang dapat mendapatkan suntikan dana
PMPN Mandiri Pedesaan, sebagai berikut:
a. Lebih bermanfaat bagi RTM, baik dilokasi desa tertinggal maupu
bukan lokasi desa tertinggal.
b. Berdampak langsung dalam peningkatan kesehjateraan.
c. Dapat dikerjakan oleh masyarakat.
d. Didukung oleh sumber daya yang ada.
e. Memiliki potensi berkembang dan berkelanjutan.
2. Kelompok Sasaran
a. Masyarakat miskin
b. Kelembagaan masyarakat dipedesaan
c. Kelembagaan pemerintah lokal
5) Cara kerja PNPM Mandiri pedesaan
PNPM Mandiri pedesaan dilaksanakan melalui upaya-upaya
pemberdayaan dan partisipasi masyarakat di wilayah pedesaan melalui tahapan-
tahapan kegiatan sebagai berikut:
32
a. Sosialisasi dan penyebaran informasi program. Baik secara langsung
melalui forom-form pertemuan maupum dengan mengembangankan,
memanfaatkan media, saluran informasi masyarakat diberbagai tingkat
pemerintahan.
b. Proses partisipasi penetaan rumah tangga miskin (RTM) dan penataan
sosial. Masyarakat diajak untuk bersama-sama menentukan kriteria
kurang mampu dan bersama-sama pula menentukan rumah tangga yang
termasuk miskin (RTM). Masyarakat juga difasilitasi untuk membuat
peta tujuan agar lebih mengenal kondisi, situasi sesungguhnya desa
mereka, yang berguna untuk menggagas masa depan desa. Penggalian
gagasan untuk menentukan kegiatan yang paling dibutuhkan, serta
mendukung pelaksanaan kegiatan pembangunan dalam pemantauannya.
c. Perencanaan partisifatif, desa dan kecamatan. Masyarakat mamiliki
fasilitator desa atau kader pemberdayaan masyarakat desa (KPMD) 1
laki-laki, 1 perempuan untuk mendampingi proses sosialisasi dan
perencanaan. Masyarakat kemudian bersama-sama membahas kebutuhan
dan prioritas pembangunan di desa dan bermusyawarah untuk
menentukan pilihan jenis kegiatan pembangunan prioritas yang ingin
dibenahi.
d. Seleksi prioritas kegiatan di tingkat desa dan kecamatan. Masyarakat
melakukan musyawarah ditingkat desa dan kecamatan untuk
memutuskan usulan kegiatan prioritas yang akan dibenahi. Musyawarah
ini terbuka untuk segenap anggota masyarakat untuk menghadiri dan
33
memutuskan jenis kegiatan yang paling prioritas/mendesak. Keputusan
akhir mengenai kegiatan yang akan di danai, diambil dalam forum
musyawarah antara desa ditingkat kecamatan yang dihadiri oleh wakil-
wakil dari setiap desa dalam kecamatan yang bersangkutan. Pilihan
kegiatan adalah open menu untuk semua investasi produktif, kecuali
yang tercantum dalam daftar larangan (negatif list).
e. Masyarakat melaksanakan kegiatan mereka. Dalam forum musyawara,
masyarakat memiliki anggotanya sendiri untuk menjadi tim pelaksana
kegiatan (TKP) di seyiap desa untuk mengelola kegiatan yang diusulkan
desa yang bersangkutan dan memdapat prioritas pendanaan program.
Fsilitator teknis PNPM mandiri pedesaan akan mendampingi TKP dalam
mendesain saran prasarana (bila usulan yang di danai berupa
pembangunan infrastuktur pedesaan), pengangaran kegiatan, verivikasi
mutu dan suvervisi, para pekerja yang terlibat dalam pembangunan
sarana/prasarana tersebut berasal dari warga desa penerima manfaat.
f. Akuntabilasi dan laporan perkembangan. Selama pelaksanaan kegiatan,
TPK harus memberi laporan perkembangan kegiatan minimal 2 kali
dalam pertemuan terbuka desa, yakni sebelum mencairkan dana tahap
berikutnya dan pada pertemuan akhir, dimana TPK akan melakukan
serah terimah kegiatan kepala desa, serta badan opersional dan
pemeliharaan kegiatan atau tim pengelola dan pemelihara prasarana.
34
B. Kerangka Pikir
PNPM Mandiri Pedesaan adalah program nasional penanggulangan
kemiskinan terutama yang berbasis pemberdayaan masyarakat pedesaan.PNPM
Mandiri Pedesaan dilaksanakan melalui harmonisasi dan pengembangan system
secara mekanisme dan prosedur program, penyediaan pendamping dan pendanaan
stimulan untuk mendorong prakarsa dan inovasi masyarakat dalam upaya
penanggulangan kemiskinan yang berkelanjutan.
Progam Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri pedesaan
ini dilaksanakan berdasarkan UU No. 6 Tahun 2014 Tentang PNPM Mandiri
Perdesaan dan Pelaksanaan, serta Keputusan Menteri Koordinator Bidang
Kesejahteraan Rakyat selaku Ketua Tim Penanggulangan Kemiskinan No.
25/KEP/MENKO/KESRA/VII/2007 tentang Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri).
Selain itu PNPM Mandiri Pedesaan adalah salah satu upaya pembangunan
manusia yang merupakan seragkaian proses perubahan yang dilakukan secara
sadar dalam mencapai sebuah tujuan. Dimana PNPM Mandiri Pedesaan
diharapkan mampu mewujudkan kesejahteraan sosial bagi masyarakat.Pemerintah
dalam menyelenggarakan program nasional ini berupaya melibatkan masyarakat
agar program PNPM Mandiri pedesaan dapat memberdayakan masyarakat dengan
lebih terbuka dalam kegiatan tersebut yang disebut transparansi.
Transparansi dalam program PNPM Mandiri Pedesaan dapat dilakukan
dalam berbagai macam. Transparansi pemerintah dalam PNPM Mandiri Pedesaan
secara garis besar meliputi tersedianya informasi yang memadai pada setiap
35
proses penyusunan dan implementasi kebijakan public dan adanya akses pada
informasi yang siap, mudah dijangkau bebas diperoleh dan tepat waktu.
Sedangkan keikutsertaan masyarakat dalam program PNPM Mandiri Pedesaan
tidak lepas dari aspek-aspek yang meliputi adanya keterlibatan masyarakat dalam
setiap mengambil kebijakan, adanya akses informasi sehingga masyarakat dapat
menjangkau setiap segi kebijakan pemerintah.
Partisipasi masyarakat diperlukan untuk menumbuhkan upaya berupa
pemberdayaan masyarakat. Dengan proses pemberdayaan masyarakat ini
diharapkan masyarakat lebih mengerti dan paham mengenai program PNPM
Mandiri Pedesaan dan trut andil dan berperan serta dalam program PNPM
Mandiri Pedesaan.
Transparansi harus dibangun dalam kerangka kebebasan dan aliran
informasi. Bebas proses, kelembagaan, dan informasi harus dapat diakses secara
bebas oleh mereka yang membutuhkan, dan informasinya harus dapat secara
memadai dan mudah dimengerti sehingga dapat digunakan sebagai alat
monitoringdan evaluasi.segala tindakan dan kebijakan pemerintah, baik dipusat
maupun didaerah, harus dilaksanakan secara terbuka dan diketahui secara umum.
Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan diatas, maka kerangka
berpikir penulis dapat digambarkan dalam skema konseptual berikut.
36
Bagan Kerangka Pikir
Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir
C. Fokus Penelitian
Penelitian ini difokuskan pada bentuk transparansi pemanfaatan dana
PNPM Pedesaan terhadap Desa Tarengge Kecamatan Wotu Kabupaten Luwu
Timur terhadap program PNPM Mandiri Pedesaan. Dalam hal ini penelitian
dilakukan dengan mengidentifikasi bentuk transparansi pemanfaatan dana
program PNPM Mandiri Pedesaan.
D. Deskripsi Fokus Penelitian
Pembatasan fokus penelitian sangat penting dan berkaitan erat dengan
masalah maupun data yang dikumpulkan, dimana fokus merupakan pecahan dari
masalah. Agar penelitian ini lebih terarah dan mudah dalam pencairan data, maka
terlebih dahulu ditetapkan fokus penelitiannya. Yang menjadi fokus dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
Pemanfaatan Dana PNPM
Mandiri Pedesaan
Ketersedian informasi Keterlibatan masyarakat
Mekanisme pengaduan
Transparansi pemanfaatan
dana PNPM Mandiri Pedesaan
37
1. Akses informasi yaitu adanya akses informasi sehingga masyarakat dapat
mengetahui setiap program-program serta besaran dana PNPM Mandiri
Pedesaan di Desa Tarengge Kecamatan Wotu Kabupaten Luwu Timur.
Terbagi atas indikator:
a) Melalui papan-papan informasi.
b) Melalui forum-forum pertemuan.
c) Melalui media warga.
2. Adanya keterlibatan masyarakat, yaitu terhadap program-program PNPM
Mandiri Pedesaanmelalui masyarakat di Desa Tarengge Kecamatan Wotu
Kabupaten Luwu Timur.
Terbagi atas indikator:
a) Partisipasi dalam memberikan pendapat, tanggapan, dan informasi.
b) Partisipasi dalam perencanaan anggaran PNPM yaitu penggalian
gagasan di tingkat desa kemudian menyampaikan susulannya
ditingkat kelurahan dan kecamatan.
c) Partisipasi dalam pelaksanaan oprasional pembangunan yaitu keikut
sertaan dari semua masyarakat dalam membantu berjalannya
pelaksanaan kegiatan PNPM Mandiri Pedesaan yang ditujukan dengan
ikut bekerja maupun memberikan swadaya dalam program yang telah
di buat oleh pemerintah.
3. Adanya mekanisme pengaduanyaitu jika ada peraturan yang dilanggar atau
permintaan membayar uang suap.
Terbagi atas indikator:
38
a) Masyarakat dapat secara langsung menyampaikan pertanyaan atau
keluhan kepada fasilitator program, staff pemerinta, lembaga swadaya
masyarakat (LSM), atau langsung kepusat.
b) PPK PNPM mandiri pedesaan membentuk unit penanganan
pengaduan masalah ditingkat pusat dan regional untuk mencatat dan
menindaklanjuti keluhan dan pengaduan masyarakat.
c) Adanya umpan balik, yaitu adanya respon yang diberikan oleh
pemerintah kepada masyarakat sebagai tanggapan informasi yang
diberikan.
d) Pelaporan, yaitu merupakan suatu kegiatan yang dilakukan bawahan
untuk menyampaikan hal-hal yang berhubungan dengan hasil
pekerjaan yang telah dilakukan selama satu priode tertentu.
4. Transparansi Pemanfaatan Dana PNPM Mandiri pedesaan
Transparansi pemanfaatan dana program nasional pemberdayaan
masyarakat mandiri pedesaan dapat diukur dengan tiga cara yaitu
keterlibatannya masyarakat dalam setiap program PNPM Mandiri Pedesaan,
adanya akses informasi tentang program-program PNPM Mandiri Pedesaa,
dan terjadi dialog atau kerja sama yang baik antarapekerja PNPM Mandiri
Pedesaan dengan masyarakat.
39
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi penelitian
Waktu penelitian ini di laksanakan dari bulan 27 juli sampai dengan 27
agustus 2015 di Desa Tarengge Kecamatan Wotu Kabupaten Luwu Timur. Lokasi
ini dipilih secara sengaja dengan pertimbangan bahwa Desa Tarengge adalah
salah satu daerah yang sangat tertinggal dibanding dengan daerah lainnya.
B. Jenis dan Tipe Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan yang
bersifat ilmiah, melalui prosedur yang telah ditetapkan.
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah kualitatif yaitu suatu penelitian yang menggunakan
analisis terhadap informasi berupa narasi yang berkaitan dengan obyek penelitian
yang dikumpulkan dari informan yang telah ditentukan.
2. Tipe Penelitian
Adapun tipe penelitian adalah deskriptip kualitatif yakni penelitian yang
bermaksud mendeskripsikan Tentang Transparansi Pemanfaatan Dana Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Di Desa Tarengge Kecamtan Wotu
Kabupaten Luwu Timur.
Sumber Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung pada saat kita
melakukan pesenelitian, sumber data yang diperoleh secara langsung dari
40 39
40
informan yang secara sengaja dipilih untuk memperoleh data-data atau
informasi yang ada relefansinya dengan permasalahan penelitian.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang dikutif dari sumber-sumber tertentu yang
digunakan sebagai pendukung data primer, sumber data sekunder ini
merupakan sumber data yang melengkapi serta memperkaya sumber data
primer atau sumber data sekunder ini diperoleh dari data pendukung.
C. Informan penelitian
Informasi penelitian pada penelitian ini di dapat dengan menggunakan
teknik purposive yaitu tekni penentuan sampel untuk tujuan tertentu saja.
Informasi penelitian dalam hal ini dapat instansi yang terkait yaitu pelaku PNPM
Mandiri pedesaan dan masyarakat petani di desa tarengge kecamatan wotu
kabupaten luwu timur yang menjadi objek. Jumlah informan adalah 7 (tujuh)
orang dengan rincian sebagai berikut:
NO NAMA JABATAN INISIAL KETERANGAN
1 Bakri.S Fasilitator PNPM MP BR 1 orang
2 H. Muh. Rafik Ketua TPK PNPM MP MR 1 orang
3 H. Burhanuddin Ketua BPD HB 1 orang
4 Samsu Masyarakat SM 1 orang
5 Hamza Masyarakat HZ 1 orang
6 Sakka Masyarakat SK 1 orang
7 Imran Masyarakat IM 1 orang
Jumlah 7 orang
41
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Observasi
Observasi yaitu pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan
langsung terhadap objek penelitian mengenai transparansi pemanfaatan dana
program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri pedesaaan di desa tarengge
kecamatan wotu kabupaten luwu timur.
2. Wawancara
wawancara adalah mengumpulkan data untuk mendapatkan informasi
yang digali dari sumber data langsung melalui percakapan atau Tanya jawab
antara informan dan pewancara yang mengenai masalah Transparansi
Pemanfaatan Dana Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Desa Tarengge
Kecamatan Wotu Kabupaten Luwu Timur.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah sebagai sesuatu yang ditulis, tercetak atau terekam
yang dapat dipakai sebagai bukti atau keterangan.Dokumentasi juga dapat
dianggap sebagai materi yang tertulis atau sesuatu yang menyediakan informasi
tentang suatu subjek. Dokumentasi dapat berisi tentang deskripsi-deskripsi,
penjelasan-penjelasan, bagan alir, daftar-daftar, cetakan hasil komputer, contoh-
contoh obyek dari sistem informasi.
E. Teknik Analisis Data
Penelitian yang dilakukan adalah tergolong tipe penelitian deskriptif
kualitatif. Dengan tahap-tahap berikut :
42
1. Tahap sebelum memasuki lapangan (persiapan)
Pada tahap ini dilakukan beberapa kegiatan antara lain mengecek nama dan
kelengkapan identitas reponden, memeriksa instrument pengisian data dan
mengecek data.
2. Tahap selama di lapangan (proses penelitian)
Kegiatan mengumpulkan informasi atau data baik data yang diperoleh dari
pengamatan atau observasi, wawancara, dan dokumentasi.
3. Tahap setelah di lapangan (menganalisis data)
Pada tahap ini data yang telah diperolah akan di analisis secara deskriptif
kualitatif. Artinya data-data yang diperoleh dikumpulkan, kemudian
diklasifikasikan dan di analisis secara kualitatif dengan berpedoman pada
kerangka pikir yang telah disajikan guna memberikan gambaran yang jelas
dari apa yang diteliti.
F. Keabsahan Data
Validasi datasangat mendukung hasil akhir penelitian, oleh karena itu
diperlukan teknik untuk memeriksa keabsahan data. Keabsahaan data dalam
penelitian ini diperiksa dengan menggunakan teknik triangulasi.
Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik
pengumpulan data yang bersifat menggambungkan dari berbagai teknik
pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Teknik seperti ini juga
menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan
data dari sumber yang sama.
43
1. Triangulasi sumber
Triangulasi sumber dilakukan untuk menguji kreadibilitas data dengan
cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Dalam
hal ini, untuk menguji kredibilitas data tentang penerapan transparansi
pemanfaatan dana nasional PNPM desa tarengge kecamatan wotu
kabupaten luwu timur, maka pengumpulan dan pengujian data yang telah
diperoleh dilakukan kepada, pelaku PNPM mandiri yaitu fasilitator
kecamatan PNPM mandiri pedesaan, fasilitator desa PNPM mandiri
pedesaan, dan mesyarakat di desa tarengge yang menjadi objek.
2. Triangulasi metode
Triangulasi metode bermakna data yang diperoleh dari satu sumber
dengan menggunakan metode atau teknik tertentu, diuji keakuratan atau
ketidak akuratannya.
3. Triangulasi waktu
Triangulasi waktu berkenan dengan waktu pengambilan data. Waktu
juga sering mempengaruhi data, data yang dikumpulkan dengan teknik
wawancara di pagi hari pada saat nara sumber masih segar, belum banyak
masalah, sehingga akan memberikan data yang lebih valid.
44
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Keadaan Penyaluran PNPM di Desa Tarengge
PNPM Mandiri Perdesaan merupakan program Pemerintah Pusat bersama
Pemerintah Daerah, artinya program ini direncanakan, dilaksanakan dan didanai
bersama-sama berdasarkan persetujuan dan kemampuan yang dimiliki oleh
Pemerintah Pusat dan Daerah.
Penyaluran dana adalah proses penyaluran dari rekening kolektif BLM
yang dikelola Unit Pengelola Kegiatan (UPK) kepada Tim Pengelola Kegiatan
(TPK) di desa Tarengge. Mekanisme penyaluran dana sebagai berikut :
1. Pembuatan surat perjanjian pemberian bantuan (SPPB) antara UPK
dengan TPK
2. TPK menyiapkan Rencana Penggunaan Dana (RPD) sesuai kebutuhan
dilampiri dengan dokumen-dokumen perencanaan kegiatan (gambar
desain, RAB, dan lampirannya)
3. Untuk penyaluran berikutnya dilengkapi dengan Laporan Penggunaan
Dana (LPD) sebelumnya dan dilengkapi dengan bukti-bukti yang sah
4. Alur Penyaluran Dana PNPM dari Rekening Kolektif ke Desa
5. Dana Operasional UPK dan Pelaksana di Desa Kebutuhan biaya
operasional kegiatan TPK/desa dan UPK bertumpu pada swadaya
masyarakat. Namun untuk menumbuhkan keswadayaan tersebut diberikan
bantuan stimulan dana dari PNPM Mandiri Perdesaan. Dana operasional
44
45
UPK sebesar maksimal dua persen (2%) dari dana bantuan PNPM
Mandiri Perdesaan yang dialokasikan di Kecamatan tersebut. Dana
operasional TPK/ desa maksimal tiga persen (3%) dari dana PNPM
Mandiri Perdesaan yang dialokasikan sesuai hasil Musyawarah Antar Desa
Penetapan Kegiatan menurut Surat Penetapan Camat (SPC) untuk desa
yang bersangkutan.
Sumber dan Ketentuan Alokasi Dana BLM PNPM Mandiri di desa
Tarengge Sumber dana berasal dari :
a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
c. Swadaya masyarakat
d. Partisipasi dunia usaha
Mekanisme pencairan dana BLM dari Kantor Pelayanan Perbendaharaan
Negara (KPPN) atau Kas Daerah ke rekening kolektif bantuan PNPM (BPNPM)
yang dikelola oleh UPK diatur sebagai berikut:
1. Pencairan dana yang berasal dari pemerintah pusat mengikuti ketentuan
yang diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan, Depkeu,
2. Pencairan dana yang berasal dari Pemerintah Daerah, dilakukan melalui
mekanisme APBD sesuai aturan yang berlaku di daerah
3. Pengajuan pencairan dana BLM ke KPPN diatur dalam peraturan Dirjen
PMD, Depdagri
4. Penerbitan SPP harus dilampiri dengan berita acara hasil pemeriksaan
terhadap kesiapan lapangan yang dilakukan fasilitator kecamatan.
46
5. Dana yang berasal dari APBD harus dicairkan terlebih dahulu ke
masyarakat, selanjutnya diikuti dengan pencairan dana yang berasal dari
APBN
6. Besaran dana BLM dari APBD yang dicairkan ke masyarakat harus utuh
tidak termasuk pajak, retribusi atau biaya lainnya.
1. Pemanfaatan PNPM Mandiri Di Desa Tarengge Kecamatan Wotu
Kabupaten Luwu Timur
PNPM Mandiri Perdesaan membantu meningkatkan infrastruktur
perdesaan yang sangat dibutuhkan masyarakat. Penentuan infrastruktur yang akan
dibangun murni merupakan aspirasi masyarakat desa sendiri, bukan keinginan
pimpinan daerah, pimpinan ormas, pimpinan LSM atau pimpinan lainnya.
Semuanya hasil musyarawah bersama, atau dengan kata lain semua usulan
masyarakat dimusyawarahkan untuk kemudian dibangun secara bersama-sama.
Dalam konteks ini, PNPM Mandiri telah mengajarkan masyarakat desa
berdemokrasi secara sehat dengan mengedepankan musyawarah mufakat. Semua
warga masyarakat mememiliki kedudukan dan posisi yang sama atau sederajat,
sama memiliki hak untuk bersuara.
Seperti hal terjadi Desa Tarengge Kecamatan Wotu Kabupaten Luwu
Timur turut merasakan manfaat program PNPM Perdesaan. Berbagai infrastruktur
desa dibangun untuk meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan rakyat.
Alokasi dana Bantuan Langsung Masyarakat ( BLM ) untuk PNPM mulai awal
program Pemerintah melalui PNPM Mandiri menyalurkan dana dengan “mandat
47
penuh” untuk didayagunakan oleh masyarakat sehingga memberikan manfaat
yang maksimal. Selain penyaluran dana, pemerintah juga memberikan
pendampingan dan fasilitasi baik dari sisi teknis pembangunan, pembuatan RAB
serta pengelolaan dan lapora keuangannya.
Hadirnya program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri pedesaan
di desa tarengge maka pembangunan berkembang di setiap dusun yang ada di
desa tarengge, dilihat dari dulu banyak masyarakat desa tarengge tidak pernah
merasakan pembangunan langsung seperti, penimbunan jalan, renase, posyandu,
dan adapun kegiatan di bidang ekonomi masyarakat yaitu simpan pinjam
perempuan (SPP) tapi dengan hadirnya program nasional pemberdayaan
masyarakat mandiri pedesaan maka bentuk pembangunan ini bisa dirasakan
langsung oleh masyarakat pada umumnya di desa tarengge. Adapun struktur
program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri pedesaan (PNPM MP) di
desa Tarengge Kecamatan Wotu Kabupaten Luwu Timur.
Berikut hasil program pembanguanan yang dilakukan oleh pedesaan
(PNPM MP) di desa Tarengge Kecamatan Wotu Kabupaten Luwu Timur.
48
Tabel IV.1.
Pembangunan PNPM Mandiri
Ditiap Dusun Di Desa Tarengge tahun 2015
NO NAMA DUSUN Bangunan
1 Dusun Madani Posyandu, Renase
2 Dusun Lawani Penimbunan Jalan
3 Dusun Tarengge Renase
4 Dusun Segitiga Emas Renase, Posyandu
sumber: Kantor Desa Tarengge 2015
berdasarkan tabel di atas dapat ditarik keimpulan bahwa Berbagai
pembangunan infrastruktur oleh PNPM Mandiri telah mengubah wajah desa yang
sebelumnya dimana infrastruktur yang belum memadai seperti bangunan
posyandu yang dulunya dilaksanakan dirumah kepala dusun dan sekarang telah
dibanguan tempat khusus untuk melaksanakan kegiatan posyandu, pembangunan
renase disetiap dusun sudah berjalan baik tidak lagi banjir klw musim hujan dan
sekarang renase mampu menampuh air hujan, kemudian penimbunan jalan yang
dilakukan oleh PNPM mandiri supaya warga bisa mengunakan kendaraannya dan
tidak jalan kaki lagi.
2. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM
MP)
Program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri pedesaan (PNPM
MP) di desa tarengge dimulai 2007, program nasional pemberdayaan masyarakat
mandiri pedesaan telah berkipra selama 8(delapan) tahun di desa tarengge, banyak
pihak yang mendukung serta memberikan apresiasi serta harapan yang besar
49
dengan hadirnya program nasioanal pemberdayaan masyarakat mandiri pedesaan
yang bertujuan untuk memandirikan masyarakat serta mengedepankan
pembangunan yang dinilia bisa bersentuhan langsung dengan kebutuhan-
kebutuhan mendasar oleh masyarakat di desa tarengge.
Mengingat tujuan umum PNPM Mandiri Pedesaan adalah
meningkatkan kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin di pedesaan
dengan mendorong kemandirian dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan
pembangunan. Dan proses pemberdayaan pada umumnya membutuhkan waktu 5-
8 tahun, maka PNPM Mandiri Pedesaan akan dilaksanakan sekurang-kurangnya
hingga tahun 2015. Hal ini sejalan dengan dengan target waktu pencapaina tujuan
pembangunan Milenium atau millennium Development Goals (MDGS).
Pelaksanaan PNPM Mandiri Pedesaan yang berdasarkan pada indicator-indikator
keberhasilan yang terukur akan membantu Indonesia mewujudkan pencapaian
target-target tersebut. Oleh karena itu program PNPM Mandiri Pedesaan
diharapkan mampu memberdayakan masyarakat yang mana tidak terlepas dari
keterlibatan yang besar dari perangkat pemerintah daerah serta berbagai pihak
untuk memberikan kesempatan dan menjamin keberlanjutan berbagai hasil yang
dicapai.
Hadirnya program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri
pedesaan di desa tarengge maka pembangunan berkembang di setiap dusun yang
ada di desa tarengge, dilihat dari dulu banyak masyarakat desa tarengge tidak
pernah merasakan pembangunan langsung seperti, penimbunan jalan, renase,
posyandu, dan adapun kegiatan di bidang ekonomi masyarakat yaitu simpan
50
pinjam perempuan (SPP) tapi dengan hadirnya program nasional pemberdayaan
masyarakat mandiri pedesaan maka bentuk pembangunan ini bisa dirasakan
langsung oleh masyarakat pada umumnya di desa tarengge. Adapun struktur
program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri pedesaan (PNPM MP) di
desa Tarengge Kecamatan Wotu Kabupaten Luwu Timur.
Gambar IV.2
STRUKTUR ORGANISASI PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT MANDIRI PEDESAAN (PNPM MP) DESA TARENGGE
KECAMATAN WOTU KABUPATEN LUWU TIMUR
PENANGGUNG JAWAB
PATAWARI.M
TPK
H.MUH RAFIK
KPMN
BAKRI.S
KT
H.BURHANUDDIN
51
B. Transparansi Pemanfaatan Dana Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM MP) Di Desa Tarengge.
Transparansi merupakan jaminan ketersedian informasi, keterlibatan
masyarakat dan mekanisme pengaduan.Kebebasan untuk setiap orang untuk
memperoleh informasi tentang kabijakan, proses pembuatan dan pelaksanaannya,
serta hasil-hasil yang dicapai. Dalam program nasional pemberdayaan masyarakat
mandiri pedesaan (PNPM MP) di desa tarengge telah dilaksanakan berbagai
macam program kagiatan di setiap Dusun di Desa Tarengge.
Dalam pemanfaatan dana program nasional pemberdayaan masyarakat
mandiri pedesaan perlu diterapkannya prinsip transparansi untuk membangun
kepercayaan antara pengelolah PNPM MP dengan masyarakat untuk mencapai
pembangunan yang dapat menyentuh langsung masyarakat. Untuk mengukur
transparansi program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri pedesaan
(PNPM MP) di desa tarengge dapat dilihat sebagai berikut:
1. Bagaimana pemerintah mampu mengontrol dan memonitoring jalannya
program PNPM MP
2. Ketepatan waktu pemerintah mencapai tujuan dari pelaksanaan program
PNPM MP
3. Kemampuan pemerintah mengevaluasi dan meminimalisir program yang
tidak terlaksana dengan baik.
1. Ketersediaan informasi
Hadirnya Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan
(PNPM MP) di Desa Tarengge menjadi landasan munculnya program
52
pembangunan masyarakat agar masyarakat jauh lebih mandiri dan termotifasi.
Setiap program-program PNPM MP, masyarakat diharapakan dapat mengakses
atau mendapat informasi melaui papan-papan informasi, forum-forum pertemuan,
dan melaui media warga tentang apa yang akan dianggarkan dan seberapa besar
dana dalam pengelolaan anggaran PNPM MP yang disalurkan di setiap dusun.
a. Melaului papan-papan informas
Dengan adanya papan-papan informasi memudahkan masyarakat untuk
mengetahui akan informasi Tentang Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
Mandiri Pedesaan (PNPM MP) dan apa-apa saja yang akan diprogram di dalam
desa mereka dan mengetahui berapa dana yang akan masuk di wilayah mereka
sehingga tidak terjadi pro dan kontak antara masyarakat dan para pengelolah
PNPM MP di desa tarengge. Berikut ini adalah pernyataan dari Fasilitator PNPM
MP yang menyatakan bahwa;
“dalam setiap hasil rapat anggara ataupun pada sebelum dan hasil rapat
perencanaan sampai pelaksanaan program kami selalu menyampai
informasi melalui papan informasi agar semua bisa tau ini hasil yang
dimiliki oleh pihak PNPM MP kami selalu takut jangan sampai dicurigai
oleh masyarakat” (wawancara BK 28 juli 2015)
Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak Fasilitator PNPM MP dapat
ditarik kesimpulan bahwa semua jenis kegiatan yang dilakukan pihak Fasilitator
mereka memberitahui masyarakat melalui papan-papan informasi menghindari
kecuringan masyarakat terkait masalah dana yang tidak di paparkan dengan jelas
atau terperinci saat diakan musyawarah desa (Musdes) maupu musyawarah dusun
(Musdus), pembangunan dan sebagainya inilah kami terus lakukan agar
53
menghindari masalah-masalah yang tidak diinginkan. Kemudian dipertegas oleh
Ketua TPK PNPM MP desa Tarengge yang menyatakan bahwa ;
“memang setiap kegiatan yang dilakukan oleh PNPM mulai dari
anggaranya sampai pelaksanaan pembangunan memang selalu disampai
baik secara lisan ataupun melalui papan informasi yang telah sedia oleh
PNPM MP “(wawancara RM 28 juli 2015).
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ketua TPK PNPM MP Desa
Tarengge dapat ditarik kesimpulan bahwa setiap pemberitahuan mulai dari
anggaran sampai pelaksanaan selalu dilakukan dengan cara penyampaikan
lansung oleh pihak PNPM secara lisan dengan besaran nominalnya dan juga
melalui papan informasi yang selalu diumumkan apabilah ada kegiatan seperti
musyawarah Dusun (Musdus) maupun musyawarah Desa (Musdes) diinfokan
melalui papan informasi, maka dari setiap program kegiatan PNPM selalu ingin
mencapai hasil diharapkan pihak PNPM MP maupun masyarakat tersebut. Dan
masyarakat selalu mensuport kami sebagai pelaksanaan pembangunan pendesaan
karena masyarakat setempat ingin juga merasakan desa mereka mengalami
perubahan atau perkembangan baik dari segi pembangunan sarana dan prasana
seperti, pembangunan posyandu, penimbunan jalan, dan juga pembuatan renasa.
Senada yang disampaikan di atas berikut hasil wawacara oleh tokoh
masyarakat yang menyatakan bahwa ;
“kalau mengenai informasi yang melalui papan-papan informasi yang
kami dapat tentang dana atau anggaran itu tidak ada. Informasi yang
kami dapat biasanya program-program yang akan dilaksanakan disetiap
Dusun dan apabilah akan di adakan musyawarah atau pertemuan serta
gaji pekerja dilapangan seperti tukang batu”.(wawancara SK 28 juli
2015)
54
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat ditarik garis besarnya bahwa
ketersedian informasi terlaksana dan selalu di informasikan melalui media papan
informasi tetapi informasi yang disampaikan kepada masyarakat hanyalah
program-program yang akan dilaksanakan dan dana atau anggaran sehingga
masyarakat merasa tidak puas karena tidak terperinci, baik dipaparkan melalui
musyawarah maupu di papan informasi sehingga masyarakat masih merasakan
keganjalan mengenai cara kerja PNPM MP dalam pemanfaatan dana. Lain hal
dengan wawacara tokoh masyarakat lainnya yang manyatakan bahwa ;
“Iya sama sekali kami tidak pernah mengetahui jumlah dana yang
dikelolah di Desa kami oleh Tim Pengelolah Kegiatan (TPK). Kami perna
bertanya tentang dana di Desa kami kepada tim pengelolah kegiatan (TPK)
tapi beliau hanya mengatakan kalau dana ini sudah sesuai dengan program
disini”.(wawancara 28 juli 2015)
Berdasarkan hasil wawacara oleh tokoh masyarakat dapat ditarik
kesimpulan bahwa sebagian masyarakat tidak tau berapa dana bantuan desa yang
dikelola oleh PNPM karena tim pengelolah kegiatan hanya menjelaskan yang
pokoknya saja kepada masyarakat tanpa melihatkan masyarakat tanda bukti
rincian dana yang terpakai kesetiap dusun yang disalurkan dana dalam
pembangunan. Dan masyarakat juga pernah bertanya kepada tim pengelolah
kegiatan mengenai masalah dana, mereka hanya menjawab pertanyaan dari
masyarakat kalau dana yang masuk di desa sudah sesuai atau merata dengan
program yang masuk di desa mereka tersebut.
Beberapan pertanyaan dari informan di atas, tantang adanya ketersedian
informasi mengenai program-program dan dana yang dikelolah PNPM MP
kepada masyarakat dapat disimpulakan bahwa informasi dari papan-papan
55
informasi yang didapat masyarakat sangat kurang karena masih banyak masyrakat
yang belum tau tentang anggara dan program PNPM mandiri, dikarena masih
minimnya papan infirmasi yang disediakan oleh pihak PNPM mandiri.
b. Melalui forum-forum pertemuan
Program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri pedesaan (PNPM
MP) di Desa Tarengge Kecamatan Wotu Kabupaten Luwu Timur adalah program
pemberdayaan yang diprogramkan oleh pemerintah kepada masyarakat untuk
mengurangi kemiskinan. Untuk terlaksananya transparansi pengelolah dana
program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri pedesaan di Desa Tarengge
dengan baik, maka dibutuhkan forum-forum pertemuan yang dilakukan seperti
diadakan musyawarah Desa (musdes) dan musyawarah Dusun (musdus) antara
pengelolah PNPM MP dan masyarakat.
Sebagaimna yang disampaikan oleh fasilitator PNPM MP Desa Tarengge
yang menyatakan bahwa,
“Kalau masalah forum-forum pertemuan sering dilakukan, agar setiap apa
yang akan diprogram atau apa yang akan dibangun di wilayah desa di
adakan forum pertemuan atau dimusyawarakan di tingkat dusun (musdus)
setelah selesai itu diadakan Musdes (musyawarah desa). Di dalam musdes
itu yang mana menjadi skala proritas itulah yang diutamakan”.(wawancara
BR tanggal 28 juli 2015)
Berdasarkan wawancara di atas, disimpulkan bahwa forum-forum
pertemuan selalu dilaksanakan untuk membahas pembangunan apa saja yang akan
dilaksanakan, forum pertemuan ini dilaksanakan secara bertahap mulai dari
diadakan musdus sampai di adakan musyawarah desa disitulah biasa para pihak
dari PNPM MP memutuskan yang apa-apa saja yang akan diangun dan dibahas
berapa dana yang akan dialokasikan di setiap dusun yang terkena pembangunan.
56
Sehingga program yang diputuskan pada musdus dimusyawarahkan kembali pada
tingkat musdes sehingga dapat diproritaskan yang menjadi tujuan utama terhadap
program yang akan dilaksanakan. Senada yang disampaikan oleh Tim Pengelolah
kegiatan (TPK) yang menyatakan bahwa,
“Kalau berbicara masalah forum-forum pertemuan maka itu tidak asing
lagi bagi kami, karena seluruh pengelolah PNPM MP sering melakukan
musyawarah dengan masyarakat setempat dan masyarakatpun merespon
dengan baik. Dan biasa kita selalu mengundang seluruh pengelola PNPM,
dan tokoh masyarakat agar mendapatkan hasil yang memuaskan dengan
hasil melalui musyawarah”.(wawancara oleh MR 28 juli 2015)
Melihat dari hasil wawancara di atas yang disampaikan oleh fasilitator
PNPM MP dan tim penngelolah kegiatan (TKP) dengan adanya forum-forum
pertemuan antara pengelolah Programa Nasional Pemberdayaaan Masyarakat
Mandiri Pedesaan dengan masyarakat terjalin dengan baik dan menghidari hal
tidak diingikan. Oleh sebab itu setiap pelaksanaan program penbangunan tidak
pernah menemui masalah karena semua keputusannya diputuskan bersama.
Forum-forum pertemuan yang dilangkukan ditingkat dusun maupun di
tingkat desa itu sangat mempengaruhi nilai- nilai transparansinya antara
pengelolah PNPM MP dengan masyarakat terkaitan dengan dana yang disalurkan
di desa mereka.
Berikut adalah hasil wawacara oleh tokoh masyarakat yang menyatakan
bahwa,
“Mengenai informasi yang kami dapat dalam forum-forum pertemuan itu
hanya membahas tentang apa itu PNPM dan apa saja program yang akan
dijalankan di wilayah kami dan mengenai dana atau anggarannya hanya
nominal besaraannya saja dan kita tidak tau dana ini mau dikemana karena
setiap pembangunan yang dilakukan hanya mereka-meraka saja tau kalau
kami dari masyarakat tidak pernah tau berapa pemasukan dan pengeluaran
57
untuk pembanguanan yang dilakukan oleh pihak PNPM”. (wawancara SK
tanggal 28 juli 2015)
Berdasarkan wawancara di atas disimpulkan bahwa, dalam forum
pertemuan yang disampaikan oleh pelaksana PNPM Mandiri Pedesaan hanya
menjelaskan tentang dana pelaksana program hanya nominal besarannya,
sehingga forum pertemuan ini tidak disetujui oleh masyarakat karena masyarakat
ingin juga mengetahui rincian-rinciann besaran dari setiap pembangunan program
maupun dana setiap materi yang digunakan bukan total besaran dana dari
keseluruhan semua program. Masyarakat hanya bisa bertanya-tanya mengenai
dana tersebut karena dananya yang kurang diketahui oleh masyarakat, sehingga
masyarakat kecewa terhadap pihak PNPM MP dan masyarakat menganggap
bahwa forum pertemuan ini hanya taktik oleh pihak PNPM MP agar dianggap
tidak adanya masalah antara masyarakat dan pihak PNPM MP.
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat ditarik garis besarnya bahwa
ketidak keterbukaan para anggota PNPM Mandiri Pedesaan dalam
mengalokasikan dana atau anggaran sehingga memunculkan interpertasi yang
berbeda-beda mengenai proritas dana menunjukkan rendahnya transparansi dana.
Dipertegas kembali oleh tokoh masyarakat yang lainnya berikut hasil
wawacaranya ;
“kalau berbicara mengenai informasi yang kami dapat mengenai PNPM
MP itu sangat mudah kami dapat karena para pengelolah PNPM MP
selaluh mengadakan forum-forum pertemuan tapi sayangnya sedikit ada
yang mengganjal bagi kami karena masalah dana atau anggaran kami tidak
pernah tahu berapa rincian anggara yang masuk dan keluar dalam setiap
pembangunan yang kami tahu hanya tau besaran nominalnya anggaran
tersebut”.(wawancara oleh IM 28 juli 2015)
58
Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa informasi yang di
dapat melalui forum-forum pertemuan itu hanya membahas tentang PNPM dan
programnya sedangkan dalam masalah dana atau anggaran para pengelolah hanya
memaparkan besaran nominalnya saja inilah yang menganjal bagi masyarakat
sehingga masyarakat selalu berpikiran buruk terhadap pengelolaan anggaran yang
dilakukan oleh pihak PNPM mandiri. dalam forum-forum pertemuan yang
dilakaukan di balai desa tidak semua informasi yang diterima oleh masyarakat itu
puas akan informasi yang diterimanya terutama besaran dana yang masuk dan
kelaur di desanya dalam setiap pembangunan.
Beberapa informan yang diwawancarai berbeda, memang PNPM MP desa
Tarengge selalu melaksanakan forum-forum pertemuan dengan berapa lembaga
pemerintahan Desa Tarengge dan masyarakat desa Tarengge akan tetapi semua
hasil pertemuan tidak dipaparkan hanya masalah PNPM, program kerja PNPM
dan besar anggaran, akan tetapi masalah penmasukan dan pengeluaran anggaran
dalam setiap pembangunan tidak pernah diberitahu kepada masyarakat. Inilah
sebab masyarakat selalu bertanya-tanya berapa anggaran sebenarnya dlam seriap
pembangunan didesa Tarengge.
Berdasarkan hasil reduksi data yang dideskripsikan di atas maka peneliti
dapat menyimpulkan bahwa forum-forum pertemuan yang biasa dilakukan Oleh
Pihak PNPM mandiri masyarakat tidak puas karena masih minimnya keterbukaan
pihak PNPM Mandiri terkhusus masalah anggaran dalam setiap pembangunan
yang dilakukan oleh pihak Fasilitaor PNPM Mandiri desa Tarengge.
59
c. Melalui media warga
Media warga memiliki peranan yang sangata penting dalam
berjalannya Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan
karena media warga merupakan tempat informasi bagi masyarakat yang ingin
mengetahui hal-hal yang mengenai PNPM MP tersebut. Selain itu, media
warganya seperti spanduk, buletin yang dibuat oleh Fasilitator dan radio. Media
warga juga sering harus memberikan informasi yang akurat dan selalu aktif dalam
memberikan informasi.
Berikut pernyataan yang disampaiakan oleh Tim Pengelolah Kegiatan
(TKP) yang menyatakan bahwa,
“Media warga disini sebagai pengawas dalam setiap program-program
yang mengenai apa-apa saja yang di bangun oleh Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM MP) sehingga
program pelaksanaan pembangunan berjalan dengan baik, dan tidak
menimbulkan hal tidak diingikan”.(wawancara oleh MR 29 juli 2015)
Berdasarkan wawancara di atas disimpulkan bahwa media warga salah
satu peranan penting dalam pelaksanaan program melalui media warga ini
masyarakat dapat mengetahui program apa saja yang dibangun oleh pemerintah
dan berapa besar peningkatanannya sebagai salah satu alternative media
pengawas, dengan adanya Media pengawas ini maka seluruh kegiatan
pembangunan dapat diawasi dan meninjauh secara lansung oleh pihak masyarakat
agar hasil sesui dengan tujuan yang diinginkan oleh masyarakat.
Senada yang disampaiakan oleh ketua Badan Permusyawaratan Desa
(BPD) yang menyatakan bahwa,
60
“Media warga radio, spanduk maupun buletin menjadi alat untuk
masyarakat dalam memperoleh informasi terkait masalak kegiatan apa
saja yang dilakukan oleh PNPM MP dan juga sebagai pemberi
pemahaman lebih lanjut tentang PNPM MP serta bagaimana
pengelolah program PNPM MP cekatan dalam memberikan informasi
mengenai perkembangan PNPM MP”.(wawancara oleh HB 29 juli
2015)
Melihat dari hasil wawancara di atas dapat menunjukkan bahwa media
warga sangat memiliki peran penting bagi masyarakat karena masyarakat dapat
memperoleh informasi yang di butuhkan, apalagi masih banyak masyarakat belum
tahu jelas seperti apa itu PNPM dengan adanya Media warga seperti radio,
spanduk, maupun bulletin masyarakat akan lebih mudah mengetahui seputar
PNPM MP serta bagaimana program Pengelolaan yang dilakukan oleh PNPM
MP.
Dipertegas kembali oleh tokoh Masyarakat terkait masalah Media
Warga berikut hasil wawacaranya ;
“memang media warga sangat memang membantu, apalagi kami juga
butuh informasi seperti apa PNPM MP itu dan bagaimana PNPM MP
melakukan pengelolaan pembangunan yang didesa kami, dan kami juga
berharap kepada pihak PNPM agar bisa mengexpost seluruh kegiatan
pembangunan dan berapa anggaran yang dikelola oleh pihak PNPM
Mandiri”(wawacara HZ 29 Juli 2015)
Berdasarkan hasil wawacara dengan tokoh masyarakat dapat disimpulkan
bahwa peran media warga sangat baik untuk masyarakat disamping pemberi
informasi juga sebagai alat untuk masyarakat untuk mengawas secara lansung
seluruh kegiatan yang dilakukan oleh pihak PNPM MP, dan masyarakat berharap
agar pihak perlu mengembangkan lagi media warga terakait masalah anggaran
yang dikelola oleh pihak PNPM dalam setiap pembangunan dilakukan oleh
PNPM MP dan dapat mengexpost informasi mengenai berapa dana atau anggaran
61
yang dikelolah oleh pihak PNPM MP agar masyarakat tidak lagi bertanya-tanya
mengenai masalah-masalah yang itu saja.
Beberapa informan yang diwawancarai berbeda, memang PNPM MP desa
Tarengge selalu melaksanakan kegiatan memreka selalu memberikan informasi
menlalui Media warga sehingga masyarakat bisa mengetahui seluruh kegiatan
pembangunan yang dilakukan oleh PNPM MP, akan tetapi masih belum maksimal
karena masih kurang dalam informasi mengenai anggaran dalam setiap
pembangunan dilakukan oleh PNPM MP desa Tarengge.
Berdasarkan hasil reduksi data yang dideskripsikan diatas maka peneliti
dapat menyimpulkan bahwa pemberian informasi baik Melaului papan-papan
informasi, memlalui forum-forum pertemuan dan melalui media warga masih
belum maksimal karena masaalh anggaran belum jelas, berapa sebenarnya dana
atau anggaran yang digunakan dalam setiap pembangunan yang dilkukan oleh
pihak Fasilitaor PNPM Mandiri desa Tarengge.
2. Keterlibatan masyarakat
Program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri pedesaan sebelum
pelaksanaan kegiatan apa yang akan diprogramakan di setiap desa, maka
pengelolah PNPM MP ditingkat Desa sebelumnya akan mengadakan terlebih
dahulu perencanaan,seperti musyawarah desa sosialisasi (Musdes) yang
diselenggarakan di desa. Kemudian musyawarah dusun (Musdus), dan
musyawarah desa penetapan usulan, dan perencanaan seperti inilah perlu adanya
keterlibatan masyarakat.
a. Partisipasi dalam memberikan pendapat,tanggapan, dan informasi
62
Partisipasi merupakan peran serta masyarakat yang berkaitan dengan
pembanguna yang telah di programkan oleh pemerintah khususnya di desa
tarengge kecamatan wotu kabupaten luwu timur. Partisispasi masyarakat di dalam
memberikan tanggapan dan informasi tentang PNPM Mandiri Pedesaan adalah
kemauan dari seluruh masyarakat yang mau mengetahui tentang pentingnya atau
manfaat dari program yang telah dibuat oleh pemerintah antara lain informasi
pembuatan renase, penimbunan jalan dan posyandu tentang pemeliharaan
pembangunan dan sebagainya.
Sebagaimna yang dikutip dari hasil wawancara oleh Fasilitator
PNPM mandiri yang menyatakan bahwa,
“setiap program pembangunan mulai dari perencanaan sampai
keimplementasikan program tersebut masyarakat selalu dilibatkan untuk
menghindari kesalah pahaman masyarakat terhadap pengelolaan
keuangaan dalam pembangunan yang di lakukan oleh pihak kami
“.(wawancara oleh BR 29 juli 2015)
Dari hasil wawacara oleh pihak Fasilitator PNPM mandiri dapat
disimpulkan bahwa masyarakat selalu diikut sertakan dalam setiap program
pembangunan yang dilakukan oleh pihak Fasilitator untuk tidak menimbulkan
kecurigaan oleh masyarakat, oleh sebab itu pihak PNPM selalu mengundang
masyarakat musyawarah, baik musywarah dusun maupun musyawarah desa
supaya keputusan yang dilahirkan menjadi keputusan bersama baik PNPM
Mandiri dan masyarakat pada umumnya dan menghindari dari kesalah pahaman
antara masyarakat dan para pengelolah PNPM MP.
Kemudian di perjelas yang oleh wawacara tokoh masyarakat terkait
masalah partisipasi yang menyatakan bahwa,
63
“Program pembangunan yang dilakukan oleh Fasilitator PNPM Mandiri
kami selalu diundang untuk ikut berpartisipasi mulai dari perencanaan
sampai keimplementasinya kami selalu diikut sertakan supaya program
pembangunan tersebut berjalan dengan baik, dan kami sangat merespon
apa yang dilakukan pihak PNPM MP serta kami siap membantu program
pembangunan yang dilaksanakan oleh PNPM MP didesa kami
”.(wawancara oleh IM 29 juli 2015)
Berdasarkan wawancara di atas disimpulkan bahwa partisipasi masyarakat
dalam memberi pendapat, tanggapan, dan informasi sudah terealisasi dengan baik
karena masyarakat mengetahui semua program PNPM mulai ketika program itu
dirumuskan, direncanakan, hingga di implementasikan. Pelaksanaan
pembangunan oleh PNPM sangat membantu karena memudah kami dalam urusan
didesa seperti masalah jalanan yang dulunya jalanan itu hanya tanah atas kerja
sama PNPM mandiri sekarang kita menikamati jalan beton yang memudahkan
kami dalam hal transportasi. Lain halnya dengan pernyataan masyarakat di atas
ada juga tokoh masyarakat lainnya yang menyatakan bahwa,
“dalam program pembangunan yang dilakukan oleh Fasilitator kami tidak
pernah diundang mulai dari rapat perencanaan pembangunan sampai
pembangunan kami selalu dimasa bodohkan oleh pihak Fasilitator, jadi
kami hanya diam dengan apa yang dilakukan pihak Fasilitator PNPM
MP”(wawancara oleh SM 29 juli 2015)
Dari hasil wawacara oleh tokoh masyarakat dapat ditarik kesimpulan
bahwa tidak semua masyarakat selalu diikut sertakan dalam setiap program
pembangunan yang dilakukan oleh pihak Fasilitator, bukti masih ada masyarakat
yang terasingkan karena dia tidak pernah diikut serta dalam setiap program
pembangunan baik mulai dalam perencanaan sampai kepalikasikannya dia tidak
pernah diikutkan.
Beberapa informan yang diwawancarai berbeda, memang PNPM MP desa
64
Tarengge dalam Partisipasi dalam memberikan pendapat,tanggapan, dan informasi
masih belum baik karena setiap pembangunan tidak semua masyarakat diikut
sertakan dalam pembangunan oleh pihak Farsilitator sehingga sebagian
masyarakat selalu bertanya-tanya kenapa piahak PNPM MP tidak pernah
mengikut sertakan dirinya oleh sebab itu perlu keterbukaan PNPM MP dalam
setiap pembangunan yang dilakukan selalu mengikut serta seluruh elemen
masyarakat agar tidak menimbulkan hal tidak diinginka.
b. Partisipasi dalam perencanaan anggaran PNPM
Partisispasi masyarakat pada kegiatan PNPM Mandiri Pedesaan juga dapat
dilihat dalam perencanaan anggaran PNPM MP program yang akan dibuat di
masing-masing desa. Adapun usulan yang disampaiakan oleh masyarakat atas
dasar kebutuhan yang sifatnya mendesak untuk dilaksanakan.Masyarakat
diberikan kesempatan dalam membuat perencanaan anggaran PNPM atau disebut
dengan penggalian gagasan ditingkat desa kemudian menyampaikan usulannya
ditingkat dusun dan kecamatan sesuai dengan yang ditetapkan oleh PNPM
Mandiri Pedesaan.
Sebagaimna yang dikutip dari hasil wawancara oleh Fasilitator PNPM
mandiri yang menyatakan bahwa,
“kalau mengenai keterlibatan/partisipasi masyarakat dalam setiap
program-program PNPM MP di desa tarengge kecamatan wotu kabupaten
luwu timur saya rasa memang sangat penting karena kita membangun atas
usulan-usulan masyarakat dan sesuai dengan perencanaan anggran setiap
musyawarah yang dilaksanakan”.(wawancara oleh BR 29 juli 2015)
Berdasarkan apa disampaikan oleh pihak Fasilitator PNPM mandiri di atas
maka dapat disimpulkan bahwa pihak Fasilitator PNPM selalu melibatkan atau
65
mengajak masyarakat dalam berpartisipasi dalam setiap unsulan program
pembangunan agar masyarakat dapat merasakan keterlibatannya langsung dalam
pembangunan di desa mereka dan masyarakat juga dapat mengetahui bagaimana
yang dibutuhkan oleh masyarakat di desa, jdi setiap pembangunan yang
dilaksanakan biasanya lahir dibuah pikiran masyarakat.
Senada yang disampaikan oleh Tim Pengelolah Kegiatan (TKP) yang
menyatakan bahwa,
“Berbicara masalah keterlibatan masyarakat dalam pemberi sumbasi
pikiran ini tidak asing lagi bagi kami. Karena semua program-program
yang dilaksanakan di desa tarengge adalah hasil dari usulan-usulan
masyarkat, ini menunjukkan bahwa keterlibatan masyarakat dalam setiap
program selalu dilibatkan”.(wawancara oleh MR 29 juli 2015)
Berdasarkan wawancara di atas disimpulkan bahwa partisipasi dalam
perencanaan anggaran sudah sesuai dengan keinginan masyarakat karena
pembangunan atau pelaksana program tersebut ini berdasarkan usulan-usulan atau
ide-ide dari masyarakat satu dengan yang lainnya pasti mempunyai perbedaan
sehingga dalam musyawarah dapat ditarik suatu keputusan yang sesuai keinginan
semua masyarakat tampa memihak kepada siapapun.
Melihat dari hasil wawancara diatas yang disampaikan oleh Fasilitator
PNPM MP dan ketua TPK sebagai pengelolah anggaran program nasional
pemberdayaan masyarkat mandiri pedesaan di Desa Tarengge menunjukkan
bahwa adanya keterlibatan masyarakat.
Berikut pernyataan yang disampaikan oleh tokoh masyarakat yang
menyatakan bahwa,
66
“Iya kalau masalah keterlibatan kami dengan perencanaan musyawarah
baik di Desa maupun di Kecamatan, kami sedikit kecewa. Karena yang
kami hadiri hanya musyawarah permintaan usulan, sedangkan rapat
penetapan usulan tak satupun dari pihak dari masyarakat di undang,
padahal menurut kami musyawarah penetapan usulan itu sangat penting
bagi kami, karena disitu juga dibahas besaran dana atau anggaran yang
dikelola disetiap Desa” (Wawancara Oleh SM 29 juli 2015)
Melihat dari wawancara di atas, menunjukan bahwa keterlibatan
masyarakat tidak sepenuhnya dilibatkan dalam perencanaan seperti musyawarah
penetapan usulan sehingga disitu masyarakat merasa kecewa dari pihak PNPM
MP karena dalam musyawarah yang sebelumnya masyarakata selaluh dilibatkan
kenapa pada saat penetapan usulan masyarakat sudah tidak dilibatkan lagi padahal
masyarakat juga memiliki peran serta dalam program ini, dan menurut masyarakat
musyawarah ini sangat penting untuk dihadiri, karena dalam musyawarah itulah
akan ditetapkan usulan dan pembahasan dana atau anggaran secara terperinci yang
dikelola disetiap Desa, serta penentuan jadwal kegiatan. Kemudian dipertegas
oleh tokoh masyarakat lainnya berikut hasil wawacara ;
“Mengenai keterlibatan kami tentang perencanaan ini, kami biasa
diundang untuk menghadiri musyawarah terkadang juga tidak, kalau
musyawarah untuk memberi usulan kami selalu diundang tapi disaat
musyawarah antar Desa penetapan usulan kami tidak pernah diundang
kami sangat kecewa munkin kami dianggap sebagai pengacau
mungkin”(Wawancara oleh HZ 29 juli 2015)
Berdasarkan wawancara di atas disimpulkan bahwa keterlibatan
masyarakat tidak terlaksana dengan baik dikarenakan ketika musyawarah antar
desa masyarakat sudah tidak dilibatkan seperti musyawarah sebelumnya di
musdes yang tentang perencanaan tetapi penetapan usulan sudah tidak dilibatakan
lagi sehingga masyarakat kecewa akan sikap oleh pihak dari PNPM MP yang
67
tidak melibatkan masyarakat dalam penetapan usulan. Masyarakat disini
beranggapan kalau masyarakat hanya dapat menghalangi jalannya rapat penetapan
usulan apabilah nantinya pada saat pembahasan mengenai jumlah dana atau
anggaran yang masuk itu tidak sesuai dari program kerja yang dilihat oleh
masyarakat disitu akan menimbulkan konflik antara masyarakat dan pihak PNPM
MP dimana masyarakat tidak merasa puas dari kerja PNPM MP dengan dana yang
di alokasikan di pembangunan tersebut.
Beberapa informan yang diwawancarai berbeda, memang PNPM MP desa
Tarengge dalam Partisipasi dalam memberikan pendapat dan usulan program
pembangunan masih belum baik karena setiap rapat pemberi usulan kami selalu
diundang akan tetapi pada saat rapa penetapan masyarakat tidak pernah diikut
serta lagi inilah yang terjadi desa tarengge terkait masalah keterlibat sepenuhnya
oleh pihak masyarakat.
c. Partisipasi dalam pelaksanaan oprasional pembangunan
Partisispasi masyarakat dalam pelaksanaan oprasional pembangunan
merupakan keikutsertaan dari semua masyarakat dalam membantu berjalannya
pelaksanaan kegiatan PNPM Mandiri Pedesaan yang ditunjukkan ikut bekerja
maupun memberikan swadaya dalam program yang telah dibuat oleh pemerintah
demi kemajuan pembangunan diwilayah desa Tarengge kecamatan Wotu
Kabupaten Luwu Timur.
Keberhasilan suatu pembangunan yang diinginkan oleh pemerintah adalah
terwujudnya semua program-program yang telah direncanakan dengan partisipasi
68
secaralangsung oleh masyarakat baik itu di dalam pelaksanaan kerja, maupun
memberikan bantuan tenaga, pikiran maupun materi yang bertujuan untuk
mensukseskan pembangunan yang telah diupayakan agar berhasil sesuai dengan
yang diharapkan oleh pemerintah.
Berikut ini adalah penyampaian oleh Tim pengelolah Kegiatan (TPK)
yang menyatakan bahwa,
”Pelaksanaan oprasional pembangunan seperti pembuatan renase,
posyandu, dan penimbunan jalan masyarakat ikut terlibat dalam membantu
para pekerja baik dalam mengambil pasir maupun dalam membantu
mengangkat batu”.(wawancara oleh MR 29 juli 2015)
Berdasarkan wawancara di atas disimpulkan bahwa partisipasi masyarakat
sangat tinggi dalam pelaksanaan oprasional pembangunan sangat terlaksana
dengan baik karena masyarakat banyak yang turun membantu dalam proses
pembangunan walauapun hanya membantu secara suka rela tampa mereka
diberikan upah dari kerja mereka, pekerjaan berbagai macam bangunan dapat juga
dilakukan oleh masyarakat secara langsung dan secara gotong royong.
Berikut juga penyampaian oleh tokoh masyarakat yang menyatakan
bahawa,
“kalau berbicara masalah pelaksanaan program PNPM MP di desa kami
itu sangat bermanfaat bagi kami disamping mendapat manfaat dari segi
pembangunan seperti pembuatan renase, posyandu, dan penimbunan jalan,
juga kami mendapat lowongan kerja seperti mengambil pasir dan batu.
Yang dibayar oleh PNPM MP senilai Rp 250.000 per kubik”.(wawancara
oleh SM 29 juli 2015)
Melihat dari wawancara di atas, menunjukkan bahwa masyarakat terlibat
atau berpartisispasi dalam pelaksanaan oprasional pembangunan secara langsung
baik itu dalam pelaksanaan kerja dan dengan adanya program ini masyarakat juga
69
sangat meberikan repon yang baik karena masyarakat yang tidak memiliki
pekerjaan tetap atau tidak sama sekali memiliki pekerjaan diberikan peluang
untuk kerja sebagai tukan batu dengan upah yang cukup sehingga masyarakat
yang sebelumnya memiliki pendapatan yang tidak tentu sekarang bisa tercukupi
denagan adanya kerjaan yang diberikan oleh pihak PNPM MP. Dan disni juga
masyarakat sudah menikmati manfaat dari pembangunan yang telah dibangun
oleh PNPM MP karena masyarakat sudah memiliki jalan yang baik dan mengenai
posyandu masyarakat juga sudah menggunakan gedungnya.
Beberapa informan yang diwawancarai berbeda, memang PNPM MP desa
Tarengge dalam Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan oprasional
pembangunan sangat baik karena seluruh masyarakat selalu membantu pihak
PNPM dalam melaksankan pembangunan didesa Tarengge dan masyarakat selalu
berbondong-bondong dalam pelaksanaan pembangunan didesanya.
3. Mekanisme pengaduan
Mekanisme pengaduan yaitu strategi/cara masyarakat memberikan aspirasi
atau komplen terhadap system yang akan dilaksanakan ataupun sedang
dilaksanakan, mekanisme pengaduan mempunyai bermacam-macam bentuk
misalnya melalui musyawarah yang masyarakat lansung menyampaikan keluhan
atas program atau system yang sedang dilaksanakan tersebut.
a. Masyarakat dapat langsung menyampaikan pertanyaan atau keluhan
kepada fasilitator program,staf pemerintah
Dalam forum musyawarah masyarakat, mekanisme ini dapat secara
lansung disampaikan kepada pemerintah tentang dampak ataupun program
70
yang tidak berjalan sesuai dengan fungsinya ataupun perencanaan yang telah
disepakati sebelumnya.
berikut ini adalah pernyataan dari Fasilitator PNPM Mandiri yang
menyatakan,
“mekanisme pengaduan secara lansung yaitu keluhan dari masyarakat
merupakan juga system yang sangat penting dalam berjalannya
program karena pemerintah mampu mengetahui apa saja kekurangan
dari program tersebut sehinga dapat diperbaiki kembali”.(wawancara
oleh BR 29 juli 2015)
Berdasarkan hasil wawacara oleh Fasilitator PNPM Mandiri dapat ditarik
kesimpulan bahwa dalam setiap program pembangunan pihak PNPM selalu
menyediakan dan menerima pengaduan masyarakat secara lansung kalau ada
masyarakat yang tidak setuju atau program pembangunan memiliki kekurangan
jadi masyarkat lansung mengadu baik langsung kepada fasilitator maupun pada
saat di adakan musyawarah disitu masyarakat dapat langsung menyampaikan
keluhannya mengenai masalah PNPM MP yang masih kurang jelas atau masalah
yang lain yang berkaitan dengan program PNPM MP ini.
Senada yang disampaikan oleh Tim Pengelolah Kegiatan (TKP) yang
menyatakan bahwa,
“Dengan adanya unit pengaduan masalah masyarakat dapat secara
langsung menyampaikan keluhannya kepada fasilitator atau pun
kepada para pengelolah PNPM”.(wawancara oleh MR 29 juli 2015)
Melihat dari hasil wawancara di atas yang disampaiakan oleh Tim
Pengelolah Kegiatan (TKP) adanya unit mekanisme pengaduan masyarakat dapat
secara langsung menyampaikan keluhannya secara langsung kepada fasilitator
ataupun para pengelolah PNPM Mandiri Pedesaan sehingga dari pihak Pengelolah
71
Kegiatan (TKP) dan PNPM MP dapat lansung memperbaiki kekurangannya yang
menurut masyarakat masih banyak kukurangan yang membuat masyarakat masih
bertanya-tanya baik masalah pemanfaatan dananya yang kurang transparan
menurut masyarakat.
Berikut ini adalah pernyataan oleh tokoh masyarakat yang menyatakan
bahwa,
“Penyampaian keluhan secara lansung ini merupakan hal yang baik
karena masyarakat bisa menyampaikan keluhannya, sehingga tidak ada
peselisihan antara masyarakat dengan pelaksana program”.(wawancara
oleh IM 28 juli 2015)
Berdasarkan hasil wawacara oleh tokoh masyarakat dapat disimpulkan
bahwa setiap keluhan masyarakat dalam setiap program PNPM Mandiri
masyarakat bisa secara lansung mengadukan apabila ada kekukarangan yang
dilakukan oleh Pihak PNPM Mandiri supaya bisa diperbaiki oleh pihak PNPM
MP sehingga tidak terjadi perselisihan atau kesalahpahaman antara pihak dari
PNPM MP dan masyarakat tersebut.
Kemudian dipertegas kembali oleh tokoh masyarakat yang lainnya
yang menyatakan bahwa,
“kami sangat senang dengan dapat secara langsung menyampaikan
keluhan kami baik di dalam musdes, musdus, maupun langsung keunit
pengaduan”.(wawancara oleh SK 29 juli 2015)
Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat
dapat secara langsung menyampaikan pertanyaan maupun keluhannya kepada
fasilitator dan masyarakat sangat memberikan repon yang baik dengan adanya
unit pengaduan karena masyarakat langsung bertatap muka dengan pihak dari
PNPM MP dan langsung di menjawab keluhan atau masalah yang mengganjal
72
oleh pihak masyarakat terkait dengan masalah dana atau mengenai tidak diikut
sertakannya masyarakat pada saat penetapan usulan yang dilakukan oleh pihak
PNPM MP.
Beberapa informan yang diwawancarai berbeda, memang PNPM MP desa
Tarengge menyediakan dan menerima keluhan masyarakat dengan cara datang
lansung ke PNPM mandiri untuk mengatasi masalah masyarakat terkait masalah
program PNPM mandiri sehingga dari pihak PNPM mandiri bisa lansung
memperbaiki kekurangannya, jadi masyarakat tidak susah lagi menyampai
masalah dengan program pembangunan yang dilakukan PNPM mandiri.
b. PPK PNPM mandiri pedesaan membentuk unit penanganan pengaduan
masalah
Unit penanganan pengaduan yaitu adanya seseorang maupun tim
fasilitator yang menangani pengaduan-pengaduan dan komplen masyarakat
terhadap program yang sedang berjalan maupun besar dana yang akan masuk
dalam program tersebut.
Berikut ini adalah pernyataan oleh Tim Pengelolah Kegiatan (TKP)
yang menyatakan bahwa,
“Unit pengaduan masyarakat ini mempunyai tim yang menangani
masalah pengaduan sehingga dalam pelaksanaan program mempunyai
struktur yang baik sehingga perbaikan program dari pengaduan
tersebut dapat diperbaiki dengan baik lagi”.(wawancara oleh MR 29
juli 2015)
Berdasarkan hasil wawacara oleh Tim Pengelolah Kegiatan (TKP) dapat
ditarik kesimpulan bahwa PNPM dan Tim Pengelolah Kegiatan (TKP) memiliki
tempat pengaduan dalam mengatasi masalah seputar PNPM, mulai dari PNPM itu
73
sendiri sampai program pembangunan yang dilakukan oleh pihak PNPM Mandiri
dan Tim Pengelolah Kegiatan (TKP).
Senada yang disampaiakan Fasilitator PNPM Mandiri menyatakan
bahwa,
“iya langsung menangani, karena disini fasilitator langsung
berkordinasi dengan aparat desa setempat untuk bertindak dari
permasalahan yang ada terkait pengaduan masalah yang dikeluhkan
oleh masyarakat”.(wawancara oleh BR 29 juli 2015)
Melihat hasil wawancara dari Fasilitator PNPM Mandiri bahwa unit
penangan pengaduan ini memiliki peran penting bagi masayarakat karena dalam
setiap masalah yang ada masyarakat bisa lansung mengadu ketempat pengaduan
dan penanganan masalahnya juga cepat sehingga masyarakat merasa legah karena
masalah yang dikeluhkan masyarakat pihak PNPM cepat mengatasi.
Kemudian dipertegas kembali oleh tokoh masyarakat terkait masalah
unit pengaduan yang disediakan oleh Pihak PNPM Mandiri dan Tim Pengelolah
Kegiatan (TKP) berikut hasil wawacaranya :
“Unit pengaduan yang disediakan oleh Pihak PNPM Mandiri dan Tim
Pengelolah Kegiatan (TKP) memang tepat karena kami dan
masyarakat lain bisa lansung mengadu terkait masalah program
pembangunan yang dilakukan PNPM mandiri dan kemudian
penanganan lansung dilakukan oleh PNPM mandiri”. (wawancara
tanggal 29 juli 2015)
Berdasarkan hasil wawacara dengan tokoh masyarakat dapat ditarik
kesimpulan bahwa unit pengaduan masalah masyarakat bisa lansung dilakukan
karena pihak PNPM Mandiri menyedia tempat pengaduan untuk mengetahui
kekurangan kegiatan proragram dilakukan oleh PNPM Mandiri desa Tarengge
supaya bisa diperbaiki dengan cepatdan terkaitan masalah program pembangunan
yang dananya kurang jelas menurut masyarakat pihak PNPM MP Cuma
74
menjelaskan yang itu-itu saja jumlah keseluruhan tanpa memperlihatkan bukti
berupah rincian yang dari satu programa pembangun yang dilaksanakan di desa
tarengge disnilah masyarakat masih memiliki keganjalan dengan masalah yang itu
saja.
Beberapa informan yang diwawancarai berbeda, memang PNPM MP desa
Tarengge menyediakan unit pengaduan masalah atau keluhan masyarakat dengan
cara datang lansung ke PNPM mandiri untuk mengatasi masalah masyarakat
terkait masalah program PNPM mandiri sehingga dari pihak PNPM mandiri bisa
lansung memperbaiki kekurangannya, jadi masyarakat tidak susah lagi
menyampai masalah dengan program pembangunan yang dilakukan PNPM
mandiri.
c. Adanya umpan balik
Umpan balik merupakan tanggapan balik masyarakat terhadap masalah
yang dinyatakan selesai.Ini berkaitan erat dengan tahap masalah dinyatakan
selesai dimana masyarakat memiliki hak menerima atau menolak atas
penyelesaian masalah dimaksud, jika umpan balik masyarakat adalah
penetapan masalah selesai. Maka kasus ditutup, namum jika masalah
mengiginkan adanya upaya lain dan menyatakan belum selesai, maka dapat
dilakukan peninjauan kembali, dalam hal ini perlu dibuat kesempatan atau
peninjauan kembali.
Berikut adalah penyampaian oleh Fasilitator PNPM Mandiri yang
menyatakan bahwa,
75
“Umpan balik dari mekanisme pengaduan sangat mendukung karena
saat perbaikan keluhan masyarakat mengenai program anggaran yang
akan dilakukan kembali evaluasi apakah telah sesuai dengan
pengaduan sebelumnya ataukah masih terdapat yang kurang dari
keluhan dari masyarakat tersebut”.(wawancara oleh BR 29 juli 2015)
Berdasarkan hasil wawacara di atas dapat disimpulkan bahwa setiap
program kegiatan yang dilakukan PNPM Mandiri mereka selalu mencari tahu atau
melakukan evaluasi kemabali agara keluhan masyarakat mengenai pemanfaatan
dana atau anggaran itu sesuai tidak yang dilaporka oleh masyarakat bahwa dana
yang masuk di desa tarengge itu tidak transparansi karena setiap masyarakat
menanyakan dana tersebut pihak fasilitator maupun tim pengelolah kegiatan
hanya memaparkan atau menjelaskan langsung pada jumlah pokoknya saja, maka
dari itu unit pengaduan masalah mengadakan evaluasi sehingga maslah yang
seperti itu bisa diatasi dengan cepat supaya tidak menimbulkan kecuringaan oleh
masyarakat.
Kemudian dipertegas oleh tokoh masyarakat yang menyatakan bahwa,
“kami sebagai masyarakat kecil cuma bisa menerima saja apa-apa yang
dikatan oleh para anggota PNPM mengenai masalah keluhan kami
yang tidak diikut sertakan pada saat penetapan usalan karena disitu
kami bisa mengetahui rincihan dana dalam tiap-tiap program desa
kami”.(wawancara oleh HZ 28 juli 2015)
Melihat dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkam bahwa
pernyataan masyarakat mengenai umpan balik yang diberikan oleh tim PNPM
Mandiri Pedesaan terkait masalah masyarakat jarang dilibatakan dalam penetapan
usulan dan kurang diberitahunan maslah rincian dana dalam programa masuk di
Desanya. Sebagian masyarakat hanya bisa menerimah saja karena mereka
76
mengagap walaupun berkali-kali menanyakan tetap saja jawabanya hanya begitu-
begitu saja tampa memberikan kejelasan bagi masyarakat.
Beberapa informan yang diwawancarai berbeda, memang PNPM MP
desa Tarengge dalam Umpan Balik masyarakat jarang dilibatkan apabila
penetapan dan rapat pada saat selesai program tersebut mereka tidak pernah
diundang jadi masyarakat selalu bertanya berapa anggaran yang dikeluar dan
masalah keluhan masyarakat karena hanya sebagian kecil keluhan masyarakat
hanya bisa ditangani.
d. Pelaporan
Komplikasi tentang pengaduan masalah yang muncul dan tindak lanjut
penanganannya dilaporkan sebagai bagian dari laporan bulanan yang dilaksanakan
secara berjenjang.
Sebagaimana yang disampaikan oleh Fasilitator PNPM Mandiri yang
menyatakan bahwa,
“Setiap bulan harus terdapat laporan bulanan sehingga dapat diketahui
rasio peningkatan program, setiap program apakah sudah terlaksana
dengan baik setiap bulan ataukah rasionya semakin menurun dari bulan
sebelumnya”.(wawancara oleh BR 29 juli 2015)
Berdasarkan wawacara di atas dapat disimpulkan bahwa setiap program
kegiatan yang dilakukan oleh pihak PNPM Mandiri mereka selalu membuat
laporan kegiatan bulanan supaya setiap pembangunan selalu dilaporkan jadi
semua kegaiatan tersusun secara sistematis baik laporan mengenai dana yang
masuk dan keluar semuanya itu dibuatkan laporan.
77
Senada yang disampaikan oleh TIM Pengelolah Kegiatan (TPK) yang
menyatakan bahwa,
“Kalau berbicara masalah pelaporan setiap apa-apa yang akan
dibangun di wilayah desa dapat dilaporkan pengaduannya dalam
bentuk laporan dan besaran dananya yang dilaporkan harus sesuai
dengan apa yang sebelumnya dilaporkan”.(wawancara oleh MR 29 juli
2015)
Melihat dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa setiap
bulannya segala sesuatunya di laporan baik laporan mengenai keluhan masyarakat
ataupun besaran dana yang terpakai dalam pembangunan di desa di laporkan
dalam bentuk laporan supaya menghidari hal-hal tidak diingikan antara pihak
pengelolah PNPM MP dan pemerintah setempat yang terlibat dalam programa
nasional pemberdayaan masyarkat.
Beberapa informan yang diwawancarai berbeda, memang PNPM MP
desa Tarengge dalam setiap kegiatan baik program pembangunan sampai dengan
besar anggaran pihak PNPM selalu melaporkan kegiatan pembangunannya
dengan bentuk laporan tertulis.
Berdasarkan hasil reduksi data yang dideskripsikan diatas maka peneliti
dapat menyimpulkan bahwa Mekanisme pengaduan yang dibentuk oleh pihak
PNPM mandiri dan Tim Pengelola Kegiatan (TPK) seperti penyedian tempat
pengaduan masalah yang dikeluhkan oleh masyarakat sangat baik sehingga
masyarakat tidak susah mencari pihak PNPM Mandiri sudah menyediakan
tempatnya, kemudian penangan masalah cepat diatasi oleh pihak PNPM mandiri.
78
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka penulis menyimpulkan
hasil penelitian dari Transparansi pemanfaatan dana program nasional
pemberdayaan masyarakat mandiri pedesaan di Desa Tarengge Kecamatan Wotu
Kabupaten Luwu Timur, belim efektif dalam artian tidak transparansi karna
melihat dari tiga indicator yaitu sebagai berikut :
1. ketersediaan informasi, Melaului papan-papan informasi, memlalui forum-
forum pertemuan dan menlalui media warga masih belum maksimal
karena masalah anggaran belum jelas, berapa sebenarnaya anggaran yang
digunakan dalam setiap pembangunan yang dilkukan oleh pihak Fasilitaor
PNPM Mandiri desa Tarengge.
2. Keterlibatan masyarakat dalam hal Partisipasi dalam memberikan
pendapat ,tanggapan, dan informasi, Partisipasi dalam perencanaan
pembangunan, partisipasi dalam pelaksanaan operasional pembangunan
dan partisipasi dalam memelihara hasil pembangunan masih belum
maksimal karena hanya sebagian masyarakat diikut sertakan dalam setiap
program pembangunan yang dilaksanakan oleh pihak PNPM mandiri,
maka dari itu dibutuhkan komunikasi yang baik agar seluruh masyarakat
desa Tarengge dapat ikut dalam setiap program pembangunan yang
dilakukan oleh PNPM mandiri desa Tarengge.
78
79
3. Mekanisme pengaduan yang dibentuk oleh pihak PNPM mandiri dan Tim
Pengelola Kegiatan (TPK) seperti penyedian tempat pengaduan masalah
yang dikeluhkan oleh masyarakat sangat baik sehingga masyarakat tidak
susah mencari pihak PNPM Mandiri sudah menyediakan tempatnya,
kemudian penangan masalah cepat diatasi oleh pihak PNPM mandiri.
B. Saran
Dengan memperhatikan kesimpulan diatas dan menganalisis
pembahasan pada bab sebelumnya maka penulis merasa perlu memberikan
masukan sebagai berikut:
1. Diharapakan para pengurus program nasional pemberdayaan masyarakat
mandiri pedesaan di desa tarengge kecamatan wotu kabupaten luwu timur
yang dimulai pada perencanaan, pelaksanaan sampai pada pengawasan
masyarakat dapat berpartisipasi.
2. Transparansi pemanfaatan dana program nasional pemberdayaan
masyarakat mandiri pedesaan lebih ditingkatkan demi menjaga
kepercayaan masyarakat atau kerja sama yang baik antara pekerja PNPM
MP Desa Tarengge dengan masyarakat, terutama melibatkan masyarakat
dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai pada tingkat pengawasan,
serta masyarakat mudah mengakses informasi tentang program-program
PNPM MP dan dana yang dikelolah.
80
DAFTAR PUSTAKA
Andrianto, N., 2007. Good e_Governance: Transparansi dan Akuntabilitas Publik
melalui e_Government. Bayu Media Publishing. Malang.
Darma. Surya, 2007,Menejemen keungan instusi, Direktorat tenaga pendidikan,
Direktorat jendral Peningkatan Mutu Pendidikan dan tenaga Pendidikan,
Depertemen Pendidikan Nasiona.
Dwiyanto, Agus, 2008. Good governance melalui pelayanan publik. Gadjah Mada
University Press
Hidayat,2007, kajian komparatif pemerintahan tiga presiden. Jakarta. Gramedia
pustaka utama.
http://id.wikipedia.org/wiki/PNPM_Mandiri_Pedesaan. Cakupan Wilayah PNPM
Mandiri Perdesaan di akses tanggal 04 Februari 2015 pukul 10:00 WIT.
Krina. P Maka Transparansi Yang Dikutipnya Dalam Buku Pedomanpenguatan
Pengamanan Program Pembangunan Daearah, Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional & Depertemen Dalam Negri, (2002) di akses
tanggal 04 Februari 2015 pukul 11:12 WIT.
Logos,2003, Transparansi, Akuntabilitas, dan control dalam pembiayaan
pertahaanan (problem dan rekomendasi).
Mardiasmo, 2004, Akuntabilitas Sektor Publik. Penerbit Andi. Yogyakarta.
Mardiasmo, 2003, Otonomi Dan Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta
Muhammad. Hamid, 2007. Transparansi dan Lembaga,Sinar Harapan Jakarta
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
63/KEP./M.PAN/7/2003 Tentang Pedoman Umum Penyelenggaran
Penyelengaraan Pelayanan Publik.
Nugroho, Randi, 2004. Kebijakan Publik: Formulasi dan Praktek Pemerintahan
dan Otonomi Daerah. Jakarta. PT Alex Media Komputindo.
Pemerintah Republic Indonesia. 2000. Undang-Undang RI No. 28 Tahun 2000
Tentang Penyelenggaraan Pemerintah yang Bersih dan Bebas Dari
39
76
81
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Jakarta: Pemerintah RI di akses tanggal 04
Februari 2015 pukul 11:30 WIT.
Sedarmayanti. 2012. Good Governance “ kepemerintahan Yang Baik”, Bandung:
Mandar Maju
.
Smith, Jane. 2000. Empowering people. London: kogan page limited,
Sugiyono,2012. Metode Penelitian Kuantitatif Dan R&D, Bandung: Alfabeta.
Suyono, Haryono. 2013. Pemberdayaan Masyarakat Di Era Global, Jakarta:
Alfabeta
Tjokromidjojo, H. Bintoro, 2003, Reformasi Nasional Dan Penyelenggaraan
Good Governance Dan Perwujudan Masyarakat Madani, Jakarta
Wibowo. 2012. Manajemen Kinerja, Jakarta: Rajawali Pers.
top related