the untold story of kartini uni molly

Post on 06-Jul-2015

1.049 Views

Category:

Education

3 Downloads

Preview:

Click to see full reader

TRANSCRIPT

“The Untold Story of Kartini”by: Yosi Molina

SMART (Semarak Hari Kartini) SALAM UI, 22 April 2008

SATU PEREMPUAN:SATU GENERASI

Bagaimana kita memperingatinya?

21 April

Apa makna “Hari Kartini” bagi kita?Apa makna “Hari Kartini” bagi kita?

Apakah cukup dengan cara ini?

21 April

Apa makna “Hari Kartini” bagi kita?Apa makna “Hari Kartini” bagi kita?

Tak sekedar pakaian21 April

Apa makna “Hari Kartini” bagi kita?Apa makna “Hari Kartini” bagi kita?

If you educate one man, you educate one person.But, if you educate one woman, you educate one

generation.(Meutia Hatta)

Perjuangan Kartini

Satu Perempuan, Satu GenerasiSatu Perempuan, Satu Generasi

[Surat Kartini kepada Prof. Anton dan Nyonya, 4 Oktober 1902].

• Kami di sini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan anak perempuan, bukan sekali-kali karena kami menginginkan anak-anak perempuan itu menjadi saingan laki-laki dalam perjuangan hidupnya.

• Tapi karena kami yakin akan pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum wanita, agar wanita lebih cakap melakukan kewajibannya, kewajiban yang diserahkan alam sendiri ke dalam tangannya: menjadi ibu, pendidik manusia yang pertama-tama.

Inspirasi perjuangan Kartini

Satu Perempuan, Satu GenerasiSatu Perempuan, Satu Generasi

• Dialog antara Kartini dengan Kyai Sholeh Darat

• ”Kyai, selama hidupku baru kali inilah aku sempat mengerti makna dan arti surat pertama, dan induk Al-Quran yang isinya begitu indah menggetarkan sanubariku. Maka bukan buatan rasa syukur hati aku kepada Allah, namun aku heran tak habis-habisnya, mengapa selama ini para ulama kita melarang keras penerjemahan dan penafsiran Al-Quran dalam bahasa Jawa. Bukankah Al-Quran itu justru kitab pimpinan hidup bahagia dan sejahtera bagi manusia?”

Menuju Cahaya

Satu Perempuan, Satu GenerasiSatu Perempuan, Satu Generasi

• Kata-kata minazh zhulumaati ilan nuur [Q.S: 2:257] ini sering diulang-ulangnya, dari gelap kepada cahaya. Bagi Kartini, terasa benar pengalaman pribadi tersebut, dari kegelisahan dan pemikiran tak berketentuan kepada pemikiran hidayah. ]

Satu Perempuan, Satu GenerasiSatu Perempuan, Satu Generasi

• Dalam surat-suratnya kemudian, Kartini banyak sekali mengulang-ulang kalimat ”Dari Gelap Kepada Cahaya” ini. Istilah ini yang dalam Bahasa Belanda adalah ”Door Duisternis Tot Licht”, kemudian menjadi kehilangan maknanya setelah diterjemahkan oleh Armijn Pane menjadi ”Habis Gelap Terbitlah Terang”

Menuju Cahaya

Pejuang 4 Zaman

Satu Perempuan, Satu GenerasiSatu Perempuan, Satu Generasi

• MASA PENJAJAHAN BELANDA • MASA PENJAJAHAN JEPANG • MASA KEMERDEKAAN INDONESIA • MASA SETELAH KEMERDEKAAN

Rahmah El Yunusiyyah

Satu Perempuan, Satu GenerasiSatu Perempuan, Satu Generasi

• sejarah juga telah mengukir betapa besar peran beliau dalam mengangkat derajat kaum wanita serta martabat bangsa Indonesia dalam masa penjajahan Belanda, masa penjajahan Jepang, masa pra kemerdekaan dan masa kemerdekaan.

Diniyyah Puteri

Satu Perempuan, Satu GenerasiSatu Perempuan, Satu Generasi

Sebuah karya monumental telah beliau sumbangkan untuk Indonesia dan umat Islam dengan mendirikan sekolah khusus puteri yaitu “Perguruan Diniyyah Puteri” Padang Panjang pada tahun 1923 saat beliau berusia 23 tahun.

Penjajahan Belanda

Satu Perempuan, Satu GenerasiSatu Perempuan, Satu Generasi

• Tahun 1923:• Mendirikan Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang di

usia 23 tahun.

• Tahun 1928: Memberikan dukungan penuh pada Kongres Pemuda yang melahirkan Sumpah Pemuda, dan segera menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar pendidikan di Perguruan Diniyyah Puteri

• Tahun 1932: Memimpin gerakan menetang dua buah peraturan Belanda yaitu: Ordonantie Kawin Bercatat (yang melecehkan fungsi kadhi dan Syariat Islam) serta Ordonantie Sekolah Liar (yang hendak mengatur sekolah-sekolah agama menurut keinginan pemerintah Belanda).

Penjajahan Belanda

Satu Perempuan, Satu GenerasiSatu Perempuan, Satu Generasi

• Gempa di Padang Panjang di tahun 1926

Penjajahan Jepang

Satu Perempuan, Satu GenerasiSatu Perempuan, Satu Generasi

• Menerima Ir. Sukarno di Diniyyah Puteri membicarakan tentang Perjuangan kemerdekaan Indonesia.

• Tahun 1943: Mempersiapkan murid-murid Diniyyah Puteri mengikuti pelatihan P3K dan Palang Merah sebagai tenaga sukarela dalam pertempuran.

• Tahun 1944: Memberikan dukungan penuh dalam pembentukan pasukan Gyugun, yang menurut beliau sangat strategis sebagai alat mencapai kemerdekaan Indonesia.

• Keterlibatan dalam organisasi di masa penjajahan Jepang:– Sebagai pengurus ADI (Anggota Daerah Ibu) tingkat Sumatera Tengah yang bertujuan

menentang pemerintah Jepang yang menggunakan gadis remaja untuk dijadikan wanita penghibur, dan menuntut di tutupnya rumah bordil.

– Menjadi Ketua Ha Ha No Kai dari Gyugun Ko En Kai – Menjadi Anggota Ho Ko Kai– Menjadi Anggota Peninjau Sumatera Cuo Sangi In yang diketuai Muhammad Syafei.– Anggota Mahakamah Syari’ah Bukit Tinggi– Menjadi Ketua Majlis Islam Tinggi bahagian kaum ibu di Padang Panjang Batipuh X

Koto.

Masa Kemerdekaan RI

Satu Perempuan, Satu GenerasiSatu Perempuan, Satu Generasi

• Tahun 1945:• Bermusyawarah dengan beberapa Perwira Gyugun dan tokoh

masyarakat Padang Panjang untuk membentuk TKR (Tentara Keamanan Rakyat). Dalam pertemuan tersebut Rahmah menegaskan “Bentuklah Pasukan TKR, dan saya yang menjamin makanan untuk kalian”. Rahmah EL Yunusiyyah menjadikan Diniyyah Puteri sebagai Dapur Umum bagi Para Pejuang sampai terbentuknya Batalyon Infanteri. Kesatuan lain yang juga mendapat bantuan Rahmah EL Yunusiyyah adalah Laskar Sabilillah, Sabil Musliamt dan Hizbullah. Selain itu, Rahmah EL Yunusiyyah juga menjadikan Diniyyah Puteri sebagai tempat persinggahan para gerilya yang menghadapi tentara NICA.

• 17 Agustus 1945: • Rahmah Tercatat sebagai orang pertama yang mengibarkan

Bendera Merah Putih di kota Padang Panjang.

Masa Kemerdekaan RI

Satu Perempuan, Satu GenerasiSatu Perempuan, Satu Generasi

• Salah satu Alumni Diniyyah Puteri menjadi Menteri Sosial Malaysia

Setelah Kemerdekaan

Satu Perempuan, Satu GenerasiSatu Perempuan, Satu Generasi

• Terpilih menjadi anggota DPR RI pada tahun 1955

• Rahmah EL Yunusiyyah memberikan Isnpirasi untuk membuka jurusan khusus wanita di Al-Azhar University Cairo pada tahun 1957 dalam lawatan beliau ke Timur Tengah. Dan beliau dalam kesempatan itu memperoleh anugerah Syaikhah (setingkat Doktor Honoris Causa) dari Al-Azhar University Cairo. Pada kesempatan tersebut Rahmah EL Yunusiyyah memberi inspirasi diterimanya kaum wanita diterima belajar di Al-Azhar University Cairo.

• Menjadi Pengurus Sekolah Tinggi Hukum Pancasila Padang yang merupakan embrio Universitas Andalas.

Rahmah El Yunusiyyah

Satu Perempuan, Satu GenerasiSatu Perempuan, Satu Generasi

• Komitmen berjuang untuk agama, bangsa dan negara melalui pendidikan.

• Naluri Kepahlawan. • Keberanian dalam

menghadapi risiko. • Kesabaran. • Pengorbanan. • Optimisme.• Kemampuan dalam

menghadapi kegagalan. • Kemampuan menjadi teladan.

Mari lanjutkan perjuangan

Satu Perempuan, Satu GenerasiSatu Perempuan, Satu Generasi

top related