tranfusi darah merdi
Post on 12-Jan-2016
217 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
TRANSFUSI DARAH
Transfusi darah adalah pemindahan darah dari satu orang (donor) ke
dalam pembuluh darah orang lain (resipien). Hal ini biasanya dilakukan
sebagai manuver penyelamatan nyawa (life-saving) untuk menggantikan
darah yang hilang karena perdarahan hebat, saat operasi ketika terjadi
kehilangan darah atau untuk meningkatkan jumlah darah pada pasien
anemia.
Darah terdiri dari sel-sel darah serta plasma darah. Sel darah terdiri
dari sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit) dan trombosit,
sedangkan plasma darah mengandung air, protein, glukosa, mineral,
fibrinogen dan faktor-faktor pembekuan yang terdiri dari faktor pembekuan
I-XIII. Di dalam eritrosit terdapat molekul hemoglobin yang sangat penting.
Hemoglobin berguna untuk mengika oksigen di paru-paru dan melepaskan
oksigen tersebut ke organ tubuh yang membutuhkannya. Dapat dikatakan,
darah merupakan komponen penting dalam tubuh. Melalui darah, oksigen
akan terangkut ke seluruh organ tubuh, terutama organ vital agar fungsinya
dapat terus berjalan. Oleh karena itu prosedur transfusi darah merupakan
suatu tindakan yang sangat penting untuk kelangsungan hidup seseorang.
Jenis Darah Transfusi
DARAH LENGKAP (Whole Blood)
Whole blood (darah lengkap) biasanya disediakan hanya untuk transfusi
pada perdarahan masif. Whole blood biasa diberikan untuk perdarahan akut,
shock hipovolemik serta bedah mayor dengan perdarahan > 1500 ml. Whole
blood akan meningkatkan kapasitas pengangkutan oksigen dan peningkatan
volume darah. Transfusi satu unit whole blood akan meningkatkan
hemoglobin 1 g/dl.
Darah lengkap ada 3 macam. Yaitu :
1. Darah segar
Yaitu darah yang baru diambil dari donor sampai 6 jam sesudah
pengambilan. Keuntungan pemakaian darah segar ialah faktor
pembekuannya masih lengkap termasuk faktor labil (V dan VIII) dan fungsi
eritrosit masih relatif baik. Kerugiannya sulit diperoleh dalam waktu yang
tepat karena untuk pemeriksaan golongan, reaksi silang dan transportasi
diperlukan waktu lebih dari 4 jam dan resiko penularan penyakit relatif
banyak.
2. Darah Baru
Yaitu darah yang disimpan antara 6 jam sampai 6 hari sesudah diambil dari
donor. Faktor pembekuan disini sudah hampir habis, dan juga dapat terjadi
peningkatan kadar kalium, amonia, dan asam laktat.
3. Darah Simpan
Darah yang disimpan lebih dari 6 hari. Keuntungannya mudah tersedia
setiap saat, bahaya penularan lues dan sitomegalovirus hilang. Sedang
kerugiaannya ialah faktor pembekuan terutama faktor V dan VIII sudah
habis. Kemampuan transportasi oksigen oleh eritrosit menurun yang
disebabkan karena afinitas Hb terhadap oksigen yang tinggi, sehingga
oksigen sukar dilepas ke jaringan. Hal ini disebabkan oleh penurunan kadar
2,3 DPG. Kadar kalium, amonia, dan asam laktat tinggi.
Indikasinya adalah untuk mengatasi perdarahan yang lebih dari 30% TBV
setelah pasien distabilkan lebih dahulu dengan cairan elektrolit. Banyaknya
volume darah yang diberikan diberikan sesuai dengan banyaknya darah
yang hilang.(6,12) Pada bayi transfusi sudah harus diberikan bila kehilangan
10 % TBV. Diberikan pada penderita dengan perdarahan akut, syok
hemovolemik, dan bedah mayor dengan perdarahan >1500 ml.
Darah lengkap mengandung 450 ml darah dan 63 ml antikoagulan (CPDA-1)
dan hematokrit 35 % dan masa simpan 35 hari. Kemasan kantong darah
baku berisi 450 ml darah, disamping itu ada kemasan kantong darah dengan
isi 250 ml seperti yang umum dipakai oleh PMI. Pada orang dewasa transfusi
satu unit (500 ml) darah lengkap akan menaikkan Hb kira-kira 1 gram %
atau hematokrit 3-4%. Darah segar mempunyai komponen darah yang
lengkap, akan tetapi tidak praktis dalam penyediaan.
Semua sel dan protein plasma terkandung dalam darah lengkap. Tetapi
trombosit, fagosit, dan banyak protein plasma lainnya menjadi tidak aktif
selama penyimpanan, tetapi sel-sel tersebut masih bersifat antigenik.
Sehingga untuk tujuan praktis, darah lengkap dapat dianggap terdiri dari
eritrosit dan plasma.
Kecepatan pemberian darah utuh pada penderita hemovolemia adalah satu
liter dalam 2-3 jam setelah sebelumnya diberikan cairan elektrolit pengganti
perdarahan. Jika transfusi perlu lebih cepat lagi, pantaulah dengan teliti
kenaikan Tekanan Vena Sentral (CVP) untuk menghindari overload. Setelah
satu liter darah utuh sebaiknya diberikan 10 cc Calcium Glukonas 10% untuk
mencegah intoksikasi sitrat, terutama pada penderita gangguan faal hati
yang luas.
Packed Red Blood Cell (PRBC)
PRBC mengandung hemoglobin yang sama dengan whole blood, bedanya
adalah pada jumlah plasma, dimana PRBC lebih sedikit mengandung plasma.
Hal ini menyebabkan kadar hematokrit PRBC lebih tinggi dibanding dengan
whole blood, yaitu 70% dibandingkan 40%. PRBC biasa diberikan pada
pasien dengan perdarahan lambat, pasien anemia atau pada kelainan
jantung. Saat hendak digunakan, PRBC perlu dihangatkan terlebih dahulu
hingga sama dengan suhu tubuh (37ºC). bila tidak dihangatkan, akan
menyulitkan terjadinya perpindahan oksigen dari darah ke organ tubuh.
Plasma Beku Segar (Fresh Frozen Plasma)
Fresh frozen plasma (FFP) mengandung semua protein plasma (faktor
pembekuan), terutama faktor V dan VII. FFP biasa diberikan setelah transfusi
darah masif, setelah terapi warfarin dan koagulopati pada penyakit hati.
Setiap unit FFP biasanya dapat menaikan masing-masing kadar faktor
pembekuan sebesar 2-3% pada orang dewasa. Sama dengan PRBC, saat
hendak diberikan pada pasien perlu dihangatkan terlebih dahulu sesuai suhu
tubuh.
Trombosit
Transfusi trombosit diindikasikan pada pasien dengan trombositopenia berat
(<20.000 sel/mm3) disertai gejala klinis perdarahan. Akan tetapi, bila tidak
dijumpai gejala klinis perdarahan, transfusi trombosit tidak diperlukan. Satu
unit trombosit dapat meningkatkan 7000-10.000 trombosit/mm3 setelah 1
jam transfusi pada pasien dengan berat badan 70 kg. banyak faktor yang
berperan dalam keberhasilan transfusi trombosit diantaranya splenomegali,
sensitisasi sebelumnya, demam, dan perdarahan aktif.
Kriopresipitat
Kriopresipitat mengandung faktor VIII dan fibrinogen dalam jumlah banyak.
Kriopresipitat diindikasikan pada pasien dengan penyakit hemofilia
(kekurangan faktor VIII) dan juga pada pasien dengan defisiensi fibrinogen.
Komplikasi Reaksi Transfusi
Reaksi hemolitik
Reaksi yang terjadi biasanya adalah penghancuran sel darah merah donor
oleh antibodi resipien dan biasanya terjadi karena ketidakcocokan golongan
darah ABO yang dapat disebabkan oleh kesalahan mengidentifikasikan
pasien, jenis darah atau unit transfusi. Pada orang sadar, gejala
yang dialami berupa menggigil, demam, nyeri dada dan mual. Pada orang
dalam keadaan tidak sadar atau terbius, gejala berupa peningkatan suhu
tubuh, jantung berdebar-debar, tekanan darah rendah dan hemoglobinuria.
Berat ringannya gejala tersebut tergantung dari seberapa banyak darah
yang tidak cocok ditransfusikan.
Reaksi non hemolitik
Reaksi ini terjadi karena sensitisasi resipien terhadap sel darah putih,
trombosit atau protein plasma dari donor. Gejalanya antara lain demam,
urtikaria yang ditandai dengan kemerahan, bintik-bintik merah dan gatal
tanpa demam, reaksi anafilaksis, edema paru, hiperkalemia dan asidosis.
Infeksi
Resiko penularan penyakit infeksi melalui transfusi darah bergantung pada
berbagai hal antara lain; angka kejadian penyakit di masyarakat, keefektifan
skrining yang dilakukan, kekebalan tubuh resipien dan jumlah donor tiap unit
darah. Beberapa infeksi yang biasa terjadi adalah virus hepatitis, HIV,
Citomegalovirus, bakteri stafilokokus, yesteria dan parasit malaria.
Penanggulangan komplikasi transfusi :
1. Stop transfusi
2. Naikan tekanan darah dengan cairan infus, jika perlu tambahkan obat-
obatan.
3. Berikan oksigen 100%
4. Pemberian obat-obatan diuretik manitol atau furosemid
5. Obat-obatan antihistamin
6. Obat-obatan steroid dosis tinggi
7. Periksa analisa gas dan pH darah.
top related