tindak pidana pembunuhan yang dilakukan oleh...
Post on 06-Mar-2019
219 Views
Preview:
TRANSCRIPT
TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN
OLEH ORANG TUA MENURUT HUKUM ISLAM
DAN HUKUM POSITIF
(Analisa Putusan PN No. 1357/PID.B/2012/PN.JKT.TIM)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)
Oleh:
IRFAN AKBAR MUHAROM
NIM: 1111043200015
KONSENTRASI PERBANDINGAN HUKUM
PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/2016 M
iv
ABSTRAK
Irfan Akbar Muharom. NIM 1111043200015. TINDAK PIDANA
PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN OLEH ORANG TUA MENURUT
HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF (Analisa Putusan PN No.
1357/PID.B/2012/PN.JKT.TIM). Perbandingan Hukum, Perbandingan Mazhab
dan Hukum, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah, Jakarta, 2016. x + 84 halaman.
Skripsi ini membahas mengenai perbandingan hukum Islam dan hukum
positif perihal pembunuhan yang dilakukan oleh ayah kandung terhadap anaknya.
Didalamnya membahas pula jenis-jenis tindak pidana, pembunuhan, dan
sanksinya menurut hukum Islam dan hukum positif.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan
pendekatan analisis komparatif atau perbandingan hukum.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa baik dalam hukum Islam maupun
positif memiliki perhatian yang cukup jelas dalam mengatur pembunuhan yang
dilakukan oleh ayah kandung terhadap anaknya. Dalam hukum Islam,
pembunuhan yang dilakukan ayah kandung terhadap anaknya diberikan sanksi
berupa pidana ta’zir atau hukuman yang ditentukan jenis hukumannya oleh hakim
atau kepala negara. Sedangkan dalam hukum positif, ayah kandung yang
membunuh anaknya diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak yaitu berupa hukuman pidana penjara selama 11 tahun.
Kata Kunci : Tindak Pidana, Pembunuhan, Hukum Islam, Hukum
Positif
Pembimbing : Dr. Abdurrahman Dahlan, MA.
Dr. Alfitra, SH., M.Hum.
Daftar Pustaka : Tahun 1971 s/d 2015.
v
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim
Assalamu’alaikum. Wr. Wb.
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan hidayah, taufiq,
serta nikmat-Nya, sehingga Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul “Tindak Pidana Pembunuhan Menurut Hukum Islam Dan Hukum
Positif (Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Timur Nomor:
1357/PID.B/2012/PN.JKT.TIM Tentang Kasus Pembunuhan yang Dilakukan oleh
Ayah Kandung)”. Shalawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, kepada keluarganya, sahabat serta umatnya hingga akhir
zaman.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak sedikit
hambatan serta kesulitan yang penulis hadapi. Namun berkat kesungguhan hati
dan kerja keras serta dorongan dan bantuan berbagai pihak baik secara langsung
ataupun tidak langsung, sehingga membuat penulis tetap bersemangat dalam
menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati, penulis
berterima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, MA. selaku Dekan Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Fahmi Muhammad Ahmadi, M.si. dan Ibu Siti Hanna, Lc, Mag.
sebagai Ketua dan Sekretaris Jurusan Perbandingan Mazhab dan Hukum
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
vi
Hidayatullah Jakarta. Yang tanpa henti memberikan dorongan dan semangat
kepada penulis, serta dengan tulus ikhlas meluangkan waktunya untuk
membantu penulis dalam proses penyelesaian tugas akhir.
3. Bapak Dr. Abdurrahman Dahlan, MA. selaku dosen pembimbing I dan Bapak
Dr. Alfitra SH. M.Hum. selaku dosen pembimbing II yang dengan sabar telah
mengajarkan, memberikan banyak masukan, dan saran-saran sehingga skripsi
ini dapat selesai dengan baik. Semoga apa yang telah Bapak ajarkan dan
arahkan mendapat balasan dari Allah SWT.
4. Biro hukum Pengadilan Negeri Jakarta Timur, yang telah meluangkan
waktunya untuk memberikan data primer dari penulisan skripsi ini, yaitu
Keputusan Hakim tentang pembunuhan yang dilakukan ayah kandung
terhadap anaknya.
5. Kepada seluruh dosen dan civitas akademik Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mentransfer
ilmunya dengan ikhlas kepada penulis, serta para pengurus perpustakaan yang
telah meminjamkan buku-buku yang diperlukan oleh penulis.
6. Kedua orang tuaku tercinta dan tersayang. Bapak Rachmad Hidayat dan Ibu
Jejen Siti Jenab yang dengan tulus selalu mendoakan, memberi dorongan dan
semangat tiada henti kepada penulis, sehingga penulis mampu menyelesaikan
tugas akhir ini yang juga menjadi amanah bagi penulis kepada orang tua.
Semoga Allah selalu memberikan perlindungan untuk Ibu dan Bapak,
dibawah payung kasih sayang-Nya. Amin.
vii
7. Kepada adik-adikku tercinta Febi Rachman dan Ilham Fathurrahman, yang
senantiasa memberikan semangat kepada penulis yang sedang menjalankan
tugas akhir ini agar cepat selesai.
8. Teman-temanku semua di Perbandingan Mazhab dan Hukum angkatan 2011.
Terima kasih banyak atas canda tawa-duka, suka-duka, kebersamaan,
motivasi, dan bertukar pikiran selama ini.
9. IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah) cabang Ciputat, yang tak kenal
lelah membuat pergerakkan IMM semakin berkemajuan. Semoga berkah
rahmat illahi melimpahi perjuangan kita. Billahi fisabilhaq fastabikul khairat.
10. KKN Berlian, barudak Pasar Wetan, kawan metal head Trivium Indonesia,
Juventini Kampus UIN, The DJavu (Djakarta Vespa UIN), seluruh teman
seperjuangan selama masa kuliah yang tidak bisa penulis sebutkan satu
persatu. Namun demikian tidak mengurangi rasa hormat dan terima kasih
penulis atas bantuan yang kalian berikan. Semoga Allah SWT memberikan
berkah dan karunia-Nya serta membalas kebaikan kita semua, amin.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi
penyempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini memberikan
manfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 20 Juli 2016
Penulis
viii
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PEMBIMBING......................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI...............................................................ii
LEMBAR PERNYATAAN.................................................................................iii
ABSTRAK............................................................................................................iv
KATA PENGANTAR ......................................................................................... v
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ......................................................................... 7
C. Pembatasan dan Rumusan Masalah ................................................. 7
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................ 8
E. Tinjauan Pustaka .............................................................................. 9
F. Metode Penelitian ............................................................................ 11
G. Kerangka Teori dan Konseptual ...................................................... 14
H. Sistematika Penulisan ...................................................................... 19
BAB II TINJAUAN UMUM TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN
MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF
A. Pengertian Tindak Pidana ................................................................ 21
1. Menurut Hukum Islam.............................................................. 21
2. Menurut Hukum Positif............................................................ 22
ix
B. Jenis-Jenis Tindak Pidana ................................................................ 24
1. Menurut Hukum Islam.............................................................. 24
2. Menurut Hukum Positif............................................................ 27
C. Pertanggungjawaban Pidana.............................................................31
1. Menurut Hukum Islam................................................................31
2. Menurut Hukum Positif..............................................................32
D. Alasan Pemaaf dan Pembenar..........................................................33
1. Menurut Hukum Islam................................................................33
2. Menurut Hukum Positif..............................................................34
E. Pengertian Tindak Pidana Pembunuhan .......................................... 35
1. Menurut Hukum Islam...............................................................35
2. Menurut Hukum Positif.............................................................36
F. Bentuk-Bentuk Pembunuhan ........................................................... 37
1. Menurut Hukum Islam...............................................................37
2. Menurut Hukum Positif.............................................................40
G. Sanksi Pidana Pembunuhan.......................................................................43
1. Menurut Hukum Islam...............................................................43
2. Menurut Hukum Positif ............................................................47
BAB III PUTUSAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA TIMUR
NOMOR: 1357/PID.B/2012/PN.JKT.TIM TENTANG
PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN OLEH AYAH KANDUNG
x
A. Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tua........................48
B. Kronologi Perkara ........................................................................... 55
C. Pertimbangan dan Putusan Hakim...................................................63
1. Unsur-unsur Tindak Pidana Pembunuhan.................................64
2. Hal Yang Memberatkan dan Meringankan...............................68
3. Mengadili...................................................................................69
BAB IV PANDANGAN HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF
TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA
TIMUR NOMOR: 1357/PID.B/2012/PN.JKT.TIM
A. Pandangan Hukum Islam dan Hukum Positif Terhadap Putusan
PN No. 1357/PID.B/2012/PN.JKT.TIM...........................................71
B. Persamaan dan Perbedaan Hukum Islam dan Hukum Positif
Terhadap Putusan PN No. 1357/PID.B/2012/PN.JKT.TIM.............75
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... 78
B. Saran ................................................................................................ 80
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................81
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tindak pidana atau kejahatan merupakan persoalan yang dialami
manusia dari waktu ke waktu. Tindak pidana adalah sebuah problematika
yang tak pernah lusuh dan usang tiada hentinya di perbincangkan.
Pembunuhan terjadi pada orang yang tidak menggunakan akal serta dorongan
hawa nafsu yang tak terbendung dalam bertindak, sehingga terjadilah
kejahatan yang melampaui batas seperti pembunuhan.
Pembunuhan pada saat ini tidak mengenal siapa pembunuh dan siapa
yang di bunuh. Pembunuhan tidak mengenal status sosial. Dimulai dari orang
kaya atau orang miskin, orang terpandang atau tidak, tidak menjadi persoalan
dalam kasus pembunuhan. Dari kalangan pejabat, karyawan biasa bahkan
rakyat jelata. Dalam kasus pembunuhan yang pernah terjadi, bahwa tercatat
pembunuhan tidak melihat dari usia pelaku pembunuhan dan korbannya. Baik
itu orang tua, dewasa, remaja, bahkan anak-anak usia dibawah umur pun
pernah menjadi tersangka dan korban pembunuhan. Sungguh ironi melihat
pembunuhan sudah melibatkan anak-anak yang sepatutnya bermain riang,
belajar dan mengemban ilmu di usianya harus merasakan akibat dari
pembunuhan. Yang membedakan tingkatan manusia adalah dalam
ketakwaannya. Sesuai dengan Qur’an surat Al-Hujuraat ayat 13:
2
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa
di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal.”1
Isi kandungan surat Al Hujurat Ayat 13 antara lain :
1. Setiap manusia memiliki kedudukan yang sama di sisi Allah,
kelebihannya hanya terletak pada kadar ketakwaannya.
2. Manusia diciptakan oleh Allah dari jenis laki-laki dan perempuan.
3. Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
4. Manusia dikumpulkan menjadi berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
agar saling mengenal.
5. Orang yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling
bertakwa.2
Jadi hukum Islam dalam pelaksanaannya tidak membeda-bedakan
tingkatan manusia. Yang membedakannya adalah tingkat ketakwaannya.
Banyak kasus pembunuhan yang sering kita temukan dalam masyarakat,
surat kabar, media sosial dan berita, dimana yang dijadikan korban
pembunuhan oleh pelakunya adalah orang terdekat bahkan keluarga sendiri.
Pembunuhan biasanya dilakukan oleh orang-orang yang tidak memiliki iman
yang kuat dan pengetahuan yang dangkal, sehingga akal mereka tidak dapat
1Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir al-Qur’an dan Terjemahnya, Departemen
Agama 1971, h. 719. 2 http://duniaditik.blogspot.com/2014/09/surah-al-hujurat-ayat-13.html
3
membendung hawa nafsu yang menggebu dan pada akhirnya melakukan hal
biadab itu.
Hukum pidana di Indonesia telah mengatur sanksi terhadap pelaku
pembunuhan, dimuat dalam pasal 338 KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana) yang berbunyi:
“Barangsiapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena
pembunuhan dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.”
Pasal 339 menyatakan:
“Pembunuhan yang diikuti, disertai atau didahului oleh suatu perbuatan
pidana, yang dilakukan dengan maksud untuk mempersiapkan atau
mempermudah pelaksanaannya, atau untuk melepeaskan diri sendiri maupun
peserta lainnya dari pidana dalam hal tertangkap tangan, ataupun untuk
memastikan penguasaan barang yang diperolehnya secara melawan hukum,
diancam dengan pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu,
paling lama dua puluh tahun.”
Pasal 340 menyatakan:
“Barangsiapa dengan sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu merampas
nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan dengan rencana, dengan
pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu,
paling lama dua puluh tahun.”
Dalam KUHP, akibat hukum tindak pidana pembunuhan dalam bentuk
hukuman pokok adalah dipenjara maksimal 20 tahun, pidana penjara seumur
hidup bahkan pidana mati. Sementara dalam pandangan hukum Islam yang
berlandaskan pada Al-Qur’an dan Sunnah, sanksi bagi pelaku pembunuhan
4
akan di hukum qishas, yaitu terdapat dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat
178 berbunyi:
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishash berkenaan
dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan merdeka, hamba
dengan hamba dan wanita dengan wanita.maka barangsiapa yang mendapat
suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah (yang memaafkan) mengikuti
dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi maaf) membayar (diat)
kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik (pula). Yang demikian itu
adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa
yang melampaui batas sesudah itu, maka baginya siksa yang sangat pedih.”3
Menurut Al-Jazairi, surat tersebut mengandung dua fungsi, yaitu:
1. Fungsi sosial, yaitu usaha membasmi kembalinya penjahat kepada
kejahatannya, ancaman, memperbaiki, dan mencegah orang lain ke
dalam perbuatan pembunuh tersebut.
2. Fungsi moral, yaitu kepuasaan perasaan orang banyak untuk menjamin
rasa ketentraman dan kedamaian dalam masyarakat.4
Juga terdapat dalam hadits:
صلهى للاه عليه وسلهم ادرءوا الحدود عن المسلمين ما استطعتم فإن كان له عائشة قالت قال رسول للاه
مام أن يخطئ في العفو خير من أن يخطئ في العقوبة مخرج فخلوا سبيله فإنه ال
“Hindarkanlah hukuman-hukuman pidana dari kaum muslimin semampu
kalian, jika kalian mendapatkan jalan keluar bagi seorang muslim, maka
3 Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir al-Qur’an dan Terjemahnya, Departemen
Agama 1971, h. 188. 4 Paisol Burlian, Implementasi Konsep Hukuman Qishash Di Indonesia, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2015), h. 34.
5
pilihlah jalan itu. Karena sesungguhnya seorang pemimpin yang salah dalam
memberi maaf itu lebih baik dari pada pemimpin yang salah dalam
menghukum”. 5
Hadits ini adalah sejarah hukum yang mengajarkan bahwa hukum
bukanlah tujuan dan selanjutnya hukumanpun harus diminimalkan. Bahkan
menurut Sodiq Mahdy, seorang pemikir dari Sudan, ayat tentang qishash
dimulai dengan ungkapan “Hai orang-orang yang beriman”, ini
mengindikasikan bahwa qishash ditujukan untuk masyarakat yang sudah
beriman, mempunyai kesadaran hukum tinggi dan meminta hukuman secara
sukarela.6
Dalam sebuah kasus telah terjadi pembunuhan yang melibatkan ayah dan
anaknya. Yakni terjadi pada bulan Agustus tahun 2012, bertempat di Jalan
Raya PKP RT 08 RW 08 No. 10 Kelurahan Kelapa Dua Wetan Kecamatan
Ciracas Jakarta Timur. Bahwasanya telah terjadi penganiayaan terhadap
seorang balita berusia ± 4 tahun yang dilakukan oleh orang tua kandungnya
sendiri, yaitu ayahnya. Balita tersebut kemudian meninggal akibat dari
parahnya penganiayaan yang dilakukan oleh ayahnya. Akibat dari
perbuatannya itu pelaku di ancam pidana dalam 3 pasal berlapis sekaligus,
yakni:
- Pasal 44 ayat (3) Undang-Undang R.I No. 23 Tahun 2004, tentang
Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga.
5 Al-Baihaqy, Al-Sunan Al-Kubro,Al-Baihaqy jilid 8, 2003, h. 414.
6 Paisol Burlian, Implementasi Konsep Hukuman Qishash Di Indonesia, h. 35.
6
- Pasal 80 ayat (4) Undang-Undang R.I No. 23 Tahun 2002, tentang
Perlindungan Anak
- Pasal 338 KUHP
Sanksi dari ketiga pasal tersebut adalah sebagai berikut:
- Pasal 44 ayat (3) Undang-Undang R.I No. 23 Tahun 2004, tentang
Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga.
“Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
mengakibatkan matinya korban, dipidana dengan pidana penjara paling
lama 15 (lima belas) tahun atau denda aling banyak Rp. 45.000.000,00
(empat puluh lima juta rupiah).”
- Pasal 80 ayat (4) Undang-Undang R.I No. 23 Tahun 2002, tentang
Perlindungan Anak.
“Pidana ditambah sepertiga dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) apabila yang melakukan penganiayaan
tersebut orang tuanya”. Bunyi ayat (1) “Setiap orang yang melakukan
kekejaman, kekerasan atau ancaman kekerasan, atau penganiayaan
terhadap anak, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun 6
(enam) bulan dan/atau denda paling banyak Rp. 72.000.000,00 (tujuh
puluh dua juta rupiah).”
Ayat (2)
“Dalam hal anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) luka berat, maka
pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).”
Ayat (3)
“Dalam hal anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) mati, maka pelaku
dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).”
- Pasal 338 KUHP
“Barangsiapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena
pembunuhan dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.”
7
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah disampaikan, maka identifikasi
masalah yang dapat penulis sampaikan antara lain:
1. Masalah tindak pidana pembunuhan oleh orang tua kandung.
2. Sebab-sebab terjadinya tindak pidana pembunuhan, khususnya
pembunuhan oleh ayah kandung.
3. Mengapa seorang ayah kandung tega membunuh darah dagingnya sendiri,
yaitu anaknya.
4. Jenis-jenis tindak pidana pembunuhan.
5. Hukuman terhadap pelaku pembunuhan.
6. Akibat yang ditimbulkan para pelaku tindak pidana pembunuhan.
7. Solusi mengurangi tindak pidana pembunuhan.
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Dalam penulisan skripsi ini, penulis membatasi pembahasan tentang
tindak pidana pembunuhan yang dilakukan oleh orang tua kandung agar
fokus pada inti masalah yang dibahas terhadap skripsi ini, yaitu:
a. Penulis memfokuskan bahasan mengenai tindak pidana pembunuhan
yang dilakukan oleh ayah kandung.
b. Studi komparatif (perbandingan) hukum Islam dan hukum positif
mengenai tindak pidana pembunuhan yang dilakukan oleh ayah.
8
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan atas uraian-uraian tersebut pada latar belakang maka penulis
mencoba merumuskan permasalahan yang akan dibahas serta dianalisa
dengan bertitik tolak pada hukum Islam dan hukum positif mengenai tindak
pidana pembunuhan yang dilakukan oleh ayah kandung. Maka penulis akan
merumuskan permasalahan sebagai berikut:
a. Bagaimana putusan hakim tentang pembunuhan yang dilakukan oleh
orang tua?
b. Bagaimana pandangan hukum Islam dan hukum Positif terhadap
putusan PN No. 1357/PID.B/2012/PN.JKT.TIM?
c. Persamaan dan perbedaan hukum Islam dan hukum positif terhadap
putusan PN No. 1357/PID.B/2012/PN.JKT.TIM?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin tercapai dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Untuk mengetahui putusan hakim tentang pembunuhan yang
dilakukan oleh orang tua.
b. Untuk mengetahui pandangan hukum Islam dan hukum Positif
terhadap putusan PN No. 1357/PID.B/2012/PN.JKT.TIM.
c. Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan pandangan hukum
Islam dan hukum Positif terhadap putusan PN No.
1357/PID.B/2012/PN.JKT.TIM.
9
2. Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan mendapatkan manfaat berupa:
a. Manfaat Teoritis
Pembahasan terhadap masalah-masalah dalam skripsi ini diharapkan
dapat menambah pemahaman kepada semua pihak, khusunya yang
berhubungan langsung dengan dunia hukum.
b. Manfaat Praktis
Bagi akademis dapat menjadi bahan penelitian lebih lanjut bagi para
akademisi yang mendalami lebih jauh tentang materi yang penulis angkat
dalam skripsi ini.
Bagi masyarakat umum diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan
wawasan kepada masyarakat umum tentang pembunuhan yang dilakukan
oleh orang tua kandung, terutama mengetahui sanksi hukum yang dapat
diterima oleh pelaku, sehingga dapat dijadikan sebuah pembelajaran terhadap
masyarakat lain agar tidak melakukan perbuatan tersebut.
E. Tinjauan Pustaka
Penelitian terhadap tindak pidana pembunuhan akhir-akhir ini menjadi
pembahasan aktual dan fenomenal dimasyarakat, sehingga banyak penelitian
yang dilakukan dari berbagai tingkat akademis yang berbeda.
Yang pertama buku dengan judul “Kejahatan Terhadap Tubuh & Nyawa”
karya Drs. Adami Chazawi, SH. Buku tersebut memaparkan tentang kejahatan
terhadap tubuh dan nyawa yang mengakibatkan pengainiayaan biasa, ringan,
dan berat. Sehingga mengakibatkan korbannya meninggal dunia. Adapula
10
jenis-jenis pembunuhan menurut hukum positif. Perbedaan dari buku tersebut
dengan skripsi yang akan penulis susun adalah jika fokus kajian dari buku
diatas adalah membahas pembunuhan dari segi hukum positif, maka skripsi
yang akan penulis lakukan terfokus pada sanksi pelaku pembunuhan yang
dilakukan oleh ayah kandung menurut hukum Islam dan hukum positif dalam
kajian putusan Pengadilam Negeri Jakarta Timur.
Yang kedua adalah buku karya Sue Titus Reid, J. D., Ph.D. dosen Florida
State University yang berjudul “Criminal Law Fifth Edition”. Buku tersebut
membahas kasus-kasus kriminal yang terjadi di beberapa tempat di Amerika
Serikat. Adapun kasus pembunuhan yang dibahas di dalam buku tersebut
hanya jenis-jenis pembunuhan sengaja, tidak sengaja, dan pembunuhan
berencana. Pembunuhan yang dibahas dalam buku tersebut dibahas menurut
hukum yang berlaku di Amerika Serikat, yaitu Civil Law System yang berbeda
dengan Indonesia, yakni Common Law System dan juga dalam skripsi yang
akan penulis susun membahas pembunuhan menurut hukum Islam. Kemudian
membahas pembunuhan yang dilakukan oleh ayah kandung menurut hukum
Islam dan hukum positif. Sedangkan dalam buku tersebut tidak membahas
pembunuhan yang dilakukan oleh ayah kandung.
Yang ketiga adalah skripsi karya R. Hendro Nurmono Asmoro mahasiswa
Fakultas Hukum Universitas Indonesia yang berjudul “Suatu Pertinjauan
Tentang Pembunuhan Anak”. Skripsi tersebut membahas pembunuhan yang
dilakukan oleh ibu kandung terhadap janin yang di kandungnya dengan cara di
aborsi. Perbedaanya dengan skripsi yang akan penulis buat adalah skripsi
11
tersebut terfokus pada pertanggung jawaban atau sanksi pelaku dengan
melihat dari sisi hukum positifnya saja sedangkan skripsi yang akan penulis
buat tidak hanya terfokus pada ancaman pidana hukum positif saja namun
sanksi yang akan di dapat dari hukum islam pun di bahas.
F. Metode Penelitian
Untuk pengambilan data dalam penelitian, penulis akan memakai metode
studi dokumentasi yang terdapat di dalam buku-buku, dokumen dalam bentuk
undang-undang, lampiran-lampiran, agenda, catatan para ahli sampai data
online (internet).
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitiannya menggunakan Content Analisys (analisis isi). Analisis
isi adalah suatu teknik penelitian untuk membuat inferensi-inferensi yang
dapat ditiru dan sahih data dengan memperhatikan konteksnya. Sebagai suatu
teknik penelitian, analisis isi mencakup prosedur-prosedur khusus untuk
pemerosesan dalam data ilmiah dengan tujuan memberikan pengetahuan,
membuka wawasan baru dan menyajikan fakta.7
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yaitu penelitian yang data-
datanya diungkapkan melalui kata-kata, norma atau aturan-aturan atau data
kualitatif. Data-data yang diambil merupakan pendapat atau doktrin para ahli
hukum atau normatif dengan tujuan agar dapat menggambarkan masalah
7 Klaus Krispendoff. Analisis Isi Pengantar Dan Teori Metodologi, (Jakarta: Rajawali
Press, 1993), h. 15.
12
dengan baik berdasarkan keberadaan data-data tersebut sehingga dapat
diambil kesimpulannya atau dapat juga disebut dengan deskriptif.8
2. Sumber Data Penelitian
Adapun sumber data yang digunakan pada penelitian ini yaitu:
a. Data primer dalam penelitian ini adalah Putusan Pengadilan Negeri Jakarta
Timur Nomor: 1357/PID.B/2012/PN.JKT.TIM
b. Data sekunder dalam penelitian ini berupa literatur-literatur tertulis yang
berkaitan dengan pokok masalah dalam penulisan skripsi ini, baik berupa
buku, makalah, laporan penelitian, artikel, surat kabar, ataupun komentar-
komentar dari pakar. Seperti buku karangan Abdul Qadir Audah perihal
Fiqh Jinayah, yaitu “Al-Tasyri’ al-Jinai al-Islam”, “Al-Fiqh Al-Islami”,
“Ensiklopedia Hukum Pidana Islam”. “Fiqh Islam Wa Adillatuhu
(Terjemahan) karangan Wahbah Azzuhaili.
c. Data tersier (non-hukum), berupa bahan penjelasan dari bahan hukum
primer dan sekunder, seperti kamus, ilmu pengetahuan politik,
ensiklopedia, internet, dan lain sebagainya.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah riset kepustakaan,
yaitu dengan melihat atau membaca, meneliti dan mempelajari dokumen
dan data-data yang diperoleh dari karya-karya atau literatur dan referensi
yang berhubungan dengan judul skripsi ini.9
8 Bambang Sunggono. Metodelogi Peneletian Hukum. (Jakarta: P.T Raja Grafindo
Persada, 2006), h. 35. 9 Bambang Sunggon. Metodelogi Peneletian Hukum. h. 35.
13
4. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode
kualitatif, yaitu menganalisis masalah berdasarkan data-data yang didapat
dalam bentuk kata-kata atau kalimat yang didapat dari buku-buku, karya-
karya, literatur atau norma-norma dengan bersifat penelitian deskriptif,
yaitu dengan menggambarkan permasalahan yang ada, mencari data-data
yang relevan, menyeleksinya dan mengambil kesimpulan dari data-data
tersebut.
Teknik Analisa Data yang digunakan adalah dengan cara analisis
komparatif (perbandingan hukum). Menurut Van Apelddorn, perbandingan
hukum merupakan suatu ilmu bantu bagi ilmu hukum dogmatik dalam arti
bahwa untuk menimbang dan menilai aturan-aturan hukum dan putusan-
putusan pengadilan yang ada dengan sistem hukum hukum lain.
Studi perbandingan hukum merupakan kegiatan untuk membandingkan
hukum suatu negara dengan hukum negara lain atau hukum dari suatu
waktu tertentu dengan hukum dari waktu yang lain. Di samping itu juga
membandingkan suatu putusan pengadilan yang satu dengan putusan
pengadilan lainnya untuk masalah yang sama. Kegiatan ini bermanfaat
bagi penyingkapan latar belakang masalah yang sama dari dua negara atau
lebih. Penyingkapan ini dapat dijadikan rekomendasi bagi penyusunan
atau perubahan perundang-undangan.10
10
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum: Edisi Revisi, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2014), h. 173.
14
5. Teknik Penulisan
Teknik penulisan skripsi ini berpedoman pada buku “Pedoman Tulisan
Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2013”.
G. Kerangka Teori dan Konseptual
1. Kerangka Teori
Kerangka teori adalah konsep-konsep yang sebenarnya-benarnya
merupakan abstraksi dari hasil pemikiran atau kerangka/acuan yang pada
dasarnya bertujuan mengadakan kesimpulan terhadap dimensi-dimensi.
Setiap penelitian selalu disertai dengan pemikiran-pemikiran teoritis, hal ini
karena adanya hubungan timbal balik yang erat antara teori dengan kegiatan
pengumpulan, pengolahan, analisis, dan kontruksi data.11
Dalam skripsi ini, pembahasan tindak pidana pembunuhan telah diatur
oleh hukum Islam maupun hukum positif. Pembunuhan dalam hukum Islam
terdapat beberapa macam, yaitu pembunuhan sengaja, pembunuhan
menyerupai sengaja, dan pembunuhan karena kesalahan. Sanksinya telah
diatur oleh hukum Islam bahwa pembunuhan sengaja saksinya berupa
hukuman pokok, yaitu dengan di qishash. Itupun bila pelaku pembunuhan
sengaja tidak mendapatkan maaf dari pihak keluarga korban. Sanksi
pembunuhan menyerupai sengaja adalah berupa diyat mughalladzah, yaitu
dengan membayar unta kepada pihak keluarga korban sebanyak 100 ekor
11
Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif, (Jakarta: Rajawali Press, 1984), h.
123.
15
unta, 40 ekor unta diantaranya adalah betina yang sedang hamil. Kemudian
sanksi pembunuhan karena kesalahan adalah dengan membayar diyat kepada
keluarga korban berupa 30 ekor unta betina berusia 1 tahun, 30 ekor unta
betina berusia 2 tahun, 30 ekor unta betina berusia 3 tahun, dan 10 ekor unta
jantan berusia 2 tahun. Begitu pula hukum positif telah mengatur dengan jelas
perihal tindak pidana pembunuhan.
Konsentrasi penulis dalam skripsi ini adalah menganalisa putusan
Pengadilan Negeri No. 1357_PID.B_2012_PN.JKT.TIM tentang vonis kasus
tindak pidana pembunuhan yang dilakukan oleh orang tua (ayah kandung)
terhadap anaknya menurut hukum Islam dan hukum positif. Menurut hukum
Islam bahwasanya ayah kandung yang membunuh anaknya telah diatur
dengan jelas. Saksinya adalah dengan pidana ta’zir, yaitu hukuman yang yang
belum diatur dalam nash sehingga jenis hukumannya diberikan sepenuhnya
kepada hakim atau penguasa untuk menentukan kadar dan jenis hukumannya.
Hal itu karena terdapat dalam hadits bahwa ayah yang membunuh anaknya
sendiri . tidak dikenakan hukuman qishash namun dengan pidana ta’zir.
Vonis bagi pelaku tindak pidana pembunuhan yang dilakukan oleh orang
tua terhadap anaknya adalah pidana penjara selama 11 tahun. Hal itu sesuai
dengan putusan hakim menurut Undang-Undang Nomor 23 pasal 80 ayat 4
tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Ada perbedaan antara putusan hakim
dengan ketentuan Undang-Undang tersebut, yaitu berupa lamanya masa
pidana penjara. Ketentuan dalam Undang-Undang tersebut bahwa pidana
penjaranya adalah selama ±13 tahun penjara. Hal ini terjadi karena hakim
16
setelah meninjau pertimbangan hal-hal yang meringankan terdakwa dalam
putusan akhir. Hal-hal yang meringankan terdakwa adalah terdakwa merasa
bersalah, terdakwa belum pernah dihukum, terdakwa masih muda dan
diharapkan bisa memperbaiki kesalahannya dimasa yang akan datang.
2. Konseptual
Baik dalam pidana Islam maupun konvensional, pembunuhan adalah
perbuatan yang dilarang dan pelakunya diancam dengan hukuman berat.
Dalam pidana Islam meskipun banyak varian dari tindak pidana pembunuhan,
tapi intinya larangan tersebut dimaksudkan agar hak asasi seseorang untuk
hidup bisa ditegakkan. Karena hidup dan kehidupan adalah hak bagi setiap
orang, maka hak ini wajib dilindungi. Sehingga siapa pun yang melanggar
atas hak ini harus diancam dengan hukuman. Selain itu, Islam juga mengatur
bahwa jiwa/nafs juga milik Allah dan orang yang melakukan tindak pidana
pembunuhan selain melanggar hak orang lain untuk hidup, juga merampok
hak milik Allah. Maka pantas kalau kemudian, secara tekstual Al-Qur’an
mengatur hukuman atas pelaku tindak pidana pembunuhan ini dibunuh
kembali. Ini semata-mata dilakukan untuk menegakkan hukum agar jiwa/nafs
yang merupakan milik/hak Allah dan setiap manusia bisa terjaga.
Bila merujuk pada maqasid al-syariah, maka larangan membunuh itu
merupakan realisasi atau perwujudan dari hifd al-nafs, yakni menjaga jiwa.
Perintah menjaga jiwa ini merupakan kewajiban asasi bagi setiap orang atau
dalam istilah lain disebut dengan dharuriyat, yakni kewajiban pokok yang
tidak hanya harus dihormati tetapi juga harus ditegakkan. Mengingat, jika
17
tidak ditegakkan maka akan mengancam terhadap eksistensi manusia baik
secara individu maupun kelompok. Karena itu, segala macam perbuatan yang
bisa menghilangkan nyawa, termasuk pembunuhan dan segala macam
jenisnya secara tegas dilarang baik di dalam al-quran maupun KUHP
indonesia dan kitab hukum pidana negara-negara lain, bahkan juga telah
diatur dalam beberapa ketentuan yang berskala global, yakni konvensi
internasional.12
Dalam literatur pidana Islam, istilah pembunuhan disebut dengan al-qatl.
Kata tersebut berasal dari qatala yang sinonimnya amaata yang artinya
mematikan.13
Beberapa ahli fikih mendefinisikan pembunuhan adalah
“perbuatan yang menghilangkan atau mencabut nyawa seseorang”.14
Pembunuhan juga berarti “perbuatan manusia yang menghilangkan
kehidupan yakni pembunuhan itu adalah menghilangkan nyawa manusia
dengan sebab perbuatan manusia lain”.15
Sedangkan dalam istilah Indonesia
dibedakan antara pembunuhan dan membunuh. Pembunuhan diartikan
sebagai proses, perbuatan atau cara membunuh.16
Meskipun sedikit berbeda namun perngertian pembunuhan tersebut
intinya yakni “perbuatan seseorang terhadap orang lain yang mengakibatkan
12
Asep Saepudin Jahar, Hukum keluarga, pidana & bisnis: kajian perundang-undangan
indonesia, fikih dan hukum internasional, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group,
2013), h. 67. 13
Ibrahim Unais, al., al-mu’jam al-wasit, juz II, T.tp:Dar Ihya al-Turats al-‘Arabi, t.t.), h.
6. 14
Wahbah Zuhayly, al-fiqh al-islamy wa adillatuhu, juz VI (Damaskus:dar al-fikr, 1989),
h. 217. 15
Abdul Qadir Audah, al-tasyri’ al-jinaiy al-islamy, juz II (Beirut: dar al-kitab al-arabi,
t,t,), h. 6. 16
Anton M Moeliono, Kamus Besar Bahasa Iindonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), h.
138.
18
hilangnya nyawa, baik perbuatan tersebut dilakukan dengan sengaja maupun
tidak sengaja”. Hal ini juga sejalan dengan arti pembunuhan menurut hukum
pidana konvensional yakni pembunuhan adalah setiap perbuatan apa pun
yang dapat mengakibatkan matinya orang lain (seperti mencekik, menikam,
menembak, meracuni, memukul, mendorong ke dalam jurang, sungai, laut,
dan sebagainya) asal saja perbuatan itu dilakukan dengan sengaja”.
Tampaknya kesengajaan menjadi unsur utama dan menjadi ukuran
sebuah pembunuhan, baik dalam pidana islam maupun konvensional.
Kesengajaan juga menjadi ukuran pengenaan jenis hukuman yang akan
dikenakan pada pelaku pembunuhan yang dilakukan dengan sengaja dan tidak
sengaja, meski kedua jenis pembunuhan tersebut tetap dikenakan hukuman.
Konsep ini sama, baik dalam pidana Islam maupun konvensional walaupun
terdapat perbedaan dalam hal penyebutan dan penentuan unsur-unsurnya serta
berat ringannya hukuman yang ditimpakkan atas jenis pembunuhan tersebut
tetap saja keduanya adalah termasuk perbuatan yang dilarang.
Adapun dasar yang dijadikan rujukan atau asas legalitas atas larangan
pembunuhan sehingga pelakunya diancam dengan hukuman terdapat di Al-
Qur’an dan hadis Nabi SAW untuk hukum pidana Islam dan terdapat dalam
KUHP Indonesia untuk hukum konvensional serta terdapat pada beberapa
konvensi untuk macam dan jenis pembunuhan dalam skala internasional.
Putusan hakim yang pada akhirnya yang akan menjatuhi sanksi yang
pantas untuk pelaku pembunuhan tersebut. Setelah hakim melihat
pertimbangan yang dapat meringankan dan memberatkan atas suatu perkara.
19
H. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan pemahaman yang terarah komperhensif dalam
pembahasan masalah ini, penulis merumuskan sistematika penulisan dalam
lima bab yang terdiri dari sub-sub bab sebagai berikut:
BAB PERTAMA, pada bab pendahuluan ini dibahas persoalan
mendasar yang akan menentukan bangunan isi seluruhnya dan sebagaimana
layaknya suatu karya ilmiah hasil penelitian dalam bentuk skripsi, maka
laporan hasil penelitian ini dimulai dengan menjelaskan tentang latar
belakang mengapa tema penelitian ini dipilih menjadi obyek penelitian.
Kemudian dilanjutkan dengan identifikasi masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, studi pustaka, metode
penelitian, kerangka teori dan konseptual, dan sistematika penulisan.
BAB KEDUA, dalam bab ini dibahas tinjauan umum tentang tindak
pidana pembunuhan menurut hukum islam dan hukum positif serta berbagai
jenisnya agar kemudian menjadi bekal bagi pembaca untuk memahami
konsep dari penelitian yang akan dibahas dalam bab-bab berikutnya. Dimulai
dari pengertian tindak pidana, jenis-jenis tindak pidana, pengertian tindak
pidana pembunuhan, serta persamaan dan perbedaan tindak pidana
pembunuhan menurut hukum Islam dan hukum positif.
BAB KETIGA, dalam bab ini dibahas Putusan Pengadilan Negeri
Jakarta Timur tentang pembunuhan yang dilakukan oleh ayah kandung yang
merupakan sumber bahan inti dari permasalahan yang akan diteliti dalam
20
penelitian ini. Didalamnya meliputi kronologi perkara, putusan dan
pertimbangan hakim.
BAB KEEMPAT, dalam bab ini berisi inti dari permasalahan yang akan
dibahas dalam penelitian ini, yaitu menganalisa kesesuaian pandangan hukum
Islam dan hukum positif terhadap Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Timur
Nomor: 1357/PID.B/2012/PN.JKT.TIM tentang tindak pidana pembunuhan
yang dilakukan oleh ayah kandung. Juga membandingkan persamaan dan
perbedaan pandangan hukum Islam dan hukum positif terhadap tindak pidana
pembunuhan yang dilakukan oleh ayah kandung.
BAB KELIMA, bab terakhir ini merupakan kesimpulan dan saran dari
uraian-uraian yang dibahas dalam bab-bab sebelumnya mengenai Putusan
Pengadilan Negeri Jakarta Timur Nomor: 1357/PID.B/2012/PN.JKT.TIM
tentang tindak pidana pembunuhan yang dilakukan oleh ayah kandung dan
saran penulis perihal masalah yang dibahas dalam penelitian ini.
21
BAB II
TINJAUAN UMUM TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN MENURUT
HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF
A. Pengertian Tindak Pidana
1. Menurut Hukum Islam
Dalam konteks hukum pidana Islam istilah tindak pidana sering juga
disebut dengan istilah jarimah dan jinayah. Kata jarimah berasal dari kata
jarama, yairmu, jarman yang bentuk jamaknya adalah jarimah atau jaraim,
artinya al-dzanbu wa al-khata’ (perbuatan dosa, perbuatan salah atau
kejahatan).1 Abdul Qadir Audah mengatakan yang dimaksud dengan kata
jarimah adalah jarimah menurut syariat Islam yaitu larangan-larangan syara
yang diancam oleh Allah dengan hukuman had atau ta’zir.2
Dengan demikian penggunaan kata syara’ pada pengertian di atas dapat
dipastikan bahwa suatu perbuatan baru dapat dianggap jarimah apabila
dilarang oleh syara’.3 Ahmad Hanafi menambahkan dalam bukunya bahwa
suatu perbuatan dapat dianggap jarimah apabila dapat merugikan tata aturan
masyarakat, kepercayaan-kepercayaan, atau merugikan kehidupan anggota-
anggota masyarakat, baik harta bendanya, nama baiknya atau perasaan-
perasaannya atau pertimbangan-pertimbangan lain yang harus dihormati dan
1 Ahmad Warson Munawir, Kamus Arab-Indonesia Terlengkap, (Surabaya: Pustaka
Progresif. 1997), h. 186-187. 2 Abdul Qadir Audah, Al-Tasyri’ al-Jinai al-Islami Muqaranan bi al-Qanun al-Wad’i,
jilid 1, (Mesir: al-Qahirah, 2005), h. 57. 3 Ahmad Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), h. 9.
22
dipelihara.4 Sedangkan kata jinayah merupakan bentuk masdar dari kata jana,
yajni, jinayatan yang mengandung arti berbuat dosa atau berbuat jahat.5 Kata
jinayah dapat juga diartikan dengan memetik, memotong, mengambil atau
memungut.6 Menurut istilah, jinayah adalah perbuatan yang dilarang oleh
syara’ baik perbuatan yang merugikan jiwa, harta benda ataupun yang
lainnya.7
Kebanyakan ahli fiqh menggunakan kata-kata jinayah hanya untuk
perbuatan yang mengenai jiwa atau anggota badan, seperti membunuh,
melukai, memukul, menggugurkan kandungan dan sebagainya. Kemudian juga
ada pula para ahli fiqh yang membatasi penggunaan kata-kata jarimah kepada
jarimah hudud dan qiyas.8 Terlepas dari perbedaan tersebut, pada dasarnya
pemakaian kata jinayah dikalangan ahli fiqh sama saja dengan penggunaan
kata jarimah.
2. Menurut Hukum Positif
Tindak pidana terdiri dari dua kata, yaitu kata “tindak” dan “pidana”.
Dalam kamus Besar Indonesia, kata “tindak” berarti langkah, usaha, atau
perbuatan.9 Sedangkan kata “pidana”
10 berarti kejahatan (perampokan,
pembunuhan, dsb).
4 Ahmad Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, h. 11.
5 Ahmad Warson Munawir, Kamus Arab-Indonesia Terlengkap, h. 216.
6 Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, Jilid II, (Mesir: al-Qahirah, 2000), h. 323.
7 Abdul Qadir Audah, Al-Tasyri’ al-Jinai al-Islami Muqaranan bi al-Qanun al-Wad’i, h.
58. 8 Ahmad Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, h. 10.
9 Sutan Muhammad Zain, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, 1994), h. 1510. 10
Sutan Muhammad Zain, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 1058.
23
Dalam hukum positif, yaitu KUHP yang berasal dari Belanda
menggunakan strafbaar feit untuk menyebutkan tindak pidana. Di dalam
KUHP tidak memberikan pengertian mengenai apa yang dimaksud dengan
tindak pidana. Perkataan “feit” itu sendiri dalam bahasa Belanda berarti
sebagian dari suatu kenyataan, sedangkan “strafbaar” mempunyai arti dapat
dihukum. Hingga secara harfiah strafbaar feit itu dapat diterjemahkan sebagai
sebagian dari suatu kenyataan yang dapat dihukum.11
Beberapa definisi tentang tindak pidana menurut pakar hukum, antara lain:
a. Menurut Pompe, strafbaar feit atau tindak pidana dapat dirumuskan
secara teoritis sebagai suatu pelanggaran norma (gangguan terhadap
tertib hukum) yang dengan sengaja ataupun tidak sengaja telah
dilakukan oleh pelaku dimana penjatuhan hukuman terhadap pelaku
tersebut adalah perlu demi terpeliharanya tertib hukum dan terjaminnya
kepentingan umum.12
b. D. Simon mengartikan strafbar feit adalah tindakan melanggar hukum
yang telah dilakukan dengan sengaja ataupun tidak dengan sengaja oleh
seseorang yang dapat di pertanggungjawabkan atas tindakannya dan
oleh undang-undang telah dinyatakan sebagai suatu tindakan yang
dapat dihukum.13
c. Menurut G.A. van Hamel, sebagaimana yang diterjemahkan oleh
Moeljatno, “strafbaar feit adalah kelakuan orang yang dirumuskan
dalam wet, yang bersifat melawan hukum, yang patut dipidana dan
dilakukan dengan kesalahan.”14
11
P.A.F, Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, (Bandung: P.T Citra
AdityaBakti, 1997). h. 181. 12
P.A.F, Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, h. 182. 13
Chairal Huda, Dari Tiada Pidana Tanpa Kesalahan Menuju Kepada Tiada
Pertanggung Jawaban Pidana Tanpa Kesalahan, (Jakarta: Kencana, 2006), h. 25. 14
Moeljatno, Azas-azas Hukum Pidana, (Jakarta: Bina Aksara, 1984), h. 56.
24
d. Wirjono Prodjodikoro mengartikan strafbaar feit adalah “tindak pidana
berarti suatu perbuatan yang pelakunya dapat dikenakan hukuman
pidana.”15
e. Menurut Hazewinkel-Suringa, strafbaar feit adalah suatu perilaku
manusia yang pada suatu saat tertentu telah ditolak di dalam sesuatu
pergaulan hidup tertentu dan dianggap sebagai perilaku yang harus
ditiadakan oleh hukum pidana dengan menggunakan sarana-sarana
yang bersifat memaksa yang terdapat di dalamnya.16
Adapun pengertian tindak pidana dalam kamus hukum yaitu setiap
perbuatan yang diancam dengan hukuman sebagai kejahatan atau pelanggaran
baik yang disebut dalam KUHP maupun peraturan perundang-undangan.17
B. Jenis-Jenis Tindak Pidana
1. Menurut Hukum Islam
a. Jarimah Hudud
Jarimah Hudud adalah jarimah yang diancam dengan hukum had. Had
ialah hukuman yang telah di tentukan Al-Qur’an atau hadits, sekaligus tidak
dapat diganti dengan hukuman lain atau dibatalkan oleh manusia. Jarimah
yang termasuk jarimah hudud yaitu berzina, qadzaf, khamr, mencuri,
merampok, murtad, dan memberontak.18
Hudud mencakup seluruh atau semua jarimah, baik hudud itu sendiri,
qishash maupun diyat, karena sanksi pada keseluruhannya itu telah ditentukan
secara syara’.19
Berbeda halnya dengan yang dijelaskan oleh Sayyid Sabiq.
15
Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia, (Jakarta: Eresco, 1981),
cetakan ketiga, h. 50. 16
P.A.F Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, h. 181. 17
Rocky Marbun, dkk, Kamus Hukum Lengkap, (Jakarta: Visimedia, 2012), h. 311. 18
Ahsin W. Alhafidz, Kamus Fiqh, (Jakarta: Amzah, 2013), h. 109. 19
M. Nurul Irfan, Fiqh Jinayah,(Jakarta: Amzah, 2014), h. 14.
25
Beliau menjelaskan bahwa hudud ialah sanksi yang telah ditetapkan untuk
melaksanakan hak Allah. Oleh karena itu, menurutnya, ta’zir dan qishash tidak
termasuk ke dalam hudud, karena ta’zir itu keputusannya diambil dari
pendapat hakim setempat, sedangkan qishash merupakan hak sesama manusia
dalam menuntut balas dan keadilan.20
Dapat kita pahami, bahwa pengertian-pengertian hudud diatas pada
dasarnya hudud memiliki pengertian yang sama, yaitu sanksi yang telah
ditetapkan atau ditentukan oleh Allah SWT baik itu yang ada didalam Al-
Qur’an maupun hadits. Dengan demikian hukuman tersebut tidak mengenal
batas maksimal dan batas minimal serta tidak ditambah dan dikurangi.
b. Jarimah Qishash
Qishash diartikan dengan menjatuhkan sanksi hukum pada pelaku tindak
pidana sama persis dengan tindak pidana yang dilakukan, nyawa dengan
nyawa dan anggota tubuh dibalas dengan anggota tubuh.21
Pada dasarnya qishash merupakan hak umum (hak Allah) dengan hak
individu, akan tetapi hak individulah yang lebih dominan. Hak Allah dalam hal
ini terlihat pada hal mengganggu ketentraman umum, seperti jika ada sebuah
pembunuhan, lalu pembunuhan itu dibiarkan maka efeknya akan menjadikan
ketidaktentraman dan setiap orang akan merasa terancam jiwanya. Sedangkan
hak individu seperti, jika disamping jiwa si terbunuh telah melayang oleh
kejahatan ini, kemudian juga peristiwa itu membuat goncangan dalam diri
keluarganya, sebab itu untuk menghindari balas dendam keluarga yang telah
20
M. Nurul Irfan, Fiqh Jinayah, h. 14-15. 21
M. Nurul Irfan, Fiqh Jinayah, h. 4.
26
digoncangkan itu maka disyariatkan balasannya itu harus dengan balasan yang
setimpal.22
Namun demikian dalam jarimah ini mengenal adanya istilah maaf,
sehingga seseorang dapat tidak mendapatkan hukuman jika pihak korban telah
memaafkannya.23
Dapat disimpulkan bahwa qishash adalah hukuman yang sama dengan apa
yang dilakukan pelaku. Bisa dikatakan qishash adalah hukuman pembalasan
atas perbuatan yang dilakukan.
c. Jarimah Ta’zir
Jarimah ta’zir adalah tindak pidana yang diancamkan dengan satu atau
beberapa hukuman ta’zir. Yang dimaksud dengan ta’zir adalah ta’dib, yaitu
memberi pendidikan (pendisiplinan).24
Hukuman ta’zir adalah sekumpulan
hukuman yang belum ditentukan jumlahnya, yang dimulai dari hukuman yang
paling ringan, seperti nasihat dan teguran, sampai kepada hukuman yang paling
berat yaitu kurungan dan dera, bahkan sampai kepada hukuman mati dalam
tindak pidana yang berbahaya.25
Abdul Qadir Audah mengatakan bahwa ta’zir ialah pengajaran yang tidak
diatur oleh hudud dan merupakan jenis sanksi yang diberlakukan karena
melakukan beberapa tindak pidana yang oleh syariat tidak ditentukan dengan
sebuah sanksi hukuman tertentu.26
22
Sa’id Agil Husin al-Munawwar, Hukum Islam dan Pluralitas Sosial, cet ke 2, (Jakarta:
Permadani, 2005), h. 62. 23
Ahmad Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, h. 16. 24
Tim Penyusun, Ensiklopedia Hukum Pidana Islam Jilid III, (Jakarta: PT Kharisma
Ilmu), h. 99. 25
Tim Penyusun, Ensiklopedia Hukum Pidana Islam Jilid III, h. 84-85. 26
M. Nurul Irfan, Fiqh Jinayah, h. 14.
27
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa ta’zir adalah sanksi yang
diberlakukan terhadap pelaku jarimah yang melakukan pelanggaran, baik
berkaitan dengan hak Allah maupun hak manusia, dan ta’zir itu sendiri tidak
termasuk kedalam kategori hukuman hudud atau kafarat. Karena ta’zir tidak
ditentukan secara langsung oleh nash, maka hal ini menjadi ranah bagi para
penguasa atau hakim setempat. Oleh sebab itu dalam hal memutuskan jenis dan
ukuran ta’zir, hakim atau penguasa harus tetap memperhatikan petunjuk nash
baik dalam al-Qur’an maupun hadits secara terperinci dan teliti.
2. Menurut Hukum Positif
a. Delik Kejahatan dan Delik Pelanggaran
Delik kejahatan (Rechtdelichten) ialah perbuatan yang bertentangan
dengan keadilan, terlepas apakah perbuatan itu diancam dengan undang-
undang atau tidak, jadi yang benar-benar dirasakan oleh masyarakat sebagai
bertentangan dengan keadilan, misalnya pembunuhan, pencurian. Delik
semacam ini disebut kejahatan.27
Jadi delik kejahatan adalah suatu perbuatan
yang bertentangan dengan keadilan meskipun perbuatan tersebut belum
ataupun sudah dirumuskan dalam undang-undang.
Delik pelanggaran ialah wesdeliktren, yaitu perbuatan-perbuatan yang
sifat melawan hukumnya baru dapat diketahui setelah ada wet yang
menentukan demikian.28
Maksudnya ialah suatu perbuatan yang dianggap
melawan hukum bila perbuatan tersebut telah dirumuskan dalam undang-
undang.
27
Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), h. 71. 28
Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, h. 71.
28
b. Delik Hukum dan Delik Undang-Undang
Delik hukum (rechtsdelict) adalah perbuatan yang oleh masyarakat sudah
dirasakan sebagai melawan hukum, sebelum pembentuk undang-undang
merumuskannya dalam undang-undang. Contohnya adalah pembunuhan dan
pencurian. Sekalipun orang tidak membaca undang-undang, tetapi pada
umumnya sudah akan merasa bahwa pembunuhan dan pencurian merupakan
perbuatan-perbuatan yang bersifat melawan hukum. Perbuatan-perbuatan
seperti ini yang dipandang sebagai delik hukum, ditempatkan dalam Buku II
KUHP tentang Kejahatan.29
Delik undang-undang (wetsdelict) adalah perbuatan yang oleh masyarakat
nanti diketahui sebagai melawan hukum karena dimasukkan oleh pembuat
undang-undang ke dalam suatu undang-undang. Contohnya adalah pengemisan
di depan umum (Pasal 504 KUHP). Masyarakat nanti mengetahui perbuatan
mengemis di muka umum merupakan tindakan pidana karena ditentukan oleh
pembuat undang-undang. Perbuatan-perbuatan seperti ini, yang dipandang
sebagai delik undang-undang, ditempatkan dalam Buku III tentang
Pelanggaran.30
c. Delik Sengaja dan Delik Kealpaan (culpa)
Delik sengaja adalah perbuatan yang dilakukan dengan sengaja (dolus).
Contohnya Pasal 338 KUHP yang dengan tegas menentukan bahwa
29
Maramis, Faris, Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2013),hlm. 71. 30
Maramis, Faris, Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia, hlm. 74-75.
29
barangsiapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain diancam karena
pembunuhan dengan pidana oenjara paling lama 15 tahun.31
Delik kealpaan (tidak di sengaja) adalah perbuatan yang dilakukan dengan
kealpaan (culpa).32
Menurut Simons, delik kelapaan harus diartikan sebagai
kesengajaan.33
Hal ini senada dengan Moeljatno, bahwa delik culpa memiliki
kesamaan dengan delik sengaja, dalam delik culpa terdapat unsur sengaja
untuk melakukan namun niat yang menjadi perbedaannya dalam akibat yang
ditimbulkan.34
Jadi maksudnya bahwa delik kelapaan adalah suatu perbuatan yang
dilakukan secara sengaja namun tidak ada niat untuk menyebabkan akibat yang
dilarang oleh undang-undang.
d. Delik Formil dan Delik Materil
Delik formil adalah delik yang dianggap telah selesai (voltooid) dengan
dilakukannya suatu perbuatan yang dilarang.35
Jadi perbuatan tersebut
dianggap delik formil bila suatu perbuatan yang dilarang telah selesai
dilakukan.
Delik materil adalah perbuatan yang nantinya menjadi delik selesai setelah
terjadinya suatu akibat yang ditentukan dalam undang-undang. Contohnya
Pasal 338 KUHP tentang pembunuhan (doodslag). Nanti ada pembunuhan
sebagai delik selesai setelah adanya orang yang mati.36
31
Frans Maramis, Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia, h. 80. 32
Frans Maramis, Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia, h. 80-81. 33
Eddy O.S. Hiariej, Prinsip-Prinsip Hukum Pidana Edisi Revisi, (Yogyakarta: Cahaya
Atma Pustaka, 2016), h. 150. 34
Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, h. 200-201. 35
Frans Maramis, Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia, h. 74. 36
Frans Maramis, Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia, h. 75-76.
30
Jadi bisa dikatakan bahwa delik formil adalah delik yang menitikberatkan
pada tindakannya. Sedangkan delik materil adalah delik yang menitikberatkan
pada akibatnya.
e. Delik Aduan dan Delik Bukan Aduan
Delik aduan (klachtdelict) adalah delik yang hanya dapat dituntut jika ada
pengaduan dari pihak yang berkepentingan. Jika tidak ada pengaduan dari
pihak yang berkepentingan, maka perbuatan itu tidak dapat dituntut ke depan
pengadilan.37
Delik aduan dapat dibedakan atas delik aduan absolut dan delik aduan
relatif. Delik aduan absolut adalah delik yang dalam semua keadaan
merupakan delik aduan. Delik aduan absolut dalam KUHP mencakup Pasal
284 tentang perselingkuhan, Pasal 287 ayat (1) tentang bersetubuh dengan
wanita dibawah umur, Pasal 293 ayat (1) tentang pencabulan, Pasal 310
tentang pencemaran nama baik, Pasal 315 tentang penghinaan ringan, Pasal
317 tentang pengaduan fitnah, Pasal 319 tentang penghinaan, Pasal 320 ayat
(1) tentang penghinaan terhadap orang yang sudah mati, Pasal 321 ayat (1)
tentang pencemaran nama baik terhadap orang meninggal, Pasal 323 ayat (1)
tentang membuka rahasia, Pasal 332 ayat (1) dan ayat (2) tentang melarikan
wanita dibawah umur, Pasal 335 ayat (1) tentang perbuatan tidak
menyenangkan, Pasal 369 ayat (1) tentang pemerasan, Pasal 483 tentang
menerbitkan tulisan atau gambar yang dilarang, Pasal 484 tentang mencetak,
37
Eddy O.S. Hiariej, Prinsip-Prinsip Hukum Pidana Edisi Revisi, , h. 147.
31
tulisan atau gambar yang dilarang dan Pasal 485 tentang menerbitkan dan
mencetak tulisan atau gambar yang dilarang.38
Delik aduan relatif adalah delik yang dalam keadaan tertentu merupakan
delik aduan, sedangkan biasanya bukan merupakan delik aduan. Delik aduan
relatif dalam KUHP mencakup Pasal 322 ayat (1) dan ayat (2) tentang
membuka rahasia, Pasal 367 ayat (2) tentang pencurian dalam ranah keluarga,
Pasal 378 tentang perbuatan curang, Pasal 447 tentang kejahatan pelayaran.39
C. PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA
1. Menurut Hukum Islam
Pertanggungjwaban pidana dalam hukum Islam diartikan sebagai
pembebanan seseorang dengan hasil (akibat) perbuatan yang dikerjakannya
dengan kemauan sendiri, dimana ia mengetahui maksud-maksud dan akibat
dari perbuatannya itu.40
Pembebanan tersebut dikarenakan perbuatan yang
dilakukan itu adalah telah menimbulkan sesuatu yang bertentangan dengan
hukum, dalam arti perbuatan yang dilarang secara syar’i, baik dilarang
melakukan atau dilarang meninggalkan. Pembebanan juga dikarenakan
perbuatan itu sendiri dikerjakan berdasarkan keinginan dan kehendak yang
timbul dalam dirinya bukan dorongan yang ditimbulkan oleh orang lain
secara paksa (dipaksakan).
38
Frans Maramis, Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia, h. 77. 39
Frans Maramis, Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia, h. 76-80. 40
Ahmad Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, h. 154. Lihat juga dalam Ahmad Wardi
Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam Fiqh Jinayah. H. 74.
32
Jadi pertanggungjawaban hanya dibebankan pada orang yang masih hidup
serta orang tersebut sudah mukallaf, jika seseorang belum mencapai umur
atau belum balligh maka hukum tidak membebankan apapun kepadanya,
hukum Islam juga tidak membebankan hukum terhadap orang yang dalam
keadaan terpaksa atau dipaksa, tidak juga terhadap orang yang hilang akal
sehatnya dikarenakan bukan sebab disengaja seperti mabuk karena minuman
khamr atau minuman yang memabukkan.41
Dapat dianggap adanya pertanggungjawaban pidana, jika seseorang itu
memenuhi tiga syarat, yaitu:
a. Adanya perbuatan yang dilarang
b. Mempunyai keinginan dan kemauan
c. Mengetahui akibatnya.
Jika tidak terdapat ketiga hal tersebut dinyatakan tidak ada
pertanggungjawaban pidana baginya.42
2. Menurut Hukum Positif
Pertanggungjawaban pidana dalam bahasa asing sebagau “toereken-
baarheid”, “criminal responsbility”, “criminal liability”.
Pertanggungjawaban pidana disini dimaksudkan untuk menentukan apakah
seseorang tersebut dapat dipertanggungjawabkan atasnya pidana atau tidak
terhadap tindakan yang dilakukannya.43
41
Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam Fiqh Jinayah. H. 67. 42
Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam Fiqh Jinayah. H. 69. 43
S.R. Sianturi, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya, (Jakarta:
Alumni-Petehaem, 1996), h. 245.
33
Menurut Simons, pertanggungjawaban pidana adalah seseorang yang
mampu bertanggung jawab atas tindakannya, yang membenarkan adanya
penerapan sesuatu upaya pemidanaan, baik dilihat dari sudut umum maupun
dari orangnya.44
Menurutnya, bahwa seseorang yang mampu
bertanggungjawab, jika jiwanya sehat, yakni apabila:
a. Ia mampu untuk mengetahui atau menyadari bahwa perbuatannya
bertentangan dengan hukum.
b. Ia dapat menentukan kehendaknya sesuai dengan kesadaran tersebut.
D. ALASAN PEMAAF DAN PEMBENAR
1. Menurut Hukum Islam
Alasan pemaaf dalam hukum Islam bisa juga diartikan dengan
gugurnya/hapusnya hukuman (Asbab raf’ al uqubah). Yaitu tidak
mengakibatkan perbuatan yang dilakukan itu dibolehkan, melainkan tetap
pada asalnya yaitu dilarang. Hanya saja oleh karena keadaan pelaku tidak
memungkinkan dilaksanakannya hukuman, ia dibebaskan dari hukuman.
Pertanggungjawaban pidana dapat dinyatakan hapus karena ada kaitannya
dengan perbuatan yang terjadi atau kaitannya dengan hal-hal yang terjdai
menurut keadaan si pelaku. Dalam keadaan yang pertama ini adalah
perbuatan yang dilakukan tersebut merupakan yang terlarang namun si pelaku
tidak dapat diberikan hukuman karena ada suatu keadaan pada si pelaku yang
dapat terhindar dari hukuman. Sebab-sebab hapusnya hukuman, yaitu:
44
I Made Widnyana, SH, Asas-Asas Hukum Pidana, (Jakarta: Fikahati Aneska, 2010), H.
58.
34
a. Paksaan (Al-Ikrah)
Paksaan adalah suatu perbuatan yang timbul dari orang yang dipaksa
suatu keadaan yang mendorong dirinya untuk sesuatu yang dimintakan
kepadanya.
b. Mabuk (Al-Sukru)
Secara umum yang dimaksud dengan mabuk adalah hilangnya akal
sebagai akibat minum minuman keras atau khamr.
c. Gila (Al-Jununu)
Gila memiliki pengertian hilangnya akal, rusak atau lemah.
d. Dungu (Al-‘Ithu)
Menurut Abdul Qadir Audah, dungu adalah orang yang minim
pemahamannya, pembicaraannya bercampur baur, tidak beres pikirannya,
baik hal itu bawaan dari lahir atau timbul kemudian karena suatu penyakit.
e. Dibawah umur (Shigar Assinni)
Maksudnya adalah orang yang belum balligh.45
2. Menurut Hukum Positif
Dalam masalah penghapusan pidana terdapat dua alasan/dasar
penghapusan pidana yaitu dasar pembenar (permissibility) dan dasar pemaaf
(legal excuse). Suatu perbuatan pidana didalamnya terdapat alasan pembenar
sebagai penghapus pidana maka suatu perbuatan tersebut menjadi kehilangan
sifat melawan hukum sehingga menjadi legal atau dibolehkan melakukannya
sehingga pelaku tidak dikenakan hukum. Adanya alasan pembenar berujung
45
Abdul Qadir Audah, At-Tasyri’ Al-Jina’i Al-Islami, h. 562.
35
pada “pembenaran” atas tindakan yang sepintas lalu melawan hukum,
sedangkan adanya alasan pemaad berdampak pada “pemaafan” perbuatannya
sekalipun telah melakukan tindak pidana yang melawan hukum. Yang
termasuk dalam alasan pembenar diantaranya bela paksa, keadaan darurat,
pelaksanaan peraturan perundang-undangan, dan perintah jabatan. Seseorang
yang karena membela badan/jiwa, kesusilaan atau membela harta miliknya
dari sifat melawan hukum orang lain maka kepadanya tidak dapat dimintakan
pertanggungjawaban jika perbuatan melawan hukum terjadi padanya.
E. PENGERTIAN TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN
1. Menurut Hukum Islam
Dalam bahasa Arab, pembunuhan disebut القتل berasal dari kata قتل yang
sinonimnya أمات 46
yang artinya mematikan.
Dalam istilah, pembunuhan didefinisikan oleh Wahbah Zuhaili yang
mengutip pendapat Syarbini Khatib, bahwa pembunuhan adalah perbuatan
yang menghilangkan atau mencabut nyawa seseorang.47
Kemudian menurut
Abdul Qadir Audah pembunuhan adalah perbuatan manusia yang
menghilangkan kehidupan yakni pembunuhan itu adalah menghilangkan
nyawa manusia dengan sebab perbuatan manusia yang lain.48
Dari definisi diatas tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pembunuhan
adalah perbuatan seseorang terhadap orang lain yang mengakibatkan hilangnya
46
Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika. 2005), h. 137. 47
Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, h. 137. 48
Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, h. 137.
36
nyawa, baik perbuatan tersebut dilakukan dengan sengaja maupun tidak
sengaja.
2. Menurut Hukum Positif
Pembunuhan dalam bahasa Indonesia diartikan dengan proses, perbuatan,
atau cara membunuh. Sedangkan perngertian membunuh adalah mematikan,
menghilangkan (menghabisi, mencabut) nyawa.49
Dalam KUHP, pembunuhan adalah kesengajaan menghilangkan nyawa
orang lain. Untuk menghilangkan nyawa orang lain itu seorang pelaku harus
melakukan sesuatu atau suatu rangkaian tindakan yang berakibat dengan
meninggalnya orang lain dengan catatan bahwa kesengajaan dari pelakunya itu
harus ditujukan pada akibat berupa meninggalnya orang lain tersebut.50
Tindak pidana pembunuhan merupakan delik materil, yang oleh Van
Hamel dikatakan sebagai suatu delik yang dirumuskan secara materil, yakni
delik yang baru dapat dianggap telah selesai atau sempurna dilakukan oleh
pelakunya dengan timbulnya akibat yang dilarang atau yang tidak dikehendaki
oleh undang-undang. Dengan demikian belum dapat dikatakan terjadinya
sebuah tindak pidana pembunuhan, apabila akibat berupa meninggalnya orang
lain itu sendiri belum timbul.51
Dari pengertian tindak pidana dan pembunuhan yang telah dijelaskan
diatas, maka dapat disimpulkan bahwa tindak pidana pembunuhan adalah suatu
49
Anton M. Moeliono, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Dalai Pustaka. 1989), h.
138. 50
P.A.F Lamintang, Theo Lamintang, Delik-Delik Khusus, Kejahatan Terhadap Nyawa,
Tubuh, dan Kesehatan, (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2010), h. 1. 51
P.A.F Lamintang, Theo Lamintang, Delik-Delik Khusus, Kejahatan Terhadap Nyawa,
Tubuh, dan Kesehatan, h. 15.
37
perbuatan seseorang yang dapat mengakibatkan hilangnya nyawa orang lain,
terlepas dari kesengajaan atau tidak.
F. BENTUK-BENTUK PEMBUNUHAN
1. Menurut Hukum Islam
a. Pembunuhan Disengaja ( لالعمدالقت )
Pembunuhan disengaja adalah perbuatan yang bisa merenggut jiwa yang
disertai dengan niat untuk membunuh. Artinya kesengajaan perbuatan yang
bisa merenggut jiwa seseorang tidak cukup dijadikan patokan bahwa pelaku
dianggap membunuh secara sengaja, tetapi haruslah ada niat dari pelaku untuk
membunuh.52
Menurut Wahbah Zuhaili, pembunuhan sengaja adalah melakukan
tindakan melampaui batas dan penganiayaan terhadap seseorang yang memang
orang itu adalah yang dimaksudkan dan diinginkan sebagai sasaran tindakan
itu, dengan menggunakan sesuatu yang biasanya mematikan. Sedangkan
menurut Sayid Sabiq, pembunuhan sengaja adalah suatu pembunuhan dimana
seorang mukalaf sengaja untuk membunuh orang lain yang dijamin
keselamatannya, dengan menggunakan alat yang menurut dugaan kuat dapat
membunuh.53
52
Tim penyusun, Ensiklopedia Hukum Pidana Islam Jilid II, (Jakarta: PT Kharisma
Ilmu), h. 180. 53
Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, h. 139.
38
Jadi dapat disimpulkan dari uraian diatas, bahwa pembunuhan sengaja
adalah pembunuhan yang dilakukan oleh pelaku dengan tujuan yang pasti,
yaitu pelaku ingin membunuh secara sengaja dengan niat yang jelas.
b. Pembunuhan Menyerupai Sengaja ( القتلشبهالعمد )
Pembunuhan menyerupai sengaja, dari satu sisi bisa dikategorikan sebagai
pembunuhan yang sengaja karena pelakunya dengan sengaja melakukan
perbuatan terhadap seseorang yang menjadi korban. Namun dari lain sisi,
pembunuhan menyerupai sengaja juga bisa dikatakan sebagai pembunuhan
yang tidak sengaja, karena alat yang digunakan tidak mematikan. Manurut
Abdul Qadir Audah, pembunuhan menyerupai sengaja adalah suatu
pembunuhan di mana si pelaku sengaja memukul korban dengan tongkat,
cambuk, batu, tangan atau benda lain yang mengakibatkan kematian.54
Ketiga imam yang memasukan pembunuhan menyerupai sengaja kedalam
salah satu bentuk pembunuhan mempunyai pengertian masing-masing dalam
pembunuhan menyerupai sengaja, namun mempunyai maksud yang sama.
Imam Abu Hanifah mendefinisikan pembunuhan menyerupai sengaja sebagai
pembunuhan disengaja dengan menggunakan tongkat, cambuk, batu, tangan
atau lainnya yang mengakibatkan kematian. Sedangkan Imam Syafi’i
mengartikan sebagai perbutan yang disengaja namun keliru dalam membunuh.
Adapun Imam Ahmad mengartikan sebagai tindakan yang disengaja yang
biasanya tidak mematikan, tetapi menyebabkan kematian, baik karena niat
54
Tim Penyusun, Ensiklopedia Hukum Pidana Islam III, h. 348.
39
melawan hukum maupun memberi pendidikan, tetapi perbuatan tersebut
berlebihan.55
Dari definisi yang telah dijabarkan diatas, dapat diambil kesimpulan
bahwa dalam pembunuhan menyerupai sengaja, perbuatan dilakukan dengan
sengaja, tetapi tidak ada niat dalam diri pelaku untuk membunuh korban. Hal
ini dibuktikan dengan alat yang digunakan oleh pelaku untuk membunuh,
apabila alat yang digunakan sekiranya tidak lazim untuk membunuh atau tidak
mematikan seperti kayu, sapu lidi atau kerikil, maka pembunuhan tersebut
merupakan pembunuhan menyerupai sengaja.56
Dapat diambil kesimpulan dari pernyataan diatas, bahwa pembunuhan
menyerupai sengaja adalah pembunuhan yang dilakukan oleh pelaku namun
pelaku tidak bermaksud untuk membunuh korbannya. Hal ini dapat dibuktikan
dengan alat yang dipakai oleh pelaku untuk membunuh korban.
c. Pembunuhan Karena Kesalahan ( القتلالخطأ )
Pembunuhan ini dilakukan oleh seseorang terhadap orang lain akan tetapi
tidak berniat sama sekali untuk mencederai orang tersebut, karena yang dituju
adalah makhluk lain.57
Sedangkan menurut Sayid Sabiq, pembunuhan karena kesalahan adalah
apabila mukalaf melakukan perbuatan yang diperbolehkan untuk dikerjakan,
55
Tim penyusun, Ensiklopedia Hukum Pidana Islam Jilid III, h. 183. 56
M. Abdul Malik, Pidana Islam di Indonesia Peluang, prospek, dan Tantangan, (Jakarta:
Pustaka Firdaus, 2001), h. 95. 57
Muhammad Amin Suma, Pidana Islam di Indonesia, Peluang, Prospek, dan Tantangan,
(Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001), h. 96.
40
seperti menembak binatang buruan atau membidik suatu sasaran, tetapi
kemudian mengenai orang yang terjamin keselamatannya dan membunuhnya.58
Dalam pembunuhan karena kesalahan, sama sekali tidak ada unsur
kesengajaan untuk melakukan perbuatan, dan tidak pidana pembunuhan terjadi
karena kurang hati-hati ataupun karena kelalaian pelaku. Dalam hal ini pelaku
tetap dipersalahkan, karena ia lalai atau kurang hati-hati sehingga
mengakibatkan hilangnya nyawa orang lain.59
Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pembunuhan karena
kesalahan adalah pembunuhan yang dilakukan oleh pelaku dengan unsur tidak
ada kesengajaan. Pembunuhan tersebut terjadi karena kelalaian pelaku yang
tidak berhati-hati dalam melakukan aktivitasnya sehingga aktivitas pelaku
dapat menghilangkan nyawa orang.
2. Menurut Hukum Positif
a. Pembunuhan Sengaja
Pembunuhan sengaja dalam bentuk pokok dimuat dalam pasal 338 KUHP:
Barangsiapa dengan sengaja menghilangkan nyawa orang lain dipidana karena
pembunuhan dengan pidana penjara paling lama 15 tahun.60
Rumusan pasal 338 KUHP dengan menyebutkan unsur tingkah laku
sebagai “menghilangkan nyawa” orang lain, menunjukkan bahwa kejahatan
pembunuhan adalah suatu tindak pidana materil. Tindak pidana materil adalah
suatu tindak pidana yang melarang menimbulkan akibat tertentu (akibat yang
dilarang atau akibat konstitutif). Untuk dapat terjadi atau timbulnya tindak
58
Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, h. 143. 59
Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, h. 144. 60
Andi Hamzah, KUHP & KUHAP; Edisi Revisi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), h. 134.
41
pidana materil secara sempurna, tidak semata-mata digantungkan pada
selesainya perbuatan, melainkan apakah dari wujud perbuatan itu telah
menimbulkan akibat yang terlarang atau belum/tidak. Apabila karenanya
belum menimbulkan akibat hilangnya nyawa orang lain, kejadian ini dinilai
baru merupakan percobaan pembunuhan dan belum atau bukan pembunuhan
secara sempurna sebagaimana dimaksud dalam pasal 338 KUHP.61
Jadi, pembunuhan sengaja ialah perbuatan seseorang yang dapat
menghilangkan nyawa orang dengan unsur kesengajaan dari pelakunya. Hal
tersebut dapat dibuktikan oleh bukti-bukti yang telah diterangkan dalam
undang-undang. Akibat dari perbuatan tersebut pelaku diancam dengan
hukuman penjara dan denda.
b. Pembunuhan Berencana
Pembunuhan berencana adalah pembunuhan yang paling berat ancaman
pidananya dari seluruh bentuk kejahatan terhadap nyawa manusia, diatur dalam
pasal 340 yang rumusannya adalah:
Barangsiapa dengan sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu
menghilangkan nyawa orang lain, dipidana karena pembunuhan dengan
rencana, dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama
waktu tertentu paling lama 20 tahun.62
Pembunuhan berencana terdiri dari pembunuhan dalam arti pasal 338
ditambah dengan adanya unsur dengan rencana terlebih dahulu. Lebih berat
ancaman pidana pada pembunuhan berencana, jika dibandingkan dengan
pembunuhan dalam pasal 338 dan 339.63
61
Adam Chazawi, Kejahatan Terhadap Tubuh Dan Nyawa, (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2001), h. 56-70. 62
Andi Hamzah, KUHP & KUHAP; Edisi Revisi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), h. 134. 63
Adam Chazawi, Kejahatan Terhadap Tubuh Dan Nyawa, h. 80.
42
Dalam pembunuhan berencana, sebelum melakukan pembunuhan, pelaku
memikirkan atau berniat dengan sengaja membunuh korbannya. Sehingga ada
unsur berencana yang akan memperberat sanksi pidananya.
c. Pengguguran dan Pembunuhan Janin
Pengguguran dan pembunuhan janin oleh perempuan yang mengandung
arti sendiri, dicantumkan dalam pasal 346 yang rumusannya adalah:
Seorang perempuan yang sengaja menggugurkan atau mematikan
kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, dipidana dengan pidana
penjara paling lama empat tahun. 64
Pengguguran janin ialah melakukan perbuatan yang mengakibatkan janin
atau bayi dalam rahim lahir belum pada waktunya dengan cara dipaksa.65
Perbuatan memaksa kelahiran bayi atau janin belum waktunya ini sering
disebut dengan abortus provocatus atau abortus saja.66
Maksud pembunuhan yang dibahas diatas adalah pembunuhan yang
dilakukan oleh seseorang terhadap janin yang masih berada dalam kandungan
dengan cara melahirkannya secara paksa (belum waktunya) atau sengaja.
Dengan kata lain di aborsi.
d. Pembunuhan Tidak Disengaja
Pembunuhan tidak disengaja diatur dalam pasal 359:
64
Andi Hamzah, KUHP & KUHAP; Edisi Revisi, h. 136. 65
Adam Chazawi, Kejahatan Terhadap Tubuh Dan Nyawa, h. 111-112. 66
Adam Chazawi, Kejahatan Terhadap Tubuh Dan Nyawa, h. 112
43
Barangsiapa karena kesalahannya menyebabkan orang lain mati, dipidana
dengan pidana penjara paling lama 5 tahun atau pidana kurungan paling lama 1
tahun.67
Adapun unsur kulpa atau tidak sengaja dalam pasal 359 adalah bukan
ditujukkan pada kurang hati-hatinya perbuatan, tetapi ditujukkan pada akibat.
Hal ini akan lebih nyata jika dilihat pada kejadian sehari-hari, misalnya seorang
menjatuhkan balok, karena kurang hati-hati menimpa orang lewat sehingga
orang tersebut tewas.68
Pembunuhan tidak disengaja yang dimaksud diatas adalah pembunuhan
yang pelakunya melakukan sesuatu yang mengakibatkan orang lain terbunuh
namun kejadian tersebut terjadi karena ada unsur ketidak sengajaan sehingga
orang lain terbunuh.
G. Sanksi Pidana Pembunuhan
1. Menurut Hukum Islam
Ada beberapa jenis sanksi atau hukuman terhadap pelaku pembunuhan
dalam hukum pidana Islam. Secara garis besar, hukuman tersebut terdiri dari
hukuman pokok (qishash), hukuman pengganti (diyat), dan hukuman
tambahan.
Sanksi yang diberikan terhadap pelaku pembunuhanpun berbeda-beda.
Tergantung jenis pembunuhannya, yaitu sebagai berikut:
67
Andi Hamzah, KUHP & KUHAP; Edisi Revisi, h. 139. 68
Adam Chazawi, Kejahatan Terhadap Tubuh Dan Nyawa, h. 124-126.
44
a. Hukuman Pembunuhan Sengaja ( القثلالعمد )
Dalam pembunuhan sengaja, sanksinya adalah hukuman qishash.
Sebagaimana sesuai dengan firman Allah SWT dalam Surat Al-Baqarah ayat
178:
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan
dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka,
hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka Barangsiapa yang
mendapat suatu pema'afan dari saudaranya, hendaklah (yang mema'afkan)
mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi ma'af)
membayar (diyat) kepada yang memberi ma'af dengan cara yang baik (pula).
yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu
rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, Maka baginya siksa
yang sangat pedih.”69
Dari ayat diatas dapat disimpulkan bahwa orang yang membunuh wajib di
qishash namun bila pembunuh tersebut mendapatkan pemaafan dari pihak
keluarga korban, maka pembunuh harus membayar diyat kepada keluarga
korban.
Kemudian hadits Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Tirmidzi
dan Abu Dawud dari Amr ibnu Syu’aib:
من قتل مؤ منا متعمدا دفع إلى أولياء المقثول فإن شؤوا وان شاءوا أخذوا الدية وهي ثال
ثون حقة وثال ثون جذ عة وأربعون خلفة“Barangsiapa membunuh dengan sengaja, (hukumannya) harus diserahkan
kepada keluarga terbunuh. Jika mereka (keluarga korban) menghendaki, dapat
mengambil qishash, dan jika mereka (tidak mengambil qishash), mereka dapat
69
Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, Tafsir Ath-Thabari 3, (Jakarta: Pustaka
Azzam, 2008), h. 18.
45
mengambil diyat berupa 30 ekor hiqqah, 30 ekor jadza’ah, dan 40 ekor
khalafah.”70
Hukuman qishash bisa saja tidak dilaksanakan apabila tidak memenuhi
syarat-syarat maupun mendapatkan maaf dari keluarga korban. Hukuman
penggantinya adalah dengan membayar diyat mughalladzah, yaitu berupa
membayar unta kepada keluarga korban.71
Berikut pembagian pemberian diyat
kepada keluarga korban menurut hadits diatas, dibagi menjadi 3 kelompok
yaitu tiga puluh ekor unta hiqqah (umur 3-4 tahun) , tiga puluh ekor unta
jadza’ah (umur 4-5 tahun), dan empat puluh ekor unta khalifah (sedang hamil).
b. Hukuman Pembunuhan Menyerupai Sengaja (القتلشبهالعمد)
Pembunuhan menyerupai sengaja dalam hukum Islam diancam dengan
beberapa hukuman, sebagian hukuman pokok, hukuman pengganti, dan
sebagian lagi hukuman tambahan.
Pembunuhan menyerupai sengaja dijatuhi diyat mughalladzah.72
Hal ini
didasarkan kepada hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, Nasa’i, Ibn
Majah dari Abdullah Ibn Amr Ibn Ash, bahwa Rasulullah SAW bersabda:
اه د ل و ا أ ه ن ط ي ب ف ن و ع ب ر ا أ ه ن م ل ب إلا ن م ة ائ م د م الع ه ب ش ا و ط الخ ة ي د ن إ ل ا
“Ingatlah sesungguhnya diyat kekeliruan dan menyerupai sengaja yaitu
pembunuhan dengan cambuk dan tongkat adalah seratus ekor unta,
diantaranya empat puluh ekor yan ada di dalam perutnya ada anaknya
(sedang hamil).”73
70
Tim Penyusun, Ensiklopedia Hadits 6; Jami’ at-Tarmidzi, (Jakarta: Almahira, 2013),
hlm. 470. 71
Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, hlm. 170. 72
Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, hlm. 170. 73
Tim Penyusun, Ensiklopedia Hadits 8; Sunan Ibnu Majah, (Jakarta: Penerbit Almahira,
2013), hlm. 473.
46
Diyat pembunuhan menyerupai sengaja yaitu sama dengan diyat
pembunuhan sengaja, baik dalam jenis, kadar, maupun pemberatannya. Hanya
saja keduanya berbeda dalam hal penanggung jawab dan waktu
pembayarannya. Dalam pembunuhan sengaja, pembayaran diyatnya
dibebankan kepada pelaku dan harus dibayar tunai. Sedangkan diyat untuk
pembunuhan menyerupai sengaja dibebankan kepada aqillah (keluarga), dan
pembayarannya dapat diangsur dalam waktu tiga tahun.74
Dalam hadits tersebut dapat disimpulkan bahwa sanksi pidana
pembunuhan menyerupai sengaja adalah berupa diyat mughalladzah, yaitu
dengan membayar unta kepada pihak keluarga korban sebanyak 100 ekor unta,
40 ekor unta diantaranya adalah betina yang sedang hamil.
c. Hukuman Pembunuhan Karena Kesalahan ( القتلالخطأ )
Sanksi pembunuhan karena kesalahan adalah diyat mukhafaffah75
, yaitu
diyat yang diperingan. Sesuai dengan hadits yang telah di ceritakan oleh Amr
Ibn Syu’aib:
اض خ م ت ن ب ن و ث ال ث ل ب اإل ن م ه ت ي د ف أ ط خ ل ت ق ن : م ال , ق م ل س و ه ي ل ع ى للا ل ص للا ل و س ر ن أ
ن و ب ل ي ن ب ة ر ش ع و ة ق ح ن و ث ال ث و ن و ب ل ت ن ب ن و ث ال ث و Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa membunuh
seseorang karena kesalahan, dendanya adalah tiga puluh ekor unta binta
makhad (unta betina yang berusia satu tahun), tiga puluh ekor unta binta
labun (unta betina yang berusia dua tahun), tiga puluh ekor unta hiqqah dan
sepuluh unta bani labun (unta jantan yang berusia dua tahun).”76
Hadits diatas menerangkan sanksi dari pembunuhan yang dilakukan
dengan adanya kesalahan oleh pelaku sehingga orang lain terbunuh. Jadi sanksi
74
Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, hlm. 175. 75
Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, hlm. 171. 76
Tim Penyusun, Ensiklopedia Hadits 6; Jami’ at-Tarmidzi, (Jakarta:Penerbit Almahira,
2013), hlm. 473.
47
pembunuhan karena kesalahan adalah 30 ekor unta betina berusia 1 tahun, 30
ekor unta betina berusia 2 tahun, 30 ekor unta betina berusia 3 tahun, dan 10
ekor unta jantan berusia 2 tahun.
2. Menurut Hukum Positif
Sanksi pembunuhan menurut hukum positif adalah sebagai berikut:
a. Pembunuhan Sengaja
Sanksi pelaku pembunuhan sengaja diatur dalam KUHP pasal 338 yaitu
dengan pidana penjara paling lama 15 tahun.77
b. Pembunuhan Berencana
Sanksi hukuman pelaku pembunuhan berencana diatur dalam KUHP pasal
340 yaitu dengan pidana penjara seumur hidup atau paling lama 20 tahun.78
c. Pengguguran dan Pembunuhan Janin
Sanksi pelaku pengguguran dan pembunuhan janin adalah dengan pidana
penjara 4 tahun. Hal ini sesuai dengan pasal 346 KUHP.79
d. Pembunuhan Tidak Disengaja
Sanksi hukuman pelaku pembunuhan tidak disengaja adalah dengan
pidana penjara paling lama 5 tahun atau pidana kurungan paling lama 1 tahun.
Hal ini sesuai dengan pasal 359 yang mengatur tentang pembunuhan tidak
disengaja atau pembunuhan karena dalam keadaan terdesak (membela diri).80
77
Andi Hamzah, KUHP & KUHAP; Edisi Revisi, h. 134. 78
Andi Hamzah, KUHP & KUHAP; Edisi Revisi, h. 134. 79
Andi Hamzah, KUHP & KUHAP; Edisi Revisi, h. 136. 80
Andi Hamzah, KUHP & KUHAP; Edisi Revisi, h. 139.
48
BAB III
PUTUSAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA TIMUR NOMOR:
1357/PID.B/2012/PN.JKT.TIM TENTANG PEMBUNUHAN YANG
DILAKUKAN OLEH AYAH KANDUNG
A. Tindak Pidana Pembunuhan Anak Oleh Orang Tua
1. Menurut Hukum Islam
Dalam hukum Islam, pembunuhan anak adalah pembunuhan yang dilakukan
oleh orang tua baik ayah kandung maupun ibu kandung terhadap anaknya. Anak
adalah dari awal keberadaannya walaupun masih dalam bentuk gumpalan daging
di dalam rahim ibunya akan tetap disebut anak karena keberadaan dia yang
disebabkan oleh orang tuanya. dari mulai dia ada di dalam rahim ibunya sampai
sepanjang hidupnya maka dia akan tetap anaknya baik lelaki maupun perempuan.
Terdapat dalam hadits berikut:
ثنا أب رو حد طاة عنأ عمأ ن أرأ اج بأ مر عنأ الأحج حأ ثنا أب و خالد الأ شج حد و سعيد الأ
صلى ول للا ت رس اب قال سمعأ ن الأخط مر بأ ه عنأ ع ب عنأ أبيه عنأ جد ن ش عيأ بأ
ه وسلم يق ول ل ي قاد عليأالأوالد بالأولد للا
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id Al Asyajj, telah
menceritakan kepada kami Abu Khalid Al Ahmar dari Al Hajjaj bin Arthah dari
Amr bin Syu'aib dari ayahnya dari kakeknya dari Umar bin Al Khaththab ia
berkata; Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Seorang bapak tidak dijatuhi hukuman dengan membunuh anaknya.".1 (H.R
Tirmidzi No. 1321).
1 Tim penyusun, Ensiklopedia Hadits 6: Jami’ at-Tirmidzi, (Jakarta: Penerbit Almahira,
2013), h. 493.
49
Pemakaian kata bapak ddi dalam hadits dikarenakan pada zaman Rasulullah
SAW para bapaklah yang paling banyak membunuh anaknya.2
Melihat penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
pembunuhan anak di dalam Islam adalah hilangnya nyawa seorang anak(baik laik-
laik atau perempuan dan tanpa batasan umur) yang dilakukan oleh orang tuanya
(baik ayah maupun ibu).
2. Menurut Hukum Positif
Di dalam hukum positif, tindak pidana pembunuhan anak sudah diatur di
dalam KUHP dan peraturan perundang-undangan lainnya.
a. Pembunuhan anak biasa (kinderdoodslag) pada pasal 341 KUHP
berbunyi:
Seorang ibu yang karena takut akan ketahuan melahirkan anak, pada saat
anak dilahirkan atau tidak lama kemudian dengan sengaja merampas
nyawa anaknya, diancam karena membunuh anak sendiri, dengan pidana
penjara paling lama tujuh tahun.3
Dilihat dari isi pasal, maka unsur-unsur yang terdapat pada tindak pidana di
atas adalah:
- Dilakukan dengan sengaja, dengan penuh kesadaran dan tahu akan akibat
dari perbuatannya.
- Oleh ibu kepada anaknya.
- Pada waktu sedang atau tidak lama setelah dilahirkan.
- Anaknya merupakan anak kandung.
2 Ibnu Manzur, Lisan al-Arab, (Al-Qahirah: Dar al-Hadits, 2003), h. 397.
3 Andi Hamzah, KUHP & KUHAP: Edisi Revisi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), h. 135.
50
- Motifnya adalah takut akan diketahui oleh orang lain mengenai
keberadaan anak tersebut.
b. Pembunuhan anak berencana (kindermoord) pada pasal 342 KUHP
berbunyi:
Seorang ibu yang, untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut
akan ketahuan bahwa akan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan
atau tidak lama kemudian merampas nyawa anaknya, diancam karena
melakukan pembunuhan anak sendiri dengan rencana, dengan pidana
penjara paling lama sembilan tahun.4
Pembunuhan anak berencana memiliki unsur-unsur sebagai berikut:
- Dilakukan dengan sengaja dan direncanakan terlebih dahulu. Indikasinya
adalah adanya tenggang waktu yang cukup untuk dapat berpikir kembali.
- Oleh ibu kepada anaknya.
- Anak itu merupakan anak kandungnya sendiri.
- Pada saat sedang atau tidak lama setelah dilahirkan.
- Bermotif takut diketahui akan keberadaan anaknya yang baru dilahirkan.
Pada unsur “pada saat sedang melahirkan” diartikan oleh Van Bemmelen
sejak sang ibu mulai merasakan akan segera melahirkan anak sedangkan unsur
“tidak lama setelah dilahirkan” diartikan waktu itu berhenti ketika sang ibu mulai
memutuskan untuk memelihara anaknya.5
c. Pembunuhan anak yang disertai atau didahului dengan kekerasan,
ancaman kekerasan, atau penganiayaan terdapat pada pasal 351 ayat 3
(KUHP) yang berbunyi:
4 Andi Hamzah, KUHP & KUHAP: Edisi Revisi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), h. 135.
5 Wirjono Prodjodikoro, Tindak-Tindak Pidana Tertentu di Indonesia, (Bandung: PT
Refika Aditama, 2003), h. 71.
51
Jika mengakibatkan mati, dikenakan pidana penjara paling lama tujuh
tahun.
Pada bentuk pembunuhan ini dapat dilihat bahwa penganiayaan yang
dilakukan pada dasarnya untuk menyakiti korban bukan untuk mengakibatkan
kematian pada korban. Hal inilah yang membedakan dengan pembunuhan.
Walaupun pada akhirnya keduanya mengakibatkan kematian orang lain. Tapi
pada pembunuhan, tujuannya adalah untuk menghilangkan nyawa sedangkan
dalam pengainayaan tujuannya adalah hanya menyakiti orang lain.
Selain diatur dalam KUHP, tindak pidana pembunuhan anak juga diatur
dalam pasal 80 UU No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang berbunyi:
(1) Setiap orang yang melakukan kekejaman, kekerasan, atau ancaman
kekerasan atau penganiayaan terhadap anak, dipidana penjara paling
lama tiga tahun enam bulan dan/atau denda paling banyak Rp.
72.000.000,00 (tujuh puluh dua juta rupiah).
(2) Dalam hal anak sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 luka berat, maka
pelaku dipidana dengan penjara paling lama lima tahun dan/denda paling
banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
(3) Dalam hal anak sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 mati, maka pelaku
dipidana dengan pidana penjara paling lama sepuluh tahun dan/denda
paling banyak Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
(4) Pidana ditambah sepertiga dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
ayat 1, 2, dan 3 apabila yang melakukan penganiayaan tersebut orang
tuanya.
Melihat dari isi pasal di aras, terutama ayat 3 dan 4, maka unsur-unsurnya
adalah:
- Hilangnya nyawa.
- Didahului atau disertai dengan kekejaman, kekerasan, ancaman kekerasan
atau penganiayaan.
52
- Terhadap anak, dalam hal ini adalah anak yang belum berusia 18 tahun,
termasuk yang berada di dalam kandungan.
- Pelaku adalah orang tua dari anak tersebut.
- Tanpa harus diaketahui motif dari tindakan tersebut.
Dan juga terdapat dalam pasal 44 UU No. 23 tahun 2004 tentang
penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga yang berbunyi:
(1) Setiap orang yang melakukan perbuatan kekerasan fisik dalam
lingkup rumah tangga sebagaimana dimaksud pada pasal 5 huruf a
dipidana dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau denda
paling banyak Rp. 15.000.000,00 (lima belas juta rupiah).
(2) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat 1
mengakibatkan korban mendapat jatuh sakit atau luka berat, dipidana
dengan pidana penjara 10 tahun atua denda paling banyak Rp.
30.000.000,00 (tiga puluh juta rupiah).
(3) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat 2
mengakibatkan matinya korban dipidana dengan pidana penjara 15
tahun atau denda paling banyak Rp. 45.000.000,00 (empat puluh lima
juta rupiah).
Unsur-unsur yang terdapat pada pasal di atas adalah:
- Hilangnya nyawa.
- Didahului atau disertai dengan kekerasan atau penganiayaan.
- Korban adalah orang yang termasuk dalam lingkup rumah tangga
(termasuk anak).
- Pelaku adalah orang yang juga termasuk ke dalam lingkup rumah tangga.
Dalam masyarakat sering dijumpai berbagai macam kejahatan seperti
pembunuhan. Korban pembunuhan yang terjadi kini tidak melihat batasan usia
lagi. Pelaku pembunuhan tidak memandang siapa yang akan menjadi target yang
53
akan dihabisi nyawanya. Bahkan kerap dialami oleh keluarga sendiri yang
menjadi pelaku dan korbannya.
Seperti yang terjadi di Kecamatan Ciracas Jakarta Timur telah terjadi
pembunuhan yang dilakukan oleh ayah kandung terhadap anaknya sendiri.
Seorang ayah kandung tega membunuh anaknya sendiri yang baru berusia 4
tahun. Karena faktor gangguan jiwa (stres), sang ayah dengan mudahnya tidak
berpikir panjang membunuh anaknya yang jelas-jelas darah dan dagingnya sendiri
dihabisi nyawanya dengan sebilah clurit.
Didalam putusan pengadilan Jakarta Timur Nomor
1357/PID.B/2012/PN.JKT.TIM, seorang ayah kandung yang membunuh anaknya
di jerat dengan tiga pasal sekaligus, yakni pasal 44 ayat (3) UU RI Nomor 23
Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga, Pasal 80 ayat
(4) Undang-Undang R.I No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, dan
Pasal 338 KUHP.6 Namun dalam putusan akhir hakim memberikan hukuman
yang sesuai dengan dakwaan Jaksa Penuntut Umum bersifat alternatif, maka
sesuai dengan karakter Surat Dakwaan Majelis akan memilih salah satu dari 3
(tiga) dakwaan tersebut, berdasarkan besarnya kemungkinan terpenuhinya unsur-
unsur dari pasal yang di dakwakan yaitu Pasal 80 ayat (4) UU RI Nomor 23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak7 yaitu pidana penjara paling lama 10
tahun dan/atau denda paling banyak Rp.200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
Dalam putusan akhir, hakim setelah meninjau pertimbangan dalam hal
memberatkan dan meringankan perkara tersebut memberikan hukuman kepada
6 Putusan Pengadilan Negeri Nomor 1357_PID.B_2012_PN.JKT.TIM, h. 28.
7 Putusan Pengadilan Negeri Nomor 1357_PID.B_2012_PN.JKT.TIM, h. 29-30.
54
pelaku pembunuhan oleh ayah kandung terhadap anaknya adalah pidana penjara
selama 11 (sebelas) tahun dan denda sebesar Rp.200.000.000,-(dua ratus juta
rupiah), apabila denda tersebut tidak dibayar, maka diganti dengan pidana
kurungan selama 6 (enam) bulan.8
Sanksi pidananya tidak sama dengan pasal 80 ayat (4) yaitu pidana penjara
paling lama ±13 tahun. Hal ini karena hakim telah meninjau pertimbangan dalam
hal memberatkan dan meringankan perkara tersebut. Hal yang memberatkan
terdakwa adalah perbuatan terdakwa diluar prikemanusiaan/sadis yang
mengakibatkan anak kandungnya meninggal dunia. Kemudian hal yang
meringankan terdakwa adalah terdakwa merasa bersalah dan menyesal, terdakwa
belum pernah dihukum, terdakwa masih muda usia dan diharapkan bisa
memperbaiki kesalahannya di masa yang akan datang.
Selain dari alasan tersebut, hakim menjatuhi hukuman yang lebih ringan
dikarenakan terdakwa dalam melakukan aksinya termasuk kedalam pembunuhan
sengaja bukan direncanakan. Bila terdakwa melakukan aksi tersebut berdasarkan
dengan niat dan rencana maka hukumannya akan diperberat oleh hakim sesuai
dengan undang-undang yang berlaku.
Berikut adalah kronologi perkara dan putusan hakim setelah pertimbangannya
yang telah diringkas poin pentingnya saja oleh penulis atas kasus terdakwa Ivan
Reza Pahlevi yang diadili oleh Pengadilan Negeri Jakarta Timur dengan Nomor
1357/PID.B/2012/PN.JKT.TIM.
8 Putusan Pengadilan Negeri Nomor 1357_PID.B_2012_PN.JKT.TIM, h. 36.
55
B. Kronologi Perkara
Terdakwa Ivan Reza Pahlevi pada hari Sabtu, tanggal 25 Agustus 2012,
sekira jam 12.00 WIB atau setidak-tidaknya pada suatu waktu dalam bulan
Agustus tahun 2012, bertempat di Jalan Raya PKP RT.08.RW.08 No.10,
Kelurahan Kelapa Dua Wetan, Kecamatan Ciracas Jakarta Timur atau setidak-
tidaknya pada suatu tempat yang masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan
Negeri Jakarta Timur, telah melakukan kekerasan fisik dalam lingkup rumah
tangga yang mengakibatkan matinya KAYSA IVANNA SALSABILA, perbuatan
mana dilakukan Terdakwa dengan cara dan perbuatan sebagai berikut:
- Bahwa berawal pada hari Sabtu, tanggal 25 Agustus 2012 sekitar jam 20.00
WIB, korban Kaysa Ivanna Salsabila sedang bermain dengan saksi Siti Fatoyah
(nenek korban) dikamar saksi Siti Fatoyah. Selanjutnya sekitar jam 20.30 wib
korban mengatakan kepada saksi Siti Fatoyah “ingin tidur bersama papanya
(Terdakwa)” sebab besok mau pulang. Kemudian korban pergi sendiri ke
kamar Terdakwa dan tak lama kemudian saksi Siti Fatoyah menyusul ke kamar
Terdakwa untuk mengambil korban namun Terdakwa tidak memperbolehkan
dan pintu kamar di kunci Terdakwa.
- Selanjutnya korban main dengan Terdakwa dan tidak lama korban tertidur
dikasur sambil memeluk guling dan saat itu Terdakwa bingung lalu tiba-tiba
Terdakwa timbul niat untuk membunuh anaknya sendiri Kaysa Ivanna
Salsabila lalu Terdakwa mengambil sebilah celurit yang bersarung didalam
almari Terdakwa, selanjutnya Terdakwa buka sarungnya dan lalu ditaruh
dilantai kemudian clurit langsung Terdakwa bacokkan ke korban mengenai
56
leher sebelah kiri sebanyak satu kali lalu korban membalik kekiri dan
Terdakwa langsung bacok sekali mengenai belakang telinga sebelah kanan dan
leher sebelah kanan dan leher sebelah kanan sekali selanjutnya korban teriak
“papa.....papa......papa.....” lalu Terdakwa mencium pipi kanan korban.
- Kemudian Terdakwa keluar sambil membawa sebilah celurit dan mendatangi
saksi Siti Fatoyah (Ibu Terdakwa) yang berada dikamar kemudian saksi Siti
Fatoyah berkata “kamu mau bunuh mama ya” namun Terdakwa diam saja lalu
Terdakwa berkata “itu KAYSA udah saya bunuh”, dengan adanya perkataan
tersebut saksi Siti Fatoyah langsung mengecek kekamar Terdakwa dan ternyata
benar korban Kaysa sudah tengkurap di kasurnya dengan bersimbah darah dan
mengalami luka bacok di leher kiri satu tempat dan dibelakang telinga kanan
dua tempat serta dileher kanan satu tempat, korban sudah tidak bergerak dan
langsung meninggalkan tempat.
- Selanjutnya saksi langsung memanggil saksi Edi Sugiadi (suami) dan saksi
Arif Efendi (anak) memberitahukan bahwa Terdakwa telah membunuh
anaknya sendiri. Selanjutnya saksi Edi Sugiadi dan saksi Arif Efendi mengecek
ke kamar dan melihat Kaysa sudah meninggal kemudian menangkap Terdakwa
dan merebut clurit yang dipegang Terdakwa selanjutnya setelah saksi Edi
Sugiadi dan saksi Arif Efendi berhasil menangkap Terdakwa dan merebut
cluritnya kemudian Terdakwa diikat tangan dan kakinya selanjutnya saksi Eli
Hendrawati menelpon Polisi dan tak lama kemudian Polisi datang, kemudian
Terdakwa diamankan di Polsek Metro Ciracas Jakarta Timur, sedangkan
57
korban Kaysa dibawa ke Rumah Sakit Cipto Mangun Kusumo untuk dilakukan
pemeriksaan.9
Berdasarkan Visum Et Repertum RSUP Nasional Dr.Cipto
Mangunkusumo Nomor:287/VER/926.08.12/IX/2012, tertanggal 6 September
2012, Hasil Bedah Mayat atas mayat Kaysa Ivanna Salsabila yang dibuat dan
ditanda tangani diatas Sumpah Jabatan oleh Dr.dr.Yuli Budiningsih,SpF, dokter
pada Rumah Sakit tersebut setelah dilakukan pemeriksaan luar dan dalam
diperoleh kesimpulan hasil pemeriksaan:
1. Pada pemeriksaan luar ditemukan luka terbuka pada leher dan kuping
telinga kanan akibat kekerasan tajam, selanjutnya ditemukan luka lecet
pada telinga kanan dan memar pada kedua lutut akibat kekerasan tumpul.
2. Pada pemeriksaan dalam ditemukan terputusnya pembuluh nadi dan
pembuluh balik leher, robeknya otot leher sisi kiri, robeknya
kerongkongan serta pucatnya organ-organ dalam sebab kematian tersebut
karena kekerasan tajam pada leher yang memutuskan pembuluh nadi dan
pembuluh balik kanan dan kiri sehingga terjadi pendarahan.
Dalam hal ini Penuntut Umum mengajukan saksi-saksi yang
keterangannya di persidangan sebagai berikut:
1. Saksi Siti Fatoyah (nenek korban), memberikan keterangan tidak
disumpah yang pada pokoknya sebagai berikut:
- Bahwa benar telah terjadi pembunuhan terhadap seorang anak perempuan
berumur ± 4 (empat) tahun yang bernama Kesya Ivanna Salsabila yang
9 Putusan Pengadilan Negeri Nomor 1357_PID.B_2012_PN.JKT.TIM, hlm. 3-8.
58
dilakukan oleh ayah kandungnya/Terdakwa bernama Ivan Reza Pahlevi
pada hari Sabtu, tanggal 25 Agustus 2012, dirumah Terdakwa, di Jalan
Raya PKP RT.08.RW.08, Kelurahan Kelapa Dua Wetan, Kecamatan
Ciracas, Jakarta Timur, sekitar jam 21.00 WIB.
- Bahwa sebelum kejadian (± 2 minggu), Terdakwa berubah sikap menjadi
pendiam, sering di kamar dan jarang makan.
- Bahwa menjelang kejadian ± jam 8.00 malam, korban semula tidur
bersama saksi (Ibu Terdakwa) tiba-tiba korban berlari dan mengatakan
bahwa ia ingin tidur bersama papanya/Terdakwa.
- Bahwa kira-kira jam 21.00 WIB, Terdakwa keluar dari kamarnya sambil
membawa clurit dan mengatakan kepada saksi bahwa ia telah membunuh
anaknya.
- Bahwa mendengar perkataan Terdakwa tersebut saksi lansung menuju
kamar tidur Terdakwa dan saksi melihat korban sudah berdarah diatas
tempat tidur, lalu saksi terkejut dan berteriak histeris sehingga orang-orang
yang ada dirumah menuju saksi.
- Bahwa setelah itu kakak Terdakwa mengambil clurit ditangan Terdakwa
dan suami saksi mengikat Terdakwa dan kemudian suami saksi menyuruh
Eli untuk melaporkan kejadian tersebut ke Polisi.
- Bahwa biasanya korban ikut Ibunya, karena Terdakwa dan isterinya (saksi
Nurbaiti) sudah bercerai selam 4 (empat) tahun yang lalu dan anak
pertama Terdakwa dengan Nurbaiti ikut Terdakwa, dan yang kedua ikut
59
Nurbaiti, karena saat itu liburan, sehingga saksi menjemput anak kedua
Terdakwa/korban supaya main dirumah saksi.
- Bahwa saksi tidak pernah melihat clurit tersebut sebelum kejadian;
- Bahwa selama ini Terdakwa bekerja membuat etalase dan Terdakwa tidak
sakit jiwa.
- Atas keterangan saksi tersebut Terdakwa menyatakan tidak keberatan.
2. Saksi Arif Efendi (kakak kandung Terdakwa), memberi keterangan tidak
disumpah yang pada pokoknya sebagai berikut:
- Bahwa saksi adalah kakak kandung Terdakwa.
- Bahwa benar telah terjadi pembunuhan terhadap seorang anak perempuan
berumur ± 4 (empat) tahun yang bernama Kesya Ivanna Salsabila yang
dilakukan oleh ayah kandungnya/Terdakwa bernama Ivan Reza Pahlevi
pada hari Sabtu, tanggal 25 Agustus 2012, dirumah Terdakwa, di Jalan
Raya PKP RT.08.RW.08, Kelurahan Kelapa Dua Wetan, Kecamatan
Ciracas, Jakarta Timur, sekira jam 21.00 WIB.
- Bahwa pada saat itu saksi mendengar teriakan dan kemudian saksi turun
dari lantai atas menuju Ibu saksi dan dikamar Terdakwa saksi melihat
korban telungkup diatas tempat tidur berdarah, terdiam dan Terdakwa
saksi lihat sedang memegang clurit.
- Bahwa kemudian Terdakwa dipegangi oleh saudara-saudara saksi, diikat
tangannya dan didudukkan dilantai.
- Kemudian ayah saksi menyuruh Eli menelpon Polisi, setelah Polisi datang
Terdakwa dibawa ke Polsek Ciracas dan korban dibawa kerumah sakit.
60
- Bahwa 2 (dua) minggu sebelum kejadian, Terdakwa menjadi sering diam,
murung dan jarang keluar kamar.
- Bahwa benar Terdakwa dan isterinya Nurbaiti telah bercerai selama 4
(empat) tahun yang lalu dan anak yang pertama ikut Terdakwa sedangkan
anak yang kedua/korban Kaysa Ivanna Salsabila ikut isteri Terdakwa
Nurbaiti, tetapi sebelum kejadian sedang liburan dirumah keluarga
Terdakwa.
- Atas keterangan saksi tersebut Terdakwa menyatakan tidak keberatan.10
3. Saksi Ely Hendrawati (saudara kandung Terdakwa), memberikan
keterangan tidak disumpah, yang pada pokoknya sebagai berikut:
- Bahwa saksi adalah saudara kandung Terdakwa.
- Bahwa benar telah terjadi pembunuhan terhadap seorang anak perempuan
berumur ± 4 (empat) tahun yang bernama Kesya Ivanna Salsabila yang
dilakukan oleh ayah kandungnya/Terdakwa bernama Ivan Reza Pahlevi
pada hari Sabtu, tanggal 25 Agustus 2012, dirumah Terdakwa, di Jalan
Raya PKP RT.08.RW.08, Kelurahan Kelapa Dua Wetan, Kecamatan
Ciracas, Jakarta Timur, sekira jam 21.00 WIB.
- Bahwa saksi tahu kejadian tersebut diatas setelah ditelpon oleh ayah saksi
(Edy Sugiadi), setelah itu saksi lansung menuju rumah Terdakwa.
- Bahwa sesampainya dirumah Terdakwa, saksi melihat didalam kamar
Terdakwa, diatas tempat tidur Terdakwa keponakan saksi Kesya Ivanna
10
Putusan Pengadilan Negeri Nomor 1357_PID.B_2012_PN.JKT.TIM, hlm. 8-17.
61
Salsabila yang masih berumur ± 4 (empat) tahun tergeletak diam
bersimbah darah;
- Bahwa kemudian saksi disuruh ayah saksi untuk menelpon Polisi dan
setelah Polisi datang Ivan/Terdakwa dibawa kekantor Polisi;
- Bahwa benar Terdakwa dan isterinya sudah bercerai selama + 4 (empat)
tahun yang lalu dan biasanya korban ikut Ibunya dan pada saat itu sedang
liburan dirumah Terdakwa.
- Bahwa ± 2 (dua) minggu sebelum kejadian Terdakwa berobah sikap
menjadi pendiam.
- Atas keterangan saksi tersebut Terdakwa menyatakan tidak keberatan;
4. Saksi Nurbaity (mantan isteri Terdakwa), memberikan keterangan tidak
disumpah, yang pada pokoknya sebagai berikut:
- Bahwa saksi adalah mantan isteri Terdakwa, yang sudah bercerai ± 4
(empat) tahun yang lalu.
- Bahwa benar telah terjadi pembunuhan terhadap anak perempuan saksi
yang berumur ± 4 (empat) tahun yang bernama Kesya Ivanna Salsabila
yang dilakukan oleh ayah kandungnya/Terdakwa bernama Ivan Reza
Pahlevi pada hari Sabtu, tanggal 25 Agustus 2012, dirumah Terdakwa, di
Jalan Raya PKP RT.08.RW.08, Kelurahan Kelapa Dua Wetan, Kecamatan
Ciracas, Jakarta Timur, sekira jam 21.00 WIB.
- Bahwa saksi tahu kejadian tersebut diatas setelah saksi ditelpon oleh Polisi
Polsek Ciracas, Jakarta Timur sekitar ± jam 24.00 wib, dari kantor Polisi
62
lalu saksi pergi ke RSCM dan sebelumnya saksi menjemput anak saksi
yang Pertama bernama Naylendra Uoera Sahira.
- Bahwa biasa anak saksi yang pertama ikut Terdakwa, sedangkan anak
saksi yang kedua/korban ikut dengan saksi, tapi entah kenapa anak saksi
yang kedua/korban dijemput oleh neneknya/Ibu Terdakwa dan saudaranya
tanpa ijin saksi.
- Bahwa saksi dan Terdakwa sudah kawin cerai, rujuk sudah 3 kali;
- Bahwa selama ini Terdakwa tidak pernah sakit jiwa, tetapi Terdakwa itu
tempramental.
- Bahwa setelah perceraian hubungan saksi dengan Terdakwa serta anak-
anak baik.
- Bahwa saksi selama ini tidak pernah melihat clurit akan tetapi anak saksi
yang pertama pernah melihat clurit tersebut dikamar Terdakwa.
- Atas keterangan saksi tersebut Terdakwa menyatakan tidak keberatan
5. Saksi Muhammad Yusuf (kakek korban), dibawah sumpah memberikan
keterangan, yang pada pokoknya sebagai berikut:
- Bahwa saksi adalah kakek korban/ayah saksi Nurbaity/mantan mertua
Terdakwa.
- Bahwa benar telah terjadi pembunuhan terhadap cucu perempuan saksi
yang berumur ± 4 (empat) tahun yang bernama Kesya Ivanna Salsabila
yang dilakukan oleh ayah kandungnya/Terdakwa bernama Ivan Reza
Pahlevi pada hari Sabtu, tanggal 25 Agustus 2012, dirumah Terdakwa, di
63
Jalan Raya PKP RT.08.RW.08, Kelurahan Kelapa Dua Wetan, Kecamatan
Ciracas, Jakarta Timur, sekira jam 21.00 WIB.
- Bahwa saksi tahu kejadian tersebut diatas setelah anak saksi Nurbaity
ditelpon oleh Polisi Polsek Ciracas, Jakarta Timur sekitar ± jam 24.00 wib,
saksi tidak ikut ke kantor Polisi, karena saksi terkejut akan tetapi Nurbaity
dan saudara-saudaranya pergi ke Kantor Polisi Polsek Ciracas dan mereka
lalu ke RSCM, kemudian mengurus pemakaman cucu saksi tersebut.
- Bahwa selama yang saksi tahu Terdakwa tidak pernah sakit jiwa, dan
Terdakwa sayang sama anak-anaknya.
- Bahwa setelah Terdakwa bercerai dengan anak saksi Nurbaity, Terdakwa
hanya datang 1 (satu) kali kerumah saksi menengok anaknya yang kedua,
dan Terdakwa juga tidak penah menafkahi anaknya.
- Atas keterangan saksi tersebut Terdakwa menyatakan tidak keberatan
Dipersidangan Pununtut Umum mengajukan barang bukti sebagai berikut:
Sebilah clurit berikut sarangnya, selembar sprei bernoda darah, sebuah sarung
guling bernoda darah, selembar baju warna merah bernoda darah, selembar kaos
putih bernoda darah.
Barang bukti diatas telah diakui dan dibenarkan oleh Terdakwa dan
sebagian besar saksi-saksi yang diajukan dipersidangan.
C. Pertimbangan dan Putusan Hakim
Dalam memberikan putusan, hakim melihat beberapa hal yang dapat
dijadikan pertimbangan hakim untuk memutuskan perkara dengan setegas-
tegasnya dan seadil-adilnya. Hal tersebut meliputi:
64
Dalam kasus ini Pengadilan Negeri Jakarta Timur yang mengadili perkara-
perkara pidana pada tingkat pertama yang diperiksa secara biasa, telah
menjatuhkan putusan sebagaimana yang telah dilakukan dalam perkara Terdakwa.
Nama lengkap Ivan Reza Pahlevi lahir di Jakarta pada tanggal 16 Maret 1979
berumur 33 tahun berjenis kelamin laki-laki berkebangsaan Indoneisa beralamat
di Jl. Raya PKP No. 10 RT. 008/RW. 08, Kel. Kelapa Dua Wetan, Kec. Ciracas,
Jakarta Timur beragama Islam, pekerjaannya adalah Wiraswasta.
Terdakwa oleh Penuntut Umum telah didakwa dengan dakwaan yang disusun
secara Alternatif, yaitu kesatu Pasal 44 ayat (3) Undang-Undang RI No. 23 Tahun
2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, kedua Pasal 80 ayat
(4) Undang-Undang RI No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, ketiga
Pasal 338 KUHP.
Karena dakwaan Jaksa Penuntut Umum bersifat alternatif, maka sesuai
dengan karakter Surat Dakwaan Majelis akan memilih salah satu dari 3 (tiga)
Dakwaan tersebut, berdasarkan besarnya kemungkinan terpenuhinya unsur-unsur
dari Pasal yang di dakwakan yaitu Pasal 80 ayat (3) dan (4) UU RI Nomor 23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.11
1. Unsur-Unsur Tindak Pidana Pembunuhan
a. Tentang Unsur “Setiap Orang”
Bahwa yang dimaksud dengan unsur diatas terkait dengan perkara a quo,
adalah subjek hukum pidana (Terdakwa dalam hal ini adalah manusia) sehat
jasmani dan rohani serta mampu mempertanggung jawabkan perbuatannya.
11
Putusan Pengadilan Negeri Nomor 1357_PID.B_2012_PN.JKT.TIM, hlm. 28-30.
65
Jaksa Penuntut Umum dalam persidangan perkara ini telah mengajukan
seorang Terdakwa bernama Ivan Reza Pahlevi dengan identitas sebagaimana
yang telah dibacakan pada awal persidangan, dimana Terdakwa yang
bersangkutan dan Penasihat Hukum Terdakwa telah membenarkan dan hal
tersebut juga dibenarkan oleh saksi-saksi saat persidangan berjalan.
Terkait dengan kriteria Terdakwa sebagai subjek hukum yang sehat
jasmani dan rohani serta kemampuan Terdakwa dalam dalam bertanggung
jawab atas perbuatannya sebagaimana Dakwaan Jaksa Penuntut Umum,
Majelis akan mempertimbangkan sebagaimana dibawah ini.
Bahwa dari pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas, dikaitkan dengan
fakta hukum, yang diperoleh dari persesuaian antara keterangan Terdakwa,
keterangan saksi-saksi dan barang bukti dipersidangan serta pendapat ahli
atas nama Dokter Henny Riana, Sp.Kj, Majelis berpendapat bahwa Terdakwa
telah memenuhi kriteria unsur “Setiap Orang”, sebagaimana telah
disampaikan/kemukakan pada awal pembuktian unsur ini. Dengan demikian
unsur “Setiap Orang” terpenuhi/terbukti.12
b. Tentang Unsur “Barangsiapa”
Jaksa Penuntut Umum dalam Surat Tuntutannya pada intinya menyatakan
bahwa Terdakwa atas nama Ivan Reza Pahlevi memenuhi kriteria unsur
“Barang Siapa” yaitu sehat Jasmani dan rohani serta mampu
mempertanggung jawabkan perbuatannya dan dalam perkara a quo, tidak
12
Putusan Pengadilan Negeri Nomor 1357_PID.B_2012_PN.JKT.TIM, hlm. 29-35.
66
ditemukan alasan Pemaaf dan alasan Pembenar, sehingga Terdakwa dituntut
sebagaimana tersebut diatas.
Sehingga dengan demikian unsur “Barangsiapa” yang dimaksudkan dalam
Pasal tersebut telah dipenuhi.13
c. Unsur “Yang Melakukan Kekejaman, Kekerasan atau Ancaman
Kekerasan, atau Penganiayaan Terhadap Anak;
Bagian-bagian dari unsur diatas terdapat kata “atau”, hal tersebut
menunjukkan bersifat alternatif/pilihan, sehingga apabila terbukti/terpenuhi
salah satu bagian unsur saja, harus dinyatakan perbuatan tersebut
terbukti/terpenuhi.
Pengertian dan maksud “Melakukan Kekejaman, Kekerasan atau
Ancaman Kekerasan, atau Penganiayaan secara garis besar adalah sama, yaitu
menggunakan tenaga berlebih supaya pihak lain/lawan menjadi
menderita/sakit, baik fisik maupun psikis.
Arti “Kekejaman” dari kata Kejam dan Bengis atau diluar
Perikemanusiaan, dikaitkan dengan fakta hukum dipersidangan menunjukan
bahwa Terdakwa melakukan pembacokkan dengan clurit kearah leher/daerah
telinga korban yaitu anaknya sendiri bernama Keysa Ivanna Salsabila
(berumur kira-kira 4 (empat) tahun), beberapa kali dan anaknya/korban
tersebut bilang antara lain “Papa..... Papa....Sakit”, korban tersebut lalu
terdiam dalam posisi tidur miring, Terdakwa menciumnya lalu keluar
13
Putusan Pengadilan Negeri Nomor 1357_PID.B_2012_PN.JKT.TIM, hlm. 33-35.
67
membawa clurit yang baru digunakan untuk membacok korban, mencari anak
kandungnya yang pertama Nailendra Noeza Sahira perempuan (kira-kira
berumur 7 tahun), untuk dibunuhnya juga, tetapi terhalang oleh teriakan
Ibunya (saksi Siti Fatoyah), Terdakwa ditangkap dan diikat oleh saudara-
saudara Terdakwa yang tinggal serumah dengan Terdakwa.
Dengan demikian semua unsur dari Pasal yang didakwakan oleh Jaksa
Penuntut Umum terhadap Terdakwa telah terpenuhi/terbukti, maka Terdakwa
telah terbukti secara sah dan meyakinkan menurut hukum telah melakukan
tindak pidana yang sesuai, diatur dan diancam Pasal 80 ayat (3) dan (4)
UU.R.I Nmor 23 Tahun 2002, tentang Perlindungan Anak sebagaimana
Dakwaan Kedua Jaksa Penuntut Umum tersebut.
Dari pertimbangan dalam unsur-unsur tindak pidana diatas terdakwa
harus dinyatakan bersalah dan dijatuhi pidana/hukuman yang sesuai/setimpal
dengan perbuatan salahnya serta harus pula dibebani untuk membayar biaya
perkara.
Surat No.647/KPAI/VIII/2012, tanggal 31 Agustus 2012 dari Komisi
Perlindungan Anak Indonesia/KPAI yang diserahkan oleh saksi
Nurbaity/mantan isteri Terdakwa didepan persidangan, oleh karena diluar
kewenangan Pengadilan Negeri Jakarta Timur, tidak akan dipertimbangkan.
Terhadap surat tanggal 14 Januari 2013, dari Penasihat Hukum Terdakwa,
tentang/perihal “Bantaran” (Mohon Pemeriksaan Dokter Ahli Kesehatan Jiwa
untuk Terdakwa Ivan Reza Pahlevi), dengan mengambil alih pertimbangan
diatas, khususnya pertimbangan pada Unsur Pertama yaitu ”Setiap Orang”,
68
dengan kata lain Majelis Hakim tidak sependapat dengan Penasihat Hukum
Terdakwa :Perihal Kondisi Kejiwaan Terdakwa”, berdasarkan fakta hukum
dipersidangan, dalam hal mana Penasihat Hukum Terdakwa berpendapat pada
intinya mohon supaya Terdakwa dilepaskan dari segala Tuntutan Hukum dan
Majelis Hakim berpendapat bahwa pada intinya Terdakwa terbukti
melakukan tindak pidana sebagaimana Dakwaan Kedua Jaksa Pununtut
Umum, sehingga permohonan Penasihat Hukum Terdakwa tersebut ditolak.
Terhadap kualifikasi delik, lamanya pidana/hukuman status barang bukti
dan besarnya biaya perkara, akan ditentukan dalam amar putusan nanti.
Selama perkara ini berjalan, Majelis tidak menemukan adanya alasan
Pemaaf dan alasan Pembenar.14
2. Hal Yang Memberatkan dan Meringankan
Dalam hal yang memberatkan dan meringankan, hakim melihat
persaksian-persaksian saksi dan pengakuan pelaku bahwa ia menerima segala
dakwaan yang diajukan kepadanya bahwa ia benar telah melakukan hal
tersebut.
Majelis Hakim akan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a. Hal-hal yang memberatkan
Hal-hal yang memberatkan terdakwa ialah perbuatan terdakwa diluar
prikemanusiaan/sadis yang mengakibatkan anak kandungnya meninggal
dunia.
b. Hal-hal yang meringankan:
14
Putusan Pengadilan Negeri Nomor 1357_PID.B_2012_PN.JKT.TIM, hlm. 33-35.
69
Hal-hal yang meringakan adalah terdakwa merasa bersalah dan
menyesal, terdakwa belum pernah dihukum, terdakwa masih muda usia
dan diharapkan bisa memperbaiki kesalahannya dimasa yang akan
datang. Mengingat akan Pasal-Pasal dari peraturan/Undang-Undang,
khususnya Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004,
tentang Perlindungan Anak dan Peraturan-Peraturan lain yang
bersangkutan.15
3. Mengadili
Setelah hakim melihat unsur-unsur yang telah terlaksana dari
perbuatannya tersebut dan hal-hal memberatkan dan meringankan pelaku
maka hakim mengadili dengan selayaknya.
a. Menyatakan bahwa terdakwa Ivan Reza Pahlevi, tersebut terbukti
secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana,
“Melakukan Kekerasan Terhadap Anak Yang Mengakibatkan Matinya
Orang Yang Dilakukan Oleh Orang Tuanya Sendiri ”.
b. Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa tersebut diatas, dengan pidana
penjara selama 11 (sebelas) tahun dan denda sebesar Rp.200.000.000,-
(dua ratus juta rupiah), apabila Denda tersebut tidak dibayar, maka
diganti dengan pidana kurungan selama 6 (enam) bulan.
c. Menetapkan bahwa masa tahanan yang telah dijalani Terdakwa
tersebut, sebelum Putusan ini mempunyai kekuatan hukum tetap,
15
Putusan Pengadilan Negeri Nomor 1357_PID.B_2012_PN.JKT.TIM, hlm. 35-36.
70
dikurangkan seluruhnya dari pidana/hukuman yang dijatuhkan
tersebut.
d. Menetapkan supaya terdakwa tetap ditahan.
e. Menetapkan barang bukti berupa sebilah clurit berikut sarungnya,
selembar sprei bernoda darah, sebuah sarung guling bernoda darah,
selembar baju warna merah bernoda darah, selembar kaos dalam warna
putih bernoda darah dan selembar celana panjang warna hitam,
dirampas untuk dimusnahkan.
f. Membebankan Terdakwa untuk membayar ongkos perkara sebesar
Rp.1.000,- (seribu rupiah).
Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Majelis Hakim
Pengadilan Negeri Jakarta Timur pada hari Selasa tanggal 19 Februari
2013. Oleh kami Pudji Widodo, S.H.M.H., sebagai Hakim Ketua, Ramli
Rizal, S.H.M.H., dan Sabarulina Br Ginting, S.H.M.H.., masing-masing
sebagai Hakim Anggota.
Putusan mana diucapkan pada hari Senin, tanggal 25 Februari 2013,
oleh Hakim Ketua tersebut dengan didampingi oleh Hakim-Hakim
Anggota tersebut diatas, dibantu oleh Zuherma, S.H., sebagai Panitera
Pengganti, dengan dihadiri Rudy W. Panjaitan , S.H., Jaksa Penuntut
Umum,Terdakwa beserta Penasihat Hukumnya.16
16
Putusan Pengadilan Negeri Nomor 1357_PID.B_2012_PN.JKT.TIM, hlm. 36-38.
71
BAB IV
PANDANGAN HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TERHADAP
PUTUSAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA TIMUR NOMOR
1357/PID.B/2012/PN.JKT.TIM
A. Pandangan Hukum Islam dan Hukum Positif terhadap putusan PN No.
1357/PID.B/2012/PN.JKT.TIM
Sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka putusan
Pengadilan Negeri nomor 1357/PID.B/2012/PN.JKT.TIM itu berisi tentang vonis
pembunuhan yang dilakukan oleh ayah kandung terhadap anaknya. Apabila
ditinjau dari segi hukum Islam, maka kasus terkait tindak pidana pembunuhan
yang dilakukan oleh ayah kandung terhadap anaknya telah diatur dengan jelas.
Antara lain diatur dalam hadits sebagai berikut:
ن أ اج بأ مر عنأ الأحج حأ ثنا أبو خالد الأ شج حد ثنا أبو سعيد الأ رو حد طاة عنأ عمأ رأ
صلى ت رسول للا اب قال سمعأ ن الأخط ه عنأ عمر بأ ب عنأ أبيه عنأ جد ن شعيأ بأ
ه وسلم يقول ل يقاد الأوالد بالأولد عليأ للا
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id Al Asyajj, telah
menceritakan kepada kami Abu Khalid Al Ahmar dari Al Hajjaj bin Arthah dari
Amr bin Syu'aib dari ayahnya dari kakeknya dari Umar bin Al Khaththab ia
berkata; Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Seorang bapak tidak dijatuhi hukuman dengan membunuh anaknya.".1 (H.R
Tirmidzi No. 1321).
Hadits diatas menerangkan bahwa hukuman had tidak diperbolehkan
pelaksanaannya didalam mesjid dan tidak dihukum (qishash) seorang ayah yang
membunuh anaknya sendiri.
Dan juga terdapat dalam hadits berikut:
1 Tim penyusun, Ensiklopedia Hadits 6: Jami’ at-Tirmidzi, (Jakarta: Penerbit Almahira,
2013), h. 493.
72
ن رو بأ اج عنأ عمأ مر عنأ حج حأ ثنا أبو خالد الأ بة حد ن أبي شيأ ر بأ ثنا أبو بكأ حد
صلى للا ت رسول للا اب قال سمعأ ن الأخط ه عنأ عمر بأ ب عنأ أبيه عنأ جد شعيأ
تل الأوالد بالأولد ه وسل م يقول ل يقأ عليأArtinya: Abu Bakar bin Abu Syaibah menyampaikan kepada kami dari Abu
Khalid al-Ahmar, dari Hajjaj, dari Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya,
dari Umar bin Khattab yang mengatakan, aku mendengar Rasulullah SAW
bersabda: Orang tua tidak dibunuh karena membunuh anaknya.2 (H.R Ibnu
Majah No. 2652)
Hadits diatas menerangkan bahwa orang tua, baik ayah maupun ibu yang
membunuh anaknya secara sengaja maupun karena kesalahan juga menyerupai
sengaja tidak diberi hukuman qishash.
Dari hadits-hadits yang dicantumkan diatas dapat diambil kesimpulan
bahwa ayah kandung yang membunuh anaknya tidak dijatuhkan hukuman
qishash. Tidak seperti sanksi pembunuhan biasanya yaitu berupa qishash.
Selain dari hadits diatas, terdapat alasan yang dapat menggugurkan seorang
pembunuh tidak dapat di qishash yaitu diwarisinya qishash.3 Hukumannya diganti
dengan hukuman ta’zir, yaitu sekumpulan hukuman yang belum ditentukan
jumlahnya dalam nash, yang dimulai dari hukuman yang paling ringan, seperti
nasihat dan teguran, sampai kepada hukuman yang paling berat yaitu kurungan
dan dera, bahkan sampai kepada hukuman mati dalam tindak pidana yang
2 Tim penyusun, Ensiklopedia Hadits 8: Sunan Ibnu Majah, (Jakarta: Penerbit Almahira,
2013), h. 479. 3 Hukuman qishash menjadi gugur jika hukuman tersebut diwariskan kepada orang yang
tidak dapat menjatuhkan qishash terhadap pelaku atau jika pelaku sendiri mewarisi
seluruh qishash atau sebagiannya. Maksudnya adalah bila di antara ahli waris korban
terdapat anak si pembunuh, qishash tidak dapat dilaksanakan karena qishash tidak dapat
dibagi-bagi. Hukuman qishash dalam kasus tersebut tidak dapat dilaksanakan karena
anak (sebagai salah satu ahli waris korban) tidak dapat menjatuhkan hukuman qishash
terhadap orang tuanya. Lihat: Tim Penyusun, Ensiklopedia Hukum Pidana Islam Jilid III,
(Jakarta: PT Kharisma Ilmu), hlm. 171.
73
berbahaya.4 Sanksi pidana ta’zir sepenuhnya diberikan kepada hakim atau
penguasa. Hakim atau penguasa diberi hak untuk memilih hukuman apapun yang
menurut pandangannya baik sehingga dapat mendidik pelaku, memperbaiki, dan
memelihara masayarakat. Hakim juga diperbolehkan untuk memberikan lebih dari
satu hukuman baik hukuman itu diperberat maupun diperingan serta boleh
menunda pelaksanaannya.5
Karena hukuman qishash tidak dapat dijatuhkan dengan alasan pelaku
adalah orang tua korban, maka hukumannya diganti dengan hukuman ta’zir. Jadi
bagi seorang ayah kandung yang membunuh anaknya adalah hukuman ta’zir,
yaitu hukuman yang belum ditentukan jumlahnya oleh nash, sepenuhnya
hukuman itu diserahkan pada hakim atau penguasa dalam memberikan hukuman
yang tepat dan adil kepada pelaku. Hakim diberi hak untuk memilih hukuman
apapun yang menurutnya baik, sesuai dan setimpal bagi keadilan masyarakat.6
Didalam putusan pengadilan Jakarta Timur Nomor
1357/PID.B/2012/PN.JKT.TIM, seorang ayah kandung yang membunuh anaknya
di jerat dengan tiga pasal sekaligus, yakni pasal 44 ayat (3) UU RI Nomor 23
Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga, Pasal 80 ayat
(4) Undang-Undang R.I No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, dan
Pasal 338 KUHP.7 Namun dalam putusan akhir hakim memberikan hukuman
yang sesuai dengan dakwaan Jaksa Penuntut Umum bersifat alternatif, maka
sesuai dengan karakter Surat Dakwaan Majelis akan memilih salah satu dari 3
4 M. Nurul Irfan, Fiqh Jinayah, (Jakarta: Amzah, 2014), h. 14.
5 Tim penyusun, Ensiklopedia Hukum Pidana Islam Jilid III, h. 85.
6 M. Nurul Irfan, Fiqh Jinayah, h. 138. Lihat juga Abdul Qadir Audah, Al-Tasyri’ al-Jinai
al-Islami Muqaranan bi al-Qanun al-Wad’i, jilid 1, (Mesir: al-Qahirah, 2005), h. 69. 7 Putusan Pengadilan Negeri Nomor 1357_PID.B_2012_PN.JKT.TIM, h. 28.
74
(tiga) dakwaan tersebut, berdasarkan besarnya kemungkinan terpenuhinya unsur-
unsur dari pasal yang di dakwakan yaitu Pasal 80 ayat (4) UU RI Nomor 23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak8 yaitu pidana penjara paling lama 10
tahun dan/atau denda paling banyak Rp.200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
Dalam putusan akhir, hakim setelah meninjau pertimbangan dalam hal
memberatkan dan meringankan perkara tersebut memberikan hukuman kepada
pelaku pembunuhan oleh ayah kandung terhadap anaknya adalah pidana penjara
selama 11 (sebelas) tahun dan denda sebesar Rp.200.000.000,-(dua ratus juta
rupiah), apabila denda tersebut tidak dibayar, maka diganti dengan pidana
kurungan selama 6 (enam) bulan.9
Dalam putusan akhir tersebut, sanksi pidananya tidak sama dengan pasal 80
ayat (4) yaitu pidana penjara paling lama ±13 tahun. Hal ini karena hakim telah
meninjau pertimbangan dalam hal memberatkan dan meringankan perkara
tersebut. Hal yang memberatkan terdakwa adalah perbuatan terdakwa diluar
prikemanusiaan/sadis yang mengakibatkan anak kandungnya meninggal dunia.
Kemudian hal yang meringankan terdakwa adalah terdakwa merasa bersalah dan
menyesal, terdakwa belum pernah dihukum, terdakwa masih muda usia dan
diharapkan bisa memperbaiki kesalahannya di masa yang akan datang.
Pertimbangan hakim dalam menentukan berat dan ringannya pidana yang
dijatuhkan kepada pelaku dalam Putusan Nomor 1357_PID.B_2012_PN.JKT.TIM
tentang pembunuhan yang dilakukan oleh ayah kandung terhadap anaknya
didasarkan atas penilaian objektif dengan melihat latar belakang pelaku belum
8 Putusan Pengadilan Negeri Nomor 1357_PID.B_2012_PN.JKT.TIM, h. 29-30.
9 Putusan Pengadilan Negeri Nomor 1357_PID.B_2012_PN.JKT.TIM, h. 36.
75
pernah melakukan tindak pidana, usia pelaku masih muda sehingga masih bisa
diharapkan untuk memperbaiki kesalahannya, pelaku mengaku bersalah sehingga
masih ada kesempatan untuk memperbaiki dirinya.
B. Persamaan dan Perbedaan Hukum Islam dan Hukum Positif Terhadap
Putusan PN No. 1357/PID.B/2012/PN.JKT.TIM
Mengenai persamaan hukum Islam dan Putusan Hakim, dalam hukum Islam
bahwasanya pembunuhan yang dilakukan oleh ayah kandung terhadap anaknya
diatur dalam hadits yang telah dibahas diatas, yaitu hukumannya adalah hukuman
ta’zir. Ta’zir adalah hukuman yang belum ditentukan jenis dan jumlahnya oleh
syara’, yang dimulai dari hukuman yang paling ringan, seperti nasihat dan
teguran, sampai kepada hukuman yang paling berat, seperti kurungan dan dera,
bahkan sampai kepada hukuman mati dalam tindak pidana yang bahaya. Hakim
diberikan wewenang untuk memilih hukuman yang sesuai dengan keadaan tindak
pidana serta pelakunya.10
Sedangkan dalam Putusan Hakim, hukumannya berupa pidana penjara
selama 11 tahun dan denda sebesar Rp.200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah),
apabila denda tersebut tidak dibayar, maka diganti dengan pidana kurungan
selama 6 (enam) bulan. Persamaannya adalah dari segi siapa yang menentukan
hukuman. Dalam hukum Islam, hakim memiliki wewenang menjatuhkan jenis
hukuman yang menurutnya baik. Sedangkan dalam Putusan Hakim yang
berlandaskan Undang-Undang jelas hakim lah yang menentukan hukumannya.
10
Tim penyusun, Ensiklopedia Hukum Pidana Islam Jilid III, h. 85.
76
Namun terdapat perbedaan antara putusan hakim menurut hukum Islam dengan
Putusan Hakim menurut hukum positif. Yakni hakim menurut hukum Islam dalam
memutuskan jenis hukumannya diserahkan sepenuhnya kepada hakim yang
bersangkutan. Dalam Putusan Hakim, hakim memutuskan jenis hukuman bagi
pelaku pembunuhan yang dilakukan oleh ayah kandung terhadap anaknya harus
sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku.
Jadi perbedaan yang menonjol antara hakim menurut hukum Islam dan
hakim dalam Putusan hakim adalah wewenang menentukan jenis hukuman yang
akan diberikan kepada pelaku pembunuhan. Hakim menurut hukum Islam
diberikan wewenang sepenuhnya untuk memberikan jenis hukuman yang akan
dijatuhi kepada pelaku. Sedangkan dalam Putusan Hakim, hakim dalam menjatuhi
jenis hukuman harus sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku.
Sanksi pidana pelaku pembunuhan yang dilakukan oleh ayah kandung
terhadap anaknya menurut hukum positif telah diatur dalam Undang-Undang No.
23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak pasal 80 ayat 4,11
yaitu dengan pidana
penjara ±13 tahun. Persamaan hukum positif dengan Putusan Hakim terdapat
dalam sumber hukumnya, yaitu Undang-Undang. Hakim dalam menentukan
hukumannya untuk pelaku harus sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku.
Kemudian perbedaan antara hukum positif dengan Putusan Hakim adalah
terletak pada lamanya sanksi pidana penjara. Menurut hukum positif, sanksi ayah
kandung yang membunuh anaknya adalah hukuman pidana penjara selama ±13
tahun penjara. Sedangkan sanksi pelaku dalam Putusan Hakim hanya dijatuhi
11
Bunyi pasal 80 ayat 4 “Pidana ditambah sepertiga dari ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) apabila yang melakukan penganiayaan tersebut
orang tuanya.”
77
hukuman pidana penjara selama 11 tahun. Hal ini dikarenakan hakim telah
meninjau pertimbangan dalam hal memberatkan dan meringankan perkara
tersebut. Hal yang memberatkan terdakwa adalah perbuatan terdakwa diluar
prikemanusiaan dan sadis yang mengakibatkan anak kandungnya meninggal
dunia. Kemudian hal yang meringankan terdakwa adalah terdakwa merasa
bersalah dan menyesal, terdakwa belum pernah dihukum, terdakwa masih muda
usia dan diharapkan bisa memperbaiki kesalahannya di masa yang akan datang.
Sehingga akhirnya hakim menjatuhi hukuman lebih ringan dari yang telah
ditetapkan dalam Undang-Undang.
78
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan permasalahan yang menjadi bahasan dalam skripsi ini, dapat
disimpulkan hukuman pembunuhan yang dilakukan oleh ayah kandung terhadap
anaknya sebagai berikut:
1. Sanksi pembunuhan yang dilakukan oleh ayah kandung terhadap anaknya
dalam hukum Islam adalah hukuman ta’zir. Yaitu jenis hukumannya
ditentukan oleh hakim. Hal ini dikarenakan terdapat dalam hadits
bahwasanya ayah yang membunuh anaknya tidak dihukum qishash. Dalam
hal ini, vonis hakim 11 tahun penjara sebagimana dalam Putusan Pengadilan
No. 1357_PID.B_2012_PN.JKT.TIM tidak bertentangan dengan hukum Islam.
Karena menurut hukum Islam sanksi untuk pembunuhan yang dilakukan oleh ayah
kandung terhadap anaknya adalah ta’zir, yaitu hukumannya diserahkan kepada
hakim sepenuhnya.
Menurut hukum positif, hukuman pembunuhan yang dilakukan oleh ayah
kandung terhadap anaknya diatur dalam pasal 80 ayat 3 dan 4 Undang-
Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, yaitu dengan
hukuman penjara selama 10 (sepuluh) tahun. Akhirnya putusan pengadilan
memberikan hukuman penjara selama 11 (sebelas) tahun. Hal ini
dikarenakan Putusan Pengadilan No. 1357_PID.B_2012_PN.JKT.TIM telah
menimbang hal yang meringankan dan juga selaras dengan ketentuan Undang-
Undang No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan anak.
79
2. Persamaan hukum Islam dan Putusan Hakim adalah dari segi siapa yang
menentukan hukuman. Dalam hukum Islam, hakim memiliki wewenang
menjatuhkan jenis hukuman yang menurutnya baik. Sedangkan dalam
Putusan Hakim yang berlandaskan Undang-Undang jelas hakim lah yang
menentukan hukumannya.
Perbedaannya adalah hakim menurut hukum Islam dalam memutuskan jenis
hukumannya diserahkan sepenuhnya kepada hakim yang bersangkutan.
Dalam Putusan Hakim, hakim memutuskan jenis hukuman bagi pelaku
pembunuhan yang dilakukan oleh ayah kandung terhadap anaknya harus
sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku.
Persamaan hukum positif dan Putusan Hakim terdapat dalam sumber
hukumnya, yaitu Undang-Undang. Hakim dalam menentukan hukumannya
untuk pelaku harus sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku.
Perbedaan antara hukum positif dengan Putusan Hakim adalah terletak pada
lamanya sanksi pidana penjara. Menurut hukum positif, sanksi ayah
kandung yang membunuh anaknya adalah hukuman pidana penjara selama
±13 tahun penjara. Sedangkan sanksi pelaku dalam Putusan Hakim hanya
dijatuhi hukuman pidana penjara selama 11 tahun. Hal ini dikarenakan
hakim telah meninjau pertimbangan dalam hal memberatkan dan
meringankan perkara tersebut. Hal yang memberatkan terdakwa adalah
perbuatan terdakwa diluar prikemanusiaan dan sadis yang mengakibatkan
anak kandungnya meninggal dunia. Kemudian hal yang meringankan
terdakwa adalah terdakwa merasa bersalah dan menyesal, terdakwa belum
80
pernah dihukum, terdakwa masih muda usia dan diharapkan bisa
memperbaiki kesalahannya di masa yang akan datang. Sehingga akhirnya
hakim menjatuhi hukuman lebih ringan dari yang telah ditetapkan dalam
Undang-Undang.
B. SARAN
Melihat pentingnya melindungi anak dari kekerasan apalagi pembunuhan
maka perlu dilakukan sosialisasi lebih intens lagi mengenai Undang-Undang
Perlindungan Anak. Perlu adanya penyuluhan-penyuluhan tentang hak-hak anak
dan pemupukan kesadaran bahwa anak generasi penerus. Sehingga orang tua
memiliki rasa tanggung jawab semakin besar terhadap anak.
81
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an
Buku Referensi:
Abdul Malik, M. Pidana Islam di Indonesia Peluang, prospek, dan Tantangan.
Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001.
Agama RI, Departemen. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Semarang: Toha Putra,
1988.
Agil Husin al-Munawwar, Sa’id. Hukum Islam dan Pluralitas Sosial. Jakarta:
Permadani, 2005.
Amin Suma, Muhammad. Pidana Islam di Indonesia, Peluang, Prospek, dan
Tantangan. Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001.
Burlian, Paisol. Implementasi Konsep Hukuman Qishash Di Indonesia. Jakarta:
Sinar Grafika, 2015.
Chazawi, Adam. Kejahatan Terhadap Tubuh Dan Nyawa. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2001.
Hanafi, Ahmad. Asas-Asas Hukum Pidana Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1993.
Maramis, Faris, Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2013.
Klaus Krispendoff. Analisis Isi Pengantar Dan Teori Metodologi. Jakarta:
Rajawali Press, 1993.
Huda, Chairal. Dari Tiada Pidana Tanpa Kesalahan Menuju Kepada Tiada
Pertanggung Jawaban Pidana Tanpa Kesalahan. Jakarta: Kencana, 2006.
Hamzah, Andi. KUHP & KUHAP; Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta, 2011.
82
Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, Abu. Tafsir Ath-Thabari 3. Jakarta:
Pustaka Azzam, 2008.
Lamintang, P.A.F. Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia. Bandung: P.T Citra
AdityaBakti, 1997.
Lamintang, P.A.F. Delik-Delik Khusus, Kejahatan Terhadap Nyawa, Tubuh, dan
Kesehatan. Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2010.
M. Moeliono, Anton. Kamus Besar Bahasa Iindonesia. Jakarta: Balai Pustaka,
1989.
Mahmud Marzuki, Peter. Penelitian Hukum: Edisi Revisi. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2014.
Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002.
Moeljatno, Azas-azas Hukum Pidana. Jakarta: Bina Aksara, 1984.
Muhammad Zain, Sutan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, 1994.
Nurul Irfan, M. Fiqh Jinayah. Jakarta: Amzah, 2014.
O.S. Hiariej, Eddy. Prinsip-Prinsip Hukum Pidana Edisi Revisi. Yogyakarta:
Cahaya Atma Pustaka, 2016.
Prodjodikoro, Wirjono. Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia. Jakarta: Eresco,
1981.
Qadir Audah, Abdul. Al-Tasyri’ Al-Jinaiy Al-Islamy, Juz II. Beirut: dar al-kitab al-
arabi.
Qadir Audah, Abdul. Al-Tasyri’ al-Jinai al-Islami Muqaranan bi al-Qanun al-
Wad’i, jilid 1. Mesir: al-Qahirah, 2005.
83
Sabiq, Sayyid. Fiqh al-Sunnah, Jilid II. Mesir: al-Qahirah, 2000.
Saepudin Jahar, Asep. Hukum Keluarga, Pidana & Bisnis: Kajian Perundang-
undangan Indonesia, Fikih dan Hukum Internasional. Jakarta: Kencana
Prenadamedia Group, 2013.
Satrio, J. Hukum Keluarga Tentang Kedudukan Anak Dalam Undang-Undang.
Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2005.
Sunggono, Bambang. Metodelogi Peneletian Hukum. Jakarta: P.T Raja Grafindo
Persada, 2006.
Unais, Ibrahim. Al-Mu’jam Al-Wasit, Juz II. Dar Ihya al-Turats al-‘Arabi.
W. Alhafidz, Ahsin. Kamus Fiqh. Jakarta: Amzah, 2013.
Wahbah Zuhayly, Al-Fiqh Al-Islamy Wa Adillatuhu, Juz VI. Damaskus: Dar Al-
Fikr, 1989.
Wardi Muslich, Ahmad. Hukum Pidana Islam. Jakarta: Sinar Grafika. 2005.
Warson Munawir, Ahmad. Kamus Arab-Indonesia Terlengkap. Surabaya: Pustaka
Progresif. 1997.
Peraturan Perundang-undangan
Putusan Pengadilan Negeri Nomor 1357_PID.B_2012_PN.JKT.TIM
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam
Rumah Tangga
84
JURNAL
Tim Penyusun. Ensiklopedia Hadits 6; Jami’ at-Tarmidzi. Jakarta: Almahira,
2013.
Tim Penyusun. Ensiklopedia Hadits 8; Sunan Ibnu Majah. Jakarta: Penerbit
Almahira, 2013.
Tim Penyusun. Ensiklopedia Hukum Pidana Islam Jilid II. Jakarta: PT Kharisma
Ilmu.
Tim Penyusun. Ensiklopedia Hukum Pidana Islam Jilid III. Jakarta: PT Kharisma
Ilmu.
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
P U T U S A NNomor : 1357/PID.B/2012/PN.JKT.TIM
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA;
Pengadilan Negeri Jakarta Timur yang memeriksa dan mengadili perkara-
perkara pidana pada tingkat pertama telah menjatuhkan putusan sebagai berikut
dalam perkara Terdakwa :-----------------------------------------------
Nama Lengkap : IVAN REZA PAHLEVI
Tempat Lahir : Jakarta
Umur/Tanggal lahir : 33 tahun/16 Maret 1979
Jenis Kelamin : Laki-laki
Kebangsaan : Indonesia
Tempat Tinggal : Jl.Raya PKP No.10 RT.008/RW.08, Kel.Kelapa
Dua Wetan, Kec.Ciracas, Jakarta Timur
A g a m a : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Telah ditahan berdasarkan surat perintah/penetapan penahanan :
1 Penyidik, tanggal 27-08-2012, No.Sp.Han/97/VIII/2012/Sek.CRS, sejak
tanggal 27-08-2012 s/d tanggal 15-09-2012;
Hal.1 Putusan No.1357/Pid.B/2012/PN.Jkt.Tim.
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.idTelp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
2 Perpanjangan Kepala Kejaksaan Negeri Jakarta Timur, tanggal
10-09-2012, No.500/O.1.13.3/Ep.1/09/2012, sejak tanggal 16-09-2012 s/d
25-10-2012;
3 Penuntut Umum, tanggal 24-10-2012, No.Prin-0743/0.1.13.3/
Epp.2 /10/2012, sejak tanggal 24-10-2012 s/d tanggal 12-11-2012;
4 Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Timur, tanggal 01-11-2012 No.1357/
Pen.Pid /2012/PN.Jkt.Tim, sejak tanggal 01-11-2012 s/d tanggal
30-11-2012;
5 Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Timur, tanggal 28-11-2012, No.1357 /
Pen.Pid/2012/PN.Jkt.Tim, sejak tanggal 01-12-2012 s/d tanggal
29-01-2013;
6 Wakil Ketua Pengadilan Tinggi Jakarta, tanggal 21-01-2013, No.156/
PEN.PID/2013/PT.DKI, sejak tanggal 30-01-2013 s/d tanggal
28-02-2013;
Pengadilan Negeri tersebut ;
Telah membaca berkas keseluruhan berkas perkara;
Telah mendengar keterangan para saksi,Terdakwa, Penasehat Hukum
Terdakwa dan memperhatikan segala sesuatu yang terjadi selama persidangan
perkara ini berlansung termasuk barang bukti yang diajukan ;
Telah mendengar pembacaan Surat Dakwaan Penuntut Umum pada tanggal
24 Oktober 2012;
Menimbang, bahwa dipersidangan Terdakwa didampingi oleh Penasehat
Hukumnya masing- masing bernama Eva L Rahman, S.H., & Thris Syah Putra Lubis,
S.H., sebagai Advokat pada Kantor Pengacara & Konsultan Hukum Eva L Rahman,
S.H., & Rekan beralamat di Jalan Persahabatan No.65 RT.10.RW.08, Kelurahan
Kelapa Dua Wetan, Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur;
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.idTelp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Menimbang, bahwa Terdakwa maupun Penasehat Hukum Terdakwa, atas
Surat Dakwaan Penuntut Umum menyatakan mengerti dan tidak keberatan atas isi
dan maksud Surat Dakwaan tersebut dan Terdakwa membenarkan identitas yang
bersangkutan dibacakan pada awal persidangan;
Menimbang bahwa Terdakwa telah didakwa oleh Penuntut Umum dengan
Dakwaan sebagai berikut:
DAKWAAN KESATU :
------------- Bahwa ia Terdakwa IVAN REZA PAHLEVI pada hari Sabtu, tanggal 25
Agustus 2012, sekira Jam 12.00 Wib atau setidak-tidaknya atau setidak tidaknya pada
suatu waktu dalam bulan Agustus tahun 2012, bertempat di Jalan Raya PKP
RT.08.RW.08 No.10, Kelurahan Kelapa Dua Wetan, Kecamatan Ciracas Jakarta
Timur atau setidak-tidaknya pada suatu tempat yang masih termasuk dalam daerah
hukum Pengadilan Negeri Jakarta Timur, telah melakukan kekerasan fisik dalam
lingkup rumah tangga yang mengakibatkan matinya KAYSA IVANNA
SALSABILA, perbuatan mana dilakukan Terdakwa dengan cara dan perbuatan
sebagai berikut:
------------- Bahwa berawal pada hari Sabtu, tanggal 25 Agustus 2012 sekitar
jam.20.00 wib, korban Kaysa Ivanna Salsabila sedang bermain dengan saksi Siti
Fatoyah (nenek korban) dikamar saksi Siti Fatoyah. Selanjutnya sekitar jam 20.30
wib korban mengatakan kepada saksi Siti Fatoyah” ingin tidur bersama papanya
(Terdakwa)” sebab besok mau pulang.Kemudian korban pergi sendiri ke kamar
Terdakwa dan tak lama kemudian saksi Siti Fatoyah menyusul ke kamar Terdakwa
untuk mengambil korban namun Terdakwa tidak memperbolehkan dan pintu kamar
di kunci Terdakwa.Selanjutnya korban main dengan Terdakwa dan tidak lama korban
tertidur dikasur sambil memeluk guling dan saat itu Terdakwa bingung lalu tiba-tiba
Terdakwa timbul niat untuk membunuh anaknya sendiri Kaysa Ivanna Salsabila lalu
Hal.3 Putusan No.1357/Pid.B/2012/PN.Jkt.Tim.
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.idTelp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Terdakwa mengambil sebilah celurit yang bersarung didalam almari Terdakwa,
selanjutnya Terdakwa buka sarungnya dan lalu ditaruh dilantai kemudian clurit
langsung Terdakwa bacokkan ke korban mengenai leher sebelah kiri sebanyak satu
kali lalu korban membalik kekiri dan Terdakwa langsung bacok sekali mengenai
belakang telinga sebelah kanan dan leher sebelah kanan dan leher sebelah kanan
sekali selanjutnya korban teriak ” papa.....papa......papa.....” lalu
Terdakwa mencium pipi kanan korban, kemudian Terdakwa keluar sambil membawa
sebilah celurit dan mendatangi saksi Siti Fatoyah (Ibu Terdakwa) yang berada
dikamar kemudian saksi Siti Fatoyah berkata”kamu mau bunuh mama ya” namun
Terdakwa diam saja lalu Terdakwa berkata ”itu KAYSA udah saya bunuh”, dengan
adanya perkataan tersebut saksi Siti Fatoyah langsung mengecek kekamar Terdakwa
dan ternyata benar korban Kaysa sudah tengkurap di kasurnya dengan bersimbah
darah dan mengalami luka bacok di leher kiri satu tempat dan dibelakang telinga
kanan dua tempat serta dileher kanan satu tempat, korban sudah tidak bergerak dan
langsung meninggalkan tempat.Selanjutnya saksi langsung memanggil saksi Edi
Sugiadi (suami) dan saksi Arif Efendi (anak) memberitahukan bahwa Terdakwa telah
membunuh anaknya sendiri.Selanjutnya saksi Edi Sugiadi dan saksi Arif Efendi
mengecek ke kamar dan melihat Kaysa sudah meninggal kemudian menangkap
Terdakwa dan merebut clurit yang dipegang Terdakwa selanjutnya setelah saksi Edi
Sugiadi dan saksi Arif Efendi berhasil menangkap Terdakwa dan merebut cluritnya
kemudian Terdakwa diikat tangan dan kakinya selanjutnya saksi Eli Hendrawati
menelpon Polisi dan tak lama kemudian Polisi datang, kemudian Terdakwa
diamankan di Polsek Metro Ciracas Jakarta Timur, sedangkan korban Kaysa dibawa
ke Rumah Sakit Cipto Mangun Kusumo untuk dilakukan pemeriksaan;
Bahwa berdasarkan Visum Et Repertum RSUP Nasional Dr.Cipto Mangunkusumo
Nomor:287/VER/926.08.12/IX/2012, tertanggal 6 September 2012, Hasil Bedah
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.idTelp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Mayat atas mayat Kaysa Ivanna Salsabila yang dibuat dan ditanda tangani diatas
Sumpah Jabatan oleh Dr.dr.Yuli Budiningsih,SpF, dokter pada Rumah Sakit tersebut
setelah dilakukan pemeriksaan luar dan dalam diperoleh kesimpulan hasil
pemeriksaan:
• Pada pemeriksaan luar ditemukan luka terbuka pada leher dan kuping
telinga kanan akibat kekerasan tajam, selanjutnya ditemukan luka lecet
pada telinga kanan dan memar pada kedua lutut akibat kekerasan
tumpul;
• Pada pemeriksaan dalam ditemukan terputusnya pembuluh nadi dan
pembuluh balik leher, robeknya otot leher sisi kiri, robeknya
kerongkongan serta pucatnya organ-organ dalam sebab kematian
tersebut karena kekerasan tajam pada leher yang memutuskan
pembuluh nadi dan pembuluh balik kanan dan kiri sehingga terjadi
pendarahan;
Berdasarkan Visum Et Repertum Psychiatricum Nomor:Sket-R/29/IX/2012 RsBhay
Tk.I, tertanggal 19 September 2012, yang dibuat dan ditanda tangani oleh Dr.Henny
Riana, Sp.KJ dokter ahli kesehatan jiwa pada Rumah Sakit Bhayangkara Tk.I R.Said
Sukanto telah dilakukan pemeriksaan kesehatan jiwa terhadap Terdakwa Ivan Reza
Pahlevi, sejak tanggal 31 Agustus 2012 s/d 19 September 2012 berkesimpulan:
• Gangguan jiwa psikotik depresi;
• Terperiksa mengerti, tetapi kurang memahami nilai dan resiko
perbuatannya;
• Terperiksa memahami unsur-unsur bertanggung jawab sebagian atas
tindak perbuatannya;
Hal.5 Putusan No.1357/Pid.B/2012/PN.Jkt.Tim.
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.idTelp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
--------------- Perbuatan Terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam
Pasal 44 ayat (3) Undang-Undang R.I No.23 Tahun 2004, tentang Penghapusan
Kekerasan Dalam Rumah Tangga;
DAKWAAN KEDUA :
------------- Bahwa ia Terdakwa IVAN REZA PAHLEVI pada hari Sabtu, tanggal 25
Agustus 2012, sekira Jam 12.00 Wib atau setidak-tidaknya atau setidak tidaknya pada
suatu waktu dalam bulan Agustus tahun 2012, bertempat di Jalan Raya PKP
RT.08.RW.08 No.10, Kelurahan Kelapa Dua Wetan, Kecamatan Ciracas, Jakarta
Timur atau setidak-tidaknya pada suatu tempat yang masih termasuk dalam daerah
hukum Pengadilan Negeri Jakarta Timur, telah melakukan kekerasan fisik dalam
lingkup rumah tangga yang mengakibatkan matinya KAYSA IVANNA
SALSABILA, perbuatan mana dilakukan Terdakwa dengan cara dan perbuatan
sebagai berikut:
------------- Bahwa berawal pada hari Sabtu, tanggal 25 Agustus 2012 sekitar
jam.20.00 wib, korban Kaysa Ivanna Salsabila sedang bermain dengan saksi Siti
Fatoyah (nenek korban) dikamar saksi Siti Fatoyah. Selanjutnya sekitar jam 20.30
wib korban mengatakan kepada saksi Siti Fatoyah” ingin tidur bersama papanya
(Terdakwa)” sebab besok mau pulang.Kemudian korban pergi sendiri ke kamar
Terdakwa dan tak lama kemudian saksi Siti Fatoyah menyusul ke kamar Terdakwa
untuk mengambil korban namun Terdakwa tidak memperbolehkan dan pintu kamar
di kunci Terdakwa.Selanjutnya korban main dengan Terdakwa dan tidak lama korban
tertidur dikasur sambil memeluk guling dan saat itu Terdakwa bingung lalu tiba-tiba
Terdakwa timbul niat untuk membunuh anaknya sendiri Kaysa Ivanna Salsabila lalu
Terdakwa mengambil sebilah clurit yang bersarung didalam almari Terdakwa,
selanjutnya Terdakwa buka sarungnya dan lalu ditaruh dilantai kemudian clurit
langsung Terdakwa bacokkan ke korban mengenai leher sebelah kiri sebanyak satu
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.idTelp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
kali lalu korban membalik kekiri dan Terdakwa langsung bacok sekali mengenai
belakang telinga sebelah kanan dan leher sebelah kanan dan leher sebalah kanan
sekali selanjutnya korban teriak ” papa.....papa......papa.....” lalu
Terdakwa mencium pipi kanan korban, kemudian Terdakwa keluar sambil membawa
sebilah clurit dan mendatangi saksi Siti Fatoyah (Ibu Terdakwa) yang berada dikamar
kemudian saksi Siti Fatoyah berkata ”kamu mau bunuh mama ya” namun Terdakwa
diam saja lalu Terdakwa berkata ”itu KAYSA udah saya bunuh”, dengan adanya
perkataan tersebut saksi Siti Fatoyah langsung mengecek kekamar Terdakwa dan
ternyata benar korban Kaysa sudah tengkurap di kasurnya dengan bersimbah darah
dan mengalami luka bacok di leher kiri satu tempat dan dibelakang telinga kanan dua
tempat serta dileher kanan satu tempat, korban sudah tidak bergerak dan langsung
meninggalkan tempat.Selanjutnya saksi langsung memanggil saksi Edi Sugiadi
(suami) dan saksi Arif Efendi (anak) memberitahukan bahwa Terdakwa telah
membunuh anaknya sendiri.Selanjutnya saksi Edi Sugiadi dan saksi Arif Efendi
mengecek ke kamar dan melihat Kaysa sudah meninggal kemudian menangkap
Terdakwa dan merebut clurit yang dipegang Terdakwa selanjutnya setelah saksi Edi
Sugiadi dan saksi Arif Efendi berhasil menangkap Terdakwa dan merebut cluritnya
kemudian Terdakwa diikat tangan dan kakinya selanjutnya saksi Eli Hendrawati
menelpon Polisi dan tak lama kemudian Polisi datang, kemudian Terdakwa
diamankan di Polsek Metro Ciracas Jakarta Timur, sedangkan korban Kaysa dibawa
ke Rumah Sakit Cipto Mangun Kusumo untuk dilakukan pemeriksaan;
Bahwa berdasarkan Visum Et Repertum RSUP Nasional Dr.Cipto Mangunkusumo
Nomor:287/VER/926.08.12/IX/2012, tertanggal 6 September 2012, Hasil Bedah
Mayat atas mayat Kaysa Ivanna Salsabila yang dibuat dan ditanda tangani diatas
Sumpah Jabatan oleh Dr.dr.Yuli Budiningsih,SpF, dokter pada Rumah Sakit tersebut
Hal.7 Putusan No.1357/Pid.B/2012/PN.Jkt.Tim.
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.idTelp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 7
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
setelah dilakukan pemeriksaan luar dan dalam diperoleh kesimpulan hasil
pemeriksaan:
• Pada pemeriksaan luar ditemukan luka terbuka pada leher dan kuping
telinga kanan akibat kekerasan tajam, selanjutnya ditemukan luka lecet
pada telinga kanan dan memar pada kedua lutut akibat kekerasan
tumpul;
• Pada pemeriksaan dalam ditemukan terputusnya pembuluh nadi dan
pembuluh balik leher, robeknya otot leher sisi kiri, robeknya
kerongkongan serta pucatnya organ-organ dalam sebab kematian
tersebut karena kekerasan tajam pada leher yang memutuskan
pembuluh nadi dan pembuluh balik kanan dan kiri sehingga terjadi
pendarahan;
Berdasarkan Visum Et Repertum Psychiatricum Nomor:Sket-R/29/IX/2012 RsBhay
Tk.I, tertanggal 19 September 2012, yang dibuat dan ditanda tangani oleh Dr.Henny
Riana, Sp.KJ dokter ahli kesehatan jiwa pada Rumah Sakit Bhayangkara Tk.I R.Said
Sukanto telah dilakukan pemeriksaan kesehatan jiwa terhadap Terdakwa Ivan Reza
Pahlevi, sejak tanggal 31 Agustus 2012 s/d 19 September 2012 berkesimpulan:
• Gangguan jiwa psikotik depresi;
• Terperiksa mengerti, tetapi kurang memahami nilai dan resiko
perbuatannya;
• Terperiksa memahami unsur-unsur bertanggung jawab sebagian atas
tindak perbuatannya;
--------------- Perbuatan Terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam
Pasal 80 ayat (4) Undang-Undang R.I No.23 Tahun 2002, tentang Perlindungan
Anak;
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.idTelp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 8
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
DAKWAAN KETIGA :
------------- Bahwa ia Terdakwa IVAN REZA PAHLEVI pada hari Sabtu, tanggal 25
Agustus 2012, sekira Jam 12.00 Wib atau setidak-tidaknya atau setidak tidaknya pada
suatu waktu dalam bulan Agustus tahun 2012, bertempat di Jalan Raya PKP
RT.08.RW.08 No.10, Kelurahan Kelapa Dua Wetan, Kecamatan Ciracas, Jakarta
Timur atau setidak-tidaknya pada suatu tempat yang masih termasuk dalam daerah
hukum Pengadilan Negeri Jakarta Timur, telah melakukan kekerasan fisik dalam
lingkup rumah tangga yang mengakibatkan matinya KAYSA IVANNA
SALSABILA, perbuatan mana dilakukan Terdakwa dengan cara dan perbuatan
sebagai berikut:
------------- Bahwa berawal pada hari Sabtu, tanggal 25 Agustus 2012 sekitar
jam.20.00 wib, korban Kaysa Ivanna Salsabila sedang bermain dengan saksi Siti
Fatoyah (nenek korban) dikamar saksi Siti Fatoyah. Selanjutnya sekitar jam 20.30
wib korban mengatakan kepada saksi Siti Fatoyah” ingin tidur bersama papanya
(Terdakwa)” sebab besok mau pulang.Kemudian korban pergi sendiri ke kamar
Terdakwa dan tak lama kemudian saksi Siti Fatoyah menyusul ke kamar Terdakwa
untuk mengambil korban namun Terdakwa tidak memperbolehkan dan pintu kamar
di kunci Terdakwa.Selanjutnya korban main dengan Terdakwa dan tidak lama korban
tertidur dikasur sambil memeluk guling dan saat itu Terdakwa bingung lalu tiba-tiba
Terdakwa timbul niat untuk membunuh anaknya sendiri Kaysa Ivanna Salsabila lalu
Terdakwa mengambil sebilah clurit yang bersarung didalam almari Terdakwa,
selanjutnya Terdakwa buka sarungnya dan lalu ditaruh dilantai kemudian clurit
langsung Terdakwa bacokkan ke korban mengenai leher sebelah kiri sebanyak satu
kali lalu korban membalik kekiri dan Terdakwa langsung bacok sekali mengenai
belakang telinga sebelah kanan dan leher sebelah kanan dan leher sebalah kanan
sekali selanjutnya korban teriak ” papa.....papa......papa.....” lalu
Hal.9 Putusan No.1357/Pid.B/2012/PN.Jkt.Tim.
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.idTelp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 9
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Terdakwa mencium pipi kanan korban, kemudian Terdakwa keluar sambil membawa
sebilah clurit dan mendatangi saksi Siti Fatoyah (Ibu Terdakwa) yang berada dikamar
kemudian saksi Siti Fatoyah berkata ”kamu mau bunuh mama ya” namun Terdakwa
diam saja lalu Terdakwa berkata ”itu KAYSA udah saya bunuh”, dengan adanya
perkataan tersebut saksi Siti Fatoyah langsung mengecek kekamar Terdakwa dan
ternyata benar korban Kaysa sudah tengkurap di kasurnya dengan bersimbah darah
dan mengalami luka bacok di leher kiri satu tempat dan dibelakang telinga kanan dua
tempat serta dileher kanan satu tempat, korban sudah tidak bergerak dan langsung
meninggalkan tempat.Selanjutnya saksi langsung memanggil saksi Edi Sugiadi
(suami) dan saksi Arif Efendi (anak) memberitahukan bahwa Terdakwa telah
membunuh anaknya sendiri.Selanjutnya saksi Edi Sugiadi dan saksi Arif Efendi
mengecek ke kamar dan melihat Kaysa sudah meninggal kemudian menangkap
Terdakwa dan merebut clurit yang dipegang Terdakwa selanjutnya setelah saksi Edi
Sugiadi dan saksi Arif Efendi berhasil menangkap Terdakwa dan merebut cluritnya
kemudian Terdakwa diikat tangan dan kakinya selanjutnya saksi Eli Hendrawati
menelpon Polisi dan tak lama kemudian Polisi datang, kemudian Terdakwa
diamankan di Polsek Metro Ciracas Jakarta Timur, sedangkan korban Kaysa dibawa
ke Rumah Sakit Cipto Mangun Kusumo untuk dilakukan pemeriksaan;
Bahwa berdasarkan Visum Et Repertum RSUP Nasional Dr.Cipto Mangunkusumo
Nomor:287/VER/926.08.12/IX/2012, tertanggal 6 September 2012, Hasil Bedah
Mayat atas mayat Kaysa Ivanna Salsabila yang dibuat dan ditanda tangani diatas
Sumpah Jabatan oleh Dr.dr.Yuli Budiningsih,SpF, dokter pada Rumah Sakit tersebut
setelah dilakukan pemeriksaan luar dan dalam diperoleh kesimpulan hasil
pemeriksaan:
• Pada pemeriksaan luar ditemukan luka terbuka pada leher dan kuping
telinga kanan akibat kekerasan tajam, selanjutnya ditemukan luka lecet
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.idTelp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 10
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
pada telinga kanan dan memar pada kedua lutut akibat kekerasan
tumpul;
• Pada pemeriksaan dalam ditemukan terputusnya pembuluh nadi dan
pembuluh balik leher, robeknya otot leher sisi kiri, robeknya
kerongkongan serta pucatnya organ-organ dalam sebab kematian
tersebut karena kekerasan tajam pada leher yang memutuskan
pembuluh nadi dan pembuluh balik kanan dan kiri sehingga terjadi
pendarahan;
Berdasarkan Visum Et Repertum Psychiatricum Nomor:Sket-R/29/IX/2012 RsBhay
Tk.I, tertanggal 19 September 2012, yang dibuat dan ditanda tangani oleh Dr.Henny
Riana, Sp.KJ dokter ahli kesehatan jiwa pada Rumah Sakit Bhayangkara Tk.I R.Said
Sukanto telah dilakukan pemeriksaan kesehatan jiwa terhadap Terdakwa Ivan Reza
Pahlevi, sejak tanggal 31 Agustus 2012 s/d 19 September 2012 berkesimpulan:
• Gangguan jiwa psikotik depresi;
• Terperiksa mengerti, tetapi kurang memahami nilai dan resiko
perbuatannya;
• Terperiksa memahami unsur-unsur bertanggung jawab sebagian atas
tindak perbuatannya;
--------------- Perbuatan Terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam
Pasal 338 KUHP;
Menimbang, bahwa dipersidangan telah didengar keterangan saksi-saksi,
selengkapnya tercatat dalam Berita Acara Persidangan Perkara A quo yang pada
pokoknya sebagai berikut :
1 Saksi SITI FATOYAH, memberikan keterangan tidak disumpah yang pada
pokoknya sebagai berikut :
Hal.11 Putusan No.1357/Pid.B/2012/PN.Jkt.Tim.
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.idTelp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 11
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
• Bahwa benar telah terjadi pembunuhan terhadap seorang anak perempuan
berumur + 4 (empat) tahun yang bernama Kesya Ivanna Salsabila yang
dilakukan oleh ayah kandungnya/Terdakwa bernama Ivan Reza Pahlevi pada
hari Sabtu, tanggal 25 Agustus 2012, dirumah Terdakwa, di Jalan Raya PKP
RT.08.RW.08, Kelurahan Kelapa Dua Wetan, Kecamatan Ciracas, Jakarta
Timur, sekira jam.21.00 Wib ;
• Bahwa sebelum kejadian (+ 2 minggu), Terdakwa berubah sikap menjadi :
pendiam, sering di kamar dan jarang makan;
• Bahwa menjelang kejadian + jam 8.00 malam, korban semula tidur bersama
saksi (Ibu Terdakwa) tiba-tiba korban berlari dan mengatakan bahwa ia ingin
tidur bersama papanya/Terdakwa;
• Bahwa kira-kira jam 21.00 Wib, Terdakwa keluar dari kamarnya sambil
membawa clurit dan mengatakan kepada saksi bahwa ia telah membunuh
anaknya;
• Bahwa mendengar perkataan Terdakwa tersebut saksi lansung menuju kamar
tidur Terdakwa dan saksi melihat korban sudah berdarah diatas tempat tidur,
lalu saksi terkejut dan berteriak histeris sehingga orang-orang yang ada
dirumah menuju saksi;
• Bahwa setelah itu kakak Terdakwa mengambil clurit ditangan Terdakwa dan
suami saksi mengikat Terdakwa dan kemudian suami saksi menyuruh Eli
untuk melaporkan kejadian tersebut ke Polisi;
• Bahwa biasanya korban ikut Ibunya, karena Terdakwa dan isterinya (saksi
Nurbaiti) sudah bercerai selam 4 (empat) tahun yang lalu dan anak pertama
Terdakwa dengan Nurbaiti ikut Terdakwa, dan yang kedua ikut Nurbaiti,
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.idTelp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 12
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
karena saat itu liburan, sehingga saksi menjemput anak kedua Terdakwa/
korban supaya main dirumah saksi;
• Bahwa saksi tidak pernah melihat clurit tersebut sebelum kejadian;
• Bahwa selama ini Terdakwa bekerja membuat estelase dan Terdakwa tidak
sakit jiwa;
Bahwa atas keterangan saksi tersebut Terdakwa menyatakan tidak keberatan;
2 Saksi ARIF EFENDI, memberi keterangan tidak disumpah yang pada pokoknya
sebagai berikut :
• Bahwa saksi adalah kakak kandung Terdakwa;
• Bahwa benar telah terjadi pembunuhan terhadap seorang anak perempuan
berumur + 4 (empat) tahun yang bernama Kesya Ivanna Salsabila yang
dilakukan oleh ayah kandungnya/Terdakwa bernama Ivan Reza Pahlevi pada
hari Sabtu, tanggal 25 Agustus 2012, dirumah Terdakwa, di Jalan Raya PKP
RT.08.RW.08, Kelurahan Kelapa Dua Wetan, Kecamatan Ciracas, Jakarta
Timur, sekira jam.21.00 Wib ;
• Bahwa pada saat itu saksi mendengar teriakan dan kemudian saksi turun dari
lantai atas menuju Ibu saksi dan dikamar Terdakwa saksi melihat korban
telungkup diatas tempat tidur berdarah, terdiam dan Terdakwa saksi lihat
sedang memegang clurit;
• Bahwa kemudian Terdakwa dipegangi oleh saudara-saudara saksi, diikat
tangannya dan didudukkan dilantai;
• Kemudian ayah saksi menyuruh Eli menelpon Polisi, setelah Polisi datang
Terdakwa dibawa ke Polsek Ciracas dan korban dibawa kerumah sakit;
• Bahwa 2 (dua) minggu sebelum kejadian, Terdakwa menjadi sering diam,
murung dan jarang keluar kamar;
Hal.13 Putusan No.1357/Pid.B/2012/PN.Jkt.Tim.
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.idTelp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 13
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
• Bahwa benar Terdakwa dan isterinya Nurbaiti telah bercerai selama 4
(empat) tahun yang lalu dan anak yang pertama ikut Terdakwa sedangkan
anak yang kedua/korban Kaysa Ivanna Salsabila ikut isteri Terdakwa
Nurbaiti, tetapi sebelum kejadian sedang liburan dirumah keluarga
Terdakwa;
Atas keterangan saksi tersebut Terdakwa menyatakan tidak keberatan;
3 Saksi ELY HENDRAWATI, memberikan keterangan tidak disumpah, yang
pada pokoknya sebagai berikut:
• Bahwa saksi adalah saudara kandung Terdakwa;
• Bahwa benar telah terjadi pembunuhan terhadap seorang anak perempuan
berumur + 4 (empat) tahun yang bernama Kesya Ivanna Salsabila yang
dilakukan oleh ayah kandungnya/Terdakwa bernama Ivan Reza Pahlevi pada
hari Sabtu, tanggal 25 Agustus 2012, dirumah Terdakwa, di Jalan Raya PKP
RT.08.RW.08, Kelurahan Kelapa Dua Wetan, Kecamatan Ciracas, Jakarta
Timur, sekira jam.21.00 Wib ;
• Bahwa saksi tahu kejadian tersebut diatas setelah ditelpon oleh ayah saksi
(Edy Sugiadi), setelah itu saksi lansung menuju rumah Terdakwa;
• Bahwa sesampainya dirumah Terdakwa, saksi melihat didalam kamar
Terdakwa, diatas tempat tidur Terdakwa keponakan saksi Kesya Ivanna
Salsabila yang masih berumur + 4 (empat) tahun tergeletak diam bersimbah
darah;
• Bahwa kemudian saksi disuruh ayah saksi untuk menelpon Polisi dan setelah
Polisi datang Ivan/Terdakwa dibawa kekantor Polisi;
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.idTelp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 14
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
• Bahwa benar Terdakwa dan isterinya sudah bercerai selama + 4 (empat)
tahun yang lalu dan biasanya korban ikut Ibunya dan pada saat itu sedang
liburan dirumah Terdakwa;
• Bahwa + 2 (dua) minggu sebelum kejadian Terdakwa berobah sikap
menjadi pendiam;
Atas keterangan saksi tersebut Terdakwa menyatakan tidak keberatan;
4 Saksi NURBAITY, memberikan keterangan tidak disumpah, yang pada
pokoknya sebagai berikut:
• Bahwa saksi adalah mantan isteri Terdakwa, yang sudah bercerai + 4 (empat)
tahun yang lalu;
• Bahwa benar telah terjadi pembunuhan terhadap anak perempuan saksi yang
berumur + 4 (empat) tahun yang bernama Kesya Ivanna Salsabila yang
dilakukan oleh ayah kandungnya/Terdakwa bernama Ivan Reza Pahlevi pada
hari Sabtu, tanggal 25 Agustus 2012, dirumah Terdakwa, di Jalan Raya PKP
RT.08.RW.08, Kelurahan Kelapa Dua Wetan, Kecamatan Ciracas, Jakarta
Timur, sekira jam.21.00 Wib ;
• Bahwa saksi tahu kejadian tersebut diatas setelah saksi ditelpon oleh Polisi
Polsek Ciracas, Jakarta Timur sekitar + jam 24.00 wib, dari kantor Polisi lalu
saksi pergi ke RSCM dan sebelumnya saksi menjemput anak saksi yang
Pertama bernama Naylendra Uoera Sahira;
• Bahwa biasa anak saksi yang pertama ikut Terdakwa, sedangkan anak saksi
yang kedua/korban ikut dengan saksi, tapi entah kenapa anak saksi yang
kedua/korban dijemput oleh neneknya/Ibu Terdakwa dan saudaranya tanpa
ijin saksi;
• Bahwa saksi dan Terdakwa sudah kawin cerai, rujuk sudah 3 kali;
Hal.15 Putusan No.1357/Pid.B/2012/PN.Jkt.Tim.
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.idTelp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 15
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
• Bahwa selama ini Terdakwa tidak pernah sakit jiwa, tetapi Terdakwa itu
tempramental;
• Bahwa setelah perceraian hubungan saksi dengan Terdakwa serta anak-anak
baik;
• Bahwa saksi selama ini tidak pernah melihat clurit akan tetapi anak saksi
yang pertama pernah melihat clurit tersebut dikamar Terdakwa;
Atas keterangan saksi tersebut Terdakwa menyatakan tidak keberatan;
5 Saksi MUHAMAD YUSUF, dibawah sumpah memberikan keterangan, yang
pada pokoknya sebagai berikut:
• Bahwa saksi adalah kakek korban/ayah saksi Nurbaity/mantan mertua
Terdakwa;
• Bahwa benar telah terjadi pembunuhan terhadap cucu perempuan saksi yang
berumur + 4 (empat) tahun yang bernama Kesya Ivanna Salsabila yang
dilakukan oleh ayah kandungnya/Terdakwa bernama Ivan Reza Pahlevi pada
hari Sabtu, tanggal 25 Agustus 2012, dirumah Terdakwa, di Jalan Raya PKP
RT.08.RW.08, Kelurahan Kelapa Dua Wetan, Kecamatan Ciracas, Jakarta
Timur, sekira jam.21.00 Wib ;
• Bahwa saksi tahu kejadian tersebut diatas setelah anak saksi Nurbaity
ditelpon oleh Polisi Polsek Ciracas, Jakarta Timur sekitar + jam 24.00 wib,
saksi tidak ikut ke kantor Polisi, karena saksi terkejut akan tetapi Nurbaity
dan saudara-saudaranya pergi ke Kantor Polisi Polsek Ciracas dan mereka
lalu ke RSCM, kemudian mengurus pemakaman cucu saksi tersebut;
• Bahwa selama yang saksi tahu Terdakwa tidak pernah sakit jiwa, dan
Terdakwa sayang sama anak-anaknya;
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.idTelp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 16
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
• Bahwa setelah Terdakwa bercerai dengan anak saksi Nurbaity, Terdakwa
hanya datang 1 (satu) kali kerumah saksi menengok anaknya yang kedua, dan
Terdakwa juga tidak penah menafkahi anaknya;
Atas keterangan saksi tersebut Terdakwa menyatakan tidak keberatan;
6 Saksi DINDA ASMARANI JAZILLAH, memberikan keterangan dibawah
sumpah, yang pada pokoknya sebagai berikut:
• Bahwa benar telah terjadi pembunuhan terhadap keponaan saksi yang
berumur + 4 (empat) tahun yang bernama Kesya Ivanna Salsabila yang
dilakukan oleh ayah kandungnya/Terdakwa bernama Ivan Reza Pahlevi pada
hari Sabtu, tanggal 25 Agustus 2012, dirumah Terdakwa, di Jalan Raya PKP
RT.08.RW.08, Kelurahan Kelapa Dua Wetan, Kecamatan Ciracas, Jakarta
Timur, sekira jam.21.00 Wib ;
• Bahwa saksi tahu kejadian tersebut diatas dari Ibu saksi dan saksi ada datang
kerumah Terdakwa akan tetapi saksi tidak ada melihat korban hanya saksi
melihat Terdakwa diikat diruangan tamu;
• Bahwa 2 (dua) minggu sebelum kejadian Terdakwa menjadi pendiam, sering
dikamar, tidak mau makan;
Atas keterangan saksi tersebut Terdakwa menyatakan tidak keberatan;
Menimbang, bahwa atas keterangan saksi-saksi tersebut diatas, Terdakwa
membenarkannya;
Menimbang, bahwa dipersidangan Jaksa Penuntut Umum mengajukan 3 (tiga)
orang saksi tambahan diluar BAP, memberikan keterangan dibawah sumpah yang
pada intinya sebagai berikut:
1 Saksi HARUN RAHAJAAN:
Hal.17 Putusan No.1357/Pid.B/2012/PN.Jkt.Tim.
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.idTelp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 17
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
• Bahwa benar telah terjadi pembunuhan yang dilakukan oleh Terdakwa Ivan
Reza Pahlevi terhadap anak kandungnya yang bernama Kesya Ivanna
Salsabila, pada hari Sabtu, tanggal 25 Agustus 2012, dirumah Terdakwa, di
Jalan Raya PKP RT.08.RW.08, Kelurahan Kelapa Dua Wetan, Kecamatan
Ciracas, Jakarta Timur, sekira jam.21.00 Wib ;
• Bahwa saksi datang ke TKP setelah kejadian, saksi melihat didalam kamar
Terdakwa korban seorang anak perempuan yang kira-kira berumur 4 (empat)
tahun, tergeletak diatas kasur, berkaus merah ditutupi kain sarung;
• Bahwa pada saat itu saksi lihat darah tidak begitu banyak dan korban dan
setelah saksi lihat telah meninggal dunia;
• Bahwa saksi sebagai Polisi, mendata identitas korban dan Terdakwa serta
mengamankan TKP;
• Bahwa Tersangka saksi lihat diborgol dilantai;
• Bahwa saksi mengenal dan membenarkan barang bukti yang diajukan
dipersidangan, yaitu baju korban, sprei dan clurit berlumuran darah;
• Bahwa benar ditubuh korban ada 3 (tiga) buah luka yaitu dileher kanan ada 2
(dua) buah, dileher sebelah kiri 1 (satu) buah;
• Bahwa Bapak Terdakwa bilang “ yang membunuh korban adalah Terdakwa/
ayah kandung korban”;
2 Saksi HILALUDDIN:
• Bahwa benar saksi adalah Polisi dan Paman korban;
• Bahwa benar telah terjadi pembunuhan yang dilakukan oleh Terdakwa Ivan
Reza Pahlevi terhadap keponakan saksi yang bernama Kesya Ivanna Salsabila
yang berumur + 4 (empat) tahun, pada hari Sabtu, tanggal 25 Agustus 2012,
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.idTelp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 18
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
dirumah Terdakwa, di Jalan Raya PKP RT.08.RW.08, Kelurahan Kelapa Dua
Wetan, Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur, sekira jam.21.00 Wib ;
• Bahwa saksi mendengar informasi sekitar jam.01.00 wib dan bersama Ibu
korban (saksi Nurbaity) pergi ke Polsek Ciracas, Jakarta Timur;
• Bahwa sesampainya di Polsek Ciracas, petugas memberitahukan bahwa
korban dibunuh oleh Terdakwa/ayah kandungnya sendiri dengan
menggunakan clurit;
• Bahwa setelah itu saksi dan Ibu korban lalu ke Rumah Sakit Cipto untuk
melihat korban, setelah saksi melihat korban yang saksi lihat ada 3 (tiga) luka
dileher kiri, 1 (satu) agak besar dileher kanan bekas clurit, lebar lukanya
masing-masing 1 sentimeter dan 3 sentimeter, serta darah kering didekat luka
dan rambut, didadanya juga ada memar;
• Bahwa saksi menunggu korban diotopsi, yang dimulai jam 06.00 Wib sampai
dengan jam.09.30 wib pagi tanggal 26 Agustus 2012;
• Bahwa selama yang saksi tahu Terdakwa tidak sakit jiwa;
• Bahwa Terdakwa/ayah korban sudah bercerai dengan Ibu korban/saksi
Nurbaity + 4 (empat) tahun yang lalu;
Atas keterangan saksi tersebut Terdakwa menyatakan tidak keberatan;
3 Saksi SURYA MUCHARRAM:
• Bahwa benar saksi adalah Polisi dan Paman korban;
• Bahwa benar telah terjadi pembunuhan yang dilakukan oleh Terdakwa Ivan
Reza Pahlevi terhadap keponakan saksi yang bernama Kesya Ivanna Salsabila
yang berumur + 4 (empat) tahun, pada hari Sabtu, tanggal 25 Agustus 2012,
dirumah Terdakwa, di Jalan Raya PKP RT.08.RW.08, Kelurahan Kelapa Dua
Wetan, Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur, sekira jam.21.00 Wib ;
Hal.19 Putusan No.1357/Pid.B/2012/PN.Jkt.Tim.
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.idTelp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 19
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
• Bahwa saksi mendengar informasi sekitar jam.01.00 wib dan bersama saudara
yang lainnya pergi ke Polsek Ciracas, Jakarta Timur;
• Bahwa sesampainya di Polsek Ciracas, petugas memberitahukan bahwa
korban dibunuh oleh Terdakwa/ayah kandungnya sendiri dengan
menggunakan clurit;
• Bahwa setelah itu saksi ke Rumah Sakit Cipto untuk melihat korban, setelah
saksi melihat korban dikamar mayat yang saksi lihat ada luka lobang 2
sentimeter, dileher bawah telinga serta memar dirusuk kanan seperti garis;
• Bahwa selama yang saksi tahu Terdakwa tidak sakit jiwa;
Atas keterangan saksi tersebut Terdakwa menyatakan tidak keberatan;
Menimbang, bahwa dipersidangan telah didengar keterangan Ahli
Dr.HENNY RIANA, Sp.KJ, dibawah sumpah menerangkan sebagai berikut:
• Bahwa benar saksi telah melakukan pemeriksaan terhadap Terdakwa Ivan
Reza Pahlevi selama 6 (enam) hari setelah kejadian berdasarkan surat perintah
dari atasan saksi;
• Bahwa Terdakwa di observasi selama 14 (empat belas) hari kerja, sesuai
dengan SOP, adapun prosesnya Terdakwa selau diamati pagi, siang dan
malam ditempat yang berbeda melalui wawancara berbagai metode;
• Bahwa dari hasil observasi saksi sebagai spikiater didapatlah suatu
kesimpulan bahwa Terdakwa Ivan Reza Pahlevi mengalami Depresi,
Terdakwa tetap sadar, paham dan mengerti apa yang telah diperbuatnya yaitu
telah membunuh anak kandungnya, sehingga Terdakwa dinilai “Mampu
bertanggung jawab” Terdakwa pemikirannya tidak terganggu;
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.idTelp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 20
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
• Bahwa yang dimaksud dengan Depresi adalah gangguan jiwa ringan yang
disebabkan adanya masalah, yang saksi dapati dalam diri Terdakwa adanya
masalah perceraian dengan isterinya dan masalah ekonomi;
Atas keterangan Ahli tersebut, Terdakwa menyatakan tidak keberatan;
Menimbang, bahwa Penasihat Hukum Terdakwa dipersidangan mengajukan 4
(empat) orang saksi yang meringankan Terdakwa/Ade Charge, dibawah sumpah
memberikan keterangan sebagai berikut:
1 HANNY SETIAWAN:
• Bahwa saksi adalah teman dekat Terdakwa
• Bahwa benar Terdakwa mengalami perobahan sikap kira-kira 2 (dua)
minggu sebelum kejadian ia membunuh anaknya, yaitu sering melamun,
mengurung diri dikamar, jarang makan, jarang bicara dan kalau bicara
tidak nyambung;
• Bahwa Terdakwa bekerja membantu orang tuanya dibengkel;
• Bahwa Terdakwa pernah mencoba untuk bunuh diri dengan mengiris
pergelangan tangannya akan tetapi ketahuan;
• Bahwa Terdakwa juga pernah bicara pada saksi bahwa ia ingin
menyerahkan anaknya kepada mantan isterinya;
Atas keterangan saksi tersebut diatas, Terdakwa menyatakan tidak keberatan;
1 EDY SUMARGIYANTO:
• Bahwa yang saksi tahu Terdakwa pernah mencoba bunuh diri dengan cara
menusuk perutnya dengan menggunakan sangkur tetapi tidak berhasil dan
juga pernah dengan memotong pergelangan tangannya akan tetapi juga tidak
berhasil;
• Bahwa dipergelangan tangan korban ada bekas sayatan;
Hal.21 Putusan No.1357/Pid.B/2012/PN.Jkt.Tim.
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.idTelp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 21
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
• Bahwa Terdakwa sehari-hari bekerja membantu orang tuanya membuat
estelase;
• Bahwa yang saksi tahu Terdakwa tidak sakit jiwa;
Atas keterangan saksi tersebut diatas, Terdakwa menyatakan tidak keberatan;
1 IWAN RIDWAN :
• Bahwa yang saksi tahu sehubungan dengan kasus
pembunuhan yang dilakukan oleh Terdakwa adalah
saksi mengikuti ambulan yang membawa korban ke
RSCM;
• Bahwa yang saksi tahu tidak ada penanganan
khusus di TKP terhadap korban maupun Terdakwa;
• Bahwa sebelum kejadian Terdakwa sering diam,
bicara tidak fokus;
Atas keterangan saksi tersebut diatas, Terdakwa menyatakan tidak keberatan;
1 IYOH HASWIYAH :
• Bahwa saksi kenal dengan Terdakwa karena saksi pernah bekerja sebagai
pembantu dirumah orang tua/keluarga Terdakwa;
• Bahwa selama saksi bekerja disana saksi tidak pernah melihat clurit;
• Bahwa yang saksi tahu 2 (dua) minggu sebelum kejadian, sikap Terdakwa
berubah, sering diam dikamar, jarang makan dan tidak mau bekerja;
• Bahwa yang saksi tahu Terdakwa tidak pernah sakit jiwa;
Atas keterangan saksi tersebut diatas, Terdakwa menyatakan tidak keberatan;
Menimbang, bahwa dipersidangan Terdakwa memberikan keterangan yang
pada pokoknya sebagai berikut :
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.idTelp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 22
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
• Bahwa benar telah terjadi peristiwa pembunuhan yang dilakukan oleh
Terdakwa terhadap anak kandungnya sendiri yaitu anak yang kedua,
perempuan yang bernama Kaysa Ivanna Salsabila, berumur kira-kira 4
(empat) tahun pada hari Sabtu, tanggal 25 Agustus 2012, sekira jam.21.00
wib dirumah Terdakwa di Jalan Raya PKP Rt.08.RW.08 No.10, Kelurahan
Kelapa Dua Wetan, Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur;
• Bahwa sebelum kejadian kira-kira jam 20.30 Wib, saat itu Terdakwa ada
didalam kamarnya, anak kedua korban yang semula tidur bersama Ibu
Terdakwa/nenek korban/saksi Siti Fatoyah, tiba-tiba ingin tidur bersama
ayahnya/Terdakwa, lalu korban berlari menuju kamar Terdakwa;
• Bahwa tidak lama setelah masuk ke dalam kamar Terdakwa, Terdakwa
mengambil sebuah clurit miliknya dari dalam almari, melepas sarungnya
membacokkannya ke tubuh anaknya sebanyak 3 (tiga) kali (posisi korban
sedang tidur dikasur) mengenai belakang telinga sebelah kanan, leher kiri dan
kanan;
• Bahwa saat itu Terdakwa mendengar anaknya/korban berteriak
“Papa.......Papa.......sakit.........” lalu korban diam;
• Bahwa Terdakwa melihat tubuh korban/bagian leher dibawah kepala dan
sekitarnya keluar darah, lalu Terdakwa menciumi korban dan keluar kamar
sambil membawa clurit tersebut, lalu mencari anak pertamanya bernama
Nayla tetapi ketahuan/terlihat Ibu korban;
• Bahwa Ibu Terdakwa terkejut melihat Terdakwa keluar kamar membawa
clurit dan mencari anak pertamanya Nayla dan bilang bahwa ia sudah
membunuh anaknya yang kedua bernama Kaysa;
Hal.23 Putusan No.1357/Pid.B/2012/PN.Jkt.Tim.
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.idTelp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 23
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
• Bahwa Terdakwa membunuh anaknya yang kedua dan juga anaknya yang
pertama, karena bisikan yang terus menerus ditelinganya, supaya membunuh
anak-anak dan keluarganya (kira-kira 3 (tiga) bulan sebelum kejadian);
• Bahwa Terdakwa lalu ditangkap oleh saudara-saudaranya yang tinggal
serumah dengan Terdakwa, diikat dan kemudian dibawa ke Polisi;
• Bahwa Terdakwa berobah sikap/perilakunya kira-kira 2 (dua) minggu
sebelum kejadian setelah ada gangguan-gangguan pada dirinya antara lain
masalah ekonomi , masa depan anak-anak, serta bisikan supaya membunuh
anak-anak dan keluarganya;
• Bahwa Terdakwa mengenal dan membenarkan barang bukti yang
diperlihatkan dipersidangan;
• Bahwa Clurit yang digunakan Terdakwa untuk membacok anaknya diperoleh
dengan cara Terdakwa minta pada pemiliknya yaitu saudara Aji (masih
saudara Terdakwa) untuk dijadikan hiasan/pajangan;
• Bahwa bisikan untuk membunuh anak-anak dan keluarga Terdakwa masih
ada hingga saat ini dan Terdakwa sulit menghindarinya;
• Bahwa Terdakwa sebenarnya masing sayang pada anak-anaknya;
• Bahwa Terdakwa menyadari akibat perbuatannya dan merasa menyesal;
• Bahwa Terdakwa merasa, bahwa perbuatan membunuh anaknya adalah suatu
kecelakaan, saat itu Terdakwa tahu dan sadar bahwa anaknya/korban,
akhirnya meninggal;
• Bahwa sebelum kejadian hingga saat ini, Terdakwa tahu dan tetap
menjalankan ibadah sholat;
• Bahwa Terdakwa sudah bercerai dengan isterinya (saksi Nurbaity) kira-kira 4
(empat) tahun yang lalu;
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.idTelp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 24
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
• Bahwa Terdakwa tinggal bersama anaknya yang Pertama bernama Nayla,
dirumah orang tua dan keluarga Terdakwa lainnya (di Jalan Raya PKP
RT.08.RW.08 No.10, Kelurahan Kelapa Dua Wetan, Kecamatan Ciracas,
Jakarta Timur, sedangkan anak ke Dua koban yang bernama Kaysa/korban
tinggal bersama Ibunya/mantan isteri Terdakwa dirumah keluarganya di
Kalibata Tengah, Pancoran, Jakarta Selatan;
• Bahwa anak ke II/korban, dijemput Ibu Terdakwa/saksi Siti Fatoyah dan
saksi Dinda Ismarani diajak kerumah Terdakwa karena liburan dan korban
kangen Terdakwa;
• Bahwa sehari-hari, Terdakwa bermatapencaharian sebagai pembuat lemari
etalase dan penghasilannya tidak menentu;
• Bahwa Terdakwa tidak pernah memberi nafkah mantan isteri dan anak kedua
yang ikut mantan isterinya, tetapi Terdakwa tetap sayang sama anak-
anaknya;
Menimbang, bahwa dipersidangan Pununtut Umum mengajukan barang bukti
sebagai berikut:
• Sebilah clurit berikut sarangnya;
• Selembar sprei bernoda darah;
• Sebuah sarung guling bernoda darah;
• Selembar baju warna merah bernoda darah;
• Selembar kaos putih bernoda darah;
Menimbang, bahwa barang-bukti diatas telah diakui dan dibenarkan oleh
Terdakwa dan sebagian besar saksi-saksi yang diajukan dipersidangan;
Menimbang, bahwa dari keterangan para saksi, keterangan Terdakwa, barang
bukti yang diajukan dan segala sesuatu yang terjadi dipersidangan perkara a quo
Hal.25 Putusan No.1357/Pid.B/2012/PN.Jkt.Tim.
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.idTelp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 25
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
berlansung, ternyata saling terkait erat sehingga Majelis menemukan fakta hukum
sebagai berikut:
• Bahwa telah terjadi peristiwa dimana Terdakwa membacok beberapa
kali, dengan menggunakan clurit miliknya ketubuh anaknya yang
kedua bernama Kaisa Ivanna Salsabila, perempuan, kira-kira berumur
4 (empat) Tahun, mengenai leher sebelah kiri ;
• Bahwa akibat kejadian tersebut, terjadi luka bacok dan mengeluarkan
darah dan akhirnya korban meninggal dunia;
• Bahwa peristiwa tersebut terjadi pada hari Sabtu, tanggal 25 Agustus
2012, sekira Jam.21.00 Wib, dirumah Terdakwa di Jalan Raya PKP
RT.08.RW.08 No.10, Kelurahan Kelapa Dua Wetan, Kecamatan
Ciracas, Jakarta Timur;
• Bahwa menjelang kejadian, korban dijemput keluarga Terdakwa untuk
main dirumah Terdakwa dari rumah mantan isteri Terdakwa (saksi
Nurbaity);
• Bahwa malam hari, semula korban tidur bersama Ibu Terdakwa saksi
Siti Fatoyah, tiba-tiba korban ingin tidur bersama Terdakwa/Ayah
kandungnya;
• Bahwa korban masuk kekamar Terdakwa, tiba-tiba ada suara “
Papa....Papa.....sakit”, tidak lama Terdakwa keluar kamar membawa
clurit dan bicara sama Ibu Terdakwa (saksi Siti Fatoyah) antara lain
bahwa Terdakwa mencari anaknya yang Pertama yaitu Nayla yang
akan dibunuh dan Terdakwa juga bilang bahwa Kaysa sudah dibunuh
dengan cara membacokkan cluritnya yang diambil dari lemari
sebanyak 3 (tiga) sampai 4 (empat) kali, mengenai leher kiri, kanan
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.idTelp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 26
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
dan bawah telinga hingga mengeluarkan banyak darah dari bekas luka
bacok tersebut (darah mengenai sprei dan pakaian serta bantal guling)
tempat korban tidur (dijadikan barang bukti dipersidangan), setalah
membacok, Terdakwa mencium wajah korban, baru keluar kamar;
• Bahwa begitu keluar kamar membawa clurit dan Ibunya melihat
korban dikamar lalu terkejut dan berteriak, maka saudara-saudara
Terdakwa yang tinggal serumah, mendatangi Ibunya dan menangkap
Terdakwa, mengikatnya lalu melaporkan Terdakwa ke Polisi, korban
meninggal dikamar Terdakwa;
• Bahwa Terdakwa cerai dengan isterinya kira-kiranya 4 (empat) tahun
yang lalu, punya 2 (dua) orang anak yang pertama ikut Terdakwa dan
yang kedua ikut mantan isterinya, keduanya sering saling main/
bergantian, baik kerumah Terdakwa maupun kerumah Ibunya di
Kalibata Tengah, Pancoran, Jakarta Selatan;
• Bahwa 2 (dua) minggu sebelum kejadian, sikap Terdakwa berubah
menjadi sering diam, mengurung diri didalam kamar dan 3 (tiga) bulan
sebelum kejadian, Terdakwa sering ada bisikan-bisikan aneh supaya
membunuh anak-anak dan keluarga hingga sekarang;
• Bahwa Terdakwa sadar dan tahu, akibat perbuatannya yang akhirnya
anaknya meninggal, Terdakwa merasa menyesal;
• Bahwa Terdakwa akhir-akhir ini sering memikirkan kondisi
perekonomian keluarganya, masa depan anak-anaknya, namun tidak
tahu jalan keluarnya;
Hal.27 Putusan No.1357/Pid.B/2012/PN.Jkt.Tim.
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.idTelp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 27
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Menimbang, bahwa dari fakta hukum diatas, Majelis akan menerapkan
kedalam unsur-unsur dari Pasal-Pasal yang didakwakan oleh Jaksa Penuntut Umum
terhadap Terdakwa yaitu:
1 Kesatu Pasal 44 ayat (3) UU.R.I Nomor 23 Tahun 2004 atau
2 Kedua Pasal 80 ayat (3) dan UU.R.I Nomor 27 Tahun 2002 atau
3 Ketiga Pasal 338 KUHPidana;
Menimbang, bahwa oleh karena Dakwaan Jaksa Pununtut Umum bersifat
alternatif, maka sesuai dengan karakter Surat Dakwaan Majelis akan memilih salah
satu dari 3 (tiga) Dakwaan tersebut, berdasarkan besarnya kemungkinan terpenuhinya
unsur-unsur dari Pasal yang didakwakan yaitu Pasal 80 ayat (3) dan (4) UU.R.I
Nomor 23 Tahun 2002, tentang Perlindungan Anak;
1 Unsur Setiap Orang:
Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan unsur diatas terkait dengan
perkara a quo, adalah subjek hukum pidana (Terdakwa dalam hal ini adalah manusia)
sehat jasmani dan rohani serta mampu mempertanggung jawabkan perbuatannya;
Menimbang, bahwa Jaksa Penuntut Umum dalam persidangan perkara ini
telah mengajukan seorang Terdakwa bernama Ivan Reza Pahlevi dengan identitas
sebagaimana yang telah dibacakan pada awal persidangan, dimana Terdakwa yang
bersangkutan dan Penasihat Hukum Terdakwa telah membenarkan dan hal tersebut
juga dibenarkan oleh saksi-saksi saat persidangan berjalan;
Menimbang, bahwa terhadap isi dan maksud Surat Dakwaan Jaksa Penuntut
Umum terhadap Terdakwa, baik Terdakwa dan Penasihat Hukum Terdakwa
menyatakan mengerti dan tidak mengajukan Eksepsi terhadap Surat Dakwaan
tersebut;
Menimbang, bahwa terkait dengan kreteria Terdakwa sebagai subjek hukum
yang sehat jasmani dan rohani serta kemampuan Terdakwa dalam dalam bertanggung
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.idTelp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 28
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
jawab atas perbuatannya sebagaimana Dakwaan Jaksa Penuntut Umum, Majelis akan
mempertimbangkan sebagaimana dibawah ini:
Menimbang, bahwa Jaksa Penuntut Umum dalam Surat Tuntutannya pada
intinya menyatakan bahwa Terdakwa atas nama Ivan Reza Pahlevi memenuhi
kreteria unsur “Barang Siapa” yaitu sehat Jasmani dan rohani serta mampu
mempertanggung jawabkan perbuatannya dan dalam perkara a quo, tidak ditemukan
alasan Pemaaf dan alasan Pembenar, sehingga Terdakwa dituntut sebagaimana
tersebut diatas;
Menimbang, bahwa terhadap Tuntutan tersebut Penasihat Hukum Terdakwa
menanggapi dalam Pledoinya, tertanggal 28 Januari 2013 yang pada intinya bahwa
Terdakwa menderita gangguan jiwa Psikotik Depresi, hal ini didasarkan pada
keterangan ahli Dokter Henny Riana,Sp.Kj, Ahli Kesehatan Jiwa pada Rumah Sakit
Bhayangkara Jalan Ir.Said Sukanto, Jakarta Timur, saksi tersebut menjadi/diajukan
sebagai Ahli oleh Jaksa Penuntut Umum dalam persidangan perkara a quo dan
menurut saksi ahli tersebut, Terdakwa mempunyai unsur-unsur bertanggung jawab
sebagian atas tindak perbuatannya (Visum Et Repertum Psychiatrium atas nama
Terdakwa);
Menimbang, bahwa pendapat Penasihat Hukum Terdakwa tersebut didukung
oleh pendapat-pendapat dari 9 (sembilan) orang Psikeater tentang Psikotik Depresi,
namun hal tersebut tidak menyangkut pertanggung jawaban;
Menimbang, bahwa Pledoi Penasihat Hukum Terdakwa, Jaksa Penuntut
Umum menanggapi pada persidangan tertanggal 04 Februari 2013 yang pada intinya
adalah sama dengan Surat Tuntutannya, yaitu bahwa Terdakwa terbukti melakukan
tindak pidana sebagaimana Dakwaan Kedua, yang dilakukan dengan sengaja dan
mengerti akibatnya (yaitu anaknya meninggal) serta terhadap bisikan-bisikan
terhadap Terdakwa tidak dapat dibuktikan;
Hal.29 Putusan No.1357/Pid.B/2012/PN.Jkt.Tim.
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.idTelp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 29
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Menimbang, bahwa terhadap tanggapan Jaksa Penuntut Umum atas Pledoi
Penasihat Hukum Terdakwa tersebut, Penasihat Hukum Terdakwa menanggapinya
lagi pada tanggal 11 Februari 2013, yang pada intinya sebagai berikut:
• Bahwa pada prinsipnya Penasihat Hukum Terdakwa tetap pada
Pledoinya;
• Bahwa Jaksa Pununtut Umum tidak menanggapi permasalahan
gangguan jiwa yang dialami Terdakwa yaitu Psikotik Depresi dan ciri-
ciri tersebut juga telah disampaikan oleh saksi-saksi baik yang
disumpah maupun yang tidak disumpah;
• Bahwa terhadaap perbuatan Terdakwa, tidak ada saksi yang melihat,
mengetahui baik kejadian maupun barang bukti dipersidangan,
Penasihat Hukum Terdakwa mendasarkan dan mengaitkan dengan
Pasal-Pasal 168 huruf a, Pasal 169 ayat (2), Pasal 185 ayat (7)
KUHAP yang antara lain menyatakan bahwa keterangan saksi yang
tidak disumpah bukan merupakan alat bukti;
Menimbang, bahwa segala sesuatu yang disampaikan oleh Jaksa Penuntut
Umum dan Penasihat Hukum Terdakwa, dikaitkan dengan unsur-unsur “Setiap
Orang” diatas, Majelis akan menanggapinya sebagaimana dibawah ini;
Menimbang, bahwa pada intinya Jaksa Penuntut Umum menyatakan bahwa
Terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah telah melakukan tindak
pidana sebagaimana diatur dan diancam Pasal 80 ayat (3) dan (4) UU.R.I No.23
Tahun 2002, sedangkan Penasihat Hukum Terdakwa berpendapat bahwa tidak cukup
bukti, sehingga Terdakwa harus dilepaskan dari segala Tuntutan hukum, dengan
alasan:
1 Tidak ada saksi yang melihat kejadian dan mengenal barang bukti berupa
clurit yang digunakan Terdakwa untuk membacok korban;
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.idTelp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 30
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
2 Terdakwa menderita gangguan jiwa Psikotik Depresi;
Menimbang, bahwa disatu pihak pendapat Penasihat Hukum Terdakwa
didasarkan pada Pasal 168 huruf a, Pasal 169 ayat (2) , Pasal 185 ayat (7) KUHAP
yang antara lain menyatakan bahwa keterangan saksi yang tidak disumpah, bukan
merupakan alat bukti (untuk perbuatan Terdakwa), tetapi dilain pihak, keterangan
saksi-saksi dimaksud digunakan untuk mendukung kondisi Terdakwa yaitu menderita
gangguan jiwa Psikotik Depresi;
Menimbang, bahwa terlepas dari hal-hal diatas, Majelis Hakim berpendapat
bahwa keterangan saksi-saksi baik yang disumpah maupun yang tidak disumpah yang
tidak disumpah, bersesuaian dengan keterangan Terdakwa dan barang bukti
dipersidangan, bahkan keterangan saksi-saksi tidak yang saling bertentangan,
sebagaimana fakta hukum diatas, bahkan bersesuaian pula dengan Visum Et
Repertum korban, khususnya keterangan Terdakwa;
Menimbang, bahwa pendapat para ahli yang disampaikan Penasihat Hukum
Terdakwa, terkait dengan kondisi kejiwaan Terdakwa, Majelis membenarkan, tetapi
hal tersebut tidak menyangkut pertanggung jawaban pelaku (dalam perkara a quo
adalah pertanggung jawaban pidana) dan Penasihat Hukum Terdakwa berpegang
pada pendapat ahli yang memberikan keterangan dipersidangan perkara a quo yang
pada intinya Terdakwa memahami unsur-unsur bertanggung jawab sebahagian atas
tindak perbuatannya (vide Visum Et Repertum Psychiatrum No:Sket-R/29/IX/2012/
R.S Bhay.Tk.I, tanggal 19 September 2012, dibuat dan ditanda tangani oleh
Dr.Ir.Henny Riana, Sp.Kj, Dokter ahli kesehatan Jiwa pada Rumah Sakit tersebut);
Menimbang, bahwa dari hal-hal tersebut diatas, dikaitkan dengan fakta hukum
dipersidangan, telah ternyata Terdakwa sadar akan perbuatannya (membacok anak
kandungnya beberapa kali menggunakan clurit), tahu akibatnya (korban meninggal
Hal.31 Putusan No.1357/Pid.B/2012/PN.Jkt.Tim.
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.idTelp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 31
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
dunia), merasa bersalah dan menyesali perbuatannya dan merasakan adanya
permasalahan hidupnya;
Menimbang, bahwa terjadi perubahan sikap dalam diri Terdakwa beberapa
hari sebelum kejadian antara lain Terdakwa jadi pendiam, murung, tertutup dan lain-
lain, serta bisikan-bisikan untuk membunuh anak-anak dan keluarganya, namun
Terdakwa sadar berusaha melawan bisikan-bisikan tersebut, walaupun sulit sekali,
Terdakwa menyadari bisikan tersebut tidak benar dan Terdakwa tetap sholat
(Terdakwa sadar beragama Islam dan berkewajiban sholat);
Menimbang, bahwa Terdakwa juga mampu menerangkan permasalahan diri
keluarganya, asal clurit lalu menyimpannya di lemari, mengambil lalu membacokkan,
mencari anak pertamanya tetapi bertemu lebih dulu dengan Ibu Terdakwa/saksi Siti
Fatoyah, diikat dan seterus (tahu/ingat sebelum, pada saat dan setelah kejadian) serta
akibat kejadian tersebut secara beruntun dan dalam persidangan, Majelis tidak
menemukan alasan Pemaaf dan alasan Pembenar dalam diri Terdakwa, disamping itu
Terdakwa juga masih merasa sayang pada anak Terdakwa serta menginginkan
anaknya menjadi lebih baik dimasa mendatang;
Menimbang, bahwa dikaitkan penjabaran arti dan maksud Pasal 161 KUHAP
(saksi-saksi yang menolak disumpah), keterangan saksi-saksi tersebut dapat
menguatkan keyakinan Hakim dan dalam perkara a quo, saksi-saksi tidak disumpah
karena Undang-Undang tentunya mempunyai nilai yag lebih untuk menguatkan
keyakinan Hakim;
Menimbang, bahwa dari pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas,
dikaitkan dengan fakta hukum, yang diperoleh dari persesuaian antara keterangan
Terdakwa, keterangan saksi-saksi dan barang bukti dipersidangan serta pendapat ahli
atas nama Dokter Henny Riana, Sp.Kj, Majelis berpendapat bahwa Terdakwa telah
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.idTelp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 32
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
memenuhi kriteria unsur “Setiap Orang”, sebagaimana telah disampaikan/
kemukakan pada awal pembuktian unsur ini;
Menimbang, bahwa dengan demikian unsur “Setiap Orang” terpenuhi/
terbukti;
1 Unsur “Yang Melakukan Kekejaman, Kekerasan atau
Ancaman Kekerasan, atau Penganiayaan Terhadap Anak;
Menimbang, bahwa bagian-bagian dari unsur diatas terdapat kata “atau”, hal
tersebut menunjukkan bersifat alternatif/pilihan, sehingga apabila terbukti/terpenuhi
salah satu bagian unsur saja, harus dinyatakan perbuatan tersebut terbukti/terpenuhi;
Menimbang, bahwa pengertian dan maksud “Melakukan Kekejaman,
Kekerasan atau Ancaman Kekerasan, atau Penganiayaan secara garis besar adalah
sama, yaitu menggunakan tenaga berlebih supaya pihak lain/lawan menjadi
menderita/sakit, baik fisik maupun psikis;
Menimbang, bahwa arti “Kekejaman” dari kata Kejam dan Bengis atau
diluar Perikemanusiaan, dikaitkan dengan fakta hukum dipersidangan menunjukan
bahwa Terdakwa melakukan pembacokkan dengan clurit kearah leher/daerah telinga
korban yaitu anaknya sendiri bernama Keysa Ivanna Salsabila (berumur kira-kira 4
(empat) tahun), beberapa kali dan anaknya/korban tersebut bilang antara lain”
Papa..... Papa....Sakit”, korban tersebut lalu terdiam dalam posisi tidur miring,
Terdakwa menciumnya lalu keluar membawa clurit yang baru digunakan untuk
membacok korban, mencari anak kandungnya yang pertama Nailendra Noeza Sahira
perempuan (kira-kira berumur 7 (tujuh) tahun), untuk dibunuhnya juga, tetapi
terhalang oleh teriakan Ibunya (saksi Siti Fatoyah), Terdakwa ditangkap dan diikat
oleh saudara-saudara Terdakwa yang tinggal serumah dengan Terdakwa;
Hal.33 Putusan No.1357/Pid.B/2012/PN.Jkt.Tim.
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.idTelp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 33
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Menimbang, bahwa clurit sebelumnya diambil dari lemari dan clurit tersebut
tidak dikenal oleh saudara-saudara yang tinggal serumah namun fakta menunjukan
bahwa clurit tersebut menjadi barang bukti dan diakui dan dibenarkan oleh Terdakwa
untuk membacok korban;
Menimbang, bahwa walaupun tidak ada saksi yang melihat/mengetahui
secara langsung, tetapi dari saksi-saksi yang mengetahui setelah kejadian dengan
keterangan Terdakwa, saling terkait erat yaitu melihat korban luka-luka berdarah,
membenarkan dan mengenal barang bukti berupa pakaian, sarung, sprei berdarah
tersebut, melihat luka-luka disekitar leher korban, luka-luka mana sesuai dengan
Visum Et Repertum atas nama korban Keysa Ivanna Salsabila, perempuan + 4
(empat) tahun, dari Rumah Sakit Umum Dr.Cipto Mangunkosumo/RSCM,
Nomor:287/VER/926.08.12 /IX/2012, tanggal 6 September 2012, yang dibuat dan
ditanda tangani oleh Dr.Ir.Yuli Budiningsih, Sp.F dan pada akhirnya korban
meninggal dunia, sebagaimana keterangan seluruh saksi, Terdakwa dan Visum Et
Repertum atas nama korban tersebut;
Menimbang, bahwa dengan demikian unsur diatas juga terpenuhi/terbukti;
Menimbang, bahwa korban adalah anak kandung Terdakwa Nomor 2, buah
perkawinan dengan saksi Nurbaity (mantan isteri Terdakwa);
Menimbang, bahwa dengan demikian semua unsur dari Pasal yang
didakwakan oleh Jaksa Penuntut Umum terhadap Terdakwa telah terpenuhi/terbukti,
maka Terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan menurut hukum telah
melakukan tindak pidana yang sesuai, diatur dan diancam Pasal 80 ayat (3) dan (4)
UU.R.I Nmor 23 Tahun 2002, tentang Perlindungan Anak sebagaimana Dakwaan
Kedua Jaksa Penuntut Umum tersebut;
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.idTelp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 34
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Menimbang, bahwa dengan demikian Terdakwa harus dinyatakan bersalah
dan dijatuhi pidana/hukuman yang sesuai/setimpal dengan perbuatan salahnya serta
harus pula dibebani untuk membayar biaya perkara;
Menimbang, bahwa Surat No.647/KPAI/VIII/2012, tanggal 31 Agustus 2012
dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia/KPAI yang diserahkan oleh saksi
Nurbaity/mantan isteri Terdakwa didepan persidangan, oleh karena diluar
kewenangan Pengadilan Negeri Jakarta Timur, tidak akan dipertimbangkan;
Menimbang, bahwa terhadap surat, tanggal 14 Januari 2013, dari Penasihat
Hukum Terdakwa, tentang/perihal “Bantaran” (Mohon Pemeriksaan Dokter Ahli
Kesehatan Jiwa untuk Terdakwa Ivan Reza Pahlevi), dengan mengambil alih
pertimbangan diatas, khususnya pertimbangan pada Unsur Pertama yaitu ”Setiap
Orang”, dengan kata lain Majelis Hakim tidak sependapat dengan Penasihat Hukum
Terdakwa :Perihal Kondisi Kejiwaan Terdakwa”, berdasarkan fakta hukum
dipersidangan, dalam hal mana Penasihat Hukum Terdakwa berpendapat pada intinya
mohon supaya Terdakwa dilepaskan dari segala Tuntutan Hukum dan Majelis Hakim
berpendapat bahwa pada intinya Terdakwa terbukti melakukan tindak pidana
sebagaimana Dakwaan Kedua Jaksa Pununtut Umum, sehingga permohonan
Penasihat Hukum Terdakwa tersebut ditolak;
Menimbang, bahwa terhadap kwalifikasi delik, lamanya pidana/hukuman
status barang bukti dan besarnya biaya perkara, akan ditentukan dalam amar putusan
nanti;
Menimbang, bahwa selama perkara ini berjalan, Majelis tidak menemukan
adanya alasan Pemaaf dan alasan Pembenar;
Menimbang, bahwa Terdakwa ditahan sejak tanggal 27 Agustus 2012 hingga
sekarang, maka Majelis akan mengurangi pidana/hukuman yang dijatuhkan terhadap
Hal.35 Putusan No.1357/Pid.B/2012/PN.Jkt.Tim.
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.idTelp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 35
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
diri Terdakwa dengan lamanya Terdakwa berada dalam tahanan, hingga putusan ini
mempunyai kekuatan hukum tetap;
Menimbang, bahwa Majelis Hakim akan mempertimbangkan hal-hal sebagai
berikut:
Hal-hal yang memberatkan:
1 Perbuatan Terdakwa diluar perikemanusiaan/sadis;
2 Perbuatan Terdakwa mengakibatkan anak kandungnya meninggal dunia;
Hal-hal yang meringankan:
1 Terdakwa merasa bersalah dan menyesal;
2 Terdakwa belum pernah dihukum;
3 Terdakwa masih muda usia dan diharapkan bisa memperbaiki kesalahannya
dimasa yang akan datang;
Mengingat akan Pasal-Pasal dari peraturan/Undang-Undang, khususnya Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004, tentang Perlindungan Anak dan
Peraturan-Peraturan lain yang bersangkutan;
M E N G A D I L I:
1 Menyatakan bahwa Terdakwa IVAN REZA PAHLEVI, tersebut terbukti secara
sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana, “Melakukan
Kekerasan Terhadap Anak Yang Mengakibatkan Matinya Orang Yang
Dilakukan Oleh Orang Tuanya Sendiri ”;
2 Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa tersebut diatas, dengan pidana penjara
selama 11 (sebelas) tahun dan denda sebesar Rp.200.000.000,-(dua ratus juta
rupiah), apabila Denda tersebut tidak dibayar, maka diganti dengan pidana
kurungan selama 6 (enam) bulan;
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.idTelp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 36
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
3 Menetapkan bahwa masa tahanan yang telah dijalani Terdakwa tersebut, sebelum
Putusan ini mempunyai kekuatan hukum tetap, dikurangkan seluruhnya dari
pidana/hukuman yang dijatuhkan tersebut;
4 Menetapkan supaya Terdakwa tetap ditahan;
5 Menetapkan barang bukti berupa : Sebilah clurit berikut sarungnya, selembar
sprei bernoda darah, sebuah sarung guling bernoda darah, selembar baju warna
merah bernoda darah, selembar kaos dalam warna putih bernoda darah dan
selembar celana panjang warna hitam, dirampas untuk dimusnahkan ;
6 Membebankan Terdakwa untuk membayar ongkos perkara sebesar Rp.1.000,-
(seribu rupiah);
Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Majelis Hakim
Pengadilan Negeri Jakarta Timur, pada hari: SELASA, tanggal 19 FEBRUARI
2013, oleh kami : PUDJI WIDODO, S.H.M.H., sebagai Hakim Ketua, RAMLI
RIZAL, S.H.M.H., dan SABARULINA Br GINTING, S.H.M.H.., masing -
masing sebagai Hakim Anggota, putusan mana diucapkan pada hari SENIN,
tanggal 25 FEBRUARI 2013, oleh Hakim Ketua tersebut
dengan didampingi oleh Hakim-Hakim Anggota tersebut diatas, dibantu oleh
ZUHERMA, S.H., sebagai Panitera Pengganti, dengan dihadiri
RUDY.W.PANJAITAN , S.H., Jaksa Penuntut Umum,Terdakwa beserta Penasihat
Hukumnya;
HAKIM ANGGOTA, HAKIM KETUA,
Hal.37 Putusan No.1357/Pid.B/2012/PN.Jkt.Tim.
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.idTelp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 37
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
RAMLI RIZAL, S.H.M.H. PUDJI WIDODO, S.H.M.H
PANITERA PENGGANTI,
SABARULINA Br.GINTING,S.H.M.H. ZUHERMA, S.H.
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.idTelp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 38
top related